Mayat Hidup Gunung Klabat 1
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Bagian 1
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 050 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Solgeek (Dani) dan Kiageng80
1 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
INI SATU PEMANDANGAN yang mengerikan bagi siapa saja yang
menyaksikan. Bagaimana tidak. Di malam buta ketika tak ada rembulan
dan langit tidak pula berbintang, dibawah kepekatan yang menghitam
gelap disertai hembusan angin mencucuk dingin, ditambah dengan
turunnya hujan rintik-rintik, seekor kuda putih berlari kencang menuju
puncak Gunung Klabat. Sambil lari binatang ini tiada hentinya
keluarkan suara meringkik keras dari sela mulutnya yang berbusa.
Di atas punggung kuda putih itu membelin-tang sesosok tubuh
yang sudah tidak bernyawa lagi. Sesosok mayat seorang lelaki
separuhbaya berambut panjang sebahu dengan luka bekas bacokan
pada pangkal lehernya. Sebagian wajah dan leher serta dadanya
dibasahi oleh darah yang masih hangat tanda orang ini belum begitu
lama menemui ajalnya.
Di belakang mayat yang membelintang di atas punggung kuda itu,
duduk seorang perempuan berwajah bulat, berpakaian merah.
Rambutnya yang panjang tergerak lepas dan berkibar-kibar ditiup
angin. Perempuan inilah yang memacu kuda itu dengan segala
kemampuan yang ada. Dia menunggang kuda putih sambil air mata
mengucur membasahi kedua pipinya yang merah.
Betapapun mengerikan melihat berkelebatnya tiga mahluk itu
dalam kegelapan malam namun mereka bukanlah setan atau mahluk
jejadian. Ketiganya tetap mahluk ciptaan Tuhan, dua dalam keadaan
hidup dan satu sudah jadi mayat!
Menjelang dinihari, kuda putih itu mencapai puncak gunung yang
sangat curam dan perjalanan tak mungkin diteruskan dengan
menunggangi binatang itu. Menyadari hal itu, perempuan muda
penunggang kuda cepat melompat turun, menarik sosok mayat lelaki
lalu memanggulnya di bahu kanan. Sebelum pergi, dia memegang leher
binatang itu dan berkata
"Putih! Kau tetap disini. Tunggu sampai aku kembali!"
Seperti mengerti ucapan orang, kuda putih itu meringkik keras,
lalu tundukkan kepalanya, menyusup mencari rerumputan liar diantara
semak belukar. Setengah berlari perempuan muda itu memanggul mayat di bahu
kanannya menuju puncak gunung sementara di timur langit mulai
tampak membersitkan sinar kekuning-kuningan tanda tak lama lagi
sang surya akan kembali muncul menerangi bumi Tuhan.
Di puncak gunung yang temaram itu udara semakin keatas terasa
dingin. Tapi perempuan yang memanggul mayat itu justru telah basah
kuyup pakaian merahnya. Sekujur tubuhnya sakit dan letih bukan
kepalang bahkan kedua kakinya laksana kaku dan sukar untuk diajak
2 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
berlari lebih cepat. Namun kekerasan hatinyalah yang membuat
perempuan itu terus bersikeras mendaki sampai ke puncak teratas
Gunung Klabat. Dan tepat ketika sang surya tampak menyembul di ufuk
timur, dia sampai di puncak gunung. Matanya memandang ke arah
sebuah pondok kayu beratap ijuk, satu-satunya bangunan di tempat itu.
Dia langsung melangkah naik ke atas langkan berlantai papan dan
mengetuk pintu yang tertutup.
"Bapak Tua Walalangi, bukakan pintu. Saya datang dari jauh
membawa berita buruk! Saya memerlukan bantuanmu!" Lalu
perempuan itu kembali mengetuk pintu, lebih keras dari tadi.
Di dalam terdengar suara tempat tidur berderik. Disusul suara
orang berdehem beberapa kali. Kemudian terdengar langkah-langkah
kaki menuju ke pintu. Sesaat kemudian pintu itu terbuka dengan
mengeluarkan suara berkereke-tan.
"Tamu dari mana yang muncul pagi-pagi buta begini"!" Satu suara
lebih dulu terdengar baru menyusul muncul orangnya dari balik daun
pintu. Orang ini ternyata adalah seorang kakek berwajah tirus, berambut
putih panjang sebahu tapi jarang, mengenakan baju lengan panjang dan
celana gombrong putih.
"Saya Sulami Tangkario datang dari selatan Gunung Klabat
"Tangkario. Hem... Aku pernah dekat dengan nama keluarga
Tangkario. Tapi..." Si orang tua dongakkan kepalanya. Cuping
hidungnya sesaat tampak mengembang.
"Hemmm... Aku mencium bau mayat..." desisnya kemudian
"Bapak Tua Walalangi," perempuan yang mendukung jenazah
berkata dengan heran.
"Apakah sejak tadi kau tidak melihat saya memanggul mayat di
bahu kanan..." Perempuan ini memandangi wajah orang tua itu lekat-
lekat. Kemudian terdengar suaranya agak tertahan : "Astaga, Bapak
Tua... Kedua matamu ternyata buta! Harap maafkan orang
Ternyata Bapak tua bernama Walalangi itu memang buta nyalang
sepasang matanya yang berwarna kelabu. Dia mengangguk perlahan
lalu ulurkan tangan meraba kepala mayat. Tangannya kemudian turun
kebawah, sampai di leher berhenti beberapa ketika. Ada darah hangat
dan licin terasa membasahi jari-jarinya dan dia dapat meraba luka
bacokan di leher mayat.
"Siapa yang berbuat sekejam ini..." katanya dengan suara
tercekat. "Kau telah mendukung mayat itu cukup jauh tentunya.
Letakkan di lantai dan katakan apa kau punya hubunganmu dengan
mayat yang kau bawa kemari ini!"
Sulami Tangkario perlahan-lahan dan dengan sangat hati-hati
menurunkan mayat di bahu kanannya lalu membujurkannya di lantai
langkan yang bertutupkan tikar jerami. Dia duduk bersimpuh di depan
mayat, mengusap air mata yang membasahi pipinya baru menjawab
pertanyaan orang tua tadi.
3 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa yang membunuhnya saya tidak mengetahui dengan jelas,
Bapak Tua. Saya hanya bisa menduga. Ketika suami saya sedang tidur,
tiba-tiba sebuah golok besar secara aneh melesat, menembus langit-
langit kamar, langsung menghantam pangkal lehernya. Saya berusaha
mengejar si pembunuh ke atas atap setelah lebih dulu mencabut golok.
Tapi siapapun pembunuhnya dia telah lebih dulu raib..."
"Jadi yang kau bawa ini adalah jenazah suamimu sendiri,
Sulami?" "Betul Bapak Tua..."
"Siapakah nama suamimu, perempuan malang?"
"Mararanta Tangkario..." Jawab Sulami.
Paras si orang tua tampak berubah. "Jadi... Mararanta. Ah, dia
masih salah satu cucu-cucuku yang bertebaran di Minahasa ini...
Sulami, ceritakan apa yang terjadi..."
"Saya sudah menceritakannya tadi Bapak Tua Walalangi."
"Betul. Tapi kau belum menerangkan apa latar belakang semua
kejadian ini. Suamimu bukan manusia sembarangan. Seorang pendekar
yang memiliki kepandaian tinggi. Hampir mustahil kalau ada orang yang
mampu membokongnya sekalipun dalam keadaan tidur. Kalau itu
terjadi, berarti ada orang berkepandaian sangat tinggi yang
melakukannya!"
"Sayapun menduga demikian Bapak Tua,"
sahut Sulami Tangkario. Lalu perempuan ini menuturkan. "Enam bulan yang lalu
saya bertemu pertama kali dengan Mararanta. Waktu itu dia baru saja
kembali dari tanah Jawa. Mungkin kami berjodoh lalu melangsungkan
pernikahan. Setelah nikah satu bulan saya melihat ada satu kelainan
dalam diri Mararanta. Dia sering bersikap seperti ketakutan. Seperti ada
sesuatu atau seseorang yang selalu membayanginya. Berkali-kali saya
tanya dia tidak mengaku. Namun dua minggu yang lalu akhirnya dia
menceritakan bahwa di Jawa dia telah bentrokan dengan seorang
pendekar berkepandaian tinggi sekali. Karena tidak mungkin
menghadapinya, Mararanta akhirnya cepat-cepat kembali ke Minahasa.
Namun dia merasa seperti ada seseorang atau makhluk aneh yang
mengikutinya "Suamimu menerangkan apa sebab musabab bentrokan itu dan
siapa orang yang menjadi lawannya?" bertanya Bapak Tua Walalangi.
"Menurut suami saya waktu berada di Jawa dia sempat mengawini
seorang gadis bernama Mlnari. Gadis itu ternyata adalah kekasih
seorang pendekar berkepandaian tinggi: Namun Minari sendiri tidak
menyukai pendekar itu. Itulah sebabnya dengan seizin kedua orang
tuanya Minari kawin lari dengan Mararanta. Tapi Minari kemudian
diculik sedang Mararanta sendiri dikejar-kejar. Dalam keadaan sangat
terancam jiwanya Mararanta melarikan diri. Dia berusaha mencari
Minari terlebih dahulu, ketika sia-sia akhirnya dia kembali ke Minari
terlebih dahulu, ketika sia-sia akhirnya dia kembali ke Minahasa..."
Sulami terdiam sejenak. Setelah menyeka air mata yang masih
4 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mengucur dia melanjutkan. "Malam tadi, begitu saya tidak berhasil
mengejar' si pembunuh, saya cepat kembali ke dalam kamar. Saya
dapati Mararanta dalam keadaan sekarat. Namun sebelum menghembuskan nafas dia sempat meninggalkan pesan..."
Bapak Tua Walalangi usap dagunya yang licin lalu bertanya : "Apa
pesan suamimu itu Sulami?"
"Dia minta agar jenazahnya dibawa kemari dan diperlihatkan pada
Bapak Tua. Dia juga mengatakan bahwa yang membunuhnya adalah
kekasih Minari. Dan katanya lagi... Dia tak akan tenteram di dalam
kubur sebelum dapat membalaskan sakit hati dendam kesumat
pembunuhan keji atas dirinya ini!"
Paras si orang tua kembali berubah. Kali ini lama dia berdiam
seperti merenung. "Begitu katanya..." Ah, sungguh satu pesan yang
berat. Tapi apa lagi yang disampaikannya sebelum meninggal?"
"Mohon maaf Bapak Tua..." kata Sulami. Dan bulu kuduknya
mendadak saja jadi merinding. "Dia berkata bahwa hanya Bapak Tualah
yang bisa menolongnya untuk membalaskan sakit hati itu. Dia minta
agar Bapak Tua memberi kehidupan sementara padanya agar dia dapat
mencari si pembunuh..."
"Ya Tuhan... Mengapa cucuku ini meninggalkan pesan berat
begini macam...?" Membatin Walalangi. Lalu dia berkata: "Ketahuilah
Sulami, aku bukan Tuhan bukan Malaikat. Aku tidak berkemampuan
memenuhi pesanan mendiang suamimu. Apalagi memberikan
kehidupan sementara seperti yang dikatakannya sebelum menghembus-
kan nafas..."
"Itulah yang saya tidak mengerti Bapak Tua. Jika pesannya saya
abaikan dan langsung menguburkannya, saya khawatir di liang kubur
keadaannya tidak tenteram seperti yang dikatakannya. Dan lebih dari
itu, yang paling saya takutkan, arwahnya akan gentayangan menjadi
setan penasaran, menimbulkan kegegeran dan keonaran dimana-
mana... Semua saya serahkan pada Bapak Tua. Hanya saya tak ingin
suami saya tersiksa di alam barzah kalau sampai pesannya tidak
dikabulkan..." Walalangi terduduk di depan mayat Mararanta Tangkario.
Berkali-kali orang tua ini mengusap wajahnya yang mendadak saja jadi
keluarkan keringat dingin.
"Sulami... Menurutmu Mararanta meninggal karena ada sebilah
golok yang secara aneh mencuat dari langit-langit kamar..."
"Betul sekali Bapak Tua."
"Apakah senjata itu ada kau bawa?"
"Saya memang membawanya Bapak Tua..." jawab Sulami
Tangkario. Lalu dari balik bun-talannya dia mengeluarkan sebilah golok
tanpa sarung. Sebagian dari badan golok itu terlapis oleh darah yang
telah membeku. Darah suaminya! Perempuan ini serahkan senjata itu
ke tangan Walalangi.
Si orang tua pergunakan sepuluh jari-jari tangannya untuk
meraba badan golok dan juga gagangnya sementara wajahnya
5 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ditengadahkan dan air mukanya tampak membesi.
"Ini memang golok Jawa..." kata Walalangi sesaat kemudian.
"Dapat diketahui dari bentuk badan dan potongan gagangnya. Senjata
ini mengandung racun jahat. Lebih cepat dimusnahkan lebih baik!"
Orang tua itu remaskan lima. jari tangan kanannya ke gagang
golok. Gagang yang terbuat dari kayu besi itu terdengar bederak hancur!
Lalu sepuluh jari tangannya bergerak di atas badan golok. Traak...
traakk... tring...I Golok beracun itu hancur menjadi patah tiga. Dengan
tangan kanannya Walalangi lalu melemparkan patahan golok jauh ke
puncak gunung sebelah selatan.
Lalu sambil memegang kepala Sulami orang tua ini berkata:
"Mararanta cucuku. Berarti kau juga cucuku. Aku tidak berkekuatan
untuk memenuhi permintaanmu dan pesan mendiang suamimu. Tapi
kalau Tuhan mengizinkan biarlah aku menanggung segala dosa dan
memenuhi permintaan Mararanta..."
Mendengar itu Sulami lalu jatuhkan kepalanya ke pangkuan si
orang tua. Walalangi usap-usap kepala perempuan itu lalu berkata: "Ada
satu hal yang harus kau lakukan sebelum aku dapat memenuhi pesan
suamimu itu, Sulami..."
"Mohon Bapak tua mengatakannya," ujar Sulami pula.
"Apakah kalian tinggal di dekat sungai, di dekat laut atau di dekat
danau...?"
"Kami tinggal di pinggir danau Tondano, Bapak Tua..."
"Kalau begitu kembalilah ke sana. Ambil air danau Tondano,
masukkan dalam tujuh tabung bambu. Siapkan juga tujuh bungkus
kembang tujuh rupa. Paling lambat dalam waktu dua hari kau sudah
kembali kesini membawa benda-benda itu semua..."
"Saya akan melakukannya Bapak Tua. Saya akan berangkat
sekarang juga...I" kata Sulami Tangkario seraya hendak berdiri.
"Tunggu dulu cucuku..." kata si orang tua sambil memegang bahu
Sulami. "Kau belum mengatakan siapa orang Jawa berkepandaian tinggi
yang menjadi lawan bentrokan suamimu itu..."
"Kalau saya tidak salah ingat, suami saya menyebut namanya
sebagai Pangeran Matahari!"
"Pangeran Matahari..." mengulang Walalangi dengan suara
berdesis. "Cucuku, kelihatannya kita akan menghadapi musuh yang
sangat tinggi kepandaiannya. Jangan lupa berdoa agar Tuhan
melindungi dan membantu kita..."
6 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BEGITU TIGA ORANG penduduk desa itu selesai menimbun tanah
kuburan, orang tua itu anggukkan kepala, menyerahkan sebuah
bungkusan kecil dan berkata: "Kalian bertiga boleh pergi..."
Tiga orang itu ambil cangkul masing-masing lalu tinggalkan
tempat itu. Namun sebelum berjalan lebih jauh salah seorang dari
mereka berkata: "Aku berkata melihat ada keanehan pada upacara
penguburan jenazah tadi!"
"Acaranya sangat sederhana. Orang tua itu melafatkan doa tiada
henti sewaktu kita menimbun kubur. Apanya yang aneh...?" tanya
kawannya. "Apakah kau tidak melihat tujuh batangan bambu berisi air lalu
tujuh kembang terbungkus dalam daun..." Disini ada adat kebiasaan
atau upacara seperti itu!"
Orang desa ke tiga akhirnya ikut membuka mulut. "Memang aku
setuju kalau ada keanehan. Bagaimana kalau kita kembali dan
mengintip apa yang dilakukan orang tua dan perempuan muda itu
selanjutnya...?"
Dua kawannya menyetujui. Maka tiga orang desa itu tinggalkan
pacul masing-masing di suatu tempat lalu kembali menuju ke tempat
pemakaman. Sementara itu di puncak gunung. Walalangi ambil tujuh buah
tabung berisi danau Tondano. Satu demi satu tabung bambu itu
ditancapkannya di atas tanah makam yang merah, lurus mulai dari
kepala terus ke arah kaki. Setelah itu dia menyiapkan sebuah
pendupaan, membakar potongan-potongan kayu kecil dalam pendupaan
dan menebar bubuk kemenyan. Seantero tempat itu kini diselimuti asap
dan tebaran bau kemenyan yang harum tapi terasa mencekam.
Dengan kedua tangannya Walalangi pe-gangi ujung tabung bambu
sambil mulutnya tiada henti mengucapkan kalimat-kalimat panjang
yang tak jelas terdengar oleh Sulami. Selesai memegangi tabung bambu
yang ke tujuh di bagian kaki kubur, Walalangi kembali ke bagian kepala.
Disini dia mencelupkan tangan kanannya kedalam bambu berisi air.
