Pencarian

Be My Sweet Darling 3

Be My Sweet Darling Karya Queen Soraya Bagian 3


Lho" Itu kan air minum gue" Bima melongo.
Gue nggak tahan sama idiot itu! Gue nggak tahan! Marsha meremas-remas bantal sambil bicara di telepon dengan Tata. Ia pusing sendirian di kamarnya.
t . c 158 Kenapa lagi sih, Sha" tanya Tata.
Bayangin, Ta. Masa dia numpukin baju banyak-banyak waktu giliran gue nyuci. Trus, masa gue juga yang harus nyuci cangcutnya. Trus dia ngehina-hina masakan gue. Katanya masih lezatan makanan kelincinya daripada masakan gue. Kalo aja Nyokap ada, mungkin gue masih bisa tahan. Tapi sekarang Nyokap lagi pergi urusan kerjaan dan gue bener-bener nggak tahan lagi! Sekarang si idiot itu lagi di kamar! Tuh, Ta. Dengerin, Ta! Dia di lantai atas lagi ngidupin tape kenceng-kenceng! Marsha mengarahkan ponsel ke arah atas.
Tata memang bisa menangkap suara yang dimaksudkan Marsha itu. Soalnya Bima memang mengatur volume tape sedemikian kencangnya. Tubuh Tata malah bergoyang-goyang mengikuti ketukan irama.
Marsha menarik ponselnya lagi. Lo denger kan, Ta" Dari pagi tadi sampe siang ini kerjaannya cuma itu. Ngidupin taaaaaaape terus! Berhenti ngidupin tape cuma waktu makan siang. Sekejap doang. Trus sekarang dia balik ke kamarnya dan ngidupin tape lagi. Kayaknya dia sengaja deh manas-manasin gue, Ta! Menurut lo gimana, Ta"
Em... lagunya bagus, Sha! Selera musik Bima boleh juga!
TATAAAAAA!!! erang Marsha kesal sambil mematikan ponsel. Ia lempar ponselnya ke ranjang dengan kasar.
Marsha mengempaskan tubuhnya di ranjang. Ia me-
t . c 159 mejamkan mata, menutup telinga rapat-rapat, tapi entah mengapa suara tape dengan lagu nge-rock tak jelas itu tidak mau menghilang. Ia sudah jungkir-balik, ubah posisi, tapi masih saja kedengaran. Akhirnya Marsha tidak tahan lagi. Dengan tampang garang ia keluar kamar menuju lantai atas. Diiringi segudang niat dan segunung tekad, ia akan memarahi Bima.
Ya ampun, sudah berkali-kali dalam setengah hari ini Marsha marah-marah. Benar kata Tata, kalau begini terus, lama-lama dia bisa penyakitan! Tapi gerakan kaki Marsha berhenti ketika ia mendengar suara bel rumahnya berbunyi.
Siapa seh"! Marsha berbalik arah menuju pintu. Pintu terbuka lebar. Seorang cewek cantik tinggi semampai memakai jins ketat, dan tank top warna pink berdiri di tengah pintu.
Hai! Eh& Marsha"! sapa cewek itu kaget. Marsha terbelalak. Kak Poppy"
Menatap Marsha, Poppy hampir tidak bisa memercayai penglihatannya. Astaga... ternyata lo nggak cuma kenal sama Bima, tapi ternyata lo serumah sama dia, ya" Gue bener-bener surprise! Jangan-jangan... lo sodaranya Bima" Atau& lo adiknya" tebak Poppy. Adik" Marsha melongo.
Ya ampun... kenapa kemarin-kemarin lo nggak ngomong sama gue, Sha"
Eh... eh... Marsha bingung, menggaruk-garuk lehernya.
Makasih ya, lo udah ngasihin bingkisan itu sama
t . c 160 Bima. Yeah, gue nggak tau sih apa yang terjadi. Dan kenapa juga lo nggak ngasihin suratnya sama dia. Sampe-sampe Bima penasaran banget sama pengirim bingkisan itu dan mencari pemiliknya dengan memasang pengumuman di mading. Tapi yang terpenting, gara-gara kejadian itu& akhirnya gue jadian sama Bima& . Oya, gue belum sempet ngasih lo imbalan ya" Ntar deh, pasti gue kasih. Gue nggak bakalan lupa sama jasa lo kok& .
Marsha mematung bingung. Oya, Bima ada" Poppy celingukan melongok ke dalam.
Bima" Dia... Hai, Poppy! terdengar suara di belakang Marsha. Marsha menoleh. Bima.
Hai, Bim! Poppy melambaikan tangan. Kita jadi jalan kan siang ini" tanya Poppy.
Permisi... Marsha pamit pergi, ke belakang, masuk kamarnya dan mengunci pintu rapat-rapat. Ia menghela napas, menuju kasur, dan membanting tubuhnya.
Sambil tengkurap, Marsha memeluk guling. Diam seribu bahasa.
Udah pulang lo" tanya Marsha dengan muka manyun begitu membuka pintu ketika malam itu Bima pulang dari jalan dengan Poppy.
t . c 161 Hai, adik gue" Apa kabar" Bima malah menyunggingkan senyum merekah, lalu tertawa lebar sambil menatap Marsha. Kemudian dia masuk. Oya, ini dari Poppy. Gue nggak tau apa aja yang dia beli buat lo. Katanya buat adik gue..., kata Bima, meletakkan sebuah bungkusan di meja ruang tamu.
Marsha menatap bungkusan itu sinis dari kejauhan. Ih, adik" Siapa yang bilang gue adik lo" Sejak kapan lo dilahirin jadi kakak gue"!
Poppy yang bilang kalo elo adik gue. Bima tersenyum geli.
Cuma orang gila yang bilang begitu! ucap Marsha ketus.
Bima tidak memedulikan ucapan Marsha. Ia malah melirik jam dinding. Udah jam 23.00. Lo belum tidur" Nungguin gue pulang, ya" godanya.
Wajah Marsha merah padam. Ih! Ge-er! Siapa yang nungguin lo" Sial tujuh turunan gue kalo sedikit pun berpikiran kayak gitu. Gue nggak terbiasa aja di rumah sendirian. Biasanya kan ada Mama!
Alah& pake ngeles lagi. Bilang aja lo kangen sama gue, goda Bima lagi.
Idiot! Segera Marsha berbalik menuju kamar belakang, menyembunyikan wajahnya yang makin merah.
Goblok! Apa-apaan gue" Kenapa gue" Kenapa gue mesti waswas nungguin dia pulang" Dan kenapa dari tadi perasaan gue kesel mikirin Bima jalan sama Poppy" Arrrghhhh! Bima, Poppy, Bima, Poppy, Bima,
t . c 162 Poppy. Kenapa mereka berdua ada di dalem pikiran gue dan nggak mau pergi-pergi"! Sialan! batin Marsha galau.
Marsha masuk kamar dan membanting pintu.
Bima termenung memandang langit-langit kamar sambil rebahan di ranjang. Ia masih belum bisa tidur.
Kok perasaan gue nggak enak, ya" Seharian tadi gue jalan sama Poppy... tapi pikiran gue malah ke orang lain. Entah kenapa, gue ngerasa bersalah ninggalin Marsha sendirian di rumah& Kalo bukan karena Poppy yang maksa-maksa nganjak nonton, harusnya gue udah pulang dari tadi. Ah& entah kenapa& gue nggak begitu yakin yang nolongin gue waktu kecelakaan itu adalah Poppy... tapi kalo bukan dia& siapa"... Apa mungkin kecurigaan gue selama ini benar"
Bima termenung lagi, kemudian matanya berbinar. Ah, kenapa gue nggak coba! ucapnya sambil menjentikkan jari.
t . c 163 L ONCENG berdentang bertalu-talu. Malam itu, di ba-
wah sinar bulan, Marsha menuruni tangga sebuah kastil dengan gaun panjang, megar, dan indah sekali. Gaun itu terbuat dari bahan sutra yang sangat lembut, melambai-lambai. Marsha sangat cantik laksana putri di kastil yang megah. Tapi ia celingukan, kebingungan, mengapa bisa berada di kastil ini sendirian dan mengapa mengenakan pakaian yang cantik ini.
Di ujung lorong dalam kegelapan, Marsha mendengar langkah kaki mendekat. Seseorang datang. Ketika cahaya bulan menyinari sosok orang itu, dilihat dari pakaiannya, bisa dipastikan dia pangeran. Marsha semakin takjub. Ia yakin sekali pangeran itu adalah pangeran tampan dari negeri antah berantah yang ditakdirkan untuknya. Hwaaah& Dalam sekejap Marsha
t . c 164 seolah merasa menjadi putri yang sangat beruntung. Tapi ketika pangeran itu semakin mendekat, Marsha terbelalak. Pangeran itu Bima!
Marsha meringis. Please deh& masa cowok idiot kayak gitu jadi pangeran sih" ucapnya komat-kamit nggak jelas.
Dengan baju kerajaan, Bima meniti tangga, naik, mendekati Marsha yang masih tegak dengan mulut manyun. Bima berlutut, menggenggam tangan Marsha, lalu berucap sepenuh hati, Would you be my sweet darling, Marsha"
Tapi, kok tau-tau dada Marsha berdebar-debar" Nggak boleh! Ini nggak boleh terjadi! teriak sebuah suara.
Belum sempat Marsha menoleh, orang yang berteriak itu sudah menarik tangannya dari belakang, menyeretnya menuju sisi kastil, kemudian mendorongnya hingga terjatuh. Begitu jatuh, Marsha baru menyadari kastil itu terdiri atas 80 lantai.
Gyaaaaaa! Marsha menjerit, meluncur deras dari atas kastil. Sementara terempas ke bawah, ia masih bisa melihat wajah seseorang yang barusan mendorongnya itu. Poppy, yang menatapnya di atas sana sambil tertawa seperti nenek sihir.
BRUK!!! Aduuuuuhhhh& . Marsha menjerit. Terjatuh dari
t . c 165 ranjang. Ia melongo. Celingukan. Menyadari dirinya masih berada di dalam kamarnya. Menyadari bahwa ia masih memakai baju tidurnya. Dan menyadari tragedi kematiannya itu hanya mimpi. Ya ampun, untung cuma mimpi. Kirain gue bakalan mati beneran& Hiii& Marsha bergidik, mengusap keringat dingin yang membasahi pelipisnya. Mimpi buruk& Poppy mau ngebunuh gue, karena Bima nembak gue& . Marsha tertegun cukup lama. Kemudian tersadar. Ih& ngapain gue ngimpi yang begituan" Marsha menggeleng. Matanya melirik jam. Tiba-tiba ia menjerit. Gyaaa, udah siaaaang!!!
Marsha telat bangun! Ini karena semalam ia baru tidur jam 24.00. Sebenarnya saat itu masih cukup pagi. Cuma karena selama Mama pergi ia harus menggantikan posisi Mama, maka pagi ini ia terbilang telat bangun, soalnya harus membuat sarapan dulu. Buruburu dia mandi, handukan, dan segera memakai seragam sekolah.
Ampun gue. Udah jam segini! Mana gue belum nyiapin sarapan buat si idiot itu, lagi. Jangan-jangan dia ngomel-ngomel karena sarapan belum ada. Ah, nggak ada Mama semuanya jadi kacau, maki Marsha merutuki dirinya sendiri.
Setelah rapi, bergegas Marsha menuju dapur. Niatnya mau buat sarapan. Tapi...
JRENG& JRENG& JRENG& MEJA MAKAN SUDAH RAPI!
Beberapa tangkup roti bakar dan dua gelas susu co-
t . c 166 kelat sudah terhidang di meja. Di sana, Bima malah sudah duduk di meja makan dengan manisss.... Marsha ternganga.
Selama pagi, Sha, sapa Bima kalem dengan senyum mengembang. Baru bangun" Sarapan udah gue siapin nih. Ayo makan& .
Eh, ngimpi apa lo semalem" Kok pagi ini baik banget sama gue" Marsha memandang sarapan itu dengan curiga.
Lo bawaannya negative thinking mulu sama gue. Positif dooong. Bima menunjuk kepalanya. Bisa bahaya lho, curiga sama cowok ganteng.
Ih& Marsha menatap jijik.
Bima tak peduli dan malah terus berkata, Tenang aja, Sha, sarapan ini nggak ada racunnya kok. Tuh liat, gue juga nggak nyimpen cicak di dalem rotinya. Bima membuka tangkupan roti agar Marsha bisa melihat selai stroberi di dalamnya. Susu cokelatnya juga masih anget loh& barusan aja gue bikin!
Perlahan Marsha mendekati meja. Sesaat ia raguragu. Tapi karena kelihatannya makanan itu memang tidak ada racunnya, akhirnya Marsha mau.
Oke, gue makan sarapan ini. Tapi bukan berarti pemikiran gue tentang lo langsung berubah drastis, dari idiot menjadi baik hati, ya" Sori, gue nggak kenal yang namanya sogok-menyogok! Hati gue bersih, suci, terbebas dari hal-hal gituan. Apalagi sogokannya cuma pake segelas susu sama roti bakar. Nggak zaman! kata Marsha mengambil roti.
t . c 167 Bima tersenyum. Marsha melengos.
Untuk pertama kalinya mereka sarapan bersamasama hanya berdua dalam suasana tenang.
Pagi ini aneh sekali. Pagi teraneh yang Marsha rasakan sejak penyewa lantai atas rumahnya itu datang. Terutama sikapnya yang makin sok baik.
