Pencarian

Patung Dewi Kwan Im 10

Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Bagian 10


kami ayah dan anak memberi sedikit penjelasan. Sebetulnya kami
berdua dulu pernah mempunyai sedikit salah paham dengan ke
709 lima lo-enghiong yang sekarang menjadi tuan rumah, dan
kesalahpahaman ini tak perlu kiranya kami uraikan asal diketahui
oleh cu-wi bahwa kami adalah pengusaha piauw-kiok sedangkan
ke lima Ngo-lo-enghiong sebagai bekas tokoh-tokoh liok-lim telah
cuwi ketahui!" Bicara sampai di sini, semua tamu keluarkan suara-suara
perlahan karena mereka dapat menduga bahwa di antara
pengantar barang atau piauw-su dan tokoh liok-lim atau
perampok, tentu sekali terdapat permusuhan!
"Cu-wi sekalian. Agaknya ke lima Ngo-lo-enghiong masih
penasaran kepada kami, karena buktinya kami menerima
undangan untuk menguji ilmu kepandaian pada hari ini. Dan hal
ini bukanlah hal yang terlalu penting bagi kami. Akan tetapi, orangorang
tua yang ternama seperti Ngo-lo-enghiong ini dapat begitu
saja dihasut oleh seorang piauw-su bernama Thio Lui yang
merasa iri hati karena perusahaannya tidak semaju perusahaan
kami, sungguh memalukan!"
Kelima saudara Thio membentak. "Cun-piauwsu, sudahlah
jangan banyak mengobrol. Kalau kalian memang orang-orang
gagah, bersiaplah!" "Ngo-lo-enghiong, kami sebagai tamu hanya menuruti permintaan
tuan rumah. Kalian menghendaki bagaimana" Dengan tangan
kosong atau bersenjata?" tanya Cun Beng dengan tenang,
sementara itu, Cun Ceng berdiri memandang dengan mata tajam
mengancam. 710 Tapi pada saat itu, dari tempat tamu loncatlah seorang muda naik
ke panggung. Gerakannya gesit dan indah hingga orang-orang
memuji. Anak muda itu berusia kira-kita duapuluh lima tahun dan
pakaiannya berwarna hitam. Mukanya tampan, tapi sepasang
matanya sangat jahat dan liar, tanda bahwa ia memiliki jiwa yang
kotor. Beberapa kali ia mengerling ke arah Cun Ceng, kemudian
ia menjura kepada lima orang tua she Thio itu.
"Ngo-wi lo-enghiong," katanya dengan suara dibuat-buat,
"Agaknya kurang pantas kalau ngo-wi sebagai tuan rumah harus
turun tangan sendiri untuk memeriahkan pesta ini. Biarlah siauwte
mewakili ngo-wi untuk mengukur sampai di mana tingginya
kepandaian tamu agung ini!"
Ketika mengucapkan kata-kata "tamu agung" ia sengaja melirik ke
arah Cun Beng dengan pandang menghina.
Thio San melihat anak muda ini lalu cepat balas menjura dan
berkata sambil tersenyum. "Ada Kim-lian Kiam-hiap yang
mewakili kami orang-orang tua lemah, tentu saja kami harus
mengalah. Tapi tidak tahu apakah tamu agung kita ini berani
menghadapinya!" Cun Beng dan Cun Ceng tersenyum mengejek. Mereka tahu
bahwa memang hal ini telah diatur sebelumnya, karena untuk
maju sendiri, ke lima orang tua itu tahu bahwa mereka pasti akan
kalah! Sebetulnya Cun Beng hendak mengundurkan diri saja,
711 karena kalau ia mundur, bukan berarti ia takut kepada ke lima
orang itu tapi segan untuk melayani bertanding dengan orang lain.
Akan tetapi, Cun Ceng tidaklah sesabar ayahnya. Mendengar
kata-kata Thio San yang menyindir bahwa belum tentu tamu
agung berani menghadapi orang yang mempunyai julukan
Pendekar Pedang Teratai Emas ini, ia menjadi penasaran dan
marah sekali. "Mengapa kami harus takut" Asal saja orang-orang yang maju ke
sini bukan maju karena kehendak mereka sendiri tetapi sudah
bersekongkol dengan kalian, pasti kami akan layani baik-baik!
Kami tahu betul bahwa kalian sudah kami pecundangi dan tak
mungkin berani maju lagi, maka keluarkanlah jagoan-jagoan yang
kau sengaja undang! Tak perlu pakai kata-kata memutar dan
berpura-pura lagi!" Suara Cun Ceng nyaring dan merdu hingga ketika ia bicara,
keadaan di situ menjadi sunyi dan semua telinga mendengar
ucapannya tadi dengan kagum akan keberanian gadis itu.
Kena disentil oleh sindiran yang tepat dan pedas ini, Kim-lian
Kiam-hiap merah seluruh mukanya. Ia lalu berkata kepada ke lima
tuan rumah, "Silahkanlah ngo-wi turun, biar siauwte menghadapi
orang-orang jumawa ini."
Ke lima orang she Thio itu segera loncat turun.
"Aku mendengar bahwa Tiat-hong-liong Si Naga Besi adalah
seorang gagah perkasa, dan bersama puterinya merupakan
712 pasangan yang jarang bandingnya di daerah ini. Aku yang datang
dari jauh mendapat kehormatan untuk menguji kebodohan sendiri
dengan kalian, sungguh dapat dibilang beruntung."
Sambil berkata begini, matanya kembali mengerling tajam ke arah
Cun Ceng. Kemudian ia gerakkan tangan kanan dan tahu-tahu sebatang
pedang yang tajam berkilau tercabut dari punggungnya. Gagang
pedang ini berukiran teratai berwarna keemasan, dan karena
inilah maka pedang disebut Kim-lian-kiam dan ia sendiri disebut
Kim-lian Kiam-hiap. "Ji-wi silahkan maju berbareng!" anak muda itu menantang dan
memasang kuda-kuda yang menarik hati dengan kaki kiri
dilonjorkan ke depan dan kaki kanan agak ditekuk, tangan kiri ke
depan dengan pedang ditekuk di belakang lengan!
Melihat lagak orang, Cun Ceng berkata kepada ayahnya.
"Ayah, biarlah anak bereskan orang gila ini!"
Biarpun tadi ketika meloncat mempunyai gerakan yang gesit, tapi
melihat kejumawaan dan pasangan kuda-kuda ini, Cun Beng
mendapat dugaan bahwa lawan ini tidak mempunyai kepandaian
yang berisi, paling-paling lebih tinggi sedikit dari pada seorang di
antara Ngo-lo-enghiong, maka ia tak usah merasa khawatir
puterinya akan dikalahkan. Ia lalu mengangguk setelah berkata.
"Kami tidak biasa maju dengan keroyokan, kecuali jika pihak tuan
rumah mendahului!" 713 Cun Ceng lalu cabut pedangnya yang bernama Tin-hong-kiam
dan juga merupakan sebatang pedang pusaka yang cukup
tangguh. "Ah nona hendak maju sendiri! Bagus, bagus!" kata pemuda baju
hitam. "Mari kita main-main sebentar!"
Cun Ceng tidak membuang waktu lagi dan segera mulai
menyerang dengan pedangnya. Pemuda itu menangkis dan
lenyaplah sikap main-main dari mukanya ketika ia mendapat
kenyataan bahwa gadis itu memiliki kepandaian yang tak boleh
dibuat gegabah. Apa lagi ketika Cun Ceng keluarkan kepandaiannya dan mainkan
ilmu silat dari Hoa-san-pai yang indah dan gesit gerakangerakannya!
Terpaksa Kim-lian Kiam-hiap yang biasanya sangat
jumawa dan sangat mengandalkan kehebatan ilmu pedangnya itu
kini keluarkan seluruh kepandaiannya untuk menjaga dirinya dari
hujan tusukan dan sabetan yang dilancarkan oleh gadis itu!
Mereka bertempur ramai sekali dan tubuh mereka berputar-putar
di antara sambaran pedang. Para penonton kagum sekali melihat
kelincahan kedua orang itu hingga pertempuran itu benar-benar
merupakan tontonan yang sangat indah menarik hati.
Para penonton dari luar yang menonton sambil berdiri sampai
bersorak-sorak gembira, mereka ini yang tidak mengerti ilmu silat
hanya tahu bahwa permainan itu bagus sekali. Tetapi para ahli
silat yang menjadi tamu, merasa khawatir sekali karena mereka
maklum bahwa kedua orang itu bukanlah sedang main-main dan
714 sekali saja gerakan mereka salah, tentu salah seorang akan
terkena serangan maut dan sedikitnya akan mengalirkan darah!
Setelah bertempur lebih limapuluh jurus, ternyatalah kehebatan
ilmu pedang Hoa-san-pai yang makin lama makin kuat mendesak
itu. Kini pemuda baju hitam itu hanya bisa menangkis sambil main
mundur saja, tapi Cun Ceng terus mendesak keras!
Pada suatu saat terdengar seruan kaget pemuda itu dan pedang
Cun Ceng yang menyambar dadanya hanya dapat dikelit sedikit
hingga bajunya tersongkel ujung pedang hingga robek! Ketika
Cun Ceng hendak maju memberi tikaman, tiba-tiba ayahnya
berseru. "Ceng?". tahan!" Cepat sekali gadis itu tahan serangannya
dengan patuh dan loncat mundur lalu berdiri dengan pedang di
tangan dan sikap mengancam. Ia berdiri tegak dengan gagah
sekali hingga banyak orang melihat kemenangannya ini bertepuk
tangan memuji. Si Pendekar Pedang Teratai Emas berdiri dengan tunduk dan
setelah menjura kepada Cun Ceng, tanpa banyak cakap lagi ia
lalu loncat turun dari panggung.
