Pencarian

Book Under Blue Sky 1

A Book Under The Blue Sky Karya Norman Karel Bagian 1


A Book Under The Blue Sky
By: Norman Karel @NormanKarel A Book Under The Blue Sky
Teruntuk" Cinta Pertama dan Kenangan Manis Yang Tak Pernah Hilang
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
Pernah gak kalian jatuh cinta sama orang yang selama ini kalian benci" Ditambah dengan
fakta besar bahwa dia adalah cinta pertama kalian" Feels awkward, right" Itu yang gue rasakan.
Aneh memang rasanya ketika harus menerima kenyataan bahwa cinta pertama kalian itu
adalah orang yang kalian benci. Kadang gue berpikir bahwa hal itu lucu. Gue teringat dengan
sebuah pepatah lama yang isinya "dari benci lama-lama jadi cinta". Yah, dulu sih gue ketawa aja
dengerin hal konyol itu. Tetapi seiring berjalannya waktu, gue sadar bahwa pepatah itu bukanlah
sesuatu yang harus dijadikan bahan lelucon. Karena hal itu benar-benar terjadi.
Gue akan cerita sama kalian -dalam bentuk fiksi- tentang apa yang gue rasakan. Jatuh
cinta dengan orang yang gue benci dan harus berakhir seperti langit dan buku. Sang langit biru
yang maha perkasa hanya bisa melihat, membaca dan memahami sang buku. Sementara si buku
hanya mampu menuliskan kekagumannya terhadap sang langit di setiap lembaran kertasnya.
Mereka sangat ingin untuk setidaknya saling bersentuhan, tapi itu akan membutuhkan waktu
yang sangat lama. Karena akan tiba saatnya, dimana sang langit akan dapat memegang sang
buku. Ah, mungkin cerita ini akan sangat cocok kalau gue kasih judul"
A Book Under The Blue Sky.
Dan inilah kisahnya. Norman Karel Bandung, 15 Oktober, 2014
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
Daftar Isi Chapter 1 " Remember Me"
Chapter 2 " Angel From Hell
Chapter 3 " Saatnya Balas Dendam
Chapter 4 " Hampir Chapter 5 " Luck Chapter 6 " I" Can"t"
Chapter 7 " A Date Chapter 8 " Have Fun
Chapter 9 " Perempuan Cantik dan Boomerang
Chapter 10 " One Step Closer
Chapter 11 " Why"
Chapter 12 " RedRose Fall
Chapter 13 " Buku, Kertas, Akhir
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
Chapter 1 Remember Me" "KRIINNNGGGG!!!!"
Bunyi alarm begitu keras. Gue langsung bangun dari tempat tidur dan melihat ke arah
jam. Dengan mata yang masih sayu-sayu gak jelas dan fokus yang masih gue coba kumpulin,
gue liat kearah jam di dinding. Ah! Masih burem! Gue usap-usap muka gue. Lagi, gue coba
fokusin pandangan gue ke jam di dinding. Jarum panjang di angka dua belas, jarum pendek di
angka tujuh. Oh jam tujuh kok"..
"KAMTEK! JAM TUJUH! GUE TELAT!!"
Gue bangun dari tempat tidur, masuk ke kamar mandi (kebetulan kamar mandinya ada di
dalam kamar gue), terus mulai mandi. Oke fix. Gue gak bisa mandi lama-lama. Gue cuman bisa
sikat gigi, cuci muka. Sabunan" Ah ntar aja pulang sekolah. Sampoan" Itu penting banget. Ntar
gak enak diliat guru rambut gue lepek-lepek, ketauan belum mandi. Gak perlu waktu lama, lima
menit cukup buat gue mandi. Setelah mandi dan pake baju seragam, gue buru-buru turun
kebawah sambil teriak-teriak "MA!! MA!! ABANG UDAH TELAT!! MANA
SARAPANNYA"! MBA! SARAPANNYA Man".." Gue berhenti di anak tangga bawah. Gue
liatin ruang keluarga sepi banget. Kayak gak ada tanda-tanda kehidupan. Gue turun lagi ke
bawah dan liat ruang tamu. Gak ada orang disini. Gue coba ketok-ketok pintu kamar ortu gue.
"PA! MA! Udah pagi!!" Gue bingung, kok gak ada jawaban" Pada kemana nih manusia
rumah" Gue coba liat sekeliling gue. Cuman ada mba Nur yang lagi bersih-bersih meja makan.
Gue coba samperin mba Nur.
"Mba. Papa mama kemana?"
A Book Under The Blue Sky
"Aduh bang. Ngapain pake seragam?" Mba Nur kebingungan.
"Lah, kan sekarang hari Senin mba!" Protes gue.
Mba Nur ketawa setengah mati. Gue heran. Kan pernyataan gue bener. Iya gak" Sekarang
tuh hari Senin. Bukan hari Minggu. Kalau hari Minggu ya iya gue pasti malu banget. Tapi ini
kan Senin". Wait". Senin".
"Mba! Kok ketawa"!"
"Aduh bang, jelas-jelas hari ini tuh libur. Iya hari Senin memang, tapi hari ini tuh tanggal
merah bang. Ya iya mba ketawa karena abang pake seragam pas hari libur." Mba Nur lanjut
ketawa. Gue diem. Iyakan. Bener apa yang gue pikirin. Hari ini tuh hari libur. Ah! Dodol! Terus
buat apa dong gue nyalain alarm" Oke, itu gak penting. Sekarang, gue harus nanya. Dimana
keberadaan papa, mama, dan adek gue.
"Mba. Yang lain kemana?"
"Udah berangkat."
"HAH"! Kemana?"
"Ke Bandung. Kan hari ini ada kumpulan keluarga di Bandung. Mba pikir abang gak
ikut. Alarm abang udah nyala loh dari jam enam. Tapi abang gak bangun-bangun. Ibu juga gak
bangunin karena kayaknya abang nyenyak banget tidurnya."
Ah! Kamtek! Dodol dah dodol!! Gue baru inget. Itu alarm gue setel supaya bisa bangun
cepet ikut ke Bandung! Ahelahh! Terus gue ngapain dong di rumah" Diem doang" Adoh"
A Book Under The Blue Sky
"Yaudah bang. Sarapan aja dulu ya." Kata mba Nur.
Gue pegang perut gue. Saran mba Nur bener. Gue harus makan dulu. Kasian perut gue
yang udah mulai bunyi-bunyi.
Abis sarapan, gue putuskan buat balik ke kamar. Gue ganti baju seragam gue dengan
kaos, terus gue rebahan di kasur. Ah! Kamtek. Seharusnya gue ikut ke Bandung. Kalau
kumpulan keluarga di Bandung tuh enak. Bukan karena kekeluargaannya, tapi karena 60%
sepupu gue cewek semua dan mereka itu cantik-cantik. Ibarat "bidadari turun dari surga,
dihadapan ku~ EAAA~"
Oh Iya. Gue belum kenalin diri gue. Hehehe. Kenalin, nama gue Dave Cliff Hendriks.
Gue anak pertama dari dua bersaudara. Kebetulan gue blasteran Ambon " Belanda, tapi
kelamaan di Jakarta (sebenarnya, memang gue gak pernah ke Ambon atau ke Belanda sih.
Hehehe). Tinggi gue sekitar 185 cm, kulit gue putih tapi gak kayak mayat. Rambut warna hitam,
dan gue bisa di bilang salah satu dari tiga pria keren di sekolah gue. Terlebih, gue demen banget
main basket. Jadi ya, bayangin aja ya sendiri kerennya gue. Hahaha. Tapi tetep aja, walaupun
gue keren" Gue". Jomblo"
Gue punya adek perempuan bernama Rosa Theresia Hendriks, panggilannya Cia. Dia itu
cantik pake banget. Bener-bener darahnya lebih ke Belanda ketimbang Ambon. Tingginya
cuman 178. Dia baik hati dan pinter. Gue aja kalah pinter dari dia. Hobinya cuman satu. Main
boneka. Tapi jangan salah. Walaupun dia suka main boneka, dia "ganas" dan jago karate, bro! Itu
makanya banyak cowok di sekolah gue, termasuk temen-temen gue juga susah mau ngedeketin
dia. Pernah ada gitu, anak sekelas Cia namanya Roni, coba untuk ngedeketin dia. Orangnya
rada keren tapi dia termasuk klan terong-terongan dan kw super (ngerti kan yang gue maksud").
Jadi pas mereka jalan di salah satu mall di Jakarta, si Cia kecopetan. Kalau sudut pandang
manusia normal, seharusnya si Roni kan yang nangkep tuh copet. Iya gak" Secara, dia cowok
yang lagi nge-date. Si Roni memang lari. Iya dia lari nyamperin tuh copet terus teriak
A Book Under The Blue Sky
"BALIKIN TUH DOMPET WOI!" Tapi si copet nengok ke belakang, terus ngeliat gaya Roni
dengan ke-kw-annya, jadi malah nafsu buat nyamperin.
"APA!" bentak si pencopet. Si Roni malah makin takut. Dia gugup setengah hidup.
"Eng.. Enggak bang.. Itu dompet?"
"APA DOMPET DOMPET!" si copet terus berbisik ke Roni. "Semalem berapa cyin?"
Roni shock! Mukanya pucat banget mirip zombie di film the Walking Dead.
Cia gak tinggal diam. Dia lari dan kasih beberapa pukulan ke perut. Udah selesai, dia
tendang lah dagu si pencopet dari bawah ke atas. BUGG! Mental jauh lah itu pencopet dan K.O.
di tempat. Ya iya, secara si pencopet lawannya cewek ganas pemegang ban hitam karate. Salah
sendiri lah. Pada akhirnya si Roni malah yang berterima kasih ke Cia. Bukan karena Cia udah
nolongin Roni, tapi karena Cia beliin celana baru plus celana dalam buat Roni yang udah sempet
pipis di celana karena bisikan jahanam dari si pencopet.
Balik lagi ke kehidupan gue. Gue sekarang kelas dua SMA. Sekolah gue adalah sekolah
swasta yang isinya orang berduit semua. Sebagai contoh, dua sahabat gue. Stanley dan Darwin.
Itu dua manusia yang tergolong elit. Jago basket, dan kita-kita ini yang di julukin "Three
Knight"s" sangking kompaknya, mau itu di kelas atau di lapangan basket. Yang bikin mereka
makin keren adalah, kekayaannya. Orang tua mereka adalah pengusaha-pengusaha sukses tapi
masih perduli dengan keluarga. Setiap hari dateng ke sekolah make mobil-mobil mewah, dan
lain hal sebagainya. Di sekolah gue, mobil yang di anggap mobil itu adalah alphart. Kalau lo gak
bisa make mobil mewah dengan spesifikasi minimal kayak alphart, susah deh dianggap orang
disana. Sedangkan gue" Gue ke sekolah bawa mobil ford focus. Tapi jujur, gue malu. Gue malu
banget. Kenapa" Karena itu mobil adalah pemberian bokap gue. Bukan hasil dari duit gue. Di
saat anak-anak para pengusaha sukses suka memamerkan kemewahan mereka padahal itu hasil
A Book Under The Blue Sky
dari orang tua, gue malah malu. Malu karena gue gak bisa beli mobil sendiri dan malu karena
kerjaan gue cuman ngabisin duit orang tua.
Sekarang di tempat tidur, gue cuman diem doang. Rebahan gak jelas. Mau ngapain"
Ngerjain pr" Ah, besok pagi aja di kelas gue minta sama Stanley yang pinternya kebangetan.
Main games" Oke! Itu ide cemerlang. Gue nyalain xbox gue dan mulai online. Oke, sekarang
gue mau main game apaan" Ada Battlefield, Fifa, Gears of War, Mass Effect. Eh, kira-kira
Darwin yang demen main game, lagi online gak ya" Gue coba telepon dia.
"Halo. Dar." "Ape?" Kata Darwin.
"Online xbox gak?"
"Iye. Nape sih"
"Main Bf yo." Ajak gue.
"HA"! BF" Blue film" Anjroot! Lo ngajakin gue nonton bokep" Mesum lo!"
"Bukan itu pea! Battlefield."
"Oh, ngobrol dong ayang. Oke. Kita main Gears of War ya. Gue tunggu di game. Bye
bye." BAH! Ini gue, atau Darwin yang rada-rada" Gue minta Battlefield, malah dia bilang
Gears of War. Kebiasaan Darwin memang begini. Gue bilang main apa, dia ngalihin ke game
lain. Okelah, gue turutin mumpung gue gak lagi ada kerjaan juga. Gue buka gamenya dan mulai
main. Gue liat di server room itu, ada nick gue, Heat, sama nicknya Darwin, Tadada!, dan
A Book Under The Blue Sky
beberapa nick player lainnya. Tapi pas kita mau start game, ada lagi yang masuk melengkapi
team gue. Gue perhatiin namanya terus gue ucapin.
"RedRose. Hah" Siapa nih" Cewek?" gumam gue.
Permainan pun di mulai. Ronde pertama team gue kalah. Ronde ke dua, gue mulai
bersemangat. Gue dan Darwin bantai team musuh. Cuman kita berdua doang! Yah, karena udah
biasa main bareng sih, jadinya ngertilah apa yang harus di lakuin. Ronde ke tiga ini, buat gue
terkejut. Nick RedRose itu nge-kill team musuh sendirian! Sen di ri an! Damn dude! Gue kaget.
Bener-bener kaget. Nih orang aneh bin ajaib. Abis itu, Darwin langsung bicara lewat feature
voice call. "Dave! Dave mpret!"
"Apaan sih" Gak usah teriak Dar."
"Itu, nick RedRose"."
"Jago banget yak" Hahaha"
"Bukan itu kocak! Itu yang main cewek!"
"HAH"! CEWEK"! Tapi jarang ada cewek main Gears of War!"
"Itu beneran dia Dave! Serius!"
"Ahelah! Mana buktinya deh!"
"Bentar"."
A Book Under The Blue Sky
Gue shock berat. Ada gitu anak cewek main game online" Main gears of war pula.
Geleng-geleng deh gue. Gak berapa lama, Darwin ngomong lagi.
"Nih, bentar lagi dia gabung."
"Mane?" "Halo?" "Siapa tuh?" "Ini RedRose" "Cewek beneran atau siluman?"
"Beneran kok kak."
"Gak usah panggil kak. Gue bukan kakak lo"
"Yaudah deh, om."
Kamtek! Gue dikatain om! Wah, gak" gak bener ini. Tapi ini beneran cewek" Dari suara
sih kayaknya familiar buat gue. Gue kenal nih suara. Mirip suara seorang cewek yang gak akan
pernah bisa gue lupain. Cewek yang di julukin "Putri Jahanam" sama satu sekolah gue, di masamasa SMP. Gue gak akan pernah bisa lupa wajah, suara dan tingkah laku Putri jahanam itu.
"Kok" Gue kayak kenal suara lo ya?" Tanya gue.
"Ah, perasaan om aja kali."
A Book Under The Blue Sky
"GUE BUKAN OM LO! GUE GAK PERNAH NIKAH SAMA TANTE LO!" Bentak
gue. "Eh!! Iya.. maap-maap. Terus gue panggil apa dong" Kakak salah. Om lebih salah."
"Panggil gue Da"." Tunggu! Gue gak boleh sebut nama asli gue dalam game. Udah jadi
peraturan turun temurun kalau haram hukumnya kasih tau nama asli di game sama orang yang lo
gak kenal atau baru kenal. "Ehem" Panggil gue Heat." Nada bicara gue berubah jadi sok keren.
"Iya iya deh om" Eh" Heat maksudnya. Kalau temen lo yang satu lagi?"
"Panggil gue Win aja!" Darwin nyeletuk.
"Oke deh Win. Gue off dulu ya. Soalnya mau pergi. Bye!" Voice Call pun berakhir.
Gue jadi mikir. Ini cewek sebenarnya siapa sih" Duh. Sumpah gue penasaran! Main
gamenya jago tingkat Zeus, suaranya lembut tapi mirip si Putri Jahanam. Siapa sih" Ah! Kamtek
lah! Gue kepo setengah mati sama nih cewek. Akhirnya gue putuskan buat off dari game dan cari
tau cewek itu siapa. Gue search di google nama RedRose tapi tetep gak ada hasil. Pada akhirnya
gue cuman bisa pasrah. Gue balik rebahan di kasur dan tanpa sadar, gue". Ketiduran"
><><><><><
"Hoaamm". Jam berapa nih?"
