Pencarian

Murka Sang Nyai 1

Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai Bagian 1


http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Pembuat E-book:
DJVU & E-book (pdf): Abu Keisel
Edit: Paulustjing
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Hak cipta dan copy right pada penerbit dibawah
lindungan undang-undang.
Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
1 AWAN hitam menaungi wilayah Perguruan Merpati
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Wingit. Dari sebuah lembah tampak terlihat jelas
reruntuhan bangunan joglo yang merupakan bangunan
terdepan setelah halaman laga Perguruan Merpati
Wingit. Dari sanalah sepasang mata menatap dengan
sedikit menyipit, tersimpan dendam dalam hati yang
luka mengharu melihat porak-porandanya perguruan
tersebut. Sepasang mata menyipit dendam milik perempuan
berpakaian merah dadu itu masih memandangi makam-
makam di samping pagar wilayah perguruan. Berjajar
makam yang tanahnya masih tampak baru ditimbunkan
itu, seakan barisan pisau tajam yang menggores hati
perempuan berselendang putih di pinggangnya.
Perempuan itu tak lain adalah Selendang Kubur,
murid Perguruan Merpati Wingit yang sudah lama tak
kembali ke perguruannya, karena tergoda cinta murid
sinting si Gila Tuak yang bergelar Pendekar Mabuk,
Suto Sinting. Kabar tentang porak-porandanya perguruan tersebut
didengar telinga Selendang Kubur dari sudut sebuah
kedai, di mana tiga orang bercerita tentang amukan
Perawan Sesat yang konon berhasil melukai gurunya,
Nyai Betari Ayu. Celoteh di sudut kedai itu juga
mengisahkan cerita tentang kematian Dewi Murka yang
disaksikan sendiri oleh mata seorang lelaki besar tanpa isi yang dikenal dengan
nama Singo Bodong, (Baca
serial Pendekar Mabuk dalam episode: "Perawan
Sesat"). Selendang Kubur tak sampai hati untuk tinggal diam
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
melihat keadaan di perguruannya. Niatnya untuk
memburu cinta pada Suto Sinting tertangguhkan. Apa
pun amarah sang Guru nantinya, ia siap menerima
hukumannya, ia juga tak bisa menahan duka mendengar
gurunya; Nyai Betari Ayu, terluka oleh pukulan lawan.
Dengan dendam membesi di hati, Selendang Kubur
melangkahkan kaki memasuki pintu gerbang perguruan
yang telah hancur itu. Suasana pelataran laga tampak
sepi. Selendang Kubur menarik napas untuk menahan
luapan api kemarahan yang telah membakar dada. Maka,
segera ia melesat ke serambi samping, dan di sana ia
temui sang Guru sedang duduk merenung dengan wajah
tetap berwibawa walau tampak guratan dukanya.
Melihat siapa yang muncul di depannya, Nyai Betari
Ayu terkesiap sekejap, ia segera menarik napas meredam kemarahan, ia mengangkat
wajah, memandang tajam
muridnya yang lama tak kunjung tiba. Sang murid
menundukkan wajah, sebagai ungkapan rasa bersalah
dan pasrah menerima hukuman sang Guru.
Betari Ayu segera perdengarkan suaranya dengan
lembut tapi penuh kharisma bagi murid yang baru datang itu.
"Kaukah yang berdiri di depanku, Selendang
Kubur"!"
Sedikit tunduk kepala Selendang Kubur saat
menjawab, "Benar, Nyai Guru. Saya datang."
"O, syukurlah. Ternyata kau masih ingat jalan pulang ke perguruanmu ini."
"Maafkan saya, Nyai Guru. Saya memang bersalah."
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"O, tidak! Kau tidak bersalah!" tukas Nyai Guru Betari Ayu. "Perguruan ini
hampir hancur bukan karena ulahmu, melainkan ulah muridnya si Nyai Lembah
Asmara. Perawan Sesat namanya."
"Saya merasa bersalah, karena saat itu saya tidak ada di sini, Guru."
"Bukan hanya kamu, tapi Dewi Murka juga tidak ada di sini."
"Dewi Murka juga sudah tewas di tangan Perawan
Sesat, Guru!"
Tersentak hati Betari Ayu. Terbungkam mulutnya
tanpa bisa mengucap sepatah kata pun mendengar Dewi
Murka tewas di tangan Perawan Sesat. Semakin
tertimbun dendam hati Betari Ayu rasanya. Tetapi ia
berusaha untuk menahan diri agar tidak hanyut dalam
kobaran dendam yang membara itu.
Dewi Murka dan Selendang Kubur adalah orang kuat
di Perguruan Merpati Wingit. Kepada salah satu dari
kedua orang itulah Betari Ayu ingin menyerahkan
tampuk pimpinannya. Menurut pandangan hatinya,
hanya dua orang itulah yang bisa dan pantas menjadi
penggantinya, sebagai Ketua Perguruan Merpati Wingit.
Tetapi sebelum niatnya terlaksana, satu dari kedua orang pilihannya itu telah
tewas. Kini tinggal Selendang Kubur yang menjadi satu-satunya calon pengganti
dirinya, sebelum ia pergi mengasingkan diri menjadi seorang
pertapa. Tetapi, mampukah Selendang Kubur
mempertahankan perguruannya jika sekarang hatinya
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
telah ditaburi dendam terhadap orang-orang Bukit
Garinda yang dikuasai oleh Nyai Lembah Asmara"
Bukankah beberapa orang kuat di perguruan itu telah
tewas juga di tangan perempuan iblis utusan Nyai
Lembah Asmara" Dewi Murka, Murbawati, dan orang-
orang kuat lainnya telah tiada. Padahal mereka adalah benteng bagi Perguruan
Merpati Wingit.
Belum lagi jika Betari Ayu memikirkan Pendekar
Mabuk yang berhasil dibujuk Perawan Sesat untuk
dibawa ke Bukit Garinda, makin perih hati Nyai Betari Ayu sebenarnya. Karena di
dalam hati Nyai Guru itu,
tertanam cinta yang rapi tersembunyi. Baik sang Guru
maupun sang murid tidak saling mengetahui bahwa
mereka sebenarnya sama-sama mencintai Suto dan
sama-sama merasa kehilangan pemuda itu.
Melihat termenungnya sang Guru, Selendang Kubur
segera ucapkan kata penuh hati-hati,
"Nyai Guru, siapa wanita yang berjuluk Perawan
Sesat itu sebenarnya, dan di mana ia tinggal, Guru?"
"Apa maksudmu bertanya begitu, Selendang Kubur?"
"Saya harus pergi menemuinya, membuat
perhitungan dengannya, Guru. Saya harus menebus
nyawa saudara-saudara saya yang menjadi korban
keganasan Perawan Sesat itu."
"Haruskah kita menebus dendam berdarah ini,
Selendang Kubur?"
Pertanyaan ini sungguh sulit dijawab oleh Selendang
Kubur. Pandang matanya sesaat menyirat ke wajah gurunya,
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
lalu tundukkan kepala lagi seraya berkata,
"Tidak ada darah yang tidak membekas, Guru. Dan
untuk menghilangkan darah itu hanya dengan
pembalasan setimpal, Nyai Guru."
Diam sekejap sang Guru sebelum memperdengarkan
suara lembutnya,
"Akan selesaikah masalah yang dirampungkan
dengan dendam dan pembalasan" Akan berhentikah
pertikaian yang dibayar dengan kesumat dendam,
Selendang Kubur?"
Lirih suara Selendang Kubur menjawab, "Tidak,
Guru." "Ya. Tidak akan terselesaikan. Pasti akan berbuntut panjang. Dan itu akan
menuntut kita untuk lebih
bermusuhan lagi."
"Tapi harga diri perguruan tetap harus ditegakkan, Guru. Nama baik dan wibawa
Nyai Guru sendiri juga
harus terjaga oleh sikap kita. Jika tak ada pembalasan datang dari kita, maka
hancur sudah citra perguruan dan terinjak-injak sudah wibawa serta kehormatan
Nyai Guru, yang menjadi ketua perguruan ini."
"Memang benar apa katamu. Itu pula yang sedang
kupertimbangkan sejak tadi. Dan aku belum mempunyai
keputusan, Selendang Kubur. Aku masih mencari sisi
baik dari bencana ini."
"Guru terlalu sabar," terdengar Selendang Kubur ucapkan kata dalam kebimbangan
dan rasa takut. Tapi
Nyai Guru Betari Ayu hanya tersenyum tipis dan pahit.
