Pencarian

Titah Dari Liang Lahat 2

Joko Sableng 13 Titah Dari Liang Lahat Bagian 2


"Apa kau ingin menemui seseorang?"
"Dari mana kau tahu?" Putri Sableng balik ajukan tanya dengan bibir tersenyum.
Malah sepasang matanya tampak mengerling.
"Bukankah kau tadi mengatakan selalu penasaran
dengan cerita orang?"
"Ah...." Putri Sableng mengeluh pendek lalu berkata. "Tebakanmu benar. Aku
memang hendak menemui
seseorang!"
"Mau katakan padaku siapa orang yang hendak
kau temui"!"
"Aku tak dapat mengatakannya padamu! Ini uru-
san yang hanya orang tertentu yang mengetahuinya!
Karena...."
Ucapan Putri Sableng terputus tatkala tiba-tiba Ib-
lis Rangkap Jiwa gelengkan kepalanya sambil berkata
menukas. "Tidak ada urusan di dunia ini yang luput dari mata Iblis Rangkap
Jiwa!" Gadis berjubah merah unjukkan tampang terkejut.
Belum sampai gadis ini buka mulut dan rasa kejutnya
lenyap, Iblis Rangkap Jiwa telah buka mulut. "Coba katakan siapa orang yang
hendak kau temui! Aku pasti
sudah dapat menebak apa urusannya!"
Putri Sableng gelengkan kepalanya. "Aku tetap tak bisa mengatakan padamu. Hanya
mungkin kau nanti
bisa menebak siapa orangnya kalau kau mengetahui
apa urusannya...."
"Hem.... Coba katakan apa urusan itu!"
Untuk beberapa saat Putri Sableng terdiam. Sepa-
sang matanya memandang tajam pada laki-laki di ha-
dapannya. Sejenak kemudian dia alihkan pandangan-
nya kejurusan lain. Sementara Iblis Rangkap Jiwa me-
nunggu. Sepasang matanya tak beranjak turun naik
memandang ke arah leher, bibir, dan dada si gadis.
"Menurut cerita yang sempat kudengar, dalam rim-
ba persilatan ada sebuah kitab sakti! Aku tak tahu apa nama kitab itu! Yang
pasti sampai sekarang kitab itu ada...," Putri Sableng tak meneruskan
keterangannya. Sebaliknya dia memandang iblis Rangkap Jiwa.
Di hadapannya, kening Iblis Rangkap Jiwa men-
gernyit. Namun wajahnya sama sekali tidak mem-
bayangkan rasa terkejut. Malah seraya terus pandangi
dada Putri Sableng, dia berujar. "Teruskan keteranganmu"
"Di mana beradanya kitab sakti itu, hanya orang
yang hendak kutemui yang tahu.... Terus terang, aku
tidak punya niat apa-apa pada kitab itu. Aku hanya
ingin buktikan benar tidaknya cerita yang kudengar!"
Iblis Rangkap Jiwa angkat kepalanya. Memandang
tajam pada kedua bola mata si gadis. Seraya terse-
nyum dia berkata.
"Hem.... Apa yang kau maksud Kitab Hitam"!" Putri Sableng kembali unjukkan
tampang terkejut. Malah
sepasang kakinya tersurut dua tindak ke belakang. Di
hadapannya Iblis Rangkap Jiwa tertawa keras. "Sudah kukatakan, tidak ada urusan
di dunia yang luput dari
mataku! Melihat perubahan sikapmu, aku bisa mene-
bak kalau apa yang kukatakan benar!"
"Aku tidak menduga kalau kau tahu urusan ini!
Padahal menurut cerita yang kudengar, hanya orang
yang akan kutemui yang tahu urusan kitab itu!"
"Sekarang kau tahu bahwa aku mengetahui urusan
kitab itu. Apakah kau masih ingin menemui orang
yang kau katakan itu"!" tanya Iblis Rangkap Jiwa sambil gerakkan tangan kanannya
memegang tangan
Putri Sableng. Putri Sableng tidak coba menghindar, Malah dia
diam saja tatkala tangan Iblis Rangkap Jiwa meremas
tangannya. Hal ini membuat laki-laki berkepala gundul Ini makin berani. Dia
gerakkan tangan kirinya. Namun
sebelum tangannya sempat menyentuh, Putri Sableng
tepiskan tangan kanan Iblis Rangkap Jiwa lalu mun-
dur sambil berkata.
"Meski kau tahu urusan kitab itu, aku tetap akan menemui orang yang kukatakan.
Kecuali jika kau...."
"Aku akan mengatakan di mana beradanya kitab
itu!" potong Iblis Rangkap Jiwa. Sambil berkata begitu tangan kanannya kembali
bergerak. Namun terlambat.
Karena Putri Sableng telah bergerak mundur.
"Aku masih sangsi apakah ucapanmu benar! Dan
apakah kitab yang kau katakan itu kitab yang ku
maksud!" Mendengar ucapan Putri Sableng, Iblis Rangkap
Jiwa dongakkan kepala.
"Dengar, Anak Cantik! Di dunia ini hanya ada satu kitab sakti. Kitab itu adalah
peninggalan seorang tokoh besar masa Kerajaan Singasari...."
"Kalau kitab itu benar-benar ada dan memang se-
buah kitab sakti, mengapa kau tidak tertarik dengan
kitab itu" Padahal kau tahu di mana beradanya kitab
itu!" "Kau Jangan menduga aku mengarang cerita bohong, kata Iblis Rangkap Jiwa
menangkap nada uca-
pan si gadis yang sepertinya tidak percaya.
"Kitab itu betul-betul ada! Kalau aku tidak berusaha memilikinya padahal aku
tahu dl mana kitab itu,
karena aku merasa sudah tua! Aku sudah tidak terta-
rik dengan segala macam kitab! Kalau kau mengingin-
kan kitab itu, aku akan tunjukkan padamu! Tapi...!"
"Kau minta imbalan" Berapa kau minta"!" tanya Putri Sableng begitu Iblis Rangkap
Jiwa tidak lan-
jutkan ucapannya.
"Bukan imbalan harta yang kuinginkan, Anak Can-
tik!!" "Lalu imbalan apa yang kau inginkan"!" tanya Putri Sableng meski dia tahu apa
sebenarnya yang menjadi
keinginan laki-laki berkepala gundul itu.
Iblis Rangkap Jiwa luruskan kepala dengan sepa-
sang mata memandang tajam. Lalu tanpa buka mulut
lagi tangan kanannya menunjuk tepat ke arah tubuh
Putri Sableng. Walau sudah menduga apa kehendak Iblis Rang-
kap Jiwa, namun begitu si laki-laki benar-benar me-
nunjuk, gadis berjubah merah itu sempat membela-
lakkan sepasang matanya. Dan belum sempat Putri
Sableng lakukan apa-apa, Iblis Rangkap Jiwa sudah
gerakkan bahunya. Kejap lain sosoknya telah tepat di
hadapan si gadis dengan kedua tangan mengembang
siap memeluk. Namun Iblis Rangkap Jiwa jadi tersen-
tak. Ketika kedua tangannya bergerak memeluk, gadis
berjubah merah sudah tidak ada di hadapannya lagi!
"Hik.... Hik.... Hik...! Urusan bersenang-senang soal mudah! Tapi aku tidak mau
kau bohongi!" terdengar suara Putri Sableng. Gadis ini telah tegak sejarak lima
langkah di samping Iblis Rangkap Jiwa.
Dengan mata mendelik angker, Iblis Rangkap Jiwa
berpaling. "Aku tidak berbohong padamu! Kitab itu benar-benar ada!"
"Bagaimana aku bisa percaya kalau tidak melihat-
nya sendiri"! Hik... Hik.... Hik...! Kau baru memperoleh yang kau inginkan kalau
aku benar-benar sudah
membuktikan benar tidaknya keteranganmu!"
"Keparat! Gadis ini cerdik juga! Tapi jangan harap bisa lolos dari tanganku!"
maki Iblis Rangkap Jiwa dalam hati. Lalu berkata.
"Kitab itu adalah sebuah kitab sakti! Dan sebenarnya terlalu murah jika hanya
ditukar dengan tubuh-
mu!" "Terserah! Yang pasti aku baru menuruti keingi-
nanmu bersenang-senang jika aku sudah buktikan ke-
teranganmu! Kalau kau tidak mau, masih ada orang
lain yang mau memberitahukan padaku! Hik....
Hik....Hik....!"
Masih dengan tertawa cekikikan, gadis berjubah
merah melangkah seakan hendak tinggalkan puncak
Bukit Selamangleng.
"Tunggu!" tahan Iblis Rangkap Jiwa. Putri Sableng hentikan langkahnya. "Waktu ku
sangat terbatas. Harap segera beri keputusan!" katanya saat ditunggu agak lama
Iblis Rangkap Jiwa belum juga buka suara.
"Kalau waktumu terbatas, sebaliknya aku sudah
tak sabar!"
"Hai! Apa maksudmu"!" tanya Putri Sableng.
Iblis Rangkap Jiwa tertawa ngakak membuat gadis
berjubah merah harus kerahkan tenaga dalamnya un-
tuk menutup jalan pendengarannya.
"Aku tak peduli kau ingin buktikan keteranganku
lebih dahulu atau tidak. Yang pasti, sekarang juga kau harus melayaniku! Sudah
puluhan tahun aku tidak
menikmati dekapan seorang perempuan!"
