Pencarian

Tengkorak Maut 2

Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 2


selatan dan berjalan sejauh empat li, maka aku akan lolos dari
hutan ini ...... setelah merandek sejenak, pikirnya lebih jauh: .
"Kalau aku bisa melayang dari puncak pohon,
pemandangan ke arah depan akan terasa lebih luas, kenapa
aku musti menerobos kesana kemari didalam hutan ini?"?".
Berpikir sampai disini ia segera meloncat ke atas, terasalah
badannya enteng bagaikan burung walet, loncatannya itu
ternyata berhasil mencapai ketinggian sejauh puluhan tombak.
hal ini malah sebaliknya mengejutkan hatinya, ia segara
melayang keatas dahan dan memandang ke depan.
73 Tampaklah pepohonan amat rapat dan lebat, walaupun dari
tempat ketinggian, tetapi pemandangan yang terlihat tak
dapat mencapai tempat kejauhan, sekarang dia baru
menyadari akan luasnya hutan belantara tersebut.
Kata-kata peninggalan dari Leng Koe sangjien ternyata
memang sangat beralasan sekali, kalau tidak sumber air yang
amat mustajab ini jauh sebelumnya tentu sudah ditemukan
orang kangouw. setelah melompat turun dari pohon, iapun
berpikir: "seluruh tenaga Iwekang yang ditinggalkan Leng Koe
sangjien telah aku dapatkan semua, meskipun didalam surat
wasiatnya ia berkata bahwa kepandaian tersebut diwariskan
kepada berjodoh, tetapi didalam kenyataan aku sudah terikat
dalam hubungan antara guru dan murid dengan sikakek tua
ini, Tata cara tak boleh dikesampingkan, aku harus
menjalankan penghormatan lebih dahulu didepan layon
guruku kemudian baru menuruti pesan terakhirnya untuk
mengebumikan layannya bersama-sama bangkai kura-kura
itu" Berpikir sampai disitu diapun maju ke depan dan dengan
hormat menjalankan penghormatan besar sebanyak delapan
kali dldepan jenasah Leng Koe sangjien, bisiknya: "Tecu Han
siong Kie menghunjuk hormat untuk la yon In soe".
selesai berdoa ia bangkit berdiri dan melirik sekejap kearah
liang kubur yang telah dipersiapkan, kemudian membopong
jenasah Leng Koe sangjien dari atas tanah untuk dipindahkan
kearah liang kubur tadi. Tetapi secara mendadak ia temukan suatu papan batu
dibawah jenasah gurunya itu di atas papan batu terukir pula
beberapa huruf kecil yang berbunyi demikian.
"seandainya kau menganggap saat tadi sudah memperoleh
tenaga lweekang yang tinggi serta ilmu silat yang lihay,
kemudian tinggalkan jenasah diriku tetap terlantar diatas
74 bumi, maka seratus hari kemudian apa yang kau peroleh saat
ini bakal lenyap tak berbekas ..".
Tanpa sadar Han siong Kie merasakan badannya bergidik
keras, diam2 ia bersyukur kepada diri sendiri bahwa ia tak
mempunyai maksud untuk berbuat demikian, kalau tidak
niscaya bencana akan menimpa dirinya.
"singkap papan batu ini, di bawah merupakan ruang bawah
tanah" Han siong Kie angguk-anggukkan kepala-nya dan
berpikir: "Leng Koen sangjien telah mengatur segala-galanya,
baiklah aku laksanakan menurut pesan terakhirnya".
Maka tanpa banyak komentar ia buka papan batu itu
kesamping hingga muncullah sebuah mulut gua, serangkaian
anak tangga batu menjorok kebawah, suasana dalam gua
terasa terang benderang bagaikan disiang hari, jelas di
sekeliling situ telah dipasang batu permata atau mutiara serta
benda2 berharga sejenisnya.
sesudah ragu2 sejenak. pemuda itu membopong jenasah
dari Leng Koe sangjien dan menuruni undak-undakan batu itu
Pada ujung undak-undakan batu tadi merupakan sebuah
ruangan batu, dalam ruangan hanya tersedia bangku, meja
serta sebuah pembaringan, sedang pada atap ruangan
terdapat sebutir mutiara besar yang memancarkan cahayanya
menerangi seluruh ruangan, pada ujung dinding terdengar
suara rintikan air yang memancar ke bawah dan mengalir
keluar gua. Han siong Kle segera membaringkan jenasah dari Long Koe
sangjien diatas pembaringan batu yang disisinya terukir
beberapa hurup yang berbunyi demikian:
"Disinilah manusia dan kura kura bersemayam"
75 Kemudian pemuda itu keluar lagi dari ruangan untuk
membopong masuk bangkai kura-kura tadi untuk kemudian di
baringkan di sisi jenasah Leng Koe sangjien.
setelah itu barulah ia mengambil butiran obat diekor kurakura
tadi, telah dicampur dengan air segera di usapkan diatas
punggung kura-kura, tulisan yang yang tertera diatas kulit
makhluk itupun seketika lenyap tak berbekas.
Mendadak.... terdengar suara gemerisik yaag amat nyaring
bergema memecahkan kesunyian secara tiba-tiba
pembaringan batu itu bergerak turun ke arah bawah.
Han siong Kie yang menjumpai keadaan itu jadi amat
terperanjat, dengan termangu-mangu ia awasi pembaringan
batu tadi turun kebawah hingga mencapai lima depa dan
berhenti, kemudian sebuah papan baru perlahan-lahan muncul
dari arah samping dan tepat menutupi liang bekas tempat
pembaringan batu tadi Keadaan ruanganpun dengan cepat pulih kembali seperti
sedia kala, kecuali kurang selembar pembaringan.
"Aaaah... sungguh suatu persiapan yang amat masak " seru
sianak muda itu tanpa sadar.
Belum ia berkata tampak selembar kertas melayang jatuh
dari atas atap ruangan, ia segera pungut kertas tadi dan
membaca isinya : "Hati jujur dan tulus ikhlas, bocah cilik, kau memang
mengembirakan hatiku.".
Membaca sampai disini Han siong Kie tak tertahan tertawa
geli, pikirnya: "Apakah pada enam puluh tahun berselang Leng Koe
sangjien telah dapat menduga kalau orang yang bakal tiba
disini adalah seorang pemuda yang masih muda belia seperti
aku?"" atau adalah seorang kakek tua, ucapan si "bocah cilik"
76 itu bukanlah bisa dijadikan suatu lelucon yang sangat
menggelikan?"?".
Bepikir sampai disini, iapun meneruskan kembali membaca
surat tersebut: ".... Sumber air didalam batu merupakan sumber utama
dari air mujarab, siapa yang minum air tersebut dapat
menghilangkan rasa lapar dan rasa dahaga. Meskipun kau
telah berendam didalam sumber air hingga berganti kulit
tulang dan memperoleh pula hawa murni yang disalurkan
kura-kura sakti, tetapi kau harus merendamkan diri lagi
selama tiga hari didalam sumber mata air yang ada di dalam
ruangan ini, dengan begitu hawa murni yang didapatkan baru
bisa bergabung jadi satu dengan hawa murni didalam badan.
sedangkan untuk melatih ilmu Koe sie Toa Hoat kaupun harus
mengandalkan kekuatan dari sumber mata air ini, seratus hari
kemudian bisa diharapkan suatu hasil yang gemilang,
kemudian dengan segenap tenaga hantamkan ke arah sumber
mata air ini sebanyak tiga kali, apa bila tidak menemukan
suatu pertanda apapun, berlatihlah kembali selama seratus
hari...?". Berbicara sampai disini Han Siong Kia pun sudah mengerti
apa yang dimaksudkan oleh Leng Koe sangjien, maka diapun
mengikuti petunjuk tersebut dan mulai berlatih diri didalam
ruang batu itu. Seratus hari dalam sekejap mata sudah lewat, terhadap
kepandaian silat yang diwariskan Leng Koe sangjien di atas
punggung kura-kuranya pun sianak muda itu sudah hapal di
luar kepala. Dengan perasaan hati yang bergolak keras ia menatap
dinding batu dimana terdapat sumber mata air tajam2, lama
sekali ia memandang namun belum juga mengerti apa yang
dimaksudkan gejala aneh oleh gurunya, ia harusnya merasa
bahwa semua persiapan itu diatur dengan amat sempurna dan
misterius. 77 Maka diapun menghimpun segenap tenaga-nya kedalam
telapak kemudian melancarkan tiga buah serangan dahsyat ke
arah dinding batu dimana terdapat sumber mata air itu
Suara ledakan dahsyat segera menggeletar memekikkan
telinga, dinding batu dimana terdapat sumber mata air tadi
setelah termakan oleh pukulan yang amat dahsyat tadi
mendadak bergerak tiga depa kedalam dan lenyaplah sumber
mata air tadi. 000dewi000 BAB 5 DENGAN wajah tertegun Han siong Kie berdiri menjublak
ditempat semula, ia tidak habis mengerti apa yang
dimaksudkan mendiang gurunya untuk berbuat begitu.
criiing... tiba2 terdengar suara gemerincingan bergema
disisi tubuhnya diikuti terasalah sebuah benda yang
memancarkan cahaya berkilauan secara tiba2 terjatuh dari
atas dinding gua tersebut.
Ia segera mendekati benda tadi mau mengambilnya yang
ternyata bukan lain adalah sebuah telapak tangan terbuat dari
tembaga hitam, diikuti secarik kertaspun melayang jatuh
kebawah. Dengan hati tercengang dipungutnya pula kertas tadi, tapi
dengan cepat si anak muda itu sudah berteriak keras dengan
sekujur badan bergetar keras: "Aaaah. Hoed Chiu Poo Pit...
kitab pusaka Tangan Buddha ....".
Ia teringat kembali akan ucapan dari susioknya si telapak
naga beracun Thio Lien yang pernah menceritakan kepadanya akan kisah benda
pusaka yang tak ternilai harganya itu, sungguh tak nyana
akhirnya benda tadi ditemukan olehnya.
78 Di atas Hoed Chiu Poo Pit tersebut termuat serangkaian
ilmu silat yang maha sakti yang disebut tlmu "sie Mie sinkang"
kepandaian ini begitu dahsyat sehingga ilmu" Toan Yoe
sinkang" dari partai siauw limpun tak sanggup untuk
menandingi, hanya jarang sekali ada orang yang pernah
menyaksikan sendiri kehebatan ilmu tersebut.
sepasang tangannya mulai gemetar keras, ia pejamkan
matanya rapat-rapat dan berusaha keras menenangkan
hatinya yang bergolak keras.
Ia terbayang kembali akan suasana di dalam
perkampungan keluarga Han, tulang tengkorak berserakan
dimana-mana... dua ratus jiwa ditambah jiwa susioknya si
telapak naga beracun Thio Llen sekeluarga, semua-nya telah
musnah ditangan si Tengkorak darah.
Dendam kesumat seperti ini lebih dalam dari samudra, rasa
bencinya lebih besar dari langit, Bagaimanapun juga sakit hati
ini harus dituntut balas.
Tengkorak darah... si Pemilik Benteng Maut, tak dapat
membayangkan sampai di manakah lihaynya ilmu silat yang
dimiliki pihak lawan, sebab si pengemis dari selatan serta si
padri dari utara pun bukan tandingannya semua, tetapi
seandainya ia berhasil mempelajari ilmu see Mi ciang"
sinar matanya dialihkan kembali keatas kertas itu dan
membaca lagi isinya: "Hod Chiu Poo Pit berhasil aku dapatkan pada tiga puluh
tahun berselang, tetapi didalam melatih kepandaian tersebut
ternyata aku menderita jalan api menuju neraka, saat itulah
aku baru sadar bahwa kitab pusaka ini semestinya terdiri dari
kiri dan kanan, tapi keadaan sudah terlambat dan
menyesalpun tak ada gunanya, Kitab yang ku dapatkan adalah
bagian yang kanan, dimanakah yang sebelah kiri aku
sendiripun tak habis mengerti, kejadian itu merupakan suatu
hal yang patut disesalkan sepanjang hidupku, bagi mereka
79 yang berjodoh apabila berhasil memenuhi harapanku dengan
menggabungkan sepasang telapak tangan itu hingga berhasil
melatih ilmu yang sangat dahsyat tanpa tandingannya
dikolong langit ini, akupun akan ikut tersenyum dialam baka".
Han siong Kie merasakan hatinya terjelos, kalau memang
Hoed Chiu Poo Pit terdiri dari sepasang, lalu yang separuh dia
harus pergi cari dimana."
Jagad begini luas dan lebar, untuk menemukan separuh
belah benda pusaka sudah tentu merupakan suatu kejadian
yang amat sulit. seandainya telapak Budha yang lain tidak berhasil
ditemukan, bukankah yang sebelah ini sama artinya dengan
benda yang tak berharga?" Leng Koe sangjien yang begitu
lihaypun, hanya kurang hati-hati mengakibatkan kematian
yang disesalkan untuk selama nya, apalagi dia"
-000dewi0kz000- Jilid 3 LAMA sekali ia termenung... akhirnya pemuda itu jatuhkan
diri berlutut ke arah pembaringan batu yang telah lenyap di
bawah tanah itu, katanya dengan suara lirih:
"suhu, walaupun kau telah meninggal dunia tetapi budi
pemberian tenaga lwekang tak akan pernah lenyap dari
benakku, selama tecu masih hidup dikolong langit pasti akan
berusaha keras untuk menyelesaikan harapan dari suhu ini
sampai mati baru berhenti "
Habis berdoa ia bangkit berdiri, memasukkan tangan
Buddha berwarna hitam itu ke dalam sakunya dan keluar dari
ruang batu, kemudian tutup pula mulut gua dengan papan
batu dan menutup papan batu tadi dengan tanah sehingga
80 siapapun tak akan menduga kalau dibawah tanah masih
terdapat ruangan batu. Menanti ia berpaling kearah sumber air mujarab, pemuda
itu jadi tertegun, kiranya kolam air mujarab telah mengering,
setitis airpun tidak nampak. yang tersisa hanyalah sebuah
liang tanah yang luas. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena
tersumbat-nya sumber air didalam gua.
Memandang langit yang biru diangkasa, Han Siong Kie
merasa bagaikan baru saja mendusin dari suatu impian yang
aneh.

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam seratus hari ia telah berubah jadi seorang manusia
yang lain, seorang jago dengan tenaga lweekang yang amat
semcurna serta rangkaian ilmu silat yang sakti.
Pertama, ia teringat kembali akan saudara angkatnya yang
nakal sipengemis cilik Tonghong Hwie, entah saat ini ia telah
berkelana sampai dimana?" ia merasa bahwa dengan
kepandaian yang dimilikinya sekarang mungkin sudah cukup
untuk menjadi toakonya. Ia tertawa bangga dan sebera kerahkan ilmu meringankan
tubuhnya keluar dari hutan itu.
suasana dalam hutan itu sudah tidak segelap waktu ia
datang semula, karena pandangan matanya dapat melihat di
tempat kegelapan. sesuai dengan pesan dari Leng Koe
sangjin, setelah berjalan tiga li ke arah timur kemudian putar
kearah selatan sejauh empat li, ia benar2 sudah lolos dari
hutan belantara tersebut.
Setelah melewati sebuah hutan kecil, di hadapan matanya
terbentanglah sebuah bukit yang tak begitu tinggi.
Dari puncak itu dia memandang ke bawah, tampaklah di
suatu bagian adalah sebuah kota kecil, arah lain merupakan
sungai dengan sebuah benteng kuno yang berdiri dengan
81 angkernya ditengah sungai, itulah Benteng Maut tempat
angker bagi seluruh umat Bu lim.
