Pencarian

Be My Sweet Darling 2

Be My Sweet Darling Karya Queen Soraya Bagian 2


Makasih ya, Pak. Ambil aja kembaliannya, pamit Bima setelah menyerahkan selembar lima ribuan. Ya sama-sama, Mas. Terima kasih& .
Bapak penjaga warung menerima uang dengan wajah berseri.
Bima pergi. t . c Langkah berlari Marsha yang semula cepat perlahan berhenti. Napasnya tersengal-sengal. Perut sebelah kirinya terasa sakit. Sambil membungkuk, Marsha memegangi perut bagian kirinya yang makin terasa tak nyaman karena keram.
Entah sudah seberapa jauh Marsha mengejar, tapi ia tetap tidak bisa menemukan Bima. Jelas saja, dia terlalu bingung buat mikir Bima itu naik motor dan sekencang apa pun Marsha berlari, pasti tidak akan terkejar kecuali kalau motor Bima mengalami pecah ban, atau kalau dengan kerelaan hati Bima yang suci, dia bersedia balik lagi. Tapi no& itu tidak mungkin.
Sampai sejauh ini, Marsha tidak begitu yakin akan kemungkinan yang kedua. Jelas saja. Bima kan menyerap dengan sempurna perselisihan ini sebagai dua orang yang tidak mungkin bisa berbaikan.
Namun rupanya& kemungkinan kedua itulah yang terjadi. Nun di kejauhan, motor Bima datang ke arah Marsha dan berhenti tepat di samping Marsha yang masih membungkuk memegangi perut.
Perlahan Marsha berdiri, mengangkat wajah sambil menatap seseorang di atas motor itu. Ia terpana. Nggak mungkin&
Sesaat keduanya saling diam. Sunyi.
Senyap. t . c Sepi. Keheningan sesaat ini membuat Bima merasa pemikirannya belum selesai dari tahap perbaikan. Harusnya otak Bima masih di tukang service, tapi sudah keburu diambil. Makanya jadi error begini. Menemui Marsha. Si cewek sinting. Gila.
Lo ngejer gue" tanya Bima memulai pembicaraan. Wajar saja Bima menebak hal itu, karena posisi Marsha sekarang lumayan jauh jaraknya dari halte, tubuhnya banjir keringat, tampak kecapekan. Kelihatan sekali bahwa cewek itu habis berlari dalam jarak yang cukup jauh. Napasnya juga masih satu-satu.
Wajah Marsha merah padam. Lo juga berubah pikiran" Bukannya menjawab, ia malah balik bertanya dengan suara ketus.
Jangan ngalihin pertanyaan! Setengah mati Bima menyembunyikan rasa malunya dengan bersikap sok jaim.
Lo juga! balas Marsha sengit.
Eh, to the point aja, ya" Secara jujur gue akui, gue emang masih berminat kos di rumah lo. Tapi gue lakuin ini dengan satu alasan mendasar yang nggak bisa gue jelasin. Alasan pribadi, jelas Bima. Nah, elo"
Oke, gue juga nggak mau nutup-nutupi. Kepalang udah ketahuan. Gue emang ngejer lo dari halte tadi sampe tempat ini. Tapi gue lakuin ini juga dengan alasan yang kuat. Semuanya buat Mama. Dan gue juga nggak perlu ngejelasin sampe sedetail-detailnya, ucap Marsha memberikan alasannya.
t . c Keduanya saling diam. Sama-sama berpikir. Hooo& ternyata si cewek sinting masih sudi serumah sama gue selain sama anak monyet dan orangutan" sindir Bima kemudian.
Yeah, itung-itung gue punya pengalaman serumah sama cowok idiot! ejek Marsha balik.
Jadi" Menurut lo" Deal"
Deal! Negosiasi itu pun akhirnya diakhiri dengan jabatan tangan yang sangat mantap. Dalam tahap ini harusnya disertai dengan penandatanganan surat perjanjian. Rangkap 25, bila perlu. Agar tidak pecah perang dunia lagi. Ya udah. Naik! Bima melirik ke boncengan. Marsha bengong.
Jangan ge-er! Gue minta janjian ketemu di halte karena gue nggak tau di mana alamat pastinya rumah lo. Jadi cepetan naik ke boncengan, jangan banyak omong, dan jadilah penunjuk jalan yang baik.
Ragu-ragu Marsha naik ke boncengan. Tapi ia pikir, ucapan Bima ada benarnya juga. Tujuannya menunggu di halte kan memang sebagai penunjuk jalan. Lagian ia memang sudah sangat capek akibat terlalu jauh berlari. Jadi mau ngomong apa lagi" Tenaganya saja hampir habis! Tapi yang namanya gengsi tetep saja belum berkurang.
Gue nggak ge-er. Gue lagi doa semoga aja gue nggak ketularan idiot gara-gara dibonceng sama lo!
t . c Bima mendengus. Tidak peduli.
Setelah duduk, entah kenapa perasaan Marsha jadi aneh. Terutama saat motor itu berjalan. Saat itu, pikirannya kembali teringat pada Ega. Tanpa bisa ditahan, mata Marsha berkaca-kaca teringat masa bahagianya dulu. Berdua dengan Ega membuat hari-harinya terasa berisi. Sebelum Ega lulus SMA dan masih menjadi kakak kelasnya di SMA Pembangunan 5, tidak jarang Ega mengantar Marsha pulang sekolah ke rumah pake motor.
Ah... semuanya memang telah berubah secara drastis. Ega yang pertama kali membangun cinta dalam hidup Marsha, tapi Ega jugalah yang sudah menghancurkan cinta itu berkeping-keping. Cinta Marsha dan Ega tidak lagi memiliki daya. Yang ada hanyalah keterpurukan nasib. Semuanya karena sahabatnya Raya. RAYA. Pertahanan emosi menjadi kacau-balau. Ibarat grafik, saat jatuh cinta, grafik menajak drastis dengan warna berganti-ganti seperti pelangi. Lalu putus. Hwaa& dari atas puncak grafik yang paling tinggi, langsung meluncur deras bak air terjun. Menurun dengan kecepatan dahsyat. Menghunjam dasar bumi dengan tumbukan mantap. Lalu hancur terpencar-buyar. BUBAR! Penderitaan yang harus dilupakan. Meski sulit. Sulit.
Seiring motor itu terus berjalan, Marsha menyeka air matanya....
t . c Marsha kaget. Begitu sampai rumah, ternyata Mama sudah pulang. Padahal biasanya Mama pulangnya sore. Tapi rupanya Mama sengaja minta pulang cepat karena hari ini perasaan Mama tidak tenang memikirkan anak kos baru (terutama uangnya) itu. Untungnya bos Mama, Ibu Rosa, memberi izin.
Begitu melihat penampilan anak kos yang semalam ketika menelepon mengaku bernama Satriyo ini, Mama agak kaget juga. Soalnya Mama menyadari seragam yang dipakai cowok tampan, berhidung mancung, dan berambut ikal itu sangat mirip dengan seragam sekolah yang dipakai Marsha.
Bima duduk berhadapan dengan Mama di sofa ruang tamu. Di sebelah Bima, Marsha duduk dengan ekspresi malas-malasan. Tugasnya menggiring Manusia Idiot (baca dengan segenap rasa: Bima) ke rumah ini sudah selesai. Entah apa yang akan terjadi kemudian nanti. Bencana" Bisa jadi.
Jadi ini yang namanya Satriyo" tanya Mama. Nama saya Satriyo Bima Sakti Abimanyu, Tante. Tapi singkatnya panggil aja saya Bima, Bima menjelaskan.
Em& nama yang bagus. Bima..., ucap Mama memuji sambil tersenyum ramah.
Yang dipuji cengar-cengir, membuat Marsha jadi keki.
Kamu sekelas sama Marsha" tanya Mama lagi. Nggak, Ma. Dia anak kelas 2 IPA 4. Kita berdua cuma satu sekolahan, yang menjawab Marsha.
t . c Oh...., Mama menghela napas lega. Mama bakalan tenang kalau gitu. Karena kalian satu sekolah, berarti minimal sebelumnya kalian udah saling kenal, kan" Dengan tinggal serumah, kalian tentunya akan semakin akrab. Berarti juga... kalian bisa ngelakuin berbagai macam kegiatan sama-sama. Seperti berangkat sekolah sama-sama, belajar bersama, ngerjain PR bersama... bla& bla... bersama... bla... bla...
Ucapan Mama itu membuat Marsha dan Bima samasama pusing. Naluri dan penciuman Mama memiliki kapasitas yang terlalu rendah untuk mendeteksi gelagat perselisihan mereka. No way! Ngimpi kali ye" Mereka tidak mungkin mau melakukan semua itu berbarengan. Pergi sekolah bersama" Belajar bersama" Semuanya berama" HOHOHO... CIH, JELAS NGGAK MUNGKIN! DAN NGGAK AKAN PERNAH! Diamdiam keduanya saling melirik sinis.
INI kamar lo, ucap Marsha tanpa ekspresi begitu membuka pintu kamar lantai atas lebar-lebar. Bah, kenapa tugas kehormatan mengantar si kunyuk ini ke lantai atas harus dijatuhkan padanya" Mama..., erang Marsha dalam hati.
Perlahan Bima masuk ke ruangan itu. Ia manggutmanggut merasa puas karena kamar itu sangat rapi dan bersih. Ia meletakkan tas yang sejak tadi ia bawa di lantai. Mata Bima menjelajahi setiap sudut kamar.
t . c Lalu pandangannya jatuh pada bingkai foto lelaki yang terpajang di dinding.
Marsha menangkap pandangan itu.
Oya, yang dipajang di dinding itu foto Papa. Mama sengaja nggak menyuruh melepasnya karena itu udah bertahun-tahun terpajang di sana. Inget, kalo elo punya kelakuan liar dan sembarangan, dilarang banget sampe merusak foto itu. Karena kalo foto itu sampe rusak, gue jamin lo nggak bakalan tenang hidup di rumah ini, ancam Marsha serius.
Ya ampun... galak amat! Lagian kelakuan gue yang liarnya kayak apa yang sanggup ngebikin foto itu rusak" Sampe segitunya... Padahal gue cowok baikbaik, gitu lho! Bima menepuk dadanya.
Kali-kali aja lo punya kelakuan liar terpendam yang gue nggak tahu.
Gue emang liar! Cyaaaaa4t!!! Bima meloncat ke arah Marsha dengan satu gerakan yang ia pikir mirip gaya silat kungfu. Tapi malah kelihatan kayak gaya monyet hang-over gara-gara minum racun.
Dasar. Emang cowok idiot! maki Marsha dalam hati. Ia melengos keluar dan menutup pintu kamar rapatrapat.
Kini Bima sendirian di kamar barunya. Ia berjalan mendekati ranjang, lalu menjatuhkan dirinya di sana dalam posisi telentang.
Tempat baru... Bima membuang jauh-jauh kelelahannya. Lelah jiwa dan pikiran. Lelah pikiran dalam beberapa waktu ini
t . c mendominasi hampir separo hidupnya. Karena cewek itu. Nadia. Entah apa yang terjadi kemudian. Apa yang dipikirkan Nadia setelah ia pergi" Melupakan Bayu" Atau terus mengingat-ingat saudara kembarnya itu, dan tetap membentuk opini gila dengan menganggap Bayu adalah dirinya. Bayu sudah meninggal. Nadia tahu itu. Lalu kenapa ia masih mengharapkan sosok Bayu dalam diri Bima" Bagi Bima, kepergiannya ini adalah cara yang cukup efektif untuk menghindari semua masalah itu. Melarikan diri. Semoga saja. Ah..., desahnya panjang dengan mata terpejam.
t . c M AMA sedang merapikan meja makan dan menyiap-
kan sarapan. Hari ini hari Senin, awal minggu yang indah. Bagi Mama, monday is beautiful, everyday is wonderfull. Tidak heran pagi ini dengan wajah ceria ia meletakkan piring di meja sambil menyanyikan lagu lawas, milik Krisdayanti, Mencintaimu.
Tak lama Marsha muncul dari kamar belakang. Ia sudah berseragam rapi. Bima turun dari lantai atas, juga sudah berseragam rapi. Keduanya langsung menuju dapur karena tergoda aroma nasi goreng spesial buatan Mama yang wanginya merebak hinggap di penciuman, memberi sinyal pada lambung, mengakti$an kontraksi usus, dan membangkitkan rasa lapar.
Wuah... kayaknya enak nih, Tante! Bima menahan air liur.
t . c Ayo sarapan..., tawar Mama mempersilakan mereka duduk di meja makan.
Nasi goreng buatan Mama pasti lezat! seru Marsha mengambil piring di meja. Tapi tanpa sengaja gerakannya berbarengan dengan gerakan Bima. Tangan mereka pun bersentuhan, lalu keduanya sama-sama melotot.
Marsha... sebagai tuan rumah, ayo dong ambilin piring buat Bima..., perintah Mama.
Marsha terbelalak mendengar perintah itu. Terutama waktu melihat Bima tersenyum mengejek ke arahnya. Sambil mendumal Marsha mengambil piring, tapi gerakannya keburu didahului Bima.
Nggak usah, Tante. Makasih... biar saya ambil sendiri. Soalnya, kalo yang ngambilin piring buat saya gayanya nggak rela, nanti rasa nasi goreng buatan Tante yang harusnya lezat ini terasa hambar& , sindir Bima.
Maaf ya, Bima& Marsha emang agak susah kalau disuruh-suruh, ujar Mama tak enak hati.
Marsha menahan geram. Tapi ia pura-pura tidak peduli. Ia mengambil piring untuk dirinya sendiri, menyendok secentong nasi goreng, dan mulai makan. Lalu Marsha mengunyah dengan cuek. Sebenarnya ini bukan perkara susah disuruh-suruh. Marsha selalu membantu Mama kok. Cuma tangannya akan terasa gatal kalau memberikan bantuan pada Bima. Dalam hati Marsha berharap, semoga acara sarapan brengsek ini cepat berakhir.