Nyai Guru alihkan pandangan sambil ia langkahkan kaki
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
menuju ke taman. Selendang Kubur mengikutinya
dengan mulut tak terucap dalam waktu beberapa kejap.
Setelah Nyai Guru berhenti di sisi tanaman mawar
berbunga ungu, Selendang Kubur beranikan diri ajukan
pertanyaan. "Sebenarnya apa permasalahan yang membuat wanita gila berjuluk Perawan Sesat itu
mengobrak-abrik tempat kita, Guru?"
Sebelum lontarkan jawaban, Nyai Guru tarik napas
terpendam di dada. Ia tekan gemuruh yang hampir tak
terkendali di sela bayangan seorang pemuda tampan
bergelar Pendekar Mabuk itu. Kejap berikutnya Betari
Ayu lepaskan kata,
"Titik masalahnya adalah Suto."
Terperanjat Selendang Kubur mendengar nama
pemuda yang diincar hatinya disebut oleh sang Guru.
Ketika sorot pandang Selendang Kubur membentur
tatapan wibawa sang Guru, terdengarlah kata dari sang Guru yang menjelaskan
maksud jawabannya tadi,
"Suto kutemukan terluka parah di sebuah bukit. Aku segera membawanya kemari dan
kurawat hingga sembuh. Begitu Suto pergi, datang Perawan Sesat
menuduhku menyembunyikan Suto. Lalu, mengamuklah
dia di sini, mencabut nyawa saudara-saudara
seperguruanmu dengan seenaknya saja. Beruntung
nyawaku masih terlindung oleh kemunculan Suto yang
segera menyerang Perawan Sesat itu."
"Lalu, ke mana Suto sekarang, Guru?"
"Terbujuk oleh omongan Perawan Sesat. Suto pergi
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
ke Bukit Garinda menemui gurunya Perawan Sesat yang
bergelar Nyai Lembah Asmara itu."
"Untuk apa Suto ke sana?"
"Nyai Lembah Asmara adalah perempuan sakti, keji, tapi mandul, ia hanya bisa
memperoleh keturunan dari
benih lelaki tanpa pusar. Pendekar Mabuk itulah lelaki tanpa pusar. Nyai Lembah
Asmara akan menjadikan
Suto sebagai lelaki pembenih, yang akan menurunkan
bibitnya kepada Nyai Lembah Asmara."
"Itu berarti Suto akan kawin dengan Nyai Lembah
Asmara"!"
Selendang Kubur ucapkan kata dengan tegang. Sang
Guru masih memberi jawaban dengan kalem.
"Setidaknya, Suto akan dikuasai oleh Nyai Lembah
Asmara dan dipaksa agar mau melayani hasratnya.
Padahal aku tahu persis, Nyai Lembah Asmara
mempunyai racun yang tak dapat dilawan dengan ilmu
apa pun. Racun itu bernama Racun Darah Asmara.
Racun itu dipancarkan lewat sorot pandangan matanya.
Siapa pun lelaki yang terkena sorot mata beracun, bisa luluh hatinya dan terbuai
jiwanya, serta terbakar
birahinya. Itulah kehebatan Racun Darah Asmara. Aku
yakin, Pendekar Mabuk tak bisa menghindari racun itu.
ia akan tunduk dengan cinta dan rayuan Nyai Lembah
Asmara." Terasa panas sekujur dada Selendang Kubur, karena
saat itu darah terasa mendidih. Terbayang kelicikan Nyai Lembah Asmara yang akan
mempengaruhi Suto dengan
memakai racun berbahaya itu. Maka tergugah pula
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
dendam yang paling dalam, yaitu ingin menggempur
orang-orang Bukit Garinda, yang menjadi wilayah
kekuasaan Nyai Lembah Asmara.
"Jika begitu, Guru," Selendang Kubur angkat bicara,
"Saya akan gagalkan kunjungan Suto ke Bukit Garinda.
Saya akan cegah Nyai Lembah Asmara itu menggunakan
racun tersebut!"
"Jangan gegabah, Selendang Kubur. Nyai Lembah
Asmara bukan orang berilmu rendah. Tinggi ilmumu
hanya mencapai separo dari ilmunya. Kau tak mungkin
sanggup mengunggulinya. Aku sendiri merasa kalah
tinggi dengan ilmunya."
"Saya tidak peduli, Guru! Yang jelas, sekarang juga saya mohon pamit untuk pergi
ke Bukit Garinda!"
Selendang Kubur berkobar-kobar semangatnya. Mata
jelinya menjadi nanar penuh kilasan lidah api amarah
yang berkobar-kobar di dalam hatinya. Napasnya pun
kelihatan lebih memburu.
"Tahanlah amukan hatimu, Selendang Kubur. Jangan mati konyol tanpa perhitungan
sedikit pun!"
"Suto harus segera diselamatkan, Guru! Saya sudah bisa bayangkan kalau Suto
menanamkan benih pada
rahim Nyai Lembah Asmara, dan benih itu menjadi
keturunan sang Nyai Lembah Asmara, sudah pasti
keturunan itu akan menjadi manusia tanpa tanding,
Guru." "Memang. Itulah sebabnya Lembah Asmara tidak
bisa punya keturunan, sebab satu kali dia punya
keturunan maka anaknya akan menjadi manusia tanpa
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
tanding. Padahal Nyai Lembah Asmara mempunyai
aliran hitam. Tidak menutup kemungkinan kalau
anaknya nantinya akan menjadi orang sesat yang tidak


Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa dikalahkan oleh pendekar mana pun!"
"Karena itu saya harus segera gagalkan rencana
tersebut, Guru!" sergah Selendang Kubur.
"Aku tak bisa memberi keputusan sekarang. Biarkan aku duduk di sini merenungkan
putusan yang lebih
baik." Dalam hati Betari Ayu merasa khawatir terhadap jiwa
Selendang Kubur. Tinggal satu murid yang menjadi
benteng perguruannya. Jika Selendang Kubur tewas di
tangan Nyai Lembah Asmara, habis sudah benteng
Perguruan Merpati Wingit. Tetapi sang Guru juga
melihat nyala dendam dan bela pati dari sang murid. Jika ia patahkan dengan
larangan berangkat ke Bukit
Garinda, pupus sudah semangat sang murid, susut sudah jiwa bela patinya, patah
pula semangatnya.
"Haruskah kuturunkan ilmu yang ada dalam Kitab
Wedar Kesuma itu untuknya?" pikir Betari Ayu dalam renungan panjangnya. Tapi,
renungan itu terputus oleh kehadiran murid lainnya yang memberanikan diri
menghadap dengan tergopoh-gopoh.
"Ada apa kau menghadapku dengan wajah pucat,
Prahasti?"
"Guru, pedang pusaka Jalaganda dicuri oleh
Selendang Kubur dan dibawanya lari, Guru!"
Tersentak jantung Betari Ayu mendengarnya, ia
gumamkan kata, http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Jalaganda dicuri" Selendang Kubur lari" Jelas, arahnya pasti ke Bukit Garinda.
Anak itu tak bisa
dikekang amarahnya. Berbahaya sekali. Tidakkah ia
sadari bahwa pedang Jalaganda adalah pusaka yang
hanya dipakai untuk pertarungan terakhir bagi orang
yang sudah bosan hidup" Memang orang yang
menggunakan Jalaganda bisa memperoleh kemenangan
walau melawan seribu lawan, tapi selesai itu orang yang menggunakannya akan
mati. Jalaganda akan pulang
sendiri ke tempatnya tanpa pembawanya!"
Cemas hati Betari Ayu bagai meruncingkan luka.
Jalaganda bukan pedang sembarang pedang. Jalaganda
merupakan pedang warisan eyang guru dari Betari Ayu
yang merupakan pedang kemenangan dan kekalahan.
Hanya tokoh-tokoh tua zaman dulu yang menggunakan
pedang Jalaganda untuk bertarung, karena usai itu ia sudah siap mati tanpa
meninggalkan dendam lagi.
Sedangkan Betari Ayu tidak ingin satu-satunya murid
andal yang tersisa itu mati bersama kemenangan
pertarungannya. Nyai Betari Ayu masih membutuhkan
Selendang Kubur untuk tetap menghidupkan
perguruannya itu.
"Aku harus segera menyusul Selendang Kubur. Aku
tidak izinkan dia menggunakan pedang Jalaganda, agar
ia tak ikut punah seperti yang lainnya. Dialah yang akan kujadikan penerus ilmu-
ilmu Merpati Wingit dan
mengembangkannya ke seluruh penjuru dunia," pikir Betari Ayu sambil berkemas
mengenakan jubah
kuningnya yang terbuat dari kain sutera lembut dan tipis.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Ikat kepala dari tali merah berbintik-bintik kuning
keemasan, dengan kedua ujung terdapat logam runcing
berbentuk mata tombak kecil, yang bisa pula digunakan sebagai pengikat rambutnya
yang panjang digelung rapi di atas kepala, ia menarik napas beberapa kali.
