Pencarian

Sumpah Palapa 13

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 13


orang. Kukenal seorang brahmana, yang dapat mengetahui apa
yang akan terjadi jauh di masa-masa mendatang. Dan jangan
lupa, bukankah engkau sudah menyaksikan kesaktian dari
brahmana dapat menampar hancur segunduk batu besar tadi?"
756 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, itu ilmu kesaktian yang tergolong ilmu kedigdayaan sakti"
"Demikian juga dengan daya yang diperoleh seorang sakti
dalam ilmu penyembuhan penyakit dan lain2"
Dalam pada berbicara itu tiba-tiba mereka melihat sebuah
pemandangan yang mengejutkan. Sedemikian ngeri sehingga
bekel Panjar menjerit keras "Hai, jangan!"
Cepat bekel prajurit itu larikan kudanya menghampiri seorang
lelaki muda. Masih pada jarak dua tombak dia ayunkan
cambuknya, tarrrr .... Apakah yang telah terjadi " Ternyata bekel Panjar yang
memimpin rombongan pasukannya di muka melihat seorang
lelaki muda tengah ayunkan ujung pedangnya untuk menusuk
dadanya sendiri. Bunuh diri rupanya. Siapa pemuda itu dan apa
sebab dia hendak bunuh diri, bukan soal bagi bekel Panjar. Yang
penting dia harus menyelamatkan jiwa pemuda itu. Ayunan
cambuknya tadipun ditujukan pada batang pedang pemuda itu.
Ujung cambuk tepat menampar batang pedang, sehingga
walaupun pedang masih digenggam tangan si pemuda tetapi
gerakan hendak menikam dada telah terhalang.
Bekel Panjar loncat dari kudanya "Siapa engkau ki sanak"
Mengapa engkau hendak bunuh diri?"
Lelaki muda itu bertubuh tegap dan gagah. Sayang sinar
matanya tampak pudar seperti layu semangat "Mengapa engkau
menghalangi aku?" dia balas bertanya dengan nada hambar.
"Aku prajurit kerajaan yang menjaga keamanan dan
keselamatan negara serta kawula. Maka wajiblah aku mencegah
perbuatanmu itu" sahut bekel Panjar.
"Aku tak membunuh orang tetapi membunuh diriku sendiri!
Adakah undang-undang melarang orang bunuh diri?"
Bekel Panjar terkesiap namun ia segera dapat menjawab
"Yang penting bukanlah undang-undang tetapi kesejahteraan
757 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hidup. Karena pada hakekatnya undang -undang negara adalah
untuk mengatur, melaksanakan dan mengamankan kesejahteraan hidup kawulanya. Mengapa engkau hendak
berbuat senekad itu?"
Pemuda itu tak menyahut melainkan menatap bekel Panjar.
"Ki sanak, memang undang-undang tak melarang orang
hendak bunuh diri. Tetapi bunuh diri suatu perbuatan pengecut.
Suatu pelarian dari tanggung jawabmu sebagai manusia kepada
Hyang Widdhi, kepada negara, kepada orangtua, kepada anak
isteri dan yang terpenting kepada dirimu sendiri. Engkau berdosa
kepada Hyang Purbengwisesa yang memberi hidup kepadamu.
Hanya Dia yang kuasa untuk mengambil. Jika engkau membunuh
dirimu, berarti engkau menolak titah Hyang Widdhi Agung"Masih
lelaki muda itu diam. "Ki sanak" kata bekel Panjar dengan nada agak mereda
ketegangannya "katakanlah, apa sebab engkau hendak
mengambil keputusan yang sehina itu" Aku prajurit, pelindung
rakyat, pembela negara. Aku berjanji akan membantu
kesukaranmu" Lelaki muda itu gelengkan kepala "T ak mungkin"
"Tak mungkin" Mengapa" Apakah engkau merasa telah
melakukan suatu dosa yang tak berampun, membunuh orang
misalnya" "Tidak" "Apakah engkau kecewa menderita sesuatu dalam hidupmu"
Engkau gagal mencapai cita-cita, engkau ditolak oleh seorang
dara, engkau ...." "Tidak" "Tidak" Lalu spa yang menyebabkan engkau mengambil jalan
sesingkat itu?" 758 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki bekel, mengapa engkau menaruh perhatian sekali kepada
diriku" Apakah kerugian negara dan apa pula kerugianmu,
apabila aku mati?" "Negera rugi atau tidak, tergantung dari peribadimu sendiri, ki
sanak. Jika engkau seorang kawula yang baik, tentu saja negara
akan rugi kehilangan kawulanya. Negara dan kawula, ibarat
tanah dengan biji benih. Bji takkan tumbuh tanpa tanah. Tetapi
tanah takkan subur tanpa biji. Kecuali engkau seorang
penghianat, seorang pengacau, memang negara takkan merasa
kehilangan. Mengenai aku dan kerugianku, memang aku tidak
kehilangan tetapi rugi"
"Apa arti kata-katamu?"
"Dari segi ikatan keluarga dan kawan, aku tak kenal engkau,
dengan begitu akupun tak merasa rugi atas kcmatianmu. Tetapi
sebagai seorang prajurit, aku merasa malu dan tercemar namaku
karena tak mampu mencegah dan melindungi seorang kawula
yang sedang ditimpa kemalangan. Dan masih ada lagi yang tak
kurang penting, sebagai seorang manusia terhadap sesama
manusia, aku rugi karena mengingkari rasa peri-kemanusiaanku.
Dan sebagai sesama bangsa, sesama kawula negara, aku merasa
kehilangan seorang kawan dalam memperjuangkan kepentingan
negara dalam segala bidang"
Rupanya tertarik juga lelaki muda itu akan uraian kata bekel
Panjar. Ia mengakui kebenaran pandangan bekel itu "Ya, engkau
benar, ki bekel. Terima kasih atas perhatianmu kepadaku. T etapi
ah, apa guna manusia semacam aku harus hidup di dunia ...."
"Ki sanak" teriak bekel Panjar "apakah persoalanmu" Apakah
engkau mempunyai musuh" Atau memiliki dendam kesumat?"
"Tidak, ki bekel. Aku hanya malu"
Bekel Panjar terkesiap "Malu " Apa yang menyebabkan engkau
malu" Katakanlah, mungkin rasa malu yang menghinggapi
perasaanmu itu kurang tepat caramu menanggapi"
759 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki bekel" seru pemuda itu tiba-tiba dalam nada yang keras
"jika engkau sebagai seorang saudara tak mampu membalaskan
dendam saudaramu, apakah engkau tak malu menjadi manusia"
Jika engkau sebagai seorang murid tak dapat mentaati pesan
gurumu, masih berhakkah engkau hidup lagi?"
"Sepintas memang demikian. Tetapi setiap persoalan dapat
dipandang dari berbagai segi" kata bekel Panjar "ya, sekarang
aku tahu. Bukankah engkau mempunyai musuh dan karena
engkau gagal membalas musuh itu engkau kecewa, malu lalu
hendak bunuh diri?" Lelaki muda itu mengiakan.
"Salah" teriak bekel Panjar "coba jawablah. Setelah engkau
bunuh diri, adakah engkau anggap sudah dapat melampiaskan
dendam kepada musuhmu" Tidakkah hal itu kebalikannya engkau
sudah menyerah kepada musuhmu" Hidup itu panjang dan
dendam itu tiada berkeputusan. Selama engkau masih hidup,
bukankah engkau masih mempunyai harapan untuk menghimpaskan keinginanmu itu?"
Lelaki muda itu tertegun. Diam-diam ia menerima kata kata
bekel Panjar sebagai suatu kenyataan. Tetapi kembali suatu
bayang-bayang melintas dalam cakrawala ingatannya "Ah, benar
katamu ki bekel. Memang aku gagal untuk membalas dendam'
kematian adikku Jika aku bunuh diri berarti aku menyerahkan
kematian saudaraku itu kepada musuh, bahkan akupun
menyerahkan nyawaku kepada rasa dendam itu"
"Bagus, ki sanak" bekel Panjar gembira.
"Tetapi aku tetap mengingkari pesan guru"
"Apa pesan gurumu?"
"Lihailah ini" tiba-tiba lelaki muda itu menunjukkan pedang
"bukankah batang pedang ini telah bengkok?"
760 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bekel Panjar memandang pedang itu. Memang separoh dari
batang pedang itu telah bengkok "Ya, lalu kenapa" Apakah
engkau habis bertempur dengan orang?"
"Ya" "Musuhmu?" "Kurasa memang dia"
"Engkau rasa" Apakah engkau tak tahu pasti dia itu musuhmu
atau bukan?" "Aku belum pernah melihatnya"
"O" bekel Panjar mendesuh kejut dan heran "engkau belum
pernah mengetahui musuhmu tetapi engkau sudah bertempur
dengan dia" Ki sanak, aku benar-benar tak mengerti ucapanmu"
"Begini" lelaki muda itu bercerita.
Dia bernama Joko Pasuruh dari gunung Arjuna, berguru pada
resi Pramu. Dia mempunyai saudara kembar yang bernama. Joko
Pasirih. Mendengar berita bahwa Kahuripan mengadakan
sayembara, barang siapa dapat menemukan pusaka Garuda
mukha dari prabu Airlangga, akan diangkat sebagai suami Rani
Kahuripan, tergeraklah hati Pasuruh dan Pasirih. Keduanya
menghadap sang resi untuk minta idin T etapi resi Pramu geleng-
geleng kepala "Pasuruh dan Pasirih, apa yang menggerakkan
hatimu untuk ikut dalam sayembara itu?"
Pasuruh menyatakan bahwa dia ingin mengabdikan ilmu yang
telah diperoleh selama berguru kepada sang resi, demi
kepentingan negara. Pasirihpun demikian pula. Bahkan dia
menambahkan, apabila berhasil menemukan pusaka itu, tidakkah
dia akan memperoleh ganjaran besar, menjadi suami dari Rani
Kahuripan. Resi Pramu mengangguk "Benar, memang ilmu harus
diamalkan demi mengayu-hayuning bawana, demi kepentingan
761 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
negara dan kawula. Tetapi tidakkah melalui jalan lain kecuali
dengan ikut serta dalam sayembara itu, kalian kelak juga dapat
mengamalkan ilmu?" "Tetapi guru resi" kata Pasirih "kesempatan seperti yang
terjadi di Kahuripan saat ini, jarang sekali. Mungkin selama hidup
hamba, hamba takkan bersua pula dengan kesempatan seperti
itu" Resi Pramu mengangguk-angguk "Kutahu apa yang
terkandung dalam hatimu Pasirih. Tetapi saat ini, terus terang,
ilmu yang kalian teguk, masih belum cukup. T unggulah beberapa
tahun lagi, apabila kuanggap saat-nya sudah tiba, maka akan
kusuruh kalian turun gunung"
Pasuruh yang lebih sabar perangai, dapat menerima nasehat
gurunya. Tetapi Pasirih menyanggah "Duh, guru sesembahan
hamba. Bukan hamba berani menentang perintah paduka, guru.
Tetapi hamba mempunyai pandangan lain. Bahwa dalam
sayembara itu, tidaklah diperlukan suatu ilmu. kesaktian yang
tinggi. Karena sayembara itu bukan sayembara mengadu ilmu
krida kanuragan atau jaya kawijayan, melainkan hanya
menemukan pusaka dari sang prabu Airlangga"
"Dan karena itu maka engkau menganggap mudah untuk
melaksanakannya?" "Mohon guru memberi ampun atas kelancangan kata hamba
yang picik ini. Tidakkah demikian keadaannya?" kata Pasirih.
Resi Pramu, mengangguk-angguk "Jika engkau berlandaskan
pada pendirian bahwa ilmu itu harus diamalkan maka demikian
tadi nasehatku. Namun apabila engkau Pasirih, begitu terpikat
akan ganjaran dari sayembara itu, maka lain pulalah kataku"
"Bapa guru, hamba mohon petunjuk paduka"
"Pasirih" kata resi Pramu "kepada titahNYA, Hyang Widdhi
Agung sudah menggariskan jalan hidupnya. Mengapa setiap titah
762 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dewata, tidak sama kodrat hidupnya " Itulah rahasia agung yang
tak mungkin diketahui manusia. Hanya Hyang Purbenggesanglah
yang maha tahu" Berhenti sejenak maka resi Pramu melanjutkan pula "Para
priagung yang ditakdirkan sebagai pangeran, raja, maha resi dan
sebagainya, hanyalah menjalankan titah daii yang memberi
hidup" "Tetapi bapa resi, bukankah kita tak tahu sebelumnya
bagaimana kodrat hidup kita, sebelum kita berusaha untuk
melaksanakan apa yang kita cita'kan"
"Benar Pasirih" kata resi Pramu "manusia dibenarkan berusaha
tetapi ketentuan adalah pada wewenang Sang Hyang Wenang"
"Jika demikian, bapa guru, apakah hamba menyalahi takdir
hidup hamba apabila hamba mencobaikut dalam sayembara itu?"
"Selama usahamu itu berjalan menunut sarana yang wajar
dan jujur, engkau dibenarkan. Tetapi eng-kaupun harus ingat,
bahwa janganlah engkau memaksa diri, memaksa dengan
kekerasan atau tindak yang tidak wajar dan tidak jujur apabila
engkau gagal dalam usahamu itu. Itulah memaksa namanya dan
setiap paksaan tentu mengandung pencemaran dari nafsu
keinginan yang buruk. Setiap pencemaran adalah klesa dan
setiap klesa akan menerima akibat"
"Terima kasih, bapa resi" kata Pasirih "jika demikian halnya
bukankah paduka berkenan merelakan, hamba untuk turun
gunung menuju ke Kahuripan?"
"Telah kukatakan, Pasirih" kata resi Pramu "kodrat Prakitri tak
mungkin dipungkiri. Calon yang akan menjadi suam i seorang
Rani, adalah seorang titah yang linuwih, yang telah diberkahi
dengan restu dewata sebagai sarana untuk menegakkan pusara
hayuning bawana" 763

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bapa resi, adakah menurut wawasan bapa, hamba ini tidak
mungkin mendapat restu dewata untuk menjadi priagung suami
sang Rani?" Resi Pramu gelengkan kepala "Om awighnam astu. Semoga
rahayu sejahtera. Padamkanlah kiranya keinginanmu itu
walaupun engkau diwenangkan untuk berusaha, anakku. Garis-
garis Isywara tiada menjangkau kepadamu"
Dengan ucapan itu resi Pramu memperingatkan bahwa ksatrya
calon suami Rani Kahuripan itu seorang ksatrya linuwih pilihan
dewata. Dan Pasuruh maupun Pasirih bukan pilihan dewata.
Pesuruh yarg sudah menghayati nasehat gurunya, menerima itu
sebagai suatu kenyataan. Tetapi tidak demikian dengan Pasirih.
Walaupun ia mengiakan dihadapan sang reti, tetapi hatiiya tetap
mendendam hasrat yang membara.
Keesokan harinya pertapaan resi Pramu geger karena Pasirih
menghilang. Pasuruh melaporkan hal itu kepada resi Pramu dan
minta idin hendak menyusul saudaranya tetapi dicegah sang resi
"Segala sesuatu memang sudah digariskan oleh Hyang Isywara.
