Pencarian

Gajah Kencana 24

02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana Bagian 24


Dewa .... berilah hamba penerangan"
Dalam kehampaan diri itu sayup2 ia seperti mendengar
suara yang sehalus daun gugur ke tanah "Kuda Pengasih,
engkau seorang pria dan Saraswati seorang wanita. Kodrat
Prakitri menentukan bahwa hidup itu harus dicapai dengan
persenyawaan dari kedua jenis insan. Jangan engkau
mengingkari kodratmu sebagai seorang pria. Jangan engkau
menolak karunia dewata yang telah menghidupkan benihmu
dalam janin wanita yang pernah engkau peristeri. Sudah
kodrat bahwa persenyawaan jasmani antara pria dan wanita
akan membenihkan keturunan ...."
"Tetapi, dewa ...."
"Engkau masih meragukan dirimu. Engkau masih
menampilkan ke-Aku-anmu dan menganggap hina wanita
yang mengandung benihmu itu. Tetapi ketahuilah Kuda
Pengasih, bahwa insan itu hanya terbagi dalam jenis saja.
Bukan dari pangkat, keturunan, kekayaan dan lain2 benda
keduniawian ...." Tumenggung Kuda Pengasih terbeliak dan membuka mata.
Ia merasa pandang matanya tak segelap tadi, hatinyapun
makin tenang. Memandang kearah ni Saraswati yang masih
menunduk, ia melihat wanita cantik itu perlu perlindungan.
Nasibnya meminta kasihan. Dan dalam tubuh wanita itu telah
tertanam benih keturunannya. Membenci atau memandang
hina, berarti mencemoh benih keturunannya sendiri.
"Nini ...." tiba2 meluncurlah kata2 dari mulut tumenggung
itu "engkau tak bersalah. Akulah yang menyebabkan engkau
menderita begitu" "Apakah paduka memaafkan diri hamba?" Saraswati
mengangkat muka dan memandang kearah tumenggung itu.
"Engkau tak bersalah, mengapa harus minta maaf, nini"
tumenggung Kuda Pengasih berkata "kesemuanya itu telah
digariskan oleh dewata. Kita insan manusia hanya menyerah
saja kepada kehendakNYA. Jangan engkau bersedih nini,
karena kesedihan akan membawa akibat tak baik bagi benih
yang engkau kandung"
"Duh, gusti menggung sesembahan
bersumpah takkan melayani....."
hamba. Hamba "Sudahlah, nini, jangan suka bersumpah" cepat Kuda
Pengasih menukas "aku hendak bertanya kepadamu. Kuharap
engkau mau menjawab dengan sejujur hatimu"
Saraswati mengiakan. "Benarkah engkau sedang mengandung?" Mendengar itu
wajah Saraswati bertebar merah
"Demi Batara Agung, hamba mohon supaya nyawa hamba
dicabut apabila hamba membohong"
Diam2 tumenggung menghela napas dalam hati. Entah
napas dari kelegahan hati atau kekecewaan.
"Nini, benarkah benih yang engkau kandung itu berasal dari
aku?" tanyanya pula.
"Batara Agung menjadi saksi. Apabila benih itu bukan dari
paduka, semoga nyawa Saraswati ditumpas saat ini juga"
Tumenggung Kuda Pengasih pejamkan mata. Pikirannya
jauh melayang ke malam itu. Malam dimana ia telah
menumpahkan gairah asmaranya kepada ni Saraswati. Ia tak
nyana bahwa pada malam itulah ia telah menurunkan sebuah
benih keturunan. Ia percaya penuh akan kesucian dan
kejujuran Saraswati. "Ah ...." hatinya mendesuh dan mengeluh. Bukankah suatu
perbuatan nista dan terkutuk apabila ia mengingkari akan
benih yang ditanamnya sendiri itu "bukankah aku akan
mendapat kutuk dari dewata apabila aku mengingkari hal itu"
Kuda Pengasih suka mendengar tentang cerita2 orangtua.
Antaranya yang tetap berkesan adalah seorang ksatrya
bermuka kera yang bernama raden Hanoman. Hanoman itu
sesungguhnya putera dari Hyang Batara Guru. Karena ketika
Hyang Batara sedang terbang melalang jagad, ia terpesona
akan betis yang tersiak angin dari dewi Anjani yang sedang
bertapa ditepi sendang. Tak akan makan atau minum jika
tiada benda atau air yang menetes kemulutnya.
Sebenarnya semula dewi Anjani itu seorang puteri cantik,
puteri dari begawan Gautama. Begawan itu mempunyai tiga
putera, dua lelaki dan seorang perempuan. Ketiga putera
puteri begawan itu saling berebut untuk mendapatkan mustika
Cupu Manikastagina. Karena tak dapat memberi pertimbangan
kepada siapakah mustika itu harus diberikan maka
begawanpun memutuskan untuk melemparkan mustika itu
kedalam sendang. Barang siapa yang dapat menemukannya,
dialah yang berhak memiliki. Ketika ketiga putera puterinya
menyelam kedalam sendang itu, ternyata mereka telah
berobah wujudnya. Tampang mereka berobah seperti kera.
Atas nasehat sang begawan, akhirnya dewi Anjani bertapa.
Melihat tubuh dewi Anjani yang hampir tak tertutup pakaian
itu, timbullah seketika nafsu berahi Hyang Batara Guru
sehingga ia menurunkan air sari benih. Air itu tepat jatuh
kemulut dewi Anjani. Talc berapa lama Anjani mengandung
dan melahirkan seorang putera, raden Hanoman, seorang
ksatrya yang bermuka kera dan amat sakti mandraguna. Pada
suatu saat Hanoman menuju ke kahyangan untuk meminta
pengakuan dari Hyang Batara Guru bahwa dia benar
puteranya. Bermula malu juga Hyang Batara Guru kepada
para dewa tetapi betapapun halnya ia terpaksa harus memberi
pengakuan juga. "Jika seorang mahadewa sebagai Hyang Batara Guru mau
juga mengakui benih keturunannya walaupun berwujud kera,
mengapa aku seorang insan manusia malu untuk mengakui
benih yang kutanam dalam tubuh Saraswati ...." akhirnya
tibalah tumenggung Kuda Pengasih pada suatu kesimpulan.
"Nini, jangan engkau bersedih. Kita harus memanjatkan puji
syukur kepada dewata agung bahwa kita telah dikarunia
keturunan ...." Hampir tak percaya Saraswati akan pendengarannya saat
itu. Benarkah tumenggung itu tak marah" Benarkah
tumenggung itu mau mengakui benih keturunan yang
dikandungnya" Benarkah"
"Nini, mengapa engkau terlongong-longong". Tegur
tumenggung Kuda Pengasih kala melihat gadis cantik itu
terlongong-lougong seperti seorang yang hilangan suksma.
"Gusti menggung" serunya beriba "benarkah paduka
mengucapkan kata2 tadi bahwa pernah mengakui benih
keturunan paduka yang berada dalam perut hamba" Atau
salahkah pendengaran hamba tadi?"
"Benar, nini" sahut tumenggung Kuda Pengasih dengan
tegas "engkau tak salah dengar, tidak pula sedang bermimpi.
Memang akulah yang menurunkan benih itu. Engkau harus
merawatnya baik2, nini"
Demikian percakapan itupun diakhiri dengan pertemuan
yang mesra antara dua insan yang telah saling merindukan.
Malam itu tumenggung Kuda Pengasih tidak ke keraton
melainkan menikmati kebahagiaan di-samping ni Saraswati.
Rasa gopoh yang mendorong langkah Arya Damar agar
cepat tiba ditumenggungan, ternyata tidaklah memadai
dengan apa yang dihadapinya. Ia melihat wajah tumenggung
Kuda Pengasih dingin. Mungkin lebih dingin dari kabut di
puncak gunung Meru. "Bagaimana hasil kunjungan ki tumenggung ke keraton?"
Arya Damar memulai pembicaraannya, sekaku seperti pada
saat ia harus mengambil tempat duduk sendiri karena tuan
rumah tak mempersilahkannya. Diperhatikannya bahwa wajah
tumenggung itu agak pucat.
"Tidak ada hasil suatu apa" meluncurlah kata2 jawab dari
mulut tumenggung. "Tidak ada" Mengapa, ki tumenggung" sebagai seorang
tamu terpaksa Arya Damar bersikap lebih ramah.
"Karena tidak pergi ke keraton"
Arya Damar terbeliak "Tidak pergi " Mengapa " Apakah ki
tumenggung berhalangan" Atau sakit?"
Tumenggung Kuda Pengasih gelengkan kepala
"Tidak. Aku memang tidak pergi"
Mendengar keterangan itu, alas kursi yang ditempati Arya
Damar serasa tumbuh duri sehingga ia menggeliatkan tubuh
"Tidak pergi" Mengapa?"
"Karena tak mau pergi" sahut tumenggung dengan ringkas.
Setelah beberapa kali menderita kejut, akhirnya habislah
kejut Arya Damar. Maka bertanyalah dia dengan nada tegas
"Ki tumenggung, benar2 aneh sekali sikap dan ucap ki
tumenggung hari ini. Sukalah ki tumenggung memberi
keterangan agar aku jelas"
"Arya Damar" kata tumenggung Kuda Pengasih "Setelah
kurenung dan kupertimbangkan lebih lanjut, aku tak dapat
melaksanakan rencanamu kemarin"
"Mengapa" Apakah ki tumenggung tidak setuju?"
"Setuju" sahut tumenggung Kuda Pengasih "tetapi kuminta
supaya caranya dirobah"
Tidak lagi Arya Damar tergoncang hatinya mendengar
pernyataan tumenggung itu, serunya "Cobalah ki tumenggung
uraikan maksud ki tumenggung agar lebih jelas"
"Rencanamu untuk merebut pengaruh baginda dengan cara
mempersembahkan wanita cantik, aku tak keberatan
melaksanakan. Tetapi aku tak setuju kalau yang
dipersembahkan itu ni Saraswati"
"O" Arya Damar mendesuh lusuh "kiranya demikianlah
maksud ki tumenggung. Tetapi dapatkah tuan memberi
keterangan apa sebab tuan keberatan apabila ni Saraswati
yang kita persembahkan kepada baginda?"
"Arya Damar" tiba2 tumenggung berganti nada agak keras
"ketika di Ularan engkau telah menyiasati aku dengan
minuman keras lalu menitahkan ni Saraswati untuk menemani
aku tidur" Tumenggung Kuda Pengasih berhenti sejenak
menyelidik kesan. Tampak wajah Arya Damar merah.
untuk "Engkau berhasil dan akupun telah bersatu dengan ni
Saraswati. D an kuakui sekarang bahwa ni Saraswati itu adalah
milikku. Tetapi mengapa sekarang engkau hendak
mempersembahkan gadis itu kepada sang prabu " Tidakkah
hal itu berarti engkau hendak mempermainkan diriku, Arya?"
Dari merah saat itu wajah Arya Damar berobah agak pucat
"Tetapi ki tumenggung. Mengapa tuan sayang akan seorang
gadis penari saja" Aku sanggup mencarikan penggantinya,
puteri yang lebih cantik dan keturunan priagung"
"Manusia bukan benda, Damar" seru tumenggung "jika
barang hilang, engkau dapat mencarikan penggantinya. Tetapi
jika manusia yang memiliki rasa dan perasaan hati, dapatkah
engkau mencarikan penggantinya yang seperti itu?"
Arya Damar menghela napas, kemudian tertawa.
"Ah, ki tumenggung, bumi Majapahit amat luas. Pura
Majapahitpun penuh dengan puteri yang cantik jelita. Apabila
puteri di Majapahit, tuan tak cocok, aku sanggup
meminangkan puteri dari Sriwijaya. Aku mempunyai seorang
adik sepupu, seorang puteri cantik yang pasti sesuai dengan ki
tumenggung" "O, benarkah di Majapahit, di Sriwijaya dan jagad ini banyak
wanita yang cantik?" seru tumenggung Kuda Pengasih.
"Kata orang, jagad ini bukan sekepal tangan. Tetapi luas
sekali, penuh dengan jelita2 yang tiada terhitung banyaknya"
"Bohong!" tiba2 tumenggung itu menuding ke muka Arya
Damar sehingga ujung telunjuknya hampir mengenai ujung
hidung Arya Damar. Mata tumenggung itupun berapi-api
membara amarah "engkau pembohong besar!"
Arya Damar tersentak sehingga melonjak bangun dari
tempat duduk. Ia benar2 heran atas perobahan sikap
tumenggung itu "Mengapa engkau, ki tumenggung?"
"Engkau pembohong !" seru tumenggung pula.
"Aku pembohong?" Arya Damar terbelalak "dalam soal apa
aku membohong" Kepada siapa aku berbohong ?"
"Engkau masih belum merasa sendiri?"
Arya Damar tertegun. Sejenak kemudian bertanya agak
mereda "Ki tumenggung, sikap dan ucapan tuan pada saat ini
benar2 luar biasa. Katakanlah apa yang sebenarnya
terkandung dalam hatimu"
"Baik" sahut tumenggung Kuda Pengasih "dengarkanlah.
Engkau membohong soal dalam hatimu, engkau berbohong
terhadap hatimu sendiri"
"Jelaskan!" akhirnya karena selalu dituduh pembohong,
kesabaran Arya Damar mulai bertebaran.
"Arya Damar" seru tumenggung dengan nada lantang
"engkau telah memasang perangkap agar aku terjerat oleh ni
Saraswati. Jelas bahwa ni Saraswati telah engkau jadikan
umpan untukku. Ternyata umpan yang engkau berikan,
hendak engkau telan kembali. Tidakkah engkau membohongi
dirimu sendiri" Engkau membawa ni Saraswati ke Majapahit
untuk menekan supaya aku menghaturkan laporan ke
hadapan baginda sesuai yang engkau inginkan. Tetapi karena
gagal, maka engkau berganti siasat. Menggunakan gadis itu
sebagai pemikat baginda agar baginda dapat engkau
pengaruhi. Jelas bahwa gadis itu hendak engkau jadikan
umpan kepada baginda, tetapi mengapa engkau hendak
menodai kehormatan gadis itu sendiri" Tidakkah itu berarti
engkau seorang pembohong yang membohongi batinmu
sendiri! Katamu jagad bukan sekepal tangan. Katamu di jagad
ini banyak wanita cantik !"
Pucat seketika wajah Arya Damar mendengar kata-kata
tumenggung Kuda Pengasih. Serentak ia menduga bahwa
tentulah Saraswati yang memberikan keterangan itu kepada
tumenggung Kuda Pengasih. Setelah merenung beberapa
saat, ia berkata "Ki tumenggung, mengapa tuan begitu
bersungguh terhadap seorang wanita " Apakah arti seorang
gadis penari bagi tuan, seorang tumenggung kerajaan
Majapahit " Tidakkah ki tumenggung menghayati akan arti
searang gadis yang kujadikan umpan perangkap " Mereka
ibarat bunga. Kita petik selagi bunga itu mekar, kemudian kita
campakkan bila dia sudah layu ...."
"Jahanam!" teriak tumenggung Kuda Pengasih dengan mata
berkilat-kilat marah "jangan engkau perhina seorang wanita.
Andaikata engkau telah menodainya, saat ini tentulah
mayatmu

02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah bergelimpangan di pendapa ini. Kuperingatkan kepadamu, arya, ni Saraswati telah menjadi
milikku. Mengingat bahwa engkau yang mempersembahkan
kepadaku walaupun bukan dengan maksud baik, maka kali ini
kuampuni jiwamu. Tetapi apabila engkau masih berani
mengusiknya lagi, hanya dua yang harus engkau pilih. Engkau
angkat kaki dari bumi Majapahit atau engkau menjadi mayat"
Merah padam wajah Arya Damar saat itu. Benar2 ia tak
menyangka. Dengan pengharapan akan mendapat berita yang
menggembirakan, ternyata hanya amarah dan dampratan
yang diperoleh dari tumenggung itu. Seketika bangkitlah
keangkuhan arya itu. Betapapun ia juga seorang senopati,
bagaimana tumenggung itu berani menghinanya sedemikian
rupa "Tumenggung Kuda Pengasih, jangan engkau
mengancam aku seperti mengancam seorang pengalasanmu.