Terasa enteng badannya. Terasa sembuh betul luka-lukanya
akibat minum tuak pemberian Pendekar Mabuk, sebelum
pemuda itu pergi bersama Perawan Sesat.
Kalau bukan karena pusaka Jalaganda, Nyai Guru
Betari Ayu tidak akan keluar dari padepokannya.
Jalaganda memang berbahaya. Selendang Kubur sendiri
sebenarnya mengetahui akibat penggunaan pedang
pusaka Jalaganda. Tetapi agaknya ia sudah siapkan diri untuk mati demi harga
diri perguruannya.
Gerakannya begitu cepat ketika ia menuju ke arah
Bukit Garinda. Pedang Jalaganda disarungkan di
punggung, melintang dengan gagahnya. Dalam hati
Selendang Kubur terucap kata,
"Akan kutunjukkan pada Suto, bahwa aku rela mati demi menyelamatkan dirinya dari
Racun Darah Asmara.
Akan kubuktikan pula kepada Nyai Guru, bahwa aku
rela hancur demi nama baik dan kehormatan martabat
perguruan. Tetapi... apakah Suto mau tahu dan mau
percaya bahwa semua ini kulakukan demi cintaku
padanya" Sudah layakkah aku berkorban untuk dia?"
Tiba-tiba tanah lereng yang ada di depan Selendang
Kubur itu longsor. Batu-batu besar yang ada di lereng itu menggelinding
berjatuhan ke arahnya. Selendang Kubur
cepat jejakkan kaki dan melenting di udara, hindari
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
bebatuan besar yang bisa bikin tubuhnya gepeng mirip tape.
"Tak mungkin batu itu runtuh menggelinding
sendiri," pikir Selendang Kubur setelah keadaan menjadi tenang. "Tak mungkin
tanah itu longsor sendiri tanpa ada getaran bumi sedikit pun. Pasti ada orang
yang sengaja mencelakai diriku."
Mata jeli itu menjadi makin tajam, melirik ke sana-
sini dengan liar. Sementara tubuh Selendang Kubur
bersembunyi di celah batu yang ada di seberang lereng yang tadi longsor
tanahnya. Tetapi untuk beberapa kejap hanya angin yang berhembus di
sekelilingnya. Tak ada
gerakan yang mencurigakan, atau kelebatan yang
menarik perhatian.
Kejap berikutnya barulah Selendang Kubur
menangkap sosok bayangan lelaki berbaju merah dan
bercelana hitam. Serta-merta Selendang Kubur lancarkan pukulan jarak jauh dari
tempat persembunyiannya.
Lelaki pendek sedikit gemuk itu tersentak kaget
merasakan hawa panas sedang mengalir menuju ke
arahnya dari arah belakang. Cepat-cepat ia balikkan
tubuh dan menghadang pukulan hawa panas itu dengan
satu sentakan tangan kosong ke arah depan.
Rupanya ia sengaja adukan pukulan tenaga dalamnya
dengan hawa panas yang mau membokongnya itu.
Kedua pukulan tersebut beradu dan memancarkan
kerlapan cahaya pijar yang begitu menyilaukan mata.
Pecahnya cahaya itu tidak menimbulkan bunyi,
melainkan mengguncangkan pepohonan yang ada di
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
sekelilingnya. "Siapa orang yang berani membokongku itu"!" pikir lelaki bergelang akar bahar di
tangan kirinya. Matanya memandang tajam ke sekeliling, sampai akhirnya ia
temukan sosok perempuan muncul dari celah dua batu
besar. Lelaki yang sudah dikenal Selendang Kubur
sebagai pelayan si Gila Tuak, gurunya Suto, yang
berjuluk Pujangga Keramat itu, segera serukan kata
kemarahan, "Selendang Kubur, kau serang mengapa aku dari
belakang"!"
Buat Selendang Kubur, dia sudah tidak asing lagi
mendengar ucapan aneh Pujangga Keramat. Sebab ia
tahu persis Pujangga Keramat adalah manusia yang tidak
pernah bisa menyusun kalimat. Dengan mudah
Selendang Kubur mengerti maksud kata-kata Pujangga
Keramat, ia dekati lelaki itu dengan tenang, tiada gentar sedikit pun.
"Kau menyerangku lebih dulu, Pujangga Keramat."
"Bilang siapa"! Aku datang baru saja, kau serang aku tahu-tahu dari belakang!
Maksud apamu, hah"!"
Melihat kerut dahi dan kecemberutan wajah Pujangga
Keramat, Selendang Kubur temukan kejujuran kata
orang itu. Tapi dalam hati Selendang Kubur segera
tanyakan pada diri sendiri, "Lantas, siapa yang membuat lereng itu longsor dan
batu-batu menggelinding
menyerangku jika bukan Pujangga Keramat"!"
* * * http://duniaabukeisel.blogspot.com/
2 MELIHAT sikapnya tidak bermusuhan, Pujangga
Keramat pun ajukan tanya kepada Selendang Kubur,
"Selendang Kubur, kau tahukah di mana Pendekar
Mabuk ada?"
"Ada perlu pentingkah kau mencari Pendekar Mabuk, Pujangga Keramat?"
"Penting sangat! Ki Gila Tuak mencari Suto suruh aku. Ke mana-mana aku cari
sudah dia, tapi kudengar
tidak kabarnya," kata Pujangga Keramat sambil ikuti langkah kaki Selendang Kubur
pelan-pelan. Mereka
bagaikan jalan seiring melewati bekas longsoran tanah.
"Aku dapat dari Ki Gila Tuak pesan penting untuk
Pendekar Mabuk," tambah Pujangga Keramat.
"Penting sekalikah itu?"
"Penting biasa luar!" jawab Pujangga Keramat dengan sedikit ngotot, yang
maksudnya menyatakan
bawah pesan itu luar biasa penting. Kemudian, kejap
berikutnya Pujangga Keramat serukan kata lagi dengan
semangat, "Suto punya tugas satu kerjakan ia belum. Pusaka Manik Intan yang ada di dasar
telaga bersama Tuaknya
Setan itu, belum ambil ianya. Cemas Ki Gila Tuak
jadinya. Takut ia kalau Pusaka Manik Intan jatuh di
orang-orang sesat tangan."
"Pusaka Manik Intan"!" gumam Selendang Kubur sambil menghentikan langkah di luar
kesadarannya. Saat ia termenung memikirkan kabar itu, Pujangga Keramat
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
sudah ucapkan kata lagi,
"Ki Gila Tuak suruh jaga aku itu telaga, sampai
datang Suto aku tak tahu. Karena itu aku carilah dia!"
Selendang Kubur sendiri baru ingat bahwa menurut
kabarnya, Pusaka Tuak Setan itu terkubur di dasar telaga bersama satu pusaka
lagi milik Bidadari Jalang, yaitu Pusaka Manik Intan. Sedangkan Bidadari Jalang
juga merupakan gurunya Pendekar Mabuk yang dulu sering
tampil sebagai tokoh sesat, tapi sekarang sudah beralih ke golongan putih sejak
mempunyai murid Suto (Baca
serial Pendekar Mabuk dalam episode: "Bocah Tanpa Pusar").
Terawang ingatan Selendang Kubur kepada Suto,
bahwa Pendekar Mabuk itu beberapa kali ia temui tapi
tak terlihat Cincin Manik Intan tersemat di jarinya. Itu pertanda Pusaka Manik
Intan belum ditemukan oleh
Suto. Sedangkan Pusaka Tuak Setan telah tertelan oleh Suto pada saat
diperebutkan dari tangan si Mawar Hitam dari Pulau Hantu (Baca serial Pendekar
Mabuk dalam episode: "Pusaka Tuak Setan"). Selendang Kubur belum mengetahui hal itu,
sehingga hatinya pun bertanya-tanya, apakah Tuak Setan berhasil dilenyapkan oleh
Suto, atau diminum oleh seseorang dari golongan sesat"
"Selendang Kubur," ucap Pujangga Keramat lagi,
"Jika tahu kau Suto di mana, tolong kasih aku tahu tentang dianya. Dia harus
cepat cari itu pusaka sebelum jatuh ke orang-orang sesat tangan."
"Pujangga Keramat, sebenarnya aku tahu di mana
Pendekar Mabuk. Tapi keadaannya sangat tidak
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
memungkinkan untuk dihubungi secepat ini."
