Pencarian

Sleepaholic Jatuh Cinta 1

Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng Bagian 1


SATU Tecla ain menyandarkan dahinya pada dinding lift
yang sedang membawanya menuju lantai teratas
gedung perkantoran mewah milik Briar-Rose Group.
Semua gara-gara usul tidak masuk akal yang tibatiba muncul dalam kepala kakaknya, Tatiana, yang
memintanya menggantikan dirinya bekerja di perusahaan calon kakak iparnya. Tecla masih marah pada
Tatiana yang mengejutkannya dengan berita perjodohan yang sedang ia lakoni. Sekarang kedongkolannya bertambah karena Phillip, si calon kakak iparnya itu, memintanya untuk memulai hari pertama
bekerja tepat di hari pertama tahun baru. Tanggal 1
Januari! Tecla mendesah kesal saat melirik sekilas pada
jam tangannya. Sepulang kantor nanti ia harus hiber-
T5U nasi untuk menutupi jam tidurnya yang berkurang
drastis semalam. "Tegang karena hari pertama bekerja?" tanya
Aditya sambil tersenyum. Tecla mendongak dan menatap laki-laki berwajah
lembut yang berdiri di sebelahnya dengan cermat.
Sesaat tadi ia melupakan kehadiran Aditya. Kemarin,
laki-laki ini juga yang ditugaskan Phillip untuk menjemputnya di bandara. Dan sepertinya, pagi ini lakilaki ini juga mendapat tugas memberitahukan apa
yang harus ia kerjakan. Aditya yang tampak rapi dengan setelan kerjanya,
berbalik memandang Tecla. "Kata Phillip, kamu belum
pernah bekerja sebelumnya. Baru lulus kuliah?"
"Ya. Oktober lalu aku baru diwisuda. Setelah itu
aku merayakan kelulusanku dengan berlibur mengunjungi kakek dan nenekku di Singapura. Baru beberapa hari yang lalu aku kembali ke Surabaya." Tecla
menjawab dengan senyum ramah. "Dan sekarang,
sebenarnya aku tidak tegang. Aku hanya sangat kesal!" lanjutnya dengan sengaja mengerutkan bibir.
"Kesal?" Aditya menatapnya bingung.
"Oh" ayolah! Orang bodoh mana yang mau disuruh mulai bekerja tepat di tanggal merah seperti
sekarang?" Tecla menunduk, memandangi sepatu
Adidas-nya yang sangat nyaman dan selalu ia pakai
ke mana pun. "Jam tidurku akan berkurang banyak
mulai hari ini," gerutu Tecla pelan.
T6U "Kamu bisa menemukan satu orang bodoh itu di
sebelahmu. Sekarang." Aditya tertawa sambil membetulkan letak dasinya.
Pintu lift terbuka tepat di lantai teratas gedung
berlantai 32 itu. Tecla langsung berhadapan dengan
tiga lorong besar berselimut kaca yang terkesan sangat mewah. Tiap lorong seakan menjanjikan
mereka menuju ruangan yang megah. Aditya langsung mengarahkan Tecla menuju lorong yang terletak di sebelah kiri mereka.
"Lorong ini menuju ke ruangan Wakil Presiden
Direktur yang sekarang dijabat Phillip. Lorong tengah adalah ruangan rapat. Biasanya digunakan jika
sedang mengadakan rapat khusus pemegang saham.
Sedangkan lorong paling kanan, menuju ke ruangan
Presiden Direktur yang sekarang dijabat oleh Peter,
kakak Phillip. Kamu tentu sudah mengenal keluarga
Phillip, kan?" Aditya menjelaskan sambil berjalan di
depan Tecla. Di belakangnya Tecla membuntuti dengan kedua tangan menggenggam erat tali tas ranselnya.
"Aku bahkan belum pernah melihat bentuk hidung calon kakak iparku," ucap Tecla. Bibirnya membentuk cengiran. "Dan", Aditya, aku tidak berniat
menyebutmu bodoh," lanjut Tecla pada Aditya.
"Aku tahu. Aku juga bercanda tadi." Aditya tergelak lalu berbalik memunggungi Tecla.
Tecla memandang gaya interior ruangan yang
T7U ain dimasukinya sambil berdecak kagum. Desainnya
modern dan minimalis. Tecla memasuki ruangan
dengan dua meja kantor yang berdampingan. Kedua
meja kantor itu berbentuk sama persis, bahkan
semua peralatan dan perlengkapan kantor yang diletakkan juga sama persis, tertata di atas meja masingmasing. Hanya saja, ruangan itu tidak memiliki
hiasan sama sekali. Tidak ada bunga, pajangan, foto
keluarga besar Phillip, atau setidaknya piagam penghargaan untuk dipamerkan, hingga terkesan kaku
dan dingin. Suara Aditya mengikuti terus di belakang kepalanya sementara Tecla berkeliling ruangan luas itu.
"Lantai penthouse ini memang khusus untuk ruangan Presiden Direktur, Wakil Presiden Direktur, dan
ruangan rapat khusus untuk board of commissioners.
Jadi tidak ada hal remeh yang dilakukan di lantai
ini. Hanya orang-orang penting saja yang memiliki
akses ke lantai ini."
Tecla tidak memedulikan penekanan kata remeh
dan penting yang dikatakan Aditya. Dia terus berjalan berkeliling ruangan, memuaskan mata dengan
memandang ke seluruh penjuru. Ada toilet kecil,
ruang dapur mini, dan sofa panjang berwarna putih
tepat di sebelah pintu lorong.
Selesai menjelajah ruangan, Tecla memandang
lebih jauh melalui pintu kaca ke bagian dalam ruangan. Ia langsung bisa memastikan itu ruang kerja
T8U Phillip. Ruangan dengan meja kaca besar dan kursi
hitam mewah serta pemandangan langit kota Jakarta
di sampingnya. Ruangan itu berdampingan dengan
ruangan yang berisi meja rapat yang memanjang.
Melihat betapa besar dan mewah gedung perkantoran ini, Tecla mengangguk-angguk. Sepertinya
dugaannya benar. Tatiana sudah menangkap "ikan
besar". Wakil Presiden Direktur Briar-Rose Group,
tentu saja lebih dari sekadar "ikan kakap". Siapa
yang tidak tahu kemewahan semua hotel bintang
lima Briar-Rose dan perusahaan-perusahaan yang
berada dalam rantai emas Briar-Rose Group" Tidak
salah Mama dan Papa terdengar sangat antusias,
pikir Tecla dalam hati. "Jadi, aku akan mulai dari mana?" tanya Tecla berbalik tiba-tiba sambil menepuk-nepuk kedua tangannya, mengagetkan Aditya dengan tingkahnya.
Aditya tersenyum geli meski masih menatap Tecla
dengan kerutan tidak yakin di dahinya. "Karena kamu
akan menggantikanku sebagai salah satu asisten
pribadi Phillip. Salah satu meja ini akan menjadi meja
kerjamu. Kamu bisa memilih mana yang kamu sukai
karena Phillip masih belum menemukan asisten
pribadi yang tepat untuk menggantikan Larry."
"Mm" aku bekerja menjadi asisten pribadinya"
Menerima telepon untuknya, membuat janji dengan
klien, membuat memo, membuatkan kopi. Begitu?"
tanya Tecla sambil berjalan ke salah satu meja. Tecla
T9U meletakkan tas ranselnya di atas meja dan membuat
beberapa benda di sana jatuh karena tersenggol
tasnya. "Yah" bisa dibilang begitu. Tapi kamu tidak perlu membuat kopi untuknya. Phillip sudah lama tidak
minum kopi dan apa pun yang mengandungan kafein di dalamnya. Yang perlu kamu ingat adalah
menjadi asisten Phillip berarti kamu sudah terikat
kontrak mati bersamanya. Phillip sangat perfeksionis.
Ia ingin semuanya sempurna sesuai dengan keinginannya." Aditya menunduk untuk membantu Tecla
memunguti stapler, bolpoin, dan perlengkapan lain
yang terpelanting ke segala arah.
Tecla terkekeh geli, "Aku sudah biasa berhadapan
dengan seseorang yang menginginkan segalanya sempurna. Aku bahkan menghabiskan seumur hidupku
mengenalnya." Tecla menghentikan tawanya saat melihat tatapan
bertanya Aditya. "Maksudku Tatiana. Dia kakakku.
Dia yang sebenarnya diminta Phillip untuk bekerja
di sini dengan alasan agar mereka dapat lebih saling
mengenal. Omong-omong, Tatiana juga perfeksionis."
"Oh" maksudmu calon istri Phillip. Aku sudah
mendengarnya dari Phillip. Menurutnya, kakakmu
perempuan paling tepat untuk mendampinginya."
Aditya menegakkan tubuhnya bersamaan dengan
Tecla. T10U "Mendengar ceritamu, sepertinya calon kakak
iparku sudah benar-benar jatuh cinta pada kakakku."
Tecla mendesah lega. "Sekarang apa yang harus aku
lakukan" Ruangan yang di dalam itu pasti ruangan
Phillip, kan" Dan kenapa Phillip sampai harus mempunyai dua orang asisten" Apakah ia terlalu menuntut sampai-sampai kamu tidak ingin bekerja lagi
dengannya?" Tecla berjalan menghampiri pintu kaca dan mulai
mengintip ke dalam ruang kerja Phillip. Meja berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari kaca
tebal dengan kursi hitam yang terlihat sangat empuk, berada membelakangi jendela kaca yang membentangkan pemandangan kota. Selain meja kerja
itu, ada dua televisi plasma yang menempel berdampingan di dinding yang berhadapan dengan meja
kerja, serta treadmill di sudut ruangan.
"Aku dan Larry memutuskan memulai karier
kami di divisi lain di salah satu anak perusahaan
ini. Kami tidak ingin hanya menjadi asisten pribadinya. Ternyata Phillip sangat mendukung keputusan
kami untuk berkembang, karena selama ini kami
sudah memperlihatkan kerja keras dan kemampuan
kami. Sebagai wakil presiden direktur, kurasa Phillip
memiliki karisma dan kinerja yang amat baik. Aku
sangat tersanjung bisa bekerja dengannya."
Tecla tertawa keras mendengar jawaban Aditya
T11U yang terdengar sangat serius dan menyanjung atasannya. Aditya hanya ikut tersenyum kecut.
"Tenang, Aditya! Phillip tidak berada di sini untuk mendengar semua sanjunganmu." Tecla mengedipkan sebelah matanya menggoda Aditya. Sebagai
tambahan, Tecla menyenggol lengan Aditya sok akrab. "Sekarang katakan bagian terburuknya. Aku tidak akan memberitahukan padanya meski sebentar
lagi Phillip akan menjadi kakak iparku."
"Aku tidak berniat menjilat Phillip. Tidak ada
bagian terburuk. Kamu hanya perlu selalu siaga akan
semua keperluan Phillip. Dia bisa meledak jika terjadi
satu saja kesalahan kecil. Apalagi saat pikirannya
sedang penuh dengan masalah perusahaan. Sekarang
kamu bisa mulai menyortir semua surat masuk. Terima semua telepon untuknya. Phillip mungkin baru
akan tiba setelah jam makan siang." Aditya melirik
jam tangannya dan bermaksud meninggalkan Tecla.
Diam-diam Tecla menganalisis sekali lagi penampilan fisik laki-laki yang terlihat cukup tampan di
hadapannya itu. "Satu lagi, Phillip tidak suka menerima tamu sembarangan. Jadwal Phillip bisa kamu temukan di komputer, sebaiknya kamu harus hafal. Jadi jika sewaktu-waktu Phillip menanyakannya, kamu bisa
menjawabnya dengan cepat. Lakukan tugas yang
tadi aku perintahkan. Dan jangan lupa siapkan makan siang. Terserah apa saja. Jika tidak disiapkan,
T12U ain Phillip pasti akan lupa dan melewatkannya. Ini perintah langsung dari Bu Ratna, ibunya."
Tecla mengangguk-angguk sambil mencoba mencamkan semua pengarahan Aditya dalam kepalanya.
Bahkan makan pun masih harus diurusi, pikir Tecla
sambil berdecak menghina. Laki-laki seperti apa
Phillip ini"! "Oh, ya! Satu lagi yang perlu aku ingatkan," tambah Aditya. "Karena kamu calon adik iparnya,
Phillip mungkin tidak akan terlalu keras padamu.
Tapi ada baiknya kamu mulai menggunakan pakaian
kantor yang" hm", sesuatu yang terlihat lebih
formal dan profesional."
Aditya memandangi penampilan Tecla dari atas
sampai ke bawah sambil tersenyum kecil lalu menghilang keluar melalui lorong yang mengarah ke lift,
meninggalkan Tecla yang mendengus kesal. Tecla
semakin penasaran untuk melihat bagaimana tampang Phillip.
Tecla menunduk dan memperhatikan pakaiannya
dengan saksama. Blazer yang dibawakan Tatiana ini
sudah terlihat cukup profesional, celana kain milik
Tatiana ini juga licin dan rapi, sepatu olahraga yang
nyaman juga terlihat pantas. Mungkin hanya kaus
Mickey Mouse yang dikenakannya agak kurang pas.
"Mungkin sebaiknya besok aku memakai kaus
polos biasa saja," pikir Tecla.
T13U ?"" Langkah kaki Phillip mendadak terhenti saat melihat
seorang perempuan dengan rambut ikal sedang tidur nyenyak di salah satu meja asisten pribadinya.
Phillip memandang berkeliling. Seharusnya calon
adik iparnya sudah tiba pagi ini.
Phillip akhirnya mengerti alasan Tatiana membatalkan rencana untuk bekerja sebagai asisten pribadinya dan justru mengirim Tecla menggantikan dirinya. Meski dengan begini Phillip masih harus
bolak-balik Jakarta-Surabaya untuk memperdalam
hubungan mereka, tapi jika ia mau sedikit bersabar
maka rencananya bisa berjalan mulus. Tatiana
benar-benar perempuan sempurna untuknya dan
sekarang Phillip memutuskan untuk tidak buru-buru
memamerkan Tatiana. Melihat tidak ada orang lain selain perempuan
yang sepertinya sangat menikmati tidur siangnya,
Phillip menyimpulkan perempuan ini tidak lain adalah calon adik iparnya, Tecla. Benar-benar sangat
berbeda dari kakaknya. Tecla sama sekali tidak seanggun dan secantik Tatiana. Rambut ikalnya terlihat seperti sudah cukup lama tidak berkenalan dengan benda bernama sisir.