Saraswati adalah gadis penari, siapapun dapat memilikinya"
Tumenggung Kuda Pengasih tertawa mencemoh.
"Arya Damar, jika engkau ingin lekas sempurna, silahkan
engkau coba mengganggu gadis itu. Sekarang silahkan
engkau pulang" tumenggung itu segera memberi isyarat dan
beberapa prajurit penjaga tumenggung-an segera menghadap
"antarkan raden ini keluar!"
Beberapa pengalasan yang bertugas menjaga gedung
tumenggungan itu. masing2 bersenjata lengkap. Betapapun
besar nyali Arya Damar tetapi kedudukannya saat itu lemah.
Kemudian iapun mempertimbalig-kan, apabila ia mengamuk di
tumenggungan situ, tentu seluruh penjaga akan mengepungnya. Suatu pengorbanan yang sia2 apabila ia
sampai tewas. Pada hal ia masih mempunyai cita2 dan
rencana yang lebih jauh. Arya Damar terbeliak dari menung ketika melihat
tumenggung Kuda Pengasih ayunkan langkah masuk ke
dalam. Terpaksa iapun tinggalkan pendapa itu dengan penuh
geram dan seram. Sampai jauh malam Arya Damar masih duduk terpekur di
ruang kediamannya. Ia benar2 tak menyangka akan menerima
peristiwa seperti itu "Hm, dia hendak berhianat kepada
janjinya. Tetapi ingat, pembalasan akan menimpa padamu.
Impianmu, cita-citamu dan hidupmu akan kuhancurberantakan ...."
Lewat tengah malam baru ia masuk tidur dengan membawa
suatu rencana yang akan dilaksanakan dalam waktu yang
cepat. Kini sasarannya beralih. Bukan terhadap baginda
melainkan tertuju pada tumenggung Kuda Pengasih.
0o-dwkz-o0 II ARYA DAMAR masih menimang-nimang rencana yang
hendak ditindakkan terhadap tumenggung Kuda Pengasih.
"Haruskah aku menghadap baginda dan melaporkan
tentang gadis penari itu?" ia bertanya dalam hati. Sesaat ia
menganggap tindakan itu memang cepat dan tepat. Tetapi
pada lain saat ia menimang pula. Dengan tindakan itu, Kuda
Pengasihpun akan melaporkan semua peristiwa yang
dialaminya di Ularan. Jelas dia yang akan menjadi sasaran
Kuda Pengasih. "Ah" ia menghela napas.
Saat itu ia sedang berjalan menuju ke tempat kediaman
Arya Lembang. Sejak kembali dari Bali, Arya Lembangpun
diberi rumah di wilayah kediaman para arya.
"Hai, Arya Damar" tiba2 ia dikejutkan oleh seruan
seseorang yang memanggil namanya. Serentak ia berpaling.
"Ah, kakang Arya Kembar" katanya mengembang tawa.
"Terkejut ?" tegur seorang lelaki berpakaian indah.
"Ya" sahut Arya Damar "karena aku tak tahu kalau kakang
arya berada dibelakang"
Lelaki yang agak tua dari Arya Damar tetapi lebih bersih
dan cakap wajahnya itu, berkata "Rupanya engkau sedang
melamun, Damar" Mau kemana engkau?"
"Ah, sekedar berjalan-jalan melemaskan kaki, kakang
Kembar" sahut Arya Damar "rupanya kakang baru kembali dari
lain tempat?" "Ya" sahut Arya Kembar "habis
Indreswari di keraton"
dipanggil bibi ratu Arya Damar terkesiap. Serentak ia teringat bahwa dianUra
para arya dari Malayu, Arya Kembarlah yang paling dekat
dengan ratu Indreswari. Arya Kembar masih dekat hubungan
darah dengan ratu Indreswari.
"Tentu ada urusan penting ?" katanya. Arya Kembar
tertawa. "Damar" serunya "sejak engkau kembali dari Bali, kita
belum pernah berjumpa. Apabila engkau tiada urusan penting,
hayo, singgahlah di rumah kediamanku. Kurang layak kita
omong2 di jalan. Aku habis menerima kiriman tuak harum.
Kita minum bersama" Karena memang tiada urusan penting, pula karena memibki
harapan kemungkinan ia mendapat sesuatu bahan dari Arya
Kembar untuk melaksanakan rencananya, maka maulah ia
menerima ajakan arya itu. Bukankah Arya Kembar itu dekat
hubungannya dengan ratu Indreswari "
"Bagaimana Damar, pengalamanmu selama di Bali?" Arya
Kembar membuka pembicaraan ketika keduanya duduk di
ruang pendapa gedung kediaman Arya Kembar.
Dengan ringkas Arya Damar menuturkan semua peristiwa
yang telah dialami selama di Bali. Sudah tentu dalam
penuturannya itu ia lebih banyak menonjolkan jasa-jasanya
selama mengamankan Bali. Terutama dengan panjang lebar ia
menceritakan tentang keberanian dan kesaktiannya dalam
membunuh beberapa senopati kerajaan Bedulu, antara lain
patih Kebo Warung dan Pasung Giri.
"Ah, jika begitu, jasamu amat besar sekail, Damar. Mungkin
engkau yang paling berjasa dalam peperangan di Bali itu" Arya
Kembar memberi pujian. Arya Damar menghela napas.
"Mengapa engkau menghela napas, Damar" tegur Arya
Kembar "adakah sesuatu yang mengecewakan hatimu "
Apakah baginda tak menganugerahi ganjaran besar
kepadamu?" "Kakang Kembar" kata Arya Damar dengan wajah rawan
"ya, memang baginda telah menganugerahi aku pangkat
tumenggung, rumah dan uang. Tetapi apabila hal itu
disesuaikan dengan jerih payah dan pengorbananku yang
telah kehilangan hampir tujuhbelas ribu prajurit Sriwijaya itu,
ah, mungkin kakang dapat menilai sendiri adakah ganjaran2
itu sudah sepadan" "Tetapi perihal ganjaran adalah wewenang baginda" kata
Arya Kembar. "Benar, kakang Kembar" sambut Arya Damar "ganjaran itu
hanya merupakan anugerah. Apapun yang baginda
anugerahkan, kita wajib menerima dengan rela"
"Lalu persoalan apa yang engkau resahkan?" tegur Arya
Kembar pula. "Keadilan, kakang Kembar" seru Arya Damar.
"Keadilan" Adakah engkau anggap anugerah baginda itu
tidak adil?" "Adil atau tidak" kata Arya Damar "kumohon kakang suka
mendengarkan dulu keteranganku. Jika kakang Arya
menganggap hal itu sudah adil, akupun ikhlas menerima"
"Baik" kata Arya Kembar "ceritakanlah"
"Adakah kakang Arya mengetahui tentang ganjaran apa
yang dianugerahkan baginda kepada patih Dipa?" Arya Damar
memulai keterangannya dengan sebuah pertanyaan.
"Kala itu aku sedang menuju ke Sadeng untuk suatu
keperluan penting" kata Arya Kembar "baru kemarin aku tiba
di pura dan terus dipanggil bibi ratu Indreswari"
"O, adakah ratu Indreswari tak menyinggung soal patih ?"
"Bibi ratu sedang sibuk memikirkan suatu persoalan. Sudah
tentu beliau tak sempat mengurus hal semacam itu. Lalu
apakah yang sesungguhnya terjadi pada patih Dipa ?"
"Anugerah yang dilimpahkan baginda kepada patih itu.
benar2 luar biasa, kakang" kata Arya Damar.
"Apakah dia diangkat sebagai mentri di pura Majapahit ?"
"Tidak" kata Arya Damar "tetapi kekuasaannya tak kalah
dengan mentri" Arya Kembar mengernyit dahi dan memandang Arya Damar
dengan pandang bertanya. "Baginda telah menganugerahkan sebatang pedang pusaka
kepada patih Dipa" "O" Arya Kembar tertawa "hanya sebatang pedang pusaka"
Apa kekuasaan sebatang pedang pusaka itu hingga engkau
begitu ketakutan, Damar ?"
"Pedang itu bukan sembarang pusaka, tetapi benar benar
sebuah pusaka kerajaan Majapahit yang agung. Pedang Adipetaka, kakang Kembar, pedang dari rahyang ramuhun
Kertarajasa" "O" Arya Kembar terkejut tetapi cepat tenang kembali.
"Patih Dipa telah diangkat baginda sebagai kepala
bhayangkara keraton Majapahit dengan wewenang penuh.
Setiap saat dapat keluar masuk keraton, menangkap dan
bahkan membunuh setiap orang yang dianggap membahayakan keselamatan baginda serta keluarga baginda"
Kali ini baru Arya Kembar benar2 terkejut. Bahkan kejut
yang dideritanya lebih dari mendengar halilintar meletus
"Benarkah itu, Damar?" ia menegas.
"Kakang dapat bertanya kepada setiap mentri nayaka.
Apabila bohong, kakang Arya boleh membunuh Damar"
"Jika benar demikian" kata Arya Kembar "soal itu meminta
perhatian kita benar2. Tetapi bagaimanakah tumenggung
Kuda Pengasih menghaturkan laporan kepada baginda?"
Arya Damar tertawa lalu menghela napas "Tumenggung
Kuda Pengasih orang Majapahit, patih Dipa pun orang
Majapahit. Jika kakang Kembar orang Sriwijaya yang diutus
baginda untuk memanggil aku dan patih Dipa pulang, itu lain
halnya" "Tetapi arya" seru Arya Kembar "dalam laporan tentang
keadaan di medan pertempuran dan hasil yang dicapai
pasukan Majapahit dan Sriwijaya di Bali, haruslah berdasar
kenyataan. Bukan didasarkan atas orang sesuku atau
senegara" Arya Damar tertawa, mengangguk "Itu kalau kakang
Kembar. Tetapi dapatkah kita mengukur pendirian Kuda
Pengasih dengan nilai ukuran kakang ?"
"Hm, Kuda Pengasih ...." Arya Kembar tak melanjutkan
kata-katanya. Rupanya ia menyadari kalau kelepasan bicara.
Tetapi Arya Damar yang tajam perasaannya segera dapat
mencium sesuatu di balik ucapan Arya Kembar itu "Kakang
Kembar, mengapa kakang tak melanjutkan kata2 kakang tadi"
Adakah kakang menganggap Damar ini orang luar " Jika
demikian, maaf kakang Kembar, akupun mohon diri" ia terus
berbangkit hendak ayunkan langkah.
"Tunggu, Damar" seru Arya Kembar terkejut "mengapa
engkau terlalu perasa sekali" Bagaimana mungkin aku
menganggapmu sebagai orang luar " Betapapun kita golongan
arya dari tanah Malayu harus bersatu padu menghadapi
gangguan2 dari lain2 golongan yang banyak bermunculan di
pura Majapahit" "Terima kasih, kakang. Jika demikian maafkanlah
kekhilapan Damar" Arya Damar memberi hormat dan duduk
pula. "Begini, Damar" kata Arya Kembar "sesungguhnya aku
memang berniat hendak menangkap Kuda Pengasih ..."
"Menangkap" Apakah dia bersalah?" teriak A-rya Damar
terkejut dan cemas2 mengharap bahwa hal itu benar terjadi.
"Bukan menangkap untuk dihukum" kata Arya Kembar
"tetapi supaya masuk kedalam fihak kita. Sebagaimana
engkau ketahui, dia seorang tumenggung yang mendapat
kepercayaan dari baginda. Itulah sebabnya kita harus dapat
menariknya kedalam golongan kita"
"O" Arya Damar mendesuh agak kecele "lalu apakah dia
mengunjukkan sikap mau menerima ajakan kakang Kembar?"
"Menurut penilaianku" kata Arya Kembar "Kuda Pengasih itu
seorang yang haus akan pangkat dan kedudukan. Terhadap
orang begitu, mudahlah kita menangkapnya. Juga kudengar
dia belum beristeri: Pikirku, aku akan menghadap bibi ratu
Indreswari mohon perkenan untuk mengusulkan seorang
puteri Malayu untuk isteri Kuda Pengasih"
"O" kembali Arya Damar mendesuh "apa sebab kakang
hendak merencanakan hal itu?"
Sebelum menjawab lebih dulu Arya Kembar menuang piala
tuak kedalam cangkir. Kemudian mengajak Arya Damar
minum. "Arya Damar" beberapa saat kemudian mulailah Arya
Kembar membuka suara "engkau tentu maklum apa tujuan
Sriwijaya mengirim pasukan untuk membantu Majapahit
menenteramkan daerah2 kekuasaannya " Bukankah kerajaan
Sriwijaya hendak menyuburkan pengaruhnya di Majapahit"
Dan saat inilah kesempatan yang paling baik. Karena yang
menjadi raja adalah keturunan bibi ratu Indreswari atau yang
dahulu bernama Dara Petak puteri kerajaan Sriwijaya"
Arya Kembar berhenti sejenak lalu melanjutkan.
"Kita, para arya dari tanah Malayu inipun sebenarnya juga
mengemban tugas itu. Makin banyak mentri, senopati dan
narapraja kerajaan Majapahit yang berasal dari Sriwijaya dan
tanah Malayu. Disamping itu, ada pula suatu rencana.
Rencana itu bukan berasal dari pucuk pimpinan pemerintahan
Sriwijaya, tetapi dari aku sendiri. Dan hal itu dalam suatu


02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesempatan berbicara dengan bibi ratu Indreswari pernah
kusinggung juga. Rupanya bibi ratu berkenan merestui
rencanaku itu" Arya Damar makin tertarik. Kerut wajahnya meliuk-liuk
mengantarkan rasa keinginan tahu. Sinar matanyapun
mencurah pandang bertanya "Apabila kakang tiada sesuatu
keberatan, ingin benar Damar ikut mengetahui rencana
kakang arya. Aku bersedia membantu dengan sepenuh tenaga
apapun yang kakang arya perintahkan"
Arya Kembar tertawa "Memang, Damar. Terutama
engkaulah, tangan kananku yang kupercaya. Rencana itu
adalah untuk menguasai kerajaan Majapahit secara
perkawinan antara puteri2 Sriwijaya dengan para priagung
Majapahit. Atau puteri2 Majapahit dengan para arya tanah
Malayu. Melalui keturunan darah itu, mudah untuk menguasai
Majapahit. Dalam rangka itulah maka kumohonkan restu bibi
ratu Indreswari untuk menganugerahkan putefi Malayu kepada
tumenggung Kuda Pengasih"
"O" Arya Damar mengangguk-angguk "rencana kakang arya
itu memang baik sekali. Kurasa baginda Jayanagara sendiri,
adalah keturunan dari puteri Sriwijaya. Seharusnya baginda
condong kepada Sriwijaya tetapi dalam kenyataan baginda
tidak bersikap demikian. Menurut pengawasanku, adalah
dikarenakan baginda malu hati. Tetapi apabila telah banyak
pula mentri, senopati dan priagung2 Majapahit yang beristeri
puteri2 Sriwijaya, tentulah baginda akan merobah sikap dan
pendiriannya. Tetapi sayang ...." Arya Damar menutup
pembicaraannya dengan sebuah helaan napas.
"Mengapa adi Damar?" Arya Kembar terkejut.
"Kuda Pengasih itu mengingkari janji kepadaku" kata Arya
Damar. "O, soal apa ?"
Arya Damar lalu menuturkan tentang peristiwa di Ularan.
