Pencarian

Mustika Naga Hijau 1

Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Naga Putih 34
MUSTIKA NAGA HIJAU
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
PENDEKAR NAGA HIJAU
MUSTIKA NAGA HIJAU
Oleh T. Hidayat
Cetakan pertama
Penerbit Cintamedia, Jakarta
Penyunting : Tarech R.
Gambar sampul oleh Herros
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
T. Hidayat Serial Pendekar Naga Putih
dalam episode: Mustika Naga Hijau
128 ha1. ; 12 x 18 cm
Ebook oleh : Syauqy_arr (hanaoki.wordpress.com)
Edit teks oleh :
Raynold (www.tagtag.com/tamanbacaan)
PDF Ebook : Dewi KZ http://dewi-kz.info/
Oo-dwkz-ray-oO Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
1 Matahari cukup lama menampakkan kekuasaannya.
Sinarnya yang garang memancar ke seluruh permukaan
bumi. Sehingga, hembusan angin pun terasa panas
karena teriknya pancaran sinar matahari siang itu.
Tampak sesosok tubuh kurus kecil, berlari terseok-
seok menerobos semak belukar sebuah hutan. Sosok
tubuh kurus itu sesekali berhenti dan terbatuk-batuk
hebat "Huaaakh... !"
Segumpal darah kental berwarna kehitaman terlompat
keluar dari mulutnya. Pertanda sosok kecil kurus itu
tengah menderita luka dalam yang cukup parah.
Untuk beberapa saat lamanya, sosok kecil kurus yang
ternyata seorang kakek renta, nampak berdiri goyah.
Dihapusnya lelehan darah yang menetes dari sela
bibirnya. "Hm.... Jangan harap kau dapat meloloskan diri dari
kejaran kami, Tua Bangka Keparat! Hayo, serahkan
buntalan kuning itu kepada kami!" terdengar suara
bentakan keras yang disusul berkelebatnya dua sosok
tubuh, dan langsung mendaratkan kakinya dekat kakek
bertubuh kecil kurus itu.
"Hhh.... Hhh.... Jangan mimpi kau, Iblis Kembar!
Sampai mati pun, aku tidak akan menyerahkan buntalan
kain kuning ini kepadamu. Kecuali, kalian dapat
melangkahi mayatku!" sahut kakek kecil kurus itu dengan
sepasang mala menatap tajam ke arah dua orang, yang
dipanggilnya dengan julukan Iblis Kembar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat! Tua bangka keras kepala! Apa artinya benda
itu buatmu?" geram salah seorang dari Iblis Kembar.
"Tubuhmu yang sudah bau tanah itu, tak lagi
memerlukannya. Lebih baik buntalan itu kau berikan
kepada kami. Dengan begitu, kau telah mempergunakan
sisa hidupmu dengan baik"
Mendengar ucapan itu, kakek bertubuh kurus
memalingkan wajah dan menatap tajam lelaki berkepala
botak, yang mengenakan mantel dari kulit beruang salju.
Dirayapinya wajah pucat lelaki botak itu dengan sorot
mata yang menggiriskan.
"Hm.... Meskipun benda ini bagiku tidak ada gunanya,
tapi untuk diserahkan kepada kalian adalah perbuatan
tolol. Dan, dapat mendatangkan penyesalan seumur
hidupku. Dengar, Beruang Salju! Walaupun kalian berdua
masih terhitung keponakanku, tapi untuk memiliki benda
ini, kalian berdua tidak mempunyai hak sama sekali.
Camkan itu!" sahut kakek kecil kurus itu dengan sinar
mata garang. "Bangsat! Rupanya kau lebih memilih kekerasan
daripada jalan damai! Kalau itu yang kau inginkan, -
terimalah ini! Hiaaat..!"
Dengan dibarengi sebuah bentakan keras, salah
seorang dari Iblis Kembar, yang mengenakan mantel
terbuat dari kulit beruang hitam, melesat dengan
serangan berantai yang menimbulkan gemuruh angin
menderu. Wuuut! Wuuut..!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sadar akan kedahsyatan serangan lawan, kakek kecil
kurus itu cepat melempar tubuhnya dan berjumpalitan
beberapa kali di udara.
Namun, orang kedua yang berjuluk Iblis Beruang
Salju; melesat menyambut tubuh kakek itu selagi berada
di udara. "Haaat..!"
Disertai sebuah teriakan nyaring, lelaki berkepala
botak yang mengenakan mantel beruang salju itu,
langsung mendorongkan sepasang telapak tangannya
dengan pengerahan tenaga dalam yang amat kuat.
Wusss...! Serangkum angin keras menderu tajam dan menyambar tubuh kakek kecil kurus yang tengah
berjumpalitan di udara. Dan....
Blaggg... ! Hantaman telapak tangan Iblis Beruang Salju
menghajar telak bagian belakang tubuh kakek itu.
Kontan tubuhnya terlempar deras seperti selembar
daun kering. "Huakh...!"
Kembali gumpalan darah kental kehitaman terlompat
dari mulut kakek itu. Meskipun demikian, kakek itu masih
mampu melakukan beberapa kali salto di udara.
Sehingga, tubuhnya tidak sampai terbanting di alas
permukaan tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tampak kedua kaki kakek itu agak gemetar ketika
tubuhnya mendarat di atas tanah. Bahkan, cairan merah
kehitaman masih menetes perlahan dari sudut bibirnya.
"Hieaaat... !"
Iblis Beruang Hitam yang tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatan selagi kakek itu belum siap, segera melesat
dengan disertai pukulan-pukulan maut yang dapat
mengakibatkan kematian bagi lawannya.
Sekali menyerang saja, telah terlontar empat buah
pukulan yang mengarah bagian-bagian terlemah di tubuh
kakek kecil kurus itu. .
Walaupun kondisi tubuhnya semakin bertambah
parah, ternyata kakek kecil kurus itu bukanlah seorang
mangsa yang empuk. Meski agak goyah dan terlihat
susah-payah, kakek itu masih mampu mengelakkan
serangkaian serangan lawan. Bahkan, sanggup pula
mengirimkan serangan balasan ke tubuh Iblis Kembar.
Dukkk! Tubuh keduanya terjajar mundur akibat tangkisan
yang dilakukan Iblis Beruang Hitam. Tubuh kakek itu
nampak terjungkal setengah tombak dan lawannya.
Jelas, luka dalam di tubuh kakek itu telah membuat
tenaganya berkurang jauh. Sehingga, tangkisan itu telah
membuatnya kembali memuntahkan darah! Jelas, akibat
tangkisan itu telah membuat luka dalamnya semakin
bertambah parah.
Melihat keadaan lawannya sudah semakin parah, Iblis
Kembar tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Cepat
keduanya melompat berbarengan, dan langsung Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melontarkan pukulan-pukulan maut untuk menghabisi
lawannya. Sadar kematian akan segera menjemputnya, kalau ia
tidak segera bertindak cepat. Maka, dengan sangat
terpaksa, kakek itu merogoh sesuatu dari dalam kantung
kain yang tergantung di pinggang kanannya.
"Hiaaah... !"
Sambil membentak keras, tangan kanan kakek kecil
kurus itu mengibas ke depan.
Wut.... Wut...!
Bagaikan sebuah kitiran, benda-benda berbentuk
bulan sabit, berputar dengan suara menderu ke arah
tubuh Iblis Kembar! Senjata-senjata rahasia yang
panjangnya setengah jengkal itu, bergerak menyambut
tubuh dua orang lelaki botak itu.
"Adi Gelang, awasss...!"
Lelaki berkepala botak, yang mengenakan mantel kulit
beruang hitam, berteriak memperingatkan saudaranya.
Sambil berseru, sepasang tangannya memukul bergantian ke arah benda-benda yang tengah meluncur
ke arahnya. Tring! Tring! Kontan benda-benda - berbentuk bulan sabit itu
berguguran, akibat hantaman angin pukulan yang
berasal dari sepasang tangan Iblis Beruang Hitam.
Sehingga, ia terbebas dari ancaman senjata-senjata maut
lawannya. Lain halnya dengan Iblis Beruang Salju. Luncuran
senjata-senjata
rahasia itu, disambutnya dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebatang senjata yang entah kapan dicabut dari
sarungnya. Dengan senjata itu ia berhasil memukul
runtuh senjata rahasia yang mengancam keselamatannya
itu. "Keparat! Ke mana perginya tua bangka licik itu...!"
maki Iblis Beruang Hitam ketika ia tidak lagi melihat
tubuh kakek kecil kurus itu di tempatnya berdiri.
"Hm. .. Jelas, ia telah melarikan diri selagi kita sibuk
menghalau senjata-senjata rahasianya. Hayo, cepat kita
kejar, Kakang. Aku yakin dia belum jauh meninggalkan
tempat ini. Apalagi luka-lukanya sudah sedemikian
parah," usul Iblis Beruang Salju yang menjadi geram
melihat kelicikan lawan. Dan, tanpa menunggu jawaban
dan saudaranya, tubuh lelaki botak berpakaian mantel
beruang salju itu, langsung melesat melakukan
pengejaran. Iblis Beruang Hitam tidak mau ketinggalan. Tubuhnya
yang sedikit lebih tinggi dari saudaranya, segera melesat
dengan kecepatan tinggi. Melihat dari kecepatan
geraknya; jelas kedua orang lelaki yang dijuluki Iblis
Kembar itu merupakan tokoh-tokoh persilatan yang tidak
bisa dipandang rendah kepandaiannya. Bahkan, dalam
dunia persilatan, kedua lelaki kembar itu telah memiliki
nama yang cukup besar dan ditakuti. Baik kalangan
hitam sendiri maupun orang-orang golongan putih, yang
menamakan dirinya sebagai pendekar-pendekar
persilatan. Setelah agak lama berputaran di dalam hutan itu,
akhirnya Iblis Kembar terpaksa menelan kekecewaan.
Karena sosok kakek yang mereka cari-cari, telah lenyap
tanpa bekas. Seolah-olah tubuh kakek itu melesak ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam bumi. Sehingga, meskipun tiap jengkal pelosok
hutan itu sudah mereka jajaki, tetap saja tubuh kakek
kecil kurus itu tak berhasil ditemukan.
''Bedebah! Ke mana perginya bangsat tua itu..." Hm....
Kalau sampai dapat kutemukan, akan kulumat dan
kusiksa dia habis-habisan!" geram Iblis Beruang Salju
yang rupanya masih sangat mendendam karena hampir
saja ia menjadi korban senjata rahasia lawannya.
"Sudahlah, Adi. Sebaiknya kita lanjutkan saja
pencarian ini. Aku yakin, dengan luka-luka yang
dialaminya, tidak mungkin ia dapat lari sampai jauh.
Siapa tahu di sekitar daerah ini ada sebuah desa. Nah, di
tempat itu, kita bisa mencari keterangan tanpa khawatir
akan dicurigai," usul Iblis Beruang Hitam yang
merupakan orang tertua di antara mereka berdua.
Setelah berkata demikian, kakinya melangkah meninggalkan hutan.
"Hm..., dicurigai pun aku tidak merasa takut! Yang
menjadi pikiranku adalah Siluman Tongkat Beracun!
Kalau sampai ia dapat menemukan benda itu lebih dulu,


Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan sulit bagi kita untuk merebutnya. Hal itulah yang
selalu menjadi pikiranku, Kakang," sahut Wingka Gelang
yang merupakan orang termuda dari Iblis Kembar itu.