Merasa gadis berjubah merah tidak mungkin me-
nyerah begitu saja, Iblis Rangkap Jiwa berkelebat lalu dengan kerahkan sedikit
tenaga dalamnya, kedua tangannya bergerak hendak merengkuh tubuh Putri Sab-
leng. Namun Iblis Rangkap Jiwa terlengak. Putri Sableng
bukannya bergerak selamatkan diri melainkan tetap
tegak tanpa membuat gerakan apa-apa malah terse-
nyum dan pejamkan sepasang matanya!
Iblis Rangkap Jiwa tertegun. Tapi cuma sesaat.
Saat lain kedua tangannya teruskan gerakannya. Sea-
kan tak sabar, begitu tubuh si gadis telah masuk da-
lam rengkuhannya, kepalanya cepat didorong ke depan
mencium wajah Putri Sableng. Namun gerakan kepala
Iblis Rangkap Jiwa tertahan. Karena sesaat lagi kepa-
lanya menyentuh wajah si gadis, gadis ini gerakkan
kedua tangannya.
Buukkk! Kedua tangan Iblis Rangkap Jiwa yang memeluk
tubuh Putri Sableng terlepas. Kejap lain sosoknya
mencelat sampai dua tombak. Putri Sableng tidak sia-
siakan kesempatan. Begitu tubuh Iblis Rangkap Jiwa
terhuyung hendak roboh, si gadis melesat ke depan.
Kaki kanannya terangkat membuat satu tendangan ke
arah dada. Sejengkal lagi tendangan gadis berjubah merah te-
lak menghantam dada Iblis Rangkap Jiwa, tiba-tiba Ib-
lis Rangkap Jiwa gerakkan kedua tangannya seolah
hendak lindungi kepala dan dadanya dari tendangan
orang. Bersamaan dengan itu mendadak Putri Sableng ke-
luarkan seruan tertahan karena terjadi hal yang sung-
guh di luar dugaannya!
* * * LIMA WALAU gerakan kedua tangan Iblis Rangkap Jiwa
seolah hanya untuk lindungi dada dan kepala dari
tendangan kaki gadis berjubah merah, namun saat itu
juga Putri Sableng rasakan ada satu gelombang luar
biasa dahsyat yang bukan saja mampu membuat ten-
dangannya tertahan, namun juga dapat membuat tu-
buhnya terdorong deras sampai satu tombak ke bela-
kang! Putri Sableng tegak dengan sepasang kaki bergetar
dan mata terpentang besar tak berkesip. Mulutnya
yang bergerak-gerak terhenti seketika. "Melihat begitu dahsyat kepandaiannya,
mungkinkah keterangan Cu-cu Dewa akan terbukti" Kalau tidak, benar-benar cela-
ka nasibku!" diam-diam si gadis merasa bimbang.
Di seberang sana, begitu sosok Putri Sableng men-
celat karena bias gerakan kedua tangannya, Iblis
Rangkap Jiwa segera bergerak bangkit. Seakan tidak
rasakan pukulan yang baru saja bersarang di dadanya,
laki-laki ini melangkah ke arah Putri Sableng dengan bibir sunggingkan senyum
seringai dingin.
"Aku berniat baik padamu! Tapi nyatanya kau yang membuat urusan!" Iblis Rangkap
Jiwa hentikan ucapannya sejenak. Memandang lurus ke arah si gadis se-
belum akhirnya melanjutkan. "Namun aku masih berbaik hati padamu! Kau bersedia
melayaniku dengan
baik-baik, maka aku masih akan tunjukkan di mana
beradanya kitab itu padamu! Jika tidak, bukan saja
kau tidak akan mengetahui beradanya kitab itu, tapi
juga kau tidak akan turun dari puncak bukit Ini untuk selama-lamanya!"
Untuk beberapa saat Putri Sableng terdiam. Se-
mentara Iblis Rangkap Jiwa hentikan langkah dua tin-
dak di hadapannya.
"Aku menunggu keputusanmu!"
Karena Putri Sableng tidak juga buka suara, Iblis
Rangkap Jiwa palingkan kepala seraya berkata.
"Hem.... Mungkin kau menunggu aku yang membe-
ri keputusan"!"
Gadis berjubah merah tidak mengangguk atau
menggeleng juga tidak buka mulut, membuat Iblis
Rangkap Jiwa anggukkan kepalanya.
"Baiklah. Aku kini yang memutuskan! Dengar baik-
baik! Kau harus melayaniku dan tidak akan mendapat
imbalan apa-apa dariku!"
Habis berkata begitu, Iblis Rangkap Jiwa bergerak.
Tangan kanannya merentang dengan kaki kiri meng-
hentak tanah. Namun sebelum tangan dan kaki Iblis
Rangkap Jiwa bergerak, Putri Sableng telah dorong ke-
dua tangannya. Wuuuuttt! Tidak terdengar deruan suara gelombang, Tapi saat
itu juga satu gelombang dahsyat melabrak ganas den-
gan membawa angin berputar-putar!
Iblis Rangkap Jiwa tidak berusaha membuat gera-
kan menghindar meski tahu si gadis telah mendahului
lancarkan pukulan, Laki-laki ini teruskan gerakannya
hingga bersamaan dengan itu terdengar suara berde-
bam. Kejap lain puncak Bukit Selamangleng bergetar
hebat. Lalu dari tangan kanannya melesat satu gelom-
bang dahsyat memangkas gelombang yang keluar dari
kedua tangan si gadis.
Bummmmm! Terdengar ledakan dahsyat. Angin berputar-putar
dari dorongan kedua tangan Putri Sableng seketika
hancur ambyar dan semburat ke udara. Sosok gadis
ini terlempar deras sampai dua tombak sebelum ak-


Joko Sableng 13 Titah Dari Liang Lahat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hirnya jatuh terjengkang dengan tubuh bergetar keras
dan kedua tangan kaku laksana tak bisa digerakkan!
Di seberang sana, sosok Iblis Rangkap Jiwa hanya
bergoyang-goyang sebentar lalu laksana didorong ke-
kuatan luar biasa, sosoknya melesat ke arah Putri
Sableng dengan perdengarkan suara tawa ngakak.
Maklum bahaya yang sedang mengancam, gadis
berjubah merah tidak tinggal diam. Dia cepat kerahkan segenap tenaga dalamnya
pada kedua tangannya. Lalu
berguling di atas tanah. Kedua tangannya bergerak le-
paskan pukulan.
Iblis Rangkap Jiwa putuskan tawanya. Namun laki-
laki ini tidak urungkan kelebatan tubuhnya. Hanya
bersamaan dengan itu kedua tangannya bergerak la-
kukan pukulan. Wuuuust Gelombang yang datang ke arah Iblis Rangkap Jiwa
tersapu amblas. Putri Sableng berseru tertahan. Gadis ini cepat rapatkan
tubuhnya di atas tanah untuk
menghindar dari gelombang yang kini menggebrak dari
kelebatan tangan Iblis Rangkap Jiwa. Namun tak
urung sosok gadis berjubah merah masih tersapu
hingga mencelat mental dan kembali jatuh terjengkang
dengan mulut keluarkan darah!
"Celaka! Bagaimana kalau dia benar-benar laksa-
nakan niatnya" Apa boleh buat. Satu-satunya jalan se-
lamatkan diri adalah lakukan keterangan Cucu Dewa,
meski aku sendiri tidak yakin benar!" gumam si gadis lalu dengan cepat dia
kerahkan sisa tenaga dalamnya.
Terhuyung-huyung dia bangkit. Lalu balikkan tubuh.
Di seberang Iblis Rangkap Jiwa tegak dengan sepa-
sang mata mendelik perhatikan gerakan gadis berju-
bah merah. Tulang keningnya bergerak-gerak dan bola
matanya berputar liar tatkala mengetahui apa yang di-
lakukan si gadis.
Dengan gigit bibirnya, Putri Sableng perlahan-
lahan menarik bagian bawah jubah merahnya.
Iblis Rangkap Jiwa makin mendelik saat Putri Sab-
leng terus menarik bagian bawah jubahnya ke atas
hingga kini betisnya yang putih mulus dan kencang
terlihat jelas.
Ha.... Ha...u Ha...! Rupanya kau menginginkan
permainan asyik!" ujar Iblis Rangkap Jiwa membuat Putri Sableng sesaat hentikan
gerakan tangannya.
Putri Sableng mendongak. "Sialan benar! Apa aku akan teruskan hal ini" Tapi....
Tidak ada jalan lain!"
Putri Sableng gerakkan kembali tangannya yang
menarik jubah bagian bawahnya hingga kini pahanya
yang putih mulus dan padat terpampang jelas! Mem-
buat Iblis Rangkap Jiwa makin perkeras suara ta-
wanya. "Benar-benar luar biasa! Putih mulus dan padat!"
seru Iblis Rangkap Jiwa. Putri Sableng tidak hiraukan ucapan orang. Dia terus
tarik bagian bawah jubahnya.
Namun gadis ini menjadi bimbang.
"Sialan! Mengapa dia masih terus tertawa ngakak"
Padahal seharusnya dia sudah terkejut dan...."
"Diintip marah-marah, tapi kini dipertontonkan
pada orang! Dasar gadis sableng!"
Satu suara tiba-tiba terdengar membuat gadis ber-
jubah merah putuskan membatin dan cepat-cepat le-
paskan jubahnya yang sudah tersingkap hampir sam-
pai pantatnya! Dia maklum jika suara yang baru ter-
dengar bukan suara Iblis Rangkap Jiwa. Dengan wajah
merah padam dia segera berputar.
