Pencarian

Samurai Berdarah 2

Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah Bagian 2


kain hitam, hanya sepasang matanya saja yang tidak tertulup.
Sementara Dewi Permata Biru kerutkan keningnya, Mishima Nobu mendesis lerkejut,
"Ninja.... Mengapa pembunuh bayaran itu berada di sini" Dan mengapa dia
menolongku?"
*** 5 Sesaat tak ada yang buka mulut kecuali suara
kertakkan rahang Dewi Permata Biru yang agak keras.
Sorot mata perempuan ini nyalang tak berkedip pada sosok serba hitam yang juga
menatapnya dingin.
Beberapa helai daun yang langsung menjauh
tersapu angin. Sebagian alang-alang berlenggak-lenggok.
Keheningan itu cukup lama meraja sebelum"
terdegar bentakan Dewi Permata Biru, "Orang ingin mampus! Lancang sekali kau
campuri urusanku, hah"!"
Sementara Mishima Nobu mempergunakan kesempatan itu untuk beringsut ke belakang, lelaki berpakaian serba hitam yang
kedua tangannya masih terlipat di depan dada bersuara dingin, "Tak ada maksud
campuri urusanmu! Aku hanya hendak ajukan tanya, di mana Nomuro Shasuke
berada"!"
Bukan hanya Dewi Permata Biru yang terkejut
mendengar ucapan orang, Mishima Nobu pun sesaat kerutkan dahinya. Sambil
pandangi orang berpakaian serba hitam itu dia membatin, "Setahuku... para ninja
adalah pembunuh bayaran yang sangat terlatih. Kalau kehadirannya di tanah Jawa
ini untuk mencari Nomuro Shasuke sungguh mengejutkan. Jangan-jangan.... Kaisar
telah mengupah serta menugaskannya untuk menang-kap pembunuh celaka itu. Tetapi
rasa-rasanya... tak mungkin Kaisar mau berhubungan dengan para pembunuh bayaran
yang justru sebagian orang pernah hendak mencelakakannya...."
Dewi Permata Biru sendiri hanya terdiam. Sorot
matanya tetap tajam tak berkedip. Kemudian dengusnya,
"Urusan apa kau mencari Nomuro Shasuke, hah"!"
"Jangan banyak tanya!!" sahut orang itu keras.
"Urusanku adalah membunuh Nomuro Shasuke! Tadi kudengar kau mengatakan kalau
Nomuro Shasuke adalah sahabatmu! Jangan sampai kemarahanku menjadi naik dan kau
menyesali keadaan!!"
Mendengar ancaman orang,
perempuan yang panasan ini mengkelap. Kedua tangannya mengepal keras.
"Keparat! Kudengar orang-orang seperti kau di negeri Matahari adalah pembunuh-
pembunuh bayaran
tangguh!! Ingin kulihat apakah kepandaian yang kau mniliki sama dengan kabar
yang pernah kudengar!"
"Kukatakan sekali lagi, di mana Nomuro Shasuke berada"!!" bentak orang itu
keras. "Carilah dia di neraka!!"
Selesai bentakannya, Dewi Permata Biru langsung mendorong ke dua tangannya.
Kejap itu pula melabrak dua gelombang angin warna biru ke arah orang berpakaian
serba hitam. Hebatnya, orang itu justru tetap tegak di tempatnya dengan kedua tangan terlipat
di depan dada. Sesaat Dewi Permata Biru raendengus gusar, "Kesombonganmu akan
putus bersama nyawamu yang akan melayang!!"
Namun alangkah lerkejulnya perempuan berpakaian merah menyala ini, tatkala
mendadak saja orang
berpakaian serba hitam hanya menggeser kakinya ke samping kanan lima tindak. Dua
gelombang angin tadi hanya meleset satu jengkaldari tubuhnya, dan langsung
melabrak dua buah pohon yang bergetar. Menyusul tumbang dengan suara gemuruh.
Sementara Dewi Permata Biru terkesiap kaget ninja itu bersuara dingin, "Upah
telah kuterima! Siapa pun yang halangi niatku untuk membunuh Nomuro Shasuke maka
dia harus menerima ganjarannya!!"
Mishima Nobu yang terkejul melihat gerakan yang dilakukan orang berpakaian serba
hitam saat hindari Iabrakan serangan Dewi Permata Biru, kini menarik napas lega
setelah mendengar apa yang dikatakannya.
"Jelas kalau Kaisar Tokugawa lesyasumoto telah mengupah ninja ini untuk
menangkap dan membunuh Nomuro Shasuke. Sungguh sesuatu yang rasanya sangat
mustahil, karena Kaisar mau berhubungan dengan para ninja."
Di tempatnya Dewi Permata Biru membatin,
"Sungguh patut kukagumi! Serangan 'Angin Biru' berhasil dielakkan dengan mudah
olehnya! Tetapi... siapa pun orangnya yang berniat hendak membunuh sahabatku
maka dia akan berhadapan denganku kendati aku harus korbankan nyawa! Nomuro
Shasuke lah satu-satunya orang yang mau mengerti segenap perasaan dan cinta ku."
Perempuan yang pernah dilanda kelaraan cinta
merasa kalau Nomuro Shasuke mencintainya terdiam beberapa saat. Dia memang tak
pernah tahu kalau pembunuh dari Jepang itu hanya memanfaatkannya saja.
Memanfaatkan kehebatan dan tubuh yang dimilikinya.
Lamat0lamat terlihat perempuan ini geser kaki
kanannya ke depan. Agak menekuk dengan kaki kiri lurus.
Kepalanya tegak lurus dengan langit. Pandangannya makin tajam. Perlahan-Iahan
terlihat kedua tangannya kali ini pancaikan sinar warna biru yang cukup terang.
Sejurus kemudian
terdengar makiannya, "Kupenggal
dulu kepalamu, baru kukatakan di mana Nomuro Shasuke berada!"
"Kau akan menyesali kelancanganmu ini!!"
"Keparat! Kubuktikan ucapanku!!" bentak Dewi Permata Biru Bersamaan dengan
bentakannya. kedua tangannya yang pancarkan sinar biru, memegang pelipis kanan
kirinya. Nampak kedua tangan itu bergetar sesaat sebelum permata yang ada di
keningnya kini makin menyinarkan sinar biru. Kalau tadi hanya sinar biru saja
yang keluar, kali ini bersamaan dengan hawa yang panas.
Di seberang, orang berpakaian serba hitam tak
keilipkan matanya. Diam-diam disadarinya kalau lawan akan lakukan serangan yang
berbahaya. Apa yang diduganya memang benar. Karena
mendadak saja Dewi Permata Biru dorong kedua
tangannya ke depan yang kejap itu pula menderu angin biru yang keras. Belum lagi
labrakan itu mengenai sasarannya. mendadak saja satu sinar biru yang
mengandung hawa panas meiesat dari permata di
keningnya. Orang berpakaian serba hitam sesaat melengak
sebelum dia mclompat ke samping kanan. Saat melompat ilu, terlihat dua buah
ganco terselip di belakang pinggangnya.
Blaaar! Blaarrr! Blaarrrr!!
Tiga letupan keras terdengar beruntun. Ranggasan semak belukar yang terkena
angin biru, langsung pecah berantakan hingga akarnya. Sementara sinar biru yang
terpancar dari permata di kening si perempuan,
menghantam sebuah pohon yang langsung bolong
keluarkan asap. Sesaat tak ada keanehan lain pada pohon itu. Namun di lain saat
mendadak saja pohon itu bergetar, menyusul dedaunannya berguguran. Kejap itu
pula terdengar suara berderak, lalu menggemuruh di saat pohon besar itu tumbang.
Bukan hanya orang berpakaian serba hitam yang
terkejut, Mishima Nobu sendiri diam-diam menahan napas.
"Apa yang diperlihatkan perempuan berpakaian merah menyala tadi, memang
disebabkan dia memandang sebelah mata padaku. Tetapi pada kenyataannya, ilmu
yang kumiliki berada tiga tingkat di bawahnya. Mudah-mudahan, ninja yang diutus
oleh Kaisar berhasil mengatasi perempuan celaka ini."