Wajahnya terlihat agak tegang ketika ia menyebut nama
Siluman Tongkat Beracun. J elas, nama itu mendatangkan
perasaan jerih dalam hatinya.
"Ya, itu salah satu sebab mengapa kita harus
bergegas. Hayolah, jangan buang-buang waktu lagi... !"
ajak Iblis Beruang Hitam tanpa mempedulikan rasa
cemas di hati saudaranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa banyak cakap lagi, Iblis Beruang Salju segera
mengikuti langkah saudaranya, meninggalkan hutan itu.
Sebentar saja. tubuh keduanya telah lenyap di balik
bayang-bayang pepohonan lebat yang tumbuh di dalam
hutan. Oo-dw-ray-oO Swiiing... ! Anak panah yang dilepaskan seorang pemuda tampan
berusia sekitar sembilan belas tahun, melesat cepat ke
arah seekor kijang muda yang tengah merumput
"Ahhh! Lagi-lagi bidikanku meleset, Paman...." sesal
pemuda itu sambil memandangi kijang muda yang telah
berlari meninggalkan tempat itu. Sedangkan anak
panahnya masih bergoyang-goyang pada sebatang
pohon yang berada di belakang binatang buruannya.
"Sabarlah, Tuan Muda.... Jangan terlalu cepat putus
asa. Paman yakin, lain waktu pasti Tuan Muda akan
memperoleh hasil seperti yang kita harapkan," bujuk
seorang lelaki setengah baya yang berada di samping
lelaki muda itu. "Ayo, kita cari di tempat lain."
Sambil berkata demikian, laki-laki setengah baya itu
pun membenahi alat-alat berburunya. Kemudian bergegas bangkit menuju kudanya.
Tanpa berkata sepatah pun, lelaki muda berwajah
tampan itu pun bangkit dan melangkah mengikuti
pamannya. Dengan gerakan yang ringan, tubuhnya
melompat ke atas punggung kuda berbulu putih yang
menjadi tunggangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm.... Sebentar lagi hari akan gelap, Paman. Tapi,
satu ekor binatang pun, belum juga kudapatkan. Hhh....
memang dasar nasibku yang kurang beruntung," desah
pemuda itu sambit menjalankan kudanya perlahan.
''Yahhh..., entah mengapa binatang-binatang itu tidak
banyak yang tampak Padahal, biasanya banyak sekali
binatang buruan di sekitar tempat ini. Mungkin benar
kata-kata Tuan Muda bahwa nasib kita kurang
beruntung,"
sahut lelaki setengah baya yang menunggang seekor kuda berbulu coklat Meskipun kuda
yang ditungganginya tidak sekokoh kuda majikannya,
namun jelas kuda itu merupakan kuda pilihan.
"Lebih baik kita kembali saja, Paman. Rasanya hari ini
aku tidak ingin bermalam di dalam hutan," usul pemuda
tampan itu tanpa menolehkan kepalanya. Pandangan
matanya tertuju ke depan.
"Baiklah..., kalau memang itu sudah menjadi
keputusan Tuan Muda," sahut lelaki setengah baya itu
sambit menarik tali kekang dan membalikkan kudanya.
''Paman, tunggu... !" tiba-tiba pemuda tampan itu
berseru sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.
Sepasang matanya tampak berputar liar ke sekeliling
tempat itu. "Ada apa, Tuan Muda...?" tanya lelaki setengah baya
itu yang menjadi tegang ketika melihat wajah majikan
mudanya yang tampak tengah dilanda ketegangan.
Tanpa menjawab sepatah pun, pemuda tampan itu
melompat turun dari atas punggung kudanya. Sambil
menyiapkan anak panah pada busurnya, kakinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melangkah hati-hati ke arah segerombolan semak di
depannya. Namun, wajah yang semula tegang itu terkejut ketika
menyaksikan pemandangan di balik semak-semak itu.
Karena yang dilihatnya bukanlah binatang buruan seperti
dugaannya semula. Melainkan sesosok tubuh kecil kurus
yang tengah tergeletak dengan napas satu-satu.
Untuk beberapa saat lamanya, pemuda tampan itu
berdiri terpaku seperti orang linglung. Kesadarannya baru
pulih ketika sosok tubuh kurus itu memperdengarkan
rintihan halus.
"Kakek, siapakah kau..." ! Siapa yang telah melakukan
perbuatan kejam ini?" tanya pemuda itu sambil
mengangkat tubuh kurus yang tengah menderita luka
parah. "Anak baik..., bawalah aku dan tempat ini. Dan,
jangan kau beritahukan kepada siapa pun..., mengenai
aku.... Dan kalian berdua.... Harus menyimpan rapat
mengenai diriku," ucap kakek kecil kurus itu terbata-
bata. Jelas sekali kalau ucapan itu dikeluarkan dengan
sisa-sisa tenaganya.
Lelaki setengah baya yang merupakan pelayan
pemuda tampan itu, menganggukkan kepalanya ketika
mendengar pesan kakek kecil kurus yang tengah
menderita itu. Meskipun berbagai pertanyaan melintas di
benaknya, namun semua itu dibuangnya jauh-jauh ketika
melihat keadaan kakek yang sangat memerlukan
pertolongan itu.
Tanpa banyak cakap lagi, pemuda tampan itu
bergegas memondong tubuh kakek itu ke atas punggung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kudanya. Kemudian, cepat-cepat meninggalkan tempat
itu dengan membawa tubuh si kakek.
Demikian pula halnya dengan pelayan setengah baya.
Tanpa banyak tanya, dia segera melompat ke atas
punggung kudanya dan memacu cepat, menyusul kuda
majikannya yang telah berada beberapa tombak di
depan. Oo-dw-ray-oO 2 Senja mulai turun menyelimuti permukaan bumi. Saat
itu, dua ekor kuda berderap perlahan menuju halaman
belakang sebuah bangunan perguruan.
"Mengapa kita harus melewati jalan belakang, Tuan
Muda" Tidakkah perbuatan kita ini akan menimbulkan
kecurigaan?" tanya lelaki setengah baya yang berada di
belakang. "Sudahlah, Paman. Tidak perlu banyak tanya. Kau
Ingat pesan kakek ini tadi" Dia mengatakan agar
kehadirannya tidak boleh diketahui orang lain, kecuali
kita berdua. Perlu kuingatkan, agar Paman jangan sekali-
kali mengatakan hal ini kepada siapa pun juga.
Mengerti!" ujar pemuda tampan yang dipanggil tuan
muda itu. Dan, tampak pada wajahnya tercermin
ketidaksenangan hatinya melihat kecerewetan lelaki
setengah baya itu.
"Baik, Tuan Muda...," jawab lelaki setengah baya itu
agak takut-takut, ketika melihat sinar ketidaksenangan di
wajah pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm.... Kau tunggu di sini. Aku akan memeriksa ke
dalam. Siapa tahu ada yang memergoki kedatangan
kita," ujar pemuda tampan itu seraya melompat turun
dari punggung kudanya. Kemudian kakinya melangkah
perlahan ke arah pagar kayu yang mengelilingi bangunan
perguruan itu. Beberapa saat kemudian, tubuh pemuda tampan itu
melesat melampaui pagar kayu setinggi dua tombak
lebih. Lalu, lenyap ketika tubuhnya melayang turun ke
dalam bangunan perguruan itu.
Tidak lama kemudian, terdengar suara derit perlahan.
Disusul terbukanya pintu belakang bangunan itu. Dan,
muncul pemuda tampan yang sebelumnya lenyap di balik
pagar kayu bulat itu.
''Paman Wangsa! Ayo, cepat masuk!" seru pemuda itu
dengan menekan nada suaranya, agar tidak terdengar
oleh orang lain.
"Baik, Tuan Muda...," sahut lelaki setengah baya yang
bernama Wangsa.
Sesaat kemudian, tubuh kedua orang itu lenyap di
batik pintu gerbang belakang bersama kedua kuda
tunggangannya "Kau masukkan kuda-kuda Ini ke kandang. Biar aku
yang mengurus kakek ini. Ingat! Jangan kau ceritakan
hal ini kepada orang lain, termasuk kepada ayahku
sekalipun!" "pesan pemuda itu sebelum meninggalkan
pelayan bernama Wangsa itu.
Pemuda tampan itu tidak sempat melihat anggukan di
wajah pelayannya. Karena seusai bicara ia telah beranjak
dari tempat itu, sambil memanggul tubuh kakek kurus di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahunya. Kemudian, dua sosok tubuh itu lenyap di balik
pintu kamar yang terbuat dari kayu tebal.
Dengan hati-hati, pemuda tampan itu membaringkan
tubuh kakek kurus di atas pembaringan.
"Tunggu, Anak Muda...!" cegah kakek itu ketika
melihat si pemuda tampan hendak beranjak meninggalkannya.
"Ada apa, Kek" Aku hanya ingin menyiapkan air
hangat untuk membersihkan noda darah di tubuhmu,"
sahut pemuda tampan itu memalingkan wajahnya.
Namun, ketika melihat gerakan kakek itu sudah
sedemikian lemah, ia bergegas menghampiri.
"Boleh kutahu namamu, Anak Baik...?" tanya kakek
kecil kurus itu mencoba tersenyum, meski senyum itu
terlihat lebih mirip seringai kesakitan.
"Namaku Wirya Saka, Kek. Sebenarnya apa yang telah
terjadi, Kek" Mengapa kau mengalami luka sedemikian
parah?" tanya pemuda tampan yang bernama Wirya
Saka itu sambil merayapi wajah kakek di depannya.
"Dengarlah, Wirya. Dunia persilatan memberikan
julukan Dewa Kerdil kepadaku. Sedangkan mengenai
nama, aku sudah tidak ingat lagi," kakek yang mengaku
berjuluk Dewa Kerdil itu menghentikan ucapannya. Lalu,
mengambil buntalan kain kuning yang masih tersampir di
bahu kirinya. Wirya Saka sempat terbeliak dan melangkah mundur
ketika kakek itu mengeluarkan sebuah batu sebesar telur
ayam, yang memancarkan sinar kehijauan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tahu apa nama benda ini, Wirya...?" tanya kakek
itu dengan tatapan penuh selidik.
Masih dalam keadaan setengah sadar, Wirya Saka
menggeleng lemah. Namun, sepasang matanya masih
mengerjap karena merasa silau dengan sinar kehijauan
yang berpendar dari benda bulat di tangan Dewa Kerdil.
"Ketahuilah, Wirya. Benda ini bernama Mustika Naga
Hijau yang saat ini keberadaannya telah tersebar di
kalangan persilatan. Dan, karena ingin mempertahankan
benda inilah, aku sampai mengalami luka, dan bertemu
denganmu," lanjut Dewa Kerdil seraya melebarkan
senyumnya ketika melihat Wirya Saka masih belum
terbebas dari keterkejutannya.
"Tentu benda itu sangat besar sekali artinya, sehingga
Kakek mempertahankannya mati-matian," desah Wirya
Saka sambil kembali duduk di sisi pembaringan.
Sepertinya pemuda itu sudah mulai dapat menghilangkan
perasaan kagetnya. itu tercermin dari perubahan
wajahnya yang sudah tenang seperti semula.
