Pencarian

Si Rase Hitam 4

Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung Bagian 4


bagi penduduknya Tetapi sekali ini daerah tersebut tidak men jadi terkeetialian
dalam penderitaan yang dialami para petani diseluruh
Tionggoan. Disepanjang jalan yang dilalui dua pemuda itu, tiada lain
dari kesengsaraan dan kemiskinan yang tampak.
Semakin lama mereka semakin sedih menyaksikan itu dan
sambil berjalan tidak jarang terdengar mereka mengutuk
pemerintah penjajah yang lalim itu.
"Koko, sudah enam tahun kita menjelajah seluruh negeri
tetapi jerih payah kita itu sedi-kitpun tidak ada hasilnya.
Sebaliknya, setiap ha ri kita harus menyaksikan penderitaan
rakyat, semakin lama semakin banyak kita melihatnya,
sehingga hatiku kini tidak tertahan pula'," kata salah seorang
diantara kedua pemuda itu, setelah berdiam sejenak kemudian
melanjutkan pula perkataannya "Urusan kita Sendiri
sesungguhnya disebabkan penjajah itu pula, maka kupikir
apakah tidak lebih baik jika kita menggabungkan diri dalam
suaru gerakan orang2 gagah pencinta negara, untuk bantu
mengusir penjajah " Terlebih lagi. mungkin tugas yang suhu
bebankan kepada kita akan menjadi lebih mudah terlaksana
dengan bantuan sebuah organisasi yang luas pengaruhnya".
"Benar adikku, akupun setuju, bahkan kuki ra suhu tentu
juga akan senang jika kita turut menyumbangkan tenaga bagi
tanah air. Hanya, sebaiknya kita berhati-hati sebelum
memutuskan untuk melibatkan diri dalam suatu gerakan.
Tidak semua penggerakan2 yang kini banyak bertumbuhan
dimana2, sesungguhnya memiliki tujuan murni. Dalam masa
sesulit seperti ini, mu dahlab bagi petualang-petualang jahat
yang pandai memutar lidah, untuk menghasut rakyat ikuti
dengan mereka membentuk organisasi ini atau tu, dengan
berkedok menjadi patriot bangsa. Gedangkan tujuan mereka
yang sesungguhnya ha myalah untuk mencari keuntungan diri
sendiri Dan rakyat yang diajaknya dalam penggerakan dalam
penggerakan semacam itu hanya dipandang sebagai alat
untuk mencapai maksud2 buruk mereka. Sungguh kasihan
rakyat jelata, mereka haoya yang dikambing hitamkan juga*
"Tidak salah. Kita memang harus ber-hati2 agar tidak
diperalat orang2 untuk maksud yang tidak baik. Sejauh yang
kudengar, agaknya gerakan Pek Lian Kauw (gerakan teratai
putih) benar2 bertujuan mengusir penjajah dan menegak kan
kembali keraj^sn bangsa kita sendiri. Entah bagaimana
pendapatmu tentang penggerakan itu?"
"Ya, akupun mendengar bahwa gerakan Pek Lian Kauw
memang yang sangat teratur dan berdisiplin keras. Bahkan
menurut cerita orang banyak, seringkali bekas anggota2 An
Hwa Hwe yang telah ikut menggabungkan diri dengan
mereka, atau se-tidak2nya menyatakan kesediaannya mereka
untuk bekerja sama. Tetapi dalam bal ini pun kita sebaiknya
ber hati2. Lebih baik kita melakukan penyelidikan dulu dari
dekat sebelum kita mengambil keputusan".
Percakapan mereka itu jelas memperlihatkan kebencian
mereka terhadap penjajah2 Boan yang dengan lainnya
menindas rakyat di Tiong-goan disaat itu.
Diluar tahu mereka sendiri, kedua pemuda itupun
sesungguhnya memiliki darah Boan didalam tubuh masing2,
karena mereka tidak lain dari Cie Beng dan Cie Jin, yang
sesungguhnya sepasang putera kembar Hok Kong An.
Hanya, yang diketahui oleh mereka, bahwa mereka adalah
putera kembar Cie Ceng, dan ber darah Han secara mutlak.
Mengingat bahwa Cie Ceng telah tewas karena kekejaman
budak2nya pemerintah penjajah dan karena sejak mengikuti
Ouw Hui berkelana sudah seringkali melihat dan mengalami
sendiri betapa kejamnya kaum penjajah itu menjalankan
pemerintahan, maka tidak aneh mereka demikian membenci
pemerintah Boan. --oo0dw0oo-- PERSEKUTUAN Pek Lian Kauw bukanlah suatu penggerakan
baru dimasa itu. Penggerakan itu telah didirikan sejak masa
kerajaan Beng dan pernah meniililiki pengaruh yang besar
sekali, yang disegani oleh orang2 gagah rimba persi latan.
Yang mendirikannya dan menjadi Kauwcu (pemimpin
besar)nya yang pertama kali adalah Han San Tong.
Diakhir masa kerajaan Beng, pengaruh gerakan itu telah
merosot banyak. Selama kurang lebih seratus tahun sejak Tionggoan dijajah
oleh bangsa Boan, hampir tidak pernah terdengar pula
kegiatannya, sampai dipertengahan masa pemerintahan Kian
Liong, se orang yang cakap dan cerdik yang bernama Lauw
Siong, berhasil mempersatukan kembali gerakan yang sudah
terpecah belah itu. Maksud dan tujuan Pek Lian Kauw sebenar nya sangat baik,
yaitu untuk mempersatukan rakyat agar dapat melawan
penindasan kaum feodal dahulunya dan belakangan untuk
melawan dan mengusir kaum penjajah.
Hanya harus dibuat sayang bahwa tata cara nya terlalu
banyak didasarkan atas ketakhayulan sehingga akhirnya
menimbulkan perpecahan dalam tubuh organisasi itu sendiri.
Dimasa pemerintahan Kian Liong, dapatlah disebut sebagai
masa keemasan kerajaan penjajah Boanceng, tetapi juga
dapat disebut sebagai awal kemerosotan pamor dari kejayaan
dan kemunduran pemerintahan Boan itu terjadi ditahun Kian
Liong ke 35 ( masebi 1771).
Waktu itu pemerintah Boan sudah mulai kekurangan
pembiayaan untuk tentaranya yang terus menerus berperang
kesana kemari. Untuk menutupi kekurangan itu, rakyat jelata terutama
sekali adalah kaum petani, mulailah diperas dan perasaan
tidak puas dengan cepat meluas dikalangan rakyat cepat
sekali. Karena itu, maka gerakan Pek Llan Kauw yang baru
dibangkitkan kembali oleh Lauw Siong mudah memperoleh
pengikut, dan dengat cepat sudah menjadi kuat.
Pada tabun Kian Liong 39 (masehi 1775), kaum Pek Lian
Kauw telah melancarkan pembe rontakan di Holam. Waktu itu
Lauw Siong sebenarnya masih hendak menanti sampai
beberapa tahun lagi sambil memperkuat organisasi dani
tentaranya. Tetapi keadaan telah memaksanya bertindak tahun itu
juga. Sebagai juga seringkali terjali gerakan2 lain nya Pek Lian
Kauw telah kena diselundupkan kaki tangan pemerintah.
Rahasia penting mereka menjadi bocor dan pemerintah
dengan mudah mendatangkan puluhan ribu tentara untuk
menumpas mereka. Disamping itu beberapa mata2 pemerintah yang bertugas
untuk mengacaukan gerakan terse but, telah berhasil
menghasut anggota2 Pek Liati Kauw untuk menuntut Kauwcu
mereka segera mengangkat senjata.
Inilah siasat kaum penjajah, agar pekerjaan menumpas
gerakan itu menjadi lebih mudah.
Dengan bergerak "dibawah tanah" sebagai sebuah
perkumpulan rahasia, markas pusat Pek Lian Kauw yang berpindah2
terus, tidak mudah diketahui pemerintah Ceng.
Tetapi, secepat mereka memberontak secara terang2an,
pusat gerakan mereka itu menjadi terang dan jelas, dan
pemerintah dapat mengirimkan tentara dengan serentak.
Pemberontakan ter-gesa2 itu tentu melihat kegagalan,
bahkan Lauw Siong telah tertangkap dan dibuang kedaerah
perbatasan. Tetapi kegagalan itu bukan berarti berakhir nya gerakan
tersebut Anggota2 pimpinan yang berhasil menyelamatkan diri,
lambai laun dapat menghimpun kekuatan baru lagi, bahkan
berhasil pula meluas kan kegiatan mereka keberbagai propinsi.
Yang terutama sekali adalah dikeenarn propinsi, yaitu Kam
Siok, Siamsay, Kolam, Anhu Ouwpak dan Sucwan, dimana Pek
Lian Kau telah memperoleh jumlah pengikut yang besar
sekali. Pemerintah Boan tentu saja tidak berpeluk tangan.
Berulang kali mereka telah berusaha membasmi gerakan itu
dan sejak tahun Kia Liong ke 57 ( masehi 1793 ) seringkali
tentara Boan melakukan penyelidikan besar2an.
Sebagai akibatnya, pertempuran2 sengit antara kesatuan2
pasukan pemerintah dengan cabang cabang Pek Lian Kauw
setempat sudah sering terjadi.
Demikianlah, penindasan terhadap rakyat yang dimaksud
untuk menutup kekurangan anggaran belanja ketentaraan
pemerintah Boan, ternyata telah berakibat harus
dikeluarkannya biaya lebih besar lagi seiring dengan
dibutuhkannya lebih banyak pula tentara untuk
mempertahankan kekuasaannya.
--oodwoo-- Sekian lama pemuda itu berjalan tanpa bercakap2 lagi.
Waktu itu adalah awal musim se-mi. Pucuk daun muda yang
segar dan menambah keindahan disepanjang lembah sungai
Tiang kang mulai terlibat cerah.
Biasanya, kesibukan2 para petani dimulai pada minggu2
pertama setiap musim semi, tetapi di waktu itu Cie Beng dan
Cie Jin hanya me lihat sedikit sekali kegiatan di-ladang2 yang
di laluinya, di-mana2 tampak kelesuan, tedikitpun juga tidak
tampak semangat bekerja diantara mereka.
Pemandangan seperti itu semakin menyedihkan bati Cie
Beng dan Cie Jin. Kurang lebih tengah hari mereka tiba dise buah kota kecil
atau lebih tepatnya sebuah desa besar, Juga dalam desa
tersebut ternyata tampak kelesuan diantara penduduknya.
Pasar2 tampak sepi, sedikit sekali pedagang yang
membuka kedainya, sedangkan pembelipun hanya tampak
seorang dua orang. Sebaliknya di sana sini tampak orang
ber-kelompok2, asyik membicarakan sesuatu dengan berbisik2.
Cie Ceng dan Cie Jin ingin sekali mengetahui apa yang
mereka bicarakan itu tetapi setiap kelompok yarg mereka
dekati segera menghentikan percakapan mereka dan cepat2
bubar. Anehnya, sebentar pula, orang2 itu sudah berkumpul lagi,
tidak jauh dari tempat semula.
Jelaslah sudah, bahwa orang2 itu membicarakan sesuatu
yang bisa mendatangkan bahaya ji ka terdengar oleh orang
lain. Kedua pemuda yang masih asing bagi mereka itu, tentu
saja dicurigai dan tidak boleh ikut mendengar percakapan
mereka. Setelah berjalan sepanjang pagi, perut Cie Beng dan Cie Jin
sudah lapar, maka tanpa menghiraukan lagi orang2 yang ber
kelompok2 itu pergilah mereka mencari rumah makan.
Tetapi dengan kecewa mereka mendapatkan kenyataan
bahwa sebuah rumah makanpun tidak ada yang dibuka hari
itu. Kenyataan seperti itu semakin membangkitkan perasaan
ingin tahunya kedua saudara she Cie itu.
Sementara itu, suasana tegang didalam desa itu menjadi
semakin terlihat jelas. Agaknya akan terjadi sssuatu yang luar biasa hari itu.
Kareanya maka mereka terpaksa menahan lapar dengan
hati agak jengkel, walaupun pertama sekali mereka sudah
hendak meninggalkan desa tersebut untuk mencari rumah
makan didesaa lain. Tanpa tujuan mereka lalu ber jalan2 kesana kemari,
terdorong perasaan lapar dan juga memang perasaan ingin
mengetahui sebab musabab dari ketegangan yang meliputi
desa itu. Dan sambil menantikan terjadinya perkembangan lebih
lanjut, sudah jelaslah bagi mereka bahwa sesuatu yang luar
biasa itu akan terjadi di hari itu juga.
Benar saja. tidak perlu terlalu lama mereka harus me
nanti2, jawaban atas perasaan herannya menghadapi suasana
yang luar biasa itu, Kurang lebih setengah jam kemudian,
sepasukan d utara Boan yang mengawal kurang lebih dua
gerobak, tampak memasuki desa tersebut.
Seketika itu siraplah bisik2 kelompok rakyat disepanjang
jalan desa itu, bahkan sebagian besar dari mereka segera lari
masuk kedalam rumah masing2.
Gerobak2 yang dikawal pasukan tentara itu tampaknya
berat2 semua. Agaknya itulah iringan2 bahan makanan untuk perbekalan
tentara. Pasukan pengawal itu terdiri kurang lebih seratus orang
peiajurit dibawah pimpinan tiga orang perwira.
Datangnya rombongan pemerintah Boan itu dari utara dan
agaknya mereka ter gesa2 sekali
Tanpa berhenti sejenak untuk beristirahat, mereka
langsung keluar lagi dari desa itu dan menuju ketempat
penyeberangan disebelah desa itu.
Secepat iring2an itu sudah lewat, orang2 desa yang tadi
masuk kedalam rumah, lalu keluar lagi dan mengikuti
rombongan tentara negeri itu dari jarak jauh sambil ber bisik2
lagi. Cie Beng dan Cie Jin mengerti bahwi rombongan tentara itu
tentu yang sejak tadi te lah ramai dibicarakan para peiduduk
desa tersebut. Keduanya lalu juga mengikuti orang2 desa itu
untuk menyaksikan apa yang akan terjadi
Rombongan tentara itu sudah sampai ditempat
penyeberangan tetapi sebuah perahupun tidak tampak,
sedangkan didermaga kayu di tepi sungai itu tidak ada
seorangpun juga. Rombongan tentara itu terpaksa berhenti ketiga perwira
yang memimpinnya lalu berunding.
Ketika itu mereka sesungguhnya tengah menghadapi
kesulitan yang besar. Tempat penyebrangan lain yang terdekat dari tempat itu
masih terpisah kurang lebih sepuluh lie. Berjalan memutar
kesana dan kembali lagi kejalan yang sudah direncanakan
setelah menyebrang, tentu akan berarti keterlambatan barang
lebih satu hari, sedangkan jika dilihat dari sikap ter-gesa2nya
mereka melakukan perjalanan, mereka agaknya harus tiba
secepat mungkin ditempat tujuan mereka.
