Pencarian

After School Club 3

After School Club Karya Orizuka Bagian 3


sibuk dengan nasi goreng.
Nilaimu turun" Kenapa" desis ayahnya. Putra tidak menjawab. Ayahnya menatapnya tajam, lalu menghela napas. Sekarang masih ikut kelas itu" Masih.
Nilaimu masih turun"
Udah nggak, kata Putra. Berkat kelas itu. Baguslah. Tapi, kenapa masih ikut kelas itu" tanya ayahnya lagi. Putra merasa seperti sedang diinterogasi.
Karena & temen-temen saya ada di sana, jawab Putra, membuat mata ayahnya melebar.
Ayah nggak pernah dengar kamu punya teman, kataya kemudian. Bergaullah dengan orang-orang yang baik.
Mereka baik, tandas Putra, sementara dalam hati ingin tertawa mendengar kata-katanya sendiri, mengingat kelakuan anak-anak itu yang sama sekali tidak baik.
Bagus kalau begitu, komentar ayahnya. Dia menatap Putra sejenak, lalu berdeham. Ayah juga dengar dari Bi Rini, katanya kamu sudah punya pacar.
Putra kembali tersedak nasi gorengnya sampai menyembur keluar. Dia pun terbatuk-batuk parah. Putra segera menyambar gelas dan minum sambil menyumpahi mulut ember Rini dalam hati.
Siapa" tanya ayahnya lagi, tampak tak peduli pada nasib tenggorokan Putra.
Namanya Cleo, kata Putra akhirnya, setelah batuknya reda. Ayahnya hanya mengangguk-angguk. Nanti malam ajak dia ke sini. Kita makan malam
berangkat dulu. Ayahnya bangkit, lalu bergerak meninggalkan Putra yang masih bengong.
Awalnya, Putra berpikir kalau Cleo akan menolak matimatian dengan alasan takut bertemu dengan ayahnya, tetapi pemikirannya salah besar. Cewek itu malah sangat antusias, malah pakai jingkrak-jingkrak segala. Putra merasakan firasat yang sangat tidak enak tentang ini, tetapi dia sudah tidak bisa melakukan apa pun lagi.
Sekarang, Putra sedang menunggu Cleo dengan cemas di ruang tamu. Ayahnya dan Vero sudah siap di dalam. Vero malah memakai gaun seperti mau pergi ke pesta pernikahan. Katanya, dia tidak mau kalah cantik dengan pacarnya Putra.
Putra melirik jam tangannya. Sudah seperempat jam lebih dari waktu yang ditentukan dan Cleo belum menunjukkan tanda-tanda kedatangannya. Mungkin dia akhirnya sadar dan membatalkan niatnya untuk bertemu ayah Putra.
Sudah setengah jam lewat dari pukul 19.00. Putra melirik ayahnya yang tampak duduk di ruang keluarga. Sepertinya dia masih santai-santai saja membaca majalah, tetapi Putra tahu dia pasti sudah kesal karena tidak biasanya ada orang yang terlambat saat mempunyai janji dengannya. Putra mendengus. Satusatunya orang yang tidak tahu betapa berharga waktu ayahnya adalah Cleo.
tidak akan datang, bel rumahnya berbunyi. Munah segera membuka pintu dan Cleo muncul sambil berlarilari kecil. Napasnya ngos-ngosan, seperti baru berlari dari rumahnya ke rumah Putra. Putra menatapnya heran.
Habis ngapa Put! Cleo memotong kata-kata Putra. Sori banget! Tadi gue ketiduran!
Putra masih melongo, takjub dengan alasan Cleo. Tahu-tahu, Vero muncul dari belakang Putra.
Oh & udah data EH! Ngapain kamu ke sini" sahut Vero histeris saat melihat Cleo. Cleo balas menatapnya bingung.
Lho" Bukannya saya diundang makan malam" tanyanya polos, sementara Vero melongo.
Jadi ... ceweknya Putra itu ... KAMU" pekiknya lagi, dengan penekanan lebih pada kata kamu . Sekarang, dia sibuk menatap Cleo dari atas ke bawah. Putra dan Munah langsung terkikik, menyadari perbedaan mencolok antara dua wanita itu. Vero memakai gaun yang gemerlap dengan high heels dan sebagainya, sementara Cleo hanya memakai kaus, jaket, celana jins, dan sepatu kets. Cleo nyengir sambilmengacungkan V dengan jarinya, membuat Vero tambah keki.
Ada apa ini ribut-ribut"
Ayah Putra muncul dari ruang keluarga, penasaran dengan pekikan tadi. Matanya lalu tertancap kepada Cleo.
Halo, Om! sahut Cleo sambil nyengir. Dia
tangannya yang bingung. Saya Cleo! Saya seneng banget, deh, diundang makan malam sama Om!
Putra sudah mau tertawa melihat ekspresi ayahnya. Cleo masih saja nyengir polos kepadanya.
Oh, eh, ya. Sama-sama, kata ayah Putra, tak tahu mau bicara apa.
Lho" Kok, sama-sama, Om" Perasaan tadi saya nggak bilang makasih, kata Cleo serius, membuat ayah Putra dan Vero bengong. Cleo kembali nyengir dan menepuk pelan dadanya. Bercanda, Om! Makasih, ya, udah ngundang saya makan malam.
Putra berusaha keras untuk tidak tertawa hingga perutnya sakit. Cleo masih saja cengar-cengir, sementara Vero sudah menatapnya berang. Putra melirik ayahnya, yang tampaknya masih kesulitan bereaksi.
Ayah Putra lantas berdeham. Ya, sudah. Ayo, kita mulai saja makan malamnya,
Sementara ayah Putra berjalan ke ruang makan, semua orang mengikutinya. Putra masih belum tahu apa dia marah kepada Cleo, tetapi sejauh ini semua tampak oke.
Acara makan malam dimulai dengan keheningan. Tak seorang pun berbicara, tetapi tampaknya Cleo bukannya diam karena malu atau apa. Cewek itu sibuk memandangi masakan-masakan yang ada di depannya sampai tidak sadar kalau semua orang sekarang sedang memandangnya.
Jadi, kapan kamu mulai pacaran dengan Putra" tanya ayah Putra memecah keheningan, membuat
Hm & kapan, ya" Belum lama, kok, Om, jawab Cleo santai, matanya menjelajahi meja makan. Dia lalu menusuk fillet kakap. Hm & enak.
Begitu. Boleh saya tahu pekerjaan orangtua kamu" tanya ayah Putra lagi.
Emangnya kenapa, Om" Cleo balas bertanya. Tidak apa-apa, saya cuma ingin tahu, kata ayah Putra tenang. Cleo mengangguk-angguk.
Papa saya meninggal dua tahun lalu. Mama saya punya usaha pastry, kata Cleo, membuat Putra berhenti makan. Dia sendiri baru tahu ayah Cleo sudah meninggal. Saya nggak boleh pacaran sama Putra, ya, Om"
Sekarang semua orang sudah berhenti makan dan menatap cewek mungil berponi itu.
Kenapa kamu bicara seperti itu" tanya ayah Putra. Cleo mengedikkan bahu.
Saya dapat firasat begitu Om nanya pekerjaan orangtua saya. Setelah Om tahu, Om pasti nggak ngebolehin saya pacaran sama Putra. Itu, sih, udah sering saya lihat, Om, jelas Cleo, membuat semua melongo, bahkan Munah.
Lihat di mana" tanya ayah Putra lagi.
Di sinetron, jawab Cleo polos, membuat ayah Putra terkekeh. Putra sampai melotot dibuatnya.
Kalau ternyata saya orang yang seperti itu, lantas kamu mau apa" tanyanya lagi.
Hm & mau apa, ya" Saya, sih, bukan tipe orang yang suka nyerah, Om, jadi saya nggak bakal nyerah. Tapi, Om, kalau boleh saya saranin, mending restuin
ngajak saya kabur. Repot, Om. Putra suka banget sama saya, soalnya, kata Cleo panjang lebar, membuat ayah Putra tertawa terbahak-bahak. Putra dan Vero sekarang melongo karena berbagai alasan. Karena keberanian Cleo, juga karena ayahnya tak pernah tertawa seperti itu selama bertahun-tahun.
Kamu ini & orang yang jujur, ya" Ayah Putra menyeka air matanya.
Yah, banyak juga, sih, yang ngomong begitu. Cleo menekap pipi malu-malu. Putra menatapnya tak habis pikir, nyaris menyesal sudah menembaknya dulu.
Baik, baik & . Hm & berhubung kamu anak yang jujur dan satu-satunya perempuan yang pernah Putra bawa ke sini & jadi rasanya saya bisa menerima kamu, kata ayah Putra, membuat semua orang melongo lagi, terutama Vero.
Serius, Om?" seru Cleo, nyaris menjerit. Ayah Putra mengangguk. Cleo memekik lagi, lalu bergerak ke arah ayah Putra dan memeluknya. Makasih, Om, Om keren, deh!
Ayah Putra berjengit kaget seperti semua orang yang ada di sana lalu berusaha melepas pelukan Cleo yang semakin lama terasa semakin mencekik lehernya. Cleo masih nyengir, kembali ke tempat duduknya setelah menyempatkan diri mencubit pipi Putra. Ayah Putra menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir dengan kelakuan anak itu.
Sudah lama sekali rumah tidak pernah seramai ini, kata ayah Putra, membuat Putra menatapnya. Putra malah sangsi apa rumah pernah terasa seramai
Munah mengangguk-angguk menanggapi kata-kata ayah Putra, jadi mau tidak mau Putra yakin kalau hari itu memang pernah ada. Mungkin saat Putra belum lahir. Mendadak, Putra kehilangan selera makannya. Berbeda dengan Putra, Cleo tampak lahap memakan makan malamnya, tak memedulikan tatapan ganas Vero.
Tante kenapa" Lagi diet" tanya Cleo akhirnya, setelah merasa gerah. Sayang Tan, makanan dibuangbuang begitu. Tahu lagi diet harusnya tadi ngambil salad aja.
Vero semakin geram mendengar kata-kata Cleo, tetapi Cleo tak ambil pusing dan terus saja makan dengan lahap.
Jadi, kamu sekelas sama Putra di kelas After School" tanya ayah Putra, membuat Cleo mengangguk. Begitu. Apa nilaimu turun juga"
Hm & sebenarnya, sih, udah nggak, Om, cuma saya seneng aja di kelas itu. Saya seneng ngerepotin Pak Ramli, cerita Cleo, membuat Putra nyengir, sementara ayahnya mengernyit. Cleo buru-buru berdeham. Bercanda, Om. Saya suka di sana, soalnya di sana ada temen-temen saya.
Alasan yang sama dengan yang dikatakan Putra kemarin. Ayah Putra mengangguk-angguk. Cleo bengong sesaat, lalu tersenyum penuh arti kepada Putra yang segera salah tingkah. Lalu, kamu sudah menentukan masuk jurusan apa"
Mendadak, Cleo dan Putra sama-sama menghentikan aktivitas makannya. Putra menatap
Ng & udah, Om. Saya mau masuk IPS, jawab Cleo. Oh, sama. Putra juga masuk IPS karena dia mau masuk sekolah bisnis. Ayah Putra menepuk bahu Putra. Dia, kan, satu-satunya penerus saya.
Berat, lho, Om, kata Cleo kemudian, membuat Putra dan ayahnya menatapnya heran.
Ah, ini. Ayah Putra mengangkat tangan yang masih ada di bahu anaknya.
Bukan itu, tapi beban Putra, kata Cleo lagi. Beban Putra berat banget, harus meneruskan perusahaan Om.
Maksud kamu" tanya ayah Putra. Itu memang tanggung jawabnya sebagai anak saya satu-satunya.
Itu dia. Berat banget beban Putra karena dia anak Om satu-satunya. Apa Om pernah nanya, apa dia mau nerusin perusahaan Om" tanya Cleo, membuat ayah Putra menatapnya tajam.
Tidak perlu karena mau tidak mau dia harus meneruskannya, katanya tegas.
Kalau begitu pemikiran Om, berarti Om bukan orangtua yang baik, kata Cleo membuat mata ayah Putra membesar.
Tahu apa kamu soal orangtua yang baik" tanyanya dingin.
Papa saya pernah bilang, kalau orangtua yang baik itu tidak akan memaksakan kehendak kepada anaknya. Tapi, tidak juga tidak memedulikan anaknya. Orangtua yang baik itu orangtua yang menyadari kemauan anaknya dan kalau kemauan anaknya itu nggak buruk maka orangtua harus mendukungnya, kata Cleo
terdiam. Putra dan Vero yang tadinya bengong, terkejut ketika mendengar tawa ayah Putra yang membahana. Putra melirik ayahnya ngeri.
Kamu ini, kata ayah Putra di sela tawanya. Omonganmu tadi sedikit kurang ajar, tapi ada benarnya juga.
Ayah Putra lalu melirik anaknya, yang masih tidak percaya kalau dia tidak marah setelah digurui Cleo.
Lalu, apa keinginan kamu" tanyanya kepada Putra. Putra menatapnya lama. Semua orang sekarang memperhatikannya dengan serius.
Saya & belum tahu, jawab Putra kemudian, membuat tangan Cleo tergelincir dari meja. Semua orang pun sukses bengong mendengar jawaban Putra. Hah" komentar ayahnya.
Tapi, kalau udah ketemu, saya bakal langsung bilang sama Ayah, kata Putra cepat-cepat. Kasih saya waktu, Yah.
Ayah Putra mengangguk-angguk. Ayah kasih kamu waktu sampai kenaikan kelas. Saat itu, harusnya kamu sudah tahu mau mengambil jurusan apa untuk masa depan kamu.
Iya, Yah, kata Putra, lalu melirik Cleo yang tidak mau meliriknya lagi semalaman itu.
Transfer! aya & belum tahu. Jawaban macam apa, tuh" Pagi itu, Putra mampir ke kelas Cleo karena semalam Cleo menolak untuk diantar pulang. Sekarang, Cleo menyilangkan tangan sambil menatap Putra ganas. Putra menggaruk tengkuk bingung. Sori, deh & , sesal Putra.
