Srigala Iblis 2
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis Bagian 2
memancarkan bau harum semerbak.
Ketika dua sosok itu lenyap, Pendekar 212 Wiro Sableng masih ternganga bengong.
"Kalian berbulu putih, siapa kalian ini sebenarnya ...?" ujar Wiro.
"Aku adalah puteri Prabu Blambangan. Terkena kutukan karena berbuat kesalahan
besar, memberi malu sang Prabu. Dayang adalah pembantuku yang setia..."
"Sulit kupercaya! Kerajaan Blambangan hadir dua ratus tahun silam. Bagaimana
mungkin kini kalian masih gentayangan...?"
"Memang sulit dipercaya, tapi itulah kenyataannya. Selama dua ratus tahun kami
hidup dalam keadaan seperti ini. Menurut mimpi yang kualami, engkaulah satu-
satunya orang yang bisa mengeluarkan kami dari malapetaka ini, kembali ke alam
yang Jebih sempurna..."
"Kesalahan apakah maka sang Prabu sampai mengutuk kalian begini rupa?"
Dayang dan Dewi saling pandang. Akhirnya sang Dewi menjelaskan dalam alam tanpa
wujudnya. "Sebagai anak dan puteri bungsu, aku menjalin cinta dengan seorang
pemuda bernama Dharmasala. Celakanya pemuda itu sudah dijodohkan dengan puteri
sulung, yakni KARYA
40 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
kakak perempuanku sendiri. Karena Dharmasala tidak mencintai kakakku, maka kami
berdua menempuh jalan sesat untuk membatalkan perkawinan kakakku dengan
Dharmasala. Kami sengaja melakukan hubungan badan sampai aku melahirkan seorang anak
perempuan. Di Kerajaan kami memang ada semacam adat kebiasaan. Bila lahir seorang bayi dari
hubungan tidak syah, maka kedua orang tuanya wajib dikawinkan. Ternyata
perkawinan itu tidak terjadi.
Sang Prabu sangat marah. Beliau mengutuk aku dan Dayang menjadi srigala putih
sedang Dharmasala dikutuk menjadi batu..."
"Tunggu dulu!" ujar Wiro memotong. "Aku menemui seorang pemuda di hutan Rekso. Lehernya digelungi ular. Tapi dia
kemudian berubah jadi patung batu. Anehnya patung itu bisa menangis! Itukah
kekasihmu Dharmasala"!"
"Betul sekali. Saat ini dia berada di bawah pohon sana, tak jauh dari pohon
kediaman Ratu srigala. Ular yang selalu bergelung dilehernya adalah ular
penjaganya hingga dia tak mungkin melarikan diri..."
"Aku sudah membunuh binatang itu. Meng-hancurkannya sampai berkeping-keping..."
"Binatang itu tak bisa dibunuh, kecuali oleh kami. Tapi kami tidak berdaya.
Selama masih dalam wujud kutukan ini, kami tak bakal dapat melakukannya."
"Aku seperti mendengar orang bercerita tentang mimpinya..."
"Ini bukan mimpi. Ini adalah kenyataan yang sudah terjadi sejak dua ratus tahun
lalu!" sahut Dayang. "Setelah kalian berdua dimakan kutuk, lalu apa yang terjadi dengan kakak
perempuanmu?" bertanya Wiro kemudian.
"Diapun terkena kutuk. Termasuk tiga pembantu dan puluhan pengikutnya. Dialah
yang kau lihat sebagai Ratu penguasa Kerajaan Iblis ini!"
"Astaga! Dia rupanya!" ujar Wiro sampai le-letkan lidah.
"Waktu di hutan beberapa hari lalu, adakah kau mendengar suara bayi
menangis..."!"
bertanya Dewi. KARYA 41 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Ya, memang kudengar. Apakah - "
"Itu adalah suara tangis orokku. Bayi malang itu dibunuh oleh kakak perempuanku.
Tujuannya adalah untuk mencegah agar aku kawin dengan Dharmasala. Tanpa bayi
sebagai bukti aku tak akan bisa kawin, Tapi ayah kemudian mengutuknya. Dia
bersama pembantu dan pengikutnya menjadi srigala-srigala hitam. Hidup dalam alam
sesat, melakukan pembunuhan dan penganiayaan keji tiada taranya!"
Wiro jadi termangu mendengar semua penuturan itu.
Lalu dia berkata, "Sekarang, apa yang bisa kulakukan dalam keadaan tak berdaya
ini"!"
"Kami tahu kau hilang kekuatan karena mantera jahat Ratu srigala. Kau tak mampu
menggerakkan bagian tubuhmu sebelah atas. Kau tidak mampu mengerahkan tenaga
dalam. Dewi akan menolongmu agar kekuatanmu pulih kembali... Lekas kau makan obat dari
Dewi ini!" kata Dayang. Wiro melihat sebuah benda berbentuk hijau sebesar ujung
jari kelingking bergerak ke arah mulutnya. Karena sudah percaya kalau mahluk-
mahluk itu memang berniat baik untuk menolong, maka Wiro tidak menolak ketika
benda hijau dimasukkan ke dalam mulutnya. Begitu masuk langsung ditelan.
"Sebentar lagi keadaanmu akan pulih. Kami..."
"Awas! ada yang datang!" terdengar seruan Dewi. "Dayang, lekas tinggalkan tempat
ini! Sahabat lekas kau berpura-pura pingsan kembali!"
Wiro merasa angin berdesir dihadapannya. Dewi dan Dayang berkelebat lenyap dalam
alam gaibnya. Sesosok, tubuh melayang ke atas pohon. Ternyata dia adalah Sari
Gali Satu, pembantu utama Ratu srigala.
Manusia srigala betina ini memandang kian kemari lalu dia bergerak lebih dekat.
Setelah memperhatikan keadaan Wiro yang pingsan itu, dia ulurkan tangan, memijat
kening dan urat besar di leher si pemuda. Caranya melakukan jni persis sama
seperti yang dilakukan Dayang. Hanya bedanya waktu Dayang melakukan itu Wiro
benar-benar pingsan sedangkan saat itu dia hanya berpura-pura saja.
Manusia srigala itu merasa lega ketika melihat Wiro buka kedua matanya tanda
mulai siuman. Lalu dia tepuk-tepuk pipi Wiro dan berkata: "Pendekar muda...
Kedatanganmu memang sudah kutunggu sejak puluhan tahun lalu. Kau satu-satunya
yang bisa KARYA
42 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
mengeluarkan aku dari alam gelap ini. Aku bersumpah akan menyerahkan diri dan
mengabdi padamu seumur dunia jika kita sudah keluar dari alam ini - "
Wiro menghela nafas panjang. "Kau srigala aku manusia, mana mungkin aku menerima
penyerahan dirimu..."
"Kalau kita sudah bebas dari alam ini, aku akan kembali ke wujudku semula. Jika
kau mau, sekarang pun aku bisa menunjukkan rupa asliku. Tapi tidak di sini dan
hanya beberapa kejapan saat saja..."
"Aku tidak percaya padamu. Kau mungkin menjebakku!" kata Wiro.
"Tidak pendekar. Percaya padaku!"
"Tidak, kecuali jika kau bisa membuktikan lebih dulu. Kembalikan senjata mustika
milikku yang diambil Ratumu..."
"Saat ini tak mungkin aku lakukan. Dewi sedang berada di ruang penyimpanan
senjata. Aku berjanji akan mendapatkannya untukmu. Tanpa senjata itupun kita
mampu keluar dari sini. Yaitu setelah aku memulihkan kekuatan tubuhmu. Mari
kubuka ikatanmu..."
Sari Gali Satu membuka ikatan yang melilit sekujur tubuh Wiro ke batang pohon.
Begitu terlepas segera dia mendukung pemuda ini di bahu kirinya. Wiro merasakan
tubuhnya dibawa melayang. Di lain kejap Wiro dapatkan dirinya berada di puncak
pohon sangat tinggi. Saat itu obat yang diberikan Dayang telah mulai bekerja.
Wiro dapat menggerakkan jari-jari tangannya, bahkan mengalirkan tenaga dalam
dari pusat tubuhnya yaitu di bagian perut. Namun dia sengaja berpura-pura tetap
seperti lumpuh.
Sari Gali Satu mendudukkan Wiro di sebuah cabang besar yang diberi potongan-
potongan kayu, dibentuk demikian rupa merupakan tempat tidur kayu. Di hadapannya
manusia srigala betina itu tegak dengan kedua kaki mengangkang dan tangan
mendekap ke dada. Kepala srigalanya mendongak ke atas, kedua matanya terpejam
dan lidahnya menjulur basah. Dari mulutnya terdengar suara mendesau seperti
gerengan halus. Wiro kemudian menyaksikan kejadian yang luar biasa. Sedikit demi
sedikit bulu hitam kepala srigala itu lenyap. Bersamaan dengan itu bentuk kepala
srigala itupun berubah, berubah terus hingga KARYA
43 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
muncul kepala seorang perempuan muda berkulit hitam manis dengan tubuh sekal
pada bagian dada dan bagian pinggul. Dan yang membuat murid Sinto Gendeng jadi
menahan nafas ialah tubuh yang tadi pakai kemben itu kini tampak tidak tertutup
selembar benangpun!
