Pencarian

Wanita Baik Untuk Pria 1

Wanita Baik Untuk Pria Beruntung Karya Rama Bagian 1


?"Wanita Baik untuk Pria Beruntung 03-07-2014 22:57
Quote: Agustus, 2009... Rama adalah namaku. Seorang pengusaha muda dalam bidang jasa, masih akan menginjak usia ke 24, sudah lulus S1, baru saja putus dari seorang wanita yang suka bikin ricuh 4 bulan lalu, dan sekarang sudah waktunya untuk mencari yang baru.
Haha engga engga, bercanda. Aku mau fokus ke karirku. Tapi kalau ketemu cewek yang cocok, kenapa engga"
**************** Aku suka mengisi waktu senggangku dengan bermain bilyard, travelling, dan ngopi bersama teman-temanku. Juga suka nge-gym seorang diri.
Suatu malam disaat aku benar-benar suntuk dengan pekerjaanku, aku memilih bermain bilyard di tempatku biasa bermain.
Ada yang berbeda ketika itu. Karena di malam itu adalah pertama kalinya aku melihat sesosok wanita yang jago bermain bilyard.
Sebenarnya ada banyak wanita ketika itu, tapi entah kenapa aku begitu kagum melihatnya. Dia menggunakan baju dan celana serba hitam dan press body, celananya terlihat mengkilat dan bajunya tidak berlengan.
Aku kagum bukan karena dia seksi, tapi dari cara dia asyik saat bermain dan membuat aku ingin menantangnya.
Aku pun menantangnya, dan score kita sama, tidak ada yang kalah dan menang.
Dia seru. Dia asyik. Dia keren.
Tya Mahdana namanya. Saat itulah pertama kali aku mengenalnya, dia cantik, sangat cantik.
**************** Pada suatu siang, aku ada meeting dengan klien lama, dia ingin mengenalkanku dengan seseorang yang katanya juga punya bisnis yang hebat. Kami bertemu di cafe dekat dengan salah satu mall terbesar di daerah Surabaya.
Setibanya disana, aku terkejut, karena seseorang yang hebat yang dimaksud klien lamaku adalah Tya Mahdana.
Kami mulai berbincang, saling memperkenalkan bisnis kami.
Lagi-lagi aku dibuatnya kagum.
Dia benar-benar wanita karir yang mandiri.
Dan dengar-dengar, dia masih single, usianya juga akan menginjak 24, haha dia adalah tipeku.
Sejak saat itulah kami mulai bertukar no handphone. Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( I ) 03-07-2014 23:49
Quote: Hari demi hari komunikasi antara aku dan Tya semakin baik.
Selain kami bekerja sama mengenai bisnis kami, kami juga sering nonton film berdua, travelling, main bilyard, ngopi, yaaa intinya, dia selalu membuat aku nyaman dan bahagia, apalagi hobi kami sama, jadi tidak susah untuk mengenal satu sama lain.
3 minggu kami berkenalan, aku pun memberanikan diri untuk memintanya menjadi kekasihku.
Dan sejak saat itu, kami berpacaran.
Aku benar-benar nyaman dengan hubungan kami saat itu. Tidak ada pertengkaran, tidak ada salah paham, tidak ada yang membuat keadaan ricuh, rasanya sejahtera.
Dia memang tidak begitu perhatian. Yaa memberikan perhatian sekedarnya saja.
Dia juga tidak begitu peduli, tidak cerewet, dan selalu bisa memotivasiku.
Jika aku ingin ke puncak bersama teman-temanku, dia tidak khawatir jika aku tidak mengabarinya.
Jika aku harus pergi keluar kota, dia tidak peduli jika aku tidak menelpon atau mengirim sms padanya.
Aku benar-benar suka cara dia yang bisa mengerti. Dia benar-benar sudah dewasa.
Karena kebahagiaan yang aku rasakan ketika itu bersama dia, hingga akhirnya aku memperkenalkan dia kepada orangtua dan keluargaku.
Padahal baru 1 bulan kami berpacaran.
Ketika aku memperkenalkannya kepada orangtua dan keluargaku, ketika aku membawanya ke rumah orangtuaku, dia diam membisu.
Dia berbicara ketika ditanya. Dan dia tidak mencium tangan ayah ibuku, dia hanya berjabat tangan dengan mereka.
Aaah, mungkin dia malu. Namun, pendapatku bahwa dia malu ketika itu dibantah oleh pihak keluargaku. Mereka mengatakan bahwa dia tidak tahu sopan santun. Mereka mengatakan dia tidak baik untuk aku. Jujur, aku benar-benar kesal mendengarnya.
Sejak kejadian itu, aku tidak pernah berkunjung ke rumah orangtua dan keluargaku. (Aku tidak satu rumah dengan orangtuaku sejak usiaku 19 tahun, karena aku berusaha untuk memiliki rumah sendiri). Aku benar-benar benci pendapat mereka tentang Tya. Tapi, bagaimanapun, aku membutuhkan orangtua dan keluargaku untuk melamar Tya, tepat 1 bulan dari aku mengenalkan Tya pada mereka. Aku tidak peduli dengan apa pendapat mereka dan keluargaku.
Yang menjalani hidup dengan Tya itu aku, bukan mereka. Aku yakin, Tya adalah yang terbaik buat aku. Dia wanita terhebat yang pernah aku temui.
Hingga akhirnya, dengan berat hati mereka mengikuti mauku, yakni melamar Tya.
Dan kami pun menikah tepat pada tanggal 31 Desember 2009, 24 hari setelah aku berulang tahun.
------- 31 Desember 2009, aku menikah dengan Tya.
Alasannya hanya satu, "dia berbeda dengan wanita lainnya."
1. Di usianya yang sudah menginjak 24 tahun, dia masih ingin terus berkarir. Dia mengatakan, jika suatu saat aku dan dia menikah, dia ingin menunda 'momongan' 2-3 tahun kedepan. Karena dia masih ingin bersenang-senang dan menikmati semuanya tanpa memikirkan seorang anak.
Pemikirannya sama dengan pemikiranku. Aku ingin menikah namun aku tidak ingin mengubah kebiasaanku dan tidak ingin segera mengurus anak, aku masih ingin fokus ke karir aku. Jadi, aku tidak masalah dengan pemikiran Tya. Aku menyetujuinya.
2. Aku sudah memiliki rumah sendiri. Dia juga. Keinginan dia setelah kami menikah, aku boleh tinggal dirumahku semauku dan boleh tinggal dirumahnya semauku. Begitu juga dia. Karena meski menikah nantinya, dia tidak ingin merubah segala sesuatu kebiasaannya. Aku berpikir, hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Aku menerimanya.
3. Dilarang saling mengekang dan saling mengerti. Keinginan dia yang satu ini benar-benar membuatku mengatakan, "aku sangat setuju."
4. Masalah pendapatan. Sebagai suami seharusnya memberikan semua pendapatannya untuk istrinya, namun dia menginginkan pendapatanku hanya 70%, dan aku mendapat bagian 30%. Aku berterima kasih dan sangat tidak mempermasalahkan.
Masih ada banyak alasanku mengapa aku harus menikahinya, namun pada intinya dari sekian banyak alasan yang aku punya, ke empat poin itu yang menjadi pokoknya. Dia benar-benar mandiri. Aku begitu mencintainya.
Di acara pernikahan kami, ada banyak tamu undangan. Kami menyebarkan 1000 undangan. 500 undangan untuk kerabatku, 500 undangan lainnya untuk kerabatnya. Aku mengundang hampir semua rekan bisnisku, teman-temanku, sahabat-sahabatku, dan bahkan semua mantan pacarku.
Hampir semua mantan pacarku sudah menikah dan bahkan ada yang sedang hamil. Senang melihatnya. Namun ada 1 yang sepertinya tidak menghadiri pesta pernikahanku. Oh tidak, bukan tidak menghadiri, namun dia datang disaat acara sudah hampir selesai. Dia mantan pacar terakhirku. Seseorang yang awalnya saja aku anggap sempurna, tapi setelah dijalani selama 2 bulan, dia benar-benar membuatku 'ilfeel'. Hobinya selalu membuat ricuh karena ke-lebay-annya. Yasudahlah, dia hanya masa laluku.
Dengan wajah yang tanpa merasa bersalah karena keterlambatannya, dia malah menyalami istriku dan mencium pipi kiri-kanan istriku seraya mengucapkan selamat. Istriku yang tidak mengetahui bahwa dia adalah mantan pacarku hanya membalas dengan terima kasih. Dia pun menyalamiku dan mengucapkan "semoga bahagia". Kemudian dia mencium tangan ibu dan bapakku, mencium pipi kiri-kanan ibuku, dan memeluk ibuku sangat lama.
Aku tidak terlalu mempedulikannya. Rasanya aku sudah mati rasa dengannya.
********************** Tya..... Dia benar-benar cantik. Dia benar-benar mandiri. Dia benar-benar hebat. Baru semalam kami menikah, pagi ini dia sudah siap untuk pergi ke kantornya untuk menemui kliennya.
"Raaaam, aku berangkat kerja dulu yaa... Kamu ga bangun" Udah jam berapa ini" Ohya, aku ga bisa masak, jadi kamu sarapan diluar aja yaaaa. Gapapa kan, sayang" Yaudah aku berangkat yaaa. Sampai nanti...."
----- Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( II ) 03-07-2014 23:57
Quote: Tya, sekarang tanggal 1. Semua pada libur, kamu ga salah schedule kan" Aku kan udah bilang, kalau klien aku yang dari Singapura datang semalem. Kamu lupa" Kalau untuk cari duit, ga ada waktu libur buat aku, Ram. Yaudah ya, aku berangkat dulu. Kamu cepet bangun. Nanti aku hubungi kamu lagi!
Oke. Seperti itulah di hari pertama pernikahan kami.
Aku bangun tanpa ada yang menyiapkan makanan, justru aku ditinggal pergi. Dasar Tya! Sebegitu semangatnya dia mencari uang. Padahal,sekeras-kerasnya kita berusaha tapi kalau Tuhan ngasihnya segitu, apa mau dikata. Iya kan" Yasudahlah. Biarkan. Aku masih bisa membeli sarapan sendiri.
*** Sesuai dengan perjanjian yang kami buat sebelum menikah, yakni tidak mengekang, tidak ikut campur satu sama lain, dan tidak merubah segala kebiasaan kami setelah menikah benar-benar kami lakukan.
Terkadang, jika aku merasa capek sekali sepulang kerja dan rasanya malas untuk ke rumah Tya karena macet, yaa aku memilih pulang kerumahku. Dan biasanya Tya juga melakukan hal yang sama. Kami menikah namun tidak setiap hari bisa tidur bersama. Layaknya dulu saat kami berpacaran.
Terkadang, jika kami tidur dalam rumah yang sama, ketika pagi datang, aku sibuk telepon dengan klien dan dia sibuk dengan I-padnya.Kami menikah namun masih sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing.
Terkadang, jika aku harus ke luar kota, dan dia di Surabaya,atau dia yang ke luar kota dan aku di Surabaya, aku ataupun dia tidak salingnmengkhawatirkan. Saling percaya dan berpikir yang positif saja. Yaa seakan-akan menikah adalah status kami, namun untuk sikap dan kebiasaan masih seperti kami sebelum menikah.
Aku makan ya makan sendiri. Nyuci baju yaa juga ngelaundry sendiri. Begitu juga dia.
Setelah menikah, jarang sekali kami menonton bersama, ngopi,dan main bilyard.
Meski begitu, aku menikmatinya. Aku membiarkan apa yang dia mau, dan dia membiarkan apa yang aku mau. Yang penting kami sama-sama tahu, aku suami dia dan dia istri aku.
3bulan, 6bulan, keadaan masih sama. Dan aku mulai merasa jengah.
Disaat aku butuh teman untuk refreshing, dia ga bisa diajak berlibur. Disaat dia yang ingin refreshing, aku yang ga bisa nemenin. Tapi setidaknya pernahlah sesekali.
Meski begitu, kami berdua tidak pernah cek-cok ataupun bertengkar. Kami tenang-tenang saja. Karena Tya adalah seorang wanita yang ga banyak ngomong, yang ga cerewet, yang mandiri, yang fokus, yang ga cengeng,yang ga manja, yang ga bergantung pada orang lain, dan yaa& . dia adalah yang aku mau.
------ Selama ini aku memang selalu mendambakan seorang istri yang mandiri, yang tidak berlebihan, yang tidak banyak bicara, yang tidak mengekang,dan yang tidak cengeng. Namun ternyata sangat tidak nyaman ketika seakan aku tidak berguna buat dia. Pernah suatu hari, mobil dia sedang di service dan hanya ada mobilku di garasi rumahku. Karena kantor kami yang letaknya berjauhan dan tidak searah, dia lebih memilih naik taksi dan menolak tawaranku, dengan alasan dia ga mau buang waktuku karena harus mengantarkannya. Padahal saat itulah kesempatan aku untuk berperan sebagai suaminya.
****** Kriiing& . Kriiiiing& ..
Apa bu" Dimana, Nak" Lagi di rumah. Ada apa"
Eyang kakung sakit, mas. Subuh tadi dibawa ke Dr.Soetomo.Mas ga jenguk"
Iya bu& Aku masih sibuk. Nanti kalau sempat aku kesana sama Tya.
Saat ada keinginan menjenguk Eyangku, aku mencoba membujukTya untuk ikut denganku. Dengan segala banyak alasan dia menolak ajakanku, tapi kali ini aku benar-benar butuh dia untuk menutupi kecurigaan keluargaku terhadap sikap kami, seorang suami-istri namun tidak saling mengisi , kata mereka.
Setelah aku bujuk, dia pun mau. Sabtu sore kami berdua ke RS.Dr.Soetomo,dengan mobilku, dan aku yang menyetir. Di dalam mobil kami hanya berbincang seadanya, seperti dulu saat kami berpacaran, namun ketika itu aku benar-benar nyaman dengan keadaan itu, dan entah kenapa aku tidak merasakan kenyamanan itu sekarang.
Saat berbelok kearah tempat parkir mobil, aku melihat seseorang yang tidak asing di mataku. Dia menyeberang di depan mobilku, dan sempat berhenti sekian detik karena dia mengambil sesuatu yang jatuh.
Ram, sepertinya aku pernah ngeliat cewek itu deh" Siapa ya"
Kamu kan banyak ketemu orang, jadi mungkin dia salah satu klien kamu.
Iya sih. Eh tapi, aku ingat!! Bukannya cewek tadi yang cium pipi aku saat pesta kita waktu itu" Aku ga ngundang dia. Berarti kamu yang kenal dia.Kamu tau cewek itu"
Engga kenal. Kamu salah orang kali.
Aku langsung cepat-cepat memarkirkan mobilku, dan sempat melihat dia naik ke dalam taksi dari spionku.
Setiba di kamar 301, aku mencium tangan ayah ibuku,dan tanteku. Ibu dan tanteku mencium pipiku, sepertinya mereka begitu merindukanku. Sedangkan Tya, dia lagi-lagi hanya berjabat tangan dengan mereka. Masa setelah kita menikah, dia masih malu dengan keluargaku"Yasudahlah, terserah dia.
****** Tya ke Jakarta. Aku di Surabaya. Jujur, aku ingin merasakan bagaimana kopi buatan Tya, masakan buatan dia, yang hingga saat ini, 7 bulan kami menikah, dia sama sekali tidak melakukannya untukku. Aku seakan masih seorang diri, tidak memiliki istri. Inikah ujian dari sebuah pernikahan"
Saat aku menelpon Tya, dengan suara bising disekitarnya membuatku sedikit curiga. Dia bilang sedang di caf" bersama sahabat lamanya,sangat lelah sehabis promosi produk keluaran terbarunya, makanya dia butuh refreshing.Aku mengerti bagaimana lelahnya. Karena aku juga pernah merasakan apa yang diarasakan. Aku pun mengalihkan kecurigaanku dengan menonton film sendiri di kamar tidurku.
Aku membuka lemari pakaianku untuk memasukkan pakaianku yang baru di laundry. Tibatiba aku melihat sajadah biru terlipat. Aku baru ingat, sudah sekian lama aku tidak melakukan shalat. Aku sibuk dengan urusan dunia dan melupakan kehidupan akhirat. Dan tidak ada lagi yang mengingatkan dan memberikan nasehat.
Setelah meletakkan semua bajuku kedalam lemari, aku pun mengambil wudhu' dan shalat. Entah kenapa disaat sehabis shalat, aku merindukan seseorang, sangat merindukannya, dan kenapa seseorang itu bukan Tya"
------ Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( IV ) Yesterday 00:15
Quote: Februari, 2011... Sudah 1 bulan aku bercerai dari seorang wanita yang dulu sangat aku kagumi dan aku cintai. Yaa, yang menurutku begitu super hebat, begitu super pengertian, begitu sempurna, dan... yang pada akhirnya menceraikanku hanya karena aku sudah tidak memiliki apa-apa. Padahal baru 1 bulan aku tidak memberikan penghasilanku pada dia, tapi dia dengan cepat meninggalkanku. Sebenarnya dia menikahiku karena cinta atau karena harta yang aku punya"
Kami benar-benar telah resmi bercerai tepat di ulang tahun pertama pernikahan kami, 31 Desember 2010.
"Ibu bilang apa dulu, Mas" Jangan menikahi perempuan itu... Sekarang mas harus menerima semua ini, jangan disesali ya..."
Ibuku selalu mengatakan hal itu kepadaku, disaat aku hanya diam termenung di dalam kamar. Kamar semasa kecilku yang tidak begitu luas juga tidak begitu sempit. Kamar yang sudah aku tinggalkan sejak 7 tahun terakhir dan menyimpan banyak kenangan, namun entah kenapa begitu mudahnya dulu aku mengabaikan.
