Sumpah Palapa 20
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 20
yang bernama Kuda Amerta itu hendak merebut hati Rani Daha.
Nah, engkau tentu dapat memahami sendiri apa yang kumaksud
dengan pamrih itu" 1186 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diluar dugaan Kuda Amerta menjawab "Benar, memang aku
mempunyai pamrih. Setiap gerak, baik pemikiran maupun
tindakan, tentu mengandung pamrih. Tanpa pamrih tak mungkin
kita bergerak. Tetapi mengapa kita harus malu mengatakan hal
itu " Bukan suatu hal yang hina dan jahat apabila kita memiliki
pamrih yang baik. Engkau sendiri, ki sanak, kedatanganmu
kemari bukankah juga mempunyai pamrih " Pamrih itu pada
hakekatnya adalah tujuan"
"Memang sudah kuketahui bahwa engkau mempunyai pamrih
untuk mengarah Rani Daha"
"Salahkah itu" Adakah undang-undang yang melarang hal itu
" Tidakkah sudah wajar apabila seorang pria mempunyai pamrih
terhadap wanita?" "Benar" sahut Kebo Angun-angun "memang sudah sewajarnya
menurut kodrat hidup. Tetapi ada pula yang tak wajar apabila
seorang pria hendak memiliki pamrih terhadap seorang kenya
yang martabat, kedudukan dan keturunannya jauh lebih tinggi
dari dia. Mempunyai pamrih terhadap seorang ratu, memang
dapat mendatangkan kenikmatan hidup yang tiada taranya.
Kekayaan, kekuasaan dan kehormatan"
Terbeliak seketika mata Kuda Amerta mendengar kata-kata
Kebo Angun-angun "Jangan bermulut lancung, Kebo Angun-
angun" hardiknya dengan mata bersinar tajam "hubungan antara
pria dan wanita itu merupakan Rasa yang keramat dan suci.
Jangan engkau cemarkan dengan segala nafsu untuk
memperoleh harta, kekuasaan dan kedudukan"
Kebo Angun-angun tertawa "Engkau boleh mengatakan seribu
satu macam alasan, merangkai seribu satu kata-kata yang indah,
tetapi aku hanya melihat satu kenyataan. Kenyataan yang nyata"
"Kebo Angun-angun, aku meminta pertanggungan jawab atas
ucapanmu itu !" teriak Kuda Amerta marah karena tersinggung
dengan kata-kata orang. 1187 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tanpa engkau meminta, aku memang hendak memberikan
kepadamu. Pertanggungan jawabku sebagai seorang pejuang
Daha kepada orang yang jelas akan berdiri di fihak lawan" seru
Kebo Angun-angun. "Kakang Angun-angun" tiba-tiba Nurwenda membuka suara
pula "apakah tindakan kita ini sudah benar?"
"Apa maksudmu adi ?" tanya Kebo Angun-angun.
"Ki sanak ini bukan senopati Daha bukan pula seorang
narapraja Daha. Diapun tak pernah mengganggu sepak terjang
Wukir Polaman. Mengapa kita harus memusuhinya?"
"Ketahuilah, Nurwenda" seru Kebo Angun-angun "dia bercita-
cita hendak merebut hati Rani Daha. Jika kelak dia menjadi suami
Rani Daha, bukankah dia juga akan memberantas gerakan Wukir
Polaman?" "Kakang Angun angun" sahut Nurwenda "soal dia merebut hati
Rani Daha, adalah soal perorangan. Jangankan dia, pun setiap
prianom berhak untuk melakukan hal itu. Tetapi juga menjadi
hak Rani Daha sepenuhnya untuk menerima atau menolak.
Persoalan itu adalah persoalan peribadi diantara pria dan wanita"
"Nurwenda ...."
"Bahwa kelak dia akan menjadi suami Rani Daha, itu soal
kelak. Soal yang belum pasti. Terhadap soal kelak yang belum
dapat kita pastikan, mengapa sudah kita tindak sekarang ?" tukas
Nurwenda tanpa memberi kesempatan kepada Kebo Angun
angun mengerat pembicaraannya.
"Nurwend.. . . . ."
"Kurasa" cepat Nurwenda melanjut lagi "yang mutlak
berkepentingan dalam saat dan di tempat ini adalah ki sanak ini
dengan ki sanak yang itu "dia menunjuk Kuda Amerta kemudian
Rudra "kurasa biarlah mereka menyelesaikan persoalan mereka
dulu" 1188 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar" Rudra menanggapi "Silakan pergi orang Wukir
Polaman. Turutlah nasehat kawanmu yang bijaksana ini"
Merah muka Kebo Angun-angun menerima sindiran Rudra. Dia
memang tak setuju dengan pernyataan Nurwenda yang
dianggapnya lebih cenderung pada fihak Kuda Amerta. Sejak
bertemu dengan Nurwenda, sebenarnya Kebo Angun-angun
mengharapkan suatu tenaga yang berharga dari Nurwenda agar
dapat membantu melaksanakan perjuangannya. Tetapi ternyata,
sejak di Kahuripan yang lalu, Nurwenda sudah memperlihatkan
sikap dan ucapan-ucapan yang bertentangan dengan pendirian
Kebo Angun-angun. Dan sekarargpun pemuda itu kembali
memperlihatkan sikap dan ucapan yang tak menyetujui
tindakannya terhadap Kuda Amerta.
"Ki sanak" serunya kepada Rudra "jangan engkau memandang
rendah kepada orang Wukir Polaman. Sekalipun engkau berbalik
haluan memihak kepadanya, kami anak2 Wukir Polaman takkan
gentar menghadapi" "Tetapi apa yang dikatakan kawanmu tadi memang benar.
Yang mempunyai kepentingan besar di tempat ini adalah aku
dengan pemuda itu. Wukir Polaman tak perlu campur tangan"
kata Rudra. Kuda Angun-angun hendak membantah tetapi tiba-tiba Kuda
Sempalan yang berada di belakangnya, maju mendekat dan
membisiki beberapa patah kata kepada Kebo Angun-angun.
"Baiklah, ki sanak" akhirnya Kebo Angun-angun berseru
"silakan engkau menyelesaikan persoalan ini dengan dia. Karena
engkau secara langsung memang terlibat dalam persoalan
semalam. Tetapi kukatakan kepadamu, secara tak langsung
Wukir Pohman juga mempunyai kepentingan dengan dia. Setelah
engkau, maka kamipun akan bertindak"
"Ya, engkau memang pintar" ejek Rudra "tetapi tak apa. Aku
memang menghendaki yang pertama menghadapi pemuda itu"
1189 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun tak dikatakan dengan ucapan tapi Kebo Angun-
angun dapat menangkap arti dari ucapan Rudra yang memujinya
pintar. Rudra hendak mcncemoh bahwa Kebo Angun angun
memang sengaja supaya dia yang menghadapi Kuda Amerta
dulu. Siapapun yang menang tentu akan menderita luka dan
lelah. Pada saat itulah Kebo Angun-angun akan menyelesaikannya. Rupanya Kebo Angun-angun menyadari bahwa ucapannya tadi
telah dapat diselami Rudra. Ia merasa malu hati maka dengan
serempak diapun berseru kepada Kuda Amerta "Ki sanak, jelas
bahwa rombonganku dan ki Rudra ini sama-sama mempunyai
persoalan dengan engkau, Mungkin ki Rudra dapat membebaskan engkau tetapi aku dan kawan kawan tak mungkin.
Atau mungkin aku dan kawan-kawanku mau memberi ampun
kepadamu tetapi ki Rudra pasti tidak. Oleh karena itu, engkau tak
perlu mengharap suatu perdamaian dan harus memilih siapa
diantara kami berdua, ki Rudra atau rombonganku, yang hendak
engkau hadapi dulu. Tak perlu engkau berkecil hati. Apabila
engkau bertanding dengan ki Rudra, kami takkan membantu.
Demikian apabila engkau bertempur melawan aku, akupun tak
menghendaki ki Rudra membantu"
Kuda Amerta tertawa "Kebo Angun-angun, jangan engkau
bersikap seperti seorang yang bermurah hati. Aku tak meminta
belas kasihanmu untuk membebaskan aku. Terutama kepada dia"
ia menunjuk Rudra "aku memang hendak mencarinya"
"Ki Rudra" seru Kebo Angun-angun seraya berpaling
memandang Rudra "engkau dengar sendiri ucapannya" Jangan
engkau mengandung pemikiran bahwa aku mempunyai
perhitungan untuk memperoleh kemenangan. Tetapi dia memang
hendak menangkap engkau!"
"Jangan banyak cakap, minggirlah" teriak Rudra kepada Kebo
Angun-angun dan diapun terus hendak maju menghadapi Kuda
Amerta. 1190 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
."Adi, jangan engkau yang maju tetapi biarlah aku yang
menghadapinya dulu" tiba-tiba Kebo Bingar menyelinap maju ke
muka Kuda Amerta "engkau harus membayar jiwa dari kawan-
kawanku yang telah binasa dalam peristiwa kemarin malam"
Kuda Amerta memandang lekat kepada panantang-nya. Ia
merasa seperti belum pernah berhadapan dengan orang itu.
Kemungkinan Kebo Bingar tentu yang di hadang Mahendra.
Teringat akan Mahendra yang telah menderita luka, meluaplah
kemarahan Kuda Amerta "Baik, silakan memulai" serunya seraya
bersiap. Kebo Bingar memiliki tenaga kuat. Ia mengandalkan
pukulannya yang pernah dilatihnya sehingga mampu memukul
hancur segunduk batu karang sebesar kepal kerbau. Dada Kuda
Amerta menjadi pusat sasaran yang akan di arahnya. Krakkkk ....
Ia terkejut ketika Kuda Amerta tidak menghindari melainkan
menyongsong dengan pukulan juga. Dua kerat tulang keras yang
saling beradu telah menimbulkan bunyi menderak yang keras.
Keduanya terhenti tegak di tempat masing-masing. Sepintas
keduanya memiliki tenaga yang berimbang. Hanya keduanya
merasakan penceritaan yang agak berbeda. Wajah Kuda Amerta
merah padam, dahi Kebo Bingar mengucurkan keringat.
Keduanya tertegun dalam keheranan. Kuda Amerta terkesiap
karena nyata lawan memiliki pukulan yang amat kuat sekali.
Sedang Kebo Bingar kesima karena pukulannya dapat ditahan
lawan. Menilik perawakannya, Kuda Amerta itu seorang pemuda
yang tak memiliki tubuh yang berotot keras tetapi ternyata
mampu membendung pukulannya.
"Pukulanmu hebat benar, ki sanak" sesaat kemudian Kuda
Amerta berseru memuji. "Cobalah terima yang ini" Kebo Bingar menyambut dengan
sebuah pukulan yang lebih keras lagi ke arah kepala lawan.
1191 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Uh ...." harapannya lawan akan menangkis lagi ternyata tak
terlaksana. Tubuh lawan menyelinap ke samping sehingga
pukulan Kebo Bingar jatuh ke tempat kosong.
Pukulan yang kena pada sasaran, walaupun sasaran itu benda
yang keras, memang menimbulkan rasa sakit tetapi puas.
Sedangkan pukulan yang jatuh di tempat koonsr, walaupun tidak
sakit tapi mnimbulkan sakit dalam perasaan karera penasaran.
Demikian dengan Kebo bingar. Ia merasakan penasaran yang tak
tersaluritu menimbulkan rasa sakit dalam hati, lebih sakit dari
ketika pukulannya beradu dengan pukulan Kuda Amerta.
Rasa tak puas karena menghantam angin telah menghambat
gerakannya. Ketika ia menyadari akan kemungkinan lawan
menyerangnya dari samping, ternyata sudah terlambat. Sesaat
dia hendak berkisar tubuh, lehernya telah ditepis oleh sebuah
tangan yang kuat sekali. Seketika ia rasakan darahnya berhenti,
napas sesak dan pandang matanya berbinar-binar, kesadarannya
merana .... "Kakang Bingar!" teriak Rudra yang menyaksikan keadaan
Kebo Bingar sesaat menderita dari tangan Kuda Amerta yang
menepis leher lawan. Kebo Bingar terhenyak. Ia menyadari apa yang telah
dideritanya. Tetapi sebelum ia sempat bergerak, tinju Kuda
Amerta telah mendarat di lambungnya, dukkkkk ....
Bagai pohon pisang ditebang, maka rubuhlah Kebo Bingar
menjerebah di tanah. (Oo-dwkz-ismo-oO) 1192 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 16 1193 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 1194 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Setelah gagal dalam serangannya ke keraton Daha, Rudra
terpaksa meninggalkan Rurnpung yang terluka. Juga Galar yang
tiba-tiba menyusut, dalam pertempuran walaupun dia berhasil
melukai lambung Mahendra, tetapi akhirnya dia rubuh dan
dibunuh oleh prajurit Daha.
Waktu Rudra dan Rurnpung menyelinap maju ke arah keraton,
dia meninggalkan Galar dan Sanca menghadapi pemuda tampan
yang menghadang di pintu gapura. Pemuda itu tak lain adalah
raden Kuda Amerta. Galar sangat bernafsu sekali, la tinggalkan Sanca untuk
menghadapi Kuda Amerta, terus lari menyusul Rudra dan
Rurnpung. Melihat itu Kuda Amerta agak gugup. Ia memutuskan
untuk segara menyelesaikan pertempurannya dengan Sanca.
Sanca sendiripun kurang bernafsu untuk menghadapi Kuda
Amerta. Ia juga ingin menyusul dan menggabungkan diri dengan
Rudra. Dalam sebuah kesempatan, Kuda Amerta melepaskan sebuah
tendangan yang tepat mengenai paha Sanca sehingga Sanca
terlempar beberapa langkah. Sehabis itu Kuda Amerta terus
berputar diri dan lari ke arah keraton. Dia ingin mencegah
kawanan yang hendak menyerang keiatcn.
Kesudahan dari pertempuran di halaman pura istana, Galar
mati, Sanca terluka dan melarikan diri. Hanya Rudra yang masih
selamat. Namun karena melihat suasana tak menguntungkan,
terpaksa dia juga meloloskan diri. Sepanjang ma lam itu dia
berusaha untuk mengumpulkan kawan-kawan. Yang berhasil
didapatkannya adalah Sanca dan Kebo Bingar.
1195 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah beristirahat beberapa scat, pagi itu mereka bertiga
berusaha untuk mencari hubungan dengan kawan-kawan yang
bertugas untuk menyerang dari beberapa arah. Sesaat dia dan
Kebo Bingar, Sanca, sedang beristirahat dalam sebuah hutan
dalam rangka mencari kawan-kawan yang lain, mereka
mendengar derap seekor kuda menyusur jalan. Dengan cekatan
mereka bersembunyi di balik gerumbul pohon. Mereka terkejut
ketika melihat seorang pemuda tampan seorang diri tengah
mencongklangkan kuda. "Raden" bisik Sanca "agaknya pemuda itulah yang semalam
bertempur dengan aku"
"Hm, jika begitu, kita hadang dia" kata Rudra seraya hendak
beringsut. Tetapi tiba-tiba muncullah rombongan Kebo Angun-
angun menghadang pemuda tampan itu. Semua pembicaraan
yang berlangsung antara Kebo Angun-angun dan Kuda Amcrta
telah didengarnya. Rudra terkejut ketika mengetahui bahwa Kuda
Amerta itu adalah prianom yang disebut-sebut sebagai calon
suami Rani Daha. Sebelum sempat menentukan langkah, Rudra heran dan
terkejut mendengar ucapan Nurwenda yang bernada lain
daripada pendirian Kebo Angun-angun. Serentak diapun keluar.
Demikian asa l mula Rudra dan kedua kawannya tiba-tiba muncul
di hutan itu. Ketika semalam bertempur di alun-alun, Sanca telah
menderita kekalahan. Pahanya termakan tendangan Kuda
Amerta. Sebenarnya bal itu, menurut perasaannya, takkan terjadi
apabila saat itu pemusatan pikirannya tak terbelah. Dia memang
hendak cepat-cepat menghindari serangan Kuda Amerta agar
dapat menyusul Rudra. Maka waktu melihat Kebo Bingar
terbanting ke tanah, Sancapun cepat mengayunkan tubuh
menerjang Ku ia Amerta "Jahanam, akan kuremuk tulang
belulangmu" 1196 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda Amerta terpaksa loncat mundur "Hm, engkau lagi.
Apakah engkau ingin merasakan kakiku lagi seperti semalam?"
serunya mencemoh. Sudah barang tentu Sanca merah mukanya. Di hadapan Rudra
dan beberapa orang dari Wukir Polaman, kata kata Kuda Amerta
itu jauh lebih sakit rasanya daripada jika ditusuk ujung pedang
"Keparat, aku akan mengadu jiwa dengan engkau !"
Kuda Amerta cepat dapat menyimak bahwa Sanca itu seorang
berangasan atau penaik darah. Dan tersenyumlah ia dalam hati
Kemudian berseru "Mengadu jiwa " Ah, tak sepadan apabila
jiwaku harus bertukar dengan jiwamu"
Demikian keduanya terlibat dalam pertempuran yang cukup
seru. Namun karena tak dapat menguasai kemarahannya,
gerakan Sanca tampak amat bernafsu sekali. Dia lebih
mengutamakan menyerang daripada memperkokoh pertahanan.
Pada hal dalam pertempuran antara dua musuh yang berimbang
kekuatannya, apalagi kalau musuh lebih tinggi kepandaiannya,
tentulah akan menderita kalau sampai diserang. Memang Sanca
berpegang pada suatu ajaran yang pernah diucapkan gurunya
bahwa menyerang itu merupakan pertahanan yang baik. Tetapi
dia lupa bahwa menyerang dengan nafsu amarah yang meluap-
luap, bukan merupakan pertahanan yang baik melainkan
serangan yang lebih cenderung disebut membabi buta.
Rudra mengikuti pertempuran itu dengan penuh perhatian. Ia
terkejut ketika dalam saat itu Sanca merentang kedua tangan
untuk menggunting leher lawan. Pada hal Kuda Amerta berada
jarak yang dekat di hadapannya "Celaka" Rudra mengeluh dan
hendak berseru memberi peringatan. Tetapi terlambat.
Terdengar bunyi berdegup ketika tinju Kuda Amerta mendarat
tepat di perut Sanca "Auhbhhh ..." Sanca menguak dan menggeliat ke belakang,
terbanting bagai batang pohon ditebang.
1197 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akulah lawanmu, jahanam" Rudra loncat menikam lambung
Kuda Amerta. Kekalahan yang diderita kedua kawannya,
menyebabkan Rudra merah matanya. Dia mencabut pedang dan
terus menusuk. "Ah, engkaulah biangkeladi yang hendak kutangkap" seru
Kuda Amerta seraya berkelit ke samping, berputar tubuh dan
menepis lengan lawan. Ketiga gerakan itu dilakukan hampir
serempak dalam sebuah gerak. Cepat dan indah sekali.
Namun Rudra lain dengan Kebo Bingar dan Sanca. Rudra
bekas laksamana kerajaan Daha itu memiliki ilmu kanuragan
yang tinggi dan ilmu bermain pedang yang mengejutkan. Menarik
lengannya ke belakang, ia lanjutkan pedang untuk menabas
paha. Dan ketika Kuda Amerta beringsut mundur selangkah,
cepat sekali pedang Rudra sudah berganti membabat pinggang.
Pada waktu Kuda Amerta terpaksa mundur selangkah, Rudra
membolang baringkan pedang dan menyambar ke arah leher
Kuda Amerta. Serangan yang serba cepat tan berbahaya itu
terpaksa membuat Kuda Amerta harus berloncat dan bergeliatan
ke samping. Namun sekali sudah menguasai lawan dalam lingkup
serangan pedangnya, Rudra tak mau memberi ampun lagi.
Diserangnya priagung muda dari Wengker itu dengan gencar
sekali. "Hebat" gumam Kebo Angun-angun dalam hati dan
memancarlah wajahnya dengan sinar yang cerah. Dia memang
lebih menyukai apabila Rudta yang menang. Demikian pula
dengan kawan-kawannya kecuali Nurwenda seorang. Anakmuda
itu tampak kerutkan dahi dan bergumam pelahan
"Tidak adil" "Apa katamu, adi" " tegur Kebo Angun-angun.
"Kukatakan pertempuran itu tidak adil, berat sebelah. Rudra
menyerang dengan pedang sedang raden itu bertangan kosong"
1198 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan salah Rudra tetapi salah pemuda Wengker itu" bantah
Kebo Angun-angun "jika tahu kalau lawan menggunakan senjata
mengapa dia tak mau mencabut senjatanya juga?"
"Ah, disitulah letak perbedaan martabat seseorang" jawab
Nurwenda. "Apa maksudmu?"
"Raden itu hendak mengunjukkan laku seorang ksatrya.
Sebelum kulit lecet, tak mau menghunus senjata. Dan Rudra
membuktikan tingkah seorang jagoan. Hendak menang tanpa
menghiraukan tata santun"
"Dalam pertempuran, yang penting menang"
"Tetapi merebut kemenangan harus dengan secara gemilang"
"Aku tak mengerti maksudmu"
"Kemenangan adalah idaman dari setiap orang yang sedang
bertanding adu kanuragan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari,
kita selalu ingin menang dari o-rang lain. Itu memang baik asal
kemenangan itu direbut secara wajar" kata Nurwenda "yang
kumaksudkan dengan secara wajar adalah, apabila dalam
pertempuran dilakukan dengan cara yang adil dan tidak curang
sehingga lawan benar benar tunduk dalam ucap dan hatinya. Ia
harus merasa kalah karena kalah tinggi kepandaiannya. Demikian
halnya dalam kehidupan so-hari-hari terutama dalam percakapan
tentang sesuatu masalah, haruslah orang lain tunduk .karena
mengakui kebenaran dari apa yang kita kemukakan"
"Ah, engkau terlalu murni, adi. Dalam kehidupan yang
sebenarnya, rabanya jarang bahkan dapat dikatakan tak ada
o;ang yang mau berbuat seperti itu"
"Tidak, kakang Angun-angun" bantah Nurwenda "yang
mencemarkan kemurnian alam kehidupan tak lain adalah kita-kita
manusia ini juga. Padahal sudah tahu jelas bahwa apa yang kita
1199 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lakukan itu adalah cemar dan kotor serta curang, tetapi mengapa
orang masih mau melakukannya?"
"Sekarang engkau dapat berkata begitu, adi. Tetapi cobalah
beberapa tahun lagi apabila engkau sudah kenyang dalam
pengalaman berkelana di masyarakat ramai. Tentu akan lain pula
pendapatmu" "Sebenarnya setiap orang pasti tahu tentang pencemaran itu.
Tetapi mengapa mereka tetap mau melakukannya " Tak lain
karena hal-hal yang cemar dan curang itu lebih menguntungkan,
bukan?" Kebo Angun angun terbeliak.
"Seperti awan gelap tentu lebih perkaya dan menyeramkan,
demikian dengan perbuatan yang cemar dan curang tentu lebih
menonjol dan menguntungkan. Tetapi penonjolan atau
keuntungan yang cemar dan curarg tidak akan membawa
bahagia dan sejahtera. Dia akan dikejar oleh bayang-bayang
kecemasan dan ketakutan tentang perbuatannya itu"
"Sud . . . hai! " tiba tiba Kebo Angun-angun menjerit tertahan
karena menyaksikan peristiwa yang berlangsung dalam
gelanggang saat itu "ah, sayang, sayang !"
Ternyata pada saat itu telah terjadi adegan yang
menegangkan seiiap hati orang. Pedang Rudra hampir berhasil
menahas kepala Kuda Amerta tetapi Kuda Amerta masih sempat
mengisarkan kepala ke samping sehingga luput dari bencana
maut. Namun sekelumit kain baju pada bahunya yang kiri telah
terkupas, berikut dengan kulit dagingnya.
Memang luka itu tak berarti tetapi cukup membuat Kuda
Amerta menderita seiikit nyeri kesakitan. Kini diapun bangkit. Dia
menyadari bahwa amat berbahaya melawan seorang musuh yang
menggunakan senjata apabila dengan tangan kosong. Serentak
ia melolos sabuk pinggang yang terbuat daripada kulit ular.
1200 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Piak, plak, plak ... berulang kali pedang Rudra dibabatnya
dengan ujung sabuk sehingga pedang dapat dihalaunya. Dan
setiap kali dapat menghalau tentu dilanjutkan pula dengan
sabatan ke arah tubuh lawan sehingga lawan dnpat dipaksa
untuk menghindar. Kini jalan pertempuran berbalik keadaannya.
Jika tadi Kuda Amerta yang menjadi fihak diserang kini dia
berbalik menyerang. Diam diam Rudra terkejut. Jelas dilihatnya bahwa lawan hanya
menggunakan sabuk kulit tetapi mengapa setiap kali pedang
tersabat, ia rasakan lengannya bergetar dan pedang itupun
tersiak. "Hm, masakan sabuk kulit mampu menahan tabasan pedang"
pikirnya. Dan ia laksanakan angan-angannya itu ketika dengan
sebuah gerak seperti hendak menusuk, pada saat sabuk
melayang hendak menampar, pedangpun ditarik setengah jalan
terus dibabatkan sekuat-kuatnya, cret.....
Kuda Amerta terkejut karena termakan siasat lawan. Cepat dia
dapat mengetahui apa yang sesungguhnya dikehendaki Rudra.
Diam-diam ia tersenyum "Jangankan hanya pedang dari besi
baja, sekalipun pedang pusaka juga tak mampu menahas putus
sabukku" katanya dalam hati.
Sabuk pinggang itu terbuat daripada kulit ular naga berumur
ratusan tahun yang pernah menggemparkan kerajaan Wengker.
Ular naga itu bertapa di sebuah gua di lereng gunung Seribu,
dekat pantai laut selatan.
Daerah Wengker penuh dengan orang sakti. Ada sebuah
wisma yang disebut Pantyaraga, dimana sering diselenggarakan
pertandingan adu ketangkasan dan ulah kanuragan. Rakyat
Wengker memang gemar ilmu kanuragan sehingga banyaklah
berdiri padepokan-padepokan perguruan ilmu kanuragan.
Beberapa jago yang terkenal sakti, bahkan beberapa kepala
padepokan msndengar kabar tentang ular naga itu, segera
1201 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha untuk membunuhnya. Sebenarnya ular naga itu tidak
mengganggu rakyat. Tetapi memang sudah menjadi aliran yang
berlaku di kalangan kaum pendekar, mereka berlomba-lomba
untuk mengunjukkan kepandaian dan gemar sekali melakukan
sesuatu yang luar biasa dan menimbulkan kekaguman orang.
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena selalu diganggu orang, ular naga itu pun marah. Setiap
ada orang yang berani mengusiknya, dia segera menyemburkan
uap beracun sehingga banyak korban yang berjatuhan.
Peristiwa ular naga itu menjadi buah tutur seluruh kawula
Wengker. Ramanda Kuda Amerta amat perhatian sekari akan
peristiwa itu. Sebagai seorang kepala daerah, sudah tentu dia
mengambil tindakan. Pernah dicobanya untuk mengirim pasukan
bersenjata lengkap menumpas ular naga itu tetapi tetap tak
berhasil. Bahkan banyak prajurit prajurit yang mati.
Sejak itu rama Kuda Amerta tak mau melanjutkan usahanya
membinasakan ular naga itu. Pikirnya, asal tidak diganggu,
tentulah ular naga itu takkan mengamuk. Maka diapun melarang
rakyat datang ke gua tempat ular naga bertapa itu.
Tetapi ular yang sudah bertapa itu terlanjur tergoda oleh
hawa kemarahan. Dan diapun tak dapat mengendalikan diri lagi.
Dia ingin membinasakan manusia-manusia yang telah mengganggunya. Dia sering ke luar untuk me lalap ternak dan
menyambar manusia. Rakyat yang tinggal di sekitar tempat itu
ketakutan dan mengungsi ke lain tempat.
Pada suatu hari raden Kuda Amerta bermimpi aneh. Dia
menerima kunjungan seorang tua renta yang berkulit hijau tua
"Raden, kakek hendak minta pertolonganmu. Maukah engkau
melakukannya?" kata kakek tua renta itu dalam impian Kuda
Amerta. "O, tentu eyang, hamba tentu akan membantu permintaan
eyang. Tetapi apakah yang hendak eyang perintahkan kepada
hamba?" tanya Kuda Amerta.
1202 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebelum melanjutkan dalam pembicaraan ini, perkenankanlah
eyang bertanya kepada raden"
"Silakan, eyang"
"Apa laku dharma seorang ksatrya itu, raden?"
"Menolong orang yang berada dalam kesulitan, memberi air
kepada yang dahaga, memberi penyuluh kepada yang gelap,
menjalankan dharma kebaikan"
"Bagus, raden. Seorang ksatrya harus mau memberi
pertolongan kepada orang yang memohonnya, bukan?"
"Demikianlah, eyang"
"Baik" kata kakek tua renta itu "eyang mohon pertolongan
agar raden suka membebaskan penderitaan eyang"
"O, apakah eyang sedang menderita sesuatu" Kiranya
penyakit atau apakah yang sedang diderita itu?"
"Bukan" sahut kakek tua renta "bukan penyakit yang eyang
derita melainkan kejemuan"
"Kejemuan?" "Ya" "Eyang merasa jemu dalam soal apa?"
"Hidup....." "Hdup" Eyang jemu hidup?" Kuda Amerta terkejut.
"Begitulah, raden" sahut kakek tua renta itu "eyang sudah tua
renta, rasanya tulang belulang eyang sakit sekali"
"Berapakah usia eyang?"
