Pencarian

Anting Mustika Ratu 1

Rajawali Emas 16 Anting Mustika Ratu Bagian 1


ANTING MUSTIKA RATU Hak cipta dan copy right pada
penerbit di bawah lindungan
undang-undang Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
https://www.facebook.com/pages/Dunia-
Abu-Keisel/511652568860978
Bab l PANDANGAN gusar gadis jelita berpakaian merah mu-
da itu kentara sekali pada Pangeran Merah yang sekali
lagi terkejut. Napas si gadis terdengar cepat tak bera-
turan, membuat dadanya yang dibiasi dua benda pa-
dat naik turun.
Pemuda sesat berambut sebahu dengan diberi bun-
tut hingga pinggang itu membatin sambil menatap ke
depan, "Kalau sebelumnya kusangka nenek bertelinga
sebelah itu yang menyelamatkan Dewi Berlian, kali ini
semuanya sirna. Melihat ciri pemuda berpakaian ke-
emasan yang berdiri di sebelah Dewi Berlian, aku ya-
kin, pemuda itulah yang selama ini selalu disebut-
sebutnya. Si Rajawali Emas. Bagus! Kemunculannya
berarti memudahkan segala apa yang kuinginkan!"
Bukan hanya Pangeran Merah yang terkejut meli-
hat kemunculan orang-orang itu di Ngarai Jala Kema-
tian, sebuah tempat yang agak menjorok ke dalam di-
kelilingi batu-batu cadas dan ranggasan pohon bakau
di sebelah timur.
Perempuan genit berbedak putih dan berpakaian
panjang kuning kebiruan yang terbuka di dada hingga
menampakkan dua bungkahan payudaranya yang be-
sar namun kendor itu diam-diam membatin, seraya
memandang penuh rasa ingin pada anting-anting di te-
linga Iblis Cadas Siluman yang telah kepalkan kedua
tinjunya, "Aku harus menyelesaikan urusan satu-satu.
Iblis Cadas Siluman telah muncul di sini, berarti Ant-
ing Mustika Ratu yang pernah diceritakan oleh Ratu
Iblis semakin dekat jejaknya. Ini kesempatan yang tak
boleh dilepas. Tetapi pemuda berjuluk Rajawali Emas
itu jelas tak bisa dipandang remeh."
Seperti kita ketahui sebelumnya, saat itu Pangeran
Merah yang menyekap dan menotok Dewi Berlian di
sebuah bangunan kecil terbuat dari bambu yang ter-
dapat di Ngarai Jala Kematian, baru saja kembali den-
gan membawa seorang gadis berkebaya putih yang di-
culiknya entah di mana. Pangeran Merah bermaksud
hendak menyiksa batin Dewi Berlian dengan menggau-
li gadis yang diculiknya itu di hadapan si gadis.
Namun semuanya urung tatkala terdengar satu
suara yang diyakini suara gurunya sendiri, si Nenek
Cabul. Dengan menindih kegusarannya Pangeran Me-
rah yang berakal licik keluar. Beberapa saat kemudian,
Guru dan murid sesat itu telah berbuat mesum. Di se-
la-sela kesempatan itu, Pangeran Merah yang diam-
diam menginginkan pula Anting Mustika Ratu yang
dimiliki Iblis Cadas Siluman mengorek keterangan dari
gurunya yang sangat tahu sekali maksud Pangeran
Merah sesungguhnya.
Dan di saat Pangeran Merah kembali ke bangunan
kecil terbuat dari bambu, dia terperanjat karena dua
orang gadis yang diculik dan ditotoknya tak ada di sa-
na. Yang nampak hanyalah atap bangunan itu telah
jebol. Murkalah pemuda berpakaian merah bersenja-
takan dua buah pedang bersilangan di punggung. Ber-
sama gurunya, keduanya mencoba melacak siapa yang
telah melakukan semua itu. Sampai munculnya Iblis
Cadas Siluman. Dan tatkala Pangeran Merah yang se-
belumnya menduga Iblis Cadas Siluman yang melaku-
kan semua itu, mendadak saja terdengar makian keras
yang disusul dengan munculnya sosok Dewi Berlian
dan Rajawali Emas (Untuk lebih jelasnya, silakan baca
episode sebelumnya : Iblis Cadas Siluman).
Lalu bagaimana tahu-tahu orang-orang itu sudah
muncul bersama Dewi Berlian" Seperti kita ketahui
pula, setelah Rajawali Emas dan Iblis Cadas Siluman
berhasil mengorek keterangan dari Sindung Ruwit di
mana letaknya Ngarai Jala Kematian, dengan bantuan
Bwana keduanya meninggalkan hutan belantara di se-
belah barat Gunung Lintang.
Tatkala Bwana sudah semakin mendekat dengan
Ngarai Jala Kematian, Rajawali Emas yang merasa bila
Bwana hadir pula di sana maka kemunculan mereka
dapat diketahui, memutuskan untuk turun agak men-
jauh dari Ngarai Jala Kematian. Lalu disuruhnya Bwa-
na untuk terbang kembali tanpa keluarkan suara.
Bersama Iblis Cadas Siluman, Rajawali Emas ber-
kelebat menuju Ngarai Jala Kematian. Tepat tatkala
Nenek Cabul dan Pangeran Merah tengah melakukan
perbuatan kotor. Rajawali Emas menyuruh perempuan
tua berpakaian panjang warna jingga itu untuk me-
nunggu seraya memperhatikan kedua orang itu.
Sementara dengan mempergunakan ilmu peringan
tubuhnya, Rajawali Emas menyelinap masuk ke ban-
gunan kecil itu melalui atap bangunan yang dijebol-
nya. Semuanya dilakukan tanpa keluarkan suara. Pa-
da saat yang sama, Iblis Cadas Siluman terkejut tatka-
la mengetahui kesaktian Anting Mustika Ratu dari Ne-
nek Cabul yang mengatakan semuanya pada Pangeran
Merah. Sementara itu setelah menemui Dewi Berlian yang
terkejut sekaligus gembira melihat kemunculan si pe-
muda, Rajawali Emas segera membebaskan totokan
Dewi Berlian dan gadis berkebaya putih. Masih untung
semuanya bisa dilakukan dengan mudah, karena Dewi
Berlian sebelumnya ngotot hendak membalas sakit ha-
tinya pada Pangeran Merah saat itu juga.
Melalui atap yang telah jebol itu Rajawali Emas
membawa Dewi Berlian dan gadis berkebaya putih.
Sementara itu, Iblis Cadas Siluman yang setelah mem-
perhatikan Rajawali Emas berhasil menyelamatkan
kedua gadis yang berada di kekuasaan Pangeran Me-
rah, segera muncul tatkala kedua orang sesat itu ke-
limpungan sekaligus marah besar mendapati kedua
gadis itu tak ada lagi di dalam bangunan.
Sedangkan saat itu, Rajawali Emas menyuruh Dewi
Berlian untuk menunggunya di balik ranggasan semak
sementara dia membawa gadis yang diculik Pangeran
Merah sampai pada tempat yang dikenali si gadis.
Dengan pergunakan ilmu peringan tubuhnya Rajawali
Emas hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk
kembali ke tempat Dewi Berlian menunggu.
Dan tak mau memendam rasa sakit hatinya lebih
lama, Dewi Berlian sudah berkelebat ke tempat semu-
la, di mana saat itu bertepatan Pangeran Merah hen-
dak menyerang Iblis Cadas Siluman.
"Pemuda laknat! Bukankah kau selalu menantang
Rajawali Emas! Nah! Orangnya sekarang sudah berada
di hadapanmu! Ayo, kau tunjukkan apa yang pernah
kau umbar itu"!" sentak murid Dewi Bulan dengan wa-
jah gusar. Berlian yang terdapat di keningnya ber-
goyang dan memantulkan cahaya mentari pagi.
Pangeran Merah mendelik gusar. "Benar-benar ke-
parat! Mengapa aku harus berpacu birahi dengan pe-
rempuan cabul berbedak putih itu hingga tak menge-
tahui kalau Iblis Cadas Siluman dan Rajawali Emas te-
lah tiba di sini" Kemunculan Iblis Cadas Siluman me-
mang sudah ditunggu-tunggu! Khususnya oleh Guru!
Tetapi kemunculan Rajawali Emas yang berhasil me-
nyelamatkan Dewi Berlian secara tidak langsung me-
mupus keinginanku untuk menggeluti gadis itu. Pa-
dahal tinggal satu hari waktu yang kuberikan pada
Manusia Pemarah untuk tiba di sini! Jahanam betul!"
