Pencarian

Neraka Lembah Tengkorak 2

Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak Bagian 2


yang menutupi mukanya robek dan tanggal! Terkejutlah semua orang yang ada,
termasuk Sepuluh Jari Malaikat sendiri! Siapa yang menyangka kalau perempuan
bertopeng tengkorak dan berhati sejahat iblis itu ternyata adalah seorang gadis
berparas cantik jelita"!
Kala Merah sendiri kagetnya bukan main. Mukanya pucat oleh sirapan darah, tapi
kemudian kekalapannya pun muncul!
"Setan alas! Terima kematianmu!" bentak Kala Merah. Gadis ini menyerbu ke muka.
Kedua tangannya naik ke atas dan turun lagi secepat kilat! Dua larik sinar hijau
menderu dan puluhan kala hijau melesat dari kedua telapak tangan Kala Merah!
"llmu terkutukmu ini boleh kau pamerkan pada orang lain!
Terhadapku kau bisa cilaka sendiri!" ejek Sepuluh Jari Malaikat. Sepuluh jari-
jari tangannya dipentang lebar-lebar lalu dihantamkan ke muka! Dua gelombang
angin laksana topan prahara memapas dua larik sinar hijau!
Puluhan kala hijau yang menyerang ke arah Sepuluh Jari Malaikat tertahan sejenak
lalu menderu membalik menyerang Kala Merah dengan dahsyatnya!
Kala Merah menjerit keras!
Selama dilepas oleh gurunya, selama malang melintang di dunia persilatan dalam
memenuhi tugas yang dipikulkan gurunya yakni mendirikan Partai Lembah Tengkorak,
selama dia menghadapi musuh-musuh perkasa, selama itu pula dia terus-menerus
telah menyebar maut, menyerang lawan-lawannya dengan ilmu "Kaia Hijau" yang
sangat dahsyat itu! Tapi hari ini senjata itu membalik menyerangnya sendiri!
"Mampuslah kau iblis terkutuk!" teriak orang banya k.
"Kurang ajar!" terdengar bentakan Kala Hitam.
"Berani menyumpahi!" Sekali dia lepaskan ilmu kala hijau ke arah orang banyak
yang tadi menyumpahi kemampusan bagi kakak seperguruannya maka terdengarlah
pekik-pekik kematian!
Sementara itu meskipun agak gugup namun dengan ilmu mengantengi tubuhnya- yang
tinggi Kala Merah melompat tujuh tombak ke udara.
Kalakala hijau yang menyerangnya lewat di bawah kaki. Dari atas gadis ini
menukik ke bawah laksana seekor rajawali dan sekali lagi melepaskan pukulan ilmu
Kala Hijau kepada Sepuluh Jari Malaikat dan kali ini serangannya itu datang dari
belakang! Sepuluh Jari Malaikat mendengus. "Terhadap orang lain kau bisa berlaku curang,
gadis iblisl" bentaknya.
"Tapi terhadapku jangan cobs-coba!"
Tokoh lihai ini lambaikan kedua tangannya. Puluhan kala-kala hijau yang
menyerangnya luruh hancur ke tanah, Sekejapan kemudian kedua tangan itu telah
membentuk cengkeraman dan menyerang dalam satu jurus aneh! Meski Kala Merah
sempat juga mengelakkan cengkeraman lawan namun dia tak dapat menghindar-kan
bajunya dari kerobekan!
"Keparat edan!" maki Kala Merah sambil menurupi dada bajunya yang robek. Kedua
kakinya menerjang ke muka. Tangan klri mengebut dan tanyan kanan kembali
mengirimkan Pukulan Kala Hijau yang dahsyat. Jurus kaki menendang, tangan kiri
mengebut dan tangan kanan memukul itu adalah iurus yang dinamakan "Empat Elmaut
Berebut Korban".
Sepuluh Jari Malaikat terkejut juga melihat kehebatan serangan ini.
Sambil mendorongkan tangan kiri ke muka menolak serangan kala-kala hijau beracun
maka orang tua berambut putih macam perempuan ini melompat ke kiri, geserkan
kedua kaki ke muka, lalu dalam keadaan mengapung di udara lancarkan satu
tendangan dari samping ke arah tulang-tulang iga sebelah kanan Kala Merah!
Tapi jurus "Empat Elmaut Berebut Korban" itu nyatanya mempunyai jurus-jurus
pecahan karena begitu diserang lawan Kala Merah bukannya berkelit bahkan memburu
lagi dengan serangan!
Dua tendangan lagi menderu, dua pukulan menggebu, pasir beterbangan, angin
menggelombang! Sepuluh Jari Malaikat kembali menerima empat serangan sekaligus!
Sepuluh Jari Malaikat menggeram dalam hati. Dia bergerak dengan cepat, Dua
tendangan dapat dielakkannya, satu pukulan dikelit dengan rungukkan kepala tapi
pukulan yang kedua mau tak mau harus ditangkisnya dengan lengan!
Pukulan tangan dan tangkisan lengan pun beradulah menimbulkan suara keras. Tubuh
Kala Merah mencelat empat tombak ke belakang sedang Sepuluh Jari Malaikat
berdiri terhuyung-huyung! Kala Merah menyadari kalau lawannya sudah lenyap dari
hadapannyal Ketika dia melihat bayangan Sepuluh Jari Malaikat, orang tua itu
sudah berada dekat sekali dan terdengar suaranya;
"Perempuan iblis, selamat jalan ke akhirat!"
Sepuluh jari tangan kemudian mencengkeram ke depan dalam jurus yang tak mungkin
lagi dielakkan oleh Kala Merah karena jurus itu adalah jurus yang paling hebat
dari ilmu silat Sepuluh Jari Malaikat yaitu yang bernama jurus "Sepuluh Jari
Kebinasaan"!
Lima jari menyengkeram ke perut, serangan ini dapat merobek dan membusaikan isi
perut. Lima jari lagi bergerak ke muka dan kehebatannya ialah bisa menanggalkan
mulut serta hidung dan mengorek biji-biji mata!
"Celaka, matilah aku!" keluh Kala Merah. Dia menjerit setinggi langit. Setengah
detik lagi Kala Merah bakal menemui kematiannya maka dari samping kiri dan kanan
serta belakang Sepuluh Jari Malaikat melesatlah sinar-sinar hijau dan puluhan
kala maut! "Curang!" terdengar seruan dari para hadirin yang ada.
Serentak dengan itu sembilan tokoh silat golongan putih, antaranya tokoh yang
terkenal berjuluk "Sepasang Sabit Baja" menyerbu memasuki kalangan
pertempuran! ..
Pada saat itu Sepuluh Jari Malaikat hanya rasakan sambaran angin dari tiga
jurusan dan matanya menangkap sekilas larikan-larikan sinar hijau!
Tahulah dia bahwa tiga perempuan iblis lainnya telah membokongnya secara
pengecut! Karena sudah demikian dekatnya tiga serangan itu yang datangnya
sekaligus pula, tiada mungkin lagi bagi Sapuluh Jari Malaikat untuk mengelak!
Percuma saja dia membatalkan serangannya terhadap Kala Merah karena itu tak akan
dapat menyelamatkan jiwanya!
Keringat dingin memercik di kening dan di kuduk tokoh silat utama ini! Dalam
detik kematian itu Sepuluh Jari Malaikat memutuskan untuk mati sama-sama dengan
Kala Merah. Sepuluh jarinya diteruskan mencengkeram ke muka!
Maka setengah kejap kemudian terdengarlah dua jerit kematian yang dahsyat! Tubuh
Sepuluh Jari Malaikat menggeletak di tanah ditancapi oleh puluhan kala hijau
beracun. Demikian banyaknya kala- kala yang menggerogoti tubuhnya, demikian
cepatnya racun yang bekerja sehingga nyawa pendekar tua yang menjagoi dunia
persilatan di Daerah Jawa Timur selama dua puluh tahun itu putus detik itu juga
tanpa tubuhnya berkelojotan lebih dahulu!
Kala Merah terhampar satu langkah di samping Sepuluh Jari Malaikat.
Kematian yang diterimanya sangat mengerikan. Parasnya yang cantik jelita hancur
rusak. Hidung serta mulut tanggal. Kedua biji matanya tercongkel.
Darah membasahi seluruh mukanya Pakaiannya di bagian perut robek besar sehingga
kelihatanlah perutnya yang juga robek besar.
Darah mengalir tiada hentinya bersama busaian usus yang menjela-jela! Kala
Hitam, Kala Biru, dan Kala Putih hendak memburu dan memeluki kakak seperguruan
mereka itu namun dari kiri kanan dan muka belakang berlompatan sembilan tokoh
silat dengan berbagai senjata di tangan mengurung ketiganya!
Maka terjadilah pertempuran yang seru, tiga lawan sembilan. Debu beterbangan!
Suara senjata, suara teriakan-teriakan dan bentakan-bentakan terdengar tiada
hentinya. Lima jurus pertama ketiga murid Dewi Kala Hijau itu terkurung rapat
dan menerima tekanan serangan yang hebat. Namun ketika mereka berhasil
merobohkan salah seorang tokoh yang mengurung maka delapan tokoh silat lainnya
menjadi gugup. "Jangan gugup!" membentak "Sepasang Sabit Baja" Kemudian dia berseru pada dua
belas tokoh silat lainnya, di antaranya enam tokoh silat golongan hitam.
"Kalian tunggu apa lagi"! lnilah saatnya untuk menumpas perempuan-perempuan
iblis ini!" Serempak dengan itu maka menyerbulah kedua belas tokoh silat itu.
Kini dua puluh lawan tiga! Dengan sendirinya ruang gerak ketiga gadis bertopeng
tengkorak itu menjadi semakin sempit. Dua puluh senjata bergulung-gulung
membungkusnya dalam jurus-jurus yang mematikan! Kala Biru mengerling pada kedua
saudara seperguruannya.
"Bagaimana ... ?" tanyanya dengan ilmu menyusupkan suara.
"Kurasa sukar bagi kita menghadapi lawan sebanyak ini!"
"Bukan sukar. Kita musti mencari kesempatan untuk menggerakkan tangan melepas
Pukulan Kala Hijau!" menyahuti Kala Hitam.
"Sebaiknya kita melompat ke luar dari kurunaan lalu menyerang mereka dari luar!"
mengusulkan Kala Putih.
"Justru untuk ke luar dari kurungan yang rapat inilah yang sangat sukar!" ujar
Kala Biru pula.
"Tapi mari kita usahakan!" Maka ketiganyapun bergerak lebih cepat.
Dari mulut mereka ke luar lengkingan-lengkingan dahsyat yang merobek langit dan
membisingi - liang liang telinga kedua puluh pengeroyok.,
"Sret!"
Ujung lengan pakaian Kala Biru robek besar disambar salah satu sabit baja di
tangan tokoh Sepasang Sabit Baja, ketika gadis muka tengkorak ini mencoba
melesat ke luar kalangan pertempuran
dalam jurus yang keduapuluh sembilan.
"Celaka! Tak mungkin bagi kita untuk keluar dari kurungan ini!"
keluh Kala Biru pada saudara-saudara seperguruannya.
"Bret!"
"Bret!"
Baru saja habis Kala Biru habis mengucapkan kata-kata di atas maka Kala Hitam
dan Kala Putih juga mendapat nasib yang sama. Pakaian mereka sama-sama kena
robek dimakan ujung senjata dua orang pengurung! Ketiga gadis-gadis iblis itu
keluarkan keringat dingin. Bulu tengkuk mereka merinding, Untuk pertama kali
dalam hidup mereka merasakan kengerian!
Kengerian dalam menghadapi elmaut yang memburu dan mengurung dari puluh jurusan!
"Ha ... ha ... ha ... ! Sekarang coba perlihatkan kehebatanmu manusia-manusia
dajal!" kata Sepasang sabi t Baja. Dua buah sabit di tangannya menderu-deru.
Bertobatlah sebelum nyawa kalian minggat dari badan masing-masing!"
Ketiga gadis iblis itu hanya bisa kertakkan rahang, Mereka menyadari bahwa tak
sampai sepuluh jurus lagi pasti salah seorang dari mereka akan jatuh menjadi
korban! Kurungan dua puluh senjata semakin hebat dan saat Ruang gerak ketiga murid Dewi
Kala Hijau itu sudah sempit zekali. Puluhan senjata berkelebat ganas di muka
hidung, di samping dan di belakang mereka, Dalam suasana menjelang kematian yang
menegangkan itu tiba-tiba terdengarlah suitan panjang dan nyaring! Entah dari
mana datangnya tahutahu bertaburan angin deras hijau dan disusul oleh pekik maut
para pengeroyok! Enam di antara mereka roboh ditanca-pi puluhan kala-kala hijau!
"Guru!" seru Kala Hitam, Kala Biru dan Kala Putih penuh kegembiraan. Para
pengeroyok mundur terkejut. Seorang di antaranya berteriak:
"Dewi Kala Hijau! Lari! Kita tak akan bisa selamatkan diri dari tangannya!"
Sembilan tokoh silat yang menjadi luntur nyalinya begitu mengetahui siapa yang
berdiri di hadapan mereka segera ambil langkah seribu namun mereka hanya bisa
larikan diri beberapa langkah saja karena di belakang mereka kemudian berlesatan
sinar dan kala-kala hijau!
Kesembilannya mati di situ juga!
Lima tokoh-tokoh silat yang masih hidup terdiri dari tiga golongan hitam dan dua
golongan putih. Salah satu dari golongan putih ini ialah Sepasang Sabit Baja.
Mereka saling berpandangan.
"Meski kematian di depan mata tapi untuk melarikan diri adalah pantanganku!"
kata Sepasang Sabit Baja.
Sementara itu tiga murid Dewi Kala Hijau menjura di hadapan guru mereka.
Kala Biru berkata:
"Dewi, syukur kau datang. Kalau tidak ...."
"Diam!" bentak Dewi Kala Hijau.
"Lekas kalian bereskan dulu kelima manusia keparat itu!" Maka Kala Biru, Kala
Hitam dan Kala Putih segera menyerbu kelima tokoh silat di hadapan mereka,
sedang Dewi Kala Hijau melangkah mendekati mayat Kala Merah. Muka tengkoraknya
kelihatan mengkerut dan tambah menggidikkan ketika dia melihat bagaimana
muridnya yang tertua dan terpandai itu menemui kematian demikian rupa. Di
samping mayat Kala Merah dilihatnya pula sesosok tubuh laki-laki tua yang
ditancapi puluhan kala hijau.
Dewi Kala Hijau begitu memperhatikan jari-jari tangan laki-laki itu segera
mengetahui siapa dia adanya.
Sepuluh Jari Malaikat memang mempunyai ilmu yang teramat tinggi.
Namun demikian kematian muridnya yang paling pandai dalam cara demikian rupa
sungguh tak pernah diduganya. Dengan penuh geram dan sekali tendang saja maka
mencelatlah mayat Sepuluh Jari Malaikat sampai sebelas tombak!
Sepasang mata yang beringas dari Dewi Kala Hijau memandang berkeliling. Di atas
dan di bawah panggung berhamburan puluhan mayat manusia! Hampir keseluruhannya
mati dengan ditancapi oleh kala-kala hijau!
Di antaranya tumpukan mayat itu masih bisa dikenalinya beberapa tokoh sakti
seperti Si bayangan Setan, Nenek Kelewang Merah. Brahmana Wingajara, Sepasang
Ruyung Emas, Si Golok Sakti dan lain sebagainya!
Dewi Kala Hijau memalingkan badannya ketika dibelakannya terdengar jerit
kematian! * * * BASTIAN TITO WIRO SABLENG
NERAKA LEMBAH TENGKORAK
SEMBILAN Satu dari lima pengeroyok yang bertempur dengan ketiga muridnya roboh ke tanah
dengan kening ditancapi kala hijau! Sekali lagi terdengar suara jeritan dan satu
lagi roboh tanpa nyawa. Sepasang Sabit Baja serta dua tokoh kalangan hitam
bertempur mati-matian. Tapi satu jurus kemudian Sepasang Sabit Baja juga
terpaksa menyerahkan nyawanya di tangan Kala Hitam.
Melihat ini dua tokoh silat golongan hitam lumer nyali mereka. Untuk kabur tentu
tak mungkin dan untuk melawan terus berarti mati! Maka tanpa pikir panjang lagi
keduanya melemparkan senjata masing-masing dan cepat-cepal jatuhkan diri
berlututl "Keparat! Saat ini tiada ampun lagi bagi kalian!" bentak Kala Biru.
Kaki kanannya ditendangkan kemuka tapi di belakangnya terdengar seruan Dewi Kala
Hijau. "Kala Biru, tahan dulu!" Maka Kala Birupun membatalkan tendangannya. Dewi Kala
Hijau melangkah ke hadapan kedua orang tokoh silat golongan hitam itu. Salah
seorang dari mereka segera berkata:
"Dewi, kami berdua mohon diampuni dan bersedia memasuki Partaimu ...."