"Tepatnya tak tahu tetapi sudah beratus-ratus tahun kiranya
eyang melihat sinar surya itu. Sudah berulang kali eyang bertapa
dan dapat memperoleh keremajaan lagi. Tetapi apa guna bidup
1203 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus menerus begitu " Eyang sudah jemu hidup begitu dan
eyang ingin mati" Kuda Amerta terbeliak. Umur kakek itu sudah ratusan tahun "
Dia dapat bertapa untuk mendapat keremajaan kembali " Aneh.
"Eyang, hamba kurang jelas apa yang eyang maksudkan
dengan cara eyang bertapa untuk memperoleh kemudaan
kembali itu" "Itulah karunia Hyang Murbeng-gesang kepada titahnya,
raden. Aku dikaruniai suatu sarana untuk mendapat kembali
kemudaan dengan cara bertapa. Tetapi manusia seperti engkau,
tentu tak mungkin dapat melakukannya, raden"
"Jika eyang memiliki ilmu kesaktian sedemikian mengapa
eyang merasa jemu hidup" Bukankah eyang dapat bertapa untuk
memperoleh kemudaan lagi?"
"Ah, apa guna raden. Bermula memang merasa bahagia
karena memiliki ilmu itu. Tetapi setelah berulang kali
mendapatkan kemudaan, akhirnya eyang merasa hambar. Hidup
eyang tak lain dan tak bukan hanya begitu-begitu saja"
"Ah" Kuda Amerta mendesah heran "hamba tak mengerti
mengapa eyang berputus asa dan merasa hambar akan
kehidupan. Padahal Eyang Widdhi telah mengaruniai banyak
sekali kenikmatan-kenikmatan hidup yang tiada taranya"
"Benar" jawab kakek tua renta itu "memang manusia diberkahi
dengan kenikmatan-kenikmatan yang luar biasa oleh Dewata
Agung, Aku sungguh mengiri oleh karena itu aku jemu pada
hidupku yang sekarang ini. Maukah raden menolongku?"
"Apa yang eyang kehendaki?"
"Bebaskanlah aku. raden"
"Apa maksud eyang?"
"Bunuhlah aku, raden"
1204 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda Amerta terkejut sekali. Tak pernah ia menduga akan
menerima percintaan sedemikian aneh dari kakek tua renta itu
"Membunuh eyang?"
"Ya" "Mengapa eyang menghendaki demikian?"
"Aku mendapat kebebasan dan kelak dapat menitis kembali
sebagai mahluk yang lebih sempurna"
"Eyang" kata Kuda Amerta "sudah berulang kali eyang
mengatakan bahwa eyang tidak dapat menikmati kehidupan
sebagai manusia. Sungguh heran hamba mendengarnya.
Bukankah eyang itu juga seorang titah manusia seperti diri
hamba?" Kakek tua renta itu tertawa parau "Raden, cobalah pandang
daiku dengan seksama"
Kuda Amerta memandang kakek tua itu lekat-lekat. Serentak
terbelalaklah dia "Engkau . . . engkau . . bukan manusia . ."
"Tenanglah raden" kata kakek tua itu "memang aku bukan
titah manusia seperti raden. Akulah ular naga yang berada dalam
gua pegunungan Sewu itu, raden"
"Lalu apa maksud kedatanganmu menemui aku?" tanya Kuda
Amerta. "Seperti telah kukatakan kepada raden tadi. Aku hendak
mohon pertolongan raden untak menyempurnakan diriku agar
dapat mencapai kebebasan"
"Ah" Kuda Amerta mendesah
"O, adakah raden hendak menarik kembali janji yang telah
raden berikan kepadaku tadi?"
1205 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi jiwamu bukanlah pemberianku. Mengapa engkau
meminta aku yang mengambilnya" Mengapa engkau tak
mercohon kepada Dewata Agung untuk menyerahkan jiwamu?"
"Raden" kata kakek tua yang ternyata penjelmaan dari seekor
ular naga "segala sesuatu telah digariskan oleh Hyang Agung.
Jodoh, mati dan segala sesuatu dalam kehidupan kita. Berpuluh
tahun aku bertapa mencari kesempurnaan untuk mencapai
derajat yang lebih tinggi dari martabat diriku dalam kehidupan
sekarang ini. Akhirnya aku memperoleh wangsit dari dewata.
Bahwa kelak yang dapat menyempurnakan cita-cita itu tak lain
seorang prianom agung dari timur gunung Lawu. Ciri-cirinya,
priagung muda itu seorang ksatrya yang luhur budi dan kelak
akan menjadi suami seorang ratu"
"Ah" Kuda Amerta mendesah.
"Dialah yang dapat menyempurnakan keinginanku"
"Tetapi bagaimana engkau dapat memastikan bahwa prianom
itu adalah diiiku?" tanya Kuda Amerta.
"Raden" kata kakek tua renta itu pula "aku hendak bercerita.
Mungkin raden percaya, mungkin tidak. Tetapi bagiku, apa yang
kuceritakan ini memang benar-benar kulakukan dan kualam i"
Kuda Amerta mengangguk. "Dalam mencapai tingkat tertinggi dari tapa pati-raga, yang
kulakukan puluhan tahun, suksmaku dapat melayang keluar dari
ragaku ....." Kuda Amerta tidak terkejut. Dia memang pernah mendengar
keterangan gurunya bahwa memang pada tingkat tertinggi dari
auatu tapa pati-raga, suksma akan dapat melayang meninggalkan raga. Dan dalam tingkat kelanjutannya, suksma itu
akan masuk ke dalam raga lain. Ilmu itu disebut Ngraga suksma
atau memberi raga kepada suksma.
1206 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suksmaku melayang-layang, mengarungi dirgantara yang
tiada ujuag pangkatnya. Aku hendak mencari prianom yang akan
menjadi juru pembebasanku itu"
"Ketika melayang-layang di pura ini, aku terkejut ketika
melibat secercah sinar putih mencuat ke angkasa. Ketika
kudekati, pandang mataku silau. Dan ketika kucoba menyentuhnya, aku merasa jiwaku hancur lebur dan tahu-tahu
akupun berada kembali dalam gua pertapaanku. Beberapa malam
aku melakukan penyelidikan sinar putih yang sakti itu. Akhirnya
aku berhasil menemukan bahwa sinar putih itu tak lain berasal
dari pancaran suksmamu, raden"
"Dan engkau lalu yakin kalau aku pasti dapat membunuhmu?"
"Jika tiada memiliki keyakinan itu. langka apabila aku sengaja
memerlukan menghadap raden seperti saat ini"
"Ah" Kuda Amerta mendesah.
"Raden, kumohon janganlah raden menolak permohonanku.
Karena dengan mengabulkan hal itu berarti raden telah berbuat
suatu kebaikan karena menyempurnakan kebebasanku. Dan
kelak aku pasti akan membalas budi raden"
Kuda Amerta terdiam. Dia tengah merenungkan cerita kakek
tua itu "Ah, ternyata dia seekor ular naga yang ingin melepaskan
diri dari kodrat penjelmaannya sekarang dan ingin mencapai
derajat yang lebih tinggi. Jika demikian apa salahnya apabila
kululuskan permintaannya?" katanya dai m hati.
"Tetapi dia tak bersalah dan tidak mengganggu aku. Mengapa
aku harus membunuhnya?" pada lain saat berbantahlah hatinya.
"Raden . . . ."
"Ah, tidak. Jiwamu adalah pemberian Hyang Murbeng-gesang.
Kembalikanlah kepadaNYA. Mohonlah pengampunan kepadaNYA"
"Jadi raden menolak?"
1207 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan, aku bukan menolak tetapi aku merasa tak berhak
melakukan hal itu" "Kutegaskan, raden. Bahwa hal ini adalah dari permohonanku.
Maka segala tanggung jawab akan akibatnya adalah padaku. Dan
jika raden berkenan merenung ajaran dan wejangan bapa guru
raden tentang ilmu Kesejatian hidup, tentulah raden akan
teringat kepada sifat dan makna Hidup itu"
"Bagaimana maksudmu?"
"Bahwa yang sebenarnya hidup itu adalah sang Atma atau
sifat daripada ke-Aku-an kita setiap manusia. Untuk menjelma
sebagai bentuk manusia maka diberilah Atma itu sebuah wadah
sebagai bentuk perwujutan tubuh dan raga kita ini. Tubuh atau
raga merupakan benda. Dan setiap benda, tentu bersifat tidak
langgeng. Oleh karena itu sesuai dengan kodrat Praki-tri maka
tubuh kitapun akan lapuk dan rapuh. Tetapi sang Atma akan
tetap hidup menurut kodrat dharma dan amal atau karma dalam
kehidupannya yang baru saja berakhir itu"
"Oleh karena itu raden, apabila raden saat ini sudah teringat
akan wejangan itu, kukira tiadalah hal-hal yang harus
memberatkan pikiran raden untuk menyempurnakan diriku.
Bahkan dengan amal raden itu maka raden telah melakukan
suatu karma baik karena telah menolong diriku dari derita
kehidupan sekarang ini"
Masih Kuda Amerta berdiam diri walaupun kesadarannya
sudah mulai tersibak. "Ah, kurasa raden tentu dapat mengerti akan jalan pikiran
seorang yang ingin mencari jalan ke ke matian seperti diriku ini.
Misalnya raden tetap enggan membunuh aku karena raien
merasa bahwa aku tidak bersalah kepada raden. Tetapi tidakkah
raden sependapat dengan aku, bahwa dalam rangka untuk
mencari kematian itu aku dapat berbuat segala apa, termasuk
mengganggu dan bersalah kepada raden. Dalam keadaan seperti
1208 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, kurasa raden pasti akan menindak aku dan akhirnya tiba juga
pada saatnya raden pasti akan membunuhku seperti yang saat ini
ku mohonkan kepada raden"
Kuda Amerta tertegun. Apa yang dikatakan kakek itu memang
benar. T etapi dia mempunyai pertimbangan. Pertama, benarkah
dia ditakdirkan Hyang Agung sebagai juru pembebas dari ular
itu" Haruskah ia mempercayai cerita kakek itu secara
keseluruhan" Kedua, baik kakek tua itu penjelmaan dari ular
naga atau bukan, tetapi kakek itu tak bersalah, mengapa dia
harus membunuhnya"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Raden, aku tak dapat
lama2 menghadapmu" seru
kakek tua "pertimbangkanlah
permohonanku. Hanya aku ingin memberimu rahasia dari
kematianku. Hal yang perlu
engkau ingat jika nanti engkau akan membunuhku. Rahasia kematianku adalah
dipangkal lidahku. Jika engkau
panah, aku pasti mati"
Habis berkata lenyap kakek
itu. Kuda Amerta terjaga dari
tidurnya. Sampai terdengar
ayam berkokok dia masih merenungkan impiannya itu.
Laporan dari penduduk yang diserang ular naga itu
makin hari makin meningkat.
Bahkan ular naga itu sudah
sampai puncak kejahatannya,
yalah memakan manusia. Akhirnya Kuda Amerta mohon idin
kepada ramandanya untuk membasmi ular itu. Dan akhirnya
1209 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pertempuran yang cukup menegangkan hati, dapatlah
Kuda Amerta memanah pangkal lidah ular itu. Seketika ular itu
menyurut, melingkar dan tak bergerak lagi. Ketika ditinjau
ternyata ular itu sudah mati.
Suatu keanehan rneliputi kematian ular naga itu. Dagingnya
sudah hancur lenyap, yang tinggal hanyalah selongsong kulit.
Kuda Amerta suruh orang membuat-sabuk pinggang dari ekor
kulit ular itu. Demikian sekelumit kisah asal usul sabuk pinggang Kuda Amerta yang tak mempan ditabas pedang Rudra. Setelah menggunakan sabuk pinggang dapatlah Kuda Amerta mendesak dan menguasai perma inan pedang lawan. Dan pada suatu kesempatan, Kuda Amerta berhasil menyabut jatuh pedang Rudra. "Pengacau, terimalah kematianmu!" Kuda Amerta
maju menghampiri dan ayunkan sabuk pinggangnya. Saat itu Rudra tegak tertegun. Dia
pejamkan ma ta menunggu kematian. Sekonyong-konyong sesosok tubuh loncat dari balik pohon dan mendorong tubuh
Rudra, lalu menangkis 1210 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat raden Kuda Amerta mengayunkan sabuk pinggang
ular naga ke arah Rudra, tiba-tiba patih Dipa loncat ke tengah
gelanggang dan menyiak mereka. Mendorong Rudra, menangkis
sabuk ular sabuk pinggang Kuda Amerta, tarrrr . .
Kuda Amerta terkejut. Karena tangannya tergetar, terpaksa ia
menyurut selangkah ke belakang.
"Rakryan patih!" serunya terkejut pula setelah mengetahui
siapa yang menangkis sabuk pinggangnya.
"Maaf, raden" kata orang yang tak lain memang rakryan patih
Dipa. Patih itu membungkukkan tubuh sebagai pernyataan dari
ucapannya. "Rakryan, mengapa paduka menghalangi aku" Dia adalah
manusia yang menyerang istana Daha semalam" seru Kuda
Amerta. "Ya" sahut patih "jika raden membunuhnya, kita takkan
mendapat bukti, siapa sesungguhnya biang-keladi kerusuhan
semalam. Dia harus menerima hukuman tetapipun harus melalui
peradilan" Kemunculan patih Dipa di tengah gelanggang pertempuran
yang sedang dibayang-bayangi maut, menimbulkan kejut besar
di kalangan orang-orang yang berada di tempat itu. Terutama
Kebo Bingar dan Sanca, keduanya terus lari sipat kuping. Kebo
Angun-angun dan kawan-kawannya, walaupun tidak lari tetapi
hatinya setegang orang yang ingin lari.
Kuda Amerta tak membantah. Namun dalam hati diam-diam
dia terkejut dan heran. Terkejut karena patih Dipa memiliki
pendirian yang tegas tetapi adil. Bahwa bagi setiap orang yang
bersalah, tentu akan dihukum. Tetapi orang tidak dibenarkan
untuk main hakim sendiri. Kerajaan Majapahit sudah memiliki
undang-undang. Dia heran mengapa patih itu mampu menangkis
sabetan sabuk pinggangnya. Padahal jelas sabuk pinggang dari
kulit ular naga itu ampuh sekali.
1211 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peranan pada suatu ketika yang lalu, di dihadang oleh
kawanan begal. Karena kawanan begal yang terdiri dari lima
orang itu menggunakan senjata, terpaksa diapun menggunakan
sabuk pinggangnya. Kelima begal itu terpaksa harus menyerah
kalah. Yang tiga me larikan diri. Yang satu menderita tersabat
kakinya. Walaupun hanya kaki, tetapi orang itu tidak dapat
berjalan. Sedang yang seorang lagi menggeletak di tanah.
"Mengapa engkau tak ikut melarikan diri?" tegur Kuda Amerta.
"Ampun, raden" kata penyamun itu "tetapi kaki hamba tak
dapat berjalan" Penyamun itu mengatakan bahwa kakinya yang tersabat itu
terasa pepes tulangnya sehingga hilang terjaganya. Kuda Amerta
heran. Dan ketika memeriksa penyamun yang menggeletak,
penyamun itu merintih-rintih "Raden, engkau seorang ksatrya
yang rendah martabatmu!"
Kuda Amerta terkejut "Mengapa" Engkau hendak membunuh
aku dan aku membela diri, salahkah itu?"
"Tidak salah" sahut penyamun dengan nada penasaran "tetapi
kalau mau bunuh, bunuhlah, jangan engkau siksa aku seperti ini"
"Menyiksa?" "Ya" sahut penyamun itu "coba lihat, betapa keadaanku ini.
Aku tak dapat bangun karena tulang punggungnya remuk"
"Ah" Kuda Amerta mendesah. Dia tak sangka bahwa sabuk
kulit ular naga itu ternyata memiliki daya khasiat yang
sedemikian hebat. T ubuh orang yang terkena sabatan, memang
tak menderita luka dan masih utuh seperti biasa, tetapi tulang
belulangnya remuk. Penyamun itu terkena sabatan pada
punggungnya dan karena tulang punggung remuk dia tak dapat
bangun. Ngeri Kuda Amerta membayangkan keadaan saat itu. Dia
memberi sejumlah uang yaog besar kepada kedua penyamun itu
1212 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk berobat. Dan sejak itu dia tak mau menggunakan sabuk
pinggang sebagai senjata lagi. Adalah karena berhadapan
dengan Rudra yang telah menyerang istana Daha dan yang
menyerangnya dengan pedang begitu gencar, terpaksa ia
mengeluarkan sabuk kulit ular nega itu. Dia benar benar heran
mengapa patih Dipa mampu menangkis.
Tiba-tiba berkatalah patih Dipa kepada Rudra "Engkau raden
Rudra, putera mendiang laksamana Rudratoka dari kerajaan
Daha?" "Ya" "Mengapa engkau tak berusaha untuk melarikan diri?"
Rudra gelengkan kepala tersenyum pahit.
"Apa engkau tak membayangkan bahwa engkau pasti kami
tangkap dan mendapat hukuman yang berat?"
"Ya" "Lalu mengapa engkau tegak berdiam diri " Tidakkah engkau
berusaha untuk bertempur lagi" Silakan ambil pedangmu dan
silakan puia engkau memilih lawan"
Rudra gelengkan kepala "Patih Daha, aku putera seorang
laksamana kerajaan Daha. Jangan banyak bicara lagi. Lekaslah
bunuh aku!" Terkejut patih Dipa mendengar jawaban pemuda itu "Bukan
aku tetapi rakryan adhyaksalah yang berhak mengadili dan
memutuskan hukuman kepadamu"
"Sia-sia" seru putera laksamana itu "bagiku hanya ada dua
pilihan. Berhasil me laksanakan cita citaku membalas dendam
darah ayahku atau mati. Nah, aku sudah kalah, bunuhlah. Tak
perlu diadili" 1213 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalah " Engkau masih segar bugar dan tak menderita luka
suatu apa" kata patih Dipa "mengapa engkau mengatakan
kalah?" "Patih Daha" sahut Rudra "senjata bagai seorang ksatrya
adalah kehormatannya. Senjata terpukul jatuh, berarti jatuhlah
kehormatan ksatrya itu. Aku tak mau bertempur dan akupun tak
ingin hidup lagi. Bunuhlah !"
"Baik" seru patih Dipa seraya menjemput pedang Rudra yang
masih menggeletak di tanah. Ia melangkah ke hadapan Rudra
"Rudra, bersiaplah menerima kematianmu"
"Baik" Rudrapun membuka baju dan busungkan dada, siap
menerima hunjaman pedang.
"Semoga kekhilafanmu lebur bersama kematian kehormatanmu, raden" seru patih Dipa lalu ayunkan pedang ke
dada Rudfa. "Licik ...." sekonyong-konyong sesosok tubuh berayun ke
tengah gelanggang dan menikam patih Dipa. Patih Dipa loncat
menghindar. "Raden Rudra, mari kita lawan mereka" seru orang itu seraya
mengguncang-guncang tubuh Rudra. Rudra membuka mata.
"Engkau orang Wukir Polaman!" serunya seraya menghantam
orang itu. Sudah tentu orang itu terkejut dan menghindar.
"Patih" seru Rudra kepada patih Dipa "lekas laksanakan
hukuman itu" Patih Dipa membuang pedang ke tanah dan menyahut "Sudah
selesai" "Selesai?" Rudra terbeliak heran "bukankah aku masih hidup?"
"Engkau sudah kubunuh tetapi engkau ditolong oleh Kebo
Angun-angun, ksatrya yang luhur" seru patih Dipa. Yang
menolong Rudra memang Kebo Angun-angun.
1214 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebo Angun-angun memperhitungkan bahwa Rudra merupakan seorang tenaga yang sangat dibutuhkannya. Pemuda
itu sakti dan tujwannyapun hendak menghalau orang-orang
Majapahit dari Daha. Bukankah sayang sekali kalau sampai
dibunuh patih Dipa hanya karena Rudra hendak menetapi
pendiriannya sebagai seorang ksatrya " Bukankah dengan
menolongnya itu Rudra pasti akan bersedia menjadi kawan untuk
melawan rombongan patih Dipa " Inilah sebabnya maka ia
segera bertindak turun tangan menyelamatkan Rudra. Tetapi
betapa kejutnya ketika Rudra malah marah kepadanya.
"Tidak, engkau belum membunuhku"
"Hm, ketahuilah raden" kata patih Dipa "keinginanku untuk
membunuhmu sudah kulaksanakan. Walaupun engkau ditolong
Kebo Angun-angun, tetapi tidaklah menghapus kenyataan bahwa
keinginanku sudah terlaksana. Maka aku sudah membunuhmu
dan Kebo Angun argun yang menghidupkan engkau. Nyawamu
adalah pemberian Kebo Angun-angun"
Patih Dipa berputar tubuh dan mengajak Kuda Amerta
"Raden, mari kita tinggalkan terapat ini"
Kuda Amerta heran atas tindakan patih itu. Namun sebelum ia
sempat membuka suara, Rudrapun sudah berseru "Tunggu, ki
patih" "Mengapa?" patih D'pa hentikan langkah.
"Aku akan menyelesaikan persoalanku dengan Kebo Angun-
angun. Harap tunggu dulu, aku masih perlu bicara dengan
engkau" "Tidak perlu" sahut patih Dipa "bagiku raden Rudra putera
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
laksamana Rudraloka yang hendak menuntut balas itu, sudah
mati. Yang sekarang adalah Rudra, pemuda yang dihidupkan
Kebo Angun-angun .... " patih Dipa terus lanjutkan langkah.
1215 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dada Rudra tampak berkembang kempis karena menahan
luap perasaannya yang menggetarkan rongga dadanya. Berpaling
kearah Kebo Angun-angun, dia menuding "Kebo Angun-angun,
engkau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu.
"Raden Rudra" seru Kebo Angun-angun "bukankah aku
bermaksud baik untuk menyelamatkan jiwamu?"
"Siapa yang meminta engkau berbuat begitu?"
"Ah, raden" kata Kebo Angun-angun "jangan salah faham.
Tetapi kurasa pendirian raden untuk menyerahkan jiwa pada
orang Majapahit, tidak tepat. Sudah lumrah apabila dalam
pertempuran, senjata kita dapat terpukul jatuh oleh lawan.
Tetapi hal itu bukan berarti kita sudah kalah. Pertempuran tidak
ditentukan oleh jatuhnya senjata kita melainkan jatuhnya orang
yang bertempur" "Itu pendirianmu, Kebo Angun-angun" seru Rudra "tetapi
ajaran yang ditanamkan bapa guru kepadaku memang begitu.
Apabila dalam bertempur, senjata sampai direbut atau dihantam
jatuh oleh lawan, aku harus menyerah kalah"
"Ah, tetapi ini suatu perjuangan besar dan panjang. Tak benar
kalsu kita tetap berpegang pada pendirian itu"
"Jangan memaksakan pikiranmu kepada orang. Setiap orang
mempunyai pendirian sendiri"
"Bukankah tujuan raden hendak mencari orang yang telah
membunuh mendiang rama raden" Tidakkah tujuan itu akan
hilang apabila raden dibunuh patih Daha itu?"
"Mencari manusia yang telah membunuh mendiang ramaku
adalah tujuan hidupku. Tetapi menyerah kalah apabila senjataku
jatuh, adalah pendirianku, Aku akan mencapai tujuan dengan
pendirianku. Apabila dalam usaha mencapai tujuan ku terdapat
hal yang melanggar pendirianku, maka akupun rela mati
melepaskan tujuanku"
1216 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, raden terlalu polos dan jujur. Tetapi sesuatu yang
menjurus kearah terlalu itu, tentu cenderung kearah pemikiran
yang kukuh dan sempit. Raden masih mada, perjuangan raden
masih panjang, mengapa raden harus mengambil keputusan
pendek dikarenakan suata pendirian yang kurang sesuai dengan
kenyataan?" "Cukup Kebo Angan-angun" seru Rudra "jangan lagi kata
diperpanjang. Engkau telah menghina aku. Sekarang engkau
harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu itu"
"Rudra . . ." seru Kebo Angun-angun ketika me lihat Rudra
maju. Menyerangnya, Kebo Angun-angun terpaksa menghindar.
Beberapa kawannya segera maju menangkap Rudra. Dan
terjadilah pertempuran yang seru.
Betapapun perkasanya seseorang namun karena harus
menghadapi keroyokan beberapa orang, terpaksa Rudrapun
kalah. Dia dapat dipukul rubuh. Kuda Sempalan menghunus
pedang dan hendak membunuhnya.
"Jangan" teriak Nurwenda "dia tak bersalah kepada kita. Dia
marah karena sebagai seorang ksatrya, dia merasa dihina atas
tindakan kakang Kebo Angun-angun tadi"
"Lalu bagaimana tindakan kita?" tanya Kda Sempalan.
"Mari kita tinggalkan tempat ini dan biarlah dia menggeletak
pingsan" Kebo Angun-angun setuju. Merekapun segera angkat kaki
meninggalkan Rudra yang masih pingsan akibat menerima
hantaman pada tengkuknya.
Suasana dalam hutan pun suny i pula. Dan berke-siurlah angin
msnyusup kedalam celah-celah dahan dan ranting, bagaikan
bentara yang mengabarkan berita keselamatan.
Sesungguhnya hutan itu sudah mencangkum keseluruhan
unsur kehidupan. Air, hawa, sinar matahari. Tanpa ketiga unsur
1217 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, dunia akan berhenti berputar. Bahkan kurang salah satu dari
unsur itu saja, dunia akan menderita ma lapetaka. Dan
kelengkapan hutan yang sedang beristirahat dalam kesunyian
dan bermenung dalam kedamaian i:u, dicemarkan oleh sesosok
tubuh yang tengah menggeletak di tanah. Itulah Rudra.
Rudra tidak mati melainkan hanya pingsan. Namun api
kemarahan karena keinginannya untuk mati yang tak tercapai itu
masih tetap membara, menghanguskan jasadnya sehingga
sampai lama sekali ia belum sadarkan diri.
Mati ternyata tidaklah mudah sebagaimana yang dialami
Rudra. Mati memang tidak mudah dan Hidup pun bukan
gampang. Namun yang jelas, Mati dan Hidup itu sudah
ditentukan oleh Hyang Murbeng Gesang. Menginginkan mati
sebelum habis tugas hidupnya, adalah menentang kehendak
dewata. Mendambakan hidup terus walaupun sudah tiba saatnya
mati, juga melawan kehendak dewata. Mati dan Hidup, adalah
satu. Satuan kodrat yang tak dapat dipisahkan. Ada kehidupan
tentu terdapat kematian. Sebagaimana ada awal tentu terdapat
akhir. Hidup bukan untuk menuju mati. Dan Mati bukanlah tujuan
hidup. Keduanya mempunyai arti dan isi sendiri. Hidup
mempunyai pertanggungan jawab akan kodrat hidup. Matipun
mempunyai pertanggungan jawab akan kodratnya.
Cukup lama kiranya sang surya memancarkan sinarnya pada
hutan. Dan pelahan-lahan merangkaklah bayang-bayang memenuhi hutan itu, menyurut makin mengecil dan akhirnya
melekat menunggal dengarn pohon. Ternyata surya sudah
condong ke barat. Rudrapun perlahan lahan mulai siuman, Pertama ia membuka
mata. Dihadapanrya terbentang warna hijau. Ia tidak lekas
bangun melainkan masih rnenyangsikan dirinya "Apalah aku ini
sudah mati atau masih hidup?"
Namun pandang matanya memberi kesan kepada pikirannya
bahwa yang dipandangnya itu adalah kehijauan dari warna
1218 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumput. Ia tak tahu adakah di alam baka sana juga terdapat
tanaman dan rumput. Dan jelas dia tak mungkin tahu karena dia
belum pernah mati. Yang jelas, hanya di dunia inilah yang
terdapat warna hijau yang dikenalnya sebsgai tanaman rumput.
"Jika demikian aku mungkin masih hidup" katanya dalam hati
lalu berusaha untuk menggeliat bangun "ah, benar, aku masih
hidup. Di sekelilingku ini adalah hutan ...." serentak ia mendapat
pulang kembali ingatannya akan hutan itu. Tadi ia bertemu
dengan rombongan orang Wukir Polaman yang menghadang
Kuda Amerta, lalu dia bertempur dengan Kuda Amerta dan tiba-
tiba muncul patih Dipa. Ia minta dibunuh karena senjatanya.
telah disabat jatuh oleh sabuk pinggang Kuda Amerta. Patih Dipa
hendak membunuhnya tetapi dirintangi Kebo Angun-angun, dan
.... "Mana Kebo Angun-angun" serentak iapun melenting berdiri
dan memandang le sekeliling. Tetapi tak seorang manusiapun
yang dilihatnya "kemanakah mereka" Bukankah tadi mereka
mengeroyok aku " Mengapa mereka tidak membunuh aku ! Ah,
celaka benar manusia-manusia Wukir Polaman itu. Tadi mereka
merintangi patih Dipa tetapi mengapa mereka sendiri juga mau
membunuh aku?" Rudra hendak mengejar tetapi tak tahu arah manakah yang
ditempuh mereka " Ah, akhirnya ia menghempaskan diri duduk
pula. "Patih Daha tahu bahwa akulah yang memimpin kawan2ku
untuk menyerang istana Daha. Tapi mengapa patih itu tak mau
membunuhku " Dan mengapa pula orang-orang Wukir Poiaman
itu juga tak mau membunuhku?" pikirannya mulai melayang-
layang membayangkan segala kemungkinan.
Sebenarnya sederhana sekali persoalan itu tetapi sebagai
seorang ksatrya, Rudra merasa tersinggung akan sikap mereka
"O, apakah mereka anggap aku ini kurang berharga bagi tangan
mereka?" 1219 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, ah, benar !" tiba-tiba Rudra berseru seorang dari
"bukankah patih Dipa mengatakan bahwa Rudra putera
mendiang laksamana Rudraloka sudah mati dibunuh dan Rudra
yang sekarang ini adalah Rudra yang dihidupkan orang Wukir
Poiaman! Ah, engkau kejam benar patih Dipa....."