Tetapi ia merobah dan merangkai lain cerita sendiri. Ia
mengatakan bahwa waktu malam hari diadakan pesta
penyambutan untuk penghormatan Kuda Pengasih sebagai
utusan sang nata, tumenggung itu terangsang oleh kecantikan
seorang gadis penari cantik yang bernama ni Saraswati.
Tumenggung itu minta tolong kepadanya agar dapat
menyampaikan keinginan hatinya terhadap gadis cantik itu.
Sebagai imbalan, tumenggung Kuda Pengasih menyanggupkan
untuk menghaturkan laporan kehadapan baginda Jayanegara
bahwa Arya Damar lebih besar jasanya dari patih Dipa."
"Akhirnya aku dapat memenuhi keinginan tumenggung itu.
Ni Saraswati bersedia untuk melayani keinginan tumenggung
Kuda Pengasih. Kemudian tumenggung itu menuju ke Bali
selatan dan bergabung dengan patih Dipa dan terus pulang ke
Majapahit. Aku dan rombongan prajurit Sriwijaya berangkat ke
Majapahit dari pantai Bali utara. Ni Saraswati kubawa serta.
Karena kukuatir, tumenggung Kuda Pengasih tak pegang janji"
"Setelah bertemu dengan Kuda Pengasih di Majapahit,
kuperingatkan dia akan janjinya. Tetapi ternyata dia tak berani
melaporkan jasaku karena mendengar baginda telah
menganugerahi pedang pusaka kepada patih Dipa. Lalu
kuusulkan lain rencana. Hendaknya kita haturkan saja ni
Saraswati kepada baginda agar kita dapat merebut pengaruh
dan kepercayaan dari baginda. Tumenggung itu setuju. Tetapi
entah bagaimana setelah kuserahkan ni Saraswati malam itu
kepada Kuda Pengasih, ketika aku datang lagi, dia menolak
dan menghapus semua janji persetujuan. Bahkan dia malah
menantang bahwa ni Saraswati menjadi miliknya, takkan
diserahkan kepada baginda ataupun kepada siapa saja. Aku
diusirnya dengan kasar dan hina ...."
"Itulah kakang Kembar, yang kuresahkan sehingga aku
jalan2 keluar untuk menenangkan pikiran tadi"
"Hm" desuh Arya Kembar "Kuda Pengasih memang tak
punya pendirian yang mantap. Mudah berganti arah menurut
hembus angin" "Ya, kalau aku sendiri mungkin dapat menghapus hal itu"
kata Arya Damar "tetapi hal itu merupakan suatu kerugian
bagi golongan arya tanah Malayu. Dan apabila hal itu
dibiarkan lalu tanpa suatu tindakan dari golongan arya, bukan
mustahil peristiwa kedua, ketiga dan selanjutnya akan susul
menyusul hinaan terhadap golongan arya. Arya Damar
peribadi, bukan apa- apa. Tetapi A rya Damar sebagai arya dari
Sriwijaya, tentu menyangkut kepentingan dan nama golongan
arya" Arya Kembar mengangguk. Diam sampat beberapa saat
"Ya, memang tindakan Kuda Pengasih itu merugikan golongan
arya tanah Malayu. Dia jelas berfihak kepada patih Dipa
karena terikat kaum sekerajaan dan sedaerah. Diapun
menghaki sendiri gadis Bali itu yang seharusnya hendak
engkau haturkan kepada baginda. Ketiga kali, jelas Kuda
Pengasih tak mengindahkan golongan arya tanah Malayu. Hal
itu tak boleh kita biarkan saja"
Arya Damar bersorak gembira dalam hati. Namun ia
sengaja mengunjukkan sikap tak berdaya dan lemah untuk
membakar kemarahan Arya Kembar.
"Tetapi kakang arya" katanya "dengan diutusnya
tumenggung Kuda Pengasih oleh baginda ke Bali, tentulah
baginda telah menaruh kepercayaan kepada tumenggung itu.
Disamping itu, Kuda Pengasihpun mempunyai tiang andalan
patih Dipa dan laiu2 mentri kerajaan. Dapatkah kita. para arya
Sriwijaya di Majapahit itu, bertentangan dengan tumenggung
itu?" "Mengapa tidak mampu, Damar?" Arya Kembar mulai
terangsang. "Ah, kurasa kata-kataku tadi hanya terangsang oleh nafsu
kemarahan seketika saja" Arya Damar menghela napas "lebih
baik jangan kita cari musuh, terutama orang seperti
tumenggung Kuda Pengasih, orang kuat baru di pura
Majapahit" Braaakk .... Tiba2 Arya Kembar mendebar meja sehingga piala dan
cawan tuak berhamburan tumpah. Arya Damar seperti
mendengar halilintar meletus sehingga ia melonjak dari
kursinya kemudian gopoh membenahi piala dan cawan tuak
yang rubuh di meja. Memang Arya Kembar berwatak berangasan sekali. Lebih
berangasan dari Arya Damar. Mungkin dari sifat pembawaan,
disamping merasa mempunyai tiang andalan ratu Indreswari.
"Damar, omonganmu seperti anak kecil. Cenderung pula
seperti anak perempuan" teriak Arya Kembar "engkau
menganggap Kuda Pengasih itu orang kuat baru dari pura
Majapahit" Tidak! Aku ingin mengadu kekuatan dengan
tumenggung yang engkau sanjung2 itu. Jika kalah, aku
bersedia pulang ke tanah Pakelehan" seru Arya Kembar
dengan merah padam. Rupanya pengaruh tuak yang keras
telah mendidih dibakar api amarahnya.
"Maaf, kakang Arya" serta merta Arya Damar menghaturkan
maaf "jauh dari maksud Damar hendak meremehkan diri
kakang arya dan menyanjung tumenggung Kuda Pengasih.
Sesungguhnya aku memang dendam kepada tumenggung itu,
tetapi apa daya., Aku hanya seorang Arya Damar. Dalam
pertimbangan menyadari kenyataan itulah maka aku akan
menghapus peristiwa itu"
"Engkau menghina aku, Damar" Arya Kembar menuding
muka Arya Damar "percuma manusia semacam engkau ini.
Silahkan pulang !" Arya Damar terkejut sampai menggigil. Ia tak menyangka
bahwa api yang telah disulutnya untuk membakar kemarahan
Arya Kembar, telah membakar pula dirinya. Ia diusir oleh Arya
Kembar. Hampir saja ia hendak berbangkit dan pulang tetapi
pada lain kilas ia menyadari apa yang dihadapinya. Ia yang
membuat api. Setelah hati Arya Kembar terbakar, mengapa ia
lari" Tidak. Seharusnya ia harus segera memanfaatkan api
kemarahan Arya Kembar itu pada tujuan yang diinginkan.
"Kakang Kembar, aku tak merasa dan setitikpun tiada
maksud menghina kakang"
"Sikapmu yang menyerah pada keputusan asa itu sama
dengan meniadakan kehadiran golongan Arya di pura
Majapahit. Seolah-olah engkau menganggap bahwa arya dari
tanah Malayu itu hanya engkau seorang. Bukankah begitu
maksudmu, Damar ?" Tergopoh Arya Damar menghaturkan sembah mohon maaf
pula "Tidak kakang Kembar. Aku tak bermaksud begitu.
Memang kutahu bahwa kakang Kembarlah yang kami pandang
sebagai pemuka golongan arya di Majapahit. Tetapi urusan itu
terlalu kecil untuk mengusik kesibukan kakang. Oleh karena
itu . ." "Tidak!" teriak Arya Kembar "jangan engkau membawa
kemauanmu sendiri. Sekali kukatakan bahwa penghinaan atas
dirimu itu berarti pula penghinaan kepada golongan arya,
maka peristiwa itu menjadi tanggung jawab para arya. Kuda
Pengasih harus dilawan dan dihancurkan agar menjadi contoh
kepada semua mentri dan senopati di kerajaan Majapahit,
janganlah mereka berani menghina para arya lagi"
Tawa gembira mulai merekah dihati A rya Damar. Namun ia
tak mau mengunjukkan pada perobahan cahaya mukanya
"Jika demikian Damar menurut saja bagaimana kakang arya
hendak menyelesaikan urusan itu"
"Hm, seharusnya engkau bersikap begitu" kata Arya
Kembar mulai tenang kembali "lalu bagaimana pendapatmu.
Mungkin engkau mempunyai rencana yang baik"
Arya Damar mengangguk "Ya. Sebenarnya aku ingin
langsung menghadap baginda dan membuka rahasia kelicikan
tumenggung Kuda Pengasih. Dalam soal wanita cantik,
baginda tentu marah kepada Kuda Pengasih. Tetapi aku
kuatir, baginda juga akan murka kepadaku karena
tumenggung Kuda Pengasih tentu akan mengatakan bahwa
akulah yang membawa gadis Bali itu ke pura Majapahit.
Mengapa tak segera kuhaturkan kehadapan baginda
melainkan kuserahkan kepada tumenggung Kuda Pengasih"
"Hm, benar" Arya Kembar mengiakan.
"Dengan mengusahakan supaya baginda mendengar
tentang diri gadis Bali itu dan kemudian memintanya, barulah
Kuda Pengasih dapat dipatahkan semangatnya. Kemungkinan
tumenggung itu tentu akan marah kepada baginda. Pada saat
itu, kita dapat memperalatnya untuk suatu tujuan tertentu"
"Ya" "Tetapi yang sukar, siapakah yang harus melaporkan soal
gadis Bali itu kepada baginda " Itulah kakang, yang
meresahkan pikiranku" kata Arya Damar.
Arya Kembar berdiam diri. Beberapa saat kemudian ia
berkata pula "Soal itu serahkan saja kepadaku, Damar. Aku
hendak minta bantuan nyi Tanca. Tentu berhasil"
"Nyi Tanca isteri ra Tanca yang termasyhur sebagai tabib
sakti itu?" Arya Damar agak terkejut mendengar nama Tanca
disebut-sebut. "Ya" kata Arya Kembar "di pura Majapahit tiada dua Tanca
kecuali Tanca bekas Dharmaputera itu"
"Tetapi bagaimana kakang arya hendak meminta bantuan
nyi Tanca?" rupanya ingin tahu juga Arya Damar akan rencana
Arya Kembar. "Secara tak sengaja, aku mendapat keterangan dari
seorang dayang di keputren keraton, bahwa dulu sebelum
terjadi pemberontakan Dharmaputera, baginda mempunyai
minat terhadap nyi Tanca. Baginda memerintahkan ra Tanca
mengobati sakit patih Arya Tilam di Daha, kemudian
menitahkan nyi Tanca menghadap ke keraton"
-"Adakah baginda dapat melaksanakan minatnya ?"
"Soal itu merupakan rahasia yang sukar diketahui orang.
Ada yang mengatakan sudah tetapi menurut pengakuan nyi
Tanca, peristiwa itu belum sampai terlaksana"
"Lalu bagaimana kakang arya hendak mengatuf nyi Tanca?"
"Soal itu, arya" kata Arya Kembar "serahkan saja kepadaku.
Aku suiah dapat membayangkan bagaimana aku harus
bertindak. Tetapi akan kupertimbang-kan lagi kemungkinannya, adakah dapat dilaksanakan atau tidak"
"Baik, kakang Kembar" diam2 Arya Damar amat gembira
"aku percaya penuh akan kebijaksanaan kakang. Aku bersedia
menjalankan apa saja yang kakang perintahkan kepadaku"
Demikian pertemuan kedua arya itupun berakhir dan Arya
Damar segera minta diri. Ia tak menyangka bahwa tujuannya
hendak mengunjungi rumah Arya Lembang, telah bertemu
dengan Arya Kembar yang menyanggupi untuk menyelesaikan
peristiwa itu. Sementara Arya Kembar segera berkemas. Sebenarnya ia
habis menghadap ratu Indreswari ke keraton dan mendapat
titah dari ratu, agar mencarikan obat untuk penyakit yang
diderita ratu. Ratu Indreswari akhir2 ini menderita suatu penyakit yang
aneh. Sakit kepala tetapi apabila penyakit itu kambuh,
sakitnya bukan kepalang sehingga ia menjerit-jerit seperti
orang kalap dan akhirnya pingsan. Bermacam-macam obat
telah diminumnya tetapi tak juga penyakit itu sembuh, bahkan
berkurangpun tidak. Sesungguhnya ratu tahu bahwa ra Tanca seorang tabib
yang pandai. Tetapi dikarenakan beberapa pertimbangan
maka ratu merasa kurang leluasa untuk memanggilnya ke
keraton. Alasan2 menghalang untuk memanggil ra Tanca,
antara lain yaitu : Pertama, ra Tanca adalah salah seorang
anggauta Dharmaputera. Walaupun dalam pemberontakan
Dharmaputera ra Kuti, ra Tanca tak ikut mengambil bagian
karena masih berada di Daha mengobati penyakit yang
diderita patih Arya. Tilam, tetapi dia tetap seorang
Dharmaputera yang mungkin ikut dalam persekutuan ra Kuti.
Kedua, ratu masih menyangsikan kesetyaan ra Tanca terhadap
kerajaan Majapahit. Ketiga, apabila masuk ke dalam keraton,
dikuatirka rakryan bekas Dharmaputera itu akan memupuk
hubungan pula dengari para sentana dalam keraton. Keempat,
kurang baik bagi kewibawaan keraton apabila peristiwa itu
terdengar oleh para mentri dan narapraja kerajaan. Kelima,
kurang layak apabila ratu Indreswari sebagai seorang wanita
diobati oleh seorang tabib lelaki.
Dengan pertimbangan2 itulah maka ratu Indreswari


02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menangguhkan keinginannya untuk berobat kepada ra Tanca.
Setelah mendengar Arya Kembar kembali dari Sadcng maka
ratu segera memanggilnya dan menerangkan keinginannya
untuk meminta obat kepada ra Tanca "Tetapi hendaknya hal
itu harus engkau rahasiakan. Jangan sampai kedua ratu
Tribuwana dan ratu Gayatri tahu hal penyakitku" pesan ratu
Indreswari. "Mengapa bibi ratu tak memperkenankan hal itu?" Arya
Kembar memohon keterangan.
"Aku tak ingin kelemahan penyakit ataupun sesuatu
kekurangan yang terjadi pada diriku, diketahui kedua ratu itu
dan tersiar di seluruh kerajaan. Kiranya engkau tahu apa
sebabnya, bukan ?" Arya Kembar terkesiap. Walaupun samar2 ia dapat
menduga isi hati ratu Indreswari namun dengan menyatakan
tak mengerti, ia memberanikan diri untuk mohon penjelasan.
"Demi menjaga tegaknya kewibawaan baginda Jayanagara
dan demi melindungi kepentingan para Arya Sriwijaya yang
menetap di pura Mdjapahit" ujar ratu Indreswari.
Arya Kembar berjanji akan mengusahakan obat untuk
penyakit ratu Indreswari kepada ra Tanca. Tetapi ia tak mau
mengatakan kepada ra Tanca bahwa ratu Indreswarilah yang
mengidap penyakit itu. Ratu Indreswari berkenan meluluskan
rencana Arya Kembar. Dan ketika berjumpa dengan Arya Damar, Arya Kembar
menerima persoalan baru lagi. ia memang dapat memikir
cepat dan bertindak cepat pula. Serentak ia menyanggupi
untuk menyelesaikan persoalan yang di derita Arya Damar.
Rencana yang dibayangkannya itu adalah untuk merangkaikan
titah ratu Indreswari dengan rencana untuk mempersembahkan gadis Bali itu kepada baginda.
"Hanya nyi Tanca yang dapat mengerjakan kesemua ini
dengan hasil yang diharapkan" kata Arya Kembar dalam hati.
Dan cepatlah ia mengambil langkah.
