Pencarian

Tengkorak Maut 3

Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 3


perkumpulan Thian chee Kau, sebagai seorang jago lihay yang
banyak pengalaman serta pengetahuan, setelah tertegun
sejenak. la segera pulih kembali dalam ketenangan, dengan
sepasang mata yang genit ia melirik beberapa kati wajah si
pemuda itu.. Pemuda ganteng dengan ilmu silat yang lihay, hal itu
merupakan suatu keserasian yang sulit ditemukan keduanya
dikolong langit. Pikiran dan hati perempuan genit ini mulai terpengaruh
oleh ketampanan wajahnya, ia mulai merasakan jantungnya
berdebar keras hingga tanpa sadar sepasang pipinya berubah
jadi merah padam. Han song Kie sendiri boleh dibilang sama sekali tidak
terpengaruh oleh apa yang sedang dihadapinya saat ini,
142 karena dalam hatinya ia pernah membenci semua perempuan
yang ada dikolong langit, terutama sekali terhadap perempuan
yang berada dihadapannya, boleh dibilang rasa bencinya
berlipat2 ganda. Pengemis cilik Tonghong Hwie sambil mementangkan
sepasang biji matanya yang jeli berdiri mematung ditempat
semula, tubuhnya sedikitpun tak berkutik sementara wajah
nya tetap tidak berubah, hanya matanya saja berputar tiada
hentinya sebentar memandang kesana sebentar lagi
memandang kemari. "Lie In Hiang" terdengar Han siong Kie menegur dengan
suara dingin. "Tempo hari kau sudah menempeleng aku
sebanyak dua kali, ini hari aku hendak hadiahkan empat buah
tempelengan kepadamu".
"oooh begitu?" bagaimana kalau di coba2 dulu?" mampu
tidak?"" jengek perempuan itu sambil mengerutkan alisnya.
Han siong Kte mendengus dingin, sepasang telapaknya
berputar dan menggurat kedepan, dengan suatu gerakan yang
cepat tapi aneh ia lancarkan sebuah serangan dahsyat. .
Inilah salah satu jurus dari tiga jurus sakti "Leng Koe sam si
" peninggalan dari Leng Koe sangjien.
Dari gerakan tangan musuhnya yang aneh dan cepat si
kupu2 warna warni Lie In Hiang segera merasakan keadaan
tidak menguntungkan, belum pernah ia jumpai serangan
macam ini, karena itu terpaksa badannya berkelit sebisanya
kesamping sambil ayunkan tangannya coba menangkis..
"Plak Ploook... dua kali gaplokan nyaring berkumandang
diangkasa, dengan sempoyongan si kupu2 warna warni Lle In
Hiang mundur beberapa langkah kebelakang, diatas wajahnya
nampaklah dua buah bekas telapak yang amat nyata, darah
segar mengucur ke luar dari bibirnya.
143 seperti baru mendusin dari impian, sipengemis cilik
Tonghong Hwie segera berseru keras:
"Bagus sekali hajar yang lebih keras lagi...".
"Ehmm masih ada dua kali..." seru Han siong Kie dengan
nada yang tetap dingin dan ketus.
Begitu ucapan terakhir meluncur keluar dari bibirnya, sang
badan telah berkelebat lagi kemuka.
"Ploook.. Ploook.." untuk sekian kalinya terdengar dua kali
gaplokan nyaring berkumandang diangkasa diiringi dua kali
dengusan kesakitan. Dengan mulut berlumurkan darah Lie In Hiang si kupu2
warna warni itu mundur ke belakang dengan sempoyongan,
wajahnya berubah jadi menyeringai seram bagaikan setan,
teriaknya dengan penuh kebencian:
"Manusia berwajah dingin hatimu terlalu keji, suatu hari
aku pasti akan menyuruh kau rasakan pembalasan sepuluh
kali lipat lebih dahsyat dari apa yang kau lakukan terhadap
diriku saat ini". "Hmm kau tidak akan memperoleh kesempatan untuk
melakukan pembalasan.."jengek Han siong Kie sambil
menggertak giginya. Telapak tangan segera berkelebat dan menghantam keatas
ubun2 perempuan itu. seketika itu juga Lie In Hiang merasakan sukmanya
bagaikan melayang tinggalkan raganya teriaknya dengan
suara seram: "Manusia berwajah dingin, sekalipun berubah jadi setan
aku tak akan mengampuni dirimu sekarang turun tanganlah"
Dengan cepat Han siong Kie putar otak nya dan berpikir
didalam hati. 144 Ketika aku terhantam masuk kedalam sungai oleh pemilik
Benteng Maut Go siauw Bielah yang telah menolong jiwa ku,
sedang ayah gadis itu pangcu dari perkumpulan pat Gie Pang
Go YoeToo beserta rekan2nya Kanglam Jit Koay telah mati
binasa semua ditangan perempuan yang berhati kejam
bagaikan kala itu. aku telah berjanji menyerahkan perempuan
ini kepada Go siauw Bie sebagai balas budi kepadanya, bila
kubunuh dirinya sekarang juga maka bagaimana dengan
hutang budiku dengan perempuan tersebut?" ...aaah. baiknya
untuk sementara waktu kulepaskan dulu dirinya, tak urung
hari ini aku sedang repot dan tak mungkin menghantarnya
kepada gadis itu. Karena berpikir demikian diapun urungkan niatnya untuk
mencabut jiwa Lie In Hiang sementara itu, ketika dinanti2kannya
namun telapak Han siong Kie tak kunjung tiba,
si kupu2 warna warni segera salah mengira pemuda itu sudah
tertarik oleh kencatikan wajahnya dan tak tega untuk turun
tangan. Maka sambil mementangkan matanya lebar2 ia
berseru: "Eeei.. manusia berwajah dingin, ayoh turun tangan".
"Hei hari aku tak akan membinasakan dirimu " seru Han
siong Kie sambil menarik kembali telapaknya. "Tapi kalau aku
sampai berjumpa lagi dengan dirimu dikemudian hari, aku tak
akan melepaskan dirimu dengan begini gampang, ingatlah
akan perkataanku tadi". .
" Engkoh Kie.." buru2 pengemis cilik itu berseru tatkala
dilihatnya sianak muda itu ada maksud hendak melepaskan
korbannya. "Kau.. apakah kau hendak melepaskan perempuan
yang berhati kejam bagaikan ular ini.."
Dengan pandangan benci dan mendendam si kupu2 warna
warni Lie In Hiang melirik sekejap kearah pengemis cilik,
kemudian dengan pandangan yang kalut menyapu sekejap
pula ke atas wajah Han siong Kie, ujarnya sambil mundur dua
langkah kebelakang: "Manusia berwajah dingin, kau tidak
menyesal berbuat begitu?" "
145 "Hmmm cepat enyah dari sini, telah kukatakan bahwa
untuk sementara waktu kulepaskan dirimu ini hanya
sementara mengerti?"
Mimpipun sikupu-kupu warna warni Lie In Hang tidak
menyangka kalau kekalahan yang dideritanya hari ini begini
mengenaskan, hampir saja selembar jiwa tak bisa
diselamatkan terutama sekali kekalahannya di tangan seorang
pemuda yang sama sekali tiada nama didalam dunia
persilatan. Makin dipikir, ia merasa makin benci dan dendam tapi
ketika sinar matanya sekali lagi bertemu dengan raut
wajahnya yang tampan, ia jadi tertegun dan berdiri termangu2
tak bisa ia bedakan apakah itu benci ataukah cinta.
"Aku harus berhasil menguasai dirinya, menaklukkan
mempermainkan kejantanan-nya sampai puas kemudian aku
hendak menghancurkan hidupnya agar sepanjang hidup ia
tersiksa dan menderita" sumpah perempuan itu di dalam hati,
diluaran ia masih tetap tenang sedang di hatinya tersenyum,
perempuan yang berhati kejam bagaikan kala ini mulai
merencanakan suatu rencana yang paling busuk.
Tanpa banyak bicara lagi, ia putar badan dan segera kabur
dari tempat itu diringi oleh kedua orang dayangnya.
Diam2 Han siong Kie bergidik juga hatinya menghadapi
perempuan yang berhati licik itu. memandang bayangan
punggungnya yang menjauh diam2 ia menghela napas lega.
Pada saat itulah sipengemis cilik baru menegur dengan nada
menggerutu. "Engkoh Kie, sejak berpisah ditepi sungai tempo dulu kau
telah pergi kemana saja?"" sungguh amat menderita aku
mencari jejakmu... oooh bukankah kau pernah berjanji
kepadaku bahwa selamanya tak akan meninggalkan diriku?"
tetapi..". 146 "Adik Hwie, bukankah sekarang aku telah datang kemari?"
" "seandainya kau tidak terpancing datang kemari oleh
pertempuran sengit ini, tentu kau..".
"Aku sama saja akan pergi mencari dirimu"
"Engkoh Kie, kiranya kau adalah seorang jagoan yang tidak
mau mengunjukkan diri?" ".
"Kepandaian silat yang kau miliki amat lihay sekali siauwte
mengakui bahwa aku tak bisa menandingi dirimu tetapi
sewaktu tempo hari berada ditepi sungai kau..."
"Ooooh adik Hwie saat ini aku masih ada urusan penting
yang harus segera diselesaikan sebelum tengah hari nanti aku
harus sudah sampai dikuil Boe Hoo dipantai Pek swie Tham,
mengenai persoalan itu baiklah kuceritakan kepadamu
dikemudian hari saja, lain kali kita akan bertemu dimana?"?"
"Urusan penting apa silih?"?" sela Tonghong Hwie si
pengemis cilik itu dengan manja.
"Sekarang aku tak sempat menerangkan kepadamu, aku
harus segera melanjutkan perjalanan"
"Tidak. Aku ikut beserta dirimu kemanapun kau hendak
pergi aku akan berada disampingmu"
"Adik Hwie kau... " saking cemasnya air muka Han siong
Kie berubah jadi merah padam.
" Engkoh Hwie, bukankah antara kita sudah pernah angkat
sumpah untuk sehidup semati?" mengapa sekarang hendak
tinggal-kan diriku?"".."
"Aku bukan ingin meninggalkan dirimu, aku harus pergi
karena ada urusan penting yang harus diselesaikan, lagipula
urusan amat berbahaya sekali, Bagaimana kalau kita berjanji
saja untuk bertemu tiga hari lagi?" kau yang akan cari aku
atau aku yang akan mencari dirimu?""..."
147 "Tidak... tidak bisa jadi kalau toh kita sudah angkat sumpah
untuk sehidup semati maka ada bencana kita harus
tanggulangi bersama ada kesenangan kira nikmati bersama,
semakin kau mengatakan bahaya aku semakin bertekad untuk
ikut" Di desak terus menerus oleh adik angkatnya ini, lama
kelamaan Han siong Kie jadi kewalahan juga akhirnya sambil
mendepak2 kan kakinya ia mengangguk. "Baiklah ayo kita
berangkat" "Hmm. kau mengajak aku bukan muncul dari dasar hati
yang tulus, kau berbuat begini tentu terpaksa... tidak... aku
tidak jadi ikut" "ooooh saudaraku yang baik kau toh bukan seorang
perempuan, kenapa sih berpikiran begitu picik?" ayolah mari
kita segera berangkat"
Dari balik sorot mata pengemis cilik itu mendadak terlintas
suatu cahaya yang sangat aneh, ia melirik sekejap kearah
saudara angkatnya dan mendadak bertanya:
"Engkoh Kie, kau pernah bilang kepadaku bahwa kau paling
benci kaum wanita benarkah itu?""
"Benar, sudahlah jangan banyak membicarakan persoalan
yang tak berguna, ayoh kita segera berangkat"
"Engkoh Kie, seandainya,... seandainya...."
"seandainya kenapa?"."
"seandainya aku benar2 adalah seorang gadis
bagaimanakah sikapmu terhadap diriku?"?"
"Aduuuh saudaraku yang baik, perduli kau laki atau
perempuan aku mohon kepadamu marilah kira segera
melanjutkan perjalanan, ada suatu persoalan maha besar
yang harus segera kuselesaikan, bila sampai terlambat aku
bisa menyesal selama hidup,"
148 Tapi pengemis cilik itu masih saja mengomel:
"Engkoh Kie, katakan dulu kepadaku andaikata aku adalah
seorang gadis kau tak akan membenci diriku katakanlah "
saking mangkel dan dongkolnya Han siong Kie
mendepakkan kakinya berulang kali diatas tanah.
"Tidak mungkin tidak mungkin kau ini cuma pandainya
bikin gara2 saja ayoh berangkat"
Kali ini ia sambar tangan pengemis cilik itu dan ditariknya
untuk segera melakukan perjalanan.
Dalam perjalanan itulah secara ringkas Hansiong Kie
mengisahkan pengalaman aneh yang ditemuinya didalam
rimba belantara beserta tujuan dalam perjalanan kali ini.
Tonghong Hwie yang mendengarkan dengan seksama
sebera menjulurkan lidahnya beberapa kali.
Dengan mengerahkan kekuatan yang dimilikinya, Han song
Kie melakukan perjalanan cepat kearah depan, sepanjang
perjalanan ia menggenggam terus tangan Tonghong Hwie
sebab ia takut pengemis itu tak sanggup mengikuti langkah
kakinya bila ia lepaskan:
Tengah hari sudah hampir tiba, namun tujuan belum juga
sampai .hal ini membuat sianak muda itu cemas bercampur
gelisah. Itu dia didepan sana adalah pasti Pek Sam Tham mendadak
terdengar Tonghong Hwie berteriak sambil menuding kearah
sebuah pantai berpasir putih yang mementang ditempat
kejauhan. Semangat Han Siong Kie segera berkobar kembali,
tanyanya: "Lalu dimanakah letaknya kuil Boa Hoo?"
"Itu didalam hutan yang berada ditepi pantai".
149 Beberapa saat kemudian mereka berdua sudah tiba di
depan hutan yang terletak ditepi pantai, tampaklah sebuah
bangunan rumah bertembok merah muncul dari balik hutan,
tetapi yang aneh ternyata tak nampak sesosok bayangan
manusiapun. Perlahan2 Han Siong Kie memperlambat gerakan tubuhnya
dan memperhatikan sekejap suasana di sekitar sana, lalu
serunya: "Ayoh kita masuk kedalam".
Tiba2.. Tonghong Hwie menjerit lengking, dengan cepat ia


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melengos kesamping. Han siong Kie yang menjumpai keadaan itu jadi ikut
terperanjat, ia tangkap tangan saudara angkatnya dan
bertanya dengan nada kaget. "Adik Hwie, apa yang telah kau
temukan?" Dengan badan gemetar keras Tonghong Hwie mundur
kebelakang beberapa langkah, sorot matanya memancarkan
rasa ketakutan yang hebat, dari atas jidat, hidung dan pipi
mengucur keluar keringat sebesar kacang kedelai, ia segera
menuding kearah sebuah batu besar ditepi hutan.
Mengikuti arah yang ditujukan Han siong Kie segera
menoleh, terlihatlah sebuah benda berwarna merah darah
tergeletak di atas batu cadas, ketika benda itu diperhatikan
dengan lebih seksama lagi hatinya seketika terjelos.
Mendadak satu ingatan berkelebat didalam benaknya,
pikiran itu membuat darah dalam tubuhnya mengembang
cepat, pandangan matanya jadi berapi-api dan dengan
perasaan bergolak serunya:
"Aaah....betul tidak salah lagi itulah Tengkorak maut,
lambang dari si iblis tua itu"
Tengkorak maut dapat muncul ditempat itu, kejadian ini
benar2 merupakan suatu hal yang diluar dugaan.
150 Tengkorak maut sekali lagi Han siong Kle berbisik dengan
suara yang serak dan lirih..