INI BUKTINYA!!! Udah siang, Sha. Mendingan lo gue anter ke sekolah, tawar Bima ramah waktu mereka akan berangkat.
Ya Tuhan, salah makan obat apa nih anak" Biasanya, jangankan nawarin gue ke sekolah sama-sama, yang ada, kalo mau keluar pager dia pasti langsung nyerobot dengan motornya, hati Marsha mencurigai. Gue biasa naek bajaj ke sekolah! tolak Marsha. Pangkalan bajaj kan agak di depan. Lo harus jalan kaki ke sana. Lagian sekolah kita masih satu tempat, kan" Ayo naik!
Lo jangan sok baik ya sama gue"
Gue bukannya sok baik, Sha. Gue kan udah janji sama Tante Dahlia, mau ngejagain lo selama dia pergi. Kok lo malah gitu nanggepin kebaikan hati gue" Ayo naik, ajak Bima lagi.
Marsha melirik Bima sambil bersedekap. Ada rencana apa lo" tanyanya masih curiga.
t . c 168 Rencana ngajak lo berangkat ke sekolah bareng, jawab Bima santai.
Itu gue juga tau. Maksud gue rencana busuk lo"! Tuh kan, lo negative thinking lagi sama gue. Liat dong buktinya. Lo nggak mati keracunan kan garagara makan roti sama minum susu buatan gue" Ayo cepetan naik! ajak Bima lagi.
Marsha berpikir sesaat. Tapi kalau dipikir-pikir, tidak ada salahnya juga. Lalu ia pun naik ke boncengan motor.
Sikap Bima makin bertambah sok baik. INI JUGA BUKTINYA!!!
Udah, turunin gue di sini aja! pinta Marsha waktu mereka hampir sampai di depan pintu gerbang sekolah.
Ngapain lo turun di sini" Masih jauh. Lo harus jalan lagi ke pintu gerbang. Mendingan lo turunnya di parkiran aja. Kan lebih deket kelas lo. Ntar lo capek loh, Sha, jalannya...
Bim, turunin gue di sini! paksa Marsha. Dia tidak mau jadi bahan tontonan anak-anak kalau datang ke sekolah bareng Bima.
Tapi Bima tidak menggubris keinginannya. Ia langsung saja membawa motornya masuk sampai ke parkiran, tanpa memedulikan Marsha yang sedari tadi mencak-mencak di atas boncengan.
t . c 169 Di kejauhan, ada mobil Xenia parkir tidak jauh dari luar pintu gerbang SMA Pembangunan 5. Seorang cewek berambut ikal panjang memerhatikan Marsha dan Bima boncengan naik motor, yang kini sudah masuk pintu gerbang sekolah. Cewek ini menatap dengan tatapan sinis.
Cewek itu... apa hubungannya dengan Bima"... Brengsek! Gue harus tahu siapa dia, siapa namanya, dan di mana dia tinggal. Oke, gue bakalan cari informasi dari anak-anak sekolah ini.
Mata cewek itu beralih ke beberapa murid SMA Pembangunan 5 yang melintas di dekat mobilnya.
Hei! Bisa tolong gue sebentar" panggilnya pada mereka.
Dua anak SMA berhenti dan saling pandang saat melihat cewek itu mengacungkan selembar uang seratusan ribu.
Ternyata keajaiban sikap Bima bertambah lagi. Sampai parkiran, usai turun dari boncengan, dengan sopannya Bima mengantar Marsha sampai ke depan kelas 2 IPA 2. Sikap Bima ini membuat Marsha jadi risi. Rasa risi itu makin menjadi ketika Tata yang sedang berdiri di
t . c 170 depan kelas, menatap kehadiran mereka berdua. Cewek berkacamata tebal itu terbengong-bengong.
Oke, Sha. Gue balik ke kelas gue dulu, ya. Oya, pulang sekolah nanti lo gue anter pulang ya, Sha" Sebelum pergi, Bima sempat-sempatnya menawarkan diri.
Sha" Nggak salah" tanya Tata dengan tampang melongo memerhatikan kepergian Bima.
Nggak, jawab Marsha dingin sambil masuk kelas. Abis minum apa tuh anak"
Minum racun, kali! Paras Marsha tetap tanpa senyum. Padahal dengan segenap hati Bima sudah bersikap baik padanya dengan mengantarkan Marsha pulang sekolah sampai rumah, sesuai janjinya tadi pagi.
Bima senyum-senyum melihat Marsha turun dari boncengan. Lo nggak mau bilang sesuatu ke gue" Apa" tanya Marsha, menoleh tanpa ekspresi. Ucapan terima kasih, misalnya& . Bima masih senyam-senyum.
Aneh banget nih orang. Dari tadi sikapnya sok baik sama gue dan senyum-senyum mulu. Ada rencana apa di otaknya" Jangan-jangan& dia beneran lagi mikirin rencana busuk buat ngerjain gue selama Mama nggak ada di rumah. Jangan-jangan& dia sengaja bikin gue lengah, baru sesudah itu dia balas dendam. Janganjangan& Eh" Pikiran Marsha mengenai Bima sontak
t . c 171 terhenti ketika matanya melihat seseorang yang baru turun dari bajaj di depan pagar rumahnya. Raya" desis Marsha menatap sinis.
Sha! panggil Raya. Cepat-cepat ia masuk pagar lalu mendekat.
Marsha hendak berbalik, tapi Raya keburu datang dan menghadangnya.
Mau apa lo" tanya Marsha dingin. Sha, kita perlu ngomong.
Ngomong apa lagi"! Raya melirik Bima. Sesaat ia ragu-ragu.
Menyadari kehadirannya cukup mengganggu, segera Bima turun dari motornya dan masuk ke rumah.
Setelah yakin Bima sudah tidak ada lagi, barulah Raya bicara, Gue sengaja dateng ke sini, Sha. Karena di sekolahan, lo kayaknya nggak sudi ngomong sama gue. Lo selalu menghindar.
Marsha tetap diam. Meski hatinya berusaha keras menahan perasaannya yang bergejolak. Perasaan sakit itu datang lagi. Perselingkuhan Ega. Pengkhianatan Raya, sahabat karibnya. Tragedi di Green House Caf" itu. Kenangan manis, kenangan pahit. PAHIT.
...makanya, lanjut Raya. Gue nemuin lo ke sini biar kita bisa...
Udah, Ray! Cukup! Cukup!!! Marsha tak tahan lagi. Mau di mana pun gue nggak sudi ngomong sama lo! Nggak sudi!!!
Sha, dengerin dulu! desak Raya. Pergilah, Ray. Pergi!
t . c 172 Sha! Raya memegang tangan Marsha erat. Gue pikir lo udah mau maafin gue..., suara Raya tertahan. Atau minimal lo udah mau kasih waktu gue buat ngomong...
Nggak ada maaf buat lo! Nggak ada! Gue tegasin sekali lagi, nggak ada, Ray! Marsha menepis tangan Raya.
Lo tega, Sha, Raya hampir terisak.
Apa" Tega" Gue tega, kata lo" Marsha memicing. Nggak ada yang perlu diomongin lagi, Ray. Gue udah putus sama Ega. Lo puas sekarang bisa milikin dia buat diri lo sendiri. Gue udah coba tabah, Ray. Gue udah coba ngilangin perasaan sakit hati gue. Tapi kenapa lo harus muncul di hadapan gue lagi" Lo itu jahat, Ray. Dengan nampakin diri lo di depan gue, lo udah bikin gue keinget sama semua kejadian itu lagi. Lo udah bikin gue terluka lagi. Jadi sebenernya siapa yang tega" Elo apa gue, ha" ELO APA GUE"
Sha, sejak kejadian di Green House Caf" itu gue juga udah putus sama Ega!!! potong Raya berteriak. Apa"! Marsha tersentak.
Iya, Sha... Raya tidak mampu menyembunyikan air matanya lagi.
Sekarang, lo pergi dari rumah gue. Pergi! usir Marsha memilih tidak memercayainya.
Raya terpaku. Tapi akhirnya memutuskan untuk mengalah. Ia pun pergi.
Marsha berbalik. Berlari masuk rumah. Menangis.
t . c 173 Di balik jendela kamar lantai atas, Bima tertegun memerhatikan pemandangan itu.
Cinta bukan hanya gampang membuat orang jadi bahagia, tapi juga mampu membuat orang bersedih. Bahkan bisa sampai jauh lebih sedih daripada menghadapi kematian. Tidak heran kalau ada yang sampai gila, bahkan bunuh diri karena cinta. Tapi hal picisan macam itu tidak akan berlaku buat Marsha. Setidaknya saat ini ia mengaku hanya telanjur sedih karena dulu ia dan Ega saling menyayangi. Hanya telanjur sedih karena ia dan Raya adalah sahabat. Kata-kata telanjur sedih agaknya lebih halus dan tidak terkesan menjatuhkan harga dirinya. Tapi, yeah, meski ujung-ujungnya sama saja. Ega selingkuh dengan Raya. Sakit hati.
Marsha tertegun malam itu. Menatap halaman rumah sambil duduk di kursi teras. Sedikit memaki kenapa malam ini sangat dingin. Baju tidur motif beruang yang ia pakai tidak mampu melindungi tubuhnya dari udara malam. Tidak ada yang peduli matanya basah. Tak ada yang peduli hatinya pedih. Sakit. Tidak ada. Ia menangis.
Tapi tanpa ia sadari, ternyata ada seorang yang peduli. Seseorang yang perlahan datang, kini menyelimutinya tubuhnya dengan jaket tebal.
t . c 174 Marsha tersentak ketika berpaling dan menyadari Bima sudah berdiri di belakangnya. Bima... Perlu temen bicara" Bima menawarkan. Sama lo" Ih... Marsha melengos. Menenggelamkan tubuhnya ke dalam jaket tebal pemberian Bima. Sembunyi-sembunyi, ia seka air matanya.
Kalo beban ditumpuk, nanti lo bisa jadi penghuni rumah sakit jiwa, canda Bima. Ia menggeser kursi mendekat ke arah Marsha. Kemudian duduk di sana. Apalagi kalau masalahnya karena cinta, lanjut Bima masih dengan nada bercanda.
Gue nggak akan gila cuma karena cinta. Cuma orang bodoh yang kayak gitu. Dan gue nggak bodoh, ujar Marsha dingin.
Yah... berarti gue jadi nganggur dong. Nggak ada gunanya gue dateng ke sini kalo nggak ada temen ngomong. Bima beranjak.
Marsha diam. Ketika Bima hampir masuk rumah, Marsha berkata, Bim...
Bima menoleh. Ya" Setelah menarik napas, Marsha meyakinkan diri bahwa ia masih waras ketika berkata, Gue bisa minta pendapat lo"
Mendengarkan dengan sepenuh hati curhatan Marsha, seolah membuat Bima merasa sedang berbicara dengan
t . c 175 orang lain. Marsha yang ini adalah Marsha yang rapuh. Berbeda dengan Marsha yang tampak selama ini. Marsha yang keras. Pemarah. Terlihat kuat. Tapi ternyata, Marsha sama saja dengan cewek lain. Marsha adalah sosok rapuh namun bersembunyi dalam sosok yang terlihat kuat.
Persoalan yang dihadapi Marsha ternyata tidak seringan yang dibayangkan. Cinta. Persahabatan. Perselingkuhan. Pengkhianatan. Semua menjadi satu. Bima tahu dan cukup memahami perasaan sakit Marsha itu. Tapi ia jauh lebih tahu, bahwa tugasnya adalah membebaskan Marsha dari rasa sakit yang membelenggunya. Entah mengapa Bima merasa sangat peduli dengan cewek ini. Dan ia tidak ingin lagi melihat Marsha menangis.
Kenapa lo nggak coba mendengar alasan Raya" saran Bima.
Alasan" Nggak ada alasan yang masuk akal kecuali Raya memang sahabat pengkhianat. Dia emang niat ngerebut Ega dari gue. Karena sifatnya memang begitu. Udah jadi rahasia umum Raya itu suka gontaganti pacar. Dan Ega adalah salah satu targetnya.
Bima tersenyum. Tapi tadi lo bilang... Raya sahabat lo yang baik. Dan kata lo, Raya pernah bilang dia mau tobat, bukan"
Dia emang baik. Tapi itu dulu. Sekarang dia pengkhianat. Tobat itu omong kosong!
Pasti dia punya alasan, ucap Bima dengan kening berkerut, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang
t . c 176 berat, layaknya bagai detektif yang niat banget nyelesein masalah.
Kok lo berpikir kayak gitu" Marsha tak terima. Dasarnya jelas, Sha. Tadi dia dateng ke sini. Berusaha bicara baik-baik sama lo. Bukannya pergi begitu aja, atau berlagak nggak peduli setelah lo tau bahwa dia pacaran sama Ega. Dan seperti yang udah lo ceritain ke gue, kan Raya yang ngajak lo ketemuan di Green House Caf?" Sesudahnya, baru elo tau ternyata Ega selingkuh sama dia. Nah, kenapa Raya ngajak lo ketemuan di sana" Cuma biar lo ngeliat bahwa ada apa-apa di antara mereka" Gila. Gue sih nggak percaya. Lo tau kenapa" Karena menurut gue, ini pasti memang ada alasannya.
Marsha bingung. Serius lo yakin" Ia masih tak percaya. Meski bagi gue alasannya udah cukup jelas. Raya pengkhianat. Raya kan tukang gonta-ganti pacar. Dari dulu image-nya emang kayak gitu.