Pada saat Cun Ceng hendak menantang tuan rumah, tiba-tiba
terdengar bentakan keras dan seorang tinggi besar yang bermuka
hitam loncat naik ke atas panggung.
"Nona, ilmu pedangmu hebat sekali. Suteku yang bodoh mana
bisa menangkan kau! Jangan kepalang, nona berilah aku
715 kesempatan mencoba ilmu pedangmu yang lihai!" kata orang ini
sambil menggerak-gerakkan sebuah senjata rantai baja yang
melingkar-lingkar di dalam tangan kanannya.
Melihat gerakan orang yang mengaku kakak seperguruan dari
Kim-lian Kiam-hiap tadi, Cun Beng tahu bahwa si muka hitam
yang tinggi besar ini berkepandaian tinggi juga, maka ia lalu loncat
ke atas panggung. "Ceng, kau turunlah dan beristirahatlah. Biar aku yang menerima
tantangan tuan ini."
"Bagus, bagus! Kalau Si Naga Besi sendiri yang naik, maka aku
makin merasa terhormat sekali. Nah, cobalah kau memberi
petunjuk kepada aku, Hek-houw Sun Liang!"
"Awas seranganku!" Cun Beng segera menyerang dengan tangan
kanannya ke arah dada orang muka hitam yang mengaku
bernama Sun Liang Si Harimau Hitam itu. Sun Liang cepat berkelit
dan rantai bajanya segera menyambar dengan kencang sambil
keluarkan suara bersiutan karena kerasnya.
Melihat serangan hebat ini, semua orang terkejut, begitupun Cun
Beng sendiri. Ia tahu bahwa lawannya ini selain gesit, juga
bertenaga kuat sekali. Maka ia cepat berkelit sambil cabut
pedangnya. Kalau saja lawannya ini tidak menggunakan senjata yang lemas
dan lihai, ia masih berani melayaninya dengan kepalannya yang
716 kuat. Tetapi rantai baja ini berbahaya sekali dan harus dilawan
dengan senjata pula. Sebentar saja kedua orang itu bertempur seru. Jauh lebih hebat
dan menyeramkan dari pada pertempuran tadi. Kini tubuh kedua
orang ini merupakan bayangan yang terputar-putar dan
berloncatan ke sana-sini, sedangkan kedua senjata mereka
merupakan hantu-hantu maut yang setiap saat dapat merenggut
nyawa mereka! Betapapun kuat dan lihainya si muka hitam, namun ilmu silat Hoasan-
pai memang luar biasa. Apa lagi dimainkan oleh Cun Beng
yang memiliki tenaga lwee-kang yang cukup tinggi, maka
pedangnya merupakan naga yang terbang menyambar-nyambar
hingga rantai baja lawan itu tak berdaya lagi karena ke mana saja
rantai itu menyambar, selalu tertumbuk dengan dinding kuat yang
dibentuk oleh pedang itu.
Akhirnya terpaksa ia harus mengakui kehebatan Tiat-hong-liong,
dan agar jangan sampai mendapat malu dan dirobohkan, si muka
hitam itu berseru. "Terima kasih, kau lihai sekali!"
Akan tetapi, pada saat itu, Cun Beng sedang menyerang dengan
tipu Dewa Mempersembahkan Arak, sebuah tipu yang hebat
sekali, maka karena gerakannya begitu cepat sedangkan si muka
hitam agak lambat karena berbicara, tak dapat ditahan lagi ujung
pedangnya menyambar ke arah tenggorokan si muka hitam!
717 Cun Beng sendiri terkejut sekali karena ia tidak sangka lawannya
akan selambat itu. Ia cepat miringkan tangannya hingga
pedangnya tidak langsung menusuk tenggorokan dan meleset
hingga mengerat kulit leher saja!
Namun si muka hitam merasa perih dan sakit sedangkan darah
mengalir di lehernya, membuat ia menjerit kaget dan loncat turun
ke bawah panggung. Ia ambil saputangan dan dengan selampai
itu ia tutup lukanya di leher yang mengucurkan banyak darah.
Banyak tamu berteriak ngeri, dan menyangka bahwa si muka
hitam itu mendapat luka parah. Padahal yang terluka hanya
kulitnya saja! Pada saat itu, seorang hwesio gundul dengan badan gemuk
pendek loncat ke atas panggung. Dia ini adalah Ling Lung Hwesio
yang menjadi susiok atau paman guru si muka hitam tadi.
Sebenarnya Ling Lung Hwesio tidak hendak mencampuri urusan
"kanak-kanak" ini, tapi melihat betapa murid keponakannya
terluka yang disangkanya luka hebat, ia merasa penasaran dan
marah sekali. Bukan marah karena luka itu, tapi marah karena
disangkanya Cun Beng bersikap curang.
Sudah jelas terdengar bahwa si muka hitam tadi mengucapkan
pujiannya dan mengaku kalah, namun masih saja diserang
dengan hebat hingga terluka lehernya! Ia tidak tahu bahwa
sebenarnya hal itu terjadi bukan disengaja oleh Cun Beng.
718 "Orang kejam, terpaksa pinceng turun tangan!" Ia lalu serang Cun
Beng dengan kedua tangannya.
Serangan ini hebat sekali karena dari kedua tangan keluar tenaga
lwee-kang yang sangat kuat. Juga pada saat itu Cun Beng sedang
berdiri kesima dan menyesal.
Ia sendiri masih menyangka bahwa si muka hitam itu terluka
parah, maka ia menyesal sekali. Kini tahu-tahu diserang
sedemikian hebat sedangkan hatinya masih bingung, ia tak
keburu berkelit dan tahu tahu dadanya telah terpukul hebat!
Harus diketahui bahwa hwesio itu adalah seorang ahli dari Liongsan
yang keistimewaannya terletak pada kekuatan lwee-kangnya.
Maka dapat ditaksir betapa hebatnya ketika tangannya yang
digunakan pada saat ia marah itu dan mengandung tenaga lweekang
kuat sekali memukul dada Cun Beng. Si Naga Besi menjerit
dan roboh terjengkang, pedangnya terpental jauh!
Pada saat itu, dua bayangan orang melayang ke atas panggung.
Yang satu adalah Cun Ceng yang menubruk ayahnya, sedangkan
yang seorang lagi adalah Siauw Ma yang loncat dari tengahtengah
penonton di luar pekarangan. Gerakannya demikian cepat
hingga tak seorangpun tahu dari mana datangnya pemuda
tampan itu!

Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cun Ceng angkat tubuh ayahnya ke bawah panggung sambil
memanggil-manggil sedangkan Siauw Ma menghadapi hwesio itu
sambil tersenyum. 719 "Kepala gundul! Kau tadi berkata kejam, tapi sebenarnya
siapakah yang kejam" Kau gunakan tangan jahat sewaktu orang
sedang tak bersedia!"
"Anak muda, kau siapa dan mau apa?"
"Aku bernama Siauw Ma dan aku mau menghukum kau karena
perbuatanmu yang kejam tadi."
"Siauw Ma, kau masih begini muda. Pergilah, jangan mengantar
nyawa dengan sia-sia. Lihat saja, Si Naga Besi dalam sejurus saja
sudah roboh olehku. Apa lagi kau yang semuda ini!"
Pada saat itu terdengar jerit Cun Ceng dari bawah panggung, dan
sesaat kemudian gadis itu loncat ke atas panggung. Wajahnya
pucat, air matanya turun dan ia pegang pedangnya sambil
pandang hwesio itu dengan mata mengancam.
"Bangsat gundul, kau harus ganti jiwa ayahku!"
Siauw Ma menghadapi nona itu dan tiba-tiba ia beri tanda gadis
itu dengan sebelah mata yang dikedipkan. "Nona biarlah aku
hukum dulu orang ini, baru kemudian kau boleh membalas
dendam." Gadis itu pandang wajah Siauw Ma dan terkejutlah ia, karena ia
kenal wajah ini sebagai wajah orang yang malam tadi telah
menolongnya. Dalam kesedihannya Cun Ceng berpikir bahwa
kalau ia sendiri yang maju, pasti ia kalah. Karena itu, ia
mengangguk sebagai pernyataan terima kasih, lalu ia kembali
720 kepada ayahnya yang masih rebah tak bergerak dengan mata
meram. Siauw Ma menghadapi Hwesio itu lagi. "Kepala gundul, kau
jumawa sekali. Kau tadi jatuhkan Si Naga Besi karena curang.
Coba kauserang aku, kutanggung dalam sepuluh jurus saja bukan
aku yang jatuh, tapi kau yang akan rebah di sini tak berdaya."
"Bangsat kecil yang sombong, kau harus dihajar!" teriak hwesio
itu. "Kaulah yang harus dihajar!" kata Siauw Ma.
Hwesio itu melancarkan serangan pukulannya yang hebat, tapi
tubuh Siauw Ma melejit lenyap dan tahu-tahu sudah berada di
belakangnya. Melihat gin-kang sehebat ini, hwesio itu terkejut dan
berlaku hati-hati. Ia kirim lagi pukulannya dengan tenaga
sepenuhnya, tapi lagi-lagi Siauw Ma berkelit cepat.
"Pengecut, sambut pukulanku kalau kau laki-laki!" kata hwesio itu
sambil memukul lagi. "Kepala gundul, rasakan tanganku!" jawab Siauw Ma dan ketika
pukulan hwesio itu menyambar, ia sengaja memukulnya dari
samping dan akibatnya Ling Lung Hwesio menjadi terkejut sekali
karena tangannya kena terpukul ke samping dan terpental.
