Pencarian

Tersesat Di Lembah Kematian 2

Pendekar Naga Putih 29 Tersesat Di Lembah Kematian Bagian 2


dapat memastikan sumbernya, ia pun segera melayang turun melalui bagan belakang
rumah besar itu.
Setelah tiba di bawah, Pendekar Naga Putih langsung bergerak menyelinap di
tempat-tempat yang agak tersembunyi. Kemudia ia terus bergerak menuju asal suara
yang didengarnya. Langkah kaki Pendekar Naga Putih mengarah ke sebuah ruangan
cukup luas, tanpa
penerangan. Sehingga keadaan di tempat itu sangat gelap sekali.
Namun kegelapan itu sama sekali tidak mengganggu penglihatan Pendekar Naga
Putih. Sebagai seorang tokoh yang memiliki kepandaian yang sukar diukur, dengan
mudah ia melihat segala yang ada di dalam ruangan itu.
Dikerahkannya sedikit tenaga sakti, dengan begitu sekalipun keadaan itu tanpa
disirami secercah cahaya.
Sesosok tubuh ramping tampak terikat di sebuah kursi, membuat kening Pendekar
Naga Putih berkerut. Pendekar Naga Putih bukan tidak tahu kalau itu merupakan
sebuah perangkap untuknya. Dan sudah diketahuinya semenjak awal. Karena indera
keenam pemuda itu dapat merasakan adanya bahaya yang tengah mengintainya. Tapi
rasa kasihan melihat penderitaan gadis yang terikat di kursi, membuat ia tidak
lagi memikirkan keselamatan dirinya.
"Hm.... Betapa cerobohnya mereka menggunakan
perangkap seperti ini. Kalau aku mau, betapa mudahnya menyelamatkan gadis itu
dan pergi meninggalkan tempat ini," gumam Panji yang diam-diam merasa curiga
dengan jebakan sederhana itu.
Maka, sambil mengerahkan tenaga untuk melindungi dirinya dari serangan gelap,
pemuda tampan itu melangkah ke arah sosok tubuh ramping yang tengah berusaha
melepaskan diri dari ikatan yang membelit tubuhnya.
"Tuan....tolonglah bebaskan aku.... Bawalah aku pergi dari tempat terkutuk ini..."
ratap wanita itu sambil menatap sosok tubuh yang semakin mendekat.
Pendekar Naga Putih terkejut dengan wanita yang
minta pertolongan kepada dirinya. Karena dalam suasana gelap gulita, wanita yang
tubuhnya diikat di kursi itu mampu melihatnya dengan jelas. Namun setelah ia
menyadari warna pakaian yang dikenakannya dapat
terlihat jelas dalam kegelapan, membuat kecurigaannya berkurang. Meskipun
demikian, Pendekar Naga Putih tetap waspada dan tidak melepaskan tenaga
pelindung di sekujur tubuhnya.
"Tenanglah, Nyai. Aku akan membebaskanmu," sahut Panji berbisik sambil mendekati
sosok tubuh wanita itu.
Ketika Pendekar Naga Putih berada di depan sosok wanita itu, bergegas ia
mengulurkan tangan hendak melepaskan ikatan yang membelit tubuh tawanan wanita
itu. Namun sungguh di luar duggan Pendekar Naga Putih!
Wanita itu tiba-tiba melontarkan pukulan yang
menimbulkan deruan angin keras! Bahkan sambaran angin pukulan itu disertai hawa
busuk yang memualkan perut!
Wusss...! Terkejut bukan main hati Pendekar Naga Putih ketika diserang secara mendadak!
Jarak yang sangat dekat itu, sangat menyulitkan Pendekar Naga Putih untuk
menghindar! Sehingga, pukulan wanita itu telak menghajar dadanya! Desss...!
"Aiiih...!"
Hantaman jarak dekat yang sangat kuat itu, membuat tubuh Pendekar Naga Putih
terlempar hingga dua batang tombak! Dinding tebal yang berada di belakangnya,
kontan jebol dihantam tubuh pemuda tampan itu.
Brolll...! Terdengar suara hiruk pikuk ketika dinding tebal di belakang Pendekar Naga Putih
ambrol. Sedangkan tubuh pemuda tampan itu terus meluncur menembus dinding hingga
ke luar ruangan.
Namun wanita yang melontarkan pukulan ke tubuh
Pendekar Naga Putih tidak terlepas dari rasa kaget! Tubuh Panji yang telah
terlindung tenaga sakti itu, membuatnya memekik tertahan!
Tubuh ramping itu pun terjengkang keras ke belakang!
Bahkan kursi yang didudukinya hancur akibat dorongan yang amat kuat. Wanita itu
cepat bengkit berdiri sembari meringis. Tangan kanannya yang melontarkan pukulan
keras tadi, dipijatnya sambil menyeringai menahan rasa nyeri.
"Keparat! Pemuda itu ternyata sangat cerdik! Ia pasti telah melindungi seluruh
tubuhnya dengan tenaga sakti.
Benar-benar pandai dia," umpat wanita bertubuh tinggi langsing itu sambil tetap
memijat pergelangan tangan kanannya yang terasa linu.
Sementara itu, Pendekar Naga Putih sudah bangkit berdiri, menahan rasa sesat di
dadanya. Cairan merah tampak mengalir di sudut bibirnya. Jelas pemuda tampan itu
menderita akibat hantaman pada dadanya itu. Untunglah, sebelumnya ia telah
melindungi tubuhnya dengan tenaga sakti yang dimilikinya. Kalau tidak, mungkin
saat itu ia sudah tewas.
Pendekar Naga Putih yang ketika bangkit berdiri sudah terkepung puluhan orang,
cepat-cepat memusatkan pikiran dan mengerahkan 'Tenaga Panas Bumi' yang berasa
dari Pedang Naga Langit. Untuk mengetahui apakah tenaga pukulan lawannya
mengandung racun. Dan Pendekar Naga Putih sadar kalau dirinya terkena racun.
Saat pemuda tampan itu berusaha melenyapkan pengaruh racun dalam tubuhnya. Tiba-
tiba terdengar teriakan lantang mengejutkan dirinya!
"Seraaang...!"
Suara teriakan yang dilakukan dengan pengerahan
tenaga dalam tingkat tinggi itu, membuat Pendekar Naga Putih tersentak kaget.
Cepat ia melompat guna menghindari beberapa mata tombak yang mengancam tubuhnya.
"Hiaaah...!"
Begitu mata-mata tombak yang berkilat lewat dan
mengenai tempat kosong, Pendekar Naga Putih mem-
bentak nyaring dengan disertai kibasan tangannya.
Terdengar jeritan ngeri saat sambaran angin kibasan pemuda tampan itu telak
mengenai dada mereka, membuat enam orang penyerangnya terjungkal dan tewas!
Pendekar Naga Putih berusaha meloloskan diri dari kepungan lawan, karena
kesehatannya belum pulih. Dia tak menduga kalau tokoh-tokoh Lembah Beracun
memiliki banyak pengikut.
Pendekar Naga Putih melompat dan bersalto ke
belakang, guna menghindari sambaran mata pedang dan ujung tombak lawan. Ia
segera melontarkan satu dua pukulan untuk merobohkan pengeroyoknya tanpa harus
membunuh. Namun apa yang dilakukan Pendekar Naga Putih itu terbaca oleh tokoh
Lembah Beracun. Memang Pendekar Naga Putih tidak berniat untuk menewaskan para
pengikut Empat Iblis Lembah Beracun. Maka mereka segera melancarkan serangan,
sehingga membuat pemuda tampan itu menjadi repot!
"Yeaaat...!"
Bettt! Bettt! Bettt!
Sekali menyerang, lelaki berjubah biru gelap melancarkan serangkaian pukulan ke
arah bagian terlemah di tubuh Pendekar Naga Putih. Hembusan angin berbau amis,
menyertai serangan lelaki berjubah biru gelap itu.
Pendekar Naga Putih mengeluarkan ilmu 'Silat Naga Sakti'nya. Karena salah satu
cara untuk lolos dari kepungan adalah merobohkan para pemimpinnya. Maka,
serangan lelaki bejubah biru gelap segera dipapak Pendekar Naga Putih dengan
menggunakan tangan kiri.
Sedang tangan kanannya siap melontarkan pukulan
balasan secara tak terduga ke tubuh lawannya.
Plakkk! "Uhhh...!"
Tangkisan Pendekar Naga Putih dialiri kekuatan
'Tenaga Gerhana Bulan' itu, membuat Gumilang memekik tertahan! Tubuh lelaki
tinggi tegap itu terlempar beberapa tombak jauhnya hingga menabrak tubuh
pengikutnya. Dan mereka pun terbanting jatuh saling tindih.
Jatuhnya Gumilang tentu saja membuat peluang
Pendekar Naga Putih puntuk mengirimkan serangan
mematikan! Pukulan tangan kanannya meluncur disertai hembusan angin dingin yang
membekukan tubuh!
"Haiiit...!"
Seruan nyaring yang disertai serangkum angin berbau amis, membuat Pendekar Naga
Putih menarik pulang serangannya. Cepat tubuh pemuda tampan itu berputar
setengah lingkaran dan langsung mengirimkan tamparan ke arah penyerang di
samping kirinya.
Plakkk! Plakkk!
Suara pekik tertahan terdengar dari mulut seorang wanita, ketika pukulannya
berhasil ditangkis Pendekar Naga Putih. Tubuh wanita itu terdorong mundur.
"Haiiit...!"
Sambil berseru nyaring, tubuh Pendekar Naga Putih melambung melewati kepala para
pengepunngya. Kemudian berjumpalitan beberapa kali di udara guna membebaskan diri dari
kepungan lawan.
Namun sebelum tubuh pemuda tampan itu sempat
mendarat ke tanah, sosok bayangan merah menyusulinya dan langsung melontarkan
tendangan keras ke bagian belakang tubuh Pendekar Naga Putih!
Desss..." "Ughhh...!"
