Pencarian

Pendekar Banci 2

Pendekar Banci Karya S D. Liong Bagian 2


Hong Ing dan pemuda itu merah mukanya.
Mereka segera keluar dan menghaturkan terima kasih kepada pemilik pondok itu.
Orang itu tertawa hambar.
"Hanya soal sekecil itu, masakan perlu dipikirkan," katanya seraya mengelus-elus 'kepala harimau yang mendekam dibawah kakinya.
Harimau itu seekor harimau yang besar sekali.
Bulunya hitam mulus, mengkilap dan tampak buas sekali.
Tetapi ,ternyata amat jinak.
Tiba2 Hong Ing bertanya : "Adakah cianpwe ini apa yang di sebuah dunia persilatan sebagai,,.
"Tak usah banyak tanya !" tukas p?milik pondok itu.
Hong Ingpun tak berani bicara lagi.
Kemudian p?milik pondok itu berkata kepada si pemuda : "Anda mempunyai piaraan seekor burung kakaktua putih, entah apakah hubungan anda dengan Bu Wi lhama, kepala kuil Ko-liong-si di Sujiwan?".
sekali bertanya orang sudah tahu akan asal usulnya, terpaksa pemuda itu tak dapat mengelabuhi lagi dan berkata dengan' hormat : "Aku orang she Cong nama Tik, murld dan beliau ! '.
Orang 'itu mengangguk. "Bagi seorang anak muda yang penting harus berhati lurus dan sungguh2, Bermulut manis, lincah bicara, mencari kesempatan, bukanlah suatu perbuatan yang tepat.
Namamu Cong Tik. Tik berartl begbudi, seharusnya orangnya sesuai dengan namanya ".
Merah padam muka Cong Tik mendengar semprotan halus dari pemilik pondok itu.
Diam2 ia mengakui bahwa perbuatannya selama lm memang kurang baik.
Tetapi heran, mengapa orang itu dapat mengetahuinya '" .
Tetapi urusan kali ini memang sangat penting sekali.
Terpaksa harus bertindak begitu.
Karena itu ia anggap nasehat pemilik pondok itu sebagai angin lalu saja.
Walaupun mulut mengiakan tetapi hatinya mencemooh.
Pemilik pondok itu beralih memandang Hong 'Ing beberapa saat.
Tetapi Hong Ing ikut tak senang karena orang itu berani mendamprat halus kepada Cong Tik.
Segera ia mengajak Cong Tik untuk segera tinggalkan tempat itu.
Waktu kedua anak muda itu pamitan pemilik pondokpun tak mau menahan lebih lama.
Ia hanya mengucap sepatah kata kepada Hong Ing, seolah2 memberi nasehat : "Yang berwarna kuning itu, belum tentu emas.
Loyangpun kuning warnanya ".
Sek?luarnya dari pondok, Hong Ing tertawa dingin : "Hm, Raja binatang Siang Beng itu juga seorang yang jual lagak mengelabuhi orang, Ketika 'aku menyelundup masuk kedalam kamar bukunya, buku2 yang memenuhi kamar itu hanya lukisan saja bukan buku sesungguhnya.
Paling2 hanya terdapat sebuah kitab lh King saja.
Dan walaupun lebih tua, tetapi dia tak sungkan sama sekali kepaada kita, Begitu bertemu muka t?rus memberi petuah , ah ! Apanya sih kita ini ?" Mendengar Hong Ing mengeritik pemilik pondok itu, Cong Tikpun segera memberi tambahan beberapa kata mendukung pernyataan Hong Ing.
"Tetapi akupun hendak bertanya kepadamu juga" kata Hong lng sesaat kemudian, "mengapa engkau pura2 mati '" Apakah gunanya pelana kulit beruang salju yang berhias mutiara itu ?".
Seketika seri wajah Cong Tik agak berobah.
Untung karena hari masih gelap, Hong Ing tak dapat melihatnya.
Beberapa saat kemudia n baru Cong Tik berkata : "Berikanlah pelana itu kepadaku !".
Sambil menyerahkan pelana itu, Hong Ing menjelaskan : "Mutiara pada pelana itu , , " belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, sekonyong-konyong Cong Tik berteriak : "Nona Ing, awas, jangan bergerak !".
Hong Ing tercengang. Hanya beberapa detik tau2 Cong Tik sudah mencelat sejauh dua tiga tombak.
Bermula Hong Ing mengira, Cong Tik tentu melihat sesuatu yang berbahaya sehingga menyuruh ia (Hong Ing) diam jangan bergerak.
Siapa tahu ternyata begitu mendapat pelana, pemuda itu terus hendak melarikan diri'.
la menipu Hong lng dengan teriak peringatan supaya jangan bergerak, kemudian terus loncat beberapa tombak dari t?mpat Hong lng.
Dengan gunakan ilmu gin-kang tinggi, hanya dalam beberapa lompatan saja pemuda itupun sudah lari jauh sekali.
Hong Ing termangu-mangu sampai beberapa saat.
Ketika menyadari apa yang terjadi, ia masih berusaha untuk memanggil pemuda itu.
Tetapi yang menjawab hanya angin saja.
Ia mendongkol karena dikelabuhi melek2 oleh Cong Tik.
Tetapi entah bagaimana, ia masih belum percaya sungguh kalau Cong Tik benar2 hendak menipunya.
Serentak ia terus lari mengejar.
Tetapi pemuda itu sudah tak tampak lagi bayangannya.
Setelah semalam suntuk berputar-putar dalam hutan belantara, Hong Ingpun tak tahu lagi saat itu ia berada dimana.
Yang tampak hanya puncak gunung dan tebing t?rjal di sekeliling penjuru.
Mau tak mau ia mulai gelisah juga.
Untuk mengisi perutnya yang kosong, terpaksa ia mencari buah-buahan.
Sambil duduk makan buah, ia termenung-menung.
Tiba2 ia teringat akan tiga butir mutiara yang masih disimpannya.
Karena iseng dan nganggur, ia mengeluarkannya.
Waktu mencengkeram pelana sehingga ketiga butir mutiara itu putus, ia tak memperhatikan benda itu.
Tetapi kini karena nganggur dan iseng, ia memeriksanya dengan teliti.
Dilihatnya pada belakang setiap butir mutiara itu terdapat huruf2 kecil.
sedemikian kecil dan, lembut huruf2 itu diukir sehingga kalau tidak diperhatikan dengan sungguh2, tentu sukar dibaca.
Ukiran berjumlah tiga huruf, berbunyi : Cek-bi-san.
Cek, artinya Ungu. Bi berarti Alis dan San artinya gunung.
Hong Ing yang cerdas otaknya cepat dapat mengetahui bahwa sekian banyak orang ribut2 hendak merampas pelana kuda itu, tentulah karena dalam pelana kulit beruang salju itu terdapat rahasia.
Jika mutiaranya, tidak begitu berharga dan tidaklah akan membangkitkan selera sekian tokoh2 sakti untuk mendapatkannya.
Jelas yang mereka inginkan tentu tulisan yang berada dibelakang mutiara itu.
Hong Ing merenung lebih lanjut, Karena jumlah mutiara itu duapuluh satu butir, maka tulisannyapun tentu duapuluh satu huruf.
Tetapi ia berani memastikan bahwa diantara sekian banyak huruf itu, yang paling penting yalah yang saat itu berada ditanganinya.
Karena ketiga huruf itu menyebut tentang nama sebuah tempat, sebuah gunung.
Tanpa mengetahui tempatnya, mana mungkin 'orang akan mencari tahu tempat rahasia itu .
Diam2 Hong Ing girang sekali mendapat pe
nemuan itu. Diam2 ia memutuskan, kalau tak dapat mencari Cong Tik, ia akan kembali ke guha Siau-yau-tong dan menanyakan soal itu kepada suhunya tentang rahasia dari pelana beruang salju, Cong Tik tentu akan mengetahui tentang hilangnya ketiga butir mutiara pada pelana itu.
Dia kelak tentu akan menuju ke Hun~lam untuk mencarinya di guha Siau-yau-tong.
Demikian ia segera menentukan rencananya.
Dua hari berkeliaran dalam hutan itu akhirnya ia berhasil keluar dari hutan.
Ah, tahu2 dia sudah berada di perbatasan Holam.
Saat itu ia berjalan kaki karena kuda kurus masih ditambatkan pada batu besar.
Tetapi untuk mencari kuda itu, sukar sekali.
Ia tak tahu lagi jalannya.
Setelah menyusur sebuah jalanan akhirnya ia tiba disebuah kota.
Sudah sejak beberapa hari ia tak makan nasi.
Kota itu ramai sekali. Jalan penuh dengan orang berjalan hilir mudik.
Pada kedua tepi jalan penuh dengan orang berjualan nasi dan warung!.
Bau arakpun berhamburan menusuk hidung.
iHong Ing terangsang nafsunya.
Ketika ia hendak melangkah masuk kesebuali rumah makan, tiba2 terdengar suara kuda meringkik ringkih dari arah samping.
Cepat ia' berpaling. Seorang pemuda berpakaian bagus tengah menuntun seekor kuda kurus Kuda 'itu mogok tak mau jalan walaupun pemuda itu berusaha untuk menariknya kuat2.
"Binatang, kalau tak mau jalan, terpaksa akan kusembelih engkau!" teriak pemuda itu marah.
Astaga! Kuda kurus itu bukan lain adalah kuda yang dititipkan Cong Tik kepadanya Dan hai, kuda kurus itu memandang kepada Hong Ing seperti hendak minta bantuan kepadanya.
Melihat itu cepat Hong Ing menghampiri dan menuding pemuda berpakaian bagus : "Hai, kuda ini milikku, dari mana engkau mencurinya ?" .
Saat itu orang berkerumun untuk melihat si pemuda menarik kuda kurus yang mogok.
Melihat seorang nona memaki pemuda itu.
orang2 pun tertawa gelak2.
"Tuh lihat, mungkin nona itu sudah sinting," seru orang" itu, "bagaimana mungkin Tan kongcu mencuri kudanya ?".
"Mungkin karena melihat Tan kongcu seorang lemah maka dia berani menghinanya," seru Seorang pula.
"Ho, rupanya sih cantik.
tetapi mengapa orangnya begitu tinggi?".
"Hai, lihatlah lehernya.
Dia mempunyai buah kerongkongan seperti anak laki i?".
Pecahlah gelak tawa dari orang2 itu.
Hong Ing marah sekali. Tetapi ia tak tahu siapa yang mengolok-olok dirinya itu.
Maka ia menumpahkan kemarahannya kepada pemuda berpakaian bagus itu saja.
"Eh, mengapa engkau membisu saja '" Apakah engkau kira dengan membisu engkau akan bebas?" serunya kepada pemuda itu.
Pemuda berpakaian bagus itu berputar diri dan deliki mata kepada Hong Ing.
Tampaknya dia terkejut tetapi gembira.
Melihat walaupun pakaiannya bagus tetapi wajah pemuda itu seorang yang jujur, diam2 Hong Ing menyesal karena telah menuduh pemuda mencuri kudanya.
Tetapi Hong Ing tak mau mengakui kesalahannya.
"Baiklah, asal engkau mau mengembalikan kuda itu kepadaku, urusanpun takkan kutarik panjang lagi," katanya.
Sampai beberapa saat pemuda berpakaian bagus itu memandang Hong Ing.
"Nona salah faham, katanya," walaupun kuda ini amat kurus dan malas, tetapi dia seekor 'kuda sakti yang dapat menempuh perjalanan seribu li dalam satu hari.
Tadi aku membelinya kembali dengan harga tiga ribu perak.
Mengapa nona mengatakan aku mencurinya.
Hong Ing tertegun. Sebenarnya ia tak mem-punyai minat terhadap kuda sekurus itu.
Ia hendak pulang ke Hum-lam, suatu perjalaman Jauh yang memerlukan seekor kuda tegar.
Ia tahu sesungguhnya kuda kurus itu pernah dico-banya dan ternyata memang seeker kuda luar biasa yang sehari dapat berlari sampai seribu li.
Dilihatnya pemuda berpakaian bagus itu belum tentu kenal kuda.
Asal dia mengajaknya setori, mungkin pemuda itu tentu mengalah dan memberikan kuda kepadanya.
Tetapi waktu mendengarkan pemuda itu telah mengeluarkan sebanyak tiga ribu perak untuk membeli kuda itu, terang kalau pemuda itu mengerti soal kuda.
Untuk menyuruhnya mengalah,mungkin sukar.
"'Tak peduli engkau mengeluarkan uang atau mencurinya, pokok kuda itu harus engkau serahkan kepadaku, Kalau tidak, hm, aku , ,' " Hong Ing berhenti sejenak untuk mencari kata2, kemudian melanjutkan : "aku tentu akan bertindak ! .
Beberapa orang yang berkerumun melihat ramai2 itu tertawa gelak2 "Ha, ha, gadis _itu Sungguh tak kenal aturan !" .
'Tetapi pemuda itu tak menggubris Hong Ing .
Ia segera mengangkat tangan memberi isyarat agar orang2 itu jangan gaduh.
Rupanya dia Seorang muda yang berpengaruh dalam kota itu.
Orang" itupun diam tak berani ramai lagi.
"Hai, engkau mau menyerahkan atau tidak !,,teriak Hong Ing pula.
Tenang2 pemuda itu menjawab : "Kalau nona memang menghendaki, akupun-tak keberatan untuk memberikan, Tetapi tahukah nona apa nama kuda 'ini dan berasal dari mana "' .
Dengan tertawa berseri, Hong Ing menjawab: "Sudah tentu tahu, kuda itu disebut Pemburu-pettir !".
Si pemuda mengangguk : "Benar ! Lalu dari manakah asalnya, dan semula milik siapa ?" .
Hong Ing tertegun. "Berasal dari daerah yang menghasilkan kuda dan pemiliknya semula yalah aku !" serunya.
Pemuda itu tertawa hambar.
"Kali ini nona salah " katanya, "pemilik semula dari kuda itu bukan nona, Pemiliknya saat ini berada dirumahku.
Aku setuju untuk memberikan kuda itu kepada nona tetapi harus mendapat persetujuan dari yang empunya, Bagaimana kalau nona singgah di rumahku menemuinya ?".
Memang Hong Ing tak mempunyai pengalaman' dalam dunia persilatan.
Dia tak mengetahui sama sekali bagaimana keadaan pemuda berpakaian bagus itu.
Mengira bahwa kepandaiannya tentu cukup menghadapi pemuda itu, ia tak takut.
Pemuda itu tentu akan mempersiapkan anakbuah atau konco-konconya untuk menggertak aku.
Tetapi takut apa " Pikir Hong Ing.
"Baik", katanya, "aku memang pemiliknya yang aseli, Hendak kulihat bagaimana tampang mu ka orang yang berani mengaku ngaku milikku itu ".
Habis berkata Hong Ing terus menepuk leher kuda kurus.
Kuda itu meringkik keras lalu berjalan.
Kedua anak muda itu mengikutinya.
Setelah melalui sebuah lorong.
di sebelah depan tampak sebuah pagar tembok yang tinggi.
Di dalam pagar tembok itu tampak beberapa bangunan' gedung yang megah.
Pintu besar yang bercat warna hitam, dijaga oleh dua buah singa batu yang tingginya lebih dari orang.
Diatas pintu, tergantung empat buah lentera lampion.
Setiap lampion bertuliskan sebuah huruf.
Keempat huruf itu lengkapnya berbunyi : Gedung keluarga Tan merayakan pernikahan ".
"Aha, ternyata kalian sedang mengadakan pesta pernikahan.
Sungguh kebetulan sekali, aku dapat minum arak pengantin.
'Tetapi siapa yang jadi pengantinnya ?".