Ternyata tenaga lwee-kang anak muda itu lebih kuat darinya!
Pucatlah wajahnya dan keringat dingin mengucur.
721 "Kau siapakah, anak muda" Kau murid dari manakah?" tanyanya
perlahan. "Baru empat jurus, ingat" Kita berjanji sepuluh jurus! Aku datang
dari Thang-la, kalau kau mau tahu."
Mendengar bahwa lawannya yang muda ini adalah murid Thangla,
makin tergetarlah hati Ling Lung Hwesio dan ia lalu kerahkan
seluruh tenaga dan kepandaiannya untuk menjatuhkan Siauw Ma.
Setelah menyerang sampai sembilan jurus belum juga dapat
menjatuhkan Siauw Ma, tiba-tiba Siauw Ma berseru.
"Nah, sekarang jurus ke sepuluh adalah saat kau rebah di sini!"
Ling Lung Hwesio yang hendak menjaga namanya kirim serangan
paling berbahaya, yakni ia pukulkan tangan kanan ke arah dada
lawan sedangkan tangan kiri dikibaskan ke arah pusar lawan itu,
dan kedua kakinya siap menendang. Serangan ini demikian
lengkap hingga tak memungkinkan lawan balas menyerang dan
merobohkannya. Tapi siapa sangka bahwa ketika kepalan tangannya hampir
mengenai dada Siauw Ma, pemuda itu mendahului mengetok
pergelangan tangannya dari samping yang tepat mengenai jalan
darah hingga tangannya terasa sakit sekali, sedangkan tangan
kirinya yang dikibaskan ke arah pusar dapat ditangkis oleh lutut
pemuda itu. 722 Kemudian sebelum ia dapat bergerak lebih lanjut, tangan kanan
Siauw Ma telah menyelonong ke dada dan menotoknya hingga ia
rebah tak berdaya, tepat sebagaimana dikatakan Siauw Ma tadi.
Pada saat itu, Cun Ceng dengan pedang di tangan loncat naik ke
atas panggung dan ketika pedangnya berkelebat, kepala hwesio
itu putus tertabas! Tentu saja keadaannya menjadi kalut, tapi Siauw Ma segera
berdiri dan membentak keras,
"Cu-wi sekalian! Ketahuilah bahwa nona ini membunuh karena
hendak membalas dendam! Ayahnya, yaitu Cun-piauwsu yang
tadi terpukul oleh hwesio ini telah meninggal maka sudah
sepantasnya puterinya membalas dendam ini.
"Sebetulnya gara-gara semua keributan ini adalah salah dari pada
ke lima Ngo-lo-enghiong yang menjadi tuan rumah. Kalau ia
mempunyai permusuhan dengan ayah nona ini, mengapa tidak
dibereskannya saja sendiri"
"Tetapi mereka ini, orang-orang rendah dan bersifat pengecut
yang berani menyebut diri sendiri orang-orang gagah, telah
demikian pengecut untuk menghasut orang lain dan mengadukan
orang-orang gagah lain untuk memusuhi ayah nona ini! Kalau
kata-kataku ini tidak benar, silahkan mereka yang berani
membuktikan ketidak benarannya naik ke panggung ini!"
Tetapi tak seorangpun berani naik ke panggung menghadapi
pemuda aneh yang lihai sekali ini.
723 "Aku adalah murid dari Pegunungan Thang-la dan tugasku ialah
membasmi segala kejahatan. Seharusnya ke lima orang tua yang
menjadi tuan rumah ini kuhajar, tetapi mengingat bahwa mereka
inipun hanya terkena hasutan seorang rendah bernama Thio Lui,
biarlah kali ini kuampunkan mereka!"
Kemudian Siauw Ma ajak Cun Ceng membawa jenazah ayahnya
pergi dari situ. Dengan bantuan Siauw Ma, Cun Ceng dengan
sedih sekali terpaksa mengubur jenazah ayahnya di kota itu dan
kelima orang tua yang telah insaf dan menyesal setelah terjadi
peristiwa hebat yang mengambil nyawa dua orang itu, ikut pula
membantu dengan sungguh-sungguh hingga rasa ganjalan sakit
hati di antara mereka dan nona itu telah lenyap.
Ngo-lo-enghiong itu sangat kagum kepada Siauw Ma dan mereka
paksa anak muda itu mengunjungi rumah mereka dan
menjamunya. Juga Cun Ceng mereka paksa untuk mengunjungi
rumah mereka di mana mereka menyatakan menyesalnya dan
minta maaf atas segala kejadian.
Ketika mereka sedang mengobrol, tiba-tiba Thio San bertanya
kepada Siauw Ma, "Siauw-taihiap, kalau kau datang dari Thangla,
tentu kau kenal kepada seorang nona yang sangat lihai yang
bernama Lian Eng dan menjadi murid Huo Mo-li yang terkenal?"
Mendengar ini, Siauw Ma cepat berkata, "Tentu saja kenal! Kami
sahabat-sahabat baik. Tahukah kau di mana ia berada, loenghiong?"
724 "Begitukah?" Thio San berkata kaget. "Kalau begitu, kau harus
tolong dia!" Siauw Ma bangun dari bangkunya. "Apa" Apa yang terjadi" Loenghiong,
tolong kauberitahukan yang jelas!"
"Sebenarnya hal ini rahasia dan kami tak berani menceritakan
kepada siapa juga, taihiap. Tetapi kau perlu sekali diberitahu agar
kau dapat membantu sahabatmu itu.
"Kami mendengar dari beberapa orang kawan kami yang dapat
terbujuk oleh pengawal-pengawal pangeran, kabarnya pangeran
Yo dengan pengawal-pengawalnya hendak serbu dan hancurkan
Kuil Kwan-im-bio di perbatasan Tibet-Sin-kiang. Dan yang
menjadi ketua di sana adalah seorang gadis murid Huo Mo-li
bernama Lian Eng dan yang datang dari Thang-la."
Siauw Ma terheran sekali. "Dia menjadi kauw-cu" Ah, tak masuk
pada akal!" "Entahlah, tapi kurasa kawanku itu tidak membohong. Justeru
karena gadis lihai itu berada di sana, maka Pangeran Yo hendak
memperkuat rombongannya."
Maka gelisahlah Siauw Ma mendengar ini. Ia lalu buru-buru
tinggalkan rumah Ngo-lo-enghiong itu dan bersama Cun Ceng
kembali ke rumah penginapan.
"Nona, sekarang kuharap kau suka kembali ke kotamu.
Teruskanlah usaha ayahmu yang baik itu, karena aku tak dapat
725 mengawanimu lebih jauh. Aku harus segera pergi ke perbatasan
Tibet-Sin-kiang dan mencari kawanku di Kuil Kwan-im-bio itu!"
Cun Ceng pandang pemuda itu dengan mata basah.
"Siauw-taihiap, kau telah berkali-kali menolongku, bahkan kau
pula yang telah membalaskan sakit hati ayahku. Budimu ini
sungguh besar sekali dan selama hidupku tak mungkin dapat
membalasnya. "Maka, taihiap, karena akupun hidup sebatangkara, kalau saja
kau sudi dan perkenankan, biarlah aku ikut kau pergi ke sana.
Biarpun kepandaianku masih sangat rendah bila dibandingkan
dengan kepandaianmu yang sangat tinggi, namun percayalah,
Cun Ceng takkan ragu-ragu dan sayang mengorbankan jiwa
untuk keperluan dan membelamu!"
Bukan main rasa terharu hati Siauw Ma mendengar kesanggupan
yang diucapkan sejujur-jujurnya ini. Kalau saja yang bicara ini
seorang laki-laki, tentu ia akan memeluknya dengan rasa
berterima kasih sekali, tapi Cun Ceng adalah seorang gadis.
Seorang gadis yang cantik lagi, dan lebih dari itu, seorang gadis
yang wajah dan potongan tubuhnya mirip sekali dengan Lian Eng,
yang dicintanya itu! Ah, ia dapat menduga dari sinar mata gadis yang dibasahi air
mata ini bahwa di dalam hati gadis ini tumbuh rasa kagum dan
hutang budi yang besar sekali, dan bahwa gadis ini kalau saja ia
726 keluarkan kata pinangan, akan menerimanya dengan kedua
tangan terbuka dan dengan hati beruntung sekali.
Tapi, Siauw Ma mempunyai pendirian yang teguh. Cintanya
terhadap Lian Eng sangat mendalam dan tak mungkin mudah
digeser begitu saja. Maka ia lalu gelengkan kepala dan berkata.
"Terima kasih atas janjimu hendak membela, nona. Tapi, terus
terang saja, kalau kau ikut pergi, maka perjalanan itu akan
menjadi lama sekali. Maaf, bukan aku hendak menghina, tapi ilmu
lari cepat yang kaumiliki masih jauh dari pada sempurna hingga
kau hanya akan memperlambat perjalananku. Sedangkan aku
perlu sekali segera sampai di sana, takut kalau-kalau aku datang
terlambat. Seorang kawan baik sedang terancam bahaya di
sana!" Cun Ceng mengerti hal ini dan ia mengangguk-angguk lalu
menghela napas, dan tak kuasa berkata apa-apa lagi.
<> Siauw Ma lalu tinggalkan ia dan lari cepat menuju ke barat, di
mana ia harapkan akan bertemu dengan Lian Eng biarpun ia
masih ragu-ragu jika mengingat bahwa tak mungkin sekali
seorang gadis seperti Lian Eng bisa menjadi kauw-cu atau ketua
agama di Kwan-im-bio. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa setelah ia tinggalkan,
gadis yang bernasib malang dan ditinggal mati ayahnya itu,
karena merasa betapa hatinya menjadi kosong dan sunyi setelah
727 ditinggal pergi pemuda itu, diam-diam melakukan pengejaran ke
barat. Ia tetap hendak membela pemuda itu, biarpun ia harus
datang belakangan! Dengan menggunakan ilmu lari cepat dan tiada pernah berhenti
kecuali hanya kalau perutnya terasa lapar saja, Siauw Ma menuju
ke Kwan-im-bio di perbatasan Tibet Sin-kang.
