Sumpah Palapa 19
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 19
1126 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rasa. Yang tampak hanyalah gumpalan kabut yang menggun-
duk perkasa bagaikan sebuah gunung, lambang dari kekuatan
Rasa yang telah membeku kokoh.
"Benar" akhirnya patih Dipa harus mau mengakui kenyataan
itu "rasa setya bhakti mereka terhadap Daha memang sukar
dikikis habis. Himpunan Wukir Polaman telah dapat kutundukkan
tetapi kini muncul pula sebuah himpunan baru Topeng Kalapa.
Apabi'a Topeng Kalapa kuhancurkan, adakah akan tumpas ludas
rasa cinta kepada tanah Daha yang tertuang pada semangat
juang dari para ksatrya Daha itu?"
"Ah" desuh patih Dipa "rasanya tak mungkin. Tentu akan
timbul pula suatu himpunan baru dari putera-putera Daha ....
Hm, memang suatu hal yang tak menyenangkan dan
mengganggu batinku" katanja pula "tetapi salahkah tindakan
mereka?" Kembali patih Dipa tak lekas memberi jawaban melainkan
menjelajahi alam renungan lebih dahulu. Beberapa saat
kemudian barulah dia mulai dapat membuaf penilaan. "Dari
pendirianku baik sebagai seorang pejuang maupun seorang
narapraja Majapahit, tindakan mereka itu salah dan harus
ditindas. . "Tetapi dari fihak mereka, pendirian itu memang tak salah.
Salahkah seorang pejuang memperjuangkan kebebasan dari
tanah tumpah darahnya ?" bertanya patih Dipa dalam hati "tidak.
Mereka tak salah. Mereka merasa bahwa Daha itu pernah
menjadi sebuah kerajaan yang besar dan jaya. Mereka merasa
wajib untuk membangkitkan pula kejayaan itu. Ya, mereka
memang tak salah" "Lalu haruskah kubiarkan mereka melaksanakan cita-citanya
itu?" tanya pula patih Dipa "tidak. Aku takkan membiarkan
mereka bertindak demikian karena hal itu berarti mengganggu
keamanan kehidupan Daha dan menggoyahkan kepercayaan
1127 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rakyat Daha akan kemampuan pemerintah Majapahit untuk
memberi perlindungan dan pengayoman kepada mereka"
Sekarang patih Dipa berhadapan dengan dua hal yang saling
bertentangan. Sebagai seorang ksatrya pejuang dia tak dapat
mempersalahkan tindakan ksatrya-ksatrya Daha. Tetapi sebagai
seorang narapraja dia tak dapat membiarkan mereka berbuat
demikian. Antara kedua kenyataan yang saling bertentangan itu,
harus terdapat cara dan jalan untuk memecahkannya atau ia
akan menghadapi kegagalan lagi dalam rangka memulihkan
keamanan Daha. Lama patih Dipa terbenam dalam renung yarg tiada berujung.
Ia merasa be'apa sukar untuk memecahkan kedua persoalan itu.
Namun ia percaya bahwa setiap masalah itu tak ada yang tak
dapat dipecahkan. Apabila macet hanyalah karena belum
menemukan jalan yang sesuai.
Akhirnya ia tiba pada suatu penemuan bahwa setiap
kesukaran harus dicari pada sumbernya. Apabila telah dapat
menemukan sumbernya maka mudahlah untuk memecahkan
persoalan itu. Semisal dengan bengawan Brantas yang setiap
tahun meluap, menimbulkan kerusakan dan kerugian pada
rakyat. Tak mungkin bengawan itu hanya dibendung atau di
tambak selama sumber mata airnya masih mengalirkan air.
"Untuk menutup sumber mata air sungai Brantas memang tak
mungkin, tetapi apabila di bagian hulu sungai, diusahakan
beberapa saluran dan waduk, tentu akan berkuranglah bahaya
banjir itu. Bahkan air yang semula merupakan momok bagi
rakyat, akan dapat disalurkan untuk mengairi sawah dan ladang.
Akan bermanfaat bagi kehidupan rakyat"
Bertolak pada masalah bengawan Brantas yang setiap tahun
menimbulkan banjir dan cara-cara penanggulangannya maka
berlabuhlah pengembaraan renung patih Dipa itu pada suatu
kesimpulan "Tiada manusia dan benda dalam jagad ini yang tak
1128 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berguna. Soalnya hanya kita manusia yang belum menemukan
cara penggunaannya" Setelah menemukan landasan di mana dan bagaimana ia
harus berpijak maka mulailah ia merenungkan cara-cara untuk
mengatasi para pejuang Daha.
"Rasa bhakti setya kepada Daha, tak mungkin dapat dikikis
habis. Rasa itu harus dihadapi dengan rasa. Rasa setya negara
dari para pejuang Daha itu harus diluluhkan dengan rasa yang
menganggap perbuatan mereka itu tidak benar. Yang mampu
melanda perasaan para pejuang Daha itu tak lain hanyalah rakyat
Daha sendiri. Dan agar rakyat Daha memiliki keyakinan untuk
menganggap tindakan para ksatrya Daha itu salah, haruslah
mereka benar-benar merasakan dan menghayati bahwa apa yang
d cita-citakan oleh para pejuang Daha itu sesungguhnya sudah
terlaksana dalam kenyataan. Keamanan terjamin, kehidupan
makin mantap, pembangunan dan sarana-sarana kemakmuran
telah berkembang, kesejahteraan makin lama kian meningkat.
Tidakkah hal itu sesuai dengan yang dituntut para pejuang
Daha?" "O" tiba-tiba patih Dipa tersentak dalam hati "mungkin para
pejuang itu masih menuntut lebih jauh. Mereka bukan hanya
menghendaki semua kenyataan yang telah terlaksana dalam
kehidupan rakyat Daha, melainkan masih menghendaki
kemerdekaan Daha, kebangunan kerajaan Daha seperti pada
jenan raja Jayakatwang dan raja-raja Daha pada waktu dulu"
"Jika demikian yang menjadi tuntutan mereka, tidakkah semua
kenyataan sekarang ini akan hapus ibarat panas setahun hapus
oleh hujan sehari " Usaha yang kulakukan selama bertahun-
tahun untuk memajukan kehidupan Daha, hapus dengan satu
tuntutan saja " Tuntutan untuk mengembalikan kebebasan Daha
dan membangun Daha menjadi sebuah kerajaan lagi?"
"Tidak !" serentak tergugah pula semangat kemarahan patih
Dipa yang sudah hampir mengendap tadi "selama hayat masih
1129 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikandung badan, aku takkan membiarkan mereka melanjutkan
tuntutan itu. Jika tiada jalan lagi, aku harus menggunakan
kekerasan untuk membasmi mereka?"
Geramlah hati patih Dipa. Rasa tak puas meluapkan
kemarahan kepada para pejuang Daha yang dianggapnya buta
akan kenyataan, keras kepala dan berpandangan sempit "Mereka
memimpikan untuk mengembalikan kejayaan masa lampau.
Mereka hendak memutar roda sejarah kembali ke jeroan
beberapa puluh tahun yang lampau. Mereka ingin supaya surya
tidak terbit dari timur tetapi dari barat dan menuju ke timur.
Mereka, mereka ah ... ."
Patih Dipa merasa telah terhanyut dalam gelombang
kemarahan. Dan pikirannyapun segera tertumpah untuk mencari
kesalahan pejuang-pejuang Daha itu. Dia menyadari hal itu dan
hentikan kata-katanya. Diapun menyadari bahwa tindakan para
pejuang Daha itu merupakan suatu masalah gawat. Masalah
yang sudah berlarut-larut berjalaa hingga bertahun-tahun dan
tak pernah mendapat penyelesaian yang sempurna. Haruskah dia
menempuh jalan kekerasan yang ternyata tak berhasil itu "
Buktinya, Wukir Polaman hilang timbul Topeng Kalapa. Topeng
Kalapa lenyap pasti akan muncul pula himpunan lain.
Patih Dipa pejamkan mata, mengendapkan golak darahnya
yang panas Setelah mengendap dingin barulah dia mulai
menjelajah pula segala kemungkinan yang dapat ditempuh untuk
menyelesaikan masalah pejuang Daha itu.
"Ah, mungkin dengan cara yang itu, dapatlah aku meredakan
nafsu keinginan mereka" akhirnya ia menjumpai suatu cara
"tetapi bagaimana cara untuk mencari mereka " Mengundang
mereka " Apakah mereka mau menerima undangan itu?"
Lama sekali patih Dipa terbenam dalam renungan untuk
mencari jalan, la berkeinginan hendak menemui pimpinan
Topeng Kalapa, atau kalau Wukir Polaman masih ada, juga
1130 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pimpinan mereka. Tetapi ia tak tahu dimana pusat himpunan itu.
Dan tak tahu pula apakah mereka mau menemuinya.
Sayup-sayup ia mendengar suara ayam berkokok "Ah, hari
sudah menjelang fajar. Aku akan beristirahat" katanya. Ia tak
mau memaksa diri lebih lanjut. Ia tahu sepanjang pengalaman
yang telah dialam inya, pikiran yang dipaksa untuk memecahkan
suatu basalah akan mencapai titik kelelahan. Dan kelelahan itu
hanya menimbulkan rasa kejenuhan belaka.
Keesokan harinya iapun menuju ke keraton untuk menerima
para mentri nayaka yang hendak menghaturkan laporan tentang
keadaan pura Daha selama ini.
Ia menerima laporan bahwa selama patih Dipa tak berada di
pura Daha dan selama Rati Daha berada di pura Majapahit,
keadaan Daha tak terjadi suatu apa. Pemerintah berjalan lancar,
keamauanpun terpelihara. Hanya peristiwa serangan dari
gerombolan ke keraton semalam itu, memang merupakan suatu
peristiwa yang tak pernah diduga-duga.
Patih Dipa dapat memaklumi hal itu dan memberi petunjuk
bahwa dengan timbulnya peristiwa pengacauan semalam itu
berarti memberi pertanda bahwa sesungguhnya keamanan Daha
itu masih be'um aman sepenuhnya.
Oleh karena itu diminta kepada seluruh narapraja , dan
nayaka agar selulu bersiap diri di tempat tugas masing-masing.
Patih Dipapun mengabarkan kepada para mentri dan nayaka
bahwa Rani Daha masih berada di pura Majapahit menghadiri
sidang Dewan Keraton yang akan memilih raja baru,
"Ketahuilah wahai, para rakryan, mentri, senopati dan nayaka
sekalian. Bahwa Dewan Keraton telah memilih gusti Rani
Kahuripan dan gusti Rani Daha sebagai pengganti seri baginda
Jayanagara yang telah mangkat....."
"Dhirgahayu Rani Kahuripan! Dhirgahayu Rani Daha!"
1131 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dhirgahayu kerajaan Majapahit yang jaya!" Demikian sorak
sorai sekalian mentri nayaka menyambut berita yang
disampaikan patih Dipa. Rupanya merekapun menginginkan
kedua Rani itu yang duduk di tahta kerajaan.
Sebelah suara gemuruh reda maka patih Dipa pun berseru
pula "Ketahuilah, para rakryan mentri senopati dan seluruh
narapraja das nayaka dalam jajaran keranian Daha. Bahwa bukan
banya puji syukur, sorak gembira yang harus kita luapkan atas
pengangkatan kedua Rani kita itu. Tetapi suatu keperihatman
pula yang wajib kita miliki dalam hati sanubari"
Suasana pasewakan hening seketika.
"Pengangkatan gusti Rani Daha sebagai dwitunggal kerajaan
Majapahit, berarti suatu kepercayaan besar dari seluruh rakyat
kerajaan Majapahit kepada gusti Rani dan segenap kawula Daha.
Dan kepercayaan itu menuntut suatn kewajiban yang amat berat
bagi kita semua. Kita wajwb menjaga dan melangsungkan
kepercayaan itu sehingga kita dapat membuktikan bahwa
kepercayaan yang diberikan kepada gnsti Rani Daha yang pada
hakekatnya juga kepada seluruh rakyat Daha, benar-benar tepat
dan tak mensia-siakan harapan mereka. Itulah yang kukatakan
bahwa kita wajib berperihatin atas berita itu"
Sorak bergema menyambut pernyataan patih Dipa dengan
kebulatan tekad untuk melaksanakan seruari rakryan patih itu.
Patih Dipa minta kepada seluruh jajaran narapraja, senopati
nayaka sampai pada prajurit di telatah Daha untuk tetap siap dan
waspada terhadap setiap gerakan yang bertujuan memecah
persatuan rakyat Daha-Majapahit, menimbulkan kekacauan,
msnyebarkan fitnah adu domba dan gerakan yang bersifat
menghasut" "Peristiwa semalam harus menjadi suatu pelajaran, bahwa
sesungguhnya keamanan di Daha ini masih rawan. Untuk
memberantas kekacauan ada tiga macam cara. Pertama,
1132 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangani secara langsung dengan tindak kekerasan. Kedua,
memperketat cara-cara pengamanan untuk menjaga keamanan.
Dan ketiga, membina kesadaran dan meningkatkan pandangan
segenap rakyat bahwa setiap pengacauan itu adalah musuh
rakyat, musuh negara yang harus diberantas. Karena pada
hakekatnya, pengacauan itu akan mengakibatkan kerugian pada
kepentingan rakyat" "Dalam langkah yang ketiga itu" kata patih Dipa dengan lebih
memberi tekanan "terutama kita sebagai pengemban tugas
menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyat itu harus memberi
contoh dalam setiap langkah kita. Kita harus benar-benar
mewujutkan satunya kata yarjg kita katakan dengan perbuatan
yang kita lakukan. Ini penting apabila kita hendak membangun
kewibawaan peribadi dan menumbuhkan ketaatan rakyat"
Para mentri, senopati, nayaka pulang dengan membawa kesan
yang mengumandangkan pesan rakryan patih Dipa. Rakryan
patih Dipa tidak menunjuk seorang mentri atau nayaka tertentu,
namun kata-kata rakryan patih itu cukup menggores dalam hati
mereka. Mereka yang merasa telah menyimpang dari garis garis
kebijaksanaan yang ditanamkan rakryan patih, tersipu-sipu dalam
hati. Diam-diam mereka berjanji akan memperbaiki kesalahan.
Setelah pasewakan paripurna maka rakryan patih menuju ke
dalam keraton untuk menjenguk keadaan raden Mahendra,
putera mendiang patih Arya Tilam.
Tampak dara Wigati masih berada dalam bilik peraduan
tempat Mahendra dirawat. Melihat Wigati terlintaslah sesuatu
dalam kalbu rakryan patih. Wigati adalah adik Kebo Angun
angun. Kedua kakak beradik itu adalah putera dari mendiang
senopati Kebo Rubuh dari kerajaan Daha Jayakatwang. Kebo
Angun angun gigih berjuang dalam himpunan Wukir Polaman.
Dan saat ini d mana himpunan Wukir Polaman sudah tiada
tampak jejaknya, Kebo Angun-angun dengan beberapa kawan
1133 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih menampakkan diri di Kahuripan ketika Rani Kahuripan
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyelenggarakan sayembara.
"Hm, Kebo Angun-angun memang seorang putera senopati
Daha yang pantang surut dari perjuangan. Lepas dari benar atau
salahnya tujuan perjuangan yang dianut Kebo Angun-angun itu
namun dia seorang pejuang yang memiliki semangat juang yang
tak kunjung padam" diam-diam rakryan patih menilai.
Akan halnya Rara Wigati, ternyata berlawanan arah tujtan
dengan kakangnya. Wigati cenderung berfihak kepada raden
Mahendra. Keduanya, baik Mahendra maupun Wigati, telah
memberikan pengorbanan yang besar pada pemerintahan Rani
Daha. Untuk melilai W igati, haruslah rakryan patih Dipa
menggunakan indera lain. Indera perasa bukan pikiran. Indera
perasa yang bersumber pada getaran halus dari jiwa. Patih Dipa
pernah muda dan pernah mengalami getar-getar rasa itu.
Demikianlah ia menilai tindakan W igati terhadap Mahendra.
Penilaian itu harus diarahkan pada suatu alam tersendiri. Alam
yarg bebas dari segala dendam, prasangka, keturunan, bobot,
bebet dan bibit. Karena alam itu berunsurkan kesucian dan
kemurnian batin. Akan tertumbuk pada pertentangan dan
kemarahan apabila menggunakan penilaian lain sebagai Kebo
Angun-angun menilai tindakan adiknya. Dia marah karena Wigati
mencintai Mahendra. Dia menilai Mahendra itu putera mendiang
patih Arya Tilam, patih dari sang Rani Daha. Lawan bagi
perjuangan himpunan Wukir Polaman. Wigati mencintai
Mahendra yang jelas dalam anggapan orang Wukir Polaman telah
menghianati perjuangan mereka, sudah barang tentu Kebo
Angun-angun geram sekali.
Manusia memang rrahluk yang paling aneh. Nafsu
keinginannya paling memuncak. Sifat 'paling' dari watak manusia
itulah yang membentuk suatu ciri perwatakan, ingin selalu paling.
Karena dihinggapi watak ingin yang 'paling' itulah maka manusia
selalu ingin yang benar sendiri, ingin yang menang, ingin yang
1134 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkuasa, ingin yang pandai sendiri. Mereka selalu menghindar
dan menolak untuk mengaku salah, mengaku bodoh, mengaku
lemah dan mengaku kalah. Demikian balnya dengan Kebo Angun-angun. Dia menganggap
pendiriannya benar dan tindakan W igati salah. Namun karena
Wigati itu masih adik kandungnya maka kesalahan itupun
ditimpahkan kepada Mahendra. Dalam jalinan asmara antara
Wigati dengan Mahendra maka Kebo Angun-angun tidak melihat
akan adanya rasa halus dari getar-getar jiwa yang memancarkan
kemurnian asmara, melainkan berdasar pada prasangka buruk
terhadap diri Mahendra. Ia menuduh Mahendra telah memikat
Wigati demi kepentingannya untuk mengetahui gerak-gerik orang
orang Wukir Polaman dulu, khusus gerak-gerik Kebo Angun
angun. Peristiwa di lembah T rini Panti memberi suatu gambaran pada
rakryan patih Dipa betapa besar rasa dendam Kebo Angun-angun
itu terhadap Mahendra. Dan patih itupun cepat dapat melihat
suatu titik terang ke-arah mana ia harus menuju dalam rangka
untuk menemui pimpinan Wukir Polaman atau Topeng Kalapa.
Patih Dipa terkejut ketika Wigati menghaturkan sembah "Ah,
nini, bagaimana keadaan raden Mahendra ?" bergegas ia
mengakhiri bayang-bayang yang melintas dalam benaknya
mergenai diri Wigati. "Terima kasih, paman patih" sebelum Wigati menjawab maka
Mahendrapun sudah berkata.
"Ah, janganlah raden banyak bergerak dulu agar luka itu tidak
merekah lagi" kata rakryan patih kala me lihat Mahendra hendak
beranjak bangun. "Baik paman patih" kata Mahendra sejenak mengatur letak
tubuhnya agar dapat menghadap ke arah patih Dipa "tetapi
bagaimana dengan pengacau yang hendak menyerang keraton
malam tadi, paman patih?"
1135 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut laporan" kata rakryan patih Dipa "mereka telah
melarikan diri. Ada suatu hal yang tak pernah kita duga, raden"
"O, apakah itu paman patih?"
"Ternyata pengacauan itu hanya dilakukan oleh beberapa
orang saja. Bukan suatu kelompok barisan atau gerombolan yang
besar jumlahnya" "O" Mahendra terbelalak "mengapa mereka mampu
menimbulkan kesan seperti sebuah barisan besar?"
Rakryan patih Dipa mengangguk "Pemimpinnya tentu seorang
yang hebat. Perang itu juga suatu ilmu yang penuh dengan daya
cipta. Segala macam gelar barisan, merupakan suatu pemikiran
yang hebat mengenai tata barisan. Tetapi yang seperti terjadi
semalam memang baru kali ini kujumpai"
Mahendra mendengar juga tentang hasil kemenangan rakryan
patih Dipa dikala diutus rahyang ramuhun Jayartagara untuk
mengamankan kerajaan Bedulu Bali. Timbullah rasa heran dalam
hati raden itu mengapa rakryan patih sampai berkenan memberi
pujian kepada gerombolan yang mengacau semalam "Tetapi
paman patih, bukankah paman seorang ahli tentang ilmu gelar
barisai sebagaimana pernah paman laksanakan dengan hasil
gemilang di Bedulu Bali?"
"Raden Mahendra" kata rakryan patih Dipa "sebagaimana tata
kelahi yang tertuang dalam ulah krida kaauragan, maka gelar
barisan itupun juga suatu ilmu untuk menghadapi daa
menyerang musuh di medan perang. Dan setiap ilmu, bukanlah
sesuatu yang mati atau kaku melainkan harus luwes dan hidup.
Artinya, baik ulah kanuragan maupun gelar barisan, yang penting
adalah dapat mengetrapkan sesuai dengan suasana dan keadaan
yang kita hadapi saat itu. Ilmu kanuragan dan ilmu perang,
adalah seni. Dan setiap seni perlu suatu dayacipta yang indah.
Tidak selalu yang bertenaga kuat dan yang mempunyai pasukan
besar itu tentu menang dengan yang bertenaga lemah dan yang
1136 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki pasukan kecil. Dan apa yang kita laksanakan di sebuah
tempat, belum tentu dapat kita terapkan pula pada lain tempat.
Itulah yang kumaksudkan bahwa setiap ilmu itu harus luwes dan
hidup" Mahendra mengangguk. Diam2 ia mengagumi ulasan patih
Dipa itu. Tetapi ia masih menginginkan suatu penjelasan lebih
lanjut mengapa patih Dipa berkenan memuji akan gerakan
gerombolan pengacau semalam itu.
"Aku memuji kecerdasan pemimpin gerombolan itu karena
hanya dengan anakbuah yang beberapa orang saja, dia mampu
menciptakan suatu serangan yang hampir-hampir membobolkan
penjagaan keraton Daha. Tidakkah hal itu tak layak kita puji "
Dengan tenaga kecil dapat memperoleh hasil besar, merupakan
ilmu yang memiliki daya cipta tinggi"
Mahendra mengangguk. Memang diam-diam ia mengakui,
andaikata terlambat sedikit saja ia keluar meronda, tentulah
keraton Daha sudah terancam api.
Tiba-tiba seorang prajurit penjaga masuk dan memberi
hormat kepada rakryan patih "Gusti, seorang prianom yang
mengatakan bernama Kuda Amerta hendak mohon idin
menghadap raden Mahendra"
"O, silakan dia masuk" kata rakryan patih.
Tak berapa lama masuklah seorang pemuda ke dalam bilik
peraduan. Demi melihat rakryan patih, pemuda itu gopoh
memberi hormat "O, kiranya rakryan patih juga berada disini"
"Raden Kuda Amerta" seru patih Dipa "aku gembira sekali
menerima kedatangan raden"
"Hamba hendak menjenguk keadaan raden Mahendra,
rakryan" "Terima kasih, kakang" seru Mahendra "lukaku sudah mulai
baik" 1137 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah beberapa saat berbincang-bincang mengenai peristiwa
semalam maka patih Dipapun berkata "Sungguh besar bantuan
raden kepada kami, Entah bagaimana keadaan keraton ini
apabila raden tak ikut menggagalkan tindakan gerombolan iru"
"Ah, hanya secara kebetulan saja, rakryan, hamba tiba di pura
ini. Hamba dengar gusti Rani telah berangkat ke pura Majapahit
sehubungan dengan soal pengganti raja yang baru. Entah
bagaimana, timbullah pikiran hamba untuk datang ke Daha"
Patih Dipa tertawa "Karena raden menaruh perhatian besar
akan keselamatan pura Daha. Bantuan raden itu akan kuhaturkan
kepada gusti Rani dan aku pun menghaturkan terima kasih"
"Ah, janganlah rakryan berkata demikian. Telah hamba
katakan, hanya secara kebetulan saja hamba tepat dapat
mengetahui tindakan mereka. Setiap pengacau wajib ditindak"
Patih Dipa mengangguk. Ia tahu apa sebab priagung muda itu
menaruh perhatian besar kepada Daha. lapun tahu pula
bagaimana hubungan antara raden Kuda Amerta itu dengan gusti
Rani Daha. Tindakan raden Kuda Amerta yang memerlukan
datang dari Wengker demi untuk menjaga keamanan pura Daha,
menimbulkan kesan yang makin mendalam pada hati pati Dipa.
Raden itu telah menunjukkan kesetyaan dan memberikan jasa
kepada Daha. Berhadapan dengan raden Kuda Amerta, terkenanglah patih
Dipa akan raden Kertawardhana. Dan mengenang kedua prianom
luhur itu, terbawalah perhatian patih Dipa akan keadaan kedua
Rani, Rani Kahuripan dan Rani Daha. Ia telah mengikuti
perkembangan hubungan antara raden Kertawardhana dengan
Rani Kahuripan dan mengikuti pula pertumbuhan hubungan
antara raden Kuda Amerta dengan Rani Daha. Dan tibalah dia
pada suatu kesimpulan bahwa kedua Rani itu memang berkenan
hati terhadap kedua priagung muda itu. Pun dia sendiri, secara
peribadi, sangat menyogyakan apabila hubungan antara kedua
1138 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rani dengan kedua priagung muda itu dapat ditingkatkan ke
jenjang pelaminan. Dari berbagai arah yang telah ditelusuri, dapatlah patih Dipa
mecarik suatu kesimpulan bahwa baik raden Kertawardlana
maupun raden Kuda Amerta, memang layak sekali menjadi suami
kedua rani. Dari asal keturunan, raden Kertawardhana adalah
putera Cakra-data keturunan akuwu Tumapel. Sedang raden
Kuda Amerta adalah keturunan raja Wengker. Keduanya priagung
yang masih muda, tampan, sakti mandraguna dan jelas telah
mengunjukkan jasa jasa pengabdian yang setya kepada kedua
Rini. Rakryan patih Dipa sudah mengenal baik akan peribadi
kedua ksatrya itu. Untuk memantapkan pe jodohan itu, alangkah baiknya apabila
seluruh narapraja, dari mentri sampai ponggawa, dari senopati
sampai prajurit, dari para pembesar daerah sampai pada kawula
kecil, ikut menyambut gembira hal itu.
Rasa gembira hanya akan terbit apabila timbul rasa suka.
Timbulnya rasa suka adalah karena ada sesuatu yang menarik
dan memberi kesan baik. Dalam rangka itu, rakryan patih Dipa
mempunyai rencana yang baik sekali. Dua masalah besar yani
perjodohan raden Kuda Amerta deegan gusti Rani Daha dan
keamanan Daha, tercangkum dalam rencana itu
Setelah berbincang bincang beberapa saat maka patih Dipa
lalu minta diri. Ia minta Wigati menjaga Mahendra sementara, ia
mengundang raden Kuda Amerta untuk membicarakan sesuatu di
kepatihan. "Raden ada sesuatu yang hendak kubicarakan dengan raden"
patih Dipa memulai kata katanya setelah berada di Kepatihan.
"Silakan rakryan" kata raden Kuda Amerta.
"Ada beberapa masalah penting yang hendak kurundingkan
dengan raden" kata patih Dipa "dalam hal ini kumohon raden
berkenan memberi pandangan dan jawaban yang sesungguhnya"
1139 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu rakryan" kata raden Kuda Amerta.
"Pertama" kata patih Dipa "ingin kumohon pandangan raden
tentang keadaan kerajaan Singasari, sekarang dan masa yang
akan datang" Kuda Amerta kerutkan kening. Sejenak ia berusaha
merenungkan apakah gerangan maksud patih Dipa dibalik
pertanyaannya itu. Kemudian baru ia menjawab "Kerajaan
Majapahit tak kunjung habis dirundung peristiwa-peristiwa dalam
negeri yang sempat menghambat pembangunan. Rahyang
ramuhun sri Kertarajasa telah mendirikan kerajaan Majapahit
dengan melalui usaha perjuangan yang cukup meminta banyak
pengorbanan keringat dan darah. Kemudian rahyang ramuhun
Jayanagarapun belum sempat melaksanakan pembangunan
negara karena harus menghadapi berbagai pemberontakan dan
pembelotan yang tempat menggoncangkan tahta kerajaan"
Rakryan patih Dipa mengangguk sebagai tanda menyetujui
penilaian raden itu. "Rupanya selama memerintah, rahyang ramuhun Jayanagara
harus menghadapi berbagai tantangan tugas. Dan asal keturunan
seri baginda itu sendiri telah menjadi suatu masalah yang banyak
menimbulkan pertentangan dai rasa ketidak-puasan. Masa
pamerintahan seri baginda Jayanagara merupakan masa
pembersihan dan penyatuan"
Rakryan patih Dipa mengangguk-angguk.
"Kini seri baginda Jayanagara telah tiada dan tahta
kerajaanpun masih kosong. Siapapun yang akan diangkat sebagai
raja pengganti, akan menghadapi masalah dan tugas-tugas yang
berat. Masalah pembersihan terhadap beberapa pembelot masih
harus teruskan. Setelah keadaan dalam negeri bersih dari unsur-
unsur itu maka tugas yang menantang adalah pembangunan
untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan itu harus dan perlu dilaksanakan dalam segala
1140 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bidang kehidupan apabila kerajaan Majapahit hendak mendaki ke
puncak kejayaan, mempersatukan nusantara dan membentuk
sebuah negara yang kuat dan jaya"
"Terima kasih raden" serta merta patih Dipa memberi
sambutan yang cerah "raden memiliki pandangan yang tajam
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan tepat. Majapahit harus melaksanakan cita-cita besar itu.
Namun untuk menjadi pusara daripada seluruh kawasan bahari
nusantara, menurut raden apakah syaratnya yang paling
penting?" "Kesatuan dan persatuan" sahut Kuda Amerta.