"Waktuku tidak lama! Lekas berdiri. Tempelkan tubuhmu ke tubuhku! Kekuatanmu
akan segera kembali!" berseru Sari Gali Satu.
Seperti berada dalam tenungan mantera, Pendekar 212 Wiro Sableng berdiri dan
melangkah mendekati Sari Gali Satu. Ketika sesaat lagi tubuhnya akan menempel
pada tubuh telanjang itu tiba-tiba terdengar bentakan menggeledek: "Bagus! Jadi
ini kerjamu disini pengkhianat busuk!"
*** KARYA 44 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
8 TUBUH TELANJANG SARI GALI SATU tersentak. Begitu mengenal suara dan melihat
siapa yang ada di hadapannya, manusia jejadian ini langsung jatuhkan diri
berlutut. "Ratu, harap maafkan diriku! Bukan maksudku mengkhianatimu..."
"Tutup mulutmu!" hardik Ratu srigala marah sekali. "Gerak-gerikmu sudah
kuperhatikan sejak kau melepas ikatan pemuda itu. Semua pembicaraanmu sudah
kutangkap! Kau hendak memakai manusia ini sebagai penyelamat kehidupanmu!
Padahal kita semua sudah bersumpah untuk tidak akan kembali ke alam semula!
Apapun yang terjadi! Kita sudah dikutuk sejak dua ratus tahun lalu! Dan kau
berani melanggar sumpah bersama itu!"
"Mohon ampunmu Ratu. Aku..."
"Cukup! Aku tidak suka mendengar suaramu lagi! Aku tidak sudi melihat tampangmu
lagi! Hukuman bagimu sudah kutetapkan! Kau harus mampus dan berpindah ke alam
setan pelayangan!"
"Ratu! Jangan lakukan itu... Aku minta ampun!" teriak Sari Gali Satu.
Tapi sang Ratu srigala tidak memperdulikan. Dari mulutnya keluar suara
menggembor. Mulutnya terbuka lebar, lidah terjulur, gigi-gigi dan taringnya yang
besar runcing bergemeletukan sedang kedua matanya membara merah. Dari mulut Ratu
srigala itu tiba-tiba terdengar suara lolongan keras. Kedua tangannya yang
memiliki kuku-kuku panjang dan runcing melesat ke depan.
Terdengar suara seperti kain dirobek berulang-ulang, dibarengi oleh suara pekik
Sari Gali Satu. Tubuh mahluk ini terhuyung-huyung lalu jatuh ke tanah dengan
suara berdebum.
Wiro memandang ke bawah. Tengkuknya mengkirik. Sosok tubuh Sari Gali Satu yang
masih dalam keadaan telanjang itu tampak mandi darah. Muka, dada dan perutnya
sampai ke paha penuh robekan-robekan mengerikan! Di hadapannya Ratu srigala
tampak tegak KARYA
45 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
dengan tangan basah oleh darah. Kedua matanya diarahkan sesaat pada Wiro lalu
berpaling kebawah. Tiba-tiba dia pukulkan tangan kanannya seraya berteriak.
"Mahluk pengkhianat!
Pergi kau ke alam lain!"
Serangkum asap hitam menderu dari tangan kanan sang Ratu, menghantam sosok tubuh
Sari Gali Satu di bawah pohon. Tubuh itu lenyap ditelan asap disertai
terdengarnya suara letusan keras. Terdengar suara jerit! Bukan suara jerit
srigala, tapi suara jeritan manusia.
Ketika asap hitam pupus, sosok tubuh Sari Gali Satu tak tampak lagi di tempatnya
terbujur semula! Lapat-lapat terdengar suara seperti perempuan menangis.
Ratu srigala bertepuk dua kali. Dua pembantunya yakni Sari Gali Dua dan Sari
Gali Tiga tiba-tiba saja sudah ada di tempat itu.
"Ikat manusia ini kembali di tempat semula!"
Dua pembantu segera jalankan perintah.
"Ingat baik-baik! Setiap saat kalian bisa mengalami nasib celaka seperti Sari
Gali Satu jika berani mengkhianatiku!" mengingatkan Ratu srigala. Sari Gali Dua
dan Tiga hanya diam saja.
Saat itu obat aneh yang diberikan Dewi dan telah ditelan oleh Pendekar 212 Wiro
Sableng telah mulai bekerja. Dia merasa tubuhnya sebelah atas perlahan-lahan
menjadi enteng tanda kaku dan tegang yang menguasainya telah punah. Kedua
tangannya jelas pasti sudah bias digerakkan. Tetapi dia tetap berpura-pura
seperti orang lumpuh sebelah. Diam-diam dia mengerahkan tenaga dalam. Tangan
kanannya segera dialiri dengan aji kesaktian untuk melepas pukulan sinar
matahari yang paling diandalkannya.
Tapi justru saat itu Wiro mendengar ada suara mengiang di telinga kirinya.
"Jangan lakukan! Belum saatnya! Kau tak akan bisa membunuh atau menghancurkan
mereka!" Itu adalah suara Dewi si srigala putih. Lalu terdengar suara Dayang
pembantunya. "Terus saja berpura-pura dalam keadaan lumpuh. Ikuti apa yang mereka lakukan
atas dirimu. Di saat yang baik kami akan mendatangimu!"
KARYA 46 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Mau tak mau Wiro mengikuti apa yang dikatakan manusia srigala putih tanpa wujud
itu. Dia biarkan tubuhnya dikempit, dibawa terbang ke pohon besar dimana dia
sebelumnya diikat.
Ratu srigala mengikuti di belakang. Begitu Wiro selesai diikat ke batang pohon,
sang Ratu berkata: "Nafasmu hanya tinggal setengah hari saja! Kau bisa melihat
sendiri kepalamu terpisah dengan badan. Tubuhmu akan jadi santapan binatang
hutan! Kepalamu akan kujadikan ganjalan tiang pohon besar istana kediamanku!
Hik... hik...hik!" Lalu sang Ratu melolong panjang.
Karena merasa dirinya telah tertolong oleh dua manusia srigala putih itu, timbul
keberanian dan kekonyolan murid Sinto Gendeng itu untuk membalas ucapan sang
Ratu. "Aku menawarkan kesenangan hidup suami istri padamu. Tapi kau menjatuhkan
kematian padaku! Kau akan menyesal seumur-umur! Aku tahu betul, hanya aku
manusia yang bisa mengembalikanmu ke alam semula! Menjadikanmu sebagai manusia-
manusia seperti dua ratus tahun lalu!" Habis berkata begitu lalu Wiro keluarkan
suara meniru lolongan srigafa sambil kedip-kedipkan matanya pada sang Ratu.
Sang Ratu mendengus. "Itu yang dikatakan Sari Gali Satu padamu! Dia hanya
menipumu agar kau mau menidurinya! Sumpah dan kutukan atas diri kami tidak
mungkin dirubah!"
"Lalu kau sendiri apakah tidak ingin bersenang-senang tidur bersamaku"!" tanya
Wiro pula. Kalau saat itu tidak ada Gali Dua dan Tiga, mungkin Ratu srigala tidak akan
semarah itu mendengar kata-kata Wiro. Tangan kanannya yang berkuku runcing
panjang meluncur ke depan.
Breettt! Terdengar suara robek disertai pekik keras Pendekar 212. Dada pakaian putihnya
robek besar dan lima guratan luka yang cukup dalam membelintang di dadanya.
Darah mengucur!
KARYA 47 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Mahluk jahanam!" teriak Wiro. Baru saja dia hendak kerahkan tenaga untuk
lepaskan dirinya dari ikatan tali dan siap menghantam manusia srigala itu tiba-
tiba kembali terdengar suara Dayang. "Jangan! Kau masih belum mampu
menghadapinya! Jangan bertindak bodoh!"
Saking geramnya Wiro kembali keluarkan teriakan keras, delikkan mata dan
pencongkan mulut serta hidungnya, lalu pluk, kepalanya terkulai ke samping,
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berpura-pura pingsan. Pada hal saat itu sakit di dadanya yang luka bukan
kepalang! Ratu srigala menggembor, berpaling ke arah Sari Gali Dua dan berkata, "Siapkan
upacara hukuman bagi manusia paling celaka ini!"
*** KARYA 48 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
9 "KITA TAK PUNYA WAKTU LAMA, DAYANG LEKAS!" kata Dewi begitu dilihatnya Ratu
srigala berkelebat pergi sementara dua pembantunya sesuai perintah menyiapkan
upacara pelaksanan hukuman bagi Pendekar 212 Wiro Sableng.
Kedua mahluk tanpa rupa itu cepat keluar dari balik pohon besar tempat
persembunyian mereka, melayang ke arah pohon di mana Wiro berada dalam keadaan
terikat dan terluka di bagian dada.
"Aku tidak mengerti," berbisik Sari Gali Dua pada kawannya. "Untuk pemuda
bertampang tolol dan banyak cakap itu mengapa sampai Ratu kita mengadakan segala
upacara...?"