-ooodw0kzooo- BAB 9 "Eng..engkoh Kie.. maa.. mari ki... kii . kita perr.. pergi
saja" seru Tonghong Hwie dengan suara terpatah2.
Napsu membunuh dan rasa dendam telah menyelimuti
seluruh benak Han siong Kie, sambil menatap lambang
Tengkorak darah itu dengan penuh kebencian teringatnya:
"Kenapa kita musti pergi?"".
"Apakah kau sudah bosan hidup?"?" seru Tonghong Hwie
dengan wajah berubah jadi hijau membesi. "Tidak aku tak
boleh membiarkan kau mati, sebab kalau kau mati akupun tak
ingin hidup lagi dikolong langit"
"Adik Hwie, tenangkaniah hatimu jangan panik.."
"Tidak. Engkoh Kie, aku mohon kepadamu berlalulah dari
sini.... Tengkorak maut tiada tandingannya dikolong langit,
tiada seorang manusiapun yang sanggup untuk menandingi
dirinya" "Aku tidak perduli sampai manakah kelihayannya,
kebetulan sekali akupun sedang mencari dirinya".
"Kau, mengapa kau mencari dirinya?"".
"Aku benci kepadanya, Tengkorak Maut telah melenyapkan
keluargaku.. aku mempunyai dendam berdarah sedalam
lautan dengan dirinya, selama aku masih hidup aku
bersumpah hendak membinasakan dirinya".
Tonghong Hwie tersentak kaget dan secara beruntun ia
mundur tiga langkah kebelakang dengan sempoyongan
bagaikan seorang yang kehilangan semangat rintihnya lirih:
151 "Kau... kau mempunyai ikatan dendam dengan Pemilik
Benteng Maut?"..." .
"sedikitpun tidak salah"
"Keee.. kenapa.. kenapa kau amat membenci dirinya?""
"Karena dia sudah membasmi seluruh keluargaku" sahut
Han siong Kie sambil menggertak gigi keras2.
secara beruntun Tonghong Hwie mundur lagi beberapa
langkah kebelakang dengan sempoyongan, gumamnya:
"oooh Thian kenapa?" kenapa...".
"Adik Hwie kau cepat berlalu dari tempat ini "
"Aku?"" tidak aku tak mau tinggalkan dirimu seorang diri
sampai matipun aku ingin mendampingi dirimu"
Han siong Kie merasa amat terharu, hampir saja dia ikut
mengucurkan air mata. setelah berdiri ter-manggu2 beberapa
saat lamanya tiba2 Tonghong Hwie berteriak lagi:
"Tidak mungkin tidak mungkin... hal ini tidak mungkin
terjadi... ooooh hal ini bukan kenyataan bukan."
Han siong Kie jadi melongo menyaksikan tingkah polah adik
angkatnya yang mendekati gila itu, buru2 ia genggam
tangannya kencang2 dan berseru: "Adik Hwie, tenangkanlah
hatimu, kau maksudkan apanya yang tidak mungkin. "
Tonghong gelagapan sendiri lama sekali ia baru berkata:
"Maksudku... maksudku Tengkorak maut tak mungkin bisa
munculkan diri ditempat ini"
"Kenapa tak mungkin?" apa alasanmu berkata begitu.?"
"Tentang soal ini... tentang soal ini... aku selalu merasa
bahwa kejadian ini bukanlah suatu peristiwa yang sungguhan
.." 152 "Tetapi kenyataan toh sudah terbentang didepan mata
kita?" " "Engkoh Kie, kumohon kepadamu tinggalkanlah tempat ini"
sekali lagi Tonghong Hwie meminta.
"Tidak "jawaban dari si anak muda itu tegas sekali.
"Tetapi kau tidak boleh mati"
"Apakah kau yakin bahwa akupun bakal mati?" "
Dengan telapak tangannya Tonghong Hwie menyeka air
mata yang jatuh membasahi pipinya, lalu sahutnya:
"Hal itu bukan bisa terjadi siapapun tak akan menang bila
berani memusuhi Tengkorak Maut"
"Mungkin ucapanmu memang benar" sahut Han siong Kie
sambil menggertak giginya kencang2 sinar mata penuh
kebencian memancar keluar dari balik matanya. "Tetapi aku
telah bersumpah tak akan hidup berdampingan dengan
Tengkorak Maut, mungkin aku yang bakal mati tapi mungkin
juga dia yang bakal mampus, selama aku masih bisa hidup
dikolong langit aku bersumpah akan memukul rata Benteng
Maut..." Sinar mata Tonghong Hwie jadi pudar, badannya mundur
makin terhuyung, gumamnya: "ooooh engkoh Kie kejadian ini
terlalu menakutkan" Han siong Kie tidak menggubris adik angkatnya lagi, ia
mendongak memandang cuaca lalu berseru:
"Tengah hari sudah tiba aku harus masuk kedalam kuil
Boe-Hoo dan menyelesaikan tugas yang dibebankan pengemis
dari selatan kepadaku.." Habis berkata ia sebera melangkah
masuk kedalam hutan. "Engkoh Kie, apakah kau bertekad untuk masuk
kedalam?"?" teriak Tonghong Hwie sambil menarik tangannya
kencang2. 153 "Tentu saja, engkoh tua telah menyerahkan tugas ini
padaku, sebagai seorang Bu lim yang telah memberikan
kesanggupannya aku harus melaksanakan tugas itu hingga
selesai, kendati badan harus hancur dan jiwa harus melayang,
adik Hwie kau tak usah membujuk diriku lagi"
Tonghong Hwie angkat kepalanya memandang sekejap
kearah tengkorak darah yang bertengger diatas batu cadas seolah2
sedang memikirkan sesuatu, ia termenung beberapa
saat lamanya. Kemudian sambil mengendorkan cekalan-nya dia
mengangguk. "Baiklah, mari kita ber sama2 masuk ke dalam"
"Tidak. adik Hwie, kau harus tinggalkan tempat ini dengan
segera, aku tidak ingin kau ikut menempuh bahaya karena
persoalanku, aku tidak ingin kau ikut konyol bersama diriku".
"Engkoh Kie, kau tak usah banyak bicara lagi, mari kita
segera berangkat" "Baik" seru Han siong Kie kemudian sambil menggertak
gigi. Kedua orang itu menerobos ke dalam hutan dan bergerak
mendekati kuil yang berdiri dengan angkernya didalam hutan,
baru saja mereka berjalan sejauh dua puluh tombak. tiba2
Tonghong Hwie menjerit kaget dan berteriak kembali dengan
ketakutan: "Engkoh Kie, kedatangan kita sudah terlambat,
coba kau lihat." sambil berkata ia segera menuding kearah
depan. Dengan cepat Han siong Kie alihkan sinar matanya, bulu
kuduknya kontan bangun berdiri dan ia bersin beberapa kali.
Tampaklah mayat manusia bergelimpangan ditengah hutan
tersebut, satu.. dua.. tiga.. ternyata ada puluhan sosok
banyaknya, bahkan mereka semua terdiri dari anak murid
perkumpulan Kay pang. 154 Keadaan dari mayat2 itu kesemuanya mengerikan sekali,
mata melotot keluar dan darah kental mengucur keluar dari
tujuh buah lubang indranya.
Kalau ditinjau sepintas lalu, rupanya mereka semua mati
diujung sebuah pukulan yang amat beracun sekali.
"Hmm mereka semua pasti mati ditangan Tengkorak Maut "
dengus pemuda kita dengan gusar. "Tidak aneh kalau tiada
seorang manusia yang munculkan diri di tempat ini, kiranya
mereka sudah mati binasa semua"
Peristiwa yang sedang berlangsung pada saat ini benar2 di
luar dugaan siapapun, pihak kay pang didalam rapatnya
memilih pangcu baru bukan saja telah dicampuri urusannya
dengan kehadiran para jago lihay dari perkumpulan Thian
chee Kauw, bahkan Tengkorak Maut pun ikut mencampurikan
diri dalam persoalan itu.
Han siong kie sendiri walaupun menerjang masuk kedalam
dengan mempertaruhkan keselamatannya, tetapi dalam hati
siapapun merasa tidak tenang, keringat dingin mengucur
keluar tiada hentinya membasahi seluruh pakaian yang ia
kenakan. Bagaimana kelanjutan dari peristiwa itu?" hingga
detik ini masih sulit diduga, tapi yang nyata puluhan jiwa anak
murid Kay pang telah menemui ajalnya.
suasana dalam hutan itu sebera dirasakan jadi tebang dan
tercekam oleh keseraman serta kengerian yang mencekat hati.
Pada saat itulah.. Tiba2 dari dalam kuil Boe Hoo berkumandang datang suara
gelak tertawa yang amat nyaring, begitu keras suara tertawa
itu hingga menusuk telinga setiap orang yang mendengar.
Han siong Kie serta Tonghong Hwie jadi amat terperanjat
setelah mendengar gelak tertawa yang menyerupai auman
binatang aneh itu. 155 Blaaaam Blaaaam benturan2 dahsyat bergelepar diangkasa
diikuti sebuah sudut dinding bangunan ambrol dan runtuh
keatas tanah. Air muka Han siong Kie seketika berubah hebat.
"Aduuuh celaka" teriaknya "Pastilah si Tengkorak maut
sedang melangsungkan pembunuhan massal terhadap
perkumpulan Kay pang"
"siaw sicu jangan gegabah"
Mengikuti datangnya seruan tersebut meluncur tiba
sesosok bayangan abu2 dari sisi kalangan, angin pukulan yang
kencang dan dahsyat segera memaksa badan sianak muda itu
melayang kembali keatas permukaan.
Terlihatlah seorang hweesio tua beralis putih berjubah abu2
tahu2 sudah berdiri menghadang dihadapannya.
Han siong Kie merasakan jalan perginya terhadang, ia
segera ayunkan telapak tangan-nya melancarkan sebuah
pukulan kedepan. "Engkoh Kie, jangan bertindak gegabah, dia
adalah padri dari utara ......"
Mendengar peringatan tersebut, sianak muda itu menarik
kembali serangannya dengan meloncat mundur ke belakang.
Menanti ia awasi wajah padri itu dengan lebih seksama
dengan cepat diapun kenali kembali orang itu sebagai Pak
Ceng yang pernah dijumpainya sewaktu berada ditepi sungai
depan Benteng maut. Buru2 ia menjura dan mohon maaf katanya:
"oooh cianpwe maafkanlah kalau boanpwee bertindak
terlalu ceroboh terhadap diri mu... "
Padri dari utara tidak menggubris ucapannya itu, ia melirik
sekejap kearah kuil Boe Hoe dengan sinar ketakutan kemudian
serunya cemas: "Ayoh kila cepat berlalu dari sini"
"Berlalu?"?" seru Han siong Kie tertegun "Tapi boanpwee
telah mendapat tugas dari pengemis Lam kay untuk... "
156 "Aku sudah tahu, ayoh cepat berlalu kalau kita terlambat
mungkin tak akan sempat lagi setelah tinggalkan tempat ini
kita bicarakan persoalan lain"
"Tapi urusan mengenai Kay pang...".
sepasang tangan Padri dari utara bergerak cepat, laksana
kilat ia cengkeram tangan Han siong Kie serta Tonghong Hwie
kemudian kabur keluar dari hutan tersebut.
Han siong Kie yang diseret terus jadi melongo dan
kebingungan sendiri, ia tak tahu apa maksud tujuan dari Pak
Ceng berbuat begini, kalau ditinjau dari kepandaian silat yang
dimiliki jelas tak mungkin tangannya berhasil dicengkeram
oleh padri dari utara dalam sekali sambaran.
Tetapi berhubung kesatu ia tidak menyangka dan kedua ia
tahu bahwa Pak Ceng maupun Lam Kay sama2 merupakan
manusia aneh dari dunia Persilatan, lagipula hubungannya
dengan mereka tidak jelek. maka setelah mengetahui bahwa
lawannya mengandung maksud mendalam, iapun tidak
memberikan perlawanan barang sedikitpun juga.
Dalam pada itu mereka sudah keluar dari hutan, tapi padri
dari utara masih menarik tangan kedua orang itu tiada
hentinya, gerakan tubuhnya cepat bagaikan terbang, sesudah
berjalan sejauh puluhan li dan tiba dibalik sebuah celah bukit
akhirnya ia berhenti. si Padri dari utara melirik sekejap ke arah
Tonghong Hwie, kemudian tegurnya:
"Apakah kau anggota dari Kay pang?"
Tonghong Hwie memandang sekejap ke arah padri tua itu
kemudian tertawa cekikikan,
" Hiiih.. hiiiih hiiih. . bukan boanpwe adalah seorang
pengemis gelandangan"
"Apa maksudmu pengemis gelandangan?"
157 "Kesatu, aku tidak pernah minta2 makan kedua aku tak
pernah minta2 sedekah uang ketiga, aku tidak punya guru dan
keempat aku tak punya perkumpulan, luntang lantung ke sana
kemari dengan bebas dan merdeka tanpa ikatan dari
manapun, itulah yang disebut pengemis gelandangan aneh
bukan?"..." Sepasang alis padri dari utara segera berkerut kencang,
namun ia tidak bisa bicara lagi.
Dalam pada itu Han song Kie sudah tak dapat menahan


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mangkel dan dongkolnya didalam hati, dengan cepat ia
berseru: "Loocianpwee sebetulnya apa yang telah terjadi?"?"
-000dw000- Jilid 5 MENDAPAT pertanyaan ini air muka Padri dari Utara segera
berubah jadi keren dan serius, sahutnya
"siauw sicu, tahukah kau manusia2 macam apakah yang
sedang bertempur didalam kuil Boe Hoe?""
"Tengkorak maut".
"Dan siapakah tandingannya?".
"Tentang soal ini, apakah Loocianpwe tahu?"". Padri dari
utara segera mengangguk. "Ehmm, dia adalah si malaikat berhawa Im. Mi sioe Ing".
"Apa?" si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing?"" jerit Han
song Kie dengan hati terperanjat.
"secara bagaimana ia telah datang ke situ dan bertempur
melawan Pemilik dari Benteng Maut?""
158 "Kejadian ini hanya suatu kebetulan saja. Mungkin si
malaikat berhawa Im Mo sioe Ing sedang melakukan
perjalanan lewat pantai Pek swie Tham, ketika menyaksikan
disisi jalan terdapat lambang Tengkorak Maut maka timbullah
napsunya untuk bertempur melawan manusia paling
menakutkan dari kolong langit ini, untung terjadi peristiwa ini
kalau tidak seandainya kalian masuk ke dalam hutan sekalipun
memiliki kepandaian yang lihay apakah kau mampu untuk
mempertahankan hidupmu?"."
"Malaikat berhawa Im, Mo sioe Ing berani menantang
pemilik dari Benteng Maut untuk bertempur, aku pikir
kepandaian silat yang dimilikinya pasti mengerikan sekali,
beberapa hari berselang si pengemis dari selatan pun harus
menderita luka dalam yang sangat parah didalam tiga buah
gebrakan saja." "Loocianpwee " terdengar Tonghong Hwie berseru dengan
nada gemetar. " Apakah kau berhasil menjumpai raut wajah
dari Tengkorak maut itu?"
"Bertemu sih tidak. cuma selama ini loolap selalu
bersembunyi di sudut ruangan sambil menanti, ketika pemilik
dari Benteng Maut itu sedang memencilkan dirinya ....." tiba2
padri ini berhenti sejenak untuk tukar napas kemudian
tambahnya "Tetapi menurut penglihatan loolap. kejadian ini
agak sedikit mencurigakan..."
"Apakah keadaan dari Tengkorak Maut itu agak tidak beres
...." tukas Tonghong Hwie cepat.
Padri dari utara segera alihkan sinar matanya kearah
pengemis cilik itu dan menatap wajahnya tajam2.
