Pencarian

Setan Dari Luar Jagat 1

Wiro Sableng 040 Setan Dari Luar Jagat Bagian 1


SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
1 DUA PENUNGGANG kuda itu berhenti di
kaki bukit Wadaslintang yang merupakan
bukit berbatu-batu hampir tanpa pepohon-
an. Suasana tampak gersang pada saat
matahari hendak tenggelam itu. Kaki bukit
dicekam kesunyian. Sesekali terdengar suara
tiupan angin di kejauhan, bergaung di sela
bebatuan. Pendekar 212 Wiro Sableng mengangkat
kepala memandang ke arah puncak bukit
batu. Sinar sang surya yang hendak
tenggelam membuat bukit batu itu seperti
dibungkus warnA merah kekuningan. Batu-
batu bukit tampak seperti tumpukan emas. Satu pemandangan yang cukup indah
sebenarnya. Tetapi diam-diam murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede
merasakan adanya keangkeran tersembunyi di bukit Wadaslintang itu.
"Anak muda, aku hanya mengantarmu sampai di sini." Yang berkata adalah kakek
berpakaian hitam memakai caping bambu. Pada wajahnya sebelah kiri ada cacat
bekas luka yang sangat besar dan tak sedap untuk dipandang.
"Kenapa tidak terus sampai ke puncak bukit sana?" Tanya Wiro tanpa mengalihkan
pandangan? kedua matanya dari puncak bukit Wadaslintang.
Si kakek menggeleng.
"Bukankah kita sudah berjanji?" ujar si kakek yang bernama Poniran. "Kuantar kau
sejauh ini sampai kemari tanpa upah tanpa imbalan. Semua demi ikut membantu
menghancurkan angkara murka. Kali ini walaupun kau bayar seribu ringgit emas
atau emas sebesar kepala, tak nanti aku akan mau menapakkan kaki ke atas bukit
itu. Kau lihat cacat di pipi kiriku ini" Bekas hantaman makhluk jahanam itu!"
Wiro anggukan kepala. "Setan Dari Luar jagat, itu nama mahluk yang kau 1
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
maksudkan itu, kek?"
Yang ditanya anggukkan kepala dan wajahnya yang cacat membersitkan rasa takut.
"Setan Dari Luar Jagat," mengulang Wiro seraya garuk-garuk kepala. "Nama hebat.
Tapi apa betul ada mahluk begitu" Setan yang datang dari luar jagat. Jagat yang
mana kek?"
"Sulit bagiku untuk menerangkan padamu. Kau telah berani datang ke mari.
Bahkan hendak naik ke puncak bukit ini. Kau akan menemui makhluk itu, anak muda.
Jangan lupa ciri-cirinya. Dan aku berdoa agar kau kembali dengan selamat. Paling
tidak dalam keadaan tubuh masih utuh!"
"Jadi kau tak akan menungguiku di kaki bukit ini?" tanya Wiro pula.
Kakek Poniran menggeleng.
"Eh apa maksudmu menggeleng seperti itu?"
"Wiro, sebetulnya aku kasihan padamu. Terus terang aku tak yakin kau akan
kembali ke kaki bukit ini. Lalu buat apa aku menunggu mayat yang tidak bakal
datang?" Wiro pencongkan mulut dan garuk-garuk kepalanya mendengar kata-kata si kakek.
"Kalau begitu kau boleh pergi sekarang," kata Wiro pula lalu turun dari kudanya
dan menyerahkan tali kekang pada kakek Poniran.
"Aku tetap berdoa untuk keselamatanmu!"
Wiro tersenyum. Sesaat setelah kakek dan dua ekor kuda itu lenyap dari
pemandangannya, Pendekar 212 balikkan tubuh, dengan gerakan enteng, setengah
berlari dia melanjutkan perjalanan menuju puncak bukit Wadaslintang. Sambil
berlari sesekali Wiro menggenggam hulu Kapak Naga Geni 212 yang terselip di
pinggangnya. Setiap dia menyentuh senjata mustika pemberian gurunya itu dia merasakan ada
kekuatan dan ketenangan dalam dirinya. Dengan tangkas dia berlari terus, namun
semakin tinggi jauh ke atas bukit semakin perlahan larinya karena dia harus
berhati-hati. Batu-batu padas itu bukan saja membentuk lereng terjal tapi juga
licin berlumut.
Ketika baru mencapai pertengahan ketinggian bukit sang surya telah lama
tenggelam dan bukit Wadaslintang kini diselimuti kegelapan. Udarapun berubah
menjadi sangat dingin. Sepasang kaki Pendekar 212 Wiro Sableng mendadak berhenti
melangkah ketika tiba-tiba entah dari bagian bukit sebelah mana datangnya,
terdengar 2 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
suara lolongan aneh. Seperti lolongan srigala hutan, tetapi juga mirip-mirip
lolongan manusia! Seumur hidupnya belum pernah Wiro mendengar suara lolongan
seperti itu. Tengkuknya terasa dingin dan tubuhnya bergidik.
"Gila! Apa yang harus kutakutkan!" Wiro memaki dirinya sendiri. Maka dia kembali
melanjutkan perjalanan. Mendaki dan mendaki terus dalam gelapnya malam dan
dinginnya udara. Sambil melangkah tangan kirinya terus menggenggam hulu kapak
Naga Geni 212. Sebenarnya dia memang telah lama mendengar kedahsyatan makhluk
berjuluk "Setan Dari Luar Jagat" itu, juga mendengar kejahatan serta kekejian
yang dilakukannya dalam dunia persilatan sejak tiga bulan terakhir ini. Namun
jiwa dan sifat seorang pendekar, tak akan percaya sebelum melihat kenyataan
dengan mata kepala sendiri.
Baru mendaki sejauh dua puluh tombak, dalam kegelapan mendadak Wiro dongakkan
kepala. Hidungnya mencium bau busuk menyambar. Wiro hentikan langkahnya.
"Bau kemenyan . . ." bibir sang pendekar bergetar. "Siapa malam-malam begini di
tempat seperti ini membakar kemenyan" Jangan-jangan ... Gila! Mana ada setan
membakar kemenyan!"
Wiro merenung sejenak. Bau kemenyan semakin sangar menyambar hidungnya. Dia
berpikir dan menimbang-nimbang. "Apakah akan melanjutkan perjalanan menuju
puncak bukit atau mencari sumber bau kemenyan itu. Pendekar ini memutuskan untuk
mencari dan mendatangi sumber yang menghambur bau kemenyan. Karenanya dia
bergerak ke arah kanan dari jurusan mana bau itu datang dengan keras.
Selang beberapa lama, di kejauhan Wiro melihat ada nyala api kecil sekali,
seperti titik-titik kecil. Wiro mempercepat langkahnya menghampiri nyala api
itu. Beberapa kali kakinya tersandung atau terpeleset di batu licin, membuatnya
hampir jauh. Ketika dia akhirnya mencapai nyala api itu, pendekar kita jadi
tercekat. Nyala api ternyata adalah bara menyala yang terletak dalam sebuah
pendupaan tanah. Di dalam pendupaan itu juga terdapat sepotong besar kemenyan.
Benda inilah yang dalam keadaan terbakar menebar bau harum santar dan
menggidikkan. Wiro maju satu langkah mendekati pendupaan. Kedua kakinya mendadak seperti
dipantek ketika tiba-tiba sekali kembali terdengar suara lolongan aneh tadi.
Dekat 3 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
sekali. Tapi memandang berkeliling pemuda ini tidak melihat manusia atau
binatang, atau mahluk apapun!
Ketika kedua matanya memandang ke aran pendupaan, astaga! Baru saat itu
dilihatnya apa yang bertebaran malang melintang di atas bebatuan di sekitar
pendupaan. Tulang belulang aneh berwarna hitarn seperti arang. Semula sulit bagi
Wiro untuk menduga tulang belulang apa adanya itu. Namun begitu matanya
membentur beberapa batok tengkorak kepala manusia serta sederetan tulangtulang
iga dan selangkangan, jelas sudah semua itu adalah tulang belulang dan potongan-
potongan tengkorak manusia! Hanya saja ... mengapa berwarna hitam seperti hangus
terbakar" Wiro kembali memandang berkeliling. Mulutnya terkancing sebaliknya kedua matanya
dibuka lebar-lebar. Tetap saja dia tidak melihat siapa-siapa kecuali kegelapan.
Setelah berpikir sejenak akhirnya dia memberanikan diri berteriak.
"Ki sanak yang membakar kemenyan silahkan muncul! Aku ingin berkenalan!"
Teriakan pemuda itu bergema dalam kegelapan malam lalu lenyap. Berbarengan
dengan lenyapnya gema seruan, di kejauhan tiba-tiba terdengar suara tolongan
seperti tadi, hanya kini disusul dengan suara tawa di antara deru angin yang
ikut muncul. Lalu ada suara bergemeletakan seperti ada benda jatuh menggelinding. Wiro
berpaling ke kiri. Di lamping batu yang terjal sebuah benda bulat menggelinding
bergemeletakan, bergulir ke arah pendupaan dan terhenti di antara tumpukan
tulang belulang.
Benda itu ternyata sebuah tengkorak kepala manusia berwarna hitam. Dari salah
satu rongga mata tengkorak menyembul keluar seekor ular hitam bermata merah.
Binatang sepanjang tiga jengkal ini menggeliat-geliatkan lehernya beberapa kali
lalu meluncur lenyap dalam kegelapan.
Wiro hela nafas dalam. Walau hatinya memaki namun diam-diam dia harus mengakui
kalau saat itu ketegangan menyelimut dirinya. Perlahan-lahan Pendekar 212
putar tubuhnya, lalu tinggalkan tempat itu, kembali melanjutkan perjalanan
menuju puncak bukit batu Wadaslintang.