Bibir gue sampe melar gara-gara nyeramahin bokap lo dan pas ada kesempatan lo malah jawab belum tahu! Bilang, dong, yang waktu itu lo bilang ke gue kalau lo mau jadi lebih hebat dari bokap lo atau apalah. Gue, kan, nggak enak udah ngomong panjang lebar begitu! sahut Cleo lagi. Putra hanya tertunduk pasrah. Orangorang yang lewat menatap mereka heran.
Cle, gue minta maaf & , kata Putra lagi, mulai risi pada bisikan-bisikan di belakangnya.
Cleo menatap Putra sebal, lalu menghela napas. Mulai sekarang, pikirin, tuh, cita-cita! Jangan sampe pas kenaikan kelas lo masih bingung mau ngapain! seru Cleo lagi, sementara Putra mengangguk pelan. Ya, udah, sana balik ke kelas. Kelas gue jadi ramai gini, nih.
benar. Di sekitar mereka sekarang tercipta keramaian dari anak-anak yang bingung melihat adegan Putra dimarahi Cleo. Putra tahu, dengan begini, wibawanya sebagai pangeran sekolah ini hancur sudah. Tepat pada saat Putra berbalik, Cleo sudah tidak ada di depannya. Putra mengumpat pelan, lalu melangkah gontai ke kelasnya sendiri.
Wajar saja Cleo marah. Putra sudah mengecewakan Cleo yang bersusah payah membelanya di depan ayahnya. Saat itu, Putra benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Putra memang ingin jadi lebih baik dari ayahnya, hanya saja dia tidak tahu harus bagaimana.
Ingin rasanya Putra menertawai dirinya sendiri yang selama ini dengan kerennya menganggap hidupnya susah gara-gara ayahnya memaksakan kehendak kepadanya. Padahal sebenarnya, Putra sama sekali tidak punya hal lain untuk dilakukan.
Sekarang, setelah ayahnya memberi kesempatan untuk berpikir, dia sama sekali tidak tahu mau jadi apa.
Cle, lihat baju ini, deh. Keren, ya" Zia menyodorkan sebuah majalah ke meja Cleo dengan ceria. Cleo meliriknya tak bersemangat.
Mana, mana" Ruby yang muncul mendadak, dengan gesit menyambar majalah itu. Wah, iya, keren! Tapi, kalau lo yang make jadi ilang kerennya!
Maksud lo apaan" sahut Zia keki, sementara Ruby dan Mario sudah terbahak-bahak.
Cleo menghela napas, lalu melirik bangku Putra
telah memarahinya tadi pagi. Apa Putra marah juga kepadanya"
Namun, Cleo benar-benar kesal. Semalam, Putra sama sekali tidak mendukungnya, padahal yang Cleo lakukan adalah untuk menyelamatkan Putra. Untung saja ayah Putra berbaik hati memberi Putra kesempatan.
Cleo melirik jam tangannya. Sebentar lagi kelas After School dimulai, tetapi Putra belum datang juga. Cleo mendesah, lalu berjanji tidak akan memarahi Putra lagi asalkan dia datang. Cleo malah akan membantunya mencari apa yang terbaik buat cowok itu. Mungkin sekarang cowok itu sedang benar-benar memikirkan masa depannya sampai lupa akan kelas ini.
Baru ketika Cleo menetapkan tekadnya, pintu terbuka, dan wajah ngantuk Putra muncul dari sana. Sambil menguap lebar, dia berjalan menuju bangkunya tanpa menyadari kalau Cleo sudah melongo.
Setelah duduk, baru Putra menengok ke arah Cleo dan melambai pelan.
Hai. Gue ketiduran, nih, di kelas. Pak Ramli belum dateng, kan" tanyanya sementara Cleo menatapnya galak.
Dasar bego! Cleo menyambit Putra dengan buku kena tepat di jidatnya kemudian berderap kesal ke arah pintu, sementara anak-anak lain bengong.
Put, dia kenapa" tanya Mario setelah Cleo menghilang di balik pintu, mewakili kebingungan anak-anak lain.
Namun, Putra tak bisa menjawabnya. Jidatnya ber
Cle, Cleo, panggil Putra, sementara Cleo mempercepat langkahnya. Sesorean ini, Cleo menolak untuk bicara dengannya. Jangankan bicara, melirik saja tidak mau.
Setelah akhirnya bisa menjajari langkah Cleo, Putra menarik lengan cewek itu untuk menghentikannya. Cleo menatap Putra sengit, membuat cowok itu nyengir bersalah.
Cle, sori, deh. Sori banget. Putra mencoba menampilkan wajah bersalah terbaiknya.
Lo minta maaf soal apa" tanya Cleo, membuat Putra bingung.
Hah" Ya & soal semalam, kan" jawabnya. Lo pikir gue masih marah soal yang semalam" Gue marah gara-gara lo nggak serius soal cita-cita lo! Gue pikir lo masih mikirin lo mau jadi apa! seru Cleo.
Gue emang mikirin, kok, kata Putra. Serius, malah.
Saking seriusnya sampe ketiduran" tanya Cleo lagi, membuat Putra sadar alasan kemarahan Cleo kali ini.
Oh & itu, sih & ng & iya, saking seriusnya sampe ketiduran, kata Putra, membuat Cleo mendengus sebal. Tapi, Cle, gue bener-bener serius, kok, otak gue sampe panas mikirinnya. Coba pegang, deh.
Putra menarik tangan Cleo dan meletakkannya di dahinya. Kekesalan Cleo tiba-tiba mereda karena kepolosan Putra.
belum punya rencana apa-apa pas kenaikan kelas nanti, kata Cleo, intonasinya sudah turun. Tadi gue keki aja, gue sibuk mikirin lo, lo malah ketiduran.
Yah, sori, deh. Tapi, thanks, ya, udah ngambil bagian gue. Putra tersenyum. Kalau kayak gini, beban otak gue berkurang dikit. Nih, gue transfer sedikit lagi.
Putra mengantukkan kepalanya dengan sengaja pada kepala Cleo. Cleo mengusap bagian yang sakit karena terantuk, lalu memukul pelan Putra yang sudah cengengesan. Putra mengusap-usap kepala Cleo penuh rasa sayang.
UHUUUY! Apaan, tuh, barusaaannn" sahut Mario yang tiba-tiba muncul di belakang mereka, membuat Cleo dan Putra segera memisahkan diri. Anak-anak lain pun sibuk bersuit-suit.
Sayaaang & aku transfer cintaku kepadamuuu! sahut Ruby kepada Mario, lalu dengan segera mengantukkan kepala kepadanya, tetapi rupanya terlalu keras.
Sayaaang & sakit, niiihhh & , balas Mario manja, membuat Ruby segera mengusap-usap kepala Mario dengan sayang.
Cup cup cup, Sayaaang & . Sini aku cium biar nggak sakit lagi & . Ruby mengecup pucuk kepala Mario, sontak membuat anak-anak tertawa heboh. Putra dan Cleo hanya membatu menyaksikan adegan itu. Pulang, yuk, ajak Putra kaku.
Yuk, kata Cleo, lalu segera menarik Putra meninggalkan area drama itu, yang masih terus berlangsung dan mungkin akan dibuat sekuelnya.
Benar saja. Esoknya, drama transfer itu seperti jadi tren. Baik di kelas maupun di kelas After School, Cleo selalu melihat duo Mario-Ruby mempraktikkannya. Saat mau ulangan Sejarah, Mario tiba-tiba meloncat ke bangku Dara, si Genius Sejarah, lalu mengantukkan kepala kepadanya sambil berkata, Daraaa & transfer otak lo, ya! tanpa memedulikan wajah Dara yang bengong.
Dan, baru saja, Ruby kena serangan alat-alat make up dari Zia karena saat Zia sedang becermin, tiba-tiba Ruby muncul di depan cermin sambil berkata, Zi, lo harusnya minta transfer cantik dari si Rachel.
Cleo menatap kejar-kejaran antara Ruby dan Zia yang masih terus berlangsung. Zia tampak benar-benar mengamuk, semua alat make up-nya berhamburan di lantai. Sambil mendesah, Cleo melirik Putra yang tampak tidak begitu terganggu. Dia malah asyik membaca majalah game sambil mendengarkan musik dari iPod.
Cleo menatapnya sebal, lalu duduk di depannya. Cleo menutup majalah itu dan mencabut headphone besar dari telinganya. Putra menatapnya heran.
Ingat masa depan, ancam Cleo dengan wajah galak.
Cle, kalau ingat itu terus, bisa-bisa gue gila. Ini baca-baca majalah juga lagi cari inspirasi, kata Putra ringan sambil kembali membuka majalahnya. Kalau lo lagi nganggur, lo aja yang pikirin buat gue, ya" Kan, kemarin gue udah transfer.
cepat menutup majalahnya sambil nyengir kuda. Tak lama kemudian, Ramli masuk dan mengernyit heran melihat alat-alat make up Zia yang berhamburan di lantai. Dia bahkan sempat menginjak spons bedak.
Ada apa ini" tanyanya heran, sementara Zia sudah kelelahan karena mengejar Ruby.
Pak, tolong!! Tolong transfer kesabaran buat Zia, Pak! sahut Ruby sambil terengah, membuat Zia kembali mengganas.
Dasar Ruby begoooo! seru Zia esoknya di kantin. Cleo cuma mengangguk-angguk tak jelas menghadapi kemarahan Zia yang rupanya belum reda. Namun, Cleo bersyukur drama transfer itu sudah berakhir. Mario dan Ruby rupanya sudah bosan, belum lagi dahi mereka jadi lebam-lebam.
Bosan hidup, dia! sahut Zia lagi.
Cleo menepuk-nepuk pundak Zia. Tenang, Zi. Tenang gimana, Cle! Anak itu nggak bisa lihat gue bahagia! seru Zia. Lo beruntung banget punya cowok kayak Putra. Udah cakep, kaya, normal, lagi!
Cleo tertawa garing. Akhir-akhir ini Putra sedang tidak begitu menarik. Dia selalu tenggelam dalam khayalannya dan hampir tidak pernah memperhatikan Cleo. Mau tidak mau, Cleo menyesal sudah menyuruhnya berpikir serius sampai melupakan yang lain. Benar-benar orang yang tidak biasa membagi konsentrasi.
Cle, lo harus bisa awet sama Pangeran. Harus! Zia
sungguh. Cleo hanya melongo.
Zi, gue ngerti perasaan lo. Cleo melepaskan tangan Zia karena sudah mulai diperhatikan oleh seisi kantin. Zia tertunduk lesu, lalu tiba-tiba menatap Cleo penuh harap.
Cle, besok temenin gue karaokean, yuk" Kita berdua aja, nggak usah sama yang lain! seru Zia, tetapi lalu tersadar. Oh, tapi besok lo pasti mau nge-date sama Pangeran, ya"
Hah" Nggak, kok, jawab Cleo, membuat Zia heran.
Lho" Besok, kan, Sabtu" Kok, kalian nggak keluar" Oh, atau, entar malam dia ngapel, ya" tanya Zia lagi, membuat Cleo tiba-tiba sadar kalau dirinya dan Putra hampir tidak pernah melakukan apa pun di luar jam sekolah.
Ng & sebenarnya, sampe sekarang kita belum pernah nge-date, aku Cleo membuat Zia bengong.
Hah" Yang bener lo, Cle" tanya Zia tak percaya. Cleo mengangguk pelan. Lo & nggak pernah diajak ke mana gitu sama dia" Nonton" Dinner romantis di restoran mewah"
Cleo menggeleng, membuat Zia menggebrak meja keras-keras. Cleo beserta separuh isi kantin sampai terlonjak kaget.
Dasar Pangeran! Apa gunanya jadi orang kaya" sahut Zia penuh amarah, membuat Cleo nyengir gugup karena semua orang sudah memperhatikan mereka. Punya cewek, tapi nggak pernah diajak nge-date! Nggak berguna banget, sih!
ternyata sudah ada di belakang Zia. Cleo menatapnya ngeri, sementara Zia menatap Putra bengis. Putra balas menatapnya polos.
Lo! Dasar cowok nggak berguna! Zia menunjuk Putra yang bengong, lalu menarik tangan Cleo. Ayo, Cle, kita jangan mau diperalat sama cowok-cowok nggak berguna ini!
Hah" seru Putra bingung, sementara Zia menyeret Cleo pergi.
Sekarang, seluruh isi kantin sudah menatap Putra, membuatnya salah tingkah. Dia pun segera pergi dari kantin, membatalkan niat untuk membeli air mineral.
Cleo masuk ke kelas After School bersama Zia yang masih panas. Sepanjang pelajaran di kelas tadi, Zia tidak berhenti misuh-misuh soal cowok yang ternyata tidak bisa dilihat hanya dari penampakan luarnya saja.
Putra sudah duduk di dalam kelas, asyik membaca majalah game seperti biasa. Saat Zia lewat di depannya, dia mendongak.
Huh. Gue pikir, Pangeran itu gentleman, kata Zia ketus, lalu duduk di bangkunya tanpa memedulikan tampang beloon Putra.
Putra lalu melirik Cleo yang nyengir bersalah. Cle! Lo solider, kan" sahut Zia, membuat Cleo urung menjelaskan masalahnya kepada Putra.
Oi, Zi, lo kenapa, sih" Lagi PSM, ya" seru Ruby, disambut pukulan di kepala oleh Mario.
Klub sepak bola kali, PSM. PMS! sahutnya,
Hahaha. Nggak lucu! seru Zia sengit, membuat anak-anak terdiam. Ruby segera duduk di depan Zia dan menatapnya khawatir.
Zi, lo kenapa, sih" Kepala lo kelamaan diuapin waktu creambath" tanya Ruby lagi sambil memegang dahi Zia. Zia segera menepis tangan Ruby.
Jangan pegang-pegang! Entar bedak gue luntur! Apalagi tangan lo kotor, gue mana tahu lo abis megang apaan, entar muka gue jerawatan! sahut Zia, membuat Ruby melongo.
Oh & kotor, ya & . Aduh maaf, ya, entar-entar gue cuci tangan dulu, deh. Pake karbol, kata Ruby sinis, lalu bangkit dan bergabung dengan anak-anak yang lain.
Suasana kelas agak lain setelah itu. Saat Ramli masuk, tidak seperti biasanya, mereka sudah diam. Ramli menggoda mereka, tetapi Zia dengan ketus menyuruhnya untuk segera mengabsen, membuatnya tak punya pilihan lain selain memulai kelas.
