Pencarian

Romansa Pria Pengangguran 2

Romansa Seorang Pria Pengangguran Karya Kenan Bagian 2


Aku bersabar nunggu kamu sadar akan perasaanku
Aku berharap suatu saat nanti kamu sadar lalu kamu sendiri yang mengajakku untuk menjalani hubungan yang lebih dari sekedar sahabat
Aku, Maaf Ren Rena Tapi kamu nggak kunjung sadar juga sampai harus aku yang mengatakannya lebih dulu, aku ini wanita Ken
Bagaimana Ken" .... Karena bingung aku tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun dari mulut, aku hanya memperhatikan mata Rena yang berkaca-kaca
Rena, Apa aku kurang cantik" Kurang menarik untuk berada di sampingmu"
Aku, Bukan karena itu Tapi memang kondisinya tidak memungkikan
Rena, Kenapa" Audrie" Putusin saja dia, apa aku masih kuran baik dibandingkan dia"
Aku, Kamu baik kok, sangat baik bahwa aku yakin banyak pria yang mau denganmu, banyak pria yang lebih baik dari ku
Rena, Memang, tapi sekarang aku maunya sama kamu
Aku, Aku memang mencintaimu, aku sangat mencintaimu, bahkan sejak dulu, tapi cinta sebagai seorang sahabat
Dan aku nggak mau hubungan kita berganti dari sahabat ke hubungan lain, aku masih ingin kita bersahabat
Kemudian air mata mengalir deras dari kedua bola mata Rena diiringi dengan isak tangis. Sedangkan aku hanya mampu untuk menyaksikannya. Aku tak dapat melalukan apa-apa hanya dapat meminta maaf.
Maafin aku ya Ren Puluhan detik kemudian tiada kata yang terucap dari bibir masing-masing. Hingga Rena mengusap air mata kemudian mulai mencoba untuk berbicara. Nggak papa
Kamu tetap bersikeras untuk menolak, tapi aku hargai apa yang kamu pilih Kamu memilih untuk menolak tawaranku
Dan aku rasa kita masih bisa bersahabat, tapi aku mohon maaf mungkin dalam waktu dekat aku butuh waktu untuk menenangkan diri
Aku diam membisu, hingga akhirnya Rena berdiri dan kemudian beranjak dari teras rumahku. Aku hanya mampu melihatnya berjalan pulang dan lalu masuk ke rumahnya.
--- Part 20 : Sapu Tangan Hingga seminggu berikutnya, aku hilang kontak dengan Rena. Aku sudah mencoba mengirim pesan singkat kepadanya, tapi dia hiraukan. Aku ingin berbicara empat mata, tapi entah mengapa aku tak mampu. Pagi hari setelah Rena mengungkapkan perasaannya, aku keluar ke teras rumah. Awalnya sih mau menemui Rena, tapi aku hanya mampu memandanginya saja dari jauh. Dia juga bersikap cuek, padahal aku tahu bahwa dia tahu kalau aku memperhatikannya dari teras rumahku. Mungkin dia masih marah denganku. Aku berusaha untuk berpikir positif. Lagipula dia juga sudah bilang kalau dia akan butuh waktu untuk menenangkan diri. Tapi jujur saja, aku merasa sangat kehilangan. 25 tahun selalu bersama terus tiba-tiba hilang kontak begitu saja.
--- Di sisi lain, aku jalani hubungan pacaranku dengan Audrie. Seperti pacaran pada umumnya, kami jalan bareng, makan bareng, nonton bioskop berdua. Audrie bermanja, aku merayunya dengan rayuan gombal.
Malam itu, malam minggu kami makam malam berdua. Audrie, Kamu kena flu ya Ken" Kok ingusan gitu"
Aku, Enggak kok, udah biasa kalo makan pedes gini idungku meler sambil membersihkan hidungku dengan sapu tangan yang biasa aku bawa. Audrie, Oww gitu toh
Aku memang mempunyai semacam kelainan, kalau makan yang pedas-pedas pasti selalu keluar sedikit ingus dari hidungku. Tapi sedikit kok dan nggak kental, jadi nggak terlalu menjijikan. Biasanya sih aku gunakan tisu yang di sediakan di tempat makan, tapi entah mengapa kali ini nggak ada.
Setelah membersihkan hidung, aku genggam sejenak sapu tanganku. Sapu tangan ini adalah sapu tangan pemberian Rena. Dia memberikannya saat kami baru masuk bangku kuliah. Saat itu aku berangkat ke Semarang naik travel. Rena dan kedua orang tuaku melepas keberangkatanku kala itu.
Rena saat aku mulai memasukan barang-barangku ke travel berkata, Ken ini aku punya sesuatu buat kamu
Mendengar kata-kata Rena aku berhenti setelah manruh tas di bagasi mobil travel, ku hampiri dia dan berkata, Apa Ren"
Ini sapu tangan buat kamu, Semarang kan panas buat ngelapin kalo kamu keringetan, kamu selama ini kan nggak pernah bawa sapu tangan kata Rena memberiku bungkusan yang berisi beberapa sapu tangan.
Makasih ya Rena kata ku Rena, Kamu ati-ati ya, nanti kalo aku sms dibales loh
Akui, Iya deh Ren Pah, mah Kenan berangkat ya aku berpamitan kepada kedua orang tuaku ---
Kenapa Ken" Kok malah bengong" tanya Audrie Nggak papa Ri kata-ku sambil menyimpan sapu tangan ke dalam saku belakang celanaku
Audrie, Kok dimasukin ke saku celana" Aku, Emang kenapa"
Audrie, Jijik tau, itu kan bekas ingus" Aku, Terus suruh dibuang gitu"
Audrie, Ya enggak juga sih, harusnya kamu pake tisu aja tadi
Lah tisunya habis tuh aku menunjuk tempat tisu kosong di atas meja makan kami
Ya kan kamu bisa minta sama aku, aku bawa kok kata Audrie mengeluarkan tisu dari tasnya lalu diberikan kepada ku
Aku, Kamu kok care banget sih sama aku" Audrie, Iya lah, aku kan pacar kamu Aku, Kiko, kamu so sweet banget
Audrie, Ini pasti mau ngegombal nggak mutu lagi nih pasti Eh Ken Rena gimana"
Aku, Gimana apanya"
Audrie, Ya biasanya kamu cerita tentang Rena, tapi beberapa hari ini kok nggak pernah cerita tentang dia lagi"
Aku, Yah emang lagi nggak ada yang yang pingin kuceritain lagi tentang Rena sekarang
Sekarang aku pinginnya cerita tentang kita Ri, tentang masa depan kita berdua, tentang 4 orang anak yang nantinya kita punya
Audrie, Bisa aja deh kamu
Tapi oke, kita cerita tentang empat calon anak-anak kita yuk ---
Part 21 : Interview #2 Hari berikutnya, sebagai seorang pengangguran walaupun sudah bukan jomblo lagi, tapi kurasa hidupku membosankan. Siang hari hanya bisa duduk di depan layar komputer ataupun sekedar tiduran di kamar. Aku punya pacar tapi pacarku seorang pekerja, untuk sekedar mengirim pesan singkat saja aku masih pikir-pikir. Takut mengganggu pekerjaannya. Belum lagi sekarang Rena bersikap sangat dingin denganku. Kehidupan seorang pengangguran memang sangat membosankan.
Sayup-sayup terdengar suara ringtone panggilan masuk dari ponsel ku yang kuletakan di meja ruang tamu, i m not an actror, i m not a star and i don t even have my own car
but i hoping so mach you will stay, that you will love me anyway Aku segera beranjak dari tempat tidur belari untuk mengambil ponselku kemudian menerima panggilan telpon yang masuk.
Halo selamat siang Terdengar suara wanita dewasa dari speaker ponselku, Selamat siang, benar ini dengan saudara Kenan Nasri"
Aku, Iya saya sendiri, ini dari siapa ya"
Perkenalkan nama saya Freska dari PT. Yang namanya disamarkan Saudara Kenan benar kemarin mengirimkan surat lamaran pekerjaan kepada perusahaan kami untuk posisi staff pajak"
Aku menjawab, Iya benar sekali
Freska, Anda mendapatkan panggilan untuk mengkiti test kerja, kira-kira hari apa bisa ke tempat kami untuk interview
Aku saking semangatnya menjawab, Secepatnya bisa bu, hari ini juga bisa kok bu Freska Hari ini ya, kalo begitu nanti saya tunggu jam setengah tiga sore Aku, Bertemu dimana dan menemui siapa bu"
Freska, Di PT. Yang namanya disamarkan, jalan yang dirahasiakan, bertemu dengan saya sendiri, Freska
Aku, Baik terimakasih bu, akan saya uisahakan untuk datang tepat waktu
Freska, Baik saya tunggu kedatangan saudara Panggilan telpon berakhir.
Kulihat jam di Poselku, masih menunjukan pukul 10.30 pagi. Masih cukup untukku untuk membaca kembali perpajakan untuk me-refresh ingatanku. Tapi sebelumnya aku mau mandi dulu untuk menyegarkan badan. Aku seorang pengangguran, wajarkan kan kalo mandinya siang-siang"
Aku mandi dan lalu membaca materi perpajak yang sudah ada di komputerku. Materi yang kupelajari sekitar pajak pengahasil atau PPh pasa 21 sampai 25, biasanya itu yang menjadi materi test kerja. Aku tau hal itu dari internet. Demikian juga dengan cara membuat SPT atau surat pajak terutang serta cara membuat nota pajak. Oh iya, waktu kuliah dulu aku pernah magang di kantor konsultan pajak atau KKP selama satu bulanan.
Aku datang ke PT. Yang namanya disamarkan tepat waktu. Satpam perusahaan mengantarkanku ke bagian keuangan dan kemudian diantar ke Bu Freska, orang yang menelponku tadi.
Silahkan duduk mas kata Bu Freska
Tapi aku tidak langsung duduk melainkan mengajak Bu Freska berjabat tang baru setelah itu duduk.
Bu Freska, Saudara Kenan Nasri, mndaftar untuk posisi staff akuntansi perpajakan Aku, Iya benar bu
Bu Freska, Silahkan perkenalkan diri dulu mas Kenan
Lalu aku memperkenalkan diri meliputi data diri, riwaya pendidikan dan riwaya pekerjaan juga.