Phillip mendekati Tecla perlahan. Wajah Tecla
yang bersih tanpa makeup sama sekali, menarik perhatian Phillip. Ada sedikit kemiripan antara calon
T14U ain tunangannya dengan perempuan yang masih tertidur lelap ini. Sejurus kemudian mata Phillip menangkap benda yang terlihat seperti boneka kumal
dengan bercak kekuningan. Boneka itu yang menjadi
bantal kepala Tecla. Phillip melangkah mundur dengan cepat saat tibatiba salah satu tangan Tecla terangkat untuk mengelap
air liur yang merembes dari sudut mulutnya yang
menganga. Salah satu kertas cetakan e-mail untuk
Phillip terkena tetesan air liur Tecla. Phillip mengernyit jijik. Jika Tecla bukan calon adik iparnya, detik ini
juga ia akan memecat gadis pemalas ini.
Phillip menggoyang perlahan bahu Tecla. Perempuan itu menggeliat sekilas dan kembali tidur. Phillip
menggoyang bahu Tecla lebih keras. Tecla menggumam sambil menggaruk-garuk rambutnya.
Phillip pura-pura batuk dengan suara agak keras
saat Tecla tetap menutup erat kedua matanya. Belum
pernah Phillip merasa sekesal ini. Belum pernah ada
karyawannya yang berani berbuat seperti ini. Setidaknya, tidak di hadapannya.
Phillip mendekatkan wajahnya dan berniat berteriak di telinga Tecla saat ponsel milik gadis itu mulai
bergetar dan berdering. Seketika Phillip melangkah
mundur karena terkejut. Tangan Tecla meraba-raba
sekelilingnya, mencari ponselnya. Phillip memperhatikan semua tingkah laku Tecla dari belakang kursi yang
sedang diduduki gadis itu.
T15U "H-halo"," gumam Tecla saat menempelkan ponsel di dekat telinganya. Phillip melihat Tecla masih
merapatkan matanya sambil bergumam tidak jelas.
"Iya, Nando. Kamu sudah membangunkanku.
Ehm?" Kursi kantorku sangat empuk dan menggoda untuk menuntaskan jam tidurku." Tecla mengeliat
lalu dengan satu tangannya yang bebas, Tecla memeluk dan menciumi aroma boneka kumalnya. Boneka
berukuran sedang dan berbentuk gadis berambut
sama ikalnya seperti dirinya.
"Apa" Bosku?" Phillip mendengar suara terkikik
Tecla sebelum melanjutkan lagi. "Calon kakak iparku
itu sepertinya tipe atasan yang semaunya sendiri.
Aku tidak mengerti apa yang dilihat Ana dan kedua
orangtuaku darinya. Meski aku belum menemuinya,
tapi aku sudah memutuskan untuk tidak menyukainya. Dia membuatku menghabiskan tahun baru di
sini sedangkan dia sendiri belum muncul juga sampai sekarang. Tidak ada seorang pun yang muncul
pagi ini. Aku memulai hari pertama di tahun baru
ini dalam kotak kaca besar tanpa ditemani satu
orang pun."

Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Phillip memijat tengkuknya menahan emosi, sebelum mengeluarkan suara keras untuk mengagetkan
Tecla. "Aku sudah muncul sejak air liurmu mulai
menetes dan mengotori kertas e-mail-ku." Phillip
berkacak pinggang, memandangi rambut ikal dan
kusut milik Tecla. T16U Ponsel Tecla terjatuh membentur meja kerjanya.
Dengan mulut terbuka, Tecla berbalik untuk melihat
asal suara itu. Phillip memandangi mata bundar
milik Tecla dengan kesal.
"Oh..., maaf. A-aku ti-tidak tahu." Di tengah kepanikannya, Tecla masih sempat memandang Phillip
dengan penuh analisis. "Ada yang bisa saya bantu"
Apakah Anda ada janji bertemu dengan Phillip" Karena Phillip sampai sekarang belum datang." Tecla
berbalik memandang ruangan Phillip untuk memastikan ucapannya barusan.
Phillip makin kesal karena Tecla tidak mengenalinya. Melihat semua pencapaian yang sudah diraihnya sampai saat ini, sangat jarang Phillip menemukan orang yang tidak mengenalinya. Seingatnya
Tatiana sudah mempunyai foto dirinya. Tapi mungkin saja Tatiana belum sempat memamerkannya
pada adiknya sendiri. Belum sempat atau mungkin
tidak berniat. Phillip mendesah kesal saat kenyataan
itu masuk ke dalam pikirannya. Tatiana tidak seperti
perempuan-perempuan lain yang pasti akan meloncat kegirangan setelah dilamar.
Semenjak Phillip mengenal Tatiana sebulan yang
lalu lewat salah seorang teman orangtuanya, Tatiana
tidak menunjukkan sedikit pun rasa antusias untuk
melangkah lebih serius bersama Phillip. Padahal
Phillip sudah amat yakin Tatiana adalah perempuan
yang sangat pantas mendampinginya semenjak pertaT17U
ma kali Phillip bertemu dengan Tatiana. Phillip malah secara terang-terangan langsung mengajak
Tatiana untuk segera menikah. Tapi Tatiana malah
menganggapnya laki-laki yang aneh. Phillip bertekad
berusaha lebih keras untuk meyakinkan Tatiana.
"Mungkin Anda bisa menunggu dan duduk di
sofa itu." Tecla bergegas berdiri dan menunjuk pada sofa
putih panjang yang terletak tepat di sebelah lorong
masuk. "Saya akan mencoba menghubungi Phillip.
Mungkin ia akan segera tiba. Ehm" saya asisten
Phillip yang baru. Mungkin sa-saya akan membutuhkan waktu" sebentar. Saya akan mencari nomor
ponselnya." Tecla bergerak salah tingkah sambil
membuka-buka beberapa buku yang ada di atas
meja. Phillip masih berkacak pinggang sambil memperhatikan apa yang dilakukan Tecla.
"Tidur di atas meja kerja, menerima telepon pribadi saat jam kerja, tidak berpakaian yang sepantasnya, menjelek-jelekan atasan pada orang lain, itu
yang kamu lakukan"! Kalau saja kamu bukan adik
dari Tatiana, kamu sudah kuseret keluar dari kantor
ini." Phillip menderet semua yang sudah dilakukan
Tecla. Seketika Tecla menghentikan gerakannya lalu
berputar memandang Phillip.
"Memang tadi aku tertidur. Tapi itu semua karena
Phillip yang memaksaku bekerja di tengah-tengah
liburan seperti saat ini. Phillip sendiri bahkan belum
T18U muncul sampai detik ini. Dan lagi apa yang harus
aku kerjakan" Memastikan tidak ada debu setitik
pun yang hinggap di atas mejanya?" sembur Tecla
sambil memandang lelaki di hadapannya dengan
emosi yang membara. "Dan kamu baru saja menghina cara berpakaianku. Tidak pantas menurutmu" Sialan!" Tecla memutar kedua bola matanya dengan kesal. "Kenapa semua orang di gedung ini begitu memuja Phillip"
Iya! Tadi aku memang sudah menjelek-jelekan nama
Phillip. Karena aku sangat tidak menyukainya. Mendengar namanya saja sudah membuatku jijik. Lalu
apa yang ingin kamu lakukan" Melaporkan semua
perkataanku padanya" Katakan saja! Aku juga akan
mengatakan pada Phillip bahwa salah satu karyawannya atau tamunya atau entah siapa sebenarnya dirimu, sudah menghina calon adik iparnya. Kita lihat
siapa yang akan dibelanya."
Tecla membalas Phillip dengan angkuh. Tidak
mau kalah, Tecla ikut berkacak pinggang dan menantang Phillip dengan mata melotot. Tecla memiliki
tinggi dan postur tubuh yang hampir sama dengan
Tatiana. Tapi karena Tatiana terbiasa mengenakan
sepatu hak tinggi, sedangkan Tecla hanya mengenakan sepatu olahraga, membuat dua bersaudara ini
terlihat sangat bertolak belakang. Sang kakak yang
terlihat anggun dan berkelas sedangkan Tecla terli-
T19U hat seperti gadis yang aktif, riang, dan sekarang siap
untuk bergulat melawan Phillip.
"Maaf, tapi aku tetap akan memilih untuk membela diriku sendiri meskipun kamu adalah calon
adik iparku." Phillip melenggang ke arah pintu
ruangannya sambil melemparkan senyum ejekan
pada Tecla. Sebelum masuk, Phillip berbalik membelakangi
pintu ruangannya dan menatap tajam pada Tecla
yang menganga dengan mulut membentuk huruf O,
tampak berusaha keras mencerna perkataannya.
"Sepertinya, Tatiana belum mengenalkanku padamu. Sampai-sampai kamu tidak mengenaliku."
Phillip mengangkat bahunya sambil lalu dan menunjuk Tecla dengan jari telunjuk tangan kanannya.
"Dengar! Aku tidak suka ketidakdisiplinan. Tapi untuk kali ini aku memaafkanmu. Aku harus menelepon kakakmu sekarang. Sebaiknya kamu tidak kembali tidur dan bawa masuk jadwal hari ini serta
semua surat atau e-mail untukku. Dan terakhir, aku
tidak ingin melihat boneka itu mulai detik ini sampai seterusnya."
Tanpa menunggu jawaban Tecla, Phillip berbalik
dan memasuki ruang kantornya dengan santai. ia
berjalan ke balik meja kantornya dan mengenyakkan
tubuhnya di atas kursi. Phillip melirik sekilas pada
Tecla yang masih menatapnya terkejut sambil berkacak pinggang. Phillip mulai menekan beberapa
T20U angka pada pesawat telepon yang ada di hadapannya.
Senyum Phillip mengembang saat dilihatnya Tecla
memandang dengan sedih boneka usang miliknya
lalu memasukkannya ke dalam tas ransel. Sapaan
Tatiana di telepon terdengar seperti baru bangun
tidur, Phillip menjawab riang sambil melirik Tecla
yang menatap layar komputernya dengan wajah cemberut. Mereka berdua memiliki suara yang hampir
sama, pikir Phillip. "Kalian berdua memang benar-benar mirip," ucap
Phillip pada Tatiana. Phillip tertawa geli saat Tecla
terlihat semakin salah tingkah lalu memukul dahinya dengan keras dari balik ruangannya.
"Kamu dan Tecla. Baru saja aku memergoki Tecla
sedang tertidur di atas mejanya. Dan sepertinya ia
sangat kesal karena aku memarahinya. Ia memakiku
dan mengancam akan mengadukanku pada calon
kakak iparnya yang tidak lain adalah diriku sendiri,"
ujar Phillip di depan gagang teleponnya.
Phillip masih belum melepaskan matanya dari
Tecla. Pagi ini tingkah laku Tecla sangat mengejutkan,
dan harus ia akui, sedikit menghiburnya. Sekarang
Tecla terlihat bingung menatap printer yang diletakkan di bagian dalam meja kaca. Tecla bisa melihatnya
tapi sekarang ia kebingungan mencari bagaimana cara
menggunakannya. Printer itu terlihat seperti sudah
tertancap di tengah-tengah kotak kaca.
T21U Phillip tertawa geli melihat Tecla mencoba menarik lepas meja kerjanya. Phillip memang tidak bisa
mendengar caci maki yang keluar dari mulut Tecla,
tapi ia bisa membayangkan seberapa kasar kalimatkalimat itu. Telinga Phillip menangkap kekhawatiran
Tatiana. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya pada
Tatiana yang sekarang terdengar tidak yakin.
"Aku tidak akan jahat pada adikmu, Tatiana. Jangan terlalu khawatir!"
"Aku tidak khawatir." Phillip mendengar desahan
lembut Tatiana. "Phillip, apa kamu selalu bekerja
tanpa pernah berhenti" Seperti hari ini, kamu bahkan tidak libur."
"Kerja keras adalah kunci kesuksesan. Apa kamu
keberatan" Apakah karena hal ini kamu tidak mau
kita menikah secepatnya?" Phillip sudah bertekad
untuk meyakinkan Tatiana dengan segala cara, ia
khawatir Tatiana memutuskan mundur dari perjodohan ini. Phillip menunggu jawaban Tatiana, merasakan napas Tatiana tertahan sebelum menjawab.
"Tidak. Aku tidak keberatan. Aku bangga mempunyai calon suami pekerja keras seperti kamu." Jawaban Tatian membuat Phillip mendesah senang. Meski
ia tahu Tatiana masih belum yakin akan dirinya,
tapi Phillip yakin bisa mendesak Tatiana untuk menikah dengannya. Secepatnya.
"Kalau begitu aku beritahukan kabar gembiranya.
Aku dan keluargaku akan datang mengunjungimu
T22U pada tanggal 14 Januari nanti. Kedua orangtuaku
akan tinggal seminggu di sana. Sedangkan aku hanya bisa beberapa hari. Kedua orangtuamu mungkin
sudah tahu, Mama harusnya sudah mengabari
mereka pagi ini." Phillip mendengar suara tercekat
dari ujung teleponnya dan dari balik pintu kantornya.
Kepala Tecla muncul dari balik pintu. Phillip
mengangkat satu jarinya, memberi tanda agar Tecla
masuk dan menunggu sebentar. Sepertinya dua perempuan ini sama-sama terkejut mendengar apa
yang baru saja ia katakan.
"Tatiana, apa kamu masih mendengarku" Aku
dan kedua orangtuaku akan tinggal di hotel milik
kami di sana. Mungkin Tecla akan ikut. Sebagai asisten pribadiku, ia memang harus membuntutiku ke
mana pun aku pergi." Phillip berusaha mendesak
Tatiana. Tecla melempar kertas-kertas yang dipegangnya dengan kasar ke atas meja Phillip sambil
berdecak kesal. "Apa sih yang dipikirkan Tatiana sampai-sampai
ia mau dijodohkan denganmu?" desis Tecla.
Phillip mengangkat kepalanya dengan takjub. Di
satu sisi Phillip berusaha meyakinkan sang kakak dan
sekarang sang adik sedang menantangnya dengan sangat kesal. Kakak beradik ini sama-sama keras kepala.
Phillip memandang Tecla dengan tajam.
Phillip sengaja memperbesar suaranya untuk menT23U
coba mendesak Tatiana dan memancing Tecla untuk
semakin marah dengan perkataannya. "Tatiana,
kamu masih mendengarku, kan" Dua minggu lagi.
Dan aku harap pada saat itu kamu bisa turut meyakinkan kedua orangtua kita untuk mempercepat
rencana pernikahan kita. Aku serius, Tatiana!"
Phillip menaikkan alisnya dengan gaya menantang
pada Tecla yang semakin terlihat marah.