Lalu tangan itu dikeluarkan dan air dicipratkannya ke atas kubur.
Demikian dilakukannya sampai tujuh kali.
Selesai itu orang tua tersebut ambil bungkusan daun berisi
kembang tujuh rupa. Bungkusan dibuka dan kembang di dalamnya
bukan ditebar diatas makam melainkan dimasukkan ke dalam tabung
bambu pertama, Demikian dilakukannya berturut-turut pada enam
tabung lainnya dan enam bungkus bunga.
"Sulami..." Walalangi melangkah mendekati istri cucunya itu.
"Dengar baik-baik... Apapun yang terjadi, apapun yang kelak kau
7 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
saksikan jangan sekali-kali mengeluarkan suara sedikit-pun! Jika itu
sampai dilanggar, usahaku untuk memenuhi permintaan suamimu akan
sia-sia belaka. Kau dengar itu Sulami...?"
Sulami menjawab dengan anggukan kepala. Lidahnya terasa
terlalu tercekat untuk bisa menjawab. Walalangi memutar tubuhnya,
kembali melangkah ke bagian kepala kuburan. Disini dia tegak dengan
kedua tangan diangkat tinggi-tinggi ke udara. Telapak tangan
dikembangkan. Dari mulutnya keluar ucapan: "Ya Tuhan pengusaha,
seluruh alam dan isinya. Tanpa kami mengutarakan lagi sesungguhnya
engkau telah mengetahui apa yang kami inginkan, apa yang si mati
inginkan. Kami harap kau berkenan mengabulkannya ya Tuhan. Jika
permintaan dan perbuatan kami ini merupakan satu dosa besar di
mataMu, mohon ampunanMu dan biarlah saya sendiri yang
menanggung segala dosanya!"
Selesai mengucapkan kalimat-kalimat itu dengan suara keras, lalu
Walalangi meneruskan kata-katanya dengan suara perlahan seperti
bergumam. Kembali Sulami Tangkario tidak dapat mendengar apa
sebenarnya yang dilafalkan orang tua itu. Namun sesaat kemudian dia
mendengar suara aneh dari dalam liang kubur yang baru saja ditimbun.
Bulu kuduknya berdiri. Matanya tak berkedip memandang ke arah
kubur suaminya. Tujuh batang bambu yang menancap di tanah merah
tampak bergerak, bergoyang-goyang sehingga air yang ada di dalamnya
sesekali muncrat keluar!
Ketika gerak dan goyangan itu akhirnya berhenti, dari tujuh mulut
bambu kini keluar masing-masing segulung asap tipis berwarna kelabu.
Tujuh gelungan asap ini saling berangkulan dan bergabung jadi satu
membentuk satu gulungan asap yang besar. Ketika Sulami
memperhatikan lebih lanjut terkejutlah perempuan muda ini. Gulungan
asap kelabu itu sedikit demi sedikit berubah menjadi bentuk sosok
tubuh manusia. Mula-mula samar-samar seperti sosok di balik kabut.
Namun lambat laun semakin jelas, semakin kentara dan akhirnya sosok
itu benar-benar berbentuk tubuh manusia! Dan manusia yang muncul
dari asap ini bukan lain adalah suaminya sendiri! Mararanta Tangkario!
Kalau tidak ingat pesan si orang tua mungkin saat itu Sulami
telah memekik keras. Dia kancingkan mulutnya rapat-rapat malah
letakkan tangan kanan di atas bibirnya agar jangan sampai
mengeluarkan suara sedikitpun.
Mararanta Tangkario tegak dengan kedua tangan lurus disamping
badan. Kepalanya mengarah ke tirfiur dan pandangan matanya lurus ke
depan, hampir tidak berkesip. Wajahnya agak pucat dan bibirnya sedikit
kebiruan. Pada lehernya tampak luka besar bekas bacokan. Darah
mengotori sebagian muka, leher dan pakaiannya. Dan pakaian itu
adalah pakaian yang dikenakannya ketika dia mati terbunuh!
"Mararanta... Kau dengar suaraku menyebut namamu?" Walalangi
bertanya dengan suara bergetar karena hampir tak kuasa menahan
gelegak dalam dadanya.
8 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Mararanta si mayat hidup tampak mengangguk. Anggukannya
perlahan dan sangat kaku.
"Ketahuilah bahwa hidupmu saat ini adalah bangkit dari alam
kematian, merupakan kehidupan sementara. Bila apa yang menjadi
niatmu telah tercapai, maka kau harus kembali ke puncak Gunung
Klabat ini dan beristirahat untuk selama-lamanya. Tapi jika kau
menyalahi tujuan-mu semula, yakni mempergunakan hidup sementaramu ini untuk maksud lain, bukan untuk kepentingan yang
semula kau katakan sebelum ajalmu, maka kau tak akan pernah
kembali dan berkubur disini secara wajar. Seumur dunia, sampai
kiamat kau akan hidup terkatung-katung antara dua alam yakni dunia
dan akhirat. Dan diantara dua alam itu kau akan tersiksa amat sangat!
Karenanya lakukan apa yang kau inginkan semula, lalu kembali kemari.
Kau dengar Mararanta...?"
Kembali Mararanta mengangguk.
"Bagus. Tapi aku ingin mendengar suaramu. Kau mendengar
Mararanta...?"
"Sa... ya... men... de...ngar..." terdengar jawaban Mararanta
Tangkario. Suaranya aneh. Seperti datang jauh dari dalam sumur
angker, kaku dan lamban tanpa irama sama sekali!
"Sekarang kau boleh pergi cucuku. Pergilah ke tanah Jawa.
Lakukan apa yang kau inginkan. Balaskan sakit hatimu! Jangan
menyimpang dari itu!"
Kembali si mayat hidup itu anggukkan kepala. Tampak kakinya
bergerak turun dari tanah kuburan. Begitu menginjak tanah di samping
kuburan, sosok tubuh Mararanta tiba-tiba saja menjadi lenyap seperti
ditelan bumi. Walalangi merasakan dadanya bergoncang keras. Sulami tiba-tiba
saja merasakan lututnya goyah dan perempuan ini langsung roboh ke
tanah. Tiga orang penduduk desa yang mengintai di kejahuan, lari
menghambur ketakutan ketika melihat sosok mayat hidup itu bergerak
melangkah. Salah satu diantara mereka malah ada yang sampai
terkencing-kencing!
9 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEPERTI MELEDEK anak rusa itu tegak memandang ke arah pemuda
yang mengejarnya lalu kibas-kibaskan ekornya yang hanya sepanjang
jari telunjuk. Orang yang mengejar bergerak dua langkah lalu diam.
Anak rusa itu maju pula dua langkah lalu diam. Begitu dikejar kembali,
dengan cekatan binatang ini melompat dan menghambur ke balik semak
belukar. Tapi dia tidak terus lari. Di balik semak belukar ini dia
mengintai-intai ke arah pengejarnya. Ketika orang itu datang mendekat,
dia sengaja menunggu. Baru dalam jarak hanya tinggal tiga langkah
lagi, anak rusa itu melompat dan lari masuk ke dalam hutan jati.
"Binatang brengsek. Aku ingin menangkapmu bukan untuk
kupanggang dan kulahapi Hanya sekedar untuk jadi sahabat mainan!
Tapi kalau kau meledekku begini rupa, jangan harap aku masih mau
berniat baik! Dagingmu tentu harum dan segar untuk dilahap." Maka si
pengejar lalu terus masuk ke dalam hutan jati di arah lenyapnya anak
rusa tadi. Namun setelah beberapa lama mencari kesana-kemari dia tak
berhasil menemui binatang itu. Jangankan menemuinya, mendapatkan
jejaknya sajapun tidak. Dengan kesal pemuda itu akhirnya memutuskan
untuk keluar saja dari hutan itu. Namun baru saja dia memutar tubuh
mendadak gerakannya tertahan. Jauh di dalam hutan, lapat-lapat dia
mendengar seperti ada suara orang mengerang dan menangis.
Sesaat pemuda ini tegak tak bergerak, sipilkan kedua matanya,
memandang ke arah hutan jati sebelah dalam dan memasang telinga
lebih tajam. "Jangan-jangan itu suara dedemit atau mahluk jejadian yang
hendak menjebak lalu mencelakakan diriku..." berkata si pemuda dalam
hati. Dia segera putar tubuh kembali. Tapi tak jadi lagi. "Suara itu
sepertinya suara tangis sendu manusia sungguhan... Tak ada salahnya
aku menyelidik sebentar." Lalu pemuda ini akhirnya masuk kembali ke
dalam hutan jati. Langkahnya dituntun oleh suara erang bercampur
tangis yang makin jauh dia masuk ke dalam hutan jati, semakin jelas
suara itu terdengar. Akhirnya, setelah berjalan menembus hutan cukup
jauh pemuda itu temukan sebuah rumah kecil terbuat dari papan kasar.
Satu-satunya pintu dan satu-satunya jendela rumah tertutup rapat.
Justru suara erang bercampur tangis itu datang dari dalam rumah!
Setelah meneliti keadaan di sekitar rumah papan dan
sekelilingnya, lalu menunggu beberapa ketika, akhirnya pemuda tadi
melangkah cepat menuju pintu rumah papan. Ketika didorong terdengar
suara berkereketan. Pintu itu ternyata tidak dikunci.
Di dalam rumah suasana gelap redup. Sedikitnya cahaya yang
merambas masuk lewat pintu yang terbuka membuat pemuda yang
barusan masuk masih bisa melihat apa yang ada dalam rumah di
10 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tengah hutan belantara itu. Untuk beberapa lamanya si pemuda tegak
seperti terpaku. Kedua matanya membesar tak berkesip.
"Demi Tuhan! Kejahatan apa yang terjadi di tempat ini..."!" desis si
pemuda. Di dalam rumah papan itu hanya terdapat sebuah ranjang papan
yang beralaskan tikar jerami. Di atasnya terbaring sesosok tubuh
seorang perempuan dengan rambut sembrawut acak-acakan. Tubuhnya
mengenakan pakaian kuning muda yang nyaris tidak berbentuk lagi
karena penuh robek disana sini dan tak sanggup lagi menyembunyikan
auratnya yang kuning langsat. Walaupun kotor dan berada dalam
keadaan sangat menderita, namun kesengsaraan itu tak dapat
menyembunyikan kecantikan wajah perempuan itu.
Hampir di sekujur badannya, terutama di bagian leher, dada dan
pangkal paha penuh dengan tanda-tanda merah seperti tanda gigitan.
Kedua tangannya terpentang dan masing-masing ibu jari tangan itu
diikat dengan-sehelai tali halus. Ujung tali yang lain diikatkan pada
kaki-kaki tempat tidur. Kedua kakinya juga mengalami hal sama. Ibu-
ibu jari kaki diikat ke kaki tempat tidur. Dan di salah satu ujung kaki
perempuan ini tampaklah anak rusa yang tadi di kejar si pemuda, tegak
menunduk sambil menjilati kaki kiri perempuan yang terikat di atas
tempat tidur itu!
"Ah, disini kau rupanya...," berucap si pemuda. Anak rusa itu
mengangkat kepalanya, memandang sebentar pada si pemuda lalu
kembali meneruskan menjilati kaki kiri perempuan itu.
Kalau saja bukan dalam keadaan seperti itu, menyaksikan sosok
tubuh perempuan muda yang cantik dan nyaris telanjang di atas
ranjang begitu mungkin pemuda yang barusan masuk ke dalam rumah
akan tergoncang juga imannya. Namun apa yang disaksikannya saat itu
adalah satu kekejaman!
"Tolong... Demi Tuhan... tolong diriku! Lepaskan aku dari
malapetaka ini. Tolong Rupanya perempuan yang terikat diatas ranjang
menyadari kalau ada seseorang masuk ke dalam rumah.
Tanpa pikir panjang lagi pemuda itu cepat bertindak untuk
memutus empat utas tali yang mengikat kedua tangan dan kaki
perempuan itu. Tapi betapa terkejutnya ketika dia mendapatkan tidak
sanggup memutus tali-tali itu ataupun membuka buhulnya dengan
tangan kosong. Ditelitinya ke empat tali itu. Baru disadarinya kalau
empat tali tersebut bukan tali-tali biasa. Maka diapun kerahkan tenaga
dalam pada kedua tangannya. Lalu mencoba lagi. Tetap saja empat tali
itu tak satupun yang bisa dibikin putus! Hampir kehabisan akal pemuda
itu terduduk di lantai rumah sambil garuk-garuk kepala.
"Tak ada jalan lain..." si pemuda berkata. Tangan kanannya
menyelusup ke balik pinggang pakaian. Sesaat kemudian sinar terang
memenuhi rumah papan yang sempit itu. Empat kali sinar terang
berkelebat dan empat kali terdengar suara tras... tras... trassss! Empat
tali pengikatpun putus. Setelah putus baru buhul yang mengikat ibu jari
11 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kaki dan tangan bisa dibuka. Perlahan-lahan si pemuda simpan kembali
senjatanya berupa kapak bermata dua ke balik pakaian!
Begitu terlepas dari ikatan tali-tali celaka itu, perempuan di atas
ranjang keluarkan pekik halus, gulingkan diri ke samping hingga jatuh
ke lantai. Tubuhnya tampak hampir tiada daya. Mungkin sudah lebih
dari dua hari dia diikat seperti itu tanpa makan ataupun diberi minum.
Namun sepasang matanya masih memancarkan pandangan dengan
sorotan tajam. Dan pandangan itu ditujukan tanpa berkedip pada
pemuda yang barusan telah menolongnya.
"Pergi... pergi dari sini. Sebelum manusia durjana itu muncul..."
terdengar perempuan itu berkata. Suaranya setengah berbisik.
Anak rusa yang tadi menjilati kakinya di atas tempat tidur, kini
telah melompat pula dan rapatkan tubuhnya ke pinggang perempuan
itu. Pemuda yang barusan menolong memang membaui adanya
bahaya di tempat itu. Namun sebelum pergi dia harus mengetahui dulu
siapa adanya perempuan muda itu dan mengapa sampai berada dalam
keadaan seperti itu di rumah papan di tengah rimba belantara itu.
"Saudari... Katakan siapa dirimu" Mengapa " kau berada di
tempat ini. Siapa yang melakukan kekejaman ini...!"
"Aku... Namaku Minari... Aku diculik sejak empat belas bulan
yang lalu. Dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya...
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akhirnya aku di bawa ke tempat ini. Namun manusia keparat itu tidak
lagi memberiku makan dan minum. Dia hanya meniduriku. Dia ingin
aku mati secara perlahan-lahan... Dia manusia biadab. Ganas! Lebih
ganas dari setan dan iblis! Lekas... Kita... kita harus pergi dari sini.
Keparat itu bisa muncul setiap saat... Tolong... Bawa diriku dari tempat
celaka ini. Saudara tolonglah lekas..."
"Ya... Kita akan pergi. Aku akan menolongmu. Tapi katakan dulu
siapa manusia biadab yang memperlakukan dirimu seperti ini?"
bertanya si pemuda lalu memegang tubuh perempuan itu dan
menggendongnya.
"Manusia itu, seorang manusia berhati iblis. Dia menyebut dirinya
sebagai..."
Belum lagi perempuan itu sempat mengakhiri ucapannya tiba-tiba
braakkk!! Rumah papan itu bergoyang keras. Dinding di sebelah kiri ambrol
berantakan dan sesosok tubuh melesat masuk dari dinding yang hancur
itu! Perempuan dalam dukungan si pemuda menjerit keras, menyebut
sebuah nama. Dia seperti berusaha hendak turun dari gendongan
namun tidak mampu. Akhirnya dia hanya bisa menjerit kembali.
12 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PEMUDA BERPAKAIAN PUTIH yang menggendong perempuan muda itu
menatap dengan pandangan tercekat pada sosok tubuh yang barusan
masuk menerobos dinding papan. Di hadapannya, terpisah di seberang
tempat tidur tegak berdiri seorang lelaki separuh baya dengan luka
menganga di pangkal lehernya. Noda darah membasahi sebagian muka,
leher serta bajunya. Orang ini tegak seperti patung, memandang lurus
ke depan, tanpa berkedip. Satu cara memandang yang luar biasa aneh
karena si pemuda merasa pandangan mata orang itu seolah-olah
menembus batok kepalanya, bahkan menembus dinding di belakangnya!
Dan mukanya yang pucat itu serta bibir yang membiru mendatangkan
rasa ngeri bagi siapa saja yang memandangnya!
"Saudari...," berbisik si pemuda. "Inikah manusianya yang telah
menculik dan mencelakaimu...?"
Dada Minari tampak turun naik. Dia menggeleng. Dia coba
membuka mulut tapi yang keluar kembali teriakan keras. Dia berteriak
menyebut nama : "Kakak Mararanta!" Perempuan itu berusaha turun
tapi si pemuda masih terus menggendongnya.
"Mi... na... ri... is... tri... ku A... ku... da... tang un... tuk... mem...
ba... wa... mu... per... gi... "
Orang diseberang tempat tidur keluarkan suara berkata yang
aneh. Suaranya seperti datang dari jauh, laksana keluar dari sumur
dalam dan kata-katanya terbata-bata kaku, seolah-olah dia memiliki
lidah yang kelu. Setiap patan kata yang diucapkannya terdengar begitu
lamban dan agaknya dia mengeluarkan ucapan itu dengan susah payah.
"Kakak! Bawa aku bersamamu... Tapi, kau terluka kakak
Mararanta..." Perempuan dalam gendongan berkata.
