Pencarian

Medal Of Love 3

Medal Of Love Karya Thelapislazuli Bagian 3


lupa Bunda. Yang perempuan Thetaria apa yaa yang putra sulungnya lupa namanya." Bunda menunjukkan foto dirinya dengan Keluarga Nugroho. Pemilik perusahaan
energi di negeri ini. Rara pun mengangguk antusias dan tertawa saat mendengar cerita Bunda atas nama unik yang dimiliki kelurga itu.3
"Kalau ini, sahabatnya Ayahnya Reno. Ini Mas Tian. Anaknya yang buatin kamu gaun itu. Mas Tian tuh pria idola jaman dulu deh. Bunda ngefans meski hatinya
mentok sama Abimanyu." Bunda cekikikan mirip Reno yang membuat Rara ikut tertawa dan melupakan masalah yang baru saja terjadi antara dirinya dan Lyra tadi
pagi.3 "Ini Mas Adrian Tanjung..."
"Ini istrinya ya Bun?" Tanya Rara.
"Bukan, ini justru istrinya Mas Tian. Istrinya Mas Adrian ngga ikut kayaknya deh waktu ini. Istrinya dosen gitu, Ra. Lupa Bunda namanya." Bunda membolak
balik album yang berisi semua pembisnis kelas teras di Indonesia itu.1
"Bunda, temennya Bunda sama Ayah kan banyak. Kenapa Mas Reno ngga Bunda jodohin" Kenapa justru Bunda menerima Rara yang jelek bibit bebet bobot nya ini"
Ini terasa seperti mimpi deh Bun." Rara bertanya hal yang selama ini ia pendam.
"Alasannya simpel sayang. Cinta tidak suka dipaksa. Biarkan cinta yang hadir dengan jalannya sendiri. Bunda yakin apa yang dipilih anak-anak Bunda sudah
mereka amati, timbang dan pikirkan masak-masak. Sebagai orang tua, tugas kami mendukung. Bukan mencampuri lantas membebani. Lagian, siapa bilang bibit
bebet bobot kamu jelek" Kamu hanya ngga tahu, sayang. Biar waktu yang menyilahkan sebuah jawaban itu datang. Kalaupun tidak, Bunda tidak masalah."
Jawaban Bunda ini semakin memantapkan hati Rara untuk mendampingi hidup Langit Moreno hingga akhir hayatnya nanti. Ia pun memeluk sang Bunda dengan erat
hingga Rara melihat foto Ayah Reno dengan Pak Armando.
"Bunda.. Ini Pak Armando bukan sih" Papa nya Mba Lyra sama Mas Rion?" Tanya Rara.
"Iyaa benar! Armado itu dulu kayak si Andre. Dia sekertaris suami Bunda. Setelah dia nikah dengan Lily yaa naik derajat jadi pemilik TV dan majalah. Nama
Wilaga itu nama keluarganya Lily bukan Armando." Terang Bunda yang membuat Rara mengangguk. 1
'Ternyata naik derajat dan pangkat bisa terjadi sesederhana menikah dengan orang kaya. Sungguh jalan yang instan. Pantas pola pikir Lyra seperti tadi.'
Begitu pikir Rara. Mereka berdua kembali melanjutkan acara buka-buka album lama. Tak sadar hari sudah siang hingga suara jagoan kecil terdengar memecah keheningan rumah besar ini.
"Omaaaaa! Assallammualaikum! Dave pulang cepat loh!" Dave yang berlari mencari sang oma justru kaget dengan kehadiran Rara.
"Kok Aunty cantik ada di sini" Aunty ngga kerja?" Tanya Dave sambil mencium tangan Bunda dan Rara.
"Iyaa Aunty sudah ngga kerja. Dave dijemput siapa tadi?" Tanya Rara mencium pipi anak sopan dan pintar itu.
"Tadi Dave minta anterin abang ojek depan sekolah. Jadi tuh ada acara di sekolah yang bikin kami semua pulang cepat. Kata Daddy, Dave disuruh ke rumah
Oma dulu nanti Daddy yang jemput." Dave menjelaskan dengan penuh senyum.
"Dave sayang, ganti baju dulu ya. Nanti main sama Oma sama Aunty, oke?" Bunda pun menyuruh cucunya untuk mengganti pakaiannya.
Setelah berganti baju, Dave justru meminta Rara memasakan cokelat untuknya. Untungnya semua bahan sudah ada di dapur," jadi Rara tinggal memasaknya. Sepanjang
Rara memasak, Dave sibuk bercerita tentang sekolahnya, tentang ikan peliharaannya, tentang Daddy yang mengajaknya bermain oli dan Dave tidak suka.
"Dave lebih suka main sama Uncle karena lebih wangi dan bersih. Kalau Daddy itu bau keringet kalau sudah main sama mesin tapi herannya Mommy suka banget
sama keringet Daddy." Dave dengan polosnya membuat Bunda sudah terbahak-bahak.
Cokelat buatan tangan Rara pun matang tepat di saat Radith datang. Kalau Dave pulang sekolah, ia memang akan menunggu orang tuanya di rumah Bunda. Neona
sendiri baru pulang pukul 4 sore dari sekolah. Daripada Dave menunggu di bengkel, lebih baik ia memilih rumah Bunda.
"Assallammualaikum Bunda Dave... Eh ada Rara juga. Tumben Ra?" Tanya Radith bingung.
"Waalaikusalam.." Jawab ketiganya.
"Iya, Mas tadi ada masalah di kantor. Rara sudah resign dan tadi diantar Reno ke sini." Rara menjawab pertanyaan calon kakak iparnya.
"Oh begitu.. Ini ada cokelat, pasti Dave yang nyuruh buatin ya?" Tebak Radith.
"Iya, tapi ngga apa-apa kok, Mas. Yang penting Dave nya suka." Jawab Rara yang membuat Radith geleng-geleng kepala.
"Kalau sudah tentang cokelat, mana sih Dave bisa sedih" Oh iya kemarin Neona cerita sama Mas, katanya dia punya rencana bikin toko kue sama kamu" Itu gimana
Ra" Ngga dilanjutin rencananya" Kayak sudah mulai cari lokasi dan studi pangsa pasarnya gitu." Radith bertanya dengan nada serius pada sang calon adik
ipar. "Kemarin baru ngomongin konsepnya sih, Mas. Mba Neona kan lebih suka kue-kue basah, sedangkan aku lebih ke cookies dan kreasi cokelat. Selebihnya belum,
Mas." Jawab Rara yang kini menyadari perbedaan mencolok antara Radith dan Reno. Bintang Radithya itu jauh lebih kalem, serius dan penuh pemikiran dibanding
Langir Moreno yang lebih meledak-ledak, banyak bercanda dan selalu secepat kilat.
"Kalau mau diseriusin, Mas dan Reno dukung banget. Apalagi kamu kan sudah resign. Jadi bisa fokus sama toko kue. Nanti deh Mas ngomong sama Reno. Kamu
omongin juga sama Neona ya." Radith berpesan pada Rara yang kini mengangguk setuju.
"Daddy, resign itu apa?" Tanya Dave tiba-tiba.
"Resign itu keluar dari pekerjaan, Dave. Kenapa nanya itu" Tadi Dave denger obrolan Daddy sama Aunty ya?" Tebak Dave.
"Maafin Dave, Daddy. Dave tadi ngga sopan karena menguping. Tapi Dave seneng kalau aunty sudah ngga kerja. Aunty Rara jadi punya banyak waktu buat bikin
cokelat atau sekalian Aunty Rara yang jemput Dave di sekolah?" Tanya Dave pada sang Daddy.
"Kamu ngerepotin Aunty Rara namanya Dave." Tolak Radith.
"Ngga apa-apa Mas. Kayaknya idenya Dave boleh juga. Aku kan ngga punya kerjaan, jadi daripada Mas Radith ninggalin bengkel, mending Rara yang jemput." Rara menyetujui apa yang diusulkan Dave.
Dave pun berteriak kegirangan yang membuat Bunda jadi ikut bertanya.
"Kamu jemput Dave pake motor, Ra" Bawa mobil aja ya.." Bunda menawari Rara sebuah mobil Reno yang sudah lama terparkir cantik di garasi.
"Jangan Bun. Rara ngga bisa naik mobil. Lagian itu mobilnya Mas Reno." Tolak Rara.
"Kamu itu sama Neona sama aja. Dia juga ngga mau nyentuh mobil suaminya. Katanya mahal lah, nanti lecet lah padahal suaminya dokternya mobil." Radith mecibir
kelakuan Rara. Ternyata dirinya dan Reno punya selera yang tidak jauh beda.
"Rara harus belajar. Selama belum bisa biar dianter sama supir aja. Biar semuanya aman." Putus Bunda yang kalau sudah memaksa sangat mirip dengan Reno.
Membuat Rara hanya bisa mengangguk pasrah.
****** Malam harinya, setelah makan malam, Reno mengantar. Rara ke kostannya. Sepanjang jalan Rara cerita tentang Bunda, pesan Mas Radith juga tentang permintaan
Dave. "Aku setuju banget Bunda nyuruh kamu latihan mobil. Bukan karena aku ngga mau nyupirin, tapi biar mobilku ada yang pakai, Sa." Reno menanggapi perintah
Bunda pada Rara. "Kalau mobil Mas nabrak terus rusak" Aku ngga bisa ganti." Ucapan Rara ini membuat Reno terbahak.
"Kalau rusak, Mas Radith seneng tuh! Sudah ah, kayak sama siapa aja. Sebentar lagi semua milikku milik kamu juga, sayang." Ucap Reno sambil mengusap kepala
Rara.3 "Ngga ah, aku ngga mau kekayaan Mas. Takut lihatnya. Kita ngga bisa ya, hidupnya biasa aja" Aku lebih nyaman begitu Mas. Aku ngga suka pergaulan kelas
atas. Aku ngga nyaman saat nanti semua orang menghormatiku secara berlebihan. Aku maunya jadi istri Mas Reno bukan Nyonya Moreno." Ujar Rara yang membuat
hati Reno bahagia. Di saat banyak wanita yang berlomba mencari hartawan, wanita di sampingnya justru takut dengan itu semua.
"Harta itu bikin khilaf, Mas. Jabatan dan status sosial seseorang juga sering membutakan mata hati. Aku takut suatu hari, karena itu semua, waktu kamu
untuku dan anak-anak ngga ada. Aku ngga mau anak-anakku kekurangan perhatian Papanya. Terus...."
"Sayang... Kamu lihat Ayah dan Bunda" Well, Ayah itu sibuknya parah banget. Tapi aku sama Mas Radith ngga pernah kehilangan momen sama Ayah. Semua ada
di pengaturan diri kita, sayang. Percaya sama Mas, kalau aku ini akan jadi suami dan Papa terhebat nantinya." Ujar Reno mantap yang justru mendapat gelengan
dari Rara. "Aku ngga setuju dan ngga percaya kalau Mas Reno itu bisa jadi suami dan papa terhebat." Tanggap Rara yang membuat Reno sedikit emosi.
"Kok kamu gitu" Masa ngga..."
"Tunggu dulu Mas. Jangan marah dulu. Kenapa aku ngga setuju dengan kata terhebat" Mas Reno itu yang akan jadi suami aku satu-satunya. Aku jelas ngga bisa
bilang Mas terhebat dong. Imbuhan Ter- itu menunjukkan Mas paling unggul setelah dibandingkan. Aku kan.."
"Astagaaaa... Kamu masih sama aja sih kayak dulu yang bahas diksi tentang semua calon memantu Trisdiantoro. Haduuuuh susah memang punya calon pinter begini."
Ujar Reno dengan tawa renyahnya.
Ketika mereka sampai di depan kostan Rara. Keanehan pun terjadi. Semua barang dari kamar Rara berada di luar. Di pintunya tertulis kamar kosong. Reno pun
mulai terlihat marah dengan keadaan itu. Rara pun pergi dan mengetuk rumah pemilik kostan yang tidak jauh dari situ. Betapa mengejutkan alasan yang diberikan
oleh sang pemilik kostan.1
"Saya ngga mau wanita ngga bermoral tinggal di kostan saya. Kamu kalau sedang hamil di luar nikah jangan tinggal di kostan saya." Begitu katanya.
"Maksud ibu apa ya" Siapa yang hamil di luar nikah?" Tanya Rara yang juga sudah mulai emosi.
"Media gosip juga sudah sebut nama kamu. Makanya dalam 6 pekan lagi kamu mau nikah kan" Biar nutupin ya" Hebat juga pilihannya." Pemilik kostan Rara pun
langsung menutup pintu yang membuat Reno naik pitam. Siapa lagi penyebar berita miring ini"!
"Jangan emosi Mas. Sekarang anterin aku ke kostannya Winny aja ya." Ujar Rara yang sedang sibuk mengangkat beberapa barangnya.
"Aku angkat semua barang-barang ini dan kita ke rumah Mba Neona. Kamu nginep di sana dulu. Nanti kalau memungkinkan aku pindah ke apartemen lagi, biar
kamu bisa tinggal di rumah Bunda." Putus Reno yang sudah mengepalkan tangannya hingga memutih.
Rara hanya menurut hingga keduanya sampai ke rumah pasangan romantis itu. Tentu saja Radith menyilahkan Rara menginap di rumahnya. Ini akan membuat Dave
menempel pada Rara dan bukan pada istrinya. Radith nyatanya memang tidak pernah berubah soal memiliki dan menguasai Neona meski itu pada anaknya sendiri.
Neona marah saat mendengar cerita Reno terkait gosip yang dikatakan pemilik kostan. Ia pun mengecek media sosial yang memang sudah ramai pemberitaan atas
Reno dan Rara. Tampil mesra di ulang tahun perusahaan, Moreno umumkan akan segera menikah. Hamil duluankah"
Memperhatikan perut calon istri Moreno, begini komentar netizen1
Tak disangka, pencarian cinta Moreno akan berakhir karena kehadiran jabang bayi!!
"Brengsek!!!!" Reno menghantam tembok rumah Radith dengan kepalan tangannya yang untungnya tembok tidak mengalami retak sedikit pun. Rara pun menangis
di pelukan Neona saat sang guru matematika itu menunjukkan hasil pencariannya di akun-akun gosip.
Saat keadaan sudah lebih tenang, Neona menyerahkan kotak P3K pada Rara dan meninggalkan sepasang kekasih itu untuk berbicara.
"Sini Mas tangannya." Rara mengambil tangan Reno yang sudah berlumuran darah segar.
"Jangan marah gini lagi yaa.. Tangan Mas jadi berdarah." Rara mengecup luka-luka di tangan Reno. Membuat hati Reno yang sedang tenggelam dalam emosi langsung
tenang. Kelembutan Rara selalu berhasil menyihir Reno.
"Saa.. Aku izin peluk kamu yaa.." Reno pun langsung memeluk Rara saat kekasihnya itu mengangguk.
"Cuma kamu yang bisa meredakan emosi aku, Aa. Cuma kamu yang bisa nyiram bara api di diri aku. Aku memang seemosional ini. Aku bukan Mas Radith yang selalu
bisa sabar dan tenang." Reno mengeratkan pelukannya sedangkan Rara mengusap punggung Reno.
"Aku tahu kok. Aku tahu pria yang aku cintai ini, emosinya juga paling juara." Tanggap Rara sambil tersenyum.
"Jangan tinggalin aku ya Sa.. Jangan karena gosip murahan itu, kamu mundur. Aku justru yang mati kalau kamu ngga di samping aku." Ujar Reno dengan nada
penuh ketakutan. "Mas Renoku, dengerin Rara. Sekali aku bilang tidak akan pergi. Aku ngga akan pernah pergi dari samping, Mas. Kita hadapi bersama, oke" Ini hubungan aku
sama Mas. Itu artinya semua jadi urusan kita berdua dan bukan orang lain. Tuhan dan keluarga kita tahu apa yang sebenarnya terjadi." Ucap Rara sambil mengelus
pipi Reno. Membuat Reno memejamkan matanya sambil merasakan aliran menenangkan dari jari Rara.1
"Aku cinta kamu. Jangan peduliin gosip dan kata mereka karena cinta kita lebih dulu ada dari semua ini." Ujar Reno sambil memeluk Rara.