Han siong Kie merasakan darah panas dalam dadanya
bergelora keras, api dendam berkobar dengan hebatnya
membuat sorot mata yang memancar ke luar nampak begitu
mengerikan dan menakutkan.
Membalas dendam ingatan ini berkelebat dalam benaknya,
sambil menggertak gigi ia mengirim satu pukulan udara
kosong ke depan. Tiba2 ia temukan bahwa pakaian yang di kenakan olehnya
sudah kumal dan hancur tak karuan, perutpun terasa lapar.
dalam hati segera pikirnya:
"Lebih baik aku membeli pakaian dulu di kota sebelah
depan sana, setelah perut terasa kenyang barulah pergi ke
Benteng Maut untuk mencari setori ...." Berpikir demikian ia
lantas turun gunung dan langsung menuju kearah kota
terdekat. sekonyong2... terdengar desiran angin tajam
berkumandang memecahkan kesunyian, disusul munculnya
beberapa sosok bayangan manusia di tempat itu.
Tujuan Han siong Kie pada saat ini adalah pergi ke kota
untuk ganti pakaian dan menangsel perut kemudian pergi ke
Benteng Maut untuk mencari balas, terhadap orang2 tadi ia
malas untuk memperdulikannya, melihat datangnya beberapa
sosok bayangan manusia, badannya segera menyingkir
kesamping untuk memberi jalan. "Berhenti"
Suara bentakan keras bergetar memekikkan telinga, tujuh
sosok bayangan manusia dengan cepatnya meluncur datang
dan menghadang jalan perginya. Pemuda she Han ini terpaksa
berhenti dan angkat kepalanya memperhatikan orang2 itu.
Tampaklah diantara mereka bertujuh ada tiga orang adalah
kakek tua dan empat orang lainnya merupakan pria kekar,
82 wajah mereka menunjukkan rasa takut dan jeri yang tak
terkirakan. Begitu masing2 pihak saling berjumpa, ketujuh orang itu
sama2 berseru tertahan, rupanya mereka dibikin terperanjat
oleh keadaan Han siong Kie yang mengenaskan itu.
Terdengarlah salah seorang kakak tua itu dengan alis berkerut
sebera menegur: "Engkoh cilik, apakah kau terluka?"
Dengan sikap hambar Han siong Kie gelengkan kepalanya,
mulut tetap membungkam dalam seribu bahasa.
"Engkoh cilik kau hendak pergi ke mana?" kembali kakek
tua itu bertanya. "Aku mau pergi ke kota"
"Aduh... jalan ini tak bisa dilewati, lebih baik kaupilih jalan
yang lain saja." "Kenapa?" apa salahnya aku lewat sini."
Dengan wajah menunjukkan kengerian serta keseraman
yang tebal, kakak tua itu menyahut:
"Janganlah bertanya mengapa, dengarkanlah perkataan
dari aku orang tua pasti tak akan salah lagi, cepatlah putar
badan dan tinggalkan tempat ini."
"Hmm terima kasih petunjukmu "sahut Han siong Kie ketus,
begitu selesai berbicara ia segera melayang sejauh tiga
tombak dari tempat semula.
Melihat sikap si anak muda itu, si kakek tua yang lain
diantara ketujuh orang itu segera berseru:
" Kalau memang keparat cilik itu pingin menghantar
kematiannya sendiri, perduli amat kita mesti mengurusi dia,
ayo berangkat. janganlah memancing api membakar tubuh
sendiri" 83 Sebetulnya dari pembicaraan beberapa orang itu Han siong
Kie sendiripun dapat menangkap akan suatu keadaan yang
tidak beres, tetapi sebagai seorang pemuda yang berjiwa
panas terutama baru saja memiliki kepandaian silat yang
maha sakti, disamping itu dalam benaknya kecuali memikirkan
bagaimana caranya membalas dendam terhadap Benteng
Maut tidak memperhatikan persoalan lain, maka walaupun
sudah diperingatkan tetapi ia tetap nekad meneruskan
perjalanannya. Beberapa saat kemudian sampailah pemuda itu di dalam
sebuah hutan To yang luas dan rimbun, daun dan ranting
tumbuh dengan suburnya, sebuah jalan kecil terbentang
menembusi hutan tersebut.
Belum jauh ia berjalan memasuki hutan tadi, terciumlah
bau amis darah yang amat menusuk penciuman berhembus
lewat dari sisi kiri kanannya.
Han siong Kie terperanjat dan segera memperhatikan
gerakan tubuhnya, begitu ia berpaling bulu kuduknya segera
pada bangun berdiri, ia bersin beberapa kali dan berdiri
terbelalak. Terlihatlah di tepi jalan berserakan beberapa puluh sosok
mayat yang menggeletak di atas genangan darah segar,
keadaan mayat2 itu mengerikan sekali, batok kepala mereka
hancur berantukan dan otak berserakan di empat penjuru, bau
busuk yang memuakkan tersiar di empat penjuru membuat
perut orang jadi mual. Ia berdiri menjublek. siapakah yang telah melakukan
pembunuhan kejam diluar perikemanusiaan ini?""
Tiga orang kakek serta empat orang pria kekar tadi
melarang dirinya maju lebih ke depan bahkan mengajak ia ber
sama2 melarikan diri dari situ, apakah hal itu disebabkan
karena peristiwa pembunuhan sadis ini" lama sekali ia berpikir
tapi tak sesuatu apapun yang berhasil dipecahkan olehnya.
84 setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya, si anak
muda itupun meneruskan kembali perjalanannya menerobos
Hutan, sepanjang jalan kembali ia temukan mayat manusia
yang menggeletak di tepi jalan, keadaan dari mayat2 tidak
jauh berbeda dengan apa yang dilihatnya di tepi hutan tadi,
batok kepalanya hancur remuk serta otak yang berceceran di
atas lantai. Makin melibat Han siong Kle merasa semakin terperanjat,
pembunuhan brutal Benar-benar merupakan suatu peristiwa
berdarah yang mengerikan hati.
Pada saat itulah... sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat di dalam hutan itu, langkahnya ter-buru2 dan
sempoyongan. sekilas memandang Han siong Kle merasakan hatinya
tergetar keras, bukankah orang itu adalah sipengemis dari
selatan salah satu diantara dua tokoh lihay dunia persilatan?"
kalau dilihat dari keadaannya diapun menderita luka parah.
Jangan2 diapun terluka ditangan pembunuh yang
membinasakan korbannya dengan menghajar remuk batok
orang?" atau mungkin...
Diam2 sianak muda ini bergidik juga hatinya, ia tahu si
pengemis dari selatan serta si Padri dari Utara adalah tokoh2
sakti di dalam dunia persilatan, tetapi mereka dapat jatuh
kecundang ditangan orang, hal ini bisa membuktikan betapa
dahsyatnya serta sempurna nya tenaga lwekang yang dimiliki
orang itu. Berpikir demikian, buru2 ia maju menyongsong kedatangan
si pengemis itu sambil menjura.
"Locianpwe harap tunggu sejenak".
si Pengemis dari selatan menghentikan gerakan tubuhnya
dan memperhatikan sekejap seluruh tubuh si anak muda itu,
85 kemudian dengan wajah terkejut bercampur sangsi serunya:
"Kau...kau. . . "
"Cayhe she Han bernama siong Kie"
"Apakah kau telah bergebrak melawan perempuan iblis
itu?"?" "Perempuan iblis?" siapa?"?" tanya Han siong Kie setelah
tertegun beberapa saat lama nya, ia tidak mengerti apa yang
dimaksudkan si pengemis tua itu.
"Im sat si Malaikat berhawa lm kang, Mo sioe Ing"
"siapakah orang itu?" cayhe sama sekali tidak mengenal
atau bertemu dengan dirinya"
"Apakah engkau benar2 tidak kenal dengan iblis
perempuan itu?" kalau begitu aku si pengemis tua sudah salah
melihat... Tapi kenapa keadaanmu begini mengenaskan?"?"
Han siong Kie tundukkan kepalanya dan memperhatikan
sekejap pakaian yang dikenakan, sebenarnya dia ingin
menceritakan pengalaman selama berada di dalam hutan
belantara tapi ingatan lain dengan cepat berkelebat dalam benaknya
"Haah, lebih baik aku merahasiakan pengalaman aneh itu
saja" "oh kemarin malam cayhe telah bertemu dengan kawanan
serigala liar habis sudah pakaianku di koyak2 oleh makhluk
sialan itu" "Hey bocah keparat berada didepan Budha lebih baik tak
usah pura2 pasang hio" tukas si pengemis dari selatan dengan
mata melotot "Meskipun kawan serigala itu ganas aku rasa
mereka takkan bisa mengapa-apakan, aku si pengemis tua
yakin bahwa sepasang mataku belum buta dengan
kesengsaraan serta ketajaman pandangan matamu, aku
percaya bahwa tenaga lwekangmu sudah mencapai pada taraf
86 yang tak tercapai oleh kawanan Bu lim biasa". Merah jengah
selembar wajah Han Siong Kie.
"Sungguh tajam penglihatan si pengemis tua ini" pikirnya di
dalam hati, sementara di luaran ia menyahut dengan nada
ketus: "Percaya atau tidak terserah pada diri locianpwe sendiri,
yang pokok aku memang mengalami kejadian tersebut".
"Baik, omong kosong tiada gunanya" seru si pengemis dari
selatan sambil mengetukkan tongkat bambunya ke atas tanah.
"Kemungkinan besar si iblis perempuan itu akan balik lagi
setelah berlalu dari sini, cepat2lah kau meninggalkan tempat
ini". "Huuh Si iblis Im Sat Mo Sioe Ing paling banter hanya
seorang perempuan, sampai di mana sih keganasan serta
kepandaiannya" aku pingin tahu..."
"Hey Bocah cilik, kau betul2 seorang manusia yang tak tahu
tingginya langit dan tebalnya bumi, apakah kau tidak
menyaksikan tumpukan mayat yang bergelimpangan diluar
hutan sana?"?" "sudah lihat, kenapa?""
" Kalau kau tidak ingin batok kepalamu ikut hancur
berantakan terhajar oleh pukulan mautnya, lebih baik
cepat2lah tinggalkan tempat ini". Han siong Kie segera
tertawa hambar: "Hmm cayhe ingin sekali menjajal kepandaian yang dimiliki
si iblis Im Sat Mo sioe Ing, aku pingin tahu malaikat iblis itu
terdiri dari manusia yang bagaimana macam raganya".
seluruh rambut dan jenggot si pengemis dari selatan
bergetar keras dan menegang bagaikan kawat, sambil tertawa
keras serunya 87 "Haaahhh...haaahhh.. haah... bocah cilik kau memang
sangat bernyali dan cocok sekali dengan selera aku si
pengemis tua, tetapi aku perlu memberitahukan kepada-mu..
jangan di bilang kau, sekalipun aku si pengemis tua juga
bukan tandingannya" "Apakah locianpwe terluka ditangannya?"".
"Ehmm aku si pengemis tua memang tidak becus, untuk
kesekian kalinya telah jatuh kecundang ditangan orang."
Hati Han siong Kie jadi bergerak, ia tahu yang dimaksudkan
si pengemis selatan sebagai ke sekian kalinya. pastilah
dimaksudkan tiga bulan berselang ia telah jatuh kecundang
ditangan pemilik Benteng Maut dan sekarang jatuh kecundang
kembali ditangan Im Sat si malaikat hawa Im.
Kendati begitu ia tidak mengatakannya ke luar, sambil
alihkan pokok pembicaraan tanyanya:
" Kenapa sih si malaikat hawa im Mo sioe Ing suka
membunuh orang?" "Haah.....haah... haah... bocah cilik, pertanyaanmu ini
memang paling tepat kalau diajukan kepadaku, sebab
pertanyaan tersebut kecuali aku si pengemis tua mungkin
jarang sekali ada orang yang dapat memberikan jawaban yang
tepat bagimu." Timbul rasa ingin tahu dalam hati si anak muda itu,
semangatnya berkobar kembali dan serunya:
"Benarkah locianpwe adalah satu2nya orang yang
mengetahui kejadian sebenarnya."
"Maksudku bukan begitu, cuma saja aku sipengemis tua
adalah salah satu diantara sekian banyak korban yang berhasil
meloloskan diri dari tangan keji si malaikat Im sat Mo siau Ing
karena aku dapat menerangkan sedikit gejala yang berhasil
kuketahui. " 88 "silahkan cianpwee memberi keterangan "
"Baik, aku memang merasa berjodoh setelah bertemu
dengan dirimu, di situ ada hutan mari kita kesana saja, aku
sipengemis tua agak haus dan ingin minum dulu."


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berangkatlah kedua orang itu menuju hutan, setelah ambil
tempat duduk si pengemis dari selatan segera melepaskan
cupu2 araknya dan meneguk isinya dengan lahap kemudian ia
berkata. "Arak ini adalah Tan Cau arak paling bagus di daerah sini
hei bocah ayo minumlah setegukan".
sambil berkata ia segera angsurkan cupu2 arak itu ke
depan Han siong Kie menerima dan ikut meneguk satu
tegukan. "Hmm tidak salah memang arak bagus" serunya kemudian
sambil mengangguk tiada hentinya.
Pengemis dari selatan menyambut kembali cupu2nya dan
meneguk hingga isinya ludes, setelah itu sambil menyeka
mulut katanya: "Bocah cilik, sekarang dengarkanlah baik-baik dua puluh
tahun berselang di dalam dunia persilatan telah muncul
sepasang muda mudi yang masih muda belia, yang lelaki
punya wajah tampan sedang yang perempuan berwajah cantik
jelita tetapi ilmu silat yang mereka miliki sangat lihay sekali,
hati mereka kejam dan tindak tanduknya telengas, pria itu
oleh orang kangouw disebut Yan Sat si malaikat hawa Yang,
Ko soe Kie, sedang yang wanita...".
"Yang perempuan pastilah Im sat Mo sioe Ing, bukan
begitu?" " "sedikitpun tidak salah, kau jangan menimbrung terus,
dengarkanlah kisahku ini, kedua orang tersebut adalah
sepasang suami istri yang saling cinta mencintai, disamping itu
kedua orang muda mudi itupun mempelajari semacam ilmu
89 silat yang keji dan luar biasa ngerinya disebut "Hian lm Koei
Jiauw". Cakar setan pukulan dingin, tidak sampai satu tahun
mereka muncul di dalam dunia persilatan sudah ada ratusan
orang jago lihay yang menemui ajalnya di ujung cakar setan
"Hian Im Koei Jiau " tersebut, kejadian ini segera
menggemparkan seluruh dunia persilatan, semua jago baik
dari kalangan Hek-to maupun Pek to sama2 keder terhadap
mereka sedang badai darah masih saja melanda di mana2 .....
" "Masa di dalam dunia persilatan yang begitu luasnya tak
ada seorang manusia pun yang sanggup menandingi Im Yang
siang Sat sepasang malaikat Im dan Yang..." "
"Boleh dibilang begitu".
"Bagaimana kalau dibandingkan Tengkorak maut?"".
"Kau maksudkan si pemilik benteng maut?"" tanya
pengemis selatan setelah tertegun sejenak.
Han siong Kie mengangguk tanda membenarkan:
"Bagaimanakah raut wajah yang sebenarnya diri si
Tengkorak Maut hingga kini masih merupakan suatu teka-teki
yang sulit untuk dijawab, tetapi kalau menurut penilaian dari
aku si pengemis tua jelas tenaga dalam yang dimiliki
tengkorak maut dari Benteng Maut jauh lebih dahsyat dari Im
Yang siang sat, tetapi berhubung mereka belum pernah saling
bergebrak maka pertanyaan itu sulit untuk dijawab. sekarang
dengarkanlah dulu kisah lebih lanjut.:."
