Pencarian

Pasukan Kumbang Neraka 3

Siluman Ular Putih 16 Pasukan Kumbang Neraka Bagian 3


bulu Meruya berhamburan ke udara. Darah hi-
tam mengucur dari lukanya yang menganga.
Keadaan ini pun tak jauh berbeda dengan
Telapak Gajah. Akibat pukulan jarak jauh Maling
Tanpa Bayangan, sekujur tubuh tokoh sakti dari
Hutan Krajan itu mengalami luka dalam parah.
Sebagian kulitnya hangus terbakar!
Akan tetapi, betapa mencelosnya hati Mal-
ing Tanpa Bayangan saat melihat tubuh burung
hantu raksasa dan Telapak Gajah kembali seperti
semula hanya dalam waktu amat singkat.
Ini benar-benar merupakan suatu kejadian
aneh. Maling Tanpa Bayangan tak habis pikir.
Begitu kakinya menjejak tanah, bukannya kem-
bali menyerang, tapi malah bengong seolah meli-
hat naga gondrong di siang hari.
"Edan! Ilmu apakah yang mereka gunakan"
Kenapa tubuh mereka jadi berubah seperti sedia-
kala?" sentuh hati Maling Tanpa Bayangan sarat keheranan.
"Keakkk!"
Telapak Gajah memekik nyaring. Suaranya
terdengar makin mendirikan bulu roma. Bersa-
maan pekikannya tadi, mendadak kedua telapak-
nya telah didorong ke depan. Seketika meluruk
dua larik sinar kuning dari kedua telapak tan-
gannya. Sementara itu, Meruya yang juga peliha-
raan Pengasuh Setan menyerang dari atas. Paruh
dan kuku-kukunya yang runcing siap mencabik-
cabik tubuh Maling Tanpa Bayangan tanpa am-
pun. Maling Tanpa Bayangan terperangah kaget.
Saat itu, ia tidak begitu siap menghadapi seran-
gan kedua lawannya. Kejadian yang baru saja di-
alami benar-benar belum dapat diterima akal se-
hatnya. Maka pada saat serangan datang, Maling
Tanpa Bayangan hanya sempat menangkap dua
larik sinar kuning dan seonggok bayangan di
angkasa yang siap memangsa korban. Namun se-
bagai tokoh dunia persilatan, ia tak mau menye-
rah begitu saja. Seketika tubuhnya melenting ke
belakang, menghindari serangan.
*** Putri Manja terus saja berlari tanpa meng-
hiraukan apa pun sambil membawa kebencian
mendalam pada Siluman Ular Putih. Ini hanya
semata-mata terdorong sikap manjanya yang ke-
lewatan. Sikapnya, sebenarnya tak pantas dimiliki
gadis seusia Putri Manja. Tapi, apa lacur" Me-
mang itulah tingkahnya. Selisih pahamnya den-
gan Siluman Ular Putih yang tak seberapa diang-
gapnya sebagai bencana besar. Aneh kedengaran-
nya memang. Itu tak heran, karena gadis itu bi-
asa dimanja oleh gurunya, Bayi Kawak. Maka
sah-sah saja bila Mawangi alias Putri Manja tak
dapat menerima sikap Siluman Ular Putih yang
berkesan amat melecehkan sikapnya. Sikap yang
ingin dimanja dan disanjung, Putri Manja terus
saja melangkah tanpa tujuan. Tanpa terbebani
perasaan bersalah sedikit pun.
Tanpa sadar, hari telah berubah senja. Ma-
tahari terpuruk di kaki langit sebelah barat. Langit memerah tembaga. Suasana
hening menyeli-
muti seputar Hutan Kranggan. Kicauan burung
yang tadi terdengar ramai kini telah sepi, larut dalam suasana hening mencekam.
Di sebuah dataran rerumputan, Putri Man-
ja menghentikan langkahnya. Air matanya mem-
banjir membasahi pipi. Dan si gadis membiar-
kannya saja. Kini kepalanya menengadah ke atas,
memandang kerlip berjuta bintang yang mulai
menghiasi angkasa.
Cukup lama Putri Manja menengadahkan
kepala. Kedua bahunya bergerak-gerak. Isak tan-
gisnya kian menderu.
"Tuhan...! Kenapa kau pertemukan aku
dengan pemuda gondrong itu kalau hanya mem-
buat hatiku sedih!" keluh Putri Manja nyaris tak kentara.
Raut wajahnya kian memelas. Itu semua
membuat hatinya terlihat nelangsa sekali, seperti tersayat sembilu. Berulang-
ulang Putri Manja
mengeluh. Hari menjarah malam. Putri Manja kembali
meneruskan langkah tanpa beban dan tanpa tu-
juan pasti. Hal ini membuatnya makin jauh me-
ninggalkan Siluman Ular Putih. Seorang pemuda
tampan yang baru pertama kali menyiram lubuk
hatinya yang kering. Haus akan belaian cinta ka-
sih. Kalau saja Putri Manja mau bersikap tegar, tentu tak kan nelangsa seperti
itu. Tak mungkin
perasaannya terombang-ambing tak menentu.
Tapi yang terjadi memang demikian. Benih-benih
cinta pertama yang meninabobokan hatinya, kini
malah mendera hatinya setiap saat.
Baginya, tak ada harapan lagi yang tersisa.
Semua hampa. Semua hanya khayalan semata.
Putri Manja terus melangkah, terseok di
antara rumput-rumput dan semak belukar.
Pada saat Putri Manja kian dicekam pera-
saan nelangsa, mendadak telinganya mendengar
suara-suara aneh mirip suara dengungan ribuan
kumbang yang datangnya entah dari mana. Ma-
kin lama, suara-suara aneh itu makin jelas ter-
dengar, membuat matanya beredar ke sekitarnya.
Namun anehnya, ia tidak menemukan apa-apa.
Sementara suara-suara aneh itu terus mendekat.
Kening Putri Manja jadi berkerut. Lebih lagi
ketika bulu kuduknya terasa meremang. Gadis ini
jadi bergidik ngeri. Memang belum jelas, bahaya
apa yang tengah mengancam keselamatannya.
Namun nalurinya mengatakan kalau tak jauh dari
tempat itu ada bahaya maut tengah mengancam
dirinya! Putri Manja diam di tempat. Matanya ber-
gerak-gerak liar ke kanan kiri. Tanpa sadar, gunting besar senjata andalannya
yang terselip di
punggung dicengkeramnya kuat-kuat, pertanda
tengah dalam sikap penuh kewaspadaan.
Tapi, yang ditunggu-tunggu ternyata tak
menampakkan batang hidungnya. Putri Manja
mendengus gusar. Tadi suara-suara aneh itu be-
gitu jelas terdengar, tapi kenapa sekarang hilang begitu saja" Tak mungkin!
Pasti masih ada di sekitar tempat ini, pikir Putri Manja gelisah, merasa
dipermainkan lawan.
"Hai, Biang Kunyil! Kalau mau berurusan
denganku, lekas tampakkan dirimu!" bentak Putri Manja. Tak ada jawaban.
Putri Manja mendengus gusar. Dan baru
saja akan berteriak lagi....
"Selamat bertemu kembali, Anak Manis!
Kau tentu teman dari Siluman Ular Putih, bu-
kan?" Bukan main terkejutnya Putri Manja begitu mendengar sebuah suara di
belakangnya. Buru-buru kepalanya berpaling ke arah datangnya sua-
ra. Dan ia makin terkejut melihat siapa yang da-
tang. Perlahan-lahan tubuhnya berbalik.
Di depan Putri Manja, tampak berdiri seo-
rang kakek tua renta dengan paras amat menge-
rikan. Kedua bola matanya melesak ke dalam.
Saking dalamnya, yang terlihat hanya kilatan-
kilatan yang berwarna merah saga. Tubuhnya
amat kurus, dibalut pakaian warna hitam-hitam.
Sebuah bandul kalung berbentuk tengkorak sebe-
sar buah salak menggantung di dada. Siapa lagi tokoh ini kalau bukan Pengasuh
Setan"! Di belakang Pengasuh Setan, tampak tiga
puluh lelaki berpakaian hitam-hitam turut pula.