"Rara juga cinta Mas. Kita harus semakin menguatkan cinta ini, Mas. Aku merasa akan ada badai besar di depan dan hanya dengan tidak saling melepaskan,
badai itu bisa terlewati dengan baik." Jawab Rara yang juga mengeratkan pelukannya. Berharap cinta mereka cukup kuat untuk menghadapi ujian yang sepertinya
sudah menanti mereka di ujung jalan ini.
"Bab 20 Kalau tidak karena Rara yang melarang, Reno dan Bunda sudah mengadakan jumpa pers dan juga melakukan pelaporan kepada pihak yang berwajib atas delik kasus
pencemaran nama baik. Menurut Rara semua itu justru membuat konsentrasi atas pernikahan mereka terganggu.
Bunda pun akhirnya sepakat dan membiarkan gosip panas itu merebak. Kadang Neona juga ikut kesal dengan perkataan-perkataan yang tidak pantas dari netizen
dan pembuat gosip itu sendiri. Namun dirinya menghormati keputusan Rara dan Reno yang memilih untuk mengabaikan apapun berita miring tentang mereka.
"Na, kemarin Bunda sudah buka-buka album foto tapi ngga ada foto Mba Mentari Abadi loh. Terus Bunda salah ingat atau gimana ya?" Bunda bertanya pada Neona
saat mereka sedang duduk di taman belakang.
"Biasanya otak manusia akan merekam apapun yang pernah dilihat atau didengar, Bun. Kalau Bunda merasa pernah melihat, itu tandanya memang demikian. Kemarin
Neona juga coba cek database Rara di sekolah, tapi keterangannya sebatas yang kita sudah tahu." Neona pun menceritakan apa yang juga ia lakukan di sekolah.
"Keluarga Pradipta itu ada ngga Bun" Kan nama belakang Rara itu Pradipta." Tanya Neona tiba-tiba.
"Itu sudah Bunda cek duluan. Ngga ada rekanan bisnis kami yang bernama keluarga Pradipta." Jawab Bunda dengan wajah bingung.1
Sementara di tempat lain, Reno dan Rara sedang berada di butik milik Nadine Serilda. Reno sengaja izin pulang kantor lebih dahulu demi menemani Rara ke
butik terkenal ini.1 "Haaaaaai selamat datang di butikku! Waaah ini"toh wanita pilihan seorang Langit Moreno yang hiiiits itu! Cantik dan langsing gini kok diberitain hamil.
Orang kadang mulutnya bener-bener minta dicabein deh." Begitu celotehan Nadine. Rara dan Reno hanya tersenyum mendengarnya. Setidaknya masih ada orang
yang tidak termakan gosip murahan itu.7
"Kita ukur dulu yuuk.. Desain yang terakhir kan yang oke?" Tanya Nadine lagi.
"Iyaa Mba. Yang terakhir itu." Jawab Reno dengan senyum. Nadine pun membawa Rara ke ruang ukur.
"Kamu itu sosok wanita sederhana dan cantik. Cocok banget dampingin Langit Moreno. Kalau ada mulut yang kurang ajar ngga usah digubris. Mereka itu SMS.
Senang Melihat orang Susah atau Susah Melihat orang Senang. Aku ngomong gini bukan karena dibayar lunas sama Moreno loh yaaa.. Anggap aja ini omongan Nadine
cantik kalau lagi duta pembela wanita korban gosip." Ujar wanita cantik yang dengan lincahnya mengukur semua hal yang ia butuhkan.3
"Makasih ya Mba. Mba orangnya ramah banget. Cantik, bijaksana dan baik hati." Rara tersenyum ke arah desainer kelas wahid yang sangat bersahaja itu.
"Sama-sama sayangku. Aku ini orangnya simpel. Suka bilang suka. Ngga juga bilang. Percaya fakta, bukti dan saksi. Bukan kabar burung yang entah burung
apa yang bawa beritanya." Nadine berhasil membuat Rara tertawa dengan gaya bicara wanita cantik itu.
Saat mereka sedang mengobrol urusan lain-lain tiba-tiba suara berisik menganggu mereka berdua.
"Mamaaaaaa!!! Bando matahari Karen hilang! Haduuuh padahal besok Karen mau pamer sama Tania." Ucap seorang gadis kecil yang cantik.
"Kareen, Mama lagi kerja dulu sayangku. Nanti Mama cariin ya. Lagian kamu kalau pakai barang jangan buat pamer dong. Makanya hilangkan barangnya." Nadine
mengusap kepala anak gadis kecil itu. Membuat Rara tersenyum pada sang gadis kecil.
"Hai cantik, kamu namanya siapa?" Tanya Rara sambil memegang pipi anak berambut ikal yang menggemaskan itu.
"Namaku Karenina, Tante. Tante panggil aku Karen saja ya! Kalau nama Tante siapa" Oh iya, Tante mau menikah ya?" Tanya Karen pada Rara.
"Nama Tante, Rara. Iya Karen cantik, Tante mau menikah." Jawab Rara tersenyum ke arah Karen.
"Waah Tante Rara manis kalau tersenyum. Boleh lihat calon suami Tante tidak" Pasti Om ganteng ya?" Tanya Karen centil membuat Nadine mengeleng-gelengkan kepala.
"Boleh dong. Om nya yang lagi duduk di depan pakai kemeja abu-abu." Jawab Rara yang tampak sudah jatuh hati pada Karen.
"Waah iya" Karen mau lihat aaah! Mama, Karen lihat Om ganteng dulu yaaaa!" Karen sudah berteriak-teriak sambil berlari keluar.
Percayalah Rara dan Nadine pun penasaran dengan tingkah gadis lucu itu. Nadine segera menyelesaikan pengukuran tubuh Rara lalu mereka berdua pergi ke tempat
Reno dan Karen berada. "Astagaaa anakku.." Begitu ucap Nadine saat melihat Karen sedang duduk bersama Reno dan berbincang akrab.
"Anaknya cantik dan lucu banget sih Mba." Ucap Rara yang mendekati calon suaminya yang tampak sedang asyik membahas sebuah cerita. Reno memang pintar bercerita,
tak heran jika Dave menempel padanya.
"Hai, Sayang. Sudah selesai?" Sapa Reno saat Rara sudah di depannya.
"Tante, calon suami Tante benar-benar Om ganteng! Dia mirip pangeran yang pandai bercerita. Mamaaa! Nanti Karen mau menikah sama yang ganteng kayak Om
ini!" Teriak Karen membuat Nadine tersenyum tak enak pada Rara dan Reno.1
"Maafin Karen yaa Ren, Ra." Ucap Nadine.
"Haha ngga apa-apa Mba. Santai sama kita. Hai Karen! Semoga ketemu yang ganteng kayak Om yaa! Kamu harus jadi wanita cantik yang hebat kayak Mamamu atau
seperti Tante Rara dulu baru nanti pangeran yang lebih ganteng dari Om akan datang." Begitu nasihat Reno sambil mengusap rambut Karen.
"Iih bener juga ya! Mama cantik dapetnya Papa super tampan.Tante Lee bidadari dapetnya Om Rizal yang juga cakep, sekarang Tante Rara manis sama Om ganteng.
Baiklah Karen harus jadi wanita cantik juga!" Seru Karen sambil berlari seakan melupakan tujuan utamanya mencari bando matahari yang hilang itu.2
"Mas Reno.." Panggil Rara saat keduanya sudah di dalam mobil.
"Kenapa sayang?" Jawab Reno sambil menoleh sekilas pada sang kekasih.
"Karen lucu ya. Aku juga mau anak perempuan kayak gitu." Ucap Rara sambil memalingkan wajahnya.
"Aiiiiih... Sudah ngerequest nih ceritanya" Sabar ya sayang. Satu bulan lagi kita nikah kok. Aku juga sudah makan sayuran hijau." Ucap Reno dengan senyum
jahilnya. "Tuuh kan malah digodain. Malu akunya!" Rara pun merengut kesal.
"Dulu kalau digodain galaknya minta ampun, kok sekarang malu?" Reno masih setia dengan wajah tengilnya. Wajah yang membuat Rara merasa kesal juga semakin
cinta di saat yang bersamaan.
"Jadi mau aku galak aja?" Tantang Rara.
"Jangan dong, Sa. Nanti aja galaknya di ranjang sama Mas Reno." Reno menaik turunkan alisnya menggoda Rara yang sudah merah padam.
"Mas Renooooo! Iiih ngeselin!" Rara pun sudah merengut kesal.
"Iya, dikabulkan kok permintaan putri kecilnya. Tapi aku ngga mau satu ya. Aku mau minimal 3. Mau ngga, Sa?" Tanya Reno.
"Berapa pun yang dikasih Tuhan aku bahagia, Mas. Yang penting adalah aku sama Mas...."
Ucapan Rara terpotong karena ada telepon dari Neona di ponselnya.
"Mba Neona" Tumben" Angkat coba, Sa." Perintah Reno yang langsung dilaksanakan Rara.
"Assallammualaikum, Mba?"
"........" "Lagi di jalan arah pulang sama Mas Reno. Handphonenya Mas Reno mati, Mba. Ada apa ya Mba?"
"........" "Haaaah!" Ya Tuhan! Iya iya Mba... Nanti Rara bilangin ke Mas Reno. Kita nyusul ya Mba." Rara pun menutup teleponnya dengan wajah pucat.
"Sayang kamu kenapa" Mba Neona bilang apa, hmm?"
"Mass.... Ayah Mas..." Rara menangis yang membuat Reno menepikan mobilnya.
"Ayah" Ayah kenapa sayang" Ayo jangan nangis... Aku ngga bisa denger ucapan kamu." Reno menggeser tubuhnya mendekati Rara dan menghapus air matanya.
"Ayah ditusuk di parkiran kantor. Sekarang Ayah di rumah sakit." Rara memeluk Reno yang kini sudah mulai gemetar karena emosinya mulai bangkit lagi.2
"Ayah ditusuk" Brengsek!" Reno mengumpat lalu memutar arah menuju rumah sakit yang dimaksud Rara.
"Sa... Kamu bener. Badai sudah menunggu kita. Jangan lepaskan genggaman tangan kamu dari aku ya. Kita harus selalu bersama. Okey?" Reno mengucapkan dengan
mantap sambil menatap calon istrinya yang juga menatapnya penuh keyakinan.
"Iya Mas. Rara akan selalu di samping, Mas. Kita jalani bersama." Ucap Rara yang membuat Reno mengucapkan syukur pada Tuhan. Setidaknya ujian ini tidak
akan menjadi berat kalau dilewati bersama dengan dia yang terkasih.
***** Sesampainya di rumah sakit semua sudah ada di sana. Bunda menangis di pelukan Neona yang juga memeluk Dave sedangkan Radith tampak sibuk dengan teleponnya.
"Bundaa..." Panggil Rara yang langsung memeluk Bunda.
"Sayang... Kamu ngga apa-apa kan" Kamu sama Reno baik-baik saja kan?" Bunda justru khawatir dengan keadaan Rara dan Reno.
"Kami baik-baik saja, Bunda. Ayah bagaimana?" Tanya Rara bingung.
"Ayah sudah ditangani dengan baik. Untung cepat dilarikan ke rumah sakit ini. Radith sudah lapor polisi dan Ayah juga sudah sadar kok." Bunda mengeratkan
pelukannya pada dua wanita yang dicintai dua putranya itu.
Sementara itu Reno menemani Radith yang tampak marah, gusar dan frustasi.
"Yang nusuk Ayah itu ngincer kamu. Kata Ayah tadi sebelum ia ditusuk dari belakang, si penusuk ini mengucapkan 'Selamat tinggal Reno'." Ucap Radith yang
membuat Reno terhenyak kaget.
"Jadi targetnya Reno tapi yang kena Ayah" Bajingan! Sebelumnya aku ngga pernah begini loh, Mas." Reno mengungkapkan kekesalannya.
"Keluarga kita harus mulai menggunakan pengawal kayaknya. Kita ngga tahu siapa yang berbuat. Cctv di parkiran rusak. Ngga ada saksi mata karena itu sudah
lewat dari jam pulang kantor. Pisaunya juga ngga ditinggal di tempat. Ini pasti dilakukan secara profesional dan dibayar dengan uang yang sangat besar."
Radith memberikan analisisnya yang membuat Reno berpikir lantas mencari bayangan siapa pelaku ini semua.
"Postur Reno sama Ayah memang sama kalau dari belakang. Pelakunya pasti hanya dibekali foto. Kalau dia sudah sering bertemu aku, pasti dia tahu itu Ayah
atau aku, Mas." Reno menambahi analisis sang kakak.
"Ren, Sandy sudah keluar penjara ya?" Tiba-tiba Radith menyebut nama orang yang hampir membuatnya kehilangan Neona.
"Sudah delapan tahun ya" Sudah sih, Mas. Mas punya feeling ke Sandy lagi?" Tanya Reno yang mulai berpikir sama seperti Radith.
"Bukan menuduh dia. Cuma kalau lagi begini-begini semua punya alibi, Ren." Jawab Radith.
"Yang terpenting kamu sama Rara harus hati-hati. Mas ngga mau rencana pernikahan kalian keganggu sama terror begini." Radith menepuk bahu adik yang begitu
ia sayangi itu. Bagaimana pun, sebagai kakak tertua, Radith bertanggung jawab melindungi keluarga besarnya juga.
Setelah obrolan itu semuanya menjenguk Ayah di dalam. Untung saja tusukan itu tidak mengenai organ vitas apapun. Meski demikian Bunda tetap saja menangis
histeris. 40 tahun DE berdiri, Ayah tidak pernah memiliki musuh. Jelas sudah kalau bukan Ayah yang menjadi target.
"Kalian pulang saja, Bunda yang temani Ayah di sini. Rara pulang ke rumah Neona saja, ya. Bunda sudah bawa baju kok." Ucap Bunda.
"Bunda di sini sama Ayah tuh ngga aman, Bun." Ucap Reno gusar.
"Yang Bunda khawatirin itu kamu sama Rara. Sudah, Bunda dan Ayah akan baik-baik saja. Besok kamu harus masuk. Jaga kestabilan kantor dari berita apapun,
Ren." Pinta Bunda yang dituruti oleh Reno.
Kini Reno, Rara, Neona, Radith dan Dave yang berada digendongan Radith pun menuju parkiran mobil. Rara ikut mobil Mas Radith karena akan menginap di sana
seperti yang sudah terjadi selama dua pekan setelah ia resign itu.
Saat semuanya berjalan menuju mobil Radith, sebuah motor dengan kecepatan tinggi menuju mereka. Neona yang sadar pun mendorong Rara yang sepertinya menjadi
target pengendara motor itu. Alhasil justru Neona yang terseret motor tersebut lantas membuat Rara memekik kaget sedangkan Radith yang sedang menggendong
Dave terbatasi geraknya. Reno yang mengejar motor dengan plat tertutup itu pun gagal. Semua orang hanya mengerumini mereka tanpa ada yang bergegas mengejar.
Membuat Reno berang. 1 Neona mengalami robek di bagian bagian betis dan badannya penuh luka-luka akibat terseret 3 meter dari tempatnya.
"Naa.. Naaa.. Jangan pingsan sayang.. Naa.." Radith panik dengan keadaan istrinya yang kini tampak sangat lemah. Dave pun menangis memeluk Rara.
"Mommy kenapa Aunty" Mommy ngga apa-apa kan" Daddy nangis juga.. Hiks hiks.." Dave memeluk Rara dengan erat.
"Mommy ngga apa-apa sayang. Dave berdoa yuk biar semnya baik-baik saja." Rara yang merasa bahunya dirangkul seseorang pun menoleh.
"Jangan salahin diri kamu dengan apapun yang terjadi. Tetap kuatkan pegangan tangan kita. Aku cinta kamu dulu, sekarang dan sampai kapanpun. Kamu aurora
di langit hidupku." Bisik Reno menguatkan.
"Aku juga cinta Mas dari dulu sampai kapanpun karena Mas sudah menjadi langit tempat auroraku berada." Balas Rara yang menatap Reno dengan dalam.
Meski ada perasaan takut dan bersalah atas semua kejadian yang menimpa Ayah dan Neona, Rara justru lebih takut kalau orang yang ingin memisahkannya dengan Reno ini berhasil melakukan misinya.