"Kasihlah tahu aku!" desak Pujangga Keramat.
"Dia ada di Bukit Garinda, sedang dalam bahaya.
Aku sendiri sedang menuju ke sana untuk membebaskan
Suto dari rencana jahat Nyai Lembah Asmara, penguasa
Bukit Garinda itu!"
Pujangga Keramat kerutkan dahi tajam-tajam. "Aku pernah seperti dengarnya itu
nama Nyai. Kalau tak salah, dia ratu keji dingin darah!"
"Memang benar! Menurut keterangan dari guruku
juga begitu. Tapi aku tak takut, Pujangga Keramat. Aku tidak gentar. Aku harus
bisa membebaskan Suto dari
cengkeraman mesra Nyai Lembah Asmara itu!"
"Oho, ada cengkeraman mesra jugalah" Itu tanda
cemburu kau padanya! He he he...!" Pujangga Keramat terkekeh jelek, tapi tidak
menyakitkan hati, hanya
membuat Selendang Kubur sunggingkan senyum
malunya sedikit.
Pujangga Keramat goda hati perempuan itu, "Ada
hatilah kau padanya, Selendang Kubur?"
"Ya," jawab Selendang Kubur singkat tapi tegas.
"Suto cintalah juga dengan kau?"
"Aku tak tahu apakah dia cinta juga padaku atau
tidak, yang jelas aku tak rela kalau Pendekar Mabuk
berada dalam cengkeraman mesra Nyai Lembah
Asmara! Lebih baik aku bertarung sampai mati dengan
nyai keji itu!" Selendang Kubur tak sadar ucapkan kata dalam geram amarah
tertahan. "Kuingat-ingatkan, jangan kaulah gegabah serang dia
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
nyai! Kau bisa binasalah di tangannya, Selendang
Kubur," Pujangga Keramat tampakkan sikap bijaknya.
Tapi Selendang Kubur agaknya kurang peduli dengan
saran itu, sehingga ia cepat ucapkan kata,
"Aku sudah siap mati untuk Pendekar Mabuk!"
Pujangga Keramat angguk-anggukkan kepala.
Renungkan kata-kata itu beberapa saat sambil
melangkahkan kaki pelan-pelan, lalu pada kejap berikut dia berkata,
"Begitu kalau, ikut sajalah aku ke sana! Sama-sama kita bebaskan Suto dari itu
tangan nyai!"
"Kau mau ikut ke Bukit Garinda?"
"Iyalah! Kupunya tugas untuk Suto-nya sendiri!"
"Tapi bagaimana dengan tugasmu menjaga Manik
Intan itu?"
"Cepatlah aku pulangkan telaga setelah selesai
sampaikan pesan dari Suto gurunya."
Selendang Kubur tidak merasa keberatan. Sekalipun
susah diajak bicara, tapi Pujangga Keramat bisa menjadi penambah kekuatan dalam
penyerangan ke Bukit
Garinda. Tetapi ada satu hal yang membuat hati
Selendang Kubur gelisah, ia menangkap suara napas
orang dari suatu persembunyian, ia pun bisikkan kata
pada Pujangga Keramat,
"Tahukah kau ada yang mengintai kita, Pujangga
Keramat?"

Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, aku tahulah!" jawab Pujangga Keramat dengan bahasa yang menurutnya sudah
benar dan selalu indah.
"Kita jebak dia, Pujangga Keramat! Kita cepat
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
menghilang di balik gerombolan bebatuan di sebelah
kanan sana."
Pujangga Keramat hanya anggukkan kepala pelan.
Kejap berikutnya dua tokoh itu jejakkan kaki dan
melesat cepat bagaikan terbang. Menghilang di balik
gerombolan bebatuan yang menggugus. Dari sanalah
mata mereka saling berpencar, menyusuri tiap jengkal
tempat dengan liar.
"Ssst...!" colek Pujangga Keramat. "Ke timur lihatlah!"
Selendang Kubur tetapkan pandang matanya ke arah
timur. Kepalanya kian tunduk merunduk. Di sana
tampak sosok tubuh sedikit gemuk berpakaian serba
hitam. Tepian pakaian orang itu dililit kain kuning emas
kecil. Wajah orang itu berkumis dan bercambang tipis.
Matanya sedikit sipit memancarkan kebengisan. Sebuah
pedang bersarung perak berukir ada di pinggang kirinya.
Pujangga Keramat kembali bisikkan kata,
"Ingatkah kau itu orang?"
"Ya. Kalau tak salah dia yang bernama Datuk Marah Gadai!"
"Dia yang intai kita tadi sejak."
"Kurasa begitu. Tapi untuk apa dia intai kita?"
"Tak tahu akulah!" sambil Pujangga Keramat sedikit angkat kepala dan pundaknya
tanda tidak tahu-menahu
maksud Datuk Marah Gadai.
"Kita sikat dia sajalah!" bisik Pujangga Keramat lagi.
"Jangan dulu. Kita kepingin tahu dulu, apa maksud dan tujuannya intai kita dari
sana!" seraya Selendang http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Kubur tahankan tangannya ke pundak Pujangga
Keramat. Datuk Marah Gadai salah satu dari tokoh sakti yang
ingin menguasai tanah Jawa kelihatan sedang mencari-
cari barang intaiannya. Ia berdiri di sebuah batu,
terlindung semak ilalang tinggi bagian depannya, ia tak tahu ada yang
mengintainya dari samping kirinya.
Kejap berikutnya Datuk Marah Gadai tampak
kecewa. Kemudian ia tinggalkan tempat itu dalam satu
lompatan bertenaga ringan. Dan pada saat ia melesat
pergi, tampak pula sosok bayangan berpakaian hitam
pula yang menyusul kepergiannya. Sosok yang
menyusul itu sempat tertangkap oleh mata Selendang
Kubur. Hatinya mengucap kata bernada heran,
"Dirgo Mukti..."! Untuk apa dia menyusul Datuk
Marah Gadai" Atau mungkin mereka memang
bersepakat mengintaiku dari kejauhan?"
Dirgo Mukti, seorang pemuda tampan yang mengaku
dirinya Manusia Sontoloyo. Selama ini, Selendang
Kubur mengira Dirgo Mukti tidak punya niat jahat
kepadanya, selain niat ingin mencicipi kehangatan
tubuhnya dengan kenakalan hidung belangnya itu. Tapi
memang hal itu tak pernah diberikan oleh Selendang
Kubur. Dirgo Mukti yang pernah menolongnya dari luka
parah itu memang kecewa, tapi haruskah kekecewaan
Dirgo Mukti itu membuatnya bergabung dengan Datuk
Marah Gadai dan bekerja sama untuk menundukkan
dirinya" Atau, mungkin memang sejak dulu mereka
mempunyai jalinan hubungan akrab yang baru sekarang
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
diketahui Selendang Kubur"
Ternyata keadaan sesungguhnya tidak seperti dalam
kecamuk hati Selendang Kubur. Dirgo Mukti adalah
Dirgo Mukti, Datuk Marah Gadai adalah Datuk Marah
Gadai. Mereka tak punya hubungan, bahkan mereka
belum saling kenal secara hadap-hadapan. Mereka hanya saling kenal nama dari
mulut ke mulut saja. Jika hari itu Dirgo Mukti melesat di belakang Datuk Marah
Gadai, itu hanyalah sesuatu yang bersifat kebetulan saja.
Kebetulan mereka sama-sama mendengar keterangan
Pujangga Keramat tadi mengenai cincin pusaka Manik
Intan, sehingga di dalam hati mereka saling mempunyai keinginan untuk memiliki
cincin tersebut.
Dari balik persembunyiannya tadi, Dirgo Mukti
sempat menangkap adanya orang lain yang juga
bersembunyi mengintai Selendang Kubur. Pada awal
tujuan Dirgo bersembunyi hanya untuk menjaga
keselamatan Selendang Kubur. Sebab bagaimanapun
juga alotnya perempuan itu, Dirgo Mukti masih punya
gairah untuk bercumbu dengan Selendang Kubur.
