Pencarian

Murka Sang Nyai 3

Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai Bagian 3


merajai seluruh kekuatan di rimba persilatan. Dia tak akan ada tandingnya! Dan
anakku nanti jika perempuan
tentu akan secantik ibunya, jika lelaki tentu akan
setampan ayahnya."
Wajah mereka berseri-seri, seakan ikut menyambut
rencana kehadiran sang bayi dengan gembira. Nyai
Lembah Asmara semakin bangga melihat wajah-wajah
anak buahnya berseri gembira, dia semakin yakin bahwa sebentar lagi dia akan
mempunyai keturunan dari
seorang pendekar tampan yang bertubuh kekar perkasa
itu. "Kalian tahu!" serunya lagi, "Pendekar Mabuk inilah satu-satunya lelaki yang
bisa memberiku keturunan,
sebab ia lelaki tanpa pusar. Kalian tahu kehebatan lelaki tanpa pusar" Oh, dia
adalah orang yang punya napas
panjang, tidak cepat lelah, punya ketangguhan dalam
bercinta dan punya kesanggupan memberikan
kehangatan."
"Woww...!" mereka menyahut serempak penuh
ungkapan rasa kagum.
"Tapi sayang, hanya aku yang bisa menikmati dia!
Karena dia laki-laki istimewa yang tak bisa kubagikan kepada Putri Alam Baka,
atau kepada Maharani, atau
kepada kalian semua!"
Suto tak peduli celoteh itu. Dengan tenangnya ia buka
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
tutup bumbung tuak, dan ia tenggak beberapa teguk
dengan rasa lega. Mata mereka memandang tanpa kedip.
Sebagian perempuan yang ada di situ saling berdebar-
debar gemas ketika melihat Pendekar Mabuk dongakkan
kepala untuk menenggak tuak dalam bumbung.
Pendekar Mabuk yang tampak bidang dadanya,
kelihatan lebih perkasa dan menggairahkan.
Nyai Lembah Asmara tersenyum-senyum dan berkata
kepada Maharani,
"Aku sudah tak tahan lagi. Bawa dia ke kamarku,
Maharani! Tapi awas, jangan sampai kau menyentuhnya
lagi. Dia sudah menjadi kekuasaanku, dari ujung rambut sampai ujung kakinya!"
"Baik, Nyai!" Maharani berikan hormat pertanda
patuh dan taat. Lalu ia bicara kepada Suto,
"Mari kuantar ke kamar, Suto!"
"Ke mana..."!" mata Suto makin sayu.
"Ke kamar peraduan," jawab Maharani. "Nyai sudah tak bisa bersabar lagi. Kau
harus segera masuk ke kamar peraduan bersama beliau!"
"Aku kemari bukan mencari kamar," kata Suto Sinting. "Aku mencari kekasihku yang
selalu hadir dalam mimpiku!"
Nyai Lembah Asmara menyahut, "Akulah
kekasihmu, Suto!"
"Bukan! Kau bukan kekasihku. Wajahnya tidak
seperti kamu! Dia lebih cantik dan lebih anggun
dibandingkan dirimu, Nyai!"
Maharani mundur dari Suto ketika dilihatnya wajah
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Nyai Lembah Asmara menegang. Mata Nyai Lembah
Asmara mulai memancarkan murka yang tertahan. Nyai
Lembah Asmara mendekati Suto, sementara Suto masih
berdiri dengan tubuh goyang karena mabuk. Agaknya
Nyai berusaha menahan murkanya dengan napas ditarik
dalam-dalam dan diendapkan di dalam dada. Saat itu,
Suto Sinting berkata sumbang,
"Aku kecewa datang ke sini! Perawan Sesat
mendustaiku. Aku kecewa ketemu kamu, Nyai!"
"Kekecewaanmu akan sirna setelah kita berada di
dalam kamar!" kata Nyai Lembah Asmara geram.
Pendekar Mabuk gelengkan kepala sambil bersungut-
sungut. "Kurasa sama saja. Di dalam kamar dan di luar kamar, sama saja kau bikin
aku kecewa, karena kau
bukan orang yang ada dalam mimpiku!"
"Aku bisa hadir kapan saja kau ingin kehadiranku, Suto!"
Suto kembali gelengkan kepala. "Aku mau pulang
saja," katanya seenaknya, ia melangkah dengan limbung.
Nyai Lembah Asmara segera mencekal lengan Suto.
Ditariknya tubuh itu, didekatkan wajahnya, ditatapnya lekat-lekat, lalu dengan
nada geram ia berkata,
"Kekasihmu ada di dalam kamar, Suto!"
"Benarkah begitu?" Pendekar Mabuk tampak tertarik.
Nyai Lembah Asmara memanfaatkan itu dengan berkata,
"Dia sudah menunggumu lama di sana."
"Kalau begitu, antarkan aku ke kamar!"
Nyai Lembah Asmara tersenyum lebar. Maka ia pun
segera menggandeng Suto dan melangkahkan kaki
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
menuju lantai yang tinggi, melewati singgasana,
menerobos tirai ungu, dan hilang ke dalam lorong
tersebut. Orang-orang yang ada di luar, di sekeliling Maharani
dan Putri Alam Baka, mulai bergaung seperti lebah.
Mereka saling memuji ketampanan Pendekar Mabuk,
mereka saling menyanjung daya pikat Suto yang
membakar gairah mereka. Bahkan di salah satu sudut
ada perempuan yang berusaha memuaskan khayalan
indahnya bersama Suto.
Kamar peraduan Nyai Lembah Asmara sangat indah,
luas, dan bersih. Baunya wangi cendana. Di sana ada
pembaringan yang berlapis sutera merah jambu, empuk,
dan lebar. Lantainya berlapiskan permadani tebal warna
hijau muda. Ruangan itu diterangi oleh cahaya api dari tungku berbatu bara yang
ada di sisi kanan-kiri ruangan.
Sungguh romantis sebenarnya suasana di peraduan itu,
sayangnya Suto tidak tergugah kemesraannya, ia bahkan masih bingung mencari
kekasihnya di dalam kamar
tersebut. "Mana kekasihku" Tak kulihat ada di kamar ini!"
katanya seperti bicara sendiri, tapi didengar oleh Nyai Lembah Asmara.
"Akulah kekasihmu, Suto," kata Nyai Lembah
Asmara sambil melepas mahkota dan melepas pula
jubah merah jambunya.
Suto bersungut-sungut memandangnya, lalu berkata,
"Bukan kamu! Sudah kubilang wajahnya lebih cantik dan lebih menggairahkan dari
dirimu, Nyai!"
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Jangan bicara begitu, Suto. Itu sama saja kau
membangkitkan amarahku!"
"Aku tidak peduli! Memang menurut penilaianku dia lebih cantik dari dirimu,
Nyai! Aku tak mau bohongi
diriku sendiri."
"Jangan banyak bicara, Suto! Sebaiknya lekas lepasi pakaianmu. Aku sudah tak
sanggup menahan gejolak
hasratku untuk mencumbumu!" sambil Nyai Lembah
Asmara mendekat, ia meraih pundak Pendekar Mabuk,
menatap dengan mata berbinar-binar penuh gairah.
Suto Sinting mengelak dan melangkah ke perapian.
"Kau bohong padaku, Nyai. Kau sama dustanya dengan Perawan Sesat.
Napas panjang ditarik oleh Nyai Lembah Asmara
untuk meredam kemarahannya. Selama ini belum pernah
ada lelaki yang menolak ajakan mesra Nyai. Belum
pernah ada lelaki yang menjauhi saat Nyai Lembah
Asmara mendekatinya. Tapi kali ini Suto ternyata berani melakukan hal itu. Nyai
merasa terhina, tapi ia tetap meredam amarahnya, karena ia berpikir,
"Mungkin ciri-ciri lelaki tanpa pusar memang begini.
Harus ditundukkan dulu sebelum ia memberiku
keindahan yang kudamba!"
Pendekar Mabuk meneguk tuaknya lagi. Sisa air tuak
di bibir disapu dengan tangan kirinya. Bumbung itu
dipegang dengan tangan kiri. Kemudian
dilangkahkannya kaki mendekati pintu.