"Sebenarnya benda ini sama sekali tidak ada artinya
bagiku, Wirya. Tapi bagi orang lain, benda ini akan
sangat besar sekali maknanya. Lebih-lebih terhadap
seorang pemuda berhati bersih seperti dirimu. Dengan
kesediaanmu menolongku, yang sama sekali tidak kau
kenal sudah menunjukkan kalau dirimu adalah seorang
pemuda yang berjiwa bersih. Orang seperti dirimu akan
menjadi jodoh benda keramat Mustika Naga Hijau,"
kembali Dewa Kerdil menghentikan ucapannya, dan
menarik napas dalam-dalam beberapa kali. Seolah-olah
ingin dikumpulkan seluruh sisa-sisa kekuatannya untuk
menceritakan segala sesuatunya kepada Wirya Saka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitu hebatkah kegunaan Mustika Naga Hijau
sampai-sampai kakek rela mempertahankannya dengan
taruhan nyawa?" tanya Wirya Saka yang semakin merasa
penasaran dengan benda keramat di tangan kakek itu.
"Benda ini sendiri tidak banyak gunanya. Tapi, rahasia
di balik Mustika Naga Hijau inilah yang sekarang menjadi
incaran tokoh-tokoh persilatan. Karena benda ini dapat
membawa si pemegangnya ke suatu tempat yang
menyimpan ilmu-ilmu silat tinggi dari peninggalan
seorang tokoh maha sakti, yang hidup ratusan tahun
silam. Bahkan, kabarnya di tempat itu terdapat juga
tumpukan harta, yang tidak ternilai harganya. Kedua hal
itulah yang membuat para tokoh persilatan mengejar-
ngejar benda keramat ini. Baik mereka yang mengaku


Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai golongan putih maupun tokoh-tokoh sesat.
Mereka semua ingin merebut benda ini dari tanganku.
Sekarang kau tentu paham dengan sikapku mempertahankan benda ini mati-matian, bukan?" tanya
Dewa Kerchl, menutup ceritanya.
''Wah, menarik sekali ceritamu, Kek. Lalu, mengapa
Kakek sendiri tidak berusaha untuk mencari tempat itu"
Dan, mengapa diceritakan kepadaku" Bukankah kalau
aku berniat jahat, Kakek akan celaka?"
"Benda ini kucuri dari seorang tokoh sesat maha sakti
yang menjadi majikanku, lima puluh tahun yang lalu.
Karena tokoh sesat itu bersama para pengikutnya selalu
mencariku, terpaksa aku menyembunyikan diri dalam
sebuah tempat yang jarang didatangi manusia. Setelah
aku mendengar berita kematiannya, mulai aku menampakkan diri di dunia ramai dengan maksud untuk
mencari tempat penyimpanan pusaka-pusaka tersebut
Sayang, kehadiranku sempat tercium oleh beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang pengikut majikanku yang masih penasaran.
Sehingga, untuk kesekian kalinya aku dikejar-kejar
mereka. Bahkan, beberapa tokoh golongan putih dan
tokoh sesat lainnya ikut pula mengejarku, setelah berita
mengenai benda mustika ini semakin tersebar luas. Luka-
luka inilah yang kuperoleh selama kurang lebih tiga
tahun bermain kucing-kucingan dengan para tokoh
persilatan yang mengejarku. Akhirnya aku bertemu
denganmu, Wirya," jelas Dewa Kerdil memaksa
tersenyum. "Hm.... Kalau begitu kau tentu mempunyai julukan
yang seram sebelumnya. Sebab, dengan mengabdikan
diri kepada seorang tokoh sesat, tentunya kau pun
bukanlah orang baik-baik. Dan, julukanmu pasti bukan
Dewa Kerdil, bukan?" tanya Wirya Saka yang menjadi
terkejut telah mendengar penjelasan kakek kecil kurus
itu tentang masa lalunya.
Dewa Kerdil sama sekali tidak menyahut. Nampak
keadaannya badan melemah. Beberapa kali tarikan
napasnya terdengar seperti suara ayam disembelih.
Jelas, kematian kakek itu sudah di ambang pintu .
"Kek...! Kakek...!"
Wirya Saka berteriak menekan suaranya sambil
mengguncang-guncangkan tubuh kakek yang matanya
sudah terpejam rapat itu. Pemuda ini kian bertambah
panik ketika tubuh Dewa Kerdil tetap saja tak bergerak
dan tidak merasakan guncangan tangannya.
Wajah Wirya Saka yang semula panik, kembali cerah
ketika melihat sepasang mata Dewa Kerdil terbuka
perlahan. Dan, kakek yang sebelumnya seorang tokoh
sesat itu memaksa tersenyum kepada Wirya Saka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ku..., percayakan..., benda ini kepadamu, Wirya.... Di
dalam buntalan kain kuning ini, ada sebuah peta yang
menunjukkan tempat tersimpannya pusaka-pusaka yang
tak ternilai itu. Sedangkan Mustika Naga Hijau berguna
untuk melindungmu dari hawa beracun yang tersebar di
daerah penyimpanan harta dan ilmu-ilmu tinggi itu....
Jangan kau.... Khawatir, Wirya. Ilmu-ilmu itu bukan ilmu
sesat Selain itu, kau harus mengubur mayatku seorang
diri, tanpa sepengetahuan orang lain. Rahasiakan benda
itu dan juga pertemuan kita ini. Sebab, kalau sampai
terdengar tokoh-tokoh persilatan yang mengejarku, maka
hidupmu tidak akan pernah tenteram. Ingat itu baik-
baik...!" pesan Dewa Kerdil dengan suara tersendat-
sendat Setelah selesai meninggalkan pesan itu, napas
Dewa Kerdil pun putus.
Kakek kecil kurus itu tewas setelah menyerahkan
Mustika Naga Hijau dan petanya kepada Wirya Saka.
Tentu saja kematian Dewa Kerdil membuat pemuda itu
terhenyak lemah. Namun, mengingat pesan-pesan Dewa
Kerdil sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir,
pemuda tampan itu bergegas bangkit. Belum lagi
tangannya sempat mengangkat tubuh Dewa Kerdil dari
pembaringan, tiba-tiba telinga pemuda itu mendengar
bunyi yang mencurigakan.
"Siapa...?" tegur Wirya Saka dengan wajah tegang.
"Paman Wangsa, kaukah itu... ?"
Ketika Wirya Saka menangkap suara gerakan orang
berlari, meninggalkan tempat itu, cepat tubuhnya
berkelebat ke arah ruangan samping kamarnya.
"Hei...! Berhenti..!" seru Wirya Saka ketika melihat
sesosok tubuh melesat beberapa tombak di depannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa membuang-buang waktu, pemuda itu segera
melesat mengejarnya.
"Keparat..!" maki Wirya Saka sewaktu tiba di sekitar
bangunan tempat tinggal para murid ayahnya. Dan,
pemuda itu kehilangan jejak buruannya.
"Tuan Muda mencari siapa...?" tegur salah seorang
murid perguruan yang mendapat tugas jaga malam itu.
Sambil bertanya, ia dan tiga orang teman-temannya,
mengangguk hormat kepada Wirya Saka. Tapi, tidak
segera disambutnya karena masih diliputi rasa bingung.
Sehingga, tindakan pemuda itu sempat membuat
keempat orang itu merasa heran. Sebab, tidak biasanya
anak majikan mereka bersikap masa bodoh.
"Hm.... Kalian ini bagaimana" A pa yang kalian lakukan
sampai-sampai ada orang yang berani mengintai ke
dalam kamarku. Apa kalian tidak melihat bayangan orang
berlari di sekitar tempat ini?" tanya Wirya Saka dengan
hati jengkel. Wajah pemuda itu menegang ketika teringat
pesan terakhir yang disampaikan Dewa Kerdil.
"Jangan-jangan manusia culas yang mengintaiku itu
sempat pula mendengar penjelasan kakek Dewa Kerdil.
Kalau memang demikian, celakalah nasib perguruan ini,"
desah pemuda itu dalam hati.
"Kami.... Baru saja tiba di tempat ini, Tuan Muda. Dan,
kami tidak melihat adanya bayangan yang Tuan Muda
maksudkan Tapi, kami akan segera mencarinya, kalau
Tuan Muda kehendaki," sahut salah seorang yang
berkumis tebal dan bertubuh gemuk.
''Tidak, tidak perlu! Mungkin aku yang keliru melihat.
Sudahlah. Lupakan saja persoalan itu. Mungkin aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya salah lihat saja," gumam Wirya Saka yang tiba-tiba
saja menjadi gugup ketika mendengar jawaban salah
seorang peronda itu.
Untung pemuda itu sempat berpikir cepat. Kalau tidak,
keadaan akan semakin bertambah runyam. Sebab, bukan
tidak mungkin kalau keadaan akan semakin ramai, dan
akan menimbulkan kesulitan baginya untuk menguburkan
mayat Dewa Kerdil.
Setelah berkata demikian, Wirya Saka langsung
melesat meninggalkan keempat orang peronda yang
terbengong-bengong dan keheranan melihat keanehan
sikap pemuda itu. Namun, mereka hanya bisa
menggeleng heran, tanpa berani bersuara.
Sementara, sekembalinya ke kamar, Wirya Saka
langsung bergegas menyiapkan penguburan mayat Dewa
Kerdil. Dibawanya mayat kakek kurus itu setelah hari
larut malam. itu dilakukannya untuk menghindari
penglihatan murid-murid ayahnya.
Rintik hujan yang turun malam itu, membuat hati
Wirya Saka semakin lega. Sebab, dalam keadaan cuaca
seperti itu, tentu orang akan enggan berada di luar
rumah. Maka, dengan leluasa, pemuda itu berlari menuju
ke luar bangunan perguruan. Jelas, ia tidak menghendaki
mayat itu dikuburkan di dalam bangunan. Sebab, hal itu
bisa menimbulkan berbagai pertanyaan dalam benak
murid-murid ayahnya. Bahkan, orang tuanya mungkin
akan meminta penjelasan kalau itu dilakukan. Itulah
sebabnya mengapa Wirya Saka memilih penguburan
mayat Dewa Kerdil di luar bangunan perguruan.
"Dari mana saja kau, Wirya..." Mengapa sejak sore
aku tidak melihatmu" Apa saja yang kau kerjakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malam-malam begini?" tegur suara berat yang penuh
wibawa. Wirya Saka yang baru saja akan memasuki kamarnya,
terkejut bukan main. Sehingga, untuk beberapa saat,
tubuhnya hanya tertegun sambil memegangi daun pintu
yang terbuka sedikit. Seperti telah mendapatkan
ketenangannya kembali pemuda tampan itu membalikkan tubuhnya sambil tersenyum kepada sosok
tinggi gagah yang bernama Ki Panca Saka yang menjadi
Ketua Perguruan Cakar Baja.
"Ah, Ayah mengagetkan aku saja. Mengapa Ayah
berada di sini" Apakah ada sesuatu yang menjadi pikiran
Ayah...?" tanya Wirya Saka dengan sikap yang dibuat
setenang mungkin
"Hm.... Seharusnya akulah yang bertanya kepadamu,
Wirya. Tidak biasanya kau menghilang begitu saja seusai
berburu. Bahkan, Ki Wangsa seperti takut bertemu
denganku. Apa sebenarnya yang telah kalian alami?"
tanya Ki Panca Saka sambil menatap tajam bola mata
putra satu-satunya itu.