Disaat itu tiba2 munculah kurang lebih lima ratus petani
dari gerombolan pohon2 Yan Liu dan rumput sungai yang


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi2 disebelahan tempat penyebrangan itu.
Semua petani itu bersenjata golok, tongkat, cangkul dan
segala macam alat yang biasanya dipergunakan sebagai alat
pertanian. pakaian mereka compang camping, wajah dan
tubuh mereka kurus2, lukisan jelas menggambarkan
kemiskinan dan penderitaan yang sudah terlalu ber-larut2.
Tetapi diwajah mereka justru memperlihatkan perasaan
benci yang sangat dan mendidih tanpa mengucapkan sepahat
kata mereka bergerak untuk mengurung iring2an tentara itu.
Melihat sikap mereka yang sangat mengancam, ketiga
perwira itu segera mengeluarkan perintah2.
Gerobak2 barang itu segera dikumpulkan ber jajar menjadi
satu rapat sekali dan tentara pengawal itu dengan cepat
sudah mengatur diri di sekitar dengan senjata terhunus
Disaat itu, baru saja mereka selesai mengatur diri, para
petani itu sudah melancarkan serangan.
Maka segera berkobarlah sadah pertempuran sengit.
Dengan nekad dan berani sekali petani itu merangsang maju
kedepan melancarkan serangan untuk mengadu jiwa.
Tetapi tanpa pengalaman bertempur dan hanya
bersenjatakan alat2 yang sebenarnya bukan untuk bertempur,
sedangkan sebaliknya musuh mereka itu merupakan pasukan
tentara yang ter atur dan sudah memiliki pengalaman luas
dalam pertempuran2 yang sudah bukan sedikit mereka
alami, para petani tentu saja tidak dapat berbuat banyak.
Serbuan mereka itu hanyalah ibarat serombongan rusa
yang menerjang sekelompok harimau.
Dalam waktu yang singkat sekali, sudah banyaklah korban
yang jatuh dalam pertempuran itu korban2 itu hampir
seluruhnya dari petani2. Tetapi semula itu tidak dihiraukan, mereka menyerbu terus
dengan berani dan nekad. Cie Beng dan Cie Jin tidak tega melihat ke jadian yang
menyedihkan itu mereka teringat la gi akan peristiwa dimasa
lampau, yang telah me reka saksikan dan alami sendiri.
Tidak dapat mereka mendiamkan saja tentara penjajah itu
mengganas dan membunuh bunuhi petani2 yang sudah nekad
itu. Serentak mereka mencabut senjata masing2, dan
melompatlah mereka ke tengah2 pergumulan tersebut.
Setelah mengikuti jalannya pertempuran itu selama
beberapa saat, kedua pemuda itu sudah mengetahui bahwa
diantara pasukan tentara itu tidak seoraagpun yang memiliki
kepandaian berarti. Kekuatan pertahanan mereka itu hanya terletak dalam
sikap disiplin dan kesigapan mereka melakukan komando2
pemimpinnya sebagai tentara yang sudah terlatih.
Dengan pimpinan yang cakap, tentara demikian memang
kokoh, kuat sekali. Tetapi bila pemimpinnya dapat dijadikan tidak berdaya
sama sekali, maka pertahanan mereka akan kacau dengan
sendirinya. Karena menarik kesimpulan seperti itu, Cie Beng dan Cie
Jin segera juga hendak menorobos masuk kedalam lingkaran
tentara itu. Perbuatan kedua saudara she Cie itu tentu saja tidak ada
yang dapat merintangi Tetapi meng hadapi kedua orang
murid2 jago silat yang luar biasa ini, memang seperti juga
menghadapi deng an akhli silat yang tidak bisa dipersamakan
deng an petani- biasa, sehingga walaupun banyak juga
tentara negeri yang telah maju menghadangi Cie Beng dan Cie
Jin, kenyataannya mereka itu sudah dapat dirubuhkannya
dengan mudah olen kedua pemuda itu.
Alangkah terkejutnya kawan2 pasukan tentara yang
menjaga garis pertahanan didepan itu. Sungguh tidak
pernah mereka menduga bahwa diantara kaum tamu itu
bisa ada dua orang yang demikian gagah perkasa.
Sebaliknya, Cie Beng dan Cie Jin tidak menghiraukan lagi
pasukan2 itu, secepat kilat mereka sudah berhasil menerobos
masuk, mereka serentak melompat kearah sebuah gerobak
besar yang berada di-tengah2.
Diatas gerobak yang dituju oleh Cie Beng dan Cie Jin itu,
merupakan tempat berdirinya ketiga orang perwira itu
Dengan masing2 memimpia satu sektor dari aaris
pertahanan, mereka bertiga dapat memimpin pasukan itu
bertempur secara, teratur, dan dengan hasil yang baik.
Yang lebih dulu mengetahui kedatangan kedua pemuda she
Cie itu, tentu saja yang pemim pin sektor yang dibobolkan
pemuda Cie itu- Dia-pun tidak kalah terkejutnya dari
pasukannya sen diri ketika melihat kegagahan kedua pemuda
petani itu Cepat2 dia memberitahukan rekan2nya dan menghunus
goloknya masing2. Disaat itu Cie Beng dan Cie Jin sudah melompat kearah
gerobak tersebut dan sebelum kaki mereka menginjak atas
gerobak itu, keduanya telah melancarkan serangan.
Masing2 telah mengincer seorang perwira.
Kedaa perwira itu yarjg diserang hebat tidak tinggal
berpeluk tangan saja. Dengan cepat mereka telah melancarkan serangan dengan
golok masing2. Sebagai umumnya orang2 Boan, kedua perwira itupun
sangat mengandalkan tenaga gwa-kang (tenaga kasar), yang
dalam medan peperangan memang sudah dapat diandalkan
Tetapi mereka sesungguhnya memang memiliki tenaga
yang besar, hanya untuk menghadapi pertempuran yang
harus mempergunakan keulet an belaka- Namun jika
menghadapi jago2 silat yang memiliki tenaga lwekeh, berarti
mereka a-kan cepat sekali dirubuhkan.
Mereka melancarkan serangan disaat Cie Beng dan Cie Jin
masih berada diteogah udara, maka ketiga perwira itu yakin
mereka akan ber hasil melontarkan kedua pemuda itu
kebawah. Namun, alangkah terkejutnya mereka, keti ka senjata2
mereka saling bentur dengan senja ta kedua pemuda itu dan
seketika itu juga mere ka merasakan tangan mereka tergtar
dan linu. Sesaat kemudian mereka harus mengalami kekagetan lebih
hebat lagi Entah dengan gerakan macam apa, sepasang pedang
kedua pemuda yang baru tertangkis itu, tahu2 sudah
meluncur pula kearah tenggorokan nya perwira2 tersebut.
Mau atau tidak mereka terpaksa berkelit memiringkan
tubuh, sambil berusaha menangkis.
Dua perwira Boan itu berhasil membebaskan diri dari
bahaya, tetapi lagi2 pedang kedua saudara Cie sudah
melayang kearah mereka. Kini kedua perwira itu sudah mengetahui kekuatan lawan.
Tidak berani mereka memandang rendah lagi dan dengan
mengerahkan seluruh tenaganya, masing2 menangkis
serangan lawan. bunyi bentrokan senjata yang dahsyat sekali
terdengar seketika itu juga, disaat terjadinya benturan antara
senjata2 itu. Sekali ini kedua perwira tersebut bukan hanya merasakan
tangannya linu, juga kuda2 mereka ikut tergempur karenanya
dan terpentallah kedua perwira itu kebawah gerobak.
Tetapi dengan suatu gerakan yang indah mereka dapat
menguasai jatuhnya mereka ditahan, sehingga tidak sampai
terbanting dan jatuh dengan kedua kaki terlebih dulu.
Di pihak lain. Cie Beng dan Cie Jin juga terkejut sekali.
Tenaga kedua perwira itu ternyata tidak dapat diremehkan.
Sepengetahuan mereka, kecuali dalam pasukan pengawal raja
dan tentara keamananan kota raja, dalam pasukan2 lain dari
ang katan bersenjata bangsa Boan, biasanya tidak ter dapat
orang2 yang memiliki kepandaian silat tinggi.
Tetapi kedua perwira itu agaknya adalah pengecualiannya.
Didalam bentrokan senjata yang terakhir itu mereka memang
telah berahsil menggempur kedua perwira itu, sehingga jatuh
dari atas gerobak, terapi sebaliknya sendiri juga terhuyung
mundur dan harus melompat mundur dan harus melompat
turun agar tidak jatuh terperosok.
Setibanya diatas tanah, kedua saudara Cie segera
melompat pula kearah kedua musuh itu yang juga sudah
meoggerakkan golok masing2
Dengan ber sama2 berada ditanah. kedua belah pihak
jadi berhasil mengerahkan seluruh tenaganya, sehingga
benturan2 senjata yang se ring terjadi sekarang sudah
tentu jauh lebih hebat dari tadi.
Jurus demi jurus telah dilewatkan dengan cepat dan
semakin lama Cie Beng dan Cie Jin Semakin menjadi heran
dibuat Oleh kepandaian yang dimiliki kedua perwira ltu
Itulah tipu silat dari kaum Siauw Lim Sie yang dipergunakan
kedua perwira tersebut, Mengapa perwira2 Boan itu dapat bersilat dengan ilmu
Siauw Lim Sie" Siapakah yang telah menurunkan kepandaian
Siauw Lim Sie itu kepada mereka Bukankah dalam Siauw Lim
Pai terdapat aturan yang yang keras sekali, yang melarang
diajarkannya ilmu silat partai itu ke pada sembararg n orang"
Dan bukankah orang2 Siauw Lim bermusuhan keras
dengan pe nerintah Boanceog atau se -tidak2nya tidak sudi
membantunya" Memang, memang aneh bahwa kedua perwira Boan itu
dapat bersilat dengan ilmu silat Siauw Lim.
Tetapi disaat itu Cie Beng dan Cie Jin tidak memiliki waktu
untuk memikirkannya. Mereka menyadari bahwa untuk menghindarkan petani2 itu
dari kerusuhan lebih hebat, mereka harus cepat2 merubuhkan
perwira tersebut. Disaat itu" mereka sudah bertempur lebih dari sepuluh
jurus, dan perwira2 itu agaknya masih akan dapat
mempertahankan diri sampai dua atau tiga puluh Jurus lagi
2" Cie Beng jadi tidak sabar.
Dicabutnya pisau mustikanya dan dia menganjurkan
adiknya melakukan hal yang serupa agar secepatnya mereka
dapat menyudahi pertempuran itu.
Benar saja, didalam sekejap mata sudah terjadi perolahan.
Seketika terjadi benturan senjata sekali lagi serentak
pucatlah wajah kedua perwira itu.
Disaat bertempur dengan senjata utuh tadi mereka sudah
kewalahan dan terdesak bebat, tentu saja kini semangat
mereka jadi runtuh, setelah memperoleh kenyataan bahawa
golok mereka tinggal .sepotong akibat terbentur pisau pendek
kedua pemuda itu. Kalau dapat mereka sudah hendak rnembalikkan tubuh dan
lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri.
Tetapi Cie Beng dan Cie Jin tentu saja tidak mau
memberikan kesempatan waktu kepada mereka.
Terdorong oleh perasaan ingin mengetahui dari siapa
perwira2 itu telah memperoleh ilmu silat Sauw Lim Sie, maka
besar sekali hasrat mereka untuk menawan keduanya hidup2.
Dan mereka bermaksud akan rremaksa kedua perwira itu
untuk memberikan keterangan.
Dengan buntungnya senjata2 musuh, maka kedua pemuda
she Cie itu sudah tidak membutuhkan lagi2 pisau pendek
mereka, yang lalu di sarungkan kembali,
Serangan2 mereka kini dilanjutkan dengan sebelah tangan
memegang pedang untuk mencegah musuh melarikan diri,
sedangkan tangan yang satu lagi, yang tidak bersenjata itu.
terus mene rus mencari sasaran dijalan darah kedua musuh
itu. Dapat dibayangkan betapa sibuknya kedua perwira itu,
yang kini harus mengandalkan kelincahannya untuk
menyelamatkan jiwa dan di rl dari pedang dan jari tangan
lawannya yang tiada hentinya mengancam disekeliling dirinya.
Terpaksa mereka main kelit terus menerus krsana kemari,
tetapi senjata dan tangan lawan nya terus mengikutinya
kemana saja mereka me lompat.
Tidak berselang beberapa lama lagi, napas mereka sudah
memburu keras dan sekujur tubuh mereka sudah basah kuyup
oleh keringat. Kelincahan mereka juga surut dengan cepatnya dan
sebelum lewat lima jurus pula, rubuhlah mereka sudh, terkena
totokan di HongTie Hiat dibelakang kepala masing2.
Cie Beng segera melompat kembali kearah gerobak tadi
untuk menghadapi perwira ketiga! itu, yang kini tinggal
seorang diri memimpin perlawanan pasukannya.
Sebaliknya Cie Jin cepat2 kembali kegelangang
pertempuran, dengan kepandaiannya, dalam seke jap mata
dia sudah berhasil merubuhkan kurang lebih Sepuluh pasukan
tentara negeri. Tentara Ceng itu menjadi kacau balau. Dari kereta
komando sudah tidak terdengar perintah2 dan petunjuk2nya
lagi. Disamping itu, lewat lobang dalam garis2 pertahanan
mereka yang disebabkan terjangan! Cie Jin, para petani sudah
ber-bondong2 menyefrbu masuk, untuk kemudian
menggempur mereka! dari belakang. Garis pertahanan mereka
tidak dapat dipertahankan lagi.
Pasukan itu kini sudah tidak dapat bertempur bahu
membahu lagi dengan teratur dan lenyap lah sudah
keunggulan mereka. Para petani itu memang sudah membercl pemerintahan
Boanceng. Namun selama itu kebencian tersebut terpaksa
mereka timbun dihatl belaka.
Kini mereka memperoleh kesempatan uutuk memuaskan
hati mereka, dan mereka telah menumpahkan seluruh amarah
mereka diatas kepala tentara yang mengawal kereta
perbekalan rangsum itu. Terlebih lagi, diawal pertempuran tadi mereka sudah harus
kehilangan begitu banynk kawan.
Hal itu tentu saja memperbesar dendam mereka . Dengan
darah mendidih sekarang mereka menyerang tanpa mengenal
ampun. Setiap pasukan Boan yang sudah rubuh segera dihabiskan
jiwanya. Dengan nekad tentara Boan itu melakukan perlawanannya.
Tetapi mereka tidak dapat melakukan banyak. Dengan terjepit
diantara serangan2 dari muka dan dari belakang dengan cepat
berkuranglah jumlah mereka.


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terjangan2 rakyat yang sudah kalap itu benar2 sulit
dibendung lagi. Jika salah seorang diantara petani2 itu rubuh. maka segera
sudah datang pula dua atau orang penggantinya.
