Rahasia Lukisan Telanjang 3
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang Bagian 3
peca- han kaca rias di putar-putarnya kian kemari! Kemudian terdengarlah kumandang
suaranya yang menggelegar ke dasar kawah dan dipantulkan kembali ke atas.
"Wahai dewa-dewa di khayangan! Kalian telah
menyaksi-kan sendiri bagaimana hari ini di hadapanku ada manusia-manusia yang
hendak mengotori tempatmu yang ada di bawah pengawasanku. Kalian dengar sendiri
bagaimana manusia-manusia itu mengatakan aku sebagai pendusta, sebagai tukang
kelabuh, sebagai orang gila!
Demi memandang mukaku, demi menjaga kesucian tem-
pat ini dan demi kebesaran namamu, kuharap perlihat-
kanlah kekuatanmu! Hukumlah mereka...!"
Wiro putar-putarkan kedua tangannya ke udara.
"Hukumlah mereka wahai dewa!" seru Wiro lagi dan
seluruh tenaga dalamnya dialirkan ke ujung kedua tangan.
Diam-diam Pendekar ini lepaskan pukulan Angin Puyuh.
Maka mengaunglah suara angin makin keras. Para tamu yang bukan orang-orang
persilatan tak ampun lagi jatuh berpelantingan. Bogananta, Manik Tunggul dan
mereka yang mengerti silat segera kerahkan tenaga dalam agar tidak ikut
terpelanting. Tapi makin lama deru angin semakin dahsyat dan keras! Hiasan-
hiasan dan gaba-gaba di atas panggung serta podium tanggal beterbangan, tak
ketinggalan kain penutup pelaminan. Topi tinggi yang dikenakan pengantin laki-
laki tak urung mental dan kelihatanlah kepalanya yang berambut jarang!
"Tahan!" teriak Manik Tunggul seraya melompat ke
muka dan lepaskan satu pukulan tangan kosong ke arah si jubah biru! Tapi
terkejutnya bukan main dan melabrak dirinya sendiri! Dia melompat ke samping dan
sesaat kemudian dia sudah berada di hadapan Wiro. Pakaiannya berkibar-kibar,
tubuhnya tergetar dilanda angin puyuh yang keluar dari tangan sang Pendekar 212!
"Jubah biru, hentikan semua ini! Aku mau bicara
padamu!" Berada sedemikian dekat Manik Tunggul melihat bagaimana gerakan kedua
tangan dan posisi kedua kaki si jubah biru bukan lain daripada sikap seorang
ahli silat! Maka hatinya yang tadi sedikit tergetar kini menjadi curiga.
Walau bagaimanapun si jubah biru ini adalah manusia biasa seperti dia, bukan
dewa atau titisan dewa!
"Tahan!" teriak Manik Tunggul sekali lagi. "Aku mau bicara!"
Wiro tertawa mengekeh dan mendongak ke langit.
"Dewa-dewa, aku mohon hentikanlah kemurkaanmu."
Maka sesaat kemudian deru angin yang dahsyat itu
mengendur perlahan dan akhirnya sirna. Tanpa perdulikan Manik Tunggul yang ada
di sampingnya Wiro melangkah kembali ke atas panggung di depan podium sambil
tertawa mengekeh-ngekeh!
"Masih untung, masih untung dewa mau mengampuni
kalian manusia-manusia sombong!" kata Wiro. Dia melirik ke samping. Manik
Tunggul berada di dekatnya.
Dan Wiro buka mulut kembali, "Itu baru sepersepuluh dari kekuatan dewa. Kalau
sampai seperlimanya saja pasti kalian semua sudah tak ada di sini! Sudah terbang
laksana daun kering dan mampus!"
Wiro komat-kamit dan acungkan pecahan kaca ke
muka. "Sekarang kalian dengar semua!" serunya
menggeledek. "Dewa telah mengampuni kalian orang-
orang sombong! Tapi dewa juga minta imbalan pengam-
punan itu. Telah lima ratus tahun lebih kawah Gunung Merapi tempat dewa yang
suci ini tak pernah dibersihkan dengan darah suci seorang dara! Telah lima ratus
tahun lebih khayangan tidak menerima korban suci! Maka hari ini dewa
memerintahkan aku, dan aku memerintahkan kamu semua di sini untuk menyerahkan
pengantin perempuan kepadaku!"
Wiro memandang berkeliling. Semua orang dilihatnya terkejut. Bogananta, Manik
Tunggul dan Sokananta men-
delik memandang kepadanya. Cuma seorang yang keliha-
tan tenang dan berlega hati. Orang ini bukan lain Permani.
Si gadis sudah maklum kini akan rencana pemuda yang menyamar itu.
"Kalian dengar" Pengantin perempuan harus diserah-
kan padaku...!" Wiro melangkah mendekati Permani.
Tapi baru satu langkah, Manik Tunggul sudah
memapasinya. "Jubah biru! Aku tidak percaya kau titisannya dewa! Kau tidak bisa lain daripada
manusia dajal keparat! Kalau kau maukan anakku, silahkan! Tapi makan dulu
sepuluh kuku ini!" Habis berkata begitu Ketua Perguruan Garuda Sakti melompat ke
muka. Kedua tangannya berkelebat cepat!
WIRO SABLENG RAHASIA LUKISAN TELANJANG
12 IRO Sableng terkejut melihat datangnya serangan
dua tangan yang mencengkeram dengan dahsyat
Witu. Buru-buru dia melompat ke belakang dan
kiblatkan tombak batu hitam di tangan kanannya mema-
pasi serangan lawan!
Kini Manik Tunggul-lah yang terkejut!
Serangan yang dilancarkannya tadi adalah jurus
Sepuluh Jari Sakti Menggarap Gunung, merupakan satu jurus serangan yang lihai
dari ilmu silatnya. Tapi si jubah biru mengelakkannya dengan cepat bahkan kalau
dia tidak cepat menarik pulang kedua tangannya pastilah akan dihantam oleh
tombak batu di tangan si jubah biru!
Wiro tertawa mengekeh.
"Manusia sombong dan kotor hendak melawan titisan dewa"I" ejeknya. "Kau akan
tahu rasa!"
Malu bercampur amarah yang meluap Manik Tunggul
siap menyerang kembali. Tapi di saat itu sesosok tubuh melompat ke depan dan
satu seruan terdengar, "Ketua Perguruan Garuda Sakti, biar aku calon mantumu
tunjuk- kan bakti padamu! Biar aku yang ringkus manusia kentut dewa itu!"
Sreet! Sokananta, anak Ketua Perguruan Merapi, si pengantin laki-laki yang akan jadi
suami Permani cabut pedangnya lalu tanpa tedeng aling-aling menyerbu kirimkan
satu tusukan satu babatan!
Pendekar 212 tertawa gelak-gelak dan elakkan
serangan pedang dengan satu putaran tombak batu.
Dengan penasaran Sokananta susul dua tusukan kilat dan dua tebasan sekaligus!
Wiro putar lagi tombak hitamnya dalam jurus Titiran Terbang Ke Langit.
Melihat gerakan lawan yang memapasi mentah-mentah serangannya bukan main
dongkolnya Sokananta. Dia ambil keputusan untuk adu senjata dan adu tenaga dalam
sekaligus! Trang! Trak! Tombak batu hitam di tangan kanan Wiro Sableng
patah dua. Sebaliknya pedang di tangan Sokananta terle-
pas mental, tangannya tergetar hebat dan pedas membuat dia mengerenyit
kesakitan. Di lain kejap ketika dia hendak melompat menyambar pedangnya
terkejutlah putera Ketua Perguruan Merapi ini. Pedangnya yang tadi terlepas
mental ternyata sudah berada di tangan lawannya! Gelaplah muka Sokananta ditelan
rasa malu dan kegeraman yang
menyala! Bogananta mungkin orang yang paling terkejut di antara semua orang! Sokananta
adalah anak kandung gem-
blengannya sendiri. Meski tenaga dalamnya masih belum mencapai tingkat
kesempurnaannya tapi tak bisa dianggap ringan, dan di samping itu seluruh ilmu
silatnya telah dikuasai oleh Sokananta! Bagaimana kini dia bisa
dipecundangi dalam satu gebrakan itu aja" Untuk tidak membuat anaknya kehilangan
muka maka Bogananta
berseru memerintahkan anak-anak buahnya nenyerang si jubah biru. Di lain pihak
Manik Tunggul segera pula memerintahkan anak-anak buahnya. Enam belas orang
bertomba ke depan podium bukan saja mengurung Wiro tapi dengan serentak
menyerangnya! Pendekar 212 tertawa dan keluarkan suara bersiul.
Begitu gelombang serangan datang menggempurnya,
pemuda ini melompat ke udara dan sewaktu menukik
turun, kembali terdengar jerit empat orang pengeroyok.
Keempatnya menggelinding ke tanah dalam keadaan
pingsan. Dan di depan podium, empat orang lainnya berdiri mematung karena di
totok oleh Wiro dengan bagian
belakang yang tumpul dari patahan tombak batu hitamnya!
Melihat ini baik Bogananta maupun Manik Tunggul
segera maklum bahwa si jubah biru bukanlah tandingan anak-anak murid mereka.
Bahkan ketinggian ilmu silatnya belum tentu berada di bawah mereka!
"Bangsat!" bentak Bogananta marah. "Rupanya kau
sengaja datang mengacau ke sini! Lekas berlutut atau aku akan urus jalan ke
akhirat bagimu!"
Wiro tertawa gelak-gelak.
"Terhadap titisan dewa kau berani main perintah
seenaknya! Makan pukulanku ini!" bentak Wiro pura-pura marah lalu lancarkan satu
pukulan yang sebenarnya hanya satu kepura-puraan saja. Dia tiada permusuhan
dengan semua orang di situ, karenanya dia tak punya niat untuk turun tangan
jahat! Maklum bahwa tenaga dalam lawan hebat luar biasa, Bogananta cepat-cepat
menghindar sewaktu angin pukulan menyambar ke arahnya dan dengan jurus Naga
Menyelinap Dari Balik Rimba Belantara, Ketua Perguruan Merapi ini kembali
menyerbu! Wiro tak melihat gerakan lawan tahu-tahu tubuhnya sudah berada dekat
sekali dan tinju kiri kanan sudah berada di depan hidung!
Hanya sedetik Pendekar 212 terkesiap melihat jurus serangan yang tak terduga
dari lawan. Sekejap kemudian tangan kirinya sudah bergerak dan pecahan kaca rias
bersudut-sudut runcing melesat ke arah tenggorokan Bogananta!
"Keparat!" maki Bogananta. Dia pergunakan tangan
kanan memukul kaca itu hingga hancur lebur, sebaliknya tinju kiri diteruskannya
ke arah muka lawan! Namun serangan ini telah berkurang kecepatannya karena
gerakan yang dibuatnya waktu memukul hancur kaca tadi!
Dan dengan sendirinya tangan kiri Bogananta menjadi makanan yang empuk bagi
Pendekar 212. Namun karena dia tak punya niat turun tangan jahat maka Wiro cuma
tarik lengan laki-laki itu, memuntirnya dengan cepat! Begitu tubuh Bogananta
terputar, Wiro segera menotok pung-
gungnya. Keluh kesakitan yang hendak keluar dari
mulutnya Bogananta sirna di tenggorokannya karena tubuhnya keburu kaku dilanda
totokan Pendekar212!
Tercekatlah hati Manik Tunggul. Ilmu silat dan
kepandaian calon besannya itu dua tingkat lebih tinggi dari dia! Berarti adalah
mencari konyol kalau dia coba pula turun tangan! Tapi agar tidak dicap pengecut,
Ketua Perguruan Garuda Sakti ini segera lompat ke depan Wiro.
Begitu menyerang dia keluarkan jurus ilmu silatnya yang paling hebat yaitu
Seribu Garuda Mengamuk!
Kedua tangan Manik Tunggul terkembang ke samping
laksana sayap burung garuda. Sekali tubuh kena terpukul pasti hancur remuk! Dari
mulutnya keluar suara berkuik-kuik macam suara garuda sedang di samping memukul,
kedua tangannya secepat kilat bisa berobah menceng-
keram setiap bagian tubuh lawan!
Satu jurus Pendekar 212 kena dirangsak ke sudut
panggung dekat para tamu duduk. Tapi memasuki jurus kedua sekali berkelebat
terdengarlah keluhan Ketua Perguruan Garuda Sakti itu. Tubuhnya terhuyung-huyung
ke muka. Sepasang kakinya laksana tiada bertulang. Tubuh-
nya tergelimpang di panggung. Wiro telah menotok kedua urat kakinya sekaligus
sehingga Manik Tunggul laksana lumpuh tak sanggup berdiri!
Wiro memandang berkeliling dengan tawa berderai.
Tamu-tamu dilihatnya dicekam oleh rasa kejut dan takut.
Inilah saatnya untuk melarikan Permani, pikir Wiro. Segera dia hendak melompat
ke tempat sang dara.
Namun dari panggung sebelah timur melesat sesosok tubuh berjubah hitam.
Lesatannya sangat ringan luar biasa dan tanpa suara tahu-tahu dia sudah di atas
panggung kayu jati!
Manusia berjubah hitam ini ternyata seorang perem-
puan separuh baya yang berparas cantik sekali. Namun sekali melihat sinar
matanya, Wiro segera maklum bahwa manusia ini di samping tinggi ilmu silatnya
juga mempunyai hati jahat!
Tiba-tiba jubah hitam menunjuk cepat-cepat ke arah Wiro Sableng!
"Manusia yang mengaku titisan dewa, harap datang ke hadapanku!" Suara perempuan
ini besar parau dan
menggetarkan liang telinga. Wiro mengagumi kehebatan tenaga dalam perempuan ini.
Siapakah dia pikir Wiro dan tahu bahwa dia berhadapan dengan seorang yang tak
boleh dibuat main-main, Pendekar 212 segera melompat ke panggung kayu jati!
Semua mata kini ditujukan ke panggung, pada kedua orang itu!
"Aku tak suka bikin urusan dengan manusia yang
sembunyikan tampangnya di balik penyamaran! Lekas perlihatkan mukamu yang
sebenarnya dan buka jubah biru itu!" Wiro kaget namun dia tertawa.
"Kupuji ketajaman matamu! Tapi harap kau suka
terangkan siapa kau dan apa maksudmu jual lagak di atas panggung ini!"
Tentu saja Si Jubah Hitam marah sekali. Dia tahan kemarahannya dan berkata
datar, "Ketahuilah, aku datang untuk menagih hutang jiwa!"
"Ohh... kukira kau berdiri di sini hendak membela kedua ketua perguruan itu."
"Aku tak ada sangkut paut dengan mereka! Aku adalah kakak seperguruan Dewi Kala
Hijau yang kau bunuh
beberapa tahun yang lalu!" (Tentang siapa adanya Dewi Kala Hijau harap baca
serial Wiro Sableng yang berjudul Neraka Lembah Tengkorak).
Kaget Wiro Sableng bukan alang kepalang!
Dewi Kala Hijau yang pernah dibunuhnya tempo hari ilmunya tinggi luar biasa. Dan
kini kakak seperguruannya datang menuntut balas! Tentu ilmunya lebih hebat lagi!
Tapi meskipun demikian mana pemuda ini merasa jerih.
Malah dia tertawa dan berkata, "Kau datang kurang cocok waktunya, perempuan
gagah. Sekarang bukan saatnya menagih segala macam hutang, apalagi hutang jiwa!"
Dengan acuh tak acuh Wiro bertindak mendekati
Permani, tapi dari samping Sokananta telah memapasi. Di tangannya kiri-kanan
kini tergenggam dua bilah pedang mustika yang berkilauan ditimpa sinar matahari!
Begitu memapas begitu anak Ketua Perguruan Merapi ini
kiblatkan kedua senjatanya. Wiro yang maklum bahwa dua batang pedang itu bukan
pedang biasa tak mau bertindak ceroboh. Anginnya saja sudah memerihkan kulitnya.
Dia melompat mundur mengelak dan pada saat dia berada dekat Bogananta secepat
kilat Wiro mencabut pedang yang tergantung di pinggang kiri Ketua Perguruan
Merapi itu! Kini sibuklah Sokananta. Dia terdesak hebat ketika salah satu pedangnya dibikin
mental. Muka pemuda
berambut jarang ini pucat lesu sewaktu ujung pedang ayahnya yang di tangan Wiro
menyambar laksana kilat dan merobek besar pakaian di bagian dadanya! Dalam dia
terkesiap kaget dan kecut itu, Wiro lepaskan pukulan tangan kosong. Tak sempat
mengelak tahu-tahu Soka-
nanta telah merasakan tubuhnya kaku tegang tak bisa bergerak lagi!
"Sudah cukup aku melihat pertunjukanmu!" kata satu suara di samping Wiro.
"Sekarang kau hadapi Si Jubah Hitam." Sekali mengusap mukanya maka semua
orangpun gegerlah. Muka yang tadi cantik menawan hati itu kini berubah menjadi
muka tengkorak yang membuat bulu
kuduk menggerinding!
Didahului oleh satu lengkingan dahsyat, Si Jubah Hitam pukulkan tangan kanannya
ke depan. Gelombang angin keras melanda Pendekar 212. Wiro bersuit nyaring dan
berkelebat dengan cepat tapi dari samping Si Jubah Hitam susul dengan pukulan
tangan kiri! Pendekar 212 terkurung di antara dua angin pukulan sekaligus!
"Sialan!" maki Wiro. Dengan serta merta pendekar ini angkat kedua tangannya dan
dorongkan ke muka dalam jurus pukulan yang bernama Benteng Topan Melanda
Samudera! Dua pukulan dahsyat yang mengandung tenaga dalam hebat luar biasa
saling bergulat tindih menindih!
Semua orang yang menyaksikan adu kekuatan tenaga
dalam ini menahan nafas dengan tegang. Jarang sekali pertempuran yang begini
hebat mereka saksikan!
Si Jubah Hitam kernyitkan kening tengkoraknya.
Di kening Wiro sebaliknya kelihatan butiran-butiran keringat.
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Braak! Lantai kayu jati yang diinjak oleh Pendekar 212 hancur roboh!
"Celaka!" keluh Pendekar 212. Ternyata tenaga dalam lawan tidak berada di
bawahnya, malah satu dua tingkat berada di atasnya!
Dengan bersuit nyaring Wiro melompat mundur sejauh dua tombak lalu jungkir balik
sampai tiga kali berturut-turut dan jatuhkan diri di lantai dan seterusnya
berguling cepat!
Dengan demikian baru dia berhasil menolak dan melebur serangan tenaga dalam Si
Jubah Hitam yang sangat
dahsyat itu! "Gila betul!" maki Wiro dalam hati. Kalau dihadapi terus manusia bermuka
tengkorak ini meski belum tentu dia bisa dikalahkan dengan mudah tapi bisa
berabe! Maka dengan cepat Wiro melompat menyambar tubuh Permani!
Tapi celaka, begitu tubuh sang dara berada di atas bahu kirinya, enam orang
telah mengurungnya. Mereka adalah tokoh-tokoh silat yang menjadi tamu dan
bersaha- bat baik dengan kedua Ketua Perguruan yang kini berada dalam keadaan ditotok tak
berdaya! Dengan demikian manusia yang mengeroyok Wiro berjumlah tujuh ditambah
dengan Si Jubah Hitam!
Si Jubah Hitam tertawa panjang.
"Enam manusia tak tahu diri! Kalian mundur semua!
Nyawa pemuda itu hak milikku!"