Memang aku menyesal. Menyesal karena tidak bisa mengatur kinerja perusahaan dengan baik, hingga akhirnya aku memulai dari nol lagi. Menyesal karena aku memilih sosok wanita yang hanya bisa sibuk dengan kehidupannya sendiri, yang dulunya aku menganggap semua itu sebagai kemandirian yang dia punya. Namun jika aku pikir-pikir lagi, percuma saja aku menyesali, karena penyesalan tidak mengubah semuanya menjadi lebih baik.
Dan sekarang aku tinggal bersama ayah-ibuku. Rumah yang cukup mewah dan serba ada. Rumah yang selalu menerimaku dengan segala kondisi kehidupanku. Disini aku kembali untuk bangkit. Kembali untuk lebih baik. Kembali mengingat Tuhan. Dan mulai tidak suka dengan kehidupan malam yang penuh dengan setan-setan yang mengajak untuk membuang-buang uang.
Disini aku mulai membuka usaha online. Lumayan, keuntungan bisa mencapai 2-3juta setiap bulan. Usahaku sangat sederhana, cukup menawarkan buku dimana dikhususkan untuk seseorang yang buta warna. Buku yang sebelumnya sangat sulit dicari, namun dengan adanya bisnis onlineku ini aku berharap bisa membantu. Karena menurutku ada banyak orang yang memiliki keahlian dan kemampuan hebat namun tidak bisa masuk atau diterima bekerja di perusahaan asing ternama hanya karena buta warna. Biasanya pemesannya dari ujung barat-timur Indonesia, bahkan pernah juga dari warga negara tetangga. Dengan keuntungan yang diperoleh, aku sedikit demi sedikit menutupi hutanghutangku kepada ayahku yang sebenarnya telah membantuku melunasi hutang-hutang perusahaan yang dulu pernah aku dirikan.
Di awal bulan Oktober, ada seorang pelanggan bukuku dari daerah Jakarta. Beliau memberitahuku bahwa ada lowongan pekerjaan dengan kedudukan sebagai sales manager di suatu perusahaan swasta ternama. Beliau memberikan informasi dengan sangat jelas yang dikirim melalui emailku. Aku tertarik. Dan akhirnya aku mengirim lamaran pekerjaan di perusahaan tersebut. Beberapa hari kemudian, aku dapat panggilan interview yang jika lolos akan dilakukan berbagai macam tes, dari interview, tes tulis, tes kesehatan, dan sebagainya. Dan jika semua tahap-tahap itu bisa dilalui, maka ada tes interview terakhir sebagai keputusan perusahaan untuk menempatkan di daerah mana kita akan ditempatkan.
Minggu ke dua di bulan Oktober, aku ke Jakarta untuk melakukan tes interview tahap pertama.
Aku ke Jakarta dengan Garuda, jam keberangkatan 5.30 pagi. Sudah di gate sejak jam 4.45 pagi. Boarding jam 5.15, take-off tepat jam 5.35 dan landing di Soekarno-Hatta jam 6.45. Aku melewati interview dengan perasaan yang penuh harap dan semaksimal mungkin aku lakukan yang terbaik. Selesai interview jam 6 sore. Pengumuman hasil interview akan dikirim melalui email dan telepon.
Selesai interview, aku tidak langsung kembali ke Surabaya karena aku memesan tiket pesawat keesokan harinya, dengan air asia jam 10 pagi. Maka, aku menginap dirumah rekan kerjaku dulu, yang sampai sekarang masih berhubungan baik denganku.
--------- Jam 8 pagi aku sudah di airport, melakukan check-in, dan lagi-lagi menunggu di gate. Dari tempat aku duduk sekarang, aku bisa melihat pesawat garuda yang sedang landing, melihat para penumpang turun, melihat para pramugara dan pramugari yang tampan dan cantik. Saat aku memperhatikan para crew Garuda turun dari pesawat, aku terkejut! Salah satu diantara mereka adalah seseorang yang tidak asing dimataku. Yang pada awalnya aku duduk dengan santai, tiba-tiba aku berdiri dan memperhatikan lebih seksama dengan mendekatkan diri ke jendela kaca. Namun sial, mereka masuk ke mobil crew!
"Ah, mungkin aku salah liat!"
Tepat jam 9.45 aku sudah ada di dalam pesawat, di seat 12A, di tepi jendela. Perjalanan di udara kurang lebih 1jam 10menit, selama itu pula aku memikirkan apa benar seseorang yang aku lihat tadi adalah dia"
----- Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( V ) Yesterday 00:34
Quote: Setiba dirumah, aku bercerita kepada ibuku mengenai suasana interview kemarin. Ibuku hanya bisa tersenyum melihatku kembali bersemangat. Dan beliau menyuruhku makan dan beristirahat setelah melakukan shalat. Saat aku mengemasi semua barang yang aku bawa di dalam tas, aku menemukan sebuah surat. Memang, lama sekali aku tidak menggunakan tas ini, sampai-sampai aku lupa pernah menaruh surat di dalam tas ini. Aku mengambilnya, membukanya, dan aku membacanya sambil terlentang di atas sofa dalam kamar.
24 Februari 2009, Mas, maafkan aku yang ga bisa menjadi seperti yang mas mau.
Jangan pergi.. Maafkan aku. Aku ingin kita kembali.....
Setelah membaca surat itu, aku mulai mencari-cari kotak kado biru di dalam lemari. Aku menemukannya. Di dalam kotak kado itu, aku menyimpan semua surat yang dia tulis untukku, kali ini yang aku maksud bukanlah Tya, tapi............
30 November 2008, Tuhan, terima kasih telah mengenalkanku pada seseorang yang bisa membuatku jatuh
cinta. Aku cinta dia, Tuhan.... Izinkan kami untuk hidup bersama
Mas, terima kasih telah hadir dalam hidupku. Mas hadiah terindah selain keluarga dan sahabatku yang Tuhan kasih untukku.
Aku sayang Mas. 7 Desember 2008, Selamat ulang tahun Mas. Semoga menjadi pribadi yang lebih baik yaaaa. Sukses dunia akhirat. Semoga shalatnya semakin rajin, semoga usahanya sukses, semoga makin patuh sama ayah-ibu. Semoga bisa bermanfaat untuk orang-orang di sekitar mas. Tuhan, jaga dia dari seseorang yang ingin menjahati dan melukainya, jangan biarkan dia terluka dan bersedih. Aamiin. Mas Rama, selamat berulang tahun. Terima kasih telah mengenalkanku pada keluarga besar mas Rama. Aku benar-benar bahagia.
1 Januari 2009, Selamat tahun baru Mas Rama. Semoga menjadi tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Semoga cinta mas untuk aku tidak melebihi cinta mas pada Tuhan dan orangtua mas. Cintai aku sewajarnya, sayangi aku apa adanya, dan jangan pernah pergi yaa. Sukses usahanya, SEMANGAAATTTT!!! aku sayang mas.
3 Februari 2009, Mas Rama......... Maafkan aku. Aku ga bisa ngertiin mas, aku ga bisa buat mas selalu seneng. Maafkan aku yang selalu buat mas marah. Maafkan aku yang selalu meminta mas untuk merhatiin aku.
Maafkan aku yang selalu minta mas selalu meduliin aku. Mungkin benar aku berlebihan. Mungkin benar aku manja. Mungkin benar aku selalu buat ricuh. Maafkan aku. Aku ga bermaksud buat ricuh, aku hanya khawatir sama keadaan mas. Aku hanya sedikit cemburu dengan wanita yang selalu menelpon mas disaat kita sedang bertemu. Aku hanya takut, aku hanya takut mas pergi dari aku dan memilih yang lain. Aku hanya takut itu terjadi. Jangan diemin aku begini, aku ga bisa, yang ada aku semakin takut mas pergi.
Tiba-tiba saja bulu kudukku berdiri ketika membaca surat-surat itu, yang dulu ku anggap sesuatu yang kekanakan dan berlebihan. Padahal dia juga mengatakan hal yang sama ketika mengirim BBM. Dasar bodoh! Sebegitukah dia mencintaiku"
10 Maret 2009, Mas Rama, kali ini aku benar-benar ga bisa denger suara mas, karena mas selalu ngereject telponku. Aku bener-bener ga bisa merhatiin mas lewat SMS, aku bener-bener ga tau gimana keadaan mas sekarang. Aku ga tau mas shalat apa saja hari ini. Aku ga tau mas makan apa dan jam berapa makannya. Aku tau aku yang mengakhiri hubungan kita, tapi jujur saat itu aku hanya benar-benar kesal dan aku berbicara sembarangan, itu ga dari hati aku. Maafkan aku.
Mas, jika mas tidak mau kembali kepadaku hanya karena ingin fokus ke karir mas, aku akan tunggu mas, selama apapun.
Jika perlu, aku tidak akan mencintai siapapun sebelum melihat mas bahagia di pelaminan dengan wanita yang mas pilih.
Aku akan mencintai pria lain jika telah melihat mas menikah dan bahagia dengan seseorang yang mas pilih.
Mas, gapapa mas melupakan aku, tapi jangan sekali-kali mas melupakan Tuhan lagi yaa"
dijaga shalat lima waktunya yaa. Semoga mas bahagia
Kenapa dia begitu bodoh" kenapa dia begitu mencintaiku meskipun dulu aku selalu menyalahkannya" dan kenapa dia begitu menyayangiku meskipun dulu aku selalu mengabaikannya" Dia bilang apa" Dia akan menungguku selama apapun" dia akan menungguku sampai aku bahagia menikah dengan yang lain" Dan sekarang, aku tidak bahagia dengan pernikahan itu, dan bahkan aku diceraikan. Lalu apa iya dia akan datang" Aku selalu menganggapnya bodoh. Menganggapnya kekanak-kanakan. Karena apa yang dia katakan tidak mungkin akan menjadi kenyataan!!!
Aku sangat lelah. Sudahlah. Mungkin sekarang dia telah bahagia. Mungkin sekarang dia telah mencintai seorang pilot atau pramugara! Bukan mencintai aku yang sekarang tidak memiliki apa-apa!!!
------ Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( VI ) Yesterday 01:27
Quote: Sudah 1 minggu yang lalu aku melakukan interview, dan hingga saat ini masih belum ada informasi. Aku pun kembali menyibukkan diri dengan bisnisku, melayani pembelian online buku khusus seseorang yang buta warna.
Tepat 1 minggu 3 hari, aku menerima pemberitahuan melalui email mengenai jadwal tesku selanjutnya. Itu artinya, aku lolos di babak pertama.
Jika dilihat dari jadwal tes yang telah tersusun, sepertinya aku akan lebih lama di Jakarta semisal aku lolos di tes kedua dan selanjutnya. Karena waktu untuk mengikuti setiap tesnya hanya berselang 2 hari.
Aku jadi teringat saat aku mengikuti interview dan tes tulis di beberapa perusahaan
sebelumnya, 'disaat aku benar-benar berharap maka disaat itulah aku merasa kecewa, karena kenyataan tidak sejalan dengan harapan'. Maka dari itu, kali ini, aku tidak terlalu berharap, aku hanya berusaha semaksimal mungkin dan kemudian hanya bisa berserah.
--------- Saat aku mengemasi barang-barangku untuk keberangkatanku di hari Rabu, lagi-lagi aku menemukan sebuah surat di agenda lamaku. Aku memang sengaja membawa agenda yang sudah lama hanya ku jadikan sebagai pajangan di meja kerja, karena agenda itu adalah saksi perjuanganku mendirikan sebuah usaha kecil menjadi usaha besar yang kemudian tercipta sebuah perusahaan, dan kali ini akan aku bawa terbang ke Jakarta untuk menjadi saksi perjuanganku, lagi.
8 Juni 2009, Mas Rama, benarkah aku hanya sebagai pengganggu pikiran dan kehidupanmu" Benarkah" Benarkah kamu ingin aku pergi" Benarkah aku sudah benar-benar menjadi masa lalumu yang tidak akan dikenang"
Entahlah, kenapa aku bisa mencintaimu segila ini.
Kamu menyuruhku pergi, Aku akan pergi.
Tapi, Aku tidak akan pernah berhenti untuk mencintaimu, aku akan menunggumu, Suatu saat nanti,
Aku akan datang disaat kamu bersedih. Aku akan datang disaat kamu terluka. Aku akan datang disaat kamu terjatuh.
Aku akan datang, karena aku yakin, aku tercipta hanya untukmu.
Carilah bahagiamu semaumu, dan kembalilah jika bahagiamu menyakitimu, karena aku yang akan menghilangkan sakitmu.
Aku tersenyum membacanya. Entah kenapa dia begitu gampang mengatakan menunggu dan ingin terus menunggu.
Seandainya dia tahu bagaimana aku sekarang, apakah iya dia akan masih ingin menungguku"
'Apa yang aku lihat 10hari lalu, benarkah itu kamu, Dinda"'
-------- Sudah 1 minggu aku di Jakarta.
Berbagai tahap tes akhirnya sudah aku lewati. Segala puji bagi Allah, aku diterima di perusahaan ini, sebagai sales manager perusahaan distrik Balikpapan. Itu artinya aku tidak lagi tinggal bersama orangtua. Dan aku akan tinggal di rumah dinas perusahaan di Balikpapan. Untuk bisnis onlineku masih tetap berjalan, namun aku menyerahkannya kepada adik lelakiku.
Selamat tinggal Surabaya, selamat datang di Balikpapan.
-------- November 2011 Aku di Balikpapan. Sudah 2 mingguan aku disini. Aku termasuk yang paling muda dari sales manager yang lain. Beberapa hari lagi usiaku baru 26, (Setahun lalu aku dikasih kado sama Tya, dikasih kado sebuah perceraian. Hahaha.Sudahlah, itu masa lalu yang harus dijadikan pembelajaran), sedangkan usia sales manager yang lain sudah pada kepala 3 ke atas. Mungkin dalam hal ini kita bisa belajar bahwa menduduki sebuah jabatan tidak dilihat dari berapa tua usia kita, namun dilihat dari seberapa banyak pengalaman dan kemampuan yang kita miliki. Selain itu, semua ini terjadi karena adanya turun tangan Sang Penguasa Alam Semesta.
Dulu, aku adalah seseorang yang suka sekali bersenang-senang. Menghabiskan uang tanpa berpikir panjang. Dan jika aku memiliki seorang pacar yang sedikit membuatku berpikir jenuh, dengan gampangnya aku akan meninggalkan dan mengabaikan. Karena aku ga suka ribet. Ga suka sama seseorang yang selalu bikin keadaan ricuh. Tapi kalau dipikir-pikir, aku juga yang egois, aku yang gamau disalahkan, dan aku yang keterlaluan. Hahaha. Jangan ditiru ya!
Sekarang, ketika ditanya,
Pak, ga ada rencana menikah lagi"
Aku selalu berpikir, adakah seseorang yang bisa membuatku nyaman" Karena selama aku berstatus cerai setahun terakhir ini, ada banyak wanita yang mendekati, tapi aku tidak merasakan apapun. Seakan-akan aku sudah mati rasa.
------ 7 Desember 2011 Aku berulang tahun ke 26. Ada banyak ucapan selamat dan hadiah yang luar biasa istimewa. Teman-teman di Balikpapan memberikan sebuah kejutan ketika makan siang. Ibu memberikan selamat ketika pagi datang. Tya memberikan kado berupa undangan pernikahannya dengan seorang pengusaha dari Ujung Pandang. Entah kenapa Tya selalu memberikan sebuah kado yang tidak pernah membuatku senang. Tapi bagaimanapun, dia pernah mengisi hari-hariku yang kini hanya pantas untuk dikenang.
Dia akan menikah pada tanggal 14 Desember 2011, di Surabaya. Dan sayangnya,aku tidak bisa datang ke acara pernikahannya, karena aku baru dapat libur di tanggal 25 Desember hingga 1 Januari. Akupun hanya bisa mengucapkan selamat melalui sms. Aku berharap Tya bahagia dengan jalannya, begitu juga denganku nantinya.
25 Desember 2011 Jam 6 pagi aku akan terbang dengan Garuda menuju Surabaya. Entah rasanya pagi ini aku benar-benar bahagia. Mungkin karena aku akan bertemu keluarga.Namun ada yang aneh dengan perutku. Aku sedikit mual dan pusing. Mungkin karena aku sedikit kelelahan karena kemarin aku lembur hingga larut malam. Tapi rasa mual dan pusingku kalah dengan rasa bahagiaku pagi ini.
Jam 5.45 aku sudah berada di dalam pesawat. Kali ini aku duduk di dekat lorong, karena aku pikir akan lebih mudah ke toilet jika mualku kambuh. Benar saja, setelah pesawat berhasil take-off dengan manis, perutku mulai mual. Aku meminta tolong untuk diambilkan air hangat atau teh hangat untuk mengurangi rasa mual pada pramugari yang sedang menjajakan makanan untuk dinikmati para penumpang. Pramugari itu kemudian memberikan kode ke rekannya untuk diambilkan apa yang aku butuhkan. Kemudian seorang pramugari lain mendekatiku, dia memberiku permen semacam obat promaag, segelas air mineral, dan juga nasi lembek. Kenapa dia begitu tahu bahwa maagku sedang kambuh" Dan kenapa juga dia telah menyiapkan nasi yang menyerupai bubur" Nah ini nih hebatnya Garuda, saat sebelum masuk gate tadi, ada ground staff yang mengkhawatirkan keadaanku yang tampak pucat. Aku hanya menjelaskan bahwa aku hanya sedang mual dan pusing. Mungkin ketika itulah ground staff itu menginformasikan kepada pihak parewa untuk menyediakan makanan khusus untuk aku. Dan ground staff itu menyampaikannya pada crew yang akan terbang bersamaku. Hahaha mungkin begitu kali yaa.
Disaat aku menoleh untuk mengambil obat dan akan meminumnya, aku terkejut, ternyata pramugari yang ada didepanku adalah Dinda, mantan pacar terakhirku, yang aku tinggalkan karena sifatnya yang suka berubah semaunya, yang suka buat ricuh, yang kekanakan, dan..... Dialah yang selalu menulis surat untukku.
------- Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( VII ) Yesterday 08:45
Quote: "Silahkan diminum, bapak. Kemudian dimakan makanannya ya. Harus dijaga kesehatannya, jangan sampai sakit. Jika nanti membutuhkan bantuan kembali, kami siap membantu.", dengan suaranya yang lembut dan senyumnya yang berciri khas seperti dulu.
Aku hanya diam mendengarkan. Sebelum aku berterima kasih, dia pergi untuk melayani penumpang lain.
Dia memanggilku dengan sebutan Bapak" Apa dia lupa siapa aku" Atau mungkin dia ingat hanya saja dia begitu karena profesionalitas kerja" Atau mungki juga dia ingat, namun dia sudah benar-benar melupakan aku" Ah, jika memang iya, kenapa dulu dia bilang ingin menungguku" Ah tapi kenapa juga aku jadi begini" kenapa aku jadi kesal" Bodoh! Hahaha.
Aku mulai membaik setelah meminum obat dan makan bubur tadi.
Akhirnya jam 7 kurang 10 menit aku tiba di Airport Juanda. Rasanya aku ingin menunggu Dinda, tapi apa untungnya aku menunggu dia" Kalau nantinya aku dikacangin gimana" Ih malu-maluin!! Akhirnya, aku langsung pulang tanpa ragu.
Setiba di rumah, aku disambut meriah. Ada kue tart dan nasi tumpeng. Wah, ulang tahunku sudah lewat!! Pasti ini ide Ibu dan tanteku, hahaha.
Aku benar-benar bahagia hari itu.
31 Desember 2011 Ketika aku baru saja tiba di rumah setelah berlari pagi di sekitar taman perumahan, aku langsung menuju dapur. Aku mendengar suara handphone ibu berbunyi terus menerus. Akupun mengambil handphone Ibu sambi memanggil-manggil ibu. Tapi ibu tidak merespon panggilan aku. Aku mulai melihat layar handphonenya, Putriku Tersayang memanggil. Putriku tersayang" Oh mungkin yang dimaksud Ibu 'Putriku tersayang' itu si mbak Neni yang udah dianggapnya sebagai putrinya sendiri. Saat aku menekan tombol yes untuk mengangkat telpon dan akan mengatakan halo, ternyata panggilannya diakhiri. Aku melihat wallpaper Ibu. Ternyata foto ketika aku dan adikku masih kecil. Lucu sekali. Akupun membawa handphone Ibu ke dalam kamar, karena aku ingin melihat foto-foto yang lain.
Setiba di kamar, Handphone ibu berbunyi lagi. Ternyata ada pesan masuk
31 Desember 2011, 08.43, Assalamualaykum Ibu, Ibu sedang sibuk" Maaf Dinda telpon pagi-pagi sekali. Dinda minta maaf semalam tidak mengangkat telpon Ibu, karena Dinda baru saja landing di Jogja, bu. Maaf juga baru menghubungi Ibu pagi ini. Dari : Putriku Tersayang
Dinda" Putriku tersayang itu Dinda" Yang benar saja"
Akupun melihat percakapan mereka sebelum-sebelumnya.
Ada banyak sekali percakapan mereka!!!!
30 Desember 2011, 9.14, Baik bu, terima kasih untuk perhatian Ibu. Ibu juga yaa. Dinda hari ini terbang ke daerah Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Jawa Tengah Bu. Mohon doanya, bu.
26 Desember 2011, 05.01, Maaf ibu, DInda baru sempat balas. Iya bu, Dinda tau kalau mas Rama balik Surabaya, karena Dinda kemarin terbang satu pesawat dengan dia. Tapi dia sedang sakit bu, apakah sekarang dia sudah membaik"
Aku pun menyimpan nomor dinda di phonebook. Dan aku mengembalikan Handphone ibu di meja dapur sebelum ibu kembali. Aku pura-pura tidak tau tentang kedekatan dan keintensifan ibu dan dinda selama ini.
Aku mencoba mecari tau Dinda di facebook, namun Dinda update terakhir satu tahun lalu. Aku coba cek twitternya, namun sama, dia tidak pernah ngetweet apapun semenjak setahun terakhir. Kenapa dia begini" Padahal dia dulu benar-benar tidak bisa jauh dari kehidupan facebook dan twitter. Apakah ini cara dia untuk menghilang dari aku?"
----- 31 Desember 2011 Malam tahun baru kali ini diisi dengan kumpul bareng keluarga besarku. Bakar-bakar ikan di halaman rumah ketika malam tiba. Disaat keluargaku sibuk bakar-bakar ikan, aku ke dalam rumah beberapa menit, karena aku penasaran dengan handphone ibu, lebih tepatnya penasaran dengan percakapan mereka selama ini. Aku melihat ibuku sedang sibuk dan seperti biasanya, handphonenya diletakkan di lemari kaca riasnya jika jam segini. Aku secepat mungkin membawa handphone ibu dan menuju kamarku. Aku meng-copy semua percakapan ibu dan Dinda yang untungnya settingan handphone ibu adalah menyimpan semua pesan masuk dan keluar di memory card. Setelah meng-copy semua percakapan mereka, aku mencoba menelpon Dinda menggunakan nomor handphoneku, tapi tidak dijawab. Kemudian aku coba menelpon Dinda dengan nomor ibuku, saat bunyi nada sambung ketiga, Dinda mengangkatnya. Tapi aku hanya bisa diam dan mematikan teleponnya. Kenapa dia begitu cepat mengangkat panggilan ibuku" Dan tidak menjawab teleponku" Oh, mungkin karena dia tidak mau mengangkat nomor yang tidak dikenal. Selanjutnya aku mengembalikan handphone ibu di tempatnya semula.
1 Januari 2012 Selamat tahun baru!! Hari ini terakhir aku di Surabaya. Aku balik ke Balikpapan jam 3 sore
nanti. Tiba dirumah dinas kurang lebih jam 9 malam waktu Balikpapan.
Semalam sebelum aku tertidur, aku penasaran mencari-cari nama Dinda di google. Dan ternyata ada!! Ternyata tidak susah mencari apa yang dia lakukan belakangan ini. Dan yang membuat aku merasa ikut bangga adalah ternyata dia salah satu pramugari terbaik Garuda Indonesia atas voting dari seluruh penumpang. Waw! Dia juga sebagai pramugari termuda yang sudah bergelar S1 dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di Surabaya. Dia juga mendapat penghargaan sebagai salah satu pramugari yang sudah memiliki jam terbang sangat padat meski baru terbang selama satu tahun di tahun 2010. Di awal tahun kedua dia terbang, yakni di awal tahun 2011, dia sudah memiliki hak untuk terbang ke luar negeri, padahal biasanya yang memiliki hak terbang ke luar negeri adalah para pramugaripramugara yang sudah terbang selama 3-5tahun.
Lalu dengan kehebatan dia yang begitu luar biasa, masihkah dia menungguku" Mustahil kan"
***********************************
Aku kembali fokus dengan pekerjaanku. Namun lagi-lagi selalu ada yang kurang, sepertinya benar, aku membutuhkan seorang pasangan. Tapi setiap aku merasakan kekurangan itu, aku upayakan untuk mengalihkannya dengan membaca semua buku yang ada. Hari ini hari Sabtu, aku menolak ajakan teman untuk berwisata ke pantai yang hanya butuh waktu 1,5 jam dari rumah. Aku lebih memilih untuk membaca-baca di ruang tengah. Dan tiba-tiba teringat sesuatu yang aku copy dari handphone ibuku tercinta. Dan aku mulai membacanya.
8 Juni 2009, Ibu, Dinda akan menunggu Mas Rama, jika nantinya dia memilih yang lain, Dinda tidak masalah, karena bahagianya juga bahagia Dinda. Dan untuk itu, tolong jangan memberitahu siapa-siapa jika Dinda masih berkomunikasi dengan Ibu yaa. Karena Dinda tidak mau membuat Mas Rama marah, dan Dinda tidak mau Ibu dimarahin Mas Rama hanya karena Dinda. Dinda pamit untuk di karantina 3 bulan ini ya Bu, maaf jika nantinnya jarang sms atau telpon Ibu. Dinda juga sayang Ibu.
19 Juli 2009, Dinda, ibu kangen Dinda.
3 Agustus 2009, 00.01, selamat ulang tahun Dinda sayang. Ibu berharap Dinda bisa terbang ke seluruh dunia ya. Selamat untuk gelar sarjananya sayang. Dan selamat sudah mulai mengikuti pendidikan pramugari Garuda. Ibu doakan semoga Dinda selalu sehat dan bahagia yaa. Ibu sayang Dinda.
13 September 2009, Ibu... senang mendengar suara ibu tadi. Terima kasih Ibu untuk semuanya. Ohya Ibu ada salam dari Papa dan Mama Dinda. Ibu, besok pagi Dinda terbang perdana dari Jakarta Denpasar, semoga lancar ya bu. Selamat tidur Ibu, bermimpi indah, Dinda sayang ibu, Dinda juga sangat sayang Mas Rama.
25 Oktober 2009, 21.07, Dinda, ibu sedih. Rama ngenalin pacarnya kepada ibu dan keluarga ibu. Ibu sedih, kenapa dia memilih cewek itu. Dinda, Ibu mau Dinda yang menjadi menantu Ibu, bukan dia.
25 Oktober 2009, 23.00, Ibu tidak boleh sedih yaa. Dinda peluk ibu dari jauh yaa. Ibu, kita doakan saja semoga Mas Rama bahagia. Ibu tidak boleh sedih yaaa. Jika Allah mengizinkan Dinda untuk Mas Rama, Dinda akan menjadi menantu Ibu. Tapi jika tidak, Dinda tetap akan menjadi putri ibu. Dan ibu, Dinda akan menunggu Mas Rama, semampu Dinda. Jadi tolong, jangan pernah banding-bandingkan calon Mas Rama dengan Dinda ya bu. Dinda tidak berhak mendengarkan itu. Jika nantinya Mas Rama menikah dengan perempuan itu, tolong jangan ceritakan apapun pada Dinda, agar Dinda tidak perlu khawatir akan apa yang Mas Rama alami. Sudah malam, ibu segera tidur. Dinda akan terbang ke Jayapura bu. Mimpi indah bu.
26 Oktober 2009, Dinda, maafkan anak ibu yaa, Dinda jangan menutup diri dengan pria lain yaaa.
15 November 2009, Dinda, Rama sudah hampir 1 bulan tidak menghubungi ibu dan
keluarga, dia juga tidak pernah berkunjung ke rumah. Andai Rama sama Dinda, pasti Dinda yang mengingatkan dia untuk main ke rumah Ibu. Maafkan, ibu lagi-lagi mengatakan hal ini.
16 November 2009, Ibu jangan khawatir ya, Mas Rama sedang berpikir untuk kebaikan dia dan keluarga. Didoakan saja bu, untuk sesuatu yang terbaik buat kita semua.
30 November 2009, 20.32, Dinda, kami melamar perempuan itu. Ibu tak henti-hentinya menangis.
30 November 2009, 21.43, Mohon maaf baru balas ibu, Dinda baru saja landing di Surabaya. Ibu, besok Dinda libur. Dinda ingin ketemu ibu. Kita ketemu di tempat jual gado-gado itu ya bu, jam 10, bu.
1 Desember 2009, 17.09, Dinda, terima kasih telah menghibur ibu. Ibu sudah sedikit tidak sedih. Terima kasih telah meminjamkan bahu Dinda untuk Ibu. Ibu sayang Dinda.
7 Desember 2009, Ibu, Mas Rama berulang tahun ke 24. Terima kasih telah melahirkan Mas Rama ke dunia ini bu.
15 Desember 2009, Ibu, Dinda tunggu undangan Mas Rama yaaa.. InsyaAllah Dinda akan datang.
20 Desember 2009, Ibu, Dinda sudah menerima undangannya, terima kasih. Dinda sayang ibu, ibu yang kuat yaaaa.
21 Desember 2009, Ibu akan kuat sayang, seharusnya ibu yang mengatakan Dinda yang kuat. Maafkan anak ibu ya sayang.
Dinda, sebegitukah perasaan kamu untuk aku"
--- Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( VIII ) Yesterday 08:53
Quote: Aku terus membaca percakapan diantara Dinda dan Ibuku.
30 Desember 2009, Ibu, bagaimana persiapan ibu besok" Ah Dinda tidak sabar melihat ibu memakai kebaya, pasti ibu terlihat sangat cantik. Dinda masih di Aceh malam ini bu, besok akan terbang lagi jam 11 siang menuju Jogja bu, landing kurang lebih jam 2, doakan saja semoga besok Dinda bisa tepat waktu untuk tiba di acara pernikahan Mas Rama. Dinda juga sudah menerima jam terbang hanya 4 jam besok bu. Setelah dari Jogja, Dinda langsung terbang ke Surabaya. Ibu tidak boleh tampak sedih yaaa. Sayang ibu.
31 Desember 2009, 13.09, Dinda, Dinda baik-baik saja" Ibu melihat berita bahwa ada angin puting beliung di daerah Sumatera. Dinda baik-baik saja" tolong kabari ibu jika Dinda sudah landing ya sayang.
31 Desember 2009, 14.00, Dinda, Pesawat Dinda landing dengan aman kan sayang"
Aku mengingat kejadian saat itu, aku melihat ibu begitu khawatir. Benar saja ketika itu Dinda datang di saat acara pernikahanku hampir selesai, ternyata dia sedang mengalami tanggung jawab yang besar ketika itu, dan pantas saja disaat dia memeluk ibu, ibu memeluknya lama sekali.
1 Januari 2010, selamat tahun baru ibu dan selamat sudah menjadi seorang mertua yang cantik dan baik. Semoga ibu segera mendapatkan cucu yaa. Sekali lagi Dinda minta maaf karena kemarin membuat Ibu khawatir.


Wanita Baik Untuk Pria Beruntung Karya Rama di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

14 Februari 2010, Dinda, bagaimana, apakah sudah mau menerima pria beruntung yang
ingin melamar Dinda" Jika ibu dengar dari cerita Dinda beberapa hari lalu, pria itu pria baik.
15 Februari 2010, Maaf ibu, Dinda baru membalas pesan ibu. Ah ibu, Dinda masih tidak bisa membuka hati Dinda untuk pilot itu. Dinda masih tidak ingin. Dinda masih ingin menunggu Mas Rama sampai Mas Rama punya anak.
1 Maret 2010, Dinda kemana sayang" kenapa sudah lama tidak membalas pesan dan menelpon Ibu" Dinda baik-baik saja" Jaga kesehatan sayang.
3 Agustus 2010, Selamat ulang tahun Dinda sayang. Ibu sayang Dinda. Ibu kangen Dinda. Dinda kemana"
7 Desember 2010, 02.35, Ibu maaf Dinda sudah lama tidak menghubungi Ibu. Apa suratsurat Dinda sudah ibu terima" Apakah ibu suka oleh-oleh yang Dinda bawa" Maaf bu, Dinda hanya bisa menghubungi ibu melalui surat pos, karena Dinda ingin melepas diri dari handphone bu. hehehe. Ibu, hari ini ulang tahun Mas Rama, semoga dia baik-baik saja dan selalu bahagia ya bu.
31 Desember 2010, Ibu, tadi Dinda jatuh dari garbarata saat setelah landing. Tidak biasanya Dinda begini bu. Apa ada sesuatu bu" Ibu baik-baik saja"
Dinda, saat itu aku resmi bercerai dengan Tya. Aku terluka, tapi kenapa kamu juga harus terluka"
Aku jadi benar-benar menyesal telah mengabaikanmu dulu. Aku yang mengataimu sebagai cewek yang ga tau malu, aku yang memakimu dan menyuruhmu pergi, dan ternyata kamu masih bertahan sejauh itu" Aku benar-benar membuatmu sakit hati, tapi kenapa kamu masih tetap menjadi seseorang yang mencintai aku"
Maret 2012 Aku mengambil handphoneku dan segera menelpon Dinda. Namun lagi-lagi dia tidak mengangkatnya. Kemudian aku menelpon ibu. Aku menyuruh ibu untuk mengatakan pada Dinda untuk mengangkat telpon dariku.
"Ibu ga punya nomor Dinda."
"Ibu sampai kapan akan menyembunyikan semua ini dari Rama" Rama benar-benar butuh Dinda, bu. Ibu mau bantu Rama kan?"
"Untuk apa Mas" Dinda baru saja mencoba membuka hatinya untuk orang lain. Jadi ibu juga minta tolong Mas. tolong jangan ganggu Dinda, ya.."
Benarkah begitu" Beruntungnya pria itu bisa memiliki wanita baik seperti kamu, Dinda.
---- Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( IX ) Yesterday 11:23
Quote: 3 Agustus 2012 Aku mencoba memberanikan diri untuk mengirim sms pada Dinda tepat di ulang tahunnya.
Selamat ulang tahun ke 24, Dinda. Semoga sehat selalu dan sukses dunia akhiratnya. Rama.
Sejak pesan itu terkirim, aku tidak bisa mengalihkan mataku dari handphoneku. Apa benar
Dinda sudah dengan pria beruntung itu" Apa benar yang ibu katakan" Ketika itu hari Jum'at, aku mengirimnya setelah shalat Jum'at. Aku masih menunggu balasan dari Dinda. Namun sampai malam tiba, masih saja tidak ada balasan. Di setiap handphoneku berbunyi, aku berpikir Dinda yang menelpon atau Dinda yang mengirim sms, tapi ternyata bukan. Aku sudah menunggu 24 jam lebih, tapi dia masih saja tidak membalas smsku. Ternyata begini ya rasanya ketika menunggu sms dari seseorang yang kita harapkan" Tidak nyaman, benarbenar tidak nyaman. Padahal dulu, saat aku berpacaran dengan Dinda, aku sering sekali membiarkan Dinda dengan kekhawatirannya. Aku malah marah saat Dinda menanyakan kenapa 2 hari itu aku tidak memberinya kabar. Aku marah karena aku merasa Dinda tidak mau mengerti aku. Aku hanya menuduh Dinda selalu membuat ricuh karena selalu mempertanyakan aku dari mana saja. Aku benar-benar banyak salah pada Dinda.