Dan paras mereka tak kalah mengerikan diband-
ing paras Pengasuh Setan. Pucat pasi dengan si-
nar mata kosong. Dari kilauan pandang mata ke-
tiga puluh orang itu, Putri Marija merasakan
adanya suatu kekuatan aneh yang terpancar. Su-
atu kekuatan dahsyat yang datangnya entah dari
mana. Kalau saja tahu siapa ketiga puluh orang
lelaki berpakaian hitam-hitam yang berdiri di belakang Pengasuh Setan, tentu
gadis cantik murid
Bayi Kawak itu akan terkejut bukan kepalang.
Karena, mereka bukan lain adalah Pasukan
Kumbang Neraka. Sebuah pasukan yang dibentuk
Pengasuh Setan dengan bantuan makhluk-
makhluk halus penghuni puncak Gunung Sindo-
ro! "Kau...! Lagi-lagi kau, Pengasuh Setan!
Mau apa menghadang langkahku, he"! Tak tahu
malu! Beraninya menghadangku! Apa kau tak
puas dihajar Siluman Ular Putih, he"!" bentak Putri Manja, berusaha mengusir
rasa takutnya. Pengasuh Setan tertawa bergelak. Aneh-
nya, sedikit pun mulutnya tak terbuka. Namun
suara tawa itu terdengar amat bergema, pertanda
tokoh sesat dari puncak Gunung Sindoro itu me-
miliki tenaga dalam amat tinggi.
Disertai tawa Pengasuh Setan, suara-suara
aneh yang sejak tadi mengusik perhatian Putri
Manja kembali terdengar. Ternyata, suara-suara
aneh yang menyerupai dengungan ribuan kum-
bang itu berasal dari ketiga puluh lelaki berpa-
kaian hitam-hitam di belakang Pengasuh Setan.
Seperti Pengasuh Setan, ketiga puluh lelaki
itu pun sama sekali tak membuka mulut. Mereka
tetap di tempat sambil terus memperdengarkan
suara-suara aneh. Seolah-olah, sebagai tanda ka-
lau mereka siap melaksanakan perintah Penga-
suh Setan! "Kebetulan sekali aku juga ingin meringkus
pemuda tolol itu. Sekarang, tunjukkan di mana
bocah keparat itu, Gadis!" hardik Pengasuh Setan tidak main-main. Kilatan kedua
bola matanya kian mengerikan.
"Kalau pun aku tahu, tak mungkin membe-
ritahukan padamu. Cari saja sendiri!" balas Putri Manja, bersungut tak senang.
Dan Putri Manja pun bermaksud mening-
galkan Pengasuh Setan. Namun dengan satu lon-
catan indah, tahu-tahu tubuh Pengasuh Setan te-
lah mendarat di hadapan si gadis.
"Tunggu, Bocah Manis! Kau tak boleh me-
ninggalkanku begitu saja! Harus menunjukkan di
mana, Siluman Ular Putih!"
"Cih...! Siapa sudi menuruti perintahmu!
Biar dibunuh pun aku tak sudi menurutimu!"
Pengasuh Setan menggeram penuh kema-
rahan. Kedua pelipisnya bergerak-gerak dengan
gigi-gigi bergemeletuk. Jelas, tokoh sesat dari puncak Gunung Sindoro itu tak
dapat lagi menahan amarah.
"Anak-anakku! Tangkap gadis bengal ini!"
perintah Pengasuh Setan disertai kibasan tangan
kanan. Sebenarnya kalau mau, bisa saja Pengasuh
Setan merobohkan gadis manja di hadapannya
hanya sekali gebrak. Namun, ia tidak melaku-
kannya, dan malah memerintah pasukannya.
Bukannya apa-apa, Pengasuh Setan hanya
ingin mengetahui sampai di mana kehebatan pa-
sukan buatannya.
"Majulah! Siapa takut menghadapi boneka-
boneka hitammu itu, Orang Tua jelek!" tantang Putri Manja, mulai galak.
Pengasuh Setan tersenyum dingin.
"Ayo, Anak-anak! Tangkap gadis bengal
itu!" Seketika ketiga puluh lelaki berpakaian hitam-hitam yang dinamakan Pasukan
Kumbang Neraka ini segera mengerumuni Putri Manja. Bu-
kan langsung menyerang melainkan hanya berlari
berputar-putar sambil perdengarkan suara-suara
aneh dari mulut.
"Keaaak...! Keaaakkk...!"
Putri Manja terperangah. Bukannya terpe-
rangah melihat cara menyerang para anak buah
Pengasuh Setan, melainkan karena jalan pikiran-
nya mulai dipengaruhi oleh suara-suara aneh se-
perti ribuan kumbang itu. Di samping itu, men-
dadak sekujur tubuhnya terasa lemas. Seolah, te-
naga dalamnya tersedot entah ke mana!
"Celaka! Kenapa bisa begini" Ilmu apakah
yang sedang mereka keluarkan" Kenapa aku jadi
sulit sekali bergerak!" sentak murid Bayi Kawak, gelisah.
Sementara suara-suara aneh dari mulut
Pasukan Kumbang Neraka terus mengganggu ja-
lan pikiran si gadis. Lambat laun kepala Putri
Manja jadi pening. Namun serangan aneh itu ba-
rusan ditahannya sebisa mungkin. Dengan keku-
atan penuh, tenaga dalamnya segera dikeluarkan.
Nihil! Ternyata Putri Manja tetap tak dapat
mengerahkan tenaga dalamnya! Malah makin la-
ma tenaga dalamnya terasa amblas entah ke ma-
na. Putri Manja terheran-heran. Keningnya terus
berkerut. "Celaka! Ini pasti ada yang tak beres. Bisa jadi mereka mengerahkan ilmu sihir
atau semacam ilmu hitam lainnya. Aku harus cepat bertin-
dak, mumpung tenaga dalamku belum habis ter-
sedot!" gumam Putri Manja.
Saat itu pula si gadis mengerahkan kekua-
tan batinnya yang pernah diajarkan Bayi Kawak.


Siluman Ular Putih 16 Pasukan Kumbang Neraka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun apa yang terjadi" Tetap saja serangan itu
tak dapat ditahan. Malah makin lama matanya
mulai kabur. Sosok-sosok hitam di hadapannya
terlihat mulai berubah jadi makhluk-makhluk hi-
tam mengerikan.
Putri Manja sadar. Tak mungkin gelom-
bang serangan-serangan gaib itu dilawan....
*** Keadaan Putri Manja benar-benar amat
mengkhawatirkan. Namun gadis ini tak putus
asa. Apa pun yang akan terjadi, ia terus berusaha mengatasi serangan-serangan
mengandung tenaga gaib yang sulit dimengerti.
Di pinggir tempat pertarungan, tak henti-
hentinya Pengasuh Setan mengumbar tawa. Ha-
tinya puas sekali melihat bagaimana Pasukan
Kumbang Neraka melumpuhkan lawannya. Kalau
ia mau, bukanlah satu pekerjaan sulit untuk me-
lumpuhkan Putri Manja. Tapi, rupanya tokoh
mengerikan ini tidak menginginkan itu. Ia masih
ingin melihat, sampai di mana kehebatan Pasu-
kan Kumbang Neraka.
"Cepat tangkap gadis bengal itu, Anak-
anak!" perintah Pengasuh Setan dengan suara menggema.
Tanpa Pengasuh Setan mengulangi perin-
tahnya, ketiga puluh lelaki bekas murid Pergu-
ruan Telapak Gajah yang kini telah menjadi ang-
gota Pasukan Kumbang Neraka segera meloloskan
pedang. Dan seketika mereka menyerang hebat
Putri Manja. Si gadis terkesiap. Namun begitu suara-
suara aneh dari mulut ketiga puluh lawan aneh-
nya terhenti, seketika itu juga pengaruh gaib yang menindih tenaga dalamnya
hilang. Sehingga, Putri Manja kembali dapat mengerahkan tenaga da-
lam. Meski hati si gadis terheran-heran melihat perubahan, tapi begitu melihat
datangnya serangan bergelombang segera senjata andalannya di-
cabut keluar. Saat itu pula gunting di tangannya segera menghadapi keroyokan
Pasukan Kumbang
Neraka. Crak! Crakkk...!
