Pencarian

Hijaunya Lembah Hijaunya 33

01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja Bagian 33


Sadmaya "agaknya tidak ada lagi yang berani menentang
kekuasaan Pengeran Singa Narpada"
"Pangeran Singa Narpada?" ulang Ki Ajar "Apakah
Pangeran Singa Narpada itu nama Sri Baginda di Kediri"
"Ah, tentu bukan" Ki Sadmaya tertawa "Kau benarbenar
orang padepokan yang jauh ratu tetapi dekat batu.
Kau tidak mengenal orang-orang penting yang terlibat
dalam perang yang dahsyat kemarin?"
Ki Ajar menggelengkan kepalanya. Katanya "Aku
memang tidak mengenal orang-orang penting di Kediri.
Mungkin dengan tinggal beberapa hari disini,
pengetahuanku akan dapat bertambah. He, siapakah
Pangeran Singa Narpada?"
Tetapi Ki Sadmaya belum sempat menjawab, ketika
pembantunya menghidangkan makanan dan minuman bagi
tamu-tamunya. "Nah, marilah" berkata Ki Sadmaya "wedang jae hangat
dengan gula kelapa. Jadah, jenang alot dan trasikan"
Ki Ajar tersenyum sambil menyahut "Terima kasih.
Agaknya hidangan itu akan dapat menghangatkan
tubuhnya setelah semalaman aku kedinginan"
"Semalam Ki Ajar ada dimana" Pagi-pagi sekali Ki Ajar
sudah berada di Kota Raja" Atau barangkali Ki Ajar sudah
berada di Kota Raja sejak kemarin?"
"Aku adalah orang padepokan Ki Sadmaya" jawab Ki
Ajar " dimanapun bagi kami tidk ada bedanya. Kami
semalaman bermalam di perjalanan"
"Di banjar padukuhan?" bertanya Ki Sadmava.
Ki Ajar menggeleng. Jawabnya "Tidak Ki Sadmaya.
Kami berdua bermalam di pategalan. Tetapi bagi kami
bukan sesuatu yang menyulitkan keadaan kami. Kami
dapat tidur dimana saja"
Ki Sadmaya mengangguk-angguk.Lalu "Baiklah.
Sekarang silahkan makan dan minum hidangan kami"
Ki Ajar dan Putut yang mengikutnya itupun kemudian
meneguk minuman hangat yang dihidangkan.
Bagaimanapun juga terasa juga nikmatnya setelah mereka
menempuh perjalanan yang cukup jauh tanpa bekal
makanan apapun juga dan sekedar minum air yang mereka
bawa dengan sebuah impes.
Karena itu, maka merekapun kemudian sibuk dengan
makanan dan minuman yang dihidangkan.
Namun demikian. Ki Ajar menjadi agak kecewa karena
pembicaraan yang terputus. Ia sudah hampir sampai pada
satu keterangan yang diharapkannya.
"Tetapi aku tidak tergesa-gesa" berkata Ki Ajar didalam
hati "Aku tidak boleh membiarkan perasaanku bergejolak
sehingga aku justru akan menarik perhatiannya"
Karena itu, maka sikap Ki Ajarpun telah dipertahankan
sebagaimana dikatakannya. Ia sama sekali tidak
mempunyai keperluan apapun juga di Kota Raja selain
sekedar untuk melihat-lihat.
Namun Ki Ajar itu yakin, bahwa sebagai seorang yang
memiliki sawah cukup luas dan ternak yang cukup banyak,
Ki Sadmaya agaknya mempunyai banyak hubungan dengan
orang-orang yang termasuk orang-orang yang penting.
Menilik keadaan rumah dan halamannya, perabotperabotnya,
maka Ki Sadmaya memang seorang yang
cukup kaya. Dan biasanya orang-orang kaya meskipun
bukan pemimpin pemerintahan atau Senapati perang,
namun ia akan mempunyai pengaruh yang cukup besar
dilingkungannya. Karena itu, maka Ki Ajar merasa bahwa ia telah berada
di tempat yang benar. Bahkan seandainya ia tidak dapat
memanfaatkan kedudukan dan pengaruh Ki Sadmaya yang
kaya, maka kesemuanya tinggal di Kota Raja itupun telah
memberikan banyak keuntungan baginya.
Sementara itu. Ki Sadmaya sama sekali tidak
memikirkan kepentingan yang justru dapat mempengaruhi
peredaran sejarah Kediri jika usaha Ki Ajar itu berhasil.
Karena itu, maka dengan tanpa berprasangka sama sekali,
ia memberikan tempat kepada Ki Ajar, yang baginya adalah
seorang pertapa. Bagi Ki Sadmaya, pertapa yang disebutkan dengan Ki
Ajar Bomantara itu tidak berbuat lebih banyak dari
menekuni persoalan ajaran-ajaran tentang hidup dan
kehidupan dalam hubungan dengan masa lenggeng. Namun
Ki Sadmaya juga mengetahui pada saat-saat ia berada di
padepokan, bahwa para cantrik di padepokan itu juga
sedikit mempelajari olah kanuragan yang akan dapat
mereka pergunakan untuk menolong yang lemah dan
melindungi orang-orang yang dibayangi oleh tindak
kejahatan. Karena itu, maka Ki Sadmaya sama sekali tidak
menduga, bahwa kehadiran Ki Ajar itu ada hubungannya
dengan kematian Pangeran Kuda Permati dan keadaan
Pangeran Lembu Sabdata yang berada didalam kurungan.
Dengan demikian maka Ki Sadmaya sama sekali tidak
berkeberatan untuk menerima Ki Ajar dan Putut Pajer
sebagaimana ia diterima di padepokan mereka.
Sejak hari itu, maka Ki Ajar dan Putut Panjer berada
dirumah Ki Sadmaya. Mereka berada di Pondok kanan.
Dengan senang hati seluruh keluarga Ki Sadmaya
memperlakukan Ki Ajar dan Putut Panjer sebagaimana
keluarga mereka sendiri. "Tinggallah disini sampai kapan kalian menghendaki"
berkata Ki Sadmaya "rumahku terlalu besar untuk
keluargaku berkata Ki Sadmaya "rumahku terlalu besar
untuk keluargaku yang kecil. Karena itu, seandainya kalian
akan tinggal di rumahku untuk seterusnyapun akan tidak
berkeberatan sama sekali.
"Terimakasih Ki Sadmaya" jawab Ki Ajar "Aku akan
memanfaatkan kebaikan hati Ki Sadmaya. Mungkin aku
akan berada di rumah ini untuk waktu yang lama, karena
aku ingin mendapatkan pengalaman hidup di Kota Raja.
Selama ini aku selalu berada di padepokan kecil yang
terpencil dan sepi. "Silahkan" sahut Ki Sadmaya "seandainya Ki Ajar
memerlukan sesuatu, katakan saja. Mungkin aku dapat
menolong. Seandainya Ki Ajar ingin seorang pengantar
untuk melihat-lihat keadaan Kota Raja, seorang
kemamanakanku yang tinggal bersamaku disini menjadi
penunjuk. "Ki Sadmaya terlalu baik" berkata Ki Ajar "bukan
maksudku untuk terlalu merepotkan.Ki Sadmaya dan
keluarga" Ki Sadmaya tertawa. Katanya "Aku tidak berbuat apaapa"
Ki Ajarpun kemudian tertawa pula. Katanya "Mungkin
yang akan aku perlukan jauh lebih banyak dari yang Ki
Sadmaya duga sebelumnya"
Ki Sadmaya justru tertawa. Katanya "Apakah yang Ki
Ajar perlukan. Tetapi jika aku tidak mampu
mengadakannya, maka akupun akan mengatakannya"
Demikianlah, maka untuk beberapa lamanya Ki Ajar
dan Putut Penjer telah menjadi bagian dari keluarga Ki
Sadmaya. Dengan demikian kehadiran mereka di Kediri
seakan-akan telah mendapatkan alas tempat berpijak yang
mapan, sehingga mereka tidak perlu dengan susah payah
memikurkannya. Dalam kesempatan itulah, maka Ki Ajar dan Putut
Panjer berusaha untuk mendapakan keterangan tentang
keadaan Pangeraan Lembu Sabdata yang sedang dikurung
dan dikawal kuat sekali oleh prajurit-prjurit pilihan dari
Kediri. Namun dalam pada aitu, pada saat yang ditunggu,
ternyata Ki Ajar dan Putut Sadmaya sempat juga
berbincang dengan Ki Sadmaya tentang keadaan Kediri
yang pada saat itu datang ke rumah itu telah terputus.
Dengan pendahuluan yang berputar-putar akhirnya Ki
Ajar sampai pada satu pertanyaan "Apakah kematian
Pangeran Kuda Permati benar-benar membawa ketenangan
di Kediri?" "Agaknya memang demikian, setidak-tidaknya untuk
sementara" jawab Ki Sadmaya.
"Dan bagaimana dengan para pendukungnya?" bertanya
Ki Ajar pula. "Agaknya Ki Ajar tertarik juga dengan berita-berita
tentang pertentangan yang terjadi dilingkungan istana
Kediri?" desis Ki Sadmaya.
"Sebagai rakyat Kediri, maka berita itu memang sangat
menarik. Berita yang kami dengar tidak jelas pada saat
kamu berada di padepokan. Kami seakan-akan hanya
mendengar gemanya. Dengan demikian maka bunyinya
tidak lagi sejelas suara aslinya" berkata Ki Ajar.
Ki Sadmaya tersenyum. Katanya "Kematian Pangeran
Kuda Permati pengaruhnya memang besar sekali. Para
pengikutnya sedikit demi sedikit telah menyerah, sehingga
akhirnya hampir semua pengikutnya telah menyerah pula.
Sekarang kekuasaan seakan-akan berada ditangan Pangeran
Singa Narpada yang telah berhasil menumpas
pemberontakan Pangeran Kuda Permati, meskipun
keberhsilannya terutama karena langkah yang diambil oleh
isteri Pengeran Kuda Permati sendiri"
Ki Ajar mengangguk-angguk. Katanya "Nama yang
memang dapat mendirikan bulu roma. Pangeran Singa
Narpada. Aku kira nama itu adalah nama Sri Baginda
dimasa mudanya atau sebutan lain bagi Sri Baginda, yang
belum pernah aku dengar sebelumnya karena nama itu
dihubungkan dengan kekuatan di Kediri"
Ki Sadmaya tersenyum. Katanya "Nama itu adalah
nama seorang Pangeran"
Ki Ajar itu mengangguk-angguk. Seakan-akan diluar
sadarnya ia bertanya "Apakah tidak ada diantara para
Pangeran yang lain yang terlibat kedalam pemberontakan
itu?" Ki Sadmaya mengerutkan keningnya. Katanya
"Memang ada. Dan itu bukan rahasia lagi. Adiknya,
Pangeran Lembu Sabdata kini berada didalam tahanan"
"O" Ki Ajar masih mengguk-angguk "jadi ada juga
keluarga istana yang lain yang terlibat?"
Ki Sadmaya sama sekali tidak berprasangka. Apalagi
yang dikatakannya itu adalah satu peristiwa yang sudah
diketahui oleh hampir semua orang Kediri. Karena itu,
maka dengan serta merta ia berkata "Pangeran Lembu
Sabdata telah bergerak cukup jauh. Sebelum Pangeran
Kuda Permati dengan terang-terangan mengangkat senjata,
maka yang bergerak adalah Pangeran Lembu Sabdata
meskipun tidak langsung mengganggu Kota Raja dan
sekitarnya, karena Pangeran Lembu Sabdata lebih banyak
bergerak di Pakuwon yang berhadapan langsung dengan
Singasari. He, apakah kau tidak pernah mendengar bahwa
ada satu gerakan yang telah membuat hutan-hutan menjadi
gundul terutama dilereng-lerang pegunungan di daerahdaerah
yang subur, yang dapat menjadi lumbung makanan
bagi Singasari" Tanah-tanah perdikan dan Pakuwonpakuwon
disekitar Singasari telah menjadi sasaran. Tetapi
pada suatu saat Pangeran Lembu Sabdata telah tertangkap
oleh kekuatan yang dipasang oleh Singasari. Atas
permintaan Pangeran Singa Narpada, maka Pangeran
Lembu Sabdata dibawa ke Kediri. Pada saat itulah maka
kedok Pangeran Kuda Permati mulai terbuka"
"O" Ki Ajar mengangguk-angguk. Seolah-olah ia
memang belum pernah mendengar berita tentang
pergolakan itu. Sementara itu. Ki Sadmayapun berkata seterusnya "Nah,
sampai sekarang Pangeran Lembu Sabdata itu masih berada
didalam tahanan" Ki Ajar mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak dapat
langsung bernyata tentang sesuatu yang lebih mendalam
lagi. Yang dapat dikatakan kemudian adalah "Sampai
kapan Pangeran Lembu Sabdata itu akan ditahan?"
Ki Sadmaya mengangkat pundaknya. Katanya "Tidak
seorangpun yang dapat mengatakan. Mungkin sebentar lagi
ia sudak dibebaskan. Tetapi mungkin ia akan ditahan
sampai waktu yang tidak terbatas"
Ki Ajar mengerutkan keningnya. Ia ingin mendengar
apakah Pangeran itu memang terganggu kesadarannya.
Ternyata Ki Sadmaya itu memang mengatakan "Ki Ajar.
Ada sesuatu yang perlu kau ketahui tentang Pangeran itu.
Pangeran yang masih muda itu ternyata sedang terganggu
kesadarannya" "O, apakah gangguan itu disebabkan karena keadaannya
selama ia berada didalama tahanan" Mungkin perlakuan
yang tidak sewajarnya atau hal-hal lain?" bertanya Ki Ajar.
"Sebenarnya Sri Baginda itu sangat menyayanginya.
Tetapi Sri Baginda tidak dapat berbuat sesuatu karena
adiknya itu terbukti telah terlibat dalam satu
pemberontakan bersama Pangeran Kuda Permati" jawab Ki
Sadmaya "Tetapi yang membuat kesadarannya itu
terganggu adalah pada saat-saat ia mendengar berita
kematian Pangeran Kuda Permati dan sebab kematiannya"
Ki Ajar mengerutkan keningnya. Sementara itu tanpa
diminta Ki Sadmaya telah menceriterakan sebab kematian
Pangeran Kuda Permati yang telah sangat mengejutkan dan
kemudian mengguncang perasaan Pangeran Lembu
Sabdata. "Kasihan" berkata Ki Ajar. Namun tiba-tiba ia berdesis
"Ki Sadmaya. Bukan maksudku untuk menyombongkan
diriku. Mungkin aku memang seorang padepokan yang
dungu. Tetapi ada sesuatu yang mungkin dapat aku
lakukan. Aku adalah seorang pertapa yang selama ini
berusaha untuk menemukan cara menolong sesama dengan
cara-cara yang khusus. Karena itu, apabila tidak melanggar
paugeran, apakah aku diperkenankan berusaha mengobati
Pangeran Lembu Sabdata" Meskipun ia harus tetap berada
didalam kurungan, namun alangkah baiknya, jika ia dapat
disembuhkan dari sakit ingatannya itu"
"Apakah kau dapat mengobati Orang yang sakit
ingatan?"" bertanya Ki Sadmaya


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku sudah berusaha untuk mempelajari berbagai jenis
obat-obatan" berkata Ki Ajar "Tetapi yang dapat aku
lakukan adalah atas orang-orang padukuhan kecil dan
bodoh dan sederhana. Aku tidak dapat mengatakan, apakah
aku juga dapat mengobati seorang Pangeran"
Ki Sadmaya mengerutkan keningnya. Katanya "Apakah
ada bedanya?" "Tentu ada" jawab Ki Ajar "orang-orang yang bodoh
dan sederhana dengan mudah dapat berada dibawah
pengaruh kekuatan jiwani yang ada didalam diriku. Tetapi
apakah orang-orang yang berkepribadian kuat dan pandai
sebagaimana seorang Pangeran akan dapat aku perlakukan
seperti itu" Ki Sadmaya mengangguk-angguk. Namun kemudian
katanya "Sekarang Pangeran Lembu Sabdata dalam
keadaan dibawah pengawasan. Betapapun besar
kesalahannya, ia memang perlu mendapat pertolongan
jiwanya yang terganggu. Tetapi aku tidak tahu. apakah
Pangeran Singa Nar-pada akan membenarkan"
"Tetapi bukankah Pangeran Lembu Sabdata adalah adik
Sri Baginda yang disayanginya" Mungkin Pangeran Singa
Narpada tidak akan sependapat. Tetapi jika hal itu
diperintahkan oleh Sri Baginda, apakah mungkin Pangeran
Singa Narpada menentangnya?" bertanya Ki Ajar.