Ia merasa ucapan patih Dipa itu jauh lebih menyakitkan
daripada tusukan pedang "Tidak, patih ! Rudra takkan ingkar
pada pendirian. Senjataku terlepas, jiwakupun harus terlepas.
Jika kalian tak mau membunuhku, aku dapat membunuh diriku
sendiri" Mata Rudra berkeliaran menjelajah tanah disekeliling dan tiba-
tiba dilihatnya pedangnya masih menggeletak disitu. Pedang itu
tadi dibuang patih Dipa. "Ah, pedang, engkau telah dihina patih Dipa. Demikianpun
aku" katanya seraya menjemput pedang itu "mari sertailah aku
menuju ke alam kelanggengan ..." habis berkata Rudra terus
hendak menghunjamkan ujung pedang ke dadanya.
"Tunggu dulu, raden Rudra" sekonyong-konyong terdengar
sebuah suara dan layang sebuah batu kecil yang membentur
batang pedangnya. Rudra terkejut dan berpaling. Ah, yang muncul itu seorang
brahmana muda. Dan kalau tak salah brahmana muda itulah
yang tadi hampir berkelahi dengan Kebo Angun angun.
"Engkau brahmana" " serunya.
"Ya, benar. Aku brahmana Silugangga yang engkau katakan
sebagai pejuang yang berbalik-kiblat tadi" sahut brahmana itu.
"Apakah engkau hendak mengganggu tindakanku?" Rudra
menegas. "Aku seorang brahmana. Menjadi tugas seorang brahmana
harus memberi pertolongan kepada orang yang sedang
menderita dan terancam bahaya"
1220 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak menderita dan tidak terancam bahaya. Aku tak
membutuhkan pertolonganmu, brahmana"
"Hak raden untuk berkata dan menolak tetapi kewajibanku
sebagai seorang brahmana untuk menolong" sahut Silugangga
"raden menderita dan terancam bahaya"
"Tidak ! Enyahlah engkau !"
"Raden menderita keguncangan jiwa dan terancam kematian
yang bukan mati layak"
"Apa katamu" Aku menderita keguncangan jiwa?"
"Ya" jawab Silugangga "jiwa raden telah menderita
keguncangan dari peristiwa yang raden alami tadi. Pada hal
keguncangan itu, bukanlah keguncangan yarg tepat tetapi lebih
banyak kukatakan, timbul dari sumber hati raden sendiri"
"Apa maksudmu, brahmana?"
"Raden Rudra" kata Silugangga dengan tenang "raden
mengatakan sebagai putera paman laksamana Rudraloka. Dan
aku adalah putera dari senopati Sagara Winoan. Tentulah ramaku
bersahabat baik dengan ramamu, walaupun keturunannya, aku
dan engkau, berbeda keadaan dan tujuan. Engkau raden Rudra
dan aku brahmana. Engkau hendak mencari balas kepada
pembunuh ramamu, aku hendak meluhurkan cemar nama
ramaku dalam pandangan sementara orang"
Mendengar itu tertegunlah Rudra.
"Jiwa adalah isi dan raga adalah wadah. Apabila jiwa sakit,
waiahpun akan merana. Kukatakan jiwamu sedang menderita
guncangan karena engkau memiliki pendirian yang baik tetapi
aneh" "Adakah baik tetapi aneh?"
"Ajaran dan wejangan ataupun pesan seorang guru memang
harus ditaati murid. Tetapi ada kalanya ajaran dan wejangan itu
1221 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak seluruhnya harus kita telan tetapi harus kita sesuaikan
dengan suasana" "Hm, engkau seorang brahmana murtad karena mengajarkan
dalih begitu" "Terserah apa katamu" sahut Silugangga "tetapi bagiku
memang demikian. Bahwa barangsiapa yang benar-benar
menghormati dan meluhurkan nama guru, haruslah mentaati
ajaran dan pesannya yang baik dan berani membuang yang tidak
baik. Ketahuilah, raden Rudra, ajaran agama yang kuanut, tidak
mengharuskan aku menerima begitu saja semua ajaran dan
wejangan guru tetapi harus kurenungkan, laksanakan dalam
kenyataan dan pengalaman hidup. Apabila hal itu tidak benar dan
tidak sesuai dengan kenyataan, akupun dibenarkan untuk
menyesuaikan dengan yang tepat dan benar"
"Bagaimana hai itu mungkin terjadi?"
"Semisal, ajaran dari guru mu yang mengatakan bahwa
senjata itu adalah kehormatan bagi seorang ksatrya. Senjata
hancur, orangnyapun binasa. Mungkin ajaran begitu tepat pada
suatu masa tertentu, antara lain apabila kita berhadapan dengan
musuh yang tak mungkin kita relakan dia hidup bersama dengan
kita. Tetapi apabila engkau berada dalam medan perang,
haruskah engkau tetap berperang teguh pada pendirian ajaran
gurumu itu?" Rudra tertegun. "Dan pula" kata Silugangga lebih lanjut "raden Kuda Amerta
itu bukanlah musuh yang engkau cari. Musuh yang membunuh
ramamu. Mengapa engkau harus berpegang pada ajaran gurumu
" Engkau tentu mengatakan bahwa tindakanmu menyerang
keraton Daha itu adalah benar karena engkau hendak
menghancurkan musuh yang telah menduduki keraton Daha.
Atau mungkin engkau menganggap keraton Daha itu bekas
tempat kediaman musuhmu sehingga harus engkau hancurkan.
1222
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi bagi anggapan pemerintahan Daha yang sekarang engkau
adalah seorang pengacau yang wajib dibinasakan. Dan secara
pandangan umum, engkau telah salah sasaran. Musuhmu
bukanlah keraton Daha, bukan pula raden Kuda Amerta. Bahwa
engkau dalam pertempuran telah menderita kekalahan senjata
terpukul jatuh hanyalah tepat engkau anggap sebagai hukuman
atas kekhilafanmu saja. Bukan harus engkau tebus dengan
pendirian yang berdasarkan ajaran guru"
"Engkau hendak mempengaruhi aku?"
"Tak ada orang waras yang tak mau menerima pengaruh
orang" jawab Silugangga "menerima bukan suatu hal yang buruk,
apabila menerima hal-hal yang baik. Tetapi menerima secara
membuta tanpa kita saring dan uji, memang buruk. Engkau
mengatakan tak mau menerima pengaruh orang" Jelas engkau
membohongi dirimu sendiri. Bukankah pendirian yang engkau
anut itu juga berkat pengaruh gurumu" Bukankah segala adat
istiadat hidup yang engkau laksanakan itu juga engkau warisi
dari pengaruh orangtua, leluhur dan lingkungan masyarakat
tempat tinggalmu " Jika engkau begitu kemati-matian menerima
pengaruh gurumu, mengapa engkau tak mau menyisihkan sedikit
pemikiran untuk menilai suatu pengaruh dari luar. Bagaimana
engkau dapat meyakinkan dirimu bahwa pengaruh yang melekat
pada dirimu itu benar dan baik apabila engkau belum tahu lain-
lain pengaruh sebagai bahan perbandingan. Semual bagaimana
kita tahu bahwa saat ini sore hari apabila kita tak tahu pada
waktu surya terbit diufuk timur itu kita namakan pagi hari?"
Rudra tertegun. Dipandangnya brahmana muda itu. Dia heran
bahwa seorang putera senopati Daha mengapa harus menuntut
kehidupan sebagai seorang brahmana. Mengapa tidak menggabungkan diri pada putera-putera senopati Daha yang
telah membentuk himpunan Wukir Polaman"
Namun ketika memperhatikan lipat-lipat pada kerut dahi dan
wajah bahmana muda itu, Rudra mendapat kesan bahwa
1223 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
brahmana itu pernah mengalami ujian hidup yang berat.
Serentak dia teringat akan kata-kata keras dari Kebo Angun-
angun tertuju kepada brahmana itu. Dan serentak iapun terkesan
akan kata-kata Nurwenda yang membela brahmana itu. Dan
seteiah menampung lingkaran-lingkaran hidup dari sekian banyak
pemuda, terutana brahmana Silugangga, timbullah kesan dalam
hati Rudra, bahwa ternyata masih banyak pemuda dan insan
manusia yang menderita. Bukan hanya dia, Rudra, seorang saja
yang menderita hidup itu, yang mengalami kepahitan nasib.
Tampak wajah Rudra berangsur-angsur mereda tenang.
"Lalu apa maksudmu mencegah tindakanku tadi" " tegurnya.
"Aku akan berusaha untuk menanamkan pengaruh kesadaran
batin kepadamu, raden" kata Silugangga "bunuh diri memang tak
diancam hukuman dalam undang-undang. Tetapi terancam
hukuman dalam undang-undang hidup. Engkau akan dinista
sebagai seorang ksatrya berjiwa tikus. Ketahuilah, mati itu
mudah dan mati itupun berarti melepaskan semua tanggung
jawab hidup. Seorang yang melepaskan tanggung jawab hidup
sebelum saat dia ditakdirkan mati, adalah orang yang melarikan
diri dari tanggung jawab, takut menghadapi penderitaan hidup"
"Hidup itu memang menderita" kata Silugangga pula "tetapi
nilai hidup itu memang terletak pada sifat hidup itu yani derita.
Barangsiapa dapat mengatasi kehidupan, dia ainlah pahlawan
yang dapat mengatasi segala rintang derita. Tetapi untuk dinilai
sebagai pahlawan, pun harus ditinjau dari karma hidupnya.
Karena hidup untuk hidup, hidup untuk menghabiskan masa
hidup, adalah hidup yang tak berarti. Hidup yang kosong. Hidup
yang menunggu kematian. Pada hal bukan itu letak makna dan
arti hidup yang sejati ...."
"Hidup adalah merupakan tugas yang diberikan dewata. Kita
harus mampu dan pandai me laksanakannya dengaa baik-baik,
Hidup yang tak berarti, hanyalah menyia-ny iakan tugas dari
dewata. Dan orang yang hendak bunuh diri, adalah orang yang
1224 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentang kehendak dewata. Hidup itu ditentukan oleh dewata.
Hidup adalah pemberian dari Hyang Murbeng Gesang, bukan
milik orang itu, milikmu sendiri. Maka janganlah engkau
menghancurkan pemberian dewata agung itu hanya karena
engkau hendak menetapi sikap seorang ksatrya sebagaimana
yang dipesankan oleh ajaran gurumu. Hidup mempunyai nilai arti
yang jauh lebih mulia, lebih luhur dan lebih besar dari ajaran
pesan gurumu itu. Maka apabila engkau berkenan menerima
persembahan kata-kataku ini, hentikanlah semua keinginan
hatimu untuk menghancurkan dirimu itu. Karena engkau akan
dinista sebagai manusia yang rendah budi. Tiada ksatrya yarg
mendapat pahala dewata karena perbuatannya bunuh diri"
Walaupun diam tetapi wajah Rudra memantulkan kata-kata
yang terpancar dalam batinnya. Kerut dahi makin hilang, sinar
matanya yang memberingas makin tenang. Kata-kata dari mulut
seorang brahmana yang hampir sebaya usia dengannya, dapat
menyentuh hati nurani. Bagaikan belaian jari jemari ibunya dikala
mem-belai-belainya pada setiap malam ia hendak tidur dahulu.
Teduh dan damai. "Kakang brahmana...." mulutnyapun bergerak-gerak mengucap kata-kata. "Raden Rudra" kata brahmana Silugangga pula "nasib kita tak
banyak kelainan. Apabila dahulu rama kita tentu saling
bersahabat, sekarang perkenankanlah aku menghaturkan kata-
kata tadi sebagai tanda kelanjutan persahabatan yang kita warisi
dari rama kita" "Duh kakang brahmana, aku sangat berterima kasih
kepadamu ...." "Raden ...." "Jangan memakai sebutan itu kakang. Panggillah namaku
saja. Engkau juga putera seorang senopati yang termasyhur"
1225 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Silugangga memeluk Rudra erat-erat "Baiklah, adi, engkau
benar-benar seorang ksatrya luhur"
"Ah, kakang brahmana ...."
"Tahu akan kekhilafan, itu suatu sikap yang bijaksana. M-
mperbaiki apa yang khilaf, adalah sikap seorang ksatrya yang
luhur perwira, adi" "O, kakang brahmana, aku bagai mendapat seorang kakak
kandung ...." Rudrapun balas mendekap Silugangga dengan erat.
Setelah melepaskan diri maka bertanyalah Rudra
"Kakang brahmana, aku merasa sangat mengiri akan
kebahagiaan yang engkau nikmati. Tenang dan teduh ucapanmu,
jernih dan damai pikiran dan tulus paserah s ikapmu memandang
kehidupan ini. O, alangkah bahagianya. Kakang brahmana, aku
ingin mengikuti jejakmu ...."
"Adi" teriak Silugangga bagaikan air yang tersibak. Tetapi
sesaat kemudian pun tenang kembali "mengapa engkau ingin
menjadi brahmana?" "Aku hendak mencari kebahagiaan, kakang"
"Benar, adi" kata Silugangga "demikian pada umumnya orang
akan berkata begitu. Bertapa, bersemedhi, memeluk agama
bahkan masuk menjadi brahmana atau pandita, dengan tujuan
ingin mencari ketenteraman dan kebahagiaan hidup. Demikian
pula dengan engkau adi. Bukankah begitu?"
"Ya" "Apakah saat ini adi merasa tak bahagia?"
Rudra gelengkan kepala "Hatiku selalu bergolak, pikiran resah,
mudah terangsang kemarahan. .Keadaan diriku ini baru kusadari
setelah aku berkaca pada .... dirimu, kakang"
"Dan karena itu engkau merasa tak berbahagia, bukan?"
1226 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" "Jika dapat kuumpamakan, keresahan, kegelisahan dan
rangsang amarah yang mudah membangkitkan hatimu itu,
sebaeai suatu penyakit. Mengobati penyakit, harus mencari tahu
sumber penyakit itu. Jika aku tak salah, maka sumber daripada
gangguan pada jiwa dan pikiranmu itu, berpangkal pada nasib
mendiang ramamu yang dibunuh pangeran Ardaraja. Engkau
marah dan hendak menuntut balas kepada pangeran itu. Dan
secara tak sadar, engkau menjadikan keinginan hatimu itu
sebagai tujuan hidup. Dengan demikian jelas sudah, bahwa
tujuan hidup yang berlandas pada nafsu balas dendam, akan
membakar hayatmu sehingga darahmu panas, pikiran gelap dan
hatipun gelisah tak tenang"
"Setelah tahu sumber daripada penyakit yang mengganggu
ketenangan pikiranmu itu, marilah kita kupas hal itu dan marilah
kita letakkan masalahnya dalam tempat yang tayak"
Berhenti sejenak brahmana muda itupun melanjut pula "Setiap
masalah tentu tak terlepas daripada hukum kodrat yalah Sebab
dan Akibat. Mari kita mulai dari peristiwa mendiang ramamu. Apa
sebab beliau sampai dihukum mati oleh pangeran Ardaraja?"
"Waktu itu karena merasa tak kuat menghadapi serangan
armada Kubilai Khan maka rarcapun bergegas menghadap
pangeran Ardaraja yang menjadi panglima besar angkatan
perang kerajaan Daha. Maksud rama hendak minta bala bantuan
untuk menanggulangi serangan orang Tartar. Tetapi pangeran
Ardaraja malah melah menghukum mati rama"
"Ya" kata Silugangga "karena kita tidak menjadi prajurit maka
pengetahuan kita tentang tata tertib keprajuritan, tentu kurang.
Namun ada satu hal yang kuketahui dengan pasti yalah bahwa
setiap prajurit yang sedang melaksanakan perintah, harus taat
pada perintah itu. Sebelum mendapat perintah baru, maka
perintah yang tengah dilaksanakan itu harus ditaati dengan
sungguh-sungguh" 1227 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jelasnya begini" sambung Silugangga "ramamu paman
laksamana Rudraloka diperintahkan untuk mempertahankan
pesisir Tuban dari serangan musuh. Karena menghadapi armada
Kubilai Khan yang jauh lebih besar, paman Rudraloka kuatir
pasukannya hancur maka berulang kali paman Rudraloka telah
mengirim utusan meminta bala bantuan kepada pangeran
Ardaraja. Karena tiada berita yang berupa tindakan mengirim
bala bantuan maka paman Rudraloka sendiri terus datang ke
Daha. Sepintas tindakan paman Rudraloka itu memang benar,
tetapi apabila diteliti dalam garis-garis peraturan keprajuritan
maka pangeran Ardaraja dapatlah menjatuhkan hukuman kepada
paman dengan dalih paman Rudraloka te lah melanggar perintah.
Sebagai seorang laksamana, paman telah meninggalkan
tanggung jawab atas keselamatan anakbuahnya. Sebagai
seorang prajurit terutama seorang pimpinan, pantai dianggap tak
taat pada atasan. Sebelum atasan memberi perintah, paman
sudah meninggalkan tempat dimaia saat itu sedang berlangsung
pertempuran seru yang sangat penting artinya. Apabila
pertahanan Tuban jebol, armada Kubilai Khan dapat mendarat
dan prajurit-prajurit Tartar tentu akan segera menuju ke Daha.
Bagi pangeran Ardaraja, tindakan paman Rudraloka itu dianggap
sebagai kesalahan besar sehingga menjatuhkan hukuman mati"
"Kakang brahmana" sambut Rudra "ulasan kakang memang
tepat. Aku setuju tindakan pangeran Ardaraja terhadap mendiang
rama apabila benar-benar pangeran itu berhati bersih"
"Apa yang engkau maksudkan, adi?"
"Undang-undang, peraturan dan segala tata-laksana dibuat
untuk menertibkan kehidupan pemerintahan, masyarakat dan
tiap jenis lapangan kerja. Tak ada suatu undang-undang,
peraturan dan tata tertib yang tak baik. Tetapi bagaimana nilai-
niliai yang baik itu tetap terjaga dan terlaksana, hanyalah
tergantung pada pelaksananya. Jadi pelaksana atau manusia,
merupakan unsur yang terpenting"
1228 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brahmana Silugangga mengangguk.
"Tetapi justeru permasalahannya terletak pada manusia si
pelaksana itu. Sukar untuk mendapatkan pelaksana yang jujur
dan bersih. Demikianlah pangeran Ardaraja"
"O, bagaimana engkau dapat menilainya begitu, adi?"
"Aku tahu sejelas-jelasnya, kakang brahmana. Karena yang
menceritakan itu adalah orang yang tersangkut dan orang itu tak
lain adalah ibuku sendiri"
Rudra lalu menuturkan tentang kisah asmara yang terjalin
antara ketiga insan muda, pangeran Ardaraja, ibu Rudra dan
Rudraloka "Maka jika kukatakan sangat adillah keputusan
pangeran Ardaraja terhadap mendiang rama, apabila dasarnya
dengan hati yang bersih. Tetapi ternyata keputusan itu hanya
suatu dalih yang memberi kesempatan kepada pangeran Ardaraja
untuk melampiaskan dendam peribadi kepada rama. Ini sudah
jelas dan pasti, kakang brahmana"
Silugangga mengangguk "Baiklah, adi, aku percaya akan
keteranganmu bahwa pangeran Ardaraja telah dikuasai nafiu
dendam untuk membalas kepada mendiang ramamu. Apa
alasanmu engkau harui menuntut balas kepada pangeran
Ardaraja?" "Kakang" sahut Rudra dengan tandas "sebagai seorang
putera, nistalah apabila aku tidak mampu menuntut balas atas
kematian rama yang jelas telah dikaniaya melalui keputusan
hukuman" "Benar" seru Silugangga "sekarang aku hendak bertanya.
Apabila seorang putera merasa hina kalau tak dapat
membalaskan dendam ayahnya, bagaimana perasaan seorang
putera yang tak dapat meluhurkan nama ramanya?"
"Juga hina, kakang brahmana"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
1229 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Syukurlah kalau adi mempunyai anggapan demikian" kata
Silugangga "tetapi pada umumnya, tidaklah senista seorang
putera yang tak dapat membalaskan dendam orangtuanya
daripada seorang putera yang tak dapat meluhurkan nama
orangtuanya. Demikian anggapan orang sehingga timbul suatu
kesan, bahwa anak yang tak dapat membalaskan dendam
orangtua itu nista. Tetapi anak yang tak mampu meluhurkan
nama orang, itu biasa, tidak nista. Padahal kedua hal itu,
mempunyai nilai yang sama"
"O, adakah kakang brahmana menganggap bahwa menuntut
balas atas kematian orangtua itu, kurang bijak?" tanya Rudra.
"Sebelum menjawab pertanyaan itu, aku hendak bertanya
kepadamu adi" kata Silugangga "apa katamu apabila ramamu
pernah mencelakai orang dan orang itu hendak menuntut balas.
Tetapi karena ramamu sudah meninggal maka dia menagih
dendam itu kepadamu. Alasannya, hutang kejahatan orangtua,
anaknya yang harus membayar. Adilkah itu?"
"Anak tak tahu apa yang dilakukan orangtuanya. Tak adil
bilamana anak itu harus memikul hutang dendam orangtuanya
kepada orang lain" "Lalu apa katamu apabila ramamu telah dicelakai orang lalu
engkau, putera yang tak tahu jelas bagaimana perbuatan
orangtuamu, hendak menuntut balai krpada orang itu " Adilkah
itu " Jika hal itu adil, maka adil pula orang yang beranggapan
bahwa hutang dendam orangtua, anaknya yang harus
membayar" Rudra tertegan. Sesaat kemudian ia berkata "Jika demikian,
menuntut balas dendam kematian orang-tua itu suatu perbuatan
yang tak benar, bukan?"
"Yang benar, belum tentu benar keseluruhannya. Yang salah,
pun belum pasti salah keseluruhannya" kata Silugangga "setiap
persoalan mempunyai ciri dan sifat sendiri. Misalnya, dalam
1230 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peristiwa paman Rudraloka, engkau hanya menerima keterangan
dariibumu tetapi engkau tak tahu bagaimana persoalan yang
sebenarnya. Keterangan sefihak, belum menjamin kebenaran
persoalan itu. Kedua, dalam hukuman mati yang dijatuhkan
pangeran Ardaraja kepada paman Rudraloka itu terdapat dua
unsur. Pertama, pangeran itu memang mempunyai dendam
peribadi terhadap paman Rudraloka, sebagaimana yang engkau
sangka. Kedua, kemungkinan pangeran Ardaraja memang
mendasarkan hukuman itu kepada undang-undang keprajuritan
yang keras. Dengan ciri yang mengandung dua kemungkinan itu,
tindakanmu untuk menuntut balas itupun belum dipat diletakkan
pada dasar Kebenaran. Orang akan menilai tindakanmu itu
sebagai tindakan yg mencampurkan kepentingan peribadi dengan
kepenticgan negara. Kematian paman Rudraloka bagimu
merupakan kepentingan peribadi tetapi bagi kerajaan merupakan
kepentingan pertahanan negara"
"Lalu bagaimana aku harus bertindak, kakang?"
"Pertama, jangan menjadikan keinginan menuntut balss
dendam itu sebagai tujuan hidupmu. Karena hidup adi itu bukan
untuk membalas dendam tetapi masih banyak sekali tujuan
tujuan luhur yang harus dicapai. Kedua, arahkan hidup adi itu
kepada suatu tujuan sebagaimana layaknya seorang ksatrya"
"O, maksud kakang brahmana, dendam itu harus kuhapus?"
"Menghapus tanpa kesadaran, hanya bersifat paksaan. Setiap
yang dipaksa, ten?u tikkan hapui seluruhnya dan pada suatu
ketika tentu akan timbul pula" jawab Silugangga "jangan adi
memaksa untuk menghapus biarlah dia nanti larut bersama
tumbuhnya kesadaran hati adi. Atau apabila adi tetap
menghendaki hal itu, janganlah bertindak tergesa gesa sebelum
adi tahu dan yakin akan kebenarannya. Dan yang terutama,
janganlah adi menjadikan keinginan itu menjadi tujuan hidup.
Inilah yang kuminta agar adi dapat melapangkan pandang dan
pikiran adi ke arah hidup yang lebih penting dan luhur"
1231 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rudra termenung-menung sampai beberapa jenak.
"Baik, kakang brahmana. Nasehatmu kuterima dengan setulus
hati" katanya "dan agar lebih sempurna pula penyadaran kakang
kepadaku, aku hendak mengikuti jejak kakang brahmana.
Tunjukkanlah aku jalan yang tenar, kakang"
"Adi" kata Silugangga "mari kita kembali kepada apa yang
hendak kutanyakan kepadamu tadi. Engkau hendak mencari
ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan, bukan?"
"Ya" "Baik, itu memang baik sekali. Tetapi cobalah adi
menerangkan kepadaku, ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang bagaimanakah yang hendak adi cari itu?"
"Ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan batin, kakang?"
"Batin itu mempunyai kaitan dengan lahir. De-mikianpun lahir
mempunyai jalinan dengan batin. Oleh karena engkau tertimbun
oleh beban menuntut balas dendam maka batinmu menjadi tak
tenang, tak damai dan tak bahagia. Tetapi setelah engkau
menerima nasehatku untuk meredakan nafsu dendam itu, adakah
hatimu masih belum tenang dan damai?"
"Yang kuinginkan adalah ketenangan, kedamaian dan
kebahagiaan hidup secara keseluruhannya, bukan soal hilang
timbulnya nafsu dendam itu, kakang"
"Baik" kata Silugangga "sekarang aku hendak bertanya, adi
ingin mencari ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Tetapi
adakah adi pernah mengetahui dan mengenyam ketenangan,
kedamaian dan kebahagian yang bagaimankah yang adi
inginkan" Tanpa mengetahui corak dan sifat kebahagiaan yang
adi inginkan itu, sukar bagi adi untuk mencapainya. Misalnya, aku
hendak rnencari tongkatku yang hilang tentu aku sudah tahu
bagaimanakah bentuk tongkatku itu. Apabila aku tak tahu bentuk
1232 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tongkat itu, bagaimana aku hendak mencarinya" Demikianlah
adi, yang kumaksudkan"
Rudra tertegun. "Adi hendak mencari ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan
batin. Lalu ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan batin yang
bagaimanakah yang adi kehendaki itu" kata Silugangga pula
"sebab soal ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan batin
seseorang itu berbeda-beda. Ada yang menganggap bahwa
seorang raja atau seorang yang berkuasa itu tentu tenang dan
bahagia karena segala keinginan tercapai. Tetapi adakah
demikian keadaannya " Kurasa, belumlah pasti. Orang yang
dianggap tenang dan bahagia deagan segala kekayaan dan
kekuasaannya itu belum tentu bahagia"
"Kakang Brahmana, aku menginginkan ketenangan dan
kebahagiaan hidup seperti kakang"
"O. engkau anggap aku ini seorang bahagia?" seru
Silugangga. "Apakah kakang brahmana tak merasa bahagia?"
"Kebahagiaan itu ku bagaikan sebagai bayangan. Apabila kita
mengejar, bayangan itu tentu akan berjalan. Tetapi apabila kita
berhenti, bayangan itupun akan ikut berhenti. Kebahagian akan
timbul setelah kita hentikan nafsu keinginan kita. Kita terima apa
yang kita peroleh saat ini. Kita nikmatinya sebagai suatu berkah
dewata. Barulah kita dapat merasa bahagia. Ketenangan dan
kebahagiaan tak lain hanya cara bagaimana kita menerima,
menghadapi dan menikmati kehidupan kita ini. Wa laupun hanya
sederhana tampaknya, tetapi hal itu membutuhkan suatu seni
pemikiran dan kesadaran tingkat tinggi"
Rudra terkesiap. Diam-diam ia tersentuh oleh ucapan
brahmana itu. 1233 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adi, masuk menjadi brahmana, bukanlah suatu pelarian
daripada suatu kesadaran batin. Apalagi maksud adi hendak
menjadi brahmana adalah karena hendak mencari ketenangan,
kedamaian dan kebahagiaan hidup" kata Silugangga pula
"padahal adi tak tahu bagaimana bentuk ketenangan dan
kebahagiaan yang adi hendak cari itu. Nah, kemungkinan adi
tentu akan mergalami kekecewaan batin lagi"
"Adi" masih Silugangga melanjut pula "Batara Agung itu serba
murah dan penyayang. Kita insan manusia tiap hari sudah
dikaruniai kebahagiaan dan kenikmatan hidup. Tetapi adalah
karena batin kita masih dicengkeram oleh nafsu-nafsu keinginan
maka kita tak dapat mengetahui dan menikmati berkah dewata
itu" "Dan berbicara soal garis-garis kehidupan, rasanya setiap
insan sudah mempunyai ketentuan sendiri-sendiri. Misalnya,
seorang ahli pahat, dia harus dapat menikmati kebahagiaan pada
karya-karya pahatannya yang indah. Tak peiru dia harus mengiri
pada kebahagiaan seorang tukang pandai emas. Demikian
dengan keadaan adi dan aku. Adi seorang ksatrya dan aku
seorang brahmana. Bukan hanya golongan brahmana saja yang
diberkahi dewata dengan ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Bukan hanya para pandita dan orang-orang suci saja yang akan
dikaruniai pahala oleh Hyang Widdhi. Pun golongan ksatrya
bahkan tukang rumput-pun akan diberkahi kebahagiaan dan
pahala oleh Hyang Widdhi apabila dia tahu, menghayati dan
menikmati berkah yang dilimpahkan dewata agung kepadanya"
"Terutama seorang ksatrya muda seperti adi, kiranya
terbentang luas pada hari depan adi untuk me lakukan amal dan
dharma keksatryaan luhur. Bagi seorang ksatrya tiada hal yang
lebih membahagiakan daripada dapat menunaikan dharmanya
sebagai seorang ksatrya"
Rudra mengangguk. 1234 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apabila adi dapat merenungkan dan menghayati apa yang
kupersembahkan tadi, tentulah adi takkan me lanjutkan keinginan
adi untuk mengikuti jejakku. Karena pada hakekatnya, nilai
manusia itu bukan terletak pada asal keturunan, kasta, golongan,
pekerjaan dan perbedaan lingkungan hidupnya, melainkan
daripada harkat dan bobot kemanusiawiannya"
"Tetapi mengapa kakang menjadi brahmana?"