"Hmm, bukankah kau serta si padri dari utara telah
dilempar ke luar dari benteng sebanyak dua kali oleh pemilik
Benteng Maut ?"" pikir Han siong Kie di dalam hati." Bahkan
terakhir kalinya kalian ke luar dalam keadaan mengenaskan
sekali, kalau dikata-kan raut wajah pemilik Benteng Maut
belum pernah diketahui, ucapan ini bukankah suatu
pembohongan secara besar2an?"" mungkin di balik
kesemuanya ini masih terkandung latar belakang lain."
90 Belum habis ia berpikir, terdengar si pengemis dari selatan
telah mendehem dan memutuskan kembali kata2nya:
"Tindak tanduk dari Im Yang siang Sat segera memancing
kegusaran umat Bu lim, sebanyak tiga kali para jago dari
kalangan Hek to serta Pek to berkerja sama untuk menumpas
mereka berdua, soal hasil bukan saja usaha itu gagal total
bahkan lebih banyak orang yang jadi korban. "
"Locianpwejuga termasuk salah satu diantara
pengeroyok..." "Tidak, berhubung ada urusan lain aku si pengemis tua
tidak hadir di dalam peristiwa itu"
"Waah, kalau begitu bukankan umat Bu lim terpaksa
membiarkan Im Yang siang Sat meraja lela di dalam dunia
persilatan?"" Beberapa tahun pengalaman memang demikian, tetapi
pada sepuluh tahun berselang mendadak Yang Sat si malaikat
hawa Yang, Ko see Kie lenyap tak berbekas, menurut kabar
berita yang tersiar katanya ia telah dibasmi oleh seorang Bu
lim cianpwee yang misterius, Im Sat yang gagal menemukan
musuh besarnya segera melampiaskan kegusarannya di atas
tubuh orang2 Bu lim, setiap tahun ia muncul dirinya satu kali
dan setiap kemunculannya pasti membunuh seratus orang
banyaknya." "Aduh mak "teriak Han siong Kie sambil menjulurkan
bibirnya. " Kalau begitu selama sepuluh tahun bukankah ia
telah membinasakan seribu orang?"" si pengemis dari selatan
menghela napas panjang. "Itu sih tidak. sebab kemunculan si iblis perempuan itu
membunuh orang baru berlangsung sejak tiga tahun
berselang " katanya.
"Kalau begitu kejadian ini benar2 membingungkan orang".
"kenapa?"" "
91 "Kalau dikatakan Yang sat si malaikat hawa Yang, Ke see
Khie adalah mati karena di basmi seorang tokoh sakti
persilatan, mengapa tokoh sakti tadi tidak sekalian membasmi
Im sat si malaikat hawa Im dari muka bumi?" sehingga
mengakibatkan si malaikat hawa Im yang sakit hati
melampias-kan amarahnya kepada umat Bu lim?"
"Aai. ..bocah cilik, perkataanmu memang betul, yang jelas
peristiwa itu hingga kini masih tetap merupakan suatu teka
teki". "Apakah orang2 yang ada di dalam Bu lim adalah manusia2
kurcaci yang hanya mementingkan diri sendiri?"" " seru Han
siong Kie dengan hati mendongkol.
" Ucapanmu tepat sekali " pengemis dari selatan
mengangguk. " Kalau tidak si malaikat hawa Im sat Mo sioe
Ing tidak akan selatan dan sejumawa ini".
"Hmm kalau ada kesempatan aku hendak menemui iblis
perempuan itu". "Bocah, semangat serta keberanianmu patut dipuji, kau
anak murid dari perguruan mana?""
"Leng Koe sangjien!"
"Apa?"" coba kau ulangi satu kali lagi!"
"Leng Koe Sangjien!".
"Haaaaah,..haaaah...haaaah bocah cilik kau jangan
mengibul terlalu gede hati2 kalau mulutmu ditampar orang
Tahun ini kau kau berusia berapa?"" Leng Koe Sangjien
adalah seorang tokoh sakti yang sudah tersohor namanya
sejak seratus tahun berselang..."
"Aku adalah anak muridnya yang mendapat ilmu silat dari
peninggalannya siorang tua itu !".
"Ooooh jadi kau telah mendapat kitab ilmu silat
peninggalannya?"..."
92 "Sedikitpun tidak salah!"
"Tidak aneh kalau omonganmu begitu gede dan
jumawanya luar biasa kiranya kau sudah mendapatkan
warisan ilmu silat dari tokoh sakti itu kalau memang demikian
adanya kau boleh saja untuk coba bergebrak melawan
simalaikat berhawa Im!' '
Satu ingatan berkelebat dalam benak Hao Siong Kie segera
serunya: "Locianpwee..."
"Tunggu sebentar! "tukas sipengemis selatan sambil
goyangkan tangannya mencegah sianak muda itu berbicara
lebih lanjut. "Kalau memang kau adalah ahli waris dari Leng
Koe Sangjieo, maka kalau dibicarakan dan soal tingkatan
maka aku sipengemis tua masih kalah satu tingkat darimu,
demikian saja kau boleh panggil aku sebagai engkoh tua
sedang aku panggil kau sebagai adik kecil setuju?"
"Soal ini ... eeei ., mana boleh jadi "seru Han Siong Kie
dengan gugup "Locianpwee".
"Siau loote, kau tak usah pura2 banyak jual lagak lagi, aku
sipengemis tua paling benci dengan perbuatan semacam itu! '
Mimpipun Han Siong Kie tak pernah menyangka kalau
seorang tokoh silat Bu lim yang mempunyai kedudukan sangat
tinggi di dalam Bu lim memaksa dirinya untuk menyebut
dalam satu tingkatan yang sama dengan dirinya, bila kejadian
ini berlangsung pada tiga bulan berselang...pada saat itu
macam apakah keadaan dirinya?" tanpa terasa merah jengah
selembar wajahnya. "Yaaah... yaaah... sudahlah daripada aku tampik lebih baik
aku menurut saja, siaute akan merasa bangga dengan
peristiwa ini. " "Tak usah banyak ngomong yang tak sedap didengar, kau
ada urusan apa hendak di katakan?", sekarang katakanlah"
93 sekilas rasa sedih gusar dan penuh rasa dendam terlintas
diatas wajah Han siong Kie yang tampan dengan sorot mata
memancar-kan kebencian serunya dengan suara berat:
"Engkoh tua, apakah engkau pernah memasuki Benteng
Maut?"?" "Kau maksudkan Benteng maut?" ulang sipengemis dari
selatan dengan hati tergetar keras.
"sedikitpun tidak salah"
"Aku pikir dikolong langit dewasa ini mungkin tak
seorangpun yang bisa keluar dari istana maut dengan selamat
setelah memasuki tempat itu"
"Tetapi pada tiga bulan berselang bukankah engkoh tua
serta padri dari utara memasuki tembok dinding benteng
maut?"" Mendapat pertanyaan itu sipengemis dari selatan tertawa
getir. "Tidak salah aku memang mengalami kejadian seperti
itu" "Bukankah waktu itu engkoh tua seperti padri dari utara
berhasil keluar dari benteng dalam keadaan hidup?"?"
"sedikitpun tidak salah, kami memang berhasil keluar dari
benteng dalam keadaan hidup, tetapi keberhasilan kami itu
bukanlah disebabkan karena kami andalkan ilmu silat yang
kami mliki ...." "Lalu mengandalkan apa?"" "
"saudara cilik, rahasia ini hanya kuberitahukan kepada
dirimu seorang, harap jangan kau ceritakan kepada orang lain,
kami bisa lolos keluar dari benteng itu dalam keadaan selamat
adalah lantaran sipemilik benteng maut telah melepaskan
kami keluar" Tercekat hati Han Siong Kie sehabis mendengarkan
perkataan itu, dengan kepandaian silat yang dimiliki
94 sipengemis dari selatan serta padri dari utara pun ternyata
mereka masih membutuhkan belas kasihan orang untuk
dilepaskan, bisa dibayangkan sampai dimanakah kedahsyatan
serta kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki pendiri Benteng
maut. Tetapi ingatan tersebut hanya sekilas saja berkelebat
didalam benaknya, rasa benci dan dendam telah mengalahkan
se-gala2 nya, menghilangkan rasa takut yang mencekam
hatinya. segera ia bertanya lebih jauh:
"Engkoh tua, tolong tanya tengkorak maut dari benteng
maut itu sebenarnya macam apa sih bentuk wajahnya?".
"Mau apa kau tanyakan persoalan ini ?" seru pengemis dari
selatan dengan hati tercekat.
Dalam benak Hansiong Kie segera terlintas kembali
pemandangan dikala susioknya sitelapak naga beracun Thio
Lien membawa dirinya masuk kedalam perkampungan
keluarga Han ditengah malam yang basah oleh hujan deras,
pemandangan yang mengerikan kembali terlintas didalam
benaknya, dua ratus jiwa anggota keluarga Han telah berubah
jadi tulang tengkorak manusia yang berserakan di mana2,
hingga kini jenasah mereka belum dikuburkan .
Meskipun susioknya melarang dia untuk mengubur jenasahjenasah
tersebut dan melarang dirinya untuk membalas
dendam, tetapi hidup sebagai putra manusia, dapat-kah ia
menelan rasa dendam dan sakit hati atas terbunuhnya
segenap anggota keluarga Han?""
Dengan mata berapi2 dari mimik wajah menunjukkan
penuh kebencian dan rasa dendam teriaknya:
"Antara aku dengan si Tengkorak maut terikat dendam
sakit hati sedalam lautan, bagaimanapun juga aku harus
membalas dendam atas sakit hati ini"
95 "Apa" Kau ada dendam dengan pemilik dari Benteng
Maut?"" -000dw0kz000- BAB 6 "SEDIKITPUN tidak salah, aku bersumpah, aku hendak
menghancur lumatkan tubuh-nya, menginjak rata Benteng
Mautnya dan menghirup darah segarnya... kalau tidak dihatiku
tidak puas, rasa dendamku tak akan padam"
"Jadi kau ada maksud untuk menuntut balas terhadap si
Tengkorak Maut?"?" tanya si pengemis dari selatan dengan
mata terbelalak. "Benar sahut Han siong Kie dengan tegas.
Tentang soal ini aku kira..".
" Kenapa?" apa salahnya aku menuntut balas?"".
"saudara cilik, maafkanlah aku sipengemis tua hendak
mengucapkan kata2 yang kurang sedap didengar, aku rasa
niatmu itu mungkin sulit untuk dilaksanakan". Han siong Kie
angkat kepalanya memandang ke angkasa dan berpekik sedih,
serunya: "Aku tidak akan memperdulikan semua masalah yang tak
berguna, begitu hanyalah ada satu prinsip yaitu kalau bukan
aku Han siong Kie yang menemui ajal, tengkorak mautlah
yang akan menemui ajalnya di tanganku. ."
"Hebat, punya semangat.. tapi kau harus ingat adikku kecil,
korban yang berjatuhan ditangan Tengkorak Maut banyaknya


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melebihi bulu kerbau, rasanya aku sipengemis pun tak usah
menerangkan kenyataan2 yang telah terjadi bukan..."
"Engkoh tua, sebenarnya si tengkorak maut adalah seorang
mahluk aneh macam apa" "
"Tentang soal ini... mm maaf kalau aku tak dapat
terangkan untukmu " 96 "Kenapa?" "
"Bagi orang Bu-lim janji adalah berat bagaikan gunung
Thay-san, aku serta sipadri dari utara boleh dibilang
merupakan satu2-nya orang yang berhasil lolos dari Benteng
Maut dalam keadaan hidup selama puluhan tahun terakhir ini
dan merupakan satu2aya orang yang berhasil menjumpai
wajah yang sebenarnya dari Tengkorak Maut, tetapi disaat
kami hendak dilepaskan keluar telah berjanji pula kepada
pemilik Benteng Maut bahwa kami selamanya tak akan
menceritakan api yang kami lihat ini kepada orang lain "
"Kalau memang begitu, engkoh tua selamat tinggal " seru
Han Siong Kie dengan hati sedih bercampur gusar habis
berkata ia segera bangkit berdiri dan siap berlalu .
"Tunggu sebentar" pengemis dari selatan segera berseru
"Engkoh tua apa yang hendak kau katakan lagi !! "
"Kau harus memahami kesulitan hati dari aku sipengemis
tua didalam dunia persilatan aku pengemis tua boleh dibilang
mempunyai sedikit nama juga aku tak boleh mengingkari
janjiku sendiri walaupun begitu siTengkorak maut adalah
musuh umum selama aku sipengemis tua masih mempunyai
napas didalam dada aku pasti akan berusaha untuk
memperjuangkan keadilan serta kebenaran bagi umat BuLim
! " "Kalau begitu anggaplah Siauwte telah salah bicara harap
kau suka memaapkan ..!!"
"Sekarang kau hendak pergi kemana?""
"Setelah bertukar pakaian, aku langsung hendak pergi ke
Benteng Maut untuk menagih hutang!"
"Saudara cilik, segala persoalan tak bisa dilaksanakan tanpa
didasari oleh rencana yang matang, bagaimana kalau kau
undurkan dahulu rencanamu itu dan menanti hingga para
enghiong hoohau yang ada ditolong langit bersatu padu"
97 "Aku merasa amat berterima kasih bagi perhatian serta
bantuan engkoh tua, tapi sayang siawte tidak ingin
menggunakan tenaga orang lain untuk membalas dendam
sakit hatiku ini!". "Sayang pada saat ini aku sipengemis tua sedang merderita
luka parah " Seru Pengemis dari selatan dengan terharu.
"Kalau tidak aku pasti akan menemani dirimu pergi kesana!".
"Apa?" jadi engkoh tua menderita luka parah?"" tanya Han
Siorg Kie dengan alis berkerut.
"Sedikitpun tidak salah, aku termakan oleh sebuah pukulan
dari Im sat si malaikat berhawa Im. Mo Sioe Ing. isi perutku
telah menderita luka dan aku harus beristirahat selama
beberapa bulan untuk mengobati luka ku ini!! ".
"Jadi kalau begitu tenaga lwekang yang dimiliki malaikat
hawa Im tidak sampai lebih tinggi berapa banyak jika
dibandingkan dengan engkoh tua ?"...".
"Bagaimana kau bisa berkata demikian?" "
"Bukankah engkoh tua pernah mengatakan bahwa dibawah
telapak tangan simalaikat hawa Im tak pernah melepaskan
korban nya dalam keadaan hidup?".".
"Kau keliru besar"
"Aku keliru" bagaimana kelirunya?" "
"Tenaga lweekang yang dimiliki si malaikat berhawa Im Mo
sioe Ing jauh tebih tinggi berapa kali lipat daripada diriku si
pengemis tua tetapi ia mempunyai sebuah peraturan yang
aneh, barang siapa yang sanggup menghadapi dirinya
sebanyak tiga gebrakan, maka ia akan melepaskan orang itu
dengan selamat, serangan yang keempat tidak nanti akan
dilepaskan." "Oooooh.. kiranya begitu" saking kagetnya Han song Kie
menjerit tertahan, hatinya bergidik dan bulu kuduknya pada
98 bangun berdiri, walau begitu tekadnya untuk bertempur
melawan si malaikat berhawa Im pun semakin besar.
Dalam pada itu sipengemis dari selatan telah tundukkan
kepalanya dan berpikir sebentar, kemudian katanya dengan
perasaan bergolak: "Saudara cilik, maukah kau menunggu aku
selama satu bulan?". "
"Menunggu dirimu selama satu bulan?"