Ki Sadmaya menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Aku
tidak tahu. Aku tidak banyak mengetahui seluk beluk
istana" Ki Ajar mengangguk-angguk. Namun dengan demikian
ia sudah memasuki satu langkah untuk dapat menuju ke
sasarannya. Tetapi ia harus menahan diri untuk melangkah
lebih berhati-hati. Katanya kemudian "Ki Sadmaya. Bagiku keadaan
Pangeran Lembu Sabdata itu sangat menarik untuk
mendapat perhatian. Ki Sadmaya menarik nafas dalam-dalam. Tetapi iapun
kemudian berkata "Memang kita dapat menaruh belas
kasihan. Tetapi apa yang dapat kita lakukan?"
Ki Ajar mengangguk-angguk. Namun ia berkata "Ki
Sadmaya. Apakah Ki Sadmaya tidak dapat berusaha, lewat
kawan-kawan Ki Sadmaya. atau siapapun juga. untuk dapat
sampai pada satu kemungkinan mengobati Pangeran yang
sakit itu" Tetapi dengan satu pengertian, bahwa aku sendiri
tidak pasti bahwa aku akan dapat menyembuhkannya.
Semuanya itu hanyalah satu usaha saja"
Ki Sadmaya mengerutkan keningnya. Katanya "Ki Ajar
adalah seorang pertapa. Mungkin Ki Ajar memang
memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Karena itu. jika ada jalan, maka Ki Ajar dapat
mencobanya. "Aku sama sekali tidak akan berkeberatan Adalah
menjadi kewajiban kita untuk berusaha menolong sesama.
Tetapi sekali lagi dengan keterangan, bahwa yang aku
lakukan hanyalah satu usaha. Aku sama sekali tidak dapat
memastikan bahwa usaha itu akan berhasil" jawab Ki Ajar.
Ki Sadmya mengangguk-angguk. Namun telah tumbuh
didalam hatinya persoalan tentang Pangeran Lembu Sabdata
yang sakit itu. Ia sudah lama mengetahui bahwa
Pangeran Lembu Sabdata itu sakit. Tetapi sebelumnya ia
tidak pernah memikirkannya. Namun ketika ia berbicara
dengan Ki Ajar tentang Pangeran itu. maka iapun telah
sependapat, bahwa ada juga baiknya berusaha untuk
mengobatinya. Ia sudah cukup menderita didalam tahanan.
Apalagi jika harus menderita penyakit ingatan yang kadangkadang
membuatnya benar-benar lupa dan menyakiti
dirinya sendiri tanpa disengaja.
Karena itu. maka Ki Sadmayapun kemudian berkata "Ki
Ajar. Akau akan mencoba untuk berhubungan dengan
orang-orang yang aku kenal Mungkin diuntara mereka ada
yang dapat menghubungkan kita dengan lingkungan istana
yang kemudian dapat menjadi jembatan untuk sampai
kepada usaha pengobatan Pangeran Lembu Sabdata"
Ki Ajar mengangguk-angguk. Katanya "Aku menghargai
usaha Ki Sadmaya. Mudah-mudahana berhasil, karena
rasa-rasanya aku akan dibebani oleh kewajiban untuk
menolong sesama, meskipun berulang kali aku katakan,
hanya sekedar usaha"
"Baiklah Ki Ajar. Namun dengan demikian, maka Ki
Ajar akan berada di rumah ini untuk waktu yang lebih
lama" berkata Ki Sadmaya.
"Jika Ki Sadmaya tidak berkeberatan, maka akupun
akan menunggu" sahut Ki Ajar.
"Tentu tidak" jawab Ki Sadmaya "namun demikian, aku
masih harus berhati-hati. Mudah-muahan usaha itu tidak
menyudutkan aku dalam kesulitan"
"Kenapa?" bertanya Ki Ajar.
"Mudah-mudahan dengan demikian aku tidak dianggap
terlibat dalam pemberontakan yang dilakukan oleh
Pangeran Lembu Sabdata dan Pangeran Kuda Permati"
Ki Ajar mengangguk-angguk. Namun katanya "Ki
Sadmaya memang harus berhati-hati. Dengan demikian Ki
Sadmaya harus dapat meyakinkan, bahwa yang kita
lakukan semata-mata karena kemanusiaan. Tentu Ki
Sadmaya tahu. bahwa orang-orang seperti aku ini tidak
akan mempunyai pamrih apapun juga"
Ki Sadmaya sama sekali tidak menolak keterangan itu.
Bagi Ki Sadmaya. sahabatnya itu memang benar-benar
seorang pertapa yang hidupnya sebagian besar diserahkan
untuk kepentingan kemanusiaan.
Dengan demikian, maka Ki Ajarpun telah menyatakan
kesediaannya untuk tinggal di Kediri lebih lama lagi.
Sementara itu Ki Sadmaya akan berusaha menghubungi
orang-orang yang dikenalnya yang memungkinkannya
untuk dapat berhubungan dengan orang yang berwenang
mengijinkan pengobatan bagi Pangeran Lembu Sabdata.
Namun dalam pada itu, didalam biliknya Ki Ajar berkata
kepada muridnya "Mudah-mudahan usaha Ki Sadmaya
berhasil. Setidak-tidaknya aku hanya memerlukan
keterangan, dimana sebenarnya Pangeran Lembu Sabdata
itu ditahan. Seandainya tidak ada ijin untuk mengobatinya,
aku tidak peduli" "Kemudian guru akan terlibat kedalam satu pekerjaan
yang amat rumit dan berbahaya" berkata Putut itu.
"Aku menyadarinya. Tetapi aku akan melakukannya
dengan baik. Aku akan kemampuanku dan kemampuanmu,
sehigga kita akan dapat mengambil Pangeran Lembu
Sabdata" berkata Ki Ajar.
Tetapi, guru" bertanya Putut itu "seandainya guru justru
diperkenankan pengobatinya, apakah guru akan dapat
mengambilnya" Jika demikian bukankah guru justru akan
dicurigai dan Pangeran Singa Narpada akan mencarinya di
padepokan kita?" "Semuanya akan diatur sebaik-baiknya" berkata Ki Ajar
"jika aku dapat mengobatinya dan menyembuhkannya,
maka aku akan membiarkannya tinggal untuk satu dua
bulan. Baru kemudian kita akan mengambilnya dan
memberikan kesan bahwa Pangeran Lembu Sabdata telah
melarikan diri" Putut itu mengangguk-angguk. Ia percaya bahwa
gurunya akan dapat melakukan semua rencananya dengan
cermat. Namun yang dilakukan oleh Ki Sadmaya bukannya
usaha yang mudah. Ternyata ia harus menempuh jalan
yang berbelit-belit untuk sampai pada seseorang yang
mempunyai hubungan dengan keadaan Pangeran Lembu
Sabdata. Tetapi adalah seolah-olah diluar kehendaknya sendiri,
bahwa Ki Sadmaya telah bekerja dengan tekun dan
bersungguh-sungguh untuk mencari hubungan denga- n
orang-orang yang bertanggung jawab atas bilik tahanan
Pangeran Lembu Sabdata. Rasa-rasanya ia benar-benar
didorong oleh perasaan kemanusiaannya, bahwa Pangeran
Lembu Sabdata memang harus mendapat pengobatan.
Ternyata bahwa usaha Ki Sadmaya tidak sia-sia. Lewat
orang-orang yang dikenalnya, maka akhirnya ia berhasil
menghubungi seorang Senapati dari pasukan Pangeran
Singa Narpada. "Bukan dengan alasan apapun juga, tetapi sekedar alasan
kemanusiaan" berkata Ki Sadmaya kepada Senapati itu.
"Aku mengerti" jawab Senapati itu "keadaan Pangeran
Lembu Sabdata memang sangat memelas. Bahkan pada
satu saat ketika Sri Baginda berkesempatan untuk
melihatnya, maka nampak hatinya benar-benar tertusuk
oleh keadaan adiknya itu. Tetapi sebagai seorang Raja yang
harus berdiri diata-s segala hubungan dan lingkungan, maka
Sri Baginda tidak dapat berbuat apa-apa"
"Tetapi" berkata Ki Sadmaya "Apakah kira-kira
Baginda., berkeberatan, jika Pangeran Lembu Sabdata itu
diobati. Tidak untuk dilepaskan"
Senapati itu mengerutkan keningnya. Dengan ragu ia
bergumam "Apakah justru tidak lebih baik ia berada dalam
keadaannya" Bukankah dengan demikian ia tidak
menyadari bahwa dirinya berada dalam tahanan" Tetapi
jika ia disembuhkan, maka ia akan. merasakan kepedihan
sebagai seorang tawanan"
Ki Sadmaya termangu-mangu sejenak. Ada juga
kebenarannya pendapat Senapati itu. Tetapi bukankan
dengan demikian hidup Pangeran Lembu Sabdata tidak
berarti sama sekali, karena hidup tanpa kesadaran adalah
sama artinya dengan kehilangan tataran marabatnya.
Hampir kepada diri sendiri Ki Sadmaya bergumam
"Apakah Pangeran Singa Narpada pernah menyatakan
pendapatnya tentang Pangeran Lembu Sabdata?"
Senapati itu memandang Ki Sadmaya dengan tajamnya.
Kemudian katanya "Sebagai seorang yang berjiwa besar
seperti Pangeran Singa Narpada. maka sudah barang tentu
ia berpendapat bahwa sebaiknya Pangeran Lembu Sabdata
itu tidak mengalami goncangan jiwani. Tegasnya Pangeran
Singa Narpada akan bergembira sekali jika Pangeran
Lembu Sabdata itu dapat disembuhkan. Bukan saja dari
gangguan ingatannya, tetapi juga dari racun yang telah
merasuk kedalam dirinya yang ditusukkan lew'at keyakinan
Pangeran Kuda Permati"
Ki Sadmaya mengangguk-angguk. Katanya "Jika
Pangeran Lembu Sabdata menemukan kembali
kesadarannya, maka usaha untuk menyadarkannya bahwa
sikap dan keyakinan Pangeran Kuda Permati itu salah,
akan lebih mudah dilakukannya.
Senapati itu mengangguk-angguk. Katanya "Tetapi
nampaknya kau menaruh perhatian yang besar sekali
terhadap Pangeran Lembu Sabdata"
"Secara kebetulan dirumahku ada seorang pertapa yang
singgah. Seorang sahabatku yang menetap disebuah
padepokan untuk mesu diri menangkap suara heningnya
ketenteraman suasana dalam hubungannya dengan sumber
hidupnya" berkata Ki Sadmaya "ketika pertapa itu
mendengar kabar bahwa Pangeran Sabdata terganggu
jiwanya, maka iapun merasa terpanggil untuk berusaha
mengobatinya, meskipun ia sudah mengatakan, bahwa
yang dilakukannya adalah sekedar usaha. Mungkin usaha
itu tidak berhasil, karena ia merasa tidak lebih dari orang
kebanyakan seperti kita pula. Namun pertapa itu sama
sekali tidak tahu manahu sangkut pautnya antara Pangeran
Lembu Sabdata dengan Pangeran Kuda Permati dan
Pangeran Singa Narpada. karena menurut jalan hidupnya
yang ditempuhnya ia kurang memperhatikan gejolak seperti
yang pernah terjadi di Kediri pada saat-saat terakhir"
Senapati itu mengangguk-angguk. Katanya kemudian
Aku akan mencoba mencari keterangan, mudah-mudahan
aku dapat membantu pertapa itu. Karena menurut
keyakinanku, tidak ada pihak yang berkeberatan jika
Pangeran Lembu Sabdata mendapat pengobatan. Pangeran
Singa Narpada tidak dan Sri Bagindapun tidak. Tetapi
untuk itu memang diperlukan ijin resmi dari Sri Baginda.
Pangeran Lembu Sabdata adalah seorang tawanan, namun
ia juga salah seorang keluarga Raja"
Ki Sadmaya mengangguk-angguk. Katanya "Kami
menunggu hasilnya. Aku sudah minta pertapa itu untuk
tidak tergesa-gesa meninggalkan rumahku. Tetapi aku tidak
tahu. sampai kapan ia dapat meninggalkan padepokannya.
"Aku akan berusaha dapat memberikan keterangan
secepatnya " berkat Senapati itu.
Dengan demikian, maka keterangan Ki Sadmaya kan
kesediaan Senapati itu. telah membuat Ki Ajar semakin
mantap. Ia berharap bahwa ia benar-benar akan mendapat
kesempatan untuk bertemu dengan Pangeran Lembu
Sabdata. Setidak-tidaknya mengetahui dimana Pangeran itu
disimpan. Sebenarnyalah Senapati yang telah berhasil dihubungi Ki
Sadmaya itupun berusaha untuk mendapat kesempatan
berbicara langsung dengan Pangeran Singa Narpada.
Menurut pendapatnya Pangeran Singa Narpada akan dapat
menyampaikannya kepada Sri Baginda di Kediri.
Tetapi kesempatan untuk berbicara dengan Pangeran
Singa Narpada tentang Pangeran Lembu Sabdata itu tidak
didapatkannya dengan mudah. Pada saat-saat terakhir,
Pangeran Singa Narpada masih juga sibuk untuk
membenahi lingkungan keprajuritan Kediri yang telah di
koyak-koyak oleh Pangeran Kuda Permati. Dengan sangat
hati-hati dan cermat. Pangeran Singa Narpada harus
memilih, siapakah diantara para prajurit yang terlibat dalam
usaha Pangeran Kuda Permati yang masih mungkin
dikembalikan kedalam lingkungan keprajuritan. Sementara
itu siapa pula yang harus dibina dengan penuh
kesungguhan dan yang manakah yang tidak ada harapan
lagi untuk dapat diangkat kembali dari dalam lumpur
pelanggaran paugeran kesatria Kediri menurut
pertimbangan yang wajar. Untuk kepentingan itu. Pangeran Singa Narpada harus
menyusun sekelompok perwira yang benar-benar dapat
dipercaya untuk menilai para prajurit yang dianggap


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersalah. Termasuk para panglima didaerah perbatasan di
ampat penjuru. Namun Senapati itu tidak berputus-asa. sebagaimana
selalu dikatakannya kepada Ki Sadmaya.
"Tahanlah agar pertapa itu tetap tinggal ditempatmu
untuk beberapa hari lagi" berkata Senapati itu.
"Tetapi sampai kapan" bertanya Ki Sadmaya "usaha itu
adalah sekedar karena rasa kasihan. Karena itu, sudah tentu
aku tidak akan dapat mengikatnya terlalu lama"
"Aku akan berusaha" jawab Senapati itu. Namun
katanya kemudian "Bukankah usahamu dan usahaku ini
juga hanya karena rasa kasihan" Bukankah aku dan Ki
Sadmaya tidak mempunyai pamrih lain?"
"Ya. Ya. Aku mengerti" jawab Ki Sadmaya.
Namun ternyata bahwa usaha Senapati itu tidak sia-sia.
Pada satu saat. kesempatan itu ternyata didapatkannya
juga. Justru pada saat Pangeran Singa Narpada yang sedang
melakukan pengamatan terhadap para prajurit di
lingkungan Kota Raja Kadiri tiba-tiba saja ingin menengok
Pangeran Lembu Sabdata didalam bilik tahanannya.
Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam
ketika ia berdiri dimuka pintu bilik yang kemudian dibuka.
Dilihatnya Pangeran Lembu Sabdata sudah berubah sama
sekali. Ketika pintu berderit, maka Pangeran Lembu
Sabdata itu memang berpaling. Tetapi kemudian Pangeran
itu tidak mengacuhkannya lagi. Seolah-olah tidak ada
seorangpun yang berdiri dimuka pintu.
Pangeran Singa Narpada melangkah dengan hati-hati
memasuki bilik itu. Ia tidak ingin mengejutkan Pangeran
Lembu Sabdata, karena dengan demikian, mungkin
Pangeran yang sedang sakit itu akan menjadi garang.
"Adi mas Pengeran" desis Pangeran Singa Narpada,
Pangeran Lembu Sabdata berpaling sekilas"' Namun
kemudian ia kembali kepada sikapnya semula. Duduk
disudut bilik yang khusus, yang terbuat dari batang-batang
kayu yang dijalin rapat kecuali dibeberapa bagian untuk
memberikan cahaya dan angin kedalam bilik itu. yang
dianyam agak jarang namun terikat kuat-kuat dengan tali
ijuk. Pangeran Singa Narpada merenungi keadaan Pengeran
Lembu Sabdata itu dengan sentuhan di hatinya. Namun ia
juga menyesali sikap keras hati dan keras kepala Pangeran
yang masih terhitung muda itu. sehingga ia mengalami
goncangan jiwa yang tidak teratasi.
Pangeran Lembu Sabdata itu tidak lagi menyadari,
bagaimana ia berpakaian. Makan dan minumnya sama
sekali tidak teratur meskipun ia mendapat pelayanan yang
cukup baik. Rambutnya yang panjang terurai kumal yang
tidak dikenakannya dikepalanya.
"Adimas" desis Pangeran Singa Narpada.
Wajah Pangeran Lembu Sabdata menjadi tegang.
Dipandanginya Pangeran Singa Narpada dengan sorot mata
yang mulai menyala. Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Namun ia tidak ingin terlibat kedalam kesulitan dengan
seseorang yang terganggu jiwanya. Karena itu, maka iapun
kemudian melangkah keluar pintu sambil bergumam
"Sungguh akhir yang sangat pahit"
Senapati yang berhubungan dengan Ki Sadmaya tiba-tiba
saja seperti mendapat jalan untuk menyampaikan
maksudnya. Bahkan hampir diluar sadarnya ia menyahut
"Bukan Pangeran. Masih ada jalan keluar jika Pangeran
tidak berkeberatan" Pangeran Singa Narpada tertarik kepada kata-kata
Senapati itu. Dengan kerut dikening Pangeran Singa
Narpada bertanya "Apa maksudmu?"
Senapati itu menjadi berdebar-debar. Sejenak ia
memperhatikan seorang pengawal menutup bilik itu.
Sementara itu Pangeran Singa Narpada menunggu jawaban
dari mulutnya. Senapati itupun kemudian menceriterakan tentang
seorang pertapa yang kebetulan berada dirumah seorang
kenalannya. Pertapa itu bersedia mengobati Pangeran
Lembu Sabdata yang sakit.
Pangeran Singa Narpada termangu-mangu sejenak.
Namun tiba-tiba ia bertanya "Apakah ia sengaja datang
untuk mengobati Pangeran Lembu Sabdata?"
Senapati itu merasa bahwa ia harus berhati-hati.
Pangeran Singa Narpada tentu tidak akan dengan mudah
percaya kepada orang-orang yang belum dikenalnya. Juga
kepada pertapa itu. Jika pertapa itu sengaja datang untuk
mengobati Pangeran Lembu Sabdata, apakah ia
mempunyai sesuatu pamrih yang terselubung"
Karena itu, maka Senapati itupun kemudian berkata
"Pangeran. Pertapa itu sama sekali tidak mengetahui apa
yang pernah terjadi di Kota Raja ini. la datang sekedar
menengok sahabatnya, Ki Sadmaya, Baru ketika ia berada
dirumah Ki Sadmaya ia mendengar segala sesuatu yang
pernah terjadi, termasuk Pengeran Lembu Sabdata yang
ditahan karena terlibat kedalam pemberontakan Pangeran
Kuda Permati. Namun pertapa itu menaruh belas kasihan
bahwa Pangeran Lembu Sabdata telah mengalami kegoncangan
jiwa. Jika segala pihak tidak berkeberatan, maka
pertapa itu akan berusaha untuk mengobatinya, meskipun
ia tidak menyanggupkan bahwa ia pasti akan benar-benar
dapat menyembuhkannya"
Pengeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Sejenak ia memandangi Senapati itu dengan tajamnya.
Tiba-tiba saja ia bertanya "Apakah Ki Sadmaya yang
mengusahakannya. Bukankah kau menyebut-nyebut bahwa
pertapa itu ada dirumah kawanmu yang bernama Ki
Sadmaya" "Menurut pendapatku, Ki Sadmayapun tidak bersangkut
paut dengan peristiwa yang baru terjadi. Ia bukan seseorang
yang berkepentingan dengan pertempuran yang telah
membakar Kediri selama ini. Ki Sadmayapun sekedar
merasa belas kasihan ketika ia mendengar bahwa seorang
Pangeran yang bersalah dan disimpajt didalam kurungan
telah mengalami kegoncangan jiwa" berkata Senapati itu.
Pangeran Singa Narpada mengangguk-angguk. Namun
kemudian katanya "Aku ingin bertemu dengan orang yang
bernama Ki Sadmaya itu"
"Baiklah Pangeran" jawab Senapati itu "Aku akan
membawa orang itu menghadap"
Namun dengan demikian maka Senapati itupun merasa
bahwa tanggung jawabnya justru berkurang. Jika orang itu
sudah bertemu langsung dengan Pangeran Singa Narpada.
maka persoalannya akan langsung diketahui oleh Pangeran
itu, sehingga jika terjadi sesuatu, kesalahannya tidak
seluruhnya akan ditimpakan kepadanya.
Demikianlah, sebagaimana diperintahkan oleh Pangeran
Singa Narpada, maka Senapati itu telah membawa Ki
Sadmaya menghadap. Dengan teliti Pangeran Singa Narpada bertanya tentang
diri Ki Sadmaya sendiri, sikapnya dan kesetiaannya kepada
Kediri, serta kemungkinan hubungan yang ada antara Ki
Sadmaya dengan peristiwa yang baru saja terjadi.
"Aku sama sekali tidak terlibat kedalam pertentangan
yang baru saja terjadi Pangeran" jawab Ki Sadmaya
"bahkan aku pernah mengalami kesulitan karena tiga ekor
kudaku telah diambil oleh orang-orang yang menyebut
dirinya pejuang-pejuang dibawah pimpinan Pangeran Kuda
Permati" Pangeran Singa Narpada mengerutkan keningnya. Ka
tanya " Kudamu diambil oleh para pengikut Pangeran Kuda
Permati, atau kau memang menyerahkan kudamu kepada
mereka?" "Mereka yang mengambil kuda-kudaku Pangeran"
jawab Ki Sadmaya "Tetapi aku tidak berani melawan
kehendak mereka. Aku harus menyerahkannya jika aku
masih ingin hidup" Pangeran Singa Narpada mengangguk-angguk. Katanya
"Siapa yang mengatakan kepadamu, bahwa Pangeran
Lembu Sabdata adalah seorang Pangeran yang terlibat
kedalam pemberontakan Pangeran Kuda Permati dan
kemudian mengalami sakit ingatan"
Ki Sadmaya termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian katanya "Bukankah banyak orang-orang yang
mengatakannya tentang keadaan Pangeran Lembu Sabdata.
Kebanyakan diantara orang-orang itu sama sekali tidak
berkeberatan jika Pangeran Lembu Sabdata dibatasi ruang
geraknya karena ia jelas melakukan kesalahan. Tetapi
bahwa kesadarannya telah terganggu itulah yang
menumbuhkan belas kasihan, karena dengan demikian,
maka keadaannya tentu akan menjadi cepat sekali rusak.
Baik tubuhnya maupun jiwanya. Namun demikian segala
sesuatunya terserah kepada Pangeran. Sementara itu.
sahabatku, pertapa itupun berkata bahwa ia hanya dapat
berusaha, mungkin berhasil, tetapi mungkin juga tidak"
Pangeran Singa Narpada melihat kejujuran disorot mata
Ki Sadmaya. Karena itu. maka katanya "Aku tidak
berkeberatan Ki Sadmaya. Tetapi bagaimana dengan
sahabatmu itu" Apakah padanya tidak ada niat
tersembunyi?" "Manurut pendapatku, tentu tidak Pangeran. Ia baru
mendengar peristiwa yang terjadi di Kota Raja setelah ia
berada dirumah" berkata Ki Sadmaya.
Pangeran Singa Narpada mengangguk-angguk. Namun
katanya "Tetapi segala sesuatunya tergantung kepada Sri
Baginda. Pangeran Lembu Sabdata adalah seseorang yang
pernah melakukan kesalahan terhadap Raja. Dan secara
kebetulan ia adalah adik Raja itu pula. Karena itu. maka
keputusan terakhir ada di tangan Sri Baginda"
Ki Sadmaya mengangguk-angguk. Tetapi ia boleh
berpengharapan bahwa Ki Ajar yang tinggal dirumahnya
itu akan mendapat kesempatan untuk mengobati Pangeran
Lembu Sabdata. Meskipun ia tidak mempunyai hubungan
apapun juga dengan Pangeran itu, tetapi tidak ada salahnya,
jika Pangeran itu mendapat pertolongan atas dasar
kemanusiaan semata-mata. Dengan demikian, maka kepada Ki Ajar. Ki Sadmaya
mempersilahkan untuk menunggu perintah lebih lanjut dari
Pangeran Singa Narpada. setelah Pangeran Singa Narpada
mendapat ijin dari Sri Baginda.
Dalam pada itu, maka Ki Ajar itupun dengan sabar
menunggu perintah dari Pangeran Singa Narpada. Namun
dalam pada itu, ia sudah tahu lebih banyak tentang keadaan
Pangeran Lembu Sabdata. Bahkan lewat Ki Sadmaya yang
mendengar dari Senapati pengawal Pangeran Singa
Narpada, Ki Ajar sudah dapat membayangkan, dimana
Pangeran Lembu Sabdata itu disimpan. Namun akan lebih
baik baginya, jika benar Pangeran Singa Narpada
memerintah' kan kepadanya atas ijin Sri Baginda untuk
mengobati sakit Pangeran Lembu Sabdata itu.
Namun dengan demikian, maka Ki Ajar itupun telah
berkata kepada Pututnya dalam kesempatan tersendiri
"Jalan kita sudah menjadi semakin lapang. Mudahmudahan
kita akan berhasil, sehingga dengan demikian kita
akan dapat berbuat sesuatu bagi masa depan. Mungkin
Pangeran Lembu Sabdata tidak akan dapat berbuat sesuatu
dalam waktu dekat. Tetapi satu permulaan memang
diperlukan untuk mencapai kelanjutannya dimasa datang.
Sementara itu, Pangeran Singa Narpada telah
menyampaikan persoalan itu kepada Sri Baginda.
Sebagaimana diinginkan oleh beberapa orang, bahwa
sebaiknya Pangeran Lembu Sabdata disembuhkan dari
sakitnya yang akan dapat menghancurkan wadag dan
jiwanya itu selama ia berada dalam tahanan.
"Tetapi apakah hal itu akan menguntungkannya?"
bertanya Sri Baginda. Lalu "sesudah adimas Lembu
Sabdata sembuh, apakah ia akan mendapat kebebasannya?"
Pangeran Singa Narpada menjadi bingung mendapatkan
pertanyaan justru dari Sri Baginda. Karena itu, maka
jawabnya "Segala sesuatu terserah kepada Sri Baginda"
"Tetapi kau mempunyai hak untuk memberikan
pertimbangan" sahut Sri Baginda "Kau dapat memberikan
beberapa alasan sikap yang manapun yang akan kau ambil"
Pangeran Singa Narpada termangu-mangu sejenak.
Namun kemudian katanya "Bagi hamba Sri Baginda,
seandainya Pangeran Lembu Sabdata benar dapat
disembuhkan, maka untuk sementara Sri Baginda sebaiknya
melihat perkembangan jiwanya. Perubahan penalarannya
terhadap keadaan yang dihadapinya. Baru kemudian Sri
Baginda dapat menentukan sikap atas Pangeran Lembu
Sabdata" Sri Baginda menarik nafas dalam-dalam. Ternyata didalam
hati Sri Baginda telah bergejolak keragu-raguan.
Bahkan kemudian katanya "Jika adimas Lembu Sabdata
harus mengalami perlakuan seperti sekarang, apakah
artinya kesembuhannya?"
"Dengan demikian Pangeran Lembu Sabdata akan dapat
mengatur diri dengan nalarnya. Mungkin pada suatu saat
memang diketemukan satu sikap yang memungkinkan nya
untuk keluar dari biliknya. Tetapi jika ia masih dalam
keadaan seperti sekarang, maka wadag dan jiwanya tentu
akan bertambah parah" jawab Pangeran Singa Narpada.
Sri Baginda mengangguk-angguk. Katanya "Jika
demikian maka terserah kepadamu"
Pangeran Singa Narpada justru menjadi gelisah. Seakanakan
semua tanggung jawab telah dibebankan kepadanya
apapun yang terjadi. Sri Baginda seakan-akan tidak ada
minat lagi untuk mengambil satu sikap bagi mereka yang
terlibat dalam pemberontakan Pangeran Kuda Permati.
"Baginda telah dicengkam oleh kebimbangan lagi"
berkata Pangeran Singa Narpada di dalam hatinya.
Bahkan ketika Sri Baginda memandanginya dengan sorot
mata yang redup, maka seolah-olah Sri Baginda itu berkata
kepadanya "Kaulah yang telah menjerumuskannya ke
dalam keadaan seperti itu"
Jantung Pangeran Singa Narpada bergejolak. Bukan


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keinginannya untuk menyulitkan keadaan Pangeran Lembu
Sabdata pada saat itu. Ia tengah melakukan satu tugas bagi
kepentingan Kediri. Bahkan iapun telah mengalami satu
perlakuan yang pahit justru pada saat ia melakukan
tugasnya. Namun akhirnya Sri Baginda itupun berkata
"Lakukanlah yang paling baik menurut pertimbanganmu"
"Hamba akan melakukannya atas perintah Sri Baginda"
jawab Pangeran Singa Narpada.
Sri Baginda memandang Pangeran Singa Narpada
sejenak. Sebenarnyalah Sri Baginda mengetahui dengan
pasti, kesetiaan Pangeran Singa Narpada, meskipun
kadang-kadang Pangeran itu telah melakukan tindakan
yang bagi Sri Baginda terlampau keras, apalagi terhadap
keluarga sendiri. Tetapi Sri Baginda menyadari, bahwa
yang dilakukan oleh Pangeran Singa Narpada itu sematamata
bagi kepentingan Kediri menurut keyakinan Pangeran
Singa Narpada yang bertentangan dengan keyakinan
Pangeran Kuda Permati. Baru sejenak kemudian Sri Baginda itu mengangguk
sambil berkata "Baiklah, lakukanlah atas perintahku.
Usahakan kesembuhan Pangeran Lembu Sabdata.
Kemudian segala sesuatunya akan ditinjau kembali"
Pangeran Singa Narpada mengangguk horjnat. Katanya
"Hamba akan melakukannya Baginda"
Dengan demikian, maka Pangeran Singa Narpada
merasa mendapat beban jiwani. Meskipun Sri Baginda telah
menjatuhkan perintah, namun perintah itu seakan-akan
tidak lepas atas dorongan keyakinannya.