"siauw sicu, apakah kau tahu bagaimanakah raut wajah
serta potongan badan dari pemilik Benteng Maut?""
"Kudengar dari orang lain yang mengatakan katanya dia
adalah seorang manusia berkerudung abu2 berjubah lebar
warna abu2 dengan telapak kanan berwarna putih bersih
159 bagaikan kumala serta bertelapak kiri warna hitam bagaikan
tinta bak..." Mendadak seluruh tubuh padri dari utara tergetar keras
tanpa sadar ia mundur satu langkah lebar ke belakang,
sepasang matanya menatap wajah pengemis cilik itu tanpa
berkedip membuat Tonghong Hwie yang dipandangi terus jadi
malu dan tundukkan kepalanya dengan ter sipu2.
Beberapa kemudian padri itu baru berkata kembali:
"Siauw sicu kau dengar dari siapa?"" menurut
sepengetahuan loolap si pemilik dari Benteng Maut belum
pernah unjukan dirinya dihadapan orang asing?"?""
"Boanpwee hanya sempat mendengar pembicaraan itu
tanpa sengaja, apa loocianpwee jumpai apakah persis seperti
apa yang boenpwee katakan barusan...?"" "
"Tentang apa ini... tentang soal ini... loolap sendiripun
kurang begitu jelas, tapi yang pasti bayangan tubuhnya
memang abu2.." "Loocianpwee apakah kau telah berjumpa dengan
pengemis dari selatan?" tiba2 Han Siong Kie menyela.
"Belum" "Lalu dari mana loocianpwee bisa tahu kalau mereka akan
berkumpul disini?""
"Dari mulut seseorang loolap mendapat tahu bahwa
perkumpulan Kay-pang sedang melakukan pertemuan besar di
tempat ini, maka loolap segera berangkat kemari untuk
menghalangi niat sementara dari penghianat untuk merebut
kedudukan kursi ketua"
"oh, siapakah yang menyampaikan berita ini kepada
cianpwee?"" "seorang lisicu menyebut dirinya sebagai Yoe Sim Jien...."
160 "Yo Sim Jien?"" kembali perempuan itu?" sungguh aneh"
teriak Han Siong Kie dengan hati terkeiut.
"Apakah siauw sicu kenal dengan li sicu yang menyebut
dirinya Manusia yang ada maksud ini?"?".
"Tidak kenal, cuma dia pernah....".
Berbicara sampai disini mandadak ia merandek dan tidak
dilanjutkan lagi, karena ia tidak ingin mengutarakan tentang
masalah asal usulnya serta apa yang diperingatkan "Yoe Sim
Jien" kepadanya. Pengemis cilik Tonghong Hwie jadi tegang segera
desaknya: "Dia pernah kenapa?"?".
"ooooh.. dia pernah menyampai pesan dari mendiang
leluhurku kepada diriku " sahut sianak muda itu sambil
tertawa rikuh. Karena ia takut saudara angkatnya mendesak lebih jauh,
cepat2 ia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain dan ujarnya:
"Loocianpwee, bagaimana caranya kita akan menyelesaikan
persoalan yang meliputi perkumpulan Kay-pang?"".
"Setelah Loolap tiba disitu tadi, aku segera membubarkan
kesembilan tiang loo serta ratusan anggota Kay pang untuk
segera tinggalkan tempat itu, sebab kalau tidak akibatnya
sukar dibayangkan dengan otak. seperempat jam setelah
semua anggota Kay pang bubar Tengkorak Maut telah
munculkan diri ditempat itu, puluhan orang anggota Kay pang
yang tidak sempat kabur dari situ telah mendapat binasa
ditangannya, aku rasa kalian tentu sudah menyaksikan sendiri
bukan mayat mereka yang bergelimpangan didalam hutan..."
Han siong Kie mengiakan. Terdengar Pak Ceng melanjutkan
kembali. "Seandainya simalaikat berhawa Im secara kebetulan tidak
lewati ditempat itu, mungkin baik kau maupun aku tak akan
sanggup menghadapi iblis tua yang berhati keji itu."
161 "Aaah.. Locianpwee, masa si malaikat berhawa Im begitu
berani untuk bergebrak melawan pemilik dari benteng maut?"
seru Tonghong Hwie. "Ehmm menurut penilaian loolap yang mencuri lihat
jalannya pertarungan dari tempat persembunyian, paling
banter simalaikat berhawa Im hanya bisa bertahan sampai
lima puluh jurus lagi, lama kelamaan dia pasti akan menderita
kalah" Han siang Kie tetap sangat menguatirkan persoalan dalam
tubuh Kaypang, ia harus mencari keterangan duduk perkara
yang sebenarnya untuk memberikan pertanggungan jawab
kepada engkoh tuanya, maka kembali katanya kepada sipadri
utara: "Locianpwee, dapatkah kau memberi keterangan dengan
lebih jelas lagi?" agar dikemudian hari boanpwee pun bisa
memberikan pertanggungan jawabku terhadap Pengemis dari
selatan". Padri dari Utara mengangguk.
"Kemarin selagi Loolap melakukan perjalanan tiba2
perjalananku dihadang oleh seorang li sicu yang memakai kain
kerudung putih, ia mengaku bernama "Yoe Sim Jien", menurut
li sicu tadi katanya si pengemis bintang langit Jien Jiet yang
telah menduduki jabatan Tongcu dari perkumpulan Thian chee
Kauw telah mendapat dukungan dari kaucunya untuk merebut
kursi jabatan sebagai ketua perkumpulan Kay pang, bahkan
diapun membawa tanda pengenal bambu hitam milik
pengemis dari selatan, Li sicu itu minta kepada lolap untuk
datang kekuil Boo Hoo dipantai Pek swie Than sebelum tengah
hari untuk merintangi jalannya rencana tersebut, kemudian
melaporkanpula duduknya perkara kepada para Tiangloo... "
"Lhoo. sipengemis bintang langit toh seorang Tongcu dari
perkumpulan Thian chee Kaw kenapa dia bisa . . ."sela
Toanhong Hwie. 162 Belum habis ia berkata, sipadri dari utara telah menukas
kembali: "Pengemis bintang langit adalah suheng Te dengan
ciangbunjin yang telah meninggal, berhubung ia telah
melanggar pertarungan maka diusir dari perkumpulan tersebut
dimana kemudian ia telah menggabungkan diri dengan pihak
perkumpulan Thian chee Kauw, kali ini dengan mendapat
dukungan yang penuh dari perkumpulannya ia diwajibkan
merebut kursi jabatan ketua Kay pang dari rekan2nya, apa
tujuan mereka?" tentu saja mereka ingin menggabungkan
anak murid kay pang yang tersebar disegala penjuru kolong
langit itu dibawah komando Thian chee Kauw. ."
"Kalau memang pengemis bintang langit sudah diusir dari
perkumpulan, apakah dia berhak menduduki jabatan sebagai
pangcu?" "Pertama, ia sudah bersiap sedia menggunakan kekerasan
untuk mencapai tujuannya, dan kedua ia membawa bambu
hitam milik pengemis dari selatan yang merupakan lambang
tertinggi dari Kay pang, maka kesempatannya teramat besar
untuk berhasil merebut kursi pangcu".
"Hmm urusan justru terjadi dikala pengemis dari selatan
sedang menderita luka ditangan malaikat berhawa Im Mo Sioe
Ing, kalau tidak rencana busuk dari pengemis bintang langit
Jien Jit pasti akan kocar kacir tak karuan, dengan andaikan
kepandaian dari Lam kay..."
"Itu sih belum tentu "sela Pak ceng dengan alis berkerut,
Thian chee Kauw sangat bernapsu untuk menyukseskan
rencana besarnya ini, mereka tidak sayang untuk
mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk
menunjang usaha Jien Jit, kejadian yang telah berlangsung
hanya suatu kejadian yang kebetulan saja, membuat rencana
busuk mereka dapat terwujud dengan gampang..."
163 "Apa yang masih aku tidak pahami adalah dari mana Yoe
sim Jien bisa tahu akan duduknya persoalan itu dengan
jelas?"" "Tentang soal ini mungkin hanya dia sendiri yang tahu"
"Yang bikin kepala orang pusing dan tidak habis mengerti
justru adalah kemunculan si Tengkorak Maut dipantai Pek swie
Tham, ia muncul disaat yang sama serta turun tangan
terhadap anggota perkumpulan Kay pang?""..."
"Loolap sendiripun tak habis mengerti, apa sebabnya bisa
terjadi seperti ini?"?"
"Tiga hari kemudian pengemis dari selatan akan datang
sendiri ditempat ini untuk menyelesaikan persoalan itu"
"Tentang persoalan ini Loolappun sudah mendengar dari
mulut Yoe sim Jien .."
Hampir saja Han song Kie mencelat ketengah udara saking
kagetnya setelah mendengar perkataan itu teriaknya dengan
suara keras: "Darimana dia bisa tau akan pesoalan ini?" ucapan itu
pengemis dari selatan hanya sampaikan kepada boanpwee
seorang, dari mana dia bisa tahu akan hal ini?"?"
"sedikitpun tidak salah peristiwa ini memang membuat
orang jadi bingung dan tak habis mengerti"
"suatu hari aku pasti akan membongkar teka teki ini"
sambil gelengkan kepalanya padri dari utara menghela
napas panjang. "Aaai... peristiwa yang menimpa perkumpulan Kay-pang
kali ini, walaupun untuk sementara waktu bisa ditunda, tapi
pokok persoalannya belum dapat diselesaikan sama sekali,
karena pihak Thian chee Kauw secara terang2an sudah
membuka kedoknya untuk mengangkangi perkumpulan
164 tersebut, sebelum tujuan mereka tercapai jelas pihak mereka
tak akan lepas tangan dengan begitu saja
"Anak murid perkumpulan Kay pang tersebar luas diseluruh
kolong langit, apakah mereka tak becus semua?"".
"Persoalan tak bisa dikatakan demikian, Kay pang adalah
suatu wadah yang menyerupai sarang naga gua harimau,
cukup andaikan kesembilan orang Tianglonya masing2
memiliki kepandaian silat yang maha dahsyat, tetapi pihak
Thian chee Kauw yang yang berhasil pula menjaring seluruh
iblis dikolong langit untuk bergabung dengan mereka bukanlah
suatu pertempuran berdarah, cepat atau lambat tak bisa
dihindari lagi, persoalan yang paling membingungkan hati
serangan ini adalah kehadiran si Tengkorak maut yang
memusuhi pula pihak Kay pang, entah perbuatan ini disertai
dengan suatu maksud atau hanya secara kebetulan saja".
"Jadi kalau begitu persoalannya hanya terletakpada si
tengkorak maut?"...".
"Tidak salah, karena itu walaupun sipengemis tua mengejar
kemari juga tak ada gunanya" .
"Benarkah si tengkorak maut tiada tandingannya dikolong
langit?"" "Dewasa ini memang demikian adanya"
Han song Kie menghembuskan napas panjang dan tidak
berbicara lagi, otaknya ssgera beralih memikirkan pusaka
sarung Buddha "Hoed Jiu Poo Jit" yang diperolehnya, asal ia
berhasil menemukan sarung tangan yang sebelah lain, itu
berarti ilmu see Mie sinkang akan berhasil dilatihnya...
Mendadak.... terdengar suara bantakan keras
berkumandang datang dari tempat kejauhan. Ketiga orang itu
sama2 terperanjat dengan wajah serius Han siong Kie segera
berkata. "Biar aku pergi memeriksanya"
165 Habis berkata ia enjotkan badannya bagaikan segulung
asap segera melayang kearah mana berasalnya suara tadi.
Tampaklah diatas jalan raya bayangan mausia
berseliweran, bentakkan2 keras bergema tiada hentinya dari


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

balik gerombol manusia itu...
Bagaikan sukma gentayangan tanpa menimbulkan sedikit
suarapun Han siong Kie melay turun kurang lebih lima tombak
dari kalangan pertempuran..
Tampaklah sesosok bayangan merah berdiri diantara
kerumunan banyak orang, warna bajunya amat menusuk
pandangan. Dia bukan lain adalah kupu2 warna warni Lle In Hiang,
Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kauw atau dengan
perkataan lain sebagian besar manusia yang berada disitu
bukan lain adalah anggota dari perkumpulan Thian chee
Kauw. Dengan pandangan yang tajam sianak muda itu alihkan
matanya dari perempuan jalang itu ke arah kalangan
pertempuran, tetapi dengan cepat ia berdiri tertegun di
tempat itu. Terlihatlah olehnya delapan orang kakek tua berbaju hijau
sedang bertempur sengit melawan pengemis dari selatan.
Bukankah pengemis dari selatan telah terluka di tangan
malaikat berhawa Im Mie Sioe Ing?"" kemudian terhajar pula
oleh pengemis bintang langit Jien Jiet yang berhianat hingga
menderita luka parah dan jiwanya terancam bahaya?" kenapa
secara tiba2 ia bisa muncul disini dan bertempur melawan
orang?"", selangkah demi selangkah siong Kie berjalan
mendekati kalangan pertempuran.
Tampak olehnya belasan sosok mayat menggeletak diatas
tanah, jelas mereka mati ditangan pengemis dari selatan.
166 Han siong Kie alihkan sinar matanya ke arah lain, diantara
gerombolan manusia ia jumpai seorang pengemis berusia
pertengahan yang berwajah burik. berhidung alang dan
bermata tikus sedang mengawasi jalannya pertarungan
dengan seksama, satu ingatan dengan cepat berkelebat
didalam benaknya, ia berpikir:
"orang itu pastilah sipengemis bintang langit Jien Jiet
adanya, heboh yang terjadi dalam tubuh perkumpulan Kay
pang kali ini sebagian besar adalah timbul karena gara2
penghianat ini, aku harus mewakili engkoh tua untuk
menghajar mati srigala ini."
Berpikir sampai disitu, badannya segera melesat ketengah
udara, laksana kilat ia tubruk ke arah pengemis berusia
pertengahan itu Mimpipun pengemis tadi tak pernah menyangka kalau ada
orang turun tangan terhadap dirinya dikala ia sedang
memperhatikan jalannya pertarungan dengan penuh
perhatian, ketika mendengar ada desiran angin tajam
menyambar datang ia segera berpaling untuk melihat apa
yang sebenarnya telah terjadi, tapi ingatan kedua belum
sempat berkelebat lewat, tahu2 urat nadi pergelangan
tangannya sudah kena dicengkeram oleh orang diikuti sebuah
telapak lain telah menekan diatas jalan darah Beng bun
hiatnya, ia jadi mati kutu dan tak berani berkutik lagi.
suasana seketika berubah jadi gempar, semua jago yang
ada disitu pada berteriak kaget dan melompat mundur ke
belakang. si kupu2 warna warni Lie In Hiang pun tak kalah kagetnya
di bandingkan dengan orang lain melihat siapakah yang telah
datang, ia segera menjerit lengking:
"Manusia berwajah dingin"
-ooodw0kzoooTiraikasih Website http://kangzusi.com/
167 BAB 10 BERHUBUNG dengan jeritan lengking dari Cie In Hiang,
maka sinar mata semua orangpun dialihkan keatas wajah Han
siong Kie. sampai sipengemis dari selatan serta kedelapan orang
kakek berbaju hijau yang sedang bertempur seng itpun tanpa
terasa sudah menghentikan pertarungannya.
Manusia berwajah dingin, usianya belum mencapai dua
puluh tahun, lagipula didalam dunia persilatan belum pernah
mendengar disebutnya nama orang ini, maka air muka para
jago lihay perkumpulan Thian chee Kauw rata2 menunjukkan
kesangsian dan bingung. Dengan andalkan kepandaian silatnya, mungkin sianak
muda yang masih muda belia ini berhasil menghajar Lie In
Hiang si kupu2 warna warni yang menjabat sebagai pimpinan
Tongcu dari perkumpulan Thian chee kauw hingga muntah
darah dan hampir saja jiwanya tercabut?" kejadian ini benar2
membuat orang tak habis percaya.