Gue bangun dan liat jam dinding. Jam sepuluh. Wah. Lama juga gue tidurnya. Gue liat
sekeliling gue buat cari cemilan. Ahh gak ada cemilan. Tiba-tiba muncul ide busuk dalam otak
gue. Gimana kalau gue ke kamar Cia. Biasanya kan Cia suka umpetin cemilan-cemilan di setiap
sudut kamarnya dan itu cemilan yang enak lagi. Jadilah gue ke kamar Cia. Gue buka pintunya.
Eh, tumben gak di kunci. Gue masuk dan mulai mencari ke salah satu sudut.
A Book Under The Blue Sky
"Loh" kok gak ada" Biasanya nih anak suka nyimpen makanan disini."
Gue coba cari lagi di sudut yang lain. Aih! Masih gak ada. Gue puterin tuh kamar. Gue
bongkar selimutnya, gue bongkar meja belajarnya, gue coba cari ke setiap sudut. Ahh!! Gak
ada!! Gue udah mulai frustasi. Kira-kira, kalau gak ada disini, dia bakalan nyimpen dimana ya"
Tunggu! Gue tau! Keranjang boneka! Pasti disana! WAHAHAHAHA. Tawa kemenangan gue
berkumandang di kamar Cia.
Gue jalan ke keranjang boneka Cia, pelan tapi pasti. Gue akan dapet cemilan-cemilan
yang enak itu. Gue liat itu keranjang boneka dengan tatapan layaknya orang kelaperan. Gue
mulai bongkar dan angkat bonekanya satu persatu. Masih gak ada. Mungkin di bawah-bawah
kali ya" Pikir gue. Oke, gue bongkar lagi. Makin lama, gue makin kesel. Kemana sih nih
cemilan" Ah lama! Gue lempar-lemparin semua bonekanya. Ah!! Masih gak ada!! Mana sih"!
Ah!!! Gue makin frustasi. Dan pada akhirnya, gue cuman nemuin secarik kertas. Gue ambil terus
gue baca. "Bang Dave, gue tau lo mau ngambil snack gue! Gak akan ketemu! Gue udah simpen di
lemari di balik baju-baju dan pakaian dalem gue! Terus lemarinya gue kunci dan kuncinya gue
bawa. Gak akan gue biarin lo ambil snack gue!
Your Lovely Sister Cia Nb: Beresin kamar gue! Di kulkas masih banyak kok snack yang lain. Mama baru beli kemarin."
Ini". Cia" KAMTEK!!! Ahhh elahh!!! Yaudah lah yah. Gue pasrah. Gue beresin
kamar dia sampe bener-bener beres. Setelah capek beres-beres kamar Cia, gue langsung ke dapur
di bawah buat minum sama ambil beberapa snack dari kulkas. Kata Cia sih dari mama, dan
biasanya kalau makanan yang di beli mama tuh enak karena mama tau selera gue. Pudding
coklat, ice cream, batagor, behh! Enak dehh. Dugaan gue bener ternyata. Semua makanan ke
sukaan gue ada di kulkas. Makan apa ya" Batagor enak kali nih.
A Book Under The Blue Sky


A Book Under The Blue Sky Karya Norman Karel di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mba Nur!" teriak gue
"Apa bang?" Mba Nur langsung dateng ke dapur.
"Panasin batagor ya mba. Lagi gak sibuk kan" Oke" Thank you."
Gue terus pindah ke ruang tamu. Lagi enak-enak duduk sambil nonton dan nungguin
batagor gue jadi, gue denger ada suara truk. Lebih dari satu truk lewat di depan rumah gue. Terus
gue denger lagi ada suara orang teriak-teriak "YA! TURUNIN YANG ITU DULU! BARANG
YANG ITU NANTI AJA! YANG ITU TUH! ITU AJA DULU!". Gue penasaran dong. Gue
kedepan dan melihat ada empat truk di depan rumah, seberang rumah gue. Ada yang pindahan
ya" Pantesan rame-rame.
Ini pasti yang pindahan pengusaha nih. Soalnya rumah di seberang rumah gue itu gede.
Lebih gede dikit sih dari rumah gue. Tapit tetep aja gede kan" Udah gitu ada empat truk lagi.
Oke, ini pasti orang kaya. Wait". Orang kaya" Pengusaha" Wahhh! Seharusnya punya anak
dong" Iyakan" Gue amat sangat berharap kalau anaknya itu cewek dan paling enggak, seumuran
sama gue. Udah gitu, kalau anaknya cantik dan kamarnya di atas menghadap rumah gue kan,
lumayan. Tiap pagi dia bisa jadi mood booster gue buat kesekolah. Tiap malem, dia bisa gue
mimpiin. Aiihhh" khayalan jomblo ngenes"
Selagi gue liat-liat orang nurunin barang dari truk dengan berisik dan heboh, gak berapa
lama dateng sebuah mobil sedan bagus. Otak gue langsung mencerna dengan cepat. Ini pasti
keluarganya! Keyakinan gue bertambah menjadi 99% setelah gue melihat seorang bapak-bapak
seumuran bokap gue, keluar dari mobil itu dengan setelan layaknya pengusaha sukses tapi stylish
abis. Jarang nih ada pengusaha begini. Biasanya kan kalau pengusaha seumuran bokap gue,
gayanya" ya" you know what I mean lahh. Tapi yang ini" Udah keren gayanya, mukanya juga
ganteng. Setelah itu, seorang wanita keluar dari mobil itu. Ini gue yakin pasti istrinya! Cantik eh!
Ya, walaupun cantik, tetep aja seumuran emak gue. Setelah itu pintu mobil di tutup.
A Book Under The Blue Sky
Gue nungguin, kok gak ada lagi yang keluar ya" Gue nunggu dengan harapan bahwa ada
gitu anak cewek keluar dari mobil. Okelah kalau gitu, kayaknya anak cewek itu nihil banget.
Cowok juga gak apa-apa deh, toh bisa jadi temen juga. Siapa tau dia suka main basket atau
malah satu sekolah sama gue. Bisa gue kenalin ke Stanley sama Darwin. Semakin lama gue
nunggu, semakin gue bete. Ah, gak keluar-keluar juga nih. Pas gue mau masuk rumah, tiba-tiba
pintu belakang mobil itu kebuka dikit. Gue yang sempet liat, langsung balik lagi ke halaman
depan dan nungguin lagi sambil berharap ini cewek. Please" cewek dong please" please"
akhiri kutukan jomblo gue!
Selagi gue nungguin, mbak nur muncul dan memberikan gue sepiring batagor lengkap
dengan bumbunya. "Nih bang batagornya. Ngapain duduk-duduk di depan" Ngeliatain siapa?"
"Enggak. Itu. ada orang pindahan."
"Oh" orang baru toh. Terus abang ngapain ngeliatin?"
"Ya gapapa. Ngeliatin aja. Kayaknya seru ngeliatin orang pindahan" Alasan konyol
macam apa ini"! "Yaudah. Jangan kelamaan bang. Ada pr gak" Mending abang kerjain pr aja"
"Aduh" harus apa ngerjain pr" Entar aja ah."
"Yaudah-yaudah. Mba balik kebalakang ya." Mba Nur pun masuk ke rumah.
Setelah itu, gue arahakan pandangan gue ke mobil itu lagi. Kok dia gak keluar-keluar yah
dari tadi" Ah. Sudahlah. Nihil ini hasilnya. Pada akhirnya, gue cuman bisa makan batagor di
depan rumah doang. Satu sendok, dua sendok, tiga, empat, tujuh, dua belas. Eh! Ada keajaiban!
Pintu mobil itu dibuka! Gue seneng bukan main! Lalu turunlah sesosok wanita manis berkulit
A Book Under The Blue Sky
sawo matang dari mobil itu. Aih!! Cewek! Pasti ini anaknya! Gue seneng banget. Walaupun
rambutnya warna pirang sebahu, tetep aja dia manis. Tapi abis itu, turun wanita ke dua. Dan
ketika wanita itu keluar dari mobil, gue" gue langsung" keselek"
"Uhhh" uhuk uhukk" aaaa" tolong". Ini ada batagor nyangkut.. adohhh" Mba!!
Air!! Air!!" gue mulai panik. Berusaha setengah mati buat teriak. Tapi tetep aja suara gue gak
bisa kenceng-kenceng. Semakin lama, gue semakin merasakan kalau ini batagor mustahil untuk
bisa keluar dari kerongkongan. Masa iya besok pagi di berita muncul nama gue dengan
keterangan "mati karena keselek batagor", kan gak lucu banget. Gak elite matinya. Tapi
beruntung gue punya pembantu sekelas mba Nur yang peka. Dia dateng bawa air dan langsung
gue minum. "Ahh" lega?" kata gue.
"Memang kamu ngapain sih bang sampe keselek gitu?"
"Itu. anu.. tadi aku liat ada.. ah, udahlah mba. Gak usah kepo deh, balik lagi aja. Ini sisa
batagornya taro di meja aja ya. Makasih mba." Dengan pengusiran halus dari gue, mba Nur
pergi. Kalian pasti penasaran kenapa gue keselek kan" Itu karena gue kenal dengan cewek
kedua yang turun dari mobil. Kenal banget! Rambutnya yang hitam dan panjang se-pinggang,
wajahnya yang cantik dan putih. Gue kenal! Gue langsung samperin dia yang lagi berdiri di
deket mobilnya. Berharap dia inget sama gue.
"Hai!" sapa gue dengan senyuman.
?".." Dia diem doang dan menatap gue dengan tatapan dingin.
"Ehmm" Gue" Gue Dave. Lo inget gue kan?"
A Book Under The Blue Sky
"Lo" siapa" Gue gak kenal tuh." Katanya dengan nada datar dan pergi dari hadapan gue
begitu saja. Damn man! Damn! Nyesek woi! Seharusnya gue gak samperin dia dari awal! Seharusnya
gue gak ngobrol sama dia! Gue lupa! Gue bener-bener lupa siapa dia sebenernya. Dia itu si putri
jahanam" Kamtek! ><><><><><
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
Chapter 2 Angel From Hell "KRIINNNGGGGG!!!!"
"Berisik nih waker!"
JEPRAK! Bunyi suara waker yang gue lempar ke dinding.
Abis gue lempar itu waker, gue tidur lagi. Percaya gak percaya, masih mendengung di
kepala gue perkataan putri jahanam itu kemaren. Dia gak kenal gue" Dia gak inget siapa gue"
Dia beneran gak inget siapa gue" Padahal selama masa SMP gue deket banget sama dia, bahkan
di jadiin (secara gak langsung) babu sama dia. Di suruh beli ini lah, di suruh beli itu lah. Ah!
Pokoknya bener-bener gue berasa jadi babu saat itu.
Asem lah. Gue berasa makhluk asing dari negeri antah berantah di depan dia. Ngomongngomong, si putri jahanam ini gak tinggi-tinggi amat. Dia cuman 173-an dengan muka yang
cantik serta kulit putih dan rambut hitam panjang. Gue akuin dia cantik banget. Gue bahkan
sempet suka sama dia. Tapi rasa suka gue berubah menjadi rasa takut setelah gue di perlakukan
seperti babu di depan dia. Kebanyakan di bully ketimbang di anggap orang yang sepantaran
sama dia. Tok tok tok! Pintu kamar gue di ketok oleh seseorang.
"Abang! Bangun!"
Wah gaswat! Itu suara mama! Gue cepet-cepet turun dari kasur terus buka pintu.
"Kenapa ma?" A Book Under The Blue Sky
"Loh kok belum mandi" Nanti terlambat ke sekolahnya. Cepet mandi sana. Mama sama
mba Nur udah siapin sarapan tuh."
"Iya iya ma" jawab gue ogah-ogahan.
Setelah mandi dan siap-siap, gue turun ke bawah buat makan pagi bareng keluarga gue.
Di depan meja makan, udah ada papa, mama dan adek gue yang super rese. Jadilah akhirnya kita
makan pagi bersama. Udah jadi kebiasaan di rumah gue kalau tiap makan pagi dan malam itu
wajib makan bersama, dan yang masak udah pasti mama sama mba Nur. Mama gue tergolong
orang yang lebih suka masak sendiri bareng pembantunya. Selesai makan, gue sama Cia
langsung jalan ke sekolah dan seperti biasa, gue yang nyetir. Sepanjang perjalanan, Cia berusaha
untuk ngobrol sama gue. Dia berusaha cerita-cerita tentang acara keluarga kemaren di Bandung
dan buat gue iri. Ahelahh! Kenapa sih gue terjebak dengan adek yang begini"
"Bang! kemaren kak Caroline ada loh! Terus kak Tasya, sama kak Rena juga ada! Udah
gitu yang lain juga pada dateng dan nanyain abang! Tau gak bang" Mereka cantik banget loh
sekarang. Terus-terus kita berenang"
"Cia. Tolong jangan berisik. Abang lagi nyetir." Gue mulai gondok. Jujur, gue ngiri.
Bener-bener ngiri. Cia bisa ketemu sepupu-sepupu gue yang cantiknya udah gak usah di
pertayakan. "Tapi bang! kemaren itu kita"."
"Keadaan hening untuk beberapa saat. Tapi itu hanya beberapa saat"
"Bang! kemaren juga ada kak Vanes"."
"CIA!" "Eh iya. Sorry."
A Book Under The Blue Sky
Setibanya di sekolah, Cia langsung masuk ke kelas bareng temen-temennya. Dia kelas
sepuluh sekarang. Bisa dibilang, kelas satu SMA, sementara gue sekarang kelas sebelas atau
biasa dibilang kelas dua SMA. Gue yang baru turun dari mobil, lansung di samperin sama
Stanley dan Darwin. Tapi yah namanya cowok populer, kita bertiga yang lagi ngumpul langsung
diliatin cewek-cewek. Untungnya, kita udah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Jadi" Yah,
enjoy aja. Stay cool. "Dave! Kok kemaren lo langsung offline dari game sih" Padahal sorenya, si RedRose
main lagi loh." Kata Darwin.
"Ahelah. Gue sama sekali gak tertarik Dar. Eh, Stan. Gue minta?"
"Pr kan" Kebiasaan lo. Ntar aja di kelas lo tinggal nyalin." Sela Stanley.
"Aih! Tau aja nih jalan pikiran gue. Memang deh, Stanley paling baik. Hehehe" Gue
cuman bisa nyengir. "Yaudah, ke kelas yo. Nanti lo berdua gak bisa nyalin pr gue lagi." Ajak Stanley.
"Eh! Memang gue harus nyalin pr lo gitu"!" Kata Darwin.
"Memang lo ngerjain Dar?"
"Kagak sih Dave?"
"Koplak! Yaudah. Yo, kekelas."
Di kelas, tanpa basa-basi gue langsung nyalin pr-nya Stanley. Gue nyalin secepat yang
gue bisa. Begitu juga dengan Darwin. Lagi enak-enak nyalin, tiba-tiba wali kelas gue masuk.
Refleks, gue langsung lempar buku Stanley ke meja dia yang di depan gue, dan Darwin balik ke
A Book Under The Blue Sky
kursi di belakang gue. Kita kebetuluan duduk berderet, paling pinggir dekat jendela. Wali kelas
gue namanya Gladys. Dia adalah guru paling muda di sekolah kami dan yang paling cantik.
Masih umur 24 tahun dan dia udah hampir menikah. Kalau gak salah sih, bulan lalu dia udah
tunangan gitu. Jujur gue kecewa banget. Sekarang kalau dia pulang udah di jemput tunangannya
naik motor. Gue iri! secara, kan kalau naik motor pasti meluk dong" Iyakan" Siapa coba yang
gak mau dipeluk sama bu Gladys" Adohh" Khayalan jomblo ngenes lagi"
"Anak- anak. Kita kedatangan murid baru. Mereka baru pindah dari Amerika Serikat."
Kata bu Gladys di ikuti oleh dua orang perempuan yang berjalan memasuki ruang kelas kami.
Sesaat gue seneng banget! Ada anak baru di kelas, mereka cewek dan gue yakin cantik.
Artinya" Bisa gue deketin dan kutukan jomblo ngenes gue berakhir! YESSHHH!
PLAK! Sebuah gamparan keras dari belakang mendarat di kepala gue
"Apaan sih lo Dar"!" Protes gue.
"Lo ngapain senyam-senyum" Lagi sakit" Gue takutnya penyakit sarap lo keluar lagi
Dave. Sungguh." "Memang Dave ada penyakit sarap?" Tanya Stanley yang langsung nengok ke belakang.