"BAB 21 Di ruang rawat Ayah kini sudah ada Neona yang juga berbaring lemah. Neona cukup shock dengan kejadian tiba-tiba tadi. Bukan hanya Reno yang marah, Radith
pun sudah mengatakan bahwa ini bagian dari urusannya.
Suasana ruang rawat Ayah pun menjadi sangat mencekam. Semua orang kalut dengan pikirannya masing-masing. Untungnya ada Mas Andre yang datang menjenguk
Ayah. Sehingga dialah yang menemai Dave makan di kantin saat para dewasa membahas keadaan gawat ini.
"Reno.. Rara." Bunda memanggil pasangan yg sejak tadi saling menggenggam erat.
"Iya Bunda?" Jawab keduanya bersamaan.
"Dengarkan Bunda yang akan berbicara. Sudah saatnya Bunda berbicara sebagai Nyonya Trisdiantoro." Bunda menjeda perkataannya membuat Reno dan Rara menjadi
tegang. Apa lagi ini"
"Maksudnya jadi Nyonya Trisdiantoro, Bunda?" Tanya Reno.
"Iyaa menjadi nyonya besar yang artinya mengunakan otoritas dan kekuasaannya dalam memutuskan sesuatu bahkan tanpa berdiskusi." Bunda masih berkata dengan
nada yang justru membuat Rara menjadi takut.
"Ini arahnya kemana sih, Bun" Kok Reno ngga paham ya?" Reno masih mencoba berpikiran positif dengan ucapan Bunda.
"Bunda sudah berpikir untuk kebaikan kita semua bahwa pernikahan kamu dan Rara..." Bunda lagi-lagi menjeda kalimatnya membuat Radith dan Neona ikut menatap


Medal Of Love Karya Thelapislazuli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bunda. Rara mengeratkan genggamannya pada Reno begitu pun Reno yang sudah mencium puncak kepala Rara.
"Pernikahan kalian Bunda percepat akhir pekan ini. Bunda merasa tujuan pelaku ini ingin memisahkan kalian. Menggagalkan pernikahan kalian adalah hal yang
menjadi misi utama mereka. Jadi Bunda berpikir justru kalian harus saling melindungi dalam ikatan yang sudah sah di mata agama dan negara di saat seperti
ini. Bagaimana pendapat kalian?" Bunda sudah mengubah nada dinginnya menjadi Bunda yang seperti biasa.
"Astaagaaa Bunda! Jantung Reno mau copot! Reno lupa kalau Bunda itu pemain teater yaa dulunya!" Reno mengelus dadanya lega sedangkan Rara pun mengusap
air matanya. "Yes! Bunda berhasil berakting jadi nyonya besar yang ada di tv! Eeeh sudah sudah.. Fokus ke keputusan Bunda. Pendafataran kalian ke KUA sudah selesai
kan?" Bunda bertanya sedangkan semua orang masih membahas kelakuan Herlina Trisdiantoro ini. Bisa-bisanya Bunda bercanda di saat semua sedang tegang seperti
ini. "Tapi gaunnya" Ballroomnya" Akhir pekan ini tuh cepet banget Bun. Meski Reno mah hayuk aja. Malam ini juga boleh." Kini giliran putra bungsu keluarga ini
yang bercanda. Membuat Rara mencubit lengan Reno.
"Reno, Bunda serius. Kita akad dan privat party saja. Urusan resepsi, kalian harus menundanya sampai semua keadaan kondusif. Besok Bunda bantu ngurus ke
KUA, besok pagi Bunda hubungin Mba Martini untuk datang. Rara bagaimana?" Bunda bertanya pada Rara yang tampak kaget dengan pemajuan rencana pernikahan
ini. "Ini demi kalian sayang. Reno dan kamu harus saling melindungi. Kalau hubungan kalian belum halal, kalian tidak bisa menjaga sepanjang 24 jam. Begitu pertimbangan
Bunda. Lagipula Bunda mau adu kekuatan dengan pelaku teror ini. Rencana mereka atau cinta kalian yang menang." Ucap Bunda yang ternyata sangat mirip Reno
kalau sudah punya kemauan. Kini Rara pun tahu darimana sifat Reno yang seperti itu.
Rara pun berpikir sejenak. Memikirkan semuanya ulang. Pemikiran Bunda benar. Tujuan pelaku teror itu adalah menggagalkan pernikahan mereka berdua. Jika
mereka berdua akhirnya menikah, sudah pasti pelaku tersebut gagal dalam misinya. Lagipula apalagi yang harus ditunggu" Pernikahan itu bukan tentang pesta
mewah kan" "Rara setuju sama Bunda. Rara percaya semua keputusan Bunda yang terbaik." Ucap Rara dengan mantap.
"Kamu serius, Sa" Kita" nikah hitungan hari lagi loh?" Reno bertanya tidak percaya.
"Iya, Mas kenapa" Ngga siap" Mau mundur?" Tanya Rara galak.
"Eeeits.. Siapa bilang mau mundur. Ini nih yang Reno suka. Dadakan! Baiklah Ibunda Ratu Trisdiantoro. Titahmu hamba lakukan dengan senang hati." Reno menggoda
sang Bunda yang membuat Radith geleng-geleng kepala namun sangat setuju dengan keputusan Bundanya itu.
***** Sejak titah Bunda dikeluarkan semua orang sibuk menyiapkan pernikahan Reno dan Rara yang dirahasiakan dari semua pihak ini. Keluarga Neona pun ikut membantu.
Mba Lala menghubungi lagi perias yang dulu mendadani Neona. Kebaya dengan mudahnya dibeli oleh Ibu Neona untuk menyamarkan pergerakan dan menutupi dari
semua pihak yang mungkin saja memantau kehidupan mereka dari jauh.
Budhe yang sudah sampai ke Jakarta pun dijemput dengan mobil koleksi Radith yang tidak pernah diketahui orang banyak. Pernikahan ini mirip misi agen mata-mata.
Penuh rahasia dan kehati-hatian.
Hal ini membuat adrenalin Rara dan Reno menjadi terpacu. Urusan KUA menjadi cepat karena Bapak Neona yang membantu mengurusnya. Entah bagaimana, Rara kini
merasa semesta mendukungnya dengan penuh. Rara pun berkenalan dengan keluarga Neona yang ternyata sangat hangat padanya. Bahkan masa pingitannya dilakukan
di rumah keluarga Neona. Proses luluran dan perawatan lainnya dibantu oleh Mba Lala, kakak ipar Neona.
"Meski dadakan, pengantin wanita itu harus manglingin." Begitu kata Mba Lala yang masih terlihat sangat cantik. Sebagai anak tunggal ia merasa mendapatkan
adik baru setelah adanya Neona dalam hidupnya.
"Makasih ya Mba Lala. Rara terharu dibantu seperti ini." Ucap Rara lalu memeluk kakak ipar jauhnya itu.
Ibu dengan kehebohannya memang senang mengurus persiapan pesta begini. Membuat ia mengingat masa-masa Neona dengan Radith dulu.
"Kamu cantik dan ayu banget sih. Cocok sama si ganteng Reno yaa.." Begitu kata Ibu yang membuat Rara tertawa bahagia.
Tanpa terasa hari bahagia penuh rahasia itu pun akhirnya datang. Pihak DE yang hadir hanyalah Mas Andre sedangkan Rara hanya mengundang Winny sahabatnya
yang masih bekerja untuk Mba Lyra.
"Alhamdulillah akhirnya lo berani nikah juga, Ra! Gue bahagia banget! Doain gue nyusul sama Mas Akbar ya.." Begitu tanggapan Winny saat Rara menghubunginya.
Ijab qobul sudah diucapkan oleh Langit Moreno pagi itu. Membuat Dave berseru paling kencang. Ibu, Mas Lendra ternyata masih jadi tim heboh seperti dahulu
kala. Kini personilnya ditambah Radith yang juga ikut meledek adiknya.
"Assallammualaikum istrinya Mas Reno.." Sapa Reno saat memakaikan cincin yang sudah ia siapkan sejak lama itu.
"Waalaikusalam Mas suami." Balas Rara dengan penuh senyum.
Reno pun mencium kening Rara yang akhirnya menjadi istrinya. Wanita yang ia tunggu selama 8 tahun ini tanpa jeda.
"Sudaah itu nyiumnya ooy! Oy! Astaga...." Suara Mas Lendra membuat semua orang terbahak-bahak.
"Dedek Reno sudah nikah loh sekarang! Kayaknya dulu baru les matematika di sini. Bantuin Mas deketin Neona. Welcome to the club, Ren!" Radith memeluk sang
adik begitupun Lendra yang sudah menganggap Reno adiknya sendiri.
Budhe, Bunda dan Ibu pun menangis terharu saat melihat pernikahan super dadakan ini. Meski begitu, kesakralannya tidak berkurang sama sekali. Pakaian serba
putih yang membalut tubuh Rara dan Reno justru menampilkan kesederhanaan yang disukai Rara.
Reno melihat Rara yang begitu bahagia karena akhirnya konsep pernikahannya lah yang menang. Di dalam hati, Reno mengakui hanya Rara lah wanita yang menolak
semua harta dan kemewahan yang ia miliki. Di saat semua wanita berlomba mengejar hartanya.
Welcome to the gank yaa, Ra! Kalau para suami kita punya club kita punya gank kok." Mba Lala memeluk Rara yang sejak tadi tertawa.
"Lala sayang... Ganknya ngga macem-macem yaa." Mas Lendra memeringati istrinya.
"Haaa lebaynya mulai deh!" Komentar Neona yang sudah kembali sehat seperti sedia kala.
"Rara... Akhirnya kamu resmi jadi adik iparku! Sini peluk Bu Neona dulu." Neona menggoda mantan muridnya itu. Ia masih teringat feelingnya dulu soal Rara
dan Reno ini. "Aaah Ibuuu! Makasih ya Bu." Rara pun bernostalgia saat-saat ia berlindung di balik nama Neona demi menutupi perhatian khususnya untuk Reno.
"Raraku sayang, selamat datang di keluarga Trisdiantoro. Akhirnya formasi kita lengkap ya.." Bunda memeluk dan mencium pipi Rara yang dibalas dengan pelukan
erat dari sang menantu. "Yaaaah... Abis deh Rara dipeluk sama dicium mulu sama yang lain. Ini suaminya dianggurin loh." Reno pun protes.
"Syukurin! Itu rasanya Mas dulu!" Radith membuat Reno semakin cemberut.
"Aunty cantik akhirnya resmi nikah sama Om Reno! Yeaay!" Seru musuh Reno nomor satu kalau soal perhatian Rara. Dave.
"Makasih yaa sayang. Kalau ngga gara-gara kamu, Aunty ngga ketemu Uncle kamu." Rara mencium pipi anak gurunya itu.
Mas Andre, Yudi, Winny pun ikut memberikan selamat kepada pasangan halal yang berbahagia itu. Rencana Bunda untuk menutup acara ini sepertinya sukses besar.
Hingga acara selesai dan semua tamu pulang, rumah keluarga Trisdiantoro tidak didatangi wartawan manapun.
Malam harinya di kamar Reno. Rara memandang sekeliling kamar itu. Ada medali emas yang digantung dengan foto mereka berdua yang menjadi latarnya. Membuat
Rara tersenyum dan hatinya menghangat. Tiba-tiba pelukan dari belakang pun Rara dapatkan.
"Masih mengagumi kamarku, hmm?" Suara Reno terdengar di belakang telinga Rara.
"Medalinya di sana. Medali itu bukti perjanjian hati kita, Mas. Terima kasih sudah berjuang dan bertahan sejauh ini." Rara membalik tubuhnya dan menghadap
suami tampannya itu. "Aku sayang dan cinta kamu, Ra." Ucap Reno yang tidak menyilahkan Rara untuk membalasnya. Bibirnya sudah menempel di bibir sang istri.
Lama hingga akhirnya mereka saling melepaskan demi kebutuhan oksigen masing-masing.
"Kita sudah halal kan ya" Mau putri kecil kan?" Tanya Reno dalam mode menggoda Rara.
"Mas Reno iih! Semuanya pasti buru-buru deh. Sampai nikah juga dadakan kayak gini." Ujar Rara dengan wajah yang sengaja ia buat cemberut.
"Kita harus cepat, sebelum badai duluan yang datang. Sekarang ikatan kita sudah kuat di depan Tuhan. Maka ayo hadapi dunia lebih berani. Aku semakin akan
selalu di sampingmu, Sa. Kamu tanggung jawab aku sekarang. Aku imam kamu." Ujar Reno sambil mengusap pipi Rara.
"Baktiku juga ada di Mas. Bimbing aku ke Surga Tuhan, Mas. Ayo bangun rumah tangga yang baik versi kita. Kalau setelah ini ujian itu datang, justru wajar.
Hubungan kita sudah naik kelas, Mas." Rara pun mengusap wajah tampan yang sangat digilai wanita di luar sana. Meski demikian, wajah tampan itu kini hanya
milik Rara seorang. Biarkan malam ini Reno dan Rara merasakan indahnya penyatuan cinta mereka. Melupakan sejenak bahwa dunia dengan ujian hidupnya sedang menunggu untuk dikerjakan
oleh mereka berdua dengan baik tanpa cela.
***** "Mas Reno bangun! Maaaas..." Suara Rara sudah membanguni Reno lagi. Setelah keduanya beribadah subuh, Reno memilih tidur lagi. Alasannya karena lelah berolah raga tadi malam.
"Sayang.... Mas masih ngantuk. 5 menit lagi yaa." Reno semakin menenggelamkan tubuhnya dalam selimut. Rara pun mengambil sapu lidi yang biasa digunakan
untuk merapikan kasur untuk meyapu Reno.
"Yaampuuun sayang! Ini suami kamu loh. Masa dibanguninnya pake sapu. Akukan bukan debu. Bangunin tuh dicium-cium kayak di sinetron." Reno protes lantas
duduk di kasur. Ia lupa Rara adalah wanita disiplin yang sangat berbeda dengannya.
"Kalau banguninnya baik-baik yang bangun bukan Mas. Sudah cepet mandi. Air hangat, handuk sama bajunya sudah aku siapin ya." Ujar Rara yang membuat Reno
senang bukan kepalang. Ini toh enaknya kalau sudah punya istri.
"Aku mau mandi tapi morning kiss dulu..." Pinta Reno merajuk membuat Rara pun memberikannya. Namanya juga pengantin baru kemarin.
"Sekarang mandi, Rara bantu Bunda siapin sarapan dulu ya, Mas." Ujar Rara lalu keluar dari kamar.
Sesampainya Rara di dapur Bunda justru memprotesnya keras.
"Looooh.. Kamu ngapain jam segini sudah keluar kamar" Pengantin baru itu keluar kamarnya jam 8, Sayang..." Bunda pun cekikikan mirip Reno.
"Hari ini bukannya Mas Reno kerja ya, Bun?" Tanya Rara yang disambut gelengan kepala Bunda.
"Noo sayangku. Reno dapat cuti 3 hari." Jawab Bunda yang membuat Rara teringat Reno yang sudah ia suruh mandi.
"Orang kantor ngga ada yang curiga, Bun?" Tanya Rara.
"Ngga lah.. Semua bisa diatur. Ayah masih pemulihan juga, jadi kantor paham, Ra. Mas Andre sudah ngurus semuanya juga." Ujar Bunda membuat Rara tersenyum.
"Kaaan... Tahunya aku libur. Bunda lihat Reno sudah mandi jam segini." Adu Reno yang jadi mirip dengan Dave.
"Ini masih jam 6 kurang, seorang Langit Moreno sudah bangun dan mandi" Bunda selama 25 tahun selalu gagal, ini Rara baru semalem sudah sukses, rahasianya
apa, Ra?" Tanya Bunda.
"Rara kebut Mas Reno pake sapu lidi, Bunda." Jawab Rara yang membuat Bunda terbahak-bahak.
"Cuma kamu wanita yang bisa bikin Reno lebih baik, apapun itu." Bunda memuji wanita yang kini sudah sibuk mengurus putra bungsunya yang cemberut.
Tiba-tiba.... "Bu.. Bu.. Ada orang yang ninggalin amplop ini di depan pos. Tulisannya buat Den Reno." Suara Pak Edi, satpam keluarga ini pun menginterupsi aktivitas
romantis Reno dan istrinya.
