Pencarian

Kutukan Dari Liang Kubur 2

Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur Bagian 2


pada akhirnya. "Sewaktu aku masih kecil, mungkin pada usia lima tahun, guru
menjodohkan aku dengan putera seorang sahabatnya yang juga dari dunia
persilatan. Orang itu bernama Ronggo Gampito dan puteranya bernama Jatayu.
Setahuku Ronggo Gampito adalah salah seorang tokoh silat Istana. Tepat pada
usiaku yang kedua puluh, guru memberi tahu soal perjodohan itu. Tentu saja aku
terkejut. Sebelumnya aku sudah beberapa kali bertemu dengan Jatayu. Dia tidak
jelek. Sikapnya sopan dan kepandaian silatnya mengagumkan. Tapi sejujurnya aku tidak
bisa menerima tindakan guru seperti itu. Aku menganggap Jatayu kawan atau
katakanlah saudara belaka. Untuk menjadi istrinya aku menolak..."
"Sebabnya?" memotong Wiro.
"Aku belum ada niatan kawin. Apa gunanya aku digembleng sampal dua puluh tahun
kalau hanya berakhir pada suatu perkawinan yang akan membuat diriku mendekam di
rumah saja"
Singkat cerita guru menjadi marah karena penolakanku. Kabarnya dia juga
didamprat habis-habisan oleh Ronggo Gampito yang menganggap guru membuat janji
palsu. Hubungan mereka jadi tidak baik. Dan persoalannya jadi bertambah runyam
karena Ronggo Gampito menebar luaskan kejadian itu pada tokoh-tokoh persilatan
lainnya!" Wiro garuk-garuk kepala dan tersenyum. Dia ingat keadaan dirinya sendiri yang
beberapa kali hendak dijodohkan secara seenaknya oleh beberapa tokoh silat.
Masih untung hal itu tidak mendatangkan silang selisih.
"Eh, kenapa kau tersenyum" Kau mentertawakan diriku.... ?" tanya Cempaka.
Wiro gelengkan kepala dan balik bertanya. "Kau menolak dijodohkan dengan Jatayu
karena belum ada niatan kawin. Begitu" Mungkin ada pemuda lain di hatimu?"
Paras Cempaka tampak menjadi merah. "Sejak kecil sampai jadi orang begini rupa
yang aku 37 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
ketahui hanya tempat kediaman guru, hutan belantara, bukit dan lembah, puncak
gunung dan sungal. Orang yang selalu berhubungan denganku hanya guru sendiri.
Aku tidak mengenal arti hubungan laki-laki dengan perempuan..."
Wiro terdiam dan merasa kasihan mendengar pengakuan si gadis. "Kalau begitu
memang sudah saatnya kau melakukan perjalanan, mengarungi dunia persilatan untuk
mengetahui segala keindahan dan keburukannya."
"Aku pikir begitu...." sahut Cempaka. Dia menatap dada Pendekar 212 yang tidak
mengenakan pakaian, lalu berkata, "Sudah lebih sehari kau tidak memakai baju.
Apa kau tidak membawa pakaian lain?"
Wiro menggeleng.
"Kulit dada dan pertumu tampak luka lecet. Kau tidak berusaha mengobatinya..."
"Hanya lecet sedikit waktu turun dart pohon tinggi itu. Akan sembuh sendiri..."
"Karena menolongku kau jadi cidera. Kau orang baik .... !"
Wiro tertawa lebar. "Seumur hidup baru kali ini ada orang yang bilang aku orang
baik Padahal mungkin aku bukan orang baik!"
Cempaka kini yang tertawa lebar. "Kalau begitu aku harus hati- hati padamu!"
katanya. Lalu dia bertanya, "Apa sih arti jarahan tiga angka di dadamu itu....?"
"Angka 212 Guruku yang menorehkannya di dadaku. Panjang ceritanya. Ini
menyangkut soal hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan manusia
dan manusia dengan Tuhannya.... Aku tak dapat menceritakannya padamu."
"Luar biasa!" Kata Cempaka lalu perlahan-lahan dia berdiri.
"Kau hendak kemana?" bertanya Wiro.
"Aku ingat sesuatu. Antarkan aku ke pohon besar tempat aku diikat itu."
"Eh, apa perlunya?" tanya Wiro lagi heran.
"Ada sesuatu yang ingin aku lihat."
"Tengkorak itu?"
Cempaka menggeleng. Dipegangnya bahu sang pendekar seraya berkata, "Antarkan
saja aku. 38 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Nanti aku katakan padamu apa yang ingin aku lihat..."
"Aku tak sanggup menggendongmu sejauh itu!"
"Siapa minta digendong" Aku kuat berjalan sendiri. Hanya jangan cepat-cepat..."
kata Cempaka sambil merengut.
"Jangan marah. Kau minta gendongpun aku tak keberatan. Tapi ingat kataku tadi.
Aku mungkin bukan orang baik-baik. Waktu menolongmu turun dari pohon dan
memanggulmu tempo hari ke tempat ini aku tidak berbuat yang bukan-bukan. Tapi
kalau sekali ini aku menggendongmu mungkin tangan atau hidungku akan berlaku
jahil! Ha.... ha.... ha.... !"
"Nah itu sebabnya aku tak mau digendong!"
Wiro garuk kepala sambil tertawa. Akhirnya dipegangnya lengan sang dara dan
keduanya meninggalkan tempat itu.
Begitu sampai di bawah pohon Cempaka langsung memandang dan meneliti ke atas.
Per-hatiannya dipusatkan pada cabang dimana sebelumnya dia diikat. Matanya
mencari-cari. Tapi tetap saja dia tak melihat benda yang dicarinya itu.
"Apa sih yang sebenarnya kau cari?" tanya Wiro.
"Kau lihat cabang tempat aku diikat tempo hari?"
"Ya, jelas kulihat dari sini," jawab Wiro.
"Apa kau melihat ada seekor burung merpati kelabu hinggap di cabang itu?"
"Tidak. Tapi....!"
"Tapi apa"!" tanya Cempaka.
"Aku ingat. Waktu aku naik ke atas cabang tempat kau terikat, aku melihat seekor
merpati kelabu bertengger pada cabang tepat di sebelah bawahmu. Binatang itu
kulihat aneh. Tidak bergerak seolah membatu. Tapi karena aku sibuk berusaha
melepaskan dirimu dari ikatan, aku tidak terlalu memperhatikannya.
"Kini burung itu tak ada lagi disana. Kau ingat apa yang terjadi kemudian"
Apakah burung itu terbang atau bagaimana?"
Wiro mengingat-ingat sambil garuk-garuk kepalanya. "Sulit mengingat karena aku
kurang 39 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
memperhatikan...." Wiro menggaruk lagi.
"Cobalah putar otakmu Wiro. Ini penting sekali!" kata Cempaka pula.
Wiro berusaha mengingat lagi. "Ah....Waktu itu kau tiba-tiba siuman sebentar.
Pada saat yang bersamaan burung merpati itu tiba-tiba kulihat terbang
meninggalkan pohon!"
"Apa....apa yang kau lakukan saat itu" Kau mengusik burung itu?"
"Tidak. Burung itu terbang sendirinya ketika kau siuman. Waktu siuman kalau aku
tidak salah ingat, kau menghembuskan nafas panjang lalu pingsan lagi."
"Ah.... Itulah kuncinya!" seru Cempaka.
"Kunci" Kunci apa ?" tanya Pendekar 212 heran.
"Aku akan ceritakan padamu. Kau pasti tidak mengerti kalau tidak aku jelaskan!"
Lalu Cempaka menerangkan mengenal burung aneh yang diletakkan gurunya di cabang
pohon. Bahwa burung itu hanya akan terbang jika dia meniupnya dan sebagai
pertanda bahwa dia berubah pikiran, mau mengikuti keinginan Wiku Ambar untuk
dijodohkan dengan Jatayu, putera Ronggo Gampito!
"Kalau begitu pasti saat ini gurumu tenqah menuju kemari!" ujar Wiro pula.
"Betul! Pasti dia tengah menuju kemari karena menyangka aku meniup burung itu
sebagai pertanda aku setuju dengan perjodohan! Padahal aku meniup secara tidak
sadar dan hanya kebetulan saja pada saat siuman sebentar itu! Wiro, mari kita
lekas-lekas pergi dari sini!" Berkata Cempaka sambil memandang berkeliling
seolah-olah khawatir kalau sang guru tahu-tahu sudah ada di tempat itu.
"Tunggu dulu," kata Wiro seraya menarik tangan si gadis.
"Eh, ada apa Wiro" Kau masih ingin berlama-lama di tempat bau busuk dan
menyeramkan ini?" Sekilas Cempaka berpaling ke arah tengkorak kepala Ki Tali
Kumba yang masih ada di tempat itu, dikerubungi lalat dan belatung serta menebar
bau busuk luar biasa.
"Apakah kau tidak berniat memberi sedikit pelajaran pada gurumu yang telah
memperlaku-kanmu seenak perutnya itu"!"
"Sudah kubilang, aku tidak mendendam padanya!"
40 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Maksudku bukan melakukan tindak kekerasan."
"Lalu "!"
"Sudah! Serahkan saja padaku!" jawab Wiro. "Kau sembunyilah di balik semak
belukar sana. Ingat, apapun yang terjadi jangan sekali-kali kau mengeluarkan suara!"
Cempaka hanya bisa geleng-geleng kepala. Sambil angkat bahu dia lalu melangkah
ke semak belukar lebat yang ditunjuk Wiro.