"Nantikanlah setelah luka dalamku sembuh dan
menyerahkan persoalan didalam perkumpulanku kepada orang
lain, akan kuiringi kehendakmu untuk menyerbu ke dalam
Benteng Maut.". "Engkoh Tua, terima kasih banyak atas perhatian serta
kesediaanmu, biarlah aku terima didalam hati saja. Nah,
siauwte mohon diri terlebih dahulu..".
Habis berkata dia enjotkan badan menembusi hutan dan
meneruskan perjalanannya lewat jalan raya, sepanjang
perjalanan suasana sepi dan tak nampak sesosok bayangan
manusiapun, mungkin hal itu disebabkan karena si malaikat
berhawa Im Mo sioe Ing sedang melakukan pembunuhan
disekitar tempat itu.. setibanya didalam kota, Han siong Kie segera membeli
seperangkat pakaian baru dan menukar pakaiannya yang
kumal, dengan begitu tampangnya kelihatan semakin ganteng
dan gagah, cuma diantara kerutan alisnya terlihat lapisan
napsu membunuh yang tebal, membuat orang yang
memandang jadi bergidik hatinya.
selesai berdandan ia sebera berangkat menuju kearah
Benteng Maut. Ilmu meringankan tubuh "Hoe Keng Keng-im" atau Cahaya
Kilat lintasan bayangan memang suatu kepandaian yang
sangat dahsyat, dalam waktu singkat sianak muda itu lelah
tiba ditepi sungai. 99 Benteng Maut dengan angker dan misteriusnya berdiri
kokoh ditegah batu karang yang dikelilingi sungai.
Pintu Benteng tertutup rapat, lambang tengkorak darah
yang seram dan menggidik-kan hati bertengger di depan pintu
benteng. Memandang bangunan seram itu Han siong Kie merasakan
pandangan matanya berapi2, darah panas bergelora dalam
dadanya, dendam berdarah atas kematian dua ratus jiwa
keluarga Han dan Thio membuat ia lupa akan kelihayannya. .
Ia memperhatikan sejenak Benteng Maut yang dianggap
orang sebagai istana kematian, ia kertak giginya kencang2
dan melayang kearah depan, melewati jembatan batu dan tiba
didepan pintu benteng . Tiga bulan berselang, ketika para jago dari kalangan Hek to
serta Pek to menyerbu kedalam Benteng Maut, ia berserta
adik angkatnya sipengemis cilik Tong hong Hwie telah
menonton jalannya pertarungan itu dari atas bukit, waktu itu
kendati didalam hati ada niat untuk membalas dendam tetapi
tidak memiliki kemampuan untuk berbuat demikian. Dan
sekarang tanpa disangka2 ia telah menemukan suatu peristiwa
aneh yang mana telah merubah dirimya menjadi sese-orang
yang lain. Dimana ia sanggup untuk datang mencari balas
tanpa bantuan orang lain.
Pikirnya didalam hati: "Kedatanganku kemari adalah untuk menuntut balas,
kehadiranku terang2an dan ter buka, kenapa aku tidak
berteriak dahulu melakukan penantangan?"...
Berpikir demikian ia lantas mengepos tenaga dan berteriak
dengan suara penuh kebencian:
"Tengkorak Maut orang yang datang untuk menuntut
hutang darah telah datang."
100 Berturut2 ia telah berteriak sebanyak tiga kali, namun tiada
suara sahutan dari dalam benteng.
Han siong Kie mendengus dingin, sepasang telapaknya
bergerak cepat dan segera melancarkan sebuah babatan
dahsyat kearah pintu benteng tadi.
sejak memperoleh tenaga kekuatan dari Long Koe sangjlen,
tenaga lweekang yang di miliki telah mencapai pada taraf
seratus tahun hasil latihan, bisa dibayangkan sampai
dimanakah hebatnya serangan yang diguna-kan dengan
segenap tenaga itu Disaat tenaga pukulannya yang dahsyat itu hampir
mengenai didepan pintu Benteng Maut itu, mendadak pintu
tadi terbuka kesamping diikuti segulung angin pukulan yang
dingin menggulung keluar dari balik pintu Benteng.
Begitu hebat angin serangan tadi hingga serangannya yang
dilancarkan dengan menggunakan segenap tenaga itu
mendadak tersapu lenyap tak berkekas.
Han siong Kie jadi amat terperanjat, tanpa sadar ia mundur
beberapa langkah ke belakang. Ketika berpaling kembali
terlihat-lah pintu Benteng yang gelap dan lembab itu telah
terbentang lebar, begitu gelapnya suasana didalam benteng
itu sehingga dengan kekuatan pandangan matanya tidak
berhasil juga untuk melihat keadaan di dalamnya. "Aku harus
menerjang kedalam" ingatan tersebut tiba2 muncul didalam
benaknya. Ditengah bentakan keras, Han siong Kie sambil mendorong
sepasang telapaknya kedepan melancarkan sebuah pukulan
yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak di tengah
samudra, sekali lagi ia menghantam pintu benteng tersebut,
disusul badannya laksana kilat berkelebat masuk kedalam
benteng. Blaaam.. ditengah suara ledakan keras. segulung desiran
angin tajam yang sangat kuat meluncur keluar dari dalam
101 benteng, begitu tajam angin serangan tersebut ketika
menyentuh dibadan terasa dingin dan merasuk ketulang sum
sum. Tanpa melihat siapakah pihak lawannya tubuh Han siong
Kie segera terpental mundur kebelakang sejauh lima tombak
lebih, ketika kakinya menginjak permukaan bumi dengan
sempoyongan badannya tergetar mundur kembali beberapa
sebelum akhirnya berhasil berdiri tegak, tawa dingin segera
menyerang kedalam badan membuat tubuhnya bergidik dan
bersin beberapa kali. "Eeei?"?" seruan kaget secara lamat2 berkumandang keluar
dari dalam benteng. Mungkin sanggulnya Han siong Kie menyambut datangnya
serangan angin cukulan berhawa dingin itu tanpa terluka telah
mengejutkan hati orang yang berada didalam benteng itu.
Menuntut balas atas sakit hatinya terhadap Benteng Maut
adalah pikiran pertama yang menyelimuti benak sianak muda
itu. sambil memandang pintu benteng yang seram, mengerikan
serta penuh diliputi kemisteriusan itu, Han siong Kie berdiri
termangu2. Tenaga lwekang yang dimiliki Benteng Maut benar2 sukar
dilukiskan dengan kata2. Didalam Benteng Maut, kecuali sipemilik Benteng itu si
Tengkorak maut, apakah masih ada orang lain?" suatu tanda
tanya besar. Tengkorak darah adalah lambang dari pemilik benteng
maut, sedangkan sipemilik benteng sendiri masih merupakan
suatu teka teki pula bagi umat Bu lim karena belum pernah
ada orang yang pernah menjumpai raut wajahnya yang
sebenarnya. Kalau dikatakan ada, maka orang2 itu telah
dibunuhnya dan mati semua...
102 satu2nya orang yang berhasil lolos dari benteng Maut
dalam keadaan hidup hanyalah si pengemis dari selatan serta
si padri dari utara, mungkin mereka pernah menyaksikan
wajah yang sebenarnya dari Tengkorak Maut. tetapi mereka
sudah terikat oleh sumpah dan janji, jelas tak mungkin rahasia
itu akan bocor dari mulut mereka berdua.
Dalam pada itu tekad untuk membalas dendam dari Han
siong Kie sama sekali tidak berkurang karena menyaksikan
kelihayan lawannya, setelah berdiri tertegun beberapa saat
lamanya per lahan2 ia maju kembali masuk kedalam benteng..
Gelak tertawa yang amat keras dan sangat memekikkan
telinga berkumandang keluar dari balik benteng...
Han siong Kie tergetar keras hatinya, dengan tanpa disadari
olehnya langkah yang sedang maju kedepan telah berhenti di
tengah jalan. suara tertawa itu makin lama semakin keras dan semakin
tajam, bagaikan ber-puluh2 bilah pisau belati ber sama2
dihujamkan ke dalam lubang telinganya.
Han siong Kie merasakan darah panas di dalam rongga
dadanya bergolak kencang, ia kaget dan sebera mengerti akan
mara bahaya yang sedang mengancam, hawa murninya
dengan cepat disalurkan dari pusar menuju keseluruh penjuru
badan. Bentaknya dengan suara yang keras laksana geledek:
"Tengkorak maut ayoh menggelinding ke luar dan serahkan
nyawamu" suara tertawa itu mendadak berhenti, suasana seketika
diliputi keheningan serta kesunyian, sama seperti tidak
nampak sesuatu gerakan apapun.
Han siong Kie dibawah pengaruh kobaran api dendam dan
rasa benci yang meluap tak sanggup untuk bersabar lebih
jauh, sekali lagi ia membentak keras: "Tengkorak maut siauw
ya datang kemari untuk menginjak rata benteng setanmu ini. "
103 suara tertawa dingin yang sinis dan penuh perasaan
memandang rendah bergema keluar dari dalam benteng
diikuti serentetan suara yang dingin menyeramkan
berkumandang keluar: "Bangsat cilik, kau adalah orang pertama yang berani
menantang Benteng maut untuk menuntut balas, memandang
diatas keberanianmu yang terpuji ini aku suka mengampuni
selembar jiwa kecilmu. Nah ayo cepat enyah dari sini" suara
peringatan itu se akan2 muncul dari daerah sekeliling sana
namun tak sesosok bayangan manusiapun yang kelihatan
muncul di tempat itu. Dengan gusar Han siong Kie mendengus ketus:
"Hmmm" Tengkorak maut mengapa kau tidak berani


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

unjukkan dirimu ?""
"Heeeh... heeeeah dikolong langit belum ada orang yang
berhak untuk memaksa lohu unjukkan diri"
"Tengkorak maut, hutang darah harus bayar darah, hari
kiamatmu telah tiba. "
"Tutup mulutmu Hardik suara tadi dengan ketus. Bocah
cilik yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi,
sepanjang hidupku loohu sudah banyak membunuh orang
tetapi semua orang yang kubunuh adalah manusia2 yang
patut dibasmi dari muka bumi. "
"Kentut busuk makmu keluarga Han...."
"Bicara tidak sopan Hmmm itulah artinya mencari kematian
buat diri sendiri, hey bocah tak tahu diri jangan salahkan kalau
loohu akan bertindak keji"
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu bergelegar disisi
telinga, segulung angin pukulan berhawa dingin segera
menggulung keluar dari balik pintu benteng.
104 Han siong Kie pernah merasakan kelihayan dari angin
pukulan berhawa dingin, wajahnya segera berubah hebat
sambil menghimpun segenap tenaga yang dimiliki-nya ia balas
melancarkan sebuah babatan ke arah depan ....
Blaaaaam... angin pukulan saling membentur satu sama
lainnya, terasalah hawa pukulan yang dilancarkan pihak lawan
begitu hebat dan mantap. bahkan mengandung hawa dingin
yang menusuk tulang membuat orang susah bernapas dan
dada terasa jadi sesak. Ditengah ledakkan dahsyat, Han siong Kie merasakan
badannya bagaikan tersambar guntur darah panas bergolak
dalam dadanya membuat kepalanya pusing tujuh keliling dan
pandangan matanya ber-kunang2 dengan sempoyongan
badannya mundur delapan depa ke belakang kemudian
setelah berhasil berdiri tegak dari mulutnya muntah keluar
darah segar. " Keparat cilik" suara si Tengkorak maut yang dingin dan
menyeramkan itu kembali berkumandang keluar "Tidak aneh
kalau kau begitu jumawa dan tekebur, kiranya kau masih
punya sedikit simpanan juga. Hmm.. kau adalah satu2nya
orang yang sanggup menerima datangnya angin pukulan "Han
Pok Ciang" dari loohu tanpa menemui ajalnya tetapi...
walaupun begitu masih terpaut jauh kalau kau ingin
mengandalkan kepandaian-mu itu untuk membalas dendam,
sekarang aku akan memberikan kesempatan yang paling akhir
bagimu untuk mengundurkan diri dari sini, cepat enyah"
Air muka Han siong Kie berubah jadi merah padam
bagaikan darah, dengan pandangan nanar dan wajah
menyeringai seram ia mendengus dingin, teriaknya:
"Tengkorak Maut, beranikah kau unjukan diri untuk
bertempur mati-matian melawan siau-ya?""
"Kau belum pantas untuk berbuat demikian:"
105 Api dendam dan rasa benci membakar dada Han siong Kie,
ia telah melupakan akan keselamatannya. Dengan suara serak
teriak. "Tengkorak maut, pada suatu hari aku akan datang untuk
menginjak rata Benteng maut- mu ini, akan kuhancur leburkan
tempat mu ini agar kau tiada tempat untuk bermukim.. "
"Heeeh... heeeh... heeeh... apakah kau mempunyai
kesempatan untuk berbuat begitu?"".
"Asal aku tidak mati, aku bisa datang kemari untuk berbuat
demikian..". "Tetapi sayang seribu kali sayang, saat kematianmu telah
tiba. loohu sudah dua kali mengampuni jiwamu tetapi kau
masih saja tak tahu diri dan kini..".
"Sekarang bagaimana?""
"Mengingat kau adalah seorang angkatan muda yang
berdarah panas, kuhadiahkan sebuah bangkai yang utuh".
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, sebuah angin
pukulan yang maha hebat laksana gulungan ombak ditengah
samudra meluncur datang kembali.. begitu dahsyat serangan
yang dilancarkan itu hingga siapa pun yang melihat hatinya
pasti akan ikut merasa bergidik.
Dalam keadaan sehat belum tentu Han siong Kie dapat
menyambut datangnya serangan yang sangat hebat itu,
apalagi didalam keadaan terluka parah...di tengah jeritan ngeri
yang menyayatkan hati, tubuhnya terpental ketengah udara
dan meluncur ke arah tengah sungai.
Pluung.. ombak menggulung dan bunga air bermuncratan
ke empat penjuru, dalam sekejap mata bayangan tubuh si
anak muda itu sudah tertelan ditengah ombak dan lenyap tak
berbekas. 106 Pintu depan Benteng Maut yang hitam pekat dan berat per
lahan2 menutup kembali. suasana di sekeliling tempat itu pulih kembali dalam
kesunyian dan keheningan, seakan2 tak pernah terjadi suatu
peristiwa apapun ditempat itu...
Dalam pada itu Han siong Kie yang terlempar kedalam
sungai segera jatuh tak sadarkan diri
Menanti ia sadar kembali dari pingsannya dan membuka
sepasang matanya, terasalah bau harum semerbak berhembus
lewat di sekitar tempat itu, rupanya ia sedang berbaring diatas
sebuah pembaringan yang jangat indah dengan kelambu yang
tipis dan sprei bersulamkan bunga.
Ditinjau dari keadaan disekeliling sana, jelas kamar itu
adalah tempat tidur dari seorang wanita. Ingatan pertama
yang muncul didalam benaknya adalah:
"Aku telah tertolong, jiwaku masih tetap hidup didalam
tubuhku dan aku tidak sampai terkubur diperut ikan...
harapanku untuk membalas dendam masih ada. Tanpa sadar
ia bergumam seorang diri. "Aku belum mati, aku belum
mati..." "Benar siangkong, kau belum mati " serentetan suara yang
merdu menyambung dari sisi tubuhnya, Han siong Kie
terperanjat dan segera alihkan sinar matanya kes isi
pembaringan, tampaklah di depan toilet duduk seorang gadis
muda, rupanya ucapan tadi adalah berasal dari mulutnya.