4 Agustus 2012, 23.31, Aamiin. Terima kasih Mas Rama.
-Dia membalas smsku!!!!- Iya, sama-sama, Nda. Kamu apa kabar"
Baik Mas. Mas sendiri"
Alhamdulillah Baik. Nda, aku minta maaf ya selama ini sudah nyakitin kamu. Aku minta maaf.
Mas Rama minta maaf kenapa" Dinda ga kenapa-kenapa kog.
Kamu selalu begitu. Kamu dimana" Besok terbang lagi" Ohya kenapa baru bales smsku"
-ga ada balasan- Eh sorry nda, aku banyak tanya. Yaudah selamat istirahat.
Dinda lagi di Surabaya, besok terbang ke Balikpapan. Sepertinya juga ngeround di Balikpapan. Sebenernya sih besok libur, hanya aja ngeback up temen yang lagi opnam. Makanya jam terbangnya hanya 2 jam. Hm iya maaf, Dinda sejak hari Rabu ada penerbangan ke Malaysia, Singapura dan ke Korea, Mas. Ini aja baru landing di Surabaya. Mas ga tidur"
Besok ke Balikpapan" Jam berapa landing di Balikpapan"
Kurang lebih jam 8 pagi Mas
Dinda, besok ada waktu" Aku jemput kamu di airport ya" Tapi kamu izin dulu sama pacar kamu. Aku ga butuh waktu lama kog untuk ketemu kamu.
Loh, Mas Rama emang di Balikpapan" Bukannya di Surabaya" Hehehe iya iya, pasti dibolehin kog mas. Besok ya" kalau gitu tunggu Dinda di kedatangan yaa, di pintu 1.
Oke Nda, makasih ya. See you. Besok hati-hati terbangnya.
5 Agustus 2012 Jam setengah 8 aku sudah di airport. Di kedatangan pintu 1. Aku melihat pesawat Garuda baru saja landing. Entah kenapa saat itu jantungku berdegup kencang, seperti orang yang sedang jatuh cinta. Aku melihat Dinda turun dari eskalator dengan seragamnya yang membuat Dinda semakin cantik. Telponku berbunyi, Dinda memanggil. Aku tidak mengangkatnya, karena aku lebih tertarik melihat sosok pria tegap yang berada disampingnya. Aku hanya bisa diam di balik pembatas yang terbuat dari kaca.
Dinda, pria itukah yang beruntung"
--- Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( X ) Today 00:28
Quote: Dinda tepat berada dihadapanku, namun pria itu tidak berada di samping Dinda. Dinda bertanya, kenapa aku tidak menjawab telponnya, karena aku tidak menjawab telponnya, dia harus meminta izin secara langsung untuk memintaku menunggunya mengganti baju seragamnya. Maaf Nda. Hm lagi-lagi aku membuatnya lelah.
Aku menunggunya kurang lebih 10 menit. Dia menggunakan longdress berwarna hijau lembut dan blazer berwarna kuning kalem dengan sepatu heelsnya. Warnanya tidak norak, tapi pas dilihatnya. Aku perhatikan, saat ini aku juga sedang menggunakan kemeja hijau yang warnanya sama dengan Dinda. Kenapa begini" Padahal aku tidak mengatakan pada Dinda kemeja apa yang akan aku kenakan.
"Loh, warna baju kita kenapa sama, Mas?"
"Kamu nih yang ikut-ikutan!!"
"Engga kog, Dinda naruh baju ini sejak jam 4 pagi tadi di dalam tas. Berarti mas yang ikut-ikutan"
Hehehe, kita tertawa bersama.
Aku mengajaknya ke sebuah restoran di tepi pantai. Karena seingatku, Dinda menyukai
pantai, yaaaa meskipun..... jarak pantai dengan bandara lumayan jauh.
Saat menunggu pesanan datang, aku mengungkapkan permintaan maafku, karena melukainya selama ini. Dan dia menjawab, dia baik-baik saja, dan dia merasa tidak tersakiti olehku. Kemudian dia berkata,
"Maafkan Dinda karena telah membiarkan Mas Rama menikah dengan dia, jika Dinda tau akhirnya Mas akan tersakiti seperti ini, Dinda tidak akan pernah membiarkan mas menikahinya dulu. Maafkan Dinda."
Kenapa dia malah meminta maaf karena perbuatan Tya" Dia sama sekali tidak salah. Tya saja tidak meminta maaf, kenapa Dinda yang meminta maaf"
Setelah aku jelasin panjang lebar tentang hubunganku dengan Tya dulu, dia hanya bisa berkaca-kaca, seakan-akan dia ingin memelukku. Wajah cerianya berubah menjadi sendu.
-Dinda, itu dulu, sekarang aku baik-baik saja. Bahkan aku bahagia melihat Tya sudah menikah lagi dengan pengusaha lain, yang tentunya lebih baik dari aku. Jangan sedih begitu. Jelek tau!!-
Dia tersenyum. -Dinda, pria disamping kamu tadi, itu pacar kamu"-
Dia menggeleng. -Kog menggeleng" Itu artinya dia bukan pacar kamu"-
Dia mengangguk. -Oh begitu. Hehehe. Lalu pacar kamu yang mana"-
Dia terdiam. Kemudian hening. Setelah lama kami dalam diam, dia pun mulai menjawab.
-Dinda masih berharap, seseorang yang duduk didepan Dindalah yang menjadi pacar Dinda. Seseorang yang selama ini Dinda cintai dan sangat sulit untuk bisa lenyap dari ingatan dan hati Dinda.-
Bulu kudukku berdiri tiba-tiba. Maksud Dinda, dia masih mengharapkanku"
Aku berdiri dari tempat dudukku, mendekatinya, menariknya dan kemudian memeluknya erat. Dia menangis sejadi-jadinya. Sedang aku hanya bisa berkaca-kaca seraya mengelus rambut halusnya. Lama sekali kami terdiam dalam hangatnya pelukan yang dulu pernah aku campakkan.
"Nda, kamu baik-baik aja kan?", tanyaku yang masih memeluknya erat.
Dinda tak menjawab. "Ndaaa?" "Ma ama Inda ha bia napa"
"Apa?" "Inda hga bia napa....as"
Aku langsung melepas pelukanku. Aku baru sadar kalau ternyata kepala Dinda tidak menghadap ke kanan atau ke kiri, tapi menghadap ke dadaku. Sedang tanganku menekan kepalanya dan tubuhnya. Hahaha begooo'!! Aku pun segera menarik hidungnya, mencubit pipinya. Dia hanya bisa tersenyum dengan wajah yang memerah.
Akhirnya, sejak saat itu kami kembali bersama. 5 Agustus 2012. Sejak saat itu, rasanya aku tidak ingin Dinda pergi. Aku takut kehilangannya.
---- Kami berpacaran sejak pertemuan singkat di Balikpapan di tepi pantai di dalam restoran. Dan melamar Dinda disaat aku berulang tahun ke 27, 7 Desember 2012. Dinda mengatakan, dia baru akan menikah setelah masa kontrak terbangnya habis, yakni di tanggal 13 Juni 2013. Karena nantinya, dia hanya ingin menemaniku, tanpa perlu dia bekerja. Saat ini dia juga memiliki bisnis di Jakarta, dia memiliki butik yang notabene diburu oleh istri dan anak pengusaha, namun dia tidak menjaga butik itu, dia hanya memberikan modal dan mengontrol jalannya usahanya. Jadi disaat kami menikah nanti, dia cukup mengontrol bisnisnya dari rumah. Katanya begitu.
Ternyata, Dinda yang dulu menurutku manja dan kekanakan, dia lebih mandiri dan penuh perhatian.
--- Aku sering sekali cemburu dengan para pilot dan pramugara yang terbang bersama Dinda. Apalagi jika Dinda harus terbang ke luar negeri, ke China misalnya, dia harus meninggalkan Indonesia selama 4-6 hari. Meski begitu dia selalu berusaha menghubungiku. Biasanya melalui skype dan atau instagram. Kali ini aku yang menjadi posesif, aku yang suka ngambek karena terkadang rindu namun tidak bisa bertemu.
Disaat malam menjelang tahun baru, menjelang tahun 2013, aku kembali mengisi waktu cutiku di Surabaya, berkumpul bersama keluarga. Tapi sayang, Dinda tidak bisa berkumpul bersama kami.
29 Desember 2012, 08.35, Nda, aku udah landing Juanda. Sejam lagi sampe rumah. Kalau udah landing Banjar, info yaa. Take care.
29 Desember 2012, 09.55, Dinda baru landing mas. Persiapan terbang ke Manado. Mas Rama udah sampai rumah" Salam kangen untuk keluarga yaa.
29 Desember 2012, 09.57, Iya aku sampein. Nda, malam tahun baru nanti, kamu ga terbang kan"
29 Desember 2012, 10.07, Makasiiih kesayangan. Maaf, malam tahun baru Dinda terbang ke Merauke. Mas Rama gapapa kan"
29 Desember 2012, 10.09, Apa" Ke Merauke" Yaudah lah, mau gimana lagi. Hm kita skype an aja saat malam pergantian tahun.
29 Desember 2012, 10.15, Makasih udah mau ngertiin. Skype saat pergantian tahun" Yaa Dinda masih di dalem pesawat Mas. Maaf.
29 Desember 2012, 10.16, senyaman kamu aja deh. Ga usah skype aja.
29 Desember 2012, 10.18, hehehe. Dinda sayang Mas Rama.
Percakapan aku sama si Dinda di BBM 2 hari lalu. Aku kesal dibuatnya. Tapi mau gimana lagi, yasudahlah.
Disaat jam tepat menunjukkan pukul 23.30, ada sebuah taksi berhenti di depan pagar. Aku dan keluargaku yang sedang membakar ikan dan bermain kembang api di halaman bertanya-tanya, siapakah seseorang yang turun dari dalam taksi. Rambutnya di kuncir kuda, dengan jeans dan kaos yang ditemenin dengan cardigan abu-abu, dan flat shoes yang sederhana tapi terlihat elegan. Gila!! Ternyata seseorang dari dalam taksi itu adalah Dinda. Ibuku menghampirinya dan segera memeluknya. Aku yang awalnya sumringah berpurapura memasang wajah semasam-masamnya. Dia menyapa dan menyalami semua keluargaku. Yaa memang, keluarga besarku sudah mengenal sangat baik siapa itu DInda, karena dulu ketika kami berpacaran, aku pernah memperkenalkannya kepada mereka. Yaaaaa, DInda adalah cewek pertama yang aku kenalkan kepada keluarga. Dan yang mengejutkan, keluarga besarku sangat menyayanginya sejak pertama kali mengenal Dinda. Aku yang melihat Dinda bersama keluarga memilih untuk ke taman belakang. Berharap Dinda mencari-cari kemana aku pergi. Dan benar saja, selang 5 menit aku disini, Dinda menyapaku dan memberikan senyum termanisnya.
"Cie cie yang lagi ngambek. Jangan ngambek. Dinda kan udah disini."
Aku memilih diam dengan tetap sok mengabaikannya.
"Mas Rama, jangan ngambek. Iya Dinda salah udah boongin mas, Maaf yaa."
Akupun mendekatinya, menariknya, dan menyandarkannya di pohon cemara di taman belakang. Aku mulai mendekatkan kepalaku ke wajahnya. Wajahnyaa mulai memerah dan sedikit ketakutan. Dia mulai panik karena wajahku semakin mendekati wajahnya, dan disaat itulah aku......
"Oke, score kita satu sama yaaaa", bisikku di telinganya.
Hahaha. mana bisa dia mengerjaiku tanpa aku membalas mengerjainya"
---- Di suatu malam di pertengahan Januari, dimana ketika itu adalah malam penghargaan dari Garuda Indonesia, aku ikut menemani Dinda ke acara bergengsi itu. Tidak semua pramugara-pramugari yang mengikuti acara itu, tidak semua pilot dan co-pilot yang hadir dalam perayaan itu.
Dan di malam itu aku diperkenalkan dengan hampir seluruh pilot,co-pilot, pramugari, dan pramugara Garuda yang hadir oleh Dinda.
Kemudian Dinda berbisik, "meskipun mereka tampan-tampan, tapi tidak ada yang setampan Mas Rama." Hehe dia membuatku tersenyum malu.
Sejak dikenalkannya aku kepada seluruh rekan kerjanya, rasa cemburuku pun berkurang, apalagi ada seorang pilot yang mendekatiku disaat Dinda ke atas podium untuk mengambil piala penghargaan Pramugari terbaik pilihan penumpang, dia mengatakan, "Ada banyak pilot dan co-pilot yang bersaing mengambil hati Dinda, tapi kita semua tidak berhasil mengambil hatinya. Dan ternyata kamu ya yang berhasil. Hehe. Selama ini Dinda selalu bilang, 'maaf Dinda ga bisa karena Dinda menunggu seseorang', eh ternyata seseorang itu kamu. You're a lucky man.
Wah, Dinda bilang begitu" Dia memang benar-benar yaaaa. Karena bahagianya aku ketika itu, disaat dia turun dari podium, aku langsung mencium keningnya dan kemudian memeluknya. Dan dia hanya bisa tersenyum dengan wajah yang memerah.
------ Wanita Baik untuk Pria Beruntung ( XI ) Today 21:32
Quote: 13 Juni 2013 Dinda tidak lagi terbang. Pasti rasanya ada yang kurang. Aku mengerti keadaannya. Aku sudah mengatakan, aku tidak akan melarang Dinda untuk terbang setelah kita menikah nanti, namun dia selalu mengatakan, "Dinda mencintai pekerjaan Dinda, tapi Dinda lebih mencintai Mas Rama. Dinda ingin selalu di dekat Mas Rama. Toh Dinda juga bekerja kan meski berada di rumah" Doakan saja bisnis Dinda terus berjalan lancar ya." Dia selalu begitu.
Kenapa aku tidak menyadari besarnya rasa cinta Dinda sejak dulu" Kenapa dulu aku memilih meninggalkannya dan memilih yang lain" Tuhan, bersyukur sekali Dinda masih setia menungguku selama ini.
Juli 2013 Alhamdulillah, aku bisa mutasi ke Surabaya. Setidaknya aku sudah punya rumah sendiri di Surabaya dari hasil menabung dari setiap gaji dan tunjangan yang aku terima tiap bulannya. Alhamdulillah juga hutangku kepada Ayah sudah terbayar semuanya. Kali ini aku menyiapkan konsep pernikahanku dengan Dinda. Dinda inginnya konsep yang sederhana tapi tampak elegan. Aku inginnya konsep yang lagi-lagi mewah. Tapi Dinda bilang, elegan itu tidak harus mewah, sesuatu yang sederhana bisa kog terlihat elegan. Bener juga sih. Ohya, kami akan menikah di hari ulang tahun Dinda, tepat Dinda berulang tahun ke 25. Karena lamaran dilakukan saat aku berulang tahun, maka acara pernikahan disaat Dinda berulang tahun.
3 Agustus 2013 Acara akad nikah berjalan lancar dan saatnya di acara pesta pernikahan. Ibu dan keluargaku tampak bahagia, berbeda ketika aku menikah dengan Tya. Dinda juga tampak sangat cantik dengan kebaya modernnya yang berwarna gold yang kini rambut indahnya dia tutupi dengan hijab cantiknya. Dia memakai hijab sejak dia berulang tahun ke 25 dan di hari pernikahan kami. Bukan aku yang menyuruhnya, itu semua karena maunya. Dan jujur, aku lebih senang melihat Dinda dengan hijabnya. Disaat kami menunggu tamu yang datang untuk menyalami kami, aku berbisik pada Dinda,
"Sayang, kamu benar-benar mau menerima aku meskipun aku sudah pernah menikah?"
Kemudian dia meresponnya dengan tersenyum manja,
"Mas, Dinda mencintai mas bukan dari masa lalu mas. Bagi siapapun yang bersikap bijak, masa lalu itu sebenarnya membantu kita untuk bisa lebih baik ke depannya, bukan menjadikan kita semakin menjadi pribadi yang lebih buruk. Sedangkan Mas Rama sekarang adalah salah satu dari orang yang bersikap bijak itu. Dinda sayang Mas Rama."
Lagi-lagi dia membuatku tersenyum bahagia.
************ Dinda selalu memberi kejutan. Dari dulu dia tidak penah berubah. Selalu menulis satu kalimat di sebuah kertas yang dia selipkan di dalam saku kemeja, saat aku buka,
"Aku sangat sangat sangat mencintaimu, Mas Rama." , dan lagi-lagi dia membuatku tersenyum bahagia.
Kini, Setiap pagi sudah ada sarapan, sudah ada kopi pahit kesukaan.
Setiap akan berangkat kerja, selalu ada pelukan dan kecupan.
Setiap tiba dikantor selalu ada kejutan dari setiap tulisan yang dia berikan.
Setiap istirahat makan siang selalu aku dengar suaranya yang menenangkan.
Setiap aku pulang selalu ada dia di pintu depan.
Dia memang cerewet, dia memang bawel, dia memang banyak ngomong, tapi kesemuanya itu hanya bagian-bagian dari rasa perhatian.
Aku bersyukur, lagi-lagi bersyukur tiada henti.
**************** 7 Desember 2013 Dinda tidak ada dirumah. Semalam dia ke rumah Ibu karena Ibu sedang merindukannya. Lalu karena ibu yang merindukan dia, dia melupakan aku" melupakan ulang tahunku"
Hari itu aku bener-bener badmood rasanya. Saat aku melihat di saku kemeja, tidak ada kertas kecil buatan Dinda.
Hari itu juga aku sarapan di kantor.
Ga ada telpon ga ada sms. Dia benar-benar membuatku kesal.