Bu Freska, Saudara Kenan ya, apa alasannya ngelamar posisi staff akuntansi perpajak di sini"
Aku, Pertama sih karena saya butuh pekerjaan dan selajutnya saya lulusan jurusan akuntansi jadi saya yakin bisa bekerja di posisi tersebut
Bu Freska, Tapi ini perpajakan loh mas, saya lihat di transkrip nilai anda hanya ada 3 mata kuliah terkait perpajakan, sepertinya dulu fokus studi anda bukan perpajakan
Aku, Iya benar sekali bu, memang waktu kuliah dulu fokus study saya bukan akuntansi pajak namun akuntansi keuangan
Tapi saya magang di Kantor konsultan pajak di Semarang, saya juga pernah beberapa kali mendapatkan job untuk mengisi SPT pada saat kuliah Bu Freska, Oke, pernah mengikuti brefet pajak A dan B"
Aku, Belum pernah --- Kalo dijabarin semua percakapan antara aku dan Bu Freska waktu interview kayanya nanti bakal kepanjangan deh. Langsung ke point-point penting dari cerita aja ya.
--- Bu Freska, Kuliahmu empat tahun ya, nggak mengecewakan kok bisa lulus tepat waktu
Aku, Mungkin karena saya beruntung bisa lulus tepat waktu
Iya, memang benar aku bisa lulus tepat waktu itu karena aku beruntung, beruntung bisa mempunyai sahabat seperti Rena. Laku apa hubungannya anatar persahabatanku dengan Rena dan kelulusanku" Skripsiku bisa cepat selesai garagara Rena.
Jamannya semester 8 saat sedang mengerjakan skripsi, Rena lah yang memberiku motivasi. Dia sering bertanya bagaimana kemajuanku dalan mengerjakan skripsi. Kalo kemajuan prosese skripsiku tidak signifikan dia protes.
Kamu kok baru sampai situ sih" Aku aja udah sampe bab segini kira-kira seperti itu reaksi Rena.
Atau pada saat aku pulang kampung di rumah lewat telepon dia bilang gini, Kamu bukannya ngerjain skripsi malah sante-sante di rumah, nggak pingin cepet lulus apa"
Selain itu waktu skripsinya dia selesai duluan, dia ikut bantu aku ngerjain skripsi. Yah walaupun alakadarnya karena kuliah yang dia ambil berbeda jauh dengan diriku, jurusan yang dia ambil sastra inggris.
Pernah kuceritakan kan kalo Rena pernah ke Semarang jaman aku kuliah dulu" Nah itu dia ke Semarang dalam rangka memberi support agar aku dapat segera menyelesaikan skripsiku. Tapi jangan dipikir Rena nginep di kosanku. Dia nginep di tempat kost teman cewe kami yang kebetulan kuliah di Semarang juga kok.
Rena memang sngat baik kepadaku. Tapi sayang sekali sekarang dia bersikap sangat dingin kepadaku. Aku tak tau apa aku sekarang salah atau tidak. ---
Kembali lagi ke saat aku diinterview Bu Freska. Intinya sih baru tahap penawaran, aku mau nggak kalo kerjaannya seperti ini, lingkungan kerja seperti ini dan standar gaji yang seperti ini. Yang jadi masalah sih lingkungan kerja. Di tempat kerja yang kulamar itu bagian keuangan itu cewe semua. Waktu aku baca informasi lowongan kerja di situ juga ditulis reqruitmentnya untuk wanita, tapi aku nekat lamar aja. Namanya juga butuh pekerjaan siapa tau dipanggil, dan benar saja aku dapat panggilan kerja. Setelah itu aku disuruh nunggu kabar selanjutnya dari perusahaan. ---
Part 22 : Pengangguran Sepulangku dari interview kerja, aku melihat ada mobil MPV terparkir di halaman Rumah Rena. Mungkin itu saudara-saudara Rena sedang berkunjung, pikirku. Sesampainya di rumah, aku langsung mandi karene Audrie mengajakku untuk hangout bareng teman-temannya, Lana, Lando, Arin dan Rama.
Kemudian aku jemput ke rumah Audrie, ketemu om Tio, ngobrol bentar terus pamitan seperti sebelum-sebelumnya. Kali ini kami keluar untuk mengunjungi event pamaren buku. Kami berdua pergi ke tempat pameran buku diadakan, ketemu teman-teman Audrie dan muter-muter pamaren barsama.
Setelah itu kami makan malam bersama di warung pinggir jalan. Terjadi percakapan saat kamu berenam menunggu sate ayam yang kami pesan.
Lando, Ini Kenan dan Audrie yang mau traktir kita semua" Aku, Kenapa mesti aku"
Lando, Ya kalian yang baru jadian, kaya semacam syukuran pasangan basru gitu Iya bener tuh kata Lando kata Arin menimpali
Audrie, Eh kalian itu loh, Kenan kan masih nganggur, udahlah biar aku aja yang bayarin kalian
Mendengar perkataan Audrie, sumpah perasaanku nggak enak banget. Pertama aku malu sama teman-teman Adrie yang akhirnya tahu bahwa aku nganggur. Kedua, Audrie cewe, masa yang bayarin cewe gitu"
Rama, Masih nganggur Ken"
Aku, Iya sambil tersenyum malu
Rama, S1 kan" ditempatku buka lowongan S1 segala jurusan tuh, kamu mau" Kalo mau nanti infonya aku kasih deh
Audrie, Pasti mau kok Rama, Yaudah besok ku BBM aja gimana info lengkapnya, aku juga nggak hapal gimana detilnya
Setelah itu kami lanjutkan obrolan, kami makan makanan yang kami pesan. Audrie membayar makanan lalu kami berenam saling berpamitan untuk pulang. Aku mengantarkan Audrie ke rumahnya dan sampai di rumahku sekitar jam 9 lebih. Mama menyambut kedanganku, beliau membukakan pintu saat aku datang. Ku parker motor di bagasi lalu aku masuk ke rumah. Saat aku melewati pintu rumah, mama yang ada di dekatku berkata,
Dari mana aja Ken" Aku, Biasa mah jalan-jalan sama Audrie
Aku ke belakang untuk menyuci kaki tangak kemudian masuk kamar untuk mengganti pakaianku. Tepat setelah aku selesai berganti pakaian, mama mengetuk pintu kamarku yang teadinya sempat terkunci. Aku buka pintu kamarku.
Mama, Ken, gimana nyari kerjanya udah ada yang berhasil"
Aku berjalan mudur untuk duduk di atas kasur dan kemudia berkata, Belum kayanya deh mah
Mama, Cepetan dapet kerja ya nak, biar bisa nyusul Rena
Nyusul Rena gimana" aku bertanya karena aku tidak tahu apa yang mama maksudkan
Kamu belum diberitahu Rena" kata mama Aku, Diberitahu apa mah"
Mama, Rena dijodohkan sama orang tuanya, tadi keluarga si pria yang mau dijodohkan ke sini
Part 23 : Aku harus bagaimana"
Mama, Rena dijodohkan sama orang tuanya, tadi keluarga si pria yang mau dijodohkan ke sini
Aku, A, aku baru tahu mah, Rena nggak ngasih tau apa-apa
Kemudian mama yang tadinya berdiri di depan pintu berjalan menhampiriku lalu duduk di sampingku.
Mama, Kamu lagi ada masalah ya sama Rena ya" akhir-akhir ini kok kalian nggak pernah keliatan bareng" Biasanya juga dia sering main ke sini
Aku, Iya mah, kemarin ada masalah kecil, tapi maaf Ken nggak bisa cerita ke mama
Tapi nggak bakal lama kok mah, Rena pernah bilang kalo dia butuh waktu menenangkan diri aja
Mama, Lalu gimana hibunganmu dengan Audrie" Kamu belum kenalin dia ke mama
Aku, Nanti ajalah mah, baru aja jadian Berarti Rena udah mau dinikahin gitu ya"
Mama, Kata ibunya sih mau bertunangan dulu
Tapi bener loh kamu segera kenalin Audrie ke mama ya, Rena aja udah ada calon, masa kamu belum"
Aku, Nyari kerja dulu kali mah, urusan nikah sih belakangan Mamaku tersenyum kemudian berkata, Yaudah deh, sukses ya nyari kerjanya, mama mau tidur dulu Ken
Mama keluar dari kamarku. Bermenit-menit berikutnya aku tetap duduk diatas kasur termenung. Mengapa Rena tak memberitahuku tentang perjodohannya" Seharusnya aku merasa turut bahagia mendengar kabar baik ini. Kabar baik" Apa layak kabar perjodohan sebagai kabar baik" Ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi. Lagipula di kisah Siti Nurbaya, tokoh utama setelah dijodohin bukan malah jadi bahagia hidupnya, jadi tragis.
Ya kalo pria yang dijodohkan dengan Rena pria yang baik, kalo enggak gimana Ken" Pria baik pun belum tentu bisa jadi suami yang baik un tuk Rena. Aku saja yang sudah mengenal Rena sejak lama belum merasa yakin bisa menjadi suami yang baik untuknya. Ah bukan sekedar mengenal, aku benar-benar memahami dan sangat mempedulikan Rena.
Iya, aku merasa tidak merasa yakin bisa menjadi suami yang baik untuk Rena, untuk jadi pacarnya saja aku tak yakin. Semua itu karena aku peduli kepada Rena, aku ingin dia bahagia. Selama ini aku selalu ingin melihatnya bahagia, rasanya sangat menyakitkan tiap kali melihat Rena menangis.
Oke aku akui bahwa aku sebenarnya sudah sangat lama terobsesi dengan Rena. Seperti Rena, aku juga mempunyai impian yang sama. Aku sering memimpikan suatu hari nanti Renalah orang yang pertama aku lihat setelah aku membuka mata. Bahkan sering kali dia hadir dalam pikiranku sebelum aku membuka mata.
Ya, sebenarnya aku sudah jatuh cinta kepada Rena sejak lama. Aku tak tahu sejak kapan tepatnya, tapi aku benar-benar mencitainya. Hanya aku takut akan merusak hubungan kami yang sudah terjalin erat sebagai sahabat. Karena sudah kubilang aku tak yakin bisa menjadi pasangan hidup yang baik untuk dirinya. Karena aku takut, aku takut mengambil resiko itu.