Disamping itu. pasukan tentara tersebut te lah melakukan
perjalanan sepanjang pagi, sehingga waktu itu mereka sudah
agak letih dan tidak dapat bertempur dengan semangat
penuh. Dipihak lain, waktu melihat kemenangan sudah berada
dalam jangkauan tangan, petani2 itu menjadi semakin
bersemangat saja. Sambil ber-teriak2 mencari hebat, mereka menghujani
musuh mereka itu dengan perkataan, yang terpecah menjadi
kelompok2 dan melancarkan serangan2 yang kian hebat.
Petani2 itu sudah mabok pertempuran, setiap melihat
seragam tentara Boan didepan mata serta merta mereka
dihujani bacokan atau pu-kulan2 hebat, tidak perduli apakah
pemakai seragam itu masih berdiri atau sudah terlentang
ditanah. Ratap mengibakan dari para pasukan itu sudah tidak bisa
bertempur lagi, yang minta dikasihani, malah mendatangkan
ejekan dari para petani yang melancarkan serangan dan
mengirimi mereka kedunia abadi.
Begitulah, mereka tanpa ampun lagi telah melancarkan
serangan2 yang mematikan kepada pasukan tentara negeri
tersebut. Sementara itu Cie Beng sudah berhadapan dengan perwira
yang ketiga itu. Melihat tanda pangkat yang dipakainya Cie lieng
mengetahui bahwa perwira iiu memiliki kedudukan lebih tinggi
dari kedua perwita yang lelah dirubuhkan.
Dan dengan berdasarkan pertimbangan atas kepandaian
kedua perwira yang telah dirubuhkan tadi. Cie Beng
memperhitungkan bahwa dia akan menjumpai lawan yang
lebih hebat kepandaiannya.
Sebagai atasan dari kedua perwira yang telah dirubuhkan
itu, teutunya perwira itu berkepandaian jauh lebih tinggi,
begitulah yang dipikirkan oleh Cie Beng.
Begitulah, karena dia mengharapkan akan dapat
memperoleh kemenangan yang cepat dia jadi melancarkan
serangan dengan hati2 dan bersungguh2.
Tidak mau Cie Beng berlaku ceroboh se-hingga
memperoleh kegagalan untuknya.
Tetapi sesaat kemudian dia jadi heran bukan main ketika
melihat cara musuh menggerakan goloknya untuk menangkis
Cie Beng jadi curiga. Siasat apa yang hendak dijalankan lawannya tersebut"
Sudah tentu dia tidak bersedia menjadi korban, maka
serangan yang kedua Cie Beng bersikap jauh lebih hati2.
Sekali ini dia bahkan jadi lebih heran pula
Sungguh aneh sikap lawan itu, yang hanya berdiri
mematung tanpa berusaha berkelit atau menangkis
serangannya yang begitu hebat. Lebih heran lagi, jusreru
serangan kedua ini jauh lebih dahsyat dari serangan yang
pertama. Cie Beng sendiri jadi kuatir.
Dari gurunya dia pernah mendengar bagaimana jago2 silat
yang berkepandaian tinggi sekali, seringkali membiarkan
musuh melancarkan serangar lebih dulu dan baru bertindak
untuk berkelit, menangkis ateu bahkan merampas sen jata
musuh itu, kalau sudah dekat sekali ditubuhnya.
Dengan cara begitu jago2 yang telah memiliki kepandaian
sempurna menghendaki agar, pihak musuhnya tidak sempat
menarik pulang serangannya lagi.
Dalam kekuatirannya, Cie Beng cepat2 membatalkan
maksudnya untuk menyerang. Ditariknya kembali pedangnya,
lalu sambil menghunus pedang pendeknya yang Sangat
diandalkan. Setelah itu dia baru melancarkan serangan lagi. Sekarang
Cie Beng tidak takut lagi akan siasat musuh
Tangannya yang kanan kini sudah memegang senjata
mustika itu dan sudah ber siap2 untuk menghalau setiap
serangan licik yang mendesak dari lawannya.
Sesaat kemudian, dia menjadi kecewa, tetapi juga lega.
Serangannya yang ketiga itu telah dilakukan dengan tipu Tai
San Ap Teng (Gu tiung Tai San rubuh diatas lentera). Hebat
seka li Tangan untuk membelah kepala itu, dan musuhnya
juga berusaha berkelit sambil melintangkan goloknya keatas
kepala. Tetapi musuh itu ternyata hanya paham ilmu silat pasaran
dan tenaganya juga lemah.
Golok yang dilintas kan untuk menangkis itu ternyata tidak
dapat menahan pedang Cie Beng yang se akan2 tidak
meneima rintangan meluncur terus kearah kepalanya.
Gerakannya menyamping juga Sangat lambt sehingga
perwira itu tidak sempat berkelit dari pedang pemuda itu,
walaupun kepalanya lolos dari serangan tersebut.
Rubuhlah perwira itu yang tadi diduga oleh Cie Bing
memiliki kepandaian tinggi, dengan kehilangan sebelah
tangannya. Kekecewaan Cie Beng disebabkan kenyataan bahwa dia
ternyata belum dapat membedakan an tara yang sungguh2
berisi dengan yang kosong.
Tetapi disamping itu dia jadi puas dan terhibur, karena
dengan merubuhkan ketiga perwira itu, yang berarti pula
terhindarnya ber puluh2 petari dari kematian.
Dengan demikian, dia telah tidak men-sia2kan pesan
gurunya agar rrereka berdua bersaudara selalu membantu
meringankan penderitaan rakyat yang tertindas oleh penjajah.
Sesaat kemudian dia bahkan bisa tertawa, rrentertawakan
dirinya sendiri yang tadi telah ketakutan tanpa alasan. Dia
menoleh kemedan pertempuran itu dan seketika itu lenyaplah
terta wanya, bahkan dia jadi menggigil.
Walaupun dia telah sering mengalam pertempuran2 hebat
dimana juga tidak sedikit darah mengalir, tetapi
pemandangan yang kini nyambut pandangan matanya, tidak
dapat tidakmembuatnya merasa seram
Itulah benar2 pembasmian besar2an tanpa mengenal
ampun lagi, suaru ledakan dari I keben cian yang telah dapat
tertimbun dldalam hati rakyat terhadap penindas2nya.
Dia sendiri juga sangat membenci pemerintah Boan dengan
semua pengikutnya Tetapi disaat itu dia merasa kuatir juga terhadap pasukan
yang kini sedang menghadapi pembalasan atas keganasan
mereka dimasa yang lampau.
Ingin sekali dia mencegah petani2 Itu melakukan
kekejaman lebih banyak lagi, tetapi iapun menginsafi, bahwa
disaat demikian tidak ada gunanya untuk berusaha
menyabarkan petani2 itu. Jika dia bertindak, malah besar
sekali kemungkinannya bahwa diduga berpihak kepada
penjajah, dan mengalami peristiwa yang tidak
menggembirakan Dengan kepandaiannya dia memang tidak perlu takut
dikeroyok petani2 itu, yang tidak memiliki kepandaian apa2,
tetapi juga dia memang tidak mau jika harus saling bentrok
dengan para petani itu Tiba2 disaat itu terdengar teriakan Cie Jin: Jangan!"
serunya "Jangan dibunuh, orang2 itu masih kubutuhkan
mengorek keterangan ! Cie Beng menoleh dengan terkejut dan dia jadi semakin
kaget ketika melibat kurang lebih sepuluh orang petani
dengan kalap tengah menghujani kedua perwira itu yang
dalam keadaan tertotok olehnya dan adiknya, dengan
bacokan2 dan pukulan2. Cepat2 dia hendak mencegahnya perbuatan petani- itu,
tetapi ternyata sudah terlambat, begitupun juga dengan Cie
Jin. Baru saja Cie Jien dan Cie Beng menggerakkan kaki,
petani2 itu sudah memotong kepala kedua perwira yang tidak
berdaya itu. Selesailah sudah pertempuran itu, dengan terbasminya
seluruh pasukan Boan yang berjumlah kurang lebih seratus
orang itu. Tetapi rom bongan petani itu sendiripun bukannya
keluar sebagai pemenang dengan mudah.
Sebagai terlihat oleh banyaknya kawan2 me reka yang
rebah ditanah tanpa dapat bangkit kembali. Lebih kurang
separuh dari petani2 itu telah tiiati atau menderita luka2
parah. Dengan selesainya pertempuran itu, segera, redalah
amarah mereka. Kini mereka berbalik jadi sedih melihat begitu
banyak kawan2 yang telah menjadi korban pertempuran
bahkan tidak sedikit yang mengucurkan air mata tanpa malu2.
Sekian lama mereka berdiri tertegun, terpaku ditempct
mereka masing2, terpengaruh oleh perasaan yang tengah
bergolak dihati mereka. Sesaat kemudian mereka telah disadarkan oleh suara Cie
Beng ; "Saudara2, janganlah membiarkan dirimu tersesat arus
kesedihan: Sebaiknya kita cepat2 mengurus jenasah kawan2
yang telah gugur dan berusaha menolong kawan2 yang
terluka." Pemuda itu sendiri, bersama dengan adiknya, sebenarnya
juga baru dapat menguasai perasaannya.
Tetapi sebagai orang2 yang sudah lebih sering menghadapi
peristiwa - hebat, mereka bisa lebih dulu memenangkan hati
yang tergoncang itu. Dengan kembalinya pikiran tenang itu mereka segera
mengerti bahwa petani2 itu kini menghadapi bahaya lain.
Pemerintah Boan tentu tidak akan berpeluk tangan, jika
sudah mendengar tentang peristiwa Itu. Mereka tentu akan
melakukan pembalasan yang jauh lebih kejam.
Kedua saudara kembar Cie dapat membayangi kan nasib
apa yang akan menimpa petani' dise kelilingnya itu kelak.
Karena itu, mereka memutuskan untuk berusaha
membantu menyelamatkan petani2 itu.
Setelah disadarkan kata2 sipemuda, petani2 itu cepat2
mengumpulkan kawan2 mereka yang terluka.
sebagian dari mereka segera pergi ketepi sungai,
menebang cabang2 pohon yangliu untuk di buat usungan
darurat. Yang lainnya menggali lobang ditanah untuk mengubur
mereka yang telah gugur. Setelah menantikao selesainya semua pekerjaan itu, Cie
Beng dan Cie Jin menghampiri berapa petani tertua dari
rombongan itu, yang agaknya bertindak sebagai pemimpin.
Mereka menanyakan mengapa petani2 itu m lakukan
penghadangan seper ti itu terhadap irin_ an kereta
pemerintah Boan, sebuah penghadan an yang berbahaya
sekali. Petani2 itu memandang mereka dengan heran beberapa
saat. Melihat cara berpakaian kedua pemuda itu yang bersih dan
rapih, walaupun pakaiannya menyerupai mereka, namun
berbeda sekali keadaannya. Karena mereka kotor dan banyak
yang telah pecah2 pakaiannya tidak karuan.
Semula mereka menduga bahwa Cie Beng dan Cie Jin
berasal dari petani desa tetangga yjng datang untuk
membantui mereka. Tetapi setelah mendengar pertanyaan Cie Beng dan Cie Jin,
maka tabulah mereka bahwa kedua pen-uda tersebut hanya
kebetulan tiba di tempat tersebut dan secara sukarela
membantui mereka. Tegasnya kedua pemuda itu bukan
berasal dari daerah sekitar tempat itu.
Walaupun sudah mengetahui bahwa kedua pemuda itu
bukan penduduk daerah mereka, sikap petani2 itu tidak
berobah, bahkan menjadi hormat sekali, mengingat budi dari
kedua pemu da itu, yang sebagai orang2 tidak dikenal tetapi
telah mau memberikan bantuan mereka walaupun mereka
berdua tidak memiliki kepentingan apa2 didalam peristiwa
tersebut. Mereka menginsafi bahwa tanpa pertolongan kedua
pemuda gagah ini, mereka tentu sudah mengalami
malapetaka yang tidak kecil dan maksud mereka pasti akan
gagal sama sekali. Saat itu, mereka ingat bahwa atas pertolongan yang tidak
ternilai harganya itu, mereka belum menghaturkan terima
kasihnya. Bagaikan sudah berjanji lebih dulu, mereka serentak
menjatuhkan diri, berlutut menghatur kan terima kasih,
sehingga Cie Beng dan Cie Jin jadi sibuk membangunkan
mereka. "Cuwie Sioksiok (paman2 semua), jangan berbuat begitu.
kami yang masih muda, tidak berani menerima penghormatan
demikian" kata keduanya berbareng.
Setelah itu salah seorang petani, yang bertindak sebagai
juru bicara, mecceritakan duduk nya persoalan.
"Sejak dulu kami petani2 memang tidak pernah hidup
makmur, walaupun demikian, kami masih dapat menuntut
hidup yang layak, tidak perlu kelaparan dan dapat berpakaian
utuh, walaupun segalanya serba sederhana. Tetapi sejak
kurang lebih dua puluh tahun yang lalu, hidup kami semakin
lama semakin sengsara dan menderita, dan empat tahun
terakhir ini keadaan kami sudah hampir tidak tertahankan
lagi*. "Semua itu tidak lain hanyalah karea pajak2 yang dipungut
atas hasil pertanian kami Setiap tahun terus dinaikkan. Tahun
yang baru lalu itu, kami harus menyerahkan hampir dela pan
sepersepuluh bagian dari hasil jerih payah kami, Jiewie Hohan
tentu dapat memahami a-kibatnya bagi kami. Perbekalan
bahan makan de mi Kian sedikit itu bagaimana bisa cukup
untuk kami hidup setahun, Tetapi itu masih belum puncaknya.'
"Mungkin karena mengalami nasib sebagai kami, diawal
bulan lalu. petani2 suku bangsa Biauw dipropinsi Kwiciu telah
bangkit dan ber hasil mengusir kaum penjajah itu dari
beberapa daerah. Contoh mereka itu segera memperoleh
sambutan dari para petani di Ouwlam barat-yang dalam waktu
beberapa hari saja sudah dapat menguasai berbagai kota dan
kabupaten Ke dua peristiwa itu telah membuat pemerintah
Boan kelabakan" "Dari berbagai propinsi segera dikirimkan lah bantuan
tentara untuk menindas pemberon-takan itu. Tetapi mereka


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadapi suatu kesulitan. Mendatangkan tentara itu tidak
sulit, tetapi memberi makan tidaklah mudah."