By, sebaiknya lo buru-buru minta maaf sama Zia, kata Cleo sepulang kelas After School. Zia sudah lebih dulu melesat pulang.
Lah" Kenapa" tanya Ruby polos, membuat Cleo ingin menjitaknya atas nama Zia.
Karena lo, tuh, udah keterlaluan! Masa lo nggak sadar, sih"
Nggak sadar apa" tanya Ruby.
Nggak sadar kalau Zia itu cewek juga! sahut Cleo
makanya lo seenaknya aja ngejekin dia. Dia juga cewek, By, dia juga sensitif sama kayak cewek lainnya.
Ruby malah mengangguk-angguk, seolah selama ini benar-benar tidak sadar kalau Zia itu cewek.
Jadi & , itu artinya apa" tanya Ruby lagi, membuat Cleo tertunduk pasrah.
Artinya, dia bakal sakit hati juga kalau lo bandingbandingin sama cewek lain! Kalau lo emang nggak suka sama Zia, ya, lo nggak usah bandingin dia sama cewek lain! sahut Cleo, kali ini ingin memukul Ruby atas namanya sendiri. Lo jangan peduli kalau dia kurang cantik, apalagi bilang dia nggak cantik kayak Rachel. Diem aja bisa, kan"
Tapi, kalau diem nggak seru, Cle, kilah Ruby. Lagian, dulu dia bisa aja dibawa bercanda, kenapa sekarang nggak"
Mungkin & karena dia pikir candaan lo udah nggak lucu lagi" kata Cleo, membuat Ruby terdiam. Cleo mendesah. Yah, sekarang, sih, gimana lo, deh. Yang jelas, gue nggak pengin suasana kelas jadi nggak asyik lagi.
Ruby tampak serius berpikir, tetapi Cleo tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Ruby, kan, kadangkadang bisa sama dodolnya dengan keledai.
Hari ini Zia tidak masuk sekolah. Cleo langsung menginterogasi Ruby dan bertanya apa semalam dia sudah berkata yang tidak-tidak kepada Zia. Namun, Ruby sama sekali tidak tahu-menahu kenapa Zia bisa
Itu gara-gara lo, nggak salah lagi! sahut Cleo. Tangannya sudah mencengkeram kerah kemeja Ruby.
Emang gue salah apaan, Cle" tanya Ruby membuatnya kena jitakan gratis di kepala.
Pokoknya secepat mungkin lo harus selesain masalah ini. Gue nggak mau Zia berhenti sekolah cuma gara-gara lo! sahut Cleo lagi, wajahnya serius.
Iya, iya, entar pulang sekolah gue ke sana! cicit Ruby, membuat cengkeraman di kerahnya melonggar.
Awas, lho, ya, ancam Cleo. Tepat pada saat itu, Putra yang habis dari toilet lewat di dekat mereka.
Pangeraaan! Cewek lo ganaaasss! Ruby berlari ke arahnya dan berlindung di balik punggungnya. Putra menatapnya bingung, lalu menatap Cleo ngeri. Cewek itu sekarang sedang melemaskan otot-otot tangan dan lehernya, bersiap-siap untuk membunuh Ruby.
Putra mundur perlahan-lahan dan ketika Cleo ambil ancang-ancang untuk menerkam Ruby, kedua cowok itu sudah lebih dulu kabur.
Siang, Tante, sapa Ruby begitu wajah Lina, ibu dari Zia, muncul di balik pintu.
Eh, Ruby, balas Lina ramah. Ayo masuk. Mau ketemu Zia, ya"
Iya, Tan, kata Ruby pelan, takut Zia sudah menceritakan soal kemarin kepada ibunya. Maaf banget, ya, Tan, saya nggak sengaja.
Eh" Lina tampak bingung. Memang kenapa" Lho" Zia belum cerita, ya" Ruby ikut bingung.
dibicarakan Ruby. Ng & Zia nggak masuk sekolah, kan, gara-gara saya, Tan.
Lho" Memangnya Ruby kena cacar juga" tanya Lina, membuat Ruby bengong.
Cacar" ulang Ruby. Iya, semalam Zia panas, terus pas diperiksa dokter, ternyata dia kena cacar air. Ruby yang nularin, toh" Kok, kayaknya Ruby masih baik-baik aja" tanya Lina lagi, membuat Ruby tertawa garing.
Ng & berarti saya salah duga, Tan. Saya nggak cacar, kok, kata Ruby lagi, mengumpat dalam hati karena sudah dipukuli Cleo demi alasan yang tidak jelas.
Oh ... kalau gitu, kamu mau nengok Zia" Kata dokter bisa nular. Kalau Ruby belum pernah kena cacar, Ruby pulang aja dulu. Entar aja ketemunya kalau Zia udah sembuh.
Oh & , ya, udah, Tan. Sampein aja kalau saya dateng, gitu. Bilangin cepet sembuh, ya, Tan. Ruby lalu mohon diri.
Setelah keluar rumah Zia, Ruby menghela napas lega. Ternyata dirinya bukan alasan kenapa Zia tidak sekolah. Walaupun begitu, Ruby tetap sebal karena Zia tidak memberi kabar kalau dia sakit.
Hah" Cacar?" sahut Cleo di telepon. Iya, nih, Cle ..., suara Zia terdengar lemas. Aduh, padahal gue udah bantai si Ruby, gue pikir gara-gara dia lo nggak masuk sekolah. Cleo merasa
Tadi dia udah dateng ke rumah, kok, kata Zia. Kayaknya, sih, mau minta maaf. Tapi, karena bisa ketularan, jadi disuruh pulang sama Nyokap.
Hm & bagus, deh, gumam Cleo, sedikit kagum pada Ruby.
Terus, lo gimana, Cle" tanya Zia, membuat Cleo bingung.
Gue" Emang gue kenapa"
Soal date sama si Pangeran" Dia belum ngajak lo nge-date juga" tanya Zia histeris, melupakan penyakitnya.
Belum, jawab Cleo, menyesal sudah bertanya. Cle, lo harus agresif, dong! Entar si Putra direbut cewek lain, lho!! sahut Zia membuat Cleo mau tidak mau memikirkannya juga.
First Date leo memperhatikan Putra yang sedang asyik menekuni majalah game. Setelah hampir sepuluh menit memperhatikan, sampailah Cleo pada simpulan bahwa mereka tak akan pernah melakukan date kalau Cleo hanya menunggu inisiatif Putra.
Put, panggil Cleo, tetapi Putra tak mendengar. Putra!
Terdengar musik berdentum-dentum dari ponselnya. Cleo menatapnya keki, lalu melemparnya dengan gumpalan kertas.
Putra menatap gumpalan kertas itu tanpa ekspresi, menyentilnya sehingga terbang ke meja di depannya, lalu kembali meneruskan membaca. Putra menyangka itu bagian dari keisengan kelas, jadi dia sudah terlalu terbiasa. Dia sama sekali tidak sadar kalau Cleo sudah melongo di sampingnya.
Cleo yang keki, segera menyusun rencana lain. Dia menyiapkan gumpalan yang lebih besar sampai menyerupai bola softball, mengambil ancang-ancang,
kepala. Namun, Putra tetap bergeming.
Gemas, Cleo akhirnya mau mengangkat bangkunya sendiri untuk dilemparkan ke Putra, tetapi langsung ditahan anak-anak lain. Putra akhirnya terusik pada keributan kecil di sebelahnya. Dia menoleh, lalu menatap mereka bingung sambil melepas ponsel. Ada apaan, sih" tanyanya polos.
Pangeran! Kalau lo mau tetap hidup, jangan diem aja kalau dipanggil! sahut Ruby yang sibuk menahan Cleo.
Lho" Emangnya lo manggil gue, Cle" tanya Putra lagi.
Anak-anak bengong sebentar, lalu dengan kompaknya segera menenangkan Cleo dengan cara mengipasinya dan memberinya minum, persis pemain tinju di sela-sela ronde. Cleo sendiri sudah putus asa. Cleo bertekad, dengan cara apa pun, dia harus bisa mengajak Putra keluar Minggu ini.
Cle, gue pikir jadi pembalap bagus juga, kata Putra sambil membolak-balik halaman majalah game-nya. Gimana"
Saat ini, mereka sedang duduk di depan kelas Cleo. Cleo menatap Putra sebal, lalu merebut majalah game itu.
Put, lo sadar nggak lo punya cewek" tanya Cleo serius.
Sadar. Tapi, apa hubungannya sama jadi pembalap" tanya Putra, membuat dahi Cleo
gue ninggalin lo gitu, ya" Soalnya umbrella girl-nya cakep-cakep"
Lo & beberapa bulan masuk kelas After School jadi ketularan jayus, ya, kata Cleo gemas. Lupain dulu, deh, soal masa depan lo ini! Ada yang lebih penting! Apaan" tanya Putra.
Semenjak mikirin masa depan lo, lo jadi jarang merhatiin gue!
Lho" Bukannya lo yang suruh gue serius mikirin masa depan gue" tanya Putra lagi.
Yah ... iya, sih, tapi bukan berarti lo ngelupain yang lain, kan" Cleo menghela napas. Lo nggak sadar, ya, semenjak kita jadian, kita sama sekali belum pernah jalan bareng"
Iya juga, ya, kata Putra setelah berpikir sebentar. Oke. Jadi, lo mau ke mana"
Ke & Paris" tanya Cleo coba-coba, tetapi Putra sudah menampilkan wajah datar. Cleo meneguk ludah. Ya, udah, jalan ke mal aja. Hari Minggu nanti. Gimana"
Oke. Putra menyanggupi. Jadi, gue jemput lo" Nggak usah, kita ketemuan aja di pintu masuk. Minggu pagi biasanya gue nemenin nyokap gue di toko. Mal deket doang, kok, sama tokonya. Tunggu aja di pintu masuknya, ya.
Ya, udah kalau gitu. Ngomong-ngomong, gimana soal rencana gue tadi" Jadi pembalap" Putra sudah kembali merebut majalah dan membukanya tepat di halaman yang menampilkan mobil-mobil balap dan cewek seksi.
itu. Putra menatapnya heran, membuat Cleo salah tingkah. Ng & kalau jadi pembalap, risikonya gede! Lagian, lo nggak bisa ngebuktiin sama bokap lo kalau lo lebih hebat dari dia!
Putra mengangguk-angguk menurut, membuat Cleo menghela napas lega.
Hari ini adalah Minggu, hari ketika Cleo dan Putra akan bertemu di mal. Cleo sudah berdandan secantik mungkin atas saran Zia. Rambutnya yang pendek diurai dan diberi jepit manis berbentuk pita. Dia memakai sedikit bedak dan sedikit lipgloss, pipinya bersemu merah karena diberi blush on tipis. Dia mengenakan kaus lengan panjang yang berbelahan rendah berwarna abu-abu dan tanktop hitam di dalamnya serta rok mini lipit hitam dan legging abuabu. Untuk sepatu, dia memakai high heels. Intinya, siapa pun yang kenal dan melihat Cleo dalam bentuk seperti ini, pasti tidak akan bisa mengidentifikasinya.
Dalam keadaan seperti ini, Cleo telah menunggu selama setengah jam di depan pintu masuk mal. Berkali-kali, Cleo melirik jam tangannya. Putra belum datang juga, sementara itu beberapa cowok sudah mengajak Cleo untuk masuk.
Putra nyebelin! gerutu Cleo kesal, lalu bersandar pada pilar mal. Barusan, dua cowok lain menggodanya lagi.
Cleo mendesah, mengambil ponselnya, lalu baru teringat kalau selama ini dia malah belum punya
Putra belum pernah menghubunginya di luar sekolah. Cleo tertawa sendiri, miris, lalu akhirnya terduduk lemas, menyesali nasibnya berpacaran dengan cowok ganteng dan kaya, tetapi payah dan kurang inisiatif.
Sementara itu, di dalam pintu masuk mal, Putra juga melirik jam tangannya dan menghela napas. Dalam hati, dia mengutuk Cleo yang belum juga datang, padahal sudah hampir empat puluh menit dia menunggu. Satpam yang menjaga mal itu sampai merasa tersaingi dengan keberadaan Putra.
Setelah 45 menit dan merasa konyol terus-terusan menunggu, Putra akhirnya melangkah keluar. Mungkin Cleo sedang membantu ibunya dan tidak bisa datang. Putra menuruni undakan, lalu tak sengaja menengok ke kanan dan mendapati seorang cewek sedang terduduk lemas. Baru ketika Putra akan melengos pergi, dia berhenti melangkah, sekali lagi menatap cewek itu dengan lebih cermat.
Cleo?" sahut Putra, membuat cewek itu mendongak. Cleo menatap Putra tak percaya, lalu bangkit dan memukulnya.
Put! Lo tega banget, sih, hari gini baru dateng! sahutnya kesal. Putra menangkap tangannya.
Lo ngomong apaan, sih" Gue udah mau sejam nungguin lo! Elo yang kelamaan! balas Putra, membuat Cleo bengong.
Jangan bohong, deh! Gue juga mau sejam nunggu di sini! sahut Cleo.
Di sini" Ngapain lo nunggu di sini" Kenapa nggak masuk" Gue nunggu di dalam! sahut Putra, membuat
Lo kenapa masuk duluan" Kan, gue bilang di depan pintu masuk! sahutnya.
Lo nggak bilang di depan pintu masuk, lo bilang di pintu masuk! balas Putra lagi, sementara keributan itu mulai menarik perhatian banyak orang. Putra dan Cleo menyadari hal ini, lalu akhirnya menghela napas.
Ya, udahlah. Yang jelas, kita sama-sama udah dateng, kata Putra kemudian. Jadi" Mau masuk nggak, nih"
Cleo menatap Putra, lalu akhirnya mengangguk. Dia menepuk-nepuk roknya yang kotor, lalu mengikuti Putra masuk ke mal. Satpam mal itu melirik Putra sengit, yang dibalas cengiran kaku.
Kita mau ke mana" tanya Putra.
Hm & ke mana, ya" Yah, jalan dulu aja, deh, lihatlihat. Cleo membereskan rambut, sadar kalau penampilan terbaiknya kacau gara-gara terlalu lama menunggu.
Putra mengangguk, lalu benar-benar melihat-lihat ke kiri dan kanan. Dia jarang ke mal, kecuali untuk membeli game. Dia tidak pernah benar-benar berjalan lambat untuk melihat-lihat karena pikirannya selalu ke toko game, jadi dia baru sadar kalau di mal ini terdapat banyak sekali konter.
