Mayat Hidup Gunung Klabat 2
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Bagian 2
Golok yang tadi menukik ke arah si penjaga kini tampak naik kembali,
lalu perlahan-lahan turun ke atas pendupaan!
Bersamaan dengan itu sepasang mata si kakek tampak terbuka.
Yang pertama dilihatnya adalah sosok Mayat Hidup Gunung Klabat
masuk ke dalam ruangan itu sambil mendukung Minari. Lalu kobaran
api yang membakar kamar pertama di deretan sebelah kanan.
Dari rahang sang dukun terdengar suara gerahamnya
bergemeletakan tanda ada kemarahan yang menggelegak dalam dirinya.
Sepasang matanya memancarkan sinar aneh. Meskipun dia ingin sekali
mengetahui siapa adanya orang yang memiliki luka besar dilehernya itu
dan siapa pula perempuan yang didukungnya, apa maksud kedatangan-
nya, namun hawa amarah yang lebih menguasai dirinya membuat dia
lebih ingin cepat-cepat membunuh orang di hadapannya itu detik juga!
"Kekuatan dari segala kekuatan. Kekuasaan dari segala
kekuasaan. Singkirkan manusia di hadapanku ini!" Ki Dukun Sura
Manjangan berucap.
Saat itu juga gotok melintang di atas pendupaan secara aneh
bergerak ke atas, ujungnya berputar senjatanya ini melesat ke arah
dada kanan si mayat Hidup Mararanta Tangkario!
* * * 26 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MAYAT HIDUP GUNUNG KLABAT menggereng dan gerakkan tangan
kanannya. Golok yang melesat ke dadanya tahu-tahu disambar dan
dicengkeramnya. Lalu terdengar suara trak... trak... trak... Golok besar
itu berubah menjadi empat potong. Salah satu potongan yaitu bagian
ujung golok yang runcing masih tergenggam di tangannya. Lalu seperti
melahap sepotong kerupuk, ujung golok ini dimasukkannya ke dalam
mulut. Dia mengunyah. Krak... krak... krak...
Berubahlah paras pucat Ki Dukun Sura Man-jangan. Tubuhnya
yang duduk bersila di atas batu perlahan-lahan terangkat naik ke atas
sampai setengah tombak. Lalu kedua kakinya yang terlipat diturunkan
ke bawah. Kini dia berdiri tegak di atas batu pipih yang selama ini
didudukinya. Sepasang matanya memandang tidak berkedip pada wajah
Mayat Hidup Gunung Klabat.
Hampir separuh dari hidupnya Ki Dukun Sura Manjangan
menjadikan dirinya sebagai manusia yang mempergunakan ilmu hitam
untuk menjagai belasan bahkan puluhan manusia. Ilmunya tidak
mengajarkan rasa takut apa pun dalam dirinya. Namun saat itu untuk
pertamakalinya dia merasa merinding. Jika ada manusia yang mampu
menguyah ujung golok beracun, maka berarti dia bukan berhadapan
dengan manusia!
"Orang tak dikenal, katakan siapa kau dan apa maksud
kedatanganmu kemari"!"
Pertanyaan Ki Dukun belum sempat terjawab. Di sebelah depan
rumah panggung terdengar suara berderak. Kobaran api telah
memusnahkan sebagian dari serambi dan salah satu kamar. Bangunan
di bagian itu roboh dengan suara menggemuruh.
"Kurang ajar! Kau telah mencelakai pembantuku! Kau juga yang
membakar rumahku! Sekarang biar tubuhmu yang kubakar!"
Habis berkata begitu Ki Dukun Sura Manjangan gerakkan
kepalanya. Pendupaan yang sejak tadi masih bertengger di kepalanya
yang ditutupi rambut kasar acak-acakan melesat ke depan. Dari mulut
pendupaan bukan saja menghambur bara panas tapi juga lidah api yang
menyambar ke arah Mayat Hidup Gunung Klabat!
Yang diserang sedikitpun tidak berusaha menghindar. Begitu
lidah api dan hamburan bara panas hanya tinggal dua jengkal saja dari
tubuh dan kepalanya. Mayat Hidup usap mukanya lalu menerpa ke
depan. Lidah api dan bara-bara merah itu tertahan di udara seperti
menabrak tembok. Mayat Hidup kemudian menghembus keras. Maka
terjadilah hal yang luar biasa! Lidah api memecah menjadi puluhan
banyaknya. Bersama-sama dengan bara yang menyala, lidah-lidah api
itu menyambar ke depan. Sebagian menyerang Ki Dukun Surah
27 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Manjangan sendiri, sebagiannya lagi menyebar lantai dan dinding serta
langit-langit ruangan! Saat itu juga kamar besar itu dilanda kobaran api!
Ki Dukun Sura Manjangan berteriak kaget dan marah. Sebagian
rambutnya sempat disambar lidah api. Kakek ini melesat ke samping,
melabrak dinding ruangan. Lalu lewat dinding yang jebol itu dia
melompat ke luar, sampai di halaman samping rumah panggung yang
diterangi kobaran api besar yang telah membakar sebagian rumah di
sebelah depan! Sekujur tubuh Ki Dukun bergeletar. Kagetnya masih belum
hilang. Rasa cemas bercampur amarah masih membakar dirinya. Ingin
dia menghajar manusia itu habis-habisan, mencabik-cabik tubuhnya
bahkan mungkin meminum darahnya! Tapi bagaimana caranya"
Bagaimana dia mampu melakukan hal itu" Tampaknya dia berhadapan
dengan makhluk yang memiliki kesaktian luar biasa. Namun dalam hati
kecilnya dia sempat bertanya. Jika orang memang datang untuk
meminta pertolongan, meminta pengobatan, mengapa dia telah
mencelakai pembantunya, membakar rumahnya dan bahkan mencelakai dirinya. Bahkan dia hampir pasti makhluk itu bermaksud
merampas nyawanya.
"Dia bukan lawanku!" kata Ki Dukun dalam hati. "Lebih baik
menyelamatkan diri!" Lalu Ki Dukun Sura Manjangan memutar tubuh,
siap menghambur lari ke bagian halaman yang gelap. Namun baru saja
dia bergerak setengah langkah, kakek ini melengak kaget karena tahu-
tahu si muka pucat yang mendukung sosok tubuh perempuan itu sudah
menghadang di depannya, menyeringai dan menggereng.
"Celaka!" seru Ki Dukun dalam hati. Dia berputar ke kiri dan
melompat kabur. Namun kembali tahu-tahu makhluk itu sudah berada
di hadapannya! "Hai! Dengar! Siapa kau sebenarnya... Apa yang kau inginkan
dariku"!" tanya Ki Dukun dengan suara bergetar ketakutan. Ki Dukun
melihat mulut makhluk di hadapannya itu bergerak. Lalu dia
mendengar suara yang aneh menyeramkan.
"A... ku... Ma... yat... Hi... dup... Gu... nung... Kla... bat... Sa... tu...
ming... gu... la... lu... kau... per... gu... na... kan... il... mu... hi...
tam... mu... Kau... ki... rim... go... lok... ter... bang... be... ra... cun... mem...
bu... nuh... ku..."
"Aku tidak kenal padamu! Aku merasa tak pernah mencelakaimu..." Ki Dukun terdiam sesaat. Lalu dengan suara semakin
bergetar dia bertanya: "Si... apa namamu" Katakan asal usulmu..."
"A... ku... Ma... ra... ran... ta... Tang... ka... rio... da... ri... Mi...
na... ha... sa... Se... se... o... rang... te... lah... me... nyu... ruh...
mu... un... tuk... mem... bu... nuh... ku! Kau... bo... leh... dus... ta... Ta...
pi... a... ku... da... tang... un... tuk... mem... ba... las... ke... ma... tian...
ku! A... ku... mau... min... ta... nya...wa... mu...!"
Mendengar kata-kata itu paras angker Ki Dukun Sura Manjangan
jadi berubah seputih kain kafan; "Mararanta Tangkario... Mayat Hidup
28 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Gunung Klabat! Ah, dia rupanya! Tapi jika dia memang sudah mati,
mengapa bisa muncul begini rupa. Lalu siapa perempuan yang
didukungnya ini...?"
Mayat Hidup Gunung Klabat maju satu langkah lalu dongakkan
kepala, memperlihatkan luka besar yang mengoyak pangkal lehernya.
"Ja... ngan... be... ra... ni... dus... ta. Ba... co... kan... go... lok...
ja... ha... nam... mu... bi... sa... kau... li... hat... sen... di... ri...
di... le... her... ku! Se... se... o... rang... mem... ba... yar... mu... Pa... nge...
ran... Ma... ta... ha... ri... "
"Aku... aku..." Ki Dukun Sura Manjangan sadar kalau dia tak
mungkin berkelit, makhluk bermuka pucat ini agaknya sudah tahu
segala-galanya. "Dengar... Aku hanya... menjalankan pekerjaanku.
Segala dosa dan kesalahan orang yang meminta yang menanggung.
Begitu perjanjian. Jadi kau harus mencari Pangeran Matahari. Bukan
aku...!" Si muka mayat menyeringai. "Ka... ta... kan... di... ma... na... Pa...
nge... ran... ter... ku... tuk... itu...ber... a... da..."
"Sulit mencarinya. Tapi jika kuberi tahu... apakah kau bersedia
melepaskan diriku... Kau telah membakar rumahku. Pembantuku saat
ini pasti sudah mati dimakan api. Apakah itu belum cukup...?"
"Ka... ta... kan... sa... ja... di... ma... na... Pa... nge... ran.;. i... tu...
ber... a... da..."
Tangan kanan Mayat Hidup Gunung Klabat bergerak dan tahu-
tahu Ki Dukun merasakan lehernya sudah kena dicengkeram. Lehernya
terjulur dan matanya terbeliak. Dia berusaha berontak tapi malah
tubuhnya diangkat tinggi-tinggi ke atas!
"Jangan! Jangan bunuh aku!" Aku akan katakan dimana manusia
itu bisa ditemui!" seru Ki dukun dengan suara tercekik-cekik. Tubuhnya
kemudian diturunkan. Keringat dingin membasahi sekujur badannya
yang hanya mengenakan cawat putih itu.
"Pangeran itu... Satu hari dalam satu bulan... dia pasti berada di
sebuah Keraton kecil miliknya, terletak di kaki bukit Rasikembar di
selatan Imogiri... Tempat ini sulit dicari karena terletak dalam hutan
lebat dan jarang didatangi manusia
Ki Dukun Sura Manjangan merasa lega ketika merasakan
makhluk di depannya lepaskan cengkeraman di lehernya.
"Ba... gus... Kau... su... dah... mem... be... ri... ta... hu... Se... ka...
rang... kau... per... gi... lah... du... luan... Tung... gu... ma... ji...
kan... mu... i... tu... di... ne... ra... ka..."
"A... apa... maksudmu...?" bertanya Ki Dukun Sura Manjangan.
Sebagai jawaban Mayat Hidup Gunung Klabat hantamkan tangan
kanannya ke dada si kakek. Terdengar suara berderak hancurnya tulang
dada dan patahnya tulang-tulang iga sang dukun. Jantungnya pecah.
Darah menyembur dari mulutnya. Tubuhnya terpental sampai tiga
tombak, terkapar di tanah tanpa nyawa lagi.
Di atas sebatang pohon seorang pemuda berpakaian putih yang
29 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dengan susah payah selalu mengikuti jejak perjalanan makhluk dari
liang kubur itu gelengkan kepala sambil garuk-garuk rambutnya..."
"Sepuluh orang sakti seperti guruku Sinlo Gendeng ditambah
sepuluh Dewa Tuak dan sepuluh Tua Gila mungkin tak akan dapat
mengalahkan makhluk ini... Pangeran Matahari, kau tunggulah. Dia
pasti akan muncul mencabut nyawamu." Sesaat pemuda itu merenung.
"Apa betul dia orang mati kemudian bisa menjelma menjadi mayat
hidup" Sulit kupercaya... Kalau kemunculannya hanya untuk
membalaskan sakit hati dendam kesumat itu wajar-wajar saja.
Tapi kalau kemudian dia jadi betah hidup didunia ini dan
gentayangan menimbulkan keonaran... celakalah dunia persilatan I"
Ketika dilihatnya Mayat Hidup Gunung Klabat meninggalkan
tempat itu bersama istri dalam dukungannya, pemuda diatas pohon
yang bukan lain adalah Pendekar 212 Wiro Sableng segera melompat
turun dan kembali mengikuti perjalanan makhluk itu secara diam-diam.
Seringkali Wiro ketinggalan atau kehilangan jejak. Dia tidak mampu
berada dalam jarak yang dekat karena makhluk itu berlari seperti
terbang dan kedua kakinya tak pernah menginjak bumi. Lagi pula sang
pendekar tidak berani berada terlalu dekat. Kawatir kalau-kalau yang
diikuti mengetahui kalau dirinya dikuntit orang. Jika ini sampai terjadi
dan dia diserang, pasti bencana besar. Sampai saat itu Pendekar 212
masih belum mampu untuk mengetahui dimana letak kelemahan
makhluk ini. Disamping itu dia merasa kasihan dan cemas akan nasib
yang menimpa perempuan muda bernama Minari itu. Meskipun jelas dia
adalah istri Mararanta, tapi bagaimana mungkin mereka meneruskan
hidup sebagai suami istri. Satu manusia sungguhan dan satunya lagi
makhluk mati yang hidup dan gentayangan secara aneh!
MALAM ITU mereka berhenti di sebuah bekas reruntuhan candi.
Minari sengaja berpura-pura tidur. Tapi diam-diam dia memperhatikan
gerak-gerik Mararanta Tangkario, suaminya yang sekarang berada
dalam kehidupan yang sulit dipercayanya. Lelaki itu duduk di atas
sebuah batu besar, tapi kedua kakinya tetap mengambang, tak pernah
menginjak tanah. Rasa takut yang menguasai dirinya selama berhari-
hari membuat dia seperti hendak gila. Betapapun dia mencintai
suaminya tapi bukan berarti dia bisa hidup dengan makhluk seperti itu.
Mararanta sendiri telah menceritakan bahwa dirinya adalah mayat
hidup! Dan ini memang dibuktikannya. Sampai hari itu Minari tak
pernah melihat Mararanta makan atau minum. Dirinya pun tak pernah
disentuhnya kecuali ketika mendukungnya dan membawanya berlari.
Sudah beberapa kali Minari mengambil keputusan nekad untuk
melarikan diri. Tetapi Mararanta seperti dapat membaca hatinya. Lelaki
itu selalu mengawasi dirinya, baik siang maupun malam. Dan satu hal
lagi yang membuat sulit bagi Minari untuk lari ialah Mararanta tak
pernah tidur. Kesunyian malam berlalu dalam bungkusan udara dingin. Minari
30 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hampir benar-benar tertidur ketika ada sebuah kerikil kecil jatuh
mengenai pipinya. Dibukanya kedua matanya. Mararanta dilihatnya
masih duduk di atas batu tadi, membelakanginya. Kemudian disamping
kanan dia seperti melihat bayangan seseorang di balik sebuah arca
buntung. Dipandanginya arca itu tanpa berkedip. Ah, mungkin hanya
perasaannya saja. Tak ada apa-apa dekat arca itu. Tapi batu barusan
jatuh di pipinya" Minari akhirnya pejamkan matanya kembali. Namun
baru kelopak matanya menutup setengah, dia melihat ada tangan yang
melambai dibalik arca buntung itu. Minari buka kedua matanya lebar-
lebar kembali. Saat itulah dia melihat sosok tubuh dan kepala muncul
di balik arca. Karena jarak arca dan tempatnya berbaring tidak berapa
jauh, selain itu rembulan yang dua pertiga bulat cukup menerangi
tempat itu, Minari walaupun samar-samar masih sempat melihat dan
mengenali orang itu.
"Pemuda itu kata Minari dalam hati. "Dia yang menolongku di
pondok kayu dalam hutan sebelum Mararanta muncul... Dia ternyata
mengikutiku sampai kesini... Pasti dia bermaksud menolongku...
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sayang... dia tak akan bisa melakukannya..." Tengah Minari berkata-
kata dalam hati seperti itu, pemuda dibalik arca lemparkan sebuah
benda ke arah Minari. Benda ini ternyata segulung kertas dan jatuh
tepat di samping kepala Minari.
Minari cepat-cepat mengambil kertas itu dan menyembunyikannya
di balik dada pakaiannya, tepat pada saat Mararanta bergerak bangkit
dari batu. Dia memandang berkeliling, lalu berpaling pada Minari.
"Ki... ta... ta... hu... si... tu... ti... dak... ti... dur..."
Tentu saja Minari terkejut mendengar kata-kata itu.
"Kakak... aku hampir tertidur... Tapi aku lihat kakak berdiri. Kau
juga perlu istirahat kakak. Kau perlu tidur..." kata Minari pula. Lalu
perempuan ini jadi merinding sendiri. Bagaimana kalau Mararanta
benar-benar tidur dan berbaring disampingnya!