"Ada Stan! Lo nyadar gak sih" Tiap kali dia liat cewek cakep dikit aja, pasti senyamsenyum gak jelas."
"Yee" Itu mah penyakit joganes namanya."
"Apaan tuh Stan?" Tanya Darwin.
"Jomblo galau nan ngenges! Wahahaha" Stanley ketawa puas banget.
A Book Under The Blue Sky
Gue cuman bisa diem. Mereka bener-bener sahabat yang paling rese yang gue pernah
punya. Tapi se-rese apapun mereka, mereka tetep care satu sama lain. Tetep saling bantu dan
kompak. Yah, itu lah yang menjadi kebanggaan kami bertiga. Dari kita bertiga, hanya gue yang
jomblo. Stanley sama Darwin udah punya gebetan. Sedikit lagi, maka mereka pasti jadian.
Sementara gue" Ah" Gak usahalah dipertanyakan.
Balik ke cewek-cewek tadi. Gue udah antusias banget! Semoga salah satu dari mereka
bisa gue deketin. Harapan gue tinggi banget! Ekspetasi gue lebih tinggi dari gunung Olimpus.
Begitu kedua cewek menghadapkan mukanya kearah kami, ekspetasi gue hancur kayak kapal
Titanic yang tenggelam ke dasar lautan. Gue jadi merinding sendiri. Gue bener-bener jadi takut.
Salah satu dari mereka" Dia" Dia"
"Anak-anak, perkenalkan ini teman baru kita. Silahkan kamu perkenalkan diri kamu."
Kata bu Gladys sambil menepuk punggung wanita pertama.
"Iya" Nama saya Putri. Putri Oktavia. Panggil saya Putri Salam kenal." Kata cewek itul
malu-malu. "HAII PUTRII" Jawab satu kelas kami walaupun suara yang dominan adalah suara
cowok. "Oke, Putri. Terima kasih. Selanjutnya yang disebelah Putri." Kata bu Gladys.
Tatapan cewek itu dingin. Iya, dingin tapi manis. Seperti es krim yang lo taro di freezer
semaleman. Kesan yang dia timbulkan di benak para anak-anak kelas gue adalah, ini cewek jutek
abis pasti. Tapi itu gak berlaku buat gue. Gue kenal banget nih cewek. Dia bahkan lebih brutal
dan jahanam dari peran-peran wanita jahat di film Lucy. Dengan angkuh, dia memperkenalkan
dirinya. "Kenalin. Gue Angel Gaby Sharon." Gue bisa merasakan nada jutek nan angkuh di setiap
inci kalimatnya. A Book Under The Blue Sky
Kelas kami hening. Bahkan lebih hening dari kuburan manapun di dunia. Gak ada yang
mau nyapa si cewek itu. Stanley yang denger itu langsung muter kebelakang, ngeliat gue. Begitu juga dengan
Darwin yang langsung natap gue dari arah sampig kiri. Tatapan mereka serem layaknya orang
abis dikejar hantu atau psikopat dan seakan mengisyaratkan "Matiah kita! Matilah kita! She"s
coming! There is no way out! Somebody help us! HELP!!"
"Kalian kenapa?" Gue pura-pura bego.
"Itu" lo inget dia kan, Dave?" Tanya Darwin ketakutan.
"Dia pasti inget! Dia pasti inget lo Dave!" Kata Stanley.
"Gue inget dia kok."
"Lo inget dia Dave" Berarti lo tau kan apa yang pernah dia lakukan dulu sama lo?"
"Gue tau Dar. Gue tau. Gue inget banget! Gak akan gue lupain apa yang udah dia perbuat
sama gue." "Kira-kira, dia bakalan ngulagin lagi gak ya kelakuan dia ke lo kayak waktu dulu"
Menurut lo gimana Stan?" Tanya Darwin.
"Gue sih yes. Kalau lo Dar?"
"Gue sih gak. Gak tau. Tapi kayaknya yes deh."
Kamtek! Kenapa mereka jadi nakut-nakutin gue" Gue udah cukup trauma dengan semua
momen bersama dia. A Book Under The Blue Sky
"Oke. Cukup sekian perkenalannya. Sekarang, Putri dan Angel bisa milih tempat duduk.
Kalian mau duduk dimana?" Kata bu Gladys memecah keheningan.
Seketika gue sadar akan suatu hal. Bangku di sebelah gue kosong dan bangku di belakang
Darwin kosong. Oh Zeus! Gawat! Ini gawat! Gue berdoa supaya itu putri jahanam jangan duduk
di bangku sebelah gue. Please jangan, please!
Si Angel atau yang dulu gue panggil putri jahanam, bersuara lebih dulu ketimbang Putri.
"Saya duduk disana aja bu." Kata Angel sambil nunjuk kearah bangku di sebelah gue dan
terus dia jalan ke situ. Wah!! KAMTEK!! Kenapa harus disini"! WOII! Pindah-pindah!! Hush-Hushh!!! Pindah
sana!! Tapi usaha gue sia-sia. Pada akhirnya dia duduk di bangku sebelah bangku gue. AHH!!
Ini bencana nasional!! Sedangkan si Putri" Dia milih buat duduk di belakang Darwin. Yaudahlah
yah, pasrah aja deh Angel duduk disitu. Gue nengok sedikit kearah Angel sambil senyumsenyum, tapi tetep gak di gubris sama dia. Gue senyumin lagi, tetep gak di gubris sama dia.
Ketiga kali gue senyum, dia akhirnya nengok ke gue dan bilang "Dasar" Mesum?"
JLEB! Gue gak percaya dia ngomong gitu sama gue. Damn dude! Dia beneran gak inget
siapa gue. Dia beneran gak tau siapa gue. Adoh adoh adoh" salah nih salah" seharusnya gue
gak senyumin dia tadi. Sebagai timbal-baliknya, Darwin sama Stanley ketawa-ketawa walaupun
di tahan-tahan. Sepanjang hari ini, gue gak berani nengok ke dia dan gak ngelirik dia sedikitpun. Gak.
Gue gak mau kejadian kayak tadi terulang kembali. Satu hal yang mesti kudu wajib gue inget
adalah, dia itu putri jahanam.
><><><><><
A Book Under The Blue Sky
Well, udah seminggu semenjak dia masuk sekolah dan ngatain gue mesum, udah
seminggu juga gue masa bodo dengan dia. Mau dia ngapain kek, mau dia sakit kek, mau dia mati
kek, masa bodo. Toh dia juga gak peduli sama keadaan di sekitarnya. Dalam satu minggu, dia
jadi primadona dadakan di sekolah gue. Gue mah cukup nyengir aja ngeliat mereka-mereka yang
berusaha deketin dia. Ya secara, dia itu dingin dan setiap cowok yang deketin dia udah pasti gak
akan di tanggapin. Kalaupun di tanggapin, udah pasti bakalan senasib kayak gue, di kasih gelar
baru. Contohnya" Ada anak kelas kami, Ray, yang nekat kasih surat ke dia dengan harapan si
Angel a.k.a putri jahanam mau baca dan nerima surat itu. Tapi kalian tau apa yang si Angel buat"
Dia terima sih surat itu, tapi abis itu dia langsung sobek-sobek surat itu sampe jadi kecil-kecil
dan di buang ke tong sampah di depan mata Ray sambil bilang "Mulai sekarang, gue bakalan
panggil lo" Ampas Cinta". GILA GAK TUH"! Gue tau banget perasaan Ray gimana. Sakit!
Ray cuman bisa diem dan si Angel pergi diikuti temen setianya, Putri yang selalu buntutin
Angel. Jam istirahat. Saatnya gue buat santai sama sahabat-sahabat gue. Ketika kita lagi dudukduduk di kelas sambil ngeliat ke arah lapangan, kita bertiga kaget bukan main! Ada anak senior
kelas dua belas yang nyamperin si putri jahanam sambil bilang "Angel. Mau nge-date sama gue
gak" Jalan aja deh ke-Mall." Wah, nekat juga nih senior. Dia antara polos atau bodoh, gak ngerti
deh. Gue taruhan sama Darwin dan Stanley.
"Taruhan! Dia bakalan di tolak mentah-mentah! Dia bakalan di kasih gelar baru!" kata
gue.

A Book Under The Blue Sky Karya Norman Karel di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gue bilang dia bakalan pergi gitu aja. Gak akan di tanggepin" Tambah Stanley.
"Kalau perkiraan gue sih, kayaknya Angel bakalan nampar tuh cowok" Kata Darwin.
"Dar! Lo gimana sih" Dia aja ogah mau nyentuh cowok, masa nampar?"
A Book Under The Blue Sky
"Serius gue Dave! Pasti di tampar!"
"Udah-udah. Dave, Dar. Kita liat aja dia bakalan ngapain" Kata Stanley.
Angel cuman diem, terus dia lewatin itu senior. Gue udah liat muka Stanley berseri-seri
seakan mengatakan "YESHH! MENANG TARUHAN!!" Eits! Tapi gak sampai disitu. Ternyata
si Angel balik badan, terus dia bilang ke senior itu "Gue gak akan mau jalan sama lo. Senior
bodoh." Sadis" bener-bener sadis nih cewek" Gue, Darwin, Stanley cuman bisa tatap-tatapan.
Ini cewek tingkat ke-jahanamannya di luar ekspetasi kita. Lebih serem ketimbang emak-emak
yang mukulin copet di pasar. Lagi hening-heningnya, tiba-tiba Darwin ngomong.
"Gimana kalau kita kasih julukan baru ke dia?"
"Tapi apa Dar?" Tanya Stanley.
"Ya apa kek. Dave. Biasanya lo banyak ide."
"Gue lagi gak ada ide Dar. Tunggu aja dia masuk. Mungkin abis itu gue bakalan dapet
ide." Setelah jam istirahat selesai, anak-anak masuk ke kelas lagi dan kegiatan belajarmengajar pun di mulai. Gue udah janji sama diri gue untuk gak akan pernah ngelirik dari deket si
Angel ini. Gak akan pernah! Tapi semua berubah ketika mata pelajaran bahasa Indonesia. Guru
bahasa Indonesia minta kita kerja kelompok. Mending kita yang milih yah, ini kerja kelompok
sama teman di samping kiri. Kelas gue terdiri dari empat baris. Gue, Darwin dan Stanley
termasuk barisan paling ujung kanan. Gue menyadari, kalau gue bakalan kerja kelompok
barengan si Angel. Wah. Bahaya ini mah, bahaya. Gue nengok ke belakang buat liat Darwin. Dia
udah adem ayem sama yang lain. Begitu juga Stanley. Aih! Gawat! Gue coba liat ke sebelah
kanan. Bodoh! Ini mentok sama jendela! Oke, jalan buntu. Gue gak bisa kemana-mana, gue gak
A Book Under The Blue Sky
bisa ngelak. Gue cuman bisa berharap seseorang ngajak gue buat kerja kelompok. Ah, mustahil.
Gue sekarang berharap sakit atau tiba-tiba jatuh pingsan dan dibawa ke UKS ketimbang gue
harus kerja sama dengan Angel, si putri jahanam.
"Dave. Kenapa gak duduk bareng Angel" Dia kan partnermu sekarang." Kata bu Susan,
guru bahasa Indonesia. Gue cuman bisa diem. Nih guru gak ngerti apa perasaan gue" Dulu gue
korban bully dia bu! Dari kemaren aja gue udah dilecehkan secara tidak langsung sama dia! Bu!
Tolong mengerti kondisi gue, bu! Tolong! Tolong!! Pindahkan saya dari sini!!
"Dave" Kok malah bengong" Ayo, pindah ke meja Angel sana." Bu Susan memecahkan
khayalan gue. Damn man! Gak ada pilihan. Terpaksa dan sangat terpaksa, gue harus kerja
kelompok barengan Angel. Ini keadaan yang gak menguntungkan. Ini kerugian namanya.
"Kenapa kamu gak mau pindah" Malu sama teman baru" Gak boleh gitu dong Dave. Dia
itu teman kamu. Ayo pindah sana." Bu Susan kini benar-benar membuat gue skakmat. Yasudah,
dengan berat, gue angkat kursi gue dan gue letakin di depan meja Angel. Sekarang posisi kita
hadap-hadapan satu sama lain. Secara keseluruhan, gak ada yang berubah dari muka dia. Tapi
makin lama gue perhatiin kok, kayaknya dia cantik sih" Lebih tepatnya makin cantik"
"Oi. Mesum. Kenapa bengong" Kerjain ini." Kata Angel dengan dingin.
Tanpa sadar, ternyata dari tadi gue ngeliatin dia terus dan dia merasa risih dengan hal itu. Aduh,
bodohnya gue. Gue turutin apa yang dia suruh. Gue kerjain tugas-tugasnya dan udah hampir
selesai, gue baru nyadar. Kenapa gue doang yang ngerjain ya" Kenapa gue turutin kata-kata dia"
Ini kan kerja kelompok. Ini pasti karena kebiasaan pas SMP. Duh!
"Eh, Angel. Kenapa jadi gue yang kerjain ini" Kan seharusnya kerja kelompok." Protes
gue. "Kenapa jadi salah gue" Lo yang mau kok. Toh lo juga gak kasih gue kesempatan buat
nulis." Jawab Angel.
A Book Under The Blue Sky
Bener si Angel. Gue gak ada kasih dia kesempatan buat ikutan mikir dan nyelesain tugas
ini. Jadi, gue yang sal" Wait!
"Eh! Kenapa lo gak ngomong sama gue" Kok jadi nyalahin gue?"
"Yang dari tadi nulis, siapa?" Tanya Angel.
"Gue." "Yang dari tadi mikir siapa?"
"Gue." "Yang gak kasih kesempatan buat gue nulis siapa?"
"Gue juga." "Jadi salah siapa?"
"Gu". Weh! Gak gitu juga tapi! Kenapa lo gak minta dari awal kalau lo mau ngerjain
tugas ini?" "Kenapa lo gak nawarin dari awal" Mending sekarang lo balik ke meja lo."
HAH! Kamtek! Sia-sia gue debat sama dia. Kalah mulu ujungnya. Udahlah udah. Gue
kasih bukunya dia, terus gue balik ke meja. Dasar Angel a.k.a putri jahanam! Gak berubah dari
dulu. Lagi, sepanjang hari gue cuman ngeliatin dia mulu. Entah mengapa gue gak bisa lepas
tatapan gue dari dia. Bukan karena apa-apa ya, tapi kok bisa dia gak inget gue" Apa yang salah"
A Book Under The Blue Sky
Apa dia amnesia" Apa dia kekurangan ion tubuh" Ahh" Banyak kemungkinan yang membuat
dia lupa sama gue. Bel pulang pun berbunyi. Semua anak-anak keluar dari kelas kecuali gue, Stanley dan
Darwin. Kita mau bahas soal si Angel.
"Eh! Lo tau gak" Ternyata Putri itu satu rumah sama Angel!" Kata Darwin.
"Gue udah tau kali Dar. Orang rumahnya di depan rumah gue."
"Gak cuman itu Dave! Informasi dari gebetan gue, katanya Angel juga memperlakukan
Putri layaknya seorang babu!"
"Hah"! Lo serius"!"
"Darwin bener kali ini Dave. Gebetan gue yang liat dia, juga bilang begitu kok ke gue.
Katanya, Putri itu seperti babu yang bisa disuruh apa aja sama Angel."
Gue diem sejenak. Wah, ngaco nih ngaco. Gak. Gak bisa begini. Angel makin kesini,
makin parah rupanya. Dia cantik sih cantik, tapi jadi tukang siksa gini, mirip sama tukang jagal.
Eh! Gue jadi kepikiran julukan yang pas buat dia!
"Guys! Gue tau nama baru buat dia. Dan kita bisa sebarin nama ini ke satu sekolah." Kata
gue sambil senyum jahat. "Apaan tuh Dave" Tanya Darwin.
"Angel from Hell."
"Pas cocok Dave! Gue suka! Hahahaha" Tawa Darwin.
A Book Under The Blue Sky
"Dan gue punya satu rencana, buat lo balas dendam Dave." Kata Stanley.
"Hah" Maksudnya"!" Tanya gue
"Kita bisa balas dendam ke dia. Dendam lo 3 tahun silam, bisa terbayar dengan rencana
gue." "Rencana apaan sih?" Darwin penasaran.
"Pacarin dia, Dave!"
><><><><><
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
Chapter 3 Saatnya Balas Dendam "KAMTEK! Lo gila kali ya" Enggak Stan, enggak! Gue gak akan pernah pacarin dia!