Berkali-kali gunting di tangan Putri Manja
berusaha menindih gulungan-gulungan pedang di
tangan anggota-anggota Pasukan Kumbang Nera-
ka. Namun sayang, serangannya tak menghasil-
kan apa-apa. Bahkan hampir saja tubuhnya ter-
kena sambaran-sambaran pedang di tangan ang-
gota-anggota Pasukan Kumbang Neraka. Untung
saja ilmu meringankan tubuh Putri Manja cukup
lumayan. Sehingga setiap hampir menjadi sasa-
ran sambaran pedang, seketika tubuhnya berke-
lebat cepat menghindar.
Werrr! Werrr...!
Tapi rupanya kali ini Putri Manja salah
perhitungan. Di saat tubuhnya melenting meng-
hindari sambaran pedang, mendadak salah seo-
rang anggota Pasukan Kumbang Neraka telah
menyambutnya dengan satu lompatan dan sam-
baran pedang. "Akh...!"
Putri Manja mendesah gugup. Dan ketika
sambaran pedang di tangan anggota Pasukan
Kumbang Neraka tinggal beberapa jengkal men-
genai sasaran, buru-buru gunting di tangan ka-
nannya diputar sekenanya.
Cring! Suara berdenting yang disertai pijaran
bunga api memenuhi sebagian tempat pertarun-
gan. Sementara senjata gunting di tangan Putri
Manja terpental ke samping. Tangannya kesemu-
tan akibat bentrokan dengan tubuh kehilangan
keseimbangan saat mendarat. Di saat tubuhnya
limbung, mendadak seorang anggota Pasukan
Kumbang Neraka meluruk maju disertai hanta-
man ke ulu hati.
Desss...! "Akh...!"
Putri Manja menjerit tertahan ketika telak
sekali terhantam pukulan lawan. Tubuhnya ter-
pental jauh ke belakang, nabrak batang pohon
dan luruh ke tanah. Parasnya pucat pasi. Kedua
bibirnya bergetar-getar menahan guncangan da-
lam dada. "Hoeeekh...!"
Akhirnya Putri Manja menyemburkan da-
rah merah kental dari mulut. Dadanya nyeri bu-
kan main, membuat mulutnya meringis. Sebentar
dadanya diurut-urut.
Dan gadis ini memang tak menerima keka-
lahan begitu saja. Begitu rasa nyeri di dada agak
berkurang. Putri Manja kembali meloncat bangun. Ma-
tanya sempat mampir di guntingnya yang terpen-
tal tadi. Namun untuk mengambilnya jelas tidak
mungkin, karena jauh dari jangkauannya. Di
samping itu, ketiga puluh orang anggota Pasukan
Kumbang Neraka kini telah maju hendak menye-
rang kembali. Tak ada pilihan lain, harus dihadapinya Pasukan Kumbang Neraka
dengan tangan kosong. "Majulah! Siapa takut menghadapi manu-
sia-manusia tak berjantung seperti kalian!" desis Putri Manja penuh kemarahan,
langsung mema-sang kuda-kuda.
Sambil bersikap waspada menanti datang-
nya serangan, tak henti-hentinya mata Putri Man-
ja memperhatikan gerak-gerik Pasukan Kumbang
Neraka. Gadis itu berusaha mencari-cari peluang
untuk menyerang terlebih dahulu. Sayang pe-
luang itu tak ditemukannya.
Diiringi teriakan aneh, kembali ketiga pu-
luh anggota Pasukan Kumbang Neraka mengi-
baskan pedang di tangan.
Wuttt! Wuttt! Berpuluh-puluh pedang berseliweran, ber-
kilauan terjilat sinar bulan sebelum akhirnya
mengancam Putri Manja tanpa ampun. Sedikit
pun gadis manja itu tak diberi kesempatan untuk
membalas serangan. Jangankan untuk membalas
serangan. Untuk menarik napas barang sejenak
pun tak diberikan. Mereka terus mendesak Putri
Manja, hebat. Bolehlah juga cara Putri Manja menghinda-
ri serangan beruntun itu. Namun bagaimana pun
juga tak mungkin bisa menghadapi keroyokan itu
terus menerus. Buktinya pada saat baru saja
menghindari serangan-serangan pedang, salah
seorang anggota Pasukan Kumbang Neraka men-
dadak melompat sambil melepas tendangan lurus
yang begitu cepat.
Desss! Putri Manja tak sanggup berkelit sedikit
pun saat tendangan salah seorang anggota Pasu-
kan Kumbang Neraka menghantam iganya dari
samping. Tanpa ampun tubuhnya limbung.
Iganya yang terkena tendangan terasa nyeri bu-
kan main, seolah-olah mau remuk! Dan di saat
Putri Manja kehilangan keseimbangan, serangan-
serangan pedang di tangan Pasukan Kumbang
Neraka kembali datang.
Bukan main kalang kabutnya Putri Manja.
Rasanya tak mungkin gadis itu menghindari se-
rangan-serangan Pasukan Kumbang Neraka. Tu-
buhnya yang masih limbung seolah kaku, sulit
sekali untuk bergerak. Padahal pedang di tangan
anggota-anggota Pasukan Kumbang Neraka siap
merajam tubuhnya.
"Tamatlah sudah riwayatku hari ini. Tak
mungkin aku meminta pertolongan!" desis dalam hati Putri Manja.
Si gadis tetap berusaha tabah saat dijem-
put maut. Dengan menggigit bibir bawahnya
kuat-kuat, sepasang mata indahnya menatap
sayu pedang-pedang di tangan Pasukan Kumbang
Neraka. Namun di saat yang mengkhawatirkan
itu.... "Memang asyik mempermainkan seorang gadis cantik! Apalagi tanpa senjata.
Tapi, kenapa kau harus dengan keroyokan begini! Huh...! Memalukan! Dasar
manusia-manusia bejat tak tahu
aturan!" Mendadak terdengar gerutuan seseorang
yang disusuli dengan luncuran serangkum angin
dingin laksana topan prahara ke arah anggota-
anggota Pasukan Kumbang Neraka.
Brasss...! Pekik-pekik kesakitan para anggota Pasu-
kan Kumbang Neraka terdengar di sana sini. Tan-
pa ampun tubuh mereka berhamburan ke kanan
kiri bak layangan putus begitu terkena sambaran
angin dahsyat barusan.
"Ha ha ha...! Tikus-tikus kecil macam ka-
lian, mana pantas menginginkan gadis cantik itu.
Hayo, lekas tinggalkan tempat ini!"
9 Pengasuh Setan terkesiap bukan kepalang.
Seketika tawanya tersumbat. Kilatan sepasang
matanya yang berwarna merah menyala makin
mencorong beringas. Napasnya memburu. Sung-
guh ia tak terima ada orang yang mengganggu ke-
senangannya. Siapa pun juga yang mengganggu
kesenangannya berarti mati.
Sosok yang tadi menolong Putri Manja kini
telah berdiri berkacak pinggang. Enak sekali
gayanya mengumbar tawa. Ia adalah seorang le-
laki tua berkepala plontos. Jubah besar warna
kuning yang dikenakannya tampak kedodoran
sampai lutut. Siapa lagi tokoh satu ini kalau bukan Pelukis Sinting Tanpa
Tanding" Sedang di sebelah Pelukis Sinting Tanpa
Tanding adalah seorang kakek tua yang memiliki
paras maupun perawakan mirip tubuh bayi. Pa-
kaian yang dikenakannya juga pakaian bayi. Ti-
dak salah! Siapa lagi tokoh satu ini kalau bukan Bayi Kawak"
"Selamat bertemu kembali, Pengasuh Se-
tan! Kukira kau masih mengenali aku, bukan" In-
gat! Hutang nyawa harus dibayar nyawa!" sapa Pelukis Sinting Tanpa Tanding,
kalem. Pengasuh Setan menggeram murka. Jelas
lelaki sesat ini masih mengenali kakek di hada-
pannya. Namun pandang mata Pengasuh Setan
terlihat amat merendahkan. Seolah yang dihadapi
kali ini adalah cecurut tua yang hanya sekali gebuk akan lari tunggang langgang.
