Pencarian

Si Rase Hitam 7

Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung Bagian 7


melihat perwira yang menjadi pemimpin mereka itu telah
ditawan oleh Hek Sin Ho. Mau tidak mau mereka telah menuruti perintah Hek Sin Ho,
karena mereka tidak menghendaki kalau pemimpin mereka itu
nanti menemui bencana. Disaat seperti itulah. Hek Sin Ho telab menuruni undakan
tangga dengan membawa terus tawanannya.
Muka siberewok telah berobah pucat, dia telah ikut
rombongan tentara itu turun dari tangga loteng.
Setelah membawa perwira tentara itu keluar rumah
penginapan, Hek Sin Ho membentak bengis :
"Sekarang katakan terus terang, siapa yang mengatakan
bahwa aku seorang pengkhianat?" bent&k Hek Sin Ho.
Tidak ada seorsngpun yang membuka mulut, dan juga
disaat itu siperwira hanya melirik kearah siberewok yang
berdiri dengan muka yang pucat dan mengandung perasaan
takut yang bukan main. Hek Sin Ho telah dapat menduganya bahwa tentunya
siberewok yang telah menghasut pasukan tentara itu, dengan
menuduh Hek Sin Ho sebagai pengkhianat negara.
Maka dari itu, darah Hek Sin Ho tambah meluap diliputi
kemurkaan yang sangat Dengan cepat, tubuh siperwira telah dilontarkannya
ketengah udara. Dan disaat semua orang tengah memandang kearah tubuh
perwira itu yang tengah meluncur ditengah udara, disaat itu
juga Hek Sin Ho telah melompat kearah siberewok
Tentu saja sibetewok tadi ketakutan bukan main dia
berusaha untuk memutar tubuhnya, guna melarikan diri -
Tetapi sayang sekali, gerakannya itu terlambat, karena
tangan kanan Hek Sin Ho telah menghantam keras sekali
batok kepalanya "Buukkk, praaakkk!" maka batok kepala siberewok telah
pecah berantakan. "Manusia tidak punya guna!" menggumam Hek Sin Ho
dengan gusar bukan main. Sedangkan tubuh siberewok telah terjerambah ditanah,
berkelejatan sejenak, dan kemudian diam tidak bergerak lagi.
karena arwahnya telah terbang meninggalkan raganya.
Tentu saja hal ini selain mengejutkan juga membuat
pasukan tentara itu jadi murka bukan main.
"Tangkap penjahat!" siperwira yang telah bisa berdiri lagi.
Tetapi walaupun dia berteriak begitu, dia sendiri tidak
menerjang maju. Hanya puluhan tentara negeri yang telah menerjang maju
dengan senjata mereka masing2.
Hek Sin Ho mengeluarkan suara tertawa dingin, dengan
berani sekali dia menghadapi kepungan lawannya itu.
Cepat bukan main dia telah menghantam lima orang
lawannya, menyusul mana empat orang tentara negeri lainnya
yang telab berhasil ditotoknya jalan darah maupun bagian
terpenting ditubuh mereka.
Keruan saja pasukan tentara negeri itu jadi ketakutan
bukan main. Mereka berhenti sejenak. sambil melangkah mundur
menjauhi diri dari Hek Sin Ho, karena walaupun bagaimana
tidak mau mereka menjadi korban ditangan Hek Sin Ho.
Siperwira yang melihat gelagat buruk seperti itu, telah
berteriak lagi "Cepat tangkap penjahat! Jika penjahat itu bisa
meloloskan diri, maka kalian masing2 akan menerima
hukuman yang setimpal. Dan setelah berteriak begitu, dia berseru lantang
menganjurkan pasukannya itu menyerang Hek Sin Ho lagi,
namun lucunya dia sendiri tidak menyerang maju.
Mendengar ancaman hukuman, maka para tentara itupun
tidak berani mundur. Dengan bersorak2 nyaring, mereka telah menerjang lagi.
Mereka melancarkan serangan yang hebat bukan main,
disamping itu merekapun telah bekelahi dengan sikap yang
agak nekad. Hal ini disebabkan, bagi mereka maju salah mundurpun
salah. Jika maju setidak2nya mereka mengandalkan jumlah
yang banyak untuk merebut kemenangan.
Tetapi jika mereka mundur dan penjahat itu bisa melarikan
diri, niscaya diri mereka akan menerima hukuman yang berat
dari perwiranya tersebut. Dan ini memang telah pasti.
Maka dari itu, dari terjepit mereka jadi nekad mereka
semua telah menyerang dengan kalap dan nekad,
melancarkan serangan seperti juga tidak memikirkan lagi jiwa
dan keselamatan mereka. Diserang dengan cara mengeroyok seperti itu, tentu saja
Hek Sin Ho jadi sibuk juga.
Berulang kali dia harus berkelit kesana kemari, dan setiap
gerakannya itu gesit sekali.
Tetapi serangan lawannya datangnya gencar seperti hujan,
senjata tajam dari bermacam macam itu meluruk kearah
dirinya, membuat Hek Sin Ho akhirnya terpaksa harus
merampas sebatang golok dari tangan lawannya, dengan
goloknya tersebut Hek Sin Ho mengamuk.
Dalam dua jurus, dia telah berbasil merubuhkan tiga orang
lawannya yang telah dilukainya Dan dijurus keenam, dia telah
bergasil untuk merubuhkan lima orang lawarnya yang lainnya,
sehingga tentara yang lainnya jadi ketakutan dan telah
melompat mundur. Tetapi Hek Sin Ho yang telah mempergunakan jurus2 dari
ilmu golok Ouw Ke To Hoat tidak berhenti sampai disitu saja,
dengan gerakan tubuh yang cepat bukan main, dia telah
melancarkan serangan yang bertubi tubi, dan setiap goloknya
itu berkelebat maka disitu terdengar suara jerit kesakitan,
karena satu dua orang akan terluka.
Ilmu golok Duw Ke To Hoat merupakan ilmu golok yang
tiada tandingannya, maka dari itu mengherankan jika dia telah
berhasil marubuhkan laWan2nya dengan cepat sekali.
Dalam waktu yang singkat, ditanah telah menggeletak
belasan sosok tubuh, ada yang terbinasa, ada yang terluka
berat, ada pula yang tangan dan kakinya yang tertebas
buntung... Siperwira yang menjadi pemimpin pasukan tentara negeri
itu jadi ketakutan bukan main, wajahnya jadi berobah pucat
pias, tubuhaya menggigil ketakutan.
Dengan cepat dia memutar tubuhnya, dengan maksud
hendak melarikan diri. Tetapi Hek Sin Ho mana mau melepaskannya, maka dari itu
dengan cepat sekali dia telah melompat dan mengayunkan
goloknya. Perwira itu berpekik ketakutan, dia telah cepat2
mengangkat goloknya. "Tranggg" golok itu saling bentur. Dan golok siperwira telah
terbang terlepas dari cekatannya, karena benturan golok Hek
Sin Ho bukan main kuatnya, yang telah membuat telapak
tangannya itu terluka. Dengan cepat pula, perwira itu telah menjatuhkan diri
berlutut dibadapan Hek Sin Ho.
Ampun Taihiap...! Ampun!" teriaknya dengan suara yang
nyaring sekali, dia telah mengangguk2an kepalanya berulang
kali. Tetapi Hek Sin Ho telah mengangkat goloknja itu tinggi:
"Hemm manusia bejat seperti engkau tidak perlu
diampuni!" katanya dengan suara yang bengis sekali.
Saat itu, siperwira jadi tambah ketakutan dia telah
mengangguk anggukan kepalanya tidak henti hentinya dia
sesambatan meminta ampun.
Tetapi Hek Sin Ho yang memang tengah murka bukan main
telah mengayunkan goloknya,
"Tahan!" tiba terlsigar seseorang membentak nyaring
suaranya itu. Hek Sin Ho terkejut, dia melirik kearah orang yang
membentak itu, sambil goloknya masih teracung.
Dia melihatnya orang yang tadi membentak itu tidak lain
seorang tosu, seorang imam, yang berusia telah lanjut, yang
mukanya kurus dan tengah menatap Hek Sin Ho dengan sorot
mata yang tajam sekali. "Hemm, dia telah sesambatan meminta ampun mengapa
Kiesu atau orang gagah tidak ingin mengampuninya." tanya si
imam dengan suara yang dingin.
"Dialah manusia penghisap darah rakyat yang perlu
disingkirkan, karena dia telah mencelakai banyak sekali rakyat
jelata yang tidak berdaya..."
Siimam telah tertawa dingin.
"Kiesu memang memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi
pantas jika dengan mengandalkan kepandaian Kiesu itu
membunuh2 orang yang tak berdaya dengan seenaknya saja
Lihatlah oleh Kiesu, berapa korban yang telah jatuh?"
Mendengar perkataan siimam, muka Hek Sin Ho jadi
berobah, dia jadi mendongkol, karena imam ini membela
perwira tentara penjajah tersebut.
"Apa yang dikehendaki oleh Totiang ?" tanya Hek Sin Ho
dengan suara yang dingin. "Bebaskan orang itu...!"
"Kalau memang aku tidak ingin membebaskannya?"
"Pinto yang akan membebaskannya!"
Muka Hek Sin Ho jadi berobah tambah bebat, karena dia
gusar mendenar perkataan siimam yang begitu sombong.
"Baik ! Baik ! Jika memang Totiang dapat melakukannya,
silahkan!" dan setelah berkata begitu, dengan cepat sekali Hek
Sin Ho mengayunkan goloknya, meneruskan serangannya
untuk membacok perwira itu.
Sjperwira yang tengah ketakutan, waktu melihat golok
meluncur akan membinasakan dirinya tentu saja jadi tambah
ketakutan, dia telah menjerit-jerit keras, memohon ampun,
"Kiesu tidak mau memberi muka kepada pintol" katanya
tawar. Dan berbareng dengan perkataannya itu, dengan cepat
sekali, dengan gerakan yang tidak terlihat, tidak bisa diikuti
oleh pandangan mata, hudtimnya telah bergerak.
Dan hebat kesudahannya. Dan hudtim si imam itu telah meluncur keluar serangkum
angin serangan yang kuat sekali.
Dan angin serangan itu justru telah menyampok golok Hek
Sin Ho yang tengah meluncur turun itu.
Dengan segera golok itu jadi berobah arah sasarannya,
karena tenaga mendorong dari angin kibasan hudtim imam itu
kuat bukan main. Hek Sin Ho juga jadi kaget, karena segera dia telah
membuktikan bahwa imam itu bukanlah sembarangan imam,
karena imam yang seorang ini memiliki kepandaian yang luar
biasa tingginya. Hek Sin Ho, melompat kebelakang beberapa langkah
kemudian katanya dengan suara lantang akibat hatinya yang
tengah gusar sekali. "Baiklah! Katakanlah, siapa totiang?" kata Hek Sin Ho.
"Sesungguhnya pinto hanya manusia tolol, pinto digelari
sebagai It Sun Kiam (Dewa Pedang Tunggal)!" menyahuti
pendeta itu. "Hemmm, kiranya It Sian Kiam Cinjin!" berseru Hek Sin Ho.
"Sudah lama aku mendengar nama besar Totiang!"
"Tidak berani piato menerima pujian Kiesu." kata siimam
cepat. "Baiklah, aku yang bodoh Hek Sin Ho ingin meminta
petunjuk dari totiang".
Dan membarengi dengan perkataannya itu, tampak Hek Sin
Ho menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan cepat sekali
melompat menubruk kearah imam itu.
Gerakan yang dilakukan Hek Sin Ho merupakan gerakan
yang gesit sekali, dia juga bukan hanya melompat belaka,
sebab golok rampasan yang masih berada dalam cekalan
tangannya itu telah digerakkan.
Cepat bukan main, golok itu telab meluncur kearah batok
kepala siimam. Gerakan yang dilakukannya itu luar biasa sekali, karena
Hek Sin Ho telah mengeluarkan jurus yang keempat belas dari
Ouw Ke To Hoat, tidak mengherankan jiwa goloknya itu
demikian deras menghujam kearah siimam.
Tetapi imam itu juga liehay sekali, dengan mengeluarkan
suara mengejek perlahan, dia telab melejit kesamping,
kemudian dengan terakan yang hampir tidak terlibat,
tangannya telah mencabut pedang yang tadinya berada
dipunggungnya. Dengan pedangnya itu, dia telah menusuk kearah jalan
darah Su kiang-hiat yang berada dipunggung Hek Sin Ho.
Saat itu Hek Sin Ho tengah menyerang sasaran kosong,
sehingga tubuhnya jadi maju kedepan, dan siimam tahu2
telah berada dibelakangnya serta menusuk kejalan darah di
punggungnya, maka dengan sendirinya hal itu merupakan
keadaan yang sangat berbahaya sekali,
Cepat bukan main Hek Sin Ho memutar. goloknya.