Siang itu ia segera berkunjung ke rumah kediaman ra
Tanca. Sengaja ia memilih waktu siang karena diketahuinya
bahwa pada siang hari, biasanya ra Tanca amat sibuk. Entah
sedang keluar mencari daun2 ramuan obat. Entah sedang
menyekap diri dalam bilik untuk membuat ramuan2 obat. Pada
siang hari, ra Tanca memesan bujang2 supaya tidak menerima
tamu. "Gusti rakryan tidak ..."
"Kutahu" kata Arya Kembar menukas keterangan seorang
bujang yang menyambutnya di pintu "tetapi aku hendak
menemui nyi Tanca" Bujang itu terbeliak. "Katakan aku Arya Kembar, membawa berita titah dari gusti
ratu Indreswari untuk nyi Tanca" Arya Kembar cepat
menyusuli kata2. Ia tahu bujang itu masih bersangsi dan
menyangsikan dirinya. Mendengar keterangan itu bujangpun tersipu-sipu memberi
hormat dan mengundurkan diri masuk untuk memberi laporan
kepada nyi Tanca. "O, adi Kembar" seru nyi Tanca demi berhadapan dengan
Arya Kembar. Ia segera mengundangnya masuk ke dalam.
"Tentulah adi membawa berita penting sehingga adi
memerlukan datang ke rumah ini" nyi Tanca memulai
pembicaraan. "Benar, bibi" kata Arya Kembar tersenyum "adakah paman
rakryan di rumah?" "O, kakang Tanca sedang ke Ganggu diundang ki demang
di sana untuk mengobati anaknya yang menderita sakit parah.
Adakah raden perlu bertemu dengan dia?"
"O, sayang" Arya Kembar meniesah "tetapi tak apalah, bibi
rakryan dapat juga" Agak terkejut nyi Tanca "Ada apa, raden?"
"Begini bibi" kata Arya Kembar "sebenarnya aku diutus oleh
gusti ratu Indreswari untuk mengundang rakryan Tanca ke
keraton. Gusti ratu sedang kambuh penyakitnya"
"Penyakit apakah yang diderita gusti ratu ?"
"Penyakit itu sudah lama. Setiap kali datang, gusti ratu
seperti orang yang tak sadar. Marah2 dan kalap ada kalanya
terus pingsan. Penyakit itu menyerang kepala"
"Pusing" Pening?"
"Tidak" kata Arya Kembar "tetapi sakit seperti kejang
kepala. Sebenarnya sudah lama gusti ratu mengidap penyakit
itu dan sudah bermacam-macam obat telah dicobanya tetapi
tiada sembuh. Dan hari ini penyakit itu kambuh pula maka
ratu mengutus aku untuk mengundang rakryan. Tetapi apabila
rakryan tak ada, bibipun boleh. Bahkan gusti ratu lebih suka
apabila bibi yang datang ke keraton. Gusti ratu mengatakan
kurang leluasa kalau diperiksa tabib pria"
Nyi Tanca terkejut. "Tetapi raden" serunya gopoh "aku kurang mengerti soal
pengobatan. Tidakkah akan mengecewakan gusti ratu apabila
aku tak dapat menyembuhkan penyakitnya?"
Arya Kembar tertawa. "Terus terang, bibi" katanya "gusti ratu memang
menitahkan bibi yang menghadap ke keraton daripada paman
rakryan. Gusti ratu tak mungkin kecewa"
"Tetapi raden ...."
"Harap bibi rakryan. jangan bimbang" tukas Arya Kembar
"gusti ratu menaruh kepercayaan bahwa bibi. walaupun tidak
sepandai rakryan, tetapi tentu mengerti juga soal obat obatan.
Jika bibi mengatakan tak tahu soal itu, tidakkah gusti ratu
akan murka dan menuduh bibi sengaja membangkang titah
ratu?" Nyi Tanca tertegun. "Dan aku peribadi" kata Arya Kembar pula "pun percaya
sekurang-kurangnya bibi tentu mengerti ilmu pengobatan itu.
Dan kupcrcaya pula bibi tentu dapat menyembuhkan penyakit
gusti ratu" "Raden" seru nyi Tanca gopoh "memang sedikit-sedikit aku
mengerti soal obat-obatan. Tetapi jika raden percaya bahwa
aku pasti dapat menyembuhkan penyakit gusti ratu, ah,
benar2 gemetar hatiku ..."
Arya Kembar tertawa pula.
"Bibi rakryan" katanya dengan mantap "dalam ilmu
pengobatan, pun mengandung ilmu kejiwaan. Jika seseorang
telah menaruh kepercayaan pada seorang tabib, berarti dia
sudah dalam keadaan separoh sembuh dikala mendapat obat
dari tabib itu. Kepercayaan itu juga merupakan pengobatan.
Karena penyakit itu, terdiri dari penyakit itu sendiri dan jiwa si
sakit. Bahkan ada kalanya perasaan sakit itu timbul dari jiwa
yang cemas, pikiran yang menduga-duga bahwa dirinya sakit.
Demikian pula dengan gusti ratu. Bibi rakryan telah mendapat
kepercayaan ratu. Gusti ratu sudah separoh sembuh apabila
bibi rakryan menghadap. Dan akan sembuh setelah minum
obat yang bibi haturkan"
"Ah" nyi Tanca menghela napas. Memang a-pa yang
dikatakan arya itu benar. Suaminya, ra Tanca, sering pula
mengatakan hal itu. Ia teringat bahwa dalam simpanan
persediaan obat-obatan ra Tanca terdapat sebuah ramuan
obat sakit kepala yang sangat berat. Kemudian iapun segera
dapat menyadari kata2 Arya Kembar bahwa apabila menolak
menghadap ke keraton, tentulah ratu akan murka.
Hampir ia akan menyanggupi perintah itu atau tiba2 ia
teringat sesuatu. Seketika wajahnya berobah pucat dan
bibirnya gemetar "Tetapi raden. . ."
Arya Kembar memperhatikan dengan tajam semua gerak
gerik nyi Tanca termasuk perobahan kerut wajahnya. Diam ia
girang karena wajah nyi Tanca makin cerah dan tenang. Suatu
tanda bahwa isteri ra Tanca itu mau menurut. Tetapi ia
terkejut ketika tiba2 melihat perobahan cahaya muka nyi
Tanca. Dan lebih terkejut ketika bibir nyi Tanca tampak
bergetar ketika bicara. Cepat ia menduga tentu ada sesuatu
yang membayangkan kecemasan pada hati wanita itu "Tetapi
bagaimana, bibi ?" "Sudah lama aku tak masuk ke keraton, rasanya kurang
layak ...." kata nyi Tanca. Tetapi ia tak dapat melanjutkan
kata-katanya karena saat itu Arya Kembar yang cerdik sudah
dapat menduga apa yang tersembul dalam hati wanita itu "O,
soal itu" ia tertawa seraya mengangguk angguk "kurasa bibi
tak perlu cemas karena akulah yang akan menyertai bibi
menghadap gusti ratu?"
"Ah" nyi Tanca menghela napas longgar "jika raden
bersedia mengantar aku, baiklah"
Diam2 Arya Kembar tertawa dalam hati karena dapat
menduga tepat isi hati nyi Tanca "Bibi, maaf, jika Kembar
bicara dengan terus terang"
"O, tak apa, raden"
"Jika tak salah duga, kiranya kecemasan bibi menghadap ke
keraton itu adalah karena bibi takut diketahui baginda" Arya
Kembar menyelimpat pandang memperhatikan wajah orang.
Tampak wajah nyi Tanca memang tersipu-sipu merah.
"Soal itu memang mungkin saja terjadi" kata Arya Kembar
pula"oleh karena itu, apabila bibi dapat menyetujui, aku
hendak menghaturkan usul kepada bibi agar dapat terhindar
dari peristiwa itu" Nyi Tanca mengangguk "Ya, baiklah" katanya lirih.
"Ketika Arya Damar menyertai patih Dipa yang memimpin
perutusan Majapahit ke Bedulu, ternyata harus menghadapi
peperangan dengan suku Bali-Aga yang tak mau tunduk
kepada kekuasaan Majapahit. Dalam peperangan itu, Arya
Damar dan patih Dipa berhasil menindas mereka dan
mengamankan kerajaan Bedulu. Peperangan itu makan waktu
berbulan bulan. Kemudian baginda menitahkan tumenggung
Kuda Pengasih untuk memanggil kedua senopati itu pulang.
Waktu tumenggung Kuda Pengasih bertemu dengan Arya
Damar yang mengepalai pasukan Sriwijaya menyerang dari
pantai Bali utara, keduanya telah bersepakat untuk
memboyong seorang gadis Bali yang cantik sekali. Gadis Bali
itu akan dipersembahkan kehadapan baginda. Sebagai mentri,
mereka mengerti akan kegemaran baginda"
Nyi Tanca mengangguk dalam hati.
"Tetapi ketika tiba di pura Majapahit, ternyata tumenggung
Kuda Pengasih telah melanggar persetujuan. Karena terpikat
oleh kecantikan gadis Bali itu, dia tak mau menyerahkan
kepada baginda melainkan disimpannya dalam tumenggungan. Tindakan tumenggung itu, kurang dapat
dibenarkan" "Lalu apa maksud raden menyinggung peristiwa itu?" tanya
nyi Tanca. "Beginilah bibi" kata Arya Kembar "apabila bibi setuju, kita
dapat kerjasama bantu membantu. Demi untuk melaksanakan
kesetyaan kami kepada baginda, gadis Bali itu harus
dihaturkan kepada baginda. Maka apabila, maaf bibi, waktu
menghadap ke keraton nanti bibi sampai berjumpa dengan
baginda, dapatlah bibi menyinggung perihal gadis Bali di
kediaman tumenggung Kuda Pengasih"
Wajah nyi Tanca tampak mengerut.
"Soal itu, bibi tak melanggar peraturan apapun juga" buru2
Arya Kembar menyusuli kata "karena gadis Bali itu memang
seharusnya menjadi hak baginda. Tumenggung Kuda Pengasih
mengingkari dan wajib kita luruskan perbuatannya itu. Kedua
kali, dengan menghaturkan pembicaraan tentang diri gadis
Bali yang cantik itu ke hadapan baginda, tentulah bibi akan
terhindar dari kemungkinan2 tindak baginda yang tak bibi
inginkan" Nyi Tanca tertegun. Rupanya ia mulai tertarik "Tetapi aku
tak tahu gadis itu. Bagaimana aku dapat menghaturkan
keterangan kehadapan baginda?"
Arya Kembar tertawa "Jika seorang tumenggung seperti
Kuda Pengasih sampai terpikat dan berani memilikinya yang
berarti berani mengambil sesuatu yang menjadi hak baginda,
tentulah wanita itu seorang gadis yang cantik jelita. Dan
memang ni Saraswati, demikian nama gadis Bali itu, takkan
mengecewakan apabila di-sejajarkan dengan puteri2 keraton
yang cantik" Nyi Tanca diam. Rupanya ia menimang-nimang.
"Itupun apabila bibi diketahui baginda. Jika tidak, pun tak
perlu bibi sibuk memberi keterangan apa-apa" Arya Kembar
menambahkan pula. Tawaran dari Arya Kembar itu memang beralasan. Dan
timbullah pikiran nyi Tanca bahwa belum tentu ia pasti
berjumpa dengan baginda. Akhirnya ia menyetujui. Kemudian
ia meminta keterangan lebih lengkap tentang diri Saraswati.
Setelah itu nyi Tanca mempersiapkan ramuan obat yang
hendak dihaturkan kepada gusti ratu. Setelah siap maka iapun
segera berangkat bersama Arya Kembar ke keraton.
Karena Arya Kembar sudah biasa masuk keluar keraton,
pula karena para penjaga dan dayang2 keputren tahu bahwa
arya itu masih mempunyai hubungan keluarga dengan ratu
Indreswari, maka dengan leluasa Arya Kembar segera
menghaturkan nyi Tanca kehadapan ratu Indreswari.
Arya Kembar kenal dengan beberapa dayang ke-putren.
Pada suatu saat nyi Tanca diterima menghadap ratu
Indreswari, diam-diam Arya Kembar telah mcnyelimpat keluar
mencari nyi lurah Braja, kepala dayang peraduan baginda.
Arya Kembar bicara bisik2 kepada nyi lurah Braja kemudian
menyelimpatkan sesuatu kedalam tangan nyi lurah itu
"Usahakanlah sebaik-baiknya, nyi lurah"
Nyi lurah Braja segera memasukkan sesuatu yang diberikan
Arya Kembar itu kedalam baju dan dengan tertawa ia memberi
kesanggupan "Soal itu mudah sekali, raden. Sekarang juga
hamba akan menghadap sang nata"
Arya Kembar tersenyum mengantar pandang kearah nyi
lurah Braja yang bergegas masuk kedalam mahligai keraton
untuk menghadap baginda. Setelah lurah dayang itu lenyap
barulah Arya Kembar masuk pula kedalam keputren.
Ternyata nyi Tanca masih menghadap ratu Indreswari


02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk menyediakan ramuan jamu. Kemudian di"haturkannya
kehadapan gusti ratu. Setelah itu iapun menunggu sampai
beberapa saat. "Nyi Tanca, agaknya ramuannru manjur. Agak berkuranglah
denyut sakit di kepalaku" beberapa saat kemudian ratu
Indreswari berkata. Nyi Tanca bergegas menghaturkan sembah dan
mengatakan bahwa kesemuanya itu adalah berkat dewata
agung yang selalu memberkahi gusti ratu.
"Berapa kalikah aku harus minum ramuan itu, nyi Tanca?"
seru ratu pula. "Hamba membuatkan ramuan untuk tiga hari, gusti ratu"
"Apakah setelah tiga hari, penyakitku akan sembuh sama
sekali?" "Semoga dewata mengabulkan permohonan hamba agar
penyakit gusti ratu segera sembuh"
"Baiklah, nyi Tanca" kata ratu Indreswari "tiga hari
kemudian apabila belum sembah, akan ku-titahkan memanggil
engkau lagi" Nyi Tanca menghaturkan sembuh pula dan menyatakan
bahwa ia pasti taat akan segala titah ratu.
Demikian setelah selesai maka nyi Tanca dipersalahkan
keluar menunggu, sementara Arya Kembar masih menghadap
ratu. Tak berapa lama Arya Kembarpun keluar mendapatkan nyi
lanca "Bibi Tanca, ah, maaf sekali. Gusti ratu menitahkan aku
supaya tinggal dulu. Gusti ratu hendak memberi titah lagi
kepadaku" Nyi Tanca terkesiap. "Baiklah bibi pulang dahulu agar apabila paman rakryan
pulang, tidaklah mencemaskan bibi" kata Arya Kembar pula
dan tanpa menunggu pernyataan nyi Tanca ia terus mencari
nyi lurah Braja "bibi rakryan, nyi lurah Braja kusuruh
mengantar bibi keluar dari keraton. Nanti ada seorang prajurit
yang akan mengantar bibi sampai di rumah"
Nyi Tanca tak mendapat kesempatan untuk mengatakan
apa2 karena nyi lurah Braja segera mempersilah-kannya "Mari
gusti, hamba iringkan sampai di Manguntur"
Demikian dengan diiring oleh nyi lurah Braja nyi Tancapun
segera berjalan di sepanjang bangunan keraton yang indah.
Namun ia tak mempunyai perhatian untuk menikmati
keindahan2 itu. Pikirannya hanya mengharap agar lekas dapat
keluar dari keraton Tikta- Sri-pala.
Ketika melintas sebuah ruang yang megah, tiba2 nyi Tanca
seperti terpagut ular ketika melihat baginda Jayanagara
sedang melangkah keluar dari sebuah ruang disamping yang
terbuat dari batu marmar hijau.
"O, engkau nyi Tanca" tegur baginda dengan suara cerah
"mengapa engkau masuk ke keraton?"