"Ma... yat... ti... dak... per... nah... ti... dur..." terdengar jawaban
Mararanta Tangkario. Dia memandang lagi berkeliling. "Ki... ta... a...
da... de... ngar... bu... nyi... ba... tu... ja...tuh... Bu... nyi... ben...
da... me... la... yang!"
"Pendengaran kakak terlalu tajam. Aku tidak mendengar bunyi
apa-apa..." sahut Minari.
"Ma... yat... hi... dup... ti... dak... bi... sa... di... ti... pu..." kata
Mararanta pula. "A... ku... ma... u... me... nye... li... dik..." Lalu dia
bergerak cepat ke arah arca buntung.
"Celaka kalau pemuda itu masih berada di-sana..." kata Minari
dalam hati. Dilihatnya Mararanta sudah sampai ke dekat arca besar
tanpa kepala itu, memandang kian kemari, tapi tidak melihat atau
menemukan apa-apa. Mayat hidup bergerak ke jurusan lain. Melihat
gerakan tubuh yang melayang kian kemari tanpa menginjak tanah itu,
Minari jadi ngeri sendiri. Kemudian dilihatnya Mararanta kembali ke
tempatnya. 31 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Sudah kubilang, telingamu terlalu tajam kakak. Tak ada makhluk
apapun di tempat ini, kecuali kita berdua..."
Mararanta tak berkata apa-apa dan kembali duduk di atas batu.
Esok paginya ketika mendapat kesempatan pergi membersihkan diri di
sebuah mata air, Minari keluarkan gulungan kertas
yang disembunyikannya di dada pakaian lalu membukanya. Di atas kertas
kecil itu ternyata ada tulisan berbunyi:
Meskipun dia adalah suamimu, Tapi aku khawatir keselamatanmu
terancam Besok malam jika kau dengar suara lolongan srigala, minta dia
untuk menyelidik Begitu dia lengah, aku akan melarikanmu
Wiro "Jadi namanya Wiro kata Minari dalam hati. "Aku memang ingin
melarikan diri, apalagi ada yang mau membantu. Tapi apakah pemuda
itu sanggup, menolong...?"
Minari campakkan kertas itu ke dalam air. Kertas sesaat
mengambang dan terbawa arus menuju ke sebuah kali kecil dangkal
yang dasarnya berbatu-batu. Pada sebuah tonjolan batu kertas itu
tertahan. Satu tangan kemudian mengambilnya, meskipun kertas itu
basah namun apa yang tertulis di atasnya masih bisa dibaca jelas. Dan
yang mengambil serta membaca kertas itu bukan lain adalah Mayat
Hidup Gunung Klabat!
32 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEJAK SORE LANGIT tampak mendung. Menjelang malam hujan turun
rintik-rintik. Mayat Hidup Gunung Klabat sadar, bagaimanapun
cepatnya dia berlari, tak mungkin dia akan sampai ke tempat tujuan di
selatan Imogiri malam itu. Lagi pula Minari perlu istirahat. Dan yang
paling penting malam ini dia harus dapat menjebak pemuda bernama
Wiro itu. Ketika dia menghantamnya di rumah papan di hutan jati, dia
menyangka pemuda itu sudah menemui ajal, hancur bersama rumah
itu. Ternyata dia masih hidup dan masih nekad hendak menolong
Minari, hendak mengambil istrinya dari tangannya.
Di kejauhan tampak sebuah teratak, yaitu gubuk ditengah daerah
perladangan yang biasa dipergunakan para petani untuk beristirahat
atau makan siang. Mararanta Tangkario segera menuju teratak ini, dan
membaringkan Minari di lantai. Dari dalam kantong perbekalan
Mararanta mengeluarkan sebungkus makanan lalu diletakkannya di
samping Minari.
"Kau... per... lu... ma... kan... is... tri... ku"
"Aku tidak lapar kakak..." sahut Minari. Perempuan ini berada
dalam keadaan tegang. Sesuai dengan surat yang telah dibuangnya di
mata air, malam itu pemuda bernama Wiro akan menolongnya. Akan
berhasilkah pemuda itu melarikannya" Jika sampai tertangkap basah
oleh Mararanta, mampukah dia menghadapinya" Kesaktian yang
dimiliki Mararanta bukan kesaktian manusia biasa. Tapi kesaktian dari
alam aneh yang tidak satu manusia hiduppun bisa menguasainya! Dulu
dia memang mempunyai kepandaian silat serta kesaktian yang tinggi.
Namun semua kehebatannya itu tidak berkutik di hadapan Pangeran
Matahari. Namun kini dia muncul dalam bentuk kehidupan lain, yang
sulit diterima akal dan juga mengerikan. Dan kini dia memiliki
kesaktian yang luar biasa hebatnya.
"Ka... lau... kau... ti... dak... mau... ma... kan... ti... dur... lah...
Be... sok... pa... gi... pa... gi... se... ka... li... ki... ta... lan... jut...
kan... per... ja... lan... an..." kata Mararanta pula.
"Kakak... Jika urusanmu dengan Pangeran Matahari selesai, apa
yang akan kau lakukan...?" bertanya Minari.
"A... ku... a... kan... ba... wa... kau... ke... Mi... na... ha... sa... Ki...
ta... a... kan... ber... kum... pul... la... gi... Se... ba... gai... sua...
mi... is... tri..." Bulu kuduk Minari merinding mendengar kata-kata itu.
"Menurutmu, kita berada dalam dua alam yang berbeda tak
mungkin berkumpul..."
"A... ku... pu... nya... ca... ra... a... gar... kita... ber... a... da... di...
a... lam... yang... sa... ma..."
33 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Caranya?" tanya Minari.
Mayat Hidup Gunung Klabat menyeringai. Belum sempat Minari
mendengar jawabannya tiba-tiba dikejauhan terdengar suara lolongan.
Lolongan srigalal Itulah tanda dari si pemuda. Minari merasakan
sekujur badannya tegang dan detak jantungnya berdegup lebih cepat.
"Suara lolongan srigala... Kau mendengarnya kakak...?" tanya
Minari dengan suara tercekat. Mayat Hidup Gunung Klabat
mengangguk. "Aku takut... Kau harus berjaga-jaga. Kau... sebaiknya menyelidik
dan membunuh binatang itu sebelum dia berada lebih dekat ke tempat
ini Mayat Hidup Gunung Klabat memandang sesaat pada Minari,
membuat perempuan ini merasa seperti putus nyawanya.
"A... ku... a...: kan... me... nye... Ii... dik... Aku... a... kan... ba...
wa... ke... pa... la... sri... ga... la... i... tu... a... gar... kau... me...
Ii... hat... sen... di... ri..."
"Jangan, tak usah. Kau bunuh saja begitu ketemu. Jangan dibawa
kepalanya kemari..." kata Minari pula.
Di kejauhan kembali terdengar suara lolongan srigala. Mayat
Hidup Gunung Klabat menyeringai, lalu melangkah cepat ke arah
terdengarnya suara lolongan srigala.
"Ma... nu... sia... pe... ni... pu... Kau... a... kan... mam... pus... da...
lam... ke... ne... kad... an.mu!"
Cepat sekali dia sudah berada di tempat dimana dia tadi
mendengar datangnya suara lolongan itu, tetapi secepat dia datang,
secepat itu pula dia memutar tubuh dan berbalik kembali menuju ke
teratak. Hanya saja, sesuatu menarik perhatiannya di tengah jalan. Dia
melihat sesosok tubuh berpakaian putih mendekam di balik sebatang
pohon besar. "Hem... i... tu... pas... ti... pe... mu... da... bang... sat itu. A... kan...
ku... han... cur... kan... dia... ber... sa... ma... po... hon... i... tu!"
Mayat Hidup Gunung Klabat angkat tangan kanannya. Pundak
kanan membuat gerakan menyentak. Bersamaan dengan itu tangannya
menghantam. Terdengar suara menderu seperti ada topan menyerbu.
Batang pohon besar di depan sana hancur berantakan lalu tumbang
dengan suara menggemuruh. Beberapa pohon disekitarnya ikut terseret
dan mental berpatahan.
Mayat Hidup Gunung Klabat melompat ke arah pohon besar yang
tumbang, memandang berkeliling. Dia melihat robekan-robekan pakaian
putih, tapi sama sekali tidak menemui hancuran tubuh manusia, tidak
melihat muncratan darah!
"Ke... pa... rat... itu... me... ni... pu... ku!" menggereng Mayat
Hidup Gunung Klabat. "Bang... sat...! Ja... ngan... ha... rap... bi... sa...
lo... los... da... ri... ta... ngan... ku!"
Lalu secepat kilat dia berkelebat ke arah teratak.
34 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
BEGITU MARARANTA meninggalkan teratak, Pendekar 212 yang
sembunyi di balik serumpun keladi hutan cepat keluar dan melompat ke
atas teratak. Minari hampir menjerit saking kagetnya.
Wiro cepat tekap mulut perempuan ini. "Jangan mengeluarkan
suara. Apa kau cukup kuat untuk berlari...?"
Minari menggeleng.
"Kalau begitu biar kudukung!"
Lalu murid Eyang Sinto Gendeng itu turun dari atas teratak,
menarik tubuh Minari dan mendukung perempuan itu di bahu kirinya.
Tanpa membuang waktu lagi Pendekar 212 segera melompat ke bagian
yang gelap. Namun alangkah kagetnya pendekar ini ketika tiba-tiba di
depannya berkelebat satu bayangan. Angin yang menyambar dari sosok
bayangan itu membuat dia terhuyung ke kiri. Untuk imbangi diri sambil
memasang kuda-kuda Wiro cepat melompat ke kanan. Bersamaan
dengan itu dia siapkan tenaga dalamnya ke tangan kanan sambil
merapat aji kesaktian pukulan sinar matahari.
Mayat Hidup Gunung Klabat! makhluk itu kini tegak di hadapan
Wiro dengan dua kaki yang tak menginjak bumi terpentang lebar.
Mulutnya menyeringai menyeramkan!
Sebelumnya Wiro telah menghadapi Mayat Hidup Gunung Klabat
dan menerima pukulan dahsyat yang luar biasa panasnya. Dia juga
sempat menyaksikan bagaimana Mararanta membunuh Ki Dukun Sura
Manjangan hanya sekali hantam saja. Mau tak mau dia harus berjaga-
jaga. Yang mengherankannya adalah mengapa makhluk itu begitu cepat
muncul kembali dan menghadangnya"!
"Ba... gus... ba... gus! Du... a... ma... nu... sia... ber... kom... plot...
me... ni... pu... ku. Sa... tu... se... ge... ra... mam... pus... Sa... tu...
nya... a... kan... men... da... pat... hu... ku... man... be... rat... da... ri...
ku...!" Mayat Hidup Gunung Klabat angkat tangan kanannya. Serta
merta hawa panas menebar di tempat itu. Sambil menggerakkan pula
tangan kanannya Pendekar 212 berseru : "Mararanta! Jika kau
menyerangku dengan pukulan sakti mengandung hawa panas itu berarti
kau akan membunuh istrimu sendiri!"
Wiro merasakan tubuh Minari menggigil di atas dukungannya.
Perempuan ini ketakutan setengah mati. "Tenang saudari... jangan
takut. Jangan membuat gerakan apa-apa..." berbisik Wiro.
Di hadapannya Mayat Hidup Gunung Klabat menyeringai. "Kau...
be... nar... Is... tri... peng... khi... a... nat... itu... be... lum... sa...
at... nya... ma... ti... A... ku... ha... rus... meng... hu... kum... nya... le...
bih... du... lu... I"
"Kakak Mararanta!" Minari berseru seraya angkat kepalanya. "Aku
tidak mengkhianatimu. Aku..."
"Tu... run... da... ri... ba... hu... o... rang... i... tu... Ber... ja...
lan... ke... a... rah... ku!"
Minari jadi bingung dalam takutnya. Ketika dia hendak meluncur
turun, Wiro segera membentak : "Jangan dengar kata-katanya. Sekali
35 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kau kembali kepadanya, kau tak akan bisa diselamatkan lagi Minari!"
"Ma... nu... sia... be... jat...! A... pa... kau... tak... da... pat... pe...
rem... pu... an... lain... ma... ka... me... la... ri... kan... is... tri...
o... rang..."! Kau... sa... ma... sa... ja... be... jat... nya... de... ngan... Pa...
nge... ran... Ma... ta... ha... ri!"
"Aku tidak melarikan istrimu, Mararanta. Kau dan dia tak
mungkin berkumpul lagi sebagai suami istri. Kau harus menyadari hal
itu!" menjawab Wiro.
"Kau... pan... dai... men... ca... ri... da... lih! A... pa... ke... pen...
ting... an... mu... men... cam... pu... ri... u... rus... an... ka... mi...
sua... mi... is... tri..."
"Mararanta, kau sendiri mengetahui dirimu bukan manusia lagi,
tapi mayat yang dihidupkan. Jika kau terus menginginkan Minari
berada bersamamu, berarti kau akan menyiksa dirinya dengan
penderitaan dan rasa takut seumur hidupnya. Atau kau memang
menginginkan kematiannya"!"
"Di... a... te... lah... ber... sa... lah... Ber... khia... nat... ter... ha...
dap... ku. Ber... arti... me... mang... ha... rus... ku... bu... nuh. Ta...
pi... se... ka... rang... be... lum... sa... at... nya... Di... a... ha... rus...
ku... hu... kum... le... bih... du... lu... IA... ku... su... dah... mem... ba...
ca... su... rat... ra... ha... sia... yang... kau... ki... rim... kan... pa... da...
Mi... na... ri... Ka... lian... ber... dua... ma... sih... ma... u... ber... ke...
lit..."!"
Wiro dan Minari terkejut bukan kepalang. Dan saat itu di hadapan
mereka Mararanta terdengar menggereng keras. Tangan kanannya
bergerak, tetapi tidak menghantam atau melepaskan pukulan apa-apa.
Malah tubuhnya di lain kejap berkelebat lenyap dan sedikit kemudian
terdengar pekik Minari. Wiro merasakan perempuan itu terbetot dari
atas bahunya. Maka tanpa menunggu lebih lama Pendekar 212
menghantam ke arah bayangan Mayat Hidup Gunung Klabat yang
dilihatnya berkelebat di depannya.
Hawa panas menerpa. Tempat yang gelap itu menjadi terang
benderang ketika pukulan sinar matahari menghantam dahsyat
menyilaukan! Saat itu Mayat Hidup Gunung Klabat berhasil menjambak rambut
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Minari. Dalam keadaan menjerit-jerit perempuan ini dikempitnya di
ketiak kiri. Ketika pukulan sakti sinar matahari menghantam ke
arahnya, dia sama sekali tidak berusaha menghindar ataupun
menangkis. Wiro jadi terkesima karena khawatir pukulannya akan
menciderai Minari.
Tiba-tiba Mararanta gembungkan mulut dan meniup ke depan!
Terdengar suara berdentum. Tanah bergetar seperti dilanda lindu.
Laksana menghantam tembok baja yang atos pukulan sinar matahari
membalik menyapu ke arah Pendekar 212!
"Ya Tuhan!" Murid Sinto Gendeng mengucap keras. Jatuhkan diri
ke tanah. Ketika pukulan sinar matahari menyambar dengan ganas, tak
ada jalan lain untuk selamatkan diri. Pendekar ini hantamkan kedua
36 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tangan bahkan kedua kakinya ke atas.
Benteng topan melanda samudera! itulah pukulan sakti yang
dilepaskan Wiro untuk menyelamatkan dirinya dari pukulan sinar
matahari yang tadi dilepaskannya sendiri.
Terjadilah satu hai yang hebat. Dua benturan menggelegar susul
menyusul di tempat itu. Sosok Mayat Hidup Gunung Klabat terbanting
ke tanah. Minari yang dikempitnya di ketiak kiri terlepas lalu terguling
jatuh ke arah tanah yang terjal. Begitu menyadari dirinya terlepas,
perempuan ini kumpulkan segala tenaga yang ada lalu lari sekencang-
kencangnya. Dia tak perduli ke arah mana larinya. Yang penting lari
sekencang mungkin dan sejauh mungkin, terlepas dari cengkeraman
Mararanta. Bagaimanapun dia mencintai lelaki itu, apalagi pernah pula
menjadi suaminya, namun kenyataan yang dihadapinya kini serta
keanehan yang mengerikan yang terjadi atas diri lelaki itu membuatnya
tak ada jalan lain dari pada berusaha menyelamatkan diri!
Minari lari terus sekencang yang bisa dilakukannya sampai
akhirnya kedua kakinya terasa goyah dan dadanya sesak mendenyut.
Larinya kini tersaruk-saruk, akhirnya perempuan ini tersandung dan
jatuh terjerembab. Sebelum tubuhnya mencium tanah, satu tangan
merangkul bahunya. Minari berpaling lalu menjerit keras ketika
mengenali siapa adanya yang mencekal dirinya. Perempuan ini akhirnya
pingsan dalam keadaan kehabisan tenaga dan sangat takut!