Bunda mengambilnya dan mengucapkan terima kasih pada Pak Edi. Tidak ada pengirim, tidak melewati jasa pengiriman manapun. Ini surat kaleng.
Reno pun membukanya dengan segera lantas mengepalkan tangannya.
Dear Langit Moreno... Setelah Abimanyu Trisdiantoro,
Neona Jyotika Bagaskara, Silahkan kau pilih : Herlina Trisdiantoro Bintang RadithyaTrisdiantoro
Davendra Nadithya Trisdiantoro
Clarissa Aurora Pradipta Atau kau sendiri yang akan celaka"
Your secret admirer "Mulai lagi rupanya"! Ini ngga bisa didiamkan, Bun. Reno mau ngurus sama Mas Radith. Kamu di rumah saja ya, Sa sama Bunda. Bunda kalau mau kemana-mana
pakai supir dan pengawal." Reno bangkit dari duduknya. Untung saja ia sudah mandi dan berpakaian rapi.
"Aku pergi dulu, kamu hati-hati di rumah. Handphone jangan jauh-jauh. Apapun yang terjadi langsung hubungin aku, ya." Reno memeluk dan mencium istrinya.
"Mas yang hati-hati. Rara tunggu di rumah. Jangan emosi ya, sayang." Rara akhirnya memanggil Reno dengan sapaan sayang juga. Membuat Reno tersenyum senang.
Bunda dan Rara pun masuk ke dalam rumah yang langsung mereka tutup rapat. Mobil Reno pun sudah meninggalkan garasi besarnya.
Sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh dari rumah mereka pun ikut melaju mengikuti mobil Reno.
"Kita ikutin mobil itu, Pak." perintah seorang pria kepada supirnya.
"BAB 22 "Saa... aku peluk kamu yaa.." Reno memeluk istrinya yang sedang duduk di tempat tidurnya. Rara pun mengerutkan dahinya.
"Kok pakai izin" Sini, Mas. Muka Mas lelah banget. Mau Rara pijetin?" Tanya Rara pada sang suami yang baru saja pulang dari pergi bersama Radith.
"Nanti saja abis mandi dan makan. Aku mau peluk kamu dulu. Sumber energi aku ada di kamu." Reno pun memeluk Rara dengan sangat erat. Rara pun membalas
pelukan itu dengan mengusap-usap punggung Reno.1
Ini yang dimaksudkan Bunda bahwa keduanya harus selalu bersama menghadapi musuh mereka ini. Tak lama Rara mendengar dengkuran halus dari suaminya. Ternyata
Reno tertidur akibat kelelahan.
Tadinya Rara ingin melepaskan pelukan itu karena badannya mulai merasa pegal. Namun Rara urungkan karena ia tahu, Reno sangat membutuhkannya saat ini.
Rara pun merabahkan tubuhnya dan Reno di tempat tidur.
Harusnya mereka sedang menikmati masa-masa indah yang dirasakan semua pasangan pengantin baru. Namun bagi Rara, yang terpenting adalah melihat Reno di
depan matanya. Pria tengil, tukang paksa, selalu mendadak dan cenderung gila di depannya ini telah menguasai hati Rara sepenuhnya.2
"Aku mencintaimu dengan sangat, Mas. Maaf kalau keinginanku untuk tidak melepasmu membuat kita menghadapi ancaman seperti ini." Rara mengusap wajah Reno
yang sedang tertidur itu. Ia pun mengecup kening, dua mata Reno, pipi, hidung dan terakhir bibir.1
"Kalau mau cium-cium kenapa pas Mas tidur, hmm?" Suara Reno membuat Rara terkejut. Jadi sejak kapan Reno ini bangun"
"Loh kook Mas bangun" Sejak kapan?" Tanya Rara panik karena merasa malu.
"Kok panik gitu sih" Iih lucu banget lihat seorang Clarissa panik dan malu kayak gini." Ujar Reno yang mengeratkan pelukannya.
"Jawaaab sejak kapan"!" Tanya Rara galak.
"Sejak kamu merebahkan tubuh kita, aku sudah kebangun, Sa. Kamu ternyata romantis juga ya. Makasih buat recharge energinya. Keputusan Ibunda Ratu Trisdiantoro
ternyata benar dan tepat ya." Reno sudah kembali cengengesan membuat Rara bersyukur dan tersenyum.2
"Makanya Rara setuju pernikahan kita dipercepat. Aku ngga mau mereka yang menang Mas." Ujar Rara.
"Ra, kita pindah ke Antartika aja yuk. Biar ngga ada yang ngancem kita lagi kayak gini. Lagian aku bingung deh. Aku ini kan ngga ngerebut siapa-siapa kamu
juga begitu. Tapi kenapa kebahagiaan kita ngga disukain orang lain?"4
"Kita ngga bisa minta semua orang buat suka sama kita, Mas. Dulu pas di SMA memangnya ada yang suka sama aku" Tapi apakah aku peduli" Ngga, Mas. Buat aku
selama hidupku tidak merugikan orang lain, maka ucapan orang tidak akan menjadi permasalahan untukku." Jawab Rara sambil mengusap wajah suaminya.
"Bahkan aku suka kamu juga ngga dipeduliin ya..." Tanggap Reno sambil memajukan bibirnya sok imut. Bagaimana reaksi Rara" Ia justru mengecup bibir itu
dengan cepat membuat Reno merasakan kesehatan jantungnya menurun.
"Kalau mau cium coba ulang! Yang bener ciumnya! Astaga... Ternyata benar yaa.. Clarissa Aurora itu agresif di.. aaaaww! Sakit sayang!" Reno mengusap lengan
yang dicubit Rara. "Sekarang mandi terus kita makan! Bunda, Ayah dan Keluarga Mas Radith sudah nunggu di bawah." Ucap Rara tegas membuat Reno mengangguk patuh.
"Saa.. Nanti malem yaa! Jarem!" Ujar Reno dengan berseru.
"Haaah" Jarem?" Tanya Rara bingung.
"Jatah Reman... Yang bisa bikin kita punya putri kecil." Reno pun segera masuk ke kamar mandi saat Rara sudah melolot galak. Ada-ada kelakuan Reno ini.
Andai tidak ada kasus ini, alangkah bahagianya hidup mereka saat ini.5
***** Di meja makan, Radith menceritakan apa yang sudah mereka lakukan hari ini. Ternyata hari ini mereka menemui Yudi untuk penyelidikan kasus terror profesional
ini. Setelahnya mereka berdua pergi ke lapas tempat Sandy dipenjara. Entah mengapa Radith masih menaruh curiga pada orang yang dulu membakar bengkelnya.
"Terus si Sandy itu bagaimana, Dith?" Tanya Bunda antusias.
"Sandy itu harusnya dipenjara 10 tahun, Bun. Tapi kumpulan remisinya banyak hingga bulan lalu sudah keluar." Terang Radith.
"Patut dicurigai sih. Meski motifnya apa kalau sekarang dia begitu ke kamu, Ren" Memangnya kamu kenal?" Tanya Bunda lagi.
"Aku tanya Kak Yolly tentang Sandy, gimana?" Usul Neona.
"Jangan. Mommy mau ngapain ke Yolly yolly itu lagi" Daddy ngga mau yaa.." Ucap Radith dengan tegas membuat Neona tertawa. Suaminya ini kan cemburuan.
"Yolly itu maksudnya Pak Yolly guru kesenian kita ya, Mas?" Tanya Rara bingung.
"Ah iya, kamu member baru di sini yaa.. Jadi kelewatan cerita serunya Mas Radith vs Pak Yolly." Ucap Reno yang sudah kena lempar tahu oleh Radith.
"Radith itu makanan! Kayak Dave saja kamu ini." Ucap Bunda. Untung saja Dave sudah makan duluan dan kini sedang asyik dengan kura-kura baru pemberian Mas
Andre. "Sayaaang aku dilempar tahu sama Mas Radith." Adu Reno yang menggelikan semua orang.1
"Mas! Kamu menjijikan gitu ngga dapet jarem ya nanti malam!" Berniat untuk mengancam sang suami dengan istilah buatan Reno, kini Rara dan Reno justru jadi
bahan tertawaan keluarganya.
"Astagaaa.. Reno jadi preman ternyata!! Baru juga dua malam, Ren. Ngga usah gitulah." Radith puas meledek sang adik. Neona hanya tersenyum menggeleng-gelengkan
kepala sedangkan Bunda cekikikan.
"Yang begitu yang Trisdiantoro sejati. Tukang paksa dan maunya cepat-cepat ya, Ren." Ayah pun angkat suara.
"Denger, Mas! Eeh tapi saking sejatinya, jadi kena ancaman teror horor gini." Ucapan Reno mengembalikan tema pembicaraan mereka.
"Kemarin cctv di pos satpam sudah di cek. Yang nganter itu anak kecil pakai jaket, masker dsb. Ngga pakai kendaraan apapun. Meskipun tadi pagi ada mobil
fortuner hitam di depan." Terang Ayang.
"Fortuner hitam" Platnya kebaca ngga, Yah?" Tanya Radith. Ia merasa feelingnya benar.
"Sayangnya ngga, Dith. Kenapa memangnya?" Tanya Ayah.
"Radith sudah menduga ada yang ngikutin kami, Yah. Makanya tadi kita pindah mobil dan mobil Reno tetap diikuti sama mobil fortuner itu." Jelas Radith.
"Kok kita kayak lagi main film yaa..." Komentar Reno
"Makanya Ren kalau punya wajah tampan tuh jangan diumbar. Penulis surat kamu pasti fans berat kamu. Sampai tahu semua nama lengkap kita begitu di suratnya."
Neona angkat suara dan membuat semua terdiam.
"Lyra....." Sebut Reno dan Radith bersamaan.
"Hah" Gimana maksudnya?" Tanya Bunda.
"Cuma dia yang tahu nama lengkap Dave. Iya dia nanya waktu di Bandara dulu." Ingat Radith yang diangguki semua orang.
"Waktu jumpa pers dulu, nama Dave ngga disebut secara lengkap ngga, Dad?" Tanya Neona mencoba alternatif pemikiran lain.
"Ngga, Mommy. Kan dulu Daddy yang larang." Radith memastikan.
"Mba Lyra memang sangat terobsesi sama Mas Reno. Ruang kerjanya penuh foto Mas Reno. Bahkan alasan Mas Reno masuk majalah itu karena Mba Lyra suka Mas
Reno." Rara menerangkan fakta yang membuat semua melotot kecuali Reno yang memang sudah tahu.
"Rion kakaknya Lyra juga suka sama Rara, kan" Sampai bentak-bentak Rara seperti yang kamu certain waktu itu, Ren." Bunda mencoba mengingat potongan memori
tersebut. "Jadi mereka berdua punya kemungkinan sebagai pelaku ya" Tapi kita harus punya bukti. Ini negara hukum. Salah-salah yang masuk penjara kita semua." Radith
mengingatkan. "Bunda punya ide. Bunda mau main ke rumahnya Mba Lily terus baca situasi di sana. Heem... Lebih baik Rara minta bantuan siapa, Ra" The pooh?" Tanya Bunda.3
"Hah"! Siapa Bun?" Tanya Reno kaget.
"Sahabat Rara yang kemarin datang.. Yang cantik siapa namanya?" Bunda menggaruk kepalanya.
"Wwahahaha Winny Bundaaaaa." Ucap semuanya secara bersamaan sambil tertawa bahagia.
Rencana pun disusun dengan baik. Ayah, Bunda, Radith dan Neona siap pasang badan untuk melindungi dan menguak siapa dalang di balik teror terhadap Reno
dan Rara ini. Berada di tengah Keluarga Trisdiantoro nyatanya begitu membahagiakan bagi Rara.
***** Sepekan sudah berlalu dan anehnya segala bentuk terror itu berhenti. Rara sudah memasang Winny sebagai informan nomor satunya. Kalau berdasarkan kata Winny,
Lyra memang sedang berlibur ke luar negeri.
"Lyranya keluar negeri, terornya berhenti... Tinggal cari bukti nih kita." Bunda berpendapat yang disetujui semua orang.
Reno dan Rara pun sedikit bernafas lega dengan berhentinya terror itu. Meski mereka tetap bersiaga dan tidak lengah. Rara tetap tidak diizinkan keluar
tanpa sepengetahuan Reno atau Bunda. Bahkan saat dirinya bertemu Winny, itu dilakukan di ruang kerja sang suami. Biar tidak ada yang curiga. Toh Winny
memang wartawan yang sering mewawancarai Reno, bukan"
"Mas.. Ini aku buatin cokelat. Nanti dimakan ya di kantor." Rara mengerahkan setoples permen cokelat yang sudah ia beri pita.
"Istrinya Langit Moreno kok manis banget sih" Ini sih pasti Mas makan. Anggapnya setiap cokelat ini senyum kamu. Mas pergi kerja dulu ya, Sayang. Kamu
jangan kemana-mana. Telepon aku kalau ada apa-apa." Reno mencium kening Rara yang dibalas Rara dengan mencium tangan Reno. Bunda yang melihatnya pun meneteskan
air mata. 'Kalian itu pasangan yang saling melengkapi. Lantas mengapa ada saja orang yang tak suka dengan kebahagiaan kalian.' Ucap Bunda dalam hatinya.1
Sesampainya di kantor Reno menjalankan meeting pagi dengan beberapa klient. Sebelumnya ia membuka beberapa bungkus permen cokelat buatan Rara.
"Kayaknya cokelatnya enak, Ren." Goda Mas Andre pada calon presdirnya itu.
"Mau, Mas" Buatan istri nih..." Tawar Reno dan Mas Andre pun mengambilnya dan memakannya.
"Enak, Ren. Ini dijual bisa laku keras nih." Usul Mas Andre.
"Maunya gitu, Mas. Cuma kondisi lagi genting. Nanti ada bahaya kan repot." Cerita Reno.
"Jualnya online doong, Ren." Usul Mas Andre lagi.
"Lahh iya juga! Kok ngga kepikiran ya.. Aah thanks banget Mas!" Ucap Reno sambil tertawa bahagia. Ia tahu Rara selama ini jenuh karena hanya berdiam diri
di rumah. "Ren. Jangan lupa besok ada rapat sama Beauty House. Kita menang tender soalnya. Presdirnya mau ketemu langsung." Ucap Mas Andre yang kembali ke mejanya.
"Ah mantaplah menang tender lagi. Oke, Mas terima kasih."
***** Keesokan harinya Rara yang setuju dengan ide Mas Andre pun menggunakan Dave sebagai model utama toko cokelat on-linenya. Sudah pasti Dave sangat senang
berpose dengan benda manis kesukaannya sejak bayi itu.
"Nanti Dave kayak Uncle Reno ya" Jadi model." Celetuk Dave yang ditolak oleh Radith.
"Jangan jadi model, Sayang." Ucap Radith yang tak mau anaknya seperti adiknya itu.
"Memang jadi model bisa kenapa, Daddy?" Tanya Dave dengan pintarnya.
"Bukan jadi kenapa, Dave. Tapi memangnya Dave suka kalau jadi ditanya-tanya, dikepung orang dan dicium-cium?" Tanya Radith sedikit menakuti.
"Hmm.... Yang kayak dulu sampai Dave mau hilang itu ya" Engga deh! Dave mau jadi kayak Opa aja." Seru Dave polos.
"Engga mau jadi Daddy?" Tanya Radith mulai cemberut.
"Dave ngga suka kotor-kotoran, Daddy! Maunya yang wangi." Dave pun mengotot pada sang Daddy yang juga tak mau terima. Pemandangan itu membuat Bunda ikut
tertawa. Begitu hangatnya Keluarga Trisdiantoro ini. Begitu pikir Rara.
****** Di tempat lain, Reno sedang menghadiri meeting bersama Beauty House. Perusahaan yang bergerak di bidang produksi alat elektronik untuk rumah tangga.
Reno datang bersama kepala tim proyek yang memenangkan tender ini, Pak Muji. Keduanya tiba di restoran yang ditentukan oleh pihak Beauty House. Harusnya
Mas Andre ikut menemani, hanya saja tugas sang Ayah masih ada yang harus dipegang olehnya sehingga sekertaris itu datang menyusul.