*** 41 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
10 SEMAKIN DEKAT DIA KE pinggiran rimba belantara itu semakin dipercepatnya
larinya. Hatinya senang sekali mengetahui bahwa muridnya akhirnya menyetujui keinginannya
untuk dijodohkan dengan Jatayu. Dia akan meminta Ronggo Gampito mengadakan pesta
besar-besaran. Mengundang sekian banyak tokoh persilatan. Menanggap wayang semalam suntuk,
menghidangkan permanean gamelan dengan penyanyi-penyanyi terkenal. Lalu
permainan silat di panggung terbuka tentunya! Ah, dia betul-betul gembira. Akan
dipeluk dan diciumnya sang murid begitu dia menemuinya.
"Cempaka! Aku datang!" berseru Wiku Ambar ketika dia sampal di tikungan jalan di
pinggir hutan. Disini dia membelok ke kiri langsung masuk ke dalam hutan menuju
pohon besar. Tapi hatinya serta merta tercekat ketika hidungnya disambar bau
busuk luar biasa. Sebagai orang yang sudah berpengalaman Wiku Ambar segera tahu
kalau itu adalah busuknya bau bangkai manusia!
"Cempaka!" teriak si nenek lagi. Suaranya masih keras tapi lidahnya menjadi agak
kelu tanda ada kekawatiran merasuk dirinya.
Wiku Ambar sampal ke dekat pohon besar dan tinggi itu. Kedua kakinya laksana
dipantek ke tanah ketika matanya membentur sosok tengkorak kepala manusia yang
tertanam di tanah, dikerubungi lalat dan belatung!
"Cempaka ?" si nenek keluarkan suara berdesis. Lututnya goyah, wajahnya yang
keriputan menjadi pucat. "Cempaka muridku! Kau... "
Wiku Ambar mendongak ke atas sambil melangkah lebih dekat ku pohon besar.
Dadanya lega ketika dia melihat masih ada sosok tubuh di atas cabang sana. Tapi,
kedua mata si nenek ini membeliak! Muridnya mengenakan pakalan biru gelap.
Sedang sosok tubuh yang kini ada diatas pohon mengenakan celana putih
bertelanjang dada!
Secepat kilat Wiku Ambar melompat dan memanjat ke atas pohon. Dia berteriak
keras ketika 42
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
mendapatkan orang yang terbarirg menelungkup di atas pohon ternyata bukan
Cempaka. Me-lainkan seorang lelaki bertelanjang dada yang tubuhnya sebelah atas
penuh kotor tertutup lumpur!
Ke mana lenyapnya Cempaka" Bagaimana mungkin ada orang sanggup memutus benang
suteranya dan siapa pula keparat berambut gondrong yang mukanya tidak kelihatan
ini! "Kurang ajar! Siapa kau! Mana muridku Cempaka"!" teriak Wiku Ambar. Tangannya
hendak menghantam. Tapi tiba-tiba sosok tubuh yang terbaring di atas cabang
bergerak dan palingkan kepalanya. Si nenek melihat satu wajah yang penuh coreng
moreng dengan lumpur. Sepasang matanya membeliak berputar-putar terkadang hanya
bagian putihnya saja yang kelihatan. Mulut terbuka lebar dipencong-pencongkan
sedang lidah sesekali diulurkan panjang-panjang. Dari hidung yang dikerenyitkan
keluar suara mendengus berulang kali.
"Hek... hek... Tuyul peot dari mana yang berani-beranian naik ke tempat
kediamanku!"
Tiba-tiba sosok yang terbaring di atas cabang itu keluarkan suara seperti orang
menggigil. Wiku Ambar hendak mendamprat marah ketika mendengar dirinya disebut tuyul peot.
Tapi otaknya cepat berpikir. Jangan-jangan sosok tubuh ini sebangsa mahluk
jejadian. Lalu dimana muridnya Cempaka"!
"Manusia atau setan! Lekas katakan siapa dirimu!" Wiku Ambar bertanya.
"Setan atau manusia! Kau yang duluan mengatakan siapa dirimu!" Si rambut
gondrong julurkan lidah, beliakkan mata lalu keluarkan suara hek...hek....hek...
"Aku Wiku Ambar. Aku kemari mencari muridku bernama Cempaka!"
"Muridmu itu apakah sekuntum bunga cempaka benaran, seorang lelaki, seorang
perempuan atau banci"! Hek hek....! Bicara yang jelas jangan sampal kucekik
leher jelekmu!" Lalu mata itu mendelik-delik kembali.
"Dari namanya saja jelas muridku itu perempuan!" jawab Wiku Ambar jengkel.
"Apakah muridmu itu seorang dara berpakaian biru gelap?" bertanya mahluk yang
berbaring di atas pohon.
"Betul! Katakan di mana dia dan terangkan siapa dirimu! Muridku seharusnya
berada di tempat kau berada saat ini!"
43 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Hueekkk hek....hek...! Kau betul tuyul peot. Seharusnya gadis itu berada di
tempat ini. Tapi kau terlambat..."
"Terlambat bagalmana maksudmu" Jangan berani mempermainkan aku!"
"Siapa takut pada manusla rongsokan macammu!" balas membentak si rambut gondrong
lalu julurkan lidahnya panjang-panjang. "Kau lihat tengkorak manusia dibawah
sana"!"
"Aku tidak buta!" sahut Wiku Ambar.
"Muridmu itu sudah dibawa oleh roh orang yang mampus di bawah sana. Dan roh itu
berada dalam kekusaanku! He hek hek.... !"
Tentu saja Wiku Ambar terkejut mendengar keterangan itu. "Aku tidak percaya!"
sentaknya tiba-tiba.
"Hek hek! Kalau tidak percaya silahkan tanya pada tengkorak busuk di bawah sana!
Dan kau nenek jelek! Lekas turun dari sini. Jangan kotori tempat kediamanku
dengan tubuhmu yang jelek dan bau itu!"
"Aku tidak mau pergi sebelum aku tahu dimana muridku berada dan siapa kau ini
sebenarnya!"
"Tua bangka cerewet! Aku adalah dedemit penguasa rimba belantara ini! Kau
mencari muridmu katamu! Bukankah kau sendiri tadi mengatakan bahwa muridmu itu
sebelumnya ada disini"
He hek.... ! Bagaimana dia bisa berada di sini! Bukankah kau yang mengikatnya"
Bukankah kau yang menginginkan kematiannya" Sekarang setelah dirinya di bawah
roh kau ribut-ribut mencarinya! Lekas pergi atau kuperintahkan roh dibawah sana
untuk menyeret tubuh jelekmu ini"!"
Diam-diam si nenek menjadi tegang dan ada rasa takut dalam dirinya. Tapi suit
dipercaya kalau benar-benar berhadapan dengan dedemit. Maka diam-diam dia
alirkan tenaga dalam ke tangan kanan.
"Baik, aku akan turun dari pohon ini! Tapi kau juga harus turun!" Lalu
dihantamkannya tangan kanannya ke arah kepala orang berwajah coreng cemoreng
itu! "Tua bangka tak tahu did, berani lancarkan serangan! Makan kakiku.
Kaki kanan sosok tubuh yang berbaring di atas cabang melesat dan buk! Si nenek
terpekik. 44 KARYA BASTIAN TITO

Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Sebelum pukulan saktinya mengenal sasaran, pinggulnya sudah kena ditendang lebih
dahulu. Tabuhnya mencelat ke samping. Masih untung dia sempat menggapai sebuah cabang
dan bergelantungan di sana. Tapi itupun tak lama karena dari atas kembali datang
kaki dan kini mengorek ketiaknya hingga dia menjerit kegelian dan mau tak mau
lepaskan pegangannya pada cabang pohon. Tak ampun lagi tubuhnya jatuh ke bawah!
Orang lain saat itu mungkin akan langsung jatuh bergedebukan di tanah, pecah
kepala atau patah tulang belulangnya. Tapi Wiku Ambar yang memiliki kepandatan
tinggi pergunakan ilmu meringankan tubuh untuk berjungkir balik sambil kedua
tangannya menggapai-gapai pada cabang pohon hingga daya berat jatuhnya tubuhnya
ke bawah jadi berkurang. Dan sewaktu dia membuat jungkiran terakhir, kedua
kakinya terlebih dahulu menjejak tanah!.
Tetapi alangkah terkejutnya nenek ini ketika baru saja menjejak tanah tahu-tahu
mahluk bertelanjang dada itu sudah ada di hadapannya, mengulurkan kedua tangan
hendak merangkul sementara sepasang mata mendelik dan lidah menjulur.
"Kau.... ikut .... aku. Kau ikut..... aku hek.... hek.... hek.... !"
"Ihhh!" pekik si nenek ketika salah satu tangan mahluk itu sempat mengusap
dadanya yang kempes!" Mahluk kurang ajar! Aku memilih mampus bersamamu!"
Wiku Ambar dorongkan kedua tangannya ke depan. Satu gelombang angin menerpa
dengan dahsyatnya. Tapi di hadapannya mahluk itu menyeringai julurkan lidah dan
dan balas melakukan hal yang sama yaitu mendorongkan kedua tangannya. Serta-
merta ada satu gulungan angin membersit ke depan, langsung bertabrakan dengan
pukulan sakti si nenek.
Bummm! Wiku Ambar menjerit. Tubuhnya mencelat tiga tombak dan terguling ke tanah. Di
hadapannya mahluk itu tampak tergontai-gontal lalu melangkah mendekatinya dengan
sikap kembali hendak merangkul sambil keluarkan suara hek...hek...hek.
"Nenek jelek! Tuyul peot! Kau ikut aku! Tubuhmu akan kurendam dalam air keras!
