Pencarian

Samurai Berdarah 3

Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah Bagian 3


Akhirat sengaja membiarkan Indrajit menderita seperti itu. Karena dia tak teruskan serangannya.
Justru dia berkata pada Widarti,
"Sungguh menyenangkan mempunyai teman-teman bermain seperti kalian! Tetapi sayang, aku sudah bosan untuk bermain-main lebih
lama! Dewi Permata Biru memang perempuan bodoh! Dia tidak tahu kalau ada duri
yang bisa menusuknya!!"
Widarti yang masih megap-megap berseru gusar,
"Orang tua celaka!! Apa pun yang terjadi hari ini aku tidak peduli! Tetapi satu
hal yang terpenting, kita tak punya silang sengketa sebelumnya!!"
"Benar sekali! Makanya itu kuciptakan!!"
"Orang tua celaka!!" ben tak Widarti keras dan ser?ta-merta mencelat ke depan
dengan kedua tangan dido-rong. Angin deras mendahului lesatan tubuhnya.
Tetapi dengan mudah serangan yang dilanearkan
gadis jelita ini diputuskan oleh Dedemit Tapak Akhirat.
Hanya dengan geser kaki kanannya sedikit,
lalu menggerakkan kedua tangannya, tangan kanan kiri Widarti
berhasil ditangkapnya.
Dengan gerakan cepat dipuntirnya. Widarti yang tak ingin kedua tangannya patah,
mau tak mau harus
mengikuti gerakan puntiran itu sendiri. Di saat itulah kaki kanan Dedemit Tapak
Akhirat menyepak kedua kaki nya, hingga dia terbanting ke tanah dengan kedua
tangan yang masih dipegang erat.
"Sangat menyenangkan permainan ini!!"
"Manusia terkutuk!! Lepaskan dia!! Bila kau punya nyali hadapi aku!!"
membentakIndrajit sambil menekap bahu kirinya. Tangan kanannya yang menekap itu
telah dibanjiri warna merah. Sesekali nampak dia meringis kesakitan.
Dedemit Tapak Akhirat hanya terbahak-bahak. Dan secara tiba-tiba digerakkan
tangan kanannya. Wusss!!
Indrajit yang memang bersiaga berhasil hindari
gelombang angin dahsyat itu. Namun tatkala gelombang angin yang ketiga menyusul
kembai , kali ini dia hanya bisa terpaku di atas tanah tanpa dapat berbuat apa-
apa. Widarti yang kedua tangannya masih dipegang erat oleh
Dedemit Tapak Akhirat berseru, "Indraji i ttt!
Menghindar! Menghindar, Indraji ltt!!"
Tetapi Indrajit nampak masih terpaku di tempatnyl dengan sepasang mata terbeliak
lebar. Bias-bias matahari pun mulai nampak di ufuk timur.
*** 9 Kembali ke hutan kecil yang dipenuhi jajaran
pepohonan, masing-masing orang segera tolehkan kepalanya. Mereka melihat satu sosok tubuh berpakaian hijau pupus dengan sehelai
kain bercorak catur melilit di leher, sudah berdiri berjarak sepuluh langkah.
Hiedha Ogawa yang tadi sempat deg-degan,
keluarkan suara gembira, "Andika-san!!"
Orang yang tadi halangi serangan Nomuro Shasuke dan bersuara jengkel, cuma
mengangkat sepasang alis hitamnya yang seperti kepakan sayap elang. Mulutnya
nampak sibuk menghabiskan ayam bakar yang dipegangnya. Bahkan dengan enaknya, pemuda dari Lembah Kutukan ini terus
menggarot ayam bakarnya.
Terdengar suara keras Nomuro Shasuke, "Hhhh!
Pendekar Slebor!! Bagus kau munc ul di sini!! Biar urusanku langsung selesai!!"
Bukannya sahuti ucapan orang, Andika c uma
mengangkat kepalanya sementara mulutnya menguyah.
Setelah menelan potongan daging ayam yang dimakannya, baru dia berkata, "Urusan
langsung selesai"! Huh! Urusan apa" Bilang saja kau mau minta ayam bakarku ini!!
Oho... tidak! Nanti dulu! Kalau kau mau cium pantatku baru kukasih!!"
Lalu tanpa hiraukan wajah Nomuro Shasuke yang
memerah, dengan enaknya dia kembai menggarot ayam bakar itu.
Dewi Permata Biru merandek dingin seraya maju dua langkah ke muka. "Nomuro-
san... Bunuh Hiedha Ogawa sekarang juga! Biar pemuda slebor ini kuhadapi!!"
Andika langsung arahkan pandangan pada Dewi
Permata Biru. Seperti baru menyadari ada orang lain di sana dia berkata, "Lho,
Iho" Orang rupanya" Kupikir makhluk halus!! Apakah... eh! Kulihat kau terluka
dalam, Dewi! Kenapa" Kejedot pintu dadamu"! Makanya, punya dada itu jangan
terlalu besar!!"
Terdengar suara rahang dikertakkan.
"Kendati aku terluka dalam... aku masih bisa membunuhmu, Pendekar Slebor!!"
Sambil menggigit ayam bakarnya Andika menyahut,
"Bagaimana dengan ninja yang mengalahkanmu" Kupikir kau seorang perempuan yang
hebat! Tidak tahunya bisa dikalahkan oleh ninja itu! Nah, bagaimana kau bisa
mengalahkan aku?"
Sesaat Dewi Permata Biru terkejut juga mendengar kata-kata Andika. Diam-diam dia
berkata dalam hati,
"Memang hebat dia tahu kalau aku sedang terluka dalam.
Tetapi bagaimana dia bisa tahu kalau aku dikalahkan oleh seorang ninja"!"
Selagi Dewi Permata Biru membatin, Andika berkata,
"Nampaknya kau kok keheranan sih" Heran aku tahu kalau kau terluka dalam" Ya
jelas saja aku tahu! Kan aku ini pemuda yang tak terkalahkan di segenap penjuru
dunia. Belum lama aku berjumpa dengan Mishima Nobu dan mengatakan semuanya, kok!!"
"Andika-san!" terdengar suara Hiedha Ogawa he-ran.
"Apa maksudmu kau bertemu dengan Mishima-san?"
"Wah! Kau ini kenapa" Kebanyakan makan tempe bacem?"
"Mereka mengatakan... Mishima Nobu sudah mati!!"
sahut Hiedha Ogawa tak pedulikan selorohan Andika.
"Busyet!! Bagaimana bisa.... Eh, sebentar! Tanggung nih!!" lalu dengan enaknya
dia menghabisi sisa-sisa dagmg ayam bakar. Lalu dengan tangan kirinya diusap
mulutnya dengan kain bercorak catur. Kejap berikutnya, sambil melanjutkan kata-
kata pada Hiedha Ogawa, dengan sikap seperti membuang, Andika melempar potongan-
potongan tulang ayam pada Nomuro Shasuke, "Kau kena dikelabui olehnya! Mishima
Nobu masih dalam keadaan segar bugar!!"Sementara itu lemparan tulang-tulang ayam
yang dilakukan oleh Andika ke arah Nomuro Shasuke, bukanlah lemparan pada
umumnya. Lima buah tulang ayam itu
melunc ur deras ke arah Nomuro Shasuke yang segera menggerakkan samurainya.
Trak! Trak! Trak!!
Tiga kali terdengar suara cukup keras saat
samurainya menghantam kclima tulang ayam itu yang menjadi potongan kecil. Dan
seperti tak tahu apa yang dilakukan oleh Nomuro Shasuke, Pendekar Slebor
berkata, "Hiedha-san! Seperti janjiku padamu, biar kutangkap pembunuh celaka yang juga
telah membunuh seorang kakek dan memperkosa cucunya!!"