"Maaf, Ayah. Aku.... Aku merasa malu untuk
menghadap. Karena kami berdua sama sekali tidak
berhasil memperoleh seekor binatang pun. Kuharap Ayah
sudi memakluminya," sahut pemuda itu cepat. Diam-
diam Wirya Saka merasa bersyukur karena telah
mendapatkan alasan yang tepat sebagal pembelaan
dirinya. Dan, ia berharap agar ayahnya dapat menerima
alasan itu. "Tapi, tidak seharusnya kau dan Ki Wangsa
menghilang begitu saja. Sebab, hal itu bukan sesuatu
yang memalukan," ujar KI Para Saka yang segera berlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan Wirya Saka. Sehingga, pemuda tampan itu
dapat menarik napas lega. Untunglah saat itu cuaca di
depan kamarnya cukup gelap. Sehingga, orang tua itu
tidak sempat melihat pakaian yang dikenakan putranya.
Kalau saja ayahnya sedikit jeli memperhatikan, tentu ia
akan melihat noda-noda tanah yang mengotori pakaian
Wirya Saka. "Hhh..., syukurlah Ayah dapat menerima alasan yang
kuajukan. Kalau saja beliau terus mendesak, bukan
mustahil perbuatanku akan diketahuinya," desah Wirya
Saka yang segera memasuki kamarnya, setelah sosok
ayahnya lenyap di balik sebuah dinding batu.
Selesai menyalin pakaiannya, pemuda itu bergegas
merebahkan tubuh di atas pembaringan. Namun,
tubuhnya kembali melonjak bangkit ketika teringat
pemberian Dewa Kerdil.
Di bawah penerangan sinar obor, Wirya Saka mulai
meneliti peta kulit kayu yang telah diawetkan dengan
sejenis ramuan.. Sehingga, kulit itu menjadi lemas dan
tidak mudah pecah.
"Gunung Talang...," desah Wirya Saka ketika melihat
garis menyilang. Dan, di bawahnya terdapat goresan
huruf-huruf halus Untuk beberapa saat lamanya, pemuda
itu menengadahkan kepalanya sambil mengingat-ingat
letak gunung yang tercantum dalam pete rahasia itu.
Setelah cukup lama mencari daerah gunung itu, dan
belum juga diketahuinya, pemuda itu mulai merasa
bosan. Disimpannya semua pemberian Dewa Kerdil Rasa
lelah dan kantuk, membuat pemuda itu cepat terlelap di
atas pembaringannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara, sang malam semakin bertambah larut.
Gerimis sudah lama reda. Hanya suara jangkrik dan
binatang malam yang masih setia menemani sepi.
Oo-dw-ray-oO Siraman cahaya hangat matahari pagi, mengiringi
ayunan langkah dua orang lelaki berkepala botak yang
memasuki mulut Desa Ampenan. Dari mantel beruang
yang mereka kenakan, jelas kedua orang lelaki itu adalah
Iblis Kembar. Begitu memasuki mulut desa, keduanya melangkah
lebar ke arah kedai makan, yang tampak ramai didatangi
pengunjung. Kedai itu memang yang terbaik di antara
kedai-kedai makan lainnya. Sehingga, wajar kalau kedai
itu lebih banyak didatangi pengunjung ketimbang kedai-
kedai lainnya. Tanpa mempedulikan keadaan di sekelilingnya, kedua
orang lelaki botak itu menarik sebuah kursi, yang
terdapat pada sebuah meja di sudut ruangan itu. Tempat
yang mereka pilih memang sangat baik. Sebab, dari
tempat itu mereka bisa melihat orang-orang yang
berdatangan maupun yang sudah berada di dalam kedai
itu. Sambil menikmati hidangan yang dipesannya melalui
salah seorang pelayan kedai, Iblis Kembar tak henti-
hentinya mengedarkan pandangan

Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke seluruh pengunjung yang berada di ruangan itu. Bahkan, seluruh
indra pendengaran mereka telah dikerahkan untuk
menangkap pembicaraan para pengunjung kdai.
"Hm.... Kalau saja Tuan Muda sampai mengetahui
bahwa kau berani mengintai ke dalam kamarnya, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak bisa membayangkan, hukuman apa yang akan
dijatuhkan atas kelancanganmu itu, " ujar seorang lelaki
gemuk yang wajahnya agak kecoklatan. Nada suaranya
terdengar agak ditekan, agar pembicaraannya tidak
sampai terdengar orang lain
"Tapi, aku benar-benar tidak sengaja melakukan
perbuatan itu, Kakang. Lagi pula, hanya beberapa kata
saja yang sempat kuingat. Sedang yang lainnya sama
sekali tidak sempat kudengarkan," sahut lelaki berwajah
kurus itu membela diri. Pada wajahnya tampak bayangan
rasa khawatir ketika ia melihat sikap kawan yang tidak
senang dengan perbuatannya itu.
"Paling-paling Tuan Muda sedang berbicara kepada Ki
Wangsa. Sebab, hanya kepada pelayan itulah beliau
terlihat sangat dekat. Dan, pembicaraan mereka
tentunya berkisar soal perburuan. Apakah pembicaraan
itu yang membuatmu tertarik untuk ikut mendengarkannya?" tanya lelaki gemuk itu lagi sambil
menatap wajah kawannya lekat-lekat.
"Kau keliru, Kakang. Tuan Muda bukan tengah
berbicara dengan Ki Wangsa, melainkan dengan seorang
kakek berpenyakitan. Dan, yang tengah mereka
bicarakan saat itu adalah tentang.... Kalau tidak salah,
sebuah benda pusaka bernama.... Mustika.... Naga Hijau,
atau yah..., sejenis benda mustikalah," jelas lelaki
berwajah kurus itu yang sepertinya belum merasa tenang
kalau tidak menuturkan pengalamannya itu kepada orang
lain. Dan, setelah menceritakannya, seolah-olah beban
yang menindih dadanya terasa agak berkurang. Itulah
yang memaksanya membuka mulut dan menceritakannya
kepada lelaki gemuk, sahabat akrabnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaaahhh..., sudahlah. Ayo habiskan makanmu. Kita
harus segera kembali ke perguruan. Mungkin saat ini
kawan-kawan kita yang berbelanja sudah menunggu-
nunggu kedatangan kita. He! Ingat baik-baik! Jangan
ceritakan apa yang kau ketahui itu kepada orang lain.
Sebab, kalau sampai terdengar oleh Tuan Muda, aku
tidak bsa menjamin keselamatanmu, pesan lelaki gemuk
itu sebelum keduanya meninggalkan kedai.
Kedua orang lelaki yang ternyata murid Perguruan
Cakar Baja itu, mendadak menghentikan langkahnya
ketika mendengar suara teguran pelan dan mengejutkan.
Sehingga, mereka serentak menoleh ke arah seorang
lelaki kekar yang mengenakan mantel dan kulit beruang
salju. "Maaf, boleh aku bertanya sedikit..?" tegur suara
parau itu dengan sikap yang sama sekali tidak
menyenangkan. Meskipun kata-katanya didahului dengan
ucapan maaf, namun sepasang mata orang itu jelas
menggambarkan keangkuhan hatinya.
"Silakan, Kisanak. Kalau tidak terlalu sulit, tentu akan
kami jawab," sahut lelaki gemuk berwajah kecoklatan itu
dengan bersikap tetap tenang, dan menekan kejengkelan
hatinya melihat sikap sombong orang itu.
"Aku sempat mendengar tentang Mustika Naga Hijau
yang disebut-sebut oleh saudara ini. Tolong jelaskan,
siapakah tuan muda yang kalian maksudkan itu" Dan, di
mana aku bisa berjumpa dengannya" Perlu kalian
ketahui, orang tua yang bersamanya adalah paman guru
kami. Beliau dalam keadaan terluka setelah bertempur
dengan musuh-musuh yang sangat sakti. Untunglah kami
berdua keburu tiba dan menolongnya. Karena musuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlalu kuat, terpaksa kami lari secara terpisah. Sayang,
perbuatan itu telah menyebabkan paman guru kami yang
tengah terluka itu hilang, entah ke mana. Ketika
mendengar cerita Kisanak, kami segera menduga kalau
kakek yang kalian bicarakan itu adalah paman guru kami.
Bukankah kakek itu berjuluk Dewa Kerdil...?" tanya lelaki
botak yang mengenakan mantel kulit beruang salju itu
dengan penjelasan panjang lebar.
"Ah..., ya aku ingat sekarang!" seru lelaki kurus itu
sambil bangkit dari kursi. "Tepat sekali! Aku memang
mendengar nama Dewa Kerdil dalam pembicaraan itu.
Bagaimana kau dapat menebaknya demikian tepat,
Kisanak?" "Ahhh! Maaf, Kisanak. Kawanku ini terlalu berlebihan.
Sebenarnya. ia hanya menduga-duga saja. Dan, belum
tentu apa yang diceritakannya itu benar. Maaf, kami
harus segera pergi...," pamit lelaki gemuk yang
sepertinya belum percaya penuh akan keterangan lelaki
berkepala botak itu. Maka, dengan setengah memaksa,
ditariknya lengan kawannya untuk segera meninggalkan
kedai makan "Hm.... tidak mengapa, Kisanak," ucap lelaki berkepala
botak yang berjuluk Iblis Beruang Salju.
Kemurahan hati Iblis Kembar kali ini, bukan karena ia
enggan untuk melakukan kekerasan. Tapi, karena belum
mengetahui secara jelas tentang keadaan Dewa Kerdil.
itu yang membuatnya bertindak hati-hati. Sebab, biarpun
kakek itu telah mengalami luka dalam cukup parah.
Jelas, Iblis Kembar tidak berani bertindak ceroboh.
Karena itu ia tidak menghalangi kepergian kedua orang
murid Perguruan Cakar Baja itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah melunasi harga makanan, kedua orang lelaki
berkepala botak itu bergegas meninggalkan kedai.
Dengan menjaga jarak, Iblis Kembar segera menguntit
perjalanan murid-murid Perguruan Cakar Baja, yang
telah selesai berbelanja untuk keperluan sehari-hari
perguruan mereka. Dan, kini para murid itu bergegas
meninggalkan Desa Ampenan.
Oo-dw-ray-oO 3 Rombongan kecil yang berjumlah sekitar sepuluh
orang itu, berhenti tepat di depan gerbang Perguruan
Cakar Baja. Begitu pintu terbuka t mereka bergegas
masuk. Tak seorang murid pun yang sempat memperhatikan
dua orang lelaki berkepala botak yang tengah menatap
dari kejauhan ke arah pintu perguruan itu dengan
senyum terkembang. Siapa, lagi kalau bukan Iblis
Kembar yang menguntit perjalanan murid-murid Perguruan Cakar Baja sejak dari Desa Ampenan.
"Hm.... Rupanya di sini Dewa Kerdil bersembunyi.
Kalau mendengar cerita salah seorang murid Cakar Baja
tadi, jelas kakek keparat itu telah menceritakan
mengenal Mustika Naga Hijau kepada orang yang disebut
tuan muda. Menurut dugaanku, yang disebut tuan muda
itu, pasti putra Ki Panca Saka. Mungkin tua bangka
keparat itu hendak menyerahkan pusaka keramat itu
kepada ketua perguruan ini," ujar Iblis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beruang Salju dengan nada jengkel. Bahkan, sepasang
bola matanya nampak menyiratkan sinar berkilat yang
tajam dan menggiriskan.
