Pencarian

Sumpah Palapa 10

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 10


Pelahan-lahan kuncup itupun mekar, menebarkan kelopak-
kelopak bunga yang berbentuk seperti teratai. Putik bungapun
membesar dan makin besar, membentuk sesuatu yang aneh.
565 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mirip seekor burung garuda. Kertawardhana serasa tersentak
menyaksikan keajaiban itu. Dan ketika dipermanakan rasa
penglihatan, ia makin terkejut. Diatas punggung burung garuda
itu seperti terdapat seorang insan manusia kecil, sekecil burung
garuda yang dinaikinya. "Kulup, mengapa engkau berani mengganggu aku" terdengar
suara menegurnya. Macam ngiang nyamuk tetapi terdengar jelas.
"Siapakah engkau" tegur Kertawardhana.
"Hm, benar, memang tak mungkin engkau tahu siapa aku.
Coba lihat, siapa aku ?"
Kertawardhana merentang rasa penglihatannya, kemudian
menjawab "Engkau sebuah mahluk kecil, sekecil biji lada"
"Benarkah itu" Coba pandang lagi yang jelas." Kertawardhana
menurut. Seketika ia seperti menjerit kaget "Hai, engkau raksasa
besar ...." "Itulah" seru mahluk aneh itu "aku dapat menjelma sebagai
mahluk sekecil semut tetapipun dapat memekar diri sebagai
raksasa yang sebesar gunung Meru. Bahkan dapat memenuhi
jagad. Tetapi engkau salah. Sebenarnya besar atau kecil itu
hanya menurut rasa penglihatanmu. Engkau melihat dengan rasa
penglihatan dan engkau terombang-ambing oleh rasa itu"
Kertawardhana terkejut. Ia merasa mahluk aneh yang muncul
di hadapannya itu tentu seorang mahluk gaib "Duh, pukulun,
paduka tentu seorang mahluk gaib"
"Tidak" bantah mahluk itu "di arcapada ini tak ada kegaiban
yang gaib daripada benda-benda yang berada di jagad ini.
Termasuk jenis insan seperti engkau"
Kertawardhana tertegun hanyut dalam laut keheranan "Lalu
siapakah paduka ini?" akhirnya ia menyongsong pertanyaan pula.
"Pandanglah aku"
566 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba sudah memandang seksama-seksamanya"
"Itu tidak penting. Walaupun betapa seksama engkau
memandang, engkau tetap tak akan menemui diriku dalam
bentuk besar atau kecil mennrut bayang-bayang keinginanmu"
"Ah" Kertawardhana mendesuh "lalu bagaimana duh pukulun,
hamba harus memandang paduka?"
"Kulup" seru insan aneh itu pula "mata hanyalah sebagai alat
untuk melihat, telinga a lat untuk mendengar, otak untuk berpikir,
demikian dayaguna setiap indriya ragamu. Mereka mempunyai
pemiliknya. Pemilik yang menyuruh mata supaya melihat, telinga
supaya mendengar, mulut supaya bicara dan lain-lain. Untuk
mengenal aku, pakailah sifat Pemilikmu itu karena aku adalah
jenis dari pemilikmu itu"
"Siapakah pemilik diriku, pukulun" Apakah yang sering disebut
orang sebagai Aku itu?"
"Kata AKU itu hanya suatu sebutan. Jangan terpikat oleh suatu
kata sebutan untuk menghindari kenyataan yang engkau tak
engkau mengerti. Selama engkau tenggelam dalam timbunan
kata dan pengertian yang tak engkau mengerti, engkau takkan
mengetahui siapa pemiiikmu itu. Tiada rasa kasihan yang lebih
besar daripada merea yang tak kenal kepada dirinya sendiri
seperti engkau, kulup"
"Duh, pukulun, hamba memang seorang bodoh" Kertawardhana mengeluh "lalu bagaimanakah yang pukulun
hendak titahkan kepada hamba?"
"Bukankah engkau hendak bertanya siapa aku ini" Jika benar
demikian, pandanglah aku, tetapi jangan gunakan indriya
penglihatan jasadmu, melainkan dengan pemilikmu Hyang Sukma
Jati" Kertawardhana tertegun kemudian bertanya pula "Pukulun,
bagaimanakah cara hamba dapat melaksanakan titah paduka ?"
567 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Matikan semua indriya ragamu, matikan semua kekacauan
pikiranmu, matikan semua nafsu keinginan dalam batinmu,
matikan semua kehidupan dalam ja-gadmu maka lepaslah hyang
Sukma Jati itu dari dirimu ...."
"Pukulun" Kertawardhana serasa berseru, ingin menghaturkan
beberapa kata pula. T etapi mahluk gaib yang membayang dalam
rasa penglihatannya itu hilang lenyap "Ah" ia hanya dapat
mendesah bagaikan seorang yang menyadari kalau dirinya
tersesat jalan dalam menempuh suatu perjalanan jauh yang tiada
akhirnya. Ada suatu rasa kesadaran yang menebar dalam perasaannya
bahwa ia telah mencapai suatu loka atau alam yang penuh
keanehan. Ia merasa telah dililit ular raksasa, dihembus mahluk-
mahluk seram, dihimbau oleh ratap tangis dari perwujutan Astri
yang tersedu sedan mendambakan kerinduan kasih. Menjelma
pula perwujutan itu dalam bentuk sebagai sang dyah ayu
Teribuanatunggadewi Rani Kahuripan yang membahanakan
dendang smaradahana, mengamanat titah untuk mengiringkan
bercengkerama. Kemudian bertemu pula dengan suatu mahluk
gaib yang tercipta dari biji teratai.
Pada mulanya ia merasa bahwa disitulah ia telah tiba pada
alam yang ditujunya. Tetapi ia terkejut dan ma lu setelah
berhadapan dan mengadakan percakapan dengan mahluk gaib
itu. Nyata alam yang dialam inya itu mayih merupakan alam yang
dihayati dengan rasa-rasa indriya penglihatan dan pemikiran.
Jelas maiih belum 'mati' indriya-indriya itu sehingga menimbulkan
bentuk dan rupa menurut ciptarasanya.
Malampun makin tinggi dalam kesunyian dan kegelapan.
Sesekali datang pula suara yang seolah mengetuk pintu hatinya.
Namun tidak lagi hal itu dihiraukan. Ia menenggelamkan seluruh
indriya dalam liang kematian didalam hidup atau "mati sajroning
urip '. 568 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak kenal waktu, ruang dan segala rasa perasaan. Tak kenal
lagi gelap atau terang, kosong atau isi. Tak kenal lagi arah dan
kiblat, apa dan siapa, di mana dan bagaimana. Adakah dia telah
berada dalam alam ke-matian, diapun tak tahu karena indriya
pengetahuannya sudah hapus. Diapun tak merasa karena indriya
perasaannya telah hilang.
Sayup-sayup meletiklah sebuah benda kecil menyeruak
kegelapan. Sekecil rambut dibelah tujuh. Kemudian benda itu
bertumbuh membesar dan membesar. Kian terang dan
memancarkan sinar. Kemudian bergerak-gerak melayang-layang,
tak menentu tujuan, tak mengenal arah.
Tiba-tiba benda itu terhenti ketika seekor burung garuda
melayang turun dihadapannya. Ah, ada pula penunggangnya,
seorang insan yang berwajah terang gemilang sehingga
menyilaukan pandang. "Ah, akhirnya engkau berhasil menghadap aku, kulup. Siapa
engkau ini?" "Hamba berasal dari sesosok jasad yang dinamakan
Kertawardhana. Siapakah paduka ini ?"
"O, apakah engkau masih belum melihat aku?"
"Sudah, tetapi adakah perasaan hamba itu benar, hamba tak
tahu" "Bagaimana perwujutanku menurut perasaanmu, kulup ?"
"Hamba tak melihat suatu apa kecuali cahaya terang"
"Engkau telah mengenal diriku, kulup, karena sekarang
engkaupun telah mengenal dirimu sendiri"
"Tetapi hamba belum merasa, siapakah diri hamba ini,
pukulan" "O" desuh cahaya itu "baiklah, berpalinglah ke belakang dan
pandanglah ke bawah"
569 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang diperintahpun segera melakukan.
"Apa yang engkau lihat, kulup?"
"Sesosok tubuh lelaki muda, duduk bersila menghadap sebuah
arca burung garuda dalam sebuah candi"
"Benar. Tetapi tahukah engkau siapa insan muda yang sedang
duduk mematikan raga dalam semedhinya itu?"
"Entah, pukulun. Hamba tak kenal"
"Disinilah letaknya sesuatu yang harus engkau ketahui.
Engkau tak tahu dia, diapun tak kenal engkau. Padahal engkau
dan dia adalah suatu kemanunggalan dalam janaloka. Tiada
engkau, dia hancur. Tiada dia, engkaupun merana. Dia syarat
dan engkau hakekat. Dia tak kenal engkau karena dia berhamba
pada nafsu. Engkau tak kenal dia karena engkau tak pernah
melepaskan diri" "Duh, pukulun, titah yang paduka amanat kepada hamba,
akan menerangi perjalanan hamba sepanjang masa. Tetapi
dapatkah paduka berkenan meluluskan hamba untuk menghaturkan pertanyaan, siapakah sesungguhnya paduka ini ?"
"Aku berada dimana-mana. Setiap patah kata yang engkau
ucapkan, setiap rasa yang engkau rasakan, setiap gerak yang
engkau lakukan, ya, setiap unsur dalam kehidupan ini, aku selalu
berada didalamnya. Tak dapat kuterangkan karena hal itu tak
perlu diterangkan. Bahkan setiap keterangan yang diusahakan
insan manusia untuk menerangkannya, bukanlah keterangan
yang sesuai dengan kenyataannya. Keterangan itu tak penting.
Lebih penting adalah pengertian tetapi pengertian masih kalah
penting dengan penghayatan. Yang mutlak sendiri adalah rasa
dari perasaan Rasa sejati"
"Pukulun" "Kulup, apakah yang engkau kehendaki ?"
570 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba ingin bertemu dengan rahyang ramuhun sang
natabinatara Airlangga"
"O, baik. Lihatlah aku"
Sinar yang menamakan diri Kertawardhana itupun memandang kemuka. Serta meri.a dia menghaturkan sembah
"Duh, sang prabu Airlangga yang mulia, hamba mohon ampun
karena mengganggu ketenangan paduka"
"Apa yang engkau inginkan?"
"Hamba mengemban titah gusti Rani Kahuripan agar mencari
lencana pusaka paduka, Garuda-rnukha, untuk penangkal bala
wabah penyakit yang telah menimpa para kawula Kahuripan"
"Siapa yang menganjurkan engkau supaya mencari lencana
Garuda-mukha itu?" "Patih Dipa, gusti, patih Daha yang dulu pernah menjadi patih
di Kahuripan juga" Diam beberapa saat. Kemudian terdengar sinar-perwujutan
saug prabu Airiangga itu berujar "Beruntung sekali bumi Panjalu.
Kelahiran seorang titah manusia yang bernama Dipa, akan
membawa kerajaan Daha dan Kahuripan yang terbelah dua dari
bumi Panjalu itu, kedalam suatu penyatuan pula. Baik, kulup, aku
bersedia memberikan lencana pusaka yang engkau kehendaki itu
tetapi terlebih dulu aku hendak meminta kesediaanmu"
"Gusti sang nata-binatara yang mulia. Limpahkan titah paduka
apapun yang hamba harus lakukan"
"Apu pernyataanmu terhadap bumi kesatuan Daha dan
Kahuripan?" "Hamba bersumpah akan setya menjaga dan melindungi bumi
paduka walaupun hamba harus hancur binasa"
"Batara Agung menyaksikan sumpahmu. Dan masih ada
sebuah hal lagi" 571 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba mohon titah paduka"
"Jika engkau benar-benar setya akan sumpahmu, aku akan
meminta bukti. Engkau harus memberikan mahati-dana. Tahukah
engkau apa yang kumaksudkan dengan mahati-dana?"
"Hamba maklum, gusti"
"Bersediakah engkau?"
"Jika hal itu memang menjadi syarat untuk tumbal
kesejahteiaan kawula dan negara Kahuripan, hamba takkan
ingkar dan bersedia melakukannya"
"Baik, dengarkan. Garuda tungganganku ini sangat lapar
sehingga tenaganya merana. Bukalah bajumu dan berikan
dadamu. Dia akan mematuk dadamu dan mengambil hatimu. Dia
hanya makan hati manusia. Engkau bersedia ?"
"Apa yang hamba telah ucapkan tak pernah hamba menyesal
dan menarik kembali. Silakan" ia terus melakukan perintah,
membuka baju dan song-songkan dada ke hadapan burung
garuda. Burung garuda itupun segera bergerak mematukkan paruhnya
yang runcing dan keras ke dada Kertawardhana. Sesaat
kemudian paruh burung itupun sudah menyepit sebuah daging
merah yang masih berdarah. Sekali telan, lenyaplah daging itu ke
dalam perut garuda. Tiba-tiba pula garuda itu merentang sayap, kedua matanya
memancarkan api, mulut menganga "Aku masih lapar, engkau
akan kumakan .... " burung itu berbunyi keras, melayang dan
mematuk Kertawardhana ... .
Kertawardhana terkejut. Ia merasa garuda itu ingkar janji.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukankah hati yang diminta, telah diambil dan dimakannya.
Mengapa burung itu masih hendak memakannya "
572 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ada suatu perasaan yang meronta. Bahwa dewa sekalipun jika
ingkar janji dan bertindak
sewenang-wenang, tak dibenarkan dan harus dihadapi. Lupa sesaat Kertawardhana bahwa burung itu adalah kendaraan sang nata Airlangga. Yang tampak hanyalah seekor mahluk angkara murka yang harus diberantas. Dia loncat menghindar dan terjadilah
pertarungan seru dengan burung itu. Serangan burung garuda dengan terkaman dan sambaran yang dahsvat dan bertubi-tubi itu, memaksa Kertawardhana meningkatkan kewaspadaan untuk
loncat menghindar. Namun dia tetap terdesak dan mundur.
Dalam suatu kesempatan setelah melalui pertempuran yang
lama dan seru, Kertawardhana telah terdesak dan tak dapat
mundur lagi karena dibelakangnya teraling sebuah arca besar. Ia
bingung tetapi cepat mendapat akal bagaimana harus
menghadapi terjangan garuda yang ganas itu.
Pada saat garuda melayang menerjangnya, cepat pula
Kertawardhana menyelinap kebalik arca itu. Ia memang hendak
menggunakan siasat, memancing garuda supaya menerjangnya.
Setelah menghindar ke belakang arca, garuda itu tentu akan
terbentur arca dan pada saat itu pula, garuda itu tentu akan
573 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesakitan karena menerjang arca, akan segera ia habisi
nyawanya. Tetapi ia lupa bahwa garuda itu bukan burung biasa
melainkan seekor burung dewata. Jangankan arca batu, bahkan
gunungpun akan dapat diterjangnya rubuh. Ia menjerit keras
sekali ketika arca itu tumbang dan merubuhi dirinya. Gelap
sekeliling penjuru, ia rubuh tertimpa arca dan tak tahu apa yang
terjadi disekelilingnya ....