Akhirnya Phillip tersenyum penuh kemenangan
saat Tatiana menjawabnya dan menyetujuinya dengan pasrah. Sekarang tinggal meyakinkan sang
adik, Phillip tersenyum senang.
"Nanti aku akan menghubungimu lagi. Aku akan
sampaikan salammu pada Tecla." Phillip mengembalikan gagang telepon pada tempatnya tanpa menunggu balasan dari Tatiana.
?"" Tecla memandang marah pada Phillip. Tadinya ia
menyangka seseorang bernama Phillip itu tidak berpenampilan seperti laki-laki yang sedang duduk di
kursi singgasananya sembari melontarkan senyum
penuh kemenangan padanya ini. Tecla sudah telanjur membayangkan calon kakak iparnya adalah lakilaki pendek dengan perut besar, wajah bundar dan
memiliki jari-jari yang gendut.
Yang ada malah sebaliknya. Ia harus mengakui
T24U secara fisik dan penampilan Phillip sangat sebanding
dengan kakaknya. Tinggi, putih, dan sangat tampan.
Tapi sekarang bukan saatnya mengagumi kelebihan
Phillip. Meski Phillip dalam posisi duduk, hal ini
tidak membuat Phillip merasa tidak nyaman. Tecla
bisa merasakan Phillip tengah menatapnya penuh
aura licik. Tecla tidak merasa takut sedikit pun. Untuk melindungi Tatiana, Tecla tidak gentar menghadapi
siapa pun. Tecla sudah terbiasa melindungi kakaknya apalagi menyangkut urusan fisik.
Semenjak masih kecil, Tecla sudah sangat tomboi.
Perbedaan yang sangat mencolok antara dirinya dan
Tatiana, membuat tidak sedikit teman-temannya
mengolok-olok dirinya. Tecla masih ingat saat ia
masih kelas 4 SD dan Tatiana duduk di kelas 6, ia
berdiri menantang anak laki-laki bertubuh dua kali
lebih besar dari tubuhnya yang memaksa Tatiana
untuk menyerahkan bekal makanan yang dibawanya.
Tecla sangat marah karena Tatiana menuruti perintah anak laki-laki itu tanpa mengucapkan sepatah
kata untuk membela diri atau menolak.
Tecla masih ingat dengan jelas bagaimana ia menyerang anak laki-laki itu tanpa berpikir panjang.
Tatiana mencoba melerai mereka sampai akhirnya
Tecla berhasil merontokkan satu gigi depan anak
laki-laki itu dan Tecla "hanya" mendapatkan luka di
dahi dan memar di beberapa bagian tubuhnya.
T25U Tatiana menghabiskan hari itu dengan memarahi
Tecla dan Nando, anak laki-laki gendut itu, sambil
membersihkan luka-luka yang ada di tubuh mereka
berdua. Tecla memandang tidak percaya saat Nando
malah menangis sejadi-jadinya ketika Tatiana mengomel dan memarahi mereka berdua seperti layaknya
seorang ibu kepada anaknya.
Kejadian itu membuat Tecla semakin memahami
sifat kakaknya. Tatiana bisa saja membantah dan
melawan Nando tapi ia tidak melakukannya. Tatiana
sengaja memberikan bekal makanannya karena tahu
Nando anak piatu. Semenjak hari itu, Tatiana bahkan rutin membuatkan bekal tidak hanya untuk
Tecla tapi juga untuk Nando. Mereka bertiga berteman baik sampai sekarang.
Tecla menyadari betapa lembut dan besar perhatian yang diberikan Tatiana kepada orang lain, hingga saat mendengar perkataan Phillip yang sengaja
menekan Tatiana, membuat Tecla memandang rendah pada Phillip. Tecla yakin laki-laki angkuh yang
sedang tersenyum menantang di hadapannya ini tidak akan pernah bisa membuat kakaknya hidup bahagia. Tatiana hanya akan menghabiskan seumur
hidupnya untuk melayani Phillip. Dan Phillip hanya
akan memperlakukan Tatiana sama seperti para asisten pribadinya.
Seumur hidup Tecla mengenal Tatiana, ia yakin
Tatiana belum pernah merasakan jatuh cinta, apalagi
T26U terhadap Phillip. Tecla tidak pernah melihat Tatiana
melambung bahagia saat membicarakan Phillip. Perjodohan ini harus dihentikan, tekad Tecla.
"Kalian tidak saling mencintai. Kalian bukan pasangan yang sedang dimabuk asmara. Aku tahu itu.
Aku sangat mengenal kakakku," serang Tecla.
"Kamu benar." Tecla terbelalak mendengar jawaban yang dilontarkan Phillip dengan santai.
"Kalau begitu kenapa kamu memaksanya untuk
cepat-cepat menikah denganmu?" Tecla menaikkan
suaranya, sementara Phillip tersenyum santai sambil
menyandarkan punggungnya.
"Karena kami memang ditakdirkan untuk bersama."
"Ditakdirkan untuk bersama" Bagaimana kamu
bisa mengetahui itu" Kamu pikir kamu Tuhan" Kalian tidak saling mencintai dan kamu sudah mengakuinya." Tecla sudah tidak mampu lagi menahan
emosinya. Perkataan yang dilontarkannya sepertinya
bisa terdengar sampai ke lorong dan Tecla yakin salah satu kaca bisa saja retak sekarang ini.
"Aku mengakui saat ini kami tidak saling mencintai.
Tapi aku yakin suatu saat nanti kami akan bisa. Aku
dan Tatiana masih dalam tahap pengenalan," ucap
Phillip sambil mengetukkan bolpoin pada meja.
"Lalu mengapa kamu menekannya" Lakukan saja
tahap pengenalan kalian selama yang kalian bisa
sampai kalian akhirnya benar-benar jatuh cinta dan
T27U yakin untuk menikah." Tecla setengah berteriak untuk kedua kalinya.
"Menekan?" Alis Phillip terangkat.
"Menekan. Memaksa. Jangan menyangkal, Phillip!
Aku mendengar semua perkataanmu pada Ana tadi.
Kamu menekannya untuk mempercepat rencana pernikahan kalian! Kalian bahkan baru saling mengenal. Jangan katakan alasan basi! "Ditakdirkan untuk


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersama" alasan apa itu?"
Tecla melangkah perlahan ke meja Phillip, mencoba
membuat lelaki itu merasa tidak nyaman. Tapi Phillip
hanya mendongak sedikit dan Tecla tidak dapat menilai dengan jelas arti ekspresi wajahnya. Meski tetap
memasang senyum santai, Tecla bisa merasakan
dinginnya tatapan Phillip. Seperti sedang berhadapan
dengan pembunuh berdarah dingin yang tidak
mempunyai belas kasihan di dalam hatinya.
"Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu,
Tecla. Tatiana benar-benar sosok perempuan paling
sempurna untukku. Begitu juga aku baginya. Aku
hanya membuatnya sadar akan hal itu. Lagi pula,
aku bukan orang yang suka buang-buang waktu."
Phillip duduk menyilangkan kakinya. Satu tangannya masih memegangi bolpoin dan tangan yang
lain beralih menyentuh dagunya. Seluruh gerakannya
sama sekali tidak menunjukan emosi. Sangat tenang,
terkendali, dan santai. Seakan Tecla orang gila yang
marah-marah tidak jelas di hadapannya. Tecla meT28U
mandang Phillip penuh amarah dan berusaha membuat suaranya terdengar serendah mungkin.
"Kamu membuatnya terdengar seperti urusan bisnis, Phillip. Jangan anggap kamu bisa mempermainkan kakakku! Tatiana memang perempuan sempurna
dan tidak sebanding dengan kamu." Tecla meletakkan kedua telapak tangannya di atas meja. Ia merasakan perubahan dalam raut wajah Phillip saat lelaki
itu mengatakan kalimat terakhir.
"Aku tidak sebanding untuknya?" Senyum Phillip
menghilang. Tecla merasa apa yang sudah diucapkannya telah membuat Phillip tersinggung.
"Aku sudah mengenal banyak laki-laki seperti dirimu. Kakakku sangat cantik. Banyak laki-laki yang
mengejarnya meski ia tidak sadar. Kamu hanya salah
satu dari laki-laki itu. Laki-laki yang hanya ingin
menjadikan Tatiana sebagai salah satu barang pajangan untuk dipamerkan." Tecla berusaha untuk tetap
mempertahankan suaranya. "Camkan perkataanku
ini ke dalam otakmu, Phillip! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Langkahi dulu mayatku sebelum kamu mempermainkan kakakku!"
"Seperti katamu tadi. Sebagai asisten pribadimu,
aku harus membuntutimu ke mana pun kamu berada. Ingat itu, Phillip!" Tecla menunjuk kedua matanya dengan sangat meyakinkan. "Mataku akan selalu
mengawasimu!" Setelah itu, Tecla berbalik dan berjalan ke luar ruangan menuju meja kerjanya.
T29U ?"" Tecla yang masih merasa terkejut dengan kabar perjodohan Tatiana dengan Phillip, tidak habis pikir
bagaimana Tatiana sampai mau menerima rencana
ini. Selama ini Tatiana tidak pernah menyembunyikan apa pun padanya, tapi kali ini Tatiana menyembunyikan kabar itu sampai Tecla pulang liburan dari
Singapore. Dan yang semakin membuat Tecla marah
adalah karena Tatiana yang memaksanya untuk
bekerja sementara sebagai asisten pribadi Phillip.
Tadinya Tecla sudah berniat menolak mati-matian. Tapi perubahan Tatiana akhir-akhir ini membuat
Tecla penasaran. Apakah benar akhirnya Tatiana jatuh cinta" Selama ini Tecla tidak pernah melihat
mata kakaknya berbinar-binar senang, senyuman
Tatiana yang muncul saat ponselnya berdering, atau
tekad Tatiana untuk masuk ke dalam taman labirin
yang paling ditakutinya. Apakah Tatiana memang menyukai Phillip" Tecla
ingin melihat dengan kedua matanya sendiri seperti
apa laki-laki sempurna yang sudah dibicarakan
orangtuanya dan Tatiana ini. Tapi setelah kejadian
tadi, Tecla yakin Tatiana tidak sedang jatuh cinta
pada Phillip. Selama ini Tatiana bahkan tidak sekali
pun membanggakan Phillip pada dirinya. Kakaknya
malah paling malas jika mulai membicarakan
Phillip. Tecla yakin keputusan yang diambil Tatiana
T30U sudah salah besar. Kakaknya harus segera disadarkan
akan kesalahannya. Tecla melirik sekali lagi ke dalam ruangan Phillip.
Phillip bangkit dari kursi singgasananya lalu
menghilang ke bagian dalam ruangannya. Tecla tidak tahu ruangan apa yang ada di dalam sana karena belum sempat melihat-lihat sampai ke bagian
dalam ruangan kantor Phillip. Tanpa sadar Tecla
menjulurkan tubuhnya agar bisa melihat ke mana
Phillip menghilang. Tatapan mata Tecla bertubrukan dengan Phillip
saat Phillip melangkah keluar. Phillip tersenyum geli
melihat ekspresi terkejut Tecla saat tertangkap basah
sedang mencari tahu apa yang sedang ia lakukan.
Tecla cepat-cepat berbalik dan berpura-pura mengutak-atik sesuatu di komputernya.
"Sedang mengawasi rupanya?" Phillip memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Kan sudah kubilang aku akan mengawasimu selama aku bekerja di sini," jawab Tecla santai tanpa
melepaskan pandangannya dari layar komputer.
"Oke, Tecla. Kamu bisa mengawasiku semaumu."
Phillip masih berdiri dan mengamati Tecla lekatlekat.
"Phillip, kalau kamu tidak berniat memberiku pekerjaan sebaiknya kamu kembali ke ruanganmu.
Apa kamu tidak lihat aku sedang sibuk?" Tecla berdecak kesal sambil mengetikkan beberapa kata.
T31U Phillip tertawa. "Aku atasanmu, Tecla. Asisten tidak mengusir atasan mereka. Dan chatting selama
jam kerja tidak diperbolehkan di kantor ini."
Tecla mendongak dari layar komputernya dengan
terkejut. Bagaimana Phillip bisa tahu ia sedang
chatting dengan ketiga sahabatnya" Tecla berbalik
dan melihat ke arah belakangnya. Tecla mengumpat
pelan saat bayangan layar komputernya terpantul
pada salah satu kaca di belakangnya.
Melihat semua tingkah laku Tecla, Phillip tertawa
makin hebat. Tecla melotot marah pada Phillip.
"Saya tidak akan mengulanginya lagi, Pak Phillip.
Sekarang apa yang Anda ingin saya lakukan" Makan
siang" Tadi Aditya sudah memberitahu saya untuk
menyiapkan makan siang Anda. Anda ingin makan
apa?" Tecla membuat perkataannya terdengar sangat
halus dan memasang senyum yang sengaja dibuatbuat.
"Cepat sekali kamu berubah, Tecla." Phillip tergelak untuk kedua kalinya, "Aku sudah terbiasa dengan panggilan tidak formal. Beberapa orang kepercayaanku di kantor memang aku perbolehkan
memanggil namaku. Dan lagi sebentar lagi kita juga
akan menjadi keluarga. Kamu tidak perlu seformal
itu. Panggil saja aku Phillip. Sama seperti saat kamu
marah tadi." Tecla dan Phillip saling bertukar pandangan tapi
dengan arti yang berbeda. Tecla menatap dengan
T32U marah dan Phillip menatap sambil tersenyum. Hampir saja Tecla muntah ketika bayangan Phillip sebagai cinta pertama Tatiana terlintas di dalam benaknya. Yang benar saja! Tidak mungkin Tatiana bisa
sampai jatuh cinta pada model manusia selicik ular
ini. "Siapkan makan siang apa saja. Aku tidak ribet
untuk urusan yang satu itu." Tecla mengerjap saat
kata-kata Phillip menyadarkannya. "Dan tolong
panggil Larry dan Aditya kemari. Katakan pada
mereka untuk makan siang bersamaku sambil membahas produk baru kita untuk Briar-Rose Feather
Mattress." "Berarti aku harus menyiapkan makan siang untuk kalian bertiga?" tanpa sadar Tecla menggoyang
rambut ikalnya pelan dengan tatapan bertanya.
"Empat. Termasuk kamu."
"Aku" Apa tidak ada istirahat makan siang untukku?" tanya Tecla sengit.
"Siapa bilang tidak ada" Bukankah aku sudah bilang, siapkan makan siang untuk kita berempat."