"Sesudah hampir mampus, baru minta ampun huh!" kertak Dewi Kala Hijau.
"Siapa nama kalian" Apakah mempunyai gelar"!"
Yang tadi bicara menjawab: "Aku Lalanang dari Pantai Selatan.
Gelarku Pembunuh Tanpa Bayangan, Aku mohon keampunanmu Dewi ...."
"Kalian berjanji mau memasuki Partaiku ... ?"
"Kami berjanji."
"Baik! Tapi karena kalian sebelumnya sudah berani melawan terhadap murid-muridku
maka aku baru mengampuni jiwa kalian dan memperbolehkan kalian memasuki partaiku
bila kalian sudah mencongkel ke luar salah satu biji mata kalian!"
Sepasang Kaki Kematian dan Pembunuh Tanpa Bayangan saling pandang dan terkejut.
"Cepat, aku tak bisa menunggu lebih lama! Boleh pilih matamu atau nyawamu!"
bentak Dewi Kala Hijau.
Sekali lagi kedua orang itu saling berpandangan. Apa boleh buat, pikir mereka.
Dari pada mati lebih baik korbankan satu biji mata. Lagi pula mereka sama-sama
dari golongan hitam, perbuatan itu tentu tak akan diambil perduli oleh dunia
persilatan. Maka tanpa menunggu lebih lama kedua orang itu segera mencongkel masing-masing
sebuah. matanya! Biji mata dan darah menyembur ke luar!
Satu pemandangan yang mengerikan! Tapi Dewi Kala Hijau menyaksikan itu dengan
tertawa meringkik!
"Aku masih belum percaya terhadap kalian!" berkata Dewi iblis itu.
"Jika kalian sudah kulepas mungkin kalian akan ingkar janji!" Dari balik pakaian
Hijaunya Dewi Kala Hijau mengeluarkan dua buah pil lalu diberikannya pada kedua
orang itu. "Telan cepat!" perintahnya.
"Dewi, pil ini ... apakah ...."
"Setan alas! Telan kataku!"
Pembunuh Tanpa Bayangan dan Sepasang Kaki Kematian segera menelan pil yang
diberikan. "Pil itu adalah racun kala hijau yang akan bekerja dalam tempo sebelas bulan
dari sekarang. Sesudah kau berjanji untuk memasuki Partai Lembah Tengkorak maka
sebelum tanggal 12 bulan 12 kau harus datang ke lembah Tengkorak. Di sana aku
akan berikan obat penawarnya. Tapi bila kalian ingkar janji dan tak mau datang,
maka racun itu akan bekerja. Perut kalian akan hancur!"
Bergidiklah kedua tokoh silat golongan hitam itu. Mereka berdua meski dari


Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

golongan jahat namun baru hari itu menemui manusia paling jahat dan paling kejam
serta berhati iblis macam Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya.
"Di samping itu ...." terdengar Dewi Kala Hijau membuka mulut kembali, "Masing-
masing kalian kubebani tugas yaitu harus mencari anggota partai sebanyak mungkin
lalu membawanya ke Lembah Tengkorak pada hari 12 bulan 12 nanti! Kalian
dengar"!"
"Kami dengar, Dewi ...." jawab Sepasang Kaki Kematian dan Pembunuh Tanpa
Bayangan. Dewi Kala Hijau berpaling pada ketiga muridnya.
"Kala Biru, dukung mayat Kala Merah. Kita segera meninggalkan tempat ini ... !"
Kala Biru melangkah untuk mengerjakan perintah gurunya itu.
Namun langkahnya terhenti ketika melihat ada perubahan pada paras gurunya. Dua
murid Kala Hijau pun melihat hal ini Dewi Kala Hijau mendongak ke langit,
keningnya mengkerut kemudian sepasang matanya memandang ke Utara. Telinganya
dipasang benar-benar mendengarkan suara aneh yang ditangkapnya.
"Ada apa Guru...?" tanya Kala Putih. Dia dan dua saudara seperguruannya masih
belum mendengar apa-apa padahal kepandaian mereka ini sudah mencapai tingkat
yang tinggi sekali, demikian pula tenaga dalam mereka. Dapat dibayangkan
bagaimana jauh tingginya kesaktian serta tenaga dalam Dewi Kala Hijau!
Kira-kira seperempat minum teh baru Kala Hitam dan dua saudara-saudara
seperguruannya mendengar suara yang sejak tadi didengar oleh Dewi Kala Hijau.
Dan ketiga gadis bertopeng muka tengkorak ini pun jadi mengerenyitkan kening
lalu memandang ke jurusan Utara.
Suara yang mereka dengar itu adalah suara siulan aneh yang melengking-lengking,
membawakan lagu tak bernama dengan nada tak karuan!
Meski suara siulan itu jauh sekali kedengarannya, namun telinga Dewi Kala Hijau
dan tiga muridnya serasa ditusuk-tusuk!. Makin lama makin keras juga suara
siulan, itu. Telinga keempat orang itu kini bukan saja seperti ditusuk-tusuk
tapi juga tergetar hebat! Tiba-tiba kelihatanlah seorang pemuda berambut
gondrong. Berparas gagah dan berpakaian putih-putih muncul di kejauhan! Pemuda
ini kelihatannya melangkah biasa saja dan seenaknya, tapi dalam tempo yang
sangat singkat tahu-tahu sudah berada di tepi telaga!
Tiba-tiba pemuda itu menghentikan langkahnya dan memandang berkeliling. "Edan
betul!" terdengar seruannya.
"Apa yang terjadi di sini! Apa aku sudah kesasar ke neraka, huh"!"
Dan pemuda rambut gondrong berparas gagah ini lalu menggaruk-garuk kepalanya.
Cuping hidungnya berkemak kempis kemudian dia meludah ke tanah dan melangkah ke
tepi panggung. Di sini dia berhenti dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yang satu ini pasti isteri Dewa Pedang, Ketua Partai T elaga Wangi yang ... ah
kalau aku tak salah Partai itu baru diresmikan hari ini. Tapi kenapa isteri Dewa
Pedang jadi kojor begini:.."! Eh, Dewa Pedang sendiri kemana" Dan itu. .. ah! Si
Bayangan Setan, Brahmana Wingajara. Sepasang Ruyung Emas. ..aduh...aduh ..banyak
sekali tokoh-tokoh gagah. ..."
Pemuda tu menghela nafas dalam dan lagi-lagi menggelengkan kepalanya ketika
melihat mayat Sepuluh Jari Malaikat terhampar di samping sosok gadis berpakaian
merah yang mukanya hancur dan perutnya robek membusai!
"Betul-betul edan! Siapa yang punya pekerjaan ini" apa setan-setan dari atas
langit pada turun dan mengamuk semua"!"
Sepasang mata Dewi Kala Hijau kelihatan menyorot tajam. Dia yakin betul karena
melihat langkah aneh dan mendengar suara siulan si pemuda bahwa pemuda itu
adalah seorang yang berilmu tinggi.
Tapi sikap dan bicaranva menunjukkan bahwa dia seperti orang yang tidak waras!
Dan yang menyakitkan hati Dewi Kala Hijau ialah sikap si pemuda yang seperti
tidak melihat kehadirannya di situ bersama murid-muridnya!
"Pemuda gila, siapa kau"!" tanya Dewi Kala Hijau membentak.
Pemuda itu memutar kepalanya. Dan dia kelihatan terkejut ketika melihat paras
Dewi Kala Hijau. dan juga paras ketiga murid-muridnya. Kemudian matanya melirik
pada Pembunuh Tanpa Bayangan serta Sepasang Kaki Kematian yang saat itu masih
berlutut di hadapan Dewi Kala Hijau.
"Eh ... melihat kepada tubuhmu, kau tentunya gadis muda belia. Tapi melihat
kepada parasmu.Hem ...." Pemuda itu geleng-gelengkan kepala.
"Semustinya aku yang bertanya siapa kau!" Dewi Kala Hijau tertawa mendongak ke
langit. "Manusia sinting, sebaiknya kau segeralah meninggalkan tempat ini!
Aku muak melihatmu!"
"Oh ... bicara boleh saja, tapi jangan keliwat menghina! Coba kacakan kau punya
paras ke dalam air telaga itu! Aku berani bertaruh bahwa kau sendiri akan lebih
muak memandang parasmu daripada parasku!" Habis berkata begitu si pemuda tertawa
mengekeh. Mendadak suara tertawanya terhenti karena Kala Hitam melompat ke muka dengan
membentak. "Pemuda keblinger, berani menghina guruku!
Terima kematianmu detik ini juga!"
"Kala Hitam, jangan turun tangan dulu!" seru Dewi Kala Hijau. Kala Hitam
menghentikan langkahnya dengan terheran. Dia tahu betul sifat gurunya. Bila
seseorang menghinanya pastilah orang itu akan menemui ajalnya detik itu juga.
Tapi kali ini dihina demikian rupa di hadapan murid-muridnya sang guru sama
sekali tidak turun tangan bahkan melarangnya untuk membunuh pemuda itu!
Pada pertama kali melihat paras pemuda itu sesungguhnya Dewi Kala Hijau telah
tergetar hatinya. Mula-mula dia menyangka bahwa pemuda itu adalah seseorang yang
pernah dikenalnya sepuluh tahun yang lalu. Tapi nyatanya pemuda ini hanyalah
seorang pemuda lain yang berparas mirip sekali dengan orang yang dimaksudkannya
bahkan pemuda ini jauh lebih gagah lagi!
"Jadi kau ini adalah murid perempuan berbaju hijau itu?" tanya si pemuda pada
Kala Hitam. "Hemm ...pantas. Memang cocok sekali! Apakah sekian banyaknya manusia yang kojor
di sini kalian yang menyebabkan" Dan itu, dua manusia bertampang jelek itu
kenapa pada berlutut di hadapan gurumu"!"
"Pemuda otak miring! Sebaiknya kau lekas berlutut, Niscaya kuampuni dosa dan
jiwamul" bentak Dewi Kala Hijau.
"Eh ... dosa dan salah apa yang aku buat terhadapmu" Kalau kukatakan tampangmu
dan tampang murid-muridmu buruk dan mengerikan itu adalah kenyataan! Kalian tak
punya alasan untuk marah ...."
"Jangan bicara ngaco! Berlalulah dari sini jika tak ingin mampus!"
bentak Dewi Kala Hijau pula. Si pemuda garuk-garuk kepalanya lalu dengan
seenaknya duduk di tepi panggung dan menggoyang-goyangkan kakinya seperti anak
kecil! "Aku tahu betul daerah ini bukan kau yang punya, juga bukan tempat kediamanmu.
Lantas kenapa kau mau mengusirku dengan seenaknya"!"
Kala Biru yang menjadi gemas sekali melihat sikap pemuda itu berkata:
"Guru, biar aku patahkan batang lehernya manusia gendeng ini!"
Dewi Kala Hijau memberi isyarat agar muridnya itu tetap di tempat.
"Orang muda, jika kau betul punya mata dan melihat mayat-mayat yang berhamparan
di sini, itu sudah cukup bagimu untuk tidak lancang seenaknya!"
"Lho ... apakah mayat-mayat itu melarangku bicara ... "!" ujar si pemuda. Dengan
acuh ditariknya kaki sesosok mayat yang menggeletak di sampingnya. Mayat itu
kebetulan adalah mayat isteri Dewa Pedang, Ketua Partai Telaga Wangi yang kini
hanya tinggal namanya saja! Si pernuda memperhatikan dua ekor kala hijau yang
rnenancap di kepala perernpuan itu, kemudian gelengkan kepalanya.
"Kala hijau ...." desis pernuda ini.
"Kasihan... kasihan sekali isteri Dewa Pedang. Seorang tokoh silat berjiwa besar
dan berhati baik kenapa sampai menemui ajal begini rupa"
Kasihan ... kasihan sekali!"
Si pemuda kemudian meletakkan mayat itu di lantai panggung kembali baik-baik,
lalu memandang pada Dewi Kala Hijau.
"Mukamu ditutupi topeng tengkorak tipis ... pakaianmu berwarna hijau dan ketiga
perempuan bertopeng tengkorak itu adalah murid-muridmu!
Tentunya kau adalah Dewi Kala Hijau! Dan tentunya kau juga yang menjadi biang
penyebab segala keganasan ini ... " Mengaku atau tidak"!"
Dewi Kala Hijau tertawa meringkik. "Jika sudah tahu siapa aku, kenapa tidak
lekas berlutut minta ampun dan lalu angkat kaki dari sini"!"
"Perlu apa berlutut! Kau bukan raja! Perlu apa angkat kaki dari sini, tempat ini
bukan daerahmu! Laki-laki tak pernah berlutut terhadap perempuan. Tapi
sebaliknya perempuanlah yang musti berlutut pada laki-laki apalagi perempuan
jelek macam kau!"
Tergetar hati Dewi Kala Hijau. Tapi dia juga marah sekali mendengar ucapan
pemuda itu."Pembunuh Tanpa Bayangan! Hajar pemuda lancang itu!" perintah Dewi
Kala Hijau pada Lalanang atau tokoh silat golongan hitam yang bergelar Pembunuh
Tanpa Bayangan yang saat itu masih berlutut di hadapan Dewi Kala Hijau.
Mendengar perintah ini maka Pembunuh Tanpa Bayangan yang matanya kini cuma
tinggal satu segera berdiri dan mengambil senjatanya yaitu sebuah rantai berduri
yang tadi dibuangnya.
Tanpa banyak cerita Pembunuh Tanpa Bayangan segera putar rantai besi berdurinya
dan menyerang si pemuda. Yang diserang masih juga menggontai-gontaikan kedua
kakinya di tepi panggung bahkan kini senyum-senyum dan bersiul-siul seperti
tidak sadar kalau saat itu dirinya diancam serangan maut!
"WUTT!"
Rantai berduri Pembunuh Tanpa Bayangan menderu tepat di kepala si pemuda!
Pastilah dalam kejapan mata itu juga kepala si pemuda akan hancur luluh. Bahkan
Dewi Kala Hijau sendiri sampai mengeluarkan seruan tertahan, seruan yang berarti
setengah perintah agar si pemuda cepat-cepat menghindar!
Si pemuda sama sekali tak kelihatan bergerak. Tapi yang anehnya ialah tiba-tiba
terdengar jeritan Pembunuh Tanpa Bayangan. Rantai besinya mental. Tubuhnya
mencelat ke udara lalu jatuh ke tanah dengan perut pecah membanjir darah! Ketika
Dewi Kala Hijau memandang ke kaki si pemuda yang saat itu masih juga digontai-
gontaikan maka kelihatanlah salah satu dari kaki itu berselomotan darah! Entah
bagaimana caranya pemuda rambut gondrong itu telah lebih dahulu menghantamkan
kakinya ke perut Pembunuh Tanpa Bayangan!
Tentu saja ini sangat mengejutkan Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya serta
Sepasang Kaki Kematian! Namun di saat itu pula Dewi Kala Hijau jadi malu sendiri
karena dia tadi telah berseru memberi peringatan kepada si pemuda. Nyatalah
bahwa bagaimanapun ketinggian ilmu dan kekejaman serta kejahatannya, namun Dewi
Kala Hijau tak dapat menyembunyikan perasaan hatinya selaku seorang perempuan
terhadap seorang pemuda!
Di balik topeng tengkoraknya muka perempuan itu menjadi sangat merah. Dia
melirik pada murid-muridnya dan membathin, apakah ketiga muridnya mengetahui
getaran hatinya terhadap si pemuda"!
Tiba-tiba Dewi Kala Hijau membentak lagi memberi perintah.
"Sepasang Kaki Kematian, selesaikan pemuda gila itu dalam lima jurus!
Cepat!" Ki Sandar Boga alias Sepasang Kaki Kematian segera berdiri.
Diambilnya golok panjangnya yang tadi dibuangnya lalu melangkah ke hadapan si
pemuda. "Orang muda! Kuharap kau sudi terangkan nama! Aku tidak-suka membunuh manusia
tanpa tahu namanya lebih dahulu!" kata Sepasang Kaki Kematian sambil
melintangkan golok di muka dada.
Si pemuda mengeluarkan siulan panjang. "Mata picak! Baru jadi budaknya Dewi Kala
Hijau saja sudah begitu congkak! Berlalulah, aku muak melihat mukamu!"
Habis berkata begitu si pemuda meludah ke tanah dan terus duduk seenaknya di
tepi panggung sambil menggontai-gontaikan kedua kakinya Sepasang Kaki Kematian
menggeram. Dia membentak nyaring lalu melompat ke muka. Golok panjangnya
membabat deras ke arah leher.
Namun serangan ini tipuan belaka karena sesuai dengan julukannya yaitu
"Sepasang Kaki Kematian" sebelum golok menyambar lebih jauh maka tahu-tahu
tubuhnya mengapung di udara dan mengirimkan dua tendangan dahsyat! Angin
tendangan itu saja hebatnya bukan main!
