Pencarian

Misteri Sittaford 1

Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie Bagian 1


THE SITTAFORD MYSTERY by Agatha Christie Agatha Christie" The Sittaford Mystery
Copyright " 1931 Agatha Christie Limited
All rights reserved. MISTERI SITTAFORD Alih bahasa: Ny. Suwarni A.S.
GM 402 01 12 0031 Sampul: Staven Andersen Hak cipta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 33-37 Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, Oktober 1992 Cetakan kedua: September 2003
Cetakan ketiga: April 2012
352 hlm; 18 cm ISBN: 978 - 979 - 22 - 8163 - 7
Dicetak oleh Percetakan Duta Prima, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Bab1-10.indd 5 DAFTAR ISI ain I. Sittaford House II. Pesan III. Pukul Lima Lewat Dua Puluh Lima
IV. Inspektur Narracott V. Evans VI. Di Penginapan Three Crowns
VII. Surat Wasiat VIII. Mr. Charles Enderby
IX. The Laurels X. Keluarga Pearson XI. Emily Mulai Beraksi XII. Penahanan XIII. Sittaford XIV. Mrs. Willet dan Putrinya
XV. Kunjungan ke Mayor Burnaby
XVI. Mr. Rycroft XVII. Miss Percehouse XVIII. Kunjungan Emily ke Sittaford House
XIX. Teori-teori XX. Kunjungan ke Aunt Jennifer
XXI. Percakapan-percakapan
XXII. Petualangan Charles di Malam Hari
XXIII. Di Hazelmoor 103 117 130 138 147 157 168 180 193 205 217 232 251 258 Bab1-10.indd 6 XXIV. Inspektur Narracott Membahas
Perkara Itu XXV. Di Kafe Deller XXVI. Robert Gardner XXVII. Narracott Bertindak
XXVIII. Sepatu Lars XXIX. Pemanggilan Roh yang Kedua Kali
XXX. Emily Menjelaskan XXXI. Pria yang Beruntung
268 281 289 298 306 319 334 343 Bab1-10.indd 7 SITTAFORD HOUSE MAYOR Burnaby memasang sepatu larsnya yang ter"
buat dari karet, mengancingkan leher mantelnya, dan
mengambil sebuah lentera badai dari rak di dekat
pintu. Lalu dengan hati-hati dibukanya pintu bungalo"
nya yang kecil, dan ia melongok keluar.
Pemandangan yang dilihatnya adalah pemandangan
khas pedesaan di Inggris, seperti yang terlukis pada
kartu-kartu Natal dan dalam buku-buku cerita kuno.
Di mana-mana terlihat salju yang berupa gumpalangumpalan bertumpuk tinggi, bukan sekadar lapisan
yang tebalnya tiga atau lima sentimeter. Salju telah
turun di seluruh Inggris selama empat hari terakhir
ini, dan di pinggir kota Dartmoor ini, tingginya men"
capai beberapa meter. Para ibu rumah tangga di selu"
ruh Inggris mengeluh karena pipa-pipa air pecah.
Sungguh menguntungkan kalau punya teman yang
menjadi tukang pipa (atau pembantu tukang pipa),
sehingga dapat dimintakan bantuannya.
Bab1-10.indd 8 ain Desa kecil Sittaford, yang dalam keadaan biasa pun
sudah terpencil dari dunia, kini hampir terputus sama
sekali hubungannya dengan dunia luar. Musim salju
yang keras memang merupakan masalah besar.
Namun, Mayor Burnaby adalah orang yang keras
hati. Ia mendengus, menggeram, lalu melangkah ke
luar dengan mantap, menembus salju.
Tujuannya tidaklah jauh. Hanya beberapa langkah
di sepanjang jalan yang berkelok, memasuki sebuah
pintu pagar, lalu menyusuri sebuah jalan masuk yang
saljunya sudah disapu sebagian, menuju sebuah rumah
dari batu granit yang lumayan besarnya.
Pintu rumah dibuka oleh seorang pelayan ber"
pakaian rapi. Mayor Burnaby dibantu menanggalkan
mantelnya, sepatu larsnya yang terbuat dari karet, dan
syal tuanya. Sebuah pintu dibuka lebar-lebar, dan ia melewati
pintu itu, masuk ke sebuah ruangan yang suasananya
memenuhi angan setiap orang.
Meskipun waktu itu baru pukul 15.30, gorden-gor"
den jendela sudah ditutup semua, lampu-lampu listrik
sudah dinyalakan, dan api besar menyala ceria di per"
apian. Dua orang wanita yang mengenakan pakaian
petang, bangkit untuk menyambut mantan perwira
yang bertubuh tegap itu. "Menyenangkan sekali Anda datang, Mayor
Burnaby," kata wanita yang lebih tua.
"Anda baik sekali telah mengundang saya, Mrs.
Willett." Ia berjabatan tangan dengan kedua wanita
itu. "Mr. Garfield sebentar lagi datang," kata Mrs.
Bab1-10.indd 9 Willett lagi. "Juga Mr. Duke dan Mr. Rycroft telah
berjanji akan datang, tapi jangan terlalu diharapkan
kedatangannya, mengingat umurnya dan cuaca buruk
begini. Menjengkelkan sekali cuaca ini. Kita harus
berbuat sesuatu untuk bisa tetap ceria. Violet, tolong
masukkan sepotong kayu lagi ke dalam api."
Dengan sopan Mayor Burnaby bangkit untuk men"
jalankan pekerjaan itu. "Biar saya saja, Miss Violet."
Dengan cekatan dimasukkannya kayu ke tempat
yang tepat, lalu ia kembali lagi ke kursi yang sudah
ditunjukkan oleh nyonya rumah untuknya. Sambil
berusaha supaya tidak kentara, ia mencuri pandang ke
seputar ruangan itu. Sungguh mengagumkan bagai"
mana dua orang wanita bisa mengubah suasana selu"
ruh ruangan itu"padahal mereka tidak memerlukan
hal yang luar biasa, yang memerlukan bantuan orang
lain. Sittaford House dibangun oleh Kapten Joseph
Trevelyan dari Angkatan Laut Kerajaan, sepuluh tahun
yang lalu, waktu ia mulai menjalani masa pensiunnya
dari Angkatan Laut. Ia seorang pria yang cukup kaya
dan sudah lama mendambakan tinggal di Dartmoor.
Pilihannya jatuh pada desa kecil Sittaford. Desa itu
tidak terletak di suatu lembah seperti kebanyakan
desa dan tanah peternakan, melainkan bertengger te"
pat di puncak sebuah padang rumput, di bawah ba"
yangan Bukit Sittaford Beacon. Ia membeli sebidang
tanah luas. Di situ dibangunnya sebuah rumah nya"
man, dengan pembangkit tenaga listrik sendiri dan
sebuah pompa listrik, agar ia tak perlu bersusah-payah
Bab1-10.indd 10 memompa air. Kemudian ia berspekulasi dan mem"
bangun enam bungalo kecil, masing-masing di atas
tanah seluas seperempat hektare, di sepanjang jalan.
Salah satu bungalo itu"yang terdekat dengan
pintu pagar rumahnya sendiri"diberikannya pada
sahabat karibnya, John Burnaby. Yang lain secara ber"
tahap laku juga dijualnya, karena masih ada juga
orang yang memilih atau terpaksa tinggal terpisah
dari dunia luar. Di desa itu sendiri memang sudah
ada tiga rumah kecil, tetapi sudah rusak. Ada pula
sebuah bengkel pandai besi, dan sebuah kantor pos
yang merangkap toko kue. Kota terdekat dari situ
adalah Exhampton, yang jauhnya sembilan kilometer.
Jalanan ke sana terus menurun, hingga diperlukan
tanda bertuliskan Para pengemudi harap menggunakan
persneling terendah di sepanjang jalan-jalan di Dart"
moor itu. Seperti telah disebutkan tadi, Kapten Trevelyan ada"
lah seorang yang cukup kaya. Namun demikian"atau
justru karena itu"ia sangat suka pada uang. Akhir
bulan Oktober yang lalu, seorang makelar rumah di
Exhampton menulis surat padanya, menanyakan ba"
rangkali ia mau mempertimbangkan untuk menyewa"
kan Sittaford House. Ada seorang penyewa yang telah
menanyakan rumah itu, dan menyatakan keinginannya
untuk menyewanya selama musin dingin.
Mula-mula Kapten Trevelyan ingin menolak, tapi
kemudian ia meminta keterangan lebih lanjut. Ter"
nyata calon penyewanya adalah seorang wanita ber"
nama Mrs. Willett, janda dengan seorang putri. Ia
Bab1-10.indd 11 baru datang dari Afrika Selatan dan menginginkan
sebuah rumah di Dartmoor selama musim dingin.
"Gila, perempuan itu pasti gila," kata Kapten
Trevelyan. "Ya, Burnaby, kau sependapat, kan?"
Burnaby membenarkan. Katanya, "Pokoknya, kalau
kau tak mau menyewakannya, suruh perempuan bo"
doh itu pergi ke tempat lain, bila ia memang berkeras
ingin membeku. Padahal ia baru datang dari daerah
Afrika Selatan yang panas."
Tapi kemudian jiwa bisnis Kapten Trevelyan-lah
yang menang. Jarang sekali orang mendapat kesem"
patan untuk menyewakan rumah di tengah-tengah
musim dingin. Ditanyakannya berapa calon penyewa
itu berani membayarnya. Tawaran sebesar dua belas guinea seminggu di"
sepakati bersama. Lalu Kapten Trevelyan pergi ke
Exhampton, menyewa sebuah rumah kecil di pinggir
kota seharga dua guinea seminggu. Sittaford House
pun diserahkannya pada Mrs. Willett, dengan syarat
separuh dari uang sewa itu harus dibayar di muka.
"Bodoh sekali dia. Uangnya akan segera berku"
rang," geramnya. Tapi petang ini, Burnaby diam-diam memperhati"
kan Mrs. Willet. Menurutnya, wanita itu sama sekali
tidak kelihatan seperti orang bodoh. Ia bertubuh
tinggi dan sikapnya agak canggung, tapi pandangannya
sama sekali tidak bodoh, bahkan cenderung tajam.
Cara berpakaiannya agak berlebihan, logat bicaranya
jelas dari daerah jajahan. Agaknya ia puas sekali de"
ngan transaksi itu. Jelas bahwa ia cukup kaya, se"
hingga Burnaby menganggap keinginannya untuk
Bab1-10.indd 12 tinggal di situ aneh sekali. Ia tidak tergolong orang
yang senang menyepi. Sebagai seorang tetangga, wanita itu amat ramah.
Tetangga-tetangganya dihujaninya dengan undangan
untuk berkunjung ke Sittaford House. Kapten Trevelyan
terus-menerus didesak untuk "bersikap seolah-olah ru"
mah ini tidak kami sewa". Tapi Travelyan tak suka pada
wanita. Ada desas-desus bahwa ia pernah dikhianati
kekasihnya di masa muda. Dan ia tetap menolak semua
undangan Mrs. Willett. Sudah dua bulan keluarga Willett menetap di tem"
pat itu, dan rasa ingin tahu orang tentang pendatangpendatang baru itu pun sudah berkurang.
Burnaby, yang memang bersifat pendiam, terus
memperhatikan nyonya rumahnya, sampai-sampai ia
lupa bercakap-cakap sekadar basa-basi. Wanita itu me"
mang suka berpura-pura seperti orang bodoh, padahal
sebenarnya tidak. Begitulah kesimpulannya. Pandangan"
nya beralih pada Violet Willett. Gadis itu cantik, tapi
kurus kering. Begitulah semua gadis zaman sekarang.
Apa artinya seorang wanita kalau tidak menampakkan


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segi-segi kewanitaannya" Tapi menurut surat-surat
kabar, sekarang mode kembali pada kecenderungan
untuk menonjolkan lekuk-lekuk tubuh. Itu memang
lebih bagus. Ia menyadari bahwa ia harus bercakap-cakap.
"Mula-mula kami khawatir kalau-kalau Anda tak
bisa datang." Kata Mrs. Willett. "Soalnya Anda ber"
kata begitu, bukan" Kami senang sekali ketika Anda
akhirnya mengatakan akan datang."
Bab1-10.indd 13 ain "Soalnya ini hari Jumat," Mayor Burnaby men"
jelaskan. Mrs. Willett kelihatan heran.
"Mengapa kalau hari Jumat?"
"Setiap hari Jumat saya pergi ke rumah Trevelyan.
Hari Selasa ia yang datang ke tempat saya. Kami te"
lah melakukan hal itu selama bertahun-tahun."
"Oh, begitu! Saya mengerti. Ya, Anda berdua me"
mang tinggal sangat berdekatan...."
"Itu telah menjadi semacam kebiasaan."
"Tapi apakah Anda masih tetap melakukannya"
Maksud saya, setelah ia kini tinggal di Exhampton...."
"Sayang untuk menghentikan suatu kebiasaan,"
kata Mayor Burnaby. "Kami berdua akan merasa ke"
hilangan malam-malam kebersamaan kami itu."
"Saya dengar Anda suka mengikuti sayembara-sa"
yembara, ya?" tanya Violet. "Seperti acrostic, teka-teki
silang, dan sebagainya."
Burnaby mengangguk. "Saya suka teka-teki silang. Travelyan mengikuti
acrostic. Kami masing-masing bertahan pada kesukaan
kami. Bulan lalu saya memenangkan tiga buku dalam
suatu sayembara teka-teki silang," tambahnya.
"Oh! Menyenangkan sekali. Apakah buku-buku itu
menarik?" "Entahlah. Saya belum membacanya. Kelihatannya
jelek sekali." sanjak atau susunan kata-kata yang seluruh huruf awal atau huruf
akhir tiap-tiap barisnya merupakan sebuah kata atau nama diri
Bab1-10.indd 14 "Yang penting. Anda telah memenangkannya, bu"
kan?" kata Mrs. Willett dengan nada datar.
"Naik apa Anda kalau pergi ke Exhampton?" tanya
Violet. "Anda tak punya mobil bukan?"
"Berjalan." "Apa" Berjalan" Sejauh sembilan setengah kilo"
meter?" "Itu merupakan latihan yang baik. Apalah artinya
sembilan belas kilometer pulang pergi" Itu menyehat"
kan. Dan kita senang kalau kita sehat, bukan?"
"Bayangkan! Sembilan belas kilometer. Tapi Anda
maupun Kapten Trevelyan bekas atlet, bukan?"
"Kami berdua pernah pergi ke Swiss. Pada musim
dingin, kami bermain olahraga salju. Pada musim pa"
nas, kami mendaki gunung. Trevelyan jagoan olahraga
di atas es, tapi sekarang kami berdua sudah ter"lalu
tua untuk hal-hal semacam itu."
"Anda juga pernah memenangi Kejuaraan Racquet
Angkatan Perang, bukan?" tanya Violet.
Wajah Mayor Burnaby memerah seperti seorang
gadis. "Siapa yang menceritakan itu pada Anda?" gumam"
nya. "Kapten Trevelyan."
"Si Joe seharusnya tutup mulut," kata Burnaby.
"Ia terlalu banyak bicara. Bagaimana cuaca seka"
rang, ya?" Violet memahami rasa risi sang Mayor, lalu meng"
ikutinya pergi ke jendela. Mereka menyibak gorden
jendela, dan memandang keluar, melihat pemandangan
yang sepi. Bab1-10.indd 15 ain "Salju masih akan turun terus," kata Burnaby.
"Dan saya rasa cukup lebat."
"Aduh! Menyenangkan sekali," kata Violet. "Saya
rasa salju itu romantis sekali. Saya tak pernah melihat"
nya." "Tak romantis lagi bila pipa-pipa membeku, anak
bodoh," celetuk ibunya.
"Apakah Anda tinggal di Afrika Selatan sepanjang
hidup Anda, Miss Willett?" tanya Mayor Burnaby.
Sikap akrab gadis itu tiba-tiba berkurang. Ia tam"
pak agak tegang ketika menjawab.
"Ya... inilah pertama kali saya meninggalkannya.
Semuanya jadi mendebarkan sekali."
Mendebarkan" Terkurung begini, di sebuah desa
berawa-rawa yang terpencil seperti ini" Aneh-aneh saja
pikiran orang. Ia tak mengerti orang-orang ini.
Pintu terbuka, dan pelayan memberitahukan, "Mr.
Rycroft dan Mr. Garfield."
Yang masuk adalah seorang pria tua bertubuh kecil
yang kelihatannya gersang dan seorang pemuda yang
segar dan tampak kekanak-kanakan. Anak muda itu"
lah yang mula-mula berbicara,
"Saya yang mengajak Mr. Rycroft pergi, Mrs.
Willett. Saya katakan, saya tidak akan membiarkannya
tenggelam dalam badai salju. Ha, ha. Wah, kelihatan"
nya menyenangkan sekali. Kayu-kayu besar dibakar."
"Benar katanya. Anak muda yang baik hati ini me"
nuntun saya kemari." kata Mr. Rycroft sambil ber"
jabatan tangan dengan sikap resmi. "Apa kabar, Miss
Violet" Cuaca hari ini sesuai benar dengan musimnya,
tapi saya rasa terlalu banyak salju."
Bab1-10.indd 16 Lalu ia berjalan mendekati perapian, dan bercakapcakap dengan Mrs. Willett. Ronald Garfield me"
monopoli Violet. "Omong-omong, apakah tak ada tempat untuk me"
luncur di atas es" Apakah tak ada kolam di sekitar
sini?" "Saya rasa, menggali salju untuk membuka jalan
adalah satu-satunya olahraga di sini."