Di lempatnya begitu serangannya luput dari
sasarannya, Dewi Permata Biru langsung mencelat. Tangan kanan dan kirinya
digerakkan berulang kali, sementara sinar biru yang mengandung hawa panas terus
mencelat dari permata di keningnya.
Terlihat bagaimana orang berpakaian serba hitam berjumpalilan dibuatnya.
Kecepatan yang dimiliki oleh ninja itu memang sungguh mengagumkan. Kendati
tempat itu semakin porak poranda terhantam angin dan sinar biru si perempuan,
sosoknya belum terkena sedikit juga.
Keadaan ini semakin membuat Dewi Permata Biru
kalap. Serangannya sekarang seperti asal saja, namun
tetap berbahaya. Bahkan Mis hima Nobu sendiri yang telah pulih keadaannya harus
melompat bila tak ingin hangus lersambar sinar biru si perempuan.
"Mengapa kau hanya bisa berjumpalitan seperti monyet, hah"! Apakah kau sudah
mati kutu sekarang"!"
sentak Dewi Permata Biru dengan wajah memerah.
Orang berpakaian serba hitam itu tak hiraukan
seruannya. Dia terus berusaha untuk hindari serangan Dewi Permata Biru. Mendadak
saja dia cabut ganco yang berada di belakang pinggangnya. Lalu dengan kecepatan
yang luar biasa disertai tenaga dalam, dilemparnya kedua ganco itu ke arah
lawan. Dewi Permata Biru hanya keluarkan dengusan. Lalu gerakkan kepalanya.
Wuuttt!! Sinar biru yang mengandung hawa panas melesat,
melabrak kedua ganco itu yang bukan hanya tertahan tetapi juga langsung lumer.
Kescmpatan di saat Dewi Permata Biru sedang
menghancurkan kedua ganco yang dilemparkannya, orang berpakaian serba hitam
langsung mencelat ke depan sctelah kaki kanannya dijejakkan keras di atas tanah.
Kedua tangannya yang juga dibalur pakaian hitam, digerakkan dengan cara memutar
dan mendorong. Terdengar suara laksana salakan petir yang kuat.
Melengak Dewi Permata Biru menyadari serangan itu sudah begitu dekat. Dengan
memiringkan tubuhnya, tangan kanannya yang kini berwarna biru, langsung
dipukulkan. Wuusss!! Gelombang angin biru menderu keras. Ganti orang berpakaian serba hitam yang
terkejut. Dan dia yang ganti membikin Dewi Permata Biru terkejut.
Menurut sangkaan Dewi Permata Biru, ninja ini
justru akan memapaki pukulannya. Paling tidak kalaupun menghindar akan membuang
tubuh ke belakang.
Orang berpakaian serba hitam ini memang sengaja
mengurungkan serangannya. Tetapi dia justru berputar setengah lingkaran kekiri.
Satu gerakan yang tak disangka oleh Dewi Permata Biru, karena dia justru sedang
lancarkan serangan berikutnya.
Pada saat yang bersamaan, orang berpakaian serba hitam ini melepaskan jotosan
tangan kanannya.
Desss!! Tepat mengenai pinggang kiri Dewi Permata Biru.
Melengak perempuan ini laksana terhantam petir.
Tubuhnya agak limbung. Namun yang mengejutkan, ninja ilu justru tak teruskan
serangannya. Dia malah berdiri tegak. Mishima Nobu yang malah menjadi geram.
Dengan cepat disambar samurainya yang tadi terjatuh. Begitu disambar dia
langsung melompat ke arah Dewi Permata Biru seraya mengayunkan samurainya siap
membelah kepala Dewi Permata Biru.
Akan tetapi sebelum berhasil dilakukannya, orang berpakaian serba hitam sudah
mencelat ke depan. Tangan kanannya mcnepak samurai Mishima Nobu. Sementara
tangan kiri mendorong dada lelaki bertubuh pendek itu hingga terhuyung ke
belakang. "Jangan campuri urusanku!!" maki ninja ini dengan pandangan tajam.
Mishima Nobu yang telah kuasai keseimbangannya
kembali mengkelap gusar.
"Aku tak tahu siapa yang mengupahmu untuk
membunuh Nomuro Shas uke! Kendati mulutmu mengatakan Kaisar Tokugawa lesyasumoto yang mengirimmu! Tetapi, aku juga punya kepentingan pada perempuan celaka itu!"
' "Hhh!! Tentunya kau bernama Ayothomori!" sahut si ninja makin dingin.
"Kau salah besar! Namaku Mishima Nobu!!"
"Kudengar, kalian bertiga! Dan yang kudengar, hanya Ayothomori-iah yang
bertindak kejam! Tetapi sayang, kabar itu ternyata salah! Kau juga bertindak
kejam!!" Sesaat wajah Mishima Nobu memerah. Kejap lain ]
did berkata, "Persetan dengan ucapanmu! Menyingkir! Atau kita akan berhadapan
sebagai lawan!!"
"Kau tak bcrdaya di tangan perempuan itu,
sementara perempuan itu tak berdaya di tanganku!
Apakahl kau masih berusaha untuk menutupi diri dengan kemampuanmu, hah"! Atau
kau masih membanggakan diri sebagai seorang samurai" Yang pantang dikalahkan dan
lebih baik berseppuku"*
Mendengar kata-kata orang, Mishima Nobu terdiam.
Dadanya masih turun naik tanda dia masih gusar Namun sedikit banyaknya dia
membenarkan apa yang dikatakan ninja di hadapannya. Bila dia membunuh Dewi
Permata Biru, apa bedanya dia dengan Nomuro Shasuke"
Lalu didengarnya lagi suara ninja di hadapannya
"Bila dia dicabut nyawanya... maka jejak manusia celaka bernama Nomuro S hasuke
justru makin terbentang jauh!
Tanah Jawa begitu luas! Dan dia bisa berada di tempat yang sukar diketahui!!"
Kali ini Mishima Nobu membenarkan alasan yanj
dikemukakan orang berpakaian serba hitam ini.
Sementara itu, Dewi Permata Biru yang jatuh
tersungkur perlahan-lahan bangkit. Dirasakan pinggangnya seperti patah. Pukulan
yang dilancarkan orang berpakaian serba hitam seperti mengandung kekuatan
listrik yang melemahkan tlenaga dalamnya.
Namun perempuan kejam ini tak peduli dengan
keadaan dirinya. Dengan kedua kaki masih agak goyah saat berdiri tegak di atas
tanah, dia berseru dingin,
"Jahanam berpakaian hitam! Aku akan mengadu jiwa denganmu!!"
Orang berpakaian serba hitam itu justru angkat
tangan kanannya.
"Jangan bertindak bodoh! Membunuhmu saat ini semudah
membalikkan telapak tanganku! Tetapi nampaknya... kau memang terlaiu memaksa untuk mati di tanganku!!"
"Keparat!!" maki Dewi Permata Biru. Kendati mulutnya berbunyi begitu, namun
hatinya kebat-kebit pula.
Disadarinya betul kalau dia tak akan mampu menghadapi ninja ini. Karena sejak
tadi menyerang, tak satu pun serangannya yang masuk. Sementara lawannya, begitu
menyerang, langsung mengenai sasaran.
"Kau telah berlaku bodoh dengan menyembunyikan pembunuh bernama Nomuro Shasuke!
Bahkan kau seolah dibutakan oleh mata hatimu sendiri, kalau kau justru hanya
diperalat oleh lelaki itu! Aku bukan orang yang sabar!
Tugasku membunuh! Tetapi, akudiupah untuk membunuh Nomuro Shasuke! Hanya saja,
bila kau tetap menghalangi, aku tak segan-segan untuk mencabut nyawamu!!"
Sesaat orang berpakaian serba hitam ini hentikan ucapannya. Rupanya, apa yang
dikatakannya barusan tadi membuat nyali Dewi Permata Biru menciut. Kendati
demikian, dia menggeram dalam hati, "Jahanam! Untuk saat ini, kubiarkan kau


Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlaku apa saja pada diriku!!
Tetapi suatu saat... ya.. suatu saat... "
Terdengar lagi suara orang berpakaian serba hitam keras, "Katakan padaku, di
mana Nomuro Shasuke berada"!!"