Iblis Rangkap Jiwa sendiri tampak terkesiap. Dia
sadar, kalau tiba-tiba ada orang lain muncul tanpa dia bisa mengetahuinya, jelas
siapa pun adanya orang
pasti memiliki tingkat kepandaian yang tidak rendah.
Dengan sepasang mata mendelik angker, laki-laki
berkepala gundul ini cepat putar diri menghadap
sumber suara yang baru terdengar.
"Jahanam! Siapa kau"!" bentak iblis Rangkap Jiwa.
Orang yang dibentak tengadahkan kepala lalu tertawa
panjang. Puas tertawa dia berujar tanpa memandang
pada orang yang membentak atau pada gadis berjubah
merah yang tegak dengan sepasang mata membesar
dan mulut komat-kamit.
"Kau hari ini bernasib mujur, Orang Tua! Bisa melihat paha putih mulus milik
seorang gadis cantik! Bagaimana kalau nasib mujur itu kita bagi sama?"
"Keparat! Kalau kau tidak lekas sebutkan diri, tidak sulit bagiku membuat
tubuhmu terlempar ke da-
sar bukit!" iblis Rangkap Jiwa angkat tangan kirinya.
Orang yang diancam luruskan kepala menghadap
Iblis Rangkap Jiwa. Ternyata dia adalah seorang pe-
muda berpakaian putih-putih. Rambutnya gondrong
sedikit acak-acakan" dengan Ikat kepala berwarna pu-
tih. Si pemuda yang tidak lain adalah Pendekar Pedang Tumpul 13V menatap sejurus
pada Iblis Rangkap Jiwa,
lalu berpaling pada gadis berjubah merah. Mulut mu-
rid Pendeta Sinting tersenyum. Putri Sableng buang
muka dengan muka merah padam.
"Hem.... Pasti ini manusianya yang berjuluk Iblis Rangkap Jiwa! Dan gadis itu
telah lakukan apa yang
diucapkan Cucu Dewa, tapi kenapa tidak ada penga-
ruhnya" Jangan-jangan Cucu Dewa memang bercan-
da!" membatin Pendekar 131.
"Keparat! Kau benar-benar tidak bias dikasih hati!"
hardik Iblis Rangkap Jiwa.
"Sabar, Orang Tua! Aku datang ke sini tidak men-
cari urusan denganmu.... Kedatanganku kemari untuk
menyusul kekasihku itu! Harap maafkan kalau keka-
sihku itu bertindak kurang ajar padamu! Dia itu anak
sableng!" Sepasang mata besar milik Iblis Rangkap Jiwa me-
nyipit. "Siapa percaya kalau gadis itu kekasihmu! Kalaupun benar, perlu kau
ketahui, Bocah! Sejak malam
ini rela tidak rela dia harus kau serahkan padaku! Dan lekas menyingkir dari
sini!" Mungkin untuk meyakinkan, murid Pendeta Sint-
ing menyahut. "Kalau hanya itu permintaanmu, aku tidak kebera-
tan! Kurasa aku masih bisa mencari gadis lain yang
cantik dan tidak sableng! Namun sebelumnya aku ha-
rus tahu dahulu siapa nama orang yang meminta ke-
kasihku! Kau tidak keberatan bukan sebutkan nama"!"
"Yang bicara ini adalah Iblis Rangkap Jiwa!"
Pendekar 131 perdengarkan tawa pendek. Semen-
tara Putri Sableng terlihat pasang tampang cemberut
dan menggumam tak jelas.
"Orang tua! Jangan mengada-ada! Nama Iblis
Rangkap Jiwa memang pernah kudengar namun me-
nurut kabar, orang itu telah mati pada ratusan tahun
yang lalu! Jadi harap Jangan berkata dusta padaku
karena...."
Kini ganti Iblis Rangkap Jiwa yang perdengarkan
tawa hingga Joko putuskan ucapannya.
"Dalam rimba persilatan, kabar burung memang ti-
dak asing lagi, Bocah...! Sekarang terserah padamu
mau percaya atau tidak! Yang jelas akulah manu-
sianya yang bergelar Iblis Rangkap Jiwa!"
"Masalahnya sekarang bukan percaya atau tidak!
Yang jelas manusia bergelar Iblis Rangkap Jiwa menge-
tahui sebuah rahasia!" kata Joko dengan mata mengerling pada Putri Sableng.
Mendengar ucapan murid Pendeta Sinting, Iblis
Rangkap Jiwa sunggingkan senyum seringai. Diam-
diam lelaki itu berkata dalam hati. "Hem.... Rupanya saat ini kabar tentang
kitab itu sudah tersiar luas! Ja-
hanam betul! Kalau aku tidak bisa segera merebut dari tangan keparat yang
menggelari diri dengan Malaikat
Penggali Kubur itu, hidupku hanya akan menjadi ba-
han tanya jawab orang!"
"Anak muda! Aku tahu apa yang kau maksud den-
gan rahasia! Tapi sebelum kusebutkan rahasia itu, ka-
takan dahulu siapa kaul"
"Aku Joko.... Joko Sableng!"
Iblis Rangkap Jiwa sedikit tersentak dengan mata
terpentang "Hm.... Jadi ini manusianya yang bergelar Pendekar Pedang Tumpul 131 Joko
Sableng...," Iblis Rangkap Jiwa luruskan pandangan pada Putri Sableng.
"Hem.... Yang gadis Putri Sableng yang pemuda Jo-ko Sableng. Jangan-jangan dua
orang ini bukan sepa-
sang kekasih, melainkan saudara seperguruan.... Tapi
apa peduliku" Aku memang punya tugas untuk me-
ringkus Pendekar 131, tapi itu bisa ditunda. Sekarang aku menginginkan gadis itu
malam ini!"
Habis membatin begitu, Iblis Rangkap Jiwa beru-
jar. "Bukankah yang kau maksud rahasia adalah sebuah kitab sakti"!"
Murid Pendeta Sinting tidak menjawab ucapan
orang, sebaliknya dia bungkukkan tubuh menjura se-
raya berkata. "Sungguh tak kuduga kalau aku dapat jumpa den-
gan seorang tokoh rimba persilatan yang namanya te-
tap dikenang orang meski sudah berlalu beberapa ra-
tus yang lalu...."
Melihat tingkah Joko, Iblis Rangkap Jiwa tertawa
bergelak. Namun mendadak suara tawanya diputus.
Kejap lain dia perdengarkan bentakan keras.
"Kau telah tahu siapa yang kau hadapi saat ini!
Jangan bertindak bodoh tidak turuti ucapanku! Lekas
minggat dari hadapanku!"
Murid Pendeta Sinting gelengkan kepala, "Keteranganmu belum cukup kuat
membuktikan kalau kau
adalah Iblis Rangkap Jiwa. Karena iblis Rangkap Jiwa
bukan hanya mengetahui rahasia tentang kitab itu me-
lainkan juga mengetahui dimana beradanya kitab itu!
Bagaimana" Apa kau tahu di mana beradanya kitab
itu"!"
Sepasang mata Iblis Rangkap Jiwa kontan mende-
lik besar. Melihat gelagat tidak baik, murid Pendeta
Sinting segera tersenyum lalu berkata.
"Jangan salah menduga! Aku hanya ingin buktikan
kalau aku benar-benar jumpa dengan tokoh Iblis
Rangkap Jiwa! Tidak ada maksud lain! Lagi pula imba-
lan yang kuberikan padamu seorang gadis yang bukan
hanya berwajah cantik, tapi juga bertubuh bagus ber-
kulit mulus! Jika kau benar-benar Iblis Rangkap Jiwa, rasanya aku tidak punya
beban apa-apa menyerah-kannya padamu!"
Mendengar ucapan Pendekar 131, Putri Sableng
menyumpah-nyumpah dalam hati. Malah seolah tak
sabar, gadis berjubah merah ini segera angkat bicara.
"Jaga ucapanmu, Pemuda Setan!"
Joko tidak hiraukan ucapan Putri Sableng, seba-
liknya memandang pada Iblis Rangkap Jiwa dan ber-
kata. "Bagaimana" Kau mau buktikan padaku"!"
Iblis Rangkap Jiwa kancingkan mulut tidak men-
jawab. Namun begitu Joko hendak ajukan tanya lagi,
dia buka mulut membentak.
"Aku akan menunjukkan di mana beradanya kitab
itu, tapi kau harus rasakan dahulu bagaimana enak-
nya mati muda!"
Murid Pendeta Sinting unjukkan tampang terke-
siap. "Walah, bagaimana bisa begini" Bukankah aku telah relakan gadisku untuk
kau miliki" Mengapa sekarang sepertinya kau inginkan nyawaku" Kau tidak
sedang bercanda?"
"Aku tahu kapan saat bercanda! Lagi pula tidak
ada gunanya bercanda dengan manusia macam kau!"
"Tunggu! Kalau begitu aku juga menarik gadisku!"
Tanpa hiraukan orang yang saat itu memandang
angker padanya, murid Pendeta Sinting melangkah ke
arah Putri Sableng yang saat itu memandang dengan
mulut bergerak-gerak.
"Jangan bergerak dari tempatmu! Sekali kau me-
langkah, selembar nyawamu putus!" hardik Iblis Rangkap Jiwa seraya acungkan
tangan kanannya.
Pendekar 131 hentikan langkah. Kepalanya berpal-
ing. Mendadak sepasang kakinya tersurut mundur.