"Karena aku menjadi brahmana maka dapatlah aku
mempersembahkan kata-kata kepada adi itu" sahut Silugangga
yang tak menduga akan menerima pertanyaan seperti itu
"keadaanku berlawanan sekali dengan engkau, adi. Apabila
engkau sedang berusaha untuk menuntut balas atas kemattan
ramamu, adalah aku sedang meluhurkan peribadi ramaku yang
dianggap cemar oleh orang. Kita sama-sama mewarisi warisan
karma dari mendiang rama kita. Hanya keadaan dan sifatnya
berbeda" "Dan oleh karena itu maka kakang masuk menjadi
brahmana?" "Terus terang, bermula karena jemu akan manusia-manusia
yang selalu melumur cemoh hinaan kepada mendiang rama, aku
putus asa dan masuk menjadi brahmana. Tetapi peiahan-iahan
aku makin memperoleh kesadaran setelah banyak membaca
kitab-kitab veda dan menerima uraian dari brahmana yang
menjadi guruku. Dan sebagai menginjak sebuah kubangan
lumpur, makin lama aku makin tenggelam dalam alam kehidupan
yang lebih luas. Artinya, dapatlah aku lebih mengetahui arti
daripada Mula dan Akhir hidup serta tujuan hidup"
"Jika begitu mengapa kakang mencegah aku menjadi
brahmana?" "Ya, memang" jawab Silugangga "aku memang mencegah
tetapi tidak melarang. Mencegah mempunyai arti untuk suatu
masa waktu yang tertentu. Tetapi melarang adalah untuk
1235 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selama-lamanya. Maksudku, sebelum pikiranmu tenang dan
hening, janganlah engkau tergesa-gesa melaksanakan keinginan
dulu merjadi brahmana dulu. Serahkan hal itu dengan
perkembangan waktu agar engkau lebih mantap dalam
pertimbangan" Rudra mengangguk. Kini baru ia tahu maksud brahmana itu.
Rasa terima kasih menguak dalam hatinya terhadap penerangan
Silugangga. "Lalu bagaimanakah aku harus bertindak sekarang ini, kakang
brahmai.a?" tanyanya.
"Rudra adalah Rudra. Hiduplah adi sebagaimana peribadi adi"
"Apa maksud kakang?"
"Adi adalah seorang ksatrya. Hiduplah sebagai seorang ksatrya
dan lakukanlah apa yang harus dilakukan oleh seorang ksatrya.
Jangan berlebih-lebihan, jangan pula berkurang dari kenyataan"
"Tetapi kakang brahmana" bantah Rudra "aku tak ingin turut
dalam gerakan perjuangan para warga Wukir Polaman maupun
Topeng Kalapa yang hendak membangkitkan kejayaan kerajaan
Daha Jayakatwang" "Tugas dan dharma seorang ksatrya tidaklah semata-mata
terletak pada perjuangan untuk membangkitkan kembali
kejayaan Daha. Karena semua pandangan dan anggapan tentang
negara kita, perlulah kita renung dan tinjau kembali"
"Kakang brahmana ...."
"Kita harus melihat dan menghadapi kenyataan dari peralihan
suatu kenyataan, pandangan dan jeman. Dulu orang-orang Daha
itu menganggap bahwa Daha adalah bumi negara mereka. Dulu
orang-orang Singasari pun demikian. Lalu timbullah suatu
tuntutan dendam permusuhan yang tiada berkeputusan di antara
kedua kerajaan itu. Padahal sesungguhnya, soal wilayah bumi itu
berasal dari satu yani dari kerajaan Panjalu"
1236 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rudra mengangguk. "Kemudian timbul gagasan baru yang dipancarkan oleh prabu
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kertanagara dari kerajaan Singssari yang mencita-citakan
kesatuan satu nusantara. Prabu Kertanagara tak dapat
melaksanakan cita-citanya itu karena menderita akibat dari
dendam bebuyutan dengan Daha. Baginda telah tewas dalam
peperangan melawan Daha ...."
"Namun cita citanya itu tidak ikut lenyap dengan kemukshaan
jenasah baginda Kertanagara. Ada seorang insan yang tergetar
kalbunya akan gema gagasan prabu Kertanagara. Dia juga
gandrung akan persatuan dan kesatuan nusantara. Kini dia
tengah melaksanakan suatu cita-cita besar yang pernah
diprakarsai oleh prabu Kertanagara"
"Siapakah orang itu, kakang brahmana?"
"Dia adalah patih Daha yang bernama Dipa, patih yang pernah
berhadapan dengan adi tadi"
"Dia . . . .?" "Adi" teru Silugangga "secara tak terduga aku telah bertemu
dengan seorang brahmana tua yang tak mau disebut namanya.
Dia mengatakan bahwa nas ibnya sama dengan nasibku. Dia juga
putera seorang senopati linuwih dari kerajaan Majapahit baginda
Kertarajasa. Diapun menjadi brahmana karena ramanya pernah
memberontak kepada kerajaan Majapahit tetapi akhirnya binasa"
"Brahmana itu mengatakan kepadaku bahwa menurut
wawasannya kelak kerajaan Majapahit akan tumbuh menjadi
sebuah negara yang lebih besar dan lebih jaya dari kerajaan
Singasari dan kerajaan lain sebelumnya. Ada dua orang manusia
utama kekasih dewata yang akan mengantarkan kerajaan
Majapahit ke gerbang puncak kejayaan dan kemegahan"
"Siapakah kedua orang itu, kakang brahmana?"
1237 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang seorang berasal dari keturunan rakyat kecil dan yang
seorang dari keturunan seorang raja. Yang berasal dari rakyat
kecil itu bernama Dipa ...."
"Dipa yang kini menjadi patih Daha itu, kakang?" Rudra
terkejut. Silugangga mengiakan "Ya, memang dia. Dia seorang insan
manusia yaiig luar biasa"
Rudra tertegun "Karena selama ini berada di padepokan di
atas gunung maka aku tak tahu akan berita dan keadaan dunia
luar. Siapakah patih Dipa yang kakang kagumi itu?"
"Coba adi bayangkan" kata Silugangga "dari seorang anak
yang berasal dari desa Mada dapat meniti ke puncak tangga
menjadi patih dan menerima anugerah kepercayaan besar dari
seri baginda Jayanagara, raja Majapahit yang telah tewas
dicidera seorang tabib keraton. Tidakkah layak kalau hidup
seorang yang sedemikian itu kita kagumi?"
"Ya" sahut Rudra "maukah kakang brahmana menceritakan
sedikit tentang diri patih itu?"
"Menurut penuturan brahmana tua kepadaku, brahmana itu
bersahabat karib dengan patih Dipa, sejak patih itu masih kecil
sehingga menjadi patih. Baiklah, adi, akan kucuplikkan saja
beberapa peristiwa penting dalam kehidupan patih itu"
"Jalan yang membuka kesempatan kepadanya untuk masuk ke
dalam pemerintahan dimulai ketika dia berkelana dan dapat
menolong menghentikan ratha kencana Rani Kahuripan sang
dyah ayu Teribuanatunggadewi. Adalah sejak itu maka patih Dipa
dapat diantarkan masuk menjadi prajurit di pura Majapahit.
Berkat kesetyaan, keberanian dan kepandaian, dalam waktu yang
singkat dia dapat diangkat menjadi bekel bhayangkara keraton"
"Dari jabatan bekel bhayangkara itu mulailah bintangnya
memancar gemilang. Pada waktu itu terjadi pemberontakan ra
1238 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuti sehingga pura kerajaan menjadi kalang kabut. Dalam huru
hara itu, bekel bhayangkara Dipa kebetulan berdinas menjaga
keraton. Dengan penuh kebiranian dan tanggung jawab, dia
dengan beberapa anakbuah mengantar seri baginda lolos dari
keraton dan mengungsi ke desa Bidander. Kemudian dia diutus
baginda untuk menyelidiki keadaan pura Majapahit yang berada
dalam kekuasaan kawanan menteri2 pemberontak. Berkat
kecerdikan mengatur dan mengadakan hubungan dengan para
metitri senopati yang masih setya kepada baginda, pada waktu ra
Kuti mengadakan rapat besar untuk mengangkat diri sebagai
penguasa Majapahit, dengan berani muncullah patih Dipa. Dia
mengadakan pidato panjang lebar dibawah beratus-ratus mata
yang bengis dan ujung tombak yang tajam, dimana setiap saat
akan bergerak untuk mencincang tubuh patih itu. Namun dia tak
gentar. Dengan keahlian pidatonya yang hebat, dia dapat
memberi penerangan, dan akhirnya membangkitkan amarah
rakyat terhadap perbuatan kawanan ra Kuti yang berhianat itu.
Seketika ra Kuti dan kawan-kawannya ditumpas oleh rakyat yang
marah. Dan dapatlah baginda Jayanagara kembali bertahia di
pura Majapahit pula"
"Kemudian pernah pu!a patih itu diutus baginda untuk
menenteramkan kerajaan Bedulu-Bali dan terakhir menghancurkan ra Tanca, sisa kawan ra Kuti, seorang tabib
keraton yang berani mencidera baginda"
"Tidak banyak kiranya insan manusia yang diberi kesempatan
dewata untuk menanggulangi peristiwa-peristiwa besar dalam
kehidupan dunia. Dan bahwasanya iman yang disebut insan
mangsakala itu tentulah insan kekasih dewara. Insan yang
dikaruniai dewata dengan segala kelebihannya"
"Adi" kata Silugangga pula "telah kukatakan bahwa kita harus
berani menjadi manusia yang dapat melihat dan menerima
kenyataan dari setiap perobahan hidup dan pergantian erran.
Perkembangan sejarah jeroan itu melangkah maju. Apabila kita
1239 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentang, kita akan memutar kembali misa kini kearah masa-
masa yang lalu. Kuibaratkan sebagai orang yang hendak
menentang arus gelombang sungai"
"O, maksud kakang, kita harus mendukung patih Dipa yang
kakang anggap sebagai insan kekasih dewata yang dipercayakan
untuk mengatur dan menertibkan kesejahteraan jagad?" tanya
Rudra. "Telah kukatakan adi" jawab Silugangga "bahwa kita harus
berani merombak pandangan, anggapan dan kesan dari apa yang
telah kita warisi dalam kehidupan yang lampau. Pandangan dan
wawasan prabu Kertanagara dan patih Dipa adalah luhur dan
tepat. Bahwa bumi tanah air kita bukanhh hanya sekedar Daha,
Singasari, Kahuripan, Majapahit, tetapi seluruh nusantara ini.
Oleh karena itu ruang lingkup perjuangan kita, janganlah
terpancang pada suatu daerah dari beberapa bumi kerajaan itu
melainkan harus di arahkan pada lingkungan yang lebih luas.
Apabila dalam hal adi masih belum menerima, tidaklah perlu adi
harus memaksakan diri untuk menerima. Waktu dan perjalanan
hidup nantilah yang akan menunjukkan gambaran itu kepada adi.
Oleh karena antara pandangan, anggapan dan kesan adi belum
menemukan titik pertemuan dengan pandangan dan wawasan
patih Dipa, sebagai seorang ksatfya paling tidak kita harus
memberi kesempatan kepadanya untuk melaksanakan kebenaran
daripada pendiriannya itu. Kalau tak mau mendukung, janganlah
kita merintanginya. Inilah pendirian kakang"
Memang ada suatu kesan yarg menyibak perasaan hati Rudra
ketika berhadapan dengan patih Dipa tadi. Diam2 dia terkejut
melihat panca-indriya patih itu. Sikap dan bicaranya yang tegas
membangkitkan rasa taat daa kagum. Tadi karena dirangsang
rasa putus asa dan kecewa, dia tak sempat memperhatikan hal
itu. Tetapi kini setelah pikirannya tenang, dapatlah ia
membayangkan raut wajah pauh itu.
1240 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adi" kata Silugangga "kemanakah gerangan adi hendak
menuju?" "Aku tiada bertujuan lagi, kakang brahmana"
"Tidakkah adi akan mencari kawan2 adi itu?"
"Tidak, kakang"
"Mengapa?" "Karena pendirianku telah berobah. Aku terkesan atas nasehat
kakang brahmana. Apabila aku mencari kawan kawan itu,
tentulah akan timbul pula gagasan untuk me lanjutkan tujuan
kami lagi. Dan hal itu hanyalah menjerumuskan mereka ke arah
yang salah. Jika aku pergi, merekapun tentu akan pulang ke
tempat masing-masing"
"Lalu adi hendak bagaimana?"
"Kakang brahmana" kata Rudra "rasanya ibarat seorang
berjalan di padang pasir yang dicengkan rasa dahaga. Walaupun
sudah menemukan sumber air, tetapi rasanya aku masih belum
puas. Aku akan ikut kakang brahmana agar aku puas meneguk
kesejukan air Tirta Amerta yang dapat menyegarkan kembali
kehausan hayatku ini"
Silugangga geleng-geleng kepala "Ah, adi. Tetapi baiklah. Mari
kita bersama-sama melaksanakan apa yang menjadi dharma
hidup kita" Brahmana Silugangga dan Rudra segera meninggalkan tempat
itu. Namun di balik gunduk karang, muncul dua orang lelaki lain.
"Ah, tak sangka bahwa Rudra dapat disadarkan oleh
brahmana muda itu, rakryan" kata salah seorang yang masih
muda. "Ya, brahmana itu memang hebat. Lebih hebat dari aku,
raden" sahut kawannya yang lebih tua.
1241 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang itu tak lain adalah patih Dipa dan raden Kuda
Amerta. Sebenarnya setelah berjalan beberapa jauh, berkatalah
raden Kuda Amerta "Rakryan, mengapa paduka tak membunuh
orang itu?" "Tidak, raden" sahut patih Dipa "tetapi dia sudah terbunuh
perasaannya. Dia tentu marah kepada Kebo Angun-angun. Usaha
Kebo Angun-angun untuk memikat raden Rudra tentu gagal"
"Ah, benarkah itu, rakryan?"
Patih Dipa tersenyum "Untuk membuktikannya, marilah kita
kembali ke sana" "Kembali?" "Ya, tetapi kita kembali secara bersembunyi agar jangan
diketahui mereka" Raden Kuda Amerta menurut. Di tengah jalan kembali ia
bertanya "Mengapa rakryan tak menumpas rombongan Kebo
Angun-angun?" "Raden" kata patih Dipa "memang kutahu bahwa Kebo Angun-
angun dan kawan-kawannya itu berusaha untuk membangun lagi
himpunan Wukir Polaman. Tetapi dalam peristiwa serangan pada
keraton Daha, bukan mereka yang melakukan. Mereka tidak
bersalah. Sebagai pemegang dan pelaksana hukum, aku harus
menegakkan hukum. Hanya yang bersalah yang wajib ditangkap"
Kuda Amerta mengangguk. Diam-diam ia memuji tindakan
patih Dipa yang penuh kebijaksanaan itu.
Ketika tiba di tempat pertikaian tadi, ternyata rombongan
Kebo Angun-angun sudah tak tampak. Yang ada hanya
brahmana Silugangga yang tengah bercakap-cakap dengan
Rudra Patih Dipa dan Kuda Amerta mencari tempat yang teraling
dari pandang orang tetapi tak jauh dari kedua orang itu. Semua
percakapan antara Silugangga dengan Rudra, dapat didengarnya.
1242 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, rakryan hanya merendah diri. Bagaimana mungkin
brahmana muda itu layak disejajarkan dengan rakryan?" kata
Kuda Amerta. "Raden" kata patih Dipa "janganlah kita menilai orang karena
terpengaruh oleh kemasyhuran nama orang itu atau oleh
anggapan umum. Kebenaran itu bukan semata milik yang
berkuasa, yang termasyhur dan yang pintar. Kebenaran itu
bersemayam di mana-mana dan di setiap bati manusia. Bahkan
dalam bati sanubari seorang penjahat yang paling jahat, pun
masih terdapat setitik Kebenaran itu"
Kuda Amerta mengangguk. "Aku mengatakan kalau aku kalah hebat dengan brahmana
muda itu adalah mengenai penyelesaian dari raden Rudra" kata
patih Dipa pula "caraku menyelesaikan dia tadi adalah dengan
menusuk perasaannya agar dia malu bati dan marah kepada
Kebo Angun-angun. Tetapi penyelesaian itu bukanlah penyelesaian yang tepat. Amarah dari pendirian yang khilaf raden
itu masih tetap membara. Dan itulah sumber daripada
tindakannya yang kita anggap salah dan melanggar hukum"
"Kebalikannya, brahmana itu dengan tepat dapat mengetahui
dan mengobati sumber kesalahan alam pikiran raden Rudra
sehingga dengan uraiannya yang panjang tapi mengenai itu
akhirnya raden Rudra dapat disadarkan. Nah, di sinilah yang
kumaksudkan bahwa Kebenaran itu terdapat di mana saja dan
dalam hati setiap orang. Dan karena itu maka kukatakan, bahwa
untuk menilai kebenaran daripada tindakan seseorang, haruslah
dinilai dari tindakannya itu sendiri. Janganlah dikaitkan dengan
siapa orangnya. Karena pengaitan akan orangnya, akan
menimbulkan penilaian yang tak murni, penilaian yang sudah
dicemarkan oleh kesan dan anggapan umum"
"Ah, paman rakryan memang selalu dapat melahirkan suatu
kesimpulan yang hebat" kata Kuda Amerta.
1243 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demikianlah raden" kata patih Dipa "sebenarnya alam
kehidupan dengan seluruh isi serta berbagai peristiwa itu sudah
merupakan suatu ajaran besar di mana setiap kali kita dapat
menerima buah pelajaran yang tidak ternilai harganya"
(Oo-dwkz-ismoyo-oO)
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
II Patih Dipa kembali ke pura Majapahit menghadap Daha
untuk me laporkan peristiwa yang telah terjadi di Daha. Rani
terkejut tetapi diam-diam pun mesasa girarg.
"Kakang patih mengatakan bahwa dalam peristiwa itu, kakang
Amerta banyak berjasa?" Rani menegas.
"Demikian, gusti" kata patih Dipa "pertama, tanpa diminta
raden Kuda Amerta telah menyediakan tenaga untuk menjaga
keselamatan pura paduka. Itulah sebabnya maka waktu Rudra
hendak menyerbu keraton, raden Kuda Amerta sempat
memergokinya" "O" "Masih ada sebuah yang perlu hamba haturkan ke hadapan
paduka, gusti " kata patih Dipa pula " suatu bal yang hamba
harus mohon maaf kepada paduka"
"Hal apakah itu, sehingga kakang patih perlu bersikap
demikian?" "Hal tindakan hamba dalam rangka penyelesaian keamanan
pura Daha, gusti" "Jika demikian mengspa kakang patih perlu memohon maaf"
Bukakah sudah wajar apabila kakang mengambil langkah
demikian?" 1244 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Dipa menghela napas "Tetapi tindakan hamba itu berbau
suatu tindakan yang lancang. Hamba anggap lancang karena
sebelumnya hamba tak memohon idin kepada paduka"
Rani Daha kerutkan Dahi "Ah, apa sajakah hal itu kakang?"
Patih Dipa lalu menceritakan bahwa untuk mengetahui siapa
biangkeladi penyerargan ke keraton Daha itu maka dia telah
mengeluarkan keputusan, barangsiapa mampu menemukan
biangkeladi itu maka orang itu akan diberi ganjaran yang
setimpal oleh gusti Rani Daha. Orang itu boleh memohon apa
saja menurut keinginannya.
"Tidaklah hal itu suatu tindakan hamba yang lancang, gusti?"
patih Dipa menutup ceritanya,
"Ah" desah Rani Daha "kutahu bagaimana kenyataanmu
kepada kerajaan Majapahit, pengabdianmu kepada ayunda Rani
Kahuripan dan kepadaku peribadi. Dan dalam rangka untuk
membasmi pengacau yang hendak menyerang keraton Daha,
sudah tentu aku menyetujui tindakan kakang patih itu"
"Terima kasih, gusti" patih Dipa menghaturkan sembah.
"Tetapi siapakah gerangan yang dapat melakukan hal itu,
kakang patih?" ujar Kani Daha.
"Seorang ksatrya mula keturunan raja, gusti"
"Siapa?" Rani Daha terkejut,
"Keturunan raja Wengker yang bergelar raden Kuda Amerta,
gusti" "Ka . . . ah, kakang patih" hampir Rani Daha tak dapat
menguasai luap perasaan tetapi segera puteri itu tersadar akan
kedudukannya sehingga kata-katanya yang terakhirpun mulai
menurun tenang pula "benarkah itu?"
"Masakan hamba berani berbohong kepada paduka, gusti"
1245 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atas permintaan Rani maka patih Dipa menceritakan semua
peristiwa yang telah dialam i raden Kuda Amerta waktu dicegat
kawanan Kebo Angun-angun dan kemudian Rudra. Hanya satu
hal yang sengaja tak dihaturkan yalah bahwa kesemuanya, itu
sebenarnya adalah menurut rencananya, raden Kuda Amerta
hanya melaksanakan saja. "Itulah gusti, keresahan hati hamba karena harus
melaksanakan apa yang telah hamba janjikan. Oleh karena itu,
hamba mohon maaf dan mohon diperkenankan untuk
menyerahkan keputusan itu ke hadapan paduka"
Rani Daha diam termenung beberapa saat. Ia gembira tetapi
tak tahu bagaimana harus melaksanakan kegembiraan itu. Jika
bukan seorang Rani, kemungkinan ia tentu sudah meluapkan
perasaan batinya dengan bebas.
Memang dalam banyak hal Rani Daha sering tertumbuk antara
perasaan dan keadaan, kehendak dan kenyataan. Dia merasa tak
dapat menikmati perasaan sebagai seorang gadis yang sedang
mekar karena terpancang oleh kedudukannya. Keinginannya
adalah wajar seperti yang dimiliki oleh setiap puteri remaja,
tetapi kenyataannya dia seorang Rani "Ah, betapa nikmat dan
bahagia hidup gadis-gadis yang lain, yang dapat mencurahkan
perasaan hatinya tanpa harus terikat oleh kedudukan dan
martabat" sering Rani mengeluh apabila menghadapi hal hal
seperti itu. "Gusti " kata patih Dipa yang dapat menyelami renungan Rani
"mengapa hamba lancang mengambil keputusan itu, adalah
karena ..." "Ya, kutahu kakang patih" tukas Rani Daha.
"Selain dalam rangka menumpas gerombolan yang mengacau
keamanan Daha, pun hamba melihat suatu persamaan antara
Daha dengan Kahuripan"
"O, apa maksud kakang patih?" ujar Rani terkejut.
1246 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bahwa beberapa waktu yang lalu Kahuripan telah dilanggar
wabah penyakit aneh sampai gusti Rani Kahuripan berkenan
menurunkan amanat berupa sayembara. Bahwa barangsiapa
yang dapat menemukan lencana Garuda-mukha, apabila seorang
wanita akan dianggap sebagai saudara sekandung, apabila pria
akan diangkat tebajai pria-narpati"
"Di pura paduka, pun hamba anggap sedang dilanda wabah
penyakit yani pengacau-pengacau yang hendak merusak
keamanan Daha. Penyakit dan pengacau beda bendanya tetapi
sama sifatnya, merupakan wabah yang membahayakan
keselamatan rakyat. Dan tidak berlebih-lebihan kiranya apabila
keduanya diperlakukan sama dengan suatu sayembara yang
sama nilainya pula. Namun anugerah daripada pemberantasan
pengacau di pura paduka itu, belumlah hamba tegaskan
sebagaimana halnya sayembara di Kahuripan. Karena apabila a-
nugerah daripada sayembara di Kahuripan itu adalah gusti Rani
Kahuripan yang menentukan maka seyogya-nya anugerah pada
pemberantasan pengacau di Daha itu hamba serahkan ke bawah
duli paduka, gusti" Dalam mengikuti kata-kata patih itu, diam-diam Rani Daha
sudah dapat menyingkap kabut sutera yang menyelimuti maksud
hati patih Dipa. Diam-diam pula ia gembira dan berterima kasih
kepada patih yang tahu akan isi hatinya. Memang selama
menjalin hubungan dengan raden Kuda Amerta, patih Dipapun
tahu. Bahkan dimasa-masa turunnya amanat dari seri baginda
Jayanagara yang melarang setiap prianom datang ke Daha,
banyaklah patih Dipa memberi bantuan kepada raden Kuda
Amerta agar dapat berkunjung ke Daha.
Rani Daha agak menaruh syak wasangka dalam peristiwa itu.
Mengapa sebab patih Dipa mengeluarkan keputusan semacam itu
" Dan mengapa pula justeru raden Kuda Amerta yang dapat
menunaikan hal itu" Tidakkah sesungguhnya telah terjalin suatu
kerjasama antara kedua orang itu"
1247 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Umumnya orang curiga kalau dirinya ditipu atau dibohongi,
tentu akan kurang senang. Tetapi ada kalanya orang merasa
senang walaupun tahu kalau dirinya dibohongi. Dengan demiklaa
'bohong' itu harus ditinjau dari sudut kepentingan. Bohong yang
merugikan oraug jelas jahat. Tetapi bohong ada kalanya tidak
sangat jahat jika untuk kepentingan menghibur dan menolong
penderitaan orang. Ada pula bohong yang disebut bohong wajib.
Juga terlepas dari s ifat buruk.
Dalam persoalan yang dihadapinya saat itu, patih Dipa
memang sengaja menyembunyikan sesuatu kepada Rani Daha
dengan tujuan agar cita-citanya untuk mempertemukan raden
Kuda Amerta dengan Rani Daha dapat terlaksana. Sebagaimana
halnya terhadap Rani Kahuripan dengan raden Kertawardhana,
pun terhadap persoalan Rani Daha dengan raden Kuda Amerta,
patih Dipa merasa mempunyai beban batin untuk menyempurnakan perjodohan mereka. Karena hal itu mempunyai
kaitan dengan tegak dan kelestarian kehidupan kerajaan
Majapahit di masa-masa mendatang.
Rani Daha mendengar dengan penuh perhatian persembahan
kata patih Dipa. Dan Rani samar samar dapat menarik
kesimpulan akan tujuan patih itu.
"Kakang patih, banyak hal yang engkau lakukan kepadaku.
Baik sepengetahuan maupun di luar pengetahuanku. Dan dalam
persoalan dengan kakang Kuda Amerta sudah tentu akupun
menyetujui tindakanmu karena hal itu engkau lakukan demi
kepentingan negara" kata Rani "namun dalam hal ini, akupun
akan mengikuti jejak ryunda Rani Kahuripan, agar kakang patih
menyampaikan hal itu kepada ibunda ratu Gayatri. Kuserahkan
segala keputusan kepada ibunda"
Patih Dipa dapat menangkap apa yang terkandung dalam hati
Rani. Ia tahu bahwa karena tindakannya terhadap pemberantasan pengacau di Daha itu mempunyai nilai sama
dengan sayembara menanggulangi wabah penyakit di Kahuripan,
1248 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka nilai daripada anugerah kepada yang berhasil rnengatasi
karya, haruslah sama pula. Atau lebih jelas, anugerah itu harus
sama detgan anugerah yang dijanjikan Rani Kahuripan yalah
apabila yang berhasil menemukan lencana Garuda-mukha,
apabila seorang wanita akan d'angkat sebagai saudara
sekandung, apabila pria akan diambil sebagai pria narpati.
Demikian pula hendaknya di Daha.
Patih Dipa tahu pula mengapa Rani Dana menyerahkan
persoalan itu agar d laporian ke hadapan gusti ratu Gayatri.
Adalah kalau dalam peristiwa di Kahuripan, Rani Kahurpan yang
berkenan menjanjikan anugerah itu tetapi Rani Daha belum
menjanjikan. Sebagai seorarg puteri agung apapula seorang
Rani, sudah tentu Rani Daha terpancang oleh keagungan pekerti
dan martabatnya sebagai seorang Rani. Tetapi dengan
menyerahkan persoalan itu ke hadapan ibunda gusti ratu Gayatri,
jelas Rani Daha menginginkan penyelesa ian yang sama seperti
yang telah terjadi pada Rani Kahuripan.
"Baik, gusti, hamba menghaturkan sembah terima kasih atas
kepercayaan yang gusti limpahkan kepada hamba"
"Sebulat buluhlah kepercayaanku kepada kakang patih" ujar
Rani Daha. Sehabis menghadap Rani Daha, patih Dipapun lalu
menghadap Rani Kahuripan. Setelah menceritakan peristiwa yang
telah terjadi di Daha, patih Dipapun menghaturkan tentang
peristiwa yang terjadi pada diri raden Kuda Amerta.
"O, bagus, kakang patih" seru Rani Kahuripan "lalu bagaimana
tanggapan adinda Rani Daha"
"Gusti Rani tak dapat memberi keputusan tentang anugerah
yang layak diberikan kepada raden Kuda Amerta melainkan
menitahkan hamba untuk menghaturkan hal itu akan keputusan
gusti ratu Gayatri, gusti"
"Dan bagaimana pandanganmu sendiri, kakang patih?"
1249 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba gusti " Ah, soal itu menyangkut kepentingan gusti
Rani Daha dan para gusti sekalian. Bagaimana hamba berhak
untuk bicara?" "Patih Dipa" titah Rani Kahuripan "mengapa engkau masih
bersikap sebagai seorang asing" Kami bertiga, adinda mendiang
Petualang Asmara 21 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Sepasang Pedang Iblis 27
yang bernama Kuda Amerta itu hendak merebut hati Rani Daha.