"Hati-hati kalau bicara!" sahut Sari Gali Tiga.
"Sempat terdengar Ratu, kau bisa celaka. Menurutku jika pemuda itu hanya seorang
tolol biasa, tak akan Ratu memerintahkan melakukan upacara penghukuman. Kau tahu
sendiri, sampai saat ini, sejak dua ratus tahun berlalu, baru dua kali kita
melakukan upacara dalam menjatuhkan hukuman. Pertama terhadap Pangeran
Ajibarang. Kedua atas diri Datuk dunia persilatan golongan hitam bergelar Seribu
Racun. Dan pemuda ini adalah yang ketiga.
Berarti dia termasuk korban cabang atas! Sudahlah, sebaiknya kita tidak usah
banyak bicara. Lakukan saja perintah Ratu..."
Kita tinggalkan dulu dua pembantu utama Ratu srigala yang tengah menyiapkan
upacara kematian Pendekar 212 Wiro Sableng. Kita kembali pada Dewi dan Dayang.
"Sssttt kami datang kembali. Terus saja berpura-pura pingsan," berbisik Dayang
dari alam tanpa wujudnya.
"Mereka siap membunuhku. Kalian selalu mencegah aku untuk turun tangan. Apa aku
jadi setan dulu baru melawan"!" ujar Wiro. Kepalanya terus terkulai dan dia
masih berpura-pura pingsan. Dibukanya matanya sedikit. Namun dia tidak melihat
apa-apa. KARYA 49 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Dengar, kami tak punya waktu lama. Untuk berjaga-jaga kami akan menyusupkan
sebuah benda ke balik pakaianmu!" terdengar suara Dayang kembali.
Wiro bukakan kedua matanya sedikit. Dilihatnya sebuah benda bergerak seperti
melayang ke arah dadanya. Ketika diperhatikan ternyata sebuah boneka kayu
sebesar ibu jari.
"Eh, apa artinya ini! Untuk apa boneka kayu itu kalian susupkan ke balik
pakaianku"!"
tanya Wiro. "Sudah kami katakan, untuk berjaga-jaga." Yang berkata kali ini adalah sang
Dewi. "Kami mungkin tidak punya waktu banyak. Seandainya Ratu srigala iblis itu atau
anak buahnya datang sebelum kami selesai dengan pekerjaan kami, maka kau sudah
kami pagari dengan boneka itu. Jika sampai kau dipancung, maka boneka kayu itu
yang akan mati!"
"Aku tidak mengerti. Boneka kayu itu jelas benda mati! Bagaimana lantas kau
bilang dia yang akan mati"!"
"Kami tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan. Lekas telan ini!" kata Dayang.
Lalu Wiro melihat sebuah benda sebesar ujung jari berwarna coklat keputihan
bergerak cepat ke arah mulutnya. Sebelum dia sempat menolak benda itu sudah
menyusup ke dalam mulutnya. Lalu seperti ada cekikkan di lehernya, yang
membuatnya terpaksa menelan benda tadi.
"Kemenyan!" desis Wiro.
"Memang kemenyan. Benda itu akan membuatmu kebal dari segala kelumpuhan otak dan
aurat atau kekakuan akibat racun jahat atau totokan manusia-manusia srigala
iblis," menjelaskan Dewi.
"Sekarang gulungan kertas ini akan kami susupkan ke dalam tubuhmu!" Dayang yang
kini bicara. Wiro melihat secarik kertas sepanjang jari kelingking yang digulung sangat
kecil, hanya dua kali besarnya lidi bergerak di udara, melesat ke arah perutnya.
Dia hendak berteriak tapi bless! Secara aneh gulungan kertas itu amblas masuk ke
dalam tubuhnya di bagian perut tanpa dia merasa sakit sedikitpun!
"Hai! Kertas apa yang kalian tancapkan dalam tubuhku ini"!" tanya Wiro.
KARYA 50 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Itu tameng terakhir yang bakal menjaga dirimu. Di dalamnya ada serangkaian
ayat-ayat suci! Dengan ada kertas itu dalam tubuhmu, pukulan atau senjata apapun
yang dihunjamkan ke tubuhmu tidak akan mempan! Ingat satu hal baik-baik. Jika
upacara kematianmu mulai dilaksanakan, sering-sering menyebut nama Tuhanmu.
Dengan mengucap begitu Kerajaan Srigala iblis dan penghuninya akan sangat
terganggu. Satu hal lagi perlu kami beritahukan, segala ilmu kepandaian dan
kesaktian yang kau miliki baru bisa bekerja setelah sekujur tubuhmu menyentuh
tanah dan tanganmu mampu memegang kepala Datuk Seribu Racun yang menjadi
ganjalan pohon besar kediaman Ratu srigala. Jadi kau harus mengusahakan untuk
bisa bergulingan di tanah!"
"Edan! Bagaimana aku tahu yang mana kepala Datuk Seribu Racun itu!" berkata Wiro
penuh jengkel. Hati kecilnya saat itu ingin saja dia melepaskan diri dari
ikatannya kebatang pohon, lalu langsung menyerbu Ratu srigala. Tapi diam-diam
dia menyadari bahwa dia bukan berada dalam dunianya sendiri. Melainkan dalam
satu alam penuh keanehan yang dibungkus dengan darah dan maut yang penuh
kengerian. "Lagi pula perlu apa aku harus memegang kepala manusia yang sudah jadi bangkai
hidup itu!" sambung Wiro sesaat kemudian.
"Mengapa kau harus memegang kepala sang Datuk tak dapat kami katakan saat ini
karena tak ada waktu dan kaupun mungkin sulit bisa mengerti. Kepala Datuk itu
ada pada bagian bawah sebelah kanan pohon. Kepala dengan kedua bola memberojol
keluar dari rongga mata, memiliki kumis dan cambang bawuk, telinga kanan
sumplung dan pipi kiri hancur robek sampai ke telinga!"
"Dayang, kita harus pergi sekarang..."
"Tunggu dulu!" ujar Wiro cepat. "Senjata mustikaku, Kapak Naga Geni 212 telah
mereka rampas. Aku minta bantuan kalian untuk mendapatkannya kembali!"
"Jangan kawatir. Pada saat upacara penjatuhan hukuman atas dirimu, manusia-
manusia srigala iblis itu pasti akan memusatkan perhatian pada jalannya upacara.
Kami akan punya kesempatan untuk menyelinap ke dalam kamar penyimpanan senjata
Ratu srigala..."
"Kamar penyimpanan, katamu...?" tanya Wiro heran.
KARYA 51 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Kamar itu bukan kamar sungguhan. Tapi sebuah pohon besar penuh dengan senjata-
senjata rampasan milik para korban perburuan Ratu srigala!"
"Perburuan, siapa yang diburu"!" tanya Wiro tambah tidak mengerti.
"Kami tidak punya waktu untuk menerangkan. Tapi kau saksikan sendiri kepala-
kepala yang dijadikan ganjalan pohon! Tubuh-tubuh yang digantung secara
mengerikan! Itulah korban pemburuan Ratu iblis itu dan kami..."
"Dewi" Dayang memutus ucapan sang Dewi. "Mereka datang, kita harus menyingkir!"
Dua sosok tubuh manusia srigala perempuan melayang ke atas pohon. Tidak lain
adalah Sari Gali Dua dan Tiga. Sari Gali Dua yang memiliki penciuman sangat
tajam, mendongakkan kepala srigalanya ke atas dan menyerap udara di sekitarnya,
lalu menggereng,
"Aku mencium bau harum di tempat ini. Pasti mahluk putus asa itu ada disini! Aku
yakin sesuatu telah terjadi ditempat ini! Sari Tiga, mari kita menghantam
membersihkan tempat!"
"Apa yang perlu dikawatirkan Sari Gali Dua"!" jawab Sari Gali Tiga. "Mereka
tidak mampu melakukan apa-apa terhadap kita. Lalu sekali mereka masuk ke dalam
kawasan Istana, mereka tak akan sanggup keluar lagi!"
"Aku tetap merasa kawatir. Jika kita tidak melakukan sesuatu kemudian terjadi
apa-apa dan Ratu mengetahui, nasib kita bisa sama dengan Sari Gali Satu! Ikuti
perintahku. Mari kita menghantam membersihkan tempat! Kau empat jurus mata angin
sebelah kiri, aku empat jurus mata angin sebelah kanan!"
Kedua perempuan berkepala srigala hitam itu lalu mengapung diudara saling beradu
punggung. Keduanya kemudian menghantamkan tangan kiri kanan empat kali berturut-
turut ke arah empat jurusan. Delapan suara gelegar menggoncang udara dan tanah.
Pohon-pohon besar bergoyang. Ketika gelegar dan riuh gemerisik daun-daun
pepohonan lenyap di udara yang mendadak menjadi pengap terdengar dua jeritan.
Lalu sunyi kembali.
Sari Gali Dua dan Tiga saling berpandangan.
"Apa kataku!" ujar Sari Gali Satu. "Mereka ternyata memang ada di tempat ini.