Oya, Bim, masalah fasilitas yang Tante janjiin me-
t . c ngenai cuci dan setrika baju, kalau baju kamu kotor, kamu kumpulin dan taruh aja di keranjang kotor yang ada di kamar mandi belakang. Nanti Tante atau Marsha yang bakal nyucinya. Iya kan, Sayang" Mama melirik Marsha.
Uhuk! Uhuk! Marsha batuk. Tersedak nasi goreng. Kata-kata nyuci baju itu terdengar sangat menakutkan. Padahal itu adalah kegiatan yang biasa ia lakukan sehari-hari. Bergantian sama Mama. Lagian juga pake mesin cuci ini. Di mana repotnya" Tapi hei, ini kan mencuci dan menyetrika baju anak kos busuk itu" Omaigat!
Ini bukan posisi kehormatan. Sha...
Buru-buru Marsha minum. I& iya, Ma, jawabnya gelagapan. Ya ampun& gue hampir lupa. Sesuai perjanjian, gue yang harus bantuin Mama buat nyuciin baju si idiot ini. Gawat! Mau dikemanain harga diri gue" batin Marsha menahan kesal melirik Bima.
Yang dilirik tersenyum penuh kemenangan. Hem... jadi yang nyuciin baju gue, si cewek sinting ini" pikir Bima. Permulaan yang baik.
Selesai sarapan, Marsha mencium tangan mamanya dan pamit. Buru-buru ia keluar rumah, berjalan menuju pagar. Tapi baru saja ia membuka pintu pagar untuk memberi jalan bagi dirinya sendiri, tiba-tiba mo-
t . c tor Bima malah menerobosnya dengan cepat. Hal itu membuat Marsha menjerit kaget.
Idiot brengsek! Bisa nggak sih lo keluar pager sopan sedikit"! maki Marsha sengit. Di rumah lo nggak ada pagernya, ya" Kampungan!
Motor Bima langsung berhenti. Cowok itu berpaling, membuka kaca helmnya sedikit, menyunggingkan senyum mengejek, lalu berkata, Gue duluan, cewek sintiiiing! kemudian motor itu melaju dengan cepatnya.
Idiooooot!!!!! teriak Marsha mencak-mencak. Sha" Ada apa" Mama keluar dan berdiri di depan pintu rumah dengan wajah bertanya-tanya. Nggak apa-apa, Ma. Marsha cengar-cengir.
Marsha turun dan membayar ongkos begitu bajaj yang ditumpanginya sampai di depan gerbang sekolah. Ia teringat sesuatu yang harus ia lakukan pagi ini, jadi tidak langsung ke kelasnya. Ia malah menuju kantor pos yang letaknya bersebelahan dengan SMA Pembangunan 5. Ada yang harus ia lakukan di tempat itu. Penting.
Begitu sampai, kantor pos yang baru buka itu masih agak sepi. Ini memang masih terlampau pagi. Marsha mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya. Kotak itu sudah dibungkus kertas cokelat.
Setelah dipikir-pikir... Rasanya gue nggak sanggup
t . c ngembaliin benda ini langsung sama Ega. Mungkin dengan cara ini... Waktu Ega ngeliat benda ini, gue harap dia tau gue tuh bukan cewek lemah yang dengan seenaknya bisa dikhianati. Dia pikir, sesudah ngelakuin kesalahan fatal, dengan seenaknya dia minta maaf" Sayangnya maaf dari gue nggak segampang itu! Marsha terkesima dengan sikapnya sendiri. Ia sadar. Kenangan indah itu benar-benar berakhir. Memang sudah saatnya mengembalikan kalung mutiara itu ke pemilik asalnya. Ega.
Sakit. Lagi-lagi ia rasakan hal itu. Tapi suatu keharusan. Tapi ia harus kuat. Tapi ia harus dan harus berani! Marsha memberikan benda itu pada pegawai pos. Setelah semuanya selesai, ia membenarkan posisi berdirinya. Meluruskan punggung, mengangkat dagu lebih tinggi. Tegar. Ayo, Marsha. Tegarlah. Ah, sudahlah. Lupakan. Ia pun pergi. pustaka-indo.blogspot.comh
t . c B AIKLAH, anak-anak, pelajaran hari ini sampai di
sini. Kerjakan PR kalian, dan jangan lupa, hari Senin PR ini harus dikumpulkan! ucap Pak Sartono guru matematika, di kelas 2 IPA 2 saat pelajaran terakhir berakhir, hari Sabtu itu.
Iya, Paaaak!!! seru anak-anak memaksakan diri untuk berkata kompak. Padahal sebagian besar dari mereka sibuk memaki tidak keruan dalam hati. Pe-er lage... pe-er lage...
Pak Sartono memang suka angin-anginan. Biasanya sih tiap hari Sabtu akhir bulan, alias tanggal tua, dia bakalan ngasih PR ke anak-anak. Tidak tau apa hubungannya dengan tanggal tua dan ngasih PR (gosip yang beredar sih, istrinya yang galak itu suka marahmarah kalau uang belanja sudah menipis. Dan Pak
t . c Sartono yang menerapkan hidup dengan cara berpikir positif ini, meredam emosinya dengan cara positif pula, yaitu membuat soal untuk anak-anak). Emang ada hubungannya, ya" Tapi yang pasti dia memang rutin melakukan hal itu. Dan anak-anak sudah hafal dengan ciri khas Pak Sartono ini.
Kalau anak-anak pada ngeluh, alasannya sih, biar hari Minggu tidak hanya digunakan murid-murid buat senang-senang menikmati liburan dengan bebas, tapi juga diisi dengan kegiatan positif yaitu belajar. Begitu katanya
Tapi yang bikin pusing adalah, Pak Sartono kalau ngasih PR, soalnya tidak tanggung-tanggung. Dalam jumlah yang menakjubkan. Berkisar antara sepuluh sampai lima belas soal. Tapi itu cuma ibu soalnya loh, belum lagi anak soalnya yang rata-rata berkisar antara dua sampai tiga poin. Rajin sekali ia membuat soal matematika sebanyak itu. Kebayang kan, betapa betenya" Hal inilah yang membuat murid-murid pada pusing. Apalagi kalau besoknya ada yang janjian kencan sama pacar, jalan sama temen, dan sebagainya. Bisa batal rencana gara-gara sibuk berkutat dengan soal.
Dan rasa pusing itu juga menghinggapi kepala Marsha. Untungnya ada Tata yang otaknya encer. Jadi tiap ada PR yang banyak macam gini, biasanya mereka mengerjakan secara bersama-sama di rumah Marsha. Dulu sih, waktu Marsha masih pacaran dengan Ega, biasanya Marsha sewot kalau ada soal seperti ini. Soalnya waktu Marsha kencan dengan Ega jadi terganggu.
t . c Tapi sekarang, Marsha malah senang. Yap, dia kan bisa menemukan kegiatan yang jauh lebih bermutu daripada bersedih hati mikirin Ega.
Besok ke rumah gue ya, Ta" pinta Marsha sambil membereskan buku-bukunya.
Pasti, jawab Tata mantap. Dia memang hobi kalau diajak belajar bersama. Tidak heran kalo kacamata Tata tiap tahunnya nambah tebel. Kadang Marsha berpikir konyol: 25 tahun mendatang, seberapa tebalkah kacamata Tata" Apakah akan setebel pantat botol" Kalau Marsha mengatakannya pada Tata, jelas sahabatnya itu bakal mencak-mencak tidak terima kacamatanya disama-samakan dengan pantat botol. Apalagi kalau pantat botol kecap!
Marsha dan Tata sudah selesai membereskan bukubuku dan memasukkannya ke tas masing-masing. Kelas sudah sepi. Yang masih tersisa tinggal mereka berdua. Tapi begitu hendak beranjak, mereka dikagetkan kehadiran seseorang di depan pintu kelas.
Sha, Raya.... Tata menyikut lengan Marsha. Cemas.
Duh, kenapa sih dia muncul lagi" batin Marsha kesal. Argh... bodo deh!
Seolah tidak mau menganggap kehadiran Raya, Marsha berusaha bersikap biasa saja. Malah dengan santainya ia langsung berjalan menuju pintu kelas dan menerobos Raya dengan cuek.
Sha! Raya menarik lengan Marsha, membuat cewek itu tersentak.
t . c Ada apa lagi sih, Ray"! Marsha menoleh kesal. Kayaknya semua udah beres deh. Satu minggu ini hidup gue udah mulai tenang. Tapi kenapa lo mesti muncul ke hadapan gue lagi" Kurang puas lo nyakitin gue"
Sha, please, dengerin penjelasan gue. Lo jangan musuhin gue kayak gitu dong. Semua ini gue lakuin buat lo juga. Gue nggak bermaksud jahat& .
Apanya yang nggak jahat" Lo itu udah terlalu jahat sama gue, Ray. Perlu berapa kali gue tegasin sama lo kalo gue nggak sudi punya sahabat kayak lo. NGGAK SUDI! Marsha pergi.
Raya menatapnya sedih. Harus bagaimana ia memulai penjelasannya pada sahabatnya itu. Marsha mungkin masih marah padanya. Tapi barangkali Tata bisa membantu. Namun ketika ia berpaling pada Tata yang masih berdiri di dalam kelas, tatapan Tata pun beraura sama. Raya adalah sang sahabat yang berkhianat.
Seingat Marsha, belum pernah ia sepanik ini ketika seorang datang ke rumahnya. Tapi hari ini lain. Ketika ia baru pulang sekolah, dan baru saja akan melewati pintu pagar rumahnya, ia dikejutkan oleh kedatangan Karimun Estilo yang lalu menepi di depan rumah. Ia tidak bisa menyembunyikan kepanikannya ketika Ega keluar dari dalam mobil dan mendekatinya dengan langkah tergesa-gesa.
t . c Apa maksudnya ini" tanya Ega mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan kotak yang ia terima dari tukang pos pagi tadi. Kotak berisi kalung mutiara yang dikembalikan Marsha lewat pos beberapa hari yang lalu. Rupanya benda itu sudah sampai ke tangan Ega.
Marsha diam sesaat, berusaha menenangkan perasaan hatinya. Ia tidak berharap bertemu lagi dengan Ega. Kedatangan Ega jelas di luar dugaannya.
Apa ini, Sha" tanya Ega lagi sambil menatap tajam mata Marsha.
Lo nggak buta kan, Ga" Kalo lo nggak buta, berarti tanpa harus gue jelasin lo udah ngerti apa maksud gue! jawab Marsha.
Sha, bahkan sampe hari ini sambutan lo nggak berubah ke gue.
Trus kenapa" tunjuk Marsha. Ada masalah lo sama sikap gue"
Masalah besar! Elo yang buat!
Oke, gue yang salah! Ngaku lo" Trus, mau lo apa"!
Sha, kapan lo mau maafin kesalahan gue dan mau ngedenger penjelasan gue" Raya itu nggak ada artinya dalam hidup gue. Bagi gue yang gue sayangi itu cuma elo& cuma elo satu-satunya& .
Oh... mau coba ngegombal ke gue, Ga" Sori nggak mempan. Lo bilang semua itu nggak ada artinya" Suapsuapan di kafe dan bersikap mesra di depan umum itu nggak ada artinya" Tapi artinya sangat besar buat gue,
t . c 100 Ga. Itu tandanya lo berkhianat. Jelas gue nggak suka itu. Cewek mana pun pasti nggak akan suka. Janganjangan& mata Marsha menyipit sinis, lo juga pernah mengatakan hal yang sama ke Raya mengenai gue, kalau gue juga nggak ada artinya di mata lo. Licik lo, Ga! tunjuk Marsha lagi. Tudingan yang sinis. Sha&
Sori, Ga. Gue harap lo jangan pernah ganggu hidup gue lagi. Karena& jujur aja, ya" Gue udah punya pengganti lo. Dia lebih baik dari lo, lebih setia, dan lebih segala-galanya, kata Marsha akhirnya. Karena terlampau kesal, akhirnya Marsha berkata bohong seperti itu.
Ega terpana sekaligus kaget mendengarnya. Jantungnya seakan rasa terbakar. Hatinya dijalari api cemburu. Mana mungkin Marsha secepat itu mendapatkan pengganti yang lain"
Nggak. Gue nggak percaya lo bisa ngedapetin cowok secepet itu. Lo sebenernya masih sayang sama gue, Sha. Gue tau itu, tolak Ega.
Ngaca, Ga! Ngaca! Gue masih bisa kok, ngedapetin cowok lain selain lo! Meski Marsha berkata dengan penuh emosi, tapi tidak urung wajahnya memerah. Jantungnya berdebar. Ini karena apa yang dikatakan Ega kurang-lebihnya memang benar. Marsha belum punya cowok. Dan meski sedikit, rasa sayang itu masih ada. Walau semua itu sudah ketiban sama rasa benci dan sakit hati.
Oke& kalo itu emang keputusan lo& , ucap Ega
t . c 101 pahit. Gue tau gue salah. Sebenernya hampir sebulan gue di Jakarta karena lagi liburan semesteran. Sampe waktu itu akhirnya gue ketemu lo di Green House. Gue nggak nyangka elo ngeliat gue sama Raya& ah. Ega menggeleng. Ini bener-bener kesalahan terbodoh yang pernah gue buat. Harusnya gue nggak perlu tergoda sama Raya. Tadinya& , lanjut Ega, & gue masih pengin di Jakarta sampai waktu liburan gue selesai. Tapi dengan penolakan lo, kayaknya gue nggak perlu ada di sini lagi. Gue mau cepet-cepet balik ke Belanda, Sha& .