"Perempuan muka tengkorak!" jawab seorang di antara yang enam sambil
melintangkan senjatanya yaitu sebuah ruyung perak. "Urusanmu, urusanmu! Kami
juga punya kewajiban untuk membunuh manusia yang hendak
menculik anak gadis sahabat kami!"
"Di hadapan Iblis Tengkorak kalian berani jual tampang petantang petenteng!
Pergilah semua!"
Si Jubah Hitam yang mengaku bergelar Iblis Tengkorak dorongkan kedua tangannya
ke muka! Gelombang angin yang dahsyat menyambar. Laksana daun-daun kering
keenam tokoh silat itu terpelanting ke luar panggung! Dua orang muntah darah.
Empat lainnya melingkar pingsan di tanah!
Sewaktu orang-orang itu bertengkar mulut dan sewaktu Iblis Tengkorak menggempur
keenam tokoh silat, maka kesempatan ini dipergunakan oleh Wiro untuk berlalu
dengan cepat. Tapi lebih cepat lagi, tahu-tahu Si Jubah Hitam Iblis Tengkorak
sudah berada di depannya! Dan sekaligus lancarkan sejurus serangan ganas! Wiro
berkelit gesit dan selundupkan satu tendangan ke perut lawan!
Tapi dengan sigap Iblis Tengkorak hantamkan tangan kanannya ke bawah. Karena
tenaga dalam lawan lebih tinggi, Wiro terpaksa tarik pulang tendangannya dan
seba- gai gantinya kirimkan serangan Kunyuk Melempar Buah.
"Apakah tak ada ilmu pukulanmu yang lebih berguna"!"
ejek Iblis Tengkorak. Dan sekali dia kebutkan lengan jubah hitamnya maka
buyarlah serangan Wiro Sableng yang berkekuatan dua per tiga tenaga dalamnya
itu! "Hebat sekali iblis betina ini!" rutuk Wiro. Tubuh Permani diturunkannya,
kemudian diiringi oleh satu bentakan nyaring dia menyerbu ke muka. Tubuhnya
hanya merupakan bayang-bayang! Dua gelombang angin pukulan melanda Iblis
Tengkorak, masing-masing pukulan Orang Gila Mengebut Lalat dan pukulan Angin Es.
Angin besar menderu-deru, mengibarkan jubah hitam Iblis Tengkorak. Sedang udara
mendadak sontak menjadi dingin luar biasa. Semua orang menggigil bergemeletukan
geraham mereka!
Tapi Iblis Tengkorak ganda tertawa.
Dua tangan memukul ke muka. Dua larik sinar hitam menggebu! Wiro meraung!
Tubuhnya mental sampai empat tombak, pakaiannya robek hampir di setiap bagian
sedang dari hidung dan sela bibirnya kelihatan darah ke luar!
Tak ayal lagi Wiro segera telan dua butir pil. Matanya beringas galak. Dan
sewaktu Iblis Tengkorak datang mendekat dengan tertawa, Pendekar 212 segera
sambut dengan pukulan Sinar Matahari.
"Aha! Pukulan Sinar Matahari!" seru Iblis Tengkorak.
"Inilah yang kutunggu!"
Tangan kanannya bergerak membuat lingkaran, kemu-
dian laksana kilat dihantamkan ke muka! Terdengar suara laksana guntur! Satu
gelombang angin hitam bergerak berputar bergulung-gulung lalu menghantam ke muka
laksana topan prahara!
Sinar putih perak pukulan Sinar Matahari yang dilepaskan Pendekar 212 tiada
berdaya dan terbuntal dalam gelungan-gelungan angin hitam pukulan lawan untuk
kemudian melesat kembali menyerang dirinya
sendiri, sekaligus bersama serangan angin pukulan lawan!
Itulah pukulan Raja Angin Mengamuk yang telah dilepas-
kan oleh Iblis Tengkorak!
"Tobat." keluh Pendekar 212! Tangan kanannya
bergerak sebat! Selarik sinar putih yang menyilaukan mata berkiblat dan, ...
Buum! Satu letusan yang luar biasa kerasnya terdengar!
Puncak Gunung Merapi bergetar!
Suara letusan yang dipantulkan kembali oleh dasar kawah tak kalah hebatnya
sehingga semua orang di situ merasakan dunia laksana mau kiamat!
Iblis Tengkorak terkejut besar.
Jantungnya mendenyut sakit sedang kedua lututnya
agak tertekuk! Ketika dia memandang ke depan dilihatnya pemuda itu berdiri
dengan tubuh bergetar, muka pucat pasi dan sepasang mata merah sedang di tangan
kanan- nya tergenggam sebuah kapak bermata dua, yang gagang-
nya terbuat dari gading dan berbentuk kepala naga-nagaan!
Terkesiaplah Iblis Tengkorak melihat kehebatan senjata lawan! Kapak Maut Naga
Geni 212 nyatanya bukan senjata kosong belaka! Pukulan Raja Angin Mengamuk yang
dilepaskan tadi adalah pukulan paling hebat dan ganas yang dimilikinya! Selama
sepuluh tahun memiliki ilmu pukulan itu tak satu lawan gagahpun yang sanggup
menghadapinya! Tapi kini seorang lawan berusia muda sekali dengan Kapak Naga
Geni 212 berhasil memusnah-
kan pukulannya itu!
Kedua mata Pendekar 212 terbuka perlahan. Satu
seringai maut tersungging di bibirnya. Parasnya yang selama ini macam paras
anak-anak dan tolol kini berubah total menggidikkan! Sinar matanya laksana
menembus tembok baja!
"Iblis Tengkorak!" desis Wiro Sableng. "Kalau hari ini aku tak sanggup
memisahkan kepala dan badanmu,
biarlah aku mengundurkan diri dari dunia persilatan selama-lamanya!"
Sebenarnya pemuda ini sudah terluka di dalam. Tapi begitu Kapak Naga Geni 212
berada di tangannya satu aliran sejuk keluar dari gagang kapak dan memberi
kekuatan baru padanya meskipun luka di dalam yang dideritanya tidak bisa
dikatakan sembuh!
Perempuan muka tengkorak tertawa dingin.
"Keluarkan semua ilmu simpananmu. Kalau kau punya sepuluh senjata cabut
sekaligus agar tidak mati penasa-
ran! Sekali Iblis Tengkorak inginkan nyawa seseorang pasti tak bisa lepas. Tak
perduli apakah kau punya tiga kepala enam tangan!"
"Manusia sombong! Kalaupun aku mampus di tangan-
mu tapi kejahatan tak akan sanggup menumbangkan
kebenaran!"
"Jangan mengigau di siang bolong! Hari ini gelar
Pendekar Kapak Maut Geni 212 akan kuhapus dari dunia persilatan!"
Iblis Tengkorak menggembor macam kerbau marah.
Tubuhnya lenyap dan tahu-tahu dua belas serangan telah menyerbu Wiro Sableng!
Yang diserang tak tinggal diam. Begitu Kapak Naga Geni 212 berkiblat maka suara
menderu laksana suara ribuan tawon merangsang telinga! Sedang dari mulut sang
pendekar melengking suara siutan nyaring yang tak menentu dan menusuk gendang-
gendang telinga!
Kejut Iblis Tengkorak bukan alang kepalang.
Putaran angin kapak tak sanggup diterobos oleh
pukulan-pukulan yang dilancarkannya. Sebaliknya angin kapak itu memerihkan mata
serta kulitnya. Dan ditambah pula oleh suara mengaung serta siulan yang tiada
henti-hentinya menusuk liang telinganya, membuat gerakan-gerakannya kacau balau!
Dengan penasaran dan kalap, dalam jarak sedekat itu Iblis Tengkorak lepaskan
pukulan Raja Angin Mengamuk.
Tapi cepat-cepat dia tarik pulang tangan kanannya karena jurus putaran kapak
yang bernama Pecut Sakti Menabas Tugu yang dilancarkan oleh Pendekar 212 hampir
saja membuat tangan kanannya terbabat putus!
Semua orang yang menyaksikan tak dapat lagi melihat wujud tubuh kedua manusia
yang bertempur itu. Menyak-
sikan lama-lama mata mereka menjadi sakit dan kepala masing-masing menjadi
pusing! Telah dua kali Iblis Tengkorak tukar ilmu silatnya namun tetap saja dia kena
didesak! Tubuhnya telah mandi keringat dingin. Tiba-tiba dengan licik manusia
muka tengkorak ini menyelundup ke belakang tubuh Pendekar 212 dan dari belakang
ini lancarkan satu serangan maut yang ganas!
Tapi Wiro sudah lebih dahulu rasakan datangnya angin serangan yang dingin di
punggungnya. Dengan lancarkan jurus Di Balik Gunung Memukul Halilintar Wiro
balikkan badan!
Iblis Tengkorak tak mengira lawannya akan mengetahui posisinya dan bisa
menyerang secepat itu. Dengan gugup dia mengelak. Wiro susul dengan jurus
Membuka Jendela Memanah Rembulan yang tak asing lagi. Tangan kirinya membabat ke
pinggang lawan. Jubah hitam masih bisa berkelit tapi serangan yang lebih ganas
tak dapat dihin-
darkannya yaitu serangan kapak yang laksana anak panah melesat menyambar ke arah
batang lehernya!
Craas! Darah memancur.
Tubuh Iblis Tengkorak roboh ke lantai panggung. Kepa-
lanya menggelinding mengerikan!
Semua orang menjadi gempar!
Dan ketika mereka memandang lagi ke atas panggung, Wiro Sableng sudah tak ada.
Bahkan kemudian mereka menyadari bahwa Permani pun tak ada lagi di hadapan
podium! Untuk kedua kalinya semua orang menjadi
gempar! WIRO SABLENG RAHASIA LUKISAN TELANJANG
13 NIKAH Goanya?" tanya Wiro seraya melompat turun dari punggung kuda. Dalam
perjalanan melarikan diri
Ibersama Permani mereka berhasil mendapatkan dua
ekor kuda hitam milik anak-anak murid Perguruan Garuda Sakti.
Permani anggukkan kepala lalu turun pula dari
kudanya. Sebuah batu yang sangat besar menyumpal mulut goa.
Wiro Sableng kerahkan tenaga dalam. Setelah bekerja keras beberapa lamanya baru
batu besar itu bisa dising-
kirkan. Didahului oleh Permani keduanya masuk ke
dalam.Ternyata goa itu cuma delapan tombak dalamnya.
"Kanda Panuluh!"
Tiba-tiba mengumandang pekik Permani. Dara ini lak-
sana diburu sctan lari ke depan dan meraung keras.
Menangis sambil tiada hentinya menyebut nama tadi!
Wiro Sableng berdiri termangu.
Seorang pemuda yang berada dalam keadaan menye-
dihkan tersandar ke dinding goa. Tangan dan kakinya diikat dengan rantai besi
yang dipakukan ke dinding kuat sekali. Dia hanya mengenakan sehelai cawat.
Sekujur tubuhnya penuh oleh guratan-guratan merah yang dalam bekas cambukan.
Mukanya babak belur. Bibir pecah, pipi lecet, sedang kedua mata bengkak
menggembung. Pada bawah mata dan hidung kelihatan noda-noda darah yang telah
membeku! Dan Permani menangis memeluki tubuh pemuda itu.
Wiro menggigit bibir. Dia maklum kalau pemuda itu sudah tiada bernafas lagi.
Tiba-tiba Wiro berteriak,
"Jangan!" Dan secepat kilat melompat ke muka
menangkap tubuh Permani. "Bunuh diri tak ada gunanya!"
seru Wiro. Menyadari bahwa pemuda kekasihnya telah mati maka tadi Permani hendak benturkan
kepalanya ke dinding goa.
Untung Wiro masih sempat menghalanginya.
"Tenanglah Permani," bisik Wiro coba menghibur.
"Tidak! Lepaskan aku Wiro! Lepaskan!" teriak sang dara keras dan meronta-ronta
laksana orang gila!
"Jangan mengambil jalan sesat!"
"Tak perlu aku hidup lebih lama! Orang yang kukasihi telah tiada!" Lengking
Permani. "Lepaskan! Biar aku bunuh diri Wiro! Lepaskan!"
Karena Permani adalah seorang gadis yang mendapat didikan ilmu silat dari
ayahnya maka dengan susah payah baru Wiro berhasil menotok tubuhnya hingga dia
lemas dan disandarkan ke dinding. Suara tangisnya menyayat hati.
Wiro melepaskan dengan paksa rantai-rantai yang
mengikat tangan serta kaki Panuluh lalu membaringkan pemuda itu di lantai goa.
Permani tutupkan kedua
matanya, tak tahan melihat keadaan kekasihnya itu.
"Apakah ayahmu yang melakukan kekejaman ini?"
tanya Wiro. "Sokananta! Dia dan orang-orangnyalah yang
melakukan!"
"Bangsat itu akan dapat ganjaran dariku kelak!" desis Wiro Sableng. Dia
memandang ke luar goa. "Masih ada waktu untuk menguburkan jenazahnya petang ini
sebelum senja datang. Apakah kau bisa menahan hati" Kalau tidak, aku tak bisa
melepaskan totokanmu..."
Permani tak menjawab. Suara tangisnya memenuhi
seluruh goa. Wiro Sableng memanggul mayat Panuluh dan membawanya ke luar goa.
Satu jam kemudian ketika dia masuk, Permani masih juga menangis meskipun kedua
matanya yang seperti bintang timur itu kini telah menjadi bengkak. Wiro duduk
bersandar di hadapannya, tak
berkata apa-apa. Kalau sudah letih tentu dia akan hentikan sendiri tangisnya,
pikir Wiro. Senja telah turun dan malampun tiba. Di luar angin malam yang dingin merambas
masuk ke dalam goa. Wiro merasakan perutnya yang sudah lapar menjadi tambah
perih oleh hembusan angin dingin itu.
Bila tangis Permani sudah mereda maka Wiro berkata,
"Aku akan cari makanan buat kita. Kau tunggulah di sini!
Berteriak keras-keras kalau ada apa-apa!"
Kemudian Wiro berdiri dan melangkah. Belum lagi dia mencapai mulut goa mendadak
di luar sana, dalam
kegelapan malam didengarnya suara semak belukar
bergesekan dan suara langkah-langkah kaki yang banyak sekali. Sesaat kemudian
kelihatanlah beberapa sosok manusia bergerak ke arah goa. Wiro yang maklum akan
datangnya bahaya segera menyongsong ke luar goa. Jika terjadi pertempuran satu
lawan banyak di dalam goa dia bisa kepepet!
Yang datang berjumlah lima belas orang. Orang
pertama dikenali Wiro adalah bukan lain dari Sokananta, kemudian Bogananta,
menyusul Manik Tunggul. Yang lain-lainnya adalah anak-anak murid Perguruan
Merapi dan Perguruan Garuda Sakti. Semuanya mencekal pedang!
Ketika Wiro Sableng memandang ke ujung kanan, samar-samar di kegelapan malam
dilihatnya orang yang keenam belas! Orang ini tak dikenal dan tak dilihat
sebelumnya waktu di puncak Gunung Merapi. Tubuhnya gemuk luar biasa seperli bola
api, lucunya celana panjang dan bajunya sangat kecil sekali, hampir-hampir tak
dapat menutupi tubuhnya yang macam kerbau buntak itu. Manusia
berkepala botak ini memegang seuntai tasbih di tangan kirinya dan mulutnya
senantiasa komat-kamit tak bisa diam!
Tiba-tiba Manik Tunggul melangkah besar-besar ke
hadapan Wiro dan membentak nyaring, "Mana anakku"!"
Wiro sunggingkan senyum sinis lalu menunjuk pada
kuburan baru yang tanahnya masih merah.
"Tanyakanlah pada makam baru itu!"
Terkejutlah Manik Tunggul serta yang lain-lainnya.
"Bangsat rendah! Anakku kau bunuh"!" Manik Tunggul menggeram dan sepuluh kuku-
kuku tangannya menyambar ke muka tapi dielakkan dengan gesit oleh Wiro.
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mari kita satai beramai-ramai jahanam ini!" teriak Bogananta seraya kiblatkan
pedang dan kirimkan satu tusukan ke leher Wiro. Sokananta dan dua belas orang
lainnya segera menyerbu! Empat belas batang pedang berserabutan dan sepuluh jari
berkuku panjang mencakar dengan ganas! Satu-satunya orang yang tak ikut
menyerang ialah si gemuk pendek yang memegang tasbih.
Dia memperhatikan saja sambil mulutnya terus berkomat-kamit!
"Tahan!" teriak Wiro sambil melompat mundur ke pintu goa.
Tapi yang menyerangnya terus memburu!
"Sialan! Kalau kalian tak mau hentikan serangan ini jangan menyesal!"
Bogananta dan yang lain-lainnya tak ambil perduli.
Wiro cabut Kapak Maut Naga Geni 212 dari
pinggangnya. Wuut! Sinar putih menyilaukan menderu, suara laksana ribuan tawon menggerung dan empat
anak buah Perguruan
Merapi menjerit roboh mandi darah. Yang lain-lainnya tersurut mundur sampai lima
langkah! Mereka menjadi kecut dan bimbang untuk menyerbu kembali!
"Manik Tunggul!" kata Wiro dengan suara keras
sehingga semua orang mendengar. "Anakmu masih hidup.
Tapi kehancuran hati yang dideritanya membuat nasibnya lebih buruk daripada
seseorang yang telah mendahu-
luinya!" "Kalau masih hidup di mana dia sekarang?" tanya
Sokananta lantang.
"Durjana cacingan tak usah buka mulut! Aku tidak
bicara pada kau!" tukas Wiro.
Kelamlah paras Sokananta ditelan kemarahan!
"Lalu ini kuburan siapa"!" tanya Manik Tunggul.
"Jangan pura-pura tidak tahu, Manik Tunggul! Masa kau lupa pada seorang pemuda
bernama Panuluh, yang
ditawan dan disiksa setengah mati oleh durjana cacingan itu lalu disekap di goa
ini sampai akhirnya menemui kematian dalam cara yang mengerikan"!"
Kagetlah Manik Tunggul. Dia berpaling pada Sokananta.
Tapi saat itu Sokananta sudah membentak Wiro
kembali, "Lekas katakan di mana calon istriku!"
Wiro tertawa gelak-gelak.
"Kekasihnya kau tawan, kau siksa sampai mati! Apakah kau masih punya muka untuk
mengawini gadis itu"!"
Rahang Sokananta kelihatan terkatup rapat-rapat.
Manik Tunggul masih memandang pada Sokananta,
lalu bertanya, "Calon menantuku, apakah yang diucapkan bedebah ini betul"!"
Sokananta tertawa. "Namanya saja manusia bedebah.
Masa bicaranya bisa dianggap betul" Setelah dia
melarikan Permani di depan hidung kita apakah bangsat ini masih bisa dipercaya"!
Dia hendak mengelabuhi kita dan mengadu domba kita satu sama lain!"
Wiro menggerendeng. "Keparat, dosamu sudah lewat
takaran! Lekas kau dan kambrat-kambratmu angkat kaki dari sini! Kalau tidak kau
bakal menjadi manusia pertama yang bakal kubelah kepalanya sesudah empat krocomu
itu!" "Bangsat rendah! Jangan kira kali ini kau bisa lolos dari liang kubur yang
telah kau gali sendiri!" Sokananta palingkan kepala ke arah laki-laki gemuk yang
memegang tasbih. "Tasbih Kumala, kau tunggu apalagi"!"
Manusia gemuk pendek kepala botak menyeringai.
Mulutnya dalam menyeringai itu masih terus juga ber-
komat-kamit! Sekali dia bergerak, tubuhnya sudah berada di samping Sokananta.