Aku terobsesi namun takut. Dan untuk mengalihkan obsesi itu, aku mencoba melirik gadis-gadis lain. Anna, Pita, Galuh, Puspa dan yang terakhir Audrie, itu nama-nama gadis yang pernah berhubungan spesial denganku.
Seandainya saja Rena mengungkapkan perasaan yang lebih awal. Seandainya saja di berbicara dari awal tentang rencana perjodohannya itu. Seandainya saja Rena melakukan itu sebelum aku mengenal Audrie, paling tidak sebelum aku berpacaran dengan Audrie. Keadaannya pasti akan menjadi lebih mudah. Aku yakin pasti tidak akan sesulit ini.
Audrie, aku coba untuk membayangkan bagaimana perasaannya jika mengetahui keadaanku saat ini, mengetahui tentang perasaan yang sebenarnya kurasakan. Dia pasti akan sakit hati atau setidaknya kecewa jika aku memutuskan hubungan pacaran kami secara mendadak dan sepihak. Belum lagi aku sudah mulai dekat dengan om Tio, ayahnya.
Tuhan, aku harus bagaimana sekarang" Apa yang harus kulakukan sekarang" Jujur aku belum sanggup menerima kenyataan jika Rena menikah dengan pria lain. Tapi aku juga tak mau membuat Audrie kecewa.
Ah... tapi kupikir aku harus berani mengambil resiko. Kali ini aku harus berani, seperti yang pernah kukatakan, aku ini seorang laki-laki. Apapun resikonya, besok pagi aku harus bicara kepeda Rena, berbicara bahwa aku selama ini juga memiliki perasaan yang sama. Masalah perasaan Audrie itu resikonya, memang harus ada perasaan yang dikorbankan.
--- Karena dihantui pikiran tentang perjodohan Rena, aku sulit untuk tertidur. Hasilnya, ke-esokan harinya aku terbangun dri tidur hampir pukul 7 pagi. Itu artinya aku tidak bisa bartemu Rena saat sebelum dia berangkat kerja.
Dari pagi sampai siang, aku terjebak dalam kegalauan. Aku ingin memperjuangkan hubunganku dengan Rena. Tapi di sisi lain aku masih merasa berat untuk meninggalkan Audrie. Akhirnya aku putuskan untuk mengajak Audrie bertemu. Aku kirim pesan BBM kepada Audrie, Ri, nanti pas jam istirahat kita ketemuan ya Kamu bisa keluar dari kantor kan waktu jam istirahat"
Ting! tak lama kemudian Audrie membalas pesanku, Ada apa ya Ken, tumben ngajak ketemuan siang-siang di hari kerja Kangen ya"
Aku, Ada lah, bisa nggak nih"
Ting! Audrie membalas pesanku, "Hmmm.. pasti ini mau ngasih surprise ya Oke bisa kok, nanti sekalian makan siang bareng Kamu sampai sini jam 12 ya biar kita bisa lama ketemuannya
Aku, Iya oke Ri Pukul 11 lewat dikit aku pergi ke tempat Audrie bekerja. Kami bertemu lalu pergi ke rumah makan yang jaraknya tak jauh. Kami makan siang bersama. Saat makanan yang kami santap sama-sama habis, Audrie berbicara sesuatu. Ken, kamu kok kenapa kok diem aja daritadi" Ada masalah ya" Aku, Iya
Audrie, Iya apanya" Kamu ada masalah" Aku mengangguk untuk mengiyakan, Maaf Ri Audrie, Maaf" Maaf untuk apa"
Aku, Sebenarnya, aku ngajak kamu ketemuan hanya mau ngomong kalo aku nggak bisa nerusin hubungan pacaran kita
Aku paham kalo ini tiba-tiba dan kamu pasti akan kaget dan kecewa, tapi aku hanya bisa meminta maaf sama kamu
--- Part 24 : Putus Ken, kamu kok kenapa kok diem aja daritadi" Ada masalah ya" Aku, Iya
Audrie, Iya apanya" Kamu ada masalah" Aku mengangguk untuk mengiyakan, Maaf Ri Audrie, Maaf" Maaf untuk apa"
Aku, Sebenarnya, aku ngajak kamu ketemuan hanya mau ngomong kalo aku nggak bisa nerusin hubungan pacaran kita
Aku paham kalo ini tiba-tiba dan kamu pasti akan kaget dan kecewa, tapi aku hanya bisa meminta maaf sama kamu
heh.. Audrie tersenyum Aku sudah menyangka hal ini
Aku, Aku benar-benar minta maaf lalu menmbahkan Kamu boleh marah sama aku, aku terima kok
Audrie, Emm, jujur aku kecewa, tapi aku ikhlas
Aku udah curiga kok kamu sebenernya sayang sama Rena lebih dari sekedar sahabat
Bahkan kemarin bilang bahwa dia sebenarnya juga memendam perasaan ke kamu sejak lama
Aku, Maksudmu" Audrie, Waktu awal kita kenalin REna dan Aiden, kamu kasih kontak BBM Rena ke aku
Sebagai seorang pacar, aku kontek-kontekan donk sama sahabatmu Kemarin tiba-tiba Rena mengirimi BBM semacam pengakuan Dia ngaku kalo sebenarnya dia memendan perasaan ke kamu
Awalnya sih bingung plus kesel baca BBM Rena, kok tiba-tiba aja dia memberitahu hal itu
Tapi akhirnya aku paham kok, paham kalo Rena benar-benar tulus mencintai kamu
Terakhir dia bilang bahwa dia nggak akan ganggu hubunganku dengan kamu dan dia minta tolong ke aku buat jagain kamu
Soalnya dia setelah itu nggak bisa lagi jagain kamu karena dia udah mau dijodohkan sama orang tuanya
Aku, Jadi Rena udah ngasih tau hal itu ke kamu" Kenapa kamu nggak bilang hal ini ke aku"
Audrie, Aku mau nunggu aja bagaimana keputusanmu
Kan belum tentu benar juga dugaanku kalo kamu ada rasa lebih sama Rena Tapi sekarang dugaanku terbukti benar
Waktu kemarin aku berniat mengenalkan Rena dengan Aiden, kayanya kamu agak nggak setuju dan beberapa kali ingin memastikan bahwa Aiden pria baik-baik Dari situ aku menyimpulkan, kamu peduli banget sama Rena
Terus waktu kita hangout berempat, saat itu pelayannya nggak sengaja numpahin kopi ke Rena
Walaupun nggak sampe teriak-teriak, tapi keliatan banget sama itu pelayan
Aku, Ya habis pelayannya, kaya nggak merasa bersalah banget, Cuma bilang maaf dan bilang mau ganti kopinya, nggak inisiatif bantu bersihin tumahan kopi di baju Rena
Audrie Tuh kan kamu peduli banget sama Rena
Belum lagi waktu kita pacaran, kamu sering banget cerita tentang persahabatmu dengan Rena bahkan cerita tentang sosok rena sendiri
Kamu pernah cerita kalo Rena punya kebiasaan yang aneh, dia suka makan pop mie tapi pop mienya Cuma diseduh 1 menit dan itu airnya sedikit Aku, ....
Audrie, Perjuangkan Rena ken! Walaupun sedikit kecewa, aku ikhlas kok
Jujur sih kamu pria baik, baik banget, tapi kalo hubungan kita diterusin nggak baik juga, soalnya kamu sukanya sama Rena
Mumpung belum lama juga hubungan pacaran kita, kalo lama-lama aku bakal semakin berharap sama kamu, semakin kecewa juga nanti akhirnya kalo kita putus ditengah jalan
Aku, Makasih ya Ri atas pengertianmu Aku harap setelah ini kita masih bisa berteman
Audrie, Iya kita masih bisa temenan kok
Aku juga makasih atas status pacaran kita yang umurnya nggak nyampe 3 minggu ini
Banyak hal yang bisa kupelajari dari kamu Aku, Makasih banget Ri
Audrie, Iya, iya, yaudah udahan den acara makan siang kita Abis ini tolong anterin aku dulu ke kantor ku ya Aku, Oke
Lega rasanya bisa mendapati Audrie dapat menerima keputusanku untuk putus dengannya. Ternyata dia bisa mengerti keadaanku. Aku antarkan dia ke kantornya kemudian aku pulang ke rumah.
--- Part 25 : Kemah Sepulangnya di rumah, aku mencoba mengirim beberapa pesan BBM kepada Audrie. Namun tidak tersampaikan. Aku coba mengirim SMS, namun tak kunjung mendapat balasan. Ingin ku telpon dia tapi kupikir pasti meganggu, dia sedang bekerja.
Aku telah berani mengambil resiko kali ini. Aku telah mengakhiri hubunganku dengan Audrie demi Rena. Namun sekarang belum tentu Rena mau denganku. Tapi tak apa, bukankah aku pernah mengatakan bahwa laki-laki harus berani mengambil resiko"
Terlintas tentang Rena di kepalaku saat aku berbaring di atas tempat tidur. Tentang Rena di masa laluku. Tentang masa lalu yang menjadi kenangan-kenangan. Kenangan-kenangan yang tak dapat kupungkiri merupakan kenangan-kenangan yang indah.
Tadi Audrie bilang kalo Rena sempat memintanya untuk menggantikan perannya. Peran untuk menjagaku. Memang benar, selama ini Rena menjagaku. Mulai dari saat dibully teman semasa SD. Dia sangat peduli denganku, bukan memberi sapu tangan kepada ku saat aku pertama kali pergi ke Semarang adalah salah satu bentuk kepedulian"
Sejak kecil Rena sering kali masuk ke kamar tidurku pada pagi hari di hari minggu atau hari libur lainnya. Untuk membangunku aku dari tidur. Semasa sekolah, Rena yang selalu mengingatkanku untuk mengerjakan PR sekolah. Bahkan pada waktu SMA, saat kami tak pernah satu kelas, dia tetap mengingatkanku.
Saat aku jatuh sakit, Rena lah orang yang paling peduli denganku setelah mama. Aku jadi teringat kejadian saat kami duduk dibangku kelas 1 SMA. Saat itu sekolah kami melakukan kegiatan tahunan di mana semua siswa kelas 1 dan 2 melakukan kemah di bumi perkemahan.