Gudang bahan makanan pemerintah dipropinsi yang
bergolak itu hampir seluruhnya sudah jatuh kedalam tangan
pemberontak Sehingga untuk memberi makan kepada tentara yang baru
didatangi itu, harus didatangkan bahan makanan dari daerah2
lain." "Hanya sulitnya sebagian besar dari persediaan yang
diperoleh dari hasil pemungutan pajak itu sudah dikirim ke
daerah2 perbatasan untuk mengisi perut tentara yang
bertugas disana. Mengenai kesulitan ini si tua bangka Kian
Liong maupun menteri2nya tidak mau memusingkan kepala,
Sun Bu-Sun Bu (gubernur) yang ada di Ciatkang, Anhui,
Ouwpak dan Sucwan telah diperintahkan selekasnya
mengirimkan bahan makanan kepada tentara yang sudah
berada didaerah pemberontak itu'
"Kukira Skobu Sunbu itu per-tama2 tentu bingungan
setengah mati. Apa yang dapat mereka kirimkan, sedangkan
gedung2 dipusat pengu pulan padi pajak itu sudah kosong?"
"Kemudian entah dari siluman siapa lagi Sunbu di Ouwpak
memperoleh nasehat untuk mengalihkan kesulitannya kebahu
rakyat jelata. Persediaan bekas kami, yang sudah jelas tidak cukup untuk
keperluan kami sendiri tiba2 kami serahkan pula sebagaian
besar. Dari berbagai kabupaten telah ramai2 dikirim utusan
untuk menjelaskan betapa tidak mungkin hal itu. Tetapi jawab
si Sunbu, yang biasanya menginjak yang bawah dan menjilat
yang diatas itu, ternyata hanyalah ancaman belaka, bahwa dia
akan me ngambil tindakan keras kalau kami belum menja
lankan perintahnya dalam waktu tiga hari".
"Tentu saja kami jadi bingung bukan main. Kalau kami
mentaati perintah Sunbu, kami tentu akno menderita
kelaparan. Sebaliknya, kalau tidak dituruti, Sunbu kejam itu
tentu akan mem buktikan ancamannya. Beberapa orang
diantara kami, yang berdarah panas, menganjurkan agar kami
segera mencontoh saja saudara2 di Kwiciu dan Ouwlam barat
itu". "Tetapi yang dapat berpikir panjang tidak setuju dengan
usul itu. Memang letak daerah ka mi tidaklah sama dengan
daerah saudara2 bangsa Biauw dan saudara2 di Ouwlam barat
itu. Dae rah mereka ialah daerah pegunungan yang lebihsuilit
dicapai, sedangkan kami berada dipusat perhubungan lalu
lintas seluruh negeri. Kalau ka mi angkat senjata, pemerintah
Boan dengan cepat akan mengirimkan tentaranya untuk
menumpas kami". "Sedangkan kami masih belum dapat memutuskan tindakan
apa yang akan kami ambil. tiba2 datanglah pegawai2 Sunbu
dengan dikawal oleh bebeiapa puluh pengawal tentara
propinsi, Sunbu itu rupanya kuatir kami akan berusaha
menyembunyiKan persediaan beras kami, maka sebelum lewat
batas waktu yang telah ditentukan sendiri, dia sudah buru2
mengirimkan orang untuk mengambil beras kami tanpa
menanti kami datang menyerahkan sendiri."
"Karena kedatangan mereka yang begitu mendadak, dan
juga kami sedang pemikiran akal untuk mengatasi kesulitan
itu, maka kami tidak dapat berbuat lain dari diam saja mereka!
mengangkut pergi beras kami, walaupan hati kami pedih
sekali ." "Yang lebih menyedihkan, bahwa kaki tangannya Sunbu itu
telah melampaui perintahi Sunbu, yang mereka ambil lebih
banyak dari yang ditetapkan semula, yang ditinggalkan untuk
kami makan hanya beberapa gantang saja."
Peristiwa itu telah terjadi seminggu yang lalu dan beras
yang mereka tinggalkan kini hanya tinggal cukup untuk kami
makan sampai lusa, karena kami disini umumnya memiliki
keluarga yang besar".
Kini kami semua sudah yakin, bahwa tidak ada jalan yang
lebih baik dari mengikuti contoh saudara2 di Kwiciu dan
Ouwlam itu apapun akibatnya kelak, Tidak melawan kami
akhirnya tetap akan mati juga, mati kelaparan dan dari mati
secara demikian, lebib baik kami mati dibawah senjata yang
lebih cepat dan kalau dibandingkan jadi lebih sedikit
penderitaan kami". "Kemarin ada beberapa saudara dari desa Ini yang pergi
kekota kabupaten, dibalik bukit2 disebelah utara itu. Mereka
kembali dengan mem bawa berita bahwa sepasukan tentara
Boan yang berkekuasaan kurang lebih seratus orang telah tiba
disana untuk mengambil bahan makanan yang baru terkumpul
itu dan pagi ini akan berangkat".
"Jalan satu2nya yang terdekat dan tercepat jika hendak
menuju propinsi Kwiciu ialah melalui desa kami ini, maka kami
telah memperhitungkan bahwa lebih kurang tengah hari
iring2an itu tentu akan lewat disini".
"Dalam keadaan sudah demikian terjepit, kami segera
bersepakat untuk menghadang dan merampas kembali beras
kami itu. "Hampir seluruh laki2 didesa ini menyedia kan dirinya untuk
maksud nekad itu, dengan ke simpulan babwa pemerintah
penjajah yang lalim telah memaksa kami mengangkat
senjata". "Hanya beberapa puluh orang yang sangat pengecut dan
tidak mau ikut serta".
"Demikianlah, kami sudah sejak beberapa jam yang lalu
menantikan kedatangan iring2anl itu ditepi sungai, diluar desa.
Tukang2 perahu di tempat penyeberangan itupun semuanya
orang2 desa ini dan mereka semua sudah menggabungi kan
diri dengan kami. Perahu2 mereka telah di sembunyikan
disuatu tempat yang sunyi, beberapa lie dari tempat ini".
"Maksud kami melakukan penghadangan itu diluar desa
ialah agar kelak kami dapat menyangkal bahwa kami telah
campur tangan dalam rampasan rangsum itu. Apa yang terjadi
selanjutnya, jiewie telah mengetahui sendiri".
Setelah mendengar keterangan panjang lebar itu, Qe Beng
dan Cie Jin hanya berdiam diri selama beberapa saat.
Kisah menyedihkan itu benar2 mempengaruhi pikiran dan
jiwa mereka. Mereka kini dapat memahami amarah petani2 itu yang
begitu me-luap2 tadi. Tidak dapat mereka mempersalahkan rakyat yang telah
ditindas habis2an itu jika sampai me reka melakukan
perbuatan begitu kejam ketika memperoleh kesempatan untuk
membalas dendam. Sebaliknya, mereka kini kuatir sekali akan nasib penduduk
desa itu. Walaupun petani tua itu telah menjelaskan bahwa
perampasan itu sengaja dilakukan diluar desa, agar kelak
mereka dapat menyangkal tuduhan ikut sertanya mere ka
dalam peristiwa tersebut, tetapi kedua saudara she Cie itu
yakin, bahwa desa itu tentu akan menderita akibatnya kelak.
Berdasarkan pengalaman2 dimasa lampau, ke dua pemuda
she Cie itu sudah mengetahui bahwa pemerintah Boan tidak
biasa menanti sampai diperolehnya bukti dulu untuk
menjatuhkan hukuman. Karena peristiwa itu terjadi didekat desa teraebut, maka
tentu desa itulah yang akan menanggung akibatnya.
Kekuatirannya itu segera mereka kemukakan kepada
pemimpin petani2 itu. "Jiewie tidak usah kualir" kata orang tua itu sambil tertawa.
"Kecuali jika ada yang memberitahukari pemerintah bahwa
peristiwa ini adalah pekerjaan kami, mereka tentu tidak akan
rrenuduh kami Rakyat jelata yarg biasa sangat penurut dan
tidak berani melawan perintah para pembesar bagaimana bisa
melakukan, tindakan sebebat ini " Diantara kami sendiri tentu
tidak akan ada yang mau membocorkan rahasia ini, jiewiepun
tentu demikian. Kalau di antara tentara pengawal rangsum itu
ada yang tertinggal hidup, mereka tentu akan memberi-kan
laporan kepada pemerintah. Tetapi, seorang, pun diantara
mereka tidak kami tinggalkan hidup, sehingga siapakah yang
akan dapat memberitahukannya kepada pemerintah ?"
"Tetapi pemerintah lalim itu tidak pernah menunggu
adanya bukti. Mereka selalu menghukum saja para penduduk
didaerah terjadinya setiap peristiwa." bantah Cie Beng.
"Akhhh, kukira terhadap kami mereka tidak akan berani
bertindak demikian, kami kaum petani, adalah golongan yang
memberi mereka makan. Kalau tidak ada kami. siapakah yang
dapat menghasilkan beras bagi mereka " Dikota kota. dimana
penduduknya sebagian besar bukan kaum tani, mereka
memang' bisa bertindak membuta tuli tanpa kuatir akan
terjadinya kemunduran hasil pertanian. Tetapi terhadip ka mi,
kukira mereka akan berpikir masak2 lebih dulu."
Kedua saudara itu kini mengerti bahwa apapun yang
mereka katakan, petani2 itu tetap tidak akan mau mengerti
dan yakin akan kebenaran keterangan mereka itu, berarti
hanya sia2 belaka Dan Cie Beng maupun Bie Jin memang
tidak bisa memberikan keyakinan akan ancaman bahaya untuk
petani2 itu. Karena itu, mereka hanya menganjurkan agar mereka
membentuk suatu badan pertahanan yang teratur, untuk ber
Siap2 terhadap segada kemungkinan dan kalau mungkin
mengajak desa2 tetangga untuk bekerja sama.
Sementara itu. pekerjaan penguburan mayat yang
berserakan itu telah selesai.
Disaat setiap kuburan kawan mereka ditancapkan tanda2
yaag menyolok, Sekedar untuk dapat dikenali kelak, diwaktu
korban itu akan di buatkan kuburan yang layak setelah
pemerintah melupakan peristiwa itu
Kini untuk sementara waktu, masing2 sebaiknya jangan
ada sesuatu yang dapat memberikan petunjuk mengenai
ransum itu. Para pasukan Boan telah pula selesai dikuburkan dalam
sebuah liang besar untuk semuanya menjadi satu.
Petani2 yang bertindak sebagai pemimpin itu lalu
mengundang Cie Beng dsn Cie Jin untuk beristirahat dan
sekedar mengisi perut di rumahnya.
Demikianlah mereka ramai- kembali kedesa dengan
membawa beras rampasan itu, yang secepatnya tiba didesa
lalu di bagi2kan keseluruh rakyat.
Keluarga2 mereka yang telah gugur diberi kan lebih banyak
dari yang lain disertai janji bahwa selanjutnya kebutuhan
mereka akan di-pikul bersama oleh seluruh desa.
Kedua saudara Cie sangat terharu melihat cara2 orang
desa itu bergotong royong.
Didalam kehidupan yang demikian sulit, mereka masih bisa
hidup akur dan ada kekompakan satu dengan yang lainnya.
Dan didalam pikiran mereka sederhana agaknya seperti
tidak ada perasaan iri mengiri. Sungguh kagum Cie Beng dan
Cie Jin melihat bagaimana mereka semua rela memberikan
bantuan kepada keluarga kawan2 mereka yang telah gugur
itu. Kalau saja semangat persaudaraan dan kegotong royongan
itu dapat dipupuk terus dan diperluas, tentu tidaklah sukar
untuk mengalahkan penjajah, hanya harus dibuat sayang
bahwa unsur2 yang merupakan sumber kekuatan tiada
batasnya itu saigat diperluas, sehingga meliputi seluruh
negeri. Makanan yang disuguhkan kepada Cie Ben dan Cie Jin itu
oleh para penduduk desa hanya lah makanan sederhana,
tetapi kedua saudara she Cie itu sangat menghargai, karena
disuguhkan dengan hati rela.
Dalam perjamuan itu sipemimpin rombongan petani sekali
lagi menghaturkan terima kasihnya sambil memuji kedua
pemuda she Cie itu se tinggi2nya.
Kedua pemuda s'ie Cie itu dipersamakan dengan seorang
pendekar lain yang berusia sangat muda dan telah banyak
memberikan penaungan kepada rakyat jelata dikabupaten
mereka. Dari nada suaranya, ketika menyebut pendekar muda itu,
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa para petani itu menghargai
benar pendekar Itu. dihargai tinggi2 dan menghormati.
Cie Biog dan Cie Jin jadi sangat tertarik sekali dan
menanyakan siapakah pendekar itu dan dimana tinggalnya.
"Sungguh menyesal sekali, jiewie, tidak seorangpun
diantara kami yang mengetahui nama pendekar itu,
sedangkan tempat tinggalnya juga entah dimana. Beliau itu
tidak mau memberitahukannya. Tetapi kami, seluruh
penduduk kabupaten ini mengenalnya sebagai "Hek Sin Ho"
(Si Rase Hitam yang sakti), sesuai dengan kecerdasannya
yang luar biasa dan kepandaiannya yang bagaikan malaikat.
Dia baru muncul tahun yang lalu. Entah siapa yang pertama
sekali memberikannya julukan itu, tetapi dengan cepat
namanya sudah menjadi sangat terkenal, bukan hanya dalam
kabupaten ini saja, karena perbuatan2 nya itu sangat mulia
sekali......", memuji petani itu.
Hati kedua saudara Cie jadi semakin tertarik setelah
mendengar keterangan itu.
Inilah bukan untuk pertama kali mereka mendengar
tentang "Hek Sin Ho",
Beberapa hari sebelumnya, ditempait lain, mereka telah
mendengar orang me-nyebut2 julukan itu.
Waktu itu Cie Berig dan Cie Jin baru saja tiba disebuah kota
kecil didekat perbatasan An-hui dan Ouw Pek, karena sudah
berjalan hampir setengah hari, dan perut sudah agak lapar,
mereka telah berhenti disebuah rumah makan.
DALAM rumah makan tersebut yang kebetulan sedang
ramainya dikunjungi orang, mereka pertama kali mendengar
tentang si Rase Hitam yang sakti.
Tetapi apa yang mereka dengar itu ternyata lain sekali
dengan pendapat para petani di tempat tersebut, karena
mereka mendengar justru diwaktu itu si Rase Hitam yang sakti
telah melakukan perbuatan terkutuk.
Hari itu dikota tersebut tengah gempar karena malamnya
telah terjadi pembunuhan atas ketua Cie Liong Pang
(Perhimpunan Naga Ungu) yang berpengaruh didaerah
perbatasan itu. Menurut keterangan yang kemudian diperoleh oleh kedua
saudara Cie itu, ketua Cie Liong Pang itu bernama Ong Kee
Cie, bergelar Hui liong Kiam (si Pedang Terbang), adalah
seorang wanggwe (hartawan) yang budiman.
Tangan Ong Kee Cie terbuka dan setiap Kangouw yang
sulit keuangan dalam daerah pengaruhnya tidak pernah tidak


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diberikan pertolongan olehnya.
Tetapi apa sebabnya malam itu, tiba2 si Rase Hitam telah
mendatangi rumah Hui Liong Kiam.
Ong Wanggwe itu tinggal disebuah gedung besar beisama
murid2nya, dan murid2nya itu di kagetkan oleh bunyi
gemerincing senjata yang saling bentur ditengah hari.