Cerakan yang dilakukan Hek Sin Ho tidak kalah cepatnya
dengan gerakkan siimam, Maka dari itu, tidak mengherankan jika antara pedang dan
golok itu saling bentur, telah mengeluarkan suara bentrokan
yang nyaring. Namun siiman tidak berhenti dengan serangan pedangnya,
seperti juga dengan gelarannya, yaitu It Sian Kiam, maka
pedangnya itu memang seperti pedang tunggal yang dapat
menyerang puluhan tempat disaat yang bersamaan, seperti
saat itu, dlkala pedangnya ditangkis, dia justru hanya
menurunkan pedangnya sedikit, maka mata pedang itu
mengincar bagian jalan darah Be sek hiatnya Hek Sin Ho.
Dsngan sekuat tenaganya, siimam telah mendorong
pedangnya maka mata pedang meluncur cepat sekali
ketempat berbahaya itu dalam jarak yang dekat.
Hek Sin Ho kaget bukan main.
Dia tidak menyangka bahwa lawannya bisa berlaku
demikian licik. Dengan Cepat dia telah marubuhkan dirinya kebelakang,
tubuhnya didoyongkan seperti jembatan besi, lalu dia dengan
mempergunakan tangan kirinya untuk menghantam keras
kearah dada siimam, dengan mempergunakan kekuatan
tangan lwekangnya. Tentu saja gerakan yang dilakukannya itu merupakan


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerakan yang berbahaya, justru disaat tubuhnya tengah
miring kebelakang. Kalau saja dia bertemu dengan lawan yang memiliKi
lwekang yang berada diatasnya, tentu Hek Sin Ho akan
mengalami kematian, sebab tenaga serangannya itu pasti
akan berbalik menghantam dirinya.
Untung saja, walaupun ilmu pedangnya hebat bukan main,
pendeta agama To itu memiliki Iwekang yang hanya
berimbang dengan Hek Sin Ho.
Imam itu juga tampaknya terkejut melihat hebatnya
serangan tenaga dalam dari telapak tangan Hek Sin Ho. Yang
membuat dia kaget dan heran, justru usia pemuda bermuka
hitam ini masih muda sekali, namun mengapa tenaga
lwekangnya sudah demikian hebat" Maka dari Itu, sambil
melompat mundur kebelakang, menarik pulang pedangnya,
siimam telah menggerakkan hudtimnya, dia telah melancarkan
serangan dengan hebat sekali.
Gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang
dahsyat sekali. Dengan sendirinya, mau tak mau hal itu telah membuat
Hek Sin Ho merasakan tubuhnya tergetar hebat, dia sampai
terhuyung mundur dua langkah, akibat terbenturnya dua
kekuatan tenaga dalam mereka.
Siimam juga tidak lolos dari akibat dari benturan tenaga
dalam mereka itu. Karena dengan cepat tubuh siimam tergetar mau
terhuyung mundur juga. Untung saja imam itu memang memiliki kegesitan yang luar
biasa, sehingga dia bisa cepat2 memperbaiki kedudukan
kedua kakinya. Disaat seperti itu, bagaikan seekor burung rajawali, tahu2
imam itu telah melompat ketengah udara, dan sambil
mementangkan kedua tangannya, tangan yang satu yang
mencekal pedangnya, dan tangan yang lainnya mencekal
hudtim, tubuh siimam itu meluncur menyambar kearab Hek
Sin Ho. Hebat Sekail Cara menyeranya kali ini karena dengan cepat
sekali, kedua senjata itu, pedang dan hudtim, telah
menjambar kearah Hek Sin Ho dengan serentak.
Tentu saja Hek Sin Ho kaget dan kagum melibat hebatnya
ilmu pedang imam itu. Tidak percuma imam itu mempergunakan julukannya it
Sian Kiam, karena dia memang memiliki ilmu pedang yang
bukan main hebatnya. Tetapi sebagai, akhli waris dari ouw Ke To Hoat, Hek Sin
Ho juga tidak mudah untuk dirubuhkan lawannya, kerena dia
telah memiliki ilmu golok yang sangat sempurna sekali.
Begitulah, melihat cara menyerang imam itu, dengan
mengeluarkan suara siulan nyaring, Hek Sin Ho memutar
tubuhnya, yang berputar2 seperti gasing, dan sambil berputar
begitu golok ditangannya diputar seperti titiran Kali Ini siimam
yang berbalik jadi kaget, karena dengan diputarnya golok itu,
berarti diri Hek Sin Ho dikelilingi sinar goloknya, dan
perbentengan dirinya rapat sekali. Jika siimam meneruskan
serangannya, berarti dirinya yang bisa menerima ancaman
bahaya tidak kecil, karena pedang dan Hudtimnya bisa
tertangkis terpental karenanya.....
Karena menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya,
imam itu juga tidak berani berlaku nekad, dengan penuh
perhitungan dia telah memberatkan tubuhnya, membiarkan
senjatanya teracung tanpa menyerang. Hal itu dilakukan
karena dia memang dengan Hek Sin Ho tidak memiliki
permusuhan apa2 maka dari itu tidak perlu dia sampai
mengadu jiwa untuk bercelaka bersama2.
Karena gerakan yang dilakukannya itu, maka tubuhnya jadi
seperti tertahan ditengah udara. terkurung tenaga
meluncurnya, dan dia telah turun ketanah dengan tubuh yang
agak berat terpisah dua tombak dari Hek Sin Ho.
Sedangkan Hek Sin Ho melihat cara siiman menggagalkan
serangannya itu, dengan cepat bukan main dia juga berhenti
memutar goloknya. Dia telah melancarkan serangan yang bertubi2, dengan
gerakan yang sangat cepat dan luar biasa. Maka dari itu, tidak
mengherankan jika gerakan yang dilakukannya itu merupakan
gerakan yang mendesak siimam mundur beberapa tombak
jauhnya. Sama sekali tidak pernah diduga oleh It Sian Kiam Cinjin
bahwa kepandaian Hek Sin Ho telah mencapai taraf demikian
sempurna, dengan sendirinya, untuk jurus2 berikutnya dia
berlaku jauh lebih hati2.
Cepat bukan main mereka telah bertempur selama belasan
jurus lagi. Dan setiap gerakan yang dilancarkan oleh mereka
merupakan gerakan2 yang sangat dahsyat kali. Maka dari itu,
tidak mengherankan, setiap serangan itu juga bisa
membinasakan lawan masing2.
Didalam pertempuran diantara dua orang perhatian tidak
boleh terpecah, sedikit saja terpecah perhatian, berarti akan
celaka Orang tersebut. Begitu jaga halnya dengan Siimam yang telah bertempur
dengan memusatkan seluruh kekuatan yang ada padanya, dia
telah melancarkan serangan2 dengan penuh perhitungan,
serangan yang di lancarkan oleh Hek Sin Ho selalu
disambutinya dengan gerakan2 yang sangat berhati2 dan
penuh perhitungan, tidak berani sipendeta melawannya
dengan kekerasan. Karena itu, Walaupun bagaimana, kenyataan seperti itu
membuat pertempuran itu berlangsung cukup lama.
Sedangkan Hek Sin Ho yang mengetahui bahwa lawannya
juga merupakan orang yang memiliki kepandaian sangat
tinggi, dengan sendirinya tidak berani ceroboh dalam
melancarkan serangannya. Siperwira yang tertolong jiwanya oleh siimam, telah tidak
berani berdiam lama2 ditempat tersebut.
Ketika dia melihat Hek Sin Ho tengah dilibat oleh serangan2
si pendeta, dengan cepat sekali dia telah memutar tubuh dan
melarikan diri, Hek Sin Ho mendongkol bukan main sesungguhnya dia
ingin menahannya, tetapi karena siimam tetap melibatkan
dirinya dengan serangan serangan yang dahsyat itu, dengan
sendirinya membuat dia tidak bisa mengejar siperwira.
Saat itu, cepat bukan main siimam telah melancarkan
serangan yang beruntun. Dia melancarkan serangan kearah batok kepala Hek Sin Ho
dengan mempergunakan Hud-timnya. sedangkan pedangnya
ber-kelebat2 mengincer bagian2 yang berbahaya ditubuh
lawannya. Hek Sin Ho juga telah mempergunakan ilmu golok Ouw Ke
To Hoat dengan serangan2 yang sangat dahsyat sekali, maka
dari itu, tidak mengherankan jika serangan2 yang diterimanya
dapat disambutnya dengan baik.
Mereka rupanya memang berimbang tidak terlalu
mengherankan jika mereka dapat bertempur dengan hebat
sekali. Serangan2 yang dilancarkan mereka merupakan serangan
timpal balik, karena setiap kali salah seorang diantara mereka
berhasil berkelit, akan membarengi dengan serangan yang
membalas sehingga memaksa lawannya juga untuk berkelit.
Akibat kepandaian yang berimbang begitulah maka Hek Sin
Ho jadi terlihat terus bertempur dengan siImam, Gerakan
mereka sama gesit dan kekuatan lwekang mereka sama
kuatnya, dengan sendirinya telah membuat Hek Sin Ho dan It
Sian Kiam Cinjin bertempur sampai ratusan jurus lamanya
tanpa ada yang terdesak atau menang.
Disaat mereka telah saling serang menyerang begitu tiba2
dari kejauhan terdengar suara derap langkah kaki kuda
disertai oleh suara bentakan yang sangat keras sekali.
Ternyata hampir seratus orang tentara negeri berdatangan.
Rupanya siperwira yang tadi melarikan diri itu telah mencari
bala bantuan. Dan kini siperwira telab kembali untuk menangkap Hek Sin
Ho dengan mengandalkan jumlah yang sangat banyak.
Hek Sin Ho juga terkejut.
Dia memang merasa takut menghadapi tentara negeri itu.
Tetapi jumlah mereka sangat banyak sekali dan juga kini dia
telah bertempur dalam waktu yang panjang dengan siimam,
yang meletihkan sekali, maka dari itu, mau tidak mau
tenaganya sudah berkurang banyak.
Jika dia harus menghadapi ratusan tentara negeri itu,
walaupun dia dapat membunuh lagi beberapa puluh orang
diantara mereka, namun akhirnya dia sendiri yang akan
tertangkap. Maka dari itu, setelah memutar otak sejenak, Hek Sin Ho
merangsek maju melancarkan serangan yang gencar kepada
siimam, memaksa imam itu melompat mundur.
Mempergunakan kesempatan itu Hek Sin Ho telah
menjejakan kakinya, tubuhnya melompat ke atas genting dan
dia telah berlari dengan cepat sekali untuk meninggalkan
tempat itu. "Tangkap." berseru siperwira yang semangatnya telah pulih
dan keberaniannya telah pulang karena membawa pasukan
yang berjumlah banyak. Maka dari itu, beberapa puluh orang tentara segera
mengejar, pasukan panah juga telah melepaskan anak
panahnya. Tetapi Hek Sin Ho telah mengibaskan goloknya menangkis
setiap anak panah yang menyambar datang kepadanya.
Saat itu, It Sian Kian Cinjin tidak mengejar Hek Sin Ho, dia
hanya berdiri sambil menghela napas berulang kali dan
wajahnya muram. "Sia2 aku melatih diri selama puluhan tahun, karena selama
itu pula aku tidak bisa untuk merubuhkan seorang anak
seperti dia" Bagaimana aku bisa bercita2 untuk menjadi jago
nomor satu didalam rimba persilatan?"
Dan setelah menggumam begitu lagi, dia segera melangkah
pergi meninggalkan tempat tersebut.
Siperwira melihat siimam ingin berlalu dia menghampiri dan
menjura. "Terima kasih atas bantuan totiang!" katanya sambil
tertawa. Tetapi imam itu telah melangkah terus tanpa menoleh, dia
tidak melayani siperwira.
Sedangkan si perwira tertegun sejenak sejak melihat
siimam yang berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata, tetapi
kemudian dia telah tertawa dingin.
"Hmm sungguh imam berkepala besar tadi kebetulan saja
aku kurang waspada sehingga hampir dicelakai setan kecil itu
dan kebetulan pula kau telah datang tepat pada waktunya,
sehingga dapat menolongi jiwaku! tetapi apakah demikian kau
hendak memperlihatkan kecongkakanmu.?"
Perlahan sekali suara perwira itu. tetapi tajam bukan main
telinga imam itu. "Apa kau bilang?" tiba2 dia menoleh sambil menatap tajam
sekali kepada perwira itu.
Tentu saja si perwira jadi kaget bukan main dia tahu imam
itu lihay sekali mana bisa dia mempermainkannya dan
memandang remeh. Maka sambil membungkukkan tubuhnya, dia memberi
hormat dan katanya "Aku tidak bilang apa2, aku hanya
mengatakan totiang memiliki kepandaian yang tinggi sekali."