Tendangan sosok tubuh berjubah merah itu, telak
menghantam tubuh bagian belakang Pendekar Naga Putih.
Sehingga, tubuh yang tengah mengapung itu, terlempat deras sejauh lima batang
tombak! Tapi, Pendekar Naga Putih masih mampu mengatur
keseimbangan tubuhnya. Hingga, tubuhnya tidak sampai terbanting. Pendekar Naga
Putih menjejakkan kedua kakinya dengan baik, meski tubuhnya agak limbung.
Rasa nyeri di bagian belakang tubuhnya, membuat
pemuda tampan itu menyeringai kesakitan. Lelehan darah mengalir dari sela
bibirnya, segera dihapus dengan menggunakan lengan punggunngya. Lalu, ia kembali
bersiap menghadapi lawan yang mengepungnya.
*** 6 EPUNGAN yang kembali merapat itu, membuat
kemarahan Pendekar Naga Putih bangkit. Apalagi
K saat itu ia sudah menderita luka-luka akibat pukulan dan tendangan tokoh
Lembah Beracun. Tentu saja semua itu membuatnya naik pitam.
"Heaaah...!"
Terdengar bentakan menggeledek keluar dari mulut Pendekar Naga Putih! Orang-
orang berpakaian serba hitam yang mengurunngya, terjungkal roboh dalam keadaan
pingsan! Sementara orang-orang yang memiliki kepandaian rendah, langsung tewas!
Bentakan yang dikerahkan dengan tenaga dalam itu, membuat pembuluh darah mereka
pecah! Kontan para pengepungnya berlarian menjauh. Belum lagi hilang rasa
terkejut di hati mereka, kejutan lain kembali diperlihatkan Pendekar Naga Putih.
Tahu-tahu di tangan pemuda tampan berjubah putih itu telah tergenggam sebilah
pedang. Kilauan bercahaya kuning keemasan berpendar dari pedang itu.
"Pedang Naga Langit.....!?"
Terdengar seruan kaget bercampur kagum dari tokoh Lembah Beracun. Mereka pun
mendengar tentang pedang mukjizat yang telah menggemparkan dunia persilatan.
Maka tak mengherankan bila tokoh Lembah Beracun terlongong-longong sambil
matanya menatap pedang mukjizat di tangan Pendekar Naga Putih!
"Gila dari mana datangnya pedang itu..." Padahal, aku sama sekali tidak melihat
pemuda itu menyandang
pedang...?" seru Lawa Gurintang yang merasa heran bukan main dengan keberadaan
pedang tanpa diketahui dari mana pemuda tampan itu mencabutnya.
"Entahlah! Pedang mukjizat itu muncul begitu saja seiring dengan suara bentakan
yang dikeluarkannya.
Benar-benar aneh dan sulit untuk dipercaya!" desah Gumilang yang juga tidak
mengerti bagaimana pedang itu berada dalam genggaman Pendekar Naga Putih.
"Pemuda itu benar-benar sangat mengagumkan sekali!
Sayang, ia seorang musuh yang sangat berbahaya. Kalau tidak, senang sekali
memiliki seorang kekasih yang menguasai kepandaian yang sangat tinggi dan langka
itu," ucap seorang wanita cantik bertubuh langsung dan menggiurkan.
"Kau ini ada-ada saja, Nini Lawang. Dalam keadaan seperti ini, masih saja
kesenanganmu yang kau pikirkan,"
sahut Lawa Gurintang yang tidak senang mendengar wanita cantik itu memuji-muji
musuhnya. Teguran itu disambut Nini Lawang dengan tawa yang dibuat-buat. Lagak wanita yang
berusia sekitar tiga puluh tahun itu, makin menambah daya pikat. Semua gaya yang
diperlihatkannya mengundang hasrat birahi laki-laki. Dari sikap dan lagaknya,
jelas wanita cantik itu merupakan seorang yang diperbudak nafsu.
Lawa Gurintang menjadi gemas melihat kegenitan
wanita itu. Tapi, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Walaupun usianya lebih muda
dari dirinya, namun dalam urusan Perguruan Lembah Beracun, wanita itu terhitung
bibi gurunya. Maka, iapun tidak meladeninya lagi. Hanya wajahnya yang makin
memerah. Pertanda bahwa hati lelaki berjubah merah darah itu sedang kesal.
"He, Lawa Gurintang. Bagaimana kalau pemuda itu kita tangkap saja hidup-hidup"
Dia pasti akan menjadi menurut bila telah kutangani." Usul Nini Lawang sambil
terkekeh genit.
Pendekar Naga Putih sempat mendengar ucapan itu, menjadi merah selebar wajahnya.
Ia sadar betul apa maskud ucapan 'menundukkan' yang dilontarkan wanita genit
itu. "Hm... Rupanya wanita itulah yang telah mengelabuiku.
Entah apa hubungannya dengan tokoh-tokoh Lembah
Beracun itu?" gumam Pendekar Naga Putih yang menatap wanita cantik itu dengan
penuh selidik. "Jangan, Nini. Pemuda itu sangat berbahaya sekali.
Sebaiknya, kita segera lenyapkan saja, sebelum ia menimbulkan kesulitan lebih
besar bagi kita," sahut Lawa Gurintang yang tidak menyetujui usul Nini Lawang.
Kawatir kalau-kalau wanita cantik itu akan berulah, bergegas lelaki tinggi besar
berjubah merah itu melompat sambil memberikan aba-aba kepada para pengikutnya.
"Seraaang...!"
Suara teriakan Lawa Gurintang disusul dengan
melesatnya tubuh Gumilang dan Suro Lejang. Sedangkan para pengikut tokoh Lembah
Beracun itu tak satupun bergerak maju. Lawa Gurintang menjadi marah dan berang.
"Keparat! Mengapa kalian diam saja" Apa kalian ingin kuhukum?" bentak Lawa
Gurintang memandang para
pengikutnya dengan sinar mata yang menyiratkan maut!
Mendengar ancaman itu, wajah para pengikut tokoh-tokoh Lembah Beracun itu
menjadi pucat. Namun ketika mereka memandang ke arah pemuda tampan berjubah
putih itu, yang berdiri angker dengan pedang di tangannya, mereka menjadi ragu.
Hati mereka gentar. Sehingga tidak ada satu pun orang-orang berpakaian serba
hitam itu bergerak maju.
"Bangsat! Kalian sama sekali tak berguna, mampuslah kau," teriak Lawa Gurintang
mengibaskan tangannya ke depan.
Jerit kematian terdengar susul menyusul, dibarengi robohnya empat tubuh lelaki
berpakaian serba hitam dalam keadaan tewas!
Pengikut Lawa Gurintang yang lainnya sadar kalau tidak menuruti perintah mereka
akan tewas. Dengan perasaan diliputi ketakutan yang amat sangat mereka bergerak
maju ke arah Pendekar Naga Putih.
"Hm... Lebih baik kalian pergilah, jauhi tempat ini!
Kalau tidak, aku bisa bertindak lebih kejam dari pada majikanmu itu," ancam
Panji sengaja menakut-nakuti para pengikut tokoh-tokoh Lembah Beracun itu.
"Jangan hiraukan ucapannya! Hayo, serang...!" teriak Lawa Gurintang ketika melihat
orang-orangnya menjadi ragu karena ancaman pemuda itu.
Sambil berteriak demikian, ia sendiri melompat dengan sambaran senjatanya yang
menimbulkan desingan keras!
Pendekar Naga Putih marah dengan tingkah tokoh-
tokoh Lembah Beracun itu. segera ia memutar pedang di tangannya. Udara di
sekitar arena itu pun berubah-ubah, membuat para pengepung Pendekar Naga Putih
tersentak kaget! Terkadang udara panas menyengat dan berganti sewaktu-waktu
dapat menjadi dingin menusuk tulang. Para pengikut Lawa Gurintang berlompatan
mundur! Kemudian, mereka terus berlari tanpa menghiraukan teriakan pemimpinnya.
"Heaaah...!"
Lawa Gurintang membentak keras sambil mengerah-
kan hawa murninya untuk mengusir pengaruh yang
ditimbulkan putaran pedang lawannya. Hatinya benar-benar terkejut sekali
menyaksikan kepandaian yang dimiliki pemuda tampan itu. diam-diam ia mengakui
kalau Pendekar Naga Putih memang patut mendapat pujian dari tokoh-tokoh
persilatan. Demikian pula halnya dengan Nini Lawang. Wanita
cantik yang genit dan berwatak cabul itu, berdecak kagum menyaksikan kesaktian


Pendekar Naga Putih 29 Tersesat Di Lembah Kematian di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda tampan yang telah
menarik hatinya. Hasrat untuk mendapat memiliki pemuda tampan itu pun semakin
kuat mencengkeram jiwanya.
"Hm... Benar-benar seorang pemuda yang hebat dan
jarang ada duanya! Aku harus dapat memilikinya," gumam Nini Lawang berjanji
kepada diri sendiri. Setelah menyaksikan kesaktian Pendekar Naga Putih.
"He, Lawa Gurintang, Gumilang, dan kau, Suro Lejang!
Ayo kita keroyok pemuda itu! jangan takut! Kalau kita dapat bekerja sama dengan
baik, aku yakin pemuda itu akan menyerah," seru Nini Lawang takabur.
Sambil berkata demikian, wanita berwatak cabul itu mengelebatkan selendang yang
melilit di pinggang rampinngya.
Ctarrr.... Ctarrr...!
Ujung selendang berwarna merah muda itu meledak-
ledak memekakkan telinga. Suara ledakan itu diiringi dengan wewangian yng
membuat kepala pening. Jelas, selendang itu telah dilumuri bubuk beracun!
Pendekar Naga Putih dikepung empat orang tokoh
Lembah Beracun, namun ia sama sekali tidak merasa gentar! Dengan kuda-kuda
rendah dan pedang teracung di atas kepala, pemuda itu bersiap menghadapi
keroyokan lawannya.