Ketika ia tiba di depan kuil yang megah dan besar itu, ia dicegat
oleh beberapa orang imam Kwan-im-kauw yang membentaknya
dan bertanya, "Hei, anak muda. Siapakah kau dan ada perlu apa kau tersesat
ke sini?" Siauw Ma sedang gelisah dan sedih, maka ia tidak mau banyak
cakap, hanya berkata, "Bawa aku menghadap ketuamu!"
"Kauw-cu kami tidak mudah begitu saja bertemu dengan orang
asing," jawab seorang imam. "Kau beritahukan dulu nama dan
keperluanmu, baru akan kami sampaikan ke dalam. Sementara
itu, kau tidak boleh masuk pekarangan kuil kami."
Siauw Ma menjadi penasaran sekali. "Kalian ini pendeta-pendeta
yang menuntut hidup suci mengapa bersikap begini kasar" Apa
kalian kira aku bangsa perampok?"
728 Para imam itu tertawa mengejek. "Pada saat zaman sekacau ini,
mana kita bisa bedakan mana perampok dan mana orang baikbaik?"
"Kurang ajar, jangan kau menghalang jalanku, aku hendak masuk
melihat kauw-cu Kwan-im-kauw!"
Dan Siauw Ma lalu gerakkan kaki hendak lanjutkan
perjalanannya. Tapi beberapa orang imam itu makin bercuriga
dan segera palangkan toya dan pedang mencegatnya. Tapi sekali
berkelebat saja Siauw Ma telah melompati kepala mereka dan
turun di belakang mereka. Tentu saja para imam itu terkejut sekali
dan ramai-ramai mereka mengejar!
Dari atas turunlah beberapa imam dan nikouw lain yang segera
mengeroyok Siauw Ma. Tapi begitu Siauw Ma gerakkan kaki
tangannya, beberapa orang imam telah kena dirobohkan. Makin
banyaklah imam mengeroyoknya dan kini yang mengeroyoknya
adalah imam-imam dan nikouw yang berkepandaian tinggi juga
hingga Siauw Ma mengamuk seperti kerbau gila!
Tapi pemuda ini masih sempat memikir bahwa imam-imam itu
hanyalah mengeroyoknya karena salah paham saja hingga tiap
serangannya tidak ia maksudkan untuk mengambil jiwa orang.
Karena inilah maka imam-imam itu hanya ia totok dan ia
lemparkan saja dan tak seorangpun imam sampai mendapat luka
berat. Pada saat itu terdengar bentakan nyaring dan halus dan semua
imam dan nikouw yang mengeroyok segera mundur sambil
729 membungkuk-bungkukkan tubuh mereka terhadap orang yang
membentak nyaring tadi. Siauw Ma memandang dan hampir saja ia berteriak karena kaget
dan herannya. Yang membentak itu ternyata Lian Eng sendiri,
tetapi alangkah banyaknya perubahan yang terjadi pada diri gadis
yang dicintanya itu. Lian Eng mengenakan jubah seperti seorang dewi dan serupa


Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar dengan jubah yang dipakai oleh Patung Dewi Kwan-im,
sedangkan potongan rambutnya juga sama benar dengan rambut
Dewi Kwan-im. Bahkan wajah gadis itu seakan-akan
memancarkan cahaya seperti cahaya gaib yang hanya terdapat
pada diri dewa dan orang-orang suci! Sikap gadis itu agung sekali
ketika ia pandang Siauw Ma dan berkata.
"Kau datang ke sini mau apakah?"
Siauw Ma terbelalak memandangi wajah dan pakaian gadis itu.
Beberapa kali ia telan ludahnya dan tak dapat berkata-kata,
seakan-akan ada sesuatu yang mengganjal kerongkongannya.
Akhirnya, setelah naik sedu-sedan dari dadanya, dapat juga ia
bertindak maju dengan dua lengan terulur dan berkata.
"Lian Eng?"! Hampir aku tak dapat percaya. Kaukah ini?" Lian
Eng...... mengapa?" mengapa kau menjadi begini"..?"
Bibir yang merah dan manis itu tersenyum tetapi matanya
memandang dingin. Kemudian sambil menengok kepada semua
730 imam dan nikouw yang masih berdiri membungkuk dan tak berani
memandangnya, ia berkata,
"Perkuatlah penjagaan!" Lalu ia memberi tanda dengan lambaian
tangan kepada Siauw Ma untuk ikut dengan dia ke dalam bio!
Siauw Ma ikut berjalan masuk dengan hati berdebar-debar.
Lian Eng ajak ia masuk ke dalam ruang dalam, di mana terdapat
empang dan patung Dewi Kwan-im. Ia kenali patung itu sebagai
patung yang dulu dibuat rebutan. Beberapa orang nikouw yang
duduk bersamadhi dan mengelilingi patung itu, atas perintah Lian
Eng lalu pergi keluar dari ruang itu, hingga mereka berada berdua
saja. "Duduklah, Siauw Ma," kata Lian Eng, kini lenyaplah sikapnya
yang agung-agungan tadi dan suaranya terdengar seperti
seorang kawan lama yang ramah.
"Lian Eng?". aku sengaja mencarimu......."
Lian Eng memandangnya tajam. "Hm, apakah kau hendak
menagih hakmu yang ditetapkan oleh guru-guru kita?"
"Tidak, tidak! Lian Eng, kau anggap aku orang macam apakah"
Memang, tak kusangkal bahwa aku?". aku mencinta kau! Aku
mencinta dan suka padamu semenjak kita bertemu pertama kali
dulu, semenjak kau masih gagu dulu! Aku selamanya
mencintamu, tetapi....... aku tidak begitu rendah untuk
memaksamu, untuk memperkosa hatimu dan menggunakan
pengaruh suhu kita untuk memaksamu menjadi isteriku! Aku?"
731 aku".. terlalu cinta padamu, Lian Eng, tak mungkin aku dapat
menyakiti hatimu. Kau tentu tahu ini!"
Untuk sesaat sinar mata Lian Eng melembut. Ia memang kagum
kepada pemuda yang jujur dan gagah ini. Kemudian ia berkata,
kepalanya dikedikkan. "Habis kau datang mau apa" Apakah kau merasa sakit hati
kutolak pinanganmu hingga kau datang hendak menuntut balas?"
Siauw Ma geleng-gelengkan kepala. "Seharusnya demikian,
sesuai dengan kehendak ibuku. Ketahuilah, Lian Eng, mendiang
ibuku dahulu pernah meninggalkan pesan bahwa aku harus
mencarimu untuk menjadikan isteri atau".... membunuhmu! Tapi
aku bodoh, aku lemah. Kedua-duanya tak dapat kulaksanakan.
Pesan ibuku hanya pesan kosong dan tak terpenuhi. Aku tak
dapat mengawinimu, juga tak dapat membunuhmu?"."
Terharulah Lian Eng mendengar pengakuan ini. Ia pandang muka
yang tunduk dengan sedih itu dan hampir saja ia tak dapat
menahan air matanya yang hendak runtuh, tapi ia keraskan
hatinya. "Aku menyesal sekali telah membikin kau sengsara dan
menderita, Siauw Ma. Tapi seperti juga kau, aku tak dapat
memaksa hatiku sendiri."
"Lian Eng?" kau mengakulah terus terang, adakah?" adakah
kau".. mencinta Tiong Li" Aku?". aku takkan marah dan
cemburu, dia kawan baikku?""
732 Lian Eng adalah seorang wanita berhati keras, maka mana ia mau
mengakui kelemahannya ini" Ia kedikkan kepalanya dan berkata
keras, "Siapa mencinta siapa" Jangan kau sembarangan bicara! Katakatamu
ini menghinaku!" Siauw Ma lalu berkata, "Betapapun juga, Lian Eng. Kembalilah
kau ke Thang-la, kau membuat kami semua menjadi bingung, dan
ketahuilah bahwa subomu juga menjadi marah dan bingung.
Jangan kausia-siakan hidupmu seperti ini. Benar-benarkah kau
menjadi kauw-cu di sini seperti yang dikatakan orang?"
"Benar! Aku memang menjadi kauw-cu di sini. Aku telah ambil
keputusan untuk berdiam di sini sampai mati!"
Siauw Ma mendengar ucapan yang bersungguh-sungguh ini
menjadi heran dan diam-diam ia mengerling keadaan di situ.
Aneh, memang keadaan di situ terasa tenteram dan damai sekali,
terutama patung Dewi Kwan-im yang berada di tengah-tengah
empang itu, tampak begitu agung dan suci serta mendatangkan
suasana yang membahagiakan!
"Memang indah tempat di sini, Tetapi, Lian Eng, sudah tahukah
kau bahwa tempatmu ini terancam bahaya besar" Pangeran Yo
bersengkongkol dengan pendeta-pendeta Lhama dari Tibet untuk
menyerbu ke mari!" 733 Tiba-tiba mata Lian Eng bersinar marah. "Benarkah" Boleh!
Biarkah mereka datang. Demi Pouw-sat yang suci, akan
kuhancurkan mereka itu seorang demi seorang!"
Kemudian Lian Eng berkata kepada Siauw Ma. "Siauw Ma, kau
pergilah! Kau kembalilah ke Thang-la, sekarang juga! Jangan
terlalu lama berdiam di sini."