Perampok aja masih pengin anaknya jadi orang baik-baik, Sha. Padahal di masyarakat image-nya udah jelek. Yang terjadi sama Raya, juga bisa sama. Imagenya emang tukang gonta-ganti pacar. Tapi tetep nggak menutup kemungkinan ada maksud baik Raya di balik semua ini.
Dari tadi lo yakin banget.
Bima tersenyum. Ini hanya saran. Kenapa lo nggak coba dengerin dulu penjelasan Raya. Lo jangan ngebentengin diri lo dengan segala bentuk kemarahan, sehingga menutup mata hati lo untuk mengetahui segala
t . c 177 kemungkinan yang ada. Ini salah, Sha. Kasih kesempatan Raya buat ngomong. Setelah Raya selesai dengan penjelasannya, lo baru bisa nilai. Dan dengan begitu, keyakinan lo bakal menjadi suatu hal yang utuh. Tanpa ada keragu-raguan lagi. Dan lo bisa bebas nentuin, apakah akan terus menganggap Raya sebagai sahabat pengkhianat, atau malah sebaliknya.
Sunyi... Marsha tertegun. Haha... gue sok brilian gitu ya, ngomongnya" Bima tertawa sambil menggaruk kepalanya.
Emang! Marsha melengos. Tapi diam-diam, ia kaget juga mendengar pikiran Bima. Benar. Kenapa ia tidak memberi Raya kesempatan untuk bicara"
Satu hal yang tak pernah Marsha bayangkan setelah tragedi di Green House Caf" adalah mengajak Raya bicara. Oke, mungkin terlalu berlebihan kalau menganggap Raya musuh bebuyutan. Tapi dia memang pengkhianat. Setidaknya itu yang Marsha pikirkan sampai detik ini. Ide Bima yang menganjurkannya untuk mendengarkan penjelasan Raya memang konyol. Tapi masih masuk akal. Marsha jadi heran, ternyata masih ada otak juga si idiot itu.
Marsha melirik jam tangannya. Siang itu, sudah lima menit ia menunggu Raya di sebuah bangku pajang, di bawah pohon besar yang ada di belakang gedung sekolah.
t . c 178 Sha... Terdengar sebuah suara. Pelan. Tapi Marsha kenal suara itu. Raya.
Marsha berpaling. Ia tatap sahabatnya itu. Sekuat hati Marsha berusaha menahan diri. Perasaan sakit itu ia coba buang jauh-jauh. Datang. Pergi. Datang lagi. Pergilah. Pergi. Setidaknya untuk saat ini.
Gue mau denger penjelasan lo, kata Marsha dengan sikap terbuka. Ia menggeser badannya agar Raya bisa duduk di sebelahnya.
Raya pun duduk. Bener lo udah putus sama Ega"
Meski tatapan Marsha mengarah ke depan, tapi ia masih bisa melihat Raya mengangguk.
Lo belum tau siapa Ega kan, Sha" tanya Raya berusaha tenang. Ia masih belum yakin dengan ajakan Marsha untuk bicara saat ini. Padahal kemarin, matimatian Marsha mencoba mengusirnya.
Gue jauh lebih tau tentang Ega daripada lo! Marsha berpaling sinis.
Kalau gue tanya... apa lo tau kalau sebelum sama gue, Ega udah pernah tiga kali selingkuh"
Haha... Marsha tertawa kecil. Tapi tidak bisa disembunyikan, bahwa Marsha cukup kaget dengan ucapan Raya itu. Gosip murahan itu" Dulu gue udah pernah beberapa kali denger. Tapi itu semua bohong. Dan gue nggak pernah percaya sama sekali. Dan emang nggak ada bukti. Ega emang selingkuh. Tapi cuma sama lo, ucap Marsha pahit.
Gue tau. Lo pasti nggak akan percaya sama yang
t . c 179 gue omongin, kan" Karena lo terlalu percaya sama Ega.
Gue emang sangat percaya sama dia. Kecuali lo yang tukang ngerebut pacar orang, yang lain gue nggak percaya! suara Marsha agak mengeras.
Lo cuma tau hal yang baik-baik tentang dia, Sha! Tapi lo nggak pernah tau kelakuannya di belakang lo. Dulu juga kayak gitu. Di sekolah ini Ega tanpa cela. Anak-anak taunya dia nggak pernah macem-macem. Tapi apa lo tau, kelakuan Ega di luar sekolahan" Gue nggak mau tau! ucap Marsha.
Itulah kejelekan lo! Lo nggak pernah mau tau tentang kenyataan yang ada sama diri Ega! cecar Raya. ...
Ega itu nggak seperti yang lo pikir, Sha. Ega itu nggak sebersih dan sesetia yang lo anggep. Gosip tentang dia punya selingkuhan dengan cewek lain itu bener. Dan salah satunya, dia pernah selingkuh sama sepupu gue. Gue pernah nggak sengaja ngeliat mereka jalan berdua. Dan sepupu gue juga bilang mereka emang pacaran....
Dada Marsha sesak. Belum lagi sama beberapa cewek yang lain. Tapi gue tau, kalo gue nyeritain ini semua ke elo, lo pasti nggak akan percaya. Makanya gue berbuat kayak gitu biar lo percaya seberapa brengseknya Ega. Biar lo bisa liat sendiri. Karena lo perlu bukti. Makanya gue buat semua ini. Makanya gue ngedeketin Ega. Beberapa kali gue telepon dia di Belanda. Begitu dia liburan, gue
t . c 180 ajak dia ketemuan. Makanya gue undang lo ke Green House Caf" sore itu! Dan lo tau, kejadian di Green House Caf" adalah ketiga kalinya gue jalan sama dia!
Apa" Marsha menggeleng. Ia pikir Raya pasti bergurau.
Lo pasti kaget, kan" Jadi mana yang namanya Ega si cowok setia lo itu"
... Abis itu gue langsung putus sama Ega. Gue nggak cinta sama dia, Sha. Gue ngedeketin dia biar lo dapet bukti itu. Gue berani sumpah. Gue nggak bermaksud jahat. Gue cuma pengin lo tau.
Marsha tertegun. Matanya berkaca-kaca. Yeah, mungkin cara gue salah... Kerongkongan Raya kering. Tapi, demi Tuhan, gue lakuin ini semua buat lo. Karena gue tau elo tu baik. Dan gue nggak mau sahabat gue yang baik kayak lo, terus-terusan percaya sama orang yang nggak patut dipercayai... karena... ah... Raya terisak. Ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya lagi.
Marsha pun sudah banjir air mata. Perasaannya campur aduk. Ia tertunduk.
Gue tau. Lo pasti masih sulit percaya sama katakata gue, kan" Raya menelan ludah.
Bibir Marsha bergetar. Tidak menyangka, kenyataannya malah jauh lebih pahit daripada yang ia bayangkan. Ia tahu Raya benar. Memang, dulu ada gosip beberapa kali mengenai Ega yang jalan sama cewek lain
t . c 181 di luar sekolahan. Tapi dengan sikap Ega yang selembut itu, sangat sulit bagi Marsha untuk percaya. Tapi dengan kejadian ini, Marsha pikir ia harus lebih berhati-hati dalam menilai orang.
Gue nggak mau maksa. Seenggaknya, lo udah mau ngedenger penjelasan gue, ujar Raya lagi.
Keduanya saling diam. Mereka masih terpaku. Lama sekali. Raya tak mampu bicara apa-apa lagi. Marsha pun sedang bergelut dalam pikirannya.
Sha... Hening. Lo masih marah sama gue" tanya Raya. Ya..., jawab Marsha.
Raya kembali menelan ludah. Ia memang tidak berharap banyak dari pembicaraan ini. Setidaknya ia sudah coba bicara jujur. Ia pasrah.
Namun sebelum Raya benar-benar merasa pasrah, Marsha malah melanjutkan, Tapi gue akan lebih marah kalo lo nggak ngelakuin semua itu, Ray...
Raya terpana. Ia tak mampu memercayai apa yang barusan ia dengar. Tapi ucapan itu bagai air sejuk yang mengguyur perasaannya.
Lo nggak becanda kan, Sha" Gelengan Marsha menjawab semua itu.
Keduanya bertatapan, lalu tersenyum, dan berpelukan. Mengeluarkan air mata haru. Hampir saja Marsha kehilangan seorang sahabat sebaik Raya, demi memercayai orang yang tidak patut dipercayai. Dalam hati ia berterima kasih pada Bima telah menyarankannya
t . c 182 untuk melakukan semua ini. Untuk membicarakan semua ini dengan Raya. Dan keyakinannya telah menjadi utuh. Bahwa Raya bukanlah seperti tuduhannya. Raya bukanlah sahabat pengkhianat.
Apa" Elo mau beli sesuatu" tanya Tata pada Marsha sewaktu pelajaran terakhir selesai.
Iya. Beli apa" Entahlah. Gue belum kepikiran. Tapi yang pasti buat cowok! ucap Marsha membayangkan wajah Bima.
Cowok" Selidik Tata curiga. Matanya sampai membesar. Trus, mau berangkat sekarang"
Tunggu bentar. Nunggu apa lagi sih"
Nah, itu dia! Marsha menunjuk ke arah pintu. Eh, Ray! Marsha melambaikan tangannya pada Raya yang baru tiba.
Tata kaget. Raya masuk ke kelas mereka. Gimana" Jadi pergi, kan"


Be My Sweet Darling Karya Queen Soraya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sha, sejak kapan kalian... tanya Tata keheranan. Ntar gue ceritain di jalan. Sekarang, lo berdua temenin gue ke plasa! kata Marsha sambil tertawa, menarik lengan Tata yang masih terbengong-bengong. Raya mendorong badan Tata dari belakang. Tertawa.
t . c 183 Ketiga sahabat itu pergi ke plasa yang letaknya lumayan dekat dengan SMA Pembangunan 5. Marsha memutuskan ke Gramedia. Hm... ia berencana memberi Bima sesuatu. Belum kepikiran sih. Tapi targetnya yang berbau-bau olahraga.
Tapi dasar yang namanya cewek, meski udah niat banget dengan tujuan membeli sesuatu, terkadang, begitu sudah sampai tempat tujuan, masih saja tergoda dengan kegiatan lain. Cuci mata liat baju-baju keren, mampir ke Toys City, atau iseng-iseng lewat 21 sekadar liat film apa yang lagi diputar minggu ini, padahal belum tentu mereka nonton.
Iseng-iseng di depan 21, ketiga sahabat ini malah menyantap popcorn yang mereka beli di bioskop itu.
Begitu mereka turun ke lantai bawah dengan eskalator, tanpa sengaja Marsha melihat Bima ada di eskalator seberang yang menuju lantai sebaliknya. Dia jalan bareng Poppy! Poppy malah dengan mesranya menggandeng lengan cowok itu. Marsha membuang muka. Niatnya pura-pura tidak melihat. Tapi&
Hai, Marsha! panggil Bima kencang di keramaian. Alamak! Ia juga melihat Marsha. Bima tersenyum lebar sambil melambaikan tangan.
Ugh& males banget, kale& . erang Marsha. Matanya berputar-putar ke atas. Dia pikir Bima sudah pulang. Nggak taunya malah ketemu di sini. Kalau tau
t . c 184 Bima ada di sini, bersama Poppy, lagi, Mendingan dia pulang aja tadi.
Tata dan Raya ikut menoleh.
Bima sama Poppy" Tata melihatnya. Bola matanya yang tersembunyi di balik kacamata tebal itu mengerjap-ngerjap tak percaya. Setelah waktu itu, mereka beneran jadian ya, Sha" Tuh kan, Sha... coba waktu itu kita ngeliat ending-nya, desah Tata kecewa. Ugh, udah basi kale, Ta, ucap Marsha malas. Raya menoleh tak mengerti.
Mereka sudah turun dari eskalator. Ketiganya memutuskan ke Time Zone saja. Niat Marsha membeli sesuatu buat Bima sudah pupus. Padahal dia mau ngucapin terima kasih, karena atas nasihat Bima, ia jadi baikan lagi dengan Raya. Tapi sekarang ia sudah malas. Ia kesal melihat cowok itu bersama Poppy.
Baru saja akan masuk Time Zone, tau-tau mereka dikejutkan oleh kedatangan dua orang. Bima dan Poppy. Ternyata mereka berdua malah menyusul.
Sha, kita berdua mau nonton nih, kalian bertiga mau ikut nggak" ajak Bima.
Makasih, jawab Marsha pendek. Ia bisa membaca sikap Poppy yang seolah agak keberatan kalau Marsha dan yang lainnya ikut. Lagian siapa juga yang mau ikut" pikir Marsha menyadari sikap Poppy.
Filmnya seru-seru lho, Sha! Banyak pilihan. Lo nggak bakalan nyesel kalo ikut. Iya kan, Pop" Bima menoleh ke arah Poppy yang berdiri di sebelahnya. Eh" Iya... iya..., jawab Poppy malas-malasan.
t . c 185 Iya, gue tau. Tadi juga kita barusan liat. Tapi nggak deh, kita bertiga nggak mau ganggu kencan kalian. Sekali lagi makasih.... Marsha ngeloyor pergi meninggalkan area Time Zone. Terus terang entah kenapa perasaannya jadi tidak enak. Tidak bisa digambarkan dengan kata-kata dan tidak tahu juga alasannya kenapa.
Tata menyusul Marsha. Raya juga menyusul, tapi ia sempat menoleh ke belakang dan dengan jelas dapat memerhatikan wajah kecewa Bima dan wajah bete Poppy.