Cleo, yang selesai membereskan rambut, berusaha sebisa mungkin mendapat perhatian Putra, yang gagal didapatkannya. Cleo lalu menatap Putra kesal.
Put! sahut Cleo, membuat Putra menoleh. Lo sadar nggak, sih, perubahan gue"
Putra mengernyit, lalu menatap Cleo. Hm &
Cleo melongo, tetapi langsung menarik napas dalam-dalam, supaya tidak meledak. Oke. Selain rambut" Ada yang berubah lagi nggak" Jadi lebih apa gitu" pancing Cleo, membuat Putra tampak berpikir lebih keras. Ini membuat Cleo khawatir.
Lo & jadi lebih tinggi sedikit, ya" komentar Putra lagi, kembali membuat Cleo melongo. Biasanya sepundak gue, sekarang agak tinggian.
Lo & bercanda, kan, ya" tanya Cleo lambatlambat.
Soal apa" tanya Putra lagi, membuat Cleo benarbenar mau meledak. Putra terbahak dan mengacak rambut Cleo. Bercanda, kok. Lo jadi lebih cantik, Cle.
Cleo menatap Putra tidak percaya. Ternyata pengaruh kelas After School sangat buruk baginya. Putra yang sekarang ini sudah memenuhi syarat untuk bisa dipanggil sebagai tim inti After School Club.


After School Club Karya Orizuka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gitu aja ngambek. Ayo, ajak Putra sambil meneruskan perjalanan. Dalam hati, dia sudah tertawa penuh kemenangan karena berhasil membalas perlakuan Cleo dulu.
Cleo sendiri menghela napas, lalu tersenyum. Setidaknya, Putra sadar perubahannya dan sudah mengatakannya lebih cantik. Dia lalu berlari riang untuk mengejar Putra.
Eh, Put, kayaknya kita jodoh, ya" kata Cleo begitu menyadari sesuatu. Kita sama-sama pake baju warna abu-abu, padahal nggak janjian, kan" Ini yang namanya takdir!
Putra melirik jumper abu-abu yang dipakainya dan
sehingga orang-orang yang melihat mereka pasti menyangka mereka sudah janjian lebih dulu atau apa.
Kebetulan doang, kali, komentar Putra, malas terhadap hal-hal begini.
Ah, Puput, malu-malu. Cleo sambil mencubit pipi Putra, membuatnya kembali merasa dijajah seperti dulu.
Selama setengah jam perjalanan, Cleo dan Putra sudah mengunjungi berbagai konter. Saat mampir ke toko pernak-pernik, Putra yang enggan, dipaksa masuk oleh Cleo. Putra menatap Cleo yang asyik memilih hiasan ponsel.
Put, ini lucu banget nggak, sih" tanya Cleo saat menemukan gantungan ponsel bulu biru muda. Putra hanya tersenyum lemah.
Put, lihat, deh. Ini gantungan buat pasangan, lho. Cleo mengacungkan sebuah gantungan ponsel yang merupakan hati yang terbelah dua dan bisa disambung dengan pasangannya. Menurut Cleo, gantungan itu imut sekali.
Hm, komentar Putra pendek.
Hm" ulang Cleo. Harusnya bukan hm dong, harusnya, ya, udah, sini aku beliin , gitu.
Cle" Lo nggak salah, ya" Gue nggak mau pake begituan! sahut Putra, membuat Cleo manyun dan mengembalikan gantungan itu ke tempatnya.
Cleo kemudian menarik Putra untuk kembali berjalan-jalan. Di depan sebuah butik, tiba-tiba dia
berlari dan menatap sebuah baju yang terpasang di boneka. Dahinya sampai menempel di kaca saking kagumnya.
Mau masuk" tanya Putra, agak malu melihat kelakuan Cleo.
Hah" Ng ... nggak usah, deh, kata Cleo setelah menyadari nama butik itu, tetapi Putra sudah menyeretnya ke dalam.
Tak tahan, Cleo segera menghampiri patung itu dan membelai sweter rajut berwarna baby pink yang kelihatan hangat. Putra memperhatikannya dari belakang, sementara si pramuniaga butik datang.
Itu diimpor dari Jepang langsung, lho, Mbak. Wol asli, kata sang pramuniaga, membuat Cleo lebih hatihati membelai si sweter. Si pramuniaga mengambilkan stok dari gantungan, dan menyerahkannya kepada Cleo yang segera gugup. Cleo lalu dibawa ke depan cermin dan menit berikutnya dia sudah mematutmatut diri dengan menempelkan baju itu ke tubuhnya.
Put, gimana" Gue bakal cantik, kan, kalau pake ini" tanya Cleo sambil tersenyum semanis mungkin.
Nggak cocok, ah, Cle, lo pasti jadi kayak beruang kalau make itu, komentar Putra membuat senyuman Cleo langsung lenyap. Dia segera mengembalikan baju itu ke gantungan dan berderap keluar butik.
Si pramuniaga butik menatap Putra tajam, yang dibalas cengiran kaku. Putra kemudian mengejar Cleo dan menangkap tangannya.
Cle, bercanda doang, kok, kata Putra, menyesal. Cleo berbalik, lalu yang tidak dipercayai Putra, cewek
Nggak apa-apa, kok, lagian bagus juga lo ngomong gitu, kita jadi bisa keluar, katanya membuat Putra bingung. Cleo lalu menggeleng-geleng tak habis pikir. Gila aja harganya, nggak masuk akal.
Putra melongo sebentar, lalu sebelum sempat bicara, Cleo sudah menariknya.
Ayo, Put, kita jalan lagi. Masih banyak yang belum dilihat, lho. Cleo menunjuk toko buku. Putra mengikutinya tanpa banyak bicara.
Selama beberapa saat, mereka melihat-lihat buku. Setelah Cleo mendapatkan majalah tentang membuat kue untuk ibunya, mereka keluar.
Cle, lo tunggu sini bentar, ya, gue ke toilet dulu, kata Putra. Cleo mengangguk, lalu memutuskan untuk duduk di bangku panjang yang ada di tengah mal sambil menunggu Putra.
Cleo membuka-buka majalah yang baru dia beli. Beberapa menit kemudian, dia dikejutkan dengan sebuah kantong kertas yang tergantung di depannya. Cleo mengerjapkan mata saat membaca tulisan pada kantong itu, lalu mendongak dan menatap Putra.
Nih, buat lo. Putra menyerahkan kantong kertas itu. Cleo menerimanya, sementara Putra ikut duduk di sampingnya.
Jangan bilang ..., gumam Cleo sambil mengeluarkan isi kantong kertas itu. Ternyata tebakan Cleo benar, sweter yang tadi. Cleo melongo, lalu menatap Putra yang pura-pura tidak mau tahu. Ke-kenapa lo beliin ini" Cleo tergagap.
Karena kayaknya tadi lo ngebet banget. Daripada
mimpi" Putra lalu terkekeh.
Cleo menatap Putra sebentar, lalu kembali menatap sweter di pangkuannya. Detik berikutnya, dia kembali memasukkannya ke kantong kertas.
Gue, kan, nggak cocok pake ini. Cleo menyerahkan kantong itu kepada Putra. Lo balikin lagi aja, gih.
Putra bengong sesaat, lalu mendorong kantong kertas itu. Lo pikir tokonya mau dibalikin lagi" Cocok, kok, buat lo. Tadi, kan, gue cuma bercanda.
Put, bukannya nggak mau, tapi & gue nggak bisa. Maaf, ya, tadi gue kayak ngebet banget. Nggak lagi-lagi, deh, kata Cleo, setengah memohon.
Lo kenapa, sih, Cle" Gue jadi bingung. Putra menggaruk kepala frustrasi. Tinggal terima aja kenapa"
Put, gue nggak mau dibilang pacaran sama lo karena duit, kata Cleo akhirnya, membuat Putra melongo. Gue & nggak mau minta macam-macam sama lo.
Putra menatap Cleo geli, lalu mengacak rambutnya. Ah, kayak bukan lo aja, Cle. Putra terkekeh. Mau dibilang apa sama orang gue nggak peduli, kok. Yang tahu, kan, kita. Lagian, kalau lo pacaran sama gue garagara duit, lo nggak bakal mungkin berani marahmarahin gue.
Cleo menatap Putra yang tampak santai. Cle, asalkan lo yang minta dan gue punya duit, pasti gue beliin. Jangan ngerasa manfaatin gue, kata Putra, membuat Cleo nyaris terharu.
Kecuali gantungan hape yang tadi, potong Putra cepat, membuat Cleo manyun. Cleo kemudian kembali menatap sweter di tangannya, masih takjub. Putra tersenyum sendiri. Entar dipake, ya, sweternya. Jangan lo jual.
Cleo melotot sewot ke arah Putra, yang dibalas kekehan.
Setelah puas melihat-lihat mal, Putra mengajak Cleo ke tempatnya biasa membeli game. Dia memperkenalkan Cleo kepada A Hong, pemilik toko langganannya. Cleo langsung tersipu malu saat A Hong mengatakan kalau dia sangat cantik dan Putra beruntung bisa menemukannya. Putra malah menatap Cleo seolah mencari di mana letak kecantikannya dan langsung diberi hadiah injakan oleh Cleo.
Setelah membeli game, Cleo mengajak Putra untuk nonton. Saat melihat poster film-film yang sedang diputar, mereka hanya bisa bengong. Semuanya film Indonesia dan bergenre horor. Saat Putra hendak berbalik pergi, Cleo meyakinkannya untuk menonton Keranda Berdarah karena terdengar tidak seaneh dua judul lainnya. Cleo mengatakan, Putra tidak boleh berprasangka buruk bahwa mungkin saja film itu sebagus Exorcist atau apa dan mereka setidaknya bisa berteriak untuk melepas ketegangan.
Namun, ternyata, pemikiran Cleo sama sekali tidak terbukti. Filmnya justru absurd, dan karena kelelahan, mereka malah jatuh tertidur saat film baru berjalan
sementara kepala Putra bersandar di kepala Cleo. Setelah dibangunkan oleh penjaga bioskop, mereka keluar dari studio dengan mata merah mengantuk.
Kok, bisa-bisanya, sih, kita tidur pas nonton film horor. Cleo memijat lehernya yang pegal. Mendadak, perut Cleo berbunyi. Putra meliriknya yang segera nyengir. Put, makan dulu, yuk" Laper banget, nih.
Putra langsung setuju karena dia juga belum makan seharian ini. Mereka lantas mencari foodcourt Cleo melarangnya untuk masuk ke restoran karena dianggap pemborosan.
Cle, lain kali kalau ke sini nggak usah semua toko dijabanin, kata Putra. Mending ada yang dibeli. Ini, sih, tiap kali diambil, dibalikin lagi. Kalau mau, bilang aja.
Oke, lain kali gue bilang kalau mau beli-beli, kata Cleo, membuat Putra terdiam.
Kok, gue ada perasaan nggak enak, ya, keluh Putra. Cleo terkekeh kejam, otaknya sudah penuh rencana.
Suruh siapa lo sok keren. Awas, ya, entar kalau gue minta beliin, lo harus beliin, ancam Cleo. Putra segera menyesal sudah bicara yang tidak-tidak.
Tahu-tahu Cleo merasakan getaran di tasnya. Dia mengambil ponsel, lalu membuka pesan dari ibunya. Putra memperhatikan ponsel Cleo yang polos tanpa gantungan, lalu mengorek saku dan mengeluarkan gantungan ponsel yang dibelinya di toko game.
Cleo mengambil gantungan berbentuk karakter cewek mini itu. Apaan nih"
memperlihatkan ponselnya sendiri yang sudah digantungi karakter cowok. Yang punya gue ini karakter cowoknya, namanya Ichigo. Kalau yang kayak gini, baru gue mau pake.
Cleo menatap gantungan itu, lalu segera memakaikannya pada ponselnya.
Lucu juga. Cleo memainkan karakter cewek berambut pendek itu. Jadi" Apa hubungannya Rukia sama Ichigo"
Putra langsung tersedak dan menolak menjawabnya lebih lanjut. Dia memilih untuk minum dan mencari topik lain, malas digoda oleh Cleo kalau mengatakan Rukia dan Ichigo adalah sepasang sahabat yang saling membutuhkan satu sama lain, dan tinggal tunggu waktu untuk jadi sepasang kekasih.
Eh, Put, lo sadar nggak, sih, kalau kita belum punya nomor masing-masing" tanya Cleo yang tibatiba ingat.
O, ya" jawab Putra, membuat Cleo ingin menjitaknya.
Kalau udah punya harusnya nggak ada kejadian bego kayak tadi pagi! seru Cleo, membuat Putra mengangguk-angguk, kena semprot lagi. Ya, udah, catat nomornya. 081xxxxxxx. Kalau udah, missed calll gue, ya.
Putra menyimpan lalu segera menghubungi nomor itu. Setelah itu, Cleo menyimpannya dalam memori ponselnya.
Eh, Put, lo simpen gue pake nama apa" tanya Cleo ingin tahu.
sebal. Emang lo punya nama apa lagi"
Hiiiihhh! sahut Cleo gemas. Lo jangan nyimpen nomor gue pake nama yang biasa banget gitu dong! Yang spesial dikit kenapa"
Yang spesial, tuh, yang kayak apa" tanya Putra lagi.
Ya, apa, kek, kayak si cantik , kek, honey , kek, atau my princess , kek & .
Ha" komentar Putra dengan tampang beloon. Harus norak gitu"
Cleo menatap Putra dengan tampang membunuh, jadi Putra segera ganti haluan.
Emangnya lo simpen nomor gue pake nama apa" Putra balas bertanya, siapa tahu dapat referensi.
Cleo cepat-cepat mengganti nama Putra di ponselnya, lalu memperlihatkannya kepada Putra. Tulisannya, Pangeran Payah . Putra meliriknya tak suka.
Jadi, ini maksud lo spesial" katanya. Oke, kalau gitu gue kasih lo nama yang spesial juga.
Putra kemudian mengganti nama Cleo, tetapi tidak memperlihatkannya kepada Cleo yang penasaran.
Apaan" Gue lihat! sahut Cleo, tetapi Putra malah meneruskan makan.
Nggak, biar lo mati penasaran, kata Putra cuek, sementara Cleo terus memaksanya.