Dan murid2 Ong Wanggwe telah pergi kekamar buku untuk
melihat apa yang telah terjadi
Ketika murid2 Cie Liong Pang tiba. mereka melihat sesosok
tubuh hitam yang melompati keluar, dan mereka cepat
menghadangnya. Tetapi dari saat yang sama jendela kamar tidur guru
mereka yang terletak disebelah kamar buku, tiba2 terbuka
dengan bersuara keras sekali.
Menyusul itu Hui Liong Kiam Ong Keel Cie sendiri melayang
keluar dengan pedang terhunus.
"Sahabat dari manakah itu yang malam2 berkunjung
kemari ?" tegurnya dengan suara yang nyaring.
Suara itu menusuk telinga dan getarannya!
menggoncangkan hati orang yang mendengarnya
"Aha!" menyahuti tamu tidak diundang itu, "Kebetulan
sekali kau sudah keluar sendiri tua bangkai Aku tidak perlu
mencarimu dan dapat menghemat waktu. Dosamu telah
melewati takaran, sehingga malam ini kau ditakdirkan datang
sendiri menghadap kepadaku untuk menerima hukuman.
Namaku tidak perlu kau ketahui sekarang, kalau kau sudah
bertolak keneraka tentu kau mengetahuinya sendiri Lihat
golokku" Golok orang itu berkelebat cepat, ditangkis oleh Ong Kee
Cie. Benturan yang terjadi dikedua senjata itu kuat kekali,
karena memercikkan api' Sungguh dahsyat bentrokan itu, golok orang tidak dikenal
itu tampak menyambar lagi dan hampir mengena dahi Ong
Kee Cie. Dengan gerakan yang indah lawan tidak dikenal itu dapat
melancarkan seraigan yang beruntun, dan kini mereka terlibat
dalam pertempuran yang seru. Murid2 Ong Kee Cie jadi hanya
memandang belaka dengan mata terpentang lebar2.
Dan selama itu pedang terbang Ong Kee Cie terdesak
sekali. Untuk menyambut serangan ketiga orang itu ia berlaku
lebih hati2 dan sikap Ong Kee Cie yang demikian membuat
murid2nya mengetahui bahwa lawan Ong Kee Cie memiliki
kepandaian yang tinggi sekali.
Suatu peristiwa yang sulit dipercaya telah terjadi. Dengan
gerakan It Ho Ciong Thian (Bu rung Ho terbang kelangit),
musuh itu melompat, keudara, menyusul goloknya
menyambar tubuh lawannya. Kelincahannya itu bukan hanya
menge jutkan Ong Kee Cie. tetapi murid2 orang she Ong itu
juga jadi takjub. Sesunggauhnya Ong Kee Cie tidak takut oleh kepandaian
lawan, karena dengan mengandalkan tenaga dan
pengalamannya. Namun yang membuat Ong Kee Cie jadi heran, setelah
beberapa jurus, ilmu golok lawan nya benar2
membingungkannya. Dengan pengalamannya yang luas sulit sekali dia
mengetahui dari perguruan mana lawannya ini. Dan walaupun
dia mempergunakan se luruh tenaga, sulit baginya untuk
merubuhkan lawannya. Sejurus demi sejurus keadaan Ong Kee Cie jadi semakin
buruk dan terdesak. Saat itu ketika guru mereka sudah hampir tidak bisa
bernapas oleh desakan senjata lawan.
murid2 Ong Kee Cie baru menyadari bahwa tadi mereka
datang ketempat itu dengan membekal senjata, bukan unluk
sekedar menyaksikan jalan nya pertempuran itu.
"Mundur ! Apakah kalian mencari mati " teriak Ong Kee Cie
kearah muridnya, karena walaupun bagaimana kepandaian
lawan terlalu hebat, mungkin muridnya itu satu persatu akan
binasa jika maju, sebab dia sendiri yang berkepandaian tinggi
tidak sanggup berbuat sesuatu opapun terhadap lawannya,
bahkan telah terdesak begitu hebat.
Sambil tertawa, musuh itu ielah menerjang kearah
penyerang2 barunya. Segera terdengar jerit2 kesakitan dan
rubuhnya beberapa tubuh yang saling tindih. '
Hujan senjata segera menyambar kearah Ong Kee Cie
karena senjata murid2 Ong Kee Cie telah dirampas oleh
musuh dan dilontarkan kearahnya.
Ong Kee Cie benar2 ulet sekali. Walaupun sudah terluka
oleh sanberan salah satu senjata yang melanggar bahunya,
disusul oleh hantaman tangan lawanoya, namun dia dapat
bangkit dan melancarkan serangan lagi.
Tetapi dia belum berhasil befdifi tegak, lawannya telah
menghajar dan menekan jalan darah To Tui hiat
ditengkuknya, seperti juga menghisap seluruh tenaganya.
"Bangsat tua she Ong, kau tidak mengenal aku, tetapi
sebaliknya aku tidak dapat melupakanmu." kata orang tidak
dikenal itu. "Masih ingatkah kau akan peristiwa ditempat
penyebrangan Kie Hong Ouwlam, empat tahun yang lalu "
Bagi umum kau terhormat, seorang dermawan dan seorang
tokoh Bulim yang disegani Tetapi aku mengetahui lebih
banyak dari itu Kau tentu tidak menduga rahasiamu akan
diketahui olehku, kau manusia serigala- Kau dani
murid2mu tentu pernah merdengar Hek Sin Ho itulah julukan
yang diberikan sahabat2 kepadaku. Dan kedatanganku untuk
meminta pertanggungan jawabmu terhadap perbuatanmu
yang, lalu itu, yang sempat kusaksikan sendiri."
Sekilas sinar golok telah berkelebat disusul dengan
melayangnya sesosok bayangan hitam ke atas dinding
pekarangan. Ditempat yang baru ditinggalkan Hek Si Ho hanya
tertinggal sesosok tubuh orang yang terlentang diam.
Gemparlah murid2 Ong Kee Cie. Tetapi murid2 Ong Kee Cie
tidak berdaya untuk melaku kan sesuatu terhadap lawannya
tersebut, yang pergi dengan gesit sekali.
Keesokan peristiwa yang menggemparkan Itu telah
melanda kota tersebut, dan murid kepala Ong Kee Cie telah
mengirim saudara2 seperguruannya keselutuh pelosok kota
untuk, memanggil semua murid Cie Liong Pang. mengadakan
rapat kilat atas kematian guru mereka.
Tetapi perundingan itu tidak menghasilkan apa2. karena
mereka 'menyadari musuh terlalu hebat.
Siapa Sesungguhnya Hek Sin Ho" Mengapa dia
bermusuhan dan membinasakan Ong Kee Cie Peristiwa
apakah di Kie Hong yang di-sebut2 oleh Hek Sin Ho" Tidak
seorangpun diantara mereka yang berhasil menjelaskannya.
Itulah cerita yang dldengar oleh Cie Beng dan Cie Jin.
Cie Beng dan Cie Jio juga jadi tertarik dan heran karena si
Rase Hitam seperti segan menyebutkan she dan namanya
yang sesungguhnya, hati mereka benar2 jadi tertarik untuk
menyelidiki hal ikhwal tokoh baru dalam kalangan Kangouw
ini, yang kelakuannya penuh rahasia Tetapi karena mereka
masih memikul beban dan tugas berat mencari adik
seperguruan mere ka yaitu Ouw Ho. maksud untuk menyelidiki
si Rase Hitam ditangguhkan dulu. Sudah enam tahun mereka
mencari Ouw Ho, tetapi hasilnya tetap nihil.
Selesai makan Cie Beng dan Cie Jin telah berpamitan
kepada petani2 itu. Tidak lama kemudian mereka telah tiba dikota kecil, untuk
mengisi perut, dan kemudian tidur dengan nyenyak, karena
bermaksud besok menanyakan perihal Ouw Ho atau
setidaknya Hong It Hoa kepada anggota2 cabang Ang Hwa
Hwe dikota tersebut. Perbuatan seperti itu memang telah
ratusan kali dilakukan mereka diratusan kota dan kampung,
tetapi hasilnya tetap nihil.....
Disamping itu, besok siang merekapun ingin menanyakan
perihal Hek Sin Ho jago yang baru muncul dalam rimba
persilatan, tentu anggota Ang Hwa Hwe ditempat tersebut
telah men dengar sepak terjangnya Hek Sin Ho....... .
---oodwoo-- DESA Pek Houw Cun merupakan desa kecil Letaknya dibalik
bukit2 kurang lebih empat puluh lie dari kota kecil itu, dimana
Cie Beng dan Cie Jin sedang tidur.
Desa itu benar2 desa tidak berarti, karena disamping tidak
penting juga penduduknya hanya sekitar lima ratus jiwa.
Sejak matahari terbenam dikaki langit barat, ber-turut2
telah datang kelompok2 orang asing yang terdiri lima atau
sepuluh orang. Itu lah suatu kejadian yang agak luar biasa.
Mereka yang tiba disambut oleh seseorang yang
bersembunyi di-semak2 dipinggir jalan dengan kata2 : "Berkah
Tuhan !" "Dunia Aman !" sabut tiap kelompok. Jelas itulah kata2
sandi. Mereka adalah anggota2 Pek Lian Kauw dan kata2 sandi
tadi memang merupakan semboyan perhimpunan rahasia
tersebut. Desa terpencil dan sunyi itu telah cukup lama menjadi
markas cabang Pek Lian Kauw.
Malam itu akan diadakan rapat penting. Pimpinan di Anhui
telah mengirim beberapa orang untuk memberikan
keterangan mengenai rencana persiapan untuk melancarkan
pemberontakan besar2an. Rapat itu diadakan disebuah rumah yang sangat besar
didesa tersebut. Rumah itu milik seorang anggota pimpinan setempat, yaitu
Tong Keng Hok. Orang she Tong tersebut memiliki kepandaian silat yang
tinggi. Dengan memiliki kekayaan dan juga menjalankan
beberapa pekerjaan untuk perkumpulannya, cepat sekali dia
memperolah kedudukan penting
Kurang lebib satu jam sejak tibanya rombongan pertama,
telah tiba semua anggota yang diundang. Ruang besar
dirumah itu telah penuh. Kurang lebih tiga ratus orang.
Seorang wakil pusat segera naik kemimbar.Dengan panjang
lebar dia membentangkan maksud tujuan pergerakan
mereka. Dikatakan nya, setiap anggota harus berusaha
memperoleh kepercayaan rakyat.
---oo0dw0oo-- Jilid 7 SELANJUTNYA dikatakan bahwa Pek Lian Kauw telah
melakukan tugas suci yang telah diperintahkan Thian (Tuhan)
mengusir penjajah boan dan mendirikan kembali kerajaan
bangsa sendiri. Tetapi kalau mereka bekerja tanpa rencana akan sia2 saja
usaha mereka. Demi untuk terlaksananya maksud mereka,
maka mereka harus sudah memiliki gambaran yang jelas
mengenai kerajaan yang akan mereka bentuk kepada siapa
mereka memberikan kesetiaan.
Pimpinan pusat di Anhui telah membuat beberapa
keputusan penting. Mereka menetapkan untuk mendirikan
kembali kerajaan Taibeng tiauw. Dan pimpinan pusat telah
berhasil menemukan seseorang yang masih memiliki
sangkutan darah dengan keluarga raja Tai-Beng-lauw
Ditetapkan orang itu akan menduduki tahta.
Orang itu bernama Ong Kwat Seng dan kini sudah berada
dimarkas pusat dikeresidenan Hong Yang Hu, dipropinsi Anhui.
Tepuk tangan riuh mengiringi wakil dari pusat itu. turunlah
dia dari mimbar. Tiba2 dari sudut ruangan terdengar seseorang minta diberi
kesempatan mengutarakan pendapatnya.
Seorang pemuda tinggi kurus tampak bangkit dari tempat
duduknya. Orang itu tampak masih muda sekali mungkin belum dua
puluh tahun, Kulitnya hitam kelam, wajahnya buruk dan tidak
sesuai dengan pakaiannya sebagai siucai, pelajar.
Orani2 yang belum mengenalnya hanya heran melihat
usianya masih begitu muda.
"Tuan2 dan saudara8 sekalian, uraian tua wakil dari pusat
sebagian memang tidak dapat di sangkal kebenarannya, tetapi
sebagian pula kurang tepat" katanya "Yang tidak salah,
memang kita berjuang untuk rakyat, untuk membebaskan
tanah air dari penjajah dan membela rakyat yang tertindas,
Setiap orang yang berjiwa patriot sejati tentu setuju.
Keputusan yang diambil pusat untuk mendirikan kerajaan
Beng justru yang tidak tepat. Mengapa kita harus membangun
kembali kerajaan Beng" Apakah kita tidak dapat mendirikan
dan membangun kerajaan lain" Bukti yang ada, sampai tanah
air kita ditelan penjajah karena salah urus dari raja2 Beng,
setelah dari Cu Goan Ciang dan Eng Lok Kun."
Seketika gemparlah orang2 yang berkumpul di ruang
tersebut. Beberapa orang wakil pusat tidak puas, mereka
tersinggung oleh bantahan pemuda itu. Segera salah seorang
berbisik kepada Hian Seng Cu. menanyakan siapa pemuda itu,
dan apa kedudukannya dalam lingkungan Pek lian Kau
setempat. Hian Seng Cu sendiri tidak mengenal siapa pemuda itu. Dan
mereka tambah heran karena tidak seorangpun diantara
anggota Pek Lian Kauw mengenal pemuda itu.
Hian Seng Cu seeera bangkit.
"Siangkong, sebelum kau bicara lebih jauh, aku ingin sekali
mengetahui siapakah kau dan apa kedudukanmu dalam
lingkungan kita" Mengapa kita belum pernah berjumpa?".
"Kedatanganku hanyalah disebabkan aku seorang Han, dan
berkepentingan dalam urusan besar seperti ini. Aku bisa
disebut Hek Sin Ho."
Sudah tentu jawaban pemuda itu menggemparkan orang2
disitu. Peraturan dalam perkumpulan rahasia seperti Pek Lian
Kauw itu biasanya sangat keras dan setiap orang yang bukan
anggota yang berani menyelundup masuk, tentu akan
ditangkap dan dihukum sebagai mata2.
Tetapi menghadapi si Rase Terbang yang Sakti mereka jadi
ragu2. Oieh karena pemuda itu, Hck Sin Ho telah dipuja oleh
seluruh rakyat Ouwpak sebagai malaikat dan sangat dikagumi.
Hian Seng Cu tersadar disaat keadaan jadi kacau berisik,
dia mengetuk2 meja dengan keras untuk menenangkan
keadaan.

Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siangkong, menurut pengakuanmu kau bukan anggota
Hek Lian Kauw. Kami memiliki larangan jika bukan anggota
tidak dapat hadir dalam rapat kami dengan diam2," kata Hian
seng Cu. "Tetapi perjuangan yang tuan2 tengah lakukan untuk
kepentingan membebaskan tanah air dari penindasan
penjajah. Kukira itu sudah menjadi tugas seluruh rakyat. Dan
sebagai rakyat Han, tentu akupun memiliki hak untuk ikut
memikirkan dan menyumbangkan teraga. Perjuangan yang
kalian lakukan adalah untuk kepentingan rakyat, tetapi
sudahkah tuan2 mengambil keputusan dengan memintai
pendapat rakyat dulu" Dan tuan2 bisakah menganggap aku
sebagai wakil dari rakyat jelata...."
Kata2 Hek Sin Ho dipotong wakil dari pusat yang kuatir
bahwa Hek Sin Ho bisa merobah pendapat para anggota Pek
Lian Kauw yang hadir "Saudara2, jangan mendengarkan
perkataannya, orang ini tentu mata2 pemerintah yang sengaja
datang untuk mengacau rapat yang kita adakan. Tangkap dia
dan hukumlah sebagaimana mestinya".
Wakil pusat belum pernah mendengar perihal Hek Sin Ho
tetapi anggotd Pek Lian Kauw setempat telah mendengarnya.
Mereka takut dan jeri untuk nama besar Hek Sin Ho, sehingga
mereka diam saja. Wakil pusat itu mengisyaratkan kepada rekan2nya yang
bersama2 datang dari pusat, melompat menghampiri Hek Sin
Ho. Hek Sin Ho ketawa "Memang sudah kuduga bahwa disini
tentu terdapat pengkhianat, seorang mata2 pemerintah Boan
yang telah berhasil merampas kedalam perkumpulan ini.
Tetapi sungguh tidak kusangka bahwa yang kujumpai adalah
Song Siewie Taijin, yang juga telah berhasil mencapai
kedudukan begitu penting dipusat Pek Lian Kauw." katanya
sambil menunjuk kesalah seorang dari keempat wakil pusat
itu. Orang itu bertubuh kurus kecil, mukanya licik sekali dan
matanya yang tajam menunjukkan dia hebat sekali
kepandaiannya. Ucapan terakhir Hek Sin Ho tentu saja mengejutkan dan
menggemparkan semua anggota Pek Lian Kauw. Mereka
sudah lama mendengar cerita dari rakyat perihal tindakan2
Hek Sin Ho yang membela kebenaran dan keadilan, maka
mereka percaya kata2 pemuda itu bukan sekedar tuduhan
belaka. Tidak demikian dengan keempat wakil dari pusat itu.
Tuduhan itu telah membuat keempat! wakil pusat jadi murka.
Mereka telah serentak bergerak untuk mengeroyok
sipemuda tanpa memperdulikan nama besar dan kehormatan
mereka lagi. Hek Sin Ho benar-bukan pemuda sembarangan. Mudah
sekali dia mengelakkan serangan itu dan berhasil
membebaskan diri. Dalam sekejap mata dia telah berdiri dibelakang orang
yang dituduhnya tadi dan tangannya meluncur kearah Hong
Tie Hiat dibelakang telinga orang itu.
Orang she Song itu memiliki kepandaian hebat, bagaikan
memiliki mata dibelakang. serangan pemuda itu telah berhasil
dihindarkan. Dalam sekali gebrakan seperti itu Hek Sin Ho mengetahui
diantara keempat wakil, justru orang she Song itu yang
terhebat kepandaiannya. Hek Sin Ho mengerti bahwa dalam pertempuran itu dia
tidak boleh membuang2 waktu.
Dan karena itu Hek Sin Ho telah melancarkan serangan2 ke
bagian2 yang berbahaya dari lawan2nya.
Salah seorang wakil dari pusat telah melancarkan serangan,
namun kesempatan itu dipergunakan Hek Sin Ho untuk
menotok ulu hati orang itu, yang segera rubuh terjungkal.
Rekan2 orang yang rubuh itu tentu saja murka. Mereka
melancarkan serangan yang sangat berbahaya dan tanpa
segan2 lagi. Tetapi amarah dan wakil2 pusat Pek Lian Kauw justru
merugikan mereka sendiri. Mereka jadi kurang waspada dan
menyerang bertubi2 tanpa memikirkan pembelaan diri.
Bagaikan kilat tubuh Hek Sin Ho berkelebat diantara ketiga
lawannya. Mata dari kedua lawannya yang kurang gesit segera
berkunang2. Segera terdengar dua teriakan lemah, disusul
rubuhnya kedua lawan itu. Kini Hek Sin Ho hanya menghadapi
orang she Song itu, yang menjadi cemas melihat ketangkasan
pemuda bermuka hitam itu.
Dalam beberapa jurus saja orang she song itu sudah panik
menghadapi serangan Hek Sin Ho.
Hian Seng Cu menyadari tidak bisa mendiamkan saja sepak
terjang Hek Sin Ho, yang bisa menimbulkan perpecahan dalam
tubuh pergerakkan Pek Lian Kauw.
Dia mengisyaratkan kepada Tong Keng Hok dan
kawan2nya yang lain, untuk maju.
Tetapi agaknya Hek Sin Ho sudah lebih dulu menduga apa
yang akan terjadi. Dia segera berseru : "Saudara2 jangan
merugikan diri sendiri, aku bermaksud baik terhadap kalian,
orang she Song ini pengkhianat, pengikut Kian Tong yang
datang kemari dengan belasan siewie dari istana raja, yang
telah berada diluar desa atau kini telah mengurung gedung ini.
Maka dari itu, persiapkan diri kalian untuk menghadapi
mereka. Setelah kurubuhkan orang she Song ini, akan
kubantu kalian untuk menghadapi mereka.
Hian Seng Cu dan kawan2aya tentu tidak akan percaya
perkataan Hek Sin Ho, kalau saja disaat itu mereka sudah
mendengar suara ribut dan beradunya senjata diluar gedung.
Untuk sejenak lamanya Hian Seng Cu dan kawan2nya jadi
tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan.
Kemudian mereka disadarkan oleh teriakan kawan2 mereka
yang tengah berjaga diluar, rupanya penjaga diluar sudah
tidak sanggup menghadapi terjangan lawan dan berteriak
minta pertolongan. Kini mereka percaya penuh kata2 Hek Sin Ho.
Seluruh orang termasuk Hian Seng Cu telah keluar. Dan
disaat itulah Hek Sin Ho memusatkan seluruh tenaganya,
untuk merubuhkan lawannya secepat mungkin. tetapi orang
she Song itu licin seperti belut, tidak mudah cepat2
dirubuhkan, karena berhasil berkelit kesana-kemari.
Namun Hek Sin Ho telah melancarkan serangan dengan
hebat untuk mencegah orang she Song itu keluar
menggabungkan diri dengan siewie2 diluar.
Sementara itu diluar sudah berkali2 terdengar teriakan
kesakitan dan rubuhnya beberapa orang.
Umumnya anggota Pek Lian Kauw memiliki kepandaian
yang sedang2 saja, maka Hek Sin Ho menyimpulkan yang
rubuh itu tentu anggota Pek Lian Kauw. Dia jadi gelisah
sendiri. Orang she Song itu menyadari kegelisahan lawannya, dia
jadi girarg dan telah melancarkan serangan yang bertubi2,
sehingga Hek Sin Ho tambah gelisah.
Tetapi dalam girangnya, dia jadi lupa daratan.
Pemusatan tenaganya juga tidak sepenuh lagi dan
serangannya membabi buta.
Pertempuran telah berjalan sepuluh jurus lagi, suatu saat
orang she Song telah menyerang tepat bahu Hek Sin Ho,
sehingga terhuyung mundur beberapa langkah.
Kegembiraan orang she Song itu memuncak. Inilah
kesempatan terbaik baginya, tidak boleh disia2kan.
Dengan bernafsu dia telah menubruk, Tangannya diulurkan
untuk menerkam jalan darah Kie Kut Hiat dibahu musuhnya.
Dengan demikian dia akan dapat membuat musuh itu tidak
berdaya dan akan menangkap hidup2.
Tetapi disaat itulah Hek Sin Ho merebahkan tubuhnya
dilantai dengan kedua tangannya menekan lantai. Kakinya
saling susul menerjang kearah dada, perut dan pinggang
musuhnya yang tengah menubruknya. Itulah tipu terhebat
dari Kim Coa Hoan Sin (Ular emas Membalikkan tubuh) salah
satu ilmu yarg hebat dari Lian Hoan Tui.
Jitu sekali dada dan perut orang she Song terkena
tendangan luar biasa itu.
Disertai teriakan kesakitan, terlemparlah dia sampai
beberapa tombak. Dan tidak dapat bangkit lagi.
Hek Sin Ho telah melompat bangkit dan menuju keluar.
Memang cukup besar kerugian dipihak Pek Lian Kauw.
Hampir lima puluh orang anggota perkumpulan itu
menggeletak ditanah terluka parah. Siewie2 yang tengah
bertempur itu adalah pahlawan kelas satu diistana raja. Hanya
Hian Seng Cu dan Tong Keng Hok yang masih bisa
mengimbangi. Dengan mengandalkan jumlah yang banyak mereka
memang dapat mempersibuk siewie2 itu, tetapi Urtuk
merubuhkan pengawal istana itu di butuhkan kepandaian.
Siewie itu berjumlah lima belas orang, dan dengan
datangnya Hek Sin Ho dia bisa mengikat empat orang siewie,
sehingga tinggal sebelas orang yang dihadapi orang Pek Lian
Kauw. Dengan kepandaian Kong Ciu Jip Pek Io (Tangan kanan
kosong menerobos ratusan golok) dia telah membuat siewie2
itu sibuk bukan main. Siewie2 itu terkejut sekali melihat datangnya lawan
tangguh dan hebat ini. Dengan cepat pula Hek Sin Ho berhasil merubuhkan
seorang siewie dengan kibasan tangan bajunya yang
menghantam telak sekali mata siewie itu.
Sambil mengeluarkan suara anjuran kepada beberapa
kawannya siewie2 yang lainnya telah menerjang maju.
Hek Sin Ho mudah sekali melayani siewie2 itu, yang
umumnya bersenjata golok.
Dan secara beruotun dia telah berhasil merubuhkan
beberapa orang siewie lagi.
Sementara itu disekeliling Hek Sin Ho masih berlangsung
terus pertempuran kacau antara dua ratus orang lebih
anggota Pek Lian Kauw melawan sepuluh orang siewie.
Korban yang jatuh telah semakin banyak.
Pertempuran tersebut tampaknya akan berlarut2 tanpa
adanya penyelesaiannya Tetapi tiba2 sekali dari arah bukit
tidak jauh dari tempat itu terdengar hentakan2 marah, disusul
muncul tiga sosok bayangan hitam berlari2 saling susul.
Yang dua dibelakang rupanya menjajar yang seorang
didepan. Mereka memiliki kepandaian ilmu meringankan tubuh
yang sempurna. Dalam sekejap mata saja sudah didekat
tempat tersebut. Setelah terpisah hanya beberapa puluh tombak dari
gelanggang pertempuran, mereka ketiga orang itu rupanya
terkejut melihat pertempuran yang tengah berlangsung.
Tetapi yang berdiri dimaka itu sudah segera mengerti apa
yang tengah terjadi. Sambil mengeluarkan seruan nyaring dia telah melonpat
kedepan, langsung kearah gelanggang pertempuran.
Dengan pedangnya yang berkilauan dibawah sinar bulan
yang baru memperlihatkan diri, tanpa ragu2 dia telah
menyerbu ketengah pertempuran dan melancarkan serangan
hebat kearah siewie yang terdekat.
Beberapa anggota Pek Lian Kauw yang datang melihat
orang itu jadi girang. Sjewie yang diserang itu segera menangkisnya, tetapi dia
jadi kaget bukan main karena seketika itu juga goloknya putus
tertabas pedang, rupanya pedang lawan sebatang pedang
mustika. Sementara Itu kedua pengejar orang yang haru datang itu
telah berdiri sejenak dalam perasaan heran.
Namun akhirnya merekapun melompat ketengah
gelanggang pertempuran dengan gerakan yang sengat gesit
sekali. Tanpa menantikan sampai kaki mereka menginjak tanah,
serta merta keduanya sudah melancarkan serangan kepada
siewie itu dengan mempergunakan pedang mereka.
Anggota Pek Lian Kauw bersorak girang.
Kini mereka yakin bahwa kedua orang terakhir itupun
bukan musuh. Tidak mengherankan bahwa mereka tidak mengetahui
bahwa kedua pemuda yang baru datang memiliki kepandaian
bsgitu tinggi adalah dua jago muda yang kebetulan tiba
ditempat itu karena mengejar seseorang dan mereka tidak lain
dari Cie Beng dan Cie Jien.....
MALAM iiu Cie Beng dan Cie Jin telah tidur siang2. namun
ditengah malam dia mendengar seseorang berjalan diatas
rumah penginapan dengan langkah ringan.
Orang biasa mungkin tidak akan mendengarnya, tetapi Cie
Beng dan Cie Jin telah mendengar jelas dan telah cepat
melompat turun dari pembaringan dengan ringan.
Merekapun telah cepat2 mempersiapkan senjata mereka.
Samar2 mereka masih melihat sesosok tubuh ketika
keduanya telah melompat keatas genting rumah penginapan
dan segera mengejarnya. Didalam rimba persilatan memang banyak sekali peristiwaaneh.
Oleh karena itu Cie Beng dan Cie Jin tidak mau segera
menarik kesimpulan apakah orang itu seorang jahat atau baik.
Mereka terus juga mengikutinya. Dengan cepat bayangan
itu telah berjalan cukup jauh, karena belum memastikan
maksud orang itu, maka merekapun berlaku hati2 agar tidak
terlihat Setelah melewati dua puluh rumah lebih, sosok bayangan
itu tampak telah melompat turun dan mendekati sebuah
jendela yang masih tampak terang.
Bayangan itu mengintai kedalam ruangan tersebut,
agaknya dia bimbang untuk melompat masuk.
Tentu saja hal itu membuat Cie Beng dan Cie Jin jadi
heran. Apa maksud orang itu.
Tidak lama kemudian tampak pintu kamar! terbuka, dan
masuklah seorang gadis yang jika dipandang sepintas lalu dari
kejauhan tidak Cantik. Tetapi gerak geriknya dan potongan
tubuhnya sangat menarik. Sosok bayangan yang berada diluar jendela sudah hendak
bergerak, tetapi kemudian dia membatalkan maksudnya,
kerena dibelakang gadis itu! masih terdapat seorang tua
kurang lebih lima puluh tabun. Agaknya ayah sigadis.


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari tempat persembunyiannya, kedua saudara Cie itu
dapat melihat orang tua dan gadis itu bukan sembarangan
orang. Sikap mereka agung walaupun tubuh mereka
tampaknya lemah. Tentunya ayah puteri itu adalah keluaaga
terpelajar. Ayah dan puteri itu telah bercakap2 dengan suara yang
perlahan, dan orang yang bersembunyi diluar jendela ketika
mendengar percakapan anak dan ayah itu tampaknya terkejut,
sehingga dia memperlihatkan diri dijendela.
