Pencarian

Sumpah Palapa 2

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 2


orang itu. Sesosok tubuh yang berjalan merunduk jauh disebelah
muka. Jaraknya lebih kurang duapuluh-an tombak.
Malam pekat ditingkah gemuruh kilat dan angin. Pohon2
berderak, daun2 bergelayut berdesir-desir sehingga orang yang
berjalan disebelah muka itu tak menyadari bahwa dirinya sedang
diikuti oleh seseorang. Tiba2 terdengar pawana menggemuruh dan gumpal-gumpal
awan terpaksa menyerahkan anak kandungnya. Bagai air bah
maka berhamburan air mencurah dari langit. Guruh dan kilat
memekik- mekik sahut menyahut seperti kawanan anak gembala
yang bermain air di sungai.
Saat itu bulan Kartika, bulan kedelapan yang merupakan masa
panas. Tetapi entah bagaimana, alam seolah melanggar
ketentuan masa. Ingin rupanya Hyang Baruna ikut serta
mengunjukkan keajaiban kepada titah kawula Majapahit. Musim
salah masa dan timbulnya beberapa kejadian yang menggemparkan. Setelah baginda Jayanagara mangkat, maka
kawula Majapahit menyaksikan suatu peristiwa ajaib yang
menggemparkan. Pada saat itu penduduk masih melakukan tugas pekerjaan
masing2. Jalan2 penuh orang berjalan, pasar penuh sesak orang
berjual beli. Walaupun peristiwa mangkatnya sang prabu
Jayanagara masih menggelayut kesan dalam sanubari setiap
kawula Majapahit, namun kehidupan tetap berjalan sebagaimana
64 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasa. Narapraja tetap setya melakukan tugas sehari-hari, para
pandai tetap bekerja di dapur masing2, perdagangan tetap
berjalan lancar. Rupanya mereka mematuhi pengumuman dari
kelima rakryan mentri pakirakiran makabehan yang diwakili patih
mangkubumi Arya Tadah, agar para narapraja, prajurit tetap
tenang dan para kawula supaya tetap melakukan pekerjaannya.
Suasana kehidupan di pura Majapahit tenang2 tampaknya.
Tetapi menjelang surya naik sepenggalah tinggi, tiba2 terjadi
suatu kegaiban alam. Angin menderu membawa badai prahara.
Cakrawala yang terang benderang tiba2 meremang tertutup
awan. Tak berapa lama, anginpun reda dan awan berarak-arak
bertebaran keempat penjuru. Tetapi pada saat itu terdengarlah
orang berteriak. Bermula seorang lalu bersambut beberapa orang
dan akhirnya hampir seluruh pura, orang gempar memandang
cakrawala. "Surya kembar! Surya kembar dua!"
Demikian lontaran kata dari mulut ke mulut ketika
menyaksikan pemandangan di langit. Memang saat itu langit
masih tertutup awan putih dan di balik gumpalan kabut awan itu,
tampak dua buah surya memancarkan cahaya dari angkasa ....
Sejak peristiwa itu maka ramailah seluruh kawula pura
Majapahit membicarakannya. Seperti biasanya adat orang, setiap
peristiwa aneh dari alam, tentu akan menjadi buah pembicaraan
yang ramai. Banyak nian tafsiran2 atas peristiwa aneh itu. Candi,
kuil, asrama dan pertapaan ramai dikunjungi orang untuk
menanyakan makna dari kegaiban alam itu kepada para pandita,
resi, brahmana. Tetapi mereka tak menemukan suatu jawaban
yang memenuhi selera mereka. Para pandita itu hanya
menggelengkan kepala dan menyerukan kepada mereka agar
tetap tenang serta gencarkan doa sujut kepada dewata. Apapun
yang akan terjadi, hanya kodrat yang telah digariskan oleh Hyang
Widdhi Tunggal. Titah manusia hanya wenang menerima
kehendak-NYA. 65 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum lama peristiwa surya kembar itu terjadi maka pada
malam itu tiba3 hujan turun. Pada hal sejak pagi hari, udara
cerah dan bersih. Namun kedua orang yang tengah berjalan di kegelapan malam
itu tetap melanjut. Keduanya memang sudah menduga akan
turunnya hujan maka mereka mengenakan jubah dan selubung
kepala. Lorong itu terletak diluar dan mengelilingi tembok keraton
Tikta-Sripala yang pada saat itu sunyi senyap. Tak berapa lama
hujanpun berhenti tetapi rembulan masih berselubung selongsong awan. Sesaat timbullah pikiran orang yang mengikuti di-belakang itu
untuk cepat2 mengejar kemuka dan menegur orang yang
diikutinya Mencurigakan sekali orang itu. Lebih baik kuperiksa
sebelum dia sempat berbuat sesuatu"
Dan setelah mengemasi diri, orang itupun siap mengayunkan
langkah memburu ke muka. Tetapi pada saat kaki hendak
melaksanakan keputusan hati, se-konyong2 ia terkejut ketika
menyaksikan sebuah pemandangan yang tak terduga-duga.
Beberapa belas sosok bayangan hitam, berhamburan loncat dari
balik sebatang pohon brahmastana yang tumbuh ditepi jalan dan
langsung menyerang orang itu. Terpaksa dia hentikan, langkah.
"Bunuh manusia keparat ini!" kesuny ian malam segera terisak
oleh teriak suara yang hendak melakukan pembunuhan.
Rupanya orang yang berada disebelah muka tadi, pun terkejut
menderita serangan tak terduga-duga itu. Sepuluh lelaki
berpakaian serba hitam dengan senjata terhunus menyerangnya
dari sebelah kanan dan kiri. Ia tak sempat lagi memperhatikan
siapa penyerang2 gelap itu bahkan hendak membuka mulutpun
tak sempat karena saat itu ujung tombak dan pedang berayun
kearah kepala dan tubuhnya.
66 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh" tiba2 orang itu membuang tubuh berguling-guling ke
tanah yang basah air hujan. Mungkin dia memperhitungkan, lebih
baik pakaiannya kotor daripada jiwanya melayang. Dan
menganggap cara itulah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri. Tetapi pada saat dia melenting dan berdiri tegak, dari balik
gerumbul pohon pada jarak lima tombak disebelah utara dari
pohon: brahmastana tadi berhamburan pula sepuluh bayangan
hitam yang memburu ketempat orang itu dan hendak
menyerangnya. Orang itu terkejut ketika mengetahui bahwa dirinya sedang
diserang oleh sepuluh orang dari arah se latan dan sepuluh orang
dari utara, la tak tahu siapa mereka dan mengapa mereka
melakukan serangan kepadanya. Ia hendak menegur mereka
tetapi pada lain kilas dihapuslah keinginan itu. Melakukan
serangan gelap tentu bertujuan hendak membunuh. Pada masa
suasana pura kerajaan masih diliputi oleh ketegangan2 memilih,
calon raja, tentulah banyak golongan yang hendak mengail di air
keruh, mencari keuntungan untuk kepentingan golongan
masing2. Untuk melaksanakan tujuan, bukan mustahil mereka
menggunakan cara pembunuhan.
Tiba pada pemikiran itu serentak orang itupun berdebur keras
hatinya. Dengan demikian jelas orang hendak menghendaki
jiwanya. Dan seketika itu pula ia menyadari kedudukan dirinya
dalam pemerintahan kerajaan Majapahit.
"Tentu mereka orang2 bawahan dari golongan yang
menentang aku" pikirnya dan hanya sampai disitu ia sempat
berpikir karena mata pedang dan ujung tombak kawanan
penyerang itupun sudah tampak berkilat-kilat menghambur
kearahnya. Tarrrr .... tarrrr .... tarrrr ....
67 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 terdengar bunyi menggelegar bagai halilintar memecah
angkasa. Kemudian disusul dengan jerit teriak ngeri dan
beberapa sosok tubuh yang bergelimpangan ke tanah.
Apa yang terjadi terlampau cepat untuk ditangkap pandang
mata. Yang tampak cahaya kilat menyambar-nyambar dan
menggelepar-gelepar di udara. Bising, pekak dan mengerikan. "Amuk! Amuk! Bunuh pengamuk!" teriak pula suara yang nyaring. Rupanya
dari kepala kelompok penyerang gelap itu untuk
membangkitkan semangat anak-buahnya. Ketika orang itu mengayunkan cambuk; maka terdengarlah letupan2
halilintar menyambar- nyambar membelah kegelapan malam. Kemudian
susul menyusul terdengar jerit dan erang kesakitan .....
Dari keremangan arah selatan muncul pula sepuluh
lelaki berpakaian hitam bahkan mukanyapun dilumuri contreng2
hitam. Mereka berlarian menyerbu orang tadi. Kini dia dikepung
oleh dua tiga puluh musuh menyerang dengan senjata. Namun
tampaknya orang itu tak gentar. Tangannya berayun-ayun,
menghamburkan cahaya kilat dan gelegar letupan keras.
Orang yang berada dibelakang yang terpaksa membatalkan
rencananya untuk menyergap orang yang diserang kawanan
penyerang gelap itu, termangu-mangu dalam kebimbangan.
68 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapa orang yang diserang kawanan bersenjata itu" Dan siapakah
kawanan penyerang gelap itu pula " Cuaca gelap dan orang2
yang sedang bertempur itu wajahnya sukar diketahui. Yang
dikeroyok kepalanya tertutup selubung kain hitam. Yang
mengeroyok mukanyapun berlumuran arang hitam. Hanya yang
diketahui, bahwa orang yang dikeroyok itu ternyata menggunakan senjata cambuk. Rupanya sebatang cambuk
pusaka. Tetapi entah cambuknya yang memang sakti ataupun
orang itu yang digdaya. Tetapi sejauh pengetahuannya, diseluruh
telatah Majapahit, hanya seorang tokoh yang termasyhur
menggunakan senjata cambuk.
"Tidakkah itu mpu Aditya?" tiba2 ia tersentak. Kecenderungan
untuk menduga demikian makin keras menilik kedigdayaan orang
itu sangat menonjol. Tepat pada saat pikiran merangkai dugaan
itu, pandang matanyapun tertumbuk akan pemandangan yang
mengejutkan. Betapapun gagah perkasa seseorang namun
menghadapi sekian banyak lawan yang bersenjata dan
menyerang secara kalap tanpa mengenal takut, akhirnya tampak
orang itupun sibuk juga. Terutama ketika muncul dua orang
bersenjata tombak yang menyerang dengan perkasa. Orang yang
diduga mpu Aditya itu terpaksa harus mundur.
"Bunuh ! Bunuh !" mendapat angin, kawanan penyerang gelap
itu mulai berteriak-teriak dan maju menyerang.
"Berbahaya" gumam orang itu "jika mpu Aditya sampai tewas,
mungkin akan timbul pemberontakan" serentak orang itupun
terus mencabut pedang dan lari menerjang maju "hai, kawanan
penjahat, lawanlah aku !"
Teriakan dan kemunculan seorang dari arah gelap
menimbulkan kejut orang2 yang sedang berhantam itu. Orang
bersenjata cambuk itupun tertegun. Hanya sejenak dia berpaling
atau tiba2 ujung tombak salah seorang dari kedua penyerang
yang perkasa itu, meluncur ke dadanya. Untung pada saat itu
orang bersenjata cambuk sudah berpaling dan tahu bahaya yang
69 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengancam dadanya. Namun jarak sudah sedemikian dekat,
sukar baginya untuk menangkis ataupun menghindar ke
samping. Dalam detik2 yang berbahaya itu, ia masih sempat
condongkan tubuh ke samping. Cret . . . pinggang jubahnya
tertembus ujung tombak dan orang itu pun cepat mengatupkan
lengannya untuk menjepit batang tombak.
Penyerangnya terkejut sekali ketika rasakan tombaknya
seperti terjepit papan besi. Dengan sekuat tenaga dia menarik
tombaknya. Namun iapun menjerit kesakitan ketika punggungnya
terhajar ujung cambuk. "Auh ..." rasa sakit yang tak terderita, menyebabkan orang itu


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lepaskan tombak, terseok-seok menghuyung ke belakang.
Sebelum jatuh, seorang kawannya sempat menanggapi dan terus
dibawa lari kedalam kegelapan.
Kiranya pada saat lengan kanan menjepit tombak, orang
itupun cepat memindahkan cambuk ke tangan kiri dan langsung
mengayunkan kearah lawan. Setelah berhasil merubuhkan lawan
itu, dia makin mengamuk. Cambuk menderu-deru laksana
prahara menyapu buana. Demikian pula orang yang hendak
membantunya itu. Dengan ilmu permainan pedang yang perkasa,
dia membabat setiap lawan yang merintang.
Keperkasaan kedua orang itu akhirnya meluruhkan nyali
kawanan penyerang. Tiba2 terdengar suitan nyaring yang
berkumandang menembus kegelapan malam.
Kawanan penyerang itu hentikan serangan dan bergerak
mundur. Tampak orang yang bersenjata pedang masih panas
hatinya. Dia hendak memburu tetapi orang yang bersenjata
cambuk itupun berseru mencegahnya "Jangan mengejar !"
Daiam pada berkata, tangannyapun berayun, tar, tarrrr.
Cambuk menggelegar, beberapa benda menyusup kedalam
semak. 70 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mundur" orang bercambuk itupun memberi perintah kepada
orang yang bersenjata pedang. Memang nada suaranya
mengandung wibawa tetapi sekalipun tanpa nada yang penuh
wibawa itu, rasanya orang bersenjata pedang akan menurut juga
karena ia makin yakin bahwa orang bercambuk itu tak lain adalah
wreddha mentri mpu Adityawarman.
Keduanyapun bergerak mundur lalu
lenyap kedalam kegelapan, bersembunyi dibalik pohon.
"Gusti Aditya" tegur orang yang bersenjata pedang setelah
sempat berada dekat disamping orang bercambuk.
Orang bercambuk itupun terbeliak "Siapa engkau ?" tegurnya
seraya membenamkan pandang mata kearah wajah orang itu.
"Hamba tumenggung Nala, gusti" sahut orang yang bersenjata
pedang. "O" desuh mpu Aditya "engkau tumenggung Nala?" serunya
gembira tetapi terus berhenti berkata-kata dan berpaling
memandang ke tempat pertempuran tadi. Setelah menunggu
sampai beberapa saat, akhirnya mpu Aditya berkata pelahan
"rupanya mereka sudah melarikan diri. Hayo, kita ke sana"
Saat itu bulan mulai meremang cahaya. Tempat pertempuran
sunyi senyap. Anakbuah kawanan penyerang yang terluka, pun
tak tampak. Tentu sudah dibawa kawan kawannya.
"Hm, mereka tentu melarikan kawan-kawannya yang terluka"
gumam mpu Aditya. "Benar, gusti" sambut tumenggung Nala. Kemudian ia
melanjutkan pertanyaan mengapa mpu Aditya mencegahnya
untuk mengejar mereka. "Tumenggung Nala, berbahaya sekali untuk mengejar musuh
di malam segelap ini" mpu Aditya menjawab "tidakkah engkau
mengetahui bahaya yang mengancam jiwa kita tadi ?"
