Pencarian

Memburu Manusia Setan 1

Pendekar Bloon 5 Memburu Manusia Setan Bagian 1


PENDEKAR BLO'ON
Karya : D. Affandy
EPISODE I PEMIKAT IBLIS EPISODE II IBLIS BETINA DARI NERAKA
EPISODE III MEMBURU MANUSIA SETAN
Cerita ini adalah fiktif
Persamaan nama, tempat dan ide hanya kebetulan belaka.
MEMBURU MANUSIA SETAN
Oleh : D. AFFANDY
Diterbitkan oleh : Mutiara, Jakarta Cetakan Pertama : 1994
Sampul : Ken Bangun
Setting Oleh : M. Yohandi
Hak penerbitan ada pada penerbit Mutiara Dilarang mengutip, mereproduksi
dalam bentuk apapun tanpa ijin
tertulis dari penerbit.
1 Di dalam ruangan bawah tanah itu pemuda bertampang tolol berambut hitam kemerah-
merahan sedang bingung. Ia sudah mencoba segala cara untuk keluar dari perangkap
yang dibuat oleh Mustika Jajar alias Betina Dari Neraka. Untuk lebih jelasnya
(dalam episode Betina Dari Neraka). Namun semua cara yang telah ditempuhnya
tidak menghasilkan sesuatu yang berarti.
Pemuda berpakaian biru muda dengan ikat kepala warna biru belang-belang kuning
itu akhirnya hanya duduk ter-menung. Tidak jauh dari pemuda tampan itu duduk
seorang laki-laki berambut putih berjenggot dan berkumis putih. Tubuhnya pendek
tidak sampai setengah meter.
Dialah Wiro Suryo alias Tenggiling Kedil.
"Kau harus ikut mencari
jalan bagaimana caranya agar kita bisa keluar dari kubangan lintah ini, Tenggiling
Kedil!?" dengus pemuda berbaju biru muda yang tidak lain adalah Suro Blondo atau
lebih dikenal dengan julukan Pendekar Blo'on sambil garuk-garuk kepala.
"Aku... ha ha ha...! Apakah tidak keliru. Percuma kau dijuluki si anak ajaib.
Ingatkah kau ketika menjelang kelahiranmu banyak tokoh-tokoh sakti di rimba
persilatan datang berduyun-duyun ke
Gunung Bromo untuk mendapatkanmu. Lalu mana keajaiban itu?" sindir Wiro Suryo
sinis. "Kau memang seorang kawan tidak punya guna, kawan yang membosankan yang telah
membawaku terjerumus ke dalam perangkap gila ini!" maki Pendekar Blo'on berang.
"Hei... tidak perlu menyesali nasib. Semua yang terjadi sudah ada dalam surat
hidupmu, juga hidupku."
"Suratan nasibmu dan nasibku mana bisa disamakan. Aku tetap aku, sedangkan kau
sampai tua tetap seperti bayi, bayi bangkotan berkumis dan berjenggot putih.
Huh betapa memalukan!"
"Tidak perlu menghina. Lihatlah, lintah-lintah celaka ini terus menghisap darah
kita. Kalau terus bertengkar, kapan kita dapat menemukan jalan keluar dari
sini"!" kata Wiro Suryo.
Pendekar Blo'on terdiam. Rasanya memang tidak ada gunanya bertengkar saat itu.
Mereka telah terjebak di ruangan bawah tanah tersebut selama tiga hari, berarti
hukuman yang akan dijatuhkan oleh Mustika Jajar si gadis sesat tersebut sekitar
empat hari lagi. Otaknya yang cerdik segera memikirkan jalan keluar yang
memungkinkan bagi mereka. Lalu saat ia memperhatikan dinding-dinding kamar di
sekelilingnya. Maka terlihatlah olehnya
sebuah saluran air. Suro mendekatinya, kemudian segera melakukan pemeriksaan.
Tuk! Tuk! Tuk! Diketuknya dinding di samping
saluran air tersebut. Ternyata saluran air yang cukup jernih dan telah
dipergunakan untuk menghilangkan dahaga selama beberapa hari ini berongga.
Pemuda tampan bertampang ketolol-tololan itu pun tersenyum.
"Kakek Suryo! Kemarilah sebentar!"
panggil Suro Blondo dengan wajah berseri-seri.
"Ada apa lagi" Kau telah menemukan lubang kubur untuk kita berdua?" ejek
Tenggiling Kedil.
"Tentu saja. Mudah-mudahan jalan ini untuk keselamatan kita!"
"Kurasa saluran air ini menuju ke neraka!" sahut Wiro Suryo.
Tidak lama kemudian ia mulai
mengetuk-ngetuk dinding di sebelah saluran. Ternyata di balik dinding batu itu
memang berongga.
"Aku harus melepaskan pukulan untuk membuktikan apakah di balik dinding ini ada
jalan keluar atau tidak!" tegas pemuda berambut hitam kemerahan tersebut.
"Jangan! Pukulanmu hanya akan membuat dinding ini runtuh. Mati yang paling tidak
menyenangkan adalah bila kita tertimbun longsoran tanah!" ucap
Wiro Suryo. "Lalu...?"
"Kita gali dinding ini!" kata kakek berbadan pendek ini tegas.
Tanpa bicara apa-apa lagi kedua
laki-laki yang sama konyolnya itu mulai melakukan penggalian. Setelah sampai
sepemakan sirih, maka dinding batu di samping saluran air telah selesai mereka
gali. "Lihat! Ada sebuah terowongan di sini! Kita bisa bebas...!" seru Pendekar Blo'on
sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan.
"Mudah-mudahan terowongan ini menuju ke dunia bebas! Ingat! Kau sekarang yang
mencari jalan keluar. Jika ada malapetaka menghadang di depan sana, jangan lagi
salahkan aku!" ujar Wiro Suryo.
"Kalau tidak setuju sebaiknya jangan ikut aku! Sekarang aku akan masuk ke dalam
terowongan ini!" tegas Suro Blondo.
Tanpa menunggu lebih lama lagi,
Pendekar Blo'on mulai memasuki terowongan tersebut. Ia terpaksa merangkak karena
terowongan di samping saluran air yang menghubungkan ke kolam lintah ternyata
agak sempit. Bagi Wiro Suryo yang berbadan kerdil tentu terowongan tersebut
cukup lebar. Ia bahkan dapat berjalan
tegak. Karena tinggi tubuhnya tidak lebih hanya setengah meter.
"Betapa untungnya mempunyai badan sepertiku. Aku tidak perlu merangkak seperti
seekor babi yang terjebak perangkap!"
"Kau menyindirku!" dengus Suro Blondo kesal.
"Tidak usah marah-marah, aku bicara dengan diriku sendiri!"
"Dasar orang gila!" sahut Pendekar Blo'on.
Tidak lama mereka sampai di ujung terowongan. Tetapi di ujung terowongan itu
terdapat dua buah terowongan pula.
Yang satu ke arah selatan sedangkan yang satunya lagi ke arah utara.
"Sekarang bagaimana, kita akan menelusuri terowongan yang mana?" tanya Pendekar
Blo'on sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Terserah kau! Aku kan hanya ikut kemana kau pergi."
"Kurasa otakmu lebih kecil dari otak semut. Tenggiling Kedil. Diajak bertukar
pikiran saja kau tidak bisa."
gerutu si pemuda sambil menyeka keringat yang membasahi wajahnya.
"Otakku memang kecil, tetapi pikiranku seluas jagad. Aku tidak mau kasih
pendapat, sebab aku takut salah lagi. Kau tahu orang yang paling jelek di
dunia ini bila sedang marah adalah kau!"
ejek Wiro Suryo.
"Dan manusia yang paling menyebalkan kaulah orangnya!" jawab Pendekar Blo'on
tidak mau kalah.
Lalu mereka saling diam lagi. Suro kemudian memutuskan untuk menelusuri
terowongan yang menuju ke arah selatan.
Sedang Wiro Suryo terus mengikuti di belakangnya. Di ujung lorong sebelah
selatan tersebut ternyata terdapat sebuah sungai. Rupanya air sungai itulah yang
mengairi kolam lintah di ruangan bawah tanah.
"Kita sudah bebas, benar-benar bebas. Kau lihat ada langit, pohon dan suara
gemuruh air!" desis Pendekar Blo'on. Wiro Suryo tidak langsung menjawab.
Hidungnya kembang kempis seakan sedang mengendus-endus sesuatu.
"Aku seperti mencium bau bangkai!"
kata Wiro Suryo, matanya melirik pada kawannya yang tampak sedang mengagumi
keindahan alam.
"Apa...?"
"Aku membaui sesuatu yang busuk!"
tegas kakek berbadan kerdil seperti bayi dengan ketus.
Wiro Suryo malah tersenyum. Tatapan matanya tetap memandang lurus ke depan.
Tepatnya ke permukaan air. Sungai yang lebar itu memang sepi, tetapi sekejab
tadi ia melihat ada bayangan-bayangan putih berkelebat.
"Kurasa kolam lintah itu berisi tinja. Kotorannya Mustika Jajar. Tahu tidak
walaupun gadis itu cantik. Tetapi kotorannya tetap bau. Sebentar lagi kita bisa
mandi." jawab Pendekar Blo'on.
Bau busuk semakin menusuk, sehingga membuat Tenggiling Kedil jadi curiga.
Tetapi ia terus mengekor di belakang Pendekar Blo'on ketika pemuda berpakaian
biru muda tersebut keluar dari terowongan. Pemuda bertampang ketolol-tololan itu
segera menarik nafas sedalam-dalamnya.
"Hemm, lega rasanya! Tetapi...
eh...!" Suro mendesis kaget. Ternyata ia juga mencium bau sesuatu yang sangat
busuk. Tiba-tiba saja ia menoleh pada Wiro Suryo.
"Ada kau cium bau sesuatu?" tanya si pemuda.
"Kurasa kupingmu benar-benar tuli.
Sudah kukatakan sejak tadi bahwa aku mencium bau yang teramat busuk!" sahut
kakek berbadan super pendek sinis.
"Bau bangkai?"
"Tepat! Bau orang yang sudah mampus!" jawab Wiro Suryo.
Suro berjalan ke arah pinggiran
sungai. Tetapi langkahnya tiba-tiba saja terhenti ketika melihat ada mayat yang
telah membusuk tidak jauh di depannya.
Ketika ia melakukan pemeriksaan, ternyata mayat itu adalah mayat seorang gadis
memakai baju warna putih.
Ia tersentak kaget, sebab tadi ia juga sempat melihat ada bayangan putih seperti
menari-nari di permukaan air yang deras arusnya itu. Bayangan itu tiba-tiba
lenyap ketika Tenggiling Kedil
mengajaknya bicara.