Bim, ngapain sih elo nawarin mereka nonton bareng kita" rajuk Poppy begitu Marsha dan sahabat-sahabatnya pergi. Bima tidak menggubris ucapan Poppy. Cowok itu masih memandang kepergian Marsha dengan penuh kekecewaan.
Sungguh mengherankan. Ada mobil asing yang parkir di luar pagar rumah Marsha sore ini. Tidak sampai di situ, di pintu depan rumah juga ada cewek berambut ikal panjang berjinjit mengintip dari jendela kaca rumah, seolah mencari-cari sesuatu. Marsha yang barusan tiba di depan rumah memandang kehadiran sosok cewek tersebut dengan rasa heran.
Cari siapa ya" tanya Marsha begitu masuk pagar rumahnya.
t . c 186 Cewek itu menoleh dan langsung kaget. Kemudian sorot matanya berubah tajam.
Cari siapa" tanya Marsha lagi. Mana dia" tanya cewek itu dingin.
Lo nyari sapa" ulang Marsha lagi. Yee... ditanya malah balik nanya, ngomongnya nggak sopan, lagi, pikir Marsha sewot.
Lo Marsha, kan" Marsha tersentak kaget. Waktu itu Poppy. Sekarang cewek ini. Kok akhir-akhir ini banyak banget sih, yang kenal sama dia" Padahal Marsha tidak kenal dengan cewek ini. Rasanya beberapa hari ini Marsha merasa jadi sangat terkenal.
Dia tinggal di sini, kan" Lo sembunyiin di mana dia"
Marsha celingukan. Siapa"
Eh, gue tanya di mana dia"!!! Tiba-tiba cewek itu berteriak, mencengkeram erat lengan Marsha. Nama lo Marsha, kan" Elo yang nyembunyiin dia dari gue selama ini kan" Pasti elo orangnya" Pasti elo! tuding cewek itu marah.
Maksud lo apa sih" Gue nggak ngerti. Dasar cewek gila! Lepasin tangan gue! Marsha menarik tangannya, kemudian meringis memegang-megang tangannya yang terasa sakit bekas cengkeraman tangan cewek itu.
Tapi ketika Marsha menatap mata cewek ini, jantung Marsha berdesir. Perasaannya mengatakan cewek ini benar-benar GILA! Kalau dia waras, tidak mungkin ada cewek seliar ini tau-tau datang ke rumah orang,
t . c 187 tidak punya etika kesopanan, mencengkeram tangannya, dan dengan seenaknya bicara tidak keruan sambil marah-marah. Sorot matanya juga aneh. Tidak fokus. Seperti orang linglung.
Sistem proteksi diri Marsha mengatakan sebaiknya ia mundur. Perlahan Marsha mengatur langkahnya.
Cepet kasih tau gue! Kasih tau gue di mana dia"!!! Tiba-tiba cewek ini mengeluarkan sesuatu dari saku celana jinsnya.
PISAU LIPAT! Jantung Marsha berdegup kencang. Benar dugaannya. Cewek ini benar-benar gila! DIA NGGAK WARAS! NGGAK SALAH LAGI!
Marsha hendak lari, tapi gerakan cepat tangan cewek itu menebas ke arah Marsha. Marsha menghindar, tapi...
Awww! Marsha merasakan lengannya perih. Dari lengan itu sedikit merembes cairan berwarna merah. Dada Marsha berdesir begitu menyadari hal tersebut.
Dasar brengsek! Elo pasti yang nyembunyiin dia! Mana dia" Kasih tau gue! Kasih tau gue di mana dia"!!!
Tolooong& Toloooong!!! teriak Marsha kencang sambil memegangi tangannya, gemetaran termundurmundur. Ia kerahkan seluruh tenaga yang ia punya sambil berteriak meminta pertolongan ke semua orang.
Mendengar teriakan Marsha, cewek itu panik. Terlebih, di kejauhan tampak petugas satpam kompleks yang kebetulan sedang melintas.
t . c 188 Tolooooooooooooooooong!!!! teriak Marsha lagi. Lebih kencang.
Satpam itu menoleh. Woi! teriaknya melihat sesuatu yang tidak beres.
Cewek itu panik melihat Marsha yang terus saja berteriak. Dalam keadaan bingung, ia berlari ke luar pagar, menuju mobilnya dan membawa mobil itu dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat itu.
Woi, jangan lari! teriak Pak Satpam. Tapi mobil itu sudah pergi jauh dan tidak mungkin terkejar. Neng, nggak apa-apa" tanyanya mendatangi Marsha.
Saya nggak apa-apa, Pak. Terima kasih..., kata Marsha lemah dengan muka pucat. Tangannya terasa sakit. Bibirnya gemetaran.
Tangannya berdarah kayak gitu! Cuma kegores sedikit. Nggak apa-apa... Ya udah, Neng. Sebaiknya Neng cepetan masuk rumah. Daripada nanti anak perempuan itu dateng lagi, saran Pak Satpam. Dan jangan lupa, lukanya diobatin.
Iya, Pak& . Suara Marsha hampir hilang saking takutnya.
Bima dan Poppy duduk di salah satu bangku gedung bioskop, menikmati pertunjukan film drama percintaan yang menjanjikan akan membuat penonton mengucur-
t . c 189 kan air mata berember-ember. Bima sebenarnya tidak suka pilihan film yang disarankan Poppy ini. Cengeng. Tapi apa boleh buat. Ah& dia dekat dengan Poppy karena ia menduga Poppy-lah penolongnya saat dia mengalami tabrak lari, dan dia harus memenuhi janjinya untuk mengabulkan keinginan penolongnya.
Bima tidak bisa berkutik. Sebenarnya hatinya menentang, tapi dia belum memiliki alasan yang cukup kuat untuk menolak Poppy.
Poppy banjir air mata menyaksikan film yang menyentuh itu. Tangan kirinya memegang erat lengan Bima, sementara tangan kanannya yang memegang tisu sibuk mengusap-usap air matanya yang berlinangan. Ia menangis sesenggrukan, sehingga Bima seolah merasa di posisi paling tidak nyaman dalam hidupnya.
Ya ampun& lebih baik gue dimaki-maki sama si cewek sinting daripada nonton film kayak gini sama Poppy, batin Bima. Ah, kenapa di saat ini gue malah keinget dia ya" Pandangan Bima menerawang.
Tak lama Bima merasakan ponselnya bergetar. Ia menarik ponsel dari saku celananya, membaca nomor yang tertera di layar. Nomor rumah Marsha! Kenapa dia" Tumben dia nelepon gue. Perasaan Bima mendadak tidak enak.
Pop, sori. Gue keluar sekarang. Marsha nelepon. Kayaknya ada yang penting, pamit Bima pada Poppy. Ia melepaskan lengannya dari genggaman tangan cewek itu.
t . c 190 Tapi, Bim" Filmnya kan belum selesai" tolak Poppy. Gue masih penasaran sama ending-nya& .
Sori banget, Pop& . Bima bangkit dari bangku penonton, dan meninggalkan Poppy sendiri.
Bima! Bim... aaarrrghhh!!! erang Poppy kesal, menatap Bima yang terus saja berjalan turun, menuju pintu keluar bioskop tanpa memedulikannya.
Bim& Bima& , suara Marsha bergetar. Matanya berkaca-kaca. Tangannya gemetaran memegang gagang telepon. Bahkan hampir terlepas kalau saja dia tidak segera memegangnya dengan erat.
Sha, elo kenapa" Bima merasakan nada ketakutan yang amat sangat dalam suara Marsha. Ia sangat khawatir. Sha" Apa yang terjadi" Cepet bilang!
Gue takut, Bim. Cewek itu dateng ke sini. Dia marah-marah...
Cewek" Cewek mana" Siapa"! Bima makin cemas. Gue nggak kenal siapa dia. Rambutnya ikal panjang. Sorot matanya aneh banget. Kayaknya dia gila deh, Bim. Soalnya dia bawa pisau lipat. Dia nyerang gue. Gue di rumah sendirian. Gue takut, Bim... takut& gue nggak bisa ngomong lagi& gue takut banget& Marsha terisak. Ia sudah tak kuat lagi. Ia pun menutup telepon dan menangis di sofa.
Sha! Marsha! Bima memanggil-manggil, tapi telepon sudah ditutup.
t . c 191 Bergegas Bima pergi. Ia bahkan tidak peduli meski Poppy sudah keluar dari gedung bioskop dan di kejauhan, cewek itu memanggil-manggil namanya. Bim! Bimaaa lo mau ke mana"!!!
Deru motor terdengar memasuki pekarangan. Marsha yang meringkuk di sofa dengan wajah ketakutan, segera bangkit ketika mengenali suara motor Bima itu.
Begitu turun dari motor, dengan rasa tak sabaran dan cemas yang sejak tadi ditahannya, Bima menggedor-gedor pintu luar.
Sha! Marsha! Sha! Marsha menghapus air matanya, cepat-cepat berlari ke arah pintu.
Begitu pintu terkuak lebar, secara spontan Marsha segera menghambur ke pelukan Bima, menumpahkan tangisnya, dan secara spontan juga Bima segera memeluk Marsha dengan erat.
Bim... gue takut banget sama dia. Gue takut banget& huhuhu& . Marsha menangis sejadi-jadinya.
Dengan lembut Bima menenangkannya. Tenang, Sha... ada gue. Nggak ada yang berani nyakitin lo lagi....
Ketenangan. Itulah yang Marsha rasakan. Ia benamkan tubuhnya pada pelukan Bima dalam-dalam. Ia rasakan kenyamanan yang menjalar dalam tiap poripori tubuhnya. Entah kenapa, ia tidak mau pelukan ini
t . c 192 segera berakhir. Meski sayang, akhirnya pelukan itu dilepaskan Bima ketika Bima merasakan ponselnya bergetar. Marsha mengusap-usap matanya, membersihkan sisa-sisa air mata ketakutannya.
Poppy..., ucap Bima begitu membaca nama pada layar ponsel.
Marsha menghela napas. Ia menggigit bibir mendengar nama pacar Bima itu. Entah kenapa ia jadi sesak. Sesak yang tidak bisa terlukiskan.
Namun, Bima tidak peduli. Dimatikannya ponsel. Tapi begitu ia berpaling ke arah Marsha, cewek itu sudah tidak ada lagi.
t . c 193 G UE sebel banget, tau nggak" Masa dia ninggalin
gue sendirian di 21 cuma gara-gara dapet telepon dari adiknya. Aneh banget tuh orang. Dan yang nggak gue abis pikir, kenapa dia lebih perhatian sama adiknya daripada sama gue" Dan yang anehnya lagi, Bima selalu bilang dia nerima cinta gue karena gue udah menolong dia sewaktu dia kecelakaan. Gue bener-bener nggak ngerti. Apa sih maksudnya" Siapa yang nolongin dia waktu dia kecelakaan" Yang paling aneh ya, sikapnya yang terlalu perhatian sama adiknya itu! Ini semua kayak lelucon buat gue! Sebenernya dia niat nggak sih pacaran sama gue"! Kalo dia lebih perhatian sama adiknya, lebih baik pacaran aja sama adiknya daripada pacaran sama gue! maki Poppy di kantin
t . c 194 sekolah siang itu. Ia mengumbar amarahnya pada kedua temannya di salah satu meja yang ada di dekat pintu masuk kantin.
Adiknya, Pop" Adiknya Bima" tanya salah satu teman Poppy.
Iya. Si Marsha itu. Anak kelas 2 IPA 2! kata Poppy kesal.
Lho" Sejak kapan Marsha punya kakak" Dia kan anak tunggal! jawab teman Poppy satunya lagi dengan wajah bingung. Namanya Emi.
Poppy terbelalak. Beneran lo, Mi"!
Ya ampun, Pop, meski gue nggak kenal-kenal amat sama Marsha, tapi nyokapnya Marsha itu satu tempat kerja sama kakak gue. Gue pernah kok nggak sengaja ketemu sama Marsha yang kebetulan ada di sana, waktu gue nganterin kakak gue kerja. Dan dia emang anak tunggal!
Trus" Kenapa Bima ada di rumahnya Marsha" Dia ngekos di sana, kali!
Ngekos" mata Poppy membesar.
Kakak gue juga cerita, nyokapnya Marsha barubaru ini emang ngekosin lantai atas rumahnya. Waktu itu dia juga ngasih brosur sama kakak gue dan minta tolong kalo-kalo ada yang butuh tempat kos. Yeah... kemungkinan Bima yang jadi penyewanya.
Kepala Poppy pusing mendengar hal itu. Jadi" Jadi... mereka bukan kakak-adik"!
Raya tertegun di balik pintu kantin. Mendengar ucapan antara Poppy dan teman-temannya, ia mem-
t . c 195 batalkan niatnya untuk masuk. Ia pun segera pergi meninggalkan tempat itu. Ia harus menanyakan semua ini pada Marsha!
Ketiga cewek itu saling bungkam di kelas yang sudah sepi. Raya dan Tata tertegun setelah mendengar kejujuran dari mulut Marsha, sedangkan Marsha diam seribu bahasa usai menceritakan semua itu. Tadinya ia enggan membongkar semua ini. Tapi karena Raya dan Tata memberondongnya dengan segudang pertanyaan, jadi Marsha terpaksa membeberkan semuanya.
Jadi gitu ceritanya" akhirnya Tata buka mulut setelah diam beberapa menit.
