Pencarian

Brondong Lover 3

Brondong Lover Karya Stephanie Zen Bagian 3


Minggir semua, minggir! Pak Arman berjalan menuju ke bagian tengah kerumunan, tempat Dave dan Cipto sedang dilerai Danny dan Halim, dan ia langsung berteriak marah begitu menyadari tampang kedua anak itu yang bonyok di mana-mana.
Dave! Sucipto! Kalian berkelahi, ya"
Nggak ada seorang pun yang berani menjawab, semua takut kena semprot Pak Arman juga. Daripada nggak ikut makan nangka tapi ikut kena getahnya, lebih baik tutup mulut aja, kan"
Kalian berdua, ikut saya ke ruang guru! Sekarang! perintah Pak Arman. Danny dan Halim lalu melepaskan Cipto dan Dave, yang berjalan menuju ruang guru dengan saling melirik tajam.
* * * Nasha! Nasha! Jennifer berlari-lari, menghampiri Nasha yang duduk di kantin sambil makan siomai dengan santai bareng Elsa dan Tyrza.
Eh, kenapa, Jen" Mmhhh... Jennifer melirik ke arah Elsa dan Tyrza, lalu menggeleng dan berkata, Lo ikut gue bentar deh.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Emangnya mau ke mana" Udaahh... ikut gue!
Tanpa babibu lagi, Jennifer langsung menarik Nasha menjauh dari Tyrza dan Elsa. Mereka menuju pintu keluar kantin yang saat itu tak banyak orangnya.
Ada apa sih" Itu... si Dave! Dia berantem sama Cipto!
Ha" Nasha melongo, lalu sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak. Haha! Lo mau ngibulin gue, ya" No no no, gue nggak akan ketipu! Jen, Dave sama Cipto sobatan banget, mereka nggak mungkin berantem! Haha... kayaknya lain kali kalau lo mau ngibulin gue, lo harus ngarang cerita yang lebih bagus lagi deh!
Aduuhh, Nashaaa... gue tuh nggak bohong! Tadi gue lihat sendiri mereka masuk ke ruangan Pak Arman dengan muka bonyok-bonyok!
Bonyok" Alis Nasha terangkat. Ah... lo salah lihat kali! Nggak, gue yakin gue nggak salah lihat! Gue kan tadi lagi bimbingan di meja Bu Maria, terus mereka lewat di depan mata gue, ngekorin Pak Arman ke ruangannya!
Kali ini Nasha nggak bisa tertawa lagi, apalagi dia melihat mimik Jennifer yang sama sekali nggak ada tampang hahai m-just-kidding-nya. Ditambah, Nasha tahu Jennifer memang sudah seminggu ini menghabiskan waktu istirahat pertamanya di ruang guru bersama Bu Maria untuk bimbingan khusus, menjelang Olimpiade Fisika yang tinggal hitungan hari lagi. Jadi, kalau Dave dan Cipto memang berantem, dan mereka dipanggil ke ruangan Pak Arman yang berada di dalam ruang guru, pasti Jennifer melihatnya!
Ya ampun, jadi ini... beneran" Jennifer mengangguk kuat-kuat. Kenapa mereka berantem"
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Gue nggak tau... Nasha menggigit bibir. Aduh, gue harus gimana nih" Apa gue ke ruangan Pak Arman aja sekarang"
Yah, jangan, Sha! Kalau lo ke sana, lo mau ngapain" Jangan-jangan masalahnya malah jadi tambah runyam! Dan gimana kalau Cipto jadi curiga melihat lo yang tiba-tiba muncul di sana" Gimana kalau orang-orang lain curiga"
Sebodo amat! Pokoknya gue harus ngeliat keadaan Dave! Gimana kalau dia kenapa-napa"
Jennifer langsung menangkap tangan Nasha yang nyaris cabut dari situ. Nasha! Aduuuhh... Nasha, dengerin gue dong! Mendingan sekarang kita balik ke kelas deh, ya" Nanti istirahat kedua, lo bisa ketemu Dave di tempat biasa, nah... lo bisa nanya ke dia pas itu, gimana"
Nasha jelas-jelas menunjukkan tampang penolakan, tapi dia tau Jennifer benar. Apa yang akan muncul di pikiran Pak Arman, Sucipto, atau orang-orang lainnya kalau Nasha mendadak muncul untuk melihat keadaan Dave" Semua pasti bakal curiga! Jadi, walaupun Nasha nggak suka, dia terpaksa menuruti juga saran Jennifer.
* * * Kalian ini apa-apaan, belum ada setengah tahun bersekolah di sini, kok bisa-bisanya berkelahi" Kalian ini mau diskors atau apa, hah"!
Dave dan Cipto sama-sama diam, plus saling membuang muka ke tembok. Mereka beranggapan akan lebih baik membiarkan Pak Arman mengomel sesuka hatinya, mengira Dave dan Cipto udah cukup kapok, lalu melepaskan mereka lagi, daripada menanggapi ucapan guru kesiswaan itu dan nantinya malah salah bicara.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Hei! Kalian dengar apa yang saya bilang atau tidak" seru Pak Arman gusar. Rupanya dia sadar nggak seorang pun dari kedua anak itu yang tertarik untuk menjawab pertanyaannya.
Dengar, Pak, jawab mereka, bersamaan. Dave langsung mendengus saat tau ucapannya tadi berbarengan dengan Cipto. Nah, sekarang jawab, apa penyebab kalian berkelahi" Lagi-lagi Pak Arman harus menelan ludah, karena kedua cowok di hadapannya itu menutup mulut rapat-rapat. Rupanya biarpun Cipto dan Dave habis berkelahi, saat ini mereka bisa kompak mendiamkan Pak Arman.
Astaga! Menjawab pun kalian tidak mau" Kalian mau saya beri hukuman lebih berat"
Dia yang memukul saya duluan, Pak! kata Cipto akhirnya, telunjuknya menuding Dave.
Tapi dia yang cari gara-gara sama saya, Pak! bantah Dave nggak mau kalah, dia memandang Cipto dengan sengit.
Heh! Lo nggak usah membela diri deh! Emang lo kan yang mukul gue duluan"
Kalau lo bisa jaga mulut lo, gue juga bisa jaga tangan gue!
Apa lo"! Cipto berdiri dan mendorong bahu Dave kuatkuat.
Lo yang apa! Dave ganti mendorong bahu Cipto. CUKUP! Pak Arman membentak kedua orang itu, yang akhirnya menjatuhkan diri lagi di kursi dengan tampang kesal setengah mati. Kalian ini, disuruh menjelaskan apa penyebab kalian berkelahi, kok malah sekarang mau berkelahi lagi di sini! Kalian tidak menghormati saya sebagai guru, ya"!
Cih, cewek kayak gitu aja dibelain, gerutu Cipto pelan, tapi masih bisa tertangkap telinga Dave.
Apa lo bilang" Dave menoleh dan mencengkeram kerah
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
baju Cipto, Gue kan udah bilang, JANGAN PERNAH jelekjelekin Nasha di depan gue lagi!
DAVE! BERHENTI! Pak Arman berteriak dengan kekuatan suaranya yang maksimal. Mau nggak mau Dave melepaskan juga cengekeramannya pada kerah baju Cipto.
Tadi kamu menyebut-nyebut Nasha, kata Pak Arman dengan suara yang sudah normal lagi, tapi kali ini terdengar mendesis berbahaya, seperti suara ular yang akan mencaplok mangsanya, Nasha... anak 12B"
Dave terdiam mendengar kata-kata Pak Arman barusan, sadar dia sudah keceplosan menyebutkan cikal perkelahiannya dengan Cipto. Gimana kalau Pak Arman memanggil Nasha juga" Bisa gawat! Dia nggak mau Nasha sampai kena masalah gara-gara dia, Nasha kan...
Panggil Nasha, kata Pak Arman tegas.
Dave langsung melotot. Tapi, Pak... dia sama sekali nggak ada kaitannya...
Saya bilang, panggil Nasha ke sini! SEKARANG! Dave mengembuskan napas dengan lesu, lalu berjalan keluar dari ruangan Pak Arman. Bagaimana dia harus menjelaskan semua ini pada Nasha"
* * * Nasha bener-bener seperti baru ditonjok jatuh saat dia pulang dan mendapati Nadya menangis di kamarnya. Di kamar-NYA, bukan di kamar Nadya sendiri.
Kak..." panggil Nasha bimbang. Perasaannya memang lagi kacau-balau, apalagi akibat berkelahinya Dave dan Cipto di sekolah tadi. Nasha jadi dipanggil Pak Arman, dan terpaksa mengakui dia dan Dave memang pacaran... yang membuat Cipto tersenyum penuh kemenangan. Sekarang, seakan
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
itu semua belum cukup, Nasha masih harus dibuat bingung karena menemukan Nadya menangis di kamarnya. Kenapa kejadian buruk selalu datang beruntun"
Nasha menduga pasti ada sesuatu yang terjadi pada Nadya. Sesuatu yang berkaitan dengan Elang.
Kak" Kakak kenapa..." Nasha menyentuh bahu Nadya, tapi tangannya langsung ditepis dengan kasar.
Kamu jahat, Nasha! Aku" Jahat" Kenapa Kakak bilang gitu"
Kenapa kamu nggak bilang cewek yang disukai Elang itu kamu"!
Rasanya seperti ada yang baru menampar pipi Nasha, dan ia jadi kehilangan kata-kata.
Siapa..." Diam, Sha! Kakak nggak mau dengerin kamu lagi! bentak Nadya, dan Nasha jadi makin mengerut.
Seumur hidup, Nadya nggak pernah membentaknya seperti ini...
Kamu tega, Sha! Kenapa kamu biarin Kakak berharap sama Elang, padahal kamu tau Elang nggak punya perasaan apa-apa sama Kakak" Kenapa kamu nggak bilang dari awal"
Nasha diam. Bukan hanya karena takut Nadya akan membentaknya lagi, tapi juga karena dia nggak tahu bagaimana harus menjelaskan. Lagi pula, memangnya kalau dia menjelaskan dari awal, dia nggak akan membuat Nadya sakit hati" Semua masalah yang dihadapinya hari ini membuat Nasha tak tahan lagi. Air matanya menetes.
Tadi Elang datang ke sini, kata Nadya di sela isaknya. Dia cerita semuanya... tentang perasaannya ke kamu... Dia...
Nasha menggigit bibir, berusaha menahan perasaan jengkel. Ngapain coba Elang ke sini dan ngember ke Nadya" Apa
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
dia nggak tahu kalau itu bisa bikin Nadya sakit hati" Apa dia nggak punya otak"
Kak, sori, tapi aku bener-bener harus bicara. Nasha menyela isakan Nadya. Kalau dia nggak ngomong sekarang, Nadya nggak akan pernah mengerti situasi sebenarnya. Aku NGGAK PEDULI apa pun perasaan Kak Elang ke aku. Aku juga nggak punya perasaan apa-apa ke dia. Aku udah punya Dave, Kak! Asal Kakak tahu, sejak awal aku udah berharap Kak Elang jadi pacar Kakak, kalau akhirnya dia sampai... Nasha terdiam, dia nggak sanggup mengatakan Elang suka padanya, merasakan hal yang nggak pantas itu, itu semua di luar kendali aku...
Yah, kamu memang nggak peduli perasaan Elang ke kamu, tapi AKU peduli!
Kak, udahlah! Masalah ini nggak akan pernah selesai kalau Kakak masih tetap nggak mau dengerin penjelasanku!
Tapi harusnya kamu cerita ini semua ke aku dari dulu! Kamu nggak perlu pergi sama Elang diam-diam! Kamu nggak perlu menutup-nutupi waktu aku cerita tentang Elang yang aku duga suka sama cewek lain! Kamu bisa bilang kalau cewek itu kamu!
Emangnya, Kakak bakal ngerti" tanya Nasha pahit. Aku nggak cerita itu, karena aku nggak mau bikin Kak Nadya sedih... Kalau Kakak pikir aku senang karena Kak Elang suka sama aku, Kakak salah besar! Dia nggak berarti apa-apa buat aku, Kak... Kalau ada perasaan yang aku rasakan ke dia, itu cuma perasaan benci karena dia tega menyakiti Kakak...
Senyap. Yang terdengar hanya isakan Nasha dan Nadya yang berbalasan. Dan sepuluh detik kemudian, Nadya membanting pintu kamar Nasha dari luar, meninggalkan Nasha dalam seonggok masalah yang menyekapnya.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
* * * Gue nggak tahu harus gimana lagi, Jen... Kak Nadya benarbenar nggak bisa diajak ngomong. Dia teruuuss aja nyalahin gue. Dia menganggap gue jahat...
Yah, Sha, lo memang harus sabar untuk sekarang ini. Kakak lo lagi patah hati, lagi emosi, nggak mungkin bisa diajak ngobrol. Baiknya lo tunggu sampai pikiran dia jernih dulu aja. Mungkin beberapa hari lagi, dia udah bisa diajak bicara.
Ah, gue nggak yakin. Kak Nadya itu memuja Elang kayak memuja dewa. Di matanya, gue yang salah, bukan Elang. Padahal gue melakukan apa, coba" Gue malah menutupi semua ini untuk melindungi dia! Tapi dia masih bisa nyalahin gue...
Iya ya, lo jadi ada di posisi serbasalah gini... Jennifer menghela napas. Tapi Kak Nadya nggak mungkin kayak gini terus-terusan, kan" Dia pasti bakal maafin lo nanti. Apalagi, kalian kan akur banget sebelumnya.
Iya, tapi kapan dia bakal maafin gue" Kayaknya gue jadi kepengin kabur aja deh dari rumah... Nasha memuntir-muntir jumbai taplak meja telepon. Ide untuk kabur dari rumah, sekadar untuk menghindari Nadya, mulai terlihat masuk akal di matanya.
Eeh, jangan, Sha! Kabur nggak akan menyelesaikan masalah! Nanti Kak Nadya malah semakin berpikiran jelek tentang lo.
Nasha terdiam. Tadinya dia sudah hampir memutuskan obrolan dengan Jennifer dan mulai mengepak barangnya untuk kabur.
Oh iya, lo udah cerita soal ini ke Dave"
Dave. Mendengar nama itu jadi membuat Nasha teringat
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
kejadian siang tadi di sekolah. Dia sampai lupa pada kejadian itu gara-gara insiden Nadya.
Ah, gue lagi marahan sama dia..., kata Nasha lesu. Ya ampun! seru Jennifer. Gue sampai lupa! Tadi... di kantor Pak Arman, mmm... gimana"
Parah. Pak Arman asli mencecar gue, kayak gue maling ayam yang kepergok! Dan gue terpaksa ngaku semuanya di depan Pak Arman, Jen... di depan Cipto juga... Besok, seisi sekolah bakal tau gue dan Dave pacaran...
Nasha mendesah putus asa. Hidupnya selama ini kan hanya berkisar pada sekolah dan rumah, tapi sekarang dia punya masalah di kedua tempat itu. Suasana di sekolah besok pasti bak neraka, tapi pulang ke rumah dan ada di bawah satu atap dengan Nadya pun sama buruknya. Tak ada tempat bagi Nasha untuk lari.
* * * Kasak-kusuk yang sudah diperkirakan Nasha memang terjadi esoknya. Setiap mata sepertinya memandang tajam pada Nasha saat dia lewat. Pasti Cipto, atau seseorang yang lain, sudah berkoar-koar tentang Dave dan Nasha di seluruh penjuru sekolah ini. Tapi Nasha berusaha melihat sisi positifnya: seenggaknya sekarang dia tahu kenapa dia dilihatin begitu banyak orang, nggak seperti saat kasus fotonya dan Dave terpampang di papan pengumuman dulu, dia baru tahu saat sudah berada di tengah kerumunan orang dan jadi shock. Nasha!