"Ya, benar" jawab rakryan patih Dipa "tetapi masih ada
sebuah syarat yang paling mutlak
Kuda Amerta kerutkan kening "Ah, pengetahuan hamba masih
picik, mohon rakryan menjelaskan"
Rakryan patih Dipa tertawa "Sebenarnya raden tentu dapat
mengatakan hal itu. Raden" katanya "dalam melaksanakan
sesuatu, ada dua hal yang harus diutamakan sebagai sarana
pokok. Pertama, tujuan. Dan kedua pada manusianya sebagai
pelaksana. Kedua hal itu merupakan loro-loroning atunggal yang
tak dapat dipisahkan satu sama lain. Kita memiliki manusia
pelaksana yang hebat tetapi apabila tujuan yang kita cita-citakan,
tidak benar maka akan terjadilah suatu malapetaka yang
merugikan kepentingan umat manusia. Tujuan baik tetapi
manusia pelaksananya tidak cakap atau tidak jujur, maka hancur
pulalah cita-cita itu bagaikan awan berarak dihembus pawana"
Kuda Amerta mengangguk "Benar, paman rakryan. Tetapi
seperti yang paman rakryan katakan segala sesuatu itu
tergantung kepada manusia sebagai pelaksana cita-cita"
Patih Dipa tertawa "Raden, jika dugaanku tak salah, pemilihan
raja baru yang akan duduk di singgasana pura Majapahit, akan
jatuh pada gusti Rani Teribuanatunggadewi dan gusti Rani
Mahalaksmi Wijayadewi. Bagaimana pendapat raden?"
1141 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda Amerta terkejut dalam hati namun ia berusaha
menenangkan diri dan menjawab "Paman rakryan, ada suatu hal
yang ingin hamba tanyakan. Kemungkinan pertanyaan hamba ini
tidak layak dan tolol. Tetapi biarlah uneg-uneg dalam hati hamba
itu dapat tercair" "Raden" kata patih Dipa "memang bertanya itu sesungguhnya
suatu hal yang bijaksana. Ada orang yang malu bertanya karena
mengira bertanya itu akan dianggap orang bodoh. Pada bal dia
masih kurang tahu dalam soal yang hendak ditanyakan itu.
Hanyalah karena malu dianggap bodoh maka dia pun tak mau
bertanya. Orang semacam itu berpendirian, senang dianggap
tahu pada hal sebenarnya tak tabu. Atau dia berpura-pura pandai
tetapi bodoh. Bagai orang bijaksana, lebih senang dianggap
bodoh tetapi pandai dan tak malu bertanya akan hal yang
sebenarnya memang tak tahu. Silahkan raden bertanya"
"Bahwa pengangkatan seorang raja puteri dalam sejarah
kerajaan Majapahit sudah terasa agak janggal. Lebih pula harus
diangkat-dua orang raja puteri dalam sebuah singgasana.
Bagaimana penjelasan paman rakryan mengenai hal itu?"
"Memang manusia gemar meniru dan menerima. Semisal
dengan majalah bertanya tadi, pada galibnya orang hanya
meniru atau menaulad apa yang sudah ada, menerima apa yang
menjadi warisan naluri adat istiadat nenek moyang. Menerima
atau menaulad apa yang baik, memang baik. Tetapi mereka
meniru dan menerima tanpa suatu pengertian tentang baik tidak
atau layak tidak, sesuai tidak dengan suasana dan kepentingan
serta kebutuhan. Celakanya mereka menerima atau meniru
karena sekedar menerima dan meniru, agar jangan dikata
pemberontak, jangan dianggap pembelot. Atau hanya untuk
menyenangkan anggapan orang di sekelilingnya ...."
"Meniru atau menaulad bukanlah jelek apabila dengan
pengertian dan kesadaran bahwa apa yang di-taulad dan diterima
itu memang benar-benar bermanfaat dan berguna. Tetapi lebih
1142 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik apabila kita dapat tidak hanya sekedar meniru atau
menaulad dan menerima, melainkan harus dapat menyadari apa
yang harus kita tiru, apa yang wajib kita taulad dan apa yang
layak kita terima. Dan yang paling baik sendiri adalah apabila kita
berani merombak dan membangun yang baru" kata rakryan patih
Dipa. Kuda Amerta tak dapat menangkap kemana gerangan arah
tujuan uraian rakryan patih yang begitu panjang lebar. Namun ia
dapat menahan diri untuk menanti.
"Demikian pula dengan pengangkatan raja. Menurut naluri,
kita telah mrnerima warisan bahwa yang menjadi raja itu harus
seorang pria. Tetapi kita tak mau menengok pada kenyataan baik
yang berlangsung dahulu maupun sekarang dan yang akan
datang. Dahulu di kerajaan Mataram, yang memerintahkan
adalah raja puteri Sima. Adakah kerajaan itu lebih kacau daripada
kerajaan lain yang diperintah oleh raja pria " Sejarahlah yang
menjawab. Dan tak jauh dari jeman kita hidup sekarang, yani
kerajaan Singasari yang diperintah oleh seri baginda Kertanagara.
Andaikata baginda tidak tewas dalam peperangan dengan Daha,
bukankah yang akan mengganti sebagai raja itu puteri Teribuana
atau Gayatri " Adakah kedua puteri itu tak pantas dan tak cakap
menjadi raja " Raden, engkau belum pernah berhadapan dengan
gusti ratu Gayatri. Andaikata sudah, tentulah engkau mempunyai
pandangan yang lain seperti yang kumiliki sekarang"
"Dan kini apabila tiada lain jalan yang dapat ditempuh kecuali
harus mengangkat raja puteri, haruskah kita menghindar karena
rasa keengganan disebabkan alam pikiran dan naluri yang kita
terima dari warisan sejarah kerajaan Majapahit " Aku tahu jelas
betapa tinggi kebijaksanaan gusti Rani Kahuripan dan gusti Rani
Daha. Kurasa raden tentu juga mengenal akan keperibadian gusti
Rani Daha, bukan?" "Ya" Kuda Amerta menjawab singkat.
1143 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan pula" kata rakryan patih Dipa "tak dapat kita
kesampingkan peranan sang narpati atau suami raja puteri yang
mendampingi dan menjadi tempat sang ratu bermusyawarah dan
menerima saran. Andaikata seri baginda Kertanagara lestari
memerintah, kemudian kedudukannya diganti oleh puterinya
gusti Teribuana atau Gayatri, adakah kerajaan Singasari akan
porak poranda " Kurasa tidak. Karena yang menjadi pendamping
kedua puteri itu tak lain adalah raden Wijaya, yang kemudian
berhasil juga mendirikan kerajaan Majapahit. Maka soal yang
akan memerintah kerajaan Majapahit nanti seorang raja puteri,
kurasa bukanlah suatu hal yang baru dan bukan pula sesuatu
yang harus mengejutkan perasaan kita. Dan kulihat pula, dengan
segala kecakapan dan kebijaksanaan gusti Rani Kahuripan dan
gusti Rani Daha akan mampu mengikat kesetyaan dan kepatuhan
selnruh kawula Majapahit. Ini penting bagi kelestarian suatu
pemerintahan. Dapat kita buktikan, bahwa sekalipun rakryan
ramuhun Jayanagara itu seorang raja pria tetapi karena
menghadapi pecahnya rasa kesetyaan dan kepatuhan terhadap
baginda, akhirnya juga menimbulkan malapetaka"
Kuda Amerta mengangguk-angguk. Ia merasa ulasan rakryan
patih Dipa itu telah membuka pandangannya lebih luas mengenai
nasib kerajaan Majapahit.
"Raden, apakah raden masih berkenan mendengar pembicaraanku ?" tanya rakryan patih
"Ah, paman rakryan" bergegas Kuda Amerta menjawab
"mendengar pembicaraan paman rakryan, hamba merasa seperti
orang dahaga yang tak pernah merasa puas"
"Mengapa harus kedua Rani itu yang akan memerintah
bersama" Demikian tanya raden tadi" kata rakryan patih Dipa
"hal ini pun pernah terjadi di masa pemerintahan seri baginda
Wisnuwardhana dengan Batara Narasinga, eyang dari raden
Wijaya dahulu. Bahwa selain dapat saling mengisi dengan cara
bermusyawarah, pun diadakan pembagian tugas diantara kedua
1144 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ratu nanti, dimana masalah pemerintahan dalam segala bidang
akan lebih dapat ditingkatkan kearah kesempurnaan. Dan yang
paling penting, kesetyaan dan kepatuhan kawula takkan terpecah
belah lagi atas kesatuan kedua ratu itu. Gusti Teribuanatunggadewi sebagai prabu puteri dan gusti Mahadewi
sebagai yuwa-prabu puteri. Adakah hal itu akan mengganggu
kelancaran roda pemerintahan?"
"Pandangan itu amat bijaksana sekali, paman rakryan. Ini
sesuai dengan anjuran paman rakryan bahwa kita harus berani
mencipta sesuatu yang baru. Bukankah begitu maksud paman
rakryan?" Rakryan patih Dipa mengangguk. Setelah mengambil napas
sejenak, ia berkata pula "Sekarang aku akan membicarakan
sesuatu yang penting dengan raden. Dalam hal ini kumohon
kesungguhan hati raden untuk menjawab karena hal itu
menyangkut kepentingan kerajaan Majapahit"
"Paman" Kuda Amerta terkesiap "adakah sedemikian besar
kepentingan itu melimpah pada diri hamba?"
"Raden" kata rakryan patih Dipa "pada waktu diperkenankan
gusti ratu Gayatri untuk ikut menghadrii sidang Dewan
Mangkubumi keraton, aku telah mendapat kepercayaan dari gusti
Rani Kahuripan tentang bagaimana pendirian gusti Rani dalam
rangka apabila gusti Rani Kahuripan yang akan dia igkat sebagai
prabu puteri. Sesungguhnya hal ini sangat peribadi sekali s ifatnya
tetapi karena kuanggap raden bukanlah orang luar, maka akupun
dapat mengatakannya"
"Gusti puteri Teribnatunggadewi berkenan me-netima pengangkatan itu apabila diperkenankan menepati janjinya pada
ksatrya yang telah memenangkan sayembara di Kahuripan
beberapa waktu yang lalu. Dalam sayembara untuk menanggulangi wabah penyakit aneh yang telah menimpa
kawula Kahuripan, gusti Rani berkenan menjanjikan. Apabila
pemenang itu seorang wanita maka akan diangkat sebagai
1145 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedulur sinara wedi. Dan apabila seorang pria maka akan
diangkat pria narpati yang akan menjadi s isihan hidup gusti Rani
untuk selama-lamanya"
"Ya, hambapun mendengar juga hal itu. Bukankah yang
beruntung memenangkan sayembara itu raden Kertawardhana
dari T umapcl?" "Benar" jawab patih Dipa "memang raden Kertawardhanalah
yang memenangkan sayembara itu. Oleh karenanya maka gusti
Rani akan menetapi janjinya"
"Hamba rasa bal itu memang sudah selayaknya, paman
rakryan" kata Kuda Amerta "mengapa gusti Rani Kahuripan perlu
mengajukan hal itu sebagai persyaratan dalam pengangkatan
beliau?" "Ketahuilah, raden" kata patih Dipa "bahwa apabila gusti
Tribuanatunggadewi masih sebagai Rani Kahuripan, hal itu
memang tak menjadi soal. Tetapi setelah gusti Rani diangkat
menjadi prabu puteri Majapahit, lainlah persoalannya. Sudah
tentu dalam hal itu Dewan Keraton akan ikut menentukan
suaranya. Gusti Rani mengajukan hal itu adalah demi ingin
memperoleh kepastian akan terlaksananya hal itu"
"Dan adalah Dewan Keraton berkeberatan akan permintaan
gusti Rani itu. paman rakryan?"
"Kurasa tidak, raden" kata patih Dipa "dan setelah persoalan
gusti Rani Kahuripan terselesaikan maka sekarang kita
menghadapi persoalan gusti Rani Daha. Dan untuk itulah maka
aku mengundang raden untuk membicarakannya"
Kuda Amerta terkejut. Diam-diam dia sudah dapat meraba apa
yang akan diutarakan patih itu. Ia mendapat kesan bahwa patih
Dipa itu memang amat bijaksana dan mendapat kepercayaan
penuh dari kedua Rani. Sekalipun percik-percik kegembiraan
mulai membias dalam relung hatinya namun Kuda Amerta
1146 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha untuk memenangkan' diri dan ingin mendengar lebih
lanjut bagaimana pembicaiaan patih itu.
"Raden Kuda Amerta" patih Dipa membuka pembicaraannya
"jelasnya yang hendak kubicaraan dengan raden adalah
mengenai diri gusti Rani Daha. Dalam hal ini hendaknya
janganlah raden mempunyai rasa sungkan dan harus memaksa
diri dalam memberi jawaban nanti. Yang berbicara dengan raden
ini adalah Dipa, seorang insan lelaki yang pernah muda dan
mengalangi apa yang disebut musim-bunga dalam hati. Kumohon
raden jangan menyembunyikan srsuatu kepadaku. Dan pula Dipa
ini juga seorang narapraja yang oleh kodrat masa telah
menyanggul beban untuk mencurahkan segenap tenaga, pikiran
dan jiwa raga kepada negara. Persoalan yang akan
kupersembahkan kepada raden ini juga menyangkut kepentingan
negara" "Baik paman rakryan, hamba akan bersungguh hati" jawab
Kuda Amerta. "Bahwa gusti Rani Kahuripan telah mendapat berkah dari
Dewata Agung untuk membina kehidupan sebagai prabu puteri
bersama raden Kertawardhana" kata patih Dipa "dan kini aku
peribadi serta seluruh kawula Daha Majapahit sangat penhatin
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atas Rani Daha" "Telah kuwawas sejak beberapa waktu yang lama bahwa
raden telah menjalin pertalian batin dengan gusti Rani Daha, Ini
memang sudah kodrat hidup yang telah direstui Dewa Agung.
Dalam hal itu, kita harus menghormati pendirian gusti Rani
sebagai seorang puteri utama yang harus tunduk pada tata-susila
sebagai seorang wanita maupun puteri raja. Sebagaimana kita
ketahui, agung kedudukan dan tinggi kekuasaan sebagai Rani
Daba dan kemudian sebagai dwi-tunggal prabu puteri Majapahit,
namun gusti Rani Daha tetap akan bertindak sesuai dengan
keluhurannya sebagai seorang puteri agung. Yalah tak mungkin
akan menyatakan kandungan hatinya itu kepada pria yang telah
1147 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikenan daiam hati. Oleh karena itu, walaupun gusti Rani Daha
tak menitahkan, tetapi aku sebagai patih dan orang kepercayaan
gusti Rani, aku merrsa mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan cita-cita gusti Rani Ma-hadewi. Maka dengan
segala kesungguhan dan kesucian hati, idinkanlah aku
mengajukan pertanyaan kehadapan raden, bagaimanakah
pendirian raden terhadap gusti Rani"
Walaupun sudah menduga akan arah dari pembicaraan sang
lakryan paiih namun sak dapat Kuda Amerta menghindari rasa
tersipu-sipu yang menyentak kalbunya dikala mendengar kata-
kata patih itu "Akan hal itu, hamba hanya menyerahkan diri
kepada paduka paman rakryan"
Bagi patih Dipa, jawaban itu sudah cukup. Ia tahu bahwa
raden itupun setuju. Tetapi sebelum ia menyatakan sesuatu,
raden Kuda Amerta sudah berkata pula "Tetapi adakah tidak
keliru gusti Rani menjatuhkan keputusan itu, paman rakryan?"
"Ah, kumohon janganlah raden samar akan yang sudah
menjadi kenyataan" "Tetapi paman rakryan ...."
"Mengapa raden?"
"Kepercayaan gusti Rani dan kebaikan paman rakryan itu
makin memperkecil diri hamba"
Rakryan patih terkesiap "Mengapa raden mengatakan begitu?"
"Paman rakryan" kata raden Kuda Amerta dengan nada
tergetar "bahwa dalam perjodohan antara gusti Rani Kahuripan
dengan raden Kertawardhana itu berpijak pada suatu landasan
yang gemilang. Bahwa raden Kertawardhana telah membuktikan
diri sebagai seorang ksatrya linuwih karena dapat memenangkan
sayembara yang diadakan gusti Rani. Tidak mudah untuk
memenangkan suatu sayembara ratu, paman rakryan"
"Lalu maksud raden?"
1148 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba sesungguhnya malu pada diri hamba sendiri, paman
rakryan. Oleh karena itu, walaupun hamba takkan mengingkari
keputusan gusti Rani dan takkan mengewakan harapan paman
rakryan sendiri, tetapi hamba mohon dengan sangat agar
persoalan itu janganlah lekas-lekas dilaksanakan"
Patih Dipa terkejut "Raden, mengapa raden mengatakan
demikian?" "Paman rakryan hamba sangat menjunjung tinggi titah gusti
Rani dan berterima kasih tak terhingga atas perhatian paman
rakryan. Tetapi paman rakryan, hamba merasa rendah diri dan
merasa tak sepadan untuk menerima titah gusti Rani itu"
Rakryan patih makin terkejut "Raden, sekali lagi kumohon,
janganlah raden mengadakan apa apa dalam hati. Kumohon
raden menaruh kepercayaan kepadaku"
"Seujung rambutpun takkan berkurang rasa kepercayaan
hamba kepada paduka, paman rakryan" kata Kuda Amerta "tetapi
bukan itu soalnya paman rakryan. Sebagai sesama pria, paman
tentu dapat memaklumi perasaan seorang pria terhadap kenya
yang diidam-idamkan. Tidak mudah bagi seorang pria untuk
mewengku wanita itu. Menurut hemat hamba, pria yang berani
mewengku seorang wanita, harus sembada. Dapat menjadi
pelindung, guru laki, memberi kehidupan lahir batin dan
bertanggung jawab" "Tetapi bukankah kesemuanya akan dapat raden penuhi "
Bukankah raden juga keturunan raja?"
"Bobot, bebet dan bibit, ketiga syarat itu mungkin hamba tak
mengecewakan. Tetapi yang hamba jelang adalah seorang puteri
agung, seorang Rani. Apakah pisungsung hamba kepada sang
puteri hanya berdasar pada ketiga syarat itu " Hamba rasa,
tidaklah sang puteri silau dengan pisungsung diri hamba sebagai
keturunan raja, tidak pula gusti puteri terkesiap atas nilai peribadi
1149 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hamba, tidak juga gusti puteri terkejut akan harta benda hamba.
Kesemuanya itu gusti puteri telah memiliki"
Patih Dipa mengangguk "Tetapi adakah sesuatu lain yang
raden masih merasa kurang?"
"Benar, paman rakryan" kata Kuda Amerta "hamba ingin
mempersembahkan suatu pisungsung yang sesuai dengan
martabat seorang ksatrya. Semisal raden Kertawardhana telah
menghaturkan pisungsung yang tiada tara nilainya, hambapun
ingin mempersembahkan pisungsung seorang ksatrya"
"Ah" patih Dipa menghela napas. Kini baru dia dapat
mengetahui apa yang dimaksud raden itu "tetapi raden, adakah
gusti Rani Daha harus mengadakan sayembara seperti yang
dilakukan gusti Rani Kahuripan agar raden memperoleh
kesempatan untuk ikut dalam sayembara itu?"
"Memang hal itulah yang paling baik" kata Kuda Amerta
"tetapi hamba rasa hal itu tak mungkin. Maka hamba ingin
mencari suatu kesempatan lain yang kiranya dapat menjadi
sarana dari cita-cita hamba"
Rakryan patih Dipa tertegun. Apa yang dikehendaki raden itu
sebenarnya sesuai dengan rencananya ketika berada di ruang
tempat Mahendra tadi. "Lalu apakah raden sudah menemukan sarana itu ?" tanyanya.
"Itulah paman rakryan yang menjadi pemikiran hamba" jawab
Kuda Amerta "hingga saat ini hamba belum juga menemukan
sarana itu" Patih Dipa mengangguk "Baik,
raden. Aku hendak menghaturkan sebuah usul, mungkin raden berkenan menerimanya" "O" seru Kuda Amerta gembira "silakan paman rakryan"
1150 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apabila beberapa waktu yang lalu gusti Rani Kahuripan
sampai mengadakan sayembara, tak lain karena gusti Rani amat
perihatin melihat keselamatan kawula Kahuripan yang menderita
wabah penyakit" kata patih Dipa "keadaan di Daha memang
berbeda tetapi sama Jika Kahuripan dilanda wabah penyakit
maka Dahapun juga diserang wabah penyakit yang berupa
gangguan keamanan. Wabah penyakit itu makin mengganas
sehingga mereka berani menyerang keraton Daha. Apabila raden
berkenan hati, walaupun tanpa harus membuka sayembara tetapi
suatu langkah untuk memberantas pengacau-pengacau itu akan
merupakan suatu pisungsurg dari seorang ksatrya yang dapat
dipersembahkan kepada seorang junjungan dan para kawula
Daha" "Terima kasih paman rakryan" serentak Kuda Amerta
menyambut dengan nada menggelora "hamba akan melakukan
tugas itu, paman rakryan"
"Baik raden" kata patih Dipa "tetapi sebelumnya harap raden
memaklumi dahulu keadaan di Daha. Bahwa sejak dahulu, waktu
aku menjabat patih, di Daha telah muncul sebuah himpunan
pejuang yang menamakan diri sebagai Wukir Polaman. Tujuan
mereka tak lain adalah hendak mengembalikan kejayaan
kerajaan Daha lagi. Setelah mereka surut, kini timbul pula
himpunan baru yang menyebut sebagai Topeng Kalapa. Tujuan
mereka juga sama dengan Wukir Polaman. Tugas untuk
memberantas mereka tiada kurang nilainya dengan memberantas
wabah penyakit di Kahuripan itu, raden"
"Apakah gerombolan yang menyerang keraton itu berasa l dari
orang-orang Topeng Kalapa?"
"Kurasa bukan" "Bagaimana paman rakryan dapat menarik kesimpulan
demikian?" 1151 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang-orang Topeng Kalapa selalu mengenakan topeng
apabila melakukan gerakan. Pada hal orang-orang yang
menyerang keraton semalam, menampakkan wajahnya yang
aseli" "Lalu siapakah kiranya gerombolan itu ?" tanya Kuda Amerta
pula. "Itulah yang menjadi pemikiranku. Oleh karena itu
kupersembahkan madalah itu ke hadapan raden. Apabila raden
berkenan, maka akan kuserahkan soal menanggulangi gerombolan itu kepada raden. Dalam hal ini, sudah tentu aku
akan siap membantu raden"
"Baik, paman rakryan" kata Kuda Amerta "hamba terima tugas
itu. Hamba berjanji apabila hamba gagal, maka hambapun akan
mengundurkan diri karena harus malu pada diri hamba sendiri.
Dan selama hal itu belum selesai, hamba mobon agar segala
persoalan mengenai titah gusti Rani Daha, agar diperkenankan
untuk ditunda" "Bagaimana raden hendak memulai melakukan tugas itu?"
"Hamba belum sempat memikirkan, paman rakryan. Mungkin
besok pagi hamba sudah mendapatkan rencana itu, tentu akan
hamba haturkan ke hadapan paman rakryan"
"Raden" kata patih Dipa dengan tenang "sesungguhnya saat
ini aku sudah memiliki suatu rencana. Tetapi entah raden dapat
menyetujui atau tidak"
"O, baik, paman rakryan. Silakan memberitahu kepada
hamba" "Begini raden" kata patih Dipa "akan hamba sebar-luaskan
tentang berita pengangkatan gusti Rani Daha sebagai
pendamping prabu puteri gusti Teribuanatunggadewi. Dan akan
kuwartakan juga tentang pernikahan agung yang akan
berlangsung antara gusti Rani Daha dengan raden"
1152 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah" desah Kuda Amerta "mengapa hal itu, harus paman
wara-warakan kepada para kawula"
"Aku mempunyai maksud tertentu dalam langkah itu"
"O, bagaimana maksud paman rakryan?"
"Raden" kata patih Dipa "untuk berburu harimau kita harus
menggunakan anak kambing sebagai perangkap, untuk
menangkap ikan kita harus memakai cacing sebagai umpan. Dan
untuk memancing gerombolan pengacau, entah itu Wukir
Polaman atau Topeng Kalapa atau gerombolan baru yang belum
kita ketahui, perlulah kiranya memakai umpan. Dan umpan itu
adalah berita tentang diri raden"
"O" Kuda Amerta terbeliak "bagaimana paman rakryan
berpendapat demikian?"
"Wukir Polaman, Topeng Kalapa dan atau gerombolan lain
yang belum diketahui namanya itu, pada hakekatnya bertujuan
untuk merongrong kewibawaan pemerintah Daha dan menumbangkan kekuasaan Majapahit atas Daha. Oleh karena
yang menjadi kepala pemerintahan di Daha itu adalah gusti Rani
Daha, maka sasaran mereka tentu apa saja hal yang mempunyai
kaitan dengan kepentingan gusti Rani Daha. Mereka tentu akan
berusaha untuk memusuhi gusti Rani. Bukankah suatu
kegembiraan besar bagi mereka apabila mereka dapat
menggagalkan pernikahan gusti Rani Daha?"
Kuda Amerta mengangguk. "Apabila secara langsung tak dapat mengganggu gusti Rani
Daha maka merekapun takkan menyia-nyia-kan suatu kesempatan apabila mereka dapat menangkap raden Kuda
Amerta. Hal itu berarti akan gagallah pernikahan agung itu"
"O" desuh Kuda Amerta terkejut "paman maksudkan dengan
rencana untuk menyebar-luaskan berita tentang hubungan diri
1153 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hamba dengan gusti Rani itu mereka akan mengancam
keselamatan hamba?" "Ya, begitulah" kata patih Dipa "kemudian akan kupersilakan
raden pulang ke Wengker. Dalam perjalanan itu, mudah-
mudahan mereka akan menampakkan diri untuk menghadang
perjalanan raden" "Ah" desah Kuda Amerta pula dengan nada agak terkejut.
"Tetapi itu hanya merupakan rencana yang timbul dalam
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pikiranku" kata patih Dipa menyusuli kata-katanya "apabila raden
merasa kuatir, akupun takkan mendesakkan rencana itu"
"Jangan salah faham, paman rakryan" serentak Kuda Amerta
menyambut "berulang kali hamba mendesah karena terluap oleh
rssa kagum atas rencana paman rakryan itu. Bukan sekali-kali
karena hamba takut. Hamba amat setuju dengan langkah yang
paman rakryan rencanakan itu"
"Baik, raden" sambut patih Dipa "dalam hal itu sudah tentu
kami takkan merelakan raden sampai terjerat dalam perangkap
mereka. Secara sembunyi akan kupeisiapkan pasukan untuk
menyergap mereka" Kuda Amerta kerutkan dahi "Tetapi hamba rasa baiklah paman
rakryan melihat gelagat dahulu. Artinya, kalau gerombolan itu tak
berapa jumlahnya, akan hamba atasi sendiri. Tetapi kalau
mereka berjumlah besar, terpaksa bantuan paman akan
kuterima" "Mengapa demikian, raden ?" patih Dipa agak cemas.
"Bukankah hamba ini akan menjadi umpan yang harus
digunakan untuk menyiasati mereka ?" kata Kuda Amerta "dalam
penghadangan itu tak mungkin sekaligus beberapa gerombolan
itu akan muncul bersama. Maka kumohon hendaknya paman
dapat menyembunyikan pasukan bantuan itu agar rencana ini
1154 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak sampai diketahui mereka. Hanya apabila perlu sajalah
pasukan itu paman titahkan untuk membantu hamba"
"Bagus, raden" seru patih Dipa memuji "aku setuju sekali atas
saran raden itu" "Bilakah hamba akan bertolak ke Wengker?"
"Besok atau lusa setelah kusuruh pawara menyiarkan berita
itu" kata patih Dipa.
(Oo-dwkz-oO) II Di jalan sepi yang membelah hutan penutup daerah kaki
gunung W ilis, tampak seorang prianom tengah melarikan
kudanya. Dari busana dan seri wajahnya yang bercahaya,
prianom itu layaknya bukan keturunan rakyat kecil. Sebatang
pedang menyelip pada pelana kudanya. Seekor kuda berbulu
hitam yang tegar. Memang prianom itu tak lain adalah raden Kuda Amerta yang
tengah naik kuda kesayangannya. Sesuai dengan rencana
rakryan patih Dipa maka pada hari itu berangkatlah dia pulang ke
Wengker. Dari Daha ke Wengker dapat dicapai dengan menempuh dua
jalan. Mengambil jalan dari selatan yang langsung dapat
mencapai Wengker. Tetapi jalan itu masih belantara. Dan kedua,
mengambil jalan ke utara yang akan tiba di Matahun. Dari
Matahun terus ke selatan menuju ke Wengker. Jalan itu sudah
berkembang menjadi jalan ramai yang banyak dilalui para
pedagang. 1155 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda Amerta memutuskan untuk mengambil jalan dari utara.
Walaupun agak jauh tetapi ia mempunyai suatu pertimbangan.
Sampai di tapel batas Daha dengan Matahun, terdapat tiga buah
gunung, yani Gunung Limas, gunung Darawati dan gunung Wilis.
Pertimbangan itu diambilnya karena sepanjang apa yang
diketahui, konon gunung Wilis itu merupakan sebuah tempat
yang paling angker. Menurut cerita orang tua, banyaklah para
pertapa yang mencapai kesempurnaan ilmu di gunung itu.
Banyak pula ksatrya-ksatrya sakti yang menuntut ilmu di
pertapaan para resi dan wiku di gunung W ilis. Memang gunung
merupakan tempat yang tenang dimana alam pikiran manusia
dapat makin dekat dengan kebesaran alam.
