Pencarian

Tiga Maha Besar 16

Tiga Maha Besar Karya Khu Lung Bagian 16


moralnya, bila sampai bertemu lagi lain waktu, pasti akan
kusuruh ia rasakan kelihayanku!" kata Hoa Thian-hong dengan
gusar. Lau Cu cing melirik sekejap ke arah si anak muda itu,
kemudian ujarnya lebih jauh.
"Setelah Tang Kwik-siu membiarkan kelabangnya menggigit
perge-langan tanganku, sambil menyingsingkan bajunya Pek
Kun-gie mendadak berkata sambil tertawa, "Hahaha Lau Cu
cing, akupun pernah merasakan bagaimana enaknya dipagut
kelabang, tampaknya kita memang senasib sependeritaan, ba
gaimana kalau kita angkat saudara saja, engkau jadi kakak
dan aku jadi adik!" pada mulanya aku mengira dara itu cuma
berolok-olok, tapi setelah pergelangan tangan kirinya
diperlihatkan kepadaku, barulah kuketahui bahwa dia memang
mengalami nasib yang sama seperti akui"
Bicara sampai disitu, dia lantas menyingsingkan ujung
bajunya dan memperlihatkan bekas gigitan kelabang itu
kepada Hoa Thian-hong. Pada pergelangan tangan kirinya terdapat dua titik merah
sebesar kacang hijau yang menongol keluar, sedang disisi
bengkak itu terdapat bekas gigitan binatang yang melekuk
kedalam, ia tahu bahwa ucapan orang itu tak salah.
Terbayang kembali bagaikan ngerinya Pek Kun-gie bila
digigit kelabang, ia merasa tak tega bercampur menguatirkan
keselamatan gadis itu. Setelah menurunkan kembali ujung bajunya, Lau Cu cing
melan-jutkan kembali kata-katanya, "Tang Kwik-siu berkata
kepadaku bahwa racun keji kelabang itu sudah menyusup ke
dalam darahku, empat puluh sembilan hari kemudian racun itu
baru mulai bekerja, dan bila tidak diobati maka aku akan
tewas dalam keadaan mengerikan, katanya kecuali obat
pemunahnya didunia ini tiada obat lain yang bisa mengobati
racun tersebut!" Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, setelah itu
sambungnya lebih jauh, "Ia memerintahkan cayhe untuk
menemukan jejak engkong co ku atau salah seorang diantara
empat kakek tua yang dimaksudkan, kemudian empat puluh
hari kemudian berangkat ke kota karesidenan Sam kang di
propinsi Kwang-se untuk bertemu dengannya, bila aku tidak
datang maka jiwaku akan melayang, bahkan bila urusannya
telah selesai maka dia akan membantai pula keluargaku!"
"Bagaimana jawaban lo wangwe?" tanya Suma Tiang-cing.
"Aku hanya mengiakan belaka, tidak ku berikan jawaban
yang tegas dan memastikan!"
"Kalau memang begitu, tidak pantas kalau mereka lepaskan
api dan membakar rumah tinggal lo wangwe!" kata Hoa Thianhong.
"Api itu bukan dilepaskan mereka, tapi Pek Kun-gie yang
membakar rumahku malahan diapun hendak mencelakai pula
jiwa anak istriku!" Liu Cu cing menerangkan dengan tertawa.
"Kurang ajar, keji amat perbuatannya!" bentak Hoa Thianhong
dengan penuh kegusaran. Tampaknya Lau Cu cing sudah mengetahui kalau Hoa
Thian-hong mempunyai hubungan istimewa dengan Pek Kungie,
ia lantas tersenyum dan berkata lagi, "Nona Pek berkata
begini kepadaku, "Lau Cu cing, kita toh sudah angkat saudara
sepantasnya kalau kuberi tanda mata atas peristiwa ini....!"
Memang lihay sekali cara nona itu melepaskan api, belum
sempat kutangkap maksud kata-katanya, dia sudah
melepaskan segulung bubuk obat keatas lampu lentera,
diiringi suara ledakan besar api segera menjilat ruangan.
Tampaknya Tang Kwik-siu ada maksud untuk
memadamkan api tersebut, tapi tak sempat, ia hanya berdiri
termangu. Berbeda dengan Pek Kun-gie, ia kelihatan bangga sekali,
sambil menuding kepadaku, katanya lagi, "Engkau tak usah
sakit hati bagaimanapun juga engkau toh tak akan bisa
temukan jejak engkong co mu, sekalipun engkau berhasil
temukan orangnya, cepat atau lambat toh tetap mati,
kelabang itu merupakan binatang paling keji dikolong langit,
sekalipun orang yang digigit diberi obat pemunah, diapun
cuma bisa bertahan hidup selama setengah tahun belaka!"
Mendengar ucapan tersebut, Tang Kwik-siu jadi marah dan
mencaci maki tapi Pek Kun-gie juga berteriak-teriak keras.
"Apa yang dia jeritkan?" tanya Hoa Thian-hong dengan
kemarahan masih berkobar dalam benaknya.
Nona Pek berteriak begini, "Kita sudah berjanji bahwa aku
tak akan melarikan diri, tak akan membocorkan rahasia
indentitasku, tak akan membongkar rahasia, toh tak pernah
dalam perjanjian itu melarang aku bunuh orang dan lepaskan
api" Engkau mengaku sebagai seorang cikal bakal suatu
perguruan besar, kenapa ucapanmu tidak bisa dipercaya,
kenapa perbuatanmu tak pegang janji?"
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba nona Pek ayun telapak
tangannya hendak menghajar anakku paling kecil,
serangannya bukan ma in-main tapi suatu serangan yang
amat ganas, untungnya Tang Kwik-siu bertindak cukup
cekatan, ia berbasil menangkap nona Pek sehingga
terhindarlah anakku dari kematian!"
Mendengar sampai disitu, dengan dahi berkerut Suma
Tiang-cing segera berkata, "Rupanya semua kelembutan dan
kehalusan Pek Kun-gie cuma pura-pura belaka.... Hmmm!
Kalau memang begitu, mulai hari ini Thian-hong tak boleh
memperdulikan dirinya lagi"
Suma Tiang-cing adalah saudara angkat dari Hoa Goan-siu,
berbicara soal hubungan maka kecuali ibunya boleh dibilang
enciknya ini merupakan orang yang paling dekat hubungannya
dengan pemuda itu. Justru oleh karena adanya hubungan yang sangat erat,
Suma Tiang-cing berani mengutarakan perintahnya yang amat
tegas. Hoa Thian-hong sebagai angkatan yang lebih rendah, tentu
saja tak berani membangkang perintahnya itu, Tercekat hati
Thian-hong setelah mendengar perkataan itu, tapi iapun tidak
berhasil menemukan alasan yang tepat untuk menangkis
perintah tadi, terpaksa dengan kepala tertunduk dia
mengiakan barulang tali. Sekalipun begitu, rasa sedih dan murung sempat juga
meliatas diatas wajahnya.
Lau Cu cing sendiri, diam-diampun berpikir, Nama besar
Hoa Thian-hong telah menggetarkan seluruh kolong langit,
dan lagi dia masih muda, sepantasnya kalau anak muda
berjiwa panas dan mudah jadi sombong atau jumawa, tapi
kenyataannya dia tetap sederhana dan penurut, kejadian ini
benar-benar luar biasa sekali.
Perlu diketahui, walaupun ilmu silat dan kesuksesan
berusaha dapat membuat orang menaruh hormat, tapi masih
ada bagian lain yang tidak menghormati ataupun
mengaguminnya, tapi ada sebagian orang lantaran wataknya
mulia dan berbudi luhur maka bukan saja orang banyak yang
mengaguminya, malahan jumlah orang yang menaruh rasa
kagum kadangkala jauh lebih besar dan banyak.
Begitu pula halnya dengan Lau Cu cing kalau Hoa Thianhong
hanya hebat dalam ilmu silat dan tinggi kedudukannya
dalam dunia persilatan, belum tentu dia akan mengaguminya,
tapi justru karena wataknya yang halus budi dan jujur ia jadi
amat kagum. Tiba-tiba dia menengadah dan tertawa terbahak-bahak,
kemudian katanya pula. Hoa kongcu, bicara sejujurnya, ketika kemarin malam aku
lihat engkau berada serombongan dengan orang-orang Sinkie-
pang, timbul perasaan tak senang dihatiku, karenanya
meskipun aku mempunyai kesulitan, rahasia tersebut tidak
sampai kubocorkan dihadapanmu apalagi setelah kuketahui
bahwa hubunganmu dengan nona Pek sangat akrab, semakin
besar rasa antipatiku yang muncul dalam hatiku.
00000o00000 82 MERAH padam selembar wajah Hoa Thian-hong karena
jengah, buru-buru katanya.
Lo wangwe, boanpwe bukanlah manusia yang tak tahu
bagaimana menyayangi diri sendiri, akan tetapi pada
hakekatnya banyak kejadian yang berada dalam dunia ini yang
memaksa orang tak mampu mengendalikan diri, kendatipun
harus disertai dengan pengorbanan yang besar, tapi mau tak
mau perbuatan itu harua dilakukan juga, boanpwee sudah
berusaha untuk bergerak terus lebih keatas, apa daya
kemampuanku memang terbatas, akhirnya toh tetap
terjerumus kembali menurut aliran perubahan.
Cepat Lau Cu cing ulapkan tangannya.
"Kongcu tak usah terlalu merasa rendah diri, aku sudah
memahami watak serta perangai kongcu, akupun bisa
memahami setiap perbuatan yang kau lakukan pasti didasari
oleh alasan yang kuat, tak heran ka lau aku jadi salah paham
karena tak tahu duduk persoalan yang sebenarnya"
Tiba-tiba Suma Tiang-cing ikut menghela napas panjang
dan berkata dengan lirih, "Aaai.... namaku Kiu mia kiam kek
(jago pedang sembilan jiwa) kudapatkan dengan lumuran
darah, siapa yang tidak tahu kalau aku Suma Tiang-cing
adalah laki-laki berhati keras, tapi toh hari ini aku harus
mengadu jiwa lantaran ingin menolong jiwa seorang gadis,
aaai....! Mungkin inilah yang dinamakan apa boleh buat bila
keadaan sudah begitu.... heeh heehh heehh mendingan kalau
orang lain tahu akan duduk persoalannya kenapa aku sampai
adu jiwa ka-rena seorang gadis, bila orang itu tak tahu
duduknya perkara bukankah mereka juga akan menaruh
perasaan salah paham kepadaku?"
Berbicara sampai disini, ia lantas berpaling kembali ke arah
Hoa Thian-hong seraya berkata lebih jauh, "Aku segan untuk
mencampuri urusanmu dengan budak dari keluarga Pek, mau
bagai mana terserah pada kemauanmu sendiri....!"
Tertegun Hoa Thian-hong sesudah mendengar perkataan
itu, tapi diam-diam diapun bersyukur karena ia bebas dari
ikatan yang memberatkan pikirannya, walaupun begitu
pemuda itu tak dapat menunjukkan rasa girangnya, karena
tanpa sadar soal Pek Kun-gie dan Giok Teng Hujin
berbarengan berkecamuk dalam benaknya.
Tiba-tiba terdengar Lau Ca cing tertawa nyaring, lalu
berkata, "Hoa kongcu, sekarang apakah engkau sudah dapat
menduga apa sebabnya Pek Kun-gie membakar rumahku dan
melukai cucuku?" "Oou....! Kenapa?" seru Hoa Thian-hong dengan muka
tertegun. Cu Im taysu adalah seorang padri yang berbudi luhur, dia
ingin sekali membuat semua orang yang ada didunia ini jadi
orang baik semua, dari pembicaraan tersebut segera diketahui
olehnya bahwa dibalik pertanyaan itu tentu ada penjelasan
lebih jauh, segera selanya, "Sekalipun Pek Kun-gie adalah
putri Pek Siau-thian, tapi ia pribadi sebenarnya tidak bernama
jelek, apalagi setelah menjadi sahabat Thian-hong, wataknya
pasti banyak mengalami perubahan, Kalau toh dia bisa
melakukan perbuatan seperti membakar rumah, membunuh
orang, sudah pasti dibalik kesemuanya itu dia mempunyai
maksud serta tujuan tertentu.... bukan begitu?"
Lau Cu cing tersenyum. "Tadi aku masih belum bisa memecahkan persoalan ini tapi
barusan tiba-tiba dapat kupahami mengapa nona Pek sampai
berbuat demikian, sudah pasti ia sengaja membakar rumahku
dan ingin membunuh cucuku dengan tujuan untuk
merangsang aku mengharapkan aku sangat membenci kepada
mereka, asalkan aku telah menaruh rasa benci kepada
mereka, sudah tentu akupun tak akan tunduk oleh ancaman
Tang Kwik-siu atau dengan perkataan lain dia bermaksud
untuk menggagalkan rencana Tang Kwik-siu untuk mencari
harta karun" Cu Im taysu segera bertepuk tangan sambil tertawa.
"Haaah.... haaah.... haaahh.... benar, perkataan ini memang
cocok sekali, tak nyana nona Pek sangat cerdik cuma....
perbuatannya membakar rumah kelewat ganas, apalagi ingin
melukai jiwa orang lain, tindakan semacam ini tidak
dibetulkan, untung saja tak ada yang sampai korban jiwa,
Thian-hong kalau lain kali bertemu kembali, engkau harus baik
baik memperingatkan dirinya!"
Merah padam wajah Thian-hong karena malu, dengan
perasaan kikuk dia lantas mengangguk.
Setelah itu baru ujarnya lagi kepada Lau Cu cing, "Pek hujin
dari perkumpulan Sin-kie-pang adalah seorang pemimpin yang
bijaksana, bila bertemu nanti boanpwe akan minta kepadanya
untuk mengganti kerugian yang telah wangwe derita,
boanpwe tanggung Pek hujin tak akan menolak!"
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... meskipun aku bukan
seorang milyuner, tapi kalau cuma sebuah rumah gedung
masih tak menjadi beban pemikiranku, biarlah maksud baik
Hoa kongcu kuterima didalam hati saja!"
Dalam pada itu, Po-yang Lojin berempat telah selesai
bersantap pagi, Suma Tiang-cing segera mengalihkan
pembicaraan kepokok persoalan yang sebenarnya, tentu saja
ia merasa riku untuk langsung menyinggung soal harta karun,
maka dengan jalan memutar kayun, dia bertanya dengan
lantang. "Po yang locianpwee, tadi boanpwe mendengar locianpwe
menyebut tentang diri Kiu-ci Sinkun, mungkinkah dia adalah
seorang tokoh persilatan yang berilmu silat sangat tinggi?"
Po-yang Lojin membereskan rambutnya yang kusut, lalu
mengangguk tanda membenarkan.
"Ehmm! Dikolong langit yang serba aneh ini sering terdapat
manusia-manusia yang dinamakan Kutu busuk, setan arak,
gila harta, setan perempuan, coba kalian pikirkan lagi masih
ada setan-setan apa lainnya yang belum kusebutkan?""
Hoa Thian-hong tersenyum, ia tidak menjawab tapi saling
berpandangan dengan rekan-rekan lainnya, siapapun tidak
paham dengan maksud perkataannya itu.
Akhirnya Suma Tiang-cing berkata, "Ada sejenis manusia
yang gemar sekali berjudi, begitu tergila gilanya sampai tak
bisa ditolong lagi, orang menyebut mereka sebagai setan
judi!" Sambil tertawa Cu Im taysu ikut angkat bicara, "Pinceng
mempunyai seorang sahabat yang tiada kesenangan lain
kecuali main catur, begitu tenangnya dia bermain catur
sampai tiap menit tiap detik selalu bermain tak hentinya, kalau


Tiga Maha Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebetulan bertemu tandingan permainan dilakukan siang
malam, kalau tak ada lawan bertanding dibelinya gula-gula
dan menyuruh anak tetangganya untuk melayani dia bermain
kalau tak bisa dia lantas mengajarnya, bagi orang ini lebih
baik tidak makan daripada tidak main catur, orang banyak
sebut dia sebagai setan catur!"