Sekejapan mata dua tendangan berantai itu akan sampai si pemuda masih saja juga
di tepi panggung dengan sikap acuh tak acuh seperti tadi!
"Mampus!" teriak Sepasang Kaki Kematian. Dan pada detik itulah tubuh si pemuda
rambut gondrong lenyap dari hadapannya.
"Brak ... brak!"
Kedua tendangan Sepasang Kaki Kematian menghantam lantai panggung hingga hancur
berantakan. Beberapa mayat yang menggeletak di atas panggung itu, di antaranya
mayat isteri Dewa Pedang, mencelat ke udara dan kecemplung ke dalam telaga!
Sepasang Kaki Kematian memutar tubuh dengan cepat ketika di belakangnya
terdengar suara tertawa mengejek. . .
"ltulah akibatnya kalau manusia mata picak kalap membabi buta!
Panggung tak bersalah ditendang!"
"Kucincang tubuhmu, keparatl" teriak Sepasang Kaki Kematian.
Tubuhnya mengapung lagi. Goloknya berbolang baling deras sekali laksana kitiran
dan mengurung si pemuda dengan cepatnya. Yang diserang bergerak lincah kian
kemari sambil tertawa-tawa dan sekali-sekali bersiul!
"Terima ini, setan alas!" teriak Sepasang Kaki Kematian. Golok panjangnya
menebas ke pinggang, membalik ke kepala dan menusuk ke perut. Serentak dengan
itu tangan kirinya melancarkan pukulan tangan kosong yang hebat! Namun lagi-lagi
semua itu hanyalah tipuan belaka karena begitu si pemuda rambut gondrong
mengelak maka kedua kakinya menderu ke muka. Satu ke perut dan satu lagi ke
selangkangan! "Tipu silatmu boleh juga, mata picak!" memuji si pemuda namun dengan senyum
mengejek. "Tapi terima dulu, telapak tanganku ini!" Telapak tangan kiri si pemuda
menghantam ke perut Sepasang Kaki Kematian. Laki-laki ini menebaskan goloknya ke
lengan si pemuda. Namun kalau tadi ia yang menipu maka kali ini dia kena tipu. Karena begitu goloknya menebas maka
lawan menarik tangan kiri dan tahu-tahu ....
"Plak!"
Telapak tangan kanan si pemuda menghantam keningnya! Sepasang Kaki Kematian
menjerit keras. Tubuhnya terpelanting beberapa tombak dan terjerongkang jatuh
menelungkup tepat di hadapan Dewi Kala Hijau!
* * * BASTIAN TITO WIRO SABLENG
NERAKA LEMBAH TENGKORAK
SEPULUH Untuk kedua kalinya Dewi Kala Hijau dan ketiga muridnya dibikin terkejut. Dewi
Kala Hijau melirik pada mayat Sepasang Kaki Kematian lalu memandang menyorot
pada si pemuda dan membentak.
"Siapa kau sebenarnya"!"
Pemuda itu tersenyum.
"Kalau kepingin tahu namaku, aku telah menuliskannya di kening budakmu itu, Dewi
... !" Sepasang mata Dewi Kala Hijau kelihatan tambah menyorot.
"Jangan bicara ngaco, orang muda! Sekali lagi kau mempermainkanaku, nyawamu
pasti tak terampunkan lagi!"
"Kentut!" tukas si pemuda.
"Kau tanya aku menjawab, apa itu namanya bicara ngaco"! Kalau tak percaya
silahkan lihat di kening budak mata picak itu ... ! " penasaran sekali, tapi
juga ingin tahu. Dewi Kala Hijau membalikkan tubuh Sepasang Kaki Kematian dengan
ujung kaki kirinya. Begitu tubuh laki-laki itu tertelentang maka berkerutlah
muka perempuan iblis itu serta murid-muridnya. Di kening Sepasang Kaki Kematian
yang hitam membiru kelihatan tertulis tiga buah angka yaitu angka 212!
"Jadi kau adalah Wiro Sableng, manusia yang berjuluk Pendekar Kapak Maut Naga
Geni 212"!" ujar Dewi Kala Hijau pula.
Si pemuda hanya tertawa.
"Agaknya kau dan murid-muridmu kurang senang dengan pertemuan ini, bukan?"
Dewi Kala Hijau merenung sejenak. Nama Wiro Sableng dan gelaran Pendekar Kapak
Maut Naga Geni 212 itu memang sudah sejak lama didengarnya. Ketika dia memberi
tugas pada murid-muridnya dan ketika dia sendiri meninggalkan gua di kaki gunung
Merapi, Dewi Kala Hijau sudah mengetahui bahwa pendekar itu adalah salah seorang
dari sekian banyak lawan-lawan yang bakal dihadapinya dalam rencananya
mendirikan Partai Lembah Tengkorak.
Dan bila hari ini dia berhadapan, tidaklah pernah diduganya sebelumnya kalau
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 adalah seorang pemuda berparas gagahl Tadi dia
telah menyaksikan sendiri kehebatan pemuda itu.
Pembunuh Tanpa Bayangan dirobohkannya dalam satu jurus dan Sepasang Kaki
Kematian dibikin konyol dalam dua jurus! Manusia-manusia lihai semacam ini,
apalagi segagah Wiro Sableng sangat dibutuhkan oleh Dewi Kala Hijau dalam
rencana besarnya. Maka berkatalah perempuan itu.
"Meski kau telah membunuh dua orang anggota Partaku namun dengan memandang
kepada nama besarmu, aku bersedia mengampuni kau punya jiwa asal saja kau segera
berlutut dan mengangkat janji bersedia masuk Partaiku! Kelak kau akan kuberi
kedudukan tinggi dalam Partai!"
"Hem ...." Wiro Sableng usap-usap dagunya.
"Janji yang bagus dan muluk!" katanya, Lalu
"Kalau aku duduk dalam Partaimu, berapakah kau mau gaji aku..... ?"


Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pemuda gendeng!" ketus Dewi Kala Hijau.
"Orang sudah bersedia memberikan ampun masih saja bicara ngelantur!"
"Dewi, jangankan masuk Partaimu, melihat parasmu saja aku sudah mau muntah
rasanya! Dan menyaksikan kejahatanmu berdiri bulu kudukku.
Terus terang saja aku sudah lama mendengar tentangmu dan murid-muridmu!
Kejahatanmu sudah lebih dari takaran. Dosa kalian sudah setinggi langit sedalam
lautan! Kalian tak akan berhasil mendirikan Partai Lembah Tengkorak! Dunia
persilatan akan bersatu untuk menghancurkan kalian!
Karenanya lebih baik kalian kembali pada kebenaran sebelum terlam ...."
"Tutup muluti" teriak Dewi Kala Hijau gemas dan marah sekali.
"Kalau kau mau pidato, pidatolah nanti di akhirat!" Perempuan ini berpaling pada
kelompok murid-muridnya yang kini cuma tinggal tiga orang itu.
"Kala Putih! Cabut nyawanya dalam satu jurus!" perintah Dewi Kala Hijau penuh
kebuasan. Kala Putih mengangguk lalu memutar badan menghadapi si pemuda. Begitu
sepasang mata Kala Putih beradu pandang dengan sepasang mata Pendekar 212 maka
tergetarlah hati gadis muka tengkorak ini. Sebetulnya sejak munculnya si pemuda
tadi Kala Putih telah tertarik hati oleh kegagahan Pendekar 212, apalagi setelah
menyaksikan pula kehebatan pemuda itu! Di dalam diri Kala Putih terjadi semacam
pertentangan. Hati kecilnya menentang dan tak mau disuruh membunuh pemuda gagah
itu namun sebaliknya tugas gurunya musti dilaksanakan, kecuali kalau dia ingin
mendapat hukuman yang
sangat berat! "Kala Putih! Kau tunggu apa lagi"!" bentak Dewi Kala Hijau.
"Lekas bunuh pemuda gila itu!" Kala Putih maju lagi beberapa langkah.
"Bersiaplah untuk mati, pemuda tidak tahu diri!" bentak Kala Putih tapi dengan
suara bergetar. Tangan kanannya diangkat ke atas lalu secepat kilat dipukulkan
ke muka. "Wut!"
Gelombang sinar hijau beserta enam ekor kala hijau beracun menderu ke arah
Pendekar 212! Yang diserang bersuit nyaring dan melompat Iima tombak ke atas
lalu hantamkan telapak tangan kanannya ke muka.
Serangkum angin dahsyat menggeru memapasi serangan maut Kala Putih. Debu
beterbangan. Pasir dan kerikil-kerikil berpelanting-an! Sinar hijau dan keenam
kala beracun tersapu lalu luruh ke tanah! Kala Putih sendiri kalau tidak lekas-
lekas nengeiak ke samping pasti akan dilanda angin pukulan lawan yang terus
menyerempet ke arahnya.
itulah pukulan "Dinding Angin Berhembus Tindih Menindih" yang telah dilepaskan
oleh Pendekar 212 Wiro Sableng! Berubahlah paras Dewi Kala Hijau. Matanya
membeliak. Demikian juga dengan ketiga muridnya terutama Kala Putih yang
menghadapi langsung sang pemuda!
. "Putih! Kuberi tambahan dua jurus padamu untuk mematahkan batang leher pemuda
itu! Ayo lekas!" Mendengar ini maka dengan segala kehebatannya menerjanglah Kala
Putih. Wiro Sableng bersiul nyaring.
Tubuhnya lenyap. Dan terdengar suaranya:
"Jangan kesusu tak karuan kalau menyerang, gadis muka tengkorak, salah-salah
bisa mencelakai dirimu sendiri! Aku paling benci bertempur dengan lawan yang
muka aslinya ditutup dengan topeng! Bukalah topeng tengkorakmu itu lebih dahulu
Kala Putih!"
Geram sekali mendengar ucapan Pendekar 212 itu maka Kala Putih lipat gandakan
tenaga dalamnya dalam-menyerang. Demikian hebatnya sehingga angin serangannya
saja laksana topan prahara!
Namun Kala Putih menjadi bingung sendiri karena siapa yang akan diserangnya"
Pendekar 212 lenyap tak kelihatan dari hadapannya! Dalam kebingungannya gadis
bertopeng tengkorak ini melihat sesuatu menyambar ke mukanya. Kala Putih
hantamkan tangan kanannya ke depan. Dia memukul angin kosong!
Dan .... "Bret!"
Kala Putih berseru terkejut. Kedua tangannya menyampok lagi ke muka. Tapi tiada
guna. Topeng tipis yang menutup parasnya tanggal dan pindah ke tangan lawan
sehingga kelihatanlah paras asli Kala Putih dengan jelas!
Pendekar 212 Wiro Sableng sendiri terkejut bukan main sewaktu menyaksikan paras
Kala Putih. Siapa menyangka kalau gadis berilmu tinggi dan berhati kejam lebih
jahat dari iblis itu memiliki paras sedemikian jelitanya!
"Ah ... sungguh satu hal yang luar biasa!" kata Wiro Sableng sambil garuk-garuk
kepalanya. "Parasmu begini cantik, tapi kenapa kejahatan dan kekejaman-mu laksana lautan
yang tiada bertepi"! Kalau kau jadi gadis baik-baik sekurang-kurangnya kau pasti
akan dapat suami seorang Adipati ... !"
"Pemuda hina dina! Tutup mulutmu!" hardik Kala Putih.
Didahului oleh dua larik sinar hijau yang melesatkan lima puluh ekor kala maut
maka Kala Putih mengirimkan dua tendangan dahsyat sedang mulutnya menghembus ke
muka. Dari mulutnya mengepul asap putih yang mengandung racun luar biasa
jahatnya! Seluruh jalan darah di tubuh Pendekar 212 terancam bahaya maut
kehancuran!. Tak ayal lagi pemuda itu mengelak dengan cepat. Dan jika saja tidak ingat bahwa
saat itu dia berhadapan dengan seorang gadis berparas jelita maka pastilah Wiro
Sableng akan mengirimkan serangan balasan yang tak kalah ganasnya. Sambil
melompat menjauhi Kala Putih beberapa tombak Wiro Sableng berseru.
"Kala Putih, aku beri kesempatan padamu untuk bertobat dan kembali ke jalan yang
benar!" "Pemuda hina, jangan bicara ngelantur!" kertak Kala Putih. Kemudian sekali lagi
dia melancarkan serangan ganas meskipun dalam hati kecilnya timbul secuil
keraguan. Dia menyadari memang bahwa sebagai seorang gadis tidak selamanya
dengan ilmu kesaktiannya dia akan hidup dalam keadaan seperti itu! Namun untuk
berpikir lebih panjang dia tak ada waktu lagi.
"Gadis. goblok!" terdengar Pendekar 212 memaki. Tangan kanannya memukul ke muka
dalam jurus "Kunyuk Melempar Buah" Kala Putih menyambuti pukulan ini dengan
hantaman tangan kanan yang mengeluarkan angin pukulan berwarna hijau pekat!
Dua pukulan saki itu beradu di udara mengeluarkan suara dahsyat.
Tubuh Pendekar 212 tergontai-gontai sedang Kala Putih tersurut mundur sampai
empat langkah dengan tangan terasa perih kaku!
Penuh geram karena sebelumnya tak pernah menghadapi lawan setangguh pemuda itu
maka Kala Putih memusatkan seluruh tenaga dalamnya ke perut lalu mengalirkannya
ke dada terus ke tenggorokan.
Ketika dia menghembus ke muka maka satu gelombang asap putih yang lebih dahsyat
dari tadi menyambar Wiro Sableng dalam empat jalur arus asap yaitu menggelung
dari samping kiri dan kanan dari atas lalu dari bawah! lnilah yang dinamakan
ilmu "Empat Jalur Asap Kematian" yang telah diciptakan Dewi Kala Hijau dan
membutuhkan waktu lima tahun untuk menyempurnakannya.
Setiap muridnya memiliki asap ini yang warna asapnya sesuai dengan pakaian-
pakaian mereka! Melihat jalur asap yang aneh ini serta hawa jahat yang menyambar
keluar dari asap itu bukan main kagetnya Pendekar 212.
"Ilmu iblis apa pula ini!" membathin Wiro Sableng. Kedua tangannya segera
diangkat ke atas dengan telapak tangan menghadap lurus-lurus ke muka. Wiro tahu
bahwa demikian hebatnya empat jalur asap putih itu sehingga dia memaklumi bahwa
akan besar risikonya jika dia mengelakkan diri ke samping atau melompat ke atas.
Makanya begitu kedua tangan sudah terpentang, Pendekar 212 segera menghantam ke
depan. Dua larik angin yang tidak kelihatan karena tidak berwarna menghembus ke muka
dengan amat derasnya! Itulah pukulan yang bernama
"Angin Topan Melanda Samudera" yang telah dipelajari oleh Pendekar 212
dengan sempurna dari gurunya Eyang Sinto Gendeng! Dua angin pukulan yang dahsyat
dari Pendekar 212 saling bentrokan dengan empat jalur asap putih dari Kala
Putih! Demikian hebatnya bentrokan itu hingga kedua kaki Kala Putih melesak ke
dalam tanah sedalam sepuluh senti sedang sepasang kaki Pendekar 212 sendiri
amblas sedalam tiga senti!
Keduanya masih berdiri berhadap-hadapan dengan tangan-tangan yang tetap
terpentang. Pada kening dan tubuh mereka kelihatan percikan-percikan butiran
keringat tanda keduanya sama-sama mengerahkan tenaga dalam!
Dewi Kala Hijau yang melihat hal itu memaklumi bahwa jika dibiarkan lebih lama
maka dalam waktu yang singkat pastilah muridnya akan terluka parah di bagian
dalam bahkan tidak mustahil akan menemui ajalnya karena dalam pertempuran tadi
matanya yang tajam telah dapat mengukur bahwa tenaga dalam Wiro Sableng jauh lebih tinggi
dari muridnya sendiri!
Tak menunggu lebih lama maka Dewi Kala Hijau memukulkan tangan kanannya ke muka.
Serangkum angin menderu tepat ke arah di mana angin angin pukulan Wiro Sableng
dan Kala Putih saling bentrokan. Langit laksana hendak runtuh. Bumi laksana mau
rengkah ketika bentrokan itu menimbulkan suara letusan yang bukan olah-olah
kerasnya! Kala Putih terguling di tanah tapi dirinya selamat. Wiro Sableng terhuyung nanar
dan anehnya kemudian tertawa gelak-geiak!
"Dewi Kala Hijaul" serunya.
"Apakah kau masih belum melihat jalan kebenaran"!"
"Tutup mulutmu manusia hina dina!" bentak Dewi Kala Hijau.
"Dasar perempuan gendeng," balas memaki Wiro Sableng.
"Aku berani taruhan potong kuping bahwa maksudmu untuk mendirikan Partai
terkutuk itu tak akan berhasil ... !"
Dewi Kala Hijau tertawa sedingin salju. '"Partai Lembah Tengkorak bukan saja
akan berdiri di dunia persilatan tapi akan merupakan satu-satunya Partai yang
bakal menguasai dunia persilatan! Semua Partai yang tak mau bergabung pasti
musnah! Semua tokoh silat yang tak mau menjadi anggota pasti meregang nyawa,
termasuk kau!"