Kalau tadi dari kaki bukit, sebelum matahari terbenam bukit batu itu tampak
tidak begitu tinggi, tetapi setelah berjalan cukup lama dia masih belum mampu
mencapai 4 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
puncaknya. Di satu tempat Wiro bersandar ke dinding batu, berhenti untuk
mengusap keringat yang membasahi mukanya padahal udara di bukit itu dingin
sekali. Saat dia mengusap keringat di mukanya itulah dia melihat tiga tombak
dibawahnya, terpisah oleh ketinggian bebatuan yang berbeda, ada nyala api.
Persis seperti nyala api yang dilihatnya sebelumnya.
"Aneh! Tadi aku melewati tempat itu sebelum sampai ke mari. Mengapa mataku tidak
melihat nyala api itu. ..?" Wiro membatin. Dia menengadah dan menghirup udara
dalam-dalam. Sama sekali tidak tercium bau kemenyan. Wiro memandang lagi ke
bawah sana. Memperhatikan lebih teliti. Ternyata tiga langkah di depan api yang
menyala ada satu sosok tubuh duduk mencangkung dalarn hitamnya kegelapan. Meski
dia tidak dapat melihat jelas siapa adanya sosok tubuh itu namun Wiro yakin yang
duduk itu adalah manusia, bukan setan bukan binatang, bukan pula mahluk halus!
Maka diapun berseru.
"Hai! Siapa di bawah sana"!"
Orang yang duduk mencangkung tidak menjawab hanya angkat kepalanya. Astaga!
Wiro tercekat. Dia memang tidak dapat melihat jelas wajah orang itu, tapi dia
menyaksikan adanya kilatan cahaya merah membersit dari sepasang matanya, seperti
sambaran nyala bara api!
"Hai! Kenapa tidak menjawab"!" Wiro berseru lagi.
Karena masih tidak mendapat jawaban maka Wiro melangkah menuruni batu cadas
hingga akhirnya sampai di hadapan orangyang duduk mencangkung di depan sebuah
pendupaan tanpa kemenyan. Wiro perhatikan orang ini lekat-lekat. Seorang kakek
bermuka cekung panjang, berkulit coklat gelap dan memiliki rambut panjang
berwarna kelabu. Tak ada keistimewaan pada orang tua berpakaian serba hitam ini
kecuali sepasang matanya yang sangat angker, berwarna merah yang dalam gelap
tidak ubah seperti bara menyala.
"Kakek," Wiro menegur. Suaranya dan juga sikapnya menyatakan penghormatan.
Bagaimanapun juga pendekar berpengalaman ini sudah maklum kalau siapapun adanya
orang tua di hadapannya itu pastilah dia bukan orang biasa. Semula dia menyangka
orang ini adalah Setan Dari Luar Jagat yang tengah dicarinya. Tapi dari ciri-
ciri yang dilihatnya ternyata jelas bukan.
5 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
"Kek, apa yang kau kerjakan malam-malam di tempat ini?" Wiro menyambung
tegurannya. Yang ditanya menatap si pemuda sesaat lalu geleng-geleng kepala kemudian
menunduk. "Kau tinggal di sekitar sini" Penghuni atau penguasa bukit batu Wadaslintang
ini?" Yang ditanya kembali menggeleng.
"Aneh, dia menggeleng terus," ujar Wiro dalam hati, mulai merasa jengkel. "Kek,
kau yang memiliki pendupaan itu dan menyalakan baranya?"
Orang tua berambut kelabu tampak membersitkan bayangan seperti marah pada
wajahnya. Kedua matanya yang merah seperti berkilau. Tapi kemudian dia lagi-lagi
gelengkan kepala.
"Jangan-jangan si tua bangka ini tuli! Tapi biar kutanya sekali lagi." Lalu:
"Kek, kau tuli atau bagaimana?"
Untuk kedua kalinya Wiro melihat si kakek unjukkan air muka marah. Tapi sesaat
kemudian dia kembali menggelengkan kepala.
Wiro jadi garuk-garuk kepala.
"Kau yang membuat pendupaan dan membakar kemenyan dibawah sana?"
Gelengan kepala si kakek kuat dan lama sekali. Wajahnya yang cekung tampak
mengelam tanda dia juga sangat marah.
Wiro usap-usap dagu lalu berkata: "Jangan-jangan kau orangnya atau kaki
tangannya mahluk bernama Setan Dari Luar Jagat itu!"
Si kakek hentakkan kaki kanannya ke batu. Hebat! Bukan saja tidak gampang
menghentakkan kaki dalam keadaan jongkok seperti itu, tapi hentakan kaki itu
juga membuat Wiro merasakan adanya getaran pada lamping bukit batu di mana dia
berada. "Jadi kau bukan penghuni tempat ini! Sama-sama pendatang sepertiku?""
Sekarang untuk pertama kalinya si kakek angguk-anggukkan kepala.
"Lalu apa maksud kedatangan ke tempat ini?" Wiro bertanya.
Si orang tua tudingkan telunjuk tangan kirinya ke arah Wiro.
"Lho " Kau tak mau menjawab pertanyaanku. Malah balik bertanya begitu" Kenapa
sih kau tak mau bicara menjawab pertanyaan orang?"
Kakek berambut kelabu itu tiba-tiba buka mulutnya lebar-lebar. Wiro 6
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
memperhatikan. Mulut ompong sama sekali tak bergigi lagi. Tapi bukan hanya
ompong. Orang tua ini juga tidak memiliki lidah! Kalau ada sangat pendek dan
tersembunyi di ujung kerongkongannya!
"Ah, kasihan! Itu rupanya dia tak bisa bicara..." ujar Wiro dalam hati. Lalu dia
melangkah lebih mendekati orang tua itu dan ikut jongkok di depannya.
"Kek . . ." kata Wiro hendak mengucapkan sesuatu tapi terputus ketika tiba-tiba
sekali di kejauhan terdengar suara lolongan menggidikkan. Begitu suara lolongan
lenyap menyusul terdengar deru angin sangat deras. Datangnya dari puncak bukit
Wadaslintang yang gelap gulita. Bagian bukit dii mana Wiro dan orang tua itu
duduk mencangkung seperti dilanda topan. Bukit batu bergetar keras. Si kakek dan
Wiro tampak terhuyung-huyung. Pendupaan di atas batu mencelat mental.
Deru angin semakin kencang dan dahsyat. Wiro sadar dia tak akan dapat bertahan
dan segera akan disapu hantaman angin itu. Di depannya si kakek tampak membuka
mulut berulang kali, seperti mengatakan sesuatu tapi tanpa ada suara yang
keluar. "Jatuhkan dirimu kek!" seru Wiro sebelum tubuhnya disapu angin. Dia menjatuhkan
diri, menelungkuk sama rata dengan batu padas.
Terdengar suara menggemuruh ketika satu gelombang angin menyapu mengerikan di
tempat itu. Wiro cengkeramkan kedua tangannya ke batu, bertahan agar jangan
tersapu. Untung dia sudah menjatuhkan diri seperti itu.
"Gila! Ini lebih dahsyat dari pukulan angin topan melanda samudera!" membatin
sang pendekar membandingkan dahsyatnya tiupan angin yang melanda dengan pukulan
sakti warisan Eyang Sinto Gendeng.
Di kejauhan kembali terdengar suara lolongan aneh. Hembusan angin dahsyat
mendadak lenyap. Wiro palingkan kepala ke kiri. Lalu memandang berkeliling,
mencari-cari, tapi kakek rambut kelabu tadi tak ada lagi di situ.
"Jangan-jangan dia dilabrak angin dan mental ke bawah!" pikir Wiro. Dia coba
mengawasi lereng bukit batu di bawahnya dan memasang telinga. Tak satupun yang
tampak dalam gelap itu, juga tak sepotong suarapun yang mampu didengarnya.


Wiro Sableng 040 Setan Dari Luar Jagat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** 7 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
2 RUMAH TUA di tikungan sungai itu seperti hendak roboh dimakan usia. Di luar
kegelapan mencengkam. Sesekali terdengar desau angin di sela-sela dedaunan pohon
yang bertumbuhan di sepanjang sungai dan di sekitar rumah. Sesekali terdengar
riak air sungai ketika beberapa ekor ikan menyembul di permukaan air lalu
menyelam cepat ke dasar sungai.
Di dalam rumah tua yang berlantai kayu dan penuh debu, tiga orang tampak duduk
di sudut kanan dekat pintu. Sebuah pelita sangat kecil menyala di tengah-tengah
mereka, begitu kecilnya hingga bukan saja tidak dapat menerangi seantero ruangan
rumah, tapi juga nyaris tak mampu menerangi wajah-wajah tiga orang tadi. Dua di
antara mereka adalah dua orang tua berambut putih. Satunya lagi seorang pemuda
berwajah tampan dan berkulit halus seperti perempuan.
"Hanya kita bertiga yang datang. Malam telah larut. Apakah kita akan menunggu
dua teman lainnya?" Yang bicara adalah orang tua yang duduk dekat pintu,
berpakaian putih menyerupai pakaian seorang resi.
"Terus terang, aku tak bisa berada lama-lama di tempat ini," membuka mulut kakek
berpakaian ungu.
"Kalau begitu, sementara menunggu datangnya dua sahabat, bagaimana kalau kita
mulai saja berunding!" Mengusulkan pemuda berpakaian biru. Dua orang tua
menyatakan persetujuannya. Maka si baju putih mengangsur duduknya agak ke muka
dan pembicaraan di rumah tua itupun dimulai.