"Dugaanku juga begitu, Adi. Dan, kalau sampai pusaka
keramat itu diceritakan kepada orang lain, tentu Dewa
Kerdil sudah di ambang kematian. Sebab, mustahil ia
akan membongkar rahasia itu selagi masih mampu
mempertahankannya. Dasar kakek keparat! Ia lebih suka
menyerahkan pusaka itu kepada orang lain, yang sama
sekali tidak mempunyai hubungan dengannya. ini suatu
penghinaan bagi kita, Adi!" geram Iblis Beruang Hitam
dengan wajah gelap.
''Lebih baik kita hancurkan saja perguruan ini, Kakang.
Kemudian kita rebut pusaka itu dari tangan Dewa Kerdil
Menurut dugaanku, mungkin ia masih lemah akibat luka-
luka yang dideritanya. Bagaimana menurutmu, Kakang?"
tanya Iblis Beruang Salju meminta pendapat saudaranya
mengenai usul yang dikemukakannya itu.
"Hm.... Kita harus mengetahui kekuatan perguruan ini.
Sebab, nama Garuda Cakar Lima patut kita perhitungkan.
Belum lagi, murid-muridnya yang jumlahnya tentu lebih
dari lima puluh orang. Dan itu bisa menyulitkan kita,
Adi," sahut Iblis Beruang Hitam yang sepertinya lebih
mengutamakan berpikir sebelum bertindak.
"Jadi, kau merasa gentar dengan Garuda Cakar Lima
dan murid-muridnya, begitu?" sergah Iblis Beruang Salju
dengan tarikan bibir yang mengandung ejekan.
"Bukan begitu, Adi. Tapi, kita harus berhati-hati dalam
menangani masalah ini. Sekali saja kita salah langkah
semua rencana akan hancur berantakan. Haruskah kita
mengorbankan waktu sepuluh tahun, hanya karena kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak sabar dengan pusaka yang telah berada di depan
mata" Tidak, Adi. Biar kita tunggu sampai hari gelap.
Kemudian kita selidiki di mana tua bangka keparat itu
berada," kilah Iblis Beruang Hitam yang jelas
bertentangan dengan kemauan adiknya.
Setelah berkata demikian, ia langsung membalikkan
tubuhnya, meninggalkan tempat itu. Tanpa banyak tanya
lagi, Iblis Beruang Salju segera mengikuti langkah
saudaranya. Sekali berkelebat saja, tubuh Iblis Kembar
itu lenyap ditelan bayang-bayang pepohonan.
Oo-dw-ray-oO Dalam keremangan cahaya bulan yang temaram,
tampak sesosok bayangan hitam berkelebat cepat seperti
bayangan hantu. Gerakannya cepat dan ringan, jelas
sosok itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat
tinggi, dan jarang ada bandingannya.
Tidak lama kemudian, sosok bayangan hitam itu tiba
di depan sebuah pintu gerbang perguruan. Pagar kayu
bulat setinggi dua tombak lebih, bukan halangan sama
sekali baginya. Sekali kakinya dijejakkan ke tanah, sosok
bayangan hitam bertubuh kurus itu melambung dan
berputar beberapa kali di udara.
Ringan dan tanpa suara sedikit pun, ketika kedua
kakinya mendarat di halaman depan perguruan itu.
Begitu kakinya menjejak tanah, secepat itu pula
tubuhnya kembali melambung ke wuwungan bangunan
utama perguruan itu.
"Hei..! Siapa itu... "!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Salah seorang penjaga, yang berada di pos atas
gerbang perguruan berseru ketika melihat sosok
bayangan hitam itu hinggap di atap bangunan utama.
Meski jarak antara keduanya terpisah sekitar sepuluh
tombak lebih, penjaga itu menjerit ketika sosok
bayangan hitam itu mengibaskan lengan kanannya.
Tanpa ampun lagi, tubuh penjaga itu terlempar jatuh dari
pos jaganya. Sedangkan sosok bayangan hitam yang
tertangkap sinar obor itu, kembali melesat dan lenyap di
balik bayangan dinding-dinding bangunan utama itu.
"Ada pembunuh...!" seorang penjaga yang tengah
meronda langsung berteriak ketika melihat penjaga pintu
gerbang tergeletak mandi darah. Di tubuhnya tertancap
sebilah pisau sepanjang setengah jengkal, yang amblas
hingga ke gagangnya.
Salah seorang yang memegang kentongan, langsung
memukul benda itu berkali-kali. Terdengar suara
kentongan yang bertalu-talu memenuhi seluruh pelosok
perguruan. Sebentar saja, tampak puluhan orang berlarian keluar
dan dalam bangunan-bangunan kecil yang berada di
sekitar bangunan utama perguruan itu.
"Di mana pembunuh keji itu...?" tanya seorang lelaki
bercambang bauk yang sikapnya nampak gagah dan
galak Di tangan kanannya, tampak tergenggam sebatang
pedang yang besar dan berat.
"Aku tidak tahu, Kakang. Aku baru saja tiba di tempat
ini, dan melihat penjaga pintu gerbang telah tergeletak
tanpa nyawa. Tapi kematiannya jelas belum lama.
Karena darah yang membasahi tubuhnya masih tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segar," ujar seorang peronda berkumis tipis melaporkan
kepada lelaki bercambang bauk itu.
"Hm.... Jelas ada orang yang telah menyusup ke
dalam perguruan kita. Cepat menyebar! Cari pembunuh
keji itu...!" perintah lelaki bercambang bauk itu dengan
suara lantang. Sedangkan ia sendiri telah mengajak
enam orang murid, dan bergegas memeriksa sekeliling
bangunan dalam perguruan.
Empat kelompok lainnya, yang masing-masing
berjumlah sepuluh orang, bergegas menyebar ke empat
penjuru. Sedang delapan orang lainnya, tetap tinggal dan
berjaga-jaga di depan pintu gerbang.
Sementara itu t sosok bayangan hitam bertubuh
jangkung yang telah menewaskan penjaga gerbang,
terus menyelinap ke dalam bangunan utama Perguruan
Cakar Baja. Sosok jangkung itu bergerak dan merapatkan


Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya ke dinding ketika ia mendengar suara langkah
kaki menuju ke arahnya. Sekali tongkat di tangannya
bergerak, tiga orang yang melintas di depannya langsung
berkelojotan tewas tanpa sempat berteriak lagi. Sedang
salah seorang dibuat tak berdaya dengan totokan. jari
tangannya yang ampuh.
"Jawab pertanyaanku kalau kau masih kepingin
hidup!" ancam sosok jangkung itu sambil menekan -
jemarinya ke ubun-ubun. "Pernahkah perguruan ini
kedatangan seorang laki-laki tua yang tengah menderita
luka?" "Tidak.... Aku.... Aku tidak pernah melihatnya...,"
sahut lelaki itu dengan suara gagap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm.... Jangan coba-coba membohongiku, Keparat!"
geram sosok jangkung itu semakin menekankan jari-jari
tangannya. "Benar, Tuan.... Aku.... Tidak bohong...," rintih lelaki
itu menyeringai menahan rasa sakit pada batok
kepalanya. "Bedebah! Mampuslah...!" desis sosok jangkung itu
melampiaskan kejengkelan hatinya. Sekali tekan saja,
menyemburlah darah segar dari ubun-ubun orang itu,
yang berlubang akibat tekanan jari-jari tangan yang
bertenaga kuat itu.
Tanpa mempedulikan tubuh korbannya yang melorot
tewas, sosok jangkung itu kembali bergerak dan terus
keluar dari dalam bangunan utama perguruan itu.
"Bedebah! Ke mana perginya kakek keparat itu" Tidak
mungkin ia dapat pergi jauh, setelah dilukai Iblis Kembar.
Sedangkan letak perguruan ini dekat sekali dengan
Hutan Langkat. Jelas, kalau tempat ini merupakan satu-
satunya yang termudah untuk menyembunyikan diri.
Mungkinkah dugaanku keliru...." gumam sosok jangkung
itu sambil terus bergerak tanpa memperhatikan
sekelilingnya. "Hei...! Berhenti...!"
Bentakan yang cukup mengejutkan itu, membuat
lelaki bertubuh jangkung membalikkan tubuhnya secepat
kilat. Sepasang matanya tampak mencorong tajam
menatap tujuh orang laki-laki yang berlari menghampirinya.
"Kisanak, siapakah kau..." Dan, apa keperluanmu
berada di tempat ini...?" tegur lelaki kekar bercambang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bauk sambi! meneliti sosok jangkung, yang berada
sekitar satu tombak di depannya.
"Hm.... Menilik dari sikapmu, tentunya kau merupakan
salah seorang murid utama Garuda Cakar Lima, bukan"
Jawab pertanyaanku. Pernahkah perguruan ini kedatangan seorang laki-laki tua dalam keadaan
terluka...?"
tanya sosok jangkung itu tanpa mempedulikan pertanyaan lelaki bercambang bauk.
"Kurang ajar...! Aku yang seharusnya bertanya
kepadamu pembunuh keji! Apa yang kau kerjakan di
perguruan kami ini" Atau kau memang sengaja mau
mencari keonaran?" bentak lelaki bercambang bauk itu,
yang menjadi marah ketika pertanyaannya tidak
mendapat jawaban seperti yang diharapkan.
"Jawab pertanyaanku, atau kau akan kukirim ke
neraka seperti teman-temanmu yang lain?" sergah sosok
jangkung itu dengan suara dingin, namun mengandung
ancaman maut di dalamnya.
"Setan...! Tangkap keparat busuk itu...." seru lelaki
bercambang bauk itu yang telah hilang kesabarannya.
Kemudian tubuhnya segera melesat dengan disertai
putaran sepasang tangannya yang membentuk cakar.
"Haah... !"
Sosok bertubuh jangkung itu memperdengarkan
dengusan mengejek ketika melihat serangan lawan.
Cepat tubuhnya bergeser ke samping, pada saat
cengkeraman lawannya meluncur mengancam tubuhnya.
Tongkat di tangan kanannya, langsung berkelebat begitu
serangan lawan lewat di samping tubuhnya.
Wukkk... ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar suara mengaung tajam mengiringi lontaran
tongkat yang mengandung kekuatan hebat Serangkum
hawa berbau amis mengelilingi sambaran tongkat itu.
"Aaahhh...! "
Lelaki bercambang bauk itu berseru tertahan ketika
mencium hawa beracun yang timbul dari sambaran
tongkat lawannya. Cepat tubuhnya dilempar ke belakang
tanpa berani menangkis sambaran tongkat itu. Kemudian
berjumpalitan beberapa kali menjauhi sosok bertubuh
jangkung itu. Berbarengan dengan mendaratnya kedua kaki lelaki
bercambang bauk itu, terdengar teriakan ngeri susul-
menyusul. "Iblis keji...!" geram lelaki bercambang bauk itu ketika
melihat tubuh enam orang kawannya tengah berkelojotan meregang nyawa.
Sadar kalau lawannya bukanlah orang sembarangan,
maka sambil menggertakkan giginya kuat-kuat, dicabutnya pedang yang tergantung di pinggang. Dan,
langsung diputar sedemikian rupa, sehingga membentuk
gulungan sinar yang membungkus tubuhnya.
Wuuuk...! Wuuuk...!
"Hm.... Ilmu 'Pedang Kuku Garuda'. Rupanya Garuda
Cakar Lima telah menurunkan ilmu pedang itu
kepadamu. Bagus! Mari kulihat, apakah ilmu itu sudah
pantas dipertontonkan di depan Siluman Tongkat
Beracun... !" ejek lelaki jangkung yang mengaku berjuluk
Siluman Tongkat Beracun itu dengan nada sombong.