Saat makan siang, semua karyawan dengan cepatnya menghilang dari tempat kerjanya. Aku yang lunglai dan malas untuk makan siang, lebih memilih ke mushollah untuk melakukan shalat. Di mushollah juga tidak ada siapa-siapa. Setelah shalat, aku ke kantin kantor di lantai dasar. Saat itulah aku melihat semua karyawan berkumpul dan menyanyikan selamat ulang tahun. Dan ada Dinda yang membawa kue tart di tengah-tengah para karyawan. Aku berkaca-kaca. Aku meniup lilinnya, dan aku mengambil kue tart yang dipegang Dinda, aku meletakkannya di meja disamping nasi tumpeng yang pasti juga Dinda yang menyiapkan. Dan kemudian aku langsung memeluk Dinda dan mencium keningnya. Dia hanya bilang maaf dan selamat ulang tahun.
Dia benar-benar penuh dengan kejutan. Dan ada lagi yang lebih mengejutkan dan membahagiakan, Dinda sedang mengandung anak pertama kami.
**************** Sudah sekian bulan aku menikah dengan Dinda, namun Dinda tak henti-hentinya membuatku selalu tersenyum. Disaat aku marah, dia hanya memelukku. Disaat aku jenuh, dia hanya memijat keningku. Disaat aku harus ke luar kota untuk meeting, dia selalu setia menemaniku. Dia selalu disampingku.
************* Buat kalian para pria, jangan pernah mencari seseorang yang memiliki banyak kesamaan dengan kalian, karena ketika kalian mencari kesamaan dengan mereka, bagaimana cara melengkapi dan saling mengisi"
Intinya, kita menjadi sama ketika sudah menyatukan perbedaan, bukan menyatukan kesamaan.
Jangan menyia-nyiakan seseorang yang selalu memperhatikanmu, yang peduli padamu, dan yang selalu mengkhawatirkanmu, karena ketika itulah seorang wanita menunjukkan rasa cintanya.
Mereka cerewet, mereka bawel, mereka suka tidak jelas, karena pasti ada sesuatu yang menyuruh kita para pria untuk lebih peka pada wanita.
Aku bersyukur, bisa memiliki seseorang yang hebat seperti Dinda.
Dinda, dia adalah wanita baik untuk pria beruntung seperti aku.
================================== Tulisan Dinda:asal usul
06-07-2014 21:36 Quote: Hallo, namaku Dinda Lamasi. Biasanya sih di panggil Dinda. Dinda itu dari nama Mama dan Papaku. Dini dan Dani. Nama mereka memang hampir sama ya" Hehehe. Kalau Lamasi itu dari kata "Proklamasi" yang hanya diambil mulai dari huruf kelimanya. Karena dulu saat mamaku mengandungku, aku diperkirakan lahir ketika tanggal 17 Agustus, disaat memperingati HUT Republik Indonesia, tapi kenyataannya aku lahir di tanggal 3 Agustus. Padahal saat itu mama papaku baru saja liburan di Bali. Jadi ceritanya, mama papaku akan kembali ke Semarang dengan Pesawat Garuda pada 3 Agustus, dan parahnya, mama dan papa memalsukan data-data kehamilan mama ketika itu. Mereka bilang usia kehamilan mama masih jalan 7 bulan. Dan surat izin terbang dari dokter adalah surat izin terbang 2 bulan sebelumnya. Entah gimana caranya mama bisa diloloskan untuk bisa naik pesawat, mungkin karena ketika itu di airport Denpasar sedang crowded atau staff check in dan crew yang tidak teliti membaca surat izin terbang dokter milik mama, aku ga tau. Yang jelas, ketika baru 30 menit diatas pesawat, dan ketika itu pesawat tepat diatas wilayah Surabaya, air ketuban mama pecah. Alhasil mama membuat para pramugari dan pramugara kebingungan. Karena pramugari dan pramugara Garuda ketika itu tidak menginformasikan pada Pilot, Pilot pun tidak melakukan landing darurat di Surabaya. Pilot baru mengetahui bahwa ada penumpang yang sedang berkontraksi ketika pesawat berada di atas batas wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, dimana kurang lebih 10 menit lagi pesawat akan landing di Semarang. Dan ketika itu pula aku keluar dari rahim mama. Hahaha. Tiga orang pramugari dan seorang pramugara yang membantu proses kelahiran mama. Mamaku benar-benar beruntung atau menjengkelkan ketika itu ya" Hahaha. Yaa itulah sekelumit cerita bagaimana aku dilahirkan.
Sekarang usiaku sudah 20 tahun. Aku kuliah di salah satu Universitas Negeri di Surabaya dimana Universitas ini didirikan pada tanggal 10 November 1954 bertepatan dengan Hari Pahlawan ke-9. Kampusku di Jalan Dharmawangsa Dalam 4-6. Aku ngekos di sekitar jalan Dharmawangsa. Yaa, aku ga kuliah di Semarang atau Jogja, aku lebih memilih Surabaya sebagai tempat aku bersekolah tinggi. Alasannya hanya 1, pengen mandiri. Aku terlahir dari keluarga yang bisa dibilang berkecukupan, tapi selama ini aku selalu ada keinginan untuk tidak menyusahkan mereka. Sebagian uang makan yang mereka berikan untukku, biasanya aku tabung. Dan aku juga mengajar anak-anak SD di sekitar daerah kosku. Jadi penghasilan dari aku mengajar, aku gunakan untuk membeli buku tambahan dan semua kebutuhan sekunderku. Sedangkan biaya kuliah, aku sudah terbebas dari pembayarannya karena aku mendapatkan beasiswa. Jadi papa mamaku cukup mengirimku uang 1 juta setiap bulan, tanpa pernah mengirim lebih dari itu.
Saat ini aku sedang sibuk menyelesaikan skripsi. Biasanya disaat aku jenuh ketika
menyelesaikannya, aku luangkan waktuku untuk meminjam kaset DVD.
30 September 2008 Selasa, 18.30, aku ke tempat penyewaan kaset DVD. Setelah aku selesai mencari-cari kaset yang akan aku sewa, aku segera ke tempat kasir. Dan saat di depan kasir, ada seorang cowok yang juga sedang ingin membayar. Penjaga kasir pun bingung ingin melayani aku atau cowok itu duluan. Akhirnya, cowok itu mengalah. Dia bilang, "silahkan duluan". Aku hanya bilang "oke, makasih". Kemudian dia berkomentar :
"Suka liat Drama Korea?"
"Iya." "Pasti kamu cengeng ya?"
"Hm kamu suka film thriller ya" Tapi sayang kamunya ga seru seperti film thriller ya!!!"
Setelahnya aku langsung saja melewatinya. Ih siapa dia menilai dengan seenaknya aku cengeng!! Dan sepertinya ketika itu dia hanya tersenyum, tapi senyum yang kepaksa. Dia benar-benar menjengkelkan!
4 Oktober 2008 Batas waktu meminjam 5 hari saja. Karena aku ga pengen ketemu cowok nyebelin itu lagi, aku mengembalikannya Sabtu, jam 16.00, bukan jam 18.30. Dan benar saja, sore itu ga ada dia. Aku ga minjem kaset DVD lagi ketika itu, aku hanya mengembalikannya. Saat aku keluar dari tempat itu, aku melihat seorang nenek-nenek yang ingin menyeberang jalan. Akupun menghampirinya untuk membantunya menyeberang. Entah disaat aku menyentuh sisi kiri nenek itu, ternyata ada yang menyentuh sisi kanan nenek itu juga. Bersamaan. Saat aku lihat, ternyata yang berada di sisi kanan nenek itu adalah cowok nyebelin itu.
### Tulisan Dinda:annoying boy 06-07-2014 22:10
Quote: Yaah, di tanggal 4 Oktober 2008, Sabtu, aku ketemu lagi sama si cowok nyebelin. Anehnya dia juga mau bantu nyebrang nenek-nenek itu. Seakan-akan kita lagi-lagi berebutan untuk kedua kalinya. Setelah bantu nyebrangin si nenek, aku langsung aja pergi gitu aja tanpa pamit ke dia. Emang sih, aku sedikit risih banget sama cowok. Bukan karena aku suka sesama jenis, tapi gimana ya, aku selalu jaga jarak sama yang namanya cowok, terkecuali sahabat-sahabat cowokku. Meski aku galak atau dingin ke cowok, aku pernah jatuh cinta sama cowok loh, saat kelas 1 SMP malah. Hahaha. Tapi aku hanya bisa diam dan nunggu dia. Eh pas kelas 3 SMA, penantianku sia-sia, dia udah punya pacar!! Sejak saat itu aku ga pernah lagi jatuh cinta. Karena rasanya aku udah capek nunggu selama 5 tahun. Aku hanya punya banyak sahabat-sahabat cowok, itupun karena kita udah kenal sejak SMP, makanya aku bisalah untuk bersikap ga dingin. Ya begitulah, aku sedikit risih untuk membicarakan soal begituan, yang ada ntar aku dikira suka sesama jenis karena di usia segini masih belum pernah pacaran, hahaha.
Aku mulai sibuk untuk memberikan les privat disamping aku sibuk menyelesaikan skripsi. Aku begitu semangat mengajar karena muridku juga memiliki semangat tinggi untuk belajar. Mereka juga sudah begitu pandai, rasanya senang melihat semua perkembangan.
7 Oktober 2008 Aku kembali meminjam kaset DVD di tempat langganan. Ketika itu aku lagi-lagi mencari Drama Korea. Dan disaat aku membayar di kasir, si mas penjaga kasir bilang,
"Din, kamu masih jomblo kan" Kenapa ga mau cari pacar?"
"Hahaha saya suka sesama jenis mas."
"Haha bisa-bisamu. Aku punya kenalan nih Din, kamu mau ga aku kenalin" Dia sih ga cari pacar Din, tapi udah cari calon istri. Kamu ga mau pacaran karena pengen langsung nikah kan" Cocoklah sama temenku itu. Gimana?"
"Apaan sih. Lagi ga ada niat begituan, Mas!!"
"Aku serius nih Din. Coba aja yaa. Kamu udah waktunya punya pacar tau. Masa iya jomblo mulu" Dia udah mapan kog Din, pengusaha muda. Mandiri banget. Sama kek kamu, Din!"
Aku hanya diam. Tidak menjawab apapun. Aku anggap omongannya itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Hahaha.
10 Oktober 2008 10 Oktober 2008, 20.00, Malem, Aku Rama. Kamu Dinda kan" Salam kenal. Pengirim: 08123xxx
Siapa coba yang nyebarin nomor handphoneku"
10 Oktober 2008, 20.50, Dinda, aku temen si Jojo. Aku dapet nomor kamu dari dia. Pengirim:
08123xxx Aku ga bales. 11 Oktober 2008 Waktunya untuk mengembalikan kaset DVD yang aku pinjam. Saat aku mengembalikannya, aku langsung menegur Mas Jojo. Aku sampaikan kalau aku ga suka dengan sikap Mas Jojo yang memberitahu nomor handphoneku kepada temannya. Dia hanya bisa bilang maaf sambil nyengir nyebelin. Tiba-tiba disaat aku terus ngomelin dia, si cowok nyebelin datang.
"Hai Jo!!!" "Hey Ram, untung aja kamu cepet dateng! Nih si Dinda marah-marah. Haha."
Oh jadi si cowok nyebelin ini itu Rama yang semalem sms aku" dan berarti dia temen Mas Jojo" Oh mereka kompakan yaa.. Awas aja.
"Rama", kata Rama sambil julurin tangan kanannya.
Aku tidak membalasnya, aku hanya pergi melewatinya.
"Nda, kamu marah karena aku bilang kamu cengeng" Kalau emang iya, aku minta maaf. Aku minta nomor hapemu juga karena pengen minta maaf kog."
Dia sempat menahan langkahku, dan setelah dia selesai bicara, aku lagi-lagi membiarkannya.
--- Rabu, 8 Oktober 2008, 00.14, Nda, belum tidur" Pengirim: Orang Gak Jelas
Aku ga bales. --- 28 Oktober 2008 28 Oktober 2008, 12.35, Siang, Nda. Jojo bilang kamu lagi sakit" Kamu sakit apa" Sekarang dimana" Pengirim: Orang Gak Jelas
28 Oktober 2008, 16.57, Ndaa, dengan kamu begini aku semakin penasaran. Aku bisa nyamperin kamu kalau kamu lagi-lagi ga bales smsku! Pengirim: Orang Gak Jelas
"Sorry baru bales. Iya, aku lagi sakit. Sekarang lagi di Semarang."
"Kamu sakit apa, Nda" Kog sampe di Semarang?"
"Thypus. Aku pulang ke rumah, papa mama nyuruh aku balik Semarang. Udah ya Ram, aku harus istirahat."
"Oke. Cepet sembuh, Nda."
--- 29 Oktober 2008 Rama menelpon ketika pagi datang. Aku tidak ingin mengangkatnya, tapi mama malah
menyuruhku mengangkat telponnya, tidak sopan ketika mengabaikan kebaikan seseorang, kata mama.
"Assalamualaykum, Nda."
"Waalaykumsalam. Ada apa Ram?"
"Gimana kondisi kamu?"
"Alhamdulillah membaik. Ram makasih ya, tapi maaf aku ga bisa banyak bicara, aku masih ga ada tenaga untuk bicara. Udah dulu yaa. Thanks."
*tuttuttut Disaat aku mematikan telpon dari Rama, mamaku marah-marah. Mama bilang kenapa aku bersikap tidak sopan" Mama menanyakan berapa usia Rama, aku bilang ga tau dan sepertinya lebih tua dari aku. Dan Mama semakin marah karena aku memanggil Rama tidak dengan sebutan Mas Rama. Aku sudah menyampaikan pada Mama, kalau Rama itu hanya temen yang selalu buat aku jengkel. Tapi Mama malah bilang, seseorang yang membuat kita jengkel terkadang adalah seseorang yang akan kita cintai selamanya. Maka dari itu aku sebaiknya bersikap sewajarnya. Aku hanya ber-cckk ria menanggapinya.
### Tulisan Dinda:calon pacar Yesterday 16:28
Quote: 30 Oktober 2008 Sudah 2 minggu aku di Semarang, meninggalkan Surabaya kota perantauan. Aku merasa selama ini makan tepat waktu dan aktivitas wajar tidak begitu menyibukkan, tapi entah kenapa penyakit lama tiba-tiba menyerang. Aku memang jarang sakit, tapi jika sekali sakit, sakitnya bermingguminggu, karena yang diserang langsung lambungku. Hehehe. Syukurlah, sekarang aku sudah membaik. Kemungkinan kembali Surabaya awal bulan nanti.
Kamis, 30 Oktober 2008, 16.30, Nda, gimana keadaan kamu" Pengirim: Orang Gak Jelas
Aku membiarkannya, enggan untuk membalasnya.
Ketika malam tiba, disaat aku sudah bersiap untuk tidur, Mama dan Papa mengintrogasiku.
"Sayang, kata mama ada pria yang menelpon kamu?"
"Iya, Pa." "Siapa?" "Dinda ga tau."
"Bener ga tau" Kalau ga tau, kenapa kamu manggil pria itu dengan Rama?"
"Papa dan Mama sudah tau kan siapa nama cowok itu" Kenapa harus tanya Dinda lagi" Dia temen dari penjaga kaset DVD langganan Dinda. Tapi Dinda ga tau bagaimana keseharian dia, karena memang Dinda ga ada apa-apa, Pa. Serius!!"
"Kalau memang ada apa-apa juga gapapa sayang. Papa dan Mama ga pernah ngelarang Dinda untuk jatuh cinta kog, kami berharap jangan sampai Dinda menutup hati terus menerus. Tapi bagaimanapun, Papa tau.. bahwasanya untuk saat ini Dinda masih dalam tahap memilih dan memilah. Dan perlu Dinda tau, melihat seseorang itu jangan dilihat dari fisiknya, tapi dilihatlah dari hatinya dan sikapnya. Bagaimana dia menghargai dan menghormati Dinda. Suatu saat jika Dinda merasa nyaman dengan seseorang, Dinda jangan sampai bersikap acuh hanya karena gengsi ya, bersikaplah sewajarnya, dan harus tetap bisa jaga diri."
"Dan, jika memang seseorang yang membuat Dinda nyaman adalah seseorang yang lebih tua dari Dinda, Dinda harus tetap bisa bersikap santun, memanggil namanya dengan sebutan Mas, ya" Mama tidak pernah mengajari Dinda untuk tidak bersikap sopan kan" Hal itu berlaku untuk siapapun."
*tiba-tiba Handphoneku yang berada disamping meja riasku berbunyi, 3 pasang mata langsung melihat kearah deringan itu. Papa yang menuju meja riasku untuk melihat siapa yang memanggilku.*
"Hallo?", kata Papa.
Aduh, jangan bilang yang nelpon si Rama!!!
"Iya benar, Kak Dinda sedang sakit. Nanti jika Kak Dinda sudah sembuh, Kak Dinda pasti akan mengajar lagi. Didoakan semoga Kak Dinda cepat sembuh ya, Aldo."
Hufh, ternyata Aldo yang meneleponku, murid kesayanganku.
1 November 2008 Sabtu subuh aku diantar Mama dan Papa ke Surabaya. Segala puji bagi Allah, aku sudah kembali sehat. Ketika kita sudah tiba di Surabaya, jam 12 siang, kami memilih untuk makan di Restaurant Rempah, tempatnya klasik, sejuk, dan menenangkan. Saat itu lagi-lagi aku masih harus memakan bubur, rasanya aku sudah bosan memakannya, tapi mau gimana lagi" Ketika menunggu pesanan, aku hanya bisa bermanja dengan menyandarkan kepala di bahu Papa. Sedang mama sibuk melihat foto-foto di Handphoneku. Dan ketika itu, handphoneku berdering kembali. Mama segera mengangkatnya, dan aku masih bersandar di bahu Papa.
"Waalaykumsalam, maaf ini siapa?"
"Oh Nak Rama, iya benar saya Mama Dinda. Alhamdulillah Dinda sudah membaik, ini kami sedang mengantar Dinda kembali ke Surabaya."