71 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, apakah yang tuanku maksudkan?"
"Ah, andaikata aku terlambat menangkap desir angin dari
anakpanah yang menyambar kita, mungkin kita akan tertimpah
bahaya" "O" tumenggung Nala terkejut "itulah maka gusti menggelegarkan cambuk ?"
Mpu Aditya mengangguk "Ya. Jika kita tetap mengejar
mereka, kawan-kawan mereka yang sembunyi di tempat gelap
tentu akan menghujani anakpanah"
Tumenggung Nala terkejut kemudian menghela napas "Ah,
terima kasih atas pertolongan gusti"
Mpu Aditya berpaling memandang tumenggung Nala "Siapa
yang harus berterima kasih" Aku atau engkau" Bukankah engkau
muncul lalu membantu aku" Tentu aku yang layak berterima
kasih kepadamu" Tumenggung Nala mengucapkan beberapa patah kata
merendah. Terkilas dalam benaknya untuk mengajukan
pertanyaan mengapa pada malam selarut itu mpu Aditya berjalan
mengelilingi keraton seorang diri. Tetapi belum sempat ia
membuka mulut mpu Aditya sudah mendahului dengan
pertanyaan yang sama "Tumenggung Nala, mengapa engkau
tiba2 muncul di tempat ini ?"
Tumenggung Nala agak tersipu-sipu.
"Gusti, hamba sedang melakukan ronda keamanan mengelilingi" lorong2 diluar tembok keraton. Tiba2 hamba
melihat sesosok tubuh berjalan beberapa tombak disebelah muka
hamba. Maaf. gusti, saat itu hamba menaruh kecurigaan dan
mengikuti" "O" desuh mpu Aditya dalam hati agak terkejut karena tak
dapat mengetahui kalau langkahnya diikuti tumenggung Nala.
72 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sesungguhnya hamba sudah berniat hendak menyusul
paduka dan menegur. Hamba benar2 tak tahu bahwa yang
berjalan itu adalah paduka sendiri"
"Wajar, ki tumenggung" sambut mpu Aditya "karena malam
sepekat ini. Mungkin untuk melihat tangan kita sendiripun sukar"
"Pada saat hamba hendak bertindak, tiba-tiba hamba lihat
berpuluh sosok bayangan hitam menyerang paduka. Hamba
mengeluh karena tak cepat-cepat menyusul paduka, sehingga
paduka terpaksa harus mengr alami serangan gelap itu. Tetapi
syukurlah paduka dapat menghajar mereka sampai terpontang-
panting. Tetapi kemudian hamba perhatikan jumlah mereka
makin bertambah sehingga membahayakan paduka maka harn-
bapun terus lari menyerang mereka"
"Benar, ki tumenggung" kata mpu Aditya "memang kedua
orang yang kurasa pemimpin gerombolan itu, kuat sekali
tenaganya dan digdaya. Hampir saja dadaku tertembus ujung
tombaknya" tiba2 mpu Aditya teringat akan peristiwa itu dan
cepat2 merabah pinggang jubah. Tangannya terasa menjamah
cairan basah. Darah. Dia terkejut namun tetap tenang.
"Adakah paduka terluka?"
"Ah, tidak, hanya bajuku terlanggar sedikit"
"Gusti " akhirnya tumenggung Nala berkata
"hamba hendak memberanikan diri mengajukan pertanyaan ke
hadapan gusti" "Silakan" "Kemanakah gusti hendak menuju pada malam segelap ini"
Tidakkah berbahaya sekali apabila gusti pergi seorang diri tanpa
pengawal?" Mpu Aditya mengangguk "Terima kasih atas perhatianmu, ki
tumenggung. Sesungguhnya akupun juga sedang meronda
73 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keamanan keraton. Bukankah patih Dipa sedang menuju ke
Kahuripan untuk mengundang sang Rani?"
Diam2 tumenggung Nala terkejut. Rasanya patih Dipa tentu
takkan minta bantuan mpu Aditya untuk melakukan ronda
keamanan pada waktu malam.
"Tetapi gusti" katanya "bukankah keamanan pura itu sudah
menjadi tanggung jawab ki demung Samaya" Ah, kiranya amat
berbahaya apabila gusti seorang diri mengelilingi keraton pada
tengah malam begini"
"Memang benar ucapanmu, ki tumenggung" ujar mpu Aditya
"tetapi itu hanya suatu pembagian tugas yang resmi. Nyatanya,
keamanan negara itu tidakkah seluruhnya menjadi tanggung
jawab mentri dan senopati yang mengepalai pasukan penjaga
keamanan saja, melainkan tanggung jawab seluruh mentri
narapraja dan kawula semua. Lebih pula kita sebagai mentri
kerajaan, harus memiliki tanggung jawab penuh untuk keamanan
negara" Tumenggung Nala mengangguk-angguk. Dalam hati memuji
sikap dan pendirian sang wreddha mentri.
"Harus dipuji sikap patih Dipa" mpu Aditya berkata pula
"bahwa sekalipun tidak dibebani tugas keamanan pura, namun
setiap kali berada di pura, dia tentu berkeliling kota untuk
melakukan ronda keamanan"
"Tetapi saat ini, ki patih sedang mengemban tugas ke
Kahuripan" Mpu Aditya mengela napas "Sebenarnya bukan karena aku
hendak membedakan garis2 tugas, melainkan mengatakan apa
yang kita lihat dalam kenyataan. Bahwa pada saat ini, patih Dipa
masih menjabat patih di Daha, sehingga tugas utamanya di
Daha. Sedangkan patih Majapahit, sebenarnya dipegang Aluyuda,
Sejak Aluyuda binasa, jabatan itu masih kosong, dirangkap oleh
mahapatih Arya Tadah. Keamanan pura kerajaan menjadi
74 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanggung jawab ki demung Samaya. Dan karena mendiang
baginda Jayanagara menaruh kepercayaan penuh kepada patih
Dipa atas jasa-jasanya yang lalu, maka patih itu diperkenankan
untuk setiap waktu menghadap ke keraton. Diwenangkan pula
untuk menangkap, memeriksa bahkan menjatuhkan pidana
kepada setiap orang yang membahayakan keselamatan baginda
dan keluarga raja. Ra Tanca yang dibunuh patih Dipa karena
tabib itu mencidera baginda, menjadi bukti betapa besar
kekuasaan yang dilimpahkan baginda kepada patih Dipa"
"Seperti yang telah kukatakan tadi, sebenarnya tugas pokok
dari patih Dipa adalah di Daha. Tetapi karena mengemban
kepercayaan baginda, dia sering berada di pura sini. Tugasnya
menjaga keamanan baginda dan keluarga raja di keraton, tetapi
diapun melakukan tugas menjaga keamanan seluruh pura" ujar
mpu Aditya tebih lanjut. Mendengar ucapan sang wreddha mentri, diam2 tumenggung
Nala terkejut dalam hati. Adakah mpu Aditya tak puas dengan
tindakan patih Dipa yang dianggap melampaui batas
kekuasaannya " "Memang jika direnungkan lebih lanjut, tindakan
patih Dipa itu sudah menginjak jauh dari garis kewajibannya"
diam2 tumenggung Nala mengguris penilaian.
"Ki tumenggung" tiba2 mpu Aditya berseru "bagaimana
penilaianmu terhadap patih Dipa?"
Terkejut benar tumenggung Nala kala menerima lontaran
pertanyaan itu. Wreddha mentri mpu Adityawarman, sangat
tinggi kedudukannya. Lebih tinggi dari patih mangkubumi Arya
Tadah. Besar pula pengaruhnya di keraton karena beliau putera
kemanakan dari gusti ratu Indreswari. Dalam kedudukan setinggi
dan pengaruh sebesar itu, tentulah mpu Aditya dapat menghitam
putihkan semua persoalan pemerintahan dan nara praja. Maka
dalam memberi jawaban itu, tumenggung Nala mewajibkan diri
untuk bersikap hati-hati.
75 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika berpijak pada ucapan paduka tadi, memang ki patih Dipa
melampaui tugas yang telah disandangnya" akhirnya dengan
hati2 tumenggung Nala menghaturkan jawaban. Masih dia
menggunakan ucapan mpu Aditya tadi sebagai landasan.
"Lalu bagaimana perasaanmu, ki tumenggung?"
Makin gelisah tumenggung Nala tertimpah pertanyaan itu. Ia
merasa terpojok. Apa yang harus dihaturkan adalah perasaannya,
pandangannya peribadi untuk menilai tingkah laku patih Dipa.
Dalam hal itu, tak dapat ia berpijak lagi pada ucapan mpu Aditya
seperti tadi. "Ah, adakah mpu Aditya ini merasa sirik hati terhadap patih
Dipa?" ia mulai menimang renungan.
"Kalau menilik, hubungan mereka berdua selama ini,
tampaknya amat akrab dan saling mengindahkan. Masakan nipu
Aditya tak senang kepada ki patih Dipa" Tetapi ah..." ia
mendesuh dalam hati "siapa tahu akan hati manusia?"
Hampir saja tumenggung Nala hendak memberi penilaian
yang cenderung ke arah menyesalkan tingkah patih Dipa. Tetapi
sekilas dia teringat akan ucapan mpu Aditya pula bahwa
tanggung jawab keamanan itu bukan semata pada mentri atau
senopati yang diserahi tugas keamanan melainkan seluruh mentri
narapraja dan setiap kawula juga mempunyai tanggung jawab.
"Tidak, aku tak boleh menyesalkan tindakan ki patih. Kutahu
bagaimana sifat peribadi patih Dipa. Dia bukan manusia yang
temaha kedudukan, rakus kekuasaan. Dia menetapi kewajiban
sebagai seorang mentri, narapraja dan kawula Majapahit. Tak
peilu aku harus takut mengatakan yang baik itu buruk. Paling aku
hanya kehilangan pangkat tetapi tak kehilangan kepribadian
hatiku" akhirnya tumenggung Nala menemukan dirinya lalu
membulatkan keputusan. "Penilaian hamba ini, tak lepas pula dari ujar paduka yang
hamba junjung tinggi2" kata tumenggung Nala "bahwa tugas
76 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keamanan negara itu bukan semata terletak pada petugas2
keamanan, pun menjadi tugas kewajiban seluruh kawula. Oleh
karena itu patih Dipapun mengambil garis kebijaksanaan itu
dalam tindakannya" "Bagus, ki tumenggung" diluar dugaan mpu Aditya berseru
memuji "anggapanmu adalah pendirianku pula. Tetapi adakah
engkau tak merasakan sesuatu di balik tindakan patih Dipa itu ?"
Tumenggung Nala terkesiap. Ia benar2 tak mengerti maksud
ucapan mpu Aditya, walaupun ia sudah merenungkannya
dalam2. "Hamba memang bodoh, mohon gusti suka menjelaskan apa
yang gusti maksudkan" akhirnya ia meminta.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maksudku tak lain "ujar mpu Aditya "apakah engkau hanya
memiliki rasa rela dan membenarkan tindakan patih Dipa itu"
Tidakkah engkau mempunyai setitik perasaan apa2 lagi?"
Tumenggung Nala mengernyit dahi. Namun tak bersua jua
suatu perasaan lain. Sesaat timbul keinginan tahu apa yang
dimaksud perasaan lain oleh sang Wredha mentri itu "Hamba
benar2 tak menemukan suatu perasaan lain terhadap langkah ki
patih Dipa itu. Bilamana anggapan hamba ini keliru, sukalah
paduka melimpahkan petunjuk" katanya setelah melalui
pertimbangan beberapa saat.
"Ah, kurasa tentu ada. Cobalah ki tumenggung renungkan
lagi" Namun tumenggung Nala menyatakan bahwa dia tak
menemukan perasaan lain itu "Telah hamba jelajahi segenap
lubuk hati. namun tak bersua juga, gusti. Adakah paduka
memiliki perasaan lain itu?"
"Tentu, ki tumenggung" sahut mpu Aditya. Tumenggung Nala
termasuk panca ri Wilwatikta atau Lima serangkai menteri
pelaksana pemerintahan kerajaan. Sapta Prabu sebagai dewan
77 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertinggi yang menentukan kepumsan, rakryan mentri Katrini
yang tiga itu sebagai penampung keputusan lalu disalurkan
kepada kelima mentri panca ri Wilwatikta. Hubungan antara mpu
Aditya dengan tumenggung Nala sudah tentu cukup akrab.
"Berkenankah kiranya paduka memberi tahu kepada hamba?"
Walaupun sebagai salah seorang mentri dari panca ri Wilwatikta,
namun tumenggung Nala tetap menggunakan sopan santun tutur
bahasa yang menghormat kepada mpu Aditya. Karena disamping
sebagai wredha mentri, Adityawarman itu termasuk wrahaji atau
sanak raja. "Ya" sahut mpu Aditya "perasaan lain itu bukan berarti apa2,
melainkan perasaan malu hati, ki tumenggung. Kita yang
mengemban tugas untuk menjaga keamanan pura, harus malu
hati karena patih Dipa telah mengunjukkan contoh2 yang penuh
pengabdian tanggung jawab. Oleh karena itulah maka aku malam
ini mewajibkan diri untuk melakukan ronda keamanan. Karena
kunilai, suasana dalam pura kerajaan menjelang keputusan untuk
menentukan pengganti raja, diam2 terasa gawat. Seperti api
dalam sekam, di luar tampak tenang di dalam membara"
"Ah" tumenggung Nala menghela napas "petunjuk paduka
sangat tepat dan berharga sekali. Kepergian patih Dipa ke
Kahuripan dan Daha itupun mendorong hamba untuk
mempergencar tindakan hamba kearah penjagaan keamanan.
Dan kebetulan pula, malam ini hamba dapat melihat suatu
peristiwa yang mengejutkan. Tindakan kawanan penyerang gelap
itu merupakan pertanda akan kebenaran penilaian paduka. Jelas
bahwa suasana pura dewasa ini teramat gawat. Rupanya ada
sementara golongan yang mulai nekad untuk melakukan tindakan
yang berbahaya. Sayang tadi hamba tak dapat menangkap salah
seorang dari mereka agar dapat diperiksa keterangannya"
"Ya" mpu Aditya mengangguk "memang tindakan kawanan
penyerang itu mencurigakan sekali. Menilik jumlah dan gerak
geriknya, mereka seperti kawanan yang telah mendapat didikan
78 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara teratur, cenderung pada kelompok prajurit daripada
kawanan penjahat biasa"
"Hambapun menduga demikian" sambut tumenggung Nala
"dan rupanya mereka telah mengatur persiapan yang ketat untuk
penyergapan itu. Jelas memberi kesan bahwa mereka tentu dari
golongan tertentu. Sedang tindakan merekapun ditujukan pada
orang tertentu" "Ya" mpu Aditya mengiakan "tetapi siapa kiranya orang
tertentu yang akan diarah jiwanya itu?"