Usai berkata demikian, tongkat di tangannya berputar
sejenak. Kemudian terhenti dan menuding lurus ke arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawannya. Sedang tangan kirinya dengan telapak terbuka
berada di depan kening. Jelas, sosok jangkung itu sudah
siap menghadapi ilmu pedang lawannya.
"Heaaat. .. ! "
Tanpa basa-basi lagi, lelaki bercambang bauk itu
langsung melompat dengan disertai serangannya yang
susul-menyusul.
Sedangkan sosok jangkung yang berjuluk Siluman
Tongkat Beracun itu sama sekali tidak bergerak. Dengan
kepala tetap menekuri tanah, tongkat di tangannya baru
berkelebat pada saat ujung senjata lawan hampir
mencapai tubuhnya.
Whuuut... ! Trang.. .! "Aaakh... !"
Hebat dan cepat bukan main gerakan yang dilakukan
Siluman Tongkat Beracun itu. Tongkat yang digerakkan
dengan kekuatan hebat itu, langsung membentur pedang
lawannya. Sehingga, bukan hanya senjata lelaki
bercambang bauk itu yang terpental. Tapi, tubuh lelaki
kekar itu pun terjengkang ke belakang! Jelas, tenaga
dalam yang dimiliki sosok jangkung itu masih jauh lebih
kuat dari lawannya.
Siluman Tongkat Beracun rupanya tidak ingin berlama-
lama. Ketika tubuh lawannya terjengkang ke belakang,
lelaki jangkung itu langsung melesat dengan luncuran
tongkatnya mengancam tenggorokkan lawan.
Whuuut.. ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangkum angin menderu yang diiringi bau amis
menyengat, tercium menyertai tusukan tongkat maut itu.
"Haiiit. . !"
Pada saat yang amat berbahaya bagi keselamatan
murid utama Perguruan Cakar Baja ilu, tiba-tiba melesat
sesosok bayangan diiringi teriakan nyaring menggetarkan
jantung. Begitu tiba, sosok bayangan itu langsung
memapaki tusukan tongkat itu.
Plakkk! Lontaran angin pukulan yang meluncur dari telapak
tangan sosok bayangan itu, langsung menghantam balik
senjata Siluman Tongkat Beracun.
Kembali Siluman Tongkat Beracun menunjukkan
kehebatannya. Tongkat yang terpukul balik itu, langsung
berputar dan meluncur deras ke arah lambung sosok
bayangan yang baru tiba itu.
Bettt! Terkejut bukan main sosok bayangan berpakaian
serba putih itu. Sadar kalau sambaran tongkat itu tidak
dapat dipandang ringan, maka sosok bayangan itu
melenting menghindari sambaran tongkat lawannya.
"Heaaahhh. .. !"
Sambil membentak keras, sosok bayangan itu
berjumpalitan di udara. Kemudian disusul dengan sebuah
lontaran pukulan jarak jauh yang menimbulkan deruan
angin tajam. WUSSS... ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan yang dilontarkan selagi tubuhnya berada di
udara itu, sempat membuat Siluman Tongkat Beracun
terperangah kagum. Cepat ia mendorongkan telapak
tangan kirinya, menyambut pukulan jarak jauh lawan.
Dan.... Bresssh... ! Hebat sekali pertemuan dua gelombang tenaga sakti
dari kedua tokoh itu. Ledakan keras yang ditimbulkannya
menggetarkan udara sekitar. Sedang tubuh keduanya
melenting dan berjumpalitan guna mematahkan daya
dorong yang ditimbulkan benturan itu.
Jleggg! Jleggg! Kedua sosok tubuh itu sama mendaratkan kakinya
dengan waktu berbarengan. Lalu, mereka saling tatap
dalam jarak dua setengah tombak.
"Hm.... Kiranya Garuda Cakar Lima yang datang
menolong muridnya...," gumam Siluman Tongkat
Beracun menyunggingkan senyum sinis. Sedang sepasang matanya meneliti sosok di depannya.
"Siluman Tongkat Beracun... !?" desis lelaki gagah
setengah baya itu agak terkejut ketika mengenali sosok
jangkung yang hampir menewaskan muridnya itu.
"Apa yang mendorongmu membuat keonaran di
perguruanku, Siluman Tongkat Beracun..." Setahuku di
antara kita tidak pernah ada permusuhan, bukan?" tegur
lelaki setengah baya itu dengan kening berkerut tak
senang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm... Sebenarnya aku pun tidak bermaksud untuk
mengurusi segala cecunguk seperti murid-muridmu itu.
Tapi, mereka sendiri yang mencari kematian. Terpaksa
aku memberi sedikit pelajaran, agar lain kali mereka lebih
tahu adat," ujar Siluman Tongkat Beracun dengan suara
tetap dingin dan angkuh. Jelas, lelaki jangkung itu tetap
juga memandang sebelah mata, meski yang dihadapinya
kali ini guru besar Perguruan Cakar Baja. Semua itu
terlihat dari sikap dan nada bicaranya, yang tetap sinis
dan mengandung ejekan.
halaman 47, 48, 49, 50 hilang...
watir dengan hawa beracun yang keluar dari senjata
lawannya. "Yeaaat.. !"
Whuuut! Whuuut!
Dibarengi bentakan nyaring, tubuh lelaki setengah
baya itu bergerak maju dengan langkah-langkah
menyilang, yang terlihat kokoh dan kuat Sedangkan
sepasang cakarnya bergerak ke kiri-kanan menimbulkan
angin bercuitan.
Bettt! Sambil menggeser tubuhnya dengan posisi miring,
guna menghindari sambaran tongkat lawan, tangan
kanan Ketua Perguruan Cakar Baja bergerak cepat
menyambar leher lawannya dengan cengkeraman maut.
Bahkan, serangan balasan itu masih disusul dengan
sambaran tangan kiri yang mengancam dada lawannya.
Siluman Tongkat Beracun cepat menarik pulang
tongkatnya dengan disertai geseran tubuhnya, yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langsung membentuk kuda-kuda rendah. Sambil mendoyongkan tubuhnya, tokoh sesat itu sempat pula
mengirimkan tendangan lalat ke perut lawan. Hebat
sekali gerakan yang dilakukan lelaki jangkung itu.
Bukan saja serangan lawan yang dapat dihindarinya,
melainkan mampu pula melontarkan serangan yang
cukup berbahaya.
Zebbb! Plakkk! "Aaahhh... I"
Garuda Cakar Lima yang melihat datangnya tendangan kilat itu, cepat menyampok dengan tangan
kiri, yang semula dimaksudkan untuk melancarkan
serangan susulan. Akibatnya tangkisan itu membuat
tubuhnya terjajar mundur hingga satu tombak jauhnya.
Jelas, kekuatan tenaga dalam yang dimiliki Siluman
Tongkat Beracun masih jauh lebih tinggi dari tenaga
dalamnya sendiri.
"Heahhh...! "
Selagi tubuh lawannya terhuyung mundur, Siluman
Tongkat Beracun bergegas menyabetkan tongkat di
tangan kanannya dengan kecepatan menggetarkan.
Tentu saja serangan susulan lawannya itu membuat
Garuda Cakar Lima tercekat dengan wajah berubah.
Sebisa mungkin, lelaki setengah baya itu melemparkan
tubuhnya dan bergulingan menghindari serangan maut
itu. Sayang, lawannya tidak sudi melepaskannya begitu
saja. Siluman Tongkat Beracun terus mencecar Garuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cakar Lima dengan hantaman-hantaman tongkatnya
yang menimbulkan angin menderu tajam.
Gulungan sinar tongkat yang berputar hebat itu, terus
bergerak mengejar tubuh Ketua Perguruan Cakar Baja,
yang tengah berusaha menyelamatkan dirinya dari
incaran senjata lawan.
Pada saat yang gawat itu, tiba-tiba berkelebat sesosok
bayangan dengan disertai gulungan sinar pedang yang
mengaung tajam. Dan, langsung menyambut putaran
tongkat yang tengah mengejar Garuda Cakar Lima.
Dan.... Trang! Trang! "Aaahhh... !"
Terdengar benturan keras beberapa kali, ketika kedua
senjata itu saling bertemu di udara. Berbarengan dengan
itu, terdengar suara memekik tertahan. Disusul
terlemparnya sosok tubuh yang mencoba menyelamatkan Ketua Perguruan Cakar Baja itu.
Namun, dengan gerakan yang indah sosok tubuh yang
baru tiba itu berputar beberapa kali di udara. Meski agak
goyah, sosok tubuh itu dapat mendaratkan kedua
kakinya dengan selamat.
"Wirya Saka...! Kau tidak apa-apa...?" tanya Garuda
Cakar Lima memburu sosok berpakaian biru muda itu
dengan wajah cemas.
Sosok tubuh yang ternyata Wirya Saka itu,
menggelengkan kepalanya perlahan. Dari helaan napasnya yang nampak masih memburu, jelas pemuda
itu masih merasa tegang dengan apa yang baru saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dialaminya. Sehingga, pertanyaan ayahnya hanya
dijawab dengan gelengan kepala.
"Hebat sekali lelaki jangkung itu. Siapakah dia, Ayah"
Mengapa Ayah berkelahi dengan dia...?" tanya Wirya
Saka tanpa melepaskan pandangannya dari sosok
Siluman Tongkat Beracun
"Hm.... Dia adalah seorang tokoh sesat yang berjuluk
Siluman Tongkat Beracun. Kedatangannya hendak
mencari seorang kakek, yang menurutnya berada di
dalam perguruan kita. Tapi, karena ia telah membunuh
beberapa murid perguruan kita, terpaksa Ayah meminta
pertanggungjawabnya. Dan, akhirnya kami bertempur.
Hhh.... Untunglah kau datang tepat pada waktunya,
Wirya. Kalau tidak, mungkin Ayah sudah melayat ke
akhirat. Manusia sesat itu benar-benar hebat sekali.
Rasanya Ayah pun sulit untuk dapat menang dari dia,"
ujar Garuda Cakar Lima menghela napas lega karena
terbebas dari ancaman tongkat beracun lawannya.
Sementara itu, Siluman Tongkat Beracun kembali
melangkah maju beberapa tindak. Dengan tatapan mata
penuh ancaman, tokoh sesat berilmu tinggi itu bersiap
melancarkan serangannya. Jelas, ia bermaksud untuk
menghabisi nyawa Ketua Perguruan Cakar Baja.
"Lebih baik kau menyingkirlah, Wirya. Ayah akan
mencoba untuk menahan gempuran manusia sesat itu.
Apabila kau lihat aku terdesak, sebaiknya tinggalkan
tempat ini. Bawa semua murid-murid kita. Kelak setelah
keadaan reda, kau boleh kembali dan melanjutkan apa
yang selama ini aku lakukan. Sebab, bukan mustahil
kalau aku akan tewas di tangan tokoh sesat yang
terkenal kejam dan bertangan dingin itu," ujar Garuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cakar Lima yang segera melangkah maju tanpa
menunggu jawaban dari putranya. Menilik dari sikapnya,
jelas lelaki setengah baya itu siap untuk mengadu nyawa
dengan lawannya.
