Pencarian

Sumpah Sepasang Harimau 2

Dewa Arak 56 Sumpah Sepasang Harimau Bagian 2


tidak berarti apa-apa. Bahkan sebaliknya, Dewa Arak yang merasa kesakitan.
"Kau hebat, Ki," dari lubuk hatinya yang paling dalam, Dewa Arak memberikan
pujian. "Tapi, bukan berarti aku kalah."
"Ha ha ha...!" Eyang Wali Sidapaksi tergelak. Tawa gembira penuh kemenangan.
"Bagus! Aku justru senang dengan orang yang tidak mudah putus asa. Keluarkan
seluruh kemampuanmu, Dewa Arak!"
Usai berkata, Eyang Wali Sidapaksi berdiam diri tidak melakukan penyerangan.
Tampaknya dia memberi kesempatan pada Dewa Arak untuk mengeluarkan ilmu andalan.
Tentu saja kesempatan itu tidak disia-siakan Dewa Arak. Diambilnya guci yang
tersampir di punggung, kemudian dituangkan ke mulutnya.
Gluk... Gluk.... Gluk...!
Terdengar bunyi tegukan ketika arak itu melewati tenggorokan Dewa Arak. Sesaat
kemudian, hawa hangat menjalari bagian dalam perutnya. Perlahan-lahan hawa
hangat itu menyebar ke atas.
Sampai akhirnya, kedua kaki pemuda berambut putih keperakan itu tidak menapak
dengan mantap lagi di tanah. Oleng ke kanan dan kiri.
Kelakuan Dewa Arak tidak lepas dari pandangan Eyang Wali Sidapaksi. Dahi kakek
beralis melintang itu kelihatan berkernyit heran. Ilmu apa yang akan dikeluarkan
pemuda berambut putih keperakan itu" Eyang Wali Sidapaksi tak habis pikir.
Kakek beralis tebal itu tidak tahu Dewa Arak tengah mengeluarkan ilmu andalan
yang telah membuat julukannya menggemparkan dunia persilatan. Ditakuti lawan dan
disegani kawan.
Itu sebabnya, meskipun Dewa Arak dengan langkah terhuyung-huyung seperti akan
jatuh bergerak menghampiri, Eyang Wali Sidapaksi masih belum memberikan
tanggapan. Apa yang dapat dilakukan orang yang tengah mabuk" Jangankan
bertarung, melangkah saja sulit!
5 Pandangan meremehkan Eyang Wali Sidapaksi langsung pupus ketika Dewa Arak
mulai melancarkan serangan. Kekagetan dan keheranan melanda hatinya. Gerakan
Dewa Arak yang meliuk-liuk seperti tanpa tenaga, mendadak keras dan penuh
kekuatan. Pemuda berambut putih keperakan itu membuka serangan dengan pukulan punggung
tangan kanannya, ciri khas ilmu 'Belalang Sakti'. Serangan itu ditujukan ke arah
dada Eyang Wali Sidapaksi!
Serangan inilah yang membuka mata Eyang Wali Sidapaksi kalau tingkah laku aneh
Dewa Arak tidak bisa dianggap remeh. Terasa ada tekanan dahsyat dari serangan
Dewa Arak. Tekanan itu mengingatkan Eyang Wali Sidapaksi pada terpaan gelombang laut!
Namun, sekalipun telah mengetahui kedahsyatan serangan itu, Eyang Wali Sidapaksi
tidak melakukan tindakan apa pun untuk mematahkan serangan lawan. Lelaki
berkumis melintang itu tetap berdiam diri di tempatnya. Tidak tampak tanda-tanda
dia akan menangkis atau mengelak. Maka....
Bukkk! Telak dan keras serangan Dewa Arak mendarat di sasaran. Tubuh Eyang Wali
Sidapaksi terjajar ke belakang. Tapi, tidak terlihat serangan itu berpengaruh
terhadap dirinya.
Diam-diam Dewa Arak terkejut melihat serangannya tidak menimbulkan akibat
sedikit pun pada lawan. Tangannya seperti menghantam benda kenyal, yang membuat
tenaganya membalik! Meskipun demikian, Dewa Arak tidak jera. Serangan-serangan
susulannya segera dikirimkan.
Tapi kali ini Eyang Wali Sidapaksi tidak berdiam diri. Kalau setiap serangan
lawan dibiarkan, pertarungan tak akan pernah usai. Agar cepat berakhir, harus
diberikan perlawanan. Dan keputusan itu segera dilakukan.
Sungguh menarik pertarungan yang berlangsung. Satu pihak memiliki gerakan yang
berubah-ubah. Terkadang lemas tak bertenaga, tapi mendadak menegang penuh
kekuatan. Sementara di pihak lain gerakan-gerakannya terlihat agak lambat, namun
mengandung kedahsyatan yang tidak terperikan.
Jalannya pertarungan sudah dapat ditebak. Berkali-kali serangan Dewa Arak baik
pukulan, tendangan, tamparan, totokan, maupun hantaman guci bersarang dengan
telak di berbagai bagian tubuh Eyang Wali Sidapaksi. Na mun, semua itu tidak
menimbulkan pengaruh apa pun. Bahkan membuat amukan Eyang Wali Sidapaksi semakin
dahsyat. Tapi betapapun keras kakek itu mengamuk, tetap tidak mencapai hasil yang
diharapkan. Setiap serangan yang dikirimkan selalu dapat dipunahkan Dewa Arak
dengan jurus 'Delapan Langkah Belalang'nya!
"Keparat!"
Eyang Wali Sidapaksi menggertakkan gigi ketika untuk yang kesekian kali
serangannya hanya mengenai tempat kosong. Padahal jelas terlihat pemuda berambut
putih keperakan itu memapaki dengan tubuhnya, seperti sengaja membiarkan untuk
dijadikan sasaran. Tapi, mengapa selalu meleset"! Eyang Wali Sidapaksi tidak
mengerti. Tapi kebingungan itu tidak berlangsung lama. Setelah berulang kali,
dia tahu Dewa Arak memiliki ilmu langkah ajaib!
Jurus demi jurus berlalu. Kini pertarungan memasuki jurus kedua puluh lima.
Belum nampak tanda-tanda pihak yang akan keluar sebagai pemenang. Pertarungan
masih berlangsung seimbang. Mendadak Eyang Wali Sidapaksi mengeluarkan jeritan
kaget. Kemudian, tubuhnya dilemparkan ke belakang menjauhi kancah pertarungan. Dewa
Arak yang tidak mau memanfaatkan kesempatan itu membiarkan saja tindakan
lawannya. Pemuda itu berdiam diri menunggu. Sebuah dugaan lawan akan
mempergunakan ilmu simpanan yang lain muncul.
Tapi ternyata dugaan pemuda berambut putih keperakan itu meleset. Begitu kedua
kakinya menjejak tanah, Eyang Wali Sidapaksi tidak mempersiapkan diri untuk
mengeluarkan ilmu lainnya. Kakek itu melayangkan pandangan ke satu arah.
Belakang Dewa Arak!
Melihat hal itu Dewa Arak segera teringat pada seorang wanita yang berada di
belakangnya. Yakin kalau Eyang Wali Sidapaksi tidak akan membokong, kepalanya
ditolehkan untuk mengetahui apa yang terjadi. Tapi pemuda itu tetap memasang
sikap waspada. Siapa tahu Eyang Wali Sidapaksi ingin melancarkan siasat licik.
Ternyata tidak! Kakek itu tidak bermaksud menipu. Di belakangnya sudah tidak ada
seorang pun. Harimau Betina Berkuku Perak telah kabur di saat mereka sibuk
bertarung! "Sayang sekali... aku tidak bisa menemanimu lebih lama, Anjing Kecil! Masih ada
urusan yang harus kuselesaikan. Selamat tinggal!"
Eyang Wali Sidapaksi melesat cepat meninggalkan tempat itu, mencari Harimau
Betina Berkuku Perak. Dalam sekali lesatan tubuhnya sudah tidak terlihat lagi.
Lenyap di balik kerimbunan semak dan pepohonan lebat.
Dewa Arak mengangkat bahu tidak peduli. Kemudian gucinya disampirkan ke
punggung. Dan kakinya diayunkan meninggalkan tempat itu.
*** Dewa Arak berlari tanpa tujuan. Dibiarkan saja sepasang kakinya melangkah
sendiri. Pemuda itu memang tidak tahu ke mana harus menuju. Sedapat mungkin akan
diusahakannya menemukan orang yang telah mengacau Perguruan Kapak Sakti. Tapi
bagaimana mungkin itu dapat dipenuhi" Semuanya masih gelap. Jangankan menangkap,
pelakunya saja belum diketahui.
Dewa Arak terus berlari tanpa memperhatikan suasana di sekelilingnya. Dia tidak
tahu kalau langkah kakinya membawanya masuk ke dalam hutan. Entah berapa lama
berlari Dewa Arak tidak tahu. Langkahnya baru dihentikan ketika sayup-sayup
tertangkap bunyi dentang senjata. Agaknya di sekitar tempat itu tengah terjadi
pertarungan. Perasaan ingin iahu mendorong Dewa Arak mengayunkan langkah menuju asal suara.
Tanpa kesulitan berarti, pemuda itu berhasil menemukannya. Ternyata benar. Bunyi
gaduh itu tercipta karena pertarungan dua pihak yang berbeda jumlahnya.
"Ah!"
Dewa Arak berseru kaget ketika mengenali salah satu pihak yang bertarung. Karena
sosok itu adalah....