Akan kujadikan pajangan di tempat kediaman para roh! Hek.... hek...hek...!" Kini
putuslah nyali Wiku Ambar. Kalau mahluk itu memang manusla biasa yang hendak
mempermainkannya waktu 45
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
dihantamnya tadi pasti cidera. Ternyata malah dia yang balik kena dihatam! Tak
menunggu lebih lama, walau sekujur tubuhnya terasa sakit dia cepat bangkit
berdiri Dan putar tubuh ambil langkah seribu. Tapi si mahluk masih sompat
menggapai celana gombrongnya. Karena si nenek memaksa lari terus maka celana
itupun melorot ke bawah. Ketika si mahluk melepaskan cengkeramannya, Wiku Ambar
kelihatan lari dengan pantat tersingkap lebar!
"Hek.... hek...!" si mahluk keluarkan suara sementara Wlku Ambar lenyap di
kejauhan. Dari balik semak belukar lebat tiba-tiba melompat keluar sesosok tubuh sambil
tertawa cekikikan! Orang ini bukan lain adalah Cempaka, murid Wiku Ambar. Dia
langsung menubruk dan memeluk mahluk itu seraya berkata diseling tawa. "Konyol
dan gendeng! Wiro.... Wiro!
Pantas namamu Sableng! Kalau lebih lama lagi kau mempermainkan perempuan itu,
aku pasti tak sanggup menahan ketawa! Untuk sandiwaramu tidak sampai terbuka!"
"Hek...hek!" Si mahluk bersihkan wajahnya yang tertutup lumpur. Kini kelihatan
tampangnya yang asli. Ternyata dia bukan lain adalah murid Sinto Gendeng alias
Pendekar 212 Wiro Sableng! *** 46 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
11 KETIKA UDARA MULAI MENGGELAP kedua orang yang tertawa terpingkal-pingkal itu
baru menyadari bahwa hari segera akan malam.
"Mari kita tinggalkan tempat ini Cempaka," mengajak Wiro.
"Ya, sebaiknya memang kita pergi dari sini. Tapi aku tidak tega meninggalkan
mayat Ki Tali Kumba seperti itu. Walau dia bukan sanak bukan kadangku, tetapi
sebagai sesama orang persilatan kita pantas mengurus jenazahnya."
"Maksudmu?" tanya Pendekar 212 sambil garuk-garuk kepala.
"Kita gali liang lahat baru dan kita makamkan orang tua itu sebagaimana
mestinya. Di sebelah sana kulihat ada pacul. Lalu dekat pohon sana ada
sekop...."
"Hemm... aku setuju dengan maksud luhurmu itu Cempaka. Tapi hari segera malam.
Bagaimana kalau kita tunggu sampai besok pagi saja?"
"Lalu kau mau suruh aku tidur di pohon lagi"!" tanya Cempaka.
"Setahuku, tak jauh di sebelah timur ada daerah pesawahan. Di situ ada dangau.
Kau boleh tidur sepuasmu. Besok pagi-pagi sekali kita kembali kemari."
"Kau sendiri mau tidur di mana?"
"Di sampingmu tentunya!" sahut Wiro menggoda.
Cempaka mencibir lalu mendahului meninggalkan tempat itu.
*** SEKARANG MARI KITA ikuti perjalanan Kali Mundu yang memutar tujuannya kembali
menuju Kuto Gede untuk menemui kekasihnya yang tinggal di pusat kota. Memasuki
ujung jalan yang menuju rumah kediaman kekasihnya, lapat-lapat Kali Mundu
mendengar suara alunan 47
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
gamelan. Mendadak saja hatinya menjadi tidak enak. Disamping itu di kiri kanan
jalan, setiap orang yang dipapasnya melontarkan pandangan aneh. Banyak di antara
mereka yang serta merta menutup hidung! Kali Mundu sadar. Dia memandang pada
luka di tangan kirinya. Luka bekas tabasan golok Tiga Iblis Bergigi Biru. Luka
itu ternyata mulai membusuk dan menebar bau yang tidak sedap. Kutukan Ki Tali
Kumba rupanya menjadi kenyataan!
Semakin dekat ke tempat kediaman kekasihnya, semakin tidak enak perasaan Kali
Mundu. Kemudian dilihatnya janur-janur serta umbul-umbul itu. Dan di kiri kanan jalan
dilihatnya banyak orang berpakalan bagus. Kali Mundu mendekati seorang lelaki
dan bertanya, "Saudara, ada apa di tempat ini pakai umbul-umbul dan janur
segala....?"
Orang yang ditanya mengangkat kepalanya. Terkejutlah dia ketika melihat yang
menanya adalah Kali Mundu. Serta merta orang itu balikkan diri dan lari ke arah
keramaian di ujung sana berteriak-teriak, "Raden Kali Mundu datang! Raden Kali
Mundu datang....!"
Ternyata orang itu lari ke sebuah rumah yang tengah mengadakan perhelatan
perkawinan. Dan yang saat itu tengah melangsungkan perkawinan adalah Sri Suminti, kekasih
Kali Mundu sendiri! Begitu Kali Mundu muncul di tengah perjamuan dengan lukanya
yang menebar bau busuk serta muka segarang setan, gegerlah tempat itu.
Sri Suminti yang duduk di pelaminan terpekik lalu terhuyung seperti hendak
pingsan. Ayahnya cepat membaca keadaan dan bergegas menemul Kaii Mundu.
"Raden Ah! Ternyata kau masih hidup... " menegur Sido Mandukerto, ayah Suminti.
"Memangnya slapa bilang aku sudah mati"!" tukas Kali Mundu heran tapi juga jadi
marah. "Raden.... Sebulan sesudah ayahmu ditangkap tersiar kabar bahwa kau menemui
kematian di satu tempat. Kaml menunggu sampai berminggu-minggu. Ketika kau tidak
kunjung muncul kami merasa pasti bahwa kabar itu benar. Lalu...."
"Lalu kau mengawinkan anakmu dengan kambing tua itu! Kenapa tidak kau selidiki
dulu! Kenapa tidak kau tanyakan dulu mengenai diriku pada ibuku!" bentuk Kali Mundu.
"Kami kami tidak berani mendatangi rumahmu karena selalu diawasi oleh orang-
orang Kerajaan. Kami kawatir kalau-kalau ada saja yang menuduh bahwa kami
terlibat dalam 48
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
komplotan yang hendak memakzulkan Sultan....!"
"Alasan kentut busuk!" terlak Kali Mundu. Sido Mandukerto diterjaknya hingga
terpelanting dan jatuh. "Anakmu boleh kawin! Tapi pengantin lelaki kambing tua
itu hanya akan mendapatkan mayatnya!"
Habis berkata begitu Kali Mundu membungkuk mencabut keris yang tersisip di
pinggang Sido Mandukerto lalu dengan senjata terhunus dia lari menuju pelaminan!
Keadaan semakin geger. Beberapa orang coba menghalangi tapi langsung roboh
ditikam Kali Mundu yang seperti kemasukan setan. Ibu kedua pengantin terpekik.
Sang besan dan sang menantu tercekat gugup tak tahu apa yang akan dibuat.
Hanya beberapa langkah saja lagi Kali Mundu akan sampai di depan pelaminan tiba-
tiba terdengar bentakan keras.
"Alas nama Kerajaan serahkan dirimu Kali Mundu!"
"Jangan berani bergerak satu langkahpun!"
"Bangsat setan alas!" belalang Kail Mundu sambil berpaling ke kiri dari arah
mana datangnya bentakan-bentakan memerintah itu.
Saat itulah Kali Mundu baru sadar kalau dirinya telah dikurung oleh dua lusin
tentara Kerajaan di bawah pimpinan seorang Perwira Tinggi dibantu oleh seorang
Perwira Muda. "Jangan bergerak Kali Mundu! Kau kami tangkap! Jatuhkan keris itu!" memerintah
si Perwira Tinggi.
"Kalian hendak menangkapku" Apa salahku"!" tanya Kali Mundu.
Sang Perwira menyeringai lalu menjawab, "Kau diketahui membunuh Pangeran Sarwo
Aling! Kau bahkan membunuh ibu kandungmu sendiri! Jangan berani berdalih! Jangan berani
membangkang!"
Perwira tinggi itu memberl tanda. Dua lusin pasukan bergerak dipimpin oleh
Perwira Muda. Kali Mundu maklum kalau dia tak akan bisa blos dart kurungan orang sebanyak Itu.
Dan dia juga maklum dua perwira Itu sama memiiiki kepandalan silat yang tlnggl.
Sia-sia mengadakan perlawanan. Tetapi karena kalap maka Kali Mundu beteriak
keras. Keris di tangan kanannya di-49
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
ayunkan ke arah perajurit yang terdekat. Perajurit ini menjerit begitu ujung
keris menancap di perutnya tetapi di saat itu juga Perwira Tinggi dan Perwira
Muda tadi sudah berkelebat. Dua hantaman melabrak kali Mundu. Pemuda itu
terkapar di depan pelaminan. Mata kirinya tampak bengkak merah dan mengucurkan
darah. Tulang bahunya sebelah kanan remuk. Dia mengerang kesakitan dan tak bisa
berbuat apa-apa ketika kedua tangannya di telikung ke belakang. Sebuah rantal
besi diikatkan pada kedua tangannya itu. Tubuhnya kemudian diseret keluar dimana
telah menunggu sebuah gerobak.
*** BANGUNAN PENJARA ITU terletak di ujung utara barak balatentara Kotaraja. Seorang
pengawal berbadan tinggi besar Dan bertampang galak menyambut kedatangan dua
perajurit dan Perwira Muda yang membawa Kali Mundu. Di depan pintu penjara
rantal yang mengikat kedua tangan Kail Mundu dilepaskan.