Dengan kepala ditengadahkan, Dewi Permata Biru
menyahut, "Aku tak tahu apakah kau anggap aku berdusta atau tidak! Tetapi pada
kenyataannya, aku justru tengah mencari Nomuro Shasuke!!"
Orang berpakaian serba hitam terdiam. Pandangannya lurus ke depan seolah hendak terobos relung hati Dewi Permata Biru.
Justru terdengar seruan Mishima Nobu, "Dusta!!"
Dewi Permata Biru arahkan pandangannya. Kali ini dia tersenyum melecehkan, "Tadi
kukatakan... terserah penilaian siapa pun yang mendengarnya!"
"Perempuan keparat! Kau...."
Seruan Mishima Nobu terputus oleh suara ninja yang berdiri tegak dengan lipat
kedua tangan di depanj dada,"Pergilah!!"
Dewi Permata Biru menggeram.
"Ingat... untuk saat ini aku mengaku kalah! Tetapi, jangan harap aku dapat kau
pecundangi untuk kedua kalinya!!"
Ninja itu tak keluarkan suara. Hanya pandangannya yang begitu dingin.
Dewi Permata Biru sendiri tak mau membuang
kesempatan lagi. Dengan langkah agak terhuyung karena pinggang bagian kirinya
masih terasa sakit, dia meninggalkan tempat itu.
Mishima Nobu langsung keluarkan suara, "Tak pantas kau melepas perempuan celaka
itu!!" "Ini urusanku! Bila kau menghalangi urusanku, maka aku tak segan-segan mencabut
nyawamu, Mishima-san!"
"Sebutkan namamu!!" "Akiko Arashi!!"
Habis sahutannya, orang berpakaian serba hitam ini langsung berkelebat
meninggalkan tempat itu. Gerakannya begitu cepat sekali hingga yang nampak hanya
merupakan bayangan hitam belaka.
Sepeninggalnya, Mishima Nobu menarik napas
panjang. Dia masih gusar mendapatkan keputusan yang dilakukan oleh ninja bernama
Akiko Arashi. Baginya, apa yang dikatakan Dewi Permata Biru adalah sebuah
kedustaan. Namun setelah beberapa saat, perlahan-lahan
Mishima Nobu mulai merasakan kebenaran yang
dikatakan Akiko Arashi. Apalagi dia mendapatkan dugaan, kalau ninja itu sengaja
melepaskan Dewi Permata Biru yang kemudian untuk diikutinya.
"Cerdik!!"
desisnya sambil angguk-anggukkan
kepalanya. Lalu dia pun mulai meninggalkan tempat itu, ke arah yang ditempuh
oleh Dewi Permata Biru dan Akiko Arashi.
*** 6 Hiedha Ogawa menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Pucha Kumar di sebuah jalan setapak yang dipenuhi
rerumputan. Mereka baru saja menghen- ] tikan kelebatan di tempat itu. Di
hadapannya nampak] sebuah persimpangan. Agak jauh dari tempatnya, jalan j
seperti tumpang tindih satu sama lain. Lelaki berkumis tipis ini segera berkata,
"Rasanya... memang lebih baik begitu. Kemungkinan besar, kita akan lebih cepat
menemukan Nomuro Shasuke."
Pucha Kumar yang tadi mengusulkan untuk segera
berpisah, balas menganggukkan kepalanya.
"Hiedha-san... berhati-hatilah...."
Hiedha Ogawa tersenyum. Dia sungguh senang
dengan perilaku lelaki bersorban putih ini. Dan dia jugaj menyayangkan sekali
nasib malang yang menimpa kedua adik Pucha Kumar, yang lewas dibunuh oleh Nomuro
Shasuke. Dilihat juga bagaimana lelaki dari India itu nampak sudah tidak bisa
lagi menahan sabar untuk segera menemukan Nomuro Shasuke. Sepasang matanya yang
indah dengan alis tebal itu seperti pancarkan sinar dendam yang berbahaya.
Hiedha Ogawa maklum. Siapa pun akan mendendam
pada Nomuro Shasuke bila mengalami kejadian itu. "Begitu pula denganmu...,"
sahutnya pelan.
Setelah menganggukkan kepalanya sekali lagi, lelaki dari India itu pun segera
melangkah cepat ke arah kanan.
Sesaat tadi Hiedha Ogawa melihat tatapan yang kian berbahaya kendati bibir Pucha
Kumar tersenyum.
"Aku sungguh malu atas
perbuatan Nomuro
Shasuke. Dengan kata lain, dia bukan hanya telah menyebarkan bibit dendam pada
bangsanya sendiri. Tetapi juga orang-orang di tanah Jawa, bahkan lelaki dari
India itu. Hhh! Sungguh suatu masalah yang sangat sulit"
Sesaat salah seorang utusan dari Kaisar Tokugawa lesyasumoto ini terdiam. Lama
baru terdengar desisan-nya
lagi, "Apakah Pendekar Slebor sudah berhasil menemukan Nomuro Shasuke" Atau
mengetahui di mana Dewi Permata Biru berada" Ah, bila saling tunggu memang hanya
membuang waktu. Sebaiknya, aku segera bergerak lagi sekarang...."
Memutuskan demikian, Hiedha Ogawa segera
berkelebat. Kali ini dia tak mau hentikan kelebatannya sekejap pun bila tidak
mendapatkan satu keterangan yang berarti.Tepat matahari mulai tergelincir di
barat, Hiedha Ogawa sudah memasuki sebuah hutan kecil yang cukup lebat.
Kepekatan seolah menerjang tempat itu, kendati pandangan masih cukup bebas
melihat sekitarnya. Angin bergerak dari satu pohon ke pohon lain, menggu-gurkan
dedaunan dan menggetarkan ranggasan semak belukar.
Tatkala lelaki berkumis tipis ini memasuki sepertiga hutan itulah didengarnya
suara kelebatan orang di belakangnya. Karena merasa hanya bukan dia seorang yang
berada di hutan itu, Hiedha Ogawa memutuskan untuk
hentikan kelebatannya. Serta-merta diputar tubuhnya. Namun justru keningnya yang mendadak berkerut.
Karena tak dilihatnya siapa pun di belakangnya. Sesaat dia menunggu, namun orang
yang dipikirnya berada di belakangnya tadi tetap tak nampak.
Hmm... mungkin pendengaranku salah. Bisa jadi
hanya hewan-hewan hutan ini yang berkeliaran...."
Lalu dia kembai meneruskan langkahnya. Sepuluh
tombak dilalui, kembali didengamya suara orang berkelebat di belakangnya. Kali ini Hiedha Ogawa tak ingin langsung melihat
siapa orang yang mengikutinya. Bahkan dia berpikir, "Mungkin hanya gerakan
angin...."
Tetapi setelah tiga puluh tombak terlewati, kali ini dia jelas-jelas mendengar
suara orang mengikutinya.
"Aneh! Siapa yang mengikutiku ini" Mustahil suara angin maupun gerakan hewan-
hewan terus berada di be-lakangku" Hmmm... akan kukejutkan dia...."
Namun sebelum dilakukan maksudnya, mendadak
saja satu gelombang angin keras menderu ke arahnya.
Sadar akan perubahan angin, masih berlari Hiedha Ogawa mendadak melompat ke
samping kanan. Wusss!! Blaammm! Gelombang angin itu menghajar ranggasan semak di depannya yang langsung rata di
bagian tengah. Begitu kedua kakinya hinggap di tanah, Hiedha Ogawa lansung putar
tubuh. Gerakan yang dilakukannya sangat cepat, namun dia tak melihat siapa pun
di belakangnya.
Sesaat lelaki berkumis tipis ini terdiam. Wajahnya agak tegang. Sepasang matanya
yang sipit dipentangkan lebih lebar.
"Ada orang yang menginginkan nyawaku. Jelas dari serangannya dan sosoknya yang
tak kelihatan dan tentunya langsung bersembunyi begitu aku berpaling.
Hmmm... siapa orang itu?"
Kali ini Hiedha Ogawa tak langsung meneruskan
larinya. Dia justru memperhatikan sekelilingnya tanpa kedip. Tangan kanannya
mengepal tanda kejengkelan mulai naik karena diserang secara gelap tadi.