"Inikah tampang manusianya yang kau minta aku untuk membereskannya, Soka?" tanya
Tasbih Kumala dengan mata menyelidik dari atas ke bawah. Sokananta
mengangguk. Tasbih Kumala tertawa gelak-gelak. Hebat sekali suara tertawanya, laksana
merobek langit di malam hari itu!
Tasbih Kumala melirik pada senjata yang di tangan Wiro lalu membentak, "Pemuda
bau pupuk! Betul kau orangnya yang bergelar Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212"!"
"Sobat," sahut Wiro, "melihat kepada gelarmu pastilah kau seorang tokoh silat
yang ternama. Aku hormati kau.
Tapi harap jangan ikut campur urusan orang! Karena kau tak kuundang untuk datang
ke sini, sebaiknya segera angkat kaki!"
"Bapak moyangmu!" bentak Tasbih Kumala, dia
melangkah ke muka.
"Tunggu dulu!" seru Manik Tunggul. "Sebelum kita
mengeremus budak keparat ini, aku harus tahu dulu beberapa hal!"
"Ah, kau hanya menambah panjang umurnya beberapa
detik saja, Manik Tunggul!" kata Bogananta.
"Sokananta, betul kau yang menangkap dan menyiksa Panuluh, lalu menyekapnya
sampai mati di dalam goa ini"!"
Sokananta jadi beringasan! "Kenapa antara kita musti berprasangka yang bukan-
bukan"!"
Wiro menengahi, "Manik Tunggul, kau juga ikut ber-
tanggung jawab atas kematian Panuluh! Kau yang
memaksa anak gadismu untuk kawin dengan jahanam
cacingan ini! Kau gila nama besar! Kau pengecut kelas satu yang mau menjual anak
sendiri karena ditekan oleh Ketua Perguruan Merapi..."
"Tutup mulutmu!" teriak Manik Tunggul marah.
Tiba-tiba Sokananta berteriak beri komando. Maka
Bogananta, Tasbih Kumala dan anak-anak murid Perguru-
an Merapi segera menyerbu. Manik Tunggul tetap berdiri dengan bimbang. Dua orang
anak buahnya karena melihat Ketua mereka berdiam diri, tidak berani masuk ke
dalam pertempuran!
Mendadak dari dalam goa terdengar seruan perem-
puan, "Wiro! Wiro! Kaukah yang bertempur itu" Wiro...!"
Mengenali bahwa itu adalah suara anaknya yang
ternyata masih hidup, legalah hati Manik Tunggul dan pikiran jernih menyeruak di
dalam kepalanya kini. Tiba-tiba dia melompat ke muka dan berteriak, "Sokananta
bajingan! Kaulah yang jadi biang racun! Kau harus mampus di tanganku!"
Sepuluh kuku-kuku jari dengan ganas menyambar
Sokananta! Karena tak diduga akan diserang sehebat itu dan secara tiba-tiba oleh
calon mertuanya sendiri maka Sokananta yang mengeroyok Wiro Sableng tak punya
kesempatan untuk mengelak!
WIRO SABLENG RAHASIA LUKISAN TELANJANG
14 EKEJAP lagi sepuluh kuku jari Manik Tunggul akan
mengeremus hancur muka Sokananta, tiba-tiba,
SWuut! Sebuah pedang menyambar dahsyat ke arah
kedua lengan Ketua Perguruan Garuda Sakti itu!
"Manik Tunggul manusia ular kepala dua! Akulah
lawanmu!" Ketika berpaling ke kanan ternyata yang menyam-
pokkan pedang tadi adalah Bogananta! Mendidihlah darah di kepala Manik Tunggul!
"Bogananta keparat! Kau sama saja dengan anakmu!"
Maka kedua orang itupun bertempurlah satu lawan
satu dengan hebatnya. Tapi di samping tenaga dalamnya lebih rendah dan lawan
bersenjatakan pedang pula maka lima jurus kemudian Manik Tunggul-pun kena
didesak! Di lain pihak Wiro yang dikeroyok oleh Sokananta dan Tasbih Kumala serta tujuh
orang lainnya berkelebat cepat, bertahan dengan hebat dan sekali-sekali
lancarkan serangan balasan yang ganas! Meski dia telah merobohkan dua orang anak
murid Perguruan Merapi, namun keada-
annya tak bisa dikatakan di atas angin. Sokananta dan yang lain-lainnya bukan
apa-apa. Tasbih Kumala-lah yang tak bisa dianggap remeh! Setiap senjatanya
berkelebat, satu gelombang angin yang laksana gunung beratnya menerpa Pendekar
212! Dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau tubuh seseorang kena dilanda oleh
tasbih sakti itu!
Dua jeritan terdengar. Dua anak murid Manik Tunggul yang ikut mengeroyok
Bogananta mandi darah dilanda pedang.
Pada jurus keenam tadi dalam pertempuran satu lawan satu, Manik Tunggul telah
didesak hebat oleh Bogananta.
Kedua anak buahnya turun membantu dalam jurus
kesembilan mereka kena dihantam Bogananta. Dan kini dalam jurus kesepuluh
kembali Manik Tunggul didesak hebat!
Pada saat Wiro Sableng berhasil merobohkan lagi dua orang pengeroyoknya, maka
pada saat itu pula terdengar jeritan Manik Tunggul!
Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang dengan kedua tangan memegangi dada yang
robek besar dibabat ujung pedang. Darah membanjir. Pada saat tubuhnya melingkar
di tanah, detik itu pula nyawanya lepas!
"Jahanam!" teriak Pendekar 212. Dari mulutnya
terdengar suara bentakan menggeledek. Tubuhnya mele-
sat enam tombak ke samping. Kapak Naga Geni 212
berkiblat memancarkan sinar putih dan menebar suara bergaung.
"Ayah, awas!" teriak Sokananta.
Bogananta memang sudah melihat datangnya
sambaran senjata lawan. Dengan cepat dia angsurkan pedang mustikanya ke depan
untuk menangkis!
Trang! Terdengar suara senjata beradu. Pedang di tangan
Bogananta patah dan mental. Di kejap itu pula terdengar lolongannya macam kerbau
disembelih! Batang lehernya hampir putus terbabat mata kapak, tubuhnya roboh ke
tanah! Wuut! Satu sambaran angin mendera ke arah punggung
Pendekar 212. Wiro melompat ke muka dan balikkan
badan, sekaligus kiblatkan kapak. Yang menyerangnya ternyata Tasbih Kumala!
"Manusia-manusia keparat!" kertak Wiro. "Satu nyawa Manik Tunggul harus dibayar
dengan nyawa kalian semua!"
Dari mulut Pendekar 212 kemudian terdengarlah
kumandang suara siulan yang menggidikkan bulu roma!
Jurus-jurus silatnya dengan serta merta berubah total. Tiga pekikan terdengar,
menyusul kemudian dua pekikan lagi!
Lima korban terhampar di tanah!
Kecutlah nyali Tasbih Kumala dan lebih-lebih
Sokananta. Hanya mereka berdua kini yang masih hidup!
Dan itupun tak lama. Dua jurus di muka si gemuk pendek Tasbih Kumala keluarkan
seruan kesakitan. Lengan
kanannya yang memegang tasbih terbabat buntung.
Buntungan bersama tasbih mencelat ke udara! Kapak Naga Geni 212 berbalik dan,
cras! Terpisahlah kepala dan badan Tasbih Kumala!
Lumerlah nyali Sokananta!
Tanpa tunggu lebih lama pemuda ini balikkan tubuh dan ambil langkah seribu!
"Jahanam cacingan! Kau mau minggat ke mana"!
Tempatmu toh di neraka!"
Wiro gerakkan tangan kirinya. Siap untuk lepaskan pukulan Sinar Matahari. Tapi
dibatalkannya. Sebagai gantinya dia lepaskan satu totokan jarak jauh yang ampuh!
Tak ampun lagi tubuh Sokananta yang lari kencang itu mendadak sontak menjadi
kaku tegang! Permani meratap memeluki mayat ayahnya. Wiro telah melepaskan totokan gadis itu.
Kegelapan malam, angin dingin yang mencucuki tulang-tulang sungsum, tebaran
mayat di mana-mana serta suara tangis Permani merupa-
kan hal-hal yang tidak enak bagi Wiro Sableng.
Setelah menunggu beberapa lamanya Wiro kemudian
berkata, "Tak ada gunanya tangis itu, Permani. Tak ada gunanya membuang-buang
air mata lebih banyak! Kejadian begini sudah ditakdirkan menjadi nasibmu oleh
Yang Kuasa. Masuklah ke dalam goa..."
Gadis itu sadar. Perlahan-lahan dia berdiri dan menyeka kedua matanya. Setindak
dia hendak melangkah ke mulut goa, pandangannya membentur Sokananta yang tegak
kaku akibat totokan Wiro. Maka menggemuruhlah amarah Permani. Dengan segera dia
mencabut sebilah keris yang tersisip di pinggang ayahnya dan berlari ke arah
Sokananta seraya berteriak, "Bangsat! Kaulah yang jadi biang racun segala-
galanya!" "Permani!" seru Sokananta dengan keras tapi gemetar.
"Ampunilah selembar nyawaku ini."
"Ini ampun untukmu!" teriak Permani garang dan keris bereluk tujuh di tangan
kanannya dihunjamkannya keras-keras ke dada pemuda itu.
Sekejap lagi ujung keris akan menembus dada
Sokananta, sebuah tangan yang kuat mencekal lengan Permani!
"Lepaskan tanganku!" teriak si gadis kalap.
Karena Permani seorang yang mempelajari ilmu silat serta memiliki tenaga dalam
yang cukup ampuh agak sukar juga bagi Wiro menahan gadis itu.
"Dengar Permani! Kematian dengan tusukan keris
seperti ini terlalu enak baginya!" kata Wiro. "Bangsat ini musti diberi ganjaran
yang setimpal...!"
Gelora amarah Permani menyurut. Dua bola matanya
memandang besar-besar ke arah Wiro. Dan dia kemudian maklum apa yang dikatakan
Wiro adalah benar. Dilempar-
kannya keris di tangan kanan. Lalu dijambaknya rambut Sokananta dan diseretnya
ke dalam goa. Dengan rantai-rantai besi yang dulu pernah mengikat Panuluh,
Permani membelenggu kedua tangan dan kaki Sokananta.
"Permani, kau mau bikin apa..."!" tanya Sokananta.
Keringat dingin membasahi sekujur badannya.
Gadis itu tak menjawab. Dia lari ke luar goa. Sewaktu masuk lagi di tangannya
ada seutas akar gantung
sepanjang satu setengah tombak. Permani putar-putarkan akar gantung itu di atas
kepalanya. "Permani..."
Suara seruan Sokananta putus dilanda bunyi akar
gantung yang mendera dadanya. Pakaiannya yang bagus robek, kulit dadanya
tergurat lecet dan berdarah! Puluhan kali di dalam goa itu terdengar suara
cambukan-cambukan yang dahsyat! Sokananta telah lama pingsan. Parasnya hancur
tak dapat dikenali lagi dan bergelimang darah.
Pakaiannya robek-robek, sekujur kulit badannya pecah-pecah bermandi keringat dan
darah! Bila matahari mulai naik di pagi keesokannya, maka di depan mulut goa itu
kelihatan sebuah kuburan baru lagi.
Kuburan Manik Tunggul yang berdampingan dengan
kuburan Panuluh. Di bagian kepala kedua kuburan itu diletakkan dua buah batu
besar dan pada batu itu dengan dua ujung jari-jari tangannya Wiro telah
menggurat nama kedua orang itu.
"Kau akan kembali ke kota?" tanya Wiro Sableng yang berdiri di samping Permani
dan tengah memandangi dua kuburan bertanah merah itu.
Si gadis gelengkan kepalanya.
"Memang tak ada gunanya ke Paritsala. Lebih baik
terus langsung pulang ke kota kediamanmu..."
"Tidak, aku tak akan kembali pulang."
Wiro kernyitkan kening. "Lalu...?"
"Aku akan tinggal di sini. Akan bertapa di goa..."
Wiro hendak tertawa tapi tak jadi. Dia berkata, "Ibumu akan susah bila kau tak
kembali..."
"Setelah ayah meninggal, aku cuma sebatang kara di dunia ini..."
"Jadi ibumu juga sudah meninggal?"
Permani mengangguk.
"Kau tak punya kerabat atau saudara?"
"Tidak..."
"Tapi hendak bertapa dalam umur semudamu ini betul-betul belum masanya, Permani.
Kau menyia-nyiakan masa mudamu dan juga masa depanmu!"
"Masa muda dan masa depanku tak ada lagi sejak
orang yang kucintai masuk di bawah tumpukan tanah merah itu..." sahut Permani
dan butir-butir air mata ber-
jatuhan melewati kelopak kedua matanya.
Wiro Sableng menghela nafas. Sungguh sayang dara
secantik ini memutuskan untuk jadi pertapa. Tapi bagai-
mana dia bisa melarang" Diam-diam diperhatikannya paras Permani dari samping dan
ketika gadis itu memutar kepala ke arahnya, pandangan mereka saling beradu untuk
beberapa lamanya.
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dunianya Panuluh berakhir sampai di tempat ini,
Wiro," bisik Permani. "Aku akan tinggal di sini sampai akhirnya nanti pada suatu
ketika duniaku pun akan berakhir pula di sini, di hadapan kuburnya..."
Wiro Sableng merasa terharu sekali. Betapa agungnya nilai-nilai cinta sejati,
pikir pemuda ini.
"Di samping bertapa, aku akan memperdalam ilmu silat yang pernah diwariskan
ayah..." "Itu sudah semestinya..." kata Wiro perlahan. Hatinya tetap menyayangkan
keputusan gadis itu untuk tinggal di goa itu dan bertapa sekalipun sambil
memperdalam ilmu silatnya.
"Dunia ini penuh dengan orang-orang jahat. Setiap kejahatan kadangkala dibarengi
dengan ilmu yang tinggi-tinggi. Aku khawatir tinggal di sini kau bakal menemui
nasib buruk..."
Permani menatap paras pemuda itu sebentar lalu
tundukkan kepalanya dan untuk beberapa lamanya
suasana diliputi kesunyian.
"Aku akan mencuci tangan di anak sungai tak jauh dari sini. Sebentar aku
kembali..." kata Wiro.
WIRO SABLENG RAHASIA LUKISAN TELANJANG
15 ETIKA berjalan kembali ke goa sehabis member-
sihkan tangan dan beberapa bagian tubuhnya Wiro
Ktersentak kaget. Telinganya yang tajam mendengar suara ribut-ribut seperti
suara orang berkelahi yang diselingi suara tertawa gelak-gelak! Tanpa membuang
waktu dia berlari cepat. Begitu sampai di depan goa, terkejutlah murid Eyang
Sinto Gendeng ini!
Dilihatnya Permani tengah bertempur melawan seorang laki-laki berjubah kuning
yang tangannya cuma satu. Sebe-
narnya tak bisa dikatakan pertempuran. Lebih tepat kalau dikatakan bahwa Si
Jubah Kuning bertangan buntung itu tengah mempermain-mainkan Permani serta
kurang ajar dan sambil tertawa-tawa. Setiap kali dia bergerak tangan kanannya
meraba ke bagian-bagian tubuh Permani yang terlarang hingga gadis ini mengamuk
penuh amarah. Tapi semua serangannya luput!
Tak jauh dari tempat terjadinya perkelahian tegak berdiri orang kedua, juga
berjubah kuning dan cuma punya satu mata alias picak! Dia menyaksikan
perkelahian itu dengan gelak tawa gembira.
"Ayo Sumplung! Robek saja pakaiannyal Biar mataku yang cuma satu ini bisa lihat
kebagusan tubuhnya! Ah...!
Sudah lama mataku tak melihat tubuh telanjang! Ha... ha...
ha!" Di samping si mata picak ini, tersandar ke sebatang pohon, kelihatan sebuah
lukisan perempuan telanjang.
Lukisan itu sudah agak kotor dan kayu pigura bagian bawahnya ada bekas
sambungan! Seperti kawannya,
diapun memelihara berewok. Kalau tadi Wiro sudah
demikian terkejutnya melihat pertempuran antara Permani dan si tangan buntung
maka melihat lukisan telanjang itu puluhan kali dia lebih terkejut!
Tak bisa tidak kedua manusia berjubah kuning ini
adalah Sepasang Elmaut Kuning yang telah membunuh Si Pelukis Aneh dan mencuri
lukisan perempuan telanjang itu!
Ditambah dengan menyaksikan apa yang diperbuat si tangan buntung terhadap
Permani maka menggemuruhlah amarah Wiro Sableng.
"Iblis-iblis kesasar! Dicari-cari tidak ketemu! Sekarang tahu-tahu kalian muncul
di depan hidungku!" Serentak dengan itu Wiro Sableng segera melompat ke hadapan
si tangan buntung!
Kedua manusia berjubah kuning itu memang bukan lain dari Sepasang Elmaut Kuning
adanya. Bagaimana mereka bisa sampai ke tempat itu"
Seperti telah diceritakan sebelumnya, mereka diam di sebuah goa yang terletak di
lembah berbatu-batu. Karena sebegitu jauh mereka belum juga bisa membongkar
rahasia yang tersembunyi di dalam lukisan perempuan telanjang maka keduanya
akhirnya memutuskan untuk pergi ke kampung tempat kediaman calon murid Si
Pelukis Aneh yaitu Wira Prakarsa. Mereka menduga anak itu pasti mengetahui
rahasia tersebut dan kemudian memaksanya untuk memberi keterangan! Di samping
itu, diam lama-lama di lembah batu sudah terasa tidak aman bagi
Sepasang Elmaut Kuning. Anak-anak murid Perguruan Seberang Kidul dan Si Katai
Bisu telah mengetahui tempat persembunyian mereka tersebut. Meski orang-orang
itu telah berhasil mereka kirim ke akhirat namun bukan tak mustahil banyak lagi
tokoh-tokoh silat akan mendatangi mereka untuk menuntut balas ataupun mencuri
lukisan yang ada di tangan mereka. Maka keduanyapun berang-
katlah meninggalkan lembah batu. Dalam perjalanan mereka melewati tempat di mana
Permani berada dan yang saat itu tengah berdiri di depan makam Panuluh dan
ayahnya. Melihat gadis cantik di tengah daerah liar begitu rupa, tentu saja
Sepasang Elmaut Kuning jadi tertarik.
Nafsu bejat merangsang keduanya dan Elmaut Kuning Kuping Sumplung 'turun tangan'
lebih dulu hingga akhirnya terjadilah pertempuran!
Sepasang Elmaut Kuning bukan kepalang terkejut
mereka sewaktu mendengar bentak memaki Wiro Sableng.
Lebih-lebih Kuping Sumplung yang saat itu tengah
menjamahi tubuh Permani sambil tertawa mengekeh! Dia dengan cepat menyurut
mundur sewaktu merasa satu
angin mendorongnya dengan hebat hingga kalau saja dia tidak lekas-lekas kerahkan
tenaga dalamnya pastilah akan dibuat mencelat mental!
"Pemuda gondrong hina dina!" bentak Kuping
Sumplung. "Siapa kau"!"
"Kau dan kambratmu yang bermata satu itu pastilah Sepasang Elmaut Kuning!"
"Hem... matamu cukup tajam untuk mengenali kami.
Lekas terangkan siapa kau dan apakah mau mencari
mampus sengaja membuat kericuhan di sini"!"