"Aku mau pulang!" ucapnya kemudian.
Nyai Lembah Asmara segera melompat ke depan
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Suto. Melihat Nyai menghadang langkahnya, Suto
berkata dengan tubuh limbung.
"Minggirlah, Nyai. Aku mau keluar dari kamar ini."
"Berbaringlah di ranjangku, Suto. Kau akan
kuterbangkan tinggi-tinggi mencapai awan-awan indah.
Kita akan berlayar mengarungi lautan cinta yang penuh dengan kenikmatan dan
kemesraan, Suto!"
"Aku tidak bersedia, Nyai!"
"Jangan bantah perintahku, Suto!" Nyai Lembah Asmara menyentak agak pelan.
"Aku tak mau tunduk dengan perintah siapa pun,
kecuali perintah dari guruku dan kekasihku!"
"Kau memancing kemarahanku, Suto. Kau akan
menerima akibatnya!"
"Aku tak menghendaki keributan di antara kita. Tapi kalau kau mau lampiaskan
marah padaku, silakan saja,
Nyai! Aku juga bisa lampiaskan kekecewaanku atas
kebohonganmu itu!"
Mata Nyai Lembah Asmara mulai menyipit tanda
menahan kemarahan yang dalam. Tangannya
menggenggam kuat, napasnya mulai tak teratur. Suto
masih memandang dengan mata sayu tanpa senyum.
Sesekali tubuhnya tersentak karena cegukan.
Tiba-tiba kaki kanan Nyai Lembah Asmara bergerak
menyentak ke depan, menendang dada Suto. Beegh...!
Dada Suto terkena tendangan itu dengan telak. Pendekar Mabuk tersentak ke
belakang, mundur tiga tindak. Tapi ia justru tersenyum dalam keadaan masih tetap
berdiri walau tubuhnya limbung.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Tak seberapa berat tendanganmu, Nyai. Adakah
yang lebih berat lagi dari yang tadi?" kata Suto Sinting sambil menyunggingkan
senyum. "Aku tak ingin mencelakai dirimu, Suto!"
"Kenapa" Bukankah kau marah padaku?"
"Memang kau adalah lelaki yang menjengkelkan.
Seharusnya kau menerima hukuman dariku. Tapi kau
adalah pembenihku. Aku tak akan hancurkan
pembenihku sendiri."
"Pembenih" Apa itu pembenih?" Pendekar Mabuk kerutkan dahi.
"Aku harus dapatkan benih kesuburan darimu, supaya aku bisa mengandung dan
melahirkan keturunanku."
"Mengapa aku yang kau pilih?"
"Jika bukan kamu, tak akan bisa aku mengandung
bayi. Kau adalah lelaki tanpa pusar. Menurut guruku,
aku hanya bisa mengandung dari benih lelaki tanpa
pusar. Kaulah orangnya, Suto."
"Jadi aku dibawa ke sini hanya untuk menjadi
pembenih" Hanya untuk memberimu keturunan?"
"Ya!" jawab Nyai Lembah Asmara tegas. "Di samping itu... hatiku sesungguhnya
telah terpikat padamu begitu kutatap dirimu dari singgasana tadi."
Pendekar Mabuk tertawa terkekeh dengan suara
sumbang karena mabuknya itu.
"He he he... cepat sekali kau terpikat pada seorang pria, Nyai. Alangkah
murahannya hatimu itu!"
"Baru sekarang kualami perasaan itu, Suto! Kepada lelaki lain aku hanya terpikat
karena birahi semata.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Kepadamu, bukan hanya karena birahi yang ingin
dipenuhi, tapi karena hati yang selama ini kosong dan ingin dipenuhi cinta
seorang lelaki sepertimu!"
"He he he he...! Rayuanmu merontokkan gunung
batu, Nyai. Tapi tak akan bisa melelehkan hatiku.
Sebaiknya, lupakan saja tentang pembenih. Carilah
lelaki lain yang tanpa pusar! Aku tidak mau
melayanimu, Nyai. Aku harus segera pergi dari sini!"
"Suto...!" sentak Nyai Lembah Asmara mulai
tampakkan ketidaksabarannya. "Kau tak punya pilihan lain. Kau harus mau
memberiku benih dan melayani
asmaraku, Suto! Kalau sekali lagi kau menolaknya, kau akan menyesal!"
"Aku pilih menyesal," kata Pendekar Mabuk semakin
nekat bicara. Kata-kata itu membuat Nyai Lembah
Asmara semakin geram, penuh dengan kejengkelan hati.
Crrap...! Tiba-tiba dari mata lebar Nyai Lembah
Asmara memancarkan sinar ungu dalam sekejap. Sinar
itu menembus masuk ke bola mata Suto yang mengantuk
itu. Suto merasa silau sejenak dan kibaskan tangannya, tapi sinar ungu itu sudah
telanjur masuk ke dalam kedua bola matanya. Sinar ungu itulah yang dikhawatirkan
Betari Ayu sebagai sinar 'Racun Darah Asmara'.
Tubuh Pendekar Mabuk tiba-tiba merasa panas.
Keringat pun mulai bermunculan dari tiap pori-pori
tubuhnya. Jantungnya berdetak cepat, hatinya berdesirdesir. Dalam hati Suto
Sinting bertanya pada diri sendiri,
"Kenapa aku ini" Mengapa aku jadi berdebar-debar dan darahku seperti sedang
mengalir dengan cepatnya.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Oh, begitu indahnya wajah di depanku itu. Alangkah
menggairahkannya perempuan ini. Aku-aku terpikat
olehnya. Oh, aku jadi ingin memeluknya. Aneh sekali.
Ini pasti gairah yang hadir di luar kemauan hati kecilku.
Oh, aku telah terkena kekuatan hitam yang membuat
gairahku meledak-ledak. Aku harus melawan! Harus
melawan." Tapi ketika Pendekar Mabuk didekati Nyai Lembah
Asmara, ia tidak mengelak dan diam saja menerima
sentuhan jemari Nyai Lembah Asmara di bagian
dadanya. Bahkan ketika Nyai Lembah Asmara sedikit
tengadah kepala dengan bibir merekah, Suto
memandangnya makin penuh gairah.
"Ciumlah aku...," perintah Nyai Lembah Asmara
bernada bisik. Suto pun mencium bibir itu. Mengecup dan
melumatnya yang segera mendapat perlawanan tak kalah
panas dari Nyai Lembah Asmara sendiri. Hanya saja di dalam hati Suto, terlintas
pertanyaan-pertanyaan yang menggundahkan hatinya.
"Mengapa aku mau" Mengapa aku menurut"
Mengapa bibir ini kupagut" Apakah aku harus pasrah
dan membiarkan hasratku dipenuhi oleh kehangatan
tubuhnya" Ah..., mengapa jiwaku jadi bimbang begini"!"
Pendekar Mabuk menurut ketika tubuhnya di dorong
ke belakang dan jatuh terbaring di ranjang empuk itu.


Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Blukkk...! Nyai Lembah Asmara menerkamnya.
* * * http://duniaabukeisel.blogspot.com/
8 CINTA mengamuk di hati dan jiwa Nyai Lembah
Asmara. Amukan cinta itu begitu gemuruhnya, hingga
menutup kedua gendang telinga Nyai Lembah Asmara
dari seruan dan pekikan di luar kamar. Apalagi saat itu Pendekar Mabuk pun
tampak ingin meronta dan
melawan kekuatan racun Darah Asmara dengan
kekuatan batinnya.
Suara-suara pekik, jerit, dan seruan keras itu datang dari orang-orang yang
sedang menghadapi tiga sosok
manusia nekat, yaitu Pujangga Keramat, Selendang
Kubur, dan Peri Malam. Mereka mengamuk di pintu
gerbang, lalu menerobos masuk membantai orang-orang
yang menghalangi langkah mereka.
Jarum beracun milik Peri Malam mulai beraksi
kembali. Bambu kecil berukuran yang sejengkal yang
selalu diselipkan di belahan dadanya itu meluncurkan
jarum beracun saat bambu itu ditiup oleh Peri Malam.