Lagi dengan santainya dia mengusap mulut dengan kain bercorak catur, bersamaan
terdengar bentakan Nomuro Shasuke, "Sejak lama aku ingin merasakan kehebatan
Pendekar Slebor!!"
"Wah! Kau pasli terkejut! Ngomong-ngomong...
apakah kau ingin makan tempura (udang goreng) dan sashimi (irisan ikan mentah)
sebelum mampus"!"
"Tutup mulutmu!!" menggeram Nomuro Shasuke.
Namun sebelum dia lancarkan serangan, Dewi
Permata Biru sudah menerjang di ringi teriakan keras,
"Nomuro-san! Biar pemuda ini bagianku!!"
Menyusul melabraknya dua gelombang angin warna
biru ke arah Pendekar Slebor yang cuma geleng-gelengkan kepala. Begitu dua
gelombang angin tadi mendekat, Andika segera angkat kedua tangannya.
Pukulan yang mengandung tenaga 'Inti Petir' tingkat kesepuluh sudah memupus
gelombang angin tadi. Namun pemuda dari Lembah Kutukan ini harus segera melompat
karena Dewi Permata Biru sudah meluruk ke depan dengan tendangan berputar.
Saat hindari serangan lawan, Andika berseru, "Dewi!
Kau telah terluka dalam! Pantang bagiku untuk menghadapi orang yang terluka dalam! Apalagi... ya kau cuma seorang perempuan
yang seharusnya mencuci
pakaianku di sungai!!"
Mendengar ejekan Pendekar Slebor, perempuan
berpakaian merah ini bertambah kalap. Mendadak kembali
didorong kedua tangannya. Menghampar kembali angin biru yang hebat dan kali ini
mengandung hawa panas yang tinggi. Belum lagi labrakan itu mengenai sasarannya,
mendadak saja satu sinar biru yang juga mengandung hawa panas meiesat dari
permata di keningnya.
Kali ini Andika tak bermaksud untuk memapaki.
Dengan andalkan ilmu peringan tubuhnya yang kesohor, pemuda urakan ini membuang
tubuh ke kanan.
Blaarrrr!! Letupan keras terdengar. Ranggasan semak belukar yang terkena angin biru,
langsung pecah berantakan hingga akarnya. Tidak hanya sampai di sana saja yang
terjadi, karena sinar biru yang terpancar dari permata di kening si perempuan,
menghantam sebuah pohon yang langsung bolong keluarkan asap. Menyusul pohon itu
bergetar dengan gugurkan dedaunannya. Kejap berikutnya ambruk menggemuruh.
Sementara itu, Nomuro Shasuke tak mau membuang waktu lagi. Dia kembai teruskan serangannya pada Hiedha Ogawa. Hiedha
sendiri berusaha keras untuk imuangi setiap serangan ganas yang dilakukan oleh
Nomuro. Kalau setiap kali serangan yang dilancarkan Dewi Permata Biru pada Pendekar
Slebor mengandung hawa panas menggidikkan, serangan Nomuro Shasuke pada Hiedha
Ogawa justru mengandung hawa dingin.
Hingga saat itu pula, hutan yang mulai dirambati sinar matahari pagi seolah
dibuncah oleh hawa panas dan dingin yang saling tindih.
Sementara itu Dewi Permata Biru terus gerakkan
kedua tangannya berulang kali, menyusul sinar biru yang mengandung hawa panas
terus mencelat dari permata di keningnya.
Andika memaki-maki tak karuan sambil terus hindari serangan yang ganas itu.
"Hmmm... akan kupancing dia...."
Memutuskan demikian, mendadak saja Andika
mencelat ke depan seolah menyongsong serangan yan dilancarkan oleh Dewi Permata
Biru. Sudah tentu perbuatannya memancing nafsu Dewi Permata Biru untuk terus
menyerang. Akan tetapi, tiba-tiba saja Andika memutar tubuh hingga serangan yang
dilancarkan lawan lolos begitu saja.
Saat berputar itu tubuhnya melewati sosok Dewi Permata Biru. Kejap itu pula
tangannya yang telah di-alirkan tenaga
'Inti Petir' tingkat kelima menghantam telak dada si perempuan.
Terdengar suara laksana salakan petir yang kuat.
Melengak perempuan ini laksana terhantam petir.
Tubuhnya agak limbung dengan napas terengah-engah.
Sejenak dia berusaha untuk kuasai keseimbangannya.
Saat berhasil dilakukan, justru keningnya yang nampak berkerut.
"Aneh! Pukulan yang dilakukan pemuda ini, sama dengan pukulan yang dilakukan
ninja yang menyerangku!
Sama-sama seperti mengandung kekuatan listrik yang kuduga tentunya mengandung
tenaga petir! Apakah sesungguhnya pemuda ini ada hubungannya dengan ninja itu"
Atau jangan-jangan... mereka satu perguruan" Pemuda ini yang pernah belajar ke
Jepang, atau ninja keparat itu yang pernah belajar ke tanah Jawa?"
Sementara itu Andika yang telah berdiri kembali di atas tanah berkata, "Nan! Apa
kubilang" Mengalahkanmu sangat mudah, kan" Sudah deh... lebih baik kau
menyingkir dari sini! Apa yang ada ini bukanlah urusanmu!"
Dewi Permata Biru segera putar tubuhnya dengan
wajah mengkelap.
"Jangan sesumbar! Aku akan mengadu jiwa
denganmu!!" maki Dewi Permata Biru sambil alirkan tenaga dalamnya, terutama pada
punggungnya yang terasa ngilu.
"Wah! Benar-benar keras kepala ya" T adi kan kubilang, aku tidak mau menghadapi
orang yang telah...."
"Tutup mulutmu!!" putus Dewi Permata Biru.
Menyusul dia segera lancarkan serangan lagi.
"Kutu monyet!" maki Andika dalam hati. "Perempuan ini harus diberi pelajaran!!"
Sambil menghindari serangan itu dia berseru, "Ayo, kau minggat dari sini! Nanti
kubikin benjol kepalamu ya"!"
Akan tetapi sudah tentu Dewi Permata Biru tak mau melakukannya, apalagi
dilihatnya saat ini bagaimana Nomuro Shasuke sedang mengurung Hiedha Ogawa
dengan serangan samurainya. Awan-awan kecil berwarna hitam yang keluar setiap
kali samurainya digerakkan, bukan hanya meletup-letup, tetapi juga halangi
pandangan Hiedha Ogawa.
Andika yang juga melihat bagaimana lelaki berkumis tipis itu sedang terdesak,
akhirnya memutuskan untuk memberi pelajaran pada Dewi Permata Biru. Di saat
perempuan berpakaian merah menyala ini lancarkan semrangannya, mendadak saja
Andika melompat ke
samping kanan. Lalu meluruk dengan tangan kanan yang telah dialirkan tenaga
'Inti Petir' tingkat keempat.
Pemuda yang memiliki
hati lembut ini tak mengarahkan serangannya pada dada maupun perut Dewi Permata Biru, padahal itu
dapat dilakukannya dengan mudah. Serangannya justru diarahkan pada tangan kanan
Dewi Permata Biru.