"Tu... run... kan... is... tri... ku! Le... tak... kan di... tem... pat... ti...
dur... La... lu... kau... ber... siap... lah... un... tuk... ma... ti!
Si pemuda terkejut. "Saudari... jadi kau istri lelaki itu...?"
tanyanya. Minari anggukkan kepalanya berkali-kali. "Turunkan aku...
Lakukan apa yang dikatakannya..." dia mampu bicara juga akhirnya.
Dengan perasaan masih sangat tercekat pemuda itu akhirnya
turunkan perempuan yang digendongnya. Lalu di seberang sana
dilihatnya lelaki yang dipanggil dengan nama Mararanta tadi angkat
tangan kanannya. Caranya mengangkat tangan itupun aneh.
Gerakannya lurus-lurus seolah-olah dia tidak memiliki siku sedang
kedua matanya tampak memancarkan sinar aneh!
"Kakak Mararanta...! Jangan...! Pemuda itu orang baik! Dia telah
menolongku!" berteriak Minari ketika dilihatnya lelaki yang pernah
menjadi suaminya itu hendak melancarkan serangan.
13 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Gerakan tangan yang kaku berhenti dan sesaat tangan kanan itu
masih bergantung lurus di udara. Lalu tubuh itu membungkuk kaku.
Tangan kiri diulurkan. Lalu dengan cara yang aneh, tapi cepat sekali
tubuh Minari yang ada di atas tempat tidur terangkat dan tahu-tahu
sudah tersadar di bahu kirinya.
"Kakak... kau terluka... Kau..." Minari tak sanggup meneruskan
ucapannya. Tubuhnya terlalu lemas. Dalam keadaan seperti itu
perempuan muda ini akhirnya pingsan di bahu lelaki yang pernah
menjadi suaminya dan kemudian terpisah sejak lebih dari setahun yang
silam. "A... ku... ti... dak... per... ca... ya... pa... da... mul Kau... te... lah...
men... ce... la... kai... is... tri... ku! Kau... Kau... ha... rus... mati...
di... ta... ngan... ku!"
Pemuda di seberang tempat tidur seharusnya menjadi marah dan
meradang dituduh telah mencelakai Minari. Tapi anehnya pandangan
mata angker lelaki di hadapannya itu membuat dirinya seperti
kehilangan segala daya untuk marah atau membentak. Dengan suara
bergetar dia berkata: "Saudara... Kau boleh tidak percaya padaku. Tapi
kau harus percaya pada apa yang diucapkan istrimu itu. Kalau memang
benar dia istrimu! Siapa kau sebenarnya..." Mengapa ada luka besar di
lehermu. Gerakanmu serba kaku. Ucapanmu terputus-putus.
"A... ku... Ma... yat... Hi... dup... Gu... nung... Kla... bat!U... cap...
an... is... tri... ku... ting... gal... u... cap... an... A... ku... li... *
hat... sen... di... ri... kau... hen... dak... me... la... ri... kan... Mi... na... ri! Kau...
pas... ti... ka... ki... ta... ngan... ma... nu... sia... ke... pa... rat... ber...
na... ma... Pa... nge... ran...Ma... ta... ha... ri... itu!... Ka... ta... kan...
di... ma... na... dur... ja... na... i... tu... ber... a... da...!"
"Mayat Hidup Gunung Klabat" Kau menyebut dirimu begitu...?" si
pemuda memandang dengan tajam mulai dari kepala sampai ke kaki
lelaki di hadapannya seolah-olah baru saat itu dia melihatnya. "Apa...
apa betul kau mayat hidup... Gila! Bagaimana ada mayat hidup!" Namun
dalam hatinya pemuda itu merasa semakin tercekat. Wajah yang pucat
tiada berdarah dan bibir yang biru itu... Memang begitulah keadaan
mayat. Tapi mayat hidup! Sulit dipercaya. "Paling tidak manusia satu ini
bangsa orang gendeng juga!" Begitu si pemuda membatin. Lalu, "Hai!
Tadi menyebut nama Pangeran Matahari" Betul kau barusan menyebut
nama Pangeran Matahari"!"
"A... ku... bi... ca... ra... Kau... men... de... ngar... Aku... ti... dak...
bi... su... kau... ti... dak... tu... li..." si Mayat Hidup Gunung Klabat alias
Mararanta Tangkario menjawab.
"Kita sama-sama tidak tuli dan tidak bisu. Karena itu kau dengar
penjelasanku baik-baik. Aku bukan kaki tangan Pangeran Matahari.
Dimana dia berada aku tidak tahu. Akupun sudah lama mencari-cari
keparat itu!"
"Kau... dus... ta... A... ku... tak... per... ca... ya... pa... da... mu...
A... ku... tak... per... ca... ya... pa... da... o... rang... Ja... wa...!"
14 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Eh, mulutmu kurang ajar amat Mayat Hidup! Jangan menyebut-
nyebut nama orang Jawa segala! Istrimu sendiri juga orang Jawa!" teriak
si pemuda. "Is... tri... ku... o... rang... Ja... wa... yang... ba... ik...," jawab
Mayat Hidup Gunung Klabat. Lalu tangannya membuat gerakan kaku,
bergerak lurus seperti palang. Dan ketika tangan itu tepat mengarah
kejurusan si pemuda, bahu kanan Mayat Hidup Gunung Klabat tampak
seperti disentakkan. Lalu saat itu juga terdengar suara deru angin yang
hebat. Rumah itu laksana neraka karena tiba-tiba saja seantero tempat
menjadi panas luar biasa! Pemuda yang mendapat hantaman angin
keras panas itu cepat-cepat jatuhkan diri ke lantai. Saat itu pula
terdengar suara ledakan keras.
Rumah papan seperti dihantam topan. Hancur berantakan
berkeping-keping ke udara bersama tempat tidur kayu. Sebagian dari
kayu-kayu rumah itu tampak seperti hangus. Si pemuda sendiri ikut
terlempar ke udara lalu jatuh tepat dibawah sebatang pohon jati tua
dalam keadaan tidak sadarkan diri. Beberapa bagian tubuhnya tampak
luka-luka. Pakaian putihnya robek dan pipi kirinya baret! Mararanta
Tangkario bersama Minari dan anak kijang lenyap dari tempat itu!
15 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA PEMUDA YANG pingsan itu siuman dan membuka kedua
matanya, pertama sekali yang dilihatnya adalah dua buah kaki yang
mengenakan kasut terbuat dari kulit. Di sebelah atas dua kaki itu
memakai sehelai celana hitam. Lalu di sebelah dada atas lagi tampak
baju yang juga berwarna hitam. Di bagian dada baju terpampang
gambar puncak gunung berwarna biru melambangkan gunung Merapi.
Pada latar belakang gambar gunung berwarna biru itu tertera gambar
matahari merah dengan guratan-guratan
berwarna kuning melambangkan sinar matahari.
Si pemuda yang terkapar di akar pohon jati itu bukakan kedua
matanya lebih lebar. Kini dia dapat melihat tampang manusia
berpakaian hitam itu lebih jelas. Orang ini memiliki kening tinggi yang
diikat dengan sehelai kain merah. Dagunya kukuh dan rahangnya
menonjol. Keseluruhan wajahnya membersitkan kekerasan, keangkuhan
atau kecongkakan. Dan dia kenali siapa adanya manusia ini!
Sebelum pemuda ini berusaha bangun, orang berpakaian hitam
keluarkan suara tertawa dan cepat sekali tahu-tahu kaki kanannya
sudah menginjak tenggorokan pemuda berpakaian putih yang
tergelimpang di tanah!
"Kita bertemu kembali Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212! Dan
kita sama-sama tidak menyukai pertemuan ini, bukan..."!"
Pemuda berpakaian putih yang ternyata adalah Wiro Sableng
murid Eyang Sinto Gen-deng dari Gunung Gede menyumpah dalam hati:
"Bangsat ini menginjak leherku! Bagaimana aku bisa menjawab
ucapannya! Sialan!"
Diam-diam dengan cepat Pendekar 212 kerahkan tenaga dalam ke
tangannya kiri-kanan. Lalu seperti gunting, dia hantamkan kedua
tangannya secara menyilang ke arah betis orang yang menginjak
lehernya. Untuk mencegah agar orang itu tidak menghujamkan kaki dan
menghancurkan lehernya, Wiro tendangkan kaki kanan ke arah
selangkangan lawan!
Si baju hitam mendengus dan keluarkan ucapan mengejek:
"Bagus! Kau membuat gerakan yang tepat Pendekar 212! Kalau tidak
lehermu pasti sudah kuhancurkan dan nyawamu melayang ke akhirat!"
Lalu karena diapun tak ingin kaki kanannya putus seolah-olah dibabat
oleh gunting raksasa, maka orang ini jejakkan kaki kirinya dan disaat
itu juga tubuhnya melesat ke udara setinggi dua tombak. Dia membuat
jungkir balik di udara satu kali lalu melayang turun dengan kedua kaki
menjejak tanah lebih dahulu.
Tanpa tunggu lebih lama Wiro Sableng lipat kedua lututnya lalu
melompat bangun dan tegak sambil pasang kuda-kuda.
16 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Lelaki berbaju hitam dengan gambar gunung dan matahari di
dadanya menyeringai. "Hem... tak pernah aku melihat keadaanmu
seburuk hari ini, Pendekar 212! Pakaianmu robek-robek seperti pakaian
gembel. Kulitmu luka-luka dan pipimu baret besar! Apakah kau barusan
lari terbirit-birit di kejar setan hutan jati ini" Atau ada musuh yang
sempat menghajarmu babak belur...?"
Murid Sinto, Gendeng balas menyeringai. Kedua tangan
dirangkapkan di depan dada.
"Pangeran Matahari! Lama tak bertemu apakah kau barusan
datang dari neraka atau liang kubur"! Tubuhmu sebusuk mayat dan
mulutmu sebau comberan. Kau pasti menyesal mengapa tidak
membunuh musuh bebuyutanmu ini ketika tadi aku masih pingsan!"
"Mengambil nyawamu semudah aku membalikkan telapak tangan
pendekar sableng! Aku memang tidak membunuhmu karena perlu
beberapa keterangan...!"
"Ah, aku sudah tahu keterangan apa yang kau inginkan. Dan
jawabanku adalah semudah aku membalikkan telapak tangan untuk
cebok...!Ha... ha... ha...!"
Walau mukanya jadi merah oleh ejekan itu, tapi mulut Pangeran
Matahari masih bisa sunggingkan seringai.
"Keterangan pertama! Ceritakan padaku bagaimana kau bisa
sampai di tempat ini! Keterangan, kedua, apa yang terjadi dengan
rumah papan milikku! Siapa yang membuatnya porak-poranda seperti
ini. Keterangan ketiga dimana gadis berpakaian kuning yang
sebelumnya terikat di atas ranjang kayu! Nah itu saja! Lekas berikan
keterangan padaku!"
"Mudah saja... Mudah saja...!" sahut Pendekar 212 seraya usap-
usapkan telapak tangannya satu sama lain. "Keterangan pertama! Aku
sampai ke mari sepembawa kedua kakiku, tapi juga karena mendengar
ada yang mengerang dan menangis di dalam hutan jati ini. Ketika
rumah papan kutemui dan kumasuki ternyata di dalamnya ada seorang
perempuan dalam keadaan sangat menderita, terbaring di atas tempat
tidur dengan dua tangan dan dua kaki terikat! Dan aku tahu Pangeran
Matahari... Kau yang punya pekerjaan biadab itu!"
"Dugaanmu tepat!" sahut Pangeran Matahari lalu tertawa gelak-
gelak. "Lanjutkan keteranganku sampai habis!"
"Keterangan kedua!" ujar Wiro melanjutkan. "Yang merubah
rumah papanmu menjadi puing-puing tak berguna ini adalah seorang
yang menyebut dirinya Mayat Hidup Gunung Klabat..."
"Mayat Hidup Gunung Klabat" Nama edan apa pula itu..." ujar
Pangeran Matahari. "Jangan-jangan kau hanya mengarang..."
"Edan atau tidak, tapi aku menyaksikan makhluk itu. Ujudnya
seperti manusia biasa. Ada luka besar masih menganga dan belum
kering darahnya di pangkal lehernya. Dia menuduhku telah menculik
dan berlaku keji terhadap perempuan yang terikat di atas tempat tidur.
Karena itu dia lalu menyerangku dengan pukulan sakti. Pukulan itu
17 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
yang menghancurkan rumah papanmu... Kau tentu ingin tahu siapa
nama Mayat Hidup Gunung Klabat itu bukan..." Kau pasti kenal
padanya..."
"Jangan menyuruh aku menduga-duga tak karuan. Lekas beri
tahu siapa nama orang itu jika kau memang sudah tahu!" bentak
Pangeran Matahari pula.
"Namanya Mararanta Tangkario! Orang yang istrinya kau culik,
lalu kau bawa dari satu tempat ke tempat lain..."
"Apa katamu..."!" ujar Pangeran Matahari dengan mata melotot.
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mararanta Tangkario sudah mati terbunuh oleh dukun suruhanku!
Bagaimana mungkin tahu-tahu bisa hidup kembali"!"
"Justru disitulah letak masalahnya. Bagaimana orang sudah mati
bisa hidup kembali" Tapi aku bertemu sendiri dengan dirinya ketika dia
hendak membawa istrinya. Wajahnya pucat pasi, bibirnya biru dan dia
memiliki pukulan sakti luar biasa!"
"Jadi manusia bernama Mararanta Tangkario itu yang
menghancurkan rumahku, menghajarmu sampai babak belur begini dan
menculik Minari..."!"
"Kau sudah menjawab sendiri pertanyaanmu!" Sahut Pendekar
212 pula. "Dan ketahuilah... Mayat Hidup Gunung Klabat itu muncul
untuk mencari dan membunuhmu!"
"Dia boleh datang menemuiku jika minta mampusl Tapi sulit
kupercaya jika orang yang sudah mati seperti Mararanta itu bisa hidup
dan menjelma kembali...!"
"Kau tanyakan sendiri jika bertemu dengannya!" ujar Wiro seraya
menyeringai. Pangeran Matahari merenung sejenak lalu berkata: "Pendekar
212! Antara kita banyak silang sengketa dan dendam lama yang harus
diselesaikan. Tapi karena ada urusan besar yang tengah kuhadapi
aku bersedia menunda urusan kita sampai beberapa waktu. Apalagi kau
telah memberi keterangan yang sangat penting padaku..."...~
Wiro tertawa kecil. "Di lain saat jika bertemu lagi, kau harus
membayar penundaan penyelesaian hutang-piutang ini dengan
bunganya..."
"Manusia sableng, kau tak usah takut! Bunga itu akan kubayar
dua kali lipat! Aku harus mengejar mereka sekarang juga!" Habis
berkata begitu Pangeran Matahari dorongkan telapak tangan kirinya ke
arah Wiro. Murid Sinto Gen-deng cepat rundukkan kepala. Sinar biru
berkelebat ganas di atas kepalanya, menghantam pohon jati tua di
belangnya hingga patah dan tumbang menggemuruh.
Pendekar 212 tidak mau kalah. Begitu serangan lawan berhasil
dielakkannya dan Pangeran Matahari dilihatnya berkelebat ke kanan,
murid Sinto Gendeng ini balas menghantam dengan tangan kiri. Suara
menggemuruh laksana ada batu besar menggelinding, menghantam ke
arah Pangeran Matahari. Inilah pukulan sakti bernama "kunyuk
18 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
melempar buah"!
Pangeran Matahari melompat setinggi satu tombak ke atas sambil
kebutkan lengan baju hitamnya.
Whuuutt! Serangan Wiro musnah. Dia merasa ada denyutan cukup
mengagetkan membalik menghantam dadanya, membuat pendekar ini
cepat-cepat menyingkir ke samping. Di lain pihak sang Pangeran sendiri
buru-buru menarik pulang tangannya ketika di dengarnya ada suara
ber-kerebetan. Ketika dilihatnya ternyata ujung lengan kiri pakaian
hitamnya itu telah robek!
19 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA MINARI siuman dari pingsannya, didapatinya dirinya terbaring
diatas rerumputan. Dengan siisah payah dia mencoba duduk. Begitu
duduk dan memandang berkeliling, tercekatlah perempuan ini. Ternyata
dia berada di sebuah bukit yang lerengnya penuh ditumbuhi berbagai
bunga. Walaupun cuma bunga-bungaan liar namun pemandangan
disitu indah sekali. Lebih terkejut lagi dia sewaktu menyadari bahwa
kini dia tidak lagi mengenakan pakaian biru muda yang kelihatannya
masih baru. Sehelai itu sekujur tubuhnya yang sebelumnya kotor kini
tampak bersih sedang rambutnya yang awut-awutan kini tersisir rapi.
Siapa yang melakukan semua ini..." Siapa yang menggantikan
pakaiannya, siapa yang membersihkan tubuhnya" Astaga! Jika ada yang
mengganti pakaian dan membersihkan tubuhnya pastilah orang itu
telah membuka pakaiannya, melihat sekujur auratnya tanpa tutupan
sama sekali...! Memikir sampai disitu Minari merasakan tubuhnya
bergetar dan wajahnya merah karena jengah.
Perempuan ini memandang berkeliling. Saat itulah dia melihat
disampingnya, diatas sehelai daun terdapat beberapa macam buah-
buahan. Ada jambu air, jambu kelutuk dan manggis hutan. Disebelah
buah-buahan ini terletak daun yang dibentuk demikian rupa seperti
mangkok dan didalamnya ada air jernih.