"Mencari orang itu yang bersembunyi entah di mana, cukup sulit mengingat begitu
rapatnya pepohonan dan tingginya semak belukar. Sebaiknya...."
Kata hati Hiedha Ogawa langsung terputus tatkala satu gelombang angin kembaii
menderu ke arahnya.
"Hei i!!" serunya seraya melompat. Bersamaan dengan itu dia bergulingan ke
depan, ke arah datangnya gelombang angin tadi. Samurai langsung diloloskan dan
ditebasnya ranggasan semak di hadapannya.
Craakkkk!! Sebagian semak itu langsung rata ujungnya.
Sebelum samurainya menebas ranggasan semak tadi, satu so?sok tubuh telah
melompat ke depan dengan cara bersal-to. Bersamaan dengan itu, tangan orang ini
langsung menepak ke punggung Hiedha Ogawa. Namun
tepakan itu gagal, karena tanpa balikkan tubuh, Hiedha Ogawa sudah mendorong
samurainya ke belakang.
"Jahanam!!" maki orang itu.
"Nomuro Shasuke!!" desis Hiedha Ogawa begitu mcngenali suara orang tadi. Cepat
dia putar tubuhnya.
Kejap itu pula dilihatnya satu sosok tubuh berwajah bengis berdiri berjarak
delapan langkah dari hadapannya.
*** Orang yang lakukan bokongan tadi namun gagal
memang Nomuro Shasuke adanya.
Dan sekarang pembunuh dari Jepang itu memandang tak berkedip pada Hiedha Ogawa yang sudah
maju dua tindak ke depan.
"Nomuro-san! Sungguh kau punya nyali untuk muncul di hadapanku! Tak perlu lagi
membuang waktu! Ikut denganku untuk menerima hukuman dari Kaisar, atau rebah
berkalang tanah!!" seru Hiedha keras.
Bukannya segera sahuti ucapan orang, Nomuro
Shasuke cuma terbahak- bahak keras, hingga kedua bahunya agak berguncang.
Di tempatnya, sepasang mata Hiedha Ogawa makin
menyipit dalam. Berkilat-kilat berbahaya.
"Rupanya kau memilih keputusan yang kedua!!"
desisnya dingin.
Tawa Nomuro Shasuke bertambah keras. Lalu
mendadak saja diputuskan tawanya dan merandek dingin,
"Hiedha-san!
Ucapanmu begitu tinggi melebihi keperkasaan Dewa Matahari! Justru aku yang hendak ajukan pilihan padamu! Kembaii
ke negeri Sakura dan mengatakan pada Kaisar bahwa tak lama lagi dia akan mampus,
atau kau yang akan berkalang tanah di
hadapanku!!"
Mengkelap wajah Hiedha Ogawa mendengar ejekan
orang. Lebih sakit lagi hatinya tatkala mendengar Nomuro mengejek Kaisar
Tokugawa lesyasumoto yang sangat dihormatinya.
Tetapi lelaki berkumis tipis ini masih bisa tindih amarahnya, Kendati demikian,
saat berkata-kata suara-nya mencerminkan kemarahannya, "Kita buktikan hari ini
siapa yang berkalang tanah!!"
Kembai terdengar tawa Nomuro Shas uke dan di
sela-sela tawanya dia berseru, "Dari ucapanmu kau jelas-jelas memandang sebelah
mata kepadaku! Bagus! Apa pun yang kau lakukan adalah hakmu! Tetapi sayangnya,
apa yang kau duga tenlangku sungguh salah besar!"
Tangan kanan Hiedha Ogawa yang memegang
samurai bergetar tanda dia sudah tak kuasa menahan amarahnya. Sebelum dia
berkata, Nomuro Shasuke sudah berkata lagi, "Kuberi tahu sebuah rahasia yang
kupunya! Hiedha-san! Kau tentunya belum mendatangi Desa Owari, bukan" Hmmm... sebuah desa
yang sangat indah dan permai...."
"Owari" Apa maksudnya berkata demikian" Di sana tinggal sensei (guru dalam ilmu
silat) Hatsuko Kuichi," kata Hiedha Ogawa dalam hati. Lalu berseru, "Mengapa kau
bawa-bawa desa Owari"!"
Nomuro Shasuke tertawa dulu sebelum berkata,
"Kita lupakan (entang desa itu. Tetapi aku yakin, kau ingat betul siapa yang
tinggal di sana. Hiedha-san! Ke mana perginya Ayothomori dan Mishima" Mengapa
mereka tidak bersama-sama denganmu" Atau... mereka sebenarnya hanya
tikus-tikus busuk yang takut berhadapan denganku"!"
"Apa maks udmu berbicara desa Owari"!" sengat Hiedha Ogawa gusar. Sesuatu yang
mendadak muncul di benaknya membuatnya tidak bisa tenang sekarang.
Lagi-lagi Nomuro Shasuke tidak menjawab perta-
nyaannya. Dia berkata, "Kau telah mengundang gaijin (sebutan untuk orang asing)
yang berjuluk Pendekar Slebor untuk menangkapku. Tetapi kupikir... dia akan
mampus di tangan sahabatku yang berjuluk Dewi Permata Biru dan salah seorang
kambratnya yang berjuluk Dedemit Tapak Akhirat. Urusan gaijin itu dapat kita
singkirkan! Karena kita
akan berhadapan!!"
"Apa maksudmu dengan desa Owari"!" bentak Hiedha Ogawa lebih keras. Hatinya
mulai dibuncah rasa penasaran dan cemas.
"O... kau masih penasaran rupanya?" suara Nomuro Shasuke penuh ejekan. "Baik,
baik! Akan kukatakan hingga kau tak akan membawa penasaranmu itu ke alam kubur!
Sensei Hatsuko Kuichi
gurumu itu kini telah pergi
meninggalkan kita semua...."
"Apa maksudmu"!"
"Gila! Apa lagi kalau bukan dia sudah mampus!
Dan... mati di tanganku!!"
Bergetar sekujur tubuh Hiedha Ogawa mendengar
penjelasan itu. Wajahnya kini dihiasi oleh rona merah yang padam. Matanya
melebar berbahaya.
Kejap kemudian suaranya yang sarat dengan
kemarahan dan seolah tersekat di tenggorakan terdengar menggelegar, "Manusia
jahanam!! Kau telah membunuh senseiku!"
Nomuro Shasuke mengangkat kedua bahunya. Sorot
matanya kian menusuk dan pancarkan sedikit kepuasan melihat Hiedha Ogawa
diguncang kemarahan sekaligus kesedihan.
"Tidak salah! Kau rupanya mempunyai otak yang bisa diajak berpikir! Ya, karena
dia menolak untuk menjadikanku sebagai muridnya! Dan apakah itu tak terpikirkan


Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

olehmu... kalau aku yang telah mampu membunuh gurumu itu akan dengan mudah
menghabisimu pula"!"
Bergetar hebat seluiuh tubuh Hiedha Ogawa. Kali ini tak ada keinginan lain di
hatinya selain melihat lelaki berwajah bengis di hadapannya mampus di tangannya.
Terkutuk!! Siapa pun orangnya, akan berpikir seribu kali untuk menjadikan kau
sebagai murid!"
"Barangkali!" sahut Nomuro Shasuke menyeringai.
"Itulah sebabnya dia harus mampus di tanganku!!"
"Manusia hina dina! Kukirim kau ke neraka!!"
Habis bentakannya, tubuhnya mencelat ke depan.
Samurai tajamnya diayunkan dari atas ke bawah!
*** 7 Sambaran angin samurai yang digerakkan Hiedha
Ogawa seperti keluarkan suara besetan. Nomuro Sha suke cuma
kertakkan rahangnya. Tanpa bergeser dari tempatnya, dia sudah cabut dan gerakkan samurainya pula ke atas.
Traaanggg..! Menyusul dengan memutar setengah lingkaran,
samurainya menebas ke arah perut. Ganti Hiedha Ogaw yang segera turunkan
samurainya untuk menangkis.
Terjadi benturan kembali, yang kali ini memercikkan bunga api yang sesaat
menerangi tempat itu. Dari masing-masing orang mundur dua tindak ke belakang.