Tumenggung Nala tak cepat menjawab. Setelah berjalan
beberapa langkah, barulah ia membuka suara "Menilik persiapan
mereka dilakukan di lorong sepi, hamba rasa tujuan mereka
tentu tidak diarahkan kepada para mentri dan senopati yang
tinggal di rumah kediaman mereka masing-masing, melainkan
kepada orang, yang mereka ketahui sering berjalan pada malam
hari. Dan orang yang bertindak demikian tak lain adalah
petugas2 ronda keamanan"
"Benar" mpu Aditya menyetujui "tetapi rasanya bukan sekedar
petugas keamanan biasa melainkan seorang yang mempunyai
kekuasaan dan tanggung jawab besar dalam soal keamanan.
Misalnya ki demung Samaya dan engkau ki tumenggung"
"Tetapi ki demung Samaya jarang keluar, tentu mereka tahu
hal itu . . ." tiba2 tumenggung Nala hentikan kata-katanya dan
membeliakkan pandang mata ke muka. Langkahnyapun berhenti
"ada orang sedang berjalan menyongsong kemari, gusti"
bisiknya. Sementara mpu Adityapun berhenti "Ya, dua orang" sahutnya
"cukup mencurigakan. Kita harus waspada, ki tumenggung"
Kedua priagung itupun bersiap-siap. Mencurah pandang dan
berkemas diri untuk menghadapi segala kemungkinan.
79 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua sosok bayangan tubuh yang berada berpuluh tombak di
penghujung jalan sebelah muka, tampak bergerak-gerak maju.
Makin lama makin dekat. Mpu Aditya dan tumenggung Nala mulai tegang.
(Oo-dwkz-ism-oO) 80 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 2 81 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 82 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Ketika kedua sosok tubuh manusia itu makin dekat dan hanya
terpisah lima langkah maka cepatlah mereka disambut oleh tatap
pandang mata mpu Aditya dan tumenggung Nala yang sudah
mengadakan persiapan kewaspadaan lebih dulu.
"Engkau, Arya Damar" mpu Aditya menghambur teriak dalam
nada ketegangan yang terurai.
Kedua orang yang menegangkan perasaan mpu Aditya dan
tumenggung Nala itu, tak lain adalah Arya Damar dan Arya
Lembang. Kedua arya itupun gegas mengunjuk hormat.
"Benar, paman" Arya Damar berdatang ujar "hamba berdua
Kembar dan Lembang" Sebagai seorang wrddha mentri atau mentri prau-dhatara,
mpu Aditya mempunyai kedudukan yang amat tinggi didalam
pemerintahan kerajaan Majapahit. Pangkat itu menyerupai
kedudukan seorang maha mentri, lebih tinggi dari mahapatih
atau perdana mentri. Pangkat wreddha mentri biasanya hanya
dijabat oleh tokoh yang bijaksana dan berdarah keturunan tinggi.
Dalam hal itu mpu Aditya memenuhi persyaratan dengan
tepat. Dia seorang yang setya dalam pengabdian kepada
kerajaan Majapahit, pandai, bijaksana dan berdarah luhur, masih
tergolong tad-bansyah atau mempunyai hubungan darah dengan
raja Majapahit. "Apa kerjamu pada malam sesunyi ini berjalan-jalan
disekeliling luar tembok keraton?" tegur sang wredha menteri
pula. "Hamba sedang melakukan ronda keamanan, gusti" jawab
Arya Damar. 83 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aditya beringsut pandang kearah tumenggung Nala yang
berada disampingnya. Melalui pandang mata masing2, mereka
menyatakan keheranan atas ucapan Arya Damar.
"Meronda ?" ulang mpu Aditya "kurasa, tugas ronda
keamanan telah dipegang oleh kidemung Samaya dan
tumenggung Nala ini. Adakah tiap malam engkau juga melakukan
ronda keamanan begini ?"
"Tidak, paman" sahut Arya Damar "walaupun hamba merasa
bahwa sejak mangkatnya seri baginda Jayanagara, soal
keamanan terutama keamanan keraton Tikta-Sripala harus lebih
ditingkatkan dan sekalipun hamba menyadari bahwa soal
keamanan itu bukan semata menjadi tanggung jawab prajurit2
bawahan ki de-mung Samaya dan tumenggung Nala melainkan
juga tanggung jawab seluruh kawula Majapahit, namun hamba
tetap menjaga garis2 tugas dan menghormati hak kewajiban ki
demung Samaya dan tumenggung Nala"
"Tetapi mengapa engkau saat ini mengatakan sedang
melakukan ronda keamanan?"
"Benar paman"j awab Arya Damar "sebab hamba ingin ikut
membantu menjaga keamanan pura kerajaan"
"Hm" mpu Aditya mendesuh dalam hati "agak sukar untuk
menyelami dua macam perkataanmu. Pertama, engkau
mengatakan bahwa engkau tetap menghormat hak kewajiban
pasukan penjaga keamanan keraton yang dibawahi demung
Samaya dan tumenggung Nala. Artinya, engkau tak ingin ikut
campur dalam tugas2 ronda keamanan. Tetapi kemudian dalam
kcteranganmu lebih lanjut engkau menyatakan ingin membantu
menjaga keamanan pura kerajaan"
"Benar, paman" sahut Arya Damar "sesungguhnya tiada yang
berselisih dalam kedua pernyataan hamba itu"
Mpu Aditya mengernyut alis.
84 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kesadaran bahwa keamanan negara itu menjadi tanggung
jawab seluruh kawula, itulah pendirian hamba. Bahwa hamba
tetap menghormati garis2 hak kewajiban ki demung dan ki
tumenggung yang diserahi tugas menjaga keamanan pura, itulah
sikap hamba terhadap peraturan tata-praja. Jika terjadi
pembauran dian-tara pendirian dan sikap hamba terhadap soal
keamanan, hanyalah terletak pada waktu dan kebutuhan belaka,
paman" "O" mpu Aditya kerutkan dahi "bilakah terjadinya hal2 yang
menurut anggapan, engkau dituntut oleh waktu dan kebutuhan
dalam soal keamanan itu?"
"Sejak baginda wafat, paman. Hamba anggap keamanan pura
harus lebih ditingkatkan penjagaannya. Hamba sebagai pimpinan
pasukan Sriwijaya yang dititahkan datang ke Majapahit,
walaupun peristiwa Bedulu-Bali sudah selesai, namun kami masih
terikat akan tugas yang kami terima, agar membantu menjaga
keamanan Kerajaan Majapahit"
"O" mpu Aditya mendesuh dalam nada yang sukar ditanggapi
arahnya, adakah menyetujui langkah kedua arya itu atau
menolak. "Raden" tiba2 tumenggung Nala membuka suara "pendirian
raden tentang hubungan dan wajib kawula terhadap negara,
memang tepat. Setiap kawula Majapahit, setiap p u t e r a
Majapahit memang mempunyai wajib untuk membela keamanan
negara" ia berhenti sejenak untuk menyeliinpatkan pandang ke
wajah Arya Damar. Bagaimana tanggap cahaya wajah arya itu
terhadap kata2 kawula dan putera Majapahit yang sengaja ia
tekankan nadanya itu. Memang dahi Arya Damar agak
mengeriput sedikit. Rupanya dia merenungkan kata2 itu.
"Maka betapapun halnya" kata tumenggung Nala pula
"sebagai petugas yang mewakili ki demung Samaya untuk
mengepalai pasukan keamanan pura Majapahit, aku menghaturkan terima kasih atas bantuan raden"
85 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keriput pada dahi Arya Damar mendatar kembali.
"Sesungguhnya" tumenggung Nala melanjut pula "arti
daripada pernyataan raden bahwa keamanan negara itu menjadi
tanggung jawab seluruh kawula, tak lain merupakan suatu
penjagaan secara menyeluruh dan menurut pembagian tugas
masing2. Prajurit bertugas di medan laga untuk menghalau
musuh yang hendak mengganggu negara, pasukan keamanan
baik di pura kerajaan maupun di daerah2, menjaga wilayah
kekuasaan masing2. Sedang para kawulapun wajib menjaga


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

desa, perkampungan dan rumah masing2. Dengan demikian
tercapai kebulatan wajib yang sesuai dengan tanggung jawab
masing2 terhadap negara. Bukankah jika setiap kesatuan
ataupun perorangan, tahu akan kewajiban menjaga keamanan
daerah dan halaman sendiri, keamanan negara secara
menyeluruh akan dapat terlaksana?"
Dengan kata2 itu tumenggung Nala hendak menegaskan
bahwa keamanan pura Majapahit sudah diserahkan pada
pasukan keamananan yang dipimpinnya. Sedang Arya Damar dan
Arya Lembang cukup menjaga kesatuannya sendiri2
Muka Arya Damar bertebar merah. Ia tahu bahwa secara
halus tumenggung Nala telah menegurnya dan memperingatkan
bahwa keamanan pura sudah ada bagian kesatuan pasukan yang
menjaga. "Ah, sama sekali kami tak meremehkan kemampuan ki
tumenggung dalam menjaga keamanan pura" katanya "namun
mengingat bahwa sejak baginda mangkat, suasana pura perlu
mendapat perhatian, maka kami berdua pun dengan cara kami
sendiri, ingin membantu memelihara keamanan pura. Kami harap
janganlah ki tumenggung mempunyai prasangka apa2 terhadap
kami" "Jauh dari itu, raden" jawab tumenggung Nala. Ia tahu bahwa
kata-katanya telah dapat dimengerti Arya Damar. Itu sudah
86 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup. Maka iapun tertawa untuk menyegarkan suasana
pembicaraan "bahkan kami harus berterima kasih kepada raden"
Arya Damar hanya tertawa. Ia tahu apa sesungguhnya dibalik
ucapan terima kasih dari tumenggung itu. Jelas dalam hati
tumenggung itu membertik rasa kurang senang terhadap dirinya.
Namun untuk mencairkan suasana saat itu ia tak dapat berbuat
apa2 kecuali menerima kenyataan dan diam2 mencatat dalam
hati s iapakah tumenggung Nala itu.
"Apakah selama engkau berkeliling meronda tadi, melihat
sesuatu yang tak wajar?" tiba2 pula mpu Aditya menegur.
"Tidak paman" sahut Arya Damar "lorong2 disekeliling tembok
luar keraton sunyi senyap ditelan kegelapan malam"
Mpu Aditya mengangguk "Damar, adakah hanya engkau
berdua yang mengadakan ronda keamanan ini?"
"Benar paman" "Dimana anakbuahmu?"
"Masih berada di bandar Canggu, paman"
"Bilakah engkau kembali ke Swarnadwipa lagi?"
"Sampai saat ini hamba belum menerima titah. Kemungkinan
nanti apabila seusai pengangkatan seri baginda yang baru.
Adakah paman hendak memberi pesan apa2 kepada hamba ?"
Mpu Aditya gelengkan kepala "T idak. Aku masih sibuk dengan
urusan keraton Tikta-Sripala"
"Adakah .... paman berkenan hendak menjenguk ke kerajaan
paman di Kanaka?" Mpu Aditya merenung sejenak lalu menjawab "Telah
kukatakan dewasa ini aku masih sibuk dengan urusan dalam
keraton Tikta-Sripala. Belum sempat memikirkan hal2 yang lain"
87 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba dengar kini kerajaan Kanaka, berkat pimpinan yang
bijaksana dari ayahanda paduka, baginda Adwayawarmma,
makin bertambah makmur dan sejahtera. Hamba rasa, baginda
Adwayawarmma tentu sangat merindukan kepulangan paman"
Mpu Aditya terkejut dalam hati. "Bukankah Arya Damar tahu
akan kegawatan suasana dalam pura Majapahit dewasa itu"
Mengapa dia mengingatkan dan secara halus menganjurkan agar
ia kembali menjenguk kedua ayahanda dan ibunda di tanah
Malayu?" "Telah kukatakan" katanya dengan menahan perasaan "saat
ini aku belum sempat memikirkan hal itu. Tepatkah aku
meninggalkan Majapahit di kala kerajaan itu sedang menghadapi
peristiwa sebesar ini?"
"Demikian paman" kata Arya Damar "hamba percaya penuh
akan kebijaksanaan paman"
"Damar" tegur mpu Aditya "hendak kemana-kah engkau
menuju?" "Hamba akan melanjutkan langkah hamba menyelesaikan
perondaan, kemudian terus pulang"
"Baiklah, akupun hendak me lanjutkan perjalananku" kata mpu
Aditya menyatakan isyarat agar Damar melanjutkan perjalanannya. Demikian Arya Damar dan Arya Lembangpun
segera menghaturkan hormat dan mohon diri.
"Gusti" di tengah perjalanan, tumenggung Nala mulai
membuka pembicaraan "ada sesuatu yang hamba rasakan
kurang wajar pada diri kedua arya itu"
"O" sahut mpu Aditya tenang2 "apakah hal itu, ki
tumenggung" "Sebelumnya hamba mohon maaf untuk mengajukan
pertanyaan kepada gusti"
88 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak apa, silakan bicara"
"Adakah setiap malam gusti keluar melakukan perondaan?"
Mpu Aditya kerutkan kening "Tidak setiap ma lam. Hanya dua
tiga malam sekali" "Terima kasih, gusti" kata tumenggung Nala "adakah pada
waktu gusti melakukan perjalanan berkeliling pura itu, pernah
berjumpa dengan para arya terutama Arya Damar dan Arya
Lembang?" "Tidak" mpu Aditya gelengkan kepala.
"Demikian pula hamba, gusti" kata tumenggung Nala "hampir
dikata tiap malam, sejak ki demung Samaya gering, hamba
keluar berkeliling pura. Tetapi selama itu tak pernah hamba
berjumpa dengan para arya itu"
"Hm" desuh mpu Aditya "engkau anggap hal itu kurang
wajar?" "Benar" sahut tumenggung Nala.
Diam sejenak, mpu Aditya berkata "Dalam hal ini, mungkin
saja timbul hal2 yang disebut tersisip. Misalnya, pada waktu
engkau keluar, mereka kebetulan tidak. Dan justeru apabila
engkau malam itu tak keluar, mereka kebetulan keluar. Ataupun
mengenai waktunya, mungkin berselisih sehingga tak pernah
berjumpa dengan mereka"
"Mudah-mudahan begitu" kata tumenggung Nala "tetapi kesan
yang hamba peroleh malam ini, memang menimbulkan
pemikiran. Adakah sedemikian kebetulan sekali bahwa setelah
gusti mengalami sergapan dari gerombolan pengacau, lalu kita
berjumpa dengan kedua arya Damar dan Lembang?"
"Ki Nala!" mpu Aditya berseru seperti seseorang yang teringat
sesuatu "engkau maksudkan.. . ."
89 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba tidak menuduh" cepat tumenggung Nala berkata
"namun demi tugas hamba, hambapun dituntut untuk merenung
dan menafsirkan hal itu"
"Tetapi tidakkah janggal kedengarannya apabila kawanan
pengacau itu engkau hubungkan dengan kedua arya itu "
Bukankah kedua arya itu berada difihak yang berlainan arah.