Atas perintah si Perwira Muda, pengawal membuka pintu lalu menjebloskan Kali
Mundu dengan keras ke dalam penjara, hingga jatuh terjerembab di lantai batu
yang kasar. Di dalam penjara berdinding batu itu hanya ada sebuah pelita minyak
kecil sebagai penerang. Cahayanya tidak dapat menerangi seluruh ruangan. Karena
itu Kali Mundu tidak sempat melihat sesosok tubuh yang mendekam di sudut kiri.
Sebaliknya sosok tubuh itu bisa melihat munculnya Kali Mundu karena kedua
matanya sudah terbiasa dengan kegelapan, hidungnya langsung mencium bau busuk
luka di tangan kiri Kali Mundu.
"Sialan, manusia atau bangkaikah yang masuk ke tempat ini"!" orang di sudut
penjara menyumpah.
Kali Mundu tak melihat orangnya tapi dia mengenali betul suara itu.
"Eh, siapa yang bicara di sudut sana"!" tegurnya.
"Sama denganmu! Sama-sama kerak penjara..." menjawab yang ditanya.
Kali Mundu berdiri, memandang tajam-tajam ke sudut ruangan tapi tak sanggup
menembus 50 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
kegelapan. Maka diambilnya pelita di sudut ruangan. Benda ini dibawanya ke arah
sosok tubuh yang mendekam dan didekatkannya ke wajah orang itu. Astaga! Wajah
itu penuh lumuran darah dan benjat-benjut bekas pukulan. Tapi walau bagaimanapun
Kali Mundu tetapi mengenalinya.
Orang itu adalah ayahnya sendiri! Tumenggung Suro Bledek.
"Ayah!" seru Kali Mundu.
Orang yang duduk mendekam tersentak kaget dan bangkit berdiri.
"Kali Mundu! Anakku!"
Kali Mundu letakkan pelita di lantai lalu memeluk ayahnya. "Anakku.... Apa yang
terjadi dengan dirimu! Mengapa mereka menjebloskan kau kemari dan sengaja
memilih ruangan yang sama denganku"! Ah....mata kirimu cidera berat!"
"Aku tak tahu ayah....Aku tak tahu...." jawab Kali Mundu berdusta. "Kudengar
ayah ditangkap karena tuduhan berkompiot hendak menggulingkan Sultan ...."
"Fitnah! Itu fitnah busuk belaka, anakku! Ada orang-orang yang iri terhadap
kekayaan yang kumiliki! Mereka lalu mengarang cerita! Dan Sultan celaka serta
para pengikutnya itu percaya saja semua fitnah itu. Aku dijebloskan kemari.
Dipukul, ditendang....!"
"Bangsatt! Akan kubalaskan semua kekejaman ini ayah!"
"Anakku, apa kau sempat menemui ibumu sebelum dijebloskan ke tempat celaka ini?"
bertanya sang ayah yaitu Tumenggung Suro Bledek.,
"Ti...tidak ayah. Aku tidak sempat. Pasukan Kerajaan menangkapku ketika baru
saja memasuki Kuto Gede..."Lagi-lagi Kali Mundu berdusta. Dia tak ingin ayahnya
lebih menderita lagi jika diberi tahu tentang perbuatan mesum ibunya.
"Kali Mundu, kau belum mengatakan mengapa mereka menangkapmu!"
"Sama dengan alasan mereka menangkapmu, ayah. Kata mereka jika ayahnya
pemberontak, anaknya pasti pemberontak juga! Supaya Kerajaan aman, aku harus
dijebloskan juga masuk penjara..."
"Kerajaan keparat! Hancurlah Kerajaan ini! Mampuslah Sultan!" teriak Tumenggung
Suro Bledek sambil memukul dinding batu. Lalu dia membalik. "Ada bau busuk di
badanmu Kali 51
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Mundu. Kau terluka atau bagaimana.... ?"
"Ada luka di tangan kiriku ayah. Agak membusuk. Tapi segera akan sembuh...."
Dalam kegelapan baru Kali Mundu melihat ayahnya jauh lebih kurus dari kali
terakhir dia menjumpalinya. "Kau duduklah, ayah....Keadaanmu kurang sehat..."
"Aku masih sehat anakku. Hanya bangsat-bangsat itu tidak henti-hentinya
menyiksaku untuk mendapatkan keterangan yang tidak-tidak!"
"Benar-benar jahanam! Akan kubalaskan sakit hatimu ayah! Akan kubunuhi semua
manusia itu. Termasuk Sultan kalau perlu!"
Baru saja Kali Mundu berkata begitu tiba-tiba terdengar suara tawa mengekeh.
Kali Mundu mendengar tapi sang ayah tidak.
"Kali Mundu.... Aku roh pembawa kutuk! Aku datang lagi karena mendengar ucapanmu
tadi...." "Persetan! Pergi sana! Aku tidak butuh kau!" teriak Kali Mundu.
Suro Bledek terkejut dan keheranan melihat anaknya bicara sendirlan seperti itu.
"Kau bicara dengan siapa, Kali Mundu"!" bertanya sang ayah.
Sebelum pemuda itu sempat menjawab, suara gaib roh tadi terdengar kembali di
telinga Kali Mundu.
"Jika kau ingin membalaskan sakit hatimu, kau butuh aku Kali Mundu.... Kau butuh
aku Ha....ha....ha..! Karena hanya aku yang bisa mengeluarkanmu dari tempat
celaka ini!"


Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kali Mundu terdiam.
"Dengar.... Aku roh pembawa kutuk akan menunjukkan jalan keluar padamu! Kau bisa
pergunakan kesempatan ini untuk melarikan diri lalu menyusun rencana untuk
melakukan pembalasan! Bukankah aku sangat berbaik hati padamu...."!"
Kali Mundu masih membungkam. Dia bahkan seperti tidak mendengar ayahnya beberapa
kali memanggil.
Tiba-tiba telinganya menangkap suara menderu dahsyat lalu hampir tak percaya
tembok di hadapannya tiba-tiba jebol dan kini kelihatan sebuah lobang
sepemasukan tubuh manusia di 52
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
tembok batu itu. Kalau Kali Mundu terheran-heran tak percaya, ayahnya tak kalah
kejutnya. Kedua orang ini lari menuju ke lobang.
Di belakangnya Kali Mundu mendengar lagi suara roh pembawa kutuk, suara gaib Ki
Tali Kumba. "Apa yang kau tunggu lagi Kali Mundu! Larilah! Kaburlah! Ha...ha....
ha..! Bukan main!
Aku roh pembawa kutuk sangat berbaik hati menolongmu!"
Kali Mundu memaki dalam hati. Tapi memang kesempatan ini tidak boleh disia-
siakannya. Dia memberi isyarat pada ayahnya. Suro Bledek menggangguk. "Kau duluan, aku
menyusul... hati-hati! Begitu keluar lekas lari ke kiri. Kau akan menemui sebuah kandang
kuda. Ambil kuda paling besar dan kaburlah. Aku menyusul."
Kali Mundu cepat meloloskan dirinya dari dalam lobang besar di dinding. Di luar
ternyata hari mulai gelap tanda malam akan segera tiba. Ini sangat menolong
baginya. Sesuai petunjuk ayahnya begitu keluar dari lobang Kali Mundu berkelebat
ke kirl. Lari sejauh seratus langkah dia menemukan sebuah kandang kuda berisi
enam ekur kuda. Kali Mundu memilih yang diperkirakannya paling kuat. Cepat
ditungganginya lalu sesaat dia menunggu sampai ayahnya muncul.
Darl kandang kuda dia dapat melihat ayahnya keluar dari lobang di dinding
penjara. Ketika orang tua ini hendak lari ke jurusan kiri tiba-tiba terdengar
suara kentongan bertalu-talu.
Bersamaan dengan itu para pengawal penjara bermunculan dari mana-mana!
"Hanya manusla yang ingin cepat mampus berani melarikan diri dari penjara
Kerajaan!" Satu suara membentak. Lalu berkelebat satu bayangan tinggi besar.
Ternyata dia adalah si Perwira Tinggi yang bertindak sebagai pimpinan pasukan
sewaktu menangkap Kali Mundu di tempat perkawinan Sri Suminti.
Perwira Tinggi itu angkat tangannya memberi isyarat. Sembilan pengawal
bersenjata golok menyerbu. Melihat hal ini Kali Mundu segera menggebrak kuda
yang ditungganginya. Dia sengaja melarikan binatang itu ke tengah-tengah
kalangan perkelahian. Akibatnya tiga pengawal yang kena terjangan mencelat
berpelantingan. Sewaktu Kali Mundu hendak berbalik untuk menabraki lagi para
pengawal itu, si ayah berteriak.
53 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Lari! Lekas lari! Jangan perdulikan diriku! Selamatkan dirimu!"
Pada saat itu Kali Mundu benar-benar tidak takut mati. Tapi justru mendengar
ucapan ayahnya itu hatinya jadi mendua. Apalagi saat itu dilihatnya semakin
banyak para pengawal yang datang. Tak ada jalan lain. Dia harus merelakan
meninggalkan ayahnya. Kali Mundu segera memutar kuda dan tinggalkan tempat itu
dengan cepat. Seseorang memberi perintah agar mencari kuda dan melakukan
pengejaran. Kali Mundu lenyap dikegelapan malam. Di belakangnya ayahnya, Suro Bledek, yang
sadar tak akan dibiarkan hidup berusaha mempertahankan diri. Tapi apalah
kekuatan dua tangan kosong menghadapi sekian banyak lawan dan senjata. Apalagi
Suro Bledek memang tidak membekal ilmu silat apapun, juga kesaktian! Dalam waktu
singkat sekujur tubuhnya mandi darah dihujani bacokan hampir selusin senjata
tajam! *** 54 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
12 KEGELAPAN MALAM MEMBANTU Kali Mundu melarikan diri. Jauh di belakangnya
terdengar derap kaki kuda banyak sekali pertanda ada yang melakukan pengejaran.