"Kita sudah sama mengetahui bahwa mahluk penimbul bala bernama Setan Dari Luar
Jagat itu bermarkas di puncak bukit Wadaslintang di daerah selatan. Tiga orang
tokoh daerah selatan pernah nlenyatroni bukit angker itu. Tapi mereka tak pernah
kembali lagi. Menurut kabar terakhir, diperoleh kepastian bahwa ketiganya telah
tewas di tangan mahluk jahat itu. Berarti sembilan korban tokoh persilatan telah
menjadi korban keganasan Setan Dari Luar Jagat. Ditambah korban lainnya seorang
Adipati. Diketahui pula bahwa tiga orang gadis di kaki bukit lenyap tanpa diketahui ke
mana 8 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
perginya. Mahluk itu begitu dahsyat sehingga sebegitu jauh tak ada orang-orang
dari rimba persilatan mampu menyingkirkannya."
"Ageng Kumbara, harap maaf, aku potong ucapanmu," angkat bicara orang tua
berpakaian ungu. "Turut yang aku dengar mahluk itu memiliki daya kebal yang luar
biasa. Kebal senjata tajam, kebal senjata mustika dan kebal pukulan sakti. Tapi
sebagai orang-orang persilatan kite same tahu, setiap ilmu itu pasti ada
pantangannya, pasti ada penangkalnya, pasti ada kelemahannya. Aku telah meminta
bantuan seorang sahabat untuk coba mencari tahu di mana kelemahan Satan Dari
Luar Jagat itu dan menyuruhnya mencari kakek sakti berjuluk Si Segala Tahu. Tapi
satu bulan telah lewat, tak ada kabar berita."
"Perkenankan saya bicara," kata pemuda berpakaian biru. Namanya Pergola Bumi.
"Seorang pertapa yang menjadi Abdi Dalem di Keraton Surokerto pernah bermimpi
dan mendapat petunjuk bahwa mahluk bernama Setan Dari Luar Jagat itu hanya mampu
dibunuh dengan benda yang juga berasal dari luar jagat. Nah, benda apa itu tak
seorangpun yang tahu."
Sesaat tiga orang itu terdiam seperti merenung.
"Sahabatku Sindu Brama, kalau aku tak salah kau pernah mengemukakan hal yang
sama padaku empat minggu yang lalu."
Orang tua berpakaian ungu usap mukanya lalu inengangguk. "Betul sekali Ageng
Kumbara. Begitu petunjuk yang kudapat, tetapi benda apa yang dimaksudkan tak
dapat diketahui jawabnya lebih lanjut. Benda apa saja yang dimaksud dengan benda
dari luar jagat. Apakah air hujan, atau sinar matahari, atau cahaya rembulan
dapat dianggap sebagai benda dari luar jagat dan mampu menewaskan mahluk itu"
Kita perlu petunjuk...." Sindu Brama sesaat perhatikan wajah Jan sikap Ageng
Kumbara lalu berkata: "Ageng, kulihat kau seperti memikirkan sesuatu. Dan
wajahnya menunjukkan kegelisahan
"Terus terang aku memang gelisah. Ada yang aku kawatirkan . . . ."
"Kalau kami boleh tahu ....?" bertanya Pergola Bumi.
"Sekitar awal bulan lalu, para tokoh di barat pernah mengadakan pertemuan.
Maksud pertemuan sama dengan yang kita adakan saat ini. Yaitu untuk mengakhiri
petualangan jahat Setan Dari Luar Jagat. Kalau aku tak salah menyirap kabar
dalam 9 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
pertemuan itu diputuskan untuk mengirimkan murid tunggal nenek sakti bernama
Sinto Gendeng dari puncak Gunung Gede ke puncak Wadaslintang guna membunuh Setan
Dari Luar Jagat itu. Nah, tanpa mengetahui lebih dulu apa kelemahan mahluk itu,
bukankah kepergian murid si nenek sakti sama saja dengan mengantar nyawa" Lalu
kudengar kabar bahwa pendekar sakti itu telah berangkat menuju puncak
Wadaslintang sekitar satu minggu lalu. Saat ini berarti kira-kira dia sudah
berada di tempat itu.
Kalau dia sampai tewas percuma di tangan Setan Dari Luar Jagat, bukankah berarti
kita akan kehilangan seorang tokoh muda yang menyandang nama besar dalam dunia
persilatan?"
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang ... ?" bertanya Sindu Brama.
"Saya ada usul. Mudah-mudahan kalian orang tua mau menyetujui," menyahuti
Pergola Bumi. "Kemukakan usulmu, pendekar muda," ujar Sindu Brama. "Kami yang tua akan
mendengar dan akan menyokong kalau usulmu memang bisa dilaksanakan . . . ."
"Saya akan menemui Abdi Dalem Keraton Surokerto yang saya ceritakan tadi. Lalu
memintanya untuk melakukan hening cipta rasa kembali guna mendapatkan petunjuk
lebih lanjut. Benda luar jagat apa sebenarnya yang dapat menewaskan Setan Dari
Luar Jagat. Kalau disetujui, saya akan berangkat ke Kotaraja malam ini juga."
"Usulmu masuk akal. Caranya bisa dilaksanakan. Aku menyetujui. Bagaimana
denganmu Sindu Brama?" bertanya Ageng Kumbara.
"Aku setuju juga. Lalu ?"
Belum selesai Sindu Brama menyelesaikan ucapannya di luar tiba-tiba terdengar
seruan. "Para sahabat, aku sudah menemukan benda yang kalian bicarakan itu. Setan Dari
Luar Jagat akan dapat kita tamatkan riwayatnya!"
Sesaat kemudian pintu terpentang lebar dan sesosok tubuh masuk ke dalam, kurus
tinggi tapi bungkuk.
"Datuk Bungkuk!" Tiga orang yang duduk di lantai sama berseru.
"Kami memang sedang menunggu-nunggumu. Rupanya kau muncul membawa berita besar!"
berkata Sindu Brama. "Ayo duduk dan lekas katakan apa yang kau temukan!"
10 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
Orang yang dipanggil dengan sebutan Datuk Bungkuk menyeringai sesat. Dia
ternyata seorang tua berkumis dan berjanggut lebat memiliki sepasang mata yang
satu sangat besar dan satu lagi sangat kecil, seperti tertutup. Tubuhnya tidak
bisa berdiri lurus, selalu menekuk bungkuk. Setelah menutup pintu lebih dulu
sang Datuk lalu mengambil tempat duduk di lantai di samping Sindu Brama.
Nafasnya tampak mengengah, dadanya turun naik.
"Izinkan aku mengatur nafas dulu," berkata sang Datuk lalu berulang kali menarik
nafas dalam. "Aku berlari seperti dikejar hantu agar dapat sampai ke tempat ini
lebih cepat. Aku kawatir kalian sudah pergi ...." Setelah nafasnya tidak
menyengal lagi dan debaran pada dadanya menyurut Datuk Bungkuk baru membuka
mulut. "Satu minggu lalu ketika diadakan perayaan Maulud di Parangtritis, secara tak
sengaja aku bertemu seorang Biksu Budha yang ikut menyaksikan perayaan. Ternyata
Biksu ini bukan hanya tahu soal agama, bukan hanya suka menghadiri berbagai
perayaan keagamaan atau kepercayaan lain, tapi juga seorang yang arif akan apa
yang selama ini terjadi dalam rimba persilatan . . . ."
"Ah, penuturanmu sungguh menarik. Teruskanlah Datuk . . ." kata Ageng Kumbara
tak sabar ketika Datuk Bungkuk sesaat menghentikan ceritanya untuk mengusap
keringat di wajahnya.
"Kalian tahu apa yang secara tak kuduga kemudian diberikan Biksu itu
padaku ...?"
Datuk Bungkuk lanjutkan penuturannya. "Sebuah benda! Menurut sang Biksu dengan
mempergunakan benda itu maka musnahlah segala kekuatan dan kekebalan Setan Dari
Luar Jagat. Dengan mudah dia bisa dibunuh!"
Datuk Bungkuk memandang berkeliling, dan melihat wajah ketiga sahabatnya itu
menunjukkan rasa kagum.
"Apakah kau me mbawa benda itu saat ini Datuk?" bertanya Pergola Bumi.
"Sudah barang tentu! Sudah barang tentu!" sahut sang Datuk penuh bangga.
"Bolehkah kami melihatnya?" tanya Ageng Kumbara dan Sindu Brama hampir
berbarengan. "Tentu! Aku akan perlihatkan padamu! Jangan kawatir! Benda ini milik kita
bersama. Milik barisan kebenaran untuk menghancurkan kejahatan!" jawab Datuk
Bungkuk pula. Lalu dia gerakkan tangan kanannya ke pinggang di mana membelit se-
11 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
buah ikat pinggang besar terbuat dari kulit. Pada bagian kanan ikat pinggang itu
ada sebuah kantong besar. Diikuti sorot pandang tiga orang tokoh silat
sahabatnya Datuk Bungkuk membuka penutup kantong. Penutup terbuka. Sebuah benda
dikeluarkan dari dalam kantong ikat pinggang. Namun sebelum keseluruhan tangan
Datuk Bungkuk keluar dari dalam kantong tiba-tiba menghentak suara lolongan aneh
dari arah atap bangunan. Bersamaan dengan itu terdengar deru angin sangat
dahsyat. Pelita di dalam rumah padam bahkan mental. Rumah tua itu berderak-derak
seperti hendak runtuh. Di saat itu pula atap rumah bobol. Sesosok tubuh hitam
berkelebat masuk dalam gelap.
Sulit untuk dilihat atau diduga siapa adanya. Apalagi keempat orang yang ada di
dalam rumah tengah diselimuti rasa kejut dan kaget bukan kepalang.