Marsha cuma diam. Hanya satu harapan Ega. Marsha melarangnya dan mereka bisa balikan lagi. Tapi agaknya itu harapan yang tidak akan terwujud. Apalagi, ketika ia mendengar Marsha berkata, Pergilah& .
Marsha sendiri tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakannya. Entah dari mana kekuatan yang didapatinya untuk menerjang perasaan sakit ketika mengucapkan kata itu.
Dengan perasaan berat Ega berbalik.
Marsha memandangi punggung Ega yang kini menjauh. Perasaannya campur aduk. Bingung. Untuk menutupi kegalauan hatinya, segera ia masuk ke rumah. Di tengah pintu, ia berpapasan dengan Bima yang ternyata sudah pulang sejak tadi. Ia kaget.
Bima menoleh ke arah Marsha sesaat. Ia tertegun ketika sekilas melihat Marsha berusaha menyembunyikan matanya yang berair, lalu tiba-tiba terisak dan berlari.
t . c 102 M AMA MARSHA sedang menyiram tanaman yang
tersusun di pinggiran pagar. Ini kan hari Minggu, jadi dia libur kerja. Waktu luang ini digunakan Mama untuk merawat tanaman kesayangannya. Maklum, Mama termasuk pencinta bunga. Ada berbagai macam bunga cantik koleksinya. Seperti beberapa pot melati air, teratai, lidah mertua, dan lain-lain. Yang paling favorit sih, gelombang cinta yang ia beli di sebuah pameran bunga tahun lalu. Waktu itu gelombang cintanya masih berupa tunas kecil. Harganya masih sangat murah. Sekarang tanaman kesayangannya itu sudah memiliki beberapa lembar daun berukuran sedang yang cukup terawat.
Hobi bertanam bunga ini baru ia tekuni sejak tiga tahun yang lalu. Koleksi bunganya memang masih se-
t . c 103 dikit. Tapi Mama cukup telaten merawatnya, sehingga bunga-bunga kesayangannya terlihat mengagumkan. Ketika sedang asyik-asyiknya bekerja, sebuah taksi berhenti tepat di depan pagar.
Ternyata Tata. Pagi, Tante& , sapa Tata begitu turun dari taksi. Pagi, Ta. Mau belajar bareng, ya" tanya Mama yang memang sudah tahu kegiatan rutin anaknya tiap hari Minggu akhir bulan.
Iya, Tante. Biasa, Pak Sartono lagi kumat. Penyakit bulanan. Minggu ini malah soal yang dikasih tambah banyak. Tapi nggak apa-apa deh, biar kita tambah pinter.
Mama tersenyum, lalu berkata dengan ramah, Marsha ada di kamar, Ta. Langsung aja ke dalem. Makasih, Tante.
Tata langsung masuk ke rumah. Sambil berpikir tentang rumus-rumus soal matematika, ia langsung meniti tangga menuju lantai atas. Gawatnya, cewek berkacamata tebal ini lupa Marsha sudah pindah ke kamar belakang di lantai bawah. Apalagi Marsha belum pernah sekali pun menceritakan di lantai atas sudah berisi anak kos tengil berjenis kelamin cowok (sengaja, karena bagi Marsha kehadirannya cukup memalukan) bernama Bima. Malah, dengan santainya Tata yang memang sudah terbiasa berkunjung ke rumah ini, membuka pintu kamar lantai atas yang kebetulan tidak dikunci.
Begitu masuk, Tata kok ngerasa asing berada di dalam kamar itu ya"
t . c 104 Aneh..., pikir Tata heran. Kok kamar Marsha jadi berubah kayak kamar cowok" Padahal biasanya di dinding kamar ada poster-poster artis cewek dalam dan luar negeri. Terutama Gita Gutawa, Avril Lavigne, dan Joss Stone. Penyanyi idola Marsha. Trus, Marsha paling suka memasang seprai, sarung bantal, dan guling berwarna so blue, favorite color-nya. Dan Marsha tidak akan pernah menyingkirkan boneka kucingnya yang lucu, bernama Boncel dari atas tempat tidur. Sedangkan sekarang... mana poster-poster itu" Mana si Boncel yang lucu itu" Dan kenapa ranjang itu dilapisi seprai motif zebra bukannya so blue" Aneh...
Pikiran Tata masih berputar-putar. Keheranan. Bersamaan dengan itu,
KLAK! Tiba-tiba pintu kamar mandi yang ada di dalam kamar itu terbuka lebar!
Hwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!! jerit Tata kencang begitu melihat seorang cowok keluar kamar mandi hanya memakai handuk motif bendera Inggris yang melilit dari pinggang ke bawah.
Hwaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!! Cowok itu ikut berteriak panik, berputar-putar kamar tak tentu arah, tidak menyangka akan ada cewek yang tau-tau masuk kamarnya.
Dalam hitungan detik, Tata pingsan.
Cowok itu, yang jelas adalah Bima, melongo. Hah" Tata" ucapnya mengenali cewek itu. Tadinya ia sempat menyangka cewek itu adalah Marsha. Ternyata bukan.
t . c 105 Sementara itu, Marsha yang ada di kamar bawah tersentak. Ia mendengar jeritan itu dengan jelas. Ia tahu dan pasti yakin bahwa teriakan pertama adalah suara sahabatnya, Tata. Dan teriakan kedua adalah suara Bima. Marsha jadi curiga. Jangan-jangan Bima berbuat sesuatu hal yang buruk pada sahabatnya, sehingga Tata sampai menjerit seperti itu. Dengan perasaan panas, tanpa pikir panjang Marsha keluar, mengambil sapu ijuk di ruang tamu dekat tangga, lalu berlari menuju lantai atas. Ke kamar Bima.
Ta! Ini gue Bima, Ta! Bima panik mendekati Tata yang kini tergeletak di lantai. Ia berlutut di samping Tata, menepuk-nepuk pipi cewek itu, dalam keadaan bingung berusaha menyadarkannya. Ta, bangun, Ta! Bangun!
Bima!!! terdengar teriakan dari arah pintu. Bima menoleh dan langsung kaget melihat Marsha sudah berdiri di sana sambil memegang sapu ijuk.
Dengan garang Marsha menatap Bima tajam. Napasnya ngos-ngosan. Emosinya akan meledak waktu melihat Bima dalam keadaan setengah bugil, berlutut di samping Tata.
Sha" Gue... gue... Tampang Bima bingung menatap Marsha dan Tata yang masih tergeletak pingsan bergantian.
Dasar porno! Lo apain sahabat gue, hah" Sialan! Brengsek! maki Marsha langsung menyerbu Bima, menghantamkan sapu ijuk dalam genggamannya ke arah cowok itu. Terima ini!!!
t . c 106 BAK! BUK!!! BUK! BUK! BUK!!!
Membabi buta, tanpa terkontrol Marsha memukuli Bima.
Sha, lo apa-apaan, Sha"! ADUH! Marsha! AW! ADAW! AGH! Bima kaget mendapat serangan yang terjadi secara tiba-tiba itu. Ia termundur-mundur. Sambil terus mengaduh kesakitan sewaktu sapu ijuk yang lumayan keras itu mengenai badannya.
Ternyata lo bukannya cuma cowok idiot, tapi otak lo juga kotor! Lebih kotor dari septikteng!!!
Bima coba menghindar. Ia bisa saja membalas atau menahan gerakan Marsha andai saja handuknya tidak hampir lepas. Tapi karena kondisinya darurat, ia lebih memilih menahan handuknya dan membiarkan pukulan demi pukulan Marsha terus bertubi-tubi menghujani dirinya. Daripada ia harus menanggung malu seumur hidup kalau handuknya beneran melorot. Bisa repot!
Sha! Lo salah paham, Sha! Aduh! Marsha! Gyaa! Denger gue dulu, Sha! Sha! Auw! Sakiit! Sakit, Sha!!! Bima terus menghindar, tapi Marsha tidak memberi kesempatan.
Elo cowok berengsek! Idiot! Kotor! Otak lo harusnya dibawa ke laundry! Harusnya lo emang dikasih pelajaran! Kalo bisa lo pergi dari rumah ini! Lo udah bikin kehormatan sahabat gue terancaaaaaam!!! BUGGGH!!!
Gyaaaa!!!! BRAK!!! t . c 107 Ibarat film laga, kalau dilihat dalam gerakan lambat, pukulan terakhir itu praktis membuat Bima terpental dengan cantik, menjerit dengan anggun, dan menghantam dinding dengan indah.
BRUK! Bima ambruk di lantai dalam posisi yang paling tak sedap dipandang di seluruh dunia.
Marshaaa! jerit Mama yang barusan tiba di ambang pintu kamar itu. Ya Tuhaaan!
Adododododooow... sakiiiit& Bima berguling-guling di lantai, mengerang kesakitan.
Itu belum seberapa idiot, gue bakal kasih lo yang jauh lebih dahsyat lagi! seru Marsha sambil menunjuk Bima dan menyingsingkan lengan bajunya.
Marsha udah! Udah! Mama mendekati Marsha dan merebut sapu ijuk di tangan Marsha. Ia berusaha mencegah anaknya itu agar tidak memukuli Bima lagi.
Marsha ngos-ngosan. Sementara Bima, ia hampir tak berdaya. Tergeletak dengan wajah babak belur, dalam posisi terlentang sambil memegang erat handuknya yang hampir lepas. Cuma anu -nya yang Bima pikirkan. Hanya anu - nya yang Bima selamatkan. Tapi karena si anu juga, akhirnya ia mengerang kesakitan dalam keadaan konyol. Tapi biarlah, dari pada handuknya terlepas dan anu -nya terlihat, keadaannya pasti akan jauh lebih konyol lagi. Tidak ada yang lebih mengerikan daripada itu.
t . c 108 Bersamaan dengan itu Tata tersadar dan bangun dengan wajah bingung. Dengan wajah tanpa dosa ia malah berkata, Tante" Marsha" Bima" Apa yang barusan terjadi" Kenapa kalian semua ada di sini?"" &
ADUUUHHH!!!! Bima kesakitan waktu mama Marsha mengompres lebam bekas pukulan di wajahnya. Sekarang Bima sudah berpakaian lengkap. Ia berbaring lemah, meringis-ringis di atas ranjang. Mama duduk di samping Bima sambil terus mengompres dengan hati-hati.
Tata sudah menceritakan kejadian yang sebenarnya. Semuanya menjadi paham. Tidak direkayasa. Kejadian yang sesungguhnya. Kebenaran yang sanggup membuat raut Marsha berubah tegang. Ia sudah salah sangka. Cewek ini berdiri di samping Mama dengan wajah merah padam. Ia sebenarnya malu, tapi karena sudah telanjur melancarkan pukulan, apa boleh buat. Ia tidak mau menunjukkan sedikit pun rasa bersalah. Maap aja, pikirnya. Gengsi tetep gengsi. Dan saat ini gengsi Marsha tingginya sudah mencapai langit ketujuh ratus! Tidak enaknya berada di posisi ini. Tempat yang kering banget. Kering dari suara pembelaan. Basah penuh kata hujatan.
Kamu keterlaluan, Sha. Tau-tau mukulin Bima kayak gini. Makanya, sebelum bertindak, tanya dulu.
t . c 109 Kamu kan dikasih Tuhan otak buat berpikir. Kalau Bima kenapa-napa gara-gara dipukulin kamu, gimana" Mau kamu Mama hukum" omel Mama.
Marsha diam semiliar bahasa.
Ini juga salah Tata, Tante. Tata nggak tau Bima tinggal di sini. Makanya Tata tadi langsung masuk aja ke kamar ini dan tau-tau ngeliat Bima keluar dari kamar mandi. Makanya Tata ngejerit dan nggak inget apa-apa lagi& , ujar Tata mencoba membela Marsha. Merasa bersalah. Maafin gue ya, Bim&
Nggak apa-apa, Ta. Kan semuanya cuma salah paham& , jawab Bima sok bijaksana sambil meringis. Padahal matanya sibuk melirik Marsha sinis.
Sha, Tata udah minta maaf. Tapi Mama nggak ngedenger kamu minta maaf sama Bima! Mama menatap Marsha tajam.
Maaf..., ujar Marsha pelan. Tapi kedengaran sekali bahwa Marsha tidak tulus mengucapkannya. Dia malah menoleh ke arah Tata dan berkata, Ta, jadi belajarnya, kan" Kalo jadi, lo gue tunggu di kamar gue. Biar lo nggak nyasar lagi, gue kasih tau kamar gue sekarang di lantai bawah, kamar belakang. Kamar ini bukan kamar gue lagi. Lalu dengan cueknya Marsha meninggalkan kamar itu. Kemasannya sih, cuek. Tapi hati ketar-ketir. Tau dirinya salah, tapi gengsi minta maaf. Takut dimarahi Mama lagi. Tindakan jitu untuk menghindari semua ini adalah menjelma jadi manusia seperti itu. Cuek. Secuek bebek.
Mama geleng-geleng melihat kelakuan anaknya.
t . c 110 Tan" Tata berpaling pada mama Marsha. Minta persetujuan.
Mama memberi kode mempersilakan Tata pergi dengan mengangguk.
Tata pun bangkit dan menyusul Marsha keluar kamar itu.
Maafin Marsha ya, Bim" Dia itu emang keras kepala...