Banyak leher yang jadi sasaran jarum beracun itu dan
membuat korbannya membusuk lalu mati.
Selendang putih milik murid Nyai Betari Ayu itu pun
melecut ke sana-sini. Selendang Kubur mengamuk
bersama selendang pusakanya yang mampu
mengeluarkan percikan api petir dan menyambar kepala-
kepala anak buah Nyai Lembah Asmara, ia sengaja
belum mau menggunakan pedang Jalaganda-nya, karena
pedang itu dipersiapkan untuk melawan Nyai Lembah
Asmara yang kesohor keji dengan tingginya ilmu yang
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
dimiliki. Pujangga Keramat pun tak mau hanya sebagai
penonton, ia sebagai pelayan dari si Gila Tuak, gurunya Suto Sinting, merasa
lebih bertanggung jawab terhadap keselamatan Suto. Karena itu, ia menerobos
masuk ke bangsal pertemuan mencari Suto di sana.
"Cari Suto di dalam, biar aku dan Peri Malam yang menghadapi tikus-tikus ini,
Paman!" seru Selendang Kubur sebelum Pujangga Keramat menerobos masuk ke
bangsal pertemuan.
Sampai di sana ia berseru, "Sutooo...! Di mana ada kau, Suto!"
Tiba-tiba dari arah samping melesatlah gelombang
panas yang menuju ke arah Pujangga Keramat. Wuuss...!
Pukulan jarak jauh disentakkan dari kipas Maharani.
Merasakan adanya gelombang hawa panas yang ingin
menghantamnya, Pujangga Keramat segera sentakkan
kaki dan lompat tinggi dengan bersalto di udara satu kali. Tapi tangannya pun
bergerak menyentak ke arah
samping memberi pukulan jarak jauh sebagai balasan
Wuugh...! Pukulan ini lebih besar dari milik
Maharani. Tapi Maharani sangat waspada dan sudah
menduga hal itu akan terjadi. Maka sebelum pukulan itu itu melesat lebih jauh,
Maharani sentakkan kakinya ke lantai dan tubuhnya melenting di udara.
Hiaaat...!"
Dueerrr...! Brusss..!
Tenaga dalam Maharani menghantam pilar, tenaga
dalam Pujangga Keramat menghantam dinding. Pilar
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
menjadi gompal, dinding menjadi retak. Tapi keduanya tak pernah peduli. Keduanya
sudah saling berhadapan
dan siap menyerang sewaktu-waktu.
"Suto mana"!" sentak Pujangga Keramat.
"Kau langkahi bangkaiku baru kau bisa melihat di mana Suto!' kata Maharani
sambil tetap membuka
kipasnya di dada. Kedua kakinya merenggang rendah,
satu tangannya naik di atas kepala.
Pujangga Keramat menggeram. "Mati kau jangan aku salahkan."
Setelah berkata demikian, Pujangga Keramat
melejitkan tubuh ke depan dengan tangan siap
dihantamkan. Maharani pun segera sentakkan kaki dan
tubuhnya melayang naik, melesat cepat dengan kipas
terbuka di depan. Saat Pujangga Keramat hantamkan
kedua tangannya Maharani menahan pukulan itu dengan
kipasnya. Braagh.. ! Wuusssh...! Tubuh mereka sama-sama terpental ke belakang,
sama-sama jatuh ke lantai, hampir membentur pilar. Tapi keduanya sama-sama jatuh
dalam posisi berdiri
merendah. "Haaaghh...! Pujangga Keramat hembuskan napas
berat untuk mengumpulkan tenaganya kembali.
Sama juga yang dilakukan oleh Maharani, hanya saja
hembusan napas berat Maharani tak menimbulkan
bunyi. "Besar juga tenaga dalamnya," pikir Maharani. "Siapa
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
orang ini" Aku tak pernah melihatnya! Tapi agaknya ia punya urusan penting
dengan Pendekar Mabuk.
Mungkin juga ada hubungan lain dengan Suto. Aku tak
boleh gegabah melawannya."
Pujangga Keramat menggerak-gerakkan tangan di
depan wajah sampai kesepuluh jarinya menjadi keras
sekali. Ketika tangan kanannya ditarik sampai di telinga, tangan kirinya tetap
sedikit terlipat di depan dada, ia berhenti dari segala gerakannya. Matanya
memancarkan penglihatan yang tajam dan bernafsu untuk membunuh.
"Suto katakan di mana"!" bentaknya.
"Sudah kubilang, Suto ada di balik bangkaiku!"
"Hiaaat...!" Pujangga Keramat bagaikan terbang menuju lawannya. Maharani pun
cepat jejakkan kaki lagi
dan melesat terbang menyambut kehadiran jurus
lawannya. Tapi tiba-tiba sebelum mereka saling bertemu,
seberkas sinar putih keperakan melesat cepat
menghantam tubuh Pujangga Keramat.
Craas...! "Haagh...!" Pujangga Keramat lebarkan mata. Sinar putih itu bagai mata pedang
yang amat tajam. Merobek
perutnya dari pinggang kanan sampai ke pinggang kiri.
Tak disangkal lagi, tubuh itu pun jatuh tanpa daya.
Darah memercik ke mana-mana. Pujangga Keramat
masih sempat erangkan suara dan berusaha bangkit.
Namun baru satu kaki yang bisa menapak, ia sudah
rubuh lagi tak berkutik selamanya.
Maharani cepat gerakkan kepalanya berpaling ke
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
samping. Di sana ada wajah Putri Alam Baka yang
sedang berdiri dingin dan tajam tatap matanya. Putri
Alam Baka serukan kata,
"Terlalu lamban kau, Maharani! Dalam satu jurus
orang itu sebenarnya harus sudah bisa kau robohkan!"
"Dia terlalu kuat untukku!"
"Omong kosong! Kau hanya coba-coba tadi. Terlalu lama untuk membunuh orang macam
dia!" "Baiklah! Aku memang terlalu lamban untuk kali
ini!" Putri Alam Baka bergegas langkahkan kaki menuju
luar sambil ia berkata,
"Hancurkan dua kunyuk tak tahu sopan itu! Salah
satunya kukenal dia sebagai Sundari! Bekas orang kita
yang lari menjadi murid si Mawar Hitam!"
"Tapi kita tidak punya urusan dengan penguasa Pulau Hantu itu!" kata Maharani
sambil ikuti langkah Putri Alam Baka dan lompati mayat Pujangga Keramat.
"Tak peduli apa urusan mereka mengamuk di sini,
tugas kita adalah hancurkan mereka jika perlu tanpa sisa sedikit pun!"
Selendang Kubur sedang terpojok di salah satu
bangunan seperti barak, ia menghadapi tiga lawannya
yang bersenjata tombak semua. Selendangnya berkelebat cepat bagaikan kilat,
menyambar ke sana-sini, dan
akhirnya tiga lawannya itu pun tumbang tak berkutik
lagi. Baru saja ia hendak lentingkan tubuh menuju ke arah
Peri Malam yang dikeroyok oleh lima lawan itu, tiba-
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
tiba sesosok tubuh meluncur turun dari atap barak.
Jleeg...! Orang itu berdiri di depan Selendang Kubur
dengan mata memandang tajam.
"Nyai..."!" sentak Selendang Kubur. Ia terkejut sekali memandang orang yang
muncul di depan itu. Sekejap ia
tak bisa bicara. Orang yang ada di depannya itu cepat ulurkan tangan dan
berkata, "Serahkan pedang itu!"
"Tidak bisa, Nyai. Saya sudah siap mati demi
Pendekar Mabuk!"
"Jangan bodoh, Selendang Kubur! Serahkan pedang itu padaku!"
Selendang Kubur sempat sangsi dan ragu-ragu. Kalau
saja yang meminta orang lain, sudah pasti ia tak ragu-ragu untuk mempertahankan.
Tapi kali ini yang
memintanya adalah gurunya sendiri, Nyai Betari Ayu.