Sunyi makin meninggi. Melelapkan segala sesuatu dalam
pelukannya. Jagad seolah tiada. Ketenangan yang beku,
kebekuan yang tenang. Malampun merangkak-rangkak makin
kelam, menyembunyikan masa kemarin dan lampau.
Namun hukum kodrat tak terelakkan. Mula dan akhir. Ada
permulaan tentu terdapat keakhiran. Dan keakhiran itupun
ditandai percik-percik cahaya pudar yang merekah di bumi
Cahaya pudar itu makin merekah dan menebar seakan
menembus dada-dada langit yang sudah sangat menderita.
Hingga di langit seakan tampak lubang-lubang kecil berwarna
merah. Dan ayam hutanpun menggelegarkan suaranya bersahut-
sahutan dari empat penjuru arah, membangunkan kawar-kawan
penghuni hutan. Sementara disana, langit sudah lelah tak tahan
lagi menanggung derita kesesakan kelam. Akhirnya dari ufuk
timur, langitpun memuntahkan letusan sinar cerah.
Fajar. Fajar tiba membawa harap dan cemas. Burung burung
berkicau, margasatwa berkemas-kemas. Pohon-pohon meregak,
daun-daun bergetar, bagaikan puteri jelita yang mengemasi
rambut terurai sesaat bangun tidur. Bumi bermandikan
kesegaran hawa sejuk. Angin semilir berhembus menyampaikan
selamat pagi. Damai seolah bumi. Dan kedamaian itupun terasa menyelimuti
sebuah candi makam yang terletak dilereng gunung 574 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penanggungan. Candi itu seolah masih segan melepaskan
kelehipan malam. Dan memang penghuni candi tak kenal siang
atau malam, gelap atau terang, tak kenal waktu dan masa. Candi
makam itu adalah tempat persemayaman jenazah prabu
Airlangga. Di halaman candi suasana sunyi senyap. Hanya ada sesuatu
pemandangan yang agak mengejutkan. Sesosok tubuh manusia
rebah terkapar di tanah. Dan sebuah arca besarpun tumbang
terhampar di bumi Apakah yang terjadi" Mengapa tubuh manusia
itu menggelatak di tanah" Adakah dia sesosok mayat" Mengapa
arca besar itu tumbang" Adakah insan manusia itu yang
merobohkannya " Tiada jawaban. Surya di timur mulai merangkak-rangkak dan sinarnya pun
makin menyengat. Tampak sosok tubuh yang menggeletak itu
mulai bergerak-gerak. Rupanya dia bukan mayat, melainkan
seorang manusia yang masih bernyawa. Dan tak berapa lama,
dia mulai dapat menggerakkan tangan, tubuh dan kaki. Pada lain
saat ia mengeliat bangun "Uh" mulutnya mendesis, tangan pun
mengusap-usap muka dan mata.
"Ah" ia mendesah seorang diri "apakah yang telah terjadi pada
diriku" Dimanakah aku saat ini" Apakah aku masih hidup?"
Timbulnya kesadaran pada pikirannya, hanya membuatnya
menderita pertanyaan-pertanyaan yang menyerang dirinya. Ia
memandang ke sekeliling Ia dapat mengetahui bahwa dirinya
berada disebuah candi. Ia merasa pa-nasdan mengusap dahi
"Ah, peluh" pikirnya. Ia menggigit bibir dan hampir menjerit
karena terasa sakit "tubuhku berkeringat, bibirku terasa sakit.
Jika demikian aku masih hidup . . . tetapi bukankah aku telah
tertimpa arca yang rubuh diterjang burung garuda itu ... ."
Teringat akan arca, pandang matanyapun berkeliar. Ia
teringat waktu mengeliarkan pandang yang pertama kesekeliting
575 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadi, ia merasa ada segunduk batu besar rubuh ke tanah "Ah,
apakah itu" dan serentak dia terngat bahwa beberapa haii yang
lalu, dia telah duduk dihadapan arca dewa Wisnu mengendarai
burung garuda. Dan arca itu dibangun di candi makam Belahan
untuk mengagungkan seri baginda Airlangga sebagai perlambang
penitisan Wisnu. Setetah menemukan ingatan itu, penemuan lain pun segera
berkembang Bukankah arca itu semula tegak dengan kokohnya "
Bukankah arca itu merupakan pusat penghormatan dari para
peziarah yang berkunjung menghaturkan sesaji dan sembah
kesujutan kepada rahyang ramuhun prabu Airlangga "
Penemuan-penemuan akan keadaan yang dialami beberapa
hari yang lalu, membangkitkan suatu rasa yang mendorong
Kertawardhana berbangkit dan menghampiri arca itu. Iapun
segera melihat bahwa gunduk batu yang rebah di tanah itu
memang arca dewa Wisnu yang dibangun di candi makam situ
"Mengapa arca ini tumbang ...." pertanyaan itu segera terhenti
manakala ia teringat akan pengalaman gaib yang dirasakan
semalam "Bukankah arca itu tumbang karena diterjang oleh
burung garuda" Bukankah ia telah rubuh tak ingat diri karena
arca itu telah merubuhi dirinya?"
Beberapa saat ia termenung-menung memikirkan pengalaman
aneh itu "Siapakah burung garuda itu" Siapakah pula mahluk
gaib yang naik diatas punggung burung itu ?"
"Ah" ia mendesah tertahan manakala menyadari sesuatu
"bukankah burung garuda itu serupa dengan burung garuda pada
arca itu " Bukankah mahluk gaib yang mengendarainya juga
sama dengan bentuk dewa Wisnu pada arca itu ?"
Serentak timbullah suatu rasa. Bahwa tumbangan arca itu
adalah karena diterjang oleh burung garuda gaib dalam sasmita.
Ia menyadari bahwa hal itu sebagai suatu sasmita karena, ia
merasakan pengalaman itu setelah ia telah mencapai kehampaan
dalam semedhinya. Dan setelah ia sadar dari keadaan tak ingat
576 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri, kesemuanya itu telah lenyap. Y ang masih tampak hanyalah
arca yang tumbang. Ia merasa bahwa ia harus mengangkat arca itu dan
mengembalikan pula ditempat semula. Walaupun bukan dia yang
melakukan tetapi secara tak langsung, karena ia bersemedhi dan
terjadi peristiwa itu, maka ia wajib memperbaiki apa yang terjadi
pada arca itu. Tanah tempat arca berdiri, telah bengkah. Maka ia segera
mencari alat untuk menggali sebuah liang di mana nanti arca itu
akan didirikannya lagi. Dengan sekerat dahan kayu maka mulai ia
menggali lubang, membersihkan batu-batu yang berserakan pada
bekas tanah itu. Crak, tiba-tiba dahan kayu yang dihunjam kedalam tanah telah
patah. Tangannyapun bergetar linu. Ia merasa, dahan alat
penggali tanah itu telah membentur sebuah benda yang amat
keras sehingga patah. Untuk memenuhi jawab dari rasa
keheranan yang timbul dalam benaknya, maka dengan sisa
kutung dahan ia mulai melanjutkan pekerjaannya pula,
mengungkit-ungkit tanah disekitar tempat benda yang keras itu.
Akhirnya jerih payahnyapun berhasil. Ternyata benda keras itu
tak lain adalah sebuah kotak batu berwarna kehijau-hijauan,
menyerupai batu zamrud. Segera ia mengambil kotak itu dan membersihkannya. Makin
terkejut ia ketika melihat bentuk kotak itu. Memang kotak itu
terbuat dari batu zamrud yang diukir dalam bentuk lukisan bunga
padmasaba atau teratai. Dicobanya untuk membukanya tetapi
tak berhasil. Kotak itu seolah-olah terpateri rapat sekali.
Tak mungkin kotak itu tak dapat dibuka, Namun apabila
menggunakan kekerasan untuk membukanya rasanya sayang.
Mungkinkah terdapat suatu kunci atau alat pembuka kotak itu"
Lalu dimanakah alat pembuka itu" Demikian pemikiran
Kertawardhana waktu menimang cara-cara urtuk membuka kotak
itu "Ah, mungkin benda itu masih tependam dalam tanah di
577 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bawah kotak ini" akhirnya tibalah dia pada suatu pemikiran. Dan
mulailah ia menggali tanah lagi.
Memang benar. Setelah beberapa saat menggali akhirnya ia
mendapat pula sebuah benda. Ia hampir berteriak kegirangan
karena mergira benda yang didapatnya itu sebuah kunci atau alat
pembuka kotak. Tetapi rasa girang itu beralih pada suatu rasa
kejut ketika benda yang diambilnya itu ternyata sebuah cundrik
yang terbungkus dengan kulit semacam kulit binatang, tipis,
lemas dan ulet. Cundiik bukan alat pembuka kotak, pikirnya. Dan iapun
melanjutkan pula penggaliannya. Tetapi sarrpai cukup dalam,
tetap dia tak bersua dengan sesuatu.
"Kotak dan cundrik" pikirnya "apakah maksudnya" Tetapi
rasanya tentu ada sesuatu dalam kotak itu. Sayang aku tak dapat
membukanya" Tengah dia masih termangu-mangu merenungkan benda-
benda yang ditemukannya itu, tiba-tiba muncullah penunggu
candi-makam yang tua, ki T anggung. Agak terkejut orang tua itu
menyaksikan pemandangan di halaman candi itu. Arca rubuh dan
Kertawardhana tengah berdiri ditengah sebuah liang, tangannya
yang kotor tengah mencekal sebuah benda "Raden" serunya
bergegas menghampiri "apakah yang raden lakukan?"
"Aku telah menemukan dua buah benda yang aneh, eyang"
jawab Kertawardhana "sebuah kotak dari batu kumala dan
sebilah cundrik" "Oh" ki Tanggung mendesuh kejut "dibawah arca Hyang
Wisnu ini ?" Kertawardhana mengiakan. "Ah" ki T anggung mendesah "apakah raden yang merobohkan
arca ini ?" 578 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan" Kertawardhana gelengkan kepala "bukan aku tetapi
seekor burung garuda"
Maka heran ki T anggung mendengar keterangan itu. Tiap pagi
ia selalu datang ke candi situ. Ia tinggal di belakang candi.
Selama Kertawardhana bersemedhi dalam candi, ia tak berani
mengganggu, hanya tiap pagi ia selalu menjenguk. Dan pagi itu
dia terkejut keiika me lihat arca roboh dan Kertawardhana sedang
terbenam dalam sebuah liang.
"Seekor burung garuda ?" ia menegas karena mengira
Kertawardhana sedang mengingau.
"Ya" sahut Kertawardhana "seekor burung garuda gaib yang
terlihat dalam sasmita"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"O, apakah raden sudah mendapat sasmita ?"
"Entahlah, eyang, aku tak mengerti apakah yang kualami itu
sebuah sasmita atau hanya mimpi buruk" kata Kertawardhana. Ia
lalu menuturkan peristiwa yang dialami semalam.
"Tak salah lagi, raden" seru ki Tanggung "itulah sasmita gaib
yang telah terlimpah kepada raden"
Kertawardhana mengangguk "Mudah-mudahan demikian,
eyang" iapun lalu menunjukkan kotak batu kuma la dan cundrik
yang ditemukannya. Sejenak memeriksa kotak itu, berserilah cahaya muka ki
Tanggung "Raden telah mendapatkan anugerah yang luar biasa.
Tentulah kotak ini berisi sebuah benda pusaka"
"Mudah mud.han, eyang. Tetapi sukar untuk membukanya"
"Baik, raden" kata ki T anggung "mari kita letakkan lagi arca ini
di tempatnya semula"
Demikian dengan dibantu oleh ki Tanggung maka dapatlah
Kertawardhana menegakkan lagi arca Hyang Wisnu itu.
Kemudian ki Tanggung mengusulkan agar Kertawardhana
579 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melanjutkan semedhi untuk mernohon petunjuk kepada dewasa
tentang kotak batu kumala itu.
(Oo-myrnakz-ismo-oO) II Sementara itu di Waringin Pitupun terjadi suatu keajaiban.
Tetapi keajaiban itu telah berlarut menjadi suatu kehebohan.
Pada malam itu ksatrya yang bertapa dalam Waringin Pitupun
telah mendapat sasmita gaib. Dia merasa telah menerima
kedatangan seorang kakek tua yang mengaku bernama
Narotama, patih kerajaan Panjalu.
"Angger, siapa engkau ?" tegur mahluk yang merupakan
penjelmaan patih Narotama.
"Hamba Sambu, putera adipati Sadeng, eyang" kata ksatrya
muda itu. "O, angger, tapamu yang gencar itu telah memancarkan hawa
panas sehingga para jin dedemit yang melingkungi tempat itu,
melarikan diri. Tetapi mereka para jin dedemit yang liar.
Walaupun telah me larikan diri tetapi mereka tetap melumpuhkan
aku, angger" "O, apakah mereka telah mengganggu eyang?"
"Benar, angger, mereka telah melumpuhkan daya zat-sakti
yang pernah kutanam dalam tempat ini di-kala dahulu aku
mengemban titah seri baginda Airlangga untuk menolak banjir
bengawan Brantas" "Eyang, masakan eyang sebagai atma tinggi yang telah
mengamalkan dharma-bakti kepada negara dan rakyat, harus
mengalami gangguan dari para jin dedemit yang lebih rendah
derajatnya?" 580 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah" mahluk perwujutan patih Narotama itu menghela napas
"kodrat prakitri berlaku dalam semua lingkungan kehidupan. Aku
telah menolong kesengsaraan rakyat disepanjang perairan
Brantas tetapi akupun telah membuat rakyat didaerah pedalaman
sengsara karena sawah dan ladang mereka kering. Dan untuk
perbuatan itu, akupun harus menerima tebusan. Masa
penderitaan itupun tiba sehingga aku tak kuasa melawan
gangguan para jin dedemit. Mereka mengobrak-abrik zat-sakti
yang telah kuhimpun ditempat ini sehingga zat-sakti itu telah
berobah menjadi suatu malapetaka bagi para kawula Kahuripan
sini" "O, apakah eyang maksudkan wabah penyakit yang tengah
menyerang kawula di Kahuripan ini?"
"Ya" "Duh, eyang Narotama" serta merta raden Sambu terus
manungkul menghaturkan sembah "itulah eyang tujuan hamba
mengapa hamba mematikan raga dan rasa, bertapa di Waringin
Pitu ini. Tak lain dan tak bukan tujuan hamba hanyalah hendak
memohon penunjuk eyang tentang lencana pusaka dari rahyang
ramuhun Airlangga yang konon telah dilimpahkan kepada eyang
sebagai tulah penolak bala banjir itu"
"O" patih Narotama terkesiap " tetapi angger . . . ."