Terhenyak mendapati serangan itu, Dewi Permata
Biru berusaha memapaki dengan tangan kirinya. Hanya dengan memiringkan tubuhnya
sedikit, Andika berhasil lolos dan terus melancarkan jotosannya pada bagian yang
dituju. Terdengar suara salakan petir yang cukup keras saat menghantam tangan
kanan Dewi Permata Biru yang
melengak kaget. Saat itu pula terdengar suara 'krak' tanda tulang tangan
kanannya patah. Menyusul tubuhnya terhuyung ke belakang disertai jeritan keras.
Nomuro Shasuke yang mendengar teriakan itu tak
peduli. Sesungguhnya dia memang hanya memanfaatkan Dewi Permata Biru belaka.
Terus diserangnya Hiedha Ogawa yang kian terdesak. Kaki kanan dan kiri Hiedha
telah terkena ujung samurainya.
Seketika Hiedha
merasakan seluruh tubuhnya direjam hawa dingin.


Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedudukannya semakin bertambah goyah dan
terdesak. Bahkan samurainya sudah terlepas begitu terhan-tam samurai lawan.
"Mampuslah kau!!" menggelegar suara Nomuro Shasuke seraya ayunkan samurainya
dari atas ke bawah, siap rnembelah kepala Hiedha Ogawa.
Namun mendadak saja satu sentakan telah
membuat ayunan samurai Nomuro Shas uke melenceng.
Lalu dirasakan tendangan telak menghantam dadanya.
Terhuyung lelaki berahang persegi itu ke belakang.
Belum lagi dia berdiri tegak terdengar suara diiringi tawa mengejek, "Waduh!
Maaf! Tadi maksudku ingin menjitak kepalamu! Kok yang bergerak malah kakiku!!
Maaf,ya"!!"
Mengkelap Nomuro Shasuke begitu mengetahui
siapa orang yang halangi maksudnya. Diam-diam diliriknya Dewi Permata Biru yang
sedang berlutut menahan sakit dengan keringat aliri sekujur tubuhnya.
"Celaka! Perempuan itu sudah tak berdaya! Dan rasanya... tak mungkin aku bisa
menghadapi pemuda ini!
Aku tidak boleh mati sebelum menduduki takhta
Kekaisaran di Jepang!!"
"Lho, kok malah bengong" Apakah sudah ciut nyalimu sekarang" Kalau sudah, itu
lebih baik! Jadi aku tidak perlu ngos-ngosan kayak begini?" kata Andika lagi
sambil garuk-garuk kepalanya.
Tatapan Nomuro Shasuke seolah kilatkan bara yang sangat panas. Perlahan-lahan
dia maju satu langkah sambil mengangkat samurainya.
"Pendekar Slebor! Ini urusanku dengan Hiedha Ogawa! Kau tak pantas
mencampurinya"!"
"Waduh! Betul juga, ya" Aku jadi tidak enak nih!
Ngomong-ngomong... bagaimana dengan perbuatanmu yang menyebabkan beberapa orang
nelayan tewas" Juga perbuatanmu di desa Bojong T unggal" Bahkan... kau telah
membunuh seorang kakek dan memperkosa cucunya yang juga kemudian kau bunuh!
Nah... apakah aku akan berdiam diri" Tetapi ya... kayaknya mcmang begitu ya" Iya
deh, aku diam saja!!"
Sadar kalau pemuda berpakaian hijau pupus itu
sedang mengejeknya, Nomuro S hasuke menggeram dalam hati. Mendadak dia melompat
mendekati Dewi Permata Biru.
"Dewi-san!
Bagaimana keadaanmu?"
tanyanya dengan tatapan bersiaga pada Andika. "Aku... baik-baik saja...."
"Bagus! Kita bunuh keduanya! Dewi-san... kau telah berkorban
banyak untukku! Maka, aku pun rela mengorbankan nyawa untukmu! Kita maju bersama!!"
Dewi Permata Biru
yang tidak tahu kalau sesungguhnya Nomuro S hasuke mempunyai maksud lain kembangkan senyum. Hati
perempuan ini terasa berbunga-bunga hingga semangatnya muncul kembali.
"Kau begitu baik padaku... kau penuh perhatian padaku...," desisnya bahagia.
"Karena aku mencintaimu...," sahut Nomuro Shasuke pasti. Tetapi diam-diam dia
menyambung dalam hati, "Aku punya maksud Iain padamu, Dewi-san...."
Lamat-lamat Dewi Permata Biru bangkit. Ngilu di tangan kanannya seolah tak
dirasakan lagi. Dia berkata pada Nomuro Shasuke, "Aku pun mencintaimu...."
"Kita bunuh mereka!!"
Sementara itu, Hiedha Ogawa yang telah terluka
mundur perlahan-lahan. Andika sendiri maju tiga langkah ke depan. Dia juga
mendengar apa yang dikatakan oleh Nomuro Shasuke. Lalu dia berkata, "Dewi
Permata Biru! Kau telah dibutakan oleh segala cinta palsu lelaki itu!
Hatimu kosong dari cinta dan sangat membutuhkan nya setelah cintamu ditolak oleh
Pendekar Bayangan yang justru kemudian kau bunuh! Kesadaran memang selalu datang
belakangan! Tetapi kau belum terlambat untuk memperbaiki segala perbuatanmu
sekarang!"
"Iangan dengarkan kata-katanya, Dewi! Aku sangat mencintaimu...," bisik Nomuro
Shasuke. Dewi Permata Biru sesaat melirik lelaki bengis itu.
Lalu dengan suara dingin dia berseru pada Andika, "Jangan halangi seliap
keinginanku, Pendekar Slebor! Dan jangan merasa kau telah menang kendati aku
telah kau kalahkan!!"
Andika mengeluh dalam hati. "Dia benar-benar membutuhkan perhatian seseorang.
Sayangnya, perhatian itu
datang dari Nomuro S hasuke yang hanya memperalatnya belaka."
Sebelum Andika buka mulut, Dewi Permata Biru
sudah menerjang ganas di ringi teriakan mengguntur. Dua gelombang angin dan
sinar biru yang memancar dari permatanya menggebrak ganas ke arah Andika.
Melihat kebodohan Dewi Permata Biru, Andika
mendengus. Dan mau tak mau dia memang harus
menghindari serangan lawan. Namun bersamaan dengan itu, Nomuro Shasuke yang
sudah melompat ke depan, telah mengayunkan samurainya pula.
"Kutu monyetM" maki Andika sambil memutar tubuh.
Namun lagi-lagi dia harus bergerak cepat karena Dewi Permata Biru sudah
menerjang kembali.
Kali ini tak ada jalan lain bagi Andika, selain memapaki dan membalas. Kendati
demikian, dia tetap menjadikan diri Nomuro Shasuke sebagai sasarannya.
Begitu berhasil membalas gebrakan Dewi Permata
Biru hingga perempuan itu harus surut tiga tindak ke belakang, pemuda urakan ini
melompat ke depan. Ayunan samurai Nomuro Shasuke dihindari hanya dengan
memiringkan tubuh. Kejap kemudian tangan kanannya menangkap tangan lelaki bengis
itu. Memutarnya dengan cepat hingga mau tak mau
Nomuro Shasuke harus melepaskan samurainya. Di saat Andika hendak menotoknya,
Dewi Permata Biru sudah menerjang ke arahnya.
"Kau harus mampus di tanganku, Pendekar Slebor!
Kau bukan hanya mengacaukan seluruh rencana Nomuro-san! Tetapi juga membuatku
murka karena berani lancang melukai kekasihku!!"
Terpaksa Andika harus melepaskan pegangannya
pada Nomuro Shasuke untuk hindari serangan Dewi Permata Biru.