"Pelukis Sinting! Bagus! Kali ini aku tak
akan mungkin melepaskanmu! Kau harus modar
di tanganku!" desis Pengasuh Setan.
"Dari dulu lagakmu selalu pongah, Penga-
suh Setan. Senang sekali aku mendengar kepon-
gahanmu. Hayo, maju kalau kau ingin mele-
nyapkan ku!" kata Pelukis Sinting Tanpa Tanding sambil diam-diam mencolek tangan
Bayi Kawak untuk membantu.
Bayi Kawak malah jadi resah. Di sisi lain,
ia harus menolong muridnya. Tapi di sisi lain lagi ia pun juga harus membantu
Pelukis Sinting
Tanpa Tanding menghadapi musuh besarnya.
Maka yang bisa dilakukan hanyalah memandang
muridnya, lalu beralih pada Pelukis Sinting Tanpa Tanding.
"Guru! Kenapa malah celingak-celinguk"
Tolong aku, Guru!" teriak Putri Manja, memelas.
"Eh eh eh...! Aku harus menolong muridku.
Sebentar, Ompong!"
Buru-buru Bayi Kawak menghampiri mu-
ridnya yang tengah terbujur di bawah rindangnya
sebuah pohon. Wajahnya yang cantik tampak pu-
cat pasi. Kedua bibirnya bergetar-getar pertanda menderita luka dalam cukup
parah. "Kau.... Kau kenapa, Putri" Siapa yang
mencelakaimu?" tanya Bayi Kawak segera memijit kaki Putri Manja. Tingkahnya
mirip anak kecil.
Putri Manja dengan segenap kemanjaannya
terus merengek-rengek kesakitan. Tak henti-
hentinya tangannya menunjuk ke bagian tubuh-
nya yang dirasakan sakit. Maka, Bayi Kawak pun
segera memijit tempat yang ditunjuk murid ke-
sayangannya. ' Ke mana saja, sih" Kok, Guru tidak me-
nyusulku" Kan Putri kesakitan. Masa' Guru tega
membiarkan Putri begini?" rajuk Putri Manja.
"Aku sendiri sebenarnya ingin pulang ke
puncak Gunung Merapi. Tapi kakek ompong itu
tiba-tiba berubah pikiran. Katanya, ia belum puas kalau belum membunuh Pengasuh
Setan. Dan aku dipaksa untuk mengikutinya," jelas Bayi Ka-
wak. Lagaknya persis anak kecil yang bercerita
tanpa arah. "Di samping itu, aku juga mengkhawatirkan keselamatanmu. Apalagi,
aku sempat bertemu Siluman Ular Putih tanpa dirimu."
"Iya, iya. Tapi kenapa Guru lama sekali"
Apa Guru senang kalau Putri mati merana seperti
ini?" "Tidak, tidak. Kau tidak boleh mati, Putri!
Siapa pun juga yang mengganggumu, pasti akan
kubunuh. Apa bocah gondrong itu yang telah
mengganggumu, Putri?" kata Bayi Kawak, mengi-ra kalau Siluman Ular Putih yang
telah meng- ganggu muridnya. Apalagi disadari kalau Putri
Manja tak lagi bersama Siluman Ular Putih.


Siluman Ular Putih 16 Pasukan Kumbang Neraka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukan," jawab Putri Manja, mantap.
"Lalu siapa?"
"Mereka, Guru! Merekalah yang telah
mengganggu Putri!" tunjuk Putri Manja ke arah Pasukan Kumbang Neraka yang tengah
bersitegang dengan Pelukis Sinting Tanpa Tanding.
"Oh...! Jadi mereka yang telah menggang-
guku. Baik. Sekarang lihat, bagaimana gurumu
menghajar mereka. Kau tunggu saja di sini, Pu-
tri!" ujar Bayi Kawak seraya bangkit dengan dada tegak. "Tunggu, Guru! Aku juga
ingin menghajar mereka," Putri Manja cepat melompat bangun.
"Ayo, Putri! Tapi hati-hati. Aku tak ingin
kau celaka," ingat Bayi Kawak.
"Kan masih ada Guru. Mana mungkin me-
reka dapat mencelakakanku!" rajuk Putri Manja.
"Ya ya ya...,!" sahut Bayi Kawak pendek.
Habis menyahut, Bayi Kawak dan Putri
Manja segera melompat ke tempat pertarungan.
"Ompong! Aku dan muridku datang mem-
bantu," teriak Bayi Kawak.
"Bagus, bagus! Kau memang sobatku yang
baik, Bayi Kawak. Manusia iblis ini memang patut dienyahkan. Tapi, boneka-boneka
hitam itu juga harus dilenyapkan. Baiknya, kau hajar saja dulu
boneka-boneka hitam itu, Sobat! Biar aku yang
membereskan manusia pongah ini!" tuding Pelukis Sinting Tanpa Tanding ke arah
Pengasuh Se- tan. Pengasuh Setan menggeram murka. Dili-
hatnya Bayi Kawak dan muridnya segera mener-
jang ketiga puluh orang pasukannya.
"Kali ini kau akan menyesal bertemu aku,
Orang Sinting! Jangan dikira aku ingin mele-
paskan nyawa busukmu begitu saja. Makanlah aji
'Tangkal Petir'-ku! Hea...!"
Dikawal bentakan nyaring, tiba-tiba Penga-
suh Setan mendorongkan kedua telapak tangan-
nya ke depan. Seketika, melesat dua larik sinar
merah menyala dari kedua telapak tangannya.
Wesss! Wesss! Melihat datangnya serangan, Pelukis Sint-
ing Tanpa Tanding masih sempat tersenyum
menggoda. Meski demikian, tetap ia tak berani
memandang remeh. Ia sudah cukup mengenai,
siapa Pengasuh Setan. Apalagi terhadap keheba-
tan aji 'Tangkal Petir'. Maka tanpa banyak cakap, segera dikerahkannya pukulan
aji 'Cat Hati Suci'
andalannya. "Hea...!"
Terdengar satu ledakan hebat di udara.
Bumi laksana diguncang prahara. Hawa panas
akibat bentrokan dua tenaga dalam barusan me-
nebar ke seputar tempat pertarungan, membuat
ranting-ranting pohon berderak dengan daun-
daun hangus terbakar!
Sementara tubuh Pelukis Sinting Tanpa
Tanding dan Pengasuh Setan sendiri sama-sama
terjajar beberapa langkah ke belakang. Ini jelas menandakan kalau tenaga dalam
kedua tokoh dunia persilatan itu tak jauh berselisih banyak.
"Bagaimana, Pengasuh Setan" Rupanya
kau belum sanggup melenyapkan ku, bukan"
Buktinya aku masih segar bugar. He he he...!"
ejek Pelukis Sinting Tanpa Tanding.
Geraham Pengasuh Setan makin bergeme-
letuk penuh kemarahan. Ia tak ingin meladeni
ucapan Pelukis Sinting Tanpa Tanding, karena le-
bih senang menyerang. Maka lelaki sesat ini sege-ra duduk bersila. Tak tanggung-
tanggung, hendak
dikeluarkannya aji 'Panglipur Setan'. Di saat kedua telapak tangannya
menelungkup di depan
dada, bibir Pengasuh Setan mulai berkemik.
"Awas, Ompong! Tua bangka itu hendak
mengeluarkan aji 'Panglipur Setan'!" teriak Bayi Kawak sambil berkelebat ke sana
kemari, menghindari serangan-serangan pedang ketiga puluh
orang anggota Pasukan Kumbang Neraka.
"Aku sudah tahu, Sobat. Cepat bantu aku!"
teriak Pelukis Sinting Tanpa Tanding, kalang ka-
but. "Bantu bagaimana" Aku dan muridku saja
kewalahan menghadapi boneka-boneka hitam
ini!" Pelukis Sinting Tanpa Tanding makin
menggerutu tak karuan. Aji 'Panglipur Setan' itulah yang sebenarnya ditakuti.