Karena sampai beberapa saat patih Narotama tak melanjutkan
kata-katanya maka raden Sambu pun menghatur kata "Tetapi
bagaimana, eyang" "Eyang dapat menunjukkan tempatnya. Tetapi . . . ." kembali
patih Narotama berhenti. "Tetapi bagaimana, eyang" Apakah harus hamba tempuh
dengan syarat" Mohon eyang memberi petunjuk. Karena telah
menjadi tekad hamba, betapa pun syaratnya, tetap akan hamba
tempuh juga walaupun tubuh hamba akan hancur binasa"
581 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yen temen mesti tinemu" ujar patih Narotama "segala tujuan
yang engkau perjuargkan dengan sungguh-sungguh, tentu akan
tercapai. Kebulatan tekadmu untuk bertapa di Waringin Pitu sini,
telah berhasil menghalau kawanan jin dedemit sehingga engkau
berhasil menemui aku. Tetapi mengapa engkau sedemikian
berkeras tekad untuk mendapatkan lencana-pusaka Garuda-
mukha itu?" "Gusti Rani Kahuripan telah berkenan menitahkan sebuah
sayembara, barang siapa dapat melenyapkan wabah penyakit
yang telah me landa kawula Kahuripan, jika wanita akan diambil
sebagai saudara kandung, jika pria akan diambil sebagai suami.
Dan sarana utama untuk membasmi wabah penyakit itu tak lain
adalah lencana-pusaka Garuda-mukha dari rahyang ramuhun
Airlangga" "O, benar. T etapi yang mana lebih terutama dalam tujuanmu
itu. Menolong kawula Kahuripan ataukah dapat mempersunting
Rani Kahuripan?" "Untuk mempersunting gusti Rani, sarananya hanyalah
memenangkan sayembara itu. Oleh karena itu tiada lain jalan
bagi hamba kecuali harus menempuhnya"
"Maka yang menjadi pokok utama dari tujuanmu adalah
hendak mempersunting Rani Kahuripan, bukan?"
"Demikianlah eyang. Hamba seorang pria, putera adipati, cita-
cita hidup hamba, semoga hamba dapat mencapai tingkat
kedudukan yang lebih tinggi dari rama hamba. Dan Rani
Kahuripan, kelaklah yang memegang pusaka kerajaan Majapahit"
"Baik, angger, engkau jujur, berani dan tegas. Seorang muda
memang harus bercita-cita tinggi. Tetapi adakah cara itu layak
bagi seorang ksatrya?"
"Cara bagaimana yang eyang maksudkan?"
"Cara yang hendak engkau tempuh sekarang ini"
582 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba anggap, sarana itu bermacam-macam. Jika terdapat
lain sarana, hambapun pasti akan menempuhnya. Tentang
sarana yang sekarang ini, memang dapat dianggap kurang
ksatrya. Tetapi apabila hamba tak menempuhnya, tentulah
kesempatan ini akan diraih lain orang"
"Baik" kata patih Narotama pula "cita-cita, tujuan, langkah dan
tekad, memang sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap ksatrya
muda seperti engkau. Tetapi segala sesuatu itu tergantung pada
garis ketentuan dewata"
Sambu terkesiap. Mengapa berulang kali mahluk gaib dalam
perwujutan sebagai patih Narotama itu selalu memperingatkan
akan garis kodrat" Adakah ....
"Eyang" ia tak mau memikirkan renungan kecemasan itu lebih
lanjut "hamba mohon petunjuk, apakah sesungguhnya yang
tersimpul dalam ucapan eyang tentang garis ketentuan dewata
itu " Bukankah eyang telah me limpahkan nasshat kepada hamba
bahwa 'yen temen mesti tinemu' tadi" Tidakkah dewata akan
mengabulkan permohonan titahnya apabila permohonan itu
benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh penuh ketekunan ?" "Benar" kata patih Narotama "dewata akan selalu
mengabulkan segala permohonan titahnya, asal disertai dengan
peadambaan yang sungguh-sungguh. Tetapi dewatapun takkan
ingkar pada ketentuan garis kodrat yang telah diberikan oleh
Hyang Maha Widdhi. Antara kedua hal itu, memang terdapat titik
perbedaan" "O, lalu bagaimana dengan diri hamba ini, eyang?"
"Angger" kata patih Narotama "aku hanya Sebuah atma dari
seorang yang pernah menjelma dijanaloka sebagai titah manusia
seperti engkau. Aku bukan seorang dewa maka akupun tak tahu
tentang garis ketentuan hidup setiap manusia termasuk engkau.
Baik, angger, aku dapat membantumu dalam usahamu untuk
583 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan lencana pusaka itu. Lencana pusaka itu kutanam
ditengah lingkaran Waringin Pitu ini"
"O, terima kasih, eyang" serta merta Sambu menghatur
sembah. "Engkau akan mendapatkan apa yang engkau inginkan,
angger. Tetapi ingatlah selalu, bahwa segala sesuatu itu sudah
digaris oleh Hyang Widdhi Agung . .."
Demikian percakapan dalam sasmita gaib yang dialam i Sambu,
putera adipati Sadeng pada malam itu. Dan keesokan harinya
diapun telah menggali tempat seperti yang ditunjuk oleh mahluk
gaib itu. Ia berhasil menemukan sebuah kotak yang terbuat dari
perak dan isinya adalah sebuah lencana Garuda-mukha, seri
baginda Airlangga dalam pengagungan sebagai penitisan Hyang
Wisnu, mengendarai seekor burung garuda.
Dengan gembira, Sambupun segera keluar dari tempat
pertapaan. Tetapi pada waktu itu juga, dia sudah dihadang oleh
lima orang lelaki muda. "Ki sanak" tegur salah seorang yang bertubuh kekar "aku
hendak merundingkan sesuatu dengan engkau"
Sambu terkesiap. Melihat perawakan dan sikap kelima orang
itu, ia sudah menduga bahwa mereka tentu bermaksud kurang
baik. Namun sebelum jelas duduk persoalannya, iapun menahan
diri "K i sanak, rasanya kita belum saling mengerjai" katanya.
"Kenal mengenal, bukan suatu halangan untuk kita
langsungkan pembicaraan"
"Benar" sahut Sambu "tetapi paling tidak kita harus
berkenalan dulu. Siapakah nama ki sanak berlima ini?"
"Aku Kebo Angun-angun, dan yang ini" ia menunjuk seorang
pemuda dan ketiga yang lain "Kuda Sempalan, Lembu Nindra,
Narbada dan Gendring. Lalu siapa namamu ?"
584 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku Sambu dari kadipaten Sadeng"
"Menilik cahaya wajahmu, engkau tentu putera seorang
priagung. Apakah putera adipati Sadeng ?"
"Ya" sahut Sambu.
"O" Kebo Angun-angun terkesiap "putera adipati Sadeng juga
ikut dalam sayembara ini"
"Sayembara itu terbuka untuk semua ksatrya tanpa pandang
asal keturunan dan kedudukan"
"Kutahu" tukas Kebo Angun-angun "aku tak mempersoalkan
hal itu melainkan hanya heran mengapa putera adipati Sadeng
juga ikut dalam sayembara ini."
"Mengapa heran?"
"Konon kata orang, adipati Sadeng itu sangat berbaik sekali
dengan adipati Keta. Hubungan itu bahkan telah ditingkatkan
menjadi hubungan keluarga. Katanya kelak putera adipati Sadeng
akan di . .." "Tutup mulutmu!" bentak Sambu dengan marah "siapa engkau
" Mengapa engkau tahu urusan keluarga adipati Sadeng?"
"Tentang namaku dan kawan-kawanku telah kuberitahu
kepadamu. Terus terang, aku dan kawan-kawan memang juga
ikut serta dalam sayembara ini. Tentang persoalan adipati
Sadeng, kebetulan aku memang pernah mendengar cerita dari
seseorang" "Lalu apa maksud kalian menghadang perjalananku ?"
"Kami juga bersemedhi disekeliling Waringin Pitu ini.
Kemudian karena melihat engkau sudah menyudahi tapamu dan
hendak meninggalkan tempat ini, maka akupun hendak bertanya,
apakah engkau sudah mendapatkan lencana pusaka itu?"
585 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambu memandang Kebo Angun-angun dengan tajam. Sesaat
terperciklah sinar api dari pandang matanya "Wajibkah aku
memberitahukan hal itu kepadamu?"
"Kurasa demikian" sahut Kebo Angun-angun "karena kami
berlima memang sudah sepakat untuk mencari keterangan
kepadamu" "Hm" desuh Sambu "jika demikian jelas kalian hendak
bermaksud buruk kepadaku, bukan ?"
"Hal itu tergantung dengan keadaan yang engkau ciptakan
sendiri. Artinya, apabila engkau mau secara baik memberitahu
hal itu, kamipun takkan memperpanjang persoalan lagi"
"Kalau aku menolak ?"
"Engkau harus mempertimbangkan dengan sungguh, adakah
engkau mampu mengolahkan kami berlima ini ?"
"O" Sambu tertawa dingin "demikiankah maksud tujuanmu"
Baik, akan kuberitahu hal itu"
"Terima kasih raden Sambu" bergegas Kebo Angun-angun
memberi pernyataan. Raden Sambu hanya tersenyum "Ki sanak, aku belum
mendapatkan suatu sasmita gaib apa-apa. Aku putus asa dan
mengakhiri semedhi tapaku"
Kebo Angun-angun hampir melonjak karena ditegang rasa
kejut, kemudian berkobar marah "Sambu, jangan engkau
mempermainkan aku. Aku tahu bahwa semalam engkau telah
menggali tanah didalam lingkaran Waringin Pitu itu dan sekarang
engkau meninggalkan tempat itu"
"Engkau bertanya dan aku menjawab" sahut Sambu "soal


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

engkau percaya atau tidak, itu bagianmu. Tugasku untuk
menjawab sudah selesai"
586 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, rupanya putera adipati Sadeng ini seperti katak dalam
tempurung, menganggap bahwa Sadeng itu sebuah daerah yang
besar sehingga tak tahu akan keadaan diluar ...."
"Kakang Angun-angun" tiba-tiba Kuda Sempalan berseru "tak
perlu kiu membuang ludah ber-banyak kata, idinkan aku yang
menghajarnya" "Tunggu dulu, Sempalan" cegah Kebo Angun-angun,
kemudian berkata kepada Sambu "raden Sambu, sekali lagi
kuulangi pertanyaanku. Adakah engkau sudah mendapatkan
lencana pusaka itu" Jawab yang jujur!"
"Itu urusanku, engkau tak berhak bertanya"
"Hm, jika demikian rupanya engkau memang menghendaki
kekerasan" seru Kebo Angun-angun dan sebelum ia sempat
bertindak, Kuda Sempalan pun sudah loncat menerjang putera
adipati Sadeng itu. Sambu menghindar, kemudian dengan sebuah gerak yang
amat cepat, ia menerpa lengan Kuda Sempalan, krak.....
Kuda Sempalan menjerit tertahan ketika lengannya serasa
patah. Ia mendekap lengan itu dan terhuyung mundur. Melihat
itu Kebo Angun-angunpun cepat menerkam, bahkan Narbada dan
Gendring juga ikut menyerbu. Namun putera adipati Sadeng itu
amat lincah menghindar dan tangkas menangkis, cepat balas
menyerang. Bahkan beberapa saat kemudian terdengar jerit
tertahan dari Gendring yang termakan tendangan Sambu
sehingga terpelanting jatuh.
Melihat itu Lembu Nindrapun maju. Namun Sambu tak
berkurang keperkasaannya. Olah ilmu kanuragan yang dimilikinya
serta tenaganya, masih lebih dari ketiga lawannya. Pertama,
Narbadapun harus terseok-seok mundur karena perutnya
termakan ujung kaki Sambu. Kemudian menyusul Lembu Nindra
yang harus menahan kesakitan ketika lambungnya tergempur
sodokan putera adipati Sadeng itu. Kini hanya tinggal Kebo
587 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Angun-angun yang masih bertahan. Tetapi hal itupun tak
berlangsung lama. Dengan sebuah siasat yang tak terduga-duga,
tengkuk Kebo Angun-angun dapat dicengkeram Sambu lalu
ditekan sehingga Kebo Angun-angun terpaksa berjongkok
kebawah, kemudian Sambu-pun mulai mengangkat tangan siap
hendak dihantamkan ke ubun-ubun kepala Kebo Angun-angun.
"Hai, jangan membunuh kakang Angun-angun" Kuda
Sempalan dan ketiga kawannya berteriak seraya mencabut
senjata dan hendak menerjang. Tetapi saat itu sekonyong-
konyong sesosok tubuh melayang ke belakang Sambu dan
dengan gerak secepat kilat orang itupun cepat mencengkeram
bahu Sambu dan disentakkan ke belakang sekeras-kerasnya "Uh
...." Sambu pontang panting terhuyung ke belakang. Ia berusaha
untuk mempertahankan keseimbangan diri tetapi hampir sepuluh
langkah kemudian barulah dia dapat berdiri tegak pula.
"Nurwenda" teriak Kebo Angun-angun dan keempat kawannya
ketika melihat siapa yang menolongnya itu.
Sambupun menghampiri dan berdiri tegak dihadapan
Nurwenda "K i sanak, engkau perkasa sekali tetapi sayang engkau
seorang pengecut" "Kutahu engkau tentu akan melontarkan dampratan begitu "
jawab Nurwenda dengan tenang "oleh karena itu maka akupun
sudah siap untuk menebus tindakanku yang engkau anggap
pengecut itu" "Siapa engkau?" tegur Sambu.
"Aku adalah kawan dari kelima kakang ini. Adalah karena
melihat engkau hendak membunuh kakang Angun-angun maka
aku terpaksa menindakmu. Aku hanya menyiak tubuhmu supaya
kakang Angun-angun terhindar dari pukulanmu. Andaikata aku
benar-benar pengecut, tidakkah aku sudah menikam punggungmu ?" 588 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambu terkesiap. Ia mendapat kesan lain terhadap pemuda ini
daripada kelima orang tadi. Sikapnya tegas dan memiliki sikap
ksatrya "Engkau merasa tak salah, bukan " Tetapi tahukah
engkau apa sebab aku sampai bertindak demikian terhadap
kawanmu?" "Persoalan itulah yang ingin kuketahui sekarang" kata
Nurwenda "benar atau salah aku belum mengetahui tetapi yang
penting aku wajib untuk menyelamatkan jiwa kakangku"
"Baik" sahut Sambu "sekarang dengarkanlah. Aku habis
meninggalkan Waringin Pitu dan mereka lalu menghadang.
Dengan cara kasar mereka berkeras hendak mengetahui apakah
aku sudah mendapatkan lencana pusaka itu. Kemudian karena
kutolak untuk memberi keterangan, mereka lalu menyerang aku.
Nah, kurasa engkau seorang ksatrya, layakkah perbuatan
kakang-mu sekalian itu?"
Nurwenda tertegun lalu berpaling melontarkan pandang tanya
kepada Kebo Angun-angun "Benar adi Wenda, memang aku telah
bertanya. Sudah tentu aku mempunyai tujuan lain dalam
menuntut keterangannya itu. Tetapi dia angkuh dan congkak
sehingga menimbulkan kamarahan adi-adi sekalian"
Nurwenda berpaling pula kearah Sambu "Ki sanak, persoalan
ini sudah jelas. Silakan engkau melanjutkan perjalananmu"
Kebo Angun-angun terkejut. Ia tak mengira kalau Nurwenda
akan bertindak demikian. Semula ia duga tentulah Nurwenda
akan menuntut balas kepada putera adipati Sadeng itu. Demikian
pula Sambu. Dia juga terkejut atas sikap Nurwenda. Iapun
memiliki dugaan yang sama seperu Kebo Angun-angun bahwa
pemuda itu tentu akan menyerangnya.