Mendapati bentakannya tak ditanggapi Dewi Ber-
lian maju satu langkah. Tak mampu lagi menahan sa-
kit hatinya atas perbuatan Pangeran Merah, gadis jelita
berpakaian merah muda ini sudah menggerakkan tan-
gan kanannya, Wussss! Sinar penuh kilau menderu dahsyat dan timbulkan
angin bergemuruh pada Pangeran Merah. Pemuda se-
sat berkumis tipis yang sebelumnya telah keluarkan
ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa', hanya men-
dengus. Dan tanpa beranjak dari tempatnya diki-
baskan tangan kirinya asal saja.
Blaaammm!! Pukulan 'Pusaran Kilau Berlian' yang dilepaskan
gadis berpakaian merah muda itu pupus dan timbul-
kan letupan keras. Sinar berkilaunya muncrat dan
menebar ke sana kemari. Sementara murid Dewi Bulan
ini terjajar ke belakang.
Tetapi hati si gadis tak gentar, justru dia makin
mengkelap. Kendati dia tahu ilmu yang dimilikinya tak
akan mampu menandingi ilmu Pangeran Merah, tetapi
gadis yang diam-diam mencintai Rajawali Emas ini
menjadi nekat. Dia kembali maju selangkah sementara
kedua tangannya telah berkilauan.
"Tunggu, Dewi...!" seruan Rajawali Emas memupus
keinginan Dewi Berlian. Dengan wajah tenang seraya
memandang Pangeran Merah, pemuda dari Gunung
Rajawali ini berbisik, "Jangan gegabah. Aku justru in-
gin melihat apa yang mereka lakukan terhadap Nyi
Randa Barong?"
Dewi Berlian hanya menatap sengit pada pemuda
tampan berikat kepala keemasan di sebelah kanannya.
Kejap lain si gadis sudah alihkan pandangan ke arah
Pangeran Merah dengan berjuta kemarahan menum-
puk. Tetapi di hatinya, kerinduan pada pemuda yang
di kedua lengannya terdapat rajahan burung rajawali
berwarna keemasan itu sedikit banyaknya terobati.
Hanya saja, dia tak menginginkan perjumpaan dengan
pemuda yang dicintainya terjadi dalam keadaan seperti
ini Nenek Cabul yang merasa urusannya untuk men-
dapatkan Anting Mustika Ratu yang terdapat di tengah
dari tiga buah anting yang dimiliki perempuan tua ber-
telinga sebelah itu harus diselesaikan, maju satu lang-
kah. "Membuang waktu perbuatan percuma! Menjual
cakap pun tak guna! Nyi Randa Barong! Bersiaplah un-
tuk mampus karena kau tetap tak mau serahkan Ant-
ing Mustika Ratu!"
Membesi wajah perempuan tua berhidung bulat itu.
Bibir tebalnya sejenak merapat lalu membuka kelua-
rkan desisan dingin, "Justru aku tak sabar ingin meli-
hat kepandaian orang sesat yang berani nekat menca-
riku!!" Habis bentakannya terdengar, perempuan tua itu
segera menggebah dahsyat. Tak tanggung lagi, ilmu
'Cadas Jiwa'-nya sudah dikeluarkan.
Mendapati lawannya mengeluarkan ilmu tinggi, Ne-
nek Cabul pun menggebah tak kalah hebat. Tenaga da-
lamnya dilipatgandakan. Dua kelebatan tubuh itu ter-
lihat seperti bayangan belaka.
"Blaam! Blaaam!
Terjadi benturan hebat tatkala dua tenaga sakti itu
bertemu. Tempat itu laksana dilanda gempa. Walau se-
saat, banyak pepohonan tumbang dan ranggasan se-
mak belukar tercabut. Bahkan di ujung sana, batu-
batu cadas bergulingan hingga timbulkan suara ber-
gemuruh angker.
Masing-masing orang terhuyung tiga tindak ke be-
lakang. Iblis Cadas Siluman merasa nyeri di bagian
dada. Di sela-sela bibirnya mengalir darah segar. Se-
mentara Nenek Cabul hanya merasakan kedua tan-
gannya seperti patah, yang setelah dialirkan tenaga da-
lamnya telah pulih sediakala.
Tak mau membuang waktu, perempuan berpayuda-
ra besar namun kendor itu sudah meloncat dengan te-
riakan keras. Tangan kanannya digerakkan.
Terkesiap Iblis Cadas Siluman mendapati serangan
lawan yang dahsyat itu. Segera dibuang tubuhnya ke
kanan. Braaakk!! Melihat serangannya luput dan hanya menghantam
sebatang pohon yang tumbang dan pada patahannya
mengeluarkan asap, dengan kemarahan makin me-
ninggi, Nenek Cabul menerjang kembali. Tak tanggung
lagi, kedua tangannya yang telah berubah menjadi
warna merah digerakkan.
Wuuuttt! Wuuuttt!
Menghampar sinar merah yang mengeluarkan sua-
ra menggidikkan.
Iblis Cadas Siluman menggeram. Dia putar tubuh-
nya ke kiri setengah lingkaran. Bersamaan dengan itu,
kaki kanannya disentakkan ke depan.
Serangkum angin keras menderu dan menahan
gempuran sinar merah yang dilepaskan si Nenek Ca-
bul. Blaaarr! Suara letupan terjadi. Masing-masing orang surut
dua tindak. Tetapi si Nenek Cabul sudah kembali mele-
sat dengan kedua tangan disentakkan ke depan. Iblis
Cadas Siluman memaki panjang pendek dan menghen-
tak-kan kaki kirinya.
Bukkk! Memekik tertahan perempuan cabul berbedak putih
ini. Kedua tangannya yang tertendang kaki Iblis Cadas


Rajawali Emas 16 Anting Mustika Ratu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siluman terangkat naik, hingga seperti tak menutupi
bagian dadanya yang jadi terbuka. Bersamaan dengan
itu, Iblis Cadas Siluman sudah menggerakkan kepa-
lanya. Wuuut!! Tiga larik sinar hitam yang keluar dari tiga buah
anting di telinga kiri telinga satu-satunya sudah me-
labrak hebat ke arah perempuan berbaju panjang kun-
ing kebiruan ini yang segera membuang tubuh.
Tetapi Iblis Cadas Siluman sudah lancarkan seran-
gan susulan. Dan jotosannya telak menghantam dada
Nenek Cabul hingga terjerembab di tanah yang lang-
sung muncrat begitu tubuhnya ambruk. Sambil me-
maki-maki perempuan tua yang wajahnya dibaluri be-
dak dengan bibir diberi pemoles tebal ini segera bang-
kit. Namun lagi-lagi si nenek terperanjat dengan wajah
tegang tatkala dirasakan satu deru angin mengarah
pada batang lehernya.
Dengan gerakan cepat, perempuan cabul ini ber-
gulingan. Pakaiannya seketika kotor. Wajahnya sedikit
diliputi tanah. Dan dia segera bangkit tatkala dirasa-
kan angin deras menderu lagi ke arahnya. Namun....
Blaaarrr! Angin yang ditimbulkan dari kedua kaki Iblis Cadas
Siluman pupus dan menimbulkan letupan keras,
tatkala satu angin dahsyat menderu dari sebelah ka-
nan. Si nenek berpakaian panjang warna jingga ini mundur
tiga langkah. Sementara Pangeran Merah yang tadi
lancarkan serangan dan sekarang sudah berada di ha-
dapan Nenek Cabul memandang dingin.
"Perempuan keparat!!" maki Pangeran Merah dan
urung menyerang tatkala mendengar bisikan gurunya,
"Jangan gegabah. Sebenarnya ilmu perempuan ke-
parat itu masih kalah dengan ilmu yang kumiliki. Te-
tapi sinar-sinar hitam yang keluar dari ketiga anting-
nya itulah yang membuatnya menjadi lebih hebat. Ha-
ti-hati dengan anting-anting itu. Dan kita sukar mene-
bak kapan dia menyerang mempergunakan anting-
antingnya."
Sementara itu Rajawali Emas juga membatin yang
sama, "Iblis Cadas Siluman tertolong dengan keampu-
han anting-antingnya. Berarti selama anting-anting itu
tak bisa direbut, dia masih berada di atas angin. Se-
baiknya... hei!!"
Kata batin Rajawali Emas terputus, tatkala sosok
Dewi Berlian yang berdiri di sisinya dan sedang geram
telah mencelat ke arah Pangeran Merah dengan seran-
gan 'Pusaran Kilau Berlian'. Rupanya gadis ini benar-
benar tak mampu menahan kemarahannya. Dan dia
juga tak mau membuang waktu untuk membalas sega-
la perbuatan Pangeran Merah.