Marsha mengangguk lemah. Bingkisan dari Poppy tergilas mobil cewek itu, trus lo ambil dan ketinggalan di klinik, sesudah lo nolongin Bima"
Marsha mengangguk lagi. Dan karena itu Bima mengira penolongnya adalah pemilik bingkisan itu" Dan karena kebetulan pemiliknya emang Poppy, makanya Bima menyangka Poppylah penyelamatnya"
Lagi-lagi Marsha mengangguk.
Ya Tuhan, Sha... kalo emang lo yang nolongin Bima, kenapa lo nggak terus terang"
Marsha menggeleng. Buat apa, Ta" Nggak ada gunanya. Lagian apa untungnya buat gue"
t . c 196 Gue sih nggak tau apa ada untungnya atau nggak. Tapi... itu sama aja lo ngejerumusin Bima! Maksud lo, Ta" Marsha tak mengerti.
Lo masih inget, kan, apa yang diminta Poppy ke Bima waktu itu" Dia minta Bima jadi cowoknya kalo dia berhasil menebak apa isi bingkisan itu. Dan sekarang nyata-nyatanya mereka udah jadian. Itu namanya lo ngejerumusin Bima, dengan membuat Bima terpaksa mencintai cewek yang nggak dia sukai.
Ah, apa peduli gue sama hati Bima"! Lagian gue nggak ada urusannya sama semua ini. Malah gue ngebantu Bima buat ngedapetin cewek cantik yang jadi bidadari SMA Pembangunan 5, kan" Harusnya dia utang budi sama gue! Bayangin, di luar sana banyak banget cowok yang tergila-gila sama Poppy. Tapi dari sekian banyak cowok itu, cuma Bima yang berhasil memperoleh keberuntungan ditembak oleh Poppy!
Lo salah, Sha! bantah Raya cepat. Belum tentu cewek yang paling cantik di dunia ini disukai sama semua orang. Belum tentu mentang-mentang Poppy paling cantik di sekolah kita, Bima positif suka sama dia. Lo kan belum tau isi hati Bima yang sebenernya"
Marsha tersentak. Tapi kemudian menggeleng. Buat apa gue perlu tau perasaan Bima yang sebenernya" Buat apa" Sementara yang gue liat, dia lebih peduli sama Poppy daripada gue! Buat apa gue peduli sama dia sedangkan dia sendiri nggak peduli sama perasaan gue& Tiba-tiba Marsha kembali tersentak. Menyadari ucapannya. Ia pun menutup mulut.
t . c 197 Sha" Raya dan Tata memandang kaget. Elo& Marsha membuang muka. Ia sedang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Kemudian dia berkata dengan lirih, Ray, Ta, gue mohon anggep aja gue nggak pernah ngomong apa-apa sama kalian& .
Raya terpana. Kemudian ia berkata sambil memegang tangan Marsha, Sha, biar semuanya nggak berlarut-larut, nggak ada salahnya lo mengakui semua ini sama Bima&
Marsha diam mematung. Pikirannya kalut. Raya mendekat dan memegang pundak sahabatnya itu. Ia menarik napas panjang. Maaf, kalo ucapan gue ini menyinggung perasaan lo. Ternyata& lo suka sama Bima, kan"
Perlahan Marsha menoleh. Memandang wajah Raya dan Tata bergantian dengan tatapan sayu. Bola matanya yang bening berkaca-kaca. Kemudian Marsha terisak, lalu segera memeluk kedua sahabatnya erat-erat. Ia menangis&
PRANG!!! Gawat! Bima panik! Tanpa sengaja, ketika ia melempar-lempar bola basket ke dinding, bola itu memantul mengenai bingkai foto yang terpajang di dinding kamarnya. Mampus gue, bingkai foto papanya Marsha! Kalo si cewek sinting itu tau gue ngerusakin bingkai foto papanya, bisa mampus hidup gue, batin
t . c 198 Bima cemas. Ia teringat ancaman Marsha dahulu. Dan dia tidak mau pertengkaran sengit terjadi lagi.
Berjingkat-jingkat Bima ke lantai bawah, mengambil sapu dan pengki di belakang, lalu membawanya ke lantai atas.
Dengan hati-hati Bima membereskan pecahan bingkai itu, dan menyingkirkan foto papa Marsha. Dengan berjingkat-jingkat pula, Bima turun ke lantai bawah, guna membuang pecahan bingkai yang sudah tidak bisa dipakai lagi.
Tiba-tiba di ruang tamu ia berpapasan dengan Marsha.
Lagi ngapain lo" tanya Marsha dingin. Bima terloncat kaget. Serbasalah ia menyembunyikan pecahan bingkai itu. Lalu ia berkata kelabakan, Sha, biar gue jelasin. Gue nggak sengaja. Lo jangan marah, ya" Ntar gue ganti kok. Yang penting foto bokap lo nggak apa-apa dan masih gue simpen di atas. Ntar gue rapihin deh, SUERRR& gue beliin bingkai yang lebih bagus, lebih mahal, trus gue pajang lagi, trus...
Nggak perlu bingkai yang lebih bagus. Beliin aja bingkai yang sama, ucap Marsha datar sambil berlalu.
Bima bengong. Tumben... tuh anak udah putus kali ya saraf marahnya"
t . c 199 Malam itu Mama pulang! Pekerjaannya menemani Ibu Rosa untuk survei lokasi buat cabang toko kue di Lampung sudah selesai. Marsha memeluk mamanya eraterat. Mama mencium kening Marsha lembut. Marsha kangen sekali pelukan dan ciuman Mama. Meski cuma beberapa hari, tapi rasanya lama sekali. Pokoknya tidak enak kalau tidak ada Mama.
Maaa& Marsha kangeeen& , ucap Marsha manja. Mama juga. Eh" Tangan kamu kenapa, Sayang" tanya Mama tiba-tiba ketika matanya melihat plester yang melintang di lengan Marsha. Mama tampak cemas.
Luka dikit, Ma. Kegores, jawab Marsha tidak mau memperpanjang masalah. Dia tidak mau Mama khawatir kalau tahu ada cewek gila yang pernah menyerangnya di rumah ini.
Syukurlah, Mama kira kenapa-napa. Oya, mana Bima" tanya Mama lagi ketika melihat cuma Marsha yang ada di ruang tamu.
Ada, Tante! Bima berlarian menuruni tangga. Mama tersenyum melihat Marsha dan Bima bergantian. Oya, Mama bawa oleh-oleh dari Lampung nih. Makanan ringan yang paling enak dan terkenal di Lampung! Keripik pisang cokelat sama keripik pisang keju! Dan& ini nih, tadi Mama sempat mampir ke toko kue sebentar, trus ada kue jongkong yang tinggal satu-satunya. Mama bawa aja deh. Soalnya kamu juga suka kan, Sayang!
t . c 200 Marsha mengangguk. Ia membawa semua itu dan meletakkannya di meja ruang tamu.
Aduh... capeknya, keluh Mama sambil menggeleng.
Mama istirahat aja dulu, Marsha masak air panas tadi. Baru aja mateng. Mama mandi air hangat aja biar badannya enakan.
Makasih ya, Sayang. Mama berjalan ke belakang, menuju kamar mandi.
Eits! Ada jongkong nih! Buat gue, ya" Bima meraih kue jongkong milik Marsha yang ada di meja. Marsha diam aja.
Gue makan nih" Bima membuka bungkus kue itu sambil melirik Marsha.
Makan aja, ucap Marsha cuek.
Mama yang bersembunyi di balik dinding, manggutmanggut mengintip kedua anak itu. Sepertinya kedua anak ini tidak membantah pesannya sebelum dia pergi. Tadinya ia khawatir akan menemui mereka dalam keadaan bertengkar. Tapi ternyata& damai-damai aja tuh! Mama pun melangkah dengan tenang.
Bima memakan kue itu. Tapi rasanya nggak seru. Kayak ada yang salah. Bahkan tidak seenak saat ia pernah merebutnya dari Marsha waktu itu. Kue itu terasa hambar.
Lo kenapa sih, Sha" tanya Bima yang kini duduk di sebelah Marsha di sofa.
Apanya yang kenapa" tanya Marsha sambil membaca majalah. Cuek.
t . c 201 Lo kok dingin banget kayak gitu" Siapa yang dingin"
Ya elo. Gue" Iya. Emang tadi gue bilang monyet"
Pergi deketin kompor sana. Biar panas. Kalo perlu lo bakar diri sekalian! kata Marsha ketus.
Nah... gitu doong, kalo ngomongnya rada-rada sinting, baru namanya Marsha! Kan enak ngobrolnya& . Bima nyengir.
Elo yang idiot! Males gue ngeladenin lo ngomong. Ngomong aja lo sama pohon di luar. Bila perlu lo ajak Poppy. Biar sama-sama idiotnya! suara Marsha ketus.
Lho" Kok bawa-bawa Poppy sih" Apa urusannya sama dia"
Tau! Marsha bangkit, mengempaskan majalah di meja, dan meninggalkan Bima yang kini terbengongbengong.
Marsha membuka pintu kamarnya dengan lunglai. Dengan malas ia menjatuhkan dirinya di ranjang dalam posisi telungkup.
Ya Tuhaaan... gue kenapa" Kenapa gue kesel sama Bima" Tapi perasaan kesel ini beda dengan perasaan kesel gue waktu itu. Sekarang, rasanya dicampur sakit. Terutama kalo ngebayangin Bima sama Poppy... Mata
t . c 202 Marsha terpejam. Terngiang-ngiang pembicaraannya bersama Raya dan Tata di sekolah tadi.
Itu sama aja lo ngejerumusin Bima!
Lo masih inget kan, apa yang diminta Poppy ke Bima waktu itu" Dia minta Bima jadi cowoknya kalo dia berhasil menebak apa isi bingkisan itu. Dan sekarang nyata-nyatanya mereka udah jadian. Itu namanya lo ngejerumusin Bima, membuat Bima terpaksa mencintai cewek yang nggak dia sukai.
Ah, apa peduli gue sama hati Bima"! Lagian gue nggak ada urusannya sama semua ini. Malah gue ngebantu Bima buat ngedapetin cewek cantik yang jadi bidadari SMA Pembangunan 5, kan" Harusnya dia utang budi sama gue! Bayangin, di luar sana banyak banget cowok yang tergilagila sama Poppy. Tapi dari sekian banyak cowok itu, cuma Bima yang berhasil memperoleh keberuntungan ditembak oleh Poppy!
Lo salah, Sha! Belum tentu cewek yang paling cantik di dunia ini disukai sama semua orang. Belum tentu mentangmentang Poppy paling cantik di sekolah kita, Bima positif suka sama dia. Lo kan belum tau isi hati Bima yang sebenernya"
Buat apa gue perlu tau perasaan Bima yang sebenernya" Buat apa" Sementara yang gue liat, dia lebih peduli sama
t . c 203 Poppy daripada sama gue! Buat apa gue peduli sama dia sedangkan dia sendiri nggak peduli sama perasaan gue&
Sha, biar semuanya nggak berlarut-larut, nggak ada salahnya lo mengakui semua ini sama Bima&
Maaf, kalo ucapan gue ini menyinggung perasaan lo.
Sekarang, lo suka sama Bima, kan"
Air mata Marsha menggenang. Suka" Gue suka sama dia& .
Beberapa waktu berselang...
Bima belum tidur. Ia sedang duduk-duduk di balkon sambil tertegun menatap langit.
Apa gue akan terus kayak gini" Apa gue akan terus jadian sama Poppy" Apa Poppy cewek yang nolongin gue waktu itu" Ya Tuhan... kenapa perasaan gue mengatakan kalau cewek itu adalah...
Ponsel Bima bergetar. Ia tercekat. Ada dua SMS yang masuk hampir bersamaan.
SMS dari Tante Ana yang berbunyi:
Bim, maaf kami baru memberitahu kamu. Udah beberapa hari ini Nadia kabur dari rumah. Tolong kabari kami kalau kamu ketemu dia&
t . c 204 Dan SMS dari sebuah nomor yang tidak dia kenal:
Kalo elo mau ketemu sama yang nolongin elo, besok, temuin gue di Green House Caf", jam tujuh malam...
t . c 205 M ARSHA berdiri terpaku menatap cermin. Ia meman-
dangi penampilannya yang cantik. Memakai shirt soulmate lengan panjang warna biru, dipadukan celana jins ketat warna gelap. Rambutnya yang panjang sebahu dihiasi jepit lidi warna pink. Bibirnya yang merah diberi sedikit polesan lip ice. Tangannya memegang ponsel.
Ray, lo yakin apa yang gue lakuin ini bener" tanya Marsha pada Raya di ponsel dengan nada waswas.
Gue yakin ini pilihan bener. Bahkan paling bener yang harus elo pilih, Sha, Tata meyakinkan.
Tapi kalau akhirnya kacau" Marsha memandangi cermin dengan tatapan tidak percaya diri. Sha, jangan berpikir kayak gitu dong! Kalo lo ber-
t . c 206 pikir semuanya akan kacau, nanti bisa jadi kacau beneran. Inget, omongan adalah doa, nasihat Raya.
Nasihat itu membuat niat Marsha menemui Bima jadi bertambah. Meski bertambahnya niat itu hanya sedikit, tapi setidaknya mampu mengukuhkan hati Marsha untuk mengangguk mantap.
Ray, doain gue, ya" Pasti... Terdengar deru motor menjauhi rumah. Itu pasti Bima yang sudah pergi duluan. Cowok itu tidak tau yang mengirim SMS itu adalah Raya, memakai nomor kakaknya. Bima tidak tahu yang akan ditemuinya di Green House Caf" nanti adalah Marsha. Marsha, Raya, dan Tata memang sudah merancang rencana ini. Mungkin ini akan menjadi surprise yang menggelikan, atau surprise yang mendatangkan bencana.