"Aku !" sahut pemuda itu.
Hong Ing terkesiap dan memandangnya beberapa jenak pikirnya : "Oh, makanya dia mengenakan pakaian sebagus itu, kiranya dia jadi pengantin.
Sungguh kebetulan sekali, biasanya pada waktu berhajat mengadakan pernikahan orang tentu akan berbuat kebaikan dan menginginkan selamat.
Kalau aku cari gara2 mereka tentu takut dan menyerahkan kuda itu.
Selekas pemuda itu berseru maka pintupun dibuka.
Delapan orang bujang berdiri dengan hormat memandang pemuda itu dengan pandang mata terkejut.
si pemuda masuk menuntun kuda kurus sedang Hong Ing mengikuti dari belakang.
Hong Ing terbelalak ketika melihat bahwa di ruang besar sudah penuh dengan orang.
Mereka duduk dan bicara asyik sekali.
Jika melihat tetamu duduk di tempat perjamuan tentulah Hong Ing takkan terkejut.
Yang menyebabkan dia kaget itu bukan lain yalah karena yang pertama-tama dilihatnya itu si orang tua pendek pemikul batu.
Saat itu si pendek tengah mengangkat cawan arak.
Begitu melihat Hong Ing, orang pendek itu pun terkejut juga, Cawan araknya segera diletakkan kembali.
Hong Ing cepat mencengkeram baju pemuda itu dan bertanya dengan bisik2 : "Siapakah orangtua pendek itu ?".
"O, dia " sahut si pemuda, "dia orang she Ciek namanya Liu Seng, seorang pendekar tersembunyi dari Lam-ciang ".
Ciok-liu-Seng atau Batu-bintang-meluncur, suatu nama yang ganjil dan mengejutkan Hong Ing.
Serentak ia teringat sesuatu yang didengarnya dari orang Ciok Liu S?ng si batu bintang meluncur itu memang hebat sekali kepandaiannya.
Seorang diri dia menghadapi orang2 Kong-tong-pay dan dapat membunuh Kong-tong Su-mo atau Empat iblis dari partai Kong-tong pay.
"Ih ,, " diam2 Hong Ing mengkeret nyalinya.
Rasanya lebih baik ia tak menemui pemilik kuda itu saja.
Tetapi ia masih sayang kepada kuda kurus itu.
' Setelah menimang, akhirnya ia berkata kepada pemuda berpakaian bagus itu: '"Begini sajalah, Tak perlu engkau menanyakan kepada si pemilik kuda itu tetapi ,pinjamkanlah kuda kurus itu kepadaku untuk dua tahun, Kelak tentu kukembalikan lagi, Mau ?".
Pemuda itu tertawa. "Nona" katanya, "telah kukatakan' tadi, kalau kuda itu milikku, tentu kuberikan kepadamu.
' Walaupun aku telah mengeluarkan uang sebanyak itu tetapi karena pemiliknya itu sudah lama kehilangan kudanya, maka layaklah kalau dikembalikan kepadanya, Bila mau pinjam, bagaimana kalau aku yang mengatakan kepada pemilik itu ?" .
Diam2 Hong Ing merasa bahwa pemuda 'itu seorang yang jujur.
Betapapun ia hendak membujuknya, tentu 'tak mau, Dan pemuda itu tak pernah marah walaupun ia (Hong Ing) mengatakan apa saja.
Akhirnya terpaksa Hong Ing mengikuti pemuda itu masuk.
Ruangan itu besar dan ,luas sekali.
Sebuah layar merah yang dipasang ditengah ruang itu bertuliskan sebuah huruf H I (bahagia) yang besar.
Tetapi anehnya berpuluh lilin sebesar lengan orang yang berjajar di kedua tepi meja, hanya tinggal sisa puntungnya saja.
Hanya dua buah lilin besar yang masih panjang.
Memang lilin sebesar itu, jangankan dapat menyala dua hari, bahkan kuat bertahan menyala sampai puluhan hari.
Selama penerangan lilin2 itu masih belum padam berarti perjamuan masih berlangsung.
Tak habis keheranan Hong Ing melihat keadaan dalam ruang itu.
Ia melirik pada pemuda itu.
Rupanya pemuda itu tahu apa yang dikandung hati Hong Ing.
Ia memberi senyum rawan dan terpaksa m?ncekal tangan Hong Ing sebagai isyarat supaya nona itu jangan takut.
Begitu melangkah masuk, maka tetamu2 yang berada dalam ruang itu.
segera menyapa kepada pemuda itu.
Merekapun mencurah pandang kepada Hong Ing dengan pandang mata keheranan.
Hong Ing sempat memperhatikan bahwa tetamu2 yang berada dalam ruang itu tampak segar semangatnya dan gagah.
Ia tahu bahwa mereka tentu tokoh2 persllatan, kecuali si pendek Ciok Liu Seng itu.
Hong Ing tak kenal semua dengan tetamu2 yang lain.
Saat itu baru datang rasa sesal dalam hati Hong Ing mengapa sampai salah lihat kepada pemuda berpakaian bagus itu.
Menilik gelagat bukan saja kuda kurus takkan diperolehnya bahwa rupanya ia tentu akan menghadapi kesulitan dari sipendek Ciok Liu Seng yang matanya t?rus mener us memandang kepadanya saja.
Setelah memberi anggukan kepala kepada para tetamu, pemuda itu berkata ; "Nona lng, bagai mana kalau sekarang kita menemui pemilik kuda itu ?".
Berada dalam ruang itu, sebenarnya Hong Ing sudah seperti duduk diatas jarum.
Maka tawaran si pemuda segera disambutnya dengan baik.
la mengikuti pemuda itu keluar dari ruang besar dan 'setelah melintasi sebuah serambi yang panjang dan sebuah taman bunga di halaman belakang, tibalah ia disebuah bud-tong atau' ruang sembahyang yang kecil.
samar2 ia mendengar suara bok-hi ( alat kayu yang diketuk paderi di waktu sembahyang ) Hong Ing hentikan langkah.
" ih ! Mengapa engkau membawa ke ruang sembahyang ini "'.
'Pemuda itu tertawa. "Pemilik kuda kurus dan pedang yang terselip di pinggangmu itu, berada dalam ruang sembah yang ini, Silahkan masuk ! , katanya.
Hong lng meragu sejenak tetapi akhirnya ia melangkah masuk juga, tampaklah seorang paderi berwajah ramah sedang duduk diatas sebuah perinadi bundar.
Paderi itu pejamkan mata sambil mengetuk-ketuk bok-hi.
Pemuda itu serempak berlutut di hadapan paderi tua dan berseru : "Suhu, Hong Ing sudah kembali !".
Paderi tua itu membuka mata dan memandang Hong Ing lalu berkata pelahan-lahan : "Engkau memang bukan anak murid rumah agama.
Karena Hong Ing sudah pulang, kalian boleh segera menjadi suami isteri !" .
Pertama kali mendengar pemuda itu mengatakan "Hong Ing sudah kembali, Hong Ing terbeliak kaget, la merasa tak kenal dengan pemuda itu mengapa tahu2 pemuda itu tahu namanya .
"Ah, mungkin dia menggunakan bahasa daerah holam sini, dan aku tak dapat menangkap jelas," pikir Hong lng sesaat kemudian, "mungkin juga itu namanya sendiri.
Bukan nama Hong Ing itu banyak juga dan bukan aku sendiri?".
Tetapi ia dengar paderi tua itu mengatakan supaya 'Hong Ing' segera menjadi suami istri dengan pemuda ini , Eeh apa apaan ini ".
Pemuda itu menghaturkan terima kasih lalu terbangkit.
"Suhu, Hong Ing mengatakan kalau suka akan kuda Pemburu petir dan pedang 'Thian-liong kiam itu, Suhu, berikanlah kepadanya!".
Paderi tua itu merenung beberapa saat.
"Kuda itu sih tak apa " katanya sesaat kemudian, tetapi pedang-Thian-liong kiam itu benda harus engkau miliki, Bagaimana dapat diberikan orang " Dengarkanlah, aku hendak memberimu empat perkataan!".
'Pemuda itu serta merta terus berlutut lagi.
"Thian-liong-kiam, kedua ketiga keempat," Pedang masih, jaya.
Pedang lenyap, binasa!" seru ' paderi tua itu.
Hong lng tak mengerti apa yang diucapkan paderi tua itu.
Melirik kepada si pemuda, diliha tnya wajah pemuda itu mengerut gelap tetapi tetap m enganggukkan kepala dan menjawab kepada paderi tu a.
"Murid mengerti ".
Diam2 Hong Ing memaki. Sandiwara apakah yang dilakukan paderi tua 'dengan pemuda itu.
Untung didengarnya paderi tua itu 'tak keberatan untuk memberikan kuda petir padanya.
Ia ngerasa tiada guna hendak memiliki pedang Thia -liong-kiam itu karena ia memang tak dapat bermain pedang.
Tetapi ia tak mau menyerahkan begitu saja, pedang itu kepada si paderi tua atau pemuda berpakaian bagus itu.
Pedang itu adalah barang titipan dari Cong Tik.
Sudah tentu ia harus mengembalikan kepada Cong Tik juga.
Saat 'itu sipemuda sudah berdiri lagi lalu menarik lengan Hong Ing diajak keluar.
Begitu keluar dari ruang sembahyang itu, si pemuda menghela napas.
"Hong Ing,, kali ini sungguh beruntung ! _Suhu telah mel uluskan untuk menyerahkan si Pemburu-petir kepadam u, Tentang pedang', , , , ah ! kelak milikku atau milikmu itu sama juga.
Perlu apa harus dipis ah "' kata pemuda itu dengan nada dan 'sikap yang m esra sekali seraya tangannya masih mencekal lengan H ong lng.
Hang Ing marah sekali. Ia meronta melepaskan tangannya dan mendamprat `Hah, kentut apa yang engkau hembuskan?" .
pemuda itu menghela napas dan tegak tertegun seperti patung.
Hong Ing melihat pemuda itu bukan seorang 'P?muda yang bangor (nakal).
Ah, seorang limbung tak perlu kulayani lebih lama.
Pikirnya !.

Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kuda kuminta, pedang juga kuminta ! Katanya sambil banting2 kaki," terus terang kukatakan kepadamu.
Kedua benda itu memang bukan punyaku tetapi benda titipan dari seseorang, mana mungkin tak kukembalikan kepadanya?".
Pemuda itu membelakakkan mata.
"Hong lng , , , ,".
"Benar," tukas Hong Ing, dan masih ada sebuah pertanyaanku lagi'.
Bagaimana engkau tahu kalau aku bernama Hong Ing?".
Pemuda itu gelengkan kepala, menghela napas, serunya: ` "Hong Ing, engkau tentu letih, Lekaslah engkau beristirahat dulu, Besok pagi kita bicara lagi, mau ?".
Hong Ing benar2 seperti berada dalam kabut keanehan yang tebal.
Apa yang dikatakan, selalu dijawab pemuda itu dengan lain maksud, Ia heran tetapi geram juga.
"Letih sih tidak, hanya lapar.
Aku ingin makan," akhirnya dengan mengkal ia menjawab.
"O, baik, baik, mari kembali dulu ke kamarmu nanti kita bicara lagi," seru pemuda itu dengan gopoh.
"Astaga !" diam2 Hong Ing terkejut dalam hatinya " mempunyai kamar dalam gedung ini".
Aneh aneh sekali, Dunia sudah gila atau dia itu sudah gila " Atau apakah aku sendiri yang gila ".
Tapi ia merasa tidak gila.
Ia tak mengetahui siapa pemuda itu.
Iapun belum pernah datang' ke gedung ini, mengapa ia dikatakan suruh kekamarnya " .
Hong lng tersenyum geli dan mengek?h ,Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti pemuda itu.
la hendak' melihat' bagaimana 'perkembangannya lebih lanjut dari peristiwa gila yang dihadapinya.
Mempelai urung. Betapa kejut Hong Ing ketika melihat kamar itu indah sekali seperti kamar pengantin.
' Empat bujang muda sudah menanti di dalam kamar.
Begitu melihat 'Hong Ing masuk, serempak mereka berseru : "Nona sudah pulang, selamat datang nona?" .
Rupanya keempat bujang itu masih hendak bicara lagi ,tetapi pemuda itu memberi isyarat mata kepada mereka.
Dan mer?kapun diam. "Hong ing tak mengerti apa mereka katakan tetapi diapun juga tak peduli lagi, Cepat ia suruh mereka siapkan hidangan.
c?pat Sekali bujang2 itu bekerja, hanya dalam beberapa kejab mereka sudah menghidangkan makanan dan minuman yang lezat.
Hong Ing pun tak sungkan2 lagi, segera ia melahap makanan itu.
Pemuda itu hanya duduk memandang tak berkedip.
Karena terus menerus dipandan Hong In merasa risih dan melengking tak Senang : "hei mengapa engkau memandang aku saja?" pemuda itu menghela napas.
' Hong Ing engkau " ia gelengkan kepala lalu katanya : baiklah, aku akan keluar, Besok aku akan 'kujengukmu kemari !` Pemuda itu terus berbangkit, melangkah keluar, Tiba di ambang pintu, masih berpaling lagi dan memandang beberapa jenak kepada Hong 'Ing.
, Setan, mengapa dia memandang aku dengan mata bersinar-sinar "' dengus Hong Ing dalam hati.
"huh', tak tahu malu !.
Bermula Ia' kira pemuda itu seorang tolol, tetapi kini baru ia mengetahui kalau pemuda itu tergila-gila kepadanya.
Setelah Pemuda itu lenyap, baru ia bertanya kepada salah seorang bujang , "Hai, apakah majikan kalian itu pemuda sinting ?".
Empat bujang muda itu tertawa.
Salah seorang menyahut, - memang selama beberapa bulan ini majikan tingkahnya seperti orang linglung, tapi ia jadi begitu karena nona !.
"jangan ngaco belo !' bentak Hong ing, empat bujang muda itu ketakutan.
' Kecurigaan Hong Ing makin lama makin besar, Setelah makan ia rebahkan diri diatas ranjang gading .
Pikirannya melayang, Ia merenungi yang dialaminya hari itu.
Bertemu dengan pemuda yang berpakaian bagus yang menuntun seekor kuda kurus.
Ia menuduh pemuda itu mencuri kuda-kurus yang dititipkan ol?h Cong Tik.
Lalu diajak pulang oleh pemuda berpakaian 'bagus itu, diajak menghadap guru dari pemuda itu dan guru itu meluluskan untuk memberikan kuda kurus k?padanya.
Terakhir ia-diajak kekamar indah situ dan disambut oleh bujang muda.
Lalu ia teringat', bagaimana wajah pemuda itu berseri girang ketika bertemu dengannya dijalan.
Bagaimana mata pemuda itu terus menerus memandangnya ketika dalam kamar.
'Betapa ramai dan penuh tetamu yang berkumpul di rumah pemuda itu.
Dan betapa mata setiap tetamu memandangnya lekat2 ketika ia masuk kedalam ruang.
Memang saat itu ia 'tak menghiraukan dan tak memperhatikan tingkah laku sipemuda pakaian bagus.
Ah, ia teringat akan ucapan dari nenek Cendrawasih tutul yang pernah memaki paderi pencuri dan ilmu pedang 'thian-liong kiam.
Serentak ia mendapat kesimpulan bahwa kalau pedang itu, tentu sebuah pusaka yang' tiada tara sehingga menimbulkan kegemparan dunia persilatan dan tokoh2 silat segera berbondo-bondong, hendak merebutnya.
la bingung untuk menduga, siapakah yang nenek Cendrawasih maksud sebagai paderi pencuri itu.