"Patih Dipa memang seorang manusia linuwih" diatas
kudanya, Kuda Amerta melepaskan diri kepada kehendak
kudanya, mau kemana dia hendak dibawa. Dan pelepasan diri itu
lebih menyempatkan dia untuk menyatukan pikiran, meneropong
kembali segala sesuatu yang dialami sejak ia berada di pura
Daha. Dan sesaat teringat akan pembicaraannya dengan rakryan
patih Dipa maka meluncurlah kata-kata pujian dari lubuk hatinya
Ia pernah berguru pada seorang resi yang sakti. Dan pernah
berkatalah resi itu dalam suatu kesempatan memberi wejangan
"Angger,. apa yang engkau teguk di pertapaan ini hanyalah ilmu
yang berdasarkan pada kata kata. Dan ilmu itu harus diuji, baru
engkau dapat menghayatinya dengan benar. Di alam pertapaan
ini segala apa tampak tenang dan damai, burung berkicau
menyambut pagi hari, air bergemericik mengalun rin-tikan lagu,
alam cerah bermandi cahaya surya. Segalanya serba indah dan
damai" "Tetapi itu bukan kehidupan yang keseluruhannya. Masih
banyak alam alam kehidupan yang engkau akan jumpai pada
waktu engkau turun gunung kelak. Semisal jangan engkau
anggap bahwa alam kehidupan di arcapada ini adalah seperti
alam di pegunungan ini, demikianlah jangan engkau tergesa
1156 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menarik kesimpulan bahwa setiap alam kehidupan yang
engkau hadapi itu merupakan alam kehidupan yang sebenarnya
secara keseluruhan. Alam kehidupan itu terdiri dari berbagai
macam alam suassna. Lain alam di pegunungan dengan di pura,
lain pula suasana damai dengan perang, malam dengan siang.
Kelainan dari berbagai kelainan itulah sifat diripada kehidupan
dunia ini" "Dan sesuai pula dengan warna warni corak dan suasana alam
maka berlainlah pula sifat dan watak insan manusia yang
mendiami jagad ini. Oleh karena itu, angger, janganlah engkau
lekas memberi penilaian kepada orang, jangan pula engkau cepat
merasa kagum dan menghambur puji terhadap seseorang,
betapapun termasyhur namanya, sebelum engkau tahu jelas dan
yakin bahwa dia memang layak mendapat rasa kekaguman dan
menerima pujianmu" Demikian terngiang-ngiang wejangan yang pernah diterima
Kuda Amerta dari resi yang menjadi gurunya. Namun ketika ia
berhadapan dengan patih Dipa, mendengar dan bertukar
pembicaraan, serentak ia mendapat kesan bahwa patih itu layak
ia kagumi. Pembicaraan patih Dipa itu tidak memaksa suatu pengiaan
atau menimbulkan rasa patuh paksa. Tetapi tanpa sifat-sifat
memaksa, baik isi maupun pembawaan perkataannya sudah
mengundang rasa orang mengiakan dan mematuhi. Patih itu
tidak memaksa orang harus menghormati dan mengagumi tetapi
orang itu sendiri yang merasa harus menghormati dan
mengaguminya. Patih Dipa tak mengharuskan orang harus
tunduk dan takut kepadanya. Tetapi orang merasa mengindahkan dan mematuhinya. Adakah itu yang disebut
wibawa" Ah, mungkin saja. Tetapi terhadap sang resi yang
menjadi gurunya, Kuda Amerta merasa tidak memiliki rasa
hormat dan taat sebesar hormat dan taat yang dimilikinya
terhadap patih Dipa. 1157 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia seorang pejuang besar. Tiga bagian daerah kerajaan
Majapahit, Kahuripan dan Daha, pernah menerima bakti
pengabdiannya. Dan setiap pengabdian tentu membuahkan hasil
yang cemerlang. Di pura Majapahit, dia pernah menyelamatkan
baginda Jayanagara dari pemberontakan Dharmaputera ra Ku-ti.
Di Kahuripan dia pernah mengatasi wabah penyakit ganas. Di
Daha diapun pernah me lumpuhkan gerakan orang-orang Daha
yang hendak mengacau dan memberontak. Dan terakhir dia
masih berusaha untuk menyempurnakan pengabdiannya dengan
mewujutkan pertalian batin antara Rani Kahuripan dengan raden
Kertawadhana dan Rani Daha dengan diriku, ah . . . ." ia
mendesah. Tiba pada pemikiran itu, terhanyutlah renungan Kuda Amerta
sampai jauh ke beberapa tahun yang telah silam. Pertemuannya
dengan Rani Daha, memang tak pernah diduga-duga. Peristiwa
itu terjadi ketika ia sedang berkelana hendak menambah
pengetahuan dan menguji ilmu seperti yang dianjurkan oleh resi
gurunya, tibalah ia di pura Daha. Pada saat itu ia mendengar
suatu byawara yang agak mengejutkan tetapi menimbulkan
gelora hatinya. Teniar berita bahwa di daerah hutan Lodoyo terdapat seekor
kuda liar. Seekor kuda tegar yarg berbulu hi tam mulus. Tiada
orang yang mengetahui dari mana asal kuda itu dan mengapa
dapat berkeliaran di hutan belantara. Banyak cerita yang tersiar
mengenai kuda itu. Ada yang mengatakan kuda itu kuda gaib
yang diturunkan dewata. Ada yang mengatakan kuda itu berasal
dari tanah Blambangan. Kemungkinan milik adipati Blambangan
yang diperoleh dari pulau Sumbawa. Ada yang mengatakan pula
kuda itu berasa l dari senopati-senopati Majapahit yang
memberontak di Lumajang. Senopati tewas dan kudanya lari
masuk ke dalam hutan. Tetapi cerita itu hanya bersifat dugaan
karena tiada seorangpun yang dapat membuktikan kebenaran
dari sekian banyak cerita. Yang jelas, kuda itu memang
menampakkan diri di hutan Lodoyo.
1158 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berita itu sampai juga kepada Rani Daha. Rani gemar
wiengumpulkan kuda yang bagus dan mahir pula beliau naik
kuda. Tertarik akan cerita maka diutusnya beberapa nayaka
supaya membawa pasukan untuk berburu menangkap kuda liar
itu. Tetapi mereka terpaksa kembali dengan menghaturkan
laporan bahwa kuda hitam itu keliwat liar sekali dan mereka
benar-benar tak mampu menangkap. Bahkan mendekati saja,
mereka tak mampu melakukan. Kuda hitam itu amat peka sekali
perasaanya. Rani Daha tak puas. Dititahkannya tumenggung Menur untuk
membawa pasukan denpan amanat harus membawa pulang kuda
hitam itu. Perburuan secara besar besaran itu akhirnya berhasil
juga menangkap kuda hitam itu. Rani Daha terpesona
menyaksikan bentuk tubuh kuda hitam yang tegar perkasa itu.
Tetapi kuda hitam itu tetap binal. Tak seorangpun yang mampu
menaikinya. Dia melontarkan setiap orang yang coba hendak
menaikinya. Bahkan tuwienpgurg Menur sendiri
hampir menderita c idera berat ketika berusaha hendak mengendarainya.
Tumenggung itu dihentakkan sehingga terlempar beberapa
tombak. Namun Rani Daha tidakkah kecewa atas tingkah kuda hitam
itu. Bahkan kebalikannya Rani malah makin menyukai kuda itu.
Akhirnya Rani menurunkan amanat.
barangsiapa dapat mengendarai kuda itu akan diangkat sebagai nayaka.
Banyak pura prianom yang mencoba tetapi banyak yang
gagal. Tak seorangpun yang mampu menguasai kuda hitam itu.
Akhirnya raden Kuda Amerta mencoba nasib. Dan entah
bagaimana, kuda hitam itu menurut pada raden Kuda Amerta.
Rani amat bersukacita dan hendak menganugerahkan pangkat
kepada raden Kuda Amerta tetapi raden itu tak mau.
Demikianlah perkenalan pertama antara Kuda Amerta dengan
Rani Daha. Banyak orang mengatakan bahwa kuda hitam itu
hanya utusan dewata untuk mempertemukan Kuds Amerta
1159 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Rani Daha. Sejak perkenalan itu makin eratlah hubungan
antara raden dari kerajaan Wengker dengan Rani Daha.
Kemudian turun amanat dari seri baginda Jayanagara yang
melarang setiap prianom untuk melangkahkan kaki ke pura Daha
dan Kahuripan. Rakyat heran atas amanat itu namun titah ratu
adalah undang-undang yang tak dapat dibantah.
Rakyat menduga-duga apa sebab baginda menurunkan
amanat sedemikian. Hanya beberapa mentri di pusat pura
Majapahit yang tahu hal itu, termasuk patih Dipa. Kiranya seri
baginda memang mempunyai maksud yang tak senonoh
terhadap kedua ayundanya itu. Karena hal itu menyangkut
rahasia keraton maka para wreddha mentri bersepakat untuk
menutup rahasia itu jangan sampai tersiar ke luar agar martabat
baginda tak sampai tercemar.
Raden Kuda Amerta tak menghiraukan larangan itu dan
akhirnya dia ditangkap. Waktu itu yang menjadi patih masih
mendiang patih Arya Tilam, ayahanda raden Mahendra. Beliau
juga tabrakan hubungan antara Kuda Amerta dengan Rani maka
rakryan patih tak berani mengambil keputusan, melainkan
membawa raden Kuda Amerta menghadap Rani Daha. Rani Daha
membebaskan, kepada patih Arya Tilam. Rani menyerahkan
bagaimana kebijaksanaan patih itu akan bertindak agar raden
Kuda Amerta tetap dapat berkunjung ke pura Daha, walaupun
tidak sesering dahulu. Kemudian setelah patih Arya Tilam wafat dan rakryan patih
Dipa yang mengganti sebagai patih Daha, patih Dipa makin
memberi kelonggaran kepada raden Kuda Amerta agar dapat
berkunjung ke pura Daha. "Ah, aku banyak berhutang budi kebaikan pada rakryan patih
Dipa . . ." sesaat mengenangkan segala peristiwa yang telah
dialam inya selama ini, tiba-tiba ia tersentak kaget karena
kudanya meringkik keras. Hampir saja ia tergelincir jatuh apabila
tak lekas mengepitkan kedua kakinya ke perut kuda dan
1160 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengekang erat-erat tali kendali. Setelah dapat menguasai kuda
ia sempat memandang ke muka dan barulah ia tahu apa sebab
kudanya meringkik kaget. Kiranya beberapa tombak di sebelah
muka tegak seorang lelaki yang menyandang busana sepeiti
seorang pertapa. "Siapa ki sanak?" seru Kuda Amerta.
"Bukankah raden ini raden Kuda Amerta dari Wengker"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertapa itu berbalik tanya.
Kuda Amerta terkesiap. Mengapa pertapa setengah tua itu
tahu akan dirinya " Namun pada lain saat ia mempunyai lain
pertimbangan bahwa yang berada di hadapannya itu seorang
brahmana yang wajib dihormati. Maka tanpa suatu prasangka
menjawablah Kuda Amerta "Benar, ki brahmana. Lalu bermaksud
apakah maka ki brahmana menghadang perjalananku?"
"Raden" kata brahmana itu "aku hendak menyampaikan
sebuah hal kepada raden. Sebenarnya aku harus menghadap
rakryan patih Dipa karena rakryan patih itulah yang
berkepentingan dalam hal ini. Tetapi karena satu dan lain sebab,
aku tak dapat menghadap dan hanya menemui raden dengan
harapan agar raden suka menyampaikan hal ini kepada rakryan
patih Daha itu" Kuda Amerta makin tertarik akan pembicaraan brahmana itu
"Ki brahmana, dapatkah tuan lebih dulu memberitahukan rama
tuan?" "Aku brahmana Kendang Gumurung, raden"
"Terima kasih ki brahmana. Silakan sekarang ki brahmana
memberitahukan hal yang ki brahmana i-nginkan supaya
kusampaikan kepada rakryan patih Dipa"
"Raden" kata brahmana Kendang Gumurung "adalah
memandang andika tersangkut dalam peristiwa penyerangan
keraton Daha beberapa hari yang lalu maka kupilih raden sebagai
1161 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perantara yang dapat menyampaikan hal ini kepada rakryan patih
Dipa. Dalam hal ini harap raden memaklumi tindakanku
menghadang perjalanan raden"
"Baik ki brahmana"
"Raden tentu pernah mendengar bahwa di bumi Daha ini pada
suatu waktu yang lampau pernah berdiri setuah himpunan yang
bernama Wukir Polaman, bukan?"
"O, benar, ki brahmana. Bukankah Wukir Polaman itu
himpunan dari para ksatrya Daha yang hendak berjuang untuk
membangun kembali kejayaan kerajaan Daha?"
"Ya, benar" kata brahmana Kendang Gumurung "beberapa
tahun yang lalu dalam penemuan di lembah Trini Panti, patih
Dipa telah mencapai kata sepakat dengan sang Manggala,
pimpinan Wukir Polaman, bahwa Wukir Polaman bersedia untuk
memberi kesempatan kepada patih Dipa, membuktikan usahanya
membangun Daha dan meningkatkan kesejahteraan hidup
kawula Daha. Dan sejak pertemuan itu maka himpunan Wukir
Polaman tak bergerak lagi"
"Peristiwa serangan pada keraton Daha beberapa hari yang
lalu, benar-benar merupakan bagai halilintar berbunyi dimusim
kemarau. Kumandangnya menggetarkan perasaan hati setiap
warga Wukir Po'aman yang sudah mengundurkan diri diri
kegiatan-kegiatan perjuangan. Dan alangkah kejut hati mereka
ketika pasukan Daha mulai bergerak mencari mereka, bahkan
kabarnya ada beberapa warga Wukir Polsman yang telah
ditangkap dan akan diadili. Rakryan patih Dipa cenderung
menduga bahwa serangan pada keraton Daha itu dilakukan oleh
warga himpuran Wukir Folaman. Wukir Polaman yang sudah
beberapa tahun tak terdengar beritanya, kini muncul pula untuk
mengacau Daha ..." Brahmana itu berhenti sejenak dan melepaskan pandang
tajam ke arah raden Kuda Amerta "Raden, apabila raden
1162 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkenan hati, maukah raden menjawab secara jujur bahwa
menurut kesan raden yang ikut bertempur pada malam serangan
itu, benarkah beberapa orang yang melakukan tindakan itu
warga dari Wukir Polaman?"
"Maaf, ki brahmana" sahut Kuda Amerta "sayang benar bahwa
pada waktu Wukir Polaman madh giat bergerak, aku tak
mempunyai kesempatan untuk berhadapan dengan mereka. Oleh
karena itu maka aku tak tahu jelas, apakah penyerang-penyerang
pada malam itu benar warga Wukir Polaman atau bukan"
Brahmana Kendang Gumulung mengangguk.
"Tetapi ki brahmana" kata Kuda Amerta pula "tuan seorang
brahmana yang seharusnya mendambakan diri dalam kehidupan
yang suci untuk mencapai kesempurnaan batin. T etapi mengapa
tuan memberi kesan kepadaku bahwa tuan amat menaruh
perhatian besar terhadap keadaan Daha, khusus tentang masalah
perjuangan para ksatrya Daha?"
"Raden" sahut brahmana itu dengan tenang "Jiwaku memang
menuntut kedamaian, mendambakan kesucian. Tetapi ragaku
masih terikat dengan bumi Daha tanah kelahiranku. Raga sebagai
badan wadag masih sarat akan nafsu dan keinginan sehingga
mengganggu ketenangan jiwa. Aku tak mau memaksa diri untuk
menekannya. Karena suatu penekanan hanya bersifat sementara,
bukan berarti hapus. Pada waktu-waktu tertentu apabila
menghadapi hal-hal yang berkenaan dengan tuntutan badan
wadag maka nafsu dan keinginan itu akan timbul pula. Oleh
karena itu akupun tak mau menekan tetapi membiarkannya.
Apabila nafsu dan keinginan itu sudah tercapai, tanpa kutekan
lagi, nafsu dan keinginan itupun akan hilang dengan sendiri. Dan
pada saat itulah aku akan memperoleh ketenangan sejati untuk
mencapai kesempurnaan batin. Entah benar atau tidak pendirian
itu, tetapi aku mempunyai faham begitu"
"Raden" sambung brahmana itu pula "nafsu dan keinginan
yang masih merajalela dalam badan wadagku adalah memikirkan
1163 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan Daha. Aku tak malu untuk mengatakan bahwa aku
belum berhasil mencapai ketenangan itu. Dalam taraf sekarang,
aku baru sedang meneguk dan menghayati ilmu ajaran veda
tetapi belum mampu melaksanakannya. Adakah aku ini seorang
brahmana gadungan atau brahmana gagal, terserah o-rang
hendak menilai diriku. Tetapi hidupku bukan berlandas pada
penilaian orang, melainkan bersumber pada pancaran jiwaku
sendiri" Kuda Amerta terkejut. Diam-diam ia mengakui bahwa baru
pertama kali itu dia berjumpa dengan seorang brahmana yang
mempunyai falsafah hidup lain dari kebanyakan brahmana.
Pendirian brahmana itu lebih menyerupai pandangan hidup
seorang ksatrya dengan dharma baktinya terhadap negara.
"Lalu apakah pesan yang ki brahmana inginkan supaya
kusampaikan padi rakryan patih Dipa?" tanyanya.
"Tak lain hanya begini" kata brahmana "bahwa brahmana
Kendang Gumulung menghaturkan pernyataan ke hadapan
rakryan patih Daha bahwa yang melakukan serangan pada
keraton Daha beberapa hari yang lalu itu, bukanlah warga
himpunan Wukir Polaman"
"Baik ...." baru Kuda Amerta menjawab sepatah kata
sekonyong-konyong terdengar suara orang tertawa nyaring dan
pada lain saat dari balik rindang gerumbul pohon muncullah
beberapa orang lelaki, tepatnya berjumlah enam orang.
"Bagus, Silugangga, engkau hendak mencari perlindungan
pada Daha?" tegur salah seorang dari mereka yang berumur
sekitar tigapuluh tahun. Kuda Amerta terkejut melihat kehadiran mereka di tengah
jalan yang sunyi. Demikian pula brahmana Kendang Gumulung.
"O, Kebo Angun-angun, engkau?" seru brahmana Kendang
Gumulung. 1164 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" sahut lelaki itu yang ternyata adalah Kebo Angun-angun
"engkau terkejut Silugangga sebagaimana dahulu engkau pernah
terkejut ketika berada di lembah Trini Panti bersama ni Nagandini
puteri paman patih Kebo Mundarang?"
"Benar, Kebo Angun-angun" sahut brahmana Kendang
Gumulung atau yang sebenarnya bernama Silugangga putera
senopati Sagara Winotan dari kerajaan Daha Jayakatwang
"dahulu ketika di T rini Panti aku memang terkejut tetapi sekarang
tiada lagi kejut dapat menggetarkan hatiku"
"O, karena engkau sudah merasa aman mencari perlindungan
pada Daha ?" ejek Kebo Angun-angun.
"Jika engkau mengira begitu, silakan saja" sahut Silugangga
"tetapi kenyataan yang kurasakan a-dalah lain. Dulu aku terkejut
karena memikirkan keselamatan Nagandiri. Tetapi sekarang aku
hanya seorang diri. Tiada hal betapapun dahsyatnya, kuasa
mengejutkan hatiku" "O, memang besarlah kuasa asmara itu sehingga seorang
putera keturunan senopati mau juga mengkhianati perjuangan
kawan-kawannya, bukan?"
"Kebo Angun-angun" jawab Silugangga "sejak dulu hingga
saat ini, tak putus-putusnya engkau menghamburkan lidah
beracun, mengatakan aku berhianat pada perjuangan para
ksatrya Daha. Entah adakah hal itu memang merupakan suatu
siasat darimu untuk memfitnah diriku atau memang engkau
mempunyai bukti tentang penghianatanku"
"Perlukah aku harus membentang hal itu?" balas Kebo Angun-
angun. "Jika hal itu merupakan siasatmu agar kawan-kawan dari
Wukir Polaman membenci aku dan agar hubunganku dengan
Nagandini putus, itu memang suatu siasat terbagus yang pernah
engkau lakukan. Bukankah puas sudah hatimu karena aku
dimusuhi oleh kawan-kawan Wukir Polaman?"
1165 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah engkau masih dapat tertawa gembira karena
berhasil merebut hati Nagandini?"
"Dalam hal itu tak ada istilah merebut. Asmara itu bukan
benda yang dapat diperebutkan, tidak juga dapat dipaksakan.
Engkau, Kebo Angun-angun, seharusnya menyadari hal itu dari
beberapa peristiwa yang menimpa dirimu. Adikmu, nini W igati,
mencintai raden Mahendra yang juga engkau anggap berkianat
kepada Wukir Polaman. Dan engkau sendiri, tidakkah engkau
sudah berpontang-panting menyiksa hatimu sendiri karena nini
Ken Sari tak menghiraukan kepadamu?"
"Tutup mulutmu, Silugangga" merah muka Kebo Angun -
angun ketika brahmana itu mengungkap rahasia asmaranya
terhadap Ken Sari, adik dari W indu janur, puteri senopati Rangga
Janur dari kerajaan Daha Jayakatwang "dunia ini tidak sedaun
kelor. Masih banyak kenya yang bersedia menyambut aku"
"Aku percaya hal itu" sambut Silugangga "karena kenya
manakah yang takkan menerima Kebo Angun-angun putera
senopati Kebo Rubuh dari kerajaan Daha dahulu " Aku hanya
ingin meyakinkan engkau bahwa hubungan hati antara dua insan
berlawanan jenis itu sesuatu yang keramat dan tak dapat
dipaksa" "Brahmana keparat, aku tak butuh wejanganmu. Tidak layak
seorang yang menyandang busana kebrah-manaan berbicara
soal asmara !" "Jangan membunuh brahmana dengan kebrahmanaan.
Brahmana bukan dewa, tetapi manusia yang ingin mencapai
kesempurnaan jiwa. Sebagai manusia semena, tidakkah berhak
brahmana mengulas asmara" Atau adakah asmara itu barang
permainan lidah pemuda yang mengejar bayangan hampa " Ah,
kasihan jua" "Silugangga!" hardik Kebo Angun-angun "kutahu, engkau
memang pandai mengikat kata merangkai bahasa. Itulah
1166 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebabnya engkau berhasil memikat hati Nagandini. Tetapi
biarlah, itu urusanmu, aku tak mau mengusik. Tetapi ulahmu
saat ini, tak dapat kudiamkan saja. Mengapa engkau merintih-
rintih mohon belas kasihan kepada patih Dipa bahwa yang
melakukan penyerangan pada keraton Daha beberapa hari yang
lalu bukan warga Wukir Polaman?"
"Aku hendak menjernihkan suasana, menyelamatkan nama
Wukir Polaman dari cemar hina"
"Engkau bukan lagi warga Wukir Polaman" seru Kebo Angun-
angun "engkau tak berhak mengurus kepentingan Wukir
Polaman. Warga Wukir Polaman tahu akan mengurus
kepentingannya sendiri"
"Wukir Polaman adalah judul kakawin yang ditulis oleh
rahyang ramuhun Jayakatwang sebagai warisan kepada segenap
ksatrya Daha. Himpunan Wukir Polaman boleh melarang aku dan
tak mengakui aku sebagai warganya tetapi warisan prabu
Jyakatwang yang dicanangkan dalam kakawin Wukir Polaman
adalah untuk seluruh kawula Daha. Berjuang untuk keselamatan
Daha, bukanlah hak tunggal dari himpunan Wukir Polaman. Aku
bukan merintih belas kasihan dari rakryan patih Dipa melainkan
hanya memberi keterangan yang berdasarkan bukti kenyataan"
"Tidak" bantah Kebo Angun-angun "walaupun secara langsung
warga Wukir Polaman tidak ikut dalam serangan itu tetapi secara
tak langsung seluruh warga Wukir Polaman ikut dalam serangan
itu" "Hm, jangan mengada-ada, Kebo Angun-angun!"
"Tidak, aku tidak mengada!" seru Kebo Angun-angun pula
"seluruh warga Wukir Polaman ikut dalam serangan itu kecuali
engkau, Silugangga" "Tidak, ki sanak" karena tak kuasa menahan diri, Kuda Amerta
berseru "aku termasuk salah seorang yang menghadang serbuan
1167 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Hanya beberapa orang saja yang melakukan. Ucapan ki
brahmana benar, dan keterarganmu salah, ki sanak"
"Tidak, tidak salah" bantah Kebo Angun-angun "memang
secara wujut tak seorangpun dari warga Wukir Polaman yang ikut
daiam serangan itu. Tetapi jiwa dan hati seluruh warga Wukir
Polaman mendukung dan menyertai serbuan itu, kecuali
Silugangga seorang'"
"Hm, Kebo Angun-angun, adakah keteranganmu itu tidak
serasi dengan keteranganku tadi" Soal jiwa dan hati, tak ada
yang tahu. Dalam membela kepentingan Daha, rasanya akupun
merasa tak kalah dengan warga Wukir Polaman terutama
engkau" "Huh, penghianat Silugangga, engkau masih mempunyai muka
untuk menepuk dada sebagai pembela Daha. Kacang takkan
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meninggalkan lanjaran. Bapanya seorang penghianat, anak ...."
"Jahanam engkau Kebo Angun-angun" teriak Silugangga yang
tak dapat menguasai diri lagi. Sambil memaki diapun loncat
menerkam Kebo Angun-angun.
Kebo Angun-angun terkejut. Cepat dia menyelinap ke
samping, brat . . . bahunya telah robek sepanjang lengan dan
robekan kain itu tercengkeram dalam tangan Silugangga.
Beberapa kawan Kebo Angun-angun yani Lembu Nindra,
Naibada, Kuda Sempalan dan Gendring serempak maju
menghantam Silugangga. Tetapi secepat itu pula Nurwenda
menghalangi "Jangan kakang sekalian" serunya seraya
menghadang di muka Silugangga.
"Adi Nurwenda, mengapa engkau melindungi brahmana
gadungan itu!" seru Kuda Sempalan.
"Sabar, kakang sekalian" sahut pemuda itu "aku hanya ingin
tahu apa sebab seorang brahmana sampai tak dapat menguasai
nafsu amarahnya. Apabila alasannya kurang layak maka takkan
1168 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlambat kiranya kakang sekalian untuk menyerangnya bahkan
aku sendiripun juga akan ikut serta"
Kemudian Nurwenla berpaling ke arah Silugangga "Ki
brahmaga, apa sebab tuan sampai lupa diri dan menerkam
kakang Kebo Angun-angun?"
Silugangga terkesiap. Walaupun yang bertanya itu jelas kawan
dari Kebo Angun-angun tetapi dia berani mencegah perbuatan
kawan-kawannya maka Siluganggapun mau memberi jawaban
"Jika Kebo Angun-angun menghina aku sebagai seorang
brahmana gadungan maupun sebagai penghianat, aku masih
dapat bersabar. Tetapi dia lancang berani menghina mendiang
ramaku sebagai penghianat. Aku benar-benar tak merelakan hal
itu" "Bekenankah ki brahmana memberi tahu kepadaku, siapa
gerangan rama tuan itu?"
"Sagara Winotan yang sama-sama menjadi senopati kerajaan
Daha masa pemerintahan prabu Jayakatwang bersama dengan
senopati Kebo Rubuh, ayah Kebo Angun-angun"
"Mengapa kakang Kebo Angun-angun menghina rama tuan
sebagai seorang penghianat?"
"Sebenarnya persoalan itu, bukan merupakan persoalan kita
yang dilahirkan sebagai putera-putera keturunan. Tetapi karena
Kebo Angun-angun mengungkat peristiwa itu maka akupun akan
menceritakan kepadamu"
"Terima kasih, ki brahmana"
"Pada waktu raden W ijaya dihadiahi tanah Terik oleh prabu
Jayakatwang, maka mulailah raden Wijaya membabat alas dan
mendirikan sebuah kota yang kemudian hari diberi nama
Majapahit. Untuk mengetahui keadaan raden Wijaya, adakah dia
benar benar setya kepada Daha atau mempunyai maksud hendak
berhianat maka prabu Jayakatwang mengutus ramaku, Sagara
1169 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Winaton, untuk meninjau keadaan Majapahit ninjau keadaan
Majapahit dan menyelidiki gerak-gerik raden Wijaya. Rama
kembali ke Daha dan menghaturkan laporan kepada prabu
Jayakatwang bahwa raden Wijaya memang giat membangun
bumi T erik, tak menampakkan tanda-tanda hendak memberontak
dan bahkan telah mempersiapkan segala sesuatu sesuai titah
prabu Jayakatwang yang hendak berburu di hutan daerah Terik.
Raja gembira tetapi ternyata pecahlah berita bahwa raden Wijaya
dengan tentara T artar telah bergerak menuju ke selatan hendak
menyerang Daha" "Mendengar itu marahlah senopati Kebo Rubuh yang serentak
menghunus keris hendak menikam ramaku. Dia menuduh Sagara
Winotan telah berhianat, bersekongkel dengan raden Wijaya dan
memberi laporan, palsu kehadapan raja Jayakatwang. Syukur
pertumpahan darah itu dapat dicegah raja Jayakatwang. Nah,
berdasar peristiwa itulah maka Kebo Angun angun sering
menghina aku sebagai putera seorang mentri penghianat"
"Tetapi mengapa senopati Sagara Winotan menghaturkan
laporan yang tak sesuai dengan kenyataannya ?" tanya
Nurwenda. "Apa lagi kalau bukan bersekutu dengan raden W ijaya, adi
Nurwenda" selutuk Kebo Angun-angun.
"Ki sanak" kata Silugangga "sebagai putera dari rama Sagara
Winotan, aku memang tak sempat mendengar keterangan rama.
Tetapi ibu telah diberitahu rama tentang peristiwa itu. Kemudian
setelah aku dewasa baru ibu menceritakan hal yang
bersangkutan dengan rama"
"O, apakah kata ibu ki brahmana?"'