Sesaat Minari masih terheran-heran. Namun rasa lapar serta
dahaga membuat dia segera saja melahap jambu air lalu meneguk air
dalam daun. Ketika dia meletakkan daun itu ke atas rumput, saat itulah
dia ingat. Dan dia memandang berkeliling seraya memanggil.
"Mararanta... Kakak Mararanta" Dimana kau...?"
Terdengar suara berdesir. Minari berpaling ke belakang, di arah
mana terdapat sekolompok pohon berdaun rimbun. Dari atas salah satu
pohon itu melayang turun satu sosok tubuh, langsung tegak di hadapan
Minari. "Kakak...!" seru Minari ketika dikenalinya orang itu adalah
suaminya, Mararanta Tangkario. Sesaat dia menatap paras lelaki itu
dengan matanya yang bening bersinar. Lalu dia beringsut maju dan
peluk pinggang lelaki itu. "Kau, kaukah yang menggantikan pakaianku,
kaukah yang menyediakan buah-buah serta air minum itu kakak" Kau
jugakah yang membersihkan tubuhku..." Minari mendongak dan melihat
Mararanta anggukkan kepalanya dengan gerakan yang kaku. "Kau
terluka kakak. Apa yang terjadi atas dirimu. Keadaanmu sangat tidak
terawat. Lukamu itu harus diobati. Mukamu pucat sekali dan bibirmu
biru..." Ucapan Minari tidak putus-putus karena menyaksikan keadaan
suami yang terpisah selama empat belas bulan itu sungguh sangat
menyedihkan. "Kakak Mararanta, mengapa kau jadi begini" Mengapa
20 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kau menghilang sekian lama. Aku telah jadi korban penculikan manusia
terkutuk Pangeran Matahari itu Minari menutup wajahnya dengan
kedua tangan dan mulai menangkis.
"Ja... di... be... nar... bang... sat... i... tu... men... cu... lik... mu..."
"Kakak... Suaramu! Mengapa berubah seperti ini"!" kejut Minari.
Lalu dia ingat bahwa diapun sempat mendengar suara Mararanta
sewaktu berada di rumah papan di hutan jati. Suara yang aneh, kaku
dan lamban seolah-olah datang dari jauh.
"A... ku... me... mang... te... lah... ber... u... bah... Mi... na... ri...
A... ku... bu... kan... Ma... ra... ran... ta... sua... mi... mi... mu...
yang... du... lu. A... ku... te... lah... ma... ti..."
"Mati...?" ujar Minari. "Tidak! Kau tidak mati! Kau harus tetap
hidup seperti yang kulihat saat ini! Kita harus berkumpul kembali... I"
"Ti... dak... mung... kin... is... tri... ku..."
"Tidak mungkin bagaimana" Dengar, kita tinggalkan tempat ini.
Kita segera berangkat ke Kartoyudo. Aku akan mengobati lukamu. Aku
akan merawatmu sampai sembuh..."
Mararanta membuat gerakan menggeleng yang kaku dan aneh.
"Ki... ta.;. ti... dak... ber... kum... pul... is... tri... ku... Ki... ta...
ber... a... da... di... du... a... lam... yang... ber... beda."
"Ah! Kau pasti berada dalam keadaan sakit berat, kakak
Mararanta. Cara bicaramu aneh. Apa yang kau ucapkan tidak karuan..."
"Mi... na... ri... A... ku... se... be... nar... nya... su... dah... ma... ti...
So... sok... ku... sa... at... ini... a... da... lah... so... sok... ma...
yat... hi... dup... A... ku... Ma... yat... Hi...dup... Gu... nung... Kla... bat... I"
Meskipun saat itu tubuhnya masih terlalu lemah namun seperti
mendapat satu kekuatan baru, Minari tegak dari duduknya dan
menatap Mararanta Tangkario mulai dari ujung rambut sampai kekaki.
Muka yang sangat pucat tiada berdarah itu. Bibir yang membiru. Lalu
sepasang mata yang cekung dengan pandangan kosong tapi seperti
menembus. Dan luka di leher yang mengerikan itu I
"Kau sakit kakak. Kau sakit..." desis Minari.
Mararanta tidak menjawab. Kedua matanya memandang tak
berkedip. Lambat-lambat rasa takut mulai merayapi diri perempuan itu.
"Kakak... kau ikut aku ke Kartoyudo sekarang juga"
"Ti... dak... Mi... na... ri... Kau... yang... i... kut... a... ku... men...
ca... ri... Pa... nge... ran... dur... ja... na... i...tu...!"
"Mencari Pangeran Matahari bukan soal mudah. Dia datang dan
pergi seperti setani Kalaupun kau berhasil menemuinya, kau tak
mungkin melawannya. Ilmu kepandaiannya tinggi sekali..."
"Ma... ra... ran... ta... yang... du... lu... me... mang... ti... dak...
sang... gup... me... la... wan... Pa... nge... ran... Ma... ta... ha... ri...
Ta... pi... Ma... ra... ran... ta... Ma... yat... Hi... dup... pas... ti... mam...
pu... me... nga... lah... kan... nya."
"Ada yang tak beres dengan diri suamiku ini. Ya Tuhan, tolong
diriku. Tolong dirinya... Aku tak percaya pada pengakuannya bahwa
21 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dirinya adalah Mayat Hidup. Mana mungkin hal itu bisa terjadi. Atau...
Apakah aku harus mengujinya?"
Memikir sampai disitu Minari mengambil sebutir jambu kelutuk
lalu memberikannya pada Mararanta seraya berkata: "Makanlah, kau
pasti lapar."
Mararanta menggeleng kaku. "Ma... yat... ti... dak... a... da...
yang... ma... kan..." katanya.
"Kalau begitu minumlah..." kata Minari pula ingin menguji lebih
lanjut. Dia membungkuk mengambil air dalam gulungan daun.
Kembali Minari melihat Mararanta menggeleng. "Ma... yat... ti...
dak... a... da... yang... mi... num..." ucapnya.
"Kakak! Kau ini...! Aku melihat kau terluka dan dalam keadaan
menderita! Tapi aku tak percaya kau sudah mati! Aku tak percaya kau
adalah mayat hidup. Demi Tuhan! Sandiwara atau permainan apa yang
tengah kau lakukan ini"!"
"Mi... na... ri... A... ku... ti... dak... mem... per... ma... in... kan...
mu. Ji... ka... kau... ti... dak... per... ca... , li... hat... ka... ki... ku
Mendengar ucapan itu Minari langsung memandang ke bawah ke
arah kedua kaki Mararanta Tangkario. Dan terkejutlah perempuan ini.
Wajahnya seputih kertas Kedua kaki lelaki itu sama sekali tidak
menginjak rumput! Tidak menginjak tanah! Langsung Minari roboh
tidak sadarkan diri lagi.
* * * 22 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
BAGIAN DEPAN RUMAH PANGGUNG itu hanya diterangi sebuah lampu
minyak kecil yang digantung di bawah talang air. Cahayanya tidak dapat
menerangi serambi rumah yang luas dimana saat itu seorang lelaki
berpakaian hitam duduk diatas sebuah kursi goyang terkantuk-kantuk.
Kursi goyang dari kayu itu mengeluarkan suara berderik-derik. Orang
yang duduk diatasnya membenarkan letak kain sarung yang
menyelubungi kedua kakinya agar terlindung dari gigitan nyamuk.
Sesekali dia menguap lebar-lebar. Walau kantuknya berat namun dia
tak dapat tidur. Dan memang dia tak boleh tidur karena tugasnya
adalah berjaga-jaga.
Di langit bulan setengah lingkaran nampak redup tertutup awan.
Di kejauhan terdengar suara anjing menggonggong. Pada saat itulah
lelaki di atas kursi goyang mendadak membuka kedua matanya lebar-
lebar karena entah kapan munculnya sesosok tubuh lelaki yang men-
dukung tubuh seorang perempuan tahu-tahu tampak berdiri di sudut
serambi yang paling gelap.
"Aneh kata lelaki di kursi goyang dalam hati. "Tadi mataku
memang terpicing, tapi telingaku tak akan lolos menangkap suara
apapun. Bagaimana mungkin orang itu bisa naik ke serambi tanpa aku
mendengar langkahnya sewaktu menginjak tangga dan juga sewaktu
berjalan dilantai serambi ini. Dengan memanggul beban seberat itu
hentikan kakinya pasti akan lebih keras. Dia tahu-tahu saja berada di
ujung serambi sana..."
"Siapa disana"!" lelaki berbaju hitam bertanya dengan suara
menghardik. 'Yang ditanya tidak menjawab. Bergerakpun tidak. Si penjaga
turun dari kursi goyang, ikatkan kain sarung ke pinggang. Sambil
tangan kanannya meraba hulu golok yang tersisip di pinggang kirinya
dia perhatikan orang yang tegak di ujung serambi sana. Namun
kegelapan tidak mungkin baginya untuk melihat dengan jelas, apalagi
mengenali siapa adanya orang itu. Karenanya dia lalu pergi mengambil
lampu minyak di bawah cucuran atap. Sambil mengacungkan lampu
minyak tinggi-tinggi dia menghampiri orang yang tegak di ujung
serambi. Begitu sampai dihadapan sosok itu dan cahaya lampu menerangi
wajah serta sebagian tubuh orang termasuk orang yang digendongnya,
tersiraplah darah si penjaga. Seumur hidup belum pernah dia melihat
tampang yang begini angker, apalagi ada luka besar di pangkal lehernya.
Wajah manusia itu begitu pucat, kedua matanya nyalang besar tapi tak
pernah berkedip. Bibirnya hitam kebiruan dan hembusan nafasnya
menusuk tajam. 23 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Ki sanak... Kau siapa... Apa maksud kedatanganmu?" bertanya si
penjaga. Hati kecilnya mendadak saja merasa yakin bahwa dia tidak
berhadapan dengan manusia.
"A... pa... kah... di... si... ni... ru... mah... Ki... Du... kun... Su...
ra... Man... ja... ngan?"
Kembali si penjaga tersurut mundur. Kali ini karena mendengar
suara orang itu. "Manusia aneh... Suaranya seperti datang dari jurang
yang dalam. Kaku... terbata-bata..."
"A... ku... ber... ta... nya! Me... nga... pa... ti... dak... men... ja...
wab...?" "Betul, ini memang rumah kediaman Ki Dukun Surah Manjangan.
Ahl Ki sanak rupanya datang hendak berobat. Siapakah yang sakit" Ki
sanak sendiri atau orang yang ki sanak dukung..." Kulihat ada luka
besar di pangkal leher ki sanak..."
"Ti... dak... per... lu... ba... nyak... ber... tanya. Le... kas... pang...
gil... kan... du... kun... ke... pa... rat... itu..."
Mendengar majikannya disebut dengan kata-kata dukun keparat,
marahlah si penjaga. "Manusia bermuka pucatl Jaga mulutmu. Kalau
sampai Ki Dukun mendengar bagaimana mulutmu sekurang ajar itu
menyebut dirinya, bisa-bisa kau meninggalkan tempat ini melangkah
seperti anjing!"
Si muka pucat mendengus. Hembusan nafas membersit dari
mulut dan hidungnya. Si penjaga merasakan kedua matanya menjadi
sangat perih. Cepat-cepat orang ini mundur beberapa langkah.
"Ka... lau... kau... ti... dak... le... kas... m... mang... gil... du...
kun... ja... ha... nam... itu... ku... po... rak... po... ran... da... kan...
ru... mah... i... ni!"
"Kurang ajar!" bentak si penjaga. Walau hatinya sejak tadi sudah
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecut namun mendengar kata-kata orang yang hendak memporak
porandakan rumah itu, marahlah dia. "Jika kau datang meminta obat,
kau akan mendapatkan dari Ki Dukun. Tapi jika kau bicara yang
bukan-bukan malah mengancam segala, berarti nyawamu hanya tinggal
beberapa kejapan saja!"
Lelaki yang mendukung sosok tubuh perempuan, yang bukan
lain adalah Mararanta Tangkario alias Mayat Hidup Gunung Klabat
gembungkan mulutnya lalu meniup ke depan. Si penjaga berseru kaget
ketika merasakan ada angin kencang yang menghantam ke arahnya.
Cepat-cepat dia melompat ke kiri. Dirinya memang selamat tapi ada
suara braak di sebelah belakang. Ketika berpaling tampak salah satu
bagian dinding kayu rumah hancur berantakan! Kemudian si penjaga ini
menyadari kalau lampu minyak yang tadi dipegangnya di tangan kiri
telah terlepas mental dan jatuh di lantai. Minyak yang berceceran di
lantai kayu serta merta dijilat api!
"Keparat kurang ajar! Kau memang minta mati!" teriak si penjaga.
Dia gulung kain sarungnya lalu cabut golok yang tersisip dipinggang
kiri. Tanpa menunggu lebih lama dia ayunkan senjatanya, membabat ke
24 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
arah pinggang si muka pucat.
Dari mulut Mayat Hidup Gunung Klabat terdengar suara
menggerang. Tangan kanannya di ulurkan. Si penjaga menjerit keras
ketika pergelangan tangannya tahu-tahu sudah dicekal lawan. Dan
bukan hanya dicekal. Detik itu juga terdengar berderak. Tulang
lengannya dicengkeram hancur hingga tangan itu kini terkulai dan golok
yang tadi dipegangnya terlepas jatuh ke lantai!
Sambil melolong kesakitan si penjaga putar tubuh, masuk
menghambur ke dalam rumah lewat pintu tertutup yang ditendangnya
dengan keras. Ruang panggung itu ternyata panjang sekali. Di kiri
kanan berderet-deret kamar-kamar yang tertutup. Di sebelah ujung
terdapat sebuah kamar berpintu hitam dengan gambar sebuah
pendupaan putih serta bara api merah lengkap dengan asap di sebelah
atasnya. Penjaga itu lari menuju pintu hitam tersebut. Di depan pintu dia
berseru: "Ki Dukun! Ada pengacau muncul disini! Harap kau lekas
keluar dan bertindak...!"
Tak ada sahutan dari balik pintu hitam. Ketika berpaling si
penjaga melihat manusia bermuka pucat itu mendatangi semakin dekat.
Sementara itu di langkan rumah kobaran api semakin besar... Karena
tak tahan sakit serta ketakutan setengah mati akhirnya dia mendobrak
pintu hitam dan melompat masuk ke dalam. Bau kemenyan menyambar
keluar. Di balik pintu itu ternyata adalah sebuah ruangan besar yang
sangat redup karena hanya diterangi sebuah lampu minyak kecil. Lantai
ruangan ditutup dengan permadani berwarna merah tua. Di tengah-
tengah terhampar sebuah batu hitam berbentuk lonjong dan pipih. Di
atas batu ini duduk bersila seorang kakek yang hanya mengenakan
sehelai cawat berwarna putih. Tubuhnya kurus sekali hingga tulang
belulangnya menonjol jelas. Mukanya cekung, begitu juga kedua
matanya yang terpejam memiliki rongga yang dalam serta kehitaman.
Diatas kepalanya yang berambut kasar dan acak-acakan seperti ijuk ada
sebuah pendupaan berwarna putih yang baranya menyala terang dalam
gelap. Karena ditaburi kemenyan, asap pendupaan ini menebar bau
yang harum dan tajam ke seluruh ruangan.
Yang hebatnya, di atas pendupaan yang menyala dan menebar
asap kemenyan melintang sebilah golok. Apa yang tengah dilakukan
oleh kakek berwajah angker ini"
Di dalam ruangan itu tidak ada perabot lain, kecuali puluhan
macam senjata tajam yang digantung ke dinding. Mulai dari berbagai
jenis pisau kecil dan besar, berbagai bentuk golok serta pedang, sampai
pada tombak yang memiliki satu, dua atau tiga mata.
Si penjaga jatuhkan dirinya di depan kakek yang tampaknya
tengah bersemedi sambil menjunjung pendupaan menyala itu.
"Wakanto... Kau mengganggu pekerjaanku!" Tiba-tiba kakek yang
duduk di atas batu membuka mulut. "Nyawa yang harus aku ambil
25 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
malam ini menjadi gagal. Berarti nyawamu gantinya..."
Selesai mengucapkan kata-kata itu, golok di atas pendupaan tiba-
tiba tampak bergerak naik lalu perlahan-lahan manukik ke arah penjaga
rumah panggung bernama Wakanto. Melihat hal ini pucatlah wajah
penjaga itu. Cepat-cepat dia berseru.
"Ki Dukun, maafkan diriku!" seru sipenjaga sambil letakkan
keningnya di atas batu di hadapan kaki si kakek. "Aku tidak bermaksud
mengganggumu. Tapi ada pengacau datang ke rumah ini! Dia menyebut
namamu dengan kurang ajar. Ketika aku hendak menghajarnya dia
menghancurkan pergelangan tanganku! Lihat... kau lihat sendiri Ki
Dukun..." Wakanto angkat tangan kanannya yang telah hancur
tulangnya. Ki Dukun Sura Manjangan tidak menyahut tapi tahu-tahu kaki
kirinya melesat dan dukk! Tubuh Wakanto terpental, tersandar ke
dinding. Dia mengeluh pendek lalu roboh melingkar di lantai. Pingsan.
"Masih untung nyawamu tidak kuambil..." Ki Dukun berkata.