"Ada setan judi ada setan catur, apakah ada manusia jenis
lain?" tanya Po-yang Lojin sambil tertawa, "Boanpwe pernah
dengar ada orang gila pangkat, entah benarkah ada manusia
manusia yang gila pangkat dan kedudukan?"
Po-yang Lojin tersenyum dan mengangguk.
"Ada, memang didunia ini banyak terdapat manusia yang
gila pangkat dan kedudukan. Mereka ada manusia-manusia
yang sekolah ingin pintar, setelah pintar ingin punya
kedudukan, setelah dapat kedudukan ingin naik pangkat,
setelah naik pangkat pingin jadi pembesar, sudah jadi
pembesar ingin jadi kaisar, bahkan berbuat dengan cara yang
rendah apapun asal tujuannya tercapai, manusia seperti itu
disebut manusia yang gila pangkat dan kedudukan!"
Mendadak Suma Tiang-cing seperti menyadari akan
sesuatu, dia lantas berkata, "Berbicara soal ilmu silat
mungkinkah ada orang yang gila ilmu?"
Kali ini Po-yang Lojin tertawa tergelak dengan nyaringnya.
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... orang yang suka
belajar ilmu silat memang banyak, tapi orang yang berai benar
gila ilmu jarang sekali ditemui dikolong langit!"
"Locianpwe, mungkinkah Kiu-ci Sinkun adalah seorang
manusia gila ilmu....?" tanya Hoa Thian-hong.
"Bukan!" orang tua itu menggeleng.
Hoa Thian-hong jadi tertegun, pikirnya di hati, "Kalau
bukan terus, bukankah sia-sia belaka pembicaraan yang
berlangsung selama ini?"
Sementara dia masih termenung, Po-yang Lojin telah
berkata kembali, "Bukan saja Kiu-ci Sinkun gila ilmu bahkan
karena gilanya ia jadi kesemsem karena kesemsemnya jadi
kalap, dan saking kalapnya jadi kesetanan, dia adalah seorang
kesetanan ilmu!" "Weh, kalau begitu dia pastilah seoleng tokoh silat yang
luar biasa sekali, ilmunya tentu lihay dan tingkah lakunya
kokoay, apakah locianpwe bersedia untuk menceritakan
riwayatnya?" tanya Cu Im taysu dari samping.
Kakek tua she Lau yang menjadi engkong co nya Lau Cu
cing tiba tiba menyela, "Pada waktu itu orang persilatan yang
berjumpa dengannya menyebut dia sebagai Sinkun, tapi kalau
berada dibelakangnya orang tidak menyebut sebagai Kiu-ci
Sinkun lagi melainkan Kiu si sinmo, iblis sakti ini terhitung
manusia paling berdosa didalam dunia persilatan sejak dulu
sampai sekarang, perbuatannya luar biasa sekali, sering kali
apa yang di anggap khayalan bagi orang lain telah diciptakan
menjadi kenyataan olehnya, pengaruhnya bagi dunia
persilatan boleh dibilang luar biasa besarnya"
Kakek tua she Lau menghela napas panjang, kemudian
menyambung, "Dunia persilatan yang ada disaat itu sudah
dibikin kacau balau tak karuan olehnya, tapi justru karena
tingkah lakunya maka terciptalah dunia persilatan pada saat
ini, mungkin juga sisa-sisa pengaruh keedanannya itu masih
akan mempengaruhi pula dunia persilatan pada seratus tahun
mendatang!" Ucapan kakek tua she li ini cukup menggetarkan hati
semua orang, baik Hoa Thian-hong maupun Suma Tiang-cing
dibuat tertegun dengan mata terbelalak dan mulut melongo
sesudah mendengar ucapan tersebut, mereka dibikin
kebingungan dan tidak habis mengerti.
Terdengar kakek tua she Gan menyambung pula, katanya,
"Jiko Sute, biarlah toako yang memberi keterangan kepada
mereka, dengan begitu semua orang tidak dibuat kebingungan
tak habis mengerti, coba lihatlah bukankah mereka melongo
karena kebingungan sendiri?"
Kakek tua ahe Li dan kakek tua she Lau segera
mengangguk dan sama-sama berpaling ke arah Po-yang Lojin.
Agak lami Po-yang Lojin termenung, rupanya ia berusaha
untuk mengumpulkan kembali semua daya ingatannya,
setelah itu baru ujarnya perlahan lahan, "Kiu-ci Sinkun
dilahirkan kurang lebih seratus delapan puluh tahun berselang,
sejak kecil sudah gemar belajar silat, ketika berusia belasan
tahun dia belajar ilmu dari Huan Teng, seorang guru silat
kenamaan di jaman itu, Huang Teng bergelar Sinkun {pukulan
sakti} katanya ilmu silat yang dimiliki berasal dari jilid kitab
pusaka yang bernama Po-kia Sinkun, hampir separuh
hidupnya habis untuk belajar ilmu, tidaklah heran kalau
kepandaian silat yang dimilikinya benar-benar hebat. Dengan
semangat yang menyala-nyala Kiu-ci Sinkun berangkat
menjumpai guru silat itu dan mohon agar ia diterima menjadi
muridnya, apa mau dikata Huan Teng mempunyai suatu
peraturan yang khusus bagi orang yang hendak menjadi
muridnya, dan lagi tanpa kecuali semuanya harus melakukan
persyaratannya iu" "Bagaimana peraturannya?" tanya Suma Tiang-cing.
Kalau dibicarakan soal peraturannya, maka lebih tepat
kelau dikatakan balas jasa, apabila orang hendak belajar silat
kepadanya maka dia musti bersedia membawa balas jasa yang
cukup besar atau mempunyai orang kenamaan yang bersedia
menjamin kwalitetnya, atau bila hal ini tidak mungkin, maka si
pukulan sakti Huan teng ini akan mencoba dulu ketekunan
serta kerajinannya. Yang dimaksudkan mencoba ketekunan
dan kerajinan disini adalah menjadi pelayan keluarga Huan
selama empat tahun lamanya, setelah lewat empat tahun baru
akan ditetapkan apakah dia dapat diterima atau tidak.
"Bagi mereka yang mempunyai kekayaan atau mempunyai
kenalan orang besar tenta saja persyaratan itu tak susah
untuk diatasi," kata Cu Im taysu sambil tertawa, "sedangkan
Kiu-ci Sinkun tidak berhata pun tak ada kenalan orang besar,
masa dia bersedia manjadi jongos orang selama empat
tahun?" "Memang begitulah kenyataannya, waktu itu usia Kiu-ci
Sinkun baru belasan tahun, sekalipun harus menjadi pelayan
selama empat tahun, tupanya soal itu tak menjadi halangan
baginya. Justru karena ambisinya yang besar maka dia terima
syarat tersebut. Sejak menjadi jongosnya keluarga Huan,
setiap pagi hari ia saksikan anak murid Huan Teng berlatih
ilmu, ia merasa tangannya jadi gatal dan ingin belajar,
akhirnya saking tak tahannya dia telah melanggar pantangan
yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Huan Teng....!"
Bercerita sampai disitu, ia berhenti untuk meneguk air teh
setegukan, sesudah tenggorokannya basah, barulah
sambungnya lebih jauh, "Tidak sampai beberapa bulan
lamanya ia menjadi jongosnya keluarga Huan, secara diamdiam
ia telah mencuri belajar semua ilmu silat yang sedang
dilatih oleh murid-muridnya Huan Teng, ia mencuri lihat
mencuri belajar dan mencuri untuk melatihnya, tapi kejadian
ini bara saja berlangsung selama beberapa hari, perbuatannya
ketahuan Huan Teng, bayangkan saja mencuri belajar ilmu
silat orang lain adalah pantangan paling besar bagi umat
persilatan, apalagi Huan Teng adalah seorang jago yang
kurang terbuka pikirannya, dalam gusar dan mendongkolnya
ia lantas menangkap Kiu-ci Sinkun dan mengha jarnya habishabisan
sehingga nyaris mati konyol setelah dihajar, dia diusir
dari perguruan dalam perkiraan Huan Teng urusanpun akan
berakhir sampai disitu saja. Siapa tahu justru karena
perbuatannya ini, membuat dunia persilatan sejak hari itulah
mengalami banyak perubahan."
"Pandai amat kakek tua ini bercerita" pikir Hoa Thian-hong
didalam hati, "sekali pun perlahan-lahan tapi menawan hati,
membuat para pendengarnya sedikitpun tidak merasa
gelisah." Sementara itu Po-yang Lojin telah bercerita kembali, Kiu-ci
Sinkun adalah seorang anak yatim piatu, sejak diusir dari
keluarga Huan, dia hidup terlunta-lunta dipinggir jalan sebagai
seo rang pengemis, keadaan ini berlangsung hampir setengah
tahun lamanya, luka yang dia deritapun perlahan-lahan jadi
sembuh kembali, sejak itulah rasa bencinya terhadap pukulan
sakti Huan Teng merasuk ketulang sumsum.
Dia ada maksud belajar ilmu dari guru lain dan bila ilmunya
berhasil diyakinkan maka dia akan menuntut balas, tapi
perasaannya selalu tak tenang karena ia hanya sempat
mencuri belajar beberapa jurus ilmu Po-kia Sinkun milik Huan
Teng, maka suatu hari ia tak dapat mengendalikan perasaan
hatinya lagi, diam-diam ia menyusup kedalam gedung
keluarga Huan dan masuk kekamar tidurnya Huan Teng,
sudah beberapa bulan ia menjadi jongosnya keluarga Huan
maka tanpa mengalami kesulitan apapun ia berhasil masuk
kekamar tidur bekas gurunya ini dan mencuri kitab pusaka
yang disayang Huan Teng melebihi sayangnya pada jiwa
sendiri itu. "Benar-benar besar sekali nyali orang ini, cuma tidak
sepatutnya ia menjadi pencuri!" kata Cu Im taysu sambil
tertawa tergelak. Pada umumnya orang jadi nekad karena mata gelap, tapi
ada pula sementara orang yang nekad untuk melindungi diri
sendiri, seperti perbuatan dari Kiu-ci Sinkun ini, sama sekali
tak ada hubungannya dengan kenekadan serta keberaniannya,
di a hanya gila ilmu dan gila belajar ilmu, lantaran ilmu silat
dia berbuat segala sesuatu tanpa perhitungan yang masak,
keberanian manusia semacam ini kadangkala memang lebih
hebat dari keberanian orang biasa.
"Aku rasa Huan Teng pasti tak akan berpeluk tangan belaka
setelah dia tahu kitab pusakanya dicuri orang, lalu
bagaimanakah selanjutnya setelah ia tahu kejadian ini?" tanya
Suma Tiang-cing dari samping.
Setelah Huan Teng mengetahui kalau kitab pusakanya
dicuri oleh Kiu-ci Sinkun, ia lantas menjelajahi seluruh daratan
Tionggoan untuk mencari jejaknya, tapi sayang usahanya ini
tidak mendatangkan hasil apa-apa, Kiu-ci Sinkun yang dicari
sama sekali tidak ditemukan jejaknya. Dua tahun kemudian,
tiba-tiba Kiu-ci Sinkun munculkan diri di dalam dunia
persilatan, bahkan melakukan pula suatu perbuatan terangterangan
yang amat menggemparkan semua umat persilatan.
"Perbuatan aneh apakah itu?" tanya Hoa Thian-hong
dengan perasaan tercengang.
"Pada waktu itu dikota Kay hong hidup seorang jago
pedang yang bernama Kongsun Tong, permainan ilmu
pedangnya sudah tersohor sekali didunia persilatan, ilmu
pedangnya itu dinamakan It ci hui kiam (pedang satu huruf)
diantara seluruh ilmu pedang yang ada didunia ini,
kepandaiannya terhitung ilmu silat tingkat tinggi. Kiranya
setelah berhasil mencuri kitab Po-kia Sinkun dari rumah
keluarga Huan, Kiu-ci Sinkun telah menyembunyikan diri
ditengah gunung untuk mempelajaiinya, tidak sampai setahun
seluruh ilmu dalam kitab itu sudah dipelajari habis, karena
takut dikejar Huan Teng dia bersembunyi selama satu tahun
lagi digunung untuk memperdalam ilmunya, lama kelamaan
kegemarannya untuk belajar ilmu yang lain tak bisa dibendung
lagi, berangkatlah dia ke kota Kay Hong dan mencari Kongsun
Tong untuk membicarakan suatu barter...."
"Barter bagaimanakah itu?" tanya Hoa Thian-hong.
"Kiu-ci Sinkun mengeluarkan sejilid kitab salinan ilmu Po-kia
Sinkun untuk ditukarkan dengan sejilid kitab salinan ilmu
pedang It Ci hui kiam milik Kongsun Tong, ia berharap agar
Kongsun Tong bersedia m nerima tukar menukar itu."
Mendengar cerita tersebut, semua orang tak dapat
menahan gelinya lagi, tertawalah beberapa orang jago itu
dengan nyaring. Suma Tiang-cing segera berkata, "Mungkin Kin ci sinkuc
adalah seorang tolol yang otaknya terlalu sederhana dan tidak
tahu keadaan." Po-yang Lojin menggeleng.
"Kecerdasan orang ini luar biasa sekali dan jarang ditemui
dikolong langit, oleh karena dalam benaknya ia cuma
memikirkan soal ilmu silat belaka, maka bila dia sudah
berminat akan suatu ilmu, dengan cara dan jalan apapun akan
ditempuh olehnya untuk mendapatkan apa yang diinginkan,
kendatipun perbuatannya itu melanggar kebiasa n orang dan
cukup bikin tercengang orang lain!"
"Benar, sahabatku si setan catur juga demikian" sela Cu Im
taysu dengan cepat. Setelah berhenti sebentar, ia tertawa dan gelengkan
kepalanya. "Terlalu banyak cerita lucu tentang orang ini, bila lain
waktu ada waktu pasti akan kuceritakan!"
Po-yang lojin tersenyum, ia melanjutkan kembali
penuturannya, "Rupanya Huan Teng memandang peristiwa
hilangnya kitab pusaka Po kia kun boh merupakan suatu
peristiwa yang paling memalukan baginya, diapun tahu jika
berita ini sampai disiarkan dan semua orang didunia
mengetahui akan kejadian ini, maka Kiu-ci Sinkun akan
semakin tak berani unjuk kan diri, karena itu sejak kejadian
sampai detik itu rahasia tersebut tetap disimpan baik-baik,
orang lain tak seorangpun yang mengetahui akan kejadian ini.
Begitulah setelah Kongsu Tong mendengar permintaannya dan
memeriksa pula kitab tersebut, walaupun dihati merasa amat
terkejut tapi dia manyanggupi permintaan orang, bahkan
bersedia pula untuk menyiapkan sejilid salinan ilmu
pedangnya untuk ditukarkan dengan kitab itu, Kiu-ci Sinkun
masih muda dan kurang pengalaman, iapun tak tahu betapa
liciknya orang lain, ia menganggap orang lain tentu sama pula
kebaikannya seperti dia, maka untuk sementara waktu
berdiamlah dia dikota Kay hong sambil menunggu Kongsun
Tong selesai membuatkan sebuah salinan kitab ilmu pedang
baginya." "Mungkinkah Kongsun Tong juga bukan seorang manusia
baik-baik?" tanya Suma Tiang-cing.