Dewi Berlian merasa bersyukur karena Rajawali
Emas muncul dan menyelamatkannya. Karena bila ti-
dak, waktu yang tinggal satu hari saja dari janji yang
diberikan oleh Pangeran Merah pada Manusia Pema-
rah, akan menjadi ajang paling mengerikan dari kehi-
dupan yang pernah dijalaninya. Inilah yang membuat-
nya tak bisa menahan kemarahan sekaligus memupus
siksaan batinnya saat Pangeran Merah hendak berbuat
keji pada gadis berkebaya putih yang sekarang mung-
kin sudah kembali ke rumah.
Pangeran Merah mendongak dengan pandangan
melotot gusar. Kali ini dia tak mau berdiam diri. Pe-
muda sesat ini pun dilanda kemarahan karena seluruh
rencananya sudah di ambang kegagalan. Dengan pen-
calan satu kaki, dia sudah menyongsong serangan De-
wi Berlian. Justru Rajawali Emas yang memekik tertahan. Ka-
rena saat Dewi Berlian menyerang pertama tadi, tanpa
berpindah dari tempatnya serangan itu bisa dihalau
oleh Pangeran Merah. Apalagi bila Pangeran Merah su-
dah mencelat seperti itu. Ini berbahaya bagi keselama-
tan si gadis. Dari tempatnya, Rajawali Emas segera kirimkan se-
rangan 'Sentakan Ekor Pecahkan Gunung' salah satu
jurus yang diajarkan Bwana di Gunung Rajawali lima
tahun yang lalu.
Wuuuutt! Sebelum benturan antara Dewi Berlian dan Pange-
ran Merah terjadi, serangan Rajawali Emas telah men-
dahului dan menghantam serangan Pangeran Merah.
Blaaamm! Blaaamm!
Kembali letupan keras terdengar. Tanah di mana
terjadi benturan itu muncrat satu tombak bersamaan
papasnya ranggasan semak.
Tatkala semuanya sirap, terlihat Rajawali Emas ter-
huyung satu tindak dan merasakan kedua tangannya
nyeri bukan main. Di seberang Pangeran Merah hanya
tegak di tempatnya dengan tatapan mengkelap. Se-
mentara Dewi Berlian menjerit tertahan tatkala bentu-
ran dua pukulan tadi terjadi dan tangan kanannya ter-
sambar angin benturan itu.
"Hhhh! Tak seberapa hebat kesaktian yang dimiliki
Rajawali Emas," senyum Pangeran Merah dalam hati
yang belum tahu sepenuhnya kesaktian yang dimiliki
pemuda dari Gunung Rajawali itu.
Sementara Rajawali Emas sendiri yang sudah me-
nyambar tubuh Dewi Berlian membawa mundur si ga-
dis. Lalu katanya sambil menindih jengkel, "Dewi... su-
dah kukatakan tadi, jangan bertindak gegabah."
Entah karena membenarkan kata-kata Rajawali
Emas atau karena sadar tak mampu menghadapi Pan-
geran Merah, si gadis hanya menganggukkan kepa-
lanya. Rajawali Emas segera alirkan tenaga dalamnya. La-
lu berdiri dengan wajah mulai diliputi kemarahan. Ta-
tapannya tajam pada Pangeran Merah yang sedang
menyeringai. "Perbuatan lancangmu menculik gadis ini sebenar-
nya bisa kumaafkan karena dia tak kurang suatu apa.
Tetapi kali ini, kau sepertinya memaksaku untuk tak
bisa memaafkanmu!"
Pangeran Merah yang merasa dapat menandingi se-
kaligus mengalahkan Rajawali Emas tertawa berderai.
"Jangan mimpi di siang bolong!" sahutnya penuh
ejekan. "Bolehlah orang lain menganggapmu setinggi
langit, Rajawali Emas! Bahkan bolehlah mereka keta-
kutan begitu mendengar julukanmu! Tetapi hari ini,
nama besarmu akan putus di tanganku! Di tangan
Pangeran Merah!"
Kendati Tirta mulai diliputi kemarahan karena si-
kap telengas dan sombong yang diperlihatkan Pange-
ran Merah, tapi pemuda dari Gunung Rajawali ini ma-
sih bisa mempergunakan otaknya.
"Urusan bisa diselesaikan sebenarnya! Kau bebas
pergi ke mana kau suka karena Dewi Berlian selamat!
Dan kuharap kau mempergunakan kesempatan ini se-
baik-baiknya. Atau kau menghendaki sesuatu yang tak
kau...." "Setan keparat! Ingin kulihat kau bisa apa, hah"!"
putus Pangeran Merah keras disusul satu gebahan
dahsyat ke arah Rajawali Emas.
*** Bab 2 SEKETIKA menghampar angin dahsyat berhawa panas
diiringi suara bergemuruh. Tirta mendongak sejenak.
Kejap lain dia menerjang dengan kedua tangan dikem-
bangkan ke atas. Pukulan 'Lima Kepakan Pemusnah
Rajawali' yang dipadukan dengan tenaga surya dile-
paskan. Wuusss! Saat itu pula gelombang panas yang keluar dari ge-
rakan kedua tangan Rajawali Emas menggebah, me-
lingkari hawa panas yang dilepaskan Pangeran Merah.
Terkesiap pemuda berkumis tipis itu dan segera men-
gurungkan niat menyerang seraya membuang tubuh
ke samping bila tak ingin terbakar. Saat berdiri kemba-
li wajahnya pias tetapi sorot matanya tajam.
"Gila! Bagaimana perubahan kekuatannya begitu
cepat terjadi?" desisnya dalam hati. "Apakah saat
menghalangi seranganku dari bentrokan dengan se-
rangan Dewi Berlian, pemuda itu hanya mengeluarkan
sedikit ilmu yang dipunyainya" Jahanam betul! Ingin
kulihat sampai di mana dia bisa unjuk gigi!"
Dengan pergunakan ilmu 'Penyangga Tubuh Kuat-
kan Jiwa', Pangeran Merah menggebrak kembali Raja-
wali Emas dapat merasakan perubahan serangan la-
wan. Segera saja dilipatgandakan tenaga surya dalam
tubuhnya Blaaarr! Blaarrr!
Tempat itu bergetar hebat. Pepohonan kembali ber-
jatuhan dan menimbulkan suara berdebam berkali-
kali. Beberapa ranting dan dahannya beterbangan,
menghantam beberapa pohon lain. Bahkan bila saja
Dewi Berlian tak sigap, maka sebatang ranting yang
meluncur layaknya anak panah akan telak menancap
di dadanya. Tirta keluarkan seruan tertahan sambil mendekap
dadanya dengan tubuh bergetar. Kedua tangannya di-
rasakan ngilu luar biasa.
Kali ini, ganti dia yang terkejut.
"Gila! Tenaga apa yang dilepaskan Pangeran Merah"
Padahal aku sudah lipat gandakan tenaga surya" Se-
pertinya... sebelum masuk menyerang tadi, serangan-
ku terhantam dinding yang luar biasa tebal," batin Tir-
ta seraya memandang ke depan.
Dilihatnya Nenek Cabul menyeringai, sementara Ib-
lis Cadas Siluman terpaku dengan kening dikernyit-
kan. Dewi Berlian sudah keluarkan seruan, "Kang Tir-
taaa!" Sedangkan Pangeran Merah telah berdiri tegak den-
gan sorot mata tajam pada Rajawali Emas. Di sela-sela
bibirnya merembas darah segar.
"Ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa' memang il-
mu dahsyat. Tak sia-sia kuhabisi sebagian hidupku
sebagai pemuas nafsu nenek keparat itu untuk men-
dapatkan ilmu ini!" desisnya dengan seringaian lebar.
Nenek Cabul membatin, "Selama Rajawali Emas tak
mengetahui kelemahan ilmu 'Penyangga Tubuh Kua-
tkan Jiwa', muridku bisa mengatasinya. Tetapi sialnya,
aku tak bisa pergunakan ilmu itu untuk menghadapi
nenek bertelinga sebelah ini. Serangan sinar hitam dari
anting-antingnya lebih berbahaya dari tenaga dalam
mana pun. Bahkan dapat menembus ilmu 'Penyangga
Tubuh Kuatkan Jiwa'. Tetapi, aku tak boleh mem-
buang waktu. Bisa jadi Manusia Pemarah telah mene-
mukan tempat ini, Urusan bisa bertambah panjang bi-
la satu-satunya lelaki dalam hidupku itu yang menolak
tidur denganku muncul. Baiknya, kubereskan saja Ib-
lis Cadas Siluman!"