"Hmmm mulutmu hina sekali!" menggumam pendeta itu.
lalu dia mengibaska lengan jubahnya, tanpa ampun lagi tubuh
si perwira telah terpental bergulingan diatas tanah.
Waktu dia berdiri, siimam sudah tidak terlihat lagi.
Tentu saja dia murka diperlakukan begitu oleh siimam.
tetapi karena dia mengetahui bahwa imam itu sangat hebat
sekali, dengan sendirinya dia tidak berani perintahkan anak
buahnya untuk mengejar siimam. Dia hanya meneriaki dengan
gusar kepada anak buahnya agar mengejar dan mencari Hek
Sin Ho, bahkan dua orang tentara negeri yang melangkah
ayal2an telah ditempilingnya, karena perwira itu ingin
melampiaskan kemendongkolan hatinya.
Hek Sin Ho berlari2 dengan cepat sekali meningggalkan
kota tersebut. Dia memang tidak memiliki banya barang maka dari itu
tidak ada yang dibuntal dan dia bisa berangkat segera dari
tempat pertempuran tanpa perlu kembali kekamar
penginapannya karena memang tidak ada barang yang
tertinggal. Dengan mempergunakan ilmu lari cepatnya dia telah
melarikan diri gesit luar biasa, dalam waktu sekejap mata ia
telah belasan lie yarg dilaluinya.
Dengan demikian, Hek Sin Ho telah meninggalkan kota itu
menuju Bu Ciang- Tetapi disaat Hek Sin Ho tengah enak2nya berlari dengan
cepat sekali, dan akan melewati permukaan sebuah hutan
belantara, dimana Bu Ciang sudah terpisah hanya belasan lie
lagi, di saat itulah, dia telah melibat sesosok bayangan
bergerak cepat sekali dipermukaan hutan itu,
Sebagai seorang pemuda yang memiliki kepandaian yang
sangat hebat sekali, disamping itu dia juga sangat tabah.
Maka dari itu tidak mengherankan, dengan cepat Hek Sin
Ho melompat kebalik sebatang pohon.
Dia berdiam bersembunyi untuk mengawasi sosok tubuh
yang tengah berlari mendatangi mendekati permukaan hutan
itu. Keadaan disekitar tempat itu sepi dan gelap sekali, karena
masih terpisah agak jauh, Hek Sin Ho tidak bisa melihat jelas
siapa orang yang tengah berlari2 dimalam hari dan sesepi ini.
Dengan hati2 sekali Hek Si Ho telah mengikuti secara
diam2 sosok bayangan itu.
Setelah berlari sejenak lamanya, ketika tiba dimuka hutan
itu, sosok bayangan itu berhenti.
Kebetulan awan hitam yang tadi menutupi rembulan telah
bergeser sinarnya menerangkan sekitar tempat tersebut
Hati Hek Sin Ho jadi tercekat kaget dan juga girang, karena
dia telah mengenali jelas, orang itu tidak lain dari Song Tong
leng, Song Kiam Ceng, orang yang tengah dicarinya juga
beberapa saat yang lalu, karena orang she Song inilah yang
telah menculik puteranya Tong Keng Hok,


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan cepat Hek Sin Ho mengikuti lebih dekat lagi,
karena dia ingin mengetahui apa yang bendak dilakukan oleh
Tongleng itu, yang dimalam buta tersebut berkeliaran seorang
diri. Setelah berdiam diri sejenak, tampaknya Tongleng itu telah
cukup beristirahat dan dia mulai melangkah memasuki rimba
itu. Hek Sin Ho mengikuti terus, dan dia bersikap hati2 Sekali
karena Hek Sin Ho menyadarinya bahwa Song Tongleng
memang memiliki kepandaian yang tinggi dan juga memiliki
pendengaran yang sangat tajam.
Maka dari itu dengan sendirinya pula dalam keadaan
seperti itu Hek Sin Ho mengikutinya dengan sikap yang hati2
jangan sampai menimbulkan suara berkeresekan. sebab jika
terjadi hal itu pasti orang she Song tersebut akan mengetahui
dirinya dikuntit seseorang.
Hek Sin Ho mengikuti terus sampat didekat pertengahan
hutan itu. Tetapi Song Kiam Beng masih terus juga berjalan
memasuki hutan itu. Tampaknya diapun tengah tergesa2, semakin lama semakin
mempercepat langkah kakinya.
Dalam waktu yang cukup lama, akhirnya dia telah tiba
diujung rimba itu, yang ternyata ditempat tersebut terbentang
sebuah lapangan rumput. Dan diatas sebuah batu gunung yang lebat bulat, tampak
duduk tiga orang pendeta berkepala botak licin, yang berusia
tua dan ketiganya memelihara jenggot yang panjang. Tetap1
ketiga pendeta tua itu agak aneh keadaannya, karena yang
seorang memakai jubah pendeta warna merah, yang seorang
kuning dan yang seorang lagi putih.
Tentu saja keadaan ketiga pendeta itu aneh sekali, Jika
mereka tiga orang Laama dari Persia atau Lhasa, hal itu
memang tidak mengherankan, karena disana terdapat Buddha
hidup yang terbagi tiga, yaitu dari Lhama merah. Lhama putih
dan Lhama kuning, Ketiga golongan itu masing2 memiliki
seorang Buddha hidup yang kekuasaannya melebihi
kekuasaan seorang raja. Maka yang aneh, justeru pendeta tersebut adalah hwesio
dari daratan Tionggoan, bukan pendeta dari Tibet atau Lhasa,
bukan Lhama. maka itu aneh sekali cara mereka berpakaian
seperti itu. Waktu melihat ketiga hweshio itu, Song-Kiam Ceng cepat
menghampiri dan berlutut.
"Boanpwee menunjukan hormat kepada Locianpwe!"
katanya sambil mengangakan kepalanya tiga kali, "Boanpwe
Song Kiam Ceng sangat beruntung, karena samwie (ketiga
tuan) Siansu. ternyata telah bersedia untuk memenuhi
undangan Boanpwe." Dan setelah berkata begitu, barulah Song Kiam Ceng
bangkit berdiri. Sedangkan ketiga pendeta tua itu, yang masing2 memakai
baju jubah merah, kuning dan putih, telah menganggukan
kepalanya berulang kali. "Hemmm. kami menenuhi undangan kau hanya untuk
melihat sesungguhnya apakah didaratan Tionggoan ini masih
terdapat jago2 yaag bisa menandingi kepandaian kami!"
berkata hweshio yang memakai jubah merah itu,
Rupanya hweshio itu seorang yang sangat galak sekali,
sebab dia telah berkata dengan nada yang demikian sombong.
Sedangkan Song Kiam Ceng telah menganggukkan
kepalanya. "Boanpwe yakin, tidak mungkin ada yang bisa menandingi
kepandaian Sam Tiauw Sam Hud (Tiga Buddha Tiga Rajawal)"
katanya memuji mengumpak. Tentu saja Hek Sin Ho yang
mendengar gelaran ketiga pendeta itu, yang agak ganjil, yaitu
Sam Tiauw Sam Hud, jadi heran.
Selamanya dia belum pernah mendengar gelaran seperti
itu, yang tentu saja seperti gelaran yang lucu, namun
didengar dari nada suara dan perkataannya, tampaknya
hweshio itu sangat sombong dan merasa yakin bahwa mereka
merupakan orang2 yang terpandai didunia ini. "Si hweshio
yang memakai jubah kuning juga telah ikut bicara.
"Dengan adanya kami, maka kau tidak perlu kuatir! Dengan
hanya menyentilkan jari telunjuk kami. batok kepala Tan Kee
Lok akan kami potes dari lehernya."
Song Tongleng tertawa senang.
Sombong sekali perkataan itu.
Dada Hek Sin Ho juga gemuruh diamuk amarah.
Bagaimana mungkin hweshio yang tidak pernah didengar
nama dan gelarannya itu, ternyata bicara demikian sombong,
sehingga dia begitu meremehkan Tan Kee Lok, pemimpin
besar dari Ang Hwa Hwee"
Dengan sorot mata yang tajam. Hek Sin Ho mengikuti terus
percakapan mereka. "Menurut rencana yang telah diatur, kita harus membasmi
semua orang2 yang berusaha merongrong dan mengganggu
kewibawaan pemerintah! Seorang demi seorang Harus
dibasmi habis. Jika menang perlu, kita harus membasminya
tanpa pandang bulu! Maka dengan adanya Sam wie Tjisu
Locianpwe, kami yakin pemerintah akan dapat diselamatkan
dari pemberontakan-pemberontakan besar dan kaisar pasti
sangat bersyukur dan berterima kasih sekali kepada Sam Wie
Taisu Locianpwe." Mendengar pujian dan umpakin Song Tongleng ini ketiga
orang hweshio itu telah tertawa bergelak2. suara tertawa
mereka aneh sekali karena suara tertawa mereka seperti juga
suara burung serak. "Hmm, kami tidak mengharapkan sesuatu apapun juga,
hanya kami telah senang jika Kaisar Kian Liong bersedia
menghargai bantuan kami!"
"Oh itu sudah jelas! Iiu sudah jelas!" tertawa Tongleng
tersebut. "Kaisar pasti akan mengangkat Samwie Taisu
sebagai Hoksu (guru agama) dan penasehat pribadi Kaisar!
Hal itu pernah disampaikan Hongsiang kepada Boanpwe -
asalkan memang Samwie Taisu Locianpwe berhasil membasmi
Tan Kee Lok berikut semua anak buahnya."
Mendengar itu. ketiga orang hweshio itu telah tertawa
dingin. "Hemm, apa sulitnya membasmi mereka! Jika dulu kami
tidak pernah menampakan diri Karena kami memang
mengasingkan diri selama enam puluh tahun untuk
menyaksikan ilmu kami tetapi sekarang kami telah berhasil
dan sempurna sekali, siapapun tidak mungkin dapat
menandingi kepandaian kami."
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat sekali dengan
mengeluarkan suara tertawa keras bukan main, tahu2 bweshio
yang memakai jubah merah itu, telah menggerakkan tangan
kanannya. "Keluarlah kau, untuk apa bersembunyi terus disitu?"
bentaknya. Hek Sin Ho terkejut bukan main, karena membarengi
dengan suara bentakan sihweshio, maka dia merasakan
betapa tubuhnya seperti juga ditarik oleh suatu kekuatan yang
tidak terlibat oleh mata.
Dan tarikan tenaga itu, yang tidak tampak sama sekali,
merupakan tarikan tenaga dalam sihweshio yang telah
sempurna sekali. Inilah yang luar biasa bukan main, karena dengan adanya
peristiwa ini, dia sudah bisa melihat bahwa lwekang sibweshio
telah sempurna sekali. Sebab dari jarak yang terpisah begitu jauh, ternyata
sipendeta dapat menariknya dengan tenaga yang begitu kuat
bukan main. Hek Sin Ho menyedot napasnya dalam2 dia telah
menyalurkan tenaga dalamnya dan menangkis dengan
mengibaskan tangannya. Tetapi tidak urung tubuhnya telah tertarik sampai sepuluh
tombak, terhuyung hampir saja jatuh terjerembab dihadapan
ketiga orang hweshio itu.
Tentu saja Hek Sin Ho kaget bukan main tetapi dia tidak
takut, dengan gesit sekali dia telah menjejakan kakinya,
tubuhnya telah melompat dengan cepat sekali, dia telah
melompat sambil menjauhi diri.
Si hweshio tertawa dingin saja tetapi dia sudah tidak
melakukan gerakan apa2 lagi.
Song Tongleng semula terkejut, karena dia sama sekali
tidak mengatabui ada orang yang tengah mengintai diri
mereka berempat Adalah luar biasa hwesio jubah merah itu yang telah
mengetahui kehadiran Hek Sin Ho.
Dan yang lebih luar biasa, dia biasa lagi Hek Sin Ho keluar
dari tempat persembunyiannya dengan mempergunakan
kekuatan lweekangnya. Maka dari itu, tidak mengherankan, Song Tongleng sangat
kagum sekali atas kesenpurnaan ilmu dari pendeta tua
tersebut, yang benar mengagumkan sekali.
Tetapi disaat itu, dia juga jadi kaget bukan main melihat
bahwa orang yang ditarik keluar dari tempat
persembunyiaenya tidak lain dari Hek Sin Ho.
"Hemmmm. kiranya sisetan hitam itu. mendengus Song
Tongleng girang. "Samwie Taisu, dialah musuh negara, kalau
bisa ditangkap dan jangan biarkan dia meloloskan diri, telah
banyak perbuatan dosa yang dilakukannya!"