Nggak apa-apa, Tante.... Kembali Bima meringis. Ya udah. Kamu istirahat aja di kamar. Tante tinggal dulu, ya"
Iya, Tante. Makasih... Mama keluar kamar dan menutup pintu perlahan. Begitu yakin kalau semuanya sudah pergi, Bima mencak-mencak, Dasar cewek sialan. Hampir aja tadi handuk gue lepas dan gue dapet malu. Kalo benerbener kejadian, mau ditaro di mana muka gue" Gimana coba kalo barang gue keobral. Bisa sial gue seumur hidup. Sekali-sekali... kayaknya dia harus dikasih pelajaran nih. Heh, liat aja nanti pembalasan dari gue, cewek sinting! Bakal gue tunjukin kehebatan gue yang lebih liar. HYAAAAT, CYAAAAT! Tangan Bima mengarah ke atas, hendak mengeluarkan satu jurus. Tapi karena terlalu tinggi dan cepat, tidak sengaja urat tangannya terpelintir. ADOOOOWWWW! Bima kesakitan.
t . c 111 Sha, sejak kapan Bima tinggal di sini" tanya Tata di sela-sela mereka mengerjakan PR matematika. Biasanya kalau ada PR, mereka mengerjakan di kamar lantai atas. Tapi karena Bima sudah kos di kamar itu, sekarang mereka mengerjakan PR di ruang tamu.
Sejak hari Sabtu, minggu yang lalu, jawab Marsha datar.
Tata terbelalak. Surprise. Geli. Ya ampun, Sha& udah lama juga, ya" Kok lo nggak ngasih tau gue sih"
Ngapain juga gue ngasih tau lo" Kalo David Beckham nginep di rumah gue, baru gue sebar pengumuman!
Tata meringis. marsha ngimpi kali, ye...
Sha, lo tu nyadar nggak sih, seandainya cewek-cewek di sekolah sampe tau Bima tinggal di rumah lo, elo bakal digosipin heboh" Bakalan banyak cewek yang ngiri sama lo, kata Tata. Wajahnya jadi berbinar.
Idih! Satu rumah sama si idiot itu bukan suatu kebanggaan buat gue. Kalo sengsara baru ada! Marsha bergidik.
Iya deh... Tapi... kenapa Bima pindah dari rumah Tante Ana, ya" Padahal rumah Tante Ana itu besar dan nyaman... Tata berpikir, menebak-nebak, ...sepengetahuan gue, Tante Ana itu orangnya baik dan ramah banget. Jadi nggak mungkin Bima nggak betah tinggal di rumah itu. Soalnya, selama keluarga gue bertetanggaan dengan Tante Ana, nggak pernah tuh ada kejadian yang aneh-aneh... kecuali... Tiba-tiba Tata teringat akan sesuatu. Ekspresinya jadi gusar.
t . c 112 Kecuali apa, Ta" tanya Marsha curiga. Ah" Nggak kok. Nggak ada apa-apa. Tata menggeleng. Padahal pikirannya berusaha menghilangkan bayangan seseorang.
Ta, makin lama lo itu keliatannya makin aneh, tau nggak" kata Marsha sambil menunjuk hidung Tata. Kepala Tata termundur. Apanya yang aneh" Ya aneh lah! Selama ini, mana ada sih yang bisa ngeganggu konsentrasi lo kalo belajar, kecuali cerita tentang anak kos idiot yang namanya Bima itu. Lo naksir ya sama dia" tebak Marsha langsung.
Wajah Tata merah padam. Bisa aja lo, Sha. Gue kan cuma kagum aja sama kecakepannya& nggak lebih kok.
Hem& cakep lage... cakep lage... pujian basi! Marsha geleng-geleng.
Eh, ya udahlah, sampe soal yang mana tadi"
Pintu kamar itu terbuka lebar. Seorang cewek berwajah cantik, berambut ikal panjang masuk dan memandangi sekeliling kamar yang sunyi. Ia melangkah mendekati ranjang dan duduk di atas kasur yang empuk.
Cewek ini tertegun sesaat. Lalu tangannya meraih bingkai foto yang terpajang di meja kecil di samping tempat tidur. Ia memandangi wajah cowok dalam bingkai foto itu.
Cowok keren, berhidung mancung, dan berambut
t . c 113 ikal yang tengah tertawa dengan deretan gigi putih dan rapi.
Bim... kenapa sih lo harus ngindar dari gue" Kenapa lo ninggalin gue, Bim" Kenapa lo harus pergi dari rumah ini" ucap cewek itu lirih. Cukup lama ia termenung. Namun tak lama, pandangannya membentur selembar kertas berwarna kuning dalam posisi terlipat di meja kecil itu. Ia mengambil kertas tersebut dan perlahan membuka lipatannya.


Be My Sweet Darling Karya Queen Soraya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jalan Kiwi tiga, nomor dua puluh empat" desis cewek itu pelan membaca bacaan di kertas. Matanya terbelalak, kemudian tersenyum dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ia merasa barusan mendapat jackpot.
Nadia& , terdengar suara memanggil dari luar kamar.
Ya, Ma" Bergegas ia menyimpan kertas kuarto kuning itu dalam kantong celana pendek jinsnya.
t . c 114 T ERJADI hal yang tak terduga!!! Entah ada angin
ribut dari mana, tiba-tiba ketika Marsha dan Tata sedang makan di kantin sekolah pas jam istirahat hari Rabu itu, seorang cewek berbadan langsing dan tinggi mendekati mereka.
Cewek ini sangat cantik. Rambutnya panjang karena ia melakukan hair extention. Dilihat dari body-nya memang cocok sekali kalau cewek ini model. Dan semua anak di SMA Pembangunan 5 pasti tahu siapa namanya. Dia Poppy Bunga Utami, anak kelas 3 IPS 3 yang terkenal dengan prestasinya di luar sekolah, berupa juara satu pemilihan model salah satu majalah remaja terkenal di Jakarta. Kemenangannya dalam kontes itu membuat derajat ketenarannya di sekolah meningkat.
t . c 115 Dari sekadar cewek paling cantik di sekolah, menjadi sangat populer. Maklum, jarang-jarang ada anak SMA Pembangunan 5 yang berhasil meraih juara satu dalam hal kontes-kontesan. Apalagi penyelenggaranya adalah majalah remaja nasional terkenal.
Tapi yang menjadi pertanyaan, buat apa cewek yang biasanya tidak pernah bertegur sapa dengan Marsha dan Tata ini menemui mereka sambil menyunggingkan senyum manis" Marsha dan Tata saling pandang tidak mengerti.
Sori nih, gue ganggu makan kalian. Nama lo Marsha, kan" tanya Poppy pada Marsha.
Sekali lagi Marsha dan Tata saling pandang. Perubahan pada wajah mereka sangat cepat terjadi. Dari bingung menjadi superbingung. Ada apa ini" Bahkan Poppy, anak kelas 3, model, yang saking begitu cantiknya, begitu terkenalnya, begitu sibuknya, dan begitu tidak peduliannya pada anak kelas 2, tahu nama Marsha.
Iya bener, gue Marsha. Ada apa, Kak" tanya Marsha sopan pada kakak kelasnya ini.
Tapi, please ya, jangan bilang siapa-siapa. Anggap ini jadi rahasia kita, dan temen lo, ucap Poppy penuh harap.
Rahasia" Separo otak Marsha mencerna-cerna. Betapa anehnya ini. Rahasia apa yang akan diungkapkan Poppy" Sesaat Marsha terkesima. Beberapa saat kemudian timbullah rasa ingin tahu. Iya, tapi ada apa, Kak"
t . c 116 Lo tau nggak, di mana Bima tinggal" tanya Poppy blak-blakan.
Jelas pertanyaan itu membuat Marsha dan Tata kaget. Lagi-lagi mereka saling pandang. Bima, katanya"
Soalnya, kemaren gue ngebuntutin Bima dengan mobil gue gitu. Tapi gue kehilangan jejak waktu masuk di daerah Jalan Kiwi. Dan secara nggak sengaja, gue juga ngeliat elo lagi naek bajaj, melintasi daerah itu. Ada temen gue yang tau nama lo Marsha. Gue rasa lo bisa kasih informasi ke gue. Kali aja, lo sama Bima saling kenal.
Jadi bener kata Tata, kakak-kakak kelas mereka juga suka sama si idiot itu. Dih, kalo Bima tau, ge-er banget dia kali ya, disukain sama cewek paling populer di sekolah" pikir Marsha. Wah, Poppy... kenapa lo nggak kirim e-mail aja sama Justin Timberlake, ngelamar jadi pacarnya" Sapa tau lo beruntung. Mendingan Justin ke mana-mana daripada Bima. Udah tengil, idiot, nyebelin, lagi.
Eh& anu, Kak, sebenernya...
Tapi lo kenal sama dia, kan" potong Poppy. Ng... iya sih, tapi...
Kalo nggak gini aja deh, lo bisa kan... kasihin ini sama dia"
Poppy mengulurkan bingkisan berbentuk kotak segitiga yang sejak tadi dibawanya. Kotak yang sangat manis dengan corak bunga paduan warna marun dan pink dengan motif ukiran yang menonjol. Tiga dimensi. Di
t . c 117 atasnya ada pita warna marun bergaris benang warna emas. Di balik pita bagian atas, terselip amplop surat dengan motif yang sama. Keliatan banget bungkus benda ini harganya pasti mahal. Apalagi isinya.
Marsha dan Tata menatap benda itu takjub. Bagus sekali.
Tapi, Kak..., kata Marsha ragu.
Please..., ujar Poppy setengah memaksa. Lo bakal dapet imbalan dari gue deh! Poppy tersenyum dikulum. Wajah cantiknya berbinar-binar.
Marsha dan Tata merespons ucapan itu dengan diam seribu bahasa. Mereka menempatkan diri sebagai pendengar yang tekun, karena tak tau mesti bersikap bagaimana. Lebih tepatnya mereka bingung.
Gue bakal kasih lo sesuatu. Tapi nanti. Sesudah lo kerjain tugas lo. Oke" Tanpa menunggu jawaban Marsha, Poppy menempatkan benda itu ke tangan Marsha, lalu sambil tetap tersenyum ia pergi meninggalkan tempat itu.
Untuk yang kesekian kalinya Marsha dan Tata saling pandang. Lalu dua pasang mata mereka berbarengan menatap bingkisan itu lagi.
Siang itu, motor Bima melaju dengan kecepatan standar di jalan. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia menyusuri Jalan Kiwi untuk pulang. Dalam pikirannya, Bima sebenarnya sedang menyusun rencana yang akan di-
t . c 118 lancarkannya nanti malam. Pikiran yang meracuni otaknya. Balas dendam.
MENGERJAI CEWEK SINTING ITU!
Hueheuheuhehe... he..., Bima terkekeh. Seenaknya hari Minggu yang lalu dia mukulin gue sampe babak belur. Liat neh, sekarang gue udah sembuh dan kuat (padahal lebam biru di wajahnya masih nemplok di mana-mana). Nggak kalah kuat dari Chris John. Petinju kebanggaan Indonesia yang kepopulerannya udah mendunia. Yeah! Bima menepuk dadanya dengan mantap. Emangnya, meski dia jadi yang tuan rumah, gue nggak ada nyawa" Ganteng-ganteng gini, gue juga makhluk hidup yang punya perasaan. Lagian, gue kos di sana bukannya gratis yang hanya cukup dengan modal bau jempol doang. Gue kan juga bayar. Tiga bulan di muka, lagi. Yah, padahal Tante Dahlia orangnya baik banget. Tapi kenapa dia bisa-bisanya ngelahirin cewek yang otaknya sinting kayak gitu" Bima mendengus. Oke, bakalan gue tunjukin siapa bos sebenernya.
Tiba-tiba sebuah Xenia menyalip motor Bima dengan kecepatan tinggi. Lalu secara mendadak mobil itu berhenti tepat di depannya. Hampir saja motor Bima menabrak belakang mobil itu kalau saja Bima tidak segera berkelit dan ngerem.
WOI! teriak Bima garang. Namun ia segera terpana waktu mengenali Xenia siapa itu. Ia hafal nomor pelatnya, dan jauh lebih hafal cewek cantik, berambut ikal panjang, yang barusan turun dari mobil tersebut.
t . c 119 Nadia" desis Bima pelan dan tentu saja kaget. Perlahan, Nadia berjalan mendekati Bima. Jadi lo tinggal di daerah ini, Bim" ucap Nadia bersedekap tanpa ekspresi.
Bima waswas. Entah kenapa, kehadiran Nadia membuat Bima merasakan firasat buruk. Apa lagi yang akan dilakukan cewek ini"
Yeah, seperti yang elo liat, jawab Bima. Kenapa lo ninggalin gue"
Bima diam. Lo nggak kaget gue ada di sini"
Jelas saja Bima kaget. Ia tidak menyangka sama sekali akan bertemu Nadia. Hatinya bertanya-tanya, bagaimana bisa Nadia menemukannya. Tapi Bima tetap memilih diam. Menunggu apa yang sebenarnya diinginkan cewek itu. Nadia susah ditebak. Dan bukan tipe cewek yang bisa diajak diskusi. Labil.
Lo nggak kaget, karena gue punya ini" ucap Nadia lagi sambil menunjukkan kertas warna kuning yang ia keluarkan dari kantong jinsnya.
Bima terbelalak. Jelas ia tambah kaget. Ya ampun. Begitu bodohnya dia meninggalkan kertas brosur itu di rumah Tante Ana, sehingga ditemukan oleh Nadia. Di kertas itu kan tertera alamat tempat tinggalnya yang baru. Pantas saja Nadia bisa menyusulnya ke tempat ini. Padahal ia pergi dari rumah itu karena memang sengaja menghindari cewek ini. Bima memakimaki dirinya sendiri.
t . c 120 Percuma lo menghindar dari gue, Bim. Ke mana pun elo pergi, gue bakalan ngikutin lo!
Bima mendengar nada suara itu begitu tajam. Sekarang cewek itu semakin mendekat.
Nad, gue mohon, lo sadar, Nad. Harus berapa kali gue bilang Bayu itu udah nggak ada. Lo jangan pernah berharap kehadiran sosok Bayu dalam diri gue. Gue sama Bayu emang kembar. Tapi kami orang yang berbeda. Bayu udah meninggal. MENINGGAL. Bayu adalah masa lalu lo. Dan dia bukan gue. Jangan siksa diri lo sendiri dengan pikiran-pikiran konyol itu! nasihat Bima.