Selagi suasana angker meraja tanpa ada yang kelu-
arkan suara, mendadak saja perempuan berbaju pan-
jang kuning kebiruan itu menerjang ke arah Iblis Ca-
das Siluman. Perempuan bertelinga sebelah mengangkat kepala
dan segera mencelat menerima serangan lawan.
Sementara itu, penuh seringaian Pangeran Merah
berkata mengejek pada Dewi Berlian, "Dewi... sekarang
kau sudah tahu bukan, kalau pemuda yang selalu kau
banggakan itu akan mampus di tanganku"!"
Dewi Berlian menoleh dengan sepasang mata me-
lebar. "Jangan banyak sesumbar!" sentaknya seraya me-
langkah maju. Tetapi.... "Oh!" si gadis terhuyung karena kakinya terantuk
patahan dahan pohon. Hampir
saja dia ambruk bila Rajawali Emas tak menahannya.
"Kau tak apa-apa, Dewi?" tanya Tirta penuh kesia-
gaan. "Kakiku... oh, kakiku...," desis Dewi Berlian sambil berselonjor. "Dahan pohon
brengsek! Kakiku.... Oh!!"
Tiba-tiba saja tubuh Dewi Berlian menegak. Wajah-
nya tegang dan sepertinya tak lagi dirasakan sakit di
kaki kanannya. Rajawali Emas menjadi, keheranan melihat peru-
bahan yang mendadak itu. Namun sebelum dia ber-
tanya lebih lanjut, Pangeran Merah sudah menyerang.
"Mampuslah kalian berdua!! Heaaaa....!"
Secepat kilat Rajawali Emas menyambar tubuh De-
wi Berlian yang masih terbengong seperti teringat se-
suatu. Blaam!! Tanah di mana keduanya berada tadi rengkah,
muncrat dan membentuk lubang sedalam setengah
tombak yang mengeluarkan asap.
Pangeran Merah yang sepertinya mengetahui gela-
gat tidak baik, tak mau bertindak ayal. Dia terus men-
cecar dengan gempuran demi gempuran yang mengeri-
kan. Rajawali Emas terus menghindar seraya membo-
pong tubuh Dewi Berlian. Dapat dirasakan perubahan
serangan Pangeran Merah yang lebih garang. Kalau ta-
di dia selalu banyak omong semata memperlihatkan
kesombongannya, kali ini sepertinya dia tak ambil pe-
duli. Bahkan seperti menutupi sesuatu. Dan ini mem-
buat Rajawali Emas berpikir.
"Sinting! Apakah ada sesuatu yang membuatnya
menyerang ganas seperti itu" Serangannya memang
ganas, tetapi wajahnya nampak ketakutan" Apakah...
oh!

Rajawali Emas 16 Anting Mustika Ratu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah ini terjadi karena peristiwa tak sengaja
yang dialami Dewi Berlian barusan" Si gadis sendiri
seperti teringat akan sesuatu padahal dia sedang ke-
sakitan pada kakinya. Berarti... hmm... aku tahu seka-
rang! Ya, ya... barangkali benar!"
Pada saat yang bersamaan, Dewi Berlian yang me-
rangkul Tirta erat-erat berseru, "Kang Tirta! Aku baru
ingat! Kelemahan ilmu pemuda celaka itu berada pada
kakinya! Kedua lututnya!!"
"Benar dugaanku!" batin Tirta seraya terus meng-
hindari serangan Pangeran Merah yang bertambah ka-
lap. Sambil menghindar pemuda dari Gunung Rajawali
itu berbisik, "Dewi! Bila aku terus membawamu seperti
ini, sulit bagiku menghentikan serangan Pangeran Me-
rah." "Apa maksudmu, Kang Tirta?"
"Tubuhmu akan kulempar! Kau bersiap agar tidak
cedera!" 'Tetapi kakiku, Kang?" balas Dewi Berlian tegang.
"Aku akan melemparmu ke arah kanan, hingga kau
bisa pergunakan kaki kirimu sebagai tumpuan jatuh.
Alirkan tenaga dalammu. Kau mengerti?"
Setelah Dewi Berlian mengangguk-angguk, Tirta te-
rus menghindari gempuran Pangeran Merah. Pada saat
yang tepat, Rajawali Emas mendadak saja melem-par
tubuh Dewi Berlian ke kanan. Si gadis memekik terta-
han. Tetapi seperti yang dikatakan Rajawali Emas, ke-
seimbangan Dewi Berlian utuh hingga dia tidak ter-
banting jatuh setelah pergunakan kaki kirinya sebagai
tumpuan. Bersamaan dengan itu, Tirta melompat ke samping.
Dengan pencalan satu kaki, diarahkan serangannya
pada lutut Pangeran Merah yang sedang menyerang
dan kali ini berteriak terkejut dan melompat ke bela-
kang. "Setan keparat!!" makinya dengan wajah mengke-
lap. Serangannya terhenti.
Tirta segera mengatur jalan napas. Pandangannya
tajam "Dugaanku benar. Sepasang kaki Pangeran Me-
rah adalah letak kelemahan ilmunya. Dewi Berlian pun
mengatakan seperti itu. Dan semuanya terbukti."
Sementara itu Dewi Berlian yang sudah duduk ber-
selonjor berseru mengejek, "Apakah sekarang kau me-
rasa lebih unggul darinya, Pangeran Sinting"!"
"Keparat!!" batin Pangeran Merah gusar. "Gadis celaka itu rupanya ingat akan
kelemahan ilmuku ini.
Semua gara-gara Manusia Pemarah! Setan! Akan ku-
bungkam mulut gadis sialan itu!"
Habis membatin begitu, pemuda sesat yang kali ini
nampak pias, segera melancarkan serangan ke arah
Dewi Berlian. Tetapi segera dihalangi oleh Rajawali
Emas. "Hayo! Hadapi Kang Tirta! Tunjukkan sesumbar-
mu!!" seru Dewi Berlian puas. Lalu mendumal dalam
hati, "Edan! Mengapa aku bisa melupakan kelemahan
ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa' milik pemuda
sesat itu" Benar-benar menjengkelkan. Padahal waktu
itu Kakek Manusia Pemarah mengatakannya kepada-
ku. Apakah karena aku dilanda kemarahan tinggi
hingga melupakan soal itu" Sial! Tapi masih untung
aku jatuh tadi hingga secara tak sengaja ingat pada ke-
lemahan pemuda sialan ini!"
(Untuk mengetahui awal mulanya Dewi Berlian
mengetahui kelemahan ilmu Pangeran Merah, silakan
baca episode: "Tapak Asmara").
Wajah Pangeran Merah kali ini benar-benar pucat.
Seluruh kesombongan yang diperlihatkannya lenyap.
"Setan keparat!" maki pemuda berkumis tipis ini se-
raya mundur dua tindak. "Semuanya gara-gara Manu-
sia Pemarah, lelaki yang menurut Guru orang yang tak
mau tidur dengannya! Jahanam betul! Siapa pun juga
tak akan mau menjual diri pada perempuan cabul peot
itu! Hanya keterpaksaan saja semua dilakukan, terma-
suk yang kulakukan! Huh! Untuk mengalahkan Raja-
wali Emas saat ini sudah tentu tidak mungkin. Tanpa
ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa' yang sudah ke-
tahuan kelemahannya, aku tak mungkin berbuat ba-
nyak! Keparat!!"
Sementara itu Rajawali Emas berkata setelah mem-
perhatikan bagaimana Iblis Cadas Siluman menyerang
Nenek Cabul yang semakin kewalahan, "Pangeran Me-
rah! Urusan bisa dituntaskan sekarang! Ada dua pili-
han yang kau pilih! Tinggalkan tempat ini maka kau
selamat, atau bersiap untuk bertarung!!"
"Keparat! Jelas aku tak mungkin bisa menghadapi-
nya!" maki Pangeran Merah dalam hati. "Tetapi sebe-
narnya, aku masih memiliki ilmu yang diajarkan oleh
Datuk Bayangan di mana setelah meninggalkan Nenek
Cabul aku berguru padanya. Tetapi di hadapan pe-
rempuan yang kelihatan mulai terdesak itu, tak mung-
kin ilmu ini bisa ku keluarkan! Malah justru aku yang
akan dihajarnya kendati sekarang aku yakin mampu
mengatasinya! Hanya saja, tenaga perempuan sialan
itu masih bisa kupergunakan untuk mendapatkan
Anting Mustika Ratu! Paling tidak...."
Pangeran Merah memutus kata batinnya sendiri.