Malamnya, Cleo menatap layar ponselnya tanpa henti semenjak pulang dari mal, sampai saat dia mau
kecuali saat sebuah pesan masuk. Cleo sampai girang berlebihan, tetapi kembali lesu saat mengetahui itu cuma Zia.
Jam menunjukkan pukul 23.00, tetapi tak ada tanda-tanda kalau Putra akan menghubunginya. Mata Cleo sudah mulai menutup.
Putra nyebeliiiiinnnn & , katanya, lalu jatuh terlelap.
It s Not Easy utra berjalan gontai menuju kelas After School sambil menguap. Tadi saat di kelas, dia kena marah Latif karena ketiduran. Semalam, dia memang tidur larut karena berusaha untuk menyelesaikan game yang kemarin dibelinya. Rencananya Putra mau bolos kelas After School, tetapi dia teringat kepada Cleo yang bakal mengamuk kalau ketahuan malah tidur dan tidak mengusahakan sesuatu untuk masa depannya.
Putra masuk ke kelas After School, dan bertepatan dengan itu, Cleo sedang berjalan ke arahnya bersama Tiar. Putra baru mau tersenyum ketika Cleo menatapnya galak dan malah melengos begitu saja. Putra bengong tak tahu apa masalahnya lalu berjalan di antara bangku, masih sambil berpikir.
Lo tahu, katanya kepada Ruby yang kebetulan lewat. Kadang gue nggak ngerti sama yang namanya cewek.
Ruby mengangguk paham sambil menepuk pundak Putra. Pangeran, lo salah orang kalau minta pendapat sama gue, katanya, dan mereka berdua terduduk sambil menghela napas.
durja begini! sahut Mario sambil melompat ke depan mereka. Masalah cewek, ya"
Putra tidak punya pilihan lain selain menceritakan masalahnya kepada Mario. Ruby juga ikut mendengarkan. Mario mengangguk-angguk serius. Kalau itu, sih & .
Kalau itu, sih & " ulang Putra penuh harap. Kalau itu, sih, gue juga nggak ngerti, kata Mario, membuat tangan Putra dan Ruby tergelincir dari meja. Tapi, Put, Cleo emang orangnya gitu. Suka aneh.
Pendapat lo penting banget, Mar, sindir Ruby mewakili perasaan Putra. Putra menghela napas, sementara Ruby pindah ke tempat duduknya di dekat jendela.
Tanpa sengaja, Ruby mendapati Panca yang tampak termenung menatap keluar jendela. Curiga, Ruby mendekatinya dan kaget melihat keadaannya yang siaga tiga.
Huaaa! Woy, woy! Ada yang bawa tisu nggak" Ini orang kumat lagi! sahut Ruby panik, sementara Widya, anak yang baru dikirim ke kelas ini kemarin, memberinya tisu. Ruby cepat-cepat menekap mulut Panca yang setengah terbuka, dibantu oleh Mario.
Si Panca kenapa, sih" Punya penyakit bawaan, ya" tanya Widya takut.
Iya, sakit jiwa! sahut Mario. Gara-gara cewek itu, tuh!
Widya segera menatap ke bawah dan menemukan Rachel sedang berjalan keluar sekolah. Widya lalu menatap Panca penuh rasa simpati. Setelah Rachel
Dia menatap Ruby bingung.
Bbpphh guph gaph bisph ngmnghh & , gumam Panca dengan mulut terbekap. Ruby segera melepas bekapannya. Kenapa, sih, By"
Kenapa nenek lo! sahut Ruby sebal sambil melempar tisu itu ke wajah Panca. Panca mengambil tisu itu, lalu segera membuangnya.
Itu apaan, sih, By" sahutnya, marah karena dilempari benda menjijikkan. Ruby dan Mario sudah menatapnya garang.
Apaan" Iler lo! sahut mereka bersamaan, membuat mereka ditertawakan oleh seisi kelas.
Tepat pada saat itu, Cleo masuk dan duduk di sebelah Putra tanpa memedulikan wajah Putra yang bingung.
Cle, lo kenapa lagi, sih" tanya Putra akhirnya. Gue salah apa lagi"
Cleo menoleh tak percaya ke arah Putra. Lo masih nggak tahu juga kesalahan lo" tanyanya. Kali ini lo bercanda atau lo bener-bener nggak tahu"
Putra menatap Cleo putus asa, yang artinya dia sama sekali tak tahu-menahu. Cleo menghela napas, lalu pindah duduk ke depan Putra.
Put, sebenarnya lo pake handphone buat apaan, sih" tanya Cleo.
Buat telepon sama SMS, jawab Putra polos. Terus kenapa lo nggak telepon atau SMS gue" tanya Cleo lagi.
Karena gue nggak ada bahan buat diomongin, jawab Putra setelah berpikir sesaat. Lagian, nggak ada
Mata Cleo mengerjap-ngerjap bodoh setelah mendengar jawaban Putra. Detik berikutnya, dia bangkit, mengambil tasnya, dan melangkah keluar kelas, sementara Putra hanya bisa bengong. Mendadak, sesuatu yang berat menempel di kedua bahu Putra. Putra menoleh dan mendapati Ruby dan Mario sudah ada di kedua sisinya.
Man, gue emang bego, tapi ternyata lo lebih bego daripada gue. Ruby menggeleng-geleng simpati.
Cleo, tuh, minta ditelepon sama lo biar tahu lo perhatian sama dia, timpal Mario. Cewek, tuh, seneng banget kalau ditelepon atau di-SMS sama cowoknya.
Walaupun nggak penting" tanya Putra. Mario dan Ruby segera mengangguk bersamaan. Terus, apa yang harus gue omongin"
Ya, apa, kek, nanya dia lagi ngapain, kek, bilang selamat tidur, kek, pokoknya hal-hal yang nunjukin kalau lo perhatian sama dia, kata Mario lagi.
Putra sama sekali tidak punya ide kenapa pacaran harus serumit ini.
Dude, ada hal-hal yang harus lo ketahui dalam mempertahankan sebuah hubungan, kata Mario bijak dengan mata menerawang. Pacaran itu memang nggak semudah kelihatannya.
Ruby yang baru mau mengangguk, mendadak menyadari sesuatu. Emang lo pernah pacaran, Mar"
Putra sudah tak mendengar kata-kata Ruby. Dia memikirkan kalimat Mario yang terakhir, lalu membenarkannya. Pacaran ternyata memang tidak
Putra menatap ponsel di tangannya ragu. Sudah hampir setengah jam dia melakukan ini, hanya memandangi layar ponsel tanpa melakukan apa pun. Dia sama sekali tak tahu harus mengatakan apa kepada Cleo, padahal biasanya dia tak punya kesulitan untuk bicara kepada Cleo di dunia nyata.
Setelah lewat setengah jam, akhirnya Putra memutuskan untuk menelepon Cleo. Dia mencari nomor Cleo, dan nyengir sendiri saat membaca nama Cleo di ponselnya, Ratu Bawel .
Di lain pihak, Cleo yang sedang membaca majalah kue, berusaha keras menghapus wajah Putra yang muncul di setiap halaman yang dibacanya. Kadang Putra muncul di tengah-tengah blackforest, kadang jadi pengganti stroberi di tengah-tengah kue tar. Cleo jadi kesal sendiri.
Mendadak ponselnya bergetar, dan Cleo mengangkatnya tanpa melihat.
Halo" kata Cleo, matanya masih terpancang ke brownies kukus di majalahnya.
Halo, Cle. Mendadak, Cleo membatu. Matanya terlepas dari majalah ke layar ponselnya. Pangeran Payah . Cleo menatap caller ID itu tak percaya.
Halo" Cle" Sayup-sayup didengarnya suara Putra yang masih tersambung. Cleo segera menempelkan ponsel itu ke telinganya.
Halo" sahut Cleo, suaranya bergetar karena
mau Putra tahu kegirangannya. Ehem. Kenapa, Put"
Ng & nggak. Cuma pengin tahu, lo lagi ngapain" suara Putra terdengar tak yakin.
Cleo hampir menangis terharu mendengar katakata Putra. Dia tak tahu kalau Putra ternyata paham juga walaupun memakan waktu yang cukup lama.
Lagi & baca majalah, jawab Cleo. Lo lagi ngapain"
Putra berpikir sebentar sebelum menjawab. Dia tidak tahu harus menjawab apa karena sebelumnya dia juga sedang tidak melakukan apa-apa. Dia tidak bisa bilang kalau dari tadi dia hanya bengong menatap ponsel, jadi dia segera bangkit dari tempat tidur dan cepat-cepat menyalakan TV.
Lagi nonton TV, kata Putra, merasa konyol sendiri, sementara di seberang Cleo bingung apa yang membuat Putra begitu lama menjawab.
Oh. Nonton apaan" tanya Cleo lagi.
Nonton & . Putra bengong menatap layar TV yang sedang menayangkan sinetron, lalu segera meraih remote dan mencari-cari channel lain. Sialnya, semuanya sedang menayangkan sinetron. Channel terakhir yang menjadi harapan Putra sedang menayangkan iklan. & iklan.
Hah" jawab Cleo bingung, tidak tahu kalau di ujung sana Putra terduduk kelelahan di tempat tidurnya.
Iya, tadi gue lagi nonton film ... mmm & Barat, terus iklan, deh, jelas Putra, benar-benar merasa konyol. Terus, lo lagi baca majalah apaan"
Cleo. Oh .& Lalu beberapa detik setelahnya hanya diisi keheningan.
Tadi sore gue baru bikin pastel, lho, kata Cleo tiba-tiba. Besok gue bawain buat lo, deh.
Oh, thanks .& Putra berpikir keras untuk bicara lagi. Sebelumnya, dia tidak pernah mencari-cari bahan pembicaraan seperti ini kalau bertemu Cleo.
Put" tanya Cleo menyadarkan Putra. Hm" jawab Putra.
Lo nggak ketiduran, kan" tanya Cleo lagi, membuat Putra nyengir.
Hampir, kata Putra. Kok, kita nggak ada obrolan gini, sih, Cle"
Cleo tertawa saat mendengar Putra. Ya, udah, nggak usah dipaksain. Besok aja ngobrolnya. Sori, ya, gue udah marah-marah sama lo hari ini.
Hm ... nggak apa-apa Cle, gue aja yang & kurang peka.
Bukan kurang lagi, tapi sama sekali nggak peka, ralat Cleo, membuat Putra terkekeh. Ya, udah, sekarang lo tidur aja, ya. Gue tahu semalam lo pasti kurang tidur gara-gara main game. Sekarang nggak usah main game dulu, biar besok ke sekolahnya bisa segar.
Putra terdiam mendengar kata-kata Cleo, lalu tersenyum sendiri.
Cle, kata Putra sebelum memutus hubungan telepon. Selamat tidur, ya. Have a nice dream.
memutus sambungannya. Setelah itu, Cleo malah tidak bisa tidur, memikirkan kata-kata terakhir Putra di telepon tadi.
Putra sendiri masih memandangi layar ponselnya yang tertera nama Ratu Bawel . Ternyata tidak burukburuk amat memberikan sedikit perhatian lebih kepada Cleo karena ternyata cewek itu juga melakukan hal yang sama. Dan, sedikit perhatian itu bisa memberikan efek yang cukup bagus buat mood-nya. Dan, juga mimpinya.
Cleo sedang berjalan menuju kelas After School ketika dia melihat seorang cewek mengintip-ngintip ke dalam. Dari belakang, cewek itu tampak familier. Cleo mendekati cewek itu, penasaran.
Zia" Ngapain lo ngintip & ah! sahut Cleo saat Zia berbalik dan menampakkan wajahnya yang penuh bekas cacar. Zia langsung menangis setelah Cleo berteriak kaget.
Panik, Cleo segera menyeret Zia ke tempat yang lebih aman dan mengelus-elus kepalanya. Aduh, Zi, gue minta maaf banget, gue nggak sengaja, kata Cleo, menyesal setengah mati.
Cle & gue jelek banget, ya?" sahut Zia di tengahtengah sedunya. Cleo menatap Zia serbasalah.
Nggak, kok, Zi, lo & tetap cantik, kok, hibur Cleo, tetapi Zia malah menangis lebih keras.
Apaan, tuh, ada jedanya! protes Zia. Gue emang tambah jelek, kan"
harus bilang apa. Cle, Ruby pasti seneng banget lihat gue gini! Gue mau mati aja, Cle! sahut Zia panik.
Eh, apaan! Nggak boleh mati karena si Ruby! Kalau dia ngejek-ngejek lo, kali ini biar gue yang hadapin! sahut Cleo, ikut panas. Zia menatap Cleo penuh haru, lalu memeluknya.
Cle & lo emang baiiikkk & , sedunya.
Ng & Zi, lo yakin udah sembuh" tanya Cleo ragu, tetapi Zia sudah tak mendengar dan larut dalam keharuannya.
Tadi pagi, Zia tidak masuk sekolah, jadi saat melihat Zia di sini, Cleo tahu anak itu pasti sudah sangat merindukan kelas After School. Sekarang, Zia sedang berjalan takut-takut menuju kelas After School yang sudah ramai. Cleo sekuat tenaga mendorongnya dari belakang.
Cle, kayaknya gue masuknya besok aja deh, Pak Ramli juga nggak bakal kehilangan, pinta Zia sambil berbalik, yang langsung ditahan Cleo.
Zi, lo harus kuat sama Ruby, jangan mau kalah! Lo tenang aja, ada gue! sahut Cleo, membuat Zia kembali yakin.
Hei, kalian ngapain di si & , Putra menghentikan kata-katanya saat melihat wajah Zia. Dari belakang Zia, Cleo sudah sibuk membuat sinyal-sinyal supaya Putra bersikap biasa saja. Cleo kemudian membuat gerakan supaya Putra terus jalan.
Ng ... gue masuk duluan, ya, kata Putra akhirnya, berhasil membuat rasa percaya diri Zia kembali naik.
tiba-tiba muncul dari belakang Putra.
Woi, udah mau mas & . Ya, ampun Zi! Muka lo kenapa" sahutnya kaget sebelum Cleo sempat membuat kode apa pun kepadanya. Sekarang, air mata Zia sudah merebak lagi.
Ng & nggak apa-apa, kok! Cleo menggiring Zia ke dalam kelas. Zia sebisa mungkin menutupi wajahnya dengan poni.