"Puspa Rani...," guma m pemuda berambut putih keperakan itu menyebut nama putri
Ki Gelagar. Salah satu pihak yang tengah bertarung itu memang Puspa Rani. Gadis itu sedang
berjuang keras menghadapi lawan-lawannya. Meskipun sendirian, sedangkan lawannya
lima orang, Puspa Rani mampu mengadakan perlawanan sengit. Sepasang kapaknya
berkelebat cepat ke sana kemari mencari sasaran.
Sebenarnya kalau dihitung perorangan, tingkat kepandaian putri ketua Perguruan
Kapak Sakti itu berada cukup jauh di atas lawan-lawannya. Tapi karena mereka
terdiri dari orang-orang kasar dan berjumlah lebih banyak, Puspa Rani kewalahan.
Perlahan-lahan gadis itu terdesak. Ini karena putri Ketua Perguruan Kapak Sakti
itu belum berpengalaman luas dalam bertarung. Sementara lawan-lawannya kelihatan
telah memiliki pengalaman bertarung yang cukup.
Sekali lihat saja Dewa Arak tahu keadaan Puspa Rani tidak menguntungkan. Kalau
dibiarkan gadis berpakaian merah itu akan roboh di tangan lawan-lawannya. Pemuda
berambut putih keperakan itu pun memutuskan untuk ikut campur. Dan Dewa Arak
mendapatkan kesempatan itu. Saat itu salah seorang lawan Puspa Rani berhasil
mengait kaki gadis itu hingga jatuh telentang.
Kesempatan ini tidak disia-siakan yang lainnya. Sebelum Puspa Rani sempat
bangkit, sebuah tendangan dari dua orang Iawannya telah membuat kapak yang
tergenggam di tangan putri Ketua Perguruan Kapak Sakti itu terpental jatuh!
Tidak hanya itu. Sisa pengeroyoknya mengirimkan totokan, hingga tubuhnya
terkulai lemas.
"He he he...! Akhirnya kau dapat juga kami lumpuhkan, Kuda Binal!" ucap salah seorang dari mereka, yang berwajah
totol-totol bekas luka. Usai berkata, lelaki itu menindih tubuh Puspa Rani.
Dengan kasar diciuminya wajah gadis berpakaian merah itu.
"Ha ha ha...!"
Empat orang kawan lelaki berwajah totol-totol hitam tertawa bergelak. Apalagi
ketika mendengar Puspa Rani memakimaki karena ngeri menyadari kejadian yang akan
dialaminya. "Biadab!" teriak Dewa Arak dengan suara bergetar. Kemudian tubuhnya melayang ke
arah gerombolan orang kasar itu.
"Hih!"
Di saat tubuhnya masih berada di udara, Dewa Arak mengibaskan kedua tangannya.
"Ah!"
"Aaa...!"
Jeritan kaget bercampur ngeri keluar dari mulut lima orang lelaki kasar itu.
Tubuh mereka melayang deras ke belakang karena hembusan angin keras dari kibasan
kedua tangan Dewa Arak.
Namun hanya lima orang itu saja. Puspa Rani tidak! Tubuh putri Ketua Perguruan
Kapak Sakti itu tidak bergeming, seolah di tempat itu tidak terjadi apa-apa.
Dewa Arak tengah mempertunjukkan kemampuannya. Pemuda berambut putih keperakan
itu mampu mengatur serangan jarak jauhnya, sehingga hanya mengenai orang-orang
yang dituju! Srakkk, brukkk!
Bunyi berdebuk dan berkerosakan keras terdengar ketika tubuh kelima orang kasar
itu berjatuhan di tanah dan semak-semak. Sial bagi yang terjatuh di tanah.
Mereka menyeringai kesakitan. Tapi sesaat kemudian mereka sudah bangkit. Dengan
mata berkilat-kilat penuh ancaman, mereka menatap Dewa Arak.
Sementara itu, Dewa Arak sudah berdiri di dekat Puspa Rani. Pemuda itu tidak
mempedulikan kelima lelaki kasar itu. Padahal, Arya tahu mereka tengah bersiap
untuk melancarkan serangan.
*** "Dewa Arak...!" seru Puspa Rani ketika melihat sosok yang berdiri di hadapannya.
Terdengar jelas nada kegembiraan dalam suaranya.
Dewa Arak menyunggingkan senyum lebar. Kemudian tanpa berkata, tangannya
diulurkan. Dengan sekali sentuh, totokan yang membelenggu Puspa Rani dapat
dipunahkan. Dan baru saja Dewa Arak berdiri tegak...
"Hiyaaat! Haaat...!"
Sing, sing! Sinar terang menyilaukan mata berkilau ketika lima orang kasar mencabut
senjatanya, kemudian mengayunkan ke berbagai bagian tubuh Dewa Arak Tapi pemuda
berambut putih keperakan itu tetap tenang. Tidak terlihat Dewa Arak akan
memberikan perlawanan. Arya seperti pasrah dengan kejadian yang akan menimpanya.
Kenyataan ini membuat kelima orang kasar itu menjadi gembira. Mereka menyangka
Dewa Arak tidak mengetahui adanya serangan. Terbayang di benak mereka pemuda itu
menjerit dan menggeliat menjelang ajal ketika senjata mereka mendarat di
sasaran. Tak, tak, takkk!
"Ah!"
"Uh!"
Jeritan-jeritan kaget terlontar dari mulut kelima lelaki kasar ketika melihat
hasil serangan mereka. Senjata mereka seperti membentur segundukan baja.
Akibatnya, senjata-senjata itu terpental balik dan rasa sakit mendera tangan!
Keterkejutan itu semakin menjadi-jadi ketika melihat mata golok mereka gompal!
Dengan pandang mata tak percaya, ditatapnya Dewa Arak dan senjata yang
tergenggam berganti-ganti. Sementara itu Dewa Arak sudah membalikkan tubuh.
Ditatapnya wajah kelima orang kasar itu.
"Orang-orang seperti kalian tidak pantas dibiarkan hidup. Banyak orang tak
berdosa akan menjadi korban bila kalian masih tinggal di dunia!"
Tenang ucapan Dewa Arak, tapi di dalamnya terkandung ancaman maut. Itu dirasakan
oleh lima orang lawannya. Sayang gerombolan orang kasar itu terlalu menurutkan
kemarahan. Kalau saja mereka mau menggunakan pikiran, meskipun hanya sedikit,
kenyataan yang diterima telah menjadi bukti Dewa Arak terlalu tangguh untuk
dihadapi. Tapi, sikap keras kepala telah membuat pikiran mereka buntu.
Meskipun Dewa Arak telah mengeluarkan ancaman, kelima orang kasar itu tidak
menjadi gentar. Mereka bergerak menghampiri pemuda itu. lalu dengan diawali
teriakan-teriakan nyaring memekakkan telinga, mereka melancarkan serangan.
Kali ini Dewa Arak memutuskan untuk mengadakan perlawanan. Maka ditunggunya
hingga serangan lawan menyambar dekat. Kemudian tanpa merubah kedudukan, kedua
tangannya digerakkan dengan cepat.
Tak, tak, takkk!
Buk, buk, bukkk!
"Akh!"
"Aaa...!"
Rentetan kejadiannya berlangsung demikian cepat. Tertangkisnya serangan golok
kelima orang kasar itu dan kedua tangan Dewa Arak yang menghantam tubuh mereka
terjadi hampir bersamaan. Tahu-tahu tubuh kelima pengeroyoknya terlempar ke
belakang dan jatuh bergulingan.
Ketika kekuatan yang membuat tubuh mereka bergulingan lenyap, luncuran tubuh itu
terhenti. Tapi, tidak ada satu pun yang bergerak bangkit. Semuanya telah tewas
di saat tubuh mereka melayang.
"Hhh...!"
Arya menghela napas berat. Ada rasa sesal yang selalu bergayut di hati pemuda
berambut putih keperakan itu setiap kali membunuh lawan. Jauh di lubuk hatinya
Dewa Arak tidak mau melakukan pembunuhan. Tapi, itu harus dilakukan. Bila tidak,
korban-korban kelima orang kasar itu akan terus berjatuhan.
Setelah menatap mayat kelima lawannya, Dewa Arak mengalihkan perhatian ke arah
Puspa Rani. Ternyata gadis berpakaian merah itu tengah menatapnya. Hingga dua
pasang mata mereka saling bertemu.
"Kukira kau mengalami nasib yang sama dengan ayah dan saudara-saudara
seperguruanmu, Puspa Rani," ucap Dewa Arak pelan dan bernada keluhan.
Wajah putri Ketua Perguruan Kapak Sakti itu langsung berubah muram. Pertanyaan
itu menyebabkannya teringat kembali akan musibah yang menimpa perguruan ayahnya.
6 "Jadi..., kau... kau telah melihatnya...?" tanya Puspa Rani terbata-bata.
"Hhh...!" Arya menghembuskan napas berat. "Secara tidak sengaja aku melihatnya,
Puspa Rani. Semula memang aku berniat mengunjungi ayahmu. Tapi itu kulakukan
setelah berziarah ke makam kakek guruku. Tujuan utamaku kembali ke tempat ini
adalah mengunjungi makam beliau. Sungguh tidak kusangka akan menemui kenyataan
ini. Hancurnya perguruanmu, dan kejadian yang menimpa dirimu..."
Puspa Rani terdiam. Di benaknya kembali terbayang nasib yang menimpa ayah dan
saudara-saudara seperguruannya.
"Apa kau berada di sana sewaktu peristiwa itu terjadi, Puspa Rani?" tanya Dewa
Arak ingin tahu. Agak aneh kalau gadis berpakaian merah ini dapat lolos dari
kematian, sementara ayah dan seluruh saudara-saudara seperguruannya habis
dibantai. Puspa Rani mengangguk.