Namun demi ia melihat orang lain bersembunyi
mengintai Selendang Kubur, ia jadi curiga. Lebih curiga lagi setelah dengar pula
penuturan dari Pujangga
Keramat tentang pusaka cincin Manik Intan itu. Ketika ia melihat lelaki sedikit
gemuk itu melesat pergi, naluri Dirgo mengatakan, bahwa lelaki itu pergi ke
Telaga Manik Intan. Maka segera ia ikuti kepergiannya. Karena tiba-tiba dalam pikiran
Dirgo Mukti timbul niat untuk memiliki pusaka tersebut.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Dirgo Mukti mendengar adanya Pusaka Tuak Setan
dan Pusaka Manik Intan dari gurunya. Konon, Pusaka
Tuak Setan mampu mengeluarkan badai yang dapat
menyapu tanah Jawa dalam satu kali hembusan napas
seseorang yang telah meminumnya. Sedangkan Pusaka
Manik Intan adalah cincin yang bisa menyalurkan tenaga dalam seratus kali lipat
dari tenaga dalam yang
dikeluarkan oleh pemakainya. Dalam pikiran Dirgo
terbetik kata-kata.
"Kalau aku bisa memiliki cincin itu, maka aku pasti bisa mengalahkan Pendekar
Mabuk dalam pertarungan
bulan depan di Bukit Jagal. Dan kalau aku bisa
mengalahkan Suto, maka sebagai taruhannya Peri
Malam akan tunduk kepada cintaku, mau menerima
cintaku dan mau kuajak tidur bersama sepanjang masa.
Bisa tak bisa aku harus bisa mendapatkan Cincin Pusaka Manik Intan itu!"
Memang benar pemikiran Dirgo Mukti. Ia perlu
memiliki cincin tersebut karena kekuatan dahsyat yang ada di dalamnya. Cincin
Pusaka Manik Intan adalah
cincin yang bukan sembarang cincin. Menurut penuturan para tokoh tua di rimba
persilatan, cincin itu adalah jelmaan dari air mata seorang bidadari yang
menangis. Karena dendam tak bisa terlampiaskan, amarah bidadari itu hanya bisa tercurah
dalam bentuk tangis. Air mata itu menggumpal dan membeku keras menjadi batu,
yang kemudian ditemukan oleh tokoh sakti pada zaman dulu
yang menjadi Guru dari si Gila Tuak dan Bidadari
Jalang, yaitu pasangan suami-istri Eyang Purbapati dan
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Eyang Nini Galih.
Karena pusaka itu berbahaya di tangan Bidadari
Jalang yang lebih sering mengumbar nafsu angkara
murkanya, maka si Gila Tuak bersepakat untuk saling
menghancurkan atau menguburkan pusaka-pusaka yang
berbahaya bagi keselamatan orang banyak. Gila Tuak
menguburkan Pusaka Tuak Setan dan Bidadari Jalang
menguburkan Pusaka Manik Intan. Dan inilah adalah
siasat dari Gila Tuak yang ingin mengurangi ilmu
saudara seperguruannya itu agar kesesatan langkahnya
tidak terlalu banyak menimbulkan korban. Sebab jika
Bidadari Jalang memiliki cincin pusaka yang tercipta
dari tetesan air mata bidadari murka itu, maka habis
sudah seluruh penduduk bumi ini dibinasakan oleh
kemurkaannya. Tetapi sejak Bidadari Jalang mengangkat Suto
sebagai muridnya juga, setelah banyak ilmunya
diturunkan kepada bocah tanpa pusar itu, maka
persoalan Cincin Manik Intan diserahkan sepenuhnya
kepada Suto. Bidadari Jalang tidak mau peduli apakah
cincin itu akan dimusnahkan atau dipakai sendiri oleh Pendekar Mabuk, yang
penting jangan sampai jatuh ke
tangan orang-orang sesat. Memang, si Gila Tuak
menyarankan agar cincin itu ikut dimusnahkan saja. Tapi agaknya cincin itu punya
pertalian jiwa dengan Pusaka Tuak Setan. Di mana Tuak Setan berada di situ pula
cincin itu tinggal. Padahal Tuak Setan ada di dalam
tubuh Pendekar Mabuk, apakah cincin itu juga harus
berada di antara jari tangan Pendekar Mabuk"
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Yang jelas cincin itu sekarang sedang dalam incaran
Datuk Marah Gadai. Dalam hati orang yang dari dulu
mengejar-ngejar Pusaka Tuak Setan itu berkata,
"Tak kuperoleh Pusaka Tuak Setan, asalkan Pusaka Cincin Manik Intan itu
kudapatkan, puaslah hatiku!
Sungguh aku tak menyangka kalau cincin itu masih ada
di dasar telaga. Tempo hari aku mencarinya sampai
susah payah, belum juga kutemukan. Kupikir telah
diambil oleh Suto Sinting, ternyata menurut keterangan pelayan si Gila Tuak
tadi, cincin tersebut masih ada di dasar telaga. Sampai sehari penuh harus
berendam pun, aku tak merasa keberatan!"
Namun baru saja Datuk Marah Gadai pijakkan
kakinya di tanah tepi telaga, tahu-tahu hatinya
dikejutkan oleh munculnya sesosok pemuda tampan
yang melompat bagaikan terbang melalui atas kepalanya.
Pemuda itu mendaratkan kakinya tepat di depan Datuk
Marah Gadai dalam keadaan memunggungi. Jaraknya
antara lima langkah. Pemuda bersenjata kapak dua mata itu tak lain adalah Dirgo
Mukti yang mengangkat diri
sebagai Manusia Sontoloyo.
Dirgo Mukti segera balikkan badan menjadi saling
berhadapan dengan Datuk Marah Gadai. Orang yang
usianya antara sepuluh tahun lebih tua darinya itu segera kerutkan kening sambil
usapkan kumis sedikit. Dadanya terbusung ke depan dengan kepala sedikit ditarik
ke belakang, lalu melontarkan tanya dengan suaranya yang tergolong besar,
"Siapa kau, Anak Muda"!" tanya Datuk Marah Gadai
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
dengan lagak bijaknya.
"Rupanya kau tokoh baru di rimba persilatan ini, sehingga tidak mengenali
diriku!" kata Dirgo Mukti dengan angkuhnya.
Datuk Marah Gadai serukan tawa bernada mengejek.
"Kau itu anak ingusan, mana mungkin aku
mengenalimu" Bukan karena aku tokoh baru di dunia
persilatan, tapi karena kau terlambat muncul karena
masih menetek ibumu, jadi aku tidak mengenalimu!"
"Bicaralah dengan tutur kata yang baik dan sopan, Pak Tua!"
Makin terkekeh geli Datuk Marah Gadai dipanggil
dengan sebutan 'pak tua'. Baginya itu panggilan yang
belum waktunya muncul. Tapi karena yang menyerukan
adalah mulut bocah ingusan, Datuk Marah Gadai pun
merasa tidak perlu mempermasalahkannya. Yang
menjadi masalah adalah maksud dan tujuan anak muda
di depannya itu.
"Sebutkan namamu atau kuhabiskan nyawamu
sekarang juga?" Datuk mulai mengawali ancamannya dengan sudut mata menatap
bengis. "Kurasa kau tak perlu mengancam Dirgo Mukti yang sudah kesohor kesaktiannya ini,
Pak Tua! Tentunya kau pun pernah mendengar gelar kejayaanku sebagai
Manusia Sontoloyo, yang merupakan satu-satunya tokoh
tangguh yang sulit ditumbangkan!"
"Ha ha ha ha.... Manusia Sontoloyo! Nama baru yang benar-benar nama untuk orang
loyo. Ha ha ha...!"
"Tutup mulutmu, Kambing tua!" sentak Dirgo Mukti
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
dengan mata menatap tajam. Tetapi sentakannya itu
tidak membuat Datuk Marah Gadai hentikan tawanya,
melainkan justru pertambah keras tawanya yang
bergelak-gelak itu. Dirgo Mukti menggeram sambil
keraskan kepalan tangannya.
Kejap berikutnya, Datuk Marah Gadai ucapkan kata,
"Dirgo Mukti, seharusnya kau berhati-hati dalam
bicara dengan Datuk Marah Gadai ini!" sambil Datuk tepukkan dada sendiri.
Dirgo Mukti sedikit picingkan mata pertanda pikirkan
sesuatu, ia pernah mendengar nama Datuk Marah Gadai,
tapi bukan dari gurunya, melainkan dari mulut
Selendang Kubur. Seingatnya, Selendang Kubur pernah
menceritakan bahwa orang yang bernama Datuk Marah
Gadai itu juga tokoh sakti yang sukar ditumbangkan. Hal itu membuat Dirgo Mukti
ingin sekali menjajalnya.
Datuk berkata lagi, "Ketahuilah, Dirgo Mukti, Datuk Marah Gadai adalah orang
yang sulit memberikan
ampunan bagi lawannya. Jadi kusarankan cepat angkat
kaki dari depanku jika kau punya maksud memusuhiku,
Sontoloyo!"