Kawanan penjahat itu hendak mengacau keamanan, sedang
kedua arya itu meronda untuk untuk menjaga keamanan"
Tumenggung Nala mengangguk "Benar gusti, Memang hal itu
janggal kedengarannya namun tidak menutup kemungkinan akan
kenyataannya" "Bagaimana maksudmu, ki Nala ?"
"Dalam pengalaman hamba selama bertahun-tahun menjadi
narapraja, mulai dari bawah sehingga mencapai tingkat sebagai
tumenggung, banyaklah ragam peristiwa yang hamba peroleh.
Karena tugas hamba itu sebagian besar dalam kalangan
keprajuritan dan keamanan, maka hambapun memperoleh
pengalaman tentang cara1 yang dilakukan kaum penjahat.
Diantara cara2 yang digunakan mereka, terdapat apa yang
disebut 'membuang bekas'. Melenyapkan segala sesuatu jejak
atau bekas2 perbuatannya agar jangan diketahui yang berwajib.
Misalnya, seorang pencuri di-kala perbuatannya diketahui yang
empunya rumah maka pencuri itupun ikut berteriak-teriak
menyebut 'pencuri' dan ikut mengejar dengan rombongan
penduduk. Selain itu agar tidak diketahui orang, maka penjahat
itupun tak segan membunuh korbannya ...."
"Hai" tiba2 mpu Aditya hentikan langkah "jika demikian .... eh,
ki Nala, adakah engkau juga pernah mendengar tentang kasak
kusuk yang terdapat di sementara kalangan narapraja kerajaan
?" Tumenggung Nalapun berhenti dan terkejut "Berita kasak
kusuk apakah yang gusti maksudkan?"
90 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak mpu Aditya memandang wajah tumenggung Nala
seolah hendak meneliti kejujuran hatinya
"Apakah engkau benar2 tak mendengar?"
Tumenggung Nala terdiam, merenung sejenak lalu menjawab
"Memang berita2 dan kasak kusuk dikalangan pemerintahan,
tentu ada dan sudah lumrah. Tetapi apa yang gusti maksudkan,
hamba benar2 kurang jelas"
"Tentang peristiwa ra Tanca"
"Ya" "Yang dibunuh patih Dipa itu"
"O, gusti maksudkan desas desus yang menafsirkan tindakan
ki patih Dipa membunuh ra Tanca itu ?"
"Benar" "Hambapun mendengar desas desus itu" kata tumenggung
Nala. "Lalu bagaimana tanggapanmu" Sementara orang mengatakan bahwa dalam peristiwa pembunuhan ra Tanca itu,
patih Dipa tak terlepas dari tuduhan menggunakan cara seperti
yang engkau katakan tadi"
"Membuang jejak ?"
"Ya" sahut mpu Aditya.
Angin berhembus makin dingin. Malampun telah memuncak
larut. Cahaya bulan bersalut awan putih, meremang di barat.
Namun tumenggung Nala merasakan tubuhnya makin hangat
dibakar bahan pembicaraan yang dilepaskan mpu Aditya.
"Setiap peristiwa" katanya setelah mengemasi diri "tentu
dapat dinilai dari beberapa segi dan f ihak. Peristiwa ki patih Dipa
membunuh ra Tanca, jika dipandang dari segi tugasnya sebagai
andika-bhayangkara yang mendapat kepercayaan penuh dari
91 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baginda, adalah tindakan yang tepat. Hukum kerajaan Majapahit
yang termaktub fasal Tiga dari kitab Hukum Agama menyebutkan
tentang perbuatan Astadusta. Yang disebut Astadusta nyi : Yang
membunuh seorang yang tidak berdosa. Menyuruh bunuh orang
yang tidak berdosa. Melukai orang yang tidak berdosa. Makan
bersama dengan pembunuh. Mengikuti jejak pembunuh.
Bersahabat dengan pembunuh. Memberi tempat kepada
pembunuh dan yang kedelapan atau terakhir, memberi
pertolongan kepada pembunuh.
"Diantara kedelapan tindak dusta itu maka yang kesatu, kedua
dan ketiga, dikenakan hukuman mati. Dengan tegas undang2
kerajaan Majapahit menyatakan bahwa tidak ada orang yang
dikecualikan dari undang2 tersebut. Meski mentripun jika ia
melakukan tiga hal dari Astadusta itu, juga dikenakan pidana
mati. Jika ada orang yang membunuh kepada orang yang
melakukan ketiga hal Astadusta itu, maka orang yang membunuh
si pembunuh itu takkan dituntut"tumenggung Nala melanjutkan
pula. "Ya, memang dalam hal patih Dipa bertindak membunuh
Tanca itu takkan dituntut apa2 karena jelas Tanca telah
melakukan tindak pertama dari Astacorah yaitu membunuh orang
yang tak berdosa. Bahkan berani membunuh baginda" kata mpu
Aditya "yang didesuskan orang2 itu bukanlah soal tindakan patih
Dipa membunuh ra Tanca, melainkan latar belakang dari
tindakan patih Dipa itu. Jelasnya, mereka menafsirkan bahwa
tindakan patih Dipa itu mengandung percik2 noda hitam"
Tumenggung Nala mengangkat muka, memandang mpu
Aditya "Telah hamba katakan, bahwa setiap peristiwa dapat
ditafs irkan dari berbagai segi dan oleh beberapa fihak yang
mempunyai kepentingan. Fihak yang mendukung langkah ki patih
Dipa tentu membenarkan tindakannya. Tetapi yang tak
menyukai, terlebih pula fihak yang menderita kerugian, tentu
92 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan mencela dan menaburkan tafsiran2 yang bersifat
memfitnah" Dalam pada berkata-kata itu, mpu Adityapun mulai ayunkan
langkah lagi. Tumenggung Nala berjalan disisi sang wreddha
mentri. "Benar, ki tumenggung" sahut mpu Aditya "memang sebagai
seorang narapraja kita harus mempunyai landasan yani berpijak
pada kepentingan negara dan beralas pada hukum yang berlaku.
Namun karena kuanggap desas desus itu akan membawa akibat
luas apabila tidak kita tanggapi, maka mau tak mau akupun
menaruh perhatian juga. Ingat timbulnya suatu gerakan,
terutama yang membahayakan keamanan negara, kebanyakan
bersumber pada desas desus. Inilah yang wajib kita amat-amati"
Tumenggung Nala mengiakan.
"Desas desus tentu mengandung sifat yang kurang baik.
Karena jika untuk kebaikan dan kepentingan negara, tentulah tak
perlu harus disebarkan melalui desas desus atau bisik-bisik


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

secara tersembunyi, bukankah sesuatu yang takut diketahui itu
tentu mengandung hal2 yang kurang baik?" kata tumenggung
Nala "jika kita menampung dasas desus itu, memang banyak
sekali coraknya. Tetapi rupanya yang nendapat angin adalah
aliran yang menuduh bahwa tindakan ki patih Dipa itu tak lain
hanya sebagai langkah 'menghapus jejak' saja. Dengan lain kata,
ki patih Dipa hendak melenyapkan ra Tanca karena kuatir ra
Tanca akan membuka rahasia siapakah sesungguhnya yang
menganjurkan dia agar membunuh baginda ...."
"Kiranya engkau sudah mendengar desas desus macam itu, ki
Nala" mpu Aditya menyambut "mereka menuduh ki patih
mempunyai maksud tertentu mengapa terus langsung membunuh Tanca. Mereka menyayangkan mengapa patih Dipa
tak menangkap hidup pembunuh itu untuk dihadapkan ke sidang
pengadilan" 93 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gusti" sahut tumenggung Nala "untuk menuduh memang
mudah. Setiap gerak dan tindak, dapat dijadikan bahan tuduhan.
Semudah itu pula untuk menuduh dan menyesalkan tindakan ki
patih Dipa, mengapa terus membunuh dan tak menangkapnya
agar dapat diadili. Tetapi apabila kita renungkan dan
membayangkan saat2 peristiwa itu terjadi maka dapatlah kita
menemukan gambaran yang sebenarnya. Saat itu patih Dipa
bergegas masuk ke istana karena mendapat keterangan dari nyi
Tanca bahwa ra Tanca sedang dipanggil baginda untuk
mengobati sakit bisul yang diderita baginda. Tetapi pada saat
patih Dipa melangkah ke ruang kediaman baginda, maka ra
Tanca memberosot keluar dari ruang peraduan dengan wajah
memberingas dan memegang cundrik yang berlumur darah. Dan
ketika ditegur patih Dipa, Tanca terus melarikan diri. Dalam
keadaan itu tiada lain jalan bagi ki patih kecuali harus menyerang
Tanca. Kemungkinan memang terangan-angan dalam pikiran ki
patih untuk menangkapnya. Tetapi kemungkinan pun juga tak
terlintas angan2 itu dalam hati ki patih. Karena mengetahui
baginda junjungannya tentu tertimpa malapetaka maka patih
Dipa terus mencabut pedang dan menyerang Tanca"
Berhenti sejenak, tumenggung Nala menyambung "Sekarang
kita tinjau keadaan Tanca. Setelah membunuh baginda, dia tentu
ketakutan lalu melarikan diri. Pencuri yang kepergok dan hendak
ditangkap tentu nekad akan me lawan dan membunuh
pengejarnya. Kecuali kalau dia sudah tak berdaya dikepung
orang, barulah dia mau menyerah. Demikian pembunuh,
demikian ra Tanca pula. Dia kepergok ki Dipa. Dia menyadari
bahwa pidana dari perbuatannya itu adalah mati. Dia ditangkap
dan diadilipun mati pidananya. Jadi dia sudah membe-kal tekad
mati. Maka berusahalah dia dalam percobaan untung-untungan.
Jika nasib mujur dapat membunuh ki Dipa, dia tentu akan
melarikan diri dan lolos dari pura Majapahit. Dengan begitu, jelas
dia tentu tak mau ditangkap hidup-hidupan. Menghadapi
pembunuh yang sudah sekalap itu, apa daya ki patih kecuali
94 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus membunuhnya " Demikian gusti, penilaian hamba akan
keadaan pada waktu peristiwa itu terjadi. Lain2 hal, terutama
yang menghambur dari desas desus itu, hamba tak dapat
memberi tanggapan suatu apa" Wredha mentri Aditya
mengangguk-angguk. "Lain hal yang menyangsikan kebenaran dari desas-desus itu"
kata tumenggung Nala melanjut "adalah suatu kenyataan yang
telah berlangsung dalam peristiwa pemberontakan Dharmaputera
ra Kuti dulu. Bukankah dengan penuh pengabdian, kesetyaan
dan keberanian bekel bhayangkara Dipa telah mengiringkan
baginda lolos dari pura dan bersembunyi di desa Bedander "
Kesetyaan patih Dipapun telah diakui seri baginda yang berkenan
menganugerahkan pedang pusaka Adi-petaka milik rahyang"
ramuhun ayahanda baginda yani sri Kertarajasa. Mungkinkah
seorang yang dengan sepenuh pengabdian jiwa raga melindungi
baginda, akan bertindak menyuruh orang untuk membunuh
baginda?" "Uraianmu cukup jelas, ki tumenggung" kata mpu Aditya "dan
hal itu dapatlah menjadi pegangan bagi kita seluruh mentri dan
narapraja pura kerajaan untuk memberi pertanggungan jawab
atas tindakan patih Dipa membunuh Tanca, dalam usaha
mengamankan suasana dari badai desas desus yang berbahaya
itu" Demikian percakapan kedua priagung ilu berhenti manakala
mereka tiba di markas prajurit yang bertugas menjaga malam itu.
Saat itu sudah menginjak waktu ayam berkokok. Sebelum
berpisah, mpu Aditya berpesan betapapun, "penyerangan gelap
dari kawanan pengacau itu amat mencurigakan. Hal itu
merupakan petanda bagi kita, bahwa pada waktu ini dalam pura
Majapahit telah timbul suatu gerakan yang mempunyai tujuan
tertentu" "Benar, gusti" sambut tumenggung Nala "hamba akan
mengerahkan segenap kekuatan untuk menyelidiki gerombolan
95 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Apa latar belakang tujuan mereka" Benar2 mengherankan
mengapa mereka menyerang gusti ...." tumenggung Nala
hentikan kata-katanya "soal
itu memang menimbulkan pertanyaan. Adakah mereka memang hendak mengarah
keselamatan jiwa gusti, ataukah .... ataukah ...."
"Ataukah bagaimana maksudmu?" tegur mpu Aditya.
"Ataukah mereka keliru menduga paduka itu adalah diri
hamba atau ki demung Samaya sendiri"
Mpu Aditya terdiam. "Engkau benar ki Nala" serunya sejenak kemudian "oleh
karena itu, kita harus meneliri dengan seksama. Kemungkinan
mereka salah menyangka aku sebagai engkau, memang ada.
Tetapi andaikata mereka tidak salah dan memang hendak
mengarah jiwaku, lalu apa alasan mereka" Setelah kita dapat
menyingkap penilaian2 tentang alasan mereka itu, mungkin kita
dapat melangkah untuk menduga siapakah gerombolan itu"
"Benar, gusti" sambut tumenggung Nala "dalam hal itu, siapa
kiranya menurut pendapat paduka, golongan atau orang yang tak
senang teihad.ap paduka?"
"Hal itu tak dapat kujelaskan saat ini" kata mpu Aditya "selain
diriku peribadi, pun aku harus menempatkan diriku dalam
hubungan dengan persoalan yang sedang dihadapi kerajaan
sekarang" "Mengenai pemilihan seri baginda yang baru ?"
"Ya" mpu Aditya mengargguk "kalau menurut perasaanku,
selama aku mengabdi kerajaan Majapahit, kurasa aku tak pernah
berselisih faham dengan lain mentri dan senopati. Kemur gkinan
diriku dilibatkan dalam hubungan pemilihan baginda baru,
rasanya lebih besar kemungkinannya. Dalam hal ini, perlu kiranya
kurenungkan lebih dalam. Mudah-mudahan dalam waktu s ingkat,
aku dapat menemukan pemecahannya"
96 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, gusti" "Sekarang mari kita lacak kemungkinan kedua, yalah apabila
mereka salah sangka dan bahwasanya yang mereka arah itu
adalah dirimu atau ki demung Samaya, dapatkah engkau
memberi gambaran, siapa2 golongan atau orang yang mungkin
melakukan hal itu?" Tumenggung Nala terhenyak. Sebagaimana sang wreddha
mentri Aditya, diapun juga belum siap untuk menyimpulkan
penilaiannya "Mengenai diri hamba, memang hamba akui temu
terdapat golongan atau orarig yang kurang puas. Karena hamba
merasa bahwa hambapun cepat sekali memperoleh kebahagiaan
untuk meningkatkan ke tempat kedudukan yang tinggi. Soal itu,
wajar karena menimbulkan rasa iri dan dengki orang. Dalam hal
ini, mereka mungkin akan melakukan pembunuhan terhadap diri
hamba, serta lain2 tindakan mengacau keamanan. Apabila
keamanan pura Majapahit terganggu, fihak atasan tentu akan
goyah kepercayaan terhadap kemampuan hamba. Akibatnya,
mungkin hamba dilorot, dipindah dan diganti dengan lain
senopati" "Bagaimana dengan diri ki demung Samaya?"