Selendang Kubur punya rasa takut untuk
mempertahankan pedang Jalaganda itu, ia memang tidak
pernah menduga Nyai Betari Ayu mau turun tangan
untuk urusan di Bukit Garinda itu.
' Nyai, saya...."
"Serahkan pedang itu, dan aku yang akan menghadapi Nyai Lembah Asmara!" kata
Betari Ayu tanpa senyum dan keramahan seperti biasanya. Selendang Kubur
melihat kemarahan mulai merona di wajah Nyai Guru
Betari Ayu. Selendang Kubur melihat kesungguhan
sikap gurunya yang ingin melawan Nyai Lembah
Asmara itu. Karenanya, Selendang Kubur pun segera
menyerahkan pedang Jalaganda itu kepada Nyai Guru
Betari Ayu. http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Kalau Nyai gunakan pedang itu, berarti Nyai akan mati di ujung kemenangan,"
Selendang Kubur
memberanikan diri ingatkan gurunya tentang pusaka
keramat pedang Jalaganda.
Nyai Guru Betari Ayu berkata, "Tidak akan
kugunakan pedang ini!"
"Tapi... tapi Nyai Guru akan kalah menghadap Nyai Lembah Asmara jika tanpa
menggunakan pedang pusaka
itu, Nyai!"
Seorang penyerang bersenjata kapak melesat terbang,
sasarannya adalah punggung Betari Ayu, Selendang
Kubur tersentak kaget melihat serangan mendadak yang
mengancam gurunya itu. Tapi, belum sampai Selendang
Kubur lepaskan pukulan jarak jauhnya, tubuh Nyai Guru
Betari Ayu sudah lebih dulu berkelebat memutar, tangan kanannya terangkat tegak
di depan mata dengan kelima jari tangan merapat. Lalu, melesatlah sinar putih
menyilaukan sebesar lidi.
Zuiitt...! Crrasss...! Cras, craasss...!
Sinar putih menyilaukan itu menembus tubuh lawan
yang memegang kapak. Orang tersebut jatuh ke tanah,
bagian ulu hatinya berlubang sebesar bumbung tuak
milik Pendekar Mabuk. Orang itu tak bergerak ataupun
bersuara sedikit pun. Matanya tetap mendelik namun
nyawanya telah melesat pergi tinggalkan raga.
Selendang Kubur masih terkesima melihat kekuatan
dahsyat yang dimiliki gurunya. Lebih terbengong lagi
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
ketika Selendang Kubur mengetahui, dua orang yang ada di belakang korban pertama
itu juga terkena tembusan
sinar putih menyilaukan. Kedua orang yang sedang
melawan Peri Malam itu tumbang tak berkutik dengan
luka bolong seperti luka orang bersenjata kapak tadi.
Rupanya sinar menyilaukan itu bisa menembus dua-tiga
tubuh lawan sekaligus. Dan hal itu belum pernah
disaksikan oleh Selendang Kubur selama ia menjadi
murid Nyai Betari Ayu.
"Tak kusangka Guru mempunyai simpanan ilmu
sedahsyat itu!" katanya di dalam hati.
Sinar putih menyilaukan itu keluar cepat bagaikan
kilat dari sebuah cincin di jari tengah tangan kanan
Betari Ayu. Cincin itulah yang dinamakan Pusaka Manik
Intan. Melihat keindahan cincin berwarna putih berlian itu, Selendang Kubur
ajukan tanya, "Mengapa baru sekarang Guru gunakan cincin itu?"
"Karena baru kudapatkan dari Telaga Manik Intan."
"Hah...."!" Selendang Kubur terperanjat. "Jadi...
itukah yang dinamakan Cincin Manik Intan?"
"Betul, Selendang Kubur. Nah, sekarang hadapilah mereka, aku akan menerobos
masuk ke kamar Nyai
Lembah Asmara!"
"Baik, Guru...!"
Seperti kilat tubuh Betari Ayu melesat. Selendang
Kubur masih terkesima dengan cincin pusaka yang
ternyata ada di tangan gurunya.
"Pantas Nyai Guru tidak mau menggunakan pedang
itu tapi berani menghadapi Nyai Lembah Asmara,
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
rupanya dia sudah punya pusaka lain yang bisa
diandalkan untuk mengalahkan lawannya! Heran sekali
aku, mengapa cincin itu bisa ada di tangan Guru"
Padahal tokoh persilatan sedang memperebutkan cincin
yang seharusnya menjadi milik Suto Sinting itu"!"
Selendang Kubur tak tahu, gurunya telah menyelam
ke dalam Telaga Manik Intan saat Datuk Marah Gadai
mengejar Dirgo Mukti. Sampai cincin itu ditemukan
oleh Betari Ayu, kedua orang itu masih sibuk saling
kejar dan saling adu kekuatan. Betari Ayu cepat
tinggalkan Telaga Manik Intan tanpa diketahui oleh
Datuk Marah Gadai maupun Manusia Sontoloyo, Dirgo
Mukti itu. Nyai Betari Ayu merasa memperoleh kekuatan yang
tak lagi menyangsikan hatinya. Cincin Manik Intan


Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disematkan di jari tengah kanan. Dengan bersenjatakan cincin dahsyat itu, ia
yakin bisa kalahkan Nyai Lembah Asmara tanpa harus menggunakan pedang Jalaganda.
Tetapi di ujung tangga menuju bangsal pertemuan,
dua sosok perempuan berwajah garang menghadangnya.
Mereka adalah Maharani dan Putri Alam Baka. Langkah
Betari Ayu pun terhenti karenanya.
"O, rupanya kau yang menjadi biang keributan ini, Betari Ayu"!"
"Maharani dan Putri Alam Baka!" sahut Betari Ayu yang sudah mengenal mereka
sejak dulu. "Barangkali dugaan kalian benar, akulah biang keributan ini. Tapi
jika Perawan Sesat, orangmu itu, tidak lebih dulu
melakukan pembantaian perguruanku, aku tidak akan
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
datang kemari menuntut balas!"
"Kau menuntut balas atau menuntut kembalinya
Suto"' Maharani sunggingkan senyum sinis menyindir.
"Mana yang terbaik, itu yang kuambil!" jawab Betari Ayu dengan sikap kalem, ia
harus bisa menahan luapan amarahnya agar Cincin Manik Intan tidak
menyemburkan kekuatannya ke sembarang arah. Ia pun
menahan tenaga dalamnya agar tidak mudah terlepas
sebelum cincin itu diarahkan pada sasarannya.
Nyai Betari Ayu tenangkan diri dan tetap bisu
sebelum kedua lawannya bergerak. Mata Betari Ayu tak
pernah lepas dari gerak kewaspadaan. Karenanya, ketika Maharani tebarkan
kipasnya dalam gerakan kecil, Betari Ayu cepat hadangkan tangan kiri ke depan
untuk mena han pukulan jarak jauh yang dilepas kan secara diam-
diam itu. Deeb...! Pukulan itu bisa tertahan. Maharani mundur setindak
karena tersentak. Tapi dari cincin di tangan kirinya
melesat sinar menyilaukan ke arah samping secara tak
sengaja. Sinar itu mengenai seorang lawan yang sedang berhadapan dengan
Selendang Kubur.
Melihatan kilatan sinar menyilaukan dari cincin itu,
maka Maharani dan Putri Alam Baka terbelalak seketika.
Karena mereka melihat ada satu orang lagi yang rubuh
dalam keadaan tubuh bolong karena terkena tembusan
sinar putih menyilaukan itu. Orang yang rubuh dan
menjadi korban kedua adalah orang yang sedang
berhadapan dengan Peri Malam.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Cepat-cepat Putri Alam Baka menutupi
kekagumannya dengan sunggingkan senyum sinis di
bibir, ia berkata kepada Betari Ayu,
"Kau pamer ilmu, Betari Ayu" Kau pikir kami takut dan menjadi gentar melihat
pusaka pada cincinmu itu"
Hmm...! Itu satu permainan anak kecil saja!"
"Alangkah memalukan sekali jika murid Nyai
Lembah Asmara akan mati karena permainan anak
kecil!" kata Betari Ayu.