Jala Pedang Jaring Sutra 3 Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Hikmah Pedang Hijau 7
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 050 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Solgeek (Dani) dan Kiageng80
1 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
INI SATU PEMANDANGAN yang mengerikan bagi siapa saja yang
menyaksikan. Bagaimana tidak. Di malam buta ketika tak ada rembulan
dan langit tidak pula berbintang, dibawah kepekatan yang menghitam
gelap disertai hembusan angin mencucuk dingin, ditambah dengan
turunnya hujan rintik-rintik, seekor kuda putih berlari kencang menuju
puncak Gunung Klabat. Sambil lari binatang ini tiada hentinya
keluarkan suara meringkik keras dari sela mulutnya yang berbusa.
Di atas punggung kuda putih itu membelin-tang sesosok tubuh
yang sudah tidak bernyawa lagi. Sesosok mayat seorang lelaki
separuhbaya berambut panjang sebahu dengan luka bekas bacokan
pada pangkal lehernya. Sebagian wajah dan leher serta dadanya
dibasahi oleh darah yang masih hangat tanda orang ini belum begitu
lama menemui ajalnya.
Di belakang mayat yang membelintang di atas punggung kuda itu,
duduk seorang perempuan berwajah bulat, berpakaian merah.
Rambutnya yang panjang tergerak lepas dan berkibar-kibar ditiup
angin. Perempuan inilah yang memacu kuda itu dengan segala
kemampuan yang ada. Dia menunggang kuda putih sambil air mata
mengucur membasahi kedua pipinya yang merah.
Betapapun mengerikan melihat berkelebatnya tiga mahluk itu
dalam kegelapan malam namun mereka bukanlah setan atau mahluk
jejadian. Ketiganya tetap mahluk ciptaan Tuhan, dua dalam keadaan
hidup dan satu sudah jadi mayat!
Menjelang dinihari, kuda putih itu mencapai puncak gunung yang
sangat curam dan perjalanan tak mungkin diteruskan dengan
menunggangi binatang itu. Menyadari hal itu, perempuan muda
penunggang kuda cepat melompat turun, menarik sosok mayat lelaki
lalu memanggulnya di bahu kanan. Sebelum pergi, dia memegang leher
binatang itu dan berkata
"Putih! Kau tetap disini. Tunggu sampai aku kembali!"
Seperti mengerti ucapan orang, kuda putih itu meringkik keras,
lalu tundukkan kepalanya, menyusup mencari rerumputan liar diantara
semak belukar. Setengah berlari perempuan muda itu memanggul mayat di bahu
kanannya menuju puncak gunung sementara di timur langit mulai
tampak membersitkan sinar kekuning-kuningan tanda tak lama lagi
sang surya akan kembali muncul menerangi bumi Tuhan.
Di puncak gunung yang temaram itu udara semakin keatas terasa
dingin. Tapi perempuan yang memanggul mayat itu justru telah basah
kuyup pakaian merahnya. Sekujur tubuhnya sakit dan letih bukan
kepalang bahkan kedua kakinya laksana kaku dan sukar untuk diajak
2 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
berlari lebih cepat. Namun kekerasan hatinyalah yang membuat
perempuan itu terus bersikeras mendaki sampai ke puncak teratas
Gunung Klabat. Dan tepat ketika sang surya tampak menyembul di ufuk
timur, dia sampai di puncak gunung. Matanya memandang ke arah
sebuah pondok kayu beratap ijuk, satu-satunya bangunan di tempat itu.
Dia langsung melangkah naik ke atas langkan berlantai papan dan
mengetuk pintu yang tertutup.
"Bapak Tua Walalangi, bukakan pintu. Saya datang dari jauh
membawa berita buruk! Saya memerlukan bantuanmu!" Lalu
perempuan itu kembali mengetuk pintu, lebih keras dari tadi.
Di dalam terdengar suara tempat tidur berderik. Disusul suara
orang berdehem beberapa kali. Kemudian terdengar langkah-langkah
kaki menuju ke pintu. Sesaat kemudian pintu itu terbuka dengan
mengeluarkan suara berkereke-tan.
"Tamu dari mana yang muncul pagi-pagi buta begini"!" Satu suara
lebih dulu terdengar baru menyusul muncul orangnya dari balik daun
pintu. Orang ini ternyata adalah seorang kakek berwajah tirus, berambut
putih panjang sebahu tapi jarang, mengenakan baju lengan panjang dan
celana gombrong putih.
"Saya Sulami Tangkario datang dari selatan Gunung Klabat
"Tangkario. Hem... Aku pernah dekat dengan nama keluarga
Tangkario. Tapi..." Si orang tua dongakkan kepalanya. Cuping
hidungnya sesaat tampak mengembang.
"Hemmm... Aku mencium bau mayat..." desisnya kemudian
"Bapak Tua Walalangi," perempuan yang mendukung jenazah
berkata dengan heran.
"Apakah sejak tadi kau tidak melihat saya memanggul mayat di
bahu kanan..." Perempuan ini memandangi wajah orang tua itu lekat-
lekat. Kemudian terdengar suaranya agak tertahan : "Astaga, Bapak
Tua... Kedua matamu ternyata buta! Harap maafkan orang
Ternyata Bapak tua bernama Walalangi itu memang buta nyalang
sepasang matanya yang berwarna kelabu. Dia mengangguk perlahan
lalu ulurkan tangan meraba kepala mayat. Tangannya kemudian turun
kebawah, sampai di leher berhenti beberapa ketika. Ada darah hangat
dan licin terasa membasahi jari-jarinya dan dia dapat meraba luka
bacokan di leher mayat.
"Siapa yang berbuat sekejam ini..." katanya dengan suara
tercekat. "Kau telah mendukung mayat itu cukup jauh tentunya.
Letakkan di lantai dan katakan apa kau punya hubunganmu dengan
mayat yang kau bawa kemari ini!"
Sulami Tangkario perlahan-lahan dan dengan sangat hati-hati
menurunkan mayat di bahu kanannya lalu membujurkannya di lantai
langkan yang bertutupkan tikar jerami. Dia duduk bersimpuh di depan
mayat, mengusap air mata yang membasahi pipinya baru menjawab
pertanyaan orang tua tadi.
3 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa yang membunuhnya saya tidak mengetahui dengan jelas,
Bapak Tua. Saya hanya bisa menduga. Ketika suami saya sedang tidur,
tiba-tiba sebuah golok besar secara aneh melesat, menembus langit-
langit kamar, langsung menghantam pangkal lehernya. Saya berusaha
mengejar si pembunuh ke atas atap setelah lebih dulu mencabut golok.
Tapi siapapun pembunuhnya dia telah lebih dulu raib..."
"Jadi yang kau bawa ini adalah jenazah suamimu sendiri,
Sulami?" "Betul Bapak Tua..."
"Siapakah nama suamimu, perempuan malang?"
"Mararanta Tangkario..." Jawab Sulami.
Paras si orang tua tampak berubah. "Jadi... Mararanta. Ah, dia
masih salah satu cucu-cucuku yang bertebaran di Minahasa ini...
Sulami, ceritakan apa yang terjadi..."
"Saya sudah menceritakannya tadi Bapak Tua Walalangi."
"Betul. Tapi kau belum menerangkan apa latar belakang semua
kejadian ini. Suamimu bukan manusia sembarangan. Seorang pendekar
yang memiliki kepandaian tinggi. Hampir mustahil kalau ada orang yang
mampu membokongnya sekalipun dalam keadaan tidur. Kalau itu
terjadi, berarti ada orang berkepandaian sangat tinggi yang
melakukannya!"
"Sayapun menduga demikian Bapak Tua,"
sahut Sulami Tangkario. Lalu perempuan ini menuturkan. "Enam bulan yang lalu
saya bertemu pertama kali dengan Mararanta. Waktu itu dia baru saja
kembali dari tanah Jawa. Mungkin kami berjodoh lalu melangsungkan
pernikahan. Setelah nikah satu bulan saya melihat ada satu kelainan
dalam diri Mararanta. Dia sering bersikap seperti ketakutan. Seperti ada
sesuatu atau seseorang yang selalu membayanginya. Berkali-kali saya
tanya dia tidak mengaku. Namun dua minggu yang lalu akhirnya dia
menceritakan bahwa di Jawa dia telah bentrokan dengan seorang
pendekar berkepandaian tinggi sekali. Karena tidak mungkin
menghadapinya, Mararanta akhirnya cepat-cepat kembali ke Minahasa.
Namun dia merasa seperti ada seseorang atau makhluk aneh yang
mengikutinya "Suamimu menerangkan apa sebab musabab bentrokan itu dan
siapa orang yang menjadi lawannya?" bertanya Bapak Tua Walalangi.
"Menurut suami saya waktu berada di Jawa dia sempat mengawini
seorang gadis bernama Mlnari. Gadis itu ternyata adalah kekasih
seorang pendekar berkepandaian tinggi: Namun Minari sendiri tidak
menyukai pendekar itu. Itulah sebabnya dengan seizin kedua orang
tuanya Minari kawin lari dengan Mararanta. Tapi Minari kemudian
diculik sedang Mararanta sendiri dikejar-kejar. Dalam keadaan sangat
terancam jiwanya Mararanta melarikan diri. Dia berusaha mencari
Minari terlebih dahulu, ketika sia-sia akhirnya dia kembali ke Minari
terlebih dahulu, ketika sia-sia akhirnya dia kembali ke Minahasa..."
Sulami terdiam sejenak. Setelah menyeka air mata yang masih
4 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mengucur dia melanjutkan. "Malam tadi, begitu saya tidak berhasil
mengejar' si pembunuh, saya cepat kembali ke dalam kamar. Saya
dapati Mararanta dalam keadaan sekarat. Namun sebelum menghembuskan nafas dia sempat meninggalkan pesan..."
Bapak Tua Walalangi usap dagunya yang licin lalu bertanya : "Apa
pesan suamimu itu Sulami?"
"Dia minta agar jenazahnya dibawa kemari dan diperlihatkan pada
Bapak Tua. Dia juga mengatakan bahwa yang membunuhnya adalah
kekasih Minari. Dan katanya lagi... Dia tak akan tenteram di dalam
kubur sebelum dapat membalaskan sakit hati dendam kesumat
pembunuhan keji atas dirinya ini!"
Paras si orang tua kembali berubah. Kali ini lama dia berdiam
seperti merenung. "Begitu katanya..." Ah, sungguh satu pesan yang
berat. Tapi apa lagi yang disampaikannya sebelum meninggal?"
"Mohon maaf Bapak Tua..." kata Sulami. Dan bulu kuduknya
mendadak saja jadi merinding. "Dia berkata bahwa hanya Bapak Tualah
yang bisa menolongnya untuk membalaskan sakit hati itu. Dia minta
agar Bapak Tua memberi kehidupan sementara padanya agar dia dapat
mencari si pembunuh..."
"Ya Tuhan... Mengapa cucuku ini meninggalkan pesan berat
begini macam...?" Membatin Walalangi. Lalu dia berkata: "Ketahuilah
Sulami, aku bukan Tuhan bukan Malaikat. Aku tidak berkemampuan
memenuhi pesanan mendiang suamimu. Apalagi memberikan
kehidupan sementara seperti yang dikatakannya sebelum menghembus-
kan nafas..."
"Itulah yang saya tidak mengerti Bapak Tua. Jika pesannya saya
abaikan dan langsung menguburkannya, saya khawatir di liang kubur
keadaannya tidak tenteram seperti yang dikatakannya. Dan lebih dari
itu, yang paling saya takutkan, arwahnya akan gentayangan menjadi
setan penasaran, menimbulkan kegegeran dan keonaran dimana-
mana... Semua saya serahkan pada Bapak Tua. Hanya saya tak ingin
suami saya tersiksa di alam barzah kalau sampai pesannya tidak
dikabulkan..." Walalangi terduduk di depan mayat Mararanta Tangkario.
Berkali-kali orang tua ini mengusap wajahnya yang mendadak saja jadi
keluarkan keringat dingin.
"Sulami... Menurutmu Mararanta meninggal karena ada sebilah
golok yang secara aneh mencuat dari langit-langit kamar..."
"Betul sekali Bapak Tua."
"Apakah senjata itu ada kau bawa?"
"Saya memang membawanya Bapak Tua..." jawab Sulami
Tangkario. Lalu dari balik bun-talannya dia mengeluarkan sebilah golok
tanpa sarung. Sebagian dari badan golok itu terlapis oleh darah yang
telah membeku. Darah suaminya! Perempuan ini serahkan senjata itu
ke tangan Walalangi.
Si orang tua pergunakan sepuluh jari-jari tangannya untuk
meraba badan golok dan juga gagangnya sementara wajahnya
5 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ditengadahkan dan air mukanya tampak membesi.
"Ini memang golok Jawa..." kata Walalangi sesaat kemudian.
"Dapat diketahui dari bentuk badan dan potongan gagangnya. Senjata
ini mengandung racun jahat. Lebih cepat dimusnahkan lebih baik!"
Orang tua itu remaskan lima. jari tangan kanannya ke gagang
golok. Gagang yang terbuat dari kayu besi itu terdengar bederak hancur!
Lalu sepuluh jari tangannya bergerak di atas badan golok. Traak...
traakk... tring...I Golok beracun itu hancur menjadi patah tiga. Dengan
tangan kanannya Walalangi lalu melemparkan patahan golok jauh ke
puncak gunung sebelah selatan.
Lalu sambil memegang kepala Sulami orang tua ini berkata:
"Mararanta cucuku. Berarti kau juga cucuku. Aku tidak berkekuatan
untuk memenuhi permintaanmu dan pesan mendiang suamimu. Tapi
kalau Tuhan mengizinkan biarlah aku menanggung segala dosa dan
memenuhi permintaan Mararanta..."
Mendengar itu Sulami lalu jatuhkan kepalanya ke pangkuan si
orang tua. Walalangi usap-usap kepala perempuan itu lalu berkata: "Ada
satu hal yang harus kau lakukan sebelum aku dapat memenuhi pesan
suamimu itu, Sulami..."
"Mohon Bapak tua mengatakannya," ujar Sulami pula.
"Apakah kalian tinggal di dekat sungai, di dekat laut atau di dekat
danau...?"
"Kami tinggal di pinggir danau Tondano, Bapak Tua..."
"Kalau begitu kembalilah ke sana. Ambil air danau Tondano,
masukkan dalam tujuh tabung bambu. Siapkan juga tujuh bungkus
kembang tujuh rupa. Paling lambat dalam waktu dua hari kau sudah
kembali kesini membawa benda-benda itu semua..."
"Saya akan melakukannya Bapak Tua. Saya akan berangkat
sekarang juga...I" kata Sulami Tangkario seraya hendak berdiri.
"Tunggu dulu cucuku..." kata si orang tua sambil memegang bahu
Sulami. "Kau belum mengatakan siapa orang Jawa berkepandaian tinggi
yang menjadi lawan bentrokan suamimu itu..."
"Kalau saya tidak salah ingat, suami saya menyebut namanya
sebagai Pangeran Matahari!"
"Pangeran Matahari..." mengulang Walalangi dengan suara
berdesis. "Cucuku, kelihatannya kita akan menghadapi musuh yang
sangat tinggi kepandaiannya. Jangan lupa berdoa agar Tuhan
melindungi dan membantu kita..."
6 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BEGITU TIGA ORANG penduduk desa itu selesai menimbun tanah
kuburan, orang tua itu anggukkan kepala, menyerahkan sebuah
bungkusan kecil dan berkata: "Kalian bertiga boleh pergi..."
Tiga orang itu ambil cangkul masing-masing lalu tinggalkan
tempat itu. Namun sebelum berjalan lebih jauh salah seorang dari
mereka berkata: "Aku berkata melihat ada keanehan pada upacara
penguburan jenazah tadi!"
"Acaranya sangat sederhana. Orang tua itu melafatkan doa tiada
henti sewaktu kita menimbun kubur. Apanya yang aneh...?" tanya
kawannya. "Apakah kau tidak melihat tujuh batangan bambu berisi air lalu
tujuh kembang terbungkus dalam daun..." Disini ada adat kebiasaan
atau upacara seperti itu!"
Orang desa ke tiga akhirnya ikut membuka mulut. "Memang aku
setuju kalau ada keanehan. Bagaimana kalau kita kembali dan
mengintip apa yang dilakukan orang tua dan perempuan muda itu
selanjutnya...?"
Dua kawannya menyetujui. Maka tiga orang desa itu tinggalkan
pacul masing-masing di suatu tempat lalu kembali menuju ke tempat
pemakaman. Sementara itu di puncak gunung. Walalangi ambil tujuh buah
tabung berisi danau Tondano. Satu demi satu tabung bambu itu
ditancapkannya di atas tanah makam yang merah, lurus mulai dari
kepala terus ke arah kaki. Setelah itu dia menyiapkan sebuah
pendupaan, membakar potongan-potongan kayu kecil dalam pendupaan
dan menebar bubuk kemenyan. Seantero tempat itu kini diselimuti asap
dan tebaran bau kemenyan yang harum tapi terasa mencekam.
Dengan kedua tangannya Walalangi pe-gangi ujung tabung bambu
sambil mulutnya tiada henti mengucapkan kalimat-kalimat panjang
yang tak jelas terdengar oleh Sulami. Selesai memegangi tabung bambu
yang ke tujuh di bagian kaki kubur, Walalangi kembali ke bagian kepala.
Disini dia mencelupkan tangan kanannya kedalam bambu berisi air.
Lalu tangan itu dikeluarkan dan air dicipratkannya ke atas kubur.