Sementara keempat orang tokoh Lembah Beracun itu belum menunjukkan tanda-tanda
menyerang. Mereka
berputaran berganti-ganti arah dengan gerakan yang terkadang cepat, dan di lain
saat berubah lamban.
Terkadang hanya mengitari tubuh Pendekar Naga Putih.
Jelas, mereka tengah meneliti gerak Pendekar Naga Putih guna mencari kelemahan
pemuda tampan itu.
"Heaaat...!"
Lawa Gurintang, membuka serangan dengan sebuah
lesatan panjang dan disertai kibasan tangan kanannya ke depan!
Wuuut...! Serangkum angin kuat berbau amis menyambar ke
arah tubuh Pendekar Naga Putih! Menilik dari suara sambaran angin berkesiutan
iu, jelas kekuatan pukulan yang dimiliki Lawa Gurintang sangat hebat!
Belum lagi serangan lelaki tinggi besar itu mengenai sasaran, Nini Lawang
menyusulinya dengan sambaran ujung selendanngya. Senjata kain lemas sepanjang
tiga batang tombak itu meledak-ledak dan mematuk-matuk menincar titik terlemah
jalan darah di tubuh Pendekar Naga Putih. Maka, sibuklah pemuda tampan itu
mengelak-kan ujung selendang yang seperti membayanginya itu.
Jtarrr... Ctarrr...!
"Haiiit...!"
Pendekar Naga Putih menggoyangkan tubuhnya ke
samping, menghindari patukan ujung selendang yang mengincar pelipisnya.
Berbarengan dengan itu, tangan kirinya didorongkan ke depan untuk menyambut
serangan Lawa Gurintang.
Plarrr...! Ledakan keras terdengar ketika kedua pukulan yang menggunakan tenaga dalam
saling bertabrakan. Suaranya menggetarkan bangunan besar tempat pertarungan itu
berlangsung! "Aaah...!"
Terdengar pekik tertahan Lawa Gurintang yang tubuhnya terdorong akibat benturan
keras itu. Selagi tubuhnya melambung di udara, tubuh Pendekar Naga Putih melesat
mengejar! Pendekar Naga Putih tidak ingin melewatkan kesempatan baik itu,
langsung pedangnya dibabatkan ke arah Lawa Gurintang.
Pancaran senjata mukjizat yang menimbulkan kilauan sinar kuning keemasan itu
mengaung tajam. Sehingga tak ubahnya bagaikan suara ratusan ekor lebah yang
marah! Untunglah, pada saat yang gawat bagi keselamatan tokoh berjubah merah itu,
Gumilang dan Suro Lejang datang menolong! Kedua tokoh Lembah Beracun itu
langsung menyabetkan senjatanya memapaki sambaran pedang Pendekar Naga Putih!
Singggg...! Suro Lejang yang bersenjatakan tongkat sepanjang satu tombak, menusukkan ke arah
perut Pendekar Naga Putih. Tongkat yang bagian ujunngya terdapat logam tajam
berbentuk bulan sabit itu berdesing dengan kecepatan tinggi!
Sedangkan Gumilang mengelebatkan sepasang belati dari baja putih yag
berkeredepan bagai sambaran kilat.
Sepasang senjata yang panjangnya dua jengkal itu, berkesiutan merobek udara!
Kedua orang tokoh sesat itu tidak bisa dipandang ringan! Pendekar Naga Putih
terpaksa menunda serangannya. Pedang Naga Langit di tangannya berputar setengah
lingkaran dan langsung memapaki serangan kedua
lawannya itu. Tranngngg! Tranngngg!
Terdengar suara berdentang nyaring ketika empat
batang senjata mapuh itu saling bertumbukan keras!
Disusul dengan pekik tertahan Gumilang dan Suro Lejang!
"Aiiih...!"
Tubuh kedua orang tokoh sesat ahli racun itu, terpental hingga dua batang tombak
ke belakang! Meskipun senjata mereka telah terpental entah ke mana, namun
keduanya sempat mematahkan daya dorong yang dilancarkan
Pendekar Naga Putih itu dengan berjumpalitan di udara.
Sehingga dapat mendaratkan tubuh dengan kuda-kuda yang cukup kokoh!
Namun, kesialan itu rupanya dialamai Pendekar Naga Putih juga. Sebab, pada waktu
ia memukul balik serangan kedua orang tokoh sesat itu, dari belakanngya meluncur
serangan Selendang Maut Nini Lawang!
Jtarrr...! Lecutan ujung selendang wanita berwatak cabul itu, telak mengenai punggung
Pendekar Naga Putih!
"Aaakh...!"
Pendekar Naga Putih kesakitan! Tubuhnya terjerembab ke depan akibat lecutan
cambuk yang dikerahkan dengan kekuatan hebat itu! Cepat pemuda tampan itu
bergulingan menghindari lecutan cambuk yang masih meledak-ledak mengejarnya itu.
Tubuh Pendekar Naga Putih melenting bangkit setelah cukup jauh menghindari
serangan Selendang Maut Nini Lawang. Melihat dari raut wajahnya, terlihat
tetesan darah segar di sudur bibirnya, jelasnya Pendekar Naga Putih cukup
menderita akibat totokan ujung selendang beracun itu. Baru saja pemuda tampan
itu bengkit berdiri, Gumilang telah melesat menerjang ke arahnya. Dengan
sebatang bambu kecil, yang berbentuk sebuah sumpit, lelaki berjubah biru gelap
itu meniupkan beberapa benda bulat sebesar jagung!
Tusss! Tusss! Benda bulat berwarna biru gelap itu meluncur dengan kecepatan tinggi ke arah
Pendekar Naga Putih!
Melihat empat buah benda bulat sebesar jagung itu, Pendekar Naga Putih segera
dapat menebak kalau benda itu merupakan peluru-peluru beracun! Maka, bergegas ia
melompat menghindari luncuran benda-benda maut itu.
Namun Gumilang seperti telah menduga gerakan
Pendekar Naga Putih. Dan, tokoh sesat itu kembali menyumpitkan peluru-peluru ke
arah tubuh lawannya yang tengah berada di udara itu!
Menyadari posisinya yang sulit untuk menghindari lagi, Pendekar Naga Putih pun
mengibaskan pedanngya memapaki sambaran benda-benda beracun jahat itu!
Tasss! Tasss! "Haiii...!"
Kaget bukan main Pendekar Naga Putih ketika benda-benda bulat yang ditebasnya
itu, ternyata tidak meledak!
Melainkan memercikkan cairan berwarna biru pekat yang muncrat dan menebar.
Justru percikan itu jauh lebih berbahaya daripada jarum-jarum beracun. Sebab,
cairan biru pekat itu adalah jenis racun mengerikan yang bernama
'Cairan Neraka'.
Cepat Pendekar Naga Putih mengelebatkan senjatanya dan menghalau percikan cairan
yang diduganya sangat beracun itu.
Cusss...! "Aaah...!"
Pemuda tampan berjubah putih itu memekik ngeri
ketika setetes cairan beracun itu mengenai bagian perutnya! Pucat wajah Pendekar
Naga Putih ketika menyaksikan pakaiannya langsung berlubang bagaikan termakan
api! Terlebih-lebih lagi ketika ia merasakan sesuatu yang panas menyebar dari bagian
tubuhnya yang terkena cairan beracun itu!
Sadar bahwa tubuhnya telah terkena racun jahat yang sangat mengerikan, cepat
Pendekar Naga Putih memusatkan pikirannya dan menyatukan dengan pedang mukjizat
di tangannya. Sambil memejamkan mata dan tidak perduli dengan
rasa sakit yang dideritanya, Pendekar Naga Putih membentak keras bagaikan hendak
merobohkan bangunan tempat kediaman Kepala Desa Keranggan!
"Heaaaah...!"
Luar biasa! Hebat sekali bentakan nyaring yang di-eriakkan Pendekar Naga Putih.
Hembusan angin bertiup keras bagaikan hendak terjadi topan. Bersamaan dengan
bentakan itu, Pedang Naga Langit pun lenyap dan bersatu dengan tubuh Pendekar
Naga Putih. Sedangkan keempat orang tokoh Lembah Beracun itu menggigil hebat akibat bentakan
menggelegar Pendekar Naga Putih. Bahkan Suro Lejang yang kepandaiannya paling
lemah di antara keempat tokoh sesat itu, sudah melorot jatuh! Jelas, bentakan
Pendekar Naga Putih telah membuatnya tak sanggup berdiri tegak.
*** 7 PA yang terjadi pada diri Pendekar Naga Putih, benar-benar membuat keempat
lawannya terbelalak bagai-
A kan melihat hantu di siang bolong!
Tubuh Pendekar Naga Putih menyatu dengan pedang mukjizat Naga Langit, tampak
tubuhnya diselimuti dua buah sinar yang sangat menakjubkan!
Lapisan sinar kuning keemasan yang bersumber dari
'Tenaga Inti Panas Bumi', berpendar menyelimuti tubuh sebelah kanannya.
Sedangkan bagian kirinya, tampak ter-balut lapisan kabut bersinar putih
keperakan. Peristiwa itu membuat hati lawan-lawannya terguncang hebat!
"Gila....! Ilmu setan apa lagi yang digunakan pemuda itu?" seru Gumilang dengan
wajah pucat bagai mayat!
Warna biru yang biasanya terdapat pada wajah lelaki tegap itu, lenyap.
"Iblis...!" desis Lawa Gurintang parau. Jelas hati lelaki tinggi besar itu tengah
terancam rasa ngeri yang hebat!
Hanya Nini Lawang saja yang tidak mengeluarkan
suara. Namun, dari tidak tampaknya lagak genit dan senyum memikat yang selalu
menyertai sikapnya. Jelas, wanita genit berwatak cabul itu pun tengah bergetar
perasaannya! Namun peristiwa menggiriskan itu belum selesai!
Pendekar Naga Putih tampak melakukan gerakan-gerakan yang menimbulkan suara
angin menderu dahsyat! Padahal, gerakan yang dilakukan pemuda tampan itu pelan
sekali. Tapi akibat yang ditimbulkannya sangat menggiriskan!