Selagi ketegangan mengguncang rumah dan semua orang yang ada di dalamnya diam
tercekat mendadak terdengar jeritan Datuk Bungkuk, keras dan menggidikkan.
Lalu sosok tubuh yang tadi masuk kembali berkelebat, meleset ke atas dan lenyap
menerobos lewat atap yang jebol!
"Sindu Brama, Pergola Bumi, Datuk Bungkuk! Kalian di mana?" berseru Ageng
Kumbara di dalam gelap ketika deru angin perlahan-lahan mereda dan di kejauhan
terdengar lagi suara lolongan mengerikan itu lalu lenyap.
"Saya di sini," jawab Pergola Bumi dengan cepat dari sudut kanan.
"Aku di sebelah kirimu, Ageng!" menyahut Sindu Brama dengan suara tertahan tanda
masih belum lepas dari rasa kejut.
Tapi tak ada sama sekali jawaban dari Datuk Bungkuk.
"Datuk Bungkuk .... ?" memanggil Ageng Kumbara.
Tetap tak ada jawaban.
"Terangi ruangan ini! Nyalakan api!" seru Ageng Kumbara tegang. Ketika api
dinyalakan tampaklah Datuk Bungkuk menggeletak di lantai. Muka dan sekujur
tubuhnya tampak hangus seperti arang. Tangan kanannya sebatas bahu lenyap alias
tanggal dari persendian.
"Gusti Allah!" desis Sindu Brama dengan suara bergetar. "Siapa melakukan
kekejian ini"!"
"Saya, kita semua tadi hanya melihat ada seseorang menerobos atap, masuk ke
dalam. Hanya terlihat dua titik merah aneh. Lalu jeritan Datuk Bungkuk ...!"
Yang 12 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
bicara pemuda bernama Pergola Bumi.
"Ada yang melihat benda yang dikeluakan dan digenggam Datuk Bungkuk dari dalam
kantong ikat pinggangnya?"
"Saya tidak melihat. . ." menerangkan Pergola Bumi.
"Aku cuma melihat sekelebatan. Sebuah benda hitam, berbentuk agak gepeng. Tak
jelas benda apa!" berkata Ageng Kumbara.
Sindu Kumbara melangkah mendekati mayat Datuk Bungkuk, berlutut memeriksa
kantong pada ikat pinggang sang Datuk. Ternyata kantong kulit itu kosong!
*** 13 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
3 BUKIT WADASLINTANG sekitar dua belas bulan sebelumnya. Sudah hampir empat puluh
hari hujan tak pernah turun. Kegersangan menyelimuti daerah selatan.
Pepohonan di bebukitan mulai meranggas kering. Siang hari panasnya bukan alang
kepalang. Tetapi pada malam hari udara dingin seperti hendak membeku aliran
darah. Suatu malam di puncak bukit Wadaslintang. Untuk kesekian kalinya malam itu
adalah malam Jum'at Kliwon sejak seorang lelaki tak dikenal menginjakkan kakinya
di puncak bukit lalu bersila di atas sebuah batu besar, memulai suatu tapa yang
dia sendiri tidak tahu kapan akan berakhirnva.
Pada malam Kliwon yang pertama, yaitu tiga hari setelah orang ini memulai
tapanya, satu suara gaib menggema di Hang telinganya.
"Anak manusia bernama Kondang Panahan, aku penghuni dan penguasa bukit
Wadaslintang ini. Tiga hari lalu aku telah menyaksikan kedatanganmu, duduk di
atas batu dan mulai bertapa. Apa maksud tujuanmu melakukan tapa ini?"
Lelaki yang bertapa dengan mata terpejam tampak bergetar sekujur tubuhnya.
Wajahnya berubah pucat tapi kedua matanya tidak dibuka, tetap terpejam.
"Eyang" terima kasih kau telah memperhatikan dan mau menemui diriku. Aku Kondang
Panahan tidak mempunyai maksud lain dariber tapa di sini, kecuali menginginkan
mendapatkan satu ilmu kesaktian luar biasa. Ilmu kesaktian yang lampun tidak
memilikinya . . . ."
Terdengar suara tertawa dari mahluk yang tidak berwujud. "Manusia selalu ingin
mencari kesaktian. Dan kau menginginkan kesaktian luar biasa. Yang tak dimiliki
orang lain. Ilmu kesaktian apa misalnya .... ?"
"Misalnya ilmu mempan diri. Tak ada senjata atau kesaktian lain yang sanggup
mencideraiku . ."
"Setelah kau dapatkan ilmu kesaktian itu, apa yang akan kau lakukan?"
"Banyak eyang."
"Misalnya?"
14 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
"Membunuh musuh-musuhku, mencari harta kekayaan, menghancurkan siapa saja yang
berani menantangku. Tujuan akhir adalah menguasai rimba persilatan. Menjadi
tokoh nomor satu ...."
"Kau tahu kalau apa yang kau sebutkan itu adalah jalan sesat ... ?"
"Aku tahu betul Eyang. Justru itu yang aku inginkan. Dunia ini penuh dengan
manusia-manusia yang katanya menempuh jalan benar, hidup untuk kebaikan. Tapi
semuanya kuketahui ternyata munafik. Lain kata lain perbuatan. Lain ucapan lain
tindakan. Mereka termasuk orang-orang yang akan kubasmi Eyang . . . ."
"Kalau begitu silahkan kau meneruskan tapamu. Asal saja kau mau menanggung
segala akibat dan tanggung jawabnya."
"Jadi Eyang mengijinkan aku meneruskan tapa?"
"Ya ... dan mengabulkan apa yang jadi permintaanmu!"
"Terima kasih Eyang. Kapan saya akan mendapatkan ilmu itu?"
"Seratus hari dari sekarang. Setelah kau menguasai ilmu itu, pada siang hari
ujud tubuhmu tetap seperti manusia apa adanya. Tapi begitu matahari tenggelam,


Wiro Sableng 040 Setan Dari Luar Jagat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau akan berubah ujud. Tubuhmu akan berubah menjadi sosok yang menakutkan. Kau
akan menjadi setan! Begitu matahari terbit maka kau akan kembali pada bentuk
aslimu. Saya akan menjadi setan Eyang ..." Kondang Panahan bertanya dengan nada
menunjukkan kebimbangan.
"Kau akan menjadi setan. Betul!"
"Eyang, yang saya inginkan tetap sebagai manusia biasa tapi memiliki kemampuan
luar biasa. Saya tidak ingin jadi setan ...."
Terdengar suara tertawa sang Eyang.
"Anak manusia, kau harus tahu, setiap manusia yang mau melakukan jalan sesat
maka sesungguhnya dia sudah menjadi setan, hidup sebagai setan dan akan mati
sebagai setan ...."
"Kalau begitu . . . ."
"Jangan kau berani mengelak! Jangan mencari dalih! Jangan coba menghindar dan
jangan coba membatalkan maksudmu semula! Kau sudah berani datang ke tempatku dan
harus berani menerima segala akibatnya! Jika kau membangkang maka kau akan
mampus menderita mulai detik ini juga. Sebutkan pilihanmu!"
15 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
"Aku . . . Eyang . . . Biar aku memilih yang pertama, meneruskan bertapa.
"Bagus! Tanggalkan seluruh pakaian luarmu!" Kondang Panahan membuka baju dan
celana panjangnya. Kini dia hanya mengenakan sehelai celana berbentuk cawat.
"Anak manusia kau dengar baik-baik. Seratus hari dimuka aku akan datang lagi ke
tempat ini. Tepatnya pada malam Jum'at Kliwon. Kalau sesuatu terjadi padamu
sebelum malam aku datang, jangan berani meninggalkan tempat ini. Kau dengar itu
anak manusia?"
"Aku dengar Eyang dan aku akan mematuhinya," jawab Kondang Panahan.
"Satu lagi yang harus kau patuhi. Selama masa bertapa kau tidak diperkenankan
makan dan minum...."
"Berarti selama seratus hari . . ."
"Betul, kau tak boleh makan atau minum selama seratus hari. Mungkin lebih. Jika
kau melanggar pantangan itu akibatnya akan kau rasakan sendiri . . ."
"Seratus hari. Aku bisa mati Eyang ...."
"Kalau umurmu memang pendek sudah pasti kau akan mati! Mati atau hidup kau tetap
akan jadi setan . . . ."
"Eyang...'
"Sudah! Tutup mulutmu! Waktuku bukan hanya untuk mengurusmu!" Bersamaan dengan
lenyap ucapan sang Eyang, Kondang Panahan merasakan ada sepasang tangan menekan
bahunya kiri kanan. Tubuhnya terasa seperti dipakukan pada batu yang
didudukinya. Bahunya seperti dibebani batu yang sangat berat dan dia tak mampu
bergerak. *** Malam itu hujan turun rintik-rintik. Puncak bukit Wadaslintang diselimuti kabut
serta udara dingin bukan kepalang. Hari itu adalah hari ke seratus perjanjian
Kondang Panahan dengan sang Eyang yang tak berwujud, hanya memperdengarkan suara
secara gaib. Seperti seratus hari sebelumnya begitulah keadaan tubuh Kondang
Panahan tetap tak bergerak dari duduk bersila di atas batu. Pipinya tampak
cekung, kumis, cambang bawuk dan janggutnya meranggas liar. Sepasang matanya
yang terpejam juga tampak 16
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
cekung. Kulitnya hitam legam. Bobot tubuhnya susut jauh, sangat kurus seperti
tinggal kulit pembalut tulang saja.