Agh, Marsha tidak tahu jadinya mau bagaimana. Marsha melirik jam. Udah jam setengah tujuh, Ray. Bima barusan pergi. Gue harus siap-siap!
Ayo, Sha! Lo pasti bisa! seru Raya memberi semangat.
Marsha menutup ponselnya. Menarik napas dalamdalam, menumbuhkan keberanian sebesar-besarnya, menarik tas selempangnya, lalu pergi.
Marsha duduk di dalam kafe, di salah satu bangku di pinggir kaca. Ia gelisah. Harusnya Bima datang dulu-
t . c 207 an. Apalagi dia sudah keluar rumah sejak tadi. Apa Bima nggak jadi datang" Dari balik kaca, matanya memandang hamparan open space yang kini tidak seramai biasanya. Ia tertegun.
Ya Tuhan& apa gue udah gila" gumam Marsha gusar.
Dari balik kaca, di kejauhan, Marsha melihat motor seseorang masuk ke gerbang kafe. Meski wajah cowok itu ditutupi helm, tapi Marsha bisa mengenali cowok itu adalah Bima. Hatinya bergejolak. Perasaannya yang gusar makin tidak menentu. Bahkan selentingan pikirannya mengatakan bahwa lebih baik semuanya dibatalkan saja, tapi separo hatinya juga mengatakan jangan.
Semoga kejadian buruk nggak terjadi. Apa kata dunia kalau Bima tau, ternyata cewek yang menolongnya adalah cewek yang selalu dikatainya sinting ini" Apa yang ada di dalam pikiran si idiot itu begitu tau gue lah manusia yang akan ditemuinya" Apa yang akan dikatakan Bima" Apa yang akan dilakukannya" Apa"
Hah" Jadi elo yang udah nolongin gue dari kecelakaan itu, Sha" Bima tertawa mengejek.
Jangan bercanda deh lo, ngimpi apa lo bersikap baik jadi penolong gue" Bima berbalik dan meninggalkannya pergi.
Marsha si cewek sinting" Nggak mungkiiin! Nggak
t . c 208 mungkiiin!!! Hwahahaha!!! Bima tertawa terpingkalpingkal menunjuk Marsha yang terlihat bodoh.
Marsha" Omaigat... Bima langsung pingsan mengetahui bahwa kenyataan ini sangat mengerikan.
Siapa tau" Atau Bima akan menyambutnya dengan senyum manis. Tapi rasanya kemungkinan yang terakhir persentasenya cuma sedikit.
Marsha menggigit bibir. Bima memarkir motornya di parkiran. Perasaannya juga tidak menentu. Rasa penasarannya terlalu tinggi untuk melewatkan semua ini. Ia harus segera mengetahui semua ini! Ia harus tahu siapa sebenarnya cewek yang sudah menolongnya itu. Ia sudah mempersiapkan semuanya.
Sebelum datang ke tempat ini, tadi Bima menyempatkan mampir ke Toy City untuk membeli sebuah boneka sapi gendut berukuran sedang. Benda yang akan diberikannya pada cewek itu. Di dada boneka sapi itu bertuliskan kata-kata Be My Sweet Darling . Boneka yang manis.
Bima menarik napas. Menenangkan hatinya yang sebenarnya sedang bergejolak. Ia harus menemuinya. Ia ingin membuktikan bahwa bukan Poppy penyelamatnya. Tapi orang lain. Dan bisa jadi, cewek itu adalah&
t . c 209 Bima! terdengar suara cewek memanggilnya. Bima menoleh. Nadia" desisnya kaget bukan main mengetahui siapa cewek itu.
Nadia memandang Bima dengan tatapan sayu. Mata cewek ini berkaca-kaca. Lalu ia berlutut dan menangis sesenggrukan.
Ya Tuhan& Nadia, Nadia... Bima berlarian mendekati Nadia, lalu memeluk cewek itu erat-erat. Nad, kenapa lo ada di sini" Dari mana aja lo" Semuanya mencari lo. Oom Jafar, Tante Ana... kami semua khawatir sama lo...
Bim... gue nggak kuat lagi, Bim... Bayu, Bim... Bayu...
Kembali Bima tersentak. Bayu" Lo bilang Bayu" Lo inget sama Bayu" tatap Bima tak percaya.
Gue kangen Bayu, Bim& kenapa dia udah meninggal" Kenapa dia ninggalin gue seorang diri" Tolongin gue, Bim& gue nggak tau lagi harus minta tolong sama siapa" Nadia terus menangis. Matanya terpejam. Hatinya pedih.
Bima memeluk Nadia makin erat. Kita semua udah kehilangan dia, Nad... Bima berusaha tabah. Bayu adalah kembarannya. Yang berarti juga adalah belahan jiwanya. Mereka dilahirkan, dibesarkan, dan tumbuh bersama-sama. Kepergian Bayu juga telah membuatnya terpukul. Bukan cuma elo. Tapi juga gue& tapi apa semuanya harus ditangisi terus" Apa semuanya juga harus disesali terus"


Be My Sweet Darling Karya Queen Soraya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nadia menggeleng. Ia benar-benar tak sanggup. Ke-
t . c 210 nyataan ini terlalu pahit untuk ia tanggung sendiri. Ia tak mampu menghilangkan kenangan yang begitu manis saat Bayu datang ke Jakarta sekaligus tidak mampu menanggalkan kenangan menyakitkan bahwa di hari itu hidup Bayu akan berakhir.
Saat itu mereka berdua jalan ke mal dengan mobil Nadia. Sewaktu akan pulang, di parkiran, entah apa yang terjadi tiba-tiba mobil yang dibawa Bayu menghantam dinding pembantas dan tanpa ampun mobil itu terjun bebas dari lantai 5. Nadia yang masih menunggu di lobi mal tak jauh dari situ menjerit histeris menyaksikan bagaimana mobil itu jatuh. Bayu meninggal di tempat dengan kondisi mengenaskan. Lelaki yang Nadia sayangi. Ironisnya, kejadian mengerikan itu terjadi tepat di hadapan mata Nadia. Bayangan peristiwa itu membuat Nadia ngilu. Dan hal itu telah meninggalkan trauma yang terus membekas. Menghantuinya selama ini.
Perlahan Bima melepaskan pelukannya, lalu sambil memegang pundak Nadia ia pun berkata, Nad, kejadian ini memang pahit. Tapi gue harap, yang harus lo lakuin bukanlah menangisi kepergiannya, melainkan mendoakannya semoga dia tenang di sana. Damai& dan Bayu bisa kuat karena melihat lo kuat, dan dia tersenyum, karena dia juga ngeliat elo tersenyum& .
Nadia menatap Bima dengan air mata bercucuran. Tapi ia kembali menangis. Ia memeluk Bima erat-erat. Ia tidak kuat& sungguh tidak kuat& .
t . c 211 Tidak jauh dari parkiran, Marsha menatap semua itu. Hatinya hancur. Sakit. Bahkan makin terasa sakit dibandingkan ketika mengetahui Bima pacaran dengan Poppy. Ia tidak mendengar apa pun yang dibicarakan Bima dan cewek itu. Tapi dari bahasa tubuh mereka yang berpelukan, Marsha yakin di antara mereka pasti memiliki suatu hubungan . Spesial" Bisa jadi. Hati Marsha jadi hancur.
Ternyata... selama ini lo udah punya cewek, Bim. Cewek itu... dan lo juga punya Poppy... gue nggak nyangka, lo sebenernya sama aja dengan Ega. Suka ngeduain cewek! Mata Marsha berkaca-kaca. Ia berlari meninggalkan tempat itu.
IDIOT brengseeek!!! maki Marsha geram, membanting-banting sandalnya di depan rumah. Kalau bisa, ingin sekali ia lempar sandal itu ke wajah Bima. Lalu ia pukul tubuh cowok itu bertubi-tubi seperti yang pernah ia lakukan. Gue tau ini pasti nggak ada gunanya. Emang nggak ada gunanya gue nemuin dia. Buktinya dia nggak serius nanggapin ajakan gue. Dia malah lebih peduli sama kehadiran cewek itu daripada gue. Satu-satunya alasan dia ngelakuin semua ini karena dia emang idiot! IDIOT! Marsha ngos-ngosan, mem-
t . c 212 buka pintu rumah dan menerobos masuk, langsung menuju ke kamar belakang.
Mendengar suara celotehan tidak jelas itu, Mama membuka pintu kamar. Tapi dia malah tidak melihat siapa-siapa.
Kayak suara Marsha" pikir Mama. Tapi kok udah nggak ada" Mama bergidik, lalu kembali menutup pintu.
Brak!!! Marsha membanting pintu kamar sekuat tenaga. Ia menangis sambil telungkup di atas ranjang.
Gue nggak tau siapa cewek itu. Tapi yang pasti dia pastilah cewek spesial dalam hidup Bima. Kalo nggak, kenapa mereka berdua pelukan" Gue emang bodoh! Hampir aja gue suka sama cowok tukang selingkuh lagi. Bima itu Ega kedua. Bajingan. Marsha menangis sambil meremas-remas bantal. Tapi tiba-tiba Marsha teringat sesuatu. Membayangkan wajah cewek yang bersama Bima itu membuat wajahnya tegang. Ia pun tersentak.
ASTAGA! Cewek itu kan yang dulu pernah& Dia, kan"... Dia, kan"... Dia... dia... Bibir Marsha bergetar hebat.
CEWEK GILA ITU! t . c 213 N GGAK pulang ke rumah" tanya Marsha keheran-
an pada Mama keesokan paginya di meja makan.
Iya. Semalam dia telepon, katanya pulang ke tempat tantenya karena ada urusan keluarga, kata Mama.
Terbayang di benak Marsha tentang Tante Ana, tetangga Tata yang pernah diceritakan sahabatnya waktu itu. Urusan keluarga apa, Ma"
Mama nggak tau pasti. Bima nggak menjelaskan secara detail. Mama juga nggak mau menanyakannya secara terperinci. Bisa jadi ini masalah berat buat keluarga mereka, sehingga dia nggak berani sembarangan cerita. Termasuk sama Mama. Yah, Mama maklumlah& semua manusia pasti punya permasalahan yang berat. Dan mereka juga butuh waktu untuk menyelesaikan masalah itu tanpa campur tangan pihak lain& .
t . c 214 Marsha tertegun. Aneh. Oya, barusan orangtua Bima juga nelepon Mama. Mereka dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta. Katanya siang ini oom Bima akan mengirim orang suruhan buat ngambil barang-barang Bima, Sha, lanjut Mama.
Apa" Marsha terheran-heran. Emangnya Bima mau pindah" Waktunya buat tinggal di rumah ini kan belum habis"
Aneh. Iya sih. Mama juga ngerasa aneh. Kenapa terburuburu" Tapi kenyataannya orangtua Bima memutuskan menyuruh Bima pulang ke Surabaya dan kembali sekolah di sana. Tadinya Mama bingung juga mau mulangin kelebihan uang Bima yang udah dia serahin ke Mama. Uangnya kan udah kepake. Dari mana Mama bisa ngegantiinnya" Tapi ternyata Bima udah berpesan pada orangtuanya, dia nggak ingin uangnya dikembalikan. Mama jadi terharu& Yah& padahal gara-gara dia, Mama jadi kebantu ngebayar utang sama Ibu Rosa& .
Bima pergi" Dia pergi" batin Marsha heran. Tapi kenapa secepat itu" Mendadak sekali.
Aneh& aneh& aneh&
t . c 215 Jelas Marsha tidak bisa mengerti keputusan Bima. Semalam, terakhir ia melihat Bima, dia lagi pelukan dengan cewek gila tersebut, lalu sekarang& tiba-tiba cowok itu memutuskan berhenti menyewa lantai atas rumahnya. Marsha tertegun di kelas, duduk di bangkunya. Kelas masih sepi. Belum banyak murid yang datang.
Marsha! Tata masuk kelas setengah berlari. Dengan napas ngos-ngosan ia duduk di samping Marsha. Sha, ada kabar nggak ngenakin, Sha! seru Tata panik.
Kabar apa, Ta"! tanya Marsha cemas.
Tadi, pagi-pagi banget, Nadia ngamuk lagi! Gawat pokoknya, gawat!!!
Nadia" Nadia siapa" Ngamuk gimana" Kening Marsha berkerut.
Ya ampuun... gue belum cerita ya sama lo bahwa Nadia... ngng... maksud gue anak Tante Ana, tetangga gue itu, menderita gangguan jiwa. Beberapa hari lalu, dia minggat dari rumah. Semalem, Bima nggak sengaja ketemu Nadia di Green House Caf". Di sana Bima ngebujuk dia pulang. Tadinya sih nggak apa-apa. Tapi tadi pagi... dia ngamuk lagi!
Nadia" Di Green House Caf?" Semalam" batin Marsha bertanya-tanya. Cewek yang dipeluk Bima itu" Cewek yang marah-marah di rumah dan yang nyerang gue pake pisau lipat itu" Jadi dia Nadia" Gangguan jiwa" Ya Tuhan& ada apa ini"
Sebelumnya gue sama tetangga sekitar emang su-
t . c 216 dah tau Nadia mengalami gangguan jiwa, lanjut Tata, tapi nggak pernah separah ini. Biasanya sih dia sering jerit-jerit histeris di rumahnya. Tapi baru tadi pagi dia ngamuk habis-habisan! Tetangga-tetangga ke rumah itu buat ngebantu nenangin dia. Tapi nggak berhasil. Baru ketahuan, ternyata dia mengalami gangguan jiwa karena ditinggal pacarnya yang meninggal akibat kecelakaan. Mobil yang dikendarai pacarnya jatuh dari lantai lima di parkiran mal. Dan pacarnya itu, ternyata Bayu, kembarannya Bima. Dan parahnya... parahnya... Tata mengatur napas.