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat dengan gerakan
yang ringan, dia telah menggerakkan tangannya untuk mulai
melancarkan serangan kepada Hek Sin Ho.
"Mundur kau !" bentak sihweshio berjubah merah itu
dengan suara yang keras. Sambil membentak begitu, dia juga telah mengibaskan
tangannya yang meluncur kekuatan luar biasa.
Tubuh Song Tongleng jadi terhuyung mundur beberapa
langkah, tetapi tidak sampai rubuh dia hanya kaget dan malu,
sehingga berdiri ditempatnya dengan muka yang merah
padam. Tadi sibweshio mempergunakan tenaganya hanya sebagian
kecil, dia juga mengibaskan, tangannya seenaknya saja,
dengan sendirinya dia bisa membayangkan hebatnya jika
hweshio itu sungguh2 mempergunakan tenaganya.
"Siapa kau?" bentak hweshio jubah merah itu dengan suara
dingin kepada Hek Sin Ho.
"Aku Hek Sin Ho !" menyahuti Hek Sin Ho dengan berani.
"Hek Sin Ho?" "Tepat ! Aneh?"
"Cocok dengan mukamu. Tadi semula aku menduga bahwa
Tongleng datang berdua dengan kau ! Maka itu-heranlah kami
mengapa yang muncul hanya Song tongleng, sedangkan kami
mendengar jelas suara langkah kaki dua orang?" menggumam
pendeta itu. Hek Sin Ho jadi terkejut lagi, karena tadi Waktu dia
mengikuti Song Toojleng, dia telah mempergunakan ilmu
meringankan tubuhnya yang sempurna, langkah kakinya tidak
menimbulkan suara. Sedangkan Song Tongleng sendiri tidak mendengar suara
langkah kaki Hek Sin Ho, sehingga dia tidak mengetahui
bahwa dirinya tengah diikuti, Tetapi yang luar biasa adalah
hweshio2 ini, yang terpisah dalam jarak yang jauh, namun
bisa mendengar suara langkah kaki Hek Sin Ho.
Hal itu tentu saja membuktikan bahwa kepandaian ketiga
pendeta itu memang telah luar biasa sekali.
"Heemmm..." mendengus dingin sipendeta jubah kuning.
"Usiamu masih muda, tetapi lolap melihat kepandaianmu
cukup lumayan Siapa yang menjadi gurumu?"
"Tidak ada." menyahuti Hek Sin Ho.
"Bicara bohong kau ?" bentak pendeta itu dengan murka.
"Aku bicra apa adanya, untuk apa aku berdusta! Tidak ada
guru tidak ada orang yang mengajari aku ilmu silat." kata Hek
Sin Ho berani sekali. "Lalu, kau mau mengartikannya bahwa engkau memang
sudah mengerti ilmu silat sejak berada didalam perut ibumu?"
bentak sipendeta. "Kurang lebih begitu." "Mengapa harus kurang dan lebih?"
"Bukankah manusia hidup pun harus kurang dan lebih ?"
menantang sekali suara Hek Sin Ho. "Jika terlampau
berlebihan terus, maka berlebihan, minum berlebihan, tidur
berlebihan, dan memakai perhiasan berlebihan, akhirnya
manusia itu sendiri yang celaka. Juga jika kekurangan, jika
kurang makan, kurang tidur, kurang sehat, kurang jelas
pendengaran dan penglihatan, kurang minum, dan kurang
segala2nya, bukankah mrnusia itu juga akan celaka?"
Ditanggapi begitu, dipergunakan dengan kata2 Budha yang
disitir oleh Hek Sin Ho, tentu Saja ketiga hweshio itu jadi
gusar. Dengan muka yang berobah merah, tampale pendeta
berjubah putih, yang sejak tadi berdiam diri saja, telah
berkata dengan suara yang seraki dan nyaring seperti suara
wanita, "Hemm, memang engkau anak kurang ajar. Inilah aku
yang akan mendidik kau ilmu silat!"
Dan setelah berkata begitu, pendeta jubah putih itu
menggerakkan tangan kanannya dari bawah kearah atas.
dengan telapak tangan menghadap langit.
Luar biasa Sekali, Hek Sin Ho merasakan menyambarnya
serangkum angin serangan yang bukan main kuatnya,
sehingga tubuhnya jadi terlontar ketengah udara.
Disaat itu sipendeta jubah putih itu telah memutar2
tangannya, Dan yang celaka adalah Hek Sin Ho. yang tubuhnya jadi
ikut berputar di tengah udara, karena dia tengah terlibat oleh
kekuatan tenaga lwekang yang dahsyat dari pendeta itu.
Ilmu yang dipergunakan oleh si pendeta jubah putih itu
bukan ilmu siluman etau ilmu sihir, Itulah ilmu tenaga dalam
yang telah dilatihnya dengan sempurna sekali. Maka dari itu si
hweshio dapat mempergunakan tenaga dalamnya itu
sekehendak hatinya. Bukan main cara menyerangnya itu, dia telah dapat
mempermainkan Hek Sin Ho dengan ilmu tenaga dalamnya
yang dahsyat seperti itu,
Maka dari itu, bukan main terkejutnya Hek Sin Ho, pemuda
ini sampai mengeluarkan suara seruan tertahan karena dia
memang sangat terkejut sekali.


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sedangkan Song tongleng mengawasi dengan takjub,
betapa tidak bisa diterima dalam akal, tubuh Hek Sin Ho bisa
di putar2 ditengah udara seperti itu, bagaikan sebuah bola
yang tidak terkendalikan.
Tentu saja dalam keadaan seperti itu Hek Sin Ho berusaha
untuk memutar otak. Dia telah berusaha mencari jalan untuk menghadapi ilmu
aneh dari pendeta ini. Gerakan yang dilakukan sipendeta tadi tanpa menyentuh
tubuhnya, tetapi tenaganya yaug tidak terlihat itu ternyata
sangat hebat sekali, disamping itu telah berhasil melontarkan
tubuh Hek Sin Ho dan menahannya ditengab udara tanpa
tubuh Hek Sin Ho meluncur turun lagi.
Dengan cepat pula sipendeta telah bisa memutar tubuh
Hek Sin Ho, sehingga pemuda itu jadi berkunang2 matanya
dan kepalanya jadi pusing, karena dia mabok sekali terputar
terus di tengah udara. Dan dalam keadaan seperti itu. sebelum dia bisa berpikir
lebib jauh, disaat kepalanya pusing sekali, justeru sipendeta
jubah putih itu telah menghentak tangannya kebawah.
Maka tidak ampun lagi tubuh Hek Sin Ho telah terbanting
keras sekali diatas tanah.
Keruan saja Hek Sin Ho yang terbanting keras itu
menderita kesakitan yang bukan main-
Tanpa dikehendakinya, dia jadi mengeluarkan suara jeritan
tertahan. Sedangkan ketiga hweshio itu telah tertawa lagi, suara
tertawa mereka tetap seperti suara burung merak... tidak
sedap didengar. Dengan merangkak bangun, Hek Sin Ho berusaha berdiri
tetap Tetapi saat itu kepalanya masih pusing bukan main, dia jadi
mengeluh. Yang tengah dipikirkannya Saat itu adalah bagaimana
caranya dia harus meloloskan diri dari tangan ketiga orang
pendeta itu, karena jika tidak tentu dirinya akan tertawan
dengan mudah, ilmu ketiga pendeta itu memang luar biasa
sekali dan tidak mudah untuk dihadapinya...
Tetapi untuk melarikan dan meloloskan diri dari tangan
ketiga pendeta itu, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah,
walaupun bagaimana keadaan seperti ini tidak memungkinkan
Hek Sin Ho bisa meloloskan diri.
Saat itu juga Song Tongleng girang bukan main. dia telah
melompat untuk membekuk Hek Sin Ho.
"Jangan sentuh dia." bentak sipendeta berjubah putih, dan
mengibas dengan tangan bajunya.
Karena tergesa2, maka sipendeta baju putih ini telah
mengibas lebih kuat dari kawannya tadi.
Yang celaka adalah Song Tongleng, yang tubuhnya jadi
terpental keras sekali, terguling diatas tanah, sampai dia
meogoluarkan suara jeritan.
Dan untuk seterusnya, setelah berdiri Song Tongleng tidak
berani untuk menghampiri Hek Sin Ho lagi, karena dia takut
justru ketiga pendeta itu akan memperlakukan dirinya seperti
bola.... Hek Sin Ho telah berbasil berdiri, dia telah menggedikkan
kepalanya berulang kali. Kepalanya masih pusing bukan main, dengan sendirinya dia
juga melihat semuanya masih kabur dan berlarian samar
sekali. Setelah memejamkan matanya berulang kali, barulah dia
bisa memandang dengan wajar kembali.
"Sekarang engkau mau bicara secara baik dan jujur, atau
memang engkau inginkan mengoreknya ?" tanya sipendeta
jubah putih. "Apa yang ingin kalian tanyakan?" tanya Hek Sin Ho acuh
tak acuh. Walaupun dia melihat kepandaian ketiga hwesbio itu luar
biasa, dan dirinya memang sudah bukan lawan dari ketiga
hwesbio tersebut, namun setidaknya dia tidak ingin
memperlihatkan perasaan takutnya, karena Hek Sin Ho
memang tabah sekali. "Sebutlah asal usulmu yang sebenarnya." kata sipendeta.
"Aku harus mulainya dari bagian mana?" tanya Hek Sin Ho
"Siapa gurumu."
"Aku sendiri!" Muka ketiga pendeta itu jadi berobah lagi, mereka gusar
bukan main, karena mereka menganggap Hek Sin Ho ingin
mempermainkan diri mereka.
Sipendeta baju putih sudah menggerakkan tangannya
hendak melancarkan serangan lagi, tetapi telah ditahan oleh
sipendeta jubah merah. "Sekarang jawab yang benar, siapa gurumu?" tanya
sipendeta jubah merah itu.
"Telah, berapa kali aku harus mengatakan bahwa aku
mempelajari ilmu silatku ini sendiri ?" tanya Hek Sin Ho
dengan suara mendongkol, sedikitpun dia tidak
memperlihatkan perasaan takut. "Sudah kukatakan berulang
kali bahwa aku tidak memiliki guru."
"Baiklah jika begitu, sekarang kau katakan, Siapa kedua
orang tuamu ?" tanyanya lagi si pendeta jubah merah.
"Ayahku?" tanya Hek Sin Ho.
"Ya!" mendongkol bukan main pendeta itu. "Cepat katakan,
jangan seperti anak yang tolol."
Disaat itu Sesungguhnya Hek Sin Ho mengulurkan waktu
karena memang tengah memikirkan rencana untuk meloloskan
diri. Dia juga menyadari bahwa ayahnya dan kakeknya sangat
terkenal, sebagai seorang gagah nomor satu dijaman itu,
maka dengan sendirinya jika dia menyebufkan nama mereka,
mungkin dirinya sulit lolos lagi, terlebih lagi pihak pemerintah
memang tengah mencari Ouw Hui dan Biauw Jin Hong.
Disaat itu, setelah berpikir sejenak, Hek Sin Ho telah
menyahuti dengan suara yang lantang : "Ayahku she Tong
dan bernama A Tu, sedangkan ibuku Lie Sie!"
"Akhhh, nama yang kampungan!"kata sipendeta.
"Kampung dengan kota sama saja, yang terpenting
manusia yang harus baik seperti kedua orang tuaku, tidak
seperti kalian yang telah mempergunakan kepandaian untuk
menghina y3ng muda dan lemah" Apa yang bisa
dibanggakan" Coba kalau kalian bertemu dengan jago2 yang
memiliki kepandaian tinggi, tentu sekali menggerakan
tangannya, segera juga kalian bisa dikirim keneraka!"
Berani sekali Hek Sin Ho berkata begitu, membuat muka
ketiga pendeta itu jadi berobah merah padam.
Betapapun juga ketiga pendeta itu memang telah terbakar
hatinya, mereka murka sekali.
Sipendeta berjubah kuning telah menggerakkan tangannya,
dia menghantamkan jari tangannya menuju kearah Hek Sin
Ho. Dari jari tangannya itu meluncur keluar serangkum angin
serangan yang bukan main kuatnya.
Dan dengan mengeluarkan jeritan kaget dan kesakitan
tubuh Hek Sin Ho jadi terlontarkan keras sekali, sehingga dia
sampai bergulingan beberapa kali.
Kemudian setelah merangkak bangun, Hek Sin Ho
membarengi dengan mengangkat kakinya untuk melarikan
diri. Tetapi maksudnya itu telah diduga oleh si hwesio, karena
seperti juga menarik sesuatu yaitu dengan menggariskan
telunjuknya menuju kearah dadanya sendiri, sihweshio telah
membentak nyaring : "Kembali.." Aneh sekali tubuh Hek Sin Ho seperti ditarik sesuatu yang
dahsyat sekali. Tanpa berdaya dia telah terhuyung mundur kembali
mendekati ketiga pendeta itu.