Malam semakin larut, semakin sunyi dan semakin dingin. Di langit di arah utara
tiba-tiba tampak satu titik terang, bergerak cepat, membentuk ekor panjang dan
meluncur ke jurusan timur di mana bukit Wadaslintang terletak.
Makin lama benda terang berbentuk titik itu menjadi makin besar, ekornya makin
panjang dan tambah dekat ke bukit. Inilah bintang berekor atau lintang ngalih
yang menimbulkan cahaya terang saking panasnya.
Pada jarak lima ribu tombak di udara Kondang Panahan mulai merasakan kontak aneh
dalam tubuhnya. Kontak antara jiwa raganya dengan lintang ngalih di udara.
Semakin dekat bintang itu mendatangi, semakin keras goncangan di tubuh Kondang
dan ada hawa panas seperti memanggangnya. Tubuhnya yang kurus mengucurkan
keringat deras. Pada jarak empat ribu tombak mulai terdengar deru luncuran
bintang berekor itu dan semakin keras pula getaran di tubuh Kondang Panahan,
semakin panas hawa aneh membakar dirinya!
Tiga ribu tombak ... dua ribu tombak ... seribu tombak ... lima ratus tombak ...
tiga ratus, seratus .... sepuluh .., satu tombak! Sinar terang merah dan hawa
panas luar biasa menyungkup puncak bukit Wadaslintang. Terdengar suara berdentum
disusul pekikan dahsyat keluar dari mulut Kondang Panahan, ketika sinar terang
panas itu dengan inti sebuah benda sebesar tetampah berwarna hitam menghantam
tubuhnya! Wuss! Menyusul terdengar suara seperti benda hancur!
Tubuh Kondang Panahan berubah jadi sehitam arang dan mengepulkan asap kelabu.
Bukan itu saja, tubuhnya tenggelam melesak ke dalam batu yang sejak seratus hari
lalu didudukinya sebagai tempat bertapa. Batu itu tak beda seperti lumpur sawah
yang menelan sosok tubuh Kondang Panahan sampai ke ubun-ubun! Megap-megap lelaki
ini menggapai-gapai berusaha mengeluarkan diri.
Saat itulah terdengar suara tertawa panjang.
Sepasang mata Kondang Panahan terbuka lebar. Dia memandang berkeliling.
"Eyang ... Kau datang . . ." ujar Kondang Panahan.
"Ya ... memang aku telah datang anak manusia. Ayo terus, merayaplah keluar"."
17 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
Dengan susah payah akhirnya Kondang Panahan mampu keluar dari "lumpur" batu yang
menenggelamkannya. Tapi begitu tubuhnya keluar terjadi satu keanehan yang
mengerikan. Wujud lelaki itu tidak wujud manusia lagi.
"Anak manusia ... Mulai detik ini kau telah berubah menjadi setan. Setan Dari
Luar Jagat! Itu namamu kini! Lihat kedua tanganmu. Lihat kedua kakimu. Sekujur
tubuhmu sampai ke muka. Kau telah berubah . . . ."
Mendengar ucapan gaib itu Kondang Panahan terkejut. Dia ulurkan kedua lengannya.
Astaga, sepasang lengan itu kini penuh dengan bulu-bulu kasar aneh, hampir
menyerupai bulu landak! Kaki, perut dan dadanya juga ditumbuhi bulu serupa.
Ketika kedua tangannya diusapkan ke wajahnya, ternyata wajahnyapun telah
tertutup bulu yang sama. Kondang Panahan merasakan tengkuknya merinding.
Suara gaib terdengar kembali mengumbar tawa. "Kau bisa melihat wajahmu sendiri
saat ini. Selain tertutup bulu iblis mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki,
sepasang matamu kini berwarna merah seperti nyala bara api. Kau menyimpan
kekuatan dahsyat yang bisa menghancurkan di kedua matamu itu. Sekujur tubuhmu
tidak mempan senjata atau pukulan sakti apapun karena terlindung oleh bulu
iblis. Apa yang kau pinta telah terkabul!"
"Terima kasih Eyang ... terima kasih . . ." kata Kondang Panahan pula seraya
jatuhkan diri berlutut.
Sang Eyang tertawa. "Tak perlu berterima kasih padaku. Ilmu yang kau miliki
berasal dari luar jagat. Bersumber pada bintang berekor, pada lintang ngalih
yang jatuh tepat menimpa dirimu pada Jum'at Kliwon ini. Malam hari kau berubah
menjadi setan. Begitu matahari terbit kau akan kembali menjadi manusia biasa di mana kau tidak
memiliki ilmu atau kekebalan apapun. Tak seorang dapat mengalahkanmu, apalagi
membunuhmu jika kau sudah menjadi Setan Dari Luar Jagat. Karena itu kuanjurkan
kau hanya gentayangan di malam hari dan bersembunyi di siang hari ... Sebelum
aku pergi aku akan katakan satu kelemahan dalam dirimu. Kau akan menemui
kematian bilamana bersentuhan dengan benda dari luar jagat ...."
"Kalau boleh aku tahu Eyang, benda apakah itu?" bertanya Kondang Panahan.
"Pecahan bintang ngalih atau bintang berekor yang tadi menimpa tubuhmu.
Bintang itu adalah semacam batu hitam atos luar biasa. Ketika menghantam
tubuhmu, 18 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
batu itu hancur berantakan. Hawa panasnya membuat seantero pepohonan di bukit
ini menjadi mwti hangus. Kalau kau perhatikan besok, seluruh bukit telah berubah
menjadi bukit batu cadas berwarna hitam. Nah, kalau ada di antara pecahan
lintang ngalih tadi bersentuhan dengan tubuhmu, tak ampun lagi kau akan menemui
kematian detik itu juga . . . ."
"Eyang . . ." suara Kondang Pandahan terdengar tercekat. "Tadi Eyang menerangkan
bintang berekor itu pecah ketika mengenai tubuhku. Pecahan itu tentu bertaburan
di sekitar tempat ini. Bagaimana aku dapat mengetahui mana yang pecahan bintang
dan mana yang bukan ..."
"Pecahan bintang berekor itu tidak berada di sekitar tempat ini. Juga tidak di
lereng atau di kaki bukit. Daya pental yang luar biasa membuat pecahan-pecahan
batu berhamburan jauh tinggi ke udara. Mungkin jatuh di tempat-tempat puluhan
ribu tombak dari sini . . . ."
Mendengar keterangan sang Eyang, legalah hati Kondang Panahan. "Bagaimana aku
harus membalas semua jasa Eyang .... ?"
"Aku tak pernah merasa berjasa. Karenanya tidak perlu ucapan terima kasih
apalagi balas jasa. Kau meminta jalan hidupmu sendiri, kau yang akan memikul
segala tanggung jawab!" Pesanku, jangan lupa membakar kemenyan setiap malam
Jum'at Kliwon."
"Aku mengerti sekarang Eyang. Satu permohonanku, apakah aku boleh menjadikan
bukit Wadaslintang ini sebagai tempat kediamanku ...?"
"Kau boleh tinggal di sini sampai maut datang menjemput!" jawab suara gaib sang
Eyang. "Apa kau ada pertanyaan lainnya .... ?"
"Apakah aku dapat bertemu lagi dengan Eyang?"
"Tidak."
"Jadi tak mungkin bagiku untuk melihat Eyang dalam bentuk nyata?" tanya Kondang
Panahan lagi. "Tidak "Apakah Eyang dulu pernah hidup seperti manusia biasa di dunia ini?"
"Aku pergi sekarang!" kata suara gaib tanpa mau menjawab pertanyaan terakhir
Kondang Panahan.
19 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
Lama setelah Eyang gaib itu meninggalkannya, Kondang Panahan masih terduduk di
atas batu. Dia seperti bingung. Apa yang akan dilakukannya sekarang. Turun dari
puncak bukit dalam keadaan tubuh seperti itu" Diulurkankannya kedua tangannya
yang penuh bulu kasar. Hanya bagian telapak yang tidak ditumbuhi bulu.
"Benarkah kini aku menjadi seorang sakti luar biasa?" membatin Kondang Panahan.
Diusapnya batu besar yang terletak pada lamping bukit di se belah kirinya. Tinju
kirinya dikepalkan. Lalu dipukulkan ke batu. Perlahan saja karena hatinya
setengah diliputi kebimbangan. Apa yang kemudian terjadi membuat Kondang Panahan
terkejut dan hampir tidak dapat percaya. Batu hitam besar itu hancur berantakan!
Perlahan-lahan lelaki itu bangkit berdiri. Untuk pertama kalinya dia merasakan
tenggorokannya kering kerontang. Haus sekali. Tapi dia juga lapar sekali. Aku
harus mencari air. Mencari makanan. Aku harus turun bukit saat ini juga "
*** BATURADEN merupakan desa paling dekat dengan bukit Wadaslintang, terletak di
kaki sebelah timur. Selagi masih menuruni bukit, Kondang Panahan telah meliha
satu dua pelita yang masih menyala di desa itu. Maka dia memutuskan menuju ke
situ. Penduduk desa kecil tidak seberapa banyak namun rata-rata berpenghasilan tinggi.
Setiap penduduk boleh dikatakan memiliki kebun luas, sawah berpetak-petak
ditambah tambak-tambak ikan. Karena terkenal dengan kemakmurannya ini maka
Baturaden menjadi sasaran penjarahan orangorang jahat. Mulai dari maling sampai
perampokan. Untuk melindungi desa dan penduduknya, Kepala Desa mengatur perondaan pada malam
hari. Terkadang dia sendiri ikut pergi berjaga-jaga.
Kondang Panahan memasuki desa dari arah barat. Desa diselimuti kesunyian. Tapi
dari beberapa rumah masih tampak pelita menyala. Dia melewati rumah demi rumah.