Keduanya telah terkena hantaman kita!"
KARYA 52 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Gali Dua, jangan biarkan Ratu kita menunggu di tempat upacara. Saatnya kita
menyeret tawanan ke tempat upacara pembantaian!" berkata Sari Gali Tiga.
Sari Gali Tiga menggereng. Lidahnya menjulur, matanya yang merah seperti
membara. Lalu terdengar dia berucap, "Kuharap Ratu mengizinkan aku pertama kali menghirup
darahnya begitu lehernya putus!" Lalu manusia srigala perempuan ini keluarkan
suara lolongan panjang!
* * * KARYA 53 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
10 SUARA GENDERANG ANEH terdengar riuh ketika tubuh Wiro Sableng yang dicekal oleh
Sari Gali Dua dan Tiga dibawa melayang turun ke tanah. Tempat upacara
pelaksanaan hukuman itu adalah sepetak tanah yang terletak di hadapan pohon
besar tempat bersemayam Ratu srigala.
Memandang berkeliling murid Sinto Gen-deng itu merasakan nyawanya seolah-olah
lepas. Dia sudah hampir terbiasa dengan kepala-kepala srigala yang menyeramkan
itu, namun apa yang disaksikannya di sekelilingnya saat itu sungguh luar biasa
mengerikan. Diantara deru genderang menyeling suara tangis bayi dari lolongan panjang. Lalu
disekitarnya puluhan muka dan tubuh setan melayang-layang, seolah menari-nari
mengikuti tabuhan genderang.
Lima buah kepala botak bertanduk dengan mata merah sebesar tinju dan memberodol
keluar disertai mulut terbuka penuh cairan darah melayang mengelilinginya.
Sesekali kepala-kepala itu membuka mulutnya lebih lebar lalu meneriakkan suara
lengking mengerikan.
Darah membersit dari mulut yang berteriak. Wiro berusaha menjauh ketika dua
kepala melesat ke arahnya tapi tak bisa melepaskan diri dari cekalan dua
pembantu Ratu srigala.
Satu jengkal dari mukanya, dua kepala itu tersentak berhenti lalu tertawa
bergerak. Darah menyembur menyiprati muka dan pakaian putih Pendekar 212.
Belum habis rasa takut dan kagetnya, dari samping terdengar suara pekik keras
sekali. Ketika berpaling Wiro melihat dua mahluk setinggi pohon yang memiliki lidah
sangat panjang, menjulai ke bawah seperti belalai gajah. Lidah yang penuh duri
dan bergelimang darah itu bergerak-gerak kian kemari, tiba-tiba melesat seperti
hendak membelit tubun dan lehernya.
KARYA 54 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Wiro berseru tegang. Lidah panjang melesat menjauhinya. Bersamaan dengan itu
terdengar suara tawa bekakakan. Baru saja dua lidah menjulai lenyap mendadak
muncul sosok tubuh bayi raksasa dengan wajah aneh menyeramkan. Bayi ini
menggapai-gapaikan kedua tangannya ke arah Wiro. Tiba-tiba dari kedua matanya,
dari lubang-lubang hidung serta telinga dan dari mulut, melesat keluar kepala
dan tubuh ular hitam belang hijau. Tujuh ekor ular jejadian ini langsung mematuk
ke arah kepala dan tubuh Pendekar 212.
"Ya Tuhan! Tolong diriku!" seru Wiro ketika dia tak sanggup berontak dari
pegangan Sari Gali Dua dan Tiga.
Saat itu juga terdengar suara seperti guntur menggelegar. Tanah bergoyang,
pohon-pohon berderik-derik seperti mau tumbang. Murid Eyang Sinto Gendeng lantas
ingat akan ucapan Dayang. Yaitu agar dia banyak-banyak mengucap menyebut nama
Tuhan. Maka dia segera mengulang-ulang menyeru nama Tuhan. Kawasan yang jadi
Istana kediaman Ratu srigala itu laksana dilanda gempa. Semua manusia srigala
melolong panjang. Di atas pohon dimana dia berada Ratu srigala berteriak keras.
"Gali Dua. Gali Tiga! Kalian tunggu apa lagi, lekas laksanakan hukuman! Bantai
pemuda celaka itu sebelum dia menyebut lebih banyak nama Tuhannya!"
Mendengar teriakan sang Ratu, Gali Dua langsung angkat tangannya kirinya ke atas
Ketika tangan :tu dibantingkan kebawah, di hadapannya Wiro melihat sebuah tiang
batu setinggi dua tombak tiba-tiba saja muncul di tempat itu. Di bagian atas
tiang bergelung seekor ular hitam belang hijau dengan mulut terbuka menunjukkan
gigi-gigi serta taring dan lidahnya yang menyeramkan. Binatang ini hampir sama
dengan ular yang menggelungi leher serta tubuh pemuda batu Dharmasala, kekasih
Dewi, hanya saja yang ada di atas tonggak batu dua kali lebih panjang dan dua
kali lebih besar!
Pendekar 212 merasakan keringat dingin membasahi sekujur tubuh dan wajahnya. Dia
jelas merasa takut melihat ular besar dan panjang itu. Tapi yang membuatnya
lebih merasa ngeri ialah ketika melihat Sari Gali Tiga tahu-tahu sudah memegang
sebilah senjata untuk memancung lehernya. Dan celakanya senjata itu bukan lain
adalah Kapak Maut Naga Geni 212 miliknya sendiri! Berarti dengan senjata mustika
pemberian gurunya itulah nyawanya KARYA
55 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
bakal dihabisi. Lalu apakah benar gulungan kertas bertuliskan ayat-ayat suci
entah ayat-aya suci apa yang disusupkan oleh Dayang sampai amblas ke dalam
perutnya yang katanya akan membuat dirinya kebal terhadap segala macam senjata,
benar-benar akan membuat lehernya tidak mempan dibacok" Juga apakah boneka kayu
jelek itu benar-benar akan sanggup membentengi dirinya, menjadi pengganti
dirinya yang hendak dibantai" Murid Eyang Sinto Gendeng banyak mengetahui
berbagai ilmu kesaktian, baik yang sudah dikuasainya maupun yang dilihatnya
dimiliki oleh orang-orang lain. Tapi ilmu yang mengandalkan kekuatan boneka kayu
butut, ilmu yang mengandalkan kemenyan serta ilmu yang mengandalkan gulungan
kertas, benar-benar sangat diragukannya. Di saat itu dia memilih untuk lebih
baik bertindak mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, dari pada
mengandalkan kekuatan lain yang sulit dipercaya dan belum pernah disaksikannya.
Maka ketika dua srigala perempuan di sampingnya berlaku agak lengah, Wiro
kerahkan seluruh kekuatan dan tenaga dalam lalu menghantam ke kiri dan ke kanan!
Gali Dua dan Gali Tiga merasakan tubuhnya seperti di dorong tembok keras. Wiro
terkesiap ketika melihat dua manusia srigala itu hanya terjajar satu langkah,
padahal diperkirakannya keduanya akan terpental roboh ke tanah dalam keadaan
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terluka dalam. Dewi dan Dayang yang menyaksikan kejadian itu dari tempat persembunyian mereka
tampak terkesiap kaget.
"Celaka! Pemuda itu tidak melakukan apa yang kita katakan Dia bertindak
mengandalkan kekuatannya sendiri! Padahal percuma! Semua rencana bisa
berantakan! Celaka kita Dewi!"
Sang Dewi tak bisa berkata apa-apa. Diam-diam dia meresa tegang.
Di atas pohon besar Ratu srigala tampak terkejut.
"Bagaimana mungkin pemuda celaka itu bisa bergerak dan memiliki kekuatan
mendorong begitu besar"!" serunya. "Padahal tubuh bagian atasnya lumpuh! Pasti
ada yang tidak beres!"
KARYA 56 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Sambil melolong keras Ratu srigala melayang turun dan menghantamkan tangan
kirinya ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng. Begitu melihat sang Ratu dan ada
angin yang menyambar ke arahnya, Wiro balas menghantam dengan tangan kanan.
Lepaskan pukulan.sinar matahari. Tapi yang terdengar hanya suara des... des...
des! Pukulan sakti itu tak sanggup dikeluarkannya. Tubuhnya sendiri saat itu
langsung kaku, tak bisa digerakkan lagi. Namun sesaat kemudian, daya kekuatan
aneh dari kemenyan yang sebelumnya ditelan oleh Pendekar ini perlahan-lahan
memusnahkan kekuatan aneh yang membuat tubuhnya jadi tegang seperti batu itu.
Dalam keadaan tubuhnya mulai pulih seperti itu, terdengar suara teriakan Ratu
srigala. "Datuk Ular! Lekas laksanakan tugasmu!"
Ular hitam hijau yang bergelung di atas tonggak batu langsung melepas
gelungannya. Sekali binatang ini bergerak, mulutnya telah menjambak rambut gondrong pendekar
212 sedang tubuhnya yang panjang melilit badan Wiro. Ular ini membuat dua kali
liukan. Dan tahu-tahu sekujur tubuh Pendekar 212 sudah terikat oleh gelungan ke
tiang batu. Kepalanya terpentang tegak oleh gelungan ke tiang batu. Kepalanya
terpentang tegak oleh jambakan mulut ular sedang lehernya yang bakal jadi
sasaran perlindungan ikut terpentang.