Dirgo Mukti sunggingkan senyum sinisnya. 'Tidak
ada aturan mundur dalam sejarah kependekaran Dirgo
Mukti! Apalagi aku tahu maksudmu datang ke telaga ini, yaitu ingin mendapatkan
Pusaka Cincin Manik Intan!
Hhmm...! Tak akan kubiarkan pusaka itu jatuh ke
tanganmu, Datuk Marah Gadai!"
Tadi, ketika Dirgo menyebutkan Cincin Manik Intan,
mata Datuk Marah Gadai terperanjat sekejap. Perasaan
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
bermusuhan tiba-tiba meletup keras di hatinya, sebab
Dirgo Mukti adalah orang pertama yang dianggapnya
jadi penghalang niatnya yang sudah yakin bahwa cincin itu masih ada di dasar
telaga. Karena itu, Datuk Marah Gadai pun segera kepalkan kedua tangannya dan
berkata geram, "Jangan harap kau bernapas esok pagi jika kau ingin menguasai cincin pusaka itu
juga, Sontoloyo!"
"Buktikan omonganmu! Aku ingin menakar seberapa
tinggi ilmu yang kau miliki sebenarnya, Datuk Marah
Gadai!" "Kurang ajar! Anak kambing muda berani
menantangku"! Hiih...!"
Datuk Marah Gadai melancarkan pukulan jarak jauh
dengan sentakkan tangan kirinya ke depan. Tapi Dirgo
segera hentakkan kakinya dan melesat terbang ke arah
Datuk Marah Gadai dengan kaki miring melayang.
Datuk Marah Gadai segera silangkan tangan di atas
kepala untuk menangkis tendangan kaki lawannya.


Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Plakkk...! Kaki tertangkis, tangan kanan Datuk Marah
Gadai menghentak tepat mengenai dada si Manusia
Sontoloyo. Blegh...!
"Hegh...!" Dirgo Mukti tersentak dengan napas tertahan, ia tak menyangka pukulan
Datuk Marah Gadai
begitu keras, berat, dan cepat. Tubuhnya terlempar
cukup jauh dari pukulan itu. Datuk Marah Gadai segera melompat mengejar Dirgo
Mukti yang terjerembab
dalam jarak sepuluh langkah darinya. Sebuah pukulan
jarak jauh dihantamkan oleh Datuk Marah Gadai,
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
membuat Dirgo Mukti terpaksa melesat jauh lagi untuk
menghindari. Ketika mereka baku hantam di sebelah sana, diam-
diam seseorang yang telah mendengar percakapan tadi
masuk ke dalam telaga. Melihat cara menceburkan diri
ke tengah telaga tanpa suara sedikit pun, jelaslah dia orang berilmu tinggi. Air
pun tak memercik banyak.
Jelas pula orang itu mengincar Pusaka Cincin Manik
Intan. * * * 3 CAHAYA pagi menerobos dedaunan hutan. Pendekar
Mabuk berlari sambil memanggul Perawan Sesat yang
terluka parah karena pukulannya. Pendekar Mabuk
terpaksa berhenti sejenak untuk memeriksa luka dalam
Perawan Sesat itu. Ternyata keadaan bertambah
membahayakan jiwa perempuan yang berambut acak-
acakan itu. "Perjalanan ini tak bisa dilanjutkan," pikir Suto.
"Bisa-bisa perempuan ini mati sebelum kutemukan
daerah yang bernama Bukit Garinda. Aku harus
berusaha menyembuhkannya dulu. Kalau dia mati, aku
akan kehilangan jejak tentang tempat tinggal kekasihku, Dyah Sariningrum."
Suto memang tidak tahu bahwa dirinya telah
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
dikelabui oleh Perawan Sesat. Rasa cinta Suto kepada
seseorang yang bernama Dyah Sariningrum dijadikan
kesempatan melumpuhkan amukan Suto pada saat geger
di Perguruan Merpati Wingit. (Baca serial Pendekar
Mabuk dalam episode: "Perawan Sesat"). Suto Sinting percaya, bahwa Perawan Sesat
diutus oleh gurunya
untuk membawa Suto ke Bukit Garinda, dan gurunya itu
bernama Dyah Sariningrum. Suto memang tak pikir-
pikir lagi begitu mendengar nama Dyah Sariningrum
disebutkan. Bahkan ia sendiri yang mendesak Perawan
Sesat agar segera dibawa ke Bukit Garinda. Karenanya, walau susah payah ia harus
menggendong Perawan Sesat
yang terluka oleh pukulan tabung tuaknya, Suto merasa masih punya tenaga untuk
berlari satu hari satu malam
lagi. Sayang, hal itu tidak bisa ia lanjutkan mengingat keadaan Perawan Sesat
kian bertambah parah.
Sekujur tubuh Perawan Sesat bukan hanya pucat
kebiru-biruan, tapi juga mengeluarkan bintik-bintik
merah dari setiap pori-porinya. Ini yang mencemaskan
Suto. Sebab dia tahu pukulan jurus 'Bumbung Bernyawa'
itu punya akibat sangat buruk bagi orang yang ilmu
tenaga dalamnya tidak terlalu tinggi. Darah bisa
memercik keluar dari pori-pori tubuh, dan orang itu akan menemui ajal secara
mengerikan. Baru saja Suto Sinting yang berpakaian coklat tua
dengan celana putih itu ingin melakukan penyembuhan
terhadap luka Perawan Sesat, tiba-tiba ia dikejutkan
dengan hembusan angin cepat di arah belakangnya.
Hembusan angin itu dirasakan bukan hembusan angin
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
sembarangan. Cepat pula Pendekar Mabuk kibaskan
bumbung tuaknya ke belakang sambil putar tubuhnya.
Wuuut...! "Aahg...!"
Kibasan angin bumbung itu membuat seseorang
bertubuh kurus kering terpental jatuh ke belakang dalam jarak empat langkah.
Orang itu menyeringai memegangi
pinggangnya yang terasa mau patah itu. Ia bangkit
dengan menggeliat sakit dan menggerutu,
"Sial! Begitukah sambutanmu kepada orang yang
tidak memusuhimu, Suto?"
"O, maafkan aku, Peramal Pikun! Kukira kau musuh yang ingin memukulku dari
belakang!"
Peramal Pikun, orang yang sudah berambut uban
merata dengan alis dan jenggotnya pun putih semua,
sedikit terpincang-pincang mendekati Suto. Dari mulut tuanya masih mengeluarkan
gerutuan yang membuat
Pendekar Mabuk jadi tersenyum geli,
"Aku tak pernah membokong musuhku, kecuali
kepepet!" Peramal Pikun hentikan langkah setelah jaraknya
hanya dua tindak dari Suto. Matanya terkesiap sekejap ketika memandang sosok
tubuh Perawan Sesat yang
dibaringkan oleh Pendekar Mabuk di rerumputan. Kejap
berikutnya orang tua kurus kering itu terkekeh dalam
tawanya, sambil ia lirikkan mata kepada Suto dengan
menggoda, "He he he... aku tahu, aku tahu! Kau ingin perkosa gadis ini, bukan" He he he
boleh!" Peramal Pikun http://duniaabukeisel.blogspot.com/
manggut-manggut. "Menurut ramalanku, kau akan
berhasil perkosa gadis ini, Suto. Lakukanlah, aku
bersembunyi dulu!"
Cepat tangan Pendekar Mabuk menarik kain
pembalut tubuh Peramal Pikun di bagian pundak. Bett...!
Langkah lelaki tua yang mirip tulang dibungkus kulit itu jadi berhenti. Wajahnya
dipalingkan ke belakang dengan malu-malu. Suto tersenyum dan berkata,
"Tetaplah di sini! Aku tidak akan perkosa dia. Dia pingsan. Kalau dia tidak
pingsan, mungkin aku yang
akan diperkosanya, atau barangkali kau juga, Pak Tua!"
"Aku..."! O, itu tidak mungkin. Aku sudah tidur
semalaman dengan Perawan Sesat ini dalam sebuah gua,
tapi dia agaknya tidak berminat menikmati tubuh
kurusku ini!"
"Kau sudah bersamanya sebelum ini?"
"Ya. Dia yang desak aku dan ancam aku untuk
menunjukkan di mana dirimu berada. Dia memang ingin
sekali bertemu denganmu. Lalu, kami berpencar, aku ke utara dan dia ke selatan.
Rupanya dia yang beruntung, bisa bertemu denganmu. Tapi..., oh, ya... kenapa ia
pingsan, Suto?"
"Terkena pukulanku!" jawab Suto sambil membuka tutup bumbung tuaknya, ia
menenggak beberapa teguk
ketika Peramal Pikun bertanya,
"Apakah lukanya parah?"