Melihat dari kerut-kerut pada wajahnya, jelas saat itu Pendekar Naga Putih
tengah berjuang keras melawan maut! Rupanya jenis racun yang digunakan Gumilang
sulit ditaklukan. Meskipun, Pedang Naga Langit telah menyatu dan berubah menjadi
kekuatan dahsyat dalam tubuhnya, namun Pendekar Naga Putih harus berjuang
menawarkan racun tersebut.
"Kreaaagh...!"
Bersamaan raungan panjang, terdengar suara
berkerokotan yang dibarengi kepulan asap kebiruan dan berbau busuk, pertanda
Pendekar Naga Putih berhasil melenyapkan racun yang dapat melunakkan dan meng-
hancurkan tubuh korbannya. Dengan napas yang masih memburu dan cucuran keringat
membasahi sekujur tubuhnya, tangan pemuda itu bergerak merobek jubah bagian
depan tubuhnya.
"Hhh...!"
Terdengar helaan nafas lega dari Pendekar Naga Putih, ia melihat sebagian
perutnya hanya terdapat luka seperti terjilat api. Melihat luka seperti terbakar
itu, jelas pengaruh racun 'Cairan Neraka' yang digunakan Gumilang hanya mampu
membakar kulitnya.
"Jahanam keji! Kalian benar-benar iblis yang tidak bisa dibiarkan hidup bebas!
Selagi manusia-manusia iblis macam kalian masih bebas berkeliaran di atas dunia
ini, bencana akan terus berlanjut. Untuk mencegah bencana itu, kalian sebaiknya
harus segera dilenyapkan!" ujar Panji yang kali ini benar-benar dilanda
kemarahan hebat!
Melihat wajah pemuda yang selalu tersenyum dan
tenang berubah menyeramkan, tanpa sadar empat tokoh Lembah Beracun itu melangkah
mundur! Sorot matanya yang mencorong tajam dan menggiriskan dari pemuda tampan
itu, membuat wajah manusia kejam itu berubah pucat bagaikan mayat!
Sangat mengerikan memang perbawa yang terpancar
dari sosok pemuda berjubah putih itu, sehingga tokoh-tokoh sakti berhati iblis
seperti empat tokoh Lembah Beracun itu, ternganga dan tak mampu berbuat apa-apa.
Suro Lejang dan Gumilang yang biasanya bertindak kejam dan tak kenal ampun itu
gemetar ketakutan!
Sehingga, jangankan untuk menyerang lawan, melangkah saja mereka merasa kedua
kakinya diganduli beban berat!
"Heaaa...!"
Mendadak Pendekar Naga Putih mengeluarkan pekikan nyaring yang menggetarkan
jantung! Bersamaan dengan itu, sepasang lengannya didorong bergantian ke arah
Suro Lejang dan Gumilang yang hanya bisa memandang
ketakutan! Whusss...! Blarrr...! Blarrr...!
"Aaargh...!"
Terdengar ledakan dahsyat yang diiringi jeritan Suro Lejang dan Gumilang! Tubuh
kedua tokoh sesat Lembah Beracun itu tersentak ke belakang. Seolah-olah tubuh
mereka dilontarkan tangan-tangan raksasa yang tak tampak!
Derrr...! Tubuh Suro Lejang meluncur menghantam sebatang
pohon besar! Tubuh lelaki berjubah hijau itu, terhempas jatuh bersamaan dengan
tumbangannya pohon besar itu.
Setelah berkelojotan disertai erang kesaktian, Suro Lejang tewas seketika.
Karena seluruh tulang-tulang di dalam tubuhnya remuk akibat pukulan 'Tenaga Inti
Panas Bumi', yang dilontarkan Pendekar Naga Putih!
Sedangkan Gumilang mengalami nasib yang lebih
mengerikan lagi! Tubuh lelaki berjubah biru gelap itu, jatuh menimpa dinding
batu di halaman samping rumah besar itu. Suara berdentam keras yang disusul
dengan gemuruh runtuhnya dinding tembok itu, dan diiringi percikan darah segar
yang menyebar membasahi permukaan tanah.
Gumilang menggelepar kesakitan dengan kepala pecah!
Sesaat kemudian, tubuh kedua tokoh Lembah Beracun itu pun meregang dan nyawanya
melayang meninggalkan
raga. Apa yang dialami Suro Lejang dan Gumilang benar-
benar membuat jiwa Lawa Gurintang maupun Nini Lawang terguncang hebat! Kedua
tokoh utama Lembah Beracun itu terbelalak bagai tak percaya dengan kejadian yang
berlangsung di depan mata mereka itu!
Kedua tokoh sesat yang selama hidupnya bergelimpang kekerasan dan maut itu,
terpekik dengan wajah pucat!
Keduanya melangkah mundur, hati mereka diliputi rasa ngeri yang hebat! Apa yang
dipertunjukkan Pendekar Naga Putih itu telah melenyapkan keberanian mereka.
Namun Nini Lawang menyadari akan bahaya maut yang mengincar mereka. Dengan
menguatkan hatinya, wanita cantik berwatak cabul itu memutar Selendang Mautnya
dengan mengerahkan tenaga sepenuhnya.
"Lawa Gurintang, kita serang pemuda gila itu berbarengan. Setelah itu, kita
segera melarikan diri.
Kemudian, kita pancing pemuda itu ke Lembah
Kematian...." Bisik Nini Lawang dengan suara perlahan, namun jelas bagi Lawa
Gurintang. "Baik, Nini," sahut Lawa Gurintang sembari merogoh sebuah kantung kain di
pinggangnya. "Nini, rasanya kita tidak perlu menggempur pemuda itu. dengar!
Begitu aku melepaskan isi bumbung bambu ini, larilah dan selamat-kan dirimu.
Kita bertemu di dekat jalan masuk Lembah Kematian. Bersiaplah!" sambung Lawa
Gurintang yang melihat kesempatan itu.
"Pendekar Naga Putih, sambutlah ini...!" seru Lawa Gurintang sambil melontarkan
dua buah bumbung bambu yang tutupnya telah terbuka!
Terdengar suara mengaung ribut ketika puluhan ekor lebah salju, beterbangan
marah, secara berkelompok mereka meluncur mengeroyok Pendekar Naga Putih!


Pendekar Naga Putih 29 Tersesat Di Lembah Kematian di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terkejut bukan main hati Pendekar Naga Putih melihat lebah-lebah berwarna putih
seperti butiran salju, menyerbu ke arahnya. Pemuda tampan itu sadar bahwa
binatang-binatang itu sangat beracun. Sehingga, Pendekar Naga Putih bergegas
melompat mundur.
Sadar bahwa lebah-lebah itu akan terus mengejar dan memburunya. Maka, ia
mengerahkan tenaga gabungannya untuk memukul mati binatang-binatang yang
memiliki sengat beracun yang mematikan.
Diiringi bentakan nyaring, Pendekar Naga Putih
mengibaskan tangannya. Sambaran angin keras bercicitan mengiringi lontaran
pukulan pemuda tampan itu.
Tasss! Tasss! Pendekar Naga Putih kaget ketika pukulannya hanya mampu meruntuhkan beberapa
belas ekor lebah.
Sedangkan yang lainnya dapat menghindari sambaran angin pukulan dari pemuda
tampan itu. Hhati Pendekar Naga Putih bertambah penasaran ketika pukulan yang
dikerahkannya, tidak mengenai binatang-binatang itu.
Akhirnya, Pendekar Naga Putih tidak lagi mengumbar pukulannya. Ia hanya berdiri
sambil mengerahkan tenaga gabungan yang dimilikinya.
Lebah-lebah yang memiliki racun mematikan itu,
langsung mengerubuti tubuh Pendekar Naga Putih. Namun lapisan dua buah sinar
yang menyelimuti sekujur tubuh pemuda tampan itu, membuat binatang-binatang itu
berjatuhan tewas. Sehingga, dalam waktu singkat lebah-lebah salju itu berserakan
di bawah kaki Pendekar Naga Putih dalam keadaan hangus atau beku.
Setelah lebah-lebah salju itu mati, Pendekar Naga Putih segear melesat melakukan
pengejaran terhadap Lawa Gurintang dan Nini Lawang. Sekejap saja, tubuh pemuda
tampan berjubah putih itu pun lenyap di balik rumah-rumah penduduk.
*** Sosok berjubah putih itu, terus berkelebat cepat
bagaikan bayangan hantu. Kegelapan yang mulai sirna membuat gerakannya semakin
leluasa. Sehingga, dalam waktu yang singkat sosok tubuh itu telah jauh
meninggalkan Desa Keranggan.
Cukup lama sosok bayangan berjubah putih itu berlari degan kecepatan yang sulit
ditangkap oleh mata. Gerakannya baru diperlambat setelah ia tiba di daerah
perbukitan tandus. Kemudian, sosok tubuh itu menghentikan larinya.
Lalu, ia berdiri tegak dan sepasang matanya merayapi daerah sekitarnya. Namun
yang dilihatnya hanya
gumpalan-gumpalan batu cadas dan pepohonan kering.
"Aneh...... ke mana perginya kedua orang iblis keparat itu" Tidak mungkin kalau
mereka tidak tersusul olehku"
Menilik dari kepandaian yang mereka memiliki, jelas ilmu lari kedua orang tokoh
Lembah Beracun itu tidaklah terlalu tinggi. Kecuali pengetahuan mereka tentang
racun. Hanya itulah kelebihan yang mereka miliki," gumam Panji sambil tetap
mengedarkan pendangannya dengan kening berkerut.
Pendekar Naga Putih melangkahkan kakinya perlahan sambil tetap waspada. Ia sadar
kalau musuh-musuhnya kali ini sangatlah berbahaya. Sekali saja ia lengah,
nyawanya dapat melayang. Karena racun-racun yang diperguna-kan lawannya sangat
jahat dan mematikan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, tidak ada tanda-tanda yang
mencurigakan hatinya. Pendekar Naga Putih menduga kalau kedua orang lawannya
tidak bersembunyi di tempat itu.