"Kami berada di Restaurant Rempah, di daerah........"
"Tegalsari", kata Papa.
"Iya, di daerah Tegalsari."
Aku segera merebut handphoneku dari Mama, tapi Mama terus bisa menghindar.
"Baik, Nak Rama. Waalaykumsalam."
"Sayang, kog nama Rama jadi Orang Gak Jelas sih" Jangan begitu aah!! Mama ganti yaaa."
"Apaan sih Maa, ga lucu deeh..."
Quote: Dengan wajah Mama yang sumringah setelah ngebawel karena nama Rama di kontakku, kemudian mama memberikan handphoneku padaku.
Aku kesal dibuatnya. Kenapa coba mama bisa sebaik itu sama cowok nyebelin seperti Rama. Dan ketika aku melihat nama Rama di kontakku sekarang, aku benar-benar merasa kesal!!! Untung aja pesanan kami datang, jadi aku alihkan kekesalanku dengan makan siang. Berselang 10 menit kami menyantap makan siang, tiba-tiba ada sosok pria berkemeja mendatangi meja kami.
"Permisi, Om-tante, selamat siang."
Aku menoleh. Dan seketika aku tersedak. Bodoh! Kenapa bisa"
"Perkenalkan, saya Rama, Om-tante. Yang tadi menelpon Dinda.", katanya sambil berdiri santun di samping meja kami.
Mama segera menyambutnya dengan gembira.
"Iya, Rama silahkan duduk. Kantor Rama dimana" Kog cepat sekali menuju kemari"
"Terima kasih, Tante-Om. Kebetulan saya baru saja meeting di dekat Gramedia Expo, jadi hanya butuh waktu 10 menit untuk kemari."
blablablaaaaaa..... Mereka bertiga pun asyik berbincang. Aku hanya bisa diam tanpa kata. Mungkin ketika mereka sedang asyik begini, aku lari dari meja itu pun rasanya mereka tidak akan tahu.


Wanita Baik Untuk Pria Beruntung Karya Rama di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

--- "Terima kasih untuk makan siangnya, Om-tante. Hati-hati dijalan. Senang bertemu Om dan Tante. Nda, jaga kesehatan yaa."
"Kami duluan, Nak!!!", pamit mama.
*Di dalam mobil "Rama santun gitu kog, sayang. Cium tangan Papa-Mama, bicaranya juga santun, baik juga kog. Selain itu dia juga tampan, ga bosen ngeliat wajahnya. Tingginya juga yaa tinggi, kulitnya juga putih bersih. Mama suka sih. Kalau Papa gimana?"
"Papa juga suka, tapi semuanya sih tergantung Dinda, kan Dinda yang akan ngejalanin."
"Kalian kenapa sih" Dinda capek Pa-Ma, udah ah ga usah ngebahas begituan. Bosen dengernya."
"Iya iya, maaf, Mama hanya seneng aja bisa ketemu Rama. Rasanya jarang banget cowok yang baru kenal cewek lalu malah mau ketemu sama orangtua si cewek. Kalau nanti Dinda jatuh hati sama Rama, Dinda ga boleh bersikap jutek seperti tadi. Ga baik dan ga enak diliatnya."
Aku hanya diam. Sejak saat itu, Rama semakin berani mengirim sms padaku setiap hari.
Dia juga sering menelpon.
Dan apabila aku tidak membalas sms dan telponnya, dia selalu mengancam.
9 November 2008, 19.39, Nda, semakin kamu ga bales smsku atau angkat telponku, aku akan segera datang ke kos kamu. Pengirim: Calon Pacar
Bayangin, dia maksa banget kan"
Namun, karena seringnya kita berkomunikasi, kekesalanku semakin menghilang. Dan nama dia di kontakku yang sempat diganti oleh Mama belum aku ubah. Hehe.
Kini aku pun bisa tersenyum ketika membaca sms Rama ataupun bisa tertawa ketika mendengar suara Rama di telpon.
### Tulisan Dinda:permisi dinda Yesterday 19:08
Quote: Kami pun saling berkomunikasi dengan baik.
Dia juga mulai bercerita bagaimana masa lalu dia, begitu juga dengan aku. Dia tidak bercerita begitu banyak, hanya mungkin yang menurut dia penting dan yang perlu aku ketahui saja.
Sedangkan aku" Aku bercerita kesemuanya. Dari siapa saja sahabat-sahabatku, siapa orang yang dulu pernah membuat aku menunggu. Keseharianku, aktivitasku. Yaa semuanya!! Aku pun tidak bisa cuek seperti dulu kepada Rama. Aku tidak bisa jutek ataupun dingin. Yaa mungkin butuh beberapa waktu untuk aku bisa luluh kepadanya.
Ohya, mulai sekarang aku sebut dia sebagai Mas Rama, ya"
22 November 2008 Mas Rama mengajakku ke Bioskop. Aku sudah izin ke Papa Mamaku, tentunya mereka mengizinkan. Karena bioskopnya dimulai jam 8 malam, dan kami sudah memesan tiket sejak jam setengah 7 malam, kami pun menyempatkan untuk membeli makan. Kami memilih Dapur Desa sebagai menu makan malam kami. Mas Rama duduk tepat didepanku. Dia hanya tersenyum ketika melihatku yang sedang asyik melihat suasana di sekitarku. Aku yang baru menyadari bahwa aku diperhatikan, sesegera aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Ketika itu pula dia tertawa melihat tingkahku.
"Kamu ngapain Nda nutupin wajahmu begitu" Hahaha. Ehya, kamu kurus banget sih Nda" Makan yang banyak yaa. Lihat tuh tanganmu, itu tulang atau apa coba?"
"Iya iya, tenang aja. Mas Rama gendutan yak?"
"Iyaa, aku memang lagi proses ngegedein badan, kan aku ngegym, Nda, aku pengen gedein badan, makanya harus banyak makan, karena nantinya aku gedein badannya bukan karena kebanyakan lemak, tapi emang ototnya yang gede. Hahaha, yaaa itung-itung buat lindungin kamu! Hahaha"
"Apaan!! Hahaha"
Kami tertawa bersama malam itu.
Setelah makan malam, kami segera ke XXI. Karena studio 1 belum dibuka, Mas Rama pun membeli minuman dan camilan.
"Nda, kamu mau beli popcorn rasa apa?"
"Dinda pesen minum aja deh, Mas, kenyang banget soalnya. Emang Mas ga kenyang?"
"Hahaha aku sih suka banget ngemil, Nda, jadi ga ada kenyangnya mah kalau makan popcorn. Kamu tau mobil yang lewat di jalan tol kan" Yaa Popcorn itu semacam mobil yang lewat tol kalau di lambungku, lewat doang."
"Cckk!! Apaan!!"
Benar saja, ketika di dalam bioskop dan film diputar, dia makan mulu. Hahaha. Sedang aku, karena belum nonton film pertama dari film kedua yang sedang kita lihat, hanya bisa sibuk nanya-nanya kenapa aktornya nyerang si ini si itu, dan dia dengan senengnya ngejelasin, dan aku ngeresponnya dengan ber-oh ria.
Disaat 30 menit terakhir, aku mulai diam, tidak lagi bertanya-tanya.
"Nda, kog kamu diam" Kenapa?"
"Gapapa, Mas." "Loh, suaramu kenapa jadi gemeteran gitu, Nda" Kamu sakit?"
"Engga kog." "Kamu kedinginan?"
"Haha, gapapa."
"Ck, bisanya kamu begini. Hahaha."
Kami pun kembali menonton film yang udah makin seru.
"Nda..." "Iyah?" "Boleh aku pegang tangan kamu?"
Aku ga jawab. "Kalau kamu ga jawab, aku teriak."
"Hm Mas Rama! Iya iya, boleh."
"Permisi ya, Nda...."
Dan setelah dia bilang permisi, dia pun menggenggam tanganku yang rasanya bener-bener sedingin es. Sedang jantungku, berdebar tak karuan.
--- 29 November 2008 29 November 2008, 07.57, Pagi, Nda.. Pengirim: Calon Pacar
'Pagi Mas. Mas jam berapa ke Jakarta"'
'Jam 17.30 take off, Nda, kemungkinan jam 4 aku udah di airport. Nda, Dinda sayang Rama ga"' 'Oh gitu. Loh, kog nanyanya gitu" Emang kenapa"'
'Yaa Rama pengen tau aja sebenernya Dinda sayang atau engga ke Rama.' 'Udah, Mas Rama fokus untuk persiapan meetingnya di Jakarta yaaa.' Ga ada balesan.
29 November 2008, Sabtu, 14.02, Calon Pacar memanggil
"Assalamualaykum, iya Mas?"
"Kamu dimana, Nda?"
"Di kos, kenapa Mas?"
"Aku udah di depan pintu gerbang kosmu."
*tuttuttut Aku segera membuka pintu gerbang. Dia terlihat tidak seperti biasanya.
"Mas Rama kenapa?"
Dia diam. Aku mengajaknya duduk di teras depan.
"Mas, mas baik-baik aja" Kog mas ke kos Dinda" Bukannya mas harus siap-siap ke airport?"
"Nda....." "Iya" Mas sakit?"
Dia menggeleng. Kemudian dia menatapku tajam.
"Ndaa, aku sayang Dinda, boleh aku jadi pacar Dinda?"
Aku terdiam. Dia tanya apa" Boleh aku jadi pacar Dinda"
"Yasudah, aku berangkat ke airport yaa. Aku sayang Dinda, kalau Dinda ga ngizinin aku jadi pacar Dinda, aku gapapa kog, dengan bisa sayang Dinda aja aku udah seneng. Aku tau, cowok biasa seperti aku ga cocok buat Dinda yang sangat luar biasa."
Aku terdiam, dan aku mulai berbicara ketika dia sudah tepat berada di samping pintu gerbang,
"Iya, Dinda ngizinin Mas untuk jadi pacar Dinda. Tapi ada syaratnya."
Dia berhenti melangkah dan menghadap ke arahku yang masih di teras depan. "Apa?"
"Mas harus tetap bisa fokus sama karir mas meski mas sudah menyayangi Dinda."
Dia tersenyum dan kemudian mengangguk.
"Makasih ya, Nda. Aku berangkat dulu yaa, kamu jaga diri di Surabaya, aku pergi hanya 5 hari kog."
Aku mengangguk seraya tersenyum.
"Semangat Mas Rama, sukses yaa!!"
### Tulisan Dinda:puding dan obat Yesterday 19:56
Quote: Ya, sejak tanggal 29 November 2008, kami resmi berpacaran.
Kami jarang sekali bertengkar. Dia bisa mengerti kesibukanku, begitu juga aku bisa mengerti kesibukannya. Saat di Jakarta, dia benar-benar sibuk, sedang aku hanya bisa membantunya melalui doa, dukungan, dan semangat.
Aku tidak mempermasalahkan dia yang hanya bisa menghubungiku disaat pagi, siang dan malam. Yaa ketika pagi hanya saling mengucapkan selamat pagi, mengingatkan jangan lupa sarapan, dan memberi semangat untuk beraktivitas, kemudian ketika siang hanya mengingatkan makan siang dan shalat, dan ketika malam hanya mengucapkan selamat malam, dan terkadang kita saling bercerita mengenai apa saja yang sudah kita lakukan di hari itu. Dan sekali lagi, aku yang lebih banyak bercerita.
"Assalamu'alaykum, Mas Rama." "Wa'alaykumsalam, Nda. Lagi apa?"
"Lagi nyelesein skripsi nih Mas. Mas lagi apa" Pasti capek. Hm udah makan?" "Capek sih pastilah Nda, tapi yaa gimana, udah tanggung jawab kan" Toh kamu bilang juga dilarang mengeluh kan" Aku udah makan, kamu" Yaudah kamu selesein aja dulu skripsimu. Semangat yaa!"
"Hehe iyaa. Dinda udah makan kog Mas. Mas Rama tadi makan ayam goreng lagi?" "Engga, tadi aku makan lele dan telur."
"Lele dan telur" Hm makan lele dan telur di makruhkan loh mas. Kita dianjurkan untuk makan lauk salah satu aja, kalau kita makan lauk yang hidup di darat, yaudah makan lauk itu aja, ga baik jika dicampur dengan lauk yang hidup di laut atau air, begitu juga sebaliknya. Sebenernya ga baik juga buat kesehatan, lambungnya lama untuk ngolahnya."
"heeh makruh" Kata siapa?"
"Dinda baca di buku kumpulan sunnah Nabi sih." "Iyadeh lain kali ga makan lele dan telur." "Hehehe." "Ndaaa,......" "Iyaa?"
"love you love you love you love you love you......." "-----"
"Tuhkan ga jawab. Kamu ga sayang Rama kan?" "Hehehe engga gitu. Iya iyaa, love you too."
Yaa seperti itu biasanya.
Kami jarang sekali bertemu, karena biasanya, dia yang sibuk untuk keluar kota, entah karena ada keperluan bisnis ataupun sekedar travelling bersama teman-temannya.
7 Desember 2008 Mas Rama berulang tahun. Aku tidak memberinya kado mewah, aku hanya membuatkannya pudding coklat dan memberi sebuah sajadah berwarna biru. Dan tadi, aku dikenalkan kepada seluruh keluarga besarnya. Aku di rumah keluarganya sejak jam 11 siang sampai jam 10 malam. Ini aku baru saja tiba di kamar kos. Dan segala puji bagi Allah, keluarga besarnya menerimaku dengan baik. Mereka menyayangiku. Begitu juga dengan aku yang juga menyayangi mereka. Mas Rama ternyata cucu pertama di keluarga besarnya. Aku disayang sama mereka, apalagi sama adik-adik sepupunya, mereka seakan-akan ingin aku selalu bersama mereka. Mas Rama juga heran, katanya, kenapa keluarga besarnya begitu menerimaku dengan sangat baik, padahal baru pertama kali mereka mengenalku'. Hehehe. Dan disaat puncak acara selesai, dan ketika acaranya adalah ramah tamah, aku duduk di sebelah Ibu dan Tante Mas Rama. Mereka memperhatikan aku ketika aku menaruh nasi di piring. Mereka menegurku karena aku hanya mengambil nasi terlalu sedikit, dan Tante Mas Rama pun mengambilkan nasi yang lebih banyak untukku, sedang Mas Rama yang tak jauh dari kami duduk hanya bisa menertawakan dan mengadu bahwa aku makannya selalu sedikit kepada Ibu dan tantenya, yaa alhasil, aku dimarahin karena hal itu.
Saat Mas Rama sudah menemani teman-temannya makan, dia pun memilih duduk bersama kami.
Ibunya menyuruh Mas Rama untuk duduk di samping aku. Aku hanya tersenyum malu.
Dan setelah kita baru saja selesai makan, ternyata adik sepupu Mas Rama mengingatkan bahwa masih ada pudding coklat buatanku yang belum kesentuh. Mas Rama pun mengiris-ngiris puddingnya. Ibu, tante, Eyang uti, dan semua keluarganya mengatakan bahwa pudding buatanku enak. Mas Rama pun tidak percaya, dia mencoba mencicipi. Ternyata dia hanya bisa tersenyum sambil melihatku. Dan ketika itu pula, dia menyuapiku, suasana yang awalnya hingar bingar, tibatiba menjadi sunyi ketika melihat Mas Rama sedang memberikan sesuap pudding ke arahku. Aku tidak menyantapnya segera. Aku ragu karena aku malu. Keluarga besarnya pun mengatakan, "Aaa' sayang, jangan diam!" hahaha. Akhirnya aku pun menyantapnya. Mereka pun bersorak sorai, bercie-cie ria, sedang aku dan Mas Rama, kami sama-sama tersipu malu. Hahaha lucu.
Dan ketika aku ingin pulang, keluarga Mas Rama keberatan, mereka ingin aku menginap saja, tapi aku menolaknya dengan ramah.
Sejak aku dikenalkan dengan keluarganya, aku semakin sayang pada Mas Rama.
13 Desember 2008 Tuhan, terima kasih telah mengenalkanku kepada Mas Rama. Aku bersyukur memilikinya. Aku bahagia menyayanginya. Aku beruntung mengenal keluarganya. Tolong, jagalah rasaku untuknya, jagalah rasaku agar cintaku untukMu tidak terbagi dengan dia, semoga aku mencintainya dengan wajar, dan tidak membuatMu cemburu karenanya. Tuhan, izinkan kami untuk terus bersama, di jalanMu dan di dalam lindunganMu. Bolehkah kini aku mengatakan, bahwa aku mencintainya, Tuhan" Lindungi aku dalam merasakan perasaan semacam ini.
--- Hubunganku dengan Mas Rama semakin membaik. Aku sudah mulai tau kesibukannya, aku sudah
tau masalah yang biasanya datang untuk dihadapinya. Kami sudah jarang sekali bertemu. Aku tidak mempermasalahkannya, karena pasti dia sedang sangat lelah setelah seharian bekerja.
Aku hanya bisa menelponnya ketika aku sangat merindukannya.
"Mas Rama, Dinda butuh obat."
"Kamu sakit, Nda?"
"Engga, Dinda lagi nyelesein skripsi. Lagi buntu di Bab 4 nih Mas, makanya Dinda butuh obat."
"Loh, kog butuh obat malah nelpon aku" Rumahku kan jauh dari kos kamu, Nda?"
"Engga, Dinda ga nyuruh mas untuk beli obat kog, karena obatnya itu ya suara Mas Rama. Dengan Dinda denger suara mas, Dinda udah bisa dapet ide loh. Hahaha."
"Dasar kamu yaaa. Yaudah, kamu selesein dulu yaaa. Love you, Ndaaa...."
Yaaa biasanya hanya seperti itu ketika aku rindu tapi tidak bisa bertemu.