Kali Mundu menepuk pinggul kuda tunggangannya keras-keras agar binatang itu lari
lebih cepat. Ternyata dia telah keliru memilih kuda. Kuda itu memang paling
besar di antara kuda yang ada di kandang penjara. Tetapi ternyata binatang ini
adalah kuda betina yang baru saja melahirkan! Akibatnya setelah lari sekian jauh
kuda betina itu mulai keletihan dan tak sanggup lagi dipacu!
"Binatang sialan!" rutuk Kali Mundu. Derap kaki kuda para pengejar semakin keras
tanda semakin dekat. Kali Mundu jadi serba salah. Apakah dia akan terus
menunggangi kuda itu atau melompat turun dan menyelinap masuk ke dalam rimba
belantara. Selagi dia berpikir begitu rupa tiba-tiba ada angin menyambar lalu
terdengar suara tertawa bekakakan!
"Roh keparat itu muncul lagi!" kata Kali Mundu dalam hati begitu dia mengenali
suara tawa itu.
"Ha ...ha... Kau mendampratku dalam hati Kali Mundu! Padahal barusan saja kau
kutolong lolos dari penjara!" terdengar suara roh pembawa kutuk.
"Kau yang memberi pertolongan! Aku tidak meminta! Sekarang jangan ganggu aku
lagi! Pergi sana!" hardik Kali Mundu.
Sang roh kembali tertawa bergelak. "Sudah kukatakan kemana kau pergi aku akan
mengikutimu! Sampai akhirnya kau mendapatkan kematianmu! Ha ...ha...ha..."
"Kalau begitu mengapa tidak kau bunuh saja aku saat ini"!"
"Membunuhmu saat ini" Tidak... tidak Kali Mundu. Aku ingin berpuas-puas melihat
kau tersiksa lebih dahulu! Apa kau tidak tahu bahwa saat ini kau sudah jadi
seorang manusia yatim piatu"! Ha ...ha...ha...ha!"
"Keparat! Apa maksudmu"!" membentak Kali Mundu.
55 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Ibumu mati ditanganmu! Kau jadi anak piatu. Barusan ayahmu dicincang sampai
mati oleh para pengawal penjara! Apa itu bukan berarti kau sekarang jadi anak
yatim piatu" Ha...ha...ha!"
Saking kagetnya Kali Mundu hentikan kuda. Suara tertawa roh pembawa kutuk lenyap
dan Kali Mundu baru sadar ketika suara derap kaki kuda para pengejar terdengar
menggemuruh semakin dekat. Cepat-cepat pemuda ini menggebrak kudanya. Binatang
itu menghambur lari, tapi tak sanggup berlari secepat yang dikehendaki Kali
Mundu. Dalam waktu beberapa saat lagi dia pasti terkejar dan ditangkap!
Dalam keadaan seperti itulah tiba-tiba dari samping memotong seekor kuda
ditunggangi seorang lelaki kurus jangkung. Orang ini segera memepet kuda Kali
Mundu. Untuk beberapa saat lamanya dua ekor kuda itu lari berdampingan. Kuda
betina Kali Mundu meringkik berulang kali.
Terpaksa Kali Mundu perlambat lari kudanya dan berpaling pada orang di
sebelahnya. Yang diperhatikan balas berpaling dan menyeringai. Meskipun gelap
tapi jelas kelihatan barisan gigi-giginya yang berwarna biru. Ternyata dia
adalah salah seorang dari Tiga Iblis Bergigi Biru yang memang sejak beberapa
hari ini terus menerus menguntit Kali Mundu.
"Bangsatl Kau muncul lagi! Apa urusanmu"!" bentak Kali Mundu. Dendam kesumatnya
serta merta berkobar.
"Jangan bicara kurang ajar begitu Kali Mundu!" balas membentak si gigi biru.
Namanya Sembung Sengkolo. "Nyawamu terancam. Sebentar lagi pasukan Kerajaan akan
berhasil mengejarmu. Lalu menangkapmu dan menylksamu sampai mampus! Apa kau
tidak takut"!"
"Aku memang tidak takut!"
Sembung Sengkolo tertawa lebar. "Bagus kalau kau memang tidak takut! Tapi kalau
kau bicara dusta, ketahuilah, saat ini hanya aku yang bisa menolongmu!"
Habis berkata begitu salah seorang dari Tiga iblis Bergigi Biru itu gerakkan
kudanya ke kanan seolah-olah hendak meninggalkan Kali Mundu.
"Hai! Tunggu dulu!" Seru Kali Mundu. "Apa yang ada di benakmu"!"
"Hem .... ternyata kau takut mati juga!" ujar Sembung Sengkolo.
"Katakan cepat apa maumu!" Kali Mundu jadi jengkel karena bukan saja merasa 56
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
dipermainkan tapi juga seperti dianggap hina.
"Aku akan menolongmu dari kejaran orangorang Kerajaan. Tapi ada syaratnya!"
"Katakanlah apa syaratmu!"
"Berikan kitab Ilmu Silat Empat Penjuru Angin itu padaku.... !"
"Keparat! Sudah kubilang aku tidak tahu... "
Saat itu para pengejar telah berada semakin dekat. Salah seorang di antara
mereka terdengar berteriak, "Kali Mundu ada di depan sana! Percepat lari kuda
kalian! Tangkap dia hidup-hidup.
Jika melawan cincang saja seperti ayahnya!"
"Bagaimana..."! Kau tetap keras kepala"!" Sembung Sengkolo menyeringai.
Karena kepepet akhirnya Kali Mundu berdusta. "Baik! akan kukatakan padamu di
mana kitab itu disembunyikan mendiang guruku! Yang penting sekarang selamatkan
dulu aku dari para pengejar keparat itu!"
Sembung Sengkolo tertawa gembira.
"Jangan kawatir! Aku akan menyesatkan mereka ke jurusan lain!"
Dari dalam saku pakalan hitamnya Sembung Sengkolo keluarkan sebuah benda
berbentuk bola putih. Benda itu dilemparkannya ke belakang. Terdengar suara
letupan yang disusul oleh kepulan asap tebal tak tembus pandang.
"Beres! Sekarang ikut aku ke tempat yang aman!" kata orang kedua dari Tiga Iblis
Bergigi Biru itu. Mau tak mau Kali Mundu putar kudanya mengikuti. Di sebuah
lereng bukit Sembung Sengkolo hentikan kudanya. Dia berpaling pada Kali Mundu
dan berkata, "Sekarang katakan di mana kitab itu!"
"Kau boleh membunuhku! Sebetulnya aku memang tidak tahu dimana kitab itu
berada," jawab Kali Mundu.
"Bangsat penipu!" Sembung Sengkolo marah sekali. Tangan kanannya serta merta
dihantamkan ke arah Kali Mundu. Pemuda ini gerakkan kudanya menjauh sambil
menangkis. Namun pukulan Sembung Sengkolo masih sempat menyelinap ke arah barisan tulang
iganya di sisi kanan. Terdengar suara berderak disertai pekik Kali Mundu. Tubuh
pemuda ini terlempar 57
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
dari atas kuda yang ditungganginya, jatuh bergedebukan ke tanah.
Ketika dia mencoba bangkit, Sembung Sengkolo yang sudah melompat dari kudanya
injakkan kaki kanannya ke dada Kali Mundu. Tangan kanannya mencabut golok. Ujung
senjata ini ditudingkannya ke tenggorokan Kali Mundu.
"Bunuh saja! Aku tidak takut mati!"
Sembung Sengkolo ganda tertawa dan menyahuti, "Aku tidak akan membunuhmu cepat-
cepat. Aku akan mengiris-iris tubuhmu sebagian demi sebagian. Sampai akhirnya
kau mau membuka mulut!"
Sreeett! Kali Mundu mengeluh kesakitan ketika ujung golok mengiris pipi kirinya. Darah
mengucur. "Katakan di mana kitab itu!"
"Bangsat! Kau tanyakan saja pada setan-setan bebukitan ini!"
Sreeett! Kembali terdengar pekik kesakitan Kali Mundu. Kini pipi kanannya yang dilukai.
"Masih belum mau bicara..."!"
"Bangsat! Kau bangsaatttt!" teriak Kali Mundu.
Craasss! Putuslah daun telinga sebelah kiri Kali Mundu.
Pekik pemuda itu setinggi langit. Sembung Sengkolo tertawa gelak-gelak.
"Setiap kali kau bicara konyol, salah satu bagian tubuhmu akan kuiris atau
kubuntungi!"
Kali Mundu tangkap kaki kanan Sembung Sengkolo yang menginjak dadanya. Maksudnya
hendak didorongnya ke samping. Bersamaan dengan itu kaki kanannya berusaha
menendang. Namun dia tak mampu melakukannya. Injakan kaki itu justru malah tambah keras,
membuat nafasnya sesak dan dadanya seperti melesak. Kaki yang menginjak berat
sekali, laksana sebuah batu besar yang sulit digeser!
58 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Mati... aku ingin mati..." desis Kali Mundu.
"Tidak... Kau tidak boleh mati secepat itu. Terlalu enak, Kali Mundu..."