"Rasanya juga tak jauh dengan diri hamba. Soal kedudukanlah
yang menjadi pokok utama dari tujuan mereka. Dan masih ada
sebuah hal lagi" "O, apakah itu ki tumenggung?"
"Bahwa selama menjabat sebagai tumenggung dan demung,
hamba dan ki Samaya selalu setya kepada junjungan seri
baginda Jayanagara. Mangkatnya baginda Jayanagara, akan
memberi peluang kepada mereka, golongan yang tak menyukai
baginda, untuk membersihkan penganut2 baginda, termasuk diri
hamba dan ki demung Samaya. Jika kekuatan yang ada pada diri
hamba dan demung Samaya telah tertumpas, mudahlah mereka
melaksanakan tujuannya"
97 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian percakapan kedua priagung ilu sebelum berpisah
untuk pulang ke kediaman masing2.
(Oodwkz-IsmoO) 98 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
II Pada waktu Empu Bharada mengemban titah sang prabu
Airlangga untuk membagi bumi kerajaan Panjalu, maka dengan
kesaktiannya sang empu melayang diudara dan mencurahkan air
kendi untuk mengguriskan watek-bumi. Dan sejak itu kerajaan
Panjalu telah terbagi dua, yani Daha yang kemudian dikenal
sebagai Kediri. Dan Janggala yang disebut juga Kahuripan atau
Jiwana. Kemudian setelah raden Wijaya berhasil mendirikan kerajaan
Majapahit di bumi Terik, maka Kahuripan tetap merupakan
negara daerah. Kahuripan terletak di-daerah delta sungai
Brantas, sekitar Kali Mas dan Kali Porong.
Mengenal keadaan bumi negara, akan menimbulkan rasa cinta
kepada bumi itu, cinta kepada negara. Demikian halnya yang
dirasakan patih Dipa. Dua tahun lamanya patih Dipa menjabat
sebagai patih Kahuripan. Apa artinya waktu dua tahun yang sesingkat itu bagi tugas
seorang patih" Tidak banyak yang dapat ia lakukan untuk
membangun dan memajukan negara daerah dari kerajaan
Majapahit itu. Namun dalam batas2 kemungkinan yang mampu dimungkinkan, patih Dipa berusaha untuk mengatur pemerintahan. Tak jemu2 dia turun ke desa, dukuh atau pun ke
hutan2 perawan. Untuk menganjurkan agar rakyat bergotong
royong membangun daerahnya, membuka hutan dan pengairan.
"Saudara-saudara, dewata telah menganugerahi kita bumi
yang subur, loh-jinawi. Mengapa kita membiarkan kekayaan bumi
kita terbengkalai sedemikian rupa" Mari kita bangun, kita babad
alas, kita membuat jalan, waduk dan perairan. Hanya dengan
bekerja keras kita akan dapat melaksanakan pembangunan
besar. Demi kesejahteraan seluruh rakyat, demi kebahagiaan
anak cucu kita" 99 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap kali tiba di kebuyutan, maka patih Dipa meminta ki
buyut untuk mengumpulkan seluruh penduduk. Didepan mereka
ia angkat bicara untuk membangkitkan semangat mereka.
Menurut keyakinannya, yang penting harus menanam kesadaran
kepada para kawula. Kesadaran mereka akan rasa bernegara,
akan rasa tanggung jawab kepada negara, rasa bakti terhadap
negara dan kepentingan seluruh rakyat. Bahwa kemakmuran dan
kejayaan negara bukanlah hanya kepentingan sang Rani atau
sang Prabu, melainkan juga akan dinikmati oleh seluruh kawula.
Setelah kesadaran tumbuh, maka timbullah semangat dan
kegairahan. Dan pada tingkat itu harus ada penyaluran yang
tepat berupa kepemimpinan yang tegas dan bijaksana. Pimpinan
bukanlah sekedar memimpin, memberi perintah, mencari
kesalahan, memberi pujian berupa tanda jasa dan sebagainya.
Tetapi pemimpin dalam arti yang luas, menurut pandangan patih
Dipa adalah contoh bagi yang dipimpin. Maka berpegang pada
angan-angan itu, tidak jarang patih Dipa ikut-serta dengan rakyat
dalam melaksanakan suatu karya pembangunan. Dengan
sikapnya yang ramah, terbuka dan penuh sifat kerakyatan, patih
Dipa mengajak mereka, menyebut mereka dengan kata saudara.
Menunjukkan sikap mendengar setiap persoalan yang mereka
ajukan, bersama-sama membahas setiap kesulitan, bermusyawarah dalam mempersiapkan rencana karya yang
hendak dikerjakan. Dengan cara yang ditindakkan itu, cepatlah patih Dipa dikenal
oleh rakyat. Mereka senang menerima kepemimpinannya. Rasa
bahwa kerja-wajib itu merupakan suatu tekanan batin, suatu
paksaan tenaga, hampir tak dimiliki dalam hati rakyat lagi.
Mereka terpana melihat semangat dan kegiatan patih Dipa
bekerja diantara mereka. Dan timbullah rasa dalam hati mereka,


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa bukan lagi mereka melakukan kerja-wajib, melainkan
suatu kerja- bakti untuk kepentingan daerah dan kehidupan
mereka sendiri. 100 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hapusnya dinding pemisah antara rakyat dan nara-praja
kerajaan dapat dilaksanakan manakala dinding pemisah yang
sesungguhnya hanya dinding rasa antara pemimpin dan yang
dipimpin, telah disingkirkan. Penghapusan dinding pemisah itu
harus dan hanya dapat dilakukan oleh. yang memimpin.
Menimbulkan rasa kejut dan heran, bahkan bisik2 yang
menggemparkan di kalangan rakyat, bahwa seorang patih mau
turun ke bawah, berbicara dengan penduduk mengenai
kesulitan2 daerahnya, bekerja dengan mereka untuk melaksanakan pembangunan daerahnya. Rasa kejut, heran dan
bisik2 itu bersemi, tumbuh dan berkembang lalu berbuah menjadi
rasa kesadaran, mengindahkan dan taat.
Masih pula patih Dipa mengadakan langkah lain. Bahwa para
narapraja di pemerintahan itu merupakan batang tubuh
kepemimpinan praja. Tak mungkin akan memberi pimpinan yang
sehat apabila tubuh kepemimpinan itu sendiri tidak sehat. Maka
diapun mengadakan penyehatan ke tubuh pemerintahan. Setya,
jujur dan mencintai kewajiban. Demikian pedoman yang
ditanamkan kepada seluruh lapisan narapraja dalam mengemban
tugas kewajiban. Kepada rakyat, kepada yang dipimpin,
diperintahkan supaya bersikap ramah, bersifat kebapakan dalam
arti kata memberi petunjuk, membimbing dan mengayomi.
Memberi contoh sikap hidup, ucap, ulah dan langkah.
Walaupun tidak banyak yang dapat dilakukan patih Dipa
selama dua tahun menjabat patih di Kahuripan itu, namun dia
telah me letakkan sendi2 ketataprajaan yang bersih dan lancar.
Membangun jembatan hubungan pemerintahan dengan rakyat.
Menciptakan suasana kegairahan yang berlandas pada kesadaran
bermasyarakat, berpemerintahan dan bernegara.
Kini patih Dipa kembali ke daerah Kahuripan. Kedatangan itu
hanya menimbulkan kenangan baru di-atas peristiwa lama.
Kahuripan yang terletak disepan-jang perairan sungai Brantas itu,
mempunyai hutan dan lembah yang subur. Dataran yang luas
101 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan berselimut rumput hijau, seolah menantang manusia untuk
mengolahnya. Saat itu pura Kahuripan sudah tampak dan mulai ia terbayang
akan suasanaa dalam balairung dimana pada waktu2 yang
tertentu apabila diadakan pasewakan lengkap, maka hadirlah
segenap mentri, senopati, nayaka, lengkap dengan pancatanda
yang terdiri dari patih, demang, kanuruhan, rangga dan
tumenggung. Betapa sang Rani Tribuanatunggadewi dengan
suara yang halus dan jernih, selalu melimpahkan pertanyaan2
mengenai perihal jalannya pemerintahan, pembangunan,
keamanan, kesejahteraan rakyat.
Ada kalanya pertanyaan sang Rani sampai mencapai hal2
yang terperinci sehingga sukarlah bagi pejabat yang bertugas
untuk menghaturkan laporan apabila dia tak menguasai dan
mempersiapkan pekerjaan yang dilakukannya itu. Ada kalanya
pertanyaan sang Rani amat tajam, sehingga menyibukkan para
mentri ataupun narapraja yang mengemban tugas pekerjaan itu.
Oleh karenanya maka setiap mentri dan narapraja selalu siap
dengan keterangan2 mengenai perkembangan dan kemajuan
tugas masing2. Untuk menguasai bidang tugasnya itu, tak ada
lain jalan kecuali mentri dan narapraja yang bersangkutan itu
harus benar2 menghayati dan ikut giat dalam pelaksanaannya.
"Ah, bahagialah kawula Kahuripan karena mempunyai
junjungan yang pintar, adil dan bijaksana seperti gusti Rani"
menilai peribadi sang Rani, makin membubunglah rasa hormat
dan sanjung dalam hati patih Dipa.
Dibalik daripada kesan yang menimbulkan rasa mengindahkan
itu, lahirlah pula suatu rasa dalam diri peribadi patih Dipa. Rasa
malu hati yang mengembangkan rasa kesadaran. Bahwa sebagai
seorang patih yang mengemban tugas pemerintahan, ia harus
lebih keras, lebih giat mangabdi tugas kewajibannya. Dan disitu
bertemulah titik kesadaran yang bulat kedalam satu landasan.
Bahwa jika rani, mentri, senopati dan narapraja yang memegang
102 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pucuk pemerintahan itu benar2 setya dan bertanggung jawab
penuh atas tugas kewajibannya maka orang sebawahannyapun
akan menaulad langkah mereka. Bila mereka yang duduk dalam
pimpinan pemerintahan itu benar2 me laksanakan tugas
kewajibannya dengan jujur dan setya maka rakyat yang
dipimpinpun akan taat dan mengindahkan apapun yang
diwajibkan kepada mereka.
Masih ada kesan lagi yang tak kalah penting. Bahkan
merupakan inti, ibarat api dari obor atau jiwa dalam tubuh.
Timbul dari sikap, berkembang menjadi rasa senang, berbuah
menjadi rasa cinta. Sikap melahirkan kesan, kesan menimbulkan
timbal balik sikap. Sang Rani memerintah dengan kebijaksanaan,
dengan keramahan yang bersikap memperhatikan kepentingan
para kawula. Para kawula merasa senang dibawah perintah sang
Rani. Mengindahkan dan taat kepada sang Rani bukan karena
takut akan kekuasaannya melainkan karena timbul dari rasa
sayang, rasa cinta terhadap junjungannya. Dan inilah yang selalu
ditanamkan kepada para narapraja, demang, buyut seita
mereka2 yang sedang melaksanakan beban kew;jiban. Janganlah
menjadi penguasa yang ditakuti kawula karena kekuasaannya,
karena sering mengunjuk kekuasaanya, gemar menggunakan
kekuasaannya secara kurang bijaksana. Tetapi jadilah seorang
penguasa yang dihormati karena rasa mengindahkan dan
menyintainya. Takut, bersifat sikap resmi terhadap kekuasaan.
Bersifat lahiryah. Mengindahkan dan menyayangi, sikap yang
berlandas pancaran hati nurani. Bersifat lahir dan batin. Semisal
sikap anak terhadap orangtuanya, yang diayomi terhadap yang
mengayomi. "Ah" tiba2 patih Dipa tersentak dari lamunan ketika ia
memasuki pintu gerbang pura Kahuripan. Suasana hatinyapun
merekah. Ia memperhatikan keadaan pura. Mencari-cari sesuatu
namun tak bersua juga ia akan sesuatu itu. Sesuatu yang
bersemayam dari lubuk keinginannya. Sejak tujuh tahun yang
lalu dia dipindah ke Daha menggantikan patih Arya Tilam atau
103 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dyah Purusa Isywara yang telah wafat. Kemudian makin
mendapat kepercayaan dari mendiang baginda Jayanagara.
Mengingat kesetyaannya waktu mengawal baginda meloloskan
diri ke desa Bedander karena pura Wilwatikta te lah dikuasai oleh
pemberontakan Dharma-putera ra Kuti, dan karena keberaniannya yang luar biasa dan kecakapannya untuk
menyusup masuk kedalam pura kerajaan, mengadakan
hubungan dengan para mentri dan senopati, kemudian dalam
rapat besar yang diadakan ra Kuti untuk menentukan keputusan
tentang diri baginda Jayanagara, Dipa berhasil mengembalikan
kesetyaan para kawula terhadap baginda sehingga rakyat
menangis ketika Dipa mewartakan tentang baginda yang masih
berada di suatu tempat, lalu meletuslah kemarahan rakyat
terhadap kaum pemberontak Dharmaputera. Sedemikian besar
luap kemarahan rakyat terhadap kaum pemberontak itu sehingga
ra Kuti harus menderita nas ib yang mengenaskan, mati cineleng-
ne-leng atau mati dicincang rakyat. Atas jasa itu maka Dipa telah
diangkat menjadi patih Kahuripan. Hanya dua tahun ia berada di
Kahuripan lalu dipindah ke Daha.
Walaupun kedudukan sebagai patih di Daha, tetapi
kenyataannya patih Dipa lebih banyak berdiam di Majapahit. Hal
itu atas titah baginda Jayanagara agar setiap saat yang
diperlukan, baginda dapat menitahkan Dipa menghadap. Tujuh
tahun kemudian, ra Tanca satu-satunya anggauta Dharmaputera
yang tidak dijatuhi pidana karena secara langsung tidak terlibat
dalam makar pemberontakan ra Kuti dan karena tenaganya
sebagai seorang tabib pandai masih dibutuhkan fihak istana,
telah melaksanakan dendam kesumat dan membunuh baginda
pada waktu dia dititahkan baginda untuk mengobati sakit bisul
baginda. Bara dendam atas kebinasaan Dharmaputera ra Kuti
dan kawan2, menyala kembali bahkan berkobar manakala isteri
ra Tanca diganggu baginda Jayanagara.
Hampir delapan tahun patih Dipa meninggalkan pura
Kahuripan dan kini dia mulai menginjakkan kakinya itu dibumi
104 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang pernah dihuni selama dua tahun. Dicintai dan mencintainya.