Guru dari pemuda itu, atau paderi Poani poan yang aneh itu.
Aneh aneh " kata Hong Ing, "aku harus memecahkan keanehan ini.
Kalau tidak aku tentu selalu tetap terbungkus dalam kabut keheranan saja.
Mumpung pemuda itu tak disini, aku akan bertanya kepada gurunya, agar urusan ini 'terang.
Setelah bulat keputusannya, ia segera bangun dan mendorong-pintu, Belum lagi kaki melangkah, kedua wanita tadi tampak ,sedang bicara.
Yang seorang wajahnya marah, yang seorang tengah memberi penjelasan kepadanya.
Begitu melihat Hong ing, wanita yang marah2 itu segera membentak: "Lekas masuk kembali ke kamar, jangan coba melarikan ciri lagi! Engkau sudah cukup mencelakai anakku.
Ah, tak tahu Su Cau itu, ba nyak nian gadis yang cantik ia tolak, ialah suka pada se orang gadis yang seliar itu.
Sebagai 'seorang ibu, lalu aku harus bertindak bagaimana " '.
Wanita yang satu, memberi nasehat : "Taci, karena Su Ciau sudah suka, ya biarkanlah saja.
Nona Cin _masih muda dan cantik, 'Kalau perlahan-lahan dididik, tentu jadi baik juga".
Melihat wanita yang umurnya lebih tu.
dan sedang marah kepadanya itu, Hong Ing mendongkol.
. Apalagi ketika mendengar wanita itu memaki lagi .
Ketika 'ia hendak mendamprat didengarnya, wanita yang satu itu menyebut nama nona Cin.
"Eh, kalau begitu dia bukan memaki diriku" pikir Hong Ing," salah faham ini namanya".
Ia teruskan langkahnya hendak keluar tetapi`wanita yang marah tadi cepat ulurkan tangannya merintangi ".
"Mau kemana lagi engkau?" tegurnya.
Betapapun kesabaran Hong Ing, tetapi karena diberlaku kan begitu kasar, ia segera angot penyakitnya.
&n bsp;  "Huh, aku hendak kemana saja, apa pedulimu !".
Wanita itu mendengus kemudian berkata kepada wanita yang Iebih muda: "Coba engkau dengar, apa tidak muntah darah aku nanti!".
Wanita yang lebih muda itu beralih memberi nasehat kepada Hong Ing : "Nona Cin, engkau harus kasihan kepadanya.
Janganlah pergi, kembalilah kedalam kamar lagi" .
"Kalian mau menyingkir atau tidak!" bentak Hong Ing, "siapa yang engkau panggil nona Cin itu Aku orang she Ui !".
Habis berkata ia terus hendak menerobos di tengah kedua wanita itu, Tetapi baru ia 'bergerak, Wanita yang lebih tua tadi wajahnya mengerut gelap lalu melangkah maju dan hadangkan tangannya.
Dalam keadaan begitu, tiada jalan lain 'bagi Hong Ing kecuali harus turun tangan.
Memandang muka si pemuda pakaian bagus yang dipanggil su Ciau itu,, ia dorongkan tangannya pelahan, menjamah lengan wanita yang agak tua.
Lalu pancarkan sedikit tenaga-dalam untuk mendorongnya.
Dengan tenaga dorongan itu, ia percaya wanita itu tentu akan terdorong mundur sampai tuiuh delapan langkah kebelakang.
Tetapi 'wanita itu hanya tertawa dingin.
Tubuhnya sedikitpun tak berguncang.
Kejut Hong Ing bukan kepalang.
Segera ia menyadari bahwa wanita itu mengerti ilmu silat juga.
Serentak Hong Ingpun girang.
Dengan begitu ia dapat menggunakan kekerasan kepada wanita itu tanpa takut dikata kalau dia seorang yangg mengerti ilmu silat, menghina seorang wanita setengah tua yang lemah.
Setelah menyalurkan tenaga-dalam kelengan segera Hong Ing mendorong lebih kuat, Tangan Hong Ing masih m?lekat pada lengan si wanita.
Pada saat ia mendorong itu, ia rasakan lengan wanita itu licin sekali sehingga tanganinya tergelincir ke bawah.
Tetapi wanita itupun ikut menurunkan lengannya ke bawah dan tiba2 ;men?engkeram pergelangan Hong Ing dan membentak.
"Pergilah !". Bagai sebuah layang2 putus 'tali, Hong Ing terlempas masuk ke dalam/kamar lagi dan terus ja tuh keatas ranjang.
Cepat ia loncat bangun. Bum ! pintu tiba2 ditutup dari luar.
Saat itu ia mulai 'agak- terang pikirannya.
Rupanya pemuda pakaian bagus yang bernama Tany Su Ciau itu mencintai seorang gadis yang wajahnya mirip dengan dia (Hong Ing).
Tetapi entah bagaimana, gadis itu telah melarikan diri.
Oleh karena'itu Tan Su Ciau lantas menganggap bahwa Hong Ing itu adalah gadis yang dicintainya.
Agaknya nona yang dicintai su Ciau seorang nona yang sinting maka Su Ciaupun tak mau menjelaskan hal itu kepadanya ketika bertemu di jalan.
Su Ciau dengan kata2 yang lembut menipunya (Hong Ing) pulang ke rumah agar perlahan lahan agar diberi penjelasan.
Ya, kecuali begitu rasanya tiada lain kesimpulan lagi dari peristiwa gila yang sedang dialaminya itu. Pikir Hong Ing.
" Tetapi dalam dunia orang yang wajahnya mirip satu sama lain, sukar didapat, Dan lagi 'bukankah nona itu orang she Cin dan dia she Ui " 'Ya,namanya memang sama2 Hong Ing, ,tetapi shenya lain.
Hong Ing gelisah dan ingin lekas2 menjernihkan peristiwa itu. Tetapi pintu tentu dijaga orang kemungkinan kedua wanita yang salah satu adalah mamah dari Su Ciau.
"Huh, 'tak apa2 dengusnya, "dari pintu tidak dapat, aku masih bisa keluar dari jendela. Membuka jendela 'ternyata di luar jendela penuh juga dengan orang. Apabila ia loncat keluar' jendela tentu cepat menarik perhatian orang.
"Sial .!' akhirnya ia mengutuk, "terpaksa aku menunggu sampai malam nanti. : Karena hati kesal ,dan pikiran mendongkol, ia terus rebah diatas ranjang tanpa membuka pakaiannya. Tak berapa lama, iapun jatuh pulas.
Ketika bangun ia dapatkan sudah tengah malam." Ia segera melangkah ke pintu. Dari celah2 lubang pintu ia melongok ke luar ternyata kedua wanita itu masih tetap menjaga. Mereka mengambil kursi dan duduk dimuka pintu.
Tangannya masing2 mencekal sebatang senjata aneh. Tangkainya panjang dan ujungnya terbentuk bunga emas sebesar mangkuk.
Tepian bunga itu tajam sekali. Tetapi punik bunga, terbuat dasi emas putih, Apabila diperiksa dengan teliti, ternyata putik itu merupakan sebuah pipa yang berlubang tengahnya.
Melihat senjata itu seketika mengertilah Hong Ing dalam hati. "Sam Hoa niocu! Menurut kata orang, senjatanya yang berbentuk seperti tangkai bunga itu luar biasa saktinya. Bahkan tangkainya itu dilengkapi dengan alat rahasia yang dapat menghamburkan jarum emas sehalus bulu kerbau.
Senjata itu khusus untuk menghancurkan tenaga-dalam orang.
" Sam Hoa niocu itu. terkenal sebagai wanita yang galak. Ah, tak nyana kalau wanita itu mamah dari Tan Su Ciau.
Hong Ing harus melepaskan harapannya untuk keluar dari pintu. Ia segera menghampiri jendela. Didorongnya jendela itu perlahan lahan. Diluar gelap sekali. Cepat ia lancar kearah bingkai jendela lalu memutus terali besi dengan pedangnya.
" mengapa dalam kamar seperti ada suara aneh?" tiba2 Sam Hoa niocu berseru.
Hong Ing gugup. Kalau Wanita itu keburu masuk, ia tentu tak dapat meloloskan diri lagi. Ia tak berani berayal, terus gunakan gerak Menanam-berambang terbalik, ia segera melambung ke atas wuwungan rumah. Ia mendekam dan melihat k?sekeliling penjuru.
Kebun bunga dibagian belakang itu terletak di sebelah timur. Tampak di ruang sembahyang da ri suhu Su Ciau masih menyala lampunya, Segera ia apungkan tubuh melayang ke bawah dan terus menuju ke kebun bunga di belakang.
Baru melangkah masuk pintu rembulan (bundar bentuknya) dari kebun bunga itu,tiba2 sesosok bayangan hitam menyongsongnya.
Orang itu tubuhnya pendek gemuk. Belum orang pendek ini tiba, setiup angin keras telah melanda Hong Ing sehingga ia terpaksa menghindar ke samping lalu memutar pedang 'Thian~liong-kiam maju kemuka.
Walaupun di tempat yang gelap tetapi pedang Thian-liong-kiam itu memancarkan sinar yang berkilau-kilauan.
Begitu melihat sinar pedang Thia liong-kiam orang pendek itupun terkesiap. Tetapi pada lain saat tiba2 Hong Ing rasakan pandang matanya gelap dan ?ntah benda apa yang melingkupinya, tahu2 tangannya terasa kesemutan dan terpaksa ia harus melepaskan genggamannya.
Pedang Thian~liong-kiam sudah berpindah ke tangan orang itu. Bukan kepalang kejut Hong Ing. la segera mer?ntang tangan hendak menyerang orang itu. Tanpa pedang Hong Ing malah dapat menggunakan ilmu pukulan dari Siau Yau cinjin yang disebut Thiang jiong ciang atau pukulan Bintang-berputar.
Ilmu pukulan itu ,ciptaan Siau Yau cinjin sendiri ketika ia memandang peredaran bintang di langit. Dengan memperhatikan letak dan perpindahan bintang2 itu, akhirnya Siau Yau Cinjin dapat menyelami suatu ilmu pukulan yang penuh dengan gerak perobahan lihay dan tak terduga-duga.
Ilmu pukulan yang diciptakan itu terdiri dari duapuluh delapan jurus. Sesuai dengan letak kedudukan bintang di langit.
Sebenarnya setelah tenaga-dalam mencapai tataran yang tinggi, barulah dapat mempelajari ilmu pukulan itu dengan sempurna.
Tetapi ilmu lwekang Hong Ing masih setengah matang. Adalah karena memaksa, maka akhirnya Siau Yau cinjim rmemberikan ilmu pukulan itu kepadanya.
Kata pertapa sakti itu. Walaupun sepintas pandang gerak gerakannya hampir sama, tetapi harus cepat dilancarkan dan harus mendahului untuk menindas gerakan lawan.
Karena tangannya menjulur kemuka, dada Hong ing tak terjaga. Mudah dimasuki pukulan orang. Tetapi memang jurus .Matahari-berputar-lagi itu memang mempunyai tujuh buah pperobahan.
Apabila lawan mengira kalau terbuka kesempatan untuk menyerang, dia tentu akan kecele.
'Tetapi ternyata lawan tak kena dikelabuhi Ia tak mau memasuki kesempatan yang terbuka itu melainkan mundur dan berputar-putar seperti angin lesus .Tahu2 'dia sudah berada dibelakang Hong ing. Karena, serangannya luput, cepat Hong Ingpun menyadari bahwa lawan memiliki ilmu gin-kang istimewa yang disebut:Kian-gun-toa-na-ih-hwat atau Pemutaran-dunia. "Ciok Liu Seng, engkau punya malu atau tidak ! seren tak Hong Ing melengking karena tahu siapa p?nyerang nya itu.
Tetapi orang itu hanya tertawa dingin dan tak mau menyahut. Waktu Hong Ing berputar kebelakang, ternyata orang itu sudah berada setombak lebih jauhnya.
Tampak tubuhnya menjulur tinggi pendek.Ah ternyata `ia sudah memanggul pikulannya lagi.
Apa yang diduga' Hong Ing itu memang tepat. Perampas pedang Thian-liong~kiam bukan laing adalah si Bintang-meluncur Ciok Liu Seng.
Walaupun tahu tak dapat melawan, tetapi ia tak mau mundur. Ia loncat menyerbu lagi.
Wut, wut . Beturut-turut ia lepaskan dua buah pukulan Begitu ditarik, begitu dilontarkan lagi, sehingga dalam waktu sekejab mata, ia sudah lancarkan empat buah pukulan, Itulah salah sebuah jurus dari ilmu pukulan Thian-jiu-cianghwat yang disebut Toa hwe!su~hui, atau Api-besar-berhamburan-empat-penjuru.
Ilmu pukulan Thian-jio-ciang-hwat terdiri dari duapuluh delapan jurus. Setiap jurus diberi nama menurut peredaran bintang.
Sesuai dengan namanya. jurus Toa~hwe-su-hui itu, bila bertempur dengan musuh, dapat, dilancarkan beruntun- runtun sampai duapuluh kali pukulan. Bila tenaga dalam nya kuat, pasti akan dapat memancarkan pukulan yang dahsyat.
Jika" keduapuluh delapan jurus ilmu pukulan Thian jio-ciang-hwat itu dilancarkan sampai habis, tenaga pukulannya akan mengurung lawan dalam lingkungan dinding angin tenaga-dalam yang ketat.
Dan sesaat lagi, musuh tentu rubuh. Sayang ilmu tenaga-dalam Hong Ing jauh lebih rendah sekali dari Ciok Liu Seng. Selekas Hong Ing melancarkan empat 'buah pukulan, Ciok Liu Sengpun segera mengguncangkan bahunya dan melayanglah batu besar yang dipikulnya itu ke arah Hong Ing.
Bukan hanya tak dapat menghantam lagi, pun Hong Ing harus menarik pulang tangannya. Tapi gerakannya kalah cepat dengan batu, Karena 'tak dapat menghindar, apa boleh buat, Hong Ing terpaksa memukul lagi.
"Aduh !" ia menjerit kesakitan. Ciok Liu Seng gugup. Ia kuatir t?riakan Hong Ing itu akan menarik kedatangan orang. Maka cepat ia berputar tubuh dan ayunkan batu pada pikulannya sebelah kiri untuk membentur Hong Ing lagi.
Batu yang s?besar anak kerbau, hanya seperti senjata bandringan besi tampaknya. Pada hal si pendek Ciok Liu Seng hanya menggoyangkan bahunya saja.
Hong Ing menghindar ke samping tetapi terlambat lagi, Punggungnya terasa sakit sekali sehingga matanya berkunang-kunang dan rubuhlah ia.
Ternyata punggungnya telah termakan ayunan batu. Cepat Ciok Liu Seng menghampiri dan beritanya dengan bisik : "Budak perempuan, dimana eng kau sembunyikan mutiara mustika itu ?".
Dada Hong Ing terasa Sesak sekali seperti tertindih batu besar. segumpal darah, mengalir dari ujung mulutnya. Melihat si pendek Ciok Liu Seng tetap tak rnau melepaskan dirinya, Hong Ing mengangkat muka dan dengan gunakan seluruh sisa tenaganya ia semburkan darah dalam mulutnya ke muka Ciok Liu Seng.
"Huak .!". Giok Liu Seng menyurut mundur selangkah. Dilihatnya beberapa batang obor ,mendatangi.Tentulah orang2 dalam gedung sudah mendengar ribut2 disitu. Begitu pula suara bokhi "dalam ruang sembahyang itupun berhenti. sebagai gantinya terdengar suara orang membaca doa.
Si pendek itu segera menyadari bahwa perbuatannya itu telah diketahui dan membangkitkan kemarahan orang. Karena sudah berhasil merampas Thian-liong-kiam, lebih baik ia melarikan diri saja.