Ayah itu terkejut, menoleh dengan ketakutan sedangkan
sigadis telah berteriak tertahan.
Namun sesaat kemudian orcng tua itu lenyap kagetnya, kini
wajahnya memperlihatkan kemarahan yang saagat.
Dalam marahnya itu, orang tua tersebut tidak dapat
berkata2. Sedangkan orang diluar jendela itu hanya menatapnya
dengan tertegun. "Bangsat! Sungguh berani kau datang mengganggu lagi!"
Caci orang tua itu setelah berhasil menindih goncangan
hatinya. Lalu dengan suara yang keras dia telah berteriak;
"Maling! Ada maling! Tangkap! Tangkap!"
Seketika, terdengar teriakan seperti itu, tamu tidak
diundang jadi terkejut. Tubuhnya melompat dan sesaat kemudian dia telah berada
dalam kamar. Dengan wajah ketakutan, erang tua itu mundur sambil
menarik tangan sigadis. Tetapi sudah jelas bahwa mereka tidak akan dapat
meloloskan diri lagi dari orang yang berkepandaian memang
tinggi itu. Cie Beng dan Cie Jin, yang sejak semula sudah bersiap
sedia, untuk turun tangan, tentu saja tidak tinggal berpeluk
tangan. Seketika itu juga, mereka telah melompat bagaikan dua
ekor garuda. Dan mereka telah melompat masuk kedalam
kamar berada dibelakang tamu tidak diundang itu.
"Jahanam kotor, rasakan pedangku ini." bentak Cie Beng
sambil menyerang dengan gerakan "Im Yang Po San" (Kipas
mustika Im Yang). Tetapi kepandaian orang itu ternyata berimbang dengan
kepandaian Cie Beng, dia berhasil mengelakkannya dengan
mudah dan lalu menangkis.
Dan Cie Beng tidak berani berayal lagi, dengan tenaga yang
lebih besar telah melancarkan serangan lagi.
Cara serangan Cie Beng hebat sekali hampir hampir orang
itu kehilangan senjata karena benturan itu.
Penjahat itu merasakan bahwa dia sudah tidak memiliki
harapan lagi, terlebih lagi kalau Cie Jin sesaat lagi turun
tangan mengeroyoknya. Karena ayah sigadis juga berteriak2 minta tolong, maka
tamu tidak diundang itu akhirnya telah memutuskan untuk
berlalu. Setelah itu, dengan kecepatan seperti terbang dia
melarikan diri dengan mengambil arah utara.
Cie Beng dan Cie Jin tidak mau membiarkannya lari dengan
begitu saja Disamping menbeici perbuatannya, mereka pun ingin sekali
mengetahui siapakah sesungguh nya orang itu, yang ilmu
silatnya berasal dari perguruan Bu Tong Pai.
Cie Beng dan Cie Jin mengetahui itu, karena dia telah
mempelajari berbagai sarinya ilmu silat.
Cepat2 mereka telah mengejarnya. Dan dalam waktu yang
singkat mereka telah berada di luar kota.
Sementara itu, agaknya sipenjahat menjadi jengkel, dia
melihat kedua saudara Cie itu tidak mau melepaskan dirinya.
Dan dia mempercepat larinya.
Itulah sebabnya Cie Jin dan Cie Beng bisa tiba ditempat
yang tengah berlangsung pertempuran itu. Dan Cie Jin
maupun Cie Beng tidak bisa berpeluk tengan, melihat rakyat
kampung itu yang tengah bertempur melawan orang2nya
peme rintah Boan. Tidak bersusah ppyah, akhirnya semua musuh2 itu telah
berhasil dirubuhkan mereka, ada siewie yang terluka dan ada
yang segera terbinasa disaat itu juga,
Enam tahun yang lalu. dirumah guru mereka di Sinkiang,
ketika orang2 yang hendak mencari balas kepada gurunya,
mereka melihat betapa semua lawan itu telah dibinasakan.
Dan kini Cte Jin dan Cie Beng melihat anggota Pek Lian Kauw
juga membinasakan siewie2 yang terluka walaupun siewie2 itu
memohon2 pengampunan. "Mereka sudah mengetahui siapa pemimpin kami dan
dimana kami mengadakan pertemuan, maka jika dibiartan
hidup, bisa mendatangkan bencana untuk kami." berkata
beberapa orang Pek Lian Kauw.
Cie Beng dan Cie Jin menoleh kepada Hek Sin Ho. Tetapi
ternyata pemuda itu sudah tidak berada ditempat itu.
Sementara Hian Seng Cu, Tong Keng Hok dan pemimpin
Pek Lian Kauw setempat yang telah menghampiri mereka
untuk menyatakan terima kasih, Cie Beng hendak
mempergunakan kesempatan tersebut menanyakan perihal
Hek Sin Ho, tetapi sebelum mereka sempat mengucapkan
sepatah kata, tiba2 dari bagian belakang rumah itu terdengar
teriakan minta tolong, disusul bentrokan senjata dan caci maki
sengit. Semua orang terkejut. Cie Jin dan Cie Beng cepat2
melompat kedalam ruangan rumah diikuti yang lain. Mereka
berpapasan dengan seorang lelaki kurus tinggi berpakaian
serba putih, yang melihat masuknya rombongan itu telah
merobah haluan dan melompat keatas genting. Didalam
terdengar teriakan ; Kongcu diculik ! Kongcu diculik I Kongcu
dibawa orang ! Tolong l Tolong !"
Semua orang jadi terkejut, karena mereka melihat lelaki
kurus berpakaian putih itu memang memanggul tubuh
seseorang yang terkulai yang tidak lain dari putera Tong Keng
Hok. Kecuali Cie Beng dan Cie Jin, yang lainnya mengejar. Dan
dari pelayan2 rumah itu, kedua saudara Cie mendengar cerita
penculikan itu, dimana ternyata yang mencelik adalah orang
she Song yang berhasil membebaskan dirinya dari totokannya
Dan disaat pelayan itu tengah berteriak, justru Hek Sin Ho
telah tiba dan mengejarnya.
Semua orang Pek Lian Kauw telah menghela napas dalam2
dan mereka berduka, karena mereka nihil melakukan
pengejaran. Dan Tong Keng Hok maupun yang lain hanya
mengharapkan agar Hek Sin Ho berhasil mengejar orang she
Song itu dan berhasil membawa pulang putera Tong Keng
Hok. Saat itu Hek Sin Ho yang tengah melakukan pengejaran
kepada orarg she Song itu jadi penasaran, karena walaupun
dia telah mengejar lima belas lie lebih, tetap saja tidak
berhasil sedikit demi sedikit memperpendek jarak pisah me
reka. Lewat pula lima lie, agaknya sudah tidak perlu ditunggu
terlalu lama lagi untuk menyusul she Song itu.
Setelah lewat lagi tujuh lie, jarak antara1 mereka sudah
tinggal setombak lagi. Kini setiap waktu sudah dapat diharapkan bahwa Hek Sin
Ho akan menyerang orang she song itu dan orang she Song
sudah putus asa karena dia memang tidak sanggup untuk
melawan Hek Sin Ho terlebih lagi kini tengah membawa
puteranya Tong Keng Hok, Memang bisa saja dia melepaskan tawanannya dan
melarikan diri sekerasnya untuk meloloskan jiwanya.
Tetapi tanpa putera Tong Keng Hok sebagai tanggungan,
tidak dapat dia memaksa tokoh Pek Lian Kauw menyerahkan
diri kepada pemerintah. Tetapi jiwanya sendiri tentu saja dianggapnya jauh lebih
berharga dari putera Tong Keng Hok.
Dengan pertimbangan begitu, dia hendak melontarkan
tubuh puteranya Tong Keng Hok kearah pengejarnya.
Disaat itu mereka sudah mendekati suatu gerombolan
pohon2. Tetapi diluar dugaan segera muncul serombongan orang
yang masing2 memegang senjata terhunus dan sudah bersiap
pula untuk menyerang dengan senjata rahasia.
Sebagai seorang yang merasa dirinya berdosa, orang she
Song itu tentu saja tambah ketakutan, karena menduga orang
itu segaja hendak menghadangnya orang2nya Pek Lian Kauw.
Tetapi sesaat kemudian dia jadi girang, langkah lega
hatinya ketika tanpa menghiraukan orang she Song itu sama
sekali, semua penghadangnya itu telah menghujani Hek Sin
Ho dengan senjata rahasia.
Itulah berar2 suatu pertolongan yang tidak terduga, Tanpa
menoleh lagi dia segera lari sekuat tenaganya.
Sebaliknya Hek Sin Ho terkejut sekali diserang tiba2 begitu.
Untung saja Hek Sin Ho memiliki kepandaian yang tinggi
dia tidak menjadi gugup dan telah berhasil mengelakkan diri
dari serangan tersebut. Dan dari kaget, Hek Sin Ho jadi
marah. Segera juga dia menduga bahwa Oraog2 yang menjadi
penghadang itu adalah kawan2nya orang she Song, maka
segera dia telah melancarkan serarjgan dengan kuat sekali.
Jumlah orang itu enam orang, dua diantaranya adalah
hweshio, sedangkan keempat orang yang lainnya berpakaian
sebagai guru silat. Waktu itu sudab menjelang fajar, dan cuaca sudah agak
terang, sehingga dia dapat melihat wajah mereka.
Dia memperoleh kenyataan bahwa tidak seorangpun
diantaranya yang dikenalnya.
Tetapi orang2 itu ternyata tidak menyerang lagi. Dengan
menggenggam senjata terhunus, telah mengurung Hek Sin
Ho. "Sicu, kau tentu heran dan penasaran, bahwa kami telah
menyerangmu secara menggelap dan tiba2," kata salah
seorang diantara hweshio itu dengan sikap yang congkak.
"Kami sedikitpun tidak memiliki maksud tidak baik, dan kami
hanya ingin meminta kau melayani kami dan kami adalah
kaum jantan, walaupun kami harus melakukan perhitungan
denganmu mengenai sesuatu urusan, kami ingin
menyelesaikannya sebagai lelaki sejati".
"Taisu, aku sama sekali belum mengenalmu dan teman2mu
itu, kecuali jika kalian kawan sipengkhtanat she Song itu."
menyahuti Hek Sio Ho. Tetapi perkataan Hek Sin Ho justru telah metafsirkan lain
oleh orang2 itu. Mereka menduga bahwa Hek Sin Ho takut.
"Kata2 sicu memang benar, kita tidak pernah bertemu. Dan
secara langsung juga sicu tidak pernah bentrok dengan kami.
Tetapi kami lelaki sejati, juga tidak pernah berpeluk tangan
jika melihat perbuatan sewenang2, mengandalkan kepandaian
sendiri, lalu membunuh orang tidak berdosa dan terkenal
berhati mulia". "Taisu, aku selalu berusaha melakukan perbuatan2 yang
tidak tercela dan juga memang aku benar2 tidak mengerti
maksud perkataan Taysu".
"Pineeng (aku) dan saudara2 seperguruan Pinceng tidak
mudah dihasut orang. Kami selalu berihati-hati dan sebelum
menentukan sikap, kami selalu mencari keterangan Tetapi kali
ini, kami telah berhasil mengumpulkan keterangan bahwa
yang harus bertanggung jawab atas peristiwa penasaran itu
justru sicu adanya."
Walaupun Hek Sin Ho sedapat mungkin menindih
kemarahan di hatinya, untuk menghindarkan suatu
pertempuran, kini dia tidak dapat menguasai lagi amarahnya.
Kata2 si Hweshio yang terakhir itu benar2 keterlaluan
sekali. Tidak dapat dia melayani begitu saja Terlebih lagi dia
mengerti bahwa rombongan si Hweshio tidak akan mau
melepaskannya. "Baiklah kalau begitu", katanya kemudian. "Karena Taisu
memang memaksa, akupun tidak bisa lain dari menuruti saja
memperlihatkan kebodohanku".
Walaupun berkata begitu. Hek Sin Ho yakin bahwa didalam
persoalan ini pasti terdapat salah paham.
Dan juga disaat itu, keempat murid Siauw Lim sie yang
bukan Hweshio itu telah maju semuanya.
Sikap yang terlalu memandang rendah tentu saja membuat
Hek Sin Ho jadi mendongkol.
Dengan bersenjata atau bertangan kosong dia telah dapat
menjalankan ilmu Taikek yaitu ilmu Taikek bun yarg selalu
tidak mempergunakan kekerasan.
Inti sari Taikek pada umumnya hanya setu yaitu Wan Cwan
Put Toan, berputar tidak ada putusnya, tetapi dari unsur itu,
yang dipergunakan Hek Sin Ho agak lain.
Serangan2 itu terdapat banyak sekali sifat yang
mengandung kekerasan dalam serangannya.
Mereka segera bertempur, keempat murid Siauw Lim Sie
yang tidak mencukur kepala itu telah melancarkan serangan
hebat sekali kepada Hek Sin Ho.
Cara2 Hek Sin Ho yang aneh dan bertentangan dengan
ketentuan2 ilmu silat lainnya, bukan hanya membingungkan
keempat tawannya justru kedua hweshio itu jadi tertegun.
Sementara itu keempat lawannya Si Rase Hitam Yang Sakti
itu telah agak menguatirkan.
Si hweshio yang sejak semula bertindak sebagai pemimpin
segera melompat ketengah gelanggang, karena melihat
keempat kawannya telah terdesak.
"Tahan!" dia telah berseru dengan keras.
Pertarungan segera berhenti. Keempat kawannya diminta
mundur, sedangkan dia sendiri lalu memandang Hek Sin Ho
dengan pandangan mata yang tajam.
Setelah memandang selama beberapa saat kemudian dia
telah berkata ; "Pantas sicu jadi demikian berati berlaku
sewenang2, rupanya kau memang memiliki kepandaian yang
lumayan." Sambil menyisipkan ujung jubahnya yang agak longgar,
keikat pinggangnya, hweshio itu segera mendekati Hek Sin
Ho. Tetapi pada saat itu hweshio yang seorang telah berkata
"Goan Seng Suheng, kukira tidak perlu kau sendiri yang maju


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melayaninya, biarlah aku saja yang maju lebih dulu."
Tanpa menantikan jawaban Goan Seng lagi dia langsung
melompat kedepan Hek Sio Ho sambil berkata:
"Tadi aku sudah melihat kepandaianmu sicu. Karena
kagum, aku Goan Sim, hendak mcminta petunjukmu untuk
beberapa jurus. Sebagai seorang murid sang Buddha, aku
tidak senang mempergunakan senjata Aku akan melayanimu
dengan tangan kosong. Tetapi ini bukan berani hendak
memaksamu menyimpan senjata juga. Kalau kau lebih senang
bertempur dengan mempergunakan senjata, gunakanlah
tanpa segan dan ragu2. Dengan kecerdasannya yang dimilikinya Hek Sin Ho sudah
dapat menerkam Goan Sim. Tetapi diapun sangat percaya akan kepandaiannya sendiri.