"Kau lihatlah ini...!" seru Suro.
"Disini juga ada mayat." kata Wiro Suryo pelan.
Setelah mereka mengitarkan pan-
dangan matanya, ternyata banyak sekali mayat-mayat bergeletakan disitu. Dan
mereka semuanya terdiri dari kaum sejenis.
"Siapa yang telah melakukan perbuatan keji ini?" tanya Suro.
"Mana aku tahu! Tetapi mayat-mayat ini sedikitpun tidak terluka. Cuma sekujur
tubuh mereka membiru seperti keracunan!" gumam Tenggiling Kedil.
Mereka segera menyingkir menjauhi mayat-mayat tersebut karena tidak tahan dengan
baunya yang busuk. Sekitar lima belas batang tombak mereka melangkah.
Tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan. Suaranya itu mirip ratapan seorang
gadis yang sedang dirundung duka.
"Bertanya pada orang kaya, langit,
bumi, udara, tumbuhan dan makhluk punya jiwa siapa yang punya" Bertanya pada
nafsu, amarah dendam, iri dengki, tamak dan sombong kemana perginya" Bertanya
pada hati, cinta kasih sayang untuk siapa" Hidup tujuh puluh tahun entah buat
apa" Orang-orang jujur mati terbujur.
Manusia banyak dosa panjang umurnya.
Lihatlah bangkai yang berserakan, mereka korban angkara murka! Lalu aku si tua
bangka bisa apa" Aku tidak bisa apa-apa.
Hik kik hik! Betapa menyedihkan!"
Pendekar Blo'on dan Wiro Suryo
saling pandang dan sama-sama membasahi lidah.
"Siapa dia?" tanya Suro.
"Hemm, aku hidup hampir sembilan puluh tahun. Tetapi aku tidak pernah mendengar
tentang orang ini. Barangkali Kuntilanak, wewe air atau penyair picisan sedang
bersenandung" sahut Tenggiling Kedil seenaknya.
"Sudahlah buat apa kita pikirkan.
Sekarang aku harus kembali mencari Mustika Jajar. Perempuan itu mempunyai dosa
selangit tembus. Dan lagipula dia telah membunuh Pematung Kelana, selain itu
manusia jelmaan patung batu itu harus kumusnahkan!" tegas Pendekar Blo'on.
(Untuk lebih jelasnya siapa Pematung Kelana, dalam episode Pemikat Iblis).
"Apa kau pikir hanya kau saja yang punya kepentingan. Betina Dari Neraka sangat
sakti sekali. Aku tidak ingin melihatmu mati konyol di tangannya. Jadi aku harus
ikut!" kata Wiro Suryo.
Pendekar Blo'on baru saja ingin
mengatakan sesuatu. Namun ucapannya tertunda karena tiba-tiba saja air sungai
yang deras itu bergolak hebat. Lalu terdengar suara menderu-deru seperti air
bah. Kedua sahabat tersebut tercengang.
Mereka menjadi kaget ketika melihat ada sesuatu bergerak-gerak di dalam pusaran
air itu. Sampai kemudian tampak dua sosok bayangan putih melesat ke udara. Lalu
mendarat lagi di permukaan air sambil menari-nari.
"Han... hantu...!" desis Pendekar Blo'on.
"Goblok, mereka bukan hantu. Kurasa kalau tidak salah mereka inilah Dewi
Kehidupan!" ujar Wiro Suryo yang ternyata memang mempunyai pengalaman lebih luas
dibandingkan Pendekar Blo'on.
2 Ternyata dugaan Pendekar Blo'on
meleset. Kedua sosok berpakaian serba putih ini memang manusia. Tepatnya seorang
nenek tetapi memiliki wajah
cantik dan seorang gadis berparas jelita.
Pendekar Blo'on sempat tercengang karena gadis itu wajahnya sangat mirip sekali
dengan Dewi Bulan. Untuk lebih jelasnya (Dalam Episode Bayang-Bayang Kematian).
Setelah melakukan gerakan seperti orang menari di atas air tanpa basah barang
sedikit pun. Maka kedua perempuan itu langsung melayang ke daratan.
Jliik! Keduanya menjejakkan kaki tanpa
menimbulkan suara sama sekali. Sekejab gadis dan nenek cantik itu memperhatikan
Suro Blondo dan Wiro Suryo silih berganti.
"Hari ini kulihat lagi sebuah kesedihan di balik duka yang kurasakan atas
meninggalnya beberapa orang muridku!
Kau siapakah pemuda tampan bertampang bego?" tanya si nenek tanpa memperkenalkan
dirinya. "Aku.... Aku Suro Blondo...!
Sedangkan kawanku yang pendek tetapi sudah tua bangka ini namanya Wiro Suryo."
sahut pemuda berambut hitam kemerahan itu setengah mendongkol.
"Kalian orang-orang konyol hendak kemanakah?" tanya si nenek cantik.
"Aku tidak mau menjawab jika kalian tidak memperkenalkan diri!" desis Suro
bersunggut-sungut.
"Aku juga...!" timpal Tenggiling
Kedil tidak mau kalah.
"Jika kau bicara seperti itu pada saat aku tidak sedang berduka. Mungkin aku
masih bisa maklum. Tetapi sekarang jangan coba-coba membantah. Kalian berada di
daerah kekuasaanku! Menolak permintaan berarti mati!" dengus si nenek cantik
berang. "Ha ha ha...! Kau dengar itu, bocah tolol. Ancamannya sungguh membuat tubuhku
semakin bertambah kecil. Apakah kau mau menjawab pertanyaan nenek sinting ini?"
ejek Tenggiling Kedil. Suro Blondo pencongkan mulutnya. Lalu keluarkan siulan
panjang seperti suara kera.
"Hidup dan mati tidak pernah kutakutkan! Kalau tidak bersalah tentu aku bisa
mati tertawa!"
"Bagus! Tertawalah kau sepuas-puasnya!" dengus si nenek cantik.
Sedangkan gadis yang menyertainya sejak tadi hanya diam saja sambil
memperhatikan Suro Blondo.
"Bunuh! Bunuh!" teriak si nenek tidak jelas perintahnya itu ditujukan pada
siapa. Byur! Tiba-tiba saja air di dalam sungai bergolak kembali. Lalu terdengar suara deru
angin kencang disertai semburan air yang dingin. Sebuah kekuatan yang dahsyat
telah menyeret tubuh Suro dan Wiro ke
tengah-tengah pusaran air tersebut.
"Haup...! Haup!"


Pendekar Bloon 5 Memburu Manusia Setan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hanya dua kali saja kedua laki-laki ini tampak timbul tenggelam. Kemudian mereka
lenyap dan tersedot ke dalam pusaran air tersebut. Wiro Suryo adalah tokoh
kawakan dari Gunung Sembung.
Sedangkan Pendekar Blo'on adalah seorang pendekar yang mempunyai ilmu olah
kanuragan sangat tinggi. Jika keduanya tidak mampu melepaskan diri dari daya
tarik pusaran air tersebut. Ini merupakan pertanda bahwa nenek cantik itu
mempunyai keahlian yang sangat hebat.
Setelah lima belas menit Suro dan Wiro tenggelam, tidak lama kemudian mereka
tampak muncul kembali. Tapi tubuh mereka sudah sangat lemas seakan tidak punya
daya. Nenek cantik menyeret keduanya ke pinggir sungai. Kemudian
menelentangkannya di atas pasir.
"Seandainya kalian tadi mati, apakah menurut kalian kematian itu enak...?" tanya
si nenek. "Apa sebenarnya keinginanmu, Ni sanak" Sehingga berani mempermainkan kami yang
tidak punya salah apa-apa padamu?"
protes Wiro Suryo geram.
"Aku sedih, hik hik hik...! Jangan berani macam-macam, jawab dulu pertanyaanku!"
"Jangan tanya aku dan kawanku! Kami
belum pernah mati, lagi pula engkau sedih apakah aku juga harus ikut sedih, huk
huk huk!" sahut Suro sambil tertawa.
Rupanya gadis jelita yang mendam-pingi si nenek cantik akhirnya tidak sabar juga
melihat ulah si nenek cantik.
"Guru, tidak pantas menyiksa mereka. Lagipula kita tidak tahu apakah dia berada
di pihak perempuan setan itu atau tidak. Sebaiknya kita tanya langsung pada
persoalan yang kita hadapi!" saran si gadis. Si nenek cantik tidak langsung
menjawab, melainkan kibaskan jubahnya yang menjela.
"Dewi Arimbi muridku, terlalu banyak manusia palsu di dunia ini. Terlalu banyak
pula keanehan yang terjadi.
Apakah mereka mau mengaku bila kita tanya tentang saudara-saudaramu yang sudah
tewas!" "Benar salahnya tergantung nanti!
Yang penting kita tanya dulu kedua manusia konyol ini."
"Hemm, ucapanmu ada benarnya juga.
Baiklah, sekarang aku akan menanyai mereka!" kata si nenek cantik, seraya
melangkah maju beberapa langkah.
"Kalian lihat mayat-mayat itu?" Si nenek menuding salah satu mayat yang
tergeletak tidak jauh di pinggir sungai.
"Hanya orang buta saja yang tidak melihatnya!" sahut Suro sambil garuk-
garuk kepala. "Bagus! Kalian tahu mereka adalah korban perempuan yang berjuluk Betina Dari
Neraka!" jelas si nenek cantik.
"Kami juga sedang memburu Manusia Setan itu beserta kaki tangannya!" tegas Wiro
Suryo. "Heh... benarkah begitu?" desis si nenek cantik Tambel Nyawa.
"Kawanku tidak berdusta. Kalau tidak percaya tanya saja pada para hantu, setan,
jin, burung-burung yang sedang terbang atau iblis itu sendiri. Kami bahkan baru
saja meloloskan diri jebakan Iblis Betina Dari Neraka." Suro Blondo menimpali.
Nenek cantik sebenarnya maklum
dengan ucapan pemuda yang tampak rada-rada miring itu. Tetapi mungkinkah pemuda
bertampang tolol seperti itu punya urusan dengan Betina Dari Neraka"
"Untuk sementara waktu aku terpaksa mempercayaimu! Tetapi awas jika kelak di
kemudian hari kalian berdusta padaku.
Maka aku akan membuat perhitungan dengan kalian!" kata si nenek cantik.
"Kalau percaya ya percaya, jangan harus terpaksa. Lagipula siapa yang memaksamu,
nenek" Aku tidak memaksa apalagi kawanku?"
"Diam kau pemuda ceriwis! Sekarang kalian harus memejamkan mata!" perintah
Dewi Arimbi. Walaupun hati mereka dipenuhi
dengan tanda tanya, namun Suro dan Wiro Suryo terpaksa memejamkan matanya. Tidak
lama setelah mata mereka terpejam. Suro Blondo merasa tubuhnya terangkat menuju
ke sebuah tempat yang serba asing. Sampai kemudian terdengar sebuah suara....