Wut, sekali enjot tubuh, ia melayang sampai satu tombak dan hinggap pada sebuah batu gunung gunungan. Dari situ ia loncat lagi melampaui pagar tembok.
Marah sekali Hong Ing melihat si Pendek hendak melarikan pedang Thian-liong-kiam. Sebelum ia sempat bertindak, tiba2 terdengar suara orang yang hiruk pikuk. Diantaranya terdengar Sam Hoa niocu melengking nyaring. Suaranya paling menonjol diantara orang2 lainnya.
"Su Ciau, lihatlah budak perempuan kamu ! mengacau begitu rupa. Besok tentu buat keributan lagi !" seru Sam Hoa niocu.
begitu sial. Sudah menderita luka berat, masih menerima dampratan. Pada hal ia tak 'tahu sama sekali. Bahkan sebelumnya tak kenal kepada mereka.
Diam2 ia menyesali dirinya- sendiri mengapa bertindak gegabah. Karena melihat pemuda Su Ciau itu tampak lemah maka ia berkeras menuduhnya sekagai pencuri kuda Pemburu- petir.
Kalau tidak kecantol dalam peristiwa itu. Tentunya sekarang ia sudah menyebrang bengawan Hong-Ho.
Tetapi apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur. Ia harus menghadapi kenyataan saat itu. Ia paksakan diri untuk duduk. Saat itu dari dalam rumah sembahyang muncul si paderi tua. Begitu melihat Hong Ing mendumprah ditanah dalam keadaan terluka berat.
paderi tua itu segera rangkapkan kedua tangan dan berseru "Siancayl Siancay !".
Pada saat itu Su Ciau dan mamahnyapun tiba ditempat itu. Begitu melihat wajah Hong lng bibirnya mengumur darah, Su ciau cepat berjongkok untuk memeriksa Hong Ing : "siapa engkau" Siapa yang.
da itu memegangnya. Tetapi ia tak mampu berkutik. Terpaksa ia membiarkannya saja.
"Hong Ing .,. Kekasihmu itu orang she apa?" tanyanya kepada si pemuda.
Su Ciau tersenyum rawan. "Ah, Hong Ing, lagi2 engkau begitu. HongIng-ku itu sudah tentu she Cin." Apa yang diduga Hong Ing ternyata benar.
Jelas dalam peristiwa itu telah, terselip suatu kesalahan faham yang lucu. Pemuda itu menganggap hong Ing seperti kekasihnya yang juga kebetulan bernama Hong Ing.
Dengan begitu, jelas Hong Ing kekasihnya itu berwajah mirip dengan aku. Pikirnya.
' "Lepaskan tanganmu dulu, nanti aku `terangkan." kata Hong Ing, "aku bukan she Cin tetapi she Ui, Engkau salah faham." Bukannya menurut melepaskan cekalannya, bahkan Su Ciau malah membelai-belai rambut Hong Ing seraya menghiburnya: "Hong Ing, kalau engkau suka mendengarkan penjelasanku. engkau tentu takkan penasaran lagi kepadaku.".
Sam Hoa niucu yang berada disamping hanya tertawa dingin dan tertawa.
Karena saat itu masih merasakan sakit dan tenaganya lemah, Hong Ing tak mempunyai selera untuk berbicara panjang lebar menjelaskan kesahan faham itu kepada Su Ciau. Terpaksa ia hanya deliki mata kepada pemuda itu, "Su Ciau, lekas bawa dia kedalam rumah sembahyang supaya beristirahat. Aku terlambat sedikit sehingga dia sampai menderita luka yang cukup parah," seru paderi tua itu.
Ketika mendengar kata2 suhunya, dua butir airmata menitik turun dari pelupuk Su Ciau. Melihat itu diam2 Hong Ing menganggap bahwa nona yang bernama Cin Hong Ing itu sungguh besar sekali rejekinya. Begitu besar cinta Su Ciau kepada kekasihnya itu.
Ah,_ kiranya nona Cin itu bukan gadis sinting. Tentu ada sebabnya mengapa ia sama pai melarikan diri. Pikirnnya.
Hong Ing membiarkan saja Su Ciau mengangkat tubuhnya. Dan seketika itu Sam Hoa niocu- pun segera memerintahkan orang2 itu.
"Mari kita pergi serunya. Orang2 itu ternyata _para tetamu yang berada di ruang perjamuan. Merekapun segera menurut permintaan nyonya rumah dan kembali ke tempat masing2 lagi untuk beristirahat.
Setelah membawa masuk Hong Ing kedalam rumah sembahyang, Su Ciau merebahkannya di meja. Pederi tua itu segera singsingkan lengan jilbabnya. Dengan tangannya yang kurus, ia memegang pergelangan tangan Hong Ing untuk memeriksa denyut jantungnya.
Paderi tua itu kerut kan dahi dan mendesis pelahan. "Suhu, bagaimana ?" Su Ciau terkejut, "apakah lukanya tak .berbahaya ?" , "Lukanya memang tak berbahaya," kata paderi tua itu. "kali ini turun gunung, aku 'membekal beberapa butir pil mujijat, tetapi ., " Tiba2 ia berpaling kearah Hong ing : "Tolong tanya. bagaimana hubungan nona dengan Siau Yau cinjin dari guha Siau~yau-tong digunung Ke-tiok-san wilayah Hunlam itu ?" .
` "Suhuku". sahut Hong Ing. Su Ciau terkejut. "Hong Ing, mengapa Siau Yau ginjin itu engkau aku sebagai suhumu " Bukankah engkau murid dari Hian-li Lim Sam Kho ".
Hong Ing terbeliak dan deliki mata kepada pemuda itu : "Jangan ngaco tak keruan !".
"Su Ciau" tiba2 paderi itu berseru gopoh,"lekas bebaskan dia, 'kita telah keliru sangka terhadapnya.
"Salah sangka ?" Su Ciau mengulang, "siapakah dia " Suhu, mungkin suhu yang keliru. Masakan aku tak kenal dengan Hong Ing. Kutahu Hong Ing marah kepadaku ., Hong Ing, apakah engkau benar2 hendak memutuskan tali cinta kepadaku?".
Dengan wajah bersungguh, paderi tua itu berkata: "Su Ciau, ilmu tenaga-dalam dari setiap partai dan perguruan, aku tahu semua. Engkau harus percaya omonganku".
Su Ciau seperti orang yang takut kehilangan kekasih. Sesaat kemudian baru ia berkata : "Murid tahu, 'Tetapi suhu ., ".
"walaupun nona itu menderita luka parah tetapi hawa murni dalam tubuhnya tetap tak b?rhenti. Jelas itulah hasil ilmu tenaga dalam istimewa dari Siauw Yau Cinjin.Tak mungkin salah !.
Su 'Ciau membelalakkan kedua' matanya. muluitnya mendesis. "Nona, apakah engkau juga bernama Hong Ing ?" akhirnya meluncurlah kata2 dari mulut 'pemuda itu. Melihat pemuda itu terlongong kecewa , Hong Ingpun mengangguk pelahan.
"Ya, dan aku orang she Ui, bukan she Cin" .Su Ciau menghela napas panjang. Berputar tubuh ia terus hendak berlalu. Tetapi paderi tua cepat mencegahnya. '"Su 'Ciau, aku hendak bicara kepadamu." Tetapi pemuda itu seolah tak mendengar dan melanjutkan-melangkah keluar. Rupanya peristiwa yang dialami itu sangat menggoncangkan pikirannya sehingga ia seperti orang yang kehilangan diri. "'.
"Su Ciau " tiba2 paderi tua membentak keras. Su Ciau melonjak kaget. Cepat ia berputar tubuh dan menyahut : "Apakah yang suhu hendak pesan kepada murid ?". Paderi tua menghela napas. _ "Su Ciau, engkau terlalu terpengaruhi oleh asmara. Dikuatirkan engkau sukar untuk mendalami pelajaran dari perguruan kami", kata paderi tua itu.
Su Ciau berlinang linang.
"Suhu, aku rela semua ilmu kepandaianku lenyap asal Hong Ing dapat berada disampingku untuk selama lamanya ! sahutnya. Tergerak hati Hong Ing mendengar pernyataan pemuda itu. Namun ia sendiri heran, mengapa ia tak mempunyai perasaan tertarik hati kepada seorang pemuda. Bahkan terhadap Cong Tik yang berwajah cakap. berbudi halus dan tutur bahasa yang sopan, ia senang melihat.
Ya, hanya terbatas melihat dan berkawan tetapi 'suatu perasaan yang lebih dari itu, ia tak memiliki, Ingin ia seperti Su Ciau yang menumpahkan segenap jiwa raga kepada kekasihnya, bahkan rela tak mempunyai ilmu silat daripada harus berpisah dengan kekasih itu. Tetapi ia heran, mengapa tak mempunyai perasaan sedemikian terhadap seorang pemuda, Ia heran dan heran. Dan karena merasa heran. urat-Uratnya-pun agak tegang, lukanya terasa sakit, kepala pening lagi dan hampir ia hendak muntah.
Rupanya paderi itu tahu juga akan perubahan tubuh Hong Ing. Cepat ia mengeluarkan pil dan meminumkan kepada Hong Ing. Hong Ing rasakan pil itu sangat harum, Setelah meminumnya, iapun merasakan tubuhnya enak.
"Pelajaran ilmu ienaga-dalam dari guha Sian~yau tong itu memang aneh, Apabila menderita luka, tak dapat disembuhkan dengan segala macam obat apa saja, Tetapi harus disembuhkan dengan' menyalurkan tenaga~dalam itu sendiri. Sayang anak perempuan ini belum' cukup tinggi kepandaiannya.
Walaupun sudah kuberinya sebutir pil Jit-hoan-leng~tan. 'tetapi hanya dapat menjamin keselamatannya sampai empat puluh sembilan hari saja.
Setelah empat puluh sembilan hari, apabila lukanya kambuh lagi, memang repot. Dia tentu tak mampu menggunakan tenaga-dalamnya sendiri untuk mengobatinja.".
Su Ciau hanya berulang-ulang mengiyakan saja tetapi pikirannya tak memperhatikan pesan suhunya.
Melihat itu diam2 Hong Ing gemas. Tadi begitu kemati-matian pemuda itu memperhatikannya.Tetapi kini setelah tahu bahwa dia bukan Hong Ing sang kekasih, pemuda itu terus berobah dingin sikapnya.
Hong 'Ing masih belum terlepas dari sifat kekanak-kanaknya. Apalagi pembawaan 'sifatnya memang nakal dan lincah. Diam2 ia h?ndak mengolok-olok pemuda yang gila asmara itu.
Saat itu Su Ciau berdiri tak jauh dari tempatnya. Cepat ia menarik ujung baju pemuda itu. Sudah tentu Su Ciau berpaling. 'Tiba2 Hong Ing memberinya sebuah kedipan mata dan tertawa. Walaupun saat itu Su Ciau sudah tahu bahwa Hong Ing yang dihadapinya itu bukan' Hong Ing kekasihnya tetapi wajah keduanya seperti pinang dibelah dua. Melihat Hong Ing bermain ma- ta kepadanya, seketika Su Ciau ternganga mulutnya karena gembira.
Sesaat ia lupa bahwa Hong Ing itu bukan kekasihnya.
Dalam pandangan mata dan pikirannya, Hong Ing itu adalah Hong Ing jantung hatinya. Hati Su Ciau sesaat merasa bahagia sekali. la hendak bicara terapi suhunya sudah mendahului.
"Segala apa adalah hasil dari perbuatanmu sendiri. Jika kuminta engkau mengantarkan nona ini ke guha Siau-yau-tong agar lukanya disembuhkann oleh Sian Yau cinjin sendiri, maukah engkau ".
Tadi betapalah hancur dan kecewa hati Su Ciau demi mengetahui bahwa Hong lng itu bukan nona yang dicintainya. Tetapi ketika Hong Ing memberinya sebuah "kerlipan mata' Su Ciau
jadi lupa daratan. Ia mengira kalau Hong Ing itu adalah kekasihnya. Maka mendengar pertanyaan suhunya, serempak tanpa banyak pikir lagi, Su Ciau terus menerima baik.
Pemuda itu lupa bahwa hari itu adalah hari pernikahannya dengan Hong Ing nona yang dicintainya itu. Para tetamu sudah datang, tetapi mempelai perempuan masih belum dapat diketemukan perginya.
'Kecuali terpikat sekali dengan lirikan yang mesra dari Hong Ing tadi, Su Ciaupun memang tak percaya bahwa dalam dunia terdapat se pasang insan yang 'begitu mirip sekali wajahnya.
Diam2 ia menduga dan 'mengharap agar Hong Ing yang sekarang ini, benar2 Hong Ing kekasihnya. Juga ia ingin dapat menghibur kekecewaan hatinya dalam perjalanan ke Hun lam yang ribuan li jauhnya itu.
"Baiklah, suhu, murid bersedia melakukan titah suhu," katanya. Baik " kata paderi tua itu, "tak-boleh berlambat2, saat ini juga engkau harus berangkat, Tak perlu kalian merasa asing satu sama lain dan jangan saling curiga mencurigai. Naiklah bersama di punggung kuda-Pemburu-petir. Su Ciau ! kalau dalam empat pulun sembilan hari engkau tak mampu mengantarkan dia tiba guha Siau-yau-tong, berarti jiwanya hilang di tanganmu".
Su Ciau tahu bahwa suhunya itu seorang yang tinggi budi pekertinya. Tak mungkin dia akan bicara yang tak nyata. Apa yang dikatakan itu tentu sungguh2 Seketika timbullah rasa ingin melindungi kepada Hong Ing yang dianggapnya memang Hong Ing kekasihnya yang lari itu.
Sudah tentu ia takkan membiarkan Hong lng sang kekasih sampai binasa. Cepat ia membungkuk dan membopong Hong Ing. Setelah minum pil dari paderi tua, Hong ing rasakan tubuhnya sudah lebih enak, Melihat Su Ciau hendak membopongnya, ia malu sekali dan buru2 berseru : "Tak usah, aku dapat berjalan sendiri".
Demikian keduanya segera minta diri kepada paderi tua dan terus menuju ke istal kuda. Setelah mengeluarkan kuda kurus Pemburu-petir. keduanya segera naik ke punggung binatang itu' terus mencongklangkan ke arah selatan.
Heran Hong Ing melihat mengapa Su Ciau tak mau pamitan kepada mamahnya. Ia segera menanyakan hal itu kepada si pemuda.
"Hong 'ing, perlu apa engkau membicarakan mamahku ?" jawab Su Ciau. Sudah tentu Hong ing makin tak habis mengerti, Diam2 ia cari pikiran bagaimana untuk mengorek keterangan dari mulut pemuda itu tentang keluarganya sehingga, hubungannya dengan Sam Hoa nikou begitu dingin. Pada hal wanita itu adalah ibunya. Memang cepat sekali si kurus Pemburu petir itu, Pada waktu fajar menyingsing kuda itu sudah dapat mencapai jarak enampuluhan li.
Diam2 Su Ciau memperhitungkan. Asal tiada aral melintang di tengah perjalanan, lebih kurang sebulan Saja. ia tentu sudah dapat mencapai wilayah Hun-Iam.
Longgarlah hatinya. Bahkan kuatir karena kuda itu terlalu cepat larinya sehingga menambah sakit pada luka Hong Ing.
Su Ciau pun menekan kembali agar binatang itu agak lambat larinya.
Hong Ing duduk didepan dan Su Ciau di belakangnya. Diam2 pemuda itu heran. mengapa secara tiba2 saja, sang kekasih itu berubah menjadi murid Siau Yau cinjin.