Betapapun hendak kita cegah, namun anak itu takkan mundur"
Tetapi Pasuruh tak dapat menahan diri lagi manakala malam
itu dia bermimpi buruk tentang saudaranya. Dalam mimpi itu
seolah Pasirih telah berhasil memenangkan sayembara dan
diangkat sebagi suami Rani. Pasirih menjadi mempelai yang
menghiaskan bunga melati, bakung, cempaka, mawar dan lain-
lain bunga. Tetapi bunga-bunga itu berwarna putih semua.
"Sebenarnya kesemuanya itu sudah kodrat Prakitri hidup
Pasirih. Namun kalau engkau hendak mencarinya, akupun tak
dapat mencegah" kata resi Pramu lalu masuk ke dalam dan tak
lama ke luar dengan membawa sebatang pedang "pedarg ini,
sebuah pedang pusaka yang menjadi lambang dari pertapaan
kita. Dulu pada masa mudaku, pedang ini banyak berjasa dalam
melindungi keselamatanku dan menghancurkan nyali musuh
musuh yang hendak menggangu aku. Sebenarnya demi
764 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keselamatanmu, hendak kuberikan pedang ini kepadamu. Tetapi
...." "Tetapi bagaimana bapa guru?"
"Setiap pusaka yang bertuah tentu menuntut suatu tanggung
jawab yang berat. Sanggupkah engkau memenuhi syaratnya"
"Jika memang demikian sabda paduka, hamba sanggup
memenuhi perintah paduka, bapa resi"
"Jangan engkau pergunakan pedang ini terhadap orang yang
tak bersalah. Kedua, jagalah jangan sampai pedang ini jatuh ke
tangan lawan. Apabila pedang ini cacat, bilang atau dapat direbut
lawan, engkau harus menebus dengan jiwamu"
Pasuruh menganggap syarat itu memang berat tetapi memang
layak. Pedang pusaka itu lambang kewibawaan nama guru dan
pertapaan gunung Arjuna. Apabila sampai direbut musuh, berarti
dia telah mencemarkan nama guru dan perguruannya. Mati
memang sudah layak. Maka diapun menyatakan kesanggupannya. Tiba di Kahuripan dia segera mendengar tentang ksatrya-
ksatrya yang menjadi korban dari perbuatan seorang resi tak
dikerjai. Dia terkejut dan menuju ke tempat peristiwa itu. Bukan
kepalang kejutnya waktu didapati bahwa diantara beberapa
korban itu terdapat juga Pasirih. Pasirih telah mati dibuang dalam
perairan bengawan Brantas.
Pasuruh marah. Dia bersumpah akan menuntut balas
kematian saudaranya itu. Tetapi sampai sekian lama belum juga
ia berhasil menemukan resi itu. Sampai pada akhirnya, hari itu
ketika sedang berkeliling menjelajah telatah Kahuripan dia bersua
dengan seorang brahmana setengah tua. Kecurigaan segera
timbul dalam benak Pasuruh.
"Brahmana, siapakah engkau dan hendak ke manakah
tujuanmu?" tegurnya.
765 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup engkau sebut brahmana saja. Nama tak penting. Aku
seorang brahmana yang sedang menjalankan tapa-brata
mengembara" Bermula terkejut lalu mulai timbul kecurigaan Pasuruh atas
jawzban brahmana itu "Itu suatu jawaban yang samar-samar.
Seorang brahmana harus berani mengatakan hal yang
sebenarnya" "Baik" sahut brahmana itu "aku memang seorang brahmana
yang sedang lelana brata"
"Apa tujuanmu?"
"Mencari rahasia alam loka ini. Apakah angin itu, dimanakah
pusarnya" Mengapa daun berwarna hijau bunga berwarna
merah, kuning. Apakah arti kicau burung" Mengapa semua benda
itu akan rapuh dan tumbuh pula" Dan masih banyak hal-hal yang
gaib dalam alam ini"
"Hm, di sini bukan vihara, bukan candi, bukan pula asrama di
mana engkau akan memberi wejangan, Dan akupun tak
membutuhkan segala wejangan falsafah yang tiada kepentingannya dengan aku"
"Ah" brahmana itu tertawa "wejangan itu berinti falsafah atau
pandangan hidup. Pandangan hidup terdapat disemua benda
besar kecil, kasar lembut dalam jagad raya ini. Bukan hanya di
vihara atau di candi tempatnya. Engkau bertanya dan aku
memberi jawaban. Bahwa jawaban itu tiada mempunyai
kepentingan dengan keinginanmu, bukan salah jawaban itu tetapi
karena tidak sesuai dengan seleramu. Jawabanku adalah
kepentingan seluruh alam, seleramu hanya kepentingan
keinginanmu peribadi"
"Brahmana, jawablah yang jujur" seru Pasuruh makin bengis
"bukankah engkau resi yang sering mengganggu para ksatrya
yang ikut serta dalam sayembara keranian Kahuripan?"
766 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brahmana itu terkesiap namun cepat ia menghapus kerut
wajahnya "Tidak, ki sanak, aku tak pernah berbuat seperti yang
engkau tanyakan itu"
"Hm" desuh Pasuruh. Diam-diam ia menimang dalam hati.
Tentu takkan mengaku seorang yang bersalah itu apabila tak
terpaksa. Serentak timbul suatu angan-angan yang buruk "Akan
kubuktikan apakah brahmana ini seorang yang berilmu aiau
tidak. Jika dia seorang berilmu, kurasa tentulah dia resi itu"
Brahmana itu heran memperhatikan perobahan cahaya muka
Pasuruh yang mulai bertebaran warna merah. Merah tanda
marah. Tetapi sebelum ia sempat membuka suara, Pasuruh
sudah loncat menyerangnya
"Uh" Pasuruh mendcsuh kejut. Ia mengira tinjunya sudah
mengenai tubuh brahmana itu tetapi ternyata masih kurang
sekilan. Dan herannya, dia tak tahu bagaimana cara brahmana
itu bergerak. Namun karena sudah terlanjur menyerang, diapun
menyusuli pula dengan serangan lain. Tekadnya, belum berhenti
apabila belum berhasil. Tetapi sudah tiga, empat bahkan sampai lima kali ia
menyerang, dengan peningkatan perhatian, kecermatan dan
kecepatan, namun masih tetap gagal jua. Tinju selalu kurang
sekilan dari musuh. "Lembu sekilan" serentak dia teringat akan salah sebuah
ucapan resi guru yang mengatakan bahwa dalam ilmu
kanuragan, ada sebuah ilmu yang disebut aji Lembu-Sekilan,
dimana pukulan selalu terpaut sekilan dari tubuh orang itu.
Pasuruh hentikan serangan, mencabut pedang pusaka
pemberian gurunya "Brahmana, dengan kesaktianmu dalam ilmu
Lembu-Sekilan itu, jelas sudah bahwa engkau bukan sembarangan brahmana. Dan makin jelas, bahwa engkau resi
yang telah membunuh saudaraku"'
767 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aum, semoga sang Tatagatha melimpahkan berkah" seru
sang brahmana "tidak ki sanak, aku tak kenal engkau,
saudaramu dan tak membunuhnya. Engkau khilaf"
Pasuruh tertawa mengejek "Benar, aku memang khilaf
brahmana, tetapi pedangku ini tak pernah khilaf. Dia dapat
mencium bau pembunuh yang berlumuran darah"
"Engkau mau membunuh aku?"
"Hutang jiwa harus bayar jiwa, sang brahmana" seru Pasuruh
tak menghiraukan semua alasan yang di-kemukakan brahmana
itu "bersiaplah untuk membela dirimu agar jangan engkau mati
penasaran" "Saddhu! Saddhu !" ucap sang brahmana sambil berdiri
tenang. Pasuruh membuka serangan dengan ajaran ilmupedang yang
diterima dari sang guru. Menurut gurunya ilmupedang itu disebut
Gebyar-sayuta. Apabila dimainkan pada tataran yang tinggi,
maka pedang itupun akan berhamburan membiaskan cahaya
sejuta kilat. Lawan akan silau dan pecah nyali. Sayang Pasuruh
belum mencapai tataran tinggi dalam ilmu permainan pedang itu.
Namun sekalipun demikian gerak permainannya menimbulkan
pula bunyi yang mendesing-desing dan pancaran sinar berkilau
yang gegirisi. Diam-diam brahmana itu terkejut. Dalam menilai persoalan
yang dihadapi dengan anakmuda itu, jelas tentu terjadi salah
faham. Dia diduga membunuh saudara pemuda itu. Pada hal
jangankan membunuh, kenalpun tidak dengan saudaranya itu.
Diapun sempat memperhatikan bahwa pemuda itu bukan
seorang penjahat melainkan sedang dirangsang dendam kesumat
yang berapi-api. Ilmu permainan pedang Pasuruhpun menimbulkan kesan
kepada sang brahmana bahwa pemuda, itu tentu seorang murid
dari sebuah perguruan yang terkenal. Apabila pemuda itu sampai
768 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tewas, tentulah gurunya akan menuntut balas dan dendam yang
tak pernah diketahui sebabnya itu, tentu akan makin
berkepanjangan. "Dia berbakat baik, cekatan dan tangkas" brahmana
berkelanjutan menilai "aku harus berusaha untuk menyadarkan
dia dengan cara menyelesaikan pertempuran ini tanpa
meninggalkan rasa sakit hati kepadanya"
Cepat pula brahmana itu mendapat akal. Jika ia mengadu
kekerasan tenaga, ia kuatir pemuda itu akan menderita. Maka
dilaksanakanlah sebuah siasat.
"Baik, anakmuda, karena engkau menolak segala keteranganku dan menyerang, terpaksa aku harus membela diri"
katanya seraya mulai menggerakkan tongkat "Sambutlah
anakmuda!" sekonyong-konyong ia melemparkan tongkat kearah
kepala Pasuruh. Pada saat Itu Pasuruh sedang melancarkan sebuah, tusukan
ke perut sang brahmana. Dia terkejut ketika tongkat brahmana
itu me layang ke arah kepalanya. Apabila melanjutkan
tusukannya, kemungkinan ia akan mencapai sasaran. Tetapi
itupun hanya suatu kemungkinan yang belum pasti karena setiap
tusukan, tabasan, babatan dan penggalan pedangnya selalu tak
mengenai walaupun tampaknya akan mengenai. Apabila kali ini
dia gagal lagi, bukankah kepalanya akan terhatam tongkat
brahmana " Tiba-tiba ia gembira atas tindakan brahmana itu. Asal dia
dapat menangkis, bukankah tongkat itu akan terlepas jatuh dan
brahmana tak memiliki senjata apa-apa lagi. Nah, pada saat
itulah dia akan menyerang habis-habisan.
Secepat melihat suatu kesempatan yang menguntungkan itu,
serentak diapun menarik tusukannya dan terus digerakkan ke
atas untuk menangkis tongkat. Tetapi secepat itu pula, hampir
serempak, brahmanapun melangkah maju dan entah bagaimana
769 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia bergerak, tahu-tahu Pasuruh rasakan siku lengannya
dicengkeram dan dipijat sekeras kerasnya.
Pijitan itu menimbulkan rasa kesakitan dan hilangnya daya tenaga
lengannya sehingga ia tak kuasa lagi untuk mencekal tangkai
pedangnya. Ketika brahmana itu lepaskan cengkeramannya, dia terus
menyurut mundur "Ah, brahmana itu membawa dua buah benda.
Tangan kanan menggenggam tongkat, tangan kiri mencekal
pedang." Sebelum Pasuruh sempat tahu apa yang akan dilakukan
brahmana itu, brahmana itupun sudah mengepit tongkat di
bawah ketiaknya, lalu tangan memegang ujung pedang dan terus
ditekuknya, krakkkk .... "Ki sanak, pedangmu hebat sekali, sayang engkau gelap
pikiran" brahmana itu lemparkan pedang yang sudah
melengkung ke hadapan Pasuruh lalu melangkah pergi.
Demikian Pasuruh mengakhiri ceritanya "Kucoba untuk
melempangkan pedang ini tetapi tak berhasil maka aku merasa
malu sekali" "Dan engkau terus hendak bunuh diri?"
"Titah guru harus kutaati"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukankah brahmana itu sudah setengah baya?"
"Ya" "Berwajah terang dan tenang?"
"Ya" "Ah" bekel Panjar menghela napas "jangan engkau malu
karena engkau merasa kalah. Bahkan engkau harus berterima
kasih atas kemurahan hatinya!"
Pasuruh terbeliak "Engkau kenal dia?"
770 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, sebelum bertemu dengan engkau, aku sudah bertemu.
Dia te lah menolong pasukan dari gangguan orang Daha"
"Jika demikian, dia bukan resi yang mengganggu peserta
sayembara di Waringin Pitti itu?"
"Kurasa tidak" sahut bekel Panjar "karena dia baru datang dari
arah selatan" "Ah" Pasuruh mendesah napas panjang.
"Ki sanak" kata bekel Panjar "engkau ingin tahu bagaimana
seorang diri dia mampu mengundurkan enam orang Daha yang
gagah perkasa?" "Cobalah ceritakan"
Bekel Panjar lalu menuturkan peristiwa yang dialam i ketika
bertempur dengan rombongan orang Daha tadi "Orang Daha itu
bermula juga hendak menantang sang brahmana tetapi sang
brahmana lalu mempersilakan mereka melihat dulu apa yang
akan dilakukan. Setelah itu baru menyuruh mereka mempertimbangkan lagi niatnya itu. Engkau tahu apa yang
dilakukan brahmana itu !"
"Apa?" "Dia menampar segunduk batu karang sebesar anak kerbau.
Batu itu hancur lebur seketika ! Melihat itu larilah orang-orang
Daha itu membawa ketakutan"
Pasuruh terbeliak. "Maka kukatakan engkau masih beruntung karena hanya
pedangmu yang ditekuk bengkok" kata bekel Panjar "andaikata
dia mau menghantammu, adakah tubuhmu lebih keras dari batu
karang itu?" Pasuruh tertegun pula. Terlintas dalam ingatannya tentang
gerak tubuh sang brahmana yarg luar biasa. Berulang kali
diserangnya dengan pukulan, tetap tak kena. Diserang pula
771 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pedang, pun tak berhasil. Timbul hasratnya untuk
mengetahui siapakah sesungguhnya brahmana sakti itu "Engkau
kenal s iapakah sang brahmana itu?"
"Dia tak mau memberitahukan nama" jawab bekel Panjar.
Sebagai layaknya seseorang yang lepas dari rasa bangga apabila
merasa lebih tahu dari orang lain, demikian bekel prajurit itu
melanjutkan kata-katanya dengan nada bangga "tetapi aku tahu
siapa dia" "O" Pasuruh terkejut "siapa?"
"Dia seorang tokoh pimpinan himpunan Gajah Kencana yang
termasyhur itu" "Gajah Kencana?" ulang Pasuruh makin terkejut.
"Hm" "Apakah Gajah Kencana itu?" tanyanya.