"Buka matamu!"
Pendekar Blo'on membuka matanya.
Kemudian pemuda berambut hitam kemerah-merahan itu memperhatikan keadaan
disekelilingnya. Ternyata ia sudah tidak berada di pinggir sungai lagi.
"Kawanku dimana" Siapa yang telah membawaku ke mari?" tanya Suro dengan bingung.
"Kami yang telah membawamu kesini.
Sedangkan kawanmu sekarang sedang di pinggir sungai sana!" sahut gadis berbaju
putih tenang. "Apa keinginan kalian sehingga membawaku ke tempat yang sama sekali belum
kukenal ini?" tanya si pemuda sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Lembah Tidak Bernama! Aku Dewi Kehidupan membawamu kemari tentu saja ingin
bertukar pikiran denganmu"!" tegas si nenek Tambel Nyawa.
"Mengapa kawanku tidak kalian bawa serta?"
"Karena aku hanya ingin bicara
padamu!" sahut si nenek cantik.
"Ha ha ha...! Tindakan kalian hanya membuat aku kehilangan kesempatan untuk
menghancurkan Iblis Betina Dari Neraka!"
dengus Suro Blondo.
"Jangan banyak bertingkah dihadapan ku! Sekarang kau diam dan dengarkan apa yang
ingin kukatakan!!" tegas Dewi Kehidupan.
"Cepatlah! Karena aku tidak ingin berlama-lama berada disini!" kata Pendekar
Blo'on. "Baiklah," desah Nenek Tambel Nyawa. "Beberapa hari yang datang seorang
perempuan cantik dan seorang laki-laki tinggi besar yang cuma memakai cawat...!"
"Itu pasti Si Perkasa. Manusia patung yang telah dihidupkan oleh gurunya
perempuan itu!" potong Suro.
"Bocah gendeng! Jangan kau potong ucapanku!" dengus nenek berbaju putih itu
marah. "Kalau begitu teruskan!" sahut Suro Blondo serius.
"Perempuan itu mengatakan dirinya sebagai Iblis Betina Dari Neraka. Ia
mengajakku agar mau bergabung dengan mereka. Waktu yang diberikan padaku hanya
sepekan saja untuk berpikir. Ketika waktu yang ditentukan telah sampai masanya.
Maka aku memutuskan tidak ingin bergabung dengan perempuan itu. Aku tahu dia
perempuan iblis yang ingin menaklukkan rimba persilatan. Ia ingin mendirikan
sebuah kerajaan persilatan yang paling besar di negeri ini. Akibat penolakanku,
kau tentu sudah dapat menebak apa yang terjadi!"
"Dia membunuh murid-muridmu dengan serangan beracunnya"!" sahut Pendekar Blo'on.
"Tepat! Itulah sebabnya ketika kalian datang ke sungai itu aku merasa curiga.
Kau tahu seumur hidupku, baru kali ini aku Dewi Air merasa kecolongan."
ujar si nenek cantik.
"Apa yang dicolong, nenek?" tanya Suro Blondo.
"Nyawa murid-muridku, tolol!" maki perempuan itu sengit.
"Lalu apa yang kau inginkan dariku?"
"Jika memang benar kau bukan anak buahnya Betina Dari Neraka. Aku ingin minta
bantuanmu untuk menangkap perempuan iblis itu!" tegas Dewi Kehidupan.
"Apakah engkau dan muridmu tidak dapat melakukannya sendiri?" pancing Pendekar
Blo'on. "Kau memang manusia menyebalkan.
Tentu saja aku sanggup, aku hanya ingin membuktikan benarkah kau mau membunuh
perempuan itu" Jadi apa salahnya jika aku sekalian menitipkan sebuah tugas
untukmu!" "Engkau tidak usah khawatir. Sudah lama aku memburu Iblis Betina Dari Neraka
berikut patung itu. Sekarang aku harus pergi dari sini!" tegas Pendekar Blo'on.
"Eiit... tunggu dulu. Untuk meyakinkan kebenaran niatmu itu, sekarang muridku
Dewi Arimbi harus ikut denganmu!
Kalau apa yang kau lakukan nanti menyimpang dari apa yang kau ucapkan.
Maka muridku ini akan mencincang tubuhmu!" tegas Dewi Kehidupan.
"Aku tidak melarang dia ikut denganku, kalau nenek cantik juga ingin turut
serta, aku juga tidak larang!" ejek Pendekar Blo'on sambil mengusap-usap
keningnya. "Tidak...! Untuk sekarang ini sebaiknya muridku saja yang menjadi saksi...!"
tegas Dewi Kehidupan.
Pendekar Blo'on walaupun belum
pernah mengenal Dewi Arimbi. Namun ia merasa yakin gadis yang tidak banyak
bicara itu baik hatinya. Tentu saja ia merasa senang pergi bersama Dewi Arimbi
dibandingkan dengan nenek bawel seperti Dewi Kehidupan itu.
"Baiklah, kalau guru memerintahkan aku untuk mengawasi pemuda bertampang tolol
ini. Sekarang aku mohon diri...!**
kata Dewi Arimbi.
"Pergilah muridku! Ini adalah
pertama kalinya kau berada di rimba persilatan. Kau harus berhati-hati
menghadapi tipu muslihat musuh-musuhmu.
Termasuk juga terhadap pemuda ini...!"
tegas Dewi Kehidupan alias Si Nenek Cantik Tambel Nyawa.
"Guru tidak usah khawatir, kalau pemuda ini bertingkah macam-macam tentu aku
akan membunuhnya...!"
Suro Blondo sebenarnya mendongkol juga mendengar ucapan si gadis. Tetapi ia
tidak ingin bertindak macam-macam.
Sebagai pelampiasan kekesalannya Suro Blondo hanya menggaruk-garuk kepalanya.
Tidak lama kemudian kedua muda-mudi itu segera meninggalkan Lembah Tidak
Bernama. 3 "Kedua tawanan kita meloloskan diri, Junjunganku!" Lapor Perkasa begitu kembali
dari dalam ruangan bawah tanah.
Mustika Jajar alias Iblis Betina Dari Neraka jelas tampak terkejut sekali. Ia
sama sekali tidak menyangka Pendekar Blo'on dan Wiro Suryo dapat meloloskan
diri; "Bagaimana hal itu dapat terjadi, kekasihku" Kita telah menjebak mereka.
Jangankan manusia, seekor tikus pun tidak
mungkin dapat meloloskan diri!" desis Mustika Jajar sengit.
"Ada sebuah lubang besar dekat saluran air. Lubang itu pasti mereka yang
membuatnya. Lubang itu cukup besar, jangankan tikus. Babi pun pasti dapat
meloloskan diri!" jelas Perkasa.
"Kau sudah mencarinya, kekasihku?"
tanya si gadis.
"Sudah! Orang tolol dan orang pendek tidak ada di situ!"
"Kalau begitu kita harus segera bertindak. Kita harus membangkitkan orang-orang
yang sudah mati untuk menjadi anak buah kita! Setelah itu kita kumpulkan orang-
orang yang memiliki kepandaian tinggi untuk membantu kita.
Pendekar Blo'on itu adalah murid sekaligus cucu Malaikat Berambut Api.
Guruku telah memberi perintah padaku untuk membunuh pemuda itu dan juga Malaikat
Berambut Api. Kau tahu
Perkasa... mata guruku menjadi buta karena perbuatan Malaikat Berambut Api.
Untuk menghadapi kedua manusia keparat itu sekaligus, kita harus mempunyai
kekuatan yang sangat besar!" tegas Iblis Betina Dari Neraka.
Perkasa belum sempat menanggapi
ucapan majikannya. Ketika tampak seorang laki-laki dengan langkah terhuyung-
huyung bergerak mendatangi.
"Wiku Palawa...!?" desis Mustika Jajar terkejut.
Seperti sama-sama
kita ketahui dalam (Episode Iblis Betina Dari Neraka) Wiku Palawa sempat tidak sadarkan diri
karena mendapat serangan telak dari Wiro Suryo. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan
luka, bahkan wajah laki-laki bersenjata Tongkat Maut itu juga hancur.
"Apa yang terjadi dengan dirimu, Wiku" Wajahmu hancur, siapa yang telah
melakukannya?"
"Maafkan aku ketua. Wajahku menjadi begini karena perbuatan Wiro Suryo.
Manusia super pendek sahabatnya pemuda tolol itu!" dengus Wiku Palawa sengit.
"Tidak usah khawatir. Aku dapat mengembalikan wajahmu yang rusak itu menjadi
seperti sediakala. Tetapi kau harus menjalankan tugas dahulu. Setelah tugasmu
selesai. Maka obat penyembuhan itu akan kau dapatkan dariku!" tegas Mustika
Jajar. Wiku Palawa sadar betul ketuanya memiliki kesaktian yang sulit tertan-dingi.
Jika patung batu buatan Pematung Kelana dapat dihidupkan menjadi manusia.
Mengobati luka-lukanya tentu tidak akan sulit! pikirnya.
"Ketua apakah engkau tidak menyembuhkan aku sekarang juga?" tanya sang Wiku
pelan. "Hik hik hik...! Aku ketua di sini, kau tidak berhak memerintahku! Sekarang kau
kerjakan apa yang menjadi tugasmu!"
tegas Mustika Jajar serius. Wiku Palawa mana berani membantah. Walaupun hancur
dan menimbulkan rasa perih bukan main.
Akhirnya ia bangkit berdiri dan bermaksud segera pergi. Tetapi....
"Tunggu dulu, Wiku. Kita akan pindah ke Bukit Cadas Siluman. Kalau kau nanti
dapat mengumpulkan anggota baru, maka bawalah ke Bukit Cadas Siluman.
Sekarang kau bawalah ini! Gunanya adalah untuk membuat musuh-musuhmu pingsan
dalam beberapa waktu lamanya. Bila musuhmu sudah pingsan. Tentu akan mudah
bagimu melaksanakan tugas!" ujar gadis cantik berpakaian ketat tersebut. Ia
kemudian menyerahkan sepuluh benda bulat berwarna hitam. Benda sebesar kepalan
tangan ini segera dimasukkan di balik bajunya.
"Ingat, Wiku. Pada saat engkau melemparkan benda-benda ini. Maka kau harus
menutup indera penciumanmu!" tegas Mustika Jajar. Wiku Palawa menganggukkan
kepala. Setelah itu ia segera
meninggalkan Mustika Jajar dan pengawal pribadi merangkap kekasihnya di tempat
itu. Setelah Wiku Palawa sudah tidak terlihat lagi. Maka Mustika Jajar segera
berpaling pada Perkasa.