Tangan mereka terasa ngilu.
Hiedha Ogawa yang kini dirasuki amarah mengingat lelaki di hadapannya ini bukan
hanya hendak membunuh Kaisar Tokugawa lesyasumoto, tetapi telah membunuh sensei-
nya, sudah menerjang kembaii dengan ganas.
Nomuro Shasuke segera menyambutnya dengan
serangan yang tak kalah ganasnya.
"Akan kuhabisi kalian satu persatu!!"
"Terkutuk!!" balas Hiedha Ogawa keras.
Sabetan samurainya bertambah ganas. Angin yang
keluar setiap kali samurainya digerakkan seperti membeset-beset mengerikan. Bahkan setiap kali menderu hawa panas yang tinggi.
"Jurus 'Menjerat Matahari'!" geram Nomuro Shasuke keras. "Kau hanya membuang-
buang waktu dengan jurus itu, Hiedha-san! Kau lihat sekarang! Aku telah ciptakan
tandingan dari jurus itu! Jurus 'Membelah Awan Hitam'!!"
Habis kata-katanya, seraya hindari ganasnya serangan Hiedha Ogawa, Nomuro Shasuke mundur dengan cara melompat. Begitu kedua
kaki nya menginjak tanah, samurainya digerakkan dengan cara berputar ke depan
yang akhirnya bertambah cepat. Angin yang keluar semakin lama semakin dingin,
dan kemudian nampak gumpalan-
gumpalan awan kecil berwarna hitam.
Hiedha Ogawa yang sedang mengatur napas tak
peduli keadaan itu. Baginya, dia harus membunuh pembunuh celaka itu. Dengan
teriakan mengguntur, kembaii dia menerjang ke depan dengan jurus 'Menjerat
Matahari' yang dipadu dengan kecepatan dan kelincahan yang dimilikinya.
Nomuro Shasuke sendiri sudah menerjang ke depan, tetap dengan samurai yang
berputar mengarah pada dada.
Hawa dingin yang ditimbulkan oleh gerakan samurainya menindih hawa panas yang
keluar dari samurai Hiedha Ogawa.Dari kejadian pertama itu saja sudah kentara
kalau serangan yang dilakukan oleh Nomuro Shasuke lebih tinggi dari serangan
Hiedha Ogawa. Akan tetapi, lelaki berkumis tipis ini tak mau peduli. Di saat
awan-awan hitam yang mendadak meletup kecil namun cukup mengejutkan, dia justru
menerjang ke depan dengan ayunan samurai ke arah lutut.
Nomuro Shasuke cukup hanya dengan sekali lompat saja berhasil meluputkan
serangan itu. Masih berada di udara samurai yang berputar tadi mendadak menusuk
ke wajah Hiedha Ogawa.
Tersentak kaget lelaki berkumis tipis ini yang segera miringkan kepalanya. Dia
berhasil loloskan serangan lawan. Namun tendangan telak kaki kanan lawan
mendarat pada dadanya.
Des!!! Sosoknya terhuyung ke belakang. Nomuro Shasuke
tertawa pendek, seraya teruskan serangannya. Awan-awan hitam yang keluar dari
putaran samurainya yang terus meletup-letup, dapat mengganggu konsentrasi
serangan lawan. Bahkan mendadak saja awan-awan kecil itu bersatu membentuk
gumpalan yang cukup besar.
Tersedak Hiedha Ogawa menyadari pandangannya
terhalang oleh gumpalan awan hitam itu. Sebelum lawan menusukkan samurainya, dia
cepat bergulingan ke
belakang. Lagi dia berhasil selamatkan diri dari maut. Akan tetapi, mendadak saja Nomuro
Shasuke yang tadi memutar samurainya di depan dada dalam kedudukan lurus ke
muka, kali ini seperti mengibaskannya.
Wuuutttt!! Serangkum awan hitam yang keluarkan hawa dingin menderu dahsyat ke arah Hiedha
Ogawa. Memekik salah seorang utusan Kaisar Tokugawa lesyasumoto ini. Cepat dia
melompat ke samping setelah tangan kirinya
ditepukkan ke tanah. Blaammmm!!
Tanah di mana tadi tubuhnya berguling, langsung terbongkar terkena hantaman
gumpalan awan hitam tadi.
Sesaat suasana di tempat itu dihalangi oleh tanah yang membubung ke udara serta
pecahnya awan hitam itu.
Tatkala semuanya sirap, terlihat sosok Hiedha
Ogawa sedang berlutut dengan kaki kanan dan bertelekan pada samurai yang
ujungnya menikam tanah. Wajah nya nampak pucat dengan napas memburu. Berjarak
lima langkah, Nomuro Shasuke tegak berdiri tanpa kurang suatu apa.
"Apakah kini kau sudah menyadari siapa aku sebenarnya, hah"!" serunya di ringi
tawa. "Hiedha-san! Kau memang seorang samurai sejati! Tetapi sekarang, apakah
arti kesamuraian yang kau sandang" Kau justru akan berkalang tanah hari ini!
Hmmm... aku masih memiliki hati yang sabar! Lebih baik kau segera berseppuku
ketimbang mampus
dengan tubuh tercabik-cabik oleh ujung samuraiku!!"
"TerkutukH" maki Hiedha Ogawa sengit. Dadanya terasa cukup sesak akibat
tendangan lawan tadi. "Aku tak akan mundur sejengkal pun sebelum berkalang
tanah!!" "Ya! Sejengkal! Dan kau akan mampus dalam
sekejap!!" sahut Nomuro Shasuke sambil terbahak-bahak.
Lalu melanjutkan penuh ejekan, "Seorang samurai sejati....
Ya! Aku tahu kau sangat membanggakan kedudukanmu sebagai seorang samurai Hiedha-
san... aku masih mengampunimu bila kau mau bergabung denganku untuk membunuh Kaisar keparatmu
itu!" "Tutup mulut lancangmu!! Seumur hidup aku tak pernah punya pikiran kotor
sepertimu! Lebih baik, kau menyerah untuk kubawa ke hadapan Kaisar!!"
"O ya" Apakah dalam keadaan seperti itu kau mampu melakukannya" Sekali lagi
kuingatkan, Hatsuko Kuichi mampus di tanganku! Apakah kau... hhh!! Mengapa harus
berlama-lama lagi" Kukirim kau ke neraka sekarang juga!!"Tangan kanannya yang
mcmegang samurai, kembai digerakkan dengan cara mcmutar lurus ke depan. Hawa
dingin berkebyar lagi di tempat itu.
Hiedha Ogawa menahan napas melihatnya.
"Tak kusangka kalau dia telah maju pesat dalam ilmu bela diri! Huh! Sudah tentu
dia membekali diri dengan kemampuan
yang lebih tinggi untuk mengadakan pemberontakan! Jahanam! Dia telah membunuh sensei Hatsuko Kuichi! Apa pun yang
terjadi, aku tak akan mundur sejengkal pun juga!!"
Segera dialirkan tenaga daiam pada tangan
kanannya yang masih memegang samurai. Bersamaan dengan tubuh Nomuro Shasuke yang
meluncur ke arahnya, Hiedha Ogawa segera memutar samurainya pula.
"Hiedha-san! Terimalah kematianmu!!"
Namun sebelum benturan terjadi, yang dapat
dipastikan akan memutus nyawa Hiedha Ogawa saat itu juga, mendadak terdengar
suara keras, "Nomuro-san!
Mengapa kau tak mengajakku untuk menikmati kesenangan ini, hah"!"
Nomuro Shasuke langsung hentikan gerakannya.
Dan bukan hanya dia yang tolehkan kepalanya ke kanan, Hiedha Ogawa yang kini
sudah berdiri pun paling-kan kepalanya.
Dilihatnya seorang perempuan jelita mengenakan pakaian merah menyala melangkah genit sambil goyangkan pinggulnya ke
arah Nomuro Shasuke.
Bibirnya yang memerah mengembangkan senyum. Tangan
kanannya melambai-lambai hingga payudaranya yang besar bergerak. Di kening
perempuan itu terdapat sebuah permata yang pancarkan warna biru!