Dalam benaknya segera timbul ingatan kedua.
"Aku telah tertolong oleh seorang gadis, oooh perempuan...
perempuan..." Hatinya terasa amat sedih sekali, sebab dalam benaknya ia
merasa amat benci dan muak terhadap kaum wanita karena
ibunya si siang Goo cantik ong coei Ing tanpa memikirkan
dendam kesumat keluarganya yang sedalam lautan telah
107 kawin lagi dengan Thian chee kauwcu, oleh sebab itu ia amat
membenci seluruh perempuan yang ada di kolong langit.
si anak muda itu sebera mendengus dan bangun dari
tidurnya. terasa seluruh tulang dan persendian tubuhnya amat
sakit bagaikan patah, hawa dingin yang menggidikkan
menyusup keluar dari balik jalan darah menyebar keseluruh
tubuhnya. Ia sadar bahwa racun dingin dari angin pukulan "Han Pok
Ciang" yang dilancarkan pemilik benteng Maut telah bersarang
didalam tubuhnya. Ia tak tahu bahwa berkat tenaga lweekang yang
diperolehnya dari kura2 sakti serta sumber air mujarab yang
telah mengganti tulang dan kulitnya, ia baru selamat lolos dari
bahaya maut kendati harus menerima dua buah pukulan yang
maha dahsyat, berganti orang lain niscaya sedari dulu jiwanya
telah melayang meninggakan raganya.
"siangkong, kau tak boleh bangun" gadis itu kembali
berseru dengan nada merdu.
Han siong Kie tidak ingin menerima belas kasihan
lawannya, sambil berkeras kepala ia berusaha untuk bangkit
dari tempat tidurnya. "Nona, apakah kau yang telah menolong
cayhe?" " tegurnya ketus.
"Bukan bukan aku yang menolong..".
"Lalu siapa?"..".
"Nona kami yang telah menyelamatkan selembar jiwamu".
"ooooh siapakah nama nonamu itu?" bolehkah kau
beritahukan kepadaku.".
"Nonaku bernama.... Aaah, itu dia telah datang"
Terlihatlah horden disingkap orang disusul munculnya
sesosok bayangan tubuh yang ramping melangkah masuk ke
dalam kamar. 108 Han siong Kie segera merasakan jantungnya berdebar
keras, ia merasa wajahnya berubah jadi merah padam dan
rikuh sekali, andaikata disana ada lubang ingin sekali ia
menerobosnya kedalam. "Swi siang, bagaimana keadaan siangkong itu " terdengar
gadis ramping yang barusan masuk itu menegur.
Dayang yang bernama swie siang dan selama ini berada
didalam kamar itu sebera menyahut:
"Siangkong telah sadar kembali ia sedang menanyakan diri
nona..." "Ehmm, sudah tahu, cepat ambillah kuah bunga teratai dan
berikan kepada siangkong"
Mendengarkan ucapan yang merdu bagaikan kicauan
burung nuri itu Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar
semakin keras, saking gelisahnya keringat dingin mengucur
keluar membasahi seluruh tubuhnya tanpa memperdulikan
rasa sakit yang menyerang tubuhnya lagi ia sebera merangkak
bangun dari atas pembaringan.
Mendadak pandangan matanya terasa cerah dihadapan
mukanya berdirilah seorang gadis muda berbaju hijau yang
amat cantik, sepasang biji matanya yang jeli dengan
kemalu2an sedang menatap kearahnya tanpa berkedip.
Han siong Kie merasa hatinya bergetar semakin keras,
buru2 ia tundukkan kepala-nya rendah2, Terlihatlah pakaian
yang dikenakan olehnya telah ditukar dengan seperangkat
pakaian baru. Untuk kesekian kalinya sianak muda itu berdiri tertegun,
akhirnya sambil menggertak gigi tanyanya:
"Apakah nona yang telah menolong cayhe?"?"
109 "sedikitpun tidak salah, kejadian itu hanya berlangsung
secara kebetulan saja, harap siangkong tak usah
memikirkannya didalam hati. "
"Tolong tanya siapakah nama nona?"".
"Aku bernama Go siauw Bie, dan siangkong?" siapa
namamu?"?" Teringat bahwa gadis yang berada dihadapannya adalah
orang yang telah menyelamatkan jiwanya, terpaksa Han siong
Kie menjawab sejujurnya: "Cayhe she Han bernama siong Kie"
"ooooh, kiranya Han siangkong" kenapa sih kau tercebur
kedalam sungai?"?"
"Tentang soal ini, tentang soal ini cayhe telah bertempur
melawan seseorang dan kurang beruntung aku menderita
kalah dan terluka lalu dilemparkan kedalam sungai... untung
jiwa cayhe berhasil diselamatkan oleh nona, dikemudian hari
cayhe pasti akan membalas budi kebaikan ini, dan sekarang..
cayhe ingin mohon diri terlebih dahulu..".
Belum habis ia berkata, dayang tadi dengan wajah berseriseri
telah muncul kembali didalam kamar sambil membawa
semangkok kuah bunga teratai, ujarnya sembari meletakka
mang kok tadi keatas meja: "siangkong, silahkan. "
Han siong Kie merasakan wajahnya semakin panas
membara, jantungnya berdebar keras setelah gelagapan
beberapa saat lamanya ia baru berseru:
"Cayhe masih ada urusan lain yang harus dikerjakan
dengan cepat, karena itu. karena itu aku ingin mohon diri
terlebih dahulu" Mendengar perkataan itu GosiauwBits tertawa
hambar: 110 "Han siangkong, lukamu belum sembuh betul dan tidak
baik untuk dibuat melakukan perjalanan, beristirahatlah
beberapa hari dulu disini kemudian baru berangkat."
"Tidak Tidak maksud baik nona biarlah cayhe terima
didalam hati saja, dikemudian hari aku akan membalas budi
kebaikanmu itu" "Han siangkong, kenapa kau mesti membicarakan soal
balas budi segala macam persoalan yang tak berguna?""
apakah kau tidak merasa terlalu pandang rendah diriku?"
Tempat ini adalah pesanggrahan yang dimiliki mendiang
ayahku, orang asing tak akan berani masuk ketempat ini. aku
rasa disinilah merupakan tempat yang paling cocok untuk
merawat luka. sudahlah...kau tak usah memikirkan yang
bukan2 lagi". "Ayahmu adalah....".
"Ketua dari perkumpulan Pat Gie Pang. Go Yoe Too" sahut
Go siauBie dengan wajah sedih.
Mendadak Han siong Kie teringat kembali akan peristiwa
yang dijumpainya sewaktu ia berada didalam tandu tiga bulan
berselang, tanpa sadar segera serunya:
"Apakah ayahmu dibunuh oleh si kupu2 warna warni Lie In
hiang sang Tongcu dari perkumpulan Thian chee kauw?"".
"Dari mana siangkong bisa mengetahui akan hal ini?""
tanya Go siauw Bie dengan hati terkesiap. badannya tanpa
sadar mundur selangkah kebelakang, sepasang biji matanya
terbelalak lebar2. "Tiga bulan berselang cayhe telah menyaksikan sendiri
Kang lam Ciet Keay tujuh pendekar aneh dari Kang lam
menuntut balas terhadap diri si kupu2 warna warni Lie In
hiang, dari pembicaraan mereka cayhe dengar bahwa ketujuh
orang pendekar itu sedang menuntut keadilan bagi mendiang
ayahmu, sungguh celaka..."
111 "Benar, Kanglam Chiet Keay adalah sahabat karib dari
mendiang ayahku" seru Go siauw Bie sambil menggertak
giginya, "Sungguh tak nyana mereka mati berceceran
ditengah jalan raya, dendam kesumat berdarah yang
dalamnya melebihi samudra ini aku Go siauw Bie bersumpah
hendak menuntut balas, Kalau tidak bagaimana aku bisa
menghibur sukma ayahku serta ketujuh orang paman yang
telah berada dialam baka".
Mendengar sampai disini, satu pikiran dengan cepat
berkelebat didalam benak Han siong Kie, batinnya:


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"si kupu2 warna warni Lie In Hiang pernah menangkap
diriku bahkan memerseni pula dua kali tempelengan dipipiku,
bagaimana-punjuga hutang piutang ini harus kutuntut balas,
ketapa aku tidak berusaha untuk menangkap dirinya kemudian
diserah-kan kepada Go siauw Bie?" hitung-hitung kubalas budi
pertolongannya menyelamatkan jiwaku, dengan demikian
bukankah antara kami tidak saling hutang?" Benar ini adalah
suatu ide yang sangat bagus, aku harus selekasnya melakukan
tindakan ini" setelah mengambil keputusan didalam hatinya terasalah
pikiran dan perkataan pemuda itujauh lebih enteng beberapa
bagian. "Siangkong, kuah teratai itu sudah hampir dingin" tiba2
terdengar swie sian si dayang menyela. " Cepatlah dimakan
untuk mengisi perut, kau sudah dua hari tidak makan tidak
minum." "Dua hari?" aku telah berbaring dua hari disini?"" seru Han
siong Kie tertegun. "Sedikitpun tidak salah " sambung Go siauw Bie dengan
cepat. Han siong Kie merasa hatinya semakin sedih lagi, ia sangat
membenci kaum wanita, tetapi justru perempuanlah yang
telah melepaskan budi kebaikan kepadanya, ia merasa
112 kepalanya pusing tujuh keliling dan seolah2 duduk di atas
jarum, sedetikpun tidak terasa tenteram.
Buru2 ia bangun berdiri dan menjura. "Nona Go, cayhe
hendak mohon diri" katanya.
"Han siangkong, mengapa kau ter buru2 hendak
meninggalkan tempat ini?"..." tanya Go siauw Bie dengan
sedih, sekilas perasaan aneh berkelebat diatas wajahnya.
"Cayhe masih ada urusan penting hendak dikerjakan..".
"Tetapi luka dalam yang kau derita toh belum sembuh
sekali?"..". "Tidak mengapa luka kecil yang kuderita bukan merupakan
satu persoalan yang penting. Budi kebaikan nona di kemudian
hari pasti akan kubalas". Habis berkata ia segera putar badan
dan berlalu. Bibir Go siauw Bie bergetar seperti mau mengucapkan
sesuatu, tetapi ia merasa tidak enak untuk menghalanginya,
maka dengan rada sedih segera ujarnya: "Han siangkong,
apakah kita dapat saling berjumpa lagi?"".
"Mungkin bisa "jawab sianak muda itu sekenanya. "Nona,
baik2lah berjaga diri, selamat tinggal."
Ketika ucapan terakhir diutarakan keluar, tubuhnya sudah
berada didepan pintu kamar.
"Swie Sian, hantar Han Siangkong keluar. "
"Baik" Swie Sian mengiakan dan segera berialu dari
ruangan. Dengan berjalan didepan Han siong Kie, dayang itu
membawa pemuda tersebut melewati serambi panjang dan
menuju ketempat luar. Dari arah belakang terdengar Go siauw
Bie menghela napas panjang.
113 Han Siong Kiepura2 tidak mendengar, dengan kepala
tertunduk ia berjalan mengi-kuti dibelakang dayang tadi, tidak
selang beberapa saat kemudian sampailah dia diluar pintu.
Tampaklah diluar pintu terpancang sebuah papan nama
yang bertulisan beberapa huruf: Pesangrahan "Teng To Siauw
coe" segera pikirnya didalam hati:
"Sungguh indah nama pesangrahan ini. " Iapun berpaling
dan berkata: "Nona, silahkan kembali tak usah menghantar
lebih jauh lagi..." "Huuuh "Swie Siam mencibirkan bibirnya. "Han siang kong,
kau telah mengecewakan nona kami...."
Tergetar keras hati Han Siong Kie, buru tukasnya:
"cayhe masih mampu untuk membedakan mana budi dan
mana dendam, siapa yang pernah melepaskan budi kepadaku
suatu ketika pasti akan kubalas. Selamat tinggal".
Sambil enjotkan badannya, laksana kilat yang bergeletar
diangkasa badannya segera meluncur kearah depan.
Tidak jauh dari luar pintu artalah sungai besar, rupanya
pesanggrahan "Teng To Siauw coe " ini didirikan ditepi sungai
yang berdekatan dengan jalan raya.
Sepanjang perjalanan mengikuti tepi sungai, benak Han
Siong Kie diliputi oleh pelbagai persoalan yang merumitkan
otaknya. -ooodw0kzooo- BAB 07 KEPANDAIAN silat yang dimiliki Tengkorak Maut luar biasa
dahsyatnya, untuk membalas dendam kecuali ia berhasil
menemukan kitab pusaka sarung tangan Budha "Hoed Chiu
Poo Pit" sebelah lain yang ditinggalkan Leng Koe sangjlen dan
114 berhasil melatih ilmu sakti see Mi sinkang. Tetapi kejadian ini
sukar ditemui dan harapannya tipis sekali.
sepuluh tahun berselang ketika keluarga-nya menghadapi
bencana, hanya ibunya yang tidak mati, inipun merupakan
suatu teka-teki yang belum terpecahkan hingga kini, apa
sebabnya Tengkorak Maut hanya meninggalkan dia sendiri
untuk melanjutkan hidup,nya"
Thio susiok rela mengorbankan jiwa putranya untuk
menyelamatkan selembar jiwanya, budi kebaikan ini tinggi
bagaikan gunung Thay san sedang dia sendiri ikut menemui
bencana dan mati. sesaat sebelum membunuh diri Thio susiok telah berkata
bahwa kesemuanya itu adalah perintah gurunya, bahkan ber
kali2 peringatkan dirinya agar jangan membalas dendam dan
tak boleh mengubur tengkorak manusia itu apa sebabnya?"..
apa sebabnya?".. apakah dia menganggap bahwa musuhnya
terlalu lihay dan tipis sekali harapannya untuk membalas
dendam?"" Makin dipikir kepalanya terasa semakin pusing hingga sakit
sekali dan mau meledak rasanya.
sesosok bayangan yang ramping dengan raut wajah yang
cantik terlintas didalam benaknya. itulah bayangan tubuh dari
GosiauwBie. Tanpa terasa ia men-depak2 kakinya ke atas tanah,
gumamnya seorang diri: "Mengapa aku bisa memikirkan dirinya?" oooh perempuan,
perempuan.. makhluk yang paling kejam dikolong langit
Tidak... tidak aku harus melupakan dirinya, aku harus
secepatnya menemukan musuh besar-nya dan membalas budi
kebaikan yang telah ia lepaskan terhadap diriku, agar kita
masing2 tidak saling berhutang" Iapun teringat kembali akan
saudara angkatnya si pengemis cilik Tong hong Hwie. sisi jalan
raya terbentang sebuah hutan yang amat lebat.
115 Dalam pusingnya Han siong Kie segera meluncur masuk
kedalam hutan itu dan duduk beristirahat disuatu tempat yang
sunyi guna mengobati luka dalam yang diderita-nya.