Bahkan kini dari
kedua bibir Pengasuh Setan keluar suara-suara
aneh mirip ribuan kumbang. Mula-mula biasa sa-
ja, namun tak lama kemudian suara-suara aneh
itu menghentak-hentak. Seolah-olah dengan begi-
tu manusia sesat itu ingin merontokkan jantung
Pelukis Sinting Tanpa Tanding, bahkan juga Bayi
Kawak, dan Putri Manja.
Hal itu jelas amat membahayakan bagi ke-
selamatan ketiga orang itu. Apalagi suara-suara
aneh Pengasuh Setan segera diikuti ketiga puluh
orang anggota Pasukan Kumbang Neraka yang
mendadak saja menghentikan serangan terhadap
Bayi Kawak dan Putri Manja.
Makin hebat saja getaran-getaran gaib yang
terdengar membuat paras Pelukis Sinting Tanpa
Tanding, Bayi Kawak, dan Putri Manja pucat pasi.
Bahkan perlahan-lahan mereka jatuh bersimpuh
dengan kedua tangan menutup telinga dan diser-
tai pengerahan tenaga dalam. Namun, usaha me-
reka sia-sia saja. Tetap saja telinga mereka bagi ditusuk-tusuk. Sementara dada
mereka terguncang hebat.
Di kejap berikutnya, dari telinga dan mulut
mereka telah merembes lelehan darah akibat se-
rangan suara-suara gaib yang berisi tenaga dalam amat dahsyat itu.
*** Di saat yang gawat bagi Pelukis Sinting
Tanpa Tanding, Bayi Kawak, dan Putri Manja,
mendadak gema-gema suara aneh bertenaga da-
lam tinggi itu lenyap. Namun pada saat itu kesa-
daran mereka telah hilang, hingga jatuh pingsan.
Sementara Pengasuh Setan kini telah
membuka matanya dengan hidung mengendus-
endus. Rupanya bau amis darah Pengasuh Setan
membuat serangannya lewat aji 'Panglipur Setan'
terhenti. Bahkan kini matanya menyorot tajam
pada sosok yang telah berdiri di dekat Pelukis
Sinting Tanpa Tanding, Bayi Kawak, dan Putri
Manja. Memang, di saat yang gawat tadi, seorang
pemuda gondrong berpakaian rompi dan bercela-
na bersisik keperakan telah muncul. Dia tak lain dari Siluman Ular Putih.
Diam-diam hati Siluman Ular Putih heran
melihat sikap kaku ketiga puluh orang di hada-
pannya. Dan ketika melihat Bayi Kawak, Putri
Manja dan Pelukis Sinting Tanpa Tanding mende-
rita luka-dalam parah, bisa ditebak kalau Penga-
suh Setan dan ketiga puluh orang itulah yang te-
lah mencelakakan mereka.
"Kau keterlaluan, Pengasuh Setan. Diberi
hati bukannya bertobat, malah bertingkah me-
muakkan. Sebenarnya maumu itu apa, sih?" kata Siluman Ular Putih, enteng.
"Kunyuk gondrong! Nyawamulah yang
kuinginkan!" sembur Pengasuh Setan kasar.
"Oh..., itu! Dari kemarin-kemarin kau sela-
lu minta itu. Tapi, buktinya mana" Jangan hanya
bisa berkoar dong!"
"Keparat! Hari inilah hari kematianmu!"
bentak Pengasuh Setan penuh kemarahan. Kedua
telapak tangannya yang telah berubah jadi merah
menyala siap dilontarkan ke depan.
"Tunggu, Tua Bangka jelek! Yang kau in-
ginkan adalah aku. Dan lagi kau ingin menan-
tangku bertarung, bukan. Nah, kalau begitu aku
ingin tempat yang leluasa. Jadi biarkan aku me-
nyingkirkan ketiga orang yang pingsan itu dulu.
Baru kemudian kita bertarung. Bagaimana?" kejar Siluman Ular Putih, tenang.
Hidung pesek Pengasuh Setan kembang
kempis. Mana sudi mulutnya menjawab permin-
taan musuh besarnya. Hanya diperhatikannya
perbuatan Siluman Ular Putih yang mulai men-
gangkat tubuh Pelukis Sinting Tanpa Tanding,
Bayi Kawak, dan Putri Manja secara bergantian.
Dibawanya tubuh mereka ke luar tempat perta-
rungan tadi. "Putri! Kau istirahat dulu di sini, ya! Tua bangka jelek satu itu memang patut
dihajar. Li-hatlah, bagaimana caranya aku menghajarnya,"
celoteh Soma seraya meletakkan Putri Manja yang
terakhir mendapat giliran di rerumputan.
Baru saja diletakkan di rerumputan, men-
dadak gadis manja itu membuka matanya. Si-
uman. Semula sepasang mata indah itu berkilat-
kilat penuh kemarahan. Namun begitu melihat
siapa yang menolong, mendadak jadi berbinar-
binar indah. "So..., Soma! Terima kasih. Ternyata kau
sudi menolongku...," desah Putri Manja, lalu me-rengkuh leher Siluman Ular Putih
yang tengah berjongkok. Siluman Ular Putih membalas pelukan Pu-
tri Manja erat. Mata sebelah kirinya diam-diam
mengerling nakal ke arah Pengasuh Setan.
"Tentu, Putri! Tentu aku akan menolong-
mu. Bukankah kau kawanku yang paling cantik
dan paling manis" Jangan menangis, dong. Malu
kan dilihat orang," bujuk Soma.
Putri Manja masih terisak dalam pelukan
Siluman Ular Putih. Hatinya nyeri sekali melihat gurunya terluka parah. Namun,
toh akhirnya si
gadis mau juga melepaskan pelukannya.
"Soma! Hati-hatilah! Tua bangka itu lihai
sekali!" ingat Putri Manja, bernada khawatir.
"Aku tahu, Putri. Tua bangka itu memang
lihai," jawab Siluman Ular Putih dengan senyum.
Habis menjawab. Soma segera melompat
bangun. Selangkah demi selangkah didekatinya
tokoh sesat berwajah mengerikan itu. Lima tom-
bak di hadapan Pengasuh Setan, Siluman Ular
Putih berhenti. Kedua telapak tangannya bertolak pinggang.
"Tua bangka brengsek! Kau selalu saja
membuat onar di dunia persilatan. Hari ini aku
akan memberimu pelajaran!" kata Soma, menuding Pengasuh Setan.
Pengasuh Setan tertawa bergelak. Geli se-
kali telinganya mendengar ucapan Siluman Ular
Putih. Matanya berbinar-binar sampai keluar air
mata. Setelah puas tawanya berhenti. Kilatan-
kilatan sepasang matanya yang berwarna merah
saga kini kembali mencorong beringas. Hidungnya
kembang kempis tak tahan menahan amarah
yang sudah mencapai ubun-ubun.
"Jangan mimpi, Bocah. Hari ini pula aku
akan mengirim nyawa busukmu ke dasar neraka!
Jaga nyawamu, Bocah!"
Tanpa banyak cakap lagi Pengasuh Setan
segera menerjang Siluman Ular Putih dengan ke-
dua telapak tangan mengepal.
"Hea...!"
Dikawal bentakan nyaring, Pengasuh Setan
melontarkan jotosan ke tubuh Siluman Ular Pu-
tih. Keras dan disertai tenaga dalam tingkat ting-gi.
Untung saja Siluman Ular Putih cukup
waspada. Secepatnya kepalanya merunduk. Ke-
dua telapak tangannya yang telah membentuk
kepala ular segera menyelinap di antara serangan Pengasuh Setan.
"Hap!"
Sayang sekali Pengasuh Setan dapat mem-
baca gerakan lawan. Begitu Siluman Ular Putih
membalas serangan, kaki kanannya tahu-tahu te-
lah mengancam rahang.
"Uts...!"