"Kau tahu kuburan terdekat dengan
tempat kita ini, kekasihku?" tanya si gadis dengan manja.
"Tentu saja tahu, Junjunganku."
sahut Perkasa. "Mari kita ke sana!" ajak Betina Dari Neraka.
Keduanya berjalan beriringan menuju ke kuburan terdekat.
* * * Kuburan yang sangat luas tersebut terletak di tengah-tengah hutan belan-tara.
Tempatnya tidak terurus dan ditumbuhi semak belukar. Ketika itu hari sudah
menjelang senja. Suasana di sekelilingnya mulai bertambah gelap. Sesekali
terdengar suara lolongan serigala hutan.
Burung-burung hantu mengepakkan sayapnya, kemudian terbang menjauh. Seakan tidak
sudi melihat apa yang akan terjadi di tempat itu.
Tidak lama kemudian di tanah
pekuburan itu muncul seorang gadis cantik memakai baju warna ungu. Pakaiannya
ketat tembus pandang. Sehingga bagian-bagian auratnya yang seharusnya dilindungi
malah terlihat bertonjolan dengan jelas. Di samping gadis itu tampak pula
seorang pemuda berbadan kekar, tegap. Dadanya bidang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Ia hanya memakai cawat. Wajahnya tampan dan
rambutnya agak panjang. Dialah Perkasa dan Mustika Jajar. Gadis yang mempunyai
seribu ambisi dan selalu haus dengan permainan asmara.
"Kurasa ada seratus kubur di sini.
Orang-orang yang telah mati akan menjadi berguna bila kita mampu membangkitkan
mereka seperti sediakala." desis Iblis Betina Dari Neraka.
"Bagaimana caranya, Junjunganku?"
tanya Perkasa. Pemuda yang cuma memakai cawat ini mengerutkan keningnya.
"Caranya..." Hik hik hik...! Aku punya ilmu Pembangkit Mayat. Dengan permainan
cinta dan tentu saja atas kuasa iblis kita dapat membangkitkan mereka!"
sahut si gadis disertai tawa mengikik macam setan.
"Aku kurang mengerti apa maksudmu?"
ucap Perkasa berterus terang.
"Hi hi hi...! Kau memang selalu tidak mengerti, kekasihku! Tetapi aku tetap
mencintaimu. Cinta luar dalam, terlebih-lebih pada bagian luar itu. Hmm, kau
benar-benar sangat luar biasa!" puji Mustika Jajar. Matanya yang genit
mengerling nakal. Lalu ia tersenyum pula, senyuman yang selalu mendebarkan hati.
"Sekarang duduklah... jangan pernah bicara apa-apa. Karena aku akan membaca
mantra-mantra permulaan." pesan si gadis
serius, Perkasa seperti monyet kudisan
hanya mengangguk sambil menggaruk-garuk kepalanya. Setelah Perkasa duduk, maka
gadis baju ungu juga ikut duduk dengan bertumpu pada kedua kakinya. Kemudian
tanpa disangka-sangka Iblis Betina Dari Neraka menyentuh kancing-kancing
bajunya.

Pendekar Bloon 5 Memburu Manusia Setan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Barulah kancing-kancing itu dibukanya satu persatu. Perkasa walaupun sudah
berulangkali bergumul dengan gadis ini.
Namun sekarang ketika melihat dada si gadis yang putih menantang itu ia jadi
ingin meremasnya, melumat atau
mendekapnya. Namun ia tidak mungkin berani bertindak gegabah tanpa perintah
Mustika Jajar. Setelah melepas habis seluruh penutup dadanya. Maka gadis itu
tanpa malu-malu lagi segera melepas seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya.
Sehingga di lain waktu ia benar-benar dalam keadaan telanjang.
Perkasa memandangi semua ini dengan sorot mata tidak berkedip. Mustika Jajar
adalah gadis yang sangat sempurna, pinggulnya ramping auratnya menonjol dan
dadanya tegak menantang. Sayangnya ia adalah budak iblis yang salah kaprah dalam
menentukan hidup. Perkasa sendiri merasa darahnya seperti panas terbakar, gelora
di jiwanya tidak tertahankan lagi.
Pada saat itulah terdengar suara lembut
dari bibir si gadis yang setengah terbuka....
Dalam kesendirianmu di alam Baka Jasad terbujur tersia-sia....
Rohmu tersiksa karena didera
Sampai kiamat dunia nyata
Lebih enak di alam dunia
Kesenangan di dapat dengan suka
cita Lebih enak lagi sorga dunia
tiada tanding orang bercinta
Hei... para jasad dan roh yang
merana Dari pada berkubur di alam sana
Lebih baik kembali ke alam nyata Iblis pembangkit raja Segala
Mari bercinta dengan sukarela....
Bangkit... dan bangkitlah....
Berkat kuat pembangkit jenazah,..!!
Sekejab setelah suara Mustika Jajar lenyap. Maka secara tiba-tiba angin
berhembus dengan hebatnya. Hembusan angin itu disertai dengan gelegar suara
petir sambung menyambung tiada henti. Pohon-pohon di sekeliling tanah pekuburan
bertumbangan sehingga menimbulkan suasana yang mencekam. Alam seakan menjadi
murka. Hujan turun dengan deras seperti tercurah dari langit.
"Perkasa... sudah waktunya kita bercinta untuk menarik perhatian
mereka...!" ucap Betina Dari Neraka.
Hanya beberapa saat setelah itu mereka di tengah-tengah derasnya hujan tampak
saling rangkul dan berpelukan. Perkasa dengan rakusnya menjilati setiap
keindahan di tubuh Mustika Jajar. Sehingga membuat gadis itu menggelinjang,
merintih sambil tetap memeluk lawan jenisnya dengan erat. Dalam kesempatan itu
tanah di setiap pekuburan bergetar hebat.
Kemudian terjadi keretakan disana-sini disertai suara aneh seperti rintihan.
Sementara itu tanpa menghiraukan derasnya hujan. Kedua sosok tubuh berlainan
jenis ini telah berguling-guling ke tanah. Nafsu setan tampaknya memang sudah
menguasai jiwa mereka.
Mustika Jajar bahkan mulai merentangkan kedua paha yang putih mulus itu selebar-
lebarnya. Sementara tangan kirinya telah bergerak liar ke bagian bawah perut
Perkasa yang menegang.
"Aukh... ookh... aakh...!" gadis itu merintih-rintih.
Tidak lama setelah itu tubuh bagian bawah mereka pun telah menyatu. Saat diri
Perkasa memasuki Mustika Jajar. Ketika itu pula terlihat sinar putih memancar
dari tubuh mereka. Sinar itu menerangi seluruh tanah pekuburan. Secara perlahan
muncul tangan-tangan berlendir penuh darah. Tangan-tangan tersebut mencuat ke
permukaan tanah di susul dengan bagian-bagian tubuh lainnya.
Sementara Perkasa terus bergerak teratur di atas tubuh Mustika Jajar.
Sampai akhirnya terdengar suara lenguh dari bibir keduanya. Itulah puncak
kenikmatan dari seluruh pendakian yang mereka lakukan.
"Auuckh... kau tetap hebat
Perkasa...!" desis si gadis sambil mempererat pelukannya.
"Hemm." Perkasa menggumam tidak jelas.
Sedangkan raga mereka tetap
dibiarkan menyatu untuk beberapa saat lamanya.
"Biarkan kita begini, kekasihku.
Aku ingin melihat apakah ilmu Pembangkit Mayat masih dapat bekerja dengan
baik...!" ucap si gadis lirih.
"Auk... kroaakh...!"
Tiba-tiba saja terdengar suara-
suara di sekeliling mereka. Selanjutnya terdengar suara yang lebih jelas
lagi.... "Ladalah... kita hidup lagi...
bagaimana ini... siapa yang menghidupkan kita..."!"
Mustika Jajar segera bangkit
berdiri. Ia menyambar pakaiannya yang berserakan dan basah oleh air hujan. Ia
mengenakan pakaiannya kembali. Sedangkan Perkasa segera memakai cawatnya yang
dibuka oleh kekasihnya tadi.
"Lihat Perkasa! Kita berhasil!"
seru si gadis. Mayat-mayat yang baru bangkit dari kubur tersebut kebanyakan di antaranya hanya
tinggal tulang belulang. Hanya sebagian di antara yang mempunyai Ilmu Karang
saja yang masih utuh. Mereka segera berkumpul di tengah-tengah tanah pekuburan
itu. "Kepada kalian semuanya, aku adalah majikan kalian sekaligus sebagai ketua yang
bertanggung jawab. Karena akulah yang telah membuat kalian hidup lagi!"
seru Iblis Betina Dari Neraka lantang.
Sementara itu hujan sudah mulai reda.
"Kroakh... bagaimana bisa begitu?"
protes salah satu mayat yang mempunyai rambut panjang dan kuku melingkar di
tubuhnya. "Atas bantuan iblis kalian hidup.
Bagi yang tidak mau hidup silahkan kembali ke liang kubur."
"Kami tidak mau kembali ke kubur.
Disana sangat sunyi, panas dan di siksa melulu! Kami ingin ikut dengan kau!"
seru mayat-mayat hidup tersebut hampir serentak.
"Kalau itu keinginan kalian. Maka mulai saat ini harus menurut dan patuh
kepadaku! Ingat setiap musuhku adalah musuh kalian juga. Karena itu harus di
bunuh!" tegas si gadis lagi.
"Kami mengerti dan selalu mematuhi perintahmu, Junjungan!" sahut mayat-mayat
hidup tersebut.
Lalu mereka seperti dikomando
langsung menghaturkan sembah. Sehingga Betina Dari Neraka menjadi girang.
"Kau lihat Perkasa! Sekarang kita mempunyai kekuatan yang dapat diandalkan.
Mulai saat ini aku ingin mengutusmu untuk membantu Wiku Palawa dalam mencari
anggota baru!"
"Jadi aku harus meninggalkanmu"!"
tanya Perkasa seakan ragu-ragu.
"Kau tidak perlu cemburu atau khawatir aku menyeleweng. Tubuhku dan cintaku
hanya milikmu, mengertikah kau...?"
"Aku mengerti Junjunganku!" sahut Perkasa.
"Aku akan membawa mayat-mayat hidup ini ke Bukit Cadas Siluman. Jika kau
kembali, maka kembalilah ke bukit itu.
Karena disanalah kita akan memulai segala sesuatunya!" tegas Mustika Jajar.
"Baiklah, aku mohon pamit dulu!"
kata Perkasa. Kemudian pemuda yang cuma memakai cawat tersebut dengan langkah-
langkahnya yang kaku segera meninggalkan majikannya.