Nggak bisa. Sampai kapan pun, lo harus tetep jadi milik gue, Bim! Nadia membentak. Lo harus jadi pacar gue. Nggak ada yang namanya Bayu yang pernah kecelakaan dan meninggal. Yang ada itu Bima, pacar gue. Elo... Intonasi suara Nadia kini menurun. Bahkan kini ia hampir terisak.
Bima jadi tak tega melihatnya. Hatinya ikut terluka bila melihat Nadia menangis. Sebenarnya ia sangat menyayangi cewek yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri ini. Mereka sudah dekat sejak dulu. Sejak samasama berdomisili di Surabaya. Setelah keluarga Nadia pindah ke Jakarta pun, Nadia masih sering ke Surabaya sewaktu liburan sekolah, menemui neneknya di sana. Dan karena mama Nadia dan mama Bima adalah sahabat, keluarga Nadia pasti menyempatkan diri main ke rumah Bima. Dan di sanalah Nadia menjadi dekat dengan Bayu sewaktu Bayu masih hidup, sampai mereka
t . c 121 berdua pacaran. Sekarang Bayu sudah meninggal. Tapi sayangnya Nadia tidak pernah mau mengerti. Nadia, pulanglah..., ujar Bima.
Perlahan isakan Nadia terhenti. Pulang" tanyanya lirih.
Oom Jafar sama Tante Ana pasti nyariin lo. Jangan buat mereka khawatir.
Gue nggak mau pulang! suara Nadia mengencang lagi. Sorot matanya yang tanpa ekspresi itu menjadi tajam. Capek-capek gue nemuin lo ke sini, lo cuma nyuruh gue pulang" Pulang" Hahahha& Nadia tertawa.
Ini nggak perlu diterusin! kata Bima tegas. Ia menstater motornya dan pergi.
Bim!!! panggil Nadia. Bimaaa!!!!
Namun Bima tidak menggubris. Motornya terus melaju.
Dengan wajah penuh emosi, Nadia berlari masuk mobil. Lalu membawa Xenia-nya dengan kecepatan tinggi menyusul Bima.
Kalo emang itu mau lo, lebih baik lo bener-bener menghilang dari kehidupan ini, Bim! teriak Nadia penuh amarah, berniat menghantamkan mobilnya ke motor Bima.
Mobil itu terus melaju kencang. Tapi sedikit lagi Xenia tersebut akan menabrak motor Bima, entah kenapa Nadia berubah pikiran. Ia membanting setir, namun tak urung mobil itu sempat menyerempet motor Bima, mengakibatkan cowok berambut ikal itu beserta motornya terpental ke pinggir jalan.
t . c 122 Bruk! Badan Bima menghantam semak-semak. Kepalanya terbentur sesuatu.
Bima pingsan! CKIIIT!!!! Nadia mengerem mobilnya secara mendadak. Ia terenyak ke depan dengan wajah bengong. Napasnya ngos-ngosan. Dengan perasaan tak menentu ia berpaling ke kiri, kanan, depan, dan belakang jalan. Untunglah jalan itu sepi, sehingga apa yang dilakukannya tidak sempat terlihat oleh orang.
Ragu-ragu Nadia turun dari dalam mobil. Menemui Bima yang kini tergeletak pingsan di pinggir jalan sana.
Bim... Bima... gue nggak sengaja, Bim... maafin gue... Bima... Bima... Nadia menangis. Ia cemas, panik, campur aduk. Tapi ia tidak berani mendekat. Kerongkongannya menjadi kering. Seolah habis meminum berliter-liter air laut. Dirinya linglung.
Marsha menimbang-nimbang kotak segitiga bercorak bunga paduan marun dan pink yang ada di tangannya. Ia perhatikan saja benda manis dan cantik itu, lalu matanya memerhatikan surat yang terselip di atasnya. Saat ini ia sedang di dalam bajaj yang akan membawanya pulang ke rumah.
Wuah... zaman gene, Poppy masih memilih cara
t . c 123 lama buat ngungkapin perasaan. Tapi, mengirim bingkisan dan sepucuk surat juga romantis sih. Seenggaknya itulah yang bisa dilakukan cewek. Marsha mengangkat bahu.
Yeah, menyatakan perasaan lewat kata-kata yang terangkai dalam tulisan indah. Picisan. Tapi itulah sebabnya lagu-lagu cinta yang kata-katanya terlampau picisan, terkadang malah laku dijual di pasaran. Pikiran Marsha menerawang.
Tapi, tiba-tiba Marsha merasa abang bajaj menghentikan laju bajajnya di tengah perjalanan.
Ada apa, Bang" tanya Marsha heran.
Itu, Neng! tunjuk abang bajaj yang berperawakan kecil, kurus, dan berusia sudah cukup tua itu ke arah depan.
Marsha terbelalak melihat sebuah mobil menghalangi jalan mereka di depan. Tapi bukan mobil itu masalahnya, melainkan cowok yang tergeletak tak bergerak di pinggir jalan, yang membuat darah Marsha berdesir.
Itu kan... Marsha tercekat. Mengenali siapa dan motor siapa itu. Bima!
Buru-buru Marsha ke luar dari dalam bajaj. Namun karena lengan kirinya tersenggol tiang pintu bajaj, kotak segitiga yang dipegangnya terjatuh. Marsha berbalik dan memungut kotak tersebut kembali. Namun tanpa ia sadari, sepucuk surat yang menyelip pada pita di atas kotak itu melayang jatuh.
Bimaaaa!!! panggil Marsha sambil terus berlari ke arah sana.
t . c 124 Abang bajaj bingung melihat Marsha.
Setelah jaraknya cukup dekat, Marsha menjatuhkan badannya di samping Bima. Kepala Bima tampak berdarah. Cowok itu masih pingsan.
Bim, bangun, Bim. Banguuuun! Marsha panik, mengguncang-guncangkan badan Bima. Namun Bima tetap tak bergerak. Astaga. Kenapa cowok ini" Apa yang terjadi" Tanpa terasa air mata Marsha meleleh. Perlahan Marsha berpaling ke belakang, menghadap mobil Xenia yang masih ada di situ.
Mesin mobil itu hidup. Pengendaranya barusan menghidupkan mesinnya. Marsha menghapus air matanya. Bima, korban tabrak lari! pikir Marsha segera bangkit mendekati mobil Xenia tersebut.
Woi! Keluar lo! Keluar! teriak Marsha memukulmukul kaca mobil itu.
Tapi pengendaranya tidak menggubris ucapan Marsha. Ia sendiri dalam keadaan masih shock! Wajah pengendara itu tampak bingung, bak orang linglung.
Keluaaar! Lo harus tanggung jawab! Dengan nekat Marsha berlari ke depan mobil itu, sambil menunjuknunjuk dengan tampang garang. Gue bilang keluaaar!!!
Minggir, kalo nggak gue tabrak lo! ancam pengendara cewek di dalam mobil itu. Ia bersiap-siap menginjak gas.
Marsha kaget. Buru-buru menghindar. Untungnya sempat. Tapi kotak segitiga yang ada di tangan kirinya tersenggol sisa mobil sedikit, membuat benda itu me-
t . c 125 layang ke depan, jatuh ke tengah jalan, dan tanpa ampun ujungnya tergilas roda Xenia yang dikendarai cewek itu dengan kecepatan tinggi. Marsha memegang dadanya yang berdegup kencang.
Dasar orang gila. Hampir aja nyawa gue melayang! maki Marsha.
Xenia itu sudah meluncur jauh. Sayangnya Marsha tidak sempat melihat nomor pelatnya. Dan sayangnya dia tidak begitu jelas melihat wajah manusia yang ada di dalam Xenia itu. Tapi yang jelas dia cewek. Lalu Marsha kembali mendekati Bima.
Terlihat abang bajaj mendekat. Neng" Neng nggak apa-apa"
Saya nggak apa-apa, Bang. Tapi tolongin dia, Bang, dia temen saya. Bantuin saya bawa dia ke klinik yang ada di deket sini, Bang.
Ya Allah& Iya, Neng! kata abang bajaj itu membantu Marsha.
Sebelum pergi, Marsha menyempatkan diri mengambil bingkisan titipan Poppy.
Marsha tertegun, duduk di samping tempat tidur dalam sebuah ruangan di klinik. Di atas tempat tidur itu terbaring Bima yang masih pingsan.
Wajah Bima pucat. Kepalanya diperban. Tubuhnya lecet-lecet. Untung dokter dan suster yang mengobatinya mengatakan Bima baik-baik aja. Sebentar lagi,
t . c 126 Bima akan siuman. Hal itu membuat perasaan Marsha yang sejak tadi gelisah, kini sedikit tenang.
Kalau diperhatikan lebih teliti, cowok ini memang keren. Tubuhnya tinggi, kulitnya bersih, hidungnya mancung, rambutnya ikal. Apalagi dalam posisi tidur begitu. Wajah Bima benar-benar tampan. Kecuali tingkahnya yang menyebalkan, dalam hati Marsha menyetujui, wajar saja kalau Bima menjadi incaran cewekcewek di sekolahnya. Bener kata Tata, dia emang cakep sih! Pantas kalau Poppy juga sampai tergila-gila padanya.
Tanpa Marsha sadari, ia memandang wajah Bima lekat-lekat. Perlahan, dipegangnya tangan cowok itu.
Bim... gue nggak berhasil menghalangi cewek yang nabrak lo. Dia udah keburu pergi. Tapi yang penting lo baik-baik aja sekarang. Lo cepet sadar, ya" Meski menurut gue lo itu idiot dan nyebelin, tapi gue juga tetep nggak rela lo mati konyol di pinggir jalan& Mata Marsha berkaca-kaca.
Tiba-tiba Marsha tersadar akan tangisnya. Buru-buru ia seka air matanya dan secepatnya ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Bima.
Ya ampun... apa-apaan gue" Wajah Marsha merah padam. Apa dia sudah gila" Kenapa ia melakukan tindakan ini" Menangisi cowok itu. Memegang tangan cowok itu. Ih. Segera ia sadar diri, berdiri, dan berbalik.
Si idiot brengsek ini harusnya nggak gue kasihani... Ngapain coba, gue nolongin dia sampe ke klinik ini"
t . c 127 Kesambet setan apa gue" Marsha menoleh sesaat. Menatap Bima dengan pandangan sangar. Kemudian tatapan itu perlahan berubah sendu. Tapi kasihan juga... kalo bukan gue, siapa yang bakalan menolongnya"
Em& Tiba-tiba Bima mengeluarkan lenguhan suara halus. Tapi matanya masih terpejam.
Karena panik, cepat-cepat Marsha meninggalkan tempat itu. Sayangnya ia ketinggalan sesuatu yang tadi ia letakkan di meja, di samping tempat tidur Bima.
Bima membuka mata dan mengerjap-ngerjapkannya beberapa kali dengan tatapan buram. Lalu lama-kelamaan, pandangannya yang redup menjadi terang. Kepalanya sakit. Pertama-tama, Bima merasakan otaknya tak bisa bekerja. Berita buruknya, ia tidak bisa mengingat apa-apa. Perlahan, ia mulai menyadari keberadaannya di dunia nyata. Berita baiknya, ia masih hidup.
Kini ia dapat melihat dengan jelas wajah seorang suster berusia muda yang kini berdiri di sampingnya. Tadinya ia sempat berpikir suster yang memakai pakaian putih-putih itu adalah malaikat pencabut nyawa. Tapi untungnya bukan. Beberapa detik kemudian ia sadar ternyata berada di sebuah klinik. Cowok ini berusaha bangkit, namun ia merasa kepalanya agak berat, dan tangan kanannya terasa perih akibat lecet-lecet.
t . c 128 Tahan sebentar. Kamu belum boleh bangun dari tempat tidur dulu. Masih harus istirahat, cegah suster.
Kenapa saya bisa ada di sini, Suster" tanya Bima sambil meringis memegang perban di kepalanya.
Tadi, ada anak perempuan mengantarkan kamu dalam keadaan pingsan ke klinik ini. Katanya sih, kemungkinan besar kamu adalah korban tabrak lari yang ia temukan tergeletak pingsan di pinggir jalan.
Siapa" Nadia" tanya Bima terheran-heran. Soalnya kalau ia kumpulkan ingatannya yang sejak tadi tercecer, kini daya ingatnya mengalami peningkatan. Ya. Cewek terakhir yang ia temui adalah Nadia.
Nggak tau siapa namanya. Dia juga nggak bilang. Cuma... yang saya ingat... dia memakai seragam sekolah, sama seperti yang kamu pakai, wajahnya cantik, rambutnya panjang, ngng... saya tadi agak sibuk, jadi maaf... cuma itu yang saya ingat, jelas Suster. Ke mana dia sekarang, Suster"
Dia udah pergi. Oya, tapi tadi anak perempuan itu sempat berpesan. Motor kamu ada di bengkel, yang ada di dekat pertigaan nggak jauh dari klinik ini. Katanya kerusakannya nggak begitu parah dan nanti bisa diambil setelah diperbaiki. Ya sudah, sebaiknya sekarang istirahat dulu. Sebentar lagi juga sudah boleh pulang. Saya tinggal sebentar...
Bima tertegun. Suster itu hendak pergi, tapi kemudian menoleh lagi. Oya, tadi waktu anak perempuan yang nolongin
t . c 129 kamu pulang, dia ketinggalan barang itu. Suster menunjukkan sebuah bingkisan cantik di meja di samping tempat tidur Bima. Ujung bingkisan itu sudah gepeng, bekas tergilas mobil. Agaknya dia sangat buru-buru tadi, lanjut suster itu, soalnya dia nggak berpamitan sama siapa pun&
Bima menoleh. Tertegun menatap bingkisan itu.