Wiro Sableng tertawa membahak "Kau mimpi Dewi. .."
"Kaulah yang bakal mimpi di neraka!" tukas Dewi Kala Hijau. Lalu pada ketiga
muridnya cepat memberikan perintah.
" Kalian bertiga cepat bikin mampus b udak hina dina itu!"
Kala Biru, Kala Hitam dan Kala Putih segera mengurung Pendekar 212.
Kala Biru memegang komando begitu terdengar suitannya yang melengking langit
maka ketiganya pun berubahlah menjadi bayangan hitam, putih dan biru.
Lima jurus lamanya mereka mereka menggempur dahsyat. Lima jurus lamanya pendekar
212 dilanda serangan-serangan sangat hebat. Harus menghadapi pukulan-pukulan
sinar hijau dan Kala maut sedang dari mulut masing-masing ketiga anak murid Dewi
Kala Hijau itu tiada hentinya menghembuskan asap merah, hitam serta putih yang
setiap asap mempunyai empat jaluran!
Lima jurus dimuka pertempuran semakin dahsyat. Pendekar 212
terdesak hebat! Berkali-kali pendekar muda ini melepaskan pukulan
"Dinding Angin Berhembus tindih menindih", pukulan "Benteng Topan Melanda
Samudra" serta pukulan "Kunyuk Melempar Buah" Namun desakan ketiga anak murid
Dewi Kala Hijau itu sukar di bikin buyar!
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 menggeram dan membentak dan lancarkan pukulan
"Orang Gila Menggebuk Lalat" kedua lengannya membabat kian kemari. Hanya dua
jurus ketiga pengeroyoknya bisa tertahan, sesudah itu kembali Wiro Sableng
terdesak hebat!.
"Gila betul!" kutuk pemuda itu penuh beringas. Dia melompat ke luar kalangan
pertempuran. Dewi Kala Hijau yang menyangka bahwa pemuda itu hendak melarikan
diri berseru keras:
"Budak hina, jangan kira kau bisa kabur dari sini hidup-hidup!"
"Eh perempuan kunyuk! Siapa bilang aku mau kabur"!" tukas Wiro Sableng
penasaran. "Sekalipun kau ikut mengeroyok tak bakal aku ambii langkah seribu!
Majulah beramai-ramai!"
"Kau terlalu tekebur budak hina! Murid-muridku lekas selesaikan dia!" Pendekar
Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng berdiri dengan kedua kaki merenggang.
Sepasang tangannya diacungkan tinggi-tinggi ke atas. Ketiga murid Dewi Kala
Hijau menyerbu kembali maka laksana titiran Wiro Sableng memutar kedua
tangannya. Angin yang sangat hebat menderu-deru! Debu serta pasir beterbangan.
Air telaga berombak-ombak. Daun-daun pohon berguguran. lnilah pukulan "Angin
Puyuh". Kehebatan angin ini mengejutkan ketiga murid Dewi Kala Hijau.
"Tidak usah takut! Kalian tak bakal celaka dengan ilmu picisan itu!"
teriak Dewi Kala Hijau. Maka lenyaplah keraguan ketiga gadis itu. Dengan
serentak mereka menyerbu kembali! Dan seperti yang dikatakan oleh Dewi Kala
Hijau memang kehebatan gempuran tiga gadis itu tak dapat ditahan oleh pukulan
"Angin Puyuh" Wiro Sableng.
Tiga jurus kemudian pemuda itu kembali terdesak ke dekat panggung!
Pendekar 212 keluarkan keringat dingin. Dia membathin:
"Kalau benar-benar perempuan-perempuan iblis ini dapat mendirikan Partai Lembah
Tengkorak, celakalah dunia persilatan!" Dalam dia membathin itu satu tendangan
menghantam pinggulnya! Pendekar 21 2
terpelanting. Sebelum dia bisa mengimbangi diri empat jalur asap biru menyambar
kearah kepalanya!
"Sialan betul!" gerendeng pemuda ini lalu cepat-cepat jatuhkan diri dan
berguling di tanah.
"Ha ... ha ... nyawamu sudah di ujung hidung! untuk penghabisan kalinya aku beri
kesempatan padamu! Menyerah, berlutut minta ampun dan masuk ke dalam Partaiku!"
kata Dewi Kala Hijau pula.
"Jangan mengigau, perempuan muka tengkorak!" sahut Wiro Sableng seraya berdiri.
"Jika murid-muridmu sanggup menerima pukulan yang bakal kulancarkan ini, baru
aku bersedia masuk Partaimu!. Bahkan menjilat pantat kalian pun aku sudi!"
Habis berkala Segitu Wiro renggangkan kedua kaki. Sedetik kemudian tangan
kanannya diangkat tinggi-tinggi ke atas sedang kedua kaki melesak ke dalam
tanah. Tubuh bergetar dan tangan kanannya kelihatan menjadi putih sedang jari-
jari kuku memerah menyilaukan!
"Pukulan Sinar Matahari!" seru Dewi Kala Hijau
Terkejut bukan main! "Murid-muridku mundurlah! Kalian takkan sanggup menerima
pukulan itu!"
"Guru!" seru Kala Biru.
"Kami bersedia mati demi berdirinya Partai Lembah Tengkorak!"
"Jangan tolol!" bentak Dewi Kala Hijau. Pendekar 21 2 tertawa mengekeh. Tangan
kanannya tiba-tiba turun dengan cepat. Satu larik besar sinar putih perak yang
sangat menyilaukan dan menebar hawa yang sangat panas menderu ke arah Kala Biru,
Kala Putih dan Kala Hitam. Ketiga murid Dewi Kala Hijau ini bersuit nyaring dan
tanpa menghiraukan peringatan gurunya menyerbu ke muka membabi buta!
"Murid tolol!" teriak Dewi Kala Hijau. Dengan cepat dia mendahului ketiga
muridnya. Tangan kiri kanan mengirimkan pukulan "Kala Hijau"
yang dahsyat. Ratusan kala beracun berlesatan sedang begitu mulutnya menghembus
maka empat jalur sinar hijau menggebu pula ke arah Pendekar 212!
"Bum!"
Terdengar letusan membelah langit ketika sinar-sinar hijau dan sinar putih perak
itu beradu di udara! Dewi Kala Hijau terguling di tanah tapi tiada terluka
sedang Pendekar 212 jatuh duduk di tanah! Keningnya mandi keringat! Ketiga murid
Dewi Kala Hijau berpekikan memanggil gurunya karena menyangka Dewi Kala Hijau
terguling mati. Tapi begitu perempuan itu bangun kembali legalah hati mereka.
Yang hebatnya ialah ketika dua sinar putih dan hijau itu bentrokan, angin
pukulan pecah ke samping dan menghantam panggung besar.
Panggung itu hancur berantakan. Mayat-mayat di atasnya berpelantingan banyak
diantaranya yang mencemplung ke dalam telaga!
Wiro Sableng berdiri dan memandang tak berkedip pada Dewi Kala Hijau. Sepasang
mata mereka saling beradu pandang! Masing-masing sama mengagumi kehebatan lawan
terutama dipihak Dewi Kala Hijau.
Kekaguman terhadap ketinggian ilmu silat pemuda itu disertai pula dengan
kekaguman terhadap kegagahannya!
"Pendekar 212," berkata Dewi Kala Hijau.
"Apakah kau masih belum bersedia untuk menyerah sebelum terlambat"! Sampai saat
ini masih ada waktu bagimu untuk masuk menjadi anggota Partai Lembah Tengkorak!
Kelak kau kuberi kedudukan yang tinggi! Kita akan memimpin Partai bersama-sama!"
Wiro Sableng tertawa dingin.
"Aku dilepas oleh guruku dari pertapaan bukan untuk bersekutu dengan manusia-
manusia macammu tapi justru untuk membasmi-nya!"
Maka marahlah Dewi Kala Hijau! Dia memberi isyarat pada ketiga muridnya. Sesaat
kemudian disertai dengan lengking jerit yang mengandung maut, keempatnya pun
menyerbu mengeroyok Pendekar 212! Tentu saja pertempuran empat lawan satu ini
tak dapat dilukiskan kehebatannya!
Karena Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya tiada memberi kesempatan bagi Wiro
untuk melepaskan pukulan "Sinar Matahari" maka dalam tiga jurus saja pemuda ini
terdesak dan mendapat tekanan serangan yang berbahaya dan mengancam jiwanya!
"lblis-iblis betina! Aku paling benci bertempur melawan musuh yang tak
bersenjata! Tapi karena kalian telah lebih dahulu mengeroyokku secara pengecut,
lagi pula terhadap manusia-manusia macam kalian tak perlu begitu memandang


Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aturan persllatan, maka aku terpaksa mengeluarkan sentaja!"
Begitu habis ucapan itu maka menderulah suara mengaung laksana tempat itu
diserbu oleh ribuan tawon! Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya merasakan kulit
mereka menjadi sangat perih sedang serangan-serangan yang mereka lancarkan kini
menjadi buyar! Tubuh dan gerakan mereka hanyut terbawa arus sinar putih putaran
Kapak Maut Naga Geni 212 yang berada di tangan Wiro Sableng!
Dan kalau tadi mereka yang menggempur serta mendesak kini terjadi hal yang
sebaliknya! Berkali-kali mereka melepaskan pukulan Kala Hijau, berkali-kali
mereka menghembuskan "Empat Jalur Asap Kematian" tapi percuma saja. Sinar putih
yang menggulung-gulung dari Kapak Naga Geni 212 di tangan Wiro memusnahkan
seluruh serangan mereka!
Dewi Kala Hijau menjadi cemas gelisah. Nyalinya untuk meneruskan pertempuran
menjadi tipis ketika ujung lengan pakaian hijaunya kena disambar putus oleh
senjata lawan! Maka perempuan ini segera memberi isyarat pada ketiga muridnya.
Keempatnya menyerang dengan gencar lalu melompat keluar kalangan pertem-puran!
"lblis-iblis pengecut, kalian mau lari ke mana"!" bentak Wiro Sablen g memburu.
"Budak hina dina, sayang kami tak punya waktu banyak untuk menghadapimu! Jika
kau masih penasaran silahkan datang ke Lembah Tengkorak pada hari dua belas
bulan dua belas!" Habis berkata demikian Dewi Kala Hijau mengeluarkan sebuah
benda berbentuk bola berwama hitam dan besamya sebesar kepalan! Benda itu
dilemparkannya ke tanah di hadapan Wiro Sableng.
"Wuuuss!"
Bola hitam itu pecah. Maka mengebullah asap hitam pekat yang tak tertembus
pemandangan! "Keparat betul!" maki Wiro Sableng. Dia menerjang asap itu dengan geramnya.
Namun lapisan asap tebalnya sampai sepuluh tombak! Dan bila dia berhasil keluar
dari lapisan asap itu maka Dewi Kala Hijau dan ketiga muridnya sudah lenyap!
Mayat Kala Merah juga lenyap!
* * * BASTIAN TITO WIRO SABLENG
NERAKA LEMBAH TENGKORAK
SEBELAS Dunia berputar terus. Siang berganti dengan malam, disambung lagi dengan siang
lalu malam demikianlah seterusnya. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan.
Hari dua belas bulan dua belas semakin dekat juga.
Dunia persilatan semakin tegang oleh kemunculan Dewi Kala Hijau dan murid-
muridnya yang hendak mendirikan Partai Lembah Tengkorak.
Dimana mereka muncul, disitulah terjadi pembunuhan!
Enam Partai Persilatan musnah lagi tinggal nama saja. Lusinan tokoh silat
menemui ajalnya di tangan perempuan-perempuan itu.
Sebenarnya akan lebih banyak lagi Partai Silat dan tokoh-tokoh silat yang bakal
tamat riwayatnya jika saja kejahatan-kejahatan atau pembunuhan-pembunuhan yang
dilakukan oleh Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya itu tidak mendapat halangan
dan tantangan dari tokoh-tokoh silat sakti. Satu di antara mereka yang paling
menjadi momok bagi Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya ialah Pendekar Kapak Maut
Naga Geni 212 Wiro Sableng!
Berkali-kali Pendekar 212 menggagalkan mak sud D ewi Kala Hijau hendak
menghancurkan beberapa Partai Persilatan. Berkali-kali pula beberapa tokoh silat
karena bantuan Pendekar 212 berhasil meIoloskan diri dari liang jarum kematian!
Karenanya antara Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya dengan Pendekar 212 terdapat
dendam kesumat yang tiada terkirakan besarnya.
Namun demikian dibalik dendam kesumat itu tersembunyi pula Satu perasaan di hati
Dewi Kala Hijau. Sang Dewi ini tidak mengetahui bahwa apa yang dirasakannya itu,
dialami pula oleh muridnya sendiri yaitu Kala Putih!
Sebelum masuk ke dalam dunia persilatan, Dewi Kala Hijau pernah jatuh cinta
terhadap seorang pemuda. Pemuda itu kemudian menemui kematian di tangan satu
gerombolan rampok. Ketika pertama kali bertemu muka dengan Wiro Sableng,
terkejutlah Dewi Kala Hijau karena pendekar ini mirip sekali parasnya dengan
pemuda yang pernah dikasihinya itu. Cuma bedanya Wiro memiliki rambut panjang
gondrong! lngat pada pemuda kekasihnya dulu dan melihat Wiro, Sang Dewi merasakan seperti
kekasihnya hidup kembali. Dan api cinta yang dulu padam kini mulai menyala lagi!
Namun karena Wiro Sableng senantiasa menjadi penghalang besar dalam rencananya
untuk mendirikan Partai Lembah Tengkorak maka benih cinta yang kembali menyubur
itu menjadi tertindas tumbuhnya.
Di satu pihak Wiro bisa memberikan satu kehidupan yang bahagia bagi masa
depannya, dilain pihak Wiro adalah merupakan musuh besar bagi rencana dan
dirinya sendiri!
Sementara itu hari dua belas bulan dua belas semakin dekat juga.
Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya tidak ada waktu lagi untuk menumpas Partai-
partai Silat dan tokoh-tokoh silat yang menantang-nya karena dia harus
mempersiapkan segala sesuatunya di Lembah Tengkorak guna meresmikan Lembah
Tengkoraknya. Maka Dewi Kala Hijau menukar siasat.
Kedelapan penjuru angin dunia persilatan disebarkanlah surat-surat undangan guna
menghadiri hari peresmian berdirinya Partai Lembah Tengkorak. Bila tokoh tokoh
silat dan ketua-ketua Partai Persilatan baik dari golongan putih maupun hitam
sudah hadir nanti, maka pastilah siasatnya itu akan berjalan baik. Apalagi
mengingat sampai saat itu dia telah memiliki sejumlah besar anggota-anggota
partai dari jago-jago silat lihai yang telah ditundukkannya!
Meskipun sudah terbayang oleh Dewi Kala Hijau bahwa Partai Lembah Tengkorak
pasti akan berdiri dengan megah namun hati kecilnya masih gelisah terhadap
orang-orang seperti Pendekar 212 Wiro Sableng!
Sekalipun tidak diundang bukan mustahil Pendekar 212 akan datang ke Lembah
tengkorak apalagi dalam pertempuran di tempat Partai telaga Wangi tempo hari
Dewi Kala Hijau telah menantangnya untuk datang ke Lembah Tengkorak, pada hari
dua belas bulan dua belas!
Selama mempersiapkan segala sesuatunya di Lembah Tengkorak, Dewi Kala Hijau
senantiasa mencari akal bagaimana cara yang paling baik untuk menghadapi
Pendekar 212. pemuda itu berbahaya sekali dan merupakan musuh besamya! Namun
meski berbahaya, hati kecilnya tak menginginkan Wiro Sableng menemui kematian
Inilah satu ujian yang berat bagi Dewi Kala Hijau!
Memang bagaimanapun jahat dan terkutuknya hati Seorang manusia, namun bila sinar
cinta dan kasih sayang merayapi hatinya maka dia akan dihadapkan pada
kebimbangan. Cintakah yang musti didahulukannya atau clta-cltanya "!.
Seminggu sebelum tiba hari dua belas bulan dua belas, Dewi Kala Hijau
memerintahkan muridnya si Kala Putih dan seorang anggota Partai untuk mencari
dan meringkus Pendekar 212 hidup-hidup. Menurut keyakinan Dewi Kala Hijau
menjelang hari peresmian berdirinya Partai Lembah Tengkorak, pastilah Pendekar
itu berada dekat-dekat sekitar kaki Gunung Merapi. Adapun anggota Partai yang
bersama Kala Putih ini ialah seorang tokoh silat aliran hitam yang berjuluk "Si
Jaring Hantu". Kehebatan Si Jaring Hantu maka sampai dia diberi gelar demikian
ialah karena dia memiliki senjata ampuh yaitu sebuah jaring yang terbuat dari
sejenis tali yang tak Satu senjatapun Sampai saat itu sanggup memutusnya!