Po-yang Lojin mengelus jenggotnya yang panjang dan
tertawa. "Sebagus-bagusnya seseorang toh tetap ada cacadnya,
sejelek jeleknya manusia toh ada pula kebaikannya, sekalipun
didalam masyarakat ada orang yang berwatak baik, dibalik
kebaikannya itu pasti ada wataknya yang jelek, susah untuk
menentukan baik buruk dari pandangan sekilas saja, begitu
pula dengan Kongsun Tong, ia tak bisa dikatakan orang baik
pun tak bisa dikatakan orang jahat"


Tiga Maha Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Omintohud, perkataan lojin memang sangat tepat dan
sangat mengena sekali dilubuk hati setiap orang...." puji Cu Im
taysu. Ia lantas berpaling ke arah Hoa Thian-hong dan
menambahkan, "Thian-hong, engkau harus ingat baik-baik
perkataan dari Po-yang Lojin ini, sebagai seorang pendekar
sejati sudah menjadi kewajibanmu untuk maju terus pantang
mundur, tapi bukan berarti boleh membunuh orang secara
sembarangan, sebab manusia yang benar-benar bejad dan
jahat sehingga tak setitik kebaikanpun dimilikinya jarang sekali
terdapat didunia ini, sejahat jahatnya orang ia masih tetap
memiliki kebaikan walaupun perbandingannya jauh sekali!"
"Boanpwe akan mengingat selalu nasihat ini, dan tak akan
kucelakai orang lain dengan sembarangan!" sahut Hoa Thianhong
sam bil manggut. Suasana hening untuk sementara waktu, terdengarlah
Suma Tiang-cing bertanya lagi setelah memandang sekejap ke
arah Po-yang Lojin, "Locianpwe, bagaimanakah caranya
Kongsun Tong mengatasi persoalan yang dihadapinya ini?"
"Setelah menerima kitab salinan ilmu pukulan tersebut,
sekali dipandang Kongsun Tong sudah tahu kalau isinya tidak
palsu, tapi ia curiga kalau inti sari dari ilmu pukulan tersebut
telah dihilangkan dengan begitu saja. Sebab menurut jalan
pikirannya, kitab Po kia kun boh adalah kitab pusaka andalan
keluarga Haun, jelas tak mungkin kalau kitab tersebut dapat
dicuri oleh seorang anak muda, ia lantas menaruh curiga kalau
Huan Teng sedang mengatur siasat busuk untuk menjatuhkan
nama baiknya, sengaja ia mengirim seorang bocah dengan
membawa kitab pusaka yang tidak komplit untuk ditukar
dengan rahasia ilmu silatnya, setelah ia berbasil menguasai
ilmu pedangnya maka datanglah jago itu untuk
menghancurkan nama baiknya.
"Berpikir sampai disitu, betapa gusarnya Kongsun Tong,
tapi dikarenakan Kiu-ci Sinkun cuma seorang bocah belasan
dan lagi jelek jelek dia juga seorang tamu, maka sebagai
orang kenamaan ia tak mau bertempur melawan bocah tak
bernama itu, dia lantas kembali kekamar dan ambil keluar
sejilid kitab pedang, kepada Kiu-ci Sinkun ujarnya, "Coba
lihatlah kitab pedangku ini, tulisannya mencapai beberapa
puluh laksa kata, jurusnya seratus satu dan gambarnya
seratus satu pula, kalau musti disalin maka membutuhkan
waKtu yang sangat lama, terutama karena tiada pembantu
yang bisa dimintai pertolongannya, aku harap engkau suka
sabar menanti sebab sedikitnya dua puluh hari baru bisa
selesai!" Kitab itu memang antik bentuknya dan padat isinya,
semakin gatal rasanya Kiu-ci Sinkun untuk mendapatkannya,
apa mau dikata, isi kitab itu memang tebal maka ia berjanji
akan kembali lagi kesitu satu bulan mendatang, dan waktu
itulah barter akan dilaksanakan oleh ke dua belah pihak"
"Sebenarnya rencana busuk apakah yang telah disusun
oleh Kongsun Tong itu?"
"Kongsun Tong tersohor namanya karena ilmu pedangnya
yang lihay, kecuali ilmu lainnya bahkan terhadap kitab pusaka
Po kia kun boh tersebutpun sama sekali tidak tertarik, dia
malahan menaruh curiga kalau Huan Teng mengadung
maksud jahat dan mengirim orang untuk membohongi ilmu
silatnya sendiri, maka dia ambil keputusan untuk
menggunakan akal busuk melawan akal busuk, bukan saja
akan membari kelihayan kepada Huan Teng, mumpung
menggunakan kesempatan yang sangat baik inipun dia akan
angkat nama hingga tersohor dikolong langit"
"Dengan cara apa ia laksanakan rencananya berdasarkan
siasat lawan siasat itu?" tanya Hoa Thian-hong seraya tertawa.
"Sepeninggal Kin ci siokun, diam-diam Kong sun Tong
membuat sepucuk surat dan mengutus orang untuk segera
menyampaikan kepada Huao Teng, didalam surat itu
diterangkan bahwa ada orang yang bendak menukar kitab
pusaka Po kia kua boh miliknya dengan kitab ilmu pedangnya,
dan diharapkan kedatangannya untuk menangkap pencuri,
selain itu diam-diam iapun mengumpulkan sekawanan jago
kenamaan dari dunia persilatan untuk bertindak sebagai saksi,
menurut perhitungannya andaikata Huan Teng benar-benar
kecurian maka jikalau pencurinya berhasil ditangkap dan
barang yang tercuri dapat dikembalikan kepada pemiliknya
sudah pasti Huan Teng akan merasa sangat berterima kasih
kepadanya, sebalikuya kalau kejadian ini meru pakan siasat
busuk dari orang itu, maka berada dihadapan kawanan jago
persilatan Kongsun Tong akan menantang Huan Teng untuk
berduel, bukan saja rencana busuknya akan dibongkar dan
dibeberkan didepan mata jago kenamaan, bila ia berhasil
kalahkan Huan Teng bukankah nama besarnya akan semakin
tersohor lagi dikolong langit....?"
Suma Tiang-cing tertawa tergelak sesudah mendengar
cerita itu, serunya tanpa terasa, "Siasat ini mempunyai
manfaat rangkap, baik kiri maupun kanan semua akan
mendatangkan hasil yang menguntungkan dirinya, ruparupanya
pendekar pedang ini memang luar biasa sekali!"
Po yang lojtn tersenyum. Ketika Huan Teng menerima surat pemberitahuan itu, tentu
saja buru-buru ia berangkat memenuhi undangan, sementara
sekawanan jago persilatan yang diundang Kongsun Teng ju-ga
telah berdatangan pula pada waktunya. Nah, ketika saat yang
dijanjikan telah tiba, Kiu-ci Sinkun dengan membawa salinan
kitab pusaka Po kia kun boh datang kerumah Kongsun Tong
dengan wajah berseri-seri, setellah masuk kegedung dan
menemukan banyak jago hadir disana, terutama pukulan sakti
Huan Teng yang sudah bersiap-siap dengan wajah penuh
kema rahan, sadarlah pemuda itu kalau dia sudah dihianati
Kongsun Tong, setelah kejadian menjadi begini sudah pasti
barter tak mungkin dilangsungkan, untuk kabur juga tak ada
harapan, terpaksa dengan keraskan kepala ia maju terus
kedlam rumah itu untuk menghadapi kenyataan.
"Bagaimana akhirnya?"" tanya Cu Im taysu cepat, rupanya
ia sangat tertarik oleh kisah tersebut.
Cukup perkasa tindakan Kiu-ci Sinkun, sebelum Pukulan
sakti Huan Teng menegur dirinya, serta-merta ia sudah
berkata lebih dulu. Aku sudah dua tahun menjadi jongos di
rumahmu, kau sudah menghajar pula tubuhku setengah mati,
sebagai gantinya aku telah mencuri kitab pusakamu dan
melatihnya selama dua tahun, aku rasa urusan ini tiada
faedahnya dibicarakan berlarut larut. Kini kitab tersebut telah
kusembunyikan disuatu tempat yang sangat rahasia letaknya,
kecuali aku siapapun jangan harap bisa temukan benda itu,
sekarang aku nembawa sejilid kitab salinannya, bila kau
bersedia maka kitab salinan ini akan kuserahkan dahulu
kepadamu, urusan dibikin beres sampai disini saja, sebaliknya
kalau engkau tetap merasa tidak terima, maka kita harus
menyelesaikannya dengan ilmu silat, bila kau menang, kitab
salinan ini kuserahkan dulu kepadamu, lalu kuantar engkau
untuk mengambil kitab aslinya, selain itu kau hendak
menghukum diriku dengan cara apapun aku tak akan
membangkang atau coba menghindarinya"
"Andaikata Kiu-ci Sinkun yang menang?" tanya Hoa Thian
bong. Po-yang Lojin tertawa setelah mendapat pertanyaan itu,
sahutnya, "Pertanyaan semacam ini hanya kau seorang yang
mengajukan, orang lain tak akan berpikir sampai disini, waktu
itu Kiu-ci Sinkun berkata pula, "Andaikata aku yang menang,
maka kitab Kun boh tersebut menjadi milikku, kau tak boleh
mencari gara-gara lagi dengan aku, sedangkan akupun tak
akan mencelakai jiwamu, engkau boleh pulang kerumah dan
melatih kembali ilmu silatmu, tiga tahun kemudian datanglah
mencari aku dan kita bertanding lagi, coba kita lihat siapakah
yang lebih cepat memperoleh kemajuan dalam latihannya?"
Bercerita sampai disini, Po-yang Lojin sendiripun tak dapat
menahan diri sehingga gelengkan kepalanya berulang kali,
katanya sambil tertawa nyaring, "Saudara sekalian, Kiu-ci
Sinkun memang, benar-benar seorang manusia luar biasa,
sejak jaman dahulu sampai sekarang, bukan saja kelakuannya
aneh, tindak tanduknya juga luar biasa sekali, karena itulah
dengan tidak bosan-bosannya kuceritakan kisah dimasa
mudanya kepada kalian, kalau tidak begini sudah pasti kalian
tidak akan percaya dengan tindak tanduknya dimasa
kemudian." "Silahkan locianpwee melanjutkan ceritanya, kami sudah
pasang telinga baik-baik" kata Hoa Thian-hong.
Jilid 28 Po-yang Lojin mengangguk, selanjutnya ia teruskan lagi
ceritanya, "Sudah tentu pukulan sakti Huan Teng tak pandang
sebelah mata pun atas diri Kiu-ci Sinkun, apalagi berada
dihadapan kawanan jago persilatan yang ada dikolong langit,
ia lebih-lebih tak ingin kehilangan pamornya, sambil menahan
rasa gusar dan mendongkolnya ia cuma mengangguk tiada
hentinya sambil menjawab, 'Bagus....! Bagus....'
Menunggu ia telah selesaikan perkataannya, Huan Teng
segera terjun kedalam gelanggang dan terjadilah suatu
penarungan sengit di tanah lapang, berlatih silat keluarga
Kong sun semua pertarungan dilangsungkan dengan menurut
peraturan dunia persilatan."
Berbicara sampai disini, tak tahan lagi ia menghela napas
panjang, katanya lebih jauh, "Aaai, tahun itu Huan Teng
sudah berusia enam puluh tahun, ilmu Po kia kun boh tersebut
sudah dipelajari selama empat puluh tahun lamanya,
sedangkan Kiu-ci Sinkun masih muda dan ilmu pukulan sakti
itu pun baru dipelajari dua tahun, apa yang kemudian terjadi"
Ternyata kepandaian mereka berdua seimbang alias setali tiga
uang, sekalipun sudah bertempur selama liga ratus gebrakan,
ternyata menang kalah masih belum dapat ditentukan"
"Sesuai dengan namanya yakni Po-kia Sinkun (pukulan
sakti penjebol tameng) aku rasa ilmu tersebut semestinya
adalah sejenis ilmu pukulan keras yang mengandalkan tenaga
gwa kang," kata Suma Tiang-cing keheranan. "Padahal Huan
Teng sudah berlatih selama empat puluh tahun lamanya
dengan tekun, semestinya ia lebih tangguh baik dalam
kekuatan maupun kematangan, kenapa dia tak mampu
menangkan seorang angkatan muda?"
Jawabannya sederhana sekali, sebabnya Kiu-ci Sinkun
adalah seorang manusia yang sangat berbakat dalam berlatih
ilmu silat, terhadap soal ilmu silat, dia memiliki daya ingat
yang luar biasa, selain itu kalau orang lain tiap hati cuma
berlatih satu dua jam, maka dalam benaknya kecuali ilmu silat
boleh dibilang tak ada pikiran lain yang berkecamuk dalam
benaknya, seolah-olah, kecuali makan dan tidur dia selalu
menyibukkan diri dengan berlatih ilmu silat, oleh sebab itulah
bila dia berlatih satu tahun, sama halnya dengan orang lain
berlatih selama lima enam tahun, ditambah pula dengan
bakatnya yang bagus serta kecerdasan yang melebihi orang
lain, maka satu tahun dia berlatih sama halnya dengan orang
lain berlatih melama sepuluh dua puluh tahun lamanya.
Dia menarik nafas panjang-panjang, kemudian lanjutnya,
"Dalam pertarungan tersebut, Huan Tong menang karena
tenaga dalamnya jauh lebih sempurna, sebaliknya Kiu-ci
Sinkun lebih dapat meresapi makna serta inti sari dari ilmu Pokia
Sinkun tersebut, seringkali dia bisa mengeluarkan jurus
baru hasil ciptaannya sendiri, kadangkala diapun
mengandaikan kelincahan serta kegesitannya untuk mengatasi
keampuhan tenaga pukulan lawan, oleh sebab itulah
walaupun sepanjang pertarungan itu berlangsung, seringkali
dia menghadapi mara bahaya, tapi toh Kiu-ci Sinkun berhasil
mempertahankan diri sehingga tidak sampai menderita
kekalahan" "Pertarungan itu tidak dibatasi sampai berapa jurus sampai
akhirnya toh pasti ada yang kalah atau menang bukan?" tanya
Suma Tiang-cing lagi. Setelah bertarung sampai dua ratus tiga puluh jurus, tibatiba
Kiu-ci Sinkun menunjukkan kelihayannya, secara beruntun
dia melakukan beberapa gerakan yang keliru untuk menipu
musuhnya masuk perangkap, kemudian suatu ketika tinjunya
langsung disodok kemuka menghajar bahu Huan Teng,
mungkin karena terlalu banyak tenaga yang diperlukan untuk
mainkan pukulan sakti Po-kia Sinkunnya juga karena usia
Huan Teng sudah menanjak sehingga kekuatannya jadi lemah,
setelah bertarung lama tanpa hasil, kegusaran yang
membakar dada Huan Teng makin membara karena gusar,
kekuatannya tak dapat menghimpun dan kelemahan inilah
yang telah dimanfaatkan oleh Kiu-ci Sinkun.
"Waah, akhir dari pertarungan itu pastilah diluar dugaan
siapapun juga" kata Hoa Thian-hong, entah bagaimana
selanjutnya?" "Sewaktu Kiu-ci Sinkun berlatih ilmu Po-kia Sinkun tersebut,
semua pikiran dan ingatannya dipusatkan pada soal
keampuhan jurus, dengan sendirinya tiada kekuatan yang dia
miliki, dengan mengandalkan kekuatan tenaganya sebagai
seorang pemuda, secara dipaksakan dia dapat bertahan
sebanyak dua ratus gebrakan lebih, waktu itu tenaganya
sudah hampir habis digunakan, karena itu sekalipun
pukulannya berhasil menghajar bahu Huan Teng, namun
pukul an itu sama sekali tak bertenaga bukan saja tidak terasa
malahan Kiu-ci Sinkun sendiri yang terpukul sampai mundur
beberapa langkah kebelakang, begitu pertarungan terhenti
pemuda itu tak mampu melanjutkan pertarungannya lagi tapi
hasil yang dicapainya telah menggemparkan seluruh ruangan,
sebagian besar kawanan jago persilatan itu merasa kaget dan
terkesiap oleh kejadian tersebut...."