Laksana kilat, sosok Iblis Rangkap Jiwa bergerak satu kali. Tahu-tahu tubuhnya
sudah berada di depan hidungnya dengan kedua tangan lakukan pukulan ke
arah kepala! Wuuuutt! Dua gelombang dahsyat telah menyambar menda-
hului kedua tangan. Kalau Joko tidak cepat melompat
selamatkan diri, niscaya kepalanya akan langsung re-
tak terkena hantaman kedua tangan Iblis Rangkap Ji-
wa yang mendadak saja sudah berkelebat laksana sal-
ing susul menyusul dengan gelombang yang menyam-
bar. Mendapati hantaman kedua tangannya tidak men-
genai sasaran, tulang rahang Iblis Rangkap Jiwa tam-
pak mengembung. Tulang pelipisnya bergerak-gerak.
Sementara Joko cepat kerahkan tenaga dalamnya pada
kedua tangannya.
"Ucapan Raja Tua Segala Dewa benar! Manusia sa-
tu ini memiliki kepandaian luar biasa, Aku akan celaka sendiri kalau.,.."
Gumaman murid Pendeta Sinting terputus. Di de-
pan sana Iblis Rangkap Jiwa hentakkan sepasang ka-
kinya di atas tanah. Terdengar suara berdebam keras.
Saat bersamaan puncak Bukit Selamangleng laksana
dilanda gempa dahsyat. Joko dan gadis berjubah me-
rah rasakan tubuh masing-masing laksana disentak-
kan kekuatan dari bawah hingga saat itu juga tubuh
keduanya terlontar ke udara!
Selagi tubuh kedua orang itu di atas udara, Iblis
Rangkap Jiwa ayunkan kedua tangannya lalu didorong
ke atas. Melihat gerakan orang, Joko cepat gerakkan kedua
tangannya lancarkan pukulan. Saat itu juga tampak
menyambar seberkas sinar semburat kan warna kun-
ing dengan membawa gelombang berhawa luar biasa


Joko Sableng 13 Titah Dari Liang Lahat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panas. Tanda murid Pendeta Sinting telah lepaskan
pukulan sakti 'Lembur Kuning'.
Melihat Joko lepaskan pukulan, Putri Sableng yang
meski tidak mendapat serangan kedua tangan Iblis
Rangkap Jiwa cepat pula dorong kedua tangannya ke
bawah. Hingga saat itu juga dari tangannya melesat
dua gelombang membawa angin berputar-putar dah-
syat. Mendapati dua serangan dari dua jurusan, tidak
membuat Iblis Rangkap Jiwa terkejut. Sebaliknya dia
hadapi serangan orang dengan senyum seringai. lalu
tarik tangan kirinya. Kini tangan kanan didorong ke
arah murid Pendeta Sinting sementara tangan kiri ke
arah Putri Sableng.
Terdengar dua kali dentuman keras. Sinar kuning
dari kedua tangan Pendekar 131 dan gelombang dah-
syat berputar-putar dari kedua tangan Putri Sableng
bertabur di udara ciptakan lidah api. Bersamaan den-
gan itu sosok murid Pendeta Sinting tersapu dan balik terlontar lebih tinggi ke
udara. Begitu juga sosok gadis berjubah merah.
Di bawah sana, Iblis Rangkap Jiwa terdengar ber-
seru tertahan. Sosoknya terhuyung-huyung. Namun
belum sampai jatuh terjerembab di atas tanah laki-laki ini gerakkan bahunya dua
kali berturut-turut. Kejap
lain sosoknya terhenti.
Meski bentrok nya pukulan Iblis Rangkap Jiwa
dengan pukulan Joko dan Putri Sableng sempat mem-
buat sosok laki-laki berkepala gundul ini terhuyung-
huyung, namun wajahnya hanya berubah sejenak.
Saat lain dia perdengarkan tawa bergelak seraya arah-
kan pandangannya pada sosok murid Pendeta Sinting
dan Putri Sableng yang baru saja injakkan kaki di atas tanah.
Baik paras' Joko maupun Putri Sableng tampak be-
rubah. Malah kedua tangan masing-masing orang ter-
lihat bergetar keras.
Murid Pendeta Sinting melirik pada Putri Sableng.
Lalu mata kirinya mengerdip. Joko memberi isyarat
agar keduanya bergabung untuk hadapi Iblis Rangkap
Jiwa karena Joko sadar, orang yang dihadapi saat ini
bukan lawan sembarangan. Namun isyarat mata Joko
ditangkap lain oleh si gadis. Gadis berjubah merah ini mendelik sambil buang
muka dan bergumam
"Dasar Setan Jelek! Keadaan sudah begini masih juga bermain mata!"
Murid Pendeta Sinting menarik napas panjang
tatkala melihat isyaratnya ditangkap lain oleh Putri
Sableng. "Apa boleh buat! Aku harus pergunakan ilmu yang baru saja ku
peroleh...."
Tanpa menunggu lama, murid Pendeta Sinting ke-
rahkan tenaga dalamnya pada tangan kirinya. Saat itu
juga tangan kirinya berubah warna menjadi biru, In-
ilah tanda kalau dia telah siap hendak lancarkan Ilmu pukulan 'Serai Biru'.
"Hem.... Keluarkan semua ilmu milikmu, bocah!"
ujar Iblis Rangkap Jiwa lalu melangkah dua tindak ke
depan seakan hendak menyongsong pukulan yang
akan dilepas murid Pendeta Sinting,
"Menurut Raja Tua Segala Dewa manusia ini kebal
pukulan! Apa dia tidak mempan dengan pukulan 'Serat
Biru'"!" '
Pendekar 131 cepat tarik tangan kirinya. Lalu dido-
rong ke depan. Wuuutt! Wuuutt!
Dari tangan kiri murid Pendeta Sinting melesat se-
rat-serat laksana benang berwarna biru terang.
Sepasang mata Iblis Rangkap Jiwa sesaat terbeliak.
Laki-laki ini rupanya maklum kalau pukulan yang kini
menggebrak ke arahnya tidak boleh dianggap remeh.
Laki-laki yang semula hendak menyongsong pukulan
lawan dengan unjukkan dadanya ini mundur dua tin-
dak. Lalu kedua tangannya bergerak.
Wuuutt! Wuuutt!
Terdengar deruan keras. Lalu dua gelombang luar
biasa dahsyat melesat ke arah murid Pendeta Sinting
memangkas serat-serat biru.
Melihat hal itu, Putri Sableng tak sia-siakan ke-
sempatan. Gadis berjubah merah ini cepat kerahkan
tenaga dalamnya lalu lepaskan pukulan ke arah Iblis
Rangkap Jiwa. Iblis Rangkap Jiwa berseru keras. "Jahanam! Bera-ninya kau bertindak pengecut
hendak membokongku!"
Putri Sableng tanggapi seruan orang dengan terta-
wa cekikikan. Malah dia lipat gandakan tenaga dalam-
nya lalu dorong tangannya sambil menyusuli pukulan-
nya. Iblis Rangkap Jiwa tersentak. Karena begitu akan lepaskan pukulan memangkas
serangan Putri Sableng,
gelombang yang dilepaskan ke arah Joko laksana di-
bungkus dan dililit benang hingga bukan saja dalam
waktu sekejap tertahan di udara namun juga segera
ambyar semburat kian kemari! Malah dengan aneh, se-
rat-serat yang baru saja membuyarkan pukulannya
menerabas melabrak ke arahnya!
Iblis Rangkap Jiwa terlihat bimbang. Kalau dia
memangkas pukulan Putri Sableng, jelas serat-serat
biru terang akan melabrak dirinya. Kalau dia memang-
kas serat-serat biru, pukulan yang dilancarkan Putri
Sableng pasti akan telak menghantam tubuhnya.
Meski Iblis Rangkap Jiwa merasa segala pukulan yang
mengenal dirinya tidak akan terasa, namun lambat
laun pertahanannya akan jebol apalagi pukulan yang
melabraknya bukan lagi pukulan yang bisa dianggap
sepele. Belum sampai iblis Rangkap Jiwa membuat putu-
san, serat-serat biru laksana benang telah dua langkah di depannya, sementara
gelombang pukulan Putri Sableng satu tombak di belakangnya.
Iblis Rangkap Jiwa kerahkan tenaga dalamnya lalu
cepat pukulkan kedua tangannya ke depan tepat saat
serat-serat biru di depannya.
Desss! Desss! Dessss! Desssss! Serat-serat biru
laksana benang terputus lalu bertabur ke udara. Di
depan sana sosok murid Pendeta Sinting terhuyung-
huyung lalu jatuh terduduk dengan muka pias. Iblis
Rangkap Jiwa sendiri langsung terdorong ke belakang.
Namun gerakan tubuh laki-laki ini tertahan karena
bersamaan dengan terdorongnya tubuh ke belakang,
pukulan Putri Sableng datang menggebrak dari bela-
kang. Bukkk! Desss!
Tak pelak lagi sosok Iblis Rangkap Jiwa terdorong
ke depan. Kejap lain sosoknya tersungkur jatuh te-
lungkup! Melihat Iblis Rangkap Jiwa roboh, meski masih me-
rasakan sakit pada sekujur tubuhnya, Joko cepat
bangkit lalu hendak berkelebat. Namun Putri Sableng
angkat tangan kanannya memberi isyarat agar Joko
urungkan niat. Mungkin masih merasa jengkel dengan isyaratnya
tadi yang ditangkap lain oleh Putri Sableng, Joko tidak hiraukan isyarat si
gadis. Dia teruskan langkahnya ke arah robohnya Iblis Rangkap Jiwa.