Wiro kini sadar kalau kekuatannya sendiri tidak bakal mampu menyelamatkan
dirinya dari bahaya maut yang megancam. Harapannya kini benar-benar tinggal pada
segala ilmu kesaktian aneh Dewi dan Dayang. Tapi yang lebih besar harapannya
serta kepercayaannya ialah pada pertolongan dan kekuasaan Tuhan! Kini tergelung
ke tiang batu tanpa daya, Pendekar 212 menunggu dengan pasrah apa yang terjadi.
Di seberang sana, dibawah pohon paling besar dilihatnya potongan, kepala Datuk
Seribu Racun yang dua matanya keluar bergelantungan, muka robek mengerikan.
Kepala itulah kelak yang harus dipegangnya tanpa dia mengerti mengapa harus
begitu. Dan saat itu dia tak bisa berpikir lebih jauh karena di hadapannya Ratu
srigala mengambil Kapak Naga Geni 212 dari tangan Sari Gali Tiga. Dengan mulut
menganga, lidah terjulur dan mata mendelik merah, manusia srigala perempuan ini
melangkah ke hadapan Wiro. Satu langkah di depan si pemuda, sang Ratu angkat
tangan kanannya yang memegang Kapak Naga Geni KARYA
57 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
212. Tangan itu kemudian diayunkan keras-keras. Sinar putih menyilaukan
berkelebat disertai hawa panas dan suara seperti seribu tawon mengamuk!
Mata kapak yang sangat tajam menghantam batang leher Pendekar 212. Crass! Kapak
menembus masuk ke leher, tertahan oleh tiang batu di belakang leher. Darah
muncrat! *** KARYA 58 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
11 PENDEKAR 212 MELIHAT darah yang muncrat dari lehernya! Darah itu memercik
mengenai kepala Ratu srigala yang berdiri di hadapannya. Bahkan hampir tak
percaya, Wiro melihat sendiri kepalanya yang ditebas putus menggelinding di
tanah! Saat itu sang Pendekar tidak lagi sempat berpikir apakah yang terjadi dan
dilihatnya itu bisa diterima oleh akal sehat. Melihat kepalanya sendiri
menggelinding begitu rupa, murid Sinto Gendeng ini langsung berteriak menyebut
nama Tuhan. Saat itu juga tanah bergetar dan pohon-pohon bergoncang keras.
Puluhan manusia srigala melolong panjang. Ratu srigala dan dua pembantunya
berdiri tegang, Ular yang tadi menjambak rambut Wiro keluarkan suara mendesis
keras. Mulutnya lepaskan cengkeraman di rambut sang pendekar tapi tubuhnya tetap
menggelung badan Wiro.
Takut, ngeri luar biasa Wiro kembali menatap kepalanya yang tergeletak di tanah.
Tiba-tiba terdengar suara berdentrang keras. Kepala yang ada di tanah mendadak
sontak berubah menjadi sepotong kepala boneka kayu kecil terbuat dari kayu.
Bagian badan boneka tergeletak tak jauh dari potongan kepala!
"Ini pasti perbuatan si keparat Dewi dan pembantunya!" teriak Ratu srigala
marah. Kedua matanya laksana menyala menatap boneka kayu yang buntung itu.
Teriakan itu menyadarkan Pendekar 212 Wiro Sableng apa yang barusan terjadi.
Lebih dari itu kini dia baru bisa percaya keampuhan gulungan kertas bertuliskan
ayat-ayat suci yang ditancapkan ke dalam perutnya. Dan juga akan kekuatan aneh
yang ada pada boneka kecil terbuat dari kayu itu!
Meskipun demikian tetap saja Wiro pegangi lehernya yang tadi dirasakannya putus.
Ternyata leher itu masih utuh.
"Sungguh gila! Sekarang saatnya aku harus bertindak sesuai yang dikatakan dua
srigala putih itu," ujur Wiro dalam hati. Dia kerahkan seluruh tenaga dalam yang
ada, memukul ke KARYA
59 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
atas sedang kaki kirinya menginjak ekor ular keras-keras. Binatang ini
menggeliat hebat.
Meski pukulan dan tendangan yang dilakukan oleh Wiro bukan sembarangan, sanggup
menghancurkan tembok dan meremuk batu, tapi ternyata semua itu tidak berbekas
pada ular hitam belang hijau. Binatang ini malah langsung buka mulutnya lebar-
lebar lalu keluarkan suara mendesis. Serangkum asap hijau menderu menyelubungi
kepala Pendekar 212. Itulah racun yang luar biasa ganasnya. Tak ada satu mahluk
bernafaspun yang sanggup bertahan sekejapan mata terhadap racun itu. Ratu
srigala sendiri sempat berseru, "Mati kau sekarang!"
Tetapi sang Ratu melengak kaget ketika melihat bagaimana racun ular itu tidak
mematikan si pemuda. Ini tidak lain adalah akibat kekuatan kemenyan serta
gulungan kertas yang ada dalam tubuh sang pendekar. Malah kini dilihatnya Wiro
telah meloloskan diri dari gelungan ular besar. Ratu srigala segera menyerbu
dengan. Kapak Naga Geni 212 di tangan kanan dan satu pukulan sakti di tangan
kiri. "Lekas jatuhkan dirimu ke tanah dan berguling ke pohon besar!" terdengar suara
mengiang di telinga Wiro. Itulah suaranya sang Dewi.
"Betul! Lakukan lekas! Begitu sampai di pohon cepat kau pegang kepala Datuk
Seribu Racun!" Yang terdengar kali ini adalah suara si Dayang.
Mendengar semua ucapan itu Pendekar 212 iangsung jatuhkan diri ke tanah,
berguling ke arah pohon secepat yang dilakukannya. Pukulan tangan kosong sang
ratu lewat. Tapi srigala betina ini memburu dengan Kapak 212. Berkali-kali
terdengar suara bergedebukan ketika mata kapak menghantam perut, punggung atau
dada Wirol Ternyata senjata itu tidak sanggup melukai pemiliknya sendiri! Wiro
kebal akibat kemenyan dan gulungan kertas yang ada dalam tubuhnya!
Wiro berhenti bergulingan tepat di bawah pohon besar kediaman Ratu srigala
dimana terdapat lebih dari lima kepala yang dijadikan sebagai ganjalan! Karena
sudah diberi tahu lebih dulu, tidak sulit bagi Wiro untuk mengenali kepala Datuk
Seribu Racun. Dengan cepat dia ulurkan tangan memegang kepala itu.
KARYA 60 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Tiba-tiba dua buah tangan berwarna sangat hitam dan penuh bulu mencuat dari
dalam tanah, langsung memegang bahu Pendekar 212! Sementara potongan kepala yang
mengerikan dan tadinya terjepit dibawah besar pohon diantara akar-akar melayang
ke atas! *** KARYA 61 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
12 TAHU-TAHU SATU SOSOK tubuh setinggi hampir dua tombak mengangkat Pendekar 212,
menegakkannya di tanah. Sambil pegang bahu Wiro dengan tangan kirinya mahluk
jangkung ini pergunakan tangan kanannya untuk memasukkan kedua matanya yang
memberojol ke luar, ke dalam dua rongga mata yang tadinya oblong mengerikan.
Sambil melakukan itu dari mulutnya tiada nenti terdengar suara tawa parau
sementara darah becucuran dari hampir seluruh bagian kepalanya, termasuk dua
buah mata yang baru saja
"diperbaikinya"!
Wiro yang sudah tak sanggup menahan rasa takut berusaha mundur lepaskan diri.
Tapi astaga! Dia sama sekali tidak sanggup membebaskan diri dari pegangan tangan
kiri mahluk jangkung menyeramkan itu! Si mahluk tertawa panjang.
"Anak muda! Jangan takut! Aku bukan setan jejadian yang akan mengunyah batok
kepalamu! Ha... ha... ha...! Aku Datuk Seribu Racun! Aku sangat berterima kasih
kau telah selamatkan aku dari siksa alam durjana dengan jalan memegang kepalaku
tadi! Sahabat-sahabatku sang Dewi dan si Dayang pasti yang memintamu melakukan
hal itu! Kalau tidak karena kalian sampai ratusan tahun aku akan tetap jadi
ganjalan pohon celaka itu! Ha...
ha...ha...!"
Tiba-tiba ada suara menggereng di belakangnya. Wiro cepat berpaiing. Ratu
srigala dengan Kapak Maui Naga Geni 212 di tangan kanan bersama Sari Gali Dua
dan Tiga melangkah mendatangi. Mata mereka tampak berapi-api dan rahang yang
penuh taring runcing terdengar bergemeletakan.