"Menurut peraturan dunia persilatan, pertarungan ini telah
dimenangkan Kiu-ci Sinkun, masa dihadapan umum Huan
Teng tak mau mengakui kekalahannya?" kata Suma Tiangcing.
"Pada waktu itu Huan Teng berdiri tertegun ditengah
gelanggang tanpa bisa berbuat apa-apa, sedangkan Kiu-ci
Sinkun sendiri sudah bura-buru meninggalkan salinan kitab
ilmu silat itu, dia hanya berseru, "sampai jumpa tiga tahun
lagi!" dengan gerakan cepat dia kabur dari tempat kejadian,
meskipun banyak jago persilatan yang merasa tidak puas
dengan kejadian itu, tapi dalam keadaan serba kalut semua
orang tak tahu apa yang musti dilakukan, menanti mereka
sadar kembali dari lamunannya, Kiu-ci Sinkun sudah lenyap
tak berbekas. "Haaah.... haaah.... haah kitab pusaka salinan itu sudah
ditinggalkan, lagipula ada janji untuk bertemu tiga tahun lagi,


Tiga Maha Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentu saja orang lain merasa tak enak hati untuk turut campur
dalam urusan itu, Waah-Kiu-ci Sinkun memang cukup licik dan
cerdik!" seru Cu Im Taysu sambil tertawa tergelak,
Po-yang Lojin tersenyum, ujarnya, "Urusan pun dianggap
sudah berlalu dengan begitu saja, semua orang lantas bubar
dan kembali kerumah masing-masing. Pukulan sakti Huan
Teng sendiri melakukan penggeledahan selama beberapa jam
dikota Kay hong, tapi jejak dari Kiu-ci Sinkun bagaikan ditelan
keperut bumi saja, sama sekali tidak berhasil ditemukan lagi,
dengan putus asa bercampur kecewa terpaksa ia harus pulang
kerumah untuk berlatih tekun ilmu silatnya, ia bersiap-siap
untuk membunuh Kiu-ci Sinkun dalam pertarungannya tiga
tahun mendatang, siapa tahu beberapa bulan kemudian
dirumah Kong sun Tong telah terjadi keonaran!"
"Apakah kitab pusaka ilmu silatnya juga dicuri orang?"
tanya Hoa Thian-hong. Suma Tiang-cing segera menyela, "Setelah Huan Tong
mengalami nasib yang tragis, aku percaya Kong sun Tong
pasti bertindak lebih waspada lagi, terutama terhadap kitab
pusaka ilmu pedangnya itu, ia tentu menyembunyikan secara
sempurna. Kendatipun Kiu-ci Sinkun memiliki daya
kemampuan untuk menyusup kerumah lawan dan
membongkar almari orang lain, belum tentu ia dapat
menemukan kitab sekecil itu!"
Po-yang Lojin tertawa, ceritanya lagi.
"Suatu hari, baru saja Kongsun Tong pulang dari
bepergian, tiba tiba temukan secarik keras diatas meja
tulisnya ketika di baca ternyata surat dari Kiu-ci Sinkun, dalam
surat tersebut ia mencaci maki Kongsun Tong karena
berkhianat, oleh sebab itu menggunakan kesempatan sewaktu
ia pergi, kitab pusakanya dicuri, bahkan berjanji pula pada tiga
tahun mendatang dengan jurus It cia cian li (sekali melesat
seribu li) dia akan memahtahkan jurus It nia ban nia (sekali
ingat selaksa tahun) kemudian dengan jurus It ki ho seng
(sekali jadi berurutan) akan memaksa Kongsun Tong
menggunakan It heng sam mey (Satu deret tiga bencana)
menyusul mana dengan jurus It thio it si (kadangkala tegang
kadangkala kendor) dia akan menghadiahkan sebuah babatan
tajam diatas dada kanan kongsun Tong, tapi ia menyatakan
pula bahwa jiwa Kongsun Tong tak akan dicabut agar bisa
melakukan pertarungan ulangan pada tiga tahun berikutnya.
"Masa orang ini berisi benar-benar mempunyai kepandaian
sehebat itu sehingga kitab pusaka milik Kongsun Tong juga
ikut dicuri?" tanya Suma Tiang-cing dengan dahi berkerut.
Po-yang Lojin tidak menjawab pertanyaan itu, tapi
melanjutkan kembali, "Setelah membaca surat tersebut
Kongsun Tong mengerutkan dahinya, memang ilmu pedang It
ci kui kiam miliknya memakai kata It semua pada permulaan
katanya, seperti It sia cian li, It nian ban nia, It ki ho seng, It
heng sam mey serta It thio it si semuanya merupakan namanama
jurus pedang. Ia merasa kitab tersebut tak mungkin bisa
dicuri, mungkin semua nama itu dilihat olehnya tatkala kitab
pusaka tersebut diperlihatkan kepada Kiu-ci Sinkun tempo
hari. Dia merasa kitab itu sudah disimpan sangat rahasia yang
tak mungkin bisa dicuri bocah itu, maka dianggapnya surat
tersebut sebagai suatu ejekan belaka, ia tidak memperhatikan
secara serius!" "Tapi...." setelah berhenti sebentar, Po-yang Lojin
melanjutkan kembali kata-katanya, "Kongsun Tong merasa
bahwa kelima jurus serangan yang ditulis Kiu-ci Sinkun tentu
punya maksud tertentu, tanpa terasa dia mulai
membayangkan secara diam-diam. Masih mendingan kalau
tidak dibayangkan, begitu dipikirkan kontan paras mukanya
berubah hebat, ia merasa dada kanannya seolah-olah betulbetul
ditusuk orang dengan pedang, buru-buru dia masuk
kekamar tidurnya, menyingkirkan rak bukunya, menekan
tombol dan terbukalah sebuah ruang rahasia diatas dinding,
ketika Kongsun Tong menekan tombol rahasia yang lain, pintu
besi itu membuka secara otomatis.... apa yang kemudian dia
lihat" Kitab ilmu pedang itu masih tersimpan baik-baik dalam
ruang rahasia, bahkan tak pernah disentuh orang.
"Waah,kalau begitu maksud Kiu-ci Sinkun meninggalkan
suratnya itu tak lain hanya bermaksud mengejek lawannya
belaka" kata Cu Im taysu.
"Perkataan tasyu memang ada benarnya cuma tidak tepat
keseluruhannya. Ternyata Kiu-ci Sinkun memiliki kecerdikan yang luar biasa,
meskipun kitab pusaka itu hanya dilihat sepintas lalu, tapi dia
dapat menghapalkan nama-nama dari jurus serangan itu,
tampaknya Kiu-ci Sinkun memang berhasrat besar untuk
mencuri kitab pusakanya itu. Walaupun begitu diapun tahu
betapa liciknya Kongsun Tong, kitab pusaka itu pasti
disembunyikan disuatu tempat yang sangat rahasia dan tak
mungkin bisa ditemukan orang lain, malahan mungkin jaga
kitab itu selalu digembol dalam sakunya.
Berbicara sampat di sini, Po-yang Lojin menghela napas
panjang. "Aaii! Kesabaran dari Kiu-ci Sinkun memang luar biasa
sekali, baik siang ataupun malam, tiap hari berjaga-jaga terus
didalam rumah Kongsun Tong, ia tidak pernah bersembunyi
terlalu dekat, terutama sekali di kala Kongsun Tong sedang
berlatih ilmu pedangnya, ia lantas mencuri lihat dari kejauhan
dan kemudian dicocokkan dengan nama-nama dari jurus
serangan yang dia ingat, begitulah.... setelah mencuri lihat
selama beberapa bulan dan berhasil meraba jalannya
permainan pedang orang itu, ia mulai melaksanakan siasat
melemparkan baru bertanya jalan."
"Siasat melempar batu bertanya jalan?"" tanya Hoa Thianhong
dengan wajah tercengang. Benar! Oleh karena dia tak tahu dimanakah Kongsun Tong
menyimpan kitab pusaka ilmu silatnya, maka setelah
meninggalkan surat, dia sendiri bersembunyi diatas atap
sambil mengintip terus kebawah, setelah diketahui olehnya
letak rahasia dari alat rahasia tersebut, diam-diam dia baru
berlalu dari situ. "Kenapa musti begitu?" tanya Hoa Thian-hong tercengang,
rupanya ia merasa keheranan oleh kenyataan tersebut.
"Kongsun Tong adalah seorang manusia yang cerdik dan
banyak akal muslihatnya, setelah diketahui bahwa kitab
pusakanya tetap berada ditempat semula, dia lantas dapat
menebak maksud hati lawannya, waktu itu diapun tidak
menunjukkan sesuatu reaksi, setelah almari rahasianya
dikembalikan pada letak semula dan kitab pusaka itupun
disimpan ditempat semula, dia lantas berlalu seperti tidak
pernah terjadi sesuatu apa pun."
"Tapi malamnya, ia melakukan penggeledahan yang teliti di
setiap sudut rumahnya, setelah yakin benar kalau disekttar
tempat itu tak ada musuh yang bersembunyi, sekali lagi dia
buka almari rahasianya dan ambil keluar kitab yang asli,
sedangkan kitab tiruan diletakkan sebagai gantinya sedang
kitab yang asli di gembol dalam saku. Sejak itulah dia selalu
memasang jebakan dan perangkap untuk membekuk pencuri,
kadangkala diapun pergi sambil membawa pedang, sekitar
wilayah diperiksa dengan teliti apakah ada jejak Kiu-ci Sinkun
atau tidak, apa mau dikata ternyata jejak Kiu-ci Sinkun tak
ditemukan lagi. Kiranya waktu itu dia sudah berada di wilayah
Kanglam dan menjadi muridnya Biau-hua Tojin seorang tosu
keji yang berdiam dibukit Mo san!"
"Waah....! Orang ini memang menarik sekali," kata Cu Im
taysu sambil tertawa, "apakah dikarenakan merasa tak
mampu menangkan Kongsun Tong maka dia lepaskan
mangsanya itu?" "Hmm! Cerita menarik masih belum dimulai! Dengan
kecerdasan serta bakatnya itulah ia belajar giat sekali dibawah
pimpinan Biau-hua Tojin, hampir semua ilmunya diturunkan
kepadanya, apalagi ketika Biau-hua merasa ada kecocokan
dalam watak maupun pembawaan, ia merasa lebih
menyayangi muridnya ini, malahan Kiu-ci Sinkun dianggap
sebagai murid kepercayaannya dan semua ilmu rahasia yang
tak pernah diwariskan kepada orang lain diturunkan semua
kepada muridnya yang satu ini."
"Kiu-ci Sinkun ternyata memang tidak mengecewakan
gurunya, cuma dalam dua tahun semua kepandaian yang
diwariskan Biau-hua Tojin telah dikuasai semua, ketika tiada
kepandaian baru yang bisa dipelajari lagi, ia mulai tertegun
dan tidak kerasan, suatu ketika dikala ada kesempatan yang
baik baginya, maka kaburlah dia dari atas gunung, bahkan
sambil menyelam minum air, ia sekalian mencuri pula semua
kitab ilmu pedang, ilmu pukulan, ilmu menangkap setan, ilmu
pertabiban dan ilmu jampi-jampi milik imam itu!"
Terbahak-bahak Hoa Thian-hong sesudah mendengar cerita
itu, serunya cepat, "Waah.... kepandaiannya sudah dikuras
habis, sekarang dia kuras pula semua harta milik gurunya,
orang ini memang luar biasa hebatnya!"
"Engkau pernah melihat orang yang suka akan bendabenda
antik?" tiba-tiba Po-yang Lojin bertanya.
Hoa Thian-hong menggeleng.
"Belum pernah, tapi boanpwee tahu pasti ada manusia
macam itu didunia ini!"
"Bagi Kiu-ci Sinkun, kitab-kitab pusaka, ilmu silat adalah
barang antik, bagi orang yang gemar barang antik, sering kali
dia mengumpulkan kitab-kitab curiannya itu dan dibaca
berulang kali malahan kemudian sekalipun ilmu silat yang
dimiliki Kiu-ci Sinkun sudah amat lihay, tapi setiap kali dia
mendengar kalau disuatu tempat mempunyai kitab pusaka,
maka sekalipun harus menempuh jarak beribu-ribu li, dia tetap
mendatangi tempat itu, gagal diminta secara terang-terangan
maka dicurinya dengan cara apapun. Kiu-ci Sinkun pada waktu
ia sudah mendekati orang yang demam silat
"Bagaimana keadaan Biau-hua Tojin selelah mengetahui
murid kesayangannya kabur sambil membawa lari kitab kitab
pusakanya?" tanya Suma Tiang-cing sambil tertawa geli.
"Apalagi" Tentu saja dikejar dan dicari ubek-ubekan!"
"Berhasil ditangkap atau tidak?" tanya Hoa Thian-hong
dengan perasaan ingin tahu.
"Kalau berhasil ditangkap, tak mungkin dia mencarinya
sampai ubek-ubekan....!"
Cu Im taysu tertewa tergelak, serunya cepat, "Locinpwe,
lanjutkan ceritamu, aku duga Kongsun Tong pasti menderita
kerugian besar!" Memang begitulah, kurang lebih dua tahun kemudian,
waktu itu Kongsun Tong sudah hampir melupakan peristiwa
masa lalu, apalagi ia merasa kurang leluasa untuk membawa
kitab pusakanya kemana-mana, maka kitab pusaka itu ditaruh
kembali ke tempatnya semula, sementara itu Kiu-ci Sinkun
yang berhasil kabur dari bukit Mo-san langsung menuju ke
kota Kay-hong, setelah dua tahun belajar ilmu dari Biau-hua
loto bukan saja ilmu silatnya memperoleh banyak kemajuan,
segala ilmu setanpun banyak yang dia kuasai, pagi itu dia lihat
Kongsun Tong pergi jalan-jalan sambil membawa sangkar
burungnya, menanti Biau-hua Tojin dan Kongsun Tong
melakukan pencarian besar-besaran keseluruh dunia
persilatan, waktu itu Kiu-ci Sinkun sudah kabur puluhan laksa
li jauhnya dan bersembunyi diatas bukit Heng an nia untuk
melatih ilmu pedangnya!"
ooooOoooo 83 Po-yang Lojin tarik napas panjang-panjang, kembali
meneguk air teh untuk membasahi kerongkongannya, tiba-tiba
ia berkata. Orang ini memang lihay dan sepanjang hidupnya sudah
banyak pengalaman aneh yang dialaminya, Jite!. Kau teruskan
ceritanya, aku sudah capai ngomong terus, tapi ceritanya
harus sederhana tapi jelas bagi pendengarnya,"
Baru-buru kakek she Li itu berpikir sebentar untuk
mengumpulkan kembali daya ingatnya. setelah itu baru
tuturnya. "Setahun kemudian, tiba-tiba Kiu-ci Sinkun berkunjung
kerumah kediaman Huan Teng untuk memenuhi janji tiga
tahunnya, ketika itu Biau-hua loto dan Kongsun Tong telah
berjaga-jaga disekitar rumah keluarga Huan, ketika Kiu-ci
Sinkun munculkan diri, mereka bertiga segera mengepungnya
rapat-rapat dan kalau bisa ingin sekali mereka cabik-cabik
musuhnya jadi beberapa bagian....!"