Sambil bangkit terhuyung-huyung Mayat Hidup Gunung Klabat
memandang berkeliling. Minari dan Wiro Sableng sama sekali tidak
kelihatan. Mayat hidup ini menggereng keras dan kepalkan kedua
tinjunya. Dia berkelebat kian kemari, mementang mata memasang
telinga. Tetap saja dia tidak menemukan kedua orang itu. Juga tidak
terdengar suara apa-apa selain tiupan angin yang terasa dingin,
makhluk ini mendongak ke atas. Hidungnya menghirup dalam-dalam.
"Di... a... ma... sih... be... lum... ja... uh... Ma... sih... be... lum...
ja... uh..." Lalu Mayat Hidup Gunung Klabat berkelebat ke jurusan dimana
dia bisa membaui tubuh Minari karena sekian lama selalu saling
berdekatan. Apa yang terjadi dengan Pendekar 212 Wiro Sableng" Ketika
pukulan sinar matahari datang menyapu dan dia menghantam dengan
pukulan benteng topan melanda samudera, dua dentuman yang dahsyat
membuat tubuhnya terlempar jauh, terguling ke sebuah jurang sedalam
lima tombak di ujung peladangan. Pakaiannya robek-robek, kulitnya
lecet dan luka berkelu-kuran. Dan begitu dia terhempas di dasar jurang,
pendekar ini muntahkan darah segar. Sepasang tangan dan kedua
kakinya seperti lumpuh. Beberapa kali dia mencoba bangkit tapi rubuh
kembali. Akhirnya dalam keadaan tak berdaya seperti, itu, Wiro hanya
bisa tergeletak menunggu nasib. Dia tidak menyadari justru dengan
jatuh ke dalam jurang inilah dia selamat dari tangan Mayat Hidup
Gunung Klabat! 37 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PANGERAN MATAHARI MENGISAP pipa gading yang berisi tembakau
bercampur candu itu panjang-panjang. Kedua matanya sampai
terpejam-pejam saking merasa nikmat. Beberapa kali bola matanya
berputar-putar kemudian dia berpaling pada perempuan yang terbaring
menelungkup dalam keadaan tanpa busana di sebelahnya.
"Apa enaknya menghisap tembakau seperti itu...?" bertanya
perempuan itu. "Sulit menerangkan. Kau harus mencobanya sendiri.
Mau?" Yang ditanya menggeleng.
"Menghisap tembakau campur candu, jika tahu takarannya yang
tepat akan membuat seseorang menjadi sehat dan perkasa... Kau
merasakan sendiri malam tadi bukan" Ha... ha... ha... "
Perempuan itu menggigit bahu Pangeran Matahari lalu merangkul
tubuh lelaki itu seraya berbisik : "Kau memang kuat sekali Pangeran.
Malam tadi... ah, malu aku mengatakan. Aku hampir-hampir menangis
kewalahan..."
Pangeran Matahari tertawa gelak-gelak mendengar ucapan itu.
Lalu mencabut pipanya dan berkata : "Akupun tidak menyangka kau
begitu hebat melayaniku, Nyiruni. Biasanya aku hanya tinggal satu hari
di Keraton ini. Tapi bersamamu, aku akan tambah satu hari lagi... Ha...
ha... ha!"
"Kau suka tinggal di Keraton kecil ini?"
"Suka sekali, asal kau tetap berada disini Pangeran. Tidak
meninggalkan aku sampai berbulan-bulan..."
"Ah, aku orang banyak urusan dan kepentingan..."
"Urusan dan kepentingan dengan perempuan-perempuanmu yang
cantik-cantik lainnya...!" kata Nyiruni seraya cemberut.
"Eh... kau yang paling cantik diantara semua perempuan yang
kukenal. Dan paling ganas di atas ranjang...!"
Mendengar ucapan itu Nyiruni langsung bangkit dan menindih
tubuh sang Pangeran, Terangsang oleh tubuh yang bagus dan mulus itu
Pangeran Matahari letakkan pipa gadingnya di meja kecil di samping
tempat tidur. Baru saja dia hendak menggumuli tubuh Nyiruni tiba-tiba
diluar terdengar suara genta tiga kali berturut-turut.
Pangeran Matahari terkejut dan angkat tubuh Nyiruni ke samping.
"Ada apa Pangeran...?"
"Jika penjaga menarik genta tiga kali berturut-turut berarti ada
bahaya mengancam Keratonku!"
"Ah, siapa manusianya yang berani berbuat macam-macam
terhadapmu, Pangeran" Biarkan saja para pengawalmu yang
menyelesaikan segala urusan diluar sana. Aku ingin kita bersenang-
38 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
senang, tidak turun dari atas ranjang ini sampai besok pagi!"
Di luar sana kembali terdengar suara genta tiga kali berturut-
turut. Pangeran Matahari melompat dari atas ranjang, tidak perdulikan
panggilan manja penuh birahi Nyiruni. Dia mengenakan pakaian
hitamnya dengan cepat lalu berpaling pada Nyiruni yang menelentang
bugil di atas ranjang. "Kau tetap disini. Tunggu sampat aku kembali.
Urusanku tak akan lama!"
"Ennggg..." Nyiruni masih berusaha bermanja-manja. Tapi sang
Pangeran sudah melangkah ke pintu sambil mengikatkan kain merah ke
keningnya. Sesuai dengan sifatnya yang biasa mengagulkan diri sebagai
pendekar segala cerdik, segala akal, segala ilmu, segala licik dan segala
congkak, Pangeran Matahari tidak langsung menuju ke bagian depan
Keraton kecil yang terletak di rimba belantara di kaki bukit Rasikembar
di selatan Imogiri. Dia justru pergi ke bagian belakang Keraton lalu
melompat ke atas atap bangunan. Dari sini dia akan dapat melihat
dengan jelas segala sesuatu yang ada di halaman Keratonnya. Tapi
begitu dia berada di atas atap, kagetlah sang pangeran. Seorang pemuda
berambut gondrong yang tak asing lagi dilihatnya duduk bersila enak-
enakan di atas atap sambil mengunyah sebuah jagung bakar. Sebuah
jagung lagi dipegangnya ditangan kiri.
"Kurang ajar, jadi kau rupanya yang hendak membuat keributan
di tempat kediamanku! Apa masih belum kapok..." Apa sudah begitu
ingin buru-buru mampus pendekar sableng..."!"
Pemuda gondrong berpakaian putih robek-robek serta banyak
bekas luka di tubuh dan wajahnya, tersenyum lebar dan angkat tangan
kirinya yang memegang jagung. Dengan mulut masih penuh dia berkata:
"Tenang... jangan cepat-cepat naik darah Pangeran! Bukan aku yang
mau membuat keonaran disini! Tapi ada orang lain! Dan aku mau
menyaksikan bagaimana dia akan membantai tubuhmu!"
"Keparat! Apa maksudmu Pendekar 212"! Siapa orang yang
katamu hendak membantaiku itu"!" bentak Pangeran Matahari dengan
marah hingga rahangnya tampak menonjol dan pelipisnya bergerak-
gerak. "Ssst... Jangan bicara keras-keras. Nanti kedengaran si tukang
bantai itu!" ujar pemuda berpakaian putih yang bukan lain adalah
Pendekar 212 Wiro Sableng. "Ini, kau makan dulu jagung bakar ini.
Rasanya enak, manis gurih dan masih panas!" Lalu seenaknya Wiro
lemparkan jagung yang di tangan kirinya ke arah Pangeran Matahari.
Karena lemparan jagung itu mengarah ke mata kanannya dan jika
dibiarkan bisa mencelakai dirinya, mau tak mau Pangeran Matahari
terpaksa cepat-cepat menyambuti jagung bakar itu dengan mata
membeliak, "Sudah, makan saja dulu jagung itu! Kalau perut kenyang, tentu
kau akan lebih senang menghadapi musuh yang datang!" ujar Wiro pula
lalu tertawa mengekeh tapi perlahan-lahan.
39 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Bangsat!" maki Pangeran Matahari. Jagung
bakar yang dipegangnya di tangan kanan hendak dibantingkannya ke atas atap.
Tapi tangannya ditarik kembali. Lalu seperti orang kelaparan jagung
bakar itu digerogotinya dengan cepat. Sebentar saja jagung itu hanya
tinggal bonggolnya!
"Nah, begitu baru hebat!" Wiro acungkan jempol tangan kirinya.
"Sekarang kau majulah ke ujung atap sana. Kau akan melihat siapa
pembantai yang sedang menunggumu di halaman Keraton!"
Masih dengan mata melotot dan rahang menggembung, Pangeran
Matahari melangkah ke ujung atap. Wiro jatuhkan tubuhnya sama rata
dengan atap ketika Pangeran Matahari melompatinya. Begitu sampai di
ujung atap dan memandang ke halaman di bawahnya, terkejutlah
Pangeran Matahari menyaksikan pemandangan di bawah sana!
Empat orang pengawal Keraton bergeletakan di tanah. Dua
dengan kepala pecah, dua lagi dengan dada dan perut jebol! Bukan ke-
matian empat pengawal itu yang membuatnya terkesiap. Tapi justru dia
melengak ketika melihat siapa yang berdiri diantara empat mayat!
"Aneh, aku tidak mendengar pekik mereka! Dan orang yang tegak
diantara mayat-mayat itu...?" Pangeran Matahari usap matanya sampai
pedas. "Mararanta Tangkario! Mana mungkin! Ki Dukun,Sura
Manjangan bukankah sudah membunuhnya beberapa waktu lalu...?"
Pangeran Matahari seolah bicara pada dirinya sendiri.
"Dukunmu yang pandai mengirimkan golok terbang pembunuh
sampai ke seberang lautan itu sudah digasaknya sampai mampus
beberapa hari lalu, Pangeran...!" Satu suara terdengar disamping sang
Pangeran. Tanpa berpaling Pangeran Matahari sudah tahu kalau yang
bicara adalah Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Bagaimana kau bisa tahu"!" Pangeran Matahari bertanya tidak
percaya. "Aku menyaksikannya sendiri!" sahut Wiro.
"Dia sudah mampus! Mana mungkin bisa hidup lagi!"
"Dia memang sudah mampus! Lihat bekas luka bacokan yang
mematikan di lehernya serta darah kering yang menodai pakaiannya. Itu
pertanda bahwa dukunmu itu memang telah menyelesaikan tugasnya
membunuh manusia bernama Mararanta Tangkario itu. Namun ada
satu kekuatan lain diluar akal manusia yang mampu menghidupkannya. Ingat kejadian beberapa waktu lalu" Dialah yang
telah menghancurkan rumah papan milikmu lalu melarikan Minari! Saat
ini kau lihat sendiri, perempuan yang jadi istrinya itu didukungnya di
bahu kiri!"
"Bangsat! Dulu dia melarikan diri ketika kuhajar habis-habisan!
Kalau dia memang mayat yang dihidupkan. Rupanya hendak minta mati
kedua kali!"
"Pangeran, jangan menganggap enteng lawanmu itu. Dulu di
masih merupakan manusia biasa. Saat ini mungkin setengah setan
setengah iblis! Kau tak bakal menang menghadapinya. Itulah sebabnya
40 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tadi kuberikan jagung bakar itu agar kau bisa mati dengan perut
kenyang! Di liang kubur atau di neraka tak ada yang akan memberikan
makan, apalagi jagung bakar segurih itu padamu. Ha... ha... ha...!"
"Sialan, anjing kurap!" maki Pangeran Matahari. "Kau saksikan
bagaimana aku akan melumat tubuh mahluk itu bersama istrinya!
Kalau keduanya sudah mampus, giliranmu akan kuhajar sampai
bangkaimu hanya tinggal tulang dan daging tak berbentuk!"
"Ah, mauku kau mampus di tanganku Pangeran. Tapi buat apa
bercapai tangan kalau ada yang lebih mampu melakukannya. Aku
hanya tinggal menonton saja! Ha... ha... ha!"
"Keparat kau, Pendekar 212! Kau tunggu giliranmu! Jangan kabur
dari sini!"
Sehabis mendamprat begitu Pangeran
Matahari langsung
melompat turun ke halaman Keratota kecil. Gerakannya sebat kedua
kakinya menyentuh tanah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Begitu
berhadapan dengan Mararanta Tangkario, Pangeran Matahari langsung
menyapu orang itu dengan pandangan mata tajam dan ketika melihat
bagaimana disiang bolong itu kedua kaki Mararanta Tangkario sama
sekali tidak menginjak tanah, berdesirlah darah Pangeran Matahari.
"Jadi benar yang kulihat ini bukan manusia!"
"Pa... nge... ran... Ma... ta... ha... ri! Kau... ber... ha... sil... mem...
bu... nuh... ku... se... ca... ra... ke... ji... pe... nge... cut... Si...
ang... i... ni... a... ku... da... tang... un... tuk... me... ngam... bil... nya... wa...
mu" Mayat Hidup Gunung Klabat langsung membuka mulut begitu melihat
Pangeran Matahari berada di hadapannya.
Sang Pangeran tentu saja tercekat ketika mendengar suara orang
itu. Aneh mengerikan. Tapi kecongkakannya masih bisa membuatnya
ajukan pertanyaan.
"Katakan dulu kau ini benar mayat hidup yang gentayangan
untuk menuntut balas...?"
"Kau... ti... dak... bu... ta... Ke... ja... ha... tan... mu... sa... ngat...
ke... ji... Kau... men... cu... lik... is... tri... ku... mem... per... ko...
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sa... nya..." "Lalu apakah saat ini kau datang untuk mengantarkan istrimu,
menyuguhkannya padaku" Ha... ha...! Aku tidak perlu lagi perempuan
busuk itu Mararanta! Nikmatilah sendiri olehmu!"
"Ma... nu... sia... dur... ja... na... ber... da... rah... bi... na... tang...
ber... ha... ti... ib... lisi A... jal... mu... su... dah... sam... pai...!"
Mayat Hidup Gunung Klabat lalu meniup keras-keras dan
bersamaan dengan itu tangan kanannya dihantamkan ke arah Pangeran
Matahari. Kagetlah sang Pangeran ketika merasakan bagaimana halaman itu
berubah seperti dibakar kobaran api. Hawa.panas yang luar biasa
disertai dorongan yang dahsyat membuatnya berteriak keras, melompat
setinggi tiga tombak, lalu dari atas dia lepaskan pukulan sakti bernama
pukulan Gerhana Matahari!
41 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SINAR KUNING, MERAH DAN HITAM berkiblat, menderu ke arah
Mayat Hidup Gunung Klabat. Bumi seperti dipanggang saking panasnya.
Siapa saja yang kena tersambar angin pukulan sakti itu pastilah akan
hangus tubuhnya. Kalau sampai terkena telak maka dia akan mati
dengan tubuh gosong! Namun Mayat Hidup Gunung Klabat tidak
perdulikan serangan berbahaya yang bisa membawa maut itu. Udara
panas yang keluar dari serangan lawan baginya suatu hal yang biasa.
Malah ketika tiga sinar itu menyambar tubuhnya, dia jentikan lima
jarinya ke udara. Lima sinar putih terang benderang menyambar ganas.
Bummm! Bummm! Buuuummmm!
Terdengar suara ledakan tiga kali berturut-turut ketika tiga dari
lima sinar terang yang keluar dari jari-jari tangan Mayat Hjdup Gunung
Klabat menghantam berantakan tiga sinar sakti pukulan Gerhana
Matahari yang dilepaskan Pangeran Matahari. Sisa dua sinar lagi terus
menyambar mencari sasaran di tubuh sang Pangeran.
Kaget Pangeran Matahari bukan olah-olah. Dengan muka pucat
dan berseru tegang dia jatuhkan diri ke tanah, lewat diantara dua
sambaran sinar serangan lawan lalu bergulingan di tanah. Waktu
bergulingan dia sengaja membuat gerakan menyamping. Pertama agar
dapat melihat gerakan lawan berikutnya, kedua karena dia ingin cepat-
cepat membereskan lawan ganas itu dengan pukulan sakti berikutnya
yakni pukulan Telapak Merapi.
Pangeran Matahari berguling sambil angkat kedua tangannya
yang mengepal. Lalu mendorong dalam gerakan perlahan. Terdengar
suara bersuit keras. Mayat Hidup Gunung Klabat tersentak ketika ada
dua hawa sakti yang luar biasa panasnya tanpa kelihatan bayangan
atau sinarnya menggebu menelikungnya. Yang pertama menerpa ke
arahnya, yang kedua menyambar ke arah Minari yang ada di bahu
kirinya. Melihat orang hendak mencelakai istrinya, marahlah Mayat Hidup
Gunung Klabat. Tangan kanannya diangkat ke atas, lututnya menekuk.
Tubuhnya yang seperti membungkuk itu tiba-tiba berputar seperti
titiran, bersamaan dengan itu tangan kanannya menghantam tiga
kali,berturut-turut. Terdengar suara menggelegar susul menyusul. Di
udara tampak tiga kilatan menyilaukan laksana petir menyambar. Dua
menghantam pukulan sakti Pangeran Matahari, yang ketiga melabrak ke
arah sang Pangeran sendiri. Meskipun Pangeran Matahari masih
sanggup menyelamatkan diri dari serangan maut itu, namun tubuhnya
terbanting tunggang-langgang oleh gelegar dahsyat tadi. Dia jatuh
42 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
terkapar di tanah dengan dada mendenyut sakit dan wajahnya yang
angkuh kini tampak sepucat kertas.