Memberi kesan dan meninggalkan kenangan. Bumi tempat
kelahiran seorang dara jelita puteri demang yang pernah mencuri
hatinya. Sekelumit kisah kisah kasih dengan Puranti, puteri demang
Saroyo, tak pernah terhapus dari lubuk hati Dipa walaupun telah
tertimbun dengan lapisan2 tugas pengabdi m kepada negara,
walaupun telah tertindih oleh kenyataan dalam hidupnya yang
sekarang. Bahwa dia telah memangku tanggung jawab sebagai
seorang suami dari seorang wanita yang kini menjadi ny i Dipa.
Kala itu patih Dipa yang masih menjadi pemuda Dipa, hanya
memaserahkan takdir perjodoharnya kepada ketmtuan Hyang
Widdhi. Bahwa akhirnya Puranti telah dipersunting oleh putera
dari ki Rangga Tanding kemudian kini menjadi patih Kahuripan,
patih Dipa tidak menyesalkan Puranti. Tidak pula ia mengeluh
bahwa dara itu kurang kokoh kesetyaannya. Bahkan tidak pula ia
mendendam terhadap tindakan demang Sarovo yang menikahkan
puterinya kepada putera ki Rangga T anding atas dasar penilaian
kedudukan ki Rangga Tanding yang tinggi. Tidak, tidak. Dipa
tidak pernah dan tidak mau menyesalkan dan menyalahkan
siapa2. Sekalipun yang salah keadaan, tetapi ia tak ingin
menyalahkan keadaan itu karena keadaan adalah ciptaan Hyang
Jagadnata yang berwenang menentukan garis hidup insannya.
"Ah" kembali tiba2 patih Dipa mendesuh kejut ketika
keduanya telah tiba di alun2 keraton. Dan rasa kejut itu segera
menyadarkan pikirannya akan sesuatu. Sesuatu yang terlelap
dibawa lamunan tetapi sesaat lamunan lenyap, sesuatu itupun
membayang pula dalam benaknya "mengapa selama memasuki
pintu gerbang hingga tiba di alun2 keraton, tak pernah aku
ditegur orang?" Sejenak ia hentikan kuda dan mengeliarkan pandang ke
sekeliling. Seketika timbul rasa keheranannya. Mengapa
sepanjang jalan, suasana pura tampak sepi " Memandang ke
105 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah barat, ia masih melihat surya menggelayut dipunggung
gunung. Masih sore walaupun sudah menjelang rembang petang.
Tetapi mengapa keadaan pura jarang terlihat orang" Mengapa
tampaknya kehidupan dalam pura diliputi oleh suasana yang
muram" "Ah, mungkin gusti Rani menitahkan agar seluruh keranian
Kahuripan berkabung atas mangkatnya seri baginda Jayanagara"
akhirnya ia menarik kesimpulan "ah, luhur nian budi gusti Rani
Tribuanatunggadewi itu. Betapapun sikap yang kurang senonoh
telah dilakukan seri baginda Jayanagara terhadap gusti Rani,
namun gusti Rani tetap meluhurkan kedudukannya sebagai
seorang saudara yang wajib berdukacita atas wafat adinda seri
baginda Jayanagara" Setelah keheranan itu terhapus oleh kesimpulan terakhir, patih
Dipa turun dari kuda dan menghampiri ke halaman keraton.
"Siapa?" salah seorang prajurit penjaga puri keraton segera
menyambut dengan pertanyaan.
Patih Dipa terkesiap. Mengapa para prajurit penjaga keraton
Kahuripan sudah tak mengenalnya lagi" Demikiankah nasib
seorang mentri, narapraja dalam kerajaan" Selekas dia
meninggalkan tempat pekerjaan dan diganti dengan pejabat yang
baru, maka terlupakanlah mentri itu, terhapuslah segala jasa
pengabdiannya" Serentak timbul rasa tak senang hati patih Dipa. Hampir ia
mempersiapkan kata2 tajam untuk menegur prajurit itu. Namun
sebelum terjadi, sempat pula pikirannya terlintas oleh kata2 dari
brahmana Anuraga, guru yang telah menempa pertumbuhan
jiwanya. Dalam mengajar ilmu Prana atau pernapasan dalam mencapai
ketenangan pikiran dan kejernihan batin, brahmana Anuraga
pernah memberi pesan kepada Dipa, bahwa terdapat lima
rintangan yang harus dihalau agar pikiran dapat dikembalikan ke
106 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah semula. Yani, nafsu keinginan indriya, pikiran melantur ke
lain hal. Kemauan jahat, kebencian dan amarah. Kemalasan dan
kelesuan. Kegelisahan dan kekesalan. Keraguan dan kebimbangan. Selama tak dapat menghalau kelima jenis
rintangan itu maka sukarlah pikiran kita mengendap dalam
ketenangan dan batin menghampa dalam kejernihan.
"Kebencian dan kemarahan itu sejenis dengan kemauan yang
jahat" pikir patih Dipa. Ia marah kepada prajurit sentana itu, ia
membenci mereka. "tetapi mengapa aku marah dan membenci
prajurit itu?" timbul pertanyaan ditengah kelahiran rasa kecewa
dan marah itu. "Prajurit itu tidak tahu menghormat aku" tercipta suatu


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawaban dalam hati Dipa "apakah mereka benar2 tak kenal aku
sehingga mereka tak menaruh penghormatan itu" Ataukah
mereka memang bersikap sengaja tak menghormat?"
Memperhatikan wsjah prajurit itu patih Dipa merasa asing.
Tujuh tahun yang lalu, hampir dikata ia kenal akan setiap wajah
prajurit bhayangkara keraton Kahuripan. Tetapi yang ini, dia
benar-benar tak pernah mengenal. Tentulah dia prajurit baru.
Jika demikian haruskah prajurit baru itu mengenal aku" Haruskah
dia memberi hormat kepadaku " Haruskah aku marah dan
membenci sikapnya itu " Apakah landasan dari kemarahan dan
kebencianku itu" Dia tak kenal aku, dia tak menghormat aku. Aku
seorang patih, aku bekel bhayangkara yang mengawal baginda
lolos dari ancaman kaum pemberontak Dharmaputera. Aku patih
yang menjadi kesayangan dan kepercayaan baginda sehingga
mendapat anugerah pedang pusaka Adi-petaka, bebas keluar
masuk keraton, berhak untuk menangkap dan membunuh setiap
orang yang kuanggap berbahaya. Aku, patih Dipa yang mendapat
kepercayaan dari Sapta-prabu untuk menyampaikan undangan
kepada gusti Rani Kahuripan dan Rani Daha agar berkunjung ke
pura kerajaan " Aku .... aku .... aku ....
107 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku ...." patih Dipa menghembus napas karena menyadari
sesuatu yang telah menghimpit dadanya "ah, itulah sumber dari
segala perasaan yang kuderita saat ini. Ke-akuan-ku. Aku
memanjakan ke-akuan, menyanjung ke-akuan, membanggakan
ke-akuan. Dan karena rasa itulah maka aku merasa tersinggung,
marah dan benci terhadap prajurit ini"
"Ah, guru brahmana Anuraga pernah memperingatkan. Bahwa
janganlah aku suka menonjolkan diri. Karena ke-Aku-an itu
sumber dari segala sifat kesombongan, hadigung dan angkara.
Malapetaka dunia timbul dari ke-Aku-an peribadi insan manusia.
Tindas-menindas, benci-membenci, hina-menghina, beda- membeda dan lain2, bersumber pada ke-Aku-an akunya manusia.
Wahai, kaki Dipa, jauhkanlah kiranya dirimu dari s ifat itu. Karena
sesungguhnya Aku itu bagaikan sifat permata. Dia tak
memancarkan sinar tetapi akan bercahaya kemilau apabila
terpancar sinar surya. Ke-aku-an yang ditonjolkan, dibanggakan,
hanyalah ke-aku-an yang dipaksakan. Hanya akan menimbulkan
gelak tawa, mengundang kebencian orang. Hanya ke-akuan yang
dipancarkan oleh sinar dharma-kasih hidup, adalah ke-aku-an
yang hakiki" Menunduk hati patih Dipa sesaat teringat akan wejangan
gurunya, brahmana Anuraga. Ia malu karena terbakar oleh rasa
ke-aku-an, yang menyebabkan dia tak senang dan marah kepada
prajurit penjaga itu. Lebih ma lu pula ketika ia menyadari bahwa
seharusnya ia memuji dan menghormat prajurit yang dengan
tegas telah memenuhi kewajiban sebagai seorang penjaga
keamanan keraton. Terpancarnya kesadaran pikiran patih Dipa, menimbulkan rasa
sipu dalam hatinya. Memang orang yang masih terbelenggu oleh
rasa ke-aku-an mudah menim-pahkan kesalahan pada lain orang.
Mengagungkan diri dalam tingkat tak pernah salah, luput dari
kesalahan. Dengan kebodohan yang harus dikasihani, orang itu
mengabaikan atau tak menyadari bahwa sifat manusia itu tak
108 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
luput dari kesalahan. Dia ingin memanusiakan diri sebagai
manusia yang luput salah. Tetapi bagi manusia yang telah
meningkat kesadarannya, tentu tak malu mengakui kesalahan
kafena pengakuan itu merupakan langkah yang tepat menuju
kearah luput dari kesalahan. Demikian pula patih Dipa. Ia malu
dalam hati karena menduga salah terhadap prajurit itu.
"Terima kasih, ki prajurit. Aku utusan dari pura kerajaan
Wilwatikta yang hendak menghadap gusti Rani Kahuripan" patih
Dipa menjawab dengan nada ramah.
Prajurit itu kerutkan dahi, meneliti pandang kepada patih Dipa.
Yang dihadapannya itu seorang pria muda, berwibawa. Memadai
sebagai seorang priagung. Tetapi busana yang dikenakannya,
tidaklah memberi kesan pada prajurit itu bahwa ia sedang
berhadapan dengan seorang utusan kerajaan Majapahit. Dan
lebih mengherankan, mengapa utusan hanya seorang diri saja,
tanpa seorang pengiring. "Maaf, atas titah gusti demang rakryan Kapat, kami
diperintahkan untuk memeriksa setiap orang yang hendak
berkunjung ke keraton. Oleh karena itu, kami minta suatu tanda
dari ki sanak, agar dapat membuktikan bahwa kami telah
menjalankan tugas dengan sesuai" kata prajurit itu pula.
Patih Dipa terkejut. Ia tak menyangka bahwa prajurit itu akan
melontarkan pertanyaan sedemikian. Hampir me luap pula rasa
kemengkalan hatinya. Namun sesaat ia menyadari akan keadaan dirinya saat itu.
Pertama, ia tak membawa barang sebuah benda atau secarik
surat dari Sapta-prabu sebagai bukti pengukuhan dirinya sebagai
utusan nata. Kedua, diapun telah menyuruh Sandika untuk
tinggal di luar gapura. Bahwa dia tak membawa barang sebuah tanda atau surat
kepercayaan dari keraton Tikta-Sripala, adalah karena merasa
bahwa ia tentu sudah mendapat kepercayaan penuh dari Rani
109 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan dan seluruh mentri senopatinya. Bukankah dia pernah
menjabat sebagai patih Kahuripan selama dua tahun" Bukankah
dia sudah cukup dikenal oleh segenap mentri narapraja, prajurit
sampai pada para rakyat Kahuripan" Demikian alasan mengapa
ia menganggap tak perlu untuk memohon surat kepercayaan dari
Sapta-prabu. Bahwa dia memerintahkan pengiringnya prajurit Sandika
untuk tinggal di luar gapura, adalah karena ia tak ingin
kedatangannya ke pura Kahuripan itu akan menimbulkan
perhatian. Semuanya itu telah dipertimbangkan dengan suatu anggapan
yang berdasar kepercayaan. Dalam dasar kepercayaan itu
sesungguhnya mengandung juga rasa bangga diri. Siapakah yang
tak kenal pada patih Dipa "
Bahwa ternyata saat itu ia tertumbuk pada karang kenyataan
yang berupa pertanyaan tajam dari seorang prajurit penjaga
keraton Kahuripan, benar2 tak pernah diduganya sama sekali.
Benar2 suatu pengalaman yang belum pernah dialaminya. Ia
memang agak tersinggung tetapi haruskah ia marah kepada
prajurit itu" Marah memang suatu penyaluran dari perasaan yang bergolak
dan meluap. Enak bagi yang meluapkan karena dapat
melonggarkan kesesakan rongga dadanya. Mudah bagi patih
Dipa untuk menumpahkan kemarahan karena dia seorang patih
dan prajurit itu hanya seorang penjaga keraton. Tetapi layakkah
dia berbuat begitu " Apabila memang layak, ia tak segan2 akan
bertindak tegas terhadap prajurit yang dianggap kurang tata itu.
Namun sebelum ia melangkah pada tingkat kelanjutan itu,
baiklah ia meneliti dulu. Penilaian bahwa prajurit itu bersikap
kurang hormat, diambil dari segi fihaknya. Sekarang, menurut
keadilan, ia harus memandang juga dari segi pendirian prajurit
itu. Jelas prajurit itu seorang baru, dia tak kenal dengan patih
yang bernama Dipa. Diapun menerima perintah dari atasan
110 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa setiap orang yang hendak masuk .kedalam keraton harus
diperiksa dan menunjukkan bukti2 yang layak. Prajurit itu telah
menjalankan tugas dengan baik. Dapatkah dia dipersalahkan
kurang menghormat kepada seorang utusan yang sama sekali
tak dapat menunjukkan bukti2 surat kepercayaan dari yang
mengutus" Ah, patih Dipa tersipu-sipu pula. Ia seorang patih
yang paling gigih menanam peraturan tertib dikalangan
bawahannya. Mengapa ia marah terhadap seorang prajurit yang
memegang peraturan tertib dari titah yang diberikan atasannya "
Seorang ksatrya harus berani mengakui kekhilafannya maka
berkatalah patih Dipa dengan dada lapang "Maaf, ki prajurit, aku
memang tak membawa suatu tanda kepercayaan dari keraton
Majapahit. Tetapi ketahuilah, bahwa tujuh tahun yang lalu aku
pernah menjabat sebagai patih Kahuripan ini"
"Uh" prajurit itu mendesuh "ki sanak mungkin benar. Tetapi
sejak aku masuk menjadi prajurit pada tiga tahun yang lalu, patih
Kahuripan adalah gusti patih Arya Tanding dan yang menjadi
orang atasanku adalah gusti rakryan demang Kapat"
"Hm" patih Dipa mengangguk "baiklah. Kuminta prajurit
membawa aku menghadap kehadapan gusti Rani"
Prajurit itu gelengkan kepala "Perintah gusti rakryan demang
Kapat harus kutaati. Setiap orang yang hendak memohon
menghadap gusti Rani, harus dapat menunjukkan tanda2
kepercayaan" Diam2 patih Dipa mengkal juga "Ki prajurit, periksalah
badanku, tangkaplah aku apabila aku membawa senjata. Atau
kalau engkau masih kuatir, ikatlah kedua tanganku dan bawalah
aku kehadapan gusti Rani. Jika ternyata gusti Rani tak kenal
diriku, jelas aku seorang pembohong. Bunuhlah aku"
Prajurit itu kerutkan kening dan diam2 patih Dipa menunggu
dengan penuh harap. Ia menduga tentulah prajurit itu akan
111 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima tawaran itu. Tetapi diluar dugaan prajurit itu
gelengkan kepala. "Tidak, ki sanak" serunya tegas "tugasku di-sini hanyalah
untuk menjaga keamanan keraton. Selama engkau tak
melakukan tindakan yang membahayakan keamanan keraton,
aku tak dibenarkan untuk bertindak menangkap atau membunuh.