Marsha tidak sabaran mendengar beritanya lebih lanjut. Parahnya apa, Ta"
Waktu Bima mencoba nenangin dia, tiba-tiba aja Nadia mukul kepala Bima pake kursi! Dan sekarang Bima masuk rumah sakit karena gegar otak ringan! Apaaaa"! Darah Marsha bergejolak.
Marsha memandang dua orang di balik kaca ruangan itu dengan tubuh kaku. Di tangannya ada bingkisan kotak segi empat warna so blue. Isinya adalah cokelat buat Bima. Tadinya ia mau masuk dan memberikannya pada Bima, tapi niatnya segera batal karena di kamar rawat itu sudah ada Poppy. Dasar! Kenapa cewek itu mesti hadir di saat-saat ini sih"
Bima sedang makan siang. Poppy menyuapkan makanan ke mulutnya. Keduanya tidak menyadari keha-
t . c 217 diran Marsha yang sejak tadi memerhatikan tingkah mereka.
Marsha berbalik. Nggak jadi besuk" sapa suster yang berpapasan dan memerhatikan tingkah Marsha.
Marsha menggeleng. Nggak usah, Suster... eh... tapi saya bisa titip ini, kan"
Suster itu mengambil bingkisan yang diserahkan Marsha, lalu mengangguk.
Bima terpana menerima bingkisan kotak warna so blue dari suster yang barusan masuk ke ruangannya. Dari siapa, suster" tanya Bima heran. Poppy ikut menoleh.
Dari anak perempuan cantik, berambut panjang yang tadinya mau ngebesuk. Tapi entah kenapa nggak jadi..., jawab suster itu.
Siapa namanya" tanya Bima.
Dia nggak nyebutin namanya. Sesudah menitipkan bingkisan ini, dia langsung pergi, jelas suster itu. Setelah meletakkan obat dan memastikan Bima meminum obat itu, suster pun pergi.
Bima tertegun. Kejadiannya mirip kejadian yang dulu..., ucapnya lirih, Hampir sama....
Kejadian apa sih" tanya Poppy. Kejadian di klinik itu&
Di klinik mana" Kejadian apa emangnya" tanya Poppy lagi.
t . c 218 Bingkisan yang ketinggalan. Bingkisan cokelat merek Valentine itu....
Wajah Poppy tambah bingung. Kemudian setelah menyadarinya, ia pun tertawa. Ooh... bingkisan cokelat itu" Ya ampun& emangnya ada apa sih, sama bingkisan itu di klinik"
Bima menoleh. Tersenyum pahit. Ia tidak heran. Tentu saja. Poppy memang tidak tahu apa-apa tentang kejadian di klinik itu. Bukan Poppy yang telah menyelamatkan nyawanya. Tapi yang menjadi misteri di sini, dari mana Poppy tahu isi bingkisan itu"
Tiba-tiba jantung Bima tersentak. Senyumnya yang pahit berubah menjadi senyum cemerlang. Yeah, dia punya cara bagaimana mengetahui siapa dewi penolongnya.
Lo lupa" Elo kan yang nolongin gue waktu gue kecelakaan. Lo nganterin gue ke klinik, trus bingkisan lo ketinggalan di klinik... trus gue nanya sama suster di sana siapa pemilik bingkisan itu, tapi susternya nggak tau karena pemilik bingkisannya udah pergi" tanya Bima.
Poppy tertawa. Apa" Bingkisan yang ketinggalan di klinik" Lo jangan becanda deh, Bim. Bingkisan itu emang bingkisan dari gue, yang gue titipin sama Marsha. Gue minta dia buat nyerahin bingkisan cokelat itu karena gue nggak tau di mana rumah lo. Makanya...
Marsha"!!! potong Bima tercekat, hampir terlompat dari tempat tidurnya.
t . c 219 Dua hari kemudian& Bima akan meninggalkan Jakarta. Ia sudah boleh keluar dari rumah sakit. Hari ini Bima akan kembali ke Surabaya dengan pesawat. Dan saat ini ia sedang berjalan beriringan dengan kedua orangtuanya di tengah lalu-lalang orang yang berlintasan dengan mereka di bandara. Bima mengekor di belakang mama dan papanya dengan hati gusar. Sesekali ia menoleh ke belakang. Bima ingin sekali kembali dan kabur dari bandara ini. Ia rasa ia punya cukup keberanian untuk menolak permintaan kedua orangtuanya yang menyuruhnya kembali ke Surabaya. Atau, kalaupun tidak diizinkan, setidaknya ia sangat membutuhkan beberapa waktu untuk berpamitan dengan Marsha.
Setelah dipikir masak-masak, tekadnya sudah bulat. Ia harus pergi. Namun baru saja ia akan berbalik, suara Papa yang berjarak sekitar dua meter di depan, mengagetkannya.
Ayo, cepetan jalannya, Bim! Ntar ketinggalan lho& .
Sha! Larinya jangan kenceng-kenceng, Sha! ucap Tata, susah payah mengimbangi langkah Marsha.
t . c 220 Iya, Sha! Gue udah nggak kuat! Raya ketinggalan di belakang.
Nggak bisa. Kalo nggak gue nggak akan pernah ketemu sama Bima lagi! kata Marsha yang tidak mengurangi langkah kakinya sedikit pun. ia terus dan terus berlari. Sebenarnya ia sudah cukup lelah, tapi ia tidak boleh menyerah.
Marsha terus berlari masuk ke bandara. Tapi pesawat yang membawa Bima sudah mengangkasa. Jauh& meninggalkan Jakarta dengan semua kenangannya.
Pergi& Menuju Surabaya& t . c 221 B ULAN Juni setahun kemudian...
Saat liburan musim panas tahun ini tiba, Ega kembali. Beberapa temannya sesama mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang kuliah di Den Haag, ia memutuskan untuk jalan-jalan ke Roma dan Paris. Ada juga yang memanfaatkan liburan musim panas ini untuk mencari uang, dengan cara bekerja penuh sepanjang liburan musim panas antara bulan Juni sampai Agustus. Tapi Ega memilih kembali ke Tanah Air. Dengan satu alasan yang selama ini masih mengganjal. Marsha.
t . c 222 Jadi, bener lo udah punya cowok" tanya Ega pada Marsha waktu mereka tidak sengaja bertemu di Green House Caf" sore itu.
Awalnya Marsha malas waktu Ega mengajaknya bicara satu meja, hanya berdua. Tapi Ega bersikeras. Lalu Marsha pikir, tidak ada salahnya. Toh, ia sudah tidak mempermasalahkan perselingkuhan Ega lagi. Kejadiannya juga sudah cukup lama. Perasaan itu sudah hilang jauh dalam benaknya. Rasa sakit, rasa kesal, dan rasa benci yang semula Marsha pikir akan ia rasakan lagi waktu bertatapan dengan Ega, secara tidak terduga kini menghilang. Ia juga heran. Ia pikir ia bakal merasakan dendam kesumat seperti yang ia rasakan dulu. Tapi ternyata tidak. Ia pikir ia akan berkata bohong demi gengsi dengan pura-pura udah punya cowok. Tapi ternyata juga tidak. Ia malah bersyukur, walau dengan cara yang aneh, Raya telah membuka matanya untuk melihat siapa Ega sebenarnya.
Ke mana rasa benci yang meluap-luap itu" Marsha bahkan sudah tidak memikirkannya lagi. Saat ini, Marsha malah memilih berkata jujur. Kejujuran yang keluar secara alami, tidak dibuat-buat. Tanpa beban. Marsha menggeleng. Gue bohong waktu itu. Ega tersenyum lega. Merasa memiliki sebuah harapan.
Kalo gitu... lo masih mau nerima gue kan, Sha" pinta Ega penuh harap. Ia raih tangan Marsha. Marsha menarik tangannya.
Sha..." Ega mulai bimbang.
t . c 223 Ga, maaf... Lo bener-bener nggak suka sama gue lagi" Ga&
Sedikit pun" Ga&
Lo masih benci sama gue" Ga& Suara Marsha tertahan.
Sha. Gue tau gue salah. Tapi gue janji, gue nggak akan mengulangi kesalahan itu. Gue nggak akan melakukan hal terbodoh yang pernah gue lakuin. Gue nggak akan tergoda cewek lain. Gue nggak akan selingkuh sama sahabat lo. Kejadian dengan Raya itu gue khilaf. Jadi gue mohon, kasih gue kesempatan, Sha. Kasih gue ke&
Ga, please& lo yang kasih kesempatan gue buat ngomong& , potong Marsha.
Ega sadar diri. Maaf&
Ga, lo tau dulu gue sayang banget sama lo. Dan meski lo pernah berkhianat, jujur rasa sayang gue awalnya masih ada. Tapi itu dulu&
Dulu"... Jadi"... Sekarang" Ega menatap Marsha kecewa. Separo hatinya mengatakan Marsha pasti tengah membohonginya lagi.
Gue emang belum punya cowok. Dulu gue ngakungaku punya cowok karena gue nggak mau lo anggap nggak bisa ngedapetin cowok lain selain lo. Dulu gue ngebohong karena terlalu gengsi. Yah, gue takut lo anggap rendah. Tapi di detik ini, gue akui& gue masih jomblo& .
t . c 224 Trus, kalo elo jomblo, kenapa lo nggak mau nerima gue lagi"
Ga, kalo gue masih jomblo, bukan berarti gue masih suka sama lo. Dan juga bukan berarti gue nggak punya seseorang yang gue sayangi& .
Maksud lo" Gue suka sama cowok lain. Ega terenyak di tempat duduknya.
Marsha meniti tangga, menuju lantai atas dengan hati pedih. Ia membuka pintu kamar itu perlahan. Ia memandangi ruangan kamar yang kosong itu. Bekas kamar Bima...
Dan dia tidak punya kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal sebelum cowok itu pergi. Penyesalan datangnya memang terlambat. Di saat-saat terakhir, ia baru punya keberanian untuk mengakui bahwa ia yang telah menolong Bima. Meski peristiwanya tidak sukses. Namun ia tidak berhasil bertemu dengan Bima di bandara karena pesawat yang membawa Bima sudah keburu tinggal landas.
Ah... ini sudah setahun sejak kepergian Bima. Tapi Marsha masih saja memikirkan cowok itu. Dia merasa benar-benar bodoh karena tidak berani menemui cowok itu di rumah sakit& .
Kata Tata, waktu itu, begitu mendengar Bima masuk rumah sakit, orangtua Bima datang dari Surabaya un-
t . c 225 tuk menemui Bima. Dan setelah itu mereka mengajak Bima kembali ke Surabaya.
Sekarang, Bima pasti sudah kelas tiga. Sama seperti Marsha. Sudah tentu.
Lalu& Tata juga bilang, kabarnya Nadia udah dikirim ke Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi, di Bogor, untuk menjalani perawatan. Soalnya makin hari kondisi kejiwaannya bertambah parah.
Dulu, katanya Nadia pernah dibawa ke psikiater, tapi keadaannya tidak kunjung membaik. Makanya, membawa Nadia ke rumah sakit jiwa adalah pilihan yang harus diambil orangtua Nadia.
Kedua orangtua Nadia sangat terpukul. Tapi mau bagaimana lagi" Mereka hanya bisa menyerahkan Nadia pada tim medis bagian kejiwaan. Soalnya, menurut dokter, Nadia mengalami tahap gangguan jiwa yang disebut PK. Atau Perilaku Kekerasan, yang disebabkan trauma kehilangan seseorang yang ia cintai. Dalam kondisi ini, ia berpotensi melukai orang-orang yang menurutnya mengancam hidupnya. Akibatnya Nadia harus dimasukkan ke ruang isolasi di rumah sakit jiwa itu.
Salah satu contoh nyata Perilaku Kekerasan yang dilakukan Nadia adalah melukai Marsha dengan pisau lipat, dan memukul kepala Bima dengan kursi hingga gegar otak dan pingsan. Marsha masih trauma membayangkan peristiwa itu, meski tak lupa menyelipkan rasa maklum karena ia cukup memahami apa yang telah menimpa Nadia.
t . c 226 Kasihan cewek itu. Pantas saja waktu dia datang ke rumah ini, sorot matanya kelihatan lain, dan sikapnya juga aneh, pikir Marsha iba. Dan belakangan Marsha mengetahui, bahwa cewek yang menabrak Bima itu juga Nadia. Masalah Nadia-lah yang membuat Bima memutuskan untuk mencari tempat tinggal baru, yang mengantarkan Bima menemukan tempat kos di lantai atas rumah Marsha ini.
Oya, waktu itu, Marsha melihat Poppy uring-uringan di sekolah. Bawaannya marah melulu. Gosipnya, waktu itu dia diputusin Bima karena Bima curiga selama ini ia sudah salah besar, telah menganggap Poppy sebagai cewek yang menolongnya saat mengalami kecelakaan. Dan anehnya, sejak saat itu, apabila bertatapan dengan Marsha, Poppy selalu memandangnya dengan sinis.