Nasha menoleh, dan mendapati Elsa dan Tyrza menatapnya dengan pandangan aneh.
Jadi lo selama ini bohongin kita, Sha" Elsa memulai.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Kita sobat lo, tapi lo nggak bilang ke kita kalau lo jadian sama Dave"
Nasha langsung sadar, dia berada di dalam satu masalah lagi: dua temannya menganggapnya pembohong yang tidak punya loyalitas dalam pertemanan mereka.
Sa, dengerin gue dulu... Lo backstreet sama Dave dari... kita" sambung Tyrza dengan suara yang aneh. Wajahnya mengernyit menatap Nasha. Apa karena kita nggak cukup pantas untuk tahu" Atau lo takut, gue sama Tyrza bakal ngember ke orang-orang" Bukan gitu, Za... Gue cuma nggak mau...
Oh ya, kami ini memang nggak layak untuk tahu kok. Kami kan cuma teman lo, nggak ada apa-apanya dibanding pacar baru yang ganteng&
Girls, gue cuma... takut kalian bakal ngetawain gue... Elsa dan Tyrza diam, berpandangan.
Kalian tahu, pacar gue kan... brondong. Apa reaksi kalian kalau gue cerita gue udah jadian sama dia" Kalian mungkin akan menganggap gue... aneh.
Tapi lo... cerita sama Jennifer" tanya Elsa.
Nasha tak punya pilihan, dia mengangguk. Nggak mungkin dia menambah satu kebohongan lagi.
Tapi jawaban itu pun tetap membuatnya serbasalah. Lo cerita ke Jennifer, sementara ke gue dan Tyrza enggak" gumam Elsa nggak percaya. Kami ini juga temen-temen lo, Sha! Mana mungkin kami ngetawain lo" Kami lebih suka ngeliat lo bahagia sama Dave yang BRONDONG, daripada pacaran sama Kevin yang seumuran tapi POSESIF!
Nasha baru sadar ada air menggenang di pelupuk matanya. Dia mungkin sudah mengambil keputusan yang salah dengan nggak jujur soal backstreet-nya dengan Dave. Tapi
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
sekarang dia bisa apa" Tyrza dan Elsa sudah telanjur merasa nggak dipercaya...
Di luar dugaan Nasha, Elsa dan Tyrza malah menghampiri dan memeluknya.
Sobat seharusnya seperti ini... Saling support dalam senang atau sedih. Berbagi, kata Elsa, membuat Nasha kehilangan kata-kata. Ternyata dia tidak kehilangan teman-temannya... * * *
Tapi ternyata situasinya jauh lebih parah dibanding saat ada kasus foto mesra dulu. Sekarang, Nasha bisa merasakan orang-orang memandangnya dengan tingkat meledek yang lebih tinggi. Dan sebagian besar dari mereka bukan cuma berani menatap, tapi sudah mengejek terang-terangan. Masuk akal, batin Nasha dalam hati. Keledai saja nggak akan jatuh di lubang yang sama dua kali. Pantas kalau Nasha mendapat perlakuan begini...
Tapi, Nasha berpikir, apa dia benar-benar... salah" Apa dia pantas diejek-ejek begini" Memangnya kenapa kalau dia pacaran sama cowok yang lebih muda" Toh dia bahagia. Seperti kata Elsa, teman-temannya saja lebih suka melihatnya pacaran dengan Dave yang brondong tapi bisa membuat Nasha ceria, dibanding dengan Kevin yang seumuran tapi superposesif dan malah membuat Nasha merasa tertekan.
Jadi kenapa dia harus merasa malu atas semua ini" Kenapa dia nggak sejak awal terang-terangan saja bahwa dia dan Dave memang pacaran" Mungkin akan ada beberapa komentar miring, tapi pasti hanya sebentar, dan ceritanya nggak akan jadi seperti ini.
Sayangnya, sekarang sudah terlambat. Anak-anak di seko-
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
lah ini sudah keburu mencap jelek dirinya, dan Nasha cuma bisa menerima.
Langkah Nasha semakin nggak tentu arah. Dia nggak tahu harus ke mana jam istirahat ini, karena Jennifer masih ikut bimbingan khusus untuk Olimpiade Fisika, sementara Elsa dan Tyrza lagi ikut remedial tes matematika (mereka bertiga benar-benar bertolak belakang!). Nasha nggak mungkin ke kantin (kecuali dia mau muka tembok menghadapi sepasukan orang yang pasti akan mencemoohnya di sana), dan kelasnya sedang dipakai untuk remedial matematika itu, jadi dia nggak bisa tetap di sana. Makanya, tadi Nasha menyeret kakinya keluar dari kelas, berusaha mencari tempat yang mungkin akan menyembunyikannya dari tatapan menghina seisi sekolah...
Dan tiba-tiba saja langkahnya terhenti di depan perpustakaan. Sungguh tempat yang ideal untuk orang yang tak ingin terlihat .
Begitu membuka pintu perpus, Nasha langsung disambut suasana yang hening. Senyap, seperti suasana perpus seharusnya. Beberapa anak terlihat sedang duduk sambil membaca, tapi mereka sama sekali nggak mengacuhkan kehadiran Nasha. Perhatian mereka sepenuhnya tersita oleh buku-buku yang ada di depan mereka.
Nasha langsung merasa menyesal karena jarang ke perpus sebelum ini, padahal perpus nyaman banget. Atau sebelumnya dia memang nggak membutuhkan tempat berlindung "
Pelan-pelan, Nasha melangkah menuju rak buku fiksi yang ada di sebelah kirinya, dan mengambil sebuah buku di deretan fiksi populer. Shopaholic and Baby milik Sophie Kinsella. Nasha membawanya ke salah satu kursi dan mulai membacanya.
Selama lima menit pertama, Nasha tenggelam dalam dunia Becky Brandon yang ceria dan spontan (plus nekat meng-
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
gunakan sendiri alat USG kehamilan di klinik tanpa bantuan petugas, hanya karena dia nggak sabar untuk mengetahui jenis kelamin calon bayinya!), dan dia mungkin akan terus membaca, kalau saja nggak ada suara yang menegurnya. Sembunyi, Sha"
Nasha mendongak. Kevin. Sungguh orang terakhir yang dia harapkan untuk dilihatnya sekarang.
Nggak usah sotoy, kata Nasha judes, tapi masih berusaha menjaga volume suaranya. Biarpun jarang ke perpus, dia tahu bahwa mengobrol dilarang di situ.
Lo nyesel" Untuk apa" Minta putus dari lo" Definitely not! Nasha, Nasha... kapan sih lo mau sadar" Lo nggak tahu lo udah mempermalukan diri lo sendiri"
Wajah Nasha menjadi kaku, saking berusahanya dia untuk nggak melakukan tindak anarki pada Kevin.
Gue kira, setelah ada yang memotret lo waktu itu, lo bakal sadar apa risiko yang menunggu lo kalau masih nekat dekat sama si brondong, tapi nggak tahunya...
Vin, asal lo tahu aja ya, mau lo sebut dia brondong kek, apa kek, dia tetap jauh lebih baik dari lo! geram Nasha.
Ssstt! Bisa diem nggak sih" tegur cewek yang duduk di dekat Nasha dan Kevin. Jelas sekali dia merasa terganggu sama obrolan itu.
Nasha mengangguk pada cewek itu, merasa bersalah, lalu dia kembali memelototi Kevin dengan galak.
Sha, kalau aja lo masih pacaran sama gue, lo nggak bakal dipermalukan begini! Nggak bakal ada orang yang mengejek lo! Kevin mulai lagi dengan jurus-jurus pemaksaan kehendaknya. Dan di mana pacar lo itu sekarang" Dia nggak membela lo, kan" Dia ngumpet sendiri, kan"
Rasanya Nasha baru disentak dengan tegangan listrik ri-
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
buan volt. Dia baru sadar, di mana Dave" Dia terakhir melihat cowok itu di ruang Pak Arman kemarin, sebelum menghambur keluar dengan perasaan kacau, dan sampai sekarang cowok itu belum mengontaknya. Nasha juga lupa mengontak Dave gara-gara kejadian dengan Nadya semalam. See" Dia nggak ada buat lo! Gue yang nyariin lo! Gue! SSSSSTTTTTTT...! seru cewek yang tadi menegur mereka lagi. Keningnya berkerut galak, dan tampangnya jutek setengah mati.
Sori, kata Nasha kali ini. Cewek itu lalu kembali menekuri bukunya, biarpun Nasha masih bisa melihat kerutan di dahinya belum hilang.
Kevin, lo SALAH. Dave justru melindungi gue, membela gue dari temannya yang menjelek-jelekkan gue! Dia juga pasti tahu risiko ketahuan dan diejek kalau orang-orang tahu dia pacaran sama kakak kelas, tapi dia tetap membela gue! Gue butuh cowok yang seperti itu, bukan yang seperti lo!
Nasha mengembalikan Shopaholic and Baby ke rak, lalu melangkah keluar dari perpus, mencari toilet terdekat, dan menangis di sana.
Dia sungguh ingin tahu... di mana Dave" * * *
Rasanya justru orang-orang yang paling nggak pengin kita lihatlah yang menyodorkan dirinya ke hadapan kita. Setelah Kevin, hari ini Nasha harus menghadapi Elang, yang sudah menunggu di depan rumah saat Nasha pulang sekolah.
Padahal Nadya lagi ada di rumah, mogok kuliah karena merasa nggak sanggup keluar kamar. Nasha takut banget kalau-kalau Nadya melihat Elang datang lalu mengobrol dengan Nasha, dan jadi semakin salah paham.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Kak Elang, tolong pulang deh. Kakak bener-bener udah bikin kacau di sini kemarin, kata Nasha tanpa menatap Elang.
Sha, aku cuma... Kakak sadar nggak sih apa yang udah Kakak lakuin" Kakak udah merusak hubunganku sama Kak Nadya! Sebelum Kakak datang, aku dan Kak Nadya nggak pernah yang namanya bertengkar, tapi setelah ada Kakak... aku kehilangan Kak Nadya yang dulu aku kenal!
Sha, aku nggak bermaksud untuk merusak hubungan kamu sama Nadya! Memangnya aku sejahat itu" Enggak! Tapi aku harus gimana..." Aku nggak mungkin terus berpurapura di depan Nadya, Sha... Cepat atau lambat dia akan tahu juga, jadi...
Kalau aja nggak ada orang bodoh yang datang ke sini untuk ngember, Kak Nadya selamanya nggak akan tahu. Dia mungkin bakal tetap sakit hati, tapi dia nggak akan jadi membenci aku kayak sekarang!
Oke, aku minta maaf. Aku cuma nggak mau Nadya berharap terus dari aku, makanya aku berusaha menjelaskan ke dia, tapi dia...
Kak Elang ini KENAPA sih" Memangnya Kakak nggak bisa memperkirakan reaksi Kak Nadya bakal seperti apa" Apa Kakak nggak bisa mikir dulu sebelum bertindak"!
Justru karena aku berpikir! Aku... aku sayang banget sama kamu, Sha. Kalau aku nggak jujur sama Nadya, mungkin selamanya kita nggak akan punya kesempatan...
Dari dulu memang nggak ada kesempatan! bentak Nasha dengan napas tersengal. Jangan maksain kehendak lah, Kak. Posisi aku sekarang udah sulit banget... Belum ditambah masalahku di sekolah... Kalau Kakak memang benar sayang sama aku, harusnya Kakak menjauh, jangan datang ke hidupku lagi...
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Mungkin nanti aku masih bisa memperbaiki hubunganku sama Kak Nadya...
Elang diam. Raut wajahnya seperti orang yang nyaris bunuh diri. Nasha nggak membuang-buang kesempatan itu, dia langsung berlari masuk rumah.
* * * Nasha, kamu lagi marahan sama Nadya" tanya Mama setelah akhirnya berhasil masuk kamar Nasha malam harinya. Sepulang sekolah tadi, Nasha langsung mengunci diri di kamar, dan nggak mau bertemu siapa-siapa. Terang saja, tindakan itu memancing rasa curiga Mama yang pada dasarnya memang sudah punya insting supertajam apalagi Nadya juga bersikap setali tiga uang.
Tepatnya, Kak Nadya yang marah sama aku, Ma... Lho" Kenapa" Mama mengikuti langkah Nasha menuju ranjang, lalu duduk di tepinya dan membelai-belai rambut Nasha.
Gara-gara cowok. Cowok" Maksudnya... kalian rebutan cowok, gitu" Nasha menggeleng. Bukan rebutan, tapi gebetan Kakak... naksir aku...
Nasha bisa melihat betapa alis Mama terangkat tinggi setelah mendengar kata-katanya barusan. Pastinya Mama kaget setengah mati. Atau malah kepengin terbahak, mengetahui ada cowok yang lebih memilih anak bungsunya yang jutek dan sama sekali nggak kelihatan kayak cewek itu, dibanding anak sulungnya yang bisa dikategorikan sempurna "
Aneh, ya, Ma" tanya Nasha dengan nada getir. Padahal aku bener-bener berharap Kak Nadya bisa jadian sama cowok
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
itu... Mana aku kira... Nasha nggak bisa menyelesaikan katakatanya, dia cuma bisa menangis.
Ssstt... udah, jangan nangis. Mama memeluk Nasha, dan mengusap-usap kepala putri bungsunya itu. Kamu kan bukannya menggoda cowok itu atau apa kan, jadi kamu nggak perlu merasa bersalah.
Kalau aja... Kak Nadya bisa berpikiran seperti Mama. Dia benci banget sama aku sekarang, Ma...
Mama tersenyum kecil. Tenang aja, nanti juga dia bakal maafin kamu kok.
Kenapa Mama bisa yakin" Aku rasa, Kakak nggak akan pernah mau ngomong sama aku lagi. Mungkin dia juga nggak akan mengakui aku adiknya lagi.
Hush! Ngomong apa kamu itu! Mana boleh seorang cowok nggak jelas bikin kedua anakku saling nggak mengakui lagi" Kalau memang ada cowok kayak gitu, Mama nggak akan pernah mengizinkan satu pun dari kalian pacaran sama dia! Cowok jahat begitu...
Mau tak mau Nasha tersenyum mendengar kata-kata Mama.
Nasha, dengar ya, Mama benar-benar yakin kamu bakal baikan sama Nadya. Kalian dulu pernah berantem seperti ini juga kan, ingat"
Kening Nasha berkerut. Seingatnya, inilah pertama kali dalam hidupnya dia berantem sama Nadya. Mana pernah sebelumnya"
Ingat Rendy" Rend..." Nasha berusaha keras mengingat, lalu sedetik kemudian dia berseru, Ah!
Nah, ingat kan kamu sekarang...
Nasha tertunduk malu, dan mulai senyum-senyum sendiri.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Ingatannya membawanya ke memori tiga belas tahun lalu, saat dia masih berusia lima tahun.
* * * Kakak jahat! Nasha kecil, dengan tangan belepotan krayon, menuding pada Nadya.
Kamu yang jahat, tau! Ihh! Kan udah aku bilang, aku nggak mau Kakak warnain bajunya Komo sama kayak warna yang dipakai Rendy!