"Sangat parah. Karena itu aku membutuhkan tempat untuk menyembuhkan luka-
lukanya. Aku tahu, pukulan
itu sebentar lagi akan membuat ia semaput!"
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Lalu, kenapa kau ingin menyembuhkannya"
Bukankah kau yang telah memukulnya dengan sengaja?"
"Ya. Tapi aku waktu itu tidak tahu, bahwa ia akan membawaku kepada seseorang
yang menjadi kekasihku,
yaitu orang yang bernama Dyah Sariningrum!"
Terkesiap mata Peramal Pikun seketika itu juga.
Terperanjat ia dalam kejut tertahan. Ada napas yang
ditariknya satu sentakan. Dan pada saat itu, Suto melihat ada darah mengalir
keluar dari lubang telinga Peramal Pikun. Keluarnya darah itu pernah dilihat
oleh Suto beberapa waktu yang lalu, ketika, ia menyebutkan nama Dyah Sariningrum (Baca
serial Pendekar Mabuk dalam
episode: "Darah Asmara Gila"). Melihat keanehan itu, hati Suto jadi bertanya-
tanya, "Mengapa tiap kali kusebutkan nama Dyah
Sariningrum telinga Peramal Pikun itu jadi berdarah"!
Wajahnya pun kulihat terperanjat dan sorot matanya
secepatnya beralih pandang ke arah lain. Dalam indera penglihatanku, ada rasa
takut dan waswas dalam hati
Peramal Pikun jika kusebutkan nama perempuan yang
sangat kurindukan dan ingin kutemui itu. Mengapa ia
begitu" Pasti ada rahasia aneh yang tersimpan dalam
olehnya." Darah itu hanya menggumpal di tepi lubang telinga
Peramal Pikun. Tapi agaknya Peramal Pikun tidak
menyadari atau memang berpura-pura tidak mengetahui
keluarnya darah kental itu. Bahkan Peramal Pikun segera alihkan pembicaraan
kepada masalah lukanya Perawan
Sesat itu. http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Suto, kalau kau butuh tempat untuk mengobati
perempuan ini, bawalah dia ke pondokku yang kebetulan tak jauh dari sini!"
"Ada siapa saja di pondokmu itu, Peramal Pikun?"
"Tak ada siapa pun selain diriku!" jawab Peramal Pikun.
"Baiklah. Tapi sebelum itu aku ingin ajukan satu pertanyaan tentang kekasihku
yang...." "Ikutilah aku!" potong Peramal Pikun, ia segera menjejakkan kaki ke tanah dan
tubuh kurusnya melenting di udara, melesat ke arah tikungan jalan. Suto terkesiap sejenak, lalu
bergegas mengangkat tubuh
Perawan Sesat dan membawanya lari menyusul Peramal
Pikun. Pendekar Mabuk memang sangat penasaran dengan
perempuan cantik idaman hatinya yang ia temukan
dalam semadinya di dalam gua, tempat tinggal gurunya.
Kalau saja waktu ia bersemadi sukmanya tidak dipakai
melayang ke mana-mana, hanya khusus untuk mencari
Pusaka Tuak Setan, mungkin ia tak sempat jumpa
dengan perempuan cantik bernama Dyah Sariningrum.
Tetapi menurut si Gila Tuak, gurunya itu, jika Suto
sempat bertemu dengan perempuan dalam semadinya,
maka perempuan itulah yang kelak menjadi jodoh Suto
dalam waktu yang tak terbatas. Tapi di mana Dyah
Sariningrum berada, sampai saat ini Pendekar Mabuk
belum bisa menemukan tempatnya yang pasti. (Baca
serial Pendekar Mabuk dalam episode: "Pusaka Tuak Setan").
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Satu-satunya orang yang dianggap mampu menjadi
penunjuk jalan untuk menemukan tempat tinggal Dyah
Sariningrum adalah Peramal Pikun. Hanya orang kurus
kering itulah yang menjadi satu-satunya orang yang
dicurigai Suto telah menyimpan rahasia tentang jati diri kekasih idaman hatinya
itu. Tapi agaknya tak mudah
mengorek keterangan dari mulut Peramal Pikun
mengenai Dyah Sariningrum. Karena setelah mereka tiba di pondok tempat
bernaungnya Peramal Pikun, lelaki tua renta itu langsung mengajaknya bicara
mengenai kesaktian dan kehebatan ilmu-ilmu yang dimiliki
Perawan Sesat itu.
"Aku tahu dia punya guru yang sangat tinggi
ilmunya," kata Peramal Pikun.
"Apakah gurunya itu yang bernama Dyah
Sariningrum"!" pancing Suto, tapi Peramal Pikun tidak menjawab. Hanya tubuhnya
kentara sedikit mengalami
sentakan halus. Kemudian kembali telinganya tampak
mengeluarkan darah tak banyak. Peramal Pikun pun
kembali alihkan bicara,
"Lakukanlah penyembuhan dengan segera, sebelum
nyawa perempuan liar ini melayang. Agaknya dia
memang orang yang kau butuhkan. Dia bisa
membantumu."
"Kau yakin begitu?"
"Tidak," jawab Peramal Pikun sambil keluar dari pondoknya yang beratap rumbia,
yang terletak di tengah kerimbunan hutan liar.
Malam mulai datang. Cahaya purnama berpendar di
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
atas memandangi bumi. Sejenak Pendekar Mabuk ingat
janji pertarungannya dengan Manusia Sontoloyo pada
purnama kedua nanti. Tapi untuk sementara ia
kesampingkan dulu tantangan Dirgo Mukti tersebut, ia
masih membutuhkan pemusatan pikiran untuk
penyembuhan luka Perawan Sesat.
Ketika malam semakin kelam, selesai sudah
penyembuhan yang dilakukannya terhadap Perawan
Sesat. Suto tinggal menunggu perempuan itu siuman.
Untuk membuang rasa penat di dalam pondok
berdinding anyaman pandan itu, Suto melangkah keluar.
Ditatapnya Peramal Pikun yang duduk di atas sebuah
batu, lima langkah dari pondoknya, merenung sambil
dongakkan kepala, bak sedang mengamati indahnya
rembulan. Pendekar Mabuk mendekatinya sambil menenteng
bumbung tuak yang tak pernah jauh dari jangkauannya
itu. Ia duduk di batang pohon kering yang tumbang
miring. Di sana ia teguk tuaknya beberapa kali,
kemudian ia segera ajukan tanya kepada Peramal Pikun,
"Aku ingin sekali mengetahui suatu rahasia yang amat penting bagi hidupku.
Maukah kau menjawabnya?"
Peramal Pikun tidak menjawab, melainkan justru
bertanya, "Bagaimana keadaan Perawan Sesat itu?"
"Sudah membaik. Sebentar waktu dia akan siuman."
"Dia cantik. Kau sepaham dengan pendapatku?"
"Ya. Memang cantik. Tapi jiwanya liar dan buas."
"Itulah yang amat kusayangkan. Barangkali memang begitulah perangai jati dirinya
yang tak bisa dipungkiri http://duniaabukeisel.blogspot.com/
lagi. Sebagai orang tua, aku menaruh rasa kagum
terhadap keberanian dan jiwanya. Dia pemberani dan
tegas, pendiriannya sekeras batu gunung! Tak ada
ruginya punya istri macam dia."
Suto hanya sunggingkan senyum malas. Sepertinya ia
tidak tertarik dengan percakapan itu. Tapi demi
menyenangkan hati si kurus kering itu, Suto tetap
mendengarkan kata-katanya.
"Perempuan itu bukan hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga akan bisa
melindungi suami dan anak-anaknya kelak. Semangat cintanya pun menggebu-gebu.
Menurut ramalanku, dia seorang perempuan yang


Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempunyai kehangatan cinta yang akan berkobar
sepanjang masa."
Sekali lagi Suto sunggingkan senyum dan lontarkan
tawa pendek serta pelan, ia tidak kasih ulasan, sehingga Peramal Pikun segera
ajukan pertanyaan,
"Apa kau tidak tertarik padanya, Suto?"
"Tidak!" jawab Pendekar Mabuk tegas.
"Jangan lihat liarnya, tapi lihatlah hasil akhirnya nanti!"
Suto makin kekehkan tawa geli. "Aku tak ada minat sedikit pun untuk jatuh cinta
kepada perempuan lain,
kecuali kekasihku yang...."
"Hentikan!" sergah Peramal Pikun dengan wajah tegang dan bersungguh-sungguh.