Orang normal mana yang mau pacarin Angel?" Protes gue
Darwin sama Stanley saling bertatapan dan dengan kompak mereka bilang "Yah lo
Dave." "CIH! Gak! Pokoknya enggak! Rencana lo insane men!"
"Cuman ini cara terbaik yang bisa kita buat. Kalau gak ini, terus apa dong?"
"Yah planning yang lain kek gitu."
"Eh Dave, gue kasih tau ya. Planning biasa tuh gak akan mempan sama dia. Hati dia tuh
sekarang lagi dingin sedingin gunung es. Kalau pake planning lain, belum tentu bisa cairin
gunung es itu. Kalau lo pacarin dia, dia pasti dapet perhatian dari lo. Ibarat dia kena sinar
matahari, dan itu yang bakalan membuat gunung es dingin itu bakalan mencair, pelan tapi pasti."
Gue merenung sejenak. Bener sih apa yang dikatain Stanley. Dia tuh lagi dingindinginnya sekarang dan akan sangat susah buat mencairkan hati dia. Tapi udah gak ada jalan lain
selain yang satu ini" Ini tuh kelewat parah dan nekat. Di sisi lain, belum tentu dia bisa jadian
sama gue, iya kan" Kalau gagal gimana" Kalau rencana ini kebongkar gimana"
"Kalian serius gak ada jalan lain?" Tanya gue.
"Seriusan." Jawab mereka kompak.
A Book Under The Blue Sky
Oke kali ini gue akuin gue harus ikut saran mereka. Demi balas dendam. Demi semua hal
yang udah dia perbuat tiga tahun silam.
"Oh hell dude. Oke Stan. Gue ikutin, tapi gimana caranya?" Tanya gue lagi.
"Oke gue kasih tau sebelumnya ya, coba lo khayalin dulu biar lo dapet feel-nya"
"Iye ahh. Buruan, apa planningnya?"
"Pertama. Kita buat dia deket sama lo?"
"Eh! Gimana caranya Stan?" Tanya Darwin.
"Yee" Makanya dengerin dulu. Gini. Dia anaknya memang rada susah nih, tapi setelah
gue teliti dan gue cermati, ada hole dimana lo bisa masuk disana. Itu yang paling mudah buat
kita gunakan. Karena temennya dia cuman Putri dan mereka kemana-mana selalu berdua, jadi lo
kudu buntutin mereka selama dua hari. Dari informasi yang gue dapet, mereka suka duduk di
bangku taman sekolah yang di belakang sambil makan. Nah, begitu hari ketiga, pasti mereka
curiga sama lo, dan disitu lo masuk. Bilang aja lo lagi iseng kelilingin sekolah. Taruhan, dari
sana dia bakalan ngobrol sama lo walaupun dia bakalan dingin. Ya, dia dan Putri bakalan
ngobrol panjang lebar sama lo. Kenapa coba?"
"Karena dia gak punya temen ngobrol lain selain Putri dan dia butuh temen?" Kata gue
coba memastikan. "Exactly! Lo memang lebih pinter dari Darwin, Dave."
"Eehh!" Darwin coba protes.
"Sut! Diem dulu Dar. Lanjutin Stan."
A Book Under The Blue Sky
"Oke, lanjut ya" Jadi sesungguhnya dia itu butuh temen selain si Putri. Dia kesepian di
sekolah ini. Coba liat, mana ada anak yang mau deket sama dia selain si Putri yang karena satu
rumah" Gak ada kan" Dia butuh banget temen. Dan gue yakin dia bakalan bisa nerima lo Dave."
"Eh iya. Ngomong-ngomong soal kenal, kok dia bisa gak kenal Dave sih?" Tanya
Darwin "Simpelnya begini. Dave yang sekarang jauh lebih keren dari Dave yang pas SMP kan"
Bahkan Angel aja sampe gak kenal dia" Jadi kesimpulannya, Angel gak kenal karena Dave udah
bukan orang yang culun lagi. Dia sekarang cool dan cute. Kebanting banget sama Dave dulu
yang cupu dan bulukan."
"Eh kamtek, gak gitu juga" Protes gue.
"Iye iye ah. Next, setelah lo berhasil ajak ngorbol, coba-coba aja deketin dia tapi secara
diem-diem biar dia nyaman juga. Kayaknya dia gak begitu suka deh sama orang asing yang
ngobrol sama dia di tempat umum. Udah berhasil deket, kita masuk ke step dua. Nge-date sama
Angel." Suara Stanley tiba-tiba berubah jadi horror. Mirip orang jahat yang buat planning untuk
membunuh. Date" Yakin" Gue harus jalan bareng dia gitu" JIAHH! Ini kacau men! Kacauu! Gue gak
setuju sama dia! Gue kagak setuju!
"Gak mau! Gue gak mau nge-date sama dia!" Protes gue.
"Kenapa gak mau?" Tanya Darwin heran.
"Lo mau memangnya Dar" Ngedate bareng si Angel from Hell."
"Mau aja tuh. Kapan lagi gue jalan sama cewek cantik"!" Kamtek. Salah gue nanya ke
Darwin. Dia mana ngerti batin gue yang lagi kesiksa begini.
A Book Under The Blue Sky
"Udah-udah. Gini aja, kalau lo gak mau, kita gak akan jadi bales dendam. Gimana" tapi
kalau lo mau, gue kasih durasi dua minggu untuk lo ngedektin dia dan lo full dapet
reinforcement dari kita-kita. Tapi gini ya Dave, resikonya gede banget. Kalau gagal dan
kebongkar, bisa gawat. Abis reputasi lo."
"Kok reputasi gue sih" Reputasi lo berdua?"
"Yah kita mah gak akan ancur. Toh lo yang jalanin di lapangan, bukan gue sama Darwin.
Iye gak Dar?" "YOII!" Jawab Darwin.
Gue merenung. Duh, gimana ya" Terima gak ya" Tapi gue tau resikonya itu gede. Duh"
gue" gue" "Gue" gue" Gue terima! Gue bakalan jalanin! Demi balas dendam!" Entah dari mana,
semangat 45 gue keluar begitu saja.
"Dan cuman ada satu peraturan dalam permainan ini yang lo gak boleh langgar. Lo gak
boleh jatuh cinta. Lo jatuh cinta, game over." Kata Stanley sambil menyilangkan kedua
tangannya. "Ha" Itu doang" Gampang!" Kata gue.
"Sip! Kita bakalan jalanin planning ini hari senin! Three Knight"s, we have new order
right now!" Kata Stanley
Setelah itu kita bertiga keluar kelas dan tanpa disadari, matahari sudah berubah menjadi
oranye. Hari sudah sore dan ini saatnya untuk pulang dari sekolah sekaligus jemput Cia yang lagi
di mall bareng temen-temennya. Tapi ada keraguan dalam hati gue. Mungkin gak gue bisa
jalanin planning jahat ini"
A Book Under The Blue Sky
><><><><><
Senin" Hari yang di benci kebanyakan orang. Siapa yang suka hari senin" Jarang
banget. Hari dimana kemacetan berada di tingkat paling tinggi, hari dimana semua aktifitas
dimulai, dan hari dimana gue harus sekolah. Kadang gue ngeluh, kenapa harus masuk sekolah
pas hari senin sih" Secara kemaren itu minggu dan gue masih mau santai kayak hari minggu
kemaren. Masih mau guling-gulingan di kasur, masih mau meluk-meluk bantal. Seandainya hari
senin itu di delay" Seperti biasanya, gue kesekolah ditemani adek kesayangan yang super rese,
Cia. Tapi tumben dia diem aja di mobil. Padahal biasanya dia cerewet banget.
"De, lo kenapa?"
"Ha" Enggak bang"
"Yakin?" "Iya." "Lagi PMS?" Tanya gue dengan polosnya.
"PLAK!" sebuah tamparan keras langsung mendarat di pipi gue.
"SAKIT CIA!" "Pertanyaan lo itu bodoh bang! Gue gak lagi PMS!"
"Oh enggak toh" Kirain lagi?"
"PLAK!" Tamparan Cia makin brutal kali ini.
A Book Under The Blue Sky
"CIA!" "Awas aja kalau abang bilang lagi aku PMS!"
"Terus kenapa marah"!"
"Ah. Ntar aja Cia ceritain."
Ya ya. Dari pada masalah makin ribet, gue memutuskan untuk enggak malanjutkan topic
PMS itu. Tapi gue rasa dia beneran lagi PMS sihh. Keliatan kok dari mukanya yang badmood
terus. Pada akhirnya, gue sampai juga di sekolah dan seperti biasa, ketika turun dari mobil, gue
jadi sorotan cewek-cewek di sekolah. Ada yang kasih gue coklat, ada yang kasih gue bunga, ada
yang kasih gue sapu tangan. Eh! Ini sapu tangan buat apaan"! Hah sudahlah. Gue berjalan masuk
kedalam kelas dan ketika gue buka pintu, gue bisa merasakan sorotan dingin dari mata seorang
wanita. Dia lagi meratiin gue, tapi gue gak bisa sok cool lagi. Ini cewek yang beda. Ini si Angel
from Hell. Gue coba abaikan dan duduk di bangku gue. Selama jam pelajaran pertama gue coba
untuk mengabaikan tatapan dingin nan jahanam ini. Seharusnya gue kasih dia julukan Frozen
Angel aja ya" Di jam pelajaran kedua guru-guru lagi ada rapat mendadak dan otomatis semua kelas jadi
tanpa guru Gue putuskan untuk naik ke atap sekolah yang kebetulan rata kayak atap-atap di
sekolah Jepang gitu. Gue mulai tiduran dan mandang langit yang cerah dan berwarna biru muda,
di tambah dengan beberapa awan yang menambah keindahan langit siang itu, membuat suasana
semakin indah untuk dinikmati. Seandainya gue bisa begini tiap hari, gue jamin hidup gue
bahagia. Sekarang gue coba tutup mata dan merasakan hembusan angin yang lembut melewati
muka gue. Hmm" Nikmatnya. Jarang gue bisa merasakan hal-hal senikmat ini di tengah kota
dengan suasana yang cukup amburadul. Coba aja setiap orang mau melakukan hal seperti ini
ditengah-tengah kesibukannya untuk lima menit aja. Mungkin mereka akan kembali menemukan
apa makna dari hidup yang sesungguhnya.
A Book Under The Blue Sky
Bagi gue, hidup itu bagaikan langit. Iya, langit biru. Terkadang, langit itu bakalan
mendung dan gelap, tapi gue percaya akan ada saatnya langit itu berwarna biru dan" Indah.
Seperti itulah kehidupan. Kadang kita naik, kadang kita turun. Kadang kehidupan kita gelap,
kadang kehidupan kita cerah banget. Kalau langit itu terus cerah, yah bukan langit namanya.
Karena jika gak ada mendung, udah pasti orang-orang atau makhluk hidup yang dibawah
kepanasan. Sama seperti kehidupan. Kalau lancar terus, dimana makna dari kehidupan itu"
Cobaan dan kesusahan itu memang diperlukan untuk melatih kita dan jadi pelajaran buat orang
disekitar kita. So far, kalian ngerti gak dengan yang gue maksud" Enggak ya" Sudahlah, lupakan.
"Dave" Dave"
"Apa sih?" Gue langsung buka mata dan melihat sudah ada Darwin di depan mata dan Stanley yang
tiduran di sebelah kiri gue.
"Bangun Dave." "Apaan sih Dar?"
"Jadi gak lo jalanin planning-nya?"
"Tau tuh. Tanya Stanley aja." Kata gue sambil nyengir. Darwin langsung pindah ke
Stanley yang seperti gue bilang tadi, lagi tiduran di sebelah kiri gue.
"Stan" Stan?"
"Apa?"

A Book Under The Blue Sky Karya Norman Karel di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi gak?" A Book Under The Blue Sky
"Jadi kok." "Yaudah, ayo jalanin!" Darwin kayaknya nafsu banget sama planning jahanam itu.
"Ntar ah Dar. Cuacanya lagi bagus. Nikmatin dulu cuacanya, jarang bisa begini." Kata
gue sambil menutup mata lagi dan merasakan hembusan angina yang lembut.
"Yaelahh. Kalau begini kan, keburu istirahat. Ntar gak bisa ketemu jejak dia lagi. Ayo
dong" Darwin memelas
"Lo gak denger kata Dave" Cuaca lagi bagus. Please jangan lo rusak dengan kepolosan
lo, Dar." "Kebodohan Stan. Polos sama bodoh itu beda tipis. Kalau Darwin itu masuk kategori
bodoh" "Njrit lah kalian!"
Tawa gue dan Stanley pun langsung meledak. Darwin ini memang jago soal game, tapi
dia terlalu polos untuk hal-hal yang lain. Iya, terlalu "polos". Karena bete, akhirnya Darwin
memutuskan untuk balik ke kelas. Tapi sebelum dia turun dari atas, gue teriak "Cuaca lagi bagus
nih! Beneran gak mau dinikmatin" Kalau enggak, yah gue sama Stanley gak akan main xbox lagi
lahh" dan yaps. Pekataan itu selalu ampuh buat Darwin balik lagi. Kedengarannya licik sih, tapi
itulah cara terampuh. "Ahelahhh. Mainannya ancaman itu mulu." Gerutu Darwin
"Udah tau kita cuman bercanda, kenapa lo masih balik?" Kata Stanley sambil nahan
ketawa. A Book Under The Blue Sky
"Lagian" Ah, bodo lah. Ayo wehh, udah mau jam istirahat."
"Bentar lagi sih Dar. Nafsu banget lo. Yang mau balas dendam siapa, yang nafsu siapa."
Kata gue. "Iya sih" Tapi kan?" Belum sempet Darwin menyelesaikan kalimatnya, bel istirahat
berbunyi. Anak-anak mulai berhamburan ke luar kelas menuju kantin, lapangan dan taman
sekolah. Gue yang denger bel langsung berdiri dan melihat kebawah, kearah anak-anak sekolah
yang lainnya. Ada yang main basket, ada yang kejar-kejaran, ada yang makan, dan ya masih
banyak lain. Tapi mat ague kini fokus sama dua orang cewek. Ya, siapa lagi kalau bukan Angel
dan Putri. Gue langsung menatap Stanley dan dia nangkep maksud gue.
"Do it, Dave." Kata Stanley sambil ngasih HT kecil
"Eh! Udah mulai" Bantai dia Dave!" Tambah Darwin
"Sip! Wish me luck, guys!" Gue ngomong dengan sangat percaya diri dan menggenggam
HT. Gue turun cepet-cepet buat buntutin Angel sama Putri. Tapi pas gue sampai di lapangan,
gue kehilangan jejak mereka karena keadaan di lapangan lagi rame. Ah! Sial! Gimana nih" Oh
iya! HT! "Stanley" Stan" Denger gue gak?"
"Bodoh! Jangan panggil nama di radio! Sebut aja VG"
"VG" Apaan tuh?"
"Udehh, gak usah banyak nanya. Kenapa" Lo kehilangan jejak?"
A Book Under The Blue Sky
"Iya nih. Hehehe" Gue nyengir
"Udah gue duga. Dar! Coba cari Putri!" Perintah Stanley.
"Dave Dave! Ketemu!" Kata Darwin semangat.
"Jangan panggil nama peaa!" Protes gue. "Panggil aja Heat. Win, dia dimana?"
"Ada!! Si Putri gue bisa liat dia di kantin!"
"Eh! Kok pandangan lo bisa jauh gitu?" Gue bingung.
"Dia pake teropong gue, Heat. Susah memang kalau bocah gak pernah make teropong."
Jawab Stanley. "Sekarang, cepet lo ke kantin sebelum kehilangan jejak Putri! Go!"
"Oke, thanks guys" Gue langsung lari secepat yang gue bisa menuju kantin. Nyampe di
kantin, gue coba cari dimana si Putri.
Sekarang yang jadi masalah adalah, ini kantin penuh sesak. Gue bingung gimana nyari
Putri. Mau nyalain HT, gak mungkin. Ntar orang curiga sama gue. Jadi gue putuskan untuk
mundur beberapa langkah. Ternyata keberuntungan ada di pihak gue! Putri tiba-tiba muncul di
hadapan gue setelah bersusah payah keluar dari keramaian di kantin. Karena posisi dia udah mau
jatuh, gue refleks nangkep badan dia. Sekarang, posisi kita udah kayak orang pelukan. Eh!