"O, engkau tak tahu akan Gajah Kencana?" makin bangga
bekel Panjar karena ia makin merasa lebih tahu dalam banyak hal
dari anakmuda itu. Dipandangnya Pasuruh dan lalu mengangguk
"menilik usiamu, tak mengherankan apabila engkau tak tahu
bagaimana Gajah Kencaiaa itu. Mungkin pada saat nama Gajah
Kencana menjadi buah bibir orang, engkau tentu masih kecil.
Apakah gurumu tak pernah bercerita tentang nama iiu?"
Pasuruh gelengkan kepala. Diam-diam ia heran juga mengapa
gurunya, resi Pramu yang sudah lanjut usia dan tentu tahu
tentang Gajah Kencana, tak pernah menceritakan hal itu
kepadanya. Ia lupa bahwa sebenarnya saat itu belum tiba
waktunya dia diperkenankan turun gunung oleh resi Pramu.
Hanya karena ingin mencari saudaranya, Joko Pasirih, maka resi
Pramu terpaksa mengidinkan. Resi Pramu memang mementingkan, penempaan jiwa dan kedigdayaan raga dari
muridnya. Mungkin setelah kelak menganggap sudah saatnya
sang murid boleh turun gunung, barulah ia akan melengkapi
772 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengetahuan mereka dengan berbagai peristiwa dan keadaan
yang ada dalam kerajaan Majapahit.
"Gajah Kencana adalah himpunan dari putera-putera pejuang
Majapahit yang bertujuan menjaga, membela dan menegakkan
kelestarian kerajaan Majapahit"
"O" "Dan kudengar memang pimpinan himpunan itu dulu pernah
berada di tangan seorang brahmana muda"
Pasuruh terkejut "Jika demikian, tentulah brahmana itu"
"Mungkin" sahut bekel Panjar "tetapi warga Gajih Kencana itu,
seperti dengan bentuk himpunannya, tak pernah diketahui orang.
Sehingga termasyhurlah kata-kata dikalangan para kawula, baik
lawan maupun kawan, bahwa Gajah Kencana itu ada tetapi tak
ada. Tak ada tetapi ada"
Pasuruh diam sejenak "Tetapi bagaimana engkau menduga
keras bahwa brahmana itu pimpinan dari Gajah Kencana?"
"Bukankah tadi telah kuceritakan bagaimana dia mampu
menampar hancur segunduk batu sebesar anak kerbau" Itulah
ciri daripada pimpinan Gajah Kencana"
"Maksudmu ilmu pukulannya?"
"Ya" "Apa namanya?" "Rajah Kalacakra!"
"Rajah Kalacakra?" ulang Pasuruh pucat seketika. Ia teringat
akan pesan sang guru. Bahwa jangan memusuhi, menyerang dan
mengganggu orang yang memiliki ilmu aji pukulan Rajah
Kalacakra, karena pukulan itu suatu aji yang tiada tara
bandingannya. Resi Pramu hanya mengatakan demikian dan tak
mengatakan lebih lanjut tentang ilmu Rajah Kalacakra itu.
773 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi betapapun ia merasa telah melanggar pesan gurunya
dan telah melanggar sumpah yang diucapkan dalam menerima
pedang pusaka. Bukankah dia telah menyerang brahmana yang
memiliki aji Rajah Kalacakra " Bukankah pedang pusaka
pemberian gurunya itu kini telah bengkok"
"Terima kadih ki bekel" katanya dengan nada berhamburan
kecewa "aku bersalah kepada guru dan aku harus menepati
janjiku" "O, engkau tetap akan bunuh diri karena telah merusakkan
pedang pusaka pemberian gurumu itu?"
"Seorang murid harus taat kepada titah guru. Seorang ksatrya
harus patuh pada ucapannya"
Bekel Panjar tertawa "Itu suatu sifat kepatuhan dan ketaatan
yang buta, anakmuda" Pasuruh membelalakkan mata.
"Pertama, engkau tak tahu bahwa yang engkau hadapi itu
seorang tokoh pimpinan Gajah Kencana yang memiliki aji pukulan
Rajah Kalacakra. Orarg yang tak tahu, tidak bersalah. Kedua,
pedang pusaka itu masih utuh, kelak gurumu tentu dapat
memperbaiki. Bengkoknya pedang itu di tangan seorang
brahmana yang sakti, seorang tokoh pimpinan Gajah Kencana
yang termasyhur. Maaf. anak muda, jangan engkau malu dan
marah. Jangankan engkau, sekalipun gurumu, kurasa tak
mungkin dapat mengalahkan sang brahmana itu"
"Tetapi pedang itu tetap cacat. Aku harus mempertanggungjawabkan"
"Ki sanak" rupanya bekel Panjar mulai kesal hati terhadap
pemuda itu "jika memang engkau tetap hendak menghabisi
jiwamu, silakan. Tetapi aku hanya dapat mengatakan bahwa
engkau mati tanpa guna. Tetapi kalau engkau mau mendengar
kata-kataku, jangan engkau lanjutkan dulu niatmu itu. Bukankah
tugasmu hendak mencari resi yang telah membunuh saudaramu
itu" Mengapa tak engkau lanjutkan jua tujuanmu itu" Bukankah
774 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah itu, apabila engkau tetap akan menebus sumpahmu
kepada gurumu, engkau masih mempunyai waktu untuk
melaksanakannya?" Pasuruh tertegun. "Dan itupun sesungguhnya juga tidak tepat" kata bekel Panjar
nelanjut "engkau harus berani berterus terang melaporkan
peristiwa ini kepada gurumu. Apabila guiumu tetap meminta
peitanggungan jawabmu, barulah engkau mcntaatinya. Tetapi
kurasa,dia tentu, dapat menimbang dengan bijaksana. Dan soal
pedang pusaka itu, gurumu tentu dapat berusaha untuk
memperbaiki lagi" Pasuruh diam. "Ki sanak, cukup sudah kiranya aku memberi na-sehat
kepadamu" kata bekel Panjar "jika engkau masih tetap hendak
melanjutkan niatmu bunuh diri, akupun tak dapat menghalangi.
Tetapi seorang anak muda seperti engkau, sebenarnya masih
berguna untuk negara dan bangsa. Hidup tidak hanya untuk
berputus asa karena tak dapat melaksanakan balas dendam.
Hidup bukan untuk balas membalas dendam tetapi untuk tujuan
yang suci dan baik" Tanpa pamit pula, bekel Panjar terus mencemplak kuda dan
melarikannya. Tak lama rombongan prajurit itu sudah jauh.
Ada dua hal yang menggembirakan semangat bekel Panjar.
Pertama, tentang tampaknya suatu titik terang dari ratu Gayatri
yang lolos dari keraton Majapahit. Kemungkinan besar, tentu
berkunjung ke Kahuripan. Ratu yang telah mengun luikan diri
dari segala kesibukan urusan kerajaan dan mensucikan diri
sebegai seorang biksuni, jelas memiliki suatu daya sakti dalam
ilmu semedhi yang dapat menjangkau luas ke seluruh penjuru.
Bagi seorang yang sudah mencapai titik kesempurnaan semedhi,
tiada lagi batas ruang dan waktu.
775 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentulah gusti ratu sudah mengetahui tentang suasana di
keraton Kahuripan sehingga beliau lalu berkunjung kepada puteri
beliau, gusti Rani Kahuripan" demikian bekel Panjar merangkai
kesimpulan. Ia mengharap agar kesimpulannya itu sesuai dengan
kenyataan. Kedua, bekel itu amat gembira sekali akan munculnya
brahmana yang diduga keras tentu seorang pimpinan Gajah
Kencana. Pernah waktu dia masih menjadi prajurit pada jeman
rahyang ramuhun Jayanagara, ia mendengar cerita dari kawan-
kawan prajurit, bahwa patih Dipa yang waktu itu masih
berpangkat sebagai bekel bhayangkara, berhasil menyelamatkan
sang prabu Jayanagara dari huru hara pemberontakan
Dharmaputera ra Kuti dan kawan-kawan, berkat bantuan dari
warga Gajah. Kencana. Gajah Kencana selalu muncul setiap
kerajaan Majapahit mengalami awan gelap.
Tidakkah kedatangan brahmana ke Kahuripan itu juga karena
menganggap bahwa suasana Kahuripan sedang mengalam i awan
mendung?" pikirnya. Dan ia-pun mengharap bahwa dugaannya
itu benar. Apabila benar biksuni itu sang ratu Gayatri dan
brahmana itu pimpinan Gajah Kencana, tentulah kericuhan yang
meliputi Kahuripan akan dapat diatasi.
Tengah ia terbenam dalam lamunan dan peminangan, kembali
untuk yang ketiga kalinya ia melihat sebuah pemandangan yang
mengejutkan. Di sebelah muka tampak berkerumun beberapa
orang. Terdengar pula suara orang meraung-raung dan meratap-
ratap. Beberapa orang berusaha untuk memegang tubuh orang
itu yang meronta ronta seperti orang kalap.
Orang-orang itu terkejut ketika sepasukan prajurit muncul
"Hai, apa yang terjadi?" tegur bekel Panjar.
Salah seorang memberi keterangan "Orang ini mengamuk tak
keruan, ki bekel. Dia menyerang setiap orang yang lalu di sini"
"O, apakah dia gila?"
776 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak" sahut orang itu "tetapi mengamuk dan menyerang
dengan golok. Terpaksa kami beramai-ramai menangkapnya"
Bekel Panjar turun dari kuda dan menghampiri. Diperhatikannya lelaki yang kalap itu seorang yang bertubuh
gagah perkasa, bercambang bauk, berjampang lebat.
"Siapa engkau ki sanak?" tegur bekel Panjar.
"Siapa engkau?" balas lelaki gagah itu.
"Aku bekel prajurit dari Majapahit" sahut bekel Panjar
"mengapa engkau mengamuk?"
"Bunuhlah aku, ki bekel" tiba-tiba lelaki gagah itu berteriak
sekeras-kerasnya. "Mengapa harus minta dibunuh" Apa salahmu?"
"Aku berdosa"

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Berdosa Berdosa kepada siapa?"
"Berdosa " kepada seorang dewi"
"Seorang dewi?" ularag bekel Panjar dengan getar yang
berdebar-debar. Pikirannya teringat akan sesuatu.
"Ya, seorang dewi"
"Aku tak tahu bagaimana persoalannya. Ceritakanlah"
"Ah" lelaki itu gelengkan kepala "apa guna" Apakah engkau
mampu menolong aku?"
"Ki sanak" kata bekel Panjar "mampu atau tak mampu, aku
belum tahu. Tetapi aku berjanji akan menolongmu apabila aku
mampu menolong. Dan apabila aku sendiri tak mampu, akupun
berjanji hendak mengusahakan pertolongan itu kepada orang
yang dapat menolongmu"
Lelaki gagah itu terdiam.
777 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana ki sanak" Engkau seorang lelaki jantan, gagah
perkasa, mengapa engkau berputus asa " Dosa apakah yang
engkau lakukan terhadap dewi itu " Apakah engkau membunuh
orang?" Lelaki itu gelengkan kepala "Tidak. Aku memang kasar, tetapi
aku tak mau membunuh orang kecuali aku hendak dibunuh.
Tetapi aku memang gemar berbuat yang tak baik. Minum dan
terutama wanita. Apabila aku setuju akan seorang wanita, takkan
berhenti usahaku sebelum tercapai. Tak peduli dia isteri seorang
kaya, berpangkat atau orang yang berpengaruh. Aku mempunyai
aji pengasih yang yang dapat menundukkan wanita. Entah sudah
berapa banyak wanita yang menjadi korbanku"
"Hm" desuh bekel Panjar.
"Rakyat desaku marah. Mereka beramai-ramai mengeroyok
aku. Terpaksa aku melawan. Walaupun aku menderita luka tetapi
aku dapat membunuh beberapa orang. Hanya sejak itu aku
melarikan diri tak berani tinggal di desaku lagi. Namun
penyakitku tak pernah hilang. Selama mengembara, bila bertemu
dengan warita tentu kuganggu. Sampai kemudian hari ini aku
melihat seorang wanita yang mengenakan kerudung kepala. Aku
terkejut melihat wajahnya yang bersinar terang. Dalam
pandanganku dia amat cantik sekali, bagaikan seorang puteri ...."
Bekel Panjar terkejut. Namun ia membiarkan orang itu
melanjutkan ceritanya. "Kuhampiri wanita itu" kata lelaki gagah itu lebih lanjut "makin
tampak kecantikannya yang gilang gemilang. Segera kuhadang
dan hendak kutangkap. Tetapi wanita itu menyurut mundur
seraya menegur "Ki sanak, mengapa engkau menghadang
perjalananku?" "Hendak kemana engkau wanita ayu" seru lelaki gagah itu.
Wanita berkerudung kain kepala itu terkesiap "Ah, engkau
salah, ki sanak. Aku sudah tua ...."
778 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki itu tertawa "Tua" Ha, ha, setua-tua sekarang, tentu
masih tua besok. Engkau benar-benar cantik"
Wanita berkerudung kain kepala itu tertegun "Lalu apa yang
engkau kehendaki?" Lelaki gagah tertawa "Adakah masih perlu kuterangkan
dengan kata kata. Engkau wanita cantik dan aku seorang lelaki
jantan. Aku tertarik kepadamu. Aku amat dahaga, berikanlah air
kepadaku. Akupun tentu dapat memberi kesenangan kepadamu"
Memancar warna merah yang membiaskan kemarahan pada
wajah wanita itu. Namun hanya sekilas saja dan kemudian
tenang kembalilah wajahnya "Ki sanak, apakah engkau benar-
benar hendak mengganggu aku?"
"Badanku teasa panas sekali, wanita. Berilah kesejukan
kepadaku" "Engkau salah, ki sanak" seru wanita itu "aku sudah tua. Tak
pantas melakukan hal yang senista itu Andaikata aku masih
muda, pun juga tak layak beibuat yang tak senonoh itu"
"Ah, wanita, engkau salah. Dewa sekalipun juga mempunyai
pasangan hidup. Hyang Batara Agung menciptakan manusia
lelaki dan perempuan untuk saling melengkapi kadrat hidup
mereka" kata lelaki itu seraya melangkah maju makin mendekat
terus hendak merentang kedua tangan memeluk wanita itu.
"Ki sanak" seru winita itu seraya menyingkap kain selubung
kepala "lihatlah, apa engkau tak tahu aku ini siapa?"
"Ya, melihat jelas" seru lelaki gagah "engkau seorang wanita.
Wanita cantik yang memancarkan cahaya berseri seri"
"Ah, jika demikian engkau ini buta!" tiba-tiba wanita itu
berseru dalam nada yang bertuah.
"Aku?" 779 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihatlah" perintah wanita itu pula "pandanglah dengan
seksama siapa aku" "Engkau .... hai, mengapa sekeliling tempat ini tiba-tiba begini
gelap" Kemana engkau, wanita!"