Hari sudah gelap. Motor Bima masuk ke pekarangan rumah. Ketika mesin motor berhenti, mama Marsha yang memang cemas menunggu-nunggu Bima sejak tadi, menghambur keluar rumah dan langsung menemui Bima.
Astaga, Bima. Kamu ke mana aja udah malem gini Tante tungguin" Ya Tuhaaan& kenapa kepala kamu diperban begini" Dan tangan kamu" Kenapa ini" Kenapa"! Kamu berantem" Atau kecelakaan" Atau tawuran" Kenapa, Bim" berondong Mama menghujani Bima dengan pertanyaan-pertanyaan.
Ada kecelakaan kecil yang nimpa Bima, Tante, jawab Bima ringkas. Suaranya lemah.
Kecelakaan"! Mama tambah cemas.
Tapi sekarang udah nggak apa-apa. Tante nggak usah khawatir.... Bima melangkah, dibimbing Mama masuk ke rumah.
Marsha yang saat itu sedang duduk di ruang tamu sebenarnya mencemaskan keadaan Bima yang tadi dia
t . c 130 tinggalkan di klinik. Ia diam saja memerhatikan Bima yang masuk bersama Mama. Marsha gengsi kalau cowok itu tahu yang membawanya ke klinik adalah dirinya. Makanya tadi dia kabur dan sekarang purapura cuek, berlagak seolah tidak tahu dan tidak peduli dengan keadaan cowok itu. Ia pura-pura saja membaca buku pelajaran buat besok. Padahal sumpah mati hatinya tidak tenang. Mulutnya sudah gatal ingin bertanya, Bim, keadaan lo gimana" Lo baik-baik aja, kan" Apa kepala lo masih sakit" Kenapa tadi lo tergeletak di pinggir jalan" Apa bener cewek di mobil Xenia itu yang nabrak lo" Tapi ia tahan saja segudang pertanyaan itu. Cuma matanya yang sesekali mengintip Bima dari balik buku, penuh rasa penasaran.
Bim, beneran kamu nggak apa-apa" tanya Mama lagi.
Udah lebih baik kok, Tante. Soalnya tadi ada cewek yang nolongin dan ngebawa Bima ke klinik. Jantung Marsha berdetak. Apa Bima tahu" Ya sudah, Bim. Kamu istirahat di kamar sana. Oya, udah makan malam belum" Nanti Tante yang anter ke atas.
Udah, Tan. Bima udah makan. Beli bubur kacang ijo di dekat bengkel waktu Bima ngambil motor tadi. Bima istirahat dulu, Tan.
Mama menghela napas. Membiarkan Bima pergi. Bima meniti tangga menuju lantai atas. Di tengah tangga ia sempat melirik ke arah Marsha yang masih sok konsentrasi membaca buku di sofa ruang tamu.
t . c 131 Sesaat Bima tertegun membayangkan sebuah kotak yang ujungnya gepeng di klinik tadi, mengingat-ingat keterangan suster, kemudian mencoba menebak-nebak, tapi akhirnya ia menggeleng.
Usai berganti baju dengan kaus warna biru tua yang nyaman dan celana pendek, Bima merebahkan tubuhnya di ranjang perlahan-lahan sambil meringis menahan sakit, akibat lecet-lecet yang ada di sekujur badannya. Ia menarik napas dalam-dalam.
Apa mungkin Marsha" Bima masih mencoba menebak-nebak. Kata suster klinik itu, yang nolongin gue berjenis kelamin cewek, rambutnya panjang, trus seragam yang dia pake sama dengan seragam sekolah yang gue pake. Waktu itu, kejadiannya juga bertepatan dengan pulang sekolah. Kemungkinan Marsha, kan" Karena Nadia nggak mungkin make seragam sekolah kayak yang gue pake. Tapi kalo Marsha... ngimpi apa cewek itu baik banget nolongin gue" Sampe ngebawain motor gue ke bengkel segala lagi. Tapi& Bima bangkit dan bersila di atas ranjang, tadi tampangnya Marsha sih biasa-biasa aja. Seolah nggak ada kejadian apa-apa. Ah& padahal, kalo emang dia yang nolongin gue, pasti gue bakalan berterima kasih banget sama dia. Yah, ganteng-ganteng gini kan gue bukannya orang yang nggak tau berterima kasih....
Bima pun turun dari ranjang, mengeluarkan bingkis-
t . c 132 an kotak segitiga yang ujungnya sudah gepeng dari dalam tasnya. Bingkisan itu memang sengaja dia bawa pulang dari klinik. Sambil memerhatikan benda itu, ia berjalan menuju jendela kamar yang menghadap ke balkon. Ia buka gorden jendela lebar-lebar, lalu memegang dagunya.
Masih terus berpikir Bima memandangi benda itu. Perlahan, dibukanya kotak tersebut. Ternyata isinya adalah cake cokelat yang semuanya sudah hancur tidak berbentuk. Bahkan remahannya menempel di sudut kotak, bekas gilasan ban mobil.
Gue harus berterima kasih sama cewek yang nolongin gue itu. Gue harus tahu siapa cewek itu sebenarnya. Satu-satunya jalan, besok gue harus kembali ke tempat itu. Sapa tau gue bisa nemuin bukti....
Embun membasahi rerumputan yang ada di pinggir Jalan Kiwi pagi itu. Sengaja pagi-pagi sekali, sekalian berangkat sekolah, Bima sudah ada di tempat ia mengalami tragedi kecelakaan kemarin. Setelah mematikan mesin motornya, ia pun turun.
Di sekitar sini& Bima celingukan. Matanya secara awas memerhatikan seputar area itu. Kejadiannya begitu cepat. Gue masih bingung apa yang sebenernya gue alamin kemarin. Terakhir& gue ketemu sama Nadia, terus gue pergi, dan tau-tau& ada yang nyenggol motor gue dari belakang& trus gue nggak inget
t . c 133 apa-apa lagi. Bima menarik napas panjang. Kemungkinan besar mobil Nadia yang nyenggol motor gue. Tapi yang pasti bukan dia yang nolongin gue. Bima manggut-manggut. Tapi kemudian& Eh& apa itu"
Mata Bima menyipit ketika menangkap sesuatu di tengah jalan. Setelah yakin tidak ada mobil yang bakal melintas, Bima berlari ke tengah jalan dan menyentuh benda itu.
Benda itu ternyata adalah potongan-potongan cake cokelat. Setelah yakin dengan apa yang dilihatnya, cepat-cepat Bima kembali ke pinggiran jalan lagi.
Persis! Bau cake cokelatnya sama. Remahannya juga sama dengan yang ada di kotak. Bener. Cewek yang ninggalin bingkisan itu yang udah nolongin gue. Tapi sial! Gue masih belum nemuin bukti tentang siapa dia. Ah& siapa ya" Ah, sudahlah& gue pikir, sementara ini cukup. Bima kembali ke motornya, lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Tak jauh dari sana, sebuah amplop motif bunga dengan warna paduan merah marun dan pink tergeletak tak bertuan di pinggir jalan.
Woi, Bim! Bima dikejutkan sebuah suara dan tangan gemuk, putih, padat yang mencengkeram mantap bahunya ketika ia sedang termenung di kelasnya yang sudah sepi. Bima menoleh, menatap cowok berkulit putih berbadan gendut ini. Teman sekelasnya, Karlos.
t . c 134 Karlos" Belom mau pulang lo, Bim" Bentar lagi..., jawab Bima malas.
Apaan tuh" tanya Karlos sambil duduk di bangku sebelah Bima.
Tubuh Karlos sangat besar. Bima pun menggeser posisi duduknya sedikit. Bingkisan berisi cake cokelat.
Bingkisan yang udah ancur gitu masih disimpen. Udah rusak. Pasti isinya nggak bisa dimakan lagi. Mendingan lo buang ke tong sampah! Karlos tertawa. Tapi segera diam begitu melihat wajah serius Bima. Jidat Bima yang kini ditutupi dengan plester itu agak berkerut.
Lo mikirin apa sih, Bim"
Em& Gue mikirin cewek baik hati yang udah nolongin gue kemarin. Sesudah ngebawa gue ke klinik dalam keadaan pingsan karena gue diserempet mobil, dia ninggalin bingkisan ini di sana, jawab Bima.
Karlos geleng-geleng. Bim... Bim& Buat apa lo mikirin dia" Jangan-jangan dia sendiri yang nyerempet motor lo. Buktinya penolong lo sendiri kabur dan cuma ninggalin bingkisan setengah gepeng nggak berharga kayak gitu. Kalo dia nggak bersalah, ngapain dia pergi. Iya, kan"
Bima menggeleng. Pemikirannya sungguh tidak pernah ke arah situ. Yang nyerempet gue sama yang nolongin gue jelas orang yang beda.
Lo yakin banget. Karlos tidak percaya.
t . c 135 Perasaan gue mengatakan seperti itu.... Ah, lo cuma percaya sama perasaan. Lo kayak cewek banget. Lo kan cowok. Pake logika dong, Bim. Dia nabrak lo, ngebawa lo ke klinik, trus kabur karena takut lo nuntut macem-macem, atau ketakutan kalo lo ngebawa-bawa masalah ini sampe ke kantor polisi. Makanya dia kabur. Lari. Minggat. Trus karena buruburu, dia nggak sempet ngebawa bingkisan itu.
Gue juga udah pake logika. Bingkisan ini ketinggalan di klinik tempat gue diobatin. Dan remahan cake cokelatnya juga gue temuin di jalanan, tempat kecelakaan itu terjadi. Trus, kata suster yang ngerawat gue, cewek yang nolongin gue itu adalah pemilik bingkisan ini. Dia cewek berambut panjang yang memakai seragam sekolah kita. Berarti, dia anak SMA Pembangunan 5. Sedangkan yang nabrak gue adalah& Bima tidak sanggup melanjutkan kata-katanya lagi. Meski ia tahu yang menyerempetnya kemungkinan besar adalah Nadia, tapi ia tidak tega mengatakan hal itu. & Ah, sudahlah. Pokoknya semua bukti mengarah ke situ. Cuma yang jadi pikiran gue, gue masih belum bisa nentuin siapa sebenernya pemilik bingkisan ini" Padahal gue mau ngucapin terima kasih sama dia, karena udah nolong nyelamatin nyawa gue yang berharga ini& .
Kenapa lo nggak coba cari" usul Karlos. Cari ke mana" Banyak banget cewek yang ada di SMA kita. Dari kelas satu sampe kelas tiga. Begitu juga dengan cewek yang rambutnya panjang, sekaligus
t . c 136 yang tinggal di daerah Jalan Kiwi dan sekitarnya. Apa perlu gue tanyain satu per satu"
Gitu aja kok repot! Lo pasang aja pengumuman di mading, Bim!
Bima langsung menepuk bahu Karlos. Ide bagus tuh!
t . c 137 Cewek mana pun yang ngerasa memiliki bingkisan kotak dengan motif dan pita seperti ini, gue tunggu elo dengan amat sangat di kelas 2 IPA 4, pas jam istirahat. Please, datanglah...
Bima S AAT ini sudah jam istirahat. Beberapa cewek berke-
rumun di depan mading membaca pengumuman itu. Di kertas pengumuman, terdapat robekan kertas bermotif bunga paduan warna marun dan pink, serta potongan pita warna marun bergaris benang warna Emas. Beberapa cewek tampak berlarian menuju ke arah kelas 2 IPA 4, usai membaca pengumuman itu.
Marsha dan Tata yang berdiri tak jauh dari sana saling pandang.
t . c 138 Pengumuman aneh. Marsha mengangkat bahu. Ia mau pergi. Tapi ucapan Tata menahan langkahnya. Tapi, Sha, potongan kertas itu kan kayak... Kayak apa" Marsha berbalik.
Bingkisan punya Poppy. Tata menajamkan penglihatannya.
Marsha kaget. Masa sih"
Buru-buru keduanya lebih mendekat ke arah mading mengamati potongan kertas dan pita itu.
Tuh kan, mirip! jerit Tata mengerjap-ngerjapkan matanya.
Astaga... iya! Jerit hati Marsha. Persis malah! Ya ampun... jangan-jangan... itu bingkisan Poppy yang ketinggalan di klinik! pikir Marsha menyadari. Saking bingungnya, Marsha sampai lupa telah meninggalkan bingkisan itu di mana. Gara-gara bingkisan itu hilang, ia tidak jadi memberikannya pada Bima. Sekarang ia baru ingat bingkisan itu ternyata ketinggalan di klinik, usai ia menolong Bima. Yeah, sudahlah... itung-itung, ia tidak capek-capek lagi memberikannya pada cowok itu. Marsha mencoba tak peduli.
Kening Tata berkerut. Ia jadi berpikir, Kenapa bisa jadi kayak gitu" Kenapa Bima mengeluarkan pengumuman ini buat nyari pemilik bingkisan itu" Apa perlu" Kan ada suratnya"
Marsha tersentak. Surat" Yeah, surat! Astaga, suratnya kan kalo nggak salah&
Harusnya Bima tau bingkisan itu dari Poppy, lanjut Tata. Emangnya lo cuma ngasih bingkisannya aja
t . c 139 tanpa ngasihin suratnya, Sha" Tata berpaling pada Marsha dengan pandangan curiga. Tapi Marsha sudah berlalu dari tempat itu, menuju kelas 2 IPA 4 untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
Marsha! Tata segera mengejar.
Kelas 2 IPA 4 penuh! Cewek-cewek berjubel, mengaku sebenarnya mereka pemilik bingkisan itu. Bima jadi kesulitan. Karlos juga tampak sibuk menenangkan beberapa cewek yang bertengkar akibat sama-sama ngotot, mengaku pemilik bingkisan. Memang, pesona Bima kuat banget di mata cewek-cewek. Terutama bagi cewek-cewek yang ngefans berat sama Bima yang cakep itu.