Seketika itu juga Hek Sin Ho jadi mengeluh karena disaat
itulah dia baru menyadarinya bahwa dirinya tidak mungkin
meloloskan diri dari ketiga pendeta yang memiliki kepandaian
yang demikian hebat. "Hemmmm, jago2 mana saja yang kau maksudkan, yang
bisa merubuhkan diri kami ?" tanya sipendeta jubah kuning itu
setelah melepaskan pengaruh tenaga dalamnya didiri Hek Sin
Ho. "Banyak sekali, Banyak sekali" kata Hek Sin Ho dengan
berani. Walaupun menyadari dirinya tidak mungkin terlolos dari
tangan sipendeta yang sakti tersebut, namun sebagai seorang
anak yang berpikiran cerdas sekali, dia segera terpikir untuk
mempergunakan siasat dan kelicinan lidahnya untuk
membakar ketiga pendeta itu.
"Banyak sekali. Bunyak sekali. Katakan yarg jelas! Siapa
mereka?" bentak pendeta itu murka.
"Bukankah sudah kukatakan sangat banyak" Klau
disebutkan satu persatu tentu tidak akan habis walaupun satu
hari satu malam aku menyebutkan nama mereka.....!"
"Apikah didaratan Tionggoan demikian banyak terdapat
jago2 yang hebat ?" tanya si pendeta merah itu menoleh
kepada Song Tongleng. "Dusta! Tidak banyak?" menyahuti Song Tongleng cepat.
"Siapa?" tanya Song Tongleng kemudian.
"Mereka tidak ada artinya bagi Samwie Taisu karena
kepandaian mereka biasa saja!" kata Sons Tongleng untuk
menggembirakan ketiga pendeta itu.
Tetapi tangan pendeta baju merah itu tahu2 telah bergerak
dan bersuara "plakkk, plookkk" nyaring sekali karena muka
Song Tengleng telah berhasil dipukulnya dengan keras sekali.
"Aku tanyakan siapa nama mereka seorang demi seorang,
bukan meminta kau bicara tidak keruan." suara sipendeta
aseran sekali. Song Tongleng jadi kuncup nyalinya, dia memang
mengetahui bahwa ketiga pendeta tersebut merupakan tiga
pendeta yang memiliki kepandaian yang hebat sekali dan
memiliki adat yang aneh. "Dan dengan memanfaatkan sifat aneh mereka itulah, Song
Toagleng akhirnya berhasil mengundang mereka.
namun, kini disaat berapa kali dia mengalami gempuran
dari pendeta tersebut, setidak2nya hati Song Tongleng jadi
mendongkol dan gusar tetapi dia tidak berani memperlihatkan
perasaannya itu. Kaisar sendiri tidak memperlakukan dia
demikian Kasar Setelah mengiyakan dengan mengangguk anggukan
kepalanya beberapa kali, Song Tongleng menyebutkan namanama
jago jago rimba persilatan, yang namanya merupakan
orang2nya' "Hmm, kau jual suara terlalu tinggi." mengejek Hek Sin Ho
dengan suara tertawa dingin. "Coba kau katakan apakah Ouw
It To itu jago yang hebat atau tidak " Ouw Hui itu seorang
pendekar yang gagah bukan" Biauw Jin Hong itu pendekar
nomor satu dijaman ini, bukan" Apakah kau sanggup melawan
mereka dua tiga jurus" Ayo jawab yang jujur."
Ditanggapi begitu oleh Hek Sin Ho. muka Song Tongleng
berobah jadi merah. Dia mengawasi mendelik penuda itu. jika memang tidak
ada ketiga orarg pendeta aneh tersebut, tentu dia telah
menerjang untuk melancarkan serangan karena sudah tidak
bisa menahan kemurkaan dihatinya.
"Hemm, kau belum menyahuti pertanyaan anak itu," kata
sipendeta jubah merah itu.
"Memang yang disebutkannya itu merupakan pemberontak
yang memiliki kepandaian lumayan tetapi mereka belum
berarti apa2 karena belum lama yang lalu merekapun telah
berhasil dirubuhkan oleh orangku.
Setelah berkata begitu, beberapa kali Song Tongleng
tertawa dingin, sambil menatap kearab Hek Sin Ho dengan
sorot mata yang tajam, matanya itu mendelik penuh
kegusaran yang luar biasa.
-oo0dw0ooTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 12 Tamat Hek SIN HO tertawa tawar.
"Enak saja kau bicara." katanya kemudian. "Mana mungkin
urusan itu terjadi. Walaupun kau kerahkan seluruh kekuatan
dari pengawal istana. tidak nantinya jago2 istana itu dapat
menghadapi pendekar2 besar itu. Jika memang kalian yang
sipat kuping dan angkat kaki seribu untuk lari kepangkuan ibu
dan nenekmu, tentu itu memang bisa dimaklumi... Kalau
memang kalian bisa menandingi mereka, untuk apa kalian
bersusah payah mengundang ketiga Taysu ini?"
Hek Sin Ho berkata dengan suara yang wajar, dengan sikap
yang berani sekali, kata2nya juga memang masuk dalam akal,
sehingga ketiga peadeta itu jadi tertawa dingin beberapa kali
dengan muka yang merah. Sedangkan Song Tongleng yang memang tidak pandai
bicara, jadi gelagapan. Dia murka dia penasaran dia juga memang diliputi
ketakutan takut kalau2 ketiga pendeta itu merobah pikirannya.
Kalau terjadi begitu, bukanlah hal itu sangat membahayakan
sekali?" Maka disaat dia gugup begitu, dia teringat sesuatu,
"Jika tidak salah engkau memang masih ada hubungannya
dengan Ouw Hui dan Biauw Jin Hong bukan?" tanyanya
dengan suara yang dingin.
"Aku mana memiliki peruntungan yang begitu baik
sehingga bisa mempunyai hubungan dengan para pendekar
besar itu ?" balik tanya Hek Sin Ho.
Semula Tongleng itu bermaksud melibatkan Hek Sin Ho
dengan nama2 jago itu, untuk membangkitkan kemarahan
dan penasaran dari ketiga pendeta itu.
Dengan adanya jawaban Hek Sin Ho, bukan saja Tongleng
itu tidak berhasil menarik simpati dari ketiga pendeta itu,
malah sebaliknya. "Hemmm, rupanya Song Tongleng bekerja terlalu ceroboh,
sehingga anak semuda ini ingin disangkut kaitan dengan
begitu mudah saja kepada beberapa nama jago2 didaratan
Tionggoan "....."
Tentu saja, hal ini telah membuat Tongleng itu jadi
kelabakan. Tetapi dia cepat2 telah menyahuti. "Sam Wie Taisu, mulut
anak ini memang sangat berbisa, jika dia bicara terus, tentu


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia akan blcara hal yang tidak2 Maka terlebih dulu kita
tangkap dia kemudian kita korek keterangan darinya, meacari
asal usulnya dengan sebenarnya
"Hemm, kami tentunya tidak perlu diajari oleh kau, Song
Tongleng, kami lebih mengetahui apa yang harus kami
lekukan." kata sipen-dsta jubah kuning itu dengan suara yang
dingin dan tidak mengandung perasaan apapun juga.
"Jika demikian, biarlah setan kecil itu kuserahkan kepada
Sam Wie Taisu." kata Song Tongleng yang jadi kewalahan
oleh perkembangan yang terakhir ini.
Sedangkan Hek Sin Ho sendiri telah tertawa dingin
berulang kali. Pemuda ini telah melihat bahwa Song Tongleng mulai salah
tingkah. tetapi disaat Hek Sin Ho tengah girang begitu, disaat itu
juga tampak tangan sipendeta baju putih telah bergerak lagi.
"Naik." teriak pendeta itu.
Dan seperti tadi tubuh Hek Sin Ho telah terbang keatas
lagi, telah diputar pula oleh pendeta itu.
Malah kali ini pendeta itu memutarnya dalam waktu yang
sangat lama dan panjang sekali sehingga membuat Hek Sin
Ho pusing bukan main. terlebih pula, putaran itu merupakan
kekuatan tenaga dalam yang dahsyat, yang membuat Hek Sin
Ho tidak bisa menguasai diri. akibat dari gencatan tenaga
dalam itu. Dengan Sendirinya, dia merasakan kepalanya seperti ingin
pecah, langit seperti ingin runtuh. Diam2 Hek Sin Ho
mengeluh "Rupanya kali ini aku tidak bisa lolos dari kematian."
katanya dengan suara yang putus asa.
Dan baru Saja dia berpikir begitu, baru dia berucap begitu,
maka disaat itu jaga sipendeta berjubah putih itu telah
menghentak tangannya lagL
Maka seketika itu tubuh Hek Sin Ho meluncur turun
ketanah, terbanting keras bukan main sehingga menimbulkan
suara yang keras sekali. Seketika itu juga Hek Sin Ho mengeluarkan suara jerit
kesakitan yang nyaring kepalanya pusing bukan main.
Untuk saat yang cukup lama dia tidak bisa bangun berdiri,
tetap diam ditempatnya itu dengan kepala tertunduk dan mata
yang dipejamkan rapat2. Setelah pusing dtkepalanya itu agak berkurang, barulah
Hek Sin Ho membuka matanya itu.
"Katakan terus terang...." kata sipendeta jubah putih, Dan
yang terpenting harus bicara jujur... siapa jago2 lainnya! Jika
saja kau mau membawa adat, kami bisa membawa adat juga,
dan yang akan celaka adalah dirimu sendiri?"
Dan setelah berkata begitu, sipendeta telah memandang
dengan sinar mata yang sangat tajam sekali kepada Hek Sin
Ho. Saat itu Hek Sin Ho telah berusaha untuk berdiri, dia
bingung bukan main. Jika dirinya terus menerus dipermainkan oleh ketiga
hweshio itu yang mengandalkan kekuatan tenaga lwekangnya
yang sempurna, niscaya dirinya yang akan celaka.
Tetapi, untuk menghadapi kekuatan tenaga dalam pendeta
itu, diapun tidak memiliki kesanggupan.
Didalam keadaan seperti itu, ketika sipendeta tengah
berkata2, tiba2 sekali Hek Sin Ho teringat sesuatu.
"Ihhh...!" diam2 dia telah berpikir didalam hatinya.
"Mengapa aku tidak mempergunakan jurus Ie Hong Hoa?"
Yang dimaksud dengan jurus Ie Hong Hoa adalah jurus
Hujan Angin Bunga, suatu jurus yang sangat luar biasa, yang
telah dciptakan oleh ayahnya, dengan menggabungkan ilmu
dari dua keluarga, yaitu dari keluarga Ouw dan keluarga
Biauw, Seperti diketahui bahwa ayah Hek Sin Ho memang
telah berhasil menciptakan semacam ilmu gabungan yang
hebat sekali. Bukan main girangnya Hek Sin Ho.
Dia memang belum pernah mempergunakan ilmu itu, tetapi
Hek Sin Ho memang telah pernah diberitahukan oleh ayahnya
bahwa jurus Ie-Hong Hoa itu merupakan jurus yang luar
biasa. Betapa lihaynya sang lawan, jangan harap lawan itu bisa
menguasai dirinya. Maka dari itu mau tidak mau memang Hek Sin Ho jadi
girang bukan main tahu2 dia telah melompat dengan
sepasang kakinya dikakukan dan dengan mengeluarkan suara
bentakan, tahu2 dia telah menggerakkan kedua tangannya
dengan gerakkan ditekuk dan dilonjorkan berulang kali.
Gerakan itu tentu saja merupakan gerakan yang sangan
ajaib sekali dan tampaknya juga merupakan gerakan yang
biasa saja. Tetapi aneh, dari kedua tangannya meluncur keluar
serangkuman angin serangan yang perlahan dan lembut sekali
tetapi bisa menghancurkan.
Ketiga pendeta itu jadi kaget bukan main karena biar
bagaimana mereka adalah jago jago yang sudah sempurna
ilmu lwekangnya, mereka telah mengetahui dan dapat
membedakan mana ilmu sejati dan mana yang bukan.
Waktu mereka merasakan menyambarnya angin serangan
yang begitu halus dan lembut tentu saja mereka jadi terkejut
bukan main sebab diantara kelembutan itu menyelusup
semacam tenaga yang tajam sekali.
Sipendeta jubah putih itu mengeluarkan suara seruan
tertahan dan cepat2 menggerakkan tangannya. Ia
menghentak keatas dia bermaksud untuk melontarkan tubuh
Hek Sin Ho ketengah udara lagi.