"Aku tetap berada di hadapanmu"
"Tetapi . . . tetapi mengapa aku tak dapat melihatmu. Oh ..."
lelaki itu menjerit. Ia mengusap-usapkan kedua tangan pada
matanya. Mungkin terpercik debu kotoran. Tetapi ketika
membuka mata lagi, ia menjerit "Hai, mengapa tetap gelap"
Mengapa aku tak dapat melihat lagi"
"Sejak saat itulah aku tak dapat melihat apa-apa. Aku
menyadari kalau mataku telah buta. Pada hal aku tak merasa
menderita penyakit, pun wanita itu tak menaburkan suatu benda
yang dapat membuat mataku buta. Tetapi nyatanya aku telah
buta" demikian lelaki itu mengakhiri ceritanya.
"Lalu engkau mengamuk?" seru bekel Panjar.
"Ya" jawab lelaki itu "kuingat dia telah mengucapkan kata
bertuah, mengutuk mataku buta. Kuingat, begitu dia mengatakan
mataku buta, seketika Itu juga aku tak dapat melihat apa apa
lagi. Kurasakan bumi disekelilingku gelap gulita. Karena marah,
aku segera mencabut pedang dan hendak membunuhnya. Tetapi
dia tak berada di situ lagi. Aku lari mengejarnya. Setiap bertemu
dengan orang, segera kuserangnya. Akhirnya kudengar orang-
orang menjadi gaduh dan mereka beramai ramai datang
menangkap aku" "Tetapi orang-orang itu tak bersalah kepadamu, mengapa
engkau hendak membunuh mereka?"
"Bagaimana aku dapat membedakan mana yang mencelakai
aku dan mana yang tidak" Bukankah mataku sudah buta" Biar,
akan kubunuh setiap orang yang bertemu dengan aku"
"Mereka akan beramai-ramai membunuhmu juga"
780 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu lebih baik" seru lelaki gagah "lebih baik aku mati daripada
hidup sebagai orang buta. Ki bekel prajurit, tolonglah aku. Bunuh
aku agar aku terbebas dari penderitaan"
"Ki sanak" kata bekel Panjar "bagaimana busana yang
dikenakan wanita itu?"
Lelaki itu berhenti sejenak untuk merenung lalu berkata
"Agaknya dia seperti mengenakan pakaian sebagai seorang
biksuni" "Oh" bekel Panjar menjerit dalam hati. Dia cepat dapat
menduga siapa wanita itu. Diam-diam pula ia merasa kejut-kejut
girang. Girang karena makin tampak tanda jejak kepergian sang
ratu Gayatri. Terkejut karena tak menyangka bahwa ratu Gayatri
telah mencapai ilmu kesaktian yang sedemikian tinggi sehingga
sabdanya amat bertuah sekali. Bagai seorang resi, yogin dan
pertapa yang telah mendapatkan penerangan tinggi, akan
memiliki daya kesaktian yang sukar dipercaya oleh kesadaran
pikiran orang. Ia teringat akan cerita orang-orang tua di desanya
ketika ia masih kecil. Bahwa mahayogin empu Bharada juga
memiliki kesaktian yang luar biasa. Ketika dititahkan prabu
Airlangga untuk membagi kerajaan Panjalu menjadi dua, Daha
dan Kahuripan pun telah menggunakan daya kesaktian untuk
melayang di udara seraya mencurahkan air kendi untuk membagi
watek-bhumi kedua kerajaan itu. Tetapi ketika tiba di desa
Palungan, jubah sang empu telah tersangkut pada dahan pohon
kamal atau asam. Empu turun dan murka. Seketika itu empu
Bha-rada melontarkan kutukan sehingga pohon kamal itu
beiobah menjadi pandak untuk selama-lamanya. Sejak itu desa
tersebut diberi nama desa Kamal Pandak.
"Demikian tuah sabda seorang mahayogin atau pandita yang
telah mencapai kesempurnaan ilmu. Gusti ratu Gayatri tentulah
sudah mencapai tingkat kesaktian itu" pikir bekel Panjar lebih
lanjut. 781 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya dia marah terhadap lelaki yang kurang ajar itu
karena berani mengganggu sang ratu. Bahwa dia telah menerima
akibat, walaupun kedua biji matanya masih terbuka seperti biasa
tetapi tak dapat melihat apa-apa, memang sudah layak. Tetapi
ada suatu rasa kemanusiaan yang menyentuh sanubarinya. Maka
iapun ingin menolongnya. "Ki sanak, engkau berdosa. Apakah engkau sudah
menyadari?" tanyanya.
"Ya" sahut lelaki itu "aku memang berdosa karena berani
mengganggu seorang dewi"
"Dewi itu hanya sebagai suatu sarana untuk memberi suatu
hukuman kepadamu. Ingat, ki sanak, setiap dosa yang sudah
menumpuk, tentu akan memberi akibat"
"O, ki bekel, bunuhlah aku"
"Itu bukan suatu jalan yang sempurna untuk menghilangkan
kedosaanmu. Engkau pengecut"
"Lalu" kata lelaki itu seraya menyalangkan matanya yang tak
dapat melihat suatu apa itu "apakah aku harus hidup sebagai
manusia buta begini?"
"Hal itu tergantung pida dirimu sendiri"
Lelaki itu kerutkan dahi "Apa yang engkau maksudkan?"
"Tiada yang dapat menebus dosamu kecuali engkau sendiri.
Karena engkau yang menanam segala itu dan engkau sendiri
yang harus memetiknya"
"Sudah, ki bekel" seru lelaki itu tak sabar "katakan saja
maksudmu, engkau suruh aku bagaimana supaya aku mendapat
kesembuhan. Atau jika tiada upaya lagi, bunuh sajalah aku"
"Tidak, ki sanak" kata bekel Panjar "yang memberi hidup
engkau adalah Hyang Batara Agung. Hanya dialah yang kuasa
mengambil jiwamu. Setelah pengertian itu engkau hayati maka
782 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tngkaupun akan mendapat jalan yang terang. KepadaNYAlah
engkau harus memohon pengampunan. Apabila engkau lakukan
permohonanmu itu dengan sungguh-sungguh hati, engkau paui
akan mendapat pengampunanNYA"
Lelaki itu mengangguk-angguk.
"Tetapi ingat, ki sanak" kata bekel Panjar lebih lanjut
"permohonan pengampunan kepada Hyang Widdhi Agung itu
bukan hanya dengan jalan berdoa belaka, tetapi harus engkau
wujutkan dalam suatu sikap dan perbuatan yang nyata. Doa
hanya sarananya, amal perbuatan adalah pelaksanaannya. Hal itu
berarti kemanunggalan dari laku sang jiwa dengan raga. antara
batin dengan pikiran, keinginan dengan amal"
Masih lelaki itu diam merenung.
"Hanya dengan jalan itu, engkau akan mendapat pengampunan, ki sanak"
"Tetapi adakah setiap dosa itu pasti akan mendapat
pengampunan?" "Hyang Batara Agung, maha tahu, maha kasih dan maha
penyayang, maha kuasa. Tiada permohonan yang sia-sia, tiada
amal yang hampa dan tiada kesadaran yang tersesat, tiada
pertaubatan yang tiada berampun"
Tampak kerut wajah lelaki yang semula memberingas itu,
pelahan-lahan mulai mereda tenang.
"Kesemua-semuanya hanya tergantung pada diri peribadimu
sendiri. Berlapanglah hati dengan penuh kesadaran yang tulus,
bahwa apa yang engkau derita ini adalah akibat daripada segala
perbuatanmu sendiri. Bahkan mekarkanlah ruang hatimu, bahwa
sang dewi telah melimpahkan suatu berkah kepadamu agar
engkau sadar dan kembali ke jalan yang benar"
"Tetapi adakah kedua mataku akan dapat melihat kembali?"
783 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti telah kukatakan kepadamu, hal itu tergantung dari
kesadaranmu untuk bertaubat memohon ampun dengan berdoa
dan beramal baik" kata bekel Panjar "namun andaikata engkau
tak dapat melihat kembali, mengapa engkau harus bersedih dan
kecewa?" "Sudah tentu, ki sanak. Bagaimana aku dapat hidup senang
apabila aku tak dapat melihat apa apa?"
"Memang benar" kata bekel Panjar "tetapi ketahuilah, ki
sanak. Justeru mata itu yang mencelakai jiwamu. Mata itulah
yang menimbulkan bermacam nafsu buruk dalam hatimu.
Mengapa engkau tak merelakannya apabila dengan hal itu
engkau bahkan akan mendapat penerangan dalam batin"
Bukankah engkau mempunyai sad-indriya, apabila hanya
kehilangan salah satu, apa artinya bagimu " Engkau masih
mempunyai panca-indriya. Pergunakanlah panca-indriya itu ke
arah yang benar. Engkau pasti akan mengenyam kebahagiaan
dan kesadaran yang kelak akan membawamu ke arah jalan
kesempurnaan lahir batin. Mata hanya dapat melihat benda yang
nyata, tetapi batinmu yang sudah mendapat penerangan, akan
mampu melihat segala apa yang lebih sempurna dari indriya
penglihatan itu" Lelaki itu terlongong-longong dalam kemanguan.
"Ki sanak sekalian, lepaskanlah dia dan silakan pulang. Kurasa
dia sudah takkan mengamuk lagi" seru bekel Panjar, kemudian
berkata kepada lelaki itu "ki sanak, semoga engkau dapat


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghayati dan melaksanakan anjuranku tadi. Nah, akupun
hendak melanjutkan perjalanan lagi"
Bekel Panjar segera mengajak anakbuahnya melanjutkan
perjalanan menuju ke pura Kahuripan. Dia makin mantap dalam
dugaan bahwa dua buah peristiwa yang menakjubkan, seorang
lelaki tua yang sembuh dari kelumpuhan dan seorang lelaki
gagah yang buta kedua matanya, adalah perbuatan dari sang
ratu Gayatri. 784 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa peristiwa yang dialaminya selama dalam perjalanan
menuju ke Kahuripan untuk mencari ratu Gayatri, makin
mempertebal kepercayaan bekel Panjar akan adanya jiwa jiwa
luhur, sakti dan as ih dari para priagung dan insan utama, seperti
sang ratu Gayatri dan sang brahmana yang menurut dugaannya
tentulah pimpinan dari himpunan Gajah Kencana.
Sesaat teringat bekel itu akan perjalanan hidupnya sendiri
selama ini. Dulu dia kurang percaya akan ajaran ilmu
Mantrayana, tentang daya kesaktian dari tapa brata. Tapa-brata
dalam ani bukan suatu penyiksaan diri atau suatu pemaksaan
untuk mercapai suatu ilmu yang sempurna, melainkan hekekat
arti daripada tapa itu yalah menjauhkan diri atau mengendalikan
diri dari pengaruh panca indra, nafsu, kebiasaan tidak baik
bersenang senang dan yang menyakiti orang lain.
Pada waktu itu dia masih muda. Timbul pemberontakan dalam
batinnya. Bagaimana mungkin manusia akan mematikan segala
nafsu dari pengaruh panca indranya " Tidak, dia seorang
manusia biasa, manusia yang masih mempunyai keinginan dan
cita-cita. Dia lebih senang menuntut ilmu kedigdayaan,
kanuragan, jaya kawijayan yang berguna bagi seorang lelaki. Dia
tak ingin menjadi pandita atau resi tetapi ingin menjadi prajurit
yang dianggapnya merupakan suatu pengabdian yang nyata dan
berguna kepada negara. Ayahnya seorang resi yang rrenginginkan dia supaya tekun
mempelajari ilmu agama. Tetapi dia meronta dan ingin
memenuhi panggilan jiwanya. Dia minggat dari rumah dan
berguru pada pertapa yang dapat mengajarkan berbagai ilmu
ulah kanuragan. Tetapi kini, setelah me lihat peristiwa-peristiwa yang
mengunjukkan betapa menakjubkan daya kesaktian dari ratu
Gayatri dan brahmana yang hampir tak munpkin dapat dipercaya
itu, barulah ia menyadari kekhilafannya.
(Oo-dwkz-ismoyo-oO) 785 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
III Kanuruhan Pakis terkejut ketika seorang pengalasan
menghadap "Gusti, hamba telah bertemu dengan seorang
brahmana yang sanggup mengobati penyakit gusti patih Dipa"
pengalasan itu menghaturkan laporan.
Rakryan kanuruhan Pakis memang cemas ketika keesokan
harinya patih Dipa makin bertambah berat keadaannya. Tubuh
patih itu panas, menggigil dan tak henti-hentinya mengingau
Segera dia mengutus beberapa pengalasan untuk mencari tabib
atau dukun yang pandai. "Seorang brahmana?" seru rakryan kanuruhan Pakis ketika
menerima laporan dari salah seorang pengalasan.
"Benar, gusti" "Apa dia sanggup untuk menyembuhkan sakit gusti patih
Dipa?" "Brahmana itu tidak menyatakan pasti mampu melainkan akan
berusaha untuk menolong gusti patih Dipa"
"Kenalkah engkau dengan brahmana itu" Apakah dia
brahmana dari candi di telatah Kahuripan?"
"Brahmana itu bukan berasal dari Kahuripan. Dia seorang
brahmana yang sedang berlelana-brata"
"Siapa namanya?"
"Dia tak mengatakan namanya, gusti"
Kanuruhan Pakis merenung. Serentak dia teringat akan
peristiwa yang telah terjadi pada diri rahyang ramuhun
Jayanagara yang lalu. Adalah kerena mengidap suatu penyakit
bisul maka baginda telah menitahkan tabib kerajaan ra Tanca
untuk mengobati. Ra Tanca mengatakan bahwa bisul itu harus
dibedah. Baginda Jayanagarapun mengidinkan. Tetapi bukan
786 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibedah, melainkan tabib itu telah menikam baginda sehingga
baginda tewas seketika. Pengalaman adalah pelajaran yang berharga. Dia tahu siapa
patih Dipa dan bagaimana perjuangan patih muda itu dalam
kerajaan Majapahit. Dia telah menyelamatkan rahyang ramuhun
Jayanagara dari pemberontakan Dharmaputera ra Kuti. Dia yang
berhasil kembali ke pura Majapahit seorang diri untuk
melaksanakan titah sang prabu Jayanagara. Berkat kecerdikan
dan keberanian yang tiada taranya, seorang diri patih Dipa telah
berhasil menghubungi beberapa mentri dan senopati yang masih
setya kepada baginda. Kemudian dalam rapat besar di mana ra
Kuti telah merencanakan untuk mengangkat diri menggantikan
sebagai yang dipertuan di tahta kerajaan Majapahit, dengan
kepandaian bicara yang luar biasa, patih Dipa telah berhasil
menelanjangi kejahatan ra Kuti dan kawan-kawannya dan dapat
membangkitkan hati seluruh rakyat untuk menumpas kawanan
Dharmaputera Kuti. Besar nian jasa patih yang saat itu masih menjabat sebagai
seorang bekel bhayangkara keraton Majapahit. Tetapi dilain
fihak, sudah tentu mereka yang telah dilumpuhkan dan ditumpas,
tentu mendendam kebencian terhadap patih Dipa itu.