"Oh, kalau itu, sudah sepanjang pagi ini saya me"
lakukannya." "Oh, hebat sekali Anda!"
"Jangan menertawakan saya. Tangan saya lecet
semua." "Apa kabar bibi Anda?"
"Oh, biasa-biasa saja. Kadang-kadang ia berkata
merasa lebih sehat, dan kadang-kadang sakitnya ma"
kin parah. Tapi saya rasa keadaannya sama saja. Hi"
dup seperti ini rasanya mengerikan sekali. Setiap ta"
hun saya bertanya sendiri mengapa saya sampai bisa
bertahan, tapi mau apa lagi. Kalau saya tak siap me"
layaninya sekitar hari-hari Natal, bisa-bisa uangnya
diwariskannya pada Wisma Penampungan KucingKucing nanti. Ia sendiri memiliki lima ekor kucing.
Saya terpaksa harus membelai-belai binatang-binatang
setan itu, dan berpura-pura suka sekali pada me"
reka." "Saya jauh lebih suka anjing daripada kucing."
"Saya juga begitu. Sejak dulu. Maksud saya, anjing
itu... yah, tetap anjinglah."
"Apakah bibi Anda memang sejak dulu suka pada
kucing?" Bab1-10.indd 17 "Saya rasa perawan-perawan tua lama-kelamaan me"
mang terbiasa dengan hal-hal semacam itu. Uh! Saya
benci sekali pada binatang-binatang setan itu."
"Bibi Anda itu baik, tapi agak menakutkan."
"Saya juga merasa ia menakutkan. Kadang-kadang
ia membentak-bentak saya. Pikirnya saya ini tak pu"
nya pikiran dan perasaan."
"Ah, masa!" "Ah, jangan berkata begitu. Banyak orang kelihatan"
nya bodoh, tapi di belakang ia tertawa."
"Mr. Duke," kata pelayan.
Mr. Duke adalah seorang pendatang baru. Ia telah
membeli bungalo terakhir di antara enam bungalo
Kapten Trevelyan bulan September yang lalu. Ia ber"
tubuh besar, sangat pendiam, dan sangat suka ber"
kebun. Mr. Rycroft, yang sangat gemar akan burung
dan tinggal di sebelahnya, selama ini telah mengamatamatinya. Ia tak setuju dengan pendapat umum yang
mengatakan bahwa Mr. Duke adalah orang baik dan
sama sekali tak banyak lagak. Memang orang itu baik,
tapi apakah ia tidak terlalu... yah, tidak terlalu apa
ya" Mungkinkah ia seorang mantan pengusaha"
Tapi tak seorang pun mau bertanya padanya"dan
orang memang berpendapat bahwa hal itu sebaiknya
tak usah diketahui. Karena bila orang sampai tahu,
keadaan mungkin jadi tak enak. Padahal dalam masya"
rakat sekecil ini, sebaiknya kita mengenal setiap
orang. "Anda pasti tidak akan berjalan kaki ke Exhampton
dalam cuaca seburuk ini, bukan?" tanyanya pada Ma"
yor Burnaby. Bab1-10.indd 18 "Tidak, saya rasa Trevelyan pun tidak mengharap"
kan kedatangan saya malam ini."
"Menjengkelkan sekali, ya?" kata Mrs. Willett. Ia
bergidik. "Terkubur di sini selama bertahun-tahun"
pasti mengerikan sekali."
Mr. Duke melihat sekilas padanya. Mayor Burnaby
juga menatapnya dengan rasa ingin tahu.
Pada saat itu teh dihidangkan.
Bab1-10.indd 19 PESAN SETELAH minum teh, Mrs. Willett mengusulkan un"
tuk bermain bridge. "Kita semua berenam. Dua orang bisa bergantian."
Mata Ronnie berbinar. "Anda berempat saja mulai," usulnya. "Saya dan
Miss Willett nanti saja."
Tapi Mr. Duke berkata bahwa ia tak bisa main
bridge. Ronnie tampak kecewa. "Kita bisa main kartu biasa," kata Mrs. Willett.
"Atau main meja bergerak, semacam jelangkung,"
usul Ronnie. "Malam ini menyeramkan. Beberapa
hari yang lalu kita memperbincangkan hal itu, bukan"
Mr. Rycroft dan saya tadi pun berbincang tentang
itu, dalam perjalanan kami kemari."
"Saya menjadi anggota Perkumpulan Riset Psikis,"
jelas Mr. Rycroft tegas. "Saya bisa menjelaskan be"
berapa hal pada sahabat muda saya ini."
Bab1-10.indd 20 "Ah, itu semua omong kosong," kata Mayor
Burnaby tegas. "Oh! Tapi itu pasti menyenangkan sekali, ya?" kata
Violet Willett. "Maksud saya, kita memang tak per"
caya hal-hal semacam itu. Tapi ini kan sekadar hi"
buran. Bagaimana, Mr. Duke?"
"Saya menurut saja, Miss Willett."
"Kita harus memadamkan semua lampu, dan kita
harus memakai meja yang ukurannya tepat. Jangan...
jangan yang itu, Mother. Itu pasti terlalu berat."
Akhirnya semua beres, sesuai dengan keinginan se"
mua pihak. Mereka mengambil sebuah meja kecil
yang bulat dan licin permukaannya dari kamar se"
belah. Meja itu ditempatkan di depan perapian, lalu
semua orang mengambil tempat di sekelilingnya, dan
lampu-lampu pun dipadamkan.
Mayor Burnaby duduk di antara nyonya rumah dan
Violet. Ronnie Garfield duduk di sisi lain gadis itu.
Seulas senyum sinis menghiasi bibir Mayor Burnaby.
Pikirnya, "Waktu aku masih muda ada permainan
yang bernama Up Jenkins." Lalu ia mencoba mengingat
nama seorang gadis berambut tebal, yang tangannya
digenggamnya di bawah meja selama permainan itu
berlangsung. Alangkah lamanya waktu telah berlalu!
Tapi Up Jenkins itu suatu permainan yang baik.
Terdengar tawa, bisik-bisik, dan ucapan-ucapan
yang biasa terdengar pada saat permainan.
"Lama sekali roh-rohnya datang."
"Agaknya ia harus datang dari jauh."
"Hush... kalau kita tidak serius, tidak akan terjadi
apa-apa." Bab1-10.indd 21 "Ah! Diamlah semuanya!"
"Tak terjadi apa-apa."
"Tentu saja tidak"mula-mula memang tidak."
"Aduuh! Diamlah kalian semua."
Akhirnya, setelah beberapa lama, gumam orang
berbicara tak terdengar lagi.
Hening. "Meja ini diam saja," gumam Ronnie Garfield jeng"
kel. "Ssttt." Permukaan meja yang licin itu mulai bergetar. Dan
meja itu mulai bergerak. "Sekarang bertanyalah. Siapa yang akan bertanya"
Kau, Ronnie!" "Oh... eh... apa yang akan saya tanyakan, ya?"
"Apakah ada roh yang datang?" Violet yang ber"
tanya. "Hei! Halo... apakah ada roh yang datang?"
Terjadi getaran kuat. "Itu berarti "ya"," jelas Violet.
"Anu, eh... siapa kamu?"
Tak ada tanggapan.

Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suruh ia mengeja namanya."
"Bagaimana caranya?"
"Kita hitung jumlah goyangannya."
"Oh, begitu. Coba eja namamu."
Meja itu mulai bergerak kuat-kuat.
"A B C D E F G H I... eh, apakah itu I atau J?"
"Tanyakan padanya. Apakah itu I?"
Satu gerakan. "Ya, tolong huruf berikutnya."
Bab1-10.indd 22 Nama roh itu ternyata Ida.
"Apakah kau ada pesan untuk seseorang di sini?"
"Ada." "Untuk siapa" Untuk Miss Willett?"
"Bukan." "Mrs. Willett?"
"Bukan." "Mr. Rycroft?" "Bukan." "Untuk saya?" "Ya." "Untukmu, Ronnie. Lanjutkan. Suruh ia meng"
eja." Meja itu mengeja "Diana".
"Siapa Diana" Apakah kalian tahu seseorang yang
bernama Diana?" "Tidak. Setidaknya..."
"Nah, lihat! Dia tahu."
"Tanyakan, apakah ia seorang janda?"
Hiburan itu berlangsung terus. Mr. Rycroft ter"
senyum dengan sabar. Anak-anak muda memang per"
lu bercanda. Waktu nyala api tiba-tiba menjilat, ter"
pandang olehnya sekilas wajah sang nyonya rumah.
Wajah itu membayangkan kekhawatiran dan tampak
linglung. Pikirannya seperti melayang jauh.
Mayor Burnaby sedang memikirkan salju. Salju
pasti akan turun lagi malam ini. Inilah musim salju
yang paling hebat, sepanjang ingatannya.
Mr. Duke mengikuti permainan itu dengan ber"
sungguh-sungguh. Tapi sayangnya, roh-roh itu sedikit
Bab1-10.indd 23 sekali memberikan perhatian padanya. Semua pesanpesannya agaknya hanya untuk Violet dan Ronnie.
Violet diramalkan akan pergi ke Italia. Ada sese"
orang yang akan ikut dengannya. Bukan seorang wa"
nita, melainkan seorang pria. Namanya Leonard.
Suara tawa makin ramai. Meja itu mengeja nama
kota yang akan dikunjungi Violet. Nama itu merupa"
kan kumpulan huruf-huruf yang bernada Rusia"sama
sekali tak berbau Italia.
Seperti biasa timbul protes.
"Bagaimana ini, Violet." (Ronnie sudah tidak me"
nyebutnya "Miss Willett" lagi). "Kau menggoyangkan
meja itu." "Tidak. Lihatlah, aku mengangkat tanganku dari
meja, dan meja itu tetap saja bergerak."
"Aku suka mendengar ketukan-ketukannya. Aku
akan memintanya untuk mengetuk. Yang nyaringnyaring."
"Memang, seharusnya memang ada ketukanketukan," kata Ronnie sambil berpaling pada Mr.
Rycroft. "Memang seharusnya ada ketukan-ketukan,
bukan begitu, Sir?" "Dalam keadaan seperti sekarang ini, saya rasa tak"
kan ada," kata Mr. Rycroft datar.
Semuanya diam. Meja pun diam, tidak menjawab
pertanyaan-pertanyaan. "Apakah Ida sudah pergi?"
Meja bergoyang lemah. "Roh yang lain, datanglah."
Tak ada apa-apa. Tiba-tiba meja mulai bergetar dan
bergoyang kuat sekali. Bab1-10.indd 24 "Nah! Apakah kau roh yang lain?"
"Ya." "Apakah kau ada pesan untuk seseorang?"
"Ya." "Untuk saya?" "Bukan." "Untuk Violet?"
"Bukan." "Untuk Mayor Burnaby?"
"Ya." "Pesannya untuk Anda, Mayor Burnaby. Tolong
eja." Meja mulai bergoyang perlahan-lahan.
"T R E V... apakah itu benar-benar V" Rasanya tak
mungkin. T R E V... tak ada artinya itu."
"Pasti Trevelyan," kata Mrs. Willett. "Kapten
Trevelyan." "Ya." "Apakah ada pesan untuk Kapten Trevelyan?"
"Tidak." "Jadi, apa?" Meja itu mulai bergoyang"perlahan-lahan, ber"
irama. Demikian lambatnya hingga sulit menghitung
huruf-hurufnya. "M...," berhenti sebentar. "A... T I."
"Mati." "Apakah ada seseorang yang meninggal?"
Meja itu tidak menjawab ya atau tidak. Meja itu
malah mulai bergoyang lagi, sampai pada huruf T.
"T... apakah maksudmu Trevelyan?"
"Ya." Bab1-10.indd 25 "Maksudmu Trevelyan sudah meninggal?"
"Ya." Meja itu bergoyang kuat sekali, menyatakan "ya".
Terdengar seseorang menahan napas. Terasa ada
kegelisahan di sekeliling meja.
Waktu Ronnie mulai bertanya lagi, suaranya me"
ngandung nada keresahan dan rasa khawatir.
"Maksudmu Kapten Trevelyan meninggal?"
"Ya." Semuanya diam lagi. Seakan-akan tak ada yang
tahu apa lagi yang harus ditanyakan, atau bagaimana
harus menanggapi perkembangan yang tak terduga
itu. Dan dalam keadaan hening itu, meja tersebut mu"
lai bergoyang lagi. Dengan berirama dan perlahan-lahan, Ronnie
mengeja huruf-hurufnya dengan nyaring...
P-E-M-B-U-N-U-H-A-N... Mrs. Willett terpekik, lalu menarik tangannya dari
meja. "Saya tak mau meneruskan ini. Mengerikan sekali.
Saya tak suka." Lalu terdengar suara Mr. Duke, lantang dan jelas.
Ia bertanya pada meja itu.
"Maksudmu... Kapten Trevelyan sudah dibunuh?"
Baru saja kata-kata itu selesai diucapkan, jawaban"
nya langsung diberikan. Meja itu bergoyang demikian
kuat dan pasti, hingga hampir jatuh. Hanya satu kali
goyangan. "Ya..." "Dengarkan," kata Ronnie. Lalu diangkatnya ta"
Bab1-10.indd 26 ngannya dari meja. "Menurut saya, ini suatu gurauan
konyol." Suaranya bergetar.
"Nyalakan lampu," kata Mr. Rycroft.
Mayor Burnaby bangkit, lalu menyalakan lampu.
Dalam cahaya yang tiba-tiba terang itu tampak sekum"
pulan orang berwajah pucat dan resah.
Mereka semua berpandangan. Entah bagaimana...
tak seorang pun tahu harus berkata apa.
"Semuanya ini pasti omong kosong," kata Ronnie
sambil tertawa getir. "Omong kosong yang tak masuk akal," kata Mrs.
Willet. "Tak pantas... membuat lelucon seperti itu."
"Bukan tentang orang meninggal," kata Violet.
"Ini... oh! Saya tak menyukainya."
"Saya tidak menggoyangkan meja itu," kata
Ronnie, yang merasa dirinya disindir secara halus.
"Saya berani bersumpah, saya tidak berbuat begitu."
"Saya juga tidak," kata Mr. Duke. "Bagaimana de"
ngan Anda, Mr. Rycroft?"
"Sama sekali tidak," sahut Mr. Rycroft tersinggung.
"Kalian tentu tidak beranggapan bahwa saya mau
membuat lelucon semacam itu, bukan?" geram Mayor
Burnaby. "Lelucon dengan selera rendah itu."
"Violet sayang..."
"Bukan saya, Mother. Sungguh, saya tidak melaku"
kannya. Saya tidak akan berbuat demikian."
Gadis itu hampir-hampir menangis.
Semuanya merasa risih. Suasana riang di antara
orang-orang itu tiba-tiba menjadi rusak.
Mayor Burnaby mendorong kursinya ke belakang.
Ia bangkit menuju jendela, dan menyingkap gorden.
Bab1-10.indd 27 Ia berdiri terus sambil memandang ke luar, mem"
belakangi ruangan itu. "Pukul 17.25," kata Mr. Rycroft sambil mendongak
melihat jam. Ia mencocokkannya dengan arlojinya
sendiri, dan semua orang merasa bahwa perbuatannya
itu wajar. "Mari," kata Mrs. Willett dengan keceriaan yang
dipaksakan. "Saya rasa, sebaiknya kita minum koktail.
Tolong bunyikan bel, Mr. Garfield."
Ronnie membunyikan bel. Bahan-bahan untuk koktail dihidangkan, dan
Ronnie ditunjuk untuk mencampur bahan-bahan itu.
Keadaan menjadi agak santai.
"Nah," kata Ronnie sambil mengangkat gelasnya.
"Mari kita minum."
Semuanya menanggapi ajakan itu"kecuali sosok
yang tetap berdiri diam di dekat jendela.
"Mayor Burnaby, ini koktail Anda."
Sang Mayor terkejut dan sadar dari lamunannya.
Perlahan-lahan ia berbalik.
"Terimakasih, Mrs. Willett. Saya tidak minum."
Sekali lagi ia melihat kegelapan malam di luar. Lalu
perlahan-lahan ia menghampiri kumpulan orang di
dekat perapian itu. "Terima kasih banyak atas waktu
yang menyenangkan ini. Selamat malam."
"Anda tidak akan pergi, kan?"
"Saya rasa saya harus pergi."
"Mengapa secepat itu" Apalagi di malam seperti
ini." "Maaf. Mrs. Willett, tapi saya harus melakukannya.
Kalau saja ada pesawat telepon."
Bab1-10.indd 28 "Pesawat telepon?"
"Ya... terus terang... saya... yah, saya ingin meyakin"
kan diri bahwa Joe Trevelyan tak apa-apa. Semua ini
memang takhayul yang bodoh belaka, tapi kita telah
melihatnya. Sesungguhnya, saya tentu tak percaya
akan semua omong kosong ini... tapi..."
"Tapi Anda tak bisa menelepon dari mana pun
juga. Tak ada telepon umum di Sittaford ini."
"Justru itu. Karena saya tak bisa menelepon, saya
harus pergi." "Pergi" Tapi Anda tidak akan bisa mendapatkan
mobil di jalan! Elmer pasti tak mau membawa mobil"
nya ke luar pada malam seperti sekarang ini."
Elmer adalah pemilik satu-satunya mobil sewaan di
tempat itu. Mobilnya adalah sebuah mobil Ford tua.
Orang-orang yang ingin pergi ke Exhampton bisa me"
nyewanya dengan bayaran yang cukup tinggi.
"Tidak, tidak... tak ada urusan dengan mobil. Kaki
saya ini yang akan membawa saya ke sana, Mrs.