"Kadal buntung! Perempuan ini benar-benar keras kepala! Terpaksa aku harus
memberinya pelajaran! Tetapi, jelas-jelas pembunuh dari Jepang ini akan
memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri. Hhhh!! Baiknya...."
Belum lagi Andika memutuskan apa yang hendak
dilakukannya, Nomuro Shasuke sudah menerjang dengan jotosannya bersamaan sosok
Dewi Permata Biru yang menggebrak ganas ke arahnya juga.
Cepat Andika putar tubuh untuk hindari serangan keduanya. Menyusul dia
menggebrak cepat ke arah Dewi Permata Biru. Bersamaan dengan itu, Hiedha Ogawa
yang keadaannya sebagian telah pulih, menerjang dengan samurainya ke arah Nomuro
Shasuke. Di sinilah terlihat kekejaman Nomuro Shasuke.
Sadar kalau dia tak akan mampu hindari serangan Hiedha Ogawa, mendadak saja dia
menarik tubuh Dewi Permata Biru yang bam saja hindari serangan Andika.
"Heeii i!!" terkejut Dewi Permata Biru merasa dirinya ditarik. Belum lagi dia
sadar apa yang terjadi, mendadak saja dirasakan goresan tajam pada dadanya.
Craaatt!! "Aaakhhhhh!!"
Darah menyembur keluar akibat dadanya luka besar terbabat samurai Hiedha Ogawa.
Rupanya dengan licik, Nomuro Shasuke menjadikan diri Dewi Permata Biru sebagai
tameng dirinya sendiri.
Kejap itu pula laksana kelinci yang terperangkap langkah serigala, Nomuro S
hasuke berlari meninggalkan tempat itu. Yang terdengar hanya suara Dewi Permata
Biru tertahan, "Nomuro-san! Kau... kau.. laknat!!"
Lalu tubuh perempuan berpakaian merah menyala
ini pun ambruk ke tanah dengan bersimbah darah.
Andika sendiri sama sekali tak menyangka Nomuro Shasuke akan menjadikan diri
Dewi Permata Biru sebagai tameng.
Tatkala dilihatnya Hiedha Ogawa
hendak menyusul pembunuh dari Jepang itu, Andika sudah berseru, "Kau tetap di sini!
Kuburkan mayat perempuan itu!
Biar kutangkap Nomuro Shasuke!!"
Kejap berikutnya, pemuda pewaris ilmu Pendekar
Lembah Kutukan ini sudah berkelebat dengan ilmu peringan tubuhnya. Hiedha Ogawa
sendiri hanya terpaku di tempatnya. Dia juga tidak menyangka kalau samurainya
justru mencabut nyawa Dewi Permata Biru.
Setelah menarik napas berkali-kali, lelaki berkumis tipis ini mulai menggali
tanah untuk mcnguburkan mayat Dewi Permata Biru.
*** 10 Widarti hanya bisa menahan napas tatkala melihat Indrajit masih terpaku di
tempatnya tanpa berbuat apa-apa. Sementara itu, sosok Dedemit Tapak Akhirat
semakin mendekat.
Namun sebelum maut menerkam pemuda nelayan
ini, mendadak saja terdengar suara angin membeset dari samping kanan.
Wuuuttt! Cukup merigejutkan Dedemit Tapak Akhirat yang
dengan segera mengurungkan maksud.
Bersamaan tubuhnya melompat kembali ke belakang, tangan kanannya mengibas.
Wusss!! Serangkum angin menderu ke arah orang yang
barusan muncul. Ganti orang ini yang melompat dengan gerakan menakjubkan. Saat
berdiri tegak di atas tanah, terlihat sepasang matanya yang sipit bertambah
menyipit. Wajahnya agak tegang dan di tangannya tergenggam samurai yang tadi diayunkan
hingga terdengar suara besetan.
Indrajit yang tak menyangka kalau akan selamat dan melihat siapa Orang yang
telah menyelamatkannya berseru, "Mishima-san!!"
Orang yang menyelamatkannya dan tak lain Mishima Nobu adanya hanya anggukkan
kepala. Pandangan nya tetap lurus pada Dedemit Tapak Akhirat yang kian
mengkelap. "Jahanam busuk!! Tentunya kau salah seorang dari utusan Kaisar Jepang yang
sedang memburu Nomuro Shasuke! Bagus! Kau telah masuk kalangan, berarti harus
mampus!!" Mishima Nobu yang kehilangan jejak saat mencoba mengikuti langkah ninja bernama
Akiko Arashi yang sedang mengejar Dewi Permata Biru tak keluarkan sahut-an.
Pandangannya kian angker tak berkedip.
Keheningan melanda tempat itu. Sementara Widarti bergegas mendekati Indrajit.
"Kau mengenai orang itu?" tanya murid mendiang Pendekar Bayangan ini.
Indrajit mengangguk-angguk. Kendati dia cukup
tenang, namun napasnya masih memburu. Siapa yang bisa langsung tenang bila
sebelumnya menghadapi bahaya mengerikan yang dapat mencabut nyawanya saat itu ju
ga" "Indrajit... kali ini kuminta padamu, agar jangan bertindak gegabah. Agak
menyingkir dari sini. Aku akan membantu orang itu menghadapi Dedemit Tapak
Akhirat." "Widarti... biarkan dia yang menghadapinya."
"Tidak! Dia telah menyelamatkanmu...." "Aku tak ingin kau mendapat celaka."
"Begitu pula denganku. Aku tak ingin kau mendapat celaka. Lebih baik kau...."
Memutus kata-katanya sendiri, Widarti tolehkan
kepala pada Indrajit. Sesaat kedua remaja itu saling pandang. Tanpa mereka
sadari, satu sama lain telah meng-ungkap perhatian yang sangat besar.
Ditatap seperti itu Indrajit
justru tundukkan
kepalanya. Dia memang tak dapat melakukan tatap muka lama-lama dengan Widarti.
Sementara itu, si gadis justru terdiam agak lama. Diam-diam dirasakan sesuatu
mulai merasuki hatinya. Sesuatu yang sama sekali tak pernah dirasakan
sebelumnya. Namun masing-masing orang segera arahkan
pandangan lagi ke depan tatkala terdengar bentakan Dedemit Tapak Akhirat,
"Manusia celaka!! Nyawamu sangat berharga untuk Dewi Permata Biru yang hendak
membantu kambratnya yang bernama Nomuro Shasuke! Bagus
Dengan begitu, aku dapat memberikan jalan termudah bagi Nomuro Shasuke guna
mengadakan pemberontakan kembali di Jepang!!"
Mendengar kata-kata itu, lamat-lamat Mishima Nobu semakin erat menggenggam
samurainya. Pandangannya tetap tak berkedip ke depan.
"Menilik keadaannya, jelas kalau lelaki ini bukan orang sembarangan. Tatapannya
yang seperti pancarkan sinar kelabu begitu mengerikan sekali. Dan jelas kalau
dia sahabat Dewi Permata Biru, yang menurut Pendekar Slebor membantu Nomuro
Shasuke! Hhhh.. Apa pun yang terjadi, aku tak akan mundur menghadapinya!
Tetapi... di mana ninja bernama Akiko Arashi sekarang?"
Di seberang, Dedemit Tapak Akhirat kertakkan
rahangnya. Sepasang pelipisnya bergerak-gerak. Lalu tanpa keluarkan suara, dia
sudah menerjang ke depan dengan ganas.
Dua gelombang angin panas melabrak ke arah
Mishima Nobu, yang serta-merta melompat hindari serangan itu. Belum lagi dia
berdiri tegak, Dedemit Tapak Akhirat sudah melompat ke depan dengan jotosan
tangan kanan kiri siap menghantam dada dan wajahnya.