Sengaja mencari rumah yang paling besar untuk jadi sasaran. Di hadapan sebuah
rumah kayu besar berpekarangan luas telaki, ini hentikan langkah. Sebagian dari
pekarangan rumah itu merupakan tambak ikan. Ketika Kondang memasuki halaman dan
melangkah ke tepi tombak, jelas dia melihat ikan-ikan besar di dalam tambak.
Tenggorokannya langsung bergerak-gerak. Tanpa menunggu lebih lama dia langsung
20 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
mencebur memasuki tambak. Dengan mudah dia menangkapi ikan-ikan mas besar-besar
itu. Langsung memakannya! Sebagai manusia biasa Kondang Panahan tak akan mau
memakan ikan mentah-mentah. Tetapi karena dirinya telah berubah menjadi setan
maka enak saja ikan besar-besar itu ditenggaknya.
Selagi asyik menyantap ikan, tahu-tahu muncul dua orang berkerudung sarung.
Salah seorang di antaranya langsung berteriak.
"Bangsat pencuri ikan! Jangan harap kau bisa lari kali ini! Lekas keluar dari
dalam tambak!"
Kondang Panahan balikkan tubuh.
Dua orang yang datang, yang adalah dua peronda desa yang bertugas malam itu
tersentak kaget, langsung mundur dengan tubuh menggigil. Tadinya mereka
menyangka menangkap basah seorang pencuri ikan, tetapi ternyata bertemu dengan
setan yang tubuhnya penuh bulu dan sepasang mata menyala seperti api! Tidak
pikir panjang lagi keduanya lari berhamburan. Satu ke kiri satu ke kanan. Yang
ke kiri langsung menuju rumah pemilik tambak, kawannya lintang pukang menuju
rumah Kepala Desa.
"Kau tidak mabok atau bangun dari mimpi Kendil?" tanya Kepala Desa Baturaden
begitu mendapat laporan petugas ronda.
"Sama sekali tidak! Saya dan Gonto menyaksikan sendiri. Mahluk itu bukan manusia
tapi setan. Sekujur tubuh dan wajahnya tertutup bulu-bulu kasar seperti bulu
landak. Sepasang matanya mencelet merah mengerikan! Dan ikan-ikan di tambak
milik Waliman enak saja dilahapnya mentah-mentah. Manusia mana ada yang makan
ikan mentah Pak Kepala Desa"!"
"Aku sudah setengah abad lebih tinggal di Baturaden dan dua puluh tahun jadi
Kepala Desa, tak pernah mendengar ada setan di desa ini. Kalau maling dan
pencuri memang banyak. Akhir-akhir ini malah ada perampokan segala. Tapi kalau
setan seperti yang kau katakan itu Kendil ... Sungguh tak dapat kupercaya!"
Meskipun tidak dapat mempercayai keterangan petugas ronda itu, namun Kepala Desa
mengambil kain sarungnya juga dan menyambar sebilah kelewang. Keduanya berlari
menuju rumah kediaman Waliman.
Ketika sampai di sana Kepala desa dan Kendil menyaksikan satu pemandangan yang
luar biasa dan mengerikan.
21 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
Di pinggir tambak menggeletak Gonto. Sudah jadi mayat tanpa kepala karena hanya
tinggal hancuran menggidikkan. Di bagian lain, di depan langkah rumah tampak
Waliman si pemilik tambak tengah menyerang sesosok tubuh seram penuh bulu dengan
sebilah golok. Senjata ini terdengar berdetak-detak menghantami mahluk
menyeramkan itu tapi tak satu bacokan, tusukan atau babatanpun yang sanggup
melukainya hingga akhirnya Waliman kehabisan tenaga dan jatuh terkulai ketakutan
setengah mati. Ketika mahluk itu membungkuk hendak mematahkan batang leher
Waliman, Kepala Desa walaupun dengan tubuh gemetar cepat berteriak.
"Tahan! Kau ini manusia atau setan! Jika manusia lekas menyerah! Jika setan
harap segera meninggalkan tempat ini. Jangan mengganggu dan membunuhi penduduk
desa tak bersalah!"
Si mahluk menyeramkan balikkan tubuh dan melompat ke hadapan Kepala Desa.


Wiro Sableng 040 Setan Dari Luar Jagat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sang Kepala Desa merasakan jantungnya seperti copot. Tangan yang tadi
menggenggam kelewang dengan kuat, kini terkulai ke bawah. Sementara itu Kendil
petugas ronda yang menemaninya telah melarikan diri ketakutan.
"Kau juga minta mampus!" ujar mahluk mengerikan yaitu Kondang Panahan yang
berubah wujud menjadi Setan Dari Luar Jagat.
"Tunggu! Jangan bunuh aku ,.." teriak Kepala Desa seraya melompat mundur.
"Siapa kau sebenarnya" Manusia atau mahluk jejadian"!"
"Aku Setan Dari Luar Jagat. Kulihat kau datang membawa kelewang! Ingin
membunuhku hah .... "?"
"De ... dengar. Aku Kepala Desa Baturaden. Kau ... kau dilaporkan mencuri ikan.
Jika kau sudah mendapatkannya silahkan pergi. Jangan ganggu kami?"
"Aku tidak mengganggu siapa-siapa. Aku hanya lapar dan butuh makanan. Tapi dua
orang di sini mengeroyokku dengan golok. Satu sudah kubunuh hancur kepalanya.
Satu lagi hampir kuhantam kalau kau tidak berteriak tadi . . ." Aku belum mau
pergi karena perutku masih belum kenyang. Seratus hari aku tidak pernah makan
apa-apa." "Jangan ambil ikanku ..." teriak Waliman si pemilik tambak ikan.
"Kalau begitu biar aku ambil nyawamu!" Setan Dari Luar Jagat menjadi marah.
Sekali lompat saja dia sudah mencengkram batang leher Waliman. Kraak!
Terdengar jelas suara patahnya tulang leher Waliman. Tubuh tanpa nyawa itu 22
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
dilemparkan Setan Dari Luar Jagat ke dalam tambak lalu dia berpaling menghadapi
Kepala Desa. Saat itu sang Kepala Desa sudah putus nyalinya. Sambil lemparkan
golok dia memutar tubuh dan ambil langkah seribu!
Sejak kejadian mengerikan malam itu di seluruh daerah selatan tersiar berita
dari mulut ke mulut tentang munculnya mahluk menyeramkan bernama Setan Dari Luar
Jagat. Kejahatan yang dilakukannya kemudian ternyata bukan saja ringan tangan
membunuhi orang-orang tak berdosa. tapi banyak pula para jago dari dunia
persilatan menjadi korbannya.
*** 23 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
4 PENDEKAR 212 Wiro Sableng mencapai puncak bukit lewat tengah malam. Tubuhnya
terasa letih tetapi semangatnya untuk menyelamatkan dunia persilatan tetap
tinggi. Udara dingin tidak menjadi persoalan baginya namun begitu dia mencapai puncak
ada satu perasaan aneh menyelimutinya. Seolah-olah ada yang mengikuti gerak-
geriknya. Tapi setiap dia memandang berkeliling tak seorangpun dilihatnya. Bintang-bintang
di langit tidak dapat menerangi puncak bukit dengan cahayanya yang jauh. Wiro
duduk dalam kelam di atas sebuah batu besar. Saat itulah dia mendengar suara.
Suara nafas. Suara nafas yang tak mungkin suara nafas manusia karena demikian keras tarikan
dan hembusannya. Kembali pemuda ini memandang berkeliling. Tetap saja tidak
tidak melihat siapa-siapa.
Penciumannya menangkap bau sesuatu. Antara anyir dan busuk, padahal sebelumnya
tidak tercium bau apa-apa di situ. Lalu telinganya menangkap sesuatu bergeresek
di lamping batu di belakangnya. Sesuatu meluncur perlahan ke arah tengkuknya.
Ular, pikir Wiro. Murid Sinto Gendeng ini cepat balikkan diri. Justru saat itu
sesuatu mendorong dadanya. Perlahan saja tapi membuat sang pendekar terlempar
enam tombak, terguling ke bagian bukit di bawah sana!
Sambil berusaha bangkit Wiro Sableng memandang ke depan. Lututnya bergetar,
dadanya bergoncang, darah tersirap dan tengkuknya merinding. Belum pernah dia
melihat mahluk sedahsyat ini. Inikah Setan Dari Luar Jagat"
Mahluk itu maju satu langkah. Gerakan kakinya yang menapak batu jelas
menimbulkan getaran. Tubuhnya yang hampir setinggi dua meter itu tertutup bulu-
bulu kasar dan menebar bau busuk anyir. Bulu-bulu serupa juga menutupi wajahnya
hingga hampir tak kelihatan mana hidung mana mulut. Yang menyembul hanya
sepasang mata berwarna merah, menyorot mengerikan. Pandangan mata itu seolah
memiliki satu kekuatan luar biasa, membuat Pendekar 212 serasa dihimpit benda
sangat berat. Setelah mengerahkan tenaga dalam untuk menolak kekuatan aneh yang
menguasai dirinya akhirnya Wiro berdiri langsung memasang kuda-kuda.
24 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
"Kau ... kau Setan Dari Luar Jagat"!" Wiro bertanya. Suaranya keras tapi jelas
agak gagap. Mahluk yang ditanya keluarkan suara menggereng lalu cuh! Dia meludah! Kembali
tersirap darah Pendekar 212. Meskipun tempat itu gelap namun dia masih sempat
melihat bagaimana ludah mahluk yang jatuh di batu padas membuat batu itu menjadi
berlubang! Melihat kenyataan ini Wiro segera siapkan pukulan benteng topan
melanda samudera di tangan kiri dan pukulan sinar matahari di tangan kanan.