"Tapi Kiu-ci Sinkun tetap tenang-tenang saja, sebagaimana
caranya yang lama, barang siapa ingin mendapatkan kembali
kitabnya yang hilang, dia harus bisa dikalahkan kalau tidak
maka tuntutannya itu harus diulangi kembali sampai tiga
tahun berikutnya, tentu saja Huan Teng turun tangan lebih
dahulu, tapi belum sampai empat puluh gebrakan, jago tua itu
sudah dikalahkan menyusul ia beradu pedang dengan
Kongsun Tong dan akhirnya ia bertempur melawan Biau-hua
loto bekas gurunya, tapi kedua orang jago itu mengalami
nasib yang sama, tak sampai dua ratus gebrakan secara
beruntun mereka telah dikalahkan dengan cara yang
mengenaskan sekali" Ketika kakek tua she Gin melihat Ji ko nya telah kelupaan
menceritakan hal yang paling penting, cepat dia
menambahkan, "Ketika ia bertempur melawan Huan Teng
maka ilmu silat yang dipakai hanya melulu ilmu pukulan Po-kia
Sinkun, ketika bertarung melawan Kongsun Tong yang dipakai
cuma ilmu pedang It ci hui kiam, sedangkan dikala bertempur
melawan Biau-hua loto yang dipakaipun hanya melulu ilmu
yang dipelajari dari imam tua ini, sedikitpun tidak
mengandung ilmu pukulan Po-kia Sinkun ataupun ilmu pedang
It ci hui kiam!" "Oooh.... ini baru hebat namanya!" seru Hoa Thian-hong,
"kalau aku yang harus menjadi dia, susah rasanya untuk
membedakan jurus ini adalah jurus milik siapa, jurus itu
adalah jurus pukulan apa lagipula ditengah pertarungan
seru.... waah, pusing deh rasanya!"
Kakek tua she Li itu menghela napas panjang.
"Aaai.... Mula-mula tiga orang itu bertarung secara
bergantian tapi setelah semua dikalahkan, Biau-hua loto
segera mengusulkan untuk main kerubut, maka tiga orang
jago lihay itupun serentak menyerbu ke gelanggang dan
mengerubuti Kiu-ci Sinkun seorang diri...."
"Selama bersembunyi di bukit Heng an sia entah barang
aneh apa saja yang telah dimakan Kiu-ci Sinkun selama
setahun lamanya, ternyata tenaga dalam yang dimilikinya


Tiga Maha Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peroleh kemajuan yang pesat, ilmu meringankan tubuh yang
dia milikipun amat sempurna, sekalipun harus bertempur tiga
babak secara beruntun namun ia masih tetap tangguh dan
gagah perkasa, ketika dia harus satu lawan tiga mulailah Kiu-ci
Sinkun keteter hebat tapi ia masih bertahan terus dengan cara
pertarungannya, siapa yang sedang dihadapi jurus serangan
apa pula yang dipakai....
"Akhirnya dia menderita luka parah karena tak tahan
dikerubuti tiga orang jago, untungnya Biau-hua Tojin sekalian
bermaksud menawannya hidup-hidup agar barang mereka
yang hilang bisa didapatkan kembali, dengan keuntungan
inilah suatu ketika Kiu-ci Sinkun berhasil menembusi kepungan
dan melarikan diri" "Bukankah ia sudah menderita luka parah, masa Biau-hua
Tojin sekalian bertiga tidak mampu menangkapnya kembali?"
tanya Suma Tiang-cing keheranan.
"Orang ini mempunyai tiga kemampuan, yakni pandai
mencuri, pandai melarikau diri serta pandai bersembunyi,
belum pernah ketiga macam kepandaiannya ini mengalami
kegagalan ataupun salah perhitungan!"
"Bagaimana selanjutnya?" tanya Hoa Thian-hong sambil
tertawa. "Selanjutnya selama dua tahun belakangan dalam dunia
persilatan secara beruntun terjadi peristiwa-peristiwa
pencurian, banyak jago jago kenamaan baik dari goloogan
putih maupun dari golongan hitam kecurian kitab pusakanya,
tampuknya kesintingan Kiu-ci Sinkun sudah mencapai pada
puncaknya sehingga umat persilatan disatroni olehya, keadaan
pada waktu itu jadi kacau balau tak karuan, banyak orang
yang kecurian segera menyebarkan diri kedalam dunia
persilatan dan mencari jejaknya, sekalipun demikian toh ia tak
berhasil ditangkap, sampai belasan tahun kemudian tiba-tiba
ia munculkan diri dalam dunia persilatan!"
"Li locianpwe, selama belasan tahun dia telah bersembunyi
dimana?" tanya Hoa Thian-hong sambil tertawa.
"Menurut perkiraan orang banyak, kemungkinan besar ia
sudah menyingkir ke negeri Thian lok (kini India), hal ini
berdasarkan dari ilmu Yoganya yang sangat lihay setelah
muncul kembali kedalam dunia persilatan, dengan dasar
kepandaian Yoga itulah orang menduga ia pasti menyingkir
kesitu!" Cu Im taysu menyela, "Kitab pusaka ilmu silat berbeda
dengan harta kekayaan seperti emas, perak, intan, permata,
sebelum dirampas kembali siapa pun tak mau menyerah
dengan begitu saja, setelah dia muncul kembali kedalam dunia
persilatan, sudah pasti banyak sekali jago silat yang datang
membuat perhitungan dengan dirinya?"
"Oooh.... Hal ini sudah jelas"
Setelah berhenti sebentar, Li lojin melanjutkan, "Bagi orang
lain, kemunculannya berarti kesempatan untuk menagih
hutang lama, sebaliknya bagi Kiu-ci Sinkun, kemunculannya
justru untuk mengulangi kembali tingkah polanya dimasa
lampau, suasana dalam dunia persilatan waktuitu makin kacau
balau!" "Kali ini bagaimana caranya dia mengacau dunia
persilatan?" tanya Hoa Thiasn hong.
"Pada waktu itu, usia Kiu-ci Sinkun baru mencapai tiga
puluh tahunan, tapi kelihayan ilmu silatnya sudah tiada
taranya sehingga sukar untuk menemukan tandingan, tapi
kesenangannya terhadap ilmu silat makin bertambah besar,
kesenangan bukan lenyap lantaran ilmu silatnya bertambah
lihay, justru sebaliknya makin terperosok semakin dalam,
makin melangkah ia semakin jauh, kalau dulu ia main mencuri
maka sekarang ia main rampas secara terang-teranganan,
boleh jadi memakai gertakan, mungkin juga memakai
kekerasan ataupun kelicikan, pokoknya dia berdaya upaya
agar semua kitab pusaka ilmu silat yang dimiliki orang lain
bisa dimiliki sendiri olehnya."
"Kenapa umat persilatan tidak bersatu padu dan bekerja
sama untuk menghadapinya?"
"Siapa bilang umat persilatan tidak bersatu padu dan
menghada-pinya bersama" pada jaman itu, untuk menghadapi
dia seorang bukan saja umat persilatan dari golongan putih
bersatu padu, malahan mereka bekerja sama dengan
golongan hitam untuk bersama-sama menyingkikan Kiu-ci
Sinkun dari muka bumi...."
"Masa dengan kekuatan Kiu-ci Sinkun seorang diri, dia
mampu meng-hadapi kekuatan gabungan dari seluruh umat
persilatan didunia ini?"
"Pada waktu itu seorang belum mengenal nama Kiu-ci
Sinkun, kebanyakan orang tak tahu pula siapa namanya, maka
ada yang sebut si demam silat ada pula menyebut si rase
kepadanya, dunia persilatan pada waktu itu ibaratnya hutan
pemburuan, semua umat persilatan berkumpul jadi untuk
bersama-sama berburu makhluk rase yang licik ini,
kemanapun dia pergi umat persilatan segera mengejar diri
belakang dan menghadang dari depan, kendatipun siang
malam musti ka bur kesana kemari untuk menghindari
pengejaran, tapi dia masih sempat pula menyusun rencana
untuk mengganggu orang lain."
"Keanehan orang ini memang luar biasa sekali, rasanya dari
dulu sampai sekarang belum pernah ada yang menyamai
keanehan dirinya" kata Cu Im taysu, "aai.... pinceng rela hidup
dijaman itu kalau bisa, agar dapat kukenali manusia yang
sangat aneh ini!" Li lojin tersenyum, sambungnya, "Begitulah, dunia
persilatan dikacau selama dua tahun lamanya, umat persilatan
masih tetap tak mampu berbuat apa-apa atas jago lihay yang
aneh ini. Pada waktu itulah tiba-tiba ketua dari perguruan
keluarga Wi ying ada dikota Goan-ciu berhasil menemukan
dua jilid kitab pusaka yang disembunyikan Kiu-ci Sinkun dalam
sebuah gua dibukit Ho-lan-san, kitab yang berhasil ditemukan
itu adalah kitab ilmu pedang partai Tiam cong serta kitab Ciok
yu cap sa kek milik Ciok Yu kek dikota Seng ciu, katanya kitab
ini adalah kitab pertabiban yang dibuat dikala jaman dinasti
kaisar Sianyan Tee, isinya berupa ilmu pengobatan dan ilmu
pertabiban yang sama sekali tak ada hubungannya dengan
ilmu silat, kitab itu dicuri oleh Kiu-ci Sinkun pada belasan
tahun berselang. yaa....! begitulah ketua dari perguruan
keluarga Wi ini bukan saja tidak berhasil menemukan kitab
pusaka perguruannya yang tercuri dia malah menemukan
barang milik orang lain...."
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan kembali katakatanya,
"Kebanyakan barang-barang yang berhasil dicuri dan
dirampas Kiu-ci Sinkun disimpan dalam bukit bukit dan
lembah-lembah terpencil yang susah ditemukan orang,
sekalipun semua kitab pusaka itu adalah milik orang lain tapi
setelah berada ditangannya di anggap sebagai barang
miliknya sendiri, dia tak ingin mengembalikannya kepada
orang lain dan tak sudi pula didapatkan orang, maka setelah
dua jilid kitab pusaka disimpannya dalam bukit Ho-lan-san
ditemukan orang betapa gusar dan mendongkolnya Kiu-ci
Sinkun, setelah berkelana banyak tahun, tiba-tiba timbul
ingatan untuk mencari tempat tinggal yang tetap, pilih punya
pilih akhirnya ia memilih bukit Kiu ci san, dibangunya sebuah
istana yang kuat dan kokoh diatas bukit itu, disana ia menetap
dan menyimpan semua harta kekayaannya."
"Bukankah dia mempunyai banyak musuh yang membenci
dirinya" Masakah dia bisa hidup tenang disana?" tanya Hoa
Thian-hong. "Tenta saja kehidupannya tak tenang, begitu kabar berita
tersebut tersiar kedunia persilatan, orang-orang yang
kehilangan kitab pusa kanya segera berdatangan kebukit Kiu
ci san, ditambah pula para pembantu yang membantu sobatsobatnya
membuat suasana dibukit Kiu ci san benar-benar
sangat ramai sekali, malahan aku dengar lebih banyak orang
yang bermaksud mencari kesempatan untuk merampas kitab
pusaka daripada mereka yang ingin menuntut kembali kitab
miliknya yang di rampas!"
"Dengan kekuatannya seorang diri, masa dia mampu
menandingi orang sebanyak itu?" tanya Suma Tiang-cing.
Li lojin menghela nafas panjang.
"Aaai! Waktu itu rata-rata para jago yang hadir didepan
istana Kiu ci kiong diliputi emosi dan hawa amarah, sekali
komando serentak kawanan jago sebanyak ratusan orang itu
menyerbu kedepan dan mengerubuti Kiu-ci Sinkun, dalam
keadaan begitu kendatipun ilmu silat yang dimiliki Kiu-ci
Sinkun lihaynya bulan kepalang, tak urung juga dibuat jeri dan
bergidik!" "Andaikata orang-orang itu benar-benar menyerbu dengan
tujuan adu nyawa, sudah pasti Kiu-ci Sinkun bukan tandingan
mereka dan nis caya dia akan mati konyol" kata Hoa Thianhong.
Li lojin tertawa. "Sebenarnya orang-orang itu memang bermaksud untuk
beradu jiwa, cuma sayang orang-yang dibelakang berteriakteriak
sementara itu yang ada didepan cuma berdiri kaku
seperti patung!" Tiba tiba Po-yang Lojin menyela, "Ilmu silat yang dimiliki
Kiu-ci Sinkun amat lihay, andaikata benar-benar terjadi
pertarungan, yang berada dibarisan depan sudah pasti akan
korban lebih dulu, padahal tujuan mereka hanya merebut
kembali kitab ilmu silat yang dirampas lawan, dengan
sendirinya tak seorangpun para jago yang ada dibarisan depan
sudi bergebrak lebih dahulu, rupanya merekapun sempat
berpikir kalau mereka adu nyawa, yang untung adalah orang
lain, lalu apa guna dan arti kematian mereka" Sebab itulah
mereka lebih suka melihat orang lain adu jiwa sedang mereka
sendiri berpeluk tangan menjadi nelayan yang beruntung."
Li lojin berkata pula, "Dibalik kesemuanya itu sebenarnya
masih terdapat suatu sebab musabab yang sensitif sekali
artinya, yakni sekalipun Kiu-ci Sinkun tergila-gila oleh ilmu silat
namun tindak tanduknya sama sekali tidak garang ataupun
keji, sepanjang hidup belum pernah ia membunuh seorang
manusiapun, bila sedang bangga meskipun wajahnya berseri
namun tidak sombong, oleh karena itulah orang orang di
jaman itu menyebutnya sebagai Demam silat, ada pula yang
memakinya sebagai si Rase, ada pula yang memakinya si
Sinting, walaupun begitu antara mereka tak pernah terikat
olah dendam sakit hati apapun jua, oleh karena itu antara
merekapun tidak mempunyai keharusan untuk beradu jiwa,
justru karena wataknya yang sama sekali tidak keji dan bengis
inilah, sampai kinipun orang menyebutnya sebagai Sinkun!"
"Ehmmm! Kalau dipikir-pikir, memang disinilah letak kunci
yang paling penting" Hoa Thian bong mengangguk, "entah
bagai manakah akhir dari kejadian itu?"
"Rupanya Kiu-ci Sinkun sendiripun mempunyai perhitungan
yang cukup masak, waktu itu dia berkata begini, "Bukankah
tujuan kalian semua adalah minta kembali barang-barang
kalian yang hilang" Kalau main kerubut seperti orang
kampungan begitu, dari mana tujuan kalian bisa tercapai"
Malahan bisa jadi barang sudah hilang nyawapun ikut
melayang. Kalau kamu semua mau menuruti perkataanku dan
cara yang kukemukakan, siapa tahu kalau apa yang kalian
harapkan bisa tercapai" Jangan kuatir, aku toh sudah menetap
disini, tak mungkin aku bakal melarikan diri"
"Waaah! caranya ini luar biasa" puji Cu Im taysu sambil
tertawa. Li lojin tersenyum. "Memang luar biasa sekali. Waktu itu dia berkala pula:
'Mulai hari ini aku berdiam terus dibukit Kiu ci san ini, jika
kalian ingin mendapatkan kembali benda milik kalian,
berusahalah dengan giat mulai sekarang carilah kitab-kitab
ilmu silat yang berhubungan dengan ilmu silat, ilmu racun,
ilmu bangunan, ilmu pertabiban serta ilmu-ilmu kepandaian
lainnya atau mencari obat-obat mujarab, pedang mustika,
golok mustika, bahkan boleh juga mencari intan permata serta
mutu manikam lainnya yang berharga, asal kalian bisa
dapatkan salah satu dari benda-benda itu kemudian
ditukarkan kepadaku, pokoknya asal aku penujui sudah pasti
kitab pusaka milik kalian yang kucuri akan kukembalikan
kepada kalian!" Tertawa Hoa Thian-hong setelah mendengar perkataan itu,
dia berkata, "Cara ini kurang adil rasanya bagi para pemilik
barang yang merasa keheranan, mungkin tak ada yang setuju
dengan usulnya itu?"
Memang begitulah kenyataannya, para pemilik barang itu
segera menjawab, "Kau mencuri barang, kami merampas
barang kami, sekarang suruh kami tebus barang kami dengan
barang lain, cara ini sama sekali tidak adil dan bijaksana."
"Apa jawab Kiu-ci Sinkun?"