Yee, terserah dong! Orang Rendy-nya aja nggak marah kok! Iya, kan, Ren"
Seorang cowok berusia tujuh tahun menoleh dari kertas gambarnya dan mengangguk. Dia teman sekelas Nadya, yang sering main ke rumah karena rumahnya hanya selisih tiga rumah dari rumah Nasha dan Nadya. Karena seringnya bermain, Nasha jadi akrab juga sama Rendy, dan dia mulai punya perasaan iri kalau melihat Nadya mengobrol dengan Rendy. Dia mulai suka cari-cari perhatian pada Rendy, dengan cara apa pun yang bisa dilakukan seorang bocah berumur lima tahun. Dan dia bisa sebal setengah mati pada Nadya hanya karena hal-hal sepele macam Nadya yang memakai krayon berwarna sama dengan Rendy untuk mewarnai gambar baju si Komo.
Apalagi, tadi siang Nadya cerita Rendy membagi bekal dengannya di sekolah. Nasha langsung nggak terima, dan berusaha setengah mati supaya Rendy lebih memerhatikannya. Padahal Nasha nggak tau aja, Rendy sama sekali nggak punya rasa apa-apa pada Nasha ataupun Nadya. Dia masih murni anak kelas dua SD yang polos, bukan seperti Nasha dan Nadya yang kebanyakan berimajinasi tentang perasaan
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Nobita pada Shizuka, Usagi Tsukino pada Tuxedo Bertopeng, dan sebagainya. Benar-benar konyol!
Kamu kok egois sih! Nadya mengomel. Mulai sekarang, aku nggak mau ngomong sama kamu lagi!
Adegan itu diakhiri dengan pintu kamar Nadya yang dibanting keras-keras. Nasha tersenyum puas dan semakin berusaha mewarnai gambarnya semirip mungkin dengan gambar Rendy. Biar dibilang serasi mungkin maksudnya waktu itu.
Tapi setelah kejadian itu, Nadya dan Nasha nggak saling bicara selama dua hari. Nadya masih pasang aksi ngambek, sementara Nasha jual mahal. Sampai akhirnya Nadya melihat Rendy asyik mengobrol dengan Keisya, saingannya dalam memperebutkan juara kelas, suatu pagi. Begitu pulang dari sekolah sore harinya, Nadya langsung mencari Nasha dan minta maaf. Padahal Rendy dan Keisya cuma mengobrol biasa pagi itu, tapi Nadya sudah dengan seenak udelnya mencap Rendy cowok kurang ajar , dan berpikiran cowok macam itu saja seharusnya nggak boleh membuatnya berkelahi dengan adiknya.
* * * Tapi, Ma, kata Nasha, setelah dia selesai memutar ulang kejadian itu dalam ingatannya, waktu itu kan Rendy memang nggak suka sama aku atau Kak Nadya, jadi Kak Nadya bisa maafin aku. Sekarang situasinya lain...
Yah, memang lain. Sekarang kan kamu juga nggak suka sama si cowok-penyebab-kalian-mogok-bicara itu, sementara dulu kamu suka sama Rendy, tapi inti permasalahannya sama kok. Sehebat apa pun kalian berantem karena cowok, Mama yakin kalian akhirnya akan baikan juga. Jadi tenang aja deh, oke"
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Nasha mengangguk, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Nadya akan mau bicara padanya lagi seperti dulu. Entah karena pada akhirnya Nadya bakal mencap Elang sebagai cowok kurang ajar juga, atau apa pun lah, semoga mereka akan benar-benar baikan lagi.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
D AVE menghilang! Sejak kejadian bertengkarnya dia dengan Sucipto waktu itu, Dave nggak lagi muncul di sekolah. Dia juga sama sekali nggak menghubungi Nasha. Boro-boro deh menghubungi, orang dihubungi aja nggak bisa!
Nasha jadi kayak cacing kepanasan. Gelisah, dan pikirannya mulai melantur ke mana-mana.
Jangan-jangan, Dave nggak mau jadi bahan olok-olokan lagi karena pacaran sama gue, dan memutuskan untuk ngumpet" batin Nasha.
Atau... Dave emang sebenernya malu ketahuan pacaran sama gue" Dia nggak mau punya image sebagai cowok penyuka daun tua " Tapi... kalau memang benar begitu, kenapa dia belain gue di depan Sucipto" Dia pasti tahu apa risikonya dengan membela gue seperti itu... Berarti dia memang sayang sama gue dong"
Tapi dia menghilang seperti ini...
Nasha benar-benar pusing tujuh keliling. Sesuatu dalam dirinya mencoba untuk defensif, mencari berbagai alasan tentang kenapa Dave bisa menghilang begini, tapi entah kenapa suara hatinya justru mendorongnya untuk mengakui bahwa
Dave Hilang" p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
memang ada kemungkinan Dave malu ketahuan statusnya sebagai pacar Nasha.
Kalau saja ada Kak Nadya yang bisa diajak curhat, Nasha pasti nggak akan sepusing ini. Tapi lebih baik jangan muluk membayangkan bisa kembali curhat lagi dengan kakaknya itu, sekarang saja Nadya selalu membuang muka kok kalau dia berpapasan dengan Nasha.
Nasha merasa pikirannya semakin kacau. Kenapa hidupnya bisa kacau pangkat dua begini"
* * * Nasha! Nasha berusaha nggak menggubris orang yang memanggil namanya itu. Beberapa hari terakhir ini, kalau ada yang memanggil namanya, bisa dipastikan itu adalah orang yang ingin meledeknya karena Nasha ketahuan jalan sama brondong. Makanya, sebisa mungkin sekarang Nasha berlagak tuli kalau ada suara yang kurang akrab di telinganya yang memanggil namanya.
Nasha! Nasha menghela napas, lalu menoleh. Siapa tahu orang yang memanggilnya ini benar-benar ada perlu. Tapi kalau dia mau meledek, Nasha akan langsung angkat kaki dari situ.
Orang itu ternyata Julian, anak 12C yang dulu menjadi MC saat acara camp penutupan MOS di Cibubur.
Eh, lo. Ada apa" tanya Nasha. Dia nggak begitu sering mengobrol dengan Julian. Cuma sekadar kenal, tapi Nasha tahu Julian tipe orang yang cukup serius. Nggak mungkin sekarang dia memanggil Nasha cuma untuk ikut-ikutan meledek seperti yang dilakukan anak-anak lain, kan" Mmm... gue mau minta tolong sama lo, boleh"
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Minta tolong apa dulu nih" Tuh kan, bukan mau ngeledek, batin Nasha.
Gini, lo tahu kan kalau gue jadi penyiar part-time di Teen FM"
Nasha mengangguk. Mmm... Teen FM itu lagi mau bikin acara talkshow, Sha. Yah, you know, semacam dialog gitu, yang membahas permasalahan-permasalahan remaja, dan kebetulan gue yang pegang program itu.
Oh, bagus dong. Terus"
Nah, untuk acara talkshow itu, kita formatnya pakai bintang tamu. Katakanlah orang yang pernah terlibat dalam masalah yang dijadikan tema talkshow-nya itu. Jadi misalnya temanya tentang cinta segitiga, bintang tamunya tuh remaja yang pernah terlibat dalam cinta segitiga gitu deh. I see. Terus, apa hubungannya sama gue"
Hubungannya... Mmm... Gue mau minta kesediaan lo untuk jadi bintang tamu di talkshow episode pertama.
Alis Nasha terangkat. Dia" Jadi bintang tamu talkshow di radio?"
Eh, nggak salah lo" tanya Nasha bingung. Gue nggak pernah terlibat dalam cinta segitiga lho...
Ooh, bukan itu maksud gue, Sha! Yang soal cinta segitiga tadi itu contoh aja. Episode yang gue minta lo untuk jadi bintang tamu itu temanya tentang... mmm... tapi jangan marah, ya"
Nasha mulai punya firasat nggak enak. Jangan-jangan... Mmm... temanya tentang... suka-duka... cewek yang pacaran sama cowok yang lebih muda.
Nggak perlu diduga lagi reaksi Nasha seperti apa. Dia melongo dengan suksesnya mendengar jawaban Julian. Tapi
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
itu nggak lama, karena detik berikutnya dia langsung menjawab dengan ketus,
Kenapa temanya nggak tentang Orang yang Tidak Peka Terhadap Perasaan Orang Lain aja" Lo bisa jadi penyiar merangkap bintang tamunya.
Dan setelah balas membuat Julian melongo dengan sukses, Nasha cabut dari situ. Hatinya kesal setengah mati. * * *
Sesampainya di kelas, baru Nasha sadar bahwa kata-kata ketusnya ke Julian tadi bisa aja membawa masalah baru. Musuh baru.
Bukannya apa-apa, tapi bisa aja kan Julian jadi sakit hati dan dia yang tadinya netral berubah jadi ikut-ikutan memusuhi Nasha"
Ah, masalah yang datang beruntun memang bisa membuat kita kehilangan kemampuan berpikir jernih. Segala apa yang datang di depan kita jadi terlihat serbasalah. Orang yang mungkin sama sekali nggak punya maksud jahat bisa jadi seperti pengganggu yang menyebalkan.
Nasha mengeluarkan HP-nya dari saku rok seragam, dan mulai mengetik SMS untuk Dave.
To: Pacarku Kamu dmana?" Aku bingung...
Tanpa sadar, Nasha menghela napas dalam-dalam. Kapan semua masalah ini akan selesai" Dan bagaimana cara menyelesaikannya"
* * * p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Pada akhirnya, Nasha muak juga. Dia nggak tahan lagi melihat Nadya yang terus-terusan menghindarinya seolah dia penyakit berbahaya yang bisa menular pada siapa saja yang berada dalam radius satu meter darinya. Entah ada apanya si Elang itu sampai-sampai Nadya bisa begini berubah gara-gara dia.
Kak, aku mau bicara. Nasha masuk ke kamar Nadya, dan langsung to the point.
Nadya tak merespons. Diam berarti ya, kata Nasha dingin. Sampai kapan lagi Kakak bakal kayak gini sama aku" Aku salah apa, Kak" Kamu sudah tau jawabannya.
Kak, pliiiisss... Jangan mulai menyalahkan aku lagi! Aku nggak pernah minta Kak Elang untuk suka sama aku! Nggak pernah! Aku harus gimana lagi sih supaya Kakak mau percaya" Aku kan nggak bisa mengontrol perasaan Kak Elang...
Kamu jalan sama dia diam-diam tanpa setahuku, memangnya itu apa" Kalau kamu dari awal memang nggak punya niat untuk cari perhatian di depan dia, kamu pasti menolak ajakannya!


Brondong Lover Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kak! Aku pergi sama dia itu karena Kak Elang bilang dia pengin minta bantuan aku untuk milih hadiah ultah Kakak! Karena itu aku mau!
Nasha bisa melihat Nadya melirik pada gelang perak sederhana yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Pikiran Nasha dengan otomatis berputar pada kalung emas putih berbandul bunga yang dulu dipilihkannya untuk hadiah ultah Nadya.
Nasha mengembuskan napasnya lambat-lambat. Oke, kalau Kakak minta aku nggak menutupi apa pun, aku akan cerita satu hal lagi.
Nasha terdiam selama beberapa saat, lalu menceritakan
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
tentang kalung yang dulu dikiranya akan diberikan Elang pada Nadya.
Di mana kalung itu sekarang" tanya Nadya getir. Kak Elang bilang, sebenernya kalung itu... untuk aku. Tapi aku nggak mau terima kalung itu. Kalung itu nggak penting buat aku, sama seperti Kak Elang. Nggak penting...
Nasha menyusut air matanya, dan memutuskan untuk pergi dari kamar Nadya. Kalau setelah ini Nadya masih berniat memusuhinya, Nasha pasrah. Terserahlah. Setidaknya ada sisi positifnya: kalau semua hal yang buruk sudah terjadi begini, pasti tidak akan ada yang lebih buruk lagi.
* * * Jennifer menang di Olimpiade Fisika tingkat Nasional. Itu berarti, dia akan menjadi wakil Indonesia di Olimpiade Fisika Internasional yang akan diadakan di Praha tiga bulan lagi. Itu juga berarti, dia berada dalam penggemblengan khusus yang menyita banyak sekali waktunya. Sampai-sampai waktu istirahat sekolah, dua jam sepulang sekolah, dan saat weekend pun, dia harus mengikuti pembinaan untuk tim Olimpiade Fisika itu. Nasha jadi semakin nelangsa. Kakaknya memusuhinya, pacarnya menghilang entah ke mana, mantannya nggak habishabisnya menggerecoki, sahabatnya sibuk setengah mati sampai mereka nyaris nggak punya waktu untuk ngobrol seperti dulu, seisi sekolahnya masih nyinyir karena tahu dia pacaran sama brondong...
Kayaknya bisa dibilang keajaiban dunia kalau Nasha belum kepikiran untuk bunuh diri saat ini. Hebatnya, dia juga nggak jadi sinting karena kebanyakan beban pikiran. Nasha masih masuk sekolah seperti biasanya, tapi sekarang dia lebih banyak memilih sembunyi di perpus saat jam istirahat, meng-
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
hindari orang-orang yang mungkin kebanyakan tenaga dan bingung harus disalurkan ke mana selain untuk mengolokoloknya.
Tyrza dan Elsa mungkin sedikit dari yang tersisa untuk Nasha. Mereka masih tetap ada untuk mengajak Nasha mengobrol, dan selalu membelanya setiap kali ada yang mulai mengejek Nasha lagi. Nasha bersyukur untuk itu. Seenggaknya dia masih punya teman yang bisa diandalkan dalam saat-saat susah begini.
* * * Nasha melongokkan kepalanya dengan hati-hati ke dalam kelas 10A, memastikan nggak ada seorang pun yang melihatnya. Untunglah, kelas itu kosong. Tapi sebersit perasaan kecewa terbit di hati Nasha. Kalau kelas 10A kosong, berarti orang yang dicarinya juga nggak ada.
Sudah satu minggu Dave nggak bisa dihubungi. Berkalikali Nasha menelepon HP cowoknya itu, tapi berkali-kali juga dia harus berhadapan dengan mailbox. Dan Nasha sudah kehabisan akal. Dia nggak tahu di mana rumah Dave, dan juga nggak tahu nomor teleponnya. Kalau HP Dave nggak bisa dihubungi, berarti memang nggak ada jalan lagi untuk menghubungi cowok itu.
Kecuali... Nasha mau menanyakan alamat Dave ke kronikroninya. Sucipto, kalau lebih tepatnya. Anak itu kan sahabatan banget sama Dave, dia pasti tahu alamat rumah Dave.
Ah, nggak... nggak... Nasha langsung mengusir pikiran itu jauh-jauh dari otaknya. Gimana bisa dia berpikir Dave dan Sucipto masih berteman setelah mereka berkelahi garagara Nasha, pula waktu itu" Sama Dave saja mungkin Cipto nggak akan mau bicara lagi, mana mungkin dia mau
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
ngasih alamat Dave ke Nasha" Boro-boro deh, yang ada malah Cipto bakal ngata-ngatain dia!
Nasha memutar otaknya lebih keras. Pasti ada jalan... Dave, dia berkali-kali ke rumah Nasha, tahu alamatnya, kenal ortunya, kenal Kak Nadya, tapi Nasha sama sekali nggak tahu apa-apa tentang keluarga cowok itu. Bukan hanya nggak tahu di mana rumahnya, tapi Nasha juga nggak tahu apa Dave punya kakak atau adik. Dave nggak pernah cerita, dan Nasha juga nggak pernah kepikiran untuk bertanya. Kebanyakan Dave cuma cerita soal kejadian-kejadian di kelasnya, atau justru menanyakan keseharian Nasha.