Phillip melangkah ke arah pintu ruangannya. Tecla
memandangnya tidak percaya. Bagaimana mungkin
tidak ada jam istirahat makan siang untuknya"
Bahkan di hari pertama ia bekerja"
Tecla meremas salah satu bolpoin dengan kesal
sambil berkomat-kamit mengutuki Phillip. Tepat saat
Tecla sedang menghunuskan ujung bolpoinnya ke
T33U pria itu, Phillip berbalik, tampaknya ada yang lupa
ia katakan. Phillip menaikkan salah satu alisnya lalu tersenyum geli. "Kamu sedang membayangkan akan menusukku dengan bolpoin itu, Tecla?"
"Iya," jawab Tecla jujur. Tecla menurunkan tangannya dan menatap Phillip menantang. "Ada apa" Apa
ada yang terlupa?" Phillip melangkah kembali ke tempat ia tadi berdiri. "Aku tidak akan pernah menganggap kakakmu
sebagai salah satu barang pajangan. Aku tidak akan
pernah mempermainkannya."
Tecla menatap wajah Phillip yang sekarang sedang
menunduk dan menatapnya dengan serius. Tecla tertegun sejenak untuk memikirkan perkataan Phillip.
"Aku akan membuktikan padamu bahwa aku sepadan untuk Tatiana," lanjut Phillip sebelum beranjak
pergi. Ia memperhatikan Phillip yang merenggut
remote untuk menyalakan salah satu layar televisi
besar yang tertempel pada dinding kaca di depan
mejanya. Tecla mendesah lalu mengangkat gagang telepon
yang ada di sebelahnya. Setelah menunggu beberapa
saat, Tecla mendengar suara yang menjawab dari
seberang. "Halo" Ini rumah makan Padang Sari Bundo?"
sapa Tecla bersemangat. T34U "Iya," jawab seorang laki-laki dengan suara yang
agak kasar, "ada yang bisa kami bantu?"
"Melayani pesan antar, kan?" tanya Tecla sambil
memperhatikan kuku jarinya. Suara laki-laki tadi
masih terdengar ketus saat mengiyakan pertanyaan
Tecla. "Kalau begitu tolong kirim gulai otak, rendang
paru, ayam pop, sate lidah, dendeng balado, daging
asam, cumi-cumi, jangan lupa kepala ikannya, sayur
daun singkong juga" hm", apa lagi ya" Oh", ya!
Nasi putih. Tolong kirim secepatnya ke gedung perkantoran Briar-Rose. Tahu, kan" Yang tinggi besar
itu" Yang bersebelahan dengan gedung Briar-Rose
Hotel and Service Residence."
"Iya. Saya tahu." Laki-laki itu tetap menjawab dengan ketus. "Untuk berapa porsi" Biasanya kantor
kalian memesan dalam bentuk nasi kotak."
"Tidak. Jangan dibuat menjadi nasi kotak. Pisahkan semua. Ini makan siang untuk tiga orang lakilaki dan saya sendiri. Mmm" biasanya laki-laki
makan banyak, kan" Aku juga sudah lapar setengah
mati. Kalau begini biasanya aku bisa menghabiskan
dua porsi gulai otak. Aku juga biasa menghabiskan
dua porsi nasi," kata Tecla seperti berbicara pada
dirinya sendiri. "Jadi Anda ingin pesan untuk berapa porsi?" tanya laki-laki itu tidak sabar.
T35U "Mm" kalau tiap orang makan dua porsi berarti
kirim saja semuanya dalam delapan porsi."
?"" "Apa-apaan ini, Tecla" Kamu mau mengadakan pesta?" tanya Phillip saat memasuki ruang rapat pribadi
yang bersebelahan dengan ruang kerjanya. Phillip
terlihat panik memandang deretan makanan yang
sedang ditata office boy di atas meja panjang yang
biasa ia gunakan untuk rapat.
Tecla tersenyum pada ketiga laki-laki yang sedang
memandangi setiap makanan yang ada. Tecla memperhatikan Aditya yang tersenyum geli saat melihatnya. Seorang laki-laki yang bertubuh sama besarnya
dengan Phillip dan Aditya terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul.
Mereka bertiga mempunyai postur tubuh yang
sama. Yang membedakan hanya warna kulit mereka.
Phillip mempunyai warna kulit paling putih. Aditya
memiliki warna kulit kecokelatan seperti cukup sering
menghabiskan waktu dengan berjemur sedangkan
laki-laki yang Tecla yakin adalah Larry ini, memiliki
warna kulit kuning langsat dan senyum mematikan.
"Jadi ini calon adik iparmu, Phillip?" Larry maju
mendekati Tecla sambil menyodorkan tangannya.
"Kenalkan, Larry. Mantan asisten Phillip. Sekarang
menjabat kepala Distribution Group."
T36U Tecla menerima sodoran tangan Larry. Melihat
cara Larry dan Aditya bersikap atau memanggil
Phillip, Tecla melihat hubungan mereka tidak hanya
sebatas atasan dengan bawahan. Mereka terlihat sangat akrab satu sama lain. Tecla melirik sekilas pada
Aditya yang menepuk pelan punggung Phillip serasa
mencoba menenangkan. Pemandangan itu mau
tidak mau membuat Tecla berpikir apakah ia sudah
melakukan kesalahan. Apakah Phillip tidak suka masakan Padang" Bukan salahnya kalau Phillip tidak
menyukai menu makan siang ini. Bukankah Phillip
sendiri yang mengatakan ia tidak akan ribet untuk
urusan makanan" "Sepertinya kamu lupa mengatakan bahwa makan
siang kali ini adalah acara penyambutanmu. Kupikir
ini hanya makan siang biasa. Aku bahkan sudah
menyiapkan semua dokumen tentang perkembangan
produk baru Briar-Rose Feather Mattress di tanganku." Larry belum melepaskan tangan Tecla dari
genggamannya, tangan yang lain menggerak-gerakkan map tebal.
"Ini memang bukan acara penyambutanku. Ini
hanya makan siang biasa," jawab Tecla sambil menatap Aditya, Phillip, dan Larry dengan salah tingkah.
"Bukan?" Larry mengerutkan alisnya lalu menatap
Phillip. "Bukan, Larry. Tadinya aku memanggil kalian unT37U
tuk mendiskusikan masalah produk baru itu sambil
makan siang. Tapi rupanya asisten baruku ini salah
mengira jumlah orang yang ikut rapat kali ini."
Phillip menatap kesal pada Tecla. "Aku hanya memintamu untuk menyediakan makan siang untuk
empat orang bukan untuk sepuluh orang. Aku tidak
memintamu memindahkan restoran Padang itu ke
ruang rapatku, Tecla."
"Aku tidak memesan untuk sepuluh orang. Aku
memesan untuk delapan orang," sanggah Tecla spontan.
Larry dan Aditya tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Tecla. Tecla
memandang bingung pada Aditya dan Larry yang
mentertawakannya. Larry tetap tidak melepaskan
genggaman tangannya pada tangan Tecla.
"A-aku belum sarapan tadi pagi. Jadi aku pasti
bisa menghabiskan jatah untuk dua orang. Lalu aku
pikir kalian bertiga pasti juga makan banyak. Jadi
aku pesankan untuk delapan orang." Tecla mencoba
menjelaskan, menatap bergantian pada Aditya dan
Larry sambil mencoba menarik tangannya dari genggaman Larry. Phillip hanya memandangnya dingin.
"Sudah. Sebaiknya kita duduk dan makan siang
bersama. Kamu ingin aku memanggil Peter, Patrick,
dan Pak Hubert untuk bergabung dengan kita,
Phillip" Kita bisa mendiskusikan produk baru itu
nanti setelah makan siang." Aditya menepuk pungT38U
gung Phillip dengan map yang dipegangnya lalu
meletakkan map tersebut di sela-sela piring. Phillip
menggeleng perlahan sebelum menjawab cepat.
"Kedua orangtuaku sedang menghabiskan liburan
tahun baru bersama Peter dan keluarganya. Dan
Patrick, saat ini pasti ia sedang asyik dengan salah
satu pacarnya. Lagi pula aku tidak mau menunda
pembicaraan tentang peluncuran produk baru ini.
Sebaiknya kita mulai saja. Kalau makanan ini masih
tersisa, nanti para office boy bisa ikut menikmatinya."
Aditya mengangguk setuju sambil menarik salah
satu kursi lalu mendudukinya. Satu tangannya sudah
terangkat untuk mengambil salah satu sendok saat


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Phillip kembali buka suara.
"Larry, apakah sekarang kamu sudah bisa melepaskan tangan asistenku, atau kamu ingin aku mengikat tanganmu dan tangannya menjadi satu?"
"Ha ha ha. Calon adik iparmu sangat cantik,
Phillip. Bagaimana bisa aku melepaskan tanganku
darinya" Kakakmu juga pasti sama cantiknya seperti
dirimu, Tecla. Kalau tidak, Phillip tidak akan sengotot itu untuk melepaskan status bujangannya," ujar
Larry sambil melepaskan genggaman tangan Tecla
lalu ikut menarik kursi yang ada di dekatnya dan
menunjuk kursi itu. Mengerti akan maksud Larry,
Tecla langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi
yang ditunjuk Larry. T39U "Jauh lebih cantik?" Phillip mendesah pelan sambil mulai menyendokkan nasi ke piring makannya.
Semua mata menatap Phillip dengan terkejut. Untuk pertama kalinya Tecla mendengar Phillip memuji Tatiana dengan tulus. Meski Tecla merasa Phillip
mengucapkannya bukan dengan rasa bangga atau
seperti orang yang sedang jatuh cinta. Phillip mengutarakannya lebih dengan nada menyesal.
Phillip mendongak, menatap tiga pasang mata
yang memperhatikannya. Seakan tersadar atas apa
yang sudah terlontar dari mulutnya, hanya dalam
waktu sepersekian detik Phillip melontarkan senyum
yang agak berlebihan. "Tatiana adalah perempuan paling sempurna yang
pernah aku temui. Ia tahu bagaimana berpenampilan, bersikap. Anggun, pengertian, dan sangat cantik
tentunya. Bukannya Tatiana tidak punya kekurangan, tapi aku bisa melihat kami berdua bisa menjadi
pasangan yang sempurna. Kami bisa saling melengkapi," kata Phillip sebelum meletakkan gulai otak di
atas piringnya. Larry dan Aditya memperhatikan
piring Phillip. "Phillip, kamu tidak akan makan itu, kan?" tukas
Aditya cepat. Phillip menunduk untuk melihat apa
yang barusan ia sendok ke piringnya.
"A-apa ini?"" Phillip menggoyang-goyangkan salah satu sisi otak dengan sendok makannya.
T40U "Itu otak sapi," sela Tecla cepat. "Gulai otak sapi.
Enak kok." Larry tertawa sampai terbatuk-batuk. Tecla memperhatikan Phillip yang tiba-tiba menatap dingin
padanya. Dengan sigap, Aditya menyingkirkan piring Phillip dan menggantinya dengan piringnya
sendiri yang masih hanya berisi nasi putih.
"Phillip tidak bisa memakan jeroan," Larry menjelaskan sambil masih tetap tertawa. "Dia terbiasa
tinggal di luar negeri dan tidak biasa makan makanan seperti itu."
"Tapi ini bukan salahku. Aku tadi sudah menanyakan apa yang kamu inginkan. Kamu sendiri yang
bilang tidak ribet urusan makanan." Tecla menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya sambil
mengangkat dagunya dengan sikap menantang pada
Phillip yang duduk tepat di hadapannya.
Larry masih tertawa dengan tatapannya yang tidak lepas dari Tecla. Tanpa diberitahu pun, Tecla
bisa mengetahui bakat alami Larry sebagai playboy.
Aditya berdeham untuk mengalihkan tatapan dingin
Phillip dari Tecla. "Aku tidak menyalahkanmu, Tecla. Sebaiknya kita
mulai makan sambil membicarakan masalah produk
baru itu." Phillip menunduk untuk mengalihkan pandangannya.
Tecla masih memperhatikan saat Phillip menyambar sate yang ada di hadapannya. Tepat saat mulut
T41U Phillip terbuka siap menggigit sate itu, Tecla teringat
sesuatu. "Phillip!" pekik Tecla tiba-tiba. Phillip menutup
mulutnya, terkejut. Aditya menghentikan ayunan
sendok makan yang hampir mencapai mulutnya.
Larry tersenyum geli padanya.
"I-itu" aku baru ingat. Sate itu juga bukan daging sapi. Itu lidah sapi. Apa lidah termasuk organ
yang tidak bisa kamu makan?"
Tecla meringis, menatap wajah Phillip yang merah padam.
T42U DUA alu Phillip meletakkan sate itu kembali ke piring
dan bertanya apa ada yang benar-benar bisa ia makan. Calon suamimu benar-benar mimpi buruk,
Ana. Aku tidak mengerti apa yang kamu lihat dari
dirinya." Tecla mendesah dengan gagang telepon
yang menempel di telinga.
Sekali-sekali Tecla melirik ke arah ruangan
Phillip, memastikan pria itu tidak memperhatikannya. Phillip terlihat sedang serius membaca beberapa
berkas laporan yang tadi diberikan Larry tentang
perkembangan salah satu anak perusahaannya yang
memproduksi kasur pegas dan kasur bulu.
"Kamu terlalu berlebihan, Tecla. Phillip tidak
mungkin marah padamu hanya karena masalah makan siang itu," sahut Tatiana sabar. Tecla memutar
bola matanya dengan kesal.
T43U "Dia tidak secara langsung memarahiku, Ana. Dia
menghukumku setelahnya. Apa kamu tahu jam berapa aku pulang kantor kemarin" Jam dua belas! Pulang tengah malam di hari pertama kerja." Tecla
mendengus kesal. Tecla kembali melirik ruangan
Phillip, tampak Phillip masih tetap dalam posisi
yang sama. Tecla lalu menjepit gagang telepon dengan bahunya dan mulai membalas sapaan sahabatsahabatnya lewat layanan chatting.
"Phillip menyuruhmu pulang tengah malam?"
Suara Tatiana terdengar sedikit meninggi. Tatiana
terlalu menyayangi Tecla, dia tidak akan membiarkan
Phillip menindas satu-satunya adik yang ia punya.
Tecla hanya akan sedikit membuat kakaknya marah
pada Phillip. Tecla meringis saat memikirkan akal
liciknya. "Iya. Ia bahkan menyuruhku pulang sendirian,
jalan kaki! Belum lagi hari ini Phillip juga memintaku untuk datang lebih pagi," cerita Tecla semakin
bersemangat. "Kamu pulang jalan kaki" Sendirian" Di tengah
kota Jakarta" Apa maksudnya" Nanti aku akan bicara pada Phillip. Lalu bagaimana dengan tempat tinggalmu" Phillip bilang kamu tinggal di apartemen
milik perusahaannya. Apakah itu apartemen BriarRose yang ada di belakang gedung perkantorannya?"