"Aku akan bertanggung jawab" geram Pangeran Singa
Narpada sebagaimana sering dilakukannya. Justru sikap Sri
Baginda telah mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Dengan demikian maka Pangeran Singa Narpada itupun
telah menghubungi Ki Sadmaya untuk memberi
kesempatan kepada pertapa yang berada dirumahnya
mengobati Pangeran Lembu Sabdata yang sedang sakit
didalam bilik tahanannya.
Perintah itu telah diterima oleh Ki Ajar dengan tarikan
nafas panjang. Kepada Pututnya ia berkata tanpa didengar
oleh orang lain " Akhirnya kesempatan itu aku dapatkan
juga. Pututnya itupun mengangguk kecil. Namun terbayang di
angan-angannya satu tugas yang sangat berat terbentang
dihadapannya. Demikianlah, bersama dengan Ki Sadmaya, Ki Ajar dan
muridnya telah menghadap Pangeran Singa Narpada.
Dengan sikap seorang pertapa, maka Ki Ajar dapat
meyakinkan Pangeran Singa Narpada, bahwa ia tidak
mempunyai pamrih apapun juga, selain sekedar menolong
berdasarkan kemanusiaan. Kepada Ki Ajar Pangeran Singa Narpada itupun berkata
"Kau dapat melihat Pangeran Limbu Sabdata itu didalam
biliknya" "Terima kasih Pangeran" jawab Ki Ajar "Aku hanya
sekedar akan mencoba. Mudah-mudahan berhasil. Aku
sendiri memang tidak yakin bahwa aku akan dapat
mengobatinya, karena yang biasa aku lakukan adalah
pertolongan bagi orang-orang yang bodoh dan berjiwa
kerdil. Terhadap mereka aku dengan mudah dapat
mengatasi getaran jiwa mereka dan mempengaruhinya.
Tetapi aku tidak tahu, apakah aku dapat berbuat demikian
atas Pangeran Lembu Sabdata yang keras hati dan sudah
barang tentu berkepribadian kuat pula"
"Cobalah" berkata Pangeran Singa Narpada " tidak ada
orang yang akan menyalahkanmu jika kau gagal
mengobatinya" Ki Ajar itu mengangguk-angguk. Namun yang terasa
mempunyai kepribadian yang sangat kuat mula-mula
bukannya Pangeran Lembu Sabdata, tetapi adalah
Pangeran Singa Narpada. "Pangeran ini memang luar biasa" berkata Ki Ajar
didalam hatinya jika ia mendapat kesempatan berhadapan
dengan Pangeran Kuda Permati secara pribadi, agaknya
Pangeran Kuda Permati akan mendapat lawan yang
tangguh. Bahkan agaknya Pangeran Singa Narpada
memang lebih besar dari Pangeran Kuda Permati meskipun
dalam lapis-lapis yang sangat tipis, sehingga dalam
kesempatan demikian, masih ada harapaan bagi Pangeran
Kuda Per-mat, meskipun dalam perbandingan yang lebih
kecil" Dengan hati-hati hal itu disampaikannya kepada
muridnya yang dengan setia mengikuti segala petunjuk dan
perintahnya. Ki Ajar bermaksud menunjukkan kepada
muridnya sikap seseorang yang berpijak* pada satu
kepribadian yang kuat lepas dari ungkapan-ungkapan yang
nampak dalam tingkah lakunya.
Sementara itu, diantar oleh Senapati kawan Ki Sadmaya
yang menghubungkan keinginan Ki Ajar itu dengan*
Pangeran Singa Narpada mereka pergi ke bilik tempat
Pangeran Lembu Sabdata ditahan.
Demikian mereka sampai ke bilik tahanan Pangeran
Lembu Sabdata, maka kesan yang pertama-tama diterima
oleh Ki Ajar adalah kegoncangan jiwani yang tidak
terkendali. Ruangan tempat Pangeran Lembu Sabdata itu
ditahan terasa pengab dan berserakkan. Kotor dan
bertebaran dengan benda-benda yang tidak berarti.
"Apakah ruang ini selalu dalam keadaan yang
demikian?" bertanya Ki Ajar kepada Senapati itu.
Senapati itu mengangguk. Katanya "Sudah diusahakan
untuk membersihkan ruangan itu. Menggantikan bendabenda
yang tidak dapat dipakai lagi, termasuk pembaringan
dan geledeg kecil itu. Tetapi dalam waktu satu hari,
semuanya sudah rusak lagi. Makan dan minum yang di
sediakan, memang sering dimakan dengan lahap
sebagaimana seharusnya, tetapi kadang-kadang makanan
dan minuman itu hanya di sebar diseluruh ruangan"
Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak mengira
bahwa keadaan Pangeran Lembu Sabdata ternyata sudah
sangat parah. Namun demikian, sebagai seseorang yang telah mesu diri
didalam sebuah padepokan untuk waktu yang lama, yang
mempelajari berbagai ilmu dari yang kasar sampai yang
paling lembut, maka Ki Ajar memang bertekad untuk
berusaha mengobatinya. Pada pertemuan yang pertama dengan Pangeran Lembu
Sabdata, sama sekali belum tersentuh hubungan lahir
maupun batin antara Pangeran yang sedang sakit itu
dengan Ki Ajar yang ingin mengobatinva
Namun Ki Ajar memang tidak tergesa-gesa. Untuk
beberapa hari ia memang hanya akan melihat keadaan dan
tingkah laku Pangeran Lembu Sabdata sampai pada saatnya
ia akan menentukan apa yang harus dilakukannya.
"Terserah kepadamu Ki Ajar" berkata Pangeran Singa
Narpada pada suatu saat "Kau mendapat ijin untuk berada
didaerah dan didalam, ruang tahanan Pangeran Lembu
Sabdata bagi usahamu untuk mengobatinya"
"Terima kasih Pangeran" sahut Ki Ajar " keadaannya
sudah agak parah. Tetapi aku akan berusaha dengan cara
apapun ayang aku kenal"
Ternyata kesempatan yang terbuka itu dipergunakan
sebaik-baiknya oleh Ki Ajar. Ta tidak saja mempelajari
keadaan Pangeran Lembu Sabdata, tetapi Ki Ajar dan
muridnya juga mempelajari keadaan ruang dan lingkungan
tahanan Pangeran Lembu Sabdata itu. Sehingga dengan
demikian, maka Ki Ajar itu akan dapat menyusun
rencananya dengan sebaik-baiknya.
Jika pada saatnya ia harus mengambil Pangeran itu.
maka ia tidak akan terlalu banyak. mengalami kesulitan.
Diperintahkannya kepada muridnya untuk mengenali
dengan sebaik-baiknya setiap lekuk dari lingkungan ruang
tahanan Pangeran Lembu Sabdata itu.
Murid Ki Ajar itupun telah melakukan sebaik-baiknya
sebagaimana diperintahkan oleh gurunya. Ia telah
mengenali semua tempat. Semua liku-liku lingkungan itu
tanpa menarik perhatian siapapun juga.
Pada hari-hari berikutnya, Ki Ajar mulai mencoba
menyentuh perasaan Pangeran Lembu Sabdata yang
seakan-akan telah tertutup. Ia mulai berdiri di luar bilik
Pangeran Lembu Sabdata, pada batang-batang kayu yang
dipasang lebih jarang untuk memungkinkan cahaya dan
angin masuk kedalam ruangan.
Sekali-sekali Pangeran Lembu Sabdata telah melihatnya.
Namun seperti biasanya, ia tidak mengacuhkan apapun
disekitarnya. Bukan saja benda-benda, tetapi juga orangorang
yang mencoba menghubunginya. Bahkan bendabenda
yang ada didalam biliknya telah dirusaknya.
Tetapi Ki Ajar melakukannya dengan sabar. Sehari, dua
hari. Sedangkan di hari-hari berikutnya maka iapun mulai
minta agar pintu bilik itu dibuka.
"Aku akan mulai memperkenalkan diriku" berkata Ki I
Ajar kepada petugas yang menjaga Pangeran Lembu
Sabdata. Petugas itupun mengerti, bahwa yang dilakukan Ki Ajar
itu adalah atas ijin Pangeran Singa Narpada. Tetapi penjaga
itu meragukan, apakah usaha orang tua itu akan berhasil.
Pada hari pertama Ki Ajar memasuki bilik itu, maka ia
berusaha untuk menarik perhatian Pangeran Lembu
Sabdata. Dengan berjalan mengelilingi bilik itu, maka Ki
Ajar berusaha untuk menjajagi sentuhan yang masih dapat
mengenai perasaan Pangeran Lembu Sabdata yang seakanakan
telah tertutup rapat. Ternyata Pangeran Lembu Sabdata masih tetap dalam
sikapnya. Ia seakan-akan tidak menghiraukan apapun juga
meskipun seseorang berada didalam biliknya.
Namun Ki Ajar adalah orang yang memiliki ilmu dan
kemampuan yang tinggi, bukan saja dalam olah kanuragan.
Tetapi juga dalam olah kajiwan dan pengetahuan tentang
pengobatan. Namun sakit yang diderita oleh Pangeran Lembu
Sabdata bukan sakit kewadagan. Tetapi goncangan jiwani
yang luar biasa telah membuatnya kehilangan
kesadarannya. Karena itu, maka pengobatan yang
dilakukan oleh Ki Ajarpun harus melalui hubungan jiwani
disamping obat-obat yang dapat memperkuat daya tahan
tubuh Pangeran Lembu Sabdata.
Demikianlah, sejak saat itu, Ki Ajar benar-benar telah
melakukan pengobatan terhadap Pangeran itu. Ia mulai
berhasil menyentuh perasaannya dan mendapat
perhatiannya. Kemudian dengan kekuatan jiwanya Ki Ajar
mulai mempengaruhi pribadi Pangeran Lembu Sabdata
meskipun keduanya belum berhasil berbicara yang satu
dengan yang lain. Getaran-getaran kekuatan jiwa Ki Ajar seakan-akan telah
terpancar dari dalam dirinya dan mempengaruhi getar jiwa
Pangeran Lembu Sabdata yang terganggu itu.
Dengan demikian, maka perlahan- lahatf Ki Ajar sedikit
demi sedikit mempengaruhi jiwa Pengeran Lembu Sabdata,
yang lambatlaun, keduanya mulai dapat saling
berhubungan meskipun masih dalam tataran yang kacau.
Pangeran Lembu Sabdata mulai tertarik melihat kehadiran
Ki Ajar meskipun keduanya belum dapat berhubungan
dengan pembicaraan apapun juga.
Dengan telaten Ki Ajar menghadapi Pangeran yang sakit
itu dibantu oleh muridnya. Meskipun masih belum dalam
tataran yang tinggi, namun Putut itu mampu juga
membantu Ki Ajar berhubungan dengan getar pribadinya
untuk mempengaruhi pribadi Pangeran Lembu Sabdata
yang seolah-olah hilang dari dirinya.
Sekali-sekali Pangeran Singa Narpada memerlukan
melihat perkembangan keadaan Pangeran Lembu Sabdata.
Namun pada beberapa pekan kemudian, ia masih belum
melihat kemajuan keadaan Pangeran Lembu Sabdata itu.
"Tetapi aku sudah berhasil berhubungan" berkata Ki
Ajar. Pangeran Singa Narpada hanya mengangguk-angguk
saja. Tetapi menurut penglihatannya, Pangeran Lembu Sabdata
masih belum berubah sama sekali.
"Kita harus telaten" berkata Ki Ajar.
Namun Pangeran Singa Narpada tidak dapat
memaksakan keinginannya untuk mempercepat pengobatan
yang dilakukan oleh pertapa tua itu. Apalagi pertapa itu
sudah mengatakan, bahwa ia hanya sekedar mencoba. Jika
ia gagal, maka tidak ada orang yang akan menyalahkannya.
Tetapi Ki Ajar sendiri ternyata kemudian mempunyai
keyakinan bahwa ia tidak akan gagal. Perlahan-lahan tetapi
pasti, ia mulai dapat meraba secara jiwani keadaan Pengeran
Lembu Sabdata. Goncangan-goncangan yang telah
membuatnya kehilangan kesadaran telah ditelusurinya dan
kemudian pada saatnya, Pangeran Lembu Sabdata itu
terkejut melihat seseorang berada didalam biliknya. Ia
mulai dapat memusatkan perhatiannya dan untuk pertama
kalinya Pangeran itu bertanya kepada Ki Ajar "Siapa kau?"
Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. Pangeran Lembu
Sabdata memang belum dapat dikuasai sepenuhnya. Tetapi
pertanyaan itu merupakan kepastian hubungan antara Ki
Ajar dengan Pangeran Lembu Sabdata itu.
Sejak itu, maka hubungan diantara keduanyapun
berjalan semakin rancak. Meskipun kadang-kadang masih
terjadi benturan-benturan kecil. Namun beberapa hari
kemudian, maka keduanya mulai dapat bercakap-cakap
dalam pengertian yang masih simpang siur.
Tetapi Ki Ajar adalah orang yang benar-benar berilmu
tinggi. Dengan kekuatan pancaran pribadinya, maka
perlahan-lahan ia berhasil menguasai Pangeran Lembu
Sabdata. Apalagi ketika kemudian Pangeran Lembu
Sabdata sekali-sekali bersedia minum obat yang sudah
dipersiapkan. Kepada muridnya Ki Ajar berkata "Aku yakin bahwa
aku akan dapat mengobatinya dan menguasainya. Jika ia
mulai menyadari apa yang terjadi, maka aku akan dapat


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membisikkan ditelinganya apa yang seharusnya
dilakukannya. Tetapi sudah tentu aku belum akan dapat
berbicara tentang niatku dalam keseluruhan"
Putut itupun mengangguk-angguk. Ia yakin bahwa
gurunya akan dapat menyelesaikan semua rencananya
dengan baik. Demikianlah dari hari ke hari, Ki Ajar berupaya dengan
segenap kemampuannya untuk mengobati Pangeran Lembu
Sabdata. Dan dari hari ke hari pula terdapat kemajuan
betapa lambatnya atas kesehatan Pangeran Lembu Sabdata.
Ketika pada suatu saat Pangeran Singa Narpada datang
untuk menengok keadaan Pangeran Lembu Sabdata, maka
ia sudah mulai melihat perubahan. Bilik Pangeran itu tidak
lagi nampak kotor sekali. Dan Pangeran Lembu Sabdata
sudah mulai mengenali pakaiannya kembali.
Pangeran Singa Narpada menarik nafas dalam-dalam.
Kepada Ki Ajar yang kebetulan juga berada di tempat itu
pula, Pangeran Singa Narpada berkata "Terima kasih atas
jerih payah Ki Ajar. Nampaknya usaha Ki Ajar itu mulai
nampak hasilnya. Meskipun jika Pangeran Lembu Sabdata
itu sembuh, justru akan membuat aku lebih pening lagi
menghadapinya, tetapi dengan demikian aku tidak lagi
berhadapan dengan orang yang sakit ingatan"
Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia harus
memperhitungkan sikap Pangeran Singa Narpada. Agaknya
Pangeran Singa Narpada adalah seorang Senapati yang
mempunyai penggraita yang sangat tajam, sehingga seakanakan
ia mampu membuat perhitungan-perhitungan yang
tepat bagi keadaan yang bakal terjadi.
Namun Pangeran Singa Narpada tetap berpendirian,
bahwa sebaiknya Pangeran Lembu Sabdata dapat
disembuhkan. Karena dengan demikian, keadaan Pangeran
Lembu Sabdata tidak lagi menggelitik perasaannya.
Beberapa hari kemudian, maka Pangeran Lembu
Sabdata mulai dapat diajak berbicara. Ia mulai mengerti
urutan kata-kata dan kalimat-kalimat dengan wajar. Namun
dengan demikian, maka seperti di ramalkan oleh Pangeran
Singa Narpada, maka Pangeran Lembu Sabdata mulai
dipengaruhi oleh endapan-endapaan perasaannya dengan
meninggalnya Pangeran Kuda Permati.