Baru saja murid Pendeta Sinting melangkah tiga
tindak, tiba-tiba Iblis Rangkap Jiwa membuat gerakan
dengan gulingkan tubuhnya. Saat bersamaan kedua
tangannya bergerak lepaskan pukulan.
Meski murid Pendeta Sinting sudah waspada na-
mun dia jadi terlengak. Karena baru saja kedua tan-
gannya bergerak, gelombang yang menyambar keluar
dari kedua tangan Iblis Rangkap Jiwa telah melabrak
ganas! "Pemuda setan geblek!" terdengar seruan dari Putri Sableng. Bersamaan dengan itu
kedua tangannya bergerak lepaskan pukulan ke arah Iblis Rangkap Jiwa.
Desss! Karena Iblis Rangkap Jiwa tidak hiraukan pukulan
si gadis, maka dengan telak pukulan Putri Sableng
menghantam tubuhnya. Meski Iblis Rangkap Jiwa
hanya berseru tertahan tanpa bayangan rasa sakit,
namun tak urung juga tubuhnya terlontar sampai satu
tombak. Hal ini membuat pukulannya yang dilancar-
kan pada Pendekar 131 melenceng meski masih sem-
pat menerabas pundak.
Pendekar 131 tersapu dan terhuyung-huyung. Pa-
kaian bagian pundaknya robek menganga dan hangus.
Belum sempat Joko membuat gerakan untuk menahan
tubuhnya, satu sosok tubuh sudah tegak di belakang-
nya hingga huyungan tubuhnya terhenti.
Menduga bahwa yang menahan gerakan tubuhnya
Putri Sableng apalagi tatkala dilihatnya gadis berjubah merah Itu tidak ada lagi
di tempatnya semula, tanpa
berpaling lagi murid Pendeta Sinting berkata.
"Terima kasih kau selamatkan aku! Kita sekarang bersahabat! Kalau suatu saat aku
mengintipmu mandi,
kuharap kau tidak marah-marah lagi!"
Tidak terdengar sahutan. Namun karena sosok di
belakangnya masih tegak meski tidak terlalu rapat,
Joko kembali berujar.
"Kita mendapat keterangan sama dari Cucu Dewa.
Kulihat kau tadi telah coba lakukan, namun nyatanya
tidak berpengaruh! Malah mata manusia iblis itu ma-
kin mendelik melihat pantatmu yang putih padat dan
besar! Jangan-jangan Cucu Dewa membohongi kita...,
Dia bersekongkol dengan manusia Iblis itu agar mem-
perlihatkan pantat bagusmu padanya!"
Belum terdengar sahutan. Malah bersamaan den-
gan itu terdengar suara orang tertawa cekikikan tertahan dari arah sebelahnya,
membuat Joko terkesiap.
Joko maklum kalau di tempat itu sekarang bukan
hanya ada Putri Sableng namun ada orang lain lagi!
Murid Pendeta Sinting cepat putar diri. Sepasang
matanya kontan melotot besar dengan mulut mengan-
ga tanpa keluarkan suara!
* * * ENAM SEJARAK lima langkah dari tempatnya berdiri, ter-
lihat Putri Sableng tegak dengan tertawa tertahan. Kepala gadis berjubah merah
ini mendongak dengan ba-
hu berguncang-guncang. Sementara tepat di depannya
terlihat tegak seorang laki-laki bertubuh pendek be-
rambut panjang lebat hitam yang dikelabang dua.
Orang ini tersenyum tanpa berkata apa-apa.
"Cucu Dewa!" seru Joko dengan suara seakan tercekat di tenggorokan.
Laki-laki bertubuh pendek dengan rambut dikela-
bang dua dan bukan lain adalah Cucu Dewa angguk-
kan kepala lalu berujar.
"Kau masih ingin mengintipku mandi?"
Paras wajah Joko berubah merah padam. Dia ber-
paling pada Putri Sableng namun sebelum dia sempat
buka mulut, si gadis telah mendahului.
"Mengapa tidak kau jawab pertanyaan orang"!"
Belum ada suara jawaban yang terdengar, menda-
dak dari arah depan terdengar deruan luar biasa dah-
syat. Lalu terlihat gelombang kabut berwarna hitam
pekat menyungkup tempat itu!
"Pejamkan mata. Cepat menyingkir!" terdengar Cu-cu Dewa berteriak.
Bersamaan itu Cucu Dewa gerakkan kedua tan-
gannya mendorong tubuh murid Pendeta Sinting hing-
ga terdorong sampai dua tombak. Kejap lain laki-laki
ini berkelebat ke samping. Putri Sableng tidak tinggal diam. Tanpa berpikir
panjang lagi dia cepat melompat.
Kabut hitam yang datang bergelombang menyapu
tanah di mana Joko, Cucu Dewa, dan Putri Sableng
tadi berada. Lalu di depan sana tampak dua batang
pohon berderak tumbang!
Iblis Rangkap Jiwa yang baru saja kirimkan puku-
lan tampak mendengus keras melihat pukulannya ti-
dak mengenal sasaran. Orang ini cepat putar sepasang
matanya. Di depan sana terlihat Cucu Dewa berbisik
pada Joko. Kejap lain keduanya berkelebat ke arah te-
gaknya Putri Sableng.
Baru saja ketiganya berkumpul dan belum sempat
ada yang buka mulut, dari arah depan kembali meng-
hampar gelombang kabut hitam pekat.
"Menyingkir berpencar! Tapi lekas bersatu lagi!" bisik Cucu Dewa lalu mendahului
berkelebat. Joko sege-
ra menyusul dengan berkelebat mengambil arah ke
samping kanan. Saat bersamaan Putri Sableng melom-
pat ke arah berlawanan dengan murid Pendeta Sinting.
Untuk kedua kalinya puncak Bukit Selamangleng
dilanggar gelombang luar biasa dahsyat. Pohon-pohon
yang ada di puncak bukit itu rata tersapu tumbang.
Tanahnya muncrat ke udara.
Melihat hal itu, Joko angkat kedua tangannya. Dia
berpikir kalau hal itu tidak dihentikan, bukan tak
mungkin akan membahayakan. Namun baru saja ke-
dua tangannya berubah warna, Cucu Dewa telah ber-
teriak. "Tahan seranganmu! Percuma kau buang-buang
tenaga! Bagaimanapun kehebatan ilmu yang kau mili-
ki, tetap saja tidak akan bisa melukainya!"
Joko berpaling. Karena saat itu dilihatnya Cucu
Dewa melambai, murid Pendeta Sinting cepat berkele-
bat mendekat Pada saat bersamaan Putri Sableng juga
berkelebat. "Cepat lakukan apa yang pernah kukatakan pada
kalian berdua!" kata Cucu Dewa.
Murid Pendeta Sinting pandangi Cucu Dewa den-
gan kening mengernyit. Di sebelahnya Putri Sableng
mendelik lalu bergumam. "Aku tak mau lakukan itu!"
Terserah kalau kalian tak mau lakukan apa yang
kukatakan! Tapi jangan harap kalian bisa lolos dari
tempat ini dengan selamat!"
"Biar dia saja yang melakukan!" kata Putri Sableng.
Cucu Dewa gelengkan kepala. "Tidak bias! Kalian berdua harus melakukannya sama-
sama. Jika hanya ,


Joko Sableng 13 Titah Dari Liang Lahat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salah satu, tidak ada artinya!"
Mendengar ucapan Cucu Dewa, Putri Sableng ter-
lengak. "Sialan! Mengapa dia tidak mengatakan hal itu waktu aku meminta
keterangan beberapa waktu lalu"
Kalau tahu begitu, tidak sudi aku datang ke tempat
ini!" Kalau Putri Sableng membatin begitu, Joko diam-diam juga berkata dalam
hati. "Hem... makanya walau gadis itu telah lakukan apa yang dikatakan Cucu Dewa
tapi tidak ada pengaruhnya! Tidak sangka kalau hal
itu harus dilakukan bersama-sama...."
"Bagaimana kalau yang lakukan pemuda sedeng
itu dengan kau"!" tanya Putri Sableng pada Cucu De-wa. Kembali Cucu Dewa
gelengkan kepalanya. "Selain aku tidak ikut punya kepentingan dengan urusan
kalian, percuma kalau aku yang melakukannya! Karena
hal itu harus dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan!"
"Aturan gendeng!" ujar Putri Sableng.
"Terserah kau katakan apa! Yang jelas kalau kalian ingin selamat hanya itu satu-
satunya jalan!"
"Apa boleh buat! Kita harus melakukannya!" kata murid Pendeta Sinting.
"Enak saja bicara! Kau bicara begitu karena kau
ingin lihat pantatku!" sahut Putri Sableng.
"Aku sudah lihat bukan hanya pantatmu! Tapi...."
"Sudah! Tidak ada gunanya saling tunjuk! Kalian
harus cepat bertindak. Kalau tidak, bersiaplah mene-
rima kematian!" tukas Cucu Dewa.
'Apa tidak ada cara lain" Atau kita gabungkan pu-
kulan"!" Joko masih memberi usul.