Kilatan seperti petir yang ke tiga lewat diatas tubuh Pangeran
Matahari, terus menghantam atap Keraton kecil dimana Pendekar 212
berada. Atap yang terbuat dari genting itu hancur berantakan dan
Pendekar 212 sendiri tak ampun lagi terperosok jatuh ke dalam
bangunan Keraton.
Hebatnya murid Sinto Gendeng ini jatuh tepat di jurusan kamar
Pangeran Matahari, tepat di atas ranjang dimana saat itu Nyiruni masih
terbaring bugil sambil enak-enakan menyantap sebuah jeruk besar.
Karuan saja perempuan cantik ini terpekik kaget sementara
Pendekar 212 Wiro Sableng juga tak kalah kejutnya. Tapi begitu melihat
wajah cantik tanpa pakaian itu diapun tertawa lebar. Perempuan ini
pastilah salah satu perempuan penghibur Pangeran Matahari, pikir
Wiro. "Siapa kau...?" tanya Wiro.
"Kau yang siapa"!" balik bertanya Nyiruni dengan suara keras dan
setengah ketakutan karena masih belum hilang kagetnya.
"Aku salah seorang pengawal Pangeran. Saat ini dia tengah
berkelahi melawan musuh kelas berat. Dia minta aku menjagamu. Kau
tak perlu takut. Tampangku tidak lebih jelek dari Pangeran itu, bukan?"
"Memang kau... hem... Kau lebih ganteng dari Pangeran Matahari.
Tapi bajumu kotor, robek-robek dan tubuhmu dekil..." jawab Nyiruni.
"Ah, kalau begitu aku perlu mandi dulu. Ada kamar mandi di
tempat ini...?" tanya Wiro. Lalu enak saja dia membuka baju putihnya.
Nyiruni hendak mendamprat. Tapi begitu melihat tubuh sang
pendekar yang kekar penuh otot serta ada rajah 212 di dadanya,
perempuan yang pada dasarnya memang bangsa jalang ini diam saja.
Dia menunjuk ke sebuah pintu berwarna kuning muda dan berkata:
"Dibalik pintu itu ada sebuah kolam. Kau boleh membersihkan dirimu
disana. Tapi awas. Sekali Pangeran mengetahui perbuatanmu ini,
jantungmu akan dibetotnya!"
Wiro tertawa sambil garuk-garuk kepala. Dia lari menuju pintu
kuning dan membukanya. Betul saja, di balik pintu itu terdapat sebuah
ruangan berbentuk kebun kecil. Di tengah kebun ada sebuah kolam dan
di atas kolam ada sebuah pancuran yang selalu mengucurkan air jernih
dan sejuk. Murid Sinto Gendeng tanggalkan pakaiannya lalu mencebur
masuk ke dalam kolam. Dia baru saja membasahi kepalanya ketika tiba-
tiba pintu kuning terbuka dan seseorang masuk. Pendekar 212
terbelalak. "Jika Pangeran mengetahui perbuatanmu, bukan jantungku yang
dibetotnya, tapi jantungmu yang akan dicopotnya!" kata Wiro. Lalu
sepasang kaki mulus Nyiruni masuk ke dalam kolam. "Edan diluar sana
orang berkelahi mati-matian, kita disini..."
"Kita juga mati-matian...!" jawab Nyiruni lalu membenamkan
tubuhnya ke dalam air.
43 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA PENDEKAR 212 keluar dari dalam Keraton menuju ke
halaman depan dilihatnya perkelahian antara Mararanta Tangkario alias
Mayat Hidup Gunung Klabat melawan Pangeran Matahari berkecamuk
dengan hebat. Sang Pangeran telah menghujani lawannya dengan
pukulan-pukulan sakti namun jangankan membuat lawan roboh,
bahkan dirinya semakin lama semakin terdesak!
"Heran, ilmu dan kekuatan iblis apa yang dimiliki si Mararanta
ini"!" pertanyaan itu selalu muncul dalam hati Pangeran Matahari.
Setelah belasan jurus menyerang dan menghantam satu hal yang tak
pernah dilakukannya selama ini dalam menghadapi berbagai musuh
maka akal licik mulai muncul di benak Pangeran Matahari. Dia sengaja
mendesak dengan serangan berantai, ketika Mayat Hidup membalas
dengan ganas, Pangeran Matahari sengaja mentalkan dirinya sambil
menjerit keras lalu roboh berguling-guling di tanah.
Wiro Sableng terbeliak menyaksikan kejadian itu. "Ah... akhirnya
sampai juga ajalnya desis Wiro. Lalu dilihatnya Mayat Hidup Gunung
Klabat bergerak mendekati sosok tubuh Pangeran Matahari yang
terkapar di tanah sambil masih terus mendukung tubuh Minari yang
berada dalam keadaan pingsan. Namun ketika hanya tinggal satu
langkah dari hadapan tubuh Pangeran Matahari, tiba-tiba tubuh itu
bergerak. Sang Pangeran yang diam-diam telah menyiapkan diri dengan
tenaga cfalam penuh, hantamkan kedua tangannya. Tangan kiri
melepas pukulan Gerhana Matahari sedang tangan kanan lepaskan
pukulan Merapi Meletus!
"Bang... sat... Ii... cik!" teriak Mayat Hidup Gunung Klabat.
Mulutnya meniup dan tangan kanannya dihantamkan kebawah!
Desss! Bukkk! Bummm... bummm!
Tanah dan pasir beterbangan. Sebuah lobang besar lagi kelihatan
di halaman Keraton itu.
Mayat Hidup Gunung Klabat terpental dua tombak. Tapi hebatnya
dia tidak cidera sedikit-pun bahkan Minari yang didukungnya tidak
terlepas seolah-olah menempel ke bahunya.
Sebaliknya Pangeran Matahari tampak terkapar menelentang.
Dadanya seperti ditusuk besi-besi tajam. Dia sadar kalau pukulan
lawan, walaupun agak meleset telah mematahkan beberapa tulang
iganya! Sekujur tubuhnya mendadak sontak dijalari hawa panas.
Dadanya mendenyut sakit. Dan saat itu dilihatnya Mayat Hidup Gunung
Klabat melangkah menghampirinya!
"Kalau dia menghantam, aku tak punya daya untuk menghindar.
Apa yang dikatakan Pendekar 212 memang benar! Makhluk ini memiliki
kekuatan dan kesaktian luar biasa. Ah... tamatlah riwayatku hari ini...!"
Pangeran Matahari berpaling ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng. Saat
itu dilihatnya pendekar itu tegak di depan tangga Keraton sambil
44 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mengangkat kedua tangannya ke atas. Dua telapak tangan
dikembangkan lalu diputar.
"Apa pula yang dikerjakan pendekar sableng itu. Aku sudah mau
dibantai orang, dia masih saja berbuat yang bukan-bukan!" rutuk
Pangeran Matahari.
Putaran kedua tangan Wiro mula-mula perlahan. Lalu makin lama
makin kencang, makin kencang dan udara di tempat itu mendadak
mengalami perobahan! Hawa dingin disertai tiupan angin yang seperti
seruling menggantikan udara yang tadinya terasa panas. Mayat Hidup
Gunung Klabat yang dasar kesaktiannya adalah hawa panas, kini
merasakan tubuhnya jadi menggigil. Kedua kakinya menjadi berat
untuk dilangkahkan. Semakin dipaksanya, semakin beringas dan marah
dia maka semakin keras hawa dingin menerpa dirinya. Sekujur
badannya basah kuyup oleh cairan sedingin es yang kemudian seperti
membeku membuat dia tak bisa menggerakkan bagian tubuhnya lagi.
Dicobanya meniup. Otot mulutnyapun ternyata sudah kaku!
Lain halnya dengan Pangeran Matahari.
Walaupun dirinya kini terlepas dari ancaman maut Mayat Hidup
Gunung Klabat, namun keadaan Pangeran Matahari lebih tersiksa. Di
sebelah luar sekujur tubuhnya seperti beku dilapisi cairan dingin.
Sebaliknya di sebelah dalam ada hawa panas menggarang akibat
pukulan Mayat Hidup Gunung Klabat tadi. Setiap nafas yang ditariknya
membuat dadanya mendenyut sakit. Dari mulutnya terdengar suara
menggigil diseling oleh suara mengerang kesakitan.
Apakah sebenarnya yang terjadi. Dari mana datangnya hawa
dingin, yang membungkus tubuh Mayat Hidup dan Pangeran Matahari
itu" Seperti diketahui, dari sang guru Eyang Sinto Gendeng, Pendekar
212 Wiro Sableng mendapat warisan beberapa pukulan sakti. Salah satu
diantaranya adalah pukulan aneh yang tidak langsung ditujukan pada
lawan, tetapi dilakukan demikian rupa hingga udara secara tiba-tiba
menjadi sangat dingin dan lawan akan menjadi kaku dibawa tindihan
udara dingin itu. Tubuhnya akan basah kuyup oleh lapisan air sedingin
es! Ilmu pukulan itu yang bernama angin es itulah yang dikeluarkan
oleh Pendekar 212 Wiro Sableng. Karena baik Mayat Hidup maupun
Pangeran Matahari memiliki dasar kesaktian yang sama yaitu bertumpu
pada hawa panas, maka dengan sendirinya keduanya tidak terbiasa
dengan hawa dingin. Akibatnya mereka akan lebih cepat dikuasai oleh
pukulan angin es yang membuat Pangeran Matahari jatuh pingsan
dalam keadaan kaku sementara Mayat Hidup berubah menjadi mayat
kaku tak kuasa bergerak, tak kuasa berbicara. Minari, yang berada
dalam keadaan pingsan dan tak tahu apa-apa itu terbungkus air es.
Pada saat keadaan seperti itulah tiba-tiba ada sosok tubuh
melayang laksana orang berjalan di atas awan atau di balik kabut.
Orang ini kelihatan samar-samar sekali, antara ada dan tiada. Dia
mengenakan baju putih dengan panjang celana putih gombrong.
45 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Rambutnya yang putih mehjela bahu melambai-lambai di tiup angin.
"Pendekar muda, cukup sudah kau memberi pelajaran pada
cucuku. Harap kau suka menghentikan serangan hawa sedingin salju
ini!" Yang bicara ternyata adalah orang tua yang kelihatan samar-
samar. Suaranya seperti datang dari jauh tetapi cukup jelas. Wiro
memandang ke jurusan si orang tua.
"Manusia bayangan... Siapa kau adanya"!" Wiro bertanya. "Kau
menyebut seseorang sebagai cucumu. Siapa..." Mararanta Tangkario
alias Mayat Hidup Gunung Klabat itu...?"
"Benar sekali pendekar muda..."
Wiro melangkah lebih dekat. "Astaga... Ke dua matamu buta,
orang tua! Dan sosok tubuhmu bukanlah sosok tubuh sebenarnya...
Apakah kau juga sebangsa mayat hidup"!"
"Tidak, aku bukan mayat hidup seperti cucuku ini. Aku hanya
mengandalkan kekuasaan dari Tuhan untuk mengirimkan bayang-
bayang tubuhku ke tempat ini..."
"Luar biasa!" ujar Wiro sambil goleng-goleng kepala.
Orang tua itu tersenyum. "Bagi Tuhan tak ada yang luar biasa,
anak muda. Namaku Walalangi... Aku datang untuk membawa cucu dan
sekaligus muridku ini kembali ke Minahasa..."
"Dan juga membawa perempuan di atas bahunya itu...?"
Si orang tua gelengkan kepala. "Justru disitulah letak kesalahan
cucuku satu ini. Tujuannya untuk datang ke tanah Jawa adalah untuk
membalaskan sakit hati dendam kesumat pada manusia bernama
Pangeran Matahari itu. Namun dia membawa serta maksud lain yang
menyalahi aturan..."
"Apakah itu...?" tanya Wiro.
"Aku katakan sejujurnya. Pertama dia ingin memiliki kembali
perempuan yang perhah jadi istrinya. Padahal itu tak mungkin terjadi
karena mereka berada di dua alam yang berbeda. Kedua setelah
memiliki kesaktian luar biasa dalam hati kecil cucuku ada terniat
keinginan untuk menguasai dunia persilatan di tanah Jawa ini.
Padahal... janji semula begitu urusannya selesai dia harus kembali ke
bentuknya semula. Kembali ke alamnya semula, alam barzah... Karena
telah melanggar perjanjian, saat ini dia tak mampu lagi melakukan
pembalasan terhadap Pangeran Matahari..."
Orang tua itu tersenyum dan gelengkan kepalanya. "Tuhan lebih
tahu dari kita tentang segala urusan dendam kesumat. Kita manusia
jangan sekali-kali merasa lebih pandai dari Tuhan. Aku merasa
menyesal telah memenuhi permintaan cucuku ini, juga permintaan
istrinya yang di Minahasa. Yaitu agar rohnya bisa dibangkitkan lagi
untuk melakukan pembalasan
"Orang tua, kalau kau ingin membawa cucumu itu kembali, lebih
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat akan lebih baik... Kasihan rohnya berada dalam keadaan seperti
ini..." kata Wiro pula.
46 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Walalangi mengangguk. Dia mengusap punggung. Minari. Dari
tubuh perempuan itu keluar kepulan asap tanda ada hawa panas yang
dialirkan si orang tua ke tubuh Minari. Saat itu juga hawa dingin serta
cairan es yang membungkus tubuh Minari menjadi pupus dan terdengar
suara perempuan itu mengerang. Walalangi menurunkan tubuh Minari
dari atas bahu Mararanta Tangkario lalu menyerahkannya pada Wiro
seraya berkata : "Bawalah dia pergi dari tempat ini. Penderitaannya
sudah cukup banyak..."
Wiro mendukung Minari yang masih belum siuman sepenuhnya
itu di bahu kirinya. Lalu dilihatnya si orang tua mengusap punggung
Mararanta Tangkario. Kembali ada asap yang mengepul. Sosok Mayat
Hidup itu tampak bergerak. Lalu si orang tua cepat memegang. bahunya
dan berkata: "Cucuku Mararanta, saatmu untuk kembali ke puncak
Klabat..."
Mayat Hidup itu anggukkan kepala. Lalu sesaat dia berpaling ke
arah Minari dan pandangi kepala perempuan itu. Wiro jadi terkesiap
ketika dia melihat dari kedua mata Mayat Hidup ada air mata yang jatuh
berderai. Melihat kejadian ini mau tak mau hatinya menjadi luruh
karena haru. Mayat saja masih punya perasaan, mengapa manusia
tidak..." Itu yang terpikir dalam hati Pendekar 212 saat itu.
"Cucuku... saatnya kau pergi..." terdengar suara orang tua
bernama Walalangi.
Mayat Hidup Gunung Klabat perlahan-lahan memutar tubuhnya.
Lalu dalam gerakan seperti melayang sosoknya berkelebat ke udara,
makin tinggi, makin tinggi dan akhirnya lenyap.
Si orang tua menarik nafas lega, dia berpaling pada Wiro dan
berkata. "Giliranku minta diri..." Lalu dia menjura dalam-dalam. Wiro
membalas dengan menjura lebih dalam.
Ketika dia meluruskan badannya kembali, orang tua itu sudah tak
ada lagi disitu.
Pendekar 212 garuk-garuk kepalanya.
"Ilmu mengirimkan bayang-bayang tubuh yang dimiliki orang tua
itu sungguh luar biasa..." katanya sambil geleng-geleng kepala. "Banyak
orang sakti mandraguna di tanah Jawa ini, namun tanah lain ternyata
juga menyimpan rahasia kesaktian yang aneh-aneh dan sulit dicari
tandingannya. Benar kata orang-orang persilatan, di luar langit masih
ada langit lagi!"
Wiro melangkah tinggalkan bagian depan Keraton kecil. Ketika
sampai di hadapan Pangeran Matahari yang pingsan karena kesaktian
hawa dingin yang tadi dilepas oleh Wiro, murid Sinto Gendeng ini
tersenyum. "Pangeran, walau saat ini telingamu tidak mendengar,
antara kita berdua kini sudah impas. Kau tidak membunuhku ketika
aku pingsan dihantam Mayat Hidup Gunung Klabat itu. Dan sekarang
akupun tidak membunuhmu ketika kau pingsan. Di lain hari, jika kita
bertemu lagi ceritanya tentu lain lagi..."
47 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Lalu sang pendekar memandang ke arah Keraton. Terbayang
olehnya wajah dan tubuh Nyiruni yang saat itu tentu masih terbadai
tertidur keletihan. Wiro menyengir sendiri lalu lanjutkan langkahnya.