Kami, para siswa berangkat dari sekolah bersamaan menaiki beberapa truck. Kami sampai di bumi perkemahan. Kami membangun tenda-tenda yang lokasinya mengelompok sesuai dengan ekstra kulikuler yang kami ikuti. Aku dan Rena kala itu mengikuti ekstra kulikuler yang sama, palang merah remaja atau disingkat PMR.
Awalnya semua kegiatan perkemahan bisa aku ikuti semua dengan lancar. Hingga pada saat sebelum dilakukannya kegiatan semacam penjelajahan alam, aku jatuh sakit. Kepala-ku pusing dan perut mual-mual sehingga seniorku menyarankan agar aku menunggu saja di tenda. Sebenarnya tak terlalu parah sih, makanya aku hanya disuruh untuk istirahat di tenda reguku sendiri.
Aku diantar seniorku ke tenda reguku kemudian aku merebahkan diri untuk beristirahat. Huft..., pasti bakal membosankan sendirian di tenda kecil ini pikirku saat memandangi bagian atas tenda yang tingginya mengkin sekitar 1,5 meter. Aku sendiri di dalam tendang yang ukurannya 2 kali 4 meter. Teman tidak ada, ponelpun tidak membawa.
Aku masih berbaring saat kurasakan ada orang yang berjalan mendekati tendanku. Lalu orang itu membukan pintu tenda yang berada di sisi lain dari tempatku berbaring.
Aku, Rena" Sempat tak percaya ternyata yang datang adalah Rena. Kupikir dia ikut kegiatan berjelajah alam seperti lainnya. Tapi kenapa dia justru ke sini"
Rena menderkatiku dan kemudian duduk di sampingku yang sedang berbaring. Tangannya memegang dahiku dan berkata Beneran panas ternyata, kupikir akalakalanmu aja biar nggak ikut jelajah .
Aku yang tadinya bebering berusaha untuk bangun namun Rena menahanku agar tetap berbaring Udah Ken, tiduran aja kamu kan sakit katanya. Ngapain kamu ke sini sih Ren" aku bertanya
Ya jenguk kamu lah jawab Rena
Terus kamu nggak ikut jelajah" aku bertanya lagi
Ya enggak lah, aku ijin sama kakak senior tadi, aku bilang aja kalo kurang enak badan dan dibolehin sama kakaknya kata Rena
Setelah menjawab pertanyaan Rena malah mengubah posisi yang tadinya duduk menjadi berbaring di sampingku. Sontak aku langsung bangun dan duduk Kamu ngapain sih Ren" Kok malah tiduran gitu" Nanti kalo ada orang yang dateng terus ngira kita macem-macem gimana"
Rena sambil berbaring berbicara dengan entengnya, Aku nggak niat macemmacem kok Ken, kamu kali yang pikirannya kotor
Aku, Ya, aku kan cowo, kamu cewe
Rena langsung menimpali, Ya aku tau kok
Aku menarik badan Rena supaya dia nggak berbaring lagi, Yaudah kalo tau jangan tiduran gitu
Rena sambil duduk dan cengengesan berkata, Hhihihi..., terus aku suruh duduk terus gini Ken"
Oke deh nggak papa walaupun duduk terus kan capek tapi nggak papa sambil duduk, Rena kembali memegang dahiku.
Aku mencoba melepaskan tangan Rena yang menempel di dahiku lalu berkata, Kamu pergi aja deh Ren dari sini
Rena, Jadi kamu ngusir aku Ken" Aku ke sini tuh niatnya nemenin kamu, malah diusir, tega kamu Ken
Waduh Rena kambuh lagi, mulai aneh lagi dia pikirku. Daripada dikira yag enggakenggak mending Rena ku usir.
Aku, Ya nanti kalo ada orang yang mergokin kita berduaan di dalam tenda gimana"
Yang mergokin bakalan berpikir, ihhh... romantis banget Rena sama Kenan gitu Ken hehehe.. kata Rena cengengesan
Yaudah deh aku aja yang keluar dari sini, masa bodo kamu maau di sini terus, semoga aja nanti ada yang ke sini terus ngira kamu mau maling di tendaku aku mengancam Rena dan mencoba untuk berdiri agar dia semakin takut akan ancamanku.
Rena memegang lenganku agar aku berhenti, Iya-iya aku pergi, kamu ngambekan deh
Huftt..., lega akhirnya Rena mau pergi.
Rena menarik lenganku kebawah agar aku kembali berbaring, Yaudah kamu tiduran aja istirahat biar cepet sembuh
Nah begitu dong kata-ku sambil memposisikan tubuh untuk berbaring
Rena bangkit dari duduknya dan mulai berjalan membukuk untuk keluar dari tenda. Sebelum dia benar-benar keluar dari tenda, dia menoleh ke arahku dan berkata, Udah kamu tiduran aja ya di sini, kalo ada apa-apa kamu teriak yang keras. Walaupun tendaku nggak jauh, biar aku bisa ke sini
Aku, .... Rena, Kok diem" Ngambek ya"
Aku, Iya-iya aku bakal teriak yang keceng banget kalo ada apa-apa biar kamu bisa denger terus tolongin aku
Rena, Yaudah aku keluar dulu ya Ken Aku, Iya-iya ati-ati Rena
Aku tersenyum sendiri saat mengingat kejadian itu. Aku pikir-pikir lucu juga aku dan Rena saat itu. Walaupun agak konyol, tapi apa yang dilakukan Rena saat itu menunjukan bahwa dia memang benar-benar peduli kepadaku. Aku harus memperjuangkan Rena. Dia dan apa yang telah kami lalui bersama terlalu berharga untuk diikhlaskan jika dia akhirnya menikah dengan pria lain
--- Jam 4 sore, aku mulai duduk di depan teras rumahku untuk menunggu kedatangan Rena pulang dari tempat kerjanya. Sekitar setengah jam aku menunggu, terlihat sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumah Rena. Seorang pria berbadan tegap mengenakan jaket berwana coklat keluar dari pintu sopir mobil. Kemudian pria itu membukakan pintu mobil sisi sebelahnya. Rena keluar dari dalam mobil.
Hal itu membuatku bangkit dari dudukku dan berjalan mendekat agar dapat melihat lebih jelas.Aku hanya dapat melihat Rena berpamitan dengan pria itu. Ku lihat mereka sangat dekat, kupikir mungkin pria itu ada calon tunangan Rena. Rena sempat menengok ke arahku saat berinteraksi dengan pria itu. Aku yang awalnya berniat untuk segera menghapiri Rena sesaat dia pulang kerja, mengurungkan niatku. Mungkin lebih baik aku menunggu pria itu pergi, baru aku bicara dengan Rena.
Pria itu pergi dengan mobil sedannya. Rena sudah masuk di rumahnya saat aku mulai beranjak untuk menemuinya. Bahkan saat aku sampai tepat di rumahnya, pintu sudah tertutup. Ku ketuk pintu rumah Rena.
Aku, Assalamu alaikum Tak lama kemudian pintu terbuka.Tante Rina, ibu Rena yang membukakan pintu. Kenan" Ada apa" tante Rina
Aku, Tante Rina, Kenan pingin ketemu Rena bisa dipanggilkan tidak tant" Tante Rina, Dia baru saja masuk, tapi tante panggilin bentar Ken Kamu duduk dulu Ken mempersilahkanku duduk di kursi teras rumahnya Aku duduk untuk menunggu Rena yang sedang dipanggilkan oleh ibunya.
Ngapain kamu ke sini" kata Rena saat dia baru keluar melewati pintu rumahnya, dia masih menggunakan pakaian kerjanya. Lalu dia duduk di kursi di sebelahku yang terpisah oleh satu meja kecil.
Aku mau ngomong sesuatu Ren kata ku Yaudah ngomong aja Rena
Aku, Kamu mau tunangan, itu benar
Benar Rena menjawab dengan singkat dan datar Aku, Kenapa kamu nggak beritahu aku"
Rena, Toh kamu udah tau sendiri
Tadi barusan Anton yang nganterin aku berangkat dan pulang kerja Aku, Jadi dia"
Rena, Iya Kenapa kamu mau dijodohin dengan dia" Sebelumnya kalian nggak begitu kenal kan" aku mengjukan sebuah pertanyaan untuk Rena
Rena, Aku dan 25 Ken, aku cewe, belum pernah ada cowo datang kesini memperkenalkan diri sebagai calon suami atau pacar atau setidaknya cowo yang pingin jadi pacar
Aku terdiam, .... Rena memandangku dengan tajam seakan-akan dia memendam amarah kepadaku, Bahkan adikku, Rana sudah ada laki-laki yang menunjukan keseriusannya kepada kedua orang tuaku
Padahal dia masih kuliah, dia ingin segera menikah setelah wisuda nanti Aku akan menjadi penghalang impiannya jika aku tak segera mendapatkan pendamping hidup terang Rena
Aku, Tapi kamu nggak cinta sama Anton kan"
Rena, Cinta" Itu urusan belakang Ken Aku, Aku baru putus dari Audrie Rena, Terus"
Aku, Aku yang mutusin dia sesuai permintaan kamu kemarin
Part 26 : Resiko Aku, Aku baru putus dari Audrie Rena, Terus"
Aku, Aku yang mutusin dia sesuai permintaan kamu kemarin


Romansa Seorang Pria Pengangguran Karya Kenan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan mata berka-kaca Rena berkata dengan nada emosional, Iya terus" Terus kamu mau bilang kamu mau nerima cinta yang kemarin kutawarkan ke kamu gitu" Iya jawabku
Rena, Sekarang udah terlambat
Udah nggak penting lagi bagiku sesuatu yang disebut cinta tambah Rena
Aku berusaha menjelaskan kepada Rena, Sebenarnya aku juga mempunya perasaan yang sama seperti yang kamu ungkapkan kemarin
Aku menundukkan kepala, rasanya tak mampu memandangan Rena yang kala itu matanya berkaca-kaca seakan-akan ingin menangis.