"Tidakkah brahmana itu salah seorang dari sisa-sisa golongan
yang mendendam kepada patih Dipa?" mulailah timbul perasaan
curiga dalam hati kanuruhan Pakis "Tidakkah peristiwa semacam
yang diderita rahyang ramuhun Jayanagara akan terulang pada
diri patih Dipa?" Selama mengabdi kepada kerajaan Majapahit, tentu banyaklah
patih Dipa menghantam dan membasmi mereka yang hendak
merugikan kerajaan. Diantaranya sudah tentu golongan
Dharmaputera ra Kuti. Mungkin sisa-sisa pengikut golongan
Dharmaputera ra Kuti atau mereka-mereka yang merasa
dirugikan oleh patih Dipa akan mencari kesempatan untuk
melampiaskan balas dendam kepada patih Dipa.
787 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidakkah brahmana yang tak mau menyebut nama dan asal
usulnya itu layak untuk cenderung dicurigai atau sekurang-
kurang layak untuk diperiksa dengan secermat-cermatnya?" pikir
rakryan kanuruhan Pakis. "Bawalah brahmana itu menghadap kemari" akhirnya ia
menitahkan pengalasan itupun datang dengan mengiringkan
seorang brahmana selengah tua. Rakryan Pakis terkesiap melihat
wajah sang brahmana yang memancarkan sinar ketegangan yang
penuh wibawa. Dari gurat-gurat raut wajahnya, ia menduga
tentulah brahmana itu dulu semasa mudanya seorang pemuda
yang cakap, bahkan memiliki sifat-sifat sebagai putera keturunan
priagung yang berpangkat.
"Ah, jangan percaya kepada wajah" rakryan Pakis membantah
kesan hatinya sendiri "banyak orang yang berwajah cakap tetapi
buruk hati budinya. T ak kurang pula yang berwajah buruk tetapi
luhur budinya. "Ki brahmana" setelah mempersilakan brahmana itu duduk
berhadapan maka rakryan Pakispun mulai membuka pembicaraan
"benarkah kata pengatasan bahwa tuan sanggup untuk
menyembuhkan penyakit ki patih Dipa?"
"Sebelum menyatakan sanggup atau tidak, hamba mohon
dihadapkan gusti patih agar dapat hamba periksa apakah
penyakit yang dideritanya"
Rakryan Pakis menerangkan bahwa patih D'pa terserang
penyakit panas sehingga mengingau seperti orang yang hilang
kesadarannya. "Baik, gusti, perkenankanlah hamba menghadap gusti patih
untuk memeriksa penyakitnya"
Rakryan Pakis tertegun. Timbul suatu pertentangan batin.
Memang permintaan brahmana itu beralasan tetapi karena dia
sudah terisi oleh pengalaman yang menimbulkan prasangka,
maka diapun agak bimbang untuk memberi keputusan "Ki
788 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
brahmana, sebenarnya tiada sangkut paut antara pertanyaanku
ini dengan pengobatan yang hendak ki brahmana lakukan
terhadap ki patih Dipa. Tetapi alangkah tenang hatiku apabila
tuan suka memberitahukan nama tuan dahulu dan asal usul tuan
ini" Brahmana itu terkesiap. Tetapi cepat sekali ia dapat
mengetahui apa yang terkandung dalam hati kanuruhan itu
"Gusti, pentingkah hal itu paduka ketahui?"
"Yang penting adalah tuan dapat menyembuhkan penyakit ki
patih" sahut kanuruhan Pakis "tetapi karena aku yang
bertanggung jawab atas keselamatan jiwanya maka aku
mempunyai kepentingan untuk mengetahui setiap orang yang
sanggup mengobatinya. Agar mantap dan tenanglah perasaanku"
Brahmana menghela napas. "Ah, rasanya ki brahmana ada sesuatu yang memberatkan hati
tuan untuk memberitahukan nama tuan. Bolehkah aku
mengetahui keberatan tuan itu?"
"Tidak gusti" sahut sang brahmana "sebenarnya aku tiada
keberatan hanya saja aku merasa malu hati"
"Malu hati?" ulang kanuruhan agak heran "apa yang tuan
rasakan malu dalam hati tuan?"
"Baiklah, gusti" akhirnya brahmana itu berkata "aku hendak
menghaturkan pernyataan. Jika nanti aku berhasil menyembuhkan gusti patih Dipa maka aku akan memberitahukan
siapa diriku. Tetapi kalau gagal, kumohon gusti tak perlu
mengetahui siapa namaku"
Kanuruhan Pakis kerutkan dahi. Jawaban itu memang
menimbulkan perasaan aneh. Mengapa brahmana itu merasa
berat untuk menyebut namanya" "Ah, tentu ada sesuatu dibalik
diri brahmana ini" akhirnya ia menarik kesimpulan. Kesimpulan
yang timbul dari percik-percik prasangka.
789 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gusti" kata brahmana yang rupanya tahu apa yang
terkandung dalam hati kanuruhan Pakis "jika gusti kuatir akan
terjadi sesuatu pada gusti patih, mohon gusti titahkan beberapa
prajurit untuk menjaga. Apabila hamba berbuat sesuatu yang
membahayakan keselamatan gusti patih Dipa, titahkan prajurit
itu untuk membunuh aku"
Kanuruhan Pakis tertegun. Agak tersipu-sipu dalam hatinya
karena brahmana itu tahu apa yang menjadi pemikirannya.
Namun dalam urusan yang sepenting itu, dimana jiwa patih Dipa
harus diselamatkan maka kanuruhan Pakis mengambil keputusan
juga. "Baik, ki brahmana, apabila tuan menghendaki demikian,
akupun akan melakukan juga" akhirnya ia mengambil keputusan.
Dengan langkah itu, dia dapat mencapai dua hal. Pertama,
terlaksananya penyembuhan untuk patih Dipa. Kedua, menjaga
terjadinya suatu peristiwa yang tak diinginkan sebagai pernah
terjadi pada diri baginda Jayanagara.
Demikianlah brahmana itu segera dibawa masuk ke ruang
tempat peristirahatan patih Dipa. Sepuluh prajurit dititahkan
kanuruhan untuk menjaga. Yang lima berada di dalam ruang
mengikuti cara brahmana untuk melakukan pengobatan kepada
patih Dipa. Dan yang lima siap berbaris di depan pintu ruang,
menjaga setiap kemungkinan yang tak diinginkan. Apabila
brahmana itu berniat mencelakai patih Dipa, maka dia tentu tak
mungkin meloloskan diri. Tenang-tenang sang brahmana melangkah ke dalam sebuah
ruang. Dengan pandang matanya yang tajam ia melihat sesosok
tubuh tengah berbaring di atas sebuah kantil atau balai-balai.
Pada saat pandang matanya tertumbuk pada wajah patih Dipa,
brahmana itupun terkesiap "Ah, mengapa sepucat itu wajahnya?"
Ia menghampiri makin dekat. Ternyata patih Dipa pejamkan
mata, entah tidur entah tak sadarkan diri.
790 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dipa" bisik brahmana itu dengan pelahan. Tetapi Dipa tak
menyahut. Brahmana makin cemas. Dipegangnya pergelangan
tangan patih Dipa. Denyut nadinya tersendat-sendat, sebentar
memancar keras lalu lemah. Setelah itu brahmana memeriksa
tubuh patih Dipa sampai beberapa saat.
Prajurit-prajurit yang berada dalam ruang itu, siap dengan
senjata terhunus. Apabila melihat brahmana itu mengunjuk sikap
atau gerak yang membahayakan diri patih Dipa, menurut
perintah rakryan Pakis, harus lekas dibunuh.
Beberapa saat kemudian, brahmana itu tampak kerutkan dahi
dan memandang lekat pada bintik merah pada dada patih Dipa.
Di sekitar bintik merah selingkar daun sirih, kulitnya tampak
berwarna biru. Brahmana itu termenung. Sejenak kemudian
berpaling kepada prajurit penjaga "Ki prajurit, katakan kepada
gustimu, bahwa gusti patih Dipa ini terkena racun yang amat
berbahaya. Apabila tak lekas ditolong tentu membahayakan
jiwanya" "Lalu apakah kami hanya menghaturkan laporan begitu?"
sahut salah seorang prajurit yang paling tua "maksud kami,
setelah mengetahui penyakit yang diderita gusti patih, adakah ki
brahmana sanggup untuk menyembuhkan?"
"Ya" sahut sang brahmana "tetapi terpaksa harus kubelek
dagingnya agar racun itu keluar"
"Dibelek?" prajurit terkejut "ah, tidak, ki brahmana. Gusti
kanuruhan tentu tak mengidinkan"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ki prajurit, aku minta engkau supaya menghaturkan laporan
ini ke hadapan gustimu. Diperkenankan atau tidak, itu wewenang
gustimu, bukan engkau" seru brahmana dengan nada agak tak
senang. Kelima prajurit itu saling bertukar pandang. Akhirnya prajurit
tua tadi berkata kepada kawan-kawannya "Aku yang akan
791 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadap gusti rakryan. Kalian tunggu di sini dan waspadalah
terhadap gerak-gerik brahmana itu"
Betapa kejut rakyan kanuruhan Pakis ketika menerima laporan
dari prajurit tentang keadaan sakit patih Dipa dan permintaan
brahmana untuk melakukan pengobatannya "Tidak ! Dia tak
boleh mengganggu sekelumit kulit tubuh patih Dipa. Dia hanya
kuidinkan meramu obat minum atau dilumurkan pada lukanya.
Jangan sekali-sekali engkau perbolehkan dia membelek kulit gusti
patih. Kita tak tahu siapa brahmana itu. Ingat, kalau sampai
kudengar, brahmana itu melaksanakan rencana membelek luka
gusti patih Dipa, engkau dan kawan-kawanmu tentu akan
kuhukum mati" Prajurit itu tersipu-sipu mengiakan dan gopoh kembali untuk
memberitahukan keputusan rakryan Pakis kepada sang
brahmana. "Hm. makin lama makin jelas akan adanya gejala-gejala yang
kurang baik pada diri brahmana itu" rakryan Pakis masih
merenungkan laporan tadi walaupun prajurit itu sudah kembali
untuk menyampaikan keputusannya.
"Membelek luka pada dada patih Dipa?" dia mengulang pula
laporan prajurit tadi "bukankah seri baginda Jayanagara juga
tewas karena dibelek dengan pisau oleh ra Tanca" Mengapa
sekarang brahmana itu juga mengajukan permintaan serupa
dengan ra Tanca" Adakah dia ...."
Ia membayangkan dan membandingkan cara yang dilakukan
oleh ra Tanca dulu dengan sang brahmana sekarang. Dan
didapatinya suatu titik persamaan"A-dakah brahmana itu
pengikut ra Tanca?" "Ra Tanca juga termasuk warga Dharmaputera ra Kuti. Dia
menikam seri baginda Jayanagara karena hendak membalas
dendam kematian dari para kawan kawan Dharmaputera. Tetapi
ada orang yang mengatakan bahwa dia marah terhadap seri
792 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baginda karena seri baginda te lah mengganggu nyi T anca. Tetapi
yang jelas, ra Tanca telah membunuh seri baginda Jayanagara
sehingga menggoncangkan keadaan kerajaan Majapahit"
Ia masih melanjutkan renungan dan penilaiannya.
"Ah, ada lagi" tiba-tiba ia teringat sesuatu
"kata orang, patih Dipa memang sengaja memperalat ra
Tanca untuk membunuh seri baginda Jayanagara. Karena patih
Dipa tak puas atas tindak tanduk seri baginda yang tak senonoh.
Banyak isteri dari mentri2 kerajaan yang diganggu baginda.
Bahkan isteri patih Dipa sendiri kabarnya juga diganggu. Patih
Dipa membunuh ra Tanca karena hendak menghapus jejak"
"Jika demikian, bukan mustahil apabila sisa-sisa pengikut
Dharmaputera, murid-murid atau pengikut ra Tanca masih
mendendam terhadap patih Dipa. Jika demikian" serentak
timbullah suatu pemikiran baru
"apakah brahmana itu bukan murid ra Tanca. Pertama, dia tak
mau mengatakan siapa namanya dari mana asalnya. Kedua, cara
melakukan pengobatan tak ubah seperti ra Tanca dahulu ..."
Tiba pada pemikiran itu mereganglah buluroma rakryan Pakis
"walaupun sudah kuperintahkan prajurit-prajurit itu membunuhnya apabila dia hendak melakukan pembedahan pada
luka patih Dipa, tetapi a-pabila dia sekonyong-konyong mencabut
senjata dan menikam patih Dipa, bukankah jiwa patih Dipa tak
dapat diselamatkan " Benar prajurit-prajurit itu tentu akan
membunuhnya tetapi apa artinya. Bukankah patih Dipa sudah
binasa?" Serentak rakryan itu mengucurkan keringat dingin. Dia merasa
telah melakukan tindakan pengamanan terhadap patih Dipa
dengan menitahkan berpuluh prajurit untuk menjaga ruang
tempat patih Dipa dan memperhatikan gerak gerik brahmana itu.
Tetapi setelah meninjau pula ternyata ia merasa masih terdapat
793 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelemahan "Mengapa tak kusuruh menggeledah dahulu tubuh
brahmana itu, apakah dia menyembunyikan senjata?"
"Pengawal" serentak ia keluar dari ruang dan memanggil
seorang pengawal "panggil prajurit Gandring kemari ! Lekas !"
Pengawal itu bergegas melakukan perintah. Tetapi tak berapa
lama dia sudah kembali dengan wajah pucat dan napas
terengah-engah. Rakryan kanuruhan Pakis terkejut "Ada apa!"
"Duh, gusti, mohon diampun segala kesalahan hamba ...."
"Pengalasan, jangan bicara tak keruan. Bicaralah yang jelas.
Apa yang terjadi?" "Gusti" pengawal itu menghaturkan sembah "gusti patih Dipa
.... gusti patih Dipa ...."
"Mengapa?" teriak rakryan Pakis hampir hilang kesabarannya.
"Gusti patih Dipa hilang, gusti ...."
"Apa!" serentak kanuruhan Pakis melonjak dari tempat duduk
dan loncat kehadapan pengawal itu "apa katamu?"
"Gusti patih Dipa hilang dari ruang peraduannya, gusti"
Serentak rakryan Pakis menjambak rambut pengawal itu dan
diguncang-guncangkan sekeras-kerasnya "Apa katamu" Gusti
patih Dipa hilang?" "Be . . . be . . . benar, gusti"
"Keparat!" teriak kanuruhan Pakis seraya menampar kepala
pengawal itu "dimana prajurit-prajurit yang kusuruh jaga
ditempat itu?" Pengawal itu meringis kesakitan. Namun ia tahankan rasa
sakit pada mukanya yang begap dan menyahut "mereka tertidur
semua, gusti" 794 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Brahmana itu!" teriak kanuiuhan Pakis.
"Juga menghilang"
"Keparat" rakryan Pakis mencampakkan pengawal itu lalu lari
keluar menuju ke tempat ruang peristirahatan patih Dipa. Apa
yang disaksikan disitu benar-benar membuat mata sang
kanuruhan membelalak dan wajah merah membara.