TAMAT 48 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
Tragedi Pulau Berhala 2 Pendekar Rajawali Sakti 84 Tujuh Mata Dewa Kembalinya Si Tangan Setan 1
Golok yang tadi menukik ke arah si penjaga kini tampak naik kembali,
lalu perlahan-lahan turun ke atas pendupaan!
Bersamaan dengan itu sepasang mata si kakek tampak terbuka.
Yang pertama dilihatnya adalah sosok Mayat Hidup Gunung Klabat
masuk ke dalam ruangan itu sambil mendukung Minari. Lalu kobaran
api yang membakar kamar pertama di deretan sebelah kanan.
Dari rahang sang dukun terdengar suara gerahamnya
bergemeletakan tanda ada kemarahan yang menggelegak dalam dirinya.
Sepasang matanya memancarkan sinar aneh. Meskipun dia ingin sekali
mengetahui siapa adanya orang yang memiliki luka besar dilehernya itu
dan siapa pula perempuan yang didukungnya, apa maksud kedatangan-
nya, namun hawa amarah yang lebih menguasai dirinya membuat dia
lebih ingin cepat-cepat membunuh orang di hadapannya itu detik juga!
"Kekuatan dari segala kekuatan. Kekuasaan dari segala
kekuasaan. Singkirkan manusia di hadapanku ini!" Ki Dukun Sura
Manjangan berucap.
Saat itu juga gotok melintang di atas pendupaan secara aneh
bergerak ke atas, ujungnya berputar senjatanya ini melesat ke arah
dada kanan si mayat Hidup Mararanta Tangkario!
* * * 26 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MAYAT HIDUP GUNUNG KLABAT menggereng dan gerakkan tangan
kanannya. Golok yang melesat ke dadanya tahu-tahu disambar dan
dicengkeramnya. Lalu terdengar suara trak... trak... trak... Golok besar
itu berubah menjadi empat potong. Salah satu potongan yaitu bagian
ujung golok yang runcing masih tergenggam di tangannya. Lalu seperti
melahap sepotong kerupuk, ujung golok ini dimasukkannya ke dalam
mulut. Dia mengunyah. Krak... krak... krak...
Berubahlah paras pucat Ki Dukun Sura Man-jangan. Tubuhnya
yang duduk bersila di atas batu perlahan-lahan terangkat naik ke atas
sampai setengah tombak. Lalu kedua kakinya yang terlipat diturunkan
ke bawah. Kini dia berdiri tegak di atas batu pipih yang selama ini
didudukinya. Sepasang matanya memandang tidak berkedip pada wajah
Mayat Hidup Gunung Klabat.
Hampir separuh dari hidupnya Ki Dukun Sura Manjangan
menjadikan dirinya sebagai manusia yang mempergunakan ilmu hitam
untuk menjagai belasan bahkan puluhan manusia. Ilmunya tidak
mengajarkan rasa takut apa pun dalam dirinya. Namun saat itu untuk
pertamakalinya dia merasa merinding. Jika ada manusia yang mampu
menguyah ujung golok beracun, maka berarti dia bukan berhadapan
dengan manusia!
"Orang tak dikenal, katakan siapa kau dan apa maksud
kedatanganmu kemari"!"
Pertanyaan Ki Dukun belum sempat terjawab. Di sebelah depan
rumah panggung terdengar suara berderak. Kobaran api telah
memusnahkan sebagian dari serambi dan salah satu kamar. Bangunan
di bagian itu roboh dengan suara menggemuruh.
"Kurang ajar! Kau telah mencelakai pembantuku! Kau juga yang
membakar rumahku! Sekarang biar tubuhmu yang kubakar!"
Habis berkata begitu Ki Dukun Sura Manjangan gerakkan
kepalanya. Pendupaan yang sejak tadi masih bertengger di kepalanya
yang ditutupi rambut kasar acak-acakan melesat ke depan. Dari mulut
pendupaan bukan saja menghambur bara panas tapi juga lidah api yang
menyambar ke arah Mayat Hidup Gunung Klabat!
Yang diserang sedikitpun tidak berusaha menghindar. Begitu
lidah api dan hamburan bara panas hanya tinggal dua jengkal saja dari
tubuh dan kepalanya. Mayat Hidup usap mukanya lalu menerpa ke
depan. Lidah api dan bara-bara merah itu tertahan di udara seperti
menabrak tembok. Mayat Hidup kemudian menghembus keras. Maka
terjadilah hal yang luar biasa! Lidah api memecah menjadi puluhan
banyaknya. Bersama-sama dengan bara yang menyala, lidah-lidah api
itu menyambar ke depan. Sebagian menyerang Ki Dukun Surah
27 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Manjangan sendiri, sebagiannya lagi menyebar lantai dan dinding serta
langit-langit ruangan! Saat itu juga kamar besar itu dilanda kobaran api!
Ki Dukun Sura Manjangan berteriak kaget dan marah. Sebagian
rambutnya sempat disambar lidah api. Kakek ini melesat ke samping,
melabrak dinding ruangan. Lalu lewat dinding yang jebol itu dia
melompat ke luar, sampai di halaman samping rumah panggung yang
diterangi kobaran api besar yang telah membakar sebagian rumah di
sebelah depan! Sekujur tubuh Ki Dukun bergeletar. Kagetnya masih belum
hilang. Rasa cemas bercampur amarah masih membakar dirinya. Ingin
dia menghajar manusia itu habis-habisan, mencabik-cabik tubuhnya
bahkan mungkin meminum darahnya! Tapi bagaimana caranya"
Bagaimana dia mampu melakukan hal itu" Tampaknya dia berhadapan
dengan makhluk yang memiliki kesaktian luar biasa. Namun dalam hati
kecilnya dia sempat bertanya. Jika orang memang datang untuk
meminta pertolongan, meminta pengobatan, mengapa dia telah
mencelakai pembantunya, membakar rumahnya dan bahkan mencelakai dirinya. Bahkan dia hampir pasti makhluk itu bermaksud
merampas nyawanya.
"Dia bukan lawanku!" kata Ki Dukun dalam hati. "Lebih baik
menyelamatkan diri!" Lalu Ki Dukun Sura Manjangan memutar tubuh,
siap menghambur lari ke bagian halaman yang gelap. Namun baru saja
dia bergerak setengah langkah, kakek ini melengak kaget karena tahu-
tahu si muka pucat yang mendukung sosok tubuh perempuan itu sudah
menghadang di depannya, menyeringai dan menggereng.
"Celaka!" seru Ki Dukun dalam hati. Dia berputar ke kiri dan
melompat kabur. Namun kembali tahu-tahu makhluk itu sudah berada
di hadapannya! "Hai! Dengar! Siapa kau sebenarnya... Apa yang kau inginkan
dariku"!" tanya Ki Dukun dengan suara bergetar ketakutan. Ki Dukun
melihat mulut makhluk di hadapannya itu bergerak. Lalu dia
mendengar suara yang aneh menyeramkan.
"A... ku... Ma... yat... Hi... dup... Gu... nung... Kla... bat... Sa... tu...
ming... gu... la... lu... kau... per... gu... na... kan... il... mu... hi...
tam... mu... Kau... ki... rim... go... lok... ter... bang... be... ra... cun... mem...
bu... nuh... ku..."
"Aku tidak kenal padamu! Aku merasa tak pernah mencelakaimu..." Ki Dukun terdiam sesaat. Lalu dengan suara semakin
bergetar dia bertanya: "Si... apa namamu" Katakan asal usulmu..."
"A... ku... Ma... ra... ran... ta... Tang... ka... rio... da... ri... Mi...
na... ha... sa... Se... se... o... rang... te... lah... me... nyu... ruh...
mu... un... tuk... mem... bu... nuh... ku! Kau... bo... leh... dus... ta... Ta...
pi... a... ku... da... tang... un... tuk... mem... ba... las... ke... ma... tian...
ku! A... ku... mau... min... ta... nya...wa... mu...!"
Mendengar kata-kata itu paras angker Ki Dukun Sura Manjangan
jadi berubah seputih kain kafan; "Mararanta Tangkario... Mayat Hidup
28 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Gunung Klabat! Ah, dia rupanya! Tapi jika dia memang sudah mati,
mengapa bisa muncul begini rupa. Lalu siapa perempuan yang
didukungnya ini...?"
Mayat Hidup Gunung Klabat maju satu langkah lalu dongakkan
kepala, memperlihatkan luka besar yang mengoyak pangkal lehernya.
"Ja... ngan... be... ra... ni... dus... ta. Ba... co... kan... go... lok...
ja... ha... nam... mu... bi... sa... kau... li... hat... sen... di... ri...
di... le... her... ku! Se... se... o... rang... mem... ba... yar... mu... Pa... nge...
ran... Ma... ta... ha... ri... "
"Aku... aku..." Ki Dukun Sura Manjangan sadar kalau dia tak
mungkin berkelit, makhluk bermuka pucat ini agaknya sudah tahu
segala-galanya. "Dengar... Aku hanya... menjalankan pekerjaanku.
Segala dosa dan kesalahan orang yang meminta yang menanggung.
Begitu perjanjian. Jadi kau harus mencari Pangeran Matahari. Bukan
aku...!" Si muka mayat menyeringai. "Ka... ta... kan... di... ma... na... Pa...
nge... ran... ter... ku... tuk... itu...ber... a... da..."
"Sulit mencarinya. Tapi jika kuberi tahu... apakah kau bersedia
melepaskan diriku... Kau telah membakar rumahku. Pembantuku saat
ini pasti sudah mati dimakan api. Apakah itu belum cukup...?"
"Ka... ta... kan... sa... ja... di... ma... na... Pa... nge... ran.;. i... tu...
ber... a... da..."
Tangan kanan Mayat Hidup Gunung Klabat bergerak dan tahu-
tahu Ki Dukun merasakan lehernya sudah kena dicengkeram. Lehernya
terjulur dan matanya terbeliak. Dia berusaha berontak tapi malah
tubuhnya diangkat tinggi-tinggi ke atas!
"Jangan! Jangan bunuh aku!" Aku akan katakan dimana manusia
itu bisa ditemui!" seru Ki dukun dengan suara tercekik-cekik. Tubuhnya
kemudian diturunkan. Keringat dingin membasahi sekujur badannya
yang hanya mengenakan cawat putih itu.
"Pangeran itu... Satu hari dalam satu bulan... dia pasti berada di
sebuah Keraton kecil miliknya, terletak di kaki bukit Rasikembar di
selatan Imogiri... Tempat ini sulit dicari karena terletak dalam hutan
lebat dan jarang didatangi manusia
Ki Dukun Sura Manjangan merasa lega ketika merasakan
makhluk di depannya lepaskan cengkeraman di lehernya.
"Ba... gus... Kau... su... dah... mem... be... ri... ta... hu... Se... ka...
rang... kau... per... gi... lah... du... luan... Tung... gu... ma... ji...
kan... mu... i... tu... di... ne... ra... ka..."
"A... apa... maksudmu...?" bertanya Ki Dukun Sura Manjangan.
Sebagai jawaban Mayat Hidup Gunung Klabat hantamkan tangan
kanannya ke dada si kakek. Terdengar suara berderak hancurnya tulang
dada dan patahnya tulang-tulang iga sang dukun. Jantungnya pecah.
Darah menyembur dari mulutnya. Tubuhnya terpental sampai tiga
tombak, terkapar di tanah tanpa nyawa lagi.
Di atas sebatang pohon seorang pemuda berpakaian putih yang
29 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dengan susah payah selalu mengikuti jejak perjalanan makhluk dari
liang kubur itu gelengkan kepala sambil garuk-garuk rambutnya..."
"Sepuluh orang sakti seperti guruku Sinlo Gendeng ditambah
sepuluh Dewa Tuak dan sepuluh Tua Gila mungkin tak akan dapat
mengalahkan makhluk ini... Pangeran Matahari, kau tunggulah. Dia
pasti akan muncul mencabut nyawamu." Sesaat pemuda itu merenung.
"Apa betul dia orang mati kemudian bisa menjelma menjadi mayat
hidup" Sulit kupercaya... Kalau kemunculannya hanya untuk
membalaskan sakit hati dendam kesumat itu wajar-wajar saja.
Tapi kalau kemudian dia jadi betah hidup didunia ini dan
gentayangan menimbulkan keonaran... celakalah dunia persilatan I"
Ketika dilihatnya Mayat Hidup Gunung Klabat meninggalkan
tempat itu bersama istri dalam dukungannya, pemuda diatas pohon
yang bukan lain adalah Pendekar 212 Wiro Sableng segera melompat
turun dan kembali mengikuti perjalanan makhluk itu secara diam-diam.
Seringkali Wiro ketinggalan atau kehilangan jejak. Dia tidak mampu
berada dalam jarak yang dekat karena makhluk itu berlari seperti
terbang dan kedua kakinya tak pernah menginjak bumi. Lagi pula sang
pendekar tidak berani berada terlalu dekat. Kawatir kalau-kalau yang
diikuti mengetahui kalau dirinya dikuntit orang. Jika ini sampai terjadi
dan dia diserang, pasti bencana besar. Sampai saat itu Pendekar 212
masih belum mampu untuk mengetahui dimana letak kelemahan
makhluk ini. Disamping itu dia merasa kasihan dan cemas akan nasib
yang menimpa perempuan muda bernama Minari itu. Meskipun jelas dia
adalah istri Mararanta, tapi bagaimana mungkin mereka meneruskan
hidup sebagai suami istri. Satu manusia sungguhan dan satunya lagi
makhluk mati yang hidup dan gentayangan secara aneh!
MALAM ITU mereka berhenti di sebuah bekas reruntuhan candi.
Minari sengaja berpura-pura tidur. Tapi diam-diam dia memperhatikan
gerak-gerik Mararanta Tangkario, suaminya yang sekarang berada
dalam kehidupan yang sulit dipercayanya. Lelaki itu duduk di atas
sebuah batu besar, tapi kedua kakinya tetap mengambang, tak pernah
menginjak tanah. Rasa takut yang menguasai dirinya selama berhari-
hari membuat dia seperti hendak gila. Betapapun dia mencintai
suaminya tapi bukan berarti dia bisa hidup dengan makhluk seperti itu.
Mararanta sendiri telah menceritakan bahwa dirinya adalah mayat
hidup! Dan ini memang dibuktikannya. Sampai hari itu Minari tak
pernah melihat Mararanta makan atau minum. Dirinya pun tak pernah
disentuhnya kecuali ketika mendukungnya dan membawanya berlari.
Sudah beberapa kali Minari mengambil keputusan nekad untuk
melarikan diri. Tetapi Mararanta seperti dapat membaca hatinya. Lelaki
itu selalu mengawasi dirinya, baik siang maupun malam. Dan satu hal
lagi yang membuat sulit bagi Minari untuk lari ialah Mararanta tak
pernah tidur. Kesunyian malam berlalu dalam bungkusan udara dingin. Minari
30 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hampir benar-benar tertidur ketika ada sebuah kerikil kecil jatuh
mengenai pipinya. Dibukanya kedua matanya. Mararanta dilihatnya
masih duduk di atas batu tadi, membelakanginya. Kemudian disamping
kanan dia seperti melihat bayangan seseorang di balik sebuah arca
buntung. Dipandanginya arca itu tanpa berkedip. Ah, mungkin hanya
perasaannya saja. Tak ada apa-apa dekat arca itu. Tapi batu barusan
jatuh di pipinya" Minari akhirnya pejamkan matanya kembali. Namun
baru kelopak matanya menutup setengah, dia melihat ada tangan yang
melambai dibalik arca buntung itu. Minari buka kedua matanya lebar-
lebar kembali. Saat itulah dia melihat sosok tubuh dan kepala muncul
di balik arca. Karena jarak arca dan tempatnya berbaring tidak berapa
jauh, selain itu rembulan yang dua pertiga bulat cukup menerangi
tempat itu, Minari walaupun samar-samar masih sempat melihat dan
mengenali orang itu.
"Pemuda itu kata Minari dalam hati. "Dia yang menolongku di
pondok kayu dalam hutan sebelum Mararanta muncul... Dia ternyata
mengikutiku sampai kesini... Pasti dia bermaksud menolongku...
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sayang... dia tak akan bisa melakukannya..." Tengah Minari berkata-
kata dalam hati seperti itu, pemuda dibalik arca lemparkan sebuah
benda ke arah Minari. Benda ini ternyata segulung kertas dan jatuh
tepat di samping kepala Minari.
Minari cepat-cepat mengambil kertas itu dan menyembunyikannya
di balik dada pakaiannya, tepat pada saat Mararanta bergerak bangkit
dari batu. Dia memandang berkeliling, lalu berpaling pada Minari.
"Ki... ta... ta... hu... si... tu... ti... dak... ti... dur..."
Tentu saja Minari terkejut mendengar kata-kata itu.
"Kakak... aku hampir tertidur... Tapi aku lihat kakak berdiri. Kau
juga perlu istirahat kakak. Kau perlu tidur..." kata Minari pula. Lalu
perempuan ini jadi merinding sendiri. Bagaimana kalau Mararanta
benar-benar tidur dan berbaring disampingnya!