Aku, Aku sudah lama memendam rasa itu karena aku takut, hubungan yang sudah kita jalin hancur
Tapi aku sekarang sadar, yang ku inginkan selama ini darimu bukan hubungan sekedar sahabat tapi lebih dari itu
Rena, Tatap aku Ken Mendengar apa yang Rena katakan aku melakukan sesuai apa yang Rena mau, aku menatap ke arahnya walaupun sebenarnya dengan berat hati. Air mata mulai mengalir di kedua pipi Rena, Udah telat Ken, semua sudah terlambat, sekarang lebih baik mencoba merelakan semua tentang kita untuk jadi kenangan
Rasanya aku tidak sanggup lagi menatap Rena sehingga memalingkan wajah, Aku nggak rela Ren kamu dengan pria lain
Rena, Kamu pikir selama ini aku Rela" Aku hanya diam mendengar pertanyaan Rena, ....
Beberapa detik kemudian Rena berkata lagi, Kamu pikir aku rela saat kamu bercerita tentang romansa-romansamu dengan wanita lain"
Rena, Aku tau kamu pasti cemburu sekarang, aku tau tapi apakah kamu pernah tau bahwa selama ini aku cemburu berulangkali saat kamu bercerita tentang Audrie, Puspa dan mantan-mantanmu yang lain"
Maafkan aku atas ketidaktahuanku itu Ren kataku Rena, Memang gampang ya bilang maaf
Aku, Tapi sekarang aku benar-benar bersungguh-sungguh, aku ingin kamu manjadi pendamping hidupku
Rena, Lalu bagaimana dengan Anton" Aku batalin perjodohan kami begitu saja gitu"
Aku terdiam, .... Jawab Ken! seru Rena, dan jangan menundukan wajah seperti itu terus, apa kamu takut sama aku lalu kamu nggak berani ngelihat ke arahku"
Aku angkat kepalaku yang menunduk lalu menatap ke arah Rena yang kali ini matanya sudah mulai merah karena terus menangis, Kita sudah saling mengenal sejak kecil, kamu pernah bilang kalo kita saling peduli dan memahami Aku, Maka dari itu aku yakin bahwa aku lebih baik dari pria itu, bahkan kamu belum mengenal betul dia bukan"
Rena terdiam menantapku tajam dengan air mata masih terus mengalir. Lalu aku berkata lagi, Aku ingin kamu bahagia Ren, tapi bahagia karenaku, bukan karena pria lain
Rena, Kamu lebih baik" Kamu ingin aku bahagia" Coba lihat sekarang aku sedang menangis karenamu
Aku, Aku mohon, berhentilah menangis dan terimalah cintaku
Rena, Kau pikir itu akan mudah"
Beberapa detik kemudia Rena kembali berkata, Enggak akan, aku harus ngomong apa ke orangtuaku" Aku harus ngomong apa ke keluarga Anton Aku nggak mampu untuk memohon ke orang tuaku agar perjodohan itu dibatalkan Aku, Tapi Ren, perkataanku terhenti karena Rena segera memotongnya
Rena, Udah lah Ken, maafkan aku, aku nggak bisa, aku nggak mampu Anggap aja ini resiko atas sikapmu selama ini tambah Rena
Aku, Tapi Ren, 25 tahun kita bersama akan kita relain jadi kenangan begitu saja" Rena, Udah ya, kamu pulang saja, atau aku yang harus masuk ke dalam rumah" Aku tak tahu harus berkata apa lagi, ....
Rena, Yaudah kalo kamu mau di sini terus, aku yang masuk ke rumah Rena berdiri dan lalu berkata, Selamat sore Kenan kemudian dia berjalan masuk rumah dan menutup pintu.
Dengan perasaan kecewa aku duuk terdiam memandangi sepasang ayunan kecil yang berada di hadapanku. Puluhan detik aku terdiam karena tidak bisa menerima kenyataan, Rena menolakku. Setelah itu dengan perasaan tidak karuan aku pulang ke rumahku.
--- Part 27 : Miracle in Cell 7
Aku masuk rumah. Aku duduk di kursi ruang tamu dengan pikiranku masih tak karuan. Seakan aku belum bisa menerima kenyataan bahwa Rena sebentar lagi bersanding dengan Pria lain.Bukan seakan lagi, aku memang tidak bisa menerima hal itu menjadi kenyataan. Aku tidak mau itu terjadi. Tapi apa yang harus kulakukan agar itu tak terjadi"
Terlintas kenangan-kenangku bersama Rena saat aku duduk termenung. Kenangan tentang Rena, aku dan sepasang ayunan yang ada di halaman depan rumahnya. Saat kecil kami berdua sering menghabis waktu bermain kami di ayunan itu. Kami sering jajan batagor dan memakannya bersama di sana. Tak jarang kami memakan serepering berdua. Pernah suatu ketika Rena iseng mengotori wajahku dengan bumbu batagor. Dia menertawakan wajahku yang belepotan. Alahkan manisnya senyum dan tawanya kala itu.
Atau saat kami bermain keluarga-keluargaan di teras rumahnya. Permain yang kami lakukan berulangkali. Dalam permainan itu aku jadi ayah dan Rena jadi ibu, boneka milik rena kami perlakukan sebagai anakn. Sejak kecil aku telah bermimpi apa yang terjadi di permainan itu bisa menjadi kenyataan, bahkan sampai saat ini aku masih memimpikannya.
Dan saat kami bermain bola di halaman depan rumahku dulu. Memang tak seperti permainan bola pada umumnya. Kami hanya bermain berdua, satu menendang yang lainnya menjaga gawang yang kami buat dengan batu. Kami saling bergantian dalammelakukannya. Memang sebuah permainan yang sederhana tapi kami sangat menikmatinya. Buktinya kami bisa tertawa bersama saat melakukan itu.
Saat kami duduk dibangku SD dulu, kami selalu berangkat dan pulang sekolah bersama berjalan kaki. Tak jarang apabila salah satu dari kami jatuh sakit dan tak dapt berangkat sekolah maka yang lain ikut tiodak berangkat atau membolos.
Ada satu kejadian yang masih sangat ku ingat saat kami masih SD dulu. Saat itu kami pulang sekolah berjalan kaki. Tapi jalur yang kami lalui bukan jalan seperti biasa melainkan kami pulang lewat jalur persawahan. Aku menantang Rena untuk berlari mengejarku berlari di pemantang sawah. Dia mau, aku berlari dan dia mengejar. Namun dia terpleset dan jatuh saat mengajarku. Walaupun Rena senang bersikap sok tangguh, tapi sebenarnya dia adalah pribadi yang cengeng. Dia menangis saat jatuh karena tubuh dan pakaian penuh lumpur sawah saat itu. Untuk menenangkannya aku ikut terjun ke lumpur sawah kemudian berusaha menghibur Rena. Tangis Rena berhenti dan lalu kami malah bermain lumpur sawah setelah itu.
Rena cengeng, sangat cengeng. Berungkali aku mendapati dia menangis hanya karena masalah sepele. Dia menangis saat menonton serial drama, dia menangis saat menonton film. Aku masih ingat betul, tahun lalu saat kami menonton film di bioskop berdua. Judul yang kami saksikan saat itu kalau tidak sala miracle in cell 7 , sebuah film korea. Kuakui cerita di film itu sangatlah menyentuh hati. Rena menangis saat itu. Tapi bukan hanya menangis tapi dia menggunakan lengan bajuku untuk membersihkan air matanya dari cerita film baru mulai sampai film berakhir.
Ada satu aturan tak tertulis yang secara tidak sadar aku patuhi. Jika Rena menangis, pertama jangan biarkan dia terus menangis, kedua lakukan apa dia inginkan, ketiga biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan. Dalam kasus film miracel in cell 7 aku harus melakukan aturan ketiga, biarkan dia melakukan apa yang dia ingin lakukan. Walaupun risih, tapi aku tak dapat menghentikan ulah Rena yang membasahi langan baju dengan air mata serta ingusnya. Jika aku melakukannya, dia pasti akan marah. Dan aku tak suka dimarahi Rena. ---
Matahari terbenam, sore berganti menjadi malam, namun suasana hatiku tidak berganti. Perasaanku masih tak karuan. Aku keluar darikamarku menuju ruang keluarga di mana mama duduk sendiri menyaksikan acara televisi. Aku bermaksud curhat ke mama. Aku anak tunggal dan aku anak laki-laki, jadi wajar kalau aku sering curhat ke mama. Minimal satu kali dalam seminggu aku pasti curhat ke mama.
Aku duduk menyebelahi mama di sofa depat televisi. Mah, bisa Tvnya dimatiin atau di mute bentar mah"
Mama mengambil remot televisi, kemudian tidak ada suara lagi keluar dari speaker televisi, Ada masalah apa Ken"
Rena mah setelah mengatakan itu aku terdiam beberapa detik, Rena tadi menolakku
Part 28 : Curhat #2 Mah, bisa Tvnya dimatiin atau di mute bentar mah"
Mama mengambil remot televisi, kemudian tidak ada suara lagi keluar dari speaker televisi, Ada masalah apa Ken"
Rena mah setelah mengatakan itu aku terdiam beberapa detik, Rena tadi menolakku
Mama, Jadi kamu udah benar-benar melakukan pa yang kamu rencakan kemarin" Memutuskan Audri lalu menyakan cinta ke Rena
Iya, tapi aku ditolak jawabku
Mama, Terus kamu mau pasrah saja begitu"
Aku harus bagaimana mah" Rena sudah dijodohkan seperti orang putus asa aku menundukan kepala dan menjawab pertanyaan mama
Mama, Kamu laki-laki loh Ken
Mama pernah bilang kan, kalau setiap laki-laki terlahir sebagai pejuang, kamu berjuang
Lalu mama menambahkan lagi, Kamu harus berjuang, bukan hanya untuk dirimu sendiri, tapi untuk Rena juga, dia sebenarnya mencinttaimu juga kan" Aku, Iya sih
Mama, Salahmu juga sih, kenapa tidak dari dulu mengungkapkan perasaanmu ke Rena
Aku, Ya aku takut aja jalinan antara kami yang terjalin baik sebagai sahabat bisa hancur hanya karena aku pacaran sama dia
Mama, Terus setelah apa sekarang kamu merasa rela Rena dijodohkan orangtuanya dengan pria lain
Aku hanya bisa diam dan menunduk, ....