Baru sekarang Nasha sadar, Dave perhatian banget sama dia selama ini. Dave nggak pernah keberatan Nasha mengoceh dari A sampai Z tentang dirinya. Dave nggak pernah egois atau memusatkan hubungan mereka pada dirinya sendiri. Dave lebih mengutamakan Nasha, lebih pengalah. Umur memang nggak bisa menentukan kedewasaan seseorang. Nasha boleh lebih tua, tapi Dave lebih pengertian dan tahu gimana harus bersikap. Malah, Nasha yang merasa dirinya super-childish, karena sedikit-sedikit ngambek kalau Dave nggak sependapat sama dia.
Nasha jadi kepingin nangis, tiba-tiba dia kangeeen banget sama Dave. Segitu lamanya nggak ketemu bikin Nasha kehilangan luar biasa. Nggak ada lagi yang bisa diajaknya bercanda dan ngobrol di aula lantai tiga, padahal Nasha lagi butuh banget teman bicara...
Beberapa anak kelas 10A mulai berdatangan, dan mereka menatap Nasha yang berdiri di depan kelas mereka dengan pandangan aneh. Nasha sadar, dan cepat-cepat menjauh dari situ. Bego banget, seharusnya dia nggak berada di tempat yang membuatnya makin dikasak-kusukkan saat ini. Seharusnya dia sembunyi, sebisa mungkin menghindari bertemu banyak orang.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Nasha berjalan kembali ke kelasnya dengan terburu-buru. Dia melewati ruang guru, dan ruang Tata Usaha, dan langkahnya terhenti karena mendengar Bu Ana, pegawai Tata Usaha, berbicara keras-keras di telepon.
Pada dasarnya Nasha bukan orang yang suka ikut campur urusan orang lain, apalagi suka nguping, tapi kalau Bu Ana yang lagi bicara, kita sudah menyumbat telinga pakai kapas pun, suaranya tetap bisa menembus.
Iya, Jeng, walaupun saya ini sibuuuukkk sekali, pekerjaannya banyak, tapi saya masih bisa menyempatkan diri kok datang ke arisan di rumah Jeng nanti sore..., seru Bu Ana seraya terkekeh.
Nasha mengernyit. Bukannya mau meremehkan nih, tapi plis deh, Bu Ana mengaku dirinya sibuk" Kerjaannya tiap hari di kantor TU juga cuma mengelap map-map arsip! Paling banter juga ngibrit ke ruang guru dan menggosip di sana dengan guru-guru yang juga doyan bergosip.
Nasha hampir melangkah lagi, waktu dia ingat satu hal... Bu Ana... pegawai TU... Dave dulu merayu Bu Ana agar memberikan alamat Nasha, supaya dia bisa datang ke rumah Nasha dan minta maaf...
Seperti pertapa yang baru mendapat wangsit, Nasha melesat menuju ruang TU. Sesampainya di sana, dia mengetuk pintu dengan bersemangat. Bu Ana nyaris meloncat dan menjatuhkan gagang telepon saking kagetnya.
Selamat pagi, Bu! Oh... eh... selamat pagi juga. Sebentar, sebentar... Bu Ana menempelkan lagi gagang telepon di telinganya. Maaf ya, Jeng, klien saya sudah datang nih, nanti sore kita sambung lagi ya...
Nasha membelalak. Klien" Memangnya Bu Ana mengaku pekerjaannya apa sih pada teman arisannya itu" Detektif"
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Ada perlu apa" tanya Bu Ana, berlagak membukatutup map-map yang ada di mejanya, seolah dia tadi lagi sibuk meneliti kasus penting tentang sengketa tanah, bukannya membual sampai berbusa di telepon dengan teman arisannya.
Eh... apa Ibu sedang sibuk" tanya Nasha hati-hati. Dia lagi butuh bantuan Bu Ana saat ini, nggak ada ruginya bermanis-manis sedikit biarpun dia merasa agak mual melakukannya.
Seperti yang kamu lihat. Bu Ana mengedikkan bahu pada map-map yang bertumpuk di meja kerjanya dengan ekspresi sombong yang membuat Nasha menelan ludah. Jadi lebih baik kamu tidak lama-lama di sini.
Ah, iya. Maaf kalau saya mengganggu, Bu, tapi sungguh... nggak ada seorang pun yang bisa membantu saya selain Ibu, kata Nasha dengan suara memohon yang dibuat sedikit dramatis. Begini-begini dia kadang nonton sinetron juga, jadi dia tahu gimana harus meniru akting bintang-bintang sinetron kacangan itu.
Nasha mendekat perlahan ke meja Bu Ana, dan duduk di kursi di hadapannya dengan tampang memelas.
Bu Ana mendongak menatap Nasha, matanya membulat. Masa" tanyanya.
Nasha cepat-cepat mengangguk, sadar dia sudah berhasil memancing perhatian the Drama Queen. Sekarang Nasha malah memajukan kursinya sedikit, mempersempit jarak antara wajahnya dengan wajah Bu Ana.
Saya punya masalah, Bu, dan nggak ada orang lain yang bisa saya mintai tolong... cuma Ibu yang bisa... Memangnya, kamu mau minta tolong apa"
Nasha meremas jemarinya sendiri dengan gelisah. Sebenarnya yang ini nggak terlalu dibuat-buat, karena Nasha gelisah
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
juga. Gimana kalau ternyata setelah berakting kayak Cinta Laura begitu Bu Ana masih nggak mau juga menolongnya" Eh... saya butuh alamat teman saya, Bu...
Bu Ana langsung memundurkan posisi duduknya, dan berjalan keliling ruangan.
Dari dulu, murid-murid yang datang ke sini memang tujuannya cuma satu, mencari alamat temannya, musuhnya, gebetannya, dan lain-lain, yang juga bersekolah di sini. Mereka nggak akan menjejakkan kaki di tempat ini kalau bukan itu tujuannya! seru Bu Ana kesal.
Mampus gue, batin Nasha. Jangan kalian kira, karena saya ini cuma petugas TU, kalian bisa memanfaatkan saya seperti Yellow Pages ya!
Aduuuuhhh, Ibu... Ibu, tunggu sebentar... saya sama sekali nggak ada maksud seperti itu... Dan saya... saya nggak menganggap Ibu seperti Yellow Pages! Nasha cepat-cepat bertindak sebelum peluangnya untuk mendapatkan alamat Dave semakin kecil.
Ah, kalau kamu memang menganggap saya seperti itu juga tidak apa-apa. Saya sudah biasa kok diperlakukan seperti itu. Memang pekerjaan saya nggak jelas, cuma pegawai TU, nggak ada salahnya kan direpotkan sebagai pekerja sambilan penyedia informasi alamat dan data pribadi teman satu sekolah"! kata Bu Ana tajam.
Nasha menggaruk kepala. Dia nggak pernah menyangka Bu Ana bisa galak juga! Setahunya, Bu Ana itu pegawai TU yang genit, bukannya gahar!
Bu, jangan berprasangka seperti itu... Mungkin memang ada murid-murid seperti yang Ibu sebutkan tadi, tapi saya nggak kayak gitu, Bu. Saya memang benar-benar butuh bantuan Ibu. Maaf, saya nggak bisa bantu kamu.
Entah kenapa Nasha merasa sekakmat. Tadi waktu ide ini
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
melintas di kepalanya, rasanya gampang sekali untuk dilakukan, tapi begitu sekarang mendengar kata-kata Bu Ana, Nasha langsung hopeless.
Dulu Ibu mau membantu Dave mendapatkan alamat saya..., keluh Nasha tanpa sadar.
Bu Ana tiba-tiba menghentikan langkahnya yang mondarmandir di dalam ruangan. Dia menyipitkan mata.
Kamu bilang, dulu saya membantu Dave mendapatkan alamat kamu"
Nasha gelagapan. Dia nggak mau dianggap semakin melecehkan Bu Ana.
Ehh... saya bukannya mau membanding-bandingkan lho, Bu... bukan...
Tunggu... yang kamu maksud, Dave anak kelas sepuluh" Yang rambutnya jabrik-jabrik itu" Yang mirip Dirly Idol" Nasha melongo. Dirly Idol"
Ya! Ya saya ingat! Bu Ana menjentikkan jari. Dave itu anaknya baik sekali, sopan pula... Dia sama sekali nggak seperti murid-murid lainnya...
Lagi-lagi Nasha hanya bisa melongo. Bu Ana bilang Dave sopan" Nggak salah nih" Bukannya kalau orang baru kenal Dave, kesan yang didapat tentang cowok itu hanya satu" Supernyolot!
Eh, Ibu nggak salah orang, Bu"
Bu Ana menggeleng. Nggak, Ibu nggak salah orang. Seingat Ibu, waktu itu dia minta alamat... anak kelas dua belas... Bu Ana terdiam, lalu memelototi Nasha. Kamu Nasha Hariadi"
Ngggg... iya... Wah, kamu beruntung sekali, Nasha! Beruntung sekali! Bu Ana memegang kedua bahu Nasha dan mengguncangguncangkannya.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Nasha cuma bisa diam. Beruntung" Beruntung apanya" Dengan pacar yang menghilang entah ke mana, seisi sekolah yang nyinyir padanya, dan kakak yang menganggapnya jahat, mana bisa dia disebut beruntung"
Waktu itu Dave bilang, dia butuh alamat kamu, karena dia ingin menyatakan perasaan! Romantis sekali! Belum pernah ada murid yang seperti itu! Murid-murid lain minta alamat di sini karena iseng mau mengirim sampah ke rumah orang yang dibencinya, mau meneror adik kelas yang dianggap sok, atau menagih utang yang nggak dibayar-bayar oleh temannya, tapi Dave itu... dia mau menyatakan cinta! Kamu beruntung sekali dapat cowok yang romantis begitu!
Lagi-lagi Nasha hanya bisa dibuat melongo. Bukan cuma karena alasan-alasan ajaib yang disebutkan Bu Ana tentang kenapa murid-murid datang ke sini untuk minta alamat, tapi karena ternyata waktu itu Dave memang meminta alamat Nasha untuk menyatakan perasaan, bukan cuma untuk minta maaf! Berarti waktu itu Dave memang sudah merencanakan untuk nembak Nasha!
Nah, sekarang apa kabarnya Dave" Dia beberapa kali main ke sini setelah itu, tapi sekarang tidak pernah lagi. Di mana dia" Bu Ana celingak-celinguk dengan semangat, mungkin berharap Dave akan tiba-tiba muncul dalam segumpal asap dari belakang Nasha, seperti jin.
Nggg... justru itu, Bu, saya mau minta alamat Dave sama Ibu...
Lho" Memangnya kenapa" Kamu ini pacarnya, kan" Kamu waktu itu menerima cintanya, kan" Nasha mengangguk. Masa kamu nggak tahu alamat pacarmu sendiri sih"
Hhhhhhh... Rasanya Nasha kepingin kabur aja dari situ! Cukup deh dia sudah berakting bak pengemis meminta-minta di situ, kenapa dia harus dicerca juga" Kalau dia tau alamat
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Dave, nggak bakal deh dia datang ke sini memohon-mohon pada Bu Ana!
Eh, tunggu... Ibu salah bicara, ya" Maaf ya... Nasha makin bengong. Bu Ana ini benar-benar unpredictable! Tadi mencerca, ehh sekarang minta maaf.
Iya, iya... nggak apa-apa kok, Bu.
Ya sudah, Ibu bakal bantu kamu, tapi dengan satu syarat.
Apa" Harapan Nasha yang tadi gone with the wind sekarang muncul lagi.
Kamu cerita kenapa kamu sampai harus minta alamat Dave.
Nasha menghela napas. Ya sudahlah, kalau memang itu satu-satunya cara. Kalau Bu Ana mau menyebarkan cerita Nasha nanti ke seantero sekolah ini pun nggak masalah, toh semua orang di sekolah ini sudah tahu ada apa di antara Nasha dan Dave setelah perkelahian dengan Cipto waktu itu.
Jadi Nasha duduk di kursi yang tadi lagi, dan menceritakan tentang Dave yang menghilang dan nggak bisa dihubungi selama seminggu ini pada Bu Ana. Selama mendengar cerita Nasha, mulut Bu Ana terus-terusan membuka dan menutup seperti ikan mas koki yang mencari oksigen di dalam air.
Hah" Kurang ajar sekali anak yang bernama Sucipto itu! Awas nanti kalau ketemu, Ibu pites dia! Bu Ana tiba-tiba mengeluarkan logat Jawa yang kental.
Ehh... pites apaan, Bu"
Pencet! Itu lhoo... kayak kalau kita dapet kutu di rambut, terus kita pencet sampai mati, itu namanya pites!
Nasha nggak tahan untuk nggak ketawa terbahak-bahak. Bu Ana ternyata lucu banget! Dan dia orang yang sangat menyenangkan, kecuali saat dia membual pada teman arisannya. Memangnya kenapa dia mengejek Dave hanya karena
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Dave pacaran sama kamu yang kakak kelasnya" Janganjangan dia sirik, karena cewek yang mau sama dia cuma cewek-cewek seumuran! Sebenarnya dia merasa kalah sama Dave! Ya, pasti itu! Bu Ana menyerocos dengan berapi-api, sementara Nasha hanya bisa menahan senyumnya. Nggak penting sekarang untuk menyelidiki apa motif Cipto sampai bisa bertingkah menyebalkan. Yang penting sekarang hanya mencari tahu di mana Dave.
Wah, saya nggak tau, Bu... tapi apa pun motif Cipto, itu hak dia deh. Sekarang saya cuma cemas sama Dave. Dia nggak bisa dihubungi selama seminggu, saya takut kalau dia kenapanapa...
Nasha tiba-tiba teringat Kevin, dan betapa Dave dan Kevin nggak pernah akur. Bukannya nggak mungkin kalau Kevin, yang nggak pernah bisa terima diputusin Nasha itu, berlagak sok preman dengan mengeroyok Dave, kan"
Waduh, jangan sampai ya..., Bu Ana menggumam sendiri. Ya sudah, kamu tunggu sebentar, Ibu carikan alamat Dave.
Nasha mengangguk, dan cuma bisa duduk gelisah saat Bu Ana membuka file komputer yang berisi data-data pribadi siswa SMA Pancasila.
* * * Mobil Nasha berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar. Dia mengecek alamat di kertas yang diberikan Bu Ana tadi, dan yakin dia sudah sampai di rumah yang benar.
Nasha turun dari mobilnya, dan memencet bel rumah itu. Beberapa saat kemudian, seorang wanita, yang kelihatannya pembantu di situ, keluar dari dalam rumah.
Cari siapa, Mbak" p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Ohh... saya cari Dave, benar ini rumahnya" Dave" Bukan. Mbak salah alamat, kali"
Nasha mengernyit. Sekali lagi dia melirik kertas dalam genggamannya, lalu mengecek nomor rumah itu, yang terbuat dari logam kuningan yang menempel di tembok bagian luar rumah. Benar kok, nomor 88, batin Nasha.
Kayaknya saya nggak salah alamat deh, Mbak. Alamat yang diberikan guru saya benar kok alamat rumah ini.
Wah, kalau gitu nggak tahu deh ya. Di sini nggak ada yang namanya Dave, lagian ini kos-kosan, Mbak.
Nasha tercenung. Kos-kosan" Kok selama ini Dave nggak pernah cerita kalau dia nge-kos"
Dan nggak ada anak kos yang namanya Dave" Nggak ada.
Nasha menggaruk kepalanya yang nggak gatal. Janganjangan Bu Ana salah ngasih alamat nih, batin Nasha kecut. Padahal tadi pagi udah nyaris telat masuk kelas gara-gara kelamaan nongkrong di ruang TU, ehh... sekarang malah dapat alamat yang salah! Nggak worth it!
Ya udah kalau gitu, saya pamit dulu deh. Makasih, Mbak. Nasha hampir masuk ke dalam mobilnya waktu pembantu itu memanggil lagi.