"Apakah mereka telah kembali ke Lembah Beracun...?"
desah Panji ketika tidak menemukan jejal lawannya.
Munculnya dugaan itu, membuat tubuh Pendekar Naga Putih melesat melakukan
pengejaran. Sepertinya pemuda tampan itu sudah mengambil keputusan untuk
mengunjungi Lembah Beracun yang menjadi tempat
kediaman tokoh-tokoh sesat itu.
Dugaan Pendekar Naga Putih semakin kuat ketika
dalam perjalanan ia menemukan jejak-jejak kedua orang lawannya itu. Hal itu
dapat ditemukannya pada pohon-pohon atau batu-batu yang terdapat di kiri kanan
jalan setapak. Meskipun hanya kecurigaan, namun Pendekar Naga Putih tetap
melakukan pengejaran tanpa khawatir dijebak lawan.
"Hm... mereka sengaja meninggalkan jejak untukku.
Iblis-iblis jahat itu tidak ingin melepaskan aku begitu saja,"
gumam Panji sambil meneliti sebuah pohon besar yang tumbuh di pinggir jalan
setapak. Pendekar Naga Putih mengangguk-anggukkan kepala
seraya matanya menatapi pohon besara yang telah mati akibat pukulan beracun.
Dengan meneliti jenis racun yang terdapat pada batang pohon itu, ia dapat
menduga kalau pukulan itu dilakukan oleh Lawa Gurintang. Sebab, pada batang
pohon itu terdapat tanda berwarna merah darah.
Dan itu merupakan ciri-ciri racun yang dimiliki oleh Lawa Gurintang.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Pendekar Naga
Putih pun kembali melanjutkan pengejarannya.
Untuk mencari Lembah Beracun, tidaklah sukar bagi Pendekar Naga Putih. Selain ia
pernah mendengar cerita tentang lembah itu dari eyang gurunya, lembah itu pun
mudah ditemukan. Sebab, dalam jarak puluhan batang tombak, hawa beracun yang
mematikan itu keluar dalam lembah, menandakan tempat itu dikenali orang. Itu
pula yang menjadi patokannya untuk menemukan Lembah
Beracun. Jejak-jejak yang diikuti Pendekar Naga Putih, membawa langkah pemuda tampan itu
ke wilayah utara.
Tampak sebuah pegunungan yan gpuncaknya terselimuti kabut tebal di hadapan
Pendekar Naga Putih, ia pun mempercepat langkahnya.
"Hm.... Tepat dugaanku. Jejak-jejak ini pasti akan membawaku ke kaki Gunung Puncak
Awan Hitam. Mulai dari sini, aku harus lebih berhati-hati...." Gumam Panji yang
segera mengambil jalan memutar.
Pendekar Naga Putih tersentak mundur beberapa
langkah ke belakang. Hembusan hawa berbau busuk yang menerpanya, menyadarkan
pemuda tampan itu kalau
lembah yang dicarinya sudah dekat.
Pendekar Naga Putih segera melompat mundur dan
mengambil obat dalam buntalan pakaiannya. Setelah menelan dua pil berwarna putih
dan merah, pemuda tampan itu mengerahkan tenaga dalamnya. Untuk mempercepat daya
kerja obat yang ditelannya. Setelah rasa sesak di dadanya lenyap, Pendekar Naga
Putih melangkah maju.
Kali ini Pendekar Naga Putih melangkah sambil
mengerahkan tenaga gabungan untuk melindungi tubuhnya dari hawa beracun yang
terbawa angin. Tenaga gabungan berupa lapisan sinar berwarna kuning keemasan dan
putih keperakan menyelimuti sekujur tubuhnya. Hawa beracun yang terhisap segera
ditawarkan oleh dua lapisan sinar tersebut.
Langkah kaki pemuda tampan itu terhenti sejenak, karena ia terantuk tulang
belulang yang berserakan.
Sementara bau busuk makin kuat menusuk hidunngya, membuat hatinya berdebar
tegang. "Gila....! Padahal Lembah Beracun masih belasan
tombak di depanku. Tapi, hawanya sanggup membunuh orang-orang yang hendak
mendekatinya. Hahhh... Benar-benar mengerikan sekali. Untunglah, aku memiliki
unsur tenaga sakti yang mampu menawarkan segala jenis racun.
Kalau tidak, setinggi apapun kepandaian yang kumiliki pasti akan mengalami nasib
yang serupa dengan tulang belulang manusia malang itu," desah Panji sambil
melompati seonggok tulang belulang manusia yang telah berwarna hitam.
Pendekar Naga Putih terhenti sejenak. Dipandanginya sebuah batu besar berbentuk
tengkorak kepala manusia.
"Hm.... Sepertinya batu ini merupakan pintu gerbang Lembah Beracun. Aku harus
lebih berhati-hati..." gumam Panjii sambil melompat menuruni lembah.
Kening pemuda sakti itu sempat berkerut dan
langkahnya pun terhenti sesaat lamanya. Hati Pendekar Naga Putih diliputi rasa
heran ketika di tempat itu ia tidak merasakan adanya hawa beracun. Kenyataan itu
menimbulkan berbagai macam pertanyaan di benaknya.
Rasa penasaran membuat Pendekar Naga Putih
menghentikan pengerahan tenaga gabungannya. Setelah kedua sinat yang menyelimuti
sekujur tubuhnya lenyap, pemuda tampan itu menarik napas dalam-dalam.
Keheranannya makin bertambah tatkala ia tidak
merasakan adanya hawa beracun yang terhisap oleh tarikan napasnya.
"Aneh...." Mengapa di dalam lembah ini tidak terdapat hawa beracun" Lalu, dari
mana datanngya hawa beracun yang tersebar hingga puluhan tombak dari tempat
ini...?" desah hati Panji yang makin tidak mengerti dengan apa yang dialaminya.
Namun Pendekar Naga Putih tidak memikirkannya
lebih jauh. Memang, ada terbesit dalam pikirannya kalau semua itu mungkin
merupakan permainan kedua orang buruannya. Maka, sambil tetap meningkatkan
kewaspada-an, pemuda tampan itu kembali melangkah menyusuri lembah.
Meskipun ia melangkah semakin jauh, namun ia tidak menemukan adanya binatang-
binatang beracun. Dan
Pendekar Naga Putih tetap melanjutkan langkahnya.
"Huppp!"
Cepat Pendekar Naga Putih mundur sejauh tiga batang tombak ketika tiba-tiba saja
serangkum angin berbau busuk menyergapnya. Kemudain, pemuda tampan itu
berdiri tegak dengan wajah tegang. Dihembuskannya napas perlahan untuk mengusir
bau busuk yang sempat terhisap olehnya. Cepat pemuda tampan itu mengerahkan hawa
murni untuk mengusir rasa mual yang menyerangnya. Sadar bahwa hawa busuk
menyengat itu dapat
menunda langkahnya, Pendekar Naga Putih mengeluarkan sebuah botol kecil dari
dalam buntalan pakaiannya.
Dioleskannya cairan minyak yang terdapat dalam botol sebesar jari kelingking itu
dekat lubang hidungnya. Harum kesturi yang terhisap olehnya, membuat langkah
Pendekar Naga Putih kembali terayun memasuki lembah.
Pendekar Naga Putih melanjutkan langkahnya perlahan tiba-tiba terngiang di
telinga ucapan-ucapan mendiang eyang gurunya.
"Panji, Cucuku. Daerah Lembah Beracun bukan saja sangat berbahaya. Tapi letaknya
yang tersembunyi dapat membuat musuhnya tersesat ke Lembah Kematian. Sebab,
selain Lembah Beracun, masih ada sebuah lembah yang bernama Lembah Kematian.
Jarak antara keduanya boleh dibilang hampir menjadi satu. Memang ada jalan
rahasia, tapi hanya diketahui oleh para penghuni Lembah Beracun.
Dan tidak sedikit tokoh-tokoh persilatan tersesat di Lembah Kematian," demikian
ucapan Eyang Tirtayasa.
"Apakah Lembah Kematian itu tidak ada penghuninya, Eyang...?" tanya panju saat
itu. "Tentu saja ada, Cucuku. Namun, tokoh gila yang
tinggal di Lembah Kematian itu pun tidak pernah
menemukan jalan rahasia menuju Lembah Beracun. Selain itu, tokoh gila yang
memiliki kepandaian yang tidak lumrah bagi manusia, tidak berusaha untuk
mencarinya. Ia pun enggan bermusuhan dengan tokoh-tokoh Lembah Beracun.
Kedua penghuni lembah itu tidak pernah saling ganggu.
Mereka tidak ingin berselisih satu sama lain. Kepandaian tokoh Lembah Kematian
yang sangat tinggi, membuatnya tidak tewas oleh hawa jahat dari Lembah Beracun.
Hanya pikirannya saja yang terganggu. Itu sebabnya ia dijuluki Dewa Gila Lembah
Kematian. Meski ia tidak jahat, namun setiap orang yang memasuki lembah
kediamannya, pasti tidak pernah kembali dengan selamat."
Pendekar Naga Putih termenung mengingat ucapan
eyang gurunya ketika ia hendak terjun ke dunia ramai.
Ingatan itu membuatnya semakin waspada.
"Mungkinkah aku telah tersesat ke Lembah
Kematian...?" desis Panji dengan wajah tegang!
*** 8 ETEGANGAN yang tergurat di wajah Pendekar Naga
Putih nampak jelas saat ia teringat sergapan hawa K busuk, pemuda tampan itu
menduga kalau bau itu berasal dari bangkai manusia yang tersesat di elmbah itu.