Kali Mundu tersentak kaget. Yang menyahuti ucapannya tadi bukan Sembung
Sengkolo. Itu adalah suara roh pembawa kutuk! Dia muncul lagi!
*** 59 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
13 JIKA DITURUTINYA KEMARAHANNYA mau rasanya dia memenggal leher Kali Mundu saat
itu. Namun Sembung Sengkolo masih bisa berpikir. Kalau pemuda itu sampal mati,
berarti dia tak akan mendapatkan kitab Ilmu Sllat Empat Penjuru Angin itu. Dan
dua kawannya akan mendampratnya habis-habisan! Berpikir sampai di situ akhirnya
dia memutuskan untuk terus menyiksa Kali Mundu. Bila kesakitan masakan dia tidak
akan membuka mulut! Justru di saat itu Sembung Sengkolo mendapat akal.
"Kau mau mampus! Baik! Aku akan berikan mampus padamu! Tapi tidak seluruhnya
Kali Mundu. Cukup kau kubikin setengah mampus saja!"
Golok di tangan kanan Sembung Sengkolo bergerak ke bawah.
Breett! Celana yang dikenakan Kali Mundu robek besar di bagian bawah perutnya. Sembung
Sengkolo menyeringai. "Mulai hari ini kau akan merasakan siksa hidup tanpa
anggota rahasia!
Ha...ha...ha...!"
Golok itu menebas ke selangkangan Kali Mundu. Si pemuda mendelik kaget dan
berteriak keras. Sesaat lagi golok ilu akan membabat putus anggota rahasia Kali
Mundu mendadak Sembung Sengkolo merasakan ada satu hawa aneh yang mendorong
tubuhnya dari arah depan.
Tangannya yang memegang senjata terasa ngilu. Ketika dia memaksa dengan
melipatgandakan tenaga dalamnya, satu hantaman melabrak dadanya. Anggota Tiga
Iblis Bergigi Biru ini terpental ke belakang. Dadanya seperti pecah dan mukanya
sepucat kain kafan! Goloknya mental entah ke mana.
Sembung Sengkolo tak tahu apa yang terjadi. Dia juga tidak tahu apa sebenarnya
yang menghantamnya. Memandang ke depan dilihatnya Kali Mundu masih terkapar di
tanah lalu tampak dia mencoba bangun. Sembung Sengkolo yakin benar bukan Kali
Mundu tadi yang 60
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
menghantamnya. Karenanya ketika dilihatnya pemuda itu sudah berdiri dan
mengambil sikap hendak melarikan diri dia cepat pula berdiri dan memburu.
"Kau kira kau bisa kabur dariku"!" Ucapan itu disertal satu lompatan dan tahu-
tahu Sembung Sengkolo sudah berada di depan Kali Mundu, menghalang langkah


Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda itu! Dengan kalap Kali Mundu kirimkan satu jotosan ke arah lawan. Pemuda ini
keluarkan jurus-jurus terhebat dari ilmu silat yang telah dipelajarinya dari Ki
Tali Kumba yaitu yang diwarisi dari kitab Ilmu Silat Empat Penjuru Angin. Dalam
keadaan tidak bersenjata ternyata Sembung Sengkolo tidak seberbahaya kalau dia
memegang golok. Dua jurus berlaku dengan cepat.
Kelihatannya Kali Mundu berada diatas angin. Jurus ketiga dan keempat dia
berhasil mendesak lawannya habis-habisan. Memasuki jurus kelima tiba-tiba dia
merasakan seperti ada yang membimbing gerakan kedua tangannya. Dan bukk!
Tinju kiri Kali Mundu bersarang di pipi kanan Sembung Sengkolo. Anggota
komplotan Tiga Iblis Bergigi Biru ini mengeluh kesakitan. Sebaliknya Kali Mundu
juga berteriak keras ketika tangannya yang luka dan busuk itu menghantam keras
muka lawan! Sakitnya luka yang busuk itu bukan alang kepalang!
Sembung Sengkolo yang kecipratan darah busuk, selain kesakitan juga merasa
jijik. Orang ini menyumpah panjang pendek. Sambil meludah jijik dan seka mukanya
dengan ujung baju.
Sembung Sengkolo bergerak mendekati Kali Mundu. Entah dari mana diambilnya tahu-
tahu di tangan kanannya saat itu sudah tergenggam sebilah pisau bermata dua.
Salah satu mata pisau ini berbentuk gerigi seperti gergaji. Dia menghampiri
lebih dekat lalu dengan kecepatan luar blasa disabetkannya pisau itu ke arah
perut Kali Mundu.
Breet! Baju yang dikenakan Kali Mundu robek besar tapi tubuhnya selamat dari sambaran
pisau. Justru saat itu dihadapannya terdengar suara dukk....dukkk berulang kali dan
Sembung Sengkolo kelihatan terpental kian kemari sambil menjerit-jerit pegangi
pinggul, perut serta dada. Apa yang terjadi" Ada "kaki" yang tak terlihat oleh
mata menendangnya bertubi-tubi hingga akhirnya orang ini terkapar di tanah,
kesakitan setengah mati. Sekujur tubuhnya serasa remuk!
61 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Kali Mundu meskipun heran merasa tidak perlu mencari tahu apa yang terjadi atas
diri Sembung Sengkolo. Melihat orang itu terkapar dalam keadaan tak berdaya dia
segera melompat nalk ke atas punggung kuda milik Sembung Sengkolo.
"Bangsat! Kau mau lari kemana"!" terlak Sembung Sengkolo. Lalu dia loloskan
gelang bahar besar yang ada di lengan kirinya. Gelang ini sebenarnya adalah juga
merupakan salah satu senjata rahasia komplotan Tiga Iblis Bergigi Biru. Sebelum
dilempar gelang itu diisinya dulu dengan tenaga dalam. Ketika dilomparkan ke
arah kepala Kali Mundu gelang itu keluarkan suara menderu dan membersitkan
cahaya hitam. Jangankan kepala manusla, batupun bisa pecah berantakan terkena
hantamannya. Tapi lagi-lagi ada kekuatan aneh yang menghantam berlawanan arah dengan
meluncurnya gelang bahar itu hingga benda ini terpental dan jatuh entah dimana
dalam kegelapan malam.
Kali Mundu memacu kuda milik Sembung Sengkolo sekencang-kencangnya. Dalam
melarikan diri dia tidak lagi memperhatikan arah mana yang ditujunya.
Sementara itu Sembung Sengkolo yang tengah berusaha bangkit berdiri menjadi
kaget ketika dapatkan dirinya tahu-tahu telah dikurung oleh pasukan berkuda
berjumlah lebih dari dua puluh orang. Dua orang Perwira melompat turun dan
mendatanginya. Di lain arah dia sempat pula melihat dua orang tokoh silat istana
ikut dalam rombongan itu!
"Lain yang dikejar lain yang didapat!" Salah seorang Perwira Kerajaan berseru
ketika melihat siapa adanya orang berbaju hitam yang tengah berusaha bangkit
dengan susah payah.
Salah seorang tokoh silat berkata lantang dari atas kudanya. "Beberapa waktu
yang lalu dia bersama dua kambratnya membunuh habis pasukan kita! Tunggu apa
lagi! Bereskan dia sekarang juga!"
"Tahan dulu!" teriak Sembung Sengkolo. "Bukankah kalian tengah mengejar Kali
Mundu, putera Tumenggung Suro Bledek"!"
"Hemm...Bagaimana kau bisa tahu?" balas bertanya tokoh silat kedua. "Jangan-
jangan kau ikut berkomplot dengan pemuda itu!"
"Aku bersedia membuat perjanjian!" berkata Sembung Sengkolo. Dia sudah melihat
tak 62 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
bakal bisa lobs dari tempat itu. Karena itu kini dia pergunakan kecerdikan akal.
"Perjanjian apa yang hendak kau buat"!" tanya Perwira Kerajaan yang berada di
depan Sembung Sengkolo.
"Aku akan tunjukkan kemana larinya Kali Mundu. Untuk itu kalian biarkan aku
meninggalkan tempat ini dengan aman!"
Sang Perwira hendak mendamprat tapi tokoh silat pertama angkat tangannya dan
berkata, "Baik! Perjanjian disetujui! Katakan ke jurusan mana larinya Kali Mundu!"
Sembung Sengkolo menunjuk ke barat, ke arah lenyapnya Kali Mundu. "Dia baru ke
jurusan sana....!" katanya.
"Bagus! Kau bebas dan boleh pergi!" ujar tokoh silat pertama. Begitu Sembung
Sengkolo memutar tubuh dia memberi isyarat pada Perwira yang ada di sebelah
kiri. Perwira ini cepat menyambar tombak salah seorang perajurit lalu senjata
ini dilemparkannya ke arah punggung Sembung Sengkolo!
"Bangsat pengecut! Curang!" terlak Sembung Sengkolo. Telinganya telah lebih
dahulu menangkap suara bersiurnya tombak yang dilemparkan. Secepat kilat dia
bergerak ke kiri lalu membalik. Begitu tombak lewat di sampingnya segera
ditangkapnya. Lalu dengan senjata itu di tangan dia mengamuk penuh kemarahan.