Didalam hati diam2 Han siong Kie merasa geli, tak disangka
olehnya julukan " manusia berwajah dingin" yang diberikan
saudara angkatnya secara bergurau kini mulai dikenal oleh
kawanan jago Bu-lim. Bagaimana gerangan si manusia berwajah dingin
munculkan diri dan membekuk batang leher pengemis bintang
langit?" tak seorang pun yang tahu.
si Pengemis bintang langit Jien Jit sendiri yang urat nadi
pada pergelangan tangannya dicekal orang, sedikitpun tak
berani bergerak ataupun melawan, keringat dingin sebesar
kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi
seluruh badan. 168 Han siong Kie melirik sekejap kearah Lie In Hiang, dengan
pandangan dingin lalu tegurnya:
"Hey Lie In Hiang, sungguh tak nyana dengan begitu cepat
kita telah saling berjumpa kembali".
selapis napsu membunuh melintas diatas wajah Lie In
Hiang yang berubah hebat, ia tertawa dingin.
"Manusia berwajah dingin" sahutnya, akupun tak pernah
menyangka kalau begitu cepat kau telah datang kemari untuk
menghantar kematianmu."
Han siong Kie mendengus dingin ia tidak berbicara lagi.
Dalam pada itu si pengemis Bintang la ngit Jien Jit sudah
berteriak pula dengan suara keras.
"Manusia berwajah dingin, tahukah engkau siapakah pun
Tongcu?"?" "Huuuuh kau adalah si pengemis bintang langit Jien Jit
yang menghianati perguruan dan murid buangan dari Kay
pang, bukankah begitu?""."
sekujur badan pengemis bintang langit gemetar keras,
setelah mengumpulkan kembali keberaniannya ia membentak
kembali: "Manusia berwajah dingin, apa maksudmu menangkap
diriku?"?""
Han siong Kie mendengus dingin, ia segera menoleh ke
arah pengemis dari selatan yang berdiri ter manggu2 ditengah
kalangan dan bertanya: "Engkoh tua, apa rencanamu
terhadap manusia laknat ini?"?".
"Hmm sedari dulu ia sudah diusir dari Kay-pang, ia tidak
terhitung anak murid perkumpulan kami lagi" sahut Pengemis
dari selatan dengan penuh kegusaran "Baginya tak perlu di
hukum menurut peraturan perguruan lagi, saudara cilik,
169 terserah pada mu apa yang hendak kau lakukan, aku
sipengemis tua sih tiada pendapat".
"Kalau memang begitu, biar kumusnahkan dirinya sebagai
penebus dosa atas kesalahannya terhadap Kay pang"
Pucat pias seluruh wajah pengemis bintang langit setelah
mendengar ancaman itu, dengan mata terbelalak lebar dan
tubuh gemetar keras teriaknya:
"Manusia berwajah dingin, kalau kau bunuh diriku maka
kau sendiripun tak akan lolos dari sini dalam keadaan selamat"
"Bisa selamat atau tidak itu urusan lain, kau tak perlu
menguatirkan diriku mengerti?""
Pengemis bintang langit jadi putus asa, ia segera alihkan
sinar matanya yang penuh dengan belas kasihan itu ke arah
delapan orang kakek berbaju hijau yang ada dikalangan.
"Manusia berwajah dingin, kau berani membunuh
dirinya?"" bentak si kupu2 warna warni Lie In Hiang dengan
gusar. "Hmmm kenapa aku tidak berani?" setelah menjagal dirinya
maka giliran akan tiba pada dirimu cepat kau telah datang
kemari untuk menghantar kernatianmu"
Han Siong Kie mendengus dingin ia tidak berbicara lagi.
Dalam pada itu si pengemis Bintang Langit Jien Jit sudah
berteriak pula dengan suara keras.
"Manusia berwajah dingin tahukah engkau siapakah Pun
Tongcu?"?" "Huuuuh! kau adalah si pengemis bintang langit Jien Jit
yang menghianati perguruan dan murid buangan dari Kay
pang bukankah begitu?"?"
170 Sekujur badan pengemis bintang langit gemetar keras
setelah mengumpulkan kembali keberaniannya ia membentak
kembali: "Manusia berwajah dingin apa maksudmu menangkap
diriku?"?""
Han Siong Kie mendengus dingin segera menoleh kearah
pengemis dari selatan yang berdiri termanggu2 ditengah
kalangan dan bertanya: "Engkoh tua apa rencanamu terhadap manusia laknat
ini?"". "Hmm! sedari dulu ia sudah diusir dari kay pang ia tidak
terhitung anak murid perkumpulan kami lagi" sahut pengemis
dari selatan dengan penuh kegusaran "Baginya tak perlu
dihukum menurut peraturan perguruan lagi, saudara cilik,
terserah pada mu apa yang hendak kau lakukan, aku sipengemis
tua sih tiada pendapat "'.
"Kalau memang begitu, biar kumusnahkan dirinya sebagai
penebus dosa atas kesalahannya terhadap Kay pang".
Pucat pias seluruh wajah Pengemis bintang langit setelah
mendengar ancaman itu, dengan mata terbelalak lebar dan
tubuh gemetar keras teriaknya :
'Manusia berwajah dingin, kalau kau bunuh diriku maka kau
sendiripun tak akan lolos dari sini dalam keadaan selamat!"
"Bisa selamat atau tidak itu urusan lain, kau tak perlu
menguatirkan diriku! mengerti?".
Pengemis bintang Langit jadi putus asa, ia segera alihkan
sinar matanya yang penuh dengan belas kasihan itu kearah
delapan orang kakek berbaju hijau yang ada dikalangan.
"Manusif berwajah dingin, kau berani membunuh
dirinya?"!" bentak si kupu2 warna warni Lie In Hiang dengan
gusar. 171 "Hmmm! kenapa aku tidak berani?" setelah menjagal
dirinya maka giliran akan tiba pada dirimu"
Air muka Lie In Hiarig seketika berobah jadi hijau membesi
dengan sorot mata berapi api ia melotot kearah sianak muda
itu. Dengusan gusar segera berkumandang pula diantara
kawatan jago cari perkumpulan Thian Che Kauw tujuh orang
segera muncul kan diri dan mendesak kedepan mendekati
tuduh Han Siong Kie. Ketegangan dan napsu membunuh dengan cepat meliputi
seluruh kalangan tersebut.
"Manusia berwajah dingin! "seru salah seorang diri delapan
kakek berbaju hijau itu dengan suara menyeramkan "Kalau
engkau berani turun tangan terhadap Jien Tongcu maka
perkumpulan Kay pang akan merasa pula pembalasan dendam
yang hebat dari kami darah akan berceceran menodai seluruh
perkumpulan tersebut!"
Ancaman ini betul2 hebat dan seketika menggidikkan hati
Han Siong Kie ia sadar bahwa perkumpulan Thian-Chee Kauw
adalah perkumpulan terbesar dikolong langit dewasa ini
dengan jago lihay yang amat banyak seandainya mereka
melakukan pertempuran terbuka dengan pihak Kay pang maka
akibatnya sukar dibayangkan dengan kata-kata.
Tetapi sebagai seorang pemuda yang berhati dingin,
sekalipun berada dalam keadaan terdesak dan bingung,
sikapnya diluaran masih tetap hambar dan tak pandang
sebelah matapun terhadap semua orang.
Ia tak ingin mendatangkan kesulitan bagi pihak Kay pang,
maka sinar matanya perlahan lahan dialihkan kearah
Pengemis dari selatan maksudnya agar engkoh tuanya yang
mengambil keputusan. 172 Dalam pada itu ketujuh orang jago lihay tersebut sudah
berada dua tombak dihadapan serangan dahsyat telah siap
dilancarkan Suasana jadi semakin tegang dan menyesakkan napas,
semua orang merasakan hatinya berdebar keras.
Lima puluh orang lebih jago lihay dari perkumpulan Thian
Chee Kauw sama2 alihkan sorot matanya menatap musuh2nya
dengan tajam. Seluruh rambut pengemis dari selatan yang berwarna
keperak perakan itu sudah pada berdiri semua bagaikan
kawat, kegusaran yang bergelora dalam memang sukar
dikendalikan lagi, tetapi untuk beberapa waktu tak berani
mengambil keputusan sebab ia tahu anggota Kay pang
tersebar di mana2 seandainya pihak Thian chee Kauw
sungguh melakukan pembunuhan maka akibatnya tentu hebat
sekali. Melihat musuhnya ragu2, sikakek berbaju hijau menjadi
semakin bangga. sambil tertawa seram jengeknya :
"Hey, pengemis rudin, bukankah kau adalah seorang
pimpinan tiang loo dari Kay Pang, kau harus tahu bahwa mati
hidup perkumpulanmu tergantung pada keputusan yang akan
kau ambil". "Apa yang siap kalian lakukan terhadap kami?"" hardik si
pengemis dari selatan dengan mata melotot.
"Biarlah Jien Tongcu yang menjabat kursi ketua dari
perkumpulan Kay-pang, maka perkumpulan kami akan hidup
berdampingan secara damai dengan pihak Kay pang dalam
cita2nya merajai Bu-lim serta pemimpin seluruh umat manusia
yang ada dikolong langit."
Ucapan ini sangat menggusarkan hati pengemis dari
selatan, sekujur badannya gemetar keras, sambil menggigit
bibir teriaknya: 173

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Permintaanmu tak bisa kami kabulkan, kecuali kau bisa
melangkahi mayat dari aku si pengemis tua"
"sekalipun kau modar belum tentu persoalan ini bisa
diselesaikan". "Hmmm kau tak usah banyak bacot lagi, pihak Kay pang
kami akan berjuang menentang kekerasan Thian chee Kauw
sampai di manapun juga," dia kemudian kepada Han siong Kie
bentaknya: "Bunuh bangsat itu".
Serentetan teriakan ngeri yang mengerikan bulu roma
berkumandang memecahkan kesunyian, si pengemis bintang
langit muntah darah segar dan menggeletak mati dalam
keadaan mengerikan diatas tanah.
Pada saat yang bersamaan tujuh orang jago lihay serentak
melancarkan pukulan dahsyat menggencet tubuh Han siong
Kie, sementara delapan orang kakek berbaju hijan itu sekali
lagi mengerubuti pengemis dari selatan.
Dua sosok bayangan manusia berkelebat lewat dan
menerjang masuk kedalam kalangan pertempuran, mereka
adalah sipadri dari utara serta pengemis cilik Tonghong Hwie.
seketika itu juga puluhan orang jago lihay menggerakkan
tubuhnya menghadang jalan pergi padri itu, suatu
pertarungan sengitpun dengan cepat berkobar.
si kupu2 warna warni Lie In Hiang paling benci terhadap
pengemis cilik itu, melihat kehadiran Tonghong Hwie disitu ia
segera membentak nyaring dan melancarkan satu babatan
dari tempat kejauhan. suatu pertempuran yang maha seru dan maha dahsyatpun
segera berkobar ditempat itu, bentakan keras bergeletar
memecahkan kesunyian, angin pukulan men-deru2, bayangan
manusia berseliweran... 174 Tiba2 terdengar jeritan kesakitan berkumandang
diangkasa, darah segar muncrat di udara dan sesosok tubuh
manusia roboh tak bernyawa lagi.
Pengemis cilik Tonghong Hwie dengan andalkan ilmu
kebalnya yang tahan pukulan bergebrak seru melawan si
kupu2 warna warni Lie In Hiang, untuk sementara waktu sulit
untuk menentukan siapa menang dan siapa kalah.
Delapan orang kakek berbaju hijau yang mengerubuti
sipengemis dari selatan, walau pun semuanya memiliki ilmu
silat yang sangat lihay tapi berhadapan dengan jago kawakan
yang sudah kenyang makan asam garam ini dibikin kewalahan
juga. sebaliknya kawanan jago yang mengerubuti padri dari utara
merupakan kawanan jago di bawah kedelapan orang kakek
berbaju hijau itu, korban yang berjatuhan kian lama kian
bertambah banyak. Di tengah pertarungan yang sedang berkobar itu ilmu silat
yang dimiliki Han siong Kie boleh dikata paling tinggi dan
paling hebat, ilmu pukulan Leng Koe sam sie nya betul2 hebat
dan mengerikan, setiap kali serangan yang dilancarkan pasti
membawa korban yang berjatuhan dalam waktu singkat
empat belas sosok mayat sudah bertumpuk di hadapan
tubuhnya. Kenyataan segera menunjukkan bahwa posisi Han siong Kie
sekalian jauh lebih unggul daripada kekuatan lawan, bilamana
beberapa orang jago lihay itu bersatu padu dan turun tangan
secara berbareng niscaya semua jago lihay yang tergabung
dalam perkumpulan Thian Chee Kauw bakal musnah.
Mendadak... suitan nyaring yang amat memekikkan telinga
berkumandang datang dari kejauhan.
Disusul sebuah benda berdarah yang amat menyolok mata
meluncur datang dari tengah udara dan menggeletak di
tengah kalangan. 175 "Aaah..! tengkorak maut ."jeritan kaget segera bergema
diseluruh penjuru, semua jago yang sedang bertempur
dengan cepat menghentikan gerakannya.
Sesosok tengkorak yang belumuran darah menggeletak
ditengah kalangan, suasana yang menyeramkan dan
menggidikkan bati segera menyelimuti seluruh angkasa...
Pemilik dari Benteng Msut ternyata munculkan diri ditempat
itu pada saat dan keadaan seperti itu, kejadian ini benar2
merupakan suatu kejadian yang sama sekali di diluar dugaan
siapapun. Tanpa sadar pengemis dari selatan, padri dari utara. Han
Siong Kie serta Tong hong Hwie bergabuog jadi satu.
Sedangkan para jago lihay dari perkumpulan Thian Chee
Kauw-pun berkumpul menjadi satu.
Dalam sekejap mata suasana ditengab kalangan berubah
jadi hening...sunyi sekali hingga suara napas sendiripun
kedengaran nyata. Sepasang mata semua orang dingin memancarkan sinar
kaget dan ketakutan serentak ditujukan kearah tengkorak
berlumuran darah yang menggeletak ditengah kalangan,
hanya seorang yang terkecuali, dia adalah Han Siong Kie.
Dengan sorot mata yang memancarkan rasa benci, penuh
dendam dan dilapisi napsu membunuh ia menyapu seluruh
kalangan dengan pandangan tajam.
Apakah tujuan dari kemunculan sipemilik benteng maut
itu?" siapapun tak tahu. tapi mereka menyadari bahwa
kemunculan siiblis yang mengerikan itu berarti ancaman
kematian yang mnrggidikkan hati bagi setiap orang yang hadir
di situ. Tengkorak berlumuran darah dibawah sorot cahaya sang
surya yang tajam memantulkan cahaya darah yarg
mengerikan..... 176 Bayangan maut. . kematian ... menyelimuti seluruh
kalangan. Tiba2 Han Siong Kie mendengus dingin selangkah demi
selangkah ia mendekati tengkorak berlumuran darah itu.
Tongrorg Hwie jadi amat terperanjat, ia berteriak kaget dan
segera menarik ujung baju sianak muda itu sambil berseru
penuh ketakutan: "Engkoh Kie, apa ...apa yang hendak kau lakukan?"".
Pengemis dari selatan serta padri dari utara dengan sorot
mata yang memancarkan rasa kejut bercampur tercengang
tanpa terasa dialihkan pula kearah pemuda itu.