"Hong Ing, kutahu engkau adalah murid kesayangan Hian-li Lim Sam Kho. Kini baru kuketahui bahwa ternyata gurumu itu dua orang. "karena tak dapat menahan keinginan tahunya, Su Ciau mulai bertanya.
Pun Hong Ing juga ingin mencari tahu bagaimana keadaan keluarga Su Ciau itu. Apa boleh buat. terpaksa ia harus bermain sandiwara, pura2 mengaku benar2 sebagai Hong Ing gadis yang manjadi kekasih hati Su Ciau itu. "Ya, ya, aku sendiri juga lupa, mengapa begitu " Setitikpun aku tak ingat lagi peristiwa lampau yang kualami," sahut Hong Ing dengan nada ramah.
Su 'Ciau menghela napas. "Ah, tetapi untung ada sebuah hal yang masih engkau ingat,?""katanya. "Hal 'apa ?" Hong Ing terbeliak. Su Ciau beringsut maju untuk merapatkan tubuhnya pada Hong Ing.
"Namamu sendiri,"_ bisiknya kedekat telinga Hong Ing. Hong Ing t?rtawa sejenak berpikir ,ia berkata : Maukah engkau' menceritakan semua 'peristiwa' yang lalu kepadaku lagi?".
Kembali Su Ciau' menghela napas. Ah ! Hong Ing, memang aku 'yang salah katanya. "sehingga engkau sampai tak tahu berada dimana selama belasan hari itu. Mungkin karena menderita rasa sedih yang menggoncangkan hatimu, engkau sampai lupa diri. Ah, perlu apa harus mendengarkan peristiwa2 yang menyedihkan itu lagi.
Setelah menghadap Siau Yau cinjin supaya menyembuhkan lukamu, kita nanti berkelana keseluruh penjuru dan tak perlu kembali ke Holam lagi. Apakah engkau setuju ?".
Melihat pemuda itu tak menyangsikan lagi dan menganggap dirinya itu sebagai Cin Hong Ing i - kekasihnya, makin timbullah keinginan (Ui) Hong Ing untuk mengetahui hal2 yang menyangkut hubungan antara Su Ciau dengan ibunya, Sam Hoa niocu. "Kalau engkau tak mau menceritakan, aku akan menjadi orang she Ui lagi katanya.
Su Ciau gugup : "Ya, ya, aku akan m?ngatakan, Hong Ing. Apakah engkau sungguh2 tak ingat lagi ". "Lekas ceritakan, jangan omong yang tak berguna" tukas Hong Ing. Setelah terpukau beberapa saat, Su Ciau berkata : "Hal itu sudah terjadi empat puluh hari yang lalu. Pada malam itu ., ".
Lalu Su Ciau mulai menuturkan apa yang telah terjadi. Pada malam itu rumah keluarga 'Tan' penuh dikunjungi tetamu dan dihias dengan warna' warni lentera lampion. Boleh dikata kota disitu ikut gempar karena merayakan hari pernikahan Su Ciau putera dari Tan kiat seorang jago silat kenamaan yang bergelar Pat-pi-kim-kong atau Malaekat-delapan-lengan.
Walaupun sudah sepuluh tahun lebih Tan Kiat meninggal dunia tetapi dia mempunyai banyak sekali sahabat! dalam dunia persilatan. Apalagi isteri kedua, Sam Hoa' niocu, juga tergolong pendekar wanita san gat terkemuka dalam dunia persilatan.
&nb sp; Sedang mempelai lelaki sendiri, 'Tan Su Ciau juga luas pergaulannya. Su Ciau berguru pada paderi Tay To dari gunung Bhutto di Ciatkang. Seorang paderi yang berilmu tinggi.
Mempelai perempuan bernama Cin Hong Ing. Nona mempelai itu bersama dengan gurunya, Hian~li Lim Sam Kho, juga pendekar wanita yang Cemerlang dalam dunia persilatan.
Pernikahan itu benar2 suatu peristiwa yang menggemparkan dunia persilatan. Dua bulan sebelumnya sudah mulai diadakan persiapan. Tetamu2pun berdatangan dari segala penjuru. Mereka hendak menghadiri upacara yang penting yalah malam dimana kedua mempelai itu akan bersembahyang kepada langit dan bumi.
Kemudian menghaturkan arak kebahagian kepada para tetamu. Ruang besar telah disiapkan dengan sebuah meja dan dua buah lilin besar.
Dinding dihias dengan kain layar yang bertuliskan huruf raksasa berbunyi H I.
Malam pengantin merupakan sesuatu akan peristiwa yang paling bahagia dalam sejarah kehidupan seseorang.
Menjadi pusat perhatian orang. dilayani dan diiring 'oleh para pengiring, ditaburi bunga2 dan didudukkan pada kursi kehormatan.
Menjadi mempelai adalah ibarat menjadi raja Demikian kata orang.
Demikian pula dengan Tan Su Ciau. Wajah pemuda itu berseri-seri bahagia dan bangga ketika duduk bersanding disisi mempelai perempuan.
Mempelai perempuan, Cin Hong Ing, sesungguhnya memang cantik, apalagi waktu jadi pengantin dan dirias, wajahnya semakin cantik cemerlang.
Su Ciau terlongong-longong memandang mempelai perempuan itu. Dan ketika pada cermin kaca Cin Hong Ing melihat bagaimana pemuda yang bakal menjadi suaminya itu memandangnya sedemikian rupa diam2 Cin Hong Ing merasa syahdu dalam hati.
;  Walaupun belum sungguh menjadi suami isteri, tetapi kedua pasangan itu sudah saling cinta. Mereka merasa bahagia sekali.
Pada saat Cin Hong Ing hendak minta Su Ciau keluar dari kamar, untuk menemani tetamu2 yang berada di ruang besar, tiba2 Sam Hoa niocu muncul. Dengan wajah gusar dan gopoh ia segera menerobos masuk kedalam kamar pengantin dan berseru : "Su Ciau !" .
"Mah, kenapa !" Su Ciau terkejut. Sambil menyembunyikan tangan kanan ke belakang tubuh, tiba2 Sam Hoa niocu ulurkan tangan kiri untuk memegang lengan Su Ciau lalu membentaknya : "Su Ciau, siapakah ,orang itu" Su Ciau tahu bahwa mamah tirinya itu, walaupun perangainya keras dan galak, tetapi amat baik kepadanya dan memperlakukan Su Ciau sebagai puteranya sendiri.
Agar Su Ciau diterima sebagai murid dari paderi Tay To, Sam Hoa niocu mengajak Su Ciau menghadap paderi itu dan berlutut sampai tiga hari lamanya baru` paderi itu mau melanggar peraturan perguruannya yalah menerima seorang murid bukan dari kalangan agama.
"Mah, siapa yang mamah maksudkan ?" tanya Su Ciau.
Sam Hoa niocu tertawa dingin. Tangan kanannya tiba2 dijulurkan dan tahu2 dia sudah menggenggam senjata yang paling diandalkannya yakni sam-hoa-khik atau trisula tiga kuntum bunga, Tiga bunga yang berada diujung trisula berputar-putar keras ,hingga menimbulkan deru angin yang keras.
Wanita itu menunjuk kepada Hong Ing yang tengah berhias pada cermin, serunya : "Yang kukatakan adalah dia !".
Su Ciau tertegun. "Iyalah, engkau ini bagaimana " Bukankah bukan pertama kali ini engkau melihat Hong Ing " Sam Hoa niocu tertawa dingin. "Tetapi kuyakin engkau tentu belum tahu siapakah sesungguhnya ia itu" .
Su Ciau makin terlongong. Pada saat itu
Cin Hong Ingpun berbangkit. Wajahnya berubah tegang. Sambil mencabut tusuk kundai pada sanggul rambutnya. Ia kerutkan alis lalu menyurut mundur dua- langkah.
Sam Hoa niocu makin marah. Dipandangnya Hong Ing lekat2. Rupanya kedua orang itu akan berkelahi.
"Mah, Hong Ing, apakah yang telah terjadi " s?ru Su Ciau terkejut heran. Sam Hoa niocu hanya tertawa dingin. "Budak tolol ! Engkau masih dikelabuhi mentah2. Tanya padanya, dia tentu tahu jawabanny. kata Sam Hoa niocu seraya menyiak tubuh Su Ciau t?rus menusuk Hong Ing .
Saat itu Hong Ing sudah dihiasi sebagai orang mempelai perempuan. Sudah tentu ia tak membawa senjata apa2. Dalam gugup, cepat ia menyambar tubuh seorang budak lalu dilemparkan ke arah Sam Hoa niocu.
Sam Hoa niocu ulurkan tangan kiri untuk menyambuti bujang perempuan itu lalu digelarkan di atas pembaringan.
Setelah mendorong si bujang perempuan, cepat2 Hong 'Ingpun melolos pakaian mempelai. Tringg.,.iapun mencabut pedang. Sekali gentakkan pedang' itu berhamburan memancarkan ratusan sinar untuk menyongsong serangan Sam Hoa niocu.
Sam Hoa niocu berteriak keras, Trisula Sam hoa-khik segera diputar deras dalam jurusBoh- sing te~gwat atau Menyandang-bintang-m?ngenakan topi-rembulan.
Su Ciau terkejut sekali ketika kedua orang itu akan bertempur. Pedang yang digunakan Hong Ing adalah pedang Thian-liong-kiam pemberian dari suhu Su Ciau. Tajamnya bukan alang kepalang.
Kuatir kalau melukai mamahnya. Su Ciau cepat menyambar dua buah' kursi lalu dibenturkan ketengah kedua wanita itu.
Brak, brak . , . kedua kursi itu hancur berkeping2,ketika terbabat kedua senjata yang aneh. Dan menggunakan kesempatan dikala mereka berhenti bertempur. Su Ciau loncat untuk melerai ditengah tengah mereka.


Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Menyingkirlah, dia hendak melarikan diri !" Bukan sehari dua-hari Su Ciau kenal pada Cin Hong Ing. Ia pikir mamahnya tentu mendengar kata2 yang tak sedap, Tetapi entah di mana, mungkin di rumah salah seorang kawannya.
Karena mamahnya itu berangasan dan galak, maka tentulah dia perlu datang ke kamar pengantin untuk menyelesaikan. Tentulah hal itu hanya karena disebabkan oleh salah faham saja.
'Saat itu Cin Hong Ing sudah berpakaian sebagai pengantin, tak mungkin ia dapat menyelinap pergi tinggalkan gedung itu.
"Mah, tak nanti dia akan lari," katanya me-nenangkan perasaan Sam Hoa niocu.
Tapi baru berkata begitu. tiba2 Su Ciau rasanya dari belakang seperti berkesiur setiup angin. Cepat ia berpaling dan astaga, Ternyata Cin Hong Ing memang sungguh2 pergi.
Loncat ke luar dari jendela, ?in Hong Ing terus melambung keatas wuwungan rumah.
Dengan menggerung marah, Sam Hoa niocu 'loncat ke jendela. Dilihatnya nona itu sudah berada di wuwungan rumah.
Cressss . Karena tak keburu untuk mengejar Hong ing yang saat itu sudah siap hendak melayang turunkebawah. Sam Hoa niocu terus menekan tangkai senjatanya. Sesaat terdengar macam api dimasukkan kedalam air, maka putik ketiga k?lopak bunga mas itu segera memancarkan s?rangkum jarum mas yang 'besarnya menyerupai bulu kerbau.
Melihat`ibu tirinya menggunakan jarum beracun yang ganas, Su Ciau terkejut, Ia tahu bahwa hal itu hanya timbul karena kesalahan faham. Memandang ke atas, ia melihat Hong Ing sedang mencondongkan tubuhnya. Entah karena terkena jarum emas beracun itu atau tidak.
Dengan terhuyung2 Cin Hong Ing terus melenyapkan diri. Su Ciau terkejut sekali. Bergegas ia mengikuti mamahnya, Sam Hoa niocu, mengejar keluar.
Tiba di istal kuda, tampak dua ekor kuda telah menderita luka dan rebah di tanah. Saat itu barulah Su Ciau mengetahui bahwa Cin Hong Ing telah melarikan kuda kurus Pemburu-petir.
Kini baru jelaslah persoalannya. ,Cin Hong ing telah mencuri pedang Thian-liong-kiam dan kuda Pemburu-petir. Dua benda yang menjadi milik dari paderi Tay To.
Adalah karena melihat Su Ciau itu 'seorang pemuda-yang jujur maka Tay To hweshio mau meerimanya sebagai murid. Sesungguhnya hal itu sudah melanggar peraturan perguruannya.
Karena hanya orang2 yang menjadi penganut agama Hud-kau boleh diterima sebagai murid.
Tetapi Su Ciau memang berbakat bagus. Tay To sayang sekali kepada, pemuda itu dan menurunkan seluruh- kepandaiannya kepada 'Su' Ciau.
Bahkan muridnya ,itupun 'juga- diberi' pedang' 'Thian-liong-kiam dan kuda Pemburu-petir , Saat itu Sam Hoa niocu 'dan Su Ciau termangu-mangu. Keduanya tahu bahwa kuda Pemburu petir itu seekor kuda yang sakti larinya.
Percuma m?reka hendak' mengejar Hong Ing. Sesaat kemudian barulah Su Ciau meminta keterangan kepada Sam Hoa niocu : "Mah, sebenarnya apakah yang telah terjadi" tanyanya. Sam Hoa niocu tertawa dingin. "Sebelumnya telah kukatakan kepadamu bahwa Hian-li Lim Sam Kho itu bukan manusia baik.
Muridnya menikah, dia tak mau datang. itu saja sudah mencurigakan. Dan kini pusaka kita pun telah hilang. Tahukah engkau ?".
Su Ciau terbeliak. "Apa hubungannya dengan Hong Ing. mah" tanyanya pula. "Bujang perempuanku dengan mata kepala sendiri melihat bahwa gadis itulah yang mencurinya.Tetapi karena sudah terjirat dalam jaring asmara, maka Su Ciau. menghibur mamahnya dengan kata2 yang setengahnya hendak melindungi Hong Ing.
"Ah, benda itu sih tak ada harganya. Kalau Hong Ing memang menyukai, biarlah' diambilnya. "Perlu apa kita ribut" ?"'.
Karena marahnya, wajah Sam Hoa niocu sampai- pucat lesi, "Jika engkau anak kandungku 'sendiri, saat ini engkau tentu sudah kubunuh !" seru wanita itu' dengan gemetar, seraya terus berputar tubuh dan dengan napas terengah-engah melangkah keluar.
Begitu keluar ke ruang besar, para tetamu pun ternyata sudah tahu akan peristiwa yang telah terjadi.
Tengah menghadap para tetamu maka Su Ciaupun segera mengangkat bicara dengan nada yang serius.
"Para paman dan sahabat2 sekalian yang terhormat. Mamahku dan calon mempelai perempuan telah timbul salah faham. Karena marah, calon mempelai perempuan telah tinggalkan rumah ini.
Tetapi hal itu adalah urusan dalam rumah tanggaku. Harap sekalian tetamu tetap menghadiri perjamuan dan silahkan menikmati apa yang kami persembahkan, Dan maaf, apabila terdapat pelayanan yang kurang memuaskn dan kesalahan2.
sudilah kiaranya paman, sahabat dan para tetamu yang t?rhormat memberi maaf.
Barangsiapa yang meninggalkan meja perjamuan ini, dapat kuanggap seperti tak memandang muka Su Ciau".
Sudah tentu sekalian' tetamu tertegun mendengar ucapan tuan rumah yang juga mempelai lelaki itu. Terp aksa mereka menurut, demi menghormat nama baik k eluarga Tan.