"Lalu..., mengapa kau dapat selamat dari maut Puspa Rani?" desak Arya.
Putri Ketua Perguruan


Dewa Arak 56 Sumpah Sepasang Harimau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kapak Sakti itu menelan
ludah untuk membasahi
tenggorokannya yang kering.
"Hanya sebuah kebetulan yang membuatku selamat, Dewa Arak," jawab Puspa Rani.
"Sewaktu aku melancarkan tendangan, manusia iblis itu dengan mudah menangkap
kakiku. Kemudian melemparkannya. Kuat sekali tenaga lontarannya sampai kepalaku menumbuk
dinding pagar."
Puspa Rani menghentikan ceritanya sejenak untuk mengambil napas.
"Aku langsung tak sadarkan diri. Begitu bangun... kulihat... Ayah dan semua
saudara-saudara seperguruanku... ahhh.... Manusia-manusia keji itu telah
membunuhnya!" Puspa Rani menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan karena
rasa sedih dan ngeri.
"Tenanglah, Puspa Rani. Biarkan mereka pergi dengan tenang. Sekalipun kau
mengeluarkan tangis darah, mereka tidak akan hidup kembali," hibur Arya,
menenangkan gadis itu.
Pemuda berambut putih keperakan itu tidak menanyakan mengapa Puspa Rani bisa
berada di tempat ini. Mengapa gadis berpakaian merah itu tidak mengubur mayat a
yah dan saudara-saudara seperguruannya" Dewa Arak tahu jawabannya. Batin Puspa
Rani terguncang hebat. Dia belum siap menerima kenyataan itu. Lari meninggalkan
perguruannya adalah cara yang paling mungkin!
Tapi hiburan yang diberikan Arya tidak mampu menghilangkan kesedihan Puspa Rani.
Putri Ketua Perguruan Kapak Sakti itu tetap tenggelam dalam kesedihannya.
Wajahnya masih ditekapkan dengan kedua telapak tangan.
"Tadi... kau katakan orang yang melakukan tindakan itu adalah pembunuh-pembunuh
keji. Berarti jumlah mereka lebih dari satu. Bisa kau memberitahukan ciri-ciri
mereka" Biar aku yang akan membalaskan kekejian ini! Ayo, Puspa Rani.
Beritahukanlah padaku!"
Puspa Rani segera mengangkat wajahnya. Ucapan Dewa Arak membuatnya melupakan
kesedihan harinya. Wajah gadis berpakaian merah itu merah padam. Sepasang
matanya berkilat-kilat memancarkan dendam. Tampaknya dia tengah dilanda
kemarahan yang amat sangat.
"Memang, iblis-iblis keji itu tidak hanya seorang, Arya! Mereka berdua. Lelaki
dan wanita!" beri tahu Puspa RanHantang penuh dendam. Kemudian dengan singkat
diuraikannya ciri-ciri pelaku pembunuhan keji itu.
Arya mendengarkan penuh perhatian. Wajah dan sorot mata pemuda berambut putih
keperakan itu tetap tenang. Padahal hatinya terguncang! Pemuda itu teringat akan
wanita yang telah ditolongnya dari tangan maut Eyang Wali Sidapaksi. Jadi...
wanita itu salah seorang dari dua pembunuh keji itu"!
Itulah kehebatan Dewa Arak. Dia mampu menyembunyikan perasaan. Meskipun
hatinya dilanda perasaan kaget, tarikan wajahnya tetap biasa. Hingga Puspa Rani
tidak mengetahuinya.
"Kini aku tahu siapa yang telah membunuh ayah dan saudara-saudara
seperguruanmu. Akan kucari mereka setelah berziarah ke makam kakek guruku," ujar
Arya. "Aku ikut, Arya!" Puspa Rani setengah terpekik. "Aku ingin melihat mereka tewas
dengan mata kepalaku sendiri!"
Dewa Arak tercenung mendengarnya. Pemuda itu tidak segera menjawab. Dipikirkannya lebih dulu sebelum kepalanya mengangguk.
"Terima kasih, Dewa Arak. Aku yakin kau akan memenuhi permintaanku."
"Simpan saja terima kasihmu, Puspa Rani," tolak Arya halus. "Lebih baik sekarang
kita berangkat. Aku khawatir mereka keburu kabur."
Sesaat kemudian, Dewa Arak dan Puspa Rani telah meninggalkan tempat itu.
Meninggalkan lima mayat yang bergeletakan di tanah. Mayat lima orang kasar yang
tewas di tangan Dewa Arak.
*** "Hhh... hhh... hhh...!"
Desah napas memburu mengiringi langkah seorang wanita cantik berpakaian kulit
harimau yang berlari terhuyung-huyung. Dia tidak lain Harimau Betina Berkuku
Perak! Srakkk! "Akh!"
Brukkk! Diawali pekikan kaget, Harimau Betina Berkuku Perak terjerembab ke tanah ketika
kaki kanannya terkait akar pohon yang menjalar ke luar.
Namun wanita itu cepat berusaha bangkit Harimau Betina Berkuku Perak berhasil
mengangkat dadanya. Tapi, tampak jelas seringai kesakitan di bibirnya. Dan
sebelum wanita bertahi lalat itu berhasil berdiri tegak...
"Harimau Betina..."!"
Sebuah seruan kaget membuat Harimau Betina Berkuku Perak menoleh. Ada perasaan
lega dalam hatinya. Dia kenal betul dengan suara itu. Dari sebelah kanannya
melesat sesosok bayangan. Dan begitu dia berhasil berdiri tegak, sosok bayangan
itu telah berada di sebelahnya. Sosok itu adalah Harimau Jantan Berkuku Emas!
"Apa yang terjadi, Harimau Betina"!" tanya Harimau Jantan Berkuku Emas seraya
melontarkan dua ekor kelinci yang tergenggam di tangan kanannya.
Blukkk! Kelinci-kelinci yang sudah mati itu terhempas di tanah. Sementara Harimau Jantan
Berkuku Emas menatap penuh selidik pada Harimau Betina Berkuku Perak.
"Kau... kau terluka, Harimau Betina"!" kembali Harimau Jantan Berkuku Emas
mengajukan pertanyaan. Terdengar jelas nada keheranan dan kekhawatiran dalam
suaranya. Harimau Betina Berkuku Perak tersenyum untuk mengeraskan hati. Wanita itu tidak
ingin kelihatan cengeng di hadapan rekannya. Tapi, karena saat itu dia tengah
kesakitan, senyumnya tampak lebih mirip seringai.
"Sulit kupercaya ada yang bisa berbuat seperti ini kepadamu. Katakan, Harimau
Betina. Siapa yang telah melakukan semua ini"!" desak Harimau Jantan Berkuku
Emas sangat geram.
"Bagaimana kalau kita cari dulu tempat yang enak, Harimau Jantan"!" usul Harimau
Betina Berkuku Perak khawatir, bila Eyang Wali Sidapaksi menemukan mereka.
"Baiklah," jawab Harimau Jantan Berkuku Emas tanpa pikir panjang lagi. "Aku tahu
sebuah tempat yang letaknya agak tersembunyi. Mari kita ke sana. Kau bisa
mengobati luka-lukamu di tempat itu."
Lalu, seraya menuntun Harimau Betina Berkuku Perak, Harimau Jantan Berkuku Emas
melesat menuju tempat yang dikatakannya. Karena letaknya tidak jauh, dalam waktu
singkat sepasang manusia berpakaian kulit harimau itu telah berada di dalamnya.
Sebuah goa cukup besar yang letaknya tertutup semak-semak dan pepohonan lebat.
"Sekarang ceritakanlah semuanya hingga kau bisa seperti ini, Harimau Betina."
Harimau Jantan Berkuku Emas segera mengajukan pertanyaan begitu dirinya dan
Harimau Betina Berkuku Perak telah duduk di dalam goa. Rekannya tidak cepat
menjawab. Ditatapnya wajah Harimau Jantan Berkuku Emas lekat-lekat
"Mungkin kau tidak percaya, Harimau Jantan," ujar Harimau Betina Berkuku Perak
memulai ceritanya.
Jangan membuat teka-teki, Harimau Betina," bantah Harimau Jantan Berkuku Emas
tidak sabar. "Ceritakanlah dulu. Mengenai percaya atau tidak dengan ceritamu itu
urusan nanti."
"Baiklah," desah Harimau Betina Berkuku Perak. "Dengar baik-baik, Harimau
Jantan. Orang yang membuatku seperti ini adalah... Eyang Wali Sidapaksi!"
"Apa"!"
Seruan kaget penuh ketidakpercayaan keluar dari mulut Harimau Jantan Berkuku
Emas. Keras bukan main sehingga dinding dan langit-langit goa bergetar hebat.
Seruan itu dikeluarkan dengan pengerahan tenaga dalam.
"Mustahil! Aku yakin kau salah lihat, Harimau Betina! Bukankah Eyang Wali
Sidapaksi telah tewas"!"
Secercah senyum tersungging di bibir Harimau Betina Berkuku Perak.
"Apa kau yakin Eyang Wali Sidapaksi memang telah tewas, Harimau Jantan"!
Bukankah kita tidak membuktikan sendiri kematiannya"!"
Harimau Jantan Berkuku Emas terdiam mendengar bantahan itu. Agaknya dia
terpengaruh oleh bantahan wanita bertahi lalat itu.