Samar tersungging senyuman di bibirnya. "Mengapa
tak kulakukan?" desisnya dalam hati.
Lalu pemuda sesat itu mendongak ke arah Rajawali
Emas yang sesekali melihat pertarungan Iblis Cadas
Siluman dengan Nenek Cabul. Dengan suara tinggi di-
baluri ancaman, Pangeran Merah berucap,
"Aku memilih yang pertama. Tetapi hanya sementa-
ra. Karena aku bersumpah, kita akan berjumpa lagi,
Rajawali Emas!!"
Habis kata-katanya, Pangeran Merah melangkah ke
arah kanan. Dewi Berlian yang merasa heran sekaligus
gusar karena Rajawali Emas melepaskan pemuda itu,
bermaksud menyerang. Tetapi ditahan oleh pemuda
dari Gunung Rajawali itu.
"Tahan sedikit amarahmu, Dewi. Dari sorot mata-
nya aku menangkap dia tengah merencanakan sesua-
tu," bisik Tirta.
Dewi Berlian hanya menggeram dengan dada naik
turun. Sementara itu, langkah Pangeran Merah semakin
menjauh. Namun mendadak saja dengan kecepatan
luar biasa, pemuda berambut seleher dengan diberi
buntut hingga pinggang itu berbalik. Dan melesat ke
arah belakang Iblis Cadas Siluman yang sedang men-
desak Nenek Cabul.
Tirta yang menduga kalau Pangeran Merah mem-
punyai sebuah rencana namun tak menyangka kalau
rencana pemuda itu menyerang Iblis Cadas Siluman,
segera menggerakkan tangan kanannya.
Wussss! Menghampar hawa panas dari tenaga surya yang
menghanguskan ranggasan semak belukar. Bukan ke
arah Pangeran Merah. Melainkan ke arah Iblis Cadas
Siluman! Merasakan hawa panas menderu ke arahnya, Iblis
Cadas Siluman hentikan serangannya pada Nenek Ca-
bul. Sambil memaki keras perempuan bertelinga sebe-
lah itu bergulingan ke kiri, dan secara tidak langsung
loloslah si nenek dari bokongan Pangeran Merah. Se-
mentara itu, melihat Iblis Cadas Siluman bergulingan,
Nenek Cabul segera lancarkan serangan yang sejak ta-
di ditunggu. Des! Des! Iblis Cadas Siluman masih sempat menggerakkan
kedua tangannya. Bahkan masih sempat menggerak-
kan telinganya yang langsung melesatkan tiga sinar hi-
tam yang mencelat dari tiga buah antingnya.
"Aaakhhhh....!" Nenek Cabul menjerit tertahan. Pa-
ha kanannya terserempet salah satu sinar hitam itu.
Pakaian panjang kuning kebiruan yang dikenakannya
robek dan memperlihatkan bungkahan pahanya yang
gempal dan mulus. Ada warna hitam di sana, tanda
padanya hangus sedikit.
Sementara itu mendapati serangannya gagal, Pan-
geran Merah sudah mencelat ke belakang dan me-
nyambar tubuh gurunya. Kejap berikut dia sudah me-
loloskan diri sambil umbar ancaman, "Suatu saat,
ajalmu akan tiba, Rajawali Emas!!"
Rajawali Emas tak mengejar karena saat itu pula
terdengar makian Iblis Cadas Siluman yang telah ber-
diri, "Pemuda brengsek! Apakah kau sebenarnya hen-
dak menikamku dari belakang" Main serang begitu sa-
ja!!" Tirta mengalihkan pandangan sambil nyengir.
"Maaf , Nek. Habisnya bila tak kulakukan seperti
itu, kau akan tewas dibokong oleh murid Nenek Cabul
itu." "Sinting! Mengapa harus menyerangku, hah"!" ba-
las si nenek masih gusar.
"Menahan serangan Pangeran Merah tadi sudah je-.
las tak mungkin kulakukan, karena jaraknya dengan
tubuhmu sudah demikian dekat. Jadi ya... terpaksa
kulakukan itu, Nek!"
"Setan! Bagaimana kalau seranganmu tadi menge-
naiku, hah"!" sentak Nenek Cabul keras.
"Ya... paling-paling cuma lecet sedikit saja."
"Kurang ajar!!"
Dewi Berlian mendekati Tirta, "Mengapa kau mem-
biarkan orang-orang itu lolos, Kang?"
Tirta tersenyum. Lalu katanya bijaksana, "Kulihat
kau tak kurang suatu apa. Nenek Randa Barong mam-
pu mempertahankan Anting Mustika Ratu yang dimili-
kinya. Tak patut kita membunuh orang yang sudah
enggan melanjutkan pertarungan."
"Kau terlalu bermurah hati, Kang. Padahal suatu
saat mereka bisa membokong kita dari belakang! Kau
seharusnya paham sifat manusia-manusia sesat seper-
ti mereka"!" sungut Dewi Berlian kesal
Dan sebelum Rajawali Emas menyahut, mendadak
saja berkelebat satu bayangan. Begitu cepatnya hingga
membuat ketiganya hanya tertegun. Sebelum mereka
menyadari apa yang terjadi, mendadak terdengar teria-
kan keras Iblis Cadas Siluman disusul tubuhnya yang
bergulingan. Seiring dengan teriakannya, Nyi Randa
Barong pegangi telinga kirinya sendiri yang berdarah.
Bersamaan dengan itu, bayangan tadi lenyap tanpa ke-
luarkan suara! *** Bab 3 KITA tinggalkan dulu kejadian aneh yang terjadi di
Ngarai Jala Kematian. Sekarang kita ikuti ke mana se-
sungguhnya Dewi Segala Impian pergi.
Setelah Rajawali Emas menggagalkan niat perem-
puan berpakaian panjang biru tua yang terbelah empat
bagian hingga pinggang untuk membunuh Manusia
Serigala yang ternyata adalah putra kandungnya sen-
diri, pertarungan sengit terjadi. Dan tanpa sengaja, gu-
lungan daun lontar yang dititipkan Mata Malaikat pada
Rajawali Emas terjatuh. Pertarungan sejenak terhenti.
Kejap lain Dewi Segala Impian sudah menyambar gu-
lungan , daun lontar yang dikenali sebagai miliknya.
Lalu perempuan jelita yang memancarkan segenap pe-
sona dan memiliki rangkaian rahasia yang mulai ter-
kuak berlalu, meninggalkan Rajawali Emas yang men-
jadi penasaran untuk mengetahui isi gulungan daun
lontar itu. Dan sayangnya, Rajawali Emas gagal men-
gikuti ke mana perginya Dewi Segala Impian (Untuk le-
bih jelasnya, silakan baca: "Iblis Cadas Siluman").
Dewi Segala Impian menghentikan langkahnya di
tepi sungai yang terdapat di sebuah hutan belantara.
Setelah memperhatikan sekelilingnya dan dirasakan
aman, perempuan jelita itu segera membuka gulungan
daun lontar yang dipegangnya.
Sesaat dia nampak terhanyut.
Berkali-kali perempuan ini menghela napas pan-
jang. Dari wajahnya, nampak dia tengah menindih se-
gala penyesalan dalam dada.
Perempuan yang pernah menyamar sebagai tokoh
berpupur tebal dan mengaku bernama Sandang Ku-
tung, menghela napas. Sarat dengan penyesalan dalam
Beberapa kejap kemudian dia mendesis, "Upasara...
maafkan aku.... Semua yang kulakukan memang se-
buah kebodohan dan kesalahan. Mungkin... sakit ha-
timu terlalu dalam akibat perbuatanku.... Yah, sebuah
kebodohan yang selama ini kulakukan...."
Perempuan jelita itu terdiam beberapa saat Dari
kedua matanya yang jernih, menggenang bening yang
kentara. Lalu katanya pilu, "Mengapa semua ini terja-
di" Mengapa" Aku terlalu dibutakan oleh asmara hi-
tam yang mengerikan. Hantu Seribu Tangan telah
menghancurkan semua kisah cinta kita, Upasara. Dan
semua ini dimulai dari diriku sendiri. Adakah kau mau
memaafkan segala perbuatanku ini, Upasara?"
Perlahan-lahan perempuan jelita ini mengalihkan
pandangannya lagi pada gulungan daun lontar yang
masih terbuka di tangannya. Sesaat dia berusaha me-
nindih kegalauan di dada, namun tak berhasil. Dengan
suara gemetar, dibacanya tulisan di gulungan daun
lontar yang pernah dibuatnya sendiri itu, "Upasara....