Willett." Yang lain serentak memprotes.
"Oh! Mayor Burnaby..., itu tak mungkin. Anda sen"
diri berkata bahwa salju akan turun lagi."
"Dalam satu jam ini, belum... mungkin masih
lama lagi. Saya pasti bisa sampai ke sana. Jangan kha"
watir." "Oh! Pasti tak bisa. Kami tak bisa membiarkan
Anda pergi." Mrs. Willett benar-benar tak senang dan ke"
bingungan. Tapi semua bantahan dan bujukan tak membuat
Bab1-10.indd 29 Mayor Burnaby bergeming. Ia bagaikan batu karang.
Ia memang keras kepala. Sekali pikirannya sudah te"
tap mengenai suatu hal, tak ada satu pun kekuatan di
dunia ini dapat menggoyahkannya.
Ia telah bertekad untuk berjalan ke Exhampton,
dan melihat sendiri bahwa sahabat karibnya tak apaapa. Dan ia harus mengulangi pernyataan sederhana
itu sampai enam kali. Akhirnya mereka menyadari bahwa ia memang ber"
sungguh-sungguh. Ia mengenakan mantelnya, menyala"
kan lampu badainya, dan melangkah keluar, ke ma"
lam yang gelap. "Saya akan mampir ke rumah saya untuk meng"
ambil botol minuman," katanya ceria, "lalu saya akan
langsung melanjutkan perjalanan. Trevelyan pasti akan
menyuruh saya menginap, setibanya saya di sana. Saya
tahu bahwa rasa khawatir saya ini menggelikan. Pasti
ia baik-baik saja. Jangan khawatir, Mrs. Willett. Ada
atau tak ada salju, saya akan tiba di sana dalam be"
berapa jam. Selamat malam."
Ia pun pergi. Yang lain kembali ke perapian.


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rycroft mendongak ke langit.
"Pasti akan turun salju," gumamnya pada Mr.
Duke. "Dan sudah akan mulai turun sebelum ia tiba
di Exhampton. Saya... saya harap saja ia bisa tiba di
sana dengan selamat."
Duke mengernyit. "Saya tahu. Seharusnya saya ikut dengannya tadi.
Salah seorang di antara kita seharusnya menyertai"
nya." "Menyedihkan sekali." kata Mrs. Willett, "me"
Bab1-10.indd 30 nyedihkan sekali. Violet, aku tak mau permainan
yang tak masuk akal itu dimainkan lagi. Mayor
Burnaby yang malang itu bisa-bisa terperosok ke da"
lam lubang yang tertutup salju... atau kalau tidak, ia
bisa mati kedinginan, tanpa perlindungan sama sekali.
Apalagi ia sudah tua. Bodoh sekali dia, tetap pergi
seperti itu. Padahal Kapten Trevelyan pasti baik-baik
saja." Semuanya serentak berkata, "Pasti."
Padahal pada saat itu pun mereka tidak begitu ya"
kin. Bagaimana kalau memang telah terjadi sesuatu atas
diri Kapten Trevelyan... Bagaimana kalau... Bab1-10.indd 31 III PUKUL LIMA LEWAT DUA PULUH LIMA DUA setengah jam kemudian, pukul delapan kurang
sedikit, Mayor Burnaby memegang lentera badai, dan
kepalanya ditundukkan agar matanya tidak kemasukan
salju yang turun deras. Ia tiba terseok-seok di jalan
setapak menuju pintu depan Hazelmoor, rumah kecil
yang disewa Kapten Trevelyan.
Sudah sejak sejam yang lalu salju turun"berupa
serpihan-serpihan besar. Napas Mayor Burnaby ter"
sengal-sengal, mengeluarkan suara desah yang nyaring,
seperti orang letih. Ia merasa kaku karena kedinginan.
Dientak-entakkannya kakinya, sambil meniup keraskeras dan mendengus, lalu ia menekan bel dengan
jari yang kaku. Bel berdering nyaring. Burnaby menunggu. Setelah beberapa menit berlalu
dan tak ada sesuatu yang terjadi, ia menekan bel se"
kali lagi. Kali ini pun tak ada tanda-tanda kehidupan.
Bab1-10.indd 32 Burnaby menekan bel untuk ketiga kalinya. Kali
ini ditekankannya jarinya terus-menerus pada bel
itu. Bel pun berdering terus, tapi tetap saja tak ada
tanda-tanda kehidupan di rumah itu.
Pada pintu ada pula alat pengetuk. Mayor Burnaby
membunyikannya kuat-kuat, hingga menghasilkan
suara menggelegar. Tapi rumah kecil itu masih saja sunyi seperti
mati. Sang Mayor menghentikan usahanya. Ia berdiri se"
jenak, tak mengerti. Perlahan-lahan ia menelusuri
kembali jalan setapak tadi, dan keluar dari pintu pa"
gar, kemudian berjalan balik ke arah Exhampton.
Sembilan puluh meter dari rumah itu, ia tiba di pos
polisi. Lagi-lagi ia merasa bimbang, tapi akhirnya ia meng"
ambil keputusan dan masuk.
Polisi Graves, yang telah kenal baik dengan Mayor
Burnaby, bangkit dengan terkejut.
"Astaga, Mayor! Mengapa Anda sampai keluar
malam-malam seperti ini?"
"Begini," kata Burnaby dengan tegas. "Saya mem"
bunyikan bel dan mengetuk rumah Kapten Trevelyan
lama sekali, tapi tidak mendapatkan jawaban."
"Oh, iya, ini kan hari Jumat," kata Graves yang
tahu betul kebiasaan kedua sahabat itu. "Tapi Anda
kan tidak datang dari Sittaford malam-malam begini"
Kapten pasti tidak berharap Anda akan datang."
"Ia mengharapkan saya atau tidak, pokoknya saya
sudah datang," kata Burnaby ketus. "Dan seperti saya
Bab1-10.indd 33 katakan tadi, saya tak bisa masuk. Saya sudah me"
nekan bel dan sudah mengetuk pintu, tapi tak ada
orang yang membukakan."
Tampak keresahan Burnaby mulai menulari polisi
itu. "Aneh, ya?" katanya sambil mengernyit.
"Tentu saja aneh," kata Burnaby.
"Rasanya tak mungkin ia keluar"malam-malam
seperti ini." "Tentu tak mungkin ia keluar."
"Aneh sekali," kata Graves lagi.
Burnaby memperlihatkan rasa tak sabarnya akan
kelambanan polisi itu. "Apakah Anda tidak akan berbuat sesuatu?" kata"
nya lagi dengan ketus. "Berbuat sesuatu?"
"Ya, melakukan sesuatu."
Polisi itu merenung. "Menurut Anda, mungkinkah ia jatuh sakit?" Wa"
jahnya jadi berseri-seri.
"Akan saya coba meneleponnya." Di dekat sikunya
ada sebuah pesawat telepon. Ia mengangkat gagang
pesawat itu, lalu memutar sebuah nomor telepon.
Tapi, seperti pintu rumahnya tadi, telepon pun ti"
dak dijawab. "Kelihatannya ia memang jatuh sakit," kata Graves
sambil meletakkan kembali gagang telepon. "Padahal
ia seorang diri di rumah itu. Sebaiknya kita men"
datangi Dr. Warren, dan mengajaknya pergi ke
sana." Bab1-10.indd 34 Rumah Dr. Warren dekat sekali dengan pos polisi.
Dokter itu baru saja duduk untuk makan malam ber"
sama istrinya. Ia kurang senang akan panggilan itu,
namun sambil menggerutu ia mau juga ikut mereka.
Ia mengenakan mantel tebal yang sudah tua, dan se"
pasang sepatu lars dari karet, lehernya dililiti dengan
sehelai syal rajutan. Salju masih saja turun. "Malam sialan," gumam dokter itu. "Mudahmudahan saja kalian tidak sia-sia membawa saya ke"
luar begini. Travelyan itu fisiknya kuat sekali. Ia tak
pernah mengeluh sakit."
Burnaby tak menyahut. Setiba di Hazelmoor, mereka menekan bel sekali
lagi, juga mengetuk pintu, namun tidak mendapatkan
jawaban. Lalu dokter mengusulkan untuk berjalan mengitari
rumah, ke salah satu jendela di belakang.
"Lebih mudah mendobrak jendela daripada pintu."
Graves sependapat, lalu mereka pergi ke bagian
belakang. Di sisi rumah ada sebuah pintu. Mereka
mencoba membuka pintu itu, tapi itu pun terkunci.
Lalu mereka keluar lagi, ke halaman yang penuh
salju, menuju jendela-jendela di belakang. Tiba-tiba
Warren berseru. "Jendela ruang kerja itu... terbuka."
Ternyata benar. Jendela itu"sebuah jendela yang
memanjang ke bawah"terkuak sedikit. Mereka mem"
percepat langkah. Pada malam seperti ini, orang yang
berpikiran sehat takkan mau membuka jendelanya. Di
Bab1-10.indd 35 kamar itu ada lampu menyala, cahayanya keluar,
berupa garis kuning. Ketiga orang itu tiba di jendela secara serentak.
Burnaby-lah yang pertama-tama masuk, dan polisi itu
langsung menyusulnya. Mereka berhenti mendadak di dalam, dan mantan
perwira itu terpekik dengan suara tertahan. Sesaat
kemudian, Warren pun sudah berada di samping me"
reka, dan melihat pula apa yang mereka lihat.
Kapten Trevelyan terbaring di lantai, tertelungkup.
Ruangan itu berantakan, laci-laci meja tulis dibongkar
semua, dan kertas-kertas bertebaran di lantai. Jendela
di sebelah mereka rusak kuncinya, bekas dibuka de"
ngan paksa. Di samping tubuh Kapten Trevelyan ter"
dapat sebuah kantong dari bahan tebal berwarna hijau
dan bergaris tengah kira-kira lima sentimeter.
Dokter Warren melompat ke depan. Ia berlutut di
dekat sosok tubuh yang tertelungkup itu.
Satu menit sudah cukup baginya. Ia bangkit lagi,
wajahnya pucat. "Apakah ia sudah meninggal?" tanya Burnaby.
Dokter itu mengangguk. Ia berpaling pada Graves.
"Andalah yang harus mengatakan apa yang harus
dilakukan. Saya tak bisa berbuat apa-apa, kecuali me"
meriksa jenazahnya. Dan mungkin Anda bahkan lebih
suka kalau hal itu saya lakukan setelah Inspektur da"
tang. Saya sudah bisa mengatakan sebab kematiannya
sekarang. Retak pada bagian bawah tengkorak. Dan
saya rasa, saya juga sudah bisa menebak alat pem"
bunuhnya." Bab1-10.indd 36 Ia menunjuk ke kantong dari bahan tebal berwarna
hijau itu. "Trevelyan memang selalu menyimpan benda itu,
dipasangnya di celah bawah pintu, untuk mencegah
angin masuk," kata Burnaby.
Suaranya terdengar serak.
"Ya... kantong pasir yang sangat efisien."
"Ya, Tuhan!" "Tapi, apakah ini...," polisi itu berhenti, perlahanlahan pikirannya baru terbuka. "Maksud Anda... ini...
suatu pembunuhan?" Polisi itu lalu melangkah ke arah meja, menuju
pesawat telepon. Mayor Burnaby mendekati sang dokter.
"Apakah Anda punya dugaan," katanya dengan na"
pas tersengal, "sudah berapa lama ia meninggal?"
"Saya rasa kira-kira sudah dua jam, atau mungkin
tiga jam. Itu perkiraan kasar."
Burnaby membasahi bibirnya yang kering dengan
lidah. "Apakah menurut perkiraan Anda, ia terbunuh
pada pukul 17.25?" Dokter itu memandanginya dengan rasa ingin
tahu. "Bila saya harus memberikan waktu yang pasti, me"
mang saya rasa sekitar waktu itulah."
"Ya Tuhan," kata Burnaby.
Dokter Warren memandanginya dengan mata ter"
belalak. Tanpa melihat, Mayor Burnaby meraba-raba men"
cari kursi, lalu ia membantingkan dirinya ke kursi itu
Bab1-10.indd 37 dan menggumam sendiri, sementara wajahnya mem"
bayangkan rasa takut. "Pukul 17.25... Oh! Tuhanku, jadi memang be"
nar!" Bab1-10.indd 38 INSPEKTUR NARRACOTT KEESOKAN paginya, setelah peristiwa yang menyedih"
kan itu, dua orang pria berdiri di ruang kerja kecil di
Hazelmoor. Inspektur Narracott melihat ke sekelilingnya, lalu
mengernyitkan dahi. "Ya," katanya sambil merenung. "Ya."
Inspektur Narracott adalah seorang perwira polisi
yang cara kerjanya sangat efisien. Ia pendiam tapi gi"
gih, punya pikiran logis, dan ia selalu memberikan
perhatian sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Oleh
karenanya ia selalu berhasil, sedangkan orang lain
mungkin gagal. Ia bertubuh jangkung, dan sikapnya tenang. Mata"
nya berjarak jauh satu sama lain dan berwarna abuabu, cara bicaranya lambat, dengan logat Devon"
shire. Ia telah diminta datang dari Exeter, untuk mena"
ngani perkara itu. Ia datang naik kereta api pertama
Bab1-10.indd 39 pada pagi itu. Jalan-jalan masih tak dapat dilalui mo"
bil, meski dengan bantuan rantai sekalipun. Seandainya
bisa, pasti ia sudah tiba malam sebelumnya. Kini ia
sedang berdiri di ruang kerja Kapten Trevelyan. Ia baru
saja selesai memeriksa ruangan itu. Bersamanya ada
pula Sersan Pollock dari Kantor Polisi Exhampton.
"Ya," kata Inspektur Narracott lagi.
Sebaris sinar matahari musim dingin yang pucat
masuk melalui jendela. Di luar terhampar peman"
dangan bersalju. Kira-kira sembilan puluh meter dari
jendela terdapat pagar mengelilingi rumah. Lebih jauh
lagi dari situ tampak lereng bukit berlapis salju yang
meninggi dan terjal. Sekali lagi Inspektur Narracott membungkuk di
atas tubuh korban yang sengaja ditinggalkan untuk
diperiksanya. Karena ia sendiri seorang olahragawan,
ia bisa menilai bahwa almarhum adalah seorang atlet
pula, melihat dadanya yang bidang, pinggulnya yang
kecil, dan keseluruhan tubuhnya yang berotot. Kepala"
nya kecil dan keseluruhan tubuhnya berotot. Kepala"
nya kecil dan terletak serasi pada pundaknya. Janggut"
nya lancip, khas janggut orang-orang Angkatan Laut,
dan terpelihara rapi. Ia bisa memastikan bahwa umur


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kapten Trevelyan sudah enam puluh tahun, tapi ia
kelihatan lebih muda, seperti baru berumur 51 atau
52 tahun. "Ah!" kata Sersan Pollock.
Inspektur Narracott menoleh padanya.
"Bagaimana pendapatmu tentang hal ini?"
"Yah..." Sersan Pollock menggaruk-garuk kepalanya.
Bab1-10.indd 40 Ia adalah orang yang selalu berhati-hati, dan tak mau
bertindak terlalu jauh melebihi yang diperlukan.
"Yah," katanya, "sepanjang penglihatan saya, Sir,
saya rasa orang itu datang ke jendela, membuka kunci"
nya dengan paksa, lalu mengobrak-abrik kamar ini.
Saya rasa, Kapten Trevelyan berada di lantai atas. Pen"
curi itu pasti mengira rumah ini kosong..."
"Di mana letak kamar tidur Kapten Trevelyan?"
"Di lantai atas, Sir. Tepat di atas kamar ini."
"Dalam bulan-bulan ini, pukul empat sore hari su"
dah gelap. Bila Kapten Trevelyan berada di kamar
tidurnya, lampu kamar itu tentu sudah menyala. Dan
pencuri itu tentu sudah melihatnya waktu ia men"
dekati jendela." "Maksud Anda, ia tentu menunggu."
"Tak ada orang berakal sehat mau masuk dengan
paksa ke dalam sebuah rumah yang lampunya masih
menyala. Bila ada orang masuk dengan paksa melalui
jendela ini, ia pasti melakukannya karena mengira
rumah ini kosong." Sersan Pollock menggaruk-garuk kepalanya.
"Saya akui, memang agak aneh. Tapi demikianlah
adanya." "Hal itu kita lewatkan saja sementara. Lanjutkan
teorimu." "Nah, kita andaikan Kapten mendengar suara di
lantai bawah. Ia turun untuk menyelidiki. Pencuri itu
mendengarnya datang. Ia membuat rencana menda"
dak, dan bersembunyi di balik pintu. Waktu Kapten
masuk ke kamar, diserangnya orang tua itu dari bela"
kang." Bab1-10.indd 41 Inspektur Narracott mengangguk.
"Ya, itu benar. Ia memang diserang waktu sedang
menghadap ke jendela. Tapi, bagaimanapun juga,
Pollock, aku tak puas."
"Anda tidak puas, Sir?"
"Tidak. Seperti sudah kukatakan, aku tak percaya
ada orang masuk dengan paksa ke rumah orang pada
pukul lima sore." "Yaah, mungkin pikirnya itu suatu kesempatan
baik..." "Ini bukan soal kesempatan"seperti menyelinap
masuk ketika melihat sebuah jendela tak terkunci. Ini
suatu usaha yang disengaja, masuk dengan paksa.
Lihatlah, betapa berantakannya di mana-mana. Apa
yang biasanya pertama-tama dicari oleh seorang pen"
curi" Dapur" Tempat perangkat makan dan minum
dari perak disimpan?"
"Benar sekali," sersan itu mengakui.