Mishima Nobu segera putar samurainya. Dengan
pergunakan jurus 'Menjerat Matahari' lelaki bertubuh pendek ini balas menyerang.
Sesaat dia memang berhasil membuat serangan Dedemit Tapak Akhirat seperti tak
berguna. Namun dua gebrakan berikutnya, justru dia yang
dibuat pontang-panting dengan keganasan serangan Dedemit Tapak Akhirat yang
sambil tertawa-tawa terus mencecar.
"Sungguh mengherankan bila Dewi Permata Biru meminta bantuanku untuk mengatasi
orang-orang seperti kau"! Mungkin dia yang terlalu bodoh, atau kau yang memang
tak memiliki kepandaian apa-apa"!!"
Sementara itu, Widarti yang melihat bagaimana
Mishima Nobu harus tunggang-langgang,
segera masukmke kancah pertarungan. Indrajit yang kini duduk menjauh menahan
kegelisahan di hatinya. Sungguh dia merasa sedih dan malu karena tak bisa
membantu sementara gadis itu begitu gigih.
Merasakan deru angin mengarah padanya, Dedemit
Tapak Akhirat segera putar tubuh, bersamaan tangan
kanannya bergerak. Widarti yang sudah memperhitungkan soal itu, segera
menghindar. Sementara itu, Mishima Nobu yang merasa diselamatkan, sudah melompat
dengan tusukan samurai ke arah perut.
"Keparat!!" maki Dedemit Tapak Akhirat keras.
Dengan tendangan kaki kirinya, dia berhasil gagalkan tusukan samurai Mishima
Nobu, Namun mau tak mau dia juga harus hindari
serangan Widarti.
Dengan teriakan mengguntur,
Dedemit Tapak Akhirat lancarkan jotosan tangan kanan kirinya sekaligus.
Deru angin mendahului gerakannya.
Masing-masing orang

Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera berjumpalitan menghindar. Dedemit Tapak Akhirat rupanya tak mau bertindak ayal. Masih felap
berdiri di tempatnya, dia terus menerus lancarkan serangan ganasnya ke arah
Mishima Nobu dan Widarti.
Kali ini keduanya berlompatan seperti monyet
kebakaran ekornya.
Di tempatnya, Indrajit yang sejak tadi mencemaskan keadaan Widarti, diam-diam
mengambil pasir dengan dua genggamannya. Lamat-lamat dipaksanya untuk berdiri.
Dengan kerahkan sisa-sisa tenaganya, dia memburu ke arah Dedemit Tapak Akhirat.
"Manusia celaka!! Mampuslah kau!!"
Mendapati kalau dirirrya akan diserang oleh Indrajit, Dedemit Tapak Akhirat
langsung hentikan serangannya pada Mishima Nobu dan Widarti. Ganti diarahkan
serangannya pada Indrajit.
Terdengar seruan Widarti tertahan, Indraji itt! Jangan bertindak!!"
Akan tetapi sudah tentu Indrajit sukar untuk
hentikan gerakannya sendiri. Bahkan untuk menghindari serangan yang telah
dilancarkan oleh Dedemit Tapak Akhirat saja sudah tidak mungkin dilakukannya.
Seperti menyongsong ikan yang terkena jala, tubuh Indrajit telah terhantam dua
gelombang angin yang
dilepaskan oleh Dedemit Tapak Akhirat.
Indrajii tttttt!!" teriak Widarti dengan hati terbelah rentak.Sosok Indrajit
melengak dan terlempar deras dengan darah menyembur dari mulut. Namun sosok
Dedemit Tapak Akhirat pun nampak terhuyung ke belakang dengan tangan kanan kiri
mengucak-ucak matanya.
Rupanya, sebelum terkena serangan lawan, Indrajit masih
sempat melemparkan pasir-pasir yang digenggamnya. Dedemit Tapak Akhirat yang tak menyangka kalau pasir-pasir itu yang justru akan mencelakakannya, tak segera
menghindar. Maka mau tak mau pasir-pasir itu pun masuk ke kedua matanya.
Dari ucakan kedua tangan pada matanya, terdengar suara raungannya yang keras.
Semakin diucak, kedua matanya terasa semakin pedih. Gerakan tubuhnya pun mulai
limbung ke kanan ke kiri.
Widarti yang melihat nasib malang menimpa Indrajit dan begitu melihat apa yang
terjadi pada Dedemit Tapak Akhirat, segera menerjang ke depan dengan jotosan
tangan kanan yang mengandung tenaga dalam.
Namun kendati gerakannya semakin limbung
sementara matanya sudah tidak bisa melihat lagi, Dedemit Tapak Akhirat masih
bisa hindari jotosan Widarti. Bahkan bukan hanya sekali, tiga kali dia berhasil
melakukannya. Widarti sendiri tak mau hentikan serangannya. Hati gadis ini marah dan kalap.
Apalagi melihat sosok Indrajit yang sudah terbaring tak berdaya dengan napas
megap-megap dan mata sesekali membuka dan menutup.
Dengan teriakan-teriakan keras,
Widarti terus menyerang. Mishima Nobu juga bertindak. Kalau Widarti menyerang dari depan,
Mishima Nobu menyerang dari belakang dengan pergunakan samurainya.
Dalam keadaan mata yang tidak lagi dapat berfungsi dan terasa sangat
menyakitkan, lama kelamaan Dedemit Tapak Akhirat tak dapat melindungi dirinya
lagi. Bermula dari sabetan samurai Mishima Nobu pada kaki kanannya
hingga mau tak mau lelaki berparas tengkorak itu jatuh berlutut. Menyusul
tendangan Widarti pada kaki kirinya yang membuat Dedemit Tapak Akhirat agak
tersungkur. Lalu ujung samurai Mishima Nobu kembai
menghantam punggung Dedemit Tapak Akhirat yang
melengak serta memekik tertahan. Menyusul tendangan keras Widarti pada dadanya.
Hingga akhirnya, lelaki berpakaian hitam-hitam
terbuka di bagian dada yang perlihatkan tonjolan lutang-tulangnya, kini jadi
bulan-bulanan serangan keduanya.
Widarti yang sudah murka melihat nasib malang
yang dialami Indrajit, terus menghantam tubuh Dedemit Tapak Akhirat disertai
teriakan-teriakan kalap. Secara bersamaan pula samurai Mis hima Nobu menggores
bagian-bagian tubuh lawan.
Darah yang keluar sudah sedemikian banyak, Tubuh yang telah luka parah itu
limbung ke sana kemari laksana bola. Dua kejapan mata berikutnya, tubuh itu
ambruk bersimbah darah. Meregang sesaat sebelum nyawanya merat entah ke mana.
Sementara Mishima Nobu masih berdiri tegak
dengan napas agak terengah, Widarti segera memburu Indrajit. Hatinya pilu
melihat keadaan pemuda nelayan ini.
Segera dipangku kepala dengan lututnya. "Indrajit...."
Perlahan-lahan Indrajit membuka kedua matanya.
Ada derita yang berat di sana, namun bibirnya tersenyum.
"Mengapa kau lakukan hal itu, Indrajit?" tanya Widarti sambil berusaha tindih
kesedihannya. "Aku tidak apa-apa...," sahut Indrajit dengan suara serak. Hati Widarti
bertambah pilu. Baru disadarinya kalau dia telah mencintai pemuda berkulit agak
hitam itu. Walaupun gadis ini berusaha untuk tindih segala sedihnya, namun dia mengisak
pula. Indrajit tersenyum
lemah. "Jangan menangis,
Widarti... aku tidak apa-apa...."