Saat Reno memarkirkan mobilnya, sosok Rion sudah berada di parkiran restoran ini. Membuat Reno bersiaga akan kebetulan ini. Ya, restoran ini memang bisa
dikunjungi siapa saja di jam makan siang, tapi apakah Jakarta sesempit ini hingga mereka berdua harus bertemu di sini"
"Hai, Ren." Rion menyapa Reno yang tampak berwajah datar.
"Ya, Mas?" Jawab Reno. Bagaimana pun Rion adalah teman saat ia S2 dahulu.
"Apa kabar" Maaf buat kejadian tempo hari. Semoga pernikahannya bahagia dan langgeng ya! Mukanya tambah cerah nih sehabis menikah." Begitu ucapan Rion
yang ditanggapi senyum getir oleh Reno dan wajah bingung oleh Pak Muji.
Darimana Rion tahu, Reno sudah menikah"
"Mas Reno, tadi yang dimaksud sudah menikah siapa?" Tanya Pak Muji polos.
"Mas Radith, Pak. Kakak saya itukan wajahnya awet muda." Jawab Reno.


Medal Of Love Karya Thelapislazuli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau Mas Reno nikahnya tiga pekan lagi ya?" Tanya Pak Muji lagi.
"Ah, iya.. Pak." Jawab Reno kikuk. Kalau sesuai rencana awal memang harusnya mereka baru menikah tiga pekan lagi.
Pikiran Reno melayang ke ucapan Mas Rion tadi. Membuatnya tidak berkonsentrasi saat berbicara dengan Pak Husein. Reno sedang berspekulasi tentang semua
kebetulan yang terasa ganjil ini.
Mata Reno tak lepas mengamati gerak gerik Rion yang duduk tak jauh darinya. Hingga Reno tidak sadar tangannya menggeser cangkir yang berisi kopi lantas
menumpahkan isinya ke rok sekertaris Pak Husein yang lumayan seksi dan cantik itu.
Wanita yang sejak tadi memang menggoda Reno dengan tatapan nakalnya mengambil kesempatan untuk lebih dekat dengan Reno. Reno meminta maaf tanpa mau melakukan
adegan lebih selain memberikan tissue kepada wanita yang sudah ia ketahui menggodanya sejak awal meeting ini.
Meeting melelahkan ini pun akhirnya berakhir tak lama setelah Mas Andre datang. Reno meminta izin pada Pak Muji dan Mas Andre untuk pulang ke rumah. Pertemuannya
dengan Rion hari ini sungguh menyedot semangat dan energinya. Ia butuh Rara untuk mengisi energinya lagi.1
"Maaf, Mas. Reno pulang cepat. Kayaknya ngga enak badan." Ujar Reno yang dipahami oleh Mas Andre.
Sesampainya di rumah, Reno mendapati sang istri yang sedang sibuk dengan handphonenya. Pasti mengurus online shop yang baru launch hari ini di media maya
itu. "Sayang... Mas pulang." Ucap Reno yang langsung duduk di samping Rara.
"Yaampuun! Maafin Rara ngga tahu, Mas. Ini lagi lihat respon di postingan. Ya sudah yuk ke kamar." Rara menggandeng suaminya untuk menyuruhnya mandi dan
menyiapkan baju ganti untuk Reno.
"Mau peluk kamu dulu, Sayang. Tadi aku abis digodain wanita gitu. Gara-gara aku memerhatikan Mas Rion yang tiba-tiba muncul dan tahu kalau kita sudah menikah,
aku ngga sengaja numpahin kopi ke wanita centil itu. Tapi suamimu ini ngga ngerespon kok." Cerita Reno yang tidak mau menutupi apapun yang terjadi pada
istrinya. "Jadi pria sudah beristri ini kasih digodain wanita di luaran sana ya" Aku perlu bikin mark apa dijidat Mas yang tulisannya Ini sudah taken. Yang punya
galak banget." Ujar Rara yang membuat Reno tertawa.4
"Uuuuuu bangganya hati Lo'feli diposesifin begini." Reno menggoda Rara hingga wanita itu kembali memerah karena malu.
"Mas, tadi Mas Rion bilang dia tahu pernikahan kita?" Tanya Rara mengalihkan godaan suaminya.
"Iya makanya Mas bingung. Kok bisa sih dia tahu" Pernikahan kita penuh rahasia. Sudah gitu Mas kan ngga pakai cincin nikah sampai digodain sama cewe centil
kayak tadi. Berarti satu-sstunya alasan kenapa Rion tahu, karena dia mantau kita." Terang Reno yang disetujui oleh Rara.
"Fortuner hitam itu mobilnya Mas Rion... Karena Rara dulu pernah dianter dia." Ujar Rara yang justru membuat Reno justru cemberut.
"Jadi kamu pernah dianter Rion?" Tanya Reno penuh dengan nada cemburu.
"Itu dulu Masku, sayang. Lagian kan aku ngga pernah ngerespon dia. Cuma Mas yang bisa meluluhkan hati Rara kok. Jangan cem..."
Kyaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!
Suara teriakan Bunda pun menghentikan ucapan Rara. Keduanya menuju gerbang depan dan kaget dengan apa yang dipegang Bunda saat ini.
Ayam mati di dalam kardus dengan tulisan di sebuah kertas.
Herlina Trisdiantoro, You're the next!
"BAB 23 Keluarga Trisdiantoro menyatakan siap perang dengan pelaku terror ini. Pengawal-pengawal terbaik disewa Ayah untuk istri tercinta dan juga anggota keluarganya
yang lain. Selama ini Ayah tidak pernah mau begini, karena ia selalu menjaga nama baik dan hubungan bisnisnya. Tapi kali ini ia merasa semua teror ini
sudah keterlaluan. Keluarga Radith pun mengungsi ke rumah ke Bunda demi keamanan bersama.1
"Nanti ikan Dave siapa yang urus, Dad" Nanti mati... Kita bawa saja ya?" Pinta Dave yang memikirkan nasib ikan pemberian Mas Lendra kesayangannya.
"Dave sayang, kita akan pulang sesekali ke rumah kok. Daddy pastiin ikan kamu ngga akan mati." Jawab Radith sambil memeluk Dave.
"Dave.. Di sinikan ada Aunty Rara. Memangnya kamu ngga seneng bisa makan cokelat setiap saat?" Bujuk Reno yang sudah tentu berhasil.
"Iyaaa makanya Dave setuju. Soalnya cokelat sama ikan itu jelas Dave lebih suka cokelat." Ujar Dave polos yang membuat semua orang tersenyum meski hati
mereka sedang ketar ketir.
Saat Rara dan Reno berada di dalam kamar mereka, keduanya hanya saling memeluk dalam diam. Hingga Reno pun memecah kebisuan ini.
"Kadang aku ngerasa kalau aku ini cuma bisa bikin rusuh di keluarga ini deh. Dari awal, aku bodoh matematika hampir ngga naik kelas sampai Bunda nangis-nangis.
Hingga aku ketemu Bu Neona sampai juara OSN. Setelahnya aku kembali bikin keluarga ini terancam. Bahkan kamu ikut terancam karena mencintai aku." Reno
mengeluarkan semua kesedihannya.1
"Mas Reno... Dengerin Rara yaaa. Apapun yang hari ini terjadi bukan salah, Mas. Mas jangan berpikiran begitu. Semua sudah takdir Tuhan. Bayangkan kalau
Mas sudah bisa matematika sejak dulu. Mungkin Mas Radith ngga ketemu Bu Neona. Kalau Mas ngga ikut OSN mungkin kita ngga bisa dekat hingga seperti ini.
Mas itu sudah berbuat banyak kebaikan dengan caranya Mas sendiri. Jangan lelah dan jangan takut, Mas. Kalau kita jadi lelah dan takut begitu, mereka yang
menang." Rara mengeratkan pelukannya. Ia tahu di sinilah perannya untuk mendampingi sang suami apapun keadaannya.
"Sa.. Jangan nyerah yaa. Jangan lelah sama ini semua. Aku butuh kamu, Sa. Di saat dunia ngga ramah sama aku, cuma kamu tempatku kembali. Rumah yang selalu
membuat aku merasa nyaman dan tenang. Makasih sudah berada di sampingku lagi." Ucap Reno sambil memeluk istrinya. 1
"Maaf belum bisa kasih kamu honeymoon. Maaf kita bel.." Ucapan Reno terhenti karena Rara sudah mencium bibir suaminya.1
"Aku ngga butuh honeymoon. Karena aku yakin preman di depan aku ini bisa bikin dedek bayinya hadir tanpa honeymoon." Ucap Rara yang membuat Reno tertawa.
"Istri preman ini bijak banget yaa. Makin sayang deh aku. Hmmm... Kalau preman di depan kamu ini minta jatahnya malam ini, boleh?" Tanya Reno dengan senyum
jahilnya.1 "Aku baru tahu ada preman sopan banget. Pakai senyum terus ganteng banget lagi." Balas Rara yang sudah memerah wajahnya.1
"Aku tuh sudah dipuji ganteng sama milyaran wanita di luar sana. Tapi cuma kamu yang bisa bikin jantung aku kena serangan deh. Jadi.... Jatahnya boleh?"
Tanya Reno yang disetujui Rara dengan anggukan malu-malu. Sebegitu cepatnya Reno merubah moodnya. Membuat Rara menggeleng-geleng sambil tersenyum.
****** "Raa.. Padahal Bunda baru mau ke rumah Mba Lily. Kenapa sudah kena ancaman gitu ya?" Tanya Bunda pada Rara saat hanya tinggal mereka berdua di rumah ini.
"Berarti memang lebih baik Bunda di rumah saja, Bun. Lagipula, kalau kata Winny, Mba Lyra sudah kembali masuk ke kantor." Tanggap Rara.
"Jadi terror dimulai lagi tepat saat dia pulang" Duuh.. Tapi kita ngga punya bukti ya, Ra. Kepolisian ngga akan mau ngurus kasus ini kalau bukti kita ngga
kuat." Bunda pun bercerita pada Rara soal cctv yang menangkap gambar anak kecll lagi yang mengantar dus berisi bangkai ayam dan surat tersebut.
"Yang bikin Rara sedih tuh, kenapa harus Bunda yang kena" Bunda ngga salah apa-apa. Kalau memanng urusannya sama Rara dan Reno harusnya kita bisa bicara
baik-baik." Ujar Rara dengan wajah sedih.1
"Raa.. Apapun yang terjadi. Jangan pernah tinggalin Reno ya. Dia cinta dan sayang banget sama kamu. Cuma kamu wanita satu-satunya yang dia cintai dari
dulu." Bunda memeluk menantunya dengan erat. Di dalam hatinya ia ikhlas berkorban jika memang itu untuk kebahagiaan Reno dan Rara.
"Kita akan baik-baik saja, Bunda. Jangan berpikir hal yang tidak-tidak. Rara akan selalu berada di samping Mas Reno apapun keadaannya karena cuma Mas Reno
yang Rara cintai, Bun." Rara membalas pelukan itu lebih erat. Keduanya saling memeluk seakan melindungi dari bahaya yang mengancam mereka berdua.
****** Ini sudah sebulan sejak surat teror untuk Bunda datang namun untungnya belum terjadi apa-apa pada Nyonya Trisdiantoro itu. Belum terjadi apa-apa pada Bunda
itu justru terror yang sesungguhnya. Pelaku ingin keluarga ini dirundung suasana takut, tegang dan was-was. Sungguh terroris yang profesional.
Acara resepsi Reno dan Rara resmi dibatalkan. Hal itu tentu membuat banyak pihak gempar saat mengetahui kalau Reno sudah menikah sebulan lebih cepat. Pemberitaan
yang tidak-tidak pun mulai bergentayangan di dunia maya.
Neona, Lala dan Ibu Neona ikut geram dengan pemberitaan yang semakin tidak-tidak untuk Rara. Rasanya ini lah terror untuk Ibu Herlina Trisdiantoro. Bunda
shock dan prihatin saat mendengar berita buruk tentang anaknya yang selalu muncul di media gosip manapun. Beribu wartawan pun mendatangi rumahnya dengan
berbagai aksi yang dinilai sangat mengganggu ketenangan keluarga ini.
"Jadi ini strateginya" Menunggu kita mengumumkan kabar pernikahan lantas mengganggu ketenangan Bunda dengan cara seperti ini" Keparat!" Reno berteriak
marah saat tahu Bunda kini mengalami gangguan kesehatan karena pikirannya.
Selain pemberitaan Reno dan Rara, DE juga mengalami ujiannya. Dua truck ekspedisi milik DE terkena perampokan di Jalan Pantura. Menyebabkan perusahaan
mengalami kerugian cukup besar.
Sebenarnya kasus ini tidak mengkhawatirkan perusahaan dari sisi uang. Melainkan perusahaan kehilangan kepercayaan di mata masyarakat. Beberapa klient membatalkan
kerja sama dengan DE. Tentu saja hal ini membuat Reno semakin stress.
"Ren.. Saham DE di lantai bursa merosot lagi." Begitu laporan Mas Andre pagi ini. Reno pun menghantam meja kerjanya dengan sangat keras.
Hal semacam ini, mungkin saja terjadi. Saat perusahaan kehilangan kepercayaan masyarakat dan klient. Maka para pemegang saham memilih menjualnya hingga
harga saham menurun di pasar modal. Reno pun mengacak rambutnya dengan frustasi.
Bunda yang mengetahui kabar DE pun semakin sedih. Hal ini tentu saja membuat semua orang menjadi khawatir dengan keadaan Bunda yang semakin menurun. Pelaku
pembobolan truck DE sudah tertangkap namun mereka bungkam seribu bahasa saat ditanya siapa yang menyuruh mereka.
Rara sudah meminta tolong Winny untuk mencari tahu pelaku penyebaran berita gosip atas dirinya tersebut. Tentu saja Winny membantu Rara dengan sangat baik.
Winny berhasil bertemu dengan admin akun gosip yang mengaku dibayar seseorang yang tidak mau menyebutkan nama pembayar itu.
"Saa.. Kamu kok pucet" Sudah makan?" Tanya Reno dengan khawatir saat ia baru pulang dari kantor.
"Belum, Mas. Rara mual terus." Ujar Rara yang tak lama kemudian langsung lari ke kamar mandi. Reno pun berspekulasi kalau istrinya ini hamil. 1
"Kita ke dokter ya, Sayang. Jangan sampai kamu sakit kayak Bunda." Ujar Reno dengan wajah lelahnya. Rara pun menurut karena ia kasian pada suaminya yang
sudah begitu stress dan letih itu.
Reno meminta izin kepada semua orang lantas pergi dengan dikawal dua orang. Mobil yang digunakan pun milik Mas Lendra. Semua dilakukan demi menyembunyikan
pergerakan mereka. "Selamat Tuan Moreno karena Nyonya Clarissa sedang mengandung. Usia kandungannya memang masih sangat muda baru tiga pekan." Ujar Dokter yang disambut air
mata oleh Rara. "Kenapa aku hamil di saat keadaan keluarga kita lagi genting, Mas" Aku takut ada apa-apa sama janin yang sedang aku kandung." Tanya Rara saat mereka sudah
di mobil menuju rumah Bunda.
"Jangan bilang begitu, Sayang. Kehadiran dedek di sini justru harusnya membuat kita semakin kuat. Jangan takut ya. Aku selalu di samping kamu dan dedek
kok." Reno mengusap perut rata Rara.
Kabar Rara hamil bagaikan oasis di padang gurun bagi keluarga Trisdiantoro. Bunda tampak sangat bahagia dan mau makan dan minum obat.
"Bunda harus sehat yaa.. Biar bisa nemenin hamilnya Rara." Ujar Rara yang juga bahagia saat tahu kehamilannya membuat Bunda semangat untuk sehat.
"Tentu, Sayang! Tentuuu! Bunda pasti cepat sehat. Duh anak Bunda ini tokcer2 yaaa.." Bunda sudah tampak bersemangat meski masih berbaring lemah.
"Ooh jelas! Namanya juga Bintang Radithya dan Langit Moreno! Tapi Mas Radith cemen cuma punya satu! Reno mau punya minimal 3!" Reno jug tampak ceria dan
melupakan sejenak masalah DE.