Nah, engkau tentu dapat memahami sendiri apa yang kumaksud
dengan pamrih itu" 1186 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diluar dugaan Kuda Amerta menjawab "Benar, memang aku
mempunyai pamrih. Setiap gerak, baik pemikiran maupun
tindakan, tentu mengandung pamrih. Tanpa pamrih tak mungkin
kita bergerak. Tetapi mengapa kita harus malu mengatakan hal
itu " Bukan suatu hal yang hina dan jahat apabila kita memiliki
pamrih yang baik. Engkau sendiri, ki sanak, kedatanganmu
kemari bukankah juga mempunyai pamrih " Pamrih itu pada
hakekatnya adalah tujuan"
"Memang sudah kuketahui bahwa engkau mempunyai pamrih
untuk mengarah Rani Daha"
"Salahkah itu" Adakah undang-undang yang melarang hal itu
" Tidakkah sudah wajar apabila seorang pria mempunyai pamrih
terhadap wanita?" "Benar" sahut Kebo Angun-angun "memang sudah sewajarnya
menurut kodrat hidup. Tetapi ada pula yang tak wajar apabila
seorang pria hendak memiliki pamrih terhadap seorang kenya
yang martabat, kedudukan dan keturunannya jauh lebih tinggi
dari dia. Mempunyai pamrih terhadap seorang ratu, memang
dapat mendatangkan kenikmatan hidup yang tiada taranya.
Kekayaan, kekuasaan dan kehormatan"
Terbeliak seketika mata Kuda Amerta mendengar kata-kata
Kebo Angun-angun "Jangan bermulut lancung, Kebo Angun-
angun" hardiknya dengan mata bersinar tajam "hubungan antara
pria dan wanita itu merupakan Rasa yang keramat dan suci.
Jangan engkau cemarkan dengan segala nafsu untuk
memperoleh harta, kekuasaan dan kedudukan"
Kebo Angun-angun tertawa "Engkau boleh mengatakan seribu
satu macam alasan, merangkai seribu satu kata-kata yang indah,
tetapi aku hanya melihat satu kenyataan. Kenyataan yang nyata"
"Kebo Angun-angun, aku meminta pertanggungan jawab atas
ucapanmu itu !" teriak Kuda Amerta marah karena tersinggung
dengan kata-kata orang. 1187 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tanpa engkau meminta, aku memang hendak memberikan
kepadamu. Pertanggungan jawabku sebagai seorang pejuang
Daha kepada orang yang jelas akan berdiri di fihak lawan" seru
Kebo Angun-angun. "Kakang Angun-angun" tiba-tiba Nurwenda membuka suara
pula "apakah tindakan kita ini sudah benar?"
"Apa maksudmu adi ?" tanya Kebo Angun-angun.
"Ki sanak ini bukan senopati Daha bukan pula seorang
narapraja Daha. Diapun tak pernah mengganggu sepak terjang
Wukir Polaman. Mengapa kita harus memusuhinya?"
"Ketahuilah, Nurwenda" seru Kebo Angun-angun "dia bercita-
cita hendak merebut hati Rani Daha. Jika kelak dia menjadi suami
Rani Daha, bukankah dia juga akan memberantas gerakan Wukir
Polaman?" "Kakang Angun angun" sahut Nurwenda "soal dia merebut hati
Rani Daha, adalah soal perorangan. Jangankan dia, pun setiap
prianom berhak untuk melakukan hal itu. Tetapi juga menjadi
hak Rani Daha sepenuhnya untuk menerima atau menolak.
Persoalan itu adalah persoalan peribadi diantara pria dan wanita"
"Nurwenda ...."
"Bahwa kelak dia akan menjadi suami Rani Daha, itu soal
kelak. Soal yang belum pasti. Terhadap soal kelak yang belum
dapat kita pastikan, mengapa sudah kita tindak sekarang ?" tukas
Nurwenda tanpa memberi kesempatan kepada Kebo Angun
angun mengerat pembicaraannya.
"Nurwend.. . . . ."
"Kurasa" cepat Nurwenda melanjut lagi "yang mutlak
berkepentingan dalam saat dan di tempat ini adalah ki sanak ini
dengan ki sanak yang itu "dia menunjuk Kuda Amerta kemudian
Rudra "kurasa biarlah mereka menyelesaikan persoalan mereka
dulu" 1188 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar" Rudra menanggapi "Silakan pergi orang Wukir
Polaman. Turutlah nasehat kawanmu yang bijaksana ini"
Merah muka Kebo Angun-angun menerima sindiran Rudra. Dia
memang tak setuju dengan pernyataan Nurwenda yang
dianggapnya lebih cenderung pada fihak Kuda Amerta. Sejak
bertemu dengan Nurwenda, sebenarnya Kebo Angun-angun
mengharapkan suatu tenaga yang berharga dari Nurwenda agar
dapat membantu melaksanakan perjuangannya. Tetapi ternyata,
sejak di Kahuripan yang lalu, Nurwenda sudah memperlihatkan
sikap dan ucapan-ucapan yang bertentangan dengan pendirian
Kebo Angun-angun. Dan sekarargpun pemuda itu kembali
memperlihatkan sikap dan ucapan yang tak menyetujui
tindakannya terhadap Kuda Amerta.
"Ki sanak" serunya kepada Rudra "jangan engkau memandang
rendah kepada orang Wukir Polaman. Sekalipun engkau berbalik
haluan memihak kepadanya, kami anak2 Wukir Polaman takkan
gentar menghadapi" "Tetapi apa yang dikatakan kawanmu tadi memang benar.
Yang mempunyai kepentingan besar di tempat ini adalah aku
dengan pemuda itu. Wukir Polaman tak perlu campur tangan"
kata Rudra. Kuda Angun-angun hendak membantah tetapi tiba-tiba Kuda
Sempalan yang berada di belakangnya, maju mendekat dan
membisiki beberapa patah kata kepada Kebo Angun-angun.
"Baiklah, ki sanak" akhirnya Kebo Angun-angun berseru
"silakan engkau menyelesaikan persoalan ini dengan dia. Karena
engkau secara langsung memang terlibat dalam persoalan
semalam. Tetapi kukatakan kepadamu, secara tak langsung
Wukir Pohman juga mempunyai kepentingan dengan dia. Setelah
engkau, maka kamipun akan bertindak"
"Ya, engkau memang pintar" ejek Rudra "tetapi tak apa. Aku
memang menghendaki yang pertama menghadapi pemuda itu"
1189 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun tak dikatakan dengan ucapan tapi Kebo Angun-
angun dapat menangkap arti dari ucapan Rudra yang memujinya
pintar. Rudra hendak mcncemoh bahwa Kebo Angun angun
memang sengaja supaya dia yang menghadapi Kuda Amerta
dulu. Siapapun yang menang tentu akan menderita luka dan
lelah. Pada saat itulah Kebo Angun-angun akan menyelesaikannya. Rupanya Kebo Angun-angun menyadari bahwa ucapannya tadi
telah dapat diselami Rudra. Ia merasa malu hati maka dengan
serempak diapun berseru kepada Kuda Amerta "Ki sanak, jelas
bahwa rombonganku dan ki Rudra ini sama-sama mempunyai
persoalan dengan engkau, Mungkin ki Rudra dapat membebaskan engkau tetapi aku dan kawan kawan tak mungkin.
Atau mungkin aku dan kawan-kawanku mau memberi ampun
kepadamu tetapi ki Rudra pasti tidak. Oleh karena itu, engkau tak
perlu mengharap suatu perdamaian dan harus memilih siapa
diantara kami berdua, ki Rudra atau rombonganku, yang hendak
engkau hadapi dulu. Tak perlu engkau berkecil hati. Apabila
engkau bertanding dengan ki Rudra, kami takkan membantu.
Demikian apabila engkau bertempur melawan aku, akupun tak
menghendaki ki Rudra membantu"
Kuda Amerta tertawa "Kebo Angun-angun, jangan engkau
bersikap seperti seorang yang bermurah hati. Aku tak meminta
belas kasihanmu untuk membebaskan aku. Terutama kepada dia"
ia menunjuk Rudra "aku memang hendak mencarinya"
"Ki Rudra" seru Kebo Angun-angun seraya berpaling
memandang Rudra "engkau dengar sendiri ucapannya" Jangan
engkau mengandung pemikiran bahwa aku mempunyai
perhitungan untuk memperoleh kemenangan. Tetapi dia memang
hendak menangkap engkau!"
"Jangan banyak cakap, minggirlah" teriak Rudra kepada Kebo
Angun-angun dan diapun terus hendak maju menghadapi Kuda
Amerta. 1190 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
."Adi, jangan engkau yang maju tetapi biarlah aku yang
menghadapinya dulu" tiba-tiba Kebo Bingar menyelinap maju ke
muka Kuda Amerta "engkau harus membayar jiwa dari kawan-
kawanku yang telah binasa dalam peristiwa kemarin malam"
Kuda Amerta memandang lekat kepada panantang-nya. Ia
merasa seperti belum pernah berhadapan dengan orang itu.
Kemungkinan Kebo Bingar tentu yang di hadang Mahendra.
Teringat akan Mahendra yang telah menderita luka, meluaplah
kemarahan Kuda Amerta "Baik, silakan memulai" serunya seraya
bersiap. Kebo Bingar memiliki tenaga kuat. Ia mengandalkan
pukulannya yang pernah dilatihnya sehingga mampu memukul
hancur segunduk batu karang sebesar kepal kerbau. Dada Kuda
Amerta menjadi pusat sasaran yang akan di arahnya. Krakkkk ....
Ia terkejut ketika Kuda Amerta tidak menghindari melainkan
menyongsong dengan pukulan juga. Dua kerat tulang keras yang
saling beradu telah menimbulkan bunyi menderak yang keras.
Keduanya terhenti tegak di tempat masing-masing. Sepintas
keduanya memiliki tenaga yang berimbang. Hanya keduanya
merasakan penceritaan yang agak berbeda. Wajah Kuda Amerta
merah padam, dahi Kebo Bingar mengucurkan keringat.
Keduanya tertegun dalam keheranan. Kuda Amerta terkesiap
karena nyata lawan memiliki pukulan yang amat kuat sekali.
Sedang Kebo Bingar kesima karena pukulannya dapat ditahan
lawan. Menilik perawakannya, Kuda Amerta itu seorang pemuda
yang tak memiliki tubuh yang berotot keras tetapi ternyata
mampu membendung pukulannya.
"Pukulanmu hebat benar, ki sanak" sesaat kemudian Kuda
Amerta berseru memuji. "Cobalah terima yang ini" Kebo Bingar menyambut dengan
sebuah pukulan yang lebih keras lagi ke arah kepala lawan.
1191 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Uh ...." harapannya lawan akan menangkis lagi ternyata tak
terlaksana. Tubuh lawan menyelinap ke samping sehingga
pukulan Kebo Bingar jatuh ke tempat kosong.
Pukulan yang kena pada sasaran, walaupun sasaran itu benda
yang keras, memang menimbulkan rasa sakit tetapi puas.
Sedangkan pukulan yang jatuh di tempat koonsr, walaupun tidak
sakit tapi mnimbulkan sakit dalam perasaan karera penasaran.
Demikian dengan Kebo bingar. Ia merasakan penasaran yang tak
tersaluritu menimbulkan rasa sakit dalam hati, lebih sakit dari
ketika pukulannya beradu dengan pukulan Kuda Amerta.
Rasa tak puas karena menghantam angin telah menghambat
gerakannya. Ketika ia menyadari akan kemungkinan lawan
menyerangnya dari samping, ternyata sudah terlambat. Sesaat
dia hendak berkisar tubuh, lehernya telah ditepis oleh sebuah
tangan yang kuat sekali. Seketika ia rasakan darahnya berhenti,
napas sesak dan pandang matanya berbinar-binar, kesadarannya
merana .... "Kakang Bingar!" teriak Rudra yang menyaksikan keadaan
Kebo Bingar sesaat menderita dari tangan Kuda Amerta yang
menepis leher lawan. Kebo Bingar terhenyak. Ia menyadari apa yang telah
dideritanya. Tetapi sebelum ia sempat bergerak, tinju Kuda
Amerta telah mendarat di lambungnya, dukkkkk ....
Bagai pohon pisang ditebang, maka rubuhlah Kebo Bingar
menjerebah di tanah. (Oo-dwkz-ismo-oO) 1192 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 16 1193 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 1194 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Setelah gagal dalam serangannya ke keraton Daha, Rudra
terpaksa meninggalkan Rurnpung yang terluka. Juga Galar yang
tiba-tiba menyusut, dalam pertempuran walaupun dia berhasil
melukai lambung Mahendra, tetapi akhirnya dia rubuh dan
dibunuh oleh prajurit Daha.
Waktu Rudra dan Rurnpung menyelinap maju ke arah keraton,
dia meninggalkan Galar dan Sanca menghadapi pemuda tampan
yang menghadang di pintu gapura. Pemuda itu tak lain adalah
raden Kuda Amerta. Galar sangat bernafsu sekali, la tinggalkan Sanca untuk
menghadapi Kuda Amerta, terus lari menyusul Rudra dan
Rurnpung. Melihat itu Kuda Amerta agak gugup. Ia memutuskan
untuk segara menyelesaikan pertempurannya dengan Sanca.
Sanca sendiripun kurang bernafsu untuk menghadapi Kuda
Amerta. Ia juga ingin menyusul dan menggabungkan diri dengan
Rudra. Dalam sebuah kesempatan, Kuda Amerta melepaskan sebuah
tendangan yang tepat mengenai paha Sanca sehingga Sanca
terlempar beberapa langkah. Sehabis itu Kuda Amerta terus
berputar diri dan lari ke arah keraton. Dia ingin mencegah
kawanan yang hendak menyerang keiatcn.
Kesudahan dari pertempuran di halaman pura istana, Galar
mati, Sanca terluka dan melarikan diri. Hanya Rudra yang masih
selamat. Namun karena melihat suasana tak menguntungkan,
terpaksa dia juga meloloskan diri. Sepanjang ma lam itu dia
berusaha untuk mengumpulkan kawan-kawan. Yang berhasil
didapatkannya adalah Sanca dan Kebo Bingar.
1195 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah beristirahat beberapa scat, pagi itu mereka bertiga
berusaha untuk mencari hubungan dengan kawan-kawan yang
bertugas untuk menyerang dari beberapa arah. Sesaat dia dan
Kebo Bingar, Sanca, sedang beristirahat dalam sebuah hutan
dalam rangka mencari kawan-kawan yang lain, mereka
mendengar derap seekor kuda menyusur jalan. Dengan cekatan
mereka bersembunyi di balik gerumbul pohon. Mereka terkejut
ketika melihat seorang pemuda tampan seorang diri tengah
mencongklangkan kuda. "Raden" bisik Sanca "agaknya pemuda itulah yang semalam
bertempur dengan aku"
"Hm, jika begitu, kita hadang dia" kata Rudra seraya hendak
beringsut. Tetapi tiba-tiba muncullah rombongan Kebo Angun-
angun menghadang pemuda tampan itu. Semua pembicaraan
yang berlangsung antara Kebo Angun-angun dan Kuda Amcrta
telah didengarnya. Rudra terkejut ketika mengetahui bahwa Kuda
Amerta itu adalah prianom yang disebut-sebut sebagai calon
suami Rani Daha. Sebelum sempat menentukan langkah, Rudra heran dan
terkejut mendengar ucapan Nurwenda yang bernada lain
daripada pendirian Kebo Angun-angun. Serentak diapun keluar.
Demikian asa l mula Rudra dan kedua kawannya tiba-tiba muncul
di hutan itu. Ketika semalam bertempur di alun-alun, Sanca telah
menderita kekalahan. Pahanya termakan tendangan Kuda
Amerta. Sebenarnya bal itu, menurut perasaannya, takkan terjadi
apabila saat itu pemusatan pikirannya tak terbelah. Dia memang
hendak cepat-cepat menghindari serangan Kuda Amerta agar
dapat menyusul Rudra. Maka waktu melihat Kebo Bingar
terbanting ke tanah, Sancapun cepat mengayunkan tubuh
menerjang Ku ia Amerta "Jahanam, akan kuremuk tulang
belulangmu" 1196 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda Amerta terpaksa loncat mundur "Hm, engkau lagi.
Apakah engkau ingin merasakan kakiku lagi seperti semalam?"
serunya mencemoh. Sudah barang tentu Sanca merah mukanya. Di hadapan Rudra
dan beberapa orang dari Wukir Polaman, kata kata Kuda Amerta
itu jauh lebih sakit rasanya daripada jika ditusuk ujung pedang
"Keparat, aku akan mengadu jiwa dengan engkau !"
Kuda Amerta cepat dapat menyimak bahwa Sanca itu seorang
berangasan atau penaik darah. Dan tersenyumlah ia dalam hati
Kemudian berseru "Mengadu jiwa " Ah, tak sepadan apabila
jiwaku harus bertukar dengan jiwamu"
Demikian keduanya terlibat dalam pertempuran yang cukup
seru. Namun karena tak dapat menguasai kemarahannya,
gerakan Sanca tampak amat bernafsu sekali. Dia lebih
mengutamakan menyerang daripada memperkokoh pertahanan.
Pada hal dalam pertempuran antara dua musuh yang berimbang
kekuatannya, apalagi kalau musuh lebih tinggi kepandaiannya,
tentulah akan menderita kalau sampai diserang. Memang Sanca
berpegang pada suatu ajaran yang pernah diucapkan gurunya
bahwa menyerang itu merupakan pertahanan yang baik. Tetapi
dia lupa bahwa menyerang dengan nafsu amarah yang meluap-
luap, bukan merupakan pertahanan yang baik melainkan
serangan yang lebih cenderung disebut membabi buta.
Rudra mengikuti pertempuran itu dengan penuh perhatian. Ia
terkejut ketika dalam saat itu Sanca merentang kedua tangan
untuk menggunting leher lawan. Pada hal Kuda Amerta berada
jarak yang dekat di hadapannya "Celaka" Rudra mengeluh dan
hendak berseru memberi peringatan. Tetapi terlambat.
Terdengar bunyi berdegup ketika tinju Kuda Amerta mendarat
tepat di perut Sanca "Auhbhhh ..." Sanca menguak dan menggeliat ke belakang,
terbanting bagai batang pohon ditebang.
1197 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akulah lawanmu, jahanam" Rudra loncat menikam lambung
Kuda Amerta. Kekalahan yang diderita kedua kawannya,
menyebabkan Rudra merah matanya. Dia mencabut pedang dan
terus menusuk. "Ah, engkaulah biangkeladi yang hendak kutangkap" seru
Kuda Amerta seraya berkelit ke samping, berputar tubuh dan
menepis lengan lawan. Ketiga gerakan itu dilakukan hampir
serempak dalam sebuah gerak. Cepat dan indah sekali.
Namun Rudra lain dengan Kebo Bingar dan Sanca. Rudra
bekas laksamana kerajaan Daha itu memiliki ilmu kanuragan
yang tinggi dan ilmu bermain pedang yang mengejutkan. Menarik
lengannya ke belakang, ia lanjutkan pedang untuk menabas
paha. Dan ketika Kuda Amerta beringsut mundur selangkah,
cepat sekali pedang Rudra sudah berganti membabat pinggang.
Pada waktu Kuda Amerta terpaksa mundur selangkah, Rudra
membolang baringkan pedang dan menyambar ke arah leher
Kuda Amerta. Serangan yang serba cepat tan berbahaya itu
terpaksa membuat Kuda Amerta harus berloncat dan bergeliatan
ke samping. Namun sekali sudah menguasai lawan dalam lingkup
serangan pedangnya, Rudra tak mau memberi ampun lagi.
Diserangnya priagung muda dari Wengker itu dengan gencar
sekali. "Hebat" gumam Kebo Angun-angun dalam hati dan
memancarlah wajahnya dengan sinar yang cerah. Dia memang
lebih menyukai apabila Rudta yang menang. Demikian pula
dengan kawan-kawannya kecuali Nurwenda seorang. Anakmuda
itu tampak kerutkan dahi dan bergumam pelahan
"Tidak adil" "Apa katamu, adi" " tegur Kebo Angun-angun.
"Kukatakan pertempuran itu tidak adil, berat sebelah. Rudra
menyerang dengan pedang sedang raden itu bertangan kosong"
1198 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan salah Rudra tetapi salah pemuda Wengker itu" bantah
Kebo Angun-angun "jika tahu kalau lawan menggunakan senjata
mengapa dia tak mau mencabut senjatanya juga?"
"Ah, disitulah letak perbedaan martabat seseorang" jawab
Nurwenda. "Apa maksudmu?"
"Raden itu hendak mengunjukkan laku seorang ksatrya.
Sebelum kulit lecet, tak mau menghunus senjata. Dan Rudra
membuktikan tingkah seorang jagoan. Hendak menang tanpa
menghiraukan tata santun"
"Dalam pertempuran, yang penting menang"
"Tetapi merebut kemenangan harus dengan secara gemilang"
"Aku tak mengerti maksudmu"
"Kemenangan adalah idaman dari setiap orang yang sedang
bertanding adu kanuragan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari,
kita selalu ingin menang dari o-rang lain. Itu memang baik asal
kemenangan itu direbut secara wajar" kata Nurwenda "yang
kumaksudkan dengan secara wajar adalah, apabila dalam
pertempuran dilakukan dengan cara yang adil dan tidak curang
sehingga lawan benar benar tunduk dalam ucap dan hatinya. Ia
harus merasa kalah karena kalah tinggi kepandaiannya. Demikian
halnya dalam kehidupan so-hari-hari terutama dalam percakapan
tentang sesuatu masalah, haruslah orang lain tunduk .karena
mengakui kebenaran dari apa yang kita kemukakan"
"Ah, engkau terlalu murni, adi. Dalam kehidupan yang
sebenarnya, rabanya jarang bahkan dapat dikatakan tak ada
o;ang yang mau berbuat seperti itu"
"Tidak, kakang Angun-angun" bantah Nurwenda "yang
mencemarkan kemurnian alam kehidupan tak lain adalah kita-kita
manusia ini juga. Padahal sudah tahu jelas bahwa apa yang kita
1199 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lakukan itu adalah cemar dan kotor serta curang, tetapi mengapa
orang masih mau melakukannya?"
"Sekarang engkau dapat berkata begitu, adi. Tetapi cobalah
beberapa tahun lagi apabila engkau sudah kenyang dalam
pengalaman berkelana di masyarakat ramai. Tentu akan lain pula
pendapatmu" "Sebenarnya setiap orang pasti tahu tentang pencemaran itu.
Tetapi mengapa mereka tetap mau melakukannya " Tak lain
karena hal-hal yang cemar dan curang itu lebih menguntungkan,
bukan?" Kebo Angun angun terbeliak.
"Seperti awan gelap tentu lebih perkaya dan menyeramkan,
demikian dengan perbuatan yang cemar dan curang tentu lebih
menonjol dan menguntungkan. Tetapi penonjolan atau
keuntungan yang cemar dan curarg tidak akan membawa
bahagia dan sejahtera. Dia akan dikejar oleh bayang-bayang
kecemasan dan ketakutan tentang perbuatannya itu"
"Sud . . . hai! " tiba tiba Kebo Angun-angun menjerit tertahan
karena menyaksikan peristiwa yang berlangsung dalam
gelanggang saat itu "ah, sayang, sayang !"
Ternyata pada saat itu telah terjadi adegan yang
menegangkan seiiap hati orang. Pedang Rudra hampir berhasil
menahas kepala Kuda Amerta tetapi Kuda Amerta masih sempat
mengisarkan kepala ke samping sehingga luput dari bencana
maut. Namun sekelumit kain baju pada bahunya yang kiri telah
terkupas, berikut dengan kulit dagingnya.
Memang luka itu tak berarti tetapi cukup membuat Kuda
Amerta menderita seiikit nyeri kesakitan. Kini diapun bangkit. Dia
menyadari bahwa amat berbahaya melawan seorang musuh yang
menggunakan senjata apabila dengan tangan kosong. Serentak
ia melolos sabuk pinggang yang terbuat daripada kulit ular.
1200 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Piak, plak, plak ... berulang kali pedang Rudra dibabatnya
dengan ujung sabuk sehingga pedang dapat dihalaunya. Dan
setiap kali dapat menghalau tentu dilanjutkan pula dengan
sabatan ke arah tubuh lawan sehingga lawan dnpat dipaksa
untuk menghindar. Kini jalan pertempuran berbalik keadaannya.
Jika tadi Kuda Amerta yang menjadi fihak diserang kini dia
berbalik menyerang. Diam diam Rudra terkejut. Jelas dilihatnya bahwa lawan hanya
menggunakan sabuk kulit tetapi mengapa setiap kali pedang
tersabat, ia rasakan lengannya bergetar dan pedang itupun
tersiak. "Hm, masakan sabuk kulit mampu menahan tabasan pedang"
pikirnya. Dan ia laksanakan angan-angannya itu ketika dengan
sebuah gerak seperti hendak menusuk, pada saat sabuk
melayang hendak menampar, pedangpun ditarik setengah jalan
terus dibabatkan sekuat-kuatnya, cret.....
Kuda Amerta terkejut karena termakan siasat lawan. Cepat dia
dapat mengetahui apa yang sesungguhnya dikehendaki Rudra.
Diam-diam ia tersenyum "Jangankan hanya pedang dari besi
baja, sekalipun pedang pusaka juga tak mampu menahas putus
sabukku" katanya dalam hati.
Sabuk pinggang itu terbuat daripada kulit ular naga berumur
ratusan tahun yang pernah menggemparkan kerajaan Wengker.
Ular naga itu bertapa di sebuah gua di lereng gunung Seribu,
dekat pantai laut selatan.
Daerah Wengker penuh dengan orang sakti. Ada sebuah
wisma yang disebut Pantyaraga, dimana sering diselenggarakan
pertandingan adu ketangkasan dan ulah kanuragan. Rakyat
Wengker memang gemar ilmu kanuragan sehingga banyaklah
berdiri padepokan-padepokan perguruan ilmu kanuragan.
Beberapa jago yang terkenal sakti, bahkan beberapa kepala
padepokan msndengar kabar tentang ular naga itu, segera
1201 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha untuk membunuhnya. Sebenarnya ular naga itu tidak
mengganggu rakyat. Tetapi memang sudah menjadi aliran yang
berlaku di kalangan kaum pendekar, mereka berlomba-lomba
untuk mengunjukkan kepandaian dan gemar sekali melakukan
sesuatu yang luar biasa dan menimbulkan kekaguman orang.
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena selalu diganggu orang, ular naga itu pun marah. Setiap
ada orang yang berani mengusiknya, dia segera menyemburkan
uap beracun sehingga banyak korban yang berjatuhan.
Peristiwa ular naga itu menjadi buah tutur seluruh kawula
Wengker. Ramanda Kuda Amerta amat perhatian sekari akan
peristiwa itu. Sebagai seorang kepala daerah, sudah tentu dia
mengambil tindakan. Pernah dicobanya untuk mengirim pasukan
bersenjata lengkap menumpas ular naga itu tetapi tetap tak
berhasil. Bahkan banyak prajurit prajurit yang mati.
Sejak itu rama Kuda Amerta tak mau melanjutkan usahanya
membinasakan ular naga itu. Pikirnya, asal tidak diganggu,
tentulah ular naga itu takkan mengamuk. Maka diapun melarang
rakyat datang ke gua tempat ular naga bertapa itu.
Tetapi ular yang sudah bertapa itu terlanjur tergoda oleh
hawa kemarahan. Dan diapun tak dapat mengendalikan diri lagi.
Dia ingin membinasakan manusia-manusia yang telah mengganggunya. Dia sering ke luar untuk me lalap ternak dan
menyambar manusia. Rakyat yang tinggal di sekitar tempat itu
ketakutan dan mengungsi ke lain tempat.
Pada suatu hari raden Kuda Amerta bermimpi aneh. Dia
menerima kunjungan seorang tua renta yang berkulit hijau tua
"Raden, kakek hendak minta pertolonganmu. Maukah engkau
melakukannya?" kata kakek tua renta itu dalam impian Kuda
Amerta. "O, tentu eyang, hamba tentu akan membantu permintaan
eyang. Tetapi apakah yang hendak eyang perintahkan kepada
hamba?" tanya Kuda Amerta.
1202 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebelum melanjutkan dalam pembicaraan ini, perkenankanlah
eyang bertanya kepada raden"
"Silakan, eyang"
"Apa laku dharma seorang ksatrya itu, raden?"
"Menolong orang yang berada dalam kesulitan, memberi air
kepada yang dahaga, memberi penyuluh kepada yang gelap,
menjalankan dharma kebaikan"
"Bagus, raden. Seorang ksatrya harus mau memberi
pertolongan kepada orang yang memohonnya, bukan?"
"Demikianlah, eyang"
"Baik" kata kakek tua renta itu "eyang mohon pertolongan
agar raden suka membebaskan penderitaan eyang"
"O, apakah eyang sedang menderita sesuatu" Kiranya
penyakit atau apakah yang sedang diderita itu?"
"Bukan" sahut kakek tua renta "bukan penyakit yang eyang
derita melainkan kejemuan"
"Kejemuan?" "Ya" "Eyang merasa jemu dalam soal apa?"
"Hidup....." "Hdup" Eyang jemu hidup?" Kuda Amerta terkejut.
"Begitulah, raden" sahut kakek tua renta itu "eyang sudah tua
renta, rasanya tulang belulang eyang sakit sekali"
"Berapakah usia eyang?"
"Tepatnya tak tahu tetapi sudah beratus-ratus tahun kiranya
eyang melihat sinar surya itu. Sudah berulang kali eyang bertapa
dan dapat memperoleh keremajaan lagi. Tetapi apa guna bidup
1203 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus menerus begitu " Eyang sudah jemu hidup begitu dan
eyang ingin mati" Kuda Amerta terbeliak. Umur kakek itu sudah ratusan tahun "
Dia dapat bertapa untuk mendapat keremajaan kembali " Aneh.