"Ma... yat... ti... dak... per... nah... ti... dur..." terdengar jawaban
Mararanta Tangkario. Dia memandang lagi berkeliling. "Ki... ta... a...
da... de... ngar... bu... nyi... ba... tu... ja...tuh... Bu... nyi... ben...
da... me... la... yang!"
"Pendengaran kakak terlalu tajam. Aku tidak mendengar bunyi
apa-apa..." sahut Minari.
"Ma... yat... hi... dup... ti... dak... bi... sa... di... ti... pu..." kata
Mararanta pula. "A... ku... ma... u... me... nye... li... dik..." Lalu dia
bergerak cepat ke arah arca buntung.
"Celaka kalau pemuda itu masih berada di-sana..." kata Minari
dalam hati. Dilihatnya Mararanta sudah sampai ke dekat arca besar
tanpa kepala itu, memandang kian kemari, tapi tidak melihat atau
menemukan apa-apa. Mayat hidup bergerak ke jurusan lain. Melihat
gerakan tubuh yang melayang kian kemari tanpa menginjak tanah itu,
Minari jadi ngeri sendiri. Kemudian dilihatnya Mararanta kembali ke
tempatnya. 31 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Sudah kubilang, telingamu terlalu tajam kakak. Tak ada makhluk
apapun di tempat ini, kecuali kita berdua..."
Mararanta tak berkata apa-apa dan kembali duduk di atas batu.
Esok paginya ketika mendapat kesempatan pergi membersihkan diri di
sebuah mata air, Minari keluarkan gulungan kertas
yang disembunyikannya di dada pakaian lalu membukanya. Di atas kertas
kecil itu ternyata ada tulisan berbunyi:
Meskipun dia adalah suamimu, Tapi aku khawatir keselamatanmu
terancam Besok malam jika kau dengar suara lolongan srigala, minta dia
untuk menyelidik Begitu dia lengah, aku akan melarikanmu
Wiro "Jadi namanya Wiro kata Minari dalam hati. "Aku memang ingin
melarikan diri, apalagi ada yang mau membantu. Tapi apakah pemuda
itu sanggup, menolong...?"
Minari campakkan kertas itu ke dalam air. Kertas sesaat
mengambang dan terbawa arus menuju ke sebuah kali kecil dangkal
yang dasarnya berbatu-batu. Pada sebuah tonjolan batu kertas itu
tertahan. Satu tangan kemudian mengambilnya, meskipun kertas itu
basah namun apa yang tertulis di atasnya masih bisa dibaca jelas. Dan
yang mengambil serta membaca kertas itu bukan lain adalah Mayat
Hidup Gunung Klabat!
32 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEJAK SORE LANGIT tampak mendung. Menjelang malam hujan turun
rintik-rintik. Mayat Hidup Gunung Klabat sadar, bagaimanapun
cepatnya dia berlari, tak mungkin dia akan sampai ke tempat tujuan di
selatan Imogiri malam itu. Lagi pula Minari perlu istirahat. Dan yang
paling penting malam ini dia harus dapat menjebak pemuda bernama
Wiro itu. Ketika dia menghantamnya di rumah papan di hutan jati, dia
menyangka pemuda itu sudah menemui ajal, hancur bersama rumah
itu. Ternyata dia masih hidup dan masih nekad hendak menolong
Minari, hendak mengambil istrinya dari tangannya.
Di kejauhan tampak sebuah teratak, yaitu gubuk ditengah daerah
perladangan yang biasa dipergunakan para petani untuk beristirahat
atau makan siang. Mararanta Tangkario segera menuju teratak ini, dan
membaringkan Minari di lantai. Dari dalam kantong perbekalan
Mararanta mengeluarkan sebungkus makanan lalu diletakkannya di
samping Minari.
"Kau... per... lu... ma... kan... is... tri... ku"
"Aku tidak lapar kakak..." sahut Minari. Perempuan ini berada
dalam keadaan tegang. Sesuai dengan surat yang telah dibuangnya di
mata air, malam itu pemuda bernama Wiro akan menolongnya. Akan
berhasilkah pemuda itu melarikannya" Jika sampai tertangkap basah
oleh Mararanta, mampukah dia menghadapinya" Kesaktian yang
dimiliki Mararanta bukan kesaktian manusia biasa. Tapi kesaktian dari
alam aneh yang tidak satu manusia hiduppun bisa menguasainya! Dulu
dia memang mempunyai kepandaian silat serta kesaktian yang tinggi.
Namun semua kehebatannya itu tidak berkutik di hadapan Pangeran
Matahari. Namun kini dia muncul dalam bentuk kehidupan lain, yang
sulit diterima akal dan juga mengerikan. Dan kini dia memiliki
kesaktian yang luar biasa hebatnya.
"Ka... lau... kau... ti... dak... mau... ma... kan... ti... dur... lah...
Be... sok... pa... gi... pa... gi... se... ka... li... ki... ta... lan... jut...
kan... per... ja... lan... an..." kata Mararanta pula.
"Kakak... Jika urusanmu dengan Pangeran Matahari selesai, apa
yang akan kau lakukan...?" bertanya Minari.
"A... ku... a... kan... ba... wa... kau... ke... Mi... na... ha... sa... Ki...
ta... a... kan... ber... kum... pul... la... gi... Se... ba... gai... sua...
mi... is... tri..." Bulu kuduk Minari merinding mendengar kata-kata itu.
"Menurutmu, kita berada dalam dua alam yang berbeda tak
mungkin berkumpul..."
"A... ku... pu... nya... ca... ra... a... gar... kita... ber... a... da... di...
a... lam... yang... sa... ma..."
33 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Caranya?" tanya Minari.
Mayat Hidup Gunung Klabat menyeringai. Belum sempat Minari
mendengar jawabannya tiba-tiba dikejauhan terdengar suara lolongan.
Lolongan srigalal Itulah tanda dari si pemuda. Minari merasakan
sekujur badannya tegang dan detak jantungnya berdegup lebih cepat.
"Suara lolongan srigala... Kau mendengarnya kakak...?" tanya
Minari dengan suara tercekat. Mayat Hidup Gunung Klabat
mengangguk. "Aku takut... Kau harus berjaga-jaga. Kau... sebaiknya menyelidik
dan membunuh binatang itu sebelum dia berada lebih dekat ke tempat
ini Mayat Hidup Gunung Klabat memandang sesaat pada Minari,
membuat perempuan ini merasa seperti putus nyawanya.
"A... ku... a...: kan... me... nye... Ii... dik... Aku... a... kan... ba...
wa... ke... pa... la... sri... ga... la... i... tu... a... gar... kau... me...
Ii... hat... sen... di... ri..."
"Jangan, tak usah. Kau bunuh saja begitu ketemu. Jangan dibawa
kepalanya kemari..." kata Minari pula.
Di kejauhan kembali terdengar suara lolongan srigala. Mayat
Hidup Gunung Klabat menyeringai, lalu melangkah cepat ke arah
terdengarnya suara lolongan srigala.
"Ma... nu... sia... pe... ni... pu... Kau... a... kan... mam... pus... da...
lam... ke... ne... kad... an.mu!"
Cepat sekali dia sudah berada di tempat dimana dia tadi
mendengar datangnya suara lolongan itu, tetapi secepat dia datang,
secepat itu pula dia memutar tubuh dan berbalik kembali menuju ke
teratak. Hanya saja, sesuatu menarik perhatiannya di tengah jalan. Dia
melihat sesosok tubuh berpakaian putih mendekam di balik sebatang
pohon besar. "Hem... i... tu... pas... ti... pe... mu... da... bang... sat itu. A... kan...
ku... han... cur... kan... dia... ber... sa... ma... po... hon... i... tu!"
Mayat Hidup Gunung Klabat angkat tangan kanannya. Pundak
kanan membuat gerakan menyentak. Bersamaan dengan itu tangannya
menghantam. Terdengar suara menderu seperti ada topan menyerbu.
Batang pohon besar di depan sana hancur berantakan lalu tumbang
dengan suara menggemuruh. Beberapa pohon disekitarnya ikut terseret
dan mental berpatahan.
Mayat Hidup Gunung Klabat melompat ke arah pohon besar yang
tumbang, memandang berkeliling. Dia melihat robekan-robekan pakaian
putih, tapi sama sekali tidak menemui hancuran tubuh manusia, tidak
melihat muncratan darah!
"Ke... pa... rat... itu... me... ni... pu... ku!" menggereng Mayat
Hidup Gunung Klabat. "Bang... sat...! Ja... ngan... ha... rap... bi... sa...
lo... los... da... ri... ta... ngan... ku!"
Lalu secepat kilat dia berkelebat ke arah teratak.
34 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
BEGITU MARARANTA meninggalkan teratak, Pendekar 212 yang
sembunyi di balik serumpun keladi hutan cepat keluar dan melompat ke
atas teratak. Minari hampir menjerit saking kagetnya.
Wiro cepat tekap mulut perempuan ini. "Jangan mengeluarkan
suara. Apa kau cukup kuat untuk berlari...?"
Minari menggeleng.
"Kalau begitu biar kudukung!"
Lalu murid Eyang Sinto Gendeng itu turun dari atas teratak,
menarik tubuh Minari dan mendukung perempuan itu di bahu kirinya.
Tanpa membuang waktu lagi Pendekar 212 segera melompat ke bagian
yang gelap. Namun alangkah kagetnya pendekar ini ketika tiba-tiba di
depannya berkelebat satu bayangan. Angin yang menyambar dari sosok
bayangan itu membuat dia terhuyung ke kiri. Untuk imbangi diri sambil
memasang kuda-kuda Wiro cepat melompat ke kanan. Bersamaan
dengan itu dia siapkan tenaga dalamnya ke tangan kanan sambil
merapat aji kesaktian pukulan sinar matahari.
Mayat Hidup Gunung Klabat! makhluk itu kini tegak di hadapan
Wiro dengan dua kaki yang tak menginjak bumi terpentang lebar.
Mulutnya menyeringai menyeramkan!
Sebelumnya Wiro telah menghadapi Mayat Hidup Gunung Klabat
dan menerima pukulan dahsyat yang luar biasa panasnya. Dia juga
sempat menyaksikan bagaimana Mararanta membunuh Ki Dukun Sura
Manjangan hanya sekali hantam saja. Mau tak mau dia harus berjaga-
jaga. Yang mengherankannya adalah mengapa makhluk itu begitu cepat
muncul kembali dan menghadangnya"!
"Ba... gus... ba... gus! Du... a... ma... nu... sia... ber... kom... plot...
me... ni... pu... ku. Sa... tu... se... ge... ra... mam... pus... Sa... tu...
nya... a... kan... men... da... pat... hu... ku... man... be... rat... da... ri...
ku...!" Mayat Hidup Gunung Klabat angkat tangan kanannya. Serta
merta hawa panas menebar di tempat itu. Sambil menggerakkan pula
tangan kanannya Pendekar 212 berseru : "Mararanta! Jika kau
menyerangku dengan pukulan sakti mengandung hawa panas itu berarti
kau akan membunuh istrimu sendiri!"
Wiro merasakan tubuh Minari menggigil di atas dukungannya.
Perempuan ini ketakutan setengah mati. "Tenang saudari... jangan
takut. Jangan membuat gerakan apa-apa..." berbisik Wiro.
Di hadapannya Mayat Hidup Gunung Klabat menyeringai. "Kau...
be... nar... Is... tri... peng... khi... a... nat... itu... be... lum... sa...
at... nya... ma... ti... A... ku... ha... rus... meng... hu... kum... nya... le...
bih... du... lu... I"
"Kakak Mararanta!" Minari berseru seraya angkat kepalanya. "Aku
tidak mengkhianatimu. Aku..."
"Tu... run... da... ri... ba... hu... o... rang... i... tu... Ber... ja...
lan... ke... a... rah... ku!"
Minari jadi bingung dalam takutnya. Ketika dia hendak meluncur
turun, Wiro segera membentak : "Jangan dengar kata-katanya. Sekali
35 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kau kembali kepadanya, kau tak akan bisa diselamatkan lagi Minari!"
"Ma... nu... sia... be... jat...! A... pa... kau... tak... da... pat... pe...
rem... pu... an... lain... ma... ka... me... la... ri... kan... is... tri...
o... rang..."! Kau... sa... ma... sa... ja... be... jat... nya... de... ngan... Pa...
nge... ran... Ma... ta... ha... ri!"
"Aku tidak melarikan istrimu, Mararanta. Kau dan dia tak
mungkin berkumpul lagi sebagai suami istri. Kau harus menyadari hal
itu!" menjawab Wiro.
"Kau... pan... dai... men... ca... ri... da... lih! A... pa... ke... pen...
ting... an... mu... men... cam... pu... ri... u... rus... an... ka... mi...
sua... mi... is... tri..."
"Mararanta, kau sendiri mengetahui dirimu bukan manusia lagi,
tapi mayat yang dihidupkan. Jika kau terus menginginkan Minari
berada bersamamu, berarti kau akan menyiksa dirinya dengan
penderitaan dan rasa takut seumur hidupnya. Atau kau memang
menginginkan kematiannya"!"
"Di... a... te... lah... ber... sa... lah... Ber... khia... nat... ter... ha...
dap... ku. Ber... arti... me... mang... ha... rus... ku... bu... nuh. Ta...
pi... se... ka... rang... be... lum... sa... at... nya... Di... a... ha... rus...
ku... hu... kum... le... bih... du... lu... IA... ku... su... dah... mem... ba...
ca... su... rat... ra... ha... sia... yang... kau... ki... rim... kan... pa... da...
Mi... na... ri... Ka... lian... ber... dua... ma... sih... ma... u... ber... ke...
lit..."!"
Wiro dan Minari terkejut bukan kepalang. Dan saat itu di hadapan
mereka Mararanta terdengar menggereng keras. Tangan kanannya
bergerak, tetapi tidak menghantam atau melepaskan pukulan apa-apa.
Malah tubuhnya di lain kejap berkelebat lenyap dan sedikit kemudian
terdengar pekik Minari. Wiro merasakan perempuan itu terbetot dari
atas bahunya. Maka tanpa menunggu lebih lama Pendekar 212
menghantam ke arah bayangan Mayat Hidup Gunung Klabat yang
dilihatnya berkelebat di depannya.
Hawa panas menerpa. Tempat yang gelap itu menjadi terang
benderang ketika pukulan sinar matahari menghantam dahsyat
menyilaukan! Saat itu Mayat Hidup Gunung Klabat berhasil menjambak rambut
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Minari. Dalam keadaan menjerit-jerit perempuan ini dikempitnya di
ketiak kiri. Ketika pukulan sakti sinar matahari menghantam ke
arahnya, dia sama sekali tidak berusaha menghindar ataupun
menangkis. Wiro jadi terkesima karena khawatir pukulannya akan
menciderai Minari.
Tiba-tiba Mararanta gembungkan mulut dan meniup ke depan!
Terdengar suara berdentum. Tanah bergetar seperti dilanda lindu.
Laksana menghantam tembok baja yang atos pukulan sinar matahari
membalik menyapu ke arah Pendekar 212!
"Ya Tuhan!" Murid Sinto Gendeng mengucap keras. Jatuhkan diri
ke tanah. Ketika pukulan sinar matahari menyambar dengan ganas, tak
ada jalan lain untuk selamatkan diri. Pendekar ini hantamkan kedua
36 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tangan bahkan kedua kakinya ke atas.
Benteng topan melanda samudera! itulah pukulan sakti yang
dilepaskan Wiro untuk menyelamatkan dirinya dari pukulan sinar
matahari yang tadi dilepaskannya sendiri.
Terjadilah satu hai yang hebat. Dua benturan menggelegar susul
menyusul di tempat itu. Sosok Mayat Hidup Gunung Klabat terbanting
ke tanah. Minari yang dikempitnya di ketiak kiri terlepas lalu terguling
jatuh ke arah tanah yang terjal. Begitu menyadari dirinya terlepas,
perempuan ini kumpulkan segala tenaga yang ada lalu lari sekencang-
kencangnya. Dia tak perduli ke arah mana larinya. Yang penting lari
sekencang mungkin dan sejauh mungkin, terlepas dari cengkeraman
Mararanta. Bagaimanapun dia mencintai lelaki itu, apalagi pernah pula
menjadi suaminya, namun kenyataan yang dihadapinya kini serta
keanehan yang mengerikan yang terjadi atas diri lelaki itu membuatnya
tak ada jalan lain dari pada berusaha menyelamatkan diri!
Minari lari terus sekencang yang bisa dilakukannya sampai
akhirnya kedua kakinya terasa goyah dan dadanya sesak mendenyut.
Larinya kini tersaruk-saruk, akhirnya perempuan ini tersandung dan
jatuh terjerembab. Sebelum tubuhnya mencium tanah, satu tangan
merangkul bahunya. Minari berpaling lalu menjerit keras ketika
mengenali siapa adanya yang mencekal dirinya. Perempuan ini akhirnya
pingsan dalam keadaan kehabisan tenaga dan sangat takut!