Lima orang prajurit yang bertugas menjaga diluar ruang
terbaring dilantai. Kemudian ketika ia me langkah masuk
didapatinya pula pemandangan yang serupa. Kelima prajurit yang
berada dalam ruang peraduan itu menggeletak semua. Tetapi
yang paling membuat semangat rakryan Pakis serasa terbang
adalah kantil dimana patih Dipa berbaring itu, sudah kosong.
Rasa kejut itu segera meluap, meletuskan stiatu gempa
kemarahan. Apabila patih Dipa yang jelas telah dibawa oleh
brahmana tak dikenal itu, sampai menderita suatu bencana,
tidakkah hal itu akan menggoncangkan seluruh kerajaan " Bukan
melainkan dewan Sapta Prabu, mentri, senopati serta Rani
Kahuripan yang akan murka, pun seluruh kawula kerajaan
Majapahit pasti akan marah kepadanya. Akan menuntut
pertanggungan jawab kepadanya. Rasanya tuntutan itu tidak
cukup hanya suatu penyerahan jiwanya seorang, mungkin
seluruh keluarganya akan ditumpas semua.
Kejut, gugup, ngeri telah memberingaskan darah kanuruhan
Pakis. Serentak dia mengamuk, menyepak dan menghajar
prajurit-prajurit yang rebah tertidur itu. Sesaat terjadi kegaduhan
di mana prajurit-prajurit itu seperti merasa dicampakkan dari
puncak pohon kelapa yang tinggi dan terbanting ke tanah.
Mereka menjerit, memekik dan berteriak mengaduh hiruk pikuk.
"Keparat kalian semua!" masih kanuruhan Pakis mengamuk,
menghajar prajurit-prajurit itu sampai jatuh bangun.
Saat itu mereka sudah sadar dan tahu bahwa diri mereka
telah dihajar kalang kabut oleh rakryan kanuruhan. Tetapi
795 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai prajurit yang sudah digembleng dalam tata tertib
keprajuritan, mereka tak mau melawan dan menyerahkan diri
menjadi sasaran kemarahan rakryan Pakis. Hanya ada suatu
perasaan heran yang menimbulkan pertanyaan dalam hati
mereka. Apa sebab rakryan kanuruhan menghajar mereka"
Mereka benar-benar belum sempat mengetahui apa sesungguhnya kesalahan mereka.
Prajurit tua Gandring yang melapor kepada rakryan kanuruhan
Pakis untuk menghaturkan permintaan brahmana tadi,
merupakan satu-satunya yang berani menghaturkan pertanyaan
ke hadapan sang kanuruhan "Duh, gusti sesembahan hamba.
Mohon gusti berkenan melimpahkan titah, apakah kesalahan
hamba sekalian sehingga gusti sangat murka kepada hamba
sekalian?" Rakryan Pakis agak terkesiap serta melihat keadaan prajurit
yang tua itu. Gandring, demikian nama prajurit itu, sudah
berbelas tahun mengabdi kepadanya. Dan dia tahu bahwa
prajurit itu seorang yang setya. Kini dilihatnya keadaan prajurit
tua itu tidak lagi menyerupai seorang prajurit, melainkan seperti
seorang penjahat yang tertangkap dan dihajar rakyat. Rambut
terurai kusut, mulut berdarah dan baju kutangnyapun compang-
camping. Percikan rasa kasihan itu telah menyadarkan pikiran
kanuruhan Pakis yang gelap. Dan kesadaran itu segera
menghembus awan yang menggelap pada pikirannya, bahwa
tindakannya menghajar mereka tadi hanya suatu peluapan dari
amarahnya. Tetapi bukan suatu pemecahan dari peristiwa yang
dihadapinya. Walaupun dibunuhnya prajurit-prajurit itu, takkan
menyelesaikan persoalan gawat yang harus diselesa ikannya.
Patih Dipa takkan muncul apabila prajurit-prajurit itu dibunuh
mati. "Apa katamu, Gandring" Engkau masih belum tahu akan
kesalahanmu?" ulang rakryan kanuruhan.
796 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mohon paduka melimpahkan ampun yang sebesar-besarnya
bahwa hamba belum tahu kesalahan yang hamba lalukan itu,
gusti" "Kali ini dada ampun lagi bagi kalian semua. Lihat di
pembaringan itu" rakryan kanuruhan menunjuk kearah kantil
"dimana gusti patih Dipa?"
Prajurit-prajurit itu serempak mencurah pandang mata mereka
kearah kantil dan mereka serempak berteriak kaget "Gusti patih
Dipa . . . . !" "Dimana dia?" bentak kanuruhan Pakis.
"Tadi .... tadi gusti patih masih terbaring di kantil itu, gusti"
"Mana brahmana itu!" hardik rakryan Pakis.
"Tadi . . . tadi . . . pun disitu ...."
"Aku tidak menanyakan tadi tetapi sekarang. Dimana gusti
patih Dipa dan brahmana itu saat ini?"
Prajurit-prajurit pucat seketika.
"Babi keparat semua kalian ini!" teriak rakryan Pakis "apa
tugas kalian di sini?"
"Menjaga keselamatan gusti patih Dipa dengan mengawasi
ulah tingkah brahmana itu"
"Dan mengapa kalian tidur semua !" Rupanya prajurit-prajurit
itu sudah menyadari apa yang telah terjadi sehingga
menyebabkan rakryan Pakis sedemikian murka. Serta merta
mereka serempak menelungkup di bawah kaki kanuruhan Pakis
"Gusti, hamba sekalian bersalah besar, melalaikan kewajiban.
Mohon supaya gusti melimpahkan hukuman mati kepada hamba
sekalian" Ada suatu sifat pada diri manusia. Terhadap orang yang
bersalah tetapi tak mau mengakui kesalahannya, orang akan
797 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
marah dan membenci. Tetapi apabila orang itu sudah mengakui
kesalahannya, kemarahanpun reda. Demikian halnya dengan
kanuruhan Pakis. Setelah melampiaskan kemarahan dengan
menghajar mereka, lalu menyadari bahwa tindakan itu bukan
suatu penyelesaian yang diharapkan. Kemudian setelah
mendengar prajurit-prajurit itu mengakui kesalahan dan minta
dihukum mati, makin redalah kemarahannya.
"Sebelum kujatuhi pidana mati itu, lebih dulu aku hendak
memeriksa kesalahan kalian. Apabila kalian memang tak
bersalah, akupun dapat membebaskan kalian dari pidana mati.
Mengapa kalian tertidur semua " Apakah kalian memang
mengabaikan perintahku " Atau apakah kalian minum tuak?"
Prajurit-prajurit itu terbelalak.
(Oo-dwkz-ismoyo-oO) 798 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 11 799 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 800 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Kesadaran mengandung pengertian arti, Mengerti, Ingat atau
Merasa. Kesadaran akan harga diri, berarti tahu dan mengerti
akan martabat, kehormatan atau harkatnya. Ia merasa tentang
martabat, harkat dirinya.
Suatu perasaan, pengertian atau kesadaran akan sesuatu,
menuntut dan dituntut oleh Hak dan Kewajiban.
Kesadaran sebagai titah manusia, akan menimbulkan tuntutan
kearah Hak Ke-manusia-an dan Hak Kemanusiawiannya. Hak
kemanusiaan adalah hak sebagai manusia yang telah dilimpahi
dengan akal dan budi, untuk mengenyam kehidupan sebagai
manusia utuh yang bebas dari kekurangan sarana hidup dan
kesengsaraan lahiriyah. Hak kemanusiawian, adalah hak perasaan sebagai manusia
atau peri-kemanusiaan. Naluri atau Perasaan merupakan mutiara
keluhuran hakiki dari manusia, yang membedakan manusia
dengan segala mahluk lainnya. Perasaan adalah sifat manusia itu
sebagai manusia. Tanpa Perasaan, manusia akan kehilangan sifat
kemanusiaannya. Apabila Hak Ke-manusia-an, merupakan hal-hal yang
menyangkut kehidupan manusia secara lahiriyah maka Hak Ke-
manusiawi-an, adalah hal-hal yang melingkupi kehidupan
batiniah atau rohaniah. Untuk mengenyam kebahagiaan,
ketenangan dan kesejahteraan jiwa sesuai dengan keinginan dan
kepercayaannya. Namun manusia tidak hanya menuntut Hak Kemanusiaan dan
Kemanusiannya, pun juga dituntut oleh Kewajiban Kemanusiaan
dan Kemanusiawiannya. Tiada Hak tanpa kewajiban, seperti tiada
Sebab tanpa Akibat. 801 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyadari Hak Ke-manusia-an, berarti menyadari tanggung
jawab akan Kewajiban Ke-manusia-an. Untuk menikmati
kehidupan secara manusia dalam lingkup kehidupan lahiriah dan
jasmaniah, manusia harus bekerja dan berjuang untuk
meningkatkan sarana kesejahteraan hidup. Menyadari akan Hak
Ke-manusiawian, manusia harus memanusiakan Rasa dan Batin
kedalam mahkota ke-manusiawiannya atau ciri-ciri luhur dari s ifat
manusia. Dan itu berarti kesadaran akan tanggung jawab Rasa
dan Batin, Pikiran dan Jiwanya kepada Hyang Pencipta Agung
yang telah memberi hidup dan menghidupi. Kepada sesama titah
manusia, kepada dunia, negara masyarakat, rumahtangga,
orangtua, suami atau isteri, anak-anak dan diri peribadinya
sendiri. Kesadaran yang mengandung arti tahu, mengerti dan merasa,
amatlah berat. Karena dari Kesadaran itu dituntut suatu
pengalaman dari apa yang telah disadarinya. Karena hanya
sadar, tahu, mengerti, merasa dan menghayati belumlah meliputi
kesempurnaan apabila tidak dicamkan dalam perbuatan amal.
Demikian antara lain yang telah terjadi di gedung kanuruhan
tempat kediaman rakryan kanuruhan Pakis. Prajurit-prajurit yang
dititahkan rakryan Pakis untuk menjaga selama brahmana yang
tak dikenal itu melakukan pengobatan kepada patih Dipa,
menyadari akan tanggung jawab kewajibannya. Mcnj iga berarti
bertanggung jawab atas keadaan dalam ruang yang ditempati
patih Dipa, baik keamanan maupun keselama:an jiwa patih yang
sedang menderita sakit itu.
Gandring, prajurit tertua yang mengepalai kelompok penjaga
itu, gopoh menyahut "Tidak, gusti, hamba sekalian tidak minum
tuak. Hamba mengikuti brahmana itu, sejak memasuki ruang
peraduan gusti patih Dipa hingga mulai melakukan pemeriksaan.
Selama itu dia tak mengucap sepatah kata apapun kecuali ...."
"Kecuali apa?" 802 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selesai melakukan pemeriksaan pada tubuh gusti patih,
brahmana itupun lalu duduk bersila dan pejamkan mata"
"Bersemedhi?" "Demikian gusti" kata Gandring.
"Lalu?" "Hamba perhatikan mulut brahmana itu seperti berkerinyutan"
"Berdoa atau mengucapkan mantra?"
"Mungkin gusti" kata Gandring "tetapi tak kedengaran suara
apa-apa. Hamba mengikuti gerak-geriknya dengan penuh
keheranan. Tetapi entah bagaimana tiba-tiba hamba merasa
diserang kantuk yang hebat sehingga tak kuat rasanya mata
hamba berjaga lagi" "Dan kalian terus terkulai lelap?"
Prajurit Gandring mengiakan. Rakryan Pakis bertanya kepada
kawan kawan Gandring, merekapun memberi jawaban yang
serupa. "Apakah kalian tak ingat bahwa kalian sedang bertugas untuk
menjaga keselamatan gusti patih Dipa ?"
"Pikiran hamba seperti terhanyut dalam kehampaan, gusti
Hamba tak ingat apa-apa lagi"
"Setan alas!" rakryan Pakis menggeram pula. Suatu geram
yang mulai memercikkan rasa amarah terhadap prajurit-prajurit
yang telah me lalaikan tugas itu. Hampir ia memerintahkan
supaya prajurit-prajurit itu ditangkap. Tetapi selintas cahaya telah
membias dalam ingatannya dan serentak tersadarlah ia akan
kenyataan yang terjadi dalam ruang itu "Hm, brahmana itu tentu
menggunakan aji Pany irep untuk me lenakan prajurit-prajurit itu
tersungkur pulas" pikirnya.
803 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Susunan pemerintahan daerah seperti Daha dan Kahuripan,
disesuaikan dengan susunan pemerintah pusat di pura kerajaan
Majapahit. Kahuripan juga mempunyai susunan mentri yang
disebut 'r a k r y a n r i p a k i r a k i r a n m a k a b e h a n' atau
lima kepercayaan raja yang terdiri dari patih, demung,
kanuruhan, rangga dan tumenggung. Patih sebagai kepala dari
kelima mentri ring pakirakiran makabehan yang melaksanakan
pemerintahan. Demung sebagai mentri yang bertugas mengatur
urusan rumahtangga keraton. Kanuruhan sebagai psnghubung
dan mempunyai tugas-tugas melaksanakan tata cara kerajaan.
Tumenggung sebagai panglima. Rangga sebagai pembantu
panglima. Bahwa tidaklah mudah untuk diangkat sebagai mentri dari
pakirakiran makabehan itu, dapatlah dimaklumi. Hanya mereka
yang benir-benar telah teruji kesetyaan-pengabdiannya kepada
raja dan kerajaan, kecakapan dalam tugas-tugas yang d
percayakan kepadanya dan pengetahuan yang mendalam dalam
hal ketataprajaan, barulah dapat diangkat sebagai mentri
pakirakiran makabehan itu. Sudah tentu tak dapat diabaikan
pula, tentang pengalaman dan jasa jasa mereka kepada
kerajaan. Dalam hal itu sudah barang tentu harus melewati suatu
masa pengabdian yang lama, kadang sampai belasan dan
puluhan tahun. Bahwa terlaksananya pengabdian itu kecuali dengan
kesetyaan, kecakapan, pengetahuan, pun disertai pula dengan
keberanian bertindak dengan tegas dan tepat. Keberanian itu
selain berdasar pada penilaian yang benar dan kejujuran, juga
dilambari dengan bekal-bekal ilmu jaya kawijayan dan kesaktian.
Kanuruhan Pakis, pun tak lepas dari perjalanan yang panjang
dan lama dalam pengabdiannya kepada kerajaan sehingga dapat
diangkat sebagai rakryan kanuruhan, mentri yang karena
bertugas sebagai penghubung, amat dekat dengan sang Rani
Kahuripan. Dia telah lulus dari semua ujian, baik dalam hal
804 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesetyaen, kecakapan, pengetahuan, kejujuran, keberanian dan
ilmu ketataprajaan maupun kawijayan.
Menghadapi peristiwa yang mengetarkan hatinya saat itu
maka rakryan Pakis segera menyadari bahwa yang datang
kepadanya itu seorang brahmana sakti. Bukti daripada
penilaiannya itu tak lain adalah kesaktian yang dipancarkan
melalui aji Panyirep yang telah membuat beberapa penjaga
terkulai pulas. Ia tahu bahwa aji Panyirep yang ampuh
mempunyai daya kesaktian yang hebat. Dan menilik bagaimana
dalam waktu yang amat singkat sekali, para prajurit itu telah
tertidur maka makin kuatlah dugaan kanuruhan Pakis bahwa
brahmana itu memiliki tataran ilmu yang tinggi.