Bahkan ia cepat berdiri dengan tutupkan telinga memakai kedua tangannya. Suto
memandang dengan heran. Sebelum lontarkan tanya,
Peramal Pikun sudah lebih dulu bicara,
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Jangan sebut lagi nama itu!"
"Kenapa?"
"Kali ini aku bisa marah jika kau sebutkan nama
orang yang kau rindukan itu!"
"Aku butuh alasan, Peramal Pikun!"
"Tidak ada alasan!"
"Kau membuatku bingung!"
"Tidak perlu bingung! Aku hanya minta, jangan sebut nama itu. Tak sulit menuruti
permintaanku, bukan"!"
Suto menarik napas panjang. Ketegangan yang terjadi
ingin diredakan kembali. Untuk itu Suto tak berani
mendesak Peramal Pikun lagi, dan dia memilih diam
adalah yang terbaik untuk suasana malam itu. Hening
pun menembus hati sanubari mereka masing-masing,
sehingga Peramal Pikun mendahului bicara.
"Sejak kapan kau kenal perempuan yang menjadi
idaman hatimu itu, Suto?"
"Sejak kutemukan dia, Peramal Pikun!" jawab Suto kalem.
"Di mana kau temukan dia?"
"Di alam semadiku!"
Terkesiap mata Peramal Pikun menatap wajah Suto
dalam cahaya rembulan malam,. Suto diam saja walau
tahu dipandang dalam keheningan. Lama kemudian
Peramal Pikun kembali bertanya,
"Sejauh mana kau bertemu dengan dia di alam
semadimu?"
"Hanya sekadar pertemuan biasa. Dia menangis
memandangiku. Dia sebutkan namanya tiga kali, seakan
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
mengharap kehadiranku. Dan aku tak sadar, ternyata aku telah melelehkan air mata
darah." Sekali lagi wajah Peramal Pikun terperanjat
mendengarnya. Mulutnya sedikit ternganga bengong,
seakan tak bisa dipakai bicara.
Pendekar Mabuk tetap tenang, ia meneguk tuaknya
dua kali tegukan, kemudian menghempaskan napas
lewat mulut, pertanda menikmati rasa enak dalam
kecapan rasa tuaknya. Pada saat itulah terdengar suara Peramal Pikun berkata
pelan, "Barangkali memang kaulah orang yang ditunggu-
tunggunya!"
"Tapi aku tak tahu siapa dia dan di mana dia berada!
Aku tak bisa menemukan arah tempat tinggalnya. Dan
aku yakin, kau pasti banyak tahu tentang dia, Peramal Pikun. Aku berharap kau
mau menolongku menunjukkan di mana dia tinggal."
Setelah bungkam sejenak, Peramal Pikun ucapkan
kata pelan lagi,
"Aku tak berani, Suto!"
"Maksudmu bagaimana, Peramal Pikun?"
"Aku tak berani tunjukkan di mana dia berada."
"Kenapa?"
"Aku takut dia murka!"
"Murka kepadaku atau kepadamu?"
"Kepadaku!"
"Mengapa di murka?" desak Pendekar Mabuk
semakin penasaran.
"Karena...," Peramal Pikun berhenti bicara, ia melirik
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
ke kanan-kiri, takut ada yang mencuri dengar
percakapan itu. Dan ternyata dugaannya benar. Memang
ada yang mencuri dengar. Peramal Pikun segera
menjebaknya dengan kata-kata,
"Kalau sudah merasa enak badanmu, keluarlah
Perawan Sesat! Duduklah di sini bersama kami!"
Perawan Sesat sudah sembuh. Badannya terasa lebih
segar dari sebelum ia jatuh terluka parah. Perempuan
berambut acak-acakan lurus berkesan jabrik itu segera langkahkan kaki keluar
dari pondok. Merasa sedikit
malu karena perbuatannya diketahui oleh Peramal Pikun.
Pendekar Mabuk memandang kehadiran Perawan
Sesat yang berpakaian ketat. Dalam cahaya rembulan,
wajah Perawan Sesat semakin cantik, menggairahkan
lelaki. Peramal Pikun terkekeh lirih bagai gumam
melihat kehadiran Perawan Sesat yang kelihatan segar
itu. Walau tak ada senyum di wajahnya, tapi menurut
pandangan dua mata lelaki yang ada di situ, Perawan
Sesat memang bisa membuat pikiran setiap lelaki
menjadi sesat karena daya tariknya. Namun di balik
semua dugaan itu, justru Perawan Sesat dalam hatinya
memuji dan mengagumi wajah tampan yang dimiliki
Suto Sinting itu.
Ada rasa kecewa terselip di hati Suto, karena
kehadiran Perawan Sesat membuat penjelasan rahasia
dari mulut Peramal Pikun itu terputus. Tetapi, Suto yakin dia akan memperoleh
keterangan lebih lanjut setelah
Perawan Sesat pergi tidur. Mungkin setelah hari
melewati pertengahan petang nanti.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Ada di mana aku ini?" tanya Perawan Sesat.
"Di pondokku," jawab Peramal Pikun.
"Siapa yang membawaku kemari?"
"Aku," jawab Suto tegas dengan pandangan mata mendebarkan hati. Namun Perawan
Sesat tak mau tunjukkan debaran hatinya, ia tetap berwajah angkuh dan berkesan dingin.
"Kau telah menyerangku dan membuatku hampir
mati"!"
"Ya!"
"Lalu siapa yang sembuhkan lukaku?"
"Aku juga!"
"Kenapa kau sembuhkan aku?"
"Iseng-iseng saja," jawab Suto dengan santai,
berkesan menyepelekan pertanyaan itu.
Cepat sekali kaki Perawan Sesat berkelebat
menampar pipi Suto. Cepat pula tangan kanan Pendekar
Mabuk berkelebat naik sampai telapak tangannya yang
merapatkan jari itu berhenti di depan pipinya. Kaki yang sudah meluncur itu
membalik sebelum menyentuh
tangan Pendekar Mabuk. Hampir membuat Perawan
Sesat terpelanting jatuh kalau tidak segera ditopang oleh tangan kurus Peramal
Pikun. "Jangan coba-coba meremehkan aku!" hardiknya kepada Suto.
"Perawan Sesat, kau ini sudah diselamatkan
nyawamu oleh Suto. Bukannya berterima kasih malah
mengancam!" tukas Peramal Pikun.
Perawan Sesat menuding tegas di depan hidung
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Peramal Pikun, "Kau jangan turut campur urusanku kalau mau punya umur panjang!"
Peramal Pikun dan Pendekar Mabuk justru terkekeh
geli melihat kegalakan perempuan yang tadi hampir mati itu. Perawan Sesat
menggeram gemas.
* * * 4 CEPAT sekali Perawan Sesat berlari dalam satu
lompatan demi lompatan bertenaga ringan, ia sengaja
menyuruh Suto mengikuti arah kepergiannya dengan
maksud untuk mengukur kecepatan gerak Suto
dibandingkan dirinya. Perawan Sesat tetap menunjukkan kekerasan jiwanya, dan tak
mau menampakkan rasa
tertariknya kepada Pendekar Mabuk. Bahkan ia sering
unjuk ilmu kepada Suto, yang oleh Suto hanya
ditertawakan dalam hati.
Seperti kali ini, ia berlari cepat sekali bagaikan
kilasan anak panah yang kecepatannya tak mampu
diikuti oleh pandangan mata. Ia sengaja menyuruh Suto mengikutinya dan ia yakin
Suto kebingungan mengikuti
gerakannya. Pada satu tempat rindang, Perawan Sesat sengaja
berhenti dan berpaling ke belakang, ia tidak melihat Suto di sana. Ia tertawa
sendiri merasa berhasil memperdaya Suto sehingga pria tampan bertubuh kekar itu
tidak mampu mengikuti kecepatan geraknya. Perawan Sesat
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
pun berseru, "Hoi, Suto...! Ayo lekas susul aku! Jangan seperti pengantin sunat langkahmu,
Suto!" Terdengar jawaban agak jauh, "Aku di sini, Perawan Sesat!"
Seketika itu juga Perawan Sesat terperanjat kaget. Ia palingkan wajah ke arah
depan. Ternyata Pendekar
Mabuk sudah berdiri di atas sebuah pohon kira-kira dua puluh langkah lebih dulu
darinya. Suto berdiri sambil bersandar pada sebatang pohon. Senyumnya mekar di
wajah tampannya, yang membuat Perawan Sesat
Perawan Lembah Wilis 21 Rahasia Kitab Tujuh Tujuh Manusia Harimau (5) Karya Motinggo Busye Tujuh Pedang Tiga Ruyung 1
^