"Hemm, aku beruntung mendapatkan dia. Perkasa tidak pernah lelah melayani
keinginanku yang satu itu." pikir Betina Dari Neraka sambil tersenyum manis.
Tidak lama ia segera berpaling pada mayat-mayat hidup di depannya.
"Sekarang kalian ikuti aku
kemanapun majikanmu ini pergi!" perintah Mustika Jajar. Benar saja ketika
Mustika Jajar bergerak meninggalkan tanah pekuburan tersebut. Maka mayat-mayat
hidup tersebut langsung mengikutinya. Di sepanjang perjalanan menuju Bukit Cadas
Siluman. Bau busuk tercium dengan nyata.
Namun tampaknya si gadis sudah mulai terbiasa dengan bau-bauan seperti ini.
4 Laki-laki itu selalu menundukkan kepala setiap kali melangkahkan kakinya.
Wajahnya tidak terlihat dengan jelas, karena tertutup topi caning terbuat dari
bambu. Bajunya yang berwarna hitam penuh dengan debu. Tampaknya ia baru
melakukan sebuah perjalanan yang sangat jauh. Tidak jauh di belakang laki-laki
tersebut, di angkasa sana terlihat kawanan burung pemakan bangkai selalu
mengawasi kemana dia pergi.
Sedemikian banyaknya burung-burung tersebut. Sehingga suaranya memekakkan
telinga. Namun orang bercaping itu bertindak acuh tidak acuh. Ia terus berjalan
walaupun saat itu matahari seperti terasa memanggang batok kepala.
Dalam suasana yang cukup terik
tersebut, tiba-tiba saja dari arah berlawanan tampak dua sosok tubuh berkelebat
dengan cepat. Satu memakai baju warna biru, sedangkan yang satunya lagi seorang
gadis cantik berkulit kuning langsat. Gadis itu memakai baju warna putih.
"Datuk Tabala Muka?" desis si gadis yang kiranya kenal begitu melihat seorang
kakek tua menghadang di depannya. Yang memakai baju biru muda langsung hentikan
larinya dan memandang pada kakek bertopi bambu di depannya.
"Kau mengenalnya?" tanya si pemuda yang tidak lain adalah Pendekar Blo'on.
"Dulu sekali dia pernah datang ke Lembah Tidak Bernama. Ia salah seorang datuk
sesat yang tinggal di Pulau Pelebur Dosa." bisik gadis baju putih yang tidak
lain adalah Dewi Arimbi. Mendengar nama tempat tinggal Datuk Tabala Muka. Suro
Blondo langsung cengengesan.
"Ada-ada saja."
"Aku melihat dua calon bangkai di depanku. Perkenalkan nama kalian dan apakah
kalian berdua termasuk anggota Betina Dari Neraka?" tanya si kakek.
Suaranya serak sember seperti baru habis memakan kodok.
"Lagakmu tengil, menurut kawanku namamu Datuk Tabala Muka! Aku jadi ingin lihat
apakah wajahmu benar-benar terbelah?" tanya Suro bersikap acuh tak acuh.
"Ha ha ha...! Berani benar kau membantah perintah! Kau sudah bosan hidup
agaknya?" bentak Datuk Tabala Muka. Tanpa sadar saat ketawa tadi ia mendongakkan
wajahnya ke atas. Astaga! Suro Blondo terkejut. Wajah yang tertutup topi caping
tersebut ternyata benar-benar seperti terbelah. Sehingga sekilas terlihat ia
memiliki dua hidung, dua mulut dan dua wajah.
"Wajahmu benar-benar jelek sekali.
Pasti bundamu salah mengandung. Bunda seperti itu bagusnya di pentung!" kata
Pendekar Blo'on sambil tertawa-tawa. Dewi Arimbi yang telah mengetahui kehebatan
kakek berbaju hitam tersebut jelas menjadi gentar juga melihat ulah si pemuda.
Apalagi setelah melihat di atas sana terlibat burung-burung bangkai terbang
merendah. "Jaga mulutmu! Dia dapat membunuh hanya dalam waktu sekedipan mata saja!"
bisik Dewi Arimbi cemas.
"Mengapa takut mati, Rimbi" Hidup matinya seseorang hanya takdir yang
menentukannya!" sahut Suro Blondo.
"Baru pertama kali bertemu kau sudah banyak tingkah berani menghina.
Kuulangi lagi pertanyaanku! Sebutkan siapa namamu sekalian kau punya gelar!"
Bentak Datuk Tabala Muka sengit.
"Aku Suro Blondo! Sedangkan sahabatku ini namanya Dewi Arimbi!" Sahut si pemuda.
"Kau anak buahnya Betina Dari Neraka?" tanya Datuk Tabala Muka.
"Justru aku sedang mencari iblis itu. Apakah kau saudaranya, Datuk?" tanya
pemuda itu sambil garuk-garuk kepala.
"Pemuda tolol! Aku ingin mengetahui kehebatan Betina Dari Neraka yang kabarnya
ingin menguasai rimba persilatan itu!" tegas Datuk Tabala Muka.
"Apakah engkau merasa tersaingi?"
ejek Suro Blondo.
"Jelas! Dia boleh menyebut dirinya apa saja. Tetapi untuk menjadi ratu rimba
persilatan ia harus berhadapan dulu denganku!"
"Sangat kebetulan sekali. Aku juga ingin membunuh manusia setan itu. Jadi kita
bisa sama-sama mencarinya!" ujar si pemuda berambut hitam kemerah-merahan dengan
lugu. Datuk Tabala Muka terdiam, alisnya mengernyit dalam. Lalu terdengar suara
tawanya yang panjang menyakitkan telinga.
"Ha ha ha...! Kau bocah kemarin sore tahu apa! Kalian adalah calon bangkai yang
tidak pantas berhadapan dengan perempuan itu!"
"Maksudmu?" tanya Dewi Arimbi.
"Kalian akan kubunuh dan sebentar lagi tentu menjadi santapan burung bangkai
yang kelaparan di atas sana!"
tegas Datuk Tabala Muka.
"Inilah kesempatan bagiku untuk melihat apakah kau mampu menghadapi datuk itu
atau tidak!" bisik Dewi Arimbi ditujukan pada Pendekar Blo'on.
"Siapa di antara kalian yang ingin mati duluan?" tanya Datuk Tabala Muka.
"Aku...!" sahut Pendekar Blo'on.
Datuk Tabala Muka untuk sesaat
lamanya memperhatikan Suro Blondo. Ia tersenyum sinis. Tiba-tiba saja Datuk
Tabala Muka melepaskan topi capingnya dan langsung melemparkannya ke arah
Pendekar Blo'on. Topi caping tersebut meluncur deras ke arah Suro. Sejengkal
lagi topi bambu tersebut mengenai perut si pemuda.
Maka Pendekar Blo'on segera menghindar dengan menggeser langkahnya ke samping
kiri. Anehnya topi bambu tersebut terus bergerak mengikuti kemanapun Suro Blondo
berusaha menghindar. Melihat bahaya susulan ini si pemuda terpaksa mengerahkan
jurus 'Kacau Balau', yaitu salah satu jurus khusus menghindar warisan dari
Malaikat Berambut Api gurunya sekaligus merupakan kakek kandungnya sendiri.
"Hiya...!"
Pemuda itu kemudian meliuk-liukkan tubuhnya. Kakinya bergerak dengan cepat
sementara kedua tangannya terkadang menangkis serangan lawan. Atau sesekali
menggaruk-garuk kepalanya.
Wuess...! "Huh...!"
Si pemuda tiba-tiba berguling-
guling menghindar saat senjata milik lawan menyambar mukanya. Melihat pemuda
konyol itu dapat menghindari serangan senjatanya. Maka diam-diam Datuk Tabala
Muka merasa kagum. Belum pernah ada orang yang mampu menghindari serangan topi
mautnya selama ini. Namun pemuda bertampang ketolol-tololan tersebut dengan baik
dapat menyelamatkan diri.
"Kau boleh juga, anak muda! Tetapi coba kau terimalah yang ini!" dengus Datuk
Tabala Muka. Tanpa diduga-duga tiba-tiba sang Datuk menjentikkan kedua jari
tangannya ke arah Suro Blondo.
Set! Set! Dua leret sinar hitam meluncur
deras ke arah si pemuda. Sementara topi caping lawannya terus menyerang dari
bagian atas. Pendekar Blo'on jadi kerepotan juga. Lalu dengan cepat ia
berjungkir balik mirip dengan gerakan
kera. Secepat kilat ia bangkit berdiri dan....
"Pukulan 'Kera Sakti Menolak Petir'! Hiyaa...!"
Pemuda berambut hitam kemerah-
merahan ini langsung mendorongkan ke dua tangannya ke depan. Selarik sinar putih
menderu disertai hawa panas yang sangat menyengat. Kedua kekuatan dahsyat itu
akhirnya saling membentur di udara....
"Bumm...!"
"Wuaakh...!"
Pendekar Blo'on jatuh terguling-
guling. Ia menjerit kesakitan, tetapi dengan cepat ia bangkit berdiri. Tampak
jelas dari sudut-sudut bibirnya
meneteskan darah kental.
"Sebentar lagi kau akan menjadi bangkai dan dimangsa oleh burung-burung itu!"
dengus Datuk Tabala Muka.
"Ha ha ha...! Kau sedang melawak atau membanyol badut konyol!" sahut si pemuda.
"Hup...!"
Tanpa bicara lagi Datuk Tabala Muka langsung menerjang ke depan. Tangannya
bergerak cepat ke lima jalan kematian bagi si pemuda. Suro tidak tinggal diam.
Ia segera menggabungkan antara. 'Kacau Balau' warisan Malaikat Berambut Api
dengan jurus 'Seribu Kera Putih Mengecoh Harimau' warisan Siluman Kera Putih
Barata Surya. Tentu saja keadaan menjadi semakin runyam bagi lawannya. Sebab bukan gerakan
silat si pemuda ini saja yang kacau serta konyol. Tetapi tingkahnya pun seperti
seekor monyet. Namun di balik gerakannya yang tidak menentu tersebut tersembunyi


Pendekar Bloon 5 Memburu Manusia Setan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebuah kedahsyatan yang sewaktu-waktu dapat membahayakan diri lawannya.
Agaknya Datuk Tabala Muka mengalami hal ini. Terbukti serangan-serangan tangan
kosongnya selalu mengenai angin.
Ia segera melakukan tendangan berantai yang penuh dengan tipu-tipu. Pada waktu
kakinya melayang mengancam lambung dan ulu hati Suro Blondo. Pemuda itu
berjingkrakan. Lalu....
Tap! Suro berusaha menangkis kaki
lawannya dengan telapak tangan. Namun Datuk Tabala Muka menarik balik
tendangannya. Kemudian segera melepaskan tinjunya.