Dengan mengandalkan tenaga lweekang hasil latihan
seratus tahun yang diperolehnya dari Leng Koe siangjin
ditambah pula sumber air mujarab yang telah cuci darah
pengganti tulang tubuhnya tidak sulit bagi sianak muda itu
untuk mengobati luka dalamnya yang sudah separuh sembuh
itu. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian ia telah
menyelesaikan latihannya, luka yang dideritapun sudah
sembuh kembali seperti sedia kala. Han siong Kie pun bangkit
berdiri siap berlalu. Mendadak serentetan suara teguran berkumandang datang
dari belakang tubuhnya: "Jangan bergerak" diikuti sebuah telapak tangan telah
ditempelkan diatas jalan darah "GiokJan-hiat" pada batok
kepalanya. suara bentakan itu nyaring dan merdu jelas berasal dari
mulut seorang wanita. Betapa terkejutnya hati Han siong Kle sehingga sukar
dilukiskan dengan kata2, rupanya perempuan itu sudah lama
mengincar dan mengawasi gerak geriknya, tetapi apa maksud
sebenarnya dari pihak lawan"
Dirinya belum lama terjunkan diri kedalam dunia persilatan,
tak pernah mengikat dendam sakit hati dengan siapapun,
andaikata perempuan itu ada maksud mencelakai jiwanya
bukankah ketika ia sedang menyembuhkan lukanya tadi
merupakan kesempatan yang paling baik untuk turun
tangan?" asal sebuah jari tangannya ditotokkan keatas
tubuhnya niscaya ia bakal putus nyawa dan mati.
116 Terdengar perempuan itu tertawa terkekeh-kekeh,
kemudian menegur: "Apakah kau bernama Han siong Kie ?"?"
si anak muda itu merasa amat terperanjat, segera pikirnya:
"sungguh aneh, dari mana ia bisa tahu akan namaku?"" "
Berpikir demikian iapun lantas menyahut dengan suara
dingin lagi ketus. "Kalau benar mau apa?""
"Apakah ayahmu bernama Han see Wie?""
Han siong Kie merasa hatinya terkesiap. jelas asal usul
perempuan ini mencurigakan sekali maka bentaknya keras2:
"siapa kau?"" "
"Aku?" Hiiih hiih hiih , . . aku bernama Yon sim Jien."
"Apa?" namamu orang yang ada maksud" "
"sedikitpun tidak salah".
"Kau bohong nama itu tidak mirip dengan nama seorang
manusia." "Percaya atau tidak, terserah pada diri sendiri"
"Apa yang siap hendak kau lakukan?" "
"Jawab semua pertanyaan yang kuajukan kepadamu,
benarkah ayahmu bernama Han see Wie?""
Dalam benak Han siong Kie kembali terlintas pemandangan
seram dalam perkampungan Keluarga Han. dimana ayahnya
menggeletak mati didalam ruang tamu.
Dua ratus orang anggota keluarganya kecuali ibunya tak
seorangpun yang lolos dalam keadaan hidup.
Peristiwa tragis itu sudah terjadi belasan tahun berselang
dan kalau didengar dari nada suara perempuan itu jelas masih
117 muda, tapi dari mana ia tahu dari mana ia bisa tahu asal
usulnya?"Jangan2 dia adalah...
Berpikir sampai disitu tanpa terasa hatinya bergidik dan
bulu kuduknya pada bangun berdiri sambil menggertak gigi
sekali lagi bentaknya: "Sebenarnya siapa kau ?"" "
"Yoe sim Jien si manusia yang ada maksud.."
"Kalau kau berani bohongi lagi aku"
"Kau ingin apa?"" "
" Kubunuh kau saat ini juga "
"Hiiih hiiiih hiiiih mampukah kau berbuat begitu?" sekarang
selembar jiwamu telah di ujung telapakku "
Tanpa sadar Han siong Kie tarik napas dingin, serunya
dengan nada gemas: "Utarakan maksud tujuanmu aku ingin
tahu apa yang kau kehendaki terhadap diriku"
"Aku ingin tahu apakah kau keturunan dari Han see Wie?""
"sedikitpun tidak salah kau mau apa?""
"Bagus sekali aku hendak memerintahkan dirimu janganlah
sekali2 mencari pemilik Benteng Maut untuk membalas
dendam" "Hmm kenapa aku tak boleh membunuh bajingan itu?""
dengus Han siong Kie dengan penuh bencian.
"sebab pemilik Benteng Maut bukanlah musuh besarmu"
Jantung Han siong Kle terasa berdebar dengan kerasnya,
kalau ditinjau dari nada ucapan itu rupanya Yoe simJiem si
manusia yang ada maksud ini kemungkinan besar adalah anak
buah Benteng Maut yang sengaja membohongi dirinya agar
mengurungkan niatnya untuk membalas dendam.
-000Dewi0kz000- 118 Jilid 4 BERPIKIR akan hal itu dia segera tertawa dingin
"Heeeh..heeeh..heeeh... dari mana kau bisa tahu kalau si
pemilik Benteng Maut bukanlah musuh besarku?""
"Aku mendapat titipan dari seseorang untuk menyampaikan
kabar berita ini kepadamu."
"Kau mendapat titipan dari siapa?""
"Dikemudian hari kau bakal mengetahui sendiri"
"Omong kosong aku Han Siong Kle selama masih bisa
bernapas dikolong langit tak nanti ada orang yang sanggup
untuk menghalangi niatku untuk menuntut balas terhadap
Benteng Maut" . " Kurang ajar jadi kau pingin mati?"?".
"silahkan turun tangan jangan kau angap aku jeri
menghadapi kematian..." teriak si anak muda itu dengan
angkuh. Menyaksikan keteguhan serta kekerasan hati pemuda she
Han itu akhirnya Yoe sim Jien menghela napas panjang.
"Aaaai Han siong Kie percayalah perkataanku apa yang
kuucapkan adalah yang sebenarnya"
Untuk beberapa saat lamanya Han siong Kie merasakan
pikiranannya jadi kalut dan kacau tak menentu ia tak habis
mengeti tentang asal usul dari perempuan yang menyebut
dirinya "Yoe sim Jien" ini.
Jie susioknya Thio Lien sesaat sebelum bunuh diri juga
berpesan padanya agar ia jangan membalas dendam, dua
orang yang berbeda mengapa mengucapkan kata2 yang
sama?" Mengapa?"" .. Mengapa?""... ,
119 Bukankah diatas dinding ruang tamunya dengan jelas
tertera sebuah lukisan tengkorak darah?"" bukankah
tengkorak darah itu adalah lambang dari pemilik Benteng
Maut?"" Kesemuanya toh sudah jelas dan kenyataan membuktikan
bahwa si pemilik Benteng Maut adalah musuh besarnya,
mengapa Yoe sim Jien mengatakan bukan?"" Teka-teki suatu
teka teki yang amat sulit dipecahkan.
" Han siong Kie" terdengar perempuan itu berkata kembali.
"Perkataan tersebut telah kusampaikan padamu, mau percaya
atau tidak itu terserah pada dirimu sendiri"
"Nona kalau kau tidak mengutarakan kenyataan yang
sesungguhnya, sulit bagi cayhe untuk mempercayai


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perkataanmu itu" . "Aku hanya mendapat perintah untuk menyampaikan
ucapan ini kepadamu, tentang soal yang lain maafkanlah
diriku sebab aku tak dapat menyampaikannya kepadamu"
"Hmmm Yoe sim Jien, apakah kau hendak mencabut
selembar jiwa cayhe?"...".
"Aku rasa tiada perlunya kucabut selembar jiwamu"
" Kalau memang begitu mengapa kau tidak lepaskan
ancamanmu dan mari kita berbicara dengan saling
berhadapan muka?""
"Aku masih ada pertanyaan yang hendak diajukan
kepadamu" " Kalau begitu cepatlah diutarakan keluar "
"Benarkah kau amat membenci kaum wanita?"?".
Tanpa sadar untuk kesekian kalinya Han siong Kle
merasakan hatinya bergetar keras, kejadian ini benar2 aneh
dan tak masuk di akal, darimana ia bisa tahu dengan begitu
jelas akan sifat2nya?""
120 sianak muda itu masih teringat bahwa perkataan semacam
itu hanya pernah diucapkan satu kali terhidap diri adik
angkatnya Tonghong Hwie, darimana diapun bisa tahu akan
hal ini?"" "sedikitpun tidak salah" tanpa sadar ia menyahut dengan
tegas. "Mengapa ?"".
"setiap orang mempunyai tabiat dan kesukaan yang berbeda2,
buat apa kau tanyakan kepadaku mengapa aku
membenci kaum wanita yang ada di kolong langit".
"Tetapi tabiatmu ini boleh dibilang tidak masuk diakal,
kecuali kalau kau pernah mengalami suatu kejadian yang amat
menyakitkan hati karena perempuan atau mungkin karena hati
sanubarimu tergores luka oleh seorang wanita. Tetapi... walau
begitu tidaklah pantas kalau kau membenci semua perempuan
yang ada dikolong laagit".
"Cayhe tidak ingin membicarakan tentang persoalan ini".
"Tetapi nonamu merasa suka sekali membicarakan tentang
masalah ini?"..".
"Kalau begitu bicarakanlah seorang diri".
"Jangan lupa bahwa selembar jiwamu saat ini masih berada
di dalam kekuasaanku".
"Cayhe tidak suka digertak apalagi dengan di ancam oleh
seseorang untuk melakukan sesuatu".
"Ini kenyataan bukan gertak sambal belaka, jangan lupa
nama nonamu adalah " Yoe sim Jien" seseorang yang
mempunyai maksud tertentu, atau dengan perkataan lain
kehadiranku kemari adalah disebabkan ada maksud2 tertentu,
aku rasa kau pasti mengerti bukan arti dari perkataanku" .
Han siong Kiejadi gusar dan gemas sehabis mendengar
perkataan itu, deagan sikap jumawa dan congkak serunya:
121 " Kalau memang begitu, utarakanlah maksud tujuanmu
datang kemari". Dengan bangga Yoe sim Jien tertawa ringan.
"Pertama, aku mendapat titipan dari seseorang untuk
menyampaikan kabar kepadamu bahwa kau dilarang mencari
balas terhadap si Tengkorak Maut, ke ...."..
"sudah kukatakan kepadamu tak mungkin aku penuhi
keinginanmu itu kecuali..." bicara sampai disini mendadak
sianak muda itu membungkam.
" Kecuali kenapa?""
" Ceritakan keadaan yang sebenarnya telah terjadi dan
tunjukanlah siapakah pembunuh yang sebenarnya"
"Dewasa ini tak mungkin hal itu kukatakan padamu tetapi
dikemudian hari kau akan menjadi paham sendiri"
"Kalau memang begitu lebih baik kau jangan banyak bicara
lagi dengan diriku" "suka mendengarkan atau tidak itu urusanmu sendiri tetapi
aku tidak memperi-ngatkan dirimu gerak gerik yang gegabah
dan ngawur kadang kala bisa membuat dirimu merasa
menyesal" "Haaaah...haaah...haah... tindakan gegabah dan ngawur?""
aku orang she Han selamanya tak akan merasa menyesal"
"Baik kalau begitu dengarkan persoalan yang kedua selama
kau melakukan perjalanan didalam dunia persilatan janganlah
sekali2 kau membicarakan tentang asal usulmu kepada orang
lain" Han siong Kie berdiri tertegun, jantungnya berdebar keras
dan matanya terbelalak lebar. Perkataan tersebut pernah
diucapkan pula oleh susioknya si telapak naga beracun Thio
Llen terhadap dirinya, sayang pada waktu itu ia tak sempat
menanyakan alasannya, dan sekarang " Yoe sim Jien"
mengulangi kembali perkataan itu, ia jadi bimbang dan ragu.
122 Bagaimanapun juga otaknya diputar namun selalu tak
berhasil menemukan jawaban yang tepat,
Hingga akhirnya tak tahan lagi ia berteriak keras:
"Katakanlah kepadaku, siapakah sebenar-nya kau?"?"
"Yoe sim Jien, simanusia yang ada maksud".
"Bukan" teriak sianak muda itu.
"Eeei... aneh benar kau ini, dengan andalkan apa kau bisa
mengatakan bahwa aku tidak bernama itu?""
Han siong Kie terbungkam dalam seribu bahasa, dalam hati
ia merasa jengkel dan benci hingga giginya gemerutukan
keras. "Han siong Kie, ingat baik2" kata Yoe sim Jien dengan
suara berat. "sekali lagi kuulangi perkataanku, pertama,
janganlah mencari balas terhadap diri si Tengkorak maut.
Kedua, janganlah kau ceritakan asal-usulmu kepada siapapun
juga. Nah sampai jumpa lain waktu".
Han siong Kie merasakan telapak tangan yang menempel
diatas batok kepalanya tiba2 menggeser, buru2 ia meloncat
bangun dan putar badan, tampaklah sesopok bayangan
manusia bewarna putih sedang menyusup kedaLam
pepohonan yang lebat. "Hey, Yoe sim Jien. ..tunggu sebentar"
segera teriaknya. Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang lihay
cepat2 ia melayang kedepan melakukan pengejaran, tetapi
ketika ia tiba ditengah hutan bayangan manusia berbaju putih
tadi telah lenyap tak berbekas.
Dengan hati murung dan kesal ia berhenti mengejar, dan
mulai memikirkan kembali apa yang barusan dikatakan oleh
"Yoe sim Jien". sebenarnya siapakah dia?" dan berasal dari
mana?"" 123 Ia telah mendapat pesan dari siapa untuk menyampaikan
kata2 itu kepada nya?"" Mengapa ia bisa begitujelas
mengetahui akan asal usulnya?"
sianak muda itu tak sanggup untuk memecahkan rahasia
ini, atau boleh dibilang tak sedikit keteranganpun yang
terdapat dibenaknya, semua kejadian dirasakan berlangsung
terlalu aneh hingga mendekati suatu keadaan yang hampir
saja tak dapat dipercaya olehnya.
Benarkah Yoe sim Jien menyampaikan kata-kata tersebut
padanya karena memperoleh pesan dari orang lain" atau dia
memang mempunyai rencana tertentu?"?"
Andaikata dia adalah seorang sahabat maka perkembangan
dari persoalan ini cukup membuat orang bingung dan tak
habis mengerti, sebaliknya kalau dia adalah seorang musuh..
kedudukannya jadi menakutkan sekali.
Yoe sim Jien manusia yang punya maksud sudah jelas
nama ini hanyalah nama samaran yang menunjukan bahwa
kedatangannya memang membawa maksud2 tertentu. Aaah
bagaimanapun yang akan terjadi dendam sakit hati tersebut
harus dituntut balas. sampai keujung langit kedasar samudrapun ia harus
temukan sarung tangan yang sebelah lain dari Hoed Chiu Poo
Pit tersebut, kalau tidak maka rencananya untuk membalas
dendam sudah pasti akan menemui kegagalan total sebab
kepandaian silat yang dimiliki pemilik Benteng Maut jauh lebih
tinggi beberapa kali lipat daripada dirinya.
Tetapi... kemanakah ia harus mencari sarung tangan budha
yang merupakan benda mustika dunia persilatan yang di
idam2kan oleh setiap umat Bu-lim itu?"?"
Dengan ter-manggu2 ia berdiri mematung disitu, lama...
lama sekali baru menggerak-kan badannya menembusi hutan
belukar dan berjalan tanpa arah tujuan.
124 Langit perlahan2 menjadi gelap malam yang sunyi telah
menyelimuti jagad. Kegelapan mulai mencengkam hutan belukar itu hingga
sukar untuk melihat ke lima jari sendiri, pekikan burung hantu
menambah seramnya suasana ditengah malam buta.
Dengan mengandalkan kesempurnaan tenaga dalamnya
Han siong Kie meneruskan perjalanannya menembusi hutan
yang amat lebat itu. Ucapan dari Yoe simJim tiada hentinya berkecamuk didalam
benaknya membuat ia semakin kesal dan pusing.
Habis gelap terbitlah terang, fajar telah menyingsing dan
cahaya sang surya mulai mucul diufuk timur.