"Waktu pulang dari menghadap raja, rama dengan penuh
sesal dan geram menceritakan semua hal kepada ibu. Rama
marah sekali kepada raden Wijaya yang ternyata telah
mengelabui rama. Karena disambut dengan sikap yang
1170 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghormat dan tutur kata yang halus dari raden Wijaya, rama
percaya saja semua keterangan raden itu. Rama terus kembali
menghadap raja Jayakatwang. Baru setelah gerakan raden
Wijaya hendak menyerang Daha itu diketahui, teringatlah rama
bahwa waktu berkunjung ke Terik, dia tidak diterima di kota
Majapahit melainkan di desa Wirasaba. Rama baru menyadari
apa sebab dia tak diberi kesempatan untuk melihat kota
Majapahit. Jelas raden Wijaya memang hendak merahasiakan
persiapan-persiapan perang yang telah dilakukan di pura
Majapahit" "Demikianlah peristiwa yang sebenarnya, ki sanak" kata
Silugangga "memang rama tak luput dari
kesalahan. Kesalahannya yalah dia kurang cermat dan mudah percaya akan
mulut manis Raden Wijaya. Tetapi sama sekali rama tak
mengandung maksud hendak berhianat kepada Daha dan
bersekutu dengan raden Wijaya. Hal itu dapat dibuktikan betapa
gigih rama berjuang dalam medan perang melawan serangan
pasukan Majapahit dan Tartar. Dan akhirnya ramapun gugur di
tangan Adipati Rangga Lawe. Jika rama benar-benar berhianat
mengapa ia tidak menyeberang ke fihak raden Wijaya?"
Nurwenda mengangguk "Benar, ki brahmana.
Rama brahmana, senopati Sagara Winotan memang bersalah karena
lengah tetapi jelas dia tak berhianat. Jika dia memang benar-
benar dianggap berhianat, pada saat senopati Kebo Rubuh
hendak menikamnya, tentulah raja Jayakatwang takkan
mencegah. Dengan tindakan raja Jayakatwang itu berarti bahwa
raja tidak menganggap senopati Sagara Winotan berhianat"
"Adi Nurwenda" teriak Kebo Angun-angun.
"Kakang Kebo Angun-angun" sambut Nurwenda "seorang
pejuang harus berjiwa ksatrya. Dan jiwa ksatrya itu haru?
menghitamkan yang hitam, memutihkan yang putih. Jika
memang peristiwanya sedemikian, bahkan raja Jayakatwang
1171 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri tak menganggap senopati Sagara Winotan itu berhianat,
mengapa kita berkeras mengatakan dia berhianat?"
"Ah, jangan adi percaya pada mulut brahmana culas itu"
desuh Kebo Angun-angun. "Baik, kakang Kebo Angun-angun" kata Nurwenda "katakan
saja misalnya Sagara Winotan itu berhianat, tetapi jika puteranya
tidak berhianat dan bahkan seorang pejuang, janganlah kita
mencemarkan namanya"
Tiba tiba terdengar suara kuda meringkik dan pada lain saat
dari balik gunduk karang yang terhantar dibalik gcrumbul semak,
muncul tiga orang lelaki tegap. Dengan berloncatan gesit,
merekapun sudah tiba di hadapan orang-orang itu.
"Hm, rupanya di tempat ini terdapat pejuang yang sudah
terbalik kiblatnya !" seru salah seorang dari mereka, seorang
lelaki yang bertubuh kekar dan bermata tajam.
Kuda Amerta terbeliak ketika melihat orang itu. Dia seolah
pernah melihatnya. Tetapi dia masih ragu.
"Siapakah ki sanak ini ?" tegurnya.
Orang itu menatapkan selintas pandang yang tajam lalu
menjawab "Siapa yang menjadi tuan rumah di tempat ini?"
Kuda Amerta terkesiap. Demikian pula dengan Silugangga dan
rombongan Kebo Angun-angun. Mereka saling merasa bukan
sebagai tuanrumah. "Perlukah hal itu harus dijawab?" balas Kuda Amerta,
"Ya, untuk menentukan siapa yang berhak bertanya kepada
siapa" "Tetapi di s ini adalah hutan, bukan tempat kediaman orang"
"Hutanpun tentu ada pemiliknya" sambut lelaki pendatang
baru itu dengan tandas. 1172 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Nurwenda menyelutuk "Lalu siapakah yang ki sanak
katakan bahwa di tempat ini terdapat pejuang yang sudah
terbalik kiblatnya itu?"
"Siapa yang merasa, dialah yang kukatakan" sahut lelaki itu
"atau kalau dia sudah mati-rasa akupun perlu menyebutnya"
Menduga bahwa orang itu tentu juga golongan orang yang
berjuang, entah untuk kepentingan Daha-Majapahit entah untuk
Daha-Jayakatwnng, maka berkatalah Silugangga "Bagaimana asal
mula maka ki sanak mengatakan tentang pejuang yang berbalik
kiblat itu?" "Sebenarnya aku sudah lama bersembunyi di hutan ini maka
akupun mendengar jelas semua pembicaraan yang dipercakapkan di s ini"
"O, jika demikian" kata Silugangga "ki sanak menuduh diriku
sebagai pejuang yang terbalik kiblatnya itu, bukan?"
"Adakah ki brahmana merasa begitu ?" balas orang itu.
"Aku tak merasa tetapi ada orang yang mengatakan begitu.
Hal itu terserah kepada penilaian masing-masing"
"Jika ki brahmana tak merasa, takkan ada orang yang
memaksa. Karena perkataanku tadi hanya tertuju kepada orang
yang merasa" Nurwenda menegur "Ki sanak, engkau harus bertanggung
jawab atas perkataanmu itu. Berani mengatakan mengapa tak
berani menunjuk orangnya?"
"Baik" jawab lelaki itu "tetapi maukah ki sanak menyebutkan
siapa nama ki sanak ini?"
"Jika kukatakan hal itu adakah engkau akan mengatakan
orang yang engkau tuduh sebagai pejuang yang terbalik
kiblatnya tadi?" "Ya" 1173 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, aku bernama Nurwenda"
"Warga Wukir Polaman?"
"Ya" "Aneh" gumam orang itu "mengapa engkau membela
brahmana itu" Itulah yang kukatakan engkau telah berbalik
kiblat" "Ki sanak" sahut Nurwenda "jangan tergesa berlancang ucap
dahulu. Adakah engkau tahu akan tujuan dan landasan daripada
himpunan Wukir Polaman itu?"
"Kudengar Wukir Polaman sebuah himpunan dari anak-anak
muda keturunan senopati raja jayakatwang yang bergerak
memperjuangkan kemerdekaan dan membangun kejayaan Daha"
"Walaupun pengertianmu itu berdasar mendengar kata orang
saja namun memang demikiainlah tujuan perjuangan Wukir
Polaman itu" jawab Nurwenda. "tetapi adakah engkau tahu
bagaimana landasan perjuangan Wukir Polaman itu?"
"Aku bukan warga Polaman"
"Kutahu" sahut Nurwenda "dan inilah yang membuatku heran.
Bukan warga Wukir Polaman dan tak tahu akan landasan
perjuangan Wukir Polaman tetapi berani lancang mengucap
menuduh orang berbalik kiblat. Tidakkah kata-katamu itu
kuanggap tak lebih sebagai angin busuk yang ke luar dari pantat
saja?" "Hm, jangan bermulut kotor, ki sanak"
"Ketahuilah hai ki sanak yang tak mengerti tetapi berlagak sok
mengerti" seru Nurwenda tanpa menghiraukan kata-kata orang
"Wukir Polaman bertujuan untuk membangun kembali kejayaan
Daha yang dulu. Warga Wukir Polaman adalah ksatrya-ksatrya
muda putera keturunan senopati kerajaan Daha yang lalu. Oleh
karena tujuannya luhur dan pejuangnya adalah para ksatrya
1174 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka landasannyapun bersifat ksatrya, bukan secara acak-
acakan" "Engkau terlalu mulus dengan alam pikiranmu yang masih
hijau" jawab lelaki itu "yang penting adalah untuk mencapai
tujuan perjuangan. Adakah itu dengan cara ksatrya atau acak-
acakan, bukanlah soal yang harus diutamakan"
"Itu bagi orang yang segolongan dengan engkau. Tetapi bagi
Wukir Polaman, tidak demikian. Ingin bukti ?" kata Nurwenda
"dengarkan. Mengapa pimpinan Wukir Polaman menghentikan
gerakannya adalah karena secara ksatrya, Wukir Polaman hendak
memberi kesempatan kepada patih Dipa untuk menepati janjinya
hendak membangun dan meningkatkan kehidupan kawula Daba"
"Ha, ha" lelaki itu tertawa mengejek "tindakan semacam itu
mengapa tak malu engkau katakan kepadaku" Itu tindakan banci
namanya!" "Hm, aku memiata pertanggungan jawab atas ucapanmu itu,
ki sanak" "Banci itu sifat dari lelaki yang ke wanita-wanitaan" kata lelaki
itu "perjuangan untuk membebaskan Daha dari kekuasaan
Majapahit, tidak boleh mengenal persetujuan dalam bentuk
apapun sebelum tuntutan perjuangan dipenuhi. Mengapa
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pimpinan Wukir Polaman mau memberi kesempatan kepada patih
Dipa " T idakkah itu berarti suatu kekalahan yang terselubung?"
"Tidak" sahut Nurwenda "perjuangan harus memakai
perhitungan. Pimpinan Wukir Polaman menganggap bahwa
berdasar pada kekuatan, suasana dan keadaan, maka belumlah
saatnya untuk bergerak dengan kekerasan"
"Huh" dengus lelaki itu.
"Dan ketahuilah, ki sanak" kata Nurwenda lebih lanjut "dengan
memikul beban janji itu, patih Dipa tentu akan berusaha keras
untuk meningkatkan kehidupan rakyat Daha. Tetapi adakah
1175 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikiran dan tenaga seseorang itu dapat terikat oleh suatu tugas
saja" Dia seorang patih yang bercita-cita besar, besar pula nafsu
keinginannya untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Pada suatu
saat, dimana karena tugas lain dia harus pindah dari Daha dan
pembangunan Daha mulai tersendat, maka pada waktu itulah
Wukir Polaman akan tampil untuk mengajak seluruh kawula Daha
bangkit kembali"' "Wah, hebat sekali impianmu itu" seru lelaki itu dengan nada
mencernoh. "Sudahlah, ki sanak, kiranya sudah terlampau cukup aku
memberi penjelasan" kata Nurwenda "sekarang jawablah
pertanyaanku. Siapa ki sanak ini dan apa maksud ki sanak berada
disini?" Sebelum lelaki itu menjawab, tiba-tiba Kuda Amerta berkata
"Ki sanak, setelah beberapa saat kuperhatikan gerak gerikmu,
sekarang aku ingat. Bukankah engkau ini yang bertemu dengan
aku ketika engkau masuk kealun-alun untuk menyerbu keraton?"
Pertanyaan Kuda Amerta itu telah menimbulkan kegemparan
hati sekalian orang. Mereka mencurah pandang ke arah lelaki itu
untuk menunggu jawabannya.
"Tanpa tedeng aling-aling lagi, ki sanak" kata lelaki itu "aku
memang yang bertemu dengan engkau pada malam itu"
Sekalian orang terkejut dalam tanggapan masing-masing.
Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya memancar sinar pada
matanya. Sinar harap akan kemungkinan yang sesuai dengan
keinginannya. Nurwenda meregang dahi, Silugangga terkesiap
dan Kuda Amerta merah wajahnya.
"Lalu apa maksud kedatanganmu?" tanya Kuda Amerta.
"Seperti orang-orang dari Wukir Polaman itu. Sayang mereka
bertindak lebih cepat dari aku"
"Hm, hendak mencegat aku?" Kuda Amerta menegas.
1176 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau tentu sudah mengerti sendiri"
"Baik" kata Kuda Amerta "aku harus mengucap terima kasih
kepadamu, ki sanak" "Mengapa?" orang itu terkesiap.
"Aku memang hendak mencarimu. Dan sekarang tanpa
bersusah payah, aku sudah dapat menemukan engkau di sini"
"Kuda Amerta, jangan tergesa bergembira dulu. T erus terang,
aku memang hendak mencarimu untuk memperhitungkan
peristiwa pada malam itu. Pertama, engkau telah menggagalkan
rencanaku. Kedua, karena u-lahnau maka aku sampai kehilangan
beberapa kawan. Oleh karena itu, aku sengaja menunggumu di
sini" "Jangan kuatir, ki sanak" sahut Kuda Amerta "aku takkan lari
dan akan menyambut keinginanmu. Tetapi apabila engkau benar-
benar seorang ksatrya, jawablah pertanyaanku"
"Mau bertanya apa lagi, engkau " Apakah engkau hendak
meninggalkan pesan agar kusampaikan kepada Rani Daha yang
engkau impikan itu?"
Merah-wajah Kuda Amerta. Namun dia berusaha untuk
menekan kemarahannya. "Siapakah namamu " Dan apa tujuanmu hendak membakar
keraton Daha?" "Aku Rudra, putera laksamana Rudraloka dari Daha yang
dihukum mati oleh raja Jayakatwang atas anjuran Ardaraja"
Terkejutlah sekalian orang-orang Wukir Polaman mendengar
keterangan itu. Serentak Kebo Aagun-angun pun berseru
gembira "Ki Rudra, jika demikian kita ini seperjuangan. Kami juga
putera keturunan dari senopati kerajaan Daha yang lalu"
"Siapa engkau, ki sanak?" tegur Rudra.
1177 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku Kebo Angun-angun" kata Kebo Angun-angun lalu
memperkenalkan kawan-kawannya "dan ini Kuda Sempalan
putera paman senopati Jaran Gayang, ini Lembu Nindra putera
mendiang senopati Mahisa Antaka, ini Gendring putera mendiang
senopati Pencok Sahang dan ini Nurwenda"
"Putera senopati siapa?" tegur Rudra.
"Haruskah setiap pejuang itu menyebutkan nama keturunannya " Adakan yang berhak berjuang itu hanya mereka
yang menjadi putera para senopati kerajaan Daha dulu?" jawab
Nurwenda. "Nurwenda, dia adalah kawan kita sendiri" seru Kebo Angun-
angun yang terkejut melihat sikap Nurwenda yang getas
terhadap Rudra. "Belum tentu, kakang Angun-angun" sahut Nurwenda "dia
telah salah menafsirkan pendirian Wukir Polaman, aku kuatir dia
memang berpendirian lain dengan Wukir Polaman"
"Benar" tiba-tiba Rudra menjawab "memang aku bukan warga
Wukir Polaman dan tidak sehaluan dengan Wukir Polaman"
"Tetapi ki Rudra" bergegas Kebo Angun-angun berkata
"tidakkah engkau juga berjuang demi kepentingan Daha"
"Ya" "Mengapa engkau tak dapat sejalan haluan dengan kita?"
tanya Kebo Angun-angun. Rudra gelengkan kepala. "Mengapa ?" ulang Kebo Angun-angun.
"Aku berjuang untuk kepentingan Daha tetapi bukan untuk
membangun kerajaan Daha warisan Jayakatwang. Melainkan
sebuah kerajaan Daha yang baru, yang dapat mengayomi
kesejahteraan kawula Daha dan membawa Daha ke arah
kejayaan" 1178 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami juga demikian !" seru Kebo Angun-angun.
"Tidak" bantah Rudra "kalian bercita-cita hendak membangun
kembali kejayaan kerajaan Daha sebagai kelanjutan dari
Jayakatwang. Tetapi aku hendak menuntut balas kepada
Jayakatwang dan Ardaraja. Mereka telah membunuh ramaku
secara tak adil!" Terkejut pula Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya
mendengar pernyataan Rudra yang sedemikian berapi-api itu.
"Ki sanak" seru Rudra pula dengan masih mengumandangkan
nada geram "siapa pimpinan Wukir Polaman yang menyebut
dirinya sebagai sang Manggala itu?"
"Kami sendiri tak tahu, ki sanak" sahut Kebo Angun-angun
"karena jarang sekali
dia menampakkan diri. Apabila mengadakan pertemuan dengan seluruh warga Wukir Polaman,
dia selalu mengenakan topeng"
"Bohong kalian !" bentak Rudra "mustahil seorang anggauta
tak mengetahui siapa dan bagaimana raut muka pimpinannya!"
"Tetapi kami memang sungguh tak tahu ..."
"Tak perlu panjang lebar memberi pernyataan, kakang Angun-
angun" tiba-tiba Nurwenda menukas "persoalan itu adalah
persoalan warga Wukir Polaman sendiri. Dia mau percaya atau
tidak, itu urusannya!"
."Hm, Nurwenda, engkau tampaknya seorang ksatrya jantan"
dengus Rudra. "Terserah" sahut Nurwenda "aku hanya menunggu saja apa
yang hendak engkau lakukan"
"Baik" jawab Rudra "nanti apabila urusan yang penting sudah
selesai barulah akan kuselesa ikan persoalan dirimu"
"Ki sanak" cepat Kebo Angun angun memutus karena kuatir
akan terjadi bentrokan antara Rudra dengan Nurwenda. Suatu
1179 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal yang tak diinginkan karena dapat memecah kekuatan mereka
untuk menghadapi Kuda Amerta "ingin kubertanya, kepentingan
apakah maka engkau hendak mengetahui nama pimpinan Wukir
Polaman?" "Aku mempunyai dugaan terhadap pimpinan itu" sahut Rudra
"apabila benar seperti yang kuduga, maka akan kuminta
kepadanya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya
dahulu" "Perbuatan apa?"
"Membunuh ramaku"
"O, engkau menduga dia itu baginda Jayakatwang?"
Rudra gelengkan kepala "Jayakatwang jelas sudah tewas di
dalam tawanan di Ujung Galuh"
"Pangeran Ardaraja?"
"Ya" jawab Rudra.
"Ah" desah Kebo Angun-angun "mungkinkah itu" Ah, tidak, ki
sanak. Dugaanmu itu tentu salah. Kabarnya pangeran Ardaraja
juga telah tewas waktu melarikan diri dari tawanan"
"Itu kabar orang tetapi dapatkah engkau membuktikan
kebenarannya?" balas Rudra.
Kebo Angun-angun tertegun diam.
"Ki sanak" kembali Nurwenda yang mewakili Kebo Angun-
angun berbicara "menurut keterangan seluruh warga Wukir
Polaman, memang tak seorangpun dari mereka yang pernah
melihat wajah pimpinan yang menyebut dirinya sebagai sang
Manggala itu. Itu memang benar !"
"Hm, apa maksudmu?"-
"Andaikata "kata Nurwenda "kuulangi lagi, andaikata sang
Manggala itu benar adalah pangeran Ardaraja seperti yang
1180 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau sangka, tetapi dia telah memimpin para ksatrya Daha
untuk berjuang mengembalikan kejayaan kerajaan Daha.
Mengapa engkau hendak membunuhnya " Camkanlah, ki sanak,
seluruh warga Wukir Polaman tentu takkan merelakan engkau
bertindak mengganggu pimpinannya!"
"Anakmuda, menilik pembicaraanmu dan nada suaramu,
engkau tentu seorang warga Wukir Polaman. Jika demikian,
silakan mendengar ikrarku ini. Aku, Rudra putera laksamana
Rudraloka, akan tetap mencari pimpinan Wukir Polaman. Apabila
dia benar pangeran Ardaraja maka aku akan menuntut balas
kepadanya. Bahwa seluruh warga Wukir Polaman termasuk
engkau, tak merelakan tindakanku, itu memang sudah menjadi
akibat yang harus kuhadapi" kata lelaki pendatang itu.
Kebo Angun-angun terkejut. Apabila pembicaraan antara
pendatang itu dengan Nurwenda berlangsung makin lama,
akibatnya tentu akan mencapai ketegangan. Dimana ketegangan
akan mencapai tilik tertinggi tentu takkan terhindar dari akibat-
akibat terjadinya suatu pertempuran secara jasmani atau
perkelahian. Kebo Angun-angun tak menginginkan hal itu terjadi.
Dia mempunyai rencana untuk merangkul Rudra dan kawannya
menjadi sekutu. Dalam hal itu dia akan memenuhi keinginan
Rudra untuk mempertemukannya dengan sang Manggala.
Walaupun dia sendiri tak tabu dimana sang Manggala berada, tak
tahu pula siapa sebenarnya sang Manggala itu, namun dengan
kesediaannya untuk membantu mewujutkan keinginan Rudra,
tentulah pemuda itu akan mau menjadi kawan.
Kebo Angun angun mempunyai pandangan bahwa Rudra itu
pantas dan wajib menjadi kawan. Bahkan apabila ternyata sang
Mmggala itu bukan pngeran Ardaraja, dia akan membujuk Rudra
supaya masuk rnenjadi warga Wukir Polaman. Diam-diam Kebo
Angun-angun memiliki cita cita untuk membangkitkan lagi
himpunan Wukir Polaman. Walaupun pernah pimpinan Topeng
Kelapa menemui sang Manggala untuk meminta restu dan
1181 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persetujuannya supaya mempercayakan perjuangan kepada
mereka para anakmuda, namun Kebo Angun-angun berpendapat
bahwa perjuangan untuk membangun kejayaan Daha, adalah
milik setiap putera Daha yang memiliki cita cita untuk
membebaskan Daha dan kekuasaan Majapahit. Perjuangan
adalah keinginan itu suara hati dan hati itu adalah kandungan
jiwa. Cita-cita dapat diwariskan atau diserah-terimakan kepada
angkatan muda dalam arti kata cara cara dan pelaksanaannya
secara jasmaniah. Orangtua yang sudah rapuh raga atau tak
mengidinkan keadaan jasmaninya, memang dapat menyerahkan
cita-cita perjuangan itu kepada yang muda. Agar yang muda
dapat melaksanakan cita cita peijuangan itu dengan semangat,
jiwa dan keadaan tubuh yang masih segar. Tetapi hal itu bukan
berarti bahwa c ita-cita perjuangan itu sudah hilang dari jiwa yang
tua, semisal benda yang diserahkan kepada orang lain. Cita-cita
perjuangan itu masih dan harus tetap dimiliki oleh yang tua, yang
muda dan setiap putera Daha. Demikian anggapan Kebo Angun -
angun. "Apa salahnya aku membangun lagi Wukir Polaman.
Disamping dapat merupakan dorongan dan memberi bantuan
kepada Topeng Kalapa, pun sebagai suatu penampilan yang
harus ditaulad oleh setiap pejuang. Bahwa yang disebut tua itu
adalah mereka yang sudah merasa tua, merasa loyo, merasa
hilang gairah hidupnya, lenyap temangat juang dan padam cita
cita perjuangannya" kata Kebo Angun-angun dalam hati. Diapun
berpendirian bahwa selama masih bernapas, o-rang harus
mempunyai gairah hidup, semangat dan cita-cita. Orang yang
kehilangan itu, dia tak ubah seperti mati dalam hidup atau mati
sebelum mati.
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah, ki sanak" katanya kepada Rudra "kita harus dapat
menarik garis tajam antara kepentingan peribadi dengan
kepentingan perjuangan. Menuntut balas atas kematian ramamu,
1182 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu urusan peribadi. Tiada seorangpun yang kuasa memberantas
keinginanmu itu. Tetapi kepentingan perjuangan, haruslah
engkau hayati" "Hai, apa maksudmu, ki sanak?" tegur Rudra.
"Aku ingin bertanya kepadamu" kata Kebo Angun-angun "dari
jawabanmu nanti, aku dan kawan-kawan akan menentukan sikap
kepadamu" "Apa yang hendak engkau tanyakan ?" seru Rudra.
"Apakah yang menjadi dasar perjuanganmu ?" kata Kebo
Angun angun "apakah engkau berjuang hanya untuk mencari
balas dendam atau untuk membangun kejayaan Daha" Ataukah
kedua-duanya" Aku minta petegasanmu, ki sanak"
Rudra terkesiap. Ia tak lekas menjawab melainkan merenung.
"Jika tujuan perjuanganmu itu hanya semata hendak mencari
balas kepada pangeran Ardaraja, silakan. Aku dan kawan-kawan
takkan melarangmu" "Bagaimana kalau pangeran Ardaraja itu ternyata pimpinan
Wukir Polaman yang menyebut dirinya sebagai sang Manggala itu
?" tanya Rudra. "Itu hak bagi segenap warga Wukir Polaman untuk
menentukan sikap, akan membela pimpinan mereka atau
merelakan kepadamu. Tetapi satu hal perlu kukatakan
kepadamu, bahwa Wukir Polaman itu merupakan wadah dari
para ksatrya Daha yang memiliki ilmu kedigdayaan. Bahwa
sebagai pimpinan Wukir Polaman, selain mempunyai kewibawaan
sebagai seorang pemimpin, diapun harus memiliki kedigdayaan
yang melebihi sekalian anakbuahnya. Demikian keadaan sang
Manggala" "Soal itu adalah menjadi hakku untuk menentukan pilihan,
menghadapinya atau mundur. Tetapi bagi Rudra, jika
1183 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan orang itu, hanya satu pilihan yang harus kutempuh.
Aku yang mati atau dia"
"Jangan kuatir, ki sanak" seru Kebo Angun-angun "sang
Manggala itu juga seorang ksatrya. Dia akan menyambut
kedatanganmu seorang diri dan tentu melarang warga Wukir
Polan an ikut campur dalam urusan peribadi itu. T etapi sekali lagi
kukatakan bahwa sang Manggala itu belum pasti tentu pangeran
Ardaraja" "Tentu saja aku mempunyai pertimbangan lain apabila sang
Manggala itu bukan pangeran Ardaraja"
"Ki sanak" kata Kebo Angun-angun "engkau belum menjawab
ketiga pertanyaanku tadi"
"Haruskah aku menjawab?" tanya Rudra.
"Apakah ki sanak takut untuk menjawab?" balas Kebo Angun-
angun "kurasa sebagai seorang ksatrya ki sanak tentu tak gentar
untuk menyatakan pendirian perjuangan ki sanak"
Rudra mengerut dahi. Ia berusaha untuk menyingkap apa
yang tersembunyi dalam pertanyaan Kebo Angun angun itu.
Beberapa saat kemudian baru ia menjawab.
"Ki sanak" katanya "perjuanganku adalah perjuangan sendiri.
Yang utama adalah untuk menuntut balas kematian ramaku. Dan
yang kedua, aku tak menyukai Daha dikuasai Majapahit"
"O, jika demikian kita mempunyai persamaan tujuan ki sanak!"
seru Kebo Angun-angun. "Hampir" sahut Rudra "tapi tak seluruhnya"
"Apa maksudkmu?"
"Aku tak menyukai Majapahit menguasai Daha. Daha harus
bebas dan berdiri sendiri. Tapi aku tak suka jika Daha diperintah
oleh keturunan Jayakatwang. Dalam hal ini, kurasa letak
perbedaannya. Bukankah Wukir Polaman menghendaki 1184 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangkitnya kerajaan Daha itu akan merupakan kesinambungan
dari keturunan Jayakatwang?"
Kebo Angun angun tertegun diam. Bahwa dalam hal itu, dia
merasa belum pernah ditegaskan dalam cita-cita perjuangan
Wukir Polaman. Ketiadaan penegasan itu, mudah ditafsirkan
bahwa perjuangan Wukir Polaman memang hendak membangun
pula kejayaan Daha dari keturunan Jayakatwang.
"Ah, hal itu, belum mutlak sebagai tujuan perjuangan Wukir
Polaman, ki sanak" katanya.
"Bohong !" hardik Rudra.
"Mengapa?" Kebo Angun-angun terkesiap.
"Nama himpunan Wukir Polaman itu diambil dari kakawin yang
ditulis raja Jayakatwang. Mustahil apabila himpunan Wukir
Polaman tidak berjuang untuk melanjutkan kelestarian kerajaan
Daha-Jayakatwang !" Kebo Angun-angun terbeliak. Memang ia sendiri-pun tak
menyadari akan hal itu. Dalam alam pikirannya, Wukir Polaman
berjuang untuk membebaskan Daha dari kekuasaan Majapahit.
"Ki sanak" katanya "aku tak memaksa engkau harus masuk ke
dalam kubu perjuangan kami. Soal yang engkau anggap berbeda
itu, bukan soalku seorang melainkan persoalan seluruh warga
Wukir Polaman. Tapi ingin kutandaskan kepadamu, bahwa dalam
dasar perjuangan yang pertama, kita dapat bersatu karena
setujuan yani hendak membebaskan Daha dari kekuasaan
Majapahit. Adakah engkau mau bekerjasama dengan kami atau
akan bekerja sendiri, terserah kepadamu"
Rupanya Kuda Amerta tak dapat menahan diri lagi. Ia anggap
pembicaran dari beberapa orang itu sudah terlalu menjenuhkan
"Kurasa cukuplah kalian berbincang-bincang itu. Katakan terus
terang, apa maksud kalian menghadang perjalananku ini?"
"Siapa yang engkau maksudkan?" tanya Rudra.
1185 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau dan orang-orang Wukir Polaman itu"
"Aku akan menjawab tentang diriku" sahut Rudra "sebenarnya
aku hendak mencari beberapa kawanku yang telah tercerai berai
dalam serangan semalam. Secara kebetulan aku bertemu dengan
engkau. Oleh karena itu, aku hendak menyelesaikan persoalan
kita semalam" "Engkau hendak melanjutkan pertempuran semalam?"
"Ya" sahut Rudra "adalah karena hendak menyerbu keraton
maka aku terpaksa meninggalkan engkau. Sekarang aku
mendapat kesempatan untuk berhadapan dengan engkau"
"Ya" "Bukankah engkau hendak mencari jasa kepada Rani Daha ?"
tegur Rudra. "Engkau tak berhak bertanya begitu. Itu urusanku, tiada
sangkut pautnya dengan engkau. Yang jelas karena engkau
hendak mengacau pura Daha, maka aku pun merasa wajib untuk
memberantasmu" "Apakah engkau kawula Daha?"
"Tiap kejahatan harus diberantas. Itu sudah menjadi dharma
seorang ksatrya" sahut Kuda Amerta.
"Ksatrya ?" seru Kebo Angun-angun mencemoh "katakanlah,
apakah tindakanmu membantu Daha itu memang menjalankan
dharma sebagai seorang ksatrya yang melakukan dharma
memberantas kejahatan ataukah sebagai seorang ksatrya yang
mengandung pamrih?" "Pamrih apa yang engkau maksudkan?"