"Memang aku tidak melihat sendiri kematiannya. Tapi..., bukankah Pedang Selaksa
Racun tidak pernah lalai mengambil nyawa korbannya" Tergores sedikit saja sudah
cukup untuk mengantarkan nyawanya ke neraka. Sedangkan dia..." Pedang Selaksa
Racun kutancapkan di perutnya," urai Harimau Jantan Berkuku Emas.
"Tapi kenyataannya bagaimana, Harimau Jantan"! Dengan mata kepalaku sendiri
kulihat Eyang Wali Sidapaksi di depanku. Kemudian kami bertarung. Dan... inilah
hasilnya!"
sergah Harimau Betina Berkuku Perak seraya menudingkan jari telunjuk ke dadanya
sendiri. "Barangkali dia bukan Eyang Wali Sidapaksi, Harimau Betina"!" Harimau Jantan
Berkuku Emas menduga-duga. "Kalau benar dia Eyang Wali Sidapaksi, mana mungkin
kau bisa lolos dari tangannya"! Dia tidak akan mengampunimu!"
"Apa yang kau katakan memang benar, Harimau Jantan! Eyang Wali Sidapaksi tidak
akan membiarkanku hidup. Dia tahu aku bersekongkol denganmu! Tapi perlu kau
ketahui, masih hidupnya aku sampai saat ini bukan karena kemurahan hati Eyang
Wali Sidapaksi!"
"Hm.... Lalu bagaimana, Harimau Betina" Jangan katakan kau berhasil meloloskan
diri di saat telah terluka berat seperti itu!"
"Memang tidak demikian!" jawab Harimau Betina Berkuku Perak cepat. "Di saat
nyawaku hampir melayang, muncul seseorang menghadang maksud Eyang Wali
Sidapaksi. Ternyata orang itu memiliki kepandaian amat tinggi. Dia mampu menandingi Eyang
Wali Sidapaksi. Dan kesempatan itu kugunakan untuk mengobati luka dalamku.
Ketika telah lebih baik, aku kabur da ri situ," urai Harimau Betina Berkuku
Perak. "Kalau benar demikian katamu," ucap Harimau Jantan Berkuku Emas pelan setelah
termenung beberapa saat. "Mulai sekarang kita harus bersikap waspada. Dan harus
selalu bersama. Kalau tidak, dengan mudah Eyang Wali Sidapaksi akan mengganyang
kita. Kau tahu sebabnya, Harimau Betina"!"
Harimau Betina Berkuku Perak mengangguk. "Kepandaian Eyang Wali Sidapaksi berada
di atas kita," jawab wanita bertahi lalat itu.
Harimau Jantan Berkuku Emas tidak memberikan tanggapan. Lelaki bertubuh kekar
itu tercenung dengan dahi berkernyit dalam, seakan ada sesuatu yang tengah
dipikirkannya. "Apa yang tengah kau pikirkan, Harimau Jan tan"!" tanya Harimau Betina Berkuku
Perak ingin tahu.
"Orang yang telah menolongmu."
"Maksudmu?" kejar Harimau Betina Berkuku Perak.
"Apa kau tahu siapa dia" Keberhasilannya menahan Eyang Wali Sidapaksi sampai kau
dapat melarikan diri menunjukkan dia memiliki kepandaian tinggi. Barangkali kau
kenal dia?"
"Tidak, Harimau Jantan," jawab Harimau Betina Berkuku Perak seraya menggelengkan
kepala. "Dia berdiri membelakangiku. Yang kutahu, dia mengenakan pakaian ungu,
rambut panjang putih. Dan di punggungnya tergantung sebuah guci."
"Jadi..., kau tidak melihat wajahnya?" tanya Harimau Jantan Berkuku Emas
menegaskan. Harimau Betina Berkuku Perak menggeleng. "Tapi..., aku yakin tidak
sulit mencarinya. Seorang kakek dengan pakaian ungu dan guci di punggung. Kurasa
tidak banyak orang mempunyai ciri-ciri seperti itu."
Harimau Jantan Berkuku Emas mengangguk. Ada kebenaran yang tidak bisa dibantah
dalam ucapan rekannya.
"Tidak ada lagi yang ingin kau ceritakan, Harimau Betina"! Kalau tidak lebih
baik kau obati lukamu. Sebab makam kakek guru Dewa Arak tidak jauh lagi. Dan aku
yakin saat ini Eyang Wali Sidapaksi tengah mencari-cari kita. Ahhh...! Sungguh
tidak kusangka akan terjadi seperti ini," ucap Harimau Jantan Berkuku Emas
mengeluh. Harimau Betina Berkuku Perak diam saja. Wanita bertahi lalat itu telah tenggelam
dalam semadinya. Dia berusaha mengobati luka dalamnya.
*** Dua sosok bayangan melesat di jalan utama Desa Jawi. Cepat bukan main gerakan
mereka. Hingga yang terlihat hanya dua sosok bayangan yang tidak jelas
bentuknya. "Aku haus, Harimau Jantan. Lebih baik kita ke kedai dulu," ucap salah satu di
antara dua sosok bayangan itu tanpa menolehkan kepala dan mengendurkan kecepatan
larinya. "Usul yang baik, Harimau Betina!" sambut Harimau Jantan Berkuku Emas tidak
memberikan jawaban pasti. Tapi, agaknya usul itu disetujui. Harimau Betina
Berkuku Perak mengetahuinya. Wanita itu mengarahkan tujuannya ke sebuah kedai
yang berada di dekat situ.
"Hup!"
Dua tombak dari pintu kedai, sepasang manusia berpakaian kulit harimau itu
menghentikan larinya. Kemudian berjalan menghampiri kedai. Tapi, tepat di ambang
pintu langkah mereka terhenti. Dangan wajah dingin, keduanya mengedarkan
pandangan ke seluruh isi kedai.
Kedai itu ternyata cukup ramai pengunjung. Hampir semua bangku dan meja telah
terisi. Hanya tinggal beberapa buah saja yang masih kosong. Dan sepasang manusia
berpakaian kulit harimau mengayunkan kaki ke sana.
"Mau pesan
apa, Den?" tanya seorang lelaki bertubuh
kecil kurus seraya
membungkuk. Dia adalah pemilik kedai.
"Beri kami arak dan jagung rebus!" seru Harimau Jantan Berkuku Emas dengan suara
keras hingga dinding dan atap ruangan itu tergetar. Lelaki itu mengerahkan
tenaga dalam pada teriakannya.
Pemilik kedai bukan orang bodoh! Dia segera tahu pengunjungnya ini seorang yang
terbiasa bertindak kasar. Suatu tindakan berbahaya jika pesanannya tidak segera
dilayani. "Baik... baik, Den. Harap tunggu sebentar." Usai berkata demikian, lelaki kecil
kurus itu bergegas ke dalam untuk menyiapkan pesanan. Sesaat kemudian, dia telah
kembali seraya membawa pesanan kedua tamunya di sebuah baki yang cukup besar.
"Ini pesanannya, Den," ujar lelaki kecil kurus itu seraya meletakkan pesanan
Harimau Jantan Berkuku Emas dan Harimau Berina Berkuku Perak satu persatu di
atas meja. "Keparat!"
Harimau Jantan Berkuku Emas menggeram keras begitu lelaki kecil kurus selesai
menyajikan pesanannya. Sekali mengulurkan tangan, leher baju pemilik kedai
berhasil dicengkeramnya. Dan ketika tangannya digerakkan ke atas, tubuh pemilik
kedai itu terbawa naik!
"Mengapa lama sekali, Cecak Kurus"! Apa kau sudah bosan hidup"! Sungguh berani
mempermainkanku!"
"Ti... tidak, Den. Mana aku berani...," jawab pemilik kedai itu terbata-bata. Di
samping takut, juga karena keadaan tubuhnya tidak memungkinkan.
"Keparat! Hih!"
Seiring keluarnya makian itu, Harimau Jantan Berkuku Emas melemparkan tubuh
pemilik kedai yang sial itu.
Wuttt! "Aaakh...!"
Lelaki kecil kurus itu mengeluarkan jeritan memilukan ketika tubuhnya melayang-
layang di udara. Sudah terbayang di benaknya kejadian yang akan dialaminya.
33 Brakkk! Bunyi riuh rendah langsung terdengar ketika tubuh pemilik kedai jatuh di salah
satu meja. Hingga hidangan yang tersedia di atasnya berhamburan ke sana kemari.
Untung tiga orang yang memesan hidangan itu buru-buru melesat meninggalkan


Dewa Arak 56 Sumpah Sepasang Harimau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempatnya. Meskipun tidak terkena akibatnya, ketiga orang yang mengenakan pakaian serba
putih itu murka. Kesenangan mereka terganggu. Dengan sorot mata penuh kemarahan,
mereka menatap orang yang telah menyebabkan terjadinya peristiwa itu.
"Keparat!"
Salah seorang di antara mereka, yang berdahi lebar, memaki dengan geram.
Kemudian dengan langkah lebar dan napas memburu kakinya diayunkan menuju tempat
Harimau Jantan Berkuku Emas dan Harimau Betina Berkuku Perak duduk. Menilik
sikap mereka sudah dapat dipastikan peristiwa yang akan terjadi.
Semua pengunjung kedai pun menyadarinya. Sebagian di antara mereka yang
khawatir terbawa-bawa segera beranjak pergi setelah meninggalkan uang
pembayaran. Berbeda dengan mereka, Harimau Berina Berkuku Perak dan Harimau Jantan
Berkuku Emas tetap tenang. Seakanakan tidak terjadi sesuatu. Sepasang manusia
berpakaian kulit harimau itu menyantap hidangan yang mereka pesan. Bahkan sampai
ketiga lelaki berpakaian putih itu tiba di dekat meja mereka, sepasang manusia
itu tetap berpura-pura tidak tahu.