Tergopoh nyi Tanca menghaturkan sembah kepada baginda
"Mohon paduka melimpahkan ampun atas diri hamba karena
hamba telah masuk kepuri keraton tanpa memohon perkenan
paduka " Baginda Jayanagara tertawa.
"Betapa ingin dan senang hatiku untuk memberi ampun
kepadamu, nyi Tanca. Tetapi tidakkah engkau beidosa apabila
raja sampai ditertawakan karena tak dapat memegang teguh
peraturan dan pilih kasih ?"
"Ah ..." nyi Tanca mendesah "hamba sama sekali tak tahu
akan peraturan dalam keraton paduka, gusti"
"Setiap orang yang lancang memasuki bangsal Kencana
tanpa ijin raja, jika lelaki dia akan dihukum limapuluh kali
cambukan. Jika wanita akan ditahan di bangsal Srimanganti.
Bukankah begitu, nyi lurah?"
Nyi lurah Braja terkejut dan gopoh menghaturkan sembah
"Demikianlah kiranya titah paduka"
Nyi Tanca pucat seketika. Namun dalam keadaan seperti
saat itu ia memberanikan diri juga untuk berusaha
membersihkan diri. Ia menceritakan tentang kedatangan Arya
Kembar yang diutus gusti ratu Indreswari memanggilnya ke
dalam keraton untuk mengobati penyakit kepala yang diderita
gusti ratu. Kemudian karena Arya Kembar masih akan diberi
titah gusti ratu, maka ia diantar nyi lurah ke luar "Sama sekali
tiada maksud hamba untuk masuk ke dalam keraton paduka
tanpa perkenan paduka, gusti. Hamba hanya dibawa Arya
Kembar yang diutus gusti ratu Indreswari"
"Nyi Tanca" seru baginda agak keras nadanya "siapakah
yang berkuasa dalam keraton Tikta-Sripala itu " Siapa pula
yang menjadi junjungan seluruh kawula Majapahit?"
"Duh, sang prabu junjungan hamba" segera nyi Tanca
memberi sembah pula "sudah tentu padukalah yang berkuasa
di keraton dan di seluruh kerajaan Majapahit?"
"Arya Kembar juga akan kujatuhi hukuman"
"Tetapi Arya Kembar hanya sekedar melaksanakan titah
gusti ratu, sang prabu"
"Ah, ibunda ratu tentu lupa akan peraturan itu, mungkin
dikarenakan penyakitnya. Akan tetapi peraturan raja harus
ditetapi ?" Nyi Tanca makin pucat "Duh, sang prabu junjungan hamba
yang mulia, sudi apalah kiranya paduka berkenan
melimpahkan ampun kepada hamba yang tak mengerti akan
tata peraturan keraton paduka"
Baginda Jayanagara tertawa.
"Nyi Tanca" ujar baginda "dahulu waktu terjadi
pemberontakan Dharmaputera, sebenarnya ra Tanca akan
kujatuhi pidana juga. Karena dia juga anggauta
Dharmaputera. Tetapi kala itu engkau mohon dengan sangat
dan bahkan menghaturkan jaminan jiwa dan ragamu bahwa ra
Tanca tak ikut dalam persekutuan pemberontak itu. Kala itu,
karena memandang mukamu, nyi Tanca, dapatlah
kuperkenankan kebebasan bagi ra Tanca. Pada saat
kemurahan yang kuanugerahkan kepada ra Tanca itu belum
sempat aku menerima balas imbalanmu, kini engkau telah
melanggar peraturan keraton. Bijaksanakah raja apabila kali
ini membebaskan engkau lagi?"
Nyi Tanca makin berdebar. Tiba2 ia teringat akan pesan
Arya Kembar, bagaimana ia harus bertindak apabila terjadi
kemungkinan berjumpa dengan baginda. Rupanya Arya
Kembar dapat membayangkan kemungkinan2 itu serta
tindakan baginda terhadap nyi Tanca. Diam2 ia berterima
kasih kepada Arya Kembar. Merenungkan hal itu timbullah semangat nyi Tanca. Dalam keadaan seperti saat itu, bukan ketakutan yang akan menolongnya tetapi berusaha. Dan u.saha itu telah diperlengkapi dalam pesan Arya Kembar. "Jika demikian, gusti"
ia berkata "hambapun
harus mentaati titah paduka" Baginda tertawa. Jayanagara "Baik, nyi Tanca. Aku
gembira sekali mendengar kepatuhanmu. Hendak kutuangkan kegembiraanku itu
kedalam keputusan hukuman yang hendak kujatuhkan
kepadamu, nyi Tanca. Engkau takkan disekap dalam bangsal
Srimanganti tetapi di bangsal Kencana sini"
"Duh. gusti ...?"
"Nyi lurah tinggalkan nyi Tanca seorang diri" baginda
berseru memberi titah dan lurah dayang itu bergegas memberi
sembah lalu beringsut keluar.
Kini dalam bangsal Kencana, hanya tinggal nyi Tanca
dengan baginda Jayanagara. Nyi Tanca sudah dapat menduga
api yang akan dilakukan baginda terhadap dirinya. Dahulu
pernah juga baginda hendak berbuat demikian kepadanya.
Rupanya sebelum mencapai apa yang diinginkan, baginda
takkan menghentikan maksudnya.
"Nyi Tanca" seru baginda seraya maju menghampiri
ketempat nyi Tanca yang masih duduk bersimpuh menunduk
kepala "sudah lama sebenarnya aku hendak menagih imbalan
kepadamu dari apa yang telah kuanugerahkan kepada ra
Tanca. Sebenarnya seka-rangpun dengan mudah dapat
kuturunkau titah untuk menangkap ia Tanca. Tetapi aku
kasihan kepadamu. Hendaknya engkau dapat menyadari hal
ini" "Demikianlah gusti" sembah nyi Tanca pula "paduka adalah
sang prabu yang paling berkuasa di seluruh kerajaan
Majapahit. Apapun titah paduka pasti terjadi"
"Hm, rupanya engkau sudah tahu hal itu. Dan kali ini
engkau takkan menolak keinginanku, bukan?" baginda tertawa
girang. Walaupun nyi Tanca sudah berumur tigapuluh tahun lebih,
tetapi dia memang seorang wanita yang cantik. Dan karena
patuh minum ramuan jamu yang diajarkan ra Tanca, maka
dapatlah ia memelihara kesehatan serta keawetanwajahnya
yang cantik. "Sang prabu" katanyi Tanca "apabila paduka berkenan,
hamba mohon menghaturkan sembah kata ke hadapan
paduka" "O" seru baginda "katakanlah"
Nyi Tanca membenahi diri.
"Gusti junjungan hamba" nyi Tanca memulai kata2
walaupun agak tergetar "hanya padukalah yang hamba
muliakan dan hormati. Adalah demi menjunjung keluhuran
nama, dan kewibawaan paduka sebagai nata binatara dari
kerajaan Majapahit yang wilayahnya meliputi seluruh
nuswantara, yang kejayaannya mengumandang di seluruh
jagad, maka walaupun dengan berat hati, hamba
memberanikan diri untuk menolak kehendak paduka"
"Hm, yang sudah biarlah lalu. Tetapi sekarang engkau
harus menyadari hal itu, nyi Tanca"
"Hamba sadar sesadar kesadaran pikiran hamba, gusti" kata
nyi Tanca "bahwa tidak selayaknyalah paduka berkenan
kepada diri hamba. Isteri Tanca, seorang wanita yang jelek
dan setengah tua. Tanca bekas anggauta Dharmaputera,
Dharmaputera yang telah memberontak pada kerajaan.
Tidakkah hamba akan mencemarkan keluhuran paduka
apabila hamba menyambut titah paduka " Tidakkah hamba
akan merasa dosa dan nista apabila sampai mencemarkan
keluhuran paduka" Hamba rela paduka nista atau siksa
bahkan paduka bunuh. Karena hanya diri hambalah yang
menanggung segala penderitaan itu. Asal dengan derita
hamba itu hamba dapat menyelamatkan keluhuran paduka
dari kata2 para kawula yang tak sedap ..."
Jayanagara terkesiap. "Namun dengan tidak mematuhi kehendak paduka,
bukanlah hamba tak setya memikirkan kebahagiaan paduka.
Tidak gusti. Hamba tetap perihatin untuk memikirkan dan
mengusahakan apa2 yang akan menggembirakan hati paduka"
"Apa maksudmu, nyi Tanca ?" akhirnya baginda menegur.
"Hamba dengar dari Arya Kembar, bahwa sesungguhnya
Arya Damar telah membawa seorang gadis Bali yang teramat
cantik ke pura Majapahit. Sedianya gadis cantik itu hendak
dipersembahkan ke bawah duli paduka, tetapi . . . ."
Mendengar soal wanita cantik, seketika bergelora-lah
semangat baginda Jayanagara "Tetapi bagaimana, nyi Tanca
?" "Tetapi gadis Bali yang cantik itu kini berada di tempat
kediaman tumenggung Kuda Pengasih . ."
"Keparat si Kuda Pengasih" teriak baginda makin
memperingas "mengapa berada di tempat tumenggung Kuda
Pengasih " Mengapa tak lekas dihaturkan ke keraton ?"
Nyi Tanca tak lekas menjawab melainkan pejamkan mata.
Diam. "Nyi Tanca" teriak baginda "apa engkau tuli !"
"Gusti" nyi Tanca menghaturkan sembah beriring senyum
"mohon paduka berkenan meluluskan hamba untuk bercerita
sampai selesai. A gar jangan cerita hamba itu tersendat-sendat
di tengah jalan" "O, ya, ya. Teruskanlah"
"Menurut cerita Arya Kembar kepada hamba, sebenarnya
Arya Damar dan Arya Lembang hendak menghaturkan laporan
tentang tindakan tumenggung Kuda Pengasih ke hadapan
paduka. Tetapi kedua arya itu takut".
"Mengapa takut ?"
"Karena tumenggung Kuda Pengasih, seorang tumenggung
yang paduka limpahi kepercayaan besar sehingga paduka utus
dia ke Bali" "Ya, memang tumenggung Kuda Pengasih seorang
tumenggung muda yang penuh semangat dan kesetyaan
mengabdi kepada kerajaan" kata baginda "tetapi sekalipun
begitu, apabila dia melanggar kesalahan kepada raja,
hukuman tetap akan berlaku kepadanya"
"Gusti" kata nyi Tanca pula "maka Arya Kembar minta
tolong kepada hamba agar menghaturkan peristiwa gadis Bali
itu ke hadapan paduka. Bahwa tumenggung Kuda Pengasih
ternyata tak mau menyerahkan gadis Bali itu ke hadapan
paduka" "Mengapa ?" "Gadis Bali itu cantik rupawan sekali sehingga tumenggung
Kuda Pengasih terpesona dan hendak memperisterikannya
sendiri" "Keparat si Kuda Pengasih!" teriak baginda murka "dia
berani mengambil barang milik raja tanpa seijinku. Besok akan
kutitahkan tumenggung itu supaya dihukum mati"


02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah" Nyi Tanca mendesuh kejut "gusti junjungan yang
hamba muliakan. Hamba kembali harus mohon ampun apabila
dalam persembahan kata2 hamba ini tak berkenan dalam hati
paduka. Tetapi hamba bersumpah demi Batara Agung, bahwa
tiada setitikpun hamba mengandung maksud yang tak setya
kepada paduka" "Ya, ya, kupercaya, nyi Tanca"
"Jika hamba tak salah, kawula pura Majapahit pernah
membuah bibirkan diri seorang wanita cantik bernama Rara
Sindura ...." "Jangan engkau mengungkat peristiwa Sindura lagi, nyi
Tanca. Atau mungkin memang engkau hendak menusuk
hatiku ...." "Ampun, gusti" nyi Tanca gopoh menghaturkan sembah
"hamba tidak mengandung pikiran semacam itu. Hamba hanya
menghaturkan apa yang telah dan benar terjadi beberapa
tahun yang lalu. Dan dengan peristiwa itu hendaknya hamba
mohon dan hendak berusaha untuk menjaga jangan sampai
terulang pula pada diri ni Saraswati, demikian nama gadis Bali
yang cantik itu" "O, lalu bagaimana maksudmu?"
"Rara Sindura telah menimbulkan peperangan di Mandana"
kata nyi Tanca "tetapi ni Saraswati tak mungkin akan
menimbulkan pula pemberontakan di Bali. Kuda Lampeyan,
putera kemanakan mendiang mahapatih Nambi, sehingga
dalam peristiwa Sindura itu, tentulah mahapatih Nambi merasa
tak puas kepada paduka. Adakah Kuda Pengasih juga akan
menimbulkan akibat semacam itu, hamba tak tahu. Tetapi
sebaiknya janganlah cara yang paduka lakukan terhadap diri
Kuda Larnpeyan, paduka titahkan lagi kepada diri Kuda
Pengasih. Kawula Majapahit belum hilang rasa ngeri mereka
akan peristiwa pemberontakan ra Kuti. Hendaknya apapun
yang paduka hendak jatuhkan terhadap diri Kuda Pengasih,
janganlah sampai menimbulkan kegemparan dan kesan yang
kurang baik dihati para kawula. Hanya demikianlah
permohonan hamba, gusti"
Baginda Jayanagara mengangguk-angguk.
"Nyata engkau tak kecewa menjadi isteri dari ra Tanca yang
termasyhur itu. Pandangan dan buah pikiranmu jelas dan
tepat" puji baginda"
Nyi Tanca bergegas menghaturkan sembah.
"Tetapi ketahuilah, nyi Tanca" tiba2 baginda berkata pula
"aku sudah menderita pengalaman pahit daii Rara Sindura.
Menderita kecewa pada diri Damayanti. Haruskah aku kecewa
lagi dengan Saraswati ini " Tidak. Aku tak mau dikecewakan
lagi. Maka aku berjanji kepadamu, nyi Tanca. Kalau Saraswati
itu benar2 berkenan dalam hatiku dan berhasil menuju
keinginanku, engkau akan kuberi ganjaran besar"
"Terima kasih, gusti" nyi Tanca buru2 menghaturkan
sembah. "Tetapi nyi Tanca, jangan engkau buru2 bergirang hati
dulu" ujar baginda pula "apabila kali ini aku gagal pula,
engkau nyi Tanca yang harus memberi pertanggungan jawab
kepadaku" Nyi Tanca terkejut. Namun karena sudah melangkah dalam
keadaan seperti saat itu, ia tak dapat menyurut mundur lagi
"Baik gusti. Apapun yang hendak paduka limpahkan pada diri
hamba, hamba hanya menyerahkan jiwa raga hamba saja"
"Kelak pidana yang engkau bakal terima, nyi Tanca" ujar
baginda "tak lain hanya engkau harus berada di bangsal
Kencana ini selama tiga candra"
Gemetar tubuh nyi Tanca mendengar titah baginda. Ia tahu
apa artinya itu. Tiga bulan berada dalam bangsal Kencana, tak
mungkin ia dapat menjaga kesuciannya lagi. Ah . . .
Tetapi sesaat pula ia teringat akan sikap Arya Kembar yang
begitu bersungguh-sungguh hendak menghaturkan gadis Bali
itu kepada baginda. Dan setelah berada dalam keraton,
bagaimana mungkin gadis Bali itu takkan tunduk pada
kemauan baginda. Mengapa ia harus merasa cemas akan
peristiwa yang terbayang dalam pidana dari baginda itu"
"Baik, gusti" menerima. akhirnya ia membesarkan nyali untuk Baginda Jayanagara memberi titah pula "Soal Kuda
Pengasih, mudah. Besok akan kuatur rencana untuk
menyelesaikannya. Tetapi soal diri gadis Bali itu, engkau
kutitahkan untuk membawanya ke keraton dan berilah
penerangan kepadanya bahwa apabila raja berkenan
kepadanya, itu merupakan suatu anugerah besar kepadanya.