"Kakang sekalian" kata Nurwenda seraya berputar tubuh "mari
kita pergi" "Tunggu" tiba-tiba Sambu berseru. Nurwenda dan kawan-
kawan terkejut. Mereka berhenti dan memandang Sambu
589 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah engkau belum puas atas penyelesaian ini?" tegur
Nurwenda dengan nada tajam.
"Jangan salah faham, ki sanak" kata Sambu "bukan begitulah
maksudku. Aku merasa kagum atas sikapmu sebagai seorang
ksatrya. Engkau tidak memihak kepada kawan tetapi berpijak
kepada kebenaran" "Tindakanku itu" sahut Nurwenda "hanya suatu kelayakan,
suatu hal yang layak. Dan setiap hal yang layak, tidaklah
memerlukan pujian orang"
"Ah" kembali Sambu mendesah "kutahu. Memang demikianlah
selayaknya sikap seorang ksatrya. Tetapi akupun menetapi juga
sikap seorang ksatrya kepadamu. Karena hanya seorang ksatrya
yang tahu menghayati sikap seorang ksatrya lain. Maka kata-
kataku tadi hanyalah sekedar pernyataan dari penghayatan itu,
sekali-kali bukan suatu sanjung pujian belaka"
"Hm" desuh Nurwenda "lalu apakah kelanjutan dari seruanmu
mencegah kami pergi ini?"
"Aku hendak bicara kepadamu, ki sanak"
"Silakan" "Terus terang kukatakan kepadamu, bahwa aku memang telah
berhasil menemukan lencana pusaka itu" Sambu sengaja
hentikan kata-katanya untuk menyelidiki bagaimana tanggapan
mereka. Dilihatnya Kebo Angun-angun terbelalak dan keempat
kawannya pun terkejut. Hanya pemuda yang bernama Nurwenda
itu tenang-tenang saja. "O, jika demikian engkau tentu berhasil memenangkan
sayembara ini" kata Nurwenda dingin-dingin.
Sambu terkejut melihat sikap pemuda itu. Makin besar rasa
suka kepadanya "Ki sanak, mengapa engkau tak terkejut
mendengar pernyataanku ini?"
590 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurwenda kerutkan alis "Terkejut" Mengapa harus terkejut"
Akupun telah berusaha untuk melakukan semedhi cipta
memohon anugerah petunjuk dewata. Tetapi aku gagal.
Kegagalan itu harus kuartikan, bahwa aku masih kurang
kesujutan dalam permohonan itu. Atau mungkin dewata tak
mengabulkan. Siapakah yang harus kusalahkan kecuali menyesali
diriku dan nasibku sendiri?"
"Bagus, ki sanak" seru Sambu. Dia benar-benar terkesan atas
pendirian Nurwenda "jika semua insan manusia berpendirian
seperti engkau, akan tenteram sejahteralah dunia ini"
"Jangan memimpikan kenyataan, jangan memungkinkan hal
yang tak mungkin" seru Nurwenda "sekarang cobalah tanya
kepada hatimu sendiri. Andaikata aku yang berhasil menemukan
lencana pusaka itu, adakah engkau juga akan bersikap seperti
aku?" Tegetar hati Sambu menderita lomaran pertanyaan itu. Suatu
pertanyaan yang tak pernah ia bayangkan. Ia harus mengakui
dalam hati bahwa andaikata hal itu teijadi, kemungkinan diapun
tidak selapang dada pemuda itu. Merenungkan hal itu
mukanyapun bertebar merah.
"Pertanyaan itu tak perlu engkau jawab" kata Nurwenda
"cukup jawaban itu engkau s impan dalam batinmu sendiri"
Terdengar Kebo Angun-angun mendesuh suara mengejek.
"Terima kasih, ki sanak, engkau telah menggugah pikiranku"
jawab Sambu "terus terang aku memang belum pernah
membayangkan keadaan seperti ku. Jika kukatakan bahwa aku
akan bersikap ksatrya seperti engkau, engkau tentu takkan
percaya. Namun jika kunyatakan bahwa aku akan bertindak
seperti kawan-kawanmu itu, hal itu mrrupakan jawaban yang
dipaksakan. Aku tak ingin menyenangkan hati orang dengan
memberi jawaban yang belum pernah kurenungkan"
"Hm" desuh Nurwenda.
591 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki sanak" kata Sambu pula "sekarang sudah menjadi suatu
kenyataan bahwa akulah yang direstui dewata menerima
anugerah lencana pusaka itu. Dan suatu kenyataan yang akan
tiba dalam waktu yang tak lama, bahwa setelah berhasil
menumpas wabah penyakit di Kahuripan ini, aku tentu akan
diangkat sebagai suami Rani Kahuripan. Dan kalian tentu
maklum, bahwa menurut berita-berita yang tersiar luas, kini
Dewan Keraton telah mempertimbangkan keputusan untuk
mengangkat Rani Kahuripan sebagai raja puteri kerajaan
Majapahit, menggantikan seri baginda Jayanagara yang telah
wafat" "Yah" desuh Nurwenda "kemungkinan besar memang
demikian. Tetapi setiap hal yang belum terlaksana itu masih
mengandung kemungkinan lain"
"Terima kasih, ki sanak" diam2 Sambu terkejut mendengar
pernyataan itu. Bukankah mahluk gaib yang berwujut sebagai
patih Narotama juga memberi peringatan begitu kepadanya"
Namun ia cepat menghapus segala rasa gentar dalam hatinya.
Lencana pusaka sudah berada dalam tangannya, adakah masih
ada lain kemungkinan yang dapat menggoyahkan pemantapan
dari anugerah dalam sayembara itu" Kecuali Rani Kahuripan
ingkar janji" ia menjawab sendiri pertanyaannya "namun tidaklah
akan selesai sampai disitu saja apabila Rani benar-benar akan
ingkar janji" Melihat Sambu tertegun dengan wajah yang berobah-robah
cahayanya, Nurwendapun segera menegur.
"Ki sanak, jika hendak bicara, lekaslah. Kami tiada waktu
menunggu lebih lama"
"O" Sambu agak gelagapan "ya, aku hendak bicara. Bahwa
merupakan suatu kenyataan pula lencana pusaka prabu
Airlangga itu telah berada ditanganku. Ini berarti, akulah yang
kelak mendampingi raja puteri Teribuanatunggadewi memegang
pusara kerajaan. Jangan mengatakan kemungkinan lain, karena
592 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu hanya kemungkinan tipis.yang tak usah diperhitungkan" cepat
ia mencegah ketika melihat Nurwenda hendak menyela "marilah
kita bicara atas dasar kenyataan. Ki sanak, aku suka akan
sikapmu yang tegas dan sifat keksatryaanmu. Maukah engkau
bekerja kepadaku" Aku membutuhkan orang kepercayaan yang
menjadi pengawal pendampingku"
Nurwenda tertegun, Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya
terkesiap "Terima kasih atas penghargaanmu raden" ucap
Nurwenda "tetapi rupanya rejeki Nurwenda itu tidaklah sebesar
dengan kepercayaan yang raden berikan"
"Maksudmu?" Sambu menegas.
"Sebagaimana kodrat hidup manusia itu berlain-lainan,
demikianpun jalan yang ditempuh masing-masing juga berbeda-
beda. Rupanya aku tak beibakat dan tak berminat untuk
menjabat sebagai prajurit kerajaan Majapahit"
"Ah" desuh Sambu "jangan ki sanak merendah diri. Terus
terang selama ini belum pernah aku bertemu dengen orang yang
sanggup menyentakkan diriku sampai terlempar beberapa
tombak. Walaupun saat itu aku memang lengah, tetapi pada
waktu engkau sentakkan tubuhku akupun sudah mengerahkan
tenaga untuk menahan diri tetapi gagal. Kedua, selama ini aku
jarang bertemu dengan anakmuda yang memiliki keperibadian
seperti engkau. Oleh karena itu kuminta, janganlah engkau
merasa terhina atas permintaanku kepadamu itu. Itu suatu
kepercayaanku kepadaku, ki sanak"
Namun Nurwenda tetap menggeleng kepala "Terima kasih,
raden. Tetapi aku harus menyesali diriku karena dengan berat
hati terpaksa tak dapat menerima kepercayaan raden"
Sambu terbeliak. Namun ia sempat memperhatikan cahaya
wajah Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya. Tampak mereka
agak terkejut mendengar keputusan Nurwenda. Sesuatu yang
mengejutkan tentulah mengandung hal yang tak sesuai dengan


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

593 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikirannya. Dan Sambu tahu hal itu maka segera dia berpaling
mengantar pandang kepada Kebo Angun-angun "Ki sanak,
apabila tidak bertempur, kita tentu tak kenal satu sama lain.
Bagaimana kiranya pandangan ki sanak mengenai permintaanku
tadi " Pun dalam hal ini, yang kumaksud bukan hanya kawanmu
yang seorang itu saja, termasuk ki sanak berlima juga kuminta
untuk menjadi pengawal pendampingku, Adakah ki sanak
setuju?" Kebo Angun-angun tertegun menderita pertanyaan itu. Ia
mulai menimang. Sesungguhnya berhamba pada kerajaan
Majapahit, merupakan pantangan besar bagi para pejuang Daha.
Namun meninjau ke arah pengalaman para pejuang Wukir
Polaman yang lalu, ternyata perjuangan yang bersifat menolak
kerja-sama dengan pemerintahan Majapahit, telah mengalami
kegagalan. Dan walaupun sekarang perjuangan membebaskan
Daha itu sudah beralih ke tangan para taruna pejuang yang
tergabung dalam wadah Topeng Kalapa dan merekapun
meneruskan cara perjuangan dari angkatan yang lalu yani Wukir
Polaman, tetapi ia menguatirkan merekapun akan menemui
kegagalan juga. Keterangan raden Sambu putera adipati Sadeng itu
menunjukkan bahwa putera adipati itulah yang telah mendapat
wahyu dewata untuk mendampingi raja puteri Majapahit yang
baru. Walaupun resminya yang memegang pusara kerajaan itu
adalah raja puteri tetapi tentulah sebagai suami, kelak raden
Sambu itu akan mempunyai pengaruh dalam mcnetapkan
peraturan pemerintahan dan mengemudikan haluan kerajaan.
Raden Sambu telah menawarkan suatu jabatan yang sedemikian
tinggi, bukan tinggi dalam soal pangkat tetapi dalam soal
kepercayaan. Dengan dekat sebagai pengawal pendamping raden
itu, bukankah kelak akan mempunyai kesempatan untuk
mengetahui seluk beluk roda pemerintahan Majapahit. Bahkan
apabila ada kesempatan, dapat mempengaruhi pikiran raden itu
dalam menetapkan peraturan-peraturan yang penting.
594 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika hal itu terlaksana, maka kita akan memperoleh
kesempatan untuk memperjuangkan kepentingan Daha. Setiap
Usaha untuk memperjuangkan kepentingan Daha, tidakkah
berarti suatu perjuangan yang termaktub dalam sumpah
perjuangan para pejuang Daha?" demikian Kebo Angun angun
melakukan pengembaraan dalam renungan angan-angannya.
"Bagaimana ki sanak?" tegur raden Sambu ketika melihat
Kebo Angun angun terbenam dalam lamur.an.
"Ah" karena terkejut, Kebo Angun-angun cepat mendesah
"memang benar pernyataan adi itu. Setiap orang mempunyai
cara sendiri untuk menempuh cita-cita hidupnya. Sukar untuk
memaksakan sesuatu pada pendirian orang"
Sambu melihat bahwa dalam pernyataan Kebo Angun-angun
itu bersifat lunak. Artinya tidak menolak secara getas tetapipun
tidak menerima. Dengan begitu masih terdapat kemungkinan
untuk melanjutkan perundingan "Apakah maksud ki sanak belum
dapat memberi keputusan sekarang dan perlu hendak
merundingkan dengan kawan kawan?"
"Walaupun suatu kelompok kecil tetapi kami sudah merupakan
suatu kesatuan. Dimana seorang mengatakan tidak maka yang
lainpun akan tidak" "Tetapi ki sanak. Adakah hal itu hanya secara peraturan dalam
kelompok kalian, ataukah segala sesuatu itu harus berdasarkan
pada keputusan dari pertimbangan yang masak dulu ?"
"Perjuangan itu bukan milik seorang, walaupun caranya
berbeda. Oleh karena itu kita harus saling memberi dan
menerima. Dan dasarnya yalah melalui pertimbangan dan
perundingan" "O, bagus" seru Sambu "jika demikian aku mempunyai
gambaran bahwa permintaanku tadi belumlah menemui
penolakan secara mutlak. Kalian masih dapat memberi
595 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan kepadaku untuk mengharapkan suatu perundingan
yang akan memutuskan hal itu"
Kebo Angun-angun tersipu. Untuk menyangkal pernyataan
Sambu, dalam hati kecilnya memang agak berat. Namun untuk
mengakui pun ia malu terhadap Nurwenda.
"Ki sanak" rupanya Sambu tahu akan perasaan Kebo Angun-
angun "baik, aku bersedia menunggu keputusan kalian. Tetapi
ingin pula aku meminta keterangan, apakah kiranya syarat dan
tuntutan kalian, apabila memang ada, agar kalian dapat
menerima permintaanku itu" Katakanlah, aku berjanji akan
memenuhinya" Kebo Angun-angun terbeliak. Ia tak menyangka akan
dihadapkan dengan pernyataan yang sedemikian. Hal itu makin
mendekatkan apa yang diangan angankan kepada suatu
kenyataan "Aku harus bertindak mendahului Nurwenda agar
kesempatan ini tidak terhapus begitu saja" pikirnya.
"Sebenarnya, kami tak mempunyai suatu cita-cita untuk
mengabdi kepada kerajaan Majapahit. Tetapi karena raden
sedemikian besar memberi penghargaan kepada kami, kamipun
terpaksa harus mempertimbangkannya. Raden Sambu, karena
raden menghendaki supaya kami mengajukan pernyataan, maka
kamipun menurut saja. Apabila raden memang benar-benar
menghendaki agar adi kami Nurwenda dapat bekerja sama
mendampingi raden maka tiada jalan yang lebih tepat daripada
memberinya kedudukan yang hampir menyamai dengan
kedudukan raden" "Apa maksud ki sanak ?" Sambu terbeliak mendengar
pernyataan Kebo Angun-angun itu.
"Ada kata-kata 'duduk sama rendah, berdiri sama tinggi' " ujar
Kebo Angun-angun "kiranya raden tentu memaklumi, bukan?"
Sambu terkejut. Namun ia meminta penjelasan pula "Apa
maksudmu, ki sanak?"
596 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tiada kesetyaan yang lebih besar dan kekal daripada apabila
sama2 mempunyai kepentingan" kata Kebo Angun-angun "tetapi
apabila hanya berdasar pada suatu pengabdian, dimana rasa
pengabdian itu luntur karena timbulnya perangsarg akan hal2
yang lebih menguntungkan, baik yang datangnya dari luar
maupun dari dalam, tentu akan timbul hal-hal yang
menggoyahkan kesetyaan itu. Jelasnya begini, misalnya aku
berhamba pada raden. Andaikata pada suatu ketika ada fihak
luar yang sanggup memberi kepadaku suatu jaminan hidup yang
lebih besar dan menguntungkan, tentulah akan goyah
kesetyaanku kepada raden. Pun andaikata pada suatu ketika aku
merasa tak senang dengan tindakan raden, bukankah
kesetyaanku juga akan goyah?"