Ruby yang tadinya hinggap di jendela, segera mendekati Zia begitu melihatnya.
Wah, udah sembuh lo Zi" sapanya ceria, sementara Cleo dengan sigap menghalangi Ruby. Ruby menatapnya heran. Kenapa lo, Cle"
Nggak kenapa-napa. Cleo terus menghalangi pandangan Ruby kepada Zia. Ruby menengok ke kiri, Cleo ikut bergerak ke kanan. Ruby menengok ke kanan, Cleo ikut berkelit ke kiri. Pokoknya sebisa mungkin Cleo tidak membiarkan Ruby melihat wajah Zia. Semua anak sekarang sudah menonton pertunjukan ini. Lama-lama Ruby risi.
Cle, lo kenapa, sih" Gue mau ngomong sama Zia, katanya setelah capek.
Ngomong aja, kata Cleo, membuat Ruby semakin bingung.
Minggir, ah. Ruby mendorong Cleo sehingga sekarang tak ada penghalang lagi. Zia menunduk semakin dalam. Ruby ikut menunduk, heran. Zi" Lo kenapa, masih sakit"
Zia menggeleng, tetapi tetap menunduk, membuat Ruby dan anak-anak lain tambah heran.
mengintip. Zia rupanya tak kalah sigap. Dia segera berbalik. Dan, saat Ruby ikut berputar, dia berbalik lagi. Kesal, Ruby menahan Zia dan mendongakkan paksa kepalanya. Detik berikutnya dia terdiam.
Zi & muka lo kenapa" tanya Panca dari belakang Ruby, mewakili pertanyaan anak-anak lain. Zia melepaskan tangan Ruby lalu menatapnya galak.
Apa" Mau ketawa, kan" Ketawa aja, sahut Zia kepada Ruby yang masih membatu. Tanpa menunggu jawaban Ruby, Zia langsung duduk di bangkunya.
Cleo menatap Ruby cemas. Anak itu, di balik diamnya, pasti sedang merencanakan sesuatu yang jahat lagi. Benar saja, sekarang Ruby sudah berjalan ke arah Zia dan duduk di bangku di depannya sambil bertopang dagu di mejanya.
Apa" sahut Zia ketus, sementara Ruby menatapnya serius.
Nggak pake bedak, nih, Zi" tanya Ruby, membuat Cleo ingin menghantamnya.
Nggak bisa pake bedak, kan, kalau kayak begini! sahut Zia kesal. Udah, deh, kalau lo mau ngetawain gue, sekalian aja!
Tapi & rasanya, kok, gue malah nggak pengin ketawa, ya" kata Ruby serius, membuat Zia terdiam. Ruby menatap Zia dalam-dalam. Ngelihat lo tanpa make up gini & rasanya lebih .&
Cleo dan anak-anak lain sudah mau terharu melihat perubahan drastis Ruby. Zia juga sudah berkaca-kaca, menunggu penyelesaian kalimat Ruby.
& mirip hantu, lanjut Ruby, membuat semua
Apa & lo & bilang" kata Zia lambat-lambat, kukunya sudah menggaruk permukaan meja. Ruby menatapnya ngeri, lalu mundur teratur.
Ng & Zi & yang tadi bercanda, kok & , cicitnya takut. Lo lebih cakep kalau nggak pake make up, Zi, itu yang tadi pengin gue bilang .&
Ruuuubbbyyyyyy!! amuk Zia sambil mendorong meja, lalu mengejar Ruby dengan kekuatan super. Dalam sekejap, Ruby sudah ditangkap dan dijitaki oleh Zia. Transfer cacaaarrr!
Ruby berteriak minta ampun saat Zia mengantukkan kepala ke kepalanya. Anak-anak melihatnya sebagai adegan yang perlu kena sensor karena dirasa terlalu sadis.
Gue nggak akan pernah mainin cewek lagi, sumpah Mario, ngeri melihat apa yang bisa cewek lakukan kalau sudah marah.
Emang lo pernah punya cewek" timpal Panca. Lo juga, ya, desis Cleo kepada Putra yang sudah pucat pasi melihat Ruby di pojok sana.
Cewek memang makhluk mengerikan.
Endless Test ut, lo udah mikirin belum, mau jadi apa" Malam Minggu ini, anak-anak After School Club sedang main ke rumah Putra lagi. Anak-anak sekarang sudah menyebar di setiap sudut kamar Putra, mencari barang-barang yang menarik, sementara Putra dan Cleo bersandar di pagar balkon.
Udah mau ujian kenaikan kelas, lho, kata Cleo lagi, membuat Putra mendesah.
Semakin dipikirin, semakin nggak ketemu, Cle. Putra menggaruk kepala, pusing. Gue bener-bener makhluk yang nggak punya cita-cita.
Coba dipikirin, Put. Waktu kecil lo mau jadi apa" Cleo berusaha membantu.
Putra berusaha berpikir sebentar, lalu mengedikkan bahu. Gue nggak pernah punya cita-cita, Cle. Gue dibesarin di perusahaan bokap gue, jadi yang gue tahu cuma jadi direktur.
Lo nggak pernah ngisi diary orang" Kan, dulu pas kecil biasanya kita isi diary orang, terus nulis biodata
cita kita. Emang ada yang kayak gitu" tanya Putra. Cleo bengong, lalu menggeleng-geleng.
Dasar anak orang kaya, gerutu Cleo. Lo nggak pernah kepingin jadi apa gitu" Jadi pilot" Diplomat" Sutradara" Pengamen" Businessman"
Stop, stop, tadi kayaknya ada yang aneh nyelip, protes Putra, membuat Cleo terkekeh. Putra lalu mendesah.
Gue bener-bener nggak tahu mau jadi apa, keluh Putra. Cleo menatapnya.
Put, gue ada ide, kata Cleo tiba-tiba, membuat Putra tertarik. Gimana kalau & lo jadi direktur aja"
Putra menatap Cleo tanpa ekspresi, yang dibalas cengiran.
Habis, lo nggak punya cita-cita lain. Kalau gitu, kenapa lo nggak jadi direktur aja kayak bokap lo" usul Cleo. Tapi, lo jadi direktur yang jauh lebih hebat dari bokap lo.
Putra menatap Cleo lagi, tetapi kali ini menganggap kata-katanya serius. Ceweknya itu benar. Selama ini yang dia lihat hanya punggung ayahnya sebagai direktur sehingga dia tidak memikirkan apa yang dia inginkan untuknya sendiri.
Dan, gue rasa, untuk itu, lo emang mau nggak mau harus sekolah bisnis, kata Cleo lagi. Putra tersenyum kepada cewek berambut pendek itu.
Cle, kadang-kadang lo genius, deh, kata Putra, meniru kata-kata Mario kepada Ramli beberapa waktu lalu. Cleo langsung manyun, membuat Putra terkekeh.
Senyum Cleo langsung mengembang. Putra menatap lekat-lekat cewek itu, yang sudah sangat berjasa kepadanya dengan menyelesaikan masalah seumur hidupnya hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Baru ketika Putra akan mengacak rambut Cleo, sensornya menangkap sinyal-sinyal mencurigakan dari dalam kamar. Putra dan Cleo sama-sama menoleh secepat kilat ke arah kamar dan mendapati anak-anak sudah berdesakan mengintip dari pintu kaca.
Wah, bintangnya bagus! seru Ruby begitu ketahuan oleh Putra dan Cleo.
Iya, itu rasi bintang Vega! Mario menunjuk ke sembarang arah. Anak-anak lainnya menganggukangguk setuju, sementara Putra dan Cleo menatap mereka tanpa ekspresi.
Karena Putra dan Cleo tidak kunjung terkesan dengan akting mereka, mereka satu per satu mulai menjauh dari pintu. Mario dan Ruby melemparkan pandangan minta maaf kepada Putra dan Cleo.
Dasar, gerutu Cleo setelah semuanya kembali ke aktivitas masing-masing. Cleo lalu kembali menatap Putra. Put, mendingan sekarang lo ngomong aja, deh, sama ayah lo. Kan, lo udah janji begitu dapet apa yang lo mau, langsung ngomong.
Putra mengangguk-angguk. Bener juga. Mumpung dia juga ada di rumah, rencananya besok dia mau ke Amrik, kata Putra. Oke, kalau gitu gue ngomong. Doain gue, ya.
Cleo mengangguk. Putra menarik napas, lalu menghelanya mantap.
Putra sedang membuka pintu kamar kerja ayahnya ketika ayahnya sadar dan menoleh.
Ada apa" tanyanya sambil kembali membereskan dokumen-dokumen yang akan dibawa besok.
Putra terdiam ragu di depan pintu, tak yakin dengan apa yang akan dia katakan. Saat Putra tak juga bereaksi, ayahnya mendongak dan menatap putranya heran.
Putra" Ada apa" tanyanya lagi, membuat Putra tersadar. Putra kemudian melangkah pelan ke dalam kamar kerja itu.
Ng ... Yah, kata Putra bimbang, sementara ayahnya mengernyit. Besok mau ke Amerika, ya"
Ayah Putra bengong mendengar pertanyaan anaknya. Putra segera mengumpat dalam hati karena sudah bersikap pengecut dan malah bertanya hal yang tidak penting.
Iya, jawab ayahnya, dahinya masih mengernyit. Ng & . Putra berpikir sebentar. Yah, ini soal masa depan saya & .
Ayah Putra terdiam sebentar, lalu berdeham. Oh, itu. Kamu sudah menemukan apa yang mau kamu lakukan buat masa depan kamu"
Putra mengangguk, lalu menatap ayahnya serius. Saya & saya mau jadi orang yang lebih hebat dari Ayah, kata Putra, tangannya sudah dingin. Saya mau meneruskan perusahaan Ayah dan jadi direktur yang lebih hebat dari Ayah.
Mata ayah Putra mengerjap beberapa kali sebelum
sedikit senyum muncul di bibirnya.
Hah, sombong sekali. Apa kamu yakin kamu bisa" tantang ayahnya.
Bisa. Pasti bisa. Karena masa depan saya, saya yang putuskan. Kalau saya bilang saya akan lebih hebat dari Ayah, saya pasti bisa lebih hebat dari Ayah, kata Putra mantap. Kali ini, dia tidak akan lari lagi.
Ayah Putra menatap anaknya lama, mencari keseriusan dari kata-katanya. Namun, baru kali ini dia melihat Putra begitu serius mengutarakan keinginannya. Sebelumnya, anak itu selalu diam dan menerima apa pun perkataannya.
Kalau begitu buktikan, kata ayah Putra. Saya akan buktikan. Suatu saat Ayah pasti menyesal sudah meminta saya meneruskan perusahaan Ayah, kata Putra. Karena perusahaan Ayah nanti akan lebih hebat di tangan saya.
Ayah Putra mendengus mendengar kata-kata anaknya. Masih terlalu cepat seribu tahun bagi Putra untuk membuktikan itu semua, tetapi dia kelihatan begitu serius. Bukan tidak mungkin Putra akan menjadi pemimpin yang jauh lebih hebat dari dirinya.
Ayah terima tantangan kamu. Apa ini berarti kamu sudah memutuskan untuk memilih jurusan" tanya Ayah Putra.
Sudah. Saya akan masuk IPS, dan saya juga akan masuk sekolah bisnis yang Ayah tunjuk dengan cara saya sendiri. Ayah nantinya tidak perlu mengeluarkan biaya yang tidak perlu, kata Putra.
Ayah Putra menatap Putra tajam. Ternyata, selama
disiapkannya untuk masuk ke sekolah bisnis almamaternya. Dia lalu tersenyum, mendapatkan anaknya yang sudah jauh lebih dewasa dibanding kali terakhir mereka berbicara serius.
Ayah Putra mengangguk-angguk. Baik, Ayah akan anggap ini sebagai janji kamu. Kalau kamu tidak bisa masuk ke sekolah bisnis itu, mungkin kamu akan menggapai cita-cita kamu lewat jalan biasa. Ayah Putra menyeringai licik. Melihat kamu berusaha menjadi direktur dari nol sepertinya bakal menarik. Putra melongo mendengar kata-kata ayahnya. Kamu tidak perlu khawatir soal perusahaan Ayah. Ayah masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun lagi, kok. Kamu usaha saja yang benar, untuk jadi direktur yang lebih hebat dari Ayah, katanya lagi, lalu kembali membereskan dokumennya, kali ini sambil bersenandung riang.
Putra segera menyesali dirinya yang sudah kelewat banyak omong. Ini berarti, kalau dia tidak bisa masuk ke sekolah bisnis itu, dia akan kehilangan haknya untuk mewarisi perusahaan ayahnya. Kalau sudah begini, dia tidak akan bisa menjadi direktur yang lebih baik dari ayahnya. Perusahaan mana yang bakal dia direkturi"
Ng & anu & Yah & . Putra berniat meralat katakatanya yang terakhir.
Ya" jawab ayahnya, masih riang.
Putra menatap ayahnya yang masih gembira karena sudah dijanjikan sesuatu yang hampir mustahil oleh anaknya. Tiba-tiba Putra teringat kepada Cleo,
citanya. Cleo pasti akan kecewa kalau Putra mengambil lagi kata-katanya.
Saya pasti bisa, kata Putra.
Begitu" kata ayahnya, membuat Putra mengangguk mantap. Ayahnya mengangguk-angguk. Kalau begitu, selamat berusaha.
Putra mengangguk, lalu berniat untuk keluar ruangan itu. Namun, sebelum mencapai pintu, dia berbalik.
Ayah besok pergi bareng Tante Vero" tanyanya, membuat ayahnya menatapnya.
Iya, dia maksa ikut. Katanya mau belanja. Kenapa" tanya ayahnya.
Putra terdiam sebentar. Kalau mau sekalian nyari desainer juga boleh.


After School Club Karya Orizuka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Desainer" Desainer untuk apa" tanya ayah Putra tak mengerti, lalu detik berikutnya langsung paham. Tentu saja desainer untuk baju pengantin.
Ayah Putra tersenyum menatap punggung anaknya yang semakin menjauh. Tanpa disadarinya, anaknya sudah beranjak dewasa. Pernikahannya dengan Vero sebenarnya hanya menunggu restu yang tak kunjung datang dari anaknya itu.