"Eyang, hamba kurang jelas apa yang eyang maksudkan
dengan cara eyang bertapa untuk memperoleh kemudaan
kembali itu" "Itulah karunia Hyang Murbeng-gesang kepada titahnya,
raden. Aku dikaruniai suatu sarana untuk mendapat kembali
kemudaan dengan cara bertapa. Tetapi manusia seperti engkau,
tentu tak mungkin dapat melakukannya, raden"
"Jika eyang memiliki ilmu kesaktian sedemikian mengapa
eyang merasa jemu hidup" Bukankah eyang dapat bertapa untuk
memperoleh kemudaan lagi?"
"Ah, apa guna raden. Bermula memang merasa bahagia
karena memiliki ilmu itu. Tetapi setelah berulang kali
mendapatkan kemudaan, akhirnya eyang merasa hambar. Hidup
eyang tak lain dan tak bukan hanya begitu-begitu saja"
"Ah" Kuda Amerta mendesah heran "hamba tak mengerti
mengapa eyang berputus asa dan merasa hambar akan
kehidupan. Padahal Eyang Widdhi telah mengaruniai banyak
sekali kenikmatan-kenikmatan hidup yang tiada taranya"
"Benar" jawab kakek tua renta itu "memang manusia diberkahi
dengan kenikmatan-kenikmatan yang luar biasa oleh Dewata
Agung, Aku sungguh mengiri oleh karena itu aku jemu pada
hidupku yang sekarang ini. Maukah raden menolongku?"
"Apa yang eyang kehendaki?"
"Bebaskanlah aku. raden"
"Apa maksud eyang?"
"Bunuhlah aku, raden"
1204 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuda Amerta terkejut sekali. Tak pernah ia menduga akan
menerima percintaan sedemikian aneh dari kakek tua renta itu
"Membunuh eyang?"
"Ya" "Mengapa eyang menghendaki demikian?"
"Aku mendapat kebebasan dan kelak dapat menitis kembali
sebagai mahluk yang lebih sempurna"
"Eyang" kata Kuda Amerta "sudah berulang kali eyang
mengatakan bahwa eyang tidak dapat menikmati kehidupan
sebagai manusia. Sungguh heran hamba mendengarnya.
Bukankah eyang itu juga seorang titah manusia seperti diri
hamba?" Kakek tua renta itu tertawa parau "Raden, cobalah pandang
daiku dengan seksama"
Kuda Amerta memandang kakek tua itu lekat-lekat. Serentak
terbelalaklah dia "Engkau . . . engkau . . bukan manusia . ."
"Tenanglah raden" kata kakek tua itu "memang aku bukan
titah manusia seperti raden. Akulah ular naga yang berada dalam
gua pegunungan Sewu itu, raden"
"Lalu apa maksud kedatanganmu menemui aku?" tanya Kuda
Amerta. "Seperti telah kukatakan kepada raden tadi. Aku hendak
mohon pertolongan raden untak menyempurnakan diriku agar
dapat mencapai kebebasan"
"Ah" Kuda Amerta mendesah
"O, adakah raden hendak menarik kembali janji yang telah
raden berikan kepadaku tadi?"
1205 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi jiwamu bukanlah pemberianku. Mengapa engkau
meminta aku yang mengambilnya" Mengapa engkau tak
mercohon kepada Dewata Agung untuk menyerahkan jiwamu?"
"Raden" kata kakek tua yang ternyata penjelmaan dari seekor
ular naga "segala sesuatu telah digariskan oleh Hyang Agung.
Jodoh, mati dan segala sesuatu dalam kehidupan kita. Berpuluh
tahun aku bertapa mencari kesempurnaan untuk mencapai
derajat yang lebih tinggi dari martabat diriku dalam kehidupan
sekarang ini. Akhirnya aku memperoleh wangsit dari dewata.
Bahwa kelak yang dapat menyempurnakan cita-cita itu tak lain
seorang prianom agung dari timur gunung Lawu. Ciri-cirinya,
priagung muda itu seorang ksatrya yang luhur budi dan kelak
akan menjadi suami seorang ratu"
"Ah" Kuda Amerta mendesah.
"Dialah yang dapat menyempurnakan keinginanku"
"Tetapi bagaimana engkau dapat memastikan bahwa prianom
itu adalah diiiku?" tanya Kuda Amerta.
"Raden" kata kakek tua renta itu pula "aku hendak bercerita.
Mungkin raden percaya, mungkin tidak. Tetapi bagiku, apa yang
kuceritakan ini memang benar-benar kulakukan dan kualam i"
Kuda Amerta mengangguk. "Dalam mencapai tingkat tertinggi dari tapa pati-raga, yang
kulakukan puluhan tahun, suksmaku dapat melayang keluar dari
ragaku ....." Kuda Amerta tidak terkejut. Dia memang pernah mendengar
keterangan gurunya bahwa memang pada tingkat tertinggi dari
auatu tapa pati-raga, suksma akan dapat melayang meninggalkan raga. Dan dalam tingkat kelanjutannya, suksma itu
akan masuk ke dalam raga lain. Ilmu itu disebut Ngraga suksma
atau memberi raga kepada suksma.
1206 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suksmaku melayang-layang, mengarungi dirgantara yang
tiada ujuag pangkatnya. Aku hendak mencari prianom yang akan
menjadi juru pembebasanku itu"
"Ketika melayang-layang di pura ini, aku terkejut ketika
melibat secercah sinar putih mencuat ke angkasa. Ketika
kudekati, pandang mataku silau. Dan ketika kucoba menyentuhnya, aku merasa jiwaku hancur lebur dan tahu-tahu
akupun berada kembali dalam gua pertapaanku. Beberapa malam
aku melakukan penyelidikan sinar putih yang sakti itu. Akhirnya
aku berhasil menemukan bahwa sinar putih itu tak lain berasal
dari pancaran suksmamu, raden"
"Dan engkau lalu yakin kalau aku pasti dapat membunuhmu?"
"Jika tiada memiliki keyakinan itu. langka apabila aku sengaja
memerlukan menghadap raden seperti saat ini"
"Ah" Kuda Amerta mendesah.
"Raden, kumohon janganlah raden menolak permohonanku.
Karena dengan mengabulkan hal itu berarti raden telah berbuat
suatu kebaikan karena menyempurnakan kebebasanku. Dan
kelak aku pasti akan membalas budi raden"
Kuda Amerta terdiam. Dia tengah merenungkan cerita kakek
tua itu "Ah, ternyata dia seekor ular naga yang ingin melepaskan
diri dari kodrat penjelmaannya sekarang dan ingin mencapai
derajat yang lebih tinggi. Jika demikian apa salahnya apabila
kululuskan permintaannya?" katanya dai m hati.
"Tetapi dia tak bersalah dan tidak mengganggu aku. Mengapa
aku harus membunuhnya?" pada lain saat berbantahlah hatinya.
"Raden . . . ."
"Ah, tidak. Jiwamu adalah pemberian Hyang Murbeng-gesang.
Kembalikanlah kepadaNYA. Mohonlah pengampunan kepadaNYA"
"Jadi raden menolak?"
1207 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan, aku bukan menolak tetapi aku merasa tak berhak
melakukan hal itu" "Kutegaskan, raden. Bahwa hal ini adalah dari permohonanku.
Maka segala tanggung jawab akan akibatnya adalah padaku. Dan
jika raden berkenan merenung ajaran dan wejangan bapa guru
raden tentang ilmu Kesejatian hidup, tentulah raden akan
teringat kepada sifat dan makna Hidup itu"
"Bagaimana maksudmu?"
"Bahwa yang sebenarnya hidup itu adalah sang Atma atau
sifat daripada ke-Aku-an kita setiap manusia. Untuk menjelma
sebagai bentuk manusia maka diberilah Atma itu sebuah wadah
sebagai bentuk perwujutan tubuh dan raga kita ini. Tubuh atau
raga merupakan benda. Dan setiap benda, tentu bersifat tidak
langgeng. Oleh karena itu sesuai dengan kodrat Praki-tri maka
tubuh kitapun akan lapuk dan rapuh. Tetapi sang Atma akan
tetap hidup menurut kodrat dharma dan amal atau karma dalam
kehidupannya yang baru saja berakhir itu"
"Oleh karena itu raden, apabila raden saat ini sudah teringat
akan wejangan itu, kukira tiadalah hal-hal yang harus
memberatkan pikiran raden untuk menyempurnakan diriku.
Bahkan dengan amal raden itu maka raden telah melakukan
suatu karma baik karena telah menolong diriku dari derita
kehidupan sekarang ini"
Masih Kuda Amerta berdiam diri walaupun kesadarannya
sudah mulai tersibak. "Ah, kurasa raden tentu dapat mengerti akan jalan pikiran
seorang yang ingin mencari jalan ke ke matian seperti diriku ini.
Misalnya raden tetap enggan membunuh aku karena raien
merasa bahwa aku tidak bersalah kepada raden. Tetapi tidakkah
raden sependapat dengan aku, bahwa dalam rangka untuk
mencari kematian itu aku dapat berbuat segala apa, termasuk
mengganggu dan bersalah kepada raden. Dalam keadaan seperti
1208 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, kurasa raden pasti akan menindak aku dan akhirnya tiba juga
pada saatnya raden pasti akan membunuhku seperti yang saat ini
ku mohonkan kepada raden"
Kuda Amerta tertegun. Apa yang dikatakan kakek itu memang
benar. T etapi dia mempunyai pertimbangan. Pertama, benarkah
dia ditakdirkan Hyang Agung sebagai juru pembebas dari ular
itu" Haruskah ia mempercayai cerita kakek itu secara
keseluruhan" Kedua, baik kakek tua itu penjelmaan dari ular
naga atau bukan, tetapi kakek itu tak bersalah, mengapa dia
harus membunuhnya"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Raden, aku tak dapat
lama2 menghadapmu" seru
kakek tua "pertimbangkanlah
permohonanku. Hanya aku ingin memberimu rahasia dari
kematianku. Hal yang perlu
engkau ingat jika nanti engkau akan membunuhku. Rahasia kematianku adalah
dipangkal lidahku. Jika engkau
panah, aku pasti mati"
Habis berkata lenyap kakek
itu. Kuda Amerta terjaga dari
tidurnya. Sampai terdengar
ayam berkokok dia masih merenungkan impiannya itu.
Laporan dari penduduk yang diserang ular naga itu
makin hari makin meningkat.
Bahkan ular naga itu sudah
sampai puncak kejahatannya,
yalah memakan manusia. Akhirnya Kuda Amerta mohon idin
kepada ramandanya untuk membasmi ular itu. Dan akhirnya
1209 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pertempuran yang cukup menegangkan hati, dapatlah
Kuda Amerta memanah pangkal lidah ular itu. Seketika ular itu
menyurut, melingkar dan tak bergerak lagi. Ketika ditinjau
ternyata ular itu sudah mati.
Suatu keanehan rneliputi kematian ular naga itu. Dagingnya
sudah hancur lenyap, yang tinggal hanyalah selongsong kulit.
Kuda Amerta suruh orang membuat-sabuk pinggang dari ekor
kulit ular itu. Demikian sekelumit kisah asal usul sabuk pinggang Kuda Amerta yang tak mempan ditabas pedang Rudra. Setelah menggunakan sabuk pinggang dapatlah Kuda Amerta mendesak dan menguasai perma inan pedang lawan. Dan pada suatu kesempatan, Kuda Amerta berhasil menyabut jatuh pedang Rudra. "Pengacau, terimalah kematianmu!" Kuda Amerta
maju menghampiri dan ayunkan sabuk pinggangnya. Saat itu Rudra tegak tertegun. Dia
pejamkan ma ta menunggu kematian. Sekonyong-konyong sesosok tubuh loncat dari balik pohon dan mendorong tubuh
Rudra, lalu menangkis 1210 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat raden Kuda Amerta mengayunkan sabuk pinggang
ular naga ke arah Rudra, tiba-tiba patih Dipa loncat ke tengah
gelanggang dan menyiak mereka. Mendorong Rudra, menangkis
sabuk ular sabuk pinggang Kuda Amerta, tarrrr . .
Kuda Amerta terkejut. Karena tangannya tergetar, terpaksa ia
menyurut selangkah ke belakang.
"Rakryan patih!" serunya terkejut pula setelah mengetahui
siapa yang menangkis sabuk pinggangnya.
"Maaf, raden" kata orang yang tak lain memang rakryan patih
Dipa. Patih itu membungkukkan tubuh sebagai pernyataan dari
ucapannya. "Rakryan, mengapa paduka menghalangi aku" Dia adalah
manusia yang menyerang istana Daha semalam" seru Kuda
Amerta. "Ya" sahut patih "jika raden membunuhnya, kita takkan
mendapat bukti, siapa sesungguhnya biang-keladi kerusuhan
semalam. Dia harus menerima hukuman tetapipun harus melalui
peradilan" Kemunculan patih Dipa di tengah gelanggang pertempuran
yang sedang dibayang-bayangi maut, menimbulkan kejut besar
di kalangan orang-orang yang berada di tempat itu. Terutama
Kebo Bingar dan Sanca, keduanya terus lari sipat kuping. Kebo
Angun-angun dan kawan-kawannya, walaupun tidak lari tetapi
hatinya setegang orang yang ingin lari.
Kuda Amerta tak membantah. Namun dalam hati diam-diam
dia terkejut dan heran. Terkejut karena patih Dipa memiliki
pendirian yang tegas tetapi adil. Bahwa bagi setiap orang yang
bersalah, tentu akan dihukum. Tetapi orang tidak dibenarkan
untuk main hakim sendiri. Kerajaan Majapahit sudah memiliki
undang-undang. Dia heran mengapa patih itu mampu menangkis
sabetan sabuk pinggangnya. Padahal jelas sabuk pinggang dari
kulit ular naga itu ampuh sekali.
1211 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peranan pada suatu ketika yang lalu, di dihadang oleh
kawanan begal. Karena kawanan begal yang terdiri dari lima
orang itu menggunakan senjata, terpaksa diapun menggunakan
sabuk pinggangnya. Kelima begal itu terpaksa harus menyerah
kalah. Yang tiga me larikan diri. Yang satu menderita tersabat
kakinya. Walaupun hanya kaki, tetapi orang itu tidak dapat
berjalan. Sedang yang seorang lagi menggeletak di tanah.
"Mengapa engkau tak ikut melarikan diri?" tegur Kuda Amerta.
"Ampun, raden" kata penyamun itu "tetapi kaki hamba tak
dapat berjalan" Penyamun itu mengatakan bahwa kakinya yang tersabat itu
terasa pepes tulangnya sehingga hilang terjaganya. Kuda Amerta
heran. Dan ketika memeriksa penyamun yang menggeletak,
penyamun itu merintih-rintih "Raden, engkau seorang ksatrya
yang rendah martabatmu!"
Kuda Amerta terkejut "Mengapa" Engkau hendak membunuh
aku dan aku membela diri, salahkah itu?"
"Tidak salah" sahut penyamun dengan nada penasaran "tetapi
kalau mau bunuh, bunuhlah, jangan engkau siksa aku seperti ini"
"Menyiksa?" "Ya" sahut penyamun itu "coba lihat, betapa keadaanku ini.
Aku tak dapat bangun karena tulang punggungnya remuk"
"Ah" Kuda Amerta mendesah. Dia tak sangka bahwa sabuk
kulit ular naga itu ternyata memiliki daya khasiat yang
sedemikian hebat. T ubuh orang yang terkena sabatan, memang
tak menderita luka dan masih utuh seperti biasa, tetapi tulang
belulangnya remuk. Penyamun itu terkena sabatan pada
punggungnya dan karena tulang punggung remuk dia tak dapat
bangun. Ngeri Kuda Amerta membayangkan keadaan saat itu. Dia
memberi sejumlah uang yaog besar kepada kedua penyamun itu
1212 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk berobat. Dan sejak itu dia tak mau menggunakan sabuk
pinggang sebagai senjata lagi. Adalah karena berhadapan
dengan Rudra yang telah menyerang istana Daha dan yang
menyerangnya dengan pedang begitu gencar, terpaksa ia
mengeluarkan sabuk kulit ular nega itu. Dia benar benar heran
mengapa patih Dipa mampu menangkis.
Tiba-tiba berkatalah patih Dipa kepada Rudra "Engkau raden
Rudra, putera mendiang laksamana Rudratoka dari kerajaan
Daha?" "Ya" "Mengapa engkau tak berusaha untuk melarikan diri?"
Rudra gelengkan kepala tersenyum pahit.
"Apa engkau tak membayangkan bahwa engkau pasti kami
tangkap dan mendapat hukuman yang berat?"
"Ya" "Lalu mengapa engkau tegak berdiam diri " Tidakkah engkau
berusaha untuk bertempur lagi" Silakan ambil pedangmu dan
silakan puia engkau memilih lawan"
Rudra gelengkan kepala "Patih Daha, aku putera seorang
laksamana kerajaan Daha. Jangan banyak bicara lagi. Lekaslah
bunuh aku!" Terkejut patih Dipa mendengar jawaban pemuda itu "Bukan
aku tetapi rakryan adhyaksalah yang berhak mengadili dan
memutuskan hukuman kepadamu"
"Sia-sia" seru putera laksamana itu "bagiku hanya ada dua
pilihan. Berhasil me laksanakan cita citaku membalas dendam
darah ayahku atau mati. Nah, aku sudah kalah, bunuhlah. Tak
perlu diadili" 1213 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalah " Engkau masih segar bugar dan tak menderita luka
suatu apa" kata patih Dipa "mengapa engkau mengatakan
kalah?" "Patih Daha" sahut Rudra "senjata bagai seorang ksatrya
adalah kehormatannya. Senjata terpukul jatuh, berarti jatuhlah
kehormatan ksatrya itu. Aku tak mau bertempur dan akupun tak
ingin hidup lagi. Bunuhlah !"
"Baik" seru patih Dipa seraya menjemput pedang Rudra yang
masih menggeletak di tanah. Ia melangkah ke hadapan Rudra
"Rudra, bersiaplah menerima kematianmu"
"Baik" Rudrapun membuka baju dan busungkan dada, siap
menerima hunjaman pedang.
"Semoga kekhilafanmu lebur bersama kematian kehormatanmu, raden" seru patih Dipa lalu ayunkan pedang ke
dada Rudfa. "Licik ...." sekonyong-konyong sesosok tubuh berayun ke
tengah gelanggang dan menikam patih Dipa. Patih Dipa loncat
menghindar. "Raden Rudra, mari kita lawan mereka" seru orang itu seraya
mengguncang-guncang tubuh Rudra. Rudra membuka mata.
"Engkau orang Wukir Polaman!" serunya seraya menghantam
orang itu. Sudah tentu orang itu terkejut dan menghindar.
"Patih" seru Rudra kepada patih Dipa "lekas laksanakan
hukuman itu" Patih Dipa membuang pedang ke tanah dan menyahut "Sudah
selesai" "Selesai?" Rudra terbeliak heran "bukankah aku masih hidup?"
"Engkau sudah kubunuh tetapi engkau ditolong oleh Kebo
Angun-angun, ksatrya yang luhur" seru patih Dipa. Yang
menolong Rudra memang Kebo Angun-angun.
1214 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kebo Angun-angun memperhitungkan bahwa Rudra merupakan seorang tenaga yang sangat dibutuhkannya. Pemuda
itu sakti dan tujwannyapun hendak menghalau orang-orang
Majapahit dari Daha. Bukankah sayang sekali kalau sampai
dibunuh patih Dipa hanya karena Rudra hendak menetapi
pendiriannya sebagai seorang ksatrya " Bukankah dengan
menolongnya itu Rudra pasti akan bersedia menjadi kawan untuk
melawan rombongan patih Dipa " Inilah sebabnya maka ia
segera bertindak turun tangan menyelamatkan Rudra. Tetapi
betapa kejutnya ketika Rudra malah marah kepadanya.
"Tidak, engkau belum membunuhku"
"Hm, ketahuilah raden" kata patih Dipa "keinginanku untuk
membunuhmu sudah kulaksanakan. Walaupun engkau ditolong
Kebo Angun-angun, tetapi tidaklah menghapus kenyataan bahwa
keinginanku sudah terlaksana. Maka aku sudah membunuhmu
dan Kebo Angun argun yang menghidupkan engkau. Nyawamu
adalah pemberian Kebo Angun-angun"
Patih Dipa berputar tubuh dan mengajak Kuda Amerta
"Raden, mari kita tinggalkan terapat ini"
Kuda Amerta heran atas tindakan patih itu. Namun sebelum ia
sempat membuka suara, Rudrapun sudah berseru "Tunggu, ki
patih" "Mengapa?" patih D'pa hentikan langkah.
"Aku akan menyelesaikan persoalanku dengan Kebo Angun-
angun. Harap tunggu dulu, aku masih perlu bicara dengan
engkau" "Tidak perlu" sahut patih Dipa "bagiku raden Rudra putera
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
laksamana Rudraloka yang hendak menuntut balas itu, sudah
mati. Yang sekarang adalah Rudra, pemuda yang dihidupkan
Kebo Angun-angun .... " patih Dipa terus lanjutkan langkah.
1215 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dada Rudra tampak berkembang kempis karena menahan
luap perasaannya yang menggetarkan rongga dadanya. Berpaling
kearah Kebo Angun-angun, dia menuding "Kebo Angun-angun,
engkau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu.
"Raden Rudra" seru Kebo Angun-angun "bukankah aku
bermaksud baik untuk menyelamatkan jiwamu?"
"Siapa yang meminta engkau berbuat begitu?"
"Ah, raden" kata Kebo Angun-angun "jangan salah faham.
Tetapi kurasa pendirian raden untuk menyerahkan jiwa pada
orang Majapahit, tidak tepat. Sudah lumrah apabila dalam
pertempuran, senjata kita dapat terpukul jatuh oleh lawan.
Tetapi hal itu bukan berarti kita sudah kalah. Pertempuran tidak
ditentukan oleh jatuhnya senjata kita melainkan jatuhnya orang
yang bertempur" "Itu pendirianmu, Kebo Angun-angun" seru Rudra "tetapi
ajaran yang ditanamkan bapa guru kepadaku memang begitu.
Apabila dalam bertempur, senjata sampai direbut atau dihantam
jatuh oleh lawan, aku harus menyerah kalah"
"Ah, tetapi ini suatu perjuangan besar dan panjang. Tak benar
kalsu kita tetap berpegang pada pendirian itu"
"Jangan memaksakan pikiranmu kepada orang. Setiap orang
mempunyai pendirian sendiri"
"Bukankah tujuan raden hendak mencari orang yang telah
membunuh mendiang rama raden" Tidakkah tujuan itu akan
hilang apabila raden dibunuh patih Daha itu?"
"Mencari manusia yang telah membunuh mendiang ramaku
adalah tujuan hidupku. Tetapi menyerah kalah apabila senjataku
jatuh, adalah pendirianku, Aku akan mencapai tujuan dengan
pendirianku. Apabila dalam usaha mencapai tujuan ku terdapat
hal yang melanggar pendirianku, maka akupun rela mati
melepaskan tujuanku"
1216 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, raden terlalu polos dan jujur. Tetapi sesuatu yang
menjurus kearah terlalu itu, tentu cenderung kearah pemikiran
yang kukuh dan sempit. Raden masih mada, perjuangan raden
masih panjang, mengapa raden harus mengambil keputusan
pendek dikarenakan suata pendirian yang kurang sesuai dengan
kenyataan?" "Cukup Kebo Angan-angun" seru Rudra "jangan lagi kata
diperpanjang. Engkau telah menghina aku. Sekarang engkau
harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu itu"
"Rudra . . ." seru Kebo Angun-angun ketika me lihat Rudra
maju. Menyerangnya, Kebo Angun-angun terpaksa menghindar.
Beberapa kawannya segera maju menangkap Rudra. Dan
terjadilah pertempuran yang seru.
Betapapun perkasanya seseorang namun karena harus
menghadapi keroyokan beberapa orang, terpaksa Rudrapun
kalah. Dia dapat dipukul rubuh. Kuda Sempalan menghunus
pedang dan hendak membunuhnya.
"Jangan" teriak Nurwenda "dia tak bersalah kepada kita. Dia
marah karena sebagai seorang ksatrya, dia merasa dihina atas
tindakan kakang Kebo Angun-angun tadi"
"Lalu bagaimana tindakan kita?" tanya Kda Sempalan.
"Mari kita tinggalkan tempat ini dan biarlah dia menggeletak
pingsan" Kebo Angun-angun setuju. Merekapun segera angkat kaki
meninggalkan Rudra yang masih pingsan akibat menerima
hantaman pada tengkuknya.
Suasana dalam hutan pun suny i pula. Dan berke-siurlah angin
msnyusup kedalam celah-celah dahan dan ranting, bagaikan
bentara yang mengabarkan berita keselamatan.
Sesungguhnya hutan itu sudah mencangkum keseluruhan
unsur kehidupan. Air, hawa, sinar matahari. Tanpa ketiga unsur
1217 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, dunia akan berhenti berputar. Bahkan kurang salah satu dari
unsur itu saja, dunia akan menderita ma lapetaka. Dan
kelengkapan hutan yang sedang beristirahat dalam kesunyian
dan bermenung dalam kedamaian i:u, dicemarkan oleh sesosok
tubuh yang tengah menggeletak di tanah. Itulah Rudra.
Rudra tidak mati melainkan hanya pingsan. Namun api
kemarahan karena keinginannya untuk mati yang tak tercapai itu
masih tetap membara, menghanguskan jasadnya sehingga
sampai lama sekali ia belum sadarkan diri.
Mati ternyata tidaklah mudah sebagaimana yang dialami
Rudra. Mati memang tidak mudah dan Hidup pun bukan
gampang. Namun yang jelas, Mati dan Hidup itu sudah
ditentukan oleh Hyang Murbeng Gesang. Menginginkan mati
sebelum habis tugas hidupnya, adalah menentang kehendak
dewata. Mendambakan hidup terus walaupun sudah tiba saatnya
mati, juga melawan kehendak dewata. Mati dan Hidup, adalah
satu. Satuan kodrat yang tak dapat dipisahkan. Ada kehidupan
tentu terdapat kematian. Sebagaimana ada awal tentu terdapat
akhir. Hidup bukan untuk menuju mati. Dan Mati bukanlah tujuan
hidup. Keduanya mempunyai arti dan isi sendiri. Hidup
mempunyai pertanggungan jawab akan kodrat hidup. Matipun
mempunyai pertanggungan jawab akan kodratnya.
Cukup lama kiranya sang surya memancarkan sinarnya pada
hutan. Dan pelahan-lahan merangkaklah bayang-bayang memenuhi hutan itu, menyurut makin mengecil dan akhirnya
melekat menunggal dengarn pohon. Ternyata surya sudah
condong ke barat. Rudrapun perlahan lahan mulai siuman, Pertama ia membuka
mata. Dihadapanrya terbentang warna hijau. Ia tidak lekas
bangun melainkan masih rnenyangsikan dirinya "Apalah aku ini
sudah mati atau masih hidup?"
Namun pandang matanya memberi kesan kepada pikirannya
bahwa yang dipandangnya itu adalah kehijauan dari warna
1218 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumput. Ia tak tahu adakah di alam baka sana juga terdapat
tanaman dan rumput. Dan jelas dia tak mungkin tahu karena dia
belum pernah mati. Yang jelas, hanya di dunia inilah yang
terdapat warna hijau yang dikenalnya sebsgai tanaman rumput.
"Jika demikian aku mungkin masih hidup" katanya dalam hati
lalu berusaha untuk menggeliat bangun "ah, benar, aku masih
hidup. Di sekelilingku ini adalah hutan ...." serentak ia mendapat
pulang kembali ingatannya akan hutan itu. Tadi ia bertemu
dengan rombongan orang Wukir Polaman yang menghadang
Kuda Amerta, lalu dia bertempur dengan Kuda Amerta dan tiba-
tiba muncul patih Dipa. Ia minta dibunuh karena senjatanya.
telah disabat jatuh oleh sabuk pinggang Kuda Amerta. Patih Dipa
hendak membunuhnya tetapi dirintangi Kebo Angun-angun, dan
.... "Mana Kebo Angun-angun" serentak iapun melenting berdiri
dan memandang le sekeliling. Tetapi tak seorang manusiapun
yang dilihatnya "kemanakah mereka" Bukankah tadi mereka
mengeroyok aku " Mengapa mereka tidak membunuh aku ! Ah,
celaka benar manusia-manusia Wukir Polaman itu. Tadi mereka
merintangi patih Dipa tetapi mengapa mereka sendiri juga mau
membunuh aku?" Rudra hendak mengejar tetapi tak tahu arah manakah yang
ditempuh mereka " Ah, akhirnya ia menghempaskan diri duduk
pula. "Patih Daha tahu bahwa akulah yang memimpin kawan2ku
untuk menyerang istana Daha. Tapi mengapa patih itu tak mau
membunuhku " Dan mengapa pula orang-orang Wukir Poiaman
itu juga tak mau membunuhku?" pikirannya mulai melayang-
layang membayangkan segala kemungkinan.
Sebenarnya sederhana sekali persoalan itu tetapi sebagai
seorang ksatrya, Rudra merasa tersinggung akan sikap mereka
"O, apakah mereka anggap aku ini kurang berharga bagi tangan
mereka?" 1219 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, ah, benar !" tiba-tiba Rudra berseru seorang dari
"bukankah patih Dipa mengatakan bahwa Rudra putera
mendiang laksamana Rudraloka sudah mati dibunuh dan Rudra
yang sekarang ini adalah Rudra yang dihidupkan orang Wukir
Poiaman! Ah, engkau kejam benar patih Dipa....."