"Setiap kawula Daha tahu bahwa seorang raden dari Wengker
Pendekar Bodoh 16 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Tembang Tantangan 26
1126 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rasa. Yang tampak hanyalah gumpalan kabut yang menggun-
duk perkasa bagaikan sebuah gunung, lambang dari kekuatan
Rasa yang telah membeku kokoh.
"Benar" akhirnya patih Dipa harus mau mengakui kenyataan
itu "rasa setya bhakti mereka terhadap Daha memang sukar
dikikis habis. Himpunan Wukir Polaman telah dapat kutundukkan
tetapi kini muncul pula sebuah himpunan baru Topeng Kalapa.
Apabi'a Topeng Kalapa kuhancurkan, adakah akan tumpas ludas
rasa cinta kepada tanah Daha yang tertuang pada semangat
juang dari para ksatrya Daha itu?"
"Ah" desuh patih Dipa "rasanya tak mungkin. Tentu akan
timbul pula suatu himpunan baru dari putera-putera Daha ....
Hm, memang suatu hal yang tak menyenangkan dan
mengganggu batinku" katanja pula "tetapi salahkah tindakan
mereka?" Kembali patih Dipa tak lekas memberi jawaban melainkan
menjelajahi alam renungan lebih dahulu. Beberapa saat
kemudian barulah dia mulai dapat membuaf penilaan. "Dari
pendirianku baik sebagai seorang pejuang maupun seorang
narapraja Majapahit, tindakan mereka itu salah dan harus
ditindas. . "Tetapi dari fihak mereka, pendirian itu memang tak salah.
Salahkah seorang pejuang memperjuangkan kebebasan dari
tanah tumpah darahnya ?" bertanya patih Dipa dalam hati "tidak.
Mereka tak salah. Mereka merasa bahwa Daha itu pernah
menjadi sebuah kerajaan yang besar dan jaya. Mereka merasa
wajib untuk membangkitkan pula kejayaan itu. Ya, mereka
memang tak salah" "Lalu haruskah kubiarkan mereka melaksanakan cita-citanya
itu?" tanya pula patih Dipa "tidak. Aku takkan membiarkan
mereka bertindak demikian karena hal itu berarti mengganggu
keamanan kehidupan Daha dan menggoyahkan kepercayaan
1127 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rakyat Daha akan kemampuan pemerintah Majapahit untuk
memberi perlindungan dan pengayoman kepada mereka"
Sekarang patih Dipa berhadapan dengan dua hal yang saling
bertentangan. Sebagai seorang ksatrya pejuang dia tak dapat
mempersalahkan tindakan ksatrya-ksatrya Daha. Tetapi sebagai
seorang narapraja dia tak dapat membiarkan mereka berbuat
demikian. Antara kedua kenyataan yang saling bertentangan itu,
harus terdapat cara dan jalan untuk memecahkannya atau ia
akan menghadapi kegagalan lagi dalam rangka memulihkan
keamanan Daha. Lama patih Dipa terbenam dalam renung yarg tiada berujung.
Ia merasa be'apa sukar untuk memecahkan kedua persoalan itu.
Namun ia percaya bahwa setiap masalah itu tak ada yang tak
dapat dipecahkan. Apabila macet hanyalah karena belum
menemukan jalan yang sesuai.
Akhirnya ia tiba pada suatu penemuan bahwa setiap
kesukaran harus dicari pada sumbernya. Apabila telah dapat
menemukan sumbernya maka mudahlah untuk memecahkan
persoalan itu. Semisal dengan bengawan Brantas yang setiap
tahun meluap, menimbulkan kerusakan dan kerugian pada
rakyat. Tak mungkin bengawan itu hanya dibendung atau di
tambak selama sumber mata airnya masih mengalirkan air.
"Untuk menutup sumber mata air sungai Brantas memang tak
mungkin, tetapi apabila di bagian hulu sungai, diusahakan
beberapa saluran dan waduk, tentu akan berkuranglah bahaya
banjir itu. Bahkan air yang semula merupakan momok bagi
rakyat, akan dapat disalurkan untuk mengairi sawah dan ladang.
Akan bermanfaat bagi kehidupan rakyat"
Bertolak pada masalah bengawan Brantas yang setiap tahun
menimbulkan banjir dan cara-cara penanggulangannya maka
berlabuhlah pengembaraan renung patih Dipa itu pada suatu
kesimpulan "Tiada manusia dan benda dalam jagad ini yang tak
1128 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berguna. Soalnya hanya kita manusia yang belum menemukan
cara penggunaannya" Setelah menemukan landasan di mana dan bagaimana ia
harus berpijak maka mulailah ia merenungkan cara-cara untuk
mengatasi para pejuang Daha.
"Rasa bhakti setya kepada Daha, tak mungkin dapat dikikis
habis. Rasa itu harus dihadapi dengan rasa. Rasa setya negara
dari para pejuang Daha itu harus diluluhkan dengan rasa yang
menganggap perbuatan mereka itu tidak benar. Yang mampu
melanda perasaan para pejuang Daha itu tak lain hanyalah rakyat
Daha sendiri. Dan agar rakyat Daha memiliki keyakinan untuk
menganggap tindakan para ksatrya Daha itu salah, haruslah
mereka benar-benar merasakan dan menghayati bahwa apa yang
d cita-citakan oleh para pejuang Daha itu sesungguhnya sudah
terlaksana dalam kenyataan. Keamanan terjamin, kehidupan
makin mantap, pembangunan dan sarana-sarana kemakmuran
telah berkembang, kesejahteraan makin lama kian meningkat.
Tidakkah hal itu sesuai dengan yang dituntut para pejuang
Daha?" "O" tiba-tiba patih Dipa tersentak dalam hati "mungkin para
pejuang itu masih menuntut lebih jauh. Mereka bukan hanya
menghendaki semua kenyataan yang telah terlaksana dalam
kehidupan rakyat Daha, melainkan masih menghendaki
kemerdekaan Daha, kebangunan kerajaan Daha seperti pada
jenan raja Jayakatwang dan raja-raja Daha pada waktu dulu"
"Jika demikian yang menjadi tuntutan mereka, tidakkah semua
kenyataan sekarang ini akan hapus ibarat panas setahun hapus
oleh hujan sehari " Usaha yang kulakukan selama bertahun-
tahun untuk memajukan kehidupan Daha, hapus dengan satu
tuntutan saja " Tuntutan untuk mengembalikan kebebasan Daha
dan membangun Daha menjadi sebuah kerajaan lagi?"
"Tidak !" serentak tergugah pula semangat kemarahan patih
Dipa yang sudah hampir mengendap tadi "selama hayat masih
1129 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikandung badan, aku takkan membiarkan mereka melanjutkan
tuntutan itu. Jika tiada jalan lagi, aku harus menggunakan
kekerasan untuk membasmi mereka?"
Geramlah hati patih Dipa. Rasa tak puas meluapkan
kemarahan kepada para pejuang Daha yang dianggapnya buta
akan kenyataan, keras kepala dan berpandangan sempit "Mereka
memimpikan untuk mengembalikan kejayaan masa lampau.
Mereka hendak memutar roda sejarah kembali ke jeroan
beberapa puluh tahun yang lampau. Mereka ingin supaya surya
tidak terbit dari timur tetapi dari barat dan menuju ke timur.
Mereka, mereka ah ... ."
Patih Dipa merasa telah terhanyut dalam gelombang
kemarahan. Dan pikirannyapun segera tertumpah untuk mencari
kesalahan pejuang-pejuang Daha itu. Dia menyadari hal itu dan
hentikan kata-katanya. Diapun menyadari bahwa tindakan para
pejuang Daha itu merupakan suatu masalah gawat. Masalah
yang sudah berlarut-larut berjalaa hingga bertahun-tahun dan
tak pernah mendapat penyelesaian yang sempurna. Haruskah dia
menempuh jalan kekerasan yang ternyata tak berhasil itu "
Buktinya, Wukir Polaman hilang timbul Topeng Kalapa. Topeng
Kalapa lenyap pasti akan muncul pula himpunan lain.
Patih Dipa pejamkan mata, mengendapkan golak darahnya
yang panas Setelah mengendap dingin barulah dia mulai
menjelajah pula segala kemungkinan yang dapat ditempuh untuk
menyelesaikan masalah pejuang Daha itu.
"Ah, mungkin dengan cara yang itu, dapatlah aku meredakan
nafsu keinginan mereka" akhirnya ia menjumpai suatu cara
"tetapi bagaimana cara untuk mencari mereka " Mengundang
mereka " Apakah mereka mau menerima undangan itu?"
Lama sekali patih Dipa terbenam dalam renungan untuk
mencari jalan, la berkeinginan hendak menemui pimpinan
Topeng Kalapa, atau kalau Wukir Polaman masih ada, juga
1130 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pimpinan mereka. Tetapi ia tak tahu dimana pusat himpunan itu.
Dan tak tahu pula apakah mereka mau menemuinya.
Sayup-sayup ia mendengar suara ayam berkokok "Ah, hari
sudah menjelang fajar. Aku akan beristirahat" katanya. Ia tak
mau memaksa diri lebih lanjut. Ia tahu sepanjang pengalaman
yang telah dialam inya, pikiran yang dipaksa untuk memecahkan
suatu basalah akan mencapai titik kelelahan. Dan kelelahan itu
hanya menimbulkan rasa kejenuhan belaka.
Keesokan harinya iapun menuju ke keraton untuk menerima
para mentri nayaka yang hendak menghaturkan laporan tentang
keadaan pura Daha selama ini.
Ia menerima laporan bahwa selama patih Dipa tak berada di
pura Daha dan selama Rati Daha berada di pura Majapahit,
keadaan Daha tak terjadi suatu apa. Pemerintah berjalan lancar,
keamauanpun terpelihara. Hanya peristiwa serangan dari
gerombolan ke keraton semalam itu, memang merupakan suatu
peristiwa yang tak pernah diduga-duga.
Patih Dipa dapat memaklumi hal itu dan memberi petunjuk
bahwa dengan timbulnya peristiwa pengacauan semalam itu
berarti memberi pertanda bahwa sesungguhnya keamanan Daha
itu masih be'um aman sepenuhnya.
Oleh karena itu diminta kepada seluruh narapraja , dan
nayaka agar selulu bersiap diri di tempat tugas masing-masing.
Patih Dipapun mengabarkan kepada para mentri dan nayaka
bahwa Rani Daha masih berada di pura Majapahit menghadiri
sidang Dewan Keraton yang akan memilih raja baru,
"Ketahuilah wahai, para rakryan, mentri, senopati dan nayaka
sekalian. Bahwa Dewan Keraton telah memilih gusti Rani
Kahuripan dan gusti Rani Daha sebagai pengganti seri baginda
Jayanagara yang telah mangkat....."
"Dhirgahayu Rani Kahuripan! Dhirgahayu Rani Daha!"
1131 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dhirgahayu kerajaan Majapahit yang jaya!" Demikian sorak
sorai sekalian mentri nayaka menyambut berita yang
disampaikan patih Dipa. Rupanya merekapun menginginkan
kedua Rani itu yang duduk di tahta kerajaan.
Sebelah suara gemuruh reda maka patih Dipa pun berseru
pula "Ketahuilah, para rakryan mentri senopati dan seluruh
narapraja das nayaka dalam jajaran keranian Daha. Bahwa bukan
banya puji syukur, sorak gembira yang harus kita luapkan atas
pengangkatan kedua Rani kita itu. Tetapi suatu keperihatman
pula yang wajib kita miliki dalam hati sanubari"
Suasana pasewakan hening seketika.
"Pengangkatan gusti Rani Daha sebagai dwitunggal kerajaan
Majapahit, berarti suatu kepercayaan besar dari seluruh rakyat
kerajaan Majapahit kepada gusti Rani dan segenap kawula Daha.
Dan kepercayaan itu menuntut suatn kewajiban yang amat berat
bagi kita semua. Kita wajwb menjaga dan melangsungkan
kepercayaan itu sehingga kita dapat membuktikan bahwa
kepercayaan yang diberikan kepada gnsti Rani Daha yang pada
hakekatnya juga kepada seluruh rakyat Daha, benar-benar tepat
dan tak mensia-siakan harapan mereka. Itulah yang kukatakan
bahwa kita wajib berperihatin atas berita itu"
Sorak bergema menyambut pernyataan patih Dipa dengan
kebulatan tekad untuk melaksanakan seruari rakryan patih itu.
Patih Dipa minta kepada seluruh jajaran narapraja, senopati
nayaka sampai pada prajurit di telatah Daha untuk tetap siap dan
waspada terhadap setiap gerakan yang bertujuan memecah
persatuan rakyat Daha-Majapahit, menimbulkan kekacauan,
msnyebarkan fitnah adu domba dan gerakan yang bersifat
menghasut" "Peristiwa semalam harus menjadi suatu pelajaran, bahwa
sesungguhnya keamanan di Daha ini masih rawan. Untuk
memberantas kekacauan ada tiga macam cara. Pertama,
1132 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangani secara langsung dengan tindak kekerasan. Kedua,
memperketat cara-cara pengamanan untuk menjaga keamanan.
Dan ketiga, membina kesadaran dan meningkatkan pandangan
segenap rakyat bahwa setiap pengacauan itu adalah musuh
rakyat, musuh negara yang harus diberantas. Karena pada
hakekatnya, pengacauan itu akan mengakibatkan kerugian pada
kepentingan rakyat" "Dalam langkah yang ketiga itu" kata patih Dipa dengan lebih
memberi tekanan "terutama kita sebagai pengemban tugas
menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyat itu harus memberi
contoh dalam setiap langkah kita. Kita harus benar-benar
mewujutkan satunya kata yarjg kita katakan dengan perbuatan
yang kita lakukan. Ini penting apabila kita hendak membangun
kewibawaan peribadi dan menumbuhkan ketaatan rakyat"
Para mentri, senopati, nayaka pulang dengan membawa kesan
yang mengumandangkan pesan rakryan patih Dipa. Rakryan
patih Dipa tidak menunjuk seorang mentri atau nayaka tertentu,
namun kata-kata rakryan patih itu cukup menggores dalam hati
mereka. Mereka yang merasa telah menyimpang dari garis garis
kebijaksanaan yang ditanamkan rakryan patih, tersipu-sipu dalam
hati. Diam-diam mereka berjanji akan memperbaiki kesalahan.
Setelah pasewakan paripurna maka rakryan patih menuju ke
dalam keraton untuk menjenguk keadaan raden Mahendra,
putera mendiang patih Arya Tilam.
Tampak dara Wigati masih berada dalam bilik peraduan
tempat Mahendra dirawat. Melihat Wigati terlintaslah sesuatu
dalam kalbu rakryan patih. Wigati adalah adik Kebo Angun
angun. Kedua kakak beradik itu adalah putera dari mendiang
senopati Kebo Rubuh dari kerajaan Daha Jayakatwang. Kebo
Angun angun gigih berjuang dalam himpunan Wukir Polaman.
Dan saat ini d mana himpunan Wukir Polaman sudah tiada
tampak jejaknya, Kebo Angun-angun dengan beberapa kawan
1133 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih menampakkan diri di Kahuripan ketika Rani Kahuripan
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyelenggarakan sayembara.
"Hm, Kebo Angun-angun memang seorang putera senopati
Daha yang pantang surut dari perjuangan. Lepas dari benar atau
salahnya tujuan perjuangan yang dianut Kebo Angun-angun itu
namun dia seorang pejuang yang memiliki semangat juang yang
tak kunjung padam" diam-diam rakryan patih menilai.
Akan halnya Rara Wigati, ternyata berlawanan arah tujtan
dengan kakangnya. Wigati cenderung berfihak kepada raden
Mahendra. Keduanya, baik Mahendra maupun Wigati, telah
memberikan pengorbanan yang besar pada pemerintahan Rani
Daha. Untuk melilai W igati, haruslah rakryan patih Dipa
menggunakan indera lain. Indera perasa bukan pikiran. Indera
perasa yang bersumber pada getaran halus dari jiwa. Patih Dipa
pernah muda dan pernah mengalami getar-getar rasa itu.
Demikianlah ia menilai tindakan W igati terhadap Mahendra.
Penilaian itu harus diarahkan pada suatu alam tersendiri. Alam
yarg bebas dari segala dendam, prasangka, keturunan, bobot,
bebet dan bibit. Karena alam itu berunsurkan kesucian dan
kemurnian batin. Akan tertumbuk pada pertentangan dan
kemarahan apabila menggunakan penilaian lain sebagai Kebo
Angun-angun menilai tindakan adiknya. Dia marah karena Wigati
mencintai Mahendra. Dia menilai Mahendra itu putera mendiang
patih Arya Tilam, patih dari sang Rani Daha. Lawan bagi
perjuangan himpunan Wukir Polaman. Wigati mencintai
Mahendra yang jelas dalam anggapan orang Wukir Polaman telah
menghianati perjuangan mereka, sudah barang tentu Kebo
Angun-angun geram sekali.
Manusia memang rrahluk yang paling aneh. Nafsu
keinginannya paling memuncak. Sifat 'paling' dari watak manusia
itulah yang membentuk suatu ciri perwatakan, ingin selalu paling.
Karena dihinggapi watak ingin yang 'paling' itulah maka manusia
selalu ingin yang benar sendiri, ingin yang menang, ingin yang
1134 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkuasa, ingin yang pandai sendiri. Mereka selalu menghindar
dan menolak untuk mengaku salah, mengaku bodoh, mengaku
lemah dan mengaku kalah. Demikian balnya dengan Kebo Angun-angun. Dia menganggap
pendiriannya benar dan tindakan W igati salah. Namun karena
Wigati itu masih adik kandungnya maka kesalahan itupun
ditimpahkan kepada Mahendra. Dalam jalinan asmara antara
Wigati dengan Mahendra maka Kebo Angun-angun tidak melihat
akan adanya rasa halus dari getar-getar jiwa yang memancarkan
kemurnian asmara, melainkan berdasar pada prasangka buruk
terhadap diri Mahendra. Ia menuduh Mahendra telah memikat
Wigati demi kepentingannya untuk mengetahui gerak-gerik orang
orang Wukir Polaman dulu, khusus gerak-gerik Kebo Angun
angun. Peristiwa di lembah T rini Panti memberi suatu gambaran pada
rakryan patih Dipa betapa besar rasa dendam Kebo Angun-angun
itu terhadap Mahendra. Dan patih itupun cepat dapat melihat
suatu titik terang ke-arah mana ia harus menuju dalam rangka
untuk menemui pimpinan Wukir Polaman atau Topeng Kalapa.
Patih Dipa terkejut ketika Wigati menghaturkan sembah "Ah,
nini, bagaimana keadaan raden Mahendra ?" bergegas ia
mengakhiri bayang-bayang yang melintas dalam benaknya
mergenai diri Wigati. "Terima kasih, paman patih" sebelum Wigati menjawab maka
Mahendrapun sudah berkata.
"Ah, janganlah raden banyak bergerak dulu agar luka itu tidak
merekah lagi" kata rakryan patih kala me lihat Mahendra hendak
beranjak bangun. "Baik paman patih" kata Mahendra sejenak mengatur letak
tubuhnya agar dapat menghadap ke arah patih Dipa "tetapi
bagaimana dengan pengacau yang hendak menyerang keraton
malam tadi, paman patih?"
1135 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut laporan" kata rakryan patih Dipa "mereka telah
melarikan diri. Ada suatu hal yang tak pernah kita duga, raden"
"O, apakah itu paman patih?"
"Ternyata pengacauan itu hanya dilakukan oleh beberapa
orang saja. Bukan suatu kelompok barisan atau gerombolan yang
besar jumlahnya" "O" Mahendra terbelalak "mengapa mereka mampu
menimbulkan kesan seperti sebuah barisan besar?"
Rakryan patih Dipa mengangguk "Pemimpinnya tentu seorang
yang hebat. Perang itu juga suatu ilmu yang penuh dengan daya
cipta. Segala macam gelar barisan, merupakan suatu pemikiran
yang hebat mengenai tata barisan. Tetapi yang seperti terjadi
semalam memang baru kali ini kujumpai"
Mahendra mendengar juga tentang hasil kemenangan rakryan
patih Dipa dikala diutus rahyang ramuhun Jayartagara untuk
mengamankan kerajaan Bedulu Bali. Timbullah rasa heran dalam
hati raden itu mengapa rakryan patih sampai berkenan memberi
pujian kepada gerombolan yang mengacau semalam "Tetapi
paman patih, bukankah paman seorang ahli tentang ilmu gelar
barisai sebagaimana pernah paman laksanakan dengan hasil
gemilang di Bedulu Bali?"
"Raden Mahendra" kata rakryan patih Dipa "sebagaimana tata
kelahi yang tertuang dalam ulah krida kaauragan, maka gelar
barisan itupun juga suatu ilmu untuk menghadapi daa
menyerang musuh di medan perang. Dan setiap ilmu, bukanlah
sesuatu yang mati atau kaku melainkan harus luwes dan hidup.
Artinya, baik ulah kanuragan maupun gelar barisan, yang penting
adalah dapat mengetrapkan sesuai dengan suasana dan keadaan
yang kita hadapi saat itu. Ilmu kanuragan dan ilmu perang,
adalah seni. Dan setiap seni perlu suatu dayacipta yang indah.
Tidak selalu yang bertenaga kuat dan yang mempunyai pasukan
besar itu tentu menang dengan yang bertenaga lemah dan yang
1136 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki pasukan kecil. Dan apa yang kita laksanakan di sebuah
tempat, belum tentu dapat kita terapkan pula pada lain tempat.
Itulah yang kumaksudkan bahwa setiap ilmu itu harus luwes dan
hidup" Mahendra mengangguk. Diam2 ia mengagumi ulasan patih
Dipa itu. Tetapi ia masih menginginkan suatu penjelasan lebih
lanjut mengapa patih Dipa berkenan memuji akan gerakan
gerombolan pengacau semalam itu.
"Aku memuji kecerdasan pemimpin gerombolan itu karena
hanya dengan anakbuah yang beberapa orang saja, dia mampu
menciptakan suatu serangan yang hampir-hampir membobolkan
penjagaan keraton Daha. Tidakkah hal itu tak layak kita puji "
Dengan tenaga kecil dapat memperoleh hasil besar, merupakan
ilmu yang memiliki daya cipta tinggi"
Mahendra mengangguk. Memang diam-diam ia mengakui,
andaikata terlambat sedikit saja ia keluar meronda, tentulah
keraton Daha sudah terancam api.
Tiba-tiba seorang prajurit penjaga masuk dan memberi
hormat kepada rakryan patih "Gusti, seorang prianom yang
mengatakan bernama Kuda Amerta hendak mohon idin
menghadap raden Mahendra"
"O, silakan dia masuk" kata rakryan patih.
Tak berapa lama masuklah seorang pemuda ke dalam bilik
peraduan. Demi melihat rakryan patih, pemuda itu gopoh
memberi hormat "O, kiranya rakryan patih juga berada disini"
"Raden Kuda Amerta" seru patih Dipa "aku gembira sekali
menerima kedatangan raden"
"Hamba hendak menjenguk keadaan raden Mahendra,
rakryan" "Terima kasih, kakang" seru Mahendra "lukaku sudah mulai
baik" 1137 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah beberapa saat berbincang-bincang mengenai peristiwa
semalam maka patih Dipapun berkata "Sungguh besar bantuan
raden kepada kami, Entah bagaimana keadaan keraton ini
apabila raden tak ikut menggagalkan tindakan gerombolan iru"
"Ah, hanya secara kebetulan saja, rakryan, hamba tiba di pura
ini. Hamba dengar gusti Rani telah berangkat ke pura Majapahit
sehubungan dengan soal pengganti raja yang baru. Entah
bagaimana, timbullah pikiran hamba untuk datang ke Daha"
Patih Dipa tertawa "Karena raden menaruh perhatian besar
akan keselamatan pura Daha. Bantuan raden itu akan kuhaturkan
kepada gusti Rani dan aku pun menghaturkan terima kasih"
"Ah, janganlah rakryan berkata demikian. Telah hamba
katakan, hanya secara kebetulan saja hamba tepat dapat
mengetahui tindakan mereka. Setiap pengacau wajib ditindak"
Patih Dipa mengangguk. Ia tahu apa sebab priagung muda itu
menaruh perhatian besar kepada Daha. lapun tahu pula
bagaimana hubungan antara raden Kuda Amerta itu dengan gusti
Rani Daha. Tindakan raden Kuda Amerta yang memerlukan
datang dari Wengker demi untuk menjaga keamanan pura Daha,
menimbulkan kesan yang makin mendalam pada hati pati Dipa.
Raden itu telah menunjukkan kesetyaan dan memberikan jasa
kepada Daha. Berhadapan dengan raden Kuda Amerta, terkenanglah patih
Dipa akan raden Kertawardhana. Dan mengenang kedua prianom
luhur itu, terbawalah perhatian patih Dipa akan keadaan kedua
Rani, Rani Kahuripan dan Rani Daha. Ia telah mengikuti
perkembangan hubungan antara raden Kertawardhana dengan
Rani Kahuripan dan mengikuti pula pertumbuhan hubungan
antara raden Kuda Amerta dengan Rani Daha. Dan tibalah dia
pada suatu kesimpulan bahwa kedua Rani itu memang berkenan
hati terhadap kedua priagung muda itu. Pun dia sendiri, secara
peribadi, sangat menyogyakan apabila hubungan antara kedua
1138 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rani dengan kedua priagung muda itu dapat ditingkatkan ke
jenjang pelaminan. Dari berbagai arah yang telah ditelusuri, dapatlah patih Dipa
mecarik suatu kesimpulan bahwa baik raden Kertawardlana
maupun raden Kuda Amerta, memang layak sekali menjadi suami
kedua rani. Dari asal keturunan, raden Kertawardhana adalah
putera Cakra-data keturunan akuwu Tumapel. Sedang raden
Kuda Amerta adalah keturunan raja Wengker. Keduanya priagung
yang masih muda, tampan, sakti mandraguna dan jelas telah
mengunjukkan jasa jasa pengabdian yang setya kepada kedua
Rini. Rakryan patih Dipa sudah mengenal baik akan peribadi
kedua ksatrya itu. Untuk memantapkan pe jodohan itu, alangkah baiknya apabila
seluruh narapraja, dari mentri sampai ponggawa, dari senopati
sampai prajurit, dari para pembesar daerah sampai pada kawula
kecil, ikut menyambut gembira hal itu.
Rasa gembira hanya akan terbit apabila timbul rasa suka.
Timbulnya rasa suka adalah karena ada sesuatu yang menarik
dan memberi kesan baik. Dalam rangka itu, rakryan patih Dipa
mempunyai rencana yang baik sekali. Dua masalah besar yani
perjodohan raden Kuda Amerta deegan gusti Rani Daha dan
keamanan Daha, tercangkum dalam rencana itu
Setelah berbincang bincang beberapa saat maka patih Dipa
lalu minta diri. Ia minta Wigati menjaga Mahendra sementara, ia
mengundang raden Kuda Amerta untuk membicarakan sesuatu di
kepatihan. "Raden ada sesuatu yang hendak kubicarakan dengan raden"
patih Dipa memulai kata katanya setelah berada di Kepatihan.
"Silakan rakryan" kata raden Kuda Amerta.
"Ada beberapa masalah penting yang hendak kurundingkan
dengan raden" kata patih Dipa "dalam hal ini kumohon raden
berkenan memberi pandangan dan jawaban yang sesungguhnya"
1139 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu rakryan" kata raden Kuda Amerta.
"Pertama" kata patih Dipa "ingin kumohon pandangan raden
tentang keadaan kerajaan Singasari, sekarang dan masa yang
akan datang" Kuda Amerta kerutkan kening. Sejenak ia berusaha
merenungkan apakah gerangan maksud patih Dipa dibalik
pertanyaannya itu. Kemudian baru ia menjawab "Kerajaan
Majapahit tak kunjung habis dirundung peristiwa-peristiwa dalam
negeri yang sempat menghambat pembangunan. Rahyang
ramuhun sri Kertarajasa telah mendirikan kerajaan Majapahit
dengan melalui usaha perjuangan yang cukup meminta banyak
pengorbanan keringat dan darah. Kemudian rahyang ramuhun
Jayanagarapun belum sempat melaksanakan pembangunan
negara karena harus menghadapi berbagai pemberontakan dan
pembelotan yang tempat menggoncangkan tahta kerajaan"
Rakryan patih Dipa mengangguk sebagai tanda menyetujui
penilaian raden itu. "Rupanya selama memerintah, rahyang ramuhun Jayanagara
harus menghadapi berbagai tantangan tugas. Dan asal keturunan
seri baginda itu sendiri telah menjadi suatu masalah yang banyak
menimbulkan pertentangan dai rasa ketidak-puasan. Masa
pamerintahan seri baginda Jayanagara merupakan masa
pembersihan dan penyatuan"
Rakryan patih Dipa mengangguk-angguk.
"Kini seri baginda Jayanagara telah tiada dan tahta
kerajaanpun masih kosong. Siapapun yang akan diangkat sebagai
raja pengganti, akan menghadapi masalah dan tugas-tugas yang
berat. Masalah pembersihan terhadap beberapa pembelot masih
harus teruskan. Setelah keadaan dalam negeri bersih dari unsur-
unsur itu maka tugas yang menantang adalah pembangunan
untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan itu harus dan perlu dilaksanakan dalam segala
1140 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bidang kehidupan apabila kerajaan Majapahit hendak mendaki ke
puncak kejayaan, mempersatukan nusantara dan membentuk
sebuah negara yang kuat dan jaya"
"Terima kasih raden" serta merta patih Dipa memberi
sambutan yang cerah "raden memiliki pandangan yang tajam
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan tepat. Majapahit harus melaksanakan cita-cita besar itu.
Namun untuk menjadi pusara daripada seluruh kawasan bahari
nusantara, menurut raden apakah syaratnya yang paling
penting?" "Kesatuan dan persatuan" sahut Kuda Amerta.