Siauw Ma geleng-gelengkan kepalanya. "Begitu tipiskah
kepercayaanmu padaku" Apa kaukira aku tidak mempunyai rasa
setia kawan lagi" Lian Eng, biarpun rasa cintaku sia-sia dan tak
terbalas, namun Siauw Ma masih merupakan sahabatmu yang
akan membelamu sampai mati!"
"Jangan, Siauw Ma, ketahuilah, Hong Cu mencinta padamu,
mencinta dengan murni. Kau kembalilah dan pinanglah dia! Dia
seperti adikku sendiri, kasihanilah dia, jangan membikin dia
sengsara, Siauw Ma."
Siauw Ma memandang dengan tajam dan penasaran. "Bagus
Lian Eng! Kau sendiri menolak cintaku, kau sendiri membikin aku
menderita, dan kini kau minta padaku supaya aku korbankan diri
dan menerima persembahan Hong Cu. Bagus sekali! Tidak,
biarlah aku lihat sampai di mana kekurangajaran anjing-anjing
kaisar itu." Sehabis berkata demikian, Siauw Ma yang tak tahan pula
berhadapan dengan gadis yang dicintanya dalam keadaan
demikian itu, segera keluar dan rebahkan diri di ruangan depan,
di atas sebuah bangku panjang, sama sekali tidak hiraukan
734 pandang mata heran dari para imam dan nikouw yang lewat di
situ. Sepeninggal pemuda itu, Lian Eng lalu jatuhkan diri berlutut di
depan patung Dewi Kwan-im dan menangis tersedu-sedu.
<> Sementara itu, Tiong Li dan Hong Cu yang tahu akan ancaman
rombongan imam Tibet dan para pengawal Pangeran Yo yang
hendak menyerbu Kwan-im-bio, dan mengira bahwa Lian Eng
tentu berada di bio itu pula, segera mengejar rombongan imam
Tibet itu. Tapi karena para imam itu menggunakan jalan yang
memotong, mereka tertinggal di belakang.
Hanya karena kepandaian lari cepat mereka jauh berada di atas
beberapa anggauta rombongan, maka mereka masih mempunyai
harapan untuk mengejar dan mendahului mereka ke Kwan-im-bio
untuk membela kuil itu. Tak mereka sangka bahwa para pengawal dan imam Lhama itu
telah pula memperhitungkan hal ini. Maka mereka lalu pecahpecah
rombongan mereka dan sebagian ditugaskan untuk
menghalang-halangi perjalanan dua anak muda itu agar jangan
sampai mendahului mereka dan membela kuil itu karena kalau hal
ini sampai terjadi, kedudukan mereka di kuil itu akan sangat kuat
dan sukar diserbu! Karena inilah maka ketika tiba di sebuah hutan, tiba-tiba Tiong Li
dan Hong Cu diserang oleh beberapa belas orang yang
735 bersenjata pedang. Kebanyakan para pengeroyok ini adalah
pengawal-pengawal kelas satu dari kaisar yang memiliki
kepandaian tinggi, dan di antaranya terdapat beberapa orang
pendeta Lhama yang lihai. Oleh karena ini, maka sibuk juga kedua
anak muda ini melayani mereka.
Namun Hong Cu dan Tiong Li adalah murid-murid tokoh besar
yang memiliki kepandaian tinggi dan luar biasa. Tongkat yang
berada di tangan Hong Cu walaupun hanya berupa tongkat
bambu biasa, namun benda itu dimainkan dengan ilmu tongkat
yang tiada taranya di dunia ini hingga tongkat bambu itu seakanakan
berubah menjadi ratusan batang dan semuanya bergerakgerak
bagaikan ular-ular terbang menuju ke jalan-jalan darah
lawan dalam totokan yang berbahaya!
Juga pikulan Tiong Li tidak kalah istimewanya. Pikulan inipun dari
bambu, tapi bentuknya melengkung seperti gendewa hingga
kalau digunakan untuk menyerang datangnya ujung senjata itu
tidak terduga sama sekali. Misalnya jika Tiong Li gunakan
pikulannya memukul atau menusuk pundak kiri musuh, ternyata
ujung yang melengkung itu menghantam pundak kanan, dan
demikian sebaliknya hingga lawannya menjadi bingung sekali!
Kalau saja pengeroyok-pengeroyok itu bukannya orang-orang
yang rata-rata memiliki kepandaian luar biasa, tentu sudah
semenjak tadi mereka semua kena dibikin roboh oleh dua orang
jago muda yang hebat ini.
Biarpun lawannya banyak dan lihai, akhirnya setelah bertempur
sengit sampai ratusan jurus, dapat juga Tiong Li merobohkan dua
736 orang dan Hong Cu juga berhasil menotok roboh dua orang
pengeroyok pula! Cepat para pengeroyok itu menolong mereka
yang roboh dan tak lama kemudian mereka lalu kabur ke dalam
hutan lebat. Tiong Li dan Hong Cu bernapas lega dan beristirahat di situ
melepas lelah sambil bersamadhi. Pertempuran dan istirahat ini
memakan waktu hampir setengah hari hingga tanpa mereka
ketahui, mereka tertinggal makin jauh lagi!
Dua hari kemudian, setelah hari menjadi gelap, Tiong Li dan Hong
Cu bermalam dalam sebuah hutan yang gelap dan besar. Setelah
makin jauh ke barat, makin banyaklah hutan dilalui dan bukit-bukit
didaki. Hutan besar dan gelap sekali hingga tak mungkin bagi mereka
untuk melanjutkan perjalanan. Di situ tidak ada dusun atau rumah
orang maka kedua anak muda itu terpaksa bermalam di atas
pohon tinggi besar sekali.
Malam yang gelap itu dingin sekali dan baiknya ada ribuan
bintang di langit hingga keadaan tidak gelap sekali. Hong Cu
sandarkan tubuhnya pada batang pohon sambil duduk di atas
sebatang cabang yang besar.
Ia lelah sekali, juga hatinya jengkel karena tidak juga bertemu
dengan orang yang dicarinya, pula merasa marah melihat lagak
imam-imam Tibet yang selalu mengganggu itu. Maka tak lama
kemudian ia tertidur di atas cabang pohon itu.
737 Ia tak perlu khawatir kalau-kalau tergelincir dan jatuh, karena
kebiasaan berlatih samadhi membuat tubuhnya anteng dan
jarang bergerak dalam tidur, pula ia andalkan kepandaiannya
hingga andaikata ia tergelincir juga, ia akan dapat loncat ke atas
tanah dengan selamat. Tiong Li juga bersandar pada batang
pohon dan duduk di satu cabang tak jauh dari situ.
Tiba-tiba Hong Cu terkejut. Tubuhnya yang terlatih baik itu sangat
perasa hingga biarpun sedang tidur pulas, jika tersentuh sedikit
saja ia tentu merasa dan segera terjaga dari tidurnya. Ia merasa
tubuhnya tersentuh dan kagetlah ia lalu membuka matanya.
Tapi ternyata bahwa yang membuatnya kaget itu adalah Tiong Li.
Pemuda itu gunakan baju luarnya yang lebar untuk menyelimuti
tubuh Hong Cu dengan perlahan sekali, takut kalau-kalau gadis
itu terbangun. Ia tadi melihat betapa Hong Cu tampak kedinginan dan menariknarik
kakinya, maka hatinya yang mencinta membuat ia tidak tega
sekali. Ia tanggalkan baju luarnya yang lebar dan gunakan jubah
itu untuk menyelimuti Hong Cu.
Melihat betapa pemuda itu menyelimutinya dengan hati-hati
sekali, Hong Cu tidak tega untuk menegurnya. Maka iapun
meramkan matanya lagi dan mengintai dari balik bulu mata! Ia
melihat betapa pemuda itu memandangnya dan menatap
wajahnya lama sekali sambil tersenyum.
"Alangkah cantiknya Hong Cu......." Tiong Li mengeluh di dalam
hatinya karena teringat bahwa gadis yang dicintanya ini tidak
738 mengimbangi perasaan hatinya. Ia lalu mundur dan duduk lagi di
tempatnya yang tadi. "Alangkah baik dan sopannya Tiong Li?"" Hong Cu melamun,
tapi ia lalu tak dapat menahan kantuknya dan pulas lagi.
Pagi-pagi sekali keesokan harinya, ketika burung-burung yang
gaduh dan nakal membuat bising dan membangunkan kedua
anak muda itu, Tiong Li dan Hong Cu saling pandang ketika
mereka berdua mengulet dan mengulur-ulur pinggang karena
kaku tidur di tempat dingin dan keras itu.
Tiba-tiba Tiong Li memberi tanda kepada Hong Cu. Terdengar
suara orang bercakap-cakap. Suara itu makin dekat, tapi Tiong Li
dan Hong Cu telah pindah ke dalam pohon yang lebat daunnya
hingga tak tampak. Dari atas pohon mereka mengintai ke bawah. Ternyata yang,
lewat itu adalah serombongan pengawal dan imam yang kemarin,
tetapi kini di depan sekali berjalan dua orang pendeta Lhama
jubah merah! Hong Cu dan Tiong Li terkejut karena pendeta Lhama jubah
merah ini bukanlah yang dulu mengeroyok mereka di atas gedung
Pangeran Yo. Kalau demikian banyaknya pendeta-pendeta jubah
merah, maka sungguh kuatlah kedudukan rombongan itu, pikir
Tiong Li Tiba-tiba Hong Cu menunjuk dan ketika Tiong Li menengok,
ternyata yang ditunjuk oleh Hong Cu itu adalah seorang gadis
739 yang berada di tengah-tengah rombongan itu. Gadis itu terang
bukan anggauta rombongan karena ia duduk di atas kuda dengan
kedua tangan diikat! Seorang pengawal yang berkuda di dekatnya berkali-kali berkata.