Duuk! "Hegk...!"
Dada Pendekar Blo'on tampak
terguncang. Tampaknya ia menderita luka dalam yang tidak ringan. Merasa berada
di atas angin, Datuk Tabala Muka tertawa membahak.
5 Suro Blondo menyeringai kesakitan.
Walaupun sambil menyeka darah yang menetes dari sudut-sudut bibirnya. Pemuda itu
masih dapat tersenyum. Sementara itu Dewi Arimbi rupanya tidak tega juga
membiarkan Suro menjadi bulan-bulanan Datuk Tabala Muka yang mempunyai
kepandaian tinggi tersebut. Sehingga ia bermaksud ingin membantu, tetapi rupanya
Pendekar Blo'on mengetahui niat baik si gadis. Tetapi anehnya ia malah
menggelengkan kepalanya dengan keras.
"Jangan, Rimbi...! Aku ingin main-main dengan Datuk berwajah jelek ini. Aku mau
lihat dia punya kesaktian sebanyak apa?" dengus Suro Blondo.
"Pemuda sinting! Kau pandai sekali bergurau. Meskipun jiwamu hampir melayang!"
dengus Datuk Tabala Muka.
"Lihatlah serangan...!" teriaknya kemudian,
Sepuluh jari tangan Datuk Tabala Muka terpentang. Dewi mengetahui lawannya
bermaksud melancarkan serangan 'Jari Maut Bermata Satu'. Sehingga dengan gugup
ia berteriak memperingatkan.
"Awas Suro! Serangannya dapat membunuhmu!"
Pendekar Blo'on rupanya sadar betul dengan bahaya yang mengancam jiwanya.
Terlebih-lebih setelah melihat sepuluh leret sinar maut berwarna hitam bergerak
ke sepuluh bagian di tubuh Suro. Merasa tidak punya pilihan lain lagi. Suro
Blondo langsung mengerahkan jurus 'Tawa Kera Siluman'.
"Nguk! Nguk! Ha ha ha...!"
Sambil bergerak lincah atau
terkadang berjingkrak-jingkrak. Mirip seperti gerakan kera. Pendekar Blo'on
berputar-putar. Dari mulutnya terdengar suara desis dan tawa yang tidak ada
putus-putusnya. Pada saat itu pula si pemuda mengerahkan dua pertiga dari
seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.
Maka perubahan pun terjadi. Rambut si pemuda yang berwarna hitam kemerah-merahan
tersebut berubah menjadi merah seperti bara. Rambut tersebut berumbai-umbai
seolah terlihat bagai jilatan lidah api. Pada saat itu suara tawa si pemuda
lenyap dan berganti dengan jeritan ketakutan yang seakan datang dari seluruh
penjuru arah. Inilah Pukulan 'Neraka Hari Terakhir' yang Maha dahsyat tersebut.
"Hiyaa...!"
Si pemuda kemudian mengibaskan
kedua tangannya ke depan. Terlihat sinar merah hitam menderu dan memupus habis
sepuluh larik sinar yang menyerang ke sepuluh bagian tempat yang sangat
berbahaya. Akibatnya....
Buummm! "Aakh...!"
Untuk pertama kalinya Datuk Tabala Muka menjerit keras. Tubuhnya terhempas
dengan keras di atas batu. Batu hancur sedangkan dari mulut dan hidung Datuk
Tabala Muka mengucurkan darah kental berwarna hitam.
Walaupun tubuh Pendekar Blo'on cuma tergetar saja. Tetapi sebelumnya ia sudah
terluka dalam. Akibat pengerahan tenaga yang berlebihan tadi membuat luka yang
dideritanya menjadi bertambah parah. Ia pun tergelimpang roboh dan tidak
sadarkan diri. Dewi Arimbi yang sempat tercengang melihat perubahan yang terjadi
pada rambut si pemuda beberapa saat tadi. Kini berubah cemas, sebelum Datuk
Tabala Muka sempat sadarkan diri. Ia segera memondong Pendekar Blo'on dan
melarikannya ke sebuah tempat yang aman.
Kita lihat dulu Datuk Tabala Muka yang sempat tidak sadarkan diri akibat pukulan
yang dilepaskan oleh si pemuda.
Ketika sang Datuk pingsan. Maka ratusan burung pemakan bangkai langsung meluruk
turun. Tetapi kawanan burung-burung menjijikkan tersebut tidak memangsa tubuh
majikannya. Malah mereka menunggui Datuk Tabala Muka dengan tekunnya. Sampai
kemudian terdengar suara rintihan sang Datuk,
"Ufh... pemuda itu, akh dimanakah dia...!" desis sang Datuk. Ia segera duduk, ia
menjadi kaget ketika melihat disekelilingnya kawanan burung bangkai telah
berkumpul dengan suaranya yang ribut memekakkan telinga. Datuk Tabala Muka
mengedarkan pandangan matanya. Lalu ia memejamkan matanya untuk mengatur nafas
setelah tidak melihat lawan berada di situ lagi. Tidak sampai sepemakan sirih,
setelah nafasnya teratur dan luka dalamnya tersembuhkan kembali. Maka sang Datuk
bangkit berdiri.
"Pemuda itu sungguh sangat luar biasa. Tampangnya saja yang ketolol-tololan. Aku
benar-benar tertipu dengan penampilannya! Mudah-mudahan dia belum mendahuluiku
menemukan Betina Dari Neraka! Gara-gara pemuda itu, urusanku jadi tertunda!"
gerutu Datuk Tabala Muka salah tingkah. "Burung-burungku. Kali ini majikanmu
belum bisa mempersembahkan mayat untuk kalian. Mari teruskan perjalanan, mudah-
mudahan pesta besar akan kalian dapatkan di depan sana!"
Kreaak! Kreaak...!
Dan burung-burung bangkai tersebut segera mengikuti kemanapun majikan Pulau
Pelebur Dosa ini melangkah.
*** Kita ikuti Dewi Arimbi yang sedang berusaha menyelamatkan pemuda yang punya
banyak keanehan itu. Gadis cantik berbaju putih ini terus berlari tanpa mengenal
lelah sambil memanggul tubuh Suro Blondo di bahunya. Sampai kemudian ia
mendapatkan sebuah tempat yang aman di pinggir sungai kecil berair jernih. Ia
segera menurunkan Pendekar Blo'on dari bahunya.
Ternyata pemuda itu, masih dalam keadaan pingsan. Dewi Arimbi menjadi khawatir
nyawa pemuda tampan itu tidak dapat diselamatkan.
"Aku harus membantu pernafasannya!"
pikir si gadis.
Tiba-tiba ia menyentuh bibirnya
sendiri. Dan wajahnya seketika berubah merah seperti tomat matang. Membantu
pernafasan berarti ia harus menyentuh bibir si pemuda dengan bibirnya. Agar
udara dapat masuk ke dalam mulut si pemuda. Padahal hal semacam ini belum pernah
dilakukannya seumur hidup. Tetapi jika ia tidak menolong, tentu nyawa pemuda itu
terancam. Akhirnya Dewi Arimbi memberanikan diri. Setelah memastikan tidak ada
orang lain di tempat itu. Maka dengan cepat ia bergerak. Bibirnya yang kemerah-
merahan itu menempel ke bibir Suro. Lalu ia menghembus dengan kuat.
Sesaat setelah itu ia mengangkat
kepala, lalu memperhatikan reaksi yang terjadi. Karena tidak ada perubahan dan
tanda-tanda si pemuda akan sadar. Maka ia menempelkan bibirnya lagi. Dan....
Puuh...! Demikianlah hal itu dilakukannya berulang-ulang. Karena tetapi tidak ada
perubahan. Maka Dewi Arimbi lama kelamaan menjadi cemas. Padahal yang
sesungguhnya Suro mulai sadar sejak hembusan pertama.
Tetapi ia tetap menahan nafas dan berpura-pura pingsan terus. Di luar kesadaran
si gadis. Ia merasa senang dicium oleh gadis secantik Dewi Arimbi.
Sampai kemudian setelah puas membuat Dewi Arimbi cemas. Ia berpura-pura
merintih. "Aduh biyung... sakitnya dadaku ini...!"
"Akh... syukurlah kau sudah sadar, Suro...!" kata Dewi Arimbi tampak kegirangan.
"Ap... apa yang terjadi denganku"
Apakah aku sudah mati?" tanya Suro dalam hatinya ia menjadi geli.
"Tidak... tidak! Kau belum mati, Suro. Kau hanya pingsan setelah melawan Datuk
Sakti itu. Ach... tidak kusangka kau mampu membuatnya tidak sadar dan terluka!
Kau hebat...!" puji si gadis.
"Dia pingsan, aku klenger. Berarti tidak ada yang kalah dan tidak ada pula yang
menang!" desis si pemuda.
"Sudah jangan pikirkan! Aku harus menyembuhkan luka dalam yang kau derita.
Sekarang duduklah...!" perintah si gadis akrab.
"Ohk... aku tidak sanggup...!"
sahut Suro. Dewi Arimbi terpaksa mendukungnya.
Karena ia berada di belakang. Maka dadanya yang kenyal menyentuh punggung Suro
Blondo. Pemuda konyol ini benar-benar ingin menguji sampai di mana perhatian si
gadis. "Nah... tetaplah bertahan duduk seperti ini...!" perintah si gadis.
Tidak lama kemudian ia menyalurkan tenaga dalamnya ke bagian telapak tangan yang
menempel di punggung si pemuda. Hawa hangat segera menjalar ke sekujur tubuh si
pemuda. Tampak jelas keringat mengalir deras membasahi pakaian Dewi Arimbi.
Sampai akhirnya si gadis menarik tangannya yang bergetar. Dewi Arimbi duduk
bersila dan mengatur nafasnya yang tidak teratur. Setelah itu ia membuka matanya
kembali. Di luar sepengetahuan si gadis. Tadi Suro sempat menelan obat pulung
mujarab pemberian gurunya.
Sehingga dalam waktu yang tidak lama luka yang dideritanya benar-benar telah
sembuh. "Bagaimana, Suro...?" tanya Dewi.
Pemuda konyol itu tersenyum, senyumannya
benar-benar menggetarkan hati si gadis.
"Berkat pertolonganmu nyawaku tidak jadi melayang... Kalau tidak ada engkau
mungkin aku sudah mampus!" sahut si pemuda.
"Ahk... kau ada-ada saja. Masalah nyawa adalah urusan Malaikat. Sebaiknya kau
istirahat dulu! Aku ingin mencari buah-buahan untukmu!" ucap di gadis.
Dengan dibantu Dewi Arimbi, Suro merebahkan tubuhnya di atas rerumputan kering.