"Hey, Macan Ompong! Sungguh berani kau mengganggu kesenangan kami. Apa kau telah
mempunyai nyawa rangkap"!" seru lelaki berdahHebar keras.
Tapi Harimau Jantan Berkuku Emas dan Harimau Betina Berkuku Perak tetap tidak
peduli. Masih dengan tenang, tangannya diulurkan mengambil sebonggol jagung,
lalu menggeragoti bijinya. Kelakuan sepasang manusia berpakaian kulit harimau
ini membuat ketiga orang berpakaian putih semakin kalap.
"Tidak ada gunanya berbasa-basi, Kakang Jo'ang! Beri mereka pelajaran biar tahu
siapa kita!" usul lelaki yang ujung hidungnya melengkung mirip burung kakak tua.
"Benar! Aku setuju dengan usul Kakang Jo'ang. Tidak ada gunanya berbicara dengan
macan ompong yang tuli ini. Kita hajar saja mereka biar tahu siapa Tiga Jalak
Hutan Kaling!"
sambut lelaki yang telinganya berujung runcing.
Rupanya lelaki berdahi lebar yang bernama Jo'ang terpengaruh dengan usul rekan-
rekannya. Hingga ketika Harimau Jantan Berkuku Emas mengulurkan tangan hendak
mengambil jagung lagi, Jo'ang bergerak menangkap.
Tappp! Pergelangan tangan kanan Harimau Jantan Berkuku Emas berhasil dicekalnya.
Kemudian ditariknya untuk memaksa Harimau Jantan Berkuku Emas berdiri. Tapi,
Jo'ang kaget ketika mengetahui tangan Harimau Jantan Berkuku Emas sedikit pun
tidak bergeming.
Dia bagaikan menarik sebuah gunung. Betapa pun telah dikerahkan seluruh
tenaganya, tetap tidak terpengaruh.
Mendadak, entah dengan cara bagaimana, Harimau Jantan Berkuku Emas berhasil
melepaskan cekalan tangan Jo'ang. Padahal, saat itu Jo'ang tengah mengerahkan
seluruh tenaganya untuk menarik. Akibatnya, tubuh Jo'ang teriengkang ke belakang
terbawa tenaga tarikannya sendiri.
Pada saat yang bersamaan, Harimau Jantan Berkuku Emas mengambil bonggol jagung
yang telah dimakan bijinya. Kemudian dilemparkan ke arah Jo'ang. Bagian yang
dituju adalah mulutnya!
Wuttt! Tepat sekali bonggol jagung itu masuk ke dalam mulut Jo'ang yang memang terbuka
karena hendak berteriak!
"Kakang Jo'ang!"
Ketika Harimau Jantan Berkuku Emas mengulurkan tangan hendak mengambil
jagung lagi, Jo'ang bergerak menangkapnya.
Tappp! Pergelangan tangan Harimau Jantan berhasil dicekal. Kemudia ditariknya dengan
keras. Tapi, Jo'ang sangat terkejut ketika tangan lelaki di hadapannya itu sama
sekali tidak bergeming!
Hampir berbareng To'ang dan Bo'ang berseru kaget. Tapi Jo'ang ternyata bukan
seorang tokoh yang mudah dipecundangi. Dengan gerakan sederhana, dia berhasil
mematahkan kekuatan yang membuat tubuhnya terhuyung.
"Keparat!" maki Jo'ang setelah membuang bonggol jagung yang menyumbat mulutnya.
"Kucincang kalian! Hih!"
Jo'ang mencabut pisau yang terselip di ikat pinggangnya. Lalu....
"Hiyaaat...!"
Diawali teriakan keras yang menggetarkan seisi kedai, Jo'ang menerkam Harimau
Jantan Berkuku Emas. Pisau yang tergenggam di tangan kanan ditusukkan ke arah
leher Harimau Jantan Berkuku Emas.
"Hmh!"
Harimau Jantan Berkuku Emas mendengus. Ditunggunya hingga serangan menyambar dekat Kemudian, tanpa menoiehkan kepala tangan kirinya diulurkan.
Tappp! Pergelangan tangan Jo'ang berhasil dicekalnya. Dan....
"Pruhhh!"
Harimau Jantan Berkuku Emas menyemburkan arak yang berada di mulutnya.
Laksana jarum-jarum baja, percikan-percikan arak menyambar wajah Jo'ang.
"Wuaaa...!"
Jo'ang menjerit sekuatnya ketika dengan telak percikan-percikan arak mengenai
sasaran. Sebagian arak itu mengenai matanya. Tak pelak lagi, kedua bola mata
Jo'ang hancur! Dan darah mengalir deras dari luka-luka di wajahnya.
Tindakan Harimau Jantan Berkuku Emas tidak terhenti sampai di situ. Dengan
tangan kirinya yang masih mencekal pergelangan tangan Jo'ang, lelaki bertubuh
kekar itu memutar tubuh Iawannya.
"Kakang Jo'ang!"
Lagi-lagi To'ang dan Bo'ang berteriak kaget. Mereka hampir tidak percaya dengan
kejadian itu. Jo'ang seperti anak ayam menghadapi seekor musang. Dipermainkan ke
sana kemari tanpa daya!
To'ang dan Bo'ang tidak bisa berdiam diri lagi. Keadaan Jo'ang sangat gawat.
Kalau dibiarkan nyawanya bisa melayang. Maka diputuskan untuk memberikan
pertolongan. Srat, srattt! Sinar terang langsung berkilau ketika To'ang dan Bo'ang mencabut pisau. Tanpa
ragu-ragu, keduanya menusukkan senjatanya ke arah leher dan pelipis Harimau
Jantan Berkuku Emas.
Dua anggota Tiga Jalak Hutan Kaling itu tahu Harimau Jantan Berkuku Emas seorang
tokoh yang sangat pandai. Itu sebabnya, mereka melakukan penyerangan secara
bersamaan. Apalagi saat itu keadaan Jo'ang sangat mengkhawatirkan.
Amat berbahaya serangan kedua orang itu. Di samping dilancarkan dari jarak yang
demikian dekat, sasaran yang dituju pun merupakan bagjanbagian berbahaya di
tubuh manusia! Tapi lagi-lagi Harimau Jantan Berkuku Emas bersikap tenang. Dan sewaktu ujung
kedua pisau itu hampir mengenai sasaran, dengan kecepatan yang mengejutkan
kakinya bergerak dua kali berturut-turut!
"Pergilah kalian ke neraka, Anjing-anjing Cilik!"
Buk, bukkk! "Akh, aaakh...!"
To'ang dan Bo'ang mengeluarkan jerit memilukan. Kaki Harimau Jantan Berkuku Emas
telak mengenai dada. Bunyi gemeretak keras menjadi pertanda hancurnya tulang-
tulang dada mereka. Nyawa kedua orang itu hilang seiring dengan melayangnya
tubuh mereka. Di saat tubuh To'ang dan Bo'ang meluncur deras, Harimau Jantan Berkuku Emas
melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Jo'ang. Seketika itu pula tubuh
lelaki berdahi lebar itu melayang mengikuti tubuh kedua rekannya.
"Mari kita pergi, Ha rimau Betina!" Kemudian tanpa menunggu jawaban rekannya,
Harimau Jantan Berkuku Emas bangkit dari kursi. Kakinya dilangkahkan menuju
pintu kedai. Tak dipedulikannya sorot kegentaran yang membayang di mata tokoh-
tokoh persilatan yang ada di dalam kedai.
Ketika Harimau Jantan Berkuku Emas tiba di dekat meja Tiga Jalak Hutan Kaling,
pemilik kedai bergegas bangkit dan berusaha kabur.
Tapi dengan sekali mengulurkan tangan, Harimau Jantan Berkuku Emas telah
membuat pemilik kedai tidak bisa menjauh. Padahal, lelaki bertubuh kekar itu
hanya meletakkan telapak tangannya di atas kepala lelaki kurus itu. Kemudian,
dengan memutar telapak tangannya, Harimau Jantan Berkuku Emas membalikkan tubuh
pemilik kedai. "Tunjukkan di mana kuburan Eyang Tapakjati berada. Cepat katakan sebelum
kuhancurkan tubuhmu!"
Tubuh lelaki kurus itu menggigil keras menyadari malaikat maut telah berada di
dekatnya. "Di... di lereng Gunung Jawi.... Cari sebuah pondok yang ada di sana. Pondok itu
ada di bagian lereng di sebuah hamparan tanah lapang luas," jelas pemilik kedai
dengan suara terbata-bata.
"Hmh!"
Sambil mendengus Harimau Jantan Berkuku Emas melepaskan tangannya dari kepala
pemilik kedai. Kemudian membalikkan tubuh dan berialan keluar kedai. Tepat di
belakangnya berjalan Harimau Betina Berkuku Perak.
Harimau Jantan Berkuku Emas dan Harimau Betina Berkuku Perak tidak tahu kalau
sepeninggal mereka tubuh pemilik kedai langsung ambruk. Kedua kakinya yang
menggigil keras tidak kuat menunjang berat tubuhnya.
Cukup lama juga lelaki kecil kurus itu berada dalam keadaan seperti itu. Tak
seorang pengunjung kedai pun yang mempunyai pikiran memberikan pertolongan.
Mereka masih terkesima dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Saat itulah dua
sosok tubuh melangkah memasuki kedai. Tapi begitu berada di ambang pintu,
langkah keduanya langsung terhenti.