*** Melihat siapa yang datang, lelaki berahang persegi itu terbahak-bahak lebar.
"Dewi Permata Biru... rupanya kau menyusulku, hah"!"Perempuan yang baru muncul
dan tak lain memang Dewi Permata Biru adanya terkikik genit. Langsung merangkul
Nomuro Shasuke dan mengecupnya.
"Kau membuatku cemas, Nomuro-san.. ."
Nomuro Shasuke cuma perlihatkan seringaian. Dia ajukan tanya begitu melihat ada
bekas darah di bibir kiri Dewi Permata Biru, "Apa yang terjadi?"
Dewi Permata Biru yang baru saja dikalahkan oleh ninja bernama Akiko Arashi cuma
tersenyum. "Hanya masalah kecil dan aku bisa mengatasinya."
"Bagus!"
"Sekarang... apakah kau tidak bermaks ud membagi kesenangan denganku untuk
membunuh manusia satu ini?" kata Dewi Permata Biru manja.
Sementara Nomuro Shasuke terbahak-bahak,
tempatnya Hiedha Ogawa membatin resah, "Celaka Rupanya perempuan inilah yang
berjuluk Dewi Perma ta Biru,
perempuan yang menjadi kambrat sekaligus
pelindung manusia celaka ini! Hhh! Keadaan sungguh berbahaya sekarang!!"
Saat itu Nomuro Shasuke sedang menjawab, "Kau tak perlu merepotkan dirimu, Dewi.
Menghadapi manusia satu ini semudah membalikkan telapak tanganku."
"Kau benar! Temannya yang bernama Mishima Nobu pun telah kubuat pontang-panting!
Hanya sayang. ,' kali ini Dewi Permata Biru berbisik, "Seorang ninja telah
menggagalkan rencanaku membunuhnya...."
Kendati agak terkejut mendengar ucapan percm
puan di sebelah kanannya, Nomuro Shasuke terbahak bahak. Sekarang dia memainkan
peranan yang sangat penting. Lalu berkata, "Jadi kau telah membunuh Mishima
Nobu. Aha! Terima kasih, terima kasih! Jadi urusanku tidak terlalu sulit
sekarang!! Tetapi ya memang tidak; terlalu sulit kendati ketiga orang utusan
Kaisar keparat itu bersatu untuk menghadapiku!"
Dewi Permata Biru yang berotak licik paham maksud Nomuro Shasuke berkata
demikian. Dengan kata lain, dia bermaksud mengobrak-abrik perasaan Hiedha Ogawa.
Makanya dia berkata, "Sangat kupahami sekali soal ilu. Tetapi, bukankah aku
cukup membantumu dalam hal ini" Nomuro-san... kupikir memang tak terlampau sulh
menghadapi manusia seperti Mishima! Terlebih lagi, lelaki di hadapanmu itu!!"
"Dan kau bisa melihatnya sendiri bukan, kalau lelaki itu sudah tak berdaya"!"
"Ya! Kirim dia ke neraka agar bersatu dengan temannya yang bernama Mishima Nobu!
Setelah itu... tinggal mencari yang bernama Ayothomori! Dan kupikir ilu bukanlah soa! yang
terlalu sulit!"
Di seberang, Hiedha Ogawa yang perlahan-lahan
mulai termakan oleh ucapan-ucapan keduanya, bukan merasa jeri kendati dia sempat
tegang tadi. "Mishima Nobu telah tewas di tangan perempuan celaka itu. Jahanam! Seperti apa
pun kekuatan mereka berdua, aku tak peduli lagi!!"
Berpikir demikian, lelaki berkumis tipis ini keluarkan bentakan keras, "Mengapa
kalian hanya berdiam sekarang, hah"! Apakah sesungguhnya kalian sudah tak punya
nyali lagi"!"
Kedua orang itu sama-sama arahkan pandangan
pada Hiedha Ogawa. Lalu sambil berpandangan keduanya terlawa.
"Nomuro-san... apakah kau masih mau berlama-lama untuk membunuhnya"!"
"Tadi aku memang ingin mempermainkannya dulu Ingin kupotong setiap anggota
tubuhnya satu persatu.
Tetapi sekarang... setelah kedatanganmu, sudah tentu aku tak mau membuang waktu
lagi...." Lalu dengan gemasnya, tangan kiri Nomuro Shas u, ke meremas payudara Dewi
Permata Biru yang langsung jatuhkan kepalanya di bahu lelaki bengis itu.
Di tempatnya, Hiedha Ogawa menggeram jengkel.
"Terkutuk!!" makinya seraya mencelat ke depan Dengan masih pergunakan jurus
'Menjerat Matahari', lelaki berkumis tipis ini mengayunkan samurainya ke arah
Nomuro Shasuke.
Angin tebasan dari samurai yang dilakukan olehj Hiedha Ogawa keluarkan suara
angin yang keras, disusul dengan hawa panas yang menyentak.
Memang itulah yang ditunggu oleh Nomuro Shasuke.
Kemarahan yang telah merajai diri Hiedha Ogawa dapat menjatuhkannya sendiri.
Sementara Dewi Permata Biru melompat ke kanan, Nomuro Shasuke geser kakinya dua
tindak ke samping kiri. Bersamaan dengan itu, diayunkan samurainya dari atas ke
bawah. Terkesiap Hiedha Ogawa menyadari kalau lawani
lakukan satu gerak tipu yang hebat. Karena ayunan samurai Nomuro Shasuke jelas
hanya coba pancing dirinya belaka. Bila Hiedha menangkisnya, maka ayunan pedang
itu akan mengarah pada kepalanya.
Makanya Hiedha langsung melompat ke belakang,
disusul dengan tebasan ke arah kaki. Ganti Nomuro yang terkesiap.
"Keparat!!" makinya geram seraya menurunkan samurainya.
Traaangg!! Benturan dua samurai itu menimbulkan percikan
api. Hiedha Ogawa yang mendengar berita mengenaskan tentang Mishima Nobu, tak
mau hentikan serangannya.
Dengan kalap dia terus mencecar Nomuro Shasuke.
Kekalapan Hiedha Ogawa memancing tawa dan
ejekan lelaki berahang persegi itu. Dia justru hanya menghindar saja.
"Mengapa kau jadi ganas seperti ini" Tadi sudah kukatakan, lebih baik berseppuku


Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketimbang kuacak-acak seluruh anggota tubuhmu!!"
"Tutup mulutmu!!" geram Hiedha keras. Terus dia mencecar ganas ke arah Nomuro
Shasuke. Dan semakin lama serangannya semakin kacau balau. Dia sudah tidak lagi
mengikuti jurus-jurus yang dipelajarinya kecuali mengayunkan samurainya.
Puas memainkan Hiedha Ogawa, mendadak Nomuro
Shasuke membuang tubuh ke samping kanan. Bersamaan dengan samurai Hiedha
mengejarnya, tangan kanannya yang memegang samurai diputar. Seketika nampak awan
hitam yang meletup-letup.
Terkejut Hiedha Ogawa menyadari kalau lawan
kembaii pada pormasi serangannya. Dia cepat melompat ke belakang. Namun Nomuro
Shasuke yang tak mau main-main lagi, memburu dengan samurai menusuk ke depan.
Trang! Hiedha berhasil menangkis tusukan samurai lawan.
Namun kaki kanan lawan tak bisa dihindari lagi.
Menghantam telak pipi kanannya hingga tubuhnya
langsung terbanting keras di atas tanah. Menyusul Nomuro Shasuke sudah melompat
dengan ujung samurai ke arah leher Hiedha Ogawa yang memekik tertahan.
Namun sebelum ujung samurai itu mengirim
nyawanya ke akhirat, mendadak saja sesuatu menabrak samurai Nomuro. Tabrakan itu
sangat keras. Karena tusukan
samurai Nomuro Shasuke bukan hanya melenceng dari sasarannya, tetapi juga terayun ke samping. Bila saja dia tidak
cepat menahannya, tak mustahil samurai itu akan terlepas dari tangannya.
"Setan laknat!!" makinya gusar. Dan kegusarannya itu makin menjadi-jadi tatkala
melihat benda apa yang tadi menabrak samurainya.