"Ya, benar" jawab rakryan patih Dipa "tetapi masih ada
sebuah syarat yang paling mutlak
Kuda Amerta kerutkan kening "Ah, pengetahuan hamba masih
picik, mohon rakryan menjelaskan"
Rakryan patih Dipa tertawa "Sebenarnya raden tentu dapat
mengatakan hal itu. Raden" katanya "dalam melaksanakan
sesuatu, ada dua hal yang harus diutamakan sebagai sarana
pokok. Pertama, tujuan. Dan kedua pada manusianya sebagai
pelaksana. Kedua hal itu merupakan loro-loroning atunggal yang
tak dapat dipisahkan satu sama lain. Kita memiliki manusia
pelaksana yang hebat tetapi apabila tujuan yang kita cita-citakan,
tidak benar maka akan terjadilah suatu malapetaka yang
merugikan kepentingan umat manusia. Tujuan baik tetapi
manusia pelaksananya tidak cakap atau tidak jujur, maka hancur
pulalah cita-cita itu bagaikan awan berarak dihembus pawana"
Kuda Amerta mengangguk "Benar, paman rakryan. Tetapi
seperti yang paman rakryan katakan segala sesuatu itu
tergantung kepada manusia sebagai pelaksana cita-cita"
Patih Dipa tertawa "Raden, jika dugaanku tak salah, pemilihan
raja baru yang akan duduk di singgasana pura Majapahit, akan
jatuh pada gusti Rani Teribuanatunggadewi dan gusti Rani
Mahalaksmi Wijayadewi. Bagaimana pendapat raden?"
1141 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda Amerta terkejut dalam hati namun ia berusaha
menenangkan diri dan menjawab "Paman rakryan, ada suatu hal
yang ingin hamba tanyakan. Kemungkinan pertanyaan hamba ini
tidak layak dan tolol. Tetapi biarlah uneg-uneg dalam hati hamba
itu dapat tercair" "Raden" kata patih Dipa "memang bertanya itu sesungguhnya
suatu hal yang bijaksana. Ada orang yang malu bertanya karena
mengira bertanya itu akan dianggap orang bodoh. Pada bal dia
masih kurang tahu dalam soal yang hendak ditanyakan itu.
Hanyalah karena malu dianggap bodoh maka dia pun tak mau
bertanya. Orang semacam itu berpendirian, senang dianggap
tahu pada hal sebenarnya tak tabu. Atau dia berpura-pura pandai
tetapi bodoh. Bagai orang bijaksana, lebih senang dianggap
bodoh tetapi pandai dan tak malu bertanya akan hal yang
sebenarnya memang tak tahu. Silahkan raden bertanya"
"Bahwa pengangkatan seorang raja puteri dalam sejarah
kerajaan Majapahit sudah terasa agak janggal. Lebih pula harus
diangkat-dua orang raja puteri dalam sebuah singgasana.
Bagaimana penjelasan paman rakryan mengenai hal itu?"
"Memang manusia gemar meniru dan menerima. Semisal
dengan majalah bertanya tadi, pada galibnya orang hanya
meniru atau menaulad apa yang sudah ada, menerima apa yang
menjadi warisan naluri adat istiadat nenek moyang. Menerima
atau menaulad apa yang baik, memang baik. Tetapi mereka
meniru dan menerima tanpa suatu pengertian tentang baik tidak
atau layak tidak, sesuai tidak dengan suasana dan kepentingan
serta kebutuhan. Celakanya mereka menerima atau meniru
karena sekedar menerima dan meniru, agar jangan dikata
pemberontak, jangan dianggap pembelot. Atau hanya untuk
menyenangkan anggapan orang di sekelilingnya ...."
"Meniru atau menaulad bukanlah jelek apabila dengan
pengertian dan kesadaran bahwa apa yang di-taulad dan diterima
itu memang benar-benar bermanfaat dan berguna. Tetapi lebih
1142 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik apabila kita dapat tidak hanya sekedar meniru atau
menaulad dan menerima, melainkan harus dapat menyadari apa
yang harus kita tiru, apa yang wajib kita taulad dan apa yang
layak kita terima. Dan yang paling baik sendiri adalah apabila kita
berani merombak dan membangun yang baru" kata rakryan patih
Dipa. Kuda Amerta tak dapat menangkap kemana gerangan arah
tujuan uraian rakryan patih yang begitu panjang lebar. Namun ia
dapat menahan diri untuk menanti.
"Demikian pula dengan pengangkatan raja. Menurut naluri,
kita telah mrnerima warisan bahwa yang menjadi raja itu harus
seorang pria. Tetapi kita tak mau menengok pada kenyataan baik
yang berlangsung dahulu maupun sekarang dan yang akan
datang. Dahulu di kerajaan Mataram, yang memerintahkan
adalah raja puteri Sima. Adakah kerajaan itu lebih kacau daripada
kerajaan lain yang diperintah oleh raja pria " Sejarahlah yang
menjawab. Dan tak jauh dari jeman kita hidup sekarang, yani
kerajaan Singasari yang diperintah oleh seri baginda Kertanagara.
Andaikata baginda tidak tewas dalam peperangan dengan Daha,
bukankah yang akan mengganti sebagai raja itu puteri Teribuana
atau Gayatri " Adakah kedua puteri itu tak pantas dan tak cakap
menjadi raja " Raden, engkau belum pernah berhadapan dengan
gusti ratu Gayatri. Andaikata sudah, tentulah engkau mempunyai
pandangan yang lain seperti yang kumiliki sekarang"
"Dan kini apabila tiada lain jalan yang dapat ditempuh kecuali
harus mengangkat raja puteri, haruskah kita menghindar karena
rasa keengganan disebabkan alam pikiran dan naluri yang kita
terima dari warisan sejarah kerajaan Majapahit " Aku tahu jelas
betapa tinggi kebijaksanaan gusti Rani Kahuripan dan gusti Rani
Daha. Kurasa raden tentu juga mengenal akan keperibadian gusti
Rani Daha, bukan?" "Ya" Kuda Amerta menjawab singkat.
1143 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan pula" kata rakryan patih Dipa "tak dapat kita
kesampingkan peranan sang narpati atau suami raja puteri yang
mendampingi dan menjadi tempat sang ratu bermusyawarah dan
menerima saran. Andaikata seri baginda Kertanagara lestari
memerintah, kemudian kedudukannya diganti oleh puterinya
gusti Teribuana atau Gayatri, adakah kerajaan Singasari akan
porak poranda " Kurasa tidak. Karena yang menjadi pendamping
kedua puteri itu tak lain adalah raden Wijaya, yang kemudian
berhasil juga mendirikan kerajaan Majapahit. Maka soal yang
akan memerintah kerajaan Majapahit nanti seorang raja puteri,
kurasa bukanlah suatu hal yang baru dan bukan pula sesuatu
yang harus mengejutkan perasaan kita. Dan kulihat pula, dengan
segala kecakapan dan kebijaksanaan gusti Rani Kahuripan dan
gusti Rani Daha akan mampu mengikat kesetyaan dan kepatuhan
selnruh kawula Majapahit. Ini penting bagi kelestarian suatu
pemerintahan. Dapat kita buktikan, bahwa sekalipun rakryan
ramuhun Jayanagara itu seorang raja pria tetapi karena
menghadapi pecahnya rasa kesetyaan dan kepatuhan terhadap
baginda, akhirnya juga menimbulkan malapetaka"
Kuda Amerta mengangguk-angguk. Ia merasa ulasan rakryan
patih Dipa itu telah membuka pandangannya lebih luas mengenai
nasib kerajaan Majapahit.
"Raden, apakah raden masih berkenan mendengar pembicaraanku ?" tanya rakryan patih
"Ah, paman rakryan" bergegas Kuda Amerta menjawab
"mendengar pembicaraan paman rakryan, hamba merasa seperti
orang dahaga yang tak pernah merasa puas"
"Mengapa harus kedua Rani itu yang akan memerintah
bersama" Demikian tanya raden tadi" kata rakryan patih Dipa
"hal ini pun pernah terjadi di masa pemerintahan seri baginda
Wisnuwardhana dengan Batara Narasinga, eyang dari raden
Wijaya dahulu. Bahwa selain dapat saling mengisi dengan cara
bermusyawarah, pun diadakan pembagian tugas diantara kedua
1144 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ratu nanti, dimana masalah pemerintahan dalam segala bidang
akan lebih dapat ditingkatkan kearah kesempurnaan. Dan yang
paling penting, kesetyaan dan kepatuhan kawula takkan terpecah
belah lagi atas kesatuan kedua ratu itu. Gusti Teribuanatunggadewi sebagai prabu puteri dan gusti Mahadewi
sebagai yuwa-prabu puteri. Adakah hal itu akan mengganggu
kelancaran roda pemerintahan?"
"Pandangan itu amat bijaksana sekali, paman rakryan. Ini
sesuai dengan anjuran paman rakryan bahwa kita harus berani
mencipta sesuatu yang baru. Bukankah begitu maksud paman
rakryan?" Rakryan patih Dipa mengangguk. Setelah mengambil napas
sejenak, ia berkata pula "Sekarang aku akan membicarakan
sesuatu yang penting dengan raden. Dalam hal ini kumohon
kesungguhan hati raden untuk menjawab karena hal itu
menyangkut kepentingan kerajaan Majapahit"
"Paman" Kuda Amerta terkesiap "adakah sedemikian besar
kepentingan itu melimpah pada diri hamba?"
"Raden" kata rakryan patih Dipa "pada waktu diperkenankan
gusti ratu Gayatri untuk ikut menghadrii sidang Dewan
Mangkubumi keraton, aku telah mendapat kepercayaan dari gusti
Rani Kahuripan tentang bagaimana pendirian gusti Rani dalam
rangka apabila gusti Rani Kahuripan yang akan dia igkat sebagai
prabu puteri. Sesungguhnya hal ini sangat peribadi sekali s ifatnya
tetapi karena kuanggap raden bukanlah orang luar, maka akupun
dapat mengatakannya"
"Gusti puteri Teribnatunggadewi berkenan me-netima pengangkatan itu apabila diperkenankan menepati janjinya pada
ksatrya yang telah memenangkan sayembara di Kahuripan
beberapa waktu yang lalu. Dalam sayembara untuk menanggulangi wabah penyakit aneh yang telah menimpa
kawula Kahuripan, gusti Rani berkenan menjanjikan. Apabila
pemenang itu seorang wanita maka akan diangkat sebagai
1145 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedulur sinara wedi. Dan apabila seorang pria maka akan
diangkat pria narpati yang akan menjadi s isihan hidup gusti Rani
untuk selama-lamanya"
"Ya, hambapun mendengar juga hal itu. Bukankah yang
beruntung memenangkan sayembara itu raden Kertawardhana
dari T umapcl?" "Benar" jawab patih Dipa "memang raden Kertawardhanalah
yang memenangkan sayembara itu. Oleh karenanya maka gusti
Rani akan menetapi janjinya"
"Hamba rasa bal itu memang sudah selayaknya, paman
rakryan" kata Kuda Amerta "mengapa gusti Rani Kahuripan perlu
mengajukan hal itu sebagai persyaratan dalam pengangkatan
beliau?" "Ketahuilah, raden" kata patih Dipa "bahwa apabila gusti
Tribuanatunggadewi masih sebagai Rani Kahuripan, hal itu
memang tak menjadi soal. Tetapi setelah gusti Rani diangkat
menjadi prabu puteri Majapahit, lainlah persoalannya. Sudah
tentu dalam hal itu Dewan Keraton akan ikut menentukan
suaranya. Gusti Rani mengajukan hal itu adalah demi ingin
memperoleh kepastian akan terlaksananya hal itu"
"Dan adalah Dewan Keraton berkeberatan akan permintaan
gusti Rani itu. paman rakryan?"
"Kurasa tidak, raden" kata patih Dipa "dan setelah persoalan
gusti Rani Kahuripan terselesaikan maka sekarang kita
menghadapi persoalan gusti Rani Daha. Dan untuk itulah maka
aku mengundang raden untuk membicarakannya"
Kuda Amerta terkejut. Diam-diam dia sudah dapat meraba apa
yang akan diutarakan patih itu. Ia mendapat kesan bahwa patih
Dipa itu memang amat bijaksana dan mendapat kepercayaan
penuh dari kedua Rani. Sekalipun percik-percik kegembiraan
mulai membias dalam relung hatinya namun Kuda Amerta
1146 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha untuk memenangkan' diri dan ingin mendengar lebih
lanjut bagaimana pembicaiaan patih itu.
"Raden Kuda Amerta" patih Dipa membuka pembicaraannya
"jelasnya yang hendak kubicaraan dengan raden adalah
mengenai diri gusti Rani Daha. Dalam hal ini hendaknya
janganlah raden mempunyai rasa sungkan dan harus memaksa
diri dalam memberi jawaban nanti. Yang berbicara dengan raden
ini adalah Dipa, seorang insan lelaki yang pernah muda dan
mengalangi apa yang disebut musim-bunga dalam hati. Kumohon
raden jangan menyembunyikan srsuatu kepadaku. Dan pula Dipa
ini juga seorang narapraja yang oleh kodrat masa telah
menyanggul beban untuk mencurahkan segenap tenaga, pikiran
dan jiwa raga kepada negara. Persoalan yang akan
kupersembahkan kepada raden ini juga menyangkut kepentingan
negara" "Baik paman rakryan, hamba akan bersungguh hati" jawab
Kuda Amerta. "Bahwa gusti Rani Kahuripan telah mendapat berkah dari
Dewata Agung untuk membina kehidupan sebagai prabu puteri
bersama raden Kertawardhana" kata patih Dipa "dan kini aku
peribadi serta seluruh kawula Daha Majapahit sangat penhatin
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atas Rani Daha" "Telah kuwawas sejak beberapa waktu yang lama bahwa
raden telah menjalin pertalian batin dengan gusti Rani Daha, Ini
memang sudah kodrat hidup yang telah direstui Dewa Agung.
Dalam hal itu, kita harus menghormati pendirian gusti Rani
sebagai seorang puteri utama yang harus tunduk pada tata-susila
sebagai seorang wanita maupun puteri raja. Sebagaimana kita
ketahui, agung kedudukan dan tinggi kekuasaan sebagai Rani
Daba dan kemudian sebagai dwi-tunggal prabu puteri Majapahit,
namun gusti Rani Daha tetap akan bertindak sesuai dengan
keluhurannya sebagai seorang puteri agung. Yalah tak mungkin
akan menyatakan kandungan hatinya itu kepada pria yang telah
1147 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikenan daiam hati. Oleh karena itu, walaupun gusti Rani Daha
tak menitahkan, tetapi aku sebagai patih dan orang kepercayaan
gusti Rani, aku merrsa mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan cita-cita gusti Rani Ma-hadewi. Maka dengan
segala kesungguhan dan kesucian hati, idinkanlah aku
mengajukan pertanyaan kehadapan raden, bagaimanakah
pendirian raden terhadap gusti Rani"
Walaupun sudah menduga akan arah dari pembicaraan sang
lakryan paiih namun sak dapat Kuda Amerta menghindari rasa
tersipu-sipu yang menyentak kalbunya dikala mendengar kata-
kata patih itu "Akan hal itu, hamba hanya menyerahkan diri
kepada paduka paman rakryan"
Bagi patih Dipa, jawaban itu sudah cukup. Ia tahu bahwa
raden itupun setuju. Tetapi sebelum ia menyatakan sesuatu,
raden Kuda Amerta sudah berkata pula "Tetapi adakah tidak
keliru gusti Rani menjatuhkan keputusan itu, paman rakryan?"
"Ah, kumohon janganlah raden samar akan yang sudah
menjadi kenyataan" "Tetapi paman rakryan ...."
"Mengapa raden?"
"Kepercayaan gusti Rani dan kebaikan paman rakryan itu
makin memperkecil diri hamba"
Rakryan patih terkesiap "Mengapa raden mengatakan begitu?"
"Paman rakryan" kata raden Kuda Amerta dengan nada
tergetar "bahwa dalam perjodohan antara gusti Rani Kahuripan
dengan raden Kertawardhana itu berpijak pada suatu landasan
yang gemilang. Bahwa raden Kertawardhana telah membuktikan
diri sebagai seorang ksatrya linuwih karena dapat memenangkan
sayembara yang diadakan gusti Rani. Tidak mudah untuk
memenangkan suatu sayembara ratu, paman rakryan"
"Lalu maksud raden?"
1148 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba sesungguhnya malu pada diri hamba sendiri, paman
rakryan. Oleh karena itu, walaupun hamba takkan mengingkari
keputusan gusti Rani dan takkan mengewakan harapan paman
rakryan sendiri, tetapi hamba mohon dengan sangat agar
persoalan itu janganlah lekas-lekas dilaksanakan"
Patih Dipa terkejut "Raden, mengapa raden mengatakan
demikian?" "Paman rakryan hamba sangat menjunjung tinggi titah gusti
Rani dan berterima kasih tak terhingga atas perhatian paman
rakryan. Tetapi paman rakryan, hamba merasa rendah diri dan
merasa tak sepadan untuk menerima titah gusti Rani itu"
Rakryan patih makin terkejut "Raden, sekali lagi kumohon,
janganlah raden mengadakan apa apa dalam hati. Kumohon
raden menaruh kepercayaan kepadaku"
"Seujung rambutpun takkan berkurang rasa kepercayaan
hamba kepada paduka, paman rakryan" kata Kuda Amerta "tetapi
bukan itu soalnya paman rakryan. Sebagai sesama pria, paman
tentu dapat memaklumi perasaan seorang pria terhadap kenya
yang diidam-idamkan. Tidak mudah bagi seorang pria untuk
mewengku wanita itu. Menurut hemat hamba, pria yang berani
mewengku seorang wanita, harus sembada. Dapat menjadi
pelindung, guru laki, memberi kehidupan lahir batin dan
bertanggung jawab" "Tetapi bukankah kesemuanya akan dapat raden penuhi "
Bukankah raden juga keturunan raja?"
"Bobot, bebet dan bibit, ketiga syarat itu mungkin hamba tak
mengecewakan. Tetapi yang hamba jelang adalah seorang puteri
agung, seorang Rani. Apakah pisungsung hamba kepada sang
puteri hanya berdasar pada ketiga syarat itu " Hamba rasa,
tidaklah sang puteri silau dengan pisungsung diri hamba sebagai
keturunan raja, tidak pula gusti puteri terkesiap atas nilai peribadi
1149 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hamba, tidak juga gusti puteri terkejut akan harta benda hamba.
Kesemuanya itu gusti puteri telah memiliki"
Patih Dipa mengangguk "Tetapi adakah sesuatu lain yang
raden masih merasa kurang?"
"Benar, paman rakryan" kata Kuda Amerta "hamba ingin
mempersembahkan suatu pisungsung yang sesuai dengan
martabat seorang ksatrya. Semisal raden Kertawardhana telah
menghaturkan pisungsung yang tiada tara nilainya, hambapun
ingin mempersembahkan pisungsung seorang ksatrya"
"Ah" patih Dipa menghela napas. Kini baru dia dapat
mengetahui apa yang dimaksud raden itu "tetapi raden, adakah
gusti Rani Daha harus mengadakan sayembara seperti yang
dilakukan gusti Rani Kahuripan agar raden memperoleh
kesempatan untuk ikut dalam sayembara itu?"
"Memang hal itulah yang paling baik" kata Kuda Amerta
"tetapi hamba rasa hal itu tak mungkin. Maka hamba ingin
mencari suatu kesempatan lain yang kiranya dapat menjadi
sarana dari cita-cita hamba"
Rakryan patih Dipa tertegun. Apa yang dikehendaki raden itu
sebenarnya sesuai dengan rencananya ketika berada di ruang
tempat Mahendra tadi. "Lalu apakah raden sudah menemukan sarana itu ?" tanyanya.
"Itulah paman rakryan yang menjadi pemikiran hamba" jawab
Kuda Amerta "hingga saat ini hamba belum juga menemukan
sarana itu" Patih Dipa mengangguk "Baik,
raden. Aku hendak menghaturkan sebuah usul, mungkin raden berkenan menerimanya" "O" seru Kuda Amerta gembira "silakan paman rakryan"
1150 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apabila beberapa waktu yang lalu gusti Rani Kahuripan
sampai mengadakan sayembara, tak lain karena gusti Rani amat
perihatin melihat keselamatan kawula Kahuripan yang menderita
wabah penyakit" kata patih Dipa "keadaan di Daha memang
berbeda tetapi sama Jika Kahuripan dilanda wabah penyakit
maka Dahapun juga diserang wabah penyakit yang berupa
gangguan keamanan. Wabah penyakit itu makin mengganas
sehingga mereka berani menyerang keraton Daha. Apabila raden
berkenan hati, walaupun tanpa harus membuka sayembara tetapi
suatu langkah untuk memberantas pengacau-pengacau itu akan
merupakan suatu pisungsurg dari seorang ksatrya yang dapat
dipersembahkan kepada seorang junjungan dan para kawula
Daha" "Terima kasih paman rakryan" serentak Kuda Amerta
menyambut dengan nada menggelora "hamba akan melakukan
tugas itu, paman rakryan"
"Baik raden" kata patih Dipa "tetapi sebelumnya harap raden
memaklumi dahulu keadaan di Daha. Bahwa sejak dahulu, waktu
aku menjabat patih, di Daha telah muncul sebuah himpunan
pejuang yang menamakan diri sebagai Wukir Polaman. Tujuan
mereka tak lain adalah hendak mengembalikan kejayaan
kerajaan Daha lagi. Setelah mereka surut, kini timbul pula
himpunan baru yang menyebut sebagai Topeng Kalapa. Tujuan
mereka juga sama dengan Wukir Polaman. Tugas untuk
memberantas mereka tiada kurang nilainya dengan memberantas
wabah penyakit di Kahuripan itu, raden"
"Apakah gerombolan yang menyerang keraton itu berasa l dari
orang-orang Topeng Kalapa?"
"Kurasa bukan" "Bagaimana paman rakryan dapat menarik kesimpulan
demikian?" 1151 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang-orang Topeng Kalapa selalu mengenakan topeng
apabila melakukan gerakan. Pada hal orang-orang yang
menyerang keraton semalam, menampakkan wajahnya yang
aseli" "Lalu siapakah kiranya gerombolan itu ?" tanya Kuda Amerta
pula. "Itulah yang menjadi pemikiranku. Oleh karena itu
kupersembahkan madalah itu ke hadapan raden. Apabila raden
berkenan, maka akan kuserahkan soal menanggulangi gerombolan itu kepada raden. Dalam hal ini, sudah tentu aku
akan siap membantu raden"
"Baik, paman rakryan" kata Kuda Amerta "hamba terima tugas
itu. Hamba berjanji apabila hamba gagal, maka hambapun akan
mengundurkan diri karena harus malu pada diri hamba sendiri.
Dan selama hal itu belum selesai, hamba mobon agar segala
persoalan mengenai titah gusti Rani Daha, agar diperkenankan
untuk ditunda" "Bagaimana raden hendak memulai melakukan tugas itu?"
"Hamba belum sempat memikirkan, paman rakryan. Mungkin
besok pagi hamba sudah mendapatkan rencana itu, tentu akan
hamba haturkan ke hadapan paman rakryan"
"Raden" kata patih Dipa dengan tenang "sesungguhnya saat
ini aku sudah memiliki suatu rencana. Tetapi entah raden dapat
menyetujui atau tidak"
"O, baik, paman rakryan. Silakan memberitahu kepada
hamba" "Begini raden" kata patih Dipa "akan hamba sebar-luaskan
tentang berita pengangkatan gusti Rani Daha sebagai
pendamping prabu puteri gusti Teribuanatunggadewi. Dan akan
kuwartakan juga tentang pernikahan agung yang akan
berlangsung antara gusti Rani Daha dengan raden"
1152 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah" desah Kuda Amerta "mengapa hal itu, harus paman
wara-warakan kepada para kawula"
"Aku mempunyai maksud tertentu dalam langkah itu"
"O, bagaimana maksud paman rakryan?"
"Raden" kata patih Dipa "untuk berburu harimau kita harus
menggunakan anak kambing sebagai perangkap, untuk
menangkap ikan kita harus memakai cacing sebagai umpan. Dan
untuk memancing gerombolan pengacau, entah itu Wukir
Polaman atau Topeng Kalapa atau gerombolan baru yang belum
kita ketahui, perlulah kiranya memakai umpan. Dan umpan itu
adalah berita tentang diri raden"
"O" Kuda Amerta terbeliak "bagaimana paman rakryan
berpendapat demikian?"
"Wukir Polaman, Topeng Kalapa dan atau gerombolan lain
yang belum diketahui namanya itu, pada hakekatnya bertujuan
untuk merongrong kewibawaan pemerintah Daha dan menumbangkan kekuasaan Majapahit atas Daha. Oleh karena
yang menjadi kepala pemerintahan di Daha itu adalah gusti Rani
Daha, maka sasaran mereka tentu apa saja hal yang mempunyai
kaitan dengan kepentingan gusti Rani Daha. Mereka tentu akan
berusaha untuk memusuhi gusti Rani. Bukankah suatu
kegembiraan besar bagi mereka apabila mereka dapat
menggagalkan pernikahan gusti Rani Daha?"
Kuda Amerta mengangguk. "Apabila secara langsung tak dapat mengganggu gusti Rani
Daha maka merekapun takkan menyia-nyia-kan suatu kesempatan apabila mereka dapat menangkap raden Kuda
Amerta. Hal itu berarti akan gagallah pernikahan agung itu"
"O" desuh Kuda Amerta terkejut "paman maksudkan dengan
rencana untuk menyebar-luaskan berita tentang hubungan diri
1153 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hamba dengan gusti Rani itu mereka akan mengancam
keselamatan hamba?" "Ya, begitulah" kata patih Dipa "kemudian akan kupersilakan
raden pulang ke Wengker. Dalam perjalanan itu, mudah-
mudahan mereka akan menampakkan diri untuk menghadang
perjalanan raden" "Ah" desah Kuda Amerta pula dengan nada agak terkejut.
"Tetapi itu hanya merupakan rencana yang timbul dalam
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pikiranku" kata patih Dipa menyusuli kata-katanya "apabila raden
merasa kuatir, akupun takkan mendesakkan rencana itu"
"Jangan salah faham, paman rakryan" serentak Kuda Amerta
menyambut "berulang kali hamba mendesah karena terluap oleh
rssa kagum atas rencana paman rakryan itu. Bukan sekali-kali
karena hamba takut. Hamba amat setuju dengan langkah yang
paman rakryan rencanakan itu"
"Baik, raden" sambut patih Dipa "dalam hal itu sudah tentu
kami takkan merelakan raden sampai terjerat dalam perangkap
mereka. Secara sembunyi akan kupeisiapkan pasukan untuk
menyergap mereka" Kuda Amerta kerutkan dahi "Tetapi hamba rasa baiklah paman
rakryan melihat gelagat dahulu. Artinya, kalau gerombolan itu tak
berapa jumlahnya, akan hamba atasi sendiri. Tetapi kalau
mereka berjumlah besar, terpaksa bantuan paman akan
kuterima" "Mengapa demikian, raden ?" patih Dipa agak cemas.
"Bukankah hamba ini akan menjadi umpan yang harus
digunakan untuk menyiasati mereka ?" kata Kuda Amerta "dalam
penghadangan itu tak mungkin sekaligus beberapa gerombolan
itu akan muncul bersama. Maka kumohon hendaknya paman
dapat menyembunyikan pasukan bantuan itu agar rencana ini
1154 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak sampai diketahui mereka. Hanya apabila perlu sajalah
pasukan itu paman titahkan untuk membantu hamba"
"Bagus, raden" seru patih Dipa memuji "aku setuju sekali atas
saran raden itu" "Bilakah hamba akan bertolak ke Wengker?"
"Besok atau lusa setelah kusuruh pawara menyiarkan berita
itu" kata patih Dipa.
(Oo-dwkz-oO) II Di jalan sepi yang membelah hutan penutup daerah kaki
gunung W ilis, tampak seorang prianom tengah melarikan
kudanya. Dari busana dan seri wajahnya yang bercahaya,
prianom itu layaknya bukan keturunan rakyat kecil. Sebatang
pedang menyelip pada pelana kudanya. Seekor kuda berbulu
hitam yang tegar. Memang prianom itu tak lain adalah raden Kuda Amerta yang
tengah naik kuda kesayangannya. Sesuai dengan rencana
rakryan patih Dipa maka pada hari itu berangkatlah dia pulang ke
Wengker. Dari Daha ke Wengker dapat dicapai dengan menempuh dua
jalan. Mengambil jalan dari selatan yang langsung dapat
mencapai Wengker. Tetapi jalan itu masih belantara. Dan kedua,
mengambil jalan ke utara yang akan tiba di Matahun. Dari
Matahun terus ke selatan menuju ke Wengker. Jalan itu sudah
berkembang menjadi jalan ramai yang banyak dilalui para
pedagang. 1155 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda Amerta memutuskan untuk mengambil jalan dari utara.
Walaupun agak jauh tetapi ia mempunyai suatu pertimbangan.
Sampai di tapel batas Daha dengan Matahun, terdapat tiga buah
gunung, yani Gunung Limas, gunung Darawati dan gunung Wilis.
Pertimbangan itu diambilnya karena sepanjang apa yang
diketahui, konon gunung Wilis itu merupakan sebuah tempat
yang paling angker. Menurut cerita orang tua, banyaklah para
pertapa yang mencapai kesempurnaan ilmu di gunung itu.
Banyak pula ksatrya-ksatrya sakti yang menuntut ilmu di
pertapaan para resi dan wiku di gunung W ilis. Memang gunung
merupakan tempat yang tenang dimana alam pikiran manusia
dapat makin dekat dengan kebesaran alam.