"Lalu?" Sambu menegas.
"Jalan yang terbaik adalah kedua-duanya sama-sama
mempunyai kepentingan dalam suatu pengabdian yang terikat "
kata Kebo Angun-angun. "Ki sanak, aku benar-benar tak mengerti apa yang engkau
maksudkan. Cobalah bicara secara terus terang" kata Sambu.
"Baik" kata Kebo Angun- angun "kurasa, adiku tentu takkan
keberatan, paling tidak tentu akan mempertimbangkan dengan
sungguh sungguh, apabila raden nanti setelah menjadi suami
gusti Rani Kahuripan lalu berkenan untuk menjodohkan adiku
dengan Rani Daha. Tentang siapa asal usul adiku, kelak apabila
raden telah menyetujui, tentu akan kuberitahu. Dan pasti, asal
keturunannya takkan merendahkan martabat sebagai seorang
suami Rani" Sambu tertegun. Iapun menimang-nimang, bertanya-tanya
dalam hati "Benarkah sedemikian besar kepentinganku terhadap
pemuda itu dan kawan-kawannya ?"
Ia tiba pada suatu kesan bahwa sesungguhnya hal itu bukan
merupakan suatu keharusan yang mutlak baginya. Tetapi pada
597 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain kilas, entah apa sebabnya, ada suatu daya tarik yang tak
dimengertinya, mengapa dia mempunyai rasa senang terhadap
Nurwenda. Ia sendiri tak tahu akan hal itu tetapi ia
merasakannya. Dalam menyelam kedasar penimangannya, ia
bersua pada alas kesimpulan "Ah, yang penting mereka tunduk
dulu kepadaku. Setelah cita citaku tercapai, mudahlah untuk
menghadapi mereka. Aku akan memberi janji untuk mengusahakan tetapi berhasil atau tidak, akupun tak dapat
menjamin" pikirnya. "Baik, ki sanak" katanya kepada Kebo Angun-angun "aku
dapat menerima permintaanmu. Akan kuusahakan hal itu namun
seperti yang dikatakan oleh adimu tadi "segala sesuatu itu sudah
digariskan oleh kodrat Hyang W iddhi'. Terutama dalam soal
perjodohan, pun sudah mempunyai garis ketentuan masing-
masing" Kebo Angun-angun terkesiap. Namun apa yang dikatakan
Sambu itu memang benar. Sukar untuk memaksa Sambu harus
bertanggung jawab sepenuhnya atas janjinya itu. Dia telah
mengajukan permintaan dan permintaan itu ternyata telah
disanggupi Sambu, adakah ia akan menarik kembali permintaannya itu" Namun jika ia menerima, tidakkah hal itu
akan menyinggung perasaan Nurwenda" Ia mengajukan
permintaan sedemikian kepada Sambu dengan perhitungan,
bahwa Sambu tentu keberatan. Pun andaikata menerima,
tentulah Nurwenda akan menyetujuinya. Setitikpun ia tak
menyangka bahwa Sambu akan menjawab begitu, sanggup
tetapi tak dapat memberi jaminan sepenuhnya.
Kebo Angun-angun mengalihkan pandang mata ke-arah
Nurwenda. Nurwenda tak memberi anggapan melainkan
langsung berkata kepada Sambu "Baik, raden. Aku menerima"
"Nurwenda!" Kebo Angun-angun berteriak kaget.
"Kakang, seorang ksatrya harus pegang janji. Bukankah
kakang sudah mengajukan permintaan dan permintaan itu telah
598 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disanggupi raden Sambu. Mengapa kakang harus ingkar janji ?"
sahut Nuiwenda. "Tetapi, adi ...."
"Tidak ada yang harus di-tetapi-kan, kakang Angun-angun.
Sudahlah, kita harus menetapi janji" tukas Nurwenda.
Kebo Angun-angun menghela napas.
"Terin.a kasih, ki sanak" kata Sambu.
"Tunggu dulu, raden" kata Nurwenda "walaupun aku telah
menyetujui permintaan kakangku, tetapi aku juga berhak
menghaturkan suara, bukan ?"
"Tentu, ki sanak" sahut Sambu serentak.
"Begini raden" ujar Nurwenda "janji kami itu mulai berlaku
manakala raden benar-benar sudah resmi memenangkan
sayembara ini dan menjadi suami Rani Kahuripan. Pada saat
itulah kami akan bekerja kepada raden dan radenpun mulai
berusaha untuk memenuhi permintaan kami"
"Maksudmu, sekarang dan sebelum aku resmi menjadi
pemenang sayembara, kita masih sama-sama bebas ?"
"Begitulah, raden"
Sambu tertegun "Menilik sifat dan keperibadiannya yang
tegas, rasanya dia pasti takkan ingkar janji. Dan sebenarnya apa
yang dikatakan itu beralasan juga. Sebelum aku diakui sebagai
pemenang sayembara, memang perjanjian itu belum berlaku. Ah,
biarlah kuterima permintaannya itu, karena bagaimanapun aku
tentu menang" pikirnya.
"Baik, ki sanak" katanya kepada Nurwenda "tetapi akupun
minta, walaupun perjanjian itu masih belum berlaku, kalian
jangan mengganggu aku, bahkan syukur kalau kalian mau
membantu perjalananku mencapai kemenangan sayembara ini"
599 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Soal itu tergantung dari keadaan, raden" jawab Nurwenda
"tetapi yang jelas kami takkan mengganggumu"
Demikian setelah tercapai kata sepakat maka Sambupun
melanjutkan perjalanan hendak menuju ke keraton Kahuripan.
"Nurwenda, mengapa engkau menerima?" tegur Kebo Angun-
angun sesaat setelah mereka berkumpul untuk berunding.
"Bukankah kakang yang telah menciptakan permintaan itu
sendiri ?" balas Nurwenda "ingat kakang, perjuangan untuk
membangun kerajaan Daha itu harus dilaksanakan dengan tak
meninggalkan keutamaan dan sikap ksatrya"
"Ah" Kebo Angun-angun mendesah. Kemudian ia menguraikan
apa sebab ia telah mengajukan syarat permintaan kepada Sambu
tadi. "Ya, kutahu maksud kakang" kata Nurwenda "memang menilik
jumlah kita, sukar rasanya untuk menempuh perjuangan itu
dengan cara kekerasan"
"Tetapi adi" kata Kebo Angun-angun "adakah engkau mengira
bahwa putera adipati itu benar-benar akan berusaha untuk
menetapi janjinya kepada kita?"
"Maksud kakang soal diriku dengan Rani Daha itu?"
"Ya" Nurwenda gelengkan kepala "Rasanya sukar terlaksana,
kakang" "Mengapa, adi ?"
"Kudengar Rani Daha mempunyai hubungan yang akrab
dengan seorang ksatrya yang bernama raden Kuda Amreta dari
Wengker. Ingat kakang, perjodohan itu adalah mengenai rasa
hati, tak mungkin dipaksakan untuk suaiu kepentingan"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

600 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita harus berusaha, adi" seru Kebo Angun-angun "karena
apabila engkau dapat mempersunting Rani Daha, ini merupakan
suatu titik tolak yang amat penting bsgi perjuangan kita"
Nurwenda tertawa hambar "Tetapi ...."
"Dalam perjuangan tak ada istilah 'tetapi', Nurwenda. Yang
hanya kita kenal dan anut adalah berusaha dan berjuang. Soal
Kuda Amreta, serahkan padaku saja"
Nurwenda terbeliak "Apa maksud kakang?"
"Karena dia merupakan perintang dari tujuan kita maka tiada
Lain jalan bagi kita kecuali harus melenyapkannya. Rawe-rawe
rantas, malang-malang putung !"
Nurwenda terdiam "Ah, kurasa hal itu bukan jalan yang tepat.
Karena seperti telah kukatakan, perjodohan itu merupakan soal
rasa hjti. Andaikata raden Kuda Amreta telah tiada, adakah Rani
Daha terus mau berpaling kepadaku?"
"Sudahlah, adi" kata Kebo Angun-angun "jangan membayangkan hal hal yang belum terjadi. Perjuangan itu bukan
sesuatu yang dibayangkan tetapi sesuatu yang harus diusahakan
dan dilaksanakan. Pokok, soal Kuda Amreta, serahkan saja
kepadaku" Pada saat Nurwenda dan Kebo Angun-angun serta keempat
kawannya tengah berbincang bincang mengenai perjanjian
meieka dengan raden Sambu, adalah putera adipati Sadeng itu
harus menemui peristiwa lagi.
Ketika ia meninggalkan desa Kemalagyan, pada saat tengah
berjalan me lintas sebuah gerumbul pohon, dia telah berpapasan
dengan seorang lelaki yang tegak kekar, bercambang bauk. Sinar
mata orang itu amat tajam.
Sambu berusaha untuk menyingkir ke tepi jalan tetapi orang
itu tidak me lanjutkan langkah melainkan sengaja menyongsongnya 601 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki sanak" tegur Sambu "mengapa engkau menghadang
perjalananku?" "Aku hendak bertanya kepadamu. Jawablah yang jujur"
"O, silakan" "Apakah engkau yang bertapa dalam lingkaran Waringm Pilu
itu ?" Sambu terkesiap. Ia menimang, apakah ia akan mengatakan
dengan sejujurnya atau tidak.
"Apa keperluan ki sanak bertanya demikian?" akhirnya ia
meminta keterangan lebih dulu.
Lelaki bercambang bauk itu tertegun sejenak, kemudian
menerangkan bahwa ia hendak menyampaikan suatu pesan
kepadanya. "Pesan" Pesan apakah yang ki sanak hendak sampaikan
kepadanya?" Orang itu memandang tajam-tajam dan Sambu-pun segera
menyadari kalau dia telah kelepasan bicara "Pesan itu bersifat
peribadi hanya dapat disampaikan kepadanya saja" kata orang
itu. "Siapakah ki sanak ini " Mungkin aku dapat membantu" kata
Sambu yang tanpa sadar makin tertarik perhatiannya.
"Aku Gagak Pratala dari Sidayu" kata lelaki itu "menilik
ucapanmu, engkau kenal dengan ksatrya itu, bukan ?"
"Ya" sahut Sambu "karena kami berasal sedaerah. Dia adalah
putera adipati Sadeng, seorang ksatrya yang sakti"
Dengan ucapan itu Sambu hendak memberi peringatan
kepada lelaki yang mengaku Gagak Pratala agar mempertimbangkan lagi tindakannya apabila dia bermaksud
buruk terhadap Sambu. 602 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adakah saat ini dia masih berada di lingkaran Waringin Pitu?"
"Tidak, dia sudah menyudahi tapanya. Tetapi aku dapat
membantu ki sanak. Apabila ki sanak tak keberatan, aku dapat
menyampaikan pesan itu kepadanya"
"Maaf" kata Gagak Pratala "pesan itu harus kusampaikan
kepadanya sendiri" Sambu terdiam. Ia sedang menimang adakah ia harus
mengatakan dengan terus terang siapa sebenarnya dirinya
ataukah membiarkan orang itu berlalu.
"Sayang ...." gumam Gagak Pratala.
Sambu terkejut dan berpaling ke belakang. Ternyata tanpa
mengucap apa-apa, Gagak Pratala sudah lanjutkan langkah "Hai,
ki sanak, berhentilah"
Gagak Pratala hentikan langkah, berputar tubuh dan berseru
"Mengapa ?" "Agaknya engkau merasa kecewa. Apakah yang engkau
sayangkan itu ?" "Sayang aku tak dapat bertemu dengan orang itu. Sayang
pula apabila dia tak berani mengaku sebagai dirinya. Itu ksatrya
kerdil" kata Gagak Pratala seraya berputar tubuh dan ayunkan
langkah pula. "Tunggu dulu" seru Sambu. Rupanya bangkitlah rasa
keangkuhannya sebagai seorang ksatrya. Ya, benar, mengapa ia
harus takut mengaku siapa dirinya" Tak ada yang harus
ditakutkan pada orang itu, pikirnya.
"Eh, jangan engkau mengganggu aku" sejenak berhenti,
berpaling dan menegur kemudian berjalan lagi.
Sambu mengejar dan berseru "Berhenti dulu, ki sanak"
"Apa perlunya aku harus berhenti ?" cemoh Gagak Pratala.
603 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akulah ksatrya dari lingkaran Waringin Pitu itu"
"Hah ?" Gagak Pratala serentak hentikan langkah, merentang
mata memandang nyalang kepadanya "engkau ?"
"Ya" "Ah, jangan bergurau, ki sanak"
"Hai, memang aku ini raden Sambu putera adipati Sadeng "
teriak Sambu ketika melihat Gagak Pratala hendak beranjak
langkah. "Tidak" Gagak Pratala menolak "engkau bukan putera adipati
Sadeng, engkau hanya orang yang sedaerah dengan dia"
"Benar, ki sanak, aku memang sungguh putera adipati Sadeng
itu" seru Sambu makin ngotot "mengapa engkau tak percaya"
"Aku hanya percaya pada omonganmu yang pertama. Tak
mungkin seorang ksatrya putera adipati bicara menela-mencle"
Sarnbu gelagapan. Dia makin penasaran menerima dampratan
itu "Jangan sa lah faham, ki sanak. Sekali-kali aku bukan mencla-
mencle tetapi hanya berlaku hati-hati. Aku tak kenal siapa
engkau dan mengapa engkau hendak mencari aku. Oleh karena
itu, akupun tak mau ceroboh mengatakan siapa diriku"
"Apakah engkau benar-benar berkata jujur?"
"Mengapa aku harus b;rbohong kepadamu?"
"Hendak kulihat bagaimana kelanjutan pembicaraanmu nanti"
kata Gagak Pratala "benarkah engkau putera adipati Sadeng
yang habis bertapa dalam lingkaran Waringin Pitu itu ?"
"Eh, mengapa harus diulang pula ?" Sambu mendesuh
"memang aku Sambu, putera adipati Sadeng. Lalu apakah pesan
yang hendak engkau sampaikan kepadaku itu?"
"Pesan itu baru dapat kusampaikan setelah engkau memberi
jawaban yang sejujurnya atas pertanyaanku ini"
604 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silakan" "Engkau menyudahi tapa semedhimu di Waringin Pitu,
tentulah engkau sudah memperoleh hasil"
Entah bagaimana Sambu telah makin terpikat dalam arus
pertanyaan Gagak Pratala sehingga tanpa banyak pikir lagi dia
mengiakan. "Dengan begitu engkau telah memperoleh lencana pusaka itu,
bukan ?" "Ya" jawab Sambu yang sudah terlanjur mengakui. Ia benar-
benar ingin tahu apakah pesan yang hendak disampaikan orang
dari Sidayu itu. "Bagus, engkau jujur. Cobalah engkau tunjukkan lencana
pusaka itu kepadaku"
"Apakah itu suatu keharusan?" Sambu agak bersangsi.
"Terserah kepadamu. Namun jika engkau menolak maka
akupun tak dapat menyampaikan pesan itu kepadamu"
Sambu mulai bersangsi "Engkau mengatakan suatu pesan
kepadaku. Tetapi dari siapakah gerangan pesan itu" Mengapa
harus disampaikan kepadaku?"