"Sudah kukatakan, tak ada satu pun kekuatan
yang dapat melukainya! Kalaupun ada itu mungkin
hanya terdapat pada kitab yang kalian cari! Dan apa
yang hendak kalian lakukan hanya membuat dirinya
tak bisa kerahkan tenaga dalamnya selama setengah
hari! Cepat lakukan! Lihat dia sudah gerakkan kedua
tangannya!"
Murid Pendeta Sinting cepat berpaling. Di depan
sana Iblis Rangkap Jiwa sudah angkat kedua tangan-
nya Malah kini kaki kanannya ikut diangkat.
Murid Pendeta Sinting balikkan tubuh memung-
gungi Iblis Rangkap Jiwa. Kedua tangannya memegan-
gi pinggang kiri kanan.
"Kuminta kau lakukan apa yang dikatakan orang
tua ini!" kata Joko seraya memandang pada Putri Sableng.
Putri Sableng tak menyahut. Wajah gadis ini tam-
pak merah padam. Dia memandang silih berganti pada
Joko dan Cucu Dewa.
Seakan tahu apa yang terpikir dalam hati orang,
Cucu Dewa berkata. "Jangan khawatir kalau aku akan melihat! Aku akan pejamkan
mata dan berbalik!"
Bersamaan dengan itu Cucu Dewa pejamkan sepa-
sang matanya lalu putar diri berbalik.
Di depan sana Iblis Rangkap Jiwa telah hentakkan
kaki kanannya hingga terdengar suara berdebam ke-
ras. "Kau juga harus pejamkan mata!" kata Putri Sab-
leng seraya mendelik pada murid Pendeta Sinting.
Tanpa buka mulut lagi, Pendekar 131 pejamkan
sepasang matanya. Bersamaan dengan Itu, Putri Sab-
leng angkat jubah merahnya bagian bawah. Di sebe-
lahnya, Joko sudah tarik celananya sedikit ke bawah.
Iblis Rangkap Jiwa pentangkan sepasang matanya
besar-besar. Di hadapannya terlihat dua pantat milik
murid Pendeta Sinting dan Putri Sableng! Namun hal
itu tidak membuat iblis Rangkap Jiwa urungkan niat
untuk lakukan serangan. Malah kini seraya-tertawa
bergelak dia gerakkan kedua tangannya lepaskan pu-
kulan. Namun mendadak iblis Rangkap Jiwa tercekat. Da-
ri kedua tangannya tidak terdengar gelombang yang
menyambar. Malah kejap lain laki-laki ini rasakan se-
kujur tubuhnya lunglai! Seluruh kekuatannya laksana
disedot kekuatan yang tidak tampak!
"Jahanam! Apa yang terjadi dengan diriku" Kekua-
tanku musnah!" seru Iblis Rangkap Jiwa. Bersamaan dengan itu sosoknya goyang.
Kedua kakinya menekuk
sebelum akhirnya roboh ke tanah.
"Bagaimana" Apa sudah selesai"!" tanya Putri Sableng.
"Mana aku tahu" Kau menyuruhku pejamkan ma-
ta!" sahut Joko lalu buka sedikit matanya. Namun dia buru-buru pejamkan matanya
lagi saat dilihatnya Putri Sableng mendelik ke arahnya!
Tugas kalian selesai!" tiba-tiba terdengar suara Cu-cu Dewa.
Putri Sableng cepat lepaskan bagian bawah jubah
merahnya yang diangkat. Saat bersamaan murid Pen-
deta Sinting tarik ke atas celananya. Serentak kedua-
nya balikkan tubuh.
"Hampir tak kupercaya kalau tidak melihat sendi-
ri!" gumam Joko dengan mata memandang ke arah Iblis Rangkap Jiwa yang
menggelosor di atas tanah.
Meski laki-laki ini terlihat coba kerahkan tenaga da-
lamnya, namun sia-sia!
"Cucu Dewa! Terima kasih...!" ujar Joko.
Cucu Dewa hanya memandang tanpa buka mulut.
Laki-laki bertubuh cebol ini melangkah lalu berkata.
"Selanjutnya urusan kalian! Tapi ingat. Jangan kalian bertindak di luar batas
karena orang itu dalam
keadaan tidak berdaya! Seluruh kekuatannya musnah!
Kalau kalian bertindak di luar batas, aku tidak ikut
tanggung jawab! Dan ingat. Kekuatannya akan pulih
kembali dalam waktu kira-kira setengah hari...."
Habis berkata begitu, Cucu Dewa lanjutkan me-
langkah. "Selamat malam...."
Baik murid Pendeta Sinting maupun Putri Sableng
hendak menahan kepergian Cucu Dewa, namun ter-
lambat. Cucu Dewa telah gerakkan tubuh. Kejap lain,
sosoknya berkelebat menuruni bukit.
Pendekar 131 berpaling pada Putri Sableng. Na-
mun murid Pendeta Sinting tersentak. Belum sampai
dia buka mulut, si gadis telah berkelebat dan tahu-
tahu sosoknya telah tegak di samping Iblis Rangkap
Jiwa yang roboh di atas tanah.
"Apa gadis sableng itu menginginkan kitab itu" Celaka kalau tindakannya tidak
dicegah!" Joko serentak berkelebat.
"Ini urusanku! Harap kau tidak ikut campur!" kata Joko begitu tegak di samping
Putri Sableng. Putri Sableng menoleh. Sepasang matanya mende-
lik. "Enak saja buka mulut! Tanpa aku, apa kau kira bisa lakukan ini, hah" Aku
juga punya kepentingan!
Aku telah ikut merasa andil!"
"Keparat! Jahanam! Apa yang kalian lakukan pa-
daku"! Kalian akan menyesal seumur-umur berani
membuat urusan dengan Iblis Rangkap Jiwa!" teriak Iblis Rangkap Jiwa dengan
suara bergetar pertanda
menindih hawa amarah.
Baik Joko maupun Putri Sableng tidak hiraukan
teriakan Iblis Rangkap Jiwa. Sebaliknya kedua orang
ini untuk beberapa saat saling adu pandang tanpa ada
yang buka mulut.
"Gadis sableng! Kuperingatkan padamu! Jangan
berani melangkahi urusan ini!" kata Joko sambil maju satu tindak.
Putri Sableng tertawa pelan. Lalu sambil berkacak
pinggang dia berkata.
"Kalau aku berani, kau mau apa"!"
Mendapat tantangan begitu rupa, murid Pendeta
Sinting tampak terlengak. Rahangnya sedikit mengem-
bang. Namun dia coba menahan lalu berkata. Sua-
ranya terdengar parau keras.
"Kau akan menyesal dan kecewa!"
Mendengar ucapan Joko, gadis berjubah merah
bukannya takut. Gadis ini malah perkeras tawanya.
"Semua telah kuperhitungkan! Jadi harap kau buang jauh-jauh dugaanmu itu, Pemuda
Setan!" Habis berkata begitu, tenang-tenang saja Putri
Sableng maju satu tindak. Sesaat ditatapnya sosok Ib-
lis Rangkap Jiwa. Lalu berkata.
"Hidup matimu ada di tanganku! Kalau kau men-
jawab Jujur pertanyaanku, selembar nyawamu utuh!
Kalau tidak...," Putri Sableng tidak lanjutkan ucapannya. Sebaliknya gadis Ini
tertawa cekikikan sambil bolak-balikkan telapak tangannya.
"Jahanam! Jangan harap kau mendapat keteran-
gan apa-apa dariku!"
"Hem.... Begitu" Aku ingin lihat sampai di mana
kebenaran ucapanmu!"
"Tahan!" teriak murid Pendeta Sinting saat melihat Putri Sableng angkat tangan
kanannya seolah hendak
lakukan pukulan.
Putri Sableng melirik. "Kau mau apa"!"
"Jangan bertindak di luar batas! Aku membutuh-
kan orang itu! Aku tidak main-main!'
"Sialan! Apa kau kira aku tidak membutuhkan-
nya"! Dan apa kau kira aku ini main-main" Hah..."!"
"Kau benar-benar tidak bisa diberi hati!"
"Hik.... Hik.... Hik...! Jangan bicara ngaco! Siapa minta hati"!"
"Kalau saja bukan seorang gadis, sudah sejak tadi ku bungkam mulutnya...!" kata
Joko dalam hati. Lalu berkata.
"Kau tahu perihal kitab itu dari mulutku, jadi harap kau...."
Ucapan murid Pendeta Sinting belum selesai, Putri
Sableng telah menukas. "Jangan merasa pandai, pemuda Geblek! Sebelum kau
mengatakan perihal kitab
itu padaku, jauh sebelumnya aku sudah tahu!"
"Siapa percaya pada ucapanmu! Kau pintar mem-
balik masalah!"
"Aku tak butuh kepercayaanmu! Yang jelas aku te-
lah sampai di sini dan jumpa dengan manusia iblis ini!
Apa itu belum cukup sebagai bukti kalau aku juga ta-
hu urusan kitab itu"!"
"Tapi itu karena kau mendengar dariku!" sahut Jo-ko dengan suara makin keras.
"Aku tak peduli dari mana aku tahu! Sekarang aku tanya padamu. Apa maumu"!" kata
Putri Sableng seraya mendongakkan sedikit kepalanya.
"Aku membutuhkan keterangan dari orang itu!"
"Apa kau kira jauh-jauh aku datang kemari tidak
membutuhkan keterangannya"! Kau kira aku pergi ke
sini hanya untuk memperlihatkan pantat"!"