Ehh... Mbak, Mbak! Tunggu! Ya" Ada apa"
Mbak sekolah di SMA Pancasila" Pembantu itu melirik badge di seragam Nasha. Nasha memang sepulang sekolah langsung mencari alamat yang diberikan Bu Ana ini, makanya dia belum mengganti seragamnya.
Iya. Kalau gitu, mungkin yang Mbak cari Mas Reynaldo" Dia anak kos di sini, sekolah di SMA Pancasila juga. Reynaldo" Nasha berusaha mengingat-ingat, dan seperti
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
film, nama lengkap Dave yang dibacanya di daftar absensi saat hari pertama MOS, muncul di depan matanya.
Reynaldo Dave Chandra! Ya, bukan nggak mungkin Dave punya nama panggilan lain di kosnya!
Iya, Mbak, iya dia yang saya maksud! Reynaldo! Waahh, tapi kalau Mas Reynaldo udah pergi dari seminggu lalu...
Harapan Nasha yang sempat mengembang sekarang kempes lagi. Pergi ke mana"
Ke Surabaya, katanya. Surabaya" Nasha tambah pusing. Ngapain Dave ke Surabaya" Kalau cuma mau melarikan diri dari ejekan anak-anak di sekolah, kok jauh amat sampai Surabaya"
Memangnya ada apa dia ke Surabaya"
Waahh... saya nggak tau ya, orang Mas Reynaldo orangnya diem banget, nggak pernah ngajak saya ngobrol. Kenapa Mbak nggak telepon aja ke HP-nya"
Nggak aktif terus, kata Nasha kecut. Kalau bisa telepon ke HP, gue nggak bela-belain ke sini, gerutu Nasha dalam hati.
Waduh, susah juga ya... Sekarang ganti pembantu itu yang menggaruk-garuk kepalanya.
Mmm... gini deh, Mbak, saya mau minta nomor telepon sini aja, boleh" Biar saya bisa telepon dulu kalau mau ke sini, ngecek kalau Dave, ehh Reynaldo udah balik atau belum.
Pembantu itu mengangguk, dan menyebutkan nomor telepon yang langsung dimasukkan Nasha ke memori HP-nya.
Makasih, ya, Mbak. Dan... oh ya... Nasha mengambil selembar dua puluh ribuan dari dompetnya, dan mengeluarkan kartu nama, lalu menyerahkannya pada pembantu itu. Bisa minta tolong, Mbak" Kalau Reynaldo sudah kembali, tolong
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
kasih tau saya, ya" Mbak bisa telepon ke nomor ini, ini nomor HP saya. Dan ini uang untuk pengganti biaya pulsanya.
Oh... boleh. Mbak... dia membaca kartu nama Nasha, Mbak Nasha, nanti saya telepon kalau Mas Reynaldo udah balik.
Oke, makasih banyak, ya, Mbak.
Nasha tersenyum, lalu masuk ke mobil dan memacunya menuju rumah. Setelah hunting rumah Dave, bukannya menemukan cowok itu, Nasha malah semakin puyeng. Otaknya penuh dengan satu pertanyaan: ngapain Dave ke Surabaya" * * *
Eh... Kakak" Nasha melongo setibanya di kamar. Nadya sedang duduk di tempat tidurnya.
Nasha... Nadya tiba-tiba menghambur memeluknya sambil menangis, Nasha sampai nggak bisa bilang apa-apa saking kagetnya.
Kakak kenapa" Sha... maafin Kakak, ya, Sha" Maafin Kakak... Iya, iya, aku maafin, walaupun sebenernya Kakak nggak punya salah apa-apa sama aku...
Nggak, Kakak punya banyak salah sama kamu... Kakak udah nuduh kamu yang enggak-enggak... cuma demi cowok kayak Elang...
Udah, Kak, udah... sekarang Kakak tenang dulu, ya" Ayo... ayo, duduk sini.
Nasha membimbing Nadya untuk duduk di ranjangnya lagi, dan berusaha menenangkan kakaknya itu. Tangis Nadya mereda sedikit, tapi dia masih sesenggukan.
Nasha bingung sendiri. Bukannya selama ini kakaknya
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
nggak pernah mau mendengarkan dia, bahkan kalaupun dia sudah menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi" Di mata Nadya, Nasha-lah yang salah. Gara-gara Nasha-lah, Nadya nggak bisa jadi pacar Elang. Kalau nggak ada Nasha, mungkin Nadya sudah live happily ever after dengan Elang. Tapi sekarang, Nadya ada di kamar Nasha, menunggu adiknya itu pulang dan langsung menghambur minta maaf sambil menangis" Wow.
Sha, Kakak malu sama kamu... Nadya memegang ujung baju Nasha, dan menatap adiknya itu dalam-dalam. Kenapa Kakak harus malu"
Karena Kakak udah bersikap nggak dewasa ke kamu. Kakak bodoh banget udah benci sama kamu cuma karena Elang suka sama kamu.
Nasha tersenyum kecut. Dia nggak tahu apa yang membuat kakaknya tiba-tiba menyadari kesalahannya begini.
Lagian, kamu lagi banyak masalah, Kakak bukannya bantuin kamu, malah musuhin kamu...
Alis Nasha bertaut. Aku" Banyak masalah" Iya. Di sekolah lagi ada masalah, kan" Nasha mengangguk pelan. Kakak tau dari mana" Mama.
Eh" Iya, Mama cerita semuanya ke Kakak. Mama bilang, kamu nggak bisa menghubungi Dave seminggu ini, dan Dave juga nggak mengontak kamu lagi, setelah kalian ketahuan pacaran sama temen-temen di sekolah, ya kan"
Nasha menghela napas. Sejak Nadya dan Jennifer nggak kompeten lagi jadi teman curhat, pilihan teman curhat Nasha memang terbatas jadi tinggal pada Mama saja. Yah, sebenernya Nasha agak merasa bersalah juga sih, karena selama ini dia nggak pernah banyak ngobrol sama Mama, eh giliran
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
tempat-tempat curhat langganannya pada mogok bicara atau sibuk ikut pembinaan jelang Olimpiade Fisika Internasional aja baru dia curhat-curhat sama Mama. Tapi dasar Nasha, sekalinya curhat emang jadi nggak bisa berhenti!
Iya. Mungkin dia segitu malunya ketahuan pacaran sama aku, sampai-sampai ngabur ke Surabaya.
Surabaya" Dan Nasha pun menceritakan pada Nadya bagaimana perjuangannya sampai bisa ke kos-kosan Dave, tapi ternyata mendapati cowok itu pun nggak lagi di sana. Bagaimana Nasha sampai harus meninggalkan kartu namanya pada pembantu di kos-kosan itu, hanya supaya dia bisa tahu kalau Dave kembali. Seolah dia itu debt collector, sementara Dave adalah pemakai kartu kredit yang overlimit dan sudah nunggak pembayaran berbulan-bulan.
Mungkin dia ada urusan keluarga yang mendadak di Surabaya, Sha, Nadya berspekulasi.
Segitu mendadaknya, sampai telepon atau SMS aku aja dia nggak sempat" Ah, Kak, rasanya akan lebih mudah aku menganggap kalau dia pergi karena mau menghindari aku... Kenapa harus menghindari kamu"
Nggak tahu. Mungkin dia kepingin putus dari aku tapi nggak tahu gimana caranya, jadi dia ngabur aja.
Nadya terkikik geli. Nasha, Nasha... kamu ini ada-ada aja! Masa gara-gara nggak tau caranya gimana minta putus, Dave sampai kayak sembunyi gitu sih" Nggak lah, Sha, dia pasti punya alasan kenapa ngelakuin semua ini. Ya itu tadi alasannya, yang aku bilang itu.
Nggak, Kakak yakin bukan itu. Kamu yang sabar aja ya, nanti juga dia pasti kembali dan ngasih penjelasan ke kamu kok. Dave kan... bukan pengecut... seperti Kakak. Eh, siapa yang bilang Kakak pengecut" tanya Nasha
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
sambil menatap Nadya dengan sayang. Kakak sama sekali bukan pengecut kok. Kalau Kakak pengecut, Kakak nggak bakal ada di sini, minta maaf sama aku. Kalau Kakak pengecut, Kakak pasti masih akan mogok bicara sama aku, sampai kita udah jadi nenek-nenek dan ubanan nanti.
Nadya nyengir, Nasha juga.
Makasih, ya, Sha, kamu udah mau maafin Kakak. Iya, Kak, sama-sama. Aku juga minta maaf ya, sudah banyak salah sama Kakak.
Ah kamu ini, kebanyakan minta maaf. Nadya nyengir dan mencubit kedua pipi adiknya. Nasha tersenyum lebar, karena kedua pipinya ditarik oleh Nadya, juga karena dia legaaaa banget, akhirnya bisa berbaikan lagi dengan kakak tersayangnya itu.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
S HAAA... ada tamu! Nadya berlari menuju kamar Nasha dengan heboh, gedubrakan sana-sini, membuat Mama yang lagi masak di dapur sampai melongokkan kepala ke ruang tengah.
Ada apa sih, Nad" Kok kamu ribut banget" Nadya, yang kelihatannya baru melihat hantu, nggak menjawab pertanyaan Mama dengan kata-kata, tapi kedua tangannya malah bergerak-gerak, menunjuk-nunjuk teras rumah dan pintu kamar Nasha secara bergantian. Mama akhirnya menyerah berusaha mengorek info dari anaknya itu, lalu mengedikkan bahu dan meneruskan aktivitasnya memasak.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Nadya menerobos masuk ke kamar Nasha. Dilihatnya adiknya itu sedang selonjoran di sofa sambil mendengarkan iPod. Pantes dipanggilpanggil dari tadi kok nggak nyaut, taunya kupingnya lagi disumbat! dumel Nadya dalam hati.
Shaaaaa... Nadya mendekat dengan tergesa, dan mencopot earphone dari telinga Nasha, Ada tamu tuh! Siapa"
Mendingan kamu lihat langsung deh!
Nasha terdiam memandang kakaknya, lalu dia cemberut. Kalau Kak Elang, aku nggak mau nemuin.
Ke Mana Aja Kamu"! p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Ihh, siapa juga yang bilang kalau yang datang tuh dia! Dia tuh udah masuk daftar blacklist pengunjung rumah ini, tau nggak"
Hah" Emang siapa yang masukin dia dalam daftar blacklist"
Kakak, jawab Nadya bangga. Nasha melongo. Lho" Kenapa" Kamu nggak setuju"
Ehh... enggak, enggak! Aku setuju kok! Setuju banget, malah! Masukin aja dia ke daftar blacklist!
Nah, gitu dong! Tapi... Lho" Kenapa lagi"
Kakak... yakin nggak mau ketemu Kak Elang lagi" Bukannya..."
Nadya menggeleng. Udahlah, Nasha, buat apa Kakak memaksakan diri sama dia kalau dia nggak punya perasaan yang sama" Kakak udah tutup buku sama dia, dan lebih baik kalau Kakak nggak ketemu-ketemu dia lagi.
Iya juga sih... tapi kalau di kampus, apa bisa nggak ketemu juga"
Yah, kalau ketemu di kampus sih memang nggak bisa dihindari, tapi kalau dia bisa dicegah datang ke rumah ini, kenapa enggak" Males ah, di kampus udah terpaksa lihat mukanya, masa harus nerima juga kalau dia nongol di sini" Hoo... iya, Kak, iya! Bener banget!
Makanya... Nadya nyengir, tapi lalu terdiam. Eeehhh! Kok kita malah ngobrol-ngobrol di sini sih"! Tuh, tamu kamu udah nungguin di depan!
Waduh! Iya ya" Nasha melompat turun dari sofa malasnya, dan berjalan menuju pintu depan. Tapi kalau bukan Kak Elang, tamunya siapa dong, Kak"
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Iiihh... kamu ini! Banyak nanya! Udah buruan sana ke depan, ntar juga tau sendiri!
Nasha merengut, dan menyeret kakinya menuju teras depan. Siapa sih, gangguin orang lagi nyantai aja, gerutunya dalam hati.
Begitu sampai di teras depan, Nasha cuma bisa melongo melihat siapa tamunya.
Hai, Sha. Dave bangun dari kursi teras, dan memeluk Nasha. Saking kagetnya, Nasha cuma bisa diam.
Aku kangen banget sama kamu, Sha. Ada kabar apa aja selama aku nggak ada"
Kalimat itu akhirnya menyadarkan Nasha dari bengongnya. Dia langsung melepaskan diri dari pelukan Dave.
Reynaldo... Dave... Chandra... kamu... benar... benar... brengsek!
Nasha menekankan setiap kata yang diucapkannya dengan sebuah pukulan ke dada Dave. Pada akhirnya dia kehabisan kata-kata, tapi masih terus menghujani dada Dave dengan pukulan. Parahnya, dia mulai menangis, padahal Nasha sudah bertekad nggak akan kelihatan lemah di depan cowok itu kalau mereka bertemu lagi nanti.
Sha... Sha... tunggu, tunggu dulu... kamu bisa pukul aku sepuasnya nanti, tapi setelah aku jelasin, oke" Setelah membiarkan beberapa saat, Dave akhirnya menangkap tangan Nasha, menghentikan peluang cewek itu untuk menjebol dadanya dengan pukulan.
Apa" Mau jelasin apa, hah" Kamu kira selama kamu nggak ada, aku santai-santai, leha-leha, have fun, dan bahagia" Nggak! Aku itu bingung nyari kamu! Bingung gimana caranya supaya bisa hubungin kamu! Enak aja sekarang kamu tiba-tiba datang dan minta maaf! Enak di lo, nggak enak di gue!
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Dave, yang tadinya agak tegang, sekarang cengengesan. Apa"! Kenapa kamu ketawa, hah"! Puas" Seneng" Merasa menang"! Nasha jadi makin kesal karena melihat Dave yang nggak ada tampang bersalah dan menyesal sama sekali.
Dave malah makin cengengesan! Wajahnya geli sekali, seolah dia baru melihat Tukul melawak, tapi dilarang tertawa keras-keras!
Aduuuh, Nasha, kamu ini... Dave mengacak rambut Nasha dengan sayang, tapi Nasha langsung menepiskan tangannya.
Nggak usah pegang-pegang rambut gue deh! bentaknya galak.
Dave nggak menggubris bentakan Nasha. Kamu itu, Sha, masiiiiihh... aja judes. Nggak berubah sama sekali. Aku kira kamu bakalan kangen sama aku, nanyain aku ke mana aja, nanyain kabar aku... taunya malah marah-marah begini.
Nasha membuka mulutnya, siap mengomel lagi, tapi kemudian dia mengatupkan mulutnya lagi, seperti menelan katakata yang tadi siap disemburkannya.
Sekarang Dave malah bingung, karena Nasha nggak membantah omongannya.
Kamu masih bisa nanya kayak gitu" tanya Nasha setelah akhirnya dia bicara lagi, tapi sekarang suaranya bergetar, dan matanya berkaca-kaca. Tentu aja aku... aku kangen kamu... aku kepingin tau kamu di mana... aku kepingin tau kabar kamu... tapi aku juga... kecewa sama kamu.
Tahu-tahu, air mata Nasha menetes, dan Dave semakin speechless.