Walaupun menyadari bahwa kesombongan hweshio itu
bukan omong kosong belaka, dia sedikitpun tidak menjadi
gentar. Setelah berdiri saling diam memanjang beberapa saat. Hek
Sin Ho telah melompat sambil melancarkan serangannya
mempergunakan kepalan tangan karena senjatanya memang
telah dimasukkan kedalam sarungnya. Dan dia telah
melancarkan serangannya itu dengan mempergunakan tenaga
yang kuat sekali, disertai juga oleh bentakannya; "Taisu,
terimalah!" Sedangkan hweshio itu, Goan Sim, telah melihat datangnya
serangan, jadi dia heran, juga girang.
Itulah serangan yang biasa disebut Jie Liong Co Cu,
sepasang naga memperebutkan mitiara, salah satu tipu dari
Liong Jiauw Kun, ilmu silat naga, dari Siauw Lim Sie. Dan
pukulan seperti itu telah dikenalnya.
"Terhadap orang lain serangan itu memang berbahaya,
tetapi bagiku hanya permainan anak-anak." pikir sihweshio.
Hweshio itu mengangkat tangan kirinya untuk menangkis,
kemudian dengan cepat dia menerkam pangkal lengannya.
Sungguh cepat gerakannya itu, tetapi sipemuda ternyata
juga tidak kalah gesitnya.
Sambil berseru tiba2 Hek Sin Ho menurunkan tubuhnya dan
dengan setengah berjongkok tangannya meluncur terus.
Tetapi kini yang -diincer jadi bukan mata sihweehio, tetapi
perut Goan Sim yang hendak dijadikan sasaran.
Tentu saja hal itu telah membuat Goan Sim jadi kaget
setengah mati, karena lawannya dapat merobah arah
serangan dalam waktu yang begitu cepat.
Cepat sekali si hweshio telah berkelit dan dia membalas
melancarkan serangan. Tetapi Hek Sin Ho benar2 hebat dan
ilmunya lain dari yang lain.
Kenyataan seperti inilah yang telah membuat Goan Sim
seringkali terperangkap oleh keanehan dalam gerakan silat
Hek Sin Ho yang lain dari biasanya ilmu silat didunia
persilatan, Dengan tidak sabar Goan Sim mengerahkan seluruh
tenaganya, dan memperhebat serangannya, agar dapat
mempercepat waktu merubuhkan lawannya.
Sesuai dengan ilmu Su Siang Po, waktu serangan Goan Sim
suatu saat hampir mengenai dirinya. Hek Sin Ho telah
mengelakkan diri, lututnya tiba2 telah berada didekat iga Goan
Sim. Hweshio itu terkejut sekali, untuk kesekian kalinya dia
menghadapi kesulitan dari serangan2 aneh dari sipemuda.
Berkat kepandaiannya memang sempurna, Goan Sim masih
berhasil menyelamatkan iganya.
Goan Seng dan murid2 Sjauw Lim yang lain jadi gelisah
sendirinya. Waktu itu pikiran Goan Sim sudah agak kacau.
Tiba2 datanglah serangan Hek Sin Ho yang dilakukan
berbareng dengan tangan kiri dan kaki kanan.
Itulah suatu serangan biasa, dan Goan Sim telah
menangkisnya dengan mempergunakan jurus Pa Ong Gie Ka.
Tetapi tidak diduga, ketika tangan mereka saling bentur,
tiba2 Hek Sin Ho menangkap tangan Goan Sim, dengan
meminjam tenaga dikerahkan sipendeta, Hek Sin Ho tiba2
melompat melayang kemuka lawannya.
Goan Sim gugup sekali, agaknya kali ini dia tidak bisa
mengelakkan diri lagi. Goan Seng tidak bisa berdiam diri lagi, dia telah menerjang
maju. Hek Sio Ho tidak takut, dengan mengandalkan
kegesitannya dia telah melayani terus.
Begitu pula keempat murid SiauwLim yang tidak mencukur
rambut itu ikut menerjang. Goan Seng mempergunakan
pedang, Goan Sim mempergunakan kedua tangannya dan
keempat murid Siauw Lim bersenjata golok dan pedang.
Hek Sin Ho jadi sibuk juga melayaninya. Dan suatu kali,
Hek Sin Ho diserang dengan serentak, keenam orang Siauw
Lim itu yakin akan berhasil menundukkan Hek Sin Ho, yang
akan dapat dirubuhkan. Dengan gerakan It Ho Ciong Tian yang sangat indah, tubuh
Hek Sin Ho tiba2 melompat lurus keatas dan bersama dengan
itu diapun sudah menghunus senjatanya.
Mereka bertempur semakin seru. Keenam murid Siauw Lim
Sie benar2 heran melihat ketangguhan pemuda itu.
Hek Sin Ho tidak mengerti mengapa sihweshio menuduh
dia berbuat sewenang2, entah apa sebabnya.
Dan akhirnya sambil bertempur Hek Sin Ho telah bertanya2
sebenarnya urusan apakah yang membuat keenam orang
Siauw Lim Sie itu memusuhinya.
Mengetahui itu Hek Sin Ho tertawa gelak, "Sebagai
pengkhianat bangsa tentu saja Ong Kee Cie harus dibasmi
bukan?" teriaknya kemudian.
Keenam orang Siauw Kim Sie tentu saja jadi tambah
murka, Mereka menyerang semakin hebat saja.
"Dengarlah!" kata Hek Sin Ho sambil berkelit, Aku tidak
bicara dusta, Ong Kee Cie sebagai putera Han ternyata ingin
mengkhianat menjual negara. Aku bisa membuktikannya dan
bukti2 itu ada padaku."
"Jangan membual." teriak Goan Sim murka.
"Bukankah empat tahun yang lalu salah seorang saudara
seperguruanmu yang bernama Goan Kong Suhu telah
mendadak lenyap" Tahukah kalian mengapa dia menghilang"
Dia telah tewas dibinasakan oleh Ong Kee Cie sendiri! Jiwanya
dihabiskan didekat penyebrangan Kie Hong secara pengecut
sekali oleh Ong Kee Cie. karena kebetulan Goan Kong Suhu
mengetahui kebusukannya."
Keterangan Hek Sin Ho seperti juga petir ditelinga keenam
orang Siauw Liem Sie. Muka Goan Seng jadi berobah pucat.
Memang benar waktu Goan Kong dalam perjalanannya ke
Ouwlam kebetulan telah mendengar tentang suatu rahasia
yang dapat menghancurkan nama Siauw Lim Sie.
Ketika itu Goan Kong telab perintahkan muridnya
menemani dalam perjalanannya itu untuk kembali ke Hokkian
untuk memberikan laporan dan meminta bantuan dari
saudara2 seperguruannya. Dari laporan Goan Kong murid
Siauw-Lim Sie sendiri telah menduga bahwa yang melakukan
pengkhianatan itu tentu salah seorang murid Siauw Lim Sie,
hanya sayangnya Goan Kong belum menyebutkan nama murid
pengkhianat itu. Dengan disertai beberapa orang sutenya atas perintah
Hongtio. Goan Seng telah berangkat ke Ouwlam.
Tetapi Goan Kong tidak dapat mereka jumpai.
Hweshio itu telah hilang tanpa meninggalkan jejak.
Peristiwa itu telah ditutup rapat2 dan kecuali beberapa
orang yang menyertai Goan Seng murid2 Siauw Lim lainnya
tidak ada yang mengetahui. Itulah sebabnya Goan Seng jadi
terkejut sekali Hek Sin Ho bisa menyebut2 persoalan Goan
Kong Taisu. Tetapi sebagai hweshio ysng memiliki pandangan sempit
dan juga jarang bergaul, Goan Seng dan saudara
seperguruannya berpandangan lain, yaitu persoalan
pengkhianatan murid Siauw Lim harus dirahasiakan rapat2,
dan juga karena Hek Sin Ho mengetahui peristiwa itu, dia
akan ditangkap untuk dibawa menghadap ke Hongtio mereka.
Keenam orang itu semakin mempercepat serangan mereka
menambah tenaga serangan juga.
Hek Sin Ho jadi kewalahan, karena kerjasama keenam
orang itu memang kokoh dan dia terkepung rapat.
Dengan mengeluarkan suara jeritan kecil, suatu kali mata
pedang Goan Seng berhasil menusuk iga Hek Sin Ho sedalam
satu inci dan mempergunakan kesempatan itu dengan nekad
Hek Sin Ho menotok Kie Kut niatnya sihweshio sehingga Goan
Seng terjungkal. Tanpa membuang Waktu Hek Sin Ho menerobos keluar dari
kepungan itu dan berlari masuk berlari hutan, karena dia
menyadari jika bertempur terus dengan cara dikepung btgitu,
dirinya bisa kehabisan napas dan tenaga
Saudara seperguruan Goan Seng jadi tertegun sementara
waktu, dan ketika mereka tersadar, mereka cepat2 menolongi
Goan Seng, lalu Cepat2 masuki hutan untuk mengejar Hek Sin
Ho ... SEMENTARA itu setelah lolos dari orang" Siauw Lim Sie.
Hek Sin Ho berlari terus cepat sekali dengan menderita
beberapa luka ditubuhnya. Tetapi luka itu bukan ditempat
yang berbahaya. Dengan menahan lapar dia telah pergi dari desa itu, dia
mengerti bahwa penderitaan didesa lebih hebat lagi, karena
pasukan tentara Boan telah merampasi semua milik rakyat"
Setelah berjalan setengah hari, dia menjumpai Sebuah rumah
petani. Petani itu terkejut sekali, memang waktu itu dia belum
mengganti pakaian. Sementara itu setelah lolos dari orang2 Siauw Lim Sie, Hek
Sin Ho berlari terus cepat sekali dengan menderita beberapa
luka ditubuhnya. Karena sudah letih sekali, dia minta tolong menginap
kedalam rumah petani itu, yang diluluskan.
Hek Sin Ho telah tidur dengan nyenyak sekali, walaupun
masih sore, Esok paginya dia merasakan tubuhnya segar kembali.
Lukanya juga sebagian besar telah kering.
Rencana Hek Sin Ho yang pertama2 adalah orang she
Song, yang akan dicarinya untuk mengorek Keterangan
mengenai rencana pemerintah menghadapi Pek Lian Kauw.
Menurut yang diketahui, seluruh pasukan siewie yang
dikerahkan kaisar telah dikumpulkan menjadi satu dikantor
Sumbu Ouwpak. Dan menurut dugaannya pula, orang she
Song pasti pergi ke Sumbu Ouwpak, untuk menyerahkan
putera Tong Keng Hok, sambil mengatur rencana untuk
menggerebek markas Pek Lian Kauw, yang terletak di Pen
Houw Cun. Hek Sin Ho jadi memutuskan untuk melakukan perjalanan
ke Ouwpak. Seharian suntuk dia berjalan terus, menjelang malam cuaca
berobah dengan mendung menutupi seluruh langit.
Untung saja tidak lama kemudian dia melihat kuil tua yang
kosong, disaat mana rupanya hampir turun hujan dengan
guntur sering terdengar. Dengan segenggam rumput Hek Sin Ho membersihkan
meja pemujaan dan setelah mengisi perut dengan makanan
kering yang dibekalnya, dia merebahkan diri dimeja pemujaan
yang terbuat dari batu itu, tidur nyenyak.
Tidur tidak lama, tiba2 dia dibangunkan dari tidurnya oleh
suara depan kaki kuda yang akhirnya berhenti didepan pintu
kuil Disaat itu, Hek Sin Ho gesit sekali melompat keatas
wuwungan, untuk mengawasi kearah pintu.
Seorang pemuda bertubuh sedang, tampak gagah dengan
memakaian pakaian sederhana melangkah masuk.
Wajahnya tampan, tetapi waktu itu tengah diliputi
kesedihan. Hati Hek ain Ho tertarik, melihat muka orang itu tidak
jahat, timbul simpatinya.
Diantara bunyi hujan rintik2, yang sementara itu sudah
mulai turun cukup deras, terdengar beberapa orang berlari2
kearah kuil. Tampak tujuh orang memasuki ruang pemujaan.
Hek Sin Ho jadi terkejut. Enam diantara ketujuh orang itu
adalah kedua hweshio dan ke empat orang Siauw Lim Sie,
yaitu Goan Seng dan yang lainnya.
Begitu masuk, dan melihat seorang pemuda sedang duduk
seorang diri disudut dinding, orang2 Siauw Lim Sie
memandang tajam. Rupanya pemuda itu jadi tidak senang.
Pemuda itu sesungguhnya orang yang di kejar2 oleh kedua
srudara Cie di Pek Houw Cun, shenya Kwan dan bernama
Hiong. Dia memang murid Butong, setelah di Pek Houw Cun
melawan siewie2 istana, atas pertanyaan Cie Beng dan Cie Jin
dia menjelaskan mengapa telah datang kerumah gadis itu
dengan cara mencurigakan.
Gadis itu kawan bermain diwaktu kecil.
Ayah Kwan Hong seorang guru sekolah, telah ditangkap
pemerintah Boan karena difitnah. Ibunya meninggal tidak
lama kemudian, dan Kwan Hiong telah menghilang
menyelamatkan diri. Dan kemudian berhasil ditolong oleh Liok Hwe Ceng, yang
mendidiknya menjadi muridnya yang kedua.
Setelah belajar tujuh tahun, Kwan Hiong kembali
kekampungnya dan bertemu sekali dengan sigadis didesa itu,
yang bernama Hwee Swat Hong Namun ayah sigadis yang
takut dianggap bersahabat dengan keluarga Kwan. telah
melarang keras pergaulan mereka.
Secara diam2 mereka mengadakan hubungan gelap,
namun tetap saja ditentang ayah si Swat Hong.
Tetapi hubungan itu tidak bisa disembunyikan dari mata
ayah Hee Swat Hong, yang lalu mencarikan jodoh untuk
putertnya untuk memutuskan bubungan itu. Calon suami Hee
Swat Hong putera seorang bekas pembesar tinggi yang
mengundurkan diri. Kwan Hiong tentu saja berduka mendengar keputusan ayah
kekasihnya itu, dan malam ini dia telah sengaja ingin menemui
kekasihnya itu, dan telah kepergok oleh ayah sigadis dan juga
kedua saudara Cie itu. Goan Seng dan kawan2nya heran melihat sikap Kwan


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hiong yang seperti tidak menyukai kehadiran mereka.
Sesungguhnya Kwan Hiong yang tengah kusut pikiranrya
memang tengah ingin menyendiri.
Ketujuh orang itu pergi kesudut lain, tidak memperdulikan
Kwan Hiong lagi. Dalam percakapan itu Hek Sin Ho mengetahui orang yang
ketujuh bersama Goan Seng tidak lain murid Ong Kie Cie.
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 21 Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto Suling Naga 20
^