Dua kali tombak itu dikemplangkannya. Dua kali terdengar suara jerit perajurit
yang kena hantam. Keduanya langsung jatuh dari atas kuda. Satu patah lehernya,
satu lagi pecah kepalanya kena kemplangan tapi tombak di tangan Sembung Sengkolo
sendiri patah dua. Dengan patahan tombak di tangan orang kedua dari Tiga Iblis
Bergigi Biru itu lanjutkan amukannya. Korban ketiga terguling dengan perut
bobol. Sewaktu Sembung Sengkolo hendak mengambil korban ke empat, tokoh silat
istana yang tadi memberi isyarat untuk membunuh Sembung Sengkolo serta merta
melompat dari atas kudanya! Sambil melompat dia lepaskan satu pukulan tangan
kiri dan mengandung tenaga dalam tinggi.
Sembung Sengkolo kertakan rahang, berkelit ke kiri lalu lemparkan patahan tombak
yang masih di pegangnya ke arah tokoh silat itu. Yang diserang menangkis dengan
lengan kanan. Tombak dan lengan beradu. Tombak mental patah dua sedang sang tokoh silat
menyeringai 63 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
sambil tegak berkacak pinggang!
"Keparat!" sentak Sembung Sengkolo. "Kalau kau berani berkelahi satu lawan satu,
aku bersumbah mengadu nyawa denganmu!"
"Apa kemauanmu aku turuti! Malam ini nyawamu akan kukirim ke akhirat sebagai
pembalas kematian seorang perajurit yang pernah kau bunuh bersama dua kawanmu!
Dan perajurit itu adalah anakku sendiri!" Tokoh silat Istana itu salurkan
seluruh tenaga dalamnya ke tangan kanan.
Lalu dia membuka gebrakan pertama dengan satu tendangan. Pukulan tangan kanan
sengaja tidak langsung dilaksanakan karena dia ingin melampiaskan sakit hati
dendam kesumatnya.
Melihat lawan menendang, Sembung Sengkolo melompat. Tangan kanannya menderu ke
arah batok kepala lawan. Yang hendak dikemplang batok kepalanya segera
pergunakan tangan kanan untuk menangkis. Sembung Sengkolo telah menyaksikan
kehebatan tangan lawan tak berani saling bentrokan tangan. Sambil turun kini dia
ganti melancarkan tendangan!
Lima jurus berlalu dengan cepat. Namun saat itu keadaan Sembung Sengkolo sudah
banyak cideranya, terutama ketika tadi dia mendapat hantaman pukulan dan
tendangan mahluk yang tidak kelihatan, yang telah membantu Kali Mundu secara
aneh! Setelah menempur lawan terus-terusan akhirnya Sembung Sengkolo lemas
sendiri. Saat itulah lawan mengirimkan serangan balik secara bertubi-tubi.
Sembung Sengkolo tak sanggup bertahan tak mampu berkelit. Tubuh dan kepalanya
menjadi bulan-bulanan pukulan serta tendangan lawan. Tulang-tulangnya
berpatahan. Salah satu matanya hancur. Hidungnya melesak dan bibirnya pecah! Orang kedua
dari Tiga Iblis Bergigi Biru itu akhirnya tergelimpang di tanah, mengerang
panjang beberapa kali lalu diam tanda nyawanya putus sudah!
*** 64 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
14 KALI MUNDU MELARIKAN KUDANYA seperti dikejar setan. Dia tidak tahu lagi ke arah
mana binantang itu berlari. Menjelang tengah malam kuda yang kehabisan tenaga
karena dipacu terus itu akhirnya tersungkur di antara semak belukar. Kali Mundu
sendiri terpelanting dan bergulingan di tanah. Masih untung tubuh atau kepalanya
tidak sempat menghantam batang-batang pohon yang banyak bertumbuhan di tempat
itu. Hidungnya mencium bau busuk. Dan itu bukan bau busuk luka di tangan
kirinya! Namun dia tak lagi memperdulikan keadaan di sekitarnya. Sekujur
tubuhnya terasa sakit seperti dirajam. Luka di tangan mendenyut sakit tiada
hentli Antara sadar dan tiada Kali Mundu terhampar di tanah.
Pada saat itulah dia mendengar suara tawa bergelak. Roh pembawa kutuk. Suara
tanpa rupa itu muncul kembali!
"Kali Mundu...! Aku datang lagi! Aku puas berhasil menyelamatkanmu dari tangan
Sembung Sengkolo. Beberapa saat lagi pagi akan datang. Sang surya akan muncul.
Saat itulah puncak kepuasaanku akan sampal. Kutukanku akan menjadi kenyataan...!
Ha.... ha.... ha.... !"
"Mahluk laknat! Pergi kau dari sini!" teriak Kali Mundu.
"Aku akan pergi Kali Mundu... Aku akan pergi! Aku akan menunggumu di hang kubur!
Ha...ha...ha...! Kau dengar Kali Mundu! Aku akan menunggumu di Hang kubur !
Ha ...ha..ha...!"
Kali Mundu kumpulkan seluruh sisa tenaganya yang ada. Dia memukul ke sana
kemari. Tapl hanya menghantam udara kosong. Kelemasan akhirnya pemuda ini jatuh
terduduk lalu rebah ke tanah.
Kali Mundu tidak tahu pasti berapa lama dia terkapar di pinggiran rimba
belantara itu, juga tidak tahu apakah sebelumnya dia telah tertidur atau berada
dalam keadaan pingsan di tempat itu.
Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit. Tulang-tulangnya laksana bertanggalan dari
persendian. Dan dari ke semua itu luka di tangan kirinya mendenyut sakit luar biasa, membuat
dia 65 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
keluarkan keringat dingin dan percikkan air mata. Kiranya penderitaannya tidak
sampai di situ karena begitu dia bangkit dan baru saja sempat berdiri di atas
kedua kakinya tiba-tiba terdengar seruan keras.
"Kawan-kawan! Akhirnya kita temui juga anak pemberontak pembunuh Pangeran Sarwo
Aling! Lekas kurung tempat ini!"
Dengan terkejut Kali Mundu berpaling ke arah datangnya suara seruan itu. Ketika
dia kemudian memandang berkeliling, ciutlah nyalinya. Di tempat itu kini
mengurung dua orang Perwira Tinggi serta dua orang tokoh silat Istana lengkap
dengan pasukan berjumlah hampir dua lusin! Melawan pasti pencuma. Tidak melawan
dia akan ditangkap lalu dijatuhi hukuman gantung. Bahkan mungkin juga dia tidak
akan sempat menjalani pengusutan secara hukum tapi langsung dicincang di tempat
itu! "Apa mau kalian"!" Kali Mundu membentak, coba menguasai keadaan.
"Kami inginkan kepalamu!" Jawab Perwira Tinggi di sebelah kanan dengan suara
tandas dan pendangan wajah dingin.
"Kalau itu yang kau inginkan mari kita bertempur satu lawan satu! Dengan tangan
kosong atau pakai senjata!"
Dua Perwira Tinggi dan dua tokoh silat tertawa lebar. Tokoh silat berpakaian
ungu membuka mulut. "Tindakan itu hanya berlaku bagi mereka yang berjuang di
jalan kebenaran.
Ayahmu seorang pengkhianat yang hendak menggulingkan Sultan! Kau pasti bangsa
anjing pemberontak juga! Pembunuhan yang kau lakukan atas Pangeran Sarwo Aling
sudah cukup alasan bagi kami untuk mencincang tubuhmu saat ini juga!"
"Bicaramu keren amat tentang segala macam tindakan adil dan kebenaran! Jika
Pangeran keparat itu masih hidup apakah kalian juga akan menjatuhkan hukuman
berat atas dirinya setelah kalian tahu bagaimana dia mempergunakan kesempatan
dan tipu daya untuk menggauli ibuku secara keji" Melihat cara-cara kalian hendak
bertindak aku yakin sifat kalian tidak jauh berbeda dengan Pangeran mesum itu!"
Marahlah kedua perwira dan dua tokoh silat istana itu. Wajah mereka menjadi
merah dan 66 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
kaku membesi. Tanpa banyak bicara lagi ke empatnya langsung melompati Kali
Mundu. Dengan sigap Kali Mundu membuat gerakan mundur sampai dua tombak, lalu dengan
tangan kanannya dia menghantam ke arah tokoh silat yang tadi bicara. Sesiur
angin menerpa. Orang yang diserang menghindar ke samping lalu balas menghantam. Ternyata saat
ilu tiga orang lainnya juga ikut melepaskan pukulan tangan kosong!
Kali Mundu jatuhkan diri. Dua pukulan jarak jauh itu memang sempat dikelitnya,
tapi dua lainnya tepat menghantam dada perutnya!
Kali Mundu menjerit keras. Tubuhnya mencelat. Perutnya serasa pecah sedang
dadanya seperti ditabrak batu besar, dari mulutnya kelihatan ada darah mengucur!
Saat itulah terdengar suara tertawa. "Kali Mundu... Siksaan atas dirimu hampir
lengkap. Ha...ha...ha.... Ajalmu akan segera tiba. Tapi kematianmu tidak seenak menghirup
udara pagi... Ha..ha...ha....!"
"Bangsat!" kertak Kali Mundu begitu dia mengenali suara mahluk yang menyebut
dirinya sebagai roh pembawa kutuk Itu.
Di hadapannya empat lawan melangkah mendatangi. Satu langkah Kali Mundu
bersurut, satu langkah mereka maju mengikuti. Pemuda itu mundur terus. Badannya
tidak serasa badan lagi. Dia sadar tak apapun yang bisa dilakukannya untuk
menyelamatkan diri. Dia mundur terus, bukan melangkah tapi berusaha melompat
untuk memperjauh jarak dengan orang-orang itu.
"Mundur Kali Mundu.... Munduur terus. Lekas cari selamat! Tapi apakah kau mampu
mencari selamat..." Ha.... ha...ha...!"
Suara roh itu kembali terdengar.