Lenyapnya Cin Hong Ing sudah empat puluh hari lamanya. Lilin2 daiam 'ruang perjamuan sudah beberapa kali diganti yang baru. Walaupun sudah terlalu lama harus tinggal di gedung keluarga Tan.
Tetapi karena ikut perihatin atas kemalangan yang menimpah Su Ciau, terpaksa para tetamu itu tinggal terus di rumah Su Ciau.
Selama empatpuluh hari, tiap hari Su Ciau keluar untuk menyelidiki berita dan jejak Hong Ing tetapi selama itu Hong Ing lenyap bagai ditelan bumi.
Adalah pada hari itu, tiba2 ia melihat seorang pemuda cakap dan gagah muncul di kota situ dengan mengendarai seekor kuda kurus.
Su Ciau terkejut. Jelas kuda kurus itu adalah kuda Pemburu-petir miliknya. Segera ia menyongsong pemud a itu dan menanyainya.
Pemuda itu mengatakan bahwa kuda itu diketemukaimya di dalam hutan. Mendengar itu. Su Ciau diam2 girang. Ia tak mau menceritakan tentang peristiwa Hong Ing dengan kuda itu kepada pemuda cakap.
Ia hanya mengeluarkan tiga ribu tail perak, diberikan kepada pemuda itu dan m?nyatakan ia hendak membeli kuda kurus yang dinaiki si pemuda.
Pada masa itu, harga barang2 begitu rendah. Tigaribu tail perak merupakan jumlah uang yang besar sekali. Keluarga Tan memang kaya, bagi Su Ciau, uang tigaribu tail perak, bukan apa.
"Bagaimana potongan muka pemuda itu ?" tiba2 Ui Hong lng menyela pertanyaaan. Setelah Su Ciau memberi gambaran tentang wajah dan perawakan pemuda cakap itu, diam2 Hong Ing tahu bahwa yang dimaksudkan pemuda itu tentulah pemuda yang menitipkan pelana kulit beruang salju dan pedang Thian-liong-kiam kepadanya itu.
Tentulah pemuda itu Cong Tik. Setelah membeli kuda kurus, yaitu itu Su Ciau terus hendak menuntunnya pulang. Tetapi tiba2 di tengah jalan ia bertemu dengan (Ui). Hong Ing yang marah2 dan menuduhnya sebagai pencuri kuda.
"Saat itu aku girang sekali karena sudah dapat menemukan engkau, kata Su 'Ciau mengakhiri ceritanya. la masih menganggap bahwa Ui Hong Ing itu adalah Cin Hong Ing, tetapi saat itu engkau bersikap aneh' sekali kepadaku, Seolah~0lah engkau tak kenal' lagi kepadaku dan tetap menuduh' aku seorang pencuri.
Kupikir karena engkau masih marah atau karena engkau menderita kegoncangan batin akibat cekcok mamahku, maka ,engkau bingung dan berobah. Maka saat begitu kuminta engkau datang ke rumah. Kupikir, perlahan-lahan tentu dapat Kujelaskan kepadamu sehingga kemarahanmu reda dan engkaupun ' tenang kembali".
Oh ! desah Hong Ing setelan mendengar selesai cerita Su Ciau. Tetapi masih ada beberapa hal ia belum jelas.
Soal itu segera 'ditanyakan kepada Su Ciau, apa sebabnya pada hari berdua mempelai hendak bertemu, tiba2 Sam Hoa niocu marah2 dan bertengkar dengan mempelai perempuan.
' "O, kebetulan sekali." kata Su Ciau, "akupun justeru hendak bertanya kepadamu, apakah gu nanya engkau mengambil benda itu ". Pertanyaan itu membuat Hong Ing terkesiap sejenak ia berpaling ke belakang dan deliki mata .
Engkau ngaco belo lagi ! Barang apa yang kuambil "' serunya.
Su Ciau tertawa. "Ah, _anggap saja aku akan melanjutkan ceritaku lagi, Mamah marah2 kepada mempelai perenpuan karena nona mempelai itu telah mengambil pusaka dari keluarga Tan yang sudah dimiliki selama beberapa keturunan!".
"Pusaka apakah itu sehingga mamahmu _sampai begitu marah " Tanya Hong Ing. "Sebenarnya barang itu tak berharga dibicakan," sahut Su Ciau, "tetapi kakek moyangku sejak tujuh turunan yang lalu pernah meninggalkan pesan. Apabila anak cucunya h?ndak mengangkat nama dalam dunia persilatan, haruslah memiliki benda itu. Kemudian setelah anak cucunya melihat benda itu tiada suatu ciri yang istimewa, merekapun menganggap benda itu tak ada pengaruhnya apa2. Mungkin hanya sekedar pesanan biasa dari seorang tua yang hendak menjelang kematian.
Tetapi sekalian demikian, demi menghormat pesanan leluhur ,kami menganggap benda itu sebuah benda yang keramat dan berharga.
Bahkan pada saat menutup mata, ayahkupun menegaskan soal benda itu kepadaku".
Mendengar Su Ciau hanya omong seenaknya sendiri, Hong lng melengking marah : "Ih, engkau ini memang. Masakan bicara saja harus melingkar-lingkar tak keruan. Apakah sebenarnya benda itu '!" .
"Ah, hanya sebuah pelana kuda dari kulit beruang salju ' sahut Su Ciau tenang. "Pelana beruang salju ?" Hong Ing melengking kaget.
, Su Ciau g?mbira. Segera ia memeluk Hong Ing. "Ah, Hong Ing, akhirnya engkau teringat juga. Tetapi apa guna engkau mengambil pelana kuda itu ".
Sudah tentu Hong Ing tak merasa mengambil pelana itu'. Bahkan ia juga tak tahu apa gunanya benda itu.
"Lepaskan !' teriaknya dengan kemalu-maluan. '' Mengapa, Hong Ing?" Su Ciau terkejut." Bukankah kita sudah terangkap sebagai suami isteri ?".
Hong ing makin jengah. Diam2 ia memaki. Su Ciau seorang pemuda yang gila cinta atau dibutakan oleh cinta. "Aku tak dapat' bernapas", serunya dengan mendongkol.
Terpaksa Su Ciaupun melepaskan karena kuatir sang kekasih itu marah. Diam2 Hong Ing menimang dalam hati. Peristiwa yang dialami Su Ciau itu memang aneh sekali. Siapakah sesungguhnya gadis yang bernama Cin Hong Ing itu ".
Mengapa rupanya sangat mirip sekali dengan dirinya sehingga Su Ciau sampai tak dapat membedakan `". Pikiran Hong Ing melamun lebih lanjut.
teringat bahwa dirinya- sudah sebatang kara. Bagaimana asal usul dirinya, iapun tak tahu. Siau cinjin tak mau memberitahu. Apakah gadis Cin Hong Ing mempunyai hubungan darah dengan aku ?".
Akhirnya tibalah Hong Ing pada suatu dugaan begitu. Serentak rasa 'keinginannya untuk mengetahui rahasia gadis Cin-Hong Ing, makin meluap.
Merenungkan cerita Su Ciau tadi. ia merasa ada sesuatu yang ganjil. Cepat ia menanyakannya. "Aneh ceritamu itu. Kalau dia benar2 suka kepadamu tetapi memang menginginkan sekali akan pelana beruang salju itu, mengapa setelah mendapatkan benda itu, dia tak terus meninggalkan rumahmu " Mengapa setelah mamahmu mengetahui hal itu, baru dia melarikan diri ?" .
Saat itu 'tiba2 timbul suatu pikiran baru dalam hati Su` Ciau. Dia mulai meragu adakah Hong lng yang membonceng kuda bersamanya itu, benar2 Cin Hong Ing nona mempelainya. Atau"`Hong Ing nona yang lain.
Pemikiran itu timbul ketika mendengarkan pertanyaan Hong Ing saat itu. Iapun segera menjawab sekenanya saja.
"Aku juga tak tahu, katanya, "sebenarnya Hong Ing itu juga mencintaiku, Mungkin dalam peristiwa itu terselip suatu kesalahan faham.
Karena tak dapat menggorek keterangan lebih lanjut. diam2 Hong lngpun merancang lain sia sat. Ia hendak menanyakan kepada suhunya tentang asal usul p?lana bulu beruang salju itu.
Demikianlah mereka tiba' di perbatasan Ciat-'kiang. Setelah menyeberangi sungai Hok-jun-kiang. Haripun sudah gelap. Empat penjuru puncak gunung tertutup kabut. Mereka memperhitungkan bahwa dalam empatpuluh sembilan hari,` tentu dapat mencapai tempat tujuan.
Maka tak perlulah harus menempuh perjalanan siang malam.
Merekapun segera mencari rumah penginapan di kota yang terdekat. Rumah penginapan itu tampaknya kecil dan kurang bersih.
Tetapi ketika masuk, ternyata cukup dalam dan luas. Mempunyai kamar lebih dari dua puluh buah. Su Ciau dan Hong Ing masing2 memakai kamar sendiri.
Selama menempuh dalam perjalanan beberapa hari ini, Hong Ing makin mempunyai keinginan untuk mengetahui tentang diri- nona pengantin yang kebetulan bernama Hong Ing dan wajahnya mirip dengan dia.
Walaupun belum pernah berjumpa tetapi tetapi entah bagaimana, ia mulai memperhatikan nona itu.
kemudian dia menimang bahwa untluk menyelidiki diri nona, Cin Hong Ing itu, satu~satunya jalan hanyalah 'harus bertanya kepada Cong Tik ,pemuda cakap itu. Pemuda itulah yang menitipkan tiga buah benda kepadanya : pelana bulu beruang salju, pedang Thian-liong-kiam dan kuda kurus pemburu petir.
Merenungkan kuda kurus, tiba2 pikirannya terhenyak, Ia ingat bahwa iapun mempunyai kuda kurus mirip dengan itu! Dan kuda kurus itupun mempunyai kegemaran yang sama dengan kuda kurus Pemburu petir.
Tidak suka makan rumput tetapi hanya mau makan-nasi dan daun kobis saja.
Ketika ia pergi karena kuatir menimbulkan suara, maka kuda kurus itu pun ditinggalnya.
Entah bagaimana sekarang dengan kuda itu. Memikirkan kudanya yang kurus itu, diam2 ia menyesal mengapa tak dibawanya saja turun gunung.
"Tetapi ah. kuda itu terlalu kurus dan makannya minta Istimewa. Kalau kebetulan berada di hutan, dia tentu tak dapat memberikan nasi. Ah, .sudahlah. Memang lebih baik kutinggalkan saja. Suhu tentu akan memperhatikan kuda itu." katanya meng hibur hatinya sendiri.
_Sebenarnya setelah mengalami beberapa peristiwa aneh dalam perjalanan itu. Hong ing sudah memutuskan pulang saja tetapi karena ia telah mencopotkan tiga mutiara itu dari pelana kuda kulit beruang salju.
Terpaksa ia tangguhkan dulu, dan secara tak terduga2 ia telah mengalami peristiwa baru lagi di rumah Su ciau.
"Ah, Cong Tik tentu akan mencari aku ketika dia mengetahui tentang hilangnya ketiga butir mutiara itu" pikirnya.
Karena memikirkan hal itu, Sampai Setengah malam belum juga Hong ing dapat tidur.
Kamarnya itu dekat dengan kamar yang dipakai Su Ciau. Saat itu sudah menjelang malam, tiba2 ia mendengar bunyi yang ganjil dari kamar cu siau.
Maka ia mendengarkan dengan Seksama, ia makin tertarik. Kiranya suara itu berasal dari orang tidur yang kepalanya dibungkus dengan selimut dan tengah m?ngingau atau mengimpi.
Diam2 Hong Ing geli. Begitu besar' cinta Su Ciau kepada Cin Hong Ing, begitu keras pemuda itu memikirkan nona pengantinnya sehingga sampai tidurpun ia berbicara dalam mimpinya.
. Hong Ing tak mau menghiraukan pemuda itu lagi. Iapun segera pejamkan mata. dan tak berapa 'lama segera jatuh pulas.
Keesokan harinya ketika bangun. ternyata hari sudah tinggi. Cepat Hong Ing loncat bangun menyisir rambut lalu membuka pintu.
Ternyata jongos sudah menunggu di muka pintu kamarnya. Begitu melihat Hong lng, jongos 'itu menghela napas longgar.
"Ah, nona sudah bangun, serunya, "aku justeru hendak mengetuk pintu kamar nona". "Kenapa "' tegur Hong Ing. Jongos tertawa. ' "Nona seorang diri menyewa sebuah kamar dan sampai siang begini belum bangun. Kami kuatir terjadi apa" pada diri nona.". "Oh Hong Ing mendesuh dan menganggap hal itu memang sudah menjadi peraturan dalam ru mah penginapan disitu.
Tetapi sesaat kemudian ia terkejut. Apa`maksudnya jongos itu mengatakan bahwa dia seorang tetamu wanita sendirian. Gila l Bukankah ia menginap bersama Su Ciau, mengapa dikatakan hanya seorang diri ".
"Apakah Tan kongcu sudah bangun "' tanyanya. ' Jongos itu terbeliak.
"Tan kangcu siapa "'' .
"Pemuda yang datang bersama aku semalam, ia mengambil kamar bertanda' Hian" kata Hong Ing. Seketika wajah Hong ing jadi pu?at. "Nona, karena sudah siang hari begini, aku masih tak 'kaget. Tetapi andaikata nona mengajukan pertanyaan semacam itu pada malam hari, tentu aku sudah pingsan".
. "Enyah !" karena jongos itu tak keruan 0mongannya, Hong Ing mengusirnya dan ia terus menuju kekamar yang dipakai Su Ciau.
"Nona, harap 'jangan mengganggu kamar itu" teriak jongos tadi. Hong Ing berpaling. Dilihatnya jongos itu pucat sekali dan gemetar.
"Aneh, aku hendak mencari Tan kongcu,mengapa tak boleh ?" lengking Hong Ing.
"Nona, jangan bergurau". seru jongos itu, "Tan kongcu siapa yang hendak engkau cari ?".
"Yang tadi malam datang bersama aku !" teriak Hong Ing yang rupanya tak sabar lagi.
Ribut2 antara Honglng dengan jongos itu menimbulkan' kejut pemilik rumah penginapan yang bersama beberapa jongos segera menghampiri.
Mendengar keterangan HongIng, merekapun saling berpandangan. Beberapa saat kemudian baru pengurus rumah penginapan maju dan memberi hormat kepada Honglng.
"Nona, maafkan apabila kami tak mengerti olok2 nona. Jelas semalam nona hanya datang seorang diri, masakan nona mengatakan kalau bersama seorang Tan kongeu ?".
Bermula Hong ing terkesiap. Ia bersangsi apakah ia tengah b?rmimpl saat itu. Kemudian menyadari bahwa rumah penginapan itu jelas sebuah penginapan hitam.
"Bagus" ia tertawa dingin, "kalian kira aku mudah kalian permainkan, bukan ?".
Cepat ia berayun maju dan menyambar lengan pemilik penginapan itu.
Hong Ing tahu bahwa sebagai murid dariTay To hweshio. tentulah Su Ciau mempunyai ilmu kepandaian`yang`tinggi. Bahwa Su Ciau telah hilang lenyap tiada berbekas, Hong Ing mempunyai kesimpulan bahwa pengurus rumah penginapan itu tentu seorang tok?h Silat yang lihay.
Jika tidak, tak mungkin dapat menculik Su Ciau. Bahkan kemungkinan pengurus' rumah penginapan itu seorang kojiu atau jago kelas satu dari golongan hitam.
Setelah memperhitungkan hal itu maka sekali serang, Hong Ingpun segera gunakan jurus Khi-jong-gu-tou, salah sebuah jurus yang hebat dalam ilmu silat Thian-jio-eiang-hwat.