Syukurlah akhirnya Bima tahu bukan Poppy yang menolongnya. Tapi... apakah sampai saat ini Bima sudah mengetahui penolong yang sesungguhnya" batin Marsha.
Kalaupun Bima belum tahu, biarlah... masalah cewek yang menjadi penolong Bima itu tetap menjadi cerita indah Marsha sampai dewasa nanti.... dan semua itu akan menjadi kenangan manis yang akan melengkapi serangkaian rahasia dalam hidupnya.
Cowok yang pernah kos di lantai atas rumahnya itu akan menjadi bagian hidupnya, dan dia telah meninggalkan sepotong hatinya di sini Marsha memegang dadanya dengan mata terpejam. Mencoba merabarasa-
t . c 227 kan jiwa dan raga Bima yang begitu jauh. Di balik itu, Marsha sadar, bahwa ia bahagia pernah mengenal sosok seorang Bima. Cowok yang dijulukinya idiot dan menyebalkan, yang tanpa ia sadari, kehadirannya begitu berarti mengisi hari-harinya di lantai atas rumah ini& .
Yeah, di lantai atas rumah ini.
Perlahan Marsha membuka mata, lalu berjalan keluar kamar. Ia berbalik, mengembuskan napas kencang-kencang, menatap kamar itu lagi. Kamar Bima. Selamat tinggal, Bima, desis Marsha pelan. Pintu kamar itu pun ditutup.
Sunyi... Pos! teriak suara Pak Pos beserta deru suara motor yang berhenti di depan pagar rumah Marsha.
Berlari-lari kecil, Marsha keluar rumah. Dari siapa, Pak"
Nggak ada pengirimnya nih, Neng. Paket! Marsha tertegun.
Setelah tanda tangan di bukti tanda terima paket, Marsha masuk ke rumah sambil membawa kotak berukuran sedang itu dengan tatapan bingung.
Sampai kamar, perlahan Marsha merobek bungkus paket itu dan melihat apa isinya.
Marsha terbelalak. Sebuah boneka sapi gendut berukuran sedang yang sangat lucu. Di dada boneka sapi
t . c 228 itu ada tulisan kata-kata Be My Sweet Darling . Marsha bertanya-tanya. Dari siapakah gerangan hadiah ini"
Aneh. t . c 229 M ARSHA berjalan ke luar kelas sangat terburu-buru.
Bahkan Tata yang memanggilnya tidak didengarkan lagi. Ia terus berlari menuju gerbang sekolah lalu naik bajaj.
Jalan Kiwi, Bang! ujar Marsha. Bajaj pun melaju.
Ponsel Marsha bergetar. Ternyata telepon dari Mama. Sha, di mana kamu sekarang"
Iya, Ma. Marsha udah pulang sekolah nih. Udah naek bajaj. Sekarang dalam perjalanan ke pertigaan.
Jangan sampe telat lho, Sayang. Anak kos baru ini bersedia ngebayar uang sewa satu tahun di muka. Pokoknya, kalo sampe dia ngebatalin mau kos di rumah kita gara-gara kamu terlambat ngejemput, Mama nggak akan maafin kamu! ancam Mama.
t . c 230 Iya, iya, Ma. Marsha ngerti.... Marsha mematikan ponsel dengan kesal. Duh... Mama. Nggak sabaran banget sih. Jalannya lebih cepet, Bang! pinta Marsha pada abang bajaj.
Iya, Neng! Ketika sampai di pertigaan Jalan Kiwi, dengan gesitnya bajaj itu berbelok ke arah kiri. Lalu berhenti di depan halte yang ada di sana. Setelah membayar ongkos bajaj, buru-buru Marsha turun.
Bajaj itu pergi. Marsha melangkah sambil celingukan.
Halte itu sepi. Cuma ada sebuah motor yang parkir di tempat itu. Pemilik motornya yang memakai jaket biru gelap tampak duduk, menunggu sendirian di halte sambil menunduk. Batin Marsha mengatakan bahwa orang itulah calon anak kos di rumahnya yang baru.
Maaf, Mas. Saya agak telat ngejemputnya. Barusan pulang sekolah, kata Marsha tak enak hati menemui cowok itu.
Cowok itu mengangkat kepalanya perlahan dan berdiri.
Marsha tercekat. Ia hentikan langkahnya begitu bertatapan. Ya Tuhan, desisnya tak percaya, mengamati sosok cowok yang sangat dikenalnya ini. Meski sekarang ia agak lebih dewasa dari usianya yang dahulu,
t . c 231 tapi ia tidak berubah. Marsha masih sangat mengenalnya.
Cowok itu tinggi, putih, berhidung mancung, dan berambut ikal. Ia menatap Marsha dengan wajah yang sengaja dibuat sinis. Lo pikir gue betah nungguin lo lama-lama di halte ini" Jadi orang yang profesional dikit doong! makinya.
Dalam dua detik Marsha tidak bisa bicara apa-apa. Ia belum bisa memercayai penglihatannya. Elo"... Elo" tanya Marsha terbata-bata. Bibir Marsha bergetar. Matanya berkaca-kaca. Perlahan ia terisak. Lalu tanpa bisa ia tahan, ia pun melurukkan tubuhnya ke cowok itu. Cowok itu pun menyambutnya dan memeluk Marsha erat-erat sambil mengelus kepala Marsha dengan penuh kasih. Bima..., lirih Marsha.
Dasar cewek sinting, bisik cowok itu di telinga Marsha pelan, sambil tersenyum. Matanya terpejam. Ya Tuhan& ia sangat merindukan cewek yang dipeluknya ini. Ia sudah tahu. Ia sudah menemukan jawaban yang sesungguhnya. Keraguan di hatinya kini sudah terkikis. Hatinya dengan yakin mengatakan bahwa cewek yang dipeluknya ini adalah dewi penolong yang selama ini ia cari, dan sekarang telah ia temukan. Tuhan telah memberinya kesempatan untuk bertemu kembali dengan dewi penolongnya ini.
Tak lama, Bima melepaskan pelukannya. Lekat-lekat ia mentap wajah Marsha yang kini menunduk. Lalu perlahan, ia angkat dagu cewek itu agar dapat menatap wajahnya lebih dalam.
t . c 232 Dada Marsha berdebar. Menatap wajah cowok itu dengan bola mata masih berkaca-kaca.
Kemudian Bima berkata dengan penuh perasaan, Would you be my sweet darling, Marsha"
Marsha terpana. Kini ia jadi tahu siapa pengirim boneka itu.
Dasar idiot! maki Marsha. Menangis. Tangis bahagia& .
t . c 233 Tentang Pengarang Silakan kunjungi blog Queen Soraya di alamat: h4p://queensoraya.wordpress.com
Atau e-mail dan add dia jadi temen Friendster kamu di: garnet_qq@yahoo.com :&.
Kalo kalian suka dengan cerita Be My Sweet Darling, silakan donlot lagu Be My Sweet Darling (NEMBAK) di h4p://queensoraya.wordpress.com
t . c t . c Karya Queen Soraya sebelumnya
Garnet dan Vero pasangan sahabat yang unik dan sempurna. Garnet superkurus, Vero supergemuk. Sejak SD, keduanya saling menyayangi dan melindungi... eh, tepatnya Vero yang melindungi Garnet dan siap melabrak siapa pun yang menyakiti sahabatnya itu.
Keduanya juga kompak merasa diri mereka cantik, nggak peduli bagaimana pun tubuh mereka atau apa pun yang dikatakan orang tentang mereka.
Tapi kemudian tantenya Vero memaksa keponakannya itu ikut operasi sedot lemak karena khawatir melihat tubuh Vero yang kelebihan bobot. Sementara itu Garnet ditolak cintanya karena penampilannya yang kurus dan kucel, serta dihina habis-habisan oleh geng cantik di kelasnya.
Kalau sudah begitu, apa Garnet dan Vero bertahan tampil apa adanya" Bisakah Garnet membantu Vero lari dari operasi sedot lemaknya" Cukupkah kegarangan Vero untuk menghadapi keusilan teman-teman sekelas Garnet"
Uglyphobia Queen Soraya GM: 312 08 010 ISBN-10: 979 22 3563 9 ISBN-13: 978 979 22 3563 0
t . c t . c Teenlit-teenlit GPU terbaru:
16 Juli 21.00 Dear Diary& Inget kan kalo aku pernah punya pacar namanya Jonathan" Itu lho, yang cakep dan kapten tim basket sekolah. Yang aku putusin karena aku udah bosan dan ilfil sama dia.
Inget juga nggak kalo setelah itu aku pacaran sama cowok-cowok lain" Cowokcowok lain dalam waktu bersamaan!!! Hehehe& repot banget deh, Ry. Sibuk! Sibuk ngatur jadwal, strategi, memikirkan berbagai alasan, bahkan sampai berbohong. Ugh, nggak mau lagi deh jadi playgirl. Itu tuh efeknya kayak bola salju. Awalnya hanya gumpalan kecil bola salju, tapi setelah digelindingkan dari atas bukit lama-lama gumpalan itu membesar, jadi sebesar rumah kali ya, hahaha& dan langsung nabrak aku.
Alexa, my soulmate, ikut-ikutan pusing waktu itu. Kasihan juga dia. Tapi kesetiaannya patut diacungi empat jempol walaupun sempat marah-marah sama aku!
Yah, aku memang mendapatkan banyak pelajaran karena menjadi playgirl, tapi lewat cara-cara yang kurang mengenakkan. Sekarang udah hampir satu tahun sejak aku mutusin Jonathan. Kalo aku udah mulai gatel-gatel ngeliatin cowokcowok, aku langsung baca ulang semua tulisanku pas masa-masa itu, hahaha. Duh, Diary& moga-moga nggak kambuh lagi ya penyakitku yang satu itu. Baca lagi ah& .
Love, Felly Diary Playgirl Kambuhan Joshua Riwu Kaho
GM: 312 01 09 0015 ISBN-10: 979 22 4503 0 ISBN-13: 978 979 22 4503 5
t . c Kamu familiar. Bau darahmu familiar. Aku sama sekali tidak mengenalmu. Kau tahu siapa aku, Putri.
Sadira si Putri Matahari dan Hassya sang Pangeran Kegelapan merupakan musuh bebuyutan dari dua negeri yang saling bertolak belakang; yang satu menjadikan matahari sebagai sumber hidupnya, satu lagi akan terbakar apabila terpapar langsung oleh sinarnya. Awalnya Sadira berpikir klan Kegelapan adalah sekumpulan monster sampai tanpa sengaja ia diselamatkan oleh Hassya yang berkulit pucat, tampan, dingin, seenaknya sendiri, namun memiliki sorot mata yang jujur.
Menurut ramalan kuno, apabila mereka bersatu maka kedua bangsa tersebut akan menghadapi kehancuran. Namun Hassya bertekad akan melawan apa pun yang menghalangi mereka dan menjadi pelindung bagi Sadira.
Untuk mencegah kehancuran tersebut, Antya, adik Sadira, dan Linc, si kuda terbang putih, berusaha memanggil penolong dari dunia lain; dunia yang hutannya tidak seindah di negeri mereka serta dipenuhi bangunan pencakar langit.
Dunia yang akan mendukung cinta Sadira dan Hassya sepenuhnya.
Aerial Si4a Karina GM: 312 09 003 ISBN-10: 979 22 4311 1 ISBN-13: 978 979 22 4311 6
t . c Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya...
Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya"
Dunia seakan terbalik bagi Chiara. Dalam sekejap hidupnya yang penuh kebahagiaan berubah. Setelah tahu statusnya sebagai anak haram yang menyebabkan ayahnya marah dan kabur dari rumah, ditambah meninggalnya ibu dan kakaknya Chiara mengunci rapat-rapat sebagian dirinya.
Di tengah kesedihan dan keterpurukannya itu, Aldy, sahabat sejatinya sejak kanak-kanak, selalu setia menemaninya. Tapi, bisakah kesabaran dan ketulusan Aldy membuat Chiara bangkit lagi" Atau mungkin, perlu muncul kisah dan tokoh baru untuk memulai episode hidup Chiara yang selanjutnya" Who knows"
Separuh Bintang Evline Kartika
GM: 312 01 09 0016 ISBN-10: 979 22 4545 6 ISBN-13: 978 979 22 4545 5
t . c t . c Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 4-5
Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270
Hal yang terjadi dalam hidup Marsha:
1. Ega, sang pacar, selingkuh. (Cih, Ega emang cowok paling bejat di dunia!)
2. Raya, sahabat karib Marsha, yang jadi selingkuhan Ega (Raya pengkhianat! Kenapa gue mesti punya sahabat sekejam ini")
3. Ada cowok nyebelin di sekolah. Namanya Bima (Manusia paling nyebelin yang pantas dikasih julukan idiot .).
4. Mama butuh uang. Terpaksa lantai atas rumah harus dikosin (Sejak Papa meninggal, keuangan jadi sulit. Gue harus berbesar hati menerima keputusan Mama).
5. Ada anak kos baru (Hm& semoga dia membawa kebaikan di rumah ini. Yang paling penting sih, uang kosnya bisa digunain Mama buat bayar utang ke Ibu Rosa.).
6. Nama anak kos itu Bima (APA"!!! COWOK BRENGSEK ITU"!!! DAN SESUAI PERJANJIAN KONTRAK, GUE MESTI NYUCIIN BAJU SI IDIOT ITU?""!!! O MY GOD!!!!)
t . c Dendam Empu Bharada 3 Sherlock Holmes - Petualangan Pria Paris Mahkota Cinta 2
^