Tecla berpikir cepat. Phillip tentu saja menceritaT44U
kan segalanya pada Tatiana. Tidak mungkin sekarang Tecla menjelek-jelekan kondisi apartmen BriarRose. Semua orang di negara ini tahu seberapa
mewah gedung apartmen itu. Tecla mendesah sambil
berusaha memikirkan apa yang bisa ia katakan. Ia
tidak berniat berbohong. Hanya berniat melewatkan
beberapa kata dalam kalimat.
"Ya! Tapi Phillip memberiku ruangan yang paling
kecil. Benar-benar kecil, Ana. Ruangan tipe studio
yang ukurannya tidak lebih besar dari kamarku. Itu
pun tidak termasuk lemari dinding kita. Bayangkan
Ana, betapa kecilnya ruangan itu! Begitu masuk
langsung bertemu tempat tidur. Dua langkah ke kanan ada kamar mandi dan dua langkah ke kiri ada
dapur." Tecla sengaja tidak menceritakan tentang
tempat tidurnya yang merupakan salah satu produksi Briar-Rose Feather Mattress yang paling empuk,
karena ini bisa merusak rencananya. Tapi sebenarnya
ruangan yang ditempatinya juga tidak sekecil itu.
"Sekecil itu" Padahal sewaktu melihat foto-foto
iklan gedung itu di internet, kelihatannya cukup besar," sahut Tatiana tidak percaya.
Tecla menghentikan jari-jarinya yang tengah mengetik sesuatu lalu beralih memindahkan posisi gagang telepon. Tecla merasa Tatiana sedang berusaha
mencerna semua ucapannya. Semoga saja usaha memanas-manasi Tatiana ini berhasil, tekad Tecla.
"Sangat kecil, Ana. Foto-foto itu menipu. Sempit
T45U dan pengap. Sama sekali buka apartemen kelas atas."
Tecla menegakkan punggungnya dan mengalihkan
pandangannya dari layar komputer.
"Oh" begitu ya. Sebaiknya kamu bersabar. Lagi
pula kegiatanmu kan hanya tidur, apa gunanya
ruangan yang besar" Atau kamu berniat mencari
tempat tinggal lain" Kamu bisa mencari di daerah
dekat kantor atau kamu bisa numpang tinggal di
rumah Om Alan. Saudara sepupu kita, si gendut
Snow White itu pasti senang kalau kamu tinggal di
sana. Kalian bisa wisata kuliner setiap hari."
Tecla memainkan bolpoin di tangan kirinya sambil memikirkan usul Tatiana. Om Alan, adik lakilaki Papa, pasti senang menerimanya. Apalagi mereka tinggal di kawasan Kemang. Banyak kafe yang
bisa didatanginya bersama Eirwen, sepupunya. Tecla
tersenyum saat teringat julukan yang diberikan
Tatiana. Tatiana memang terobsesi dengan semua
yang berbau dongeng. Eirwen mendapat julukan si
gendut Snow White karena dulu Eirwen suka makan
dan bertubuh subur, namun parasnya cantik dan
berkulitnya putih bersih.
"Eirwen sudah tidak segendut itu. Kamu masih
terobsesi dengan dongeng, Ana" Sebaiknya Phillip
tidak mendengarnya, bisa-bisa Phillip membatalkan
perjodohan ini." Tecla terkikik geli.
"Mendengar tentang apa, Tecla?" Suara Phillip
menggelegar mengagetkan Tecla. Gagang telepon daT46U
lam genggamannya sontak jatuh. Di depannya Phillip
sedang menatapnya sambil berkacak pinggang. Dasi
berwarna biru gelap terpasang rapi dan terlihat sangat
pas dengan kemeja berwarna biru muda yang dikenakannya. Montblanc tie bar yang ada di tengah-tengah
dasi Phillip menarik perhatian mata Tecla.
"Kamu sudah menjatuhkan banyak barang dalam
dua hari," Phillip memperingatkan.
"Kamu yang membuatku menjatuhkannya. Kamu
mengagetkanku. Kemarin dan barusan. Sejak kapan
kamu berdiri di sana?" Tecla bangkit dari duduknya
lalu menunduk untuk mengangkat gagang telepon
yang terjatuh. Suara penuh tanya terdengar pelan
dari balik gagang telepon.
"Sejak kamu mengatakan pada Tatiana bahwa aku
membiarkanmu tinggal di ruangan kecil, sempit,
dan pengap," jawab Phillip dingin.
Mulut Tecla membentuk huruf O. Tangan Phillip
dengan cepat menekan salah satu tombol telepon
dan suara Tatiana terdengar jelas ke seluruh penjuru
ruangan. Dengan tangan yang sama, Phillip merebut
gagang telepon dari Tecla lalu meletakkannya kembali ke tempatnya.
"Pagi, Tatiana," sapa Phillip riang ke arah pesawat
telepon di meja Tecla. Perubahan raut wajah Phillip
dari dingin menjadi cerah saat menyapa Tatiana,
membuat Tecla berdecak kesal. Bermuka dua untuk
mendapatkan hati Tatiana, rutuk Tecla dalam hati.
T47U "Phillip" Apa yang terjadi" Aku mendengar bunyi
benda jatuh." Tatiana terdengar bingung dan khawatir. "Mana Tecla?"
"Adikmu yang tersayang ada di sini. Dia menjatuhkan gagang telepon karena kaget melihatku yang
muncul tiba-tiba. Sekarang aku menggunakan
speakerphone, dia sedang mendengarkanmu juga."
Phillip melirik Tecla dingin.
"Oh, begitu. Aku kira ada apa." Tatiana mendesah
lega. "Apa yang sedang kalian bicarakan, Tatiana" Apa
sesuatu hal yang tidak boleh kudengar?" Phillip tersenyum sambil meletakkan pinggulnya di tepi meja
kerja Tecla. "Bukan hal penting, Phillip. Oya, tadi Tecla cerita
kemarin kamu menyuruhnya lembur sampai tengah
malam dan harus pulang berjalan kaki sendirian.
Apa betul, Phillip?" Suara Tatiana terdengar tenang
saat menunggu jawaban Phillip.
Tecla menahan napas. Phillip berbalik menatap
Tecla sambil tersenyum licik. Satu alisnya terangkat.
Tecla bergidik ngeri melihat reaksi Phillip. Pria itu
terlihat seperti siap menusuknya dengan seribu
jarum kecil. "Tecla bilang begitu?" Phillip tidak melepaskan
tatapannya dari Tecla. "Iya. Kamu mengerti, kan, betapa rawannya perempuan berjalan kaki sendirian tengah malam beT48U
gitu." Tecla meringis mendengar nada khawatir
Tatiana. Seandainya Tatiana tahu yang sebenarnya.
"Aku mengerti. Tapi apakah aku tetap harus menemani Tecla pulang ke kamarnya setiap hari jika
gedung perkantoranku mempunyai lorong yang
berhubungan langsung dengan apartemen Tecla"
Aku takut Tecla harus pulang lebih malam lagi jika
kamu tetap merasa itu perlu. Karena, aku bahkan
tidak sempat pulang." Phillip menjelaskan dengan
santai sambil menggoyang-goyangkan salah satu
kakinya. Tecla berpikir betapa kuat meja kaca ini. Meja
kacanya sama sekali tidak retak menahan beban tubuh Phillip. Dalam hati, Tecla berharap adanya keajaiban yang membuat meja kerjanya pecah dan
menjatuhkan Phillip. Dan semoga salah satu pecahan kaca menusuk pantat monster ini, pinta Tecla
diam-diam. "Berhubungan" Maksud kamu, gedung perkantoranmu berhubungan dengan gedung apartemen yang
sekarang ditempati Tecla?"
"Bukan apartemen. Tepatnya, Tecla menempati
Briar-Rose service resident. Dan ya! Antara gedung
perkantoran ini, hotel dan service resident, ketiganya
ini berhubungan. Kamu tidak membayangkan Tecla
berjalan di pinggir jalan sendirian di tengah malam
buta, kan" Tiap lorong yang menghubungkan tiap
gedung hanya bisa dilalui orang-orang tertentu, keT49U
amanannya terjamin 24 jam. Tapi kalau kamu masih
merasa itu belum cukup. Aku bisa?"
"Tidak, Phillip. Kamu sudah melakukan banyak
hal. Sepertinya Tecla lupa mengatakan semua kebaikan-kebaikan yang sudah kamu lakukan padanya."
Tatiana memotong penjelasan Phillip dengan nada
menyesal. "Tecla, seharusnya kamu mengucapkan
terima kasih pada Phillip. Apa kamu masih dengar
aku?" Tekanan suara Tatiana berubah kesal saat
memanggil Tecla. Tecla memutar bola matanya dengan kesal. "Ya.
Masih, Ana. Aku memang berniat mengucapkan
terima kasih pada calon kakak iparku yang baik ini,
tapi belum sempat karena ia selalu membuatku
sibuk." Phillip mendengus pelan dan menatap penuh
cibiran pada Tecla. Tecla membalas dengan memberikan tatapan
"lihat saja nanti".
"Aku bahkan tidak sempat sarapan, karena Phillip
menyuruhku sampai di kantor jam enam pagi. Padahal aku baru pulang tepat tengah malam kemarin."
Tecla kembali mengulang pengaduannya pada
Tatiana seoalah-olah meminta pembelaan.
"Tecla, kamu masih sempat beristirahat. Phillip
bahkan tidak sempat pulang semalam. Pasti Phillip
lebih capek daripada kamu," jawab Tatiana dengan
suara tenang. Mendengar jawaban Tatiana, Phillip
menarik napas panjang dan tersenyum lebar pada
T50U Tecla, tanda kemenangan. Tecla menatap kesal pada
Phillip dan ke arah telepon.
"Ana, Phillip bohong. Dia tidak mungkin tinggal
di kantor sepanjang malam. Kamu tidak melihatnya
sekarang, tapi saat ini Phillip sudah sangat rapi
dan" Oh! Kamu tidak melihat kemejanya selicin
lapangan ice skating." Tecla mencoba menjelaskan,


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanpa sadar tubuhnya sudah menunduk untuk mendekatkan mulutnya pada pesawat telepon.
Phillip nyengir sambil bergaya seperti sedang
membersihkan debu di bahunya. "Aku punyai kamar
mandi dan lemari pakaian di ruanganku. Kamu
tidak tahu, Tecla?" potong Phillip riang. Tecla menatap Phillip tidak percaya. "Masuk dan lihatlah!" tantang Phillip saat melihat raut wajah gadis itu.
"Oh" sudahlah. Kalian berdua ini! Kenapa aku
merasa kalian seperti anjing dan kucing" Phillip, tolong jangan terlalu keras pada Tecla! Dan kamu,
Tecla, kenapa kamu tidak bisa berhenti bicara yang
buruk tentang Phillip" Kalian harusnya akur."
Tatiana terdengar seperti ibu-ibu yang berusaha
mendamaikan kedua anaknya. Tecla melirik tajam
pada Phillip yang masih tersenyum penuh kemenangan padanya.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan,
sudah dulu ya. Aku ada janji dengan seseorang," lanjut Tatiana agak kesal.
"Aku akan menghubungimu nanti malam, Tatiana.
T51U Seperti biasa." Tanpa basa-basi, Phillip memutuskan
hubungan telepon dengan Tatiana. Membuat Tecla
semakin kesal padanya. Phillip bahkan tidak memberinya kesempatan mengucapkan sesuatu pada
kakaknya. Phillip meloncat dan berdiri di hadapan Tecla,
lalu mendekap kedua tangan di dadanya. Kemeja
yang ia kenakan semakin terlihat, tidak terlalu ketat
tapi juga tidak terlalu longgar.
"Kamu tidak memberiku kesempatan berbicara
dengan Tatiana," protes Tecla pelan. Kedua matanya
masih menatap bahu bidang Phillip. Seakan tersihir
untuk tidak melepaskan pandangannya dari sana.
"Kamu bisa menghubunginya kapan pun yang
kamu mau. Seingatku aku juga sudah melarangmu
untuk chatting selama jam kantor." Phillip melirik ke
arah layar komputer Tecla. Dengan cepat Tecla
menghalangi pandangan Phillip dengan tubuhnya.
"Sepertinya kamu termasuk gadis keras kepala.
Sudahlah" aku tidak bisa berkomentar apa-apa lagi.
Sebaiknya kamu siapkan ruang rapat dan panggil
semua direksi. Aku sudah siap sekarang." Phillip
mengusap lehernya dengan tidak sabar.
Baru kali ini Tecla melihat bayangan samar di bawah mata Phillip. Mungkin Phillip memang tidak
meninggalkan kantor semalam, pikir Tecla.
"Untuk apa?" tanya Tecla spontan. Phillip terbelalak tidak percaya.
T52U "Jangan bilang kamu tidak hafal jadwal hari ini!
Oh"Tuhan! Asisten macam apa kamu ini" Panggil
Aditya! Minta ia mengajarimu! Cepat! Jangan kacaukan rapat kali ini!" bentak Phillip marah.
Tecla terkejut untuk kedua kalinya. Baru kali itu
Tecla melihat amarah Phillip meledak. Setelah membentaknya, Phillip menghilang ke dalam ruangannya.
Tecla melihat Phillip merenggut beberapa berkas di
atas meja kerjanya dengan kasar. Phillip berbalik
cepat dan langsung menatap tajam ke arah Tecla
yang masih mematung. Tatapan Phillip membuat
Tecla panik dan tanpa sengaja kembali menyenggol
alat tulis di mejanya. Tidak sempat menghirauan
suara berkelontangan, Tecla merenggut gagang telepon dan mulai menghubungi Aditya.
?"" Phillip masih duduk dengan raut wajah kaku saat
Tecla kembali masuk ke ruang rapat. Aditya dan
Larry masih menempati tempat duduk mereka masing-masing. Tecla meninggalkan mereka bertiga
untuk mengantar keluar semua direktur yang barusan mengikuti rapat.