Putra, panggil ayah Putra, membuatnya menoleh. Kamu & punya teman-teman yang baik, ya. Hah" komentar Putra, tak mengerti.
Setelah kamu bergaul dengan mereka, sepertinya kamu berubah. Kalau kamu yang dulu, pasti hanya ikut dengan kemauan Ayah. Tapi, sepertinya sekarang kamu punya kemauan sendiri, itu sangat bagus, kata
ke sekolah. Tapi & , kamu tahu" Perubahan yang paling Ayah senang adalah kamu akhirnya mau bicara dengan Ayah lebih dari tiga menit.
Putra terdiam mendengar kata-kata ayahnya yang menurutnya sangat sentimental itu, tetapi di dalam hati, dia membenarkannya. Dia sudah tak ingat lagi kapan mereka pernah bicara selama ini.
Ayah sangat berterima kasih kepada mereka. Sudah seharusnya kamu juga berterima kasih kepada mereka, kata ayahnya lagi. You should treasure them.
Putra keluar dari ruangan kerja ayahnya dengan pikiran penuh oleh kata-kata itu. Memang benar, selama ini Putra tidak mempunyai kehidupan. Setelah bertemu dengan anak-anak itu, kehidupan Putra berubah drastis. Bersama mereka, Putra menemukan hal-hal baru yang sama sekali tidak pernah dimilikinya. Persahabatan yang tulus.
Anak-anak ini juga yang sudah membuka mata Putra bahwa dia tidak sendirian. Ayahnya benar, dia harus lebih menghargai mereka. Bagaimanapun, Putra bisa menjadi seperti yang sekarang ini karena mereka.
Putra menghela napas mantap gembira karena pikirannya lalu membuka pintu kamarnya. Detik berikutnya, dia membatu saat menatap isi kamarnya yang sudah mengalahkan gudang. Kalau tak ada anakanak ini, Putra bisa mengatakan kalau tadi ada angin puting beliung yang mampir.
Jadiiii! sahut Cleo sambil memukul Mario yang tak berhasil mengelak. Cleo kemudian berlari heboh menghindarinya, seperti anak-anak yang lain.
begitu hampir tertangkap, Ruby tiba-tiba pasang pose seperti seorang balerina.
Cinderella! serunya lalu mematung, membuat Mario melengos mencari mangsa lain. Ruby ditinggal dalam keadaan mengenaskan begitu saja, sementara teman-temannya yang lain seperti lupa keberadaannya.
Cleo yang sedang dikejar Mario tiba-tiba menoleh dan mendapati Putra.
Eh, Put! Sini! Ikutan, deh, Tak Lari Variasi ! serunya sambil terus menghindari Mario.
Tak & lari & variasi & " ulang Putra tanpa bermaksud bertanya. Sekarang dia sedang melemparkan pandangannya ke sekeliling kamar, mencari-cari apa ada yang pecah.
Iya! Caranya, kalau kamu udah mau ketangkap, kamu sebut nama-nama karakter kartun atau film, terus kamu jadi patung! Sampe ada yang ngebangunin, kamu nggak boleh bergerak! sahut Cleo lagi. Ngebanguninnya harus sesuai dengan nama yang tadi dia sebut!
Putra melirik Ruby yang dari tadi masih berpose seperti terbang, dan ekspresinya sudah mau menangis.
Cinderella, tuh, gumam Putra sambil masuk kamar dan memungut kaset-kaset PS yang tergeletak, takut terinjak oleh anak-anak itu. Ruby melempar pandangan berterima kasih kepadanya, hanya saja tampaknya tak ada yang mendengar Putra tadi.
Kapten Tsubasa! seru Cleo saat Mario sudah dekat, tangannya dikepalkan ke atas seperti mau terbang, dan secara tak sengaja menyenggol rak.
itu. Putra menatap Darth Vader itu tak percaya, lalu dengan sekali gerakan cepat dia membanting diri untuk menyelamatkan tokoh bertopeng hitam itu. Setelah mendarat dengan cukup keras, dia berhasil menangkapnya.
Uwaaah! Hebat, hebaaat! seru Cleo sambil bertepuk tangan, diikuti yang lainnya. Putra menatap mereka kesal lalu bangkit.
Apanya yang hebat! sahut Putra sewot, membuat anak-anak berhenti bertepuk tangan. Udah sana pada pulang!
Anak-anak bergumam kecewa, tetapi mau tak mau keluar karena Putra tampak serius. Ketika semua anak sudah keluar, dia mengelus Darth Vader-nya dengan sayang lalu mengembalikannya ke rak.
Dasar, gerutu Putra, lantas berbalik dan terlonjak kaget saat melihat Ruby di pojokan, masih dalam pose yang sama. By! Sialan, ngagetin lo!
Alih-alih bergerak, Ruby hanya menatap Putra nelangsa. Putra balas menatapnya putus asa, lalu akhirnya mendekatinya.
Cinderella, kata Putra akhirnya sambil menepuk pundak Ruby, membuatnya kembali bergerak. Dia lalu melemaskan otot-ototnya yang pegal.
Aduh, Put, thanks banget, ya! Akhirnya gue dibebasin juga & , kata Ruby, membuat Putra menatapnya datar.
Pulang, perintah Putra dingin, membuat Ruby cepat-cepat keluar kamarnya.
menatap kamarnya yang sudah hancur berantakan. Melihat apa yang mereka lakukan tadi, Putra jadi kehilangan nafsu untuk lebih menghargai mereka.
Tanpa sadar, Putra terkekeh sendiri karena teringat kata-kata ayahnya.
Kamu & punya teman-teman yang baik, ya.
Sepertinya baik bukan kata-kata yang tepat. Dodol , baru tepat.
Setelah menghela napas, Putra bangkit untuk membereskan kamarnya. Anak-anak dodol inilah yang sudah menyelamatkan hidupnya, jadi dia tak begitu keberatan.
Happy Ending" anpa terasa kenaikan kelas sudah begitu dekat. Setelah serangkaian psikotes, anak-anak After School Club sudah mantap memilih jurusan yang akan mereka ambil di kelas XI-nya. Sekarang mereka sedang sibuk berkicau mengenai ujian yang akan diadakan minggu depan.
Putra sedang memperhatikan anak-anak itu ketika Cleo memisahkan diri dan duduk di depan Putra.
Gimana, Put, lo nggak akan mundur lagi dari janji lo sama ayah lo" tanyanya dengan wajah sangsi.
Nggak akan, jawab Putra keki. Gue pasti bisa, kok, masuk sekolah itu.
Hm & , gumam Cleo sambil mengangguk-angguk. Kalau nggak masuk, selamat tinggal perusahaan bokap lo, ya" Emang, sih, gue nyuruh lo ngomong, tapi bukannya bocor gitu.
Putra melotot sewot kepada Cleo yang sekarang sudah nyengir nakal.
Kalau gue bilang bisa, pasti bisa, tandas Putra dengan tampang cemberut.
Ih & kalau serius Puput imut, deeeh! seru Cleo
Cleo lalu menatap serius Putra yang makin cemberut. Kalau lo, gue yakin pasti bisa.
Putra balas menatap cewek berponi di depannya, lalu tersenyum. Cleo memang sangat mengerti dirinya.
Kalau nggak bisa pun, gue sanggup, kok, hidup tanpa harta, kata Cleo lagi, membuat bayangan Putra yang indah-indah soal cewek itu kabur begitu saja.
Cleo ngakak hebat saat melihat ekspresi Putra. Putra menepis tangan cewek itu dari pipinya, lalu kembali berkutat dengan buku latihan soal yang beberapa hari ini sudah dipegangnya.
Lo juga belajar, kalau mau naik kelas, sindir Putra dengan tangan sibuk menghitung. Nggak ada ibu direktur yang pernah tinggal kelas.
Cleo langsung terdiam, lalu mencibir kepada Putra yang sudah senyum-senyum sendiri. Tahu-tahu, Mario sudah berdiri di depan kelas, minta perhatian. Putra menatap cowok itu heran.
Ehem. Teman-teman senasib sepenanggungan .& Beberapa anak langsung menyambitinya dengan kapur dan kertas sebagai aksi unjuk rasa, tak ingin melihat Mario tampil. Namun, Mario tampak tak peduli.
Kalian sadar nggak, sih, sebentar lagi kenaikan kelas. Itu berarti mau nggak mau kelas After School juga bakal berakhir, kata Mario, menghentikan segala aktivitas penyambitan. Semuanya mendadak menyadari kebenaran kata-kata Mario.
Berakhir" Kenapa" tanya Putra heran. Karena di kelas XI nggak ada kelas After School,
Kita pasti bakal kepisah karena beda kelas.
Putra tidak tahu-menahu soal hal itu. Dia pikir, di kelas XI nanti mereka akan tetap bisa bersama-sama di kelas ini. Mendadak, suasana kelas jadi hening. Selama ini mereka tak pernah menyadari hari itu akan tiba.
Walaupun kita bisa kumpul-kumpul setelah sekolah, tapi rasanya pasti nggak akan sama, kata Ruby. Nggak ada belajar bersama, dan yang nggak gue percaya, gue pasti bakal kangen sama Pak Ramli juga.
Kita pasti kepisah, ya, desah Panca, wajahnya suram. Padahal udah solid gini.
Zia mengangguk, matanya sudah merah. Padahal gue semangat sekolah gara-gara kelas ini .&
Putra menatap Zia dan Tiar yang sekarang sudah menangis. Putra mengerti perasaan mereka karena Putra juga begitu. Hanya kelas ini yang membuatnya semangat ke sekolah.
Bener juga, hari ini udah Jumat, ya, kata Cleo muram. Senin besok udah ujian. Berarti, hari ini kelas After School yang terakhir.
Waktu kayaknya cepet banget berlalu, keluh Panca.
Haaah & kelas ini bawa kenangan yang banyak banget, ya & , timpal Mario sambil memperhatikan ke sekeliling kelas. Tak ada seorang pun yang menganggapnya melankolis. Semuanya menganggukangguk setuju.
From tears to laugh, sambung Ruby. From the very beginning to the very end.
Mau tak mau Putra memikirkan seperti apa mereka
tidak ingin mengikuti kelas ini. Dari yang seperti itu, akhirnya menjadi sesolid ini, Putra benar-benar mengagumi mereka.
Walaupun Pangeran cuma ada dua bulan di sini, tapi udah kayak anggota After School Club, kata Zia tiba-tiba, membuat Putra ikut berpikir.
Memang benar dia baru ada dua bulan di kelas ini, tetapi dua bulan itu memiliki arti yang sangat besar buat hidupnya.
Gue emang anggota After School Club, kan" kata Putra, membuat anak-anak tercengang. Gue, si Bego Nomer Tujuh.
Anak-anak tidak menyahutinya seperti biasa. Ini reaksi yang tidak pernah diharapkan oleh Putra. Mereka malah tersenyum tulus kepadanya, begitu juga Cleo.
Put, thanks udah nggak menyerah sama kita, kata Cleo. Thanks udah mau jadi bagian dari kita.
Putra menatapnya, lalu menatap anak-anak lain yang tampak serius.
Nggak masalah. Thanks juga udah & . Putra menatap anak-anak yang serius menunggu katakatanya. Putra berdeham ragu. Thanks karena udah & bikin gue tahu arti persahabatan.
Anak-anak menatapnya, masih tersenyum. Okeee! sahut Mario tiba-tiba, membuat semua orang menatapnya. Kalau gitu, ayo kita bikin pesta perpisahan buat After School Club! Kita karaokean!
Sip! sambut Cleo riang. Kita bikin ending yang indah buat After School Club! Entar kita nyanyi anthem
Putra segera terkekeh miris, mengetahui kalau anak-anak ini sudah kembali seperti biasa lagi. Padahal, anak-anak yang kalem tadi begitu manis .&
Eh, ada apa ini" tanya Ramli yang baru saja masuk kelas.
Pak! sahut Ruby. Entar ikutan farewell party, ya! Farewell party" tanya Ramli heran.
Pak, artinya pesta perpi Saya tidak tanya artinya. Saya cuma mau tahu itu farewell party apa, tandas Ramli keki. Ruby tampak tidak peduli.
Farewell party-nya After School Club, Pak, kata Cleo, membuat Ramli terdiam. Bapak ikut juga, ya"
Ramli menatap anak-anak didiknya yang tampak sangat bersemangat, lalu mendesah.
Yah, baik. Saya akan ikut, katanya, membuat semua anak bersorai. Tapi, habis kelas ini, ya.
Seketika semua anak kembali lemas begitu mendapati kenyataan bahwa mereka masih harus mengikuti kelas. Namun, kali ini Putra tak menemukan satu pun wajah bosan. Semuanya ingin menjalani kelas terakhir mereka di kelas After School dengan gembira.
Ramli sampai mau menangis terharu saat mereka dengan patuhnya mengerjakan soal-soal yang dia berikan. Zia dan Tiar malah mengerjakan soal-soal itu sambil sesekali menyedot ingus.
Putra melirik Cleo yang tampak memandang kosong kertas soalnya. Cleo yang sadar diperhatikan, menoleh, lalu nyengir bersalah kepada Putra.
membuat Putra menghela napas pasrah.
Anak-anak sekarang sudah berkumpul di tempat karaoke yang biasa. Yang berbeda kali ini adalah Ramli yang duduk tepat di sebelah Putra. Putra melirik Ramli yang bengong menatap anak muridnya sibuk berjoget dangdut.
Anu & , Put, katanya masih dengan mata menatap tidak percaya ke arah duo Mario-Ruby. Apa mereka selalu begini"
Selalu, Pak, jawab Putra, membuat Ramli mengangguk-angguk kosong.
Jadi & anthem After School Club itu & ini" tanya Ramli lagi, sementara Cleo dengan serius bernyanyi di bagian reff.
Iya, Pak, jawab Putra lagi.
Saya akan usahakan supaya angkatan baru nanti tidak pernah mendengar kabar ini, kata Ramli, membuat Putra nyengir setuju.
Selama beberapa saat Putra dan Ramli menatap anak-anak yang malah mengulang-ulang lagu anthemnya.