Sambil bangkit terhuyung-huyung Mayat Hidup Gunung Klabat
memandang berkeliling. Minari dan Wiro Sableng sama sekali tidak
kelihatan. Mayat hidup ini menggereng keras dan kepalkan kedua
tinjunya. Dia berkelebat kian kemari, mementang mata memasang
telinga. Tetap saja dia tidak menemukan kedua orang itu. Juga tidak
terdengar suara apa-apa selain tiupan angin yang terasa dingin,
makhluk ini mendongak ke atas. Hidungnya menghirup dalam-dalam.
"Di... a... ma... sih... be... lum... ja... uh... Ma... sih... be... lum...
ja... uh..." Lalu Mayat Hidup Gunung Klabat berkelebat ke jurusan dimana
dia bisa membaui tubuh Minari karena sekian lama selalu saling
berdekatan. Apa yang terjadi dengan Pendekar 212 Wiro Sableng" Ketika
pukulan sinar matahari datang menyapu dan dia menghantam dengan
pukulan benteng topan melanda samudera, dua dentuman yang dahsyat
membuat tubuhnya terlempar jauh, terguling ke sebuah jurang sedalam
lima tombak di ujung peladangan. Pakaiannya robek-robek, kulitnya
lecet dan luka berkelu-kuran. Dan begitu dia terhempas di dasar jurang,
pendekar ini muntahkan darah segar. Sepasang tangan dan kedua
kakinya seperti lumpuh. Beberapa kali dia mencoba bangkit tapi rubuh
kembali. Akhirnya dalam keadaan tak berdaya seperti, itu, Wiro hanya
bisa tergeletak menunggu nasib. Dia tidak menyadari justru dengan
jatuh ke dalam jurang inilah dia selamat dari tangan Mayat Hidup
Gunung Klabat! 37 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PANGERAN MATAHARI MENGISAP pipa gading yang berisi tembakau
bercampur candu itu panjang-panjang. Kedua matanya sampai
terpejam-pejam saking merasa nikmat. Beberapa kali bola matanya
berputar-putar kemudian dia berpaling pada perempuan yang terbaring
menelungkup dalam keadaan tanpa busana di sebelahnya.
"Apa enaknya menghisap tembakau seperti itu...?" bertanya
perempuan itu. "Sulit menerangkan. Kau harus mencobanya sendiri.
Mau?" Yang ditanya menggeleng.
"Menghisap tembakau campur candu, jika tahu takarannya yang
tepat akan membuat seseorang menjadi sehat dan perkasa... Kau
merasakan sendiri malam tadi bukan" Ha... ha... ha... "
Perempuan itu menggigit bahu Pangeran Matahari lalu merangkul
tubuh lelaki itu seraya berbisik : "Kau memang kuat sekali Pangeran.
Malam tadi... ah, malu aku mengatakan. Aku hampir-hampir menangis
kewalahan..."
Pangeran Matahari tertawa gelak-gelak mendengar ucapan itu.
Lalu mencabut pipanya dan berkata : "Akupun tidak menyangka kau
begitu hebat melayaniku, Nyiruni. Biasanya aku hanya tinggal satu hari
di Keraton ini. Tapi bersamamu, aku akan tambah satu hari lagi... Ha...
ha... ha!"
"Kau suka tinggal di Keraton kecil ini?"
"Suka sekali, asal kau tetap berada disini Pangeran. Tidak
meninggalkan aku sampai berbulan-bulan..."
"Ah, aku orang banyak urusan dan kepentingan..."
"Urusan dan kepentingan dengan perempuan-perempuanmu yang
cantik-cantik lainnya...!" kata Nyiruni seraya cemberut.
"Eh... kau yang paling cantik diantara semua perempuan yang
kukenal. Dan paling ganas di atas ranjang...!"
Mendengar ucapan itu Nyiruni langsung bangkit dan menindih
tubuh sang Pangeran, Terangsang oleh tubuh yang bagus dan mulus itu
Pangeran Matahari letakkan pipa gadingnya di meja kecil di samping
tempat tidur. Baru saja dia hendak menggumuli tubuh Nyiruni tiba-tiba
diluar terdengar suara genta tiga kali berturut-turut.
Pangeran Matahari terkejut dan angkat tubuh Nyiruni ke samping.
"Ada apa Pangeran...?"
"Jika penjaga menarik genta tiga kali berturut-turut berarti ada
bahaya mengancam Keratonku!"
"Ah, siapa manusianya yang berani berbuat macam-macam
terhadapmu, Pangeran" Biarkan saja para pengawalmu yang
menyelesaikan segala urusan diluar sana. Aku ingin kita bersenang-
38 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
senang, tidak turun dari atas ranjang ini sampai besok pagi!"
Di luar sana kembali terdengar suara genta tiga kali berturut-
turut. Pangeran Matahari melompat dari atas ranjang, tidak perdulikan
panggilan manja penuh birahi Nyiruni. Dia mengenakan pakaian
hitamnya dengan cepat lalu berpaling pada Nyiruni yang menelentang
bugil di atas ranjang. "Kau tetap disini. Tunggu sampat aku kembali.
Urusanku tak akan lama!"
"Ennggg..." Nyiruni masih berusaha bermanja-manja. Tapi sang
Pangeran sudah melangkah ke pintu sambil mengikatkan kain merah ke
keningnya. Sesuai dengan sifatnya yang biasa mengagulkan diri sebagai
pendekar segala cerdik, segala akal, segala ilmu, segala licik dan segala
congkak, Pangeran Matahari tidak langsung menuju ke bagian depan
Keraton kecil yang terletak di rimba belantara di kaki bukit Rasikembar
di selatan Imogiri. Dia justru pergi ke bagian belakang Keraton lalu
melompat ke atas atap bangunan. Dari sini dia akan dapat melihat
dengan jelas segala sesuatu yang ada di halaman Keratonnya. Tapi
begitu dia berada di atas atap, kagetlah sang pangeran. Seorang pemuda
berambut gondrong yang tak asing lagi dilihatnya duduk bersila enak-
enakan di atas atap sambil mengunyah sebuah jagung bakar. Sebuah
jagung lagi dipegangnya ditangan kiri.
"Kurang ajar, jadi kau rupanya yang hendak membuat keributan
di tempat kediamanku! Apa masih belum kapok..." Apa sudah begitu
ingin buru-buru mampus pendekar sableng..."!"
Pemuda gondrong berpakaian putih robek-robek serta banyak
bekas luka di tubuh dan wajahnya, tersenyum lebar dan angkat tangan
kirinya yang memegang jagung. Dengan mulut masih penuh dia berkata:
"Tenang... jangan cepat-cepat naik darah Pangeran! Bukan aku yang
mau membuat keonaran disini! Tapi ada orang lain! Dan aku mau
menyaksikan bagaimana dia akan membantai tubuhmu!"
"Keparat! Apa maksudmu Pendekar 212"! Siapa orang yang
katamu hendak membantaiku itu"!" bentak Pangeran Matahari dengan
marah hingga rahangnya tampak menonjol dan pelipisnya bergerak-
gerak. "Ssst... Jangan bicara keras-keras. Nanti kedengaran si tukang
bantai itu!" ujar pemuda berpakaian putih yang bukan lain adalah
Pendekar 212 Wiro Sableng. "Ini, kau makan dulu jagung bakar ini.
Rasanya enak, manis gurih dan masih panas!" Lalu seenaknya Wiro
lemparkan jagung yang di tangan kirinya ke arah Pangeran Matahari.
Karena lemparan jagung itu mengarah ke mata kanannya dan jika
dibiarkan bisa mencelakai dirinya, mau tak mau Pangeran Matahari
terpaksa cepat-cepat menyambuti jagung bakar itu dengan mata
membeliak, "Sudah, makan saja dulu jagung itu! Kalau perut kenyang, tentu
kau akan lebih senang menghadapi musuh yang datang!" ujar Wiro pula
lalu tertawa mengekeh tapi perlahan-lahan.
39 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Bangsat!" maki Pangeran Matahari. Jagung
bakar yang dipegangnya di tangan kanan hendak dibantingkannya ke atas atap.
Tapi tangannya ditarik kembali. Lalu seperti orang kelaparan jagung
bakar itu digerogotinya dengan cepat. Sebentar saja jagung itu hanya
tinggal bonggolnya!
"Nah, begitu baru hebat!" Wiro acungkan jempol tangan kirinya.
"Sekarang kau majulah ke ujung atap sana. Kau akan melihat siapa
pembantai yang sedang menunggumu di halaman Keraton!"
Masih dengan mata melotot dan rahang menggembung, Pangeran
Matahari melangkah ke ujung atap. Wiro jatuhkan tubuhnya sama rata
dengan atap ketika Pangeran Matahari melompatinya. Begitu sampai di
ujung atap dan memandang ke halaman di bawahnya, terkejutlah
Pangeran Matahari menyaksikan pemandangan di bawah sana!
Empat orang pengawal Keraton bergeletakan di tanah. Dua
dengan kepala pecah, dua lagi dengan dada dan perut jebol! Bukan ke-
matian empat pengawal itu yang membuatnya terkesiap. Tapi justru dia
melengak ketika melihat siapa yang berdiri diantara empat mayat!
"Aneh, aku tidak mendengar pekik mereka! Dan orang yang tegak
diantara mayat-mayat itu...?" Pangeran Matahari usap matanya sampai
pedas. "Mararanta Tangkario! Mana mungkin! Ki Dukun,Sura
Manjangan bukankah sudah membunuhnya beberapa waktu lalu...?"
Pangeran Matahari seolah bicara pada dirinya sendiri.
"Dukunmu yang pandai mengirimkan golok terbang pembunuh
sampai ke seberang lautan itu sudah digasaknya sampai mampus
beberapa hari lalu, Pangeran...!" Satu suara terdengar disamping sang
Pangeran. Tanpa berpaling Pangeran Matahari sudah tahu kalau yang
bicara adalah Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Bagaimana kau bisa tahu"!" Pangeran Matahari bertanya tidak
percaya. "Aku menyaksikannya sendiri!" sahut Wiro.
"Dia sudah mampus! Mana mungkin bisa hidup lagi!"
"Dia memang sudah mampus! Lihat bekas luka bacokan yang
mematikan di lehernya serta darah kering yang menodai pakaiannya. Itu
pertanda bahwa dukunmu itu memang telah menyelesaikan tugasnya
membunuh manusia bernama Mararanta Tangkario itu. Namun ada
satu kekuatan lain diluar akal manusia yang mampu menghidupkannya. Ingat kejadian beberapa waktu lalu" Dialah yang
telah menghancurkan rumah papan milikmu lalu melarikan Minari! Saat
ini kau lihat sendiri, perempuan yang jadi istrinya itu didukungnya di
bahu kiri!"
"Bangsat! Dulu dia melarikan diri ketika kuhajar habis-habisan!
Kalau dia memang mayat yang dihidupkan. Rupanya hendak minta mati
kedua kali!"
"Pangeran, jangan menganggap enteng lawanmu itu. Dulu di
masih merupakan manusia biasa. Saat ini mungkin setengah setan
setengah iblis! Kau tak bakal menang menghadapinya. Itulah sebabnya
40 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tadi kuberikan jagung bakar itu agar kau bisa mati dengan perut
kenyang! Di liang kubur atau di neraka tak ada yang akan memberikan
makan, apalagi jagung bakar segurih itu padamu. Ha... ha... ha...!"
"Sialan, anjing kurap!" maki Pangeran Matahari. "Kau saksikan
bagaimana aku akan melumat tubuh mahluk itu bersama istrinya!
Kalau keduanya sudah mampus, giliranmu akan kuhajar sampai
bangkaimu hanya tinggal tulang dan daging tak berbentuk!"
"Ah, mauku kau mampus di tanganku Pangeran. Tapi buat apa
bercapai tangan kalau ada yang lebih mampu melakukannya. Aku
hanya tinggal menonton saja! Ha... ha... ha!"
"Keparat kau, Pendekar 212! Kau tunggu giliranmu! Jangan kabur
dari sini!"
Sehabis mendamprat begitu Pangeran
Matahari langsung
melompat turun ke halaman Keratota kecil. Gerakannya sebat kedua
kakinya menyentuh tanah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Begitu
berhadapan dengan Mararanta Tangkario, Pangeran Matahari langsung
menyapu orang itu dengan pandangan mata tajam dan ketika melihat
bagaimana disiang bolong itu kedua kaki Mararanta Tangkario sama
sekali tidak menginjak tanah, berdesirlah darah Pangeran Matahari.
"Jadi benar yang kulihat ini bukan manusia!"
"Pa... nge... ran... Ma... ta... ha... ri! Kau... ber... ha... sil... mem...
bu... nuh... ku... se... ca... ra... ke... ji... pe... nge... cut... Si...
ang... i... ni... a... ku... da... tang... un... tuk... me... ngam... bil... nya... wa...
mu" Mayat Hidup Gunung Klabat langsung membuka mulut begitu melihat
Pangeran Matahari berada di hadapannya.
Sang Pangeran tentu saja tercekat ketika mendengar suara orang
itu. Aneh mengerikan. Tapi kecongkakannya masih bisa membuatnya
ajukan pertanyaan.
"Katakan dulu kau ini benar mayat hidup yang gentayangan
untuk menuntut balas...?"
"Kau... ti... dak... bu... ta... Ke... ja... ha... tan... mu... sa... ngat...
ke... ji... Kau... men... cu... lik... is... tri... ku... mem... per... ko...
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sa... nya..." "Lalu apakah saat ini kau datang untuk mengantarkan istrimu,
menyuguhkannya padaku" Ha... ha...! Aku tidak perlu lagi perempuan
busuk itu Mararanta! Nikmatilah sendiri olehmu!"
"Ma... nu... sia... dur... ja... na... ber... da... rah... bi... na... tang...
ber... ha... ti... ib... lisi A... jal... mu... su... dah... sam... pai...!"
Mayat Hidup Gunung Klabat lalu meniup keras-keras dan
bersamaan dengan itu tangan kanannya dihantamkan ke arah Pangeran
Matahari. Kagetlah sang Pangeran ketika merasakan bagaimana halaman itu
berubah seperti dibakar kobaran api. Hawa.panas yang luar biasa
disertai dorongan yang dahsyat membuatnya berteriak keras, melompat
setinggi tiga tombak, lalu dari atas dia lepaskan pukulan sakti bernama
pukulan Gerhana Matahari!
41 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SINAR KUNING, MERAH DAN HITAM berkiblat, menderu ke arah
Mayat Hidup Gunung Klabat. Bumi seperti dipanggang saking panasnya.
Siapa saja yang kena tersambar angin pukulan sakti itu pastilah akan
hangus tubuhnya. Kalau sampai terkena telak maka dia akan mati
dengan tubuh gosong! Namun Mayat Hidup Gunung Klabat tidak
perdulikan serangan berbahaya yang bisa membawa maut itu. Udara
panas yang keluar dari serangan lawan baginya suatu hal yang biasa.
Malah ketika tiga sinar itu menyambar tubuhnya, dia jentikan lima
jarinya ke udara. Lima sinar putih terang benderang menyambar ganas.
Bummm! Bummm! Buuuummmm!
Terdengar suara ledakan tiga kali berturut-turut ketika tiga dari
lima sinar terang yang keluar dari jari-jari tangan Mayat Hjdup Gunung
Klabat menghantam berantakan tiga sinar sakti pukulan Gerhana
Matahari yang dilepaskan Pangeran Matahari. Sisa dua sinar lagi terus
menyambar mencari sasaran di tubuh sang Pangeran.
Kaget Pangeran Matahari bukan olah-olah. Dengan muka pucat
dan berseru tegang dia jatuhkan diri ke tanah, lewat diantara dua
sambaran sinar serangan lawan lalu bergulingan di tanah. Waktu
bergulingan dia sengaja membuat gerakan menyamping. Pertama agar
dapat melihat gerakan lawan berikutnya, kedua karena dia ingin cepat-
cepat membereskan lawan ganas itu dengan pukulan sakti berikutnya
yakni pukulan Telapak Merapi.
Pangeran Matahari berguling sambil angkat kedua tangannya
yang mengepal. Lalu mendorong dalam gerakan perlahan. Terdengar
suara bersuit keras. Mayat Hidup Gunung Klabat tersentak ketika ada
dua hawa sakti yang luar biasa panasnya tanpa kelihatan bayangan
atau sinarnya menggebu menelikungnya. Yang pertama menerpa ke
arahnya, yang kedua menyambar ke arah Minari yang ada di bahu
kirinya. Melihat orang hendak mencelakai istrinya, marahlah Mayat Hidup
Gunung Klabat. Tangan kanannya diangkat ke atas, lututnya menekuk.
Tubuhnya yang seperti membungkuk itu tiba-tiba berputar seperti
titiran, bersamaan dengan itu tangan kanannya menghantam tiga
kali,berturut-turut. Terdengar suara menggelegar susul menyusul. Di
udara tampak tiga kilatan menyilaukan laksana petir menyambar. Dua
menghantam pukulan sakti Pangeran Matahari, yang ketiga melabrak ke
arah sang Pangeran sendiri. Meskipun Pangeran Matahari masih
sanggup menyelamatkan diri dari serangan maut itu, namun tubuhnya
terbanting tunggang-langgang oleh gelegar dahsyat tadi. Dia jatuh
42 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
terkapar di tanah dengan dada mendenyut sakit dan wajahnya yang
angkuh kini tampak sepucat kertas.