Padahal tadi, sepanjang rapat berlangsung Phillip
bersikap lebih santai. Tecla memperhatikan bahwa
Phillip mendengar, membalas dengan tenang dan
terkendali setiap masukan dan laporan dari setiap
T53U bawahannya. Tapi sekarang ketika semua orang itu
keluar dan meninggalkan ruangan, Phillip tertunduk
kaku seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat
serius. Tecla mencoba mengingat lagi kalimat-kalimat
yang terlontar sepanjang rapat tadi. Tidak ada sesuatu yang terdengar buruk. Tecla menggelengkan kepalanya. Semua melaporkan peningkatan. Hanya saja
memang ada sedikit masalah pada peluncuran produk baru, Briar-Rose Feather Mattress.
"Sepertinya hari ini kita akan menginap di kantor
lagi." Larry tersenyum lebar sambil merenggangkan
tubuhnya. "Jangan terlalu dipikirkan, Phillip. Ini bukanlah
masalah besar," ucap Aditya mencoba menenangkan
sambil membereskan setumpuk berkas-berkas yang
ada di hadapannya. "Tecla, bisa tolong kausiapkan teh hangat untuk
Phillip dan kopi kental untukku dan Larry?" Aditya
tersenyum hangat pada Tecla. Tecla mengangguk
mengerti lalu bangkit melangkah ke arah pintu.
Tepat saat mengenggam gagang pintu, Tecla teringat sesuatu. Ia memutar kepalanya dengan tangan
yang masih tetap berpegangan pada gagang pintu.
Ketiga laki-laki itu memperhatikan gerakan Tecla
yang tiba-tiba berhenti dan berbalik menatap mereka.
"Kenapa rapat tadi tidak dihadiri Peter" Bukankah
T54U kakakmu presiden direkturnya" Kenapa kamu yang
memimpin rapat ini, Phillip" Apakah Peter tahu ada
masalah dalam peluncuran produk baru untuk kasur
bulu itu?" Tecla memandang penuh tanya pada
Phillip. Tecla terkejut mendapati perubahan ekspresi
Phillip. Ia mendelik seakan Tecla telah mengatakan
sesuatu yang tabu. Tecla mengerutkan dahinya lalu
berpaling menatap Aditya dan Larry, mencari tahu
apa yang salah dari pertanyaan yang dilontarkannya.
Larry berdeham sebelum menanggapi pertanyaan
Tecla. "Peter sekeluarga sedang berlibur bersama dengan Pak Hubert. Kita selalu mengabarkan perkembangan perusahaan padanya. Sebaiknya kamu cepat
membuatkan minuman kami." Larry mengedipkan
sebelah matanya pada gadis itu. Tecla mengangguk
pelan. Sebelum pergi, Tecla melirik sekilas pada
Phillip yang masih menatapnya tajam.
Tecla sedang menyiapkan teh untuk Phillip saat
Aditya berjalan masuk ke dalam dapur. Aditya tersenyum padanya sebelum beranjak menarik teko
kopi dari tempatnya dan menuangnya pada kedua
cangkir yang sudah disiapkan Tecla.
"Apa aku mengucapkan sesuatu yang salah di dalam sana, Aditya?" tanya Tecla sambil menutup teko
teh dan meletakkannya di atas baki. Tecla melipat
kedua tangannya di depan dada sambil menyandarT55U
kan pinggangnya pada kitchen set. Tecla memperhatikan tubuh besar Aditya yang sudah memenuhi
sebagian besar ruangan kecil itu.
"Tidak. Phillip hanya sedang tidak akur dengan
kakaknya." Aditya meletakkan salah satu cangkir
dan meraih cangkir lainnya.
"Tidak akur" Bagaimana bisa?" tanya Tecla penasaran.
"Aku tidak akan bergosip tentang bosku, Tecla."
Aditya berbalik dan tersenyum pada Tecla. Satu tangannya masih menggenggam cangkir berisi kopi
dan tangan yang lain mengembalikan teko kopi
pada tempatnya. "Aku juga tidak berniat bergosip tentang bosku.
Aku hanya bertanya tentang calon kakak iparku."
Tecla menaikkan dagunya, membuat Aditya tertawa
melihat gayanya. Tecla memperhatikan gerak-gerik
Aditya yang mulai meniup dan menghirup kopi.
Aditya takkan mau menceritakannya. Laki-laki ini
terlalu loyal pada Phillip, gerutu Tecla dalam hati.
Tecla mendesah dan mencari bahan pembicaraan
lain. "Phillip tidak minum kopi tapi ia punya mesin
kopi begini lengkap," tunjuk Tecla pada coffee
machine yang ada di balik punggung Aditya. "Terlihat sangat pamer ya?"
"Dulu Phillip minum kopi. Tapi belakangan dia
berhenti." Aditya melihat kerutan penasaran yang
T56U kembali timbul di dahi Tecla. "Phillip mengidap
insomnia. Jadi ia berhenti minum kopi dan menggantinya dengan teh herbal."
Tecla tersenyum samar. "Sebaiknya aku mengenalkannya pada Mimi." Aditya menatapnya penuh tanda tanya.
"Mimi itu boneka. Dulu ketika aku kecil, aku
tidak ingat umur berapa, karena kedua orangtuaku
sering meninggalkan kami, aku susah tidur karena
ketakutan. Suatu hari Ana membuatkanku boneka
itu supaya aku tidak merasa kesepian. Bukan boneka
yang cantik, tapi Ana sudah berusaha keras membuatnya. Tapi terbukti berhasil. Ana bahkan menjulukiku Aurora si putri tidur. Tapi aku tetap membawanya ke mana pun aku berada sampai sekarang.
Sekarang kakakku itu menyesal telah membuatkanku
boneka itu." Tecla tersenyum geli mengingat boneka
kumalnya. Aditya mengangguk-anguk pelan sambil mendengarkan cerita Tecla. "Aku tidak bisa membayangkan
Phillip memeluk boneka itu," ujar Aditya geli. Bayangan Phillip memeluk erat Mimi terlintas dalam
pikirannya. Tecla ikut tertawa.
"Apa yang sedang kalian tertawakan?" bentak
Phillip yang tiba-tiba muncul di dapur.
Dengan tinggi tubuh 181 cm, Phillip memenuhi
pintu dapur. "Aku dan Larry sudah menunggu lama
dan kalian malah ngobrol di sini," desis Phillip
T57U ain tajam. Tecla melihat wajah Larry muncul dari balik
bahu Phillip. "Apakah diskusi kita sekarang pindah ke sini?"
gurau Larry sambil meletakkan satu tangannya ke
atas bahu Phillip. "Ini tehmu, Phillip." Aditya menyodorkan cangkir
yang sudah disiapkan Tecla pada Phillip dan menyodorkan cangkir kopi pada Larry.
Tecla menarik napas panjang saat para laki-laki
itu keluar dari dapur. Lima menit lagi terjepit bersama mereka di ruangan ini, ia bisa mati kehabisan
oksigen. Tecla lalu beranjak keluar dapur dan melangkah ke meja kerjanya.
"Salah satu dari kalian akan mewakiliku melakukan perjalanan bisnis ke Hong Kong akhir minggu
depan," ucap Phillip sebelum menghirup tehnya.
Sambil berpura-pura menyalakan layar komputernya,
Tecla memasang telinganya tajam-tajam.
Sudut mata Tecla menangkap gerakan tangan
Aditya yang menghentikan ayunan cangkir yang
setengah jalan menuju bibirnya. "Ada apa, Phillip"
Bukankah perjalanan kali ini sangat penting untukmu?" Suara Aditya lebih terdengar terkejut daripada
bertanya. Aditya menambahkan dengan sangat perlahan, "Sangat penting untuk jabatanmu."
"Bertemu Tatiana dan keluarganya jauh lebih penting daripada perjalanan bisnis kali ini," tandas
Phillip dengan cepat dan tegas.
T58U Tecla mencibirkan bibirnya. Phillip sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar olehnya. Tecla tetap
berpura-pura sibuk dengan layar komputernya.
"Whoa". Baru kali ini Phillip lebih memilih perempuan daripada pekerjaan. Biasanya kalimat seperti itu
hanya dapat didengar dari mulut Patrick, adikmu.
Sudah bisa melupakan kisah lama dan menemukan
kisah baru rupanya," gurau Larry sebelum menghirup
kopi kentalnya. Kisah lama dan kisah baru" Tecla mengangkat
wajahnya dari layar komputer dan memandang ketiga pria yang sudah berdiri di samping mejanya.
Aditya berdeham sebelum mengalihkan pembicaraan kembali ke topik awal. "Menurutku Larry sangat cocok dengan perjalanan bisnis ini. Kamu mengetahui dengan jelas, Phillip, aku sepertinya kurang
cocok dengan kegiatan ini," ucap Aditya tegas. Tecla
memperhatikan alis Larry yang terangkat saat mendengar perkataan Aditya. Phillip mengangguk setuju.
"Kamu tidak akan mengecewakanku, Larry. Aku
akan mempertimbangkan mengutusmu lagi sebagai
perwakilan perusahaan jika dalam perjalanan kali
ini kamu bisa menunjukkan segalanya berjalan sesuai yang aku harapkan. Aku hanya ingin kamu
meyakinkan Mr. S dan Simon Su bahwa tidak ada
masalah dalam peluncuran produk terbaru BriarRose Feather Mattress dan siap untuk bekerjasama
T59U dalam pembangunan hotel terbaru milik mereka di
Macau." Phillip menepuk bahu Larry.
Larry mengerutkan dahinya "Kamu tidak berencana melakukan perjalanan bisnis sendiri, Phillip?"
Aditya ikut memandang Phillip sama terkejutnya
dengan Larry. Tecla tetap menganalisis setiap perkataan yang terucap dari mulut mereka bertiga.
"Tidak dalam waktu dekat ini." Phillip menatap
dingin ke arah Tecla yang tengah memperhatikan
mereka. "Ada sesuatu yang sedang kurencanakan.
Tahun ini waktu yang paling aku tunggu-tunggu."
Phillip tidak melepaskan pandangannya dari Tecla.
Mereka berempat terdiam untuk beberapa saat. Tecla
mencoba untuk tidak bergerak gelisah dan membalas menatap tajam pada Phillip.
"Ini sudah jam makan siang. Apa kamu sudah
menyiapkan makan siang untuk kami, Tecla?" tanya
Phillip memecahkan keheningan. Tecla mengangguk
penuh antusias karena teringat menu makan siang
kali ini. "Kamu tidak pesan makanan padang lagi, kan"
Aku harus lebih lama menghabiskan waktu di gym
kalau tiap hari kamu memberiku banyak makanan
yang berlemak." Larry mengusap-usap perut ratanya.
"Aku tidak memesan makanan yang berlemak,
Larry. Aku ingin menikmati masakan Jepang. Jadi
tadi pagi aku sudah memesan sushi dan sashimi unT60U
tuk kita." Tecla tersenyum riang sambil memandang
tiga laki-laki yang ada di hadapannya.
Suara tawa Larry membahana dan memenuhi
ruangan. Tecla merasakan tatapan Phillip semakin
dingin. Rahang Phillip mengeras menahan marah.
Aditya melangkah mendekatinya sambil tersenyum
kecut. "Phillip tidak bisa makan makanan mentah,
Tecla," bisik Aditya ke telinganya.
T61U TIGA hillip tidak pernah mengatakan dengan jelas apa
yang bisa atau tidak bisa ia makan, Nando! Memangnya dia pikir aku cenayang yang tahu apa yang ia
inginkan untuk makan siang." Tecla mendesah kesal
sambil mengetik pada ponselnya. Di sebelahnya,
Nando, teman masa kecilnya, mencoba mengimbangi
langkah kaki Tecla. "Lalu?" pancing Nando sambil memperhatikan
Tecla yang terus mengomel menumpahkan kekesalan
sambil mengetik pesan singkat entah kepada siapa
di ponselnya. "Aku memesankan nasi bungkus yang dijual di
kantin karyawan yang terletak di lantai bawah gedung kami," jawab Tecla cepat.
"Maksudmu atasanmu hanya makan nasi bungkus
T62U sedangkan kamu menghabiskan masakan Jepang
yang kamu pesan?" tanya Nando tertawa lebar.


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kami bertiga yang menghabiskannya. Larry,
Aditya, dan aku. Kamu tahu" Sepanjang makan
siang Phillip menatapku dingin. Aku yakin dia berniat mencekikku saat itu juga." Tecla mengangkat
kedua tangannya, mencoba memeragakan bagaimana cara Phillip ingin mencekiknya.
"Tapi untung saja aku membelikan nasi bungkus
untuk Phillip di kantin, karena aku bisa sekaligus
jalan-jalan di dalam gedung besar itu. Melihat seberapa banyak manusia yang dipekerjakan si manusia
licik itu di bawah kursi singgasananya," lanjut Tecla
sengit. "Dan apa yang kamu lakukan sekarang" Ini belum jam pulang kantor. Apa kamu melarikan diri
karena takut Phillip mencekikmu?"
"Phillip menendangku keluar tepat setelah sushi
terakhir masuk ke tenggorokanku. Ia menghina cara
berpakaianku dan menguliahiku agar berpenampilan
seperti Ana. Katanya, besok aku tidak boleh masuk
kantor dengan penampilan seperti ini." Tecla menghela napas sambil memandang sepatu olahraganya
dengan sedih, teringat suara tegas Phillip yang mengancam akan membuang sepatunya keluar dari jendela kalau Phillip masih melihat sepatu itu terpasang
di kakinya besok pagi. Jemari Tecla mencengkeram tali ransel KiplingT63U
nya dengan gundah, memandang Nando dengan
sendu. "Phillip juga mengancam akan membakar
ranselku ini, Nando" Tecla mengadukan penindasan
Phillip terhadapnya. Tawa Nando yang meledak melihat ekspresi Tecla,
membuat beberapa pengunjung mal memutar kepala
ke arah mereka. Nando seumur dengan Tatiana. Di usianya yang
hampir mencapai 25 tahun, Nando sudah menjadi
aktor yang sukses membintangi beberapa film layar
lebar. Tidak akan ada yang menyangka Nando yang
setampan ini dulu pernah merasakan bogem mentah
Tecla. "Sudah, sudah. Sekarang aku akan menemanimu
mencari setelan kerja yang cocok. Kamu memang
terlihat seperti anak kecil dengan penampilan begini,
Tecla." Nando merangkul bahu Tecla dengan tulus. Hubungan mereka memang dekat tapi hanya sebatas
perhatian kakak terhadap adik perempuannya. Tapi
kepada Tatiana, tatapan dan sikap Nando jauh
berbeda, meski Tatiana tidak menyadarinya.
"A-apakah laki-laki ini", Phillip, maksudku. Apakah ia sungguh-sungguh menyukai Ana?" tanya
Nando dengan senyum kaku pada Tecla yang menciut dalam rangkulan eratnya. "Apakah kakakmu
juga menyukainya" Aku dengar dari Ana, ia mengenal Phillip dari makcomblang kenalan Mamamu."
T64U "Iya. Mama yang selalu mengompor-ngomporinya
masalah perjodohan ini. Aku sebenarnya tidak setuju. Tapi sepertinya Ana sudah agak berubah akhirakhir ini. Meski aku masih belum yakin itu karena
Phillip." "Berubah?" Nando memandang Tecla dengan
tatapan bingung. "Mm" agak seperti orang yang sedang kasmaran," ujar Tecla. Sekilas ia mendapati ekspresi sedih
muncul di wajah Nando, "tapi aku juga tidak yakin.
Karena secara teknis mereka hanya saling bertukar
kabar lewat telepon. Phillip memang terlihat memperhatikan Ana. Tapi ia sudah mengatakan dengan
jelas kepadaku bahwa mereka belum sampai pada
tahap saling mencintai."
"Kuharap atasanmu itu tidak berniat mempermainkan dan menyakiti Tatiana." Tanpa disadari Nando
mencengkeram bahu Tecla dengan kasar, membuat
Tecla meringis kesakitan. Tecla menahan protesnya
karena melihat Nando serius mengucapkan kata-katanya.
Kalau kejadian ini terjadi beberapa tahun yang
lalu, mungkin hati Tecla juga ikut sakit karena
Nando adalah cinta pertamanya. Sekarang Tecla hanya bisa tersenyum miris mengingat Nando yang
masih belum bisa merelakan Tatiana seperti dirinya
yang sudah lama melepaskan Nando dari hatinya.
"Sebaiknya kamu melepaskan tanganmu, Nando.
T65U Bisa-bisa besok aku masuk infotainment karena kepergok jalan bareng aktor setenar kamu." Tecla menggoyang-goyangkan bahunya berupaya melepaskan
diri. Namun lengan Nando tetap melingkari bahunya,
malah semakin mencengkeram erat. Nando mengarahkan langkah Tecla menuju sebuah toko.
"Biar saja mereka bergosip. Aku kan sudah lama
tidak bertemu dengan satu-satunya adik perempuan
yang aku punya." Nando sengaja meneriakkan katakatanya dengan agak keras. Tecla meringis mendengar ucapan Nando.
Di dalam toko, Nando memanggil salah seorang
pelayan dan mendorong Tecla ke arah perempuan
itu. "Bantu adik saya memilih setelan kerja. Pilihkan
yang cocok untuknya," perintah Nando pada perempuan yang menatapnya terperangah. "Tecla, anggap
ini hadiah dariku. Pilih semua yang kamu mau."
"Hati-hati, Nando. Aku bisa saja menghabiskan isi
kantongmu." Tecla menggoyang-goyangkan jarinya
di depan hidung Nando sambil memamerkan cengirannya yang khas.
?"" Nando menghentikan mobilnya di tepi jalur untuk
pedestrian. Tecla memaksa Nando untuk menurunkannya di pinggir jalan, agar Nando tidak perlu
mengambil jalan memutar yang lumayan jauh untuk
T66U mengantarkannya pulang. Nando masih harus kembali untuk melanjutkan syuting salah satu film yang
akan dibintanginya. "Ingat, jangan mengeluarkan benda-benda berharga, Tecla! Kamu langsung jalan cepat. Ini sudah
malam. Hati-hati!" seru Nando sebelum meninggalkan Tecla dengan semua tas belanjaannya.
Tecla melambai ke arah mobil Nando yang mulai
bergerak menghilang di tengah lalu lintas yang
masih ramai. Sambil berjalan perlahan menuju jembatan penyeberangan, Tecla mencoba mengurutkan apa yang
nanti akan ia lakukan setibanya di kamar studio
yang ditempatinya. Bayangan tempat tidur yang empuk itu sangat menggoda. Sudah dua hari ini Tecla
belum bisa menggenapi jam tidurnya. Kemarin, bahkan ia hanya tidur lima jam.
Kotak berisi vas bunga membuat salah satu tas
yang dijinjingnya terasa amat berat. Vas bunga yang
rencananya akan dia letakkan di meja kerjanya.
Sabar, sebentar lagi sampai di atas ranjang empuk
itu, bisik Tecla pada dirinya sendiri. Tecla menaiki
tangga jembatan penyeberangan dengan langkah
yang berat. Matanya terasa semakin berat. Sebentar
kemudian Tecla menguap, membiarkan mulutnya
menganga lebar. Jalanan sudah sepi, di sekitar Tecla tidak ada
orang lain kecuali anak laki-laki kurus dengan paT67U
kaian bergaya punk berdiri di pinggir jembatan.
Tecla meliriknya tak semangat saat melewatinya.
Sebaliknya, anak laki-laki itu menatap Tecla dengan
kedua mata yang merah. Tecla melengos cepat,
menghindari bertatapan mata dengannya.
Tecla mempercepat langkahnya menuruni tangga
penyeberangan. Tiba-tiba Tecla merasakan bayangan
gelap menutupi punggungnya dan merasakan tas
ranselnya ditarik. Dengan cepat Tecla berbalik dan
mendapati anak laki-laki kurus itu sedang mengacungkan sebilah pisau padanya.
Tecla melirik sekilas ke arah pos satpam yang berada tidak jauh dari jembatan penyeberangan dan
berdoa dalam hati agar salah satu satpam melihatnya. Sedetik kemudian Tecla mendengar beberapa
benda terjatuh dari tas ranselnya. Laki-laki yang
kelihatan masih berusia belasan itu sudah berhasil
menyabetkan pisaunya pada tas Tecla. Tecla mencoba berpikir cepat, ia tidak seperti gadis-gadis kebanyakan yang pasti sudah berteriak ketakutan dan
menangis sejadi-jadinya dalam situasi seperti ini.
"Dompet!" desis anak laki-laki itu dengan nada
mengancam. Tubuhnya agak sempoyongan, terlihat
seperti pecandu obat-obatan terlarang yang sedang
kambuh. Tecla berpikir untuk melewati tubuh anak lakilaki itu dan berlari menuju pos satpam terdekat.
T68U Tapi sepertinya anak itu sudah membaca jalan pikiran Tecla dan ia sekarang mencoba menghadang
Tecla. Tangannya yang bebas mencoba merenggut
tangan Tecla. Tecla mengelak cepat. Alih-alih mencengkeram tangan Tecla, anak laki-laki itu menarik ransel Tecla
yang sudah robek dan terbuka lebar, membuat Mimi,
terjatuh. Perhatian penjambret dan Tecla sesaat teralih
pada boneka kumal itu. Anak itu berdecak kesal lalu
menginjak boneka itu dengan salah satu kakinya
dengan tidak sabar. Tecla terbelalak marah.
Semua kejadian berlangsung cepat. Sobekan ransel yang direnggut anak laki-laki itu semakin menganga lebar. Tecla berbalik dan melemparkan tas-tas
belanjaannya dengan sembarangan di sekelilingnya.
Suara vas bunga yang pecah tidak dihiraukannya.
Melihat ada kesempatan, Tecla memukul keras pergelangan tangan anak itu dan membuat pisau yang
dipegangnya terjatuh. Remaja itu menunduk untuk mengambil kembali
pisaunya sambil memaki-maki Tecla dengan sangat
kasar. Tecla menendang selangkangan anak laki-laki
itu dengan sekuat tenaga sampai dia tersungkur kesakitan.
Tanpa ampun Tecla menginjak salah satu tangan
penodong itu. "Kamu sudah mengotori bonekaku!
Dasar sialan!" bentak Tecla keras dengan napas terengah-engah.
T69U ?"" "Apa yang sudah dilakukan gadis ini?" tanya Phillip
untuk kedua kalinya pada salah seorang polisi yang
tengah bertugas. Tidak jauh dari tempat Phillip duduk, Tecla menyandarkan tubuhnya yang capek ke tembok sambil
mendekap erat Mimi, menatap Phillip dengan pandangan tidak sabar.
"Saudari Tecla menginjak telapak tangan pemuda
itu sampai retak lalu memukul wajah si pemuda
karena sudah mencoba mengancamnya dengan
pisau. Bapak tidak perlu khawatir karena kami sudah menahan pemuda itu, kami pastikan dia akan
mendapatkan hukuman yang setimpal. Pemuda itu
pecandu narkoba yang kehabisan uang hingga nekat
menodong saudari Tecla." Salah seorang polisi itu
kembali menerangkan kronologi kejadian pada
Phillip, sementara polisi yang lain memandang Tecla
dengan senyum tertahan. "Kamu menginjak jari tangannya sampai retak"!"
Phillip benar-benar tidak percaya. "Pemuda itu membawa pisau, Tecla. Apa sih yang ada dalam pikiran
kamu" Apa kamu tidak bisa berteriak minta tolong?"
bentak Phillip, yang hanya ditanggapi Tecla dengan
malas-malasan. "Dan menunggu anak itu menancapkan pisaunya
di perutku" Sudahlah, Phillip. Aku ngantuk." Tecla
T70U menggaruk rambuk ikalnya lalu berbalik memandang bergantian pada dua orang polisi yang duduk
di belakang meja. "Apakah saya sudah boleh pulang,
Pak" Ini sudah hampir tengah malam."
Setelah mengucapkan terima kasih kepada kedua
polisi yang sedang bertugas, Phillip menggiring Tecla
menuju tempat Jaguar XK convertible-nya terparkir.
Tecla bersiul pelan saat Phillip membuka bagasi dan
memasukan tas-tas belanjaannya. Phillip tidak mengindahan siulan Tecla dan beranjak masuk ke dalam
mobil dengan wajah dingin. Tepat saat Phillip menghidupkan mesin mobil, ponselnya berdering. Setelah
melihat siapa yang tengah menghubunginya, Phillip
menekan tombol speakerphone dan menempelkan
ponselnya ke tempat ponsel di dasbor mobil.
"Apakah Tecla baik-baik saja, Phillip?" suara khawatir Tatiana terdengar jelas.
"Aku baik-baik saja, Ana," tukas Tecla cepat, mencoba menenangkan Tatiana.
"Adikmu menonjok wajah penodong itu dan meremukkan jarinya. Sekarang penodong itu sudah
ditahan di kantor polisi." Phillip memotong ucapan
Tecla dengan tidak sabar.
"Aku juga menendang selangkangannya," Tecla
menyela dengan nada bangga. "Polisi itu pasti lupa
menyebutkannya," lanjut Tecla cepat saat menyadari
Phillip tengah memandanginya dengan tatapan tidak
percaya. T71U "Ya Tuhan! Bagaimana mungkin kamu melawan
laki-laki yang menodongmu dengan pisau" Kamu
cari mati, Tecla?" sergah Tatiana. "Tunggu sampai
Papa dan Mama mendengar cerita ini. Lagi pula
bagaimana bisa kamu jalan sendirian malam-malam
begitu?" cerocos Tatiana.
"Calon suamimu menghina pakaian kerjaku, jadi
aku meminta Nando untuk menemaniku berbelanja.
Sewaktu mengantarku kembali, aku minta Nando
menurunkanku di seberang jalan karena ia juga
sedang dikejar waktu syuting. Saat melewati jembatan penyeberangan itulah pemuda teler itu mencegatku." Tecla menjelaskan sambil memainkan boneka kumalnya. "Ini semua salah Phillip."
"Hah" Apa maksudmu ini salahku?" tukas Phillip
sengit. "Hei, hei" Kalian berdua!" suara Tatiana meninggi menghentikan perang mulut Phillip dan Tecla.
"Tidak ada yang salah. Kita harus bersyukur Tecla
baik-baik saja." Suara Tatiana kembali tenang. "Sebaiknya kamu tidak nekat lagi, Tecla. Kalian berdua
pasti sudah capek sekarang. Aku tahu Tecla pasti
langsung tidur begitu menyentuh bantal. Jangan lupa
untuk mandi air hangat sebelum tidur, Tecla! Dan
Phillip, kamu juga harus istirahat. Sudah! Kalian
berdua jangan ribut lagi. Dan tolong jaga Tecla,
Phillip!" "Iya, Ana. Kamu juga jangan khawatir lagi. Mulai
T72U malam ini Tecla akan tinggal di rumah orangtuaku," Phillip menjawab pelan. Tecla terperangah.
"Oh... kabar baik! Kalau begitu sampai besok.
Aku capek. Aku mau tidur sekarang." Tatiana mendesah lega. Sebelum Tecla sempat mengeluarkan suara,
Tatiana sudah memutuskan teleponnya.
"Tinggal di rumah orang tuamu" Lalu bagaimana
dengan pakaian dan barang-barangku" Kita tidak
kembali untuk mengambilnya?" tanya Tecla bingung
sambil memperhatikan Phillip yang sedang memijat
tengkuknya pelan. Seperti biasa, Tecla tidak menemukan satu pun kerutan pada kemeja Phillip. Bahkan dasi yang dikenakannya pun masih terpasang
rapi. "Aku sudah meminta orang membereskannya. Begitu tiba di rumah, barang-barangmu juga pasti sudah sampai di sana. Dari awal orangtuaku sudah
berniat memintamu untuk tinggal di rumah mereka.
Jadi kamu tidak usah khawatir." Phillip menarik
napas panjang lalu kembali berkonsentrasi pada
kemudi. Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam.
Phillip juga pasti lelah, pikir Tecla. Ia memeluk
Mimi dengan erat sambil menyandarkan punggung
semakin dalam ke kursi dan membiarkan matanya
terpejam untuk beberapa saat.
?"" T73U Cahaya matahari menyentuh wajah Tecla membuatnya menggeliat kesal di atas tempat tidur. Pasti
Tatiana yang membuka gorden jendela kamarnya,
pikir Tecla sambil mengeluarkan protes tidak jelas
lalu menarik selimut semakin ke atas untuk menutupi wajahnya. Saat satu tangannya menarik Mimi
dan menempelkan boneka kumal itu wajahnya, Tecla
baru menyadari tempat tidurnya terasa lebih empuk.


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak seperti biasanya. Tidak! Memang tidak sama seperti ranjang yang
biasa ia tiduri di rumah. Kedua mata Tecla langsung
melebar. Tecla bangkit lalu memandang sekelilingnya. Kamar yang rapi dengan perabotan kayu yang
elegan, bedcover berwarna cokelat yang melilit tubuhnya. Jelas ini bukan kamarnya. "Oh" ini rumah
orangtua Phillip," desah Tecla sambil mengusap wajahnya dengan perasaan lega. Ia bahkan tidak tahu
bagaimana bisa berpindah tempat dari mobil Phillip
sampai ke tempat tidur ini.