"Nona, lebih baik kau berterus terang saja dan menjadi pembantu
kami. Katakan saja bagaimana keadaan mereka di kuil itu"


Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berapa kekuatan mereka" Dan setan perempuan itu mempunyai
berapa orang kawan yang lihai?"
Gadis yang cantik itu tertawa. "Sudah berkali-kali kukatakan.
Semua tenaga orang-orang gagah berada di sana dan kalian ini
tikus-tikus kecil tentu akan mencari mampus jika sampai di Kwanim-
bio!" Pengawal itu menjadi marah dan berkata, "Bukankah kau ini
saudara dari setan perempuan yang menjadi ketua agama di
Kwan-im-bio?" Gadis itu diam saja tak menjawab, karena sesungguhnya ia
sendiri tidak tahu siapakah yang dimaksudkan dengan setan
perempuan itu. Apakah kawan Siauw Ma yang dicari-cari oleh
pemuda itu, demikian pikirnya.
Memang, gadis ini, bukan lain ialah, Cun Ceng. Ia nekat dan
mengejar Siauw Ma, pemuda yang menjadi pujaan hatinya.
Karena ilmu lari cepatnya tidak setinggi Siauw Ma, ia tertinggal
jauh dan bertemu dengan rombongan pendeta Lhama dan para
pengawal Pangeran Yo itu.
740 Ia dicurigai, terutama karena wajahnya yang mirip Lian Eng itu,
lalu ia ditangkap setelah melawan dengan nekat. Tetapi apa daya
Cun Ceng menghadapi sekian banyak pengawal dan pendeta
Lhama yang berilmu tinggi" Karena ia tak dapat memberi
keterangan apa-apa, ia ditawan dan dibawa oleh rombongan itu.
Tiong Li dan Hong Cu yang berada di atas pohon ketika melihat
gadis itu pun menjadi terkejut. Bahkan tadinya mereka mengira
bahwa gadis itu Lian Eng adanya!
Setelah mendengar tanya jawab itu, mereka maklum bahwa gadis
ini kebetulan saja tertangkap karena dicurigai. Tetapi mengapa
gadis itu membohong dan seakan-akan membela Kwan-im-bio
dengan memaki-maki rombongan itu" Sungguh aneh.
"Tiong Li, hayo kita sikat mereka dan tolong dia!"
Tiong Li mengangguk menyatakan setuju. Setelah rombongan itu
tepat berada di bawah mereka, kedua anak muda itu meloncat
turun dan tepat berada di dekat gadis yang tertawan. Beberapa
kali tubuh mereka berdua berkelebat dan terdengar teriakteriakan
ngeri karena beberapa orang yang diserang secara
mendadak itu telah roboh tertotok! Hong Cu lalu gunakan jarinya
putuskan belenggu gadis itu yang segera loncat turun dan
bersiap-siap. "Tangkap pemberontak!" seorang pengawal berteriak dan kedua
anak muda itu dikeroyok! 741 Cun Ceng segera cabut pedang yang tergantung di tubuh seorang
pengawal yang rebah tertotok dan ia gunakan pedang itu untuk
membantu kedua penolongnya yang luar biasa!
Para pengawal yang kemarin telah merasai kehebatan sepak
terjang kedua anak muda itu, segera mundur dengan jerih dan kini
dua orang pendeta Lhama jubah merah itulah yang maju
menandingi Tiong Li dan Hong Cu. Melihat bahwa ilmu silat gadis
yang mereka tolong itu biarpun cukup baik tetapi sama sekali
bukan tandingan Lhama jubah merah itu, Hong Cu, berkata,
"Cici, kaurampas tiga ekor kuda, biar kami layani setan-setan
jubah merah ini!" Cun Ceng segera gunakan pedangnya menyerang seorang
pengawal yang menjaga kuda dan karena pengawal itu sudah
jerih melihat Tiong Li dan Hong Cu, ia tak mau melayani Cun Ceng
lebih jauh, maka gadis itu mudah saja pilih tiga ekor kuda yang
besar dan baik. "Sudah dapat!" katanya keras dan Tiong Li serta Hong Cu yang
mendengar ini lalu perhebat serangannya hingga Lhama jubah
merah itu terpaksa mundur.
Dengan ilmu tongkatnya yang luar biasa, Hong Cu gunakan
kesempatan pada saat lawannya ragu-ragu dan mundur itu, untuk
menyerang. Kini ia gunakan tangan kiri memukul dengan totokan
maut ke arah leher lawannya dan ketika lawan itu membuka
tangan hendak menangkap tangan kirinya, tiba-tiba Hong Cu
742 merendahkan tubuh ke bawah dan kerjakan tongkat di tangan
kanannya menghantam kaki orang!
Lhama itu cepat loncat berkelit, tapi ujung kakinya masih terpukul
oleh tongkat hingga terasa sakit sekali! Sepatunya telah hancur
dan jari kakinya terluka! Ia memaki-maki marah, tapi Hong Cu dan
Tiong Li sudah lari dan cemplak dua kuda yang sudah disediakan
oleh Cun Ceng, sedangkan Cun Ceng sendiri sudah duduk di atas
seekor kuda lain! Ketika para pengawal itu hendak mengejar, Cun Ceng yang tadi
diam-diam ambil kantung piauw seorang pengawal yang terluka,
segera menghujani mereka dengan piauw! Pengawal-pengawal
itu hendak mengejar, tapi kuda-kuda mereka tadi sengaja dipukul
cerai-berai oleh Cun Ceng yang cerdik.
Di antara mereka, yang memiliki ilmu lari cepat melebihi kuda
cepatnya hanyalah dua orang Lhama jubah merah dan beberapa
pengawal. Tapi seorang Lhama telah terluka kakinya, maka mereka tidak
mengejar terus, hanya membalas sambitan Cun Ceng itu dengan
pelor dan piauw. Akan tetapi, kuda ketiga orang muda itu telah
membalap cepat sekali. Karena memang tugas mereka hanya
menghalang-halangi dan mengganggu perjalanan kedua anakanak
muda itu saja, maka para pengawal tidak mengejar lebih
jauh, hanya merawat mereka yang terluka.
Setelah berada di tempat aman, Cun Ceng menghaturkan terima
kasihnya kepada Tiong Li dan Hong Cu. Gadis ini merasa kagum
743 sekali melihat kehebatan kedua orang ini yang mengingatkan ia
akan Siauw Ma. Ketika ia mendengar bahwa Siauw Ma adalah kawan mereka, ia
menjadi girang sekali dan ia segera menuturkan pengalamannya
hingga bertemu dan ditolong oleh Siauw Ma. Ia diberitahukan
bahwa Siauw Ma juga menyusul ke Kwan-im-bio, hingga Tiong Li
dan Hong Cu saling pandang penuh pengertian!
"Baiknya ada Siauw Ma di sana, hingga keadaan cici Lian Eng
dan Kwan-im-bio tak berapa berbahaya," kata Hong Cu.
"Kurasakan demikian, apa lagi sebagian dari mereka masih
berada di sini," kata Tiong Li.
"Ji-wi janganlah anggap demikian," Cun Ceng membantah,
"Menurut pendengaranku ketika aku tertawan tadi, mereka ini
adalah rombongan yang diwajibkan untuk menghalang-halangi
perjalanan kalian hingga terlambat sampai di sana.
"Dan menurut kata mereka, kali ini barisan penyerbu terdiri dari
puluhan bahkan meliputi ratusan orang imam-imam Lhama dari
Tibet yang terkena hasutan para Lhama jubah merah itu! Kurasa,
betapapun juga, kedudukan Kwan-im-bio tetap berbahaya sekali."
Mendengar ini, Tiong Li dan Hong Cu merasa khawatir sekali telah
terkena tipu hingga perjalanan mereka tertunda. Kalau mereka
tahu, tidak nanti mereka sudi melayani segala pengawal dan
imam busuk itu. Maka segera mereka bedal kuda dan membalap
menuju ke Kwan-im-bio. 744 "Celaka, jangan-jangan kita terlambat!" kata Hong Cu.
"Mudah-mudahan tidak!" kata Tiong Li.
Tapi memang mereka telah terlambat!!
<> Ketika Siauw Ma merebahkan diri di atas sebuah bangku panjang
di ruang luar di Kuil Kwan-im-bio itu dan Lian Eng menangis
tersedu di depan patung Dewi Kwan-im, tiba-tiba dari bawah bukit
terdengar suara sorak-sorai yang riuh gemuruh.
Pendeta Kwan-im-kauw yang menjaga di tempat paling bawah,
terkejut sekali ketika melihat betapa puluhan orang merayap
bagaikan semut menaiki bukit itu dari segala jurusan! Segera ia
berteriak-teriak memberi kabar kepada penjaga di atas dan
semua imam lalu terburu-buru ambil senjata masing-masing.
Siauw Ma yang telah hampir pulas karena pikirannya ruwet sekali,
kaget mendengar suara ribut-ribut itu dan ia melihat kesibukan
para pendeta itu dengan heran. Kemudian ia melihat Lian Eng
keluar dari dalam bio dengan wajah keren sekali. Maka tahulah ia
bahwa serbuan yang dikhawatirkan itu telah terjadi! Ia lalu cabut
pedangnya dan mengikuti Lian Eng.
"Lian Eng, jangan takut, ada aku di sini!"
Tapi Lian Eng tak menjawab, hanya ia lalu atur imam dan nikouw
untuk menjaga sekeliling bio itu. Gadis yang telah banyak
siasatnya itu telah memberi perintah untuk mempersiapkan
745 barisan anak panah dan ketika para pengerbu sudah mendaki
agak dekat, ia lalu memberi komando.