"Apa yang terjadi, Ki"!" tanya salah seorang di antara mereka. Dia seorang gadis
berpakaian merah. Puspa Rani! Seraya mengajukan pertanyaan, putri Ketua
Perguruan Kapak Sakti itu menghambur ke arah pemilik kedai. Dengan hati-hati
ditariknya bangun lelaki kurus itu.
Sementara sosok yang satunya lagi, Dewa Arak, mengedarkan pandangan ke
sekeliling isi kedai. Sepasang alisnya berkerut ketika melihat keadaan yang agak
berantakan. Dan kerutan alisnya semakin dalam ketika melihat tiga sosok
berpakaian putih tergeletak di lantai.
Sekali lihat saja pemuda berambut putih keperakan itu tahu mereka telah tewas.
Dewa Arak lalu mengalihkan perhatian pada Puspa Rani yang tengah sibuk dengan
pemilik kedai. Pemuda itu tidak merasa aneh jika Puspa Rani dan pemilik kedai
saling mengenal. Perguruan Kapak Sakti sangat terkenal sampai ke beberapa desa.
Tidak heran kalau Puspa Rani dikenal pemilik kedai dan sebaliknya.
"Ada dua orang datang ke sini, Puspa Rani. Mereka marah-marah dan membuat
keributan. Lalu pergi setelah menanyakan makam Eyang Tapakjati. Dan...."
"Apa"!"
Seruan kaget Arya membuat pemilik kedai menghentikan ucapannya. Dan sebelum dia
menyadari apa yang terjadi, Dewa Arak telah berada di dekatnya. Padahal, dia
tidak melihat pemuda berambut putih keperakan itu melangkahkan kaki.
"Apa kau tidak salah, Ki"! Mereka mencari makam Eyang Tapakjati"!" tanya Dewa
Arak dengan suara bergetar.
"Benar, Anak Muda. Mereka menanyakan makam Eyang Tapakjati," jawab pemilik
kedai, yakin. "Kau tahu maksud mereka menanyakan makam itu, Ki"!" tanya Arya penasaran.
Pemilik kedai menggeleng.
"Kalau secara pasti aku tidak tahu, Anak Muda. Tapi... melihat sikapnya,
sepertinya mereka bermaksud tidak baik!"
"Ah!" seru Arya penuh rasa khawtir. Pemuda itu teringat akan mimpinya beberapa
waktu yang lalu. Mimpi yang datang berrurut-turut. Dalam mimpi itu kakek
gurunya, Eyang Tapakjati, mendatangi dan
memberitahukan bahwa tempat peristirahatannya akan
dihancurkan orang!
Karena mimpi itu datangnya berturut-turut dan isinya sama, Dewa Arak memutuskan
untuk melihat kebenarannya. Semula dia pergi bersama Melati. Tapi di tengah
perjalanan, serombongan pasukan Kerajaan Bojong Gading mencegat mereka, dan
meminta kehadiran gadis berpakaian putih itu untuk mengatasi kemelut yang
melanda di wilayah kerajaan itu.
Maka, Dewa Arak pergi sendiri menengok makam kakek gurunya.
Teringat akan mimpinya Dewa Arak merasa khawatir bukan main. Secepat kilat
pemuda itu melesat ke luar. Hanya dengan sekali lesatan tubuhnya telah berada
belasan tombak di depan. Tindakan Dewa Arak mengejutkan Puspa Rani.
"Dewa Arak! Tunggu...!" seru Puspa Rani seraya melesat cepat menyusul Arya.
Namun Dewa Arak tidak menghentikan larinya. Pemuda berambut putih keperakan itu
terus melesat dengan kecepatan tinggi. Meskipun demikian pemuda itu berpesan
pada Puspa Rani melalui ilmu mengirimkan suara dari jauh.
"Lebih baik kau tunggu saja di kedai ini, Puspa Rani. Aku harus bergegas sebelum
mereka menghancurkan makam kakek guruku!"
Ucapan itu bergema di telinga Puspa Rani. Tapi, gadis itu tidak mau menuruti.
Putri Ketua Perguruan Kapak Sakti itu tetap mengayuhkan kaki. Meski semakin lama
jaraknya dengan Dewa Arak semakin jauh dia tidak peduli. Yang penting letak
makam Eyang Tapakjati telah diketahuinya. Jadi, walaupun tertinggal jauh dia
akan bertemu Dewa Arak di sana.
8 Sadar akan sedikitnya waktu yang dimiliki, Dewa Arak mengerahkan seluruh
kemampuan lari cepatnya. Pemuda berambut putih keperakan itu adalah seorang
pendekar muda yang memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat sempurna. Kedua
kakinya bagai tidak menjejak tanah. Bahkan sosok tubuhnya hampir tidak terlihat.
Yang kelihatan hanya sekelebatan bayangan ungu dalam bentuk yang tidak jelas dan
melesat cepat. Entah berapa lama berlari, Dewa Arak tidak tahu. Yang diyakininya dengan pasti
kedai di kaki Gunung Jawi telah jauh ditinggalkannya. Sekarang Dewa Arak tengah
menempuh lereng Gunung Jawi. Jantungnya berdetak kencang ketika melihat dua
benda hitam sebesar ibu jari bergerak di depannya. Dewa Arak yakin titik-titik
hitam di kejauhan itu orang-orang yang diceritakan pemilik kedai.
Semangat Dewa Arak semakin besar untuk segera menyusul dua sosok di depannya.
Sebentar lagi kedua orang itu akan segera tiba di makam Eyang Tapakjati. Tapi
betapapun Dewa Arak telah mengerahkan seluruh ilmu lari cepatnya, tetap saja
sulit baginya menyusul kedua sosok itu. Sebab, letak makam Eyang Tapakjati sudah
dekat. Dan memang, dua sosok yang tidak lain Harimau Jantan Berkuku Emas dan Harimau
Betina Berkuku Perak telah berhasil tiba di dekat makam Eyang Tapakjati. Padahal
saat itu Dewa Arak masih berada tiga puluh tombak di belakang mereka.
Dewa Arak sadar kalau dia terus berlari, sebelum berhasil tiba makam kakek
gurunya akan lebih dulu rusak. Maka diputuskan menggunakan cara lain.
"Hey...! Pengecut-pengecut busuk...!"
Dewa Arak berseru dengan mengerahkan tenaga dalam. Itu dilakukannya agar dapat
terdengar jelas oleh sepasang manusia berpakaian kulit harimau.
Usaha pemuda berambut putih keperakan itu memang tidak percuma. Harimau
Jantan Berkuku Emas dan Harimau Betina Berkuku Perak mendengar teriakan itu.
Mereka membalikkan tubuh ke arahnya. Pandangan mata kedua orang itu langsung
tertumbuk pada sesosok bayangan ungu yang melesat ke arah mereka. Wajah sepasang
manusia berpakaian kulit harimau itu berubah ketika melihat betapa cepatnya Dewa
Arak melesat. Namun, dengan pandainya Harimau Jantan Berkuku Emas dan Harimau Berina
Berkuku Perak berhasil menyembunyikan rasa kaget mereka. Wajah keduanya kembali
seperti biasa. Sementara dalam beberapa lesatan, Dewa Arak telah berada tiga
tombak di depan mereka. Arya menghentikan langkahnya.
"Siapa kau, Monyet Tua"!" tanya Harimau Jantan Berkuku Emas. "Cepat katakan,
sebelum kesabaranku hilang dan kau kubunuh!"
"Seharusnya akulah yang bertanya seperti itu. Kalian berada di makam kakek
guruku. Sekarang katakan siapa dan apa tujuan kalian ke tempat ini"!" Dewa Arak balik
bertanya. "Ooo.... Kiranya begitu"! Jadi... Eyang Tapakjati adalah kakek gurumu...,"
Harimau Jantan Berkuku Emas mengangguk-anggukkan kepala. "Kalau begitu, kau...
Dewa Arak!"
"Apa yang kau katakan sedikit pun tidak salah, Kisanak. Akulah Dewa Arak," jawab
Arya seraya mengangguk.
"Keparat!"


Dewa Arak 56 Sumpah Sepasang Harimau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Harimau Jantan Berkuku Emas menggeram keras. Wajah dan sorot matanya
menyiratkan kemarahan yang menggelora.
"Mampuslah kau!"
Seiring keluarnya makian itu, Harimau Jantan Berkuku Emas melesat menerjang Dewa
Arak. Kedua tangannya yang terkembang membentuk cakar harimau diluncurkan ke
arah dada Dewa Arak. Bertubi-tubi dan susul-menyusul.
Cit, cit, cit! Bunyi berdecit nyaring mengiringi tibanya serangan, menandakan kekuatan tenaga
dalam yang terkandung di dalamnya.
Dewa Arak menyadari kedahsyatan serangan itu. Tapi walaupun begitu, dia tetap
tenang. Pemuda berambut putih keperakan itu telah memutuskan untuk melenyapkan
sepasang manusia berpakaian kulit harimau. Kedua orang inilah yang telah
menyebar maut di Perguruan Kapak Sakti.
Meskipun sikapnya kelihatan tenang, Dewa Arak tetap memasang kewaspadaan
penuh. Diperhatikannya kedua tangan lawan untuk memeriksa barangkali ada hal-hal
yang mencurigakan, seperti warna aneh karena mengandung racun.
Tapi Dewa Arak tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Kedua tangan lawan
tetap berwarna biasa. Sungguhpun demikian, Dewa Arak tidak berani bertindak
gegabah. Dia tidak segera memapaki serangan itu. Dan memang, bukan sifat pemuda
berambut putih keperakan itu untuk bertindak demikian,
"Hih!"