"Lalu semua yang berantakan ini, semua kekacauan
ini," lanjut Narracott, "laci-laci dikeluarkan dan isinya
dibongkar. Bah! Ini semua tipu muslihat belaka."
"Tipu muslihat?"
"Lihat jendela itu, Sersan. Jendela itu tidak dibuka
dengan paksa dalam keadaan terkunci! Jendela itu ha"
nya tertutup, lalu dirusak dengan sengaja dari sebelah
luar, untuk memberi kesan telah dibuka dengan se"
ngaja." Pollock mengamati selot jendela itu dengan teliti,
setelah itu ia terpekik. "Anda benar, Sir," katanya dengan suara mengan"
dung rasa hormat. "Hal itu tak terpikir oleh saya!"
Bab1-10.indd 42 "Ada yang berniat mengelabui kita, tapi ia tak ber"
hasil." Sersan Pollock merasa senang mendengar peng"
gunaan kata "kita". Dengan hal-hal kecil seperti itulah
Inspektur Narracott berusaha mendekati orang-orang
bawahannya. "Kalau begitu, ini bukan suatu perampokan. Mak"
sud Anda, ini pekerjaan orang dalam, Sir?"
Inspektur Narracott mengangguk. "Ya," katanya.
"Tapi ada satu hal aneh. Kurasa si pembunuh me"
mang masuk melalui jendela. Berdasarkan laporan
Graves dan laporanmu, serta sebagaimana yang ku"
lihat sendiri, masih tampak bercak-bercak lembap be"
kas salju mencair, dan bekas diinjak sepatu lars si
pembunuh. Bercak-bercak lembap itu hanya ada di
dalam kamar. Graves yakin benar bahwa bercakbercak itu tak kelihatan di lorong rumah sewaktu ia
dan Dr. Warren lewat di situ. Ia segera melihat
bercak-bercak itu di kamar ini. Dalam hal itu, jelaslah
bahwa si pembunuh disuruh masuk oleh Kapten
Trevelyan melalui jendela panjang ini. Oleh karenanya
bisa kita simpulkan bahwa ia adalah orang yang di"
kenal Kapten Trevelyan. Kau orang daerah ini, Sersan.
Bisakah kau mengatakan apakah kapten itu mudah
bermusuhan dengan orang lain?"
"Tidak, Sir. Saya rasa ia tak punya seseorang mu"
suh pun di dunia ini. Ia memang kikir dengan uang"
nya, dan ia berpegang teguh pada tata tertib. Ia tak
suka pada orang lamban dan tak sopan, tapi sungguh,
Sir, ia bahkan dihormati karena sikapnya itu."
Bab1-10.indd 43 "Tak punya musuh," kata Narracott sambil me"
renung. "Maksud saya, di tempat ini tak ada."
"Tepat... kita tak tahu, apakah mungkin ia punya
musuh selama kariernya dalam Angkatan Laut. Me"
nurut pengalamanku, Sersan, orang yang punya mu"
suh di suatu tempat, bisa saja punya lagi di tempat
lain. Tapi aku sependapat bahwa kita tak bisa me"
ngesampingkan kemungkinan itu begitu saja. Logislah
kalau kini kita tiba pada motif berikutnya, motif yang
umum sekali dalam suatu kejahatan, yaitu soal wa"
risan. Kudengar Kapten Trevelyan ini kaya sekali,
ya?" "Semua orang mengatakan bahwa ia memang kaya
sekali. Tapi ia kikir. Tak mudah orang mengharapkan
sumbangan darinya." "Hmm," kata Narracott sambil merenung.
"Sayang sekali salju turun," kata Sersan. "Kalau ti"
dak, kita tentu bisa mencari jejak kaki untuk dijadi"
kan pegangan." "Apakah tak ada orang lain dalam rumah ini?" ta"
nya Inspektur. "Tidak. Selama lima tahun terakhir ini Kapten
Trevelyan hanya tinggal dengan seorang pelayan, se"
orang pensiunan Angkatan Laut juga. Namanya
Evans. Ia memasak dan mengurus majikannya. Tapi
kira-kira sebulan yang lalu, ia menikah. Kapten jeng"
kel sekali. Saya dengar itu merupakan salah satu
alasan mengapa ia menyewakan Sittaford House pada
wanita dari Afrika Selatan ini. Ia takkan mau seorang
wanita tinggal di rumahnya. Jadi sekarang Evans tidak
Bab1-10.indd 44 lagi tinggal bersamanya. Ia tinggal tak jauh dari sini,
di tikungan Fore Street, bersama istrinya. Setiap hari
ia datang untuk mengurus majikannya. Sekarang ia
ada di sini, sengaja saya suruh ia datang agar Anda
bisa bertemu dengannya. Menurut pengakuannya, ia
meninggalkan rumah ini pukul setengah tiga petang
kemarin, karena Kapten sudah tidak membutuhkannya
lagi." "Ya, aku ingin bertemu dengannya. Mungkin ia
bisa menceritakan... sesuatu yang berguna."
Sersan Pollock memandangi perwira atasannya itu
dengan penuh rasa ingin tahu. Ada sesuatu yang aneh
dalam nada bicaranya. "Apakah menurut Anda...," katanya.
"Menurutku, banyak hal yang berhubungan dengan
perkara ini, daripada yang sekadar kita lihat," kata
Inspektur Narracott dengan tegas.
"Dalam hal apa, Sir?"
Tapi Inspektur tak mau mengatakannya.
"Katamu pria bernama Evans itu ada di sini seka"
rang?" "Ia menunggu di ruang makan, Sir."
"Bagus. Aku akan segera menemuinya. Bagaimana
orangnya?" Tapi Sersan Pollock lebih pandai melaporkan
kenyataan-kenyataan daripada memberikan gambaran
yang tepat mengenai seseorang atau sesuatu.
"Ia seorang pensiunan Angkatan Laut. Menurut
saya, ia memiliki kebiasaan buruk. Ia suka berteng"
kar." "Apakah ia seorang peminum?"
Bab1-10.indd 45 "Setahu saya, tak pernah terlalu banyak."
"Bagaimana istrinya" Apakah ia ada main dengan
Kapten, umpamanya?" "Oh, tidak, Sir, tak ada yang semacam itu me"
ngenai Kapten Trevelyan. Ia sama sekali bukan orang
seperti itu. Sebaliknya, ia bahkan terkenal sebagai se"
orang pembenci wanita."
"Dan Evans agaknya sangat setia pada majikannya,
ya?" "Begitulah pendapat umum, Sir. Dan saya rasa,
kalau tidak begitu, tentu kami sudah tahu. Exhamp"
ton ini daerah kecil, Sir."
Inspektur Narracott mengangguk.
"Yah," katanya, "tak ada lagi yang bisa dilihat di
sini. Aku akan mewawancarai Evans dulu, lalu me"
lihat bagian-bagian lain rumah ini. Setelah itu kita
pergi ke Penginapan Three Crowns untuk menjumpai
Mayor Burnaby itu. Pernyataannya mengenai waktu
itu aneh sekali. Pukul 17.25, ya" Pasti ada sesuatu
yang diketahuinya, namun tidak dikatakannya. Kalau
tidak, mengapa ia menyebut jam terjadinya kejahatan
itu begitu tepatnya?"
Kedua orang itu berjalan ke arah pintu.
"Perkara ini aneh sekali," kata Sersan Pollock sam"
bil melihat ke lantai, di mana kertas berserakan. "De"
ngan segala tipu muslihat, seolah-olah itu adalah
suatu perampokan!" "Bukan itu yang kuanggap aneh," kata Narracott.
"Dalam keadaan biasa, mungkin hal itu wajar saja.
Tidak... yang menurutku aneh adalah jendela itu."
"Jendela, Sir?"
Bab1-10.indd 46 "Ya. Untuk apa si pembunuh pergi ke jendela itu"
Seandainya ia adalah orang yang dikenal oleh
Trevelyan, dan disuruhnya masuk tanpa curiga, me"
ngapa tidak melalui pintu depan" Padahal sulit sekali
dan tidak menyenangkan berjalan memutar dari jalan
ke jendela itu pada malam hari seperti kemarin, apa"
lagi dengan salju setinggi itu. Jadi pasti ada alasan"
nya." "Mungkin laki-laki itu tak mau dilihat orang dari
jalan, waktu masuk ke rumah ini."
"Padahal pasti tak banyak orang melihatnya ke"
marin sore. Kalau tak penting benar, tak ada orang
mau keluar rumah. Tidak... pasti ada alasan lain. Yah,
mungkin akan menjadi jelas juga kalau sudah tiba
waktunya." Bab1-10.indd 47 EVANS MEREKA mendapati Evans menunggu di ruang ma"
kan. Waktu mereka masuk, ia bangkit dengan sikap
hormat. Ia bertubuh pendek dan gemuk. Lengannya pan"
jang sekali, dan ia punya kebiasaan berdiri dengan
tangan setengah terkepal. Matanya kecil, agak mirip
mata babi. Tapi wajahnya tercukur bersih, selalu me"
mancarkan keceriaan dan efisiensi. Hal itu dapat me"
ngurangi kesan buruk penampilannya yang seperti
anjing bulldog. Inspektur Narracott mencatat kesan-kesan mengenai
orang itu dalam pikirannya.
"Cerdas. Keras dan praktis. Kelihatannya bi"
ngung." Lalu ia berbicara, "Anda Evans, bukan?"
"Benar, Sir." "Nama baptis?" Bab1-10.indd 48 "Robert Henry."
"Nah, apa yang Anda ketahui mengenai urusan
ini?" "Saya tak tahu apa-apa, Sir. Saya betul-betul ter"
kejut, mendengar Kapten meninggal dengan cara
itu!" "Kapan Anda terakhir kali bertemu dengan majikan
Anda?" "Saya rasa pukul dua, Sir. Saya membereskan bekas
makan siang, lalu saya mengatur meja untuk makan
malam, seperti yang Anda ketahui. Kapten berkata
bahwa saya tak perlu kembali."
"Apa yang biasanya Anda kerjakan?"
"Biasanya pukul 19.00 saya kembali lagi dan be"
kerja beberapa jam. Tapi tidak selalu. Kadang-kadang
Kapten mengatakan bahwa saya tak perlu kembali."


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi Anda tak heran waktu ia mengatakan bahwa
ia tidak memerlukan Anda lagi kemarin?"
"Tidak, Sir. Malam sebelumnya pun saya tak kem"
bali"gara-gara cuaca. Kapten itu orang yang penuh
pertimbangan. Asal kita tidak mencoba melalaikan
tugas saja. Saya sudah mengenalnya dengan baik, juga
sifat-sifatnya." "Bagaimana tepatnya ia berkata?"
"Yah, ia melihat keluar jendela, lalu berkata, "Ku"
rasa Burnaby tidak datang hari ini. Tak usah heran
bila hubungan ke Sittaford terputus sama sekali," kata"
nya. "Seingatku, sejak aku kecil tak pernah mengalami
musim salju sehebat ini." Sahabatnya itu, Mayor
Burnaby, tinggal di Sittaford yang disebutnya tadi. Ia
selalu datang pada hari Jumat, lalu ia dan Kapten
Bab1-10.indd 49 main catur atau main acrostic. Dan pada hari Selasa,
Kapten yang pergi ke rumah Mayor Burnaby. Kapten
itu selalu teguh dalam kebiasaan-kebiasaannya. Lalu
ia berkata pada saya, "Kau boleh pulang sekarang,
Evans, dan kau tak usah kembali lagi sampai besok
pagi.?" "Kecuali menyebutkan Mayor Burnaby, pernahkan
ia berkata bahwa ia mengharapkan kedatangan sese"
orang lain petang itu?"
"Tidak, Sir. Sama sekali tidak."
"Tak adakah sesuatu yang tak biasa dalam sikap"
nya?" "Sepanjang penglihatan saya, tak ada, Sir."
"Oh ya, Evans, saya dengar Anda baru-baru ini
menikah?" "Benar, Sir. Dengan putri Mrs. Belling, pemilik
Penginapan Three Crowns. Kira-kira dua bulan yang
lalu, Sir." "Dan Kapten Trevelyan kurang menyukai hal itu,
ya?" Suatu senyuman kecil muncul sekilas di wajah
Evans. "Kapten sama sekali tak senang. Padahal Rebecca"
istri saya itu"orang baik. Dan ia pandai sekali me"
masak. Jadi saya berharap kami bisa bersama-sama
mengurus Kapten, tapi beliau... sama sekali tak mau.
Dikatakannya bahwa ia tak mau ada pelayan wanita
dalam rumahnya. Lalu, Sir, keadaan menjadi sulit
sekali waktu wanita dari Afrika Selatan itu datang dan
ingin tinggal di Sittaford House selama musim di"
ngin. Kapten menyewa rumah ini, saya datang setiap
Bab1-10.indd 50 hari untuk melayaninya. Terus terang, Sir, saya ber"
harap semoga setelah musim dingin berakhir, Kapten
akan membolehkan saya dan Rebecca ikut ia kembali
ke Sittaford House. Saya yakin bisa diatur supaya ia
sama sekali takkan pernah tahu bahwa Rebecca ada
di rumah itu. Ia akan tetap mengurung diri di dapur,
dan ia bisa mengatur supaya tidak berpapasan dengan
Kapten"di tangga sekalipun."
"Apakah Anda punya bayangan, apa latar belakang
kebencian Kapten Trevelyan pada wanita?"
"Tidak ada apa-apa, Sir. Itu hanya kebiasaannya,
tak lebih dari itu. Menurut saya, sebabnya tak lebih
dan tak kurang, adalah rasa malu. Orang seperti itu
mungkin pernah dikhianati wanita di masa muda"
nya"dan mereka lalu terbiasa begitu."
"Apakah Kapten Trevelyan tak pernah menikah?"
"Memang tidak, Sir."
"Apakah Anda tahu tentang sanak saudaranya?"
"Kalau tak salah, ia mempunyai seorang kakak pe"
rempuan yang tinggal di Exeter. Dan kalau tak salah,
ia pernah menyebutkan ada beberapa orang ke"
ponakannya." "Tak adakah di antara mereka yang pernah me"
ngunjunginya?" "Tidak, Sir. Kalau tak salah, ia bertengkar dengan
kakak perempuannya yang di Exeter itu."
"Tahukan Anda siapa namanya?"
"Kalau tak salah Gardner, Sir. Tapi saya tak ya"
kin." "Tahukah Anda alamatnya?"
"Sayangnya, saya tak tahu, Sir."
Bab1-10.indd 51 "Yah, dengan membongkar surat-surat Kapten
Trevelyan, kita pasti bisa menemukan itu. Nah, Evans,
mengenai Anda sendiri, apa yang Anda lakukan ke"
marin petang, mulai dari pukul 16.00 sampai seterus"
nya?" "Saya di rumah saja, Sir."
"Di mana rumah Anda?"
"Di tikungan itu, Sir. Fore Street 85."
"Anda sama sekali tak keluar lagi?"
"Sama sekali tidak, Sir. Soalnya salju turun lebat
sekali." "Ya, ya. Adakah seseorang yang bisa menguatkan
pernyataan Anda itu?"
"Maaf, bagaimana, Sir?"
"Adakah seseorang yang tahu bahwa Anda ada di
rumah sepanjang waktu itu?"
"Istri saya, Sir."
"Apakah hanya Anda dan istri Anda saja di rumah
itu?" "Ya, Sir." "Yah, saya yakin pernyataan Anda itu benar. Sekian
saja untuk kali ini, Evans."
Mantan pelaut itu kelihatan bimbang. Berdirinya
tak tenang. "Adakah yang bisa saya kerjakan di sini, Sir... ber"
benah, umpamanya?" "Jangan... segala-galanya di tempat ini harus dibiar"
kan sebagaimana adanya untuk sementara."
"Oh." "Tapi sebaiknya Anda tetap di sini sampai saya se"
lesai melihat-lihat rumah ini," kata Narracott. "Siapa
Bab1-10.indd 52 tahu masih ada hal-hal yang ingin saya tanyakan pada
Anda." "Baiklah, Sir."
Inspektur Narracott mengalihkan perhatiannya dari
Evans ke ruangan itu. Tanya-jawab itu berlangsung di ruang makan. Di
atas meja, makan malam telah terhidang. Ada lidah
dingin, asinan, biskuit dengan keju dari Stilton, dan
di atas kompor gas yang terletak di dekat perapian
ada sebuah panci kecil berisi sup. Di atas bufet ada
sebuah lemari kaca dan dua botol bir. Ada pula pialapiala perak. Kecuali itu, ada sesuatu yang sebenarnya
tak pada tempatnya terletak di situ, yaitu tiga buah
novel yang tampak masih sangat baru.
Inspektur Narracott memeriksa beberapa di antara
piala-piala itu, dan membaca tulisan-tulisan yang ter"
ukir di situ. "Kapten Trevelyan itu sungguh seorang olahragawan
sejati," katanya. "Memang, Sir," kata Evans. "Ia memang seorang
atlet." Inspektur Narracott membaca judul novel-novel
itu. Love Turns the Key, The Merry Men of Lincoln,
Love"s Prisoner. "Hm," katanya. "Agaknya selera Kapten dalam
sastra kurang cocok."
"Oh, itu, Sir." Evans tertawa. "Itu bukan untuk
dibaca, Sir. Itu hadiah yang dimenangkannya dalam
Sayembara Nama-Nama Gambar Kereta Api. Kapten
mengirimkan sepuluh jawaban dengan nama yang
berlainan, termasuk nama saya, karena katanya alamat
Bab1-10.indd 53 Fore Street 85 lebih berpeluang untuk diberi hadiah!