Mama, Bagaimana dengan Audrie" Kemarin katanya kamu bisa cocok sama dia dan yakin bahwa dia bisa mengalihkan perasaanmu ke Rena"Bahkan kamu bilang kamu yakin kamu bisa lanjut sampai kamu menikah dengan Audrie Mama, Dengan yakinnya kamu bilang semua itu
Mama, Sudah lama kamu curhat ke mama bahwa sebenarnya kamu jatuh hati ke Rena namun kamu takut untuk mengungkapkannya
mama, Kamu malah berpacaran dengan wanita lain dan berharap nantinya setelah pacaran kamu bisa mengalihkan perasaanmu dari Rena
Kemudian mama menambahkan kata-katanya lagi, Tapi kamu nggak bisa, sekarang apa kamu nggak malu sebagai seorang laki-laki malah Rena yang bilang sayang lebih dulu ke kamu"
Sambil memandang ke arah mama yang sedang bicara, aku berkata, Aku malu mah, iya
Mama, Terus kalau kamu biarkan Rena menikah dengan pria lain tanpa kamu berusaha untuk memperjuangkan perasaanmu dan perasaan Rena juga, kamu akan lebih malu seharusnya
Aku, Tapi Rena udah dijodohkan, sepertinya terlalu egois jika aku berusaha membatalkan rencana itu
Aku menambahi, Bagaimana perasaan orang tua Rena" Bagaimana perasaan keluarga sang pria"
Mama, Memang terdengar Egois,
Mama, Tapi itulah harga yang harus dibayar, apa kamu mengorbankan perasaanmu" Apa kamu mau mengorbankan perasaan Rena" Apa kamu mau mengorbankan kenangan indah kalian" Apa kamu mau mengorbankan harga dirimu sebagai seorang laki-laki"
Aku, Terus bagaimana" Rena sudah menolakku, aku harus melakukan apa untuk berjuang mah"
Mama, Pikirkan lah cara apa yang harus kamu ambil, dan kamu harus melakukan langkah cepat sebelum semua semakin terlambat
--- Ke-esokan harinya, sekitar pukul 8 pagi aku sedang bersiap-siap untuk mengikuti test seleksi kerja. Aku hanya memiliki sedikit kemeja berwarna putih dan kebetulan stocknya habis. Aku menyetrika sendiri kemeja putih untuk kukenakan untuk memenuhi panggilan test kerja.
Lagi-lagi aku teringat Rena. Dahulu waktu kami sama-sama baru lulus kuliah, kami pernah mengikuti test seleksi kerja di perusahaan yang sama dengan jadwal yang sama pula. Saat itu aku sedang menyetrika kemeja putih juga seperti sekarang, tiba-tiba terdengar suara bell rumah dan aku berjalan menuju pintu untuk membukanya.
Loh kok masih pake singlet" kata Rena saat aku baru membuka pintu rumahku Aku, Kemejanya lagi disetrika, ini lagi nyetrika, kamu ngapain ke sini" Rena, Kamu diSMS nggak bales-bales, takutnya kamu malah tidur, nanti bisa-bisa aku telat kan kita mau berangkat bareng
Owh Kataku lalu berjalan menuju tempat aku menyetrika dan Rena mengekori-ku dari belakang
Aku melanjutkan proses menyetrika yang sempat terhenti dan Rena mengamatiku. Kok nyetrikanya gitu sih" Nggak rapi tau kata Rena mengomentari Aku, Yang penting nggak kusut, kamu sukanya rewel aja deh Rena, Sini-sini aku aja yang nyetrikain
Aku persilahkan Rena menyetrika, itung-itu jadi nggak buang-buang tenaga. Rena nyetrikain dan selesai dengan hasil yang memuaskan.
Rena, Udah nih pake Rema memakaikan kemeja putih yang tadi dia setrika, aku yang kala itu duduk bersila didekatnya nurut aja. Dia kenakan kemaja di badanku kemudian dia bantu aku untuk mengancingnya.
Ah... tapi itu hanya memori tentang kejadian lebih dari dua tahun lalu yang kuingat. Sekarang aku menyetrika kemejaku sendiri
Setelah selesai menyiapkan diri aku berangkat untuk mengikuti test seleksi kerja naik sepeda motor. Aku sampai di tempat seleksi dan mengikuti proses seleksi seperti biasanya.
Bahkan saat menunggu antrian untuk interview terlintas Rena di kepalaku. Kali ini aku teringat tentang apa yang Rena katakan kemarin saat dia menolaku. Sekarang udah terlambat
Kamu selama ini aku Rela"
Lalu bagaimana dengan Anton" Aku batalin perjodohan kami begitu saja gitu" Coba lihat sekarang aku sedang menangis karenamu
Aku nggak mampu untuk memohon ke orang tuaku agar perjodohan itu dibatalkan Rasanya seperti aku masih mengendengar suara Rena mengatakan itu. Tapi tunggu dulu, kemarin dia bilang, Aku nggak mampu untuk memohon ke orang tuaku agar perjodohan itu dibatalkan . Dia mereasa tidak mampu untuk berbicara dengan orang tuanya, itu yang menjadi masalah. Masalah itu yang menjadi alasan kenapa Rena tidak dapat menerima perasaanku. Aku yang harus berbicara dengan orang tua Rena. Tapi apa aku mampu" Ayolah Kenan, kamu ini laki-laki, kamu harus mampu
Telah kuputuskan, sepulang test seleksi aku harus bertemu dengan orang tua Rena untuk berbicara tentang apa yang terjadi di antara aku dan Rena. Aku harus berjuang memperjuangkan diriku, Rena dan perasaan cinta yang ada di antara kami. ---
Selepas maghrib di hari yang sama, aku pergi ke rumah Rena. Ku ketuk pintu lalu ibu Rena yang membukakannya. Kemudian aku bilang bahwa aku ingin bertemu ibu dan ayah Rena untuk berbicara sesuatu yang sangat penting. Dan sekarang aku duduk di ruang tamu dengan ayah dan ibu Rena di hadapanku.
Sesuatu penting apa yang kamu ingin utarain Ken" Tanya om Rino, ayahnya Rena
Part 29 : Melamar Sesuatu penting apa yang kamu ingin utarain Ken" Tanya om Rino, ayahnya Rena
Aku, Jadi gini om, tante, seperti yang om dan tante tau, saya dan Rena sudah sangat dekat dari kecil , Kami sekolah bersama, bermain bersam, intinya sudah lebih dari 20 tahun kami selalu melakukan berbagai hal bersama
Om Rino memotong pembicaraanku, Langsung aja, nggak usah bertele-tele, sebenarnya hal penting apa yang ingin kamu utarakan ke kami
Aku diam untuk berpikir beberapa saat kemudian sebelum menjawab pertanyaan om Rino, Saya ingin melamar Rena om
Om Rino, Kamu serius"
Iya om, saya serius jawabku
Tunggu dulu, Rena suruh ke sini dulu kemudia om Rino memanggil nama Rena dengan suara keras, Ren, Rena, kamu ke sini Ren
Rena datang dari belakan ke ruang tamu dimana aku, om Rino dan tante Rina berada
Kamu duduk sini nak kata om Rino menyuruh Rena agar duduk disampingnya Setelah Rena duduk, om Rino brkata lagi, Kenan, coba kamu ulangi apa yang kamu katakan tadi
Aku, Saya ingin melamar Rena om saat itu Rena berpaling wajah seakan tidak mau melihatku
Om Rino menghadap ke arah Rena dan berkata, Bagaimana Ren" Kamu mau" Rena, Aku terserah bapak
Om Rino memandang tajam ke arahku, Kenan" Iya om aku
Om Rino, Kamu tau kan kalo Rena sudah dijodohkan dengan seorang pria"
Aku, Iya om, saya tau tapi selama ini saya mencintai Rena dan saya tau Rena juga demikian, Rena juga mencitai saya , Saya paham sebagai orang tua om dan tante ingin anak gadisnya segara menikah , Wajar, Rena sudah 25 tahun, pada umumnya perempuan seumurannya sudah menggendong anak , Maka dari itu saya melamar Rena untuk bertunangan dengan saya
Om Rino, Maaf Kenan, om nggak bisa menerima lamaran kamu untuk bertunangan dengan Rena
Jleb...., Om Rino menolak lamaranku untuk anaknya. Tubuhku terasa lemas seketika, rasa yang kurasakan saat ini hampir sama dengan rasa yang kurasakan 2 tahun lalu. Rasa takut yang sangat, takut akan kehilangan Rena.
2 tahun lalu, aku pernah merasakan rasa takut yang amat sangat tentang kehilangan Rena. Saat itu kami berdua baru saja mendapat gelar sarjana. Setelah wisuda kami berada di kota di mana kami kuliah masing-masing untuk membereskan tetek bengek pasca wisuda. Selain itu aku juga sedang berusaha mencari pekerjaan di Semarang. Karena kupikir akan lebih mudah mencari pekerjaan di kota besar daripada di kampung halaman.
Masih ingat saat itu pukul 22.23 saat aku menerima penggilan telepon dari mama. Halo mah, ada apa mah" Malem-malem gini nelpon Kenan aku saat baru menerima telpon mama
Ken, Rena sekarang di rumah sakit mama
Aku kaget dan langsung bertanya sebenarnya apa yang terjadi pada Rena, Rena kenapa mah"
Mama, Dia kecelakaan Ken, sekarang mama lagi sama tante Rina di rumah sakit, ini Rena belum juga sadarkan diri
Aku, Kondisinya gimana mah" Lukanya parah nggak" Kecelakaan gimana dan di mana"
Mama, mama juga belum tau, yang jelas Rena belum sadarkan diri
Aku gelisah, aku mengkhawatirkan keadaan Rena, aku mulai takut Rena kenapakenapa, Yaudah mah, sekarang juga aku pulang, aku mau njenguk Rena, Rena sekarang dirawat di rumah sakit mana"
Mama, Jangan sekarang Ken, sudah malam, besok pagi saja kamu pulangnya, mama nggak ingin kamu kecelakaan juga seperti Rena
Aku, Yaudah besok pagi aku pulang untuk jenguk Rena
Setelah mendapat kabar buruk tentang aku sangat gelisah, aku takut terjadi yang tidak-tidak dengan Rena. Keadaan buruk Rena pasca kecelakaan terbayangbayang di kepalaku saat aku memejamkan mata berusaha untuk tidur.