"Mulut congkak! Kau pikir kau mampu menghadapi
kami berdua"!" sentak Maharani.
"Barangkali perlu ditambah gurumu sekalian suruh menghadapiku! Tak akan mundur
setindak pun aku
menghadapi kalian bertiga, yang sepatutnya telah kuusir
dari tanahku ini!"
"Jahanam...!" geram Maharani. Lalu ia sentakkan kipasnya dalam keadaan tertutup.
Dari ujung kipas itu keluar sinar merah berkilap melesat ke arah tubuh Nyai
Betari Ayu. Betari Ayu cepat sentakkan telapak tangan kirinya ke
depan. Cahaya pendar keluar dari telapak tangan itu.
Bersifat menahan cahaya merah dari kipas Maharani.
Tapi ternyata justru cahaya merah itu berbalik arah
setelah membentur cahaya pendar di telapak tangan
Betari Ayu. Wuuugh...!
"Heegh...!" Maharani buka mulut dengan napas tersentak tertahan. Pukulan dari
kipasnya membalik dan mengenai dirinya, ia jatuh terjengkang ke belakang
dengan sukar bernapas.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Melihat temannya jatuh oleh pukulan tangan kiri
Betari Ayu, Putri Alam Baka segera cabut serulingnya
dari pinggang sambil menggeram.
"Rupanya kau memang cari mampus, Betari Ayu!
Hiaaat...!"
Putri Alam Baka lompatkan diri sambil tebaskan
serulingnya dari atas ke bawah, berhenti ke arah dada Betari Ayu. Tapi dengan
lincah tubuh Betari Ayu
melesat lompat ke samping, dan kakinya menendang
kepala Putri Alam Baka. Plakkk...!
Tendangan itu berhasil ditangkis Putri Alam Baka
yang berkekuatan tenaga dalam. Nyai Betari Ayu
tersentak limbung dan jatuh ke tangga. Putri Alam Baka cepat lancarkan
serangannya yang kedua, setelah
serangan pertama terhindar dan justru mengenai tubuh
orangnya sendiri yang sedang berlari ke pintu gerbang.
Wuusss...! Seruling itu diacungkan ke depan, keluar
cahaya kuning dari dalam lubang seruling. Cahaya
kuning itu melesat ke punggung Betari Ayu. Tapi
dengan cepat Betari Ayu palingkan badan dan sentakkan tangan kirinya dengan
telapak tangan terbuka. Cahaya
pendar kembali berkilap dari telapak tangan itu. Tenaga dalam yang dilepaskan
Putri Alam Baka itu membentur
cahaya pendar, dan membalik mengenai dada Putri Alam
Baka. Beeegh...!
"Nggkk...!" Putri Alam Baka tersentak mendelik ketika ulu hatinya terkena
pukulannya sendiri, ia
terhuyung ke belakang dan jatuh.
Nyai Betari Ayu cepat lari tinggalkan mereka, ia
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
masuk ke bangunan megah itu. Semua pintu ditendang,
didobrak paksa, sambil sesekali menghantam rubuh
orang yang menghalanginya. Dan ketika semua pintu
kamar telah didobrak habis, ternyata Suto tidak
ditemukan di dalamnya, maka Betari Ayu pun masuk ke
lorong bertirai ungu. Satu pintu di kamar lorong itu
didobraknya. "Hiaaat...!"
Dengan satu tendangan lompat, Betari Ayu
menendang pintu tersebut. Namun sebelum ia
menyentuh pintu, tubuhnya telah terpental ke belakang dengan sendirinya.
Bruukkk...! "Sial! Rupanya pintu itu dilapisi tenaga dalam
berperisai. Pasti di kamar itulah Suto disekap oleh Nyai
Lembah Asmara!" pikir Betari Ayu, kemudian ia bangkit dan segera menyentakkan
tenaga dalamnya yang
disalurkan melalui Cincin Manik Intan.
Duaarrr...! Pintu itu hancur menjadi serpihan-serpihan yang
menebar ke mana-mana. Asap mengepul menghalangi
penglihatan Betari Ayu. Untuk sejenak ia diamkan asap sampai menipis. Kemudian,
kejap berikutnya ia
lompatkan diri masuk ke dalam kamar itu.
Ternyata kamar itu kosong. Tak ada Suto, tak ada
Nyai Lembah Asmara. Tapi keadaan ranjang porak-
poranda. Barang-barang di situ pun berantakan semua.
Entah karena ledakan pintu tadi atau karena sesuatu hal"
Yang jelas, di sana masih tergeletak jubah merah jambu milik Nyai Lembah Asmara.
Juga sebuah mahkota masih
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
ada di atas meja dekat ranjang, dan salah satu dinding kamar itu ternyata jebol
membentuk lubang besar.
Apakah dinding itu juga jebol karena sinar dari Cincin Manik Intan, atau karena
hal lain. Nyai Betari Ayu tak bisa pastikan diri.
"Tapi aku yakin, mereka berdua tadi ada di sini!"
pikir Betari Ayu. "Wulandari pasti membawa Suto
kemari dan bercumbu di sini. Lantas, ke mana ia
membawa Pendekar Mabuk pergi" Apakah mereka
bersembunyi" Lalu di mana letak persembunyian
mereka"!"
* * * 9 BUKIT Garinda menjadi porak-poranda. Di mana-
mana mayat bertebaran bagai sisi lain dari neraka
jahanam. Sebagian dari mereka ada yang sengaja
meloloskan diri, lari tunggang-langgang entah ke mana tujuannya. Ada yang
berusaha menyusuri pantai, ada
pula yang berusaha mendaki ke atas bukit.
Mereka yang belum mati sempat menyerukan erang
kesakitan. Ada yang berusaha bangkit untuk
menyembunyikan diri atau lari, ada pula yang hanya
diam saja menahan sakit sambil menunggu pertolongan.
Sementara yang pingsan tetap saja pingsan, entah kapan akan siuman.
Yang jelas, sosok tubuh Maharani dan Putri Alam
Baka sudah tak terlihat di anak tangga menuju ruang
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
pertemuan itu. Entah mereka bersembunyi atau
melarikan diri, yang jelas suasana di situ kembali sepi.
Hanya langkah-langkah kaki Selendang Kubur dan Peri
Malam saja yang tampak melesat ke sana-sini mencari
lawan yang perlu ditumbangkan.
Peri Malam terluka di lengan sisi kirinya. Darah
mengucur dari luka senjata tajam. Tapi ia tidak
menghiraukan. Justru semangatnya kian bertambah.
Selendang Kubur terluka di dada kiri. Biru lebam
dada itu. Tapi agaknya ia juga tidak menghiraukan
lukanya, ia masih tetap memburu mangsa yang perlu
ditumbangkan dengan selendang pusakanya.
Suasana lenggang menimbulkan suara langkah jelas
dari bangsal pertemuan sebuah pedang disambarnya dan
berdenting memecah sepi. Kedua wajah cepat berpaling
ke arah suara itu. Peri Malam dan Selendang Kubur
sama siapnya menghadapi serangan dari arah itu.
Tapi ternyata yang muncul adalah Nyai Betari Ayu
dengan mata bergerak liar mencari lawannya. Ketika
mata itu bertatap pandang dengan mata Peri Malam dan
Selendang Kubur, keliaran mata Betari Ayu pun surut.
Tak menjadi segarang tadi, melainkan kembali tampak
bijak dan berwibawa.
"Bagaimana dengan Suto, Nyai?" tanya Selendang Kubur.
"Hilang entah ke mana!"
"Hilang..."!" Peri Malam tersentak kaget. Wajahnya kian menegang.
"Nyai Lembah Asmara sendiri bagaimana?"
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Juga hilang!" jawab Betari Ayu. Nadanya seperti hampir putus asa.
Peri Malam gusar. "Tak mungkin mereka hilang
begitu saja! Pasti Suto telah dilarikan oleh perempuan liar itu!"
"Ke mana arah larinya mereka?" tanya Selendang Kubur kepada Peri Malam.