Wiro tertawa mengejek. "Mataku bukan cuma cukup
tajam mengenali tampang-tampang kalian, tapi juga mengetahui bahwa kalianlah
bangsat-bangsatnya yang telah membunuh Si Pelukis Aneh lalu melarikan lukisan
perempuan telanjang itu! Dan kini kau yang berkuping sumplung bertangan buntung
berani bikin kurang ajar terhadap kawanku!"
"Ho... ho, jadi kau adalah kawannya si cantik ini"! Kalau begitu biar kau
kubikin mampus lebih dulu agar kami berdua tak banyak rintangan untuk menikmati
tubuhnya nanti!"
Elmaut Kuning Kuping Sumplung tutup ucapannya
dengan serangan tangan kanan yang hebat dan ber-
kekuatan sepertiga tenaga dalamnya. Satu kali pukul dia berharap akan dapat
membuat pemuda itu menemui
ajalnya, sekurang-kurangnya luka parah dan cacat seumur hidup!
Tapi bukan main kejut Kuping Sumplung ketika melihat bagaimana pemuda itu bukan
saja berhasil mengelakkannya tapi juga ganti membalas dengan satu serangan yang ganas!
Elmaut Kuning Kuping Sumplung melompat ke
samping. Tangan kanannya kirimkan jotosan angin keras sedang kaki kanan serentak
dengan itu menendang ke pinggang. Inilah jurus yang dinamakan Dua Palu Sakti
Melanda Mega. Angin serangannya saja hebatnya bukan olah-olah!
Pendekar 212 Wiro Sableng melompat satu setengah
tombak ke udara. Tendangan maut lawan lewat, sebaliknya dengan tangan kirinya
Wiro sengaja memapasi lengan lawan. Elmaut Kuning Kuping Sumplung kertakkan
rahang! Seluruh tenaga dalamnya dialirkan ke tangan kanan!
Sebagai seorang tokoh silat yang ditakuti di delapan penjuru angin, Kuping
Sumplung merasa bahwa tenaga dalamnya jauh lebih tinggi dari lawan. Dia sengaja
mengambil keputusan untuk bentrokan lengan dengan lengan dan memastikan lengan
lawannya akan patah! Di lain pihak memang bentrokan inilah yang dikehendaki Wiro
Sableng! Sekejap kemudian lengan kedua orang yang bertempur itupun beradu!
Wiro Sableng mengerenyit. Lengannya tergetar sakit.
Kulitnya keriputan dengan serta merta. Sebaliknya dari mulut Elmaut Kuning
Kuping Sumplung terdengar suara pekik setinggi langit.
Dia melompat dua tombak ke belakang. Lengannya
yang beradu kelihatan terkulai bergoyang-goyang! Ternyata tulang lengannya telah
patah! Untung daging lengan itu hanya sebagian saja yang hancur, kalau tidak
pasti di saat itu juga lengan kanan Kuping Sumplung akan putus dua!
Namun demikian keadaan Kuping Sumplung adalah parah sekali! Tak mungkin baginya
untuk meneruskan pertem-
puran! Bahkan mungkin lengannya itu tak bisa diper-
gunakan lagi untuk selama-lamanya! Dengan menggigit bibir menahan rasa sakit,
Kuping Sumplung totok beberapa urat di pangkal bahunya. Rasa sakitpun hilang.
Melihat kambratnya dibikin demikian rupa marahlah Elmaut Kuning Mata Picak!
Berewoknya meranggas kaku karena luapan amarah itu! Di samping marah dia juga
terkejut karena tidak menyangka bahwa pemuda
bertampang tolol itu berkepandaian sedemikian tingginya!
Dengan langkah-langkah besar Mata Picak maju ke
hadapan Pendekar 212 Wiro Sableng!
"Budak anjing hina dina!" bentaknya, "Aku tak begitu senang membunuh manusia
yang aku tidak tahu siapa adanya! Lekas terangkan namamu!"
Wiro tertawa bergelak dan bertolak pinggang. "Bicara-
mu keren sekali, Mata Picak," sahut Wiro. Dia melirik pada Elmaut Kuning Kuping
Sumplung yang duduk menjelepok di tanah sambil berusaha mengobati lengannya yang
patah. "Namaku kau tak perlu tahu. Tapi apakah kau kenal dengan tiga buah angka
ini"!" Habis berkata begitu Wiro pukulkan telapak tangan kanannya ke arah dada
Mata Picak. Selarik angin menyambar panas!
"Kurang ajar!" maki Mata Picak seraya menyingkir ke samping. Dia terkejut ketika
mendengar suara jeritan di belakangnya. Sewaktu berpaling dilihatnya Kuping Sum-
plung yang menjelepok di tanah terjerongkang ke
belakang, menggeletak di tanah tanpa bergerak lagi! Dan di keningnya yang saat
itu menjadi hitam jelas kelihatan tiga buah angka putih 212!
Tergetarlah hati Elmaut Kuning Mata Picak! Sejak
hampir satu tahun belakangan ini dia telah mendengar tentang munculnya seorang
pendekar yang berjuluk Pen-
dekar Kapak Maut Naga Geni 212! Belasan tokoh silat golongan hitam menemui ajal
di tangannya! Bahkan
banyak pula partai-partai silat yang hancur diobrak-abrik Pendekar 212! Pendekar
itu sudah merupakan momok
paling ditakuti oleh tokoh-tokoh silat golongan hitam. Dan kini tiada dinyana
dia sendiri berhadap-hadapan dengan Pendekar 212 itu! Lebih tidak dinyana lagi
ialah bahwa Pendekar 212 itu adalah seorang pemuda belia ber-
tampang tolol! Dan telah merampas jiwa kawannya, di depan mata kepalanya
sendiri! Mata Picak yang berotak cerdik dan tahu bahwa
pemuda itu bukan lawan enteng serta mengkhawatirkan pula akan lukisan perempuan
telanjang, sambil tertawa dan berbatuk-batuk berkata, "Ah... ah... dengan
seorang gagah! Nama besarmu sudah sejak lama kudengar,
Pendekar 212!" Lalu dengan rangkapkan tangan di muka dada dia meneruskan,
"Sebenarnya antara kita tak ada permusuhan, tak ada silang sengketa bahkan di
hari ini baru bertemu muka. Gerangan apakah yang membuatmu sampai demikian tega
merampas nyawa sahabatku"!"
Wiro tertawa gelak-gelak.
"Kalau tak ada hujan masakan ada geledek!" kata Wiro.
"Kambratmu itu telah berani berlaku kurang ajar terhadap sahabatku..."
"Hem...," Mata Picak menggumam dan tarik nafas
panjang. "Sahabatku itu memang ceriwis dan tak boleh lihat perempuan cantik!
Tapi kurasa dia sudah menebus kekurangajarannya itu dengan nyawanya sendiri"
Sekarang antara kita tak ada apa-apa lagi. Aku akan pergi dan di lain hari
kuharap bisa bertemu dengan kau lagi!"
"Mana bisa kau pergi seenaknya!"
Terkejutlah Mata Picak mendengar ucapan Wiro. "Kau telah membunuh Si Pelukis
Aneh dan mencuri lukisan yang tersandar di pohon itu! Untuk itu kau patut
menerima hukuman!"
Paras Mata Picak berubah membesi.
"Agaknya kau punya sangkut paut dan hubungan
tertentu dengan Si Pelukis Aneh..."
"Ada hubungan atau tidak, kau tak usah ambil perduli.
Yang penting kau musti serahkan lukisan itu kepadaku!
Sedang sebagai hukuman karena telah membunuh Si
Pelukis Aneh, kau harus cungkil biji matamu yang tinggal satu itu!"
Elmaut Kuning Mata Picak tertawa terbahak-bahak.
"Aku sudah relakan kematian sobatku. Sekarang kau minta barang yang bukan
milikmu. Menyuruh aku mencungkil mataku sendiri! Sungguh keterlaluan! Nama
besarmu terpaksa kulenyapkan dari muka bumi hari ini juga!"
Begitu selesai bicara Mata Picak menggembor dan
menerjang ke muka. Dalam sekejap saja kedua orang ini sudah terlibat dalam satu
pertempuran dahsyat. Gerakan Mata Picak hebat sekali, tubuhnya lenyap. Hanya
bayangan sinar kuning jubahnya saja yang kelihatan menelikung mengurung tubuh
Pendekar 212! Di lain pihak begitu diserang lawan Wiro segera maklum bahwa Mata Picak ilmu
silat dan kesaktiannya lebih tinggi dari Kuping Sumplung. Karenanya dengan
berhati-hati Wiro melayani lawannya ini. Dalam tempo yang singkat sepuluh jurus
sudah berlalu! Elmaut Kuning Mata Picak membentak nyaring dan
tukar permainan silatnya dengan jurus-jurus yang disebut Elmaut Menggila. Untuk
lima jurus lamanya Wiro Sableng bertahan mati-matian. Lima jurus kemudian
Pendekar 212 mulai terdesak! Sambil keluarkan suara bersiul Wiro per-
cepat gerakannya tapi dia terkejut ketika di sekelilingnya terdengar suara,
wutt... wutt... wutt... wutt! Selarik sinar hijau melingkarinya dan mengeluarkan
angin dingin yang menyembilu sekujur tubuh Pendekar 212!
Wiro tak tahu senjata apa yang di tangan lawan, karena gerakan yang dibuat Mata
Picak sangat cepat luar biasa!
Dalam pada itu detik demi detik kekuatan tubuhnya sema-
kin mengendur sedang setiap serangannya senantiasa terbendung oleh lingkaran
sinar hijau! Breet! Wiro merasa dadanya laksana dipalu! Dia melompat
mundur. Parasnya berubah. Pakaian putih di bagian dada-
nya robek besar. Belum sempat dia berbuat sesuatu apa, tiba-tiba Mata Picak
sudah menyerangnya lagi. Meski sekilas tapi Wiro berhasil melihat senjata-
senjata di tangan lawannya. Senjata itu ternyata adalah sebuah kebutan yang
terbuat dari bulu-bulu halus berwarna hijau!
Wuuut! Kebutan itu menderu lagi dengan hebatnya.
Dua tiga kali Wiro lepaskan pukulan yang mengandung tenaga dalam hebat tapi
senjata sakti di tangan lawan benar-benar mematikan dan membuyarkan pukulan-
puku- lan tangguhnya itu. Wiro mulai memaki-maki dalam hati.
Suara siulan mengumandang aneh dari sela bibirnya!
Tangan kanan menyelinap datar kian kemari. Tiba-tiba jari-jari tangan itu telah
berubah menjadi putih dan kuku-kukunya laksana kilauan perak mendidih!
"Mata Picak ayo tangkis pukulan Sinar Matahari- ku ini!"
teriak Wiro Sableng.
Mendengar nama pukulan itu, Elmaut Kuning Mata
Picak lipat gandakan tenaga dalamnya dan mendahului menyerang. Tapi di saat itu
pula Wiro sudah turunkan tangan kanannya!
Wuss! Mata Picak terpekik!
Kebutan di tangannya mental dan hancur bertaburan sedang tangan kanannya hangus
hitam laksana terbakar!
Buru-buru manusia ini alirkan tenaga dalamnya ke tangan yang terluka, telan
sebutir pil dan atur jalan darah! Untuk menolak racun pukulan dia kemudian
menotok urat besar di bahunya!
Diam-diam Wiro memuji kehebatan daya tahan manusia ini. Seseorang yang tersambar
pukulan Sinar Matahari biasanya tak ada ampun lagi, pasti akan menggeletak mati!
"Anjing hina dina! Bersiaplah untuk mampus!" teriak Mata Picak. Mulutnya
berkomat-kamit, kedua tangan diangkat ke atas dan memancarkan sinar kekuning-
kuningan. Melihat ini Wiro segera cabut Kapak Maut Naga Geni 212.
Lalu Elmaut Kuning Mata Picak pukulkan kedua
tangannya ke muka. Terdengar suara menderu laksana topan prahara. Dua gelombang
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sinar kuning melesat.
Puluhan Paku Emas Beracun bertaburan menyambar ke arah tubuh Pendekar 212 Wiro
Sableng! Kapak Naga Geni 212 berkiblat membuat gerakan
setengah lingkaran! Sinar putih menyilaukan menggebu ke muka memapasi dua
gelombang sinar kuning yang
melesatkan puluhan paku-paku emas beracun. Laksana daun kering dihembus angin
puting beliung demikianlah bermentalannya senjata rahasia sakti Elmaut Kuning
Mata Picak itu!
Mata Picak tersirat kaget. Mukanya pucat laksana
mayat! Selama sepuluh tahun ini tak satu kekuatan lawanpun yang sanggup
menumbangkan pukulan Paku Emas Beracun nya itu demikian hebatnya! Apalagi
serangan itu tadi dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya!
Melihat ini dan memaklumi bahwa naga-naganya dia
akan mencari penyakit jika meneruskan pertempuran maka tak ayal lagi Mata Picak
segera melompat mundur, menyambar lukisan perempuan telanjang dan larikan diri
dengan cepat! "Hai! Jalan ke neraka bukan ke situ Mata Picak!" seru Wiro Sableng. Dia mengejar
dengan sebat. Enam langkah di belakang lawan Wiro buat gerakan Burung Walet
Menembus Awan. Tubuhnya melesat di udara dan ketika turun tahu-tahu sudah
menghadang larinya Mata Picak!
"Keparat! Mampuslah!" hardik Mata Picak dan
lepaskan pukulan Paku Emas Beracun dengan tangan kirinya!
Tapi sekali ini dia terlambat! Belum lagi paku-paku itu berlesatan, Kapak Naga
Geni 212 sudah membabat dan, cras! Putuslah lengan kiri Mata Picak! Manusia ini
meraung kesakitan. Tubuhnya terasa panas. Dari buntungan
tangannya mengalir hawa aneh yang menggidikkan bulu kuduknya. Pasti racun Kapak
Naga Geni 212 telah mulai menggerayangi tubuhnya! Dengan kalap Mata Picak
hantamkan lukisan perempuan telanjang ke kepala Wiro Sableng.
Wiro menangkis.
Braak! Kayu lukisan itu hancur berantakan. Bagian bawah dari lukisan robek sepanjang
setengah jengkal!
Mata Picak makin penasaran dan kirimkan satu
tendangan kilat ke bawah perut lawan! Kapak Naga Geni menderu turun.
Untuk kedua kalinya terdengar suara cras!
Untuk kedua kalinya pula terdengar raungan Mata
Picak. Betisnya telah terbabat putus. Tak ampun lagi tubuhnya tergelimpang ke
tanah. Beberapa saat lamanya dia menggelepar-gelepar macam ikan meregang nyawa.
Kemudian tubuhnya tak bergerak lagi tanda rohnya
melayang sudah!
Wiro Sableng usap-usap lengannya yang dihantam
pigura lukisan. Lengan itu lecet dan bengkak, tapi tidak mengkhawatirkan.
Diambilnya lukisan yang terhampar di tanah dan kembali ke depan goa.
Permani tak kelihatan di situ. Tentu di dalam goa, pikir Wiro. Dia masuk ke
dalam. Tapi sang dara juga tak kelihatan. Diperhatikannya Sokananta yang
terbelenggu di dinding. Sekujur tubuhnya bergelimang darah. Mukanya hancur.
Ketika didekati dan diperhatikan oleh Wiro, ternyata manusia itu sudah tak
bernafas lagi! Pembalasan yang setimpal telah didapatnya!
Wiro keluar dari goa dan berseru memanggil Permani.
Tak ada jawaban. Dia memandang kian kemari. Pada saat itulah dilihatnya sederet
tulisan di atas tanah. Wiro terkejut dan membacanya: "Permani berjodoh untuk
jadi muridku, pengganti Anggini. Sampai jumpa, Dewa Tuak."
Membaca tulisan di atas tanah itu, legalah hati Wiro Sableng. Dia bersyukur Dewa
Tuak melakukan hal itu.
Bukan saja Permani kelak bakal mendapat pelajaran ilmu silat dan ilmu kesaktian
yang tinggi, tapi yang lebih penting bagi Wiro ialah bahwa gadis itu tak jadi
meneruskan niatnya untuk hidup sebagai pertapa!
Wiro mendongak ke langit. Matahari telah tinggi, hampir mencapai titik
kulminasinya. Wiro kemudian memper-
hatikan lukisan di tangan kirinya. Kayu piguranya telah hancur bagian bawah.
Wiro berpikir, apakah perlu dia memperbaiki kayu pigura yang hancur itu dan
menjahit bagian lukisan yang robek, kemudian baru membawanya ke tempat kediaman
Wira Prakarsa, calon murid Si Pelukis Aneh itu" Dia menimbang-nimbang. Lukisan
itu selama dua bulan belakangan ini telah diperebutkan oleh belasan tokoh silat
dan beberapa buah partai serta perguruan.
Membawanya secara terang-terangan pastilah akan
mencari kesulitan karena lukisan diincar oleh hampir semua tokoh-tokoh silat,
terutama mereka dari golongan hitam! Pendekar 212 garuk-garuk kepala.
Akhirnya Wiro Sableng mendapat akal. Dibukanya
keempat sisi kayu pigura lukisan itu satu demi satu.
Dengan menggulung lukisan itu dan menyimpannya di balik pakaian pasti akan aman
dalam perjalanan. Ketika kayu pigura sudah dilepaskan, ketika Wiro hendak
menggulung lukisan itu, jari-jari tangannya merasakan kain lukisan itu bergeser-
geser. Diperhatikannya dengan teliti. Ternyata di bawah kain lukisan perempuan
telanjang itu, terdapat lagi sebuah kain lain yang putih bersih. Tentunya ini
sebagai alas saja pikir Wiro. Tapi tak sengaja tiba-tiba kain putih di bagian
bawah itu menjulai ke bawah dan tersingkap.
Terkesiaplah Wiro Sableng sewaktu melihat bagian
pada kain yang disangkanya cuma sebagai alas itu ternyata terdapat tulisan-
tulisan banyak sekali dan juga gambar-gambar orang bermain silat! Dan ketika
diteliti ternyata semua tulisan dan gambar-gambar itu adalah sebuah ilmu silat
aneh yang mengandung jurus-jurus luar biasa hebatnya!
Wiro geleng-gelengkan kepala. Rupanya inilah rahasia besar yang disembunyikan Si
Pelukis Aneh dalam lukisan perempuan telanjang itu. Pantas saja Si Pelukis Aneh
tak mau menjualnya tempo hari pada Adipati Pamekasan
meskipun sudah ditawar duaratus ringgit. Sungguh cerdik sekali orang tua itu
menyembunyikan ilmu silat yang hendak diwariskannya pada calon muridnya! Wiro
meneliti lagi pelajaran silat yang tertulis di kain putih itu. Si Pelukis Aneh
menamakan ilmu silatnya itu Ilmu Silat Selusin Jurus Aneh. Sesuai dengan
namanya, maka seluruh pelajaran berjumlah dua belas jurus tapi bisa dipecah-
pecah sampai puluhan anak jurus! Wiro harus mengakui kehebatan ilmu silat yang
ditulis oleh Si Pelukis Aneh itu. Tak dapat tidak, siapa yang mempelajarinya
pasti akan menjadi seorang tokoh besar yang dikagumi dalam dunia persilatan!
Sebagai seorang pendekar berhati polos jujur, Wiro tak mau mencuri mempelajari
ilmu silat itu. Perlahan-lahan digulungnya kedua kain itu sekaligus. Sesaat
kemudian diapun sudah berlalu dari situ.