Dewa Arak menggenjotkan kaki. Sesaat kemudian tubuhnya melayang ke atas
melewati kepala lawan. Serangan Harimau Jantan Berkuku Emas mengenai tempat
kosong, lewat jauh di bawah kaki Dewa Arak.
Tidak hanya sampai di situ. Di saat tubuhnya berada tepat di atas kepala lawan,
cakar kedua tangannya disampokkan. Dewa Arak masih tidak tega untuk menjatuhkan
tangan jahat. Maka serangan itu ditujukan pada kedua bahu Harimau Jantan Berkuku
Emas. Wut, wut! Sampokan Dewa Arak hanya mengenai angin. Harimau Jantan Berkuku Emas telah lebih
dulu merundukkan tubuh ketika merasakan hembusan angin dari belakangnya.
Jliggg! Pada saat yang bersamaan dengan mendaratnya Dewa Arak di tanah, Harimau Jantan
Berkuku Emas berhasil memperbaiki kedudukan. Kedua tokoh itu kembali saling
berhadapan. Kali ini tak segera melancarkan serangan. Masing-masing mengukur kekuatan lawan
melalui adu tatapan mata. Mendadak...
"Hiyaaat...!"
Diawali teriakan keras yang menggetarkan tempat itu, Harimau Jantan Berkuku Emas
bergerak melancarkan serangan. Seperti juga sebelumnya, serangan kali ini pun
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Dewa Arak menyambut dengan hangat.
Pertarungan sengit pun tidak bisa dihindari lagi.
*** Harimau Jantan Berkuku Emas benar-benar harus menguras seluruh kemampuannya. Jurus 'Harimau' andalannya dikerahkan sampai ke puncak.
Dalam penggunaan ilmu itu, Harimau Jantan Berkuku Emas tak ubahnya seekor
harimau. Sambil mengeluarkan geraman keras, kedua tangannya yang berbentuk cakar
diluncurkan bertubi-tubi ke berbagai bagian tubuh Dewa Arak.
Tapi Harimau Jantan Berkuku Emas salah ka lau mengira dengan ilmu andalannya
akan dapat mengalahkan Dewa Arak dengan mudah. Malah sebaliknya, lelaki bertubuh
kekar itu mendapat perlawanan sengit. Padahal, Dewa Arak baru mengeluarkan ilmu
'Sepasang Tangan Penakluk Naga' dan ilmu 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Dengan ilmu itu, Dewa Arak berhasil membuat Harimau Jantan Berkuku Emas
berjuang keras untuk dapat mendesaknya.
Jurus demi jurus berlalu cepat. Dalam waktu singkat tiga puluh jurus telah
berlalu. Namun belum nampak tanda-tanda pihak yang akan keluar sebagai pemenang.
Memang, beberapa kali Dewa Arak terlihat terdesak. Itu karena kehebatan ilmu
lawan di atas ilmu-ilmunya. Tapi berkat kekuatan tenaga dalam dan kecepatan
geraknya yang lebih unggul, Harimau Jantan Berkuku Emas sulit untuk mendesaknya.
Beberapa kali ketika tangan atau kaki mereka berbenturan, Harimau Jantan Berkuku
Emas terhuyung-huyung sambil menyeringai kesakitan.
Kenyataan ini pun disadari Harimau Jantan Berkuku Emas. Maka ketika memasuki
jurus ketiga puluh lima, lelaki itu melempar tubuhnya ke belakang meninggalkan
kancah pertempuran. Sebenarnya, saat itu merupakan kesempatan baik bagi Dewa
Arak untuk mendesak lawan Tapi, pemuda itu tidak mau melakukannya.
Dewa Arak sudah memperkirakan maksud Ha rimau Jantan Berkuku Emas. Apalagi kalau
bukan mempergunakan ilmu lainnya" Maka dibiarkan saja. Ingin diketahuinya ilmu
yang akan dikeluarkan Harimau Jantan Berkuku Emas.
Jliggg! Begitu kedua kakinya menjejak tanah, Harimau Jantan Berkuku Emas menggeram keras
seperti harimau murka. Bersamaan dengan itu, kedua tangannya didorongkan ke
depan perlahanlahan tapi penuh tenaga. Jari-jari tangannya terkembang membentuk
cakar. Tiba-tiba....
Trikkk! Pada ujung-ujung jari Harimau Jantan Berkuku Emas mencuat kuku-kuku runcing,
agak melengkung dan berwarna kuning seperti emas. Dewa Arak terkejut bercampur
heran. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi" Kuku-kuku muncul dari dalam daging dan
berwarna kuning emas!
Dewa Arak baru mengerti mengapa lelaki bertubuh kekar ini mempunyai julukan
Harimau Jantan Berkuku Emas. Ternyata dia memang memiliki kuku-kuku yang mirip
emas. "Auuum...!"
Diawali suara mengaum keras, Harimau Jantan Berkuku Emas melompat menerkam Dewa
Arak. Semula Dewa Arak bermaksud memapaki serangan itu. Tapi niatnya diurungkan,
karena begitu serangan Harimau Jantan Berkuku Emas semakin dekat, pemuda itu
mencium bau amis yang memualkan.
Rupanya kuku-kuku itu mengandung racun ganas.
Dewa Arak teringat kembali pada nasib orang-orang Perguruan Kapak Sakti.
Kejadian mengerikan yang menimpa mereka disebabkan oleh racun yang terkandung
dalam kuku emas Harimau Jantan Berkuku Emas"!
"Hih!"
Dewa Arak segera mengelakkan serangan itu dengan sebuah lompatan harimau ke
kanan. Kemudian dengan bertelekan pada kedua tangan, tubuhnya digulingkan. Dewa
Arak berhasil menyelamatkan diri dari maut.
Tapi Harimau Jantan Berkuku Emas tidak mau membiarkan Dewa Arak selamat.
Cepat dikejarnya Dewa Arak. Kemudian menghujani dengan serangan-serangan
dahsyat. Namun, bukan Dewa Arak kalau mengalami kesulitan menghadapi serangan-serangan
itu. Meskipun agak kerepotan, semua serangan itu berhasil dikandaskan!
Suasana pertarungan langsung berubah. Hanya dalam beberapa gebrakan, Harimau
Jantan Berkuku Emas berhasil menekan Dewa Arak. Pemuda berambut putih keperakan
itu kini didesak terus. Penyebabnya adalah Dewa Arak terus-menerus mengelak.
Sebab kalau melakukan
tangkisan pasti akan celaka. Tangan lawan, terutama kuku-kukunya,
mengandung racun yang mengerikan.
Dewa Arak segera menyadari ilmu-ilmu yang digunakannya tidak berdaya lagi. Maka
diputuskan menggunakan ilmu 'Belalang Sakti'. Untuk itu Dewa Arak mulai mencari
jalan menjauhkan diri dari arena pertarungan. Namun, pemuda berambut putih
keperakan itu tidak menunjukkan secara terang-terangan. Kalau Harimau Jantan
Berkuku Emas tahu, tentu akan dengan sekuat tenaga menghalangi maksudnya.
"Hih!"
Di jurus keempat puluh dua Dewa Arak berhasil mendapatkan kesempatan bagus.
Tubuhnya segera dilentingkan. Di saat berada di udara, diambilnya guci arak dan
dituangkan ke mulutnya.
Gluk.... Gluk... Gluk...!
Terdengar bunyi tegukan ketika arak itu melewati tenggorokan Dewa Arak. Hawa
hangat yang berputar di perut Arya naik ke atas. Dan....
Jliggg! Dewa Arak mendarat di tanah dalam keadaan terhuyung ke sana kemari. Tampaknya
ilmu 'Belalang Sakti'nya telah siap dipergunakan.
Pada saat itulah, Harimau Jantan Berkuku Emas melancarkan serangan susulan.
Lelaki bertubuh kekar itu bersikap masa bodoh, walaupun dilihatnya Dewa Arak
melakukan tindak-tanduk aneh. Yang ada di benaknya hanya satu, secepat mungkin
membunuh Dewa Arak! Tapi Harimau Jantan Berkuku Emas harus menerima kekecewaan.
Dewa Arak berhasil mengelakkan serangannya dengan mudah. Harimau Jantan Berkuku
Emas tidak tahu Dewa Arak menggunaka langkah-langkah ajaib jurus 'Delapan
Langkah Belalang'.
Memang luar biasa jurus 'Delapan Langka Belalang'. Harimau Jantan Berkuku Emas
sen " sampai terkagum-kagum. Beberapa kali, lelaki bertubuh kekar itu
mengeluarkan seruan kaget.
Serangan-serangannya yang semula diperkirakan akan mendarat di sasaran, di saat-
saat terakhir mengenai tempat kosong. Yang lebih membuat Harimau Jantan Berkuku
Emas penasaran adalah cara mengelak Dewa Arak yang seperti mengejeknya.
Kekagetan Harimau Jantan Berkuku Emas semakin bertambah ketika Dewa Arak
mulai melakukan serangan balasan. Ada tekanan kuat ketika Dewa Arak melancarkan
serangan. Tak heran kalau dalam waktu tak lama, Harimau Jantan Berkuku Emas
terdesak. Setiap serangannya selalu kandas. Sebaliknya setiap serangan lawan selalu
membuatnya kelabakan.
Betapapun Harimau Jantan Berkuku Emas mengeluarkan seluruh kemampuannya,
termasuk dengan menghunus pedang, tetap saja terus terdesak. Guci, tangan, dan
arak Dewa Arak menjadi satu kesatuan yang menggilas setiap serangan dan
pertahanan lawan.