Jawab Peri Malam, "Ada dua arah yang bisa untuk
melarikan diri. Melalui lantai di dalam kamar itu, atau menjebol dinding kamar!"
"Lantai..."!" Selendang Kubur kerutkan dahi.
"Ada pintu rahasia di lantai kamar Nyai Lembah
Asmara. Gunanya untuk meloloskan diri sampai ke
pantai. Ada jalan tembus ke sana. Atau mereka lari
dengan menjebol dinding menuju puncak bukit!"
"Kau bisa tahu hal itu dari mana?" tanya Betari Ayu.
"Dulu aku bekas murid Nyai Lembah Asmara dan
pernah tinggal di sini sebagai pelayan Nyai. Tugasku
membersihkan kamarnya!"
Selendang Kubur dan Nyai Betari Ayu angguk-
anggukkan kepala sambil pandangi Peri Malam. Yang
dipandang tampak masih gusar dan cemas. Kemudian
setelah sama-sama bungkam sesaat, Peri Malam ucapkan
kata, "Aku akan mengejarnya ke pantai! Akan kuhadang di jalan tembus sana!"
"Aku ikut kamu!" kata Selendang Kubur dengan rasa waswas, takut kalau ganti Peri
Malam yang bawa kabur
Pendekar Mabuk.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Betari Ayu berkata, "Baiklah. Aku akan periksa
puncak bukit!"
Agaknya memang Betari Ayu yang mujur. Karena,
pada waktu terjadi keributan yang menimbulkan suara
gaduh bersama ledakan-ledakan menggelegar itu. Nyai
Lembah Asmara mulai curiga dengan suasana di luar
kamar, ia segera bergegas memeriksa keadaan di luar
kamar, ia melihat kemunculan Betari Ayu saat
menyerang orang bersenjata kapak dengan Cincin Manik
Intan. "Celaka! Dia memiliki pusaka yang dahsyat!" pikir Nyai Lembah Asmara kala itu.
"Mudah saja untuk
mengalahkannya, tapi aku tak punya waktu. Bisa-bisa
Pendekar Mabuk sadar dari pengaruh racunku, lalu ia
melarikan diri. Hmmm...! Sebaiknya, selagi Suto masih dalam pengaruh racunku
itu, aku harus mencari tempat
yang aman supaya ia cepat-cepat membuahiku!"
Pendekar Mabuk bukan hanya mabuk oleh tuak,
namun juga mabuk oleh racun Darah Asmara yang tak
mampu dilawannya itu. Tubuhnya berkeringat dan
wajahnya memerah menahan gairahnya.
Nyai Lembah Asmara segera berkata kepada Suto,
"Kita harus cepat menyingkir untuk sementara, Suto!"
"Tak perlu, Nyai! Dekatlah padaku sekarang juga, peluklah aku!"
"Mereka akan menemukan kita di sini, Suto! Kita
harus pergi supaya kemesraan kita tidak diganggu. Aku punya tempat yang aman
untuk memadu kasih kita!"
"Ah, Nyai... mengapa kamu takut dengan suara
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
gaduh" Aku tidak merasa takut sedikit pun, Nyai!
Lupakan tentang urusan mereka. Sebaiknya kita kerjakan urusan kita sendiri,
Nyai!" "Tidak, Suto! Aku tidak suka dengan suasana ini!
Jelas akan mengganggu kemesraan dan kenikmatan
bercumbu kita, Suto!"
"Oh, ho ho ho...! Benar juga, Nyai. Benar!" Pendekar Mabuk tertawa dan bicara
dalam pengaruh tuak dan
racun birahinya itu. "Kalau begitu, lekas bawa aku pergi ke tempat yang lebih
mesra lagi, Nyai!"
Nyai Lembah Asmara berpikir, "Aku tadi melihat ada Sundari, bekas murid dan
pelayan di kamarku ini! Kalau aku lewat pintu lantai, pasti Sundari tahu ke mana


Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arah lariku. Hmmm... sebaiknya aku ke puncak saja. Kubawa
Pendekar Mabuk ke dalam gua yang cukup aman untuk
memadu kemesraan dengannya!"
Nyai Lembah Asmara sentakkan tangan kirinya ke
depan. Wuuut...!
Blarrr...! Dinding kamar jebol dengan satu sentakan
tenaga dalam tanpa sinar itu, ia segera membawa lari Pendekar Mabuk. Tapi
keadaan Suto sangat lemah dan
lamban untuk bergerak lari. Tanpa ragu-ragu, Nyai
Lembah Asmara menggendong tubuh Suto,
memanggulnya di pundak. Pendekar Mabuk hanya diam
saja sambil tetap memegang tabung bumbung bambu.
Sesekali ia tersentak karena cegukan, mulutnya
berceloteh apa saja karena pengaruh mabuknya, sampai
Nyai Lembah Asmara sempat membentak agar Pendekar
Mabuk diam dan tidak bersuara.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Keadaan mereka yang belum sampai lepas pakaian
itu segera melesat keluar dari kamar melalui jebolan
tembok. Nyai Lembah Asmara membawa lari Suto ke
arah puncak bukit. Gerakannya tetap seperti anak panah yang melesat dari
busurnya, walau saat itu ada beban di pundaknya.
Sebuah gua yang pintunya tertutup oleh ilalang lebar
menjadi sasaran arah Nyai Lembah Asmara. Gua itu
tidak mudah ditemukan orang, tidak pula mudah dilihat karena kerimbunan semak
ilalang yang menutup mulut
gua. Tapi buat Nyai Lembah Asmara, gua itu sudah
bukan tempat asing lagi, karena ia sering membawa
seorang pria untuk bercinta di dalam gua tersebut. Gua itu terletak pada satu
lereng, hampir mencapai puncak
bukit. Ketika Nyai Lembah Asmara tiba di depan gua itu, ia
turunkan tubuh Pendekar Mabuk dari pundaknya.
Pendekar Mabuk pun berdiri dengan sempoyongan.
Matanya semakin sayu karena mabuk, juga karena racun
birahi yang menyerangnya.
"Di sini saja, Nyai!" kata Suto dengan suara sumbang sambil meraih baju Nyai
Lembah Asmara dan ingin
melepaskannya. Tapi Nyai Lembah Asmara menolak
sambil berkata,
"Jangan di sini! Kita masuk ke dalam gua itu!"
"Mana ada gua, Nyai?"
"Itu, di depan kita. Kau tidak melihatnya karena kerimbunan semak ilalang di
mulut gua!"
Pendekar Mabuk dituntun mendekati gua. Tiba-tiba
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
kakinya yang lemas terkulai dan jatuhlah Suto, merosot ke bawah tebing sambil
tetap berpegangan bumbung
tuaknya. "Sutooo..."!" sentak Nyai Lembah Asmara dengan cemas. Cepat-cepat ia lompatkan
tubuh dan bersalto dua kali. Tubuh Nyai Lembah Asmara mendahului gerakan
Pendekar Mabuk yang meluncur ke bawah tebing.
Sebatang ranting kering dipakai berpijak kaki Nyai
Lembah Asmara. Ranting itu seharusnya patah, tapi
karena ilmu peringan tubuh yang digunakan Nyai
Lembah Asmara cukup tinggi, sehingga ia bisa berdiri
dengan tenang di atas ranting kering yang besarnya dua kali ukuran lidi.
Tubuh Pendekar Mabuk yang meluncur ke bawah itu
ditangkap oleh kedua tangan Nyai Lembah Asmara.
Andai tidak, tubuh Pendekar Mabuk akan jatuh ke
jurang yang cukup dalam. Mungkin juga Suto akan mati
dihujam bambu-bambu runcing yang sengaja dipasang
oleh Nyai Lembah Asmara sebagai jebakan para musuh
yang hendak menyerangnya dari atas bukit.
Sentakan halus kaki Nyai Lembah Asmara segera
membuat tubuhnya melesat ke atas sambil menopang
tubuh Suto. Kini, ia berhasil membawa Pendekar Mabuk
ke tanah sedikit datar dan aman dari bahaya kemiringan tebing.
"Enak sekali terbang denganmu, Nyai!" Suto
menceracau. "Aku juga bisa terbang seperti kamu.