Sebuah tulang ayam!!
Belum lagi mengetahui siapa orang yang halangi ni-atnya, mendadak terdengar
suara bernada jengkel, "Kutu busuk! Kura-kura bau! Kenapa sih kalian tidak bisa
berhenti bertarung" Paling tidak, istirahat dulu deh! Jadinya aku kan tidak
tergesa-gesa menghabiskan ayam bakar ini!!"
*** 8 Kita tinggalkan dulu apa yang akan terjadi pada Hiedha Ogawa. Sekarang kita
ikuti langkah Dedemit Tapak Akhirat. Setelah siuman dari pingsannya, lelaki
bertampang tengkorak ini duduk berlutut. Untuk beberapa saat dia tak keluarkan
suara, hanya berusaha untuk mengatur
napasnya saja. Setelah dirasakan keadaannya mulai membaik,
lelaki kejam guru dari Dua Iblis Lorong Maut ini menggeram dingin. Kedua tangan
kurusnya dikepalkan kuat-kuat.
Menyusul makiannya yang keras, "Jahanam terkutuk!!
Siapa orang yang telah menolong Pendekar Slebor"!
Keparat sial! Jahanam sial!! Padahal nyawa pemuda celaka itu sudah berada di
tanganku!! Peduli setan kuburan! Dia harus mampus di tanganku! Harus mam?pus!!"
Lalu dengan paras yang makin memerah tanda
geram sementara kedua matanya yang bercahaya kelabu makin pancarkan
kepekatannya, lelaki tua berpakaian hitam terbuka di bagian dada hingga
perlihatkan tonjolan tulang belulangnya, bangkit perlahan-lahan. Sosoknya agak
membungkuk. Rambutnya panjang tidak beraturan.
Sesaat lelaki kejam ini perhatikan sekelilingnya yang telah
disaput kegelapan
malam. Dia tak segera meninggalkan tempat itu, karena masih coba memikirkan siapa yang telah menolong
Pendekar Slebor.
"Serangan yang dilakukan orang sialan itu sungguh hebat. Dia bukan hanya mampu
menahan setiap serangan yang hendak ku lakukan, tetapi juga melemparkan tubuhku
dengan kekuatan yang luar biasa. Jahanam terkutuk!
Apakah orang itu...."
Mendadak saja Dedemit Tapak Akhirat memutus
kata-katanya sendiri. Cahaya kelabu yang keluar dari sepasang matanya yang
menjorok ke dalam, semakin tampakkan kepekatannya.
Lamat-lamat terdengar ucapannya laksana desisan ular belaka, "Jahanam sial!!
Jangan-jangan... orang itu
adalah Saptacakra" Manusia keparat yang telah menolak cinta kasih kakak
seperguruanku hingga dia harus mati!
Bahkan setelah mati pun dia muncul kembaii dalam bentuk kutukan! Kutukan yang
dilakukannya sendiri! Setan alas!! Bila saja kusadari orang itu adalah
Saptacakra, akan kuterjang dia habis-habisan!!"
Kembali lelaki ini hentikan ucapannya. Dadanya
yang kurus dan dipenuhi tonjolan tulang nampak turun naik dengan napas yang agak
memburu. Kepalan kedua tangannya semakin kuat.
Mendadak saja dia tepukkan kedua tangannya yang seketika terdengar suara laksana
salakan petir mengamuk.
Menyusul satu gelombang angin menderu disertai percikan sinar merah, mengarah
pada dua buah pohon di
hadapannya. Wusss!! Blaaammm!!
Secara bersamaan gelombang angin tadi menghantam dua buah pohon sekaligus. Menyusul sama-sama tumbang dengan timbulkan
suara bergemuruh.
Ranggasan semak dan tanah yang tertindih kedua pohon itu, langsung rengkah dan
membuyar ke udara.
Saat itulah, sosok lelaki berpakaian hitam-hitam ini sudah berkelebat
meninggalkan tempat itu. Dirinya makin dirasuk dengan scgala dendam membara.
Keadaan ini ingin segera diatasinya dengan cara membunuh Pendekar Slebor.
Cukup lama Dedemit Tapak Akhirat berkelebat tanpa sekali pun berhenti. Di sebuah
persimpangan yang dipenuhi
rerumputan, lelaki ini baru hentikan kelebatannya. Itu pun disebabkan karena pendengarannya yang tajam menangkap
suara gerakan dari sebelah kanan.
"Menilik gerakan ini, nampaknya ada dua orang. Dan rupanya keduanya berlari
sambil bercakap-cakap. Dari suara-suara yang kutangkap, mereka terdiri dari satu
orang lelaki dan satu orang perempuan. Hmmm... siapa mereka?"
Memutuskan untuk menunggu, Dedemit Tapak
Akhirat berdiri tegak di tempatnya dengan kedudukan lurus
ke samping kanan. Sepasang matanya kian pancarkan cahaya kelabu pekat yang
semakin membuat sosoknya begitu mengerikan.
Suara gerakan orang dan suara bercakap-cakap itu semakin keras terdengar.
"Widarti! Bagaimana dengan luka di kakimu"!"
terdengar suara itu.
"Sudah lumayan! Tidak terlalu sakit lagi saat kubawa berlari! Dan tak kusangka
kau pandai membuat ramu-ramuan dari berbagai dedaunan hingga lukaku cepat
mengering dan sembuh!"
"Ah! Itu juga disebabkan karena kau dapat menahan aliran darahmu dengan tenaga
dalam yang kau miliki!!"
"Scjak pertama berjumpa... kau selalu merendah!
Kau telah kuajak mencari Pendekar Slebor, maka apapun yang akan terjadi, kita
harus sama-sama menghadapinya!!"
Suara-suara yang semakin lama makin keras
didengar Dedemit Tapak Akhirat itu, makin mcndekat.
Sementara lelaki berparas tengkorak ini diam-diam kerutkan keningnya.
"Pendekar Slebor" Kedua orang itu juga mencari Pendekar Slebor" Hmmm... apakah
mereka mencari karena ingin membunuhnya juga, ataukah...."
Kata batin Dedemit Tapak Akhirat terputus, karena dua sosok tubuh telah berdiri
di hadapannya. Sesaat terjadi saling pandang tanpa ada yang buka mulut. Kejap
kemudian terlihat kedua orang yang baru muncul itu saling pandang satu sama
lain. Keheningan itu dipecahkan oleh Dedemit Tapak
Akhirat dengan tawanya yang keras. Menyusul kata katanya, "Aku tak ingin banyak
tanya lagi! Katakan padaku, di mana Pendekar Slebor berada"!!"
Kembai kedua orang itu saling pandang. Nampak
wajah tampan dari pemuda berpakaian putih-putih yang berkulit agak hitam, agak
menyipit. Saat diarahkan pandangannya lagi ke depan, hanya sekali lihat saja
pemuda yang tak lain Indrajit adanya ini tahu kalau lelaki
tua di hadapannya bukan orang baik-baik.
Sementara itu gadis yang berdiri di sebelah kanan, yang di rambutnya terdapat
untaian bunga melati membatin, "Orang ini mencari Pendekar Slebor. Dari nada
pertanyaannya yang begitu kasar dan menyentak, jelas dia punya urusan tinggi
dengan Pendekar Slebor. Ah, sampai saat ini aku belum juga berjumpa dengan
pemuda dari Lembah Kutukan itu. Tetapi sekarang... rasa-rasanya tak mudah untuk
berlalu dari hadapan lelaki bertampang mengerikan ini...."
Karena tak ada yang segera buka mulut, Dedemit
Tapak Akhirat kembaii keluarkan bentakan, "Jawab pertanyaanku!! Jangan sampai
kalian menyesali akibatnya!!"
Indrajit yang memang agak panasan segera berucap,
"Orang tua!! Sungguh mengherankan dalam usia yang sudah senja itu kau tak
memiliki sopan santun! Apakah pertanyaan yang kau ajukan dengan cara kurang ajar
seperti itu, dapat membuat kami segera menjawab"!"
Seketika mengkelap wajah Dedemit Tapak Akhirat.