"Bagus! Jadi kalian ternyata telah berkomplot. Komplotan kalian tak akan
berjalan lama! Datuk Seribu Racun, kau akan kembali ke tempatmu semula! Jadi
ganjalan tiang Istanaku! Dan kau pemuda celaka! Kau akan menjadi pendamping
abadi si Datuk! Malah KARYA
62 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
kau akan mendapat kehormatan tambahan! Seratus kala jengking akan menggerogoti
batok kepalamu! Sisa potongan tubuhmu akan kugantung di atas pohon dengan
sepuluh ular terus menerus me-matukimu! Kau akan menderita siksa lebih hebat
dari neraka seumur-umurmu!
Hik... hik... hik!"
Habis tertawa cekikikan sang Ratu lalu melolong. Kemudian dari mulutnya
terdengar suara suitan panjang. Puluhan manusia srigala balas melolong. Lalu
laksana air bah mereka menyerbu Pendekar 212 dan Datuk Seribu Racun.
"Celaka!" seru Wiro. Bagaimana mungkin mereka berdua sanggup menghadapi serbuan
mahluk-mahluk jejadian seperti itu!
"Jangan putus nyali pendekar muda!" berkata Datuk Seribu Racun dengan suara
paraunya. "Aku akan rampas kembali senjata mustikamu! Lihat!"
Datuk Seribu Racun keluarkan pekik aneh. Tangan kirinya mendadak berubah panjang
dan keluarkan cahaya hitam menggidikkan.
"Ratu! Awas racun hitam perenggut sukma!" teriak Sari Gali Dua ketika melihat
cahaya hitam legam memancar dari tangan kiri Datuk Seribu Racun.
Ratu srigala mendengus keras dan kiblatkan Kapak Maut Naga Geni 212 ke arah sang
Datuk, Manusia jangkung ini tertawa keras ketika melihat ada sinar perak
menyilaukan menerpa disertai suara seperti tawon mengamuk. Tangan kirinya
berkelebat ke depan.
Terdengar raungan Ratu srigala ketika menyadari Kapak Naga Geni 212 tak ada lagi
di tangannya. "Pendekar, terima senjatamu kembali!" berseru Datuk Seribu Racun.
Kapak Naga Geni 212 tampak melayang di udara. Wiro cepat melompat untuk
mengambil. Tapi saat itu dari samping Sari Gali Tiga ikut melompat untuk merebut
senjata mustika itu. Wiro yang sejak sudah siapkan pukulan sinar matahari di
tangan kiri segera menghantam. Terdengar suara menggelegar disertai hawa panas
dan berkibtatnya sinar putih perak menyilaukan. Tapi bukan kepalang terkejutnya
murid Sinto Gendeng ini ketika melihat bagaimana pukulan saktinya itu seolah-
olah menghantam udara kosong saja. Sosok KARYA
63 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
tubuh Sari Gali Tiga hanya tsrgoyang tergontai-gontai laksana asap, sama sekali
tidak mempan oleh hantaman pukulan sinar matahari!
Meskipun perempuan srigala itu tidak hancur lebur atau mati, namun Wiro
mempunyai kesempatan untuk menyambar Kapak Maut Naga Geni 212 yang melayang di
udara. Begitu senjata mustika tergenggam di tangannya dia langsung membabatkan
ke arah Sari Gali Tiga yang masih agak sempoyongan. Wuuttt!
Kapak Maut Naga Geni 212 menyambar batang leher manusia srigala betina itu. Tapi
senjata itu lewat begitu saja seolah-olah membabat udara kosong atau membacok
air! Kejut Pendekar 212 bukan kepalang. Di hadapannya Sari Gali Tiga menyeringai
memperlihatkan lidah merah dan taring runcing. Dari mulutnya menggelegar suara
lolongan panjang.
Dengan kedua tangan terpentang dia menyerbu ke arah Wiro.
Saat itulah terdengar Datuk Seribu Racun berkata, "Pendekar, arahkan serangan
kapakmu pada pinggul kiri lawan! Hanya di situ bagian tubuh mereka yang tidak
kebal! Dan hanya senjata di tanganmu itu saja yang mampu membantai mereka!"
"Datuk keparat! Kau membuka rahasia kelemahan kami!" terdengar Ratu srigala
berteriak marah! Dua tangannya di hantamkan ke depan. Mulutnya membuka lebar
lalu dia menyembur!
Lidah api keluar menderu dari mulut sang Ratu sedang kedua tangannya yang
berkuku panjang hitam menyambar ganas ke arah leher dan dada sang Datuk!
Sebelumnya dua mahluk ini satu manusia satunya lagi mahluk jejadian telah pernah
bertempur. Itu terjadi sekitar sembilan tahun silam. Sang Datuk ternyata tidak
mampu menghadapi manusia srigala betina itu. Mukanya dicabik salah satu
kupingnya dibuat buntung, kedua matanya dikorek secara ganas. Lehernya kemudian
ditebas. Tapi entah dengan ilmu apa, sang Datuk tidak dibuat mati, tetap hidup
walau kepala dan badan terpisah, tersiksa hebat selama bertahun-tahun, mati
tidak hiduppun tidak!
Kini saling berhadapan kembali, walau membekal dendam hebat namun ada rasa
kawatir dalam hati manusia bergelar Seribu Racun itu. Satu-satunya harapannya
untuk dapat membalaskan sakit hati bahkan menghancur musnahkan Kerajaan Ratu
srigala itu bersama KARYA
64 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
seluruh isinya terletak di tangan Pendekar 212 Wiro Sableng yang memiliki
senjata mustika Kapak Maut Naga Geni 212, Itulah sebabnya dia harus cepat
memberi tahu kelemahan mahluk-mahluk manusia berkepala srigala itu. Dan
kekebalan mereka hanya akan musnah oleh Kapak warisan Eyang Sinto Gendeng itu.
Selain dari itu tak satu senjatapun sanggup menghancurkan mereka. Karenanya
dapat dibayangkan bagaimana marahnya Ratu srigala ketika sang Datuk berteriak
membuka rahasia kelemahannya dan anak buahnya.
Datuk Seribu Racun cepat melompat menghindari sambaran lidah api dan dua cakaran
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lawan sambil membalas dengan pukulan sakti mengandung racun jahat berwarna
hitam. Ratu srigala melolong tinggi. Sekali dia gerakkan tangannya, musnahlah cahaya
hitam yang keluar dari pukulan Datuk Seribu Racun. Malah kini lidah api terus
menggebu menjilat dadanya. Terdengar raung Datuk Seribu Racun. Sebelum kepalanya
ikut terbakar, Datuk ini cepat membuang diri ke kiri, jatuhkan tubuh ke tanah
lalu bergulingan menjauhi lawan.
Di saat yang sama, begitu rahasia kelemahannya diketahui lawan, Sari Gali Tiga
jadi lumer nyalinya. Dia mundur terus-terusan menghindari sambaran, bacokan
maupun babatan senjata mustika di tangan Wiro. Namun dia tak bisa bertahan lama.
Satu kali Kapak Naga Geni 212 tepat menghantam pinggul kirinya.
Srigala betina itu melolong setinggi langit! Terjadilah hal yang aneh. Tubuh
Sari Gali Tiga tampak bergoyang hebat dan perlahan-lahan berubah jadi kepulan
asap hitam pekat.
Warna hitam ini kemudian berubah jadi kelabu. Lalu terdengar suara berdentum.
Asap kelabu lenyap dan tampak terhampar sosok jerangkong putih!
Ratu srigala berteriak keras melihat kejadian itu. Dia sampai membatalkan
serangan susulan yang tadinya hendak dilakukannya terhadap Datuk Seribu Racun
yang saat itu berada dalam keadaan luka parah yakni terbakar di bagian dada.
Teriakan sang Ratu diikuti oleh lolongan Sari Gali Dua dan puluhan srigala
jantan lainnya. Di lain kejap semua mahluk berkepala srigala itu menyerbu ke
arah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Murid Sinto Gendeng mengamuk dengan senjata mustikanya. Setiap menyerang yang
dihantamnya adalah pinggul kiri lawan. Satu demi satu mahluk srigala itu jatuh
bergelimpangan, jadi asap lalu berubah jadi tengkorak! Namun jumlah mereka
banyak sekali. KARYA 65 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Wiro tiba-tiba saja ingat pesan Dewi dan Dayang yakni agar terus menerus
menyebut nama Tuhan. Maka sambil berteriak, "Gusti Allah, tolong aku! Tuhan Maha
Kuasa tolong aku menghancurkan mahluk-mahluk terkutuk ini!" Begitu dia terus
menerus menyebut dan menyeru Tuhannya. Dan setiap teriakan membuat tempat itu
laksana dilanda gempa. Tanah bergetar keras, pohon-pohon bergoncangan dan
mahluk-mahluk srigala seperti dipanggang berteriak-teriak hingar bingar. Dalam
keadaan kacau balau begitulah Wiro terus menghantam dengan Kapak Maut Naga Geni
212. Beberapa kali manusia srigala itu sempat memukul, menendang bahkan
mencakarnya. Namun berkat kekuatan kemenyan dan gulungan kertas yang ada dalam
tubuhnya semua serangan lawan tidak mempan. Ratu srigala melolong tiada henti
ketika dapatkan semburan api, cakaran kuku dan pukulan-pukulan mautnya sama
sekali tidak berbekas! Memandang berkeliling dia dapatkan sudah lebih dari lima
belas anak buahnya menjadi korban amukan Wiro. Korban terakhir saat itu adalah
pembantunya Sari Gali Dua!