Sepasang mata si mahluk tampak mengerenyit ketika melihat tangan kanan pemuda di
hadapannya berubah keputihan seperti perak sampai ke siku.
"Anak manusia! Kau datang membawa maksud jahat!" Si mahluk keluarkan bentakan
garang. Sambaran angin yang keluar dari lubang hidungnya membuat kedua mata Wiro
terasa perih. Hal ini membuat murid Eyang Sinto Gendeng dari puncak gunung Gede
ini jadi harus lebih berhati-hati. Hembusan nafas, ludah dan bahkan tadi dia
telah merasakan dorongan tangan yang membuatnya terpental dari mahluk ini
sungguh sangat berbahaya.
"Aku datang bukan membawa kejahatan! Justru untuk memusnahkan kejahatan!"
balas membentak Pendekar 212.
Setan Dari Luar Jagat tertawa panjang. Begitu tawanya berhenti dari mulutnya
keluar suara lolongan seperti lolongan srigala hutan.
"Ah, jadi lolongan yang kudengar sebelumnya adalah lolongan mahluk ini ..."
membatin Wiro. "Kejahatan mana yang hendak kau musnahkan, anak manusia!"
"Kalau kau benar yang dipanggil Setan Dari Luar Jagat maka kaulah kejahatan
itu!" jawab Wiro tanpa tedeng aling-aling.
"Lagakmu sombong sekali! Apakah kau punya segudang ilmu yang sanggup pembuatku
bertekuk lutut"!"
"Ilmuku adalah kebenaran. Dan kebenaran itu adalah kekuatan Tuhan!"
"Kau menyebut-nyebut name Tuhan. Aku mau lihat kemampuan Tuhanmu di puncak bukit
Wadaslintang ini!" Setan Dari Luar Jagat melompat ke sebuah batu besar dan
disitu sambil bertolak pinggang dia berkata: "Aku lihat kau sudah menyiapkan
pukulan sakti di tangan kiri kanan. Apalagi yang kau tunggu. Ayo cepat
menyerangku!"
25 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
Karena ditantang begitu rupa maka Wiro segera gerakkan tangan kanan, menghantam
dengan pukulan sinar matahari!
Wuss! Sinar putih menyilaukan berkiblat. Hawa panas luar biasa menghampar menyambar ke
arah Setan Dari Luar Jagat. Terdengar suara ledakan keras. Batu hitam besar di
mana mahluk menyeramkan itu berdiri hancur berantakan. Hancurannya mencelat ke
udara dan ke pelbagai penjuru. Tapi Setan Dari Luar Jagat sendiri tidak
kelihatan lagi dari tempat itu!
"Edan!" maki Wiro melihat gerakan mahluk yang luar biasa cepatnya itu. Selagi
dia mencaricari kemana perginya Setan Dari Luar Jagat mendadak di belakangnya
ada sambaran bau anyir dan hembusan nafas tajam. Pendekar 212 Wiro Sableng cepat
membalik. Setan Dari Luar Jagat tahu-tahu sudah berada di hadapannya, lemparan
seringai menggidikkan sementara cahaya di kedua matanya yang merah tampak
membersit ganas.
"Kalau kau masih punya ilmu simpanan lain, jangan malu-malu mengeluarkannya.
Belasan tokoh silat tak berguna menemui ajal di tanganku! Kau yang paling muda.
Karena itu aku memberikan kesempatan lebih banyak padamu!"
"Aku mengaku kehebatanmu. Tapi coba kau hadapi yang satu ini!" sahut Wiro
penasaran. Dia kerahkan seluruh tenaga dalamnya ke tangan kanan. Mulutnya
terkatup rapat-rapat. "Lihat serangan!" seru Pendekar 212 seraya hantamkan
tangan kanannya ke depan. Begitu tangan dan siku membentuk garis lurus, lima
jari yang tadi terkepal serentak dibukakan. Serangkum angin bergulung membentuk
buntalan. Laksana batu raksasa menyambar ke arah Setan Dari Luar Jagat. Sesaat
tubuh itu tampak tergontai-gontai.
"Ilmu mainan anak-anak!" mengejek Setan Dari Luar Jagat membuat Wiro Sableng
merutuk setengah mati padahal sekujur tubuhnya telah mandi keringat karena
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam. Dia dorongkan tangan kanannya sekali
lagi sambil hentakkan kaki kanan. Bukit batu itu bergetar. Tubuh Setan Dari Luar
Jagat semakin keras bergoyang. Tapi ketika dia menipu ke depan, musnahlah
serangan "kunyuk melempar buah" yang tadi dilepaskan Wiro. Sebaliknya kini dia merasakan
angin pukulannya seperti berbalik menghantam ke arahnya. Murid Sinto Gendeng 26
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
membentak keras, melompat ke atas untuk menghindari hantaman angin pukulannya
sendiri. Dari atas dia lepaskan pukulan "dewa topan menggusur gunung" yakni ilmu
pukulan sakti yang didapatnya dari Tua Gila.
Puncak bukit Wadaslintang seperti dilanda badai. Setan dari luar jagat angkat
kedua tangannya untuk mengimbangi diri, namun tak urung tubuhnya jatuh terhenyak
di atas batu. Begitu melihat lawan jatuh Wiro lepaskan lagi pukulan "sinar
matahari".
Wuss! Kali ini Setan Dari Luar Jagat tak dapat menghindar seperti ketika pertama kali
Wiro menggempur dengan pukulan yang sama.
Pukulan sakti yang luar biasa panasnya itu mendarat di tubuh Setan Dari Luar
Jagat. Mahluk itu terpental ke dinding batu di belakangnya.
"Tamat riwayatmu sekarang!" ujar Wiro.
Tapi pendekar itu kecele.
Perlahan-lahan sambil keluarkan suara menggereng Setan Dari Luar Jagat bangkit
berdiri. Ternyata tubuhnya tak kurang suatu apa! Pendekar 212 sempat melotot
saking tidak percayanya. Bertahun-tahun malang melintang dalam dunia persilatan
diatelah menghadapi berbagai musuh tangguh. Memang ada yang sanggup menahan
pukulan "sinar matahari"nya tapi tak urung lawan pasti menglami cidera. Kali ini
ternyata Setan Dari Luar Jagat tidak luka sedikitpun, bahkan tak selembar bulu
di tubuhnya hangus atau rontok!
"Mahluk dajal ini benar-benar kebal luar biasa! Di mana letak kelemahannya"! Aku
harus mengetahui. Kalau tidak bisa celaka!"
"Masih ada simpanan ilmumu yang lain, anak manusia"!" Setan Dari Luar Jagat
ajukan pertanyaan sambil bertolak pinggang.
Sesaat Wiro terdiam, marah dan penasaran.
Apakah dia harus cabut Kapak Naga Geni 212 saat itu"
Melihat lawan hanya terdiam dalam bingung, Setan Dari Luar Jagat turunkan kedua
tangannya. Pandangan sepasang matanya tampak menyorot.
"Sekarang giliranku, anak manusia! Batok kepala dan jantungmu akan kubor dengan
sinar iblis dari luar jagat!"
Sepasang mata Setan Dari Luar Jagat membuat gerakan aneh. Satu mengerenyit ke 27
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
atas, satunya bergerak ke bawah. Dari tenggorokannya terdengar suara menggereng.
Sesaat kemudian dua sinar merah, laksana lidah api, melesat berputar-putar
seperti bor, menyambar ke kepala dan ke jantung Pendekar 212 Wiro Sableng!
Benar-benar luar biasa!
Wiro cepat hantamkan kedua tangannya ke depan untuk menghadang dan memusnahkan
serangan lawan. Tapi dua lidah api itu sama sekali tidak bergeming apalagi
musnah! Dengan kertakkan rahang Wiro lepaskan pukulan sakti bernama "tameng sakti
menerpa hujan" ini adalah puku!an yang merupakan pertahanan diri yang sangat
ampuh. Selama ini sulit bagi lawan untuk menembus benteng pertahanan ini. Namun
alangkah kagetnya murid Sinto Gendeng ketika dua lidah api yang keluar dari
sepasang mata Setan Dari Luar Jagat dengan mudah menembus pertahanannya, laksana
semudah dua tongkat ditusukkan ke dalam air!
Wiro berseru tegang dan jatuhkan diri ke kiri lalu bergulingan di batu. Di
belakangnya dua larik sinar bilis terdengar menggeru ketika menerobos batu
hitam. Dua buah lobang besar yang mengepulkan asap terlihat jelas di batu itu. Wiro
merasakan tengkuknya dingin dan merinding. Mukanya pucat pasi. Sambil melompat
bangun dia cabut Kapak Maut Naga Geni 212.
"Ha ... ha . . . . Ternyata kau punya senjata!" berseru Setan Dari Luar Jagat
sambil perhatikan mata kapak yang mengeluarkan sinar berkilauan dalam gelapnya
malam. "Ayo serang! Serang .... Pilih bagian tubuhku yang lembek!" menantang Setan Dari
Luar Jagat. "Bagian tubuh yang lembek!" ujar Wiro dalam hati. "Matamu .., kedua matamu
bagian yang paling lembek!" Maka didahului oleh bentakan keras murid Sinto
Gendeng menerjang. Kapak Naga Geni 212 berkiblat, mengeluarkan suara seperti
seribu tawon mengamuk dan sinar putih perak menyilaukan. Salah satu mata kapak
menyambar ganas ke arah kedua mata Setan Dari Luar Jagat!