Dia lantas berkata begini: "Kalau kalian tidak setuju dengan
caraku ini aku masih ada cara yang kedua, bila istanaku sudah
kubangun jadi, maka semua kitab pusaka dan benda mustika
yang kumiliki akan kusimpan semua ditempat ini, kalian boleh
menirukan caraku dengan mencuri ataupun merampas
barang-barang itu dari tanganku, setiap saat akan kunantikan
kedatangan kalian!" "Waah, waaah cara ini lebih latah lagi sela Suma Tiang-cing
segera, tapi kejadian tersebut memang tak dapat dihindari,
kenda tipun tidak ia katakan, orang lain toh akan berusaha
untuk melakukan juga."
Li lojin tersenyum. "Tapi diapun menerangkan pula, cara ini ada syaratnya
yakni jika orang yang datang melakukan pencurian adalah
pemilik barangnya sendiri, bila tertangkap maka dia akan
dipenjara selama tiga tahun tanpa ada hukuman yang lain,
tapi bila orang yang melakukan pencurian bukan pemilik
barang, jika tertangkap dia akan dijatuhi hukuman sesuai
dengan berat entengnya dosa yang di langgar, mereka yang
melanggar berat maka ilmu silatnya akan dipunahkan,
sedangkan yang enteng ditahan dalam istana sebagai jongos!"
"Hmmm.... bagus juga cara yang dia ajukan ini" ujar Cu Im
taysu sambil tertawa. Selain kedua cara tadi, dia masih mempunyai cara yarg
ketiga, dia bilang bila istana Kiu ci kiong sudah didirikan,
setiap hari Tong ciu dalam istana akan diadakan pertemuan
besar perebutan kitab pusaka yang akan berlangsung selama
tujuh hari tujuh malam, siapapun boleh ikut serta dalam pesta
perebutan itu, tertu saja dalam pesta pertemuan itupun
disertai pula dengan pelbagai syarat, antara lain yang paling


Tiga Maha Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penting adalah para peserta harus mereka yang kehilangan
kitab pusaka, dan barang yang diperebutkan juga terbatas
pada kitab yang dimilikinya, misalkan si pukulan sakti Huan
Teng, dia hanya berhak merebut kembali kitab pusaka Po kia
kun boh nya, karena itu dia hanya terbatas untuk bertempur
dengan memakai ilmu Po-kia Sinkun pula, bila tahun itu kalah
maka tahun berikutnya dipersilahkan untuk turut kembali.
"Orang ini sungguh menarik hati" seru Hoa Thian-hong
tanpa terasa, "kalau tidak demikian jika mereka harus
bertarung satu lawan satu maka siapapun tak akan mampu
menandingi kelihayannya, dan lagi bila dengan memakai ilmu
perguruan serdiripun tak mampu menangkan orang lain,
kejadian tersebut memang terhitung sangat memalukan"
"Kebaikan yang terutama dari orang ini adalah dia tak ingin
mencelakai jiwa orang lain" Li lojin menerangkan, dan lagi dia
selalu meninggalkan kesempatan yang baik kepada orang lain
untuk merebut kembali barang miliknya, sebab itulah
sekalipun dunia persilatan telah dibikin kacau balau tak karuan
tetapi tidak sampai menimbulkan bencana besar ataupun
banjir darah!" "Dari pada adu jiwa dan bertempur mati-matian memang
lebih baik berusaha dengan menggunakan ketiga macam cara
tersebut, lalu bagaimanakah pendapat para pemilik kitab?"
"Bagi para pemilik kitab, dapat bertempur melawan Kiu-ci
Sinkun hanya terbatas dalam ilmu silat perguruannya, lagi
pula kalau menang bisa memperoleh kembali barang yang
hilang, boleh dibilang suatu kesempatan yang baik sekali
untuk menangkannya, siapapun yakin kalau ilmu silat
perguruan sendiri telah dikuasai penuh dan siapapnn percaya
kalau mereka punya harapan untuk menang, toh andaikata
kalah tahun berikutnya masih boleh ikut kembali dalam pesta
perebutan tersebut, selain itu mereka juga kuatir kalau Kiu-ci
Sinkun didesak terus terusan maka dia akan minggat dan
susah dicari kembali jejaknya, daripada kitab pusakanya hilang
maka para pemilik kitab akhirnya menyetujui juga usulnya
itu!" Tiba-tiba Po-yang Lojin menambahkan, "Didalam kejadian
tersebut masih terdapat pula kunci yang amat penting,
sebagian besar orang-orang yang hendak mencari keuntungan
diair keruh adalah kawanan jago dari kalangan hitam, tatkala
para pemilik kitab sudah menunjukkan tanda-tanda setuju
mereka malahan coba menghasut dan memarakkan kembali
suasara yang mulai reda itu, dalam keadaan demikian inilah
tiba-tiba Kiu-ci Sinkun menggunakan serangan yang paling keji
dan paling cepat untuk melumpuhkan belasan orang diantara
mereka yang berilmu silat paling tinggi, menyaksikan
kelihayan ilmu silat yang dimiliki Kiu-ci Sinkun ini, para pemilik
kitab semakin tak berani bertindak gegabah.
"Lihay amat cara sidemam silat ini bertindak" puji Suma
Tiang-cing sambil tertawa.
Lihaynya sih tidak untuk membangun istana Kiu ci kiong,
dia membutuhkan tenaga yang besar dan benda yang banyak,
menurut jalan pemikirannya maka orang-orang yang
ditangkapnya ini akan dijadikan anak buahnya untuk
mengurangi para pekerja pembangangunan.
"Bagaimana kemudian?" tanya Hoa Thian-hong sambil
tertawa. "Selanjutnya....Hey, lebih baik kita cepat-cepat
membicarakan soal pencarian harta karun saja, cerita jite
terlalu banyak hal-hal yang tak penting, lebih baik samte saja
yang lanjutkan!" Kakek tua she Gin itu biru buru meneruskan kembali kisah
cerita nya dengan suara nyaring, "Untuk mendirikan istana Kiu
ci kiong mereka membutuhkan waktu selama hampir
mendekati lima tahun lamanya, pada tahun keenam bulan
Tiong ciu untuk pertama kalinya diadakan pesta perebutan
barang pusaka, secara beruntun pesta itu diselenggarakan
sampai tujuh tahun lamanya, tapi tak seorangpun yang
berhasil merebut kembali kitab pusaka perguruan mereka,
sepanjang masa itu ada orang yang disekap selama tiga tahun
lantaran tertangkap sewaktu hendak mencuri barang pusaka,
ada pula yang menjadi pelayan dalam istana Kiu ci kiong,
disamping itu banyak pula kawanan jago yang mencari bendabenda
a-neh untuk ditukarkan dengan kitab salinan ilmu silat
perguruannya masing-masing bahkan ada pula yang secara
sukarela masuk istana Kiu ci kiong untuk menjadi seorang
anak buah, pokoknya barang-barang pusaka yang bertumpuk
dalam istana Kiu ci kiong kian lama kian ber tambah banyak,
pengaruh mereka pun kian bertambah besar, hal ini membuat
kedudukan Kiu-ci Sinkun bertambah kuat dan mantap, kekuasaannya
meliputi seluruh kolong langit, tapi menghasilkan
pula suatu persoalan baginya...."
Setelah berhenti sebentar untuk tukar naps, sambungnya
lebih jauh, "Selama tahun-tahun terakhir, Kiu-ci Sinkun telah
menerima empat orang murid kesemuanya merupakan
pemuda-pemuda berbakat bagus yang cerdik dan tekun
mempelajari ilmu, dibawah petunjuk Kiu-ci Sinkun yang lihay,
ilmu silat keempat orang ini memperoleh kemajuan yang
sangat pesat, akan tetapi kemampuan yang mereka miliki
masih belum mampu untuk mewakili guru mereka
menghadapi para pemilik kitab dalam setiap pesta perebutan
barang pusaka" Rupanya dia kuatir kalau Hoa Thian-hong tidak paham
dengan keterangannya ini, cepat dia melanjutkan, "Kita ambil
contoh saja pukulan sakti Huan Teng, usianya waktu itu sudah
mencapai tujuh puluh tahunan, kekuatan tubuhnya sudah
banyak berkurang selama pesta perebutan barang pusaka itu
dilangsung kan, ia selalu diwakili oleh putranya Huang Heng,
tahun itu Huan Heng baru berusia empat puluh tahunan, tapi
ilmu pukulan Po-kia Sinkun yang dikuasainya sudah mencapai
puncak kesempurnaan, untuk mengalahkan jago setengah
umur itu Kiu-ci Sinkun sendiripun membutuhkan seratus
gebrakan lebih baru keinginannya bisa tercapai. Murid kedua
dari Kiu-ci Sinkun yang bernama Si Bun kong paling gemar
mempelajari ilmu silat aliran keras, terutama sekali ilmu
pukulan sakti Po-kia Sinkun, setelah jalan nadi pentingnya Jin
dan tok berhasil ditembusi, lalu mendapat pula bantuan dari
obat-obatan, tenaga dalam yang dimilikinya sudah jauh
melebihi Hoan Teng, akan tetapi kematangan jurus Po-kia
Sinkunnya masih kalah jauh dari Huan Tang, oleh sebab itu
dia belum dapat mewakili gurunya dalam pesta perebutan
barang pusaka itu, padahal jago-jago seperti Kong sun Tong
dan Biau-hua Tojin sekalian sudah berlatih tekun lagi selama
dua puluh tahun terakhir ini sehingga kepandaian silat mereka
mencapai puncak kesempurnaan yang tidak terhingga, tentu
saja murid-muridnya Kiu-ci Sinkun lebih tidak mungkin bisa
menyusulnya. Suma Tiang-cing tertawa. "Dalam keadaan demikian Kiu-ci Sinkun tak mungkin
mengingkari janji sendiri, itu berarti dia mencari kesulitan bagi
dirinya sendiri," katanya.
"Manusia berbakat bagus sukar dicari didunia, apa lagi
orang yang cerdik sekaligus berbakat, belum tentu tiap
generasi bisa di temukan, sebab itulah pada pesta perebutan
barang pusaka yang kedelapan kalinya, Kiu-ci Sinkun
memberikan suatu pengumuman yang luar biasa, barang
siapa dapat menemukan bocah laki atau perempuan yang
cerdas dan berbakat bagus, boleh dikirim ke istana Kiu ci
kiong untuk ditukarkan dengan barang mustika bahkan akan
mendapatkan pula balas jasa yang cukup lumayan...."
"Gila.... benar-benar gila" kata Suma Tiang-cing sambil
gelengkan kepalanya dia tertawa.
"Memang terlalu gila-gilaan perbuatannya ini tapi belsan
tahun berikutnya setiap tahun paling sedikit Kiu-ci Sinkun
menerima seorang, dua orang murid baru, hingga akhir
hayatnya ada tiga puluh delapan orang murid laki perempuan
yang dia miliki, diantaranya sebagian besar adalah manusiamanusia
cerdas yang berbakat, tentu saja kepesatan ilmu silat
yang dicapai merekapun amat luar biasa, ketika Kiu-ci Sinkun
menanjak keusia tua, hampir semua muridnya mampu untuk
mewakili gurunya turun gelanggang, meskipun ada juga
beberapa orang jago lihay yang terpaksa harus dihadapi
sendiri oleh Kiu-ci Sinkun!"
"Sepanjang sejarah ini, apakah ada orang yang akhirnya
berhasil merampas kembali kitab pusaka mereka?" tanya Hoa
Thian-hong dengan perasaaa ingin tahu.
"Ada! Selama empat puluh tahun pesta perebutan barang
pusaka dilangsungkan, ada tiga orang yang berbasil
merampas kembali barang miliknya, tapi selama itu pula
hampir sebagian besar barang pusaka yang ada didunia ini
telah dikuras dan diboyong masuk kedalam istana Kiu ci kiong.
Bagaimanakah akhirnya nasib dari istana Kiu ci kiong ini!"
tanya Hoa Thian-hong sambil menjulurkan lidahnya.
"Mengikuti Kiu-ci Sinkun, terpendam untuk selamanya
didalam permukaan tanah, selain semua kekayaannya ikut
terpendam bahkan ada tiga puluh delapan orang muridnya
dan dua ratus tujuh puluh tiga orang yang ikut terkubur
hidup-hidup dalam istana tadi!"
"Aaah! Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" pemuda itu
berseru kaget. Singkatnya saja, diantara tiga puluh delapan orang
muridnya kurang lebih ada dua belas orang adalah matamata,
kedua belas orang ini sebagian besar adalah anak murid
jago silat kenamaan yang sengaja dikirim kedalam istana,
adapula yang dipelihara dulu oleh orang luar, setelah
mendapat pendidikan yang matang kemudian dikirim kedalam
istana untuk menjadi mata-mata, tentu saja orang-orang yang
berdiri dibelakang kedua belas orang murid ini bermaksud
untuk mengincar barang mustika yang tak ternilai harganya
dalam istana Kiu ci kiong.
Perlu ditambahkan, selama masa menerima murid, Kiu-ci
Sinkun tidak memikirkan kesoal lain, ia melakukan seleksinya
dengan menitik beratkan pada bakat dan kecerdasan
walaupun begitu diapan dapat menduga maksud-maksud tidak
baik yang terkandung dihati orang lain, cuma saja Kiu-ci
Sinkun tak sampai melakukan tindakan yang paling keji untuk
memberantas orang-orang itu, sebab justru diantara beberapa
orang itu terdapatlah muridnya yang paling berbakat dan
muridnya yang paling berhasil menguasai ilmu silat yang
diwariskan kepada mereka, oleh karena itu disamping
membatasi ruang gerak mereka, diapun berharap dengan
perasaan dan hubungan sebagai guru dan murid, sikap
mereka iiu perlahan-lahan bisa mengalami perubahan, sayang
muridnya terlali banyak, otomatis suasananya ikut kalut dan
campur aduk tak karuan, apa yang diharapkan selalu tidak
berhasil diwujudkan. Setelah berhenti sebentar, sambungnya lagi.
Masalah kedua yang menyulitkan dirinya adalah tentang
ahli warisnya, sepanjang masa hidupnya orang ini telah
memusatkan semua perhatian dan ingatannya untuk berlatih
ilmu, bertanding dan mewariskan ilmu kepada orang lain,
namun dia gagal untuk menciptakan murid yang benar-benar
ampuh, di antara ketiga puluh delapan orang muridnya tak
seorang yang berhasil menuruni kemampuannya untuk
menguasai segenap ilmu silat yang ada didunia ini,
kepandaian yang berhasil dicapai ketiga puluh delapan orang
muridnya selain berbeda beda, karena itu satu diantara ketiga
puluh orang muridnya itu tak mampu mengalahkan ketiga
puluh tujuh orang rekan lainnya, lagipula diantara mereka,
empat orang muridnya yang diterima paling awal memiliki ilmu
silat paling tinggi, sedangkan dua tiga orang muridnya yang
diterima paling akhir justru memiliki bakat dan kecerdasan
paling tinggi, oleh karena itulah suasananya jadi serba kalut
dan tak bisa teratasi. Oleh sebab harta kekayaan yang berada dalam istana Kiu ci
kiong kelewat banyak, hal ini membuat siapapun yang
bercokol dalam istana tersebut merasa tak sudi
meninggalkannya dengan begitu saja, siapapun berharap
untuk menjadi pemilik tunggal harta kekayaan sebesar itu,
maka mulailah ketiga puluh delapan orang murid saling
gontok-gontokan dan saling memperebutkan kekuasaan
tertinggi, pikir mereka asal gurunya sudah mati, maka
perebutan kekuasaan secara terang-terangan akan segera
dimulai. "Orang-orang itu melakukan perebutan kekuasaan dengan
berkomplot ataukah secara sendiri-sendiri?" tanya Sama Tiang
cing "Tentu saja berkomplot, tapi oleh karena ketiga puluh
delapan orang itu rata-rata adalah manusia cerdas yang
berotak brilian, maka makin brilian mereka makin besar pula
perasaan mementingkan diri sendiri dihati masing-masing
pihak, semakin sulit pula bagi mereka untuk bekerja sama
dengan orang lain, begitulah mereka terbagi menjadi empat
lima kelompok, tapi merekapun bertujuan sama yakni saling
mempergunakan kemampuan serta kehebatan rekannya bagi
tercapainya ambisi mereka pribadi, siapapun tak sudi tanduk
kepada yang lain, siapapun tak sudi mendengarkan perintah
orang lain, sua sana jadi kacau balau tak karuan, ditambah
pula hasutan serta rongrongan dari luar istana, membuat
keadaan makin kalut, bayangkan saja siapa yang sanggup
mengatasi keadaan seperti itu?"