"Nanti kamu tahu rasanya jadi Mas saat melihat istri melahirkan." Ucap Radith dengan nada serius.
"Iya iyaaa.... Eh kok Reno jadi takut yaa.." Reno pun dipukul oleh Radith.
"Makanya jangan mau enak buatnya aja! Dipikirin dong semuanya!" Ujar Radith yang membuat semuanya tertawa dan Rara sudah merah padam.
****** On-line shop cokelat milik Rara ramai orderan. Hal ini membuat Rara bahagia. Kehamilannya pun tidak terlalu merepotkannya. Tidak mengidam yang macam-macam
juga tidak terlalu mengganggu pola makan Rara.
DE masih dalam keadaan mengkhawatirkan meski sejauh ini masih bisa diatasi oleh semua pihak. Bahkan hari ini, Reno akan bertemu dengan investor baru DE.
Orang ini mau membeli saham DE saat harganya sedang merosot jauh. Sungguh luar biasa!
"Nama investornya siapa, Mas?" Tanya Reno pada Mas Andre.
"Orion Sastra Wilaga, Mas." Jawab Mas Andre yang membuat Reno melonjak kaget.3
"Mas yakin dia yang beli saham?" Tanya Reno yang masih tidak percaya dengan ini semua. Inikah rencana Rion untuk menyingkirkan dirinya" Kalau Rion membeli
saham secara mayor, posisi Rion pun kuat di RUPS. Kebijakan kantor ini bisa saja dijalankan berdasarkan pendapat Rion.
"Tunda dulu pertemuannya, Mas. Reno ngga bisa hari ini." Reno membatalkan sepihak karena ia butuh waktu untuk berpikir.
"Baik, Ren. Nanti Mas batalkan." Jawab Mas Andre lalu kembali ke ruangannya.
Dua jam kemudian, handphone Reno berbunyi.
"Hallo Bunda?" Sapa Reno.
"Reen.. Rara sudah sampai belum ke kantor kamu" Kook Bunda telepon ngga angkat-angkat?" Tanya Bunda dengan nada panik.
"Haah" Rissa ngga ada ke kantor Reno" Loh kok Rissa ngga bilang mau ke sini?" Tanya Reno ikut panik.
"Dia bilang mau ketemu Winny di kantor kamu. Makanya Bunda ngga kepikiran suruh dia bilang kamu. Toh ke kantor kamu juga perginya." Terang Bunda.
"Oke Reno telepon Winny dulu, ya Bunda." Reno pun menutup telepon dan menghubungi Winny.
"Hallo Mas Morenooo" Bilangin Rara suruh tunggu ya! Mobil kantor mogok nih Mas. Winny sudah otw ke kantor Mas kayak biasa!" Seru Winny yang tidak tahu
kalau Rara belum sampai ke kantor Reno.
"Rissa belum sampai... Bahkan dia ngga bisa dihubungin!" Teriak Reno penuh emosi.
"Haaah"! Kok bisa Mas"! Terus gimana Mas" Ya Tuhan..." Winny teriak panik di seberang sana. Reno pun tak menghiraukan tanggapan Winny sehingga ia pun menutup
sambungan telepon lantas mengambil kunci mobil untuk bertemu dengan Rion. Reno baru membatalkan pertemuannya dengan pria itu lalu kenapa kini Rara langsung
hilang" Saat Reno menjalankan mobilnya. Telepon dari Neona pun masuk ke handphonenya.
"Ren.. Ren di mana"!" Tanya Neona panik.
"Di jalan, Mba. Ada apa?" Tanya Reno ikut panik.
"Mba baru dikabarin Mbo' Lastri kalau Bunda pingsan. Tadi ada polisi yang datang ke rumah. Nemuin mobil kamu di pinggir jalan dengan keadaan Pak Juki babak
belur dan Rara diculik Ren!" 4
"Haaah" Diculik"!" Reno pun melempar handphonenya dengan keras. Ia memutar arah mobilnya menuju rumah Bunda. Reno kalang kabut karena kini Rara hilang
lagi dari sisinya. Yang lebih parah, Rara hilang bersama calon anak mereka.
Reno pun mengabarkan Ayah yang masih di kantor. Neona masih di sekolah sedangkan Radith pun masih dalam perjalanan menuju rumahnya bersama Dave. Begitu
pun Yudi yang Reno minta untuk datang langsung ke rumahnya.
'Kamu dimana sayang" Kamu dimana" Jangan pergi lagi.. Kasih tahu aku kamu sekarang lagi baik-baik saja, Sa. Tunggu aku karena aku pasti nemuin kamu, Sa.'
Ucap Reno dalam hatinya sambil menghampus air matanya.
Tak berapa lama semuanya datang berkumpul. Ayah datang bersama Mas Andre bahkan Winny juga datang diantar Mas Akbar, pacarnya. Ia meminta maaf pada semua
orang karena mengiyakan keinginan Rara bertemu dengannya.
"Maafkan Winny, Mas. Kalau saja Winny nolak." Ujar Winny pada Reno yang diam saja karena ia sedang khawatir dengan keadaan Rara. Neona yang baru datang
pun memeluk Winny dan Bunda. Jadilah mereka berempat nangis bersama.
Hingga malam, belum ada info apapun tentang keberadaan Rara. Membuat Reno memukul tembok hingga tangannya berdarah.
"Reno hentikan!! Tanganmu bisa habis!" Radith menghentikan aksi adiknya dibantu Mas Andre. Mereka semua kalut dan takut. Bunda sudah pingsan berkali-kali
saat membayangkan bagaimana nasib Rara.
Semua pun akhirnya pulang karena jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Kini tinggal keluarga Trisdiantoro yang berkumpul dan memikirikan semuanya.
"Jadi menurutmu siapa, Ren?" Tanya Radith.
"Ini pasti ulahnya Rion, Mas! Reno batalin pertemuan sama Rion pagi ini. Dia investor baru DE. Ngga berapa lama Rara hilang" Kurang kebetulan apalagi Mas?"
Tanya Reno. "Besok kita temui pria itu. Meski kata Yudi pun dia menghilang sejak siang ini, bukan?" Tanya Mas Radith.
"Masih ada Lyra di kantornya. Besok Mas temenin Reno." Ucap Reno dengan mata berapi-api yang diangguki Radith.
"Daddy hati-hati ya, besok. Mommy ngga mau Daddy kenapa-kenapa." Neona berpesan kepada sang suami saat mereka berdua akan tidur malam.
"Ngga apa-apa Neonaku sayang. Jangan khawatir ya." Radith pun mencium bibir istrinya dengan lembut. Neona pun mencoba percaya meski hatinya masih tak tenang.
'Semoga kamu baik-baik aja ya, Ra. Kamu wanita kuat dan hebat. Kami semua sayang kamu.' Ucap Neona dalam hati sebelum menenggelamkan wajahnya di dada Radith
yang merupakan bagian favoritnya sejak dulu.
"BAB 24 Rara pun mengerjapkan mata setelah ia sadar dari obat bius yang dipaparkan ke hidungnya selama sekian jam. Saat ini keadaan perutnya sangat lapar dan tubuhnya
sangat lemas. Bagaimana pun rencana Rara tadi adalah bertemu Winny dan makan siang bersama suaminya. 2
Yang Rara tahu saat ini pasti sudah tengah malam. Suara jangkrik di luar dan hawa dingin yang merasuk melalui celah jendela gudang ini yang seakan memberi
tahu dirinya. Di saat istri dari Langit Moreno itu mencari kesadaraannya, dua pasang kaki mendekat ke arah pandangnya. Rara pun menaikan kepalanya lantas berseru senang.
"Winny! Mas Andre!! Kalian berhasil nemuin Rara" Ya Tuhan Ra.." 1
"Diam!!!" Winny membentak Rara yang langsung terdiam kaget juga bingung.
"Mau minta bantuan sama kita, Ra"! Lo ngga salah, hmm" Makanya jadi orang itu peka!" Winny masih berbicara sedangkan Rara memutar otaknya mencari maksud
dari apa yang Winny katakan.6
"Kasian yaa Mba Lyra dan Mas Rion tertuduh atas ulah kami berdua. Tapi baguslah... Itu berarti istilah musuh dalam selimut masih berjaya di era ini." 5
Ucapan Winny yang kali ini mrmbuat Rara menganga tak percaya. Bagaimana bisa sahabat yang ia percaya selama ini dan orang kepercayaan keluarga Trisdiantoro
melakukan ini pada dirinya"
"Pasti sedang bertanya kenapa kami bisa melakukannya kan?" Winny menebak dengan tepat.
"Sekarang lo pikir apa rasanya jadi gue" Ngefans sama Langit Moreno, bolak balik ngewawancarain dia. Denger betapa dia mencintai seorang gadis yang ternyata
itu lo, Ra! Dasar wanita munafik! Bilang ngga pernah mau ketemuan, nyatanya kini menikah dan... Selamat ya sudah ada jabang bayi ya di sini." Winny menunjuk
perut Rara dengan sebuah balok kayu yang ada di gudang itu.6
"Wiin.. Gue ngga nyangka kalau lo setega itu ngelakuin ini. Gue sama Mas Reno bahkan sudah mengenal sejak dulu, Win. Lo yang paling tahu apa yang terjadi
sama gue. Lo tahu keluarga gue. Kenapa lo tega begini?" Rara menangis karena tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya kini.
"Iyaa justru itu gue jadi iri, Ra! Lo cuma anak haram tapi bisa dapet Moreno! Keluarganya sayang banget lagi sama lo! Lebih lo apa sih dari gue, haaa"!"
Winny menampar Rara yang tak berdaya karena tangannya diikat di kursi.
Rara pun semakin menangis dan mengarahkan pandangan pada sosok sekertaris pribadi Ayah dan suaminya itu.
"Mas Andre... Mas tega sama Keluarga Trisdiantoro?" Tanya Rara dengan suara lirih.
"Tega" Kamu tuduh saya yang tega" Apa kabar Pak Abi yang mengangkat Reno tanpa mempertimbangkan pengabdian saya selama ini"!! Suami kamu itu hanya bermodal
nama belakang Pak Abi. Tidak bisa kerja dan hanya bisa menitipkan semuanya pada saya. DE mengalami guncangan itu memang ulah saya. Nyatanya Winny adalah
teman terbaik saya untuk menghancurkan Keluarga Trisdiantoro." Mas Andre memeluk dan mengecup mesra bibir Winny.2
"Ngga usah kaget, Ra! Hubungan gue sama Mas Akbar sudah lama hambar. Mas Andrelah yang justru selalu ada di saat gue butuh. Kami nyatanya saling cocok
dalam semua hal." Winny melakukan aktivitas tidak senonohnya di depan Rara yang kini merasakan sakit dan hatinya hancur karena pengkhianatan Winny. Selain
itu Rara mulai takut membayangkan jika ia tidak bertemu dengan suaminya lagi karena penculikan ini. Bagaimana nasib pernikahan mereka" Bagaimana anak yang
sedang dikandungnya" Rara pun hanya bisa menangis dan berdoa sekuat tenaga di dalam hati.2
***** Sementara itu di kediaman Trisdiantoro yang sudah mulai tenang karena memang ini sudah pukul 1 pagi pun mendadak ramai saat sebuah mobil bertandang ke
rumah besar itu. "Daddy.. Daddy.. Ada yang ngetok-ngetok pintu." Neona membangungkan suaminya yang mungkin saja baru tertidur.
Radith pun mengucek mata lantas membuka pintu kamar yang diketok dengan keras dan cepat itu.
"Astaga Renooo! Ini masih jam 1 pagi." Radith mendapati sang adik yang begitu berantakan dengan mata yang memerah karena menahan marah dan kantuk.
"Mas! Bisa ngga egois ngga"! Rara masih belum ketemu dan di depan ada Rion dan Lyra!" Jawaban Reno ini sontak menghilangkan kantuk Radith dan langsung
mengikuti adiknya yang sudah turun menuju ruang tamu.
Sosok Rion dan Lyra pun sudah duduk di sana. Bunda, Ayah dan Neona pun bergabung dengan mereka di ruangan itu.
"Katakan dimana Rara!!!! Dasar pria bajingan!" Reno dengan emosinya memang selalu tidak bisa menahan diri.
"Kita bisa berbicara baik-baik Reno." Ucap Rion dengan tenang.
"Reno tahan emosi kamu! Silahkan jelaskan apa alasan yang membuat kalian mengganggu waktu istirahat kami." Ujar Radith dengan tegas.
"Saya harus meluruskan apa yang selama ini terjadi. Ya, saya mengakui jika saya memang pria yang menyukai Rara bahkan mencintainya. Sama seperti adik saya
yang juga begitu pada Reno. Tapi kami masih diberikan pendidikan moral untuk tidak merebut milik orang lain. Di hari terakhir kita bertemu, di lobi Majalah
Beraneka Kisi...." Flashback Rion dengan dada yang masih naik turun karena melihat Rara dan Reno yang bergandengan mesra pun menaiki lift menuju ruangan adiknya. Rion terlalu emosi
hingga ia salah memencet nomor lantai. Ia pun turun di lantai ruang kerja para reporter. Karena tinggal satu lantai lagi, Rion pun memutuskan menaiki tangga
darurat. Hingga tak disangka ia mendengar seorang wanita yang suaranya familiar di telinganya menyebut nama Rara, dirinya dan Lyra. Rion pun menahan langkahnya
dan mendengar ucapan wanita tersebut.
"Tadi sih Mba Lyra marah besar sama Rara. Jadi kita sudah bisa menggunakan Mba Lyra dan Mas Rion sebagai orang yang nantinya tertuduh atas rencana kita,
Mas." "....." "DE urusan Mas, sedangkan aku mengurus Rara," bagaimana" Semuanya sudah diatur. Aku sudah menghubungi admin akun gosip untuk menyebarkan berita yang tidak-tidak
mereka. Pantau terus ya, Mas Andre sayang..."
Rion pun memajukan sedikit badannya dan ternyata ia melihat sosok Winny yang tak lain sahabat Rara yang sedang menghubungi seseorang bernama Andre. Rion
jelas tahu siapa orang itu.
Rion pun pergi ke ruangan Lyra menggunakan lift dan menceritakan semuanya kepada Lyra.
"Winny kurang ajar! Aku akan pecat dia!" Lyra berseru marah.
"Jangan, Lyr. Kita ikutin permainan mereka dulu. Aku mau tahu sejauh apa mereka bisa memfitnah kita. Pantau Winny dengan baik. Aku butuh tahu pergerakan
Winny yang jelas lebih agresif daripada Andre." Ucap Rion dengan tegas.
"Kalau Reno dan Rara celaka gimana, Mas?" Tanya Lyra khawatir.
"Kita yang melindungi mereka, Lyr. Mas tahu kita sama-sama mencintai mereka. Karena itulah kita harus melindungi mereka. Bukankah mencintai tidak tidak
harus memiliki" Melainkan juga bisa melindungi tanpa pamrih?" Pertanyaan Rion ini membuat Lyra menangis. Sungguh besar hati Rion menerima tulisan takdir
ini.4 "Lyra bantu, Mas. Kalau perlu Lyra minta orang Papa buat jaga mereka." Ucap Lyra dengan mantap. Rion pun memeluk sang adik. Ia tahu Lyra dan dirinya sama-sama
merasakan sakit saat tahu orang yang mereka cinta selama ini tidak memilih mereka dan kini keadaannya sedang dalam bahaya.
Sejak saat itulah Rion selalu memantau kediaman Trisdiantoro. Mendapatkan bukti tentang siapa yang menyuruh anak-anak kecil nan polos itu mengirim terror.
Peristiwa penusukan di parkiran dilakukan oleh salah satu orang suruhan Winny yang sudah diatur kedatangannya oleh Mas Andre yang jelas tahu kapan bos besarnya ini pulang kantor.
Saat Neona akan ditabrak, Rion juga di sana. Mengamati bahwa tak jauh dari sana Mas Andre dan Winny memantau dari sebuah mobil. Makanya tak heran, Mas
Andre bisa tiba-tiba datang menjenguk Pak Abimanyu Trisdiantoro sore itu.