Huup...!" Pendekar Mabuk menyentakkan kakinya dan dalam
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
sekejap tubuhnya melayang ke atas dan berjungkir balik dua kali. Tubuh itu
segera hinggap di salah satu batu yang ada di puncak bukit. Pendekar Mabuk
berdiri dengan keadaan limbung, mencemaskan hati Nyai
Lembah Asmara. Ia berseru dari sana, "Nyai...! Aku bisa sampai di sini! He he he... he he...!"
Bruukkk...! Suto jatuh dari batu besar itu. Tubuhnya
terhempas di tanah. Nyai Lembah Asmara menggeram
jengkel dan menggerutu,
"Bocah sinting! Katanya ingin kemesraan malah
mengajak bercanda gila-gilaan begitu. Huuup...!"
Nyai Lembah Asmara menyusul Pendekar Mabuk di
atas puncak bukit dengan melesatkan diri dan bersalto
dua kali juga. Suto sedang menggeliat bangkit ketika
kedua kaki Nyai Lembah Asmara mendarat di tanah
sampingnya. Jleeg...!
"Aku jatuh, Nyai. He he he.... Enak sekali jatuhnya!"
kata Suto yang semakin parah dipengaruhi tuaknya.
"Suto, kita tak punya waktu untuk bercanda. Lekaslah ke dalam gua, Suto. Aku tak
sabar menunggu kemesraan
dan kehangatan tubuhmu!"
"Di sini sajalah, Nyai! Di alam bebas ini lebih mesra!
He he he...!" Pendekar Mabuk makin mengacau, ia berdiri dengan sempoyongan, ia
merenggut tubuh Nyai
Lembah Asmara, sehingga wajah mereka saling tatap
dalam jarak dekat. Nyai berpikir saat itu,
"Kalau memang dia maunya di sini, biarlah di sini!
Aku pun sudah tak tahan lagi!"
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Pendekar Mabuk tersenyum-senyum ketika wajah
Nyai Lembah Asmara mendekat ingin mencium
bibirnya. Jemari Suto sedikit menaikkan dagu Nyai
Lembah Asmara, dan mata Nyai jadi terpejam. Tapi tiba-tiba tangan Suto
menyentak, mendorong dagu itu ke
belakang membuat tubuh Nyai pun tersentak limbung
dalam keadaan mundur tiga tindak.
"Oh, maaf Nyai... aku hampir jatuh!" kata Suto sambil sempoyongan. Nyai Lembah
Asmara ingin marah
namun segera memaklumi keadaan Pendekar Mabuk
yang dalam pengaruh mabuk tuak itu.
"Suto, lekaslah berbaring saja! Biar aku yang menjadi pelayan cintamu, Suto,"
kata Nyai Lembah Asmara
sambil berkemas untuk melepasi pakaiannya.
"Baik. Baik. Aku akan berbaring, tapi... tapi di atas batu itu! Aku ingin
berbaring ke sana! Huupp...!"
Tiba-tiba Pendekar Mabuk melompat ke atas batu
besar yang tingginya dua kali tinggi tubuhnya, Suto
bagaikan terbang dan hinggap di atas batu datar dalam keadaan sudah berbaring.
Tetapi pada waktu ia melompat tadi, ada satu batu
kecil sebesar genggaman tangan anak-anak melesat pula dari sentakan kakinya.
Batu itu melesat ke arah Nyai
Lembah Asmara dengan cepat. Plokkk!
Nyai Lembah Asmara tak sempat menghindari batu
yang di luar dugaan kedatangannya. Maka, tersentaklah ia ketika batu itu
mengenai tulang pipinya dan
membekas biru. Ia menyeringai kesakitan sambil
tundukkan wajahnya, memengangi luka memar dari
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
hantaman batu tersebut.
"Gila, tingkahnya aneh-aneh saja, sampai wajahku terkena batu yang begini
sakitnya. Uuh... kurasakan
sentakan batu itu sangat kuat dan berat. Mungkin hanya karena keadaan tubuhku
sedang dilanda gairah, sehingga terkena batu begitu kecil saja terasa sakit."
Terdengar Suto berseru, "Nyaiii... aku berbaring di sini...!" nada suaranya
meliuk-liuk tak jelas iramanya.
"Kalau kau tak segera datang aku akan turun, Nyai...!"
Segera Nyai Lembah Asmara yang jantungnya sudah
berdetak-detak karena dorongan nafsu yang makin
menggelora itu, melesat dengan satu lompatan kecil,
menghampiri Pendekar Mabuk yang berbaring di atas
batu. Pikir sang Nyai, "Biarlah di atas batu itu aku
bercumbu, yang penting gairahku segera terpenuhi
dulu!" Ketika Nyai Lembah Asmara sampai di atas batu,
berdiri di dekat Pendekar Mabuk, tiba-tiba Suto bangkit dengan satu gerakan
memutar, hingga kakinya menyapu
kaki Nyai Lembah Asmara. Plakkk...!
Brukkk...! Nyai terpelanting jatuh dan terjungkal turun dari atas batu. Pundaknya
menghantam tanah lebih dulu.
Sebongkah batu terpendam menjadi benturan telinga
kirinya. Prukkk....!
"Aauh...!" ia memekik kesakitan.
"Waduh, maaf...! Maaf, Nyai...! Kupikir kau belum datang, karenanya aku bangkit
dengan cepat ingin
menyusulmu turun dari batu ini! Maaf, aku tak sengaja
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
menendang kakimu, Nyai!"
Nyai Lembah Asmara berpikir juga, "Sapuan kakinya tak mungkin bisa merobohkan
kuda-kudaku jika tidak
diiringi kekuatan tenaga dalam! Oh, daun telingaku luka berdarah. Sial! Dalam
keadaan mabuk dia masih dialiri tenaga dalam di sekujur tubuhnya. Oh, alangkah
indahnya jika cumbuannya nanti juga dialiri tenaga
dalam. Jelas ia akan mampu mempertahankan gairahnya
yang menurutku sudah meluap-luap seperti yang
kurasakan saat ini...."
"Nyai, naiklah! Lekas! Aku sekarang berdiri biar bisa melihat kedatanganmu!
Naiklah, Nyai!" seru Suto
sambil berdiri di tepian batu dengan tubuh meliuk ke
sana-sini, bagaikan diombang-ambingkan oleh angin.
Tangannya pun menggapai-gapai seperti ingin jatuh.
Nyai berteriak, "Suto, awas! Nanti kau jatuh! Jangan ke tepian!"
"Lekaslah naik sebelum aku sempat jatuh, Nyai!"
Takut Pendekar Mabuk jatuh, Nyai Lembah Asmara
pun segera melompat menyongsong gerakan tubuh
Pendekar Mabuk yang mulai limbung ke depan. Tangan
Pendekar Mabuk bergerak-gerak mencari keseimbangan
sambil berseru, "Eee, eh eh eh...!"
"Awas, Suto...!" Nyai Lembah Asmara makin berseru cemas.
Ketika tubuhnya mendekati Pendekar Mabuk, tiba-
tiba Suto jatuh ke depan. Tangannya bergerak-gerak
bagai ingin mencari pegangan.
"Waaaoow...!" Suto berteriak dalam nada kegirangan.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Tubuhnya beradu dengan tubuh Nyai Lembah
Asmara di udara. Tangan Suto cepat bergerak dan
mengenai dada Nyai Lembah Asmara. Plak plak plak...!
Lalu, Nyai Lembah Asmara tersentak ke belakang dalam
keadaan terbang, Suto jatuh ke bawah dalam keadaan
terguling dua kali. Ia jatuh terduduk sambil mengerang kesakitan memegangi
pinggangnya. Bumbung tuak
masih menyilang di punggungnya.
"Aduh. sakitnya punggungku...!" rintihnya pelan.