Sha..." Aduuuhh... maafin aku, ya, Sha" Aku nggak bermaksud gitu... Aku minta maaf, ya" Ya" Aku tahu aku salah, udah ngecewain kamu, tapi aku nggak cerita apa-apa, itu karena aku... malu.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Malu" Kenapa harus malu" Memangnya kamu ngapain di Surabaya"
Dave bingung. Kamu tahu dari mana aku ke Surabaya" Aku ngerayu Bu Ana supaya bisa dapat alamat kamu, dan ternyata kamu di Jakarta ini kos, ya" Pembantu di kos kamu yang bilang kamu ke Surabaya, jawab Nasha sambil menghapus air matanya dengan gusar, tapi kemudian dia teringat sesuatu. Aku... Dave, aku mau minta maaf, selama ini aku bisa dibilang nggak tau apa-apa tentang kamu. Aku bahkan nggak tahu kamu kos... Aku nggak pernah nanya... Nggak pernah peduli, lebih tepatnya...
Nggak pa-pa... Aku juga salah... nggak pernah cerita apaapa...
Nasha dan Dave terdiam selama beberapa saat, keduanya sama-sama nggak tahu harus ngomong apa lagi.
Saat akhirnya bicara lagi, mereka justru membuka mulut secara bersamaan.
Aku... Aku... Kamu duluan aja, kata Nasha. Kamu utang banyak penjelasan ke aku.
Dave mengangguk. Dia diam sebentar sebelum akhirnya bicara.
Aku ke Surabaya karena... aku harus menghadiri sidang putusan cerai ortuku.
Seolah ada yang menyedot suara Nasha. Mulutnya membuka, tapi sama sekali tak ada suara yang keluar. Dan Nasha merasa punggungnya dingin saking shock-nya.
Kamu... ortumu... Nasha terbata.
Iya. Mereka udah resmi cerai sekarang. Aku resmi berasal dari keluarga broken home... Dave tersenyum pahit. Dave... ya ampun, aku nggak tahu... Nasha mendekat,
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
dan mengusap lengan Dave pelan, berharap dengan begitu dia bisa memberi sedikit support yang nggak pernah diberikannya selama ini.
Aku... aku terlalu tegang menjelang sidang kemarin. Itulah kenapa aku jadi lepas kendali dan berkelahi sama Cipto waktu itu. Selain itu, dia memang mulutnya harus disekolahin...
Nasha menggigit bibir. Dia nggak tahu lagi harus bereaksi gimana.
Yah... tadinya aku berharap ortuku masih bisa baikan, dan membatalkan keinginan untuk cerai. Ya ampun, mereka udah menikah hampir dua puluh tahun, kenapa juga mereka harus cerai" Dave mendengus. Aku nggak cerita apa-apa sama kamu, karena aku masih merasa ada harapan mereka batal bercerai, selain itu aku... malu. Aku takut kamu nantinya jadi benci dan menjauhi aku karena aku berasal dari keluarga yang berantakan.
Ya ampun, Dave, aku nggak mungkin benci kamu hanya karena alasan kayak gitu...
Siapa tahu, Sha" Aku cuma menghindari kemungkinan terburuk. Aku memang sering bikin kamu marah, jengkel, tapi aku takut banget kalau kamu benci sama aku...
Nasha menggeleng kuat-kuat. Bego banget kalau Dave berpikiran Nasha bakal membencinya karena hal nggak worth it kayak gitu. Justru mungkin lebih masuk akal kalau Dave-lah yang benci sama Nasha, karena cewek itu bisabisanya nggak nyadar Dave lagi punya masalah berat, padahal dia kan pacarnya.
Udah, kamu nggak usah mikirin itu lagi, hibur Nasha. Sekarang apa pun masalah kamu, kamu cerita ke aku, ya" Jangan disimpan sendiri...
Iya. Dave tersenyum. p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Jadi... ortu kamu gimana" Maksudku... kamu sekarang gimana" Setelah ortumu cerai.
Ya nggak gimana-gimana. Aku kan memang sudah nggak tinggal sama mereka lagi, jadinya yaa... nggak ada pengaruh langsungnya ke aku. Walaupun tetap aja rasanya beda... Jadi, selama ini kamu kos karena..."
Karena aku nggak mau tinggal serumah sama mereka di Surabaya, tapi melihat mereka berantem setiap hari. Aku nggak tahan, apalagi sering akulah yang jadi sebab mereka berantem. Papaku bilang aku anak berandal dan nggak bisa diatur, mamaku bilang aku jadi kayak gitu karena papaku yang nggak pernah mendidik aku. Aku pikir lebih baik aku menjauh dari mereka aja. Jadi awal tahun ajaran kemarin aku pindah ke Jakarta.
Oh, Nasha bergumam, lebih karena dia nggak tahu mau bilang apa.
Tapi ternyata, tanpa aku, yang sering jadi penyebab pertengkaran, ada serumah dengan mereka pun, mereka tetap sering bertengkar. Puncaknya tiga bulan lalu, mamaku bilang dia sudah nggak tahan lagi, dan memasukkan gugatan cerai ke pengadilan.
Nasha terdiam, berusaha mencerna kata-kata Dave, dan dia bisa menarik satu kesimpulan. Jangan-jangan... Dave merasa dirinyalah yang jadi penyebab perceraian ortunya" Dave, kamu jangan berpikiran kalau kamu penyebab... Aku memang sudah berpikir ke situ. Aku ini anak yang nggak berguna. Bukannya bikin ortu bahagia, aku malah sering bikin mereka berantem sampai akhirnya cerai. Aku memang penyebab mereka cerai...
Nggak, kata Nasha tegas. Kamu bukan penyebab mereka cerai. Kamu mungkin sering jadi pangkal pertengkaran mereka, tapi ortumu seharusnya bisa berusaha memperta-
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
hankan pernikahan mereka, seandainya mereka mau... Mereka sendiri yang memutuskan mereka ingin bercerai. Bukan kamu yang menyuruh...
Nasha memeluk Dave kuat-kuat, dan dia bisa merasakan cowok itu mulai rileks dalam pelukannya.
Yang tabah ya" Mungkin bercerai itu solusi yang terbaik buat ortumu. Mungkin mereka bakal lebih bahagia dengan kondisi yang sekarang. Mereka memang sudah pisah, tapi kamu nggak akan kehilangan mereka kok. Mereka bakal tetap jadi ortu kamu, cuma sekarang... mereka bukan suamiistri lagi. Cuma itu yang berubah.
Dave melepaskan pelukan Nasha, dan menatapnya luruslurus. Nasha sudah ketakutan Dave nggak bakal bisa menerima kata-katanya. Tapi ternyata cowok itu nggak marah, dia justru mencium pipi Nasha dengan lembut.


Brondong Lover Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalau nggak ada kamu, mungkin aku udah gila, katanya.
Nasha tersenyum. Dia bersyukur banget, satu masalah lagi sudah terselesaikan.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
N ASHA melangkah riang di koridor sekolah. Orang-orang
yang dilewatinya menatap heran dan mengerutkan kening, soalnya seingat mereka, Nasha selalu kelihatan muram dan parno belakangan ini, kenapa tiba-tiba jadi ceria kayak orang yang nggak punya masalah"
Tapi keheranan orang-orang itu terjawab begitu melihat siapa yang muncul dan mendekati Nasha, lalu merangkul bahunya.
Pagi, kata Dave sambil tersenyum lebar.
Pagi, balas Nasha, senyumnya nggak kalah lebar. Kok kita datengnya barengan, ya"
Iya. Kan kita sehati, hehe... Dave cengengesan, dan mau nggak mau pipi Nasha memerah mendengarnya. Iiihh genit kamu! Nasha menyiku Dave pelan. Tapi suka, kan"
Nasha melongo, lalu geleng-geleng. Kerasukan apa pacarnya ini, kok mendadak jadi genit dan jayus"
Tapi sebengong-bengongnya Nasha, masih lebih bengong anak-anak yang menyaksikan adegan mesra bin jayus di pagi hari itu. Mereka semua saling menatap dengan mulut yang terbuka. Semuanya nggak tahu harus berkomentar apa.
Orang-orang Rese p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
* * * Halo! Nasha menyapa Jennifer sebelum mendaratkan bokongnya di bangku. Datang dari tadi"
He-eh. Tumben lo dateng pagi, Sha. Belakangan ini kan lo selalu nongol di detik-detik terakhir sebelum bel, sahut Jennifer sambil menatap heran Nasha yang cengar-cengir. Iya dong gue datang pagi, kan pengin ketemu pacar... Hah" Jennifer mengernyit. Tunggu, tunggu! Jangan bilang Dave...
Nasha mengangguk dengan bersemangat, seolah dia memang sedari tadi sudah menunggu Jennifer mengajukan pertanyaan yang satu itu. Tanpa buang-buang waktu, Nasha menceritakan semua kejadian kemarin saat Dave datang ke rumahnya, dan menjelaskan alasan kenapa dia menghilang tanpa kabar akhir-akhir ini.
Jadi karena itu..., gumam Jennifer setelah Nasha selesai menyerocos. Kasihan juga ya dia. Pasti shock banget garagara ortunya cerai.
Iya. Dan gue merasa bersalah banget karena selama ini kan gue nggak pernah tahu soal itu, Jen... Rasanya kemarin pas dia cerita soal itu, gue pengin bunuh diri aja. Pacar macam apa gue ini, masa nggak tau kalau ortu pacar sendiri mau cerai" Nasha pasang tampang memelas.
Bukan salah lo, kali... Kan memang Dave yang nggak pernah cerita. Ya mana lo tahu.
Iya sih, tapi gue... tetap aja ngerasa selama ini tuh gue nggak tahu banyak tentang dia. Gue malu banget...
Ya udah, dijadikan pelajaran aja. Ke depannya lo harus lebih care sama Dave.
Iya, iya. Nasha manggut-manggut.
Obrolan mereka terputus karena bunyi bel sekolah ter-
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
dengar melalui interkom yang dipasang tepat di atas white board. Nasha mulai mengeluarkan buku untuk mata pelajaran pertama dari tasnya.
Pak Edward, guru bahasa Indonesia, muncul di ambang pintu beberapa saat kemudian. Dia langsung memulai pelajaran tanpa menyapa semua murid-muridnya terlebih dahulu. Dari dulu memang gayanya begitu, makanya dia sering diledek dengan julukan Mr. Bukan Basa-Basi.
Saya akan bagi kalian dalam lima kelompok tugas. Proyek kita kali ini membuat mading dengan tema global warming. Deadline minggu depan. Mading terbaik akan membuat seluruh anggota kelompoknya dapat nilai bonus.
Nasha menegakkan badan. Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang memungkinkan dia bisa dapat nilai bagus, dan kebetulan banget proyek kali ini adalah bikin mading, kan dia suka nulis artikel. Lumayan deh kalau kelompoknya jadi kelompok terbaik, seenggaknya nilai bahasa Indonesia yang bagus bisa sedikit menyelamatkan mukanya dari deretan angka pas-pasan di mata pelajaran eksak.
Jen, satu kelompok, yee" Nasha mengangkat alis, memberi kode pada Jennifer, tapi teman sebangkunya itu malah mengangkat bahu.
Kan Pak Edward yang bagi kelompoknya, Sha. Oh iya... Nasha menepuk dahi, dan menggelosor lemas di meja. Pupus sudah harapannya untuk sekelompok dengan Jennifer, yang bisa menjadi jaminan kelompoknya akan jadi kelompok terbaik.
Pak Edward mulai menuliskan nama-nama murid kelas 12B di whiteboard. Nasha makin gigit jari waktu melihat nama Jennifer tertulis dalam satu kelompok yang jelas tidak memasukkan namanya.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Yahh... nggak sekelompok... Nasha menelungkupkan kepalanya di meja.
Eh, eh, Sha... Lihat deh... Jennifer menepuk-nepuk lengan Nasha, memaksa cewek itu mendongak dan menatap whiteboard di depan. Di sana tertulis anggota untuk Kelompok D.
1.Nasha 2.Vera 3.Agnes 4.Andre 5.Kevin 6.Rudy
HAH"! Nasha membelalak. Dia sekelompok sama... Kevin?""
Nasha mengerling ke arah Kevin, dan mendapati cowok itu sedang menatapnya tajam. Hiiih! Aduuuuhh... mati gue! Bisa pindah kelompok nggak ya"
Sebenernya Nasha bukannya takut atau apa, tapi dia nggak mood aja sekelompok sama Kevin. Tahu sendiri kan, Kevin kadang masih suka maksa Nasha untuk balik sama dia. Terakhir malah dia berani menjelek-jelekkan Dave! Belum lagi sifat otoriternya, pasti nanti dia tukang nyuruh-nyuruh saat mereka kerja kelompok. Dan FYI aja nih, Kevin juga orangnya malas. Senengnya nyuruh-nyuruh doang, tapi dia sendiri nggak ikut kerja. Nasha jadi mikir, kok bisa-bisanya dia dulu pacaran sama Kevin" Tertipu tampangnya doang!
Kayaknya nggak bisa deh, lo tahu sendiri kan gimana Pak Edward. Kalau lo minta pindah kelompok, jangan-jangan malah lo disuruh bikin kelompok berdua doang sama Kevin.
Nasha mengembuskan napas pasrah. Kalau dia tokoh dalam komik Jepang, pasti di dahinya sudah muncul gambar keringat segede gaban.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Dia tukang nyuruh-nyuruh lagi... Pasti nanti kita semua yang disuruh datang ke rumahnya karena dia males ngerjain mading di rumah anggota lain, Nasha mengeluh.
Ya udahlah, ambil sisi positifnya aja, Sha. Kalian bikin berantakan aja rumah Kevin waktu kerja kelompok di sana. Seenggaknya dia bisa jadi seksi bersih-bersih di kelompok kalian, kan" usul Jennifer.
Nasha tertawa garing. Dia mau bikin rumah Kevin bak kapal pecah pun nggak ada gunanya. Karena nantinya yang membereskan semua sisa kekacauan itu jelas bukan Kevin, tapi para pembantunya! Menyebalkan!
* * * Nah, berarti besok pulang sekolah, semua ngumpul di rumah gue, ya" Ingat, jam tiga, nggak boleh telat.
Nasha mendengus. Siapa juga yang memilih Kevin jadi ketua kelompok mading mereka" Kayaknya nggak ada deh! Tapi tetap aja Kevin dengan gaya soknya mulai mengatur iniitu.
Setengah berharap anggota kelompok yang lain juga nggak setuju dengan tingkah Kevin, Nasha menatap Agnes, Vera, Rudy, dan Andre. Tampang mereka terlihat biasa-biasa saja. Nggak kesal atau menunjukkan gelagat akan berdemo menentang Kevin. Nasha langsung hopeless. Kayaknya anggota lain nggak peduli mau kumpul di rumah siapa dan jam berapa, mungkin soal nilai bonus mereka juga nggak peduli.
Eh, kenapa ngumpulnya harus di rumah lo" akhirnya Nasha memutuskan angkat bicara. Seisi kelompok langsung mendongak menatapnya.
Kenapa enggak" tanya Kevin balik.
Iya, Sha, kan rumah Kevin yang paling dekat dari sini.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Enak di rumah dia, lagi, tambah Agnes. Nasha langsung manyun. Ini bukan reaksi seperti yang diharapkannya.
Iya gue juga setuju di rumah Kevin aja, kan gue bisa sekalian ngecengin Tamara, hehehe... Andre cengengesan, dan Nasha langsung memelototinya. Tamara itu adik Kevin, dan memang cantik sih, tapi kenapa juga anggota kelompok mading harus ikut serta dalam misi pedekate Andre ke Tamara" Kalau mau pedekate ya pedekate sendiri aja sana!
Senyum kemenangan mengembang di wajah Kevin. Kayaknya kali ini dia nggak keberatan Andre terang-terangan memproklamirkan bakal ngecengin adiknya, padahal biasanya Kevin langsung tegas menolak prospek Andre jadi calon adik iparnya.