Pelukan"! Gimana ini"! Keadaan menjadi awkward selama beberapa saat. Setelah itu, Putri
dorong bahu gue secara perlahan, melepaskan pelukan gue, dan berdiri tegak. Gue perhatiin
pipinya dia merah kayak di pakein kosmetik gitu. Mungkin, dia malu"
"Hmm" Anu" Mmm" Makasih ya." Kata Putri malu-malu.
"Eh iya. Sama-sama. Ngomong-ngomong kita belum kenalan. Nama gue Dave. Lo, Putri
kan?" Kata gue. A Book Under The Blue Sky
"Iya" Lo yang sekelas sama aku dan duduk di samping mba Angel ya?"
Aku" Waduh" Polos amat nih anak.
"Iya. Hehehe. Mau kemana bawa makanan sebanyak itu?"
"Ini" Mau" Hmm" Dimakan?"
"Sendiri?" "Hmm" Itu" Iya?"
Njrit! Gue gak percaya! Dia makan dengan porsi super padahal badannya kecil"! Lo
bayangin aja, masa dia makan lima bungkus nasi goreng ditambah dua mie ayam" "Lo makan
semua itu"! Sendirian"!" Gue masih gak percaya.
"I" Iya Dave" Aku makan semua ini sendirian?"
Gue bengong gak percaya. Gila nih anak, selera makannya ngalahin Cia. Masih dalam
keadaan bengong dan tidak percaya dengan selera makannya Putri, tiba-tiba HT gue bunyi.
"Heat! Jangan pedekate sama Putri! Inget misi!" Kata Stanley.
"Eh" Itu" Siapa?" Putri curiga.
Gawat! Gue gak bisa bilang yang sebenarnya. Cari alibi" cepat, cari alibi"
"Oh ini" Ini HT, Put. Gue lagi main sama yang lainnya. Lagi main" Hmm" Polisi
preman! Iya! Itu!" Alasan bodoh macam apa ini"!
A Book Under The Blue Sky
"Tapi kok" Ada sebut-sebut nama aku?"
"Oh" Iya" Itu" Seharusnya gue ketemu sama Putri kelas sepuluh. Jadi gue salah
orang. Gitu" Hehehe." Lagi-lagi alasan konyol. Mana ada yang namanya Putri anak kelas
sepuluh" "Oh" Kalau begitu, aku duluan ya. Dadah Dave." Kata Putri dengan lembutnya.
"Iya dadah!" Kata gue sambil melambaikan tangan dan berbalik badan.
"DAVE DODOL GARUT! MISI WOI! MISI!!" Teriak Stanley dari HT.
Eh iya!! Misi!! Adohh!! Seharusnya gue kan buntutin Putri! Kenapa gue jadi pingin balik
ke kelas"! Oke, gue balik badan lagi dan seketika, Putri sudah menghilang. Sialan. Ini semua
karena kebodohan gue, makanya dia ngilang. Gak seharusnya gue balik badan tadi. Ahelahhh.
"DAVE DODOL!!! Ilang kan dia! Dar! Cari Putri!" Teriak Stanley.
"Gak ketemu Stan!"
"Di taman belakang sekolah"!"
"Gak ada juga. Gue gak liat."
"Cih. Misi gagal. Semua karena Dave dodol garut. Udah, balik ke sini Dave. Misi
dibatalkan." Gue amat sangat merasa bersalah. Kalau bukan karena kebodohan tadi, gue udah bisa
buntutin Putri. Ah, sudahlah. Gak berguna juga penyesalan gue. Pada akhrinya, gue balik ke
kelas, duduk di kursi gue dan langsung tidur. Masa bodo. Gue bete dan paling bentar lagi Stanley
A Book Under The Blue Sky
bakalan marahin gue karena kebodohan gue. Misi hari pertama harus berakhir dengan kegagalan
begini. Coba kalau tadi" Ah, sudahlah.
><><><><><
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
Chapter 4 Hampir" Makan malam di rumah seharusnya menjadi saat-saat yang membahagiakan. Disaat lo
bisa berkumpul dengan keluarga yang notabene orang sibuk semua, lo bisa bercanda, bisa
diskusi tentang banyak hal, dan lain sebagainya. Yaps, seharusnya begitu. Tapi itu gak berlaku
buat gue. Sama sekali enggak untuk malam ini. Gue masih kecewa dengan hasil nihil dari
kegiatan memata-matai Putri dan Angel padahal udah dua hari gue coba tapi, semuanya gagal
total dengan cara yang sama. Sehabis gue nolongin Putri, gue selalu lupa sama tujuan utama gue
untuk memata-matai. Sebagai gantinya, gue malah balik ke kelas. Bodoh kan" Iya, gue tau dan
gue akuin untuk kali ini gue bahkan lebih "polos" dari Darwin. Ditambah dengan gue yang
berhasil melawan pengaruh si Angel form Hell padahal kita sempet konflik. Masih teringat di
otak gue bagaimana hal itu terjadi" Ya" Gue masih ingat dengan jelas"
Hari: Rabu. Pkl. 09:00. Location: Atap sekolah. Mission: Memata-matai Putri dan Angel.
Mission Result: Failed. "Dave! Dengerin gue! Dari hari senin dan selasa kita gagal total! Gagal total! Lo kenapa
sih"!" Tanya Stanley yang kesel banget sama gue.
"Iya nih! Lo kenapa sih"! Kok jadi aneh"!" Tambah Darwin.
Gue cuman bisa diem doang. Gak tau mau jawab apa lagi. Ya mau gimana" semua
memang salah gue, semua memang karena gue makanya misi ini dari hari senin sampe kemaren
gagal parah. "Dave! Kok lo malah bengong"!" Tanya Stanley.
A Book Under The Blue Sky
"DAVEE! Dengerin kata Stanley! Udah Stan, geplak palanya!" Darwin malah ngomporngomporin.
"Dave!" Nada Stanley mulai meninggi.
"Berisik!" Bentak gue yang udah mulai gondok. "Lo tau gak sih kenapa gue gagal
kemaren-kemaren ha"! Tau gak!"
"Karena lo mem?"
"Berisik lo Dar! Diem aja deh lo! Cuman bisa ngomporin orang kerjaannya!" Bentak gue
ke Darwin. Gue lalu memalingkan pandangan gue ke Stanley. "Tau gak Stan"!"
"Gak tau Dave. Memang kenapa?" Tanya Stanley.
Gue diam sejenak, mencoba mengumpulkan keberanian dalam diri gue untuk
mengatakan yang sesungguhnya. Setelah gue rasa siap, gue bicara.
"Gue gak tega! Gue gak tega Stan! Ngeliat muka Putri dan sifatnya yang polos begitu,
gue jadi gak tega! Target kita memang Angel, tapi lo pada tau kan kalau Putri itu adalah teman
setianya si Angel"! Apa yang akan terjadi sama Putri kalau Angel kita sakitin"! Kalian mikir gak
sampe sejauh itu"!"
"Tapi lo sendiri mikir gak apa yang terjadi sama lo tiga tahun lalu"! Lo mikir gak si
Angel apain lo"! Gue yang inget kejadian itu aja, jadi genek sendiri sama Angel, Dave! Gue gak
tega lo di apa-apain sama Angel lagi kayak tiga tahun lalu!" Kata Stanley.
"Tapi Putri nanti gimana"!"
"Tapi Lo sendiri nanti gimana"!"
A Book Under The Blue Sky
"What the hell sama gue! Gue mikirin korbannya!"
"Korbannya kita semua Dave! Kita! Dulu, karena gue sama Darwin ngebelain lo, kita
jadi ikut diasingkan sama Angel kan"! Lo inget gak!" Stanley benar-benar marah kali ini.
"Gue inget semuanya! Gue inget! Tapi" lo liat Putri" Liat efeknya kalau kita ngerjain
Angel habis-habisan?"
"Gue tau Dave! Gue tau! Lo jangan jadi egois gini dong! Lo liat juga korban di sekolah
kita udah berapa orang"! Jangan karena satu orang, lo jadi luluh! Ini demi kepentingan semua!"
"Gue gak egois!"
"Lo egois Dave! Egois! Wake up! Kemana aja lo"!"
"Berisik!" Gue balik badan dan berjalan menuju ke kelas.
"Dave! Dave!" Teriak Darwin dari kejauhan tapi gue gak gubris teriakan itu.
Dikelas, gue cuman bisa duduk dan tiduran. Gue masih gak bisa ngelanjutin misi ini. Gue
gak bisa. Bukan karena gue gak mau balas dendam, bukan karena itu. Kalau masalah balas
dendam mah, gue mau banget! Mau banget! Tapi setelah liat si Putri, gue jadi gak tega. Putri itu
seakan menjadi malaikat pelindung bagi Angel. Dia satu-satunya teman ngobrol, teman makan,
bahkan mungkin satu-satunya orang yang deket dan mengerti Angel diantara ratusan murid
sekolah kami yang notabene benci sama Angel. Gue gak abis pikir, ada aja manusia yang betah
gitu ya sama Angel. Selagi gue bengong mikirin tentang Putri, Darwin dan Stanley masuk kelas dan
menghampiri gue. "Dave" Sorry buat kejadian yang tadi?" Kata Stanley.
A Book Under The Blue Sky
"Iya. Gue juga mau minta maaf ya, mpret." Tambah Darwin.
Gue tarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Gue harus maafin mereka
walaupun mereka ngeselin. Ya, mau gimana lagi" Ini lah mereka yang selalu ada buat gue.
Sahabat-sahabat terbaik yang pernah gue miliki.
"Iye, gue maafin. Take it easy." Kata gue.
"Thanks yah Dave." Kata Darwin.
Pada akhirnya, kita bercanda seperti biasa. Tapi semua berubah ketika Angel masuk
kekelas dibarengi dengan Putri kemudian. Bukan, bukan karena Angelnya, tapi karena kita liat
Putri bawa keranjang plastik banyak banget. Yang bikin ngeselin adalah, Angel memerintah
Putri seakan-akan Putri itu babu.
"Eh, Put. Letakin di meja." Perintah putri dengan nada angkuh dan dingin.
"Iya mba." Jawab Angel lembut.
"Cepet!" Bentak Angel.
Karena di bentak Angel, Putri harus lari-lari ke mejanya Angel. Tapi belum sampai di
meja, Putri kesandung dan barangnya berserakan di lantai. Angel yang seharusnya bantuin Putri,
malah melakukan hal yang sebaliknya.
"Putri" Bodoh?" Kata Angel sambil jalan menuju mejanya dan melangkahi Putri yang
masih tergeletak di lantai lalu duduk dikursinya.
"Bangun Put. Beresin ini semua." Perintah Angel.
A Book Under The Blue Sky
Gue, Darwin dan Stanley yang liat kejadian itu malah makin kesel. Angel udah gila kali
ya" Bukannya di bantuin, malah dilangkahin. Dia gak bersyukur apa kalau selama ini Putri udah
nemenin dia dan bersedia jadi temen Angel"
"Ayo berdiri" Putri bodoh." Kata Angel dengan nada yang dingin.
"Iya" Iya mba?" Kata Putri
Sambil menahan rasa sakit, Putri bersusah payah berdiri dengan kedua kakinya namun
dia terjatuh. Dia coba beridiri sekali lagi, namun tetap saja dia terjatuh. Dia coba lagi, lagi dan
lagi, namun dia tidak mampu untuk berdiri. Ditambah dengan perkataan Angel yang tajam
kepada Putri, membuat setiap orang yang melihat Putri menjadi iba dan benci kepada Angel.
Banyak yang ingin menolong Putri, tapi tatapan tajam dan dingin dari Angel mampu membuat
orang yang awalnya ingin menolong Putri, menjadi diam ditempat tidak bergerak. Seakan-akan
tatapan itu mampu membuat orang menjadi beku.
Gue yang gak bisa melihat pemandangan keji seperti ini, langsung bergerak untuk
menolong Putri. Angel juga gak tinggal diam. Melihat gue yang bergerak untuk menolong Putri,
tatapan tajam dan dingin diarahkannya kepada gue. Gue bisa merasakan, tatapan ini" Tatapan
yang hanya berasal dari satu orang. Tatapan yang mencermikan sifat dari orang tersebut. Angel
from Hell. Awalnya gue takut. Tapi di dorong dengan rasa iba kepada Putri dan benci kepada Angel,
membuat gue terdorong untuk terus melangkah menghampiri Putri dan menolongnya.
"Makasih yah" Dave?" Kata Putri dengan lembut.
"Iya sama-sama." Jawa gue.
"Hmm" Dave" Lebih baik kamu pergi sekarang. Mba Angel ngeliatin kamu terus?"
A Book Under The Blue Sky
"Udah, biarain aja. Gue gak peduli mau dia ngeliatin gue kek, mau dia apain gue, gue gak
peduli. Yang penting lo gue tolongin dulu. Ayo berdiri." Kata gue sambil membantu Putri berdiri
lalu gue antar ke tempat duduknya.
Memang benar apa yang dikatakan Putri. Angel ngeliatin gue terus. Pandangannya gak
sedikitpun lepas dari gue. Tatapan tajam dan dingin yang mampu membuat setiap orang salah
tingkah bahkan berdiam diri seakan-akan beku it uterus menatap gue hingga gue duduk di
bangku. Mungkin bagi orang lain, tatapan itu cukup mematikan. Tapi itu gak berlaku buat gue
karena gue udah cukup kenal dengan hal itu. Yah, walaupun awalnya gue kaget, tapi gak butuh
waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan tatapan itu.
"Udah bantuinnya?" Kata Angel masih dengan tatapan tajam dan dingin yang diarahkan
ke gue. "Udah. Memangnya kenapa?"
"Mau cari perhatian?" Tanyanya dengan nada angkuh
"Ngapain" Gue udah cukup populer disekolah ini."
"Mau deketin Putri?"
Awalnya pertanyaan ini gue anggap sepele, tapi seketika gue sadar. Pertanyaan ini bukan
pertanyaan asal-asalan. Ini pertanyaan karena takut. Dia takut kalau Putri gue rebut dari Angel.
Dia takut kehilangan teman. Kalian tau ini apa artinya" Gue menemukan kelemahan terbesar dari
Angel. Takut kehilangan. Gue gak boleh sia-siain kesempatan ini. Ini kesempatan yang cuman
ada sekali seumur hidup. Ya, sekali seumur hidup. Kesempatan yang akan gue gunakan untuk
menebus kesalahan gue. "Ya, menurut lo gimana" Mba Angel?" Tanya gue balik dengan nada sedikit menantang.
A Book Under The Blue Sky
"Cih. Jangan coba-coba lo deketin dia, mesum."
"Apa urusan lo, Angel from Hell?"
Setelah gue mengeluarkan perkataan itu, Angel sempat kaget. Namun dengan cepat dia
kembali tenang dan mengalihkan pandangannya ke papan tulis. Kali ini, gue bisa kalahin lo,
Angel from Hell. ><><><><><
"Bang Dave! Kok bengong sih"! Abisin makanannya!" Teriakan Cia membuat gue
tersadar. "Eh iya. Maaf Cia."


A Book Under The Blue Sky Karya Norman Karel di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kamu kenapa Dave?" Tanya bokap gue.
"Enggak pa." "Kamu yakin" Kamu bengong loh dari tadi. Mama ajak ngomong aja gak di gubris sama
kamu." "Enggak ma. Aku gak kenapa-napa. Serius deh."
"Yaudah-yaudah. Makan aja dulu, nanti baru kita ngobrol lagi." Bokap gue mencoba
menetralisir suasana. Setelah makan malam, gue putuskan untuk balik ke kamar dan rebahan di kasur dengan
harapan gue bisa nenangin pikiran. Tapi, tetep aja gak bisa. Guling-gulingan ke kiri, ke kanan,
peluk-peluk bantal, tapi tetep gak bisa nenangin pikiran gue. Aduh, harus gimana ya" Gue masih
kepikiran dengan semua kegagalan gue.
A Book Under The Blue Sky
Tok tok tok. Pintu kamar gue di ketok oleh seseorang. "Siapa?" tanya gue. "Ini gue bang,
Cia." Cia" Ngapain" Tumben banget. lagi takut atau kenapa nih"
"Masuk aja de. Gak abang kunci."
Cia lalu masuk ke kamar gue terus langsung tiduran di samping gue. "Eh! Apa-apaan
lo"!" protes gue.
"Apaan sih bang. Gue lagi kangen nih tidur bareng sama lo."
"Yee. Kayak anak kecil ah."
"Yang ada lo yang kayak anak kecil. Lo kenapa sih bang?"
"Gue" Gak apa-apa"
"Bohong! Gue tau lo kenapa-napa."