Tetapi Nyai Lembah Asmara tidak hiraukan rintihan
itu. Ia melihat dadanya hangus tiga tempat akibat
gerakan tangan Pendekar Mabuk tadi. Napasnya pun
mulai terasa sesak. Dada itu terasa panas sekali bagian dalamnya. Nyai Lembah
Asmara mulai membatin,
"Kurang ajar! Rupanya sejak tadi dia menyerangku dengan jurus mabuknya! Uuh...
sakit sekali dadaku.
Gerakan tangannya tak seberapa keras, tapi mempunyai
kekuatan tenaga dalam yang menghanguskan kulit
dadaku! Aduh, sesak sekali napasku, jangan-jangan
racun Darah Asmara telah membalik meracuni tubuhku
sendiri! Tak biasanya aku mempunyai gairah sebegini
besarnya!"
Terdengar Pendekar Mabuk berseru, "Nyai, tolong
aku berdiri!" ia mengulurkan tangan, minta ditarik. Tapi Nyai Lembah Asmara
hanya diam saja. Nyai Lembah
Asmara hanya memandang dengan mata kian nanar,
antara sayu dicekam birahi dengan sayu menahan sakit.
Tak disadari dari mulut Nyai Lembah Asmara mulai
melelehkan darah segar ketika ia terbatuk satu kali.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Bahkan batuk yang kedua membuat darah kental
menyembur ke luar dari mulut. Nyai Lembah Asmara
sangat kaget melihat mulutnya mengeluarkan darah
kental sedikit kehitaman.
"Jahanam!" geramnya dalam hati. "Rupanya dia telah berhasil melukaiku secara
diam-diam! Ini sudah bukan luka ringan saja. Ini sudah bukan satu hal yang
bersifat kebetulan tapi pasti direncanakan olehnya! Aku harus menyerangnya! Aku
harus membalasnya! Tapi
bagaimana jika ia terluka" Aku tak bisa menikmati
kemesraannya. Padahal aku sudah tak bisa menahan
gairahku lagi. Oh, aku ingin dicumbunya sekarang juga!
Ya, sekarang juga!"
Masih saja Suto menyerukan kata, "Nyai, tolonglah
aku! Tarik tanganku agar aku bisa berdiri...!"
Nyai Lembah Asmara segera melompat bagai singa
menerkam mangsanya. Wuuttt...! Ia menerkam tubuh
Pendekar Mabuk dan mengajaknya berguling untuk
bercumbu. Tetapi saat tubuh itu melayang, Pendekar
Mabuk segera menyentakkan tangannya yang sejak tadi
teracung ke atas. Gerakan tangan itu seperti orang ingin bangkit dan menggunakan
tangan itu untuk bertolak dari sebuah batu di sampingnya. Tapi gerakan lembut
itu ternyata memancarkan satu kekuatan tenaga dalam yang
membuat kepala Nyai Lembah Asmara tersentak naik ke
atas dengan pekik tertahan.
Beegh..! Leher Nyai Lembah Asmara jadi sasaran
tenaga dalam Suto. Akibatnya, mulut Nyai Lembah
Asmara kembali menyemburkan darah kental dan
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
berwarna kehitam hitaman. Pendekar Mabuk berlagak
kaget dan berseru,
"Nyai.. " Kenapa kau, Nyai"! Kenapa..."!"
Nyai Lembah Asmara yang terkenal keji dan buas itu


Pendekar Mabuk 05 Murka Sang Nyai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tergeletak dalam keadaan tersengal-sengal. Matanya
terbeliak sambil sesekali menyemburkan darah dari
mulutnya. Pendekar Mabuk berjalan mundur seperti orang
ketakutan melihat Nyai Lembah Asmara tersentak-
sentak tubuhnya. Padahal itu hanya kepura-puraan
Pendekar Mabuk.
Tiba-tiba sekelebat bayangan melesat di atas kepala
Suto. Cepat sekali Pendekar Mabuk sentakkan
tangannya ke atas sambil menundukkan kepalanya.
"Wah, burung apa itu yang datang"!"
Sentakkan tangan itu rupanya mengeluarkan kekuatan
tenaga dalam. Dan kelebat bayangan itu juga
menyentakkan tenaga dalam ke ubun-ubun Suto.
Akibatnya, dua tenaga dalam itu beradu dan
menimbulkan gelegar yang teredam.
Beeggh...! Wuuut...! Suto tersentak ke samping dan hampir
jatuh, ia hanya sempoyongan saja dan segera
berpegangan dinding batu. Sedangkan bayangan itu
segera jatuh dengan kaki sigap ke tanah. Bayangan itu milik seorang nenek
berkulit keriput, yang bersenjatakan tengkorak seekor kambing.
"Oh, kau rupanya, si Mawar Hitam!" kata Pendekar Mabuk.
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
"Syukul kau ingat padaku, Suto! Kau masih punya hutang pusaka Tuak Setan padaku!
Sekalang aku belum
ingin menagihnya, tapi suatu saat nanti, aku ingin
menagihnya dalimu," kata Mawar Hitam yang tak bisa menyembulkan hufur 'r' itu.
Ia adalah penguasa Pulau
Hantu, bekas gurunya Peri Malam.
"Lalu, sekarang kau mau apa, Mawar Hitam"!"
"Aku tahu sejak tadi kau selang pelempuan ini
dengan lagak mabukmu! Dia tidak melasa, dan akhil-nya dia jatuh begini.
Kasihan!" "Mata tuamu memang jeli, Mawar Hitam! Tak sejeli mata perempuan yang sedang
dimabuk birahi karena
racunnya yang berhasil kukembalikan tadi. Kalau kau
tahu begitu, sekarang mau apa kau?"
"Aku belum mau ulusan sama kamu, mulid sinting!
Tapi tunggu kalau aku sudah ambil semua ilmu yang ada dalam dili pelempuan ini!
Aku akan balas kekalahanku
tempo hali!"
Sebelum Pendekar Mabuk lontarkan kata, tiba-tiba
nenek kempot keriput itu bergerak cepat. Tubuh Nyai
Lembah Asmara diangkatnya bagai mengangkat batang
pisang, lalu ia segera jejakkan kaki dan melesat pergi dengan cepat menuruni
lereng bukit. Pendekar Mabuk
hanya mengejar sampai tiga langkah ke depan, lalu
membiarkan nenek kempot itu pergi membawa Nyai
Lembah Asmara. Tiba-tiba dari arah belakang Pendekar Mabuk ada
suara memanggil, "Suto..."!"
Oh, rupanya Nyai Betari Ayu datang agak terlambat,
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
ia tidak menyaksikan pertarungan Pendekar Mabuk yang
mirip pertarungan sinting itu. Ia tidak melihat bagaimana Pendekar Mabuk
merubuhkan Nyai Lembah Asmara, ia
hanya melihat Pendekar Mabuk melangkah dengan
sempoyongan mendekatinya.
"Kau tidak apa-apa, Suto?"
"Tidak, Nyai. Racun kiriman Nyai Lembah Asmara
berhasil kubalikkan saat dia mencium bibirku... he he he...."
"Dia mencium bibirmu, Suto"!" Betari Ayu sempat kaget dan punya perasaan tak
suka mendengarnya. Ia
palingkan wajah dan cemberut. Pendekar Mabuk tertawa
terkekeh-kekeh. Tapi tawanya menjadi hilang ketika ia melihat jari tengah tangan
kanan Betari Ayu
mengenakan cincin bermata putih berlian. Pendekar
Mabuk terbayang penuturan dari gurunya tentang ciri-
ciri Cincin Manik Intan. Dan, saat itulah mata Pendekar Mabuk terbelalak melihat
Cincin Manik Intan ada di
tangan Nyai Betari Ayu.
"Haruskah aku bertarung dengannya merebut cincin itu"!" pikir Pendekar Mabuk
dengan hati gundah gulana.
SELESAI PENDEKAR MABUK Ikuti kisah selanjutnya
Serial Pendekar Mabuk Suto Sinting dalam episode:
PERTARUNGAN Di BUKIT JAGAL
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Pembuat E-book:
DJVU & E-book (pdf): Abu Keisel
Edit: Paulustjing
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Tengkorak Maut 27 Para Ksatria Penjaga Majapahit Karya Arief Sudjana Pedang Sinar Emas 9
^