"Serangan tak berguna!" ejek Setan Dari Luar Jagat. Tangan kirinya bergerak
cepat sekali. Wiro berteriak kesakitan ketika tahu-tahu siku kanannya laksana
dihantam palu dan Kapak Naga Geni 212 ditarik lepas tanpa dia mampu
mernpertahankan! Dia berusaha mencengkeram leher mahluk itu dengan tangan kiri.
Namun satu dorongan 28
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
membuat tubuhnya terpental menghantam batu. Punggungnya serasa remuk. Sebelum
dia sempat bangun Setan Dari Luar Jagat sudah melangkah mendekatinya. Kapak Naga
Geni 212 berada di tangan kirinya, dibolang-baling demikian rupa seperti mainan.
"Anak manusia! Senjatamu sendiri yang akan merampas nyawamu! Bersiaplah untuk
mampus!" berkata Setan Dari Luar Jagat lalu tertawa galakgalak.
Wiro berusaha bangkit. Tapi sekujur tubuhnya terasa sakit dan seperti lumpuh.
"Tamat riwayatku! Ah nasib . . . " Pendekar ini seperti sudah pasrah menghadapi
kematian. Namun dia ingat, masih ada satu ilmu yang belum dikeluarkannya. Dalam
keadaan maut mencengkam begitu rupa kedua tangannya yang terkulai di atas batu
diulurkan ke depan, telapak membuka dan digoyang-goyangkan semampu yang bisa
dilakukannya. Mulutnya merapal. Udara dingin di puncak bukit Wadaslintang itu
mendadak berubah dingin sepuluh kali lipat!
"Uh . . . " Setan Dari Luar Jagat yang sudah terbiasa dengan udara dingin tak
urung keluarkan suara menggeru dan bergeletaran sekujur tubuhnya.
"Beku ... kaku!" ujar Wiro berulang kali. Namun mahluk itu tidak menjadi beku
ataupun kaku. Walaupun udara dingin membuat sekujur tubuhnya ngilu seperti
dicucuki jarum, dia melangkah terus sambil tetap bolang-balingkan Kapak Naga
Geni 212 di tangan kiri.
Penasaran Wiro lipat gandakan sisa tenaga yang ada. Kedua telapak tangan
dihantamkan ke arah kaki lawan. Setan Dari Luar Jagat menggerung. Kedua kakinya
seperti tenggelam ke dalam lumpur saiju. Tubuhnya menjadi limbung.
"Anak manusia kurang ajar! Mampus dan pergilah!"
Mulut Setan Dari Luar Jagat menggembung lalu dia meniup ke depan. Angin laksana
topan prahara melanda tubuh Wiro Sableng. Dalam keadaan habis daya begitu rupa
pendekar ini tak bisa pertahankan diri lagi. Tubuhnya mencelat bersama pecahan-
pecahan batu, terguling jauh ke bawah bukit. Di satu tempat dia berhasil
menggapai sebuah batu berbentuk lancip. Wiro pegangi batu itu kuat-kuat. Ketika


Wiro Sableng 040 Setan Dari Luar Jagat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiupan angin mereda baru dia melepaskan pegangan, tubuhnya langsung roboh.
Pendekar ini cepat bangun. Sekujur tubuhnya sakit bukan kepalang. Tulang-
tulangnya seperti remuk.
Pelipis kirinya luka besar dan mengucurkan darah. Cepat dia pergunakan kain
putih pengikat kepala untuk menutupi luka ini. Mengikuti amarah yang membakar
dadanya 29 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
maulah dia naik kembali ke puncak bukit untuk melawan Setan Dari Luar Jagat
meskipun dia harus mati percuma! Dan ternyata pendekar ini terhasut dalam
kemarahannya. Perlahan-lahan dia melangkah menaiki bukit. Saat itulah dia
mendengar seseorang mendatangi seraya berkata.
"Lari ... larilah. Kau tak akan menang melawan iblis itu. Larilah! Bawa aku
bersamamu! Kita harus menyelamatkan diri!
Suara itu adalah suara perempuan!
*** 30 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
5 SIAPA DISITU ...?" tanya Wiro heran dan sambil menahan sakit. Mana dia menyangka
ada perempuan yang bakal muncul di bukit maut itu. Sesaat kemudian seorang dara
berpakaian serba kuning, berambut kusut masai tapi memiliki wajah cantik
selangit berdiri di hadapan Wiro. "Kau ini setan atau apa?"
"Apakah kau melihat aku seperti setan"!" sang dara tampak merah wajahnya karena
marah. Wiro gelengkan kepala.
"Mungkin kau anak buahnya Setan Dari Luar Jagat atau?"
"Kita tidak punya waktu lama. Mari tinggalkan tempat ini sebelum mahluk jahanam
itu muncul di sini!"
"Tidak! Aku harus naik ke puncak bukit kembali. Jahanam itu merampas senjata
mustika warisan guruku!"
"Jangan tolol! Jika dia sanggup merampas apakah berarti kau sanggup mengambilnya
kembali" Jangan-jangan malah nyawamu nanti yang dirampas. Mari?"
Wiro menggigit bibir dan garuk-garuk kepala. "Sekujur tubuhku seperti hancur.
Aku tak sanggup berjalan . . . ."
"Kau bisa merayap. Atau berguling atau merangkak. Yang penting tinggalkan tempat
celaka ini . . . ."
"Kau pergi sajalah. Biar aku di sini. Matipun aku pasrah!"
"Benar-benar manusia tolol! Sudah, mari kubantu memapahmu!"
"Tidak. Sebelum aku tahu siapa dirimu ..."
"Nanti saja aku terangkan .." Lalu dara berbaju kuning itu cekal lengan Pendekar
212. Wiro terkejut. Ternyata gadis tak dikenal ini memiliki tenaga luar biasa.
Ketika dipapah dia merasa bukan seperti dibantu berjalan tapi laksana diajak
melayang. Tidak terasa kedua kakinya yang sakit, juga sekujur tubuhnya memiliki
kekuatan untuk ikut berlari.
Ketika matahari terbit di timur, kedua orang itu mencapai kaki bukit
Wadaslintang. Sang dara lepaskan pegangannya pada tubuh Wiro. Kontan si pemuda terjerembab 31
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
jatuh tak sadarkan diri.
"Untung hari sudah siang dan sudah sampai di kaki bukit..." Perempuan muda itu
menghela nafas panjang. Dia memandang berkeliling untuk mencari pohon dengan
daun-daun lebar yang penuh embun guna dipoleskan ke mulut Pendekar 212. Ketika
dia hendak melangkah ke jurusan kiri di mana terdapat serumpun keladi hutan
berdaun lebar mendadak terdengar bentakan.
"Dara berbaju kuning! Jangan lari! Kau telah membunuh sahabat kami!"
Tiga sosok tubuh berkelebat dan langsung mengurung perempuan cantik berpakaian
kuning. Yang dikurung hentikan langkah, memandang berkeliling dengan sikap
tenang. "Aku tak mengenal kalian bertiga. Mengapa tahu-tahu menuduh aku membunuh orang
ini"!" si baju kuning bertanya.
"Kenal atau tidak itu bukan persoalan. Pembunuhan kami saksikan sendiri.
Pendekar itu langsung roboh begitu kau lepaskan."
"Enak betul menuduh! Kapan kalian melihat aku membunuhnya! Pemuda ini pingsan
setelah bertempur dengan Setan Dari Luar Jagat di puncak?"
"Lalu bagaimana kau bisa bersamanya tanpa kurang suatu apa?"
"Aku menemuinya di lereng bukit waktu terguling jatuh. Aku sendiri tengah
melarikan diri dari mahluk iblis itu."
"Hem ... baik! Kami akan memeriksa dulu keadaan pendekar itu. Pergola bumi coba
kau periksa keadaannya!"
Lelaki bernama Pergola Bumi yakni pemuda berwajah tampan melangkah tapi cepat
dihalangi oleh si baju kuning.
"Aku tidak mengizinkanmu memeriksa orang itu. Aku tidak tahu kau dan kawan-
kawanmu siapa adanya. Jangan-jangan bukannya hendak memeriksa, tapi justru mau
membunuhnya!"
Marahlah kakek berpakaian ungu yang tegak dibawah pohon. Dia bukan lain adalah
Sindu Brama. Di sebelah kanannya berdiri Ageng Kumbara, kakek berpakaian seperti
resi. Seperti dituturkan sebelumnya ketiga orang ini beberapa waktu lalu
mengadakan pertemuan rahasia di sebuah rumah tua di tikungan sungai. Setelah
kematian Datuk Bungkuk secara misterius malam itu, ketiganya lalu menuju bukit
Wadaslintang. Maksudnya adalah untuk mencegat Pendekar 212 Wiro Sableng agar tidak meneruskan
32 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Setan dari Luar Jagat
perjalanan ke puncak bukit. Ternyata mereka datang terlambat. Murid Sinto
Gendeng itu mereka temui di kaki bukit bersama-sama seorang perempuan muda
cantik jelita dan mereka sangka berada dalam keadaan mati.
"Perempuan muda! Kami bertiga adalah orang-orang persilatan dari golongan putih.
Pendekar 212 Wiro Sableng adalah sahabat kami!" Yang bicara adalah Sindu Brama.
Terkejutlah perempuan berbaju kuning.
"Jadi .... Pemuda ini adalah Pendekar 212 dari gunung Gede ... "! Ah, sungguh
malang nasibnya!"
"Jangan berpura-pura kaget! Siapa kau sebenarnya!" bertanya Ageng Kumbara.
"Mungkin sekali kau adalah kaki tangannya Setan Dari Luar Jagat ..." berkata
Minyak Darah Malaikat 3 Dewi Ular 82 Rahasia Laskar Iblis Tengkorak Maut 18
^