Sebentar saja si gadis telah berkelebat pergi. Mata pemuda berbaju biru muda ini
berkedap-kedip. Pikirannya menerawang. Tiba-tiba saja ia teringat pada Wiro
Suryo. "Kemana bocah tua, Tenggiling Kedil. Apakah dia setelah terpisah dariku kembali
ke Gunung Sembung" Atau mencari Betina Dari Neraka" Semakin banyak saja orang
yang memburu Manusia Setan itu."
batin si pemuda.
Tiba-tiba ia mendengar suara
gemerisik dedaunan tidak jauh dari sisinya. Lalu, tercium bau harum khas wanita.
Pendekar Blo'on menyadari bahwa yang datang adalah Dewi Arimbi. Itu sebabnya ia
langsung memejamkan matanya.
Gadis itu kemudian muncul dengan membawa buah-buahan hutan yang enak dimakan.
"Ternyata dia tidur!" kata si gadis dengan suara perlahan saja.
Dewi Arimbi meletakkan buah-buahan di sisi Suro.
"Sebaiknya aku mandi dulu!" katanya seorang diri
Dewi Arimbi kemudian melangkah ke arah sungai sejarak dua tombak dari tempat
Suro berbaring. Karena mengira si pemuda benar-benar tidur. Maka tanpa curiga ia
menanggalkan seluruh pakaiannya. Sehingga terlihatlah sekujur tubuhnya yang
berkulit kuning langsat itu. Dewi kemudian masuk ke dalam sungai.
Ia berenang kian kemari sambil
bersenandung kecil. Suro Blondo si pemuda nakal membuka matanya sedikit dan
memandang ke jurusan sungai. Sehingga ia dapat melihat lekuk lengkung tubuh si
gadis. Lalu ia memejamkan matanya kembali. Dadanya menggemuruh, jantungnya
memukul-mukul dengan keras. Darahnya mendesir.
"Aku sih kuat melihat pemandangan apa saja, tapi si entong tidak bisa kompromi!"
kata hati Suro Tidak lebih dari sepemakan sirih.
Dewi Arimbi segera naik kembali ke daratan. Ia mengenakan pakaiannya satu
persatu. Pada saat itulah Suro terbatuk-batuk.
"Suro jangan melihat kemari!" seru Dewi sambil memalingkan tubuhnya ke arah
lain. "Ada apa rupanya?" tanya si pemuda dengan lugu.
"Ak... aku... aku sedang...
ahk...!" Dewi Arimbi jadi gugup,
"Sedang apa...?" desak si pemuda konyol.
"Se... sedang berpakaian...!"
"Jangan takut. Aku bukan durjana pemetik bunga!" sahut Pendekar Blo'on
seenaknya. Dewi Arimbi segera mempercepat segala sesuatunya. Setelah selesai
berpakaian ia langsung menghampiri Suro Blondo.
"Kau... kau mengintipku...!"
bentaknya gusar.
"Tidak!" tegas Suro.
"Katakan terus terang!!" desak si gadis dengan wajah memerah.
"Hanya sedikit."
"Ackh... kalau kau orang lain pasti sudah kubunuh!" dengus Dewi Arimbi. Tiba-
tiba tanpa sadar ia mencekik leher si pemuda. Suro Blondo hanya diam saja tanpa
melakukan perlawanan.
"Kau yang telah menolongku, jika sekarang harus mati ditanganmu hanya karena
kesalahan kecil aku tidak akan menangis!" kata si pemuda pelan. Seakan tersadar,
Dewi cepat menarik tangannya.
"Kau menyebalkan sih...!"
"Sudahlah, kau tidak perlu gusar.
Apa yang kulihat akan kurahasiakan.
Percayalah...!" Dewi Arimbi kemudian terdiam, ia memberikan buah-buahan pada
Suro. Sikapnya biasa kembali, seakan tidak pernah terjadi apa-apa antara dia dan
pemuda itu. "Sekarang sudah sangat sore. Kita tidak mungkin meneruskan perjalanan.
Sebaiknya kita melewatkan malam di sini saja!" tegas Dewi Arimbi. "Tapi ingat,
jangan kau berani kurang ajar padaku."
"Mana aku berani bertingkah macam-macam. Sedangkan satu macam saja rasanya aku
tidak berani." sahut Suro Blondo.
6 Mereka tidur di atas tumpukan daun yang ditata seadanya. Malam itu bulan bersinar cerah. Pendekar Blo'on yang memang sudah
merasa letih sebentar saja sudah tertidur. Sementara itu Dewi Arimbi tampak
gelisah. Sesekali ia melirik pada pemuda tampan yang tertidur tidak jauh di
sampingnya. Beberapa hari ia mengenal Pendekar Blo'on, terus terang hatinya
merasa tertarik. Apalagi bila mengingat pemuda itu mempunyai kepandaian sulit
dijajaki. Selain itu ia suka dengan kepolosan pemuda itu, walau terkadang
terkesan seperti pemuda bodoh yang tidak punya kepandaian apa-apa.
Hati gadis berbaju putih ini selalu tergetar bila memandang mata si pemuda.
Setiap kali mata mereka bertemu pandang, ia tidak kuat melihatnya berlama-lama.
Tetapi pada sisi lain ia mengkhawatirkan sesuatu. Gurunya, si Nenek Cantik
Tambel Nyawa tidak menghendaki murid-muridnya jatuh cinta pada pemuda mana pun.
Ia tahu Dewi Kehidupan tidak pernah mengenal laki-laki seumur hidupnya. Sebab
menurut si nenek, mengenal seorang laki-laki hanya akan merusak kehormatan.
Padahal kesucian harus selalu dijaga sampai ajal tiba. Agar ia dapat mewarisi
seluruh ilmu yang dimiliki oleh gurunya.
Kini hatinya menjadi bimbang,
haruskah ia mengesampingkan perasaannya terhadap laki-laki. Padahal anak-anak
manusia terlahir karena cinta. Tetapi menurut gurunya, manusia terlahir karena
nafsu dan perbuatan usil ayahnya, dan juga karena emaknya tidak pakai celana.
"Mengapa aku harus merasakan hal-hal seperti ini! Guru pasti marah besar bila
mengetahui aku jatuh cinta pada pemuda ini!" pikir Dewi Arimbi. Kenyataan ini
membuat si gadis gelisah, sehingga tidak dapat memejamkan matanya.
"Uhuk...! Uhuk...!"
Suro Blondo terbatuk-batuk. Entah disengaja atau batuk sungguhan. Dewi Arimbi
segera menghampiri.
"Masih sakitkah dadamu, Suro?"
tanya si gadis dengan suara lirih.
"Tidak."
"Mengapa batuk?"
"Sebab aku ingin dekat denganmu, Kulihat kau gelisah, apa yang sedang kau
pikirkan?" tanya Pendekar Blo'on.
"Memikirkan dirimu, tolol!" batin Dewi dalam hati. Namun yang keluar dari
bibirnya tetap lain. "Tidak ada." Ketika mereka bicara wajah mereka sejarak dua
jengkal saja, sehingga masing-masing dapat mendengar tarikan nafasnya.
"Kupikir kau sedang mengingat kekasihmu!" pancing Suro Blondo sambil menggaruk-
garuk kepalanya.
"Pacar apa, kenal laki-laki saja baru kali ini!" sergah Dewi ketus.
"Kalau begitu kau pasti sedang memikirkan aku!" ujar Suro nakal.


Pendekar Bloon 5 Memburu Manusia Setan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba direngkuhnya Dewi dalam pelukannya. Gadis itu jelas kaget dan langsung
meronta. Suro menjatuhkan ciuman lembut di bibir si gadis.
"Kk... kau kurang ajar...!" maki Dewi.
Tiba-tiba ia menampar pipi Suro, hingga pemuda itu terjengkang. Dari sudut bibir
si pemuda menetes darah segar.
"Rupanya ini pekerjaanmu pada setiap perempuan yang kau temui?" desis Dewi
Arimbi sambil mengusap-usap bibirnya
bekas ciuman si pemuda. Setelah itu ia menendang perut Suro Blondo.
"Cepat mengaku!"
"Baru kali ini aku melakukannya!
Itu kulakukan karena aku merasa berhutang nyawa padamu!" kata si pemuda sambil
memegangi perutnya yang sakit.
"Kau bohong!"
"Aku tidak berdusta! Maafkan aku Dewi...!"
"Maafmu kuterima, tapi aku merasa muak melihat tampangmu! Kalau saja bukan
karena guru memberi tugas padaku. Tentu aku telah kembali ke Lembah Tanpa Nama!"
Dewi merajuk. Pendekar Blo'on akhirnya terdiam. Melihat si pemuda memegangi
perutnya. Dewi merasa iba juga, amarahnya pun reda kembali. Ia segera datang
menghampiri. Sesungguhnya Dewi Arimbi mempunyai hati yang lembut, tidak seperti
Dewi Bulan yang ketus atau Dewi Kerudung putih yang misterius.
"Sakitkah?"
"Lumayan!" sahut si pemuda.
"Kau kurang ajar sih, kalau tidak mana begini jadinya?" kata si gadis. Ia
kemudian seperti seorang tabib segera memeriksa perut si pemuda.
"Cuma luka sedikit, kurasa tidak apa-apa!" gumam Dewi pelan.
"Ssst...!"
Suro menempelkan jemari tangannya
ke bibirnya sendiri sebagai isyarat agar gadis di sampingnya diam.
"Aku mendengar ada orang menuju kemari!" bisik Pendekar Blo'on sambil berusaha
memasang telinganya dengan baik.
"Dicari kemana-mana, tidak tahunya bersembunyi di sini!" kata sebuah suara.
Tidak berselang lama tampak seorang laki-laki muda perkasa bertelanjang dada dan
cuma memakai cawat. Pemuda itu memandang tajam pada Suro Blondo dan Dewi Arimbi
silih berganti.
"Perkasa!!" seru Pendekar Blo'on yang memang pernah melihat manusia jelmaan
patung batu itu.
"Kau Pendekar Blo'on?" bentak Perkasa.
Si pemuda dan si gadis segera
melompat berdiri untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diingini.
"Benar kau Pendekar Blo'on?"
Perkasa mengulangi pertanyaannya.
"Ha ha ha...! Apa yang lucu dalam dunia ini, Perkasa" Ketika Pematung Kelana
mengukir sebuah keindahan dan nilai seni yang tinggi. Dirimu hanyalah batu
marmar hampir tidak berguna. Tetapi orang yang telah membuatmu, dibunuh oleh
Betina Dari Neraka. Atas bantuan iblis Tua Tengkorak Mata Api membangkitkanmu.
Sehingga kau hidup seperti sekarang ini!