TAMAT Raja Pedang 2 Pendekar Slebor 36 Susuk Ratu Setan Mestika Golok Naga 2
peca- han kaca rias di putar-putarnya kian kemari! Kemudian terdengarlah kumandang
suaranya yang menggelegar ke dasar kawah dan dipantulkan kembali ke atas.
"Wahai dewa-dewa di khayangan! Kalian telah
menyaksi-kan sendiri bagaimana hari ini di hadapanku ada manusia-manusia yang
hendak mengotori tempatmu yang ada di bawah pengawasanku. Kalian dengar sendiri
bagaimana manusia-manusia itu mengatakan aku sebagai pendusta, sebagai tukang
kelabuh, sebagai orang gila!
Demi memandang mukaku, demi menjaga kesucian tem-
pat ini dan demi kebesaran namamu, kuharap perlihat-
kanlah kekuatanmu! Hukumlah mereka...!"
Wiro putar-putarkan kedua tangannya ke udara.
"Hukumlah mereka wahai dewa!" seru Wiro lagi dan
seluruh tenaga dalamnya dialirkan ke ujung kedua tangan.
Diam-diam Pendekar ini lepaskan pukulan Angin Puyuh.
Maka mengaunglah suara angin makin keras. Para tamu yang bukan orang-orang
persilatan tak ampun lagi jatuh berpelantingan. Bogananta, Manik Tunggul dan
mereka yang mengerti silat segera kerahkan tenaga dalam agar tidak ikut
terpelanting. Tapi makin lama deru angin semakin dahsyat dan keras! Hiasan-
hiasan dan gaba-gaba di atas panggung serta podium tanggal beterbangan, tak
ketinggalan kain penutup pelaminan. Topi tinggi yang dikenakan pengantin laki-
laki tak urung mental dan kelihatanlah kepalanya yang berambut jarang!
"Tahan!" teriak Manik Tunggul seraya melompat ke
muka dan lepaskan satu pukulan tangan kosong ke arah si jubah biru! Tapi
terkejutnya bukan main dan melabrak dirinya sendiri! Dia melompat ke samping dan
sesaat kemudian dia sudah berada di hadapan Wiro. Pakaiannya berkibar-kibar,
tubuhnya tergetar dilanda angin puyuh yang keluar dari tangan sang Pendekar 212!
"Jubah biru, hentikan semua ini! Aku mau bicara
padamu!" Berada sedemikian dekat Manik Tunggul melihat bagaimana gerakan kedua
tangan dan posisi kedua kaki si jubah biru bukan lain daripada sikap seorang
ahli silat! Maka hatinya yang tadi sedikit tergetar kini menjadi curiga.
Walau bagaimanapun si jubah biru ini adalah manusia biasa seperti dia, bukan
dewa atau titisan dewa!
"Tahan!" teriak Manik Tunggul sekali lagi. "Aku mau bicara!"
Wiro tertawa mengekeh dan mendongak ke langit.
"Dewa-dewa, aku mohon hentikanlah kemurkaanmu."
Maka sesaat kemudian deru angin yang dahsyat itu
mengendur perlahan dan akhirnya sirna. Tanpa perdulikan Manik Tunggul yang ada
di sampingnya Wiro melangkah kembali ke atas panggung di depan podium sambil
tertawa mengekeh-ngekeh!
"Masih untung, masih untung dewa mau mengampuni
kalian manusia-manusia sombong!" kata Wiro. Dia melirik ke samping. Manik
Tunggul berada di dekatnya.
Dan Wiro buka mulut kembali, "Itu baru sepersepuluh dari kekuatan dewa. Kalau
sampai seperlimanya saja pasti kalian semua sudah tak ada di sini! Sudah terbang
laksana daun kering dan mampus!"
Wiro komat-kamit dan acungkan pecahan kaca ke
muka. "Sekarang kalian dengar semua!" serunya
menggeledek. "Dewa telah mengampuni kalian orang-
orang sombong! Tapi dewa juga minta imbalan pengam-
punan itu. Telah lima ratus tahun lebih kawah Gunung Merapi tempat dewa yang
suci ini tak pernah dibersihkan dengan darah suci seorang dara! Telah lima ratus
tahun lebih khayangan tidak menerima korban suci! Maka hari ini dewa
memerintahkan aku, dan aku memerintahkan kamu semua di sini untuk menyerahkan
pengantin perempuan kepadaku!"
Wiro memandang berkeliling. Semua orang dilihatnya terkejut. Bogananta, Manik
Tunggul dan Sokananta men-
delik memandang kepadanya. Cuma seorang yang keliha-
tan tenang dan berlega hati. Orang ini bukan lain Permani.
Si gadis sudah maklum kini akan rencana pemuda yang menyamar itu.
"Kalian dengar" Pengantin perempuan harus diserah-
kan padaku...!" Wiro melangkah mendekati Permani.
Tapi baru satu langkah, Manik Tunggul sudah
memapasinya. "Jubah biru! Aku tidak percaya kau titisannya dewa! Kau tidak bisa lain daripada
manusia dajal keparat! Kalau kau maukan anakku, silahkan! Tapi makan dulu
sepuluh kuku ini!" Habis berkata begitu Ketua Perguruan Garuda Sakti melompat ke
muka. Kedua tangannya berkelebat cepat!
WIRO SABLENG RAHASIA LUKISAN TELANJANG
12 IRO Sableng terkejut melihat datangnya serangan
dua tangan yang mencengkeram dengan dahsyat
Witu. Buru-buru dia melompat ke belakang dan
kiblatkan tombak batu hitam di tangan kanannya mema-
pasi serangan lawan!
Kini Manik Tunggul-lah yang terkejut!
Serangan yang dilancarkannya tadi adalah jurus
Sepuluh Jari Sakti Menggarap Gunung, merupakan satu jurus serangan yang lihai
dari ilmu silatnya. Tapi si jubah biru mengelakkannya dengan cepat bahkan kalau
dia tidak cepat menarik pulang kedua tangannya pastilah akan dihantam oleh
tombak batu di tangan si jubah biru!
Wiro tertawa mengekeh.
"Manusia sombong dan kotor hendak melawan titisan dewa"I" ejeknya. "Kau akan
tahu rasa!"
Malu bercampur amarah yang meluap Manik Tunggul
siap menyerang kembali. Tapi di saat itu sesosok tubuh melompat ke depan dan
satu seruan terdengar, "Ketua Perguruan Garuda Sakti, biar aku calon mantumu
tunjuk- kan bakti padamu! Biar aku yang ringkus manusia kentut dewa itu!"
Sreet! Sokananta, anak Ketua Perguruan Merapi, si pengantin laki-laki yang akan jadi
suami Permani cabut pedangnya lalu tanpa tedeng aling-aling menyerbu kirimkan
satu tusukan satu babatan!
Pendekar 212 tertawa gelak-gelak dan elakkan
serangan pedang dengan satu putaran tombak batu.
Dengan penasaran Sokananta susul dua tusukan kilat dan dua tebasan sekaligus!
Wiro putar lagi tombak hitamnya dalam jurus Titiran Terbang Ke Langit.
Melihat gerakan lawan yang memapasi mentah-mentah serangannya bukan main
dongkolnya Sokananta. Dia ambil keputusan untuk adu senjata dan adu tenaga dalam
sekaligus! Trang! Trak! Tombak batu hitam di tangan kanan Wiro Sableng
patah dua. Sebaliknya pedang di tangan Sokananta terle-
pas mental, tangannya tergetar hebat dan pedas membuat dia mengerenyit
kesakitan. Di lain kejap ketika dia hendak melompat menyambar pedangnya
terkejutlah putera Ketua Perguruan Merapi ini. Pedangnya yang tadi terlepas
mental ternyata sudah berada di tangan lawannya! Gelaplah muka Sokananta ditelan
rasa malu dan kegeraman yang
menyala! Bogananta mungkin orang yang paling terkejut di antara semua orang! Sokananta
adalah anak kandung gem-
blengannya sendiri. Meski tenaga dalamnya masih belum mencapai tingkat
kesempurnaannya tapi tak bisa dianggap ringan, dan di samping itu seluruh ilmu
silatnya telah dikuasai oleh Sokananta! Bagaimana kini dia bisa
dipecundangi dalam satu gebrakan itu aja" Untuk tidak membuat anaknya kehilangan
muka maka Bogananta
berseru memerintahkan anak-anak buahnya nenyerang si jubah biru. Di lain pihak
Manik Tunggul segera pula memerintahkan anak-anak buahnya. Enam belas orang
bertomba ke depan podium bukan saja mengurung Wiro tapi dengan serentak
menyerangnya! Pendekar 212 tertawa dan keluarkan suara bersiul.
Begitu gelombang serangan datang menggempurnya,
pemuda ini melompat ke udara dan sewaktu menukik
turun, kembali terdengar jerit empat orang pengeroyok.
Keempatnya menggelinding ke tanah dalam keadaan
pingsan. Dan di depan podium, empat orang lainnya berdiri mematung karena di
totok oleh Wiro dengan bagian
belakang yang tumpul dari patahan tombak batu hitamnya!
Melihat ini baik Bogananta maupun Manik Tunggul
segera maklum bahwa si jubah biru bukanlah tandingan anak-anak murid mereka.
Bahkan ketinggian ilmu silatnya belum tentu berada di bawah mereka!
"Bangsat!" bentak Bogananta marah. "Rupanya kau
sengaja datang mengacau ke sini! Lekas berlutut atau aku akan urus jalan ke
akhirat bagimu!"
Wiro tertawa gelak-gelak.
"Terhadap titisan dewa kau berani main perintah
seenaknya! Makan pukulanku ini!" bentak Wiro pura-pura marah lalu lancarkan satu
pukulan yang sebenarnya hanya satu kepura-puraan saja. Dia tiada permusuhan
dengan semua orang di situ, karenanya dia tak punya niat untuk turun tangan
jahat! Maklum bahwa tenaga dalam lawan hebat luar biasa, Bogananta cepat-cepat
menghindar sewaktu angin pukulan menyambar ke arahnya dan dengan jurus Naga
Menyelinap Dari Balik Rimba Belantara, Ketua Perguruan Merapi ini kembali
menyerbu! Wiro tak melihat gerakan lawan tahu-tahu tubuhnya sudah berada dekat
sekali dan tinju kiri kanan sudah berada di depan hidung!
Hanya sedetik Pendekar 212 terkesiap melihat jurus serangan yang tak terduga
dari lawan. Sekejap kemudian tangan kirinya sudah bergerak dan pecahan kaca rias
bersudut-sudut runcing melesat ke arah tenggorokan Bogananta!
"Keparat!" maki Bogananta. Dia pergunakan tangan
kanan memukul kaca itu hingga hancur lebur, sebaliknya tinju kiri diteruskannya
ke arah muka lawan! Namun serangan ini telah berkurang kecepatannya karena
gerakan yang dibuatnya waktu memukul hancur kaca tadi!
Dan dengan sendirinya tangan kiri Bogananta menjadi makanan yang empuk bagi
Pendekar 212. Namun karena dia tak punya niat turun tangan jahat maka Wiro cuma
tarik lengan laki-laki itu, memuntirnya dengan cepat! Begitu tubuh Bogananta
terputar, Wiro segera menotok pung-
gungnya. Keluh kesakitan yang hendak keluar dari
mulutnya Bogananta sirna di tenggorokannya karena tubuhnya keburu kaku dilanda
totokan Pendekar212!
Tercekatlah hati Manik Tunggul. Ilmu silat dan
kepandaian calon besannya itu dua tingkat lebih tinggi dari dia! Berarti adalah
mencari konyol kalau dia coba pula turun tangan! Tapi agar tidak dicap pengecut,
Ketua Perguruan Garuda Sakti ini segera lompat ke depan Wiro.
Begitu menyerang dia keluarkan jurus ilmu silatnya yang paling hebat yaitu
Seribu Garuda Mengamuk!
Kedua tangan Manik Tunggul terkembang ke samping
laksana sayap burung garuda. Sekali tubuh kena terpukul pasti hancur remuk! Dari
mulutnya keluar suara berkuik-kuik macam suara garuda sedang di samping memukul,
kedua tangannya secepat kilat bisa berobah menceng-
keram setiap bagian tubuh lawan!
Satu jurus Pendekar 212 kena dirangsak ke sudut
panggung dekat para tamu duduk. Tapi memasuki jurus kedua sekali berkelebat
terdengarlah keluhan Ketua Perguruan Garuda Sakti itu. Tubuhnya terhuyung-huyung
ke muka. Sepasang kakinya laksana tiada bertulang. Tubuh-
nya tergelimpang di panggung. Wiro telah menotok kedua urat kakinya sekaligus
sehingga Manik Tunggul laksana lumpuh tak sanggup berdiri!
Wiro memandang berkeliling dengan tawa berderai.
Tamu-tamu dilihatnya dicekam oleh rasa kejut dan takut.
Inilah saatnya untuk melarikan Permani, pikir Wiro. Segera dia hendak melompat
ke tempat sang dara.
Namun dari panggung sebelah timur melesat sesosok tubuh berjubah hitam.
Lesatannya sangat ringan luar biasa dan tanpa suara tahu-tahu dia sudah di atas
panggung kayu jati!
Manusia berjubah hitam ini ternyata seorang perem-
puan separuh baya yang berparas cantik sekali. Namun sekali melihat sinar
matanya, Wiro segera maklum bahwa manusia ini di samping tinggi ilmu silatnya
juga mempunyai hati jahat!
Tiba-tiba jubah hitam menunjuk cepat-cepat ke arah Wiro Sableng!
"Manusia yang mengaku titisan dewa, harap datang ke hadapanku!" Suara perempuan
ini besar parau dan
menggetarkan liang telinga. Wiro mengagumi kehebatan tenaga dalam perempuan ini.
Siapakah dia pikir Wiro dan tahu bahwa dia berhadapan dengan seorang yang tak
boleh dibuat main-main, Pendekar 212 segera melompat ke panggung kayu jati!
Semua mata kini ditujukan ke panggung, pada kedua orang itu!
"Aku tak suka bikin urusan dengan manusia yang
sembunyikan tampangnya di balik penyamaran! Lekas perlihatkan mukamu yang
sebenarnya dan buka jubah biru itu!" Wiro kaget namun dia tertawa.
"Kupuji ketajaman matamu! Tapi harap kau suka
terangkan siapa kau dan apa maksudmu jual lagak di atas panggung ini!"
Tentu saja Si Jubah Hitam marah sekali. Dia tahan kemarahannya dan berkata
datar, "Ketahuilah, aku datang untuk menagih hutang jiwa!"
"Ohh... kukira kau berdiri di sini hendak membela kedua ketua perguruan itu."
"Aku tak ada sangkut paut dengan mereka! Aku adalah kakak seperguruan Dewi Kala
Hijau yang kau bunuh
beberapa tahun yang lalu!" (Tentang siapa adanya Dewi Kala Hijau harap baca
serial Wiro Sableng yang berjudul Neraka Lembah Tengkorak).
Kaget Wiro Sableng bukan alang kepalang!
Dewi Kala Hijau yang pernah dibunuhnya tempo hari ilmunya tinggi luar biasa. Dan
kini kakak seperguruannya datang menuntut balas! Tentu ilmunya lebih hebat lagi!
Tapi meskipun demikian mana pemuda ini merasa jerih.
Malah dia tertawa dan berkata, "Kau datang kurang cocok waktunya, perempuan
gagah. Sekarang bukan saatnya menagih segala macam hutang, apalagi hutang jiwa!"
Dengan acuh tak acuh Wiro bertindak mendekati
Permani, tapi dari samping Sokananta telah memapasi. Di tangannya kiri-kanan
kini tergenggam dua bilah pedang mustika yang berkilauan ditimpa sinar matahari!
Begitu memapas begitu anak Ketua Perguruan Merapi ini
kiblatkan kedua senjatanya. Wiro yang maklum bahwa dua batang pedang itu bukan
pedang biasa tak mau bertindak ceroboh. Anginnya saja sudah memerihkan kulitnya.
Dia melompat mundur mengelak dan pada saat dia berada dekat Bogananta secepat
kilat Wiro mencabut pedang yang tergantung di pinggang kiri Ketua Perguruan
Merapi itu! Kini sibuklah Sokananta. Dia terdesak hebat ketika salah satu pedangnya dibikin
mental. Muka pemuda
berambut jarang ini pucat lesu sewaktu ujung pedang ayahnya yang di tangan Wiro
menyambar laksana kilat dan merobek besar pakaian di bagian dadanya! Dalam dia
terkesiap kaget dan kecut itu, Wiro lepaskan pukulan tangan kosong. Tak sempat
mengelak tahu-tahu Soka-
nanta telah merasakan tubuhnya kaku tegang tak bisa bergerak lagi!
"Sudah cukup aku melihat pertunjukanmu!" kata satu suara di samping Wiro.
"Sekarang kau hadapi Si Jubah Hitam." Sekali mengusap mukanya maka semua
orangpun gegerlah. Muka yang tadi cantik menawan hati itu kini berubah menjadi
muka tengkorak yang membuat bulu
kuduk menggerinding!
Didahului oleh satu lengkingan dahsyat, Si Jubah Hitam pukulkan tangan kanannya
ke depan. Gelombang angin keras melanda Pendekar 212. Wiro bersuit nyaring dan
berkelebat dengan cepat tapi dari samping Si Jubah Hitam susul dengan pukulan
tangan kiri! Pendekar 212 terkurung di antara dua angin pukulan sekaligus!
"Sialan!" maki Wiro. Dengan serta merta pendekar ini angkat kedua tangannya dan
dorongkan ke muka dalam jurus pukulan yang bernama Benteng Topan Melanda
Samudera! Dua pukulan dahsyat yang mengandung tenaga dalam hebat luar biasa
saling bergulat tindih menindih!
Semua orang yang menyaksikan adu kekuatan tenaga
dalam ini menahan nafas dengan tegang. Jarang sekali pertempuran yang begini
hebat mereka saksikan!
Si Jubah Hitam kernyitkan kening tengkoraknya.
Di kening Wiro sebaliknya kelihatan butiran-butiran keringat.
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Braak! Lantai kayu jati yang diinjak oleh Pendekar 212 hancur roboh!
"Celaka!" keluh Pendekar 212. Ternyata tenaga dalam lawan tidak berada di
bawahnya, malah satu dua tingkat berada di atasnya!
Dengan bersuit nyaring Wiro melompat mundur sejauh dua tombak lalu jungkir balik
sampai tiga kali berturut-turut dan jatuhkan diri di lantai dan seterusnya
berguling cepat!
Dengan demikian baru dia berhasil menolak dan melebur serangan tenaga dalam Si
Jubah Hitam yang sangat
dahsyat itu! "Gila betul!" maki Wiro dalam hati. Kalau dihadapi terus manusia bermuka
tengkorak ini meski belum tentu dia bisa dikalahkan dengan mudah tapi bisa
berabe! Maka dengan cepat Wiro melompat menyambar tubuh Permani!
Tapi celaka, begitu tubuh sang dara berada di atas bahu kirinya, enam orang
telah mengurungnya. Mereka adalah tokoh-tokoh silat yang menjadi tamu dan
bersaha- bat baik dengan kedua Ketua Perguruan yang kini berada dalam keadaan ditotok tak
berdaya! Dengan demikian manusia yang mengeroyok Wiro berjumlah tujuh ditambah
dengan Si Jubah Hitam!
Si Jubah Hitam tertawa panjang.
"Enam manusia tak tahu diri! Kalian mundur semua!
Nyawa pemuda itu hak milikku!"