Cinta diantara Kita seumpama gunung dan langit. Sela-
lu akrab menyatu. Kasih di antara kita seumpama om-
bak dan laut Selalu bergabung. Aku bersumpah demi
harga diriku, kalau aku tak akan mengkhianatimu dan
selalu menjaga kesucian cinta kita....'


Rajawali Emas 16 Anting Mustika Ratu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kejap lain dia sudah tundukkan kepala lagi Perla-
han-lahan daun lontar itu digulungnya, lalu dimasuk-
kan ke balik pakaiannya. Perempuan ini menarik na-
pas. "Semua memang kesalahanku. Tetapi tak perlu di-
sesali lagi. Hantu Seribu Tangan yang bikin semua jadi
berantakan telah mampus. Dan aku tetap tak ingin
mengenang semuanya, termasuk... membiarkan Baru-
na atau yang lebih dikenal dengan julukan Manusia
Serigala setelah dirawat oleh Nyi Putiloka, hidup lebih
lama. Manusia Serigala, putra kandungku sendiri hasil
hubungan bodohku dengan Hantu Seribu Tangan, ha-
rus tetap mampus. Peduli setan Rajawali Emas akan
menghalangi rencanaku itu. Bila saja sebelumnya tak
kulihat gulungan daun lontar ini terjatuh dari balik
pakaian pemuda berajah burung rajawali keemasan di
lengan kanan dan kirinya itu, sudah tentu dia akan
kubikin mampus!"
Kalau tadi perempuan yang memiliki sejuta pesona
ini nampak dibaluri ingatan masa lalu dan penyesalan-
nya, kali ini sepasang mata jernihnya bersinar garang.
Bibir tipisnya yang memerah alami merapat. Lalu di-
hembuskan napasnya perlahan.
Kepalanya menegak.
"Kau harus mampus pula, Rajawali Emas!!" sua-
ranya keras, memancarkan kemarahan tinggi.
Selagi perempuan berpakaian panjang biru tua
yang terbelah empat bagian hingga pinggang ini meng-
geram, terdengar satu suara diiringi tawa berderai pan-
jang, "Kau boleh menjalankan maksud untuk membunuh
siapa saja yang kau inginkan, Permata" Tetapi sebe-
lumnya, aku ingin tidur denganmu!"
*** Seketika Dewi Segala Impian palingkan kepala ke
kanan. Sepasang matanya menyipit dalam, menatap
tak berkedip pada seorang lelaki tua berkulit hitam le-
gam yang berdiri dua tombak di hadapannya.
"Resi Hitam!" desisnya kemudian.
Orang yang baru datang yang dipanggil dengan se-
butan Resi Hitam itu menyeringai lebar. Seluruh tu-
buhnya benar-benar dihiasi oleh warna hitam legam.
Rambutnya panjang acak-acakan. Tubuhnya tinggi ku-
rus tanpa mengenakan pakaian. Dan mengenakan ce-
lana pangsi warna hitam. Di kedua lengan bagian atas,
masing-masing melingkar tiga buah gelang yang ter-
buat dari perunggu.
Lelaki tua hitam ini tertawa.
"Lama kucari dirimu, Permata. Tak kusangka akan
berjumpa di sini. Adakah kau masih mengingat betapa
sejak dulu aku tetap mencintaimu" Sayangnya, Upasa-
ra lebih dulu memikat hatimu. Upasara adalah saha-
bat baikku hingga aku tak mau mengganggu soal cin-
tamu dengannya. Tetapi sekarang, semua rahasia telah
menyebar dan sampai ke telingaku. Kau telah
mengkhianatinya dan berhubungan kotor dengan Han-
tu Seribu Tangan. Siapa pun pasti akan mengutuk
perbuatanmu! Permata, kalau kau mampu melakukan
hal itu, bukankah tak salah bila sekarang aku datang
meminta bagian pula?"
Menggigil tubuh perempuan jelita penuh pesona
mendengar ucapan kotor orang di hadapannya. Segera
saja dia maju satu tindak dengan sorot mata tetap tak
berkedip. "Jangan cari urusan, bila kau masih ingin sela-
mat!!" ancamnya dingin.
Lelaki tua berkulit hitam itu memandang penuh
ejekan. Sambil mencubit-cubit bibir bagian bawahnya
dia berucap, "Kalau dulu aku masih menghormati apa
yang kau katakan, karena kuhormati sahabatku Upa-
sara atau yang berjuluk Mata Malaikat. Bahkan boleh
dikatakan aku bersedia mundur karena Mata Malaikat
mencintaimu dan kau membalas cintanya. Tetapi se-
karang, tak ada kehormatan yang layak untukmu, Pe-
rempuan Pengkhianat! Semua yang kau lakukan pada
Mata Malaikat hanya kepura-puraan belaka! Bahkan
kau menohoknya dari belakang dengan perbuatan
yang sangat menyakitkannya! Lebih baik, kau biarkan
aku menggeluti tubuhmu barang sejenak!!"
"Setan keparat!!" maki Dewi Segala Impian dalam
hati. "Ini memang kesalahanku, kebodohanku yang
mengakibatkan semuanya terjadi seperti ini. Sikap Re-
si Hitam sepertinya justru hendak menghukum segala
perbuatanku. Dan secara tak langsung imbalan layak
dari apa yang pernah kubuat. Tetapi... memenuhi
keinginan gilanya itu, berarti aku mengulangi segala
perbuatan bodohku di waktu lalu. Tidak! Tak akan
pernah kubiarkan dia menjalankan niat kendati tu-
buhku sudah kotor!!"
Dengan pandangan tak berkedip, Dewi Segala Im-
pian berseru, "Resi Hitam! Aku tak mau banyak cakap,
lebih baik kau berlalu biar tak ada silang sengketa di
antara kita!"
Resi Hitam tertawa panjang.
"Gila! Luar biasa! Ucapan seperti itu bisa keluar da-
ri mulut busukmu itu, Permata"! Benar-benar tak per-
nah kusangka! Kau telah mengkhianati sahabatku si
Mata Malaikat!" bentaknya keras. Lalu menyeringai,
"Dan aku datang bukan untuk menghukum, melain-
kan ingin merasakan kehangatan tubuhmu yang telah
kau jual pada Hantu Seribu Tangan demi pengkhiana-
tan cinta!"
Dewi Segala Impian benar-benar gusar mendengar
kata-kata kotor lelaki hitam di hadapannya. Namun
dia masih berusaha menindih kegusarannya.
"Jangan pancing kemarahanku. Bila urusanku sele-
sai, aku akan menyembunyikan diri dari dunia ramai!"
"Bagus! Itu pun urusanmu! Bahkan urusan kau
hendak membunuh putramu sendiri semata untuk
mengubur semua kesalahan dan dosamu, itu pun uru-
sanmu! Dan yang menjadi urusan kita sekarang... aku
akan menikmati kehangatan dan moleknya tubuhmu!"
seru Resi Hitam sambil tertawa berderai.
"Benar-benar tak tahu untung!!"
Habis bentakan kerasnya, sosok perempuan jelita
itu lenyap. Masuk ke dalam tanah di hadapannya.
Sesaat Resi Hitam terkejut mendapati tubuh Dewi
Segala Impian lenyap. Dan lebih terkejut lagi tatkala
dirasakan tanah yang dipijaknya bergetar.
Cepat lelaki hitam itu melompat ke kanan. Dan....
Brooool...!! Sosok Dewi Segala Impian muncul dari dalam ta-
nah yang dipijak Resi Hitam tadi. Rupanya, perempuan
penuh pesona ini tak mau bertindak ayal. Dia telah
pergunakan ilmu 'Terobos Bumi Tumbangkan Lan-
git'nya yang dahsyat itu.
Resi Hitam yang telah hinggap kembali ke tanah
menoleh dengan mata tak berkedip. Lalu terlihat bibir-
nya sunggingkan senyuman aneh.
"Aku sangat menyukai perempuan yang keras ke-
pala dan nampaknya menyukai kekerasan sebelum
melakukan hubungan badan! Bagus! Akan kulayani
sampai di mana kebisaanmu, Perempuan Pengkhia-
nat!!" "Kurobek jantungmu!!" bentak Dewi Segala Impian
dan tubuhnya kembali lenyap ke dalam tanah.