Tenang, semuanya, tenang! ujar Karlos kebingungan. Tubuhnya terombang-ambing akibat didorong-dorong. Ia malah dijadikan tameng di antara dua cewek yang bertengkar. Bahkan sesekali kepalanya tidak sengaja kena pukulan nyasar. Atau malah, karena saking geramnya kedua cewek itu dihalangi oleh Karlos, mereka dengan sengaja menjitaknya.
Aduh, sabar dooong. Sabaaar... Keadaan Bima tidak jauh bedanya dengan Karlos. Malah lebih parah. Beberapa bagian tubuhnya jadi serangan cubitan para cewek.
Lho" Kok malah jadi kayak gini"! Marsha kaget begitu menyaksikan pemandangan heboh di kelas 2 IPA 4 itu.
t . c 140 Ya ampunnnn... Tata bingung waktu sampai di depan kelas itu juga. Ia dan Marsha bahkan ikut terdorong ke sana kemari karena kelakuan teman-teman cewek mereka yang lagaknya seperti wanita Amazon menemukan laki-laki. Liar dan membabi buta. Terpaksa mereka menyingkir tak jauh dari sana untuk mengamankan diri.
Tidak berapa lama, hal tak diduga terjadi. Poppy muncul. Kehadiran cewek paling ngetop di sekolah itu tertangkap mata Marsha. Cepat-cepat Marsha menarik lengan Tata agar bersembunyi di balik tembok.
Ada apaan sih, Sha" Kok mereka ngerubutin Bima kayak gitu" Tata bingung.
Gue juga nggak tau, Ta. Kita liatin aja. Marsha memberi kode pada Tata agar tenang.
Minggir semuanya! ucap Poppy.
Kehadiran cewek cantik ini, sontak membuat suasana yang ramai jadi tenang. Cewek-cewek yang tadinya ribut jadi terdiam, seolah kena hipnotis. Bahkan ada yang langsung menyingkir karena jiper dengan kecantikan Poppy yang pastinya mengalahkan kecantikan mereka semua. Tubuh semampai dengan kecantikan nyaris sempurna itu ampuh membuat cewek-cewek yang ada di sana serentak memberi Poppy jalan.
Asal kalian tau ya, bingkisan itu punya gue! ujar Poppy pada semua cewek yang ada di sana. Lalu dengan penuh percaya diri ia melangkah mantap mendekati Bima.
Karlos melongo. t . c 141 Bima terpana menanti Poppy mendekat. PERSIS! Cewek cantik, rambut panjang, satu sekolahan sama gue& Apa bener dia" batin Bima bertanyatanya, menyama-nyamakan bentuk fisik Poppy sangat sesuai sekali dengan apa yang diceritakan suster klinik waktu itu.
Pengumuman lo itu serius" tanya Poppy ketika berhadapan dengan Bima.
Bima mengangguk mantap lalu berkata, Tapi gue nggak suka sama cewek-cewek yang ngaku-ngaku pemilik bingkisan ini padahal bukan. Gue nggak suka sama cewek yang ngebohong. Dan kalo ada yang cobacoba ngebohong, itu juga bakalan ketahuan.
Poppy tersenyum. Kedatangan gue ke sini bukan buat ngebohong, tapi mau mengakui yang sebenernya.
Karlos maju ke depan. Eh, semua cewek di sini juga awalnya bilang gitu. Tapi akhirnya mereka nggak tau isi bingkisan itu. Jangan yakin dulu sebelum elo&
Bima menyikut Karlos agar diam. ia memelototi temannya itu.
Karlos mundur teratur, cengar-cengir. Silakan, Bim& .
Bima berpaling pada Poppy. Oke, kalo elo emang pemiliknya, lo pasti tau apa isinya.
Tunggu! Poppy mengangkat tangan. Gue masih belum tahu apa maksud dan tujuan lo ngeluarin pengumuman itu dan ngumpulin cewek-cewek sebanyak


Be My Sweet Darling Karya Queen Soraya di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

t . c 142 ini. Gue nggak suka dateng ke satu tempat hanya ngelakuin hal yang sia-sia. Tapi oke, gue nggak akan nyesel terlibat dalam kekonyolan ini asalkan... Poppy melirik bingkisan yang ada di tangan Bima. Keningnya berkerut. Aneh... kenapa bentuknya jadi setengah gepeng kayak gitu" Anak kelas 2 yang namanya Marsha itu gimana sih" Kemarin kan waktu gue nitipin bingkisan itu kondisinya masih bagus. Bener-bener nggak bisa dipercaya! batinnya mengomel. Tapi bodo, ah... ... sebelum gue nyebutin apa isi bingkisan itu, lanjut Poppy, lo juga harus kasih tau gue, apa yang bakalan gue dapet kalau jawaban gue ternyata bener....
Bima menghela napas. Gue pasang pengumuman di mading, karena gue berutang budi sama pemilik bingkisan ini. Dia udah nolongin gue dari kecelakaan yang nimpa gue sekitar dua hari yang lalu. Kalo lo tau apa isinya, berarti lo emang pemilik asli bingkisan ini. Dan berarti lo emang yang udah nolongin gue. Karena gue sangat berutang budi sama pemilik bingkisan ini, maka dia bebas minta apa pun dari gue, selama permintaannya itu masih masuk akal, janji Bima.
Yap, soalnya Bima takut juga kalau-kalau Poppy minta imbalan sebuah rumah di kawasan elite lengkap dengan sertifikatnya. Atau minta tiket pulang-pergi Jakarta-Bali, menginap di hotel berbintang, plus minta tambahan uang jajan. Atau yang lebih horor lagi, minta foto Bima lagi pose mesra sama monyet.
Nolongin dia" Utang budi" batin Poppy tak mengerti. Tapi untuk apa ia harus mengerti" Toh yang
t . c 143 diperlukan hanya menyebutkan apa isi bingkisan itu, lalu semuanya beres.
Eh, cewek-cewek, kalian denger kan semuanya" tanya Poppy kepada cewek-cewek yang ada di situ. Biar gue jawab sekarang. Meski masih bingung maksud perkataan Bima, tapi Poppy yang memang naksir berat sama Bima langsung senang mendengar penawaran itu. Ini kesempatan emas! Apalagi, dia jelas-jelas tau isinya karena memang dialah pemilik yang asli. Isi bingkisan itu, cake cokelat merek Valentine. Cokelat kayak gitu nggak dijual sembarangan. Harganya juga mahal. Kalo lo nggak percaya, liat aja isi kotak bagian dalemnya. Dasarnya ada merek dagang cokelat, yang gambarnya Menara Eiffel, ujar Poppy dengan lancar. Penuh percaya diri.
Bima dan Karlos saling pandang kaget. Periksa dulu, Bim! seru Karlos.
Segera Bima memeriksa kotak itu, merobeknya dan memastikan bagian dasar kotak. Ternyata memang benar, ada merek dagang cokelat bernama Valentine, dan gambar Menara Eiffel.
Lo bener..., ucap Bima tercekat.
Semua cewek yang masih ada di sana kaget, saling pandang. Sebagian dari mereka menatap Poppy sinis. Gue bener, kan" tanya Poppy puas.
Jadi, elo yang udah nolongin gue dari kecelakaan itu" Beneran elo orangnya" tanya Bima meyakinkan. Alah& itu semua nggak penting& .
Tapi itu penting buat gue karena&
t . c 144 Ya udah, potong Poppy, sesuai janji lo tadi, dengan disaksikan semua cewek yang ada di sini maka permintaan gue adalah& mulai sekarang lo jadi cowok gue! ucap Poppy terus terang.
Ya ampun& Sha! Bima ditembak Poppy& . Tata pasang tampang kaget di persembunyiannya.
Marsha yang ada di sebelah Tata juga kaget setengah mati mendengar hal itu. Cepat-cepat ia menarik tangan Tata, menjauhi kerumunan.
Tunggu, Sha. Ending-nya kan belum ketahuan. Bima belum ngejawab tembakan Poppy. Siapa tau Bima nolak. Berarti gue masih ada harapan. Marsha... jangan tarik-tarik tangan gue doong, lo nggak penasaran apa" Sha... Marsha! Marsha"
Marsha tidak memedulikan lagi ucapan Tata. Ia terus saja menarik lengan sahabatnya itu agar menjauh. Entah kenapa perasaan hatinya jadi tidak enak. Dadanya terasa sesak...
Coba tanya deh sama anak-anak SMA Pembangunan 5. Apa kejadian yang paling menghebohkan kemarin" Pasti jawabannya adalah peristiwa bingkisan cokelat Valentine milik Poppy, dan lanjutan ceritanya berupa penembakan Poppy, disusul jadiannya Poppy sama Bima.
Semua mulut berbicara. Dari cewek-cewek yang kecewa karena mereka tidak berhasil dipercaya Bima se-
t . c 145 bagai pemilik bingkisan itu, sampai cowok-cowok yang panas dan ngiri waktu akhirnya tahu, bidadari SMA Pembangunan 5 yang bernama Poppy sekarang sudah punya pacar.
Poppy is not single anymore& Poppy is not single anymore& kata-kata itu bagaikan mantra yang sanggup membuat hati cowok-cowok pada retak.
Marsha sampai pusing mendengarnya. Soalnya, gosip yang menurutnya sangat tidak bermutu itu sekarang tengah bergaung di mana-mana. Dan seakan-akan di tiap sudut sekolah bagian mana pun, Marsha mendengar anak-anak dengan semangatnya membicarakan kejadian itu. Di kelas, di kantin, lapangan basket, di taman, bahkan di ruang pratikum kimia. Ya ampun...
Saat jam istirahat, demi tidak mau mendengar cerita tentang Bima dan Poppy lagi, dan demi sepasang kupingnya yang hampir budek gara-gara mendengar cerita yang sama, Marsha memilih satu tempat yang dianggapnya paling memberikan ketenangan hati, jiwa, dan raga.
Yap, Marsha sedang berdiri di depan pintu tempat itu sekarang. Di sinilah tempatnya... PERPUSTAKA- AN!!!
Begitu masuk perpustakaan, Marsha memilih sebuah buku sastra lalu duduk di sebuah meja panjang. Kebetulan perpustakaan lagi sepi. Yeah, ia bisa tenang berada di sana. Waaah, tenangnya, sepinya, bahagianyaa& tidak ada lagi cerita tentang Bima, tidak ada
t . c 146 lagi gosip tentang Poppy, yang ada hanyalah Marsha dan ketenangan ini& .
Lo percaya nggak, Poppy pemilik bingkisan itu" tanya seorang cewek yang duduk di meja panjang tak jauh dari Marsha, dengan suara bisik-bisik.
WHAT"! Wajah Marsha yang tenang dan penuh kedamaian itu sontak menegang. Secepat kilat ia menoleh sinis pada cewek yang barusan berbicara. Cewek itu dikenali Marsha sebagai salah satu murid berprestasi di SMA Pembangunan 5 yang cukup pendiam.
Ya ampun... bahkan di perpustakaan pun si idiot itu jadi bahan pembicaraan para si kutu buku! gerutu Marsha kesal dalam hati.
Ah, mungkin aja Poppy cuma beruntung nebak, dan kebetulan jawabannya tepat, jawab temannya, juga dengan suara berbisik.
Bisa jadi begitu sih, tapi apa Poppy sebegitu hebatnya sampe bisa nebak dengan jawaban jitu"
Mungkin dia main sogok. Bisa jadi dia ngasih uang tutup mulut sama Karlos biar ngebocorin isi bingkisan itu. Kayak nggak tau aja, lo. Karlos kan mata duitan.
Duh& kalo beneran gitu, coba gue yang nyogok Karlos duluan. Jadinya yang jadian dengan Bima itu gue. Bukannya Poppy.
Keduanya terkikik. Iya bener kata lo. Gue juga tadinya sempet berpikiran sama. Coba& bla& bla& bla& jadinya kan& bla& bla&
Betul bla& bla& bla&
t . c 147 TIK TAK TIK TUK! TIK TAK TIK TUK! Suara detak jam dinding perpustakaan jelas terdengar. Dengan sabar Marsha menunggu pembicaraan kedua cewek itu sampai berhenti. Tapi ternyata belum-belum juga. Kesabaran Marsha sudah habis. Maka...
BRUAAKK!!! Marsha mengempaskan buku yang ia pegang ke meja. Bersamaan dengan itu, perpustakaan yang sepi makin menjadi sepi, mirip kuburan Tanah Kusir di malam hari. Semua manusia yang ada di sana sangat kaget mendengar suara itu dan langsung menoleh ke arah Marsha.
Heh! Bisa tenang nggak"! tanya Marsha tajam, menunjuk dua cewek tadi, yang bergosip ria masalah Bima. Kalian tau kan, ini perpustakaan"
Kedua cewek itu langsung diam seribu bahasa. Tapi juga mikir. Yang bilang tempat ini kuburan siapa"
Orang-orang yang ada di sana, terutama petugas perpustakaan yang tak jauh dari tempat itu pun menunjukkan tampang melongo bingung.
Di sini tuh kita semua butuh ketenangan, Marsha sok memberi nasihat. Perpustakaan itu tempatnya nyari ilmu pengetahuan, belajar, dan menemukan segudang informasi. Mikir dong! Eh, ini kalian berdua malah ngegosip nggak guna! Jadi males gue di sini! Marsha menggeser kursinya dan pergi. Ia memutuskan untuk kembali ke kelas saja.