"Perempuan muka tengkorak!" jawab seorang di antara yang enam sambil
melintangkan senjatanya yaitu sebuah ruyung perak. "Urusanmu, urusanmu! Kami
juga punya kewajiban untuk membunuh manusia yang hendak
menculik anak gadis sahabat kami!"
"Di hadapan Iblis Tengkorak kalian berani jual tampang petantang petenteng!
Pergilah semua!"
Si Jubah Hitam yang mengaku bergelar Iblis Tengkorak dorongkan kedua tangannya
ke muka! Gelombang angin yang dahsyat menyambar. Laksana daun-daun kering
keenam tokoh silat itu terpelanting ke luar panggung! Dua orang muntah darah.
Empat lainnya melingkar pingsan di tanah!
Sewaktu orang-orang itu bertengkar mulut dan sewaktu Iblis Tengkorak menggempur
keenam tokoh silat, maka kesempatan ini dipergunakan oleh Wiro untuk berlalu
dengan cepat. Tapi lebih cepat lagi, tahu-tahu Si Jubah Hitam Iblis Tengkorak
sudah berada di depannya! Dan sekaligus lancarkan sejurus serangan ganas! Wiro
berkelit gesit dan selundupkan satu tendangan ke perut lawan!
Tapi dengan sigap Iblis Tengkorak hantamkan tangan kanannya ke bawah. Karena
tenaga dalam lawan lebih tinggi, Wiro terpaksa tarik pulang tendangannya dan
seba- gai gantinya kirimkan serangan Kunyuk Melempar Buah.
"Apakah tak ada ilmu pukulanmu yang lebih berguna"!"
ejek Iblis Tengkorak. Dan sekali dia kebutkan lengan jubah hitamnya maka
buyarlah serangan Wiro Sableng yang berkekuatan dua per tiga tenaga dalamnya
itu! "Hebat sekali iblis betina ini!" rutuk Wiro. Tubuh Permani diturunkannya,
kemudian diiringi oleh satu bentakan nyaring dia menyerbu ke muka. Tubuhnya
hanya merupakan bayang-bayang! Dua gelombang angin pukulan melanda Iblis
Tengkorak, masing-masing pukulan Orang Gila Mengebut Lalat dan pukulan Angin Es.
Angin besar menderu-deru, mengibarkan jubah hitam Iblis Tengkorak. Sedang udara
mendadak sontak menjadi dingin luar biasa. Semua orang menggigil bergemeletukan
geraham mereka!
Tapi Iblis Tengkorak ganda tertawa.
Dua tangan memukul ke muka. Dua larik sinar hitam menggebu! Wiro meraung!
Tubuhnya mental sampai empat tombak, pakaiannya robek hampir di setiap bagian
sedang dari hidung dan sela bibirnya kelihatan darah ke luar!
Tak ayal lagi Wiro segera telan dua butir pil. Matanya beringas galak. Dan
sewaktu Iblis Tengkorak datang mendekat dengan tertawa, Pendekar 212 segera
sambut dengan pukulan Sinar Matahari.
"Aha! Pukulan Sinar Matahari!" seru Iblis Tengkorak.
"Inilah yang kutunggu!"
Tangan kanannya bergerak membuat lingkaran, kemu-
dian laksana kilat dihantamkan ke muka! Terdengar suara laksana guntur! Satu
gelombang angin hitam bergerak berputar bergulung-gulung lalu menghantam ke muka
laksana topan prahara!
Sinar putih perak pukulan Sinar Matahari yang dilepaskan Pendekar 212 tiada
berdaya dan terbuntal dalam gelungan-gelungan angin hitam pukulan lawan untuk
kemudian melesat kembali menyerang dirinya
sendiri, sekaligus bersama serangan angin pukulan lawan!
Itulah pukulan Raja Angin Mengamuk yang telah dilepas-
kan oleh Iblis Tengkorak!
"Tobat." keluh Pendekar 212! Tangan kanannya
bergerak sebat! Selarik sinar putih yang menyilaukan mata berkiblat dan, ...
Buum! Satu letusan yang luar biasa kerasnya terdengar!
Puncak Gunung Merapi bergetar!
Suara letusan yang dipantulkan kembali oleh dasar kawah tak kalah hebatnya
sehingga semua orang di situ merasakan dunia laksana mau kiamat!
Iblis Tengkorak terkejut besar.
Jantungnya mendenyut sakit sedang kedua lututnya
agak tertekuk! Ketika dia memandang ke depan dilihatnya pemuda itu berdiri
dengan tubuh bergetar, muka pucat pasi dan sepasang mata merah sedang di tangan
kanan- nya tergenggam sebuah kapak bermata dua, yang gagang-
nya terbuat dari gading dan berbentuk kepala naga-nagaan!
Terkesiaplah Iblis Tengkorak melihat kehebatan senjata lawan! Kapak Maut Naga
Geni 212 nyatanya bukan senjata kosong belaka! Pukulan Raja Angin Mengamuk yang
dilepaskan tadi adalah pukulan paling hebat dan ganas yang dimilikinya! Selama
sepuluh tahun memiliki ilmu pukulan itu tak satu lawan gagahpun yang sanggup
menghadapinya! Tapi kini seorang lawan berusia muda sekali dengan Kapak Naga
Geni 212 berhasil memusnah-
kan pukulannya itu!
Kedua mata Pendekar 212 terbuka perlahan. Satu
seringai maut tersungging di bibirnya. Parasnya yang selama ini macam paras
anak-anak dan tolol kini berubah total menggidikkan! Sinar matanya laksana
menembus tembok baja!
"Iblis Tengkorak!" desis Wiro Sableng. "Kalau hari ini aku tak sanggup
memisahkan kepala dan badanmu,
biarlah aku mengundurkan diri dari dunia persilatan selama-lamanya!"
Sebenarnya pemuda ini sudah terluka di dalam. Tapi begitu Kapak Naga Geni 212
berada di tangannya satu aliran sejuk keluar dari gagang kapak dan memberi
kekuatan baru padanya meskipun luka di dalam yang dideritanya tidak bisa
dikatakan sembuh!
Perempuan muka tengkorak tertawa dingin.
"Keluarkan semua ilmu simpananmu. Kalau kau punya sepuluh senjata cabut
sekaligus agar tidak mati penasa-
ran! Sekali Iblis Tengkorak inginkan nyawa seseorang pasti tak bisa lepas. Tak
perduli apakah kau punya tiga kepala enam tangan!"
"Manusia sombong! Kalaupun aku mampus di tangan-
mu tapi kejahatan tak akan sanggup menumbangkan
kebenaran!"
"Jangan mengigau di siang bolong! Hari ini gelar
Pendekar Kapak Maut Geni 212 akan kuhapus dari dunia persilatan!"
Iblis Tengkorak menggembor macam kerbau marah.
Tubuhnya lenyap dan tahu-tahu dua belas serangan telah menyerbu Wiro Sableng!
Yang diserang tak tinggal diam. Begitu Kapak Naga Geni 212 berkiblat maka suara
menderu laksana suara ribuan tawon merangsang telinga! Sedang dari mulut sang
pendekar melengking suara siutan nyaring yang tak menentu dan menusuk gendang-
gendang telinga!
Kejut Iblis Tengkorak bukan alang kepalang.
Putaran angin kapak tak sanggup diterobos oleh
pukulan-pukulan yang dilancarkannya. Sebaliknya angin kapak itu memerihkan mata
serta kulitnya. Dan ditambah pula oleh suara mengaung serta siulan yang tiada
henti-hentinya menusuk liang telinganya, membuat gerakan-gerakannya kacau balau!
Dengan penasaran dan kalap, dalam jarak sedekat itu Iblis Tengkorak lepaskan
pukulan Raja Angin Mengamuk.
Tapi cepat-cepat dia tarik pulang tangan kanannya karena jurus putaran kapak
yang bernama Pecut Sakti Menabas Tugu yang dilancarkan oleh Pendekar 212 hampir
saja membuat tangan kanannya terbabat putus!
Semua orang yang menyaksikan tak dapat lagi melihat wujud tubuh kedua manusia
yang bertempur itu. Menyak-
sikan lama-lama mata mereka menjadi sakit dan kepala masing-masing menjadi
pusing! Telah dua kali Iblis Tengkorak tukar ilmu silatnya namun tetap saja dia kena
didesak! Tubuhnya telah mandi keringat dingin. Tiba-tiba dengan licik manusia
muka tengkorak ini menyelundup ke belakang tubuh Pendekar 212 dan dari belakang
ini lancarkan satu serangan maut yang ganas!
Tapi Wiro sudah lebih dahulu rasakan datangnya angin serangan yang dingin di
punggungnya. Dengan lancarkan jurus Di Balik Gunung Memukul Halilintar Wiro
balikkan badan!
Iblis Tengkorak tak mengira lawannya akan mengetahui posisinya dan bisa
menyerang secepat itu. Dengan gugup dia mengelak. Wiro susul dengan jurus
Membuka Jendela Memanah Rembulan yang tak asing lagi. Tangan kirinya membabat ke
pinggang lawan. Jubah hitam masih bisa berkelit tapi serangan yang lebih ganas
tak dapat dihin-
darkannya yaitu serangan kapak yang laksana anak panah melesat menyambar ke arah
batang lehernya!
Craas! Darah memancur.
Tubuh Iblis Tengkorak roboh ke lantai panggung. Kepa-
lanya menggelinding mengerikan!
Semua orang menjadi gempar!
Dan ketika mereka memandang lagi ke atas panggung, Wiro Sableng sudah tak ada.
Bahkan kemudian mereka menyadari bahwa Permani pun tak ada lagi di hadapan
podium! Untuk kedua kalinya semua orang menjadi
gempar! WIRO SABLENG RAHASIA LUKISAN TELANJANG
13 NIKAH Goanya?" tanya Wiro seraya melompat turun dari punggung kuda. Dalam
perjalanan melarikan diri
Ibersama Permani mereka berhasil mendapatkan dua
ekor kuda hitam milik anak-anak murid Perguruan Garuda Sakti.
Permani anggukkan kepala lalu turun pula dari
kudanya. Sebuah batu yang sangat besar menyumpal mulut goa.
Wiro Sableng kerahkan tenaga dalam. Setelah bekerja keras beberapa lamanya baru
batu besar itu bisa dising-
kirkan. Didahului oleh Permani keduanya masuk ke
dalam.Ternyata goa itu cuma delapan tombak dalamnya.
"Kanda Panuluh!"
Tiba-tiba mengumandang pekik Permani. Dara ini lak-
sana diburu sctan lari ke depan dan meraung keras.
Menangis sambil tiada hentinya menyebut nama tadi!
Wiro Sableng berdiri termangu.
Seorang pemuda yang berada dalam keadaan menye-
dihkan tersandar ke dinding goa. Tangan dan kakinya diikat dengan rantai besi
yang dipakukan ke dinding kuat sekali. Dia hanya mengenakan sehelai cawat.
Sekujur tubuhnya penuh oleh guratan-guratan merah yang dalam bekas cambukan.
Mukanya babak belur. Bibir pecah, pipi lecet, sedang kedua mata bengkak
menggembung. Pada bawah mata dan hidung kelihatan noda-noda darah yang telah
membeku! Dan Permani menangis memeluki tubuh pemuda itu.
Wiro menggigit bibir. Dia maklum kalau pemuda itu sudah tiada bernafas lagi.
Tiba-tiba Wiro berteriak,
"Jangan!" Dan secepat kilat melompat ke muka
menangkap tubuh Permani. "Bunuh diri tak ada gunanya!"
seru Wiro. Menyadari bahwa pemuda kekasihnya telah mati maka tadi Permani hendak benturkan
kepalanya ke dinding goa.
Untung Wiro masih sempat menghalanginya.
"Tenanglah Permani," bisik Wiro coba menghibur.
"Tidak! Lepaskan aku Wiro! Lepaskan!" teriak sang dara keras dan meronta-ronta
laksana orang gila!
"Jangan mengambil jalan sesat!"
"Tak perlu aku hidup lebih lama! Orang yang kukasihi telah tiada!" Lengking
Permani. "Lepaskan! Biar aku bunuh diri Wiro! Lepaskan!"
Karena Permani adalah seorang gadis yang mendapat didikan ilmu silat dari
ayahnya maka dengan susah payah baru Wiro berhasil menotok tubuhnya hingga dia
lemas dan disandarkan ke dinding. Suara tangisnya menyayat hati.
Wiro melepaskan dengan paksa rantai-rantai yang
mengikat tangan serta kaki Panuluh lalu membaringkan pemuda itu di lantai goa.
Permani tutupkan kedua
matanya, tak tahan melihat keadaan kekasihnya itu.
"Apakah ayahmu yang melakukan kekejaman ini?"
tanya Wiro. "Sokananta! Dia dan orang-orangnyalah yang
melakukan!"
"Bangsat itu akan dapat ganjaran dariku kelak!" desis Wiro Sableng. Dia
memandang ke luar goa. "Masih ada waktu untuk menguburkan jenazahnya petang ini
sebelum senja datang. Apakah kau bisa menahan hati" Kalau tidak, aku tak bisa
melepaskan totokanmu..."
Permani tak menjawab. Suara tangisnya memenuhi
seluruh goa. Wiro Sableng memanggul mayat Panuluh dan membawanya ke luar goa.
Satu jam kemudian ketika dia masuk, Permani masih juga menangis meskipun kedua
matanya yang seperti bintang timur itu kini telah menjadi bengkak. Wiro duduk
bersandar di hadapannya, tak
berkata apa-apa. Kalau sudah letih tentu dia akan hentikan sendiri tangisnya,
pikir Wiro. Senja telah turun dan malampun tiba. Di luar angin malam yang dingin merambas
masuk ke dalam goa. Wiro merasakan perutnya yang sudah lapar menjadi tambah
perih oleh hembusan angin dingin itu.
Bila tangis Permani sudah mereda maka Wiro berkata,
"Aku akan cari makanan buat kita. Kau tunggulah di sini!
Berteriak keras-keras kalau ada apa-apa!"
Kemudian Wiro berdiri dan melangkah. Belum lagi dia mencapai mulut goa mendadak
di luar sana, dalam
kegelapan malam didengarnya suara semak belukar
bergesekan dan suara langkah-langkah kaki yang banyak sekali. Sesaat kemudian
kelihatanlah beberapa sosok manusia bergerak ke arah goa. Wiro yang maklum akan
datangnya bahaya segera menyongsong ke luar goa. Jika terjadi pertempuran satu
lawan banyak di dalam goa dia bisa kepepet!
Yang datang berjumlah lima belas orang. Orang
pertama dikenali Wiro adalah bukan lain dari Sokananta, kemudian Bogananta,
menyusul Manik Tunggul. Yang lain-lainnya adalah anak-anak murid Perguruan
Merapi dan Perguruan Garuda Sakti. Semuanya mencekal pedang!
Ketika Wiro Sableng memandang ke ujung kanan, samar-samar di kegelapan malam
dilihatnya orang yang keenam belas! Orang ini tak dikenal dan tak dilihat
sebelumnya waktu di puncak Gunung Merapi. Tubuhnya gemuk luar biasa seperli bola
api, lucunya celana panjang dan bajunya sangat kecil sekali, hampir-hampir tak
dapat menutupi tubuhnya yang macam kerbau buntak itu. Manusia
berkepala botak ini memegang seuntai tasbih di tangan kirinya dan mulutnya
senantiasa komat-kamit tak bisa diam!
Tiba-tiba Manik Tunggul melangkah besar-besar ke
hadapan Wiro dan membentak nyaring, "Mana anakku"!"
Wiro sunggingkan senyum sinis lalu menunjuk pada
kuburan baru yang tanahnya masih merah.
"Tanyakanlah pada makam baru itu!"
Terkejutlah Manik Tunggul serta yang lain-lainnya.
"Bangsat rendah! Anakku kau bunuh"!" Manik Tunggul menggeram dan sepuluh kuku-
kuku tangannya menyambar ke muka tapi dielakkan dengan gesit oleh Wiro.
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mari kita satai beramai-ramai jahanam ini!" teriak Bogananta seraya kiblatkan
pedang dan kirimkan satu tusukan ke leher Wiro. Sokananta dan dua belas orang
lainnya segera menyerbu! Empat belas batang pedang berserabutan dan sepuluh jari
berkuku panjang mencakar dengan ganas! Satu-satunya orang yang tak ikut
menyerang ialah si gemuk pendek yang memegang tasbih.
Dia memperhatikan saja sambil mulutnya terus berkomat-kamit!
"Tahan!" teriak Wiro sambil melompat mundur ke pintu goa.
Tapi yang menyerangnya terus memburu!
"Sialan! Kalau kalian tak mau hentikan serangan ini jangan menyesal!"
Bogananta dan yang lain-lainnya tak ambil perduli.
Wiro cabut Kapak Maut Naga Geni 212 dari
pinggangnya. Wuut! Sinar putih menyilaukan menderu, suara laksana ribuan tawon menggerung dan empat
anak buah Perguruan
Merapi menjerit roboh mandi darah. Yang lain-lainnya tersurut mundur sampai lima
langkah! Mereka menjadi kecut dan bimbang untuk menyerbu kembali!
"Manik Tunggul!" kata Wiro dengan suara keras
sehingga semua orang mendengar. "Anakmu masih hidup.
Tapi kehancuran hati yang dideritanya membuat nasibnya lebih buruk daripada
seseorang yang telah mendahu-
luinya!" "Kalau masih hidup di mana dia sekarang?" tanya
Sokananta lantang.
"Durjana cacingan tak usah buka mulut! Aku tidak
bicara pada kau!" tukas Wiro.
Kelamlah paras Sokananta ditelan kemarahan!
"Lalu ini kuburan siapa"!" tanya Manik Tunggul.
"Jangan pura-pura tidak tahu, Manik Tunggul! Masa kau lupa pada seorang pemuda
bernama Panuluh, yang
ditawan dan disiksa setengah mati oleh durjana cacingan itu lalu disekap di goa
ini sampai akhirnya menemui kematian dalam cara yang mengerikan"!"
Kagetlah Manik Tunggul. Dia berpaling pada Sokananta.
Tapi saat itu Sokananta sudah membentak Wiro
kembali, "Lekas katakan di mana calon istriku!"
Wiro tertawa gelak-gelak.
"Kekasihnya kau tawan, kau siksa sampai mati! Apakah kau masih punya muka untuk
mengawini gadis itu"!"
Rahang Sokananta kelihatan terkatup rapat-rapat.
Manik Tunggul masih memandang pada Sokananta,
lalu bertanya, "Calon menantuku, apakah yang diucapkan bedebah ini betul"!"
Sokananta tertawa. "Namanya saja manusia bedebah.
Masa bicaranya bisa dianggap betul" Setelah dia
melarikan Permani di depan hidung kita apakah bangsat ini masih bisa dipercaya"!
Dia hendak mengelabuhi kita dan mengadu domba kita satu sama lain!"
Wiro menggerendeng. "Keparat, dosamu sudah lewat
takaran! Lekas kau dan kambrat-kambratmu angkat kaki dari sini! Kalau tidak kau
bakal menjadi manusia pertama yang bakal kubelah kepalanya sesudah empat krocomu
itu!" "Bangsat rendah! Jangan kira kali ini kau bisa lolos dari liang kubur yang
telah kau gali sendiri!" Sokananta palingkan kepala ke arah laki-laki gemuk yang
memegang tasbih. "Tasbih Kumala, kau tunggu apalagi"!"
Manusia gemuk pendek kepala botak menyeringai.
Mulutnya dalam menyeringai itu masih terus juga ber-
komat-kamit! Sekali dia bergerak, tubuhnya sudah berada di samping Sokananta.