Terdengar Han siong Kie mendengus dingin, lalu jawabnya
dengan nada penuh kebencian: "Aku hendak musnahkan dulu
benda yang menyebalkan hati ini. "
"Jangan "seru pengemis diri utara hampir berbareng..
Dalam pada itu para jago dari perkumpulan Thian Chee
Kauw telah selesai berunding, mereka segera membimbing
yang luka dan diam2 ngeloyor pergi dari situ, dalam sekejap
mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas. Di
tengah kalangan hanya tertinggal puluhan sosok mayat yang
bergelimpangan diatas tanah.
Sesaat sebelum tinggalkan tempat itu, si kupu2 warna
warni Lie In Hiang sempat melotot sekejap kearah Hansiong
Kie dengan penuh kebencian sayang sianak muda itu sama
sekali tidak menoleh. Sepeninggalnya jago2 dari perkumpulan Thian Chee Kauw,
si padri dari utara segera berbisik dengan suara lirih:
"Rupanya kedatangan si pemilik dari benteng maut adalah
mencari satroni dengan pihak kita."
"Darimana kau bisa tahu?" tanya pengemis dari selatan
dengan nada tercengang. 177 "Sewaktu berada dikuil Boe Hoo ditepi pantai Peks wie-
Than tadi beberapa orang anak murid Kay pang telah
menemui ajalnya ditangan iblis ini, dan sekarang para jago
lihay dari perkumpulan Thian chee Kauw berhasil
meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat, hal ini
menunjukkan bahwa tujuannya adalah terhadap kita orang".
"Lalu apa tujuannya mencari kita?""."
"Darimana aku bisa tahu?""."
Tonghong Hwie rupanya merasakan pula situasi yang amat
tidak menguntungkan bagi pihaknya, ia segera berseru:
"Engkoh Kie, cianpwee berdua, kenapa kita tidak lekas
tinggalkan tempat ini?"?".
"Tak mungkin bisa lolos dari sini" sahut padri dari utara
sambil gelengkan kepala. Mendadak Han song Kie melepaskan diri dari cekalan
Tonghong Hwie, ia segera enjotkan badannya dan meluncur
kearah tengkorak berlumuran darah itu .....Lam kay serta Pak
Ceng amat terperanjat menyaksikan tindakan nekat dari
pemuda itu, untuk mencegah sudah tak sempat lagi, sedang
Tonghong Hwie menjerit lengking dan ikut menubruk ke
depan. "Tengkorak Maut" terdengar Han siong Kie berteriak keras.
"Ayoh tunjukkan dirimu."
Sambil berseru telapaknya langsung diayun membabat
kearah tengkorak yang menggeletak diatas tanah...
Belum sempat angin pukulan yang dilancarkan pemuda itu
mengenai sasarannya, mendadak dari balik batu cadas kurang
lebih lima tombak dari sisi kalangan meluncur keluar sesosok
bayangan warna abu2, telapaknya segera berputar mengejar
batok kepala Han siong Kie.
178 Merasakan datangnya ancaman, pemuda itu jadi gusar,
pukulan yang ditujukan kearah tengkorak tadi segera berubah
arah dan ganti membabat bayangan abu2 tadi.
Blaam.. termakan oleh angin pukulan yang maha dahsyat
dari pemuda itu, gerakan luncur bayangan abu2 tadi segera
tertahan sejenak. Han Siong Kie bertambah kalap. telapaknya berputar dan
siap melancarkan sebuah serangan lagi "Blaam. " Tiba2
menggulung datang suatu angin pukulan yang maha dahsyat
menekan tubuhnya erat2. si anak muda itu jadi terperanjat, sulit baginya untuk
menghindarkan diri dari datangnya ancaman itu dalam
gugupnya sang badan segera bergeser kesamping.
Tapi sayang gerakannya itu agak terlambat, angin pukulan
yang maha dahsyat tadi dengan telak bersarang ditubuhnya..
pemuda itu menjerit tertahan dan tubuhnya segera mencelat
kebelakang tepat terjatuh didalam pelukan Tonghong Hwie
yang sedang memburu ke muka.
Lam kay serta Pak Ceng berseru kaget serentak mereka
gerakan tubuhnya menubruk kemuka.
Bayangan abu2 itu mendengus dingin, perlahan2 ia maju
menghampiri beberapa orang itu, dia adalah seorang manusia
aneh berkerudung warna abu2 dengan perawakan tubuh yang
tinggi kekar. Se-olah2 tak pernah terjadi suatu apapun ia maju ketengah
kalangan lalu menyimpan kembali tengkorak berlumuran
darah yang menggeletak diatas tanah itu.
"Tengorak Maut" pengemis dari selatan segera menegur
dengan penuh kegusaran "sebenarnya apa maksudmu datang
kemari?" 179 "Heeeh heeeha heeeh.. "tengkorak maut tertawa seram
"Kalian berdua akan menyelesaikan dirimu sendiri, ataukah
ingin menunggu sampai aku yang turun tangan sendiri."
Padri dari utara mengerutkan dahinya, ia maju kedepan
dan menegur: "Omimobud bukankah sicu telah berjanji akan rnelepaskan
kami dalam keadaan hidup mengapa sekarang kau ingkar janji
apa......" "Sewaktu berada dibenteng maut tempo dulu, bukankah
kau......." Tengkorak maui tertawa seram, belum sempat padri itu
menyelesaikan kata2nya ia telah menukas:
"Kau tak usah banyak bicara lagi, selamanya aku bertindak
menuruti kemauanku sendiri, Hmm! siapa kesudian
menggubris ingkar janji atau tidak kalian berdua lebih baik
sedikitlah tahu diri dan segera bunuh diri dihadapanku."
Dalam pada itu Tonghong Hwie beberapa kali hendak maju
kedepan. tetapi setiap kali memandang wajah Han Siong Kie
yang berada dalam keadaan tak sadarkan diri ia selalu
urungkan kembali niatnya itu.
"Tengkorak maut!" terdengar pengemis dari selatan
membentak gusar."Kau toh seorang pemilik benteng maut
yang terhormat, sungguh tak nyana manusia semacam kau
bisa mengucapkan kata2 seperti ini. Aku si pengemis tua serta
hweesio tua itu memang sudah tua, matipun tak usah di
sayangkan, tetapi kau harus terangkan dulu dengan alasan
apa kau menghendaki jiwa kami berdua?""
"Alasan?"" haaah.,..haaah ...haaah selama nya aku si
Tengkorak maut bertindak tanpa memperdulikan alasan atau
tidak!." "Kalau begitu, silahkan kau mulai turun tangan!."
180 "Hmmm! jadi kau paksa aku untuk turun tangan"."
"Aku serta pengemis tua memang menyadari bahwa ilmu
silat yang kami miliki terlalu cetek sekalipun harus mati
ditanganmu juga tak bisa dibicarakan lagi tapi kalau suruh
kami bunuh diri,....Hmm! jangan bermimpi di siang hari
bolong." Mendengar perkataan itu Tengkorak maut segera tertawa
seram. "Baik, aku akan kabulkan keinginanmu itu." sambil berseru
selangkah demi selangkah ia mendesak maju kedepan.
"Tunggu sebentar," tiba2 pengemis dari selatan berseru.
"Apa yang hendak kalian katakan lagi?""
"Apakah kedua orang bocah yang berada disitu bisa
dilepaskan dalam keadaan hidup?" tanya pengemis itu sambil
menuding ke arah Tonghong Hwie serta Han siong Kie yang
berada kurang lebih tiga tombak dari situ.
"Tentang soal ini..." Tengkorak maut termenung dan
berpikir beberapa saat lamanya, kemudian mengangguk.
"Baiklah" Pengemis dari selatan segera berpaling dan serunya kepada
Tonghong Hwie: " Cepat bawa dia meninggalkan tempat ini. "
Tonghong Hwie melirik sekejap kearah Tengkorak maut,
tubuhnya bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi
akhirnya niat itu dibatalkan...
Melihat pengemis cilik itu masih tetap sangsi, Lam-Kay
segera meloncat kepadanya sambil membentak:


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kau ingin mati bersama ditempat ini?"?".
Tonghong Hwie jadi terkesiap. "Loocianpwee, aku...aku..."
"Kau kenapa?"?"
181 "saudaraku telah terpukul oleh iblis tua itu, isi perutnya
sudah terluka parah, andaikata tenaga dalamnya tidak
sempurna sejak tadi ia sudah bakal muntah darah dan mati"
"pernahkah kau mendengar akan kekejian dari ilmu
pukulan Han Pok Ciang serta Pek Yang Kang."
Belum habis sipengemis dari selatan berkata Tonghong
Hwie seperti telah teringat akan sesuatu, tiba2 ia menjerit:
"Aduuuh celaka ...."
sambil membopong tubuh Han siong Kie buru2 dia enjotkan
badan dan kabut dari situ.
Memandang bayangan punggungnya yang lenyap dari
pandangan, pengemis dari selatan menghela napas panjang,
selangkah demi selangkah ia balik lagi ke tempat semula
"Hey, bersiaplah kalian menyambut kematianmu" terdengar
Tengkorak maut berseru sambil tertawa seram, "Aku akan
mulai turun tangan".
Wajah Lam Kay serta Pak Ceng berubah jadi murung dan
diliputi kesedihan, segenap tenaga lwekang yang dimilikinya
segera di himpun kedalam telapak. siap menghadapi serangan
maut dari lawannya. Mereka sadar bahwa dengan kekuatan minim yang dimiliki
mereka berdua masih bukan tandingan dari iblis sakti itu,
tetapi mereka berdua tak mau menyerah kalah dengan begitu
saja, sekalipun tahu bukan tandingan namun dengan
paksakan diri mereka berusaha untuk melawan.
"Ayoh, silahkan kau mulai turun tangan" seru mereka
berdua hampir berbareng. Tengkorak Maut tertawa seram, per lahan2 sepasang
telapaknya dikeluarkan dari balik jubah, telapak kirinya
bewarna hitam pekat bagaikan tinta bak, sedang telapak
kanannya putih bersih bagaikan kumala. inilah ilmu pukulan
Han Pok ciang serta Pak Yang Kang yang maha dahsyat itu.
182 Lam Kay serta Pak Ceng sama2 bergidik, mereka sadar
bahwa kematian semakin dekat dengan mereka berdua..
Mendadak Tengkorak maut membentak keras, sepasang
telapaknya bergerak cepat membabat kedepan, segulung
angin pukulan berhawa panas dan segulung angin pukulan
berhawa dingin segera meluncur kedepan menghamtam tubuh
kedua orang jago itu. Lam Kay seta Pak Ceng tidak ambil diam, merekapun
membentak keras dan balas melancarlan sebuah babatan
dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya.
"Blaam." dua gulung angin pukulan saling membentur satu
sama lainnya menimbulkan ledakan dahsyat yang menggeletar
dimuka bumi, pasir dan debu berterbangan memenuhi seluruh
angkasa, Lam Kay serta Pak ceng terdorong mundur delapan
langkah kebelakang. Darah panas terasa bergelora dalam dada masing2, namun
tidak sampai membuat kedua orang itu muntah darah segar.
Pengemis dari selatan saling berpandangan sekejap dengan
padri dari utara, agaknya kejadian ini jauh berbeda diluar
dugaan meraka berdua, siapapun tidak menyangka kalau
serangan pertama dari Tengkorak Maut ternyata tidak
sedahsyat apa yang di bayangkan semula.
Belum sempat mereka berpikir panjang, tengkorak maut
telah mendengus dingin. serangan kedua telah dilancarkan lebih dahsyat lagi. Angin
pukulan bagaikan tindihan bukit Tay-san menghantam tubuh
kedua orang jago itu. Laksana kilat pengemis dari utara bergeser lima depa ke
samping lalu putar badan sambil melancarkan sebuah
pukulan. 183 Sepasang telapak Tengkorak Maut yang diluncurkan
kedepan mendadak berpisah ke arah kiri serta kanan
kemudian menyerang kedua orang itu dengan dahsyatnya.
Blaam Blam kembali terjadi bentrokan keras yang
menggetarkan telinga, tubuh Lam Kay serta Pak ceng terpukul
mundur lima langkah ke belakang, hampir saja darah segar
muncrat keluar dari mulutnya.
Ditengah suitan tajam tubuh si Tengkorak maut mendesak
lebih ke depan. Laksana kilat ia menyerang sipengemis dari
selatan kemudian putar badan dan melepaskan kedua
serangan ke arah padri dari utara.
Dua dengusan tertahan bergema di angkasa, kedua orang
jago lihay itu muntah darah dan roboh keatas tanah.
Tengkorak maut tertawa seram, dengan wajah menyeringai
perlahan-lahan ia maju ke depan, selangkah dua langkah kian
lama tubuh iblis tua itu semakin mendekat.
Pengemis dari selatan segera mengepos tenaga, tapi darah
segar kembali muntah ke luar dari mulutnya, diam2 ia
membatin. " Habis sudah riwayat aku sipengemis tua."
Padri dari utara yang menyaksikan rekannya terancam
bahaya maut dan jiwanya hampir melayang ditangan orang
tak bisa berbuat apa2, sebab ia sendiripun sudah kehabisan
tenaga dan tak sanggup melancarkan serangan lagi, hweesio
ini sadar bahwa jiwanya sebentar lagi pasti akan menyusul
rekannya, sebab gembong iblis itu tak akan melepaskan
dirinya dengan begitu saja.
Maut setiap saat mengancam jiwanya setiap detik jiwanya
bisa melayang tinggalkan raganya.
Ting. Ting .. Ting. Mendadak dari tempit kejauhan berkumandang datang
suara dentingan tongkat besi membentur tanah, suaranya
nyaring dan bergetar dalam hati.
184 Air muka pengemis dari selatan segera berubah, sorot
matanya berkilat dan rasa girang terlintas diatas wajahnya tapi
hanya sebentar saja lalu lenyap kembali.
sesosok bayangan muncul dari kejauhan, "Ting Ting" suara
dentingan tadi kian lama kian bertambah dekat kian lama kian
menggetarkan telinga... setiap dentingan itu berbunyi,
bayangan hitam itu bergerak semakin dekat hingga beberapa
saat kemudian tampaklah orang yang baru saja munculkan diri
itu hanya memiliki sebuah kaki.
"Pengemis tua kiranya dia yang datang kiranya betul2
dia..." terdengar padri dari utara berseru sambil kerutkan
alisnya. Pengemis dari selatan sendiri agaknya juga sudah
melupakan keadaannya yang berbahaya serta terancam
bahaya maut itu semangatnya segera berkobar kembali.
"ooooh dia adalah susiokku song Thiat Koay dia dia....
benarkah dia orang tua masih hidup dikolong langit?"".
sementara itu si Tengkorak Maut telah menghentikan
gerakan tubuhnya, ia tertawa ringan lalu putar badan dan
kabur dari situ dalam beberapa kali enjotan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan seorang pengemis tua berkaki tunggal yang kurus kering
tinggal kulit pembungkus tulang muncul dari tempat kejauhan,
dalam genggamannya ia mencekal sebuah tongkat bambu
yang memancarkan cahaya kilat. kepalanya tinggal ditumbuhi
beberapa lembar rambut putih, sepasang matanya cekung tapi
memancarkan cahaya yang menggidikkan.
sambil menahan rasa sakit dibadan, sipengemis dari selatan
paksakan diri untuk bangkit berdiri dan jatuhkan diri berlutut
dihadapan orang itu, sapanya: "Tio Hoei mengunjuk hormat
kepida susiok.". 185 Padri dari utarapun segera maju memberi hormat sambil
menyapa pula: "song sicu, sudah empat puluh tahun lamanya jejakmu
lenyap tak berbekas, sungguh tak nyana kesehatanmu masih
tetap seperti sedia kala"
Pengemis tua yang baru datang itu bukan lain adalah song
Thiat Koay, paman guru dari pengemis Lam Kay, usianya
sudah berada diatas seratus tahun, jejaknya pada empat
puluh tahun berselang lenyap tak berbekas, sungguh tak
nyana pada saat ini telah munculkan diri kembali disitu bahkan
mengejutkan si Tengkorak Maut hingga kabur.