"Sotoy lo!" kata gue sambil menepok jidatnya.
"Ih!! Seriusan! Pasti karena orang yang disana itu kan?" Kata Cia sambil menunjuk
kearah jendela. Lebih tepatnya, kearah kamar Angel yang pas banget bersebrangan sama kamar
gue. Kamar itu terang dan terlihat siluet Angel yang lagi mondar-mandir entah ngapain dari tadi.
"Ahelahh. Sotoy ah!" Pungkas gue.
"Dih! Mau bohong-bohong sama ade sendiri. Eh bang, lo tau gak kenapa gue waktu itu
bad mood banget di mobil"!"
"Yang pas kapan ya?"
A Book Under The Blue Sky
"Hari senin!" "Oh, yang masalah PMS?"
PLAK! Sebuah tamparan ganas mendarat di pipi gue.
"Bukan PMS!" "Ya terus apa?"
"Hmm" mmm" Gini bang" lo tau gak, gue lagi suka sama seseorang?"
"Ha! Siapa" Gak lah. Ngapain gue kepoin kehidupan lo?"
"IHH! Serius!" "Hehehe. Yaudah serius. Sama siapa?"
"Bang" Hmm" Stanley."
"HA! STANLEY! STANLEY TEMEN GUE"! AJE GILE LO!" Sumpah gue kaget
banget begitu tau ternyata Cia memendam rasa sama Stanley. "Tapi dia kan udah punya gebetan"
"Iya bang" gue tau kok" Tapi waktu itu di mall, gue liat gebetannya jalan sama tementemennya. Yang jadi masalah adalah, dia buat temen-temennya itu kayak pembantu. Disuruhsuruh gitu. Gue udah kasih tau ke bang Stanley, tapi dia gak percaya."
"Serius" Tapi gebetannya itu baik banget loh."
"Baik diluar belum tentu baik didalam kan?"
A Book Under The Blue Sky
"Ya iya sih. Jadi cuman masalah itu?"
"Iya?" "Yaelahh.. kalau cuman masalah itu doang mah kecil. Ntar gue kasih tau ke Stanley deh."
"Janji ya"!"
"Iya gue janji de."
"Nah sekarang, lo cerita dong. Lo kenapa tadi bang" kok bengong?"
Aduh, kamtek! Cia licik banget eh! Di keluarga gue, udah jadi tradisi kalau kita curhat
sama orang, orang itu wajib curhat sama kita. Kata nyokap gue sih, biar sama-sama lega, biar
sama-sama nemuin jalan keluar. Tapi curhat ke Cia" No way man! Mungkin dia pendengar yang
baik. Tapi dia bukan pemecah masalah yang handal.
"Ogah ah!" tolak gue.
"Ih! Kan harus bang!"
"Masa bodo." "Yaudah bilang papa nih!"
"Eh! Jangan!" "Yaudah cerita!"
"Gak mau!" A Book Under The Blue Sky
"PAPA!!" "Jadi gini ceritanya?" Kamtek. Gue terpaksa harus cerita. "Abang itu punya misi buat
buntutin Angel sama Putri. Tapi kemaren itu?"
"Kenapa?" Tanya Cia penasaran.
"Kemaren abang berhasil buntutin dia samapi di taman belakang sekolah. Tapi abang
ketauan dan akhirnya harus lari. Gitu."
"Oh" Begitu" Boleh kasih saran gak bang?"
"Apa?" "Kenapa gak coba untuk jadi baik buat kak Angel?"
"HA! Gak! Mana bisa begitu!"
"Aku percaya kok bang. Kalau abang berbuat baik untuk kak Angel, hatinya pasti luluh.
Cepat atau lambat, itu pasti."
"Eh" Iya yah?"
"Iya bang. Pasti.. Pasti."
"Lo tau darimana?" Tanya gue
"Kan Cia juga cewek bang! dihh.."
"Lo" Cewek" BAHAHAHAHAHAHAHAHA?" Tawa gue.
A Book Under The Blue Sky
"Ih. Kok ketawa bang!"
"Ya iya! Lo fisik doang cewek! Tapi sifat" Mana ada sisi cewek itu keliatan"
"Ih" Bang Dave" Jahat!!" Cia mulai mukulin badan gue
"Ciaa!! Sakit!!!"
"Masa bodo!!!" "CIAAA!!!!" Malam itu diakhiri dengan badan gue yang babak belur karena pukulan-pukulan maut
dari Cia dan kita sama-sama ketiduran. Tapi gue dapet satu pelajaran penting dari Cia. Gak butuh
kekerasan untuk melawan hal jahat. Yang dibutuhkan adalah kebaikan. Kebaikan yang berasal
dari hati. ><><><><><
Hari ini gue bakalan coba sekali lagi untuk bisa deketin Angel apapun resikonya. Gak
peduli walau nanti reputasi gue harus berantakan, yang penting gue harus bisa mengakhiri rezim
jahanam Angel! Gue gak tega liat Putri disiksa terus. Begitu jam istirahat, gue langsung ke
kantin buat nungguin Putri yang sebentar lagi bakalan keluar dari keramaian di kantin dengan
membawa banyak makanan. Sementara Stanley sama Darwin standby di atap sekolah.
"Dave. Siap. Sebentar lagi Putri bakalan keluar dan kita gak boleh gagal." Kata Stanley
dari HT. "Sip! Dia udah keluar dari keramaian tuh!" Tambah Darwin.
A Book Under The Blue Sky
Seperti hari-hari kemarin, Putri yang keluar dari keramaian pasti terjatuh dan gue selalu
siap buat nolongin dia. Ini udah yang ke empat kalinya gue nolongin dia. Dan seperti biasa juga,
dia bakalan lepas pelukan gue dan bilang terima kasih karena udah nolongin dia. Tapi kali ini
ada yang berbeda. Gue gak balik badan. Setelah dia jalan agak jauh, baru gue buntutin dia.
Melewati lapangan, GOR, dan pada akhirnya berhenti di taman bekalang sekolah. Gue gak ngerti
kenapa Putri harus muterin satu sekolah cuman buat ke taman di belakang. Padahal dari kantin
ada jalan potongnya. Ya, gue gak terlalu mikirin itu. Mata gue sekarang fokus dengan dua orang
yang berada cukup jauh dari gue. Dua orang itu perempuan. Itu Putri dan Angel. Gotcha!
"Dave. Hati-hati ya. Gue rasa Angel ada feeling tuh kalau ada orang lain yang ngikutin
Putri." Kata Stanley
"Iye. Pasti. Gue pasti hati-hati kok!" Jawab gue.
Secara tiba-tiba, Angel menunjuk kearah gue dan berteriak "Siapa disana!". Gue panik
setengah mati. Aduh, ini harus gimana" Gue harus ngapain" Aduh gawat!!
"Dave! Dengerin gue! Jangan lo keluar sebelum dia teriak untuk yang ketiga?" belum
sempet Stanley nyelesain kalimatnya, Angel teriak lagi. "Keluar sekarang atau reputasi lo hancur
di sekolah ini!" Aduh mati gue. Refleks, kaki gue melangkah secara perlahan dan mengarah
ketempat Angel berada. Stanley teriak-teriak setengah mati dari HT buat ngelarang gue
nyamperin Angel. Tapi percuma, gue keburu takut dan badan gue tanpa gue sadari bergerak
dengan sendirinya. Sekarang gue tepat dihadapan Angel. Tatapannya masih tajam dan dingin.
"Mau lo apa, mesum?" tanya Angel.
Gue bingung mau jawab apa. Aduh, gue harus bisa mikir cepet! Tapi apa"! Apa"!
Pandangan gue arahkan ke Putri dan" Gue dapet ide!
"Memangnya kenapa Angel?" Tanya gue dengan lembut.
A Book Under The Blue Sky
"Cih. Sekali lagi gue tanya. Mau ngapain disini" Gak usah sok lembut gitu deh." Gue
bisa merasakan keangkuhan dan ketidaksukaan dia terhadap jawaban gue di setiap kalimatnya.
Gue memang sengaja gak mau kasih jawaban yang kasar karena gue tau itu hanya
memperkeruh suasana. Gue inget perkataan Cia semalem, harus jadi baik. Sekarang, mari kita
coba. "Gue gak boleh yah kesini" Gue cuman mau liat keadaan Putri aja kok. Sekalian mau
ngeliat lo" Angel." Adoh. Ini jawaban rada konyol. Khamtek.
"Udah gue bilang sama lo. Jauhin Putri. Masih gak ngerti juga?" Kini nada kesal mulai
terasa. "Gue gak bisa Angel. Gue gak bisa. Karena gue" Gue?" Gue sengaja tahan kalimat ini
karena gue mau Angel yang jawab.
"Suka sama Putri" Cih. Dasar mesum."
"Lo sendiri yang bilang. Bukan gue."
"Gue bilang ya sama lo. Lo gak bisa?"
"Mba Angel" Itu makanannya gak mau di habisin dulu" Tanya Putri.
Makanan" Jadi" Makanan ini, semua makanan ini punya" Angel" Tiga bungkus nasi
goreng, dua mie ayam dan dua eskrim magnum ini, punya Angel" SELERA MACAM APA INI!
PEREMPUAN MACAM APA DIAAA!!! Bener-bener, Angel from Hell. Gak salah gue kasih
julukan itu. Pas dengan selera makannya yang kayak orang baru bebas dari neraka dan kembali
ke bumi. A Book Under The Blue Sky
"Oh" Jadi makanan ini punya Angel" Wah wah wah. Selera makan lo gede juga ya."
Kata gue. "Berisik. Mesum."
"Hmm" Bukannya mau sok baik, tapi?" Gue mulai mendekatkan diri ke Angel dan
memegang tangannya. "Kalau lo makan sebanyak ini, lo bisa sakit nantinya. Kalau lo sakit,
semua bakalan repot bahkan Putri sekalipun." Kali ini tangan kanan gue mulai memegang
pipinya. Entah ini dorongan dari mana, tapi gue melakukan semuanya secara refleks. "Gue gak
mau lo sakit, Angel. Tapi gue janji?" Sebelum gue menyelesaikan kalimat gue, gue pegang
kedua pipinya dengan kedua tangan gue, setelah itu gue menyelesaikan kalimat terakhir. "Gue
janji gue akan ada disamping lo ketika lo sakit. Bahkan, gue yang akan ngerawat lo, Angel."
Pipi Angel seketika berubah menjadi merah. Tatapan dingin nan jahanam hilang berganti
dengan tatapan yang seakan tidak percaya kalau ada cowok yang berani seperti ini di depan dia.
Matanya berkaca-kaca, namun dia bertahan untuk tidak menangis. Gue lalu melepaskan tangan
gue dari kedua pipinya, berbalik badan dan mulai berjalan pergi meninggialkan Angel yang
masih diam terpaku. "KEREN! Lo keren Dave!!! Naluri lo main banget!" Teriak Stanley dari HT.
"KEMENANGAN!!! YEAHH!!" Tambah Darwin.
"Iya. Ini kemenangan pertama kita. Next, kita hancurkan dia melalui kencan. Gue siap
buat hal itu." "YA! Ini hebat! Great job, three knights!"
Gue yakinkan dalam hati gue bahwa sebenarnya mudah menaklukan Angel. Gue hanya
butuh kesabaran, niat dan hal yang disebut dengan perhatian. Ya, Angel mulai mencair seperti es
yang terkena terik sinar matahari. Pelan tapi pasti, dendam gue terbalaskan.
A Book Under The Blue Sky
><><><><><
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
Chapter 5 LUCK "Lo yakin Dave" Yakin mau kencan sama dia" Yakin mau nge-date?" Itulah kalimat
yang gue denger pertama kali saat pagi hari di dalam kelas dari seorang anak "polos" yang biasa
di panggil Darwin. Sejujurnya gue rada ragu juga sih mau nge-date sama Angel. Bukan, bukan
karena karakter yang dia punya, tetapi lebihh menjurus kearah dia mau atau enggak" Itu yang
jadi masalah. Jadi, perkataan Darwin patut di pertimbangkan. Disisi lain, Stanley malah nafsu
banget supaya gue dan Angel nge-date. Dia malah udah rencanain semuanya dari awal.
"Gue sih mau aja Dar" Tapi yang jadi masalah, kan gue belum deket banget sama dia."
"Yaelah Dave! Gak usah mikir dua kali lahh. Lo udah liat kan reaksi dia kemaren"
Speechless abis. Bahkan abis lo tinggalin dia, dia masih bengong diam terpaku gitu. Udahlah,
udah gampang itu. Gue udah siapin planning buat lo nge-date sama dia." Kata Stanley sambil
tersenyum dan ngebetulin kacamatanya kayak penjahat-penjahat di anime.
"Eh Eh! Ntar dulu! Lo pada gila kali ya"! Gue aja gak deket sama dia! Memangnya dia
mau gitu?" Protes gue.
"Pasti mau! Makanya lo harus bisa deket sama dia hari ini dan besok. Rumah lo sama dia
kan, sebrang-sebrangan tuh. Bisalah lo deketin dikit-dikit. Main kek kerumahnya, atau gimana
kek. Masa gak bisa?" Kata Stanley.
"Eh gue serius. Gue gak yakin Stan."
"Terus, kalau lo gak yakin, kenapa lo kemaren bilang mau nge-date sama dia?"
A Book Under The Blue Sky
Pertanyaan Darwin membuat skak mat. Iya ya, baru gue sadarin. Kenapa kemaren gue
bilang sama mereka untuk ngajak Angel nge-Date" Ketotolan parah.
"Ya" Itu" Soal itu" Karena gue terlalu seneng dia bisa speechless begitu, makanya
gue berani bilang kalau mau kencan sama dia." Kata gue ragu-ragu.
"Lo tau itu apa namanya" KE-BO-DO-HAN! Aduh Dave. Kok bisa sih lo lebih polos
dari gue" Kata Darwin.
"Eh! Enak aja, kagak! Gue gak lebih polos dari lu!" Protes gue.
"Udah ah. Gitu aja berantem. Yaudah gini. Karena lo udah terlanjur bilang mau nge-date,
jadi mau gak mau dan suka gak suka lo harus maju. Lo harus wajib kudu nge-date sama Angel.
Nanti jam istirahat, lo harus barengan sama dia dan nemenin dia." Kata Stanley. Gue coba buat
protes tapi sebelum gue membuka mulut, Stanley lanjut ngomong. "Eh! Gak ada protes. Lo
ikutin planning gue. Gak lebih gak kurang, gak ada bantahan dan gak ada pertanyaan. Jelas?"
"Jelas" Pak?" Jawab gue lemes.
"Dar. Siap-siap buat mantau mereka seperti biasa ya."
"Oke, Stan. Gampang itu."
Jam pelajaran dimulai. Pelajaran pertama adalah matematika dan itu merupakan mata
pelajaran yang paling teramat sangat gue dan Darwin benci, tapi itu gak berlaku buat Stanley.
Dia malah seneng banget kalau udah belajar matematika. Seakan-akan kacamatanya itu bersinar
layaknya penjahat-penjahat di film. Hmm" Kalau kalian pernah nonton anime atau kartun atau
film, kan suka ada tuh penjahat berkacamata yang kalau benerin kaca matanya, kacanya bersinar
gitu. Nah, begitulah Stanley. Kadang gue jadi ngeri sendiri ngeliat dia. Kenapa sahabat gue gak
ada yang bener ya" A Book Under The Blue Sky
Balik lagi ke masalah kencan tadi. Sejujurnya gue paling gak bisa urusan kencan kencin
begini. Kenapa" Karena gue pasti bakalan speechless abis. Itu alasannya kenapa gue gak punya
pacar padahal gue adalah anak yang dikagumi, populer dan cukup disegani di sekolah. Ya,
reputasi itu gak cukup buat gue bisa pacaran. Entahlah, gue juga bingung kenapa gue gak bisa
pacaran. Apa karena efek bully yang dibuat si Angel dulu kali ya" Hmm. Bisa juga sih bisa.
"Dave! Kenapa bengong" Ayo kerjain soalnya bareng kelompok kamu." Kata guru
matematika, Pak Ronald. "Eh" Ngerjain soal pak" Kelompok?" Tanya gue kebingungan.
"Ternyata kamu gak perhatiin bapak ngajar dari tadi. Kamu satu kelompok sama Angel
dan Darwin. Sudah gabung sana."
"Eh! Pak! Kok saya satu kelompok sama Dave" Saya sama Stanley aja pak!" Protes
Darwin. "Lah" Gak bisa gitu Dar! Gue juga mau sama Stanley! Saya aja pak!" Kata gue.