Ia merasa ucapan patih Dipa itu jauh lebih menyakitkan
daripada tusukan pedang "Tidak, patih ! Rudra takkan ingkar
pada pendirian. Senjataku terlepas, jiwakupun harus terlepas.
Jika kalian tak mau membunuhku, aku dapat membunuh diriku
sendiri" Mata Rudra berkeliaran menjelajah tanah disekeliling dan tiba-
tiba dilihatnya pedangnya masih menggeletak disitu. Pedang itu
tadi dibuang patih Dipa. "Ah, pedang, engkau telah dihina patih Dipa. Demikianpun
aku" katanya seraya menjemput pedang itu "mari sertailah aku
menuju ke alam kelanggengan ..." habis berkata Rudra terus
hendak menghunjamkan ujung pedang ke dadanya.
"Tunggu dulu, raden Rudra" sekonyong-konyong terdengar
sebuah suara dan layang sebuah batu kecil yang membentur
batang pedangnya. Rudra terkejut dan berpaling. Ah, yang muncul itu seorang
brahmana muda. Dan kalau tak salah brahmana muda itulah
yang tadi hampir berkelahi dengan Kebo Angun angun.
"Engkau brahmana" " serunya.
"Ya, benar. Aku brahmana Silugangga yang engkau katakan
sebagai pejuang yang berbalik-kiblat tadi" sahut brahmana itu.
"Apakah engkau hendak mengganggu tindakanku?" Rudra
menegas. "Aku seorang brahmana. Menjadi tugas seorang brahmana
harus memberi pertolongan kepada orang yang sedang
menderita dan terancam bahaya"
1220 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak menderita dan tidak terancam bahaya. Aku tak
membutuhkan pertolonganmu, brahmana"
"Hak raden untuk berkata dan menolak tetapi kewajibanku
sebagai seorang brahmana untuk menolong" sahut Silugangga
"raden menderita dan terancam bahaya"
"Tidak ! Enyahlah engkau !"
"Raden menderita keguncangan jiwa dan terancam kematian
yang bukan mati layak"
"Apa katamu" Aku menderita keguncangan jiwa?"
"Ya" jawab Silugangga "jiwa raden telah menderita
keguncangan dari peristiwa yang raden alami tadi. Pada hal
keguncangan itu, bukanlah keguncangan yarg tepat tetapi lebih
banyak kukatakan, timbul dari sumber hati raden sendiri"
"Apa maksudmu, brahmana?"
"Raden Rudra" kata Silugangga dengan tenang "raden
mengatakan sebagai putera paman laksamana Rudraloka. Dan
aku adalah putera dari senopati Sagara Winoan. Tentulah ramaku
bersahabat baik dengan ramamu, walaupun keturunannya, aku
dan engkau, berbeda keadaan dan tujuan. Engkau raden Rudra
dan aku brahmana. Engkau hendak mencari balas kepada
pembunuh ramamu, aku hendak meluhurkan cemar nama
ramaku dalam pandangan sementara orang"
Mendengar itu tertegunlah Rudra.
"Jiwa adalah isi dan raga adalah wadah. Apabila jiwa sakit,
waiahpun akan merana. Kukatakan jiwamu sedang menderita
guncangan karena engkau memiliki pendirian yang baik tetapi
aneh" "Adakah baik tetapi aneh?"
"Ajaran dan wejangan ataupun pesan seorang guru memang
harus ditaati murid. Tetapi ada kalanya ajaran dan wejangan itu
1221 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak seluruhnya harus kita telan tetapi harus kita sesuaikan
dengan suasana" "Hm, engkau seorang brahmana murtad karena mengajarkan
dalih begitu" "Terserah apa katamu" sahut Silugangga "tetapi bagiku
memang demikian. Bahwa barangsiapa yang benar-benar
menghormati dan meluhurkan nama guru, haruslah mentaati
ajaran dan pesannya yang baik dan berani membuang yang tidak
baik. Ketahuilah, raden Rudra, ajaran agama yang kuanut, tidak
mengharuskan aku menerima begitu saja semua ajaran dan
wejangan guru tetapi harus kurenungkan, laksanakan dalam
kenyataan dan pengalaman hidup. Apabila hal itu tidak benar dan
tidak sesuai dengan kenyataan, akupun dibenarkan untuk
menyesuaikan dengan yang tepat dan benar"
"Bagaimana hai itu mungkin terjadi?"
"Semisal, ajaran dari guru mu yang mengatakan bahwa
senjata itu adalah kehormatan bagi seorang ksatrya. Senjata
hancur, orangnyapun binasa. Mungkin ajaran begitu tepat pada
suatu masa tertentu, antara lain apabila kita berhadapan dengan
musuh yang tak mungkin kita relakan dia hidup bersama dengan
kita. Tetapi apabila engkau berada dalam medan perang,
haruskah engkau tetap berperang teguh pada pendirian ajaran
gurumu itu?" Rudra tertegun. "Dan pula" kata Silugangga lebih lanjut "raden Kuda Amerta
itu bukanlah musuh yang engkau cari. Musuh yang membunuh
ramamu. Mengapa engkau harus berpegang pada ajaran gurumu
" Engkau tentu mengatakan bahwa tindakanmu menyerang
keraton Daha itu adalah benar karena engkau hendak
menghancurkan musuh yang telah menduduki keraton Daha.
Atau mungkin engkau menganggap keraton Daha itu bekas
tempat kediaman musuhmu sehingga harus engkau hancurkan.
1222
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi bagi anggapan pemerintahan Daha yang sekarang engkau
adalah seorang pengacau yang wajib dibinasakan. Dan secara
pandangan umum, engkau telah salah sasaran. Musuhmu
bukanlah keraton Daha, bukan pula raden Kuda Amerta. Bahwa
engkau dalam pertempuran telah menderita kekalahan senjata
terpukul jatuh hanyalah tepat engkau anggap sebagai hukuman
atas kekhilafanmu saja. Bukan harus engkau tebus dengan
pendirian yang berdasarkan ajaran guru"
"Engkau hendak mempengaruhi aku?"
"Tak ada orang waras yang tak mau menerima pengaruh
orang" jawab Silugangga "menerima bukan suatu hal yang buruk,
apabila menerima hal-hal yang baik. Tetapi menerima secara
membuta tanpa kita saring dan uji, memang buruk. Engkau
mengatakan tak mau menerima pengaruh orang" Jelas engkau
membohongi dirimu sendiri. Bukankah pendirian yang engkau
anut itu juga berkat pengaruh gurumu" Bukankah segala adat
istiadat hidup yang engkau laksanakan itu juga engkau warisi
dari pengaruh orangtua, leluhur dan lingkungan masyarakat
tempat tinggalmu " Jika engkau begitu kemati-matian menerima
pengaruh gurumu, mengapa engkau tak mau menyisihkan sedikit
pemikiran untuk menilai suatu pengaruh dari luar. Bagaimana
engkau dapat meyakinkan dirimu bahwa pengaruh yang melekat
pada dirimu itu benar dan baik apabila engkau belum tahu lain-
lain pengaruh sebagai bahan perbandingan. Semual bagaimana
kita tahu bahwa saat ini sore hari apabila kita tak tahu pada
waktu surya terbit diufuk timur itu kita namakan pagi hari?"
Rudra tertegun. Dipandangnya brahmana muda itu. Dia heran
bahwa seorang putera senopati Daha mengapa harus menuntut
kehidupan sebagai seorang brahmana. Mengapa tidak menggabungkan diri pada putera-putera senopati Daha yang
telah membentuk himpunan Wukir Polaman"
Namun ketika memperhatikan lipat-lipat pada kerut dahi dan
wajah bahmana muda itu, Rudra mendapat kesan bahwa
1223 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
brahmana itu pernah mengalami ujian hidup yang berat.
Serentak dia teringat akan kata-kata keras dari Kebo Angun-
angun tertuju kepada brahmana itu. Dan serentak iapun terkesan
akan kata-kata Nurwenda yang membela brahmana itu. Dan
seteiah menampung lingkaran-lingkaran hidup dari sekian banyak
pemuda, terutana brahmana Silugangga, timbullah kesan dalam
hati Rudra, bahwa ternyata masih banyak pemuda dan insan
manusia yang menderita. Bukan hanya dia, Rudra, seorang saja
yang menderita hidup itu, yang mengalami kepahitan nasib.
Tampak wajah Rudra berangsur-angsur mereda tenang.
"Lalu apa maksudmu mencegah tindakanku tadi" " tegurnya.
"Aku akan berusaha untuk menanamkan pengaruh kesadaran
batin kepadamu, raden" kata Silugangga "bunuh diri memang tak
diancam hukuman dalam undang-undang. Tetapi terancam
hukuman dalam undang-undang hidup. Engkau akan dinista
sebagai seorang ksatrya berjiwa tikus. Ketahuilah, mati itu
mudah dan mati itupun berarti melepaskan semua tanggung
jawab hidup. Seorang yang melepaskan tanggung jawab hidup
sebelum saat dia ditakdirkan mati, adalah orang yang melarikan
diri dari tanggung jawab, takut menghadapi penderitaan hidup"
"Hidup itu memang menderita" kata Silugangga pula "tetapi
nilai hidup itu memang terletak pada sifat hidup itu yani derita.
Barangsiapa dapat mengatasi kehidupan, dia ainlah pahlawan
yang dapat mengatasi segala rintang derita. Tetapi untuk dinilai
sebagai pahlawan, pun harus ditinjau dari karma hidupnya.
Karena hidup untuk hidup, hidup untuk menghabiskan masa
hidup, adalah hidup yang tak berarti. Hidup yang kosong. Hidup
yang menunggu kematian. Pada hal bukan itu letak makna dan
arti hidup yang sejati ...."
"Hidup adalah merupakan tugas yang diberikan dewata. Kita
harus mampu dan pandai me laksanakannya dengaa baik-baik,
Hidup yang tak berarti, hanyalah menyia-ny iakan tugas dari
dewata. Dan orang yang hendak bunuh diri, adalah orang yang
1224 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentang kehendak dewata. Hidup itu ditentukan oleh dewata.
Hidup adalah pemberian dari Hyang Murbeng Gesang, bukan
milik orang itu, milikmu sendiri. Maka janganlah engkau
menghancurkan pemberian dewata agung itu hanya karena
engkau hendak menetapi sikap seorang ksatrya sebagaimana
yang dipesankan oleh ajaran gurumu. Hidup mempunyai nilai arti
yang jauh lebih mulia, lebih luhur dan lebih besar dari ajaran
pesan gurumu itu. Maka apabila engkau berkenan menerima
persembahan kata-kataku ini, hentikanlah semua keinginan
hatimu untuk menghancurkan dirimu itu. Karena engkau akan
dinista sebagai manusia yang rendah budi. Tiada ksatrya yarg
mendapat pahala dewata karena perbuatannya bunuh diri"
Walaupun diam tetapi wajah Rudra memantulkan kata-kata
yang terpancar dalam batinnya. Kerut dahi makin hilang, sinar
matanya yang memberingas makin tenang. Kata-kata dari mulut
seorang brahmana yang hampir sebaya usia dengannya, dapat
menyentuh hati nurani. Bagaikan belaian jari jemari ibunya dikala
mem-belai-belainya pada setiap malam ia hendak tidur dahulu.
Teduh dan damai. "Kakang brahmana...." mulutnyapun bergerak-gerak mengucap kata-kata. "Raden Rudra" kata brahmana Silugangga pula "nasib kita tak
banyak kelainan. Apabila dahulu rama kita tentu saling
bersahabat, sekarang perkenankanlah aku menghaturkan kata-
kata tadi sebagai tanda kelanjutan persahabatan yang kita warisi
dari rama kita" "Duh kakang brahmana, aku sangat berterima kasih
kepadamu ...." "Raden ...." "Jangan memakai sebutan itu kakang. Panggillah namaku
saja. Engkau juga putera seorang senopati yang termasyhur"
1225 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Silugangga memeluk Rudra erat-erat "Baiklah, adi, engkau
benar-benar seorang ksatrya luhur"
"Ah, kakang brahmana ...."
"Tahu akan kekhilafan, itu suatu sikap yang bijaksana. M-
mperbaiki apa yang khilaf, adalah sikap seorang ksatrya yang
luhur perwira, adi" "O, kakang brahmana, aku bagai mendapat seorang kakak
kandung ...." Rudrapun balas mendekap Silugangga dengan erat.
Setelah melepaskan diri maka bertanyalah Rudra
"Kakang brahmana, aku merasa sangat mengiri akan
kebahagiaan yang engkau nikmati. Tenang dan teduh ucapanmu,
jernih dan damai pikiran dan tulus paserah s ikapmu memandang
kehidupan ini. O, alangkah bahagianya. Kakang brahmana, aku
ingin mengikuti jejakmu ...."
"Adi" teriak Silugangga bagaikan air yang tersibak. Tetapi
sesaat kemudian pun tenang kembali "mengapa engkau ingin
menjadi brahmana?" "Aku hendak mencari kebahagiaan, kakang"
"Benar, adi" kata Silugangga "demikian pada umumnya orang
akan berkata begitu. Bertapa, bersemedhi, memeluk agama
bahkan masuk menjadi brahmana atau pandita, dengan tujuan
ingin mencari ketenteraman dan kebahagiaan hidup. Demikian
pula dengan engkau adi. Bukankah begitu?"
"Ya" "Apakah saat ini adi merasa tak bahagia?"
Rudra gelengkan kepala "Hatiku selalu bergolak, pikiran resah,
mudah terangsang kemarahan. .Keadaan diriku ini baru kusadari
setelah aku berkaca pada .... dirimu, kakang"
"Dan karena itu engkau merasa tak berbahagia, bukan?"
1226 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" "Jika dapat kuumpamakan, keresahan, kegelisahan dan
rangsang amarah yang mudah membangkitkan hatimu itu,
sebaeai suatu penyakit. Mengobati penyakit, harus mencari tahu
sumber penyakit itu. Jika aku tak salah, maka sumber daripada
gangguan pada jiwa dan pikiranmu itu, berpangkal pada nasib
mendiang ramamu yang dibunuh pangeran Ardaraja. Engkau
marah dan hendak menuntut balas kepada pangeran itu. Dan
secara tak sadar, engkau menjadikan keinginan hatimu itu
sebagai tujuan hidup. Dengan demikian jelas sudah, bahwa
tujuan hidup yang berlandas pada nafsu balas dendam, akan
membakar hayatmu sehingga darahmu panas, pikiran gelap dan
hatipun gelisah tak tenang"
"Setelah tahu sumber daripada penyakit yang mengganggu
ketenangan pikiranmu itu, marilah kita kupas hal itu dan marilah
kita letakkan masalahnya dalam tempat yang tayak"
Berhenti sejenak brahmana muda itupun melanjut pula "Setiap
masalah tentu tak terlepas daripada hukum kodrat yalah Sebab
dan Akibat. Mari kita mulai dari peristiwa mendiang ramamu. Apa
sebab beliau sampai dihukum mati oleh pangeran Ardaraja?"
"Waktu itu karena merasa tak kuat menghadapi serangan
armada Kubilai Khan maka rarcapun bergegas menghadap
pangeran Ardaraja yang menjadi panglima besar angkatan
perang kerajaan Daha. Maksud rama hendak minta bala bantuan
untuk menanggulangi serangan orang Tartar. Tetapi pangeran
Ardaraja malah melah menghukum mati rama"
"Ya" kata Silugangga "karena kita tidak menjadi prajurit maka
pengetahuan kita tentang tata tertib keprajuritan, tentu kurang.
Namun ada satu hal yang kuketahui dengan pasti yalah bahwa
setiap prajurit yang sedang melaksanakan perintah, harus taat
pada perintah itu. Sebelum mendapat perintah baru, maka
perintah yang tengah dilaksanakan itu harus ditaati dengan
sungguh-sungguh" 1227 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jelasnya begini" sambung Silugangga "ramamu paman
laksamana Rudraloka diperintahkan untuk mempertahankan
pesisir Tuban dari serangan musuh. Karena menghadapi armada
Kubilai Khan yang jauh lebih besar, paman Rudraloka kuatir
pasukannya hancur maka berulang kali paman Rudraloka telah
mengirim utusan meminta bala bantuan kepada pangeran
Ardaraja. Karena tiada berita yang berupa tindakan mengirim
bala bantuan maka paman Rudraloka sendiri terus datang ke
Daha. Sepintas tindakan paman Rudraloka itu memang benar,
tetapi apabila diteliti dalam garis-garis peraturan keprajuritan
maka pangeran Ardaraja dapatlah menjatuhkan hukuman kepada
paman dengan dalih paman Rudraloka te lah melanggar perintah.
Sebagai seorang laksamana, paman telah meninggalkan
tanggung jawab atas keselamatan anakbuahnya. Sebagai
seorang prajurit terutama seorang pimpinan, pantai dianggap tak
taat pada atasan. Sebelum atasan memberi perintah, paman
sudah meninggalkan tempat dimaia saat itu sedang berlangsung
pertempuran seru yang sangat penting artinya. Apabila
pertahanan Tuban jebol, armada Kubilai Khan dapat mendarat
dan prajurit-prajurit Tartar tentu akan segera menuju ke Daha.
Bagi pangeran Ardaraja, tindakan paman Rudraloka itu dianggap
sebagai kesalahan besar sehingga menjatuhkan hukuman mati"
"Kakang brahmana" sambut Rudra "ulasan kakang memang
tepat. Aku setuju tindakan pangeran Ardaraja terhadap mendiang
rama apabila benar-benar pangeran itu berhati bersih"
"Apa yang engkau maksudkan, adi?"
"Undang-undang, peraturan dan segala tata-laksana dibuat
untuk menertibkan kehidupan pemerintahan, masyarakat dan
tiap jenis lapangan kerja. Tak ada suatu undang-undang,
peraturan dan tata tertib yang tak baik. Tetapi bagaimana nilai-
niliai yang baik itu tetap terjaga dan terlaksana, hanyalah
tergantung pada pelaksananya. Jadi pelaksana atau manusia,
merupakan unsur yang terpenting"
1228 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brahmana Silugangga mengangguk.
"Tetapi justeru permasalahannya terletak pada manusia si
pelaksana itu. Sukar untuk mendapatkan pelaksana yang jujur
dan bersih. Demikianlah pangeran Ardaraja"
"O, bagaimana engkau dapat menilainya begitu, adi?"
"Aku tahu sejelas-jelasnya, kakang brahmana. Karena yang
menceritakan itu adalah orang yang tersangkut dan orang itu tak
lain adalah ibuku sendiri"
Rudra lalu menuturkan tentang kisah asmara yang terjalin
antara ketiga insan muda, pangeran Ardaraja, ibu Rudra dan
Rudraloka "Maka jika kukatakan sangat adillah keputusan
pangeran Ardaraja terhadap mendiang rama, apabila dasarnya
dengan hati yang bersih. Tetapi ternyata keputusan itu hanya
suatu dalih yang memberi kesempatan kepada pangeran Ardaraja
untuk melampiaskan dendam peribadi kepada rama. Ini sudah
jelas dan pasti, kakang brahmana"
Silugangga mengangguk "Baiklah, adi, aku percaya akan
keteranganmu bahwa pangeran Ardaraja telah dikuasai nafiu
dendam untuk membalas kepada mendiang ramamu. Apa
alasanmu engkau harui menuntut balas kepada pangeran
Ardaraja?" "Kakang" sahut Rudra dengan tandas "sebagai seorang
putera, nistalah apabila aku tidak mampu menuntut balas atas
kematian rama yang jelas telah dikaniaya melalui keputusan
hukuman" "Benar" seru Silugangga "sekarang aku hendak bertanya.
Apabila seorang putera merasa hina kalau tak dapat
membalaskan dendam ayahnya, bagaimana perasaan seorang
putera yang tak dapat meluhurkan nama ramanya?"
"Juga hina, kakang brahmana"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
1229 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Syukurlah kalau adi mempunyai anggapan demikian" kata
Silugangga "tetapi pada umumnya, tidaklah senista seorang
putera yang tak dapat membalaskan dendam orangtuanya
daripada seorang putera yang tak dapat meluhurkan nama
orangtuanya. Demikian anggapan orang sehingga timbul suatu
kesan, bahwa anak yang tak dapat membalaskan dendam
orangtua itu nista. Tetapi anak yang tak mampu meluhurkan
nama orang, itu biasa, tidak nista. Padahal kedua hal itu,
mempunyai nilai yang sama"
"O, adakah kakang brahmana menganggap bahwa menuntut
balas atas kematian orangtua itu, kurang bijak?" tanya Rudra.
"Sebelum menjawab pertanyaan itu, aku hendak bertanya
kepadamu adi" kata Silugangga "apa katamu apabila ramamu
pernah mencelakai orang dan orang itu hendak menuntut balas.
Tetapi karena ramamu sudah meninggal maka dia menagih
dendam itu kepadamu. Alasannya, hutang kejahatan orangtua,
anaknya yang harus membayar. Adilkah itu?"
"Anak tak tahu apa yang dilakukan orangtuanya. Tak adil
bilamana anak itu harus memikul hutang dendam orangtuanya
kepada orang lain" "Lalu apa katamu apabila ramamu telah dicelakai orang lalu
engkau, putera yang tak tahu jelas bagaimana perbuatan
orangtuamu, hendak menuntut balai krpada orang itu " Adilkah
itu " Jika hal itu adil, maka adil pula orang yang beranggapan
bahwa hutang dendam orangtua, anaknya yang harus
membayar" Rudra tertegan. Sesaat kemudian ia berkata "Jika demikian,
menuntut balas dendam kematian orang-tua itu suatu perbuatan
yang tak benar, bukan?"
"Yang benar, belum tentu benar keseluruhannya. Yang salah,
pun belum pasti salah keseluruhannya" kata Silugangga "setiap
persoalan mempunyai ciri dan sifat sendiri. Misalnya, dalam
1230 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peristiwa paman Rudraloka, engkau hanya menerima keterangan
dariibumu tetapi engkau tak tahu bagaimana persoalan yang
sebenarnya. Keterangan sefihak, belum menjamin kebenaran
persoalan itu. Kedua, dalam hukuman mati yang dijatuhkan
pangeran Ardaraja kepada paman Rudraloka itu terdapat dua
unsur. Pertama, pangeran itu memang mempunyai dendam
peribadi terhadap paman Rudraloka, sebagaimana yang engkau
sangka. Kedua, kemungkinan pangeran Ardaraja memang
mendasarkan hukuman itu kepada undang-undang keprajuritan
yang keras. Dengan ciri yang mengandung dua kemungkinan itu,
tindakanmu untuk menuntut balas itupun belum dipat diletakkan
pada dasar Kebenaran. Orang akan menilai tindakanmu itu
sebagai tindakan yg mencampurkan kepentingan peribadi dengan
kepenticgan negara. Kematian paman Rudraloka bagimu
merupakan kepentingan peribadi tetapi bagi kerajaan merupakan
kepentingan pertahanan negara"
"Lalu bagaimana aku harus bertindak, kakang?"
"Pertama, jangan menjadikan keinginan menuntut balss
dendam itu sebagai tujuan hidupmu. Karena hidup adi itu bukan
untuk membalas dendam tetapi masih banyak sekali tujuan
tujuan luhur yang harus dicapai. Kedua, arahkan hidup adi itu
kepada suatu tujuan sebagaimana layaknya seorang ksatrya"
"O, maksud kakang brahmana, dendam itu harus kuhapus?"
"Menghapus tanpa kesadaran, hanya bersifat paksaan. Setiap
yang dipaksa, ten?u tikkan hapui seluruhnya dan pada suatu
ketika tentu akan timbul pula" jawab Silugangga "jangan adi
memaksa untuk menghapus biarlah dia nanti larut bersama
tumbuhnya kesadaran hati adi. Atau apabila adi tetap
menghendaki hal itu, janganlah bertindak tergesa gesa sebelum
adi tahu dan yakin akan kebenarannya. Dan yang terutama,
janganlah adi menjadikan keinginan itu menjadi tujuan hidup.
Inilah yang kuminta agar adi dapat melapangkan pandang dan
pikiran adi ke arah hidup yang lebih penting dan luhur"
1231 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rudra termenung-menung sampai beberapa jenak.
"Baik, kakang brahmana. Nasehatmu kuterima dengan setulus
hati" katanya "dan agar lebih sempurna pula penyadaran kakang
kepadaku, aku hendak mengikuti jejak kakang brahmana.
Tunjukkanlah aku jalan yang tenar, kakang"
"Adi" kata Silugangga "mari kita kembali kepada apa yang
hendak kutanyakan kepadamu tadi. Engkau hendak mencari
ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan, bukan?"
"Ya" "Baik, itu memang baik sekali. Tetapi cobalah adi
menerangkan kepadaku, ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang bagaimanakah yang hendak adi cari itu?"
"Ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan batin, kakang?"
"Batin itu mempunyai kaitan dengan lahir. De-mikianpun lahir
mempunyai jalinan dengan batin. Oleh karena engkau tertimbun
oleh beban menuntut balas dendam maka batinmu menjadi tak
tenang, tak damai dan tak bahagia. Tetapi setelah engkau
menerima nasehatku untuk meredakan nafsu dendam itu, adakah
hatimu masih belum tenang dan damai?"
"Yang kuinginkan adalah ketenangan, kedamaian dan
kebahagiaan hidup secara keseluruhannya, bukan soal hilang
timbulnya nafsu dendam itu, kakang"
"Baik" kata Silugangga "sekarang aku hendak bertanya, adi
ingin mencari ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Tetapi
adakah adi pernah mengetahui dan mengenyam ketenangan,
kedamaian dan kebahagian yang bagaimankah yang adi
inginkan" Tanpa mengetahui corak dan sifat kebahagiaan yang
adi inginkan itu, sukar bagi adi untuk mencapainya. Misalnya, aku
hendak rnencari tongkatku yang hilang tentu aku sudah tahu
bagaimanakah bentuk tongkatku itu. Apabila aku tak tahu bentuk
1232 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tongkat itu, bagaimana aku hendak mencarinya" Demikianlah
adi, yang kumaksudkan"
Rudra tertegun. "Adi hendak mencari ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan
batin. Lalu ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan batin yang
bagaimanakah yang adi kehendaki itu" kata Silugangga pula
"sebab soal ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan batin
seseorang itu berbeda-beda. Ada yang menganggap bahwa
seorang raja atau seorang yang berkuasa itu tentu tenang dan
bahagia karena segala keinginan tercapai. Tetapi adakah
demikian keadaannya " Kurasa, belumlah pasti. Orang yang
dianggap tenang dan bahagia deagan segala kekayaan dan
kekuasaannya itu belum tentu bahagia"
"Kakang Brahmana, aku menginginkan ketenangan dan
kebahagiaan hidup seperti kakang"
"O. engkau anggap aku ini seorang bahagia?" seru
Silugangga. "Apakah kakang brahmana tak merasa bahagia?"
"Kebahagiaan itu ku bagaikan sebagai bayangan. Apabila kita
mengejar, bayangan itu tentu akan berjalan. Tetapi apabila kita
berhenti, bayangan itupun akan ikut berhenti. Kebahagian akan
timbul setelah kita hentikan nafsu keinginan kita. Kita terima apa
yang kita peroleh saat ini. Kita nikmatinya sebagai suatu berkah
dewata. Barulah kita dapat merasa bahagia. Ketenangan dan
kebahagiaan tak lain hanya cara bagaimana kita menerima,
menghadapi dan menikmati kehidupan kita ini. Wa laupun hanya
sederhana tampaknya, tetapi hal itu membutuhkan suatu seni
pemikiran dan kesadaran tingkat tinggi"
Rudra terkesiap. Diam-diam ia tersentuh oleh ucapan
brahmana itu. 1233 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adi, masuk menjadi brahmana, bukanlah suatu pelarian
daripada suatu kesadaran batin. Apalagi maksud adi hendak
menjadi brahmana adalah karena hendak mencari ketenangan,
kedamaian dan kebahagiaan hidup" kata Silugangga pula
"padahal adi tak tahu bagaimana bentuk ketenangan dan
kebahagiaan yang adi hendak cari itu. Nah, kemungkinan adi
tentu akan mergalami kekecewaan batin lagi"
"Adi" masih Silugangga melanjut pula "Batara Agung itu serba
murah dan penyayang. Kita insan manusia tiap hari sudah
dikaruniai kebahagiaan dan kenikmatan hidup. Tetapi adalah
karena batin kita masih dicengkeram oleh nafsu-nafsu keinginan
maka kita tak dapat mengetahui dan menikmati berkah dewata
itu" "Dan berbicara soal garis-garis kehidupan, rasanya setiap
insan sudah mempunyai ketentuan sendiri-sendiri. Misalnya,
seorang ahli pahat, dia harus dapat menikmati kebahagiaan pada
karya-karya pahatannya yang indah. Tak peiru dia harus mengiri
pada kebahagiaan seorang tukang pandai emas. Demikian
dengan keadaan adi dan aku. Adi seorang ksatrya dan aku
seorang brahmana. Bukan hanya golongan brahmana saja yang
diberkahi dewata dengan ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Bukan hanya para pandita dan orang-orang suci saja yang akan
dikaruniai pahala oleh Hyang Widdhi. Pun golongan ksatrya
bahkan tukang rumput-pun akan diberkahi kebahagiaan dan
pahala oleh Hyang Widdhi apabila dia tahu, menghayati dan
menikmati berkah yang dilimpahkan dewata agung kepadanya"
"Terutama seorang ksatrya muda seperti adi, kiranya
terbentang luas pada hari depan adi untuk me lakukan amal dan
dharma keksatryaan luhur. Bagi seorang ksatrya tiada hal yang
lebih membahagiakan daripada dapat menunaikan dharmanya
sebagai seorang ksatrya"
Rudra mengangguk. 1234 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apabila adi dapat merenungkan dan menghayati apa yang
kupersembahkan tadi, tentulah adi takkan me lanjutkan keinginan
adi untuk mengikuti jejakku. Karena pada hakekatnya, nilai
manusia itu bukan terletak pada asal keturunan, kasta, golongan,
pekerjaan dan perbedaan lingkungan hidupnya, melainkan
daripada harkat dan bobot kemanusiawiannya"
"Tetapi mengapa kakang menjadi brahmana?"