"Hem.... Kalau ku ladeni, urusan ini tidak akan segera selesai! Lebih baik aku
menunggu saja! Begitu
manusia Iblis itu memberi keterangan, aku akan men-
dahuluinya!" ujar Joko dalam hati. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi murid Pendeta
Sinting mundur dua langkah.
"Bagus! Berarti kau tahu siapa yang kau hadapi!
Hik.... Hik...Hik...!"
Mendengar ucapan Putri Sableng sebenarnya mu-
rid Pendeta Sinting sudah tidak bisa menahan sabar.
Tapi setelah memikir panjang akhirnya dia hanya me-
mandang dengan mulut terkancing.
Melihat sikap Joko, Putri Sableng arahkan pan-
dangannya pada Iblis Rangkap Jiwa. Lalu berkata
membentak. "Keselamatan jiwamu hanya tergantung pada satu
pertanyaanku!"
Iblis Rangkap Jiwa merasa tengkuknya dingin.
Namun laki-laki ini coba sembunyikan rasa takutnya
dengan menyeringai lalu berkata.
"Kau tetap tidak akan mendapat jawaban apa-apa
dariku!" "Hik....Hik....Hik...! Berarti kau telah menginginkan tanah kuburan!"
"Itu lebih baik bagiku daripada menjawab perta-
nyaanmu!" Bersamaan selesainya ucapan Iblis Rangkap Jiwa,
Putri Sableng angkat kedua tangannya. Saat lain dia
gerakkan lurus menukik.
Bummm! Puncak bukit bergetar. Tanah sejarak satu jengkal
di samping Iblis Rangkap Jiwa bertabur ke udara
membentuk lobang menganga! Putri Sableng memang
arahkan pukulannya pada tanah di samping si laki-
laki berkepala gundul ini.
"Jangan kau kira aku takut dengan gertakanmu!
Aku yakin, kau tidak akan membunuhku! Ha.... Ha....
Ha...l" Putri Sableng terkesiap mendengar ucapan Iblis
Rangkap Jiwa. Tanpa berkata lagi gadis berjubah me-
rah ini angkat kaki kirinya lalu ditekankan pada kaki kanan Iblis Rangkap Jiwa.
"Kau salah ucap! Aku tak segan-segan mencabut
nyawamu!" "Itu tak akan kau lakukan!" jawab Iblis Rangkap Jiwa.
Putri Sableng perkeras tekanan kakinya. "Katakan.
Di mana beradanya kitab itu!"
Iblis Rangkap Jiwa meringis sambil gelengkan ke-
pala. "Kau tak akan mendengar jawaban dariku!"
Plaaakk! Plaaakk!
Dua tangan kiri kanan Putri Sableng bergerak. Ke-
pala Iblis Rangkap Jiwa terlihat tersentak ke kiri lalu ke kanan dengan keras.
"Katakan! Di mana kitab itu!" sentak Putri Sableng sambil angkat kedua tangannya
kembali. Di hadapannya, Iblis Rangkap Jiwa kembali ge-
lengkan kepala. "Seribu kali kau ulangi pertanyaanmu, kau tetap tidak akan
mendapat jawaban!"
"Berarti kau benar-benar ingin mampus!"
"Kau tidak akan lakukan itu!" ujar Iblis Rangkap Jiwa sambil tertawa pendek.
"Hem.... Kau salah duga! Dengar baik-baik! Seka-
rang aku tidak lagi membutuhkan kitab itu! Aku ingin
selembar nyawamu!"
"Kau mudah melakukannya! Lekas lakukan keingi-
nanmu!" kata Iblis Rangkap Jiwa tanpa tunjukkan ra-sa ngeri. Laki-laki ini
merasa yakin jika kedua orang di hadapannya tidak akan lakukan ancamannya
sebelum mendapatkan jawaban tentang di mana beradanya Ki-
tab Hitam. Sepasang mata Putri Sableng tampak berkilat-kilat.
Mulutnya terkancing rapat. Mungkin karena tak sabar
dengan sikap Iblis Rangkap Jiwa, gadis ini angkat ke-
dua tangannya tinggi-tinggi. Tubuhnya terlihat berge-
tar keras. Tanda dia telah kerahkan segenap tenaga
dalamnya.

Joko Sableng 13 Titah Dari Liang Lahat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dl bawahnya meski merasa ngeri, Iblis Rangkap
Jiwa pandangi kedua tangan si gadis. Mendadak sepa-
sang mata laki-laki ini memejam. Tanpa sadar, terden-
gar seruan dari mulutnya ketika tiba-tiba Putri Sab-
leng gerakkan kedua tangannya.
Murid Pendeta Sinting yang sedari tadi hanya meli-
hat, buka mulut. Namun belum sampai terdengar sua-
ranya, Putri Sableng tiba-tiba tarik pulang kedua tangannya saat kedua tangan
itu sejengkal hendak meng-
hantam kepala Iblis Rangkap Jiwa. Kejap lain gadis
berjubah merah ini berkelebat ke belakang dan tegak
di samping murid Pendeta Sinting.
"Sekarang giliranmu membuat mulutnya terbuka!"
kata Putri Sableng tanpa memandang pada Joko.
Murid Pendeta Sinting angkat bahunya lalu me-
langkah mendekati Iblis Rangkap Jiwa. "Hem.... Menghadapi laki-laki begini, aku
tahu bagaimana" kata Joko dalam hati.
Begitu dekat dengan Iblis Rangkap Jiwa, tanpa
berkata sepatah kata pun, Joko langsung gerakkan
tangan kiri kanannya ke bagian bawah pakaian Iblis
Rangkap Jiwa hingga pakaian compang-camping laki-
laki berkepala gundul itu robek menganga di bawah
pusar. Iblis Rangkap Jiwa tersentak dan buru-buru ge-
rakkan kedua tangannya untuk menutupi aurat ba-
wahnya yang tidak tertutup lagi. Di seberang sana Pu-
tri Sableng terdengar berseru lalu cepat-cepat pejam-
kan sepasang matanya dan berbalik. Namun kejap
kemudian terdengar cekikikan tawanya!
"Apa yang hendak dilakukan, Setan Jelek itu" Ingin menunjukkan padaku punya
manusia iblis itu" Hik....
Hik.... Hik...!" ujar Putri Sableng dalam hati lalu tanpa balikkan tubuh dia
berseru. "Apa kau ingin beradu besar" Atau hanya ingin
mencocokkan"!"
"Dasar sableng!" gumam Joko tanpa menjawab seruan Putri Sableng.
"Jahanam! Apa maumu"!" sentak Iblis Rangkap Ji-wa. Murid Pendeta Sinting tertawa
dahulu sebelum menjawab, "Aku sekarang tidak menginginkan kitab itu! Me-
nurut cerita yang kudengar, aurat bawahmu lebih
memiliki daya kesaktian dibanding kitab itu! Jadi aku sekarang menginginkan
milikmu!" Murid Pendeta Sinting pandangi sejurus Iblis
Rangkap Jiwa yang tercekat dan mengkerut seraya pe-
gangi aurat bawahnya.
Di belakang sana, kembali Putri Sableng berseru,
tetap membelakangi Joko dan Iblis Rangkap Jiwa.
"Hai...! Dari mana kau tahu barangnya memiliki
kesaktian lebih daripada kitab"!"
"Kau tak usah banyak tanya! Kalau kau suka, kau
nanti akan kuberi separo! Terserah mau kau buat
apa!" jawab murid Pendeta Sinting seenaknya.
Habis berkata begitu, Joko bergerak jongkok. Ke-
dua tangannya diangkat. Iblis Rangkap Jiwa makin
meringkuk. Mendadak laki-laki ini berseru tertahan
tatkala tiba-tiba kedua tangan Joko sudah bergerak ke bahunya. Saat itu juga
Iblis Rangkap Jiwa tersentak.
Karena dia sudah tidak dapat lagi gerakkan anggota
tubuhnya! Murid Pendeta Sinting tidak pedulikan perubahan
wajah orang yang makin membayangkan ketakutan.
Sebaliknya dia teruskan gerakkan kedua tangannya ke
arah bagian bawah perut Iblis Rangkap Jiwa.
Sejengkal lagi kedua tangan murid Pendeta Sinting
menyentuh kedua tangan Iblis Rangkap Jiwa yang di-
gunakan menutup bagian bawah auratnya, laki-laki
berkepala gundul ini berteriak.
"Jahanam! Hentikan! Akan kukatakan di mana ki-
tab Itu!!"
"Hem.... Manusia Iblis harus dimuslihati iblis!" kata Joko dalam hati lalu tarik
pulang kedua tangannya.
"Katakan! Di mana kitab itu berada!"
"Turunlah ke bawah. Di sebelah utara bukit ini ada sebuah jurang. Di dalam
jurang itulah beradanya kitab itu!" "Ucapanmu bisa dipercaya"!"
Iblis Rangkap Jiwa tidak menjawab. Dia hanya
memandang dengan mata berkilat-kilat. Melihat sikap
orang, murid Pendeta Sinting dapat menebak kalau
ucapan Iblis Rangkap Jiwa tidak berdusta. Namun dia
tidak berani bertindak sembrono.
Sambil ulurkan kedua tangannya kembali ke de-
pan, murid Pendeta Sinting ajukan tanya lagi.
"Di mana kitab itu"!"
"Kau tidak tuli! Aku telah jawab pertanyaanmu!"
Joko tidak tarik pulang kedua tangannya. Kedua
tangannya terus bergerak. Kejap lain kedua tangan Ib-
lis Rangkap Jiwa terlihat bergerak ke samping mengi-
kuti gerakan kedua tangan murid Pendeta Sinting,
membuat aurat bawah laki-laki ini terbuka.