LAGI-LAGI BIMA, LAGI-LAGI POPPY! Marsha benar-benar tidak tahan mendengar pembicaraan yang
t . c 148 paling membosankan di seluruh planet ini. Kenapa sih mereka nggak ngegosip aja masalah artis yang lagi ngetop"! Masih banyak bahan pembicaraan yang jauh lebih bermutu. Kenapa mereka nggak ngebahas masalah orang-orang yang sekarang berlomba-lomba memasang berlian di giginya" Kenapa ada manusia yang doyan minum air seninya di waktu pagi" Kenapa Justine Timberlake itu ganteng banget" Dan masih banyak ragamnya lagi. Tebak-tebakan basi juga masih enak didenger!!!
Tapi begitu Marsha pergi, seolah tidak pernah terjadi apa-apa, kedua cewek itu melanjutkan pembicaraan mereka lagi, bergosip lagi. Petugas perpus kembali bekerja. Suasana tempat itu kembali normal.
Sha! Tata yang sedang membaca buku di bangku, melambaikan tangannya ke arah Marsha yang dilihatnya barusan masuk kelas.
Marsha duduk di samping Tata dengan wajah masam.
Sha, dari mana aja sih lo" Gue cariin dari tadi& . Heran gue, kenapa sih semua orang nggak ada henti-hentinya ngomongin masalah kemarin"! oceh Marsha sewot.
Masalah apa" tanya Tata. Itu, si Bima sama Poppy. Mulut Tata membentuk huruf O.
t . c 149 Waktu gue lewat taman, cewek-cewek lagi pada ngomongin mereka. Di lapangan basket, cowok-cowok latihan basket sambil ngomongin mereka. Waktu gue masuk ke kantin, semua orang lagi ngomongin mereka. Eh& di perpustakaan, gue juga denger dua orang cewek lagi ngomongin mereka. Apa sih menariknya cerita tentang kedua orang itu"! Ih, apa coba menariknya"!!!
Tata manggut-manggut dengan tampang serius. Lo bener, Sha. Gue setuju apa kata lo! Gue juga bingung. Kenapa sih mereka pada ngomongin Poppy" Tuh kan" Lo juga bete, kan"! kata Marsha kesal. Iya, Sha. Gue bete banget! Padahal menurut gue, yang paling menarik itu kalo ngebahas tentang Bimanya. Meski Poppy cantik, tapi kenapa Bima mau-mauan jadian dengan cara kayak gitu" Harusnya kan Bima pikir panjang dulu, nggak langsung nerima Poppy cuma gara-gara dia bisa tahu isi bingkisan itu. Gue juga heran kenapa... bla... bla.. bla...
Marsha melotot mendengarnya.
...bla... bla... bla... Bima itu terlalu keren buat Poppy. Coba gue aja yang jadi pacarnya, pasti cocok tuh. Sayang aja rambut gue terlalu megar. Tapi kalo rambut gue dicatok sedikit, trus kacamata gue diganti sama so lens warna biru, pasti gue nggak kalah cantik dari Thallia. Trus, bla& bla& bla& dan juga bla& bla& lho" Sha, lo mau ke mana, Sha" Gue belum selesai ngomongnya. Sha" Marsha!!! Tata terbengong-bengong menatap Marsha yang tiba-tiba ngeloyor pergi.
t . c 150 H ARI ini Mama pulang agak malam. Ini karena tadi
ada rapat kecil di toko kue. Begitu Mama sampai rumah, Marsha langsung menyambutnya dengan membawakan barang-barang Mama berupa kotak kue berlogokan toko kue tempat Mama bekerja. Isinya berbagai macam kue basah yang hari ini nggak habis dijual, padahal toko sudah harus ditutup.
Biasanya sih kue-kue itu masih bagus dan enak, serta masih bisa bertahan sampai besok atau dua hari lagi. Tapi karena sistem penjualan kue basah hanya satu hari jual dan langsung ditarik dari peredaran, maka pegawai toko sering membawa kue itu pulang daripada harus dibuang. Kan mubazir...
Wah& ada jongkong nih! kata Marsha memeriksa
t . c 151 kotak kue itu di meja ruang tamu. Ia sangat senang mengetahui Mama membawa kue kesukaannya.
Sha, kamu anterin kuenya ke atas gih. Kasih Bima, ujar Mama.
Idih, kalo dia mau, dia aja yang turun ke sini! Marsha malas.
Marsha... kamu ini sukaaa aja ngebantah. Apa susahnya sih ke atas" Mama geleng-geleng. Marsha cemberut.
Wah, Tante bawa apaan nih" tiba-tiba Bima muncul dari arah tangga.
Ih, dia dateng! Marsha melengos. Teringat gosip yang beredar secara merajalela tentang Bima di sekolah tadi.
Kepalanya gede banget tuh, hampir seharian jadi pembicaraan hot di sekolah. Serasa jadi selebriti papan atas. Serasa lebih keren dari Justin Timberlake, serasa lebih ganteng daripada Toby Macguire, serasa lebih hebat daripada David Beckham, serasa lebih baik daripada Pangeran William. Untung gue bukan paparazzi, kalo gue paparazzi, bakal gue potret dia lagi tidur. Tapi sebelumnya gue dandanin dulu dia kayak perempuan, pake baju perempuan, sepatu hak tinggi, megang setandan pisang, baru dipotret deh. Gue pajang tuh di headline news surat kabar! Judul beritanya sedikit gue dramatisir: BIMAWATI, PRIMATA TERCANTIK ABAD INI! batin Marsha ngayal aneh.
Tante bawa kue, Bim. Sana ambil, kalo nggak cepetan ngambil ntar diabisin Marsha lho, kata Mama sambil berlalu.
t . c 152 Mama! Marsha merajuk, memandangi mamanya yang sudah masuk kamar.
Bagi doong& . Bima mendekat meja ruang tamu, langsung mencomot jongkong yang tinggal satu-satunya.
Jangan diambil! rebut Marsha. Yeee... gue kan udah duluan! Tapi itu punya gue, idiot!
Cewek sinting nggak boleh makan ginian. Ntar cepet tua. Liat tuh, muka lo udah ada kerutannya.
Tanpa sadar Marsha memegang wajahnya. Ketika menyadari ternyata Bima meledeknya, Marsha sangat marah. Idiot brengseeek!!!
Kalo elo marah, berarti lo beneran sinting! Bima tertawa cekakakan.
IDIOOOT!!!! Marsha tambah kesal. Mencak-mencak.
Aduuuuhhhh!!!! Mendengar ribut-ribut itu, Mama keluar lagi dari kamar. Kalo kalian nggak akur terusterusan kayak gini, gimana Mama bisa tenang ninggalin kalian berdua besok" teriak Mama.
Apa"!!! Marsha dan Bima langsung berpaling ke Mama secepat kilat. Besok"!!! Keduanya saling pandang.
Serius, Ma" tanya Marsha tak percaya. Yang bener, Tante" Bima melongo.
Mama mengangguk. Tadi di kantor Mama ada rapat membahas masalah pemekaran toko kue. Rencananya Ibu Rosa mau buka cabang di daerah. Salah
t . c 153 satunya adalah Lampung. Mama dipercaya Ibu Rosa nemenin ke sana buat survei lokasi, dan mengurus yang lainnya, jelas Mama.
Tapi& tapi, Ma& Mama cuma pergi beberapa hari. Malam Kamis Mama juga udah pulang. Kalian berdua udah gede, dan Mama yakin kalian bisa jaga sikap kalian. Pokoknya Mama nggak mau ada yang berantem-berantem di rumah ini selama Mama pergi. TITIK! Mama kembali masuk kamar dan menutup pintu.
Marsha dan Bima saling melotot.
Lo biang masalah di rumah ini! maki Marsha. Gue kalem. Lo yang liar! balas Bima.
Apa" Nggak ngaca lo" Tiap hari kelakuan lo tengil, lebih liar dari monyet-monyet di atas pohon! Oke, gue monyet. Lo urangutan.
Idiot! Lo aja yang monyet! Lo aja yang orangutan!
Kalo gitu gue monyet dan orang utan laki-laki, elo yang perempuan!
Idioooooo444!!!!!! Hwahahahahahahaha!!! Idioooooooooooo44444t!!!!!!!!!
Marshaaaaaaa!!!!! Bimaaaaaaaaaa!!!!!!! Mama berkacak pinggang di tengah pintu kamar.
t . c 154 Pukul 06.00 keesokan harinya Mama sudah siap berangkat. Dia membawa tas jinjing ukuran sedang berisi beberapa potong pakaian dan berkas-berkas kerja yang diperlukan.
Mobil kantor sudah menunggu di depan pintu. Ibu Rosa menunggu di rumahnya, juga akan dijemput. Pagi ini juga mereka akan langsung berangkat dengan mobil itu, menyeberang ke Pulau Sumatra dengan kapal feri, menuju Lampung.
Mama menatap Marsha dan Bima bergantian. Perasaannya kok tidak enak.
Sebenarnya sih, Mama agak khawatir meninggalkan dua makhluk yang hobi berantem ini di rumah. Ada Mama aja keduanya selalu ribut, apalagi kalau tidak ada. Kalau bukan karena tanggung jawabnya sebagai staf marketing yang mengharuskannya mendampingi Ibu Rosa ke Lampung, mana rela Mama pergi. Meninggalkan kedua anak nakal ini" Ide buruk.
Jaga rumah baik-baik ya, Sayang" Mama mencium kening Marsha. Inget, jangan berantem..., bisik Mama sedikit mengancam dengan galak.
Iya, Ma..., kata Marsha.
Bima, Tante titip Marsha, ya" pesan Mama. Beres, Tante. Kalo tiba-tiba dia ngamuk, tenang aja, bakal Bima tenangin kok. Kalo perlu Bima bius pake suntikan sapi& , canda Bima yang dibalas dengan pelototan mata oleh Marsha.
Mama tersenyum, lalu masuk mobil.
t . c 155 Ati-ati, Ma. Ati-ati, Tante.
Kedua anak manusia ini menatap kepergian mobil sampai menjauh.
Setelah mobil menghilang, Marsha menoleh ke arah Bima. Eh, idiot! Karena mulai hari ini Mama nggak ada, jadi gue yang punya kuasa di rumah ini!
Oya, Penguasa... kalo gitu, gue minta ampun dan nggak akan berani sama lo lagi, ledek Bima. & Tapi ngomong-ngomong, baju gue belum dicuci tuh. Itu kan tugas lo.
Ini juga gue mau nyuci baju, bego! Lo pikir gue nggak bisa dikasih tanggung jawab" Marsha buang muka dan segera pergi meninggalkan tempat itu.
Bima tersenyum misterius memandangi Marsha dari belakang. Ia tetap tidak beranjak dari tempat itu sampai Marsha menghilang masuk rumah. Selang satu menit, Bima menghitung, Satu, dua... ti...
Idioooot breeengseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeek!!!!!!!! terdengar suara teriakan Marsha melengking dari dalam rumah.
YES! YES! YES! Kena lo! Bima menari-nari di halaman rumah. Lalu ia berlari ke kamar dengan tawa kemenangan.
Brengsek! Idiot! Sialan! Siaaalaaan!!!!! maki Marsha menatap baju yang berjibun-jibun banyaknya di keran-
t . c 156 jang pakaian kotor di kamar mandi belakang. Dan yang lebih menyebalkan, semua baju itu adalah pakaian Bima. Itulah alasan Marsha mengapa ia berteriak sekencang dan sekesal itu. Brengsek! Dia pikir gue pembantu apa"! Berani-beraninya dia nimbun pakaian kotor sebanyak ini! maki Marsha kesal sambil memilah-milah pakaian berwarna dan pakaian putih menjadi dua bagian. Ia menarik-narik pakaian itu dengan kasar. Lalu tangan Marsha meraih sebuah kain kecil warna hitam berbentuk segitiga. Mata Marsha terbelalak, ia langsung mual memerhatikan benda yang ternyata cangcut itu. Bima idiooooooooooot!!!
Teriakan Marsha yang kencang itu terdengar sampai lantai atas. Tapi sekarang, Bima yang sudah berada di kamar tidak mendengarnya. Soalnya ia lagi sibuk menari-nari menahan geli sambil menghidupkan musik keras-keras.
POKOKNYA LO BENER-BENER IDIOOOOOOOOTTTT! GUE BENCI SAMA LO, BIMAAAA!!! GUE BENCIIII!!!!! teriak Marsha sekuat tanaga yang ia punya.
BRAK! Gue udah nggak tahan sama kelakuan lo! protes Marsha siang itu sambil meletakkan piring berisi telur goreng di meja.
Kenapa" Sikap gue baik-baik aja. Malahan gue nggak ngeluh meski siang ini gue makan siang pake
t . c 157 lauk telor gosong buatan lo ini, sindir Bima sambil mengunyah makan siang buatan Marsha.
Marsha melotot. Jangan ngalihin pembicaraan, idiot! Yang gue bahas itu baju lo yang numpuk di tempat cucian! Bukannya makan siang ini!
Eh, masalah baju itu urusan lo. Fasilitas nyuci dan setrika udah ada dalem perjanjian sejak pertama kali kos di tempat ini. Gue yang nggak salah, elonya protes. Gue makan makanan nggak enak kayak gini, nggak lo bahas. Liat nih, telor yang lo goreng gosong. Sayur asem buatan lo juga nggak enak. Masih lezat makanan kelinci gue dari pada masakan lo, oceh Bima.
Marsha menahan geram. Entah kenapa ia tidak mampu meredam emosi. Melihat tingkah Bima yang cuek dan seenaknya ini memang bikin dia naik darah. Dan untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, Marsha segera merebut air minum di sebelah Bima, meneguk segelas besar air putih itu sampai habis, meletakkan gelas dengan kasar, mengelap mulutnya yang basah dengan geram, lalu berlalu dari tempat itu tanpa bersuara.
Ratu Intan Kumala 1 Wiro Sableng 149 Si Cantik Dari Tionggoan Budi Kesatria 5
^