"Patih Dipa memang seorang manusia linuwih" diatas
kudanya, Kuda Amerta melepaskan diri kepada kehendak
kudanya, mau kemana dia hendak dibawa. Dan pelepasan diri itu
lebih menyempatkan dia untuk menyatukan pikiran, meneropong
kembali segala sesuatu yang dialami sejak ia berada di pura
Daha. Dan sesaat teringat akan pembicaraannya dengan rakryan
patih Dipa maka meluncurlah kata-kata pujian dari lubuk hatinya
Ia pernah berguru pada seorang resi yang sakti. Dan pernah
berkatalah resi itu dalam suatu kesempatan memberi wejangan
"Angger,. apa yang engkau teguk di pertapaan ini hanyalah ilmu
yang berdasarkan pada kata kata. Dan ilmu itu harus diuji, baru
engkau dapat menghayatinya dengan benar. Di alam pertapaan
ini segala apa tampak tenang dan damai, burung berkicau
menyambut pagi hari, air bergemericik mengalun rin-tikan lagu,
alam cerah bermandi cahaya surya. Segalanya serba indah dan
damai" "Tetapi itu bukan kehidupan yang keseluruhannya. Masih
banyak alam alam kehidupan yang engkau akan jumpai pada
waktu engkau turun gunung kelak. Semisal jangan engkau
anggap bahwa alam kehidupan di arcapada ini adalah seperti
alam di pegunungan ini, demikianlah jangan engkau tergesa
1156 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menarik kesimpulan bahwa setiap alam kehidupan yang
engkau hadapi itu merupakan alam kehidupan yang sebenarnya
secara keseluruhan. Alam kehidupan itu terdiri dari berbagai
macam alam suassna. Lain alam di pegunungan dengan di pura,
lain pula suasana damai dengan perang, malam dengan siang.
Kelainan dari berbagai kelainan itulah sifat diripada kehidupan
dunia ini" "Dan sesuai pula dengan warna warni corak dan suasana alam
maka berlainlah pula sifat dan watak insan manusia yang
mendiami jagad ini. Oleh karena itu, angger, janganlah engkau
lekas memberi penilaian kepada orang, jangan pula engkau cepat
merasa kagum dan menghambur puji terhadap seseorang,
betapapun termasyhur namanya, sebelum engkau tahu jelas dan
yakin bahwa dia memang layak mendapat rasa kekaguman dan
menerima pujianmu" Demikian terngiang-ngiang wejangan yang pernah diterima
Kuda Amerta dari resi yang menjadi gurunya. Namun ketika ia
berhadapan dengan patih Dipa, mendengar dan bertukar
pembicaraan, serentak ia mendapat kesan bahwa patih itu layak
ia kagumi. Pembicaraan patih Dipa itu tidak memaksa suatu pengiaan
atau menimbulkan rasa patuh paksa. Tetapi tanpa sifat-sifat
memaksa, baik isi maupun pembawaan perkataannya sudah
mengundang rasa orang mengiakan dan mematuhi. Patih itu
tidak memaksa orang harus menghormati dan mengagumi tetapi
orang itu sendiri yang merasa harus menghormati dan
mengaguminya. Patih Dipa tak mengharuskan orang harus
tunduk dan takut kepadanya. Tetapi orang merasa mengindahkan dan mematuhinya. Adakah itu yang disebut
wibawa" Ah, mungkin saja. Tetapi terhadap sang resi yang
menjadi gurunya, Kuda Amerta merasa tidak memiliki rasa
hormat dan taat sebesar hormat dan taat yang dimilikinya
terhadap patih Dipa. 1157 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia seorang pejuang besar. Tiga bagian daerah kerajaan
Majapahit, Kahuripan dan Daha, pernah menerima bakti
pengabdiannya. Dan setiap pengabdian tentu membuahkan hasil
yang cemerlang. Di pura Majapahit, dia pernah menyelamatkan
baginda Jayanagara dari pemberontakan Dharmaputera ra Ku-ti.
Di Kahuripan dia pernah mengatasi wabah penyakit ganas. Di
Daha diapun pernah me lumpuhkan gerakan orang-orang Daha
yang hendak mengacau dan memberontak. Dan terakhir dia
masih berusaha untuk menyempurnakan pengabdiannya dengan
mewujutkan pertalian batin antara Rani Kahuripan dengan raden
Kertawadhana dan Rani Daha dengan diriku, ah . . . ." ia
mendesah. Tiba pada pemikiran itu, terhanyutlah renungan Kuda Amerta
sampai jauh ke beberapa tahun yang telah silam. Pertemuannya
dengan Rani Daha, memang tak pernah diduga-duga. Peristiwa
itu terjadi ketika ia sedang berkelana hendak menambah
pengetahuan dan menguji ilmu seperti yang dianjurkan oleh resi
gurunya, tibalah ia di pura Daha. Pada saat itu ia mendengar
suatu byawara yang agak mengejutkan tetapi menimbulkan
gelora hatinya. Teniar berita bahwa di daerah hutan Lodoyo terdapat seekor
kuda liar. Seekor kuda tegar yarg berbulu hi tam mulus. Tiada
orang yang mengetahui dari mana asal kuda itu dan mengapa
dapat berkeliaran di hutan belantara. Banyak cerita yang tersiar
mengenai kuda itu. Ada yang mengatakan kuda itu kuda gaib
yang diturunkan dewata. Ada yang mengatakan kuda itu berasal
dari tanah Blambangan. Kemungkinan milik adipati Blambangan
yang diperoleh dari pulau Sumbawa. Ada yang mengatakan pula
kuda itu berasa l dari senopati-senopati Majapahit yang
memberontak di Lumajang. Senopati tewas dan kudanya lari
masuk ke dalam hutan. Tetapi cerita itu hanya bersifat dugaan
karena tiada seorangpun yang dapat membuktikan kebenaran
dari sekian banyak cerita. Yang jelas, kuda itu memang
menampakkan diri di hutan Lodoyo.
1158 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berita itu sampai juga kepada Rani Daha. Rani gemar
wiengumpulkan kuda yang bagus dan mahir pula beliau naik
kuda. Tertarik akan cerita maka diutusnya beberapa nayaka
supaya membawa pasukan untuk berburu menangkap kuda liar
itu. Tetapi mereka terpaksa kembali dengan menghaturkan
laporan bahwa kuda hitam itu keliwat liar sekali dan mereka
benar-benar tak mampu menangkap. Bahkan mendekati saja,
mereka tak mampu melakukan. Kuda hitam itu amat peka sekali
perasaanya. Rani Daha tak puas. Dititahkannya tumenggung Menur untuk
membawa pasukan denpan amanat harus membawa pulang kuda
hitam itu. Perburuan secara besar besaran itu akhirnya berhasil
juga menangkap kuda hitam itu. Rani Daha terpesona
menyaksikan bentuk tubuh kuda hitam yang tegar perkasa itu.
Tetapi kuda hitam itu tetap binal. Tak seorangpun yang mampu
menaikinya. Dia melontarkan setiap orang yang coba hendak
menaikinya. Bahkan tuwienpgurg Menur sendiri
hampir menderita c idera berat ketika berusaha hendak mengendarainya.
Tumenggung itu dihentakkan sehingga terlempar beberapa
tombak. Namun Rani Daha tidakkah kecewa atas tingkah kuda hitam
itu. Bahkan kebalikannya Rani malah makin menyukai kuda itu.
Akhirnya Rani menurunkan amanat.
barangsiapa dapat mengendarai kuda itu akan diangkat sebagai nayaka.
Banyak pura prianom yang mencoba tetapi banyak yang
gagal. Tak seorangpun yang mampu menguasai kuda hitam itu.
Akhirnya raden Kuda Amerta mencoba nasib. Dan entah
bagaimana, kuda hitam itu menurut pada raden Kuda Amerta.
Rani amat bersukacita dan hendak menganugerahkan pangkat
kepada raden Kuda Amerta tetapi raden itu tak mau.
Demikianlah perkenalan pertama antara Kuda Amerta dengan
Rani Daha. Banyak orang mengatakan bahwa kuda hitam itu
hanya utusan dewata untuk mempertemukan Kuds Amerta
1159 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Rani Daha. Sejak perkenalan itu makin eratlah hubungan
antara raden dari kerajaan Wengker dengan Rani Daha.
Kemudian turun amanat dari seri baginda Jayanagara yang
melarang setiap prianom untuk melangkahkan kaki ke pura Daha
dan Kahuripan. Rakyat heran atas amanat itu namun titah ratu
adalah undang-undang yang tak dapat dibantah.
Rakyat menduga-duga apa sebab baginda menurunkan
amanat sedemikian. Hanya beberapa mentri di pusat pura
Majapahit yang tahu hal itu, termasuk patih Dipa. Kiranya seri
baginda memang mempunyai maksud yang tak senonoh
terhadap kedua ayundanya itu. Karena hal itu menyangkut
rahasia keraton maka para wreddha mentri bersepakat untuk
menutup rahasia itu jangan sampai tersiar ke luar agar martabat
baginda tak sampai tercemar.
Raden Kuda Amerta tak menghiraukan larangan itu dan
akhirnya dia ditangkap. Waktu itu yang menjadi patih masih
mendiang patih Arya Tilam, ayahanda raden Mahendra. Beliau
juga tabrakan hubungan antara Kuda Amerta dengan Rani maka
rakryan patih tak berani mengambil keputusan, melainkan
membawa raden Kuda Amerta menghadap Rani Daha. Rani Daha
membebaskan, kepada patih Arya Tilam. Rani menyerahkan
bagaimana kebijaksanaan patih itu akan bertindak agar raden
Kuda Amerta tetap dapat berkunjung ke pura Daha, walaupun
tidak sesering dahulu. Kemudian setelah patih Arya Tilam wafat dan rakryan patih
Dipa yang mengganti sebagai patih Daha, patih Dipa makin
memberi kelonggaran kepada raden Kuda Amerta agar dapat
berkunjung ke pura Daha. "Ah, aku banyak berhutang budi kebaikan pada rakryan patih
Dipa . . ." sesaat mengenangkan segala peristiwa yang telah
dialam inya selama ini, tiba-tiba ia tersentak kaget karena
kudanya meringkik keras. Hampir saja ia tergelincir jatuh apabila
tak lekas mengepitkan kedua kakinya ke perut kuda dan
1160 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengekang erat-erat tali kendali. Setelah dapat menguasai kuda
ia sempat memandang ke muka dan barulah ia tahu apa sebab
kudanya meringkik kaget. Kiranya beberapa tombak di sebelah
muka tegak seorang lelaki yang menyandang busana sepeiti
seorang pertapa. "Siapa ki sanak?" seru Kuda Amerta.
"Bukankah raden ini raden Kuda Amerta dari Wengker"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertapa itu berbalik tanya.
Kuda Amerta terkesiap. Mengapa pertapa setengah tua itu
tahu akan dirinya " Namun pada lain saat ia mempunyai lain
pertimbangan bahwa yang berada di hadapannya itu seorang
brahmana yang wajib dihormati. Maka tanpa suatu prasangka
menjawablah Kuda Amerta "Benar, ki brahmana. Lalu bermaksud
apakah maka ki brahmana menghadang perjalananku?"
"Raden" kata brahmana itu "aku hendak menyampaikan
sebuah hal kepada raden. Sebenarnya aku harus menghadap
rakryan patih Dipa karena rakryan patih itulah yang
berkepentingan dalam hal ini. Tetapi karena satu dan lain sebab,
aku tak dapat menghadap dan hanya menemui raden dengan
harapan agar raden suka menyampaikan hal ini kepada rakryan
patih Daha itu" Kuda Amerta makin tertarik akan pembicaraan brahmana itu
"Ki brahmana, dapatkah tuan lebih dulu memberitahukan rama
tuan?" "Aku brahmana Kendang Gumurung, raden"
"Terima kasih ki brahmana. Silakan sekarang ki brahmana
memberitahukan hal yang ki brahmana i-nginkan supaya
kusampaikan kepada rakryan patih Dipa"
"Raden" kata brahmana Kendang Gumurung "adalah
memandang andika tersangkut dalam peristiwa penyerangan
keraton Daha beberapa hari yang lalu maka kupilih raden sebagai
1161 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perantara yang dapat menyampaikan hal ini kepada rakryan patih
Dipa. Dalam hal ini harap raden memaklumi tindakanku
menghadang perjalanan raden"
"Baik ki brahmana"
"Raden tentu pernah mendengar bahwa di bumi Daha ini pada
suatu waktu yang lampau pernah berdiri setuah himpunan yang
bernama Wukir Polaman, bukan?"
"O, benar, ki brahmana. Bukankah Wukir Polaman itu
himpunan dari para ksatrya Daha yang hendak berjuang untuk
membangun kembali kejayaan kerajaan Daha?"
"Ya, benar" kata brahmana Kendang Gumurung "beberapa
tahun yang lalu dalam penemuan di lembah Trini Panti, patih
Dipa telah mencapai kata sepakat dengan sang Manggala,
pimpinan Wukir Polaman, bahwa Wukir Polaman bersedia untuk
memberi kesempatan kepada patih Dipa, membuktikan usahanya
membangun Daha dan meningkatkan kesejahteraan hidup
kawula Daha. Dan sejak pertemuan itu maka himpunan Wukir
Polaman tak bergerak lagi"
"Peristiwa serangan pada keraton Daha beberapa hari yang
lalu, benar-benar merupakan bagai halilintar berbunyi dimusim
kemarau. Kumandangnya menggetarkan perasaan hati setiap
warga Wukir Po'aman yang sudah mengundurkan diri diri
kegiatan-kegiatan perjuangan. Dan alangkah kejut hati mereka
ketika pasukan Daha mulai bergerak mencari mereka, bahkan
kabarnya ada beberapa warga Wukir Polsman yang telah
ditangkap dan akan diadili. Rakryan patih Dipa cenderung
menduga bahwa serangan pada keraton Daha itu dilakukan oleh
warga himpuran Wukir Folaman. Wukir Polaman yang sudah
beberapa tahun tak terdengar beritanya, kini muncul pula untuk
mengacau Daha ..." Brahmana itu berhenti sejenak dan melepaskan pandang
tajam ke arah raden Kuda Amerta "Raden, apabila raden
1162 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkenan hati, maukah raden menjawab secara jujur bahwa
menurut kesan raden yang ikut bertempur pada malam serangan
itu, benarkah beberapa orang yang melakukan tindakan itu
warga dari Wukir Polaman?"
"Maaf, ki brahmana" sahut Kuda Amerta "sayang benar bahwa
pada waktu Wukir Polaman madh giat bergerak, aku tak
mempunyai kesempatan untuk berhadapan dengan mereka. Oleh
karena itu maka aku tak tahu jelas, apakah penyerang-penyerang
pada malam itu benar warga Wukir Polaman atau bukan"
Brahmana Kendang Gumulung mengangguk.
"Tetapi ki brahmana" kata Kuda Amerta pula "tuan seorang
brahmana yang seharusnya mendambakan diri dalam kehidupan
yang suci untuk mencapai kesempurnaan batin. T etapi mengapa
tuan memberi kesan kepadaku bahwa tuan amat menaruh
perhatian besar terhadap keadaan Daha, khusus tentang masalah
perjuangan para ksatrya Daha?"
"Raden" sahut brahmana itu dengan tenang "Jiwaku memang
menuntut kedamaian, mendambakan kesucian. Tetapi ragaku
masih terikat dengan bumi Daha tanah kelahiranku. Raga sebagai
badan wadag masih sarat akan nafsu dan keinginan sehingga
mengganggu ketenangan jiwa. Aku tak mau memaksa diri untuk
menekannya. Karena suatu penekanan hanya bersifat sementara,
bukan berarti hapus. Pada waktu-waktu tertentu apabila
menghadapi hal-hal yang berkenaan dengan tuntutan badan
wadag maka nafsu dan keinginan itu akan timbul pula. Oleh
karena itu akupun tak mau menekan tetapi membiarkannya.
Apabila nafsu dan keinginan itu sudah tercapai, tanpa kutekan
lagi, nafsu dan keinginan itupun akan hilang dengan sendiri. Dan
pada saat itulah aku akan memperoleh ketenangan sejati untuk
mencapai kesempurnaan batin. Entah benar atau tidak pendirian
itu, tetapi aku mempunyai faham begitu"
"Raden" sambung brahmana itu pula "nafsu dan keinginan
yang masih merajalela dalam badan wadagku adalah memikirkan
1163 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan Daha. Aku tak malu untuk mengatakan bahwa aku
belum berhasil mencapai ketenangan itu. Dalam taraf sekarang,
aku baru sedang meneguk dan menghayati ilmu ajaran veda
tetapi belum mampu melaksanakannya. Adakah aku ini seorang
brahmana gadungan atau brahmana gagal, terserah o-rang
hendak menilai diriku. Tetapi hidupku bukan berlandas pada
penilaian orang, melainkan bersumber pada pancaran jiwaku
sendiri" Kuda Amerta terkejut. Diam-diam ia mengakui bahwa baru
pertama kali itu dia berjumpa dengan seorang brahmana yang
mempunyai falsafah hidup lain dari kebanyakan brahmana.
Pendirian brahmana itu lebih menyerupai pandangan hidup
seorang ksatrya dengan dharma baktinya terhadap negara.
"Lalu apakah pesan yang ki brahmana inginkan supaya
kusampaikan padi rakryan patih Dipa?" tanyanya.
"Tak lain hanya begini" kata brahmana "bahwa brahmana
Kendang Gumulung menghaturkan pernyataan ke hadapan
rakryan patih Daha bahwa yang melakukan serangan pada
keraton Daha beberapa hari yang lalu itu, bukanlah warga
himpunan Wukir Polaman"
"Baik ...." baru Kuda Amerta menjawab sepatah kata
sekonyong-konyong terdengar suara orang tertawa nyaring dan
pada lain saat dari balik rindang gerumbul pohon muncullah
beberapa orang lelaki, tepatnya berjumlah enam orang.
"Bagus, Silugangga, engkau hendak mencari perlindungan
pada Daha?" tegur salah seorang dari mereka yang berumur
sekitar tigapuluh tahun. Kuda Amerta terkejut melihat kehadiran mereka di tengah
jalan yang sunyi. Demikian pula brahmana Kendang Gumulung.
"O, Kebo Angun-angun, engkau?" seru brahmana Kendang
Gumulung. 1164 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" sahut lelaki itu yang ternyata adalah Kebo Angun-angun
"engkau terkejut Silugangga sebagaimana dahulu engkau pernah
terkejut ketika berada di lembah Trini Panti bersama ni Nagandini
puteri paman patih Kebo Mundarang?"
"Benar, Kebo Angun-angun" sahut brahmana Kendang
Gumulung atau yang sebenarnya bernama Silugangga putera
senopati Sagara Winotan dari kerajaan Daha Jayakatwang
"dahulu ketika di T rini Panti aku memang terkejut tetapi sekarang
tiada lagi kejut dapat menggetarkan hatiku"
"O, karena engkau sudah merasa aman mencari perlindungan
pada Daha ?" ejek Kebo Angun-angun.
"Jika engkau mengira begitu, silakan saja" sahut Silugangga
"tetapi kenyataan yang kurasakan a-dalah lain. Dulu aku terkejut
karena memikirkan keselamatan Nagandiri. Tetapi sekarang aku
hanya seorang diri. Tiada hal betapapun dahsyatnya, kuasa
mengejutkan hatiku" "O, memang besarlah kuasa asmara itu sehingga seorang
putera keturunan senopati mau juga mengkhianati perjuangan
kawan-kawannya, bukan?"
"Kebo Angun-angun" jawab Silugangga "sejak dulu hingga
saat ini, tak putus-putusnya engkau menghamburkan lidah
beracun, mengatakan aku berhianat pada perjuangan para
ksatrya Daha. Entah adakah hal itu memang merupakan suatu
siasat darimu untuk memfitnah diriku atau memang engkau
mempunyai bukti tentang penghianatanku"
"Perlukah aku harus membentang hal itu?" balas Kebo Angun-
angun. "Jika hal itu merupakan siasatmu agar kawan-kawan dari
Wukir Polaman membenci aku dan agar hubunganku dengan
Nagandini putus, itu memang suatu siasat terbagus yang pernah
engkau lakukan. Bukankah puas sudah hatimu karena aku
dimusuhi oleh kawan-kawan Wukir Polaman?"
1165 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah engkau masih dapat tertawa gembira karena
berhasil merebut hati Nagandini?"
"Dalam hal itu tak ada istilah merebut. Asmara itu bukan
benda yang dapat diperebutkan, tidak juga dapat dipaksakan.
Engkau, Kebo Angun-angun, seharusnya menyadari hal itu dari
beberapa peristiwa yang menimpa dirimu. Adikmu, nini W igati,
mencintai raden Mahendra yang juga engkau anggap berkianat
kepada Wukir Polaman. Dan engkau sendiri, tidakkah engkau
sudah berpontang-panting menyiksa hatimu sendiri karena nini
Ken Sari tak menghiraukan kepadamu?"
"Tutup mulutmu, Silugangga" merah muka Kebo Angun -
angun ketika brahmana itu mengungkap rahasia asmaranya
terhadap Ken Sari, adik dari W indu janur, puteri senopati Rangga
Janur dari kerajaan Daha Jayakatwang "dunia ini tidak sedaun
kelor. Masih banyak kenya yang bersedia menyambut aku"
"Aku percaya hal itu" sambut Silugangga "karena kenya
manakah yang takkan menerima Kebo Angun-angun putera
senopati Kebo Rubuh dari kerajaan Daha dahulu " Aku hanya
ingin meyakinkan engkau bahwa hubungan hati antara dua insan
berlawanan jenis itu sesuatu yang keramat dan tak dapat
dipaksa" "Brahmana keparat, aku tak butuh wejanganmu. Tidak layak
seorang yang menyandang busana kebrah-manaan berbicara
soal asmara !" "Jangan membunuh brahmana dengan kebrahmanaan.
Brahmana bukan dewa, tetapi manusia yang ingin mencapai
kesempurnaan jiwa. Sebagai manusia semena, tidakkah berhak
brahmana mengulas asmara" Atau adakah asmara itu barang
permainan lidah pemuda yang mengejar bayangan hampa " Ah,
kasihan jua" "Silugangga!" hardik Kebo Angun-angun "kutahu, engkau
memang pandai mengikat kata merangkai bahasa. Itulah
1166 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebabnya engkau berhasil memikat hati Nagandini. Tetapi
biarlah, itu urusanmu, aku tak mau mengusik. Tetapi ulahmu
saat ini, tak dapat kudiamkan saja. Mengapa engkau merintih-
rintih mohon belas kasihan kepada patih Dipa bahwa yang
melakukan penyerangan pada keraton Daha beberapa hari yang
lalu bukan warga Wukir Polaman?"
"Aku hendak menjernihkan suasana, menyelamatkan nama
Wukir Polaman dari cemar hina"
"Engkau bukan lagi warga Wukir Polaman" seru Kebo Angun-
angun "engkau tak berhak mengurus kepentingan Wukir
Polaman. Warga Wukir Polaman tahu akan mengurus
kepentingannya sendiri"
"Wukir Polaman adalah judul kakawin yang ditulis oleh
rahyang ramuhun Jayakatwang sebagai warisan kepada segenap
ksatrya Daha. Himpunan Wukir Polaman boleh melarang aku dan
tak mengakui aku sebagai warganya tetapi warisan prabu
Jyakatwang yang dicanangkan dalam kakawin Wukir Polaman
adalah untuk seluruh kawula Daha. Berjuang untuk keselamatan
Daha, bukanlah hak tunggal dari himpunan Wukir Polaman. Aku
bukan merintih belas kasihan dari rakryan patih Dipa melainkan
hanya memberi keterangan yang berdasarkan bukti kenyataan"
"Tidak" bantah Kebo Angun-angun "walaupun secara langsung
warga Wukir Polaman tidak ikut dalam serangan itu tetapi secara
tak langsung seluruh warga Wukir Polaman ikut dalam serangan
itu" "Hm, jangan mengada-ada, Kebo Angun-angun!"
"Tidak, aku tidak mengada!" seru Kebo Angun-angun pula
"seluruh warga Wukir Polaman ikut dalam serangan itu kecuali
engkau, Silugangga" "Tidak, ki sanak" karena tak kuasa menahan diri, Kuda Amerta
berseru "aku termasuk salah seorang yang menghadang serbuan
1167 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Hanya beberapa orang saja yang melakukan. Ucapan ki
brahmana benar, dan keterarganmu salah, ki sanak"
"Tidak, tidak salah" bantah Kebo Angun-angun "memang
secara wujut tak seorangpun dari warga Wukir Polaman yang ikut
daiam serangan itu. Tetapi jiwa dan hati seluruh warga Wukir
Polaman mendukung dan menyertai serbuan itu, kecuali
Silugangga seorang'"
"Hm, Kebo Angun-angun, adakah keteranganmu itu tidak
serasi dengan keteranganku tadi" Soal jiwa dan hati, tak ada
yang tahu. Dalam membela kepentingan Daha, rasanya akupun
merasa tak kalah dengan warga Wukir Polaman terutama
engkau" "Huh, penghianat Silugangga, engkau masih mempunyai muka
untuk menepuk dada sebagai pembela Daha. Kacang takkan
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meninggalkan lanjaran. Bapanya seorang penghianat, anak ...."
"Jahanam engkau Kebo Angun-angun" teriak Silugangga yang
tak dapat menguasai diri lagi. Sambil memaki diapun loncat
menerkam Kebo Angun-angun.
Kebo Angun-angun terkejut. Cepat dia menyelinap ke
samping, brat . . . bahunya telah robek sepanjang lengan dan
robekan kain itu tercengkeram dalam tangan Silugangga.
Beberapa kawan Kebo Angun-angun yani Lembu Nindra,
Naibada, Kuda Sempalan dan Gendring serempak maju
menghantam Silugangga. Tetapi secepat itu pula Nurwenda
menghalangi "Jangan kakang sekalian" serunya seraya
menghadang di muka Silugangga.
"Adi Nurwenda, mengapa engkau melindungi brahmana
gadungan itu!" seru Kuda Sempalan.
"Sabar, kakang sekalian" sahut pemuda itu "aku hanya ingin
tahu apa sebab seorang brahmana sampai tak dapat menguasai
nafsu amarahnya. Apabila alasannya kurang layak maka takkan
1168 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlambat kiranya kakang sekalian untuk menyerangnya bahkan
aku sendiripun juga akan ikut serta"
Kemudian Nurwenla berpaling ke arah Silugangga "Ki
brahmaga, apa sebab tuan sampai lupa diri dan menerkam
kakang Kebo Angun-angun?"
Silugangga terkesiap. Walaupun yang bertanya itu jelas kawan
dari Kebo Angun-angun tetapi dia berani mencegah perbuatan
kawan-kawannya maka Siluganggapun mau memberi jawaban
"Jika Kebo Angun-angun menghina aku sebagai seorang
brahmana gadungan maupun sebagai penghianat, aku masih
dapat bersabar. Tetapi dia lancang berani menghina mendiang
ramaku sebagai penghianat. Aku benar-benar tak merelakan hal
itu" "Bekenankah ki brahmana memberi tahu kepadaku, siapa
gerangan rama tuan itu?"
"Sagara Winotan yang sama-sama menjadi senopati kerajaan
Daha masa pemerintahan prabu Jayakatwang bersama dengan
senopati Kebo Rubuh, ayah Kebo Angun-angun"
"Mengapa kakang Kebo Angun-angun menghina rama tuan
sebagai seorang penghianat?"
"Sebenarnya persoalan itu, bukan merupakan persoalan kita
yang dilahirkan sebagai putera-putera keturunan. Tetapi karena
Kebo Angun-angun mengungkat peristiwa itu maka akupun akan
menceritakan kepadamu"
"Terima kasih, ki brahmana"
"Pada waktu raden W ijaya dihadiahi tanah Terik oleh prabu
Jayakatwang, maka mulailah raden Wijaya membabat alas dan
mendirikan sebuah kota yang kemudian hari diberi nama
Majapahit. Untuk mengetahui keadaan raden Wijaya, adakah dia
benar benar setya kepada Daha atau mempunyai maksud hendak
berhianat maka prabu Jayakatwang mengutus ramaku, Sagara
1169 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Winaton, untuk meninjau keadaan Majapahit ninjau keadaan
Majapahit dan menyelidiki gerak-gerik raden Wijaya. Rama
kembali ke Daha dan menghaturkan laporan kepada prabu
Jayakatwang bahwa raden Wijaya memang giat membangun
bumi T erik, tak menampakkan tanda-tanda hendak memberontak
dan bahkan telah mempersiapkan segala sesuatu sesuai titah
prabu Jayakatwang yang hendak berburu di hutan daerah Terik.
Raja gembira tetapi ternyata pecahlah berita bahwa raden Wijaya
dengan tentara T artar telah bergerak menuju ke selatan hendak
menyerang Daha" "Mendengar itu marahlah senopati Kebo Rubuh yang serentak
menghunus keris hendak menikam ramaku. Dia menuduh Sagara
Winotan telah berhianat, bersekongkel dengan raden Wijaya dan
memberi laporan, palsu kehadapan raja Jayakatwang. Syukur
pertumpahan darah itu dapat dicegah raja Jayakatwang. Nah,
berdasar peristiwa itulah maka Kebo Angun angun sering
menghina aku sebagai putera seorang mentri penghianat"
"Tetapi mengapa senopati Sagara Winotan menghaturkan
laporan yang tak sesuai dengan kenyataannya ?" tanya
Nurwenda. "Apa lagi kalau bukan bersekutu dengan raden W ijaya, adi
Nurwenda" selutuk Kebo Angun-angun.
"Ki sanak" kata Silugangga "sebagai putera dari rama Sagara
Winotan, aku memang tak sempat mendengar keterangan rama.
Tetapi ibu telah diberitahu rama tentang peristiwa itu. Kemudian
setelah aku dewasa baru ibu menceritakan hal yang
bersangkutan dengan rama"
"O, apakah kata ibu ki brahmana?"'