Menurut Kapten, makin biasa nama dan alamat kita,
makin besar kemungkinannya kita mendapat hadiah.
Dan benar juga, saya mendapat hadiah"tapi bukan
dua ribu pound, hanya tiga buah novel. Dan menurut
saya, takkan ada seorang pun mau membeli novel se"
perti itu di toko." Narracott tersenyum, kemudian setelah berkata se"
kali lagi bahwa Evans harus menunggu, ia melanjut"
kan perjalanan inspeksinya. Di salah satu sudut kamar
ada lemari besar. Lemari itu memenuhi separuh ka"
mar. Isi lemari itu berantakan. Ada dua pasang ski,
sepasang dayung yang tersandar, sepuluh atau dua
belas taring kuda nil, beberapa macam alat penangkap
ikan, termasuk sebuah wadah berisi umpan, peralatan
golf, sebuah raket tenis, serta selembar kulit harimau.
Jelas, ketika Kapten Trevelyan menyewakan Sittaford
House lengkap dengan perabotannya, barang-barang
milik pribadinya yang paling berharga ini dibawanya
pindah, karena ia tak mau memercayakan barang-ba"
rang itu pada wanita. "Sungguh pikiran yang aneh, membawa serta se"
mua ini," kata Inspektur. "Padahal rumah itu disewa"
kan hanya untuk beberapa bulan, bukan?"
"Ya, Sir." "Barang-barang ini kan sebenarnya bisa saja di"
simpan di Sittaford House?"
Untuk kedua kalinya selama tanya-jawab itu, Evans
tertawa kecil. "Itu memang cara yang paling mudah, Sir," kata"
nya membenarkan. "Meskipun di Sittaford House
Bab1-10.indd 54 memang tak banyak lemari. Kapten merancang rumah
itu bersama-sama arsiteknya, padahal hanya seorang
wanita yang mengerti manfaat ruangan untuk lemari.
Seperti Anda katakan, Sir, itulah cara yang paling ma"
suk akal. Bukan main repotnya mengangkut barangbarang ini kemari! Tapi itulah, Kapten tak mau mem"
bayangkan barang-barangnya ini disentuh orang lain.
Dan katanya lagi, bagaimanapun pandainya kita me"
nyimpan dan mengunci barang-barang, seorang wa"
nita tetap saja bisa menemukannya. Itu sifat ingin
tahu wanita, katanya. Lebih baik tak usah dikunci
kalau kita tak ingin wanita itu membongkarnya, kata"
nya. Tapi yang terbaik adalah dibawa saja, supaya kita
bisa merasa yakin bahwa barang-barang itu selamat.
Jadi kami bawalah barang-barang ini, dan seperti saya
katakan tadi, bukan main repotnya. Lagi pula mahal.
Tapi itulah, barang-barang itu seperti anak saja bagi
Kapten." Evans berhenti berbicara untuk menarik napas.
Inspektur Narracott mengangguk sambil merenung.
Ia masih menginginkan informasi mengenai satu hal
lagi, tapi menurutnya, saat yang tepat adalah bila per"
soalan itu muncul sendiri. Dan sekaranglah saat itu.
"Mengenai Mrs. Willett itu," katanya santai. "Apa"
kah ia seorang teman atau kenalan lama Kapten?"
"Oh, sama sekali bukan, Sir. Ia sama sekali tak
mengenal wanita itu."
"Yakinkan Anda?" tanya Inspektur tajam.
"Yaah..." Mantan pelaut itu terkejut mendengar
nada tajam itu. "Sebenarnya Kapten tak pernah ber"
kata begitu, tapi... ya, saya yakin akan hal itu."
Bab1-10.indd 55 "Saya tanyakan itu, karena aneh sekali menyewakan
rumah pada bulan-bulan begini," Inspektur menjelas"
kan. "Sebaliknya, bila Mrs. Willett itu kenal Kapten
Trevelyan, dan tahu tentang rumah itu, tentu ia telah
menulis surat sendiri pada Kapten dan meminta su"
paya ia boleh menyewanya."
Evans menggeleng. "Makelar penyewaan rumah yang menulis surat,
namanya Williamsons. Ia mengatakan telah menerima
surat tawaran dari seorang wanita."
Inspektur Narracott mengernyitkan dahinya.
Urusan penyewaan Sittaford House itu dianggapnya
aneh sekali. "Lalu saya rasa Kapten Trevelyan bertemu dengan
wanita itu, ya?" tanyanya.
"Oh ya, wanita itu datang untuk melihat rumah
itu, dan Kapten mengantarnya berkeliling."
"Dan Anda yakin bahwa mereka belum pernah
bertemu sebelumnya?"
"Yakin, Sir." "Apakah mereka... eh...," Inspektur berhenti. Ia
mencari cara agar pertanyaannya terdengar wajar. "Apa"
kah mereka kelihatan cocok" Apakah mereka akrab?"
"Wanita itu akrab." Bibir Evans dihiasi senyum
tipis. "Bisa dikatakan bahwa ia ramah sekali pada Kap"
ten. Ia sangat mengagumi rumah itu, dan ia bertanya
apakah Kapten sendiri yang merancang rumah itu.
Pokoknya ia memperlihatkan sikap ramah sekali."
"Bagaimana dengan Kapten sendiri?"
Senyum Evans melebar. "Wanita yang sok akrab seperti itu takkan bisa me"
Bab1-10.indd 56 luluhkan hatinya yang keras. Ia sekadar bersopan
santun, tapi tak lebih dari itu. Dan ia menolak
undangan wanita itu."
"Undangan?" "Ya. Supaya Kapten tetap menganggap rumah itu
seperti rumahnya sendiri, dan sewaktu-waktu mampir,
katanya. Mana mungkin kita mampir begitu saja ke
suatu tempat, kalau kita tinggal sembilan kilometer
jauhnya dari tempat itu."
"Apakah wanita itu kelihatannya ingin sekali...
yah... ingin sekali bertemu dengan Kapten?"
Narracott bertanya-tanya sendiri. Apakah itu alasan"


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nya menyewa rumah itu" Apakah itu hanya langkah
pertama untuk mengenal Kapten Trevelyan lebih baik"
Itukah permainan yang sebenarnya" Mungkin wanita
itu tak mengira bahwa Kapten Trevelyan akan tinggal
di Exhampton. Mungkin ia memperhitungkan Kapten
hanya akan pindah ke salah satu bungalonya yang
kecil-kecil itu. Atau mungkin akan tinggal bersama
Mayor Burnaby. Jawaban Evans kurang membantu.
"Semua orang berkata bahwa wanita itu seorang
nyonya rumah yang ramah sekali. Setiap hari ada saja
yang diundangnya untuk makan siang atau makan
malam." Narracott mengangguk. Tak ada lagi yang bisa
memberikan informasi padanya di sini. Tapi ia berniat
mewawancarai Mrs. Willett dalam waktu dekat. Ke"
datangannya yang mendadak itu perlu ditinjau.
"Mari, Pollock, sekarang kita naik ke lantai atas,"
katanya. Bab1-10.indd 57 Mereka meninggalkan Evans di ruang makan itu
lalu pergi ke lantai atas.
"Apakah menurut Anda orang itu beres?" tanya
Sersan dengan berbisik, sambil menggerakkan kepala"
nya melewati bahunya, ke arah pintu kamar makan
yang tertutup. "Kelihatannya begitu," kata Inspektur. "Tapi kita
belum tahu. Orang itu sama sekali tidak bodoh."
"Memang. Kelihatannya ia cerdas."
"Tapi ceritanya kedengarannya bisa dipercaya," lan"
jut Inspektur. "Semuanya jelas dan masuk akal. Na"
mun demikian, seperti kataku tadi, kita belum
tahu." Ucapan Inspektur itu sesuai benar dengan pribadi"
nya yang selalu cermat dan penuh curiga. Setelah
berkata begitu, ia mulai memeriksa kamar-kamar di
lantai dua. Di lantai itu terdapat tiga kamar tidur dan sebuah
kamar mandi. Dua dari kamar-kamar tidur itu kosong
dan jelas sudah beberapa minggu tak pernah di"
masuki. Kamar tidur yang ketiga adalah kamar Kap"
ten Trevelyan sendiri. Kamar itu apik dan rapi sekali.
Inspektur Narracott berkeliling di kamar itu, mem"
buka laci-laci dan lemari-lemari. Semuanya terletak
pada tempatnya masing-masing. Benar-benar kamar
seorang pria yang rapi sekali dan punya kebiasaan
yang teratur. Setelah selesai memeriksa, Narracott men"
jenguk ke dalam kamar mandi di sebelah kamar itu.
Di situ segala-galanya juga beraturan. Terakhir ia me"
noleh ke tempat tidur yang licin dan rapi. Di situ
sudah disiapkan piama yang terlipat rapi.
Bab1-10.indd 58 ain Inspektur menggeleng. "Tak ada apa-apa di sini," katanya.
"Memang tak ada. Kelihatannya semuanya teratur
sekali." "Ada surat-surat di meja tulis di dalam ruang kerja.
Sebaiknya kau periksa surat-surat itu, Pollock. Aku
akan mengatakan pada Evans bahwa ia boleh pergi.
Mungkin aku akan datang lagi dan menemuinya di
rumahnya sendiri." "Baiklah, Sir."
"Jenazah sudah boleh dipindahkan. Tapi aku masih
ingin bertemu dengan Dr.Warren. Rumahnya tak jauh
dari sini, bukan?" "Ya, Sir." "Di deretan penginapan Three Crowns, atau di de"
retan lain?" "Di deretan lain, Sir."
"Kalau begitu, aku akan mendatangi Three Crowns
dulu. Lakukan tugasmu, Sersan."
Pollock menuju ruang makan untuk mengatakan
pada Evans bahwa ia boleh pergi. Inspektur keluar
melalui pintu depan, dan berjalan cepat-cepat ke arah
Penginapan Three Crowns. Bab1-10.indd 59 DI PENGINAPAN THREE CROWNS INSPEKTUR NARRACOTT tidak berniat menemui Ma"
yor Burnaby sebelum ia mengadakan wawancara
panjang lebar dengan Mrs. Belling"pemilik sah
Penginapan Three Crowns. Mrs. Belling adalah se"
orang wanita gemuk dan penuh gairah. Bicaranya
banyak sekali, hingga orang tak bisa berbuat apa-apa
kecuali mendengarkan dengan sabar, sampai saat arus
kata-katanya mengering. "Dan cuaca tak pernah seburuk malam itu," kata"
nya akhirnya. "Dan tak seorang pun di antara kami
dapat mengira apa yang akan terjadi pada diri pria
baik yang malang itu. Itu pasti perbuatan gelan"
dangan-gelandangan kotor itu... sekali saya berkata
begitu, dan selamanya saya akan berkata begitu. Saya
benci sekali pada gelandangan. Mereka tak segansegan menyerang siapa pun. Sedang Kapten itu, se"
ekor anjing pun ia tak punya untuk melindunginya.
Padahal gelandangan takut sekali pada anjing. Ah,
Bab1-10.indd 60 kita sampai tak tahu apa yang terjadi di tempat yang
begitu dekat dengan rumah kita.
"Ya, Mr. Narracott." lanjutnya menjawab per"
tanyaan inspektur itu. "Mayor Burnaby ada. Ia sedang
sarapan sekarang. Anda bisa menemuinya di ruang
minum kopi. Kasihan, ia harus melewatkan malam
seburuk tadi malam, tanpa bisa meminjam piama
atau apa-apa. Saya yang janda ini tak punya apa-apa
yang bisa dipinjamkan padanya. Tapi katanya tak apaapa. Ia kelihatan sedih dan bingung sekali. Tak meng"
herankan, karena yang terbunuh itu adalah sahabat
karibnya. Mereka berdua itu pria baik-baik, meskipun
Kapten terkenal kikir dengan uangnya. Ah, saya selalu
mengatakan bahwa tinggal di Sittaford itu berbahaya,
karena begitu jauh dari mana-mana. Tahu-tahu Kap"
ten dibunuh di Exhampton! Selalu yang tidak kita
dugalah yang terjadi dalam hidup ini, bukan begitu,
Mr. Narracott?" Inspektur mengiyakan. Lalu ditambahkannya,
"Siapa saja yang menginap di sini kemarin, Mrs.
Belling" Apakah ada orang asing?"
"Coba saya ingat-ingat dulu. Ada Mr. Moresby dan
Mr. Jones"keduanya pedagang, lalu ada seorang pria
muda dari London. Tak ada lagi yang lain. Tentu saja
tak ada, apalagi dalam bulan-bulan ini. Selama musim
dingin di sini sepi sekali. Oh ya, ada lagi seorang pria
muda. Ia tiba dengan kereta api terakhir. Menurut
saya, ia seorang anak muda yang suka ingin tahu. Se"
karang ia belum bangun."
"Kereta api terakhir?" tanya Inspektur. "Kereta api
itu masuk pukul 22.00, bukan" Saya rasa kita tak per"
Bab1-10.indd 61 lu memperhatikan dia. Bagaimana dengan yang se"
orang lagi"yang datang dari London itu" Kenalkah
Anda padanya?" "Saya belum pernah melihatnya sebelum ia datang
kemarin. Ia bukan pedagang, sama sekali bukan. Ia
setingkat lebih tinggi. Saya tak ingat namanya seka"
rang, tapi Anda bisa menemukannya di buku tamu.
Tadi pagi ia berangkat ke Exeter dengan kereta api
pertama. Pukul 06.10. Aneh memang, ingin sekali
saya tahu, apa yang diinginkannya di sini sebenar"
nya?" "Tidakkah ia mengatakan apa urusannya?"
"Tak sepatah kata pun."
"Apakah ia keluar?"
"Ia datang pada waktu makan siang, lalu keluar
kira-kira pukul 16.30, dan kembali lagi kira-kira pu"
kul 18.20." "Pergi ke mana dia waktu keluar itu?"
"Saya sama sekali tak tahu, Pak. Mungkin hanya
untuk berjalan-jalan. Pada waktu itu salju belum tu"
run, tapi saya rasa cuacanya tidak menyenangkan un"
tuk berjalan-jalan."
"Keluar pukul 16.30, dan kembali pukul 18.10,"
kata Inspektur sambil merenung. "Itu aneh sekali.
Apakah ia tidak menyebut-nyebut nama Kapten
Trevelyan?" Mrs. Belling menggeleng tegas.
"Tidak, Mr. Narracott, ia sama sekali tidak me"
nyebut nama siapa-siapa. Ia penuh rahasia. Ia seorang
pemuda tampan, tapi saya rasa ia sedang susah."
Bab1-10.indd 62 Inspektur mengangguk, lalu pergi memeriksa daftar
tamu. "James Pearson, London," kata Inspektur. "Ah... itu
tidak menjelaskan apa-apa. Kita masih harus mencari
beberapa keterangan tentang Mr. James Pearson ini."
Kemudian ia pergi ke ruang minum kopi, akan
mencari Mayor Burnaby. Mayor itu hanya seorang diri dalam ruangan itu. Ia
sedang minum kopi yang kelihatannya seperti air lum"
pur, surat kabar The Times terbentang di hadapannya.
"Mayor Burnaby?"
"Itu nama saya."
"Saya Inspektur Narracott dari Exeter."
"Selamat pagi, Inspektur. Apakah ada kemajuan
dalam penyelidikan Anda?"
"Ada. Saya rasa kami sudah maju sedikit. Ya, saya
bisa berkata begitu."
"Saya senang mendengarnya," kata Mayor Burnaby
datar. Sikapnya menunjukkan rasa tak percaya terselu"
bung. "Sekarang ada satu atau dua hal yang ingin saya
tanyakan, Mayor Burnaby," kata Inspektur, "dan saya
rasa Anda bisa memberitahu saya apa yang perlu saya
ketahui." "Saya akan membantu sebisa saya," kata Burnaby.
"Sepengetahuan Anda, apakah Kapten punya mu"
suh?" "Ia sama sekali tak punya musuh," kata Burnaby
pasti. "Lalu, si Evans itu... apakah menurut Anda ia bisa
dipercaya?" Bab1-10.indd 63 "Saya rasa begitu. Trevelyan percaya sekali padanya,
itu yang saya ketahui."
"Apakah ada perasaan tak senang sehubungan de"
ngan pernikahannya itu?"
"Tidak. Tak ada rasa tak senang. Trevelyan hanya
jengkel"ia tak suka kalau kebiasaannya terganggu. Ia
kan seorang perjaka tua. Anda tentu maklum."
"Berbicara tentang perjaka, ada satu hal lagi.
Kapten Trevelyan tak pernah menikah... tahukah
Anda, apakah ia membuat surat wasiat atau tidak"
Dan bila tidak ada surat wasiat, tahukah Anda siapa
yang mewarisi kekayaannya?"
"Trevelyan membuat surat wasiat," kata Burnaby
yakin. "Oh... Anda tahu rupanya."
"Ya. Soalnya saya yang ditunjuknya sebagai pelak"
sana. Ia meminta saya untuk itu."
"Tahukah Anda bagaimana pembagian harta pening"
galannya itu?" "Itu tak dapat saya katakan."
"Saya dengar ia kaya sekali?"
"Trevelyan memang orang kaya," sahut Burnaby.
"Saya rasa ia jauh lebih kaya daripada yang diperkira"
kan orang sekitar sini."
"Tahukah Anda siapa saja sanak saudaranya?"
"Ia punya seorang kakak perempuan dan beberapa
keponakan laki-laki dan perempuan. Ia tak sering ber"
temu dengan mereka, tapi mereka tidak bertengkar."