Lyra mendapatkan bukti bahwa Winny lah yang membayar wartawan gosip untuk menyebarkan berita-berita buruk atas Reno dan Rara. Lyra membayar admin dan wartawan
dengan uang 5x lipat dari yang Winny bayarkan. Jelas Lyra kini memegang bukti kejahatan Winny.
Rion menyuruh Lyra pergi ke luar negeri sejenak untuk berlibur. Tujuannya adalah Rion ingin Rara dan Reno sedikit menikmati masa pengantin baru mereka.
Dalam logika Rion, tidak mungkin Winny melanjutkan terror di saat Lyra tak ada di tempat dan ternyata logika ini benar.
Hingga Lyra kembali dan terror itu kembali dimulai. Kini Rion fokus kepada Mas Andre yang menyabotase truck ekspedisi. Menyebarkan berita miring kepada
para pemegang saham untuk melepaskan saham DE dari tangan mereka. Itu sebabnya Rion membelinya untuk menaikkan harga jual saham DE di lantai bursa.
Ada satu lagi hal yang terjadi tanpa sepengetahuan Reno. Mas Andre lah yang menyetting sekertaris centil dari Beauty House saat itu. Maka Rion mengikuti
untuk berjaga sebagai saksi kalau Reno tidak tergoda akan kehadiran sekertaris sok seksi itu.
****** "Jadi........?" Bunda pun pingsan tanpa mampu melanjutkan kata-katanya.
Neona dibantu Lyra memindahkan Bunda ke kamar terdekat dari ruang tamu dan menemani sang Bunda di sana.
Reno, Radith dan Ayah meminta maaf pada Rion yang sudah mereka tuduh selama ini.
"Sepertinya kita harus menyimpan proses maaf memaafkan kita. Karena Rara masih di tangan mereka." Ujar Rion.
"Tapi Reno ngga tahu dimana Rissa, Mas!!" Reno teriak frustasi membayangkan apa yang dilakukan dua penjahat itu.
"Saya dan Lyra sudah mengukuti penculik Rara sejak siang tadi. Rara sudah ditemukan dan orang-orang Papa yang memastikan kalau keadaan Rara baik-baik saja.
Winny bodoh karena ia menyewa bodyguard yang merupakan orang-orang Papa yang dipasang Lyra di agensi bodyguard yang didatangi Winny. Jangan remehkan Lyra
kalau sudah bertindak." Ujar Rion yang kini mendapat pelukan dan ucapan terima kasih dari Reno.1
Saat itu juga, Reno, Radith dan Rion berangkat. Polisi dan pengawal Keluarga Trisdiantoro pun ikut serta dalam keberangkatan mereka.


Medal Of Love Karya Thelapislazuli di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Sebuah rumah yang sepertinya bekas diperuntukan sebagai gudang
oleh pemiliknya. Lima bodyguard di dalam adalah orang kepercayaan Armando Wilaga yang sudah menyiapkan skenario bersama Rion untuk dua ular berbisa itu.
Semua polisi mengepung rumah tersebut dan Reno pun teriak atas perintah Rion. Itulah kode bagi para bodyguard di dalam sana untuk" bertindak.
"Winny! Andre! Dimana Rara!" Teriak Reno yang membuat para bodyguard mendekat ke arah Winny dan Andre.
Kedua manusia licik itu mengira kelima orang tersebut akan melindungi mereka saat Reno dan rombongan sudah masuk ke dalam ruang penyekapan.
"Kalian apakan istriku, ha"! Winny Andre Jawab!" Reno masih teriak dan mendekat. Membuat sepasang penjahat itu tampak semakin berlindung di balik para
bodyguard. Kata 'jawab' yang diteriakan Reno merupakan kode yang sudah dibriefing oleh Rion. Membuat para penjaga itu berbalik dan dengan mudahnya meringkus Winny
dan Andre. "Kalian"! Pengkhianat!" Maki Winny.
Reno berlari dengan cepat menuju Rara yang tampak setengah sadar di kursi dengan keadaan terikat.
"Sayang.. Aku di sini sayang.. Jangan takut yaa." Reno pun membuka ikatan tali yang begitu kuat mengikat tangan sang istri hingga memerah dan berdarah.
Saat Reno sedang melepaskan ikatan di tangan Rara yang dibantu Radith, Mas Andre berontak dan meraih pistol di saku celana salah satu pengawal yang meringkusnya.
"Renooooo awaaas!!! Dooooooooor! Suara pelepasan timah panas itu pun membuat semua orang terdiam di tempatnya. Mencari siapa korban dari peluru itu.
"Mas Rion!!!!!" Reno berteriak marah. Peluru itu ternyata menembak punggung Rion yang tengah melindunginya. Membuat Radith emosi lantas memberikan sebuah
pukulan di wajah Mas Andre hingga darah segar mengucur dari hidung sekertaris pribadi Ayah mereka itu.11
Andre dan Winny akhirnya diamankan pihak berwajib sedangkan Rion langsung dibawa ke rumah sakit oleh Radith. Reno sendiri membawa Rara yang tidak mau dibawa
ke rumah sakit. Rara hanya mau pulang. Begitu pinta wanita yang sangat dicintai Reno.
"Sayang kamu bertahan yaaa.. Maafin aku yang baru nemuin kamu. Aku cinta kamu sayang. Kamu ngga diapa-apain kan?" Tanya Reno dengan panik.
"Maaas..." Rara memanggil Reno dengan sangat lemah.
"Rara tuh ngga diapa-apain. Mas tenang yaa.. Meski mereka nyakitin Rara dengan pengkhianatan kayak gini, Rara tuh cuma lemes karena laper banget, Mas."
Ucapan Rara ini membuat Reno menghela nafasnya.1
"Pantesan kamu ngga mau aku bawa ke rumah sakit. Oke kalau kita sampai di rumah, aku suapin yaa. Terima kasih Tuhan, engkau melindungi istri dan calon
anak kami." Ujar Reno dengan senyum. Ia pun menginjak pedal gas agar cepat sampai di rumah.
Di dalam hatinya, ia mengkhawatirkan keadaan Rion yang sudah melindungi dirinya dari peluru yang ditembakkan Mas Andre tadi. Bagaimana pun Reno utang nyawa
pada Rion. Sesampainya di rumah, Bunda, Ayah, Neona dan Lyra menyambut kedatangan Rara dengan air mata bahagia. Neona dan Bunda menyiapkan makanan untuk Rara sedangkan
Rara memeluk Lyra dengan sangat erat.
"Mbaaa maafin Rara.. Maafin Rara karena sudah menuduh yang bukan-bukan ke Mba." Rara terisak di pelukan Lyra yang juga menangis seperti dirinya.
"Maafin Mba yang emosi sama kamu ya, Ra. Mba sudah menghina kamu dengan ucapan yang tak pantas, Ra. Sekarang Mba sudah menerima kalau kenyataannya kamu
adalah bahagianya Moreno selama ini. Maafin Mba, sayang. Janji sama Mba setelah ini kamu harus selalu bahagia"bersama Moreno, okey?" Lyra mengusap kepala
Rara dan memastikan hatinya sudah benar-benar mengikhlaskan Reno untuk Rara.3
"Mba.. Reno minta maaf. Maaf ngga pernah bisa membalas apa yang Mba rasa. Maaf karena Reno menuduh Mba sebagai dalangnya. Bahkan Mas Rion masuk rumah sakit
karena Reno." Ucap Reno.
Lyra pun tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Jangan menyalahkan diri kamu, Moreno. Toh ngga semua cinta harus berbalas. Mba belajar banyak hal dari kejadian ini." Lyra memang sudah mengikhlaskan
Reno untuk Rara. Ucapan Rion lah yang sudah menyadarkan Lyra dari obsesinya.
Saat Bunda dan Neona mengantarkan makanan untuk Rara, secara bersamaan handphone Lyra dan Reno berbunyi. Yang satu dari Radith yang satu lagi dari Nyonya
Lily Wilaga. "Hallo Ma, ada apa?" Ujar Lyra.
"Yes, Mas Radith?" Jawab Reno.
"Haaaah"!" Ujar keduanya meski penelepon mereka berbeda. Membuat Bunda dan yang lain menjadi saling pandang dan merasakan ketegangan.
Keduanya menutup telepon dengan wajah sedih dan frustasi. Lyra pun menangis sambil memeluk Neona sedangkan Reno terduduk lemas.
"Mas Rion meninggal dunia, Bun, Yah, Ra, Mba." Ujar Reno yang membuat tangis Lyra semakin kencang sedangkan Bunda kembali pingsan yang disusul Rara.
"BAB 25 Pemakaman Orion Sastra Wilaga baru saja selesai. Semua meneteskan air mata dukanya tak terkecuali Rara dan Reno. Bunda memeluk Lily dengan erat dan tak
henti-hentinya mengucapkan maaf karena telah menuduh hal yang tidak-tidak pada mereka.1
Keluarga Wilaga dengan kekuasaannya menuntut Andre karena sudah menjadi penyebab kepergian Rion dari mereka. Untungnya Nyonya Lily dan Tuan Armando tidak
menyalahkan Reno dan Rara atas apa yang terjadi. Bagi mereka ini semua takdir yang sudah Tuhan tuliskan untuk mereka.
Sesampainya di kediaman Keluarga Trisdiantoro, semua orang masih tampak berduka. Meski demikian, mereka tetap bersyukur karena semua sudah berakhir.
Rara yang akhirnya tahu tentang bagaimana Rion melindunginya pun tampak sangat sedih dan terpukul atas kepergian pria baik yang cintanya tak pernah bisa
Rara balas itu. Bahkan Rara belum sempat mengucap maaf dan terima kasih pada Rion yang begitu menaruh hati pada dirinya.2
Rara memang sedih memikirkan Rion. Namun dirinya semakin bersedih dengan keadaan suaminya yang terus menyalahkan dirinya atas kematian Rion dan semua kekacauan
ini.1 "Mas Renoo..." Rara memanggil suaminya yang sedang termenung di balkon kamarnya. Menatap langit lantas meneteskan air mata. Rara yang melihat itu pun berlari
mendekati Reno lantas memeluknya dari belakang.
"Masuk yuuk, Mas. Udaranya dingin." Ucap Rara sambil memeluk tubuh sang suami.
Reno pun memutar tubuhnya dan menarik Rara ke dalam dekapan tubuhnya lantas mencium puncak kepala sang istri. Mencoba mengisi energi dan semangatnya yang
sudah hilang sejak berita meninggalnya Rion.
"Jangan nangis, Mas. Rara di sini." Rara pun mengajak suaminya masuk ke dalam kamar. Keduanya pun duduk dalam keadaan saling memeluk.
"Rara ngga mau Mas menyalahkan diri Mas atas apa yang terjadi. Kita semua sama-sama berduka, Mas." Rara pun menghapus air mata Reno dengan bibirnya.1
"Aku merasa ngga berguna, Sa. Coba kalau aku berguna, Mas Andre ngga mungkin iri dan mau ngancurin perusahaan Ayah. Gara-gara aku, Ayah ketusuk, Mba Neona
ditabrak motor, Bunda sakit, kamu diculik dan yang paling parah ada yang ngorbanin nyawa untuk aku. Kenapa ngga aku aja yang meninggal" Biar kalian ngga
susah lagi." Ucap Reno putus asa.
"Mas yakin mau meninggalkan aku sama dedek bayi di sini" Mas ngga berpikir kalau Mas pergi, ada yang lebih ngga kuat hidup lagi" Mas dengerin Rara ngomong."
Rara menangkup wajah suaminya lantas mencium dengan lembut dan dalam bibir Reno.
"Aku yang ngga akan bisa hidup tanpa Mas. Jangan melepaskan genggaman tangan kita, Mas. Kepergian Mas Rion harusnya jadi janji kita untuk semakin menguatkan
cinta ini. Sudah ada nyawa yang berkorban untuk kita berdua, Mas. Kita ngga boleh mengecewakan semua orang yang sayang sama cinta kita ini. Rara sayang
dan cinta Mas Reno dan jangan sekali-kalinya berpikir untuk meninggalkan aku sendiri." Rara memeluk sambil mengusap punggung Reno.
"Maaf, Sa. Maafin mulut aku ini. Kamu dan semua pemikiran kamu bener. Aku janji untuk selalu menjaga cinta kita ini sampai kapanpun. Ada kamu, dedek dan
calon dedek-dedek lainnya yang harus aku jaga. Makasih ya, Sa." Reno pun memeluk Rara dan berjanji dalam hati untuk semakin memperbaiki diri demi dirinya,
Rara dan juga keluarga kecilnya ini.
'Makasih Mas... Makasih atas cinta Mas yang besar untuk Rara sehingga Mas rela melindungi kami, meski nyawa Mas yang harus jadi bayarannya. Semoga semua
amal perbuatan Mas, diterima di sisi Tuhan.' Doa Reno saat ia selesai melaksanakan ibadah wajibnya pada Tuhan.1
***** Sebulan sudah berlalu. Ketenangan kembali hadir ke tengah-tengah keluarga Trisdiantoro. Semua tampak lebih ceria dan bebas karena mereka tidak butuh pengawalan dalam bentuk apapun. Dave sudah bebas mengurus ikan gendut kesayangannya lagi.
Begitu pun Rara yang hari ini baru saja selesai melakukan survey tempat untuk toko kuenya. Meski kini perutnya semakin membesar, Rara masih terlihat sangat
lincah yang justru membuat Reno sering khawaitir.
"Saayang.. Kita beneran ngga resepsi nih" Semuanya sayang loh." Reno masih ingin mengadakan resepsi impiannya,
"Perut aku sudah buncit, Mas. Gaunnya gimana" Kalau menunggu si dedek lahiran aja gimana?" Tanya Rara sambil mengusap pipi suaminya yang sedang serius
menyetir. "Ngga apa-apa deh daripada ngga sama sekali. Mau ya" Please kali ini aja nurutin kata aku." Pinta Reno yang membuat Rara tersenyum sebal.
"Sekali" Mas sadar ngga sih semua hal dadakan yang aku alami dalam hidup tuh karena aku nurutin suami ku yang tukang paksa ini?" Sindir Rara pada Reno
yang menggeleng sambil tertawa.
"Bukan salah Mas Reno. Salahin Tuan Muda Langit Moreno. Dia memang gitu. Suka paksa biar Nyonyanya mau. Nyonya Moreno itu ngga kenal kata ayo. Kenalnya
kata sekarang." Jawab Reno kembali jahil.
"Iyaaa.. Rara mau resepsi sama Mas Reno." Jawab Rara dengan senyum manis.
Sebulan ini Reno ditemani Rara dan keluarganya untuk kembali percaya diri menghadapi dunia. Terkadang Reno masih sering menyalahkan dirinya saat ia teringat
dengan kepergian Rion. Namun kehadiran Rara, Bunda,Ayah, Radith, Neona, Dave hingga Mas Lendra dan Mba Lala membuatnya kembali ceria.
"Maaas... Berenti deh." Rara tiba-tiba meminta Reno menghentikan mobilnya.
"Kenapa sayang?" Tanya Reno menghentikan mobilnya.
"Mau kue cubit itu." Rara menunjuk gerobak kue yang baru saja mereka lewati.
"Ha"! Anaknya Langit Moreno ngidamnya kue cubit" Tapi itu bersih ngga, Sa?" Tanya Reno khawatir.
"Rara maunya yang original kayak gitu. Ngga mau yang sudah masuk kafe. Rara beli dulu yaa..." Rara sudah akan keluar dari mobil Reno.
"Nyonyaaa.. Duduk di dalam mobil saja. Biarkan suamimu ini yang beli ke sana." Reno kini membuka pintu mobilnya.
"Kok masih keluar" Ini panas sayang." Ujar Reno yang menutupi kepala Rara dengan tangannya.
"Di situ banyak anak SMA. Nanti Mas digodain sama mereka." Ujar Rara yang membuat hati Reno berbunga-bunga. 1
"Aiiiih... Oke deh Nyonyaku." Reno pun menggandeng sang istri menyapa sang abang yang tampak ramah dan senang dengan kedatangan mereka berdua.
"Semoga anaknya pintar, baik, selalu sehat dan membanggakan orang tua ya, Neng." Begitu ucapnya.1
"Makasih Bang. Semoga kuenya selalu laris manis yaa." Ujar Rara sambil tersenyum. Keduanya pun kembali ke dalam mobil sambil tertawa bahagia.