Resi Hitam yang tadi sempat terkejut dan kini tahu
betapa dahsyatnya ilmu yang diperlihatkan lawan, se-
gera melompat ke sana kemari. Berusaha menghindari
serangan Dewi Segala Impian yang mendadak bisa
muncul. Namun sampai berulang kali lelaki tua hitam itu
melompat, sosok Dewi Segala Impian belum muncul
juga. "Keparat! Bagaimana caranya dia bisa berada dalam
tanah begitu lama" Dan sialnya, lama kelamaan aku
lebih pandai melompat-lompat seperti ini daripada mo-
nyet liar gara-gara serangan perempuan pengkhianat
itu Kapiran betul!!" maki Resi Hitam sambil melompat
ke belakang. Dan hinggap di tanah dengan kewaspadaan tinggi.
Kedua tangannya yang telah dialirkan tenaga dalam,
siap memukul tanah di bawahnya bila mendadak Dewi
Segala Impian muncul.
"Keparat!" makinya geram karena perempuan jelita
yang ditunggunya belum muncul juga. Namun menda-
dak.... Broolll...! Justru tanah di hadapannya yang rengkah dan
muncrat. Terkesiap Resi Hitam seraya menggerakkan
kedua tangannya. Akan tetapi....
Buk! Buk! Dua pukulan telak yang dilancarkan Dewi Segala
Impian tepat menghantam dadanya, hingga lelaki hi-
tam itu terhuyung deras ke belakang. Kendati demi-
kian, angin pukulan yang dilepaskannya tadi menderu
deras ke depan.
Tetapi tubuh Dewi Segala Impian telah masuk
kembali ke tanah.
"Celaka! Bila dia terus menerus menyerang seperti
ini, aku tak akan mungkin bisa menang! Malah konyol
karena akan menjadi sasaran serangan yang dile-
paskan seenak perut oleh perempuan keparat itu!" ru-
tuk Resi Hitam seraya alirkan hawa murni ke dadanya.
Kejap lain rasa sakit yang dideritanya berangsur le-
nyap. Kendati demikian, darah sudah merembas di
ujung kedua bibirnya. Dan ini semakin menambah
kemarahan Resi Hitam.
"Perempuan pengkhianat yang jual mahal! Keluar
kau! Jangan berlaku seperti anak kecil bermain petak
umpat!!* serunya lantang dibaluri kemarahan tinggi.
Suaranya yang dialirkan tenaga dalam itu mengge-
bah sampai puluhan tombak dan menggugurkan de-
daunan. Bahkan seperti terhajar oleh angin keras, be-
berapa ranggasan semak terpapas rata ujung-
ujungnya. Tetapi sosok Dewi Segala Impian tidak muncul juga.
Membuat lelaki hitam itu bertambah garang. Kali ini
dia tak mau kecolongan lagi.
Kedua tangannya segera digerakkan ke tanah di se-
kitarnya. Seketika itu pula terdengar letupan keras
berkali-kali, bersamaan dengan rengkahnya tanah di
beberapa tempat dan membentuk lubang sedalam se-
tengah tombak yang mengeluarkan asap.
Tetapi, sosok Dewi Segala Impian tetap tidak mun-
cul. Dengan napas terengah Resi Hitam menggeram,
"Setan perempuan hina! Di mana kau, hah"!!"
Biarpun Resi Hitam berteriak sampai habis pita su-
aranya, Dewi Segala Impian tetap tak akan muncul.
Rupanya perempuan jelita berpakaian biru tua ter-
belah empat bagian itu, tak mau memperpanjang uru-
san yang menurutnya hanya membuang waktu belaka.
Makanya, saat menyerang yang kedua tadi dia agak
membuat jedah dari serangan pertama, semata mem-
biarkan Resi Hitam menunggu dan terkejut. Dan ten-
tunya Dewi Segala Impian juga bermaksud membuat
Resi Hitam berhati-hati menunggu serangan ketiga.
Padahal dengan pergunakan ilmunya itu dia sudah
berlalu melalui tanah. Dan muncul di satu tempat ber-
jarak puluhan tombak dari tempat semula. Lalu segera
berkelebat menjauh dengan pergunakan ilmu peringan
tubuhnya. Sementara itu, Resi Hitam akhirnya menyadari ke-
pergian Dewi Segala Impian. Dia menggeram dingin,
"Perempuan celaka! Kali ini kau bisa mempermainkan-
ku! Tetapi suatu saat, aku akan mendapatkan apa
yang kuinginkan! Perempuan pengkhianat seperti kau
tak layak hidup lebih lama!"
Memaki panjang pendek lelaki hitam ini sambil pan-
dangi sekelilingnya yang telah porak poranda akibat
kemarahannya sendiri.
"Pengkhianatanmu pada Mata Malaikat akan ku-
balas dengan perbuatan yang tak akan pernah kau lu-
pakan! Kau mau berhubungan kotor bahkan merela-
kan ditiduri oleh Hantu Seribu Tangan sampai kau me-
lahirkan seorang anak. Perbuatan kotor itu harus kau
ulangi lagi seperti yang kuinginkan!!" Lelaki hitam ini
sejenak terdiam, lalu menyambung dengan seringaian,
"Hmm... kau menginginkan nyawa putramu sendiri
yang dikenal dengan julukan Manusia Serigala. Berarti
kepentinganmu sekarang... mencari putramu itu...."
Lelaki berkulit hitam legam itu terdiam sambil men-
cubit-cubit bibir bagian bawahnya. Otaknya berpikir
keras. "Hmmm... di mana bisa kutemukan Manusia Seri-
gala?" desisnya pelan, lalu kejap lain menggeram, "Peduli setan! Akan kucari di
mana dia berada" Biar pe-
rempuan celaka itu tahu rasa! Dan yang terpenting,
hasratku untuk menidurinya akan jadi kenyataan!"
Habis umbar kemarahan dan ancaman, lelaki hitam
tanpa baju ini segera berkelebat tinggalkan tempat itu.
Yang dalam' sekejap saja kembali dibungkus sepi
menggigit. *** Bab 4 RAJAWALI EMAS segera berkelebat mendekati Nyi
Randa Barong yang kelojotan hebat sambil pegangi te-
linga kirinya sendiri. Pemuda dari Gunung Rajawali ini
tersentak, tatkala melihat telinga satu-satunya milik si


Rajawali Emas 16 Anting Mustika Ratu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nenek berdarah. Dan anting di bagian tengah telinga
itu lenyap! "Gila! Orang itu menyambar Anting Mustika Ratu!"
desisnya tegang. Lalu dengan sigapnya pemuda dari
Gunung Rajawali ini mengalirkan tenaga dalamnya pa-
da Iblis Cadas Siluman yang terbaring di tanah. Kedua
matanya merapat erat, tanda dia masih kesakitan.
"Siapa adanya bayangan tadi, Kang Tirta?" tanya
Dewi Berlian yang jadi tegang pula.
Tirta menggelengkan kepalanya.
"Sulit menebak siapa orang barusan itu. Gerakan-
nya begitu cepat dan tak ubahnya seperti bayangan
belaka. Sungguh luar biasa, dia bisa menyambar den-
gan tepat anting yang dikehendakinya. Dewi... keseim-
bangan setiap orang terletak pada kedua alat penden-
garannya ini Kalaupun Iblis Cadas Siluman masih tak
berdaya, karena telinga kirinya untuk sementara tak
berfungsi. Tetapi aku telah mengalirkan tenaga dalam.
Kuharap, dalam waktu yang tak berapa lama dia akan
sembuh seperti sediakala."
Gadis berpakaian merah muda yang paham ke ma-
na arah ucapan Tirta berkata, "Kang Tirta... menyusul
bayangan yang menyambar Anting Mustika Ratu kupi-
kir perbuatan yang sia-sia sekarang. Akan sulit ra-
sanya menemukan orang yang tentunya sudah men-
jauh itu. Lebih baik...."
"Tidak. Aku harus mencobanya," potong Rajawali
Emas yang diam-diam menangkap sesuatu dari pan-
caran mata si gadis. Dan mendadak saja Tirta menjadi
agak gelisah. Tetapi dia tak mau ambil peduli keadaan
yang mulai nampak di depan matanya. Segera pemuda
dari Gunung Rajawali ini melanjutkan kata, "Anting
Mustika Ratu adalah benda sakti yang diributkan se-
kaligus diperebutkan banyak orang, Dewi. Bila orang
yang menyambarnya tadi tahu kegunaan anting itu,
maka rimba persilatan akan menjadi kacau."
"Tidakkah kau berpikir kalau orang itu dari golong-
an lurus, Kang Tirta?"