Siluman Ular Putih terperanjat. Namun
bukan berarti harus kehilangan akal. Cepat digu-
nakannya jurus 'Ular Kembar Mengejar Mangsa',
membuat tubuhnya bisa berkelit bak seekor ular.
Sehingga, tendangan Pengasuh Setan hanya men-
genai tempat kosong.
Pada saat inilah mendadak Siluman Ular
Putih mengirimkan patukan tangan ke dada la-
wan. Begitu cepat gerakannya, sehingga....
Desss! Desss! Telak sekali dua patukan tangan Siluman
Ular Putih mendarat di dada lawan. Pengasuh Se-
tan menggembor keras saat tubuhnya terjengkang
ke belakang. Dadanya yang terkena patukan tan-
gan tadi serasa mau jebol.
Pengasuh Setan tidak terima. Amarahnya
yang meluap membuatnya segera mengeluarkan
aji 'Tangkal Petir'. Seketika, kedua telapak tangannya telah berubah jadi merah
menyala! "Makanlah aji 'Tangkal Petir'-ku ini, Bocah!
Heaaa...!"
Pengasuh Setan segera mendorongkan ke-
dua telapak tangannya ke depan. Maka dua larik
sinar merah menyala melesat dari kedua telapak
tangannya. Wesss! Wesss! Siluman Ular Putih tidak gentar. Diam-
diam telah disiapkannya pukulan tenaga 'Inti
Bumi' untuk meredam serangan Pengasuh Setan.
Dan dua tombak lagi serangan menghantam, se-


Siluman Ular Putih 16 Pasukan Kumbang Neraka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gera kedua telapak tangannya didorong ke depan
disertai tenaga dalam tinggi.
Blaaar! Terdengar satu ledakan hebat di udara saat
dua kekuatan dahsyat bertemu. Bumi terguncang
keras bagai terjadi gempa. Ranting-ranting pohon berderak. Sebagian hangus
terbakar, sebagian
membeku begitu terkena pengaruh kekuatan
dahsyat tadi. Sementara tubuh Siluman Ular Putih dan
tubuh Pengasuh Setan sama-sama terjengkang
jauh ke belakang dengan wajah pucat. Ini semua
jelas menandakan kalau tenaga dalam mereka
seimbang. "Hup!"
Siluman Ular Putih yang merasa kedudu-
kannya lebih menguntungkan, tanpa membuang
waktu segera meluruk cepat. Kedua telapak tan-
gannya yang membentuk kepala ular kembali
mengancam Pengasuh Setan. Kali ini sengaja
yang dituju adalah bagian tubuh yang amat me-
matikan. Yakni, ubun-ubun kepala!
"Ah...!"
Pengasuh Setan tercekat. Sungguh disang-
ka akan mendapat serangan demikian cepat dan
mendadak. Kalau saja ada kesempatan, ingin ra-
sanya ia melontarkan aji 'Tangkal Petir' di saat tubuh Siluman Ular Putih masih
melayang-layang
di udara. Namun sayang, gerakan Siluman Ular
Putih demikian cepat. Lelaki sesat ini hanya sempat melindungi ubun-ubun
kepalanya dengan aji
'Tangkal Petir' sebelum dua patukan tangan Si-
luman Ular Putih mendarat telak.
Plak! Plakkk! Srat! Srattt! Seketika, sekujur tubuh Pengasuh Setan
menyala begitu dua telapak tangan Siluman Ular
Putih mendarat telak di ubun-ubun kepalanya.
Meski telah mengerahkan aji 'Tangkal Petir', tetap saja tubuhnya limbung ke
samping. Bagian kepalanya yang terkena patukan seolah mau pecah.
Namun, tidak membahayakan jiwanya.
Hal ini saja sudah cukup membuat Penga-
suh Setan murka. Ia tak sabar lagi untuk segera
menghabisi Siluman Ular Putih. Maka untuk me-
wujudkan niatnya hendak diarahkannya aji
'Panglipur Setan'. Ia yakin sekali kalau hanya
dengan ajian itu Siluman Ular Putih dapat dika-
lahkan. Dalam sekejap Pengasuh Setan cepat men-
jatuhkan diri ke tanah. Lelaki ini segera duduk
bersila dengan menangkupkan kedua telapak
tangan di depan dada. Kedua bibirnya berkemik-
kemik membaca mantera aji 'Panglipur Setan'.
Selang beberapa saat, bibir yang berkemik-
kemik telah mengeluarkan suara-suara aneh mi-
rip suara makhluk-makhluk halus penghuni ku-
bur. Begitu mendengar sang majikan telah ber-
tindak, seketika itu juga tiga puluh anggota Pasukan Kumbang Neraka yang sejak
tadi hanya ber-
diri kaku di tempatnya segera riuh mengeluarkan
suara-suara aneh, persis seperti yang dilakukan
Pengasuh Setan!
Akibatnya,... Sungguh luar biasa. Siluman Ular Putih
merasakan tenaga dalamnya seperti lenyap entah
ke mana. Sekujur tubuhnya terasa lemas tak ber-
tenaga. "Kenapa tubuhku jadi lemah begini" Tena-
ga dalamku pun seperti lenyap...?"
Keanehan ajian 'Panglipur Setan' adalah,
tidak berlaku bagi orang yang tidak dimaksud
oleh Pengasuh Setan. Jadi bila Pengasuh Setan
mengarahkan ajiannya pada lawan, orang lain
yang ada di sekitar tempat itu tak terpengaruh.
Maka itu sebabnya, mengapa Soma saat datang
ke tempat ini tak terpengaruh oleh ajian
'Panglipur Setan' yang ditujukan Pengasuh Setan
untuk melenyapkan Pelukis Sinting Tanpa Tand-
ing, Bayi Kawak, dan Putri Manja. Tapi kini, ajian itu diarahkan pada Siluman
Ular Putih! Jelas,
pemuda itu jadi blingsatan sendiri.
Sementara itu di luar pertarungan, Pelukis
Sin-ting Tanpa Tanding telah sadarkan diri. Lelaki ini langsung melihat, apa
yang terjadi terhadap
Siluman Ular Putih.
"Awas, Bocah! Tua bangka itu telah menge-
luarkan aji 'Panglipur Setan'!" teriak Pelukis Sinting Tanpa Tanding cemas.
Pelukis Sinting Tanpa Tanding sendiri tak
dapat berbuat banyak. Akibat ajian itu tadi tu-
buhnya menderita luka dalam amat parah. Bah-
kan bisa jadi merenggut nyawa. Maka setelah ber-
teriak, Pelukis Sinting Tanpa Tanding kembali
duduk bersemadi tanpa terpengaruh oleh ajian
'Panglipur Setan' yang ditujukan ke Siluman Ular Putih. Sementara itu suara-
suara aneh Pengasuh
Setan yang ditingkahi suara-suara riuh ketiga puluh orang anggota Pasukan
Kumbang Neraka ma-
kin menggila saja. Bahkan tubuh Siluman Ular
Putih terasa lumpuh!
Kini keadaan benar-benar amat mengkha-
watirkan bagi keselamatan Siluman Ular Putih. Di luar tempat pertarungan, tak
henti-hentinya Putri Manja menghela napasnya berulang-ulang. Rasa
cemas gadis manja itu benar-benar telah menca-
pai ubun-ubun kepala. Berkali-kali ia berteriak
memperingatkan, namun Siluman Ular Putih ma-
sih mampu bertahan. Sebentar-sebentar murid
Eyang Begawan Kamasetyo itu memalingkan ke-
pala ke kanan dan kiri. Bukannya takut mengha-
dapi aji 'Panglipur Setan' milik Pengasuh Setan, melainkan tengah sibuk mencari
jalan keluar untuk menghadapinya.
"Keak! Keakkk!"
Sambil bersuara riuh ketiga puluh anggota
Pasukan Kumbang Neraka terus berlari memutari
Siluman Ular Putih. Lama kelamaan, kepala pe-
muda itu pening, tapi Siluman Ular Putih tidak
menyerah begitu saja. Diam-diam kekuatan ba-
tinnya yang dipelajarinya dari Raja Penyihir mulai dikerahkan.
Hasilnya, tetap saja. Tak ada perubahan.