Widarti mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kau... tak perlu melakukan seperti itu, Indrajit?"
"Aku senang melakukannya... aku senang.. ."
"Tetapi...."
"Widarti... jangan bersedih. Semuanya sudah terjadi, bukan?" kata Indrajit tetap
tersenyum. Tangannya lemah menggenggam tangan Widarti yang balas menggenggam
erat. Kembali Widarti mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hatinya justru bertambah pilu saat Indrajit berkata, "Aku senang... bila kau tak
bersedih."
"Kau...."
"Widarti...
ada.. ada yang ingin...
kukatakan padamu...."
"Katakanlah...."
Dada Widarti kian dibuncah kepedihan. Indrajit menahan napas sejenak, karena rasa sakit pada
dadanya semakin menjadi-jadi.
Lalu dengan pandangan yang bertambah meredup dia berkata,
"Widarti... aku.. aku mencintaimu...."
Widarti menggenggam lebih erat tangan Indrajit.
"Aku juga mencintaimu,
Indrajit.... Kau akan
sembuh.... Kita akan bersama-sama hidup bahagia selamanya...."
Indrajit menatapnya, bertambah lemah, begitu pula dengan genggaman tangannya.
"Aku... gembira mendengarnya...."
Habis kata-katanya, kepala pemuda gagah itu pun terkulai. Widarti terhenyak
kaget. Diguncangnya tubuh Indrajit dengan teriakan-teriakan memanggil.
Tetapi pemuda gagah itu telah tewas dalam pangkuannya.
Mishima Nobu yang melihat keadaan itu, menarik
napas pendek. Perlahan-lahan didekatinya gadis yang di rambutnya terdapat ronce
bunga melati. "Dia sudah meninggal, Widarti-san...."
Widarti takmenjawab, tak bergerak. Pandangannya tertuju pada wajah Indrajit yang
teduh. Bibirnya tersenyum.
Matanya merapat.
"Indrajit... aku mencintaimu... aku mencintaimu...,"
desisnya pilu. Mishima Nobu tak mau menegur kembai , khawatir
gadis itu akan semakin bertambah pilu.
Dia justru melangkah tiga tombak dari tempat
Widarti. Dengan pergunakan samurainya, digalinya dua buah lubang. Setelah jadi,
ditendangnya sosok Dedemit Tapak Akhirat yang langsung jatuh ke salah satu
lubang itu. Lalu dikuburnya.
Setelah itu dia mendekati Widarti.
"Widarti-san...
biarkan kekasihmu tenang di alamnya...," katanya pelan.
Widarti mengangkat kepalanya, lalu mengangguk-
angguk. "Ya, biarkan dia tenang...."
Perlahan-lahan dia bangkit sambil membopong
jenazah Indrajit. Dengan langkah agak tertatih dibawanya jenazah Indrajit ke
lubang yang telah dibuat Mishima Nobu.
Dengan hati-hati diletakkannya jenazah Indrajit. Lalu dia melompat kembai . Di
sisi kanan lubang itu, pandangannya diarahkan pada jenazah Indrajit.
Kemudian tanpa berkata apa-apa, Widarti mulai
mendorong tanah dengan kedua tangannya untuk
menutup jenazah Indrajit. Mishima Nobu pun membantunya. Setelah selesai, Mishima Nobu berkata, "Relakan dia, Widarti-san...."
Widarti cuma menganggukkan kepalanya. Lalu
berkata, "Aku hendak mencari Pendekar Slebor...."
Habis kata-katanya, dia sudah melangkah, agak
terhuyung. Mishima Nobu segera mengikutinya. Dia berpikir kalau Widarti
membutuhkan bantuannya. Apalagi gadis itu juga hendak mencari Pendekar Slebor.
*** 11 Lelaki bertubuh jangkung itu hentikan langkahnya tepat ketika hari telah
memasuki rembang senja. Lelaki berkulit kuning yang tak lain Ayothomori sejenak
perhatikan sekelilingnya. Tanah yang dipijaknya cukup luas. "Huh! Ke mana
perginya pemuda bernama Indrajit dan gadis bernama Widarti itu! Sikap mereka
sungguh menjengkelkan! Mereka memang harus dihajar karena telah merendahkan
martabat seorang samurail"
Sesaat lelaki ini terdiam. Kemudian terdengar lagi kata-katanya, "Jahanam!!
Mengapa aku justru mengurus masalah
sepasang remaja itu" Urusanku adalah menangkap Nomuro Shasuke! Huh! Apakah Hiedha-san dan Mishima-san sudah berhasil
menangkapnya" Bila sudah, memang tak ada persoalan denganku! Tetapi kuharap,
mereka belum menangkapnya! Karena, bila aku lebih dulu menangkap pembunuh celaka
itu, maka aku akan langsung membawanya ke Jepang!"
Mendadak lelaki ini tersenyum, "Sangat menyenangkan, membayangkan hadiah apa yang akan kuterima. Sebaiknya...."
Tiba-tiba saja Ayothomori memutus kata-katanya
sendiri tatkala didengar suara gerakan di belakangnya.
Cepat dia putar tubuh. Dua kejapan mata kemudian, muncul satu sosok tubuh
bersorban putih dengan
sepasang alis legam dan hidung mancung agak bengkok.
Pada kedua telinga lelaki yang baru muncul ini, terdapat anting berwarna biru.
Orang yang baru muncul ini sejenak terkejut melihat sosok Ayothomori. Namun
kejap kemudian dia tersenyum seraya rangkapkan kedua tangannya di depan dada.
"Ayothomori-san... apa kabarmu?"
Bukannya sahuti sapaan orang, Ayothomori cuma
mendengus. "Hhh! Lelaki ini pernah menjengkelkanku!
Tetapi, dia juga mencari Nomuro Shasuke!"
Kemudian.katanya,
"Pucha-san! Bagaimana de-
ganmu sendiri"!"
Orang yang tak lain Pucha Kumar adanya tersenyum.
"Baik-baik saja. Apakah kau sudah menemukan jejak pembunuh bernama Nomuro
Shasuke?" "Belum!" sahut Ayothomori dan menyambung dalam hati, "Kalaupun sudah... tak akan
kuberi tahudi mana dia berada! Aku harus mendapatkan hadiah dari Kaisar Tokugawa
lesyasumoto."
"Ah, sungguh licin pembunuh celaka itu! Aku juga belum mendapatkan jejak yang
berarti darinya, Ayothomori-san! O ya, aku sempat berjumpa dengan Hiedha-san."
"Oh! Bagaimana" Apakah dia sudah berhasil
menangkap manusia celaka itu?" suara Ayothomori nampak begitu memaksa.
Sesaat Pucha Kumar kerutkan keningnya menangkap nada bernafsu pada suara Ayothomori. Lalu dia menggeleng,
Tidak! Dia juga belum berhasil menangkap pembunuh celaka itu! Memang sungguh hebat Nomuro Shasuke!!"
"Jangan memuji pembunuh laknat itu!!" sengat Ayothomori keras.
Seperti menyadari kesalahan bicaranya, Pucha
Kumar buru-buru berkata, "Maksudku...."
"Ayothomori-san!!" terdengar suara memutus kata-kata Pucha Kumar.
Masing-masing orang tolehkan kepala. Hiedha
Ogawa muncul dengan wajah agak berkeringat. Melihat kehadirannya, Ayothomori
mendengus. Nampak kalau dia tidak suka.