"Sudah-sudah. Kenapa jadi rebut begini sih" Yasudah begini saja. Kalian tetep sama
Angel biar adil." "Gak bisa gitu pak!" Protes Darwin.
"Heh! Yang guru siapa" Saya atau kamu! Enak aja perintah-perintah!" Bentak pak
Ronald. "Ya bapak lah"."
"Kerjakan soalnya cepat!"
A Book Under The Blue Sky
Karena ngeliat ekspresi pak Ronald yang udah muak sama gue dan Darwin, kita buruburu ngumpul di meja Angel. Tapi ada yang aneh sama Angel. Mukanya pucat walaupun gak
pucat gimana-gimana banget sih. Awalnya gue gak khawatir, sampe gue liat badannya jadi lemes
dan hampir jatuh dari kursi. Gue dengan sigap menahan tubuhnya. Gue bisa merasakan badannya
lemes banget dan sangat mudah buat dijatuhin. Lo coba aja sentuh dia pas duduk, udah deh gue
jamin dia langsung jatuh ke lantai.
"Angel. Lo gak kenapa-napa?" Tanya gue lembut. Sejujurnya, gue jadi lembut juga
karena misi. Kalau bukan karena itu, nada gue beda lagi pasti.
"A" Gak. Gue biasa aja. Lepasin gue, mesum." Balas Angel sambil mencoba duduk.
"Minum dulu aja yah." Kata gue yang mulai kasian ngeliat muka dia semakin pucat.
"Gak usah." Jawabnya dingin.


A Book Under The Blue Sky Karya Norman Karel di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nanti lo lemes lagi kayak tadi."
"Gue bilang gak usah. Gue mau ke toilet."
"Jangan dipaksain. Nanti lo kenapa-napa."
"Berisik, mesum."
Angel mencoba berdiri dari kursinya dengan sekuat tenaga lalu berjalan dengan
sempoyongan. Gue udah bilang sama dia tadi supaya gak maksain diri karena gue takut dia
bakalan pingsan. Tapi dia itu keras kepala. Gak mau denger omongan orang dan terjadilah apa
yang seharusnya terjadi. Di depan pintu, dia mulai gak sadarkan diri dan bakalan jatuh ke lantai.
Lagi, gue dengan cepat lari kearah Angel dan langsung meluk dia dari depan supaya gak jatuh.
Bisa gue rasakan nafasnya yang rada anget. Ternyata ini anak sakit toh.
A Book Under The Blue Sky
"Angel. Udah gue bilang tadi supaya lo gak maksain diri kan" Ini akibatnya kalau lo gak
mau dengerin gue. Gue bawa ke UKS ya." Bisik gue lembut.
"Gak usah, mesum."
"Gue udah janji sama lo kalau gue bakalan jagain lo supaya gak sakit kan" Udah, jangan
ngomong lagi ya. Gue bawa ke klinik." Balas gue.
Angel akhirnya pasrah dan dia mengangguk tanda setuju. Gue gendong dia di pundak gue
dan bawa ke UKS. Sampe di UKS, gue rebahin dia di kasur dan gue selimutin dia sebelum
akhirnya perawat di UKS datang dan mulai meriksa dia. Gue perhatiin muka Angel memang
udah pucat dan badannya juga udah anget. Suster bialang kalau dia kena penyakit radang dan
sebaiknya nunggu dokter UKS datang buat ngepastiin. Jadi, pada akhirnya gue yang jaga dia
disana. Gak berapa lama, Angel ngigau-ngigau gak jelas. Dia teriak-teriak. Tapi bukan itu yang
jadi masalah. Yang jadi masalah adalah isi teriakan itu"
"DAVE! DAVE! JANGAN! JANGAN! JANGAN PERGI!"
Gue kaget setengah mati. Ini anak kenapa" Kok tiba-tiba begini" Kok nama gue yang
disebut" Salah apa gue" Dosa apa yang udah gue buat" Ah, itu gak gue pikirin. Sekarang gimana
caranya supaya dia tenang. Oh! Gue coba pegang tangannya aja kali ya" Gue beraniin diri gue
dan gue coba pegang tangan dia, lalu gue elus-elus kepalanya dengan tangan kiri. Berhasil. Ini
berhasil! Dia menjadi lebih tenang dan bisa tidur lebih nyenyak.
"Itu pacar kamu, Dave?" Kata suster yang ternyata perhatiin gue dari tadi.
"Enggak sus. Temen saya."
"Ah serius" Sebentar ya, saya ukur suhu badannya." Kata suster sambil memegang alat
pengukur panas elektronik. Gue baru tau ternyata ada alat ukur elektronik begini karena biasanya
alat ukurnya yang kepit di ketek kan"
A Book Under The Blue Sky
"tiga puluh tujuh. Aduh, panas sekali dia."
"Ha" Serius?"
"Iya. Dave, kamu bisa jaga dia sebentar lagi kan" Dokter sebentar lagi sampai kok.
Terima kasih ya." Kata suster.
Ya, apa boleh buat. Gue jaga dia sebentar lagi deh. Gak berapa lama, dia ngigau lagi.
Tapi kini suaranya lebih lemah.
"Dave! Dave! Jangan! Jangan pergi!" Kata Angel sambil menitikan air mata.
Gue pegang lagi tangannya dan elus kepalanya sambil berkata "Angel. Gue disini. Gue
gak kemana-mana kok. Gue ada disini buat lo. Gue ada disini." Setelah itu baru dia bisa tenang
lagi. Jujur, gue bertanya-tanya dalam hati. Ini anak kenapa sih" Kok nyebut nama gue terus" Apa
jangan-jangan karena masalah pas SMP dulu"
><><><><><
Sudah tiga puluh menit gue nungguin dokter yang katanya bakalan dateng tapi gak
dateng-dateng sama sekali, sudah tiga puluh menit juga gue jagain Angel yang masih tertidur
pulas. Sebenernya gue cukup seneng bisa jagain dia. Bukan, bukan karena gue bisa berduaan
sama dia. Tapi karena gue bisa melewatkan pelajaran matematika yang sangat gue benci dan bisa
tidur-tiduran walaupun pada akhirnya gue ketiduran dalam keadaan duduk.
"Dave" Dave?"
"Hmmm?" Kata gue ogah-ogahan dengan mata masih tertutup.
"Dave" Dokter sudah datang."
A Book Under The Blue Sky
"Oh iya iya sus."
"Bangun dulu. Gimana dokter mau periksa Angel kalau kamu tidur di tangan dia?"
Ha" Tidur" Di tangan Angel" Jangan-jangan" WANJIRR!! Gue ketiduran dan tanpa
sadar gue jadiin tangan Angel sebagai bantal. Refleks, gue langsung bangun dan duduk lalu
ngeliat ke arah dokter yang sudah senyum-senyum dari tadi. Jujur gue jadi salting dan mulai
senyumin dokternya sendiri. Dokter itu bernama Bening, dan sesuai dengan namanya dia itu
cantik banget, putih dan agak-agak sipit gitu matanya. Dia udah punya suami yang bekerja
sebagai seorang dokter juga tapi di rumah sakit. Dokter Bening merupakan salah satu staf di
sekolah yang sangat di kagumi dan disayangi setiap murid karena kepribadiannya yang seperti
seorang ibu "walaupun dia belum punya anak-, dan cara bicaranya yang lembut. Gak heran kalau
dia merupakan ibu idaman setiap murid.
"Aduh Dave, Dave. Wanita mana lagi yang kamu deketin kali ini" Sampe sakit tuh
jadinya." Kata dokter Bening.
"Eh" Enggak kok dok. Enggak. Ini teman saya. Seriusan." Jawab gue
"Ah, temen atau temen" Hayoo" Siapa namanya?"
"Angel dok. Angel."
"Angel" Waw. Nama yang bagus ya. Sesuai sih dengan kecantikannya." Kata dokter.
Gue dalam hati ngedumel. Belum tau aja nih dokter Bening sama sifat aslinya. Coba aja
dia tau, coba" "Dave" Kok bengong?"
A Book Under The Blue Sky
"Eh" enggak dok. Gapapa."
"Kamu keluar sebentar ya. Saya mau periksa dia."
"Iya dok." Kata gue sambil keluar ruangan.
Mungkin kalian akan bertanya-tanya ada apa dengan gue dan Angel di masa lalu. Gue
yakin dan percaya banyak dari kalian yang kepo dengan hal ini. Jadi begini" Hmm" Ah, nanti
aja lah yah. Kapan-kapan gue cerita sama kalian. Gue pribadi mau banget cerita sama kalian.
Serius, mau banget. Tapi ini bukan saat yang tepat. Gue haru fokus sama Angel. Percaya gak
percaya, gue takut Angel kenapa-napa. Soalnya kalau dia kenapa-napa kan, gue gak jadi balas
dendam. Hehehe. "Dave! Dave!" Gue langsung nengok kearah orang yang nyebut-nyebut nama gue.
Ternyata itu Darwin di ikuti Stanley dan Putri di belakangnya. "Gimana keadaan Angel?"
"Gak tau. Kayaknya sih radang gitu atau infeksi" Ah, gak ngerti gue. Tunggu dokter
Bening kasih tau aja deh." Jawab gue.
"Hmm" Anu" Mba Angel ngigau gak tadi?" Tanya Putri.
"Iya. Dia ngigau dan nama gue yang disebut-sebut"
"CIEEEEEE" "Berisik lo Dar."
"Dar, Dave. Planning kita berubah. Kita harus susun dari awal lagi." Kata Stanley.
"Lah" Kok" Kenapa?"
A Book Under The Blue Sky
"Gini Dave. Minggu depan ada tournament basket dan kita harus siap-siap buat itu.
Lawan kita gak nanggung-nanggung. Ada Jakarta Adventist Academy "Eagles", dan musuh abadi
sekolah kita, yang paling nyebelin se-daerah. Saint-George Trojan."
"Eh" Seriusan" Terus planning kita gimana dong?" Tanya gue.
"Terpaksa rencana nge-date lo kita undur. Mau gimana lagi" Mulai besok kita udah
latihan dan sebentar lagi kita bakalan ngumpul di lapangan basket. Bakalan ada pengarahan dari
coach Mike dan pemilihan tim inti." Jelas Stanley.
"Nanti, ini si Angel gimana dong" Gue tinggalin aja"
"Dia gak akan kemana-mana kok. Ada Putri yang bakalan jagain dia. Ya gak put?" Kata
Stanley sambil menepuk pundak Putri.
"Eh" I" Iya" Aku yang jaga mba Angel."
Pengeras suara sekolah berbunyi, terdengar suara coach Mike yang memanggil satu
persatu nama-nama anggota tim basket SMA kami, Colombus Knights. Oh iya, gue belum
ceritain sama kalian mengenai tempat tinggal gue ya" Jadi, gue tinggal di kota bernama Jakarta
yang tingkat kemacetan dan kejahatannya lumayan parah. Ya ya, itu lah Jakarta. Kota manis bagi
mereka-mereka yang mempunyai harta dan jabatan, namun jahanam bagi mereka-mereka yang
bahkan tidak mampu makan. Kembali ke topik. Setelah nama gue dipanggil, gue pergi ke
lapangan basket yang terletak di gedung olahraga di belakang sekolah.
"Anak-anak" Kita akan mengikuti tournamen basket. Tapi pertama-tama, kita akan
mengikuti fase group terlebih dahulu. Kita tidak akan mengikuti babak penyisihan karena kita
runner up tahun lalu. Baik, saya akan umumkan nama-nama pemain yang ikut tournament. Cliff,
Adam, Vincentius, Danil, Erik, Aaron, Wahyu, Fariz, Nadal, Darwin, Stanley, dan sebagai
kapten tim, Dave." Kata coach Mike
A Book Under The Blue Sky
Gue" Kapten tim" Ini pertama kalinya gue ditunjuk jadi kapten tim karena selama ini,
gue gak pernah. Biasanya yang jadi kapten itu Stanley. Tapi kali ini" Sungguh berbeda. Wait"
Stanley ya" Sepertinya gue tau alasan kenapa gue jadi kapten tim"
"Nah anak-anak. Mulai hari ini, kita akan ada latihan ringan. Jam sepuluh semua sudah
berkumpul disini. Saya sudah mengurus ijin dari kepala sekolah. Jadi kegiatan belajar kalian
ditunda sementara. Nah, sekarang, silahkan beristirahat. Ingat, jam sepuluh berada disini. Dave,
kamu kemari sebentar. Saya ingin berbicara dengan kamu."
Sekarang jam setengah sepuluh dan memang sudah jam istirhat. Anak-anak yang lain
langsung bubar untuk istirahat. Gue berjalan menghampiri coach Mike. Sepertinya ada sesuatu
yang penting yang ingin dia bicarakan.
"Iya coach. Ada apa ya?"
"Kamu sekarang adalah kapten tim dan kamu sudah paham kan apa tugasnya" Saya
berharap banyak sama kamu. Kamu, Darwin dan Stanley adalah pemain-pemain berbakat dan
inti dari tim ini. Kita harus bawa pulang piala. Ingat, kepentingan orang banyak lebih penting
daripada kepentingan sendiri."
"I" Iya coach." Jawab gue ragu-ragu.
Setelah berbincang cukup lama, gue akhrinya keluar dari gedung olahraga dan berlari
menuju UKS. Gue liat Angel masih berbaring lemah ditemani oleh Putri. Tanpa basa-basi, gue
langsung bertanya sama Putri hasil dari pemeriksaan dokter.
"Gimana Angel?"
"Eh" Dave" Mba Angel" Tadi kata dokter mba Angel harus dirawat di rumah sakit."
"HA"! Serius"!" Kata gue panik.
A Book Under The Blue Sky
"I" Iya" Mba Angel ada penyakit?" belum sempat Putri selesai bicara, dokter Bening
tiba-tiba datang dan menyela perkataan Putri.
"Dave?" Katanya. "Angel, dia mengidap penyakit yang saya sendiri belum bisa
pastikan. Tapi ini adalah penyakit yang cukup parah. Lebih baik sekarang kita bawa kerumah
sakit tempat dimana suami saya bekerja."
Angel" Angel sakit apa" Dia" Ada penyakit apa" Gue gak pernah tau kalau dia
mengidap penyakit parah selama ini. Akhirnya, Angel dibawa ke rumah sakit menggunakan
ambulans. Selama di dalam ambulans, dia terus mengigau dan gue yang selalu menenangkan dia
dengan cara yang sama. Menggenggam tangan Angel dan mengelus lembut kepalanya. Setibanya
di rumah sakit, dia langsung dibawa ke ruang UGD dan setelah itu, dipindahkan ke ruang ICU.
Dia diperiksa oleh suami dokter Bening, dokter Anderson. Hampir satu jam sudah, gue
menunggu Angel di ruang tunggu. Begitu dokter Anderson keluar dari ruang ICU, dia meminta
agar menelepon keluarga Angel. Gue bingung, sebenernya Angel kenapa sih" Bukannya radang
doang ya" Tadi pagikan kata suster dia kena radang.
"Dok. Sebenernya, Angel sakit apa ya?" Tanya gue.
"Kamu temennya Angel" Ya. Lebih baik kamu tau dia sakit apa. Kamu tau apa yang
dimaksud dengan virus otak" Dia cukup beruntung bisa bertahan hingga sekarang."
Virus" Otak" ><><><><><
A Book Under The Blue Sky
A Book Under The Blue Sky
Chapter 6 I" Can"t" Pemandangan langit sore itu indah. Langitnya berwarna oranye, matahari yang hampir
tenggelam, burung-burung yang pulang kesarang, semuanya menghiasi langit sore hari ini.
Semua pemandangan ini seakan berbicara kepada gue. Seakan, langit ini ingin mengatakan
bahwa kesusahan hari ini, biarlah berakhir sampai disini. Besok, kita akan memulai hari yang
baru. Seakan, langit ini berbicara "Sudahlah. Cukup sampai disini." Gue bisa merasakan
hembusan angin sore yang lembut melewati tubuh gue yang berbaring di atap rumah. Kebetulan,
atap rumah gue datar dan biasa dipakai untuk jemuran. Jadi, gue bisa berbaring disini sepuasnya
dan semau gue. Tapi, tetap aja dengan semua pemandangan ini gak bisa membuat hati gue
tenang. Di otak gue cuman ada satu nama. Nama yang gak akan pernah gue lupakan"
"Bang! Disuruh ibu turun untuk makan!" teriak mba Nur.