Tetapi yang mengejutkan dia justru serangannya sama
sekali tidak berhasil, jangankan tubuh Hek Sin Ho
terlontarkan, sedangkan bergeser saja dari tempatnya berdiri
tidak sama sekali, tentu saja hal itu telah mengejutkan
sipendeta, yang telah mengulangi serangannya itu beberapa
kali, namun tetap saja gagal, sehingga membingungkan bukan
main hati pendeta tersebut.
Walaupun bagaimana memang kenyataannya terlihat jelas,
Hek Sin Ho seperti telah memperoleh suatu kekuatan yang
tidak bisa dibendung lagi, karena dia telah menerima serangan
dari si pendeta dengan kekuatan yang sangat hebat.
Dengan sendirinya, mau tidak mau telah membuat Hek Sin
Ho dapat menggerakkan tangan dan kakinya tanpa
terpengaruh oleh hentakan tangan sipendeta.
"Ihhh." pendeta itu telah mengeluarkan suara tertahan.
Karena dia sama sekali tidak menyangka bahwa didunia
ada orang yang bisa bertahan dari kibasan tenaga dalamnya
itu. Selama mereka melatih ilmu itu, mereka tidak pernah gagal
untuk merubuhkan lawan-lawan mereka, walaupun bagaimana
liehaynya lawan itu. Tetapi Hek Sin Ho, seorang pemuda tanggung ini, ternyata
bisa mempertahankan diri dari serangan tenaga dalam mereka
itu. Dengan sendirinya pula, mau tidak mau pendeta itu
disamping terkejut, juga merasa kagum sekali.
Mereka jadi menduga duga, entah ilmu apa yang telah
dipergunakan oleh Hek Sin Ho.
Bahkan kedua pendeta yang lainnya jadi penasaran waktu
melihat usaha kawan mereka itu tidak memberi hasil.
Dengan cepat mereka telah menghentak juga dengan
lwekang mereka. Namun tetap saja Hek Sin Ho tidak bisa dilontarkan pula.
hanya pemuda itu tampak telah bergerak-gerak dan bersilat
dengan jurus2nya yang aneh itu.
Keruan saja ketiga pendeta itu jadi bingung mereka
menghentikan serangan dan hanya mengawasi tertegun.
Tetapi mereka jujur, mereka mengakui bahwa ilmu yang
dimiliki Hek Sin Ho sangat luar biasa sekali, maka dari itu
sipendeta putih itu berkata dengan suara yang lantang
"Sungguh hebat kau setan hitam ilmu apa yang kau
gunakan?" "Kalian ingin tahu?" tanya Hek Sin Ho sambil menghentikan
gerakannnya juga. "Sebutkanlahl" mendongkol juga pendeta itu yang melihat
sipemuda telah memperlihatkan sikap seperti mempermainkan
mereka. "inilah yang dinamakan ilmu mengusir tiga orang dedemitl"
kata Hek Sin Ho lagi. Keruan saja ketiga pendeta itu jadi terkejut sekali. karena
dengan berkata begitu, berarti Hek Sin Ho memang sengaja
menyindirnya. Maka dari itu, dengan mengeluarkan suara seruan gusar,
ketiganya telah melancarkan serangan yang serentak, dengan
mempergunakan lweekang mereka.
Hek Sin Ho juga tidak berani berayal lagi, dengan cepat
bukan main dia telah menggerakkan tangan dan kakinya, dia
telah bersilat dengan Ie Hong Hoa, dengan gerakan2nya yang
aneh. Tetapi karena ketiga orang pendeta itu melancarkan
serangannya dengan serentak, dengan sendirinya tenaga
lweekang mereka meluncur juga dengan serentak.
Maka dari itu, tidak mengherankan jika kekuatan itu jauh
lebih kuat dibandingkan dengan tadi.
Walaupun Hek Sin Ho telah berusaha untuk menghadapi
tekanan dari tenaga dslam ketiga orang pendeta itu, namun
usahanya itu masih gagal sebagian, karena tubuh Hek Sin Ho
telah! terlontarkan ketengah udara, terangkat sedikit demi
sedikit, dengan sipemuda masih terus juga bersilat dengan
gerakannya aneh, yang tebentar melonjorkan tangannya dan
sebentar menekuk. Dengan sendirinya, hal itu telah memperlihatkan bahwa
kepandaian yang dimiliki ketiga pendeta itu memang berada
diatas Hek Sin Ho Hanya saja disebabkan Hek Sin Ho telah mempergunakan
kepandaian yang aneh dan hebat sekali, dengan sendirinya dia
tidak mudah untuk dipermainkan kembali.
Disaat itulah, dengan penasaran sekali, ketiga pendeta
yang tengah penasaran, dan juga sebagai jago2 yang sudah
tidak msmiliki tandingan lagi, dengan sendirinya memperoleh
lawan yang berat seperti Hek Sin Ho, mereka jadi tertarik.
Maka mereka telah mengibaskan tangan mereka pulang pergi
tidak hentinya, mereka telah melancarkan Serangannya itu
dengan dahsyat sekali, semakin lama semakin hebat.
Hek Sin Ho sendiri jadi gugup. Dia belum yakin bahwa
ilmunya itu bisa menghadapi kepandaian ketiga orang pendeta
itu. Maka dia telah bersilat dengan Ie Hong Hoa dengan
sekuat telaganya, semakin lama gerakan2nya semakin cepat
dan gesit sekali. Yang luar biasa, justru dia bersilat dengan tubuhnya yang
terapung di tengah udara seperti itu....
Song Tongleng yang menyaksikan jalannya pertempuran
itu, jadi berdiri bengong saja.
Seumur hidupnya, baru kali ini Song Tongleng menyaksikan
pertempuran sedahsyat seperti itu.
Sebagai orang kepercayaan Kaisar, sesungguhnya dia telah
diakui oleh orang2 rimba persilatan sebagai jago yang memiliki
kepandaian luar biasa. Tetapi kini, melihat jalannya pertempuran antara ketiga
orang pendeta dengan Hek Sin Ho dengan sendirinya telah
membuat Song Tongleng jadi berdiam diri dengan muka yang
pucat, karena dia tengah membayangkan jika saja dia yang
menggantikan kedudukan Hek Sin Ho untuk menghadapi
ketiga pendeta itu, siang2 tubuhnya sudah hancur...!
Sedangkan Song Tongleng sendiri sama sekali tidak pernah
membayangkan bahwa Hek Sin Ho ternyata memang memiliki
kepandaian yang demikian hebat.
Maka dari itu, tidak habisnya dia menghela napas dan
menyesal dirinya mengapaijusteru dia tidak memiliki rejeki
yang sebesar itu, yang bisa mempelajari ilmu silat yang yang
hebat dan tinggi. Jalannya pertempuran yang tengah bertanggung antara
Hek Sin Ho dengan ketiga pendeta aneh ini berlangsung
semakin lama semakin hebat.
Gerakan kedua tangan dari ketiga pendeta itu Semakin
lama jadi semakin perlahan.
Tetapi bagi ahli2 yang bermata tajam mereka bisa
mengetahui bahwa gerakan yang semakin perlahan dan berat
Itu bukan berarti mereka Sudah letih melainkan tenaga menyerang mereka semakin
hebat, tetapi yang lebih luar biasa, justeru Hek Sin Ho masih
tetap bersilat dengan menggerakkan sepasang kaki dan
tangannya itu Dengan tubuh melayang2 ditengah udaia, akibat tekanan
tenaga lweekang yang dilontarkan oleh serangan ketiga
pendeta itu. Diam2 Hek Sin Ho telah mengeluh didalam hatinya, jika
memang dia melakukan pertempuran seperti itu terus
menerus, niscaya akhirnya dia akan letih dan dengan
sendirinya dia akan rubuh tidak berdaya.
Maka dari itu, cepat sekali dia berpikir untuk mencari akal.
Sebagai seoraog anak yang cerdik dan tabah akhirnya Hek
Sin Ho telah berteriak dengan suara yang nyaring, dengan
tetap kedua tangannya itu bergerak2 terus:
"Hemm, kalian mengaku sebagai tiga Buddha yang tiada
tandingannya dikolong langit ini, Tetapi tidak malukah kalian
bertiga telah mengeroyok diriku tanpa memperoleh
kemenangan walaupun telah Bertempur sekian lama?"
Tajam kata2 yang dilontarkan Hek Sin Ho, seketika itu juga
maka Ketiga pendeta itu jadi berobah merah padam.
Sedangkan Hek Sin Ho tetap meneruskan perkataannya
lagi, "Jika memang kalian benar2 memiliki kepandaian tinggi
mengapa harus memilih seorang jago muda tidak berarti
seperti diriku" Mengapa kalian tidak mencari pendekar besar"
"Hemmm! Hemmm! Sekarang aku tahu, Jika terhadapku,
engkau tentu bisa menghina dengan mengandalkan jumlah
banyak, sedangkan terhadap jago2 besar engkau dengan
mudah akan dirubuhkan hanya dalam satu jurus?"
Ketika orang pendeta itu Jadi bertambah merah mukanya,
mereka malu dan gusar sekali tetapi mereka tengah
mengerahkan kekuatan tenaga murni mereka tidak dapat
mereka memecahkan perhatian dan kekuatan, tidak bisa


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka bicara "Hemm." mendengus Hek Sin Ho lagi. "Kalian bertiga, tetap
tidak bisa memenangkan aku! Hemmm, sungguh pendeta
pendeta gundu1 tidak punya guna."
Ketiga pendeta itu sudah tidak bisa mempertahankan
dirinya lagi, mereka telah menarik pulang kekuatan tenaga
menyerang mereka. "Baiklah." kata mereka kemudian hampir serentak. Kau
tunjukkanlah, jago yang mana harus kami lawan, Dengan
ditariknya pulang tenaga serangan ketiga pendeta itu, maka
Hek Sin Ho telah meluncur turun dapat berdiri ditanah.
Sekujur tubuhnya telah mandi keringat, dia juga bernapas
dengan memburu. Pertempuran yang tadi benar2 telah meletihkan sekali diri
pemuda ini. "Hemm, begitu baru perbuatan seorang hohan dan
Enghiong, jangan hanya mementang mulut dan menepuk
dada mengakui diri sebagai pendekar besar, seorang Taihiap,
tidak tahunya perbuatannya tidak lebih dari kurcaci yang main
keroyok dan main pilih lawan, yang muda dan yang lemah,
yang mudah dirubuhkan!"
Muka ketiga pendeta itu bertambah merah, karena
perkataan yang dilontarkan oleh Hek Sin Ho merupakan
perkataan yaag sangat tajam menusuk hati mereka.
Tentu saja sebagai seorang pendekar, maka ketiga pendeta
itu merasa malu dengan teguran Hek Sin Ho.
Mereka memang merasakan bahwa menghadapi seorang
pemuda saja seperti Hek Sin Ho, mereka tidak bisa
merubuhkannya. bagaimana mereka bisa menepuk dada
mengatakan bahwa mereka merupakan jago2 tanpa tanding
dikolong langit" Maka dari itu, dengan cepat sekali mereka telah
mengangguk sambil berkata
"Baiklah! Kami mau mengampuni jiwamu, tetapi mari kita
berjanji, karena ini memang syaratnya!" kata sipendeta jubah
merah. "Apa syaratnya?" tanya Hek Sin Ho girang karena tipunya
telah termakan. "Hemm, kami akan menantikan kalian disini sebulan lagi
engkau harus membawa jago yang kau sebutkan itu!" kata
sipendeta. "Jika memang tidak, maka walaupun kau lari ke
ujung bumi, kami akan mengejar dan membinasakan dirimu!"
"Baik." Hek Sin Ho telah menerima tantangan itu dengan
tidak berpikir lagi, "Sekarang kau pergilah!" kata sipendeta jubah merah
Hek Sin Ho tidak segera angkat kaki. Dia hanya tertawa.
"Mengapa engkau tidak cepat2 menggelinding pergi?"
bentak pendeta yang seorangnya lagi, yang memakai jubah
kuning, dengan mendongkol. Dia menduga, Hek Sin Ho
dengan sikapnya itu ingin mengejek mereka.
Hek Sin Ho menunjuk kearah Song Tongleng.
"Entah Taijin itu mengijinkan aku pergi atau tidak?"
tanyanya, "Kami yang mengijinkan! Pergilah" kata pendeta jubah
merah itu. Muka Song Tongleng merah padam karena murka sekali
kepada Hek Sin Ho. Tetapi dia cerdas juga, tidak mau dia melarang, karena dia
menyadarinya, jika dia berusaha menahan sipemuda, Hek Sin
Ho, berarti dia yang akan berurusan deagan ketiga orang
pendeta itu. Maka dari itu, ketika Hek Sin Hp tertawa lebar sambil
melambai-lambaikan tangannya kearah dia seperti juga
mengejeknya. Song Tongleng berdiam diri saja, dia sengaja
menunduk tidak mau melibat kepergian Hek Sin Ho.