Selekas telapak tangan menyentuh lengan 0rang, ia terus mengganti dengan gerak mencengkeram. Begitu berhasil mengcengkeram terus dilemparkan keluar.
Ternyata pengurus penginapan tak mengerti ilmu silat sama sekali. Ia menjerit-jerit kesakitan dan tubuhnya melayang sampai beberapa meter lalu roboh tak bersuara lagi.
Hong Ing terkejut, serunya : "Hai, mana pemilik rumah penginapan ini ".
iLekas keluar kesini ! Orang2 golongan Hitam aku kenal semua. Bahkan Malaekat-tolol Sim Yong Kan itu adalah murid keponakanku. Kalian orang2 macam begitu, masakan tak mau tunduk kepadaku?".
Saat itu kawanan jongos yang datang bersama kuasa penginapan itu tegak terpukau.
Tiba2 seorang lelaki tua keluar. Sembari berjalan orangtua itu 'berkata : I . "Aku situa ini adalah pemilik penginapan disini. Kesalahan apakah yang telah dilakukan oleh orang-orangku. harap nona suka memberi maaf.
Melihut orang tua itu berjalan dengan lemah dan napas terengah, tahulah Hong lng kalau orang tua itu seorang yang lemah' dan tak mengerti ilmu silat.
Diam2 Hong Ing menyesal karena telah menganiaya seorang yang tak mengerti ilmusilat sebagai si kuasa penginapan tadi. Ia tak mau lagi berbuat begitu terhadap pemilik penginapan yang sudah tua itu.
la berkata dengan tenang : "Semalam aku datang bersama Tan kongcu untuk menginap disini. Tetapi pagi ini mereka rnengatakan kalau aku hanya datang seorang diri. ".
Apakah-tidak menjengkelkan hati ?" . ` Orangtua itu terbeliak.
"Eh, bagaimana nona dapat berkata begitu. Kemarin malam aku pun menyaksikan sendiri kalau nona datang sendirian. Tak ada yang dikata Tan kongcu itu".
Hong Ing marah lagi, "Hm, kiranya engkau juga manusia busuk !" dengusnya terus hendak menyambar orangtua itu.
Tetapi sebelum tangan Hong Ing bergerak orangtua itu sudah jatuh sendiri, Hong Ing cepat berputar tubuh dan bum ! secepat itu pula ia menghantam pintu dari kamar bertanda Hian yang tadi malam dipakai Su Ciau.
Walaupun setengah bulan yang lalu menderita luka karena dibentur dengan pikulan batu oleh si pendek Ciok Liu Seng, tetapi berkat minum pil Jit-l1oan~leng~tan dari Tay To hweshioi yang mujarab sekali, tenaga-dalam Hong Ing masih cukup penuh. Andaikata Hong Ing tak punya ilmu tenaga-dalam Thian-jio-kang dari Siau Yau cinjin yang istimewa dan tersendiri alirannya. tentulah ia sudah sembuh. Karena pil Jit-hoan-leng~tan itu dibuat selama duapuluh tahun oleh paderi Tay 'to yang mengumpulkan berbagai daun obat istimewa sebagai ramuan.
Karena tubuh Hong Ing sudah memiliki dasar2 ilmu tenaga dalam Thian-jio-kang yang istimewa itu maka pil Jit?hoan-leng-tan hanya mampu lindungi dirinya selama empatpuluh sembilan hari saja.
Selewatnya waktu itu, lukanya tentu akan kambuh lagi.
Karena marah, Hong Ing telah menggunakan sembilan bagian dari tenaganya untuk m?nghantam. Pintu berderak-derak hendak roboh. Sekali lagi Hong Ing ,menyusuli dengan s?buah tendangan, dan pintu itupun tumbang seketika.
Jongos terlongong~longong, Hong Ing sendiri terlongong ketika melihat keadaan dalam kamar itu.
Sebuah kamar kosong yang penuh dengan galagasi dan debu'kotoran yang tebal. Jelas kamar itu sudah lama tak dipakai orang.
Dan yang paling mengejutkan Hong Ing yalah, di tengah kamar itu terdapat sebuah peti mati yang penuh debu tebal. Hong Ing tercengang. Jelas ia masih ingat bahwa tadi malam Su Ciau telah memilih kamar yang bertanda Hian itu.
Bahkan pemuda itu sebelum masuk tidur telah menganggukkan kepala kepadanya.
Tetapi mengapa kamar itu kosong melompong dan berisi dengan sebuah peti mati ".
Hong Ing benar2 kehilangan faham. "Nona, kuminta nona jangan membuka kamar itu" kata jongps penginapan, "empat tahun yang lalu, seorang nona menginap sendirian disini. Keesokan harinya, dia mati menggantung diri dengan meninggalkan tulisan supaya kami menaruh peti matinya dalam kamar ini. Katanya, nanti tentu akan datang orang yang akan mengambil peti matinya.
Tetapi sampai empat tahun lamanya, bukan saja tak adan orang yang datang mengambil, bahkan tiap kali sering terjadi ribut2 karena muncul setan. Tindakan nona ini. tentu akan menyebabkan malam nanti kita harus ketakutan !".
Serentak teringatlah Hong Ing akan bunyi aneh dalam kamar sebelah. Ia kira suara itu berasal dari Su Ciau yang tengah mengingau dalam mimpinya.
Apakah suara itu berasal dari setan peti mati itu ". Membayangkan setan, diam2 Hong Ing bergidik. la mundur selangkah dan berkata seorang diri.
"Aneh, lalu dimanakah tadi malam Su Ciau tidur '" Apakah aku benar2 datang seorang diri "' Ia hampir kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri.
Dicobanya pula untuk memandang ke dalam kamar itu.
Ah. tampaknya memang sebuah kamar kosong yang sudah lama tak pernah ditinggali orang.
Akhirnya dengan penuh keheranan. ia bertanya "Taruh kata aku memang datang sendirian tapi apakah aku naik seekor kuda kurus ?".
Saat itu si pemilik penginapanpun sudah bangun sendiri. Mendengar pertanyaan si nona. ia segera menyahut : "Tadi malam ketika datang, nona seperti menderita luka. Bahkan berjalan saja. nona sangat pelahan sekali. Bagaimana mungkin nona membawa seekor kuda kurus ?".
Seketika timbul kecurigaan Hong Ing, jangan2 pemilik penginapan itu memang telah menculik Su ciau dan merampas kuda kurus. 'tetapi ia mendapat kesan bahwa pemilik rumah penginapan dan kawanan jongos disitu, seperti bukan orang2 golongan kaum hitam.
Saat itu Hong Ing benar2 bingung memikirkan. Sampai beberapa saat, tetap ia belum dapat memecahkan persoalan yang aneh itu. Karena hatinya bingung, iapun tak mempunyai selera untuk makan.
Setelah membayar rekening penginapan ia segera melangkah keluar. Dijalan raya banyak orang berjalan hilir mudik. Jauh di sebelah muka. tampak sungai Hok-jun-kiang yang dikelilingi alam yang permai.
"Ah, jelas aku tidak bermimpi' katanya dalam hati. Tetapi tak putus herannya, mengapa dalam waktu semalam saja, Su Ciau dan kuda kurus itu sudah menghilang tak ketahuan jejaknya.
Dan mengapa pemilik penginapan serta jongos2 dengan serius mengatakan bahwa ia hanya datang seorang diri ke rumah penginapan itu ".
Andaikata ia menceritakan peristiwa itu kepada orang, tentu tak percaya. Bahkan orang tentu menganggapnya sedang mengingau.
Saat itu ia berjalan pelahar lahan. Lukanya masih belum sembuh. Jika ia tinggal terlalu lama dikota itu, tentu lukanya akan kambuh lagi. Lebih baik ia pulang sendiri ke guha Siau yan-tong. Setelah lukanya sembuh, baru ia akan menyelidiki lagi peristiwa yang aneh itu.
Segera ia membeli seekor kuda lalu menuju ke Selatan. Selama dalam perjalanan, ia tak mengalami peristiwa suatu apa.
Kuda yang dibelinya itu sudah tentu tak mampu menyaingi kecepatan lari si- kuda kurus Pemburu-petir. Sudah tentu ia tak dapat cepat2 menempuh perjalanan. Tiba di perbatasan Hun-lam,ia menghitung waktunya sudah berjalan empatpuluh hari.
Gunung Ke-tiok-san terletak, di dekat telaga Ji-hay (Gun-beng-ti), Walaupun jaraknya hanya empatratus li, tetapi jalanan penuh dengan gunung dan puncak yang sukar dilalui.
Apabila tak menempuh jalan siang dan malam. mungkin dalam sembilan hari lagi ia'tentu tak dapat mencapai tempat itu .
Saat itu barulah 'Hong Ing menyesal karena ilmu kepandaiannya masih rendah tetapi ia berani turun gunung tanpa memberitahu kepada gurunya.
Tetapi memang aneh sekali perangainya'. Walaupun selama turun gunung itu ia menghadapi petiwa yang berbahaya tetapi ia gembira juga.
Semakin aneh peristiwa yang dideritanya, semakin besar kegembiraan hatinya. Di samping itu iapun mengikat perkenalan dengan beperapa orang antara lain pemuda cakap Cong Tik.
Sejak kecil mula dia telah ikut dengan Siau Yau cinjin di guha Siau-yau-tong. Selama masa
kanak kanaknym ia lewatkan dalam kehidupan yang sunyi.
Orang2 mengatakan bahwa ia seorang anak perempuan, Seorang gadis yang cantik. Tetapi ia tak bangga bahkan tak merasa gembira karena menjadi gadis cantik. Ia anggap cantik itu hanya untuk hidangan mata orang.
Mengapa ia harus memuaskan pandang mata orang. Tidakkah lebih baik ia memuaskan hatinya' sendiri saja ".
Oleh karena itu maka ia tak mau bedak dan pupuran ataupun memakai gincu untuk merah bibir dan pipinya.
Iapun tak menyukai pakaian yang mewah. Ia tak ingin disebut cantik dipuji-puji orang, Tetapi heran, mengaya, selama itu, orang tetap memuji kecantikannya ".
Dan ada suatu hal yang ia Sendiri, tak mengerti mengapa harus Begitu. Ia memang sering melihat gadis cantik tetapi ia sendiri tak suka dengan anak perempuan dari pada dengan pemuda.
Mungkin hai itu disebabkan karena ia kerap sekali bergaul dengan anak2 muda. Tetamu sahahat suhunya yung sering berkunjung ke guha Siau-yan tong, kebanyakan 'tentu lelaki2 yang sudah setengah umur dan tua.
Mungkin disebabkan hal itu! maka ia tak senang bergaul dengan kaum lelaki.
Demikian kisah hidupnya selama ini. Dan ketika untuk pertama kali turun gunung, sekaligus ia telah berkenalan dengan beberapa pemuda yang cakap dan sopan seperti Cong Tik.
Yang ter-gila2 kepadanya karena salah mengira kalau calon mempelainya, sebagai Su Ciau.
Ya ng pendek 'seperti kedua saudara Lo Thian dan Lo Te s erta Ciok Liu Seng. Yang tinggi seperti Malaekat~tolol Sim yang Kan dan lain2.
Demikian lamunan2 pengisi waktu di kala-ia menunggang kuda menempuh perjalanan seorang diri.
Hari itu dia hanya menempuh perjalanan sejauh tiga empatpuluh li saja. Menghadapi jajaran gunung yang menjulang tinggi. ia anggap kuda yang dinaikinya itu tak berguna.
Lebih baik ia lepaskan saja dan berjalan kaki. Dengan berjalan kaki malah dalam semalam itu ia dapat mencapai enampuluh li. Setelah melin tasi dua buah gunung. ia bergegas menuruninya.
"Saat itu ia hanya kenal arah tetapi tak kenal jalanan. Untunglah malam itu rembulan bersinar terang sehinga menjelang terang tanah. ia dapat menentukan jalan b?sar lagi, Ketika ia bertanya pada orang di jalan kebetulan sekali memang jalan itu menuju ke telaga Ji-hay.
Ia gembira, semangatnyapun timbul. Ia segera nrenyusur jalanan itu dan menjelang petang hari. tibalah ia dilereng gunung.
Tak berapa lama berjalan di kejauhan ia melihat gerumbul pohon berjajar-jajar' dalam warna yang menyejukkan pandang mata. Pohon2 itu memancarkan beberapa macam warna.
Hong Ing tahu bahwa di daerah pegunungan Hun~lam itu, banyak terdapat kabut berbisa.
Semua berjumlah tigab?las macam kabut beracun. Setiap pohon, hutan' ataupun lembah yang memancarkan beraneka warna,`disitu kabut' beracun tentu makin banyak. Sekali terkena salah satu lapisan kabut beracun itu, tentu sukar tertolong jiwanya.
Terpaksa ia harus berjalan mengitari tempat itu. Tetapi tempat yang dilaluinya itupun banyak bertebaran embun dan asap. Ia memperhatikan benda2 yang berkilau-kilauan di atas pohon2 itu.
Ah, ternyata benda2 itu tak lain adalah kupu2 besar yang berwarna pelangi.
Ia terus langkah menghampiri pohon2. Dan memang ia suka usil. Tangannya menyambar nyambar dan berhasil menangkap dua ekor kupu besar. Memandang kemuka ternyata pohon2 dalam hutan disitu penuh dihinggapi kupu2 besar.
Jumlahnya meliputi puluhan ribu ekor. Hong Ing seperti berada dalam sebuah taman yang penuh dengan beraneka bunga indah.
Dia menangkapi seperti memetik bunga. Yang satu lebih indah dari yang lain. Habis menangkap ini, ingin Inenangkap itu. Habis itu, ingin lagi yang lain.
Selagi' dia tengah dibenam dalam menangkap kupu2, tiba2 dari belakang terdengar orang berseru : "O, kukira siapa, ternyata nona Ing.".
Bukan kepalang kejut Hong Ing. Cepat ia berpaling dan serentak ia menyurut mundur tiga langkah seperti orang yang hendak disambar ular.
Ternyata yang muncul dibelakangnya itu adalah si muka segitiga Lu Kong Cu, ketua perkumpulan Naga. Orang itu mencekal sebatang kipas.
Ia tertawa sinis sambil berkipas-kipas. Teringat bagaimana waktu dalam kuil tua, ia pernah mempermainkan dan menampar muka simuka segitiga itu, Hong Ing serasa terbang semangatnya.
Tanpa terasa dua ekor kupu2 besar yang berada dalam tangannya, terlepas lagi dan terbang.
Lu Kong Cu tetap berkipas-kipas, serunya : "Nona Ing, tempatku ini disebut Lembah Kupu2 Sepanjang tahun penuh dengan kupu. Kalau engkau suka, bolehlah kuserahkan seluruh lembah ini kepadamu." .
Hong Ing ,tertawa paksa. "Terima kasih ' sahutnya "silahkan pakai sendiri saja." .
` Lu Kong Cu menengadahkan kepala tertawa gelak2. Kumandangnya Jauh menyusup kedalamh hutan.Ratusan ekor kupu2 yang hinggap pada terkejut dan berhamburan terbang.
Beberapa saat 'kemudian, Kipas-naga Lu Kong Cu hentikan tawanya dan berseru , "Sudah barang tentu takkan kuserahkan kepadamu secara percuma. Aku hanya ingin menukarnya dengan sebuah benda. Apakah engkau, mau ?" .
Sesungguhnya Hong Ing tertarik akan pemandangan di lembah itu. Pikirannya,, apa membangun beberapa buah rumah di tempat ini bukankahseperti tinggal di tempat dewa.