"Aneh! Benar-benar aneh! Kenapa aku tak
dapat memunahkan pengaruh suara-suara riuh
ini?" gumam Siluman Ular Putih dalam hati.
"Sekaranglah kau saatnya modar di tan-
ganku, Bocah! Hea...!"
Berbareng teriakan nyaring, tiba-tiba Pen-
gasuh Setan menghentakkan kedua tangannya,
melepas aji 'Tangkal Petir'. Seketika dua larik sinar merah menyala melesat dari
kedua telapak tangannya mengancam Siluman Ular Putih yang
tak mungkin bisa menghindar dalam keadaan be-
gitu. Akibatnya....
Desss! Desss! "Aaakh...!"
Siluman Ular Putih menggembor setinggi
langit saat dua sinar itu telah menghantam da-
danya. Tubuhnya kontan terlempar jauh ke bela-
kang, berputar-putar sebentar dan menghantam
batang pohon. Sebenarnya, Siluman Ular Putih tadi ingin
sekali memapak aji 'Tangkal Petir' milik Pengasuh Setan. Tapi bagaimana mungkin
kalau tenaga dalamnya seperti lenyap entah ke mana" Sekujur
tubuhnya pun lemas tak bertenaga. Jangankan
untuk mengerahkan tenaga dalam, untuk meng-
hindar dari serangan saja tak sanggup.
Kini Siluman Ular Putih menggereng hebat.
Luka dalam akibat pukulan Pengasuh Setan
membuatnya jadi beringas. Hawa amarahnya be-
nar-benar mulai mengubek-ubek ubun-ubun ke-
pala. Saking tak tahannya, mendadak sekujur
tubuh Siluman Ular Putih dipenuhi asap putih ti-
pis. Saat asap putih itu hilang tertiup angin, ma-ka seketika itu juga....
"Gggeeerrr...!"
10 "Siluman Ular Putih keparat! Walaupun
kau menjelma jadi ular putih raksasa, tetap saja kau tak dapat luput dari tangan
mautku!" desis Pengasuh Setan, sarat ancaman.
Pengasuh Setan hanya tertawa meremeh-
kan melihat lawannya telah berubah menjadi ular
raksasa dengan badan sebesar pohon kepala.
Enak sekali gayanya. Seolah-olah, ia telah me-
nang dalam pertarungan. Sambil tetap duduk
bersila, Pengasuh Setan terus mengerahkan aji
'Panglipur Setan'. Dan dibantu suara-suara riuh
rendah dari anggota-anggota Pasukan Kumbang
Neraka membuat aji 'Panglipur Setan' makin he-
bat menyerang Siluman Ular Putih.
"Gggeeerrr...!"
Siluman Ular Putih menggereng murka.
Ekornya dikibaskan ke sana kemari. Sepasang
matanya yang mencorong tak henti-hentinya
mengamati Pengasuh Setan seksama dan para
anggota Pasukan Kumbang Neraka yang terus
mengeluarkan suara-suara aneh sambil terus ber-
lari memutarinya.
"Anak-anak! Bantai ular jejadian satu ini!"
perintah Pengasuh Setan dengan suara mengge-
muruh. "Keak! Keaaakkk!"
Suara riuh rendah anggota Pasukan Kum-
bang Neraka makin ramai terdengar. Pedang di
tangan kanan berkilatan terjilat cahaya bulan.
Dan berbareng teriakan-teriakan bergemuruh,
Pasukan Kumbang Neraka mulai menerjang Si-
luman Ular Putih.
Sementara sambil tetap bersila Pengasuh
Setan tak kalah ganas menghentakkan kedua te-
lapak tangannya yang berwarna merah menyala
ke arah Siluman Ular Putih. Seketika dua larik
sinar merah menyala meluruk dari kedua telapak
tangannya Bukkk! Bukkk! Telak sekali kedua sinar itu menghantam,
membuat Siluman Ular Putih menggereng hebat.
Tubuhnya oleng ke samping. Pada saat yang sa-
ma, berpuluh-puluh mata pedang pasukan berke-
lebat menyerang pula.
Crakkk! Crakkk!
Siluman Ular Putih menggeliat hebat. Ba-
cokan-bacokan Pasukan Kumbang Neraka sedikit
pun tak dapat melukai tubuhnya yang putih. De-
mikian juga pukulan aji 'Tangkal Petir' milik Pengasuh Setan tadi!
Memang, itulah salah kehebatan Siluman
Ular Putih. Bila telah menjelma menjadi seekor
ular putih raksasa tubuhnya akan menjadi kebal
terhadap segala macam senjata pusaka maupun
terhadap berbagai macam pukulan mematikan.
Lebih hebatnya lagi, ternyata Siluman Ular Putih sama sekali tidak terpengaruh
oleh suara-suara
aneh yang terus didengungkan Pengasuh Setan
dan ketiga puluh anak buahnya.
Kenyataan ini tak luput dari pengamatan
Pengasuh Setan, sehingga membuatnya terheran-
heran. Sungguh, ia tak percaya melihat keheba-
tan Siluman Ular Putih.
"Keparat! Kau tetap tidak akan luput dari
tangan mautku, Siluman Ular Putih! Jangan diki-
ra aku tak dapat mengalahkanmu!"
Pengasuh Setan membentak penuh kema-
rahan. Sulit sekali membayangkan kemarahannya
saat ini. Kedua pelipisnya bergerak-gerak. Gigi-
gigi bergemeletukkan. Ini jelas menandakan kalau tokoh sesat dari puncak Gunung
Sindoro tak ingin tanggung-tanggung lagi.
"Gggeeerrr...!"
Tapi mendadak Siluman Ular Putih telah
lebih dulu menerjang ke depan. Taringnya yang
runcing siap memangsa siapa saja yang berada di
depannya. Sementara, kibasan-kibasan ekornya
siap pula meremukkan siapa saja yang ada di de-
katnya. "Keak! Keaaakkk!"
Dan tanpa mengenai rasa takut sedikit
pun, Pasukan Kumbang Neraka malah menyam-
but serangan Siluman Ular Putih. Pedang di tan-
gan kanan mereka tak henti-hentinya menyambar
tubuh ular raksasa itu.
Kresss! Mulut besar Siluman Ular Putih berhasil
mencengkeram salah satu anggota Pasukan
Kumbang Neraka. Dilumatnya tubuh itu hingga
hancur berkeping-keping, bahkan langsung ter-
bakar. Tanpa mempedulikan api di mulutnya
kembali Siluman Ular Putih mencari mangsa lain.
Seperti korban pertama, tubuh seorang anggota
Pasukan Kumbang Neraka yang tertangkap segera
dilumatnya hingga terbakar.
"Gggeeerrr...!"
Sepasang mata Siluman Ular Putih menco-
rong tajam siap mencari mangsa lain. Kepalanya
digerak-gerakkan sedemikian rupa, mungkin me-
rasa heran atas kejadian di depan matanya. Na-
mun hal itu bukan berarti Siluman Ular Putih
bertindak sampai di situ. Malah dengan kecepa-


Siluman Ular Putih 16 Pasukan Kumbang Neraka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tan mengagumkan tubuhnya kembali meluruk.
Baik terkaman maupun kibasan-kibasan ekornya
kembali mencari korban hingga tubuh anggota-
anggota Pasukan Kumbang Neraka tercerai-berai
dan kontan terbakar.
Bukan main! Andai saja Siluman Ular Putih tidak dapat
mengatasi sepak terjang Pengasuh Setan dan pa-
sukannya, bukan mustahil dunia persilatan akan
mendapat bencana besar. Siapa yang dapat me-
nandingi Pengasuh Setan dan pasukannya"
Mungkin tidak ada! Inilah yang diam-diam men-
gusik hati Siluman Ular Putih, juga mengusik hati Pelukis Sinting Tanpa Tanding.
Dan kini lelaki tua berjubah kuning kedodoran itu terus saja asyik
mengikuti jalannya pertarungan di hadapannya
dengan seksama.