Pada empat puluh tahun berselang berhubung suatu
persoalan kecil yang menyangkut perebutan nama dengan
tongkat Tah Kauw Pang nya, si song Thiat Koay pernah
menantang ketua dari delapan partai besar untuk bertempur
seru diatas puncak gunung Thay san, alhasil dari delapan
partai besar empat orang telah tewas dan empat orang
terluka, peristiwa ini sangat menggemparkan dunia persilatan
hingga kini masih tetap merupakan kebanggaan dari pihak Kay
pang tetapi tidak lama setelah terjadinya peristiwa ini jejak
pengemis tua itupun secara mendadak lenyap tak berbekas.
sementara itu dengan sorot mata yang tajam song Thiat
Koay menyapu sekejap wajah Lam Kay lalu tegurnya:
"Apakah kau yang bernama Tio Hoei?""
"Betul tecu adalah Tio Hoei"
"Haahh haahhh haahhh kaupun sudah tua, untuk
bertempurpun sudah tidak mampu lagi. Dimana gembong iblis
itu?"" "Ketika mendengar akan kehadiran susiok ia sudah kabur
dari sini" 186 "Hmmm ia begitu berani mengulurkan tangan iblisnya
terhadap perkumpulan kami, aku song Thiat Koay tak akan
mengampuni jiwanya" "Kemunculan susiok dalam keadaan segar bugar
merupakan suatu keberuntungan bagi perkumpulan Kay pang
kita" "Ehmmm sebenarnya aku tak mau mencampuri urusan
keduniawian lagi tetapi di sebabkan tempat tinggalku terkena
bencana alam dan longsor maka aku harus berpindah tempat,
tanpa sengaja aku telah mendengar perkumpulan kita telah
mengalami peristiwa besar karena itulah maka aku segera
munculkan diri kembali. sekarang cepatlah kau kembali ke
markas dan kembali segera pilih seorang pangcu..."
"susiok kau orang tua hendak pergi kemana?""...
"Aku hendak berangkat ke Benteng Maut untuk bikin
perhitungan dengan gembong iblis itu. Nah terimalah dua biji
obat dan telanlah seorang satu"
sambil berkata ia keluarkan diserahkan ketangan pengemis
dari selatan kemudian.. Tiiing di tengah suara dentingan
nyaring tubuhnya sudah melayang dua puluh tombak lebih
dari tempat semula, dan beberapa saat kemudian bayangan
tubuhnya telah lenyap tak berbekas.
Sepeninggalnya Song Thiat Koay, pengemis dari selatan
dan padri dari utara saling berpandangan sekejap sambil
tertawa getir, masing2 menelan sebutir pil mujarab
peninggalan pengemis pincang tadi lalu duduk bersemedi
diatas tanah. seperminum teh kemudian kekuatan tubuh mereka telah
pulih kembali seperti sedia kala, hal ini menunjukkan betapa
mujarabnya obat tersebut. Tiba2 terdengar Padri dari utara
berseru: 187 "Eeei pengemis tua, aku merasa kejadian yang barusan
berlangsung rada aneh dan mencurigakan" .
"Kejadian apa?""
-0000000- BAB 11 "KITA toh sudah pernah menjajal sampai dimanakah
kelihayan ilmu silat yang dimiliki si Tengkorak Maut, aku rasa
agaknya kekuatan yang dimilikinya barusan jauh lebih lemah
beberapa bagian dari apa yang pernah kita temui tempo dulu.
Berulang kali ia menyatakan hendak menghabisi jiwa tua kita
berdua, sudah tentu serangannya harus hebat dan
mematikan, tapi dalam kenyataan ia sudah mengalah tiga
gebrakan kepada kita."
"Betul, aku sipengemis tuapun mempunyai perasaan
demikian" sahut pengemis dari selatan sambil berseru
tertahan. "ucapannya permulaan tidak sesuai dengan
perkataan belakangan, bahkan nada suaranya tidak benar."
"Lagipula dengan tenaga lweekang yang dimilikinya
semestinya ia sanggul untuk bergebrak melawan susiokmu,
apa sebabnya sebelum bertemu dengan bayangan tubuhnya,
ia sudah kabur tak berbekas?""
"Benar, kalau kau tidak mengungkapkan pun tak sampai
berpikir sampai disitu, peristiwa ini benar2 mencurigakan
sekali". setelah merandek sejenak, mendadak pengemis dari
selatan berseru tertahan:
"Aduuuh celaka.. saudara cilikku telah terluka oleh pukulan
Im kang dari iblis tua itu, kalau lukanya tidak segera
188 disembuhkan niscaya jiwanya akan terancam bahaya, entah
pengemis cilik itu sudah membawa dirinya pergi kemana.."
"Pengemis tua, aku lihat dewasa ini lebih baik kau kembali
dulu kemarkas besar perkumpulanmu untuk menyelesaikan
persoalan yang sedang kau hadapi, mengenai saudara cilikmu
itu biarlah aku si hweesio yang mewakili dirimu untuk mencari
jejaknya. sekalipun obat mujarab yang kumliki tidak sehebat
obat yang kau miliki, rasanya aku masih sanggup untuk
mengatasinya". "Baik, kalau begitu mari kita segera berangkat."
Pengemis dari selatan segera bongkokkan badan
menggeledah saku dari mayat pengemis bintang langit dan
ambil kembali tanda kebesaran bambu hitam yang telah
direbut penghianat tersebut, kemudian bersama padri dari
utara segara melakukan perjalanan.
Dalam pada itu Tong hong Hwie sambil membopong tubuh
Hansiong Kie yang terluka lari menuju ketempat yang sunyi.
setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya
sampailah di sebuah hutan yang lebat, Tonghong Hwie segera
meletakkan tubuh sianak muda itu keatas tanah dan
memeriksa denyutan nadinya.
Dengan cepat ditemuinya ada delapan buah jalan darah
penting dalam tubuhnya tidak tembus, andaikata jalan darah
tadi tidak cepat dibebaskan dari sumbatan niscaya jiwanya
bakal melayang atau paling sedikit tubuhnya akan berubah


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jadi cacad. Berada dalam keadaan begini Tonghong Hwiejadi amat
panik, keringat dingin mengucut keluar membasahi seluruh
tubuhnya. Hawa murni yang dimilikinya dengan cepat disalurkan
kedalam tubuh pemuda itu, ia berusaha untuk melancarkan
189 kembali jalan darah Han siong Kie yang tersumbat. satu jam
telah lewat .... dua jam telah lewat.
seluruh pakaian yang dikenakan Tonghong Hwie telah
basah kuyup oleh keringat tenaganya terasa habis diperas
tetapi keadaan Han song Kie masih tetap seperti sedia kala,
sadarpun tidak Pengemis cilik itu jadi lemas bercampur kuatir akhirnya tak
tahan lagi ia menangis ter sedu2.
Mendadak.. sebuah tangan dengan enteng menepuk diatas
bahunya. Tonghong Hwie jadi terkejut dan berseru tertahan, ia
segera meloncat bangun dan melayang satu tombak jauhnya
dari tempat semula, ketika ia berpaling tampaklah seorang
gadis berbaju putih yang berkerudung kain hitam bagaikan
sukma gentayangan telah berdiri dihadapan Han siong Kle.
"Kau. siapa kau?"".
"Yoe sim Jien" "orang yang ada maksud ?"".
"sedikitpun tidak salah"
Dengan hati tercekat Tonghong Hwie menatap wajah gadis
misterius itu tanpa ragu2 mengucapkan sepatah katapun, dari
mulut Han siong Kie serta padri dari utara ia pernah
mendengar akan manusia misterius ini, tak nyana pada saat
seperti ini orang tersebut telah munculkan diri dihbadapan
mukanya. Tampak Yoe sim Jien berjongkok dan memeriksa denyutan
nadi Han song Kie, tiba2 ia berseru tertahan.
sementara itu Tonghong Hwie sedang mengharap Yoe sim
Jien semoga dapat menyelamatkan selembar jiwa sianak
muda itu, tapi begitu mendengar seruan tertahan orang,
hatinya kontan terjelos, serunya dengan nada terperanjat.
190 "Keee kenapa dia?"" dia... dia..."
"Delapan buah jalan darah pentingnya telah tersumbat"
"Nona kau... kau... menurut pendapatmu apakah dia masih
bisa tertolong" "Bisa... cuma . ."
"cuma kenapa?"?" tukas Tonghong Hwie dengan cepat...
"Tenaga yang kumiliki masih belum mampu untuk
menolong jiwanya" Air mata yang mengucur keluar dari kelopak mata
Tonghong Hwie semakin deras, wajahnya berubah jadi amat
kesal. "Terpaksa aku.. aku harus menempuh bahaya untuk
membawanya pergi". "Pergi kemana?""
"Mencari seseorang untuk meogobati lukanya."
"Apakah kau mempunyai keyakinan di dalam dua jam
orang yang hendak kau cari itu berhasil kau temukan?""
"Tentang soal ini..." Yoe sim Jien tertawa kembali ujarnya:
"Meskipun aku tak sanggup untuk menyelamatkan jiwanya,
tetapi aku bisa membawanya pergi berobat."
"Nona akan membawanya pergi kemana?"" tanya
Tonghong Hwie dengan wajah cemas.
"Eeei, kenapa?" kau merasa kuatir?""
"Bukannya kuatir, cuma... cuma..."
"Cuma merasa berat untuk meninggalkan engkoh Kie mu
bukan" sambung Yoe sim Jien sambil tertawa cekikikan.
Tonghong Hwie melengah kemudian dengan tersipu
serunya: "Nona pandai amat kau bergurau..."
191 "Bergurau?" aku toh mengatakan yang sesungguhnya,
bukankah kau sangat mencintai dirinya ?" Hiih... hiih hiih...
jangan kuatir, aku tak akan merebut engkoh Kie mu itu."
Dengan hati terkesiap Tonghong Hwie mundur dua langkah
kebelakang, katanya dengan suara gemetar:
"Nona, apa yang kau katakan?"?"
"Aku bilang bahwa aku tak akan merebut dirinya dari
tanganmu" "saudara angkatku ini selama hidupnya tidak punya jodoh
dengan kaum wanita, kalau kau bisa menaruh rasa simpatik
terhadap dirimu, hal ini betul2 suatu kejadian yang aneh."
"Aaah belum tentu begitu?"
" Kalau tidak percaya, apa salahnya kalau nona
mencoba?"" "oooh jadi kau merasa cemburu?""
sekali lagi si pengemis cilik itu mundur satu langkah ke
belakang, sepasang matanya terbelalak lebar2.
"Aku sama sekali tidak mengerti akan perkataan dari nona",
serunya. "Benar2 tidak mengerti atau pura2 tidak paham?""
"Nona kau tegaskan sekali lagi sebenarnya apa maksud
tujuanmu." "Menyelamatkan jiwanya . "
"Dari mana nona bisa tahu kalau ia terluka dan kau bisa
tiba disini tepat pada waktunya?""
"Tentang soal ini kau tak usah tahu."
"Nona akan membawa dirinya pergi kemana?""
"Tentang soal ini kaupun tak usah tahu." Tonghong Hwie
segera tertawa dingin. 192 "Apakah kau rela menyaksikan dia menderita serangan
panas dingin dan akhirnya mati pada dua jam kemudian?""
seru Yoe sim Jien pula dengan suara dongkol.
"Apa?" kau telah mengetahui semuanya?"
"tahukah kau luka apa yang diderita olehnya?"
"Hmm, ilmu pukulan Han Pok ciang serta Pek Yang Kang,
cuma sayang orang yang melancarkan serangan tersebut
belum berhasil melatih kepandaiannya hingga mencapai
puncaknya, kalau tidak sejak tadi jiwanya tentu sudah
melayang meninggalkan raganya."
"Kau..kau... sebenarnya siapakah kau?""
"orang yang ada maksud?"
Tonghong Hwie adalah orang yang cerdik dan pandai
menebak orang, tetapi pada saat ini dibuat melongo hingga
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, mungkin ucapan
serta tindak tanduk Yoe sim Jien telah mengejutkan hatinya
hingga hatinya tergentar mungkin..
"Eeei bukankah kau yang bernama Tonghong Hwie?"
kembali Yoe Sim Jien menegur sambil tertawa ringan.
"sedikitpun tidak salah"
"Oooh kalau begitu sepantasnya kalau aku memanggil
dirimu sebagai Nona Tonghong bukan begitu?"?"
Saking terperanjatnya Tonghong Hwie sampai tergentar
mundur ke belakang dengan sempoyongan, punggungnya
menempel diatas pohon dan mulutnya melongo tanpa sepatah
katapun yang diucapkan keluar.
Perkataan lawannya bagaikan guntur yang membelah bumi
disiang hari bolong, membuat hatinya bergetar keras dan
tercekat. Yoa siem Jien" simanusia misterius ini ternyata
sanggup membongkar rahasia kegadisannya dengan tepat,
membuat ia jadi tertegun dan tidak habis mengerti.
193 Kembali terdengar Yoe Sim Jien tertawa enteng, katanya:
"Nona Tonghong, waktu sudah tidak banyak lagi, kau tak
usah kuatir aku tak akan menceritakan rahasia ini kepada
siapa pun, termasuk engkoh Kie mu sendiri. Tetapi ada
sepatah kata aku yang hendak memberitahukan kepadamu,
lebih baik kau merahasiakan asal usulmu lebih ketat lagi. Nah
selamat tinggal". Selesai mengucapkan perkataan itu, ia mengempit tubuh
Han Siong Kie yang tidak sadarkan diri dan berlalu dari situ.
Tonghong Hwie masih tetap berdiri kaku ditempat semula,
setelah rahasianya dibongkar orang, ia merasa pikirannya jadi
buntu dan hatinya bergetar keras, tindak tanduk orang yang
ada maksud itu betul2 membuat kepalanya jadi pusing tujuh
keliling Lama... lama sekali ia baru mendusin dari impian
segera jeritnya: "Engkoh Kie"
Tubuhnya dengan cepat meluncur kearah mana lenyapnya
bayangan tubuh Yoe Sim Jien tadi, tapi hutan yang lebat tetap
sunyi, bayangan tubuh gadis misterius itu lenyap tak
berbekas. Ia merasa murung dan kesal... hatinya jadi bimbang dan
kacau .. tanpa terasa air mata jatuh berlinang membasahi
wajahnya. Dengan tanpa tujuan ia berputar dalam hutan itu mencari
dan mengejar secara membuta se-olah2 baru saja kehilangan
suatu benda yang disayanginya, seperti orang bodoh
Tonghong Hwie berputar kesana kemari.
sambil berlari telinganya mendengung tiada hentinya kata2
dari Yoe sim jien tadi: "Bukankah kau amat mencintai
dirinya?"" "Aku tak akan merebut dirinya"
"Kau tidak cemburu dan iri hati"
194 Suatu perasaan bergidik yang tak tahu dari mana
munculnya tiba2 menyerang hatinya, ia semakin kalap dan
jeritnya: "Tidak bisa, aku tak dapat kehilangan dirinya, aku tak bisa
hidup tanpa dia.." "Nona Tonghong sedari dulu terlalu romantis akan
membawa bencana bagi diri sendiri mengapa kau tidak
bertindak cerdik dan memutuskan tali itu"
serentetan suara yang dingin tapi membawa kasih sayang
berkumandang dari sisi tubuhnya.