Putra & kamu tahu gimana anak-anak ini waktu awal-awal masuk kelas After School" tanya Ramli tibatiba, membuat Putra menoleh, tertarik. Mereka awalnya menolak keras. Semuanya tidak ingin ikut dan cenderung merendahkan satu sama lain. Mereka malu dibilang anak-anak bodoh karena masuk kelas After School. Kamu lihat si Mario sama Ruby" Awalnya,
Putra menatap duo Mari-Ruby yang sekarang sedang kompak mengibas-ngibaskan kepala ala Trio Macan. Susah rasanya membayangkan kalau dulu mereka selalu berkelahi setelah terlalu terbiasa melihatnya bagai kembar siam.
Sebulan pertama, mereka semua saling diamdiaman, sampai akhirnya nggak tahan lagi. Yang awalnya pinjam penghapus, sampai pinjam PR. Nanya soal pelajaran, sampai soal pribadi. Akhirnya, mereka merasa satu nasib dan malah bersatu buat melawan orang-orang yang meremehkan mereka.
Ramli terkekeh sebentar, lalu meneguk jus jeruknya.
Kamu tahu nggak, Put, sebenarnya mereka semua sudah nggak pernah dapat nilai jelek lagi, kata Ramli lagi, membuat Putra tercengang. Paling jelek 60. Saya pernah tanya mereka semua kenapa setelah dapat nilai bagus mereka masih masuk kelas itu. Saya rasa, alasannya sama seperti kamu.
Putra jadi teringat saat dia kembali ke kelas After School, bahkan setelah nilainya bagus. Karena semua temannya ada di sana.
Mereka selalu welcome sama pendatang baru seperti kamu, walaupun khusus kamu, penyambutannya agak berlebihan, kata Ramli yang dibenarkan Putra. Setiap anak baru yang masuk kelas After School, pasti diterima dengan baik supaya anak itu nggak merasa dia bodoh sendirian.
Ramli berhenti sebentar untuk mengambil napas. Walaupun kadang kurang ajar, tapi saya rasa,
saya senang bisa membimbing mereka selama hampir setahun ini, lanjut Ramli, membuat Putra menatap anak-anak yang masih sibuk bernyanyi dan berjoget di depan layar. Mungkin ini yang dulu dibilang Latif dengan kebaikan anak-anak itu.
Oi, Pak! Ngapain duduk aja! Ikutan joget, dong, Pak! sahut Ruby yang tiba-tiba menoleh. Ramli langsung menolak, tetapi dengan segera ditarik oleh anak-anak.
Ramli berdiri kaku di tengah-tengah mereka, tak tahu apa yang harus dilakukan. Cleo masih saja asyik menyanyi dan asyik berjoget. Putra menatap mereka semua dari belakang tanpa ekspresi.
Ayo, Pak, joget! sahut Zia sambil berjoget ala penari yapong.
Ramli ragu sejenak, lalu akhirnya mulai menggerakgerakkan tubuhnya. Awalnya, dia hanya bergerak malu-malu, tetapi lama-lama, dia terbuai oleh lagu sampai akhirnya anak-anak hanya bengong menatapnya berjoget heboh. Putra sampai tersedak Pepsi saat melihatnya.
Cleo juga sudah berhenti bernyanyi, terlalu shock dengan gurunya yang satu itu. Ketika lagu berakhir, Ramli baru berhenti berjoget. Dia mengelap peluh di dahi dengan wajah ceria, tak tampak sadar kalau anakanak sudah dari lama memperhatikannya.
Pak, kata Ruby, membuat Ramli menoleh kepadanya. Bapak mabuk, ya"
Ramli langsung melotot sewot kepadanya, sementara anak-anak lain sudah tertawa. Setelah itu, Ramli
bernyanyi Kemesraan dengan khidmat, sementara anak-anak sudah terduduk kelelahan.
Eh, tadi lo ngobrol apaan aja sama Pak Ramli" tanya Cleo sambil menyeruput Cola-nya.
Nggak ada, jawab Putra cepat. Cleo menganggukangguk.
Eh, guys, ayo kita cheers buat After School Club! seru Mario yang disambut heboh oleh anak-anak. Untuk After School Club yang nggak ada duanya, cheeerrss!!
Semua anak mendentingkan kaleng dan gelasnya, termasuk Putra.
Walaupun kita pisah kelas, kita jangan sampe nggak ketemuan lagi, ya! sahut Zia mengatasi suara Ramli.
Kita harus tetap in touch! sahut Ruby, mendukung. Seenggaknya seminggu sekali kita ketemuan! sahut Cleo yang disetujui oleh yang lain. Ayo, cheers lagi!
Ketika anak-anak sibuk ber-cheers ria, nyanyian Ramli selesai. Ketika nilainya keluar, Ramli melongo, lalu cepat-cepat menutupi layar. Dia melirik cemas ke arah anak-anak, tetapi tampaknya tidak ada yang sadar. Dia baru akan menghela napas lega ketika Ruby tiba-tiba mendengus.
Kelihatan, lho, Pak, katanya penuh rasa simpati. Empat belas, kan"
Ramli menatap Ruby sebal, sementara anak-anak yang lain sudah menertawainya. Putra yakin, pasti Ramli menyesal sudah bicara yang tidak-tidak tadi.
Minggu ujian baru saja berakhir dan anak-anak After School Club sudah berhasil melaluinya dengan baik. Putra melirik Cleo yang sedang asyik bermain PS3. Anak-anak yang lain baru saja pulang dari perayaan kebebasan di rumahnya.
Lo yakin lo bisa naik kelas" tanya Putra sangsi. Hah" tanya Cleo, yang masih berkonsentrasi pada layar di depannya.
Putra mendesah. Kalau lihat cara lo belajar kayak kemarin, rasanya lo nggak bakal naik kelas, deh.
Cleo memalingkan pandangan dari layar, lalu menatap Putra sewot. Kayaknya ada hal lain yang lebih penting buat lo pikirin, deh, kayak misalnya, nerusin perusahaan bokap lo, sindir Cleo, membuat Putra mencibir.
Putra meneguk Pepsi-nya, lalu menghela napas panjang. Gue nggak nyangka nggak bakalan ada lagi kelas itu, katanya, membuat sudut bibir Cleo terangkat.
Kenapa, lo udah kangen, ya" goda Cleo sambil nyengir nakal.
Hm. Mungkin juga, kata Putra, membuat cengiran Cleo hilang. Mungkin gue bakal kangen kelas penuh anak-anak dodol itu.
Kita pasti bisa ngumpul, kok, kata Cleo. Pas istirahat, atau pas kelas kosong, lo bisa nyelinap ke kelas gue kapan pun lo mau.
Ngapain juga" sambar Putra, membuat Cleo terkekeh.
dekat Putra. Dia lalu merangkul cowok itu akrab.
Put, pernah nggak lo ngebayangin bakal ketemu sama gue" tanya Cleo membuat Putra meliriknya.
Nggak pernah sekali pun dalam hidup gue, jawab Putra. Ketemu sama cewek aneh ketua kelas yang isinya anak-anak dodol.
Tapi, lo suka, kan" goda Cleo lagi. Putra hanya mencibir. Lo tahu, Put, kita ketemu di kelas After School ini namanya takdir. Gue bersyukur pernah jadi bego.
Lo masih bego, Cle, ralat Putra, membuat rangkulan di leher Putra menguat.
Apa lo bilang" tanya Cleo, sementara Putra mulai tercekik. Apa lo bilang tadi"
Nggak, Cle, nggak ada, cicit Putra, wajahnya sudah pucat.
Ayo bilang lo suka sama gue! sahut Cleo tiba-tiba. Hah" seru Putra di sela-sela cekikannya. Bilang lo suka sama gue! sahut Cleo lagi. Ogah! seru Putra, tetapi tangan Cleo sudah menjepit lehernya kencang. Lo makan apa, sih, Cle, kuat banget gini!
Ayo, bilang! Bilang, nggak! Cleo menguatkan lagi rangkulannya.
Iya, ampun, ampun! Gue suka sama lo, Cle! sahut Putra, membuat Cleo melepasnya dan tertawa ngakak melihat ekspresi Putra yang seperti mau mati.
Lo gila, ya, Cle" Lo mau bunuh gue" sahut Putra setelah terbatuk-batuk. Cleo masih saja tertawa, malah pakai berguling-guling saking gelinya. Putra
Kalau tahu begini, nggak akan gue tembak, deh, dulu, gumamnya sambil mengusap lehernya yang sakit.
Lo ngomong sesuatu, Put" tanya Cleo tiba-tiba, ternyata mendengar.
Nggak, kok, nggak ngomong apa-apa, jawab Putra cepat, takut diserang lagi.
Cleo sekarang sudah asyik bermain PS3 lagi, sementara Putra mencibirnya dari belakang. Putra mungkin sudah terbebas dari segala keisengan anakanak After School Club, tetapi sepertinya dia mulai masuk perangkap berbahaya milik Cleo.
Kalau gini, sih, keluar kandang macan, masuk kandang nenek lampir, gumam Putra lagi, membuat Cleo menoleh.
Ha" sahutnya dengan tatapan membunuh. Putra cepat-cepat kabur.
Hari ini adalah hari pertama di tahun ajaran baru. Putra sudah menghabiskan waktu liburannya di Pangandaran bersama anak-anak After School Club yang lain, sementara ayahnya dan Vero berlibur di Hawaii.
Soal liburan ini, Putra sangat menyesal sudah menyanggupinya karena sepanjang liburan, Putra selalu dikerjai oleh anak-anak itu. Mulai dari menyembunyikan semua bajunya sampai dia mau mati kedinginan sehabis berenang, sampai menyuruhnya membayar semua biaya selama mereka berlibur. Putra
menganggap mereka itu anak-anak yang baik.
Putra turun dari Strada-nya dan menekan tombol untuk menguncinya. Saat Putra akan melangkahkan kaki, tahu-tahu sepasang tangan menyelip di lengannya.
Putraaa! sahut Rachel, membuat Putra kaget. Sudah terlalu lama hal ini tidak terjadi. Apa kabar"
Baik, jawab Putra, membiarkan cewek itu terus bergelayut di lengannya karena masih shock.
Putra, Rachel takut banget nyeberang & , kata Rachel lagi ketika mereka akan menyeberang. Putra bahkan sudah hampir lupa dengan kebiasaannya satu ini, jadi Putra tidak berkomentar apa pun saat mereka menyeberang bersama.
Put, Putra tahu nggak, kita sekelas lagi, lho! seru Rachel, membuat Putra mengangguk-angguk. Bukan hal yang aneh, toh ayah Rachel yang punya sekolah ini.
Putra mengikuti Rachel menuju kelas mereka, yang rupanya kelas XI IPS 2. Putra bahkan tidak repot-repot melihat pengumuman karena Rachel seperti sudah hafal di luar kepala letak kelas itu.
Kelas itu tampaknya sudah ramai, entah karena apa. Mungkin semuanya kena euforia tahun ajaran baru. Ketika Putra baru menginjakkan satu kaki di kelas itu, Putra seperti mengenali suara cempreng seseorang. Putra memijat lehernya. Mungkin itu hanya imajinasinya. Putra meneruskan langkah masuk ke kelas dan langsung melongo menatap pemandangan di depannya.
Awalnya, Putra mengira dia terkena time slip yang
After School, tetapi begitu tangan Rachel terlepas dari lengannya, dia baru sadar, kalau anak-anak yang ada di depannya itu memang ada di kelasnya yang baru.
Cleo yang tak sengaja melihat Putra, langsung menghampirinya dengan riang.
Pupuuut! Semuanya sekelas, lhooo! sahutnya, membuat Putra langsung terkena migrain.
Se-semuanya" Putra tergagap, sementara Rachel sudah menyumpahi guru yang sudah menyusun namanama murid. Panca di ujung sana sudah tak sadarkan diri, terlalu bahagia karena bisa sekelas dengan Rachel, tetapi tak ada seorang pun yang sadar.
Iya, semuanya! Cleo menunjuk anak-anak yang sudah melambai-lambai kepada Putra yang masih bengong.
Pangeraaan! Ayo, sini! sahut Zia, dan Cleo sudah mendorongnya menuju anak-anak itu.
Keren banget nggak, sih, semuanya sekelas! Kecuali Tiar, sih, karena dia masuk IPA. Tapi, selain dia, semuanya sekelas! Hebat nggak, tuh! sahut Ruby heboh.
Mampus gue & , gumam Putra, mengetahui kalau dirinya ada dalam bahaya besar.
Eh" Barusan ngomong apa, Put" tanya Cleo. Kata gue, bagus, deh , gitu, ralat Putra cepat, membuat anak-anak lain tambah riang.
Tuhan emang sayang sama kita, yaaa & , kata Zia penuh rasa syukur.
Tapi, nggak sama gue & , gumam Putra lagi. Eh, Put, ada hadiah spesial buat lo, kata Mario
Mario menggiring Putra ke tengah kelas.
Tahu-tahu Putra merasa mengenali gundukan di balik kain penutup hitam itu. Jangan-jangan & .
Tadaaa! sahut Mario setelah membuka penutup kainnya. Gimana" Gue khusus bawain dari kelas After School, lho!
Putra menatap nanar bangku kebesarannya itu, lalu tertunduk pasrah.
Wah, Put" Putra" Guys, dia nangis terharu! sahut Ruby, membuat anak-anak memekik dan menghibur Putra yang malah ingin menangis betulan, tetapi lebih karena putus asa.
Kami tahu Put, kami tahu kami emang baik & . Mario mengusap-usap punggung Putra.
DODOL! sahut Putra gemas. Ng & juga dodol & , tambah Mario.
Putra menghela napas pasrah, sadar kalau hariharinya ke depan akan kembali diisi oleh anak-anak dodol ini.
Anak-anak After School Club. TAMAT
About Orizuka ahir di Palembang dengan nama lengkap Okke Rizka Septania. Penyuka kopi ini telah menulis 17 karya, beberapa di antaranya adalah Summer Breeze, High School Paradise, FATE, Our Story, I FOR YOU, Best Friends Forever, dan Infinitely Yours. Summer Breeze pernah diangkat ke layar lebar oleh Credo Pictures pada 2008. Orizuka sangat menikmati menulis cerita tentang remaja, dan akan selalu terinspirasi oleh para remaja Indonesia.
Contact Orizuka! e-mail, Facebook : chazrel21@yahoo.com Twitter : @authorizuka
Orizuka Official Page : http://orizuka.com ~235~(pustaka-indo)h
Hai Fani 1 Pendekar Rajawali Sakti 8 Iblis Berwajah Seribu Penghianat Budiman 2
^