Kelak dia tentu akan naik derajatnya. Hendaknya engkau
tandaskan kepada gadis itu agar jangan mengecewakan
hatiku. Karena pendirianku, lebih baik kuhancurkan daripada
tak dapat kumiliki" Demikian setelah selesai pembicaraan itu, nyi Tancapun
diidinkan untuk pulang. Betapa legah hati wanita itu. Diam2
kembali ia merasa berterima kasih kepada Arya Kembar yang
telah menyelamatkan dirinya.
Bagindapun segera menitahkan Arya Kembar menghadap.
Atas titah baginda, Arya Kembar lalu menghaturkan laporan
pula tentang peristiwa gadis Saraswati dan tumenggung Kuda
Pengasih. "Jika menurut pendapatmu, pidana apakah yang pantas
kuberikan kepada Kuda Pengasih" tanya baginda.
"Tindakan tumenggung Kuda Pengasih itu sama dengan
mencuri. Dan mencuri milik raja, berat sekali hukumannya.
Kalau mencuri dengan tangan, tangannyalah yang wajib
dipotong. Tetapi tumenggung Kuda Pengasih tidak mencuri
dengan tangan tetapi dengan hati. Maka hatinyalah yang wajib
dipotong" "Benar! Engkau benar Kembar" seru baginda serentak
"Kuda Pengasih harus dipotong hatinya. Dan engkau Kembar
yang kuserahi untuk melaksanakan tugas itu"
Arya Kembar terkejut. Namun karena ia yang mengajukan
usul itu, ia takut kalau menolak tugas yang diberikan baginda
Dan seperti telah dia katakan kepada Arya Damar, Kuda
Pengasih memang harus dibasmi agar memberi contoh kepada
semua narapraja di pura kerajaan, bahwa bermusuhan dengan
golongan arya dari tanah Malayu, akan menerima nasib seperti
Kuda Pengasih. "Baik, gusti" kata Arya Kembar "mohon paduka berkenan
menurunkan perintah agar esok hamba dapat melaksanakan
hukuman itu" "Tetapi ingat Kembar" ujar baginda "pelaksanaan itu harus
engkau atur sedemikian rupa agar para kawula tidak
mengetahui dan menyangka bahwa matinya Kuda Pengasih
bukan karena dihukum raja. Hal itu untuk menjaga agar
janganlah para kawula goncang perasaannya. Lakukanlah
hukuman itu di luar pura"
Arya Kembar mengiakan. Setelah baginda menyerahkan
tanda perintah hukuman, Arya Kembar pun mohon
mengundurkan diri. Ia langsung menuju ke tempat kediaman Arya Damar
merencanakan titah baginda.'
"Jika demikian jelas baginda menghendaki supaya Kuda
Pengasih diajak ke luar pura dan dihabisi nyawanya di tempat
yang sepi" kata Arya Damar,
"Ya" sahut Arya Kembar "dan dugaanmu itu memang tepat.
Tetapi kurang sempurna"
"Dimana letak kekurangannya, kakang A rya?"
"Amanat baginda jelas menitahkan, bahwa hendaknya
pembunuhan terhadap Kuda Pengasih itu jangan terdengar
para kawula. Ataupun kalau terdengar jangan sampai
menimbulkan kegoncangan hati mereka. Apabila kita hanya
mengajak ke luar daerah kemudian membunuhnya di tempat
sepi, kemungkinan akan menimbulkan kecurigaan. Dan
kecurigaan itulah yang akan membawa keguncangan pada hati
para kawula" Arya Damar mengangguk,
"Benar, kakang arya" katanya "lalu bagaimana cara yang
tepat menurut kakang arya?"
"Begini" kata Arya Kembar "akan kukatakan kepadanya
bahwa baginda telah menitahkan aku bersama Kuda Pengasih
untuk meninjau keadaan Sadeng. Alasannya, baginda
menitahkan adipati Sadeng supaya menghadap ke keraton"
Arya Damar terkesiap. "Adipati Sadeng memang mulai menunjukkan sikap yang
dapat dianggap sebagai menentang kerajaan Majapahit.
Adipati Sadeng sedang giat mengumpulkan orang dan
membentuk pasukan. Demikianlah kesan yaug kulihat selama
aku berada di Sadeng. Dengan menunjuk tanda amanat dari
baginda ini" ia mengeluarkan sebuah piagam kecil "Kuda
Pengasih tentu akan menurut"
"Lalu?" tanya Arya Damar.
"Adipati Sadeng makin membesar kepala. Dia tak
menyambut dengan layak kepadaku ketika aku datang kesana.
Dia menunjukkan sikap tak menyukai orang2 dari Tanah
Malayu, termasuk diri baginda sendiri pula. Nah, kebetulan
baginda telah memberi kekuasaan kepadaku untuk
menyelesaikan Kuda Pengasih. Daripada kita bunuh dengan
begitu saja, lebih baik kita manfaatkan kematian Kuda
Pengasih itu untuk menimbulkan kemarahan baginda"
"Kakang arya" teriak Arya Damar "apa maksud kakang?"
"Pada saat berada di Sadeng, kita cari saja gara-gara,
misalnya menghina adipati atau memukul seorang pembesar
prajurit agar mereka marah dan menyerang kita. Nah, dalam
pertempuran itu apabila kita lihat Kuda Pengasih dapat
menghadapi mereka, kita tusuk saja dia supaya mati. Dengan
demikian orang tentu mengira bahwa prajurit Sadeng
yang membunuhnya" "Adakah baginda akan murka karena Kuda Pengasih
terbunuh orang Sadeng " Bukankah baginda memang
menghendaki kematian Kuda Pengasih ?"
"Kurasa baginda akan murka juga" kata Arya Kembar
"bahkan baginda harus murka"
"Mengapa, kakang Arya ?"
"Pertama, untuk menghukum adipati Sadeng. Dan kedua
untuk membuang jejak bahwa bagindalah yang menghendaki
matinya Kuda Pengasih"
Arya Damar mengangguk. "Dan kepentingan kitapun terlaksana juga. Engkau dapat
menumpahkan dendammu kepada tumenggung" Kuda
Pengasih dan adipati Sadeng yang membenci golongan Arya
tanah Malayu itupun akan tertumpah, ha, ha" Arya Kembar
tertawa gembira. Kini baru jelaslah bagi Arya Damar betapa kuat peribadi
Arya Kembar itu dalam pemikiran dan memperhitungkan
sesuatu, la baru mengakui bahwa diakuinya Arya Kembar
sebagai pemuka dari golongan arya di pura Majapahit,
ternyata memang tepat pada tempatnya.
Tetapi ada sesuatu yang membayang dalam benak Arya
Damar "Kakang arya, bagaimana apabila adipati tidak marah
atau melarang orang Sadeng jangan mengganggu kita bertiga.
Tidakkah sia2 saja rencana kita itu ?"
Arya Kembar tertegun. Memang pertanyaan Arya Damar itu
dapat terjadi kemungkinannya. Dan apabila begitu, memang
akan rusaklah rencana mereka terhadap tumenggung Kuda
Pengasih. Arya Kembar merenung beberapa saat.
"Begini" akhirnya ia membuka suara "kita atur begini untuk
menjaga kemungkinan hal itu. Arya Lembang supaya
membawa beberapa orang, menyaru sebagai gerombolan
penyamun dan menyergap perjalanan kita. Yang penting Kuda
Pengasih harus dibunuh. Engkau dan akupun harus menderita
luka2 atau pingsan agar tidak menimbulkan kecurigaan orang"
Arya Damar mengangguk setuju "Baiklah, akan kusuruh
Arya Lembang membawa orang2 pilihannya untuk
menghadang di daerah hutan"
Demikian selesailah pembicaraan mereka. Rencana telah
diatur dan disetujui. Kuda Pengasih harus dibunuh agar ni
Saraswati dapat dipersembahkan kepada baginda. Dan apabila
hal itu terlaksana, tentulah baginda takkan melupakan jasa
Arya Kembar dan Arya Damar. Dan kepercayaan baginda
melalui penyerahan ni Saraswati yang cantik, tentu akan
mengurangi imbangan kepercayaan baginda yang sebelumnya
lebih berat condong kepada patih Dipa.
Semua serba menguntungkan. Serba lancar. Demikian
pikiran Arya Kembar ketika malam itu tidur. Ia tidur nyenyak
sekali. Ia membawa dua orang pengawal prajurit dan Arya Damar,
ketika pagi itu berkunjung kerumah kediaman tumenggung
Kuda Pengasih. Tumenggung Kuda Pengasih terkejut. Ia sudah menaruh
prasangka buruk atas kedatangan kedua arya itu. Kemudian
tentulah kedua arya itu hendak melakukan sesuatu tindak
pembalasan. Tetapi legalah hatinya ketika Arya Kembar dan
Arya Damar membawa wajah berseri-seri. Dan makin
lapanglah dada tumenggung demi mendengar maksud
kedatangan kedua arya itu. Arya Kembar menyampaikan titah
baginda kepadanya. Tiba2 timbul pula kecurigaan Kuda Pengasih "Raden, bukan
karena tak percaya, tetapi lebih mantaplah apabila aku dapat
menghadap baginda dan mendengar amanat paduka. Oleh
karena itu marilah kita berangkat menghadap ke keraton dulu"
Arya Kembar tahu isi hati tumenggung itu. Ia segera
mengeluarkan piagam amanat baginda "Mungkin baginda agak
gering maka baginda pun hanya menyerahkan piagam
kerajaan itu sebagai pengukuh dari titah yang diamanatkan
baginda kepada ki tumeng gung"
Melihat itu tumenecmng Kuda Pengasih segera menyembah
dan mau mempercayai "Baiklah, raden. Harap tunggu
sebentar, aku hendak berkemas"
Tumenggung Kuda Pengasih masuk kedalam untuk ganti
busana kebesaran sebagai seorang tumenggung kerajaan.
Tiba2 masuklah ni Saraswati.
"Saraswati" ujar tumenggung "baginda menitahkan aku ke
Sadeng untuk memanggil adipati Sadeng menghadap ke


02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Majapahit. Karena sudah lama a-dipati itu tak menghadap
baginda" "O, adakah kakang tumenggung hendak berangkat hari ini
juga?" "Beginilah, nini, beratnya sebagai mentri kerajaan. Apapun
yang baginda titahkan, kita harus melakukannya dengan
patuh" "Dengan berangkat?" siapakah kakang tumenggung, hendak "Arya Kembar, Arya Damar dan pengiringnya?" Saraswati
terbeliak. "Siapakah yang membawa amanat-titah baginda itu kepada
kakang tumenggung ?"
"Arya Kembar dan Arya Damar ...."
"Oh ...." tiba2 Saraswati menubruk dan menelungkup kaki
tumenggung Kuda Pengasih "jangan paduka pergi, kakang
tumenggung, jangan ...."
Saraswati menangis. 0o-dwkz-o0 Bersambung jilid 46 MANGGALA MAJAPAHIT Gajah Kencana Oleh : S. Djatilaksana (SD. Liong)
Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, Edit & Ebook : MCH & Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Jilid 46 I AIR berasal dari berbagai sumber. Air bumi atau sumber, air
sungai, air hujan, air laut dan segala benda yang mengandung
air. Demikian pula Air yang merupakan salah sebuah uasur
penting yang membentuk seisi alam semesta dengan para
penghuninya, termasuk manusia.
Air merupakan unsur yang maha penting dalam kehidupan
sehingga air dianggap sebagai sumber hidup.
Air sekaligus mempunyai daya kesaktian yang tiada taranya.
Menciptakan kehidupan, menghidupkan kehidupan dan
menghancurkan kehidupan. Air adalah, kehidupan dan airpun
kemusnaan. Terselip dicelah-celah sumber alam yang memancarkan air,
terdapat pula air yang berasal dari sumber tubuh manusia,
diantaranya yalah airmata. Air yang mengucur dari mata,
sebagai luapan perasaan hati yang sedih, haru, gembira dan
kesakitan. Diantara airmata, airmata yang mengucur dari pelupuk
seorang wanita, wanita jelita, mempunyai daya khasiat yang
sanggup menundukkan seorang ksatrya gagah perkasa.
Aiimata merupakan senjata yang memper-bawai kelembutan
wanita, sebagaimana pedang, senjata yang memperbawai
keperkasaan seorang ksatrya.
Pada saat dan tempat tertentu, bahkan airmata itu jauh
lebih tajam, lebih beperbawa daripada senjata yang tajam,
Airmatata yang sedcavkian itu hanya bersumber pada suatu
sumber resa dari bawah alam sadar atau indera keenam dari
seorang wanita. Prabu Salya ketika pamit kepada isterinya, dewi Pujowati
hendak berangkat ke medan perang Kurusetra, dewi Pujowati
telah menangis dan memohon agar sang prabu tidak
melanjutkan niatnya. Ataupun kalau hendak ke medan perang,
supayalah dipertangguhkan jangan pada hari itu. Demikian
pula dengan adipati Tuban Rangga Lawe ketika hendak
bertempur dengan pasukan Majapahit dibawah pimpinan Kebo
Anabrang, pun kedua isteri adipati itu menangis tersedu sedan
memohon agar adipati membatalkan keputusannya.
Tetapi prabu Salya seorang raja-sinatrya yang menetapi
sifat keksatryaannya. Dia telah menerima pengangkatan
sebagai senopati agung dari pasukan Astina. Sekali berjanji,
tak mungkin ia mengingkari. Ia harus menetapi dharma
seorang ksatrya. Demikian pula adipati Tuban Rangga Lawe. Ia tetap maju
ke medan perang demi mempertahankan pendiriannya, tidak
menyetujui tindakan raja Majapahit yang mengangkat Nambi
sebagai mahapatih. Demikian sifat ksatrya yang lebih memandang ringan
kematian daripada janji dan pendirian.
Tumenggung Kuda Pengasihpun demikian. Ketika ia masuk
kedalam dan memberitahu kepada ni Saraswati tentang
keberangkatannya ke Sadeng untuk melaksanakan titah
baginda Jayanagara, ni Saraswati menangis, memintanya
supaya jangan pergi. Namun sebagai seorang narapraja,
tumenggung Kuda Pengasih tetap melangsungkan keputusannya. Naraprija itu abdi kerajaan. Prajurit itupun
bhayangkara negara. Mereka mempunyai tugas yang sama
dalam mengabdi kepada negara.
"Tidak, Saraswati" kata tumenggung Kuda Pengasih
"bagaimana mungkin aku membangkang titah narpati. Dan
mengapa engkau harus mengucurkan airmata untuk
keberaugkatanku melakukan titah, baginda ini" Mengapa pula
engkau bermaksud hendak mencegahku"
"Kakang tumenggung" kata Saraswati lirih "memang tidak
seharusnya hamba menitikkan airmata dikala kakang
tumenggung hendak mengayuni tugas. Seharusnya hamba
bergembira karena tugas yang dilimpahkan baginda kepada
diri kakang tumenggung itu. berarti suatu kepercayaan
baginda kepada kakang tumenggung ...."
"Ya, begitulah nini" kata tumenggung Kuda Pengasih
"hendaknya engkau menyadari akan kewajiban seorang isteri
narapraja ataupun prajurit"
"Tetapi kakang tumenggung" kata Saraswati pula
"betapapun hendak hamba tahan namun air itu tetap meluap
dan menitik dari pelapuk mata hamba. Karena air itu berasal
dari dasar sumber alam bawah sadar jasad hamba. Hamba
sendiri tak kuasa untuk menahan luap air itu walaupun pikiran
hamba mengatakan bahwa hal itu tentu akan merisaukan hati
kakang tumenggung. Hamba benar2 tak tahu mengapa air itu
harus menitik ke luar ..."