"Hm... Tidak salah lagi. Tempat ini pastilah Lembah Kematian. Entah sudah berapa
banyak manusia tewas di tempat ini" Mungkinkah tokoh berjuluk Dewa Gila Lembah
Kematian itu masih hidup?" gumam Pendekar Naga Putih dengan urat-urat syarafnya
menegang. Kebimbangan tergambar jelas di wajah Pendekar Naga Putih. Ingatannya tentang
tokoh gila yang menjadi penghuni lembah itu, membuat langkahnya terhenti. Namun,
bayangan dua orang buruannya tetap mengganggu pikirannya. Pemuda tampan itu ragu
untuk meninggalkan Lembah Kematian.
Bayangan dua orang tokoh Lembah Beracun, membuat Pendekar Naga Putih nekat
melanjutkan langkahnya. Dia pun berharap agar tokoh menggiriskan itu tewas
dimakan usianya.
Namun, langkah Pendekar Naga Putih mendadak
terhenti! Suara sambaran angin tertangkap dari arah kirinya, membuat urat syaraf
pemuda itu menegang! Dan ia bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan!
Ketika pemuda tampan itu mencium benda-benda
berbau busuk yang menusuk cuping hidungnya, cepat ia mendorongkan telapak
tangannya dan melontarkan
pukulan jarak jauh!
Wuuut...! Kraghhh! Kraghhh!
Luncuran benda-benda berbau busuk yang berasal dari tulang belulang menusia itu
hancur terhantam pukulan Pendekar Naga Putih. Pemuda tampan itu kaget setelah
mengetahui benda yang digunakan untuk menyerang
dirinya. Belum rasa terkejutnya hilang, tiba-tiba terdengar suara tawa
menggelegar! "Ha... ha... ha...!"
Gema suara tawa itu terus berkumandang seraya
menimbulkan hembusan angin yang kencang, membuat pohon-pohon yang tumbuh di
lembah itu berderak ribut dan bertumbangan satu persatu.
Pendekar Naga Putih sadar akan kedahsyatan
serangan yang dikirim lawannya melalui suara tawa itu, ia cepat mengerahkan
tenaga sakti untuk melindungi isi dadanya.
Bukan main kagetnya Pendekar Naga Putih, ketika
mendapat kenyataan yang mengejutkan! Sebab, meskipun ia telah mengerahkan
seluruh kekuatan 'Tenaga Sakti Gerhana Bulan-nya. Pengaruh tawa itu ternyata
masih mampu menggetarkan isi dadanya.
"Gila...!" desis Panji ketika merasakan betapa
dahsyatnya tenaga yang disalurkan memalu suara tawa itu.
Diam-diam hati pemuda sakti itu berebar keras. Dalam benaknya, terlintas sosok
tokoh Lembah Kematian, yang memiliki kepandaian tidak lumrah bagi manusia biasa
itu. Pendekar Naga Putih sadar yang dihadapinya kali ini seorang lawan yang tangguh
dan kepandaiannya sukar diukur!
Pendekar Naga Putih menarik nafas lega tatkala suara tawa itu lenyap. Tapi, ia
kembali tersentak kaget! Terdengar suara berdesing keras dari dua sosok tubuh,
menyerang ke arah tubuhnya.
"Haiiit...!"
Teriakan nyaring yang dibarengi pukulan maut itu membuat Pendekar Naga Putih
mengayunkan kedua
tangannya secara bergantian!
Wuuut... Wuuut...!
Serangkum angin pukulan mengeluarkan hawa dingin dan panas, meluncur deras ke
arah dua sosok tubuh yang sedang mengarah ke tubuh Pendekar Naga Putih!
Buggg! Desss...!
Dua sosok tubuh yang tengah mengapung di udara itu, tersentak balik akibat
hantaman tenaga dahsyat Pendekar Naga Putih!
Namun pemuda tampan itu merasa heran. Karena ia
tidak mendengar keluhan dari kedua sosok tubuh yang terhantam pukulannya itu. Ia
segera melompat mendekati kedua sosok tubuh yang tergeletak di depannya. Dan apa
yang dilihatnya, kembali membuat hati Pendekar Naga Putih dicekam ketegangan
hebat! "Gila....! Siapa yang telah membunuh mereka...?" desis Panji ketika ia mengenali
kedua sosok tubuh itu yang ternyata Lawa Gurintang dan Nini Lawang.
Kedua tubuh tokoh Lembah Beracun itu hampir tidak dapat dikenali lagi, membuat
Pendekar Naga Putih melompat mundur hingga tiga batang tombak jauhnya.
Pemuda tampan itu mengedarkan pandangannya ber-
keliling dengan otot-otot syarafnya menegang.
"Siapa pun kau, tunjukkan wujudmu! Sebab, melakukan penyerangan secara sembunyi
adalah perbuatan seorang pengecut!" seru Panji sambil mengerahkan indera
pendengarannya agar dapat menangkap gerakan yang sekecil apapun.
"Ha... ha... ha...! Kau benar-benar memiliki nyali yang besar Anak Muda! Sayangnya


Pendekar Naga Putih 29 Tersesat Di Lembah Kematian di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matamu buta. Sehingga, kau tidak melihat bahwa aku berada di dekatmu!" suara
parau yang membuat kepala Panji menoleh ke samping kirinya.
Ketegangan kembali menyelimuti hati Pendekar Naga Putih. Seluruh indera
pendengarannya dikerahkan, tapi tidak mampu menangkap gerakan sosok tinggi kurus
itu. Padahal, ia tahu pasti kalau beberapa saat tadi sosok itu sama sekali tidak
dilihatnya. Tentu saja kehadiran sosok tinggi kurus itu yang sama sekali tidak
diketahuinya itu membuat Pendekar Naga Putih terkejut!
Sosok tinggi kurus berpakaian compang-camping itu, menatap tajam ke arah
Pendekar Naga Putih. Rambut, jenggot dan kumisnya yang awut-awutan itu, makin
menambah keangkeran dan kegarangan kakek itu. kulit wajahnya nyaris tak
berdaging itu, menandakan usianya sudah sangat tua. Matanya bersinar kehijauan,
sempat membuat hati Pendekar Naga Putih tergetar. Pemuda tampan itu melangkah
mundur beberapa tindak, tanpa sadar. Tapi, ia segera menguasai perasaannya.
Dipandanginya wajah kakek itu penuh selidik.
"Maafkan aku, Kakek! Aku mencari kedua manusia
yang jahat itu. Karena itu tanpa sengaja aku telah tersesat ke tempat ini. Namun
karena kedua musuhku telah tewas, aku mohon dri meninggalkan tempat ini," ucap
Panji sopan sambil membungkuk hormat.
"Ha... ha... ha...! Ucapan apa itu, Bocah" Rupaya kau belum tahu tempat apa yang
telah kau masuki ini"
Sadarkan kau berhadapan dengan siapa saat ini?" tegur kakek kurus itu.
"Maafkan aku, Kakek. Meskipun aku mengetahui siapa sebenarnya Kakek. Namun
karena di antara kita tidak mempunyai persoalan, aku mohon kepada Kakek untuk
mengizinkan aku pergi dari tempat ini," ucap Panji lagi, tetap dengan nada sopan
dan penuh rasa hormat.
"Hm... Tidak semudah itu, Bocah!" cetus kakek itu
dengan wajah berubah bengis. "Ketahuilah, Bocah. Kau telah memasuki Lembah
Kematian. Dan, itu merupakan kesalahan yang tidak bisa dimaafkan! Siapa pun yang
memasuki lembah ini, ia tidak akan kubiarkan keluar dalam keadaan hidup!
Mayatnya harus menjadi penghuni Lembah Kematian! Nah, bagaimana kau bisa
mengatakan kita tidak mempunyai urusan?" tanya kakek kurus itu dengan tatapan
penuh ancaman. "Kakek, aku menghormatimu, karena aku paham
bahwa kau adalah penghuni lembah ini yang berjuluk Dewa Gila. Selain itu,
mengingat usia Kakek yang sudah tua, bukankah lebih baik Kakek hidup tenang
tanpa permusuhan" Nah, izinkahlah aku meninggalkan lembah ini.
Dan, aku akan mengingat Kakek sebagai orang tua yang bijaksana dan baik hati,"
sahut Panji berusaha menghindari perkelahian.
Alasan yang dikemukakan pemuda tampan itu, bukan karena rasa takut. Pendekar
Naga Putih sadar akan kedahsyatan ilmu kakek itu, namun tidak terbesit rasa
takut di hatinya. Hanya karena mengingat tidak adanya permusuhan di antara
mereka, maka Pendekar Naga Putih berusaha menghindari perkelahian. Apalagi kedua
musuhnya telah tewas di tangan kakek itu. Dan Pendekar Naga Putih merasa
persoalannya sudah selesai.
"He he he... Bagus kalau kau telah mengenalku, Bocah.
Itu sama artinya kau sudah mengetahui peraturan yang berlaku di Lembah Kematian.
Dan peraturan itu tidak bisa kau indahkan begitu saja. Sekarang, kau bersiaplah
untuk melayat ke akhirat. Karena aku tidak suka membunuh orang tanpa
perlawanan," ujar Dewa Gila Lembah
Kematian itu. Setelah berkata demikian, penghuni Lembah Kematian melangkah ke arah Pendekar
Naga Putih. Gerakan kakek itu mengejutkan sekali! Langkah kakinya yang terlihat
perlahan sekali, tapi membuat tubuhnya meluncur cepat bagai kapas tertiup angin.
Sehingga dalam sekejap mata saja, tubuh kakek itu telah berada satu tombak di
depan Pendekar Naga Putih.
"Tunggu dulu, Kakek...!" cegah Panji sambil melangkah mundur hingga satu tombak.
"Ada apa lagi, Bocah?" tanya dengan mengerutkan
keningnya ketika mendengar ucapan Panji. Tangannya yang semula siap melontarkan
pukulan maut, menjadi mengapung di udara.