Tecla mengempaskan lagi punggungnya ke tempat
tidur. Dua kakinya bergerak kesana kemari. Satu
tarikan napas panjang menyusul kemudian. Tecla berguling ke kanan satu kali lalu berguling kembali ke
tempat semula. Tecla tersenyum mengingat kejadian
semalam saat ia menyerang si penodong dengan
membabibuta. Ia akan menelepon orangtuanya untuk
menceritakan kejadian seru itu. Tapi nanti saja. Ia
menikmati masih ingin melanjutkan acara tidurnya.
T74U Namun kedua mata Tecla terbelalak saat ia teringat
Phillip. Ia langsung bangkit dari tempat tidur mencari
ponselnya. Saat terdengar ketukan di pintu kamarnya,
sudut mata Tecla melihat jam dinding menunjukkan
pukul sepuluh lebih sebelas menit. Astaga! Sepertinya
sudah tidak ada waktu untuk mandi. Ia sudah terlambat. Sebaiknya ia bergegas mengganti pakaiannya
dan langsung berangkat ke kantor.
"Ya"! Siapa" Masuk saja!" teriak Tecla sambil
merogoh tas belanjaan yang tergeletak asal-asalan di
pinggir ranjang. Pintu kamarnya terbuka perlahan. Seorang perempuan setengah baya bertubuh mungil muncul dari
balik pintu, senyumnya ramah memandang Tecla
yang masih acak-acakan, antara panik dan bingung.
Senyuman yang mengingatkan Tecla pada Phillip.
Pasti ini Bu Ratna, orangtua Phillip, pikir Tecla.
Yang berbeda hanyalah senyuman perempuan ini
terasa sangat tulus sedangkan senyuman Phillip terlihat sinis seperti pembunuh berdarah dingin atau
terkadang seperti badut yang tertawa berlebihan.
"Kamu sudah bangun" Tentu kamu kecapekan
setelah kejadian semalam. Phillip sudah menceritakannya pada Tante. Apa benar kamu menghajar
penodong itu sampai jari tangannya retak?" Ratna
bertanya dengan antusias. Perempuan itu lalu duduk
di sisi tempat tidur. Tecla tertawa kikuk sambil mencoba merapikan rambut ikalnya.
T75U "Yah, itu yang dikatakan polisi semalam. Tapi aku
tidak berniat meremukkan jemarinya, aku melakukannya hanya karena marah." Tecla meringis kepada
Ratna yang memandanginya dengan berbinar.
"Oh, itu bagus, Tecla. Pemuda macam itu memang
harus diberi pelajaran. Pagi ini kamu pasti sudah lapar." Ratna meraih salah satu tangan Tecla dan menariknya sampai Tecla terduduk di dekatnya. "Ayo, Tante
sudah menyiapkan sarapan pagi untukmu."
"Tapi Phillip pasti akan marah, Tante. Aku sudah
terlambat masuk kantor," tolak Tecla dengan satu
tangan masih mencoba merapikan rambutnya yang
mencuat ke segala arah. "Mana mungkin Phillip marah. Lagi pula, siapa
yang bekerja di hari Sabtu seperti ini?" Ratna tersenyum geli menatap Tecla.
Mendengar ucapan Ratna, kedua mata Tecla membulat karena gembira.
"Ini hari Sabtu" Hari Sabtu karyawan libur. Phillip
juga libur, kan?" Tecla berdecak senang. Aku bisa
menghabiskan akhir pekan dengan hibernasi, teriak
Tecla dalam hati. "Phillip tidak libur. Anak itu tidak pernah mengenal kata libur."
Awan kegembiraan Tecla pecah saat mendengar
ucapan Ratna. "Phillip kembali ke kantor semalam setelah mengantarkanmu sampai kemari. Tapi jangan khawatir.
T76U Tante sudah meminta Phillip untuk memberimu libur akhir pekan ini."
Senyum Tecla kembali mengembang mendengar
kata libur yang terucap dari bibir Ratna.
Ratna memberi waktu Tecla untuk mandi dan
berganti pakaian lalu mengajak Tecla ke ruang makan. Di sana, seorang perempuan muda sedang memangku gadis kecil yang lucu, perkiran Tecla umur
si bocah tidak lebih dari dua tahun.
"Sabina, ini Tecla. Adik perempuan Tatiana."
Ratna mengenalkan Tecla pada perempuan yang dipanggil Sabina itu.
Sabina yang tengah bermain dengan putrinya itu
tersenyum ramah pada Tecla. Melihat perempuan
itu, membuat ingatan Tecla melayang pada kakaknya, Tatiana. Sabina memang tidak terlalu mirip
dengan Tatiana, tapi ada sesuatu yang membuat
Tecla merasa perempuan ini memiliki kesamaan dengan kakaknya.
Tecla mengulurkan tangannya dan membalas senyuman ramah Sabina. "Tecla," ucapnya ramah.
"Nama yang unik." Sabina melepaskan genggaman
tangannya dari Tecla lalu menjumput beberapa helai
rambutnya yang terjatuh ke depan wajahnya dengan
anggun. Tecla memperhatikan tingkah laku Sabina
sambil mencubit pipi merah balita yang tengah dipangku Sabina.
"Sabina istri Peter, kakak Phillip. Dan ini putri
T77U mereka, Safa." Ratna menepuk kedua tangannya
dengan gembira dan mengajak Safa untuk berbicara
dengannya. Safa mengoceh tidak jelas pada Ratna,
membuat mereka bertiga tertawa memperhatikannya.
"Cookies" cookies?" rengek Safa tiba-tiba, membuat Sabina mengerutkan dahinya sambil menatap
lesu pada Ratna dan Tecla.
"Safa minta cookies. Cookies-nya sudah habis," jelas Sabina lalu mengecup pipi Safa dengan penuh
kasih sayang. "Kenapa tidak dibuatkan saja?" tanya Tecla spontan. Ratna menggeleng lesu.
"Pembantu yang biasa membuatnya sedang libur.
Yang lain tidak ada yang bisa. Tante dan Sabina
nggak bisa memasak. Menurut Hubert, keluarga kita
hanya mempunyai perempuan yang tidak mengerti
cara menggunakan dapur." Ratna tersenyum geli lalu
menunduk untuk mencium pipi Safa yang mulai
merasa terganggu karena semua orang berebut mencium pipinya.
"Aku juga tidak bisa memasak. Tapi kalau hanya
membuat cookies, aku sih bisa saja," kata Tecla santai. Ratna dan Sabina mendongak dan menatap
Tecla, seakan tidak percaya tapi menyiratkan harap.
Satu jam kemudian, Safa sudah duduk di kursinya
sambil memegang sekeping cookies hangat di tanganT78U
nya. Ratna tengah membantu memindahkan cookies
hangat dari nampan ke dalam stoples.
"Selama tiga tahun aku tinggal di sini, baru kali
ini aku menggunakan oven," ujar Sabina sambil menotolkan selembar tisu pada dahinya yang berkeringat.
Tecla tertawa mendengar ucapan Sabina. Ternyata
Sabina tidak semirip Tatiana. Tatiana sangat pintar
memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya.
Kalau kakaknya jadi menikah dengan Phillip, pasti
Ratna dan Hubert akan sangat senang. Karena akhirnya ada juga perempuan yang akan menggunakan
dapur mereka selain para asisten rumah tangga.
Baru saja Tecla hendak memamerkan keahlian
Tatiana pada Sabina dan Ratna, Safa tiba-tiba meraung, tangisannya mengagetkan semua orang.
Sabina melepaskan tangannya dari nampan dan berlari ke ruang makan. Untung saja Tecla masih memegang nampan itu dari sisi yang lain dengan erat.
Nyaris kue-kue kering buatannya berhamburan di
lantai. "Di sini rupanya kalian." Phillip muncul dengan
kemeja yang berbeda dari semalam dan terlihat sangat rapi seperti biasanya. Tecla tidak bisa membayangkan apa yang dilakukan Phillip hingga tetap
berpenampilan licin seperti itu, sedangkan ia tetap
saja kusut meski jam tidurnya lebih banyak daripada
Phillip. Lelaki ini memang memiliki kesamaan deT79U
ngan Tatiana, selalu memastikan dirinya berpenampilan sempurna sepanjang hari. Phillip bahkan tidak
pernah terlihat memiliki bulu-bulu halus bekas bercukur di dagunya.
Sabina menggendong Safa sambil menatap kaku
pada Phillip. Tecla mengerutkan dahinya saat menemukan aura tegang di antara mereka. Tecla teringat
perkataan Aditya tentang hubungan Phillip dengan
Peter yang sedang tidak akur.
Ratna tersenyum lebar ke arah Phillip. "Lihat,
Tecla membuatkan cookies untuk Safa. Coba deh
kamu cicip." Ratna menyodorkan kue kering langsung ke mulut Phillip.
Semoga ia tersendak! Semoga kue kering buatanku
tersangkut di tenggorokan Phillip, bisik Tecla dalam
hati. "Enak," puji Phillip. "Aku tidak tahu kamu bisa
masak." Phillip mencomot satu kue kering lagi dari
dalam stoples yang terbuka. Sabina masih menenangkan Safa yang menangis makin keras saat melihat
Phillip merebut makanannya. Phillip merengut kesal
pada Safa. Tecla menyeka dahinya menggunakan lengannya.
"Aku hanya bisa membuat ini saja. Yang lain tidak
bisa. Kalau Ana?" "Sebaiknya kamu ke ruang kerja sekarang," potong Phillip kasar, bahkan sebelum Tecla menyelesaikan ucapannya. "Ada beberapa file yang harus kamu
T80U kirim," kata Phillip memerintah sambil terus menjumput kue kering. Pandangan Phillip beralih pada
Ratna. "Ma, sebentar lagi sopir kantor akan datang
dan membawakan barang-barangku. Suruh mereka
meletakkannya di kamarku."
"Untuk apa, Phillip?" tanya Ratna lembut.
"Aku akan tinggal di sini sementara rumahku direnovasi," jawab Phillip dengan mulut penuh kue.
"Renovasi?" Ratna mengerutkan dahinya.
"Tinggal di sini?" Sabina terperangah sambil menepuk-nepuk punggung Safa yang masih menangis.
"Aku tidak sempat memberitahu. Sebenarnya aku
berniat tinggal di salah satu kamar di hotel kita.
Tapi karena kejadian semalam" kupikir, mungkin
lebih baik aku tinggal di sini." Phillip melirik tak
acuh pada Tecla. "Aku juga tidak akan tinggal lama.
Hanya selama renovasi." Gantian Phillip menatap
dingin ke arah Sabina. "Bukan renovasi besar-besaran. Aku ingin Tatiana nyaman ketika ia nanti menempati rumah kami."
Tecla merasakan penegasan yang tidak perlu di
dalam penjelasan Phillip. Sabina mengangkat dagunya tinggi-tinggi sementara Safa mengoceh dalam
gendongannya, tangisnya sudah reda, mungkin karena kelelahan. Dan Ratna, sepertinya tidak menyadari
ketegangan di antara Phillip dan Sabina.
Phillip menaruh beberapa kue kering di dalam
tangannya. "Ayo, Tecla! Pekerjaan sudah menunggu,"
T81U seru Phillip sambil melangkah menuju pintu dapur.
"Tapi Tecla belum sempat makan, Phillip," cegah
Ratna. "Nanti saja sekalian makan siang," teriak Phillip
sebelum menghilang dari dapur.
Tecla tersenyum kecut lalu meletakkan spatula
yang sedang dipegangnya. "Makan siang tinggal sebentar lagi, Tante. Makan sekarang atau nanti sama
saja." Tecla bergerak hendak mengejar Phillip. Tapi bayangan Phillip sudah menghilang entah ke mana.
Tecla mendesah panjang saat berbalik lagi menghampiri Ratna dan Sabina. Safa terlihat tenang setelah
melihat Phillip sudah pergi dari hadapannya. Bahkan anak sekecil ini sudah bisa merasakan sifat
monster Phillip, pikir Tecla dalam hati.
"E-eh" ngomong-ngomong ruang kerja di sebelah mana ya?" cengir Tecla pada Sabina dan Ratna.
?"" Phillip baru mengizinkan Tecla keluar dari ruangan
kerja Hubert pukul tujuh malam. Mereka bahkan
menghabiskan makan siang di ruang kerja. Ia membuat Tecla menghabiskan hari itu dengan mengirim
e-mail kepada sekian banyak orang, menghubungi
setiap orang yang dimintanya, menyalin laporanT82U
laporan dan masih banyak lagi perintah-perintah
yang dijejalkannya pada Tecla.
Mereka berdua lupa waktu sampai Ratna muncul
di ruang kerja dan mengagetkan Phillip yang membaca beberapa berkas dan Tecla yang berkonsentrasi
menyalin tulisan Phillip ke dalam file.
"Ayo, sudah waktunya makan malam, Phillip. Semua sudah menunggu kalian di meja makan." Ratna
membuka lebar pintu ruang kerja.
"Ya, Ma. Kami akan ke sana. Patrick sudah datang?" Phillip meletakkan berkas-berkas yang dipegangnya ke meja kayu besar yang ada di hadapannya lalu memijat tulang hidungnya.
"Sudah dari beberapa jam yang lalu," jawab Ratna
singkat sebelum berbalik dan menghilang dari pandangan mereka berdua.
Tecla berjalan berdampingan dengan Phillip menuju ruang makan. Hubert yang bertubuh tinggi besar
hanya mengenakan kaus santai berwarna merah bertuliskan Briar-Rose dan celana pendek, sudah duduk
di ujung meja. Di sebelah kanannya Peter yang juga
berpakaian santai seperti Hubert tersenyum ramah
padanya. Kulit Hubert dan Peter terlihat sama-sama
memerah akibat terbakar sinar matahari.
Patrick yang duduk di sebelah kiri Hubert juga
melontarkan senyum padanya. Tipikal playboy, putus Tecla dalam hati setelah melihat satu tindikan di
telinga kanan Patrick. Tecla terperangah saat Patrick
T83U mengedipkan sebelah mata dengan jail. Phillip menarik kursi di sebelah Patrick, membuat Tecla mendesah lega karena tidak harus duduk bersebelahan
dengan Patrick. Tanpa sengaja tatapan Tecla menangkap ekspresi
Sabina yang duduk di hadapannya sedang melengos
saat Phillip meliriknya. "Selamat datang, Tecla. Ini untuk pertama kalinya
Orang Orang Sisilia 1 Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown Pedang Penakluk Iblis 17
^