Ratusan anak panah melayang turun dan di bawah terdengar
jeritan-jeritan ngeri! Imam-imam Tibet itu terpukul mundur, tapi
karena di situpun terdapat pengawal-pengawal dari kota raja yang
telah mempunyai banyak pengalaman perang, segera mereka
naik pula dan kini dipasang tameng-tameng untuk menangkis
semua anak panah itu! Maka tak lama kemudian terjadilah pertempuran yang hebat di
antara rombongan pendeta-pendeta Tibet dan pendeta-pendeta
Kwan-im-kauw di atas gunung itu! Puluhan orang dari masingmasing
pihak yang bertempur ini terdiri dari orang-orang yang
memiliki kepandaian silat, maka dapat dibayangkan betapa hebat
dan ramainya pertempuran itu!
Siauw Ma selalu mengikuti Lian Eng dan pemuda ini tiap kali
gerakkan pedang, tentu ada seorang musuh menggelinding
mandi darah, sedangkan Lian Eng membagi-bagi pukulan
mautnya ke kanan kiri! Tiba-tiba dari pihak penyerang muncul tiga
orang pendeta jubah merah yang bukan lain ialah Ang Liong
Taisu, Ui Liong Taisu, dan Hek Liong Taisu!
Dengan bentakan-bentakan hebat ketiga orang ini maju
menyerbu dan kini Siauw Ma berdua Lian Eng mendapat lawanlawan
yang tangguh! Ui Liong Taisu gerakkan sepasang sumpit
kuningannya yang lihai menyerang Siauw Ma, dibantu oleh Hek
Liong Taisu yang hanya menggunakan kepalan tangannya yang
746 luar biasa. Sedangkan Ang Liong Taisu dengan hud-timnya yang
panjang dan pendek itu melayani Lian Eng.
Memang, dalam hal ilmu silat, boleh dibilang Ang Liong Taisu
paling tinggi dan paling berbahaya, maka ialah yang menyerang
ketua Kwan-im-kauw yang dianggapnya tentu paling berbahaya
ini. Ketika kebutannya yang panjang menyambar hendak melilit
tangan Lian Eng sedangkan kebutan yang pendek meluncur
menotok jalan darah, Lian Eng berseru keras dan kedua
tangannya bergerak mengeluarkan hawa pukulan sambil
membarengi berkelit. Tubuhnya berkelebat dan Ang Liong Taisu
merasa betapa ada angin pukulan luar biasa dan panas
menyambarnya. Ia terkejut sekali dan tidak berani menerima angin pukulan itu,
tetapi buru-buru ia berkelit. Ketika angin pukulan kedua
menyambar, ia kebut itu dengan hud-timnya, tetapi ia berseru
terkejut karena hud-timnya itu hampir saja dilepaskan dari
tangannya dan bulu hud-tim banyak yang terlepas!
Kini tahulah ia bahwa benar-benar kauw-cu dari Kwan-im-bio ini
adalah murid Si Dewi Api yang telah terkenal sekali namanya,
maka diam-diam ia keder dan hanya melayani Lian Eng dari
tempat jauh. Sementara itu, dengan po-kiamnya yang dimainkan secara luar
biasa, Siauw Ma dapat mendesak kedua lawannya. Melihat
betapa lawan Ang Liong Taisu bertangan kosong dan agaknya
747 suhengnya itu terdesak, Hek Liong Taisu segera loncat
menggantikan suhengnya dan minta suheng itu ikut mengeroyok
Siauw Ma yang lihai. Tetapi ternyata Hek Liong Taisu salah tafsir. Ia pandang rendah
kepada Lian Eng yang bertangan kosong, karena kalau samasama
bertangan kosong, ia boleh andalkan kedua tangannya
yang luar biasa itu. Dengan berseru keras dan sombong ia maju
menubruk dan gerakkan kedua tangannya.
Lian Eng tersenyum dan juga gerakkan kedua tangannya
memapaki sepasang lengan lawan. Melihat ini, Ang Liong Taisu
berseru memperingatkan sutenya, tetapi terlambat. Kedua tangan
sutenya itu telah bertemu dengan kedua lengan Lian Eng yang
berkulit halus. "Duuk!" dan terdengar jerit ngeri sekali keluar dari mulut Hek Liong
Taisu, karena tidak saja ia menjadi korban hawa pukulan Huo-mokang
yang panas luar biasa, juga tenaga lwee-kangnya sendiri
terpukul balik dan menghantam dirinya sendiri! Ia lalu roboh dan
bergulingan di atas tanah karena merasa tubuhnya sakit
seluruhnya! Karena terkejut melihat nasib sutenya, Ang Liong Taisu agak
lambat gerakannya dan kesempatan ini digunakan oleh Siauw Ma
untuk mengirim tusukan yang dapat ditangkis dengan kebutan
tetapi masih berhasil menusuk pundaknya. Ia terguling roboh
karena yang tertusuk adalah urat di pundak hingga sakit sekali!
748 Pada saat itu terdengar teriakan-teriakan para imam Kwan-imkauw.
"Kebakaran! Kebakaran!!"
Lian Eng cepat berpaling dan terkejutlah ia karena benar saja,
kelenteng itu telah terbakar di beberapa bagian! Ternyata bahwa
kaum penyerbu telah berhasil membobolkan pertahanan
belakang dan melepas api. Ia menjadi marah sekali dan cepat lari
menuju ke kelenteng. Siauw Ma sementara itu setelah berhasil robohkan Ang Liong
Taisu, lalu tinggalkan Ui Liong Taisu yang agaknya menjadi jerih
dan menjauhinya, lalu pemuda itu mengejar Lian Eng.
Tanpa perdulikan api yang bernyala-nyala, Lian Eng terus
memasuki bio itu. Ketika melihat bahwa Siauw Ma telah lari pula
di sampingnya, ia hanya berkata,
"Kita harus pertahankan patung Dewi Kwan-im!!"
Siauw Ma hanya mengangguk saja dan mereka lalu lari menuju
ke kamar patung dalam empang itu. Tetapi alangkah terkejutnya
ketika melihat bahwa patung itu telah lenyap dan di situ berdiri
seorang pendeta Lhama jubah putih yang telah tua dan
bersenjata sebatang cambuk panjang.
"Bangsat, kembalikan patungku!" teriak Lian Eng, tetapi Lhama itu
terkekeh dan berkata, "Kauw-cu dari Kwan-im-kauw, aku memang menantimu di sini
untuk menamatkan riwayatmu. Patung telah kuambil!"
749 Lian Eng menjerit keras dan menubruk dengan kirim pukulan Huomo-
kang yang paling berbahaya, tetapi tiba-tiba pecut atau
cambuk kakek itu menyambar dan ujungnya meluncur dengan
cepat menotok jalan darah yang paling berbahaya hingga Lian
Eng terkejut sekali lalu terpaksa loncat mundur urungkan
serangannya.

Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kakek itu terkekeh lagi lalu cambuknya berbunyi bagaikan
ledakan-ledakan kecil lalu cepat menyerang jalan darah yang
akan membinasakan gadis itu jika terkena. Siauw Ma marah
sekali, lalu ia menyerang dengan pedangnya.
Kakek itu sebenarnya adalah seorang pendeta Lhama yang
tingkatnya tinggi sekali di Tibet, karena ia adalah susiok atau
paman guru dari Ui Liong Taisu bertiga! Maka tak heran bahwa
kepandaiannya pun tinggi sekali.
Tetapi kini kakek itu heran dan kaget ketika beberapa kali
diserang, belum juga gadis itu terkena totokan cambuknya,
bahkan kini datang seorang pemuda mengeroyok yang
mempunyai ilmu pedang luar biasa pula! Ia merasa penasaran.
Masakan ia yang menduduki tingkat kedua di Tibet tak dapat
menjatuhkan dua anak muda yang masih ingusan ini"
Ia perhebat serangannya tetapi benar-benar pedang Siauw Ma
dapat melindungi diri dengan baik sedangkan sambaran angin
pukulan Huo-mo-kang dapat meniup pergi ujung cambuk!
Sementara itu, api yang membakar kuil makin membesar dan
telah mulai menjalar sampai di ruangan itu!
750 Kakek itu gugup juga karena kalau ia tidak lekas-lekas bisa
menjatuhkan dua lawan ini ia akan terancam api! Sedangkan api
yang sedang berpesta-pora itu makin bernyala tinggi dan tiangtiang
di atas mulai bernyala mengeluarkan suara berkerotokan!
Tiba-tiba cambuk kakek itu menyambar demikian cepatnya
hingga tak dapat dicegah lagi ujung cambuk berhasil menotok
dada kanan Lian Eng! Gadis itu menjerit dan dari mulutnya
muncrat darah merah membasahi jubah pertapaannya yang
berwarna putih. Tapi gadis itu tidak roboh dan balas menyerang.
Kakek itu terbelalak heran karena kalau lain orang yang terserang
seperti itu, tentu telah roboh binasa! Sementara itu, Siauw Ma
yang melihat betapa kekasihnya terluka, segera putar pedangnya
makin hebat lagi. Akan tetapi, kakek itu perkeras tekanannya kepada Lian Eng yang
dianggapnya ketua Agama Kwan-im-kauw hingga ia bisa desak
gadis itu mundur mendekati api yang bernyala-nyala karena meja
dan dinding kayu telah terbakar. Kakek tua yang lihai itu
tersenyum girang ketika melihat tiba-tiba api menjilat pakaian Lian
Eng yang putih dan sebentar saja tubuh Lian Eng telah
diselubungi api yang menyala hebat karena pakaian itu telah
dimakan api! Tapi, tiba-tiba kakek itu terbelalak matanya dan mulutnya
tercengang! Ia pandang gadis di depannya dengan heran dan
takut bagaikan memandang setan. Ternyata gadis yang dimakan
api itu tidak roboh, bahkan tampak makin cantik!