Dirimu bernilai lima kantong emas! Tetapi
setelah kau punya nyawa, engkau menjadi budak Betina Dari Neraka!" dengus
Pendekar Blo'on sambil pencongkan mulutnya.
"Kau Pendekar Blo'on" Siapa kawanmu?"
"Kawanku adalah orang yang dekat dengan diriku!" sahut Suro tenang.
"Junjunganku memberi perintah untuk menangkapmu hidup atau mati!" tegas Perkasa.
"Begitu mudahkah, Perkasa"
Menangkap nyamuk saja kau tidak becus.
Yang pernah kulihat bisamu cuma
menangkap, mendekap, membelai tubuh mulus majikanmu...!" ejek si pemuda rupanya
sengaja memancing kemarahan lawannya.
Perkasa mendengus geram. Dengan
langkah-langkahnya yang kaku
bagaikan patung. Tangannya yang kokoh mencengkeram ke dada Suro. Dewi Arimbi jelas
khawatir melihat keselamatan si pemuda. Sebab ia menyangka pemuda itu belumlah
sembuh benar dari luka dalam yang dideritanya.
Gadis itu tidak tahu, bahwa Suro adalah si bocah ajaib, yang apabila terluka
tubuhnya segera sembuh.
Melihat tangan Perkasa terus
terjulur memanjang. Maka Dewi Arimbi melepaskan pukulan jarak jauhnya.
Wuut! Selarik sinar biru menderu dan
menghantam pergelangan tangan Perkasa.
Laki-laki itu mendengus geram. Ternyata pukulan yang dilepaskan Dewi Arimbi
tidak membawa akibat apa-apa bagi Perkasa.
Gadis berbaju putih itu tentu kaget bukan main. Kini ia melepaskan pukulan lagi
ke arah lawan. Pada waktu bersamaan Perkasa berbalik dan mengejar Dewi Arimbi.
"Kau membantu pemuda itu" Kalau begitu aku juga harus menangkapmu!"
dengus pemuda tinggi besar yang hanya memakai cawat ini. Hanya dengan dua tiga
kali langkah. Maka Perkasa berhasil mendekati lawannya. Namun Dewi Arimbi tidak
tinggal diam, dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang sudah mencapai
tahap sempurna. Maka Dewi Arimbi memper-gunakan jurus 'Bermain Di Atas Air'.
Tiba-tiba saja tubuh gadis itu berputar-putar. Ia menggerakkan tangannya
sebanyak tujuh kali. Di lain kesempatan pada setiap ujung jemarinya melesat
seutas tali berwarna putih ke arah Perkasa. Sepuluh tali setipis kuku itu
langsung membelit tubuh Perkasa. Pemuda itu meronta-ronta. Tetapi ternyata tali
yang terdapat di ujung jari Dewi Arimbi ini ulet bukan main.
"Hiaa... keparat...!" teriak Perkasa marah. Perkasa meronta-ronta, demikian
besar tenaga yang dimiliki oleh manusia jelmaan patung ini. Sehingga
membuat Dewi Arimbi kewalahan mengikuti kemana saja gerakannya.
"Pukulan Tali Arus'! Heaaa...!"
teriak si gadis.
Dengan cepat ia melepaskan lima
jemari tangannya yang memegang tali.
Setelah itu tangan kanan ia kibaskan ke depan. Seleret sinar putih berkilau
laksana perak meluncur deras ke arah Perkasa. Karena hanya lima tali yang
mengikat tubuhnya. Maka dengan sekali berontak ia dapat membebaskan diri dan
langsung memapaki serangan lawan.
Wut! Ketika tangannya dihentakkan ke
depan. Maka dari telapak tangan Perkasa meluncur sinar merah seperti bara.
Sinar itu membentur sinar putih yang dilepaskan oleh Dewi Arimbi.
Glaar! Terjadi ledakan
dahsyat. Dewi Arimbi terpelanting sejauh tiga batang tombak. Sedangkan Perkasa sendiri, jangan
bergetar sedangkan bergeming pun tidak.
Dewi Arimbi merasa dadanya hendak pecah.
Dari hidungnya tampak menetes darah segar. Ia mencoba bangkit berdiri. Namun
kepalanya sakit berdenyut-denyut. Sedangkan pada waktu itu Perkasa telah
menggerakkan kakinya menginjak-injak Dewi. Tapi gadis itu bergerak cepat
dengan cara berguling-guling.
Melihat bahaya mengancam jiwa Dewi Arimbi, Suro Blondo tentu tidak diam saja. Ia
segera menerjang ke depan.
Dengan turunnya pemuda itu di arena pertempuran. Tentu saja gerakan Perkasa
untuk membunuh Dewi Arimbi jadi
terhalang. Sementara itu Pendekar Blo'on dengan gerakan-gerakan kacau terus
melancarkan serangan-serangan ke bagian tubuh lawannya.
"Ciaat...!"
Jtok! "Heh...!"
Pendekar Blo'on terkejut. Telapak tangannya yang menghantam dada Perkasa seperti
menghantam batu saja. Pemuda ini kesakitan, lalu melompat mundur sambil garuk-
garuk kepala. "Setan yang satu ini benar-benar alot. Aku harus mencari bagian-bagian terlemah
di tubuhnya!" pikir si pemuda.
Tiba-tiba ia melompat ke depan. Tetapi lompatannya seperti gerakan seekor monyet
yang bergelantungan. Ketika kaki Perkasa menghantam perutnya. Dengan terhuyung-
huyung ia melompat mundur, tendangan kaki lawannya tidak mengenai sasaran. Suro
menangkap kaki Perkasa yang lewat di atas bahunya. Kemudian jemari tangannya
dengan sekuat tenaga meremas bola keramat milik lawan.
Blop! "Akh...!"
Perkasa menjerit kesakitan. Suro Blondo tertawa membahak sambil seka keningnya.
"Ternyata kau punya bola bukan main-main besarnya. Dan kau punya pusaka gondal-
gandil macam kentongan!" ejek Pendekar Konyol itu di sertai senyum.
Perkasa tampak terpincang-pincang, ia memegangi perutnya yang terasa mulas.
"Haarrrgkh...!"
Di puncak kemarahannya, Perkasa
menjerit keras. Suaranya menggetarkan dada. Kemudian kakinya bergerak cepat
menendang apa saja yang ada di depannya.
Batu-batu sebesar anak kerbau berpe-lantingan menghujani Pendekar Blo'on dan
Dewi Arimbi. Kedua muda-mudi itu tentu saja dibuat kalang-kabut. Mereka
menghindari hujan batu besar yang melayang akibat tendangan Perkasa. Rupanya
manusia jelmaan patung ini kecewa melihat tidak satu batu pun yang mengenai
sasaran. Ia kemudian mengangkat batu sebesar kerbau dan melemparkannya ke arah
lawan. "Menghindar Rimbi!" teriak Suro memberi peringatan.
Buum! Batu jatuh berdebum tidak mengenai sasaran. Debu mengepul di udara. Perkasa
mengamuk membabi buta.
7 "Bagus! Mengamuklah sesuka hati, kalau tenagamu sudah terkuras habis.
Tidak lama lagi kau akan menjadi loyo!"
kata Pendekar Blo'on sambil tersenyum mengejek.
"Aku akan membunuh kalian berdua!"
teriak Perkasa.
Lagi-lagi ia melompat ke depan.
Sebentar kemudian tangannya sudah terjulur menggapai leher Suro. Tetapi pemuda
berambut hitam kemerah-merahan ini sudah menghindar ke samping. Serangan lawan
tidak mengenai sasarannya. Pada saat itulah tanpa diduga-duga Perkasa menghantam
ulu hati Suro dengan tendangan kaki kiri.
Duuk! "Hegkh...!"
Suro Blondo keluarkan seruan
tertahan. Ia jatuh terguling-guling.
Bukan main sesaknya nafas si pemuda, ia cepat bangkit berdiri. Tetapi hal itu
sulit dilakukannya. Sementara Perkasa telah menyerangnya kembali dengan sebuah
pukulan yang mematikan.
Melihat selarik sinar merah
meluncur deras ke arah si pemuda. Maka Dewi Arimbi segera kirimkan sebuah
pukulan 'Benteng Kincir Air'. Seketika itu juga terdengar suara angin menderu-
deru. Segelombang angin bercampur uap putih melesat deras dari telapak tangan si
gadis. Tidak dapat dihindari lagi kedua pukulan dahsyat itu akhirnya bertemu di
udara dan menimbulkan ledakan dahsyat.
"Blaam...!"
"Huukh...!"
Kali ini Perkasa tampak jatuh
terduduk. Dewi Arimbi sendiri tampak terguling-guling. Sudut bibirnya
mengucurkan darah. Gadis itu berusaha memperbaiki posisinya. Tetapi gerakannya
ini malah membuat darah semakin banyak yang keluar.
Suro Blondo yang juga sudah terluka tidak mungkin membiarkan kenyataan ini
terjadi. Ia segera bangkit berdiri. Lalu ia mengerahkan tenaga dalam ke bagian
telapak tangan. Tiba-tiba ia melompat ke depan disertai seruan keras....
"'Ratapan Pembangkit Sukma'
Hiyaa...!"
Pemuda berambut hitam kemerahan ini dengan serentak menghentakkan kedua
tangannya ke arah Perkasa yang baru saja berusaha bangkit berdiri. Angin kencang
bergulung-gulung laksana badai salju menderu. Tampak sinar putih memenuhi daerah
tersebut. Pohon-pohon bertumbangan, pukulan tersebut menyapu apa saja yang
berada di depannya. Melihat badai
topan yang mendayu-dayu ini. Perkasa mencoba melepaskan pukulannya. Tetapi apa
yang dilakukannya sudah sangat terlambat.
Kemudian.... Glaar! "Aaaa...!"
Perkasa menjerit sambil memegangi dadanya. Tubuh laki-laki tinggi besar ini
terguling-guling. Dari sudut-sudut bibir Perkasa tampak mengucurkan darah.
Pendekar Blo'on tidak mau mengulur-ulur waktu lagi. Sekali lagi ia melepaskan
pukulan 'Ratapan Pembangkit Sukma' ke arah lawan. Tetapi rupanya walau Perkasa
telah terluka. Ia juga melepaskan pukulan andalannya.
Ketika tangannya ia kibaskan ke
depan. Maka selarik sinar menebar hawa panas menderu ke arah Suro Blondo. Selagi
pukulannya meluncur deras di udara. Maka Perkasa langsung berkelebat pergi.
Blaar! "Hekh...!"
Suro Blondo jatuh terjengkang.
Dadanya terguncang, isi perutnya bergetar sehingga menimbulkan rasa sakit
Naga Kemala Putih 2 Istana Tanpa Bayangan Karya Efenan Iblis Sungai Telaga 4
^