Ya sudah, berarti semua setuju kan kalau kerjanya di rumah gue"
Yeah, pastiiinyaaa! seloroh Andre.
Iya di rumah Kevin aja, kata Vera. Nasha makin merengut. Vera kan terkenal pelit, jelas aja dia setuju di rumah Kevin, karena itu berarti dia nggak perlu keluar uang untuk ongkos transport, orang rumah Kevin cuma selemparan batu dari sekolah!
Ya udah deh, terserah! Nasha akhirnya menyerah. Sebenarnya sih nggak masalah di rumah Kevin, cuma Nasha keki aja karena cowok itu seenak udelnya memutuskan tempat kerja kelompok mereka.
* * * Gue kira lo ngumpet karena malu, dan nggak bakal balik lagi ke sekolah ini, ledek Cipto saat dia melewati bangku Dave.
Dave diam saja. Dia nggak mood berantem sekarang. Dan nggak penting banget menanggapi omongan Cipto. Waktu itu kan dia kelepasan memukul Cipto duluan karena perasaannya
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
memang lagi kacau akibat memikirkan perceraian ortunya. Dulu dia butuh pelampiasan, dan Cipto dengan bodohnya menyodorkan diri, sekarang enggak.
Gue juga jadi kepingin pacaran sama cewek yang lebih tua. Kepingin tau aja gimana rasanya. Asyik, kali ya" Lebih berpengalaman, gitu...
Dave melirik Cipto tajam, tapi dia masih duduk diam di bangkunya.
Lho" Diam aja" Berarti bener ya Nasha lebih berpengalaman"
Kali ini Dave nggak tahan lagi. Dia khawatir kalau sedikit lebih lama lagi ada di dekat Cipto, dia jadi mood berantem juga. Akhirnya dia berdiri, dan berjalan menuju pintu kelas.
Hei! Dave! Kamu mau ke mana! Bu Tantry berteriak spontan begitu melihat Dave berniat meninggalkan kelas di tengah jam pelajarannya.
Cari angin, Bu. Di sini gerah, jawab Dave tanpa menoleh, dan terus berjalan keluar kelas.
Bu Tantry cuma bisa menghela napas dalam-dalam. Kalau dia nggak lagi hamil tujuh bulan, pasti dia sudah mengejar dan menghukum muridnya yang satu itu. Tapi kan katanya orang hamil nggak boleh marah-marah, karena anaknya nanti bisa berwatak pemarah.
Tapi lebih dari itu, Bu Tantry lebih takut air ketubannya pecah kalau dia mengejar Dave! Kan berabe kalau dia sampai harus melahirkan di kelas!
* * * Hai, sapa Nasha lemas begitu mendapati Dave di aula lantai tiga, tempat mereka dulu biasa bertemu diam-diam setiap jam istirahat kedua.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Hai juga. Sini, panggil Dave, menepuk lantai di sebelahnya, menyuruh Nasha duduk.
Aku bete banget hari ini. Oya" Sama dong.
Kamu kenapa" tanya Nasha. Aneh rasanya, tadi pagi mereka baru bercanda dan ketawa-ketiwi karena merasa semua masalah sudah terselesaikan, tapi sekarang mereka duduk berdua di aula kosong, banyak pikiran.
Si Cipto cari masalah. Mulutnya perlu disekolahin lagi kayaknya.
Oh. Kamu kenapa bete" tanya Dave balik.
Aku sekelompok mading sama Kevin, dan seperti biasa, dia menganggap dirinya pemimpin di kelompok itu. Seenaknya aja nentuin tempat kerja mading di rumahnya, uuuughhh... aku kesel banget! Rasanya kepingin aku tinju aja dia! Heran, jadi orang kok bisa nyebelin gitu, ya" Udah otoriter, egois, tukang maksa, hiiiih! Nasha bergidik.
Dave menatap Nasha, lalu tertawa geli. Ihh, kamu kok malah ketawa sih"
Nggak pa-pa, kan" Bete dan marahku reda kalau udah lihat kamu cerita kayak tadi. Kamu lucu banget sih. Aku suka kamu kalau lagi marah-marah, hehe...
Nasha membuka mulut, berniat mengomeli Dave karena apa-lucunya-sih-orang-marah-marah", tapi dia mengatupkan mulutnya lagi karena mendengar kalimat Dave yang terakhir. Suer deh, kayaknya Dave salah makan waktu di Surabaya, dia sekarang jadi tukang gombal yang superjayus!
Yeee... dia malu..., goda Dave lalu menepuk pelan tangan Nasha. Nasha menyadari pipinya memanas. Ih, dia juga mendadak jadi aneh sekarang! Senang digombalin! Udah ah, jangan ngejayus lagi! Nggak lucu, tauuu! Nasha
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
berdiri dan mengebaskan debu yang menempel di rok seragamnya. Dave ikut berdiri.
Sha, sini deh. Apa"
Sedetik setelah Nasha mendekat, Dave mencium pipinya. Hanya sepersekian detik, tapi efeknya dahsyat banget!
Jangan bete lagi, ya" Aku juga udah nggak bete dan marah lagi kok. Biarin deh Kevin dan Cipto mau bertingkah kayak apa juga, yang penting kita terus sama-sama, ya kan"
Kali ini Nasha benar-benar cuma bisa diam mematung sambil melongo. Dia yakin, wajahnya sudah merah padam karena dicium Dave barusan.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
N ASHA menghela napas kesal. Ternyata bukan hanya fak-
tor Kevin saja yang membuatnya berpotensi pecah pembuluh darah karena tergabung di kelompok mading kali ini, tapi anggota kelompok lainnya juga sama mengesalkannya!
Lihat aja tingkah Andre. Ngacaaaa mulu kerjaannya! Plus suka tebar-tebar pesona nggak penting kalau Tamara kebetulan lewat. Yeah, kayak dia punya pesona yang bisa ditebar aja!
Terus Vera, yang kadar pelitnya sudah mencapai stadium akhir. Masa dia bilang minta korting biaya patungan beli bahan mading lima puluh persen" Alasannya, uang bulanannya sudah habis. Ya ampun, plis deh... itu kan urusan dia! Lagian, Nasha nggak percaya itu alasan yang sebenarnya. Itu sih bisa-bisanya Vera aja yang memang alergi ngeluarin duit.
Agnes juga sama saja. Dia bikin Nasha kesal karena sepanjang kerja kelompok dia justru flirting terus ke Kevin. Yah, bukan rahasia lagi sih bahwa Agnes naksir Kevin, tapi kan nggak usah segitunya, kali! Dan ingat, Nasha kesal bukan karena dia cemburu lho ya! No way! Nasha sama sekali nggak punya perasaan lagi ke Kevin. Kalaupun ada, itu bukan perasaan sayang, tapi perasaan kesal!
Dasar, satu kelompok nggak ada yang bener, Nasha menggerundel.
Hah"! p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Kenapa, Sha" tanya Rudy. Nasha langsung gelagapan. Iya ya, nggak semua anggota kelompoknya ini bermasalah. Toh masih ada Rudy yang dengan sepenuh hati mau melakukan tugas-tugasnya di kelompok ini. Sedari tadi dia berkutat di laptop Kevin, mencari info tentang global warming di Internet.
Bisa tersinggung nih kalau dia dengar omongan gue tadi, batin Nasha panik.
Oh... eh... nggak kok, Rud, nggak kenapa-kenapa. Udah selesai nyari datanya" Nasha berusaha mengalihkan pembicaraan.
Rudy, dengan tampang lugu, menggangguk. Kelihatannya kekhawatiran Nasha nggak terbukti, Rudy kayaknya nggak mendengar gumaman Nasha tadi.
Wah, cepet banget" Hebat lo...
Iya, habisnya gue gemes lihat mereka. Rudy mengedikkan bahu ke arah Andre, Kevin, Agnes, dan Vera yang asyik dengan urusannya masing-masing. Kalau nunggu mereka mau kerja, mading kita baru akan terkumpul tahun 2015.
Nasha terkikik. Iya, bener banget lo! Ya udah, sekarang biar gue bikin deh artikelnya. Folder bahannya tadi lo kasih nama apa" Nasha memang ditunjuk jadi penulis artikelnya, karena dia paling jago dalam penggunaan dan penyusunan kata.
Global warming. Masih kebuka kok di Windows Explorer-nya.
Oh, oke-oke. Trims ya! Terus foto-foto buat artikelnya ada di My Pictures ya, Sha. Folder-nya namanya global warming juga. Sip!
Nasha beranjak menuju sudut ruangan, tempat laptop Kevin berada. Dia langsung membuka file-file berisi info untuk artikel
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
mading yang tadi dibilang Rudy. Ternyata info yang didapat Rudy lengkap banget, mulai dari penyebab sampai dampak global warming, jadi Nasha tinggal menyadurnya dalam bentuk artikel saja.
Hampir setengah jam Nasha mengetik artikelnya. Dia benar-benar serius, sampai nggak lagi mempermasalahkan anggota-anggota kelompoknya yang resek. Dia baru tahu, kalau global warming terus terjadi, maka level air laut akan terus meningkat, dan bisa-bisa, film The Day After Tomorrow jadi kenyataan!
Nasha lalu mencari-cari foto yang cocok di folder global warming di My Pictures, seingatnya tadi dia melihat foto glacier kutub yang mencair saat membuka folder itu pertama kali.
Tapi jemari Nasha berhenti menekan tombol mouse di folder My Pictures. Selain folder global warming yang dibuat Rudy, ada banyak folder lainnya di situ. Ada folder Gue , yang Nasha lihat sekilas hanya berisi foto-foto Kevin. Ada juga folder Love Her , yang dengan shock Nasha sadari ternyata berisi foto-foto dirinya. Lebih banyak lagi folder berisi foto Nasha dan Kevin saat masih pacaran dulu. Semua berlabel rapi dengan tanggal saat foto itu diambil.
Semua foto itu membuat Nasha jadi sedikit mellow. Tapi lalu dia ingat kelakuan-kelakuan Kevin yang menyebalkan, dan perasaan tersentuhnya langsung lenyap. Dia dan Kevin cuma masa lalu, sudah berakhir.
Nasha hampir kembali ke My Pictures, waktu dia melihat satu folder yang menarik perhatiannya. Folder itu berlabel 090808, yang bisa berarti 9 Agustus 2008. Nasha mengernyit. Foto apa yang disimpan Kevin di situ" Dia dan Kevin kan sudah putus sejak bulan Juni, jadi itu nggak mungkin foto mereka berdua, kan"
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Ah, paling juga foto Kevin sama teman-temannya, pikir Nasha cuek. Ngapain juga gue harus peduli"
Tapi seolah ada yang menarik Nasha untuk membuka folder itu. Perlahan, jarinya men-double click mouse di folder itu. Folder terbuka, tapi Nasha tak bisa melihat foto-foto di dalamnya karena folder itu terlindung password.
Heh, pakai password segala, pasti foto nggak bener nih! batin Nasha. Jangan-jangan Kevin koleksi foto porno! Ihh!
Nasha hampir kembali ke My Pictures sekali lagi, tapi entah kenapa, dia malah jadi makin penasaran. Dan dia iseng ingin menguji apa Kevin masih suka menggunakan nama Nasha sebagai password. Dulu waktu mereka masih jadian, password Yahoo! Mail, Friendster, dan Facebook Kevin selalu dengan nama Nasha.
Nasha melihat sekelilingnya. Nggak ada tanda-tanda anggota kelompoknya memerhatikan dia, jadi Nasha berbalik menghadap laptop lagi. Di kolom insert password, Nasha mengetik perlahan: nashahariadi.
Dan folder terbuka! Menampilkan foto-foto yang membuat Nasha melongo saking shock-nya!
Ini kan foto-foto Nasha dan Dave di restoran Jepang! Foto kasus Brondong Lover dulu! Foto yang membuat Nasha diejek nyaris seisi sekolah! Kenapa foto-foto ini bisa ada di sini"
Tunggu, pikir Nasha. Jawabannya cuma satu: Kevin-lah pemilik foto-foto ini! Dia yang memotret Nasha dan Dave di restoran Jepang, lalu memasangnya di mading sekolah! Ya, pasti itu! Nggak ada alasan lainnya!
Nasha merasa seluruh cairan dalam dirinya tersedot habis. Dia nggak tahu harus ngomong apa, tapi dalam dadanya, perasaan marah, gusar, dan nggak terima bercampur menjadi satu.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Nasha berdiri dari kursi yang didudukinya dan melangkah ke sofa tempat teman-teman sekelompoknya berkumpul.
Vin, lo kan yang motret gue dan Dave di resto Jepang waktu itu" tanya Nasha setelah berhadapan dengan Kevin, tanpa basa-basi sedikit pun. Kevin terlihat kaget. Agnes, Rudy, Vera, dan Andre melongo. Serpih-serpih biskuit yang sedang dimakan Andre sampai terjatuh dari mulutnya, saking lebarnya dia melongo.
Gue& mmm& maksud lo apa sih" Gue nggak ngerti& Foto apa"
Ah, nggak usah pura-pura deh lo, gue lihat sendiri di laptop lo, ada satu folder penuh foto gue dan Dave! Dan itu foto yang lo pajang di mading sekolah, kan"! Foto-foto yang lo kasih judul Brondong Lover!
Agnes, Rudy, dan Vera makin melongo. Andre bersusahpayah menelan biskuit yang berada dalam rongga mulutnya, sebelum akhirnya melongo lagi.
Sha, lo jangan nuduh orang sembarangan& Bisa aja, ada orang yang sengaja masukin file foto-foto itu ke laptop gue, biar gue dituduh& , omongan Kevin mulai ngaco, tapi Nasha semakin yakin.
Oh ya"! Orang lain" Siapa" Laptop itu nggak pernah lo bawa ke sekolah, dan tadi cuma gue dan Rudy yang pakai, apa lo mau nuduh kita"! serang Nasha. Dan sebelum Kevin sempat membuka mulut, Nasha memojokkannya lagi, Coba jelasin, kalau memang orang lain yang masukin foto itu ke dalam laptop lo, untuk menjebak lo, apa dia sengaja akan memasang password di folder-nya" Menggunakan password nasha hariadi , seperti password yang lo pakai di e-mail, Friendster, dan Facebook lo, iya"!
Kevin sepertinya udah bener-bener nggak berkutik lagi. Dia kehabisan kata-kata untuk melakukan pembelaan. Tapi
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
memang nggak ada lagi yang bisa dibelanya. Kalau dipikir secara logika, memang semua omongan Nasha tadi benar. Kalau memang ada yang mau mengambinghitamkan Kevin atas masalah foto-foto itu, kenapa juga dia harus memasang password di folder fotonya" Justru seharusnya dia ingin folder foto itu semakin mudah diakses orang yang secara nggak sengaja menggunakan laptop Kevin dong"
Karena yakin semua tuduhannya nggak akan bisa disangkal lagi, Nasha diam. Dia nggak lagi menyerang Kevin dengan bentakan-bentakannya.
Tapi itu hanya sesaat, karena beberapa detik kemudian, Nasha mengambil gelas minum berisi air yang ada di atas meja, dan menyiramkan seluruh isinya ke muka Kevin. Dasar cowok brengsek!
Dan tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Nasha mengambil tas sekolahnya, dan keluar dari rumah Kevin. Biar saja dia belum menyelesaikan tugas kelompoknya, yang penting sekarang dia nggak berada dekat Kevin! Sudah nggak tahan! * * *
Iya! Jadi ternyata dia dalang di balik kasus foto Brondong Lover gue itu, Jen! Kurang ajar banget nggak sih?" Hiiiihh& gue keseeeeelll banget sama dia! Rasanya tadi kepingin gue tampar aja! Nasha langsung menelepon Jennifer sesampainya di rumah.