"Inikah tampang manusianya yang kau minta aku untuk membereskannya, Soka?" tanya
Tasbih Kumala dengan mata menyelidik dari atas ke bawah. Sokananta
mengangguk. Tasbih Kumala tertawa gelak-gelak. Hebat sekali suara tertawanya, laksana
merobek langit di malam hari itu!
Tasbih Kumala melirik pada senjata yang di tangan Wiro lalu membentak, "Pemuda
bau pupuk! Betul kau orangnya yang bergelar Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212"!"
"Sobat," sahut Wiro, "melihat kepada gelarmu pastilah kau seorang tokoh silat
yang ternama. Aku hormati kau.
Tapi harap jangan ikut campur urusan orang! Karena kau tak kuundang untuk datang
ke sini, sebaiknya segera angkat kaki!"
"Bapak moyangmu!" bentak Tasbih Kumala, dia
melangkah ke muka.
"Tunggu dulu!" seru Manik Tunggul. "Sebelum kita
mengeremus budak keparat ini, aku harus tahu dulu beberapa hal!"
"Ah, kau hanya menambah panjang umurnya beberapa
detik saja, Manik Tunggul!" kata Bogananta.
"Sokananta, betul kau yang menangkap dan menyiksa Panuluh, lalu menyekapnya
sampai mati di dalam goa ini"!"
Sokananta jadi beringasan! "Kenapa antara kita musti berprasangka yang bukan-
bukan"!"
Wiro menengahi, "Manik Tunggul, kau juga ikut ber-
tanggung jawab atas kematian Panuluh! Kau yang
memaksa anak gadismu untuk kawin dengan jahanam
cacingan ini! Kau gila nama besar! Kau pengecut kelas satu yang mau menjual anak
sendiri karena ditekan oleh Ketua Perguruan Merapi..."
"Tutup mulutmu!" teriak Manik Tunggul marah.
Tiba-tiba Sokananta berteriak beri komando. Maka
Bogananta, Tasbih Kumala dan anak-anak murid Perguru-
an Merapi segera menyerbu. Manik Tunggul tetap berdiri dengan bimbang. Dua orang
anak buahnya karena melihat Ketua mereka berdiam diri, tidak berani masuk ke
dalam pertempuran!
Mendadak dari dalam goa terdengar seruan perem-
puan, "Wiro! Wiro! Kaukah yang bertempur itu" Wiro...!"
Mengenali bahwa itu adalah suara anaknya yang
ternyata masih hidup, legalah hati Manik Tunggul dan pikiran jernih menyeruak di
dalam kepalanya kini. Tiba-tiba dia melompat ke muka dan berteriak, "Sokananta
bajingan! Kaulah yang jadi biang racun! Kau harus mampus di tanganku!"
Sepuluh kuku-kuku jari dengan ganas menyambar
Sokananta! Karena tak diduga akan diserang sehebat itu dan secara tiba-tiba oleh
calon mertuanya sendiri maka Sokananta yang mengeroyok Wiro Sableng tak punya
kesempatan untuk mengelak!
WIRO SABLENG RAHASIA LUKISAN TELANJANG
14 EKEJAP lagi sepuluh kuku jari Manik Tunggul akan
mengeremus hancur muka Sokananta, tiba-tiba,
SWuut! Sebuah pedang menyambar dahsyat ke arah
kedua lengan Ketua Perguruan Garuda Sakti itu!
"Manik Tunggul manusia ular kepala dua! Akulah
lawanmu!" Ketika berpaling ke kanan ternyata yang menyam-
pokkan pedang tadi adalah Bogananta! Mendidihlah darah di kepala Manik Tunggul!
"Bogananta keparat! Kau sama saja dengan anakmu!"
Maka kedua orang itupun bertempurlah satu lawan
satu dengan hebatnya. Tapi di samping tenaga dalamnya lebih rendah dan lawan
bersenjatakan pedang pula maka lima jurus kemudian Manik Tunggul-pun kena
didesak! Di lain pihak Wiro yang dikeroyok oleh Sokananta dan Tasbih Kumala serta tujuh
orang lainnya berkelebat cepat, bertahan dengan hebat dan sekali-sekali
lancarkan serangan balasan yang ganas! Meski dia telah merobohkan dua orang anak
murid Perguruan Merapi, namun keada-
annya tak bisa dikatakan di atas angin. Sokananta dan yang lain-lainnya bukan
apa-apa. Tasbih Kumala-lah yang tak bisa dianggap remeh! Setiap senjatanya
berkelebat, satu gelombang angin yang laksana gunung beratnya menerpa Pendekar
212! Dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau tubuh seseorang kena dilanda oleh
tasbih sakti itu!
Dua jeritan terdengar. Dua anak murid Manik Tunggul yang ikut mengeroyok
Bogananta mandi darah dilanda pedang.
Pada jurus keenam tadi dalam pertempuran satu lawan satu, Manik Tunggul telah
didesak hebat oleh Bogananta.
Kedua anak buahnya turun membantu dalam jurus
kesembilan mereka kena dihantam Bogananta. Dan kini dalam jurus kesepuluh
kembali Manik Tunggul didesak hebat!
Pada saat Wiro Sableng berhasil merobohkan lagi dua orang pengeroyoknya, maka
pada saat itu pula terdengar jeritan Manik Tunggul!
Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang dengan kedua tangan memegangi dada yang
robek besar dibabat ujung pedang. Darah membanjir. Pada saat tubuhnya melingkar
di tanah, detik itu pula nyawanya lepas!
"Jahanam!" teriak Pendekar 212. Dari mulutnya
terdengar suara bentakan menggeledek. Tubuhnya mele-
sat enam tombak ke samping. Kapak Naga Geni 212
berkiblat memancarkan sinar putih dan menebar suara bergaung.
"Ayah, awas!" teriak Sokananta.
Bogananta memang sudah melihat datangnya
sambaran senjata lawan. Dengan cepat dia angsurkan pedang mustikanya ke depan
untuk menangkis!
Trang! Terdengar suara senjata beradu. Pedang di tangan
Bogananta patah dan mental. Di kejap itu pula terdengar lolongannya macam kerbau
disembelih! Batang lehernya hampir putus terbabat mata kapak, tubuhnya roboh ke
tanah! Wuut! Satu sambaran angin mendera ke arah punggung
Pendekar 212. Wiro melompat ke muka dan balikkan
badan, sekaligus kiblatkan kapak. Yang menyerangnya ternyata Tasbih Kumala!
"Manusia-manusia keparat!" kertak Wiro. "Satu nyawa Manik Tunggul harus dibayar
dengan nyawa kalian semua!"
Dari mulut Pendekar 212 kemudian terdengarlah
kumandang suara siulan yang menggidikkan bulu roma!
Jurus-jurus silatnya dengan serta merta berubah total. Tiga pekikan terdengar,
menyusul kemudian dua pekikan lagi!
Lima korban terhampar di tanah!
Kecutlah nyali Tasbih Kumala dan lebih-lebih
Sokananta. Hanya mereka berdua kini yang masih hidup!
Dan itupun tak lama. Dua jurus di muka si gemuk pendek Tasbih Kumala keluarkan
seruan kesakitan. Lengan
kanannya yang memegang tasbih terbabat buntung.
Buntungan bersama tasbih mencelat ke udara! Kapak Naga Geni 212 berbalik dan,
cras! Terpisahlah kepala dan badan Tasbih Kumala!
Lumerlah nyali Sokananta!
Tanpa tunggu lebih lama pemuda ini balikkan tubuh dan ambil langkah seribu!
"Jahanam cacingan! Kau mau minggat ke mana"!
Tempatmu toh di neraka!"
Wiro gerakkan tangan kirinya. Siap untuk lepaskan pukulan Sinar Matahari. Tapi
dibatalkannya. Sebagai gantinya dia lepaskan satu totokan jarak jauh yang ampuh!
Tak ampun lagi tubuh Sokananta yang lari kencang itu mendadak sontak menjadi
kaku tegang! Permani meratap memeluki mayat ayahnya. Wiro telah melepaskan totokan gadis itu.
Kegelapan malam, angin dingin yang mencucuki tulang-tulang sungsum, tebaran
mayat di mana-mana serta suara tangis Permani merupa-
kan hal-hal yang tidak enak bagi Wiro Sableng.
Setelah menunggu beberapa lamanya Wiro kemudian
berkata, "Tak ada gunanya tangis itu, Permani. Tak ada gunanya membuang-buang
air mata lebih banyak! Kejadian begini sudah ditakdirkan menjadi nasibmu oleh
Yang Kuasa. Masuklah ke dalam goa..."
Gadis itu sadar. Perlahan-lahan dia berdiri dan menyeka kedua matanya. Setindak
dia hendak melangkah ke mulut goa, pandangannya membentur Sokananta yang tegak
kaku akibat totokan Wiro. Maka menggemuruhlah amarah Permani. Dengan segera dia
mencabut sebilah keris yang tersisip di pinggang ayahnya dan berlari ke arah
Sokananta seraya berteriak, "Bangsat! Kaulah yang jadi biang racun segala-
galanya!" "Permani!" seru Sokananta dengan keras tapi gemetar.
"Ampunilah selembar nyawaku ini."
"Ini ampun untukmu!" teriak Permani garang dan keris bereluk tujuh di tangan
kanannya dihunjamkannya keras-keras ke dada pemuda itu.
Sekejap lagi ujung keris akan menembus dada
Sokananta, sebuah tangan yang kuat mencekal lengan Permani!
"Lepaskan tanganku!" teriak si gadis kalap.
Karena Permani seorang yang mempelajari ilmu silat serta memiliki tenaga dalam
yang cukup ampuh agak sukar juga bagi Wiro menahan gadis itu.
"Dengar Permani! Kematian dengan tusukan keris
seperti ini terlalu enak baginya!" kata Wiro. "Bangsat ini musti diberi ganjaran
yang setimpal...!"
Gelora amarah Permani menyurut. Dua bola matanya
memandang besar-besar ke arah Wiro. Dan dia kemudian maklum apa yang dikatakan
Wiro adalah benar. Dilempar-
kannya keris di tangan kanan. Lalu dijambaknya rambut Sokananta dan diseretnya
ke dalam goa. Dengan rantai-rantai besi yang dulu pernah mengikat Panuluh,
Permani membelenggu kedua tangan dan kaki Sokananta.
"Permani, kau mau bikin apa..."!" tanya Sokananta.
Keringat dingin membasahi sekujur badannya.
Gadis itu tak menjawab. Dia lari ke luar goa. Sewaktu masuk lagi di tangannya
ada seutas akar gantung
sepanjang satu setengah tombak. Permani putar-putarkan akar gantung itu di atas
kepalanya. "Permani..."
Suara seruan Sokananta putus dilanda bunyi akar
gantung yang mendera dadanya. Pakaiannya yang bagus robek, kulit dadanya
tergurat lecet dan berdarah! Puluhan kali di dalam goa itu terdengar suara
cambukan-cambukan yang dahsyat! Sokananta telah lama pingsan. Parasnya hancur
tak dapat dikenali lagi dan bergelimang darah.
Pakaiannya robek-robek, sekujur kulit badannya pecah-pecah bermandi keringat dan
darah! Bila matahari mulai naik di pagi keesokannya, maka di depan mulut goa itu
kelihatan sebuah kuburan baru lagi.
Kuburan Manik Tunggul yang berdampingan dengan
kuburan Panuluh. Di bagian kepala kedua kuburan itu diletakkan dua buah batu
besar dan pada batu itu dengan dua ujung jari-jari tangannya Wiro telah
menggurat nama kedua orang itu.
"Kau akan kembali ke kota?" tanya Wiro Sableng yang berdiri di samping Permani
dan tengah memandangi dua kuburan bertanah merah itu.
Si gadis gelengkan kepalanya.
"Memang tak ada gunanya ke Paritsala. Lebih baik
terus langsung pulang ke kota kediamanmu..."
"Tidak, aku tak akan kembali pulang."
Wiro kernyitkan kening. "Lalu...?"
"Aku akan tinggal di sini. Akan bertapa di goa..."
Wiro hendak tertawa tapi tak jadi. Dia berkata, "Ibumu akan susah bila kau tak
kembali..."
"Setelah ayah meninggal, aku cuma sebatang kara di dunia ini..."
"Jadi ibumu juga sudah meninggal?"
Permani mengangguk.
"Kau tak punya kerabat atau saudara?"
"Tidak..."
"Tapi hendak bertapa dalam umur semudamu ini betul-betul belum masanya, Permani.
Kau menyia-nyiakan masa mudamu dan juga masa depanmu!"
"Masa muda dan masa depanku tak ada lagi sejak
orang yang kucintai masuk di bawah tumpukan tanah merah itu..." sahut Permani
dan butir-butir air mata ber-
jatuhan melewati kelopak kedua matanya.
Wiro Sableng menghela nafas. Sungguh sayang dara
secantik ini memutuskan untuk jadi pertapa. Tapi bagai-
mana dia bisa melarang" Diam-diam diperhatikannya paras Permani dari samping dan
ketika gadis itu memutar kepala ke arahnya, pandangan mereka saling beradu untuk
beberapa lamanya.
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dunianya Panuluh berakhir sampai di tempat ini,
Wiro," bisik Permani. "Aku akan tinggal di sini sampai akhirnya nanti pada suatu
ketika duniaku pun akan berakhir pula di sini, di hadapan kuburnya..."
Wiro Sableng merasa terharu sekali. Betapa agungnya nilai-nilai cinta sejati,
pikir pemuda ini.
"Di samping bertapa, aku akan memperdalam ilmu silat yang pernah diwariskan
ayah..." "Itu sudah semestinya..." kata Wiro perlahan. Hatinya tetap menyayangkan
keputusan gadis itu untuk tinggal di goa itu dan bertapa sekalipun sambil
memperdalam ilmu silatnya.
"Dunia ini penuh dengan orang-orang jahat. Setiap kejahatan kadangkala dibarengi
dengan ilmu yang tinggi-tinggi. Aku khawatir tinggal di sini kau bakal menemui
nasib buruk..."
Permani menatap paras pemuda itu sebentar lalu
tundukkan kepalanya dan untuk beberapa lamanya
suasana diliputi kesunyian.
"Aku akan mencuci tangan di anak sungai tak jauh dari sini. Sebentar aku
kembali..." kata Wiro.
WIRO SABLENG RAHASIA LUKISAN TELANJANG
15 ETIKA berjalan kembali ke goa sehabis member-
sihkan tangan dan beberapa bagian tubuhnya Wiro
Ktersentak kaget. Telinganya yang tajam mendengar suara ribut-ribut seperti
suara orang berkelahi yang diselingi suara tertawa gelak-gelak! Tanpa membuang
waktu dia berlari cepat. Begitu sampai di depan goa, terkejutlah murid Eyang
Sinto Gendeng ini!
Dilihatnya Permani tengah bertempur melawan seorang laki-laki berjubah kuning
yang tangannya cuma satu. Sebe-
narnya tak bisa dikatakan pertempuran. Lebih tepat kalau dikatakan bahwa Si
Jubah Kuning bertangan buntung itu tengah mempermain-mainkan Permani serta
kurang ajar dan sambil tertawa-tawa. Setiap kali dia bergerak tangan kanannya
meraba ke bagian-bagian tubuh Permani yang terlarang hingga gadis ini mengamuk
penuh amarah. Tapi semua serangannya luput!
Tak jauh dari tempat terjadinya perkelahian tegak berdiri orang kedua, juga
berjubah kuning dan cuma punya satu mata alias picak! Dia menyaksikan
perkelahian itu dengan gelak tawa gembira.
"Ayo Sumplung! Robek saja pakaiannyal Biar mataku yang cuma satu ini bisa lihat
kebagusan tubuhnya! Ah...!
Sudah lama mataku tak melihat tubuh telanjang! Ha... ha...
ha!" Di samping si mata picak ini, tersandar ke sebatang pohon, kelihatan sebuah
lukisan perempuan telanjang.
Lukisan itu sudah agak kotor dan kayu pigura bagian bawahnya ada bekas
sambungan! Seperti kawannya,
diapun memelihara berewok. Kalau tadi Wiro sudah
demikian terkejutnya melihat pertempuran antara Permani dan si tangan buntung
maka melihat lukisan telanjang itu puluhan kali dia lebih terkejut!
Tak bisa tidak kedua manusia berjubah kuning ini
adalah Sepasang Elmaut Kuning yang telah membunuh Si Pelukis Aneh dan mencuri
lukisan perempuan telanjang itu!
Ditambah dengan menyaksikan apa yang diperbuat si tangan buntung terhadap
Permani maka menggemuruhlah amarah Wiro Sableng.
"Iblis-iblis kesasar! Dicari-cari tidak ketemu! Sekarang tahu-tahu kalian muncul
di depan hidungku!" Serentak dengan itu Wiro Sableng segera melompat ke hadapan
si tangan buntung!
Kedua manusia berjubah kuning itu memang bukan lain dari Sepasang Elmaut Kuning
adanya. Bagaimana mereka bisa sampai ke tempat itu"
Seperti telah diceritakan sebelumnya, mereka diam di sebuah goa yang terletak di
lembah berbatu-batu. Karena sebegitu jauh mereka belum juga bisa membongkar
rahasia yang tersembunyi di dalam lukisan perempuan telanjang maka keduanya
akhirnya memutuskan untuk pergi ke kampung tempat kediaman calon murid Si
Pelukis Aneh yaitu Wira Prakarsa. Mereka menduga anak itu pasti mengetahui
rahasia tersebut dan kemudian memaksanya untuk memberi keterangan! Di samping
itu, diam lama-lama di lembah batu sudah terasa tidak aman bagi
Sepasang Elmaut Kuning. Anak-anak murid Perguruan Seberang Kidul dan Si Katai
Bisu telah mengetahui tempat persembunyian mereka tersebut. Meski orang-orang
itu telah berhasil mereka kirim ke akhirat namun bukan tak mustahil banyak lagi
tokoh-tokoh silat akan mendatangi mereka untuk menuntut balas ataupun mencuri
lukisan yang ada di tangan mereka. Maka keduanyapun berang-
katlah meninggalkan lembah batu. Dalam perjalanan mereka melewati tempat di mana
Permani berada dan yang saat itu tengah berdiri di depan makam Panuluh dan
ayahnya. Melihat gadis cantik di tengah daerah liar begitu rupa, tentu saja
Sepasang Elmaut Kuning jadi tertarik.
Nafsu bejat merangsang keduanya dan Elmaut Kuning Kuping Sumplung 'turun tangan'
lebih dulu hingga akhirnya terjadilah pertempuran!
Sepasang Elmaut Kuning bukan kepalang terkejut
mereka sewaktu mendengar bentak memaki Wiro Sableng.
Lebih-lebih Kuping Sumplung yang saat itu tengah
menjamahi tubuh Permani sambil tertawa mengekeh! Dia dengan cepat menyurut
mundur sewaktu merasa satu
angin mendorongnya dengan hebat hingga kalau saja dia tidak lekas-lekas kerahkan
tenaga dalamnya pastilah akan dibuat mencelat mental!
"Pemuda gondrong hina dina!" bentak Kuping
Sumplung. "Siapa kau"!"
"Kau dan kambratmu yang bermata satu itu pastilah Sepasang Elmaut Kuning!"
"Hem... matamu cukup tajam untuk mengenali kami.
Lekas terangkan siapa kau dan apakah mau mencari
mampus sengaja membuat kericuhan di sini"!"