Tetapi sebelum dia membuka mulut, Indrajit sudah berkata lagi, "Pertanyaan yang
kau lontarkan kurang tepat bila ditujukan kepada kami! Karena kami tak mengenai
orang yang kau cari!!"
"Hhh!! Hendak bermain api rupanya denganku!!
Kalian boleh mengingat siapa aku!! Dedemit Tapak Akhirat!!"
Sementara Indrajit hanya arahkan pandangannya
tanpa kedip seolah julukan yang barusan didengarnya sama sekali tak membawa arti
apa-apa, Widarti diam-di-am membatin, "Dedemit Tapak Akhirat... sebuah julukan
yang sangat mengerikan sekali. Nampaknya bila tidak segera dijawab, urusan akan
kapiran!!"
Berpikir demikian, dengan menindih kemangkelan
nya murid mendiang Pendekar Bayangan ini segera buka mulut, "Orang tua... apa
yang dikalakan temanku ini memang benar! Kami sama sekali tak bisa menjawab
pertanyaan yang kau ajukan"!"
Dedemit Tapak Akhirat hanya kertakkan rahangnya.
Lalu terdengar suaranya, "Berarti... kalian harus mampus!!"
Sebelum Widarti buka mulut,
Indrajit sudah membentak, "Jangan bicara sembarangan!!"
"Anak muda... kalian berdusta di hadapanku!
Kudengar tadi kalian hendak mencari Pendekar Slebor!
Apakah sekarang kalian hendak tutupi bahwa kalian tahu di mana Pendekar
Slebor"!"
"Orang tua dungu! Kau bilang sendiri tadi kalau kami sedang mencarinya! Apakah
kalau kami sedang mencari maka kami tahu di mana orang yang kami cari seperti
yang kau duga"! Sungguh otak bebal yang kau perlihatkan!!"
Mendengar ucapan itu, Dedemit Tapak Akhirat
meradang gusar. Sementara Widarti mengcluh, "Bila Indrajit terus menerus
bersikap seperti itu, urusan jadi berabe! Apalagi...."
Kata hati gadis manis ini terputus tatkala terdengar bentakan Dedemit Tapak
Akhirat, "Kuhentikan napas kalian hari ini!!"
Habis bentakan nya, mendadak saja lelaki kejam ini mendorong kedua tangannya ke
depan. Dua gelombang angin dahsyat serta-merta menderu.
Widarti berseru keras sambil mendorong tubuh
Indrajit, "Menghindar!!"
Bersamaan tubuh masing-masing orang bergulingan ke samping kanan dan kiri, dua
gelombang angin itu menghantam tanah yang tadi mereka pijak. Seketika terdengar
letupan yang keras disusul dengan terbongkar-nya tanah ke udara.
Dedemit Tapak Akhirat hanya perdengarkan tawanya, sementara Widarti yang telah kembaii tegak berdiri segera melotot pada
Indrajit. Indrajit sendiri kelihatan
hendak balas melotot, tetapi buru-buru diarahkan pandangannya pada Dedemit Tapak Akhirat.
Disadarinya kecerobohan yang telah dilakukan
hingga memancing amarah lelaki berparas tengkorak itu.
Tetapi apa mau dikata, karena Dedemit Tapak Akhirat sudah lakukan serangan
kembai . Lagi-lagi keduanya
segera berjumpalitan dan bergulingan guna hindari serangan yang terus menerus menderu ganas. Terbahak-
bahak Dedemit Tapak Akhirat yang terus lakukan serangannya tanpa bergeser dari
tempatnya berpijak.
Lelaki kejam ini seolah mendapatkan satu kesenangan lain setelah keinginannya membunuh Pendekar Slebor digagalkan seseorang. Masih terus terbahak-bahak dia lancarkan
serangannya. Widarti sendiri memang masih dapat hindari setiap serangan itu. Namun
disadarinya betu! apa yang akan terjadi dengan Indrajit. Nampak sekali pemuda
gagah berkulit agak hitam itu mulai kepayahan untuk hindari setiap serangan.
Berulang kali dia memckik tertahan Bahkan satu kelika, wajah nya tertampar oleh
muncratan tanah. Kendati masih sempat tutup matanya hingga tidak kemasukan
tanah, namun akibat dorongan keras tanah itu tubuhnya terpental ke belakang.
"Indrajit!!" seru Widarti keras sambil berusaha mendekati pemuda nelayan itu.
Namun yang dilakukannya jelas tidak mudah. Karena masih terbahak-bahak, Dedemit
Tapak Akhirat arahkan serangannya pada Widarti.
Kendati bersusah payah untuk hindari serangan itu, namun Widarti Cukup bisa
bernapas lega. Karena kini serangan tak lagi mengarah pada Indrajit.
Lalu dengan gerak yang cepat dipergunakan jurus menghindar 'Menutup Bayang-
Bayang'. Saat itu pula kelebatan tubuhnya seolah berubah jadi bayangan belaka.
Sesaat Dedemit Tapak Akhirat nampak kerutkan
keningnya sambil lancarkan serangan. Dan mendadak saja dia berseru, "Setan alas!
Anak gadis! Ada hubungan apa kau dengan Pendekar Bayangan, hah"!!"
Widarti yang masih menghindar dan sedang cari
kesempatan untuk balas menyerang berseru, "Mengapa kau tanyakan hal itu, hah"!"
"Keparat!! Jawab!!"
"Aku adalah muridnya! Nah! Cepat kau berlutut untuk memohon ampun!!"
Dari kegusarannya tadi, Dedemit Tapak Akhirat


Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbahak-bahak kembai .
"Rupanya Dewi Permata Biru salah besar! Dia memang telah membunuh Pendekar
Bayangan, tetapi muridnya bisa menjadi duri! Bagus! Kali ini aku yang akan
membereskan orang yang ada hubungannya dengan
Pendekar Bayangan!!"
Sementara itu mendengar julukan Dewi Permata
Biru disebutkan, Widarti hentikan gerakannya karena serangan Dedemit Tapak
Akhirat sendiri terhenti.
Dengan keras dia bersuara lantang, "Dedemit Tapak Akhirat! Katakan padaku, di
mana Dewi Permata Biru berada"!!"
"Luar biasa! Rupanya kau muncul memang hendak membalas kematian gurumu pada Dewi
Permata Biru!! Tak perlu bersusah payah, karena aku akan mengirimmu ke neraka!!"
Widarti mendengus
gusar. Dan dipergunakan
kesempatan itu untuk lancarkan serangan yang disambut Dedemit Tapak Akhirat
dengan tawanya.
Untuk sesaat Widarti memang berhasil hindari
se?rangan lawan. Namun lama kelamaan, tenaganya pun mulai terkuras. Wajahnya
kini sudah dipenuhi keringat.
Berulang kali dia keluarkan seruan terkejut.
Kedudukannya semakin kacau balau tatkala Dedemit Tapak Akhirat lancarkan serangannya sambil melesat ke depan. Dua jotosan
segera dilepaskan.
Memekik keras Widarti berusaha hindari dua jotosan lawan setelah berhasil
hindari gelombang angin yan mengarah padanya. Tetapi satu tendangan yang
dilakukan Dedemit Tapak Akhirat menghantam telak kakinya hingga saat itu pun dia
terhempas ke bumi.
Makin merasa mendapatkan kesenangan, Dedemi
Tapak Akhirat terus terbahak-bahak
Sementara itu diam-diam Indrajit meloloskan parang besarnya. Lalu dengan sekuat
tenaga dilemparkannya.
Namun masih tertawa, Dedemit Tapak Akhirat hanya dorong tangan kirinya tanpa
tolehkan kepala.
Praaakkk!! Parang besar itu langsung patah menjadi tiga bagian begitu terkena sambaran
angin yang dilepaskannya. Dua bagian jatuh ke tanah sementara yang sebuah lagi
melunc ur deras ke arah Indrajit.
VVuuttt!! "Okkhhh!!"
Cepat Indrajit melompat ke samping kanan. Namun bahu kirinya pun harus tersambar
potongan parangnya sendiri.
"Akkkhhh!!"
Seketika darah merembas keluar yang buru-buru di-tekapnya dengan agak
sempoyongan. Nampaknya Dedemit Tapak Anak Rajawali 7 Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L Bende Mataram 45
^