Hiedha Ogawa menyapa Pucha Kumar, "Pucha-san...
kita bertemu lagi...."
"Hiedha-san... nampaknya kau tengah mengejar sesuatu. Apakah kau sedang mengejar
Nomuro Shasuke?"
Sesaat Hieda Ogawa menatap lelaki dari India itu.
Sambil mengangkat kepalanya, segera diceritakan apa yang dialaminya. Mendengar


Pendekar Slebor 61 Samurai Berdarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cerita itu, Pucha Kumar
berseru agak mendesak, "Ke mana larinya pembunuh celaka itu?"
"Aku tak bisa mengetahuinya. Kupikir Pendekar Slebor telah berhasil
menangkapnya...."
Sementara Pucha Kumar nampak tak sabar, wajah
Ayothomori mengkelap. "Lagi-lagi
Pendekar Slebor! Sungguh sial bila dia lebih dulu berhasil menangkap Nomuro Shasuke!!"
Habis membatin begitu dia berkata, "Sekarang... di mana Pendekar Slebor berada?"
Walau menangkap nada tidak senang dari pertanyaan itu, Hiedha Ogawa menggeleng, "Aku tidak tahu di mana dia berada."
"Kalau begitu, kita segera mencarinya. Jelas dia tak akan sanggup menghadapi
Nomuro Shasuke!!"
"Ayothomori-san
masih menganggap remeh Pendekar Slebor," kata Hiedha Ogawa dalam hati. Lalu berkata, "Kalau begitu kita
segera berangkat. Bagaimana dengan kau, Pucha-san?"
Lelaki yang di pinggangnya melilit selendang warna biru dan terselip sebilah
golok tajam menjawab, "Kalian pergi berdua, sementara aku akan mencarinya
sendiri. Ingat, bila kita berpencar, kemungkinan akan lebih mudah mendapatkannya...."
Hiedha Ogawa langsung menganggukkan kepalanya
dan berkata pada Ayothomori, "Ayothomori-san... sekarang juga kita
berangkat...."
Kejap berikutnya, dua orang utusan Kaisar Toku-
gawa Iesyasumoto itu sudah bergerak. Namun baru lima langkah, mendadak saja
suara angin membeset udara mengarah pada masing-masing orang. Hiedha Ogawa masih
sempat. membalikkan tubuh kendati tangan kirinya terkena sabetan benda tajam,
sementara Ayothomori langsung tersungkur karena punggungnya tersabet.
Sementara Ayothomori mengeluh tertahan sambil
berusaha balikkan tubuh, Hiedha Ogawa yang melengak kaget sambil menekap
tangannya berseru, "Pucha-san!!
Apa yang kau lakukan"!"
*** Di hadapan masing-masing orang, Pucha Kumar
berdiri tegak dengan golok di tangan. Pada ujung golok itu menetes darah segar!
Bibirnya menyeringai lebar dengan tatapan kejam.
"Manusia-manusia bodoh! Menginginkan nyawa Nomuro Shasuke harus berhadapan dulu
denganku!!"
katanya bengis.
Hiedha Ogawa berkata lagi, "Apa maksudmu?"
"Hiedha-san! Tak kusangka kalau kau begitu bodoh, mempercayai ceritaku tentang
kedua adikku yang tewas dibunuh oleh Nomuro Shasuke! Ketahuilah... aku adalah
salah seorang kaki tangan Nomuro Shasuke!!"
Melengak kaget Hiedha Ogawa mendengar kata-kata orang. Sementara Ayothomori yang
sudah duduk bersila, agak
goyah. Parasnya menekuk menahan sakit. Kegeramannya menjadi-jadi mengetahui siapa Pucha Kumar adanya. Namun nampak dia
tak akan sanggup untuk menghadapi lelaki dari India itu.
Sementara itu Hiedha Ogawa sendiri perlahan-lahan mencabut samurainya.
Tatapannya tajam ke depan.
"Tak kusangka sama sekali...," desisnya.
Pucha Kumar terbahak-bahak. "Siapa pun tak akan pernah menyangkanya! Kalian
harus mampus!!"
Habis bentakannya, dengan ganas Pucha Kumar
menerjang ke arah Hiedha Ogawa yang segera menangkis dengan samurainya. Gebrakan
demi gebrakan ganas itu pada akhirnya membuat Hiedha Ogawa kerepotan sendiri,
apalagi darah yang mengalir dari tangan kirinya semakin banyak keluar.
Dia memang berusaha sekuat tenaga untuk menye-
lamatkan selembar nyawanya. Namun keganasan Pucha Kumar tak dapat dibendung
lagi. Tangan kanannya pun terkena sabetan ujung goloknya hingga mau tak mau
samurainya harus terlepas.
Menyusul dengan teriakan mengguntur, Pucha
Kumar menerjang dengan ayunan golok dari atas ke bawah.Akan tetapi, sesuatu
telah menghantam goloknya hingga melenceng dari sasarannya.
"Keparat terkutuk! Siapa yang berani lancang begini"!!" maki lelaki India itu
setelah berdiri tegak.
Belum lagi habis teriakannya terdengar, satu sosok tubuh serba hitam telah
berdiri berjarak delapan langkah dari hadapannya.
Bukan hanya Pucha Kumar yang terkejut. Hiedha
Ogawa yang kini jatuh berlutut dan Ayothomori pun tersentak kaget. Dan sama-sama
mendesis, "Ninja...."
Lalu dengan pandangan masih tak berkedip,
keduanya memperhatikan bagaimana ninja itu mendekati mereka. Lalu menotok
beberapa tubuh bagian masing masing orang yang sejenak melengak. Rupanya ninja
itu telah menotok jalan darah, hingga darah yang keluar terhambat.
"Siapa kau?" tanya Hiedha Ogawa.
"Hiedha-san... namaku Akiko Arashi. Aku utusan dari Kaisar Tokugawa Iesyasumoto
untuk menangkap Nomuro Shasuke."
Lalu dengan suara dingin, orang berpakaian serba hitam itu merandek pada Pucha
Kumar, 'Tak disangka lautan memang terlalu dalam hingga sulit diketahui siapa
adanya orang! Orang bersorban putih, lebih baik menyerah ketimbang mampus di
tanganku!!"
Di tempatnya Pucha Kumar menggeram, "Justru kau yang harus menyingkir dari sini
sebelum mampus di ujung golokku"!!"
"Mengapa tidak kau katakan kalau aku akan
mampus di ujung samuraimu, hah"! Nomuro Shasuke...
penyamaranmu sebagai Pucha Kumar telah berakhir sampai di sini!"
Sampai surut satu tindak ke belakang Pucha Kumar
mendengar kata-kala orang. Dia bersuara keras, "Jangan membadut!!"
"Nomuro Shasuke... sepengetahuanku... tak pernah orang India dapat memainkan
golok seperti seorang samurai! Gerakan yang dimiliki para pendekar India memang
lincah, namun tak dapat lakukan gerakan laksana seorang samurai! Dan lagi tiga
orang dari utusan Kaisar Tokugawa Isyasimoto tak memiliki kepandaian menyamar!
Nah! Siapa lagi orangnya kalau bukan...."
Memutus kata-katanya sendiri, orang berpakaian
serba hitam itu mendadak melesat ke depan. Tangan kirinya kirimkan jotosan pada
Pucha Kumar yang segera gerakkan goloknya menyabet ke atas. Bersamaan dengan
sambutan golok ganas itu, ninja ini melenting ke atas.
Tangan kanannya bergerak diiringi hawa panas menerpa wajah Pucha Kumar. Tap!