17 Desember 2008, Rabu Mas Rama siang tadi ke kosku. Aku menangis melihatnya sekusam itu. Aku tanya dia kenapa, dia hanya menjawab, aku hanya pengen lihat kamu. Dan setelah beberapa lama kami saling diam, dia pun mulai bercerita, ternyata dia sedang ada masalah dalam bisnisnya. Aku hanya bisa mendengar dan memperhatikan disaat dia sedang menceritakan semua yang dia rasakan. Aku hanya bisa menepuk dan mengelus pundaknya, memberikan semangat. Ketika dia bertanya dia harus apa, aku hanya bisa menjawab, "Mas ambil keputusan yang tidak membuat mas ragu, ambil keputusan yang menurut mas baik. Ketika semuanya sudah mas tentukan, pikirlah apa dampak yang akan terjadi. Kemudian berdoalah, karena kita hanya bisa berusaha, Tuhan yang menentukan. Mas tau kenapa Mas diberi masalah semacam ini" Karena Tuhan yakin mas bisa melaluinya. Tuhan sayang Mas Rama. Tuhan itu tidak akan memberikan kita ujian melebihi batas kemampuan kita dalam menyelesaikan. Mas percaya itu kan" Ayo semangat, Mas Rama bisa!!", yaa aku hanya bisa memberikan nasihat klasik semacam itu. Diapun hanya tersenyum dan berterima kasih.
Dia pernah bilang, dia sudah lama meninggalkan shalat, dan sejak mengenalku, dia kembali shalat karena aku yang selalu mengingatkan. Aku bersyukur jika dia kembali mengingat Tuhan.
30 Desember 2008, Selasa Mas Rama memberitahuku bahwa giginya sedang sakit. Ketika siang datang dia ke tempatku mengajar. Dia menungguku di parkiran depan. Aku yang segera keluar menghampirinya begitu khawatir melihatnya. Aku ajak dia ke dokter gigi. Sebelum ke dokter gigi, aku menemaninya shalat ashar di salah satu Masjid terbesar di Surabaya. Setelahnya, baru kami mengambil nomor antrian di salah satu klinik di dekat masjid tersebut. Tidak ada pasien yang datang selain kami, karena kami menunggu bukan dengan pasien lain, tapi menunggu dokter yang masih belum datang. Dia duduk dengan resah di sebelahku. Aku yang sedari tadi mencemaskannya, memberanikan menyentuh pipi dan keningnya. Dan ternyata, dia demam, demam tinggi. Matanya sudah mulai memerah karena demam. Setelah 2 jam kami menunggu, dokterpun datang. Dokter memeriksanya, aku menemaninya. Saat diperiksa, sempat-sempatnya dia bercanda.
Setelah diperiksa, kita kembali menunggu apoteker meracik obat yang disarankan dokter untuk diminum.
"Mas, Mas Rama ke rumah Ibu saja ya. Kalau ke rumah Ibu, Dinda ikut Mas."
(Mas Rama sudah memiliki rumah sendiri, yang terpisah jauh dari daerah rumah orangtuanya)
Sore itu kita pun menuju rumah Ibu. Sesampainya di rumah Ibu, Mas Rama segera tidur di kamarnya. Sedang aku meminta izin untuk merawat Mas Rama pada Ibu Mas Rama. Ibu menyiapkan makanan untuk Mas Rama, sedang aku menyuapi Mas Rama. Pada awalnya Mas Rama susah sekali disuruh makan, namun akhirnya dia menghabiskan makanan yang aku suapi perlahan. Kemudian aku mengambil obatnya. Aku perhatikan mana obat yang diminum sebelum makan dan sesudah makan, dan mana obat yang tidak boleh diminum ketika malam. Ada banyak sekali obat yang harus dia minum.
Aku hanya duduk terdiam disamping tempat tidurnya. Aku beranikan diri lagi untuk menyentuh kening dan pipinya, badannya masih demam. Saat ibunya melihat kondisi Mas Rama, aku menyampaikan bahwa aku ingin mengompres Mas Rama, Ibu pun bersedia mengambil perlengkapannya. Kemudian aku mengompres Mas Rama.
Jam 20.00, Ibu menyuruhku untuk makan malam, namun aku tidak merasakan lapar. Aku terus berada disamping Mas Rama, namun demamnya tidak kunjung menurun. Aku meminta izin untuk bermalam di rumah Ibu, Ibu mengizinkan dan telah menyiapkan kamar di samping kamar Mas Rama.
Jam 22.00, melihat kondisi Mas Rama yang semakin demam dan dia semakin kesakitan meski sedang tertidur, aku pun menangis terisak, aku merasa tidak tega melihatnya begini. Karena isakanku, Mas Rama terjaga. Dia terkejut.
"Loh, kamu kenapa Nda?"
"Mas Rama jangan sakit, Dinda khawatir.", tangisanku menjadi.
Dia tersenyum sambil berkata, "Hey, jangan nangis, aku yang sakit kog kamu yang nangis" Aku gapapa, besok aku sembuh kog. Jangan nangis yaa!", dia pun menghapus air mataku kemudian tertidur lagi.
Jam 23.00, Ibu memintaku untuk tidur di kamar sebelah. Namun aku masih ingin menjaga Mas Rama. Ibu mengerti dan kemudian pergi.
Aku menulis surat untuk Mas Rama, yang kemudian aku simpan di dalam tasnya.
31 Desember 2008, Rabu, 00.30
Tuhan, Engkau tau aku mencintai Mas Rama,
Lalu bisakah rasa sakitnya biar aku saja yang merasakan"
Aku tak sanggup melihatnya begini.
Sembuhkan dia, aku mohon.
Meski dia suka iseng dan terkadang membuat aku kesal karena keisengannya, itu lebih baik daripada aku melihatnya kesakitan begini.
Tuhan, aku mohon, sembuhkan dia.
Mas Rama, sembuh yaa, jangan sakit. Dinda khawatir, sembuh ya, sembuh yaa. Dinda sayang Mas Rama.
### Tulisan Dinda:danau angsa,kembang api 08-07-2014 23:56
Quote: 31 Desember 2008, Rabu, 04.30 "Dinda...."
"Ssssshhh, ngomongnya pelan-pelan bu."
"Dinda semalem belum makan Mas, dia juga ga mau tidur, katanya mau nungguin Mas sampe demamnya turun. Mas gimana" Masih demam" Giginya masih sakit?"
"Demamnya udah ga kog bu, hanya gigiku masih cenat-cenut, bu. Iya, aku juga sempet kebangun jam 2 tadi, tapi Dinda masih belum tidur, aku mau ngomong yaa juga takut gigiku sakit, jadi aku biarin."
"Dinda dibangunin aja mas, kasian dia, masa tidurnya duduk begitu."
Aku mulai mengubah posisi dudukku.
"Sssssh ngomongnya pelan-pelan bu... Kalau aku bangunin dia, pasti dia ga akan tidur lagi. Dibiarin aja begini..
Bu.... aku pengen makan bubur ayam buatan Ibu."
"Iyaa, ibu buatin. Dinda di selimutin Mas."
Aku mendengar ada yang sedang berbicara. Mungkin aku mimpi. Aku menarik napas kemudian tidur semakin dalam.
Jam 06.00 Aku terbangun, dan saat aku membuka mata dengan sempurna, aku terkejut karena aku melihat Mas Rama sedang memperhatikanku yang sedang tertidur di samping tempat tidurnya. Aku langsung duduk tegak dan menutup wajahku salah tingkah.
"Hahaha kamu ngapain nutupin wajah kamu begitu, Nda?"
Aku menggeleng. "Kalau kamu masih menutup wajah kamu begitu, aku cium kamu nih!!"
Aku memukul-mukulnya. Dan dia hanya tertawa terbahak-bahak. Segala puji bagi Allah, jika dia sudah berani memberi ancaman seperti ini, itu artinya dia sudah sembuh. Akupun bergegas untuk ke kamar mandi.
Jam 08.30 Ibu selesai memasak bubur ayam yang diinginkan Mas Rama, kemudian Ibu membawakan semangkuk bubur ayam ke dalam kamar Mas Rama. Aku hanya tersenyum melihat Ibu yang terlihat sangat ceria pagi itu. Sesegera mungkin aku mengambil semangkuk bubur dari ibu, dan aku kembali menyuapi Mas Rama. Ibu hanya tersenyum melihat tingkahku yang seakan-akan sedang merawat seorang anak kecil yang sedang sakit parah. Setelah Mas Rama menghabiskan buburnya, aku langsung menyiapkan obat yang harus diminumnya.
"Makasih yaa Nda.. Kamu cewek yang paling perhatian. Yang paling bisa ngemong aku. Dan kamu adalah seseorang yang cewek banget, beda dengan mantan-mantan pacarku. Makasih yaa..."
Aku tersenyum. "Cepet sembuh yaaa, bismillahnya tadi udah kan?"
Dia mengangguk. "Kamu istirahat, terus makan juga, Nda. Aku udah sembuh kog."
Jam 13.00 Ibu membelikanku pakaian ganti. Aku disuruh menginap semalam lagi di rumah Ibu, karena nanti adalah malam tahun baru, keluarga Mas Rama pasti akan bakar-bakar ikan dan berkumpul bersama, sebaiknya aku ikut dalam acara bakar-bakar ikan itu, kata Ibu. Aku pun mengiyakan setelah mendapatkan izin dari Papa Mama. Siang itu Mama juga sempat berbicara dengan Ibu melalui telpon. Aku hanya bisa tersenyum mendengar keakraban mereka.
--- Ketika sore tiba, Mas Rama mengajakku jalan-jalan dengan motor maticnya. Sesuatu yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya.
"Nda, kamu pengen kemana sore ini?"
"Dinda pengen liat angsa. Terus ada tamannya, ada danaunya juga. Tapi di Surabaya mana ada yaa" Hehehe. Yaudah deh terserah Mas Rama. Kemanapun, Dinda pasti akan suka!"
"Angsa" Danau" Taman" Yaudah, yuk kita cari bareng!"
Kami pun berkeliling mencari-cari Angsa beserta danau dan tamannya. Aku sih ga yakin kami bisa ke tempat itu, tapi beda dengan Mas Rama, dia berusaha mencari tempat itu dengan cara mengingat-ngingat perkataan temannya bahwasanya di Surabaya ada danau angsa. Setelah 30menit kami mengelilingi kompleks perumahan mewah, akhirnya Mas Rama menemukan Danau Angsa itu. Aku senang melihatnya.
"Waah baguus, Dinda sukaa!! Makasih yaa..."
Kami pun menuju air mancur di dekat angsa-angsa berenang, duduk dipinggiran kolam seraya menikmati indahnya suasana sore yang begitu cerah dan tampak tenang. "Mas Rama, alisnya jangan disatuin gitu."
"Nyatuin gimana sih" Engga kog."
"Mas Rama itu kalau lagi ngitung-ngitung, kalau lagi makan, kalau lagi diem, kalau lagi ngomong,
Mas tuh selalu nyatuin alis Mas Rama."
"Iyaa kah?" "Heem. Makasih yaa udah diajak ke tempat ini, padahal pada awalnya Dinda berpikir tempat ini ga mungkin ada. Maaf yaa udah ngerepotin."
"Haha engga ngerepotin lah, Nda."
"Mas Rama... Coba liat angsa-angsa itu. Mereka bertiga. Tapi dua diantaranya seperti dekat dan yang satu seperti menjauh. Hehehe mungkin angsa yang menjauh itu sedang patah hati, karena angsa pujaannya memilih yang lain yaa. Kasian."
"Hahaha apaan! Mana ada yang begitu. Kamu nih gara-gara suka nonton drama korea jadi suka ngayal."
"Huuu!! Mas Rama, coba lihat angsa yang satu itu, dia bener-bener menyendiri. Kira-kira ada angsa yang nyamperin ga ya?"
"Ga ada lah. Angsa itu terlalu jauh dari tempat angsa-angsa yang lain."
"Yey dugaan Mas Rama salah. Tuh buktinya ada angsa yang nyamperin. Hahaha. Dinda jadi inget Mas Rama nih."
"Inget aku" Ngapain" Aku kan disamping kamu! Ngapain diinget-inget?"
"Bukan-bukaan. Bukan itu. Maksud Dinda, Angsa yang menyendiri itu seperti Dinda dan angsa yang nyamperin itu seperti Mas Rama. Mas Rama datang disaat Dinda benar-benar sudah menutup hati Dinda. Hehehe."
"Iyaa" Kamu tau dari mana kalau angsa itu lagi nutup hati seperti kamu?"
"Ck. Mas Rama ga asyik ah. Ck!"
"Hahaha. Kamu sih aneh-aneh aja. Masa angsa disama-samain dengan aku."
"Terserah deh, yang jelas, makasih banyak ya Mas Rama. Dinda sayang Mas Rama."
--- Saat acara bakar-bakar ikan di mulai, aku berkumpul bersama keluarga besar Mas Rama. Mas Rama sudah membaik, hanya saja aku masih harus memperhatikan apa saja yang boleh dia minum. Disaat dia ingin meminum jus wortel-jeruk kesukaannya, aku melarangnya. Disaat dia ingin meminum kopi panas, aku melarangnya. Akhirnya dia sempat kesal karena aku melarangnya minum ini itu, akupun menyiapkan aqua botol untuknya, minuman yang boleh dia minum. Dia pun berceloteh karena dia ga mau minum air, tapi akhirnya dia pun mau juga menurutiku, hehe.
"Kalau nanti Mas Rama udah beneran sembuh, Mas Rama boleh deh minum jus dan kopi sesuka mas, yaaa" Sekarang Mas masih belum sembuh, jadi ditahan dulu yaaaaa."
Dia hanya diam, sambil menyiratkan ketidaksetujuannya yang terpendam.
Saat jam telah menunjukkan pukul 00.00 1 Januari 2009, aku melihat kembang api berdua dengan Mas Rama dari lantai atas rumahnya. Di lantai atas rumah Mas Rama dibuat semacam cafe yang suasananya benar-benar romantis.
Saat melihat kembang api, aku memilih duduk di salah satu gazebo yang dekat dengan pagar pembatas. Dan disaat aku kagum dengan banyaknya kembang api di langit, Mas Rama membisikiku,
"Semoga hubungan kita semakin baik ya sayang. Semoga cinta diantara kamu dan aku akan selalu indah seperti malam ini. Sukses yaa."
Aku tersenyum. "Aamiin. Semoga doa Mas Rama didengar Allah yaa. Mas Rama juga sukses untuk bisnisnya, ya!"
Kami terdiam, terkagum-kagum dengan indahnya langit yang penuh dengan warna dan bunyi riuh yang menggelegar.
"Mas Rama, Dinda sayang Mas Rama. Jangan pernah pergi yaa. Dinda pengen Mas Rama adalah yang pertama dan terakhir buat Dinda."
1 Januari 2009 Selamat tahun baru. Semoga kita lebih baik lagi di tahun ini.
Aku bahagia bisa melihat kembang api yang benar-benar luar biasa menakjubkan bersama seseorang yang aku sayang beserta keluarganya.
Selesai acara, ketika aku sudah berada di kamar yang berada di sebelah kamar Mas Rama, aku kembali menulis surat untuknya, kemudian aku simpan di dalam kamar Mas Rama.
1 Januari 2009 Selamat tahun baru Mas Rama, semoga di tahun ini kita bisa lebih baik lagi ya.
Semoga cinta kita semakin membuat kita bisa belajar bersikap dan berpikir dewasa. Semoga karir mas juga semakin sukses ya.
Mas, aku bahagia, terima kasih telah datang untukku. Terima kasih untuk Danau Angsa dan Kembang Apinya.
Aku bersyukur mencintaimu. Aku bersyukur dicintaimu.
Aku ingin selalu ada untukmu......
Berharap tulang rusukmu yang hilang ada padaku.
### Tulisan Dinda: nano2 asmara Yesterday 07:00
Quote: Memasuki bulan Januari dan Februari di 2009, aku merasa Januari dan Februari adalah bulan dimana semacam bulan rasa nano-nano. Ada senang ada sendu, ada cinta ada cemburu, ada khawatir ada rindu.
10 Januari 2009 Mas Rama mengajakku untuk bermalam mingguan. Dia berjanji akan menjemputku jam 3 sore. Akupun sudah siap dijemput sejak jam setengah 3 sore. Namun ketika jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, dia masih belum ada kabar. Akupun menunggunya di teras depan. Jam sudah menunjukkan pukul 4, aku pun memberanikan diri untuk menanyakan berada dimana dia sekarang. Dia mengatakan bahwa dia ada meeting mendadak disaat dalam perjalanan ke tempatku, akupun mengiyakan dan memberikan semangat. Dia mengatakan sehabis shalat maghrib akan menjemputku. Akupun menunggunya kembali setelah selesai shalat maghrib. Namun sampai jam setengah 7 malam, dia tak kunjung datang. Dia pun tak memberikan kabar. Setelah jam menunjukkan tepat pukul 7 malam, aku kembali menanyakan, dimana dia sekarang. Dan dia mengatakan bahwa dia dalam perjalanan ke Pasuruan. Dan meminta maaf karena batal untuk bermalam mingguan. Katanya, ada sesuatu yang harus dia selesaikan. Aku pun memahaminya. Aku hanya bisa mengingatkan dia untuk berhati-hati, jangan lupa makan, dan melakukan shalat.
10 Januari 2009, 19.00, Mas Rama dimana" Jadikah kita bertemu" Sent to My Wish
10 Januari 2009, 19.27, Maaf Nda, aku ga jadi ke tempat kamu. Aku perjalanan ke Pasuruan nih. Pengirim: My Wish
10 Januari 2009, 19.29, Oh gitu. Yaudah gapapa Mas. Mas Rama hati-hati di jalan yaa. Semangaat!! Mas Rama juga jangan lupa makan dan shalat. Dinda tunggu yaa, kalau Mas Rama udah sampai, tolong hubungi Dinda. Sent to My Wish
Aku menunggunya. Menunggu kabar apakah dia sampai di tempat tujuan dengan selamat, namun sampai jam setengah satu dini hari, dia tidak ada kabar. Akupun tertidur disaat menunggunya.