"Waktu pulang dari menghadap raja, rama dengan penuh
sesal dan geram menceritakan semua hal kepada ibu. Rama
marah sekali kepada raden Wijaya yang ternyata telah
mengelabui rama. Karena disambut dengan sikap yang
1170 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghormat dan tutur kata yang halus dari raden Wijaya, rama
percaya saja semua keterangan raden itu. Rama terus kembali
menghadap raja Jayakatwang. Baru setelah gerakan raden
Wijaya hendak menyerang Daha itu diketahui, teringatlah rama
bahwa waktu berkunjung ke Terik, dia tidak diterima di kota
Majapahit melainkan di desa Wirasaba. Rama baru menyadari
apa sebab dia tak diberi kesempatan untuk melihat kota
Majapahit. Jelas raden Wijaya memang hendak merahasiakan
persiapan-persiapan perang yang telah dilakukan di pura
Majapahit" "Demikianlah peristiwa yang sebenarnya, ki sanak" kata
Silugangga "memang rama tak luput dari
kesalahan. Kesalahannya yalah dia kurang cermat dan mudah percaya akan
mulut manis Raden Wijaya. Tetapi sama sekali rama tak
mengandung maksud hendak berhianat kepada Daha dan
bersekutu dengan raden Wijaya. Hal itu dapat dibuktikan betapa
gigih rama berjuang dalam medan perang melawan serangan
pasukan Majapahit dan Tartar. Dan akhirnya ramapun gugur di
tangan Adipati Rangga Lawe. Jika rama benar-benar berhianat
mengapa ia tidak menyeberang ke fihak raden Wijaya?"
Nurwenda mengangguk "Benar, ki brahmana.
Rama brahmana, senopati Sagara Winotan memang bersalah karena
lengah tetapi jelas dia tak berhianat. Jika dia memang benar-
benar dianggap berhianat, pada saat senopati Kebo Rubuh
hendak menikamnya, tentulah raja Jayakatwang takkan
mencegah. Dengan tindakan raja Jayakatwang itu berarti bahwa
raja tidak menganggap senopati Sagara Winotan berhianat"
"Adi Nurwenda" teriak Kebo Angun-angun.
"Kakang Kebo Angun-angun" sambut Nurwenda "seorang
pejuang harus berjiwa ksatrya. Dan jiwa ksatrya itu haru?
menghitamkan yang hitam, memutihkan yang putih. Jika
memang peristiwanya sedemikian, bahkan raja Jayakatwang
1171 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri tak menganggap senopati Sagara Winotan itu berhianat,
mengapa kita berkeras mengatakan dia berhianat?"
"Ah, jangan adi percaya pada mulut brahmana culas itu"
desuh Kebo Angun-angun. "Baik, kakang Kebo Angun-angun" kata Nurwenda "katakan
saja misalnya Sagara Winotan itu berhianat, tetapi jika puteranya
tidak berhianat dan bahkan seorang pejuang, janganlah kita
mencemarkan namanya"
Tiba tiba terdengar suara kuda meringkik dan pada lain saat
dari balik gunduk karang yang terhantar dibalik gcrumbul semak,
muncul tiga orang lelaki tegap. Dengan berloncatan gesit,
merekapun sudah tiba di hadapan orang-orang itu.
"Hm, rupanya di tempat ini terdapat pejuang yang sudah
terbalik kiblatnya !" seru salah seorang dari mereka, seorang
lelaki yang bertubuh kekar dan bermata tajam.
Kuda Amerta terbeliak ketika melihat orang itu. Dia seolah
pernah melihatnya. Tetapi dia masih ragu.
"Siapakah ki sanak ini ?" tegurnya.
Orang itu menatapkan selintas pandang yang tajam lalu
menjawab "Siapa yang menjadi tuan rumah di tempat ini?"
Kuda Amerta terkesiap. Demikian pula dengan Silugangga dan
rombongan Kebo Angun-angun. Mereka saling merasa bukan
sebagai tuanrumah. "Perlukah hal itu harus dijawab?" balas Kuda Amerta,
"Ya, untuk menentukan siapa yang berhak bertanya kepada
siapa" "Tetapi di s ini adalah hutan, bukan tempat kediaman orang"
"Hutanpun tentu ada pemiliknya" sambut lelaki pendatang
baru itu dengan tandas. 1172 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Nurwenda menyelutuk "Lalu siapakah yang ki sanak
katakan bahwa di tempat ini terdapat pejuang yang sudah
terbalik kiblatnya itu?"
"Siapa yang merasa, dialah yang kukatakan" sahut lelaki itu
"atau kalau dia sudah mati-rasa akupun perlu menyebutnya"
Menduga bahwa orang itu tentu juga golongan orang yang
berjuang, entah untuk kepentingan Daha-Majapahit entah untuk
Daha-Jayakatwnng, maka berkatalah Silugangga "Bagaimana asal
mula maka ki sanak mengatakan tentang pejuang yang berbalik
kiblat itu?" "Sebenarnya aku sudah lama bersembunyi di hutan ini maka
akupun mendengar jelas semua pembicaraan yang dipercakapkan di s ini"
"O, jika demikian" kata Silugangga "ki sanak menuduh diriku
sebagai pejuang yang terbalik kiblatnya itu, bukan?"
"Adakah ki brahmana merasa begitu ?" balas orang itu.
"Aku tak merasa tetapi ada orang yang mengatakan begitu.
Hal itu terserah kepada penilaian masing-masing"
"Jika ki brahmana tak merasa, takkan ada orang yang
memaksa. Karena perkataanku tadi hanya tertuju kepada orang
yang merasa" Nurwenda menegur "Ki sanak, engkau harus bertanggung
jawab atas perkataanmu itu. Berani mengatakan mengapa tak
berani menunjuk orangnya?"
"Baik" jawab lelaki itu "tetapi maukah ki sanak menyebutkan
siapa nama ki sanak ini?"
"Jika kukatakan hal itu adakah engkau akan mengatakan
orang yang engkau tuduh sebagai pejuang yang terbalik
kiblatnya tadi?" "Ya" 1173 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, aku bernama Nurwenda"
"Warga Wukir Polaman?"
"Ya" "Aneh" gumam orang itu "mengapa engkau membela
brahmana itu" Itulah yang kukatakan engkau telah berbalik
kiblat" "Ki sanak" sahut Nurwenda "jangan tergesa berlancang ucap
dahulu. Adakah engkau tahu akan tujuan dan landasan daripada
himpunan Wukir Polaman itu?"
"Kudengar Wukir Polaman sebuah himpunan dari anak-anak
muda keturunan senopati raja jayakatwang yang bergerak
memperjuangkan kemerdekaan dan membangun kejayaan Daha"
"Walaupun pengertianmu itu berdasar mendengar kata orang
saja namun memang demikiainlah tujuan perjuangan Wukir
Polaman itu" jawab Nurwenda. "tetapi adakah engkau tahu
bagaimana landasan perjuangan Wukir Polaman itu?"
"Aku bukan warga Polaman"
"Kutahu" sahut Nurwenda "dan inilah yang membuatku heran.
Bukan warga Wukir Polaman dan tak tahu akan landasan
perjuangan Wukir Polaman tetapi berani lancang mengucap
menuduh orang berbalik kiblat. Tidakkah kata-katamu itu
kuanggap tak lebih sebagai angin busuk yang ke luar dari pantat
saja?" "Hm, jangan bermulut kotor, ki sanak"
"Ketahuilah hai ki sanak yang tak mengerti tetapi berlagak sok
mengerti" seru Nurwenda tanpa menghiraukan kata-kata orang
"Wukir Polaman bertujuan untuk membangun kembali kejayaan
Daha yang dulu. Warga Wukir Polaman adalah ksatrya-ksatrya
muda putera keturunan senopati kerajaan Daha yang lalu. Oleh
karena tujuannya luhur dan pejuangnya adalah para ksatrya
1174 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka landasannyapun bersifat ksatrya, bukan secara acak-
acakan" "Engkau terlalu mulus dengan alam pikiranmu yang masih
hijau" jawab lelaki itu "yang penting adalah untuk mencapai
tujuan perjuangan. Adakah itu dengan cara ksatrya atau acak-
acakan, bukanlah soal yang harus diutamakan"
"Itu bagi orang yang segolongan dengan engkau. Tetapi bagi
Wukir Polaman, tidak demikian. Ingin bukti ?" kata Nurwenda
"dengarkan. Mengapa pimpinan Wukir Polaman menghentikan
gerakannya adalah karena secara ksatrya, Wukir Polaman hendak
memberi kesempatan kepada patih Dipa untuk menepati janjinya
hendak membangun dan meningkatkan kehidupan kawula Daba"
"Ha, ha" lelaki itu tertawa mengejek "tindakan semacam itu
mengapa tak malu engkau katakan kepadaku" Itu tindakan banci
namanya!" "Hm, aku memiata pertanggungan jawab atas ucapanmu itu,
ki sanak" "Banci itu sifat dari lelaki yang ke wanita-wanitaan" kata lelaki
itu "perjuangan untuk membebaskan Daha dari kekuasaan
Majapahit, tidak boleh mengenal persetujuan dalam bentuk
apapun sebelum tuntutan perjuangan dipenuhi. Mengapa
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pimpinan Wukir Polaman mau memberi kesempatan kepada patih
Dipa " T idakkah itu berarti suatu kekalahan yang terselubung?"
"Tidak" sahut Nurwenda "perjuangan harus memakai
perhitungan. Pimpinan Wukir Polaman menganggap bahwa
berdasar pada kekuatan, suasana dan keadaan, maka belumlah
saatnya untuk bergerak dengan kekerasan"
"Huh" dengus lelaki itu.
"Dan ketahuilah, ki sanak" kata Nurwenda lebih lanjut "dengan
memikul beban janji itu, patih Dipa tentu akan berusaha keras
untuk meningkatkan kehidupan rakyat Daha. Tetapi adakah
1175 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikiran dan tenaga seseorang itu dapat terikat oleh suatu tugas
saja" Dia seorang patih yang bercita-cita besar, besar pula nafsu
keinginannya untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Pada suatu
saat, dimana karena tugas lain dia harus pindah dari Daha dan
pembangunan Daha mulai tersendat, maka pada waktu itulah
Wukir Polaman akan tampil untuk mengajak seluruh kawula Daha
bangkit kembali"' "Wah, hebat sekali impianmu itu" seru lelaki itu dengan nada
mencernoh. "Sudahlah, ki sanak, kiranya sudah terlampau cukup aku
memberi penjelasan" kata Nurwenda "sekarang jawablah
pertanyaanku. Siapa ki sanak ini dan apa maksud ki sanak berada
disini?" Sebelum lelaki itu menjawab, tiba-tiba Kuda Amerta berkata
"Ki sanak, setelah beberapa saat kuperhatikan gerak gerikmu,
sekarang aku ingat. Bukankah engkau ini yang bertemu dengan
aku ketika engkau masuk kealun-alun untuk menyerbu keraton?"
Pertanyaan Kuda Amerta itu telah menimbulkan kegemparan
hati sekalian orang. Mereka mencurah pandang ke arah lelaki itu
untuk menunggu jawabannya.
"Tanpa tedeng aling-aling lagi, ki sanak" kata lelaki itu "aku
memang yang bertemu dengan engkau pada malam itu"
Sekalian orang terkejut dalam tanggapan masing-masing.
Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya memancar sinar pada
matanya. Sinar harap akan kemungkinan yang sesuai dengan
keinginannya. Nurwenda meregang dahi, Silugangga terkesiap
dan Kuda Amerta merah wajahnya.
"Lalu apa maksud kedatanganmu?" tanya Kuda Amerta.
"Seperti orang-orang dari Wukir Polaman itu. Sayang mereka
bertindak lebih cepat dari aku"
"Hm, hendak mencegat aku?" Kuda Amerta menegas.
1176 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau tentu sudah mengerti sendiri"
"Baik" kata Kuda Amerta "aku harus mengucap terima kasih
kepadamu, ki sanak" "Mengapa?" orang itu terkesiap.
"Aku memang hendak mencarimu. Dan sekarang tanpa
bersusah payah, aku sudah dapat menemukan engkau di sini"
"Kuda Amerta, jangan tergesa bergembira dulu. T erus terang,
aku memang hendak mencarimu untuk memperhitungkan
peristiwa pada malam itu. Pertama, engkau telah menggagalkan
rencanaku. Kedua, karena u-lahnau maka aku sampai kehilangan
beberapa kawan. Oleh karena itu, aku sengaja menunggumu di
sini" "Jangan kuatir, ki sanak" sahut Kuda Amerta "aku takkan lari
dan akan menyambut keinginanmu. Tetapi apabila engkau benar-
benar seorang ksatrya, jawablah pertanyaanku"
"Mau bertanya apa lagi, engkau " Apakah engkau hendak
meninggalkan pesan agar kusampaikan kepada Rani Daha yang
engkau impikan itu?"
Merah-wajah Kuda Amerta. Namun dia berusaha untuk
menekan kemarahannya. "Siapakah namamu " Dan apa tujuanmu hendak membakar
keraton Daha?" "Aku Rudra, putera laksamana Rudraloka dari Daha yang
dihukum mati oleh raja Jayakatwang atas anjuran Ardaraja"
Terkejutlah sekalian orang-orang Wukir Polaman mendengar
keterangan itu. Serentak Kebo Aagun-angun pun berseru
gembira "Ki Rudra, jika demikian kita ini seperjuangan. Kami juga
putera keturunan dari senopati kerajaan Daha yang lalu"
"Siapa engkau, ki sanak?" tegur Rudra.
1177 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku Kebo Angun-angun" kata Kebo Angun-angun lalu
memperkenalkan kawan-kawannya "dan ini Kuda Sempalan
putera paman senopati Jaran Gayang, ini Lembu Nindra putera
mendiang senopati Mahisa Antaka, ini Gendring putera mendiang
senopati Pencok Sahang dan ini Nurwenda"
"Putera senopati siapa?" tegur Rudra.
"Haruskah setiap pejuang itu menyebutkan nama keturunannya " Adakan yang berhak berjuang itu hanya mereka
yang menjadi putera para senopati kerajaan Daha dulu?" jawab
Nurwenda. "Nurwenda, dia adalah kawan kita sendiri" seru Kebo Angun-
angun yang terkejut melihat sikap Nurwenda yang getas
terhadap Rudra. "Belum tentu, kakang Angun-angun" sahut Nurwenda "dia
telah salah menafsirkan pendirian Wukir Polaman, aku kuatir dia
memang berpendirian lain dengan Wukir Polaman"
"Benar" tiba-tiba Rudra menjawab "memang aku bukan warga
Wukir Polaman dan tidak sehaluan dengan Wukir Polaman"
"Tetapi ki Rudra" bergegas Kebo Angun-angun berkata
"tidakkah engkau juga berjuang demi kepentingan Daha"
"Ya" "Mengapa engkau tak dapat sejalan haluan dengan kita?"
tanya Kebo Angun-angun. Rudra gelengkan kepala. "Mengapa ?" ulang Kebo Angun-angun.
"Aku berjuang untuk kepentingan Daha tetapi bukan untuk
membangun kerajaan Daha warisan Jayakatwang. Melainkan
sebuah kerajaan Daha yang baru, yang dapat mengayomi
kesejahteraan kawula Daha dan membawa Daha ke arah
kejayaan" 1178 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami juga demikian !" seru Kebo Angun-angun.
"Tidak" bantah Rudra "kalian bercita-cita hendak membangun
kembali kejayaan kerajaan Daha sebagai kelanjutan dari
Jayakatwang. Tetapi aku hendak menuntut balas kepada
Jayakatwang dan Ardaraja. Mereka telah membunuh ramaku
secara tak adil!" Terkejut pula Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya
mendengar pernyataan Rudra yang sedemikian berapi-api itu.
"Ki sanak" seru Rudra pula dengan masih mengumandangkan
nada geram "siapa pimpinan Wukir Polaman yang menyebut
dirinya sebagai sang Manggala itu?"
"Kami sendiri tak tahu, ki sanak" sahut Kebo Angun-angun
"karena jarang sekali
dia menampakkan diri. Apabila mengadakan pertemuan dengan seluruh warga Wukir Polaman,
dia selalu mengenakan topeng"
"Bohong kalian !" bentak Rudra "mustahil seorang anggauta
tak mengetahui siapa dan bagaimana raut muka pimpinannya!"
"Tetapi kami memang sungguh tak tahu ..."
"Tak perlu panjang lebar memberi pernyataan, kakang Angun-
angun" tiba-tiba Nurwenda menukas "persoalan itu adalah
persoalan warga Wukir Polaman sendiri. Dia mau percaya atau
tidak, itu urusannya!"
."Hm, Nurwenda, engkau tampaknya seorang ksatrya jantan"
dengus Rudra. "Terserah" sahut Nurwenda "aku hanya menunggu saja apa
yang hendak engkau lakukan"
"Baik" jawab Rudra "nanti apabila urusan yang penting sudah
selesai barulah akan kuselesa ikan persoalan dirimu"
"Ki sanak" cepat Kebo Angun angun memutus karena kuatir
akan terjadi bentrokan antara Rudra dengan Nurwenda. Suatu
1179 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal yang tak diinginkan karena dapat memecah kekuatan mereka
untuk menghadapi Kuda Amerta "ingin kubertanya, kepentingan
apakah maka engkau hendak mengetahui nama pimpinan Wukir
Polaman?" "Aku mempunyai dugaan terhadap pimpinan itu" sahut Rudra
"apabila benar seperti yang kuduga, maka akan kuminta
kepadanya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya
dahulu" "Perbuatan apa?"
"Membunuh ramaku"
"O, engkau menduga dia itu baginda Jayakatwang?"
Rudra gelengkan kepala "Jayakatwang jelas sudah tewas di
dalam tawanan di Ujung Galuh"
"Pangeran Ardaraja?"
"Ya" jawab Rudra.
"Ah" desah Kebo Angun-angun "mungkinkah itu" Ah, tidak, ki
sanak. Dugaanmu itu tentu salah. Kabarnya pangeran Ardaraja
juga telah tewas waktu melarikan diri dari tawanan"
"Itu kabar orang tetapi dapatkah engkau membuktikan
kebenarannya?" balas Rudra.
Kebo Angun-angun tertegun diam.
"Ki sanak" kembali Nurwenda yang mewakili Kebo Angun-
angun berbicara "menurut keterangan seluruh warga Wukir
Polaman, memang tak seorangpun dari mereka yang pernah
melihat wajah pimpinan yang menyebut dirinya sebagai sang
Manggala itu. Itu memang benar !"
"Hm, apa maksudmu?"-
"Andaikata "kata Nurwenda "kuulangi lagi, andaikata sang
Manggala itu benar adalah pangeran Ardaraja seperti yang
1180 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau sangka, tetapi dia telah memimpin para ksatrya Daha
untuk berjuang mengembalikan kejayaan kerajaan Daha.
Mengapa engkau hendak membunuhnya " Camkanlah, ki sanak,
seluruh warga Wukir Polaman tentu takkan merelakan engkau
bertindak mengganggu pimpinannya!"
"Anakmuda, menilik pembicaraanmu dan nada suaramu,
engkau tentu seorang warga Wukir Polaman. Jika demikian,
silakan mendengar ikrarku ini. Aku, Rudra putera laksamana
Rudraloka, akan tetap mencari pimpinan Wukir Polaman. Apabila
dia benar pangeran Ardaraja maka aku akan menuntut balas
kepadanya. Bahwa seluruh warga Wukir Polaman termasuk
engkau, tak merelakan tindakanku, itu memang sudah menjadi
akibat yang harus kuhadapi" kata lelaki pendatang itu.
Kebo Angun-angun terkejut. Apabila pembicaraan antara
pendatang itu dengan Nurwenda berlangsung makin lama,
akibatnya tentu akan mencapai ketegangan. Dimana ketegangan
akan mencapai tilik tertinggi tentu takkan terhindar dari akibat-
akibat terjadinya suatu pertempuran secara jasmani atau
perkelahian. Kebo Angun-angun tak menginginkan hal itu terjadi.
Dia mempunyai rencana untuk merangkul Rudra dan kawannya
menjadi sekutu. Dalam hal itu dia akan memenuhi keinginan
Rudra untuk mempertemukannya dengan sang Manggala.
Walaupun dia sendiri tak tabu dimana sang Manggala berada, tak
tahu pula siapa sebenarnya sang Manggala itu, namun dengan
kesediaannya untuk membantu mewujutkan keinginan Rudra,
tentulah pemuda itu akan mau menjadi kawan.
Kebo Angun angun mempunyai pandangan bahwa Rudra itu
pantas dan wajib menjadi kawan. Bahkan apabila ternyata sang
Mmggala itu bukan pngeran Ardaraja, dia akan membujuk Rudra
supaya masuk rnenjadi warga Wukir Polaman. Diam-diam Kebo
Angun-angun memiliki cita cita untuk membangkitkan lagi
himpunan Wukir Polaman. Walaupun pernah pimpinan Topeng
Kelapa menemui sang Manggala untuk meminta restu dan
1181 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persetujuannya supaya mempercayakan perjuangan kepada
mereka para anakmuda, namun Kebo Angun-angun berpendapat
bahwa perjuangan untuk membangun kejayaan Daha, adalah
milik setiap putera Daha yang memiliki cita cita untuk
membebaskan Daha dan kekuasaan Majapahit. Perjuangan
adalah keinginan itu suara hati dan hati itu adalah kandungan
jiwa. Cita-cita dapat diwariskan atau diserah-terimakan kepada
angkatan muda dalam arti kata cara cara dan pelaksanaannya
secara jasmaniah. Orangtua yang sudah rapuh raga atau tak
mengidinkan keadaan jasmaninya, memang dapat menyerahkan
cita-cita perjuangan itu kepada yang muda. Agar yang muda
dapat melaksanakan cita cita peijuangan itu dengan semangat,
jiwa dan keadaan tubuh yang masih segar. Tetapi hal itu bukan
berarti bahwa c ita-cita perjuangan itu sudah hilang dari jiwa yang
tua, semisal benda yang diserahkan kepada orang lain. Cita-cita
perjuangan itu masih dan harus tetap dimiliki oleh yang tua, yang
muda dan setiap putera Daha. Demikian anggapan Kebo Angun -
angun. "Apa salahnya aku membangun lagi Wukir Polaman.
Disamping dapat merupakan dorongan dan memberi bantuan
kepada Topeng Kalapa, pun sebagai suatu penampilan yang
harus ditaulad oleh setiap pejuang. Bahwa yang disebut tua itu
adalah mereka yang sudah merasa tua, merasa loyo, merasa
hilang gairah hidupnya, lenyap temangat juang dan padam cita
cita perjuangannya" kata Kebo Angun-angun dalam hati. Diapun
berpendirian bahwa selama masih bernapas, o-rang harus
mempunyai gairah hidup, semangat dan cita-cita. Orang yang
kehilangan itu, dia tak ubah seperti mati dalam hidup atau mati
sebelum mati.
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah, ki sanak" katanya kepada Rudra "kita harus dapat
menarik garis tajam antara kepentingan peribadi dengan
kepentingan perjuangan. Menuntut balas atas kematian ramamu,
1182 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu urusan peribadi. Tiada seorangpun yang kuasa memberantas
keinginanmu itu. Tetapi kepentingan perjuangan, haruslah
engkau hayati" "Hai, apa maksudmu, ki sanak?" tegur Rudra.
"Aku ingin bertanya kepadamu" kata Kebo Angun-angun "dari
jawabanmu nanti, aku dan kawan-kawan akan menentukan sikap
kepadamu" "Apa yang hendak engkau tanyakan ?" seru Rudra.
"Apakah yang menjadi dasar perjuanganmu ?" kata Kebo
Angun angun "apakah engkau berjuang hanya untuk mencari
balas dendam atau untuk membangun kejayaan Daha" Ataukah
kedua-duanya" Aku minta petegasanmu, ki sanak"
Rudra terkesiap. Ia tak lekas menjawab melainkan merenung.
"Jika tujuan perjuanganmu itu hanya semata hendak mencari
balas kepada pangeran Ardaraja, silakan. Aku dan kawan-kawan
takkan melarangmu" "Bagaimana kalau pangeran Ardaraja itu ternyata pimpinan
Wukir Polaman yang menyebut dirinya sebagai sang Manggala itu
?" tanya Rudra. "Itu hak bagi segenap warga Wukir Polaman untuk
menentukan sikap, akan membela pimpinan mereka atau
merelakan kepadamu. Tetapi satu hal perlu kukatakan
kepadamu, bahwa Wukir Polaman itu merupakan wadah dari
para ksatrya Daha yang memiliki ilmu kedigdayaan. Bahwa
sebagai pimpinan Wukir Polaman, selain mempunyai kewibawaan
sebagai seorang pemimpin, diapun harus memiliki kedigdayaan
yang melebihi sekalian anakbuahnya. Demikian keadaan sang
Manggala" "Soal itu adalah menjadi hakku untuk menentukan pilihan,
menghadapinya atau mundur. Tetapi bagi Rudra, jika
1183 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan orang itu, hanya satu pilihan yang harus kutempuh.
Aku yang mati atau dia"
"Jangan kuatir, ki sanak" seru Kebo Angun-angun "sang
Manggala itu juga seorang ksatrya. Dia akan menyambut
kedatanganmu seorang diri dan tentu melarang warga Wukir
Polan an ikut campur dalam urusan peribadi itu. T etapi sekali lagi
kukatakan bahwa sang Manggala itu belum pasti tentu pangeran
Ardaraja" "Tentu saja aku mempunyai pertimbangan lain apabila sang
Manggala itu bukan pangeran Ardaraja"
"Ki sanak" kata Kebo Angun-angun "engkau belum menjawab
ketiga pertanyaanku tadi"
"Haruskah aku menjawab?" tanya Rudra.
"Apakah ki sanak takut untuk menjawab?" balas Kebo Angun-
angun "kurasa sebagai seorang ksatrya ki sanak tentu tak gentar
untuk menyatakan pendirian perjuangan ki sanak"
Rudra mengerut dahi. Ia berusaha untuk menyingkap apa
yang tersembunyi dalam pertanyaan Kebo Angun angun itu.
Beberapa saat kemudian baru ia menjawab.
"Ki sanak" katanya "perjuanganku adalah perjuangan sendiri.
Yang utama adalah untuk menuntut balas kematian ramaku. Dan
yang kedua, aku tak menyukai Daha dikuasai Majapahit"
"O, jika demikian kita mempunyai persamaan tujuan ki sanak!"
seru Kebo Angun-angun. "Hampir" sahut Rudra "tapi tak seluruhnya"
"Apa maksudkmu?"
"Aku tak menyukai Majapahit menguasai Daha. Daha harus
bebas dan berdiri sendiri. Tapi aku tak suka jika Daha diperintah
oleh keturunan Jayakatwang. Dalam hal ini, kurasa letak
perbedaannya. Bukankah Wukir Polaman menghendaki 1184 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangkitnya kerajaan Daha itu akan merupakan kesinambungan
dari keturunan Jayakatwang?"
Kebo Angun angun tertegun diam. Bahwa dalam hal itu, dia
merasa belum pernah ditegaskan dalam cita-cita perjuangan
Wukir Polaman. Ketiadaan penegasan itu, mudah ditafsirkan
bahwa perjuangan Wukir Polaman memang hendak membangun
pula kejayaan Daha dari keturunan Jayakatwang.
"Ah, hal itu, belum mutlak sebagai tujuan perjuangan Wukir
Polaman, ki sanak" katanya.
"Bohong !" hardik Rudra.
"Mengapa?" Kebo Angun-angun terkesiap.
"Nama himpunan Wukir Polaman itu diambil dari kakawin yang
ditulis raja Jayakatwang. Mustahil apabila himpunan Wukir
Polaman tidak berjuang untuk melanjutkan kelestarian kerajaan
Daha-Jayakatwang !" Kebo Angun-angun terbeliak. Memang ia sendiri-pun tak
menyadari akan hal itu. Dalam alam pikirannya, Wukir Polaman
berjuang untuk membebaskan Daha dari kekuasaan Majapahit.
"Ki sanak" katanya "aku tak memaksa engkau harus masuk ke
dalam kubu perjuangan kami. Soal yang engkau anggap berbeda
itu, bukan soalku seorang melainkan persoalan seluruh warga
Wukir Polaman. Tapi ingin kutandaskan kepadamu, bahwa dalam
dasar perjuangan yang pertama, kita dapat bersatu karena
setujuan yani hendak membebaskan Daha dari kekuasaan
Majapahit. Adakah engkau mau bekerjasama dengan kami atau
akan bekerja sendiri, terserah kepadamu"
Rupanya Kuda Amerta tak dapat menahan diri lagi. Ia anggap
pembicaran dari beberapa orang itu sudah terlalu menjenuhkan
"Kurasa cukuplah kalian berbincang-bincang itu. Katakan terus
terang, apa maksud kalian menghadang perjalananku ini?"
"Siapa yang engkau maksudkan?" tanya Rudra.
1185 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau dan orang-orang Wukir Polaman itu"
"Aku akan menjawab tentang diriku" sahut Rudra "sebenarnya
aku hendak mencari beberapa kawanku yang telah tercerai berai
dalam serangan semalam. Secara kebetulan aku bertemu dengan
engkau. Oleh karena itu, aku hendak menyelesaikan persoalan
kita semalam" "Engkau hendak melanjutkan pertempuran semalam?"
"Ya" sahut Rudra "adalah karena hendak menyerbu keraton
maka aku terpaksa meninggalkan engkau. Sekarang aku
mendapat kesempatan untuk berhadapan dengan engkau"
"Ya" "Bukankah engkau hendak mencari jasa kepada Rani Daha ?"
tegur Rudra. "Engkau tak berhak bertanya begitu. Itu urusanku, tiada
sangkut pautnya dengan engkau. Yang jelas karena engkau
hendak mengacau pura Daha, maka aku pun merasa wajib untuk
memberantasmu" "Apakah engkau kawula Daha?"
"Tiap kejahatan harus diberantas. Itu sudah menjadi dharma
seorang ksatrya" sahut Kuda Amerta.
"Ksatrya ?" seru Kebo Angun-angun mencemoh "katakanlah,
apakah tindakanmu membantu Daha itu memang menjalankan
dharma sebagai seorang ksatrya yang melakukan dharma
memberantas kejahatan ataukah sebagai seorang ksatrya yang
mengandung pamrih?" "Pamrih apa yang engkau maksudkan?"
"Setiap kawula Daha tahu bahwa seorang raden dari Wengker
Pendekar Bodoh 16 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Tembang Tantangan 26