Wiro tertawa mengejek. "Mataku bukan cuma cukup
tajam mengenali tampang-tampang kalian, tapi juga mengetahui bahwa kalianlah
bangsat-bangsatnya yang telah membunuh Si Pelukis Aneh lalu melarikan lukisan
perempuan telanjang itu! Dan kini kau yang berkuping sumplung bertangan buntung
berani bikin kurang ajar terhadap kawanku!"
"Ho... ho, jadi kau adalah kawannya si cantik ini"! Kalau begitu biar kau
kubikin mampus lebih dulu agar kami berdua tak banyak rintangan untuk menikmati
tubuhnya nanti!"
Elmaut Kuning Kuping Sumplung tutup ucapannya
dengan serangan tangan kanan yang hebat dan ber-
kekuatan sepertiga tenaga dalamnya. Satu kali pukul dia berharap akan dapat
membuat pemuda itu menemui
ajalnya, sekurang-kurangnya luka parah dan cacat seumur hidup!
Tapi bukan main kejut Kuping Sumplung ketika melihat bagaimana pemuda itu bukan
saja berhasil mengelakkannya tapi juga ganti membalas dengan satu serangan yang ganas!
Elmaut Kuning Kuping Sumplung melompat ke
samping. Tangan kanannya kirimkan jotosan angin keras sedang kaki kanan serentak
dengan itu menendang ke pinggang. Inilah jurus yang dinamakan Dua Palu Sakti
Melanda Mega. Angin serangannya saja hebatnya bukan olah-olah!
Pendekar 212 Wiro Sableng melompat satu setengah
tombak ke udara. Tendangan maut lawan lewat, sebaliknya dengan tangan kirinya
Wiro sengaja memapasi lengan lawan. Elmaut Kuning Kuping Sumplung kertakkan
rahang! Seluruh tenaga dalamnya dialirkan ke tangan kanan!
Sebagai seorang tokoh silat yang ditakuti di delapan penjuru angin, Kuping
Sumplung merasa bahwa tenaga dalamnya jauh lebih tinggi dari lawan. Dia sengaja
mengambil keputusan untuk bentrokan lengan dengan lengan dan memastikan lengan
lawannya akan patah! Di lain pihak memang bentrokan inilah yang dikehendaki Wiro
Sableng! Sekejap kemudian lengan kedua orang yang bertempur itupun beradu!
Wiro Sableng mengerenyit. Lengannya tergetar sakit.
Kulitnya keriputan dengan serta merta. Sebaliknya dari mulut Elmaut Kuning
Kuping Sumplung terdengar suara pekik setinggi langit.
Dia melompat dua tombak ke belakang. Lengannya
yang beradu kelihatan terkulai bergoyang-goyang! Ternyata tulang lengannya telah
patah! Untung daging lengan itu hanya sebagian saja yang hancur, kalau tidak
pasti di saat itu juga lengan kanan Kuping Sumplung akan putus dua!
Namun demikian keadaan Kuping Sumplung adalah parah sekali! Tak mungkin baginya
untuk meneruskan pertem-
puran! Bahkan mungkin lengannya itu tak bisa diper-
gunakan lagi untuk selama-lamanya! Dengan menggigit bibir menahan rasa sakit,
Kuping Sumplung totok beberapa urat di pangkal bahunya. Rasa sakitpun hilang.
Melihat kambratnya dibikin demikian rupa marahlah Elmaut Kuning Mata Picak!
Berewoknya meranggas kaku karena luapan amarah itu! Di samping marah dia juga
terkejut karena tidak menyangka bahwa pemuda
bertampang tolol itu berkepandaian sedemikian tingginya!
Dengan langkah-langkah besar Mata Picak maju ke
hadapan Pendekar 212 Wiro Sableng!
"Budak anjing hina dina!" bentaknya, "Aku tak begitu senang membunuh manusia
yang aku tidak tahu siapa adanya! Lekas terangkan namamu!"
Wiro tertawa bergelak dan bertolak pinggang. "Bicara-
mu keren sekali, Mata Picak," sahut Wiro. Dia melirik pada Elmaut Kuning Kuping
Sumplung yang duduk menjelepok di tanah sambil berusaha mengobati lengannya yang
patah. "Namaku kau tak perlu tahu. Tapi apakah kau kenal dengan tiga buah angka
ini"!" Habis berkata begitu Wiro pukulkan telapak tangan kanannya ke arah dada
Mata Picak. Selarik angin menyambar panas!
"Kurang ajar!" maki Mata Picak seraya menyingkir ke samping. Dia terkejut ketika
mendengar suara jeritan di belakangnya. Sewaktu berpaling dilihatnya Kuping Sum-
plung yang menjelepok di tanah terjerongkang ke
belakang, menggeletak di tanah tanpa bergerak lagi! Dan di keningnya yang saat
itu menjadi hitam jelas kelihatan tiga buah angka putih 212!
Tergetarlah hati Elmaut Kuning Mata Picak! Sejak
hampir satu tahun belakangan ini dia telah mendengar tentang munculnya seorang
pendekar yang berjuluk Pen-
dekar Kapak Maut Naga Geni 212! Belasan tokoh silat golongan hitam menemui ajal
di tangannya! Bahkan
banyak pula partai-partai silat yang hancur diobrak-abrik Pendekar 212! Pendekar
itu sudah merupakan momok
paling ditakuti oleh tokoh-tokoh silat golongan hitam. Dan kini tiada dinyana
dia sendiri berhadap-hadapan dengan Pendekar 212 itu! Lebih tidak dinyana lagi
ialah bahwa Pendekar 212 itu adalah seorang pemuda belia ber-
tampang tolol! Dan telah merampas jiwa kawannya, di depan mata kepalanya
sendiri! Mata Picak yang berotak cerdik dan tahu bahwa
pemuda itu bukan lawan enteng serta mengkhawatirkan pula akan lukisan perempuan
telanjang, sambil tertawa dan berbatuk-batuk berkata, "Ah... ah... dengan
seorang gagah! Nama besarmu sudah sejak lama kudengar,
Pendekar 212!" Lalu dengan rangkapkan tangan di muka dada dia meneruskan,
"Sebenarnya antara kita tak ada permusuhan, tak ada silang sengketa bahkan di
hari ini baru bertemu muka. Gerangan apakah yang membuatmu sampai demikian tega
merampas nyawa sahabatku"!"
Wiro tertawa gelak-gelak.
"Kalau tak ada hujan masakan ada geledek!" kata Wiro.
"Kambratmu itu telah berani berlaku kurang ajar terhadap sahabatku..."
"Hem...," Mata Picak menggumam dan tarik nafas
panjang. "Sahabatku itu memang ceriwis dan tak boleh lihat perempuan cantik!
Tapi kurasa dia sudah menebus kekurangajarannya itu dengan nyawanya sendiri"
Sekarang antara kita tak ada apa-apa lagi. Aku akan pergi dan di lain hari
kuharap bisa bertemu dengan kau lagi!"
"Mana bisa kau pergi seenaknya!"
Terkejutlah Mata Picak mendengar ucapan Wiro. "Kau telah membunuh Si Pelukis
Aneh dan mencuri lukisan yang tersandar di pohon itu! Untuk itu kau patut
menerima hukuman!"
Paras Mata Picak berubah membesi.
"Agaknya kau punya sangkut paut dan hubungan
tertentu dengan Si Pelukis Aneh..."
"Ada hubungan atau tidak, kau tak usah ambil perduli.
Yang penting kau musti serahkan lukisan itu kepadaku!
Sedang sebagai hukuman karena telah membunuh Si
Pelukis Aneh, kau harus cungkil biji matamu yang tinggal satu itu!"
Elmaut Kuning Mata Picak tertawa terbahak-bahak.
"Aku sudah relakan kematian sobatku. Sekarang kau minta barang yang bukan
milikmu. Menyuruh aku mencungkil mataku sendiri! Sungguh keterlaluan! Nama
besarmu terpaksa kulenyapkan dari muka bumi hari ini juga!"
Begitu selesai bicara Mata Picak menggembor dan
menerjang ke muka. Dalam sekejap saja kedua orang ini sudah terlibat dalam satu
pertempuran dahsyat. Gerakan Mata Picak hebat sekali, tubuhnya lenyap. Hanya
bayangan sinar kuning jubahnya saja yang kelihatan menelikung mengurung tubuh
Pendekar 212! Di lain pihak begitu diserang lawan Wiro segera maklum bahwa Mata Picak ilmu
silat dan kesaktiannya lebih tinggi dari Kuping Sumplung. Karenanya dengan
berhati-hati Wiro melayani lawannya ini. Dalam tempo yang singkat sepuluh jurus
sudah berlalu! Elmaut Kuning Mata Picak membentak nyaring dan
tukar permainan silatnya dengan jurus-jurus yang disebut Elmaut Menggila. Untuk
lima jurus lamanya Wiro Sableng bertahan mati-matian. Lima jurus kemudian
Pendekar 212 mulai terdesak! Sambil keluarkan suara bersiul Wiro per-
cepat gerakannya tapi dia terkejut ketika di sekelilingnya terdengar suara,
wutt... wutt... wutt... wutt! Selarik sinar hijau melingkarinya dan mengeluarkan
angin dingin yang menyembilu sekujur tubuh Pendekar 212!
Wiro tak tahu senjata apa yang di tangan lawan, karena gerakan yang dibuat Mata
Picak sangat cepat luar biasa!
Dalam pada itu detik demi detik kekuatan tubuhnya sema-
kin mengendur sedang setiap serangannya senantiasa terbendung oleh lingkaran
sinar hijau! Breet! Wiro merasa dadanya laksana dipalu! Dia melompat
mundur. Parasnya berubah. Pakaian putih di bagian dada-
nya robek besar. Belum sempat dia berbuat sesuatu apa, tiba-tiba Mata Picak
sudah menyerangnya lagi. Meski sekilas tapi Wiro berhasil melihat senjata-
senjata di tangan lawannya. Senjata itu ternyata adalah sebuah kebutan yang
terbuat dari bulu-bulu halus berwarna hijau!
Wuuut! Kebutan itu menderu lagi dengan hebatnya.
Dua tiga kali Wiro lepaskan pukulan yang mengandung tenaga dalam hebat tapi
senjata sakti di tangan lawan benar-benar mematikan dan membuyarkan pukulan-
puku- lan tangguhnya itu. Wiro mulai memaki-maki dalam hati.
Suara siulan mengumandang aneh dari sela bibirnya!
Tangan kanan menyelinap datar kian kemari. Tiba-tiba jari-jari tangan itu telah
berubah menjadi putih dan kuku-kukunya laksana kilauan perak mendidih!
"Mata Picak ayo tangkis pukulan Sinar Matahari- ku ini!"
teriak Wiro Sableng.
Mendengar nama pukulan itu, Elmaut Kuning Mata
Picak lipat gandakan tenaga dalamnya dan mendahului menyerang. Tapi di saat itu
pula Wiro sudah turunkan tangan kanannya!
Wuss! Mata Picak terpekik!
Kebutan di tangannya mental dan hancur bertaburan sedang tangan kanannya hangus
hitam laksana terbakar!
Buru-buru manusia ini alirkan tenaga dalamnya ke tangan yang terluka, telan
sebutir pil dan atur jalan darah! Untuk menolak racun pukulan dia kemudian
menotok urat besar di bahunya!
Diam-diam Wiro memuji kehebatan daya tahan manusia ini. Seseorang yang tersambar
pukulan Sinar Matahari biasanya tak ada ampun lagi, pasti akan menggeletak mati!
"Anjing hina dina! Bersiaplah untuk mampus!" teriak Mata Picak. Mulutnya
berkomat-kamit, kedua tangan diangkat ke atas dan memancarkan sinar kekuning-
kuningan. Melihat ini Wiro segera cabut Kapak Maut Naga Geni 212.
Lalu Elmaut Kuning Mata Picak pukulkan kedua
tangannya ke muka. Terdengar suara menderu laksana topan prahara. Dua gelombang
Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sinar kuning melesat.
Puluhan Paku Emas Beracun bertaburan menyambar ke arah tubuh Pendekar 212 Wiro
Sableng! Kapak Naga Geni 212 berkiblat membuat gerakan
setengah lingkaran! Sinar putih menyilaukan menggebu ke muka memapasi dua
gelombang sinar kuning yang
melesatkan puluhan paku-paku emas beracun. Laksana daun kering dihembus angin
puting beliung demikianlah bermentalannya senjata rahasia sakti Elmaut Kuning
Mata Picak itu!
Mata Picak tersirat kaget. Mukanya pucat laksana
mayat! Selama sepuluh tahun ini tak satu kekuatan lawanpun yang sanggup
menumbangkan pukulan Paku Emas Beracun nya itu demikian hebatnya! Apalagi
serangan itu tadi dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya!
Melihat ini dan memaklumi bahwa naga-naganya dia
akan mencari penyakit jika meneruskan pertempuran maka tak ayal lagi Mata Picak
segera melompat mundur, menyambar lukisan perempuan telanjang dan larikan diri
dengan cepat! "Hai! Jalan ke neraka bukan ke situ Mata Picak!" seru Wiro Sableng. Dia mengejar
dengan sebat. Enam langkah di belakang lawan Wiro buat gerakan Burung Walet
Menembus Awan. Tubuhnya melesat di udara dan ketika turun tahu-tahu sudah
menghadang larinya Mata Picak!
"Keparat! Mampuslah!" hardik Mata Picak dan
lepaskan pukulan Paku Emas Beracun dengan tangan kirinya!
Tapi sekali ini dia terlambat! Belum lagi paku-paku itu berlesatan, Kapak Naga
Geni 212 sudah membabat dan, cras! Putuslah lengan kiri Mata Picak! Manusia ini
meraung kesakitan. Tubuhnya terasa panas. Dari buntungan
tangannya mengalir hawa aneh yang menggidikkan bulu kuduknya. Pasti racun Kapak
Naga Geni 212 telah mulai menggerayangi tubuhnya! Dengan kalap Mata Picak
hantamkan lukisan perempuan telanjang ke kepala Wiro Sableng.
Wiro menangkis.
Braak! Kayu lukisan itu hancur berantakan. Bagian bawah dari lukisan robek sepanjang
setengah jengkal!
Mata Picak makin penasaran dan kirimkan satu
tendangan kilat ke bawah perut lawan! Kapak Naga Geni menderu turun.
Untuk kedua kalinya terdengar suara cras!
Untuk kedua kalinya pula terdengar raungan Mata
Picak. Betisnya telah terbabat putus. Tak ampun lagi tubuhnya tergelimpang ke
tanah. Beberapa saat lamanya dia menggelepar-gelepar macam ikan meregang nyawa.
Kemudian tubuhnya tak bergerak lagi tanda rohnya
melayang sudah!
Wiro Sableng usap-usap lengannya yang dihantam
pigura lukisan. Lengan itu lecet dan bengkak, tapi tidak mengkhawatirkan.
Diambilnya lukisan yang terhampar di tanah dan kembali ke depan goa.
Permani tak kelihatan di situ. Tentu di dalam goa, pikir Wiro. Dia masuk ke
dalam. Tapi sang dara juga tak kelihatan. Diperhatikannya Sokananta yang
terbelenggu di dinding. Sekujur tubuhnya bergelimang darah. Mukanya hancur.
Ketika didekati dan diperhatikan oleh Wiro, ternyata manusia itu sudah tak
bernafas lagi! Pembalasan yang setimpal telah didapatnya!
Wiro keluar dari goa dan berseru memanggil Permani.
Tak ada jawaban. Dia memandang kian kemari. Pada saat itulah dilihatnya sederet
tulisan di atas tanah. Wiro terkejut dan membacanya: "Permani berjodoh untuk
jadi muridku, pengganti Anggini. Sampai jumpa, Dewa Tuak."
Membaca tulisan di atas tanah itu, legalah hati Wiro Sableng. Dia bersyukur Dewa
Tuak melakukan hal itu.
Bukan saja Permani kelak bakal mendapat pelajaran ilmu silat dan ilmu kesaktian
yang tinggi, tapi yang lebih penting bagi Wiro ialah bahwa gadis itu tak jadi
meneruskan niatnya untuk hidup sebagai pertapa!
Wiro mendongak ke langit. Matahari telah tinggi, hampir mencapai titik
kulminasinya. Wiro kemudian memper-
hatikan lukisan di tangan kirinya. Kayu piguranya telah hancur bagian bawah.
Wiro berpikir, apakah perlu dia memperbaiki kayu pigura yang hancur itu dan
menjahit bagian lukisan yang robek, kemudian baru membawanya ke tempat kediaman
Wira Prakarsa, calon murid Si Pelukis Aneh itu" Dia menimbang-nimbang. Lukisan
itu selama dua bulan belakangan ini telah diperebutkan oleh belasan tokoh silat
dan beberapa buah partai serta perguruan.
Membawanya secara terang-terangan pastilah akan
mencari kesulitan karena lukisan diincar oleh hampir semua tokoh-tokoh silat,
terutama mereka dari golongan hitam! Pendekar 212 garuk-garuk kepala.
Akhirnya Wiro Sableng mendapat akal. Dibukanya
keempat sisi kayu pigura lukisan itu satu demi satu.
Dengan menggulung lukisan itu dan menyimpannya di balik pakaian pasti akan aman
dalam perjalanan. Ketika kayu pigura sudah dilepaskan, ketika Wiro hendak
menggulung lukisan itu, jari-jari tangannya merasakan kain lukisan itu bergeser-
geser. Diperhatikannya dengan teliti. Ternyata di bawah kain lukisan perempuan
telanjang itu, terdapat lagi sebuah kain lain yang putih bersih. Tentunya ini
sebagai alas saja pikir Wiro. Tapi tak sengaja tiba-tiba kain putih di bagian
bawah itu menjulai ke bawah dan tersingkap.
Terkesiaplah Wiro Sableng sewaktu melihat bagian
pada kain yang disangkanya cuma sebagai alas itu ternyata terdapat tulisan-
tulisan banyak sekali dan juga gambar-gambar orang bermain silat! Dan ketika
diteliti ternyata semua tulisan dan gambar-gambar itu adalah sebuah ilmu silat
aneh yang mengandung jurus-jurus luar biasa hebatnya!
Wiro geleng-gelengkan kepala. Rupanya inilah rahasia besar yang disembunyikan Si
Pelukis Aneh dalam lukisan perempuan telanjang itu. Pantas saja Si Pelukis Aneh
tak mau menjualnya tempo hari pada Adipati Pamekasan
meskipun sudah ditawar duaratus ringgit. Sungguh cerdik sekali orang tua itu
menyembunyikan ilmu silat yang hendak diwariskannya pada calon muridnya! Wiro
meneliti lagi pelajaran silat yang tertulis di kain putih itu. Si Pelukis Aneh
menamakan ilmu silatnya itu Ilmu Silat Selusin Jurus Aneh. Sesuai dengan
namanya, maka seluruh pelajaran berjumlah dua belas jurus tapi bisa dipecah-
pecah sampai puluhan anak jurus! Wiro harus mengakui kehebatan ilmu silat yang
ditulis oleh Si Pelukis Aneh itu. Tak dapat tidak, siapa yang mempelajarinya
pasti akan menjadi seorang tokoh besar yang dikagumi dalam dunia persilatan!
Sebagai seorang pendekar berhati polos jujur, Wiro tak mau mencuri mempelajari
ilmu silat itu. Perlahan-lahan digulungnya kedua kain itu sekaligus. Sesaat
kemudian diapun sudah berlalu dari situ.
TAMAT Raja Pedang 2 Pendekar Slebor 36 Susuk Ratu Setan Mestika Golok Naga 2