"Iya mbaa!" sahut gue.
Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa gue sering banget ditemukan di atap dalam
keadaan tiduran" Jawabannya simple. Gue seneng liat langit. Mau langit siang mau langit
malam, selama itu langit maka gue bakalan betah ngeliatnya. Kenapa" Karena itu memberikan
ketenangan. Bagi orang lain itu mungkin sama seperti main game, shoping, jalan-jalan di mall,
makan, atau entah apapun yang memberikan ketenangan bagi mereka.
"Brrrttt" Perut gue berbunyi.
Udahlah, udah cukup buat saat ini. Gue mau makan dulu, kebetulan gue laper. Kasian
perut gue udah minta-minta jatah. Gue turun menuju ruang makan. Di ruang makan udah ada
bokap, nyokap dan Cia. Kita makan malam seperti biasanya. Tapi, gue masih merasakan hal
yang mengganjal dari tadi. Tapi apa ya" Ada yang gue lewatkan"
A Book Under The Blue Sky
"Dave?" "Iya ma. Kenapa?"
"Kamu tau tetangga di depan kan" Itu loh, yang kemaren pindahan."
"Iya ma. Abang tau kok. Kenapa?"
Nyokap gue ngelirik ke arah bokap. Bokap gue ngelirik nyokap gue. Nyokap gue nyikut
bokap, bokap nyikut nyokap balik. Dua-duanya masih diam dan gak ada yang mau ngebuka
pembicaraan. Seakan mereka saling lempar tanggung jawab. Mungkin dalam hati, mereka beradu
argument kayak "Papa aja yang jelasin deh!" lalu bokap gue balas dengan "Mama aja!" "Ih!
Papa aja!" "Enggak! Mama aja!" Kalau begini kapan kelarnya" Nyokap lalu nendang kaki bokap
gue. "Auh! Mama!" protes bokap. "Papa ngomog dong dari tadi!"
"Kenapa gak mama aja?"
"Ih! Itukan teman baru papa!"
"Ih! Papa mama kayak anak kecil! Hahahaha" Cia cuman bisa ketawa. Bukannya kasih
solusi, malah buat suasana makin absurd. Aduh Cia"
"Pa, ma. Ini apaan deh, kayak anak kecil ah. Sebenernya ada apaan sih?" Tanya gue
kebingungan. Nyokap sekali lagi ngelirik kearah bokap. Kali ini bokap gue mengibarkan bendera putih.
Dia yang menjelaskan. "Gini. Pemilik rumah itu, om Reza adalah rekan bisnis papa yang baru. Tapi kemaren
katanya anak perempuan dia satu-satunya masuk rumah sakit. Dari yang papa denger, kamu yang
A Book Under The Blue Sky
nganterin dia ya ke rumah sakit?" Tanya bokap gue yang entah tau dari mana dia soal gue
nganterin Angel ke rumah sakit.
"Iya. Memangnya kenapa pa?"
"Gapapa. Papa cukup bangga sama kamu. Habis ini kita kerumah sakit yuk. Om Reza
minta kamu dateng tadi."
Hah! Demi apa"! Bokapnya Angel minta gue dateng" Tunggu! Jangan bilang" Jangan
bilang mau ada acara pertunangan atau perjodohan karena hidup Angel gak lama lagi. GILAA!
GAK! GUE GAK MAU! ENGGAK MAU!!! AHHH!!
"Hoi bang Dave! Kok mukanya suram begitu?" Tanya Cia sambil geplak jidat gue.
"Enak aja lo! Kagak. Gak kenapa-napa."
"Halah boong. Bilang aja takut dijodohin sama kak Angel kan" Iya kan"! Cieee yang
mau dijodohin. Kapan nih tanggal pernikahannya?"
Cia kamtek!! Disaat begini masi sempet aja nakut-nakutin gue! Kamtek lo de! Kamtek!!!
"Heh! Jangan begitu ah. Om Reza cuman mau terima kasih sama ketemu bang Dave aja
kok. Abis ini kita jalan ya." Kata bokap gue.
Oh" Ternyata cuman mau ketemuan doang toh" Ketemuan ya" Ketemuan" Wait.
Ketemuan" Buat"
><><><><><
Selama perjalanan menuju rumah sakit, otak gue mulai gak beres. Ini mau ngapain sih"
Mau ada apaan" Gak mungkin cuman ketemuan. Gak mungkin. Enggak sama sekali enggak. Ada
A Book Under The Blue Sky
sesuatu dibalik semua ini. Ada semacam konspirasi diantara dua keluarga ini. Semua kecurigaan
gue memuncak ketika Cia terus-menerus tersenyum aneh kearah gue. Ahelahh" Gue curiga.
Bener-bener curiga. "De, lo ngapain sih senyam-senyum begitu" Kayak iblis tau gak?"
"Kenapa bang" Ya gapapa kalii" hehehe" Kata Cia sambil kembali tersenyum layaknya
iblis yang baru mendapatkan sesuatu.
"Ah, sok iya lo. Kenapa sih?" Tanya gue yang makin penasaran.
"Bang Dave. Gak semua hal itu harus abang tau dari orang lain. Jalanin aja dulu, pasti
abang bakalan tau jawabannya." Kata Cia.
Oke oke. Gue kalah. Gue ikutin apa maunya Cia. Ketika sampai di rumah sakit, kita
langsung jalan ke kamar tempat Angel di rawat. Disana udah ada om Reza sama nyokapnya
Angel tapi Putri gak ada. Otak gue semakin absurd, jantung gue semakin berdebar-debar,
pemikiran gue udah sampe kemana-mana tentang pertemuan ini.
"Apa kabar pak Reza?" Tanya bokap gue ke om Reza
"Baik. Saya baik-baik saja. Itu anak anda?"
"Oh ini. Iya. Perkenalkan ini anak saya, Dave dan Cia."
"Oh iya iya. Dave, bisa berbicara sebentar sama saya?"
"Oh iya om." Kata gue yang mulai deg-degan parah.
Kita memutuskan untuk berbicara di luar kamar. Pertama-tama, om Reza berterima kasih


A Book Under The Blue Sky Karya Norman Karel di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas apa yang gue udah lakukan untuk Angel. Ini cukup meredakan jantung gue yang udah deg83
A Book Under The Blue Sky
degan setengah mati dari tadi. Lalu percakapan berlanjut ke masalah Angel. Sebenernya Angel
baru kena gejala virus otak jadi gak parah-parah banget. Lagi, ini buat gue semakin tenang.
Berarti ini bukan masalah perjodohan kan" Yeahh! Tapi semua itu ketenangan gue sirna setelah
mendengar sebuah kalimat penutup dari om Reza sebelum mengakhiri percakapan kami.
"Tolong. Jaga Angel. Dia anak kesayangan saya. Saya gak mau kehilangan senyuman
dia." Gue speechless. Gue gak tau mau jawab apa. Yang ada, gue cuman ngangguk doang
sebagai tanda setuju. Tapi, jujur gue masih curiga sama keadaannya Angel. Katanya dia gak
kenapa-napa, tapi kok om Reza ngomong begini ya" Sudahlah. Gue gak mau mikirin hal-hal
berat. Besok paginya gue siap-siap berangkat ke sekolah dan gak lupa gue udah bawa seragam
basket. Kebetulan gue lagi bebas misi karena Angel masih di rumah sakit. Tapi, gue ada
pertandingan basket penting di fase group. Kebetulan kita lawannya langsung yang kuat. Jakarta
Adventist Academy " Eagles, biasa disingkat JAA Eagles. Sekolah swasta dengan pemainpemain yang cukup memukau. Ya iyalah, gimana gak memukau" Mereka juara tournament tigat
kali berturut-turut dan hampir gak pernah kalau kecuali tahun lalu. Itupun karena pemain inti
mereka, Karl dan Herman lagi gak ada. Jujur, gue salut sama dua pemain ini terlebih Karl. MVP
selama tiga kali, dan best player di Jakarta. Ini salah satu pemain yang paling ditakutin.
Bel pulang sekolah berbunyi. Gue sama yang lainnya udah siap buat pertandingan. Bus
sekolah mengantar kami ke tempat tournament yang sudah penuh sesak dengan banyaknya anakanak dari sekolah lain. Sekolah gue ada di group A. Satu group dengan JAA Eagles, SMAN 77,
dan Capitol SHS Aqua. Yang gue takutin cuman satu sekolah. JAA dengan Karl dan Hermannya.
Setelah upacara pembukaan yang cukup elegan dengan parade-paradenya dan lain-lain, maka
diumumkan pertandingan pembuka antara Colombus Knight"s vs JAA Eagles. Seperti team yang
lainnya, coach Mike memberikan beberapa arahan kepada kami.
"Deffense, kita gunakan 2-3. Untuk offense, pilihan kapten."
A Book Under The Blue Sky
"3-2 Coach! Tapi kita mainin run and gun" Kata gue.
"Oke. Berarti untuk line up saya pilih Darwin, Dave, Stanley, Cliff dan Nadal. Stanley
forward, Nadal centre, Darwin point guard, Cliff shooting guard dan Dave. Saya mau kamu bisa
main seperti biasa. Sebagai shooting forward. Saya berharap banyak kepada kalian agar bla bla
bla bla bla " Selagi coach Mike menjelaskan, gue malah mikir yang lain. Di otak gue malah ada
yang lain. "Dave! Kamu denger gak"!" Tanya Coach Mike.
"Eh! Iya coach!"
"Oke. Kita siap?"
"SIAP!" Jawab seluruh team.
"Oke yel yel. Kumpulkan semua tangan kalian di tengah. Hitungan tiga. Satu, dua, tiga"
COLOMBUS"!" Lalu serentak semua anggota team berteriak. "KNIGHTS!!"
"Rock and roll!!"
PRIITTT!! Pertandingan di mulai dengan jump ball. Sekolah gue memakai seragam berwarna putih,
sedangkan JAA memakai seragam berwarna merah. Dari tim JAA Eagles ada Alex dengan
nomor punggung 1 yang tingginya nyampe dua meter kali. Dari tim kami, ada Nadal yang
tingginya 197 cm. Ya jelas keliatan siapa yang dapet bola duluan karena perbedaan tinggi
walaupun tipis-tipis kayak tissue dibelah dua.
A Book Under The Blue Sky
Alex dengan mudah mendorong bola ke depan. Bukan itu bukan dorongan, tapi itu
operan! Dia mengarahkan bola itu ke Herman dan dengan cepat di alirkan ke Karl yang entah
muncul dai mana udah ada aja di bawah ring kami. Dengan mudah dia melakukan lay up dan"
IN! Score pertama di cetak dalam hitungan tiga detik!
"Dia nge-blink kali yak?" Kata Darwin.
"KAMTEK!! Kita kecolongan!" Kata Gue
"Jangan bercanda pea! Fokus!" Kata Stanley
Nadal mengoper kepada gue. Lalu gue oper ke Darwin yang memang berperan sebagai
point guard. Sekedar info, Darwin gak cuman jago di games. Tapi dia juga jago di basket apalagi
dengan kemampuan dribble dan skill yang dia miliki, susah deh mau nge-steal dari dia. Itu
makanya dia dijulukin "anti-steal" karena hampir enggak pernah kehilangan bola.
Musuh menggunakan taktik defense yang sama dengan kami, 2-3. Dengan tiga pemain di
bawah ring, jadi agak sulit kalau mau nerobos ke dalam. Cara lainnya adalah dengan
mengandalkan Nadal dan Stanley. Ah, tapi mereka kalah tinggi. Jadi gue teriak ke Darwin "Dar!
Stop dribble sebelum garis three point!" dan Darwin berhenti. Lalu bola di alirkan ke Cliff dan
dari situ di oper ke gue. Sekedar info lagi nih, gue adalah shooter dan pemain terbaik di sekolah
dan hampir menjadi MVP tahun lalu kalau aja tim kami menang. Sayangnya, tahun lalu kalah
dan yang bikin nyesek adalah" Kalah dengan perbedaan satu point.
"Ini saatnya!" Pikir gue. Namun ketika gue memegang bola, entah roh apa yang
merasuki, gue jadi gak fokus dan pikiran gue malah jadi ke cewek yang sekarang di rumah sakit.
Kacau! Ini kacau! Gue gak bisa fokus! Melihat gue yang lagi kayak orang bego, Karl yang sedari
tadi jagain Stanley di bawah ring, lari ke arah gue. Gue panik dan langsung melakukan jump
shoot. Namun" PLAK! A Book Under The Blue Sky
PRIITTT!! Setelah suara peluit, lalu wasit berteriak "OUT! Bola putih!"
Para penonton diam terpaku seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Suasana
menjadi hening beberapa saat
"WOOWW! What a block!!! Block oleh Karl Miller!! Sang MVP telah kembali! Knights
benar-benar dalam masalah!" Kata sang komentator memecah keheningan disambut dengan
teriakan para penonton. Gue yang dalam keadaan jatuh di lapangan, masih gak percaya dengan apa yang terjadi.
Shoot gue di block" Di block" Ke" Kenapa bisa" Gue" Gue adalah shooter terbaik"
"Hey Dave. Sorry." Kata Karl sambil mengulurkan tangannya untuk membantu gue
berdiri. "Thanks." Jawab gue.
Pertandingan dilanjutkan. Cliff mengoper pada Darwin yang langsung mengoper pada
gue. Gue liat kesempatan buat menerobos pertahanan lawan. Jadi gue dribble sampai di bawah
ring lalu gue lakukan lay up. Tapi lagi-lagi otak gue buyar dan Karl datang lalu nge-block lay up
gue dengan cara di pantulkan ke papan. Bola otomatis terpantul dan menjadi liar. Nadal coba
untuk mengambil tapi Alex sudah siap untuk merebut bola, lalu dia lemparkan jauh kearah
Joshua yang sudah menunggu di tengah lapangan. Setelah itu Joshua berlari dan melakukan easy
lay up tanpa ada yang menjaga. IN! Tambahan dua point untuk JAA Eagles.
"ANJRIT DAVE! LO KENAPA"!" Teriak Stanley yang kesel banget. "Gue bebas tadi!
Kenapa gak oper ke gue"! Dodol garut!"
"DAVE! MIKIRIN SIAPA SIH LO"! FOKUS DONG!" Tambah Darwin.
A Book Under The Blue Sky
"Sorry-sorry salah gue." Kata gue.
Lagi, tim gue coba bangun serangan. Kali ini gue gak akan melakukan kesalahan yang
sama. Bola di dribble oleh Darwin yang langsung melewati Herman dan Joshua. Lalu dia
berhadapan dengan Karl, Alex dan Gary. Seperti yang gue bilang, Darwin pinter kalau basket
sama games doang. Melihat dia tidak mampu melewati tiga orang itu, dia mengoper kepada
Nadal. Nadal tau dia kalah dengan Alex. Jadi dia melakukan fake sedikit lalu mengoper pada gue
yang di garis three point. Mendapatkan bola, gue yakin shoot gue bakalan masuk kali ini. Gue
melakukan jump shoot" Tapi" Air ball" Bolanya gak nyampe ring.
Untung Stanley sigap di bawah ring. Dia lalu mengambil bola gue yang gak nyampe ring
itu, dan melakukan dunk. IN! Stanley memecah telor tim gue!
"WHOP! Knights is back! Stanley mencetak poin! One of the three knights show the
sword! Perlawanan Knights baru dimulai!" teriak komentator
"Fokus Dave dodol!" Teriak Stanley.
Gue hanya bisa mengangguk tanda setuju. Selama quarter pertama dan kedua, gue
mainnya kacau banget. Lay up gak masuk, three point air ball dan ke block, bahkan gue ke steal.
Hal ini membuat tim gue gelisah sepanjang pertandingan karena performa gue yang turun
banget. Coach Mike yang ngeliat gue mainnya udah gak bener, terpaksa meminta pergantian
pemain dan mengganti gue dengan Aaron. Awalnya gue protes, tapi coach jawab "Pikirkan apa
kesalahan mu. Buang hal-hal yang gak perlu dalam pertandingan. Jangan campur adukan
masalah pribadi dengan basket!"
Iya. Coach benar. Dia benar. Apa yang salah sama gue ya" Kenapa gue mainnya gak
bener" Ada yang gue pikirin" Tapi apa" Apa yang mengganjal" Apa" Apa yang gue lewatkan"!
Pedang Dan Kitab Suci 19 Jodoh Rajawali 04 Utusan Pulau Keramat Pisau Tanduk Hantu 3
^