Walau hatinya menyumpah habis-habisan tapi memang tak ada yang bisa dilakukan
Kali Mundu. Pemuda ini membuat lompatan lagi beberapa kali. Tapi tiba-tiba
tubuhnya terpelosok jatuh ke dalam lobang!
*** 67 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
PAGI ITU, SESUAI RENCANA WIRO dan Cempaka telah mulai menggali liang lahat untuk
jenasah Ki Tali Kumba yang telah sangat rusak dan berbau busuk itu. Untuk
memudahkan penguburan keduanya tidak menggali lobang kubur baru tapi memperbesar
lobang yang sudah ada yaitu di mana Ki Tali Kumba sebelumnya dikuburkan hidup-
hidup dalam keadaan tegak.
"Malam tadi aku mendengar seperti ada suara derap kaki kuda di sekitar sini..."
berkata Cempaka sambil menancapkan sekop lalu mengeluarkan tanah dari dalam
lobang. Pendengar 212 tersenyum. "Kalau kita sedang takut, suara anginpun terdengar


Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti suara setan berkelebat. Suara desir daun bisa, terdengar seperti suara
derap kaki kuda..."
"Siapa bilang aku takut tadi malam...!" sanggah Cempaka.
"Buktinya kau tidak ingin aku jauh-jauh dari perapian.. Minta aku berjaga-jaga
semalam suntuk..."
"Aku tidak takut pada segala macam setan atau jin. Apalagi pada manusla. Yang
aku kawatir adalah kalau-kalau ada ular atau binatang berbisa lainnya
menyelinap..."
"Apa kau tidak tahu kalau aku termasuk binatang berbisa juga..." " ujar Wiro.
Cempaka cemberut dan hendak menyahuti. Tapi Wiro memberi isyarat gerakan tangan.
"Aku mendengar ada suara kaki kuda di sebelah sana. Banyak sekali..."
Baru saja Wiro berkata begitu tiba-tiba terdengar bentak, "Kawan-kawan! Akhirnya
kita temui juga anak pemborantak pembunuhan Pangeran Sarwo Aling. Lekas kurung
tempat ini!"
Wiro dan Cempaka serta merta hentikan pekerjaan mereka menggali lobang.
"Aku akan menyelidik ke sebelah sana..." kata Wiro pula
"Tunggu dulu, jangan tinggalkan aku sendiri di sini. Lagi pula lobang ini sudah
cukup besar. Jika jenasah orang tua ini tidak dipegangi pasti rebah ke dalam lobang!"
"Sebaiknya kita rebahkan saja, " ujar Wiro karena jenasah yang sudah membusuk
dan rusak itu tak mungkin dipegang, Wiro dan Cempaka terpaksa pergunakan sekop
dan pacul untuk merebahkan mayat Ki Tali Kumba ke dasar lobang.
Selagi keduanya dengan susah payah melakukan hal itu tiba-tiba muncul seorang
pemuda berpakaian merah dalam keadaan babak belur dan mulut bercelemong darah.
Telinga kirinya 68
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
sumplung. Orang ini melangkah mundur-mundur dan wajahnya jelas menunjukkan rasa
ketakutan. Sesaat kemudian Wiro dan Cempaka baru mengetahui apa yang membuatnya
ketakutan. Di seberang sana ada empat orang mengejar dan di sekitar mereka
tampak dua lusin perajurit Kerajaan mengurung!
"Wiro...," berbisik Cempaka sambil tancap sekop di pinggir lobang. "Orang
berbaju merah itu... Dia adalah Kali Mundu...Pemuda murid Ki Tali Kumba yang
kucari...." Belum sempat si gadis menyelesaikan kata-katanya, pemuda baju merah
yang memang Kali Mundu adanya, karena melangkah mundur dan berada dalam keadaan
ketakutan tahu-tahu jatuh terperosok ke dalam lobang yang baru digali. Tubuhnya
langsung saling tindih dengan mayat Ki Tali Kumba.
Kepalanya sempat berbenturan dengan tengkorak kepala!
Detik itu pula di dalam liang kubur yang baru digali itu mengumandang tawa
bergelak. Tawa yang tak asing lagi yaitu tawa roh pembawa kutuk !
"Kutukku berlaku sudah Kali Mundu...Ha-ha ...ha! Apa yang kau lakukan terhadapku
saat ini akan segera terjadi atas dirimu. Kita mati satu kubur ! Ha
...ha...ha..."
Kali Mundu meraung keras. Wajahnya pucat pasi dan sekujur tubuhnya bergeletar.
Dia berusaha keluar dengan menggapai pinggiran lobang.
Tapi dia tidak punya daya lagi untuk mengangkat tubuhnya sendiri keluar dari
lobang itu. Dan di saat itu pula salah seorang Perwira Tinggi yang tegak ditepi lobang
berieriak berikan perintah.
"Timbunkan tanah ke dalam lobang! Kubur pemberontak dan pembunuh ini hidup-
hidup!" "Tobat! Ampun...! Tolong..." teriak kali Mundu. "Bunuh! Kalian boleh bunuh aku
sekarang juga! Penggal kepalaku! Tapi jangan kubur aku hidup-hidup!"
Di dalam lobang terdengar sahutan roh pembawa kutuk. "Kau takut Kali Mundu"
Jangan takut! Aku menemanimu di liang kubur ini. Ha ...ha...ha...!"
Dua orang perajurit melompat turun dari kuda. Yang satu mencabut sekop yang
ditancapkan Cempaka di tanah. Satunya lagi mengambil pacul dari tangan Pendekar
212 Wiro Sableng.
Keduanya langsung menimbukan tanah ke dalam lobang tanpa memperdulikan jeritan
Kali 69 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Mundu. Lalu ada beberapa perajurit lagi yang membantu.
Dengan mempergunakan kaki mereka ikut mengurukkan tanah ke dalam lobang!
Cempaka dan Wiro hanya bisa tegak tertegun menyaksikan apa yang terjadi. Dalam
waktu singkat tanah merah sudah ditimbukan kedalam lobang. Sekujur tubuh Kali
Mundu sampai sebatas leher tenggelam dalam tanah, hanya kepalanya saja yang
tinggal tersembul. Teriakannya keras mengerikan namun lambat laun suaranya jadi
parau dan akhirnya tak ada suara lagi yang keluar dari mulut itu kecuali
erangan. Cempaka menyaksikan dengan mata mendelik dan bulu tengkuk merinding. Apa yang
dilakukan Kali Mundu beberapa waktu lalu terhadap gurunya, seolah terbayang
kembali di depan mata gadis itu. Dan kini hal yang sama terjadi atas diri murid
jahat itu! Sesaat sunyi. Lalu di udara ada suara menggelepar-gelepar dan kepakan sayap
melayang rendah. Cempaka mendongak, diikuti yang lain-lainnya. Burung-burung
nazar pemakan mayat telah muncul di atas sana! Kali Mundu juga melihat burung
itu. Matanya membeliak, mulutnya terbuka tapi tak ada teriakan yang keluar dari
mulut itu! "Anak-anak muda! Siapa kalian dan sedang berbuat apa di tempat ini"!" tiba-tiba
salah seorang Perwira Tinggi ajukan pertanyaan.
Cempaka tampak gugup. Tapi Wiro cepat menjawab, "Kami kakak beradik petani
tinggal di timur hutan ini. Kami tengah mencari kayu lalu mencium bau busuk.
Ketika menyelidiki kami temui mayat yang sudah membusuk. Lalu, karena tidak tega
kami membuat lobang kubur agar mayat itu bisa dikebumikan sewajarnya..."
"Hemmm... Begltu..?" Yang berkata adalah salah seorang dart dua tokoh silat
istana. Dia mengusap-usap dagunya sambil tersenyum. Sepasang matanya yang tajam
tiba-tiba melihat deretan angka 212 yang tertera di dada Wiro dan agak tertutup
oleh coreng-cemoreng tanah liat. Cepat-cepat tokoh silat ini turun dari kudanya
dan menjura dalam-dalam di hadapan Wiro. Tentu saja hal ini membuat heran semua
orang termasuk Cempaka. Sahabis menjura orang itu berkata,
"Mohon maafmu pendekar besar. Mataku yang tua tidak mengenali gunung Merapi di
depan hidung." Orang itu menjura sekali lagi lalu memberi isyarat pada
rombongannya untuk 70
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
meninggalkan tempat itu.
Setelah berlalu sekitar seratus tombak, salah seorang Perwira Tinggi bertanya
pada si tokoh silot. "Kau menyebut pemuda gondrong itu dengan panggiian pendekar
besar. Siapakah dia sebenarnya...?"
Yang ditanya menghelas nafas panjang baru menjawab, "Dia adalah Pendekar Kapak
Maut Naga Gent 212. Beberapa tahun yang silam dia berkali-kali membantu Kerajaan
ketika berada dalam bahaya..."
Terkejutlah semua orang mendengar keterangan itu. Dua Perwira Tinggi saling
berpandangan. Yang seorang berkata, "Kalau itu memang Pendekar 212 Wiro Sableng,
kita berkewajiban mengundangnya ke istana!" Lalu diikuti oleh temannya dia
kembali ke tempat di mana mereka meninggalkan Cempaka dan Wiro. Tapi ketika
sampai di tempat itu, sepasang muda-mudi tersebut tak lagi di situ. Yang ada
belasan burung nazar berebut cepat mematoki kepala Kali Mundu.
TAMAT 71 KARYA BASTIAN TITO Perburuan Busur Maut 1 Pendekar Kelana Sakti 14 Dewi Jalang Dari Gunung Tunggul Seruling Sakti 25
^