"Ah, wanita memang mempunyai perasaan halus sehingga
menciptakan sesuatu yang aneh"
"Bukan, kakang tumenggung" kata Saraswati "tetapi ciptaan
yang merangkai pemikiranku itu adalah berasal dari mimpi
hamba semalam" Tumenggung Kuda Pengasih tertawa "O, engkau bermimpi
lalu menangisi kepergianku"
"Tetapi kakang tumenggung" kata Saraswati "hamba jarang
sekali bermimpi. Dan setiap kali hamba bermimpi tentu hamba
mengalami sesuatu" "O, adakah engkau juga bermimpi ketika aku datang ke
Uiaran dulu ?" tumenggung Kuda Pengasih agak bergurau.
Wajah ni Saraswati berobah sarat dan menyahut dengan
nada bersungguh "Memang benar, kakang tumenggung. Kala
itu hamba bermimpi menyeramkan sekali. Hamba bermimpi
melihat seekor harimau yang muncul dari gerumbul lalu
berlari-lari menghampiri hamba. Karena ketakutan hamba
sampai terjaga" "Apa makna impianmu itu, nini"
"Menurut keterangan rama hamba, bertemu dengan seekor
harimau apalagi harimau itu handak menerkam, bakal beroleh
rejeki besar atau bakal dekat dengan orang besar. Dan kiranya
padukalah kakang tumenggung yang muncul dalam kehidupan
hamba" Tumenggung Kuda Pengasih mimpimu yang sekarang ini"
tertawa "Lalu apakah "Hampir sama, kakang tumenggung" sahut Saraswati
"yalah dalam mimpi itu hamba melihat seekor harimau
gembong masuk ke rumah paduka dan merusak isi rumah
tumenggungan ini. Paduka marah lalu hendak paduka bunuh
harimau itu. Harimau lari ...."
"Itu tandanya aku dapat mengalahkan rintangan dan
mengejar pangkat tinggi, yayi"
"Paduka terus mengejar harimau itu. Rupanya paduka
murka sekali" kata Saraswati melanjutkan ceritanya "dan
akhirnya harimau itu lari ke sungai ..."
"Aneh" tumenggung Kuda Pengasih tertawa "mengapa, dia
tak lari kedalam hutan tetapi ke sungai"
"Paduka terus memburu ke tepi sungai yang airnya sedang
bah. Paduka serang harimau itu tetapi harimau itu terus loncat
kedalam sungai" "Tentu, nini" seru tumenggung dengan gembira
"bagaimana harimau berani menghadapi tumenggung Kuda
Pengasih" "Paduka masih tetap tak puas" Saraswati melanjutkan pula
"padukapun terjun ke dalam bengawan yang deras arusnya.
Seketika padukapun tenggelam. Tiba2 harimau itu muncul di
atas permukaan bengawan dengan mencengkerun tubuh
paduka. Binatang itu mengaum dahsyat. Hamba menjerit dan
terbangun ..." "Ah" tumenggung Kuda Pengasih tertegun. Rupanya
tergetar juga hatinya mendengar mimpi yang seram itu. lapun
pernah mendengar uraian tentang mimpi dari beberapa
orangtua. Harimau menurut tafsiran mimpi, lambang dari
seorang priagung. Bertemu harimau, akan bertemu dengan
orang besar. Tetapi apabila harimau masuk ke dalam rumah
dan merusak, itu pertanda tak baik. Dan lebih buruk pula
apabila tenggelam dalam sungai. Demikian sekilas
tumenggung Kuda Pengasih teringat akan kata2 beberapa
orangtua dahulu. "Tidaklah hal itu layak bagi hamba untuk menangis dan
meminta paduka mengurungkan saja kepergian paduka ke
Sadeng ini" tanya Saraswati.
Kuda Pengasih termenung. Mimpi Saraswati itu memang
buruk. Tetapi hal itu menurut tafsiran orang2 tua. Entah benar
entah tidak. Tetapi yang nyata sebagai seorang narapraja, dia
harus dan wajib tunduk pada titah raja. Lain impian, lain
kenyataan. Bukankah malu apabila ia harus mengurungkan
keberangkatannya itu hanya karena sebuah mimpi "Ha, ha,
tidak, tidak! Tumenggung Kuda Pengasih seorang tumenggung yang mendapat kepercayaan dari raja Majapahit
bukan karena buruk baiknya sebuah impian, melainkan karena
dengan pengabdiannya yang setya dan Kuda Pengasih
menjadi tumenggung bukan karena bermimpi indah tetapi
karena mengabdi indah" katanya dalam hati.
"Nini" akhirnya ia berkata "kata orang mimpi itu
kembangnya tidur. Dirnana seluruh indera kita terlelap dalam
kepulasan tidur maka kesan-kesan yang kita lihat, kita
rasakan, kita pikir dan apa kita terlelap dalam kepulasan tidur
maka kesan2 yang kita lihat, kita rasa, kita pikir dan kita
kandung dalam hati, akan berhamburan keluar menjadi
sebuah impian" "Kakang tumenggung boleh mengatakan demikian" kata
Saraswati "tetapi aku tetap pada pendirianku karena pendirian
itu bersumber pada hati nuraniku. Bahwa kepergian kakang
tumenggung ke Sadeng ini, kurang baik"
"Ah, janganlah engkau mcnciptakan sesuatu dari sebuah
mimpi, nini" "Hamba ingin menghapusnya tetapi sumber alam bawah
sadar hamba memancurkan air dan menitikkan-nya melalui
pelapuk mata hamba. Duh, kakang tumenggung" Saraswati
setengah merintih "tidakkah paduka kasihan akan diri
Saraswati" "Mengapa tidak, nini" Kuda Pengasih membelai2 rambut
isterinya yang cantik itu.
"Jika paduka tidak kasihan kepada diri Saraswati,
Saraswatipun takkan menyesal ataupun marah. Tetapi
bukankah hamba telah memberitahu kepada paduka bahwa
.... bahwa .... kini Saraswati telah mengandung calon putera
paduka ...." "Tenangkanlah hatimu, nini" hibur Kuda Pengasih "apapun
yang terjadi aku tetap akan melindungimu"
"Kakang tumenggung" kata Saraswati dengan nada beriba
"hamba benar2 mendapat wirasat buruk bahwa keberangkatan paduka ke Sadeng ini akan membawa akibat
yang tak baik pada diri paduka. Percayalah kepada Saraswati,
kakang tumenggung. Hamba tak menginginkan kedudukan
sebagai isteri tumenggung, tidak pula hamba temaha akan
harta kekayaan. Tetapi hamba merindukan kehidupan yang
tenang di samping paduka"
"Ya, akupun menginginkan hal itu juga, nini. Tetapi kini
belum waktunya. Aku masih muda, wajiblah aku harus
mengabdi kepada kerajaan. Kita harus memiliki pandangan
yang luas. Kebahagiaan tidak akan terasa bahagia apabila
hanya kita miliki berdua saja, apabila disekeliling kita masih
banyak para kawula yang menderita, apabila belum kita
semua bahagia, belum sempurnalah kebahagiaan itu. Jalan
untuk meratakan kebahagiaan itu hanyalah harus mengabdi
kepada kepentingan negara dan kawula. Hendaknya engkau
menghayati akan pendirianku ini, nini"
"Duh, kakang tumenggung sesembahan hamba" Saraswati
menelungkupi kaki Kuda Pengasih "memang benarlah ucapan
paduka itu. Tetapi kakang tumenggung, pikiran dan jiwa
hamba hanyalah tertuju pada calon putera paduka yang


02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada dalam kandungan hamba ini"
Tumenggung Kuda Pengasih menghela napas.
"Saraswati" katanya sesaat kemudian "betapapun, aku ini
seorang narapraja. Wajibku harus taat pada titah raja. Soal
bagaimana yang akan terjadi pa" da diriku, mari kita serahkan
kehadirat H yang Batara Agung. Karena apabila memang garis
hidupku hanya sampai disini, tidak pergi ke Sadeng, di
rumahpun aku tentu tertimpa bahaya. Jika batara Yamadipati
memang menghendaki jiwa kita, kemanakah kita mampu
melarikan diri " Ke liang semut atau ke pusar bumi, pun tetap
akan terkejar" Saraswati terdiam. "Janin yang berada dalam kandunganmu itu, nini" kata
Kuda Pengasih pula "memang tetesan darahku sebagai tanda
dari cintaku kepadamu. Apabila sampai terjadi sesuatu pada
diriku, tak lain nini, kuharap engkau dapat memelihara dan
mengasuhnya baik2. Keiak katakan kepadanya bahwa
ayahnya, tumenggung Kuda Pengasih, adalah seorang
narapraja kerajaan Majapahit yang taat dan mendapat
kepercayaan raja" Saraswati menangis. "Saraswati" kata Kuda Pengasih "aneh benar engkau ini.
Aku hanya diutus ke Sadeng, bukan ke medan perang. Tentu
aku akan kembali lagi. Mengapa engkau terus menerus
mengucurkan airmaja" Bergiranglah nini, karena setelah tugas
ini selesai, tentulah kepercayaan baginda kepadaku makin
meningkat" Saraswati makin terisak. "Nini, kiranya sudah cukup lama kita berbicara. Arya Damar
tentu merasa jemu menunggu. Baiklah, nini, aku akan
berangkat. Doakan supaya perjalananku berhasil dan dapat
kembali dengan cepat dan selamat"
Tiba2 Saraswati memeluk kaki Kuda Pengasih dan
menciumnya "Kakang Kuda pengasih, dengarkanlah sumpah
Saraswati. Hamba akan tetap setya kepada kakang sampai
pada akhir hayat hamba ..."
Saat itu terdengar suara orang berbatuk-batuk. Kuda
Pengasih tahu bahwa Arya Damar mulai tak sabar menunggu.
Terlalu lama. Cepat ia mendekap kepala Saraswati dan
mengecup ubun2 kepalanya "Saraswati, kekasihku, jagalah
dirimu baik2 ...." Ia terus meloloskan diri dari pelukan Saraswati dan
bergegas melangkah keluar. Ternyata yang batuk2 itu
memang Arya Damar. Ketika melihat tumenggung Kuda
Pengasih, Arya Damar segera berbangkit "adakah ki
tumenggung sudah siap untuk berangkat sekarang ini"
Tumenggung Kuda Pengasih mengangguk. Demikian
mereka bertiga, Arya Kembar, Arya Damar dan tumenggung
Kuda Pengasih segera tinggalkan tumenggungan dengan
berkuda. Rombongan mereka disertai duabelas prajurit
berkuda yang bersenjata lengkap, layak seperti rombongan
utusan nata. Selama dalam perjalanan itu, Arya Kembar dan Arya Damar
mengajak tumenggung Kuda Pengasih bercakap-cakap dengan
nada yang ramah. "Adipati Sadeng rupanya mengandung maksud untuk
mengurangi kesetyaannya kepada kerajaan Majapahit. Bahkan
mungkin juga akan membebaskan diri dari kekuasaan
Majapahit" Arya Kembar mulai bicara "itulah sebabnya
maka baginda menitahkan kita untuk menyelidiki sikap dan
pendirian adipati itu. Jika terdapat tanda2 kearah itu, maka
majapahitpun tentu takkan mendiamkannya. Mati adalah
ganjaran bagi setiap orang yang berani menentang raja.
Bukankah begitu, ki tumenggung"
Sengaja Arya Kembar memberi tekanan suara pada kata itu.
Diam2 iapun menyempatkan pandang untuk memperhatikan
perubahan cahaya muka tumenggung itu.
"Ya" sahut Kuda Pengasih agak kikuk.
"Tahukah kiranya ki tumenggung mengapa adipati Sadeng
mengandung maksud begitu?" tanya Arya Kembar pula.
Walaupun tumenggung Kuda Pengasih mendengar juga
kata orang tentang sikap adipati Sadeng, kemudian iapun
membuat penafsiran dan penilaian sendiri akan gerak gerik
adipati itu, namun ia masih belum memperoleh suatu
pandangan yang jelas. Maka ia memberi jawaban bahwa
dalam hal itu ia belum tahu jelas dan meminta agar Arya
Kembar suka menuturkan. "Sikap adipati Sadeng tak terlepas dari peristiwa Lumajang
yang lampau. Karena kabarnya, antara adipati Lumajang dan
Sadeng itu masih mempunyai hubungan keluarga. Disamping
itu yang terpenting, adipati Sadeng tak puas dengan
kebijaksanaan baginda yang telah menumpas mahapatih
Nambi di Lumajang" "Adakah waktu terjadi peperangan di Lumajang adipati
Sadeng itu membantu mahapatih Nambi" tanya Kuda
Pengasih. "Peristiwa mahapatih Nambi dan beberapa men-tri dan
senopati yang memberontak di Lumajang itu, berlangsung
cepat dan tertutup sehingga orang tak sempat menilai
bagaimana sesungguhnya peristiwa itu. Hanya menurut
keputusan kerajaan yang mendasarkan atas laporan patih
Aluyuda, mahapatih Nambi memberontak"
"Disamping itu" Arya Kembar melanjutkan "adipati Sadeng
memang tak menyukai bertahtanya baginda Jayanagara
sebagai nata Majapahit karena baginda dianggap bukan
berdarah keturunan raja Singasari melainkan dari seorang ibu
puteri Malayu, Maka cukuplah sudah landasan adipati Sadeng
untuk meniadakan kesetyaannya terhadap kerajaan Majapahit"
Tumenggung Kuda Pengasih mengangguk-angguk.
"Bilamana ternyata adipati Sadeng memang mengunjukkan
sikap tak mau tunduk pada kerajaan Majapahit bagaimanakah
sikap yang layak kita ambil menurut pendapat ki tumenggung"
tanya Arya Kembar memancing-mancing pendapat orang.
"Arya" kata Kuda Pengasih "kita adalah duta utusan sang
nata. Apa titah baginda kepada tuan" Jika baginda telah
melimpahkan wewenang penuh untuk mengambil tindakan
terhadap adipati Sadeng, kita pun harus melaksanakan juga"
"Baginda hanya menitahkan supaya kita menilik gerak gerik
adipati Sadeng. Namun bagindapun memperkenankan apabila
perlu, kita dapat mengambil tindakan sendiri terhadap adipati
itu" "O" seru Kuda Pengasih
bertindak menurut gelagat"
"jika demikian, kita pun harus
"Benar" seru Arya Damar "andaikata adipati Sadeng jelas
mengunjukkan sikap menentang kerajaan Majapahit,
bagaimana tindakan ki tumenggung" Kumaksudkan adakah ki
tumenggung bersedia untuk bertindak keras, umpamanya,
menangkap adipati itu, bahkan kalau memang perlu,
membunuhnya sekali" "Telah kunyatakan tadi" sahut Kuda Pengasih "bahwa kita
hanya sebagai utusan nata. Adapun yang sang nata titahkan,
kita harus melaksanakan"
"Walaupun harus menempuh bahaya besar"
"Ya" "Bagus, ki tumenggung" seru Arya Damar "itulah pendirian
seorang mentri setya"
Demikian mereka melanjutkan perjalanan ke Sadeng.
0odwo0 Esok hari ketika matahari naik sepenggalah tingginya
merekapun mulai memasuki wilayah kadipaten Sadeng.
Kunjungan rombongan Arya Kembar itu mengejutkan adipati
Sadeng. Sebelumnya ia tak mendapat kabar sehingga agak
gopoh ia memberi penyambutan.
Setelah mempersilahkan utusan nata itu ke pendapa agung
kadipaten dan setelah pula adipati menghaturkan selamat
datang dan maaf atas kekurangan dalam penyambutan itu
maka adipati Sadengpun meminta keterangan tentang
kunjungan Arya Kembar. "Baginda mengutus kami untuk menghadap ki adipati.
Pertama untuk menyampaikan salam keselamatan baginda
Jayanagara kepada tuan"
"O, terima kasih" seru adipati Sadeng.