Bejalan dengan tumbuhnya kesadarannya yang maju
perlahan-lahan, maka endapan-endapan itupun mulai
bermunculan pula kepermukaan.
Ki Ajar memang sudah siap menghadapi keadaan yang
demikian. Karena itu, maka iapun mulai berusaha untuk
mengatasinya. Dengan pengaruh getaran pribadinya yang
kuat, serta kemampuan penguasaannya atas Pangeran
Lembu Sabdata secara jiwani, maka Ki Ajar dapat dengan
cermat membatasi akibat-akibat yang tidak dikehendaki
justru karena perkembangan penyembuhannya.
Namun perkembangan keadaan Pangeran Lembu
Sabdata telah menimbulkan tanggapan baik dari pihak.
Bahkan ketika Sri Baginda mendengar keadaan' Pangeran
Lembu Sabdata, maka Sri Bagindapun telah berkenan
untuk menengoknya. Ternyata Pangeran Lembu Sabdata sudah dapat
mengenali Sri Baginda dan menyambutnya kedatangannya
sebagaimana seharusnya. "Sukurlah" berkata Sri Baginda "Kau menjadi berangsur
baik" Pengeran Lembu Sabdata yang sudah menyadari tentang
keadaannya, dan- bahwa ia sudah terganggu jiwanya untuk
beberapa saat lamanya, hanya menundukkan kepalanya
saja. "Mudah-mudahan keadaan menjadi lekas pulih kembali"
berkata Sri Baginda. "Hamba monon restu Sri Baginda" jawab Pangeran
Lembu Sabdata. Dengan angan-angan yang berkembang didalam dirinya
Sri Baginda kemudian meninggalkan kurungan Pangeran
Lembu Saodata. Namun seperti yang pernah dikatakannya,
ia justru mulai memikirkan, bahwa Pangeran Lembu
Sabdata akan menjadi sadar bahwa ia telah mengalami
perlakuan yang sangat menekan, karena ia telah dikurung
untuk waktu yang tidak ditentukan, sehingga seakan-akan
Pangeran yang masih terhitung muda itu telah kehilangan
masa depannya sama sekali.
Tetapi melihat ujud lahiriahnya, keadaannya menjadi
jauh lebih baik. Pakaiannya menjadi semakin teratur,'dan
biliknya menjadi semakin bersih. Sementara itu, Pangeran
Lembu Sabdata mulai makan dengan wajar dan teratur,
karena setiap saat Ki Ajar membisikkan ditelinganya
"Keadaan jasmani Pangeran harus baik sebelum Pangeran
mempunyai rencana-rencana lain yang lebih baik daripada
tinggal di bilik yang sempit ini.
"Apa yang dapat aku lakukan?" bertanya Pangeran
Lembu Sabdata. "Mungkin Pangeran memang harus berada didalam bilik
ini untuk waktu yang lama. Tetapi keadaan wadag
Pangeran harus tetap baik" jawab Ki Ajar.
Pangeran Lembu Sabdata menarik nafas dalam-dalam.
Tetapi untuk berada dalam kurungan itu tan pa batas
waktu, rasa-rasanya memang sangat menjemukan.
Pada saat ia sakit ingatan, maka ia sama sekali tidak
merasakan kejemuan sama sek.ali. Ia berada ditempatnya
tanpa kesadaran sama sekali. Namun dalam keadaan yang
demikian maka ia akan dapat benbuat sesuatu dibawah
batas peradaban. Karena itu, bagaimanapun juga, Pangeran Lembu
Sabdata akhirnya memang memilih untuk tetap dalam
kesadarannya. Pilihan itu telah membatu mempercepat
kesembuhannya. Bahkan kemudian Pangeran Lembu
Sabdata itupun telah berusaha dengan sekuat tenaganya,
sesuai dengan petunjuk Ki Ajar untuk segera sampai pada
kesembuhan yang sebenarnya.
Ki Ajar memang belum pernah mengatakan niatnya
dalam keseluruhan. Ia baru berusaha untuk membuat
Pangeran Lembu Sabdata menemukan kembali dirinya
yang seakan-akan telah hilang.
Pada tataran pertama, hanya itulah yang ingin diketemukana
oleh Ki Ajar. Baru kelak, sebagaimana
dikatakannya kepada muridnya. Ki Ajar akan datang lagi
untuk mengambilnya. Kesembuhan yang semakin mantap itu membuat orangorang
yang berkepentingan dengan Pangeran Lembu
Sabdata di Kediri merasa berterima kasih kepada pertapa
tua itu. Dengan demikian, maka pelayanan atasnya menjadi
semakin mudah dilakukan. Dari para petugas yang
membersihkana biliknya sampai kepada Pangeran Singa
Narpada, merasa bahwa dengan kesembuhan itu, mereka
akan menjadi lebih mudah berhubungan.
Namun Pangeran Singa Narpada sadar, bahwa dengan
kesembuhan itu, maka Pangeran Lembu Sabdata akan
menjadi beban yang semakin berat baginya, karena sikap
Pang eran Lembu Sabdata yang tentu akan kembali kepada
sikap nya semula. Demikianlah, pada satu saat, Ki Ajar telah menghadap
Pangeran Singa Narpada bersama Ki Sadmaya untuk
melaporkan bahwa menurut penilaian Ki Ajar, Pangeran
Lembu Sabdata telah menjadi sembuh. Ian sudah
menyadari dirinya sepenuhnya dan telah menemukan
pribadinya kembali secara utuh.
"Terima kasih Ki Ajar" berkata Pangeran Singa Narpada
"sudah sepantasnya kami menyatakan perasaan terima
kasih kamai bukan sekedar dengan ucapan-ucapan.
Mungkin Ki Ajar mempunyai kebutuhan yang barangkali
kami akan dapat memenuhinya"
"Ah" sahut Ki Ajar "tidak ada kebutuhan apapun juga
bagi orang seperti aku Pangeran. Aku hidup dalam serba
kecukupan di padepokan. Kami di padepokan menanam
segala kebutuhan makan kami. Dan kami di padepokan
dapat menenun sendiri untuk kebutuhan pakaian kami.
Karena itu, maka kami tidak lagi mempunyai kebutuhan
apa pun lagi. Semua kebutuhan kami telah terpenuhi"
"Aku percaya Ki Ajar. Tetapi sebagai manusia yang
hidup dalam pergaulan sesama, maka tentu mempunyai
kebutuhan yang justru menjadi ciri kehidupan kita"
"Terima kasih Pangeran" jawab Ki Ajar "Hamba tidak
memerlukan apa-apa. Namun jika Pangeran mempunyai
rasa belas kasihan kepada kami, maka yang kami perlukan
adalah berbagai macam benih yang akan dapat kami tanam
di kebun-kebun kami"
Pangeran Singa Narpada mengerutkan keningnya.
Namun katanya kemudian " Sungguh satu hal yang sangat
menggetarkan hati. Baiklah Ki Ajar. Aku akan menghadap
Sri Baginda dan menyampaikan permintaan Ki Ajar. Tetapi
seandainya Sri Baginda berkenan memberikan berbagai
macam benih maka tentu akan diberikan bersama pedatinya
sekaligus dan sapi-sapi penariknya. Ki Ajar pernah
memelihara lembu?" Ki Ajar itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Di padepokan kami memang terdapat beberapa
ekor lembu yang dapat membantu kami dalam kerja kami
di sawah" "Baiklah" berkata Pangeran Singa Narpada "Aku akan
menghadap Sri Baginda. Jika Sri Baginda berkenan maka
aku akan membawamu menghadap pada suatu saat.
"Terima kasih Pangeran. Kesempatan menghadap Sri
Baginda adalah kesempatan yang sangat berarti bagiku"
berkata Ki Ajar. Namun ternyata bahwa kesempatan itu didapatkannya.
Sri Baginda memang merasa kagum, bahwa Ki Ajar itu
berhasil menyembuhkan Pangeran Lembu Sabdata sehingga
pulih seperti sediakala. Bahkan Pangeran Lembu Sabdata
mampu mengingat apa yang pernah terjadi sebelum ia
mengalami goncangan dengan kematian Pangeran Kuda
Per-mati. Dengan rendah hati Ki Ajar yang kemudian menghadap
Sri Baginda bersama Ki Sadmaya dan Senapati yang
menghubungkannya dengan Pangeran Singa Narpada,
menyerahkan Pangeran Lembu Sabdata kepada Sri
Baginda. "Mudah-mudahan penyakitnya tidak menjadi kambuh
lagi" berkata pertapa tua itu "namun keinginan Pangeran
Lembu Sabdata sendiri untuk tetap menyadari keadaan
dirinya dan berpegang kepada kepribadiannya akan
membantu menjauhkan kemungkinan untuk kambuh lagi"
Sri Baginda mengangguk-angguk. Katanya "Pangeran
Singa Narpada telah mengatakan kepadanya, apa yang
dibutuhkan oleh padepokan. Aku setuju dengan
pendapatnya, bahwa kau akan membawa sebuah pedati
yang penuh dengan benih benih yang akan dapat kau tanam
di padepok-anamu. Selain benih-benih itu, maka pedati itu
mungkin akan sangat berarti bagi padepokanmu"
"Hamba Sri Baginda" jawab Ki Ajar sambil menunduk
dalam-dalam "adalah kurnia yang tiada taranya. Hamba
dan para cantrik akan menerima dengan ucapan terima
kasih yang tidak terhingga"
Demikianlah, maka Sri Baginda di Kediri telah
memerintahkan Pangeran Singa Narpada untuk
menyediakan sebagaimana di kehendakinva Seperti bijibijian
yang akan menjadi benih yang dapat ditanam
dikebun padepokannya dan mungkin di pategalan
Berulang kali Ki Ajar mengucapkan terima kasih.
Demikian pula ketika ia sudah berada di rumah sahabatnya,
Ki Sadmaya. Ternyata aku mendapat kurnia yang besar sekali"
berkata Ki Ajar. Ki Sadmaya tersenyum Katanya "Tetapi pengobatan
yang kau berikan benar benar tidak dapat dinilai dengan
apapun juga. Jauh lebih besar dari sepedati emas sekalipun.
Karena kau telah membantu Pangeran Lembu Sabdata
menemukan dirinya kembali. Aku memang tidak banyak
berkepentingan selain perasaan belas kasihan semata-mata
karena aku memang belum pernah berhubungan dengan
Pangeran itu. Namun kesembuhannya membuat aku ikut
bergembira" "Yang aku lakukan tidak lebih dari kewajiban sematamata.
Bukankah kita berkewajiban menolong sesama
apabila kita mampu melakukannya?" bertanya Ki Ajar.
"Dan yang diberikan kepadamu itu sama sekali tidak
berarti apa-apa bagi Sri Baginda. Tidak lebih dari sebutir
debu diantara banyaknya pasir di pesisir. Hanya sebuah
pedati yang berisi biji-bijian untuk benih" berkata Ki
Sadmaya. Tetapi yang bagi kami, seisi padepokan, pedati dan
isinya itu akan sangat berharga sekali" jawab Ki Ajar.
"Pergunakan sebaik-baiknya. Tangkar-tumangkar.
Mudah-mudahan akan memenuhi seluruh pategalanmu"
berkata Ki Sadmaya sambil tersenyum.
Dengan demikian, maka ketika tiba saatnya, setelah
minta diri kepada semua pihak termasuk Pangeran Lembu
Sabdata sendiri, maka Ki Ajarpun meninggalkan Kota Raja.
Sementara itu, Pangeran Lembu Sabdatapun telah
mengucapkan terima kasih yang tidak ada taranya kepada
Ki Ajar. Namun, yang kemudian tidak disadari oleh Pangeran
Lembu Sabdata, bahwa didalam penyembuhan itu, getarangetaran
pribadi Ki Ajar telah mencengkam pribadi
Pangeran Lembu Sabdata yang telah diketemukannya
kembali. Pengaruh Ki Ajar tanpa terasa benar-benar telah
menguasai pribadi Pangeran Lembu Sabdata, sehingga
Pangeran itu merasa, bahwa hidupnya seakan-akan
tergantung kepada Ki Ajar yang telah menyembuhkannya.
Perasaan berhutang budi benar-benar telah berkembang
menjadi perasaan tunduk siap melakukan segala
perintahnya. Dan sebenarnyalah pribadi Pangeran Lembu
Sabdata yang telah ditemukannya kembali itu sudah
diwarnai oleh pengaruh kekuatan pribadi Ki Ajar yang


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingin pada suatu saat mengambilnya dari kurungannya.
Selain Pangeran Lembu Sabdata tidak menyadarinya,
maka hal itu sama sekali tidak nampak oleh siapapun.
Tidak seorangpun yang mengetahui apa yang telah terjadi
didalam diri Pangeran Lembu Sabdata selain kesembuhan.
Beberapa pihak telah menyatakan perasaan sukurnya,
bahwa Pangeran Lembu Sabdata benar-benar telah sembuh,
termasuk Pengeran Singa Narpada sendiri, meskipun ia
sadar, bahwa ia akan lebih banyak mengalami kesilitan
menghadapi Pangeran yang sudah menjadi sembuh itu.
Tetapi ternyata dugaan Pangeran Singa Narpada itu
menilik gelar kewadagannya, justru tidak terjadi. Setelah
Pangeran Lembu Sabdata itu sembuh, maka ia tidak terlalu
banyak membuat orang lain kebingungan. Ia menerima apa
yang ada baginya. Dan ia tidak pernah berusaha untuk
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keharusan
yang diterapkan kepadanya. Pangeran Lembu Sabdata itu
menjadi tunduk kepada segala perintah dan melakukan
segala kewajibannya sebaik-baiknya.
Justru karena itu, maka betapapun kerasnya hati
Pangeran Singa Narpada kepada orang-orang yang
menentang kuasa Sri Baginda, akhirnya menjadi luluh juga.
Apalagi Pangeran Lembu Sabdata adalah masih kadang
sendiri. Seorang Pangeran yang sebenarnya sangat dikasihi
oleh Sri Baginda sendiri, meskipun ternyata telah
menentangnya dengan mati-matian sehingga telah jatuh
korban yang tidak terhitung banyaknya. Namun kemudian
sikap Pangeran Lembu Sabdata dibawah pengaruh sikap
Pangeran Kuda Permati yang telah terbunuh itu sempat
menumbuhkan kebingungan dihati Baginda.
Kebingungan itulah yang membuat segalanya justru
berlarut. Bahwa ia berusaha untuk mengekang Pangeran
Singa Narpada, telah memberikan kesempatan kepada
Pangeran Kuda Permati untuk memperluas jaringan
mautnya. Sehingga pada saat Pangeran Singa Narpada
mendapat kesempatan untuk bertindak, jaringan itu telah
menjerat seluruh Kota Raja dan sekitarnya. Untunglah
bahwa Panji Sempana Murti telah bertindak sesuai dengan
cara yang ditempuh oleh Pangeran Singa Narpada,
sehingga kekuatan Pangeran Kuda Permati sebagian telah
terkekang diperbatasan Utara.
Namun dalam pada itu, sisa-sisa kegarangan dan keras
hati tidak lagi nampak pada Pangeran Lembu Sabdata
setelah ia sembuh. Ia tidak lebih dari tahanan-tahanan yang
lain dalam sikap dan perbuatan. Namun justru karena ia
seorang Pangeran maka pelayanan atas dirinya agak lebih
baik dari pelayanan terhadap tahanan-tahanan yang lain.
Tetapi dibalik sikap dan ujud kewadagannya, maka
tersimpan satu rencana yang rumit yang telah disusun oleh
Ki Ajar yang berada ditempat yang jauh dari Kota Raja.