Aku hanya berkeras memegang teguh perintah atasan agar tidak
sembarang o-rang dapat masuk kedalam keraton tanpa suatu
bukti kepercayaan apa2"
Dipa menghela napas dalam hati "Ki prajurit, engkau benar.
Sekarang aku menyerah. Dengan cara bagaimanakah aku dapat
menghadap gusti Rani. Aku akan menurut apapun kehendakmu"
"Sederhana sekali, ki sanak" sahut prajurit itu "tunjukkan
surat2 kepercayaan diri yang mengutus engkau"
"Hanya itu caranya?"
"Ya" "Ah, engkau tentu tahu ki sanak. Bahwa untuk kembali dan
memohon surat kepercayaan dari gusti Sapta-prabu, memakan
waktu perjalanan yang cukup lama. Pada hal perutusan ini
penting sekali. Karena setelah menghadap gusti Rani akupun
segera akan menuju ke Daha untuk menghadap gusti Rani Daha.
Ini kepentingan negara, kurasa sebagai seorang petugas negara,
engkau tentu harus ikut memikirkan kepentingan negara"
"Tidakkah yang kulakukan ini juga demi kepentingan negara"
Bukankah keselamatan keraton dan gusti Rani itu termasuk
kepentingan negara juga?" balas prajurit itu dengan tajam.
Patih Dipa terdiam. Dia tengah mempertimbangkan suatu
langkah. Antara tugas dan tata tertib. Dia mau menerima
kenyataan bahwa prajurit itu memang telah menjalankan tugas
dengan tepat. Tetapi tugas dari Sapta-prabu itu menghendaki
agar secepatnya Rani Kahuripan dapat berkunjung ke pura
112 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan. Dan bahwasanya, keputusan tentang pengangkatan
raja yang baru itu tak dapat tertunda berkepanjangan. Maka dia
mulai mempertimbangkan, perlukah dia harus mengambil
tindakan yang keras terhadap prajurit itu.
"Kabal" tiba2 terdengar suara orang berseru dari arah tiga
orang rombongan prajurit penjaga "jangan mengabaikan perintah
gusti rakryan" Prajurit yang tukar cakap dengan patih Dipa itu berpaling.
Rupanya dialah yang bernama Kabal itu.
"Tertib jaga tak memperbolehkan terlibat dalam pembicaraan
yang berlarut-larut dengan orang yang tak berkepentingan" seru
prajurit yang bersuara tadi "jika memang tak memenuhi syarat,
enyahkan orang itu" "Hm" prajurit Kabal mendesuh, berpaling kepada patih Dipa
pula "sebelum engkau dapat menunjukkan surat2 kepercayaan,
aku tak dapat meluluskan engkau dan silakan pergi saja"
Merah muka patih Dipa. Selama menjabat sebagai patih, dari
Kahuripan sampai Daha dan berada di pura kerajaan, belum
pernah ia mendapat perlakuan seperti itu. Diusir oleh prajurit
penjaga. "Prajurit" serunya penuh ketegasan "untuk yang terakhir aku
hendak majukan permohonan kepadamu. Jika engkau tetap
menolak demi tugas penting yang kusandang, aku terpaksa akan
bertindak menurut caraku sendiri"
"Tidak" sahut prajurit itu dengan nada keras "peraturan disini
hanya seperti yang kukatakan tadi. Aku tak dapat menerima lain2
cara lagi" "Tahanlah aku disini" seru patih Dipa tanpa menghiraukan
penolakan orang "silakan salah seorang dari kalian melapor
kedalam keraton" 113 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pergi!" teriak prajurit Kabal "jika tak mau mendengar kata
kami, terpaksa kami akan bertindak"
Patih Dipa menyadari bahwa tugas yang diembannya itu amat
penting. Diapun merasa telah mengajukan dua buah cara yang
longgar. Namun prajurit itu tetap berkeras menolak. Akhirnya ia
memutuskan. Akan memberi hajaran kepada prajurit itu asal
tidak melukai mereka dan cukup hanya memaksa mereka
memberi kelonggaran. "Prajurit" serunya "surat memang aku tak membawa.
Kuanggap kurang perlu. Namun jika engkau tetap menghendaki
suatu bukti kepercayaan, akupun dapat memberikan"
"Nah, tunjukkanlah"
"Aku seorang utusan nata, sudah tentu harus mampu
melaksanakan titah yang kuterima dan mampu pula melindungi
keselamatan tugas itu sampai dapat terlaksana. Bukti yang akan


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuberikan itu tak lain adalah kepercayaan dari gusti Sapta-prabu
atas kemampuanku melaksanakan titah itu. Bagi seorang prajurit,
tak ada pembuktian yang lebih berharga daripada harga diri
sebagai seorang prajurit"
"Apa maksudmu ?"
"Harga diri seorang prajurit adalah keperwiraannya. Harga diri
seorang utusan adalah pengabdian akan tugasnya. Aku seorang
prajurit dan seorang utusan ... ."
"Kabal, halaulah dia dengan kekerasan" teriak prajurit di
belakang yang berseru tadi.
"Hm, engkau hendak mengunjuk keperwiraanmu" Kabal
mendesuh lalu menghantam "uh . . ." ia memekik kaget ketika
pukulannya menghantam angin.
"Prajurit, sebenarnya tak perlu aku mengunjuk sikap begini.
Tetapi mengingat tugas yang kubawa itu amat penting sekali dan
engkau tetap tak mau mengerti, terpaksa aku akan bertindak.
114 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agar menyingkat waktu, jangan hanya engkau seorang tetapi
majulah serempak berempat"
Bukan kepalang marah ketiga prajurit yang berada di titian
pendapa "Ayo, kita hajar orang itu" seru prajurit yang berulang
kali berseru kepada Kabal tadi. Dan patih Dipa segera diserbu
oleh empat orang prajurit.
Terdengar suara desuh berseling desah dari mulut keempat
prajurit itu manakala mereka tak dapat dan tak pernah dapat
mendaratkan pukulan ketubuh patih Dipa. Rupanya prajurit2 itu
makin penasaran sekali. Mereka tak mau percaya apa yang
dialam inya saat itu. Bagaimana mungkin empat orang tak mampu
menyergap seorang lelaki tak dikenal pada hal jelas sampai
sekian lama, lelaki itu tak mau balas memukul me lainkan hanya
beringsut, berkisar dan menghindar. Bahkan jangankan
menyergap, menyentuh kulit dan pakaian orang itupun mereka
tak mampu melakukan. "Hai, berhenti" sekonyong-konyong terdengar suara orang
berteriak memberi perintah. Keempat prajurit itupun serempak
menyurut ke belakang dan tegak berdiri menghaturkan hormat
kepada pendatang itu. Karena mereka sedang menumpahkan perhatian untuk
menyerang patih Dipa maka mereka tak sempat untuk
memperhatikan bahwa seseorang telah berjalan keluar dari
dalam keraton. Orang itu terkejut ketika menyaksikan apa yang
terjadi di paseban muka. Ia bergegas menghampiri tetapi
bergegas pula rasa kejut yang mencengkam hatinya. Cepat dia
berteriak menghentikan tindakan keempat prajurit.
"Ki patih Dipa" teriak orang itu seraya gopoh menghampiri.
"O, kakang demang Kapat" patih Dipapun terbeliak ketika
mengetahui siapa pendatang itu.
Keduanya berpelukan erat2 sebagai dua orang sahabat lama
yang berjumpa kembali "Ki patih Dipa, apa yang terjadi dengan
115 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri ki patih ?" sesaat melepaskan pelukan maka demang Kapat
mengajukan pertanyaan. Keempat prajurit, terutama Kabal, serentak pucat ketika
mendengar percakapan rakryan demang Kapat.
Bahkan prajurit yang satu itu gemerar. Serentak mereka
duduk bertelingkuh dihadapan patih Dipa dan menghaturkan
sembah "Maafkan, hamba, gusti patih"
Demang Kapat terbeliak "Hai, kenapa kamu?" tegurnya
kepada Kabal. "Hamba telah berlaku kurang tata kepada gusti patih" ia lalu
menceritakan dengan terus terang apa yang telah terjadi.
Seketika merahlah muka demang Kapat "Setan engkau, Kabal.
Hai, engkau" teriaknya kepada salah seorang prajurit "panggilkan
bekel Darka, lekas!" kemudian dia berkata kepada Kabal "malam
ini engkau dan ketiga kawanmu itu akan kuperintahkan supaya
ditangkap dan dimasukkan dalam tahanan"
"Tunggu dulu prajurit" seru patih Dipa ketika prajurit yang
diperintah demang Kapat hendak beranjak dari tempatnya.
Kemudian patih Dipa berkata kepada demang Kapat "kakang
demang, kurasa tak perlu kakang menghukum mereka. Aku yang
menyalahi peraturan dan mereka bertindak sesuai dengan
perintah kakang demang"
Rakryan demang Kapat terbeliak "Apa maksudmu, ki patih ?"
"Sesungguhnya aku wajib menghormat peraturan mereka.
Tepat sekali kiranya bahwa kakang telah memerintahkan kepada
para prajurit penjaga bahwa setiap orang yang hendak masuk
kedalam keraton harus dapat menunjukkan surat2 pengenal diri"
"Ya, itu terhadap orang2 tetapi masakan terhadap ki patih
mereka juga bertindak kegitu"
116 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Peraturan harus berlaku pada setiap orang tanpa pandang
bulu, kakang demang" sahut patih Dipa "mereka tak kenal
kepadaku dan aku pun tak dapat menunjukkan bukti pengenal
diri ataupun surat2 kepercayaan maka wajarlah kalau mereka
menindakkan peraturan itu kepadaku"
"Hm" desuh demang Kapat "tetapi mengapa mereka berani
menyerang andika, ki patih " Bukankah perbuatan mereka itu
sudah menyimpang dari peraturan yang kuberikan bahwa tidak
dibenarkan untuk menganiaya orang yang tak bersalah"
"Karena aku membangkang perintah mereka untuk mengusir
aku" "Kurang ajari" teriak demang Kapat "mereka berani mengusir
seorang patih Daha yang menjadi utusan kerajaan Wilwatikta?"
"Mereka bertindak benar" seru patih Dipa "mereka tak kenal
aku dan akupun tak dapat menunjukkan surat kepercayaan dari
kerajaan maka mereka segera bertindak sesuai dengan apa yang
ki demang perintahkan"
"Tetapi berani mengusir dan menyerang seorang patih, harus
dipidana seberat-beratnya"
"Karena tidak tahu, mereka tidak bersalah. Mereka tak sengaja
melakukan perbuatan itu, mereka hanya menetapi kewajiban"
Rakryan demang Kapat terbeliak "Ki patih, mengapa andika
membela mereka" Bukankah mereka telah melakukan kesalahan
kepada andika ?" "Aku bukan membela mereka tetapi membela kebenaran dan
keadilan" "Apakah ki patih tidak marah kepada mereka?"
"Sama sekali tidak" patih Dipa gelengkan kepala "bahkan aku
memuji s ikap mereka dalam melakukan tugas kewajiban. Coba ki
demang renungkan, andaikata bukan aku yang datang tetapi
117 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar2 seorang asing yang hendak mengganggu keamanan
keraton, jika para penjaga itu percaya akan keterangannya
begitu saja, tidakkah akan terjadi suatu malapetaka besar?"
"Ah" demang Kapat menghela napas. Ia benar2 tak mengerti
akan sikap patih itu "lalu bagaimana saran andika mengenai
prajurit Kabal dan ketiga kawannya itu?"
"Kusarankan mereka bebas dari pidana dan diberi kenaikan
pangkat!" "Ah ...." "Tetapi keputusan tetap menjadi wewenang ki demang"
Saat itu demang Kapatpun sudah menyadari akan letak
persoalan itu. Diam2 ia memuji kelapangan dada patih Dipa dan
kebesaran jiwanya "Baik, ki patih, kuindahkan saran andika.
Keempat prajurit itu kubebaskan dari pidana. Tetapi aku belum
menyetujui mereka diberi kenaikan pangkat. Apa yang mereka
lakukan hanya menetapi kewajiban sebagai penjaga keraton
tetapi belum mengunjukkan suatu dharma yang dapat dinilai
sebagai jasa. Biarlah lain kali mereka dapat membuat jasa yang
lebih baik lagi" "Hayo, kamu prajurit, lekaslah kamu menghaturkan hormat
dan terima kasih kepada gusti patih" teriak demang Kapat.
Kabal dan ketiga prajurit, bergegas menghaturkan sembah
kepada patih Dipa "Ah, tak perlu. Kuharap kalian tetap
menjalankan tugas dengan baik" kata patih Dipa tersenyum.
Demikian demang Kapat segera mengiringkan patih Dipa
masuk kedalam keraton menghadap sang Rani. Agak terkejut
Rani Kahuripan menerima kedatangan patih Dipa pada saat
seperti itu. Berhadapan dengan Rani Tribuanatunggadewi, patih Dipa
agak terkejut. Ia sempat memperhatikan bagaimana sikap sang
118 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rani tampak tak bersemangat dan wajahpun tampak murung.
Geringkah gusti Rani ini" T anya patih Dipa dalam hati.
Setelah menghaturkan sembah dan dipersilahkan duduk maka
bertanyalah Rani Kahuripan akan maksud kedatangan patih Dipa
menghadap kepadanya. "Hamba membawa titah para gusti Sapta-prabu supaya
menghadap dan menghaturkan kepada paduka, gusti"
"O, jika begitu serahkan kepadaku"
"Maaf, gusti" sembah patih Dipa "persembahan titah para
gusti Sapta-prabu yang hendak hamba haturkan kebawah duli
paduka itu, bukan berupa surat melainkan pesan seeara lisan.
Bahwa para gusti Sapta-prabu yang mulia berkenan mengundang
paduka ke pura kerajaan"
"O" desis Rani "tahukah engkau patih, apa gerangan
keperluan para gustimu Sapta-prabu menitahkan aku ke pura
kerajaan ?" Patih Dipa agak terkejut dalam hati. Ia mempunyai alasan
untuk merasa heran mengapa Rani Kahuripan yang pada
biasanya cerdas dan tajam menilai, tampak masih belum dapat
menyelami maksud undangan itu. Dan ada lagi suatu
pengamatan yang makin menimbulkan kesan bahwa sang Rani
tampaknya tak bersemangat.