"Mengenai surat wasiat itu, tahukan Anda di mana
ia menyimpannya?" "Di Kantor Pengacara Walters & Kirkwood"kan"
Bab1-10.indd 64 tor pengacara di Exhampton ini. Merekalah yang
membuatkan surat wasiat itu."
"Kalau begitu, Mayor Burnaby, karena Anda adalah
pelaksana surat wasiat itu, mungkin Anda mau ikut
saya sekarang pergi ke Kantor Walters & Kirkwood"
Saya ingin tahu isi surat wasiat itu secepat mung"
kin." Burnaby mengangkat kepalanya dengan sikap was"
pada. "Ada apa?" tanyanya. "Apa hubungan surat wasiat
itu dengan kejadian tersebut?"
Inspektur Narracott belum berniat membuka kartu
secepat itu. "Persoalannya tidak sesederhana yang kita duga,"
katanya. "Omong-omong, ada satu hal lagi yang ingin
saya tanyakan pada Anda. Saya dengar, Anda mena"
nyakan pada Dr. Warren, apakah Kapten Trevelyan
meninggal pada pukul 17.25?"
"Ya," sahut Mayor geram.
"Mengapa Anda menanyakan itu, Mayor?"
"Mengapa tidak?" balas Mayor.
"Yah... pasti ada sesuatu yang telah mempengaruhi
pikiran Anda." Mayor Burnaby tak segera menjawab. Dan Inspek"
tur Narracott menjadi makin penasaran. Agaknya ada
sesuatu yang benar-benar ingin disembunyikan Mayor
Burnaby. Menggelikan juga melihat sikapnya.


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa saya tak boleh mengatakan pukul
17.25?" tanyanya ketus, "atau pukul 17.35... atau pu"
kul 16.25, kalau itu yang saya mau?"
Bab1-10.indd 65 "Memang boleh," kata Inspektur Narracott dengan
nada membujuk. Pada saat ini ia tak mau menentang Mayor
Burnaby. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia
ha"rus berhasil mengorek perkara ini sampai ke
dasarnya sebelum malam tiba.
"Ada satu hal yang agaknya aneh, Mayor," lanjut"
nya. "Apa itu?" "Urusan penyewaan Sittaford House itu. Saya tak
tahu bagaimana pikiran Anda, tapi menurut saya itu
suatu kejadian yang aneh."
"Menurut saya juga aneh sekali," kata Burnaby.
"Begitukah pendapat Anda?"
"Itu pendapat semua orang."
"Di Sittaford?"
"Di Sittaford dan di Exhampton juga. Wanita itu
pasti gila." "Yah, soal selera tak bisa diperdebatkan," kata
Inspektur. "Kalau begitu, aneh sekali selera itu untuk wanita
seperti dia." "Apakah Anda kenal dengannya?"
"Ya, saya kenal dengannya. Yah, bahkan saya se"
dang berada di rumahnya waktu..."
"Waktu apa?" tanya Narracott ketika Mayor ber"
henti mendadak. "Tak ada apa-apa," kata Burnaby.
Inspektur Narracott memandangnya dengan tajam.
Ada sesuatu yang ingin diketahuinya. Rasa bingung
dan risi yang sedang dialami Mayor Burnaby tak lu"
Bab1-10.indd 66 put dari pengamatannya. Apa gerangan yang hampir
saja terucapkan olehnya"
Bersabarlah, kata Narracott pada diri sendiri. Seka"
rang bukan saatnya menyentuhnya pada tempat yang
salah. Lalu ia berkata dengan santai, "Kata Anda, Anda
berada di Sittaford House, ya" Sudah berapa lama
wanita itu tinggal di situ?"
"Beberapa bulan."
Kelihatannya Mayor Burnaby ingin sekali mengalih"
kan perhatian Inspektur dari kata-kata yang telah di"
ucapkannya dengan sembrono tadi. Ia jadi lebih ba"
nyak berbicara daripada biasanya.
"Wanita itu seorang janda dengan anak gadisnya?"
"Ya." "Adakah ia memberikan alasan mengapa ia memilih
rumah Kapten?" "Yaah..." Mayor menggosok-gosok hidungnya. Ia
tampak ragu. "Banyak sekali katanya, soalnya ia me"
mang wanita yang banyak bicara. Ia mengatakan ten"
tang indahnya alam di sini, jauhnya tempat ini dari
tempat-tempat lain, dan macam-macam lagi. Tapi..."
Ia tak dapat meneruskan kata-katanya. Inspektur
Narracott membantunya. "Menurut Anda, tak wajar baginya?"
"Yah, begini soalnya. Ia seorang wanita yang meng"
ikuti arus zaman. Pakaiannya bagus-bagus, putrinya
pun seorang gadis cantik dan cerdas. Yang cocok bagi
mereka adalah bila mereka menginap di Hotel Ritz
atau Hotel Claridge"s, atau suatu hotel besar lainnya.
Anda tentu tahu maksud saya."
Bab1-10.indd 67 Narracott mengangguk. "Mereka tidak hidup sesuai dengan martabat me"
reka, begitu maksud Anda?" tanyanya. "Menurut
Anda, tidakkah mereka itu... yah... sedang bersem"
bunyi?" Mayor Burnaby menggeleng dengan tegas.
"Oh, tidak. Pasti tidak begitu. Mereka itu suka ber"
gaul"bahkan cenderung terlalu ramah. Maksud saya,
di tempat sekecil Sittaford, kita tak biasa membuat
janji-janji sebelumnya. Dan bila kita menerima
undangan terus-menerus, kita jadi merasa agak risi.
Mereka baik luar biasa, mereka suka sekali menerima
tamu, bahkan melewati batas menurut ukuran Ing"
gris." "Mungkin itu pengaruh Tanah Jajahan," kata
Inspektur. "Ya, saya rasa."
"Apakah Anda punya prasangka bahwa ia sudah
kenal sebelumnya dengan Kapten Trevelyan?"
"Pasti tidak." "Kelihatannya Anda yakin sekali?"
"Joe pasti mengatakannya pada saya."
"Dan menurut Anda, tidakkah alasan mereka itu...
yah... supaya bisa berkenalan dengan Kapten Trevel"
yan?" Itu suatu gagasan baru bagi Mayor. Ia merenung"
kannya beberapa saat. "Yah, itu tak pernah terpikirkan oleh saya. Mereka
memang terlalu mengakrabkan diri pada Joe. Tapi
mereka sama sekali tak berhasil. Tapi tidak juga, ah,
saya rasa itu memang sudah merupakan kebiasaan
Bab1-10.indd 68 mereka. Ramah yang berlebihan, yah, seperti kata
Anda, pengaruh Tanah Jajahan," lanjut pensiunan per"
wira itu. "Oh begitu. Nah, sekarang mengenai rumah itu
sendiri. Saya dengar Kapten Trevelyan yang mem"
bangunnya?" "Ya." "Dan tak ada orang lain yang pernah tinggal di
situ" Maksud saya, sebelum ini tak pernah disewa"
kan?" "Tak pernah." "Kalau begitu, kelihatannya daya tariknya bukan
pada rumah itu sendiri. Mengherankan sekali. Saya
yakin hal itu tak ada hubungannya dengan pem"
bunuhan itu, tapi saya heran akan adanya kebetulan
yang aneh itu. Lalu rumah Hazelmoor yang disewa
oleh Kapten Trevelyan itu milik siapa?"
"Kepunyaan Miss Larpent. Seorang wanita setengah
baya. Ia pergi ke sebuah wisma penampungan di
Cheltenham selama musim dingin ini. Setiap tahun
ia memang pergi ke sana. Biasanya rumahnya ditutup
saja. Kalau bisa disewakannya, tapi itu tak sering ter"
jadi." Keterangan itu tidak banyak membantu. Inspektur
menggeleng tanpa semangat.
"Saya dengar makelarnya Williamson, ya?" tanya"
nya. "Ya." "Apakah kantornya di Exhampton?"
"Ya, bersebelahan dengan Kantor Pengacara Walters
& Kirkwood." Bab1-10.indd 69 "Oh! Kalau begitu, bila Anda tak keberatan, Ma"
yor, kita bisa mampir ke sana."
"Saya tak keberatan. Tapi kita baru bisa bertemu
dengan Kirkwood di kantornya pukul 10.00. Maklum"
lah bagaimana pengacara-pengacara itu."
"Kalau begitu, mari kita pergi."
Mayor, yang sudah selesai sarapan, mengangguk
setuju, lalu bangkit. Bab1-10.indd 70 VII SURAT WASIAT SEORANG pemuda yang kelihatannya selalu siaga bang"
kit menerima mereka di Kantor Messrs Williamson.
"Selamat pagi, Mayor Burnaby."
"Selamat pagi."
"Mengerikan sekali berita itu," kata pemuda itu
dengan ramah. "Sudah bertahun-tahun hal semacam
itu tak terjadi di Exhampton."
Bicaranya bersemangat. Mayor hanya mengernyit.
"Ini Inspektur Narracott," katanya.
"Oh, ya," kata pemuda itu dengan sikap menye"
nangkan. "Saya memerlukan beberapa informasi yang mung"
kin bisa Anda berikan," kata Inspektur. "Saya dengar,
perusahaan Anda ini yang mengurus penyewaan di
Sittaford House." "Pada Mrs. Willett" Ya, benar."
"Bisakah Anda memberikan keterangan terperinci
Bab1-10.indd 71 mengenai bagaimana urusan itu sampai terjadi" Apa"
kah wanita itu datang memintanya sendiri, atau me"
lalui surat?" "Melalui surat. Ia menulis... tunggu sebentar..." Ia
membuka sebuah laci dan mencari-cari di antara
arsip-arsip. "Ya, dari Hotel Carlton, London."
"Apakah ia menyebutkan nama Sittaford House
itu?" "Tidak, ia hanya menyatakan bahwa ia ingin me"
nyewa sebuah rumah selama musim dingin. Rumah
itu harus benar-benar berada di Dartmoor, dan mem"
punyai sekurang-kurangnya delapan kamar tidur.
Meskipun berada di dekat stasiun kereta api atau di
tengah-tengah kota, tak apa-apa."
"Apakah Sittaford House ada dalam daftar Anda
mengenai rumah-rumah yang disewakan?"
"Tidak. Tapi itulah satu-satunya rumah di daerah
ini yang benar-benar memenuhi syarat-syarat tersebut.
Wanita itu menyebutkan dalam suratnya bahwa ia
mau membayar sampai dua belas guinea. Karena itu"
lah saya pikir sebaiknya saya menulis surat kepada
Kapten Trevelyan dan menanyakan apakah ia mau
mempertimbangkan untuk menyewakan rumahnya
itu. Ia menjawab bahwa ia mau, dan kami pun meng"
urusnya." "Tanpa Mrs. Willett melihat rumah itu?"
"Ia mau langsung menyewanya tanpa melihatnya.
Dan ia langsung menandatangani perjanjiannya. Lalu
pada suatu hari ia datang kemari, dan langsung pergi
ke Sittaford. Ia menemui Kapten Trevelyan, lalu mem"
bicarakan mengenai barang-barang pecah belah, per"
Bab1-10.indd 72 lengkapan tempat tidur, dan sebagainya, dan ia me"
lihat-lihat rumah itu."
"Dan ia merasa puas?"
"Ia masuk, lalu berkata bahwa ia senang sekali de"
ngan rumah itu." "Dan bagaimana pendapat Anda sendiri?" tanya
Inspektur Narracott sambil memandanginya dengan
tajam. Pemuda itu mengangkat bahu.
"Dalam bisnis perumahan, kami harus belajar un"
tuk tidak merasa heran mengenai apa pun juga."
Setelah pemuda itu mengucapkan kata-kata yang
mengandung filsafat itu, Inspektur mengucapkan te"
rima kasih atas bantuannya, lalu mereka pergi.
"Terima kasih kembali. Saya senang sekali bisa
membantu." Pemuda itu mengantar mereka dengan sopan sam"
pai ke pintu. Seperti yang telah dikatakan Mayor Burnaby, Kan"
tor Pengacara Messrs Walters & Kirkwood ber"
sebelahan dengan kantor makelar perumahan itu.
Waktu mereka tiba di sana, mereka diberitahu bahwa
Mr. Kirkwood baru saja tiba, dan mereka diantar ke
ruangan. Mr. Kirkwood adalah seorang pria yang sudah ber"
umur, dengan air muka ramah. Ia orang asli
Exhampton, dan ia menggantikan ayah dan kakeknya
dalam perusahaan itu. Ia bangkit, lalu mengubah wajahnya menjadi sedih,
dan berjabat tangan dengan Mayor Burnaby.
"Selamat pagi, Mayor Burnaby," katanya. "Ini peris"
Bab1-10.indd 73 tiwa yang amat mengejutkan. Ya, amat mengejutkan.
Kasihan Trevelyan." Ia menatap Narracott dengan sorot bertanya, dan
Mayot Burnaby menjelaskan kehadirannya dengan
beberapa patah kata. "Anda harus menangani perkara ini, Inspektur
Narracott?" "Ya, Mr. Kirkwood. Sehubungan dengan penyeli"
dikan saya, maka saya datang pada Anda untuk minta
beberapa informasi."
"Saya akan senang sekali memberikan informasi
yang bisa saya berikan," kata pengacara itu.
"Ini sehubungan dengan surat wasiat almarhum
Kapten Trevelyan," kata Narracott. "Saya dengar surat
wasiat itu disimpan di kantor Anda ini."
"Memang benar."
"Sudah lamakah surat wasiat itu dibuat?"
"Lima atau enam tahun yang lalu. Saya tak ingat
tanggalnya yang pasti."
"Oh! Mr. Kirkwood, saya ingin sekali tahu isi surat
wasiat itu secepat mungkin, siapa tahu ada hubungan
penting dengan perkara ini."
"Begitukah?" kata pengacara itu. "Benar juga! Itu
tak terpikir oleh saya tadi. Tapi pasti Andalah yang
paling mengerti urusan Anda, Inspektur. Yah..." Lalu


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia menoleh pada tamunya yang seorang lagi. "Saya
dan Mayor Burnaby sama-sama menjadi pelaksana
surat wasiat itu. Bila beliau tak keberatan..."
"Sama sekali tidak."
"Kalau begitu, tak ada alasan bagi saya untuk me"
nolak permintaan Anda, Inspektur."
Bab1-10.indd 74 Ia mengangkat gagang telepon yang ada di meja
kerjanya, lalu mengucapkan beberapa patah kata di
telepon. Dua atau tiga menit kemudian, seorang pe"
gawai memasuki kamar itu, lalu meletakkan sebuah
amplop yang disegel di depan pengacara tersebut. Se"
telah petugas itu keluar lagi, Mr. Kirkwood meng"
ambil amplop itu dan membukanya dengan sebuah
pisau kertas. Lalu dikeluarkannya selembar dokumen
besar yang kelihatannya penting. Ia menelan ludah,
lalu mulai membaca..., "Saya, Joseph Arthur Trevelyan, bertempat tinggal di
Sittaford House, Sittaford, wilayah Devon, menyatakan
bahwa ini adalah kehendak dan surat wasiat saya yang
terakhir, yang saya buat pada hari ini, tanggal tiga
belas Agustus 1926. "(1) Saya menunjuk John Edward Burnaby, bertempat
tinggal di Bungalo 1, Sittaford, dan Frederick Kirkwood,
bertempat tinggal di Exhampton, untuk menjadi pelak"
sana surat wasiat ini dan pemegang kuasa saya.
"(2) Kepada Robert Evans, yang telah lama melayani
saya dengan setia, saya memberikan uang sejumlah
"100 (seratus pound) bebas dari pajak warisan, dengan
syarat ia masih bekerja pada saya pada saat kematian
saya, dan tidak diberhentikan atau minta berhenti.
"(3) Sebagai tanda persahabatan dan cinta kasih saya,
serta tanda hormat saya pada John Edward Burnaby
yang tersebut di atas, saya berikan semua trofi olahraga
saya, termasuk koleksi saya berupa kepala dan kulit bina"
tang hasil. Juga semua piala dan hadiah yang telah saya
terima dalam setiap bidang olahraga, yang saya miliki.
Bab1-10.indd 75 "(4) Semua milik saya, baik berupa milik pribadi
atau rumah-rumah, yang tidak diwariskan berdasarkan
surat wasiat ini atau berdasarkan semua codicil setelah
surat wasiat ini dibuat, saya serahkan pada Kuasa saya,
dengan harapan agar mereka menjualnya atau meng"
uangkannya. "(5) Dari uang hasil penjualan itu, Kuasa saya itu
harus melunasi semua biaya penguburan, biaya-biaya
warisan, utang-utang, warisan berdasarkan surat wasiat
saya ini, atau semua codicil setelah surat wasiat ini di"
buat. Juga membayar semua pajak kematian dan se"
bagainya. "(6) Sisa dari semua pembayaran dan investasi semen"
tara itu harus dipegang oleh Kuasa saya. Kemudian
Kuasa saya itu berhak untuk membagi semuanya men"
jadi empat bagian yang sama besarnya.
"(7) Setelah pembagian tersebut di atas, Kuasa saya
harus menyerahkan satu bagian kepada kakak perem"
puan saya, Jennifer Gardner, semata-mata untuk diguna"
kan dan dinikmatinya sendiri.
"Dan Kuasa saya harus membagikan sisanya yang
tiga perempat bagian, masing-masing seperempat bagian
yang sama kepada ketiga putra-putri kakak perempuan
saya yang sudah meninggal, Mary Pearson, semata-mata
untuk keperluan masing-masing.