Sementara itu, Ki Ajar yang telah kembali ke
padepokannya, merasa bahwa sebagian usahanya telah
berhasil. Jauh lebih mudah dari yang diduga semula. Selain
Ki Ajar itu sudah dapat berhubungan dengan Pangeran
Lembu Sabdata dan mengikat pribadinya, maka iapun telah
mengenali lingkungan tahanan itu dengan sebaik-baiknya,
sehingga pada suatu saat, ia akan dapat melakukan
rencananya dengan sebaik-baiknya. Mengambil Pangeran
Lembu Sabdata. Namun dalam pada itu, sebelum Ki Ajar melakukan
rencananya, ia masih sempat memanfaatkan hadiah yang
diterimanya dari Sri Baginda. Sepedati biji-bijian yang
dapat dijadikan benih untuk ditanam di kebun pategalan.
Jenis tanaman yang dapat tangkar-tumangkar menjadi
berlipat banyaknya, yang pada saatnya akan dapat ditanam
di pategalan yang luas. Biji-bijian yang dibawa itu adalah
jenis tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari. Sementara itu, pedati dengan sepasang lembu
itupun ternyata menjadi sangat bermanfaat pula bagi
padepokannya. Dalam pada itu, Ki Ajar ternyata mampu mengendalikan
diri untuk tidak berbuat dengan tergesa-gesa. Ia tidak
dengan segera berusaha mengambil Pangeran Lembu
Sabdata. Tetapi ia menunggu sampai saatnya, orang-orang
Kediri tidak akan menuduhnya menjadi sebab hilangnya
Pangeran Lembu Sabdata. Sementara itu. Pangeran Lembu Sabdata sendiri
memang tidak menunjukkan sesuatu yang menarik. Justru
ia nampak menjadi semakin jinak. Dan bahkan seakan-akan
ia sama sekali sudah tidak mempunyai niat apapun juga.
Dengan sikapnya itu, maka para penjaganya justru
menjadi iba. Pangeran yang masih muda dan garang itu
seakan-akan telah kehilangan gairah hidupnya. Ia sudah
pasrah apa yang akan terjadi atas dirinya. Yang
dilakukannya sehari-hari adalah merenungi keadaannya.
Sekali-sekali berbicara dengan para penjaganya dengan
ramah. Namun Pangeran Lembu Sabdata tidak pernah lagi
menolak pelayanan yang diberikan kepadanya. Ia selalu
makan dengan lahapnya makanan yang diberikan
kepadanya. Demikian malam turun maka iapun segera naik
kepembaringannya dan sejenak kemudian Pangeran itupun
telah tertidur dengan nyenyaknya.
Dengan demikian, maka para penjaganya itu menduga,
bahwa Pangeran yang masih muda itu benar-benar sudah
tidak lagi mempunyai satu keinginanpun. Ia sudah pasrah
dengan bulat untuk menjalani hukuman sampai kapanpun.
Sebenarnyalah, bahwa kesan yang demikian itulah yang
dikehendaki oleh Ki Ajar, agar dengan demikian, maka
orang-orang yang mengawasinya akan menjadi lengah dan
kehilangan kewaspadaan. Bahkan Pangeran Singa Narpada sendiri, setelah melihat
keadaan dan perkembangan Pangeran Lembu Sabdata
merasakan betapa Pangeran itu telah kehilangan gairah
hidupnya sama sekali. "Tetapi dengan demikian, ia akan menemukan
ketenangan didalam pasrahnya" berkata Pangeran Singa
Narpada kepada Sri Baginda, ketika Sri Baginda
menanyakan kepadanya tentang perkembangan keadaan
Pangeran Lembu Sabdata. Namun sementara itu, Sri Baginda itupun bertanya
"Tetapi apakah tidak ada kemungkinan, bahwa pada suatu
saat Lembu Sabdata itu dibebaskan dari kurungannya?"
Tentu Sn Baginda jawab Pangeran Singa Narpada "Hal
itu dapal dilakukan kapan saja atas perintah Sri Baginda.
Namun kita harus yakin, bahwa pembebasan itu akan dapat
memberikan keuntungan bagi jalan hidup Pangeran Lembu
Sabdata sehingga ia tidak mengalami kesesatan lagi seperti
yang pernah terjadi"
Sri Baginda hanya menarik nafas dalam dalam. Tetapi
lalam keadaan yang demikian, ta tidak dapat berbuat
menurut kehendaknya sendiri Setelah Pangeran Kuda
Permati terbunuh, dan perlawanannya dapat dipadamkan,
maka semua mata seakan akan telah diarahkan kepada
Pangeran Singa Narpada Meskipun demikian, bukan berarti bahwa Pangeran
Singa Narpada tidak memikirkan kemungkinan seperti itu.
Tetapi Pangeran Singa Narpada menunggu sampai keadaan
benar-benar mereda. Meskipun perang sudah selesai, tetapi
masih saja ada orang yang saling berbincang dan
menyangsikan sikap Pangeran Singa Narpada. Beberapa
orang yang sejak semula telah jatuh dibawah pengaruh
Pangeran Kuda Permati masih menganggap bahwa langkah
pilihan Pangeran Kuda Permati adalah pilihan yang paling
tepat bagi Pangeran Kuda Permati.
"Orang-orang yang demikian memerlukan waktu untuk
menerima satu keyakinan baru yang benar" berkata
Pangeran Singa Narpada kepada Sri Baginda "karena itu,
jika datang seseorang kepadanya untuk membakar lagi
gejolak didalam dadanya, maka api itu tentu akan menyala.
Kesulitan akan terjadi lagi"
Sri Baginda tidak segera menjawab. Namun setiap kali
terasa jantungnya berdebar semakin cepat. Meskipun
demikian, Sri Baginda tidak dapat mengambil sikap yang
pasti dan meyakinkan dirinya sendiri.
Sementara itu, di padepokan, Ki Ajar sudah mulai
dengan rencana-rencananya. Ia tidak mau api sudah
menjadi padam sama sekali. Meskipun ia tidak ingin
membakar Kediri seperti membakar daun kelapa kering,
yang cepat menyala, namun dengan segera akan cepat pula
padam. Namun ia ingin berbuat lebih baik dari yang pernah
terjadi atas Pangeran Kuda Permati.
Karena itu, maka semua langkah harus diperhatikan
dengan cermat. Jika ia tergelincir, maka akan terulang
kembalilah kepahitan yang pernah dialami oleh Pangeran
Kuda Permati. Langkah yang pertama yang akan diambil oleh pertapa
itu adalah mengambil Pangeran Lembu Sabdata.
Menempanya sehingga Pangeran itu menjadi seorang yang
pilih tanding, kemudian melepaskannya di medan untuk
mencapai satu tujuan yang tidak akan pernah padam dari
hati pertapa itu dan orang-orang Kediri sejati.
Dengan demikian, maka pertapa itupun telah
mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya bersama muridnya
yang dianggapnya paling baik, yang sudah memiliki
sebagian besar dari ilmu Ki Ajar itu sendiri.
"Kita akan mulai. Menurut perhitungan waktunya sudah
cukup lama. Orang-orang Kediri tentu sudah melupakan
apa yang pernah terjadi atas Pangeran Lembu Sabdata itu.
Sehingga mereka tidak akan terlalu banyak
memperhatikannya lagi. Namun mereka akan terkejut,
bahwa pada suatu saat, bilik itu menjadi kosong dan
Pangeran Lembu Sabdata tidak akan pernah mereka
tangkap kembali" berkata Ki Ajar.
"Tetapi jika terjadi satu dugaan, bahwa hilangnya
Pangeran Lembu Sabdata ada hubungannya dengan kita,
karena Pangeran Singa Narpada itu memiliki ketajaman
pengamatan batin, serta berusaha untuk melacak sampai ke
padepokan ini lewat Ki Sadmaya, apakah yang dapat kita
lakukan?" bertanya Putut itu.
"Kita tidak akan membawa Pangeran Lembu Sabdata ke
padepokan ini. Kita akan membuat satu pemukiman
terpisah yang akan menjadi perapian yang akan membakar
Pangeran Lembu Sabdata sebelum ia turun ke medan yang
sebenarnya Ia akan mengalami tempaan yang kuat lahir dan
betinnya. berkata Ki Ajar.
"Salah satu jalan yang akan ditempuh" berkata Ki Ajar
"Tetapi ia harus memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh
Pangeran Kuda Permati"
Pututnya yang setia itu mengangguk-angguk. Namun ia
masih bertanya "Apakah Pangeran Lembu Sabdata kelak
akan mempergunakan cara sebagaimana dilakukan oleh
Pangeran Kuda Permati"
"Memiliki apa guru?" bertanya Putut itu.
Ki Ajar itu termangu-mangu. Namun akhirnya ia berkata
"Kau adalah satu-satunya orang yang dapat mengetahuinya
Karena itu, maka aku minta bahwa kau bertanggung jawab
atas apa yang kau ketahui"
Putut itu tidak menjawab. Tetapi ia justru menundukkan
kepalanya. Ia tahu apa arti pesan gurunya itu.
Dengan nada datar gurunya itupun kemudian berkata
"Ada sesuatu yang diabaikan oleh Pangeran Kuda Permati.
Sebenarnya bukan salah Pangeran Kuda Permati saja.
Akupun waktu itu tidak bertindak dengan pasti. Aku masih
berharap bahwa sikap ragu-ragu Sri Baginda akan
menguntungkan Pangeran Kuda Permati. Namun ternyata
dugaan itu salah sekali. Ternyata Sri Baginda telah
menjatuhkan perintah kepada Pengeran Singa Narpada
untuk menumpas habis pasukan Pangeran Kuda Permati.
Bahkan cara yang licik telah dijemputnya. Ia melepaskan
puteri Purnadewi, isteri Pangeran Kuda Permati untuk
membunuhnya meskipun ia juga harus membunuh diri"
Putut itu mengangguk-angguk kecil, sementara gurunya
berkata selanjutnya "Waktu itu aku tidak dengan pasti
minta agar Pangeran Kuda Permati sebelum melangkah,
lebih dahulu mengambil pertanda kebesaran Raja-raja
Kediri. Tanda kebesaran itu bukan sekedar memberikan
kemegahan, tetapi lebih daripada itu, karena didalamnya
tersimpan wahyu keraton. Siapa yang menyimpannya,
maka ia akan kuat menjadi Raja di Kediri. Waktu itu, aku
tidak sependapat bahwa Pangeran Kuda Permati benarbenar
akan merebut tahta. Ia hanya akan mengangkat
derajat Kediri, sementara Sri Baginda masih tetap diatas
tahta. Karena itu. maka tanda kebesaran itu tidak
diperlukan. Namun ternyata perjuangan Pangeran Kuda
Permati gagal. Sementara Sri Baginda benar-benar telah
menjatuhkan perintah untuk menghancurkan Pangeran
Kuda Permati" Putut itu mengangguk-angguk. Katanya "Jadi menurut
guru, kita tidak perlu lagi menghormat Sri Baginda agar
tahta Kediri tetap ditangannya"
"Apaboleh buat" berkata Ki Ajar "Kita akan merenggut
benda itu, dan kemudian menurunkan Pengeran Lembu
Sabdata yang juga salah seorang keluarga istana yang tentu
akan kuat mewarisi tahta dengan kekuatan tanda kebesaran
itu" Namun Putut itu kemudian bertanya "Apakah ujud
tanda kebesaran itu senjata?"
Gurunya menggeleng. Katanya "Bukan. Bukan berupa
senjata yang bertuah. Tetapi ujud dari tanda kebesaran yang
sekaligus menyimpan wahyu keraton itu berupa sebuah
Mahkota" "Mahkota?" bertanya putut itu.
"Ya, Mahkota yang jarang sekali keluar dari Gedung
Perbendaharaan. Karena benda itu, selain mempunyai tuah
yang sangat tinggi nilainya, harga benda itu sendiripun
tentu sangat mahal karena terbuat daripada emas dan
bertahtakan permata yang tidak terhitung banyaknya. Intan
dan berlian" berkata Ki Ajar.
Putut itu menarik nafas dalam-dalam. Hampir diluar sadarnya ia berdesis "Jadi benda itu harus diambil?"


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

--ooo0dw0ooo- Jilid 022 GURUNYA menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
jawabnya dengan nada dalam "Ya. Apa boleh buat. Justru
karena Sri Baginda tidak mau berpihak kepada Pangeran
Kuda Permati atau cita-citanya yang akan tetap hidup didada
orang-orang Kediri yang sejati"
Muridnya mengangguk-angguk. Ia sadar, bahwa tugas
yang akan dilakukannya adalah tugas yang sangat berat.
Mengambil Pangeran Lembu Sabdata. Kemudian
mengambil pusaka Mahkota yang tersimpan didalam
Gedung perbendaharaan yang dijaga kuat.
Tetapi hal itu sudah menjadi tekat gurunya, sehingga
Putut itu hanya akan dapat melakukannya apapun yang
mungkin dapat terjadi dengan dirinya.
Demikianlah, maka segala persiapannya telah dilakukan.
Sekali lagi Ki Ajar minta diri kepada para cantrik yang akan
menunggui padepokan. "Berapa lama Guru akan pergi?" bertanya salah seorang
cantriknya. "Tidak lebih dari sepuluh hari" jawab pertapa itu.
"Sepuluh hari?" ulang cantriknya.
"Sepuluh hari menurut hitunganku" jawab Ki Ajar
sambil tersenyum. "Ah. Tantu seperti pada saat guru pergi beberapa saat
yang lampau. Guru juga mengatakan hanya sepuluh hari.
Tetapi ternyata sampai berlipat tiga" jawab cantriknya.
Pertapa itu hanya tersenyum saja. Tetapi seperti yang
dikatakan oleh cantrik-cantriknya, ia memang mungkin
memerlukan waktu lebih dari sepuluh hari. Namun
mungkin justru lebih pendek. Ia harus dengan cepat dapat
mengambil Pangeran Lembu Sabdata dan membawanya ke
padepokan. Tidak lebih dari sehari. Dihari berikutnya ia
harus membawa Pangeran Lembu Sabdata ke sebuah gubug
kecil yang sudah dipersiapkan. Gubug kecil yang jauh
terpencil, sehingga tidak akan mungkin diketemukan oleh
orang-orang Kediri. Bahkan seandainya orang-orang Kediri
itu mendekati gubug itu, maka Pengeran Lembu Sabdata
akan dengan mudah bersembunyi di hutan yang tidak jauh
dari gubug itu. Di gubug itulah Pangeran Lembu Sabdata harus
menempa diri lahir dan batin dibawah bimbingan pertapa
itu, sehingga pada suatu saat Pangeran Lembu Sabdata
akan memiliki ilmu sebagai mana Pangeran Kuda Permati.
Demikianlah, pada saatnya, maka pertapa itu telah
berangkat ke Kota Raja bersama pulutnya. Tetapi mereka
tidak akan pergi kerumah Ki Sadmaya. Mereka akan berada
di tempat yang tersembunyi sebagaimana sudah mereka
tentukan pada saat mereka berada di Kota Raja cukup lama
sambil mengobati Pangeran Lembu Sabdata.
Ternyata semuanya berjalan sebagaimana mereka
rencanakan. Kedua orang itu berada disebuah padang perdu
yang terbuka di luar Kota Raja. Namun dari tempat mereka
bersembunyi mereka dapat mencapai tujuan untuk waktu
yang tidak terlalu lama. Namun demikian pada hari-hari pertama, merekapun
telah menyiapkan sebuah persembunyian di dalam Kota
Raja. Mereka telah menemukan sebuah bangunan lama
yang rusak dan tidak terpelihara, sehingga mereka dapat
mempergunakan bangunan itu sebagai tempat bersembunyi
dalam keadaan memaksa, jika mereka tidak sempat
meloncati dinding dan keluar ke padang perdu.
Dengan cermat keduanya mempersiapkan segala
sesuatunya yang mereka perlukan. Termasuk bekal
makanan dan air minum karena segala kemungkinan dapat
terjadi. Setelah semua persiapan mereka selesaikan dengan baik,
maka mulailah keduanya menyelidiki sasaran.
Ternyata Pangeran Lembu Sabdata masih berada
ditempatnya semula. Pangeran itu tidak dipindahkan
ketempat lain. Penjagaanpun tidak lagi dilakukan terlalu
ketat, karena sikap Pangeran Lembu Sabdata yang semakin
meyakinkan, bahwa ia sudah pasrah sebulat-bulatnya.