Gagak Pratala tertawa "Ha, rupanya engkau mulai dapat
berpikir. Tetapi pikiranmu itu mengandung prasangka. Baiklah,
akan kuberitahu. Pesan itu dari seorang pertapa sakti di Sidayu.
Pertapa itu hanya hendak menyampaikan pesan kepada ksatrya
yang telah berhasil menemukan lencana pusaka Garuda-makha.
Oleh karena engkau yang berhasil, maka pesan itupun harus
kusampaikan kepadamu. Tetapi bukan semata-mata khusus
ditujukan kepada dirimu"
Jawaban itu menghapus keraguan Sambu. Dan karena merasa
telah melangkah jauh dalam pengakuan, maka iapun terpaksa
605 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus melanjutkan sampai akhir penyelesa ian "Ah, andaikata dia
curang, akupun dapat mengatasinya" pikirnya.
Sambu segera mengeluarkan sebuah kotak putih seperti perak
"Inilah kotak yang berisi lencana-pusaka itu. Cukup, aku tak
dapat membuka dan menunjukkan isinya kepadamu. Terserah
engkau percaya atau tidak"
Mata Gagak Pratala menyalang, memancarkan sinar yang
berapi "Ki sanak, pesan pertapa sakti itu hanya boleh kulakukan
setelah aku menyaksikan lencana-pusaka itu. Kutahu, engkau
tentu keberatan untuk membuka isinya karena kuatir kurebut,
bukan ?" Sambu terkesiap "Andaikata engkau beralih dalam kedudukanku, tidakkah akan berbuat seperti tindakanku ini juga
?" "Engkau jujur, ki sanak" seru Gagak Pratala "memang
demikian dan seharusnya demikian. Baiklah, aku akan
menghormati keinginanmu untuk menjaga kotak itu tetapi
kuminta engkaupun supaya meluluskan permintaanku demi tugas
yang kulakukan" "Bagaimana maksudmu?"
"Begini" kata Gagak Pratala "aku akan mundur dua tombak
dari sini dan raden kuminta membuka kotak itu. Adakah raden
masih bersangsi apabila aku mengandung maksud hendak
merebutnya?" Sambu sudah terlanjur hendak mengetahui apa sesungguhnya
pesan yang dibawa Gagak Pratala itu. Memperhitungkan bahwa
pada jarak dua tombak tak mungkin Gagak Pratala mampu
merebut kotak itu, diapun terpaksa menyetujui "Baik" kemudian
setelah Gagak Pratala mundur sampai dua tombak jauhnya,
maka Sambupun segera mengeluarkan kotak itu. Pelahan-lahan
ia membukanya kemudian menunjukkan ke arah Gagak Pratala
"lihatlah" 606 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gagak Pratala silau memardang benda yang berada dalam
kotak itu. Warnanya putih dan tertingkah cahaya matahari, benda
itu memancarkan sinar yang berkilau-kilauan amat keras sekali.
Dari tempat sejauh dua tombak itu memang Gagak Pratala tak
dapat melihat jelas benda itu. Yang terasa, benda itu memang
memancarkan sinar kemilau keras sehingga matanya silau.
"Sudahlah, tutup lagi" teriak Gagak Pratala seraya sebelah
tangan mengaling mata dan tangan kanan merogoh ke dalam
bajunya. Sambu tertawa. Ia girang bukan saja karena telah memetri
bukti kepada Gagak Pratala, pun ada suatu rasa bangga dalam
hatinya karena benda itu telah memancarkan sinar kemilau keras
sehingga Gagak Pratala tak kuat memandang. Setiap pusaka
tentu mempunyai beberapa macam daya kesaktian, entah
memancarkan cahaya, entah membiaskan hawa, getaran dan
lain-lain. Sambu dengan hati-hati menutup pula kotak itu. Sedemikian
hati-hati sehingga dia tak mengacuhkan Gagak Pratala lagi.
Seluruh perhatian dan pandangan mata tertumpah pada kotak
itu. Sekonyong-konyong ia mendengar desir lembut dihembus
angin. Sambil masih memegang kotak, ia mengangkat muka
memandang ke depan. Bukan kepalang kejutnya ketika saat itu
sehambur pasir hitam telah menabur ke mukanya. Cepat ia
katupkan mata tetapi ada beberapa butir pasir lembut yang
terlanjur menyusup ke dalam biji matanya. Ia merasa perih. Pada
saat ia gerakkan tangan untuk mengusap, tiba2 ia merasa
sehembus angin keras telah menyambar ke arahnya dan seketika
itu ia rasakan tangan kiri yang memegang kotak telah ditepis
orang sekuat-kuatnya. Pergelangan tangannya serasa patah,


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sakitnya bukan kepalang dan tak kuasa pula ia memegang kotak
itu lagi. Kotakpun terlepas, Sambu menyurut mundur. Tar ....
"Hai" terdengar orang berteriak kaget serempak dengan bunyi
cambuk menggeletar, menampar sebuah benda keras.
607 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apakah gerangan yang telah terjadi"
Memang sama sekali Sambu tak menyangka bahwa pada saat
ia menutup kotak lencana-pusaka, ia tak memperhatikan gerak-
gerik Gagak Pratala. T ernyata pada saat tangan kanan merogoh
ke dalam baju tadi, Gagak Pratala telah mengambil segenggam
pasir besi yang kehitam-hitaman warnanya. Pada waktu Sambu
masih asyik terbenam dalam menutup kotak, cepat sekali Gagak
Pratalapun menaburkan pasir hitam itu ke mukanya. Karena
Sambu mengangkat muka memandang ke depan, pasir itu sudah
menabur mukanya. Untung dia masih sempat memejamkan mata
namun sekalipun demikian, beberapa pasir hitam telah menyusup
ke dalam kelopak matanya. Dan pada saat dia mengusapnya
dengan tangan, Gagak Pratala loncat menepis tangan kiri Sambu
yang memegang kotak. Tindakan Gagak Pratala itu memang membuahkan hasil. Kotak
terlempar lepas dari tangan Sambu dan melayang ke udara.
Dengan wajah memberingas Gagak Pratala siap hendak
menyambutinya. Tetapi diapun mengalami suatu peristiwa seperti
Sambu. Yani suatu peristiwa yang sama sekali tak pernah diduga-
duga-nya. Pada saat ia ulurkan kedua tangan hendak
menyambuti kotak itu, sekonyong terdengar bunyi menggeletar
dahsyat dan melecutlah di udara sebatang ujung cambuk yang
tepat menghantam kotak itu. Kotak melayang jatuh ke tanah.
Gagak Pratala tak sempat untuk mencari tahu siapakah orang
yang telah melecutkan cambuknya itu. Mungkin Sambu, mungkin
orang lain. Tetapi dia tak menghiraukan, yang penting dia harus
mendapatkan kotak itu. Maka cepat-cepat diapun terus loncat ke
a-rah kotak yang menggeletak di tanah. Tetapi baru dua tiga
langkah, dia telah disongsong oleh ujung cambuk yang
menghajar kepalanya. Gagak Pratala tersadar. Cepat dia loncat
menghindar ke samping tetapi cambuk itu masih sempat
menghajar bahunya, tar ....
608 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, keparat!" Gagak Pratala menjerit kesakitan seraya
mendekap bahunya. Baju kutang telah robek tergurat panjang,
kulitnyapun pecah sehingga berlumur darah.
Sesosok tubuh dari seorang lelaki pendek kurus telah loncat
menghampiri ke tempat kotak itu. Orang itu tangannya mencekal
sebatang cambuk kecil panjang Tetapi baru dia hendak ulurkan
tangan, berhamburanlah tiga batang pisau yang berturut-turut
melayang ke arahnya. Orang pendek itu memekik kejut dan
loncat menghindar. Tetapi salah sebatang pisau telah
menyerempet lengannya sehingga berdarah.
Sesosok tubuh loncat keluar dari balik semak gerumbul. Kali
ini seorang lelaki tampan, masih muda. Diapun terus loncat ke
tempat kotak. Tetapi pada saat dia hendak menjemput kotak,
sekonyong-konyong angin keras meniup dan seorang lelaki
bertubuh gagah perkasa telah menerjangnya dengan pukulan
dan tendangan. "Uh" lelaki muda itu mendesuh kaget dan loncat ke samping
tetapi pahanya termakan ujung kaki lelaki gagah perkasa itu.
Lelaki muda itu terpelanting jatuh.
Dalam gerak yang amat cepat, lelaki gagah perkasa itu
berputar tubuh dan loncat hendak menyambar kotak lencana,
Tar, cambuk menggeletar memekak telinga dan lelaki gagah
itupun mengerang, berputar-putar tubuh. Lelaki pendek
bersenjata cambuk cepat bersiaga setelah rnengusap lengannya
yang berdarah. Saat itu dilihatnya lelaki gagah perkasa sedang
loncat hendak, menyambar kotak lencana. Cambuk segera diayun
dan beihasil menghajar lengan lelaki gagah itu.
Setelah itu, lelaki bersenjata cambukpun segera getarkan
cambuk. Sedianya ia hendak mencambuk kotak dengan ujung
cambuk. Dalam ilmu mencambuk, rasanya dia memang memiliki
keahlian yang luar biasa. Ujung cambuk dapat melecut kotak
supaya melayang ke arahnya. Tetapi lencananya itu gagal.
609 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena tepat pada saat ia menggentakkan cambuk, Gagak
Pratala yang segera menyadari apa yang telah terjadi di tempat
itu segera merangkum segenggam kerikil, terus di lontarkan.
Sebagaimana yang telah dialam i Sambu waktu menderita
taburan pasir hitam tadi maka lelaki pendek bersenjata cambuk
itupun menjerit kesakitan karena sebutir batu kerikil telah
membentur dahinya sehingga berdarah. Ternyata dalam ilmu
lontar melontar benda, dia memang hebat sekali. Dengan batu
kerikil dia dapat melontar burung yang sedang terbang sehingga
burung itu jatuh. Setelah berhasil mengundurkan lelaki bersenjata cambuk,
Gagak Pratala segera loncat hendak mengambil kotak. Tetapi
pada saat itu juga Sambu, pun menggeram. Sekali loncat ia
menghantem punggung Gagak Pratala. Gagak Pratala cukup
waspada. Sambaran angin deras yang melanda dari arah
belakang, menyebabkan dia tak berani me lanjutkan rencananya
mengambil kotak lencana melainkan terus loncat menghindar ke
samping. Sambu hendak mengambil kotak itu tetapi dia pun terus
diserang oleh lelaki gagah perkasa
Waktu Sambu menangkis, tiba-tiba punggungnya dihajar
cambuk si lelaki pendek. Terpaksa Sambu harus loncat
menghindar ke samping. Demikian loncat meloncat untuk mendapatkan kotak lencana
yang dilakukan oleh empat orang itu berlangsung dengan gegap
gempita. Setiap yang berusaha hendak maju menyambar kolak,
tentu segera mendapat rintangan dari fihak lain, sehingga tiada
seorangpun berhasil mendapatkannya.
Sambu menyadari apa yang telah terjadi. Ia menggeram "Hai,
Gagak Pratala, engkau keparat, berani menipu aku !"
Gagak Pratala tertawa keras "Siapa menipumu" Aku memang
hendak menyampaikan pesan ...."
610 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jahanam!" bentak Sambu "engkau telah menabur pasir hitam
secara curang!" "Sabar, raden Sambu" seru Gagak Pratala "bukankah aku
belum menyampaikan bagaimana pesan itu?"
"Keparat!" Sambu menggeram.
"Nanti dulu, raden Sambu, jangan tergesa-gesa mengumbar
nafsu kemarahan" kata Gagak Pratala "memang termasuk dalam
rangka pesan itu bahwa aku diharuskan mencoba kesaktianmu.
Itulah bebabnya maka kutaburkan pasir hitam kepadamu lalu
ketepis tanganmu. Itu tak lain uniuk menguji kesaktianmu. Tetapi
aku sungguh merasa kecewa dan mengkal sekali. Kecewa karena
menyaksikan betapa masih rendah kesaktianmu. Buktinya, aku
dapat menepis jatuh kotak itu. Mengkal terhadap lutung yang
menyerang cambuk dari belakang" Gagak Pratalapun mengerling
kearah lelaki pendek yang mencekal cambuk.
"Ha, ha" lelaki pendek itu tertawa "jika engkau berhak
menyerang pemegang kotak lencana secara curang, mengapa
engkau marah kalau aku menyerangmu ?"
"Keparat, siapa bilang aku menyerangnya ?"
"Hm, waktu kalian berbicara, aku sudah menunggu dibalik
pohon. Pembicaraanmu, kudengar semua"
"Lutung kecil, siapa engkau?" teriak Gagak Pratala.
"Aku Singa Kunting dari Wengker"
Tiba-tiba Gagak Pratala tertawa keras "O, lutung kecil
semacam eugkau juga memakai nama Singa" Ganti saja,
kuberimu nama Lutung Kunting!"
Singa Kunting tertawa "Hm, apa kebanggaan suatu nama itu"
Aku bernama Singa atau engkau namakan Lutung, akupun tetap
aku. Tetapi ketahuilah, gagak pemakan bangkai, diseluruh
611 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telatah Wengker hingga Matahun, semua mengenal cambuk
pusaka Cundharawa ini !"
"Keparat" bentak Gagak Pratala "apakah engkau juga hendak
merebut kotak lencana itu ?"
"Setiap orang tentu menginginkan lencana pusaka itu. Akupun
seperti engkau, lebih enak mencegat di sini daripada bersusah
payah harus bertapa meminta sasmita"
"Lutung" teriak Gagak Pratala "licik benar pikiranmu. Aku
bukan mencegat tetapi aku memang hendak ikut bertapa
memohon sasmita dewata. Tetapi aku datang terlambat"
"Dan engkau lalu menghadangnya di sini ?"
"Gagak Pratala" tiba-tiba raden Sambu berteriak "kiranya
engkau juga ingin ikut dalam sayembara itu. Memang sudah
kuduga, bahwa engkau tentu berbohong. Dan ternyata engkau
telah membuka belangmu sendiri"
Gagak Pratala terkejut. Ia tak menyadari dalam tanya jawab
dengan Singa Kunting telah kelepasan kata.
"Hai, engkau" tiba-tiba Singa Kunting berteriak kepada
pemuda yang berwajah cakap "rupamu bagus seperti ksatrya,
tetapi ulahmu seperti babi-hutan yang suka menyeruduk dari
belakang. Siapa engkau?"
"Hm, sesungguhnya segan aku melayani seorang manusia
pendek seperti lutung. Tetapi kalau aku tak mengatakan namaku,
engltau tentu mencemoh aku sebagai seo-an" ksatrya kerdil.
Baik, namaku Pamintih dari gurung Giri"
"Kurasa engkau tentu bukan anak gunung tetapi murid dari
seorang sakti yang bertapa di gunung Giri" kata Singa Kuming.
"Hm" "Mengapa engkau menyerang aku dari belakang?"
612 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jawabanku ada padamu. Mengapa engkau menyerang ki
Gagak Pratala dari belakang?"
"Keparat" teriak Singa Kuntmg.