Empat hari kemudian maka kembalilah Kala putih hanya seorang diri!
Dewi Kala Hijau menyambut kedatangan muridnya itu dengan heran. Ada perubahan
pada paras Kala Putih.
"Mana Si Jaring Hantu?" bertanya Dewi Kala Hijau. Kala Putih menjura di hadapan
gurunya tapi tak segera menjawab Kepalanya ditundukkan.
"KaIian berhasil menemui pemuda itu?" Kala Putih mengangguk..,
"Dan Si Jaring Haniu berhasil menangkapnya-.?" Kala Putih menggeleng perlahan.
Dewi Kala Hijau memukul meja di hadapannya.
"Putihl Sikapmu aneh sekali! Cepat berikan penuturan! bentaknya.
"Mana Si Jaring Hantu"!" tanya Dewi Kala Hijau Hijau sekali lagi.
"Si Jaring Hantu tewas di tangan pemuda itu, guru ...."
Berubahlah Paras Dewi Kala Hijau. Dan Kala Putih meneruskan: "Kami berhasil
menemui pemuda itu disatu jurang sekitar tiga puluh kilo dari sini dua hari yang
lalu. Kami berdua mengeroyoknya. Setelah bertempur lima jurus Si Jaring Hantu
berhasil meringkus Pemuda itu dengan jaring saktinya.
Si pemuda coba lepaskan diri bahkan lepaskan pukulan sinar matahari tapi jaring
tetap tak mau bobol. Namun keiika Si Jaring Hantu datang mendekat tiba-tiba
sangat cepat sekali pemuda itu berhasil mencabut kapaknya dan membabat ke muka.
Tali-tali jaring putus dan kapak terus memapas Perut Si Jaring Hantu dan,.. dan
mati!" "Lantas ... ?"
"Aku... aku kemudian menghadapi pemuda itu. Tiga jurus saja aku sudah terdesak
dan... dan terpaksa harus melarikan diri."
Dewi Kala Hijau menggigit bibirnya. Matanya meneliti paras muridnya tapi tak
jelas terlihat karena Kala Putih terus-terusan menundukkan kepalanya.
Namun demikian pandangan dan perasaan Dewi Kala Hijau Yang tajam bisa mengetahui
bahwa disamping yang telah diterangkan oleh muridnya, pasti terjadi apa-apa!
Karena saat itu berada dalam kesibukan maka Dewi Kala Hijau memutuskan
pembicaraan dengan berkata: "Kau pergilah bantu yang lain-lainnya membereskan
segala sesuatunya. Beberapa diantara undangan telah ada yang datang...."
Kala Putih menjura lalu pergi dengan cepat. Memasuki hari keenam sementara para
tamu telah banyak yang datang maka Dewi Kala Hijau melihat semakin jelas adanya
perubahan pada diri muridnya Si Kala Putih.
Maka perempuan itu pun menyuruh muridnya menghadap.
Begitu Kala Putih selesai menjura. Dewi Kala Hijau segera membuka mulut: "Sejak
kembalimu pergi bersarna Si Jaring Hantu ada banyak perubahan dalam sikapmu
Betul ... ?"
Kala Putih agak gugup tapi menjawab juga: "Tidak ... tak ada perubahan pada
diriku, Guru ...."
"Jangan bicara dusta! Jangan tipu gurumu! Jangan tipu dirimu sendiri!" membentak
Dewi Kala Hijau. "Terangkan apa yang terjadi"!"
"Tak ada terjadi apa-apa, Guru." sahut Kala Putih.
Dewi Kala Hijau menggebrak meja. "Selama ini kau selalu periang suka melucu,
sering tertawa dan bergurau dengan saudara-saudara seperguruanmu! Tapi
sekembalimu dua hari yang lalu sikap dan sifatrnu jauh berubah! Kau jadi.
pendiarn, suka menyendiri dan banyak melamun!
Jangan kira aku ini buta. Putih! Kau berdusta! Angkat mukamu, pandang mataku!"
Kala Putih mengangkat kepalanya perlahan-lahan dan coba memandang kedua mata
gurunya. Tapi cuma sebentar. Sedetik kemudian kepalanya ditundukkan kembali.
Untuk pertama kalinya Kala Putih merasa ngeri dan takut melihat sepasang mata
serta paras gurunya!
Dewi Kala Hijau rnenyeringai. "Kau masih juga merahasiakan perubahan sikapmu,
Putih" Masih merahasiakan apa yang terjadi"!"
Tenggorokan Kala Putih kelihatan turun naik. Kemudian terdengarlah ucapannya
tersendat-sendat." Se....sesudah Si Jaring Hantu menemui ajalnya, aku coba
menghadapi... pemuda itu beberapa jurus. Aku hanya sanggup menghadapi sebanyak
tiga jurus kemudian coba melarikan diri namun cepat sekali punggungku kena
ditotok hingga aku menjadi kaku tegang tak bisa lagi bergerak...."
Mulut Dewi Kala Hijau komat kamit: "Lalu"!"
"Kusangka pastilah pernuda itu akan membunuhku tapi ternyata tidak.
Dia bicara panjang lebar dan menasihatkan agar aku kembali ke jalan benar serta
meninggalkan kaki Gunung Merapi ini...."
"Apa jawabmu?"
"Kumaki dia habis-habisan. Kuludahi mukanya malah, tapi dia hanya tertawa-tawa!
Dia hendak rnelemparkan aku ke dalam jurang, kecuali jika aku berjanji mau
kernbali ke jalan yang benar dan meninggalkan tempat ini.
Aku ... aku terpaksa pura-pura menerima janjinya. Aku dilepas. Kemudian aku
melarikan diri dan kembali ke sini ...."
"Hanya itu saja .... Hanya itu saja yang terjadi"!" Kala Putih tak menjawab.
"Jangan diam macam orang tuli serta bisu!" bentak Dewi Kala Hijau.
"Tidak ... guru ..." kata Kala Putih akhirnya.
"Apanya yang tidak"!"
"Tidak itu saja yang terjadi ...."
"Hah" Lalu apa"!" Tenggorokan Kala Putih kembali kelihatan turun naik "A...
aku ... aku ...."
"Aku apa"!" hardik sang guru tak sabaran.
"Mohon maaf guru ... aku ... aku tertarik pada pemuda itu ...." Mata Dewi Kala
Hijau membeliak besar.
"Apa katamu"! Kau tertarik pada Wiro Sableng pemuda keblinger itu"! Hah"!"
Kala Putih mengangguk perlahan. Mulut gurunya komat kamit. "Kau tertarik
padanya, kau jatuh cinta padanya"!" Dan Kala Putih mengangguk lagi.
"Gadis sambal!" maki Dewi Kala Hijau. Ditendangnya kursi di hadapannya hingga
mental dan hancur berantakan!
"Disuruh meringkus musuh, dia pergi bercinta-cintaan! Apa yang telah kalian
lakukan"!"
"Tidak ada ... guru ...."
"Dusta! Ayo katakan cepat!" Dewi Kala Hijau mengangkat tangan kanannya ke atas.
Sepasang matanya berkilat-kilat.
"Jika tak mau mengaku ajalmu sampai detik ini juga!"
"Dia ... dia menciumku;guru ...."
"Menciummu"! Gila! Gilaaa! Dicium kau diam saja?" Kala Putih tak menjawab.
"Selain dicium kau diapakan lagi olehnya"!"
"Di ... dipeluk ...."
"Anak setan!" Kali ini meja yang jadi korban tendangan Dewi Kala Hijau.
"Habis dipeluk lalu apa lagi ... ?"
"Tidak ada lagi guru, sungguh."
"Jangan bohong! Kau ... kau tidur bersamanya ya"!"
"Tidak, sungguh mati tidak guru ...." Dan Kala Putih mulai sesenggukan.
Dewi Kala Hijau melangkah mundar mandir di ruangan itu beberapa lamanya.
"Dia bicara apa saja padamu" !"
"Dia bilang akan datang ke sini dan menggagalkan maksud pendirian Partai Lembah
Tengkorak dan membunuhmu bila kau tak bertobat dan kembali kejalan yang
benar.. .."
"Kentut! Kau juga kentut, Kala Putih! Dengar bila kelak peresmian Partai telah
berlangsung kau akan menerima hukuman berat dariku!" Kala Putih menjatuhkan diri
berlutut. "Guru harap kau sudi memaafkan. Aku ... aku ...."
"Ke luar dari sini! Aku muak melihatmu!" bentak Dewi Kala Hijau dengan amat
geram. Perlahan-lahan Kala Putih berdiri. Disekanya kedua matanya lalu dengan
menundukkan kepala ditinggalkannya tempat itu.
* * * BASTIAN TITO WIRO SABLENG
NERAKA LEMBAH TENGKORAK
DUABELAS Hari dua belas bulan dua belas Sang surya memunculkan diri di ufuk Timur
memancarkan sinar kuning kemerahan. Berangsur tinggi sang surya berubah pula
warnanya yang merah kekuningan itu menjadi putih keperakan.
Di kaki Timur Gunung Merapi kelihatanlah satu pemandangan baru yang luar biasa.
Sekitar Lembah Tengkorak dalam radius satu kilometer dilingkari oleh sebuah
parit yang sangat dalam dan lebar empat puluh tombak! Air parit ini kelihatan
hijau kelam tanda diserapi dengan racun yang jahat.
Bagaimanapun saktinya seseorang, tak mungkin akan dapat melompati parit ini! Di
satu bagian dari parit terdapat sebuah tangga gantung. Tangga gantung ini
terbuat dari tulang belulang manusia seperti tulang kaki, lengan dan iga-iga. Di
beberapa bagian dihiasi dengan tengkorak-tengkorak kepala manusia!
Di keseluruhan lembah yang dikitari oleh parit itu maka memutihlah tulang-tulang
belulang dan tengkorak manusia. Di tengah-tengah lembah berdiri sebuah panggung
yang sangat luas. Seperti jembatan gantung tadi maka keseluruhan panggung ini
juga terbuat dari tulang belulang manusia!
Tiang panggung terdiri dari tumpukan tengkorak tengkorak kepala, lantainya dari
tulang-tulang kaki, tulang-tulang lengan serta iga yang disambung satu sama
lain! Pada beberapa bagian terdapat rombe rombe atau gaba-gaba yang juga
semuanya terbuat dari tengkorak serta tulang-tulang manusia! Di sekitar panggung
sebelah muka duduklah ratusan tamu-tamu dari dunia persilatan yang telah
diundang oleh Dewi Kala Hijau!
Dan kesemua tamu ini duduk di atas kursi-kursi yang juga dibuat dari tulang-
tulang manusia! Banyak diantara tokoh-tokoh silat itu yang merasa menyesal telah
datang ke Lembah Tengkorak! Namun hal ini tidak mereka perlihatkan meski di
dalam hati mereka sesungguhnya merasa ngeri.
Ke mana saja mata memandang maka tengkorak-tengkorak kepala dan tulang-tulang
manusia yang kelihatan serta mereka duduki sebagai kursi!
Banyak pula di antara para tamu yang bertanya-tanya dalam hati, dari manakah
semuanya tulang-tulang dan tengkorak-tengkorak manusia itu"
Apakah dari manusia-manusia yang telah menjadi korban Dewi Kala Hijau"!
Sementara itu di dalam guanya Dewi Kala Hijau tengah dikelilingi oleh tiga orang
murid dan beberapa anggota Partai yang menduduki jabatan tinggi. Dewi Kala Hijau
tengah memberikan beberapa tugas-tugas terakhir pada mereka Kemudian pertemuan


Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibuarkan setelah semuanya disuruh bersiap siap, kecuali Kala Biru yang kemudian
dipanggil dan diajak bicara empat mata.
"Apakah kau sudah lihat pemuda itu di antara para tamu?" tanya Dewi Kala Hijau.
"Sudah guru. Tapi dia tidak duduk di kursi yang disediakan melainkan duduk di
cabang pohon kenari di sebelah Barat panggung...."
Dewi Kala Hijau merutuk dalam hatinya, lalu berkata: "Menyamarlah dan temui dia
di atas pohon itu, lalu ajak kemari melalui pintu rahasia dan bawa langsung ke
kamarku!" "Baik guru!" Kala Biru menjawab.
"Waktumu cuma sepuluh menit, Biru!" Kala Biru menjura lalu meninggalkan tempat
itu dengan cepat.
Tak lama kemudian di ujung Barat panggung kelihatanlah seorang kakek-kakek
terbungkuk-bungkuk melangkah mendekati pohon kenari besar. Semua yang hadir
tidak mengambil perhatian karena menyangka kakek-kakek itu adalah seorang dari
sekian tamu yang diundang oleh Dewi Kala Hijau. Lagi pula semua mata para tamu
kebanyakan tertuju ke muka panggung.
Kakek-kakek itu yang tak lain dari pada Kala Biru yang telah menyamar adanya,
menekuk lutut dan menjejak bumi. Tubuhnya laksana terbang melesat ke atas cabang
pohon kenari di mana saat itu duduk Pendekar 212 Wiro Sableng sambil enak-enakan
makan buah kenari!
"Eh, kakek-kakek kau siapakah yang mau-mauan naik ke tempatku duduk ini ... "!"
tanya Wiro Sableng.
"Kakek Biru menarik nafas dalam dan merubah suaranya sehingga persis seperti
suara orang tua renta.
"Wiro Sableng, aku adalah suruhan Dewi Kala Hijau. Dewi memintamu untuk datang
ke tempatnya. Dia akan bicara empat mata denganmu!"
"Hem ... begitu" lngin bicara apa?" tanya Wiro pula sedang sepasang matanya
memandang meneliti paras kakek-kakek tua di hadapannya.
"Mana aku tahu" Aku cuma jalankan perintah," jawab Kala Biru pula.
"Kalau Dewimu perlu aku, suruh saja dia datang ke sini!"
"Jangan bicara pongah di sarangnya Dewi Kala Hijau" desis kakek-kakek itu.
"Sekalipun kau bisa mengacaukan suasana, tapi jangan harap kau bisa ke luar dari
sini. Lihat, jembatan gantung telah diputuskan!" Pendekar 212
terkejut dan memandang ke jurusan kanannya. Memang betul, saat itu jembatan
gantung yang terbuat dari tulang belulang manusia telah diputuskan!
"Kalau jembatan sudah diputus apa kau kira aku tak bisa ke luar dari lembah
hi..."!"
"Sudahlah ... aku tak mau bicara panjang lebar dengan kau, Kau mau turut aku ke
tempatnya Dewi Kala Hijau atau tidak"!"
"Eh, kakek, kau mengancam aku ... agaknya?" Kala Biru tertawa mengekeh.
"Apakah kau tidak punya nyali untuk berhadapan dengan Dewi kami"
Ah, kukira kau betul-betul seorang satria berhati jantan! Kiranya cuma budak
hina dina yang pengecut berhati dodol!" Marahlah Pendekar 212.
"Di ujung langit pun Dewimu itu aku akan datangi!" katanya.
"Kalau begitu mari kita buktikan!" Si kakek alias Kala Biru melayang turun.
Penuh penasaran Pendekar 212 mengikuti! Dia dibawa ke lembah sebelah Tenggara,
melalui sebuah jalan berputar dan berliku turun naik kemudian masuk ke sebuah
lobang goa yang dari luar ditutupi dengan tumpukan tulang belulang manusia!
Lorong di dalam goa itu ternyata diterangi dengan lampu-lampu kuno berbentuk
lampu Aladin. Kira-kira dua menit kemudian, dihadapan sebuah pintu batu si kakek
menghentikan langkahnya, lalu
berpaling pada Wiro Sableng, dan berkata:
"Tunggu aku sampai dl lorong sebelah sana lalu ketuk pintu batu ini
...." "Orang tua, jika ini adalah perangkap jangan harap matimu secara baik-baik!
Paling tidak tangan dan kakimu akan kutanggalkan satu demi satu!" Si Kakek alias
Kala Biru tertawa mengekeh dan berlalu dari hadapan Pendekar 212. Wiro sendiri
merasa tidak enak saat itu dan dia yakin bahwa dirinya berada dalam satu
perangkap. Namun untuk kembali mungkin akan lebih besar lagi bahayanya apalagi mengingat
tiap pengecut yang diberikan si kakek tadi sangat membakar hatinya! Maka ketika
si kakek dilihatnya sudah sampai di lorong ujung sana segeralah diketuknya pintu
batu di hadapannya.
Pintu batu yang berat itu demikian diketuk membuka ke samping dengan sendirinya.
Ternyata pintu batu itu tebalnya dua tombak lebih!
Ketika Wiro memandang ke pintu yang terbuka itu, di belakang pintu kelihatanlah
sebuah kamar yang sangat bagus! Belum pernah Pendekar kita melihat kamar yang
demikian. Di samping kiri terdapat sebuah tempat tidur berseperai hijau berbunga-bunga
merah, kuning, putih, biru dan coklat. Di dinding di samping tempat tidur ini
tergantung sebuah lukisan besar yang indah.