"Hentikan pertempuran!" teriak Ratu srigala tiba-tiba. Semua anak buahnya
melompat menjauhi Wiro. Sang Ratu melangkah mendekati Pendekar 212 lalu menjura
dalam-dalam. "Eh, apa maumu...?" bertanya Wiro keheranan.
"Aku bersedia memenuhi permintaanmu tempo hari. Asalkan kau berhenti membunuhi
anak buahku!" berkata sang Ratu.
"Eh, permintaanku yang mana...?" tanya Wiro lagi tambah heran.
"Kita hidup berdampingan di Kerajaan ini. Aku Ratu dan kau Raja...Bagaimanana"!"
"Ah!" tentu saja Pendekar 212 terkejut mendengar kata-kata sang Ratu. Namun di
lain saat dia tertawa gelak-gelak. Pada saat dia tertawa itulah terdengar suara
Datuk Seribu Racun berseru, "Pendekarl Hati-hati! Jangan tertipu omongannya!"
"Ratu... Dulu aku memang memintamu begitu. Tapi sekarang semuanya sudah
terlambat... !" ujar Wiro.
"Jadi kau bukan seorang manusia yang mampu memegang janji. Pendekar apa kau ini!
Kau menolak karena aku mahluk bertubuh perempuan tapi berkepala srigala..." Apa
kau kira KARYA 66 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
aku ini memang sejelek yang kau lihat" Buka matamu lebar-lebar. Lihat siapa aku
sebenarnya!"
Habis berkata begitu Ratu srigala angkat kedua tangannya. Kelihat ketiaknya yang
putih ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat. Sepasang payu daranya yang besar bergerak
turun naik. Sesaat kemudian kepala srigalanya lenyap, berubah dengan kepala seorang dara
berparas cantik sekali, bermata bening, berhidung mancung dan berdagu terbelah!
Mau tak mau Wiro jadi berdecah juga melihat kecantikan mahluk ini. "Aku
berjanji, setiap kita bermesraan aku akan memperlihatkan diri seperti ini...
Bagaimana, apa kau masih menolak"
Atau masih tidak cantikkah diriku ini di matamu..."!" ujar Ratu srigala.
Wiro garuk-garuk kepala. "Hem... Kau memang cantik. Tapi kau sebenarnya adalah
bangkai hidup! Siapa sudi bermesraan dan tidur dengan bangkai!"
Mendengar kata-kata yang sangat merendahkan itu, marahlah Ratu srigala. Dari
mulutnya menderu lidah api, menyambar ke arah Wiro. Pendekar 212 cepat-cepat
babatkan Kapak Naga Geni 212. Sinar perak putih menyambar. Lidah api menderu
berbalik ke arah yang melepaskannya. Ratu srigala berteriak keras. Melompat ke
atas. Justru saat itu pula Wiro sudah menyerbu ke depan sambil menghantamkan
Kapak Naga Geni 212 ke arah pinggul sang Ratu.
Crasss! Bagian tajam dari senjata mustika itu menancap tepat di pinggulnya. Darah
memuncrat. Bukan berwarna merah, tapi darah berwarna hitam pekat menggidikkan!
Dari mulut srigalanya terdengar lolongan setinggi langit. Tempat itu laksana mau
runtuh ketika puluhan manusia srigala lainnya ikut melolong menggidikkan. Sosok
tubuh Ratu srigala bergoyang keras lalu berubah menjadi asap hitam. Dari hitam
berubah jadi kelabu.
Terdengar dentuman dahsyat. Pohon-pohon bergoncang, tanah bergetar. Lapat-lapat
terdengar suara orok menangis. Lalu ada jerit pekik manusia, banyak sekali!
Pada saat sosok tubuh Ratu srigala berubah menjadi asap kelabu, dua sosok tubuh
tampak melayang turun dari sebuah pohon besar.
KARYA 67 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Ternyata keduanya adalah dua perempuan berkepala srigala berbulu putih. Dewi dan
Dayang. Dewi, yaitu srigala yang bermahkota cepat memburu ke arah kepulan asap
kelabu seraya berteriak, "Kakak Suli! Kau tak boleh mati! Kau tak boleh jadi
tengkorak!" Dewi merangkul asap kelabu dan menyemburkan sejenis cairan harum
dari mulutnya ke arah asap kelabu. Sosok tubuh Ratu srigala yang tadi telah
berubah menjadi asap kelabu tiba-tiba kembali berbentuk sosok srigala bertubuh
perempuan. "Dewi adikku... Aku tahu maksud luhurmu! Tapi dosaku sudah seluas lautan
setinggi langit. Tak mungkin bagiku hidup di alam manapun! Biarkan aku pergi
adikku. Aku doakan kau berbahagia. Aku..." Sosok Ratu srigala lenyap jadi asap
kelabu kembali. Lalu terdengar suara berdentum laksana gunung meletus. Ketika
dentuman lenyap dan daun-daun pepohonan melayang jatuh, di tanah tampak lagi
sebuah tengkorak putih. Itulah jerangkong Ratu srigala. Tetapi saat itu bukan
hanya sang Ratu yang berubah menjadi jerangkong.
Puluhan pengikutnya yang tadi masih hidup juga telah berubah jadi tengkorak.
Bertebaran di perbagai penjuru hingga tempat itu seperti lautan tengkorak!
Mereka yang berubah menjadi tengkorak bersamaan dengan sang Ratu, tampak
tengkorak mereka terbujur dengan kedua tangan mencekik leher. Apa yang terjadi"
Para pengikut sang Ratu, begitu melihat pimpinan mereka telah berubah jadi asap
kelabu, serta merta mencekik laher masing-masing, melakukan bunuh diri!
Srigala putih bermahkota emas bertahtakan batu-batu permata duduk di tanah
menangisi jerangkong sang Ratu. Bagaimanapun jahatnya sang kakak di masa hidup,
ternyata melihat kematiannya yang mengenaskan begitu rupa membuat tetap saja
sang adik tidak sanggup menahan tangis dan kesedihannya.
Wiro tegak tertegun memandangi srigala putih itu sesaat lalu memandang
berkeliling. Tiba-tiba dia melihat ada yang bergerak di dekat pohon besar bekas kediaman sang
Ratu. Pendekar 212 siapkan Kapak Naga Geni 212 seraya memberi isyarat pada Datuk
Seribu Racun. Mahluk dekat pohon itu ternyata melangkah ke jurusan mereka!
*** KARYA 68 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
13 MAHLUK ITU MELANGKAH dengan pandangan mata tertuju pada srigala putih bermahkota
tanpa berkesip. "Eh, bukankah dia pemuda yang jadi batu itu...?" ujar Wiro.
Mendengar ucapan Wiro, srigala putih bermahkota palingkan kepala lalu melolong
tinggi ketika melihat pemuda itu.
"Kakak Dharmasala!" pekik srigala putih alias Dewi lalu dia lari menubruk si
pemuda. Dharmasala merangkul srigala putih itu dengan air mata berlinang-linang.
"Syukur kau bisa kembali ke alam ini, kakak Dharma. Syukur kau bisa hidup
kembali!" Wiro melangkah mendekati. "Saudara, betul kau yang sebelumnya jadi batu..."
Pemuda bernama Dharmasala, kekasih Dewi itu mengangguk. "Sahabat, terimakasih
kau telah menolong kami semua" Dia berpaling pada Datuk Seribu Racun. "Juga
terimakasihku untukmu..." Datuk Seribu Racun hanya bisa manggut-manggut karena
saat itu luka bakar di dadanya terasa sangat sakit.
"Mana ular hitam hijau yang menggelung lehermu?" tanya Wiro pula.
Dharmasala menunjuk ke arah pohon besar sebelah kanan. Disitu tampak teronggok
rangka seekor ular besar.
"Begitu Ratu srigala mati... binatang itu langsung ikut berubah jadi
kerangka..."
"Aneh, sungguh serba aneh dan mengerikan!" ujar Pendekar 212.
"Semua keanehan ini belum berakhir. Kita harus segera tinggalkan tempat ini.
Ketahuilah kita semua masih terkungkung dalam Kerajaan Iblis Ratu srigala.
Sebelum pergi aku akan mengobati dulu kalian berdua..." kata Dewi. Lalu srigala
putih ini mendekati Datuk Seribu Racun. Dia mengusap wajah dan dada Patuk Seribu
Racun beberapa kali.
Begitu selesai diusap, luka bakar di dada segera sembuh tanpa bekas sedang wajah
yang robek KARYA
69 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
penuh darah kini tampak licin bersih, hanya telinga yang buntung tak bisa
dikembalikan ke asalnya.
"Dewi, perkenankan saya yang mengobati luka di dada pendekar itu," berkata
srigala bernama Dayang ketika sang Dewi hendak mengobati luka bekas cakaran Ratu
srigala di dada murid Sinto Gendeng itu.