Iblis Rangkap Jiwa berteriak menyumpah-
nyumpah. Sementara Joko tertawa pelan lalu berkata.
"Ulangi lagi jawabanmu!"
Dengan suara keras bergetar Iblis Rangkap Jiwa
ulangi lagi jawabannya. Bersamaan dengan itu, murid
Pendeta Sinting gerakkan kedua tangannya ke atas ta-
nah. Sosoknya bangkit. Kejap lain sosoknya berkelebat menuruni bukit
Karena sengaja berkelebat mengambil arah di sebe-
lah belakang Putri Sableng, gadis berjubah merah ini
tidak tahu. Gadis ini baru buka mulut setelah agak
lama dia tidak lagi mendengar suara Joko atau Iblis
Rangkap Jiwa. "Hal...! Jangan percaya dahulu dengan jawaban-
nya! Siapa tahu hendak menjerumuskan! Kalau me-
mang barangnya lebih sakti, apakah tidak lebih baik
kita urungkan mencari kitab itu"! Hik.... Hik.... Hik...!
Meski mungkin aku merasa geli, tapi lama kelamaan
juga terbiasa...."
Tidak ada suara yang menyahut, membuat hati Pu-
tri Sableng tidak enak. Namun dia tidak segera berani berpaling. Malah dia
kembali bertanya.
"Hai...! Apa kau masih di situ" Apakah barangnya sudah kau ambil"!"
Karena tidak ada jawaban, perlahan-lahan Putri
Sableng angkat kedua tangannya menutupi wajahnya.
Lalu seraya tertawa cekikikan dia putar tubuh.
Dari balik kedua telapak tangannya, sepasang ma-
ta Putri Sableng perlahan-lahan membuka. Tawa ceki-
kikannya mendadak terputus. Seakan tak sadar dia
segera tarik kedua tangannya dari wajahnya.
"Sialan! Pemuda Setan itu telah mendahuluiku!"
seru Putri Sableng. Lalu gadis Ini cepat balikkan tubuh tidak tahan melihat
aurat bawah Iblis Rangkap Jiwa
yang terbuka. Di sebelah depan, Iblis Rangkap Jiwa memaki-maki
tidak karuan. Namun begitu melihat Putri Sableng
hendak berkelebat turun bukit, laki-laki itu berteriak.
"Harap kau suka membebaskan aku dari totokan
jahanam ini!"
Putri Sableng hentikan langkah. Tanpa balikkan
tubuh dia berujar.
"Sebenarnya aku mau saja membebaskanmu. Tapi
kau tutup dahulu barangmu! Aku silau karenanya!
Hik.... Hik.... Hik...!"
"Bagaimana aku akan menutup, kalau bergerak sa-
ja tidak bisa"! Kau bisa lakukan dengan pejamkan ma-
ta...." "Ah.... Aku takut. Kalau aku pejamkan mata, jan-
gan-jangan tanganku salah pegang! Kau yang enak,
tapi aku.... Hik.... Hik.... Hik...!"
"Aku mohon.... Jika kau bebaskan aku, kau akan
mendapat imbalan pantas!"
"Sayang aku tidak tertarik dengan imbalanmu! Ha-
rap kau suka bersabar menunggu Dewi Penolong....
Siapa tahu malam purnama ini ada bidadari kayangan
yang tertarik karena melihatmu tidak mengenakan ce-
lana" Hik;... Hik.... Hik...!" seraya terus tertawa cekikikan, Putri Sableng
berkelebat menuruni bukit.
"Jahanam! Kalian akan menyesal tidak membu-
nuhku saat ini!" teriak Iblis Rangkap Jiwa. Laki-laki ini lalu pejamkan sepasang
matanya dan mengatur pernapasan.
*** TUJUH KITA tinggalkan Pendekar 131 dan Putri Sableng
yang sedang menuju jurang menuruti keterangan Iblis
Rangkap Jiwa. Kita kembali mengikuti perjalanan Ma-
laikat Penggali Kubur setelah mendapatkan Kitab Hi-
tam dari tubuh seorang tokoh hitam yang pernah hi-
dup semasa Raja-raja Singasari yakni Ageng Barada
alias Datuk Kematian.
Saat itu matahari baru saja naik dari kaki langit.
Satu sosok tubuh terlihat melangkah pelan menuju
arah pantai di sebelah timur. Orang ini sesekali hentikan langkah lalu kepalanya
yang mengenakan caping
lebar bergerak memutar. Karena caping yang dikena-
kan lebar dan dimasukkan dalam-dalam pada kepa-
lanya, tidak jelas benar ke arah mana sepasang ma-
tanya memandang. Orang ini adalah seorang laki-laki
mengenakan pakaian hitam-hitam. Paras wajahnya ke-
lihatan samar-samar, karena separonya hampir tertu-
tup dengan caping lebarnya. Melihat cara jalannya
yang sedikit terbungkuk-bungkuk dan sesekali berhen-
ti, orang mungkin akan menduga jika laki-laki ini telah berusia lanjut. Apalagi
di tangan kanannya terlihat sebuah tongkat kayu yang digunakan topangan tubuh-
nya saat melangkah.
Ketika matahari makin tinggi dan langkah kakinya
memasuki kawasan pantai, laki-laki bercaping lebar ini kembali hentikan langkah.
Kepalanya lurus menghadap ke timur. Lalu berpaling agak ke kanan. Untuk
beberapa saat lamanya kepala laki-laki ini tidak bergerak. Hanya sesaat kemudian
terdengar gumaman nya
yang tidak jelas.
Laki-laki bercaping ketukkan tongkatnya di atas
tanah bercampur pasir. Lalu teruskan langkah. Dia
baru hentikan langkah saat jaraknya kira-kira sepuluh tombak dari sebuah
bangunan kuil yang menghadap
hamparan laut. Untuk beberapa lama laki-laki bercaping tegak
dengan kepala lurus menghadap kuil. Kejap lain kepa-
lanya berputar. Setelah bergumam pelan dia lanjutkan
langkah. Lalu berhenti sepuluh langkah di hadapan
kuil. Namun kali ini kepalanya tidak menghadap kuil,
sebaliknya lurus ke arah hamparan laut. Malah tak
lama kemudian dia bergerak duduk. Tongkat di tangan
kanannya ditekankan masuk di atas tanah, Meski ge-
rakan menekan tangan orang terlihat pelan, anehnya
tongkat kayu itu kontan amblas masuk hampir seten-
gahnya ke dalam tanah!
"Suasana panas menyengat. Kalau sudi silakan
masuk ke tempatku...," satu suara tiba-tiba terdengar.
Laki-laki bercaping sedikit terkejut. Namun kejap
lain terdengar dia tertawa mengekeh dan menjawab.
"Terima kasih.... Orang tua sepertiku ini memerlukan sinar matahari...," seraya
berkata, laki-laki bercaping putar kepalanya sedikit ke arah datangnya suara
yang mendadak terdengar. Namun sejauh itu laki-laki
ini tidak angkat kepalanya, hingga orang yang baru sa-ja mempersilakan masuk dan
kini tegak di belakang
laki-laki bercaping tampak kerutkan dahi.
Laki-laki bercaping menduga hanya akan melihat
bagian bawah tubuh orang setidaknya hanya sampai
pinggang karena terhalang oleh caping lebarnya yang
dimasukkan terlalu dalam pada kepalanya.
Namun untuk kedua kalinya laki-laki bercaping
sedikit terkejut. Meski terhalang oleh caping lebarnya, laki-laki ini dapat
melihat sekujur tubuh orang dari
kaki sampai rambut! Karena orang di hadapannya kini
bertubuh cebol!
Namun seperti halnya pertama kali mendapat tegu-
ran orang, meski merasa terkejut, tapi laki-laki bercaping lebar coba mengatasi
dengan tertawa pelan. Di lain kejap kepalanya berputar lagi dan kini menghadap
hamparan laut. "Orang tua!" kata orang di belakang laki-laki bercaping yang tidak lain adalah
Cucu Dewa. "Kalau boleh bertanya, apakah kau sengaja mencari sinar matahari
atau ada punya maksud lain?"
Laki-laki bercaping lebar terdengar batuk-batuk
beberapa kali sebelum akhirnya berkata.
"Kalau juga boleh bertanya, kenapa kau tanya begi-tu?" "Selama ini, orang yang
berada di sekitar kuil bukannya datang tanpa punya maksud...."
Laki-laki bercaping lebar untuk kedua kalinya pu-
tar kepala menghadap Cucu Dewa. Untuk beberapa
saat sepasang matanya yang terlindung memperhati-
kan sosok cebol di hadapannya. Saat lain kepala orang ini bergerak menggeleng.
Bersamaan dengan itu terdengar gumaman nya.
"Aku tak tahu bagaimana harus menjawab perta-
nyaanmu.!"
"Maksudmu..."!" tanya Cucu Dewa. "Aku datang ke tempat ini memang punya tujuan.
Tapi aku sekarang
jadi ragu. Kalau orang tua sepertiku tidak tahu, ba-
gaimana mungkin orang seusiamu tahu apa yang hen-
dak kutanyakan...."
Cucu Dewa tampak sunggingkan senyum meski
Hati Budha Tangan Berbisa 5 Si Racun Dari Barat See Tok Ouw Yang Hong Tay Toan Karya Jin Yong Pendekar Latah 1
^