Di sebelah kanan terdapat seperangkat meja dan kursi sedang keseluruhan lantai
tertutup dengan permadani tebal dan bagus!
Tapi apa yang menarik perhatian Pendekar 212 saat itu bukan semua keindahan tadi
melainkan pada sesosok tubuh perempuan yang duduk di atas kursi di tengah
ruangan. Perempuan ini mengenakan sehelai baju panjang hijau yang terbuat dari
kain sutera yang sangat tipis. Kaki kanannya dipangkukan di atas kaki kiri
sehingga baju panjangnya itu tersibak lebar memperlihatkan pahanya
yang putih padat serta mulus! Di balik baju sutera tipisnya itu hampir jelas
kelihatan kedua buah dadanya yang besar. Namun semua keindahan badan yangqaksana
telanjang itu tiada artinya bila dilihat
paras perempuan itu yang tertutup topeng tipis muka tengkorak!
"Silahkan masuk Wiro ...." Dewi Kala Hijau berkata sambil melambaikan tangannya.
"Jika kau mau bicara biar aku berdiri di sini saja," jawab Pendekar 212 pula.
"Ah ... ucapanmu menyatakan kecurigaan, bukan" Tak perlu curiga, tak perlu
khawatir bahwa aku akan menjebakmu. Silahkan masuk "
"Sekalipun kau memang bermaksud menjebakku, aku tidak gentar!
Nyawaku berarti juga nyawamu Dewi Kala Hijau!"
"Hem ... itu satu kata-kata yang bagus. Mari, masuklah Wiro. Aku ingin bicara
denganmu." Maka Pendekar 212 pun masuklah. Begitu dia masuk ke dalam kamar itu
maka pintu di belakangnya bergeser cepat dan tertutup kembali.
Dewi Kala Hijau tertawa. "Silahkan duduk" katanya.
Wiro tetap berdiri di tempatnya. Dan Dewi Kala Hiiau tertawa lagi lalu bertanya:
"Menurutmu kamar ini bagus atau tidak?"
"Bagus sekali dan indah," jawab Wiro.
"Cuma sayang ...."
"Sayang apa?"
"Sayang dihuni oleh perempuan bermuka buruk!" Dewi Kala Hijau tertawa gelak-
gelak. "Parasku tidak seburuk yang kau kira, Wiro!" katanya. Dan habis berkata begini
dengan tangan kirinya dibukanya topeng tengkorak yang menutupi mukanya. Ternyata
Dewi Kala Hijau berparas cantik sekali.
Hidungnya kecil mancung, bibirnya laksana delima merekah, bola matanya bening
dan bersinar seperti bintang timur, di dagunya sebelah kiri terdapat sebuah tahi
lalat kecil. Pendekar.212 garuk kepalanya.
"Apakah parasku buruk?" bertanya Dewi Kala Hijau.
"Tidak." jawab Wiro cepat.
"Tapi buat apa paras secantik itu kalau hatimu lebih jahat dari hati iblis"!"
Dewi Kala Hijau tertawa lagi gelak-gelak.
"Wiro, saat ini kita cuma punya sedikit waktu untuk bicara. Sebentar lagi aku
akan ke luar untuk meresmikan berdirinya Partai Lembah Tengkorak! Kuharap kau
suka bergabung dengan kami...." Wiro Sableng menyeringai.
"Kau masih saja mimpi tentang Partaimu! Juga apa kau lupa bahwa sekali aku
menolak tawaranmu sampai kapan pun tetap kutolak!" Dewi Kala Hijau berdiri dari
kursinya dan melangkah ke hadapan Pendekar 212. Betapa jelasnya kelihatan
potongan tubuhnya yang indah itu. Pendekar kita merasa nafasnya seperti
berhenti. "Pendekar gagah, agaknya kaulah yang mimpi. Apakah kau buta pada kenyataan akan
adanya panggung di luar sana" Apakah kau tidak melihat para tamu yang datang ke
tempat ini untuk menyaksikan resminya berdirinya Partai Lembah Tengkorak?"
"Baik kalau kau bilang aku yang mimpi. Tapi walau bagaimana-pun aku tak akan
masuk ke dalam Partaimu. Bahkan kedatanganku ke sini justru untuk
menghancurkannya!" Dewi Kala Hijau melangkah dan berdiri dekat dekat di hadapan
Pendekar 212. Nafasnya dan bau badannya yang harum menyapu-nyapu muka dan
menusuk hidung Pendekar 21 2. Tiba-tiba perempuan itu merangkulkan kedua
tangannya ke leher si pemuda dan berbisik lirih:
"Wiro ... turutlah permintaanku. Mari kita pimpin bersama-sama Partai Lembah
Tengkorak. Kau boleh tinggal di sini dan aku akan mematuhi apa saja yang yang
kau inginkan ...." Dada Pendekar 212 menggemuruh.
Darahnya mengalir cepat-cepat. Lebih-lebih ketika perempuan itu meletakkan
kepalanya di dadanya dan memeluknya ketat-ketat!
"Wiro .." bisik Dewi Kala Hijau lirih.
"Kau mau mengabulkan permintaanku, bukan?" Wiro tak menjawab tapi dengan
perlahan dilepaskannya kedua tangan perempuan yang merangkulnya itu.
"wiro ...."
"Aku tak bisa menerima tawaranmu itu, Dewi Kala Hijau." kata Wiro Sableng tegas.
"Kau akan kuberi kedudukan sebagai Ketua Partai dan aku akan menjadi milikmu.
Kita akan hidup bersama dan bahagia ... !" ujar Dewi Kala Hijau. Sekali lagi
tubuhnya merangkul badan si pemuda.
"Aku tetap tak dapat menerima tawaranmu." Dewi Kala Hijau menggerakkan badannya.
Maka detik itu juga jatuhlah pakaian yang dikenakannya ke lantai! Dalam keadaan
tanpa pakaian perempuan ini kemudian kembali memeluki tubun si pemuda nafasnya
dan dadanya memanasi dada Wiro Sableng.
Kalau saja Pendekar 212 bukan murid Eyang Sinto Gendeng yang sudah digembleng
lahir serta bathinnya mungkin saat itu akan runtuhlah imannya.
"Dewi Kala Hijau, aku akan meninggalkan tempat ini! Tunjukkan jalan ke luar!"
"Wiro ... jangan pergi. Terima tawaranku ...", kata Dewi Kala Hijau lalu
ditariknya tangan pemuda itu sehingga keduanya terguling di atas tempat tidur!
"Perempuan hina, jangan coba menipu aku!" bentak Pendekar 212
meronta. "Siapa yang menipumu" Aku bersungguh hati dan tidak palsu dengan ucapanku." kata
Dewi Kala Hijau. Wiro mendorong perempuan itu hingga tertelentang di atas tempat
tidur, kemudian dia melompat ke pintu batu darimana dia masuk tadi namun pintu
itu tiada berbekas sama sekali, lenyap sama datar dengan dinding ruangan!
"Wiro!" Dewi Kala Hijau melompat dan menubruk di pemuda.
"Kamar ini penuh senjata rahasia. Sekali aku menggerakkan tangan atau kaki,
tamatlah riwayatmu!"
"Aku tidak takut mati! Tapi sebelum mati pasti kepalamu kupecahkan dulu!" balas
mengamcam Pendekar 212.
Dan Dewi Kala Hijau kelihatan lunak kembali. Satu tangannya memeluk lagi tubuh
si pemuda. Sedang tangan yang lain menarik tangan Wiro dan meletakkannya di atas
buah dadanya! "Masuklah ke dalam Partaiku, Wiro. Kau kuserahi jabatan sebagai Ketua ...."
"Tidak!" bentak Wiro.
"Pergilah!" Sekali dorong saja maka hampir sang Dewi jatuh terjerongkang.
Setelah mengimbangi tubuhnya, Dewi Kala Hijau untuk kesekian kalinya merengek
macam anak kecil. Namun Pendekar 212 tetap pada pendiriannya.
Maka marahlah perempuan itu Sementara tangan kanannya memeluk pinggang Wiro
Sableng, tangan yang lain tak terduga tiba-tiba bergerak dengan cepat menotok
jalan darah urat besar di tubuh Pendekar 212! Tak ampun lagi pemuda ini pun
roboh ke atas permadan! tanpa bisa bergerak dan tanpa sanggup membuka mulut.
"Manusia goblok! Tolol! Rasakan sekarang!" maki Dewi Kala Hijau.
"Diberikan kedudukan tinggi, minta jalan ke neraka! Sehabis peresmian Partai
kelak akan kutunjukkan padamu cara mampus yang paling hebat!" Habis berkata
begini maka Dewi Kala Hijau mengenakan topeng tengkoraknya kembali dan pakaian
ringkas wama hijau lalu meninggalkan ruangan itu.
* * * BASTIAN TITO WIRO SABLENG
NERAKA LEMBAH TENGKORAK
TIGABELAS Ketika ratusan pasang mata memandang lekat-lekat ke arah panggung dan menunggu
dengan hati tidak sabar tapi juga agak gentar akan munculnya Dewi Kala Hijau
maka terdengarlah suara gong dipalu tujuh kali. Begitu gema gong menghilang,
aneh sekali panggung tengkorak di hadapan para tamu bergerak ke atas lebih
tinggi dan di bawah panggung kelihatanlah sebuah pintu terbuka.
Didahului oleh teriakan-teriakan dahsyat laksana meruntuhkan jagat maka dari
pintu itu keluarlah Dewi Kala Hijau diiringi oleh tiga orang muridnya dan
seratus lebih anggota partai. Baik Dewi Kala Hijau maupun murid-murid serta
seluruh anggota Partai. semuanya mengenakar sebuah kalung tengkorak manusia!
Dewi Kala Hijau, tiga orang muridnya dan sekuruh anggota Partai kemudian duduk
di barisan kursi yang terletak di panggung sebelah Barat.
Tujuh kali lagi gong dipalu dan setelah itu Dewi Kala Hijau pun selaku Ketua
Partai Lembah Tengkorak melompat naik ke atas panggung.
Gerakannya indah sekali waktu melompat itu kakinya tidak kelihatan menekuk
ataupun memusatkan berat badan untuk dihenjot ke atas. Dari sini saja setiap
yang hadir sudah dapat mengetahui bagaimana tingginya ilmu Dewi Kala Hijau!
Sebelum membuka mulut terlebih dahulu Dewi Kala Hijau menyapu seluruh para tamu
dengan sepasang matanya. Kemudian baru terdengar suaranya yang nyaring lantang,
yang sekaligus bernada pongah congkak!
"Aku Dewi Kala Hijau selaku Ketua Partai Lembah Tengkorak menghaturkan banyak
terima kasih kepada saudara-saudara di sini yang telah sudi datang untuk
menyaksikan sendiri dengan resmi berdirinya Partai Lembah Tengkorak!"
"Perlu saudara-saudara ketahui bahwa Partai ini mempunyai satu maksud besar
yakni menggabung dan mempersatukan seluruh tokoh silat serta Partai Persilatan
di dunia untuk berpadu dalam satu Partai saja yaitu Partai kami, Partai Lembah
Tengkorak. Kami tidak memaksa siapapun dan Partai Silat manapun untuk memasuki
Partai Lembah Tengkorak. Tapi menurut pandangan kami, jika kalian semua sudah
bersedia menerima undangan dan datang ke sini maka itu berarti kalian telah
menyatakan diri masuk ke dalam Partai Lembah Tengkorak!"
Gemparlah suasana para hadirin begitu mendengar ucapan Ketua Partai Lembah
Tengkorak itu. Mereka saling pandang dengan mulut menganga dan mata membeliak
besar! Belum lagi rasa terkejut yang menggempari suasana itu berakhir maka terdengar
pula suara Dewi Kala Hijau.
"Saat ini Partai LembahTengkorak sudah memiliki lebih dari seratus anggota yang
terdiri dari tokoh-tokoh silat utama bahkan beberapa di antaranya pernah merajai
dunia persilatan! Sekarang, untuk tidak membuang waktu, kuharap kalian semua
berdiri dari kursi masing-masing dan berlutut mengangkat sumpah menyatakan diri
masuk ke dalam Partai Lembah Tengkorak!"
Kembali suasana menjadi gempar penuh ketegangan. Tiba-tiba seorang diantara para
hadirin berdiri dan berseru.
"Dewi Kala Hijau! Undangan yang kau berikan kepadaku dan semua yang hadir di
sini adalah hanya untuk menghadiri berdirinya kau punya Partai!
Tapi saat ini dengan menyatakan besarnya jumlah anggota Partaimu kau memaksa
kami untuk masuk menjadi anggota Partai Lembah Tengkorak! Aturan macam manakah
yang kau pakai"!"
Semua kepala, termasuk kepala Dewi Kala Hijau dengan serta merta berpaling. Yang
bicara ternyata adalah seorang tokoh silat golongan putih yang besar pengaruhnya
dewasa itu. "Oh, kiranya Pendekar Bambu Kuning." Kata Dewi Kala Hijau.
"Tentu saja untuk orang semacammu tidak akan masuk sebagai anggota biasa, tapi
anggota dengan jabatan tinggi."
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk menanyakan tinggi atau rendahnya jabatanku
sebagai anggota, tapi ialah menolak keras adanya unsur paksaan untuk masuk
Partaimul"
"Lantas apa maumu, Pendekar Bambu Kuning"'" tanya Dewi Kala Hijau mulai
beringas. "Kuharap kau menarik pulang kembali ucapanmu yang memaksa tadi!" Dewi Kala Hijau
tertawa dingin.
"Sebenarnya aku tidak memaksa," katanya,
"Tapi bila ada diantara yang hadir di sini tidak mau menuruti kehendakku berarti
itu mempersingkat umur namanya! Apa kalian tidak tahu, sekalipun kalian memiliki
sayap atau pandai terbang, kalian pasti tak akan ke luar dari Lembah ini dengan
selamat, kecuali jika kalian masuk dan bergabung dalam Partaiku!"
"Aku menolak mentah-mentah masuk Partaimu!" kata Pendekar Bambu Kuning dengan
suara tegas mantap. Paras Dewi Kala Hijau mengkerut di batik topeng
tengkoraknya. Dia berpaling ke belakang dan berseru:
"Pahat Tiga Racun, bereskan pengacau ini! Paling lambat dalam lima jurus!" Maka
seorang laki-laki berpakaian merah darah berkumis melintang yang selilit
pinggangnya bergantungan lebih dari seratus buah pahat hitam beracun segera


Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melompat ke atas panggung. Dia memandang dengan bengis kepada Pendekar Bambu
Kuning lalu membentak:
"Manusia yang besar mulut dan telah menghina terhadap Ketua kami, harap naik ke
panggung untuk terima kematianl"
Meluaplah amarah Pendekar Bambu Kuning sambil berteriak nyaring dan meiompat ke
panggung dicabutnya senjatanya yaitu sebuah bambu kuning, dan terus menyerang!
Si Pahat Tiga racun menyambut serangan lawan dengan melemparkan lima Pahat
Beracun. Sekali memutar bambu kuningnya maka runtuhlah kelima pahat hitam itu! Si Pahat
Tiga Racun cabut lagi dua pahatnya. Dengan senjata itu kemudian dia menyerang
Pendekar Bambu Kuning! Pertempuran hebat pun berkecamuklah. Dalam waktu yang
sangat singkat tiga jurus sudah berlalu!
Memasuki jurus yang keempat terdengarlah seruan Pendekar Bambu Kuning karena
pertengahan bambunya berhasil dijapit oleh sepasang pahat hitam lawan!
Dengan terpaksa Pendekar Bambu Kuning lepaskan bambunya.
Serentak tangan melepas, serentak pula kaki kanan menendang ke muka!
Pahat Tiga Racun melompat ke samping tapi dia tertipu! Tendangan tadi palsu
belaka karena begitu dia mengelak
layannya segera menghantamkan satu pukulan tangan kosong yang mengandung tenaga
dalam ampuh! Pahat Tiga Racun dengan cepat lepaskan japitan kedua pahatnya atas bambu kuning.
Kedua senjata itu kemudian diputarnya untuk menangkis serangan lawan tapi kasip!
Angin pukulan Pendekar
Bambu Kuning telah menghantam dadanya lebih dahulu! Si Pahat Tiga Racun mencelat
dua tombak, terguling di panggung dan muntah darah! Pada saat Pendekar Bambu
Kuning membungkuk mengambil bambunya tahu-tahu tiga bayangan melesat ke atas
panggung dan langsung menyerang!
Dengan jatuhkan diri dan bergulingan, Pendekar Bambu Kuning berhasil
menyelamatkan diri! Yang menyerangnya adalah tiga manusia berbadan kate dan
mengenakan pakaian bertambal-tambal dan robek-robek.
"Hem, pengemis Baju Rombeng! Kalian bertiga rupanya juga tersesat jadi
bergundalnya perempuan iblis itu huh"! Baik, majulah sekaligus biar lekas
kumusnahkan!"