****** Bagi Rara, mengidam itu bukan hanya soal makanan. Sabtu sore ini, Rara menantang suaminya mengerjakan soal matematika yang diawasi oleh Neona. Membuat
Radith, Bunda dan Ayah geleng-geleng kepala.2
Dave menjadi pendukung Rara, sedangkan Radith mendukung adiknya.
"Aunty pasti juara. Ayoo kalahkan Uncle!" Begitu teriak Dave.
"Reeen ayo Ren! Malu sama medali emas!" Teriak Radith.
"Mas! Mas itu dukung Reno apa ngejek sih" Berisik tahu ngga!" Ujar Reno sewot.
"Siap anak-anakku?" Ujar Neona menahan tawanya.
"Iya Buu!! Siap-siap! Bunda tolong cekikikannya ditahan dan untuk Mas Radith jangan gangguin Bu Neona dulu ya." Reno memeringati semua pengganggu konsentrasinya.
"Baiklah.. Silahkan menikmati 10 soal matematika standar *IMO, anak-anakku." Ujar Neona lagi.
Rara pun mengerjakan soal dengan wajah serius. Membuat Reno tidak tahan untuk mengganggu sang istri. Itu ekspresi kesukaan Reno dari seorang Rara.
"Eeh Clarissa... Pinjem penghapus dong." Ujar Reno mengulang kalimatnya dulu.
"Jangan ganggu ya.. Moreno!" Ujar Rara galak.
"Kalau pinjem hatinya boleh ngga?" Ujar Reno yang sudah sibuk mencolek-colek sang istri.
"Apalagi itu, ngga ada!" Jawab Rara galak.
"Yaiyalah ngga ada. Orang hatinya sudah aku miliki." Ujar Reno sambil menaik turunkan alisnya lantas mengedipkan sebelah matanya ke arah Rara.
"Mba Neonaa!!! Mas Reno gangguin Rara terus!" Rara mengadu pada Neona yang nyatanya tidak mengawasi karena sibuk bermesraan dengan Radith.
Dave yang baru kembali dari mengambil permen cokelatnya ikut protes.
"Daddy curang ganggu Mommy! Harusnya Mommy marahin Uncle yang ganggu Aunty!" Dave membuat Radith cemberut. Ayah dan Bunda pun semakin terbahak-bahak.
"Daddy sih.. Bikin Mommy ngga profesional kan?" Protes Neona pada suaminya.
"Ren... Awas kalau jawabnya ngga bener ya! Sudah Mas bantuin nih!" Radith membongkar rencana adiknya itu.
"Dasar sekongkol!" Ujar Rara pada suaminya.
"Nah bener itu, Ra! Untung sekarang Mba punya kamu. Kalau ngga Mba habis jadi bahan kerjasama mereka berdua. Dasar pria-pria tukang modus." Neona menatap
tajam kearah Radith dan Reno.
"Jelaaaas... The Trisdiantoro! Dave, mau join sama para pria tampan hartawan yang punya cinta sedalam samudra setinggi himalaya?" Tanya Reno dengan wajah
tengilnya sambil merangkul Radith dengan erat. Kakak baradik ini memang tampan di mata masing-masing istrinya.1
"Bunda juga punya tim. Namanya kumpulan para Nyonya The Trisdiantoro. Kami lebih hebat loh. Kalau sudah bertitah siapa berani melawan?" Bunda bergabung
bersama Neona dan Rara. "Nah ini yang bahaya.... Para Nyonya ini kalau sudah berkata, The Trisdiantoro bisa apa, anak-anakku?" Ucap Ayah yang membuat semua tertawa terbahak-bahak.
Akhirnya soal matematika yang dibuat Neona itu dikerjakan sama banyak oleh kedua mantan muridnya. Lucunya, semua soal yang tidak dijawab Rara adalah soal-soal
yang dikerjakan Reno. Begitu pun sebaliknya.1
"Otak sama hati bisa sama begitu." Celoteh Radith yang disetujui oleh semua orang.
"Jangan nantang aku, Sa. Kita itu sama. Terlalu sama bahkan." Ujar Reno yang tersenyum ke arah sang istri yang cemberut kesal. Jiwa kompetisinya tetap
saja tinggi kalau sudah berkaitan dengan Reno.
****** Keluarga Neona dan Mas Lendra sedang bermain di akhir pekan ini ke rumah Bunda. Ini memang biasa terjadi. Hanya saja sejak keadaan mencekam kemarin, mereka
tak sempat saling mengunjungi seperti ini.
Mereka baru saja selesai membahas putusan sidang untuk kasus Winny dan Andre. Mantan sahabat dan sekertaris pribadi Ayah itu pun meminta maaf kepada semua
orang. Ya, semua memaafkan mereka namun tetap menyerahkan kasus ini pada hukum yang berlaku. Keluarga Wilaga lah yang paling tidak terima dan meminta hukuman
seberat-beratnya yang akhirnya dikabulkan oleh hakim.
"Manusia kayak Winny dan Andre itu definisi musuh dalam selimut, pagar makan tanaman, gunting dalam lipatan dan cabe dalam tahu." Celetuk Mas Lendra yang
membuat semua orang tertawa.4
"Leeendraa... Sudah mau kepala 4 masih saja mulutnya begitu." Tegur Ibu pada putra sulungnya.
"Weiits.. Usia 40 tuh lagi mateng-matengnya seorang pria, Bu. Na, hati-hati nanti Radith nanti kegoda atau digoda perawan kinyis-kinyis." Goda Lendra pada
sang adik. "Mas Lendra hati-hati, nanti Mba Lala kepincut duda tajir melintir yang lebih alim dan kalem." Balas Neona yang membuat Lendra kalang kabut.
"Nanti tahunya kamu lagi yang kayak gitu?" Radith memeluk Neona dengan posesif. Ia membayangkan istrinya yang justru tergoda para duda pembinor.
"Mas Radith takut" Wahahaha..." Reno pun mengejek dan menertawai kakaknya.
"Loh.. Mas Reno ngga takut Rara kayak gitu?" Tanya Rara yang kini membuat Reno seperti Lendra.
"Eeh jangan... Mas bunuh tuh duda!" Ucapnya lebih garang dari Lendra dan Radith.
"Makanya mulutnya dijaga. Mas Lendra juga iih. Mulutnya dari dulu." Mba Lala mencubit tangan suaminya dengan gemas. Membuat Lendra mengaduh tapi sambil
menggoda sang istri. Ibu-Bapak dan Bunda-Ayah pun tertawa sambil mengenang kelakuan mereka di masa lalu. Saat mereka masih muda dan ujian hidup baru saja datang ke kehidupan
mereka. "Pekan depan kita piknik bareng yuuk! Sebelum Rara 7 bulanan." Ajak Lendra yang sudah pasti disambut teriakan setuju dari semua orang.
"Villa Ayah aja yuk." Pak Abimanyu memberikan usulnya.
"Hayuuuk!!!!" Ucap semuanya kompak.
"Kita ngga ajak keluarga Mba Lyra juga?" Tanya Rara yang merasa keluarga itu menjadi bagian dari keluarga ini juga. Ia tidak merasa cemburu karena kini
Mba Lyra sudah menikah dengan pria yang ternyata sahabatnya selama ini, Mas Damar.
"Aaah bolehlah.. Nanti Bunda telepon Mba Lily yaa.." Bunda pun menyetujui usul menantu paling mudanya ini. Akhirnya Bunda bisa melihat semua orang tertawa
bahagia dalam suasana hangat, tentram dan harmonis di rumah ini.
"BAB 26 "Sayang......" Reno memanggil istrinya yang sedang menyisir rambut di dalam kamarnya.
"Iya, Mas?" Jawab Rara yang menghentikan aktivitasnya lantas menoleh ke arah suaminya.
"Lagi nyisir toh, sini aku sisirin." Reno pun mengambil alih sisir dari tangan Rara. Rara pun tersenyum senang dengan perlakuan Reno yang memang selalu
manis kepadanya. "Tadi manggil aku, kenapa Mas?" Tanya Rara.
"Hmm... Aku mau minta maaf." Jawab Reno sambil menyisir bagian poni Rara.
"Minta maaf soal?" Tanya Rara lagi. Reno pun memutar tubuh Rara dan dirinya bersimpuh di depan istrinya.
"Maafin karena Mas dan Yudi gagal nyari Bapak kamu, Sa." Reno menunduk lesu namun Rara tersenyum lalu mengangkat dagu Reno.
"Ngga apa-apa, Masku sayang. Kalau memang tidak ketemu, kita tidak bisa memaksakan. Rara malah mau berterima kasih karena Mas dan Mas Yudi mau nyariin
Bapak. Setelah semua ini terjadi, Rara sudah merasa sangat bahagia dengan kehadiran Mas, dedek ini dan keluarga besar Mas." Jawab Rara sambil tersenyum.
"Tapi Mas janji kalau ada kesempatan bagaimana pun keadaan dan caranya Mas akan cari Bapak kamu." Ucap Reno sambil mencium kening sang istri.
"Makasih Masku sayang." Ujar Rara sambil mengusap rambut suaminya. Kini Reno sedang mencium perut Rara.
"Dek, ini Papa loh. Kamu di dalam sana nyaman banget ya" Jangan nakalin Mama yaa.. Semoga kamu selalu sehat dan nantinya jadi anak kebanggaan kami berdua.
Yang paling penting cepat keluar ya, Dek. Soalnya tempat kamu akan diisi oleh adik-adikmu yang lain."3
Rara pun mencubit lengan suaminya. Bisa-bisanya Reno bilang cepat keluar pada bayi yang hampir berusia 7 bulan dengan alasan akan menambah adik lagi.
"Jangan cubit-cubit gitu dong. Mending cium-cium. Mas kangen sama kamu,"loh. Mau jenguk dedek juga hehe.." Reno dengan wajah menggodanya selalu berhasil
membuat Rara mengganguk tanpa melawan. Siapa yang bisa melawan pesona Langit Moreno" Bahkan Rara pun tak sanggup sebenarnya.
Di pagi hari seperti biasa, Rara harus bersusah payah membangunkan Reno. Apalagi kalau semalamnya mereka habis melakukan olahraga bersama. Sudah tentu
Rara berusaha dengan ekstra keras membangunkan suaminya ini.
"Ayooo bangun Mas.. Kita mau ke villa Ayah loh." Rara masih menarik tangan sang suami yang semakin melungker seperti ular.
"Nanti dulu, Sayangku. Mas lelah nih. Duuh kita jalannya siangan aja deh. Lagian pasti Mas Radith masih kelonan sama Mba Neona." Reno berkata dengan mata
tertutup tidak tahu kalau Radith dan Lendra sudah berada di samping kasurnya. Ini sudah pukul 7 pagi dan kebiasaan Reno memang selalu tidur lagi setelah
beribadah pagi hari. "Apa bilang Mas masih kelonan"! Nuduh-nuduh! Bangun Ren!" Radith membangunkan Reno yang langsung melotot melihat hot-hot daddy itu sudah berdiri dengan
pakaian rapi. "Haaa" Kok sudah pada rapi" Ini masih jam 6 kan?" Reno bertanya layaknya orang bodoh.
"Len, angkat yuk!" Radith dan Lendra pun menggotong Reno lantas menceburkan putra bungsu keluarga Trisdiantoro ke dalam bathtube. Reno teriak kesal sedangkan
dua pelakunya tertawa keras.
"Besok-besok kalau gagal bangunin Reno, bilang Mas, Ra." Radith dan Lendra pun meninggalkan Rara yang mendengar suara misuh-misuh Reno dari dalam kamar
mandi. Hari ini semua orang akan berlibur di villa milih Abimanyu Trisdiantoro. Yang menyenangkan karena Damar dan Lyra beserta Pak Armando dan Bu Lily ikut dengan
mereka. Para krucil, Dave, Fakhri dan Zahra sibuk mengepak mainan mereka masing-masing sedangkan para pria justru sibuk menggoda sang istri yang sedang
mempersiapkan semua keperluan. Semua sama saja tak terkecuali Reno yang sejak tadi menggoda Rara yang sedang packing.
"Mana jaketnya" Kok ngga dibawa" Kamu pasti mau meluk-meluk aku di sana kan" Oke ngga usah bawa jaket, Sa. Aku lebih seneng dipeluk-peluk kamu soalnya,"
Itu kata Reno sambil menggoda Rara dengan senyum jahilnya.
"Mommy jangan lupa sweater Daddy yaa.. Jangan ada yang ketinggalan. Jaketnya kamu sudah belum, hmm?" Radith berkata pada Neona sambil memeluk sang istri
dari belakang. "Lalakuuu super seksi... Kita ke gunung loh bukan ke pantai. Tapi tetap bawa yang nerawang-nerawang kayak gordyn yaa." Itu sudah pasti ucapan dari mulut
seorang Sailendra Andrusha Bagaskara yang membuat Lala mencubit perut suaminya. Mulut mesumnya tidak pernah berubah sejak dulu.
Rombongan heboh itupun pergi bersama menuju villa Ayah di daerah puncak. Semua tampak bahagia dan tertawa bersama.
"Ini mestinya bawa mini bus sih. Kalau gini ngga enak." Reno berkomentar. Pasalnya ia dan Rara hanya semobil dengan Radith, Neona dan Dave. Sedangkan Lendra
dan keluarganya satu mobil. Ayah, Bunda, Ibu dan Bapak satu mobil dan keluarga Wilaga pun satu mobil.
Setelah bermacet-macet ria, semuanya akhirnya sampai di villa yang sangat besar itu. Dave sudah berlari bersama kedua sepupunya. Mencari spot bermain favorit
mereka dari dulu, taman belakang. Para pasangan suami-istri itu pun memasuki kamarnya masing-masing dan menaruh semua barang-barang mereka di sana.
Para tetua sudah berjalan-jalan di kebun samping lantas duduk dan berbincang di gazebo. Sedangkan para pasangan muda sibuk mencari tempat asyik untuk mereka.
"Dith.. Basket yuk." Ajak Lendra.
"Aah boleh boleh. Dam, join basket?" Tanya Radith.
"Boleh-boleh, Dith." Jawab Damar yang memang agak pendiam dan kalem.3
"Kook Reno ngga diajak?" Protes Reno mirip anak kecil.
"Lo ngga bisa main, Ren. Ini 3 on 3 sama istri soalnya." Ucap Lendra yang memberikan kode ke Radith.
"Ini pasti basket mesum!!! Mas Lendra tuh ngga mungkin ngga mesum!" Tuduh Reno.1
"Mesum-in istri sendiri ngga dosa, Ren. Sudah lo cari arena bermain sama Rara yang lebih aman yaaa.." Ujar Lendra yang sudah menarik pinggang Lala.
Radith-Lendra-Damar akan melawan Neona-Lala-Lyra. Ini benar-benar akal bulus Lendra untuk bermesraan ria dengan istrinya. Berkedok olahraga padahal yang
dilakukan sejak tadi adalah mengganggu Lala.
Saat Lala akan memasukan bola basket ke ring, Lendra langsung memeluk pinggang sang istri hingga Lala terpekik.
"Mas Lendra curang! Iiih lepasin... Mana ada main basket gini." Ujar Lala dalam pelukan Lendra.
"Dith, bola silahkan dilanjut!" Lendra mengover bola ke Radith yang dihadang Neona.
"Jangan hadang-hadang Daddy gitu dong. Mau peluk, ya?" Senyum Radith selalu melemaskan kaki Neona. Bukannya merebut bola, ibu guru matematika ini malah
menarik suaminya. Bola pun berganti ke arah Damar dan Lyra.2
"Aku tahu dari dulu kamu ngga bisa main basket ya, Lyr." Ucap Damar yang membawa bola basket dengan cepatnya.
"Lyraaa jangan mau kalah!! Kita harus menang melawan pria-pria mesum ini!" Teriak Lala yang masih dikunci pergerakannya oleh Lendra.
Lyra pun mengejar Damar. Saat pria hitam manis itu akan melakukan shooting, Lyra pun melompat dan mencium pipi Damar yang membuat konsentrasinya buyar.
Jejak Di Balik Kabut 4 Pendekar Lembah Naga Serial Pendekar Muka Buruk Karya Tjan I D Hantu Tangan Empat 2
^