"Meminjam kata-katamu tadi, jika engkau berhak menyerang
ki Gagak Pratala mengapa engkau marah karena aku
menyerangmu dari belakang ?"
"Engkau juga ingin merebut kotak lencana itu?"
"Ya" sahut Pamintih singkat tegas. Kemudian dia berpaling ke
arah lelaki gagah perkasa "Ki sanak, engkau tentu juga ingin
merebut kotak pusaka itu, bukan" Apakah engkau dapat
membertahu siapa namamu?"
Lelaki gagah itu tertawa "Aku Bhawa dari tarah Jiwana Benar,
memang akupun hendak merebut kotak itu. Engkau tak
mendamprat aku karena telah menerjangmu tadi?"
Pamintih tertawa "Tidak. Karena dengan berbuat begitu,
engkau nenyelematkan mukaku"
Birawa terkesiap "Apa maksudmu?"
"Tindakanku menyerang ki sanak yang pendek dari belakang
tadi, sesungguhnya sesuatu perbuatan yang kurang tepuji.
Sebenarnya aku malu dalam hati. Tetapi ternyata engkaupun
telah menyerang aku dari belakang. Dengan demikian bukankah
aku tidak harus malu pada diriku sendiri kaiena ternyata terdapat
juga manusia-manusia macam kita yang bertindak begitu ?"
Terdengar Gagak Pratala, Singa Kunting dan lelaki gagah
itupun tertawa. "Tidak" sekonyong-konyong Sambu menghambur teriak keras
"aku bukan manusia golongatmu. Kotak itu telah kuperoleh
dengan hasil jerih payah menyiksa raga bertapa. Tidak seperti
kalian yang tak ubah seperti kawanan anjing berebut tulang"
613 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seketika siraplah tawa sekalian orang mendengar dampratan
yang tajam itu. Gagak Pratala segera berseru "Hm, raden Sambu,
jangan engkau menepuk dada sebagai manusia yang terbaik dan
suci" "Apakah engkau dapat mengatakan dimana letak kecuranganku?" Sambu menantang.
"Ha, ha" Gagak Pratala tertawa "terus terang raden. Aku
memang hendak mencegat perjalananmu. Hal itu disebabkan
karena setiba di Kahuripan aku mendapat berita, bahwa di
lingkaran Waringin Pitu telah bertapa seorang ksatrya. Itu
memang tepat" Gagak Pratala berhenti sejenak lalu me lanjut "Yang
menyedihkan tetapi membuat orang geram adalah perbuatan
curang yang meliputi usahamu bertapa itu. Bukan hanya seorang
tetapi beberapa orang yang ikut serta dalam sayembara ini dan
bermaksud hendak bersemedhi disekitar daerah Waringin Pitu,
telah mendapat gangguan dari seorang mahluk yang aneh.
Orang-orang itu tentu diserang kemudian dilempar di tepi
perairan bengawan. Dan orang itu ternyata seorang resi vang
kupastikan tentulah kawan atau bahkan mungkin gurumu. Dia
bermaksud hendak melindungi engkau dari gangguan orang-
orang" Sambu tak menyahut. "Jika tindakan itu hanya terbatas untuk melindungi engkau, itu
masih dapat diterima" kata Gagak Pratala pula "tetapi jelas resi
tua itu hendak membersihkan orang lain dari sekeliling Waringin
Pitu agar hanya engkau sendiri yang menguasai tempat itu, agar
engkau sendiri yang dapat bersemedhi untuk memohon sasmita
gaib. Apakah tindakan itu juga bukan suatu kecurangan ?"
Merah muka Sambu mendengar Gagak Pratala membongkar
peristiwa itu. 614 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maka akupun segera merobah siasat. Akan kucegat engkau
dalam perjalanan sehabis engkau berhasil mendapatkan lencana
itu. Bukankah itu lebih mudah " Bukankah kecurangan layak


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibalas dengan kecurangan juga ?"
Tarrrrr . , . . Pada saat Gagak Pratala sedang menyerang Sambu dengar,
kata-kata yang tajam, Birawa loncat hendak mnyambar kotak
lencana. Tetapi serempak pada saat itu pula, cambuk Singa
Kuntingpun menggeletar melecut kepalanya. Terpaksa Birawa
loncat mundur pula sehingga cambuk menghajar tanah. Tanah
bengkak, memuncratkan bongkah-bongkah tanah campur pasir.
"Hayo, majulah siapa yang berani coba-coba hendak
mengambil kotak itu" seru Singa Kunting. Kecil pendek orangnya
tetapi suaranya melengking nyaring memenuhi udara.
Birawa merabah senjata gada yang terselip pada pinggangnya. Tetapi sekilas kemudian ia lepaskan tangannya
pula "Jika menuruti kemarahan, ingin aku menghajar lutung kecil
itu. Tetapi apabila aku bertempur dengan dia, tidakkah ketiga
orang yang lain akan memanfaatkan kesempatan untuk
menyambar kotak itu" demikian lintasan penimangan yang
mengilat dalam benak Birawa.
Keempat orang itupun juga memiliki pertimbangan begitu
pula. Gagak Pratala, keturunan seorang senopati yang menjadi
pengawal pangeran Kanuruhan, saudara lain ibu dari seri baginda
Kertanagara raja Si-ngasari dahulu. Dia berguru pada seorang
resi yang berilmu tinggi. Ia mendengar berita tentang sayembara
yang dititahkan Rani Kahuripan. Maka bergegaslah ia menuju ke
Kahuripan. Tetapi karena terhalang oleh meluapnya Bengawan,
sehingga ia terlambat tiba di Kahuripan. Ia mendengar cerita
tentang keanehan yang terjadi Waringin Pitu, di mana para
ksatrya pengikut sayembara yang bersemedhi di sekitar tempat
itu, tentu diserang oleh manusia gaib lalu dilempar ke tepi
perairan Brantas. 615 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia merasa aneh dan tak puas. Berangkakah ia ke desa
Kemalagyan. Dari keterangan yang dikumpulkan, menurut rakyat,
ternyata manusia gaib itu seorang manusia biasa. Resi Hitam,
kata mereka, karena dia seorang resi yang mengenakan jubah
kain hitam. Untuk menyelidiki siapakah gerangan resi hitam itu, tentu
membutuhkan waktu. Dan itu bukan sasaran tujuannya. Namun
kalau ikut bersemedhi di Watingin Pitu, diapun kuatir akan
diserang resi hitam itu. Jika ia kalah sehingga terluka, bukankah
akan mengganggu tujuannya ikut dalam sayembara itu "
Akhirnya setelah dipertimbangkan, ia memilih jalan, mencegat
ksatrya yang bertapa dalam Wanngin Pitu itu. Apabila ksatrya itu
meninggalkan tempat penapaannya, berarti dia tentu sudah
memperoleh hasil. Demikian pertimbangan Gagak Pratala.
Dia berhasil menyiasati raden Sambu dan menepis kotak
lencana itu lepas dari tangan Sambu. Tetapi benar benar tak
pprnah disangka-sangka, ternyata dia diserang oleh cambuk
Singa Kunting. Dan ternyata pula disekeliling tempat itu sudah
menunggu beberapa orang yang bermunculan dengan tujuan
sama. Dia geram sekali kepada Singa Kunting. Ingin dia
meremuk tulang belulang orang pendek itu tetapi apabila ia
melalukan hal itu, jelas ketiga orarg yang lain tentu akan
menyambar kotak lencana itu. Maka dia geram dan marah sekali
tetapi tak dapat berbuat apa-apa.
Singa Kunting, seorang tokoh hitam yang amat ditakuti di
wilayah lereng Lawu, Wengker hingga Matahun. Di Wengker
terdapat sebuah graha perguruan yang termasyhur. Pendirinya,
menurut cerita orang, bernama Samandika. Dia amat sakti kebal
dan kaya akan ilmu mantra gaib. Kemudian dia mendirikan
graha-kanuragan, semacam perguruan yang memberi ajaran
tentang ilmu kesaktian, ulah kanuragan dan kekebalan. Ia
berganti nama Singa Dika. Dan sejak itu setiap pewaris pimpinan
graha, bergelar Singa. 616 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Singa Dika mempunyai senjata ampuh yani pecut pusaka yang
diberi nama pecut Samandika. Konon kabarnya, pecut itu terbuat
daripada urat-urat seekor ular naga. Apabila diayunkan maka
menggelegarlah letupan nyaring di udara macam suara naga
meringkik. Daya kesaktiannya, semangat lawan akan pecah
berantakan mndengar bunyi pecut itu dan apabila mengenai
tubuh lawan, pasti lawan akan lumpuh tenaganya.
Singa-graha demikian nama graha yang didirikan Singa Dika,
makin lama makin banyak anak muridnya dan pengaruhnyapun
makin luas. Sudah menjadi sifat manusia, selalu tak kenal puas.
Singa Agni, pimpinan Singa-graha angkatan yang ketiga, menjadi
lupa diri. Merasa tiada yang melawan dan mempunyai pengaruh
besar maka dia berani menyerang kerajaan Wengker. Rupanya
menjadi ketua graha masih belum mulia jika belum menjadi raja
Tetapi rencananya itu berantakan manakala raja Wengker
dengan dibantu oleh Matahun segera mengadakan serbuan
besar-besaran dengan mengerahkan segenap kekuatan prajuritnya. Singa-graha diobrak-abrik dan banyak warganya
yang ditumpas. Singa Agnipun tewas dalam pertempuran.
Isteri Singa Agni berhasil diselamatkan oleh seorang pengawal
kepercayaan Singa Agni. Waktu itu isteri Singa Agni sedang
mengandung. Dan kemudian melahirkan seorang putera. Karena
tubuhnya kecil dan berpenyakitan maka anak itu dinamakan
Kunting. Setelah dewasa, anak itu diberi dua buah benda pusaka
peninggalan ayahnya "Kunting, pelajarilah kitab ini dengan
sepenuh hatimu. Semua ilmu kesaktian ayahmu berada dalam
kitab ini. Dan ini angger, pecut milik ayahmu. Pecut pusaka
Samandika" demikian pesan ibunya.
Dengan tekun dan penuh kesungguhan hati, akhirnya Kunting
berhasil memiliki ilmu kesaktian, diantaranya ilmu bermain pecut,
peninggalan ayahnya. Kemudian atas restu ibunya, dia bergelar
Singa Kunting. Singa Kuntingpun mendengar tentang wara-wara
sayembara di Kahuripan. Maka dia segera menuju ke Kahuripan.
617 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti Gagak Pratala dia juga mempunyai rencana yang sama
terhadap Sambu. Akan diri Pamintih, pemuda yang berwajah cakap itu, dia
murid seorang resi di gunung Giri. Setelah mengaji segala ilmu
keprajuritan dan ulah kanuragan, pada suatu hari resi Girisoka,
demikian nama resi itu, memanggil muridnya "Pamintih" ujarnya
"sudah tiba waktuya aku harus memanggil engkau untuk
menghadapi saat- saat seperti ini"
Pamintih terkejut. Namun ia mendengarkan dengan penuh
perhatian akan ujar gurunya. Ternyata resi tua itu mengatakan
bahwa hari itu adalah hari yang terakhir bagi mereka "Segala
ilmu yang kumiliki, telah kuwariskan kepadamu. Dan kini engkau
harus turun gunung untuk mengamalkan ilmu itu demi
kesejahteraan praja dan bangsa"
Berbanyak-banyak kata yang diwejangkan resi itu kepada
Pamintih. Tetapi yang paling mengejutkan pemuda itu adalah
keterangan gurunya yang terakhir "Ketahuilah, Pamintih,
sesungguhnya aku ini bukan ramamu. Siapa orangtuamu akupun
tak tahu jelas tetapi kupercaya engkau tentu keturunan orang
berpangkat" Atas pertanyaan Pamimih maka resi itu menceritakan asal
mula ia dapat membawa Pamintih ke gunung. Ternyata pada
waktu itu terjadi perang besar antara prajurit-prajurit Tartar
dengan pasukan raden Wijaya.
Raja Kubilai Khan telah mengirim pasukan ke Jawadwipa
untuk menghukum raja Kertanagara dari Singasari yang telah
menghina utusannya, Mengki. Tetapi saat itu telah terjadi
perobahan. Kerajaan Singasari telah hancur diserang raja
Jayakatwarg dari Daha. Atas anjuran adipati Wiraraja, raden
Wijaya mengabdi kepada Daha dan diberi hutan Terik agar
dibuka. Terik yang kemudian diganti dengan nama Wil-watikta
atau Majapahit makin lama makin berkembang maju. Pada saat
itu datanglah pasukan Tartar untuk menghukum
raja 618 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertanagara. Dengan cerdik raden Wijaya telak menyalurkan
kekuatan pasukan Tartar itu untuk menggempur Jayakatwang di
Daha. Akhirnya Daha dapat dikalahkan. Dalam suatu perjamuan
untuk merayakan kemenangan itu, prajurit2 Tartar diserang
habis-habisan oleh prajurit raden W ijaya sehingga mereka lari
dengan banyak meninggalkan korban. Sepanjang perjalanan lari
ke Ujung Galuh, prajurit-prajurit Tartar melampiaskan dendam
kemarahannya kepada rakyat dan pembesar daerah yang
kebetulan dilalui. Bandar Ujung Galuh dibakar dan rakyat
dibunuh-bunuhi. Sebelum melayarkan perahunya, mereka telah
melampiaskan dendam kesumatnya.
Kepala daerah Ujung Galuh, tumenggung Panji Saprang, te lah
dibunuh, rumahnya dibakar, keluarganya tercerai berai tak
ketahuan nasibnya. Diantara reruntuh sebuah bandar yang telah
dibakar dan meninggalkan puing-puing bangunan dan sosok-
sosok mayat, resi Girisoka menemukan sebuah bayi yang
terbungkus kain putih ditepi jalan. Ternyata bayi itu masih hidup
tetapi s iapa orangtuanya tak diketahui. Tentulah diantara mayat-
mayat yang berserakan itu terdapat orangtuanya tetapi sukar
untuk mencarinya dan resi Giripun tak mengenal siapa orangtua
bayi itu. Atas dasar rasa kemanusiaan maka bayi itupun segera
dibawa pulang ke gunung. Dan kini duapuluh lima tahun
kemudian barulah resi Giri membuka rahasia itu kepada Pamintih.
"Pergilah engkau ke Kahuripan, di sana sedang diselenggarakan sayembara besar. Mudah-mudahan engkau
berhasil memenangkan sayembara itu. Tetapi baik berhasil
maupun gagal, yang penting engkau harus mencari pengalaman,
melakukan dharma ksatrya, mengamalkan ilmumu dan yang
penting pula carilah siapa sebenarnya orangtuamu itu. Karena
tiada hal yang lebih menyedihkan daripada yang paling
menyedihkan apabila seseorang tak tahu siapa orangtuanya.
Karena orangtua itulah sumber yang telah dipercaya oleh Hyang
Purbengwisesa untuk melahirkan engkau" Airmata Pamintih
mengalir deras. 619 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan menangis, angger. Pantang bagi seorang ksatrya
untuk meluluhkan airmata karena hal itu akan mengurangi daya
kekebalan kulitmu" kata resi Giri. Kemudian dia menyerahkan
sebuah gelang kepada Pamintih "Gelang ini bukan dari emas,
bukan pula dari logam berharga melainkan dari batu zamrud
merah. Ketika aku membawamu, ternyata tanganmu memakai
gelang ini. Tetapi anehnya hanya satu yalah pada tangan kirimu.