751 Ketika pakaian putih itu habis dimakan api dan api menjadi
padam, ternyata Lian Eng masih berdiri dengan agung dan
cantiknya, kini hanya memakai pakaian dalam istimewa
pemberian gurunya, yakni pakaian yang tahan api. Bagi Lian Eng,
api yang membakar pakaian yang sedang dipakainya tadi, hampir
sama dengan air yang dipakai mandi!
Tentu saja kakek itu kaget sekali dan pada saat itu, pedang Siauw
Ma dan pukulan Huo-mo-kang yang hebat telah membuat kakek
ini terpental dan roboh binasa pada saat itu juga!
Tapi pada saat itu, Lian Eng juga roboh karena ia telah mendapat
luka hebat, sedangkan baru saja ia gunakan tenaga terakhir untuk
memberi pukulan maut. Siauw Ma segera menubruk gadis itu dan memangkunya.
Kemudian ia pondong tubuh Lian Eng dan hendak keluar, tapi
tidak ada jalan keluar lagi. Di sekelilingnya api telah bernyalanyala
besar. "Lian Eng..... Lian Eng?"" Siauw Ma mengeluh sambil memeluk
tubuh gadis yang panas itu.
Lian Eng buka matanya. "Siauw Ma".. kau?" kau baik
sekali?" kau pantas menjadi suamiku?"."
Gadis itu tiba-tiba teringat bahwa keadaan Siauw Ma berbahaya
sekali. "Siauw Ma".. kau".. kau keluarlah".. tinggalkan aku......"
752 "Tidak, tidak! Biar aku mati bersama?""
"Jangan, Siauw Ma?" aku terluka parah?" ajalku sudah
dekat, tapi?" kau jangan?" mati?"."
Siauw Ma peluk lagi tubuh kekasihnya itu.
"Lian Eng, kalau waktu hidup aku tak dapat berdampingan
denganmu, biarlah kau izinkan aku mati bersamamu?"."
Lian Eng tak tahan lagi terharunya dan air mata membasahi
pipinya. Ia angkat kedua lengannya dan merangkul leher pemuda
yang berbudi dan yang mencinta sepenuh jiwa dan hatinya
kepadanya itu. Ia menyesal mengapa tidak dulu-dulu insyaf akan
ini. Pada saat itu sebuah balok yang telah terbakar roboh dan
menimpa lantai di dekat Siauw Ma. Pakaian pemuda itu terjilat api
dan sebentar saja tubuh pemuda itu terbakar. Lian Eng cepat
gunakan kedua tangannya padamkan api itu tapi ketika api padam
Siauw Ma telah roboh, pingsan.
Dan dari atas, jatuhlah api berhamburan. Lian Eng lalu tubruk
Siauw Ma dan lindungi pemuda itu dengan tubuhnya sendiri yang
takkan termakan api! Kemudian iapun pingsan karena lukanya
dan ia pingsan dengan tubuh masih merangkul dan menutupi
tubuh pemuda itu! <> 753 Sementara itu, para imam Kwan-im-kauw terdesak hebat oleh
imam-imam Tibet yang dibantu oleh pahlawan-pahlawan kaisar
itu. Keadaan mereka berbahaya sekali, karena mereka melawan
dengan hati sedih melihat betapa kuil mereka terbakar habis.
Tiba-tiba, terjadilah kekalutan di pihak penyerbu. Ternyata tiga
orang-orang muda dengan gagahnya mengamuk mereka dari
belakang! Mereka ini adalah Tiong Li, Hong Cu, dan Cun Ceng! Terutama
Hong Cu, ia merasa marah sekali dan gunakan tongkatnya
memukul ke sana ke mari, hingga tubuh penyerbu itu jatuh
bergelimpangan di bawah kaki Tiong Li dan Hong Cu!
Dengan datangnya Tiong Li dan Hong Cu, maka semangat para
imam Kwan-im-kauw bangun kembali dan mereka melawan
dengan nekat! Tiba-tiba terdengar seruan nyaring dan kaum penyerbu itu
bergelimpangan roboh bagaikan rumput dibabat dan sebagian
besar pula lari turun gunung sampai berguling-gulingan dan
masuk ke dalam jurang! Apakah yang terjadi"
Ternyata empat orang tua yang luar biasa telah naik ke gunung
itu dan mengakhiri pertempuran itu. Bahkan patung Dewi Kwanim
yang terampas telah pula berada pada mereka dan imamimam
jubah merah telah tewas dalam tangan mereka!
754 Mereka ini adalah Huo Mo-li, Beng Beng Hoatsu, Hwat Kong
Tosu, dan Kiang Cu Liong, Tiga Dewa Dari Thang-la dan Si Tabib
Dewa sendiri yang naik menyusul murid-murid mereka!
Tiong Li dan Hong Cu segera berlutut di depan mereka.
"Di mana Lian Eng" tanya Huo Mo-li cepat, disusul oleh Beng
Beng Hoatsu yang menanyakan muridnya pula.
Ke dua anak muda itu tak dapat menjawab. Empat orang tua itu
lalu gunakan kepandaian mereka dan dibantu oleh para imam
untuk padamkan api yang membakar kuil itu.
Mereka lalu berlari masuk dan pandangan di dalam ruang kamar
patung membuat mereka semua lari memburu ke dalam dan
terdengar Hong Cu dan Cun Ceng menjerit ngeri! Ternyata bahwa
Lian Eng dalam pakaiannya yang tahan api masih merangkul dan
melindungi tubuh Siauw Ma dari serangan api!
Ketika dengan hati hancur Hong Cu peluk dan angkat tubuh Lian
Eng yang masih memeluk Siauw Ma, semua orang terkejut
karena pemuda itu telah mati! Melihat ini, sekali menjerit Hong Cu
jatuh pingsan, juga Tiong Li menangisi jenazah sahabatnya itu.
Tetapi Huo Mo-li lalu merawat Lian Eng yang ternyata belum mati.
Akan tetapi, setelah Kiang Cu Liong memeriksa luka dalam diri
gadis itu, tabib Dewa itu hanya geleng-geleng kepala saja. Ia
memberi obat untuk menyadarkan gadis itu dan Lian Eng
mengalirkan air mata ketika ia melihat wajah orang-orang itu.
755 Hong Cu juga telah sadar dan menciumi muka Lian Eng sambil
mengeluh. "Hong Cu".. kau?" terimalah pinangan".. Tiong Li....... Siauw
Ma adalah".. adalah..... milikku".. ia suamiku".. jangan"
jangan kaurampas dia......."
Setelah berkata demikian, maka gadis ini menghembuskan napas
penghabisan. Hong Cu menubruknya dan sekali lagi gadis ini
jatuh pingsan! Kalau Tiong Li dan Hong Cu juga Cun Ceng, menangisi kedua
anak muda yang mati itu dengan sedihnya, adalah keempat guru
besar itu diam saja. Lebih pendiam lagi adalah Beng Beng Hoatsu
dan Huo Mo-li, kedua guru dari Lian Eng dan Siauw Ma.
Tetapi setelah jenazah kedua orang itu dikebumikan di
pekarangan belakang kuil itu, Huo Mo-li dan Beng Beng Hoatsu
tahu-tahu telah lenyap. Dan beberapa hari kemudian, orang ramai
membicarakan pembunuhan ajaib yang terjadi di kota raja.
Pangeran Yo telah terbunuh mati dengan kepala hancur tanpa
diketahui siapa pembunuhnya. Demikianpun seorang pendeta
Lhama di Tibet yang merencanakan semua penyerbuan itu dan
yang bersengkongkol dengan Pangeran Yo. Iapun terdapat mati
dengan kepala hancur, padahal ia memiliki kepandaian tinggi
yang menempati kedudukan tinggi kedua di seluruh Tibet!
Demikianlah pembalasan guru-guru Siauw Ma dan Lian Eng.
756 Beberapa bulan kemudian, Kuil Kwan-im-bio yang telah dibangun
kembali itu, tampak bersih dan bagus. Kauw-cunya seorang gadis
yang serupa benar dengan kauw-cu yang telah binasa dalam
membela kuil itu. Kauw-cu ini adalah Cun Ceng! Ia menerima tugas ini setelah
diterima sebagai murid oleh Huo Mo-li! Beberapa bulan sekali,
Huo Mo-li datang dan memberi pelajaran pada gadis ini. Dengan
rajin dan penuh rasa kasih, Cun Ceng merawat kuburan Siauw
Ma dan Lian Eng. Pada suatu hari, di kuil itu datanglah sepasang orang muda yang
bukan lain ialah Tiong Li dan Hong Cu. Baru sebulan mereka
kawin dan mereka hendak berkunjung ke kuil itu, terutama hendak
menengok kuburan Siauw Ma dan Lian Eng, kawan-kawan
mereka yang tercinta! Ketika kedua orang muda yang bahagia itu pasang hio di depan
makam, angin meniup datang membuat kembang-kembang yang
sedang mekar di atas pohon rontok berhamburan dan menaburi
kedua makam itu dan kepala sepasang suami isteri muda itu,
seakan akan berkah dari atas yang dicurahkan kepada dua
pasang orang muda itu, baik yang berdiri sambil bersembahyang,
maupun yang telah membujur diam di dalam tanah!
T A M A T Pendekar Riang 7 Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung Pendekar Pemanah Rajawali 25
^