Akhirnya hutan itu tiba juga sampai diujungnya diluar
hutan tampak berdiri sebuah kuil yang telah lapuk dimakan
usia. saat itulah ia mulai merasa lapar dan haus, segera pikirnya
didalam hati: "Coba aku cari sedikit makanan didalam kuil itu, mungkin
disana ada kaum padri yang suka menolong...".
siapa tahu ketika ia tiba didepan kuil, terlihatlah pintu
rumah berhala itu terkunci rapat, sebuah gembok besi yang
sudah karatan tergantung didepan pintu, hal ini membuktikan
kalau kuil tersebut sudah lama tidak dihuni orang.
Dengan kecewa ia gelengkan kepalanya, sementara ia
putar badan hendak berlalu mendadak...
suara dengusan berat secara lapat2 berkumandang keluar
dari balik ruang kuil.. "Aaah, bukankah kuil ini sudah jelas
merupakan sebuah kuil kosong yang tak berpenghuni?"
kenapa ada orang mendengus berat didalam ruangan
tersebut?"?" pikir sianak muda itu.
125 Dengan cepat ia pasang telinga untuk mendengarkan
dengan lebih seksama, tetapi suara tadi telah berhenti.
"Jangan jangan aku sudah salah mendengar?"" kembali
Han siong Kie berpikir dengan perasaan sangsi "Tapi... tak
mungkin salah dengan jelas aku dengar bahwa suara-nya itu
berkumandang dari mulut seseorang yang sedang menderita
luka parah... Dibawah desakan rasa ingin tahu yang makin menebal
akhirnya diambil keputusan untuk mengintip kedalam, tanpa
berpikir panjang lagi si anak muda itu enjotkan badannya
melayang masuk kedalam kuil.
Tumbuhan ilalang memenuhi seluruh lantai setinggi
manusia, keadaan dari ruangan kuil telah porak poranda
membuat siapapun yang berada disitu ikut merasa bergidik
dan seram. suara dengusan berat kembali berkumandang datang
memecahkan kesunyian kali ini kesadarannya lebih jelas lagi
dan rupanya muncul dari ruangan sebelah timur.
Dengan cepat Han siong Kie enjotkan badannya melayang
keruang sebelah timur, baru saja kakinya melangkah masuk
ke dalam ruangan tak tertahan lagi ia menjerit kaget.
Tampaklah diatas lantai ruang kuil menggeletak sesosok
tubuh manusia yang penuh berlepotan darah, ketika ia
memandang lebih seksama lagi siapakah orang yang terluka
itu air mukanya segera berubah hebat.
si pengemis tua berambut putih yang menggeletak dalam
keadaan terluka parah itu bukanlah si pengemis dari selatan
yang belum lama berselang berpisah dengan dirinya?"
Kenapa ia terluka didalam kuil yang bobrok ini?" siapakah
yang berhasil melukai seorang tokoh silat yang sangat lihay
didalam dunia persilatan ini?"" Buru2 Han siong Kie memburu
126 maju kedepan, serunya dengan nada gelisah: " Engkoh tua
kenapa kau?"?". Tiada jawaban yang muncul.
Cepat ia memeriksa napas si pengemis tua itu, terasa
denyutan nadinya sudah amat lemah dan jaraknya menuju
kematian sudah tak jauh lagi, hatinya jadi amat gelisah sekali.
"Aku harus sebera menyelamatkan jiwa engkoh tua dengan
hawa murni yang ku-miliki."
Belum habis ingatan tarsebut berkelebat lewat didalam
benaknya, terdengarlah dari luar ruangan berkumandang
datang suara bentakan dingin: "siapa disitu?"".
Dengan cepat Han siong Kie putar badan, tampaklah tiga
orang pengemis berusia pertengahan dengan berdiri berjejer
didepan pintu sedang mengawasi dirinya dengan pandangan
seram. Tanpa terasa ia berdiri tertegun, pikirnya:
"Mungkin kettga orang ini adalah anak murid perkumpulan
Kay pang yang bertugas menjaga serta melindungi
keselamatan engkoh tua"
Karena berpikir begitu ia lantas maju beberapa langkah
kedepan sembari menjura. "Maaf, caybe telah mengganggu
kalian bertiga..". "Bocah keparat terdengar seorang pengemis yang
berambut awut2an dan berusia paling tua diantara ketiga
orang itu menegur dengan suara seram. " Mau apa kau
datang kedalam ruangan ini?"?".
Air muka Han Siong Kie berubah hebat setelah mendengar
teguran yang ketus dan sama sekali tidak bersahabat ini,
tetapi teringat akan hubungannya yang akrab dengan
sipengemis dari selatan, ia menahan rasa dongkol dalam
hatinya dan menjawab: " Cayhe hanya secara kebetulan saja lewat disini
berhubung aku dengar engkoh tua".
127 "Apa?" engkoh tua?"" bocah keparat kau panggil anjing tua
ini sebagai engkoh tua?"
Dari ucapan ini Han siong Kie segera merasakan keadaan
yang kurang beres, harus di ketahui peraturan didalam
perkumpulan Kay-pang amat ketat, lagipula kedudukan
sipengemis dari selatan didalam Kay pang amat tinggi dan
terhormat, tetapi ketiga orang pengemis itu telah memaki
saudara tuanya sebagai anjing tua, jelas dibalik kejadian ini
masih ada rahasia besar lainnya. Dengan wajah dingin


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membeku ia sebera menegur.
"Apakah kalian bertiga adalah anak murid dari perkumpulan
Kay pang?" ....".
"Kalau benar mau apa?"?" jawab ketiga orang pengemis itu
dengan wajah berubah. "Tahukah kalian apa kedudukan sipengemis dari selatan
didalam perkum-pulan?""
" Ketua dari para Tiang loo perkumpulan kay pang".
"Kalau sudah tahu begini, mengapa kalian sebut dia
sebagai anjing tua?""..".
"ooooh, keparat cilik jadi kedatanganmu disebabkan karena
dia?" Bagus, ini hari kau pun jangan harap bisa keluar dari
ruangan ini dalam keadaan selamat"
"Ayoh jawab secara bagaimana Tiang loo kalian menderita
luka parah?"?" bentak Han siong Kie.
"Heeeh heeeh heeeeh anjing cilik setelah kau modar
sianjing tua itu akan menceritakan semua kejadiannya
padamu..." Dengan cepat otak sianak muda itu bekerja, sekarang ia
baru sadar bahwa sipengemis dari selatan pasti sudah terluka
ditangan ketiga orang pengemis ini.
128 Tentulah dalam keadaan terluka karena terhajar oleh si
malaikat berhawa Im Mo sioe Ing engkoh tua nya telah
berjumpa dengan ketiga orang pengemis ini.
Dan dikarenakan ketiga orang itu mempunyai suatu
rencana tertentu dia gunakanlah kesempatan yang sangat baik
ini untuk menghabisi nyawa Tiangloonya.
Membayangkan kesadisan serta kekejaman hati ketiga
orang penghianat dari perkumpulan Kay pang itu, diatas
wajah Han siong Kie yang tampan seketika terlintas selapis
hawa napsu membunuh yang tebal, dengan pandangan
menggidikkan hati ia menyapu sekejap wajah ketiga orang itu.
Dipandang semacam itu tanpa sadar ketiga orang pengemis
itu sama2 mundur satu langkah ke belakang, terdengarlah
salah seorang pengemis yang berhidung mancung bagaikan
paruh elang menegur dengan wajah menyeringai seram:
"Anjing cilik, sebutkan siapa namamu".
"Huuuh manusia terkutuk semacam kau belum pantas
untuk mengetahui nama sauw-ya mu"
"Bangsat aku si orang tua akan hantarkan pulang ke rumah
nenek moyangmu..". sambil berteriak keras ia menyerbu kedalam ruangan,
telapak tangannya disertai angin pukulan yang dahsyat segera
dihantam keatas tubuh sianak muda itu. "Hmm rupanya kau
sudah bosan hidup, "Ditengah dengusan ketus, tahu2
pergelangan tangan pengemis tua berhidung elang itu sudah
dicengkeram oleh Han siong Kie hingga sama sekali tak
berkutik. Menyaksikan kelihayan lawannya, kedua orang pengemis
yang lain jadi terkesiap. air muka mereka berubah hebat.
Mimpipun mereka tak pernah menyangka kalau seorang
pemuda yang demikian mudanya ternyata memiliki
kepandaian silat yang maha sakti, dibawah penglihatan
129 sepasang mata mereka tak seorangpun yang tahu rekannya
sudah jatuh kecudang ditangan lawan dengan gerakan apa.
setelah berdiri ter-manggu2 beberapa saat lamanya, kedua
orang itu segera membentak nyaring, bagaikan harimau
kelaparan mereka terjang tubuh sianak muda itu dengan
segenap tenaga. Angin tajam menderu2, bagaikan sayatan pedang mustika
dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat meluncur
kemuka mengancam tubuh pemuda she Han itu.
Han siong Kie amat menguatirkan keselamatan dari engkoh
tuanya, dia ingin cepat mengetahui apa yang sebenarnya telah
terjadi, tangannya segera diayun kemuka dan segulung angin
pukulan laksana gumpalan ombak meluncur kemuka
menghantam tubuh musuhnya.
Kedua orang pengemis itu tak sanggup menahan diri,
badan mereka terpental kebelakang menumbuk dinding
ruangan dan seketika itu juga jatuh tak sadarkan diri
"Ayoh bicara, kenapa kalian berkianat kepada perguruan
dan hendak membinasakan guru sendiri"
Pada saat itulah sipengemis dari selatan yang menggeletak
diatas tanah mendadak membuka matanya dan berseru
dengan segenap kekuatan yang dimilikinya:
"sau.. daa..dara...cilik ..bunuh."
Han siong Kie mendengus pergelengannya, segera
digetarkan dan salah seorang pengemis yang berada didalam
cengkeramannya itu sebera meluncur kearah pintu ruangan
bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, jeritan
ngeri berkumandang memenuhi angkasa batok kepalanya
segera hancur berantakan otak dan darah berceceran
memenuhi seluruh lantai. .
Dua orang pengemis lainnya yang sementara itu telah
mendusin dari pingsannya jadi hilang semangat setelah
130 melihat kejadian itu, baru saja badan mereka hendak bergerak
Han siong Kie enjotkan badannya meluncur kemuka tahu2 dia
sudah menghadang di hadapan kedua orang itu, tanpa
mengucapkan sepatah katapun sepasang telapaknya serentak
dibabarkan kemuka dari samping kiri maupun kanan.
Cepat laksana sambaran kilat, belum sampai ingatan kedua
berkelebat dalam benak pengemis dari selatan pukulan maut
sudah mengancam tiba. Jeritan ngeri seketika meluncur dari balik mulut mereka tapi
baru saja separoh jalan badan mereka sudah mengejang dan
roboh binasa diatas tanah.
selesai membereskan ketiga orang pengemis itu Han siong
Kie berjalan menghampiri kakak tuanya sipengemis dari
selatan lalu tegurnya dengan hati bergejolak: " Engkoh tua,
sebetulnya apa yang telah terjadi?" "
Raut wajah pengemis dari selatan berkerut kencang,
sepasang matanya melotot keluar bagaikan batu kelereng,
jelas ia merasakan golakan batin yang amat berat: Lama
sekali baru ia berkata: "Saudara cilik, kedatanganmu sangat kebetulan sekali,
inilah artinya tidak mengijinkan perkumpulan Kay pang kami
musnah di tangan orang..."
"Engkoh tua lukamu..."
"sekarang waktu sudah amat mendesak, tiada waktu lagi
bagiku untuk menerangkan persoalan ini. Tapi aku tahu
bahwa tabiatmu amat cocok dengan diriku maka kuserahkan
tugas yang maha berat ini keatas pundak mu".
"Aaai partai Kay pang kami sungguh lagi sial, tiga hari
berselang pangcu telah memilih ahli warisnya atas persetujuan
para tiang loo, mendengar kabar itu aku segera datang kemari
untuk mengikuti jalannya upacara tersebut, siapa tahu aku
sudah bertemu dengan murid penghianat sipengemis bintang
131 langit Jien Jit, ketika ia menjumpai aku berada dalam keadaan
luka parah maka timbullah niat jahatnya untuk melenyapkan
aku dari muka bumi, ia telah merampas tanda pengenal
bambu hitam milikku untuk pergi menerima jabatan pangcu
baru, maka aku harap kau bisa segera berangkat untuk
menghalangi niatnya itu.."
"Aku?"..."
"sedikitpun tidak salah, sebelum tengah hari nanti kau
harus sudah tiba ditempat tujuan.. "
"Dimana?" tanya Han siong Kle agak sangsi.
"Kuil Boe Hoo pantai Pek see Than, jaraknya dari sini masih
ada dua ratus li dan letaknya disebelah timur sungai".
-000dw000- BAB 8 "KuilBoe Hoo dipantai Pek see Tham" "
"Betul tidak salah lagi."
"Bagaimana caraku unfuk mencegahnya?".
"Bilamana perlu lenyapkan pengkhianat itu dari muka bumi,
sampaikan pesanku dan suruh mereka menunggu selama tiga
hari". "Bicara tanpa bukti tiada gunanya, apakah anak murid
perkumpulan kalian suka mempercayai perkataanku?" " .
"sekarang urusan telah amat mendesak, terserah
kepadamu mau mengatasinya dengan cara apa, yang penting
kau ketahui adalah si pengemis bintang langit Jien Jit telah
menjabat sebagai Tongcu bagian luar dari perkumpulan Thian
chee Kauw, bila niat busuknya
berhasil, maka Kay pang akan musnah dari muka bumi".
132 "Yaa... engkoh tua, bagaimana dengan lukamu?""
"Aku tak bakal modar, ayoh cepat berangkat tiga hari
kemudian aku pasti sudah sampai di situ"
Dengan perasaan apa boleh buat Han siong Kie
mengangguk. ia segera melayang ke luar kuil dan melakukan
perjalanan dengan mengikuti jalan raya ditepi sungai.
Ilmu meringankan tubuh cahaya Kilat lintasan memang luar
biasa dahsyatnya, pemuda itu meluncur ke muka bagaikan
segulung asap ringan tidak sampai satu jam kemudian ia
sudah berada ratusan li jauhnya dari kuil tersebut.
Mendadak suara bentakan keras berkumandang dari
tempat kejauhan, suara itu nyaring dan gegap gempita.
Suatu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya
pemuda she Han itu, sinar matanya dengan tajam menyapu
sekejap sekeliling tempat itu.
Tampaklah di atas pantai pasir ditepi sungai bayangan
manusia saling bergerak tiada hentinya seolah2 terdapat
banyak orang sedang melangsungkan pertarungan disitu.
Ia segera mempercepat gerakan tubuhnya meluncur ke
muka dalam sekejap mata ia sudah berada disekitar kalangan,
kini ia dapat melihat lebih jelas lagi ditepi sungai kurang lebih
dua puluh tombak dari sisi jalan raya terlihatlah ditepi sungai
orang sedang bertempur jadi satu, bentakan keras teriakan
tajam bergema tiada hentinya dari dalam kalangan.
Pemuda itu hendak meneliti lebih jauh apa sebetulnya yang
sudah terjadi tapi secara mendadak ia teringat kembali akan
pesan penting dari engkoh tuanya maka pemuda inipun lantas
berpikir: "Aaah lebih baik aku tak usah mencampuri urusan orang
lain, waktu bagiku sudah terlalu mendesak bila urusan engkoh
sampai terlantar waah bisa berabe"
133 Belum jauh ia berlalu mendadak ia menangkap seruan
seseorang yang amat dikenal olehnya berkumandang keluar
dari balik kalangan pertempuran:
"Hmm sekalipun kalian andaikan jumlah yang banyak untuk
mengerubuti diriku, aku sipengemis cilik tak akan mengambil
perduli. Hey perempuan bajingan, kau..." Cepat Han siong Kie
menghentikan tubuhnya dan berseru: "Aduuuh celaka,
bukankah suara itu adalah suara dari adik Hwie?"".