Demikian dilakukannya sampai tujuh kali.
Selesai itu orang tua tersebut ambil bungkusan daun berisi
kembang tujuh rupa. Bungkusan dibuka dan kembang di dalamnya
bukan ditebar diatas makam melainkan dimasukkan ke dalam tabung
bambu pertama, Demikian dilakukannya berturut-turut pada enam
tabung lainnya dan enam bungkus bunga.
"Sulami..." Walalangi melangkah mendekati istri cucunya itu.
"Dengar baik-baik... Apapun yang terjadi, apapun yang kelak kau
7 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
saksikan jangan sekali-kali mengeluarkan suara sedikit-pun! Jika itu
sampai dilanggar, usahaku untuk memenuhi permintaan suamimu akan
sia-sia belaka. Kau dengar itu Sulami...?"
Sulami menjawab dengan anggukan kepala. Lidahnya terasa
terlalu tercekat untuk bisa menjawab. Walalangi memutar tubuhnya,
kembali melangkah ke bagian kepala kuburan. Disini dia tegak dengan
kedua tangan diangkat tinggi-tinggi ke udara. Telapak tangan
dikembangkan. Dari mulutnya keluar ucapan: "Ya Tuhan pengusaha,
seluruh alam dan isinya. Tanpa kami mengutarakan lagi sesungguhnya
engkau telah mengetahui apa yang kami inginkan, apa yang si mati
inginkan. Kami harap kau berkenan mengabulkannya ya Tuhan. Jika
permintaan dan perbuatan kami ini merupakan satu dosa besar di
mataMu, mohon ampunanMu dan biarlah saya sendiri yang
menanggung segala dosanya!"
Selesai mengucapkan kalimat-kalimat itu dengan suara keras, lalu
Walalangi meneruskan kata-katanya dengan suara perlahan seperti
bergumam. Kembali Sulami Tangkario tidak dapat mendengar apa
sebenarnya yang dilafalkan orang tua itu. Namun sesaat kemudian dia
mendengar suara aneh dari dalam liang kubur yang baru saja ditimbun.
Bulu kuduknya berdiri. Matanya tak berkedip memandang ke arah
kubur suaminya. Tujuh batang bambu yang menancap di tanah merah
tampak bergerak, bergoyang-goyang sehingga air yang ada di dalamnya
sesekali muncrat keluar!
Ketika gerak dan goyangan itu akhirnya berhenti, dari tujuh mulut
bambu kini keluar masing-masing segulung asap tipis berwarna kelabu.
Tujuh gelungan asap ini saling berangkulan dan bergabung jadi satu
membentuk satu gulungan asap yang besar. Ketika Sulami
memperhatikan lebih lanjut terkejutlah perempuan muda ini. Gulungan
asap kelabu itu sedikit demi sedikit berubah menjadi bentuk sosok
tubuh manusia. Mula-mula samar-samar seperti sosok di balik kabut.
Namun lambat laun semakin jelas, semakin kentara dan akhirnya sosok
itu benar-benar berbentuk tubuh manusia! Dan manusia yang muncul
dari asap ini bukan lain adalah suaminya sendiri! Mararanta Tangkario!
Kalau tidak ingat pesan si orang tua mungkin saat itu Sulami
telah memekik keras. Dia kancingkan mulutnya rapat-rapat malah
letakkan tangan kanan di atas bibirnya agar jangan sampai
mengeluarkan suara sedikitpun.
Mararanta Tangkario tegak dengan kedua tangan lurus disamping
badan. Kepalanya mengarah ke tirfiur dan pandangan matanya lurus ke
depan, hampir tidak berkesip. Wajahnya agak pucat dan bibirnya sedikit
kebiruan. Pada lehernya tampak luka besar bekas bacokan. Darah
mengotori sebagian muka, leher dan pakaiannya. Dan pakaian itu
adalah pakaian yang dikenakannya ketika dia mati terbunuh!
"Mararanta... Kau dengar suaraku menyebut namamu?" Walalangi
bertanya dengan suara bergetar karena hampir tak kuasa menahan
gelegak dalam dadanya.
8 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Mararanta si mayat hidup tampak mengangguk. Anggukannya
perlahan dan sangat kaku.
"Ketahuilah bahwa hidupmu saat ini adalah bangkit dari alam
kematian, merupakan kehidupan sementara. Bila apa yang menjadi
niatmu telah tercapai, maka kau harus kembali ke puncak Gunung
Klabat ini dan beristirahat untuk selama-lamanya. Tapi jika kau
menyalahi tujuan-mu semula, yakni mempergunakan hidup sementaramu ini untuk maksud lain, bukan untuk kepentingan yang
semula kau katakan sebelum ajalmu, maka kau tak akan pernah
kembali dan berkubur disini secara wajar. Seumur dunia, sampai
kiamat kau akan hidup terkatung-katung antara dua alam yakni dunia
dan akhirat. Dan diantara dua alam itu kau akan tersiksa amat sangat!
Karenanya lakukan apa yang kau inginkan semula, lalu kembali kemari.
Kau dengar Mararanta...?"
Kembali Mararanta mengangguk.
"Bagus. Tapi aku ingin mendengar suaramu. Kau mendengar
Mararanta...?"
"Sa... ya... men... de...ngar..." terdengar jawaban Mararanta
Tangkario. Suaranya aneh. Seperti datang jauh dari dalam sumur
angker, kaku dan lamban tanpa irama sama sekali!
"Sekarang kau boleh pergi cucuku. Pergilah ke tanah Jawa.
Lakukan apa yang kau inginkan. Balaskan sakit hatimu! Jangan
menyimpang dari itu!"
Kembali si mayat hidup itu anggukkan kepala. Tampak kakinya
bergerak turun dari tanah kuburan. Begitu menginjak tanah di samping
kuburan, sosok tubuh Mararanta tiba-tiba saja menjadi lenyap seperti
ditelan bumi. Walalangi merasakan dadanya bergoncang keras. Sulami tiba-tiba
saja merasakan lututnya goyah dan perempuan ini langsung roboh ke
tanah. Tiga orang penduduk desa yang mengintai di kejahuan, lari
menghambur ketakutan ketika melihat sosok mayat hidup itu bergerak
melangkah. Salah satu diantara mereka malah ada yang sampai
terkencing-kencing!
9 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEPERTI MELEDEK anak rusa itu tegak memandang ke arah pemuda
yang mengejarnya lalu kibas-kibaskan ekornya yang hanya sepanjang
jari telunjuk. Orang yang mengejar bergerak dua langkah lalu diam.
Anak rusa itu maju pula dua langkah lalu diam. Begitu dikejar kembali,
dengan cekatan binatang ini melompat dan menghambur ke balik semak
belukar. Tapi dia tidak terus lari. Di balik semak belukar ini dia
mengintai-intai ke arah pengejarnya. Ketika orang itu datang mendekat,
dia sengaja menunggu. Baru dalam jarak hanya tinggal tiga langkah
lagi, anak rusa itu melompat dan lari masuk ke dalam hutan jati.
"Binatang brengsek. Aku ingin menangkapmu bukan untuk
kupanggang dan kulahapi Hanya sekedar untuk jadi sahabat mainan!
Tapi kalau kau meledekku begini rupa, jangan harap aku masih mau
berniat baik! Dagingmu tentu harum dan segar untuk dilahap." Maka si
pengejar lalu terus masuk ke dalam hutan jati di arah lenyapnya anak
rusa tadi. Namun setelah beberapa lama mencari kesana-kemari dia tak
berhasil menemui binatang itu. Jangankan menemuinya, mendapatkan
jejaknya sajapun tidak. Dengan kesal pemuda itu akhirnya memutuskan
untuk keluar saja dari hutan itu. Namun baru saja dia memutar tubuh
mendadak gerakannya tertahan. Jauh di dalam hutan, lapat-lapat dia
mendengar seperti ada suara orang mengerang dan menangis.
Sesaat pemuda ini tegak tak bergerak, sipilkan kedua matanya,
memandang ke arah hutan jati sebelah dalam dan memasang telinga
lebih tajam. "Jangan-jangan itu suara dedemit atau mahluk jejadian yang
hendak menjebak lalu mencelakakan diriku..." berkata si pemuda dalam
hati. Dia segera putar tubuh kembali. Tapi tak jadi lagi. "Suara itu
sepertinya suara tangis sendu manusia sungguhan... Tak ada salahnya
aku menyelidik sebentar." Lalu pemuda ini akhirnya masuk kembali ke
dalam hutan jati. Langkahnya dituntun oleh suara erang bercampur
tangis yang makin jauh dia masuk ke dalam hutan jati, semakin jelas
suara itu terdengar. Akhirnya, setelah berjalan menembus hutan cukup
jauh pemuda itu temukan sebuah rumah kecil terbuat dari papan kasar.
Satu-satunya pintu dan satu-satunya jendela rumah tertutup rapat.
Justru suara erang bercampur tangis itu datang dari dalam rumah!
Setelah meneliti keadaan di sekitar rumah papan dan
sekelilingnya, lalu menunggu beberapa ketika, akhirnya pemuda tadi
melangkah cepat menuju pintu rumah papan. Ketika didorong terdengar
suara berkereketan. Pintu itu ternyata tidak dikunci.
Di dalam rumah suasana gelap redup. Sedikitnya cahaya yang
merambas masuk lewat pintu yang terbuka membuat pemuda yang
barusan masuk masih bisa melihat apa yang ada dalam rumah di
10 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tengah hutan belantara itu. Untuk beberapa lamanya si pemuda tegak
seperti terpaku. Kedua matanya membesar tak berkesip.
"Demi Tuhan! Kejahatan apa yang terjadi di tempat ini..."!" desis si
pemuda. Di dalam rumah papan itu hanya terdapat sebuah ranjang papan
yang beralaskan tikar jerami. Di atasnya terbaring sesosok tubuh
seorang perempuan dengan rambut sembrawut acak-acakan. Tubuhnya
mengenakan pakaian kuning muda yang nyaris tidak berbentuk lagi
karena penuh robek disana sini dan tak sanggup lagi menyembunyikan
auratnya yang kuning langsat. Walaupun kotor dan berada dalam
keadaan sangat menderita, namun kesengsaraan itu tak dapat
menyembunyikan kecantikan wajah perempuan itu.
Hampir di sekujur badannya, terutama di bagian leher, dada dan
pangkal paha penuh dengan tanda-tanda merah seperti tanda gigitan.
Kedua tangannya terpentang dan masing-masing ibu jari tangan itu
diikat dengan-sehelai tali halus. Ujung tali yang lain diikatkan pada
kaki-kaki tempat tidur. Kedua kakinya juga mengalami hal sama. Ibu-
ibu jari kaki diikat ke kaki tempat tidur. Dan di salah satu ujung kaki
perempuan ini tampaklah anak rusa yang tadi di kejar si pemuda, tegak
menunduk sambil menjilati kaki kiri perempuan yang terikat di atas
tempat tidur itu!
"Ah, disini kau rupanya...," berucap si pemuda. Anak rusa itu
mengangkat kepalanya, memandang sebentar pada si pemuda lalu
kembali meneruskan menjilati kaki kiri perempuan itu.
Kalau saja bukan dalam keadaan seperti itu, menyaksikan sosok
tubuh perempuan muda yang cantik dan nyaris telanjang di atas
ranjang begitu mungkin pemuda yang barusan masuk ke dalam rumah
akan tergoncang juga imannya. Namun apa yang disaksikannya saat itu
adalah satu kekejaman!
"Tolong... Demi Tuhan... tolong diriku! Lepaskan aku dari
malapetaka ini. Tolong Rupanya perempuan yang terikat diatas ranjang
menyadari kalau ada seseorang masuk ke dalam rumah.
Tanpa pikir panjang lagi pemuda itu cepat bertindak untuk
memutus empat utas tali yang mengikat kedua tangan dan kaki
perempuan itu. Tapi betapa terkejutnya ketika dia mendapatkan tidak
sanggup memutus tali-tali itu ataupun membuka buhulnya dengan
tangan kosong. Ditelitinya ke empat tali itu. Baru disadarinya kalau
empat tali tersebut bukan tali-tali biasa. Maka diapun kerahkan tenaga
dalam pada kedua tangannya. Lalu mencoba lagi. Tetap saja empat tali
itu tak satupun yang bisa dibikin putus! Hampir kehabisan akal pemuda
itu terduduk di lantai rumah sambil garuk-garuk kepala.
"Tak ada jalan lain..." si pemuda berkata. Tangan kanannya
menyelusup ke balik pinggang pakaian. Sesaat kemudian sinar terang
memenuhi rumah papan yang sempit itu. Empat kali sinar terang
berkelebat dan empat kali terdengar suara tras... tras... trassss! Empat
tali pengikatpun putus. Setelah putus baru buhul yang mengikat ibu jari
11 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kaki dan tangan bisa dibuka. Perlahan-lahan si pemuda simpan kembali
senjatanya berupa kapak bermata dua ke balik pakaian!
Begitu terlepas dari ikatan tali-tali celaka itu, perempuan di atas
ranjang keluarkan pekik halus, gulingkan diri ke samping hingga jatuh
ke lantai. Tubuhnya tampak hampir tiada daya. Mungkin sudah lebih
dari dua hari dia diikat seperti itu tanpa makan ataupun diberi minum.
Namun sepasang matanya masih memancarkan pandangan dengan
sorotan tajam. Dan pandangan itu ditujukan tanpa berkedip pada
pemuda yang barusan telah menolongnya.
"Pergi... pergi dari sini. Sebelum manusia durjana itu muncul..."
terdengar perempuan itu berkata. Suaranya setengah berbisik.
Anak rusa yang tadi menjilati kakinya di atas tempat tidur, kini
telah melompat pula dan rapatkan tubuhnya ke pinggang perempuan
itu. Pemuda yang barusan menolong memang membaui adanya
bahaya di tempat itu. Namun sebelum pergi dia harus mengetahui dulu
siapa adanya perempuan muda itu dan mengapa sampai berada dalam
keadaan seperti itu di rumah papan di tengah rimba belantara itu.
"Saudari... Katakan siapa dirimu" Mengapa " kau berada di
tempat ini. Siapa yang melakukan kekejaman ini...!"
"Aku... Namaku Minari... Aku diculik sejak empat belas bulan
yang lalu. Dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya...
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akhirnya aku di bawa ke tempat ini. Namun manusia keparat itu tidak
lagi memberiku makan dan minum. Dia hanya meniduriku. Dia ingin
aku mati secara perlahan-lahan... Dia manusia biadab. Ganas! Lebih
ganas dari setan dan iblis! Lekas... Kita... kita harus pergi dari sini.
Keparat itu bisa muncul setiap saat... Tolong... Bawa diriku dari tempat
celaka ini. Saudara tolonglah lekas..."
"Ya... Kita akan pergi. Aku akan menolongmu. Tapi katakan dulu
siapa manusia biadab yang memperlakukan dirimu seperti ini?"
bertanya si pemuda lalu memegang tubuh perempuan itu dan
menggendongnya.
"Manusia itu, seorang manusia berhati iblis. Dia menyebut dirinya
sebagai..."
Belum lagi perempuan itu sempat mengakhiri ucapannya tiba-tiba
braakkk!! Rumah papan itu bergoyang keras. Dinding di sebelah kiri ambrol
berantakan dan sesosok tubuh melesat masuk dari dinding yang hancur
itu! Perempuan dalam dukungan si pemuda menjerit keras, menyebut
sebuah nama. Dia seperti berusaha hendak turun dari gendongan
namun tidak mampu. Akhirnya dia hanya bisa menjerit kembali.
12 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PEMUDA BERPAKAIAN PUTIH yang menggendong perempuan muda itu
menatap dengan pandangan tercekat pada sosok tubuh yang barusan
masuk menerobos dinding papan. Di hadapannya, terpisah di seberang
tempat tidur tegak berdiri seorang lelaki separuh baya dengan luka
menganga di pangkal lehernya. Noda darah membasahi sebagian muka,
leher serta bajunya. Orang ini tegak seperti patung, memandang lurus
ke depan, tanpa berkedip. Satu cara memandang yang luar biasa aneh
karena si pemuda merasa pandangan mata orang itu seolah-olah
menembus batok kepalanya, bahkan menembus dinding di belakangnya!
Dan mukanya yang pucat itu serta bibir yang membiru mendatangkan
rasa ngeri bagi siapa saja yang memandangnya!
"Saudari...," berbisik si pemuda. "Inikah manusianya yang telah
menculik dan mencelakaimu...?"
Dada Minari tampak turun naik. Dia menggeleng. Dia coba
membuka mulut tapi yang keluar kembali teriakan keras. Dia berteriak
menyebut nama : "Kakak Mararanta!" Perempuan itu berusaha turun
tapi si pemuda masih terus menggendongnya.
"Mi... na... ri... is... tri... ku A... ku... da... tang un... tuk... mem...
ba... wa... mu... per... gi... "
Orang diseberang tempat tidur keluarkan suara berkata yang
aneh. Suaranya seperti datang dari jauh, laksana keluar dari sumur
dalam dan kata-katanya terbata-bata kaku, seolah-olah dia memiliki
lidah yang kelu. Setiap patan kata yang diucapkannya terdengar begitu
lamban dan agaknya dia mengeluarkan ucapan itu dengan susah payah.
"Kakak! Bawa aku bersamamu... Tapi, kau terluka kakak
Mararanta..." Perempuan dalam gendongan berkata.