"Gusti hamba sang ratu Rajapatni khusus melimpahkan pesan
kepada hamba agar dihaturkan kehadapan paduka. Bahwa dalam
keadaan yang bagaimanapun, gusti ratu sangat mengharap
paduka memenuhi undangan para gusti Sapta-prabu untuk
berkunjung ke-pura Wilwatikta. Tentang persoalan apa yang
akan diperbincangkan dengan paduka, hamba tak dapat
mengetahui jelas. Hanya sekelumit titah dari gusti hamba sang
ratu Rajapatni, bahwa pemilihan seri baginda yang baru akan
tergantung dari keputusan paduka, gusti" sete lah menghaturkan
keterangan patih Dipa memperhatikan tanggapan dari sang Rani.
119 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Dipa heran karena tiada tampak pantulan rasa kejut
pada wajih sang Rani. Tenang2 saja sang Rani menyambut
keterangan itu. "O, soal itu" seru sang Rani.
"Demikian gusti" sembah patih Dipa "betapa penting persoalan
itu harus segera mendapat penyelesaian. Seluruh mentri,
senopati, narapraja kerajaan Majapahit, sangat menantikan
keputusan itu. Seluruh kawula Majapahitpun harap2 cemas akan
keputusan keraton Tikta-Sripala"
"Ah, mengapa harus begitu " Tidakkah roda pemerintahan
harus berjalan sebagaimana biasa sebelum seri baginda yang
baru akan dinobatkan?"
"Benar gusti" kata patih Dipa "menurut titah dari Sapta-prabu
yang ditampung oleh mentri yang tiga para rakryan Katrini yang
mulia kemudian disampaikan kepada pancari Majapahit maka
patih mangkubumi Arya Tadah ditetapkan sebagai pimpinan
dewan pemerintahan Majapahit. Semua kegiatan-kegiatan
pemerintahan dan kehidupan rakyat supaya berjalan sebagaimana biasa" "Dengan demikian bukankah pemerintahan telah berjalan
lancar?" "Memang benar, gusti" kata patih Dipa pula "tetapi keadaan
itu hanya untuk sementara waktu. Hendaknya jangan
berkelarutan lama sehingga menimbulkan suatu kekosongan
junjungan yang menjadi pusat kesetyaan, ketaatan dan
sesembahan seluruh kawula"
"Hm, apa beda antara sebelum dan setelah raja baru
dinobatkan" Bukankah roda pemerintahan kerajaan sudah
berjalan lancar seperti sediakala?"
"Gusti, idinkan hamba menghaturkan uraian tentang hal itu.
Sebelumnya hamba mohon ampun apabila uraian hamba itu tak
120 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkenan di hati paduka karena uraian itu hanya bersumber pada
pandangan hamba peribadi"
Rani Kahuripan mengangguk "Janganlah engkau berganti
adat, ki patih. Bukankah sejak dulu semasa engkau menjadi patih
di Kahuripan, selalu kuidinkan engkau untuk menyatakan
pendapat?" Patih Dipa bergegas menghaturkan sembah "Bukan maksud
hamba hendak metobah adat, gusti. Tetapi dalam hal ini, hamba
mempunyai perasaan lain dimana uraian hamba itu kemungkinan
banyak yang tak berkenan dengan paduka"
"Bicaralah, ki patih"
"Pertama hamba hendak menguraikan betapa penting arti
seorang raja junjungan seluruh kawula itu bagai kehidupan
negara. Raja adalah pusat dari jiwa sebuah kerajaan. Jiwa yang
merupakan sumber dari tegaknya negara itu, sumber dari
sesembahan para kawula, sumber pengikat dari segenap
kesetyaan dan kebanggaan, semangat dan kebaktian para
kawula terhadap negara. Maka jika tiada raja, akan lepaslah
pengikat itu dan berhamburan tujuan rakyat untuk membentuk
aliran masing2. Satu sama lain tiada pengikat apa2 dan bahkan
pada akhirnya mereka akan bersaing untuk saling menguasai.
Bagaikan sapu lidi lepas dari pengikat. Demikian gambaran
hamba atas keadaan itu, sebagaimana halnya apabila kerajaan
tiada junjungan, gusti"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rani Kahuripan menghela napas. Lama sekali ia merenung.
Patih Dipapun harus mengerahkan segenap kesabarannya untuk
menanti. Hanya dalam hati, patih itu makin mempercayai kesan
dari pengamatannya terhadap sang Rani. Tidak dem ikianlah adat
kebiasaan sang dyah ayu Tribuanatunggadewi apabila menerima
pasewakan para mentri nayaka. Rani selalu cerah wajah dan
riang ucap. Adakah sang Rani sedang gering " Adakah sang Rani
sedang bersedih hati" Walaupun belum dapat memperoleh
121 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jawaban tetapi patih Dipa lebih cenderung untuk menduga pada
dua kemungkinan itu. "Ki patih" tiba2 sang Rani membuka suara "bagiku engkau
bukan orang lain. Jasamu ketika menolong aku dari ratha yang
hendak meluncur keri alam jurang karena kuda penariknya
membinal, tak pernah kulupakan. Demikian pula pengabdianmu
sebagai patih Kahuripan, walaupun hanya dua tahun, tetapi
cukup memberi kesan bahwa kepercayaan yang ku-tumpahkan
kepadamu memang tidak sia-sia. Kepercayaanku terhadap
dirimu, sebulat buluh ...."
"Duh, gusti junjungan hamba" bergegaslah patih Dipa
menghaturkan sembah "betapa haru dan gemetar hati hamba
menerima limpahan kepercayaan paduka. Tak ada kata2 yang
sanggup hamba haturkan kebawah duli paduka kecuali akan
hamba pateri terima kasih hamba itu kedai a m ikrar tekad
hamba untuk mengabdikan seluruh jiwa raga kepada duli tuanku
dan kerajaan Majapahit"
"Aku percaya akan pernyataanmu. Lebih yakin pula akan
pengabdianmu, dulu, sekarang dan dimasa-masa yang akan
datang, ki patih" sambut Rani.
"Ki patih" sesaat kemudian Rani Kahuripan berujar "sebelum
memberi keputusan tentang titah gustimu Sapta-prabu, terlebih
dulu aku hendak meminta pendapatmu tentang beberapa
masalah yang kuhadapi"
Patih Dipa terkejut. Ia cukup faham akan kecerdasan dan
pengetahuan sang Rani. Sang Rani gemar dan faham akan ilmu
Tarkka, wyakarana dan prakarana. Ilmu Tarkka mengajarkan
cara mencari kebenaranr me lalui cara penguraian penempatan
dan kesimpulan dari setiap hal serta masalah. Wyakarana adalah
ilmu tatabahasa dan Prakarana, mengenai Sebab dan Akibat.
Bahwa apabila soal2 yang dihadapi Rani tak mampu diatasinya,
tentulah soal itu merupakan masalah yang gawat dan sukar.
122 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam2 patih Dipa mengemasi diri untuk menerima pertanyaan
sang Rani "Hamba selalu siap menerima limpahan pertanyaan
paduka, gusti" "Pertama" Rani Kahuripanpun segera memulai "adalah yang
mengenai kedudukanku dalam rangka pemilihan raja yang baru.
Pertanyaanku yani, berhakkah diriku atas tahta mahkota kerajaan
Majapahit" Layakkah aku sebagai seorang puteri, dinobatkan
sebagai raja kerajaan sebesar Wilwatikta ?"
"Demikian pertanyaan paduka?"
"Ya, untuk pertanyaan pertama"
"Bila hamba gusti perkenankan untuk menghaturkan pendapat
maka jawaban hamba adalah berhak dan layak sekali gusti
dinobatkan sebagai prabu puteri kerajaan Majapahit"
"Hm" desuh Rani "jangan semudah itu engkau me luncurkan
kata2 jawaban, ki patih. Jangan pula dalam jawabanmu itu
engkau terpengaruh oleh rasa takut, sungkan dan pamrih.
Bebaskan pikiranmu dari segala cemar2 itu dan berikanlah
jawaban yang sejujur-jujurnya"
Maka mereganglah wajah patih Dipa dengan kerut yang
memancarkan kesungguhan "Gusti, hamba berasal dari
keturunan kawula jelata. Sejak kecil hamba hidup terlunta-lunta.
Tetapi rupanya Dewata Agung merasa kasihan atas diri hamba
sehingga hamba mampu mengatasi segala derita hidup dan
beruntung dapat diterima menjadi prajurit Majapahit. Adalah
berkat bekal ajaran sang brahmana itulah maka hamba dapat
menunaikan setiap tugas kewajiban dan dharma hidup dengan
baik. Untuk penempatan diri peribadi hamba dalam lingkungan
hidup manusia guru hamba memberi bekal pesan, nilai hidup itu
bukan dari berapa puluh tahun engkau hidup, tetapi dari
beberapa banyak dharma kebajikan yang telah engkau amalkan"
"Dan untuk bekal hamba dikala hamba menjadi prajurit
kerajaan, gurupun memberi pesan 'Wira, widagdha, wijanya',
123 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersifatlah jantan, tangkas dan bijak" patih Dipa melanjutkan
pula"dan inilah gusti yang menjadi pedoman hamba, sejak mulai
menjadi prajurit hingga sampai sekarang. Dalam menghayati kata
Wira itu, tidak saja berlaku dalam menghadapi musuh, pun dalam
menghadapi setiap persoalan yang memerlukan suatu sikap
jantan. Putih, indera penglihatan hamba melihat, putih mulut
hamba akan mengatakannya ..."
"Dalam menghaturkan jawaban hamba atas pertanyaan
paduka tadi, tidak sekali-kali hamba meninggalkan bekal ajaran
guru hamba yang sudah manunggal dalam jiwa hamba itu. Jauh
sekali rasanya jawaban itu dari cemar pamrih"
"Apa dasar daripada jawabanmu itu"
"Timbulnya pertentangan faham yang melahirkan golongan2
yang mendukung raja atau puteri dan putera dari permaisuri
yang berbeda satu dengan lain. Kemudian kemelut pertentangan
itu memuncak lalu me letuskan pemberontakan Dharmaputera
dan selanjutnya. Seolah suasana dalam pura kerajaan itu seperti
bara dalam sekam. Diluar tenang, didalam berkemelut.
Kesemuanya itu tak lain hanyalah bersumber pada diri junjungan
yang menjadi raja Majapahit"
Berhenti sejenak patih Dipa melanjut pula "Betapapun pahit
dan pedih musibah yang menimpa kerajaan Majapahit, namun
hal itu memang suatu kenyataan yang sudah terjadi. Ra Tanca si
penghianat, telah mencidera seri baginda Jayanagara dan
kerajaan Majapahit telah kehilangan seorang raja yang baik dan
gigih melakukan tindakan2 tegas untuk menegakkan kewibawaan
negara Majapahit. Kini baginda Jayanagara telah mangkat ke
Buddhaloka. Namun kerajaan Majapahit yang ditinggalkannya itu,
harus tetap berlangsung sampai akhir jaman. Dan amanat suci
itulah yang mewajibkan para gusti Sapta-prabu untuk segera
mengadakan pemilihan, siapakah yang berhak dan layak
dinobatkan sebagai seri baginda Majapahit"
124 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari golongan2 yang menentang baginda, tentulah akan
gembira atas wafat baginda. Coba ki patih, engkau jelaskan apa
alasan mereka menentang baginda " Hal ini perlu kuketahui agar
dapat menjadi pegangan dalam saat2 dimana keputusanku harus
diperlukan" "Pada pokoknya golongan2 yang menentang baginda
Jayanagara menjadi raja itu, menciptakan alasan bahwa baginda
berasal dari keturunan ibu puteri Malayu. Ada pula yang
menentang baginda karena tak senang melihat tindakan2
baginda yang keras. Ada yang tak suka akan perbuatan baginda
yang gemar merusak pagar ayu. Dan lain2 alasan"
"Lepas dari kecaman alasan2 yang mereka adakan, lepas pula
dari maksud2 tertentu yang tersembunyi dibalik perasaan tak
senang mereka itu, tetapi kenyataannya memang baginda
Jayanagara sesuai keadaannya dengan tuduhan2 itu. Namun
menurut kesan yang? tampak selama ini, engkau patih, termasuk
salah seorang yang paling setya mendukung dan membela
baginda. Ingin aku mendengarkan ketcranganmu, atas dasar
apakah engkau menyerahkan diri dalam pengabdian yang
sedemikian dalam kepada baginda" Adakah engkau tak tahu atau
memang mengabaikan kenyataan2 yang terdapat pada diri
baginda ?" Patih Dipa terkesiap mendengar pertanyaan itu. Namun ia
sudah mempersiapkan diri untuk menerima pertanyaan apapun
dari sang Rani. "Benar gusti" sahutnya "memang hamba tak dapat menutup
kenyataan2 yang melingkungi diri seri baginda Jayanagara.
Sebagai manusia sudah tentu hamba tak luput dari getar2
perasaan suka, benci, marah, sayang dan lain2. Tak luput pula
sifat kemanusiawian hamba itu dari kesalahan dan kekhilafan.
Dalam menguraikan pengabdian hamba kepada sang prabu
Jayanagara, hamba selalu berpijak pada titik tolak pendirian
hamba mengabdi kepada negara Majapahit dengan masuk
125 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi prajurit. Pendirian hamba yang mula dan akhir, hanyalah
demi kepentingan negara Majapahit yang hamba cintai"
"Bertolak pada pendirian hidup hamba itu maka pengabdian
hamba terhadap baginda Jayanagarapun berdasar pada penilaian
iiu pula" kata patih Dipa pula "Dalam pengamatan hamba yang
picik ini, gusti, baginda Jayanagara seorang raja yang berani
bertindak tegas, gigih melaksanakan cara gitik pentung dalam
pemerintahannya. Rahyang ramuhun sri baginda Kerta-rajasa
adalah rajakula yang mendirikan kerajaan Majapahit. Tetapi
sebelum sempat melangsungkan kelestarian dari pembangunan
dan kejayaan kerajaan Majapahit, seri baginda sudah keburu
mangkat. Dan sang prabu Jayanagara yang menjadi pewaris
mahkota, harus berjuang keras untuk melaksanakan kelestarian
itu. Tak putus-putusnya baginda melakukan pembersihan, baik
terhadap musuh dan para pemberontak, maupun kedalam tubuh
pemerintahan kerajaan. Untuk melangsungkan kelestarian dari
tegaknya kewibawaan dan kekuasaan kerajaan Majapahit dengan
telatah daerahnya yang meliputi seluruh tanah pesisir itu,
memang memerlukan tenaga, pikiran, kecakapan dan keberanian. Dan kesemuanya itu dimiliki oleh sang prabu"
"Atas dasar penilaian itulah maka hamba curahkan segenap
jiwa dan raga dalam pengabdian hamba kepada sang prabu
Jayanagara" sambung patih Dipa "mengenai kenyataan2 yang
Pendekar Pemetik Harpa 21 Walet Emas Perak Karya Khu Lung Pedang Darah Bunga Iblis 12
^