"Karena aku menjadi brahmana maka dapatlah aku
mempersembahkan kata-kata kepada adi itu" sahut Silugangga
yang tak menduga akan menerima pertanyaan seperti itu
"keadaanku berlawanan sekali dengan engkau, adi. Apabila
engkau sedang berusaha untuk menuntut balas atas kemattan
ramamu, adalah aku sedang meluhurkan peribadi ramaku yang
dianggap cemar oleh orang. Kita sama-sama mewarisi warisan
karma dari mendiang rama kita. Hanya keadaan dan sifatnya
berbeda" "Dan oleh karena itu maka kakang masuk menjadi
brahmana?" "Terus terang, bermula karena jemu akan manusia-manusia
yang selalu melumur cemoh hinaan kepada mendiang rama, aku
putus asa dan masuk menjadi brahmana. Tetapi peiahan-iahan
aku makin memperoleh kesadaran setelah banyak membaca
kitab-kitab veda dan menerima uraian dari brahmana yang
menjadi guruku. Dan sebagai menginjak sebuah kubangan
lumpur, makin lama aku makin tenggelam dalam alam kehidupan
yang lebih luas. Artinya, dapatlah aku lebih mengetahui arti
daripada Mula dan Akhir hidup serta tujuan hidup"
"Jika begitu mengapa kakang mencegah aku menjadi
brahmana?" "Ya, memang" jawab Silugangga "aku memang mencegah
tetapi tidak melarang. Mencegah mempunyai arti untuk suatu
masa waktu yang tertentu. Tetapi melarang adalah untuk
1235 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selama-lamanya. Maksudku, sebelum pikiranmu tenang dan
hening, janganlah engkau tergesa-gesa melaksanakan keinginan
dulu merjadi brahmana dulu. Serahkan hal itu dengan
perkembangan waktu agar engkau lebih mantap dalam
pertimbangan" Rudra mengangguk. Kini baru ia tahu maksud brahmana itu.
Rasa terima kasih menguak dalam hatinya terhadap penerangan
Silugangga. "Lalu bagaimanakah aku harus bertindak sekarang ini, kakang
brahmai.a?" tanyanya.
"Rudra adalah Rudra. Hiduplah adi sebagaimana peribadi adi"
"Apa maksud kakang?"
"Adi adalah seorang ksatrya. Hiduplah sebagai seorang ksatrya
dan lakukanlah apa yang harus dilakukan oleh seorang ksatrya.
Jangan berlebih-lebihan, jangan pula berkurang dari kenyataan"
"Tetapi kakang brahmana" bantah Rudra "aku tak ingin turut
dalam gerakan perjuangan para warga Wukir Polaman maupun
Topeng Kalapa yang hendak membangkitkan kejayaan kerajaan
Daha Jayakatwang" "Tugas dan dharma seorang ksatrya tidaklah semata-mata
terletak pada perjuangan untuk membangkitkan kembali
kejayaan Daha. Karena semua pandangan dan anggapan tentang
negara kita, perlulah kita renung dan tinjau kembali"
"Kakang brahmana ...."
"Kita harus melihat dan menghadapi kenyataan dari peralihan
suatu kenyataan, pandangan dan jeman. Dulu orang-orang Daha
itu menganggap bahwa Daha adalah bumi negara mereka. Dulu
orang-orang Singasari pun demikian. Lalu timbullah suatu
tuntutan dendam permusuhan yang tiada berkeputusan di antara
kedua kerajaan itu. Padahal sesungguhnya, soal wilayah bumi itu
berasal dari satu yani dari kerajaan Panjalu"
1236 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rudra mengangguk. "Kemudian timbul gagasan baru yang dipancarkan oleh prabu
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kertanagara dari kerajaan Singssari yang mencita-citakan
kesatuan satu nusantara. Prabu Kertanagara tak dapat
melaksanakan cita-citanya itu karena menderita akibat dari
dendam bebuyutan dengan Daha. Baginda telah tewas dalam
peperangan melawan Daha ...."
"Namun cita citanya itu tidak ikut lenyap dengan kemukshaan
jenasah baginda Kertanagara. Ada seorang insan yang tergetar
kalbunya akan gema gagasan prabu Kertanagara. Dia juga
gandrung akan persatuan dan kesatuan nusantara. Kini dia
tengah melaksanakan suatu cita-cita besar yang pernah
diprakarsai oleh prabu Kertanagara"
"Siapakah orang itu, kakang brahmana?"
"Dia adalah patih Daha yang bernama Dipa, patih yang pernah
berhadapan dengan adi tadi"
"Dia . . . .?" "Adi" teru Silugangga "secara tak terduga aku telah bertemu
dengan seorang brahmana tua yang tak mau disebut namanya.
Dia mengatakan bahwa nas ibnya sama dengan nasibku. Dia juga
putera seorang senopati linuwih dari kerajaan Majapahit baginda
Kertarajasa. Diapun menjadi brahmana karena ramanya pernah
memberontak kepada kerajaan Majapahit tetapi akhirnya binasa"
"Brahmana itu mengatakan kepadaku bahwa menurut
wawasannya kelak kerajaan Majapahit akan tumbuh menjadi
sebuah negara yang lebih besar dan lebih jaya dari kerajaan
Singasari dan kerajaan lain sebelumnya. Ada dua orang manusia
utama kekasih dewata yang akan mengantarkan kerajaan
Majapahit ke gerbang puncak kejayaan dan kemegahan"
"Siapakah kedua orang itu, kakang brahmana?"
1237 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang seorang berasal dari keturunan rakyat kecil dan yang
seorang dari keturunan seorang raja. Yang berasal dari rakyat
kecil itu bernama Dipa ...."
"Dipa yang kini menjadi patih Daha itu, kakang?" Rudra
terkejut. Silugangga mengiakan "Ya, memang dia. Dia seorang insan
manusia yaiig luar biasa"
Rudra tertegun "Karena selama ini berada di padepokan di
atas gunung maka aku tak tahu akan berita dan keadaan dunia
luar. Siapakah patih Dipa yang kakang kagumi itu?"
"Coba adi bayangkan" kata Silugangga "dari seorang anak
yang berasal dari desa Mada dapat meniti ke puncak tangga
menjadi patih dan menerima anugerah kepercayaan besar dari
seri baginda Jayanagara, raja Majapahit yang telah tewas
dicidera seorang tabib keraton. Tidakkah layak kalau hidup
seorang yang sedemikian itu kita kagumi?"
"Ya" sahut Rudra "maukah kakang brahmana menceritakan
sedikit tentang diri patih itu?"
"Menurut penuturan brahmana tua kepadaku, brahmana itu
bersahabat karib dengan patih Dipa, sejak patih itu masih kecil
sehingga menjadi patih. Baiklah, adi, akan kucuplikkan saja
beberapa peristiwa penting dalam kehidupan patih itu"
"Jalan yang membuka kesempatan kepadanya untuk masuk ke
dalam pemerintahan dimulai ketika dia berkelana dan dapat
menolong menghentikan ratha kencana Rani Kahuripan sang
dyah ayu Teribuanatunggadewi. Adalah sejak itu maka patih Dipa
dapat diantarkan masuk menjadi prajurit di pura Majapahit.
Berkat kesetyaan, keberanian dan kepandaian, dalam waktu yang
singkat dia dapat diangkat menjadi bekel bhayangkara keraton"
"Dari jabatan bekel bhayangkara itu mulailah bintangnya
memancar gemilang. Pada waktu itu terjadi pemberontakan ra
1238 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuti sehingga pura kerajaan menjadi kalang kabut. Dalam huru
hara itu, bekel bhayangkara Dipa kebetulan berdinas menjaga
keraton. Dengan penuh kebiranian dan tanggung jawab, dia
dengan beberapa anakbuah mengantar seri baginda lolos dari
keraton dan mengungsi ke desa Bidander. Kemudian dia diutus
baginda untuk menyelidiki keadaan pura Majapahit yang berada
dalam kekuasaan kawanan menteri2 pemberontak. Berkat
kecerdikan mengatur dan mengadakan hubungan dengan para
metitri senopati yang masih setya kepada baginda, pada waktu ra
Kuti mengadakan rapat besar untuk mengangkat diri sebagai
penguasa Majapahit, dengan berani muncullah patih Dipa. Dia
mengadakan pidato panjang lebar dibawah beratus-ratus mata
yang bengis dan ujung tombak yang tajam, dimana setiap saat
akan bergerak untuk mencincang tubuh patih itu. Namun dia tak
gentar. Dengan keahlian pidatonya yang hebat, dia dapat
memberi penerangan, dan akhirnya membangkitkan amarah
rakyat terhadap perbuatan kawanan ra Kuti yang berhianat itu.
Seketika ra Kuti dan kawan-kawannya ditumpas oleh rakyat yang
marah. Dan dapatlah baginda Jayanagara kembali bertahia di
pura Majapahit pula"
"Kemudian pernah pu!a patih itu diutus baginda untuk
menenteramkan kerajaan Bedulu-Bali dan terakhir menghancurkan ra Tanca, sisa kawan ra Kuti, seorang tabib
keraton yang berani mencidera baginda"
"Tidak banyak kiranya insan manusia yang diberi kesempatan
dewata untuk menanggulangi peristiwa-peristiwa besar dalam
kehidupan dunia. Dan bahwasanya iman yang disebut insan
mangsakala itu tentulah insan kekasih dewara. Insan yang
dikaruniai dewata dengan segala kelebihannya"
"Adi" kata Silugangga pula "telah kukatakan bahwa kita harus
berani menjadi manusia yang dapat melihat dan menerima
kenyataan dari setiap perobahan hidup dan pergantian erran.
Perkembangan sejarah jeroan itu melangkah maju. Apabila kita
1239 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentang, kita akan memutar kembali misa kini kearah masa-
masa yang lalu. Kuibaratkan sebagai orang yang hendak
menentang arus gelombang sungai"
"O, maksud kakang, kita harus mendukung patih Dipa yang
kakang anggap sebagai insan kekasih dewata yang dipercayakan
untuk mengatur dan menertibkan kesejahteraan jagad?" tanya
Rudra. "Telah kukatakan adi" jawab Silugangga "bahwa kita harus
berani merombak pandangan, anggapan dan kesan dari apa yang
telah kita warisi dalam kehidupan yang lampau. Pandangan dan
wawasan prabu Kertanagara dan patih Dipa adalah luhur dan
tepat. Bahwa bumi tanah air kita bukanhh hanya sekedar Daha,
Singasari, Kahuripan, Majapahit, tetapi seluruh nusantara ini.
Oleh karena itu ruang lingkup perjuangan kita, janganlah
terpancang pada suatu daerah dari beberapa bumi kerajaan itu
melainkan harus di arahkan pada lingkungan yang lebih luas.
Apabila dalam hal adi masih belum menerima, tidaklah perlu adi
harus memaksakan diri untuk menerima. Waktu dan perjalanan
hidup nantilah yang akan menunjukkan gambaran itu kepada adi.
Oleh karena antara pandangan, anggapan dan kesan adi belum
menemukan titik pertemuan dengan pandangan dan wawasan
patih Dipa, sebagai seorang ksatfya paling tidak kita harus
memberi kesempatan kepadanya untuk melaksanakan kebenaran
daripada pendiriannya itu. Kalau tak mau mendukung, janganlah
kita merintanginya. Inilah pendirian kakang"
Memang ada suatu kesan yarg menyibak perasaan hati Rudra
ketika berhadapan dengan patih Dipa tadi. Diam2 dia terkejut
melihat panca-indriya patih itu. Sikap dan bicaranya yang tegas
membangkitkan rasa taat daa kagum. Tadi karena dirangsang
rasa putus asa dan kecewa, dia tak sempat memperhatikan hal
itu. Tetapi kini setelah pikirannya tenang, dapatlah ia
membayangkan raut wajah pauh itu.
1240 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adi" kata Silugangga "kemanakah gerangan adi hendak
menuju?" "Aku tiada bertujuan lagi, kakang brahmana"
"Tidakkah adi akan mencari kawan2 adi itu?"
"Tidak, kakang"
"Mengapa?" "Karena pendirianku telah berobah. Aku terkesan atas nasehat
kakang brahmana. Apabila aku mencari kawan kawan itu,
tentulah akan timbul pula gagasan untuk me lanjutkan tujuan
kami lagi. Dan hal itu hanyalah menjerumuskan mereka ke arah
yang salah. Jika aku pergi, merekapun tentu akan pulang ke
tempat masing-masing"
"Lalu adi hendak bagaimana?"
"Kakang brahmana" kata Rudra "rasanya ibarat seorang
berjalan di padang pasir yang dicengkan rasa dahaga. Walaupun
sudah menemukan sumber air, tetapi rasanya aku masih belum
puas. Aku akan ikut kakang brahmana agar aku puas meneguk
kesejukan air Tirta Amerta yang dapat menyegarkan kembali
kehausan hayatku ini"
Silugangga geleng-geleng kepala "Ah, adi. Tetapi baiklah. Mari
kita bersama-sama melaksanakan apa yang menjadi dharma
hidup kita" Brahmana Silugangga dan Rudra segera meninggalkan tempat
itu. Namun di balik gunduk karang, muncul dua orang lelaki lain.
"Ah, tak sangka bahwa Rudra dapat disadarkan oleh
brahmana muda itu, rakryan" kata salah seorang yang masih
muda. "Ya, brahmana itu memang hebat. Lebih hebat dari aku,
raden" sahut kawannya yang lebih tua.
1241 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang itu tak lain adalah patih Dipa dan raden Kuda
Amerta. Sebenarnya setelah berjalan beberapa jauh, berkatalah
raden Kuda Amerta "Rakryan, mengapa paduka tak membunuh
orang itu?" "Tidak, raden" sahut patih Dipa "tetapi dia sudah terbunuh
perasaannya. Dia tentu marah kepada Kebo Angun-angun. Usaha
Kebo Angun-angun untuk memikat raden Rudra tentu gagal"
"Ah, benarkah itu, rakryan?"
Patih Dipa tersenyum "Untuk membuktikannya, marilah kita
kembali ke sana" "Kembali?" "Ya, tetapi kita kembali secara bersembunyi agar jangan
diketahui mereka" Raden Kuda Amerta menurut. Di tengah jalan kembali ia
bertanya "Mengapa rakryan tak menumpas rombongan Kebo
Angun-angun?" "Raden" kata patih Dipa "memang kutahu bahwa Kebo Angun-
angun dan kawan-kawannya itu berusaha untuk membangun lagi
himpunan Wukir Polaman. Tetapi dalam peristiwa serangan pada
keraton Daha, bukan mereka yang melakukan. Mereka tidak
bersalah. Sebagai pemegang dan pelaksana hukum, aku harus
menegakkan hukum. Hanya yang bersalah yang wajib ditangkap"
Kuda Amerta mengangguk. Diam-diam ia memuji tindakan
patih Dipa yang penuh kebijaksanaan itu.
Ketika tiba di tempat pertikaian tadi, ternyata rombongan
Kebo Angun-angun sudah tak tampak. Yang ada hanya
brahmana Silugangga yang tengah bercakap-cakap dengan
Rudra Patih Dipa dan Kuda Amerta mencari tempat yang teraling
dari pandang orang tetapi tak jauh dari kedua orang itu. Semua
percakapan antara Silugangga dengan Rudra, dapat didengarnya.
1242 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, rakryan hanya merendah diri. Bagaimana mungkin
brahmana muda itu layak disejajarkan dengan rakryan?" kata
Kuda Amerta. "Raden" kata patih Dipa "janganlah kita menilai orang karena
terpengaruh oleh kemasyhuran nama orang itu atau oleh
anggapan umum. Kebenaran itu bukan semata milik yang
berkuasa, yang termasyhur dan yang pintar. Kebenaran itu
bersemayam di mana-mana dan di setiap bati manusia. Bahkan
dalam bati sanubari seorang penjahat yang paling jahat, pun
masih terdapat setitik Kebenaran itu"
Kuda Amerta mengangguk. "Aku mengatakan kalau aku kalah hebat dengan brahmana
muda itu adalah mengenai penyelesaian dari raden Rudra" kata
patih Dipa pula "caraku menyelesaikan dia tadi adalah dengan
menusuk perasaannya agar dia malu bati dan marah kepada
Kebo Angun-angun. Tetapi penyelesaian itu bukanlah penyelesaian yang tepat. Amarah dari pendirian yang khilaf raden
itu masih tetap membara. Dan itulah sumber daripada
tindakannya yang kita anggap salah dan melanggar hukum"
"Kebalikannya, brahmana itu dengan tepat dapat mengetahui
dan mengobati sumber kesalahan alam pikiran raden Rudra
sehingga dengan uraiannya yang panjang tapi mengenai itu
akhirnya raden Rudra dapat disadarkan. Nah, di sinilah yang
kumaksudkan bahwa Kebenaran itu terdapat di mana saja dan
dalam hati setiap orang. Dan karena itu maka kukatakan, bahwa
untuk menilai kebenaran daripada tindakan seseorang, haruslah
dinilai dari tindakannya itu sendiri. Janganlah dikaitkan dengan
siapa orangnya. Karena pengaitan akan orangnya, akan
menimbulkan penilaian yang tak murni, penilaian yang sudah
dicemarkan oleh kesan dan anggapan umum"
"Ah, paman rakryan memang selalu dapat melahirkan suatu
kesimpulan yang hebat" kata Kuda Amerta.
1243 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demikianlah raden" kata patih Dipa "sebenarnya alam
kehidupan dengan seluruh isi serta berbagai peristiwa itu sudah
merupakan suatu ajaran besar di mana setiap kali kita dapat
menerima buah pelajaran yang tidak ternilai harganya"
(Oo-dwkz-ismoyo-oO)
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
II Patih Dipa kembali ke pura Majapahit menghadap Daha
untuk me laporkan peristiwa yang telah terjadi di Daha. Rani
terkejut tetapi diam-diam pun mesasa girarg.
"Kakang patih mengatakan bahwa dalam peristiwa itu, kakang
Amerta banyak berjasa?" Rani menegas.
"Demikian, gusti" kata patih Dipa "pertama, tanpa diminta
raden Kuda Amerta telah menyediakan tenaga untuk menjaga
keselamatan pura paduka. Itulah sebabnya maka waktu Rudra
hendak menyerbu keraton, raden Kuda Amerta sempat
memergokinya" "O" "Masih ada sebuah yang perlu hamba haturkan ke hadapan
paduka, gusti " kata patih Dipa pula " suatu bal yang hamba
harus mohon maaf kepada paduka"
"Hal apakah itu, sehingga kakang patih perlu bersikap
demikian?" "Hal tindakan hamba dalam rangka penyelesaian keamanan
pura Daha, gusti" "Jika demikian mengspa kakang patih perlu memohon maaf"
Bukakah sudah wajar apabila kakang mengambil langkah
demikian?" 1244 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Dipa menghela napas "Tetapi tindakan hamba itu berbau
suatu tindakan yang lancang. Hamba anggap lancang karena
sebelumnya hamba tak memohon idin kepada paduka"
Rani Daha kerutkan Dahi "Ah, apa sajakah hal itu kakang?"
Patih Dipa lalu menceritakan bahwa untuk mengetahui siapa
biangkeladi penyerargan ke keraton Daha itu maka dia telah
mengeluarkan keputusan, barangsiapa mampu menemukan
biangkeladi itu maka orang itu akan diberi ganjaran yang
setimpal oleh gusti Rani Daha. Orang itu boleh memohon apa
saja menurut keinginannya.
"Tidaklah hal itu suatu tindakan hamba yang lancang, gusti?"
patih Dipa menutup ceritanya,
"Ah" desah Rani Daha "kutahu bagaimana kenyataanmu
kepada kerajaan Majapahit, pengabdianmu kepada ayunda Rani
Kahuripan dan kepadaku peribadi. Dan dalam rangka untuk
membasmi pengacau yang hendak menyerang keraton Daha,
sudah tentu aku menyetujui tindakan kakang patih itu"
"Terima kasih, gusti" patih Dipa menghaturkan sembah.
"Tetapi siapakah gerangan yang dapat melakukan hal itu,
kakang patih?" ujar Kani Daha.
"Seorang ksatrya mula keturunan raja, gusti"
"Siapa?" Rani Daha terkejut,
"Keturunan raja Wengker yang bergelar raden Kuda Amerta,
gusti" "Ka . . . ah, kakang patih" hampir Rani Daha tak dapat
menguasai luap perasaan tetapi segera puteri itu tersadar akan
kedudukannya sehingga kata-katanya yang terakhirpun mulai
menurun tenang pula "benarkah itu?"
"Masakan hamba berani berbohong kepada paduka, gusti"
1245 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atas permintaan Rani maka patih Dipa menceritakan semua
peristiwa yang telah dialam i raden Kuda Amerta waktu dicegat
kawanan Kebo Angun-angun dan kemudian Rudra. Hanya satu
hal yang sengaja tak dihaturkan yalah bahwa kesemuanya, itu
sebenarnya adalah menurut rencananya, raden Kuda Amerta
hanya melaksanakan saja. "Itulah gusti, keresahan hati hamba karena harus
melaksanakan apa yang telah hamba janjikan. Oleh karena itu,
hamba mohon maaf dan mohon diperkenankan untuk
menyerahkan keputusan itu ke hadapan paduka"
Rani Daha diam termenung beberapa saat. Ia gembira tetapi
tak tahu bagaimana harus melaksanakan kegembiraan itu. Jika
bukan seorang Rani, kemungkinan ia tentu sudah meluapkan
perasaan batinya dengan bebas.
Memang dalam banyak hal Rani Daha sering tertumbuk antara
perasaan dan keadaan, kehendak dan kenyataan. Dia merasa tak
dapat menikmati perasaan sebagai seorang gadis yang sedang
mekar karena terpancang oleh kedudukannya. Keinginannya
adalah wajar seperti yang dimiliki oleh setiap puteri remaja,
tetapi kenyataannya dia seorang Rani "Ah, betapa nikmat dan
bahagia hidup gadis-gadis yang lain, yang dapat mencurahkan
perasaan hatinya tanpa harus terikat oleh kedudukan dan
martabat" sering Rani mengeluh apabila menghadapi hal hal
seperti itu. "Gusti " kata patih Dipa yang dapat menyelami renungan Rani
"mengapa hamba lancang mengambil keputusan itu, adalah
karena ..." "Ya, kutahu kakang patih" tukas Rani Daha.
"Selain dalam rangka menumpas gerombolan yang mengacau
keamanan Daha, pun hamba melihat suatu persamaan antara
Daha dengan Kahuripan"
"O, apa maksud kakang patih?" ujar Rani terkejut.
1246 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bahwa beberapa waktu yang lalu Kahuripan telah dilanggar
wabah penyakit aneh sampai gusti Rani Kahuripan berkenan
menurunkan amanat berupa sayembara. Bahwa barangsiapa
yang dapat menemukan lencana Garuda-mukha, apabila seorang
wanita akan dianggap sebagai saudara sekandung, apabila pria
akan diangkat tebajai pria-narpati"
"Di pura paduka, pun hamba anggap sedang dilanda wabah
penyakit yani pengacau-pengacau yang hendak merusak
keamanan Daha. Penyakit dan pengacau beda bendanya tetapi
sama sifatnya, merupakan wabah yang membahayakan
keselamatan rakyat. Dan tidak berlebih-lebihan kiranya apabila
keduanya diperlakukan sama dengan suatu sayembara yang
sama nilainya pula. Namun anugerah daripada pemberantasan
pengacau di pura paduka itu, belumlah hamba tegaskan
sebagaimana halnya sayembara di Kahuripan. Karena apabila a-
nugerah daripada sayembara di Kahuripan itu adalah gusti Rani
Kahuripan yang menentukan maka seyogya-nya anugerah pada
pemberantasan pengacau di Daha itu hamba serahkan ke bawah
duli paduka, gusti" Dalam mengikuti kata-kata patih itu, diam-diam Rani Daha
sudah dapat menyingkap kabut sutera yang menyelimuti maksud
hati patih Dipa. Diam-diam pula ia gembira dan berterima kasih
kepada patih yang tahu akan isi hatinya. Memang selama
menjalin hubungan dengan raden Kuda Amerta, patih Dipapun
tahu. Bahkan dimasa-masa turunnya amanat dari seri baginda
Jayanagara yang melarang setiap prianom datang ke Daha,
banyaklah patih Dipa memberi bantuan kepada raden Kuda
Amerta agar dapat berkunjung ke Daha.
Rani Daha agak menaruh syak wasangka dalam peristiwa itu.
Mengapa sebab patih Dipa mengeluarkan keputusan semacam itu
" Dan mengapa pula justeru raden Kuda Amerta yang dapat
menunaikan hal itu" Tidakkah sesungguhnya telah terjalin suatu
kerjasama antara kedua orang itu"
1247 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Umumnya orang curiga kalau dirinya ditipu atau dibohongi,
tentu akan kurang senang. Tetapi ada kalanya orang merasa
senang walaupun tahu kalau dirinya dibohongi. Dengan demiklaa
'bohong' itu harus ditinjau dari sudut kepentingan. Bohong yang
merugikan oraug jelas jahat. Tetapi bohong ada kalanya tidak
sangat jahat jika untuk kepentingan menghibur dan menolong
penderitaan orang. Ada pula bohong yang disebut bohong wajib.
Juga terlepas dari s ifat buruk.
Dalam persoalan yang dihadapinya saat itu, patih Dipa
memang sengaja menyembunyikan sesuatu kepada Rani Daha
dengan tujuan agar cita-citanya untuk mempertemukan raden
Kuda Amerta dengan Rani Daha dapat terlaksana. Sebagaimana
halnya terhadap Rani Kahuripan dengan raden Kertawardhana,
pun terhadap persoalan Rani Daha dengan raden Kuda Amerta,
patih Dipa merasa mempunyai beban batin untuk menyempurnakan perjodohan mereka. Karena hal itu mempunyai
kaitan dengan tegak dan kelestarian kehidupan kerajaan
Majapahit di masa-masa mendatang.
Rani Daha mendengar dengan penuh perhatian persembahan
kata patih Dipa. Dan Rani samar samar dapat menarik
kesimpulan akan tujuan patih itu.
"Kakang patih, banyak hal yang engkau lakukan kepadaku.
Baik sepengetahuan maupun di luar pengetahuanku. Dan dalam
persoalan dengan kakang Kuda Amerta sudah tentu akupun
menyetujui tindakanmu karena hal itu engkau lakukan demi
kepentingan negara" kata Rani "namun dalam hal ini, akupun
akan mengikuti jejak ryunda Rani Kahuripan, agar kakang patih
menyampaikan hal itu kepada ibunda ratu Gayatri. Kuserahkan
segala keputusan kepada ibunda"
Patih Dipa dapat menangkap apa yang terkandung dalam hati
Rani. Ia tahu bahwa karena tindakannya terhadap pemberantasan pengacau di Daha itu mempunyai nilai sama
dengan sayembara menanggulangi wabah penyakit di Kahuripan,
1248 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka nilai daripada anugerah kepada yang berhasil rnengatasi
karya, haruslah sama pula. Atau lebih jelas, anugerah itu harus
sama detgan anugerah yang dijanjikan Rani Kahuripan yalah
apabila yang berhasil menemukan lencana Garuda-mukha,
apabila seorang wanita akan d'angkat sebagai saudara
sekandung, apabila pria akan diambil sebagai pria narpati.
Demikian pula hendaknya di Daha.
Patih Dipa tahu pula mengapa Rani Dana menyerahkan
persoalan itu agar d laporian ke hadapan gusti ratu Gayatri.
Adalah kalau dalam peristiwa di Kahuripan, Rani Kahurpan yang
berkenan menjanjikan anugerah itu tetapi Rani Daha belum
menjanjikan. Sebagai seorarg puteri agung apapula seorang
Rani, sudah tentu Rani Daha terpancang oleh keagungan pekerti
dan martabatnya sebagai seorang Rani. Tetapi dengan
menyerahkan persoalan itu ke hadapan ibunda gusti ratu Gayatri,
jelas Rani Daha menginginkan penyelesa ian yang sama seperti
yang telah terjadi pada Rani Kahuripan.
"Baik, gusti, hamba menghaturkan sembah terima kasih atas
kepercayaan yang gusti limpahkan kepada hamba"
"Sebulat buluhlah kepercayaanku kepada kakang patih" ujar
Rani Daha. Sehabis menghadap Rani Daha, patih Dipapun lalu
menghadap Rani Kahuripan. Setelah menceritakan peristiwa yang
telah terjadi di Daha, patih Dipapun menghaturkan tentang
peristiwa yang terjadi pada diri raden Kuda Amerta.
"O, bagus, kakang patih" seru Rani Kahuripan "lalu bagaimana
tanggapan adinda Rani Daha"
"Gusti Rani tak dapat memberi keputusan tentang anugerah
yang layak diberikan kepada raden Kuda Amerta melainkan
menitahkan hamba untuk menghaturkan hal itu akan keputusan
gusti ratu Gayatri, gusti"
"Dan bagaimana pandanganmu sendiri, kakang patih?"
1249 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba gusti " Ah, soal itu menyangkut kepentingan gusti
Rani Daha dan para gusti sekalian. Bagaimana hamba berhak
untuk bicara?" "Patih Dipa" titah Rani Kahuripan "mengapa engkau masih
bersikap sebagai seorang asing" Kami bertiga, adinda mendiang
Petualang Asmara 21 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Sepasang Pedang Iblis 27