Pengemis-pengemis Baju Rombeng cabut senjata mereka yaitu sebentuk sapu ijuk
pendek. Berbarengan ketiganya menggerakkan sapu ijuk itu.
Tiga ratus jarum hitam kemudian mendesing ke arah Pendekar Bambu Kuning dari
tiga jurusan! "Curang!" terdengar seruan hadirin. Di atas panggung Pendekar Bambu Kuning
sangat terkejut dan tak menduga kalau akan diserang sehebat itu. Segera
diputarnya senjatanya. Namun seberapa dari jarum hitam yang datang dari samping
kiri kanan masih sempat menancapi tubuhnya.
"Ha... ha!" tawa salah seorang dari Pengemis Rombeng.
"Jarum-jarum itu mengandung racun" jahat"! Nyawamu hanya tinggal tiga jam lagi!"
Mendengar itu maka kalaplah Pendekar Bambu Kuning! Senjatanya dibolang balingkan
cepat sekali! Jurus-jurus simpanannya dikeluarkan!
Sesaat kemudian terdengar jeritan salah seorang dari Pengemis Baju Rombeng.
Kepalanya hancur dihantam ujung bambu! Namun disaat itu pula tubuh Pendekar
Bambu Kuning semakin lemah akibat rangsangan racun jarum. Setelah bertempur
tujuh jurus akhirnya dia terpaksa menemui ajalnya di tangan kedua
orang Pengemis Baju Rombeng itu!
"Bagus!" seru Dewi Kala Hijau memuji kedua Pengemis Baju Rombeng.
"Kelak kau akan kuberi tanda jasa!" Kedua orang itu tersenyum girang dan menjura
lalu siap-siap untuk meninggalkan panggung namun langkah mereka terhenti ketika
satu sosok bayangan biru melesat ke atas panggung sambil membentak:
"Pengemis-pengemis pengecut curang hina dina! Tetap tinggal di atas panggung!
Aku mau lihat apakah kau juga bisa melakukan kecurangan terhadapku"!"
Bentakan itu adalah bentakan suara perempuan! Tapi nyaring dan kerasnya bukan
olah-olah! Panggung tengkorak bergetar, telinga yang hadir mendenging! Semua
mata tanpa berkedip memandang pada si pembentak!
Dan ternyata dia memang seorang perempuan!
Perempuan ini mengenakan pakaian biru. Parasnya sebatas mata ke bawah ditutup
dengan sehelai kain yang juga berwarna biru!
"Dewi Kerudung Biru!" berseru beberapa tokoh silat utama yang mengenali siapa
adanya perempuan itu! Maka ketegangan pun semakin bertambahlah! Dewi Kerudung
Biru bertemu dengan Dewi Kala Hijau tentu tak dapat dilukiskan kehebatannya
nanti! Dewi Kala Hijau di bailik topeng tengkoraknya mengerutkan kening.
Sepasang matanya memandang tak berkedip dan menyorot tajam pada Dewi Kerudung
Biru. Menurut taksiran Dewi Kala Hijau, perempuan berkerudung biru itu sebaya
dengan dia. "Ayo, kenapa kalian melongo dan mematung saja"! Perlihatkan lagi kebiadaban dan
kecurangan serta kepengecutan kalian!" bentak Dewi Kerudung Biru pada kedua
Pengemis Baju Rombeng. Yang menjawab adalah Dewi Kala Hijau
"Dewi Kerudung Biru, jika kedatanganmu ke atas panggung ini untuk mengacau,
berarti kau tidak melihat tingginya Gunung Merapi di depan mata Tapi jika
kedatanganmu untuk memasuki Partai Lembah Tengkorak, kelak aku akan berikan
kedudukan tinggi kepadamul"
"lblis betina!" jawab Dewi Kerudung Biru.
"Aku tidak buta sampai tak melihat Gunung Merapi di depan mata,"
dan Dewi Kerudung Biru menunjuk ke arah Gunung Merapi yang berdiri megah di
depan sebelah Barat Lembah Tengkorak,
"Tapi dosa dan kejahatanmu lebih besar dan lebih tinggi dari gunung itu! Hari
ini kau meresmikan berdirinya Partai Lembah Tengkorak dan mengangkat diri
sebagai Ketua! Tapi apa kau tahu bahwa hari ini juga adalah merupakan akhir
hayatmu"!"
"Perempuan setan!" balas memaki Dewi Kala Hijau.
"Namamu memang besar! Tapi di sini jangan jual tampang! Pengemis Baju Rombeng!
Bunuh perempuan setan itu!"
Mendengar perintah itu, tak menunggu lebih lama kedua Pengemis Baju Rombeng
kebutkan sapu ijuk masing-masing. Ratusan jarum hitam beacun jahat menderu
menyambar ke arah Dewi Kerudung Biru. (Seperti dituturkan dalam kisah-kisah
Pendekar 212 sebelumnya Dewi Kerudung Biru ini adalah Anggini, murid tokoh silat
yang bergelar Dewa Tuak).
Melihat serangan jarum maut itu Dewi Kerudung Biru mendengus.
Dia melompat setinggi lima tombak kemudian laksana kilat berkelebat ke bawah,
tangan kanan dipentang ke muka, jari-jari ditekuk kedalam!
"Cakar Garuda Emas!" seru Dewi Kala Hijau. Pengemis Baju Rombeng, awas!" Tapi
percuma saja peringatan itu. Salah seorang dari dua Pengemis Baju Rombeng
menjerit. Mukanya mandi darah. Hidung tanggal, kedua biji mata hancur luluh!
Yang seorang lagi saking kecut dan terkejutnya sampai melompat mundur beberapa
langkah sedang para hadirin diam-diam sangat memuji kelihaian Dewi Kerudung
Biru. Terdengar bentakan nyaring. Pengemis Baju Rombeng yang ketiga cabut pedang dan
kebutkan sapu ijuknya. Satu jurus dia berkelebat cepat menggempur lawan namun
tiada guna! Sekali Dewi Kerudung Biru gerakkan tangan kirinya maka "Buk!"
Pengemis Baru Rombeng mencelat ke luar panggung. Tulang lehernya patah!
"Empat. Srigala Putih!" seru Dewi Kala Hijau
"Cepat bikin perhitungan dengan bangsat itu!" Empat bayangan putih berkelebat
melompat ke atas panggung! Keempat manusia ini yang berjuluk Empat Srigala Putih
mengurung Dewi Kerudung Biru dari empat sudut panggung!
"Hemm ... jadi kalian juga merupakan kaki tangan iblis dajal itu ya"
bagus! Majulah cepat!" ejek Dewi Kerudung Biru.
"Lima tahun malang melintang di daerah ini tak satu jago pun yang berhasil
merubuhkan kami! Katakan cara mati yang bagaimana yang kau ingini perempuan
hina"!"
"Cara mati yang begini, sobatku!" jawab Dewi Kerudung Biru.
Bersamaan dengan itu tubuhnya lenyap ke hadapan orang yang bicara tadi.
Dan terdengarlah satu pekikan hebatl Orang tadi kelihatan menutupi mukanya,
Darah mengalir dari sela-sela jari. Sesaat kemudian tubuhnya pun tergelimpang di
atas panggung tengkorak!
Tiga rekannya yang lain melolong tinggi persis seperti srigala yang kemudian
dengan serentak menyerang Dewi Kerudung Biru! Lima jurus berlalu sangat cepat!
Dewi Kerudung Biru membentak!
Satu jeritan lagi terdengar! Satu orang lagi menggelimpang di lantai panggung!
Rahang-rahang Dewi Kala Hijau bergemeletakkan. Mulutnya komat kamit seketika.
Kemudian terdengarlah lengkingannya.
"Sepuluh Pemimpin Cabang Partai, majulah!" Maka ke atas panggung sepuluh laki-
laki berpakaian merah darah berlompatan gesit! Sedetik kemudian sepuluh pedang
merah bergulung-gulung! Angin sepuluh senjata itu laksana topan prahara dan
kesemuanya menyerang satu sasaran yaitu Dewi Kerudung Biru, ditambah lagi
tekanan-tekanan gencar yang dilancarkan dua dari Empat Srigala Putih yang masih
hidup! Karena kedua belas orang ini bukanlah berkepandaian rendah maka satu
jurus saja Dewi Kerudung Birupun terdesaklah! Tapi sang Dewi tiada kelihatan
gugup atau kecut sedikit pun ! Malahan dia berseru dengan nada mengejek kepada
Dewi Kala Hijau!
"Ketua Partai Lembah Tengkorak! Kurasa masih kurang jumlahnya cecunguk-
cecungukmu yang mengeroyokku!"
"Jangan merocos juga betina edan! Sebentar lagi kepalamu sampai ke kaki akan
tercincang lumat!" Keroyokan kedua belas orang itu memang luar biasa hebatnya.
Namun Dewi Kerudung Biru benar-benar luar biasa pula tinggi ilmunya. Begitu
kedua tangannya bergerak mengeluarkan jurus "Naga Kepala Seribu Mengamuk", maka
tiga dari pengeroyok rubuh tanpa nyawa, sesudah itu dua orang lagi roboh
terjungkal ke luar panggung.
Dengan geram Dewi Kala Hijau memerintahkan lagi sepuluh orang anggota Partai
yang berkepandaian tinggi untuk mengeroyok Dewi Kerudung Biru! Dilain pihak yang
dikeroyok pun mengamuk dengan hebatnya. Jurus-jurus "Naga Kepala Seribu
Mengamuk" dan "Cakar Garuda Emas" menebar silih berganti. Meskipun demikian
jalannya pertempuran tetap tak seimbang.
Dewi Kerudung Biru terdesak ke sudut panggung sebelah kanan!
"Ketua Partai Lembah Tengkorak!" terdengar seruan dari bawah panggung.
"Kami Tiga Brahmana dari Gunung Nagajembangan tidak bisa tinggal diam!
Pengeroyokan ini sudah sangat keterlaluan!" Sesaat kemudian tiga sosok bayangan
putih melompat ke atas panggung.
Dewi Kala Hijau memutar kepalanya dengan cepat. Pan-dangannya tampak bengis.
"Brahmana-brahmana tidak tahu diri, kalian mau turun tangan, baik!
Tapi terima dulu hadiahku ini!" Ketua Partai Lembah Tengkorak mengangkat tangan
kanannya. Selarik besar sinar hijau menderu dahsyat!
"Pukulan Kala Hijau!" seru Brahmana yang paling muka. Serentak dengan itu dia
bersama dua kawannya melompat ke samping dan kebutkan lengan jubah masing-
masing! Tapi terlambat. Dua puluh ekor kala beracun telah menyusup dan menancap
di muka serta dada mereka. Ketiganya terjungkal kembali ke bawah tanpa sempat
menjejakkan satu kakipun di lantai panggung yang terbuat dari tulang belulang
dan tengkorak manusia itu!
"Siapa lagi yang hendak turun tangan membantu betina keparat itu silahkan naik
ke atas panggung!" seru Dewi Kala Hijau! Semua hati yang hadir tercekat dan tak
satu pun yang kelihatan berani menerima tantangan itu!
Sementara itu di sudut panggung sebelah kanan Dewi Kerudung Biru semakin
kepepet! ketika lengan baju birunya robek besar disambar ujung pedang salah satu
pengeroyok maka naiklah luapan amarahnya ke kepala!
Kedua tangan kiri kanan diangkat ke atas dan dipukdlkan ke muka.
Dua rangkum angin pukulan yang berwarna biru melabrak dari dua jurusan!
"Pukulan Asap Kencana Biru!" seru Dewi Kala Hijau dengan paras tersirap.
Dia memang sudah lama mendengar kehebatan ilmu pukulan itu dan baru saat itu
menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Empat orang pengeroyok berpelantingan terhampar di panggung dua orang, yang dua
lagi terguling di bawah panggung. Keempatnya tanpa nyawa!
Dan bila Dewi Kerudung Biru mengangkat lagi kedua tangannya, kembali empat
korban jatuh! "Setan alas!" kutuk Dewi Kala Hijau. Matanya berputar ke arah dimana murid-
muridnya duduk. Hanya Kala Biru dan Kala Hitam yang tampak. Kala Putih tiada
kelihatan. Ini membuat Dewi Kala Hijau merasa curiga namun untuk menyelidik saat
itu juga dimana Kala Putih berada tentu saja bukan pada tempatnya.
"Kala Biru, Kala Hitam! Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan!"
teriak Ketua Partai Lembah Tengkorak.
Kedua muridnya pun segera bangkit dari kursi. Begitu melompat ke panggung,
begitu mereka kirimkan serangan kala hijau ke arah Dewi Kerudung Biru. Dewi
Kerudung Biru tidak tinggal diam. Dia sudah maklum kehebatan ilmu pukulan itu.
Kedua tangannya dipukulkan ke depan. Dua larik sinar biru menderu menangkis dua
larik sinar hijau yang membawa Pukulan kala maut!
Bentrokan itu demikian hebatnya hingga menimbulkan suara laksana letusan meriam!
Meskipun jumlah pengeroyok kini berkurang namun dengan munculnya Kala Hitam
serta Kala Biru maka keadaan Dewi Kerudung Biru lebih hebat terdesaknya dari
tadi! Sepuluh jurus dengan kehebatannya yang luar biasa dia masih sanggup bertahan
meski bertahan sambil mundur terus-terusan. Diam-diam Dewi Kerudung Biru
mengeluh dalam hati. Sampai berapa jurus lagi dia akan sanggup bertahan"
Sementara itu Ketua Partai Lembah Tengkorak yang melihat Dewi Kerudung Biru
masih bisa bertahan menjadi penasaran sekali! Diam-diam dia gerakkan tangannya
mengirimkan pukulan-pukulan jarak jauh! Dewi Kerudung Biru bukan tidak tahu
kalau dirinya diserang secara pengecut itu, namun untuk balas menyerang dia tak
punya kesempatan, apalagi menghadapi pengeroyok yang banyak dan lihai-lihai itu!
Lagi-lagi perempuan itu mengeluh dalam hati. Pada jurus yang kelima puluh satu,
itulah batas kesanggupan Dewi Kerudung Biru untuk bertahan.
Ketika dua ujung pedang menusuk dari muka belakang, satu kaki menendang ke arah
selangkangan dan dua larik sinar hijau yang membawa puluhan kala maut
menyerangnya, maka perempuan ini tiada sanggup lagi berkelit!
"Tamatlah riwayatku ..." kata Dewi Kerudung Biru. Dia menggerung keras dan
meramkan mata menunggu sampai ajalnya. Disaat yang kritis itu tahu-tahu
terdengar suara mengaung laksana ribuan tawon mengamuk. Satu sinar putih
berkiblat panas dan memerihkan kulit dan satu bentakan mengatasi ketegangan
suasana. "Manusia-manusia pengecut berhati dajal! Makan kapakku!" Dan enam pengeroyok
menjerit rubuh. Kala Hitam kalau tidak lekas-lekas melompat mundur pasti akan
terluka besar bagian dadanya!
* * * BASTIAN TITO WIRO SABLENG
NERAKA LEMBAH TENGKORAK
EMPATBELAS Ketika ketua Partai Lembah Tengkorak melihat siapa adanya manusia yang muncul
itu, terbeliaklah kedua matanya!
"Pemuda sinting! Bagaimana kau bisa lepas"!" tanyanya garang. Si pemuda yang
bukan lain daripada Pendekar 212 Wiro Sableng tertawa.
"Sekarang bukan saatnya untuk bertanya jawab! kejahatanmu sudah lewat batas,
dosamu sudah melampaui takaran! Karenanya mati adalah yang paling bagus buatmu!"
Dewi Kerudung Biru sendiri yang tadi pejamkam mata menunggu ajalnya dengan
terheran-heran membuka matanya kembali. Begitu melihat dan mengenali pemuda yang
di hadapannya dia pun berseru gembira:
"Wiro...!"
Pendekar 212 mengedipkan matanya dan bersiul.
"Anggini, mari kita tumpas manusia-manusia iblis ini!"
"Memang itu maksudku Wiro. Terima kasih atas pertolonganmu tadi!"
jawab Anggini atau Dewi Kerudung Biru.
"Seluruh anggota Partai!" teriak Ketua Partai Lembah Tengkorak pula.
"Siapkan dirimu semuanya untuk melumat kedua biang racun pengacau ini!" Pada
saat itu pulalah Ketua Partai Lembah Tengkorak melihat muridnya Si Kala Putih.
"Dari mana kau"!" tanyanya membentak.
"Dewi Kala Hijau, mulai saat ini aku bukan muridmu lagi ...."
"Hah! Apa ... "!" belalak Dewi Kala Hijau.
"Aku bukan muridmu lagi. Aku keluar dari Partaimu!" kata Kala Putih pula.
"Murid kualat murtad! Pasti kau juga yang melepaskan pemuda rambut gondrong itu
ya"!" ,
"Ya!" sahut Kala Putih tanpa ragu-ragu. Mendidih amarah Dewi Kala Hijau.