"Dengan kesaksian para saksi saya, saya, Joseph
Arthur Trevelyan, menandatangani surat wasiat ini pada
hari dan tanggal seperti tercantum di atas.
"Ditandatangani oleh Pemberi Wasiat yang tersebut
di atas, sebagai surat wasiatnya yang terakhir, di ha"
dapan kami berdua pada saat yang sama, di hadapan"
Bab1-10.indd 76 nya dan atas permintaannya, dan di hadapan kami
masing-masing, bersama ini kami membubuhkan tanda
tangan kami masing-masing sebagai para saksi."
Mr. Kirkwood menyerahkan dokumen itu kepada
Inspektur. "Disaksikan oleh dua orang pegawai saya di kantor
ini." Inspektur menelusuri surat wasiat itu dengan mata"
nya, sambil merenung. "Kakak saya yang sudah meninggal, Mary Pearson,"
katanya. "Dapatkah Anda menceritakan sesuatu ten"
tang Mrs. Pearson itu, Mr. Kirkwood?"
"Sedikit sekali. Kalau tak salah, ia meninggal se"
puluh tahun yang lalu. Suaminya seorang pialang sa"
ham, telah meninggal mendahuluinya. Sepengetahuan
saya, ia tak pernah pernah mengunjungi Kapten
Trevelyan di sini." "Pearson," kata Inspektur lagi. Lalu katanya, "Satu
hal lagi. Jumlah kekayaan Kapten Trevelyan tidak di"
sebutkan. Mencapai berapa jumlahnya menurut
Anda?" "Itu sulit sekali dikatakan dengan tepat," sahut
Kirkwood. Sebagaimana halnya semua pengacara, ia
suka mempersulit jawaban atas suatu pertanyaan seder"
hana. "Karena menyangkut kekayaan pribadi yang
berupa rumah-rumah. Kecuali Sittaford House, Kap"
ten Trevelyan juga memiliki beberapa bidang tanah di
sekitar Plymouth. Sedang investasi yang sesekali di"
tanamkannya juga telah meningkat nilainya."
Bab1-10.indd 77 "Saya hanya ingin tahu jumlahnya menurut per"
kiraan Anda," kata Inspektur Narracott.
"Saya tak berani..."
"Hanya perkiraan kasarnya, sebagai petunjuk. Um"
pamanya, apakah tak mungkin mencapai dua puluh
ribu pound?" "Dua puluh ribu pound. Wah! Kekayaan Kapten
Trevelyan saya rasa mencapai sekurang-kurangnya
empat kali jumlah itu. Delapan puluh ribu, atau bah"
kan sembilan puluh ribu pound lebih mendekati jum"
lah yang sebenarnya."
"Sudah saya katakan, Trevelyan itu kaya sekali,"
kata Burnaby. Inspektur Narracott bangkit.
"Terima kasih banyak atas informasi yang telah
Anda berikan, Mr. Kirkwood," katanya.
"Apakah Anda pikir itu akan membantu?"
Jelas bahwa pengacara itu ingin sekali tahu. Tapi
pada saat itu Inspektur Narracott sedang tak ingin
memuaskan rasa ingin tahu itu.
"Dalam perkara seperti ini, segala-galanya harus
kami jadikan bahan pertimbangan," katanya. "Omongomong, apakah Anda mempunyai nama serta alamat
Jennifer Gardner dan keluarga Pearson itu?"
"Saya tak tahu apa-apa tentang keluarga Pearson.
Alamat Mrs. Gardner adalah The Laurels, Waldon
Road, Exeter." Inspektur mencatat dalam bukunya.
"Itu sudah cukup untuk dipakai sebagai bahan,"
katanya. "Apakah Anda juga tak tahu berapa orang
anak Mrs. Pearson?" Bab1-10.indd 78 "Kalau tak salah tiga orang. Dua perempuan dan
seorang laki-laki"atau mungkin dua laki-laki dan se"
orang perempuan"saya tak ingat mana yang benar."
Inspektur mengangguk. Disimpannya buku catatan"
nya, sekali lagi ia mengucapkan terima kasih pada
pengacara itu, lalu minta diri.
Setelah tiba di jalan, mendadak ia menoleh pada
teman seperjalanannya. "Nah, sekarang, Sir," katanya. "Saya minta kete"
rangan yang benar mengenai urusan pukul 17.25
itu." Wajah Mayor Burnaby memerah karena jengkel.
"Sudah saya katakan..."
"Saya tidak bisa lagi menerima keterangan itu.
Anda menolak memberikan informasi, Mayor Burnaby.
Pasti ada sesuatu dalam pikiran Anda, sehingga Anda
menyebutkan jam itu pada Dr. Warren"dan saya
rasa, saya dapat mengira-ngira apa yang ada dalam
pikiran Anda itu." "Nah, kalau Anda sudah tahu, mengapa bertanya?"
geram Mayor. "Saya rasa Anda tahu bahwa ada seseorang yang
ada janji dengan Kapten Travelyan untuk bertemu di
suatu tempat kira-kira pada jam sekian itu. Benar"
kah?" Mayor Burnaby terbelalak. Ia terkejut.
"Sama sekali tidak," bentaknya. "Sama sekali bukan
itu." "Hati-hati, Mayor Burnaby. Bagaimana dengan Mr.
James Pearson?" Bab1-10.indd 79 "James Pearson" James Pearson, siapa itu" Apakah
maksud Anda salah seorang keponakan Trevelyan?"
"Saya rasa itu salah seorang keponakannya. Ada
salah seorang keponakannya yang bernama James, bu"
kan?" "Saya sama sekali tak tahu. Trevelyan mempunyai
beberapa keponakan"itu saya tahu. Tapi siapa-siapa
namanya, saya sama sekali tak tahu."
"Pemuda itu menginap di Penginapan Three
Crowns semalam. Mungkin Anda telah mengenali dia
di sana." "Saya tidak mengenali siapa-siapa," geram Mayor.
"Dan hal itu memang tak mungkin, sebab seumur
hidup saya tak pernah melihat keponakan-keponakan
Trevelyan." "Tapi tahukah Anda bahwa Kapten Trevelyan se"
dang menantikan kedatangan seorang keponakannya
kemarin sore?" "Saya tak tahu," kata Mayor dengan kasar.
Beberapa orang di jalan menoleh dan memandangi"
nya. "Sialan. Apakah Anda tidak mau menerima ke"
benaran yang sudah jelas! Saya tak tahu apa-apa me"
ngenai janji apa pun juga. Saya juga tak tahu di
mana keponakan-keponakan Trevelyan itu, mungkin
di ujung dunia." Inspektur Narracott agak terkejut. Penolakan keras
dari Mayor Burnaby menunjukkan kebenaran yang
amat jelas. "Kalau begitu, mengapa sampai ada urusan pukul
17.25 itu?" Bab1-10.indd 80 "Aduh! Ah... saya rasa sebaiknya saya ceritakan saja
pada Anda." Mayor berdeham, dan kelihatannya me"
rasa risi. "Tapi ingat... semua yang akan saya ceritakan
ini hanya sesuatu yang bodoh sekali! Omong kosong
belaka, Inspektur! Entah bagaimana orang yang punya
pikiran sehat sampai bisa percaya pada omong kosong
seperti itu!" Inspektur Narracott makin tak mengerti, sedangkan
Mayor Burnaby makin kelihatan tak enak dan malu.
"Anda tentu maklum, Inspektur. Kita harus mau
ikut dalam hal-hal semacam itu untuk menyenangkan
hati seorang wanita. Saya tentu tak tahu bahwa hal
semacam itu ada juga benarnya."
"Hal macam apa, Mayor Burnaby?"
"Permainan Meja Bergoyang."
"Permainan Meja Bergoyang?"
Narracott sama sekali tak menduga akan mendapat"
kan jawaban itu. Mayor Burnaby mulai memberikan
penjelasannya. Dengan tersendat-sendat dan berulang
kali menyatakan bahwa ia sendiri tak percaya akan
hal itu, diceritakannya tentang peristiwa petang ke"
marin dan pesan yang disampaikan pada mereka.
"Maksud Anda, Mayor Burnaby, meja itu benarbenar mengeja nama Trevelyan dan memberitahukan
pada Anda sekalian bahwa ia meninggal"dibunuh?"
Mayor Burnaby menyeka dahinya.
"Ya, itulah yang terjadi. Saya tak percaya itu. Saya
sama sekali tak percaya." Mayor itu kelihatan malu.
"Hari itu hari Jumat. Saya pikir sebaiknya saya pergi
untuk meyakinkan diri dan melihat apakah segalanya
baik-baik saja." Bab1-10.indd 81 Inspektur membayangkan betapa sulitnya menem"
puh jarak sembilan kilometer, di jalan yang bersalju
tebal dan masih ada lagi salju yang sedang turun. Ia
pun menyadari bahwa walaupun Mayor Burnaby telah
membantah keras, ia pasti sangat terkesan oleh pesan
roh itu. Narracott membolak-balik masalah tersebut
dalam pikirannya. Betapa anehnya kejadian itu"sung"
guh suatu kejadian yang aneh dekali. Hal semacam
itu tak bisa dijelaskan dengan memuaskan. Mungkin
permainan dengan roh itu memang ada benarnya.
Itulah pertama kalinya ia menghadapi perkara sema"
cam itu. Permainan itu aneh sekali, tapi sepanjang penge"
tahuannya tak ada hubungan praktis dengan perkara
yang sedang ditanganinya. Hal itu hanya menjelaskan
sikap Mayor Burnaby. Ia harus mengurus hal-hal yang
bersifat fisik, bukan yang gaib.
Tugasnya adalah melacak si pembunuh.
Dan dalam melakukan hal itu, ia tidak membutuh"
kan petunjuk dari dunia gaib.
Bab1-10.indd 82 VIII MR. CHARLES ENDERBY WAKTU melihat arlojinya, Inspektur menyadari bahwa
ia harus cepat-cepat jika tak ingin ketinggalan kereta


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

api yang akan ke Exeter. Ia ingin sekali mewawancarai
kakak perempuan almarhum Kapten Trevelyan secepat
mungkin, dan mendapatkan alamat-alamat anggota
keluarga lainnya. Maka setelah terburu-buru ber"
pamitan pada Mayor Burnaby, ia bergegas ke stasiun.
Sang Mayor berjalan kembali ke Penginapan Three
Crowns. Baru saja melangkahi ambang pintu peng"
inapan, ia disambut oleh seseorang pemuda dengan
wajah berseri-seri, kepalanya berkilat sekali, dan wajah"
nya bulat kekanak-kanaknya.
"Mayor Burnaby?" kata pemuda itu.
"Ya." "Yang tinggal di bungalo No. 1, Sittaford?"
"Benar," kata Mayor Burnaby.
"Saya utusan dari surat kabar Daily Wire," kata
anak muda itu, "dan saya..."
Bab1-10.indd 83 Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya. Dengan
gaya seorang militer sejati dari zaman dulu, sang Ma"
yor menukas dengan marah.
"Jangan teruskan sepatah kata pun," geramnya.
"Saya tahu kalian semua. Tak tahu sopan. Tak bisa
menutup mulut. Senangnya mengerumuni suatu peris"
tiwa pembunuhan, seperti burung gagak mengerumuni
bangkai. Tapi dengar, Anak Muda, Anda tidak akan
mendapatkan informasi apa pun dari saya. Tak se"
patah kata pun. Tidak akan ada cerita bagi surat ka"
bar sialan itu. kalau Anda ingin tahu sesuatu, pergilah
ke polisi. Tahulah bertenggang rasa sedikit, dan ja"
ngan ganggu sahabat-sahabat orang yang telah mening"
gal itu." Pria muda itu sama sekali tidak terkejut. Senyum"
nya makin melebar. "Saya mengerti, Sir. Rupanya Anda telah keliru.
Saya sama sekali tak tahu-menahu tentang urusan
pembunuhan itu." Sebenarnya itu tak benar. Tak seorang pun di
Exhampton bisa berpura-pura tak tahu tentang peris"
tiwa yang telah begitu menggoncangkan daerah pa"
dang rumput itu. "Saya telah diberi kuasa oleh surat kabar Daily
Wire," lanjut pemuda itu, "untuk menyampaikan
pada Anda cek sebesar lima ribu pound ini, dan meng"
ucapkan selamat kepada Anda karena telah mengirim"
kan satu-satunya jawaban yang benar dalam tebakan
sepakbola kami." Mayor Burnaby terkejut sekali.
"Saya yakin Anda telah menerima surat kami ke"
Bab1-10.indd 84 marin, yang memberitahukan tentang cerita berita
gembira itu," lanjut si pemuda.
"Surat?" kata Mayor Burnaby. "Sadarkah Anda,
anak muda, bahwa Sittaford tertutup salju setinggi
tiga meter" Mana ada kesempatan bagi kami untuk
menerima surat dalam beberapa hari terakhir ini?"
"Tapi Anda pasti sudah membaca nama Anda yang
diumumkan sebagai pemenang dalam surat kabar
Daily Wire pagi ini, bukan?"
"Tidak," sahut Mayor Burnaby. "Saya belum sem"
pat membaca surat kabar pagi ini."
"Oh! Tentu belum," kata pemuda itu. "Menyedih"
kan sekali peristiwa itu. Saya dengar, orang yang ter"
bunuh itu sahabat Anda?"
"Sahabat saya yang tebaik," kata sang Mayor.
"Buruk benar nasibnya," kata pemuda itu lagi sam"
bil memandang ke arah lain. Setelah itu dikeluarkan"
nya dari sakunya sehelai kertas kecil berwarna kebirubiruan, lalu diserahkannya pada Mayor Burnaby
sambil membungkuk. "Disampaikan dengan hormat oleh Daily Wire,"
katanya. Mayor Burnaby menerimanya, dan dengan susah
payah ia mencari kata-kata yang pantas diucapkan
sesuai dengan keadaan saat itu.
Akhirnya ia hanya berkata, "Mari minum, Mr...
eh...?" "Enderby, nama saya Charles Enderby. Saya tiba di
sini semalam," jelasnya. "Saya bertanya pada orangorang, bagaimana saya bisa pergi ke Sittaford. Merupa"
kan kebiasaan surat kabar kami untuk menyampaikan
Bab1-10.indd 85 sendiri cek kepada para pemenang. Setelah itu, kami
selalu memuat wawancara singkat. Itu pasti menarik
bagi para pembaca kami. Nah, semua orang mengata"
kan bahwa saya tak mungkin bisa pergi ke Sittaford,
karena salju sedang turun dan jalan sama sekali tak
dapat dilalui. Tapi saya beruntung sekali karena Anda
kebetulan berada di sini, dan menginap di Three
Crowns pula." Ia tersenyum. "Saya tak mengalami
kesulitan untuk mengenali Anda. Agaknya semua
orang kenal pada setiap orang di tempat ini."
"Anda mau minum apa?" tanya Mayor.
"Saya mau bir," kata Enderby.
Mayor memesan dua bir. "Seluruh tempat ini agaknya ribut gara-gara pem"
bunuhan itu," kata Enderby. "Kata orang, kejadian itu
misterius." Mayor menggeram. Agaknya ia berada dalam posisi
sulit dan merasa bimbang. Rasa tak senangnya pada
wartawan tetap tak berubah. Tapi seseorang yang baru
saja menyerahkan cek sebesar lima ribu pound, berada
dalam posisi yang menguntungkan. Kita tak bisa me"
nyuruhnya pergi begitu saja.
"Ia tak punya musuh, bukan?" tanya pemuda itu.
"Tidak," kata Mayor.
"Tapi saya dengar, polisi berpendapat itu bukan
perampokan," lanjut Enderby.
"Bagaimana Anda tahu itu" tanya Mayor.
Mr. Enderby tak mau mengatakan sumber infor"
masinya. "Saya dengar juga bahwa Andalah yang menemukan
tubuh korban, Sir," kata pemuda itu.
Bab1-10.indd 86 "Ya." "Anda pasti terkejut sekali, ya?"
Percakapan pun berlanjut. Mayor Burnaby tetap
bertekad untuk tidak memberikan informasi, namun
ia tak dapat menandingi ketekunan Mr. Enderby. Pe"
muda itu mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang
terpaksa harus dibenarkan atau dibantah oleh Mayor,
dan dengan demikian tanpa disadari ia memberikan
juga informasi yang diinginkan anak muda itu. Tapi
sikap Charles Enderby demikian menyenangkan, hing"
ga prosesnya sama sekali tidak menyinggung perasaan.
Dan Mayor pun menyadari bahwa ia mulai menyukai
pemuda yang sederhana itu.
Akhirnya Mr. Enderby bangkit dan mengatakan
bahwa ia harus pergi ke kantor pos.
"Tolong beri saya tanda terima cek itu, Sir."
Mayor menghampiri meja tulis, ditulisnya sebuah
tanda terima, lalu diserahkannya pada pemuda itu.
"Bagus," kata pemuda itu sambil memasukkannya
ke dalam sakunya. "Saya rasa Anda akan berangkat kembali ke Lon"
don hari ini, ya?" kata Mayor Burnaby.
"Oh, tidak!" kata pemuda itu. "Saya masih harus
membuat beberapa foto bungalo Anda di Sittaford,
juga foto-foto ketika Anda sedang memberi makan
babi-babi peliharaan, umpamanya, atau sedang me"
ngorek tanah tanaman bunga, atau sedang melakukan
apa saja yang menurut Anda merupakan ciri khas ke"
hidupan Anda. Anda pasti tak dapat membayangkan
betapa sukanya pembaca-pembaca kami akan beritaberita seperti itu. Lalu saya akan mewawancarai Anda
Bab1-10.indd 87 mengenai "Apa yang ingin saya lakukan dengan uang
lima ribu pound itu." Itu menggelitik juga. Pembacapembaca kami akan kecewa sekali bila mereka tidak
mendapatkan hal semacam itu."