Kilatan seperti petir yang ke tiga lewat diatas tubuh Pangeran
Matahari, terus menghantam atap Keraton kecil dimana Pendekar 212
berada. Atap yang terbuat dari genting itu hancur berantakan dan
Pendekar 212 sendiri tak ampun lagi terperosok jatuh ke dalam
bangunan Keraton.
Hebatnya murid Sinto Gendeng ini jatuh tepat di jurusan kamar
Pangeran Matahari, tepat di atas ranjang dimana saat itu Nyiruni masih
terbaring bugil sambil enak-enakan menyantap sebuah jeruk besar.
Karuan saja perempuan cantik ini terpekik kaget sementara
Pendekar 212 Wiro Sableng juga tak kalah kejutnya. Tapi begitu melihat
wajah cantik tanpa pakaian itu diapun tertawa lebar. Perempuan ini
pastilah salah satu perempuan penghibur Pangeran Matahari, pikir
Wiro. "Siapa kau...?" tanya Wiro.
"Kau yang siapa"!" balik bertanya Nyiruni dengan suara keras dan
setengah ketakutan karena masih belum hilang kagetnya.
"Aku salah seorang pengawal Pangeran. Saat ini dia tengah
berkelahi melawan musuh kelas berat. Dia minta aku menjagamu. Kau
tak perlu takut. Tampangku tidak lebih jelek dari Pangeran itu, bukan?"
"Memang kau... hem... Kau lebih ganteng dari Pangeran Matahari.
Tapi bajumu kotor, robek-robek dan tubuhmu dekil..." jawab Nyiruni.
"Ah, kalau begitu aku perlu mandi dulu. Ada kamar mandi di
tempat ini...?" tanya Wiro. Lalu enak saja dia membuka baju putihnya.
Nyiruni hendak mendamprat. Tapi begitu melihat tubuh sang
pendekar yang kekar penuh otot serta ada rajah 212 di dadanya,
perempuan yang pada dasarnya memang bangsa jalang ini diam saja.
Dia menunjuk ke sebuah pintu berwarna kuning muda dan berkata:
"Dibalik pintu itu ada sebuah kolam. Kau boleh membersihkan dirimu
disana. Tapi awas. Sekali Pangeran mengetahui perbuatanmu ini,
jantungmu akan dibetotnya!"
Wiro tertawa sambil garuk-garuk kepala. Dia lari menuju pintu
kuning dan membukanya. Betul saja, di balik pintu itu terdapat sebuah
ruangan berbentuk kebun kecil. Di tengah kebun ada sebuah kolam dan
di atas kolam ada sebuah pancuran yang selalu mengucurkan air jernih
dan sejuk. Murid Sinto Gendeng tanggalkan pakaiannya lalu mencebur
masuk ke dalam kolam. Dia baru saja membasahi kepalanya ketika tiba-
tiba pintu kuning terbuka dan seseorang masuk. Pendekar 212
terbelalak. "Jika Pangeran mengetahui perbuatanmu, bukan jantungku yang
dibetotnya, tapi jantungmu yang akan dicopotnya!" kata Wiro. Lalu
sepasang kaki mulus Nyiruni masuk ke dalam kolam. "Edan diluar sana
orang berkelahi mati-matian, kita disini..."
"Kita juga mati-matian...!" jawab Nyiruni lalu membenamkan
tubuhnya ke dalam air.
43 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA PENDEKAR 212 keluar dari dalam Keraton menuju ke
halaman depan dilihatnya perkelahian antara Mararanta Tangkario alias
Mayat Hidup Gunung Klabat melawan Pangeran Matahari berkecamuk
dengan hebat. Sang Pangeran telah menghujani lawannya dengan
pukulan-pukulan sakti namun jangankan membuat lawan roboh,
bahkan dirinya semakin lama semakin terdesak!
"Heran, ilmu dan kekuatan iblis apa yang dimiliki si Mararanta
ini"!" pertanyaan itu selalu muncul dalam hati Pangeran Matahari.
Setelah belasan jurus menyerang dan menghantam satu hal yang tak
pernah dilakukannya selama ini dalam menghadapi berbagai musuh
maka akal licik mulai muncul di benak Pangeran Matahari. Dia sengaja
mendesak dengan serangan berantai, ketika Mayat Hidup membalas
dengan ganas, Pangeran Matahari sengaja mentalkan dirinya sambil
menjerit keras lalu roboh berguling-guling di tanah.
Wiro Sableng terbeliak menyaksikan kejadian itu. "Ah... akhirnya
sampai juga ajalnya desis Wiro. Lalu dilihatnya Mayat Hidup Gunung
Klabat bergerak mendekati sosok tubuh Pangeran Matahari yang
terkapar di tanah sambil masih terus mendukung tubuh Minari yang
berada dalam keadaan pingsan. Namun ketika hanya tinggal satu
langkah dari hadapan tubuh Pangeran Matahari, tiba-tiba tubuh itu
bergerak. Sang Pangeran yang diam-diam telah menyiapkan diri dengan
tenaga cfalam penuh, hantamkan kedua tangannya. Tangan kiri
melepas pukulan Gerhana Matahari sedang tangan kanan lepaskan
pukulan Merapi Meletus!
"Bang... sat... Ii... cik!" teriak Mayat Hidup Gunung Klabat.
Mulutnya meniup dan tangan kanannya dihantamkan kebawah!
Desss! Bukkk! Bummm... bummm!
Tanah dan pasir beterbangan. Sebuah lobang besar lagi kelihatan
di halaman Keraton itu.
Mayat Hidup Gunung Klabat terpental dua tombak. Tapi hebatnya
dia tidak cidera sedikit-pun bahkan Minari yang didukungnya tidak
terlepas seolah-olah menempel ke bahunya.
Sebaliknya Pangeran Matahari tampak terkapar menelentang.
Dadanya seperti ditusuk besi-besi tajam. Dia sadar kalau pukulan
lawan, walaupun agak meleset telah mematahkan beberapa tulang
iganya! Sekujur tubuhnya mendadak sontak dijalari hawa panas.
Dadanya mendenyut sakit. Dan saat itu dilihatnya Mayat Hidup Gunung
Klabat melangkah menghampirinya!
"Kalau dia menghantam, aku tak punya daya untuk menghindar.
Apa yang dikatakan Pendekar 212 memang benar! Makhluk ini memiliki
kekuatan dan kesaktian luar biasa. Ah... tamatlah riwayatku hari ini...!"
Pangeran Matahari berpaling ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng. Saat
itu dilihatnya pendekar itu tegak di depan tangga Keraton sambil
44 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mengangkat kedua tangannya ke atas. Dua telapak tangan
dikembangkan lalu diputar.
"Apa pula yang dikerjakan pendekar sableng itu. Aku sudah mau
dibantai orang, dia masih saja berbuat yang bukan-bukan!" rutuk
Pangeran Matahari.
Putaran kedua tangan Wiro mula-mula perlahan. Lalu makin lama
makin kencang, makin kencang dan udara di tempat itu mendadak
mengalami perobahan! Hawa dingin disertai tiupan angin yang seperti
seruling menggantikan udara yang tadinya terasa panas. Mayat Hidup
Gunung Klabat yang dasar kesaktiannya adalah hawa panas, kini
merasakan tubuhnya jadi menggigil. Kedua kakinya menjadi berat
untuk dilangkahkan. Semakin dipaksanya, semakin beringas dan marah
dia maka semakin keras hawa dingin menerpa dirinya. Sekujur
badannya basah kuyup oleh cairan sedingin es yang kemudian seperti
membeku membuat dia tak bisa menggerakkan bagian tubuhnya lagi.
Dicobanya meniup. Otot mulutnyapun ternyata sudah kaku!
Lain halnya dengan Pangeran Matahari.
Walaupun dirinya kini terlepas dari ancaman maut Mayat Hidup
Gunung Klabat, namun keadaan Pangeran Matahari lebih tersiksa. Di
sebelah luar sekujur tubuhnya seperti beku dilapisi cairan dingin.
Sebaliknya di sebelah dalam ada hawa panas menggarang akibat
pukulan Mayat Hidup Gunung Klabat tadi. Setiap nafas yang ditariknya
membuat dadanya mendenyut sakit. Dari mulutnya terdengar suara
menggigil diseling oleh suara mengerang kesakitan.
Apakah sebenarnya yang terjadi. Dari mana datangnya hawa
dingin, yang membungkus tubuh Mayat Hidup dan Pangeran Matahari
itu" Seperti diketahui, dari sang guru Eyang Sinto Gendeng, Pendekar
212 Wiro Sableng mendapat warisan beberapa pukulan sakti. Salah satu
diantaranya adalah pukulan aneh yang tidak langsung ditujukan pada
lawan, tetapi dilakukan demikian rupa hingga udara secara tiba-tiba
menjadi sangat dingin dan lawan akan menjadi kaku dibawa tindihan
udara dingin itu. Tubuhnya akan basah kuyup oleh lapisan air sedingin
es! Ilmu pukulan itu yang bernama angin es itulah yang dikeluarkan
oleh Pendekar 212 Wiro Sableng. Karena baik Mayat Hidup maupun
Pangeran Matahari memiliki dasar kesaktian yang sama yaitu bertumpu
pada hawa panas, maka dengan sendirinya keduanya tidak terbiasa
dengan hawa dingin. Akibatnya mereka akan lebih cepat dikuasai oleh
pukulan angin es yang membuat Pangeran Matahari jatuh pingsan
dalam keadaan kaku sementara Mayat Hidup berubah menjadi mayat
kaku tak kuasa bergerak, tak kuasa berbicara. Minari, yang berada
dalam keadaan pingsan dan tak tahu apa-apa itu terbungkus air es.
Pada saat keadaan seperti itulah tiba-tiba ada sosok tubuh
melayang laksana orang berjalan di atas awan atau di balik kabut.
Orang ini kelihatan samar-samar sekali, antara ada dan tiada. Dia
mengenakan baju putih dengan panjang celana putih gombrong.
45 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Rambutnya yang putih mehjela bahu melambai-lambai di tiup angin.
"Pendekar muda, cukup sudah kau memberi pelajaran pada
cucuku. Harap kau suka menghentikan serangan hawa sedingin salju
ini!" Yang bicara ternyata adalah orang tua yang kelihatan samar-
samar. Suaranya seperti datang dari jauh tetapi cukup jelas. Wiro
memandang ke jurusan si orang tua.
"Manusia bayangan... Siapa kau adanya"!" Wiro bertanya. "Kau
menyebut seseorang sebagai cucumu. Siapa..." Mararanta Tangkario
alias Mayat Hidup Gunung Klabat itu...?"
"Benar sekali pendekar muda..."
Wiro melangkah lebih dekat. "Astaga... Ke dua matamu buta,
orang tua! Dan sosok tubuhmu bukanlah sosok tubuh sebenarnya...
Apakah kau juga sebangsa mayat hidup"!"
"Tidak, aku bukan mayat hidup seperti cucuku ini. Aku hanya
mengandalkan kekuasaan dari Tuhan untuk mengirimkan bayang-
bayang tubuhku ke tempat ini..."
"Luar biasa!" ujar Wiro sambil goleng-goleng kepala.
Orang tua itu tersenyum. "Bagi Tuhan tak ada yang luar biasa,
anak muda. Namaku Walalangi... Aku datang untuk membawa cucu dan
sekaligus muridku ini kembali ke Minahasa..."
"Dan juga membawa perempuan di atas bahunya itu...?"
Si orang tua gelengkan kepala. "Justru disitulah letak kesalahan
cucuku satu ini. Tujuannya untuk datang ke tanah Jawa adalah untuk
membalaskan sakit hati dendam kesumat pada manusia bernama
Pangeran Matahari itu. Namun dia membawa serta maksud lain yang
menyalahi aturan..."
"Apakah itu...?" tanya Wiro.
"Aku katakan sejujurnya. Pertama dia ingin memiliki kembali
perempuan yang perhah jadi istrinya. Padahal itu tak mungkin terjadi
karena mereka berada di dua alam yang berbeda. Kedua setelah
memiliki kesaktian luar biasa dalam hati kecil cucuku ada terniat
keinginan untuk menguasai dunia persilatan di tanah Jawa ini.
Padahal... janji semula begitu urusannya selesai dia harus kembali ke
bentuknya semula. Kembali ke alamnya semula, alam barzah... Karena
telah melanggar perjanjian, saat ini dia tak mampu lagi melakukan
pembalasan terhadap Pangeran Matahari..."
Orang tua itu tersenyum dan gelengkan kepalanya. "Tuhan lebih
tahu dari kita tentang segala urusan dendam kesumat. Kita manusia
jangan sekali-kali merasa lebih pandai dari Tuhan. Aku merasa
menyesal telah memenuhi permintaan cucuku ini, juga permintaan
istrinya yang di Minahasa. Yaitu agar rohnya bisa dibangkitkan lagi
untuk melakukan pembalasan
"Orang tua, kalau kau ingin membawa cucumu itu kembali, lebih
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat akan lebih baik... Kasihan rohnya berada dalam keadaan seperti
ini..." kata Wiro pula.
46 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Walalangi mengangguk. Dia mengusap punggung. Minari. Dari
tubuh perempuan itu keluar kepulan asap tanda ada hawa panas yang
dialirkan si orang tua ke tubuh Minari. Saat itu juga hawa dingin serta
cairan es yang membungkus tubuh Minari menjadi pupus dan terdengar
suara perempuan itu mengerang. Walalangi menurunkan tubuh Minari
dari atas bahu Mararanta Tangkario lalu menyerahkannya pada Wiro
seraya berkata : "Bawalah dia pergi dari tempat ini. Penderitaannya
sudah cukup banyak..."
Wiro mendukung Minari yang masih belum siuman sepenuhnya
itu di bahu kirinya. Lalu dilihatnya si orang tua mengusap punggung
Mararanta Tangkario. Kembali ada asap yang mengepul. Sosok Mayat
Hidup itu tampak bergerak. Lalu si orang tua cepat memegang. bahunya
dan berkata: "Cucuku Mararanta, saatmu untuk kembali ke puncak
Klabat..."
Mayat Hidup itu anggukkan kepala. Lalu sesaat dia berpaling ke
arah Minari dan pandangi kepala perempuan itu. Wiro jadi terkesiap
ketika dia melihat dari kedua mata Mayat Hidup ada air mata yang jatuh
berderai. Melihat kejadian ini mau tak mau hatinya menjadi luruh
karena haru. Mayat saja masih punya perasaan, mengapa manusia
tidak..." Itu yang terpikir dalam hati Pendekar 212 saat itu.
"Cucuku... saatnya kau pergi..." terdengar suara orang tua
bernama Walalangi.
Mayat Hidup Gunung Klabat perlahan-lahan memutar tubuhnya.
Lalu dalam gerakan seperti melayang sosoknya berkelebat ke udara,
makin tinggi, makin tinggi dan akhirnya lenyap.
Si orang tua menarik nafas lega, dia berpaling pada Wiro dan
berkata. "Giliranku minta diri..." Lalu dia menjura dalam-dalam. Wiro
membalas dengan menjura lebih dalam.
Ketika dia meluruskan badannya kembali, orang tua itu sudah tak
ada lagi disitu.
Pendekar 212 garuk-garuk kepalanya.
"Ilmu mengirimkan bayang-bayang tubuh yang dimiliki orang tua
itu sungguh luar biasa..." katanya sambil geleng-geleng kepala. "Banyak
orang sakti mandraguna di tanah Jawa ini, namun tanah lain ternyata
juga menyimpan rahasia kesaktian yang aneh-aneh dan sulit dicari
tandingannya. Benar kata orang-orang persilatan, di luar langit masih
ada langit lagi!"
Wiro melangkah tinggalkan bagian depan Keraton kecil. Ketika
sampai di hadapan Pangeran Matahari yang pingsan karena kesaktian
hawa dingin yang tadi dilepas oleh Wiro, murid Sinto Gendeng ini
tersenyum. "Pangeran, walau saat ini telingamu tidak mendengar,
antara kita berdua kini sudah impas. Kau tidak membunuhku ketika
aku pingsan dihantam Mayat Hidup Gunung Klabat itu. Dan sekarang
akupun tidak membunuhmu ketika kau pingsan. Di lain hari, jika kita
bertemu lagi ceritanya tentu lain lagi..."
47 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Lalu sang pendekar memandang ke arah Keraton. Terbayang
olehnya wajah dan tubuh Nyiruni yang saat itu tentu masih terbadai
tertidur keletihan. Wiro menyengir sendiri lalu lanjutkan langkahnya.
TAMAT 48 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
Tragedi Pulau Berhala 2 Pendekar Rajawali Sakti 84 Tujuh Mata Dewa Kembalinya Si Tangan Setan 1