Ya ampun, gue bener-bener nggak nyangka Kevin sampai senekat itu& Maksud gue, kenapa sih dia sampai begitu" Kenapa dia kepingin bikin lo malu di sekolah"
Gue nggak tau, dan gue nggak mau tau! Yang gue tau sekarang, gue benciiiiii banget sama Kevin! Nggak pernah ada orang yang sejahat ini sama gue!
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Dia segitu dendamnya sama lo ya, karena lo nggak mau balikan sama dia"
Kayaknya sih iya! Duh, gue bener-bener nggak habis pikir dia bisa sejahat itu! Ini kan bisa dibilang udah termasuk tindakan kriminal! Dia mencemarkan nama baik gue, coba!
Nasha terus mengomel selama beberapa menit, sebelum akhirnya dia sadar Jennifer nggak lagi berkomentar.
Eh, halooo& " Lo masih di sana kan, Jen" Eh, sori, cerita gue ngebosenin banget, ya"
Pantes& , gumam Jennifer.
Hah" Nasha bingung. Apanya yang pantes" Pantes aja Kevin ngelakuin itu, karena gue ini cewek yang bawel dan tukang nyerocos" Nasha langsung ber-negative thinking.
Ya enggaaaaalah, Sha! Maksud gue tuh pantes kok waktu itu gue merasa ada yang janggal!
Janggal" Janggal apanya" Kapan"
Itu lho, Senin pagi waktu lo datang ke sekolah dan mendapati ada foto-foto lo sama Dave itu di mading, dan Kevin ngejek lo, ingat nggak"
Ohh, waktu itu. Iya, gue ingat, kenapa emang" Waktu itu dia bilang Jadi lo bener-bener ada apa-apa sama brondong itu, Sha" Lo kencan sama dia Sabtu kemarin" Padahal siapa yang tau coba, kalau lo pergi sama Dave itu hari Sabtu, selain kalian berdua"
Nasha tercenung, dan mencoba mengingat. Kayaknya sih Jennifer benar, Kevin mengatakan itu. Dan kalau iya, memang rasanya janggal banget! Kejadian foto itu berada di mading kan hari Senin, dan kalau Kevin memang nggak ada sangkut-pautnya dengan kejadian itu, kok dia tahu Nasha dan Dave pergi bareng hari Sabtu" Bisa aja mereka pergi hari Jumat, kan" Atau Minggu. Tapi Kevin malah terang-terangan nanya lo kencan sama dia Sabtu kemarin" !
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Astaga... gue baru nyadar! Nasha mengembuskan napasnya kuat-kuat. Waktu itu dia pasti terlalu emosi, sampai nggak menyadari Kevin sudah keceplosan!
Iya, kan" Makanya waktu itu kok gue merasa ada yang ganjil... Sekarang setelah lo bilang lo menemukan foto-foto itu di laptop Kevin, baru gue ngeh. Sayang banget gue nggak keburu nyadar waktu itu...
Ya ampun, Jen, otak lo bener-bener komputer, ya" Lo bisa ingat siapa dan di mana ngomong apa aja. Gue sih, kalau nggak lo ingetin, pasti udah lupa!
Yah, itu kan kebetulan aja karena gue ingat tentang perasaan ganjil gue waktu itu aja, Sha. Kalau nggak ya gue nggak ingat.
Iya juga sih, tapi ya tetap aja lo hebat banget! Sayang gue baru nemuin foto-foto itu di laptop Kevin sekarang, kalau nggak kan udah dari kemarin-kemarin gue bisa nyiram air ke mukanya!
Hah" Lo tadi nyiram air ke mukanya" tanya Jennifer nggak percaya.
Iya. Habis, gue udah emosi banget sih! Aduh, Nasha, lo ini... Terus reaksi dia gimana" Ya kaget lah. Marah juga kayaknya. Tapi bodo amat, kan dia udah kebukti salah! Kalau dia berani ngebales gue, bakal gue balas lagi! Enak aja dia, udah salah kok masih mau kurang ajar lagi sama gue!
Hehe, iya deh, iya... Sabar, Buuuu! Nasha dan Jennifer terkikik.
Terus, habis ini mau lo apain si Kevin" Jennifer menyambung lagi.
Hmm... diapain, ya, enaknya" Gue sendiri juga nggak tau mau diapain... Biarin aja deh, gue kepingin pura-pura kalau dia nggak ada di dunia ini. Lagian udah cukup dia gue siram
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
air dan jadi malu di depan anak-anak tadi. Habis ini juga dia bakal ngerasain diomongin yang jelek-jelek sama anak-anak sesekolah. Agnes dan Vera kan nggak bakal diam gitu aja setelah kejadian tadi. Mereka bakal berkicau ke mana-mana. Kevin bakal ngalamin perasaan malu seperti yang gue alamin dulu. Impas!
Nasha menggosok-gosokkan kedua belah telapak tangannya dengan puas.
Eh, ya udah deh, Jen, gue mau lapor dulu sama Dave! Dia kan harus tahu soal ini!
Lo nggak takut Dave bakal mukulin Kevin kalau dia tahu" Kan dia juga termasuk pihak yang dirugikan.
Hmm... nggak. Gue rasa, Dave sekarang udah tahu gimana menahan diri. Emosinya udah lebih terkontrol. Lagian, hihihi... Nasha cekikikan.
Lagian apa" Lagian gue tahu gimana cara meredakan kalau dia marahmarah, hihihi...
Emang gimana" Ada deeeehhh! Hahaha... Nasha makin cekikikan, teringat kejadian di aula sekolah kemarin.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Beberapa bulan kemudian...
H OREEEEE! Luluuuuussss! Nasha langsung memeluk Jennifer setelah melihat pengumuman kelulusan yang dipasang di depan ruang guru, dan mereka berdua melompat-lompat kegirangan bersama. Di sebelahnya, Tyrza dan Elsa juga nggak kalah heboh. Malah, mereka sudah memulai aksi corat-coret seragam, yang bak penyakit menular, langsung menjangkiti murid-murid lainnya juga.
Gimana nilai lo" tanya Jennifer.
Lumayan, rata-ratanya tujuh! Berkat lo yang mau bantu ngasih gue privat beberapa bulan ini!
Hehe, berarti gue sukses dong ya, jadi guru" Sukses dong! Nasha memeluk Jennifer lagi. Eh, kalau lo nggak usah ditanya ya nilai UAN-nya" Pasti lulusan terbaik dong"
Jennifer cuma nyengir, tapi Nasha tahu, itu berarti ya . Lagi pula, rasanya nggak masuk akal aja kalau sampai di sekolah mereka ada yang kemampuan otaknya menyaingi otak komputer Jennifer.
Eh, eh, udah tahu belum" Tyrza datang dengan wajah
Time Flies p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
heboh. Dia dan Elsa juga lulus, walau nilainya pas-pasan. Tapi mereka sama sekali nggak terlihat sedih. Memang targetnya cuma lulus sih, hehe...
Apa" Nasha tertarik dengan wajah heboh Tyrza. Kevin kan nggak lulus! Tuh lihat. Tyrza mengedikkan dagunya ke arah Kevin yang ada di seberang tempat mereka berada.
Benar saja, Kevin melangkah sambil setengah menyeret kakinya. Tampangnya suntuk dan gusar banget, tapi jelas-jelas mengguratkan rasa malu. Beberapa temannya datang, berniat menandatangani seragam Kevin, tapi langsung diusirnya sambil mengomel. Jelas aja, dia kan masih bakal butuh baju seragam itu untuk satu tahun ke depan!
Ya ampun..., Nasha berdecak.
Sejak kejadian terbongkarnya siapa dalang di balik fotofoto Nasha dan Dave, Kevin benar-benar seperti dikucilkan seisi sekolah. Banyak yang memandang sinis kalau dia lewat, dan sedikit banget anak yang mau bicara sama dia.
Dan parahnya, Kevin bukannya berusaha memulihkan image dengan bersikap ramah dan terlihat berusaha memperbaiki diri, tapi dia malah semakin sombong dan kasar. Makin nggak ada lah yang mau berteman dengannya. Males banget nggak sih, punya teman yang udah salah tapi nggak mau memperbaiki diri, malah makin belagu"
Mungkin itu juga berpengaruh ke nilai-nilai akademisnya, sampai sekarang dia dinyatakan nggak lulus. Padahal dulu, nilai-nilai Kevin selalu di atas Nasha.
Dia depresi banget, ya" celetuk Elsa. Lebih seperti pernyataan daripada pertanyaan.
Salah dia sendiri sih, jadi orang kok jahat banget. Biar aja dia sekarang gitu, kan dulu dia yang bikin Nasha sama Dave tersiksa, serobot Tyrza.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Duile, tersiksa! Gue dan Dave tersiksa! Nasha ngakak. Kata-kata lo nggak nahanin deh, Za!
Jennifer dan Elsa ikut terbahak. Tapi tawa mereka terhenti karena melihat Nasha melangkah mendekati Kevin.
Sha! Lo mau ngapain?"" seru Elsa bingung, seolah Nasha sedang berjalan menuju ladang ranjau.
Nasha mengedipkan mata, memberi isyarat udah-deh-lihataja. Sesampainya di depan Kevin, dia mendapati cowok itu menatapnya dengan galak.
Mau ngapain lo"! bentak Kevin. Mau ngejek, karena gue nggak lulus" Puas lo"! Bahagia"!
Nasha diam. Ternyata Kevin memang benar-benar belum berubah. Tapi Nasha nggak mau meninggalkan bangku SMA-nya dengan masalah yang belum terselesaikan. Rasanya kayak masih punya utang yang belum dibayar.
Gue udah maafin lo, kata Nasha pelan. Dan gue juga kepingin minta maaf, kalau setahun belakangan ini hubungan kita nggak pernah baik.
Kevin diam, tapi Nasha nggak bisa menebak apa maksud diamnya itu. Karena itu, dia melanjutkan, Kita sama-sama sudah dewasa, bentar lagi bakal kuliah, dan gue rasa lo tahu bagaimana harus bersikap yang benar, kan" Gue sama sekali nggak ngetawain lo karena lo nggak lulus. Gue tahu berat banget buat lo untuk mengulang setahun lagi, tapi mungkin itulah kesempatan lo untuk memperbaiki diri, Vin... Mungkin tahun depan, lo bakal meninggalkan sekolah ini dengan kepala tegak, karena setahun itu lo habiskan dengan baik, dengan hal-hal yang baik, bukan seperti tahun ini...
Nasha mengulurkan tangan kanannya. Gue bener-bener minta maaf... untuk semuanya.
Hening beberapa saat. Nasha sempat terpikir untuk me-
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
narik kembali uluran tangannya, sebelum akhirnya, dengan sangat tak terduga, Kevin membalas uluran tangan Nasha.
Gue juga minta maaf, Sha. Lo bener, seharusnya gue memperbaiki diri. Setahun ke depan bakal jadi masa ujian untuk gue. Dan gue bakal lulus, both that test, and the national exam.
Nasha tersenyum. Kevin juga. Tapi Jennifer, Elsa, dan Tyrza, yang berdiri di seberang koridor, hanya bisa terlongong bengong.
* * * Nanti kalau kuliah, nggak boleh ngecengin kakak-kakak senior ya! Dave mengacak rambut Nasha, ketika, mungkin untuk terakhir kalinya, mereka duduk berdua di aula sekolah. Nasha cengengesan.
Ya nggak lah, masa aku yang ngecengin kakak-kakak senior" Yang ada, aku yang dikecengin, hehehe... Iih, dasar GR!
Tapi suka, kan" goda Nasha. Mau nggak mau Dave ngakak. Nasha menggunakan kalimat yang selalu dia gunakan untuk menggoda pacarnya itu. Senjata makan tuan.
Iya, sukaaaaa banget. Sampai rasanya nggak rela kalau kita nggak sesekolah lagi.
Nasha termenung. Iya ya, rasanya pasti bakal beda banget. Dia dan Dave yang tadinya setiap hari ketemu di sekolah, bisa nongkrong bareng kalau jam istirahat, pulang bareng setiap sore... mungkin nanti ketika Nasha mulai masuk kuliah, mereka nggak akan bisa seperti itu lagi. Dave masih akan di sini, dan baru bisa menyusul Nasha di kampus dua tahun lagi. Rasanya lamaaaaaa sekali.
I m gonna miss you, kata Dave.
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Kamu ngomongnya kayak aku bakal keluar negeri aja! Aku kan masih di Jakarta, Dave...
Iya, tapi jadi jauh. Dave cemberut seperti anak kecil yang nggak dibelikan mainan.
Nasha tersenyum, lalu memeluk Dave. Makanya, cepetan lulus.
Maunya. Tahun depan aku masuk akselerasi aja deh. Bener" tanya Nasha kaget. Sekolah mereka memang menyediakan program akselerasi untuk memotong tiga tahun masa SMA jadi dua setengah tahun, tapi setahu Nasha, Dave bukan orang yang doyan belajar. Padahal, kelas akselerasi kan bobot pelajarannya bakal lebih berat dibandingkan kelas reguler.
Iya, bener. Jangan dibuat main-main lho. Nasha jadi merasa nggak enak, jangan-jangan Dave nekat masuk akselerasi karena bercandaan Nasha tadi, yang menyuruhnya untuk cepat lulus.
Enggak. Aku memang sudah mikirin itu kok. Masuk akselerasi, maksudku. Males aja sekolah lama-lama. Dan aku yakin bakal mampu. Selama ini kan nilaiku biasa aja, tapi itu karena aku belajarnya juga biasa aja. Kalau nanti aku belajar sungguh-sungguh, akselerasi mah keciiiiilll! Dave menjentikkan jarinya.
Nasha tertawa. How I m gonna miss moments like this so bad, batinnya.
Tapi kamu harus janji satu hal, kata Nasha. Apa" Belajar serius" Kan tadi aku udah bilang... Bukan itu. Kamu harus janji, kamu nggak bakal ngecengin anak-anak kelas sepuluh yang baru nanti! Nasha setengah mengancam, setengah tertawa. Dave nyengir.
Nggak lah, aku bukan brondong lover kok, aku senior
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
lover! Kan kamu yang brondong lover, apalagi kalau brondongnya ganteng kayak aku! Hehehe...
Daveeeeeeeee! Nasha memekik kesal, lalu menggelitiki pacarnya itu sambil tertawa.
Ya, Nasha memang brondong lover, dia nggak menampik itu. Tapi nggak semua brondong lah. Cuma satu: Dave.
6 Agustus 2008, 01.27 p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
chubby_stephz@yahoo.com http://smoothzensations.blogspot.com
Stephanie Zen p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok I Lantai 5
Nasha sebel banget sama juniornya yang nyolot, Dave. Sejak hari pertama MOS, Dave kerjanya terus membantah apa pun kata Nasha dan ogah untuk bekerja sama dalam kegiatan kelasnya. Tapi, pas Nasha berantem sama mantannya yang supernyebelin, Kevin, si nyolot Dave ternyata membelanya! Begitu pula pas Nasha terjatuh hingga terkilir di kemping penutupan MOS, Dave ngebela-belain menggendong Nasha sampai tenda. U-ui... apakah ada cinta yang mulai bersemi di hati Nasha" Bagaimana dengan hubungannya yang belum beres sama Kevin" Dan bagaimana juga dengan perhatian berlebih dari Kak Elang yang sudah kuliah"
p u s t a k a i n d o . b l o g s p o t . c o m


Brondong Lover Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ratu Berlian 7 Kasih Diantara Remaja Karya Kho Ping Hoo Api Di Bukit Menoreh 32
^