Dengan hati terperanjat Tonghong Hwie melongok kesana
kemari, tetapi tiada seorang pun yang ditemukan, dari suara
pembicaraan orang itu jelas dia adalah seorang perempuan
tapi bukanlah Yoe Sim Jien yang barusan berlalu.
Lalu siapakah dia?" dari mana pihak lawan bisa tahu akan
persoalan yang sedang dipikirkan dalam hatinya?"
Belum sempat ingatan kedua berkelebat dalam benak
pengemis cilik itu, suara tadi berkumandang datang:
"Nona Tonghong, sekarang dia masih belum tahu kalau kau
adalah seorang gadis, cintamu hanya sepihak lebih baik
mundurlah lebih dahulu sebelum masuk jurang, kalau tidak
akibatnya sungguh menakutkan sekali"
suara itu seolah2 muncul dari tempat dekat namun dalam
kenyataan jauh sekali, membuat orang sukar untuk meraba
dengan tepat dari mana asalnya suara tadi.
Tanpa terasa seluruh bulu kuduk ditubuh Tonghong Hwie
berdiri, tegurnya dengan suara gemetar:
"sii. .siapa ...siapa siapakah kau?"".
"Aku adalah Sun Han Jin".
"siapa ?"" manusia yang kehilangan sukma?""
195 "Benar, aku adalah si manusia yang kehilangan sukma "
Tonghong Hwie semakin ketakutan, ia merinding dan
merasa hatinya tercekat. Baru saja perempuan misterius "Yoe sim Jin" orang yang
kehilangan sukma, bahkan orang itu mengetahui begitu jelas
mengenai asal usul serta seluk beluknya, ia tak percaya kalau
hal ini adalah suatu kenyataan sebab peristiwa ini sangat aneh
dan diluar dugaan. Ia merasa rahasia asal usulnya belum pernah diceritakan
kepada siapapun, terhadap Han siong Kie saudara angkatnya
pun ia cuma mengatakan namanya saja, disamping itu iapun
merasa andaikata ia tidak mengatakan kepada siapapun maka
tak seorang manusia didunia kangouw akan mengetahui
tentang asal usulnya. Tapi sekarang Yoe sim Jin serta su HanJin berhasil
mengetahui tentang kegadisannya, serta berhasil menebak
pula dengan jitu akan rahasia hati yang sedang dipikirkan,
kejadian ini membuat gadis itu tidak habis mengerti dan
merasa seram. Akhirnya sambil mengeraskan kepala ia
bertanya: "Kenapa kau dinamakan orang yang kehilangan sukma?""
"sebab aku adalah seorang manusia yang sudah kehilangan
sukmaku". "sudah kehilangan sukma bukankah itu berarti bahwa kau
sudah jadi setan". "Tidak aku masih mempunyai badan kasar dan jantungku
masih berdenyut aku tetap seorang manusia"
"Kalau manusia yang sedang berbicara mengapa tau tidak
unjukkan diri?""
"Aku tidak merasa berkepentingan untuk unjukkan diri"..
"Lalu barusan apa yang kau katakan?"".
196 "Menasehati dirimu, janganlah masuk jurang secara nekad
sebelum hancur total lebih baik mundur secara teratur".
"Kau suruh aku hapus bayangan Han siong Kie dari dalam
benakku?" dan tidak lagi memikirkan dirinya?".
"Tidak. aku cuma berharap agar kau bisa menguasai rasa
cintamu dengan pikiran yang sehat andaikata kau tak mau
mendengarkan nasehatku, maka suatu hari kau akan hanyut
dan tenggelam ditengah samudra cinta, sedang orang yang
kau cinta ipun akan mengalami nasib yang sama" "
sekujur badan Tonghong Hwie gemetar keras, dengan
penuh penderitaan ia berseru: "sebetulnya apa tujuanmu?"
dalam hidupku terasa hambar tanpa kehadiran dirinya."
"Nona Tonghong, apa yang kau alami sekarang itu baru
taraf pertama dari suatu penderitaan, kau harus menerimanya
dengan keberanian yang paling besar. sekarang yang harus
merasakan penderitaan itu hanya kau seorang, tapi
dikemudian hari kalian berdualah yang akan mengalaminya
bersama." "Tapi. ..kenapa?""
"Perkawinanmu dengan dirinya akan merupakan suatu
tragedi yang paling menyedihkan."
"Aku bertanya, kenapa?""
"Penjelasanku hanya bisa diberikan sampai disini saja, soal
lain maaf kalau tak bisa kujawab"
"Tidak bisa aku tak dapat kehilangan dirinya" teriak


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tonghong Hwie sambil menggertak gigi.
"Cinta adalah suatu pengorbanan bukan suatu penjajahan."
Tonghong Hwie tertegun, tiba2 sambil tertawa dingin
serunya: 197 "Tidak salah cinta adalah pengorbanan, tetapi bukan
pengorbanan yang membabi buta, kalau ucapanmu memang
benar dan merupakan kenyataan, setelah menemui diriku
mengapa kau tak berani unjukkan diri" dan mengapa kau
tidak mengutarakan alasannya, aku menganggap kau "su Hun
Jin" orang yang kehilangan sukma mempunyai maksud2 lain."
"Kukatakan kepadamu, apa yang kau harapkan tak nanti
akan kulakukan" "Dikemudian hari kau bakal menyesal."
"selamanya aku tak akan merasa menyesal."
Diluar Tonghong Hwie berkata begitu, dalam hati diam2
bergidik. Tiba2 satu ingatan berkelebat didalam benaknya
hingga membuat gadis itu tanpa terasa tercekat dan gemetar
keras. Apakah maksud ucapan yang diutarakan su Hun Jin
adalah tentang soal itu?" benar, akibatnya memang
mengerikan sekali. . Terdengar orang yang kehilangan sukma ini menghela
napas panjang, katanya: "Nona Tonghong, kejadian yang berlangsung dikolong
langit kadang kala jauh berbeda diluar dugaanmu."
"Bolehkah aku mengajukkan beberapa buah pertanyaan
kepadamu?"" tanya Tonghong Hwie kemudian dengan nada
suara yang jauh lebih lembut.
"Boleh, tetapi hanya dalam batas2 lingkungan saja, aku tak
akan membuat kau merasa kecewa."
"Kau mengatakan, bahwa Han Siong Kie amat membenci
kaum wanita, maka kau melarang aku mengadakan hubungan
dengan dirinya." "Tidak. kau keliru" tukas su Han Jin dengan cepat. "Rasa
bencinya terhadap kaum wanita hanya suatu gejala yang
sementara saja, tatkala penyebab dari rasa bencinya itu sudah
198 lenyap maka ia dapat merubah pandangannya yang keliru itu,
sebab dia adalah manusia yang terdiri dari darah dan daging,
ia tetap memiliki perasaan benci maupun cinta"
Tonghong Hwie merasakan jantungnya berdebar keras, ia
terpengaruh oleh emosi dan hatinya terasa amat tergetar,
gadis itu tak berani mengajukan pertanyaan selanjutnya
karena ia takut oleh jawaban yang bakal didengarkan, tapi...
akhirnya ia tak tahan dan bertanya juga:
"Apakah disebabkan karena dendam?"" "
"Bukan". "Maksudmu bukan karena soal dendam?"" hampir saja
Tonghong Hwie tidak mempercayai perkataan itu tetapi si Hun
Jin telah mengulangi kembali jawabannya "Bukan soal
dendam". -ooodw0kzooo- Jilid 6 JAWABAN ini benar2 berada diluar dugaannya dengan
perasaan tajamnya sebagai seorang wanita tercetus kembali
satu pertanyaan dari mulutnya: "Apakah disebabkan karena
soal cinta?" ia sudah ada yang punya "
"juga bukan. " Ketegangan yang mencekam hati Tonghong Hwie mulai
mengendor, tapi dengan nada bimbang dan tidak habis
mengerti kembali ia bertanya : "Lalu apa sebabnya?"?"
"Bukankah sudah kukatakan tadi bahwa kadangkala
kejadian yang berlangsung dikolong langit jauh diluar dugaan
orang" 199 "Jadi maksudmu kejadian ini adalah suatu kejadian diluar
dugaan. " "Bukan kejadian diluar dugaan tapi sudah merupakan suatu
kenyataan yang tak dapat dibantah2 lagi dan kenyataan inilah
yang mungkin berada diluar dUgaanmu"
"Aku tidak percaya " jerit Tonghong Hwie keras2.
"Tentu saja pada saat ini kau tidak percaya, tapi menanti
kau mempercayai akan kejadian ini, tragedi yang
menyedihkan sudah terjadi".
"Kau maksudkan suatu tragedi?" " tanya Tonghong Hwie
dergan suara gemetar. "Tidak salah, suatu tragedi yang paling mengenaskan
sepanjang sejarah manusia"
"Kau.. dari mana kau bisa tahu?" "
"Aku tak akan beritahu kepadamu.. soal ini tak mungkin
kuberi tahukan kepadamu"
Air muka Tonghong Hwie berkerut kencang, dengan wajah
penuh penderitaan ia bergumam:
"ooooh... tidak tidak mengapa?" mengapa ini musti
terjadi?".. tidak tak mungkin hal itu jadi kenyataan, tidak
mungkin, aku tak dapat kehilangan dirinya..".
"Nona Tonghong, seandainya pada saat ini dia sudah mati
diujung telapak Tengkorak Maut, bagaimanakah sikapmu?""
Tonghong Hwie tercekat setelah berdiri tertegun beberapa
saat lamanya ia menjawab dengan nada sedih:
"Aku tak akan hidup seorang diri dikolong langit "
"Aaaai terkutuk"
suara itu mendadak sirap dan lenyap tak terbekas.
200 "Eeeei... su Hun Jin, aku masih ada pertanyaan hendak
diajukan kepadamu. su Hun Jin. ..su.Hun Jin...."teriak
Tonghong Hwie keras keras.
Tapi tiada jawaban yang kedengaran lagi, orang yang
kehilangan sukma telah pergi tanpa pamit tapi bayangannya
justru sudah menanamkan suatu bayangan gelap yang paling
menakutkan didasar hati kecil gadis cilik ini.
Dengan badan lemas tak bertenaga Tonghong Hwie
bersandar disisi pohon, bagaikan baru saja mengalami suatu
mimpi yang ngeri dan menyeramkan, ia mengenang kembali
setiap patah kata dari su Hun Jin, ia membayangkan kembali
kegantengan serta kegagahan saudara angkatnya Han Siong
Kie ...kemudian membayangkan pula bahwa suHun Jin adalah
seorang wanita, agaknya ia sejalan dengan perempuan
misterius yang mengaku sebagai Yoe sim Jim.
Maka iapun mengambil kesimpulan didalam hatinya, jelas
kesemuanya ini adalah suatu rencana yang paling tak tahu
malu, dan jelas hendak merebut Han Siong Kie dari
tangannya. Tetapi. ..kembali muncul persoalan dalam hatinya,
mengapa Yu sim Jin serta su Hun Jin bisa mengetahui
rahasianya dengan begitu jelas?" disamping itu mengapa
kemunculan Yu sim Jin bisa begitu kebetulan dan tepat pada
saatnya untuk menolong Han Siong Kie"
suatu tanda tanya besar suatu teka teki yang diliputi misteri
dan amat memusingkan kepala.
Malam yang gelap telah mencekam seluruh jagat, cahaya
bintang muncul dari balik celah-celah daun memancarkan
sinarnya yang redup. Dalam keadaan begini yang dipikirkan Tonghong Hwie
hanyalah engkoh Kie-nya, ia tidak memperdulikan malam yang
gelap, pakaian yang robek terkait ranting dan udara yang
dingin. 201 Gadis itu berjalan..berjalan terus untuk menemukan jejak
kekasih hatinya. Sementara itu Han Siong Kie yang terhajar luka prah oleh
pukulan maut si Tengkorak Maut seketika jatuh tak sadarkan
diri, ia merasa bahwa jiwanya pasti akan lenyap pada saat itu.
Menanti ia mendusin kembali dari pingsannya, pemuda itu
menemukan bahwa dirinya sedang berbaring di dalam sebuah
gua, rasa sakit yang menyiksa tubuhnya telah lenyap tak
berbekas. Ingatan pertama yang segera berkelebat di dalam
benaknya adalah: "Aku masih hidup!"
Sementara bau wangi yang tawar berhembus masuk ke
dalam hidungnya.. Perempuan! Oooh...kembali aku sudah ditolong oleh seorang
perempuan! Pertama kali ketika ia terhajar masuk kedalam sungai oleh
Tengkorak Maut, Go Siau Bie telah menyelamatkan jiwanya,
hal ini membuat hatinya sangat menderita sebab ia membenci
kaum wanita tapi justru wanitalah yang telah menyelamatkan
jiwanya. Dan kini, kejadian tersebut kembali terulang!
Dengan cepat ia meloncat bangun dan bangkit berdiri....
oooOOOooo BAB 12 PADA Jarak kurang lebih beberapa tombak dimulut gua
berdiri sesosok bayangan putih yang membelakangi dirinya.
202 Pelbagai ingatan segera berkelebat di dalam benak Han
Siong Kie, akhirnya ia tak tahan dia buka suara:
"Apakah nona yang telah menolong diriku?""
"Boleh dibilang begitu, boleh dibilang pula bukan" jawab
gadis itu dengan suara yang merdu, bahkan nada suara itu
amat dikenal olehnya. "Apa maksud ucapanmu itu?" " tanya Han Siong Kie
dengan nada tertegun. "Kau telah diselamatkan adik angkatmu Tonghong Hwie
dari medan pertarungan, kemudian akulah yang membawa
dirimu datang kemari, setelah itu seseorang yang lain
mengobati luka yang kau derita"
Sepasang alis Han Siong Kie kontan berkerut, ia tidak
menyangka kalau urusan itu diliputi oleh liku2 yang begitu
banyak. sesudah berpikir sebentar kembali ia bertanya:
"siapakah yang dimaksudkan oleh nona?"
"Orang yang kehilangan sukma"
"Orang yang kehilangan sukma?"" ulang pemuda itu
dengan hati keheranan. "Sedikitpun tidak salah"
"Apakah dia adalah seorang angkatan tua didalam dunia
persilatan?" "Boleh dibilang begitu"
"sekarang dimanakah tokoh sakti itu?"
"sudah berlalu sedari tadi"
"Nona, kau adalah...."
Gadis berbaju putih itu lambat2 putar badan dengan jari
tangannya yang halus ia tarik kain kerudung cutihnya lebih
kebawah lalu tertawa merdu dengan suara yang lengking.
203 "Hiihh...hiihhh... hiihhh... kau benar2 seorang pelupa
bukankah kita pernah bercakap-cakap?" "
Diungkap tentang persoalan itu Han Siong Kie segera
teringat kembali siapakah gerangan gadis ini, jantungnya
segera berdebar keras serunya dengan penuh emosi: "Kalau
dugaanku tidak salah maka nona pastilah Yu sim Jin siorang
yang ada maksud?"?"
"Dugaanmu tepat sekali"
Dalam hati kecil Han Siong Kie sebera muncul kembali
tingkah laku Yu sim Jin yang mencurigakan itu dia ingin
membuktikan serta kesangsian yang menyelimuti dalam
benaknya, pertama kali ia berjumpa muka dengan gadis
misterius ini yang terlihat hanyalah bayangan punggung yang
samar dan didalam perjumpaannya kali ini mereka hanya
dihalangi oleh selapis kain kerudung yang tipis.