"Kau boleh menjadi murid murtad! Kau boleh keluar dari Partai Tapi nyawamu juga
musti minggat dari tubuh!" Ketua Partai Lembah Tengkorak pukulkan kedua telapak
tangan ke muka. Mulut menghembus! Dua larik sinar hijau dan empat jalur asap
hijau menderu dahulu mendahului menyerang Kala putih! Karena gugup dan tak
menduga gurunya akan turun tangan secepat itu, Kala Putih terlambat mengelak.
Tak ampun lagi tubuhnya kena dilanda serangan Dewi Kala Hijau. Dia terguling
sampai beberapa tombak dengan muka serta badan ditancapi kalajengking beracun.


Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari mulutnya membuih darah kental!
Menyaksikan kematian Kala Putih, gadis yang telah membebaskannya dari totokan
dan kurungan Dewi Kala Hijau maka Pendekar 212 naik pitam.
Namun sebelum dia melompat ke hadapan Dewi Kala Hijau, puluhan anggota Partai
Lembah Tengkorak telah mengurungnya bersama Dewi Kerudung Biru!
"Kalian minta mampus semua, marilah!" teriak Wiro Sambil tertawa menggidikkan
pendekar ini memular kapaknya dengan sabat dan berseru nyaring
"Para tamu yang hadir di sini! lnilah saat dimana kalian semua harus turun
tangan untuk menghancurkan manusia-manusia pembawa malapetaka ini! Jika
terlambat kalian semua akan menjadi korban dan dunia persilatan akan hancur
binasa! Mari kita sama-sama berebut pahala memenggal kepala Dewi durjana Ketua
Partai Lembah Tengkorak!"
Mendengar seruan yang bersemangat ini dan mengetahui pula siapa adanya Wiro
Sableng maka besarlah nyali mereka yang hadir! Serentak mereka mencabut senjata
serentak itu pula semuanya menyerang!
Maka pertempuran yang sangat dahsyat, yang tak pemah terjadi dalam sejarah dunia
persilatan sebelumnya, berkecamuklah! Ratusan senjata berkiblat mencari korban!
Dan suara beradunya senjata-senjata itu, suara bentakan-bentakan serta caci
maki. Suara gerung dan jerit kematian serta keluh serangan mereka yang meregang nyawa
menjadi satu laksana hendak menjungkir balikkan bumi dan langit, laksana mau
kiamat! Dan mengatasi semua
suara itu maka terdengarlah dengungan Kapak Maut Naga Geni 212 yang dipegang
oleh Wiro Sableng.
Sambil berkelebat kian kemari menebar maut pemuda itu tiada hentinya
mengeluarkan suara siulan yang menusuk dan menyakitkan gendang-gendang telinga.
Sekali-sekali bila dia mengeluarkan suara tertawa bekakakan maka tergetarlah
hati setiap lawan!
Kurang dari sepeminum teh berlalu maka sudah bertebaran puluhan mayat! Jika ada
seseorang lain di luar pertempuran menyaksikan apa yang terjadi di Lembah
Tengkorak saat itu pastilah bulu kuduknya akan merinding!
Apa yang disaksikannya itu adalah neraka dunia yang mengerikan!
Setiap Kapak Maut Naga Geni 212 berkiblat dengan suara mengaung serta larikan
sinar putihnya maka terdengarlah pekik jerit kematian! Puluhan pengurung
Pendekar 212 laksana semak belukar yang ditabas, rambas berkelompok-kelompok.
Mereka yang masih hidup dengan tercekat hati serta meleleh nyalinya tiada berani
melakukan serangan dalam jarak dekat! Dilain bagian Anggini serta tokoh-tokoh
silat lainnya mengamuk pula tiada terkirakan hebatnya!
Setelah tiga puluh jurus berlalu, sesudah mayat bertebaran hampir di seluruh
tempat sehingga kemanapun kaki dilangkahkan pastilah menginjak sosok mayat.
Jumlah anggota Partai Lembah Tengkorak yang masih bertempur dibawah pimpinan
Dewi Kala Hijau dan Kala Hitam serta Kala Biru setiap saat semakin berkurang!
Akhimya ketika jumlah mereka hanya bersisa tigapuluh orang saja lagi, mereka
segera maklum bahwa mereka tak akan sanggup bertahan lebih lama meskipun ketua
mereka dan dua orang muridnya yang berilmu tinggi saat itu masih hidup!
Maka mereka pun saling memberi isyarat! Tepat pada jurus yang ketiga puluh dua,
lebih dari dua puluh anggota Partai Lembah Tengkorak segera ambil langkah
seribu, lari ke jurusan parit sebelah Timur di mana terletak jembatan gantung.
Beramai-ramai mereka mengangkat dan memasang jembatan itu. Melihat ini Dewi Kala
Hijau kemarahannya tiada terkirakanl
"Setan-setan alas! Kembali!" teriaknya memerintah. Tapi mana orang-orang itu mau
kembali. Malah mereka lebih mempercepat pemasangan jembatan gantung tulang
belulang. "Anggota-anggota Partai macam kalian lebih bagus dikirim ke naraka!" ujar Dewi
Kala Hijau Tangan kanannya menghantam ke muka.
Puluhan kalajengking maut melesat dan di muka sana, sembilan anggota partai yang
tengah mengangkat jembatan gantung
menjerit roboh tanpa nyawa!
Dewi Kala Hijau angkat lagi tangannya kanannya. Namun sebelum tangan itu
dipukulkan ke muka, satu angin deras dan satu sabatan sinar putih menyilaukan
yang disertai suara mengaung menderu di depan hidungnya!
Dewi Kala Hijau tersurut lima tombak! Ketika dia memandang ke depan, maka
Pendekar 212 berdiri di hadapannya dengan melintangkan Kapak Naga Geni 212 di
muka dada! Perempuan itu telah menyaksikan sendiri kehebatan dan ketinggian ilmu
si pemuda. Berdiri berhadap-hadapan demikian rupa tergetarlah hatinya. Apalagi
ketika dia memandang berkeliling semakin menciut nyalinya karena barulah
disadarinya bahwa saat itu dipihaknya hanya tinggal dia dan kedua muridnya saja.
Yang lain-lain ketika Pendekar 212 melompat menghalangi serangannya tadi telah
melarikan diri pula, bergabung dengan anggota-anggota partai di sekitar jembatan
gantung! Yang membuat Ketua Partai Lembah Tengkorak itu semakin menciut nyalinya ialah karena
sekitar panggung telah dikurung oleh kira-kira tiga puluh tokoh-tokoh silat yang
sebelumnya menjadi tamunya dalam peresmian berdirinya Partainya!
"Dewi Kala Hijau! Padamu kuberikan sedikit waktu untuk bertobat sebelum nyawamu
masuk ke pintu neraka!" kata Pendekar 212. Meski tahu kalau dirinya sudah
kepepet namun Dewi Kala Hijau tetap menunjukkan kegarangan dan keberingasannya.
"Pemuda sinting! Sekalipun kau punya sepuluh kepala, duapuluh tangan, jangan
kira kau bakal bisa mengalahkanku! Aku juga memberikan kesempatan padamu untuk
berlutut minta ampun!" Pendekar 21 2 tertawa bergelak.
Tiba-tiba Ketua Partai Lembah Tengkorak membentak memerintah pada kedua
muridnya. "Hitam, Biru! Ambil nyawa anjing keparat ini!"
Dua suitan nyaring merobek langit. Kala Biru dan Kala Hitam melompat. Namun di
tengah jalan serangan keduanya dipapasi oleh satu gelombang angin biru yang
dahsyat! "Akulah lawan kalian!" seru si penimbul angin yang bukan lain adalah Dewi
Kerudung Biru. Kedua murid Ketua Partai Lembah Tengkorak memutar tubuh dan
mengirimkan serangan kalajengking hijau dengan serentak! Dewi Kerudung Biru
melompat empat tombak ke udara kemudian lancarkan serangan balasan! Kala Hitam
dan Kala Biru cepat berpencar kesamping lalu menyerang lagi lebih ganas dari
tadi. Sekejap saja ketiganva kemudian terlibat dalam jurus demi jurus yang berlalu
sangat cepat. Sementara itu dibawah penyaksian puluhan pasang mata Dewi Kala
Hijau telah pula mendahului menyerang Pendekar212!
Pertempuran hebat berkecamuk. Mula-mula di atas panggung kemudian diteruskan ke
bawah panggung. Meski memiliki tenaga dalam yang tinggi, ilmu mengentengi tubuh
yang lihai serta ilmu kala hijau dahsyat namun berhadapan dengan Pendekar 212
yang memegang Kapak Maut Naga Geni, Ketua Partai Lembah Tengkorak tiada sanggup
bertahan lama. Berkali-kali hampir tiada putus-putusnya perempuan itu melancarkan serangan kala
hijau serta hembusan empat jalur asap kematian kepada lawannya tapi jangankan
berhasil bahkan serangan-serangan itu semuanya buyar musnah dilanda angin Kapak
Naga Geni 212! Nyali Dewi Kala Hijau benar-benar lumer ketika telinganya mendengar suara jerit
kematian muridnya si Kala Hitam di tangan Dewi Kerudung Biru.
"Kala Biru," kata Ketua Partai Lembah Tengkorak itu dengan ilmu menyusupkan
suara. Agaknya kali ini kita terpaksa mengaku kalah dan larikan diri! Cepat
tarik jembatan gantung, lemparkan ke tengah parit"
Kala Biru, satu-satunya murid Dewi Kala Hijau yang masih hidup yang mengerti
maksud gurunya itu segera berkelebat dan kirimkan serangan dahsyat kepada Dewi
Kerudung Biru. Begitu lawannya mengelak maka Kala Biru melompat ke arah jembatan
gantung. Di sekitar jembatan gantung ini dia merobohkan beberapa tokoh silat
yang memburunya dan berhasil melemparkan jembatan gantung ke tengah parit.
Namun sebelum dia sempat melompat ke atas jembatan gantung yang mengapung di
tengah parit berair racun itu. Dewi Kerudung Biru sudah berkelebat dari samping!
Karena dia hanya memusatkan diri untuk melarikan diri, Kala Biru tidak sempat
lagi melihat datangnya satu rangkum asap biru dari sampingl
Dia memalingkan kepala sedikit sewaktu merasakan tubuhnya sebelah samping kiri
mendadak panas. Kemudian
"Wusss!" Kala Biru terpekik. Tubuhnya tersapu pukulan asap kencana biru yang
dilancarkan Dewi Kerudung Biru. Tak ampun lagi tubuhnya mencelat dan masuk ke
dalam parit yang airnya mengandung racun yang sangat jahat. Kala Biru megap-
megap sebentar kemudian bila nyawa nya putus maka tubuhnya perlahan-lahan
tenggelam ke dasar parit!
Sementara itu meski sudah terdesak hebat namun Dewi Kala Hijau coba bertahan
mati-matian, terutama pada detik-detik dimana dia mencari kesempatan untuk
melarikan diri itu!
Tiba-tiba perempuan ini melompat sampai setinggi tujuh tombak.
Sambil hantamkan kedua telapak tangannya kemuka, dia berjungkir balik dengan
cepat. Tepat di atas kepala Pendekar 212 dia
menghembus dan empat jalur asap kematian menderu ke arah si pemuda.
Sekali lagi Dewi Kala Hijau berjungkir balik di udara kemudian tubuhnya laksana
terbang melayang ke atas jembatan gantung! Tapi perempuan iblis ini berteriak
kaget karena sedetik lagi kakinya akan menjejak jembatan dari tulang belulang
manusia itu, tiba-tiba satu larik sinar putih yang menyilaukan menderu di bawah
kakinya! Dan hancur leburlah jembatan gantung itu! Air parit yang beracun muncrat
menyirami kedua kakinya! Racun yang jahat dalam air itu segera merambas kaki
celana panjangnya, terus menembus kulit ke dua kaki, dan masuk ke dalam daging,
kemudian menyusup dalam aliran darah!
Perempuan ini coba mencapai salah satu pecahan jembatan. Tapi kedua kakinya saat
itu sudah lumpuh karena racun air parit telah menghancurkan urat-urat darah di
kedua kaki itu!
Dewi Kala Hijau menjerit ngeri! Tubuhnya amblas sebatas pinggang.
Kedua tangannya menggelepar gelepar. Tapi gerakannya ini hanya menambah cepat
tenggelam badannya saja!
"Tolong ... tolong...!" jerit perempuan itu. Pendekar 212 yang tangan kanannya
masih memutih dan kuku-kuku jarinya masih berkilau oleh ajian ilmu pukulan
"Sinar Matahari" yang tadi dilepaskannya menyerang dan menghancurkan jembatan
gantung, melangkah ke tepi -parit. Dia tertawa gelak-gelak.
'"Perempuan iblis ! coba perlihatkan kehebatanmu saat ini ... l"
ejeknya. "Jahanam!" maki Dewi Kala Hijau. Masih juga dia bisa memaki!
"Kalau aku mati biarlah.aku menjadi hantu dan mencekik batang lehermu!"
"Ha ... ha ...." Wiro tertawa membahak.
"Kau memang sudah punya tampang untuk jadi hantu! Biarlah kupercepat kematianmu
agar bisa lekas-lekas terlaksana harapanmu itu!"
Habis berkata demikian Wiro Sableng sapukan Kapak Naga Geni 212 nya!
"Wut!"
Air parit muncrat sampai lima tombak sebaliknya keseluruhan tubuh Dewi Kala
Hijau laksana ditindih batu besar tenggelam ke dasar parit menyusul muridnya si
Kala Biru! Tamatlah riwayat Dewi Kala Hijau atau Ketua Partai Lembah Tengkorak
yang ganas itu! Partai Lembah Tengkorak sendiri turut terkubur bersama kematian
Dewi Kala Hijau!
Tokoh-tokoh silat segera berkumpul dan menjura hormat kepada Pendekar 212 dan
Dewi Kerudung Biru, sedang bekas anggota-anggota Partai Lembah Tengkorak yang
masih hidup, yang hanya beberapa orang saja lagi membuang senjata mereka dan
berlutut minta ampun.
"Kami akan ampunkan jiwa kalian." kata Wiro Sableng sambil garuk-garuk kepala.
"Tapi dengan syarat agar kalian kembali ke jalan yang benar. Jika kelak kami
menemui kalian berbuat kejahatan lagi, jangan harap dapat pengampunan!"
Bekas anggota-anggota partai itu menjura dan mengucapkan terima kasih. Salah
seorang dari tokoh silat maju ke hadapan Dewi Kerudung Biru dan Pendekar 212
lalu berkata: "Nama besar Pendekar 212 dan Dewi Kerudung Biru ternyata benar-benar membuat
kami kagum dan terbuka mata! Kalau tidak ada kalian pastilah dunia persilatan
akan mengalami bencana dan.."
"Ah ... kau terlalu memuji. Jika tidak kalian yang membantu-beramai-ramai mana
kami berdua sanggup menghancurkan manusia iblis itu ..." kata Wiro Sableng
memotong dan merendah.
"Untuk selanjutnya kami mohon petunjuk kalian berdua." berkata lagi si tokoh
silat itu. Wiro Sableng mengangkat bahu, lalu berpaling pada Anggini atau Dewi
Kerudung Biru. Maka berkatalah perempuan ini.
"Tak ada petunjuk yang lebih bagus daripada kenyataan yang sama kita saksikan
saat ini. Yaitu bahwa betapapun hebat serta tingginya ilmu kejahatan itu namun
pada waktu yang sudah di-tentukan Tuhan, kelak akan dihancurkan oleh kebenaran!
Kemudian peristiwa ini juga memberi petunjuk pada kita bahwa jika kita yang satu
aliran ini bersatu dan sating bantu maka bagaimanapun kuatnya kejahatan dan
kedurjanaan itu, pasti akan sanggup kita hancurkan!"
Si tokoh silat mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Sekarang ..." ujar Wiro Sableng pula,
"Mari kita tinggalkan tempat terkutuk ini ...." Semua orang menyetujui.
"Tapi bagaimana kita bisa menyeberangi parit yang dalam dan sangat lebar itu"!"
menyeletuk seseorang.
"Kenapa jadi orang tolol"!" tukas Pendekar 212.
"Kalian lihat panggung besar itu"! Ayo kita gotong ramai-ramai, kita jadikan
rakit penyeberang!" Maka beramai-ramai orang-orang itu pun menggotong panggung
besar yang terbuat dari tulang-tulang manusia dan membawanya ke tepi parit.
Mayat-mayat di atasnya dibersihkan lebih dahulu. Kemudian dengan mempergunakan
panggung itu sebagai rakit, mereka segera meninggalkan tempat terkutuk Neraka
Lembah Tengkorak!
* * * T A M A T Pertarungan Digunung Tengkorak 1 Joko Sableng Jejak Darah Masa Lalu Dendam Gila Dari Kubur 2
^