Tirta tersenyum seraya membatin, "Kendati ilmunya
cukup tinggi... ternyata dia miskin pengalaman hi-
dup." Lalu katanya, "Dewi.. bila orang itu dari golongan lurus, maka dia tak
akan menyambar dan melarikan
anting itu. Justru dia merasa harus menjaganya agar
tidak sampai jatuh ke tangan orang-orang yang tak
bertanggung jawab. Paling tidak, meminta pada Nenek
Iblis Cadas Siluman untuk berhati-hati. Sedangkan
yang dilakukan orang tadi... dia justru segera menghi-
lang begitu mendapatkan apa yang diinginkannya. Kau
paham, bukan?"
Setelah merenungi kata-kata Tirta, Dewi Berlian
mengangguk sambil memandang penuh kasih pada
pemuda di hadapannya,
"Dewi.. aku akan segera berangkat. Kau tunggui Ib-
lis Cadas Siluman," kata Tirta yang lagi-lagi menang-
kap sesuatu dari pancaran mata Dewi Berlian.
Habis kata-katanya, tanpa menunggu ucapan mu-
rid Dewi Bulan itu, si pemuda sudah berkelebat dan
lenyap dalam dua tarikan napas berikutnya.
Kini tinggal Dewi Berlian yang termangu sambil
menatap perginya Rajawali Emas. Seraya keluarkan
napas panjang, gadis berpakaian merah muda itu
membatin, "Kang Tirta... sekian lama aku merindukan
dirimu. Tetapi di saat perjumpaan kita, keadaan tak
memungkinkan. Kau sudah cepat berlalu kembali se-
mentara rinduku belum tuntas...."
Sesaat murid Dewi Bulan ini terbelenggu dalam ra-
sa cinta kasihnya. Tetapi kejap lain dia tak mau terlalu
lama berada dalam emosi rindunya.
Dilihatnya sosok Iblis Cadas Siluman yang masih
memejamkan kedua matanya. Telinga kirinya kini di-
hiasi oleh darah kering setelah dihentikan oleh Rajawa-
li Emas tadi. "Nek... bagaimana keadaanmu?" tanya Dewi Ber-
lian, Mulut keriput Nyi Randa Barong terbuka, desisan
pelannya terdengar, "Aku tidak apa-apa..... Ke mana
Rajawali Emas?"
"Dia hendak mencari orang yang telah menyambar
Anting Mustika Ratu, Nek."
Terdengar keluhan pelan Iblis Cadas Siluman.
"Aku ingat... aku ingat...," desisnya yang membuat murid Dewi Bulan ini
mengernyitkan kening.
Sebelum Dewi Berlian bertanya lebih jelas, terden-
gar satu suara keras bernada marah-marah, "Sonto-
loyo! Benar-benar sontoloyo! Bikin pusing kepalaku!
Lama kucari tak tahunya sedang enak-enakan di sini!
Bocah Ayu sontoloyo! Di mana pemuda sesat keparat
itu"!"
Seketika Dewi Berlian menoleh dengan mata mele-
bar. Tetapi kejap lain senyum kegembiraannya sudah
bertengger melihat siapa orang yang datang.
"Kakek Manusia Pemarah!!" serunya seraya berdiri.
Pendatang yang tadi sudah seperti marah-marah
itu melotot. "Sontoloyo! Bukannya jawab tanyaku ju-
stru berdiri seperti kambing begitu!! Mana Pangeran
Merah, hah"! Atau.... Rajawali Emas sudah membikin-
nya mampus"!"
Dewi Berlian merengut.
"Kek! Apakah kau sulit sekali bila tidak bersuara
keras seperti itu, hah" Kecilkan nada suaramu itu!"
"Benar-benar sontoloyo! Urusan kecilkan suara
atau tidak urusan belakangan! Kenapa dengan perem-
puan tua jelek itu, hah"!" bentak orang yang baru da-
tang dan tak lain Manusia Pemarah adanya.
Secara singkat Dewi Berlian segera menceritakan
apa yang terjadi. Lalu dilihatnya lelaki tua berpakaian
putih kusam dengan rambut dikucir ekor kuda itu ke-
luarkan dengusan.
"Sontoloyo! Rupanya pemuda jelek itu sudah ka-
bur! Kau bilang Nenek Cabul juga berada di sini" Be-
nar-benar sontoloyo! Lagi-lagi perempuan cabul itu!
Dialah yang bikin Bidadari Hati Kejam tetap menolak
cintaku! Benar-benar sontoloyo! Urusan menolak cinta
atau tidak urusan belakangan! Jadi Rajawali Emas ti-
dak tahu siapa orang yang menyambar Anting Mustika
Ratu di telinga nenek jelek itu"!"
Dewi Berlian mendengus. "Sejak tadi kau menga-
takan Nenek Iblis Cadas Siluman jelek, jelek dan jelek
terus. Apakah kau sendiri tidak jelek" Atau selama ini
kau tidak pernah tahu bagaimana rupamu yang lebih
jelek dari kambing hendak buang hajat itu, Kek?"
"Dasar sontoloyo! Apakah telingamu sudah tub
hingga tak dengar pertanyaanku, hah?" bentak lelaki
berkumis putih tanpa jenggot itu tetap dengan nada
marah-marah dikawal kedua matanya yang melotot te-
rus menerus. "Mengapa pakai keluarkan kata-kata
sontoloyo itu, hah"!"
"Urusan telingaku tuli atau tidak, urusan belakan-
gan," kata Dewi Berlian mengucapkan kalimat yang
sering diucapkan Manusia Pemarah. "Bagaimana kau
bisa tiba di sini, Kek" Terlambat lagi! Kalau saja Kang
Tirta dan Nenek Iblis Cadas Siluman tidak hadir di si-
ni, aku sudah jadi sasaran empuk pemuda sesat kepa-
rat itu! Apa kau sebenarnya memang sengaja memper-
lambat dan suka melihatku dipermainkan Pangeran
Merah"!"
Manusia Pemarah menggeram seraya maju satu
langkah. Lalu dengan suara tetap marah-marah dan
kedua mata melotot dia berucap, "Jangan bicara sonto-
loyo seperti itu! Sampai pusing kepalaku menanyakan
di mana Ngarai Jala Kematian celaka ini berada! Bah-
kan Nenek Cabul sendiri tak mau mengatakannya!
Sampai hampir saja aku punya pikiran gila memenuhi
keinginannya sekadar mendapatkan keterangan di
mana Ngarai Jala Kematian ini berada. Untungnya Bo-
cah Kebluk itu telah menyelamatkanmu! Nah, apakah
kau pikir aku tidak bersusah payah"!"
"Jangan bertele-tele kalau ngomong!" sera Dewi
Berlian yang merasa tak sungkan berkata keras pada
Manusia Pemarah. "Kalau tidak bisa bicara singkat, le-
bih baik diam saja!"
Lelaki bangkotan berkucir itu mendengus lagi den-
gan sepasang mata melotot lebar.
"Selagi aku kebingungan tak kusangka kalau aku
melihat Bwana, burung rajawali raksasa milik Rajawali
Emas terbang di angkasa. Entah pikiranku sudah gila
atau tidak urusan belakangan! Yang pasti aku menda-
dak saja mengikuti burung raksasa itu, padahal aku
tidak tahu burung itu hendak ke mana membawa ma-
jikannya dan seseorang yang sekarang kuketahui Iblis
Cadas Siluman adanya. Sudah tentu mengikuti burung
rajawali raksasa itu perbuatan gila! Tetapi aku terus
nekat, pokoknya menuju ke arah barat! Persetan bu-
rung itu hendak ke mana! Perbuatan sontoloyoku itu
akhirnya membawa hasil! Aku tiba di sini juga kendati
terlambat!! Nah, apa kau masih mengatakan kalau aku
tak ambil peduli, hah"! Kalau kau masih mengatakan
iya, benar-benar sontoloyo!"
Dewi Berlian mendengus. Dan matanya hanya
mengikuti saat Manusia Pemarah memeriksa tubuh Ib-
lis Cadas Siluman.
"Kau sudah tidak apa-apa, Randa Barong. Jangan
bikin urusan jadi panjang!" sera lelaki bangkotan itu.
Iblis Cadas Siluman yang setelah diobati oleh Raja-
wali Emas tadi membuka kedua mata. Nampak nyeri di
mata kelabunya. Bukan nyeri akibat luka di telinga ki-
rinya, melainkan nyeri menindih kegeraman karena
anting yang masih menjadi teka-teki baginya disambar
orang. Perlahan-lahan dia bangkit sambil keluarkan ge-
raman, "Setan keparat! Sepertinya aku mengenali
bangsat yang menyambar antingku tadi"!"
Naga Sasra Dan Sabuk Inten 45 Pendekar Cambuk Naga 4 Gerhana Tebing Neraka Hati Budha Tangan Berbisa 8
^