"Sebenarnya sampai sekarang dalam istana tersebut masih
tersimpan benda-benda mustika apa lagi?" tanya Cu Im taysu
dengan dahi berkerut. "Aah....! Apa yang kau inginkan disanalah tersedia, bagi
orang yang gemar ilmu silat dalam istana itu tersedia beriburibu
jilid kitab pusaka ilmu silat, bagi orang yang suka harta
dalam istana terdapat intan permata dan emas perak yang
melimpah, mau umur panjang dan hidup segar bugar terus
dalam istana terdapat obat mujarab yang bisa menambah
umur, ingin awet muda di situpun tersedia obat untuk selalu
awet muda, barang antik, lukisan berharga, kitab Budha, kitab
agama To tersimpan pula dalam istana tadi, bahkan aku
dengar setumpuk kitab Buddha yang diambil oleh pendeta
Tong Sam cong hoatsu dengan susah payah di langit
baratpun, sudah diboyong masuk kedalam istana oleh seorang
perompak kenamaan dari samudra timur, malahan aku dengar
jika kau ingin menjadi dewa atau malaikatpun dalam istana itu
dapat kau temukan kitabnya!"
"Omiotohud! Masa begitu" Baru pertama kali ini kudengar


Tiga Maha Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cerita sehebat ini!" seru Cu Im taysu dengan mata terbelalak.
"Locianpwe, kalau toh didalam istana terdapat obat
mujarab yang bisa panjang umur, kenapa Kiu-ci Sinkun bisa
bisa mati?" tanya Hoa Thian-hong keheranan.
"Benar! Kematian Kin ci sinkun memang merupakan suatu
teka teki yang tidak terjawab sampai sekarang," sahut Poyang
Lojin, "berhubung dengan kematian dari Kiu-ci Sinkun,
tiba-tiba saja bukit Kiu ci san dilanda oleh gempa yang sangat
hebat, bukit ambruk, batu berguguran, istana Kiu ci kiong
tenggelam kedasar permukaan tanah, tak seorang pun
anggota istana itu berhasil melarikan diri. Kematian Kiu-ci
Sinkun juga menjadi teka teki yang tak terjawab hingga kini,
tapi yang pasti dalam istana memang terdapat banyak sekali
obat-obat mujarab yang bisa menambah umur manusia jadi
lebih panjang." Li lojin menghela napas panjang, ia berkata pula, "Dalam
penggalian harta karun yang diselenggarakan untuk kedua
kalinya, beruntung kami empat bersaudara berhasil
menemukan sebiji buah cu ko yang berwarna merah, karena
kami semua mendapat seperem pat bagian dari buah mustika
itu, maka umur kami jadi panjang dan bisa hidup sampai hari
ini....!" "Penggalian harta karun yang kedua kalinya?" seru Hoa
Thian-hong tercengeng, "Benar, kami ikut dalam gerakan
penggalian harta karun yang kedua kalinya, dan kini gerakan
penggalian harta karun yang ketiga kalinya segera akan
dimulai!" Hoa Thian-hong, Suma Tiang-cing serta Cu Im taysu hanya
saling berpandangan dengan mulut membungkam mereka tak
mampu memberikan komentar apapun.
Sementara itu poyang lojin telah melanjutkan kembali katakatanya,
Setelah istana Kiu ci kiong tiba-tiba tenggelam
keperut bumi, sementara orang yang ada diluar lantas
memberikan dugaan serta perkiraan-perkiraan mereka, ada
yang mengatakan dalam istana itu pasti terjadi pergolakan
hebat yang berlangsung antara murid-murid Kiu-ci Sinkun
pribadi, sehingga mengakibatkan terjadinya penghan-curan
secara besar-besaran oleh Kiu-ci Sinkun, tapi keadaan didalam
istana tersebut memang amat kalut, siapapun tak dapat
menemukan alasan yang sebenarnya tentu saja mereka hanya
menguatirkan soal harta karun yang ada dalam istana itu saja
sedangkan terhadap soal yang lain tak ada yang menaruh
perhatian. Suma Tiang-cing beberapa kali hendak buka suara tapi
selalu diurungkan, akhirnya ia keraskan juga hatinya seraya
bertanya, "Setelah istana itu tenggelam, sudah pasti akan
muncul para pencari harta, entah bagaimanakah keadaannya
pada penggalian yang diselenggaraksn untuk pertama
kalinya?" "Sejak Istana Kiu ci kiong tenggelam keperut bumi, tiga
puluh tahun berikutnya bukit Kiu ci san selalu dipenuhi oleh
para pencari harta, diantaranya tercatat dua tahun setelah
istana itu tenggelam keperut bumi merupakan tahun pencari
harta yang paling besar, sejak bulan ketiga sampai bulan
kesembilan yakni selama setengah tahun, kurang lebih seribu
orang lebih para pencari harta yang berkumpul dibukit
tersebut." "Masa sebanyak itu?" seru Hoa Thian-hong dengan dahi
berkerut, "dengan kekuatan orang yang begitu banyaknya,
sudah tentu mereka mendapatkan hasil yang lumayan bukan?"
"Ketika Kiu-ci Sinkun membangun istana tersebut,
tujuannya adalah memusuhi umat persilatan, waktu itu diapun
sudah memperhi-tungkan, andaikata suatu ketika ia
mengalami kegagalan total, prinsipnya dari pada barangbarang
yang berhasil dikumpulkannya selama separuh masa
kehidupannya itu terjatuh ketangan orang lain, lebih baik ia
berkorban bersama semua hartanya, karena itu bukan saja
alat rahasia yang amat dahsyst telah dipasang diseluruh istana
tersebut, diapun telah menyiapkan pula alat jebakan yang bisa
menenggelamkan istana tersebut keperut bumi, andaikata alat
rahasia itu di tekan maka bumi akan goncang dan bukit akan
ambruk, bukan saja istana itu akan tenggelam keperut bumi,
bahkan diatasnya akan tertutup pula oleh suatu sungai bawah
tanah dengan arus air yang sangat deras, karena harus
menggali melewati arus sungai dibawah tanah inilah maka
selama setengah tahun menggali, tak seorangpun yang
berhasil menemukan harta."
"Tengah malam bulan kesembilan, tiba-tiba ada orang yang
menyentuh kerak bumi tanpa sengaja, begitu alat penggalinya
menyentuh bagian dari tanah tersebut, dalam waktu singkat
rentetan bukit yang berada disebelah kiri longsor kebawah,
batu cadas sebesar rumah berguguran menutupi seluruh
permukaan tanah, semalaman itu juga ada delapan ratus
orang penggali harta yang tewas tertimbun tanah longsor."
"Akibat dari tanah longsor itu, keadaan medan ditempat itu
kembali mengalami perubuhan, tiga ratus orang lebih yang
berhasil lolos dari bencana itu kebanyakan menjadi cacad, ada
pula yang putus asa dan rata-rata mereka kabur semua dari
situ kecuali sebagian kecil yang masih ngotot tetap tinggal
disitu meneruskan penggalian nya, dengan demikian
berakhirlah gerakan penggalian harta yang pertama kali!"
"Bagaimana pula dengan gerakan yang diselenggarakan
untuk kedua kalinya?" tanya Hoa Thian-hong.
oooo0oooo 84 "PENGGALIAN harta karun kedua kalinya diselenggarakan
tujuh belas tahun sesudah terjadinya peristiwa tragis itu, cuma
saja suasananya ketika itu jauh berbeda," ujar Poyang lojin
degnan sinar mata berki lat tajam.
Paras muka Hoa Thian-hong, Suma Tiang-cing serta Cu Im
taysu menunjukkan perubahan, sepasang mata mereka
terbelalak lebar, dengan tenang mereka nantikan kata-kata
berikutnya. "Musim semi tahun itu tiba-tiba ada orang yang berhasil
menggali sebilah pedang mustika diatas bukit itu!" kata Poyang
Lojin. Suma Thiang cing adalah seorang pemuda yang amat
gemar akan pedang mustika, mendengar ucapan itu tak tahan
dia lantas bertanya, "Pedang mustika apakah itu?"
"Pedang Liong swan kiam!"
"Aaah....! Suma Thiang cing berseru kaget, pedang itu
adalah salah satu diantara tiga bilah pedang mustika dari Oa ci
cu," ia berhenti sebentar kemudian lanjutkan, "Locianpwe,
silahkan melanjutkan kisahmu boan seng tak akan menukas
lagi!" "Murid paling kecil dari Kiu-ci Sinkun yang bernama Cao
Thian hua pernah menggunakan pedang kenamaan itu untuk
bertanding ilmu melawan Kongsun Tong, setelah pedang
tersebut muncul dari perut bumi maka badaipun kembali
melanda bukit Kiu ci san, berbondong-bondong kawa-nan jago
persilatan berdatangan ke bukit untuk melakukan penca-rian
harta karun...." Setelah termenung sebentar, kembali ia lanjutkan katakatanya,
"Bulan keenam tahun itu, aliran sungai yang berada
dibawah tanah tiba-tiba mengering, tanah diatas permukaan
istana Kiu ci kiong tersumbul keluar, kesempatan ini semakin
menggairahkan para penggali untukbekerja dengan lebih
bersemangat, sampai akhir bulan sepuluh, hampir dua ribu
orang pencari harta yang telah berkumpul dibukit tersebut."
"Waduh.... dua ribu orang! Lalu bagaimana caranya untuk
melakukan penggalian?" seru pemuda Hoa.
"Sulit rasanya untuk menerangkan kesemuanya itu dengan
kata-kata, pokoknya pada waktu itu para pencari harta terdiri
dari aneka ragam manusia, ada yang jago-jago silat, ada yang
bukan orang persilatan melainkan hanya para pekerja upahan
yang memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari uang, ada
pula yang berkelompok merupakan satu komplotan tapi ada
juga yang berdiri sendiri, dimasa masa penggalian harta
karun, suasana diatas bukit Kui ci san ramai sekali ibaratnya
sebuah kota kecil, pedagang, penjaja makanan, pekerja,
berkumpul menjadi satu di tempat itu."
"Aaai!" Li lojin menyambung setelah menghela napas,
"selama tiga puluh tahun, sudah tak terhitung jumlah orang
yang terlantar akibat pencarian harta karun ini, banyak yang
menggadaikan rumah untuk membayai penggalian, ada yang
meninggalkan anak istri hanya untuk mencari harta tersebut,
bahkan tidak terbatas pada orang persilatan saja, banyak
diantaranya yang merupakan kaum pedagang dan kaum
pekerja, mereka memandang pencarian harta sebagai sumber
kekayaan yang bisa membahagiakan kehidupan mereka,
bukan saja usahanya ditinggalkan, anak istri juga
ditelantarkan, tiap hari tiap detik mereka hanya menggali dan
menggali terus...." "Dosa.... dosa....! Kiu-ci Sinkun memang pembuat bencana
bagi umat persilatan" seru Co Im taysu sambil menghela
napas dan gelengkan kepalanya berulang kali.
Hoa Thian-hong sendiri tertawa seraya bertanya,
"Locianpwe, bagaimanakah hasil dari penggalian harta yang di
selenggarakan untuk kedua kalinya itu?"
"Singkatnya hanya dua orang yang berhasil mendapatkan
benda berharga, satu kelompok adalah kami empat
bersaudara berhasil mendapatkan sebiji buah merah yang
telah dimakan habis, sedangkan yang lain adalah ciang bunjin
angkatan ketiga dari partai Seng sut pay yang berhasil
mendapatkan kitab Thian hua ca ki milik Cao Thian hua!"
"Bagaimana sikap orang-orang lain yang tidak berhasil
mendapatkan apa-apa?"
"Waktu itu aneka ragam manusia bercampur baur diatas
bukit tersebut, keadaannya sangat kalut dan tidak menentu,
ketua angkatan ketiga dari Seng sut pay memang cukup
cerdik dan cekatan, setelah mendapatkan kitab pusaka Thian
Hua ca ki, Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan
perubahan apa-apa, dia lantas berpura-pura melanjukan sikap
putus asa dan menarik pasukannya mundur dari tempat itu.
Begitulah, dengan membawa kedelapan sembilan orang
muridnya, mereka lantas kabur dari bukit Kiu ci san."
"Kenapa musti berbuat begitu?" tanya Hoa Thian-hong
tercengang. "Apalagi sebabnya kalau bukan takut dirampas orang lain,
banyak orang yang menderita akibat mencari harta, banyak
yang kehilangan rumah kehabisan harta kehilangan ayah atau
anak lantaran harta tersebut, apalagi mereka yang kehilangan
kitab pusaka perguruannya, sekalipun sudah berusaha banyak
tahun toh tak ada hasilnya, tentu taja mereka tak akan
biarkan orang-orang Seng Sut pay yang bukan termasuk
bilangan daratan Tionggoan mendapat keuntungan itu, cuma
aku dengar katanya pihak Teng sut pay kehilangan pula
sejenis barang pusaka yang tersimpan dalam istana Kiu ci
kiong, apakah benar atau tidak berita ini?"
"Setelah cianpwe berempat mendapatkan buah merah
apakah kalian lanjutkan penggalian?" tanya pemuda Hua.
"Setelah kami makan buah merah itu, menurut suara hati
memang ingin melanjutkan penggalian, tapi setelah dipikir
kembali, kami toh tidak kehilangan apa-apa, sebiji buah merah
indah merupakan penemuan yang luar biasa sekali apalagi
mengingat begitu banyak pencari harta hanya kami saja yang
berhasil mendapatkan mustika, itu berarti pula Thian sudah
memberikan kemurahannya kepada kami, jika kami lanjutkan
penggalian bukankah sama artinya kami adalah orang yang
kemaruk harta" Oleh karena itu setelah berunding akhirnya
kami berempat mengundurkan diri dari tempat itu...."
"Aaai! Orang bilang mereka yang tahu diri selalu dilindungi
Thian, demikian pula dengan kami empat bersaudara, belum
lama kami mengundurkan diri dari tempat penggalian, tibatiba
diatas bukit itu kembali terjadi bencana tanah longsor
disertai ledakan-ledakan aneh, beratus-ratus orang penggali
harta tak sempat kabur dan tersapu o-leh air bah, menyusul
kemudian terjadi pula gempa bumi dan tanah merekah, dalam
waktu singkat arena penggalian kembali mengalami
perubuhan besar, mereka yang mati semakin banyak lagi,
cuma mayat mayat itu lenyap tak berbekas entah tersapu air
bah entah tertanam keperut bumi.
Kakek Lan yang selama ini hanya membungkam terus, tibatiba
menghela napas berat, lalu berkata, "Aaai! Kalau
berbicara tentang keadaan yang sangat mengerikan pada hari
itu, seolah-olah Lo Thian Ya menjadi gusar karena
keserakahan dan kerakusan umatnya sehingga ia menurunkan
bencana besar itu untuk menghukum mereka!"