Pagi hari keesokan harinya aku pulang menuju kampung halaman. Yang kutuju bukanlah Rumah melainkan rumah sakit di mana Rena dirawat. Saat aku sampai di kamar di mana Rena dirawat, aku mendapati Rena tertidur dengan perban melingkar di kepalanya.
Aku mengambil kursi untuk duduk di sampeng tante Rina yang saat itu sedang mejaga Rena, Gimana keadaan Rena tante" Kecelakaannya nggak parah kan"
Sebelum menjawab pertanyaanku, air mata mengalir di pipi tante Rina, Rena baru sempat bangun sekali sejak dia di sini dan itupun hanya sebentar kemudian tidak sadarkan diri lagi Ken
Yang sabar ya tant Walaupun sebenarnya aku sedih melihat keadaan Rena, tapi aku berusaha untuk kelihatan tegar agar tante Rina bisa tenang
Lalu setelah itu aku mnjaga Rena menggantikan tante Rina. Aku mandi di rumah sakit dan juga makan di tempat makan di dekatnya. Saat malam, Rena sempat sadar dari pingsannya.
Kenan" kata Rena membangunkanku dari tidur saat aku menjaganya, Kamu di sini ken"
Aku, Iya aku di sini Rena, Maafin aku ya Ken Aku, Kamu nggak perlu minta maaf, lagian kamu kan nggak salah apa-apa Rena mulai menangis Maafin aku ngerepotin kamu
Aku, Ngrepotin gimana" Udah deh jangan nangis nggak jelas gitu, mending kamu istirahat biar cepet sembuh
Rena, Ya kamu kan harusnya di Semarang, malah di sini, tapi ini di mana Ken" mungkin Rena masih kebingungan
Aku, Kamu di rumah sakit kasih sayang Ren, kemarin kamu jatuh dari motor Rena, Iya aku tau kok, kemarin mama udah bilang tentang itu Setelah itu Rena ngomong ngelantur ke sana-sini. Maklum kepalanya baru terbentur, namun nggak begitu parah apalagi sampai gegar otak. Untungnya tidak parah. Hanya satu perkataan Rena yang begitu kuingat sampai saat ini. Saat itu rena berkata, Ken kamu jangan nyari kerja di Semarang, nyari di sini aja biar kita nggak jauhan .
Part 30 : Melamar #2 Om Rino, Maaf Kenan, om nggak bisa menerima lamaran kamu untuk bertunangan dengan Rena
Aku terdiam mendengar perkataan om Rino, terbayang kata-kata Rena waktu dia sakit berulang-ulang di kepalaku.
Ken kamu jangan nyari kerja di Semarang, nyari di sini aja biar kita nggak jauhan Ken kamu jangan nyari kerja di Semarang, nyari di sini aja biar kita nggak jauhan Ken kamu jangan nyari kerja di Semarang, nyari di sini aja biar kita nggak jauhan Kata-kata itu yang membuatku sampai saat ini tidak mencari pekerjaan jauh dari rumah. Karena jujur aku juga sebenarnya tidak bisa jauh dari Rena. Well, kami memang kuliah di kota berbeda tapi bukan berarti kita berjuahan saat itu. Kami selalu berkomunikasi lewat pesan singkat dan telepon. Selain itu tak jarang aku pergi ke Jogja, begitu juga Rena yang bisa dibilang sering ke Semarang.
Aku menundukan dan termenung, mungkin dalam hitungan menit aku terdiam setelah mendengar penolakan om Rino. Kemudian om Rino mulai berbicara lagi, Om nggak bisa nerima lamaranmu untuk bertunangan dengan Rena, tapi kalo kamu melamar untuk menikahi Rena, om akan menerimanya Kamu mau melamar Rena untuk menikahinya" tambah om Rino
Serius om" tanyaku terkejut dan mengangkat muka yang tadinya menunduk Sumpah aku tak percaya yang baru saja kudengar, kok jadi semudah ini melamar Rena" Awalnya kukira om Rino menolak karena Rena sudah dijodohkan dengan pria lan. Tapi ini kok malah aku disuruh menikah dengan Rena"
Seneng sih bisa langsung menikahi Rena, menikah dengan Rena adalah hal yang kuimpi-impikan sejak lama. Tapi sekarang masalahnya aku masi berstatus pengangguran. Kok bisa-bisanya om Rino malah nyuruh untuk menikahi anaknya" Apa mungkin sekarang aku sedang bermimpi" Ah enggak ini bukan mimpi, jelasjelas ini nyata.
Om Rino, Kamu mau atau tidak" Aku, Mau sih om, tapi...,
Om Rino, Tapi apa" Aku mencoba menjelaskan keadaanku yang sebenarnya om Rino sudah tau, Saya masih menganggur om, apa om nggak malu punya menantu pengangguran , Aku pikir lebih baik aku dan Rena bertunangan dulu nanti kalau aku sudah bekerja baru kami nikah , Terus om nggak malu punya menantu pengangguran" Lalu aku menambakan lagi, Lalu bagaimana dengan perjodohan Rena dengan pria itu"
Om Rino, Urusan pembatalan perjodohan biar menjadi urusan om , Kalau kamu masih ragu menikahi Rena karena masih nganggur, kamu bisa ikut mengurus usaha yang om punya , Om nggak punya anak laki-laki, jadi belum ada calon penerus usaha yang om punya
Aku, Rena dan tante Rina terdian, ....
Om Rino melanjutkan penjelasanya, Lagipula keluargamu juga mempunya andil atas usaha om, keluargamu punya bagian modal di usaha om , Kamu tau kan kalo keluarga kita amat dekat" Keluargamu begitu berjasa kepada keluarga om, dulu waktu usaha om hampir bangkrut, ayahmu yang memberi bantuan , Dan sekarang, usaha om atau usaha kita sudah berkembang , Sekarang om mau tanya lagi, apa kamu mau melamar Rena untuk menikahinya"
Aku, Iya om, saya mau , Apa om akan memberikan restu jika saya ingin meminang Rena sebagai isteri saya"
Om Rino, Om kenal kamu dan keluargamu sejak lama, kamu dan keluargamu sangat baik terhadap keluarga kami , Om lihat selama ini kamu sangat baik kepada Rena , Dari kecil kamu terlihat bisa menjadi sosok laki-laki yang bisa menjaga Rena , Dulu jika Rena mau berpergian kemana saja, asalkan dengan kamu pasti om persilahkan, karena om memang percaya dengan kamu , Sekarang kamu ingin meminta ijin untuk meminang Rena, om nggak bisa nolak, kamu terlalu baik untuk ditolak , Tapi om mau ayah dan ibumu juga ke sini untuk melamar Rena sebelum om memberikan ijin dan Restu
Aku, Ya... nunggu papa saya pulang dari Semarang om
Inilah alasan mengapa dulu aku berkuliah di Semarang bukan di Jogja bareng Rena.Papa dan Mama menginginkanku untuk berkuliah di Semarang karena papaku bekerja di sana. Dengan kata lain karena di Semarang ada universitas yang bagus, terus Semarang juga kota besar juga sekalian aku nemenin papa di Semarang. Ditambah juga aku bisa pulang kampung setiap akhir pekan nebeng mobil papa.
Om Rino, Papa mu lagi perjalanan ke sini kok Aku, Loh kok om bisa tau"
Om Rino, Papa mu juga punya modal di usaha om, bisa dibilang papa mu juga pemilik usaha jadi wajar saja kalo om dan papamu sering berinteraksi, gitu aja kok nggak tau Ken
Benar kata om Rino, pukul setengah sepuluh malam papa sampai du rumah dan kami sekeluarga langsung ke rumah Rena untuk melamarnya. Papa tak kaget karena sebelum sampai di rumah, mama sudah menelepon dulu memberitahukan rencana lamaran. Papa untungnya bisa memahami kondisinya.
Proses lamaran berjalan lancar. Tanggal pernikahan sudah ditetapkan sekitar 1 bulan setelah hari di mana aku melamar Rena. Sebenarnya aku masih tak percaya dan merasa sedikit aneh. Kok bisa secepat dan semudah ini" Tapi sudahlah nikmati saja kebahagiaan ini.
Part 31 : The Truth (ending)
Aku dan Rena resmi menjadi calon pasangan suami isteri. Hubungan diantara kami berdua menjadi lebih berwarna. Kami sudah tidak ragu atau malu-malu lagi untuk mengungkapkan kasih saya satu sama lain. Kuantar Rena bekerja pagi hari dan kejemput dia sore harinya. Malam hari, aku selalu ke rumahnya atau sebaliknya Rena yang ke rumahku. Tapi bukan seperti orang pacaran, ke rumah pasangan terus berduaan. Kami juga berkumpul dan bersebda gurau bersama keluarga, kadang sambil membahas tentang renca pernikahan.
3 hari setelah aku melamar Rena, aku mendapat panggil interview lanjutan dari PT. Yang namanya disamarkan, untuk posisi staff pajak. Singkat cerita, aku diterima bekerja di tempat itu. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan. Mendapatkan pekerjaan adalah yang sangat pentingg bagiku mengingat sebentar lagi aku menikah.
Dengan itu aku sudak tidak perlu menanggung rasa malu akibat menikah dengan status pengangguran. Dan yang lebih membuatku senang adalah, gaji yang perusahaan berikan justru di atas ekspetasi atau pengharapanku. Aku merasa sangat beruntung atas apa yang Tuhan berikan padaku saat ini.
Akhirnya acara pernikahan digelar dan berjalan lancar. Aku resmi meminang mantan sahabat terbaikku sebagai isteri, Rena. Sungguh hari yang sangat penting di dalam hidupku. Teman-teman, saudara-saudara dan beberapa orang yang bahkan aku tidak mengenalnya datang ke acara penikahan kami. Puspa, Ani dan bahkan Audrie atau Kiko yang merupakan mantan-mantan pacaraku datang.