"Ya, tapi... Anda tak mungkin bisa pergi ke
Sittaford dalam cuaca begini. Salju turun lebat sekali.
Sudah tiga hari ini tak ada kendaraan yang bisa lewat
di jalan ke sana, dan baru tiga hari lagi salju ini baru
akan benar-benar mencair."
"Saya tahu," kata pemuda itu, "memang sulit sekali.
Yah, kita terpaksa mengurung diri di Exhampton.
Tapi pelayanan di Three Crowns ini baik sekali. Per"
misi, Sir, sampai bertemu lagi."
Ia keluar ke jalan raya Exhampton, menuju kantor
pos. Di sana ia mengirimkan telegram, memberitahu"
kan bahwa ia beruntung sekali akan bisa memberikan
mereka laporan eksklusif yang amat menarik mengenai
kasus pembunuhan di Exhampton.
Ia mempertimbangkan langkah berikutnya, lalu di"
putuskannya untuk mewawancarai Evans, pelayan
setia Kapten Trevelyan. Nama itu, tanpa disengaja te"
lah terucapkan oleh Mayor Burnaby dalam percakapan
mereka. Setelah bertanya beberapa kali, ia pun sampai ke
Fore Street 85. Hari ini, pelayan orang yang telah
menjadi korban pembunuhan itu mendadak menjadi
orang penting. Semua orang ingin tahu, dan semua
orang yang tahu, mau menunjukkan di mana ia ting"
gal. Enderby mengetuk pintu dengan agak keras. Yang
membukakan adalah seorang pria yang jelas sekali
Bab1-10.indd 88 bekas pelaut, sehingga Enderby tak ragu lagi siapa
yang ada di hadapannya ini.
"Anda Evans, bukan?" kata Enderby dengan ramah.
"Saya baru saja bertemu dengan Mayor Burnaby."
"Oh..." Evans tampak bimbang sebentar. "Silakan
masuk, Sir." Enderby menyambut baik ajakan itu. Seorang wa"
nita muda yang montok berambut hitam dan berpipi
merah, hilir mudik di belakang. Enderby menduga
itulah Mrs. Evans yang masih pengantin baru.
"Kasihan sekali almarhum majikan Anda," Enderby
mulai berbicara. "Benar-benar mengejutkan, Sir."
"Menurut Anda, perbuatan siapakah itu?" tanya
Enderby yang mencari informasi dengan sikap santai.
"Saya rasa salah seorang gelandangan yang jahat
itu," kata Evans. "Oh, bukan. Teori itu sudah tidak berlaku."
"Eh?" "Itu semua sudah diselidiki. Polisi segera menge"
tahui bahwa teori itu salah."
"Siapa yang mengatakan itu pada Anda, Sir?"
Yang memberikan informasi itu sebenarnya pelayan
di Penginapan Three Crowns. Kakak pelayan itu ada"
lah istri Polisi Graves. Tapi ia menjawab, "Saya men"
dapat petunjuk dari markas kepolisian. Ya, pendapat
tentang adanya perampokan pun dinyatakan salah."
"Kalau begitu, menurut mereka siapa pelakunya?"
tanya Mrs. Evans yang muncul ke depan. Matanya
tampak ketakukan dan penuh rasa ingin tahu.
Bab1-10.indd 89 "Ah, Rebecca, jangan terlalu ketakutan begitu,"
kata suaminya. "Bodoh dan kejam sekali polisi-polisi itu," kata
Mrs. Evans. "Mereka tak peduli siapa yang mereka
tangkap, asal mereka bisa menangkap seseorang." Ia
cepat-cepat menoleh kepada Enderby.
"Apakah Anda dari kepolisian, Sir?"
"Saya" Oh tidak. Saya dari surat kabar Daily Wire.
Saya datang untuk menjumpai Mayor Burnaby. Ia
telah memenangi Sayembara Tebakan Sepakbola yang
kami selenggarakan, berupa uang sebanyak lima ribu
pound." "Apa?" seru Evans. "Sialan. Jadi kalau begitu sayem"
bara-sayembara itu sebenarnya jujur."
"Apakah semula Anda menyangka itu tak jujur?"
tanya Enderby. "Yah, di dunia ini banyak yang curang, Sir." Evans
jadi agak bingung, karena ia merasa ucapannya tadi
agak keterlaluan. "Saya dengar ada banyak tipuan.
Almarhum Kapten selalu mengatakan bahwa hadiahhadiah tak pernah diberikan pada orang-orang yang
alamat rumahnya hebat-hebat, sebab itu Kapten sering
memakai alamat saya."
Dengan polos diceritakannya tentang Kapten yang
telah memenangkan tiga novel baru.
Enderby memberinya semangat untuk berbicara
terus. Ia melihat adanya kemungkinan membuat kisah
yang bagus dari Evans, si pelayan yang setia seperti
anjing laut. Hanya ia agak heran, mengapa Mrs.
Evans kelihatan begitu gugup. Tapi disimpulkannya
Bab1-10.indd 90 bahwa memang begitulah sikap curiga wanita dari
golongan itu. "Tolong temukan penjahat yang menjadi pelaku"
nya," kata Evans. "Kata orang, surat kabar bisa ber"
buat banyak dalam memburu penjahat."
"Pasti perampok," kata Mrs. Evans. "Soalnya tak
ada seorang pun di Exhampton ini ingin menyakiti
Kapten." Enderby bangkit. "Yah," katanya. "Saya harus pergi. Kalau boleh,
saya ingin mampir sekali waktu untuk mengobrol.
Bila Kapten telah memenangkan tiga novel baru da"
lam Sayembara Daily Wire, saya harus pula mengang"
gapnya sebagai tugas pribadi untuk ikut melacak
pembunuhnya." "Benar sekali kata-kata Anda itu, Sir. Memang


Misteri Sittaford The Sittaford Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar sekali." Setelah berpamitan dengan ramah, Charles Enderby
pergi. "Ingin sekali aku tahu, siapa sebenarnya yang telah
membunuh si kikir itu?" gumamnya sendiri. "Kurasa
bukan teman kita Evans itu. Mungkin memang se"
orang perampok! Sayang sekali kalau memang begitu.
Kelihatannya tak ada seorang wanita pun yang terlibat
dalam perkara ini. Sayang sekali. Harus segera dicipta"
kan suatu sensasi. Kalau tidak, perkara ini jadi tak
berarti. Kalau begitu, ini merupakan nasib baikku.
Baru kali inilah aku berada di suatu tempat kejadian
seperti ini. Aku harus memanfaatkannya sebaik-baik"
nya. Charles, kesempatanmu telah datang. Manfaat"
kanlah sebaik-baiknya. Kelihatannya, teman kita yang
Bab1-10.indd 91 mantan perwira itu akan bisa dijinakkan. Bila aku
selalu ingat untuk bersikap hormat dan sering me"
nyebutnya "Sir". Aku ingin tahu apakah ia ikut dalam
perebutan kekuasaan di India dulu. Tidak, pasti tidak,
ia belum cukup tua untuk itu. Perang di Afrika Se"
latan, ya, di situ ia mungkin ikut. Tanyakan padanya
tentang Perang Afrika Selatan. Itu pasti akan men"
jinakkannya." Dan sambil berpikir-pikir tentang rencana bagus
itu, Mr. Enderby berjalan kembali ke Three Crowns.
Bab1-10.indd 92 THE LAURELS DARI Exhampton ke Exeter diperlukan kira-kira se"
tengah jam dengan kereta api. Pukul 11.55 Inspektur
Narracott menekan bel di pintu depan The Laurels.
The Laurels adalah sebuah rumah yang sudah agak
bobrok, dan perlu segera dicat kembali. Kebun di se"
kelilingnya tak terpelihara dan penuh rumput liar,
sedangkan pintu pagarnya tergantung miring pada
engsel-engselnya. "Pasti pemiliknya tak punya cukup uang," pikir
Inspektur Narracot. "Kelihatannya hidupnya sulit."
Inspektur Narracott adalah seorang pria yang ber"
pikiran luas, tapi dari tanya-jawab tadi, sangat kecil
kemungkinannya Kapten Trevelyan dibunuh seorang
musuh. Sebaliknya, sebagai hasil penyelidikannya, ada
empat orang anak yang akan mendapatkan sejumlah
besar uang setelah orang tua itu meninggal. Semua
gerak-gerik keempat orang itu harus diselidikinya.
Nama yang tercantum dalam daftar tamu penginapan
Bab1-10.indd 93 juga, nama Pearson adalah nama yang sangat umum.
Inspektur Narracott tak mau gegabah dalam mengam"
bil kesimpulan, dan akan tetap berpikiran terbuka
sementara mengadakan penyelidikan awal secepat
mungkin. Seorang pelayan yang kelihatan agak lusuh mem"
bukakan pintu. "Selamat siang," kata Inspektur Narracott. "Saya
ingin bertemu dengan Mrs. Gardner. Ini sehubungan
dengan kematian saudara laki-lakinya, Kapten Trevel"
yan, di Exhampton." Ia sengaja tidak menunjukkan kartu pengenalnya
pada pelayan itu. Berdasarkan pengalamannya, begitu
tahu bahwa ia seorang polisi, orang akan bersikap
kaku dan tutup mulut. "Apakah ia sudah mendengar tentang kematian
adik laki-lakinya itu?" tanya Inspektur dengan nada
ringan waktu pelayan itu mundur untuk mempersila"
kannya masuk ke lorong rumah.
"Sudah. Ia sudah menerima telegram dari Mr.
Kirkwood, pengacara itu."
"Oh, begitu," kata Inspektur Narracott.
Pelayan itu mengantarnya masuk ke ruang tamu
utama. Ruang itu, seperti halnya bagian luar rumah,
sangat membutuhkan uang sekadarnya untuk pem"
betulan. Namun demikian, dengan segala kekurangan
itu, Inspektur merasakan adanya daya tarik, tanpa
bisa menentukan mengapa atau di mana letaknya.
"Majikan Anda pasti terkejut sekali, ya?" katanya.
Gadis itu tampak kurang yakin dengan hal itu.
Bab1-10.indd 94 "Majikan saya tak sering bertemu dengannya,"
jawabnya. "Tutup pintunya, dan kemarilah," kata Inspektur
Narracott. Ingin sekali ia melihat efek suatu serangan men"
dadak. "Apakah dalam telegram dicantumkan bahwa ke"
matian itu disebabkan pembunuhan?" tanyanya.
"Pembunuhan!" Mata gadis itu terbelalak lebar, membayangkan rasa
takut dan rasa suka. "Apakah ia dibunuh?"
"Ah!" kata Inspektur Narracott. "Sudah saya duga
Anda belum mendengarnya. Mr. Kirkwood tak mau
menyampaikan berita itu terlalu cepat pada majikan
Anda. Tapi omong-omong"siapa nama Anda?"
"Beatrice." "Nah, Beatrice, berita itu akan terbit di surat-surat
kabar sore atau malam nanti."
"Astaga," kata Beatrice. "Dibunuh. Mengerikan se"
kali. Apakah kepalanya dihantam atau apakah ia di"
tembak?" Inspektur memuaskan rasa ingin tahunya dengan
memberitahunya sampai ke hal-hal yang sekecil-kecil"
nya. Lalu ditambahkannya dengan ringan, "Saya de"
ngar ada orang yang mengatakan bahwa majikan
Anda pergi ke Exhampton kemarin petang. Tapi saya
rasa cuaca terlalu buruk untuk itu."
"Saya tidak mengetahuinya, Sir," kata Beatrice.
"Saya rasa, Anda keliru. Majikan saya keluar kemarin
petang untuk berbelanja lalu pergi nonton."
"Pukul berapa ia kembali?"
Bab1-10.indd 95 "Kira-kira pukul 18.00."
Jadi nama Mrs. Gardner harus dicoret dari daftar.
"Saya tidak banyak tahu tentang keluarga ini," lan"
jutnya lagi dengan nada ringan. "Apakah Mrs.
Gardner seorang janda?"
"Oh, tidak, Sir, suaminya ada."
"Apa pekerjaan suaminya?"
"Ia tak punya pekerjaan," kata Beatrice sambil terus
menatapnya. "Tak bisa, karena ia lumpuh."
"Lumpuh" Ah, kasihan. Saya tak tahu itu."
"Ia tak bisa berjalan. Ia berbaring saja di tempat
tidur sepanjang hari. Di rumah ini selalu ada seorang
juru rawat. Tak banyak gadis yang suka tinggal se"
rumah dengan seorang juru rawat. Sebentar-sebentar
minta diantar nampan, lalu minta dibuatkan berpocipoci teh."
"Pasti menyusahkan sekali, ya?" kata Inspektur
menghibur. "Nah, sekarang tolong beritahukan pada
majikan Anda, bahwa saya datang dari kantor Mr.
Kirkwood di Exhampton."
Beatrice keluar. Beberapa menit kemudian pintu
terbuka, dan seorang wanita yang bertubuh tinggi dan
tampak suka memerintah, masuk ke kamar itu. Wajah"
nya agak aneh, dahinya lebar, rambutnya hitam dan
beruban sedikit di pelipisnya. Rambut itu disisir licin
ke belakang. Ia memandang Inspektur dengan tatapan
bertanya. "Anda datang dari kantor Mr. Kirkwood di
Exhampton?" "Sebenarnya tidak, Mrs. Gardner. Saya hanya ber"
kata begitu pada pelayan Anda. Saudara laki-laki
Bab1-10.indd 96 Anda, Kapten Trevelyan, terbunuh kemarin sore. Saya
Inspektur Polisi Narracott yang bertugas menangani
perkara ini." Jelas kelihatan bahwa Mrs. Gardner adalah seorang
wanita yang bersaraf baja. Matanya menyipit, dan ia
menahan napas. Kemudian ia mempersilakan Inspek"
tur duduk dengan menunjuk ke sebuah kursi, lalu ia
sendiri pun duduk. Katanya, "Terbunuh! Luar biasa!
Siapa gerangan yang ingin membunuh Joe?"
"Itulah yang ingin sekali saya selidiki, Mrs.
Gardner." "Jelas. Saya harap, saya akan bisa membantu Anda,
entah dengan cara bagaimana, meskipun saya ragu
akan kemampuan saya. Saya dan adik saya itu jarang
sekali bertemu selama sepuluh tahun terakhir ini.
Saya tak tahu apa-apa tentang teman-temannya atau
mengenai hubungan apa pun antara ia dengan orang
lain." "Maafkan saya, Mrs. Gardner, tapi apakah Anda
dan adik Anda itu bertengkar?"
"Tidak, kami tidak bertengkar. Saya rasa kami sa"
ling menjaga jarak. Ya, itu merupakan cara yang lebih
tepat untuk melukiskan hubungan kami. Saya tak
mau menceritakan urusan keluarga sampai ke hal-hal
yang sekecil-kecilnya, tapi adik saya tak menyetujui
pernikahan saya. Saya rasa, saudara laki-laki memang
jarang menyukai pilihan saudara perempuannya. Tapi
biasanya mereka bisa menyembunyikan perasaan itu
dengan lebih baik daripada adik saya itu. Seperti yang
mungkin telah Anda ketahui, adik saya mewarisi ke"
Bab1-10.indd 97 kayaan besar dari seorang bibi kami, sedangkan saya
dan kakak perempuan saya menikah dengan orangorang yang tak punya. Waktu suami saya menjadi
lumpuh gara-gara tertembak dalam perang dan di"
keluarkan dari ketentaraan, sedikit bantuan berupa
uang tentu akan sangat berarti bagi kami. Itu akan
memungkinkan saya membiayai pengobatan suami
saya yang amat mahal. Nyatanya, sekarang saya tak
bisa membiayainya. Saya meminta pinjaman dari adik
saya itu, tapi menolak. Itu memang haknya, tapi sejak
saat itu kami jarang sekali bertemu, dan hampir tak
pernah bersurat-suratan."
Itu merupakan pernyataan yang jelas dan padat.
Mrs. Gardner ternyata memiliki kepribadian yang
menarik, pikir Inspektur. Namun ia tak dapat me"
nyatakan dengan pasti, bagaimana wanita itu sebenar"
nya. Ia kelihatan tenang sekali, dan benar-benar mau
menceritakan apa adanya. Inspektur juga melihat,
bahwa meskipun ia tampak terkejut, ia tidak menanya"
kan secara terperinci mengenai kematian adiknya itu.
Dan menurut Inspektur, itu sungguh luar biasa.
"Saya tak tahu apakah sebab Anda ingin men"
dengar apa sebenarnya yang telah terjadi... di
Exhampton," Inspektur Narracott mulai berbicara
lagi. Wanita itu mengernyitkan dahinya.
"Haruskah saya mendengarnya" Adik saya sudah
dibunuh. Semoga ia tidak merasa terlalu sakit."
"Saya rasa tanpa rasa sakit."
"Kalau begitu, harap tak usah menceritakan hal-hal
kecil yang memuakkan."
Bab1-10.indd 98 "Aneh," pikir Inspektur. "Benar-benar aneh."
Seolah dapat membaca pikiran Inspektur itu, Mrs.
Gardner mengucapkan kata-kata yang sama persis de"
ngan yang tadi ada dalam pikiran sang Inspektur.
"Menurut Anda saya aneh, bukan begitu Inspektur"
Tapi... saya sudah biasa mendengar hal-hal yang me"
Rahasia Pedang Naga Langit 3 Joko Sableng 18 Bara Di Kedung Ombo Pendekar Pemanah Rajawali 21
^