"Bagaimaan kalau kita bertaruh...?" usul Panji sambil menatap wajah kakek itu
lekat-lekat. "Kurang ajar...! Sadarkah bahwa kau telah melakukan kesalahan besar! Untuk itu kau
harus mati tanpa boleh mengajukan permintaan atau apa pun yang sejenis dengan
itu! Keluarkanlah seluruh kepandaian yang kau miliki! Jalan satu-satunya hanya
itu untuk keluar hidup-hidup dari tempat ini hanyalah dengan membunuhku! Dan itu
merupakan suatu hal yang mustahil!" bentak Dewa Gila Lembah Kematian.
Pendekar Naga Putih sadar bahwa ia tidak akan
mungkin dapat keluar dari Lembah Kematian tanpa
mengalahkan penghuninya. Pemuda tampan itu bersiap menyambut serangan Dewa Gila
Lembah Kematian!
Sejenak Pendekar Naga Putih menoleh ke arah dua sosok mayat tokoh Lembah Beracun
itu. "Hm... Rupanya mereka sempat dilihat penghuni
Lembah Kematian ketika memasuki Lembah Beracun.
Sehingga, kakek gila itu membunuh mereka tanpa ampun,"
gumam Panji seraya mengalihkan pandangannya ke arah kakek kurus itu.
"He... he... he... Mereka terpaksa kubunuh. Karena mereka telah berani
meninggalkan racun di tempat ini. Aku sudah tidak suka kepada mereka, karena
selalu keluar masuk melalui wilayahku. Walaupun untuk memasuki Lembah Beracun
harus melalui wilayahku namun
kehadiran mereka sempat terlihat olehku, tentu saja tidak bisa kudiamkan begitu
saja. Siapa saja yang memasuki lembah ini dan terlihat olehku, mereka harus
mati. Sekalipun mereka penghuni Lembah Beracun!" jelas Dewa Gila Lembah Kematian.
"Hm... Jelas aku tidak mungkin keluar dari tempat ini.
Tidak ada jalan lain, aku harus menewaskannya agar dapat meninggalkan tempat
celaka ini." gumam Panji yang segera memasang kuda-kudanya dengan tubuh rendah.
Hal itu dilakukannya ketika melihat Dewa Gila Lembah Kematian telah siap
melontarkan serangan kepadanya.
*** Pendekar Naga Putih menyongsong serangan lawan.
Sengaja ia tidak melakukan serangan lebih dahulu. Karena akan membuka pertahanan
dirinya. Dewa Gila Lembah Kematian melihat lawannya belum juga bergerak, mengerutkan
kening sejenak. Senyum tipis mengembang di bibirnya ketika melihat posisi
Pendekar Naga Putih. Senyum yang menandakan kegembiraan hatinya itu, semakin
melebar. Sepertinya dengan melihat posisi lawan, ia dapat menduga bahwa calon
korbannya bukan orang sembarangan. Apalagi sikap dan wajah Pendekar Naga Putih
tidak mencerminkan rasa takut meski telah mengenal nama julukannya. Jelas,
pemuda tampan itu berbeda dengan korban-korban sebelumnya.
"Heaaa...!"
Dibarengi dengan teriakan nyaring, tubuh tinggi kurus itu melesat cepat!
Sepasang tangannya yang berbentuk cakar menyambar-nyambar dan menimbulkan suara
mencicit tajam. Jelas, serangan itu mengandung kekuatan tenaga dalam yang penuh
dan berbahaya! Wuuut...! Wuuut...!
Begitu sambaran lawan tiba, Pendekar Naga Putih
cepat menggeser tubuhnya dengan lompatan pendek. Berbarengan dengan itu, tangan
kanannya bergerak dari bawah ke atas dengan menimbulkan angin berkesiutan!
Sambaran angin berhawa panas menyengat keluar dari tangan pm itu, sempat membuat
penghuni Lembah
Kematian terkejut!
Namun sambaran tangan Pendekar Naga Putih yang
digerakkan dengan kecepatan tinggi itu, tidak membuatnya repot. Dengan gerakan
aneh dan lucu, kakek kurus itu menarik perutnya ke dalam dengan gerakan pantat
yang megol-megol seperti bebek berjalan. Serangan lawan yang berkecepatan tinggi
itu berhasil dipatakannya. Bahkan gerakan itu masih disusul dengan putaran tubuh
melingkar. Sambil bergerak, tangan kanannya ikut mengancam tengkuk Pendekar Naga
Putih! Wuuuk...! Cepat Pendekar Naga Putih menekukkan lututnya dan mendoyongkan tubuh ke
belakang. Namun, ia tak
menduga sama sekali, pukulan telapak tangan yang luput itu kembali berputar dan
langsung bergerak naik mengancam dadanya! Sadar serangan mendadak itu sulit
dihindari, Pendekar Naga Putih memutar tangan kiriya untuk memapaki cengkeraman
itu! Plarrr...! Hebat sekali pertemuan dua gelombang tenaga
dahsyat itu! tubuh keduanya terpental hingga tiga tobak ke belakang! Namun, Dewa
Gila Lembah Kematian dapat mematahkannya dengan gerakan tubuh berputar.
Sehingga tubuh kakek itu kembali siap dalam posisi kuda-kuda yang kokoh dan
aneh. Sementara Pendekar Naga Putih sendiri harus
melempar tubuhnya ke belakang dan berjumpalitan tiga kali di udara. Kemudian ia
dapat mendaratkan kakinya dengan baik. Melihat dari seringai di wajahnya, jelas
Pendekar Naga Putih merasakan akibat benturan keras itu.
Dewa Gila Lembah Kematian sendiri, sempat terheran-heran dengan keadaan itu.
sepertinya kakek kurus itu belum dapat mempercayai apa yang menimpanya barusan.
Tampak wajah kakek kurus itu terlongong bagaikan orang tolol.
Rasa keheranan iu membuatnya makin penasaran.
Tanpa banyak cakap lagi, tubuhnya kembali meluruk ke arah Pendekar Naga Putih!
Serangan yang dilancarkan Dewa Gila Lembah
Kematian kali ini, benar-benar sangat mengerikan sekali!
Angin keras berhembus hingga membuat pepohonan di sekitarnya berderak roboh!
Bahkan beberap semak perdu yang akarnya tak kuat menahan putaran angin keras itu
langsung tercabut keluar. Sehingga dalam sekejapan saja, tempat itu dipenuhi
semak-semak dan dedaunan yang berterbangan!
Melihat kenyataan itu, Pendekar Naga Putih sadar bahwa Dewa Gila Lembah
Kematian, memang bermaksud membunuhnya. Pemuda tampan itu segera memusatkan
pikirannya, sambil menatap ke arah lawan dengan
pandangan tajam. Sesaat kemudian, tercipta dua lapisan sinar menyelimuti sekujur
tubuh Pendekar Naga Putih!
Hembusan angin yang saling bertentangan menebar di sekitar arena pertarungan
maut itu. bahkan ketika Pendekar Naga Putih menggerak-gerakkan tangannya dengan
jurus ilmu 'Silat Naga Sakti', gulungan angin berwarna kuning keemasan dan putih
keperakan berputar kencang membuat arena pertempuran makin kacau balau.
"Ha ha ha.... Tidak kusangka kalau menjelang akhir hayatku ini, aku berhadapan
dengan anak muda berilmu tinggi sepertimu. Hm.... Kau memang pantas untuk
dikagumi, Bocah! Merupakan kehormatan besar jika aku dapat membunuhmu," ujar
Dewa Gila Lembah Kematian yang mengenali lawannya setelah melihat lapisan kabut
bersinar puith keperakan. Meskipun keningnya sempat berkerut ketika melihat
sinar lain yang menyelimuti tubuh sebelah kanan pemuda itu, Dewa Gila Lembah
Kematian tetap melanjutkan serangannya.
"Yeaaat...!"
Diiringi teriakan panjang, tubuh kakek kurus itu bergerak cepat dengan langkah-
langkah aneh. Sepasang tangannya menyambar-nyambar dan menimbulkan angin
bercicitan tajam!
Bettt! Bettt! Bettt!
Sekali menyerang, Dewa Gila Lembah Kematian
langsung melontarkan serangkaian pukulan maut! Angin pukulannya meluncur datang
sebelum cengkeraman maupun kepalan kakek kurus itu tiba.
Angin pukulan yang terlontar dari setiap serangan kakek kurus itu tidak dapat
dianggap remeh. Sebab, jangankan terkena tubuh manusia, pohon besar dua pelukan
orang dewasa pun akan roboh bila terkena angin pukulan Dewa Gila Lembah
Kematian. Serangan yang dilancarkan kakek kurus itu sangat dahsyat sekali!
Pendekar Naga Putih sendiri sempat repot oleh
serangkaian serangan yang mengancam tubuhnya. Ia pun terpaksa bergerak cepat
menghindari setiap pukulan lawannya. Nyaris pada gebrakan pertama Pendekar Naga
Putih tidak mendapat peluang sedikitpun untuk membalas gempuran lawannya.
Tubuh Pendekar Naga Putih berkelebatan cepat di
antara sambaran-sambaran pukulan lawannya. Terkadang pemuda tampan itu melakukan
lompatan panjang, menghindari gempuran yang dilancarkan Dewa Gila Lembah
Kematian. Beruntung Pendekar Naga Putih telah memiliki
pendengaran maupun penglihatan yang tajam. Walaupun ia terdesak oleh lontaran
pukulan lawan, tapi pemuda tampan tu sempat mengirimkan satu dua pukulan setiap
ada kesempatan.
Jurus demi jurus berlalu dengan cepat. Tanpa disadari, keduanya telah bertarung
kurang lebih seratus jurus! Meski pertarungan telah berlangsung demikian jauh,
namun belum nampak tanda-tanda kelelahan pada diri Dewa Gila Lembah Kematian.
Padahal, usianya telah mencapai seratus tahun lebih. Kenyataan itu tentu saja
membuat hati Pendekar Naga Putih menjadi kagum.
Ketika pertarungan menginjak jurus keseratus dua puluh, tiba-tiba Dewa Gila
Lembah Kematian mengeluarkan pekikan nyaring yang mengejutkan lawna. Ber-
barengan dengan itu, ia langsung memutar tubuhnya seperti baling-baling.
Pendekar Naga Putih terkejut melihat tubuh lawannya mendadak lenyap! Yang
dilihatnya, hanya gulungan angin yang terus mendesaknya. Gerakan lawan yang
cepat dan tak terduga itu, membuat Pendekar Naga Putih tidak sempat menghindari
pukulan lawan. Dua buah pukulan lawan, muncul dari gulungan itu mencelat dan
menghantam dada serta perut Pendekar Naga Putih!
Buggg! Desss...!
"Aaakh...!"
Pendekar Naga Putih memekik tertahan ketika dua
buah pukulan Dewa Gila Lembah Kematian menghajar telak dadanya dan perutnya!
Kontan tubuh Pendekar Naga Putih tersentak keras ke belakang. Dan cairan merah
muncrat dari mulutnya.
Brakkk...! Sebuah pohon besar yang tida tombak berada di
belakangnya, langsung tumbang ketika terhantam tubuh Pendekar Naga Putih. Sedang
pemuda tampan itu sendiri, melorot jatuh ke tanah. Dadanya serasa remuk.
Pendekar Naga Putih bangkit dan mencoba berdiri tegak. Lapisan kabut bersinar
putih keperakan, lenyap seketika. Sedangkan lapisan sinar keemasan menebar
menyelimuti sekujur tubuh pemuda tampan itu. Sehingga, tubuh Pendekar Naga Putih
bagai terselimuti kobaran api yang amat panas!
Sepasang mata Dewa Gila Lembah Kematian terbelalak takjub melihat kenyataan itu!
Kakek kurus itu tidak menduga 'Tenaga Inti Panas Bumi' tengah melebur luka dalam
yang diderita pemuda tampan itu.
Bukan hanya lawannya yang merasa heran dengan
kejadian itu. Pendekar Naga Putih sendiri terkejut pula dengan apa yang
dialaminya. Namun rasa terkejut mereka berbeda. Bagi Pendekar Naga Putih
kejadian itu sangat menggembirakan. Sebab makin melebarnya sinar
keemasan yang melebur luka dalam tubuhnya,
menandakan 'Tenaga Inti Panas Bumi' telah bereaksi bila ada yang tidak beres
dalam tubuh pemuda tampan itu.
Kekuatan daya tolak tenaga sakti yang berasal dari Pedang Naga Langit itu,
memang mempunyai khasiat untuk meleburkan racun maupun luka dalam. Sehingga
dalam beberapa saat saja, luka akibat pukulan Dewa Gila Lembah Kematian lenyap
tanpa bekas. Sedangkan Dewa Gila Lembah Kematian heran bukan
main melihat kejadian itu. Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki pengetahuan
tinggi, ia segera mengetahui apa yang barusan dialami lawannya. Justru hal itu
makin menambah kegembiraan hatinya. Sebab, ia merasa kali ini benar-benar
menemui lawan yang tangguh!
Sambil terkekeh parau, Dewa Gila Lembah Kematian kembali menyiapkan serangannya.
Sepasang tangannya berputaran bagaikan baling-baling yang kemudian diikuti
dengan putaran tubuhnya. Sepertinya kakek kurus itu ingin mengulangi
keberhasilan serangannya.
"Haiiit...!"
Disertai teriakan nyaring yang memekakkan telinga, tubuh kurus itu melompat
dengan serangan-serangan dahsyatnya.
Pendekar Naga Putih pun tidak mau kalah! Dengan
membuat gerakan pembukaan jurus 'Naga Sakti Meluruk ke Dalam Bumi', tubuh pemuda
tampan itu melesat
menyambut serangan lawannya! Tubuh kedua tokoh sakti itu saling berputaran dan
meluncur deras dengan
serangan-serangan dahsyat!
"Yeaaa...!"
"Haaat...!"
Pyarrr...!

Pendekar Naga Putih 29 Tersesat Di Lembah Kematian di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hebat sekali pertemuan kedua tenaga dalam raksasa yang tersalur lewat telapk
tangan mereka, luar biasa! Bumi sekitar Lembah Kematian bagaikan diguncang gempa
yang hebat! Bahkan beberapa pohon kecil langsung bertumbangan! Demikian pula
halnya dengan tubuh kedua orang tokoh itu terdorong ke belakang bagaikan sehelai
daun kering! Namun baik Pendekar Naga Putih maupun Dewa Gila
Lembah Kematian memang bukan tokoh-tokoh
sembarangan! Sehingga daya luncur tubuh mereka yang deras itu, dapat dipatahkan
dengan cara berjumpalitan bebrapa kali di udara. Mereka pun dapat mendarat
kembali di atas tanah dengan selamat! Meski kuda-kuda mereka agak goyah ketika
menjejak tanah, namun jelas keduanya sama sekali tidak mengalami luka parah.
Pendekar Naga Putih tidak ingin meluangkan
kesempatan sedikitpun! Ketika kedua kakinya mendarat meski sedikit goyah,
tubuhnya kembali melambung, dan langsung mengirimkan serangannya yang
menimbulkan suara mencicit tajam! Serangannya kali ini menggunakan tenaga
gabungannya. "Haaat...!"
Teriakan nyaring bergema dengan diiringi luncuran tubuh Pendekar Naga Putih ke
arah lawannya! Angin keras berputaran membentuk bulatan-bulatan sinar
menyilaukan mata. Dari bulatan dua buah sinar itu, membentuk cakar-cakar naga
yang berhawa maut!
Pendekar Naga Putih kembali menggunakan jurus
'Naga Sakti Meluruk ke Dalam Bumi' untuk kedua kalinya menghadapi Dewa Gila
Lembah Kematian. Serangan
dahsyat yang dilancarkan pemuda tampan itu sempat membuat penghuni Lembah
Kematian menyadari, tidaklah mungkin dapat menghindari serangan itu, maka kakek
kurus itu pun memapakinya sambil melompat menyambut gempuran pemuda tampan
berjubah putih itu!
Dewa Gila belum mengetahui sama sekali keistimewa-an jurus lawannya. Sehingga,
ketika ia melihat cakar lawan menyambar, cepat dipapakinya dengan tamparan
tangan kiri! Kakek kurus itu terkejut bukan main! Cakar lawan yang diduganya
hendak mencengkeram dada, tiba-tiba melejit menghindari tamparannya. Gerakan
yang licin bagaikan liukan tubuh naga itu, berputar cepat, dan meluruk mengancam
lambung Dewa Gila Lembah Kematian!
Bahkan disusuli dengan hantaman telapak tangan ke arah dada lawan. Maka....
Brettt...! Diesss...!
"Aaakh...!"
Dewa Gila Lembah Kematian menjerit kesakitan ketika cakaran dan hantaman telapak
tangan Pendekar Naga Putih tepat mengenai sasarannya! Dan tubuh kurus itu pun
langsung terpental deras hingga lima tombak jauhnya.
Lalu, terbanting ke atas tanah berbatu. Namun daya tahan tokoh skti Lembah
Kematian itu memang tidak lumrah bai manusia biasa! Secepatnya tubuhnya jatuh,
secepat pula ia melompat bangkit, meski agak terhuyung dan limbung ke belakang.
Cairan merah pun tampak menetes dari sudut bibirnya.
Sayang pada saat tubuh kakek kurus itu tertatih
mundur, sebuah tendangan keras dari Pendekar Naga Putih telah bersarang di
dadanya! Buggg...! "Huaaakh...!"
Darah segar langsung menyembur dari mulut kakek
kurus itu. tubuhnya kbamli terjengkang hingga mencapai tiga batang tombak dan
terbanting jatuh tanpa dapat bangkit kembali. Kakek kurus itu menggelepar di
tanah, jari tangannya bergerak-gerak menahan rasa sakit bukan kepalang.
Melihat lawannya sudah tergeletak dengan napas satu-satu, Pendekar Naga Putih
melangkah hati-hati mendekatinya. Otot-otot tubuhnya tetap menegang, siap
menghadapi serangan mendadak.
Namun ketika mendapat kenyataan bahwa Dewa Gila
Lembah Kematian sudah tidak mampu bangkit lagi, cepat pemuda tampan itu
membungkuk dan memeriksa tubuh kakek kurus iu.
"Maafkan aku, Kakek. Semua ini terjadi karena kau yang memaksaku," ucap Panji
yang bersiap untuk
mengobati luka-luka lawannya.
"Kau sama sekali tidak bersalah, Anak Muda. Memang kematian seperti inilah yang
kudambakan semenjak dahulu. Aku tidak sudi mati karena penyakit tua. Itulah
sebabnya mengapa aku selalu membunuh siapa saja yang memasuki lembah ini. dan
sekarang aku benar-benar merasa puas."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, kepala Dewa Gila Lembah Kematian terkulai.
Karena nyawanya telah
meningggalkan raga. Tokoh sakti menggiriskan itu tewas dengan senyum puas yang
menghias wajahnya.
Pendekar Naga Putih termenung sesaat setelah
mengetahui Dewa Gila Lembah Kematian benar-benar telah pergi. Beberapa saat
kemudian, pemuda tampan itu bergerak bangkit. Digalinya tanah gembur untuk
mengubur-kan ketiga sosok mayat yang tergeletak di tempat itu.
Tak lama kemudian, Pendekar Naga Putih bergegas
meninggalkan Lembah Kematian untuk menjemput
kekasihnya. Hatinya lega. Karena bencana yang dibuat oleh tokoh-tokoh Lembah
Beracun yang membuatnya sampai tersesat di Lembah Kematian itu telah berakhir.
Hembusan angin bersilir lembut, mengiringi ayunan langkah Pendekar Naga Putih.
Sejenak kepala pemuda tampan itu menengadah menatap cakrawala luas.
Sepertinya pemuda tampan itu tengah membayangkan petualangan-petualangan lainnya
yang merupakan garis perjalanan hidupnya.
SELESAI Ratu Peri Selat Sunda 2 Gajahmada Karya Langit Kresna Hariadi Panji Wulung 1
^