Dengan cepat Hek Sin Ho telab berlari-lari dan kemudian
telah keluar diri hutan. Selama dalam perjalanan menuju ke Bu Ciang, diam2 Hek
Sin Ho jadi berkuatir bukan main. karena dia jadi teringat
kepada ketiga pendeta yang luar biasa, yang telah menjadi
orang undangan dari pemerintah penjajah.
Jika memang selain ketiga pendeta itu masih terdapat
orang2 hebat lainnya, bukankah jago2 didaratan Tionggoan
yang mencintai tanah air akan menghadapi kesulitan yang
tidak kecil. Karena dari itu Hek Sin Ho jadi gelisah sendirinya, dia juga
jadi bingung sekali, Ketika sampai dikota Bu Ciang, hari hampir terang tanah
dan rumah penginapan telah banyak yang buka.
Hek Sin Ho telab mengisap disebuah rumah penginapan
dan tidur dengan nyenyak, untuk memelihara tenaganya,
karena pertempurannya dengan ketiga pendeta itu telah
menyebabkan dia letih bukan main.
Karena dari itu dia bisa tidur dengan nyenyak sekali, dan
juga siang itu dia yakin tidak akan muncul gangguan apa2,
karena dia datang. Justru disaat kota telah lagi begitu ramai.
Sore hari barulah Hek Sin Ho terbangun dari tidurnya. dia
sudah cuci muka dan ganti pakaian.
Tetapi untuk sesaat lamanya Hek Sin Ho tidak keluar dari
kamarnya. Hal itu bukan berarti dia takut akan bertemu dengan
orangnya Song Tongleng, tetapi hanya untuk menghindarkan
kerewelan. Yang terpenting dan menjadi tujuan, dia ingin mencari dulu
sigadis yang dipanggilnya sebagai si Pucat, tetapi sebegitu
jauh. dia masih tetap belum mendengar tentang jejak dari
gadis tersebut, Mau tidak mau Hek Sin Ho sering berpikir juga, apakah
mungkin dia telah salah mengambil arah dalam mencari jejak
gadis itu" Tetapi, karena memang tidak mengetahui si Pucat itu telah
pergi kemana, maka Hek Sin Ho merasa terlanjur telah tiba di
Bu Ciang, dia bermaksud untuk mencari Tong Keng Hok, jika
perlu membantu orang she Tong itu mencari puteranya yang
telah dikutik oleh Tongleng she Song.
Maka dari itu, sengaja Hek Sin Ho menantikan hari menjadi
gelap. Disaat telah kantongan kedua, barulah Hek Sin Ho keluar
dari kamarnya, dia turun keruangan bawah rumah peninapan
itu, untuk dahar, karena rumah penginapan tersebut
merangkap sebagai rumah makan juga.
Hek Sin Ho memilih meja berdekatan dengan jendela, dia
jadi bisa memandang keluar melihat orang yang berlalu lintas.
Dipesannya beberapa macam sayur, juga dua kati arak.
Dengan perlahan dinikmatinya makanan itu.
Tetapi disaat Hek Sin Ho tengah menikmati makanannya
itu, tanpa diketahuinya disudut ruangan, disebuah meja yang
terpisah dibelakang Hek Sin Ho, sepasang mata mengawasi
kearah dirinya dengan sinarnya yang tajam sekali.
Selesai makan, Hek Sin Ho duduk mengaso sambil tetap
memandang kejalan raya. Tidak ada seorangpun yang dikenalnya lewat dijalan
tersebut. Begitu pula si Pucat... Gadis itu tidak terlihat batang
hidungnya. "Jika dia berada di Bu Ciang, tentu dia akan berkeliaran,
tetapi nyatanya sebegitu jauh aku tidak pernah mendengar
perihal dirinya.... pikir Hek Sin Ho dan dia telah menghela
napas panjang. Namun disaat itulah, Orang yang sejak tadi mengawati Hsk
Sin Ho, telah berdiri dan menghampiri meja sipemuda dengan
langkah perlahan orang tersebut seorang wanita tua yang
tubuhnya telah agak bungkuk.
Dengan perlahan dia telab berkata "Mari ikut aku."
Tentu saja Hek Sin Ho terkejut, dengan cepat sekali dia
menoleh. Dia segera melihat wanita tua agak bungkuk itu, dimana
wanita bungkuk itu telah mengangguk perlahan dan telah
jalan pergi kepintu. Hek Sin Ho ragu2 sejenak, tetapi karena penasaran dia
bangkit berdiri dari duduknya.
Dibayarnya harga makanannya, kemudian cepat2 keluar
dari rumah penginapan tersebut.
Masih sempat melihatnya sinenek bungkuk diujung jalan
itu, tengah menikung. Hek Sin Ho mempercepat jalannya, dia telah menyusulnya.
Sinenek bungkuk itu telah mengambil arah keluar kota,
langkah kakinya tampak perlahan, namun gerakannya bukan
main gesit dan cepat sekali.
Kedua kaki sinenek tampak seperti tidak menginjak tanah,
bergeser diujung rumput dan tubuhnya itu bagaikan kapas
yang terbang melayang2......
Tentu saja Hek Sin Ho tadi kaget dan kagum sekali, segera
dia menyadari bahwa sinenek tua itu adalah seorang wanita
tua yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.
Dengan cepat Hek Sin Ho telah mengerahkan tenaganya
dan mempergunakan juga ilmu lari cepatnya, dia bermaksud
menyusul si nenek itu. Tetapi berlari sekian lama, tetap saja Hek Sin Ho tidak
berhasil menyusul nenek itu.
Dengan sendirinya Hek Sin Ho jadi penasaran bukan main,
dia telah mengepos semangatnya lagi, ia mengejar terus dan
usahanya itu tetap tidak berhasil.
Si nenek tua tetap saja berlari dengan cepat dengan
gerakan yang ringan sekali.
Mereka tetap terpisah dalam jarak yang tertentu dan
rupanya si nenek tua itu sengaja berbuat demikian.
Hek Sin Ho beberapa kali telah mengepos semangatnya,
beberapa kali dia berlari lebih cepat.
Apa lagi ketika mereka telah berada diluara kota yang sepi
dan tidak ada orang yang berlalu lintas. Hek Sin Ho telah
mengejarnya dengan cepat sekali.
Tetapi tetap dia tidak berhasil mendekati sinenek dengan
sendirinya Hek Sin Ho bertambah kagum saja.
Sedangkan sinenek tua beberapa kali melambaikan
tangannya karena dia kuatir kalau kalau Hek Sin Ho
membatalkan maksudnya mengikuti terus.
Setelah berlari2 sekian lama. akhirnya mereka tiba dimuka
sebuah kuil tua yang sudah tidak terurus.
Nenek tua bungkuk itu baru mienghentikan larinya, dia
menantikan Hek Sin Ho, yang tiba tidak lama kemudian.
Begitu sampai dihadapan sinenek, Hek Sin Ho mengawasi
sinenek tua bungkuk itu dengan sorot mata yang tajam dan
menyelidik, karena Hek Sin Ho belum pernah mengenal siapa
adanya nenek tersebut. Cepat2 Hek Sin Ho telah merangkapkan tatapannya dia
telah menjura memberi hormat kepada nenek tua itu dengan
sikapnya yang menghormat, karena Hek Sin Ho menyadari
bahwa nenek tua itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi
sekali. "Bolehkah Boanpwe mengetahui nama dan gelaran
Locianpwe yang harum?" tanya Hek Sin Ho kemudian.
"Hemm, gelar dan nama semuanya palsu." berkata sinenek
dengan suara yang dingin, "Yang terpenting adalah hatinya!
Sudahlah tidak perlu kita banyak bicara persoalan adat
istiadat." Tentu saja perkataan sinenek itu telah membuat Hek Sin
Ho jadi tertegun. Itulah suatu perkataan yang agak luar biasa dan juga aneh.
"Apa... apa maksud locianpwee?" tanya Hek Sin Ho
kemudian. "Kukatakan, untuk apa kita membicarakan segala persoalan
yang menyangkut adat istiadat" Untuk apa nama" Untuk apa
gelaran" Jika memang nama dan gelaran itu tidak bisa
menolong manusia banyak dari kemelaratan dan kesulitan
serta penderitaan?" "Tepat." berseru Hsk Sin Ho kagum sekali.
"Nah, Kini mari kita membicarakan urusan yang sangat
panting sekali..." kata nenek tua itu.
"Silahkan! Boanpwee akan mendengarkannya dengan
baik2." kata Hek Sin Ho cepat dan menghormat sekali, karena
dia merasa kagum atas sikap nenek tua bungkuk itu,
"Engkau puteranya Ouw Hui, bukan ?" tanya sinenek lagi
dengan suara yang tenang, seperti juga pertanyaannya itu
merupakan pertanyaan yang biasa saja.
Hek Sin Ho mengangguk. "Benar", menyahuti dia. "Siapa namamu?" tanya sinenek
tua itu lagi Semula Hek Sin Ho ingin menyebutkan
gelarannya,, tetapi terhadap nenek tua seperti ini akhirnya
Hek Sin Ho tidak bisa berdusta.
Dia telah menyahuti. "Boanpwe she Ouw bernama Ho."
"Heemmm, aku tadi telah melihat bahwa kau berusia
demikian muda, tetapi telah memiliki kepandaian yang tinggi!
Wajahmu mengingatkah aku kepada seseorang, kepada Ouw
Hui ternyata memang tepat dugaanku itu."
"Sesungguhnya Locianpwe ada urusan penting apakah
yang ingin Lecianpwe, bicarakan?" tanya Hek Sin Ho dengan
perasaan tegang, karena sinenek tua yang aneh ini belum
juga mengemukakan persoalannya,
Sinenek tua menghela napas, katanya : "Tunggu dulu! Kita
panggil seseorang dulu." Dan setelah berkata begitu, si nenek
telah memandang kearah dalam kuil, kemudian dia telah
menepuk tangannya empat kali, dua kali perlahan, dua kali
keras. Suara tepukan tangannya ditempat demikian sepi dan
sunyi, terdengar menggema sekali.
Tidak lama kemudian, dan dalam kuil terdengar suara yang
aneh sekali. Hek Sin Ho tidak mengetahui entah suara apa yang aneh
itu. Disaat Hek Sin Ho tengah mengawasi kearah ptntu kuil itu,
justru disaat itu dari dalam kuil telah meluncur sebuah benda
hitam yang sangat besar sekali.
Hek Sin Ho kaget bukan main, dia sampai mengeluarkan
seruan keras dan cepat-cepat menyingkir, karena dia takut
kalau-kalau benda berukuran besar itu menimpah dirinya.
Dan tenda yang berukuran besar itu tidak lain dari sebuah
peti mati bercat hitam. Tentu saja Hek Sin Ho telah dibuat heran oleh keadaan
seperti ini.

Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hek Sin Ho telah mengawasi saja kearah peti mati itu,
kemudian memandang kearah sinenek, dan memandang
kearah peti mati itu itu, yang telah berada di atas tanah
Sinenek tua tanpa memperdulikan keheranan yarg meliputi
hati Hek Sin Ho, telah menghampiri peti mati berwarna hitam
itu, dia telan menepuk Ujungnya tiga kali, dengan keras,
sehingga terdengar suara benturan yang nyaring.
"Keadaan aman!" kata sinenek.
Maka perlahan2 tutup peti mati itu telah terangkat,
tergeser perlahan dan pasti, akhirnya terbuka dari dalam peti
mati itu telah melompat sesosok tubuh.
Sosok tubuh manusia itu telah berdiri tegak. dan Hek Sin
Ho yang sejak tadi memang telah memperhatikan terus peti
mati itu dan telah memperhatikan sosok tubuh yang baru
keluar itu, segera dapat melihatnya dengan jelas bentuk wajah
orang itu. Tanpa dikehendakinya Hek Sin Ho mengeluarkan suara
seruan yang nyaring karena terkejut diapun telah mundur dua
tindak. Karena sosok tubuh yang baru keluar dari peti mati itu
memang mirip degan hantu penasaran, matanya yang hancur
rusak seperti tengkorang. dengan dagingnya yang tumbuh
dikiri dan kanan dan juga bekas luka yang panjang, lebar
berlobang tanpa biji matanya, membuat keadaan orang itu
menyeramkan sekali. tangannya yang terjulur kebawah
terjuntai seperti tidak bertenaga, dengan jubahnya yang
berwarna hitam itu tampaknya sama seperti hantu penasaran.
Sinenek tersenyum waktu melihat Hek Sin Ho mundur
terkejut begitu. "Tidak perlu takut. dia manusia biasa seperti kita."
kemudian mukanya telah berubah muram.