"Tak percuma rupanya kau mendapat gelar
Siluman Ular Putih, Bocah. Tubuhmu pun ternya-
ta ke-bal. Bagus-bagus! Senang sekali aku men-
dapat lawan imbang begini!" teriak Pengasuh Setan, pongah. Walau dalam hatinya
cemas meng- hadapi kehebatan Siluman Ular Putih, tapi seba-
gai seorang tokoh sakti dunia persilatan jelas ha-
tinya amat senang menghadapi lawan seimbang
"Gggeeerrr,..!"
Entah kenapa Siluman Ular Putih diam tak
bergerak di tempatnya. Sepasang matanya yang
mencorong seolah menerawang jauh ke depan.
Meski berbentuk seekor ular, pada dasarnya itu
perwujudan dari seorang manusia biasa yang
mempunyai akal pikiran. Begitu melihat ketang-
guhan Pengasuh Setan dan pasukannya, tak
urung juga membuat Siluman Ular Putih berpikir
untuk mencari cara menemukan kelemahan la-
wan. Sementara terus berpikir, sengaja Siluman
Ular Putih membiarkan tubuhnya jadi sasaran
empuk serangan-serangan Pasukan Kumbang Ne-
raka yang tersisa maupun serangan-serangan
Pengasuh Setan. Sepenuhnya ular raksasa ini
percaya kalau tubuhnya kebal. Maka kesempatan
itu dimanfaatkan untuk terus berpikir hingga ak-
hirnya.... "Gggeeerrr...!"
Mendadak sosok ular putih raksasa itu te-
lah dipenuhi uap putih tipis. Sehingga, akhirnya bayangannya tidak kelihatan
sama sekali. Dan
ketika uap tipis itu sirna tertiup angin, yang tampak kali ini adalah seorang
pemuda gondrong
berpakaian putih keperakan. Itulah sosok Soma
yang kini tahu-tahu telah memegang senjata pu-
sakanya. Soma berdiri di antara kerumunan Penga-
suh Setan dan sisa anggota Pasukan Kumbang
Neraka yang menghentikan serangan saat tubuh
Siluman Ular Putih tertutup asap tadi. Tampak
santai sekali sikap murid Eyang Begawan Kama-
setyo kali ini. Sebaris senyum nakal tersungging di bibirnya.
"Tolol! Kenapa cara ini baru muncul seka-
rang"! Bukankah kekuatan Pengasuh Setan ju-
stru terletak pada suara-suara aneh yang keluar
dari mulutnya maupun mulut para anak buah-
nya" Sudah jelas kalau suara-suara aneh itu
mengandung kekuatan gaib yang hebat bukan
main. Kenapa aku tidak segera menghadapi kehe-
batan mereka dengan senjata andalanku ini. Bu-
kankah Eyang Begawan Kamasetyo pernah berka-
ta kalau senjata andalanku ini pun mampu men-
gatasi serangan-serangan tenaga gaib"
Tenaga-tenaga yang bersumber dari segala
macam setan atau ilmu arwah-arwah gentayan-
gan" Ah...! Bodohnya aku!"
Sejenak Siluman Ular Putih masih terman-
gu-mangu di tempatnya. Soma kini seolah baru
saja bangun dari mimpi buruk. Dan begitu Pen-
gasuh Setan dan pasukannya kembali bertindak...
Tuuut....Tut...tulittt...!
Tanpa membuang-buang waktu lagi Silu-
man Ular Putih segera meniup senjata andalan-
nya. Mula-mula perlahan saja. Selang beberapa
saat, tiupan senjata anak panah yang sekaligus
juga berupa sebuah suling itu berubah jadi
menghentak-hentak! Akibatnya.....
Seketika Pengasuh Setan dan sisa-sisa pa-
sukannya berteriak kalap. Mata mereka membe-
liak lebar, seolah melihat malaikat maut di depan
mata. "Kaaakh... kaaakh...!"
Selang beberapa saat, teriakan-teriakan
anggota Pasukan Kumbang Neraka dan Pengasuh
Setan terdengar makin mengerikan. Mirip suara-
suara aneh makhluk-makhluk halus penghuni
kubur yang tengah sekarat menghadapi maut.
Hingga akhirnya....
Blaaammm...! Mendadak terdengar satu ledakan hebat di
udara. Bumi laksana diguncang prahara. Bersa-
maan dengan itu tubuh anggota-anggota Pasukan
Kumbang Neraka luruh ke tanah, tak dapat ban-
gun lagi. Hanya Pengasuh Setan sajalah yang ma-
sih terus berteriak-teriak mengerikan.
Siluman Ular Putih tak mempedulikannya.
Senjata andalannya terus saja ditiup.
Pretak! Pretak!
Perlahan-lahan tubuh Pengasuh Setan mu-
lai menyala. Mula-mula hanya diselimuti kobaran
api tipis. Tapi sejurus kemudian kobaran api itu makin menjadi-jadi. Teriakan-
teriakan Pengasuh
Setan pun makin menggila. Bahkan kini berlari-
lari kalap ke sana kemari. Lalu.....
Blaaam! Tubuh Pengasuh Setan mendadak hancur
kali ini. Ledakan dahsyat dari dalam jasadnya
membuat anggota tubuhnya tercerai-berai. Tewas
seketika itu juga.
Semua yang berada di tempat pertarungan
terheran-heran dibuatnya. Sungguh sulit dimen-
gerti. Ternyata dengan cara itulah Pengasuh Se-
tan menemui ajal!
Sedangkan Siluman Ular Putih sendiri se-
makin mengagumi senjata andalannya. Sejenak
senjata pusaka itu ditimang-timang, lalu dis-
usupkan ke balik jubahnya.
*** Pada saat Pengasuh Setan tewas....
Mendadak kawah di puncak Gunung Sin-
doro bergolak hebat. Angin badai seolah-olah in-
gin memporak-porandakan apa saja yang ada di
puncak. Sementara pada saat itu Maling Tanpa
Bayangan terus menahan gempuran Telapak Ga-
jah dan burung hantu raksasa bernama Meruya.
Maka melihat perubahan alam yang mendadak
hatinya langsung tersaput keheranan. Dan kehe-
ranannya makin bertambah saat melihat tubuh
burung hantu raksasa itu mendadak jadi terba-
kar! Menggelepar-gelepar sebentar, lain luruh ke tanah dengan tubuh hangus!
Demikian pula yang terjadi pada Telapak
Gajah. Mungkin karena saking tidak tahan me-
nahan getaran-getaran tenaga gaib dalam tubuh-
nya yang ingin meronta keluar, membuat tubuh
Telapak Gajah luruh ke tanah dengan tubuh han-
gus terbakar! Melihat para penyerangnya telah menemui
ajal, tanpa mempedulikan gejolak alam yang ten-
gah murka, Maling Tanpa Bayangan bergegas
berkelebat ke sana kemari mencari Kitab Paguyu-
ban Setan yang sangat diidamkan.
Mungkin karena sudah suratan takdir, ru-
panya nasib baik berpihak pada Maling Tanpa
Bayangan. Di saat tengah menuju batu besar
tempat Pengasuh Setan biasa duduk di situ, se-
pasang matanya jadi berbinar-binar.
Ternyata kitab yang sangat diidam-
idamkan itu disembunyikan di balik bongkahan
batu besar di tengah-tengah lautan pasir puncak
Gunung Sindoro. Mungkin karena guncangan ke-
ras bagai gempa bumi, mengakibatkan batu itu
bergeser. Maka tampaklah kitab yang diidamkan
Maling Tanpa Bayangan dan juga tokoh-tokoh
dunia persilatan lain!
Bukan main girangnya hati Maling Tanpa
Bayangan saat itu. Matanya kontan membelalak
lebar. Segera diambilnya kitab yang diyakininya
dapat mengalahkan Siluman Ular Putih. Lantas
bencana apa yang bakal terjadi lagi..."
SELESAI Scan/E-Book: Abu Keisel
Juru Edit: Fujidenkikagawa
https://www.facebook.com/pages/Dunia-
Abu-Keisel/511652568860978
Kisah Para Pendekar Pulau Es 19 Dewa Arak 68 Biang-biang Iblis Pendekar Laknat 5
^