Jauh dari keramaian dan kesibukan dunia, dekat dengam alam yang indah permai.
"Engkau ingin menukar dengan benda apa " tanyanya. "Pelana kuda dari bulu beruang salju !" sahut Lu Kong Cu. Tergerak hati Hong Ing. Sayang barang itu tidak berada padaku. Kalau ada sudah tentu aku mau tukar menukar. Perlu apakah engkau dengan pelana itu ".
Ingin Hong Ing mengorek keterangan dari mulut Lu Kong Cu tentang rahasia dari pelana kulit beruang salju itu. Budak itu mengatakan berada padamu, t?tapi engkau bilang tidak. Kalau hendak main2 dihadapan tuanmu ini, hanya cari penyakit saja !".
Cret, kipas bajapun ditebarkan lalu ditudingkan ke arah Hong Ing, serunya : ` "Aku tak percaya kalau engkau mampu lolos dari kipas ini !" .
Memang Hong Ing menyadari bahwa tak mungkin ia mampu melawan orang itu. Apalagi saat itu sedang menderita luka dan harus menghadap gurunya.
Kalau sampai tertangkap oleh Lu Kong cu, tentu matilah ia. Tiba2 ia melenggking keras dan tubuhnya menggeliat maju seraya lepaskan dua buah pukulan. Memang ia sudah nekad. Lebih baik mendahului daripada didahului.
Lu Kong Cu tertawa dingin. Tubuhnya condong ke samping, kipas dijungkatkan ke atas lalu pelahan-lahan bergerak mengarah jalan darah tangan Hong Ing.
Serangan Hong Ing 'memang cepat sekali. Kalau tidak karena ilmu' pukulan Thian-jimciang itu memiliki perobahan yang sukar diduga tentulah tangannya sudah terkena tutukan kipas lag".
Cepat ia tarik kembali pukulannya Selekas tubuh mengendap ke bawah, cepat dia membalikkan telapak tangannya ke atas.
Tangan kiri melindungi dada, tangan kanan ditarik k?-belakang.
Lu Kong Cu bukan jago sembarangan. Bahwa tangan kanan Hong Ing malah disurutkan kebelakang dan tak menyerang, dianggapnya sebagai siasat murahan.
Seorang tokoh silat setingkat 'kepandaiannya seperti Lu Kong Cu cepat' dapat melihat suatu lubang kelemahan pada fihak lawan.
Lu Kong cu tak mau menyia2kan kesempatan itu. Kipas baja ,segera bergerak dalam jurus Dewi Kwan Im mengambil anak.
Ujung kipas secepat kilat segera 'menutuk jalan darah Ki-bun-hiat pada dada sebelah kanan dari Hong Ing .
Jilid 4 Lembah Kupu2. Dalam bertempur, dilarang untuk memandang rendah lawan. Lu Kong Cu terlalu yakin bahwa Hong Ing itu bukan tandingnya. Dan memang ia mempunyai alasan untuk menganggap demikian.
Sekalipun begitu, tidak seharusnya ia memandang rendah kekuatan lawan.
Memang dalam ilmu silat, sering terdapat gerak2 tipuan. Demikian pula dengan ilmu pukulan Thian-jio~ciang. Ilmu itu penuh dengan gerak2 yang sukar diduga isi atau kosong, sungguh atau hanya tipuan.
Gerak menyurutkan tangan kanan yang dilakukan Hong Ing itu ternyata bukan suatu kesalahan sebagai yang diduga oleh lawan. Tetapi memang 'suatu gerak tipu yang memancing serangan lawan.
Gerakan menarik 'surutkan tangan kanan itu memang menyebabkan dadanya terbuka tak terlindung. Dan musuh tentu akan terpikat untuk menyerang dadanya.
Adalah karena terlalu yakin akan kepandaiannya dan memandang r?ndah lawan, Lu Kong Cu yang telah menjadi ketua dari ,perkumpulan Naga selama berpuluh tahun, telah alpa.
Begitu kipas menutuk ke dada, tiba2 tubuh. Hong Ing melengkung ke belakang dalam jurus Jembatan-gantung. Karena sasarannya merebah ke bawah, kipaspun menutuk angin.
Pada saat kipas tepat melayang diatas dada Hong Ing cepat menggeliat ke samping. Dengan ge?takkan kedua tangannya, ia menabas tangan lawan.
Dan keindahan dari jurus yang dilakukan oleh , Hong Ing 'itu, yalah tangan yang kiri hanya suatu gerak kosong, sedang tangan kanan suatu gerak yang sesungguhnya.
Lu Kong Cu terkejut sekali. Diam2 ia memuji kehebatan jurus Hong Ing Jika tenaga Hong Ing cukup sempurna, Lu Kong Cu mengakui dirinya tentu celaka.
Perkumpulan Naga itu merupakan .sebuah cabang persilatan yang mempunyai aliran ilmu silat, menitik beratkan pada ilmu gin-kang atau ilmu Meringankamtubuh.
Gerakannya macam gaya Naga berlincahan di udara. Dalam berlincahan, mengandung kedahsyatan.
Selekas mengempos semangat, tiba2 tubuh"Lu Kong Cu m?lambung ke atas sampai dua meter, bergeliatan lalu melayang turun kebumi lagi.
Tahu2 dia sudah berada pada jarak tiga empat meter jauhnya .
Kali ini Hong Inglah yang tercengang. Ia yakin bahwa pukulannya itu tentu dapat mengenai tangan lawan. Tetapi entah bagaimana cara lawan bergerak ia tak tahu.
Yang dilihatnya hanya sesosok 'bayangan hitam menutup pandang matanya dan tahu2tangannya menghantam tempat kosong.
Lu Kong Cu sudah jauh dari tempatnya.
"Pada saat ia masih terlongong-longong, ,Lu Kong Cupun sudah bergerak maju `lagi. Kipas yang kerangkanya terbuat dari baja itu segera bergerak gerak menutuk, memukul, menabas dan menampar.
Adakalanya digunakan juga. untuk menggu?ting.
Walaupun ilmu pukulan Tltian~jio ciang hebat sekali tetapi karena tenaga dalam Hong ing belum cukup kokoh, maka setelah bertahan sampai tujuh delapan jurus.
diapun menjadi kelabakan sekali. Tahu bahwa lawan lak mungkin dapat lolos lagi, Lu Kong Cupun tertawa-tawa gembira.
Setelah bertahan sampai beberapa jurus lagi, akhirnya Hong Ing tak kuat. Serentak ia berseru : "Berhenti l Aku bersedia memberikan pelana beruang salju bertahta mutiara itu kepadamu !".
Pada hal ia tak membawa pelana bertahta mutiara itu .Ia berkata demikian karena untuk menyiasati lawan supaya hentikan serangannya. Kemudian ia hendak mencuri kesempatan untuk melarikan diri.
Lu Kong Cu pernah merasakan pil pahit dari Hong lng waktu berada dalam kuil tua tempo hari.
& nbsp; Ia tahu bahwa Hong Ing itu nakal dan pintar men yiasati, banyak tipu daya.
"Ha, ha, ha", Lu Kong Cu tertawa gelak2 "engkau taruh dimana pelana bertahta mutiara itu lekaslah bilang. Kalau tidak, engkau tentu kukurung sampai mati lemas " .
Dalam berkata-kata itu, ia tak mau hentikan serangannya bahkan malah semakin gencar." . Terpaksa Hong Ing bertahan diri kemati-matian lagi sampai beberapa jurus. Dia kelabakan sekali. Itu saja karena Lu Kong Cu tak mau membunuhnya.
Coba dia mau. tentu sejak tadi dia sudah mati. Karena siasatnya tak termakan dan lawan bahkari masih menyerang gencar, Hong Ing makin bingung.
Sebenarnya Lu Kong Cu memainkan jurus permainan kipas lebih pelahan. Tetapi hal itu tak mengurangi ancaman bagi Hong Ing. Hong Ing masih tetap terkurung dalam sambaran kipas. Tak mungkin ia mampu meloloskan diri.
Tetapi anehnya ancaman kipas itu tak sampai melukai Hong Ing. Hong Ing mulai menyadari keadaannya. Adalah berkat minum pil Jit-hoat~leng~tan dari paderi''Tay To, maka lukanya dapat ditekan. Tetapi kalau la terus menerus berloncatan kian kemari dan menggunakan tenaga untuk bertahan. tentu akhir-nya akan habis juga.
Sekali hawa murni dalam tubuhnya berhamburan lenyap, ia tentu akan mati lemas.
Menyadari akan hal itu, dengan napas terengah2 ia berseru : "Apa yang engkau kehendaki, lekas katakan ! Lu Kong Cu mendengus dingin.
"Hm, lekas katakan dimanakahengkau taruh pelana bertahta mutiara itu !". Hong Ing tahu bahwa pelana bertahta mutiara itu sudah dibawa pergi Cong Tik tetapi ia tak tahu dimanakah pemuda itu berada. Karena Hong Ing tak tahu ,apakah Cong Tik itu bermusuhan dengan Lu Kong Cu atau tidak, maka setelah berpikir sejenak segera ia berseru , ' pelana bertahta mutiara itu kusembunyikan di kaki gunung Tay~pat-san. Lekaslah engkau 'cari kesana !".
Mendengar itu bukan menghentikan serangannya tetapi Lu Kong Cu malah maju merapat dan menutuk bahu kiri Hong Eng.
Hong Ing condongkan tubuh untuk menghindar lalu paksakan diri untuk balas memukul. Tetapi kali ini dialah yang termakan tipu. Temyata Lu Kong Cu mengisar kipasnya untuk menutuk bahu Hong Ing sebelah kanan.
Memang ilmu permainan kipas Naga dari Lu Kong Cu yang terdiri dari tigapuluh empat jurus itu khusus untuk menutuk jalandarah lawan. Diantaranya terdapat tujuhbelas jurus yang dapat digunakan untuk ke kanan dan kekiri dalam waktu yang secepat kilat.
jurus menutuk bahu kiri kemudian digeliatkan untuk menutuk bahu kanan tadi, disebut jurus Kian-tiau-jit-gwat atau Bahu-memikul-matahari-rembulan.
Khusus untuk menutuk kedua bahu 0rang. Jurus itu luar biasa cepatnya. Banyak tokoh kelas satu dalam dunia persilatan yang sukar terhindar dari serangan itu. Apalagi Hong Ing yang sudah kehabisan tenaga.
Bluk . , . jatuhlah ia ke tanah." Lu Kong Cu tertawa dingin, katanya :`"Apabila keteranganmu itu benar, pun aku tetap hendak merepotkan engkau 'supaya mengantarkan ke gunung Tay-pabsan.
"Celaka," diam2 Hong Ing mengeluh dalam hati. Rencana hendak menyiasat, malah ia sendiri turut termakan dalam siasatnya itu.
Sebenarnya tak apalah untuk kembali ke gunung Tay-paksan lagi. Tetapi' ia ingat daya kekuatan pil Jit~hoan-leng~tan itu hanya kurang beberapa hari lagi.
Pada hal lukanya itu tak ada orang yang' mampu menyembuhkan kecuali suhunya sendiri. Apabila ia kembali ke Tay-pat-san' lagi, jelas ia tentu akan mati.
Tetapi saat itu ia sudah dikuasai oleh Lu Kong Cu. ,Mau atau tak mau, suka atau tak suka' terpaksa ia harus menurut. Lu~Kong Cu membungkukkan tubuh' dan mengangkat tubuh Hong ing lalu dengan menggunakan ilmu ginkang Naga-terbang, sekali- loncat dia sudah mencapai tiga empat tombak dan' terus lari sampai setengah li jauhnya.
Tampak di sebelah muka sebuah karang yang tinggi. Batu karang berwarna putih seperti batu gi0k (kumala). Di bawah karang itu terdapat banyak sekali guha besar kecil.
Bentuknya menyerupai ruang batu.
Di Luar guha2~itupun terdapat banyak sekali kupu2. Lu Kong Cu menghampiri sebuah guha yang terletak di tengah. Segera dua orang anak kecil menyambut kedatangannya.
Lu Kong Cu menggerakkan tangan dan memberi perintah kepada kedua anak itu : "Lekas bawa keluar budak busuk itu !' . Kedua bocah lelaki itu mengiakan lalu berjalan keluar. Sedang Lu Kong Cu terus masuk kedalam guha.
Tampaknya memang seperti sebuah, tetapi alat2 perabot dalam guha itu mewah sekali. Keempat .dindingnya ditutup dengan sutera emas.
. Lantainya' diselimuti dengan permadani, Perkakas ruangan semua .terbuat dari batu marmer `rnerag dan kayu cendana yangdiukir indah sekali.
Setelah meletakkan Hong Ing dilantai, Lu Kong Cu lalu mengeluarkan seutas tali dari urat kerbau yang telah direndam minyak sampai bertahun2. "Kedua tangan Hong lng ditelikung' kebelakang dan `diikat dengan tali itu dan diikat lagi' pada Sebuah kursi.


Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu baru Lu Kong 'Cu membuka jalap darah Hong Ing tertutuk tadi.
Hong Ing coba2 untuk meronta tetapi' tak dapat berkutik. Pada waktu ia hendak bicara, tiba2 masuklah dua orang lelaki memanggul seorang pemuda. Ketika memandang ke arah pemuda itu, kejut Hong Ing bukan kepalang.
Cong Tik !. "Saudara Cong, eh, Cong toako !" serunya,"mengapa engkau jatuh ke tangan orang itu ?".
Sesungguhnya saat itu wajah Cong Tik tampak pucat lesi. Demi melihat Nona Ing. ia terbeli- ak dan merahlah wajahnya. Ia merasa telah berbuat salah kepada Hong Ing.
Tetapi mata Cong Tik yang tajam segera dapat melihat bahwa Hong Ing setitikpun tak memi kirkan lagi perbuatannya yang lalu itu. Maka legahlah hatinya dan ia berusaha untuk bersikap tenang.
0, kiranya nona Hong Ing juga berada disini terima kasih" serunya.
Lu Kong Cu tertawa dingin. "Hm, pelana.kulit beruang salju yang bertahta mutiara itu, salah satu diantara kalian berdua pasti tahu tempatnya. Yang satu bilang berada di kaki gunung 'Tay patsan. Yang satu mengatakan kalau 'sudah dirampas oleh Raja-binatang. Sebetulnya mana-yang benar. Mumpung kalian berdua ada disini, bilanglah sejujurnya".
Kini baru Hong Ing mengetahui bahwa Cong Tiklah yang lebih dulu ditangkap' Lu Kong Cu.
Pemuda itupun menggunakan siasat untuk mengelabuhi Lu Kong Cu. Tetapi rupanya Lu Kong cu tak percaya keterangannya.
Hong Ing menduga bahwa Cong Tik tiba di Lembah Kupu2 itu tentulah dalam perjalanan menuju ke guha Siau-yau-tong mencari dirinya.
Diam2 Hong Ing menyesal karena telah menghilangkan tiga butir mutiara pada pelana itu. Cong Tik tentu hendak meminta .ketiga butir mutiara itu sehingga sampai menempuh perjalanan jauh ke Hun-lam.
Bahkan akhirnya malah jatuh ketangan Lu Ko Cu. Kuatir kalau Lu Kong Cu akan menyiksa-Cong Tik. Hong Ing segera berseru : "Hai, orang she Lu, aku sudah bilang sejujurnya kepadamu tentang _tempat pelana bertahta mutiara itu. Memang hanya aku sendiri yang tahu tempatnya. Jangan engkau menyiksa dia lekas lepaskan !" .
Dendam Si Manusia Palasik 1 Dewa Arak 36 Tokoh Dari Masa Silam Putera Sang Naga Langit 2
^