Kedua sosok tubuh yang siap melanjutkan pertarungan itu, mendadak saling melangkah mundur
beberapa tindak ke belakang. Karena pada saat itu, dua
sosok bayangan melesat ke tengah arena.
"Ha ha ha.... tidak kusangka kalau kita telah
kedahuluan Siluman Tongkat Beracun, Adi," ucap salah
seorang dari dua sosok tubuh yang baru tiba itu.
"Benar, Kakang. Dan, nampaknya di sini telah terjadi
keramaian...," sahut sosok tubuh yang satunya lagi
dengan suara yang tidak kalah besarnya.
"Iblis Kembar.... Tidak kusangka kalau kalian sampai
juga ke tempat ini. Tapi, apakah yang kalian cari di
tempat ini...?" sapa Siluman Tongkat Beracun yang
berusaha menutupi keterkejutannya ketika melihat dua
orang saingannya itu.
"Iblis Kembar...!" Ada apa sebenarnya di perguruanku
ini" Mengapa tokoh-tokoh sesat ini sampai tersasar"
Entah dari mana mereka mendapatkan kabar yang tidak
benar itu...?" gumam Garuda Cakar Lima dengan wajah
keheranan melihat ketiga tokoh sesat itu berkumpul di
tempat kediamannya.
"Iblis Kembar. Ada keperluan apa sehingga kau
menyempatkan diri singgah di tempatku ini...?" tegur
Garuda Cakar Lima menatap tajam dua orang yang baru
tiba itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm.... Tidak perlu kau berpura-pura bodoh, Garuda
Cakar Lima. Rasanya bukan rahasia kalau perguruanmu
telah menyembunyikan Dewa Kerdil yang tengah kami
cari-cari. Sebaiknya kau serahkan saja tua bangka
keparat itu, sebelum kami bertindak di luar batas," sahut
Iblis Beruang Hitam bernada mengancam.
"Kurang ajar...! Dengar, Manusia-manusia Sesat!
Kalau memang kalian mau mencari keributan, rasanya
tidak perlu memakai alasan macam-macam. Garuda
Cakar Lima siap menghadapi segala macam tikus busuk
seperti kalian! Sebab, hanya seorang pengecut saja yang
sudi menggunakan akal busuk seperti itu!" geram Garuda
Cakar Lima yang menjadi jengkel mendengar alasan
yang diajukan Iblis Kembar.
Sedang Wirya Saka sendiri terkejut bukan kepalang
ketika mendengar ucapan Iblis Kembar itu. Ia menjadi
heran bukan main. Sebab, pemuda itu yakin betul kalau
tak seorang pun yang melihatnya pada saat membawa
Dewa Kerdil ke dalam perguruan itu. Namun, ketika
teringat dengan sesosok bayangan yang pernah
mengintai kamarnya, barulah wajah pemuda itu diliputi
ketegangan. "Iblis Beruang Hitam," ujar Wirya Saka sambil
melangkah maju dua tindak. "Apa yang kau katakan itu
hanyalah kabar bohong belaka. Jelas, penyebar dusta itu
adalah orang-orang yang tidak suka kepada kami.
Percayalah dengan jawaban ayahku. Sebab, beliau bukan
orang pengecut yang tidak berani mengatakan segala
apa yang diketahuinya. Sebaiknya kalian tinggalkan
tempat Ini. Maaf, kalau jawaban kami tidak memuaskan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha ha ha...!" meledak tawa Iblis Beruang Hitam dan
Iblis Beruang Salju demi mendengar ucapan Wirya Saka.
Saking kerasnya kedua lelaki kekar itu tertawa, tubuh
mereka berguncang-guncang.
"Ha ha ha.... Aku ingin bertanya sedikit kepadamu,
Garuda Cakar Lima. Pernahkah kau mengajarkan murid-
muridmu berbohong" Jawablah dengan jujur, " tanya
Iblis Beruang Hitam dengan wajah menyunggingkan
senyum mengejek.
"Apa maksudmu, Iblis Beruang Hitam... "!" tegas
Garuda Cakar Lima menatap tajam lelaki kekar
berpakaian mantel bulu beruang hitam itu. Dari nada
suaranya yang terdengar geram, jelas lelaki setengah
baya itu merasa tak senang dengan pertanyaan yang
diajukan tokoh sesat itu.
"Jawab saja, tidak perlu bertele-tele...," sergah Iblis
Beruang Salju yang ikut menimpali sambil melangkah
maju dua tindak.
"Hm.... Sudah jelas tidak. Sebab, kami mengutamakan
kejujuran dan kegagahan dalam mendidik. Mengapa kau
bertanya demikian?" Garuda Cakar Lima batik bertanya
dengan kening berkerut dalam. Lelaki setengah baya itu
merasa curiga dengan pertanyaan yang aneh itu. Apalagi
yang mengajukannya adalah tokoh-tokoh sesat seperti
Iblis Kembar, tentu saja pertanyaan itu menimbulkan
berbagai dugaan dalam benaknya.
Tiba-tiba saja, Garuda Cakar Lima menoleh ke arah
putranya Diam-diam timbul rasa curiga di hatinya
terhadap tingkah Wirya Saka, yang dirasakan agak aneh
semenjak kembali dari berburu beberapa hari yang lalu.
Dipandanginya wajah pemuda tampan itu penuh selidik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wirya. Kau sama sekali tidak tahu tentang kakek
yang dimaksudkan manusia-manusia sesat itu bukan?"
tegur Garuda Cakar Lima seperti meminta ketegasan
putranya dalam hal itu.
Mendapat pertanyaan yang tiba-tiba dan sama sekali
tidak diduganya itu, karuan saja wajah pemuda tampan
itu berubah sekejap. Namun, cepat Wirya menguasai
perasaannya yang berdebar tegang. Meskipun begitu,
karena semenjak kecil ia memang tidak pernah diajarkan
untuk berbohong, maka bisikan ayahnya itu hanya
membuat kepalanya tertunduk.
Dan, itu merupakan sebuah jawaban bagi Garuda
Cakar Lima. "Ahhh...! Mengapa kau tidak mengatakan sebelumnya,
Wirya" Kalau sudah begini, Ayah juga yang ikut repot.
Apa sebenarnya yang sudah terjadi dengan kakek itu"
Perbuatan apakah yang menyebabkan ia bermusuhan
dengan manusia-manusia sesat seperti mereka?" tanya
Garuda Cakar Lima meminta penjelasan putranya. Tentu
saja semua itu diucapkan dengan suara berbisik lirih.
Sehingga, hanya mereka berdua saja yang mengetahui.
"Maaf, Ayah. Panjang sekali kalau diceritakan
seluruhnya. Yang jelas, ketiga orang ini pasti mau
merebut benda Mustika Naga Hijau yang dimiliki Dewa
Kerdil. Dan, benda itu telah diserahkannya kepadaku.
Dengan pesan agar aku tidak menceritakannya kepada
siapa pun, termasuk Ayah. Maafkan kelancanganku,
Ayah. Dan, Dewa Kerdil sendiri telah tewas dua hari yang
lalu," sahut Wirya terpaksa menjelaskan semua yang
diketahuinya mengenai kakek yang berjuluk Dewa Kerdil
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhh! Setahuku, yang memiliki benda pusaka itu
seorang tokoh sesat, bertubuh kerdil kurus dan berjuluk
Setan Kerdil. Mungkinkah kakek itu telah mengganti
julukan demi keselamatan dirinya" Lalu, di mana
sekarang benda mustika itu, Wirya" Apakah kau masih
menyimpannya?" tanya Garuda Cakar Lima yang
wajahnya berubah menjadi tegang. Sebab, keterangan
putranya itu jelas akan menimbulkan malapetaka bagi
perguruannya. Dan, ia sadar betul akan hal itu.
"Benda itu masih ada, dan kusimpan di tempat
tersembunyi, Ayah. Tapi, aku tak mengerti sama sekali,


Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari mana mereka memperoleh berita mengenai
keberadaan Dewa Kerdil di kediaman kita" Kalau Ki
Wangsa, jelas tidak mungkin menyebarkan cerita ini. Aku
tahu betul kesetiaan orang tua itu, Ayah," ujar Wirya
Saka, penasaran.
Pembicaraan mereka mendadak terhenti ketika samar-
samar terdengar suara berkesiutan yang datang dari
sebelah kirinya. Serentak keduanya menoleh sambil siaga
menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi.
Terkejut bukan main hati Garuda Cakar Lima dan
Wirya Saka ketika menyaksikan apa yang telah dilakukan
Iblis Kembar. Karena, tanpa dapat mereka cegah, kedua
orang iblis itu telah menyambar tubuh dua orang murid
perguruan yang langsung dibekuk dan dibawanya secara
paksa. "Hm.... Kenalilah baik-baik, Garuda Cakar Lima!
Bukankah kedua tikus Ini adalah murid-muridmu?" geram
Iblis Beruang Hitam seraya mencekal batang leher kedua
murid Perguruan Cakar Baja itu. Entah bagaimana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
caranya, tahu-tahu saja iblis itu telah menahan
muridnya. "Apa maksudmu, Iblis Beruang Hitam" Lepaskan
kedua orang muridku yang tak berdosa itu! Dan, kalau
memang jantan, mari kita bertarung sampai seribu
jurus!" bentak Garuda Cakar Lima yang segera
melangkah maju dengan wajah merah. Jelas, Ketua
Perguruan Cakar Baja itu marah sekali dengan perbuatan
Iblis Beruang Hitam yang dinilainya terlalu lancang.
"Hm.... Hayo katakan kepada ketuamu itu! Sebutkan
kapan dan di mana kau melihat kakek renta bersama
majikan mudamu itu! Tunjukkan kepadaku, siapa orang
yang kau sebut sebagai tuan mudamu itu?" bentak Iblis
Beruang Hitam sambil menekankan jari-jari tangannya ke
tengkuk lelaki berkumis tipis, yang berada dalam cekalan
tangan kanannya.
"Aku.... Aku melihatnya secara tak sengaja dua hari
yang lalu. Mungkin.... Orang yang bersama Tuan Muda
Wirya Saka itu yang.... Yang kalian cari-cari...," jawab
lelaki berwajah lonjong itu sambil menyeringai menahan
rasa sakit akibat cengkeraman jari-jari tangan Iblis
Beruang Hitam. "Tunjukkan yang mana orang bernama Wirya Saka
itu...?" desak Iblis Beruang Hitam semakin mempererat
cekalannya ke leher orang itu.
"Dia.... itu yang memakai pakaian biru muda...,"
tuding lelaki itu ke arah Wirya Saka yang wajahnya
menjadi pucat seketika.
"Keparat! Jadi, kau rupanya yang telah berani
mengintip kamarku! Jahanam! Mengapa kau berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan perbuatan tercela itu, Ludiga" Kau.... Kau
benar-benar tidak tahu adat...!" geram Wirya Saka yang
menjadi marah besar, setelah mengetahui orang yang
telah mengintip kamarnya beberapa hari yang lalu.
"Ampun.... Ampun, Tuan Muda.... Aku.... Benar-benar
tidak sengaja melakukannya...," ujar lelaki bernama
Ludiga itu dengan wajah pucat dan tubuh gemetar.
Jelas, Ludiga sangat takut melihat kemarahan pemuda
tampan itu. Sepengetahuannya, pemuda itu tidak pernah
terlihat sampai sedemikian marahnya. Sehingga, wajah
lelaki berkumis tipis itu menjadi pucat.