Badannya segera putar balik dan meluncur kembali ke tepi
sungai, dari atas sebuah batu besar dia sebera melongok
kebawah.. sedikitpun tidak salah, tampaklah sipengemis cilik
Tonghong Hwie sedang bertempur melawan empat orang
kakek tua, pertempuran itu sedang berlangsung dengan seru
dan ramainya. Disisi kalangan pertempuran berdirilah seorang bayangan
manusia berbaju merah, dia bukan lain adalah Tongcu dari
perkumpulan Thian chee Kauw, si kupu2 warna warni Lie In
Hiang adanya, dua orang dayangnya berdiri di belakang
perempuan itu Ditinjau dari keadaan tersebut, tak usah ditanyakan sudah
terlihat jelas sekali, mereka semua bukan lain adalah jago2
dari perkumpulan Thian chee Kauw.
Musuh besar saling berjumpa muka, sepasang mata sianak
muda itu segera berubah jadi merah berapi-api, ia teringat
kembali akan penderitaan serta penghinaan yang diterimanya
selama ia dibekuk oleh Lie In Hiang dan dijejalkan dibawah
tandunya itu, terutama sekali dua kali tamparan yang
dihadiahkan kepadanya. Rasa dendam dan perasaan ingin membalas dendam
dengan cepat muncul dari balik hatinya.
134 "Roboh kau" terdengar suara bentakan keras
berkumandang datang dari tengah kalangan.
seorang kakek tua ayunkan jari tangannya menotok jalan
darah Hong Hu Hiat di atas tubuh Tonghong Hwie.
"Aduuh celaka "jeritan Han siong Kie di dalam hati, untuk
memberi pertolongan jelas sudah tak sempat lagi,
nampaknya.. Tak nyana dikolong langit ternyata terdapat juga peristiwa
aneh, kejadian yang kemudian berlangsung kiranya jauh diluar
dugaan siapapun. serangan totokan yang sebenarnya dengan telak telah
bersarang diatas jalan darah "Hong Hoe Hiat" ditubuh
Tonghong Hwie itu ternyata sama sekali tidak memberikan
reaksi apapun juga, bahkan dengan menggunakan
kesempatan baik itu dia malah memerseni sebuah pukulan
dahsyat yang mementalkan badan sikakek tua tadi hingga
mencelat keluar dari kalangan.
Kejadian ini benar2 merupakan suatu peristiwa yang sangat
aneh, mungkinkah Tonghong Hwie telah berhasil mempelajari
ilmu menggeserkan jalan darah sehingga ia tak mampu di
totok?"" Pada saat tubuh sikakek tua tadi mencelat keluar dari
kalangan pertempuran itulah tiga orang pria kekar lain segera
terjunkan diri kedalam kalangan. Dengan demikian posisinya
jadi enam lawan satu. Pengemis cilik Tonghong Hwie jadi berkaok kaok dan
berteriak teriak keras, tusukan, totokan jari serta hantaman
telapak seringkali bersarang diatas tubuhnya namun keadaan
pengemis tersebut masih tetap kokoh seperti sedia kala. Han
siong Kie yang menyaksikan kejadian itu jadi melongo
dibuatnya. 135 Ditengah bentakan gusar tiba2 terdengar jeritan ngeri
bergema memecahkan kesu-nyian seorang pria kekar terhajar
oleh babatan telapak Tonghong Hwie tepat mengenai dadanya
hingga muntah darah dan mundur dengan sempoyongan.


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua orang pria serta ketiga orang kakek tadi segera
membentak nyaring, serangan mereka semakin diperketat
hingga angin puyuh menggulung keluar tiada hentinya.
Dibawah desakan serta titiran musuh yang begitu
gencarnya sipengemis cilik Tonghong Hwie sudah kewalahan
dan kelabakan tidak keruan posisinya semakin terjepit dan
terancam oleh bahaya. sekalipun begitu dengan andalkan kekuatan yang dimiliki,
kelima orang itu masih belum mampu merobohkan Tonghong
Hwie dalam waktu singkat terutama sekali ilmu gaibnya yang
kebal terhadap pukulan serta bacokan membuat beberapa
orang jago itu jadi pusing kepala.
"Tahan" ditengah bentakan keras bayangan manusia saling
berpisah dan mengundurkan diri ke belakang si kupu2 warna
warna Lie In Hiang dengan gayanya yatsg genit segera masuk
kalangan. " Kalian segera berangkat meneruskan perjalanan,"
perintahnya kepada kawanan jago Thian chee Kauw tersebut,
"Pun Tongcu sebentar lagi segera akan menyusul"
"Terima perintah"
Bayangan manusia berkelebat lewat, para jago dari
perkumpulan Thian chee Kauw itu segera menggerakkan
badannya meninggal-kan tempat itu dalam sekejap mata di
tengah kalangan hanya tinggal si kupu2 warna Warni Lie In
Hiang beserta kedua orang dayangnya.
Han siong Kie sebagai seorang pemuda yang cerdik segera
dapat menangkap kehendak perempuan itu, pikirnya:
136 " Engkoh tua pernah berkata bahwa murid penghianat Kay
pang, sipengemis Bintang Langit,jien Jit saat ini menjabat
sebagai Tongcu perkumpulan Thian chee Kauw, kalau ditinjau
dari tindakan mereka yang tergesa2 jelas para jago dari
perkumpulan tersebut sedang merangkap untuk membantu
dirinya merebut jabatan sebagai pangcu".
Dalam pada itu si kupu2 warna warni Lie In Hiang telah
berseru sambil tertawa cekikikan .
"Hihh..hiiih..hiih.. pengemis cilik, sungguh tak nyana kalau
kepandaianmu lumayan jUga"
Tonghong Hwie tertawa mengejek.
"Perempuan busuk. kau tak usah berlagak centil di
hadapanku percuma deh...sebab selama hidupnya aku si
pengemis cilik paling muak dengan kaum perempuan macam
kau" "cisss sudah hampir modarpun bisa2nya ngoceh dan
ngebacot terus tiada hentinya"
"oooh aku sipengemis cilik sih punya usia yang panjang,
tak bakal modar ditanganmu"
"Hey pengemis cilik, aku ingin bertanya padamu si bocah
lelaki yang tempo hari kau lepaskan, sekarang ada dimana?"
kalau kau tak menjawab sejujurnya Hmm hari ini jangan harap
bisa berlalu dalam keadaan selamat" Tonghong Hwie tertawa
cekikikan. "Hiiih...hiiih...hiiih kau maksudkan saudara angkatku si Leng
Bin Jlen manusia berwajah dingin?"
"Haaaah haaaah haaaah apa?" diapun bernama Leng Bin
Jien?" dan kau adalah saudara angkatnya?"" Ehmm sikapnya
memang amat dingin bagaikan es..."
137 Hampir saja Han slon Kie tertawa geli setelah mendengar
perkataan itu tak di-sangka olehnya Tonghong Hwie telah
menjulukinya begitu aneh padanya.
sementara itu terdengar Tonghong Hwie telah bertanya:
"Apa kau telah jatuh cinta padanya?""."
si kupu2 warna warni Lie In Hiang mengerdipkan matanya
lalu menjawab hambar: " Eeeei pengemis cilik, pun tongcu tidak punya waktu yang
banyak untuk bergurau dengan dirimu ayoh cepat jawab Leng
BinJin sekarang berada dimana?""
"Hiiih hiiiih biiiih aku pengemis cilikpun masih ada urusan
lain, kalau begitu kita ber-cakap2 lagi dilain waktu saja" Habis
berbicara ia putar badan dan hendak berlalu...
"Pengemis cilik, kalau kau tidak menjawab maka meskipun
kau punya sayap hari ini jangan harap bisa lolos dari sini
dalam keadaan selamat "
"Aaaah masa iya?"" belum tentu"
" Kau tidak percaya boleh coba kelihayanku," Pengemis cilik
itu segera enjotkan badannya meluncur kedepan, gerakannya
cepat dan enteng... Ia cepat, sayang si kupu2 warna warni Lie In Hiang jauh
lebih cepat darinya, tampak bayangan merah berkelebat
lewat, tahu2 perempuan itu telah menghadang jalan perginya,
sebelum badan berdiri tegak sepasang telapak telah meluncur
kedepan, secara beruntun melancarkan delapan buah
serangan berantai. Kedelapan buah serangan itu dilancarkan dalam waktu
singkat, arah yang ditujupun tak menentu dan semuanya
berada diluar dugaan. Dititir oleh serangan yang begitu gencar, pengemis cilik itu
jadi terdesak dan segera mundur kembali ketempat semula.
138 "Hey pengemis cilik" tegur Lie In Hiang dengan wajah
adem. " Pun Tongcu tidak punya waktu untuk mengajak kau
bergurau lagi, ayoh bilang sebetulnya kau ingin bicara atau
tidak?"" "^
"Sekalipun kukatakan juga tiada guna-^nya".
"Kenapa?"".
"Sebab saudara angkatku itu bukan saja berwajah dingin
bahkan hati dan perasaannya pun sangat dingin melebihi es."
"Sudah, kau tak usah ngebacot terus ayoh jawab,
sebetulnya kau mau bicara atau tidak?"?".
"Kalau aku pilih tak mau bicara, kau mau apa?""
"Kubunuh dirimu".
"Hiiih.. Hiiih.. Hiiih.. masa kau mampu untuk membunuh
diriku?" ngimpi aah..".
"Bangsat rupanya kau cari mati..." hardik si kupu-kupu
warna warni Lie In Hiang dengan gusar.
Badannya menerjang kedepan, sepasang telapak laksana
kilat meluncur ke depan mengirimkan beberapa pukulan
berantai yang dahsyat. Bayangan telapak segera menggunung, desiran angin
tajam menderu2 bagaikan guntur yang membelah bumi,
dalam waktu singkat seluruh tubuh pengemis cilik itu sudah
terkurung rapat dibawah ancaman telapak lawan.
Dengan gesit dan lincah pengemis cilik itu berkelit ke
samping menghindar kebelakang bagaikan seekor ikan lei hi
badannya bermuncratan kesana kemari diantara gulungan
ombak yang mengganas keadaannya, sangat berbahaya
sekali. 139 "Tahan mendadak terdengar bentakan dingin
berkumandang datang, begitu adem suara tadi hingga
membuat hati orang tercekat.
si kupu-kupu warna warni Lie In Hang merasakan hatinya
bergetar keras sambil menarik kembali serangannya ia segera
meloncat mundur kebelakang.
si pengemis sendiri dengan hati terkesiap pun segera
alihkan sinar matanya ke arah di mana berasalnya suara tadi.
Tampaklah sesosok bayangan manusia turun dari tengah
angkasa dengan gerakan yang enteng dan sedikitpun tidak
menimbulkan suara . "ooooh engkoh Kie..."
Dengan wajah ber-seri2 dan nada penuh kegirangan
pengemis cilik itu berteriak namun diatas wajahnya terlintas
pula rasa kaget dan tercengang yang tebal ia tak mengira
perpisahannya selama beberapa bulan telah membuat tenaga
dalam yang dimiliki saudara angkatnya ini memperoleh
kemajuan yang amat pesat.
Begitu mengetahui siapakah yang telah datang wajah Lie In
Hiang si kupu2 warna warnipun berubah jadi berseri, lirikan
maut dan senyuman merayu segera terpancar dari wajahnya.
Han siong Kie mengangguk sekali kearah pengemis cilik itu
kemudian berpaling ke arah Lie In Hian wajahnya penuh
diliputi oleh napsu membunuh yang tebal.
Dua orang dayang cilik di belakang majikannya segera
tertegun melihat wajah si anak muda itu tanpa sadar mereka
telah beralih kesisi tubuh Lie In Hiang.
"oooh, saudaraku sungguh kebetulan sekali kedatanganmu
ini" terdengar perempuan she Lie itu berseru genit.
"Lie In Hiang, kau tak usah bertebal muka dan tak tahu
malu, siapa yang sudijadi saudaramu?"" tukas Han siong Kie
dengan wajah yang dingin lagi ketus.
140 "Addduh manusia berwajah dingin masa begitu kasar
sikapmu terhadap diriku?"" apa kau tidak kasihan padaku
ini?"" "Lie In Hiang kau tak usah melantur kesoal yang lain, masih
ingatkah kau akan hadiah yang telah kau berikan kepadaku
tempo hari?"" ini hari adalah saatnya bagiku untuk
mengembalikan persenanmu itu berikut rente-rentenya."
Terjelos hati Lie In Hiang mendengar ancaman lawannya,
dengan wajah berubah ia segera ulapkan tangannya kepada
dua orang dayang yang berada disisinya: "Waktu sudah tidak
pagi lagi ringkus bocah itu"
Ucapan ini tanpa sadar telah memperingat-kanpula diri Han
siong Kie bahwa sebelum tengah hari nanti dia musti sudah
sampai dikuil Boe Hoo dipantai Pek swie Tham untuk
menyelesaikan persoalan dari pengemis dari selatan, dengan
cepat iapun mengambil keputusan.
Terdengar kedua orang dayang cilik itu mengiakan dan
segera menerjang maju ke depan, empat buah telapak
serentak mencengkeram tubuh sianak muda she Han itu.
Dari gerakan tubuh yang didemontrasikan oleh Han siong
Kie barusan, kendati pengemis cilik itu tahu bahwa kepandaian
sianak muda ini sudah memperoleh kemajuan tapi ia tak tahu
sampai dimanakah kemajuan yang berhasil diperolehnya, ia
kuatir kepandaiannya masih belum sanggup menandingi
kedua orang dayang itu maka sambil geserkan badan ia ayun
telapak tangannya siap menyambut datangnya serangan dari
kedua orang dayang itu. "Mundur" bentakan nyaring bergema memekikkan telinga,
sambil menerjang maju ke muka Lie In Hiang melancarkan
pula sebuah babatan menghantam tubuh pengemis cilik itu...
Hampir pada saat yang bersamaan dua kali jeritan ngeri
berkumandang memenuhi angkasa, tampaklah dua sosok
bayangan manusia mencelat ke angkasa dan blaaam blaaam
141 segera terbanting tiga tombak dari kalangan, darah segar
muntah dari mulut kedua orang itu.
Pengemis cilik itu jadi tertegun dengan cepat ia meloncat
mundur kebelakang. si Kupu2 warna warni Lie In Hiang sendiri
juga tertegun dan berdiri melongo dibuatnya.
Bagaimana caranya Han siong Kie menghantam tubuh
kedua orang dayangnya hingga mencelat ke tengah udara?" ia
tak sempat untuk melihatnya.
siapa yang percaya kalau seorang pemuda yang belum
mampu apa2 pada tiga bulan berselang, sekarang telah
memiliki kepandaian silat yang demikian dahsyatnya?"
Ilmu silat yang dimiliki kedua orang dayang itu boleh
dibilang cukup menandingi kepandaian silat yang dimiliki jago
lihay kelas satu didalam dunia persilatan, tetapi mereka tak
sanggup untuk menahan sebuah pukulannya pun.. Apakah
tempo dulu ia hanya sengaja menyembunyikan
kepandaiannya?" Kupu2 warna Warni Lie In Hiang adalah Tongcu utama dari
Makam Bunga Mawar 8 Ksatria Negeri Salju Karya Sujoko Bangau Sakti 11
^