Apakah cantik atau jelek raut wajah dibalik kain kerudung
itu ia tak ingin menebak maupun menduga sebab dalam
pandangannya perempuan adalah racun dunia ia benci dan
mendendam terhadap setiap perempuan yang ada dikolong
langit. setelah hening beberapa saat lamanya, iapun bertanya
kembali: "orang yang kehilangan sukma itu pria atau
wanita?"". "Wanita". "Oooh..." Han Siong Kie berseru tertahan, suatu perasaan
yang sangat tak enak menyelimuti benaknya, untuk kedua
kalinya ia telah berhutang budi bahkan berhutang budi
terhadap seorang wanita. "Darimana nona bisa tahu kalau aku terluka hingga
membawa aku datang kemari untuk mendapat pengobatan
dari orang yang kehilangan sukma?"..."
204 "oooh, tentang soal ini?" dikemudian hari kaubakai tahu
sendiri" "Nona, rupanya dalam segala persoalan apapun kau tidak
ingin memberitahukan kepadaku"..".
"Dikemudian hari mungkin akan kukatakan kepadamu, tapi
sekarang hal itu tak mungkin kulakukan, sebab hal itu hanya
akan merugikan dirimu dan sama sekali tak ada manfaatnya"
"Bukankah nona pernah menyampaikan berita tentang
terjadinya penghianatan dalam tubuh Kay-pang kepada si
padri dari utara?" "Tidak salah, bahkan akupun telah menyembuhkan luka
yang diderita pengemis dari selatan ketika ia menggeletak
didalam kuil bobrok."
sekarang Han Siong Kie baru mengetahui apa sebabnya
luka yang diderita pengemis selatan secara tiba2 telah sembuh
seperti sedia kala, tapi dengan adanya kejadian ini persoalan
yang membingungkan hatinya makin menebal, hingga
akhirnya tak tahan lagi ia berkata:
"Bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan
kepadamu?"" "Aku hanya melaksanakan tugas atas perintah orang lain,
mungkin aku tak dapat banyak memberikan keterangan
kepadamu." "Kau lakukan tugas atas perintah siapa?"
"Orang yang kehilangan sukma."
"Jadi kalau begitu, semua perkataan yang nona sampaikan
kepadaku tempo dulu juga atas perintah dari orang yang
kehilangan sukma?""
"sedikitpun tidak salah."
205 "Bolehkah aku berjumpa dengan orang yang kehilangan
sukma?"

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak boleh" "Kenapa?"" kenapa aku tak boleh bertemu dengan orang
yang kehilangan sukma?""
"Sebab belum tiba saatnya"
Han Siong Kie semakin di buat sangsi dan tuk habis
mengerti sebenarnya apa hubungan antara dia dengan orang
yang kehilangan sukma" kenapa ia begitu jelas mengetahui
sebala sesuatu mengenai dirinya, apakah maksud tujuannya".
Ia merasa andaikata jejak seorang yang kehilangan sukma
berhasil diketahui mungkin ia akan berhasil meraba atau
mendapatkan sedikit keterangan sebab persoalan itu bisa
ditanyakan kepada sipengemis dari selatan dengan
pengalaman serta pengetahuannya yang luas mungkin banyak
keterangan yang berhasil ia peroleh. sesudah termenung
beberapa saat lamanya maka iapun bertanya lagi:
"Tahukah nona bagaimanakah basil pertarungan antara
pengemis dari selatan serta padri dari utara melawan si
Tengkorak Maut" "Tahu, mereka berhasil lolos dari lobang jarum"
"Apakah si Tengkorak Maut telah melepaskan mereka."
"Tidak kemunculan seorang dedengkot dari Kay pang
secara mendadak telah mengejutkan si Tengkorak maut
hingga gembong iblis itu kabur"
Han Siong Kie amat terkejut, jago lihay macam apakah dari
Kay pang itu hingga si Tengkorak maut yang tersohor akan
kelihayannyapun bias kabur terbirit2. siapakah jago lihay itu?"
iapun segera bertanya. "Song chiat Koay yang telah lenyap sejak empat puluh
tahun berselang, dia adalah paman guru si pengemis selatan.
206 "Oooh. bukankah jago lihay itu telah berusia diatas ratusan
tahun?"" "Dugaanmu iitu tepat sekali"
Tiba2 satu ingatan aneh muncul didalam benaknya. kalau
memang song Thiat Koay sanggup membuat kabur si
Tengkorak Maut sebelum munculkan diri, berarti tenaga
lwekang yang dimilikinya tentu sangat lihay, andaikata ia
dapat mengangkat dirinya sebagai guru.
sejak ia berhasil mendapatkan hawa murni yang disalurkan
kura2 sakti kedalam tubuhnya lalu memperoleh pula ilmu silat
peninggalan Leng Koe siangjien, seharusnya kepandaian silat
yang dimilikinya sudah terhitung sangat lihay, tapi dalam
kenyataan ia masih belum sanggup untuk menerima sebuah
pukulan dari si Tengkorak maut.
Dari sini bisa dibayangkan kekuatan tubuh yang dimiliki
manusia ampuh dari Kay pang itu pastilah sudah mencapai
puncak yang tak terhingga.
Pemuda ini menyadari bahwa Yu sim Jin orang yang ada
maksud tak nanti memberitahukan apa2 kepadanya, tetap
berada disitu berarti cuma membuang waktu dengan
percuma, ia segera mengambil keputusan untuk mencari jejak
pengemis dari selatan lebih dahulu setelah itu baru mencari
tahu asal-usul dari "orang yang kehilangan sukma" Berpikir
sampai disini iapun segara memberi hormat sambil berkata:
"Budi kebaikan nona akan kuingat selalu di dalam hati,
nah... sampaijumpa lagi dikemudian hari."
"Kau .... kau hendak pergi?"
"Benar oooh... masih ada satu pertayaan lagi, sekarang
adik angkatku Tonghong Hwie berada dimana?"?"
"Mungkin dia masih menunggu kedatanganmu di tepi hutan
sebelah depan sana" 207 Han Siong Kie merasa amat terharu oleh sikap adik
angkatnya Tonghong Hwie yang begitu memperhatikan
dirinya, cinta kasih yang melebihi saudara sendiri ini membuat
si anak muda tersebut ingin sekali cepat2 menemukan
dirinya.. "saudara, tunggu sebentar" si orang yang ada
maksud itu berseru. "Masih ada perkataaa apa lagi yang hendak nona
sampaikan kepadaku?"?"
"Bukankah didalam sakumu terdapat separuh dari sarung
tangan Buddha Hoed Jiu Poo Jit.. "
Air muka Han Siong Kie berubah hebat, dengan hati
terperanjat ia mundur satu langkah ke belakang, bentaknya:
"Dari mana kau dapatkan benda mustika itu?"" "
"Kau ingin berbuat apa?"".
"Tak usah tebang dan jangan kuatir kalau aku ada maksud
menginginkan benda itu, sewaktu kau masih tak sadarkan diri
tadi benda tersebut telah kudapatkan. Ketika si orang yang
kehilangan sukma sedang mengobati lukamu tadi, secara
kebetulan saja ia menemukan bahwa kau membawa benda
mustika dari dunia persilatan"
"Kalau memang begitu kuberitahukan kepadamu, benda itu
adalah hadiah dari mendiang guruku"
"Siapakah gurumu?"?"
"Tentang soal ini maaf kalau aku tak dapat
memberitahukan kepadamu"
"Baiklah kalau kau tidak ingin mengatakan, akupun tak
akan memaksa. Cuma ada satu hal yang hendak kukatakan
kepadamu, janganlah membiarkan benda mustika itu diketahui
oleh orang Bu lim, sebab hal itu akan memancing datangnya
pertikaian didalam dunia persilatan"
208 "Kalau nona tidak mengatakan kepada orang lain, tentu
saja tak seorangpun yang akan mengetahui akan peristiwa ini"
"Orang yang kehilangan sukma suruh aku menyampaikan
pula sepatah kata kepadamu"
"Apa yang dia katakan?""
"Dia minta kau segera pergi mengunjungi pemilik dari
Benteng maut" "Apa?" dia suruh aku pergi ke benteng Maut?"
Orang yang ada maksud mengangguk tanda
membenarkan. "Bukankah nona pernah menyampaikan pesan kepadaku,
bahwa ia melarang aku menuntut balas benteng maut ?"" seru
Han Siong Kie "Aku bukan maksudkan menuntut balas, ia minta kau pergi
berkunjung kepada pemilik Benteng Maut"
"Berkunjung sih pasti akan kulakukan, cuma tidak akan
kulakukan pada saat ini."
"Kenapa?" "
"Aku harus menanti sampai aku memiliki kekuatan untuk
menghancurkan benteng Maut, saat itulah aku pasti akan
pergi kesana" "Ia minta kau sekarang juga pergi berkunjung kesitu,
kunjunganmu akan mendatangkan manfaat yang besar bagi
usahamu untuk membalas dendam".
"Apakah ia memberikan penjelasan2nya?"
"Tidak" "Kalau begitu maaf, aku tak bisa menuruti keinginanmu
itu." 209 "Tahukah kau bahwa orang yang terlalu keras kepala akan
mengakibatkan suatu mala petaka bagi dirimu sendiri"
"Selamanya aku melakukan pekerjaan menuruti keinginan
hatiku, orang lain tak usah terlalu pusing kepala memikirkan
diriku" seru Han Siong Kie dengan suara dingin, habis berkata
ia enjotkan badan dan menerobos keluar lewat sisi tubuh
orang yang ada maksud yang sedang berdiri di mulut gua.
"Budi kebaikan atas pertolongan yang telah kau berikan
kepadaku suatu ketika aku pasti akan membalasnya"
Dengan gerakan tubuh yang sangat cepat laksana kilat ia
berlalu dari situ. "Heei...Han Sionng Kie" teriak orang yang ada maksud
dengan suara keras. "Aku masih ada perkataan yang hendak
kusampaikan kepadamu Han Siong Kie, kau jangan pergi dulu"
Tapi anak muda itu tetap tidak menggubris, tububnya
semakin cepat meluncur kearah hutan tidakjauh dari situ.
Dalam hutan disisi sebuah pohon besar duduk melingkar
bayangan manusia yang kecil mungil, Han Siong Kie yang
melihat bayangan tubuh itu hatinya segera bergerak tubuhnya
semakin cepat berkelebat menuju ke arah itu.
Tampaklah Tonghong Hwie adik angkatnya duduk
bersandar dipohon dengan mata terpejam rapat, titisan darah
kental masih menodai ujung bibirnya...
Han Siong Kie amat terperanjat buru2 ia berjongkok kesisi
tubuhnya sambil berseru dengan nada kuatir: "Adik Hwie...
adik Hwie... kenapa kau?"
Mendengar teriakan itu Tonghong Hwie membuka matanya
kembali setelah mengetahui siapakah yang berdiri
dihadapannya ia jadi sangat kegirangan:
"Engkoh Kie, akhirnya engkau kembali juga ke sisiku, aku
mengira selamanya tak akan bertemu lagi dengan diri mu.. "
210 "Apa?"" kau bilang apa?""..."
"Apakah luka yang kau derita telah sembuh?""
"sudah, aku telah sehat kembali seperti sedia kala"
"Apakah si orang yang ada maksud yang telah
menyembuhkan lukamu"."
"Bukan, si orang yang kehilangan sukma yang telah
mengobati lukaku" "Apa?"" orang kehilangan sukma?"" jerit Tonghong Hwie
amat terkejut. Tiba2 ia menyadari akan kekhilapannya hingga tak sanggup
membendung golakan dalam hatinya, cepat pengemis cilik ini
berusaha untuk menenangkan hatinya.
"Dia...dia... apa yang telah dia katakan kepadamu?"
tanyanya kembali setelah merandek beberapa saat.
"Tidak. aku sama sekali tidak bertemu dengan dirinya,
bahkan bayangan tubuhnyapun tak sempat kulihat. orang
yang ada maksudlah yang telah mengatakan kepadaku. "
"Ooooh... " sampai disini Tonghong Hwie baru dapat
menghembuskan napas lega.
"Adik Hwie, apakah kau kenal dengan orang kehilangan
sukma?"" mendadak Han Siong Kie bertanya.
"Tidak... tidak kee.. kenal. cuma. cuma..." teringat akan
perkataan yang telah disampaikan orang yang kehilangan
sukma kepadanya, tanpa terasa seluruh bulu kuduk di tubuh
Tonghong Hwie pada bangun berdiri, ia tak berani
mengingatnya kembali sebab gadis ini merasa ngeri terhadap
akibatnya. sementara itu Han Siong Kie yang melihat sikap Tonghong
Hwie yang gelagapan dan tidak tenang jadi tercengang
211 bercampur keheranan, buru2 serunya. "Adik Hwie, cuma
apa?"?" "Tidak apa2, setelah kau dibawa pergi orang yang ada
maksud, ia telah menyampaikan pesan kepadaku agar tetap
menanti dirimu disini tanpa menunjukkan dirinya, karena itu
aku sendiripun tak tahu macam apakah manusia yang
menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan sukma itu."
Mendadak pemuda itu teringat kembali akan darah kental
yang menodai bibir adik angkatnya itu, ia lantas bertanya:
"ooh adik Hwie, apakah kau terluka?" Tonghong Hwie
mengangguk. " Kau terluka ditangan siapa?" kembali pemuda itu
bertanya. "Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing"
"Apa?" kau dilukai oleh si malaikat berhawa dingin Mo siu
Ing?" seru Han Siong Kie terperanjat.
"Benar...". "Hmm suatu hari aku pasti akan menghajar dirinya sampai
muntah darah untuk melampiaskan rasa sakit hatimu,
kemudian akan kubunuh dirinya guna membasmi bibit
bencana dari muka bumi" Tonghong Hwie tersenyum.
"Engkoh Kie, apakah kau sanggup menangkan dirinya?"" ia
bertanya. Mula2 Han Siong Kie tertegun, lalu dengan alis
berkerut jawabnya: "Pokoknya suatu saat aku pasti akan
berhasil oooh... benar, adik Hwie."
"Aku sudah beberapa kali menyaksikan kau bertarung
melawan orang, pukulan telapak maupun tusukan senjata
sama sekali tak dapat melukai dirimu, sebenarnya ilmu silat
sakti apakah yang kau miliki?"
"Tentang soal itu... aku... aku.. "bicara sampai disitu ia
segera menyingkap pakaiannya yang robek hingga nampak
212 kaos putih yang berada dibalik bajunya. "Aku telah andalkan
benda inilah hingga kebal terhadap pukulan maupun tusukan
senjata" "Benda apa sih itu?" "
"Kaos mustika pelindung badan tapi jangan kau katakan
kepada siapapun lho kalau aku memiliki benda mustika ini"
"Aduuh aku hendak mengatakan kepada siapa?" lalu
apakah kaos mustika pelindung badan itu mempunyai
kegunaan yang lebih besar ?"
"Tentu saja " jawab Tonghong Hwie sambit tersenyum.
"Aah kau sedang membohongi diriku?" "
"Tidak dari mana kau bisa mengatakan begitu ?""
"Aku memang memiliki kaos mustika pelindung badan,
mengapa saat itu kau bisa terluka ditangan si Malaikat
berhawa dingin Mo siu Ing?""
"Ooooh, kiranya soal itu, kau musti tahu bahwa tenaga
dalam yang ia miliki sangat lihay sekalipun kaus mustika
pelindung badan yang kumiliki dapat kebal terhadap pukulan
maupun tusukan senjata tetapi kegunaannya pun ada
batasnya, andaikata aku bertemu dengan orang yang memiliki
senjata mustika atau orang mememiliki tenaga dalam yang
amat sempurna tentu lain ceritanya tetapi bicara
sesungguhnya andaikata aku tidak andalkan kaus mustika
pelindung badan ini mungkin sedari tadi jiwaku telah
melayang diujung telapak si Malaikat berhawa dingin"
"Aku dengar katanya si Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing
Ikat Pinggang Kemala 2 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Patung Emas Kaki Tunggal 7
^