"Kedua kali, bagindapun menitahkan agar ki adipati
menghadap baginda di pura kerajaan karena sudah agak lama
tuan tak pernah berkunjung ke keraton Majapahit" kata Arya
Kembar. Seketika pucat wajah adipati mendengar titah itu namun
cepat ia segera menghapus perobahan cahaya mukanya
dengan senyum "Adipati Sadeng merasa terharu dan
berterima kasih tanpa umpama atas budi kebijaksanaan
baginda yang berkenan melimpahkan perhatian terhadap diri
kami" "Ah, itu sudah layak apabila baginda selalu mencurahkan
perhatian pada para adipati yang tinggal di telalah kekuasaan
Majapahit. Dan karena hanya tuan yang sudah dua atau tiga
kali dalam perapatan agung tak tampak datang, maka baginda
segera mengutus kami untuk menjenguk kemari"
"Dalam hal itu aku terpaksa hendak mohon ampun ke
bawah duli baginda" kata Adipati Sadeng "namun hal itu
bukan dikarenakan suatu apa melainkan karena kesibukan
kami dalam usaha membangun kadipaten Sadeng"
"Memang ki adipati bertindak baik" tiba2 tumenggung Kuda
Pengasih ikut membuka suara "negara Majapahit meliputi
beratus-ratus desa dan kadipaten serta wilayah2 mancanagara. Apabila setiap kepala desa, adipati dan kepala
daerah2 di mancanagara itu giat membangun daerah masing2,
tentulah perumahan besar dari kerajaan Majapahit akan
berkembang maju, makmur dan sejahtera"
"Tetapi dalam pada usaha2 mengembangkan kemajuan
daerah itu, yaisg penting adalah rasa kesetyaan terhadap
junjungan, rasa pengabdian kepada kerajaan" tumenggung
Kuda Pengasih menyusuli kata2 pula "sudah dua tahun ini ki
adipati tak pernah menghadap baginda. Tentu saja baginda
berkenan untuk menitahkan ki adipati menghadap ke pura
Majapahit. Kewajiban itu berlaku untuk seluruh adipati, baik
yang berada di pedalaman maupun di -pesisir dan
mancanagara" Bdum adipati Sadeng memberi pernyataan, Arya Kembar
memberi sambutan "Sikap tidak menghadap baginda selama
dua tahun, akan memberi kesan yang tak baik dihati baginda"
"Memang benar" seru tumenggung Kuda Pengasih pula
"kiranya lain2 adipati juga sibuk membangun daerah masing2.
Tetapi dalam kesibukan itu mereka masi menyempatkan diri
untuk menghadap ke pura, karena hal itu memang sudah
menjadi kewajiban" Adipadi Sadeng mengangguk "Ya. Apa. yang tuan2
utarakan kepadaku itu memang benar. Tetapi aku benar2
sedang sibuk membangun. Sadeng lain dengan daerah2 yang
makmur buminya. Sadeng gersang dan terletak di tepi laut
oleh karena itu usaha kami untuk mengembangkan daerah ini,
harus lipat ganda dengan daerah yang makmur"
"Ki adipati" kata tumenggung Kuda Pengasih "kami diutus
baginda untuk menitahkan tuan menghadap ke pura kerajaan.
Maka kamipun hendak minta keterangan tuan, adakah tuan
masih mcntaati titah baginda dan sanggup menghadap ke
pura Majapahit" Adipati Sadeng terbeliak lalu tertawa "Mengapa ki
tumenggung bernada sekeras itu" Sudah tentu adipati Sadeng
tetap setya dan taat kepada baginda"
"Jika demikian, maafkan kata-kataku yang kasar tadi" kata
tumenggung Kuda Pengasih "lalu bilakah ki adipati hendak
berangkat ke pura Majapahit " Bukankah ki adipati bersedia
untuk berangkat bersama kami"
Adipati Sadeng menghela napas.
"Saat ini aku sedang melaksanakan pekerjaan membuka
hutan dan membangun sebuah candi"
"Tetapi bukankah ki adipati dapat menyerahkan pekerjaan
itu kepada orang bawahan" seru tumenggung Kuda Pengasih
"paling hanya maka waktu lima hari apabila ki adipati hendak
menghadap baginda di pura kerajaan. Apa artinya ki adipati
meninggalkan mereka selama lima hari saja itu"
"Banyak sekali dan penting pula artinya, ki tumenggung"
sahut adipati Sadeng "karena pekerjaan itu baru saja kami
mulai. Sebagai seorang adipati yang membawahi daerah ini,
aku harus ikut dalam pekerjaan itu agar dapat memberi
dorongan semangat kepada rakyat"
"O, jika memikian ki adipati tak dapat memenuhi titah
baginda" seru Kuda Pengasih "dan bukankah sehabis
pekerjaan itu akan menyusul pula pekerjaan baru" Karena
pembangunan itu tiada batas selesainya"
Adipati Sadeng sejenak merenung lalu berkata "Beginilah.
Nanti pada tanggal satu kresnapaksa bulan Palguna, dikala
bulan purnama penuh, aku tentu akan berangkat ke pura
Majapahit" "Ah, saat itu masih kurang secandra lamanya. Mengapa
tidak sekarang juga ki adipati mentaati titah baginda" seru
Kuda Pengasih. "Ki tumenggung" kata adipati Sadeng "tuan2 sekalian
adalah utusan sang nata. Tuan2 telah menyampaikan titah
sang nata kepadaku. Dan kesanggupanku sanggupanku pun
telah kuhaturkan, Kuminta tuan2 menghaturkan kehadapan
baginda. Tuan2 sudah memenuhi kewajiban sebagai utusan
sang nata. Apapun titah baginda nanti, bukan menjadi
tanggung jawab tuan-tuan"
Arya Kembar dan Arya Damar mendapat kesan bahwa
adipati Sadeng itu memang sengaja mencari alasan untuk
tidak menghadap baginda. Demikian tafsiran tumenggung
Kuda Pengasih. Dan tumenggung itu-pun segera menerima
curahan pandang Arya Kembar yang penuh isyarat,
menyerahkan bagaimana tindakan selanjutnya kepada
tumenggung Kuda Pengasih.
"Ki Adipati" setelah menimang apa yang harus ditindakkan,
tumenggung Kuda Pengasih berseru "baginda telah
melimpahkan wewenang penuh kepada kami untuk


02 Gajah Kencana Manggala Majapahit Karya S. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempertimbangkan jawaban ki adipati. Dan ki adipati telah
memberi jawaban yang masih mengaburkan"
"Apa maksud ki tumenggung ?" tegur adipati Sadeng mulai
keras nadanya. "Ki adipati belum memberi kesanggupan yang tegas.
Baginda menitahkan agar ki adipati segera berangkat bersama
kami ke pura kerajaan. Tetapi ki adipati menolak dan masih
minta waktu sampai secandra. Apakah maksud ki adipati yang
sebenarnya" "Ki tumenggung" sahut Adipati Sadeng "tuan seorang
utusan nata dan akupun seorang adipati. Seharusnya kita
saling hormat menghormati. Aku lelah memberi pernyataan
pasti akan menghadap baginda. Hanya karena sedang
menyelenggarakan suatu pekerjaan besar demi pembangunan
daerah ini maka terpaksa aku mohon waktu secandra. Adakah
ki tumenggung hendak menganggap bahwa tindakanku itu
sebagai sikap yang tak patuh terhadap titah raja"
"Jika hanya kali ini, mungkin aku mempunyai lain
pertimbangan" sahut tumenggung Kuda Pengasih "tetapi ki
adipati sudah dua tahun tak pernah menghadap baginda.
Tidakkah layak kalau aku menduga ki adipati mengandung
suatu maksud tertentu"
"Tutup mulutmu, tumenggung!" serentak adipati Sadeng
menghardik marah sekali dan bahkan tangannyapun sudah
meliuk ke belakang punggung menjamah tangkai keris.
Arya Kembar dan Arya Damar terkejut "Ki adipati ...." seru
mereka serempak. Adipati Sadeng menghela napas "Ya, hampir saja aku lupa
diri. Andaikata aku tak menghormat tuan2 sebagai utusan
nata, tentulah sudah terjadi hal yang tak diinginkan"
Kuda Pengasih terkejut tetapi pada lain saat iapun marah
juga. Ia merasa dihina oleh sikap adipati itu. Sebagai utusan
nata seharusnya adipati Sadeng menghormatnya sebagai
berhadapan dengan baginda sendiri.
"Adipati Sadeng :"teriak Kuda Pengasih sesaat adipati sudah
menyurut kemarahannya "berani benar engkau memperlakukan seorang utusan nata sedemikian hina! Apakah
maksudmu hendak menghunus keris itu" Adakah engkau
hendak membunuh aku"
Adipati Sadeng berusaha menekan perasaannya "Kuhormati ki tumenggung sebagai seorang duta sang nata.
Aku merasa khilaf, harap . . . ."
"Hm, rupanya engkau mengandalkan kedigdayaanmu
bukan, adipati Sadeng" seru Kuda Pengasih yang bukan reda
kebalikannya malah makin membara "jika engkau mampu
membunuh Kuda Pengasih, barulah engkau berhak untuk
memberontak" Adipati Sadeng merah mukanya.
"Sudahlah, ki tumenggung" Arya Kembar pura2 meredakan.
"Dia berani membentak aku supaya tutup mulut. Suatu
hinaan bagi sang nata. Lepas dari kedudukan sebagai seorang
duta sang nata, aku Kuda Pengasihpun merasa terhina dengan
sikap adipati itu" Arya Kembar tertawa mencemoh "Tetapi ki adipati tetap
menghormat ki tumenggung sebagai utusan nata"
Sengaja Arya Kembar memberi tekanan nada yang lain
pada kata2 'utusan nata'. Nadanya mengandung cemoh dan
membakar sehingga terasalah pendengaran tumenggung Kuda
Pengasih seperti tertusuk jarum.
"Baik" seru tumenggung itu "jika adipati menghormat
kedudukanku sebagai seorang utusan nata, akan kutanggalkan
kedudukan itu. Saat ini aku adalah tumenggung Kuda
Pengasih, bukan utusan nata. Aku hendak meminta
pertanggungan jawab adipati atas kata-katanya yang kasar
tadi" Sebenarnya adipati Sadeng sudah reda kemarahannya. Ia
marah karena dirinya dituduh hendak memberontak. Dan
iapun sudah bersedia hendak meminta maaf. Tetapi karena
tumenggung Kuda Pengasih masih marah kemudian
mengeluarkan pernyataan yang terakhir untuk meminta
pertanggungan jawabnya, adipati Sadeng tak dapat
menguasai diri lagi. "Apa maksud ki tumenggung hendak meminta pertanggungan jawabku?" serunya dengan nada keras.
"Engkau membentak dan melarang aku bicara. Apa
maksudmu?" seru Kuda Pengasih "jangankan sebagai seorang
utusan nata, bahkan sebagai Kuda Pengasihpun aku tak sudi
menerima bentakan sekasar itu. Aku seorang tumenggung,
bukan orang bawahanmu, akupun bahkan seorang tetamu"
"Takkan aku membentak apabila ki tumenggung tak
menuduh aku mengandung maksud hendak menentang
baginda" jawab adipati.
"Takkan kuutarakan kata2 itu apabila engkau
membangkang titah raja untuk berangkat hari ini juga"
tak "Engkau hanya seorang utusan. Kewajibanmu hanya
menyampaikan titah baginda dan menghaturkan pernyataanku
kehadapan baginda!" adipati Sadeng mulai keras.
"Tidak!" bantah Kuda Pengasih "titah baginda supaya
membawa engkau menghadap ke pura kerajaan"
"Tugasmu hanya menghaturkan laporan ke bawah duli
baginda. Aku yang bertanggung jawab semua hal apabila
baginda murka. Jangan engkau menuduh aku semena-mena
untuk memaksa aku harus berangkat hari ini"
"Sikapmu itu sikap seorang pembangkang. Bagaimana
mungkin titah raja engkau abaikan begitu saja!"
"Kuda Pengasih, dengarkanlah" adipati Sadeng makin
marah "apa yang telah kukatakan tak mungkin kutarik
kembali. Di pura Majapahit engkau seorang tumenggung,
tetapi di kadipaten Sadeng ini akulah adipatinya"
"Baginda telah melimpahkan wewenang kepadaku untuk
memutuskan persoalanmu....."
"Jika tak mengingat engkau utusan nata, saat ini juga
engkau tentu sudah kubunuh"
"Keparat!" teriak Kuda Pengasih seraya berbangku dari
tempat duduk dan hendak mencabut keris.
"Prajurit, bawalah tetamu2 ini ke luar" seru adipati kepada
para prajurit penjaga. Berpuluh prajurit kadipaten, yang bersenjata lengkap
segera berhamburan mengepung ketiga utusan raja itu.
Suasana genting sekali. Sebenarnya rencana Arya Kembar sudah makin tercapai.
Namun saat itu ia menyadari betapa gawat suasananya.
Rombongan prajurit pengiringnya berada di luar pendapa
kadipaten. Dia hanya bertiga sedang prajurit-prajurit pengawal
adipati itu berjumlah puluhan orang. Apabila ia nekad
melawan, memang rencananya untuk meminjam tangan orang
Sadeng membunuh Kuda Pengasih akan berhasil. Tetapi dia
sendiripun tentu ikut terbunuh, paling tidak tentu menderita
luka. Maka cepat ia memberi isyarat kepada Arya Damar dan
tumenggung Kuda Pengasih untuk tidak mengadakan
perlawanan. Mereka segera melangkah ke luar.
"Adipati Sadeng, ingat, takkan kulupakan perbuatanmu hari
ini" sebelumnya turun dari titian terakhir, tumenggung Kuda
Pengasih berseru lantang.
Adipati Sadeug tertawa nyaring.
Setelah bergabung dengan rombongan prajurit pengiring
mereka terus mencongklangkan kuda tinggalkan gedung
kadipaten. "Adipati Sadeng terlalu kurang ajar" kata Arya Kembar "tak
perlu kita tinggal di kadipaten. Berbahaya. Apabila dia berbalik
pikiran, keselamatan kita temu terancam. Lebih baik kita
tinggalkan Sadeng dan lanjutkan perjalanan pulang ke pura"
Ucapan Arya Kembar itu memang tepat dan beralasan. Jika
menilik sikap dan ucapan adipati Sadeng, tumenggung Kuda
Pengasih mendapat kesan bahwa adipati itu memang
mempunyai niat hendak berontak. Dan mungkin pembicaraan
sengit yang dilakukan dengan adipati itu akan menimbulkan
dendam kemarahannya. Kemungkinan bahwa pada malam
hari adipati akan memerintahkan pr. juiit Sadeng untuk
menangkap rombongannya, bukan suatu hal yang tak
mungkin. Tumenggung Kuda Pengasih menyetujui langkah Arya
Kembar untuk lekas2 lolos dari telatah Sadeng. Bila perlu lebih
baik beristirahat dalam hutan atau syukur kalau dapat
mencapai sebuah desa. "Telah kukatakan bahwa adipati Sadeng memang
mengunjuk tanda2 tak setya kepada kerajaan. Dia termasuk
salah seorang yang tak menyukai baginda Jayanagara duduk
ditahta kerajaan. Dia pun masih mendendam karena Majapahit
menumpas adipati Lumajang dan mahapatih Nambi" kata Arya
Kembar dalam perjalanan itu.
"Jika demikian layaklah kita haturkan laporan ke hadapan
baginda tentang sikap adipati Sadeng itu. Mudah mudahan
baginda berkenan melimpahkan titah untuk menindas gerak
gerik adipati Sadeng yang yang mencurigakan ku. Sebelum
membesar, lebih baik Sadeng ditindas" kata tumenggung Kuda
Pengasih. Saat itu makin gelap. Malam segera naik. Bulan taram
Pendekar Pemabuk 10 Walet Emas 01 Kilatan Pedang Merapi Dahana Bloon Cari Jodoh 20
^