Pada malam hari dengan diam diam pertapa itu melihatlihat
suasana. Bagaimana mereka akan dapat membawa
Pangeran Lembu Sabdata itu keluar dari lingkungannya.
Dari tempat yang gelap, Ki Ajar dan muridnya
mengamati keadaan dengan saksama. Mereka
memperhatikan dimana para peronda itu berada. Kapan
diantara mereka akan berkeliling diseputar bilik tahanan itu.
Berapa orang dan apakah mereka siap dengan senjata
mereka. Ternyata semuanya tidak berubah seperti yang pernah
mereka kenal sebelumnya. Pada saat pertapa itu mengobati
Pangeran Lembu Sabdata, maka keadaan itu telah dipelajari
dengan saksama. "Semuanya masih seperu sediakala" desis Ki.Ajar.
"Ya guru" jawab muridnya " menurut pendapatku, kita
akan dapat segera mulai"
"Besok kita akan mengambil Pangeran Lembu Sabdata.
Malam ini kita akan berada di bangunan yang rusak itu,
agar kita tidak terlalu letih keluar masuk kota. Bukankah
kita sudah menyediakan bekal ditempat itu?" bertanya Ki
Ajar. "Sudah guru. Semuanya sudah tersedia" jawab Putut itu.
Demikianlah, maka hari-hari yang menegangkan itu
akan segera sampai kepuncaknya. Di malam berikutnya,
pertapa itu benar-benar berniat untuk mengambil Pangeran
Lembu Sabdata dari tempatnya. Pertapa itu berharap
usahanya akan berhasil karena para petugas agaknya benarbenar
sudah menjadi lengah. Pada hari yang berikutnya, pertapa dan muridnya berada
di rumah yang rusak itu, sejak semalam. Mereka mencoba
untuk beristirahat, mengurangi ketegangan yang rasarasanya
telah mencengkam jantung mereka.
Hampir sehari-harian keduanya duduk sambil
berbincang. Kemudian berbaring dan tidur dengan nyenyak.
Mereka benar-benar melepaskan segala macam ketegangan
yang akan dapat membuat teiereka menjadi ragu-ragu untuk
bertindak. Baru ketika matahari mulai turun sampai kebatas dataran
edarnya, maka kedua orang itu mulai bersiap-siap. Langit
semakin lama menjadi semakin suram. Dan sebentar
kemudian maka bintang-bintangpun mulai bergayutan di
lembaran yang biru kehitaman.
"Apakah kau sudah siap?" bertanya pertapa itu kepada
muridnya "Sudah guru" jawab muridnya.
"Lahir dan batin?" bertanya gurunya pula.
"Ya guru. Lahir dan batin" jawab muridnya pula.
"Kau sudah makan?" tiba-tiba saja gurunya memberikan
pertanyaan yang tidak diduga.
Dengan ragu-ragu muridnya menjawab " Sudah guru.
Bekal yang kita sediakan masih cukup"
Gurunya mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kita
berangkat sekarang, untuk melakukan satu tugas yang
sangat penting. Satu tugas yang akan menyangkut sejarah
kehidupan Kediri dan Singasari. Jika kita berhasil,
meskipun nama kita tidak pernah disebut-sebut oleh
sejarah, tegapi kitalah yang" sebenarnya memegang peranan
dalam perubahan-perubahan yang akan terjadi. Tetapi kau
jangan menjadi sakit hati karenanya, jika kelak orang yang
disebut pahlawan dari orang-orang Kediri sejati bukan
namamu dan namaku" Putut itu mengangguk-angguk. Katanya "Ya guru. Aku
mengerti. Tetapi sebenarnyalah bahwa yang penting bagiku
adalah tercapainya satu keinginan yang luhur. Siapapun
yang akan disebut sebagai pahlawannya"
"Bagus" sahut pertapa itu. Jika demikian kita memang
dapat mulai sekarang"
"Ya guru. Aku sudah siap" jawab muridnya.
Demikianlah keduanya kemudian meninggalkan
bangunan tua yang telah rusak itu. Mereka memasuki
malam yang semakin gelap menuju ke lingkungan istana
Kediri. Mereka sudah bertekad untuk melepaskan Pangeran
Lembu Sabdata yang akan mereka siapkan untuk merubah
kedudukan Kediri terutama dihadapan Singasari.
Dengan hati-hati kedua oran" itu merayap disepanjang
dinding-dinding halaman menuju ke sasaran.
Dalam perjalanan, murid pertapa itupun sudah benarbenar
mempersiapkan diri Ia sudah mempersiapkan jenisjenis
senjata kecilnya. Ia membawa paser paser kecil yang
disimpan didalam kantung Kantung ikat pinggangnya
melingkari lambungnya. Sementara itu. dalam pertempuran
yang keras. Putut itu sudah menyiapkan senjatanya yang
sangat dibanggakannya. Sebilah keris yang besar yang
diletakkannya dipunggungnya. Setiap saat diperlukan,
maka senjata-senjata itu akan dapat dipergunakan sebaikbaiknya.
Berapapun lawan yang akan dihadapinya, maka
paser-paser kecilnya akan dapat membantunya.
"Tetapi mungkin Pangeran Lembu Sabdata sendiri sudah
tidak mempunyai keinginan untuk berbuat sesuatu" berkata
Putut itu didalam hatinya, sehingga ia tidak dapat berharap
bahwa dalam usaha, melarikan diri, Pang-eran Lembu
Sabdata akan berusaha untuk melindungi dirinya sendiri
jika terjadi benturan kekerasan.
Semakin lama mereka menjadi semakin mendekati
sasaran. Bilik yang dipergunakan untuk menahan Pangeran
Lembu Sabdata memang berada ditempat yang sulit untuk
dicapai. Meskipun tidak berada di lingkungan istana, tetapi
letaknya tidak terlalu jauh. Dalam satu lingkungan yang
memang disediakan untuk menahan dan mengurung
keluarga istana yang melakukan kesalahan.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada dise-kitar
lingkungan tersebut. Satu lingkungan yang dibatasi oleh
dinding yang cukup tinggi.
"Kita menunggu kesempatan" berkata pertapa itu. Untuk
beberapa saat keduanya duduk didalam kegelapan
mengawasi lingkungan yang akan mereka masuki.
"Peronda" desis putut itu.
Pertapa itu mengangguk kecil. Katanya "Peronda itu
dalam saat-saat tertentu mengelilingi lingkungan yang
dibatasi oleh dinding itu"
"Ya. Mereka akan berhenti di muka gardu dan kemudian
duduk-duduk diantara para petugas yang lain" jawab putut
itu. "Kau masih mengingat semuanya. Namun, jalan
manakah yang paling baik kita lalui?" bertanya pertapa itu.
"Mereka akan meronda lagi mengelilingi tempat itu.
Namun kita akan sempat meloncat dari sudut didekat
pohon mulwa itu. Jika kita melompat disudut itu, maka kita
akan berada di dekat sumur. Aku pernah mengambil air di
sumur itu dan memperhatikan sudut dinding itu dangan
saksama. Di sebelah sumur itu ada sebuah bangunan kecil.
Tempat untuk menyimpan makanan kuda. Rumput dan
kulit padi" berkata Putut itu. "Baiklah. Kita akan masuk dengan meloncati dinding
disudut itu" berkata gurunya.
Ki Ajar itupun kemudian mempersiapkan diri. Tetapi ia
tidak segera beranjak dari tempatnya sehingga muridnya
itupun menjadi heran. Bahkan kemudian bertanya "Marilah
guru, selagi peronda itu baru saja lewat"
"Kau kira sebentar lagi mereka akan lewat?" bertanya
gurunya. "Ya. Dalam saat-saat tertentu mereka meronda
mengelilingi dinding itu" jawab muridnya.
"Ya. Karena itu, maka kita harus berusaha agar merekatidak
lagi mengelilingi dinding itu" jawab gurunya.
"Maksud guru?" bertanya putut itu.
"Apakah kau tidak mengerti?" gurunya justru bertanya.
Muridnya menarik nafas dalam-dalam. Namun
kemudian iapun mengangguk-angguk. Gumamnya
"Apakah guru akan mengetrapkannya?"
Gurunya tersenyum sambil menjawab "Ya. Aku akan
mengetrapkannya. Aku tidak mempunyai pilihan lain. Aku
ingin usahaku berhasil sepenuhnya. Tanpa banyak
mengalami kesulitan"
Muridnya menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Jika
demikian maksud guru, maka terserahlah"
"Apakah kau tidak sependapat" bertanya gurunya.
"Tentu saja aku sependapat guru. Semakin mudah tugas
ini kita selesaikan, tentu semakin baik" jawab putut itu.
"Baiklah. Aku akan mengetrapkannya. Dengan sirep
yang kuat maka semua petugas tentu akan tertidur nyenyak.
Jika ada satu atau dua orang yaiiK terlepas dari pengaruh
sirep itu. maka kita memang harus bertempur. Tetapi lawan
kita tidak akan terlalu banyak"
Pulut itu mengangguk angguk. Desisnya "Jika ada yang
terlepas dari sirep itu. apakah mereka tidak akan mengenali
kita lagi?" "Memang mungkin. Karena itu. kita harus dapat
menyamar diri. Jika tidak terpaksa sekali, kita tidak akan
menunjukkan diri bahwa kita datang berdua Jika mereka,
melihat kita datang berdua, makau mereka tentu akan
menghubungkan jumlah itu dengan kehadiran kita beberapa
saat beberapa saat yang lampau, saat kita mengobati
Pangeran Lembu Sabdata " berkata gurunya.
Agaknya putut itu masih agak kurang jelas maksud
gurunya, karena itu. maka iapun bertanya "Apakah kita
hanya boleh masuk seorang-seorang saja?"
"Tentu tidak. Tetapi jika ada orang, yang lepas dar sirep,
maka mereka tidak boleh melihat bahwa kita berdua" jawab
gurunya "karena itu, maka seorang diantara kita akan
menyembunyikan diri"
Muridnya mengangguk-angguk. Namun ia tidak
bertanya lagi. Sejenak kemudian, maka gurunya itupun duduk dengan
kaki dan tangan bersilang. Ia ingin menempuh jalan yang
paling aman. Karena itu, maka iapun segera memusatkan


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nalar dan budinya, untuk membangunkan ilmu sirep yang
akan dapat membuat semua orang didalam lingkungan
sasarannya menjadi tertidur nyenyak.
"Bantu aku" desis Ki Ajar itu.
Muridnyapun telah mempelajari ilmu itu pula meskipun
belum sempurna sebagaimana gurunya. Namun dengan
kemampuan yang ada, maka ia akan dapat membantu
mempertajam sirep yang dilontarkan oleh gurunya.
Karena itu. maka kedua orang itupun telah memusatkan
ilmunya dan melontarkannya ke sasaran, satu lingkungan
yang menjadi tempat menahan orang-orang vang bersalah
dari lingkungan keluarga istana.
Demikianlah maka sejenak kemudian, maka ilmu itupun
mulai menebar diatas sasaran. Udara yang tidak nampak
oleh mata wadag rasa-rasanya telah berubah. Seakan-akan
telah ditaburkan serbuk yang langsung mempengaruhi
pernafasannya mereka sehingga orang-orang yang ada
didalam lingkungan itupun telah menjadi mengantuk
semuanya. Tidak seorangpun yang berusaha menahan diri dari
cengkeraman perasaan kantuknya. Ternyata malam itu
tidak seorangpun yang cukup kuat untuk mengatasi
kekuatan sirep yang menerkam seluruh lingkungan itu.
Beberapa saat lamanya Ki ajar dan muridnya masih
dalam pemusatan nalar dan budi Mereka mengerahkan
segenap kemampuan mereka, karena taruhan dari kerja
mereka saat itu terlalu besar. Pangeran Lembu Sabdata.
Karena itu. maka mereka tidak mau gagal.
Setelah melepaskan ilmu mereka, maka untuk beberapa
saat keduanya menunggu. Baru kemudian mereka mulai
bergerak. Meskipun menurut perhitungan mereka, orangorang
yang bertugas ditempat itu sudah tertidur nyenyak,
namun mereka tidak meninggalkan kewaspadaan, karena
menurut dugaan mereka mungkin satu dua orang mampu
mengatasi kekuatan sirep itu.
Dengan hati-hati keduanyapun kemudian meloncati
sudut dinding. Dengan demikian, mereka turun dibagian
dalam dinding itu didekat sumur.
Seperti yang dikatakan oleh pututnya. maka Ki Ajar
itupun melihat sebuah rumah kecil tempat menyimpan
makanan kuda, sementara kandang kuda itu sendiri terletak
beberapa puluh langkah dari tempat itu
"Marilah" berkata Ki Ajar "tetapi ingat, jika ada diantara
para petugas dapat membebaskan diri, maka kita hanya
boleh terlihat olehnya salah seorang saja.
"Baiklah guru. Jika demikian, aku akan mengambil jarak
dari guru" berkata putut itu.
Gurunya tidak menjawab. Tetapi dibiarkannya muridnya
itu bergeser mengambil jarak. Sementara itu, Ki ajar sendiri
telah pergi langsung menuju ke bilik tempat Pangeran
Lembu Sabdata itu di kurung.
Ternyata bahwa sirep itu sendiri telah berpengaruh pula
terhadap Pangeran Lembu Sabdata. sehingga Pangeran
Lembu Sabdatapun telah tertidur dengan nyenyaknya.
Untuk beberapa saat lamanya Ki Ajar itu berdiri
termangu-mangu didepan bilik Pangeran Lembu Sabdata.
Bilik yang sangat kuat dan dijaga oleh beberapa orang
prajurit. Namun malam itu, para prajurit itu terbaring diam
karena mereka telah tertidur nyenyak.
Seorang prajurit tersandar pada dinding kayu dengan
mata terpejam. Demikian kuatnya sirep yang dilontarkan oleh Ki Ajar
bersama murid-muridnya, maka para prajurit yang tertidur
itu seakan-akan bagaikan telah mati.
Demikian pula dengan Pangeran Lembu Sabdata.
Ki Ajar yang berdiri didepan bilik itupun masih
termangu-mangu. Dipandanginya Pangeran Lembu
Sabdata yang tertidur nyenyak. Ada beberapa bagian dari
dinding kayu yang diikat rapat itu agak renggang untuk
memasukkan udara dan cahaya. Agaknya ditempat itu ia
akan dapat dicari kemungkinan, merusak dinding dengan
cara yang paling baik. "Aku tidak akan mempergunakan kekerasan" berkata Ki
Ajar " kesannya harus lain dari sekedar mendorong dinding
hingga roboh" Akhirnya Ki Ajar itu telah mengambil sebilah pisau
belati yang tajam. Dengan pisau belati itu, Ki Ajar telah
memotong tali-tali pengikat dinding kayu. Tali yang kuat
dan beranyam itu ternyata tidak terlalu mudah untuk di
putuskan. Namun karena tidak seorangpun yang menghalangi
pekerjaan itu, maka meskipun agak lama, Ki Ajar berhasil
membuka beberapa batang kayu pada dinding itu.
Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. Dinding yang
terbuka itu telah cukup memberikan jalan kepadanya untuk
memasuki bilik tahanan itu dan mendapatkan Pangeran
Lembu Sabdata yang tertidur nyenyak.
Dengan kemampuannya yang sangat tinggi, Ki Ajar
telah membangunkan Pangeran Lembu Sabdata dengan
memijat pada bagian tubuhnya yang sangat peka, dibawah
telinga sebelah kiri. Pangeran Lembu Sabdata yang sedang tertidur nyenyak
itu ternyata terpengaruh juga oleh sentuhan tangan Ki Ajar.
perlahan-lahan Pangeran Lembu Sabdata itu membuka
matanya. Ketika ia kemudian sadar sepenuhnya, dan dilihatnya K
Ajar berada didalam bilik itu, maka iapun segera bangkil
dan duduk dibibir amben pembaringannya.