"Tu... run... kan... is... tri... ku! Le... tak... kan di... tem... pat... ti...
dur... La... lu... kau... ber... siap... lah... un... tuk... ma... ti!
Si pemuda terkejut. "Saudari... jadi kau istri lelaki itu...?"
tanyanya. Minari anggukkan kepalanya berkali-kali. "Turunkan aku...
Lakukan apa yang dikatakannya..." dia mampu bicara juga akhirnya.
Dengan perasaan masih sangat tercekat pemuda itu akhirnya
turunkan perempuan yang digendongnya. Lalu di seberang sana
dilihatnya lelaki yang dipanggil dengan nama Mararanta tadi angkat
tangan kanannya. Caranya mengangkat tangan itupun aneh.
Gerakannya lurus-lurus seolah-olah dia tidak memiliki siku sedang
kedua matanya tampak memancarkan sinar aneh!
"Kakak Mararanta...! Jangan...! Pemuda itu orang baik! Dia telah
menolongku!" berteriak Minari ketika dilihatnya lelaki yang pernah
menjadi suaminya itu hendak melancarkan serangan.
13 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Gerakan tangan yang kaku berhenti dan sesaat tangan kanan itu
masih bergantung lurus di udara. Lalu tubuh itu membungkuk kaku.
Tangan kiri diulurkan. Lalu dengan cara yang aneh, tapi cepat sekali
tubuh Minari yang ada di atas tempat tidur terangkat dan tahu-tahu
sudah tersadar di bahu kirinya.
"Kakak... kau terluka... Kau..." Minari tak sanggup meneruskan
ucapannya. Tubuhnya terlalu lemas. Dalam keadaan seperti itu
perempuan muda ini akhirnya pingsan di bahu lelaki yang pernah
menjadi suaminya dan kemudian terpisah sejak lebih dari setahun yang
silam. "A... ku... ti... dak... per... ca... ya... pa... da... mul Kau... te... lah...
men... ce... la... kai... is... tri... ku! Kau... Kau... ha... rus... mati...
di... ta... ngan... ku!"
Pemuda di seberang tempat tidur seharusnya menjadi marah dan
meradang dituduh telah mencelakai Minari. Tapi anehnya pandangan
mata angker lelaki di hadapannya itu membuat dirinya seperti
kehilangan segala daya untuk marah atau membentak. Dengan suara
bergetar dia berkata: "Saudara... Kau boleh tidak percaya padaku. Tapi
kau harus percaya pada apa yang diucapkan istrimu itu. Kalau memang
benar dia istrimu! Siapa kau sebenarnya..." Mengapa ada luka besar di
lehermu. Gerakanmu serba kaku. Ucapanmu terputus-putus.
"A... ku... Ma... yat... Hi... dup... Gu... nung... Kla... bat!U... cap...
an... is... tri... ku... ting... gal... u... cap... an... A... ku... li... *
hat... sen... di... ri... kau... hen... dak... me... la... ri... kan... Mi... na... ri! Kau...
pas... ti... ka... ki... ta... ngan... ma... nu... sia... ke... pa... rat... ber...
na... ma... Pa... nge... ran...Ma... ta... ha... ri... itu!... Ka... ta... kan...
di... ma... na... dur... ja... na... i... tu... ber... a... da...!"
"Mayat Hidup Gunung Klabat" Kau menyebut dirimu begitu...?" si
pemuda memandang dengan tajam mulai dari kepala sampai ke kaki
lelaki di hadapannya seolah-olah baru saat itu dia melihatnya. "Apa...
apa betul kau mayat hidup... Gila! Bagaimana ada mayat hidup!" Namun
dalam hatinya pemuda itu merasa semakin tercekat. Wajah yang pucat
tiada berdarah dan bibir yang biru itu... Memang begitulah keadaan
mayat. Tapi mayat hidup! Sulit dipercaya. "Paling tidak manusia satu ini
bangsa orang gendeng juga!" Begitu si pemuda membatin. Lalu, "Hai!
Tadi menyebut nama Pangeran Matahari" Betul kau barusan menyebut
nama Pangeran Matahari"!"
"A... ku... bi... ca... ra... Kau... men... de... ngar... Aku... ti... dak...
bi... su... kau... ti... dak... tu... li..." si Mayat Hidup Gunung Klabat alias
Mararanta Tangkario menjawab.
"Kita sama-sama tidak tuli dan tidak bisu. Karena itu kau dengar
penjelasanku baik-baik. Aku bukan kaki tangan Pangeran Matahari.
Dimana dia berada aku tidak tahu. Akupun sudah lama mencari-cari
keparat itu!"
"Kau... dus... ta... A... ku... tak... per... ca... ya... pa... da... mu...
A... ku... tak... per... ca... ya... pa... da... o... rang... Ja... wa...!"
14 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Eh, mulutmu kurang ajar amat Mayat Hidup! Jangan menyebut-
nyebut nama orang Jawa segala! Istrimu sendiri juga orang Jawa!" teriak
si pemuda. "Is... tri... ku... o... rang... Ja... wa... yang... ba... ik...," jawab
Mayat Hidup Gunung Klabat. Lalu tangannya membuat gerakan kaku,
bergerak lurus seperti palang. Dan ketika tangan itu tepat mengarah
kejurusan si pemuda, bahu kanan Mayat Hidup Gunung Klabat tampak
seperti disentakkan. Lalu saat itu juga terdengar suara deru angin yang
hebat. Rumah itu laksana neraka karena tiba-tiba saja seantero tempat
menjadi panas luar biasa! Pemuda yang mendapat hantaman angin
keras panas itu cepat-cepat jatuhkan diri ke lantai. Saat itu pula
terdengar suara ledakan keras.
Rumah papan seperti dihantam topan. Hancur berantakan
berkeping-keping ke udara bersama tempat tidur kayu. Sebagian dari
kayu-kayu rumah itu tampak seperti hangus. Si pemuda sendiri ikut
terlempar ke udara lalu jatuh tepat dibawah sebatang pohon jati tua
dalam keadaan tidak sadarkan diri. Beberapa bagian tubuhnya tampak
luka-luka. Pakaian putihnya robek dan pipi kirinya baret! Mararanta
Tangkario bersama Minari dan anak kijang lenyap dari tempat itu!
15 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA PEMUDA YANG pingsan itu siuman dan membuka kedua
matanya, pertama sekali yang dilihatnya adalah dua buah kaki yang
mengenakan kasut terbuat dari kulit. Di sebelah atas dua kaki itu
memakai sehelai celana hitam. Lalu di sebelah dada atas lagi tampak
baju yang juga berwarna hitam. Di bagian dada baju terpampang
gambar puncak gunung berwarna biru melambangkan gunung Merapi.
Pada latar belakang gambar gunung berwarna biru itu tertera gambar
matahari merah dengan guratan-guratan
berwarna kuning melambangkan sinar matahari.
Si pemuda yang terkapar di akar pohon jati itu bukakan kedua
matanya lebih lebar. Kini dia dapat melihat tampang manusia
berpakaian hitam itu lebih jelas. Orang ini memiliki kening tinggi yang
diikat dengan sehelai kain merah. Dagunya kukuh dan rahangnya
menonjol. Keseluruhan wajahnya membersitkan kekerasan, keangkuhan
atau kecongkakan. Dan dia kenali siapa adanya manusia ini!
Sebelum pemuda ini berusaha bangun, orang berpakaian hitam
keluarkan suara tertawa dan cepat sekali tahu-tahu kaki kanannya
sudah menginjak tenggorokan pemuda berpakaian putih yang
tergelimpang di tanah!
"Kita bertemu kembali Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212! Dan
kita sama-sama tidak menyukai pertemuan ini, bukan..."!"
Pemuda berpakaian putih yang ternyata adalah Wiro Sableng
murid Eyang Sinto Gen-deng dari Gunung Gede menyumpah dalam hati:
"Bangsat ini menginjak leherku! Bagaimana aku bisa menjawab
ucapannya! Sialan!"
Diam-diam dengan cepat Pendekar 212 kerahkan tenaga dalam ke
tangannya kiri-kanan. Lalu seperti gunting, dia hantamkan kedua
tangannya secara menyilang ke arah betis orang yang menginjak
lehernya. Untuk mencegah agar orang itu tidak menghujamkan kaki dan
menghancurkan lehernya, Wiro tendangkan kaki kanan ke arah
selangkangan lawan!
Si baju hitam mendengus dan keluarkan ucapan mengejek:
"Bagus! Kau membuat gerakan yang tepat Pendekar 212! Kalau tidak
lehermu pasti sudah kuhancurkan dan nyawamu melayang ke akhirat!"
Lalu karena diapun tak ingin kaki kanannya putus seolah-olah dibabat
oleh gunting raksasa, maka orang ini jejakkan kaki kirinya dan disaat
itu juga tubuhnya melesat ke udara setinggi dua tombak. Dia membuat
jungkir balik di udara satu kali lalu melayang turun dengan kedua kaki
menjejak tanah lebih dahulu.
Tanpa tunggu lebih lama Wiro Sableng lipat kedua lututnya lalu
melompat bangun dan tegak sambil pasang kuda-kuda.
16 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Lelaki berbaju hitam dengan gambar gunung dan matahari di
dadanya menyeringai. "Hem... tak pernah aku melihat keadaanmu
seburuk hari ini, Pendekar 212! Pakaianmu robek-robek seperti pakaian
gembel. Kulitmu luka-luka dan pipimu baret besar! Apakah kau barusan
lari terbirit-birit di kejar setan hutan jati ini" Atau ada musuh yang
sempat menghajarmu babak belur...?"
Murid Sinto, Gendeng balas menyeringai. Kedua tangan
dirangkapkan di depan dada.
"Pangeran Matahari! Lama tak bertemu apakah kau barusan
datang dari neraka atau liang kubur"! Tubuhmu sebusuk mayat dan
mulutmu sebau comberan. Kau pasti menyesal mengapa tidak
membunuh musuh bebuyutanmu ini ketika tadi aku masih pingsan!"
"Mengambil nyawamu semudah aku membalikkan telapak tangan
pendekar sableng! Aku memang tidak membunuhmu karena perlu
beberapa keterangan...!"
"Ah, aku sudah tahu keterangan apa yang kau inginkan. Dan
jawabanku adalah semudah aku membalikkan telapak tangan untuk
cebok...!Ha... ha... ha...!"
Walau mukanya jadi merah oleh ejekan itu, tapi mulut Pangeran
Matahari masih bisa sunggingkan seringai.
"Keterangan pertama! Ceritakan padaku bagaimana kau bisa
sampai di tempat ini! Keterangan, kedua, apa yang terjadi dengan
rumah papan milikku! Siapa yang membuatnya porak-poranda seperti
ini. Keterangan ketiga dimana gadis berpakaian kuning yang
sebelumnya terikat di atas ranjang kayu! Nah itu saja! Lekas berikan
keterangan padaku!"
"Mudah saja... Mudah saja...!" sahut Pendekar 212 seraya usap-
usapkan telapak tangannya satu sama lain. "Keterangan pertama! Aku
sampai ke mari sepembawa kedua kakiku, tapi juga karena mendengar
ada yang mengerang dan menangis di dalam hutan jati ini. Ketika
rumah papan kutemui dan kumasuki ternyata di dalamnya ada seorang
perempuan dalam keadaan sangat menderita, terbaring di atas tempat
tidur dengan dua tangan dan dua kaki terikat! Dan aku tahu Pangeran
Matahari... Kau yang punya pekerjaan biadab itu!"
"Dugaanmu tepat!" sahut Pangeran Matahari lalu tertawa gelak-
gelak. "Lanjutkan keteranganku sampai habis!"
"Keterangan kedua!" ujar Wiro melanjutkan. "Yang merubah
rumah papanmu menjadi puing-puing tak berguna ini adalah seorang
yang menyebut dirinya Mayat Hidup Gunung Klabat..."
"Mayat Hidup Gunung Klabat" Nama edan apa pula itu..." ujar
Pangeran Matahari. "Jangan-jangan kau hanya mengarang..."
"Edan atau tidak, tapi aku menyaksikan makhluk itu. Ujudnya
seperti manusia biasa. Ada luka besar masih menganga dan belum
kering darahnya di pangkal lehernya. Dia menuduhku telah menculik
dan berlaku keji terhadap perempuan yang terikat di atas tempat tidur.
Karena itu dia lalu menyerangku dengan pukulan sakti. Pukulan itu
17 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
yang menghancurkan rumah papanmu... Kau tentu ingin tahu siapa
nama Mayat Hidup Gunung Klabat itu bukan..." Kau pasti kenal
padanya..."
"Jangan menyuruh aku menduga-duga tak karuan. Lekas beri
tahu siapa nama orang itu jika kau memang sudah tahu!" bentak
Pangeran Matahari pula.
"Namanya Mararanta Tangkario! Orang yang istrinya kau culik,
lalu kau bawa dari satu tempat ke tempat lain..."
"Apa katamu..."!" ujar Pangeran Matahari dengan mata melotot.
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mararanta Tangkario sudah mati terbunuh oleh dukun suruhanku!
Bagaimana mungkin tahu-tahu bisa hidup kembali"!"
"Justru disitulah letak masalahnya. Bagaimana orang sudah mati
bisa hidup kembali" Tapi aku bertemu sendiri dengan dirinya ketika dia
hendak membawa istrinya. Wajahnya pucat pasi, bibirnya biru dan dia
memiliki pukulan sakti luar biasa!"
"Jadi manusia bernama Mararanta Tangkario itu yang
menghancurkan rumahku, menghajarmu sampai babak belur begini dan
menculik Minari..."!"
"Kau sudah menjawab sendiri pertanyaanmu!" Sahut Pendekar
212 pula. "Dan ketahuilah... Mayat Hidup Gunung Klabat itu muncul
untuk mencari dan membunuhmu!"
"Dia boleh datang menemuiku jika minta mampusl Tapi sulit
kupercaya jika orang yang sudah mati seperti Mararanta itu bisa hidup
dan menjelma kembali...!"
"Kau tanyakan sendiri jika bertemu dengannya!" ujar Wiro seraya
menyeringai. Pangeran Matahari merenung sejenak lalu berkata: "Pendekar
212! Antara kita banyak silang sengketa dan dendam lama yang harus
diselesaikan. Tapi karena ada urusan besar yang tengah kuhadapi
aku bersedia menunda urusan kita sampai beberapa waktu. Apalagi kau
telah memberi keterangan yang sangat penting padaku..."...~
Wiro tertawa kecil. "Di lain saat jika bertemu lagi, kau harus
membayar penundaan penyelesaian hutang-piutang ini dengan
bunganya..."
"Manusia sableng, kau tak usah takut! Bunga itu akan kubayar
dua kali lipat! Aku harus mengejar mereka sekarang juga!" Habis
berkata begitu Pangeran Matahari dorongkan telapak tangan kirinya ke
arah Wiro. Murid Sinto Gen-deng cepat rundukkan kepala. Sinar biru
berkelebat ganas di atas kepalanya, menghantam pohon jati tua di
belangnya hingga patah dan tumbang menggemuruh.
Pendekar 212 tidak mau kalah. Begitu serangan lawan berhasil
dielakkannya dan Pangeran Matahari dilihatnya berkelebat ke kanan,
murid Sinto Gendeng ini balas menghantam dengan tangan kiri. Suara
menggemuruh laksana ada batu besar menggelinding, menghantam ke
arah Pangeran Matahari. Inilah pukulan sakti bernama "kunyuk
18 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
melempar buah"!
Pangeran Matahari melompat setinggi satu tombak ke atas sambil
kebutkan lengan baju hitamnya.
Whuuutt! Serangan Wiro musnah. Dia merasa ada denyutan cukup
mengagetkan membalik menghantam dadanya, membuat pendekar ini
cepat-cepat menyingkir ke samping. Di lain pihak sang Pangeran sendiri
buru-buru menarik pulang tangannya ketika di dengarnya ada suara
ber-kerebetan. Ketika dilihatnya ternyata ujung lengan kiri pakaian
hitamnya itu telah robek!
19 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA MINARI siuman dari pingsannya, didapatinya dirinya terbaring
diatas rerumputan. Dengan siisah payah dia mencoba duduk. Begitu
duduk dan memandang berkeliling, tercekatlah perempuan ini. Ternyata
dia berada di sebuah bukit yang lerengnya penuh ditumbuhi berbagai
bunga. Walaupun cuma bunga-bungaan liar namun pemandangan
disitu indah sekali. Lebih terkejut lagi dia sewaktu menyadari bahwa
kini dia tidak lagi mengenakan pakaian biru muda yang kelihatannya
masih baru. Sehelai itu sekujur tubuhnya yang sebelumnya kotor kini
tampak bersih sedang rambutnya yang awut-awutan kini tersisir rapi.
Siapa yang melakukan semua ini..." Siapa yang menggantikan
pakaiannya, siapa yang membersihkan tubuhnya" Astaga! Jika ada yang
mengganti pakaian dan membersihkan tubuhnya pastilah orang itu
telah membuka pakaiannya, melihat sekujur auratnya tanpa tutupan
sama sekali...! Memikir sampai disitu Minari merasakan tubuhnya
bergetar dan wajahnya merah karena jengah.
Perempuan ini memandang berkeliling. Saat itulah dia melihat
disampingnya, diatas sehelai daun terdapat beberapa macam buah-
buahan. Ada jambu air, jambu kelutuk dan manggis hutan. Disebelah
buah-buahan ini terletak daun yang dibentuk demikian rupa seperti
mangkok dan didalamnya ada air jernih.