Ada yang sedikit membuatku merasa aneh dengan kehadiran Audrie waktu itu. Dia datang menghadiri acara pernikahan bersama dengan pria yang kukenal. Dia datang bersama Anton atau pria yang ku ketahui sebagai mantan pria yang pernah dijodohkan dengan Rena. Dan yang lebih aneh lagi mereka berdua, Audrie dan Anton bersikap biasa saja saat mereka berjabat tangan denganku dan Rena di pelaminan.
Setelah acara pesta pernikahan berakhir, aku dan Rena masuk ke kamar kami. Setelah mengunci pintu kamar, aku duduk di pinggir kasus menyebelahi Rena yang sudah duduk duluan.
Aku, Audrie dan Anton kok bisa dateng bareng ya" Aku bahkan nggak tau kalo mereka diundang
Rena Tersenyum dan tertawa kecil, h.hh.. lalu dia berkata, Aku yang ngundang mereka kok
Aku, Tapi masih aneh, kenapa mereka bisa dateng bersama-sama" Waktu berjabat tangan juga bareng"
Rena tersenyum lagi, Mereka itu kakak adik Ken
Aku mulai merasa ada sesuatu yang aneh mendengar apa yang Rena katakan, Kok kamu tau" Bahkan aku yang mengenal Audrie duluan belum pernah tau kalo Audrie punya kakak dan kakaknya itu Anton
Rena masih tersenyum lalu berkata, Yakin kamu yang kenal Audrie duluan" Aku kenal dia dari kecil kok, dia masih saudaraku
Lalu Rena menambahkan, Kamu sih kalo aku lagi ada saudara berkunjung nggak pernah mau main bareng dari dulu
Lalu Rena menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi selama ini. Audrie sebenarnya adalah saudara Rena. Ayahnya Audrie, om Tio bekerja di BPS, Badan Pusat statistik jadi domisilinya berpindah-pindah. Namun pada saat Audrie kuliah, keluarganya sudah menetap di Purbalingga.
Aku, Berarti kamu udah tau waktu Audrie sama aku PDKT" Rena, Yaudah dong, ya bisa dibilang aku yang ngerencanain itu Aku, Maksudnya"
Rena, Sebelum kamu dipanggil interview di tempat kerja Audrie, dia nanyain kamu ke aku karena dia lihat alamatmu di RT, RW dan desa yang sama dengan aku Kemudian Rena menjelaskan lagi. Sebenarnya Rena sudah lama tahu bahwa aku selama ini memendam perasaan kepadanya. Tentu saja, aku yang merupakan anak tunggal dan laki-laki sering curhat ke mama. Sedangkan keluargaku dan keluarga Rena sangatlah dekat, dekat dalam hal jarak rumah dan dekat dalam hal emosional. Tak mengejutkan jika mamaku membocorkan curhatan-curhatanku tentang perasaan yang kupendam kepada Rena dan keluarganya.
Lalu terlintas ide di kepala Rena untuk membuat sebuah sandiwara. Sandiwara yang dia pikir bisa membuatku berhenti mencari wanita lain untuk dijadikan sebagai pengalih perasaan yang selama ini aku pendam.
Kemarin, saat aku makan nasi goreng sendiri malam hari, sebenarnya aku sudah mengajak Rena untuk makan bersama. Namun Rena menolaknya. Jadi aku berangkat makan malam sendirian dengan kondisi hati yang galau. Rena tahu kalau sedang galau. Oleh karena itu dia manfaatkan moment itu untuk memulai rencana yang sebelumnya dia siapkan bersama Audrie dan mamaku.
Pantas saja dari awal aku merasa ada yang aneh dengan kehadiran Audrie di dalam hidup. Tiba-tiba ada cewe cantik dateng ke meja makanku terus ngajak makan bareng. Belum kenal lama sudah berani ngajak dateng ke kondangan nikahan teman. Dan yang pernah membuatku merasa ane, orang yang dia tunjukan sebagai mantannya di warung nasi goreng dan di pernikahan menurutku berbeda orang. Tapi aku tidak berpikir panjang karena aku pikir mungkin aku yang salah lihat waktu itu malam hari jadi tidak jelas.
Lalu setelah itu Audrie mengajakku hangout bersama temannya yang sudah berpasangan. Sikapnya juga terkesan memancing-mancing perasaanku sehingga beberapa hari setelah aku mengenalnya, aku berani untuk mengajaknya berpacaran.
Pantas saja mama ku bersikap sangat mendukung saat aku baru mengenal Audrie. Awalnya ku pikir mama sudah mulai ingin melihatku menikah jadi mama bersikap demikan. Namun sekarang aku tahu alasanya, mama ikut serta dalam rencana yang Rena buat.
Aku, Berarti selain mama dan Audrie, bapak dan ibumu juga ikut bersandiwara" Kok banyak banget sih yang bersandiwara"
Rena, Ya awalnya sih Cuma aku, mama mu dan Audrie saja
Rena melanjutkan penjelasannya. Awalnya Rena hanya berencana membuat aku berpacaran dengan Audrie dan Audrie akan membuatku menyadari bahwa aku tidak b isa mengalihkan perasaanku terhadap Rena. Audrie sering menanyakan tentang Rena kepadaku agar tujuan itu dapat tercapai.
Rena, Tapi baru beberapa hari Audrie jalan sama kamu, tiba-tiba dia BBM aku , Dia bilang dia merasa kaya nya dia nggak bisa lama-lama sandiwara, katanya dia takut nanti bakal jatuh cinta beneran sama kamu , Dia bilang kamu orangnya baik, iya sih kamu memang baik
Penjelasan Rena berlanjut. Mendapati Audrie yang ingin mundur dari rencana itu, Rena berpikir bahwa mereka harus segera mengakhiri sandiwara itu. Tapi untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi, saat itu dia takut aku akan marah. Jadi dia ungkapkan saja perasaan yang dia pendam selama ini kepadaku. Dia pikir aku akan mau menerima pernyataannya tersebut, toh dia juga sudah tahu kalau aku sebenarnya juga memendam perasaan kepadanya.
Tapi diluar dugaanya, aku justru menolak. Saat itu dia benar-benar menangis, dia tak tau harus berbuat apa. Rena sempat berpikir untuk membongkar sandiwara itu, namun dia urungkan niatnya. Hingga dia mendapat berita bahwa Anton, kakak Audrie pulang dari luar kota untuk berlibur di kampung. Dia mendapat ide baru.
Rena mendapat ide baru untuk meneruskan sandiwara dengan merubah sedikit skenarionya. Dia berpura-pura dijodohkan dengan pria oleh orang tuanya. Kali ini skenario sandiwara itu berhasil, aku memutuskan hubungan pacaranku dengan Audrie. Dan memang sudah selayaknya Audrie mau menerima keputusanku untuk memtuskan hubungan pacaranku dengan dirinya. Ya dari awal dia memang tidak ada rasa denganku.
Aku, Jadi seperti itu" Pantas saja, berkali-kali aku berkunjung ke rumah Audrie tidak pernah melihat kakaknya si Anton
Rena, Ya begitulah Tapi mengapa kamu nggak langsung nerima waktu aku ngomong kalo sebenarnya aku juga memendam rasa ke kamu sejak kecil" merasa dipermainkan selama ini, aku bertanya kepada Rena
Rena, Ya awalnya pingin nerima sih tapi aku saat itu terpikirkan kalo nanggung rasanya kalo langsung diterima
Aku, Nanggung gimana" Kamu sampai nangis gitu kupikir itu bukan sandiwara
Rena, Ya nanggung, tujuan awal ngelakuin semua itu biar kamu benar-benar nunjukin perasaanmu ke aku, kupikir kamu harus berjuang untuk itu jadi aku tolaku saja waktu itu
Terus kalo urusan nangis, udah berapa kali kamu mendapati aku nangis dari kecil" Walaupun memalukan tapi aku akui kalo aku ini adalah pribadi yang cengeng gampang nangis dan gampang pula untuk pura-pura nangis hehe... tamah Rena
Penjelasan Rena menjelaskan semua keanehan yang pernah kurasakan. Termasuk kenapa ayahnya mau menerima lamaranku. Bahkan justru menyuruh agar aku melamar untuk menikahi anak gadisnya bukan sekedar melamar untuk bertunangan. Dan juga mengapa papa-ku pulang dari Semarang waktu itu, keluarga kami memang sudah tau rencana ini dari awal.
Rena, Orang tuaku memang sudah berencana menjodohkanku dengan pria, tapi pria itu bukan pria lain, pria itu kamu ,
Orangtuaku ingin aku menikah denganmu Ken tambah Rena Aku, Jadi selama ini kamu bermaksud mempermainkan perasaanku Ren" Maaf ya Ken kalo kamu merasa dipermainkan kata Rena
Rena, Tapi niatku bukan mempermainkan perasaanmu tapi aku hanya ingin membantumu untuk berhenti mempermainkan perasaanmu sendiri Aku terdiam mendengar penjelasan Rena, ....
Rena melanjutkan penjelasannya, Selama ini kamu mempermainkan perasaanmu sendiri dengan tidak mengungkapkan perasaanmu kepadaku, malah mencari wanita lain sebagi pelarian berharap ada wanita yang bisa mengalihkan perasaanmu terhadap diriku
Setelah diam beberapa detik, Rena menambahkan penjelasannya, Kamu nggak sadar sih, kamu bukan hanya mempermainkan perasaamu sendiri tapi kamu juga membiarkanku menunggu terlalu lama Ken
Memang sempat kesal mendengar apa yang Rena jelaskan. Tapi perkataan yang Rena katakan, tapi aku hanya ingin membantumu untuk berhenti mempermainkan perasaanmu sendiri , memang sangat benar. Dan kupikir jika Rena tak melakukan itu, mungkin sekarang aku masih mempermainkan perasaanku sendiri.
Aku, Oke, kaya nya udah cukup deh bahas masalah permainan dan dipermainkan , Sekarang saatnya kita bermain Ren, isteriku
Rena, Bermain" Maksudnya"
Aku, Bermain, melakukan permainan yang hanya bisa dan boleh dimainkan oleh pasangan suami-isteri , Melakukan permainan yang belum pernah kita lakukan sebelumnya
Rena tersenyum menatapku, Aku paham maksudmu TAMAT ---
Neraka Hitam 4 The Beginning Karya Ariesta Nabirah Abarat 1
^