Hoa Thian-hong dan Suma Tiang-cing saling berpandangan
sekejap, kedua orang ini sama sekali tidak mempunyai niat
serakah atau kemaruk harta, tapi mereka merasa bila sesuatu
benda mustika kalau dibiarkan terpendam terus didasar tanah
maka lama-kelamaan benda itu akan musnah dengan
sendirinya, bila sampai demikian keada- annya, maka sama
artinya mereka berbuat keji terhadap benda alam, mereka
hilangkan arti kegunaan yang sebenarnya dari benda-benda
alam tersebut, oleh sebab itu mereka berdua mempunyai
pendapat yang sama, yakni cepat-cepat menggali keluar
benda mustika itu agar bisa dimanfaatkan oleh umat manusia.
Bagaimanapun juga Thian menciptakan segala sesuatu
yang ada didunia ini untuk dipakai serta dimanfaatkan oleh
umatnya, benda yang tercipta ada, bukan dimaksudkan untuk
dimusnahkan dengan begitu saja oleh alam itu sendiri.
Akan tetapi, setelah mendengar perkataan dari Lan lojin,
tanpa terasa dua orang jago ini jadi terbungkam.
Terdengar Po-yang Lojin berkata, "Selama ini kami empat
bersaudara hidup mengasingkan diri dibukit Huang-san,
kehidupan kami dilewatkan dengan penuh riang gembira dan
bebas merdeka, tapi secara tiba-tiba pada akhir tahun ini kami
semua telah menyadari akan sesuatu hal, kami merasa apa
bedanya antara usia panjang dan usia pendek" Kami sudah
diberi berkah oleh Thian untuk hidup berumur panjang, maka
sepantasnya kalau kitapun berkewajiban untuk memberikan
semua benda ciptaan alam kepada umat manusia didunia ini,
kami harus membantu umat manusia untuk menemukan
kembali harta karun yang terpendam didasar perut bumi
sehingga bisa dinikmati pula oleh manusia-manusia lain,
disamping itu dapat pula kami cegah agar tiada manusia lagi
yang mengorbankan jiwanya dengan percuma lanlaran urusan
harta karun.

Tiga Maha Besar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liu lojin menyambung pula, "Yaa....! Tampaknya takdir
memang menghendaki demikian, harta karun dibukit Kiu ci
san memang sudah waktunya untuk muncul didunia ini,
selesai berunding, kami empat bersaudara segera tinggalkan
bukit Huang-san dan langsung menuju kota Cho Ciu, maksud
kami akan mencari ananda Cu cing serta mencari tahu lebih
dahulu keadaan dalam dunia persilatan, apa mau dikata ketika
kami tiba dirumahnya telah bertemu pula dengan kejadian
yang dilakukan Tang Kwik-siu, kami lantas semakin menyadari
bahwa takdir telah berkata demikian, sekalipun kami tidak
munculkan diri toh gerakan menggali harta karun yang ketiga
kalinya segera akan dilangsungkan.
"Agar semuanya berjalan lancar, persoalan ini harus diatasi
dengan serius dan hati-hati, ujar Gan lojin pula, kalau tidak,
kuatirnya sebelum harta karun itu berhasil diambil, peristiwa
tragis kembali sudah berlangsung"
"Locianpwee berempat!" kata Suma Tiang-cing dengan
serius, "aku yang muda percaya bahwa kalian berempat telah
mempunyai rencana yang matang, bolehkah kami ikut tahu
bagaimana caranya kita harus turun tangan?"
"Bagaimana pula kita harus melaksanakan pergerakan ini
sehingga bilamana harta karun itu tergali keluar, tak sampai
terjadi perebutan secara kasar yang mengakibatkan terjadinya
badai pembunuhan yang mengerikan dalam dunia persilatan?"
Sambil menunjukkan ibu jarinya, Po-yang Lojin berkata
dengan suara sangat dalam, "Yang terutama adalah mencari
seorang manusia yang bijaksana, berjiwa besar daa
berpengaruh besar untuk memimpin pergerakan ini, tapi orang
tersebut harus mempunyai tiga syarat yang penting satupun
syarat tersebut tak boleh kurangi!"
"Apa saja ketiga buah syaratnya itu?" tanya Cu Im taysu
dengan dahi berkerut. "Pertama orang ini harus berilmu silat sangat tinggi,
kepandaiannya itu dapat menekan dan mengendalikan
manusia-manusia berambisi besar seperti halnya dengan Tang
Kwik-siu" "Locianpwe, tahukah engkau bahwa dalam dunia persilatan
dewasa ini masih terdapat manusia yang lebih berambisi dan
lebih tamak daripada Tang Kwik-siu?" tiba-tiba Hoa Thianhong
menyela. "Siapakah orang itu?" tanya Po-yang Lojin dengan kaget.
"Orang itu adalah Kiu-im Kaucu" jawab Suma Tong cing
segera, "orang ini keji, berambisi besar dan berilmu tinggi,
sedikitpun tidak kalah bila dibandingkan dengan Tang Kwiksiu!"
Po-yang Lojin mengangguk beberapa kali, ujarnya lagi,
"Kedua, orang yang memimpin gerakan penggalian ini mesti
seorang yang bijaksana dan lebih mengutamakan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi, dia tak boleh berwatak
mata duwitan, tak boleh punya watak serakah dan kemaruk
harta, andaikata barang mustika yang dicari berhasil
ditemukan maka benda-benda itu musti diserahkan kepada
siapa yang berhak mendapatkan benda itu, kecuali bagian
yang berhak ia terima, ia tak boleh menggambil bagian orang
lain." "Waah.... syarat yang kedua ini memang sulit ditemukan
pada tubuh orang persilatan," seru Suma Tiang-cing, "tapi tak
usah kuatir sekalipun Suma Tiang-cing tak berani mengatakan
aku memiliki watak seperti itu, namun aku dapat menemukan
manusia semacam itu!"
Jilid 29 "SETELAH harta karun itu berhasil ditemukan, peristiwa ini
pasti akan menggetarkan seluruh kolong langit, pada waktu
itu para jago dari segala pelosok dunia pasti akan berdatangan
untuk mencari bagian, soal terpenting bagi sang pemimpin ini
adalah mencari jalan pemecahan bagaimana caranya
mengendalikan massa, bagaimana memberi perintah kepada
mereka, siapa yang berjasa akan diberi pahala apa, siapa yang
salah harus diberi ganjaran apa, semua kebijaksanaan ini
tergantung padanya dan mengandalkan ilmu silat tok tak
mungkin bisa mengatasi kesemuanya itu!"
"Waah.... kalau mesti mencari manusia seperti ini, sukarlah
rasanya!" kata Cu Im taysu sambil menghela nafas panjang.
"Apakah locianpwe berempat sudah mempunyai pandangan
ataupun gambaran tentang siapakah yang cocok uutuk
menempati jabatan ini?" tanya Suma Tiang-cing kemudian.
Mendapat pertanyaan tersebut empat datuk dari bukit
Hoang san serentak gelangkan kepalanya, Sekalipun belum
ada sekarang toh masih ada kesempatan untuk memilih,
bagaimana pun juga kita kan tak bisa membiarkan mereka cari
dan berusaha sendiri dengan mengadu nasib!"
Berbicara sampai disit, tiba-tiba teringat oleh Suma Tiangcing
bahwa keempat datuk dari gunung Hoang san pun
berbasil mendapatkan sebiji buah merah lantaran nasib
mereka yang baik ia lantas riku sendiri karena tanpa sadar ia
telah mengorek luka orang, hal ini berarti kurang sopan
kepada mereka berempat, tanpa terasa merahlah selambar
wajahnya. Terdengar Po-yang Lojin tertawa terbahak, kemudian
berkata, "Suma tayhiap adalah pendekar sejati yang berjiwa
terbuka apa yang dikatakan memang tepat sekali, lagi pula
masalah yang paling kita kuatirkan adalah pertumpahan darah
yang bakal terjadi setelah harta karun itu ditemukan, menurut
keadaan yang sepantasnya memang harus kita pilih tapi
sayangnya sudah lama kami tak pernah bergaul dengan orang
lain susah rasanya bagi kami untuk mencari manusia seperti
yang dimaksudkan. Suma Tiang-cing agak tertegun, tiba-tiba dia berpaling
sambil bertanya . "Thian-hong beranikah engkau memegang jabatan ini?"
Betapa terperanjatnya Hoa Thian-hong setelah mendengar
pertanyaan itu, cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya.
"Keponakan masih terlalu muda, tidak becus aku untuk
memegang jabatan itu, lagi pula dengan watakku dan
kemampuanku, siapa yang sudi mendengarkan perkataanku?"
Ca Im taysu termenung sebentar, kemudian dia ikut
berkata, "Aaii....! Sebenarnya hanya seorang yang pantas
memegang tampuk pimpinan ini dan orang itu adalah Hoa
Hujin, cuma sayang...."
"Sampai dimanakah kepulihan ilmu silat ibumu?" tanya
Suma Tiang-cing sambil berpaling ke arah pemuda itu.
"Ilmu meringankan tubuhnya sudah pulih kembali dua tiga
bagian!" "Waah.... kalau cuma dua tiga bagian tak mungkin bisa
menduduki pucuk pimpinan, sebab bagi orang yang belajar
silat hanya akan tunduk kepada orang yang ilmu silat nya
lebih lihay, jika mereka harus tunduk kepada seorang manusia
yang lemah dan tak berkekuatan apa-apa, siapa yang
kesudian tunduk perintah?"
"Bagaimana kalau biar ibuku yang memegang pucuk
pimpinan, sedangkan kita semua akan bantunya dari
samping?" "Tidak mantap!" jawab Suma Tiang-cing dengan dingin,
"kalau caramu itu bisa dilakukan, apa salahnya kalau biar aku
saja yang memegang pucuk pimpinan kemudian kalian
membantu aku dari samping?"
"Dosa! Dosa....!" ujar Cu Im taysu sambil tertawa,
"perkataan yang sama sekali tak ada manfaatnya, lebih baik
tak usah dibicarakan saja daripada buang waktu dan tenaga
dengan percuma!" "Menurut keterangan Cu ing, hingga dewasa ini
perkumpulan Sia ki pang masih merupakan satu kekuatan
yang amat besar, apabila Kiu-im Kaucu dan Tang Kwik-siu
memang memusuhi kaum pendekar dari golongan lain, maka
pihak Sin-kie-pang merupakan daya kekuatan yang bi-sa
diandalkan untuk mengimbangi kekuatan lawan, apakah pihak
Sin-kie-pang bersedia tunduk dibawah perintah jikalau Hoa
Hujin yang memegang pucuk pimpinan ini!"
"Heeehh.... heeeh.... heeeh, perkumpulan Sin-kie-pang
berambisi besar dan angkuhnya luar biasa, mana mau mereka
tunduk kepada perintah kita?" seru Suma Tiang-cing sambil
tertawa dingin tiada hentinya.
Tiba-tiba Lau Cu cing menyela, "Aku lihat Pek hujin amat
menaruh perhatian dan rasa sayang kepada Hoa kongcu, aku
rasa setiap perkataan dari Hoa kongcu selalu dituruti olehnya!"
Cu Im taysu tertawa, ia menjawab, "Pek hujin menyayangi
Hoa Thian-hong oleh karena ia mempunyai niat untuk menarik
Thian-hong, sebagai menantunya, dia memang seorang
nyonya yang bijaksana dan baik hati."
"Hehmm.... heehhm.... aku lihat jika Sin-kie-pang benarbenar
disetir oleh Kho Hong-bwee maka bicara soal pribadi
maupun soal tugas sudah pasti Thian-hong berada dipihak
yang rugi!" Merah padam selembar wajah Hoa Thian-hong, dia ingin
membantah tetapi tak tahu musti berkata dari mana.
Liu lojin berkata pula, "Menggali harta karun bukan suatu
pekerjaan yang mudah dan gampang, untuk mengerjakannya
kita membutuhkan banyak tenaga dan banyak manusia, aku
lihat jumlah anggota perkumpulan Sin-kie-pang banyak sekali
mereka adalah suatu kekuatan yang tak boleh dianggap
enteng!" Tiba-tiba sinar setajam sembilu memancar keluar dari mata
Suma Tiang-cing dengan blak-blakkan dia menegur,
"Locianpwe berempat, aku lihat kalian toh sangat memahami
keadaan situasi dalam dunia persilatan kalau ingin
mengatakan sesuatu kenapa tidak diutarakan saja secara
terang-terangan?" Empat datuk dari gunung Huang-san saling berpandangan
sekejap, akhirnya Po-yang Lojin berkata dengan serius, "Terus
terang saja kami katakan, bahwa kami berempat sangat
setuju kalau Hoa kongcu yang menduduki jabatan sebagai
pucuk pimpinan didalam pergerakan ini. Perlu di ketahui
bahwa masalah ini menyangkut masalah kekerasan yaitu
meliputi kedudukannya dalam dunia persilatan serta kelihayan
ilmu silatnya, disamping itu juga menyangkut dalam soal
moral yakni meliputi soal kebijaksanaan, adil dan lebih
mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan
pribadi. Sudah lama kami berempat berusaha menemukan
manusia semacam ini, dan akhirnya kami merasa bahwa
diantara sekian banyak orang gagah yang ada didalam dunia
persilatan, hanya dia seoranglah yang mampu menandingi
Kiu-im Kaucu maupun Tang Kwik-siu, tapi berhubung tugas ini
berat dan menyangkut masalah yang lebih besar lagi sedikit
salah bertindak bukan saja nama baiknya akan hancur, jiwa
akan melayang, menyangkut pula keselamatan orang lain,
maka...." Tidak sampai kakek tua itu menyelesaikan kata-katanya,
Suma Tiang-cing telah berpaling seraya menegur, "Thianhong,
bersediakah engkau untuk menerima kedudukan ini?"
Dengan gugup bercampur gelisah, Hoa Thian-hong segera
menjawab, "Apabila tugas ini dapat dilaksanakan secara
sempurna dan baik, dunia persilatan tentu akan jadi aman
tentram dan damai, cara ini memang jauh lebih baik daripada
bertempur dengan pedang atau golok melawan kaum
penjahat." "Benar!" sambung Cu Im taysu, bilamana engkau bisa
melaksanakan tugas mulia ini dengan sebaik-baiknya, tak
malu engkau menjadi seorang manusia didunia ini.
Aku yang muda sama sekali tak berniat tamak atau
kemaruk harta, apabila sanggup kulakukan dengan
kekuatanku, dengan senang hati akan kuterima tugas berat
tersebut, tapi aku merasa bahwa kekuatanku masih terlalu
lemah. "Telur busuk!" maki Suma Tiang-cing dengan gusar,
"sebagai seorang laki-laki sejati berani berbuat tentu berani
tanggung jawab, bila engkau telah menyanggupinya, apalagi
yang muski kau ragukan?"
"Aaaii!" Cu Im taysu menghela nafas parjang, "untuk
melaksanakan tugas yang maha berat ini, kita memang harus
berbuat dengan sungguh-sungguh dan sepenuh tenaga, kalau
hanya berdasarkan emosi belaka, mendingan kalau cuma
dirinya sendiri yang rugi, kalau sampai mencelakai umat
manusia kan berabe?"
Dewasa ini kita tak dapat menemukan orang lain yang
cocok untuk memikul tanggung jawab ini, itu berarti tugas ini
tak bisa terhindar dari halnya bagaimana musti hati-hati,
bagaimana musti bertindak, semuanya itu toh urusan
belakangan" Setelah berhenti sebentar dengan wajah lebih kendor dia
melanjutkan kata-katanya, "Mulai saat ini juga telah menerima
tugas itu dan kami semua akan menurut perintahmu,
sekalipun aku adalah angkatan yang lebih tua dari padamu
tapi sejak kini aku pun tak akan bersikap keras lagi kepadamu
dari pada menghilangkan martabatmu dimuka umum"
"Terima kasih atas kasih sayang paman!" cepat Hoa Thianhong
Tongkat Rantai Kumala 6 Dendam Si Anak Haram Karya Kho Ping Hoo Kisah Pedang Bersatu Padu 10
^