Sorban yang dikenakan Pucha Kumar terlepas. Se-
ketika nampak rambut yang cukup panjang. Menyusul hawa panas yang tadi menerpa
wajah Pucha Kumar telah mengakibatkan sesuatu yang mengejutkan. Sepasang alis,
hidung bengkok dan pipi yang agak cekung, nampak meleleh. Rupanya itu hanyalah
getah-getah yang dipakai untuk menyamarkan wajah.
Tatkala semuanya sirna jatuh dan mengering,
nampak seraut wajah berahang persegi yang sangat dikenal
Hiedha Ogawa dan Ayothomori. "Nomuro Shasuke!!"
Bertepatan dengan munculnya Mishima Nobu dan
Widarti. *** Pucha Kumar yang sesungguhnya adalah Nomuro
Shasuke adanya, nampak terperanjat. Wajahnya begitu tegang dengan tatapan liar
pada orang berpakaian serba hitam yang sedang lipat kedua tangannya di depan
dada. "Jahanam terkutuk! Siapa kau, hah"!!"
"Aku adalah orang yang akan menangkapmu!!"
Nomuro Shasuke mengibaskan pakaian panjangnya.
Lalu nampaklah samurainya yang disembunyikan di balik pakaiannya. Dengan
kegeraman tinggi, pembunuh dari Jepang ini langsung menerjang ke arah orang
berpakaian serba hitam. Serangannya ganas dan mematikan.
Awan-awan kecil warna hitam meletup-letup dan
halangi pandangan, disusul dengan hawa dingin menusuk tulang. Namun agaknya,
ninja ini juga punya kelebihan yang lebih dari Nomuro Shasuke.
Karena dengan mudahnya dia hindari serangan de-
mi serangan yang dilancarkan Pucha Kumar.
Mishima Nobu yang baru datang dan tak menyangka kalau orang yang bernama Pucha
Kumar adalah orang yang mereka cari, segera mendekati Hiedha Ogawa dan
Ayothomori. Sementara Widarti hanya memperhatikan.
Pertarungan sengit Nomuro Shasuke dengan ninja
itu semakin lama bertambah mengerikan. Terutama dari serangan-serangan Nomuro
Shasuke yang kejam.
Menilik setiap balasan yang dilakukan oleh orang berpakaian serba hitam, jelas
kalau ninja ini tak bermaksud menurunkan tangan. Dia mencoba untuk
menekan dan menangkap Nomuro Shasuke hidup-hidup.
Serangan yang dilakukannya pun tak kalah
mengerikan. Karena setiap kali tangannya bergerak, seperti terdengar salakan
petir berulang-ulang yang mengandung hawa panas. Bahkan hawa panas itu
menindih hawa dingin yang keluar dari serangan Nomuro Shasuke yang semakin lama
nampak semakin kewalahan.
Dua gebrakan berikutnya, Nomuro Shasuke sudah
terhuyung ke belakang tatkala kedua kakinya terhantam tendangan si ninja
sekaligus. Menyusul dadanya terhantam telak hingga tubuhnya ambruk.
Si ninja justru hentikan serangannya. Pandangannya tak berkedip pada Nomuro
Shasuke yang sedang berusaha bangkit. Dari hidung dan mulut lelaki bengis itu,
nampak darah segar mengalir.
Pandangannya tetap tajam
menusuk. "Celaka! Ninja ini terlalu tangguh untukku! Jelas kalau aku tak akan dapat
mengalahkannya. Apalagi meneruskan semua maksud yang telah kus usun. Tak ada
jalan lain, ketimbang ditangkap dan dihukum, lebih baik aku membunuh diri!"
Memutuskan demikian, mendadak saja Nomuro
Shasuke melompat ke depan dengan ayunan samurai dari atas ke bawah. Orang
berpakaian serba hitam ini mendengus jengkel. Dia segera miringkan tubuh dengan
lepaskan jotosan dari bawah ke atas.
Terdengar suara seperti petir menyambar. Nomuro Shasuke yang memang merasa lebih
baik mati, tak menghindar. Justru si ninja yang urungkan serangannya.
Bersamaan dengan itu, Nomuro Shasuke sudah
mengangkat samurainya tinggi-tinggi, siap ditusukkan pada dadanya sendiri. Namun
sebelum dilakukannya, si ninja sudah bergerak cepat. Menepak tangan Nomuro
Shasuke dan menyepak kakinya.
Samurai itu terlepas bersamaan sosok Nomuro
Shasuke yang ambruk ke alas tanah. Lalu dengan gerakan yang sangat cepat si
ninja menotok beberapa bagian tubuh pembunuh dari Jepang ini hingga kaku tak
bergerak. Hanya mulutnya yang berseru-seru keras, "Bunuh aku! Bunuh aku!!"
Si ninja cuma berkata, "Membunuhmu tak ada gunanya sama sekali. Kau akan
mendapatkan hukuman dari Kaisar Tokugawa lesyasumoto."
Sementara Nomuro Shasuke masih berteriak-teriak, Hiedha Ogawa berkata, "Akiko-
san... terima kasih atas bantuanmu...."
Ninja itu membungkuk.
"Hiedha-san...
sudah sepatutnya kita saling membantu. O ya, kalian bisa membawa manusia celaka ini ke
hadapan Kaisar Tokugawa lesyas umoto untuk
mendapatkan hukuman yang setimpal. Sampaikan salamku pada Kaisar... juga sampaikan salamku pada
Saburo-san."
"Oh! Kau mengenalnya?" Ninja itu mengangguk.
"Bahkan aku pernah membantunya. O ya, Ayothomori-san... berjalanlah lurus sebagaimana mestinya.
Jangan terlalu cepat panasan hingga merusak beberapa rencana dan merusak dirimu
sendiri...."
Habis berkata begitu, si ninja membalikkan tubuh.
Namun karena tergesa-gesa dia tidak melihat sebuah batu di hadapannya. Mau tak
mau dia langsung tersungkur ke atas tanah. Menyusul terdengar makiannya, "Kutu
monyet! Kura-kura bau! Susah amat sih jadi ninja betulan"!"
Orang-orang yang berada di sana terheran-heran.
Karena sejak tadi ninja itu berkata-kata penuh wibawa sekarang malah memaki-maki
tidak karuan. Tiba-tiba terdengar suara Hiedha Ogawa, "Pendekar Slebor!!"
Ninja yang telah bangkit itu tertawa pelan. Lalu dengan santai ditarik penutup
wajahnya. Dan nampaklah seraut wajah tampan berambut goridrong acak-acakan yang
sedang nyengir.
"Wah! Ternyata susah ya jadi ninja!!" . Terdengar suara Widarti keras,
"Paradita!!"
Si ninja yang ternyata Andika yang menyamar
palingkan kepalanya. Dia kembali nyengir.
"Widarti... orang yang kau cari, Dewi Permata Biru telah tewas! Nah! Semuanya
sudah beres, kan" Yuk, ah!
Aku pcrgi dulu!!"
Lalu dengan langkah santai anak muda urakan dari Lembah Kutukan ini segera
meninggalkan mereka yang masih terbengong-bengong.
Angin senja bertiup semilir.
Pembuat Ebook :
Scan buku ke djvu : Abu Keisel
Convert : Abu Keisel
Editor : Arya Winata
Ebook pdf oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://cerita_silat.cc/
SELESAI PENDEKAR SLEBOR
Segera menyusul:
MANUSIA MUKA KUCING
Sang Ratu Tawon 1 Dewi Ular Gadis Penunggu Jenazah Pengejaran Ke Masa Silam 2
^