Ketika pagi datang, dia hanya mengatakan bahwa di tempat yang dia singgahi tidak ada sinyal, akupun hanya mengiyakan.
17 Januari 2009 Mas Rama ke tempat kosku jam 7 malam. Kami memilih untuk bermalam mingguan di teras depan. Semalam, Mas Rama bermain bilyard.
16 Januari 2009, 19.09, Nda, aku main bilyard ya, bareng si Revan dan Jojo. Pengirim My Wish
16 Januari 2009, 19.11, Iya Mas Rama, hati-hati yaa. Jangan lupa makan dan shalatnya. Sent to My Wish
17 Januari 2009, 00.05, Mas Rama masih main kah" Yaudah pulangnya hati-hati yaa, Dinda tunggu Mas Rama. Sent to My Wish.
17 Januari 2009, 01.33, Aku baru selesai main nih, Nda. Selamat tidur ya. Pengirim My Wish
17 Januari 2009, 01.35, Iya. Hati-hati yaa. Sent to My Wish
17 Januari 2009, 01.39, Iya. Pengirim My Wish
Aku tanyakan, bagaimana permainannya semalam, biasa aja, katanya. Disaat Mas Rama ke toilet
di tempat kosku, aku melihat handphonenya yang menyala.
0857xxxx Malam Rama Aku Maaf siapa" 0857xxxx Aku yang semalam. Kamu lupa"
Aku terdiam membaca sms itu. Disaat Mas Rama kembali dari toilet, aku menanyakan dengan santun.
"Mas, ada sms. Maaf tadi Dinda ga sengaja baca smsnya. Hehehe"
"SMS apa?", dia merebut handphonenya.
"Oh ini, aku juga ga tau siapa ini, Nda.. Makanya aku tanya."
"Memang semalam mas main sama siapa saja?"
"Ya sama si Jojo dan si Revan. Kenapa emang?"


Wanita Baik Untuk Pria Beruntung Karya Rama di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau hanya main sama mereka, kenapa ada yang sms begitu mas?"
"Yaa aku ga tau Nda."
Aku memilih diam. Kami pun sama-sama terjebak dalam diam.
"Oh, mungkin dia Salma. Semalam memang ada dia sih. Mungkin dia tau nomorku dari si Jojo dan Revan."
Aku hanya bisa diam, lagi-lagi diam. Dan hanya bisa berbicara dalam hati, 'tadi aku tanya dia ga tau apa-apa, sekarang dia jawab sms itu dari Salma.'
Akupun melupakan sms itu. Aku mencoba mengalihkan dengan bermain permainan yang ada di handphonenya.
Saat kami asyik bermain game di handphonenya, tiba-tiba ada panggilan, disitu tertera, "Lia". Aku menyuruhnya menjawabnya, tapi dia memilih untuk merejectnya. Kami pun melanjutkan permainan kami. Namun, lagi-lagi ada panggilan dari Lia. Berkali-kali Lia menelponnya, namun tidak satupun panggilan Lia di jawabnya. Aku bertanya, kenapa ga diangkat, dia jawab ga penting. Disaat aku tanya Lia siapa, dia hanya jawab ceritanya panjang.
Aku pun hanya diam. Dia kembali meminta izin untuk ke toilet, kebelet pipis lagi, katanya. Saat dia ke toilet, akupun ingin melihat handphonenya, yang katanya sih handphone ini canggih dan lebih modern untuk berkomunikasi satu sama lain sesama pemilik handphone, Blackberry. Di galeri foto, aku menemukan capture sebuah kumpulan status. Ternyata Mas Rama meng-capture temantemannya yang mengucapkan ulang tahun disaat 7 Desember lalu. Aku tersenyum. Dan senyumku menjadi masam ketika melihat di salah satu teman-temannya itu ternyata ada nama Lia, yang isi statusnya HBD My Rama dengan emoticon peluk dan display picturenya adalah foto Mas Rama sejak dia kecil sampai dewasa.
Setelah Mas Rama dari toilet, tiba-tiba Lia menelponnya lagi. Namun lagi-lagi tak dijawab.
"Kenapa ga dijawab, Mas?"
"Udah, ga penting!"
"Lia itu siapa" Kog di galeri foto mas ada capture tentang status dia disaat Mas Rama ulang tahun" Kenapa dia memanggil Mas dengan sebutan My" Mas ada hubungan dengan dia?"
"Apa sih. Ga ada ga ada! Udah deh, jangan dibahas terus."
"Kalau ga ada, kenapa dia begitu?"
"Udah aku males mau cerita, ceritanya panjang."
Aku kembali terdiam. Namun beberapa menit kemudian, dia menjelaskan bahwa Lia adalah seseorang yang dekat dengan Mas Rama sebelum Mas Rama mengenalku. Aku hanya bisa berbicara dalam hati,lagi, "katanya ceritanya panjang, kenapa dia malah menceritakan?"
Sejak saat itu, aku mulai khawatir dengan apa yang Mas Rama lakukan. Aku percaya, namun ada sedikit kecurigaan yang menghantuiku.
24 Januari 2009 Mas Rama berubah. Dia sudah tidak begitu memperhatikanku. Mungkin karena dia benar-benar sibuk. IYA. mungkin.
"Hallo, Mas Rama, gimana kerjanya hari ini?"
"Yaa ga gimana-gimana, Nda, biasa aja."
"Mas, lambung Dinda sakit lagi."
"Kenapa sakit" Kamu telat makan?"
"Hehehe iyaa, tadi terlalu asyik bikin skripsi sih, jadi lupa makan."
"Yaudah, lambungmu sakit karena kamu sendiri yang ga bisa jaga kesehatan kan" Yaudah ga usah ngeluh. Sudah tau lambungmu lecet, masih aja pake lupa makan."
Yaa semacam itu. Dia juga sudah jarang mengirimku sms ketika pagi datang. Jarang menelponku. Dan selalu aku yang lebih dulu memperhatikannya.
Februari 2009 Suatu hari di hari Jum'at di pertengahan Februari, aku mulai memberanikan diri untuk menegur Mas Rama. Aku mengatakan bahwa aku tidak betah terus-menerus dibuat menunggu ketika kami akan bertemu. Mungkin jika dia mengabari bahwa dia akan telat karena pekerjaan atau karena apapun, aku pasti akan mengerti. Tapi yang terjadi selama ini dia tidak pernah memberitahuku jika dia tiba-tiba ada rapat atau ada sesuatu yang harus dia selesaikan dengan segera. Hingga akhirnya aku selalu berkesimpulan dan berpendapat sendiri namun dia tidak suka dengan pendapatku. Aku juga mengatakan bahwa aku ingin Mas Rama sekedar menginformasikan sesuatu yang membuat aku tidak khawatir apabila dia melakukan travelling ke luar kota bersama teman-temannya. Disaat aku menegurnya begitu, dia malah menganggapku bahwa aku tidak mengerti dia. Bahkan dia pernah menghilang tanpa kabar di hari Sabtu hingga Minggu pada 14-15 Februari 2009. Aku telpon berkali-kali tidak ada jawaban, aku sms berkali-kali tidak ada balasan. Dan dia baru membalas smsku ketika Minggu malam, dia hanya mengatakan, bahwa dia lelah dan ingin istirahat.
Dan di Senin malam, aku menemui Mas Rama di rumahnya. Hal ini aku lakukan karena aku ingin Mas Rama tidak bersikap dingin terhadapku, aku tidak nyaman dengan situasi yang seperti itu. Jarak rumah dia ke daerah kosku lumayan jauh, memakan waktu kurang lebih 30-45 menit. Dan ketika kami bertemu, dia menceritakan, bahwa dia baru saja dari Villa bersama temantemannya. Saat aku tanya apakah ada teman perempuannya, dia menjawab ada.
"Mas Rama, Dinda minta maaf. Mas, dari Sabtu sampai Minggi kemarin, mas kemana" Kog Mas Rama ga bales sms dan angkat telpon Dinda?"
"Emang sengaja aku ga buka hapeku. Aku males sama kamu yang selalu nuduh aku yang ga perhatianlah, yang selalu ngambek kalau ga jadi ketemuan. Makanya aku ga ngehubungin kamu."
"Dinda ga ngambek kog, Dinda hanya pengen ngasih tau apa yang Dinda rasakan, itu aja. Semisal Mas Rama ngasih tau Dinda kalau Mas Rama ga jadi ke kos Dinda, ga jadi ketemuan karena ada pertemuan, dengan sms untuk menginformasikan aja itu udah cukup. Dinda ga akan ngambek. Tapi yang terjadi Mas Rama ga pernah melakukan itu kan" Dan disaat Dinda menyimpulkan sendiri, Dinda selalu salah dan akhirnya membuat Mas marah."
"Oh jadi kamu maunya aku selalu lapor setiap kemanapun aku pergi?"
"Engga gitu. Hm yaudahlah, maafin Dinda yaa. Lalu Mas Rama kemana aja 2 hari kemarin?"
"Ke villa!" "Bareng siapa?"
"Temen-temen." "Ngapain aja emang?"
"Bakar-bakar ikan dan renang."
"Ohya" Ada temen ceweknya juga?"
"Ada." "Oh gitu.... Yaudah deh. Maafin Dinda yaa."
Sejak saat itu aku sudah mulai menjadi seseorang yang tidak bisa seperti dulu. Perhatian masih,
mencintainya masih, namun aku lebih sensitif dan lebih mudah emosi. Apakah aku salah"
Hingga akhirnya, di akhir bulan Februari, aku mengetahui bahwa Lia kembali menelpon Mas Rama. Dan ketika itu dia mengangkatnya dan mengatakan, "Iya nanti aku telpon lagi yaaa." dengan suara yang lembut dan tidak membentak. Padahal disaat aku menelpon dia, ketika tanpa aku tau dia sedang menyetir, dia selalu menjawab telponku dengan suara yang sedikit berteriak dan membentak.
"Aku lagi nyetir, ntar aja nelponnya!!", dan kemudian dia mematikan panggilan dariku. Sedang tehadap Lia, meski berkali-kali Lia menelpon disaat Mas Rama sedang bersamaku dan dia sedang menyetir, dia tidak pernah membentak Lia.
"Lia itu siapa Mas Rama?"
"Kan udah aku bilang, dia itu sahabatku."
"Mas Rama ga bilang Lia itu sahabat Mas, tapi Mas Rama bilang kalau Lia itu temen deket Mas sebelum Mas kenal Dinda. Mas, yang bener yang mana" Lia sahabat Mas atau teman dekat mas?"
Aku benar-benar bingung. Sebenarnya Lia itu siapa Mas Rama, karena setiap Mas Rama menjelaskan, jujur aku merasa dia sedang berbohong.
20 Februari 2009 Diary, apa yang sedang aku rasakan ini" Inikah cemburu" Ternyata cemburu itu benar-benar membuat tidak nyaman ya.
Aku sayang Mas Rama, tapi Mas Rama sudah tidak seperti dulu. Benarkah dia berubah" Apa ini hanya perasaanku"
Semoga saja iya. Tulisan Dinda:patah Yesterday 21:55
Quote: 22 Februari 2009 Mas Rama mengajakku untuk kembali mengunjungi rumah Ibu dan keluarga. Sesuai dengan rencana, Mas Rama akan menjemputku jam 12 siang. Dan aku sudah siap dijemput jam setengah 12. Ketika itu Mas Rama mengatakan bahwa dia sudah dalam perjalanan. Aku berpikir bahwa kali ini Mas Rama akan menjemputku tepat waktu. Alhamdulillah dia sudah mulai berubah, pikirku. Jam telah menunjukkan pukul 1 siang, namun Mas Rama belum kunjung datang. Aku mengirimnya pesan dan menanyakan dia sudah sampai dimana, dan dia mengatakan bahwa dia sedang di pom bensin, dan di pom bensinnya sedang ada sedikit masalah. Saat aku tanyakan, di pom bensin mana, dia menjawab di pom bensin di dekat daerah kosku. Karena aku tidak ingin merepotkannya, akupun berjalan menuju pom bensin yang dia maksud. Namun yang terjadi aku melihat keadaan pom bensin sedang sepi, tidak begitu ramai dan tidak ada mobil Mas Rama.
"Mas Rama dimana?"
"Ini masih di pom bensin, baru kelar."
"Iyakah" Ini Dinda di pom bensin, tapi ga ngeliat mobil mas. Mas di pom mana?"
"Eh kamu ngapain coba" Aku kan bilang, tunggu aku di kos kamu aja!"
Dan tepat jam 2, aku baru dijemput Mas Rama.
--- Kami tiba dirumah Ibu jam 3 sore.
Aku senang bisa bertemu dengan keluarganya lagi. Seakan-akan aku memiliki keluarga baru di Surabaya. Ketika kami semua sedang berkumpul di ruang keluarga, disaat handphone Mas Rama dipakai main dengan adik-adik sepupunya yang masih kecil, tiba-tiba ada telpon masuk. Dan jawaban Mas Rama lagi-lagi sama, "nantii aja ya aku telponnya."
Ketika itu dua kali Mas Rama menerima telpon dengan menjawab dengan kata-kata yang sama.
Aku yang ada disampingnya hanya bisa diam disaat aku tau, suara dibalik telpon tadi adalah suara seorang wanita.
Jam 7 malam, Mas Rama mengajakku pulang. Padahal biasanya, dia mengajakku pulang jam 9 jika sedang berkunjung ke rumah ibu.
Ketika kami sudah berada di dalam mobil untuk perjalanan pulang, aku tidak bisa menahan semua emosi yang mulai dibakar sejak siang tadi. Dan ketika itulah aku meluapkan semua emosiku. Aku benar-benar merasa tidak sanggup merasakan semua ini.
Aku pun meminta untuk mengakhiri hubungan diantara kami berdua.
"Dinda ga kuat jika Mas Rama terus-menerus begini. Dinda sudah capek dengan Mas yang terus menyembunyikan sesuatu seperti ini. Selalu buat Dinda menunggu berjam-berjam. Selalu pergi dan menghilang disaat Dinda meminta penjelasan. Dinda ga kuat Mas.", isakku.
"Apa sih kamu ini!"
"Yaudah kita putus aja yaa."
"Kamu mau kita putus" Beneran?"
"Iyaa." "Oke kalau gitu."
Dan tepat pada tanggal 22 Februari 2009, kami berdua putus.
Yaa aku meminta putus hanya karena aku dibuatnya marah.
Aku benar-benar seperti anak kecil.
Aku tidak tahu kenapa aku bisa mengeluarkan kata-kata itu.
Padahal aku masih sangat mencintainya, aku masih ingin terus berada disampingnya.
Apa yang harus aku lakukan"
Dan.... Kenapa Mas Rama membiarkanku" Kenapa dia tidak mempertahankanku"
### Tulisan Dinda: bye surabaya ,welcome jakarta Today 00:10
Quote: 23 Februari 2009 Hari ini aku sudah bukan kekasih Mas Rama.
Entah kenapa aku begitu mudah mengucapkan kata-kata 'aku mau putus'. Entah kenapa.....
Aku menyesalinya, benar-benar menyesalinya. Hanya karena dia yang selalu sibuk dengan kegiatannya, Hanya karena dia yang memilih ngegym dibandingkan ketemuan, Hanya karena dia yang selalu membuat janji namun hampir semuanya diingkarinya, Hanya karena dia yang selalu menjemputku dengan membuatku selalu menunggunya, Hanya karena ada cewek yang selalu menelponnya tanpa aku tau siapa dia sebenarnya, Dan hanya karena aku ingin diperhatikan, sedikit diperhatikan, semuanya jadi begini"
Mungkin, seandainya aku mendengarkan penjelasannya, seandainya aku bisa lebih bersabar, semua ini tidak akan pernah terjadi.
Saat itu, mungkin aku hanya merasa lelah, lelah dengan sikap dia yang seakan tidak pernah mau salah. Disaat aku sedikit saja membuatnya sedikit berpikir, dengan gampangnya dia pergi tanpa memberi kabar, membuatku semakin khawatir dan ketakutan.
Saat itu, mungkin aku hanya merasa benar-benar lelah, lelah dengan sikap dia yang tidak pernah meminta maaf disaat telah membuatku menunggu, disaat telah membuatku begitu sangat khawatir, dan disaat telah membuatku menangis.
Saat itu, mungkin aku hanya merasa sangat lelah, lelah dengan sikap dia yang semakin acuh tak acuh dan begitu baik dengan wanita lain yang entah siapa sebenarnya dia.
Mungkin aku lelah, lelah karena merasakan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan, tidak pernah aku rasakan karena memang baru kali ini aku berpacaran.
Aku tidak tau bagaimana caranya marah, aku tidak tau bagaimana caranya cemburu, aku tidak tau bagaimana caranya agar bisa diperhatikan.
Ketika kejadian itu, aku hanya berharap dia mempertahanku, aku hanya berharap dia mengajariku bagaimana sikap ketika marah dan cemburu itu, namun kenyataannya, dia melepasku.
Aku selalu menuliskan surat untuknya, memberitahu bahwa aku masih sangat mencintainya. Namun dia selalu mengabaikannya. Padahal butuh waktu lama untuk aku bisa tiba dirumahnya. Yaa, selalu aku sempatkan untuk pergi ke rumahnya, hanya sekedar meletakkan sebuah surat yang tidak pernah dianggapnya berguna.
Bahkan suatu malam, disaat thypusku kembali menyerang, tanpa memikirkan kondisiku, aku memberanikan diri untuk ke rumahnya yang berjarak puluhan km dari kosku, dan setiba dirumahnya, dia tidak ada di dalam rumah. Berkali-kali aku ke rumahnya untuk memberikan penjelasan, tapi dia selalu tidak ada di rumah, jika pun ada, dia tidak pernah menganggapku ada di depannya.
Kasih Diantara Remaja 12 Lima Sekawan 07 Petualangan Di Sirkus Asing Pedang Halilintar 1
^