Setiap kesan menimbulkan kesimpulan dan kesim-pulanpun
melahirkan bermacam pemikiran "Jangankan prajurit setingkat
Gandring dan kawan-kawannya, sekalipun para penjaga itu terdiri
dari bhayangkara keraton yang digdaya, rasanya tak mungkin
dapat terhindar dari serangan aji Panyirep yang sedemikian
ampuh" pikir rakryan Pakis. Ia membayangkan bhayangkara
sebagai ganti prajurit Gandring dan kawan-kawannya, namun
dalam hati ia merasa tersipu-sipu. Karena ia sengaja menghindar
dari suatu bayangan yang berupa dirinya sendiri. Ya,
demikianlah, andaikata dia sendiri yang menjaga ruang peraduan
patih Dipa, dapatkah dia bertahan diri terhadap pembiakan daya
sakti aji Panyirep yang dikembangkan brahmana itu "
Keseganan untuk membayangkan dirinya sebagai yang
menjaga ruang peraduan patih Dipa itu, menimbulkan suatu
imbalan rasa dalam hatinya. Imbalan rasa dapat memaafkan
kesalahan Gandring dan kawan-kawannya. Dan timbulnya rasa
memaafkan itu segera disusul dengan langkah pemikiran l;bih
lanjut. Peristiwa itu besar sekali artinya. Apabila brahmana itu
seorang jahat, lebih lebih apabila dia salah seorang dari sisa
pengikut Dharmaputera ra Taica, tentulah keselamatan jiwa patih
Dipa akan terancam. Patih Dipa merupakan tokoh narapraja yang
805 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang menjulang cemerlang dalam tampuk pemerintahan
Majapahit. Seorang patih yang karena kesetyaan dan jasa2
pengabdiannya kepada kerajaan, telah mendapat kepercayaan
besar dari pucuk pemerintahan Majapahit. Pikir rakryan Pakis.
Teringat akan kedudukan patih Dipa, makin menimbulkan
ketegangan yang keras dalam pikiran rakryan Pakis. Ia segera
menyadari akan pentingnya diri patih Dipa pada saat itu. Seri
baginda Jayanagara telah wafat dan singgasana Tikta-Sripala
kosong karena pengganti raja belum diangkat "Ah, betapa akan
gempar pura Majapahit, dewan Sapta-prabu, para mentri,
senopati dan seluruh kawula, apabila mendengar pauh Dipa telah
hilang diculik seorang brahmana dan ...." serentak rakryan Pakis
pejamkan mata kencang-kencang karena hendak menghalau
Suatu pembayangan yang ngeri. Ia tak berani mengatakan hal itu
dengan mulut, tak berani pula membayangkannya. Pada hal
hanya sebuah kata belaka. Namun bayangan itu lebih kuat,
menolak usaha rakryan Pakis yang hendak menghapusnya dan
tetap mengawang-awang diluar jendela hatinya dan menggetarkan suara sayup-sayup 'mati, mati...."
Kemudian terpercik pula suatu bayangan lain "Tidakkah gusti
Rani Kahuripan akan terkejut apabila mendengar berita itu"
Apabila aku dinyatakan bersalah dan dipidana mati, aku masih
merasa bahagia. Tetapi apabila berita itu sampai mengakibatkan
gusti Rani menderita kejut hebat yang menggoncangkan
perasaan hati dan mengakibatkan beliau sakit atau sampai ...."
kembali dia pejamkan mata kencang-kencang dan mengguncang-
guncang kepala seolah hendak mengusir bayang-bayang dari
kata yang mengakhiri rangkaian bayangannya itu. Juga kata-kata
itu hanya sepatah dan artinya-pun serupa seperti yang
dibayangkan terhadap diri patih Dipa beberapa jenak tadi.
"Mungkin, mungkin saja demikian akibatnya. Karena saat ini
sang Rani sedang menantikan keputusan dari sayembara itu dan
806 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
patih Dipalah yang dipercayakan untuk menyelesaikannya, duh,
dewata agung, ampunilah kedosaan hamba . ...
Rakryan Pakis mendekap mukanya yang terasa seperti pecah
digempa urat-urat yang meregang tegang. Tubuhnya menggigil
keras. Prajurit Gandring dan kawan-kawannya menyaksikan
keadaan rakryan kanuruhan sedemikian tegang, pun ikut
terhanyut dalam ketegangan. Mereka menyadari telah memberikan s iksa kepada junjungannya. Rupanya Gandring yang
tertua diantara kawan-kawannya, dapat menyelami apa yang
sedang diderita rakryan kanuruhan itu. Seketika timbullah
hasratnya untuk menolong sang junjungan. Dia harus


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanggung jawab sepenuhnya atas segala yang telah terjadi
dengan patih Dipa. Dia harus berkorban, demi menebus
kesalahan dan menyelamatkan penderitaan rakryan Pakis.
"Gusti, hambalah yang bertanggung jawab seluruhnya atas
peristiwa ini. Ampunilah dosa hamba, gusti ... ."
Rakryan Pakis tersentak mendengar ucapan Gandring. Ia
anggap pernyataan itu hanya suatu ulangan daripada yang
dinyatakan Gandring tadi. Seketika timbullah kemarahannya. Dia
hendak mendamprat prajurit bawahannya yang dianggapnya
hanya pandai bermain lidah meminta ampun. Tetapi sebelum ia
sempat melepaskan kedua tangan yang mendekap mukanya,
tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara jeritan nyaring "Kakang
Gandring . . . . !" Cepat ia membuka mata dan memandang ke muka. Ah,
betapa kejutnya ketika menyaksikan suatu pemandangan yang
mengerikan. Beberapa prajurit sedang memapah tubuh Gandring
yang berlumuran darah. Tangan Gandring mencekal tangkai
belati yang tertanam pada uluhatinya. Dari batang belati di dada
Gandring itulah darah mengalir deras, membasahi celana dan
memerah lantai. 807 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serentak sadarlah rakryan Pakis apa yang telah terjadi pada
Gandring "Gandring, mengapa engkau melakukan hal itu"
serunya seraya menghampiri.
Saat itu Gandring telah direbahkan di lantai dipangku oleh
seorang prajurit. Wajahnya pucat lesi. Mendengar teguran
rakryan Pakis, dia paksakan diri untuk merentang mata yang
sudah nanar "Gusti, ampunilah hamba .... kawan-kawan"
Gandring mengeliarkan pandang kepada prajurit-prajurit yang
mengerumuninya "kuminta kamu sekalian menjadi saksi bahwa
hilangnya gusti patih Dipa itu adalah seluruhnya menjadi
tanggurg jawabku. Bukan kesalahan gusti rakryan kanuruhan,
bukan kesalahan kalian"
"Gandring, mengapa engkau melakukan hal itu?" seru rakryan
Pakis pula. "Inilah pengabdian hamba sebagai prajurit dan abdi paduka,
gusti ...." "Gandring" rakryan Pakis berteriak kaget dan cepat
berjongkok memegang tangan Gandring. Tetapi kepala Gandring
sudah melentuk lunglai dan melayanglah jiwanya kembali ke
asalnya. Kanuruhan Pakis tertegun dalam kemanguan. Tiada lagi ia
teringat akan peristiwa diri patih Dipa, melainkan seluruh
semangat dan perhatiannya terpagut oleh peristiwa yang
menimpa diri Gandring. Gandring telah bunuh diri sebagai
pernyataan menebus kesalahannya. Gandring telah merelakan
nyawanya untuk memikul seluruh tanggung jawab atas hilangnya
patih Dipa. "Dia sungguh perwira. Tahu akan sumpah seorang prajurit.
Tahu akan membalas budi kepada junjungannya. Tahu pula
untuk menolong kawan. Kesetya-annya akan tanggung jawab
pada tugas, junjungan dan sesama kawan, memancarkan sifat-
808 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sifat prajurit utama yang dimilikinya" berlinang-linang airmata
keharuan menyembul di sudut pelapuk mata kanuruhan Pakis.
"Ternyata sifat perwira dan luhur, bukan milik golongan
ksatrya, para priagung dan nayaka berpangkat tinggi serta
orang-orang besar. Pun seorang prajurit berpangkat rendah dan
seorang keturunan rakyat kecil seperti Gandring, dapat
memilikinya juga kesan dan kesimpulan silih berganti me lintas
lalang dalam benak rakryan Pakis. Dan serentak timbullah
lintasan pikiran yang menuntut kepadanya "Hm, Pakis, engkau
seorang priagung tinggi yang mempunyai kedudukan sebagai
kanuruhan. Mengapa engkau kalah dengan seorang prajurit
rendah bawahanmu " Demi bertanggung jawab akan peristiwa
patih Dipa, Gindring berani bunuh diri untuk menebus
kesalahannya. Mengapa engkau tidak" Bukankah peristiwa
hilangnya patih Dipa Itu terjadi di gedung kediamanmu"
Tidakkah prajurit-prajurit itu hanya orang bawahanmu" T idakkah
gusti Rani Kahuripan dan seluruh kawula bahkan kerajaan dan
segenap kawula Majapahit akan menimpakan kesalahan itu
kepada dirimu" Mengapa tak engkau lakukan langkah seperti
Gandring" Tidak beranikah engkau menebus dosamu dengan
tindakan seperti Gandring itu ?" Melingkar-lingkar urat-urat dahi
sang kanuruhan diregang ketegangan. Menggigil tubuhnya
diguncang gejolak hatinya yang dituntut suara dari naluri hatinya
sebagai seorang ksatrya agung. Hampir runtuhlah imannya
dilanda tuntutan yang bertubi-tubi mendera perasannya "Malu,
sungguh memalukan sekali kalau aku seorang priagung harus
kalah perwira dengan seorang prajurit rendah bawahanku"
serentak memancar hawa panas yang membakar tubuhnya
sehingga sepasang matanya merah membara, darahpun
mendidih. Serentak tangannya bergerak-gerak meraba tangkai
keris yang terselip di pinggangnya.
Tiba-tiba disaat pikiran kanuruhan Pakis yang gelap itu hendak
melaksakan suara tuntutan nuraninya, ia tersentak kaget karena
mendengar suara jeritan seorang prajurit
809 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Konang jangan !"
Digetar rasa kejut, lenyaplah kemelut yang sedang bergolak
dalam hati rakryan Pakis. Kesadaran berhamburan menyiak kabut
gelap yang menghitam pikirannya. Ia memandang ke muka.
Dilihatnya dua orang prajurit tengah merejeng seorang kawannya
yang sedang mencekal pedang dengan ujung mengarah ke
dadanya. Serentak ia tahu apa yang akan dilakukaa prajurit
bernama Konang itu "Konang lepaskan pedangmu" perintah
rakryan Pakis dengan suara bengis. Seorang Gandring sudah
cukup, jangan jatuh korban yang kedua lagi.
"Berani benar engkau me langgar perintahku, Gandu" tegurnya
lebh lanjut. Prajurit Konang yang sudah me lakukan perintah rakryan Pakis
untuk melepaskan pedangnya segera berdatang sembah
"Ampun, gusti. Sekali-kali hamba tak berani melanggar titah
paduka" "Apakah aku menyuruhmu bunuh diri?"
"Tidak, gusti. Itu adalah kemauan hamba sendiri karena
hamba hendak belapati kepada kakang Gandring"
"Konang" seru rakryan Pakis dengan bengis "apa tugas yang
kuberikan kepadamu disini?"
"Menjaga keselamatan gusti patih Dipa. Gusti"
"Dan ternyata engkau tak mampu melakukan tugas itu,
bukan?" "Ampun gusti, hamba sanggup merelakan jiwa hamba sebagai
penebus kesalahan hamba"
"Hm, apakah dengan bunuh diri itu engkau kira sudah
menebus dosa ?" "Ampunilah kesalahan hamba apabila hamba menghaturkan
kata-kata yang salah" kata prajurit Konang. Biasanya para
810 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
prajurit itu tak berani berbanyak kata apabila berhadapan dengan
rakryan kanuruhan Pakis. Tetapi entah bagaimana, saat itu
Konang dapat dan berani bicara dengan tangkas. Memang
demikian daya dari seorang yang sudah tak mengabaikan jiwanya
lagi. Matipun sudah direlakan mengapa bicara saja takut.
"Hm" desus rakryan Pakis.
"Seseorang yang telah melanggar undang-undang pidana mati
adalah hukuman yang terberat sendiri. Demikian dengan seorang
prajurit yang karena tak mampu melaksanakan tugas yang
disandangnya sehingga menimbulkan malapetaka yang besar,
pun harus mati" "Itu pendirianmu ?"
"Demikian, gusti"
"Konang" seru rakryan Pakis "apakah dengan bunuh diri itu
kesalahanmu sudah bebas?"
"Mati adalah persembahan terakhir dari setiap kesalahan, gusti
rakryan" "Benar" diluar dugaan kali ini rakryan Pakis mengiakan
"karena dengan begitu engkau terlepas dari tanggung jawab
tugasmu Jelas engkau hendak mencari pengamanan diri, lari dari
tuntutan tanggung jawabmu itu"
Konang tertegun. .. "Tetapi jangan mengira kalau engkau
sudah bebat dari dosa yang akan membayangimu. Engkau tetap
berdosa, bahkan bertumpuk gandalah kedosaanmu itu" kata
rakryan Pakis pula. Konang memandang kehadapan rakryan kanuruhan dengan
pandang bertanya. "Jelasnya" kata rakryan Pakis "tindakanmu bunuh diri itu
hanya suatu cara untuk mencari enak sendiri. Betapa tidak"
Pertama, adakah setelah engkau mati, peristiwa itu akan selesai,
811 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gusti patih Dipa akan kembali " Kedua, apabila gusti patih Dipa
sampai tertimpa bencana yang tak diharapkan, bukankah bumi
Majapahit akan goncang digempa bencana" Saat ini kerajaan
Majapahit masih belum mempunyai junjungan baru, singgasana
masih belum terisi seorang raja baru. Demi kepentingan itulah
maka gustimu patih Dipa telah diutus oleh kerajaan untuk
mengundang gusti Rani Kahuripan supaya berkunjung ke pura
Majapahit untuk merundingkan pengangkatan raja yang baru.
Dan ketahuilah pula, bahwa kemungkinan besar dewan keraton
Majapahit akan mengangkat gusti Rani Kahuripan sebagai raja
puteri dari kerajaan Majapahit"
"Demikian kedudukan gustimu patih Dipa dalam golak suasana
yang saat ini sedang mengabut kerajaan Majapahit" kata rakryan
Pakis me lanjut "apabila gustimu patih Dipa sampai tertimpa
bahaya maka dapatlah kita bayangkan, bencana apa yang akan
melanda kerajaan Majapahit nanti. Gusti Rani Kahuripan a-kan
terkejut dan berduka sekali. Lebih pula apabila hasil daripada
sayembara yang dititahkan itu, tak berkenan pada hati gusti
Rani. Engkau tahu betapa sifat seorang puteri luhur itu. Seorang
puteri utama lebih senang merelakan jiwanya daripada menerima
kenyataan yang tak sesuai dengan isi hatinya. Lebih baik musna
daripada menanggung aib dan hina. Apabila gusti Rani benar-
benar melakukan langkah yang tak kita inginkan sampai terjadi
itu, tidaklah kerajaan Majapahit akan geger?"