Wiro hanya tegak berdiam diri ketika tangan berbulu putih dengan kuku-kuko
panjang runcing itu mengusapi bekas cakaran menggurat dadanya. Tiga kali diusap
luka-luka itupun lenyap.
Wiro pandangi mata bening Dayang lalu berkata, "Terima kasih. Kesaktianmu
sungguh luar biasa..."
Dayang balas menatap mata si pemuda lalu tundukkan kepala dan melangkah
menghampiri sang Dewi.
"Kita pergi sekarang..." kata Dewi.
"Tunggu, aku harus menyelamatkan senjata-senjata sakti milik orang-orang yang
jadi korban Ratu srigala!" terdengar kata-kata Datuk Seribu Racun.
"Ah, senjata itu. Aku baru ingat," ujar Dewi pula. "Senjata-senjata itu
disembunyikan di atas pohon besar sana. Bagaimana kau mau naik ke atasnya,
Datuk?" "Dengan jalan memanjatnya tentunya..." jawab Datuk Seribu Racun.
Dewi tertawa dan berkata, "Akan memakan waktu lama Datuk. Biar Dayang
melakukannya lalu menyerahkan senjata-senjata itu padamu." Sang Dewi berpaling
pada Dayang. Sang pembantu tanpa tunggu lebih lama segera melayang ke atas pohon
besar. Hanya beberapa kejapan saja dia telah kembali mengepit sebuah keranjang terbuat
dari daun. Di dalam keranjang ini terdapat beberapa bilah senjata milik orang-orang yang
lelah dibunuh oleh Ratu srigala. Salah satu senjata itu adalah sebentuk keris
berluk tujuh milik Pangeran Ajibarang. Dayang lalu memberikan keranjang senjata
itu pada Datuk Seribu Racun.
"Kita pergi sekarang!" ujar Dewi.
"Eh, sebentar!" Wiro membuka mulut.
KARYA 70 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Ada apa lagi pendekar?" tanya Dewi dan Datuk Seribu Racun hampir berbarengan.
"Harap maafkan, aku tak punya maksud apa-apa. Tapi apakah kita akan pergi dalam
keadaan rupa kalian masih seperti itu?"
Dewi terdengar batuk-batuk. "Saat ini kami berdua tidak punya kekuatan untuk
mengubah diri. Kita masih berada dalam kawasan bekas Kerajaan Ratu srigala.
Meski dia sudah mati bersama seluruh pengikutnya, namun kekuatan gaib masih
tetap menguasai tempat ini..."
"Jadi kalian berdua akan tetap seperti itu seumur-umur?" Sambil berkata Wiro
memandang pada Dharmasala.
Pemuda kekasih Dewi tampak bingung.
"Kau akan lihat sendiri nanti, pendekar. Jika sudah tiba saatnya, kami berdua
akan kembali kebentuk asli kami!" jawab Dewi, lalu dia menarik tangan Dayang dan
memberi isyarat pada Wiro, Dharmasala dan Datuk Seribu Racun agar berjalan lebih
dulu di sebelah depan.
Berjalan beberapa lama, rombongan itu akhirnya sampai di pintu gerbang Istana
srigala iblis. Wiro melangkah melewati pintu gerbang sambil memperhatikan pintu
gerbang yang ber-bentuk kepala srigala raksasa yang tengah membuka mulutnya.
Menyusul Dharmasala lalu Datuk Seribu Racun. Setelah itu dua srigala putih yaitu
Dewi diikuti oleh pembantunya yang setia Dayang.
Begitu kedua kaki Dayang meninggalkan lidah srigala yang berbentuk tangga, tiba-
tiba di atas rimba belantara Rekso Pratolo berkilat halilintar disusul suara
menggemuruh yang meng-goncangkan tanah. Sekejapan hutan yang selalu gelap redup
itu tampak terang benderang. Ketika suara menggemuruh hilang dan. hutan kembali
diselimuti keredupan, entah dari mana datangnya, hutan itu kini dilanda tiupan
angin yang luar biasa kerasnya.
Semua yang ada di-situ jatuhkan diri ke tanah agar tidak dihempaskan angin. Ada
yang coba berpegangan pada akar-akar pohon. Dedaunan rontok mengeluarkan suara
aneh mengerikan.
Dua jeritan terdengar.
KARYA 71 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Dewi! Dayang! Di mana kalian"!" berseru Dharmasala. Pemuda ini bersama-saima
Wiro dan Datuk Seribu Racun melihat bagaimana dua sosok srigala putih itu
terpental tinggi ke udara menembus kerapatan daun-daun pepohonan dan lenyap!
"Dewi!" teriak Dharmasala kembali.
"Dayang!" Wiro ikut berseru.
Sementara itu tiupan angin mulai mereda dan daun-daun tak ada lagi yang jatuh
luruh. "Lihat!" tiba-tiba Datuk Seribu Racun berteriak seraya menunjuk ke atas.
Wiro dan Dharmasala sama mendongak.
Di antara kerapatan daun-daun pepohonan tampak dua cahaya, satu berwarna biru,
satu lagi berwarna hijau. Cahaya itu melayang turun perlahan-lahan dan sementara
turun tampak bertambah besar. Ketika dua cahaya ini jatuh ke tanah, maka
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berubahlah dia menjadi dua sosok tubuh gadis yang luar biasa cantiknya! Wiro
sampai berdecak kedip-kedipkan mata sementara Datuk Seribu Racun usap-usap dagu
sambil geleng-geleng kepala.
Gadis pertama mengenakan pakaian biru gelap indah sekait bersulam benang emas.
Rambutnya yang panjang hitam tergerai di punggung. Di atas kepalanya ada sebuah
mahkota emas bertaburkan batu-batu permata yang berkilau-kilau. Wiro ingat betul
mahkota itu sama bentuknya dengan mahkota yang ada di kepala srigala putih
bernama Dewi. Apakah ini berarti sang dara yang jelita ini adalah sang Dewi itu"
Baru saja Wiro berpikir begitu tiba-tiba terdengar seruan Dharmasala.
"Dewi!" Pemuda itu berlari menghampiri dara berpakaian biru lalu memeluknya
erat-erat. Sang dara menangis terisak-isak dalam pelukan si pemuda.
"Dewi dan Dharmasala... Satunya pernah jadi patung batu satunya hidup dalam alam
aneh bertubuh manusia berkepala srigala. Aneh! Bagaimana mungkin...!" Wiro
garuk-garuk kepala lalu pandangannya bertemu dengan dara kedua yang mengenakan
pakaian serba hijau. Dia tidak mengenakan mahkota, rambutnya disanggul, kulitnya
putih dan kecantikannya, menurut Wiro lebih dari sang Dewi. Gadis satu ini
berdiri tundukkan kepala dan terdengar menangis sesenggukan.
KARYA 72 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Wiro melangkah mendekati si baju hijau ini dan menegur. "Kau pasti Dayang yang
berilmu tinggi itu..."
Sang dara turunkan kedua tangannya, angkat kepala dan pandangannya beradu dengan
sepasang mata Pendekar 212. Lalu perlahan-lahan gadis ini mengangguk.
"Ah... 7 ah...ah! Ketika kulihat rupamu dalam sosok srigala putih itu, aku tak
pernah menduga parasmu cantik luar biasa seperti ini..." Memuji Wiro dengan
polos membuat hati Dayang berbunga-bunga tapi tetap tak kuasa hentikan
sesenggukannya.
"Kami kembali ke bentuk asal seperti ini setelah kita keluar dari kawasan Istana
Ratu srigala. Yaitu pada saat kita keluar dari pintu gerbang tadi..."
Menerangkan Dewi.
"Aku tak habis pikir. Benar-benar tak habis pikir..." kata Wiro sambil memandang
pada Dewi dan Dayang.
"Mohon dimaafkan. Para sahabat, kami bertiga tak punya waktu lama. Mari kita
tinggalkan tempat ini. Kita harus segera keluar dari hutan sebelum sang surya
tenggelam..."
berkata Dewi lalu mendahului melangkah, didampingi oleh kekasihnya yaitu
Dharmasala, diikuti oleh Datuk Seribu Racun lalu Dayang. Disamping Dayang
melangkah Pendekar 212
Wiro Sableng yang tidak henti-hentinya mengerling memandangi, dara jelita itu.
"Kita sudah sampai ditepi hutan. Di barat matahari segera akan tenggelam. Kami
terpaksa meninggalkan kalian sahabat-sahabat yang berjasa besar. Kami harus
kembali...* "Kembali kemana...?" tanya Wiro heran.
Sebelum pertanyaan itu terjawab, tiba-tiba ada sinar kuning menerangi tempat
itu. Semua orang memandang ke arah kanan. Disitu diatas gelombang asap yang
menyerupai awan tampak seorang tua berselempang kain putih, bertampang gagah
kelimis. Di tangan kanannya ada sebatang tombak emas bermata tiga. Tombak emas
inilah yang memancarkan sinar kuning itu.
"Sang Prabu menjemput kita!" seