Pencarian

Candra Kirana 1

Candra Kirana Karya Ajiprosidi Bagian 1


Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
AJIPROSIDI CANDRA KIRANA PUSTAKA JAVA Candra Kirana sebuah saduran atas sebuah Cerita Panji
oleh Ajip rosidi Candra Kirana oleh Ajip Rosidi
Cetakan pertama. Jakarta' 1962. Muki cetakan kedua 1972 diterbitkan oleh PT DUNIA PUSTAKA
JAYA Jaian Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat Anggota IK API Cetakan ketiga: 1983
HAK CIPTA D1LINDUNGI UNDANG-UNDANG ALL RIGHTS RESERVED Uustrasi oleh: A.
Wakidjan Dicetak dan dijilid olch Fix ma Ekonomi, Bandung
DAFTAR ISI Dewi Anggraeni ................ 7
Sang Prabu Jayantaka............... 23
Sang Prabu Jayawarsya............... 35
Sang Kili Suci..................... 5g
Raden Panji Kuda Waneng Pati.......... 73
Tumenggung Braja Nata................ jq3
Peristiwa dalam hutan ............... J27
1 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Patih Prasanta......................... 145
Sang Permaisuri ....................... jgO
Dalam sinar purnama................... 191
Kelana Jayeng Sari.....................205
Maha Patih Kebo Rerangin...............213
Dewi Sekar Taji .......................222
Prabu Gajah Angun-angun ...............231
Rahasia terbuka.......................244
Candra Kirana ........................264
DEWIANGGRAENI Bagaikan sebuah mata air yang jemih-bening ke-luar dari tebing di pegunungan, atau laksana
sekuntum bunga yang kembang di tengah kesunyian hutan, segar serta indah, demikianlah Dewi
Anggraeni bagi Raden Panji Kuda Waneng Pati putera mahkota kerajaan Janggala yang jaya.
Tepekur pahlawan Kahuripan itu di depan keindahan dan keheningan alami yang terpancar dari
senyuman yang mekar pada bibir yang indah. Adakah yang lebih indah dalam hidup ini daripada
mereguk keindahan alami sepanjang hayat dikandung ba-dan" Adakah yang lebih bahagia
daripada duduk berdainpingan dengan bunga jelita itu menyusuri sisa usia"
Bertemu tangan dengan tangan, melalui pancaran mata yang sama-sama mengerti, maka hati pun
memadu. Anggraeni! Naina yang nyaman terdengar itu tcrukir dengan indahnya dalam sanubari
calon pemangku takhta Janggala.
7 Tetapi, aduhai! Kebahagiaan tak seinudah itu dicapai! Kedudukan putra mahkota yang oleh orang
lain diperebutkan, baginya bagaikan sebungkah karang yang menjulang mcnghalang. Ayahanda.
seorang yang bercita-cita tinggi. Baginda me-mimpikan kebesaran kerajaan yang sekali pemah
dipersatukan oleh leluhur mereka. Sang Airlangga yang jaya. kembali bisa tercapai dengan
mengadakan perkawinan antara putranda Raden Panji Kuda Waneng Pad dengan putri Kadiri, Dewi
Sekar Taji. Persetujuan telah tercapai oleh kedua belah fihak. selagi kedua bayi masih dalam
kandungan. Keduanya telah dipertautkan oleh perjanjian dua kerajaan yang sama-sama ingin
meniadakan batas yang dibuat oleh Empu Bharada yang sakti itu.
Sejak masih kecil. Raden Panji sudah tahu bah-wa ia telah dipertunangkan oleh ayahanda dengan
puteri Kadiri, yang masih terhitung kerabatnya juga. Pertunangan yang didukung oleh cita-cita yang
2 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
luhur itu, sangat direstui oleh para tetua kerajaan kedua belah fihak. Resi-resi Syiwa dan Wisynu
memberikan berkahnya, lantaran mereka pun masih terkenang akan perjuangan Sang Airlangga
tatkala hendak membangun kerajaannya yang besar.
Raden Panji menerima berita tenlang pcrtunang-annya itu sewajamya saja. Ia masih kecil amat
untuk mengerti dan memikirkan hal-hal yang bersangkut-paut dengan hal tersebut. Bahkan ia
merasa senang hatinya, tatkala ia masih berusiii tujuh atau delapan tahun, diganggu oleh Para
pengasuhnya mengenai pertunangannya denean Dewi Sekar Taji. Ia bclum mengerti. la hanya me
rasa hatinya sedikit berguncang, dan merasa sedikit malu. Tetapi tatkala gangguan:gangguan itu
telah biasa, ia menerimanya secara wajar pula.
Tahun demi tahun tumbang, dan usianya bertambah jua. Tatkala mencapai usia delapan tahun,
dipanggil baginda seorang resi yang terkenal bijaksana akan mendidiknya dalam hal kerohanian
dan begitu pula seorang patih yang menjadi kepercayaan baginda, dititahkan untuk mengajarinya
mengenai segala soal yang berkenaan dengan soal kenegaraan.
Raden Panji mulai tenggelam dalam pelajarannya, dalam kitab-kitabnya dan dalam ilmu yang
pelik-pelik. Meski nama Dewi Sekar Taji masih kadang-kadang terdengar, namun ia merasa
bertambah asing. Kadang-kadang ia temienung memikirkan tunangannya yang belum pemah dia
jumpai itu. Ia belum juga mendapat kesempatan untuk pcrgi ke Kadiri akan menyambangi bakal
istrinya. Baginda sendiri bukannya lupa akan pertunangan putranda dengan kemEnakan baginda Dewi
Sekar Taji, namun baginda bcrpikir, adalah lebih elok apabila Panji sungguh-sungguh menghadapi
pelajarannya dahulu. Bukankah ia yang kelak
9 akan melanjutkan memangku takhta kerajaan" bukan hanya kerajaan Janggala seperti yang dia
perintah sekarang. tetapi termasuk pula Kadiri! Karena Sekar Taji adalah pewans takhta kerajaan
Kadiri Tersenyum baginda memikirkan hal itu. Tak sia-sialah hendaknya usaha leluhumya yang jaya
serta bijaksana. Rake Halu Syri Lokesywara Dharmawangsya Airlangga
Anantawikramatung-gadewa!
Raden Panji Kuda Waneng Pati bukan satu-satunya putra baginda. Jumlah semua putera baginda
empat puluh tiga orang! Dan bukan pula ia yang tertua. Tumenggung Braja Nata lebih tua empat
belas tahun daripada Raden Panji. Tetapi pada Raden Panjilah harapan baginda tertumpah, karena
ia pewaris takhta yang sah, karena hanya Raden Panji saja di antara semua putranda, yang
berdarah langsung keturunan Empu Sindok, cakal-bakal ahala Isyana!
Maka tatkala Raden Panji berangkat remaja dan segala ilmu mengenai kerajaan dan kerohanian
telah ditumpahkan semuanya oleh guru-guru-nya, siaplah ia akan melaksanakan cita-cita baginda
yang luhur - hanya tinggal menanti saatnya saja. Namun ilmu adalah seumpama langit, makin
ting-gi dijelang, makin tinggi menembus awang-awang, makin in gin had menyelaminya! Makin
banyak yang direguk, makin haus dan dahaga makin menjadi-jadi. Raden Panji merasa dahaga
akan ilmu, 10 3 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan banyak pertanyaan-pertanyaannya, terutama yang mengenai soal-soal rohaniah, mengusiknya
tatkala merenung. Ia meminta perkenan ramanya untuk menemui para resi yang sakti dan para
pendeta yang bijaksana, akan mcncari penawar hausnya, penentramkan kegelisahan kalbu.
Mula-mula sang baginda merasa keberatan akan mengabulkan maksud anakanda itu. Tetapi
kemudian diperkenankannya juga. Bukankah mak sud seperti itu adalah maksud yang sangat baik"
Bukankah itu menandakan harapannya selama ini tidak sia-sia" Karena, menambah ilmu dan
memperluas pengalaman dan pengetahuan, akan sangat berguna bagi kerajaan yang kelak akan
diperintah oleh Raden Panji. Bukankah dahulu pun leluhurnya yang bijaksana, sang Airlangga tak
jemu-jemunya berguru. tak bosan^bosannya bertapa, pergi dari resi menemui resi yang lain,
berangkat dari satu pendeta menemui pendeta yang lain" Sang Airlangga yang bijaksana itu telah
memberi contoh yang baik dan kini anakanda, tumpuan harapan masa depannya, Raden Panji,
hendak mengikuti jejak leluhumya itu! Tidakkah itu suatu tandayang baik"
Maka karena pikiran-pikiran seperti itu, akhirnya baginda memperkenankan anakanda Raden Panji
Kuda Waneng Pati mengembara ke saban Petapan, mencari resi yang sakti, mendapatkan pendeta
yang bijaksana, akan menambah ilmunya.
11 Sesungguhnya bukan persoaian-persoalan kenegaraan yang menyebabkan Raden Panji merasa
ti-dak tenteram dan yang menyebabkan dia mesti mengembara dari petapan^ke petapan. Dari patih
Prasanta yang selama beberapa tahun mengajarinya pengetahuan-pengetahuan kenegaraan, dia
telah mendengar riwayat keturunan Isyana, tak henti-hentinya berperang dan berperang di man a
manusia-manusia terbunuh sia-sia, memperebutkan nega-ra dan takhta kerajaan. Dia kagum akan
moyangnya Airlangga yang gigih serta berhasil memper-besar daulat kerajaannya, mengamankan
keadaan dalam negeri yang kacau setelah diserang oleh raja Wura-wari, kemudian menaklukkan
kerajaan demi kerajaan yang lain ke dalam wiiayah takluknya. Tetapi, kalau teringat pula olehnya,
bahwa untuk maksud tersebut, tak terhitung entah berapa ribu manusia yang mati sia-sia, Raden
Panji mengerutkan dahi. Adakah moyangnya itu berbahagia setelah mengurbankan demikian
banyak balatentara dan tenaga" Adakah ia berbahagia setelah menentramkan kekacauan dalam
negeri dan menaklukkan kerajaan-kerajaan sekelilingnya" Adakah ia tenteram senang di atas
takhta kerajaan yang meliputi wiiayah yang luasnya tak terkira, setelah lelah berjuang mati-matian
sepanjang hidupnya" Raden Panji ragu untuk menjawab, "Ya, moyangku Airlangga yang bijaksana itu berbahagia melfliat
hasil usahanya yang tak kunjung henti
12 selama dia hidup Ya, ia ragu Untuk meyakini jawaban seperti itu. Bukankah sang Airlangga men
jelang akhir hidupnya, meninggalkan keraton setelah meminta tolong kepada Empu Bharada yang konon sakti itu
membagi dua kerajaannva menjadi Janggala dan Kadiri" Ya, sang Airlanm tidak mustahil kecewa
pada akhir hidupnya lantaran melihat keturunannya, anak-anaknya sendiri saing-menyaingi untuk
menduduki takhta. Ya tak mustahil sang Airlangga merasa usahanya seu'mur hidup itu sia-sia, lalu
4 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ia pun mengikuti jejak putrinda sang Kili Suci untuk bertapa di Pucangan
Dan ia, ia sendiri - Raden Panji Kuda Waneng Pati - bagaimana" Akankah ia menemui
kebahagiaan dan kedamaian hati apabila kelak ia menjadi raja menggantikan ayahanda
memerintah kerajaan Janggala dan lantaran ia telah dipertunangkan dengan Dewi Sekar Taji, ia
pun akan menguasai wiiayah Kadiri pula" Sungguh luhur cita-cita ayahanda! Baginda hendak
mewujudkan kembali usa-ha sang Airlangga yang dahulu! Baginda hendak mempersatukan
Janggala dan Kadiri pula! Dan tugas itu terpikul pada pundaknya - pundak Raden Panji!
Tetapi, benarkah kelak, kalau sudah melaksanakan kewajibannya sebaik-baiknya sebagai
keturunan Isyana yang bijaksana, ia bakal menemui kebahagiaan dan ketentraman batin"
Begitukah hidup manusia" Berjuang membela kebahagiaan
13 yang digariskan orang lain, untuk keperluan orang lain dan demi kebahagiaan orang lain pula"
Alangkah sederhana! Namun alangkah asing dan aneh kedengarannya!
Tidak, yang dia can dari resi ke resi, dari petapan ke petapan, bukan hal-hal yang demikian ru-wet.
Ia ingin merasakan batinnya tenteram. Suasana dalam keraton tidak memberinya ketentraman. Ia
melihat semua orang di sana, berdiri pada tempatnya, mempunyai beban yang mesti
diselesai-kannya. Kesibukan-kesibukan yang terasa seolah-olah disibuk-sibukkan saja! Kesibukan
dalam suatu perpu taran yang lebih besar, yang entah akan ber-manfaat ataukah tidak buat diri si
petugas sendiri! Orang-orang di keraton seolah-olah bukan manusia lagi, melainkan kuda yang
kalau tidak menarik kereta sebaik-baiknya akan mendapat cemeti menyambar punggung
Dan ia sendiri, kelak suatu hari, kalau menduduki takhta, tentulah tak ubahnya dengan kusir yang
selalu mengamangkan cemeti, menakuti kuda supayajangan keluar dari jalannya.
Tidak, kedudukan seorang kusir, meskipun mengusiri kerajaan yang luasnya tak terhingga,
bukanlah impian yang serasi dengan jiwanya.
Dalam petapan yang rimbun serta sejuk, jauh dipunggung gunung di tengah-tengah hutan, Raden
Panji sering merenungkan itu semua. Alangkah berat bebannya! Alangkah berat tugasnya!
14 Dan masih juga setiap pendeta yang ditemuinya menyadarkan dia akan tugas itu:
"Kewajiban nap manusia adalah menjalankan darmanya masing-masing sebaik-baiknya. Hamba
yang dilahirkan sebagai seorang berahmana menjalankan darma sebagai seorang berahmana. Dan
gusti yang dilahirkan sebagai seorang satria mempunyai tugas sebagai seorang satria pula. yang
luhur serta suci. Hanya mereka yang menjalankan darmanya sebaik-baiknyalah yang mungkin
mencapai kedamaian abadi - moksya."
Kedamaian abadi! Ya, kedamaianlah yang di-ingininya. Apakah hanya ada satu jalan mencapai
kedamaian yaitu menjalankan tugas yang dipikul-kan orang kepadanya dan akan dilaksanakannya
tentu dengan tidak merasa damai" Apakah hanya dengan melalui ketakdamaian saja ia bakal
mencapai kedamaian" 5 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tetapi ia bukan seorang satria kalau menyatakan ketakpenujuannya secara kasar. la menyimakkan
setiap nasihat, petua, ajaran setiap resi dan pendeta mengenai kedamaian.
"Kedamaian itu," kata maha resi Saptani di pegunungan Penanggung yang dia kunjungi, "hanya
bisa dicapai dengan pengetaluian. Pengetahuan apa" Yakni pengetahuan tentang kedamaian.
Kedamaian di mana" Kedamaian dalam hidup. bukan" Jadi pengetahuan kedamaian apa"
Tentu-15 lah pengetahuan kedamaian dalam hidup. Jadi juga pengetahuan tentang hidup. Dan pengetahuan
tentang hidup tak bisa dipisahkan dari pengetahuan tentang man". Apa man" . .
Terdcngar-dengar tiada segala tutur maha resi yang dalam gaya tanya-jawab sendirian itu oleh
Raden Panji. Namun ia tunduk temungkul, husyu mencoba menyimakkan ajaran sang Resi Saptani.
Namun tatkala akhimya sang Resi mempersila-kannya beristirahat karena maJam telah larut.
Raden Panji belum juga bisa mendamaikan hatinya, "Bagaimanakah jalannya untuk mencapai
pengetahuan tentang kedamaian dalam hidup" Bagaimanakah ia bisa mencapai pengetahuan
tentang hidup" Tentang mati?" yang dia dengar dari sang resi, penuh teka-teki, bagaikan
belokan-Jbelokan yang mungkin menyesatkan.
Udara malam sangat hening. Dan sejuk pegunungan memberikan suatu suasana yang sangat
mengesankan. Telah sering ia bermalam di petapan-petapan sunyi di tengah hutan jauh di puncak
gunung, namun suasana seperti yang dia rasakan malam itu, alangkah lain. Rabunya luas,
bagaikan hendak menghirup seluruh udara. Dan dalam perasaan bahwa ia bisa menghirup seluruh
aJam ke dalam rabunya, ia me rasakan kedamaian yang ajaib.
Ia terlena. Tatkala keesokan harinya ia pagi-pagi benar
16 kcJuar akan menyaksikan Batara Surya muncul nun jauh di kikilW terkejutlah ia l an tar an mclihat
seorang bidadan berjalan membawa sa-jcn. Sungguh tak percaya ia akan penglihatannya karena di
hutan yang terpencU seperti itu ia tak mengira akan melihat wanita scjelita itu. Tak syak lagi. It"
bukan manusia, melainkan bidadan Terpukau ia dengan mata terbelalak memperhatikan tingkah
bidadari itu kemalu-maluan.
'Siapakah dia gerangan?" tanyanya kepada dirinya sendiri, waktu akhirnya si jelita itu menghilang.
Ia lupa kepada niatnya, lalu mengikuu jejak si cantjk.
Itulah perkenalan yang pertama dengan Dewi Angraeni. Anggraeni yang kemudian memberinya
perasaan damai. Apa sebabnya, kalau dia berada bersama gadis itu, hatinya merasa damai"
Merasa tenang" Dan kegelisahan yang biasanya mengamuk, lenyap tak bersisa" Entahlah,
entahlah. la sendiri bahkan tidak menyadari hal itu pada awainya. Namun setelah setiap hari ia
menemui gadis itu, kedamaian dan ketentraman makin berakar dalam dirinya. Kalau sehari saja ia
tidak bertemu dengan gadis itu, seolah-olah sesuatu hUang dari jiwanya.
Tetapi Anggraeni pun bukan orang yang suka bermimpi. Ia mengetahui siapakah gerangan je-jaka
tampan itu. Putra mahkota. Putra mahkota kerajaan Janggala yang jaya. Yang suatu kali kelak
menentukan hidup atau mati semua kawula
6 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
17 di seluruh kerajaan. Lain dari itu. ia pun telah pu|a mendengar tentang pertunangan Raden panji
dengan Dewi Sekar Taji. la mengetahui siapa gerangan dirinya. Wanita gunung. bukan keturunan
raja, dan bukan tandingan seorang putra mahkota.
Namun apakah artinya putera mahkota bagi Raden Panji" Apakah bedanya bagi Raden Panji
seorang putra raja atau kawula jelata" Apakah beda antara manusia dengan manusia yang
sama-sama dihangati oleh hati yang mengenai cinta, bagi orang yang sudah ragu akan kedamaian
dirinya kelak di atas takhta"
Laksana sebuah mata air yang jernih bening keluar dari tebing di pegunungan, atau laksana
sekuntum bunga yang kembang di tengah kesunyian hutan. segar serta indah, memberinya
kedamaian yang sejuk. demikianlah halnya Dewi Anggraeni bagi Raden Panji. Mata air itu takkan
habis-habisnya mengeluarkan air yang jernih bening. takkan mengenai kering musim kemarau,
takkan mungkin dikotori segala sampah duniawi. Dan bunga yang kembang itu takkan layu-layu.
karena takkan habis-habisnya mendapat pupuk kasih sa-yangnya sendiri.
"Mengapa wajahmu selalu mumng. puspa jeli-ta?" tegur Raden Panji kepada Dewi Anggraeni pada
suatu hari. "Takkan hatimu senang, takkah perasaanmu gembira. mendapat kunjungan seorang
18 kelana sebagai hamba?"
Dewi Anggraeni menekurkan kepala.
"Ampun beribu ampun hamba mohonkan" sahutnya dengan suara tak lancar. "Masakan hamba
seorang hina-dina ini berani tidak bersenang hati lantaran mendapat kunjungan Gusti seorang putra
mahkota yang suatu kali kelak akan menentukan mati-hidup hamba sebagai kawula?"
"Jadi, apakah gerangan sebabnya maka wajahmu yang jelita itu bagaikan matahari tertutup awan"
Lihat, burung-burung enggan bemyanyi iantaran melihat wajahmu muram. Dengarkan, air terjun di
jauhan itu bagaikan menangis, meratap-ratap ingin mengetahui sebab-musababnya maka
junjungan mereka bermuram durja. Wahai, puspita dewi, katakanlah, apakah gerangan yang
merun-dung kalbumu, sehingga tak ccrah tak gembira?"
Dewi Anggraeini tidak scgera menyahut. la tahu, pergaulannya dengan Raden Panji sudah terlalu
jauh. Baginya sendiri bukan tanpa pengurbanan kalau berpisah dengan dia! Tetapi aduhai!


Candra Kirana Karya Ajiprosidi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pahlawan itu telah ditakdirkan duduk bersanding
dengan yang setimpal! "Mengapa tidak meny^" Adakah sesuatu halmu yang tidak boleh Kanda kctahui?"
Perlahan-lahan Dewi Anggraeni menggclengkan
kepala. 7 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tidak, tidak. Bukan dcmikian... sahutnya^ Sedangkan dalam hatinya ia berbisik, All.
19 saiah sangka. Disangkanya aku tidak mau bertenis tcrang ... Duhai bagainiana hal itu akan
kuterangkan kcpadanya" Bahwa sesungguhnya hatOcu sendiri ... ?"
"Jadi apakah gerangan sebabnya?" tanya Raden
Panji tak sabar. Dewi Anggraeni mengeluh. "Ah, Gusti tentu lebih maklum," sahutnya kemudian.
Raden Panji mengerutkan dahi. Matanya tajam mengawasi Dewi Anggraeni. Meskipun ia bisa
menduga, namun ia bertanya juga; "Tidak, puspa jelita. Bagiku halmu itu pekat sepekat malam tak
berbintang. Katakanlah terus terang."
Dewi Anggraeni tidak segera memberi jawaban. Hatinya sesak. Dan dadanya seperti padat, tak bisa
mengembang. Sudut matanya terasa hangat. "Ah. jangan menangis...," bujuk Raden Panji. "Hamba
hanya seorang gadis gunung, seorang yang lahir di tengah rimba. dan agaknya telah ditetapkan
Dewata, agar hidup dalam kesunyian dan
"Tidak! Oleh Dewata yang maha kuasa Adinda ditetapkan untuk hidup di sampingku, dan
melepaskan daku kalau kelak aku meninggal
'Tidak berani hamba berpikir sejauh itu ... " "Tetapi itulah yang bakaJ terjadi: Akan kuminta engkau
kepada orangtuamu, dan kita akan berbahagia."
20 Dewi Anggraeni menyungkup wajahnya dengan kedua belah tangan.
"Ampun Gusti, betapa besarnya pun kasih Gusti yang dilimpahkan kepada hamba, namun ..."
"Namun apa" Cintaku tumbuh bersama-sama dengan cintamu, dan perpaduan keduanya akan
mcmbuahkan kebahagiaan yang kekal. Kebahagiaan yang akan menjadikan dunia ini surga bagi
kita berdua..." "Namun, sadarlah Gusti hendaknya akan perbedaan yang terentang antara kita berdua, ampun
Gusti!" "Kalau cinta telah bersemi, kalau keduanya Iclah tumbuh berkembang, lenyaplah segala pcr -
21 8 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bcdaan antara kedua orang yang memilikinya! Antara engkau dengan daku, tak ada perbedaan.
Yang ada hanyalah rentangan kasih yang dipertautkan cinta menuju gapura kebahagiaan."
Anggraeni tidak menyahut. "Atau begitu hinakah cintaku, sehingga bagimu ia patut ditolak
dikesampingkan?" 'Ampun Gusti!" sahut Dewi Anggraeni cepat. 'Bukan begitu halnya. Tak berani hamba kendati
berpikiran seperti itu! Namun mengatakan hal yang se ben amy a terasa dalam hati hamba pun
-hamba tidak sanggup pula!"
"Apakah pula yang masih menjadi penghalang antara kita, yang masih menabiri jarak antara kita?"
"Pengetahuan bahwa yang hendak memetik hamba, bukanlah sembarang, melainkan satria pilihan.
Duhai, jika saja Gusti bukan seorang putra mahkota!"
Raden Panji melengak. Ia menghirup nafas da-lam-dalam Kemudian ia melangkah mendekati Dewi
Anggraeni. Tangannya yang kanan terulur, kemudian membelai rambut hitam yang halus serta
panjang itu. "Bagimu, aku bukanlah seorang putra mahkota, melainkan seorang hamba yang akan bernaung
dalam teduh kedamaian hatimu ... bisiknya dengan mesra. ...
22 SANG PRABU ) AYANTAKA Termenung baginda mendengar kabar tentang pernikahan anakanda Raden Panji Kuda Waneng
Pati - putra mahkota tumpuan harapan seluruh kerajaan. Ketika hal itu pertama kali disampaikan
orang, baginda tidak mau percaya. Benarkah Panji berbuat seperti itu" Sejak kecil ia menunjukkan
perangai seorang yang alim, yang sungguh-sungguh, yang sclalu sibuk dengan kehidupan yang tak
nampak pada mata orang biasa. Mungkinkah ia berbuat seperti itu" Namun tatkala berkali-kali
baginda mendengar sembah itu, dan ketika akhirnya permaisuri sendiri yang
mempersembahkannya kepada baginda, mau tak mau baginda mesti percaya.
"Rayi," sabda baginda kepada sang permaisuri. "Dari siapakah Rayinda mendengar kabar seperti
itu?" "Ampun Rakanda," sahut permaisuri. "Berita llu hamba dengar dari Anakanda sendiri."
23 "Raden Panji?"* "Sesungguhnyalah." Baginda tersentak.
"Jadi Raden Panji sendiri yang mempersembahkan hal itu kepada Rayinda?" "Daulat Kanda."
"Mengapa ia tidak menyampaikan hal itu kepada Kanda?"
"Beribu ampun Rakanda, kelapangan dan keluasan maaf Rakanda Rayinda minta," sahut
permaisuri menghaturkan sembah. "Raden Panji tidak berani mempersembaJikan hal itu langsung
kepada Rakanda. Ia takut." "Takut" Mengapa pula takut?"
9 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ia kuatir hal itu akan membuat Rakanda murka."
"Kanda murka" Kanda tidak pemah murka kepada orang yang tidak bersalah. Dan dalam hal mi,
Raden Panji- "Hamba m in tak an ampun berlaksa untuk anak kita berdua itu, Rakanda."
"Tetapi. kenyataan bahwa Raden Panji sendiri tidak berani mempersembahkan hal tersebut kepada
Rakanda, membuktikan bahwa ia sendiri sadar bahwa ia melakukan suatu___"
"Ampun Rakanda."
"Ia sendiri sadar, bahwa yang dia lakukan suatu do .. kekeiiruan."
24 -Ampun Rakanda. Raden Panji tidak berani mempersembahkan hal pernikahannya itu kepada
Rakanda, karena ia merasa kuatir Rakanda murka iantaran gadis yang dia kawini itu bukan seorang
jceturunan raja ... * "Kalau ia tidak merasa melakukan suatu kcsi-lapan, apa salahnya ia menyampaikan niatnya itu
terlebih dahulu kepada kami?" "Ampun Rakanda."
"Raden Panji tidak melakukannya. Raden Panji tidak meminta pertimbangan kita terlebih dahulu. Ia
bahkan tidak memberi kabar kepada kita sebelum pernikahan berlangsung. Bahkan sesudah
pemikahan berlangsung pun, ia tidak berani memberi kabar kepada Kanda - ayahnya!"
"Ampun Rakanda! Ia masih muda ..."
"Tetapi ia seorang putra mahkota, yang mesti tahu membedakan antara yang benar dan yang tidak
benar." Permaisuri tidak menyahut.
"Dan lain dari itu. Rayinda pun tahu. bahwa pemikahan Raden Panji itu akan menyeret persoalan
kerajaan bersamanya. Bukan hanya satu kerajaan, tetapi dua kerajaan: Janggala dajfcjfcfd'n yang
dahulu sekali pernah seluruh; menghaturkan sembah kepada seoi yakni moyang kita sang baginda
baginda berhenti scbentar, kemudii
"Bukankah Rayinda masih ingat akan pertunangan Raden Panji dengan Dewi Sekar Taji?" "Hamba,
Rakanda." "Pertunangan itu diadakan atas persetujuan kedua belah pihak. Kakanda telah berdamai dengan
rayinda Sri Jayawarsya dan kami berdua telah sepakat hendak mewujudkan kembali usaha dan
cita-cita moyang kita sang baginda Airlangga yang Iuhur. Kerajaan Jawa yang man a luas dan yang
pemah dibagi dua oleh fcmpu Bharada yang sakti itu, hendak kami persatukan kembali dengan
jaJan menikahkan dua orang putra mahkota. Raden Panji Kuda Waneng Pati yang menjadi putra
10 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mahkota Janggala, mesti nikah dengan Dewi Sekar Taji yang menjadi putri mahkota Kadiri. Dari
kedua putra mahkota itu, diharapkan akan melahirkan keturunan yang akan mewarisi kedua buah
kerajaan di bawah satu kekuasaan ... " "Hamba, Rakanda."
"Dan sekarang - sekarang Raden Panji menga-wini seorang gadis yang tak keruan keturunannya,
yang entah ditemuinya di mana!"
"Ampun Rakanda. Meskipun benar Dewi Anggraeni bukan seorang keturunan raja, tetapi ia
be-nar-benar seorang gadis jelita, sukar mencari bandingannya
Sang baginda memandang permaisuri tajam-tajam.
*Jadi Rayi sudah bertemu dengan dia?"
26 istana" "Di kaputran. Baginda mengeluarkan nafas dalam satu hem-busanyangcepat.
"Dan ia belum juga meminta perkenan Rakanda
"Ampun, Rakanda, hamba meminta kelapangan dan kedalaman lautan ampun yang hendaknya
Rakanda limpahkan atas batu-kepala anakanda Raden Panji Kuda Waneng Pati..."
Baginda termenung. Permaisuri tidak berani memecah kesucian. Maka waktu pun berjenak-jenak
berlalu dalam hening. "Dan apa tadi kata Rayi?" akhirnya sang baginda memecah kesepian. "Gadis yang bernama Dewi
Anggraeni itu seorang gadis jelita jarang bandingannya" Ah, kalau pemikahan hanya cukup oleh
kecantikan dan ke tamp an an belaka...'
"Ampun Rakanda. Semula Rayinda pun tidak setuju demi mendengar pemikahan Raden Panji.
Namun tatkala Raden Panji membawa istnnya kepada Rayi dan tatkala Rayinda menyaksikan
sendiri gadis itu - menantu kita - lenyaplah kekuatiran Rayinda. la sungguh-sungguh seorang gadis
yang dieita-citakan setiap bunda untuk menjadi menantunya ..."
27 "Karena ia cantik, karena ia jelita?" potong sang baginda.
"Tidak hanya itu. Ia pun seorang yang berbudi halus, serta tahu akan adat. Sampai Rayinda
berpikir. bagaimana mungkin seorang gadis yang berasal dari gunung yang terpencil mengetahui
adat-istiadat serta sopan santun keraton sesempuma itu" Tidakkah ia mungkin seorang puteri raja
yang melarikan diri?"
"Ah, janganlah Rayinda memikirkan yang bukan-bukan. Putri raja! Raja manakah yang melarikan
diri ke hutan?" 11 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ampun, dauiat Rakanda! Sangkaan itu hanyalah terbit lantaran Rayinda tercengang melihat
tingkah laku Dewi Anggraeni yang sangat sempurna jua."
Baginda menunggu beberapa jenak, baru kemudian menyahut, "Bagairnanapun jelitanya dia, dan
bagairnanapun tingkah lakunya sopan-santun dan betapapun sempumanya dia sebagai gadis yang
dicita-citakan oleh setiap mertua, namun ke-semuanya itu lenyap artinya sekarang, berhadapan
dengan persoalan kerajaan yang menyangkut-paut mati-hidup berlaksajiwa kawula dua buah
negara. Yang jadi persoalan bagi Rakanda sekarang, bukan hal pemikahan Raden Panji dengan
Dewi Anggraeni, tetapi persoalan yang terseret oleh pemikahan itu. Raden Panji mesti menikah
dengan Dewi Sekar Taji, putri mahkota kerajaan Kadiri."
28 Kembali suasana hening. -Bagaimanakah kelak akan Rakanda jawab kalau sekiranya Rayinda Prabu Jayawarsya meminta
kita menepati janji?"
"Ampun Rakanda," sahut sang permaisuri "Bagi seorang lbu, yang menjadi idaman dan harapannya
adalah kebahagiaan putra yang pemah dia kandung sembilan bulan lebih di bawah jantungnya.
Adalah kebahagiaan putra yang pemah meronta-ronta meminta air susu dari dadanya. Adalah
kebahagiaan putra yang pemah ditimang-dipangkunya selagi bayi. Maka tatkala hamba
menyaksikan betapa rukun dan saling cinta-mencin-tainya Raden Panji dengan istrinya Dewi
Anggraeni, kebahagiaan pun menyelimuti hati bundayang pemah mengandung dan melahirkannya.
Alangkah bahagianya putra kita! Dan melihat kebahagiaan itu, lenyap segala persoalan dan pikiran
yang lain." "Itulah. Seorang bunda adalah seorang wanita. Dan seorang wanita hanya memandang apa-apa
yang kelihatan oleh matanya saja. Matanya buta oleh benda yang berada di depan matanya, benda
nyata, sehingga lenyaplah hakekat segala benda yang tidak nampak oleh mata. Kasih sayang
seorang bunda, bukan tidak mustahil membutakan matanya kepada akibat-akibat yang mungkin
tim-bul sebagai taruhan kebahagiaan putranya. Keba-29
hagiaan Raden Panji Kuda Waneng Pati, bukan tidak dipertaruhi. Pada batu timbangan yang lain,
nasib dan kebahagiaan kawula dua buah kerajaan besar terletak. Kalau diri Raden Panji yang kita
menangkan, maka akan hancurlah negara dan kekacauan akan mengamuk di kedua buah negara."
"Ampun Rakanda. Rakanda berbicara tentang kekacauan, namun kekacauan apakah itu gerangan"
Rakanda berbicara tentang kehancuran, tetapi kedua buah negara sekarang masih megah berdiri."
'Itulah bukti yang senyata-nyatanya, bahwa seorang wanita hanya sanggup melihat yang terdekat
dengan pandangannya. Ia tidak bisa melihat ke kakilangit yang nun di kejauhan, dan apalagi
melihat apa yang terjadi di balik kakilangit itu! Tidakkah Rayinda tahu, apakah yang sekiranya terjadi
kalau Rayinda Prabu Jayawarsya mendengar kabar tentang pemikahan Raden Panji putra mahkota
Janggala dengan putri yang bukan putri mahkota Kadiri" Tidakkah Rayinda maklum, apakah
akibatnya jika Rayinda Prabu Jayawarsa murka" Akan dikumpulkannya wadia-bala dan akan
diserangnya Janggala! Perang! Peranglah yang akan menjadi taruhan pemikahan Raden Panji
sekarang! Perang yang akan terjadi antara dua buah kerajaan yang berasal dari satu keturunan.
Pandawa dengan Kurawa pun seperti ditutur-kan dalam Mahabharata, adalah berasal dari satu
12 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
30 keturunan. leluhur Bharata. Dan kedua kaum itu pun berperang. Tetapi apakah yang menjadi ta
ruliannya" Kebenaran. Pandawa mcmpertahankan kebenaran, melawan dan menghapuskan
kesera-kahan kaum Kurawa dari muka dunia. Tetapi kalau pecan perang antara Janggala dan
Kadiri, apakah yang kita pertahankan" Kebenaran" Terang kita berada pada fihak yang bersalah.
Kita tidak menepati janji. Kehormatan" Kehormatan, masihkah orang yang tidak menepati janji
berhak bicara tentang kehormatan" Ah, Rayinda
Baginda menjatuhkan kepala dan melipatkan kedua belah tangan di dadanya. Suasana sangat
mencekam. Akhirnya sang permaisuri menyahut, suaranya mula-mula perlahan, tetapi makin lama makin
tegas jua. "Mengapa Kanda melihat terlalu jauh" Mengapa Kanda membayangkan hal-hal yang buruk saja"
Tidak, pemikahan Raden Panji dengan Dewi
31 Anggraeni, tak usah berpenganih kepada kerajaan. Pemikahan itu tidak membatalkan pcrjanjian
yang telah Kanda buat dengan Prabu Jayawarsya, bukan" Tidak. Pemikahan itu mesti Kanda
restui* demi kebahagiaan anak kita sendiri dan demi kebahagiaan kerajaan ..."
"Demi kebahagiaan kerajaan kata Rayinda?" "Ampun Kanda, demikianlah adanya." Baginda
mengerutkan kening. "Bagaimana hal itu mesti diterangkan supaya Kanda menjadi maklum?" tanya
baginda penuh penasaran. "Daufat Kanda, apabila sekarang Kanda memi-sahkan Raden Panji dari Dewi Anggraeni, bukan
hanya hatinya akan hancur luluh, tetapi juga cita-cita Kanda yang luhur itu akan si ma."
"Apa kata Rayinda?"
"Cita-cita Rakanda yang luhur itu akan sima, karena Raden Panji yang mesti melaksanakan cita-cita
luhur itu akan mereras. Ia akan sangat berduka apabila dipisahkan dari kekasihnya. Kalau Raden
Panji meninggal karena duka cita, bukan hanya Rayinda yang akan tenggelam dalam lautan
kesedihan, tetapi Rakanda pun tidak mungkin melaksanakan cita-cita Kanda yang mulia itu ...
Sang baginda mengangguk-anggukkan kepala. la tidak segera bersabda, melainkan hening
termenung, memandang ke arah luar, seolah-olah
32 jak mencari scsuatu nun jauh di kakilangit hCAkhimya ia mcnarik nafas dalam.
Wajah permaisuri bercahaya.
"Ampun Rakanda," sembahnya. "Menunit he-mat hamba, sebaik-baiknya Rakanda menitahkan
13 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
putra kita Raden Panji bcrsama istrinya menghadap untuk merestui pemikahan mcrcka ..."
Kembali baginda mcnghela nafas.
"Kanda mengerti," sabdanya kemudian dengan suara dalam "Memisahkan keduanya dalam
saat-saat seperti ini, sangat berbahaya. Terima kasih Rayinda, terima kasih Rayinda telah
memperingatkan Kakanda akan akibatnya yang parah kalau Kanda bersikcras. Kanda ingin melihat
cita-cita Kanda yang mulia terlaksana. Kanda mau ber-sabar." Lalu baginda hening beberapa
lamanya. Tangannya yang kanan mengusap-usap dagu. seolali-olah hendak memeriksa rambut
yang tumbuh di sana. "Kanda percaya. kalau waktu telah berlalu, saat-saat penuh bunga telah
lewat. Raden Panji takkan berat meninggalkan kekasihnya."
"Jadi akan Kanda perkenankankah increka mcnghadap" Akan Rakanda bcri restukah mcrcka.' '
tanya permaisuri harap-harap ccmas.
Bam setelah mcnghela dan menghembusk.m nalasnya pula. sambil mengangguk-anggukkan
kc-palil- baginda mcnyahut. "Baiklah. Baiklah nasihat
33 Rayinda akan Kakamla limit Mudah-nuidahan akibatnya tidak sejauh yang Kakanda bayangkan ...
Artinya. mudah-mudahan Rayinda Prabu Jayawarsya tidak murka dan bisa dikasih mengerti...
Miidali-mudalian takkan terbit bencana!"
Pemiaisuri mengliaturkan sembah. mengucapkan terima kasih.
'Akan Rayinda sampaikan. supaya Raden Panji dengan Dewi Anggraeni datang mcnghadap di
ba-wah duli. Raden Panji tentu akan sangat bcrgem-bira sekali..."
Sang Baginda hanya mengangguk-anggukkan kepaJa. sedangkan matanya masih jua mcnatap ke
kejauhan. nun ke kakilangit yang tak terjang-kau. seolah-olah perhatiannya tertarik akan apa yang
nampak olehnya di sana. i 34 SANG PRABU |AYAWARSYA Apa yang ditakutkan oleh Sri Baginda Jayantakatunggadewa. raja Janggala yang jaya. benar-benar
terjadi. Berita mengenai pemikahan Raden Panji Kuda Waneng Pati dengan Dewi Anggraeni.
seorang gadis tak berbangsa, yang konon ditemui Raden Panji di sebuah petapan, sampai juga
kepada Sri Baginda Jayawarsyatunggadewa, raja Kadiri.


Candra Kirana Karya Ajiprosidi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak, pertama kali mendengar hal itu, baginda Jayawarsya tidak percaya. "Mana mungkin." kata
baginda. "Mana mungkin Kakanda Prabu Jayantaka lupa akan pcrjanjian yang pemah sama-sama
kita ikat! Raden Panji akan dinikahkan dengan putriku Sekar Taji. karena kami sama-sama ingin
menyaksikan Janggala dan Kadiri bcrsatu di bawali pemerintahan keturunan mereka!"
Tetapi kabar itu makin lama makin santcr dan makin santer jua. Akhirnya baginda menitalikan
14 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seorang senapati untuk menyelidiki kebenar -
35 an kabar itu. Dua orang mata-mata dikirimkan ke Janggala akan membuktikan kebenaran bcrita
yang menyinggung martabat sang baginda.
Mata-mata bekerja dengan teliti dan cepat maka seminggu kemudian kepastian mengenai berita
tersebut telah mereka peroleh. Mereka mempersembahkan hasil penyelidikannya kepada sang
senapati Wiranggada yang kemudian melanjutkan-nya kepada sang baginda.
Terhenyak baginda di atas tempat duduknya. Tak sepatah pun perkataan keluar dari mulutnya^
berjenak-jenak lamanya. Kemudian baginda menunduk, memegang keningnya dengan tangan
kanan yang bertelekan di atas lututnya. Baginda asyik berpikir.
Sang senapati Wiranggada tidak berani mengganggu. Ia pun duduk diam. Kepalanya menunduk
seolah-olah berat benar baginya untuk mengangkat wajah.
Lama keduanya berdiammenghadap! Begitu pula para tetua negara yang Pentmg-penting! Sekarang juga'"
bah laTualTirangfada **ra menghaturkan sem -
gawa tri" HnjUtkan titah ilU kcPada P
kukan dengan cepat. Dan tidak berapa lama ke -
uuidian, semua tetua negara dan pcjabai-pejabat yang pcnting sudah datang menghadap di
hadapan Sri Baginda Jayawarsya. Wajah mereka nampak penuh pcrtanyaan. karena mendapat
titah menghadap bukan pada saat yang biasa. Dari sorot yang lerpancar dari mata mereka.
kclihatan hati mereka dipenuhi tanda tanya dan dugaan-dugaan Mereka saling pandang, saling
bcrbisik dan saling bcrtanya sesamanya. tetapi mereka hanya bisa menduga-duga saja. Namun dari
kcangkeran suasana balairung yang seolah-olah menjadi muram oleh kemuraman durja sang
baginda. mereka merasakan suasana yang menekan dan berat menyc-sakkan rabu.
Setelah menghaturkan sembah dengan tak/im-nya, mereka duduk diam-diam dengan kepala
tertunduk, menanti sabda yang dipertuan. Sedangkan baginda, dengan kening yang tetap bcrkerut,
nampak berpikir keras. dirundung persoalan yang agaknya sangat berat. Baginda hening. duduk di
atas takhta, memandang ke kcjauhan, dan mereka yang datang mengliadap seolah-olah tertangkap
tiada kendati bayangannya. Mata baginda lebar terbuka, tetapi orang-orang yang masuk ke bangsal
penghadapan, scakan-akan tidak kelihatan olehnya. Scbentar-sebentar baginda meru-bah sikap
duduknya, menelekankan siku tangan di atas lutut. Atau bangkit dan berjalan-jalan dengan kedua
belah tangan bertemu di bagian bawah
37 36 punggungnya. sedang matanya diarahkan ke luar, meninjau langit yang menjadi muram dan rcndah
memberat. 15 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Melangkali beberapa tindak. baginda kembali ke atas singgasana, lalu duduk pula mercnung. Dan
suasana balaimng makin berat menekan. Bahkan nafas pun seolah-olah ditahan, supaya jangan
memecahkan kesunyian dan kemuraman yang membeku.
Namun, sesudah semua yang dititahkan hadir lengkap menghadap, dan setelah beberapa lamanya
mereka tertekan dalam suasana yang berat itu, maha patih Kebo Rerangin yang sudah lanjut
usianya dan terkenal bijaksana, tempat baginda meminta nasihat, terdengar menghaturkan
sembah. Suaranya Iirih, namun jelas dan sejuk terasa masuk ke dalam hati barang siapa yang
mendengarnya. "Ampun beribu-ribu ampun, Gusti, hamba mohonkan lantaran hamba telah lancang, berani
t"ersuara tanpa perkenan Gusti ... Namun, hamba sekalian telah dititahkan menghadap dalam saat
yang luar biasa, niscaya ada persoalan maha pen-tmg yang luar biasa pula. Hati hamba sekalian
selama di jalan dan terlebih-lebih setelah sampai di hadapan duli, bagaikan hendak pecan lantaran
ingm tahu. Hamba sekalian ingin sekali menerima titah Gusti, apakah gerangan yang menyebabkan
suasana keraton dan kerajaan Kadiri yang biasanya cerah d.penuhi gelak tertawa, sekarang
muram-38 murung laksana dialahkan garuda. Ampun Gusti, beribu ampun hamba mohonkan, namun suasana
seperti ini hampir tak tertanggungkan. Lebih baik bagi kami sekalian, Gusti titahkan berperang
me-nempur selawe negara, menyerang raja berpahla-wan gagah perkasa, daripada terus-menerus
tersiksa dalam suasana seperti ini. Ampun, Gusti."
Sri baginda mengarahkan pandangannya kepada maha patih Kebo Rerangin, mendengarkan apa
yang dipersembahkannya, sedang kepalanya mengangguk-angguk. Tetapi beberapa saat setelah
maha patih selesai berbicara, tidak juga baginda bersabda. Baru kemudian, setelah beberapa waktu
lampau dalam keheningan, baginda memecahkannya; "Mamanda maha patih! Para mentri dan para
tetua yang bijaksana."
Para penghadap menghaturkan sembah sambil menggumam, "Daulat Gusti!"
"Titah kami yang luar biasa, yakni menitahkan andika sekalian datang menghadap bukan pada saat
yang biasa, tentu menimbulkan seribu satu tanda tanya dalam hati andika sekalian. Apa yang tadi
dipersembahkan oleh mamanda maha patih Kebo Rerangin, adalah sangat tepat. Memang,
memang ada soal yang luar biasa yang telah menyebabkan kami memberi titah yang luar biasa.
Memang, adalah lantaran ada soal yang sangat berat menekan pikiran kami, maka andika sekalian
yang 39 terkenaJ bijaksana, kami titahkan datang menghadap pada waktu ini juga. Kami ingin mendengar
pendapat andika sekalian. Kami ingin meminta nasihat... " kembali baginda berhenti bersabda dan
pandangannya kembali menatap ke kejauhan, ke alam tak berwatas, merenung.
"Ampun beribu ampun hamba mohonkan," sembah patih Kebo Rerangin. "Apakah gerangan soal
yang demikian berat menekan kalbu Gusti, sehingga nampak durja Gusti begitu muram?" Kembali
baginda menghela nafas. "Seperti mungkin andika sekalian sudah dengar, beberapa hari yang
lampau kami mendengar berita yang sangat mengejutkan ... Berita yang mula-mula tidak mau kami
percaya! Kanri sangat percaya akan perkataan dan ucapan Rakanda Prabu Jayantaka, raja
16 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Janggala. Kami percaya, bahwa sebagai seorang satria yang tahu harga diri, Rakanda takkan
menyalahi janji..." "Ampun Gusti," sela maha patih Kebo Rerangin "Maafkan kelancangan hamba. Tetapi, meskipun
hamba bisa meraba ke mana arah Utah Gusti, namun hal yang sesungguhnya belum jelas ...
Mengenai hal apakah Rakanda Gusti Prabu Jayantaka tunggadewa menyalahi janji?"
Sang Prabu memandang maha patih tajam-tajam.
"Lupakah Mamanda Maha Patih akan janji
40 yang telah kami berdua sama-sama padu" Rakanda Prabu Jayantaka mempunyai cita-cita tinggi
Baginda hendak mewujudkan cita-cita moyang kami sang Airlangga yang maha bijaksana.
Pembagian kerajaan yang pemah dilakukan oleh maha resi Empu Bharada, hendak kami hapuskan.
Antara Janggala dan Kadiri akan hilang batas. Kedua kerajaan hendak kami persatukan kembali.
Jalan yang termudah untuk melaksanakan cita-cita tersebut adalah dengan menikahkan putera
mahkota Janggala Raden Panji Kuda Waneng Pan' dengan putri mahkota Kadiri, Dewi Sekar Taji ...
" "Daulat, Gusti. Akan hal itu Mamanda sangat
ingat..." "Dan sekarang, tatkala putra dan putri sudah dewasa, saat terwujudnya cita-cita yang agung itu
dekat sudah ... Tetapi ..." lalu sang baginda mcnjatuhkan kepala, tertunduk.
"Apakah gerangan yang terjadi?"
"Mamanda Patih pun tahu. Seminggu yang lalu kami mendengar kabar mengenai pemikahan
Raden Panji dengan seorang gadis gunung, entah siapa, konon bukan keturunan raja. Kami tidak
percaya akan berita tersebut. Lalu kami menitahkan supaya mengirimkan mata-mata akan
menyelidiki kebenaran berita itu. Dan sekarang ... 1
"Sudah kembalikah para penyelidik itu?"
"Mereka sudah datang. Dan ..."
41 hancur, pantang menyerah sebelum membangkai!"
Suara baginda makin lama makin naik, makin naik, dan wajah baginda menjadi memerah laksana
terbakar. Baginda sangat murka. Sedangkan matanya bagaikan menyinarkan api yang membakar
barang yang dilihatnya. Semua yang nadir tak berani menentang pandangan baginda yang
demikian. Mereka menundukkan wajah. Ada yang turut ma-rah, dan mengangguk-anggukkan
kepala, mcnye-tujui perkataan baginda, dari mulutnya terdengar gumam, "Di Kadiri pun masih
banyak satria, pahlawan yang tak pan tang berjuang!"
17 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ada yang saling pan dang dengan sesamanya, sambil menggilirkan kepala keris yang tersandang.
Mereka sudah seperti ingin agar pasukan Janggala berada di depannya, supaya mereka bisa
me-muaskan amarahnya. 'Tidakkah benar kata kami" Tidakkah benar bahwa para satria Kadiri belum mati" Tidakkah benar
bahwa para pahlawan Kadiri masih siap sedia untuk berjuang" Untuk mempertahankan kehormatan
dan harga dirinya" Tidakkah benar" Manakah pahlawan Kadiri?"
'Tentang semangat para pahlawan Kadiri, Gusti tak usah ragu!" sahut seorang senapati sambil
menghaturkan sembah. 'Para pahlawan Kadiri tahu akan harga dirinya, takkan manda saja
membiarkan dirinya diperhina!"
44 "Tak usah menanti han berganti, malam ini juga semua wadia-bala Kadiri telah siap untuk
berperang! Gusti tak usah kuatir, Janggala takkan mungkin menumpas satria Kadiri!" sembah yang
lain pula. "Kita berada pada fihak yang benar, maka para dewa tentu akan berada pada fihak kita! Sang
Syi-wa akan merestui kita! Kita akan menang! Kita takkan mungkin kalah!" sambut yang lain.
"Gusti hanya tinggal memberi titah, maka setiap saat bala tentara Kadiri siap sedia. Siang ataupun
malam tak nanti lalai," terdengar pula suara senapati yang mula-mula bicara.
Sejenak lamanya dalam balairung terdengar hiruk-pikuk. Suasana menjadi panas. Setiap orang
yang berada di sana terbakar semangatnya, geram dan murka, ingin segera menerjang lawan.
Baginda mengangguk-anggukkan kepala, tanda berbesar hati. Baginda percaya akan kekuatan bala
tentara kerajaannya. Kadiri mempunyai satria-satria yang kebal kulitnya, pahlawan-pahlawan yang
tangguh tulangnya. Baginda merasa semangatnya makin terbakar.
"Kami I ilia t para pahlawan Kadiri siap sedia setiap saat..."
"Hanya menanti titah saja, ampun Gusti!" sahut senapati Wirapati ing Alaga. "Kami siap."
"Makin cepat makin baik ... " kata baginda agak perlahan. Tetapi baginda menoleh ke arah
45 maha patih Kebo Rerangin. "Mamanda. apakah bicara Mamanda mengenai hal ini" Kami lihat
se-jak tadi Mamanda berdiam diri saja. Tidakkah Mamanda kurang yakin akan kegagahan dan
kesaktian para satria serta para pahlawan Kadiri" Tidakkah Mamanda yakin bahwa Janggala akan
dengan mudah dikalahkan oleh para senapati kita yang gagah berani" Mengapa Mamanda diam
saja" Sang maha patih Kebo Rerangin menghaturkan sembah. Suaranya tenang, tidak dipengaruhi
amarah seperti suara yang lain-lain. Ia berbicara lambat-lambat, namun pasti.
"Ampun beribu hamba mohon. maaf berlaksa hamba minta terlebih dahulu, kelapangan dan
18 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keluasan faham Gusti jua yang hamba harapkan . .
Sang baginda menatapnya tajam-tajam. "Bicaralah. Mamanda!"
Maha patih Kebo Rerangin mcmperbaiki letak duduknya.
"Daulat Gusti" sembahnya kemudian. "Hamba percaya akan keteguhan tulang para senapati Kadin.
Hamba percaya akan kekcbalan kulit para pahlawan Kadiri yang pantang mundur. Hamba yakin
akan semangat wadia-bala Kadiri yang gagah berani. Tetapi. tidakkah terlebih baik sebelum
la' kitaT^h'f la'ba,a UntUk me"yerang Janggala, kita kaji dahulu sebab lantarannya?"
46 -Mamanda Maha Patih! Mengapa Mamanda bertanya demikian" Bukankah Mamanda tadi
mendengarkan perkataan kami?"
"Daulat Gusti, sepatah pun perkataan yang Gusti sabdakan, tak ada yang terlepas dari
pendengaran hamba. Tetapi..."
"Tetapi apa" Apakah Mamanda belum mengetahui jua sebab lantarannya mengapa kita mesti
menyerang Janggala yang telah menghina kita?"
"Menurut hemat hamba, Janggala tidak melakukan penghinaan ..."
"Mamanda Maha Patih! Tidakkah harga diri dan kehormatan Mamanda merasa terhina. kalau putri
mahkota kerajaan kita diperhina?"
"Ampun Gusti, hambalah orang yang akan paling merasa terhina kalau putri mahkota Kadiri yang
hamba junjung tinggi diperhina orang Hambalah orangnya yang akan paling dahulu menghunus
keris memusnahkan orang yang menghina -
nya!' "Nan, mengapa Mamanda Maha Patih masih
bertanya juga?" Maha patih Kebo Rerangin merasa terdesak. Tetapi ia menghaturkan sembah, "Tentang
penghinaan itu - kalau benar penghinaan hamba pun akan sependapat dengan yang lain-lain.
Dalam hal demikian. wajib kita mengangkat senjata kepada Janggala. Tak benar kalau kita diam
saja. 47 manda saja diperhina. Namun sebelum kita memepak wadia-bala. patut kaJau kita renungkan lebih
dahulu hal-hal lain yang bersangkutan dengan itu ... *
"Apa maksud Mamanda?" "Ampun Gusti. gusti pun tentu lebih maklum, Kadiri dan Janggala berasal
dari satu keturunan, dari satu kerajaan ..."
19 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ya, dipisahkan oleh air kcndi yang dicucurkan oleh Rmpu Bharada!"
"Gusti lebih maklum. Jadi scsungguhnya antara Kadiri dan Janggala ada perhubungan darah,
perhubungan ketumnan. Raja Janggala masih berasal dari darah yang sama dengan* Gusti sendiri.
Sri Baginda Jayantakatunggadewa masih kcpernah Rakanda Gusti." "Ya.lalu?"
"Antara orang yang berasal dari daerah yang sama. apalagi kaiau menyangkut nasib kerajaan
beserta seluruh kawulanya. tak patutlah senjata diminta bicara. Apabila ada persoalan. elok
diper-bincangkan terlebih dahulu____"
"Tetapi ini mengenai kehormatan dan harga diri kita sebagai satria. sebagai negara dan kerajaan,
Mamanda Maha Ratih!"
"Ampun Gusti. Karena itu pula dalam hal ini kcbijaksanaan Gusti yang menggenggam mati-hidup
kawula negara di seluruh kerajaan diminta lebih besar____"
48 "Tetapi masihkah kita patut bicara, berbincang dengan orang yang dengan sengaja sudah
menghina dan merendahkan kita?"
"Bagairnanapun, sang Baginda Prabu Jayantaka adalah saudara Gusti jua. Kalau ia melakukan
Icesilapan, adalah seyogyanya apabila Gusti yang menegur serta memberinya ingat."
Sang baginda termenung. Termakan juga apa yang dipersembahkan maha patih Kebo Rerangin
olehnya. Kebo Rerangin sungguh seorang tetua yang luas dan dalam pandangannya. Terkesiap
juga baginda, kalau teringat bahwa hampir saja baginda meninggalkan keutamaan seorang
bijaksana, lantaran terbawa oleh amarah. Kalau sampai terjadi peperangan antara kedua kerajaan,
entah bagaimana akibatnya.
Namun apabila teringat pula oleh baginda akan perbuatan Rakanda Prabu Jayantaka mengingkari
janji yang telah mereka bikin, hatinya menjadi mendidih pula.
"Perang bukanlah suatu hal yang kecil. Apalagi antara dua buah kerajaan yang sesungguhnya
masih bersaudara ..." terdengar maha patih Kebo Rerangin berbicara pula. "Apakah soal yang
menjadi sebab tidak bisa dirundingkan secara damai lagi, sehingga senjata diminta berbicara"
Kalau segala pembicaraan telah buntu, kalau segala perundingan telah mati, barulah boleh kita
angkat senjata. Sedangkan dalam hal kita sekarang, meski
49 benar perbuatan Rakanda Prabu mcnikahkan Raden Panji dengan orang lain mclanggar janji yang
telah kita adakan. namun belum pasti berarti bahwa baginda dengan sengaja hendak memper-hina
kita... " Sang baginda mengangkat wajah. "Mana boleh begitu"*'
"Ampun Gusti, menurut hemat hamba, pernikahan Raden Panji dengan putri yang lain, ri-daklah
berarti bahwa fihak Janggala telah membatalkan perjanjian secara sefihak ... Pemikahan Raden
Panji dengan orang lain, tak boleh kita taf-sirkan bahwa pertunangan dengan Dewi Sekar Taji
menjadi batal ... Mungkin ada sebab-sebab lain yang kita tidak tahu. yang menyebabkan Rakanda
20 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Prabu Jayantaka mengambil jalan yang seolah-olah menghina kita. Bagairnanapun juga, menurut
hemat hamba. semuanya itu belum cukup besar untuk diakhiri dengan suatu perang - apalagi
perang antara kerajaan yang berasal dari satu keturunan. Cita-cita Gusti berdua dengan rakan da
Gusti tinggi, agung serta luhur, hendak mewujudkan kembali apa yang dahulu pemah diusa-hakan
oleh sang Baginda Airlangga. Cita-cita yang luhur itu. patutkah kita hancurkan begitu saja, lantaran
menduga sesuatu tanpa melihat latar belakangnya yang lebih luas?"
Baginda merenung, tidak mcngeluarkan sepatah pun perkataan. tetapi senapati Wirapati berdatang
50 sembah, "Ampun Gusti, mengapa kita mesti ber buat sebagai pengecut" Telah jelas: orang telah
menghina kita, mengapa kita masih manda jURa nengajaknya berunding" Orang telah dengan
sengaja melanggar janjinya sendiri, mengapa kita masih ragu-ragu untuk mengangkat senjata"
Apakah telah tumbuh takut dalam kerajaan Kadiri" Apakah tidak ada lagi semangat satria yang
berani menentang mati?"
Sang baginda memandang kepada sang senapati Wirapati. Namun sebclum baginda mengeluarkan
perkataan, terdengar maha patih Kebo Rerangin bcrsuara.
"Ampun hamba mohonkan, Gusti. Apabila tadi hamba mempersembahkan apa yang telah hamba
persembahkan, bukanlah itu berarti bahwa semangat Kebo Rerangin telah lenyap. Bukanlah berarti
Kebo Rerangin seorang pengecut yang takut mati, tak berani melihat darah! Kebo Rerangin telah
kenyang berperang. telah kenyang me-masukkan kerisnya ke dalam dada orang-orang yang


Candra Kirana Karya Ajiprosidi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sombong dan bersemangat, namun makin hari usia makin tua dan setelah usia lanjut. makin banyak
pertanyaan-pcrtanyaan dalam hati. Buat apakah kita memhunuh sesama manusia" Buat apakah
kita mengurbankan begitu banyak waJu bala. darah dan nyawa.' Untuk mcmuaskan nafsu" Untuk
mcnunjukkan bahwa kita bersemangat'
51 Tidak. bagi hamba, nun Gusli, semangat bukan sa-tu-satunya yang hams kita punyai. Dengan
semangat saja kita takkan mencapai apa-apa. Paling-paling penyesalan yang akan menanti kita
kelak. Penyesalan, penyesalan yang tak berguna. tak berarti, sia-sia ... Hamba meminta keluasan
hati Gusti, dan hamba pea-ay a akan kebijaksanaan Gusti: Gusti takkan mengurbankan manusia,
entah wadia-bala Kadiri maupun wadia-bala Janggala. untuk suatu hal yang belum tentu. Hamba
tetap memohonkan kebijaksanaan Gusti untuk mengadakan perundingan dengan fihak Janggala."
Baginda menghela nafas. Senapati Wirapati hendak menghaturkan sembah pula, tetapi tangan
baginda yang kiri melambai, tanda bahwa baginda menitahkannya diam.
"Baiklah. Kami percaya akan keberanian dan semangat Senapati Wirapati yang senantiasa setia.
Kami percaya akan semangat dan kejayaan seluruh satria, perwira, para pahlawan dan wadia-bala
Kadiri. Kami percaya. Kami tak ragu akan hal itu. Kami tahu, pada saatnya seluruh wadia-bala
Kadiri akan tak sayang membuang nyawa, mengalirkan darah, untuk membela kehormatan dan
harga diri raja serta negaranya!" sabda baginda dengan suara yang tenang. 'Tetapi apa yang
dipersembahkan olch Mamanda Maha Patih Kebo Rerangin pun mcmpunyai kebenarannya pula.
Tak patut kita tiba-tiba saja menycrang Janggala.
52 21 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang adalah masih berasal dari keturunan yang sama dengan kami, sedangkan persoalan belum
jelas - "Kalau Gusti menginmkan utusan kepada rakanda Gusti di Janggala, Gusti telah menunjukkan
kelapangan hati dan kebijaksanaan Gusti," sembah maha patih Kebo Rerangin. "Kalau kelak
temyata, fihak Janggala memang dengan scngaja hendak menghina puteri mahkota Kadiri beserta
kerajaannya, perang adalah jalan yang satu-satunya boleh kita tempuh!"
"Namun, Mamanda, untuk menginmkan utusan kepada Rakanda Prabu Jayantaka, kami merasa
kurang patut. Pemikahan Raden Panji sekarang, dilakukan tanpa persetujuan, bahkan tanpa
sepengetahuan kami, sedangkan Raden Panji telah dipertunangkan dengan Dewi Sekar Taji. Kalau
kita mengirimkan utusan ke sana, maka mungkin kelihatan seolah-olah kita begitu rendah ingin
menawarkan Sekar Taji supaya diperisteri oleh Raden Panji! Tidak, untuk mengirimkan utusan ke
Janggala, kami merasa keberatan. Kita mesti menempuh jalan lain!"
Seluruh balairung hening. Senapati Wirapati menundukkan wajah, sedang matanya menjeling ke
kanan ke kiri. Ia merasa malu, karena merasa tidak mendapat muka dari sang baginda. Hatinya
Panas. Lirikannya ganas menjilat ke arah maha patih Kebo Rerangin yang duduk di depan.
53 Maha patih Kebo Rerangin hening pula. Duduk dengan tertib. sedangkan keseluruhan dirinya
menunjukkan bahwa ia sedang berpikir keras. Semua orang terdiam berpikir. merenung.
Suasana pecan, tatkala dari sudut sebelah ka-nan. terdengar suara yang renta dan rendah.
menghaturkan sembah. "Ampun Gusti!" katanya. "Mamanda Kuda Lalean! Adakah Mamanda mendapat pikiran yang baik
untuk menghilangkan yang kami bingungkan" Bicaralah!" sabda baginda.
"Daulat Gusti. menurut hemat hamba. satu-satunya jalan untuk mengatasi suasana yang sulit ini.
adalah dengan jalan meminta tolong kepada fihak ketiga. Fihak ketigalah yang sebaik-baiknya
datang kepada Rakanda Prabu di Janggala, meminta keterangan yang lebih jelas."
"Sungguh tepat!" potong sang baginda dengan cepat dan wajahnya menjadi cerah. "Sungguh tepat
apa yang dipersembahkan oleh Mamanda Kuda Lalean! Tetapi ..." baginda berhenti sejenak.
"Siapakah gerangan fihak ketiga yang patut kita percayai untuk menjadi perantara" Orang itu mesti
yang kita percayai dan yang dihormati pula oleh fihak Janggala, tak mungkin orang scm-barang!
Orang itu mesti benar-bcnar tak berfihak! Raja manakah yang menurut hemat andika sekalian, yang
patut kita mintai tolong dalam hal ini"
54 .yang-' Lawang" Ataukah mana" "
Setelah suasana sepi sejenak, terdengar maha patih Kebo Rerangin angkat bicara. "Mengapa Gusti
hendak meminta tolong kepada raja-raja lain" Mengapa Gusti tidak teringat kepada sang Kili Suci
yang adalah wakil tetua kedua buah kerajaan - baik Janggala maupun Kadiri! Sang Kili Su-cilah
yang telah menyebabkan kerajaan sang Baginda Airlangga di pecan dua. Karena sang Kili Suci
tidak sudi memangku takhta! Dia memilih kehidupan pertapa di Pucangan!"
22 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Baginda terhenyak. "Ya maha dewa! Mana boleh kami lupa! Mengapa boleh kami tak teringat" Eyang Sang Kili Suci!
Telah lanjut usianya, tetapi ia masih segar bugar! Kehidupannya sebagai pertapa menyebabkannya
awet jaya! Ya, memang beliau satu-satunya orang yang paling tepat untuk keperiuan ini! Tak ada
yang lain! Sang Kili Suci!"
"Sesungguhnyalah!" sembah maha patih Kebo Rerangin dan para tetua lainnya bersama-sama.
"Sang Kili Suci patut menjadi fihak ketiga."
"Baiklah Mamanda Patih. sekarang Mamanda titahkan orang untuk menjemput sang Kili Suci.
supaya sudi meninggalkan petapannya yang suci di Pucangan, menjenguk negeri Kadiri ini. Siapa
orang yang patut menjalankan titah itu. kami P
"Daulat Gusti."
55 "Kalau mungkin hari ini juga ia mesti berangkat. Makin cepat makin baik. la mesti kembali dengan
mengiringkan sang Kili Suci. Jangan ayal di jalan."
"Daulat Gusti." sembah maha patih. "Hamba Gusti. Senapati Secaprawira hamba pikir patut
menjunjung titah yang berat itu."
"Baiklah. Ki Senapati Secaprawira pergi ke Pucangan. Dengan siapakah ia akan pergi" Sendirian
sajakah?" "Ia harus dikawani oleh dua-tiga orang hamba Gusti yang lain. Baiklah perihal itu hamba atur kelak."
"Ya, semuanya kami percayakan kepada Mamanda. Tetapi kami ingin hari ini juga mereka harus
berangkat. Pucangan jauh. dan kami tidak mau menunggu terlalu lama! Kalau orangnya sudah siap.
titahkan mereka menghadap! Sekarang. baik andika sekalian pulang. Tetapi Ki Senapati Wirapati!
Persiapan-persiapan jangan dilalaikan. Belum tentu sang Kili Suci berhasil dengan damai
menyelesaikan soal ini, maka kita mesti berperang juga dengan Janggala. Karena itu
persiapan-persiapan perang jangan sampai tercecer! Kita mesti siap pada waktunya!"
"Daulat Gusti, hamba sekalian akan siap setiap saat! Titah patik junjung di atas batu kepala pa tik!"
sembah senapati Wirapati.
Maka pertemuan di balairung pun bubar. Sang
56 baginda masuk ke dalam istana. Para tetua dan neiabat negara pulang ke rumahnya
masing-masing, kecuali mereka yang mendapat titah dan mesti menyelesaikan titahnya. Maha patih
Kebo Rera-11 an memilih orang untuk mengawani Secaprawira buat menjemput sang Kili Suci,
serta menitahkan mempersiapkan segala sesuatunya buat keperluan di jalan.
57 23 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
SANG KILI SUCI Sang Kili Suci yang hidup tenang di Pucangan, adalah putri baginda sang Airlangga yang jaya serta
bijaksana. Dialah yang sesungguhnya berhak atas takhta, menggantikan ayahanda. Tetapi ia sejak
masih muda telah tertarik hatinya akan kehidupan di petapan. Kehidupan keraton dan kesibukan
kerajaan tidak membetahkannya. Ia tidak mau hidup dalam kegemilangan istana. Ya, putrinda itu
mengikuti jejak ayahanda, sang Airlangga. sangat mencintai kehidupan bertapa, karena ayahanda
tatkala masih muda pemah dilindungi para petapan, yaitu tatkala ia melarikan diri dari kejaran
tentara Wura-wari yang menyerbu keraton mertuanya. Bertahun-tahun lamanya sang Airlangga
hidup di tcngah-tengah kaum pertapa. Ia banyak mendapat bantuan dan sokongan dari kaum
pertapa, baik para resyi Syiwa, maupun para biksyu agama Budha. bahkan juga para pemuja
Wisynu. 58 Tidak heran pula ia tatkala kemudian melihat aKanda Kili Suci lebih menyukai hidup dalam IT,tan
sebagai pertapa. la mendirikan petapan yang dah di Pucangan, sebagai tanda terima kasihnya
kepada para pertapa yang telah menolong dan menyokongnya selagi sengsara. Tetapi kemudian
putrinda Kili Suci agaknya lebih merasa betah di
sana. Yang menyulitkan sang Airlangga adalah sikap putrinda Kili Suci yang tidak mau memangku takhta.
Memang, kecuali Kili Suci, baginda masih mempunyai dua orang putra pula. Dan keduanya laki-laki
yang mehunjukkan minat yang luar biasa terhadap takhta, sehingga nampak oleh baginda bahwa
persaingan antara keduanya sangat besar. Mereka bukan putranda dari permaisuri, sehingga hak
keduanya sama atas takhta kalau Kili Suci menolaknya. Baginda kuatir, kalau-kalau setelah baginda
mangkat akan terjadi persaingan dan perkelahian antara kedua putranda untuk memperebutkan
takhta. Maka berminggu-minggu baginda membujuk putrinda Kili Suci supaya mau memangku
takhta. Namun sia-sia saja. Kili Suci tetap pada pendiriannya. Ia tidak menghendaki takhta.
Maka bertahun-tahun lamanya baginda memikirkan akal, akan menghindari persaingan dan
perebutan takhta antara kedua putranda itu kelak, Meski mungkin selama baginda masih hidup,
Persaingan dan perebutan itu takkan terjadi. namun tak mustahil pabila baginda sudah meninggal,
percbutan yang ditakutkan itu terjadi juga. Akhirnya baginda mengambil kebijaksanaan membagi
dua kerajaan yang telah dengan susah payah baginda bina dan mempercayakan pembagian itu
kepada seorang guru Budha Mahayana yang ahli dalam ilmu tantra, yaitu EfllpU Bharada. Empu
Bharada seorang yang sakti. konon pemah menye-berangi selat Bali dengan berjalan di atas
permuka-an laut. Gelombang yang tinggi tidak sedikit pun membasahi kendati ujung jubahnya.
Sambil mengenangkan usahanya sejak muda, sejak ia berangkat dari Bali memenuhi panggilan
mertuanya mahara-ja Teguh. sang Airlangga menyaksikan hasil jerih-payahnya itu dirobek-robek di
depan matanya. Hancur hatinya. Namun kalau mengingat pula akan akibat yang mungkin timbul
kalau baginda tidak melakukan usaha pencegahan seperti itu. sang Airlangga yang sudah kenyang
berperang itu, merasa lega, karena ia telah menghindarkan kedua putranda dari peperangan antara
sesama saudara. 24 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah membagi dua kerajaannya yang besar menjadi Janggala dan Kadiri, dan menobatkan
kedua anakanda menjadi raja di kedua kerajaan tersebut, baginda Airlangga mengikuti jejak
putrinda Kili Suci; baginda memilih kehidupan damai di petapan. Baginda menjadi bagawan.
Baginda dihormati dan discbut orang sebagai Paduka Gusti Pelindung Buana. Baginda
bersemayam di Ganda-60 kuti hingga wafatnya. Sesudah baginda wafat. Kill Suci makin betah di petapannya. Tetapi hubungan dengan masya-rakat
ramai tidak terputus. Pada waktu-waktu tertentu ia menyambangi saudara-saudaranya yang
memerintah kerajaan Janggala dan Kadiri. la banyak memberi nasihat dan petunjuk dan segalanya
itu diterima oleh saudara-saudaranya dengan se-nang hati. Bahkan mereka tidak segan-segan
meminta masihat dan petunjuk dari putri petapa itu.
Waktu terus berlalu. Raja Janggala dan Kadiri telah dua kali bertukar, karena mangkat, tetapi sang
Kili Suci masih segar bugar juga. la masih juga tetap sehat. Ia tidak meninggalkan kebiasa-annya
untuk tetap mengunjungi Janggala atau Kadiri, mendatangi keraton. akan bercengkerama dan
memberi nasihat kepada para pemangku takhta. Oleh rakyat kecil pun ia sangat dihormati. karena
banyak sekali pertolongan-pertolongannya. Mereka memuja sang Kili Suci hampir-hampir sebagai
dewi penolong yang sakti dan gaib. Mereka memandang puncangan sebagai tempat keramat yang
suci. Tempat tinggal manusia utama yang luar biasa baik.
Tatkala mendengar dari Senapati Secaprawira, bahwa sang baginda Jayawarsya dari Kadiri
meng-haturinya datang, lantaran ada masalah berat yang m
61 an. Mereka berjalan dengan cepat, maka beberapa hari kemudian, sampailah sang Kili Suci di
ibukota Kadiri, lalu masuk ke dalam istana. Kedatangannya segera dipersem bahkan kepada sang
baginda. lak/mi dan hormat, baginda menghaturkan sembah kepada sang Kili Suci. Sang Kili Suci
mengusap-usap kepala baginda. kemudian mengangkat-nya bangkit.
"Apakah gerangan sebabnya, maka Cucunda menitahkan Nenenda datang secepat mungkin?"
tanya sang Kili Suci setelah beberapa saatnya berbicara tentang segala macam soal, tentang
kesehatan baginda dan mengenai kerajaan.
"Ampun hamba mohonkan, karena telah berani mengusik Nenenda dari kehusyuan bertapa...,"
sahut baginda. "Cucunda telah mengusik Nenenda dari petapan. tentu lantaran ada suatu soal besar yang mesti
dipecahkan. Karena itu sebaiknya, cepat Cucunda sampaikan kepada Nenenda, apakah gerangan
soal yang mesti dipecahkan itu?"
Maka sang baginda Jayawarsya pun lalu mempersembahkan halnya. Baginda mengenangkan sang
Kili Suci kepada perjanjian yang dahulu diadakan antara Kadiri dan Janggala tentang maksud
menikahkan putra mahkota Janggala dengan putri mahkota Kadiri. Sang Kili Suci tahu akan
perjanjian itu, maka ia pun teringat akan halnya. Tatkala mendengar bahwa Raden Panji sudah
menikah 25 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
62 dengan orang lain Kili Suci tcrmenunB, dan dari matanya nampak bahwa ia terkenangWn * sj|anl,
tatkala ayahanda masih berat tatkala kerajaan belum tcrpecah dua. 1
-Jadi apakah yang sekarang hendak (W perbuat?" akhimya sang Kili Suci bertanya set, lah sang
baginda sclesai mempcrsembahkan semu* nya. Matanya yang jernih itu mcnatap baginda
seakan-akan hendak mengajuk ke dalam hati sanubari baginda.
Maka baginda segera berterus terang. "Hamba merasa terhina dan menganggap kehormatan
kerajaan Kadiri hanya mungkin dibela dengan mengangkat senjata. Tetapi mengingat bahwa antara
Kadiri dengan Janggala ada pertautan yang lebih cr.it. maka hamba meminta nasihat Nenenda
yang bijaksana. Apakah yang sepatutnyaCucunda perbuat sekarang?"
Kili Suci mengangguk-anggukkan kepala. "Jangan terburu nafsu. Siapkan wadia-bala untuk
keperluan lain. Tentang pemikahan Raden Panji, biar akan Nenenda periksa sendiri ke Janggala.
Sekalian Nenenda hendak menyambangi cucunda Prabu Jayantaka yang sudah lama tidak
Nenenda jenguk. Nenenda hendak menanyakan duduknya pcrkara yang lebih jelas. Kelak. kalau
scmuanya sudah terang-bendcrang. pasti Nenenda
akan kembali lagi ke mari."
Dan sclesai mcmbicarakan soal-soal yang ocr -
63 sangkutan dengan kerajaan. Sang Kili Suci bertanya. "Manakah putrinda Dewi Sekar Taji" Tentu ia
sekarang sudah besar! Sudahkah ia mendengar kabar mengenai pemikahan Raden Panji" Baiklah
hal itu jangan disampaikan dahulu kepadanya! Tentu akan sedih hatinya."
Setelah menemui dan bercakap-cakap dengan permaisuri, Dewi Sekar Taji dan
saudara-saudaranya yang lain, sang Kili Suci segera meminta diri. Ia hendak langsung menuju ke
Janggala. Betapapun baginda mencegah. ia memaksa juga pergi.
Sang Kili Suci berjalan ke arah timur laut dengan cepat. Ia maklum akan pentingnya perkara. la
tidak ayal. Hampir dua minggu kemudian sampailah ia ke Kahuripan, ibukota Janggala, lalu menuju
ke keraton. Terkejut sang baginda Jayantaka demi mendengar persembah tentang kedatangan sang Kili Suci.
Maka bangkitlah baginda buru-buru, memburu menyembah sang pertapa agung itu.
"Nenenda! Angin apakah gerangan yang telah membawa Nenenda ke mari! Telah lama nian
Nenenda tidak datang! Dan hamba sendiri telah lama pula tidak berkunjung kepada Nenenda,
maklum-lah suasana dalam keraton sangat sibuk, banyak
hal-hal yang meminta perhatian hamba sepenuh hati."
Sang Kili Suci tersenyum Dengan tangan kanan ia merestui baginda, lalu menyilakannya bangkit.
64 26 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
..Ya, telah lama nian Nenenda tidak datang kc man. Bagaimanakah kabar orang^rang d" seluruh
Janggala.' Baik-baik saja?"
"Berkat restu Nenenda, kami sekalian berada dalam sehat, tidak kurang suatu apa."
"Dan bagaimanakah keadaan cicitda Raden Panji" Tentu telah makin pandai menunggang kuda
dan mempermainkan senjata! Dan Nenenda dengar. ia suka pergi mengunjungi para petapa.
Mengapa ia jarang benar pergi ke Pucangan akan menemui buyutnya?"
"Ampun Nenenda!" sahut baginda. "Raden Panji memang jarang berada di keraton. Ia tak
je-mu-jemunya mengembara dari petapan yang satu ke petapan yang lain. Tetapi kini, ia tentu akan
menetap di kaputran, karena ia sekarang telah beristri ..."
Sang Kili Suci pura-pura terkejut.
"Beristri" Dengan Dewi Sekar Tajikah ia nikah" Mengapa dalam pemikahan itu Nenenda tidak
diundang" Bukankah Nenenda turut menyaksikan kedua cucunda tatkala mengadakan perjanjian
mempertunangkan kedua putra mahkota.
Sang baginda menundukkan wajah.
"Ampun Nenenda! Raden Panji bukannya. men, kah dengan putri malikota Kadiri Dewi Sekar laji.
> ?" "Apa" Bukan dengan Dewi Sekar Taji" JUto dengan siapa" Bukankah Raden Panj. sudah d.per
65 tunangkan dengan Dewi Sekar Taji sejak masih kecil" Bukankah hal itu telah dijanjikan Cucunda
dengan baginda Kadiri"**
Baginda Jayantaka termenung. Ia menengokkan wajahnya ke arah lain, seolah-olah menghindari
pandangan Sang Kili Suci yang menatapnya tajam-tajam.
"Sesungguhnya!" sahumya kemudian dengan suara rendah. "Sesungguhnyalah apa yang Nenenda
sabdakan! Raden Panji telah dipertunangkan sejak masih kecil dengan Dewi Sekar Taji - putri
mahkota Kadiri ..." Tetapi ia kini merykah dengan orang Iain" Siapa nama istrinya itu"*
"Dewi Anggraeni,"
"Dewi Anggraeni! Nama yang indah! Tentu wajahnya pun jelita, karena niscaya itulah yang telah
menyebabkan Raden Panji memilihnya. Putri siapakah ia gerangan?"
"Dia bukanlah seorang putri raja, melainkan seorang keturunan biasa saja, yang dijumpai Raden
Panji di sebuah petapan. Raden Panji menikah dengan Dewi Anggraeni tanpa setahu hamba ..."
"Jadi menikah dengan diam-diam?"


Candra Kirana Karya Ajiprosidi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

27 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dengan diam-diam. Sehingga, ketika hamba mendengar berita mengenai pemikahan itu,
gun-dahlah hati hamba. Hamba teringat akan perjanjian dengan Rayinda Prabu Jayawarsya dari
Kadiri. Kalau Rayinda mendengar hal pemikahan ini,
66 tentu murka. Hamba kuatir lantaran m,.^ Rayinda Prabu Jayawarsya akan Sj^JjJ
Sang Kili Suci merenung. Sebagai seorang yane bijaksana, segera ia mengerti keadaan yang diha
dapi oleh prabu Jayantaka.
"Sebenarnya, Cucunda, Nenenda sekarang datang adalah dalam hubungan dengan hal itu M
sabdanya kemudian. Sang baginda mengangkat wajah, memandang kepada sang Kili Suci.
"Jadi sesungguhnya Nenenda sudah tahu" Jadi Nenenda sebenarnya sudah mendengar kabar
pemikahan Raden Panji?"
"Demikianlah halnya."
"Memang, tak mungkin disembunyikan lagi. Orang-orang tahu akan perjanjian yang kami ikat, dan
karena itu pemikahan Raden Panji sekarang juga tentu akan mereka besar-besarkan. Ah, dari
siapakah Nenenda mendengar berita itu?"
Berkata sang Kili Suci, "Dari Prabu Jayawarsya, raja Kadiri."
Sang baginda terkejut bukan buatan
"Dari Rayinda Prabu Jayawarsya" Jadi Rayinda Prabu pun sudah mengetahuinya" Dan
bagaimanakah sikapnya" Murkakah dia" Ah, kalau pun murka sudah sepatutnya tetapi
sesungguhnya "Nenenda mendengar berita itu dari Prabu
67 Jayawarsya, karena Nenenda dipanggil menghadap ke Kadiri. Baginda sangat murka. Bahkan telah
dititahkannya untuk memepak wadia bala, hendak menyerang Janggala. Tetapi Prabu Jayawarsya,
seorang yang berhati luas: baginda ingin mengetahui bagaimanakah pendirian Cucunda di sini. Lagi
pula berperang antara sesama saudara tidak-Iah terpuji. Nenenda dikirim ke mari oleh baginda,
untuk mengingatkan Cucunda akan perjanjian yang telah sama-sama Cucunda adakan mengenai
pertunangan Raden Panji putra mahkota Janggala dengan Dewi Sekar Taji putri mahkota Kadiri."
"Sungguh luas hati Rayinda Prabu Jayawarsya!" sahut baginda. "Tetapi lebih bijaksana pula
Nenenda yang telah sudi bercapai-lelah untuk menemui cucunda berdua."
"Tak usah Cucunda berkata seperti itu," potong Kili Suci. 'Yang penting sekarang, bagaimanakah
28 Pendekar Rajawali Sakti Pusaka Lidah Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hal pertunan (http://cerita-silat.mywapblog.com)
29Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
gan Raden Panji dengan Dewi Sekar Taji"*
"Ampun Nenenda!" sembah sang baginda. "Janji yang telah diadakan seorang raja adalah ibarat
hujan yang takkan mungkin dikembalikan ke langit yang menurunkannya. Apa yang sudah menjadi
perjanjian antara Janggala dan Kadiri, tidak menjadi batal."
"Tetapi Raden Panji sudah menikah!" "Raden Panji menikah, bukan berarti bahwa pcr-tunangannya
dengan Dewi Sekar Taji putus."
68 "Namun pertunangan mesti diakhiri h pemikahan, Cucunda!" WWun
"Maka pertunangan Raden Panji d Sekar Tajijuga akan diakhiri dengan pemikahan-
"Dan bagaimanakah halnya pemikahan Raden Panji dengan Dewi Anggraeni, Cucunda?"
"Pemikahan Raden Panji dengan Dewi Anggraeni. tidak berarti bahwa Anggraeni yang akan
menjadi permaisuri. Permaisuri Raden Panji telah ditetapkan: Dewi Sekar Taji, putri mahkota
Kadiri!" Sang Kili Suci mengangguk-anggukkan kepala.
"Sang Prabu Jayawarsya kuatir, kalau pemikahan Raden Panji dengan Dewi Anggraeni itu
dilakukan dengan sengaja untuk memutuskan pertunangannya dengan Dewi Sekar Taji. Kalau
benar demikian, itu dianggapnya sebagai penghinaan. Penghinaan akan martabat dan kehormatan
Kadiri." "Pemikahan itu samasekali tidak dilangsungkan untuk menghina Kadiri ataupun Rayinda Prabu
Jayawarsya." "Sukurlah. Dengan demikian persoalan menjadi jelas, dan kepada Prabu Jayawarsya akan
Nenenda sampaikan, bahwa pemikahan Raden Panji dengan Dewi Anggraeni tidak mempengaruhi
perjanjian yang pemah Cucunda berdua adakan dahulu. Raden Panji akan menikah dengan Dewi
Sekar Taji sebagai permaisuri. Dan cita-cita agung serta luhur untuk mempersatukan kerajaan di
bawah satu 69 tampuk akan dilaksanakan." "Demikianlah adanya."
'Tetapi Nenenda lihat sekarang, baik Dewi Sekar Tanji maupun Raden Panji, kedua-duanya sudah
sama-sama dewasa. Pemikahan sudah patut dilangsungkan. Apakah fagt yang ditunggu" Apakah
lagi yang dinanti?" "Ampun Nenenda. Hamba melihat bahwa Raden Panji sekarang berat benar kepada istrinya Dewi
Anggraeni. Hamba kuatir, kalau sekarang juga mereka berdua dipisahkan, akan terbit akibat yang
samasekali tidak kita harapkan. Hamba memohon kesudian Nenenda, supaya menyampaikan
1 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kepada Rayinda Prabu Jayawarsya, bahwa pemikahan Raden Panji dengan Dewi Sekar Taji
sebaiknya dilangsungkan pada hari Legi yang kedua bulan yang pertama tahun yang akan datang."
'Tahun yang akan datang?" 'Ya saat itu adalah saat yang sebaik-baiknya buat pemikahan. Dihitung
sejak sekarang, waktunya masih kurang lebih empat bulan lagi."
"Empat bulan lagi. Hari Legi yang kedua pada bulan yang pertama tahun yang akan datang."
"Itulah saat pemikahan Raden Panji dengan Dewi Sekar Taji yang hamba anggap sebaik-baiknya.
Tetapi pabila Rayinda Prabu Jayawarsya menganggap saat itu kurang tepat dan memilih saat yang
lam, hamba akan menurut saja."
"Baiklah. Semuanya akan Nenenda sampaikan
70 kepada Prabu Jayawarsya di Kadiri."
Kemudian sang Kili Suci menemui permaisuri dan cicit-cicitnya akan bercengkrama dengan mereka.
Raden Panji dipanggil, diberitahu tentang kedatangan buyutnya itu. Maka ia pun datang menghadap
bersama istrinya, Dewi Anggraeni. Tatkala sang Kili Suci melihat Dewi Angraeni, terkesiaplah ia.
Alangkah cantiknya gadis itu! Tak kalah oleh Dewi Sekar Taji! Dan lihat, wajahnya yang segar itu
bagaikan beiahan pinang laiknya dengan Dewi Sekar Taji! Alangkah sama keduanya!
Lebih-lebih tatkala melihat tingkah lakunya yang sopan santun dan sangat penuh hormat* senang
benar sang Kili Suci. Ia mengangguk-anggukkan kepala, sedangkan dalam hati ia berkata, "Patutlah
Raden Panji memilihnya sebagai istri. Tak salah penglihatannya! Dewi Anggraeni seorang putri
yang jarang bandingannya!*
Tetapi sepatah pun ia tidak berkata tentang Dewi Sekar Taji di depan Raden Panji. la banyak
berbicara dengan Raden Panji, terutama mengenai agama dan hidup. Sebagai seorang yang sudah
lanjut usianya dan sudah kenyang bertapa, ia banyak memberi petunjuk dan nasihat. Dan Raden
Panji menyimakkan dengan penuh hidmat akan segala perkataan sang Kili Suci.
Setelah tiga malam sang Kili Suci beristirahat di dalam keraton Janggala, maka ia pun meminta diri
Dengan hati berat seluruh keraton melepaskannya
71 pergi. Mereka tahu. orang sebagai sang Kili Suci takkan merasa bctah tinggal dalam kesibukan
ista-na. Tetapi sang baginda Jayantaka berpikir lebih jauh: Makin cepat sang Kili Suci
menyampaikan pesannya kepada Rayinda Prabu Jayawarsya, makin senang hatinya. Ia akan
merasa dunia kembali luas dan hatinya lega.
Sang baginda Jayawarsya pun setelah mendapat penjelasan secara panjang lebar dari sang Kili
Suci. senang hatinya. Amarahnya lenyap, meski ia merasa tersinggung juga oleh pemikahan Raden
Panji itu. namun lantaran hal itu tidak mempengaruhi perjanjian yang telah mereka buat
bersama-sama, hendak dilupakannya saja.
Baginda menyetujui waktu yang telah dipilih oleh Rakanda Prabu Jayantaka sebagai saat yang
sebaik-baiknya untuk pemikahan putrinda.
2 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah semuanya nampak be res, maka sang Kili Suci meminta diri akan kembali ke petapannya
yang tenang, nun di Pucangan. Sia-sia saja usaha sang baginda untuk menahannya lebih lama.
Sang petapa telah merindukan kedamaian petapannya.
72 RADEN PANJI KUDA WANENG PATI
Waktu terus berlalu. Hari telah bergulung menjadi minggu, dan minggu melipat jadi bulan. Saat yang
ditentukan oleh sang baginda Prabu Jayantakatunggadewa untuk pemikahan Raden Panji dengan
Dewi Sekar Taji makin mendekat jua. Fnam minggu menjelang waktu yang ditetapkan. datang
utusan dari Kadiri memperingatkan baginda akan hal itu dan meminta baginda untuk mengadakan
persiapan-persiapan. Pemikahan akan berlangsung di Kadiri, karena itu harus ditetapkan kapan
Raden Panji mesti dijemput.
Lantaran kedatangan utusan Kadiri itu. sang baginda Jayantaka segera menitahkan menghadap
kepada para pejabat dan tetua negara. Para utusan ditempatkan di sebuah pesanggrahan yang
baik. sementara menunggu hasil penindingan.
Raden Panji Kuda Waneng Pati dipanggil dari Peristirahatannya yang mungil dan yang terlctak agak
jauh dari Kahuripan. ibukota Janggala. Dia hi -
73 chip tentram di sana bersama dengan istri yang dia cintai sepenuh hati. Tetapi titah nampak
penting, Raden Panji segera berangkat akan menghadap, sendirian saja. Dan memang demikian
yang dikehendaki baginda. Kecuali Raden Panji, para putra baginda yang
Iain juga nampak datang. Tumenggung Braja Nata
duduk di barisan paling depan. Setelah semuanya lengkap menghadap, maka
baginda masuk ke balairung. Dan setelah selesai
menerima sembah, baginda segera membuka persidangan.
"Andika sekalian sekarang diminta datang, bukan pada waktu yang biasa! Tentu pada diri andika
pun timbul pertanyaan dan sangkaan yang merusuhkan hati Baiklah, dengan singkat kami
terangkan, bahwa andika sekarang kami titahkan menghadap adalah berhubungan dengan
datang-nya utusan Rayinda sang Prabu Jayawarsya dari Kadiri. Seperti andika masih ingat, kami
dengan Rayinda Prabu Kadiri telah mengikat suatu perjanjian, yang didasarkan kepada suatu
cita-cita yang agung, yakni hendak mewujudkan kembali jerih payah usaha moyang kami sang
Airlangga. Kadiri dan Janggala hendaknya bersatu di bawah suatu tampuk pemerintahan. Asal
kedua kerajaan ini dahulu satu, maka sepatutnya kalau kelak pun di bawah pemerintahan
3 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
putra-putra yang akan datang dari perkawinan yang kami janjikan itu
74 akan bersatu pula. Perjanjian itu dahulu dilakukan dengan mempertunangkan putra mahkota
Janggala Raden Panji Kuda Waneng Pati dengan putri mahkota Kadiri Dewi Sekar Taji. Ketika
dipertunangkan keduanya masih sama-sama kecil sama-sama kanak-kanak. Tetapi sejak itu waktu
telah berlalu, dan kini keduanya telah dewasa. Bahkan Raden Panji ... baginda menoleh ke arah
putranda. Raden Panji duduk bersila menundukkan wajah, seakan-akan tidak mengetahui arti pandangan
ayahanda. "Raden Panji Kuda Waneng Pati!" seru baginda kemudian kepada Raden Panji.
"Hamba, Gusti!" sahut Raden Panji.
"Kemarin telah datang utusan dari mamandamu di Kadiri akan menanyakan pemikahan Ananda
dengan Dewi Sekar Taji. Dahulu kami telah menjanjikan kepada mamandamu itu, bahwa
pemikahan akan berlangsung pada hari Legi kedua bulan pertama tahun yang akan datang.
Sekarang tinggal enam minggu lagi. Waktunya telah dekat. Utusan dari mamandamu menanyakan
ka-pan engkau bisa dijemput, karena pemikahan hendak dilangsungkan di Kadiri!"
Raden Panji Kuda Waneng Pati menghaturkan sembah, "Ampun Gusti, tetapi hamba telah bens-tri
... " "Kami tahu, engkau telah beristri dengan Dewi
75 Anggraeni, tetapi ia bukanlah jodohmu yang se-timpai!" sabda baginda.
"Ampun Gusti, tetapi Gusti telah merestui pemikahan kami," sembah Raden Panji Kuda Waneng
Pari. "Pemikahan dengan Dewi Anggraeni kaulakukan secara diam-diam, tak setahu kami. Hal itu telah
menunjukkan bahwa dalam dirimu pun tumbuh kesadaran, bahwa perbuatan seperti itu adalah
suatu kekeliruan, suatu kesalahan. Namun kami restui juga pemikahan engkau berdua, karena
ketika itu kami melihat, bahwa nafsumu tak mungkin dipadamkan. Kini waktu telah berlalu, nafsu
tentu sudah mengendur, dan sepatutnya engkau teringat akan kewajibanmu terhadap tunangannmu
Dewi Sekar Taji." "Yang menyebabkan hamba menikah dengan Dewi Anggraeni, sekali-kali bukan nafsu, Gusti.
Adalah cinta yang suci serta luhur yang menyebabkan hamba berani menempuh hal yang Gusti
anggap kekeliruan ..."
Sang baginda mendengus. "Cinta yang suci! Cinta yang luhur!" terdengar baginda tertawa meleceh. "Raden Panji Kuda
Waneng Pati!" 4 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ampun Gusti!" sahut Raden Panji.
"Kau berbicara dengan ayahmu, tak usah kau mengajan ayahmu tentang cinta suci atau tak suci.
Yang pentrng sekarang kita bicarakan ialah per -
76 nikahanmu dengan Dewi Sekar Taji. Kau telah di pertunangkan dengan dia sejak masih kanak
kanak, kini tiba saatnya pertunangan diakhiri
dengan pemikahan!" "Ampun Gusti! Tetapi pertunangan itu diadakan tanpa persetujuan dan pengetahuan hamba .
"Kau pun menikah dengan Dewi Anggraeni tanpa sepengetahuan dan persetujuan kami!"
"Tetapi hambalah yang menikah. Hamba yang mengalami pahit manis serta suka-dukanya. Hamba
sendiri. Ampun Gusti."
"Raden Panji Kuda Waneng Pati!"
"Daulat Gusti!"
"Dengan singkat, maukah kau menikah dengan Dewi Sekar Taji?"
"Ampun Gusti! Hamba sudah beristri!"
"Dewi Anggraeni bukan seorang keturunan raja, la boleh terus menjadi istrimu. tetapi Dewi Sekar
Taji yang kelak akan menjadi permaisuri!"
"Ampun Gusti! Dewi Anggraeni mesti menduduki tempat kedua" Sebagai selir" Sebagai istri kedua"
Dewi Anggraeni adalah cinta hamba, hidup hamba. Hamba tidak sanggup menempatkannya di
samping orang lain. Jangankan pula menempatkannya scsudah orang lain, la ...1
"Jadi kendatipun hanya menggeser kedudukan-nya saja, engkau menolak." "Ampun Gusti!"
77 Baginda murka, nampak jelas dari wajahnya yang menjadi muram dan membesi terbakar,
sedangkan giginya nampak digigitkan erat-erat. Tangannya memukul-mukul paha kanan.
"Raden Panji!" "Daulat Gusti."
"Selama ini. engkau tidak pemah menunjukkan kelakuan yang kurang sopan. Engkau seorang anak
yang baik, yang senantiasa mengikuti segala perkataan orangtuamu. Tetapi, ya, memang sejak
masih kecil, sudah kusaksikan sifatmu yang manja. Kau seorang yang sangat manja. Kau ingin
supaya segala kehendakmu teriaksana. Engkau terlalu menurutkan hatimu sendiri. Engkau sibuk
5 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan dirimu sendiri yang sempit, karena yang senantiasa engkau pikir dan perhatikan hanyalah
dunia ke-cilmu, yang penuh dengan kehendak-kehendak perseorangan yang serakah. Engkau
sedikit pun tidak menaruh perhatian kepada masalah yang lebih besar. Engkau tidak mau
memperhatikan masalah orang lain! Engkau tidak suka. Engkau enggan! Karena kalau pun engkau
memperhatikan orang lain, hanyalah dari segi-segi kepentingan dirimu sendiri yang sempit."
Kemudian baginda melanjutkan pula, "Sekarang segala yang dahulu kami kuatirkan terjadi. Engkau
bersitahan dengan dirimu, engkau tidak mau melepaskan istrimu, karena kauanggap itu akan
me-ngurangi kebahagiaanmu. Namun, sececah pun ti-78
dak pemah kauperhatikan kebahagiaan orang lain kebahagiaan manusia yang menjadi kawula
dalam dua buah kerajaan!" a Qalam
Raden Panji tidak menyahut. "Raden Panji! Tidakkah kausadari, bahwa per-nikahanmu dengan
Dewi Sekar Taji akan membawa dua buah kerajaan ke dalam gerbang kebahagiaan?"
"Ampun Gusti, bagi hamba kerajaan adalah sesuatu yang tidak jelas. Apakah artinya kerajaan,
karena hamba sendiri pun bagian yang tak terpisahkan dari kerajaan Janggala!"
"Kerajaan adalah segala sesuatu yang hidup di dalamnya. Kerajaan bukanlah batas-batas,
bukanlah sungai-sungai, bukanlah gunung-gunung, tetapi manusia-manusia yang menjadi
kawulanya. Manusia-manusia itu yang mesti kaulihat. Manusia-manusia yang sama seperti engkau,
seperti istrimu, yang sama-sama merindukan kebahagiaan dalam hidupnya."
'Tetapi apakah benar kebahagiaan mereka itu tergantung dari ketidakbahagiaan hamba, ampun
Gusti?" "Ketidakbahagiaanmu" Nyatalah, nyata bahwa engkau selalu melihat sesuatu dari dirimu yang
sempit, yang picik, yang serakah. Engkau menyebutnya ketidakbahagiaan, padahal sesungguhnya
pengurbanan. Dan sebagai seorang putra mahkota yang kelak memangku takhta kerajaan, engkau
mesti menganggap bahwa pengurbanan yang kau-79
berikan untuk kebahagiaan kawula negara dan untuk kemanusiaan umumnya, adalah satu-satunya
kebahagiaan. Makin besar pengurbanan yang kauberikan, makin besar kebahagiaan yang
kau-dapat. Karena, kebahagiaan seorang raja adalah kalau ia telah bisa meleburkan diri beserta
kepentingan-kepentingannya yang sempit untuk kebahagiaan kawula serta manusia yang mulia.'1
"Ampun Gusti, tetapi benarkah kawula kedua buah negara akan lebih merasa berbahagia di bawah
pemerintahan satu mahkota daripada terpecah dalam dua mahkota?"
"Raden Panji! Tak usah engkau mencari-cari persembunyian dalam silat lidah yang pintar.Yang
kami minta bukanlah kepintaranmu berkata, melainkan kesediaanmu mengurbankan kepentingan
dirimu sendiri yang sempit demi kebahagiaan kerajaan, untuk mencapai cita-cita yang luhur.


Candra Kirana Karya Ajiprosidi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cita-cita yang hendak mewujudkan kembali usaha moyangmu sang Airlangga!"
"Namun, bahkan sang Airlangga sendiri tidak berdaya, pada akhir hayatnya baginda terpaksa
membagi dua kerajaan ..."
"Itulah yang hendak kita persatukan kembali!" "Empu Bharada telah membuatkan batas dan ia
seorang yang sakti."
6 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kita akan melenyapkan kesaktian Empu Bharada. Kita hendak menghapuskan batas yang dia
bikin." 80 -Ampun Gusti, mengapa justru hamba yanR dUadikan kurban dalam usaha hendak menV-puskan
kesaktian Empu Bharada-Mengapa hambi yang mesti membenkan pengurbanan sebesaruV"
"Tidak ada yang besar. kalau kau telah sampai dalam arti Besar yang sesungguhnya. Tak ada yang
berat untuk dilakukan, kalau kau mengerti ujud Berat yang sesungguhnya. Besar dan berat
hanyalah ukuran yang dibuat oleh manusia berdasarkan perasaannya yang sempit itu. Kalau kau
melihatnya dari keluasan pandangan, dari kepentingan umat manusia yang banyak, maka
semuanya menjadi kecil dan tak berarti. Engkau, Raden Panji, seorang yang sudah kenyang
berguru dan bertapa. tentu akan mengerti tujuan hidupmu yang benar..
"Ampun Gusti, dalam hidup hamba yang singkat, sering kegelapan menutup selumh pandangan.
Meraba-raba hamba terantuk-antuk mencari jalan. Tak ada cahaya yang memberi petunjuk. Alam
buana bagaikan tak bennatahari. Hingga .. hingga sampai pertemuan hamba dengan Dewi
Anggraeni. Dialah yang memberi hamba sinar. Dialah yang menjadi pelita, yang menjadi bintang,
yang menjadi bulan, yang menjadi matahari dalam hidup hamba. Karena itu, bagaimana mungkin
hamba menyi-sihkannya" Bagaimana mungkin hamba menggesernya?"
"Tetapi Raden Panji engkau seorang putera
81 mahkota. yang berhak atas takhta kerajaan Janggala. tujuan hidupmu tidaklah hanya sampai ke
pangkuan Dewi Anggraeni belaka!" "Ampun Gusti!"
"Sanggupkah engkau menghilangkan dirimu sendiri demi kepentingan kebahagiaan kawula dua
buah kerajaan* Sangguplah engkau mclenyapkan dirimu dan cintaimi pada Dewi Anggraeni untuk
kebahagiaan manusia lain yang banyak dan untuk kcmanusiaan" Sanggupkah engkau meleburkan
dirimu sendiri demi kepentingan cita-cita yang agung serta luhur dan suci" Sanggupkah engkau?"
"Ampun Gusti. unmk menyisihkan Dewi Anggraeni hamba ... hamba tidak sanggup." sahut Raden
Panji Kuda Waneng Pati. Sang baginda makin geram, Dari matanya bagaikan berpancaran lelatu-lelatu api. Suasana dalam
balairung sangat tegang. Tak seorang pun yang berani mengangkat muka. Mereka semua
menunduk. Mereka mendengarkan dengan diam-diam percakapan antara raja dengan putra
mahkota. Tetapi tatkala menyaksikan bahwa suasana sudah sampai ke puncak. patih Prasanta yang tua.
yang sejak masih muda menghambakan diri kepada baginda Jayantakatunggadewa dan menjadi
salah seorang patih kepercayaan. dan menjadi salah seorang guru putra mahkota, segera
menghaturkan sembah. 82 7 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ampun Gusti, perkenankan hamba mi-n.K ^rican sembah sepatah dua." mcn8h*
Sang baginda menolehkan wajahnya ke arah sumber suara.
"Kakang Prasanta!" tegumya. "Bicaralah'"
"Ampun gusti, perkenankan hamba berbicara kepada Raden Panji.
"Baiklah, Kakang! Berbicaralah kepadanya"
Patih Prasanta mengarahkan mukanya kepada Raden Panji, kemudian ia bicara dengan suara yang
tenang. "Raden, istri Raden Dewi Anggraeni adalah seorang yang luas pandangannya. Ia tentu mengerti
akan pentingnya pertunangan Raden dengan Dewi Sekar Taji dilanjutkan dengan pemikahan. Ia
tentu akan dengan rela memberikan kedudukan-nya di samping Raden kepada Dewi Sekar Taji
yang memang lebih berhak ..."
Raden Panji menolehkan wajahnya.
"Mamanda Patih Prasanta, Dewi Anggraeni seorang yang luas pandangannya, memang! Memang
tak mustahil ia akan dengan rela memberikan tempatnya kepada Dewi Sekar Taji. Tetapi hamba
tidak mungkin menipu diri hamba sendiri. Hamba tidak bisa membohongi diri hamba sendiri: hamba
tidak mau menyisihkan cinta hamba, tidak mau menggesernya untuk orang lain!"
"Raden, tetapi kalau Raden menikah dengan Dewi Sekar Taji itu bukan berarti bahwa Raden
83 menyisihkan atau mcnggcscr cinta Raden. Raden hanya mcmenuhi kewajiban Raden sebagai
seorang satria yang sadar akan tanggungjawabnya. Raden seorang putra mahkota. Putra mahkota
kerajaan Janggala yang jaya."
"Hamba tidak peduli. Mamanda Patih! Hamba tidak ingin menjadi seorang satria, seorang putra
mahkota! Mengapa hamba tidak boleh hidup sebagai seorang manusia biasa. yang boleh
mengecap kebahagiaan hidupnya secara sesuka hatinya, menurut pilihan hatinya sendiri?"
"Karena kebahagiaan seorang putra mahkota atau seorang raja, bukanlah dalam mengjkuti
kehendak hatinya. tetapi dalam pengabdiannya kepada kerajaan dan kawulanya."
"Hamba tidak menemui kebahagiaan dalam hidup seperti itu. Mamanda Patih. Hamba tidak ingin
hidup seperti itu. Hamba tidak peduli apakah hamba seorang putra mahkota atau bukan, seorang
pangeran ataupun bukan. Ambillah kedudukan putra mahkota itu, tetapi jangan usik Dewi Anggraeni
dari samping hamba!"
"Raden Panji Kuda Waneng Pati!" teriak baginda tatkala mendengar perkataan putranda yang
terakhir. bahRaden Pan* ^rkejut, segera menghaturkan sem-"Daulat Gusti!"
8 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Engkau berbicara seperti orang yang tidak wa -
84 ^ ... baginda tertegun, merasa terlanh,, w ^i
patih Prasanta. 'Kakang Prasanta'" 1 d
"Daulat Gusti!"
"Sudahlah! Tak ada gunanya Kakang berbicara pula. Raden Panji memang sudah tak mau ber
pisah dengan Dewi Anggraeni. Selama ada Dewi Anggraeni. agaknya Raden Panji takkan sudi
memikirkan hal yang lain kecuali cintanya itu saja. Karena itu ... ," baginda tcrmenung sejenak, baru
kemudian melanjutkan dengan suara yang berubah. "biarlah! Tak usahlah hal itu kita bicarakan lagi.
Raden Panji, bukankah engkau merasa berat menikah dengan Dewi Sekar Taji lantaran di
sampingmu ada Dewi Anggraeni yang kaucintai sepenuh hati?"
"Daulat Gusti, demikianlah adanya."
Baginda merenung ke kejauhan. Meskipun berbicara dengan Raden Panji, baginda tak melihat ke
arah putranda. Suasana dalam balairung tegang. Orang-orang merasa heran lantaran mendengar
suara baginda yang berubah, rendah dan seolah-olah tidak menyala-nyala lantaran amarah seperti
tadi, namun terdengar-dengar gemetar, gugup dan gelisah.
Setelah sejenak hening, baginda bersabda pula. dengan suaranya yang gemetar serta gugup itu,
"Raden Panji! Kami hargai kebesaran cintamu kepada istrimu Dewi Anggraeni. Cinta yang kause -
85 but cinta suci. Cinta yang telah menyebabkan engkau rela kendati melepaskan kedudukanmu
sebagai putra mahkota!"
"Daulat Gusti," sembah Raden Panji dengan suara setengah berbisik.
"Dewi Sekar Taji tak mungkin kaunikahi karena di sampingmu ada Dewi Anggraeni, bukan?" "Daulat
Gusti." Baginda mcnghela nafas pula. Matanya redup memandang ke kejauhan. Dan wajahnya bagaikan
berk eras hati hendak mengambil keputusan yang sangat berat namun terpaksa.
"Tetapi. Raden Panji. engkau pun tahu. per-tunanganmu dengan Dewi Sekar Taji telah dires-mikan.
Perjanjian telah diadakan antara dua kerajaan."
Raden Panji tidak menyahut, hanya menghaturkan sembah. tanda ia mengetahui apa yang
disabdakan baginda. Suara baginda tiba-tiba berubah. memaksakan diri supaya tegas dan hendak mengambil
keputusan, kemudian bersabda dengan suara yang angker lagi.
"Raden Panji, engkau masih ingat. beberapa waktu yang lalu sang Kili Suci datang mengunjungi
9 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kita, bukan?" "Daulat Gusti."
"Tetapi engkau barangkali tidak tahu, bahwa kedatangan sang Kili Suci itu adalah bersangkutan
86 dengan pemikahanmu dengan Dewi Sekar Tail -"Ampun Gusti, hamba tidak tahu " karena sekarang
kau telah pasli dak menikah dengan Dew, Sekar Taji selama Dewi Anggraeni ada di sampingmu.
maka kami titahkan sang sam - engkau sekarang juga menghadap kepada Kill Suci. Sampaikan halmu kepadanya dan paikan
takzim serta sembah kami."
Raden Panji bingung.- Ia sia-sia mengikuti arah pembicaraan ramanda. Ia tidak mengerti arah
percakapan ramanda. Tetapi dengan disebutnya sang Kili Suci, hatinya terbuka. Sang pertapa yang
arif itu tentu maklum akan cintanya yang besar kepada Dewi Anggraeni. Sang pertapa itu tentu
akan menolongnya. "Daulat Gusti," sembahnya dengan suara sarat harap.
"Nah, berangkatlah engkau sekarang jua ke Pucangan. Sampaikan semuanya. Dan mintalah
engkau nasihat sang Kili Suci, entah bagaimana nasihatnya untuk memecahkan halmu itu."
"Ampun Gusti, titah hamba junjung. Tetapi dengan demikian, apakah persoalan pemikahan
telah dianggap selesai?" Baginda melengos.
"Kami menitahkanmu ke Pucangan, untuk meminta nasihat sang Kili Suci mengenai hal ini.
Mudah-mudahan ia menunjukkanmu jalan yang sebaik-baiknya ditempuh. Mudah-mudahan
iamak - 87 lum akan keadaan dan kehendakmu dan memberi-mu petunjuk ke jalan yang benar. Berangkatlah
segera." "Hamba akan berangkat sekarang juga, tetapi perkenankan sebelum langsung menuju ke
Pucangan, hamba pulang dahulu akan mengabarkan keberangkatan hamba kepada istri hamba
Dewi Anggraeni." "Mengingat bahwa persoalan ini penting, dan kepada utusan dari Kadiri yang sekarang sedang
menanti keputusan, kita mesti memberi jawaban secepat mungkin, kutitahkan engkau langsung
menuju ke Pucangan. Makin cepat makin baik. Mengenai istrimu, tak usah kau merasa kuatir.
Keberangkatanmu akan dikabarkan juga kepadanya oleh salah seorang saudaramu."
"Ampun Gusti, titah hamba junjung. Tetapi perkenankan hamba meminta kawan buat di jalan."
10 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tentu, tentu engkau mesti berkawan. Baiklah Kakang Prasanta, Kakang kawani Raden Panji Kuda
Waneng Pati ke Pucangan. Kalau masih perlu, bawa beberapa orang ponggawa. Pilihlah
sesuka-mu." "Titah hamba junjung," sahut Patih Prasanta sambil menghaturkan sembah. "Ponggawa akan
hamba pilih beberapa orang, mengingat sekarang musim hujan, jalan ke Pucangan tentu licin. Para
ponggawa akan membawa kuda cadangan."
88 "Sesukamu, Kakang. Persiapan dan dctspH" buat bekal di jalan, kami percayakan kepi"!"
kang-Berangkatlah sekarang juga."
"Daulat Gusti."
"Raden Panji." "Ampun Gusti." "Ingat, engkau mesti langsung menuju ke Pucangan, jangan membelok atau singgah ke tempat lain
dahulu." "Ampun Gusti, hal itu akan hamba ingatkan."
"Sekarang berangkatlah segera."
"Hamba minta diri, mengharapkan restu Gusti selama dalam perjalanan."
"Perjalalananmu untuk kepentingan kerajaan, menyangga titah raja, kami restui."
Setelah menghaturkan sembah, Raden Panji bersama Patih Prasanta segera mengundurkan diri
dari balairung. Sejenak di bagian belakang balairung terdengar hiruk-pikuk. Beberapa nama
ponggawa disebut, akan dibawa ke Pucangan, mengawani putra mahkota yang hendak
mengunjungi sang Kili Suci. Persiapan-persiapan segera diadakan, kemudian terdengar suara
ringkik kuda yang makin lama makin menjauh.
Sementara terjadi kesibukan itu, sang baginda duduk di atas singgasana, dengan kepala tertunduk,
kening berkerut. Dari wajahnya nampak seolah-olah telah mengambil suatu keputusan yang berat,
lelah dan payah. Nafasnya turun-naik, keh -
8" hatan dari gerakan-gerakan teratur punggungnya.
Suasana dalam balairung hening. Tak seorang pun
berani mengganggu baginda yang kelihatan sedang
asyik berpikir. 11 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Akhirnya baginda mengangkat kepala. Wajahnya nampak keruh seolah hatinya dibebani sebuah
gunung. Sebelum bersabda. terlebih dahulu baginda mengusap wajahnya dengan kedua belah
telapak tangan. "Tumenggung Braja Nata!" sabdanya kemudian.
"Daulat Gusti!" sahut Tumenggung Braja Nata dengan hati kebat-kebit, terpengaruh oleh suasana
yang menekan, suaranya perlahan.
"Tumenggung Braja Nata!" baginda mengulangi sabdanya dengan suara naik tiba-tiba.
"Daulat Gusti!" sahut Tumenggung Braja Nata dengan suara lebih keras. "Patik menanti titah Gusti."
Sejenak baginda melihat ke arah Tumenggung Braja Nata, tetapi kemudian segera mengalihkan
pandangannya pula ke kejauhan.
"Engkau sejak tadi memperhatikan apa yang terjadi di sini, bukan" Engkau memperhatikan-nya?"
"Daulat Gusti!"
"Engkau mengerti apa sebabnya maka Raden Panji kuritahkan ke Pucangan?"
"Ampun Gusti, untuk menemui sang Kili Suci!"
90 Baginda tertawa hambar. -Tidak! Bukan itu maksudku yan
nya. Titahku agar dia menghada'p k^adaTan, Kili Suci hanya agar mempermudah maksud y2
sesungguhnya^ Tahukah kau apa maksudku yane sesungguhnya"' ydng
"Ampun Gusti, hamba kurang tahu."
"Titah kami kepada Raden Panji hanya mempermudah jalan untuk maksud yang sesungguhnya ...
baginda berhenti sejenak. "Dan maksud yang sesungguhnya itu akan kami bebankan di atas
bahumu." "Ampun Gusti, bagi hamba belum jelas juga titah itu. Selama hayat dikandung badan, hamba akan
berusaha melaksanakan segala titah gusti, meski mesti menempuh lautan api ataupun gunung
braja." Baginda menghela nafas. "Demikianlah hendaknya semangat seorang satria. Satria Janggala yang tahu akan kewajibannya,"
baginda bersabda pula. "Tetapi tugasmu bukanlah menempuh lautan api ataupun menerjang
gunung braja, melainkan ..." baginda berhenti pula sejenak. "Tidak, bukan itu titah yang akan kami
bebankan kepadamu, melainkan ... sang baginda menghunus keris yang tersandang. Baginda
mengamati matanya yang tajam dan ukiran-ukiran nya yang indah. "Tumenggung Braja Nata.
12 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kau-lihatkah keris ini tclanjang, tak bersanmg?"
91 Tumenggung Braja Nata tidak mengerti makna pertanyaan ayahanda, tetapi ia menyahut juga,
"Daulat Gusti."
"Keris ini keris pusaka, yang selalu dipakai oleh setiap raja Janggala. Dari Nenenda ia hirun kepada
Ayahanda dan sekarang ia ada pada kami. Umumya sudah tua. Tetapi ia masih indah dan masih
baik. Jarang empu yang pandai membuat keris sebagus ini," lalu baginda menjentikkan telunjuknya
kepada ujung keris, bunyinya nyaring "cring-cring-cring 1 menggema di seluruh balairung yang
seperti mati. Orang-orang dengan heran mengawasi kelakuan raja mereka dengan diam. Mata
mereka terbuka lebar, kuatir sesuatu terjadi tanpa mereka saksikan. "Dengar, suaranya sangat
nyaring. Sungguh keris yang jarang tanding-nya! Hmmmh. ia kini telanjang, tak bersarung, perlu
mendapat sarung baru!" Kemudian baginda menatap Tumenggung Braja Nata. "Tumenggung Braja
Nata! Kepadamulah tugas untuk memberi sarung bam keris ini terpikul!"
Tumenggung Braja Nata tidak mengerti akan ujud perkataan baginda. Tadi baginda akan
menitahkannya melaksanakan titah yang berat, tetapi temyata titah itu cuma mencari sarung baru
buat keris pusaka! Meskipun keris itu keris pusaka, namun perkara itu agaknya tidak begitu penting
kalau mengingat soal yang sejak tadi dibicarakan. Ia tidak mengerti. Ia samasekali tidak mengerti.
92 Tetapi menolak titah ia pun tidak berani
-Daulat Gusti, titah hamba junjung di atas hah. kepala patik," sembahnya. Bmatasbatu
"Daulat Gusti," sahut Tumenggung Braja Nata
Baginda menatap Tumenggung Braja Nata.
"Tumenggung Braja Nata!" sabda baginda ke-ras-keras.
"Daulat Gusti!"
"Bukankah engkau tadi mendengarkan apa yang kami sabdakan dalam balairung ini" Bukankah
engkau tadi mendengarkan percakapan kami dengan Raden Panji Kuda Waneng Pati mengenai
pemikahannya dengan Dewi Sekar Taji?"
"Daulat Gusti!"
"Engkau mengerti?"
"Hamba, ham ... hamba mengerti, Gusti!"
"Nan, kalau engkau mengerti, maka pergilah engkau sekarang mencari sarung bam buat keris
pusaka kerajaan Janggala ini! Demi kelangsungan cita-cita luhur sang Airlangga! Berangkatlah
sekarang juga!"

Candra Kirana Karya Ajiprosidi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

13 Tangan Tangan Setan Abdullah Harahap m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ampun Gusti, tetapi bagaimanakah bentuk sarung baru yang Gusti kehendaki, seperti yang lama
sajakah atau... ?" 93 'Tumenggung Braja Nata!" potong sang baginda.
"Daulat Gusti!"
"Benar-benarkah engkau mengerti akan maksud kami" Benar-benarkah engkau menyimakkan
segala sabda kami kepada Raden Panji" Benar-benarkah engkau mengerti akan segala apa yang
kaudengar tadi di sini?"
"Daulat Gusti!" sahut Tumenggung Braja Nata dengan tak mengerti.
"Kau sadar akan arti persatuan Janggala dan Kadiri untuk mewujudkan cita-cita agung moyangmu
sang Airlangga?" "Daulat Gusti."
"Satu-satunya jalan mencapai cita-cita yang agung itu adalah dengan menikahkan Raden Panji
Pencuri Intelek 1 Jaka Sembung 4 Raja Rampok Dari Lereng Ciremai Empress Orchid 3
^