Di saat itulah Harimau Jantan Berkuku Emas teringat pada rekannya. Ke mana
perginya Harimau Betina Berkuku Perak" Mengapa sejak tadi tidak turun tangan"
Dalam sebuah kesempatan, dengan ekor mata diliriknya tempat rekannya berada.
Hati Harimau Jantan Berkuku Emas langsung tercekat ketika melihat Harimau Betina
Berkuku Perak tengah termenung. Sepasang matanya menyorot tajam ke arah
pertempuran. Tapi Harimau Jantan Berkuku Emas tahu yang diperhatikan bukanlah dirinya!
Pertanyaan pun bergayut di benak lelaki bertubuh kekar itu. Mengapa Harimau
Betina Berkuku Perak tidak segera turun tangan" Apakah wanita bertahi lalat itu
tidak tahu keadaan dirinya tidak menguntungkan" Jelas, lambat laun Dewa Arak
dapat merobohkan dirinya!
Karena merasakan tekanan-tekanan Dewa Arak semakin berat, sedangkan Harimau
Betina Berkuku Perak tidak menunjukkan tanda-tanda akan memberikan bantuan,
Harimau Jantan Berkuku Emas menjadi kalap!
"Harimau Betina! Tunggu apa lagi..."! Cepat bantu aku...! Lupakah kau akan
sumpahmu"!"
Teriakan Harimau Jantan Berkuku Emas itu keras bukan kepalang. Masalahnya,
lelaki bertubuh kekar ini marah karena Harimau Betina Berkuku Perak tidak segera
membantunya. Sehingga dikerahkan tenaga dalam pada teriakannya.
Harimau Betina Berkuku Perak tersentak kaget. Memang, sejak tadi dia tenggelam
dalam pikirannya. Itu terjadi sewaktu dia melihat Dewa Arak! Seraut wajah tampan
dan jantan serta berkesan matang.
Saat itu pula rasa suka muncul di hatinya. Dewa Arak ternyata mempunyai daya
tarik yang luar biasa. Rasa senang itu semakin bertambah ketika didengarnya Dewa
Arak berbicara. Suara Dewa Arak dikenalnya sebagai suara orang yang telah
menyelamatkannya dari tangan Eyang Wali Sida paksi!
Karena rasa sayang terhadap Dewa Arak, Harimau Betina Berkuku Perak tidak sampai
hati membantu Harimau Jantan Berkuku Emas untuk mengeroyoknya. Dia hanya berdiam
diri. Dan ketika bentakan Harimau Jantan Berkuku Emas menggelegar, wanita itu
baru sadar. Seketika itu pula timbul perasaan malu. Apalagi ketika Harimau Jantan Berkuku
Emas mengungkit-ungkit sumpahnya.
Harimau Betina Berkuku Perak menggertakkan gigi. Harimau Jantan Berkuku Emas
benar. Dia tidak boleh mengingkari sumpah yang telah diucapkannya sendiri. Dewa
Arak harus dibunuhnya! Dia tidak ingin menjadi orang yang mengkhianati
sumpahnya. Maka dengan rasa berat, wanita itu melompat ke dalam kancah
pertarungan dan menggempur Dewa Arak.
Dengan terjunnya Harimau Betina Berkuku Perak, keadaan langsung berubah.
Harimau Jantan Berkuku Emas tidak lagi terdesak hebat. Pertarungan mulai
berlangsung seimbang. Harimau Betina Berkuku Perak dan Harimau Jantan Berkuku
Emas mampu saling mengisi dan saling melindungi. Hingga Dewa Arak mengalami
kesulitan untuk mendesak mereka.
Tapi ternyata bukan hanya Dewa Arak yang mengalami kesulitan. Sepasang manusia
berpakaian kulit harimau itu pun demikian. Meskipun mereka telah mengerahkan
seluruh kemampuannya, tetap sulit untuk mendesak Dewa Arak apalagi
mengalahkannya!
Harimau Jantan Berkuku Emas akhirnya menyadari kalau keadaan ini dibiarkan terus
sulit untuk mencapai kemenangan. Andaikata dapat pun membutuhkan waktu yang
lama. Lelaki kekar itu tidak sabar menunggu saat itu. Harus dilakukannya terobosan
baru! "Harimau Betina...! Siapkan jurus 'Sepasang Harimau Masuk ke Goa'...!"
Wajah Harimau Betina Berkuku Perak langsung berubah. Dia mengenai betul jurus
yang disebutkan Harimau Jantan Berkuku Emas. Jurus itu adalah jurus maut. Hampir
dapat dikatakan jurus mengadu nyawa. Digunakan secara bersama-sama untuk
menghadapi lawan yang amat tangguh. Kerugian pada pihak mereka lebih kecil.
Namun tetap mengandung bahaya.
"Siap, Harimau Berina!" Usai berkata demikian, Harimau Jantan Berkuku Emas
melompat ke atas. Dan bersalto beberapa kali sebelum menukik ke bawah. Pedang di
tangannya digerakkan sedemikian rupa hingga terlihat berjumlah banyak, lalu
ditusukkan ke arah tenggorokan Dewa Arak.
Hampir pada saat yang bersamaan, Harimau Betina Berkuku Perak menggulingkan
tubuh mendekati Dewa Arak. Wanita itu bermaksud melancarkan serangan dari bawah!
Hebat bukan main serangan gabungan ini. Dewa Arak pun mengetahuinya. Dirasakan
ada pengaruh aneh yang membuatnya sulit untuk mengelak. Dalam waktu yang
demikian singkat, Dewa Arak memutar benaknya. Disadarinya kalau menangkis sangat
berbahaya. Karena kedua serangan itu tibanya berturut-turut. Maka Dewa Arak mengambil
keputusan untuk mengirimkan serangan pula.
"Hih!"
Wusss! Deru angin keras berhawa panas menyembur dari kedua telapak tangan Dewa Arak.
Inilah jurus 'Pukulan Belalang'. Dan....
Bresss! "Aaakh...!"
Harimau Jantan Berkuku Emas menjerit memilukan. Pukulan jarak jauh itu mengenai
tubuhnya dengan telak. Saat itu juga dia tewas dengan sekujur tubuh hangus.
Bersamaan dengan Dewa Arak melancarkan jurus 'Pukulan Belalang', sebenarnya
Harimau Betina Berkuku Perak bisa menusukkan pedangnya ke perut Dewa Arak. Tapi,
wanita bertahi lalat itu tidak melakukannya. Pedangnya malah dihunjamkan ke
tanah. Sementara kedua tangannya didekapkan ke wajah.
Tentu saja kejadian ini diketahui Dewa Arak. Pemuda itu kelihatan heran bukan
main. "Mengapa kau tidak meneruskan seranganmu, Nisanak"!" tanya Dewa Arak.
"Aku... aku tidak sanggup membunuhmu...! Kau... kau telah menyelamatkan
nyawaku...," ujar Harimau Betina Berkuku Perak terbata-bata. "Tapi tindakanku
ini membuatku mengingkari sumpah yang telah kubuat sendiri. Maka tidak ada
gunanya lagi aku hidup!?"Mengapa kalian berdua begitu bernafsu ingin
membunuhku?" tanya Dewa Arak, ingin tahu.
Memang, pemuda berambut putih keperakan itu belum tahu, mengapa sepasang
manusia berpakaian kulit harimau itu berniat membunuhnya.
Harimau Betina Berkuku Perak tersenyum getir.


Dewa Arak 56 Sumpah Sepasang Harimau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau ingat Ki Jayus, Kepala Desa Pucung?" wanita bertahi lalat di pipi itu malah
balas bertanya.
Dewa Arak tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia tercenung untuk
memikirkannya. Baru sesaat kemudian dia teringat. Ki Jayus adalah nama lain dari
Brajageni. Dan tokoh ini tewas di tangannya (Untuk jelasnya, silakan baca serial Dewa Arak
dalam episode "Keris Peminum Darah").
Perlahan-lahan Dewa Arak mengangguk. Tanpa penjelasan lebih jauh pun dia bisa
memperkirakan kalau sepasang manusia berpakaian kulit harimau ini mempunyai
hubungan dengan Brajageni alias Ki Jayus. Dan ternyata dugaannya tidak salah.
Ini terbukti sesaat kemudian.
"Beliau adalah ayah Harimau Jantan Berkuku Emas. Sedangkan aku adalah
keponakannya. Ibuku adalah adik ayahnya," beritahu Harimau Betina Berkuku Perak
Setelah berkata demikian, wanita bertahi lalat itu mengangkat kedua tangannya.
Harimau Betina Berkuku Perak bermaksud menghantam kepalanya dengan tangannya
sendiri. Melihat hal itu, Dewa Arak berusaha mencegah...
"Tahan, Nisanak...!"
Tapi.. Prokkk! Bunyi berderak keras terdengar ketika kepala Harimau Betina Berkuku Perak
terkulai. Wanita bertahi lalat itu tewas menyusul rekannya.
"Hhh...!"
Dewa Arak menghela napas berat melihat akhir semua ini. Sementara tanpa
diketahui pemuda itu, di kejauhan Eyang Wali Sidapaksi membalikkan tubuh dan
melesat pergi begitu melihat kejadian dua orang bekas muridnya.
Dan jauh di sana, sesosok bayangan merah melesat cepat menuju tempat Dewa Arak
berada. Sosok itu adalah Puspa Rani, putri Ketua Perguruan Kapak Sakti.
SELESAI Pembuat Ebook :
Scan buku ke djvu : Abu Keisel
Convert : Abu Keisel
Editor : Fujidenkikagawa
Ebook pdf oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://cerita_silat.cc/
Pendekar Muka Buruk 19 Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Dendam Bidadari Bercadar 1
^