Wirya Saka yang sudah siap melesat ke arah Ludiga,
menahan gerakannya ketika tangan ayahnya mencekal
pergelangan kirinya. Sehingga, pemuda itu hanya dapat
menatap dengan sinar mata seperti hendak menelan
tubuh Ludiga bulat-bulat.
"Tahan emosimu, Wirya. Sebaiknya kau pergi dan
tinggalkan daerah ini. Sebab, kalau kau tidak pergi,
mereka tentu akan merebut mustika itu dari tanganmu.
Dan, bukan tidak mungkin ketiga manusia sesat itu akan
membunuhmu. Pergilah. Biar Ayah yang akan mencoba
menahan mereka bersama murid-murid lainnya, " ujar
Garuda Cakar lima yang menyadari bahaya tersebut.
"Tapi..., Ayah. Tidakkah sebaiknya kita usir saja
mereka...?" bantah Wirya Saka memegangi lengan
ayahnya dengan wajah cemas.
"Tidak, Anakku. Kita tidak mungkin dapat menandingi
kesaktian ketiga manusia sesat itu. Karena itu Ayah
menyuruh kau pergi dari sini sebelum terlambat.
Cepatlah! Bawa beberapa orang murid yang dapat kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percaya...," setelah berkata demikian, Garuda Cakar Lima
segera melompat maju dan menghadapi ketiga tokoh
sesat yang sudah bersiap melancarkan serangan.
Semua murid Perguruan Cakar Baja bergerak maju
dengan senjata di tangan. Sepertinya para murid itu
telah menyadari sepenuhnya akan bahaya, yang
mengancam perguruan dan juga keluarga guru besar
mereka. Oo-dw-ray-oO 5 "Bagus...! Begitulah seharusnya..., " ucap Iblis
Beruang Hitam dengan suara geraman tertahan, namun
mengandung ancaman maut. Usai berucap demikian,
kedua jari-jari tangannya menekan dengan pengerahan
tenaga dalam yang kuat. Terdengar suara tulang
berderak patah, disusul terkulainya dua orang murid
Perguruan Cakar Baja. Dan, langsung keduanya melorot
dari cengkeraman tokoh sesat itu.
"Bangsat, keji...!" geram Garuda Cakar Lima ketika
melihat kedua orang muridnya tewas dalam cengkeraman Iblis Beruang Hitam.
"Heaaat ..!"
Dibarengi teriakan murka, tubuh Garuda Cakar Lima
langsung melesat disertai putaran cakarnya, yang
menimbulkan angin berkesiutan.
Wuttt...! Wuttt...! Wuttt...!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali menyerang, Garuda Cakar Lima melontarkan
serangkaian cengkeraman maut, yang mengincar bagian-
bagian terlemah di tubuh Iblis Beruang Hitam.
Sambil mengeluarkan dengusan kasar, lelaki kekar
berkepala botak, yang mengenakan mantel bulu beruang
hitam itu, menggeser tubuhnya ke kanan. Dilemparkannya tubuh dua orang murid lawan, yang
telah menjadi korban keganasan cengkeramannya.
Karena sudah telanjur menerjang, Garuda Cakar Lima
bergegas menyambut tubuh dua mayat muridnya itu.
Lalu, ditangkapnya dan diletakkan di atas tanah.
Meskipun kedua orang muridnya itu telah menjadi
mayat, tapi hati lelaki gagah setengah baya itu tetap
tidak tega melemparkannya begitu saja.
Selagi Garuda Cakar Lima mengurusi mayat kedua
orang muridnya, saat itu pula Iblis Beruang Salju
langsung melesat sambil melontarkan serangkaian
pukulan maut. Bettt! Bettt! Bettt!
Karuan saja serangan yang dilakukan secara licik itu,
membuat Garuda Cakar Lima menjadi sibuk. Sebab, saat
itu keadaannya memang sama sekali tidak siap.
Sehingga, terpaksa ia mengangkat kedua tangannya
bergantian guna melakukan tangkisan.
Plakkk! Plakkk!
"Aaah... !"
Garuda Cakar Lima terkejut bukan kepalang ketika
tangkisan yang dilakukannya justru membuat lengannya
terasa panas dan linu. Bahkan, kuda-kudanya tergempur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampat satu tombak jauhnya. Jelas, hal itu menandakan
kekuatan tenaga dalam yang dimiliki Iblis Beruang Salju
berada beberapa tingkat di atasnya.
"Haiiit. . ! "
Sambil berseru keras, Garuda Cakar Lima menjejakkan
kedua kakinya di tanah. Seketika itu pula tubuhnya yang
tengah terhuyung melenting dan berjumpalitan beberapa
kali di udara Hal itu dilakukannya untuk menjaga
keamanan dari serangan licik kedua lawannya.
"Gila...! Sama sekali tidak kusangka kalau kepandaian
Iblis Kembar ternyata sangat hebat! Hm.... Jelas sukar
sekali untuk menandingi kedua manusia sesat berkepandaian tinggi ini. Aku harus mencari akal guna
menghadapi mereka," gumam Garuda Cakar Lima sambil
meringis menahan rasa nyeli pada pergelangan
tangannya ketika menangkis tadi
Sebenarnya, wajah kalau Garuda Cakar Lima merasa
terkejut dengan kepandaian lawannya. Sebab, selama ini
ia hanya mendengar nama kedua orang tokoh sesat itu.
Dan, lelaki gagah itu benar-benar tidak pernah mimpi
kalau ia akan berhadapan dengan Iblis Kembar dalam
sebuah pertarungan. Walaupun Garuda Cakar Lima sama
sekali tidak merasa gentar, namun jelas ada gambaran
ketegangan pada wajah tuanya itu.
Belum lagi hilang rasa kagetnya mengenai kehebatan
Iblis Kembar, tiba-tiba terdengar teriakan ngeri yang
susul-menyusul. Cepat Garuda Cakar Lima menoleh ke
arah sebelah kanannya. Dan, ia kembali terkejut ketika
melihat beberapa orang murid yang dididiknya berpentalan bagaikan daun-daun kering yang tertiup
angin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biadab...!" desisnya ketika menyaksikan amukan
Siluman Tongkat Beracun yang telah menelan korban
belasan orang muridnya. Karuan saja hati Ketua
Perguruan Cakar Baja itu seperti terbakar, sehingga
membuat wajahnya menjadi gelap.
"Ha ha ha.... Biarkanlah murid-muridmu itu berpesta
dengan Siluman Tongkat Beracun. Lebih baik kita
selesaikan dulu persoalan di antara kita," ejek Iblis
Beruang Salju yang kembali merangsek maju dengan
serangkaian serangan-serangan maut.
Sadar kalau memang ia tidak bisa berbuat apa-apa
dalam menghadapi keadaan itu, maka dengan segenap
kekuatannya, disambutnya gempuran Iblis Beruang Salju.
Sepasang tangannya yang membentuk cakar garuda,
menyambar-nyambar dengan kekuatan hebat. Sehingga,
pertarungan kedua orang tokoh itu semakin sengit dan
menegangkan. Sedangkan Iblis Beruang Hitam sendiri tentu saja tidak
mau melepaskan putra Garuda Cakar Lima begitu saja.
Sebab, yang menjadi tujuan utamanya, justru pemuda
tampan itu. Maka, ketika melihat Wirya Saka dan delapan
orang murid ayahnya akan meninggalkan tempat itu,
langsung saja tubuh lelaki kekar berkepala botak itu
melesat mengejar.
"Hm.... Jangan harap kalian dapat meloloskan diri dari
kejaranku, Tikus Kecil...!" bentak Iblis Beruang Hitam
yang langsung saja melontarkan cengkeraman maut ke
arah Wirya Saka.
Bettt! Bettt! Bettt!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangkum angin keras berkesiutan ketika sepasang
cakar Iblis Beruang Hitam menyambar susul-menyusul
dengan kecepatan kilat.
Delapan orang murid perguruan yang ikut melarikan
diri bersama pemuda tampan itu, langsung mencabut
senjatanya dan menyambut sambaran cakar Iblis
Beruang Hitam. "Tuan Muda! Teruskanlah berlari! Biar kami yang akan
menahan beruang tengik ini...!" seru salah seorang dari
delapan lelaki gagah itu, sambil mengibaskan senjatanya
guna menyambut serangan lawan.
Namun, yang dihadapi murid-murid Perguruan Cakar
Baja bukanlah tokoh sembarangan. Jangankan hanya
delapan orang. Bahkan, ditambah lima kali lipat lagi pun,
belum tentu mereka akan dapat menghalangi gempuran
tokoh sesat itu. Maka, wajar kalau hanya dalam dua
gebrakan,. serangan Iblis Beruang Hitam telah membuat
tiga orang lawannya bergeletakan tewas
Melihat kenyataan itu, karuan saja lima orang lainnya
berlompatan mundur dengan wajah pucat. Meskipun
demikian kelima orang murid Garuda Cakar Lima tetap
bertekad mencegah lelaki bermantel kulit beruang itu
agar tidak mengejar majikannya.
"Haaal.. ! "
Dibarengi sebuah teriakan nyaring, kelima orang itu
kembali berlompatan menerjang Iblis Beruang Hitam.
"Hm:... Tikus-tikus busuk tak tahu penyakit..!" geram
Iblis Beruang Hitam yang menjadi marah ketika melihat
kenekatan lawan-lawannya. Maka, dengan rasa jengkel,


Pendekar Naga Putih 34 Mustika Naga Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lelaki kekar berkepala botak itu langsung melesat dengan
cengkeraman-cengkeraman mautnya.
Malang sekali nasib kelima orang murid Garuda Cakar
Lima. Sebab, dalam beberapa gebrakan saja tubuh
mereka terlempar ke kanan-kiri tersambar cakar-cakar
maut yang sekeras baja itu. Kelima orang itu langsung
menggelepar dengan tubuh bersimbah darah.
Tak lama kemudian, tubuh murid-murid Perguruan
Cakar Baja itu diam dan tak bergerak lagi. Mereka tewas
di tangan Iblis Beruang Hitam yang terkenal ganas dan
keji itu. Selesai menghabisi kedelapan orang lawannya Iblis
Beruang Hitam langsung melesat melakukan pengejaran
terhadap Wirya Saka yang menjadi sasaran utamanya.
Namun, bukan main geramnya hati tokoh sesat, itu
ketika ia tidak menemukan jejak buruannya.
"Setan! Ke mana perginya pemuda kurang ajar itu....
Awas! Kalau sampai kutemukan" Akan kucabik-cabik
seluruh tubuhnya!" geram Iblis Beruang Hitam sambil
mengepalkan tinjunya sehingga terdengar suara berkerotokan nyaring.
Setelah mencari sampai ke bagian luar bangunan,
namun tetap tak ditemukan jejak buruannya, Iblis
Beruang Hitam. bergegas kembali ke tempat semula dan
menemui saudara kembarnya.
Iblis Beruang Hitam menghentikan langkahnya ketika
dari kejauhan ia melihat saudara kembarnya berlari
mendatangi. Sekali lihat saja, sudah dapat diduganya
kalau Iblis Beruang Salju telah berhasil menundukkan
Garuda Cakar Lima yang menjadi lawan saudaranya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana, Kakang..." Apakah kau sudah berhasil
mendapatkan benda mustika itu...?" tegur Iblis Beruang
Ular Kobra Dari Utara 2 Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung Sang Penerus 3
^