Sesaat Minari masih terheran-heran. Namun rasa lapar serta
dahaga membuat dia segera saja melahap jambu air lalu meneguk air
dalam daun. Ketika dia meletakkan daun itu ke atas rumput, saat itulah
dia ingat. Dan dia memandang berkeliling seraya memanggil.
"Mararanta... Kakak Mararanta" Dimana kau...?"
Terdengar suara berdesir. Minari berpaling ke belakang, di arah
mana terdapat sekolompok pohon berdaun rimbun. Dari atas salah satu
pohon itu melayang turun satu sosok tubuh, langsung tegak di hadapan
Minari. "Kakak...!" seru Minari ketika dikenalinya orang itu adalah
suaminya, Mararanta Tangkario. Sesaat dia menatap paras lelaki itu
dengan matanya yang bening bersinar. Lalu dia beringsut maju dan
peluk pinggang lelaki itu. "Kau, kaukah yang menggantikan pakaianku,
kaukah yang menyediakan buah-buah serta air minum itu kakak" Kau
jugakah yang membersihkan tubuhku..." Minari mendongak dan melihat
Mararanta anggukkan kepalanya dengan gerakan yang kaku. "Kau
terluka kakak. Apa yang terjadi atas dirimu. Keadaanmu sangat tidak
terawat. Lukamu itu harus diobati. Mukamu pucat sekali dan bibirmu
biru..." Ucapan Minari tidak putus-putus karena menyaksikan keadaan
suami yang terpisah selama empat belas bulan itu sungguh sangat
menyedihkan. "Kakak Mararanta, mengapa kau jadi begini" Mengapa
20 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kau menghilang sekian lama. Aku telah jadi korban penculikan manusia
terkutuk Pangeran Matahari itu Minari menutup wajahnya dengan
kedua tangan dan mulai menangkis.
"Ja... di... be... nar... bang... sat... i... tu... men... cu... lik... mu..."
"Kakak... Suaramu! Mengapa berubah seperti ini"!" kejut Minari.
Lalu dia ingat bahwa diapun sempat mendengar suara Mararanta
sewaktu berada di rumah papan di hutan jati. Suara yang aneh, kaku
dan lamban seolah-olah datang dari jauh.
"A... ku... me... mang... te... lah... ber... u... bah... Mi... na... ri...
A... ku... bu... kan... Ma... ra... ran... ta... sua... mi... mi... mu...
yang... du... lu. A... ku... te... lah... ma... ti..."
"Mati...?" ujar Minari. "Tidak! Kau tidak mati! Kau harus tetap
hidup seperti yang kulihat saat ini! Kita harus berkumpul kembali... I"
"Ti... dak... mung... kin... is... tri... ku..."
"Tidak mungkin bagaimana" Dengar, kita tinggalkan tempat ini.
Kita segera berangkat ke Kartoyudo. Aku akan mengobati lukamu. Aku
akan merawatmu sampai sembuh..."
Mararanta membuat gerakan menggeleng yang kaku dan aneh.
"Ki... ta.;. ti... dak... ber... kum... pul... is... tri... ku... Ki... ta...
ber... a... da... di... du... a... lam... yang... ber... beda."
"Ah! Kau pasti berada dalam keadaan sakit berat, kakak
Mararanta. Cara bicaramu aneh. Apa yang kau ucapkan tidak karuan..."
"Mi... na... ri... A... ku... se... be... nar... nya... su... dah... ma... ti...
So... sok... ku... sa... at... ini... a... da... lah... so... sok... ma...
yat... hi... dup... A... ku... Ma... yat... Hi...dup... Gu... nung... Kla... bat... I"
Meskipun saat itu tubuhnya masih terlalu lemah namun seperti
mendapat satu kekuatan baru, Minari tegak dari duduknya dan
menatap Mararanta Tangkario mulai dari ujung rambut sampai kekaki.
Muka yang sangat pucat tiada berdarah itu. Bibir yang membiru. Lalu
sepasang mata yang cekung dengan pandangan kosong tapi seperti
menembus. Dan luka di leher yang mengerikan itu I
"Kau sakit kakak. Kau sakit..." desis Minari.
Mararanta tidak menjawab. Kedua matanya memandang tak
berkedip. Lambat-lambat rasa takut mulai merayapi diri perempuan itu.
"Kakak... kau ikut aku ke Kartoyudo sekarang juga"
"Ti... dak... Mi... na... ri... Kau... yang... i... kut... a... ku... men...
ca... ri... Pa... nge... ran... dur... ja... na... i...tu...!"
"Mencari Pangeran Matahari bukan soal mudah. Dia datang dan
pergi seperti setani Kalaupun kau berhasil menemuinya, kau tak
mungkin melawannya. Ilmu kepandaiannya tinggi sekali..."
"Ma... ra... ran... ta... yang... du... lu... me... mang... ti... dak...
sang... gup... me... la... wan... Pa... nge... ran... Ma... ta... ha... ri...
Ta... pi... Ma... ra... ran... ta... Ma... yat... Hi... dup... pas... ti... mam...
pu... me... nga... lah... kan... nya."
"Ada yang tak beres dengan diri suamiku ini. Ya Tuhan, tolong
diriku. Tolong dirinya... Aku tak percaya pada pengakuannya bahwa
21 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dirinya adalah Mayat Hidup. Mana mungkin hal itu bisa terjadi. Atau...
Apakah aku harus mengujinya?"
Memikir sampai disitu Minari mengambil sebutir jambu kelutuk
lalu memberikannya pada Mararanta seraya berkata: "Makanlah, kau
pasti lapar."
Mararanta menggeleng kaku. "Ma... yat... ti... dak... a... da...
yang... ma... kan..." katanya.
"Kalau begitu minumlah..." kata Minari pula ingin menguji lebih
lanjut. Dia membungkuk mengambil air dalam gulungan daun.
Kembali Minari melihat Mararanta menggeleng. "Ma... yat... ti...
dak... a... da... yang... mi... num..." ucapnya.
"Kakak! Kau ini...! Aku melihat kau terluka dan dalam keadaan
menderita! Tapi aku tak percaya kau sudah mati! Aku tak percaya kau
adalah mayat hidup. Demi Tuhan! Sandiwara atau permainan apa yang
tengah kau lakukan ini"!"
"Mi... na... ri... A... ku... ti... dak... mem... per... ma... in... kan...
mu. Ji... ka... kau... ti... dak... per... ca... , li... hat... ka... ki... ku
Mendengar ucapan itu Minari langsung memandang ke bawah ke
arah kedua kaki Mararanta Tangkario. Dan terkejutlah perempuan ini.
Wajahnya seputih kertas Kedua kaki lelaki itu sama sekali tidak
menginjak rumput! Tidak menginjak tanah! Langsung Minari roboh
tidak sadarkan diri lagi.
* * * 22 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
BAGIAN DEPAN RUMAH PANGGUNG itu hanya diterangi sebuah lampu
minyak kecil yang digantung di bawah talang air. Cahayanya tidak dapat
menerangi serambi rumah yang luas dimana saat itu seorang lelaki
berpakaian hitam duduk diatas sebuah kursi goyang terkantuk-kantuk.
Kursi goyang dari kayu itu mengeluarkan suara berderik-derik. Orang
yang duduk diatasnya membenarkan letak kain sarung yang
menyelubungi kedua kakinya agar terlindung dari gigitan nyamuk.
Sesekali dia menguap lebar-lebar. Walau kantuknya berat namun dia
tak dapat tidur. Dan memang dia tak boleh tidur karena tugasnya
adalah berjaga-jaga.
Di langit bulan setengah lingkaran nampak redup tertutup awan.
Di kejauhan terdengar suara anjing menggonggong. Pada saat itulah
lelaki di atas kursi goyang mendadak membuka kedua matanya lebar-
lebar karena entah kapan munculnya sesosok tubuh lelaki yang men-
dukung tubuh seorang perempuan tahu-tahu tampak berdiri di sudut
serambi yang paling gelap.
"Aneh kata lelaki di kursi goyang dalam hati. "Tadi mataku
memang terpicing, tapi telingaku tak akan lolos menangkap suara
apapun. Bagaimana mungkin orang itu bisa naik ke serambi tanpa aku
mendengar langkahnya sewaktu menginjak tangga dan juga sewaktu
berjalan dilantai serambi ini. Dengan memanggul beban seberat itu
hentikan kakinya pasti akan lebih keras. Dia tahu-tahu saja berada di
ujung serambi sana..."
"Siapa disana"!" lelaki berbaju hitam bertanya dengan suara
menghardik. 'Yang ditanya tidak menjawab. Bergerakpun tidak. Si penjaga
turun dari kursi goyang, ikatkan kain sarung ke pinggang. Sambil
tangan kanannya meraba hulu golok yang tersisip di pinggang kirinya
dia perhatikan orang yang tegak di ujung serambi sana. Namun
kegelapan tidak mungkin baginya untuk melihat dengan jelas, apalagi
mengenali siapa adanya orang itu. Karenanya dia lalu pergi mengambil
lampu minyak di bawah cucuran atap. Sambil mengacungkan lampu
minyak tinggi-tinggi dia menghampiri orang yang tegak di ujung
serambi. Begitu sampai dihadapan sosok itu dan cahaya lampu menerangi
wajah serta sebagian tubuh orang termasuk orang yang digendongnya,
tersiraplah darah si penjaga. Seumur hidup belum pernah dia melihat
tampang yang begini angker, apalagi ada luka besar di pangkal lehernya.
Wajah manusia itu begitu pucat, kedua matanya nyalang besar tapi tak
pernah berkedip. Bibirnya hitam kebiruan dan hembusan nafasnya
menusuk tajam. 23 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Ki sanak... Kau siapa... Apa maksud kedatanganmu?" bertanya si
penjaga. Hati kecilnya mendadak saja merasa yakin bahwa dia tidak
berhadapan dengan manusia.
"A... pa... kah... di... si... ni... ru... mah... Ki... Du... kun... Su...
ra... Man... ja... ngan?"
Kembali si penjaga tersurut mundur. Kali ini karena mendengar
suara orang itu. "Manusia aneh... Suaranya seperti datang dari jurang
yang dalam. Kaku... terbata-bata..."
"A... ku... ber... ta... nya! Me... nga... pa... ti... dak... men... ja...
wab...?" "Betul, ini memang rumah kediaman Ki Dukun Surah Manjangan.
Ahl Ki sanak rupanya datang hendak berobat. Siapakah yang sakit" Ki
sanak sendiri atau orang yang ki sanak dukung..." Kulihat ada luka
besar di pangkal leher ki sanak..."
"Ti... dak... per... lu... ba... nyak... ber... tanya. Le... kas... pang...
gil... kan... du... kun... ke... pa... rat... itu..."
Mendengar majikannya disebut dengan kata-kata dukun keparat,
marahlah si penjaga. "Manusia bermuka pucatl Jaga mulutmu. Kalau
sampai Ki Dukun mendengar bagaimana mulutmu sekurang ajar itu
menyebut dirinya, bisa-bisa kau meninggalkan tempat ini melangkah
seperti anjing!"
Si muka pucat mendengus. Hembusan nafas membersit dari
mulut dan hidungnya. Si penjaga merasakan kedua matanya menjadi
sangat perih. Cepat-cepat orang ini mundur beberapa langkah.
"Ka... lau... kau... ti... dak... le... kas... m... mang... gil... du...
kun... ja... ha... nam... itu... ku... po... rak... po... ran... da... kan...
ru... mah... i... ni!"
"Kurang ajar!" bentak si penjaga. Walau hatinya sejak tadi sudah
Wiro Sableng 050 Mayat Hidup Gunung Klabat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecut namun mendengar kata-kata orang yang hendak memporak
porandakan rumah itu, marahlah dia. "Jika kau datang meminta obat,
kau akan mendapatkan dari Ki Dukun. Tapi jika kau bicara yang
bukan-bukan malah mengancam segala, berarti nyawamu hanya tinggal
beberapa kejapan saja!"
Lelaki yang mendukung sosok tubuh perempuan, yang bukan
lain adalah Mararanta Tangkario alias Mayat Hidup Gunung Klabat
gembungkan mulutnya lalu meniup ke depan. Si penjaga berseru kaget
ketika merasakan ada angin kencang yang menghantam ke arahnya.
Cepat-cepat dia melompat ke kiri. Dirinya memang selamat tapi ada
suara braak di sebelah belakang. Ketika berpaling tampak salah satu
bagian dinding kayu rumah hancur berantakan! Kemudian si penjaga ini
menyadari kalau lampu minyak yang tadi dipegangnya di tangan kiri
telah terlepas mental dan jatuh di lantai. Minyak yang berceceran di
lantai kayu serta merta dijilat api!
"Keparat kurang ajar! Kau memang minta mati!" teriak si penjaga.
Dia gulung kain sarungnya lalu cabut golok yang tersisip dipinggang
kiri. Tanpa menunggu lebih lama dia ayunkan senjatanya, membabat ke
24 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
arah pinggang si muka pucat.
Dari mulut Mayat Hidup Gunung Klabat terdengar suara
menggerang. Tangan kanannya di ulurkan. Si penjaga menjerit keras
ketika pergelangan tangannya tahu-tahu sudah dicekal lawan. Dan
bukan hanya dicekal. Detik itu juga terdengar berderak. Tulang
lengannya dicengkeram hancur hingga tangan itu kini terkulai dan golok
yang tadi dipegangnya terlepas jatuh ke lantai!
Sambil melolong kesakitan si penjaga putar tubuh, masuk
menghambur ke dalam rumah lewat pintu tertutup yang ditendangnya
dengan keras. Ruang panggung itu ternyata panjang sekali. Di kiri
kanan berderet-deret kamar-kamar yang tertutup. Di sebelah ujung
terdapat sebuah kamar berpintu hitam dengan gambar sebuah
pendupaan putih serta bara api merah lengkap dengan asap di sebelah
atasnya. Penjaga itu lari menuju pintu hitam tersebut. Di depan pintu dia
berseru: "Ki Dukun! Ada pengacau muncul disini! Harap kau lekas
keluar dan bertindak...!"
Tak ada sahutan dari balik pintu hitam. Ketika berpaling si
penjaga melihat manusia bermuka pucat itu mendatangi semakin dekat.
Sementara itu di langkan rumah kobaran api semakin besar... Karena
tak tahan sakit serta ketakutan setengah mati akhirnya dia mendobrak
pintu hitam dan melompat masuk ke dalam. Bau kemenyan menyambar
keluar. Di balik pintu itu ternyata adalah sebuah ruangan besar yang
sangat redup karena hanya diterangi sebuah lampu minyak kecil. Lantai
ruangan ditutup dengan permadani berwarna merah tua. Di tengah-
tengah terhampar sebuah batu hitam berbentuk lonjong dan pipih. Di
atas batu ini duduk bersila seorang kakek yang hanya mengenakan
sehelai cawat berwarna putih. Tubuhnya kurus sekali hingga tulang
belulangnya menonjol jelas. Mukanya cekung, begitu juga kedua
matanya yang terpejam memiliki rongga yang dalam serta kehitaman.
Diatas kepalanya yang berambut kasar dan acak-acakan seperti ijuk ada
sebuah pendupaan berwarna putih yang baranya menyala terang dalam
gelap. Karena ditaburi kemenyan, asap pendupaan ini menebar bau
yang harum dan tajam ke seluruh ruangan.
Yang hebatnya, di atas pendupaan yang menyala dan menebar
asap kemenyan melintang sebilah golok. Apa yang tengah dilakukan
oleh kakek berwajah angker ini"
Di dalam ruangan itu tidak ada perabot lain, kecuali puluhan
macam senjata tajam yang digantung ke dinding. Mulai dari berbagai
jenis pisau kecil dan besar, berbagai bentuk golok serta pedang, sampai
pada tombak yang memiliki satu, dua atau tiga mata.
Si penjaga jatuhkan dirinya di depan kakek yang tampaknya
tengah bersemedi sambil menjunjung pendupaan menyala itu.
"Wakanto... Kau mengganggu pekerjaanku!" Tiba-tiba kakek yang
duduk di atas batu membuka mulut. "Nyawa yang harus aku ambil
25 050 Mayat Hidup Gunung Klabat Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
malam ini menjadi gagal. Berarti nyawamu gantinya..."
Selesai mengucapkan kata-kata itu, golok di atas pendupaan tiba-
tiba tampak bergerak naik lalu perlahan-lahan manukik ke arah penjaga
rumah panggung bernama Wakanto. Melihat hal ini pucatlah wajah
penjaga itu. Cepat-cepat dia berseru.
"Ki Dukun, maafkan diriku!" seru sipenjaga sambil letakkan
keningnya di atas batu di hadapan kaki si kakek. "Aku tidak bermaksud
mengganggumu. Tapi ada pengacau datang ke rumah ini! Dia menyebut
namamu dengan kurang ajar. Ketika aku hendak menghajarnya dia
menghancurkan pergelangan tanganku! Lihat... kau lihat sendiri Ki
Dukun..." Wakanto angkat tangan kanannya yang telah hancur
tulangnya. Ki Dukun Sura Manjangan tidak menyahut tapi tahu-tahu kaki
kirinya melesat dan dukk! Tubuh Wakanto terpental, tersandar ke
dinding. Dia mengeluh pendek lalu roboh melingkar di lantai. Pingsan.
"Masih untung nyawamu tidak kuambil..." Ki Dukun berkata.
Jala Pedang Jaring Sutra 3 Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Hikmah Pedang Hijau 7