Sedang tangan kananmu tidak memakai gelang. Nah, terimalah
gelang zamrud ini, siapa tahu angger, mungkin benda ini akan
menjadi sarana engkau dapat bertemu dengan orangtua atau
saudaramu" Pamintih tak mau pergi. Dia berat sekali untuk meninggalkan
resi yang juga menjadi ayah dan gurunya. Tetapi keesokan
harinya ketika ia mengantarkan minuman ke tempat gurunya,
ternyata resi Giri sudah moksha. Demikian setelah selesai
memperabukan jena-sah rama gurunya, Pamintih segera menuju
ke Kahuripan. Tepat pada saat itu dia melihat Gagak Pratala
sedang merebut kotak lencana dari tangan Sambu dan Gagak
Pratalapun dihajar oleh cambuk Singa Kunting. Melihat perbuatan
Singa Kunting, iapun marah dan terus menyerang Singa Kunting
ketika hendak menyambar kotak kumala itu. Dia ingin tahu apa
sesungguhnya yang berada dalam kotak itu tetapi pada saat dia
hendak mengambil, diapun diserang oleh lelaki gagah yang
mengaku bernama Birawa. Mengenai Birawa, lelaki yang bertubuh gagah perkasa itu, dia
sesungguhnya seorang buyut desa. Tetapi pada suatu hari
karena difitnah, ia telah ditangkap dan dihukum oleh demang
atasannya. Duapuluh kali dirangket dengan rotan, menyebabkan
tubuhnya berlumuran darah. Tetapi dia memang sakti dan
memiliki daya-tahan yang hebat. Malam itu dia berontak,
membunuh demang dan terus melarikan diri. Ia mengembara ke
mana-mana tanpa tujuan sampai pada akhirnya ia mendengar
tentang sayembara di Kahuripan. Bergegas langkah ia menuju ke
Kahuripan. Setelah mendengar keterangan tentang peristiwa
620 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aneh di Waringin Pitu, dia marah. Memang dia tipis telinganya
apabila mendengar perbuatan yang tidak layak. Tepat ketika
sampai di tengah jalan, dia melihat keributan yang terjadi
diantara Sambu, Gagak Pratala, Singa Kunting dan Pamintih. Dia
mengira Pamintih juga manusia curang maka segera diserangnya
waktu Pamintih hendak mengambil kotak lencana itu.
Demikian sekelumit asal usul keempat orang yang
menghadang Sambu. Tetapi diantara mereka sudah tentu Sambu
yang paling menderita. Oleh karena itu dia juga yang paling
marah. Namun ia agak bingung juga untuk menentukan
tindakan, siapakah yang harus diserangnya. Jika menyerang
Gagak Pratala yang telah menyiasati itu, dia kuatir ketiga orang
yang lain akan merebut kotak lencana itu. Dengan demikian dia-
pun terhanyut dalam pertimbangan yang sama dengan keempat
orang itu. "Gagak Pratala, apa yang engkau kehendaki?" akhirnya ia
berseru menegur orang yang pertama merebut kotak lencana.
"Terus terang, aku menghendaki kotak lencana itu" sahut
Gagak Pratala.

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Silakan ambil"
"Ha" Gagak Pratala mendengus.
"Dan kalian ki sanak bertiga. Bukankah kalian juga
menginginkan kotak itu, silakan ambil" seru Sambu kepada ketiga
orang yang lain. Ketiga orang itu tidak menjawab melainkan mendesuh,
menyengir dan menyeringai.
"Kotak itu milikmu, bukan" Mengapa tidak engkau ambil
sendiri ?" balas Singa Kunting dengan nada mencemoh.
"Baik" sahut Sambu "kita masing-masing tentu mempunyai
pertimbangan yang sama. Siapapun takut untuk mengambil
621 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kotak itu. Lalu apakah kita harus menunggu terus dalam keadaan
begini ?" Lambat sekali baru terdengar salah seorang yani Singa
Kunting berseru "Sudah tentu tidak, lalu bagaimana caramu ?"
"Aku mempunyai cara" kata Gagak Pratala "walaupun kalian
boleh menganggap cara itu seperti kanak-kanak, tetapi ada
kalanya cara kanak-kanakpun dapat kita lakukan apabila sesuai
dengan keadaan dan tempat"
"Benar" sahut Singa Kunting pula "bukankah kita juga bekas
anak2 ?" Bahwa dalam menghadapi saat-saat setegang itu masih dapat
pula Singa Kunting berseloroh, menyebabkan beberapa orang itu
tersenyum dalam hati. Sesaat suasana tampak bukan lagi seperti
lawan yang sedang saling berhadapan, melainkan menyerupai
sekawan sahabat yang sedang berbincang-bincang akrab.
"Katakanlah, ki sanak" seru Birawa.
"Kita berlima tinggalkan tempat ini, ke sana" ia menunjuk
pada sebidang tanah datar yang kosong lebih kurang duapuluh
tombak jauhnya "dan di sana mari kita selesaikan persoalan ini
secara ksatrya. Kita adu kesaktian, siapa yang menang dialah
yang berhak memiliki kotak lencana itu"
"Bagus" sambut Singa Kunting serentak "aku setuju"
"Tetapi bagaimana cara kita akan saling berhadapan " Adakah
kita berlima bertempur secara serempak ?" tiba-tiba Birawa yang
gagah perkasa bertanya. "Setuju" kembali Singa Kunting berteriak "cara bertempur
semacam itupun baik juga"
Gagak Pratala tertawa. Diam-diam ia dapat menduga apa
sebab Singa Kunting menyetujui cara itu. T entulah orang pendek
622 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu hendak menggunakan cambuk. Cambuk sejata yang panjang,
mudah digunakan untuk menghajar lawan.
Gagak Pratala merogoh ke dalam baju lalu tiba-tiba tangannya
diayunkan ke arah sebatang pohon, lebih kurang pada jarak dua
tombak. Terdengar bunyi gemercik macam hujan mencurah dan
sesaat kemudian serumpun daun berguguran jatuh ke tanah
"Lihatlah ki Singa Kerdil, betapa daun-daun itu berguguran
bertaburan pasir hi'am yang kulontarkan. Segera saja engkau
hapus impianmu bahwa cambukmu itu merupakan senjata yang
paling sakti" "Ih" mulut Singa Kurting mendesis. Diam-diam ia terkejut
namun mulut masih mencemoh "pernah waktu berjalan di tengah
tegai aku terterkam hujan lebat. Tetapi aku nekad berjalan. Dan
orang di rumah terkejut karena melihat pakaian dan tubuhku
kering kerontang. Nah, ki Gagak Pratala, tahukah engkau apa
sebabnya ?" "Hm" Gagak Pratala hanya mendesuh.
"Karena aku membawa cambuk ini" sahut Singa Kunting
dengan sikap angkuh "sepanjang perjalanan kumainkan cambuk
ini dan ternyata air hujan itu tak dapat mencurah ke tubuhku"
Merah muka Gagak Pratala. Jelas Singa Kunting hendak
menjawab tegurannya dengan cara yang pintar.
"Ki sanak" tiba-tiba Pamintih yang sejak tadi diam, saat itu
membuka suara "bagaimana kalau sekarang kita saksikan, mana
yang lebih hebat, pasir hitam atau pecut. Silahkan ki sanak
berdua mulai mengadakan pertandingan itu"
Apabila Gagak Prataia tertegun tidaklah demikian dengan
Singa Kunting yang terus mendengung "Uah, uah, pintar juga
engkau, pemuda bagus Walaupun jelas burung gagak itu tak
dapat menandingi singa, tetapi untuk menerkam burung gagak
tentulah memakan waktu yang cukup lama kaena burung itu
dapat terbang. Dan selama dalam waktu itut tidakkah ergkau
623 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai kebebasan untuk menyambar kotik itu" Ah, jangan
kira bahwa yang pintar itu hanya engkau sendiri, anak bagus.
Omng lainpun punya pikiran juga"
"Jika begitu" sahut Pamintih "mengapakah kalian jual kata-
kata kosong membanggakan senjata kalian ?"
"Benar" sambut Birawa "kalau mau memberi saran untuk
menyelesaikan persoalan ini, lekaslah katakan, jangan bicara
yang tidak berguna. Soal senjata siapa yang lebih sakti, nanti
dapat dibuktikan, tak perlu harus digembar-gemborkan dulu"
Singa Kunting menyeringai dan Gagak Pratalapun segera
menjawab "Baik. Tentang cara bertempur, siapa harus lawan
siapa, sebaiknya kita undi saja. Siapa yang mendapat angka satu,
dia yang maju dulu menghadapi yang mendapat angka dua.
Kemudian siapa yang menang harus berhadapan dengan angka
tiga, kemudian empat dan terakhir lima"
"Setuju !" kembali Singa Kunting melantang.
"Apa yang engkau setujui ?" tanya Gagak Pratala.
"Sudah tentu menyetujui usulmu itu, mengapa engkau
bertanya lagi ?" Singa Kunting agak geram.
"Ya, tetapi aku belum mengatakan selengkapnya. Misalnya,
bagaimana cara pertempuran itu. Pakai senjata atau dengan
tangan kosong " Sampai mati atau cukup kalau sudah rubuh saja
?" "Gagak" teriak Singa Kunting mulai meradang karena dirinya
dipermainkan kata "saat ini kita bukan adu lidah tetapi hendak
adu kesaktian. Kalau mau mengusulkan, katakan sampai lengkap,
jangan memancing-mancing kesalahan ucap orang"
"Apa yang harus kukatakan lagi ?" bantah Gagak Pratala
"bukankah hal itu sudah kusebutkan " Hayo sekarang engkau
yang harus menjawab, dengan cara bagaimana pertempuran itu
akan dilangsungkan?"
624 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan senjata" sahut Singa Kunting.
"Sampai mati " hanya cukup kalau sudah rubuh?"
"Apabila perlu, boleh sampai mati karena pedang dan tombak
tak bermata dan tak kenal kasihan. Tetapi apabila lawan sudah
menyatakan kalah, harus berhenti" kata Singa Kunting.
"Hm, baik sekali" sambut Gagak Pratala lalu bertanya kepada
ketiga orang yang lain "bagaimana pendapat kalian?"
Pamintih tenang menjawab "Yang penting bukan cara tetapi
sikap kita. Setiap cara yang bagaimanapun digemborkan sebagai
ksatrya, kalau sikap orang tidak ksatrya, apa yang harus
dikatakan lagi ?" "Setuju" seru Birawa "maka siapa yang bertindak curang,
harus kita bunuh" Gagak Pratala mengangguk "Baik, karena kalian sudah
menyetujui, marilah segera kita laksanakan"
Dia terus ayunkan langkah, demikian pula Singa Kunting,
Pamintih dan Birawa. Tiba-tiba Singa Kunting merasa sesuatu
yang ganjil, dia berpaling dan serentak berteriak "Hai, engkau,
mengapa engkau diam saja ?"
Yang ditegur itu Sambu. Putera adipati Sadeng itu memang
tetap tegak di tempatnya "Mengapa aku harus ikut kalian ?"
"Gila" Singa Kunting berhenti dan menghampiri "bukankah kita
sudah menyetujui untuk menyelesaikan persoalan ini dengan
cara ksatrya ?" "Siapa yang engkau maksud dengan kita ?"
"Lho, sudah tentu kita semua"
"Kecuali aku" tukas Sambu.
"Engkau hendak ingkar?"
625 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa yang ingkar " Adakah aku telah memberikan
persetujuanku ?" Singa Kunting tergugu. Memang Sambu diam saja selama
beberapa orang menyatakan pendapatnya tadi "Maksudmu
engkau tak setuju ?" Singa Kunting menegas.
"Aku tidak menolak pun juga tidak setuju" jawab Sambu
"artinya, aku berada diluar persetujuan kalian itu. Terserah kalian
mau berbuat apa, aku takkan ikut campur"
Singa Kunting membelalak "Engkau putera adipati mengapa
mulutmu lancung ?" "Lutung" Sambu menirukan kata makian yang digunakan
Gagak Pratala terhadap Singa Kunting "benda itu adalah milikku
yang kuperoleh dari tapa-semedhiku. Mengapa aku harus ikut
memperebutkan lagi" Tidak, Lutung, silakan kalian bertempur,
siapa yang menang akan berhadapan dengan aku"
"Engkau curang, anak adipati" Singa Kunting menggeram
"kalau kami berempat bertempur, sekalipun yang menang sendiri
tentu juga akan terluka atau mungkin mati. Tetapi yang paling
jelas, tenaga dan kekuatan tentu sudah lelah. Berhadapan
dengan engkau berarti hanya mengantar kekalahan saja"
"Itu sudah selayaknya. Bukankah aku juga berhari-hari harus
menyiksa diri bertapa di Waringin Pitu ?" jawab Sambu.
"Raden Sambu" Gagak Pratalapun menghampiri "jika demikian
apakah raden menghendaki agar keadaan ini tetap begini ?"
"Gagak Pratala" Sambu menggeram "jika dalam keadaan lain,
saat ini engkau tentu sudah kuhajar"
"O, karena aku mencegat engkau dan merebut kotak lencana
itu " Ha, ha, aku hanya kebetulanorang yang pertama muncul.
Tetapi andaikata aku tak ada, bukankah Singa Kerdil, pemuda itu
dan orang gagah perkasa itu juga akan mencegat perjalananmu?" 626 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan banyak mulut!" Sambu menghantamnya. Gagak
Pratala terkejut dan loncat ke samping. Singa Kunting yang
berada di belakangnyapun cepat loncat menghindar. Dengan
demikian pukulan Sambu menemui angin kosong. Tetapi putera
adipati itu tak kecewa karena saat itu diapun terus menerjang ke
muka hendak mengambil kotak lencana. Tetapi saat itu juga
cambuk bergetar dan Sambupun terpaksa harus menyingkir.
Lambat sedikit dia tentu akan menderita kehancuran seperti
tanah yang terkena hajaran cambuk itu.
Peluang karena Sambu loncat menyingkir itu segera diisi oleh
Birawa yang nekad menerjang ke tengah hendak mengambil
kotak. Tetapi pada saat itu juga Pamintih loncat menerkam.
Birawa terkejut. Dia cepat berbalik tubuh dan silangkan kedua
taigan untuk menangkis, krak .... dua kerat tulang beradu dan
keduanyapun tersurut langkah ke belakang. Tar, tar, belum
sempat keduanya untuk memperbaiki pertahanan diri, pecut
Samandika menggeletar di udara, menghamburkan sinar kilat
yang dahsyat. Tetapi Birawapun sudah siap melindungi tubuhnya
dengan gada sementara Pamintih mengeluarkan pedang.
Keduanya berhasil lolos dari hajaran cambuk dan masing
masingpun segera loncat ke tepi lingkaran.
Tiba-tiba timbul pikiran Gagak Pratala. Ia ayunkan tangan
menabur segenggam pasir hitam kepada Singa Kunting. Pada
saat Singa Kunting sibuk memainkan pecut untuk menghalau
Jaka Lola 4 Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Senja Jatuh Di Pajajaran 4
^