Konang mulai menggigil. "Ingat, Konang" seru rakryan Pakis pula "suasana itu pasti
akan melemahkan kerajaan Majapahit, Dan setiap kelemahan
negara hanya mengundang bencana-bencana yang berupa
kekacauan keamanan, kemacetan roda pemerintahan dan pada
saat-saat seperti itulah musuh-musuh Majapahit, baik musuh dari
dalam maupun dari mancanagara akan berbondong-bondong
menyerang. Setiap kekacauan, kekalutan dan pemberontakan
tentu akan membuat negara rusak, rakyat sengsara, jalan dan
812 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lorong, alun-alun dan tegal lapangan akan merah diwarnai darah
mayat-mayat yang bergelimpangan bertumpang tindih. Apalagi
kalau musuh dari mancanagara menyerang dan timbul
peperangan, bumi Majapahit tentu akan diinjak-injak oleh kaki-
kaki kotor dari musuh yang menduduki pura kerajaan"
"Konang" seru rakryan Pakis setengah berteriak keras
"katakanlah! Berapa kali engkau harus menitis di dunia lagi untuk
menebus dosamu yang tak terhitung besarnya itu! Engkau
melarikan diri dengan bunuh diri tetap engkau masih
meninggalkan ma lapetaka yang akan menghancurkan kerajaan
dan kawula Majapahit!"
Konang makin gemetar keras. Sedemikian keras sehingga
terdengar bunyi gerahamnya yang bergemerutukan saling
bergesek. Bagai sebatang pohon lapuk yang diguncang angin,
robohlah Konang meniarap dibawah kaki rakryan Pakis
"Gusti .... gusti .... hamba berdosa besar ...."
"Hm, engkau sudah menyadari kesalahanmu?"
"Demikian gusti"
"Lalu bagaimana tindakanmu ?"
"Hamba mohon agar gusti berkenan melimpahkan titah
kepada hamba, apa yang harus hamba lakukan. Hamba
bersumpah akan menyerahkan jiwa raga hamba untuk mencari
gusti patih Dipa. Hambapun rela menerima pidana apapun yang
paduka limpahkan atas diri hamba. Tetapi hamba pantang bunuh
diri sebagai seorang pengecut yang melarikan diri dari tanggung
jawab." "Baik" kata rakryan Pakis "sekarang kerahkan semua kawan-
kawanmu prajurit untuk mencari gusti patih Dipa. Malam ini juga
dan jangan kembali sebelum membawa gusti patih Dipa!"
Setelah memerintahkan supaya mayat Gandring dirawat
sebaik-baiknya untuk dikubur keesokan hari, rakryan Pakispun
813 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali ke ruang dalam. Ia masih terkesan akan peristiwa yang
telah terjadi di ruang peraduan patih Dipa. Membayangkan
tindakan Gandring dan yang hampir diikuti Konang, diam-diam
tersibaklah hati rakryan Pakis dalam gejolak kcsipuan. Ia malu
karena hampir saja diapun melakukan seperti apa yang hendak
dilakukan Konang. Andaikata Konang tidak me lakukan keinginan
bunuh diri dan diteriaki kawannya yang mencegahnya,
kemungkinan besar diapun sudah menjadi mayat.
"Ah" diam-diam ia menghela napas bersyukur kepada Konang.
Karena melihat perbuatan Konang, bangunlah kesadarannya dan
lenyaplah kegelapan yang mencengkam pikirannya. Kesadaran
itu makin mempertebal keyakinan, bahwa apa yang ia katakan
kepada Konang itu benar. Bunuh diri bukan jalan yang tepat
untuk menyelesaikan peristiwa hilangnya patih Dipa. Dalam
menghadapi peristiwa itu, bukanlah cara-cara seorang ksatrya
harus bertindak apabila te lah me lakukan kesalahan besar kepada
tngasnya, melainkan harus didasarkan pada kepentingan negara
dan rakyat. Kesalahan atau tanggung jawab, tidak cukup
diselesaikan dengan bunuh diri, melainkan harus dengan cara
untuk memperbaiki kesalahan itu dan menunaikan tanggung


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawab itu sampai tuntas. Rakryan Pakispun menyadari pula akan kesalahannya dalam
kesalahan itu. Walaupun yang lalai itu para prajurit yang
ditugaskan untuk menjaga keselamatan patih Dipa, tetapi mereka
adalah anakbuahnya, orang pengalasan yang menjadi bawahannya. Dia sebagai atasan atau pimpinan harus mengambil
alih kesalahan itu sebagai kesalahannya. Apa lagi peristiwa itu
terjadi di gedung kediamannya, dialah yang harus bertanggung
jawab. Rani Kahuripan, pemerintah kerajaan dan seluruh kawula
Majapahit akan menumpahkan kemarahan mereka kepada
dirinya, bukan kepada prajurit-prajurit itu
"Ah" ia mendesah pula untuk menghembus rasa sipu yang
menyesak hatinya. Walaupun keputusannya tadi tak jadi
814 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilaksanakan tetapi dia sudah memiliki angan-angan itu, berarti
martabatnya serupa dengan martabat Gandring dan Konang.
Memang demikianlah adat kebiasaan rakryan Pakis pada
masa-masa usianya meningkat lanjut. Tiap malam sebelum
memejamkan mata di peraduan, dia tentu merenungkan kembali
segala sesuatu yang dilakukan hari itu. Hal itu dilakukannya demi
kepentingan tugasnya sebagai seorang kanuruhan. Ia menyadari
bahwa makin tinggi puncak sebatang pohon, makin mudah
berayun-ayun digoncang angin. Makin tinggi martabat dan
kedudukan seseorang, makin mudah digoncang ancaman yang
berupa usaha-usaha dari fihak yang tak menyukai atau yang iri
pada dirinya. Paling tidak, ancaman itu berupa serangan desas
desus yang bersifat mencemarkan dan memfitnah
"Aku seorang titah manusia yang tak terluput dari kekilafan
dan kesalahan" demikian yang menjadi landasan pendiriannya
"andaikata aku bertanggung jawab atas diri peribadiku sendiri, itu
masih tak mengapa. Tetapi dalam kedudukan sebagai
kanuruhan, aku harus bertanggung jawab kepada raja dan
kawula" Kanuruhan Pakis tidak mengelak akan dapat terhindar dari
kesalahan. Tetapi dengan cara renungan malam yang
dilakukannya tiap ma lam itu, paling tidak dia dapat memperkecil
kesalahannya. Oleh karena peristiwa tadi sedemikian mengguncangkan
perasaannya maka tidak menunggu sampai ma lam, saat itu
setelah tiba di pendapa dalam, dia segera merenungkannya
"Yang penting, bukan menyesali apa yang telah terjadi tetapi
harus menyelamatkan apa yang telah terjadi tadi. Aku telah
berbanyak kata menyadarkan Konang maka akupun harus lebih
dapat bertindak melaksanakannya sendiri" pikirnya.
Serentak rakryan Pakispun beranjak masuk kedalam ruang
peraduan dan mengambil tombak yang terpancang pada tempat
rak pusaka. Lalu bergegas keluar.
815 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-myrna-kz-ismo-oO) Malam tenang dan sunyi. Karena semua kegiatan mahluk di
bumi beristirahat. Istirahat bukanlah berhenti. Istirahat bersifat
sementara untuk kemudian bergerak pula. Sedang berhenti
mengandung sifat untuk jangka waktu yang lama bahkan
mungkin selama-lamanya. Tetapi sesungguhnya terjadi juga kehidupan itu pada malam
hari. Kehidupan dengan segala kegiatan gerak. Mimpi, misalnya,
merupakan penghamburan dari sesuatu yang telah mengendap
pada siang hari, entah hari ini, kemarin atau waktu-waktu yang
lampau. Ada pula, mimpi yang sesungguhnya, merupakan
lambang dari suatu sasmita gaib. Dan mimpi selalu terjadi pada
malam hari. Mimpi di s iang hari, dijadikan kiasan sebagai sesuatu
yang tak mungkin. Mimpi merupakan gerak dari getar-getar pikiran. Adakah
mimpi itu merupakan bunga atau penghias tidur atau suatu
sasmita, tetapi yang nyata pikiran manusia masih bergerak. Dan
tiap malam entah berapa banyak orang yang mengidap imp:an
itu. Pun binatang, unggas maupun serangga yang ditakdirkan
harus mencari makan pada malam hari, menambah keramaian
pula pada kehidupan malam. Malam angkasa selalu bertabur
bintang dan rembulan. Adakah mereka dapat berbahasa dengan
isyarat pancaran sinar, tiada manusia yang lahu. Tetapi yang
jelas, terjadilah kesibukan dalam kehidupan bintang kemintang di
malam hari. Untuk memancarkan cahaya, mempertahankan
keseimbangan diri dari daya tarik bumi sehingga tak sampai
terjadi perpindahan atau meluncur hingga hancur dan lain-lain
kegiatan serta kesibukan.
Di bumi, di angkasa, di samudera dan disegenap penjuru
semesta, tak pernah kenal akan istilah beihrnti. Semuanya tetap
bergerak dan selalu bergerak. Dan ge-rak itu adalah kesibukan
816 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kegiatan, baik secara badaniah maupun rohaniah, nyata dan
tak nyata. Dan juga di bumi belah timur pulau Jawadwipa, tepatnya
disebuah hutan yang terletak di telatah Kahuripan, terdapat
kesibukan dan kegiatan gerak hidup pada malam hari itu.
Seorang lelaki setengah baya dalam dandanan sebagai seorang
brahmana tengah duduk dalam sebuah gua. Di hadapannya
membujur sesosok tubuh manusia. Sepasang matanya terpejam,
tubuh tak bergerak seperti sesosok mayat. Tetapi sebenarnya dia
belum mati. Brahmana itu duduk bersila dalam sikap mudra semedhi.
Namun dia bukan menghampa pikiran untuk mencapai
keheningan melainkan tengah melayangkan ingatan kearah
kenangan yang lampau, pada sebuah peristiwa yang terjadi
dalam sebuah hutan. Pada waktu itu dia masih muda dan tengah
berkelana dengan tujuan ke pura Majapahit. Ketika tiba di hutan
itu tiba-tiba turunlah hujan yang amat deras sehingga dia
terpaksa meneduh dibawah pohon majakeling. Tiba-tiba ia
terkejut mendengar teriak jeritan seorang anak gembala. Ah,
ternyata anak gembala itu berteriak memberi peringatan
kepadanya akan ancaman bahaya dari seekor ular yang hendak
menyambar kepalanya. Ia melonjak hendak menolong anak
gembala itu tetapi sebenarnya dialah yang ditolong anak gembala
itu. Ia tak tahu ular yang akan menyambar dan karena ia loncat
ke muka maka terluputlah dia dari bahaya maut "Ah, anak
gembala itulah yang menolong jiwaku" kata brahmana itu dalam
renungannya. Dan pada saat itulah dia pertama berkenalan
dengan seorang anak gembala yang mengaku bernama Dipa
alias Gajah. Ia merasa tertarik akan raut wajah anak itu yang luar biasa.
Kepala, dahi, muka, hidung, mulut dan telinganya serba besar.
Suatu raut yang luar biasa. Kemudian pada saat dia tengah
menuturkan sebuah cerita tentang peristiwa besar dalam sejarah
817 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan Majapahit karena timbulnya pemberontakan dari Adipati
Tuban Rangga Lawe, tiba-tiba muncullah seorang pandita.
Pandita itu langsung menuduh dia sebagai Kuda Anjampiani
putera mendiang adipati Rangga Lawe dan Membujuknya supaya
ikut dalam himpunan Wukir Polaman yang hendak membebaskan
Daha dari kekuasaan Majapahit. Pandita itu menyinggung-
nyinggung tentang kematian adipati Rangga Lawe dan membakar
hatinya bahwa sebagai seorang putera dari adipati yang telah
tewas dalam peperangan melawan pasukan Majapahit,
seharusnya Kuda Anjampiani yang telah menjadi seorang
brahmana dengan gelar Anuraga, ikut dalam himpunan Wukir
Polaman. Bukankah dengan demikian brahmana Anuraga akan
dapat menunaikan dharma-baktinya sebagai seorang putera yang
wajib menuntut balas atas kematian ayahandanya sang adipati
Rangga Lawe" Namun ia menolak bujukan itu. Ia tetap berpegang teguh
pada pendirian bahwa kematian ayahandanya Rangga Lawe itu
adalah persoalan peribadi yang berkisar pada rasa tak puas
ayahandanya atas tindakan seri baginda Kertarajasa, rajakulikara
atau cikal-bakal kerajaan Majapahit. Seri baginda telah
mengangkat Nambi sebagai patih sedangkan Rangga Lawe yang
merasa lebih banyak berjasa hanya diangkat sebagai seorang
adipati di T uban, sebuah daerah yang tandus.
Jika kematian ayahandanya Rangga Lawe itu bersifat
pembunuhan peribadi maka layaklah dia sebagai seorang putera,
menuntut balas kepada orang itu. Tetapidalam peristiwa
kematian ayahandanya itu, lebih cenderung untuk digolongkan
kedalam lingkup urusan pemerintahan. Pemerintahan yang
menjadi pusat tegaknya negara Majapahit dan pengayonaan
seluruh kawulanya. Oleh karena itu dia tetap setya mengabdi
kepada Majapahit. Bukan kepada seri baginda yang kebetulan
bernama Kertarajasa ataupun pengganti penggantinya dikemudian hari. Melainkan tertuju pada negara dan kawula
Majapahit. Ayahandanya adalah salah seorang ksatrya yang
818 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjuang bersama raden Wijaya untuk membangun kerajaan
Majapahit. Bahwa ayahandanya telah memberonlak dan tewas
dalam pertempuran, itu adalah persoalan peribadi ayahandanya
terhadap sesuatu yang dirasakan tak adil. Tetapi bahwa semula
ayahandanya ikut berkecimpung dalam perjuangan mendirikan
negara Majapahit, itu suatu kenyataan bahwa ayahandanya
memang mengandung cita-cita terbentuknya sebuah negara
yang besar, kuat dan jaya di Jawadwipa. Maka sebagai putera, ia
harus melanjutkan cita-cita mendiang ayahandanya, menjadi
pandu yang selalu siap membela negara Majapahit.
Pandita itupun marah lalu terjadi pertempuran. Dalam
pertempuran itu ia telah terluka oleh senjata trisula beracun yang
digunakan pandita itu. Ternyata pandita itu bukan seorang
pandita yang sesungguhnya melainkan seorang pemuda Daha
yang bernama Windu Janur, putera dari Rangga Janur yang
dahulu menjadi senopati kerajaan Daha Jayakatwang dan dalam
peperangan melawan pasukan raden W ijaya, telah mati ditangan
Seruling Samber Nyawa 6 Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Walet Emas Perak 9
^