"Pangeran" berkata Ki Ajar "apakah Pangeran mengerti
maksud kedatanganku?"
Pangeran Lembu Sabdata mengerutkan keningnya. Ia
melihat beberapa batang kayu dari dinding biliknya itu telah
terbuka, karena tali temalinya telah terputus.
Karena itu, Pangeran Lembu Sabdata yang memang
sudah berada dibawah pengaruh pribadi Ki Ajar itu setelah
ia mendapat pengobatan, segera menjawab "Aku mengerti
Ki Ajar. Ki Ajar ingin membawa aku keluar dari tempat ini.
"Bagus" berkata Ki Ajar "marilah. Waktunya sudah tiba.
Pangeran harus keluar dari tempat ini. Perjuangan
Pangeran masih panjang Umur Pangeran masih cukup
muda untuk menyongsong masa depan yang baik bagi
Kediri" Pangeran Lembu Sabdata menganggu kecil. Jawabnya
dengan nada datar "Segala sesuatunya terserah kepada Ki
Ajar" "Baiklah Pangeran" berkata Ki Ajar "marilah. Kita
keluar dari tempat ini"
Pangeran Lembu Sabdata sama sekali tidak menjawab.
Ketika Ki Ajar membimbingnya, maka Pangeran Lembu
Sabdata itupun hanya mengikutinya saja. Mereka
menyusup diantara dinding kayu yang dipecahkan oleh Ki
Ajar. Tidak dengan bantuan ilmunya yang luar biasa, tetapi
dengan memotong tali-tali pengikatnya meskipun dengan
demikian, watunya menjadi bertambah panjang.
Tetapi Ki Ajar tidak menjadi cemas, bahwa para prajurit
yang menjaga tempat itu akan segera terbangun. Sirep yang
dilontarkan bersama muridnya adalah sirep yang sangat
kuat. Jika tidak ada kekuatan lain yang mempengaruhinya,
maka menjelang pagi para prajurit itu tentu baru akan
bangun. Sejenak kemudian, maka Pangeran Lembu Sabdata
itupun telah melangkah keluar dari dalam biliknya lewat
beberapa batang kayu yang telah di lepas dari ikatannya.
Pangeran Lembu Sabdata melihat dua orang tertidur
didekat pintu biliknya diujung ruangan didepan biliknya, ia
melihat prajurit yang lain tertidur sangat nyenyak dialas
tikar yang sudah terbentang. Tombaknya terletak disisinya.
sementara seorang yang lain tidur sambil tersandar dinding.
Pangeran Lembu Sabdata itu mengetahui, betapa
kuatnya sirep yang mencengkam tempat itu. Ia sendiri sama
sekali tidak tahu apa yang terjadi, selain perasaan kantuk
yang mencengkam kemudian tertidur nyenyak, sampai
saatnya Ki Ajar itu membangunkannya.
Dengan hati-hati kedua orang itu meninggalkan barak
khusus itu. Di gardu kecil tiga orang juga sedang tertidur
nyenyak pula. Bahkan dua orang yang sedang mengelilingi
halaman dibagian dalam lingkungan itu telah tertidur pula
bersandar sebatang pohon dihalaman.
Karena itu, Ki Ajar dan Pangeran Lembu Sabdata
berjalansaja sebagaimana mereka berjalan dalam keadaan
bebas di jalan-jalan raya.
Putut yang memisahkan diri dari Ki Ajar itu melihat
keduanya melintasi halaman samping menuju kesumur
darimana mereka masuk. Karena itu, maka iap'un telah
bergeser pula mendekati sudut dinding halaman itu.
Sejenak kemudian, maka Ki Ajar dan Pangeran Lembu
Sabdata telah meloncati dinding itu. Demikian pula murid
Ki Ajar itupun telah menyusulnya pula.
"Ki Ajar tidak sendiri?" bertanya Pangeran Lembu
Sabdata. "Tidak Pangeran. Aku datang berdua dengan muridku,
sebagaimana saat aku mengobati Pangeran beberapa waktu
yang lalu ditempat ini pula" jawab Ki Ajar.
Pangeran Lembu Sabdata mengangguk-angguk. Ia sudah
mengenal Putut itu pada saat Ki Ajar mengobatinya.
Karena itu, maka ia tidak bertanya lagi tentang Putut itu.
Demikianlah, malam itu ketiga orang itu telah berusaha
keluar dari dinding kota. Mereka tidak boleh terkurung di
dalam Kota Raja. Jika akhirnya diketahui bahwa Pangeran
Lembu Sabdata sudah tidak ada didalambiliknya, maka
para prajurit tentu akan mencarinya diseluruh Kota Raja.
Tetapi menurut perhitungan Ki Ajar, maka baru
menjelang dini hari orang-orang yang terbius oleh ilmu
sirepnya itu akan terbangun dan menyadari apa yang telah
terjadi. Sementara itu, mereka bertiga telah jauh dari Kota
Raja dan tidak lagi dapat diikuti jejak perjalanan mereka.
Karena itu, menurut perhitungan Ki Ajar, maka prajurit
prajurit Kediri tidak akan dapat lagi menyusul mereka,
apalagi Ki Ajarpun kemudian telah memilih jalan-jalan
sempit dan yang jarang sekali dilalui orang.
Namun karena ketiga orang itu memiliki kemampuan
melampaui kebanyakan orang, maka perjalanan yang
bagaimanapun beratnya dapat mereka tempuh dengan
rancak dan seakan-akan tidak terjadi hambatan apapun juga
Mereka telah meninggalkan Kota Raja dengan meloncati
dinding tanpa kesulitan. Kemudian menyusuri jalan kecil
menjauhi dinding Kota Raja. Mereka melintasi sebuah
sungai kecil dan naik ketebing memasuki jalan bulak yang
sempit. Selanjutnya, mereka memilih jalan yang tidak akan
mungkin ditelusuri oleh para prajurit Kediri apabila mereka
mengetahui bahwa bilik tahanan Pangeran Lembu Sabdata
telah kosong. Sementara itu, para pengawal yang ditinggalkan dalam
keadaan tertidur nyenyak, masih juga tertidur ditempatnya.
Satu dua orang mulai menggeliat. Tetapi mereka kembali
lagi tertidur sambil mendekur. Senjata-senjata merekapun
telah terlepas dari tangan. Tombak-tombak tersandar
didinding, sedangkan yang tertidur dihalaman, tombaktombak
mereka justru terletak ditanah.
Agaknya mereka memang masih belum akan terbangun.
Kekuatan sirep yang mencengkam mereka memang terlalu
kuat untuk dapat mereka lawan.
Namun dalam pada itu, di istananya Pangeran Singa
Narpada justru merasa gelisah. Ia tidak dapat tidur
nyenyak. Setiap kali ia terbangun dan bahkan seakan-akan
terdengar suara memanggil-manggilnya.
Ketajaman penggraita Pangeran Singa Narpada telah
memaksanya untuk bangkit. Kegelisahannya itu telah
memberikan berbagai macam dugaan. Namun yang sangat
menggelisahkannya kemudian adalah justru Pangeran
Lembu Sabdata. Pangeran Singa Narpada berusaha untuk menyingkirkan
dugaannya yang bukan-bukan. Ia percaya bahwa Pangeran
Lembu Sabdata memang sudah berubah Apalagi penjagaan
disekitar tempat tahanannya terlalu kuat untuk dapat
ditembusnya, meskipun Pangeran Lembu Sabdata memiliki
kelebihan. Tetapi menurut pengenalan Pangeran Singa
Narpada. kemampuan Pangeran Lembu Sabdata masih
belum nggegirisi sehingga masih .ikan dapat dikuasai oleh
sekelompok prajurit yang bertugas. Bahkan seandainya
terdapat kesulitan, maka para prajurit itu tentu akan
memberikan isyarat dengan kentongan.
Namun demikian Pangeran Singa Narpada tidak berhasil
mengekang perasaannya. Karena itu, maka iapun kemudian
turun ke halaman. Diperintahkannya beberapa orang
pengawalnya untuk bersiap. Kemudian berkuda mereka
telah pergi ke tempat Pangeran Lembu Sabdata ditahan.
Ketika mereka memasuki lingkungan itu, maka betapa
terkejutnya Pangeran Singa Narpada. Sejak ia berada dipintu
gerbang, dan mengetuk pintu yang tertutup tanpa ada
seo-rangpun yang menyahut, jantungnya terasa berdebar
semakin keras. Beberapa kali Pangeran Singa Narpada mengetuk pintu
gerbang. Namun tidak seorangpun yang menyahut
membuka pintu. Bahkan suasana yang terasa menyentuh
perasaannya, membuatnya semakin berdebar-debar.
"Sesuatu telah terjadi" berkata Pangeran Singa Narpada.
"Ya Pangeran" jawab pengawalnya "Tentu sesuatu telah
terjadi. Aku merasakan satu pengaruh yang asing"
"Apakah kau merasa mengantuk?" bertanya Pangeran
Singa Narpada. "Ya Pangeran. Rasa-rasanya udara terlalu segar,
sehingga matapun rasa-rasanya ingin terkatub" berkata
pengawalnya itu. Jantung Pangeran Singa Narpada berdegup semakin
cepat. Karena itu, iapun menjadi gelisah dan tidak sabar
menunggu lebih lama lagi. Dengan lantang ia
memerintahkan semua pengawalnya, katanya "Bertahanlah
terhadap pengaruh asing ini. Ada yang tidak wajar. Siapa
yang tidak mampu mempertahankan kesadarannya, maka


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia akan ketinggalan. Mungkin satu bencana akan menerkam
kalian. Tidak ada yang menyahut Namun para pengawal itu
mendapat kesempatan untuk mempertahankan diri. Karena
itu, maka mereka tidak segera terpengaruh dan jatuh
tertidur Apalagi sumber pengaruh itu telah pergi, dan
pengaruh sirep itu perlahan-lahan telah susut
Namun Pengeran Singa Narpada yang menjadi gelisah
itu tidak dapat menahan diri lagi. Ia tidak lagi mengetuk
pintu gerbang itu perlahan-lahan. Tetapi iapun kemudian
telah melangkah beberapa langkah mundur.
Para pengawalnya yang telah mengenal watak dan sifat
Pangeran Singa Narpada itupun telah menyibak. Mereka
tahu, apa yang kira-kira akan dilakukan oleh Pangeran
Singa Narpada yang marah itu.
Sebenarnyalah, sejenak kemudian Pangeran Singa
Narpada itu telah meloncat maju, kemudian tubuhnya
berputar menyamping. Dengan loncatan panjang, tubuhnya
menjadi bagaikan datar dengan tanah dengan kaki
meluncur kearah pintu gerbang itu.
Satu benturan yang sangat kuat telah terjadi. Pintu
gerbang yang kuat itu tiba-tiba saja telah pecah oleh
kekuatan kaki Pangeran Singa Narpada. Tetapi Pangeran
Singa Narpada tidak sekedar mempergunakan tenaga wajar
Tetapi ia sudah mengetrapkan ilmunya, sehingga dengan
demikian, maka pintu gerbang yang kuat itu telah
dipecahkannya. Dengan tidak sabar lagi, maka Pangeran Singa Narpada
dan para pengawalnya itupun segera berloncatan memasuki
pintu gerbang. Namun yang kemudian. mereka lihat benarbenar
telah membuat jantung Pangeran Singa Narpada
bagaikan berhenti. Meskipun derak pintu yang pecah itu hampir
memecahkan pula selaput telinga, namun beberapa orang
pengawal pintu gerbang itu telah tertidur dengan
nyenyaknya digardu mereka.
"Gila" geram Pangeran Singa Narpada. Ia sama sekali
tidak menghiraukan orang-orang yang tertidur itu. Tetapi
iapun langsung berlari menuju kebilik tahanan Pangeran
Lembu Sabdata. Meskipun dilingkungan itu ada pula beberapa orang
bangsawan yang ditahan dalam persoalan yang berbedabeda,
namun yang terpenting bagi Pangeran Singa Narpada
Lembu Sabdata, yang ditahan karena telah memberontak
terhadap Kediri dibawah pengaruh Pangeran Kuda
Permati. Sebenarnyalah, kemarahan Pangeran Singa Narpada
hampir saja memecahkan dadanya. Ternyata bahwa bilik
kurungan Pangeran Lembu Sabdata telah terbuka. Beberapa
batang kayu yang kokoh telah terlepas dari ikatannya,
sementara beberapa orang penjaga tertidur dengan
nyenyaknya. "Gila, gila teriak Pangeran Singa Narpada Tetapi yang
mendengar suaranya hanyalah para pengawalnya.
Dalam ketegangan itu. serta kesadaran akan pengaruh
sirep maka para pengawal Pangeran Singa Narpada berhasil
bertahan. Mereka dapat mengesampingkan perasaan kantuk
yang sebenarnya juga meraba perasaaan mereka.
Namun dalam pada itu, satu kenyataan telah terjadi.
Pangeran Lembu Sabdata telah terlepas dari bilik
tahanannya. Kemarahan Pangeran Singa Narpda tidak tertahankan
lagi ketika ia menjumpai bilik itu benar-benar telah kosong.
Dengan kekuatan ilmu yang luar biasa, maka Pangeran
Singa Narpada telah menghantam dinding bilik itu hingga
pecah berantakan. Meskipun tali-talinya cukup kuat dan
anyaman yang rapat, namun ternyata bahwa dinding bilik
itu dalam sejenak telah berserakan.
Tetapi sebenarnyalah, bahwa Pangeran Lembu Sabdata
memang sudah tidak ada didalamnya
Dengan suara lantang Pangeran Singa Narpada
kemudian berteriak "Cari diseluruh halaman ini, sementara
itu, yang lain supaya membunyikan tanda bahaya"
Perintah itu tidak perlu diulang. Sejenak kemudian
semua pengawal Pangeran Singa Narpada telah tersebar
diseluruh halaman, sementara seorang diantara mereka
telah membunyikan kentongan dengan nada titir.
Suara kentongan itu segera terdengar oleh para peronda
diluar lingkungan itu. Dengan serta merta mereka telah
menyambut isyarat itu dan menyambungnya. Dengan
demikian maka sejenak kemudian suara kentongan itu telah
menjalar keseluruh Kota Raja. Bahkan padukuhanpadukuhan
di perba'asanpun telah ikut membunyikan tanda
bahaya itu pula. Seluruh kota menjadi sibuk. Para prajurit berkeliaran
hilir mudik. Namun ada diantara mereka yang dengan serta
merta sekedar mengamati keadaan sebelum mereka tahu
pasti apa yang telah terjadi. Namun dengan demikian
mereka akan dapat mencegah hal-hal yang tidak
diharapkan. Baru beberapa saat kemudian, persoalannya menjadi
jelas. Pangeran Lembu Sabdata. salah seorang terpenting
dari para pengikut Pangeran Kuda Permati telah terlepas
dari tahanannya. Mungkin melarikan diri. tetapi mungkin
ada orang lain yang membantunya.
Ternyata kekuatan sirep yang mencengkam para
pengawal Pangeran Lembu Sabdata cukup kuat. Baru
beberapa saat kemudian, para pengawal itu berhasil
dibangunkan. Dengan tergesa-gesa Pangeran Singa Narpada telah
memanggil pemimpin pengawal yang saat itu bertugas.
Dengan wajah yang memancarkan kemarahan tiada
terhingga, Pangeran Singa Narpada minta pertanggungan
jawab pemimpin pengawal itu.
Tetapi tidak ada sesuatu yang dapat dikatakan oleh
pemimpin pengawal itu kecuali pasrah.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja kami
telah digulung oleh perasaan kantuk yang tidak terlawan"
jawab pemimpin pengawal itu.
Murka Sang Iblis 3 Dewa Arak 20 Pelarian Istana Hantu Kisah Sepasang Bayangan Dewa 7
^