"Hanya keadaan lahiriahnya yang bercacad, sehingga
tampaknya menakutkan sekali...."
Dan setelah berkata begitu, nenek menghela napas
berulang kali. Ketenangan hati Hek Sin Ho pulih kembali setelah
mendengar bahwa orang yang bercacad tubuhnya itu adalah
seorang manusia, dia segera menghampiri dan merangkapkan
tangannya dan menjura. "Boanpwe Ouw Ho memberi hormat kepada Locianpwe!"
kata Hek Sin Ho. Manusia yang seperti mayat itu cepat2 menyambuti hormat
sipemuda yang telah dibalasnya.
Saat itu, setelah memberi hormat begitu, simanusia mayat
bertanya kepada sinenek. "Apakah Kiesu ini berada dalam
hitungan sahabat?" Sinenek tertawa mendengar pertanyaan manusia mayat itu.
"Kalau memang bukan sahabat, apakah mungkin aku
mengajaknya kemari?" balik bertanya.
"Sesungguhnya, siapakah sebenarnya jiwie locianpwe?"
tanya Hek Sin Ho. "Kami sebetulnya merupakan musuh2 pemerintah penjajah,
dan kami tengah mengikuti terus jejak musuh besar kami!"
kata sinenek. "Siapakah nama musuh locianpwe?" tanya Hek Sin Ho lagi
dengan hati yang sangat berhati-hati.
Sinenek ragu2, tetapi kemudian itu berkata "Orang itu she
Song......" Sepasang alis Hek Sin Ho bergerak2.
"Apakah Song tongleng, maksud Boanpwe Song Kiam
Ceng?" tanya Hek Sin Ho.
"Ihhh" berseru manuisia mayat itu terkejut, dia mundur
satu langkah, bagaimana engkau bisa mengetahui?" dan
matanya yang hanya tinggal satu itu telah memandang kearah
Hek Sin Ho dengan mengandung kecurigaan,
"Boanpwe pun tengah mengejar dia..." menjelaskan Hek
Sin Ho. "Hmm disebabkan orang she Song itulah maka keadaan
kami jadi demikian." menggumam sinenek. "Aku disiksanya
sampai bungkuk akibatnya tulang punggungku patah dan juga
suamiku itu telah menjadi seperti mayat, disiksa habis habisan
oleh orang she Song itu, sehingga sudah tidak mirip sebagai
manusia lagi," Mendengar itu Hek Sin Ho segera dapat msnduga persoalan
yang sesungguhnya. "Orang she Song itu sekarang tengah menghimpun para
pendekar dan jago2 yang kemaruk akan harta dan pangkat,
mereka dihimpun untuk memperbudak diri kepada pemerintah
penjajah." kata Hek Sin Ho.
"Itulah." berkata sinenek. "Disebabkan sekarang ini orang
she Song itu memiliki kedudukan yang kuat, kami tidak bisa
bergerak secara leluasa! suamiku harus menjalankan dengan
terpaksa pekerjaan sebagai mayat. Karena jika kami
memasuki kota dengan keadaan suamiku seperti itu. jelas akai
menarik perhatian dari pandangan semua orang orang a yang
melihat kami, Dan tentu akan sampai ketelinganya orang she
Song itu....! Kami tengah menantikan kesempatan untuk
mengadakan perhitungan dengan orang she Song itu
"Sesungguhnya, apakah yang telah terjadi?" tanya Hek Sin
Ho. "Kami sebetulnya merupakan manusia yang sudah hidup
ingin tenteram dan mengasingkan diri. Pada suatu hari, kami
tidak sanggup menyaksikan beberapa orang tentara
pemerintah penjajah menyiksa penduduk, maka kami telah
mencampuri, dan akhirnya bentrok dengan orang she Song
itu! Dengan mempergunakan jumlah tenaga yang banyak
dangan mengandalkan pasukannya, akhirnya kami tertangkap
dan kami disiksa hebat se kali. Untung saja akhirnya kami bisa
meloloskan diri.... tetapi keadaan kami jadi demikian rupa..."
Dan setelah bercerita begitu sinenek menghela napas
berulang. Tampaknya dia berduka sekali, karena teringat
pengalamannya dimasa yang lalu, disaat dia disiksa hebat
sekali oleh Song Tongleng.
Begitu juga, suaminya yang mirip dengan mayat hidup itu,
tidak hentinya menghela napas.
"Kami berusaha menuntut balas, kami mencari orang she
Song tersebut. Tetapi kepandaian kami terbatas sekali.
dengan sendirinya kami tidak memiliki kesanggupan untuk
membinasakan orang she song tersebut....."
"Ya telah dua kali kami mendatangi tempatnya dan
berusaha membunuhnya. tetapi kami selalu dikeroyok oleh
jago2 sewaannya hingga terpaksa kami harus meloloskan diri
dengan jalan melarikan diri dari tempatnya itu..."
"Kami juga menyadarinya jika kami terus menerus dalam
keadaan demikian suatu saat tempat persembunyian kami
akan diketahui orang she Song itu yang bisa saja perintahkan
anak buahnya untuk menangkap kami, kami mengikuri terus
jejaknya dan kami tengah berusaha untuk mencari seorang
pandai untuk menolongi penderitaan kami..." bercerita sampai
disitu sinenek berulang kali menghela napas.
Disaat itu suaminya telah menyambungi perkataan
Isterinya: "Dan kami hanya teringat kepada seorang pendekar
besar yang mungkin bisa menolong kami keluar dari
penderitaan seperti ini...."
"Siapa Taihipa yang locianpwe maksudkan?" tanya Hek sin
ho. "Sesungguhnya kami malu untuk menyebutkannya!" kata
manusia yang mirip seperti mayat itu. "Orang itu adalah
ayahmu" Jika memang bisa ditemani oleh kami dan
mendengar peristiwa penasaran kami ini, sebagai pendekar
yang dikenal oleh sahabat2 rimba persilatan bahwa jiwa besar
ayahmu itu yang gemar menolong orang2 yang tengah dalam
kesulitan, tentu bersedia juga untuk menolong kami."
"jika memang ayah mengetahui urusan ini, tentu ayah akan
menolongi kesulitan Locianpwee hanya sayangnya ayah
bersama Biauw Yaya, kakek Biauw (Biauw Jin Hong) telah
hidup, mengasingkan diri diutara,"
Mendengar itu, muka kedua orang tua itu suami isteri itu,
jadi berobah muram. "Itulah sulitnya, Maka jika melihat demikian, tampaknya
penasaran kami tidak bisa diselesaikan, dan kami akan mati
dengan penasaran serta dengan mata yang tidak terpejam."
Dan setelah berkata begitu, sinenek mengucurkan air mata dia
telah menangis, karena dia terlampau berduka.
Sedangkan suaminya, yang menyerupai mayat hidup itu
telah menghela napas tidak hentinya
Hek Sin Ho yang melibat keadaan sepasang suami isteri itu
jadi ikut terharu. "Jiwie Locianpwe tidak perlu berputus asa walaupun ayah
dan kakek tidak berada disini, tetap saja dalam rimba
persilatan masih banyak pendekar2 besar yang mencintai
keadilan, Jika memang locianpwe tidak mentertawai aku yang
bodoh, aku mau membantu kesulitan locianpwe, Marilah kita
bertiga bersama2 mencari orang she Song itu....!"
Mendengar perkataan Hek Sin Ho, tentu saja kedua suami
isteri itu jadi girang bukan main, muka mereka jadi ber-seri2
dan terang sekali "Ohhhh, terima kasih Kongcu! Terima kasih Ouw Kongcu!
Inilah berkah dari Thian..." berseru suami itu.
Jangan Locianpwe berkata begitu, Dikatakan kita sebagai
manusia harus saling tolong menolong! terlebih pula orang
ahe Song itu merupakan kuku garuda atau orangnya Kaisar
Kian Liong?" Betapa girangnya suami isteri itu, mereka tidak hentinya
memuji akan kebesaran Thian.
Hek Sin Ho segera menceritakan pengalamannya, dimana
dia baru saja kemarin bertemu dengan Song Kiam Ceng, dan
bertempur dengan tiga orang pendeta aneh itu
"Ketiga orang pendeta aneh itu sangat luar biasa sekali,
tetapi boanpwe yakin bahwa mereka bukan sebangsa manusia
jahat! Hanya saja mereka telah berbasil ditipu oleh Song
Tongleng. Suami isteri itu, yang masihg2 bernama Bian Lun dan Sin
tin Lan, telah menghela napas panjang-panjang.
"Memang rakyat jelata sekarang hidup menderita luar
biasa!" kata Bian Lun dengan berduka. "Kami telah
melihatnya, jika pemerintahan penjajah ini dibiarkan terus,
berarti akan menyebabkan rakyat perlahan2 mati mencekik
lehernya dengan mempergunakan tangannya sendiri.
Hek Sin Ho mengangguk. "Jika memang seorang Kaisar yang tidak pandai mengatur
negara, maka yang menderita adalah rakyat karena para
pembesarnya akan korupsi dan merajalela dengan segala
kejahatan mereka itu tanpa terkendali."
"Jika memang orang she Song itu dibantu oleh ketiga
pendeta aneh yang kau ceritakan tadi, tampaknya sulit bagi
kami untuk membalas dendam ini." kata Bian Lun dan Sin tin
Lan, "Tetapi lociacpwc jangan berputus asa dulu. karena masih
banyak jalan lain yaag bisa kita ambil untuk membinasakan
orang she Song itu! Yang terpenting, kitapun harus mencari
kawan2 orang gagah, menggabungkan diri dengan mereka
sehingga kita memiliki kekuatan untuk menghadapi orang2nya
Song Tongleng! Bahkan akhir2 ini Tan Kee Lok Loocianpwee
dari Ang Hwa Hwee ingin membuka pertemuan orang gagah,
tentu disana akan berkumpul banyak sekali pendekar gagah.
Bukankah dengan menggabungkan diri dengan mereka,
loocianpwe dapat memusatkan pikiran dan tenaga untuk
urusan yang jauh lebih penting, dibandingkan dengan oraug
she Song itu?" Mendengar perkataan Hek Sin Ho, diam2 kedua suami isteri
itu memuji Hek Sin Ho. "Benar apa yang kau katakan." kata mereka. "Disamping
kelak kami bisa membalas dan menuntut dendam kepada
orang she Song itu, kamipun bisa membantu untuk
meringankan beban dan penderitaan rakyat jelata."
Hek Sin Ho mengangguk. "Ya, memang boanpwe bermaksud demikian juga." kata
Hek Sin Ho. Saat itu, sepasang suami isteri itu, telah berunding dengan
Hek Sin Ho. Hek Sin Ho mengemukakan rencananya, dia bermaksud
untuk terdiam diri beberapa saat lagi di Bu Ciang, untuk
menyelidiki keadaan Song Tongleng.
Juga Hek Sin Ho telah menjanjikan, jika memang dia bisa,
tentu dia akan berusaha untuk memancing orang she Song,
agar dapat dipancingnya datang ditempat tersebut.
Sepasang suimi isteri itu menanti saja di kuil tua dan rusak
itu, dan jika memang usaha Hek Sin Ho berhasil, maka mereka
bertiga akan mengeroyok orang she Song itu, membinasakan
Tongleng... Tentu saja keadaan seperti ini telah membuat Bian Lun dan
Sin Tin Lan jadi girang bukan main, Berulang kali mereka telah
menyatakan terima kasihnya.
Disaat itulab, disaat mereka telah mengatur rencana
mereka baik2, maka akhirnya mereka berpisah, sedangkan
Hek Sin Ho telan kembali kerumah penginapannya
Didalam rumen penginapan itu, Hek Sin-Ho tidak hanya
tidur dan istirahat saja. tetapi dengan tekun dan rajin dia
melatih diri dan berusaha menyempurnakan ilmu2 silat yang
telah diperolehnya. Sambil menyelidiki dimana adanya manusia jahanam she
Song yang menjadi TongLeng itu, Tetapi telah sekian lama
belum juga Hek Sin Ho tidak tahu bahwa saat ini, orang she
Song yang dicari2 itu tengah mengatur siasat yang akan
membuat Hek Sin Ho yang masih muda itu harus menghadapi
saat2 yang menegangkan. Dimana dalam cerita ini, kami
sajikan secara lain, dan judul cerita baru yang berjudul:
GUGURNYA HEK SIN HO. Demikianlah cerita yang berjudul Hek Sin Ho ini, kami akhiri
disini. Dengan catatan setiap penjajah akan selalu
menghadapi perlawanan dari rakyat dan dari Palriot2 Tanah
Air. bagaimanapun kuatnya penjajah.
Jakarta, 1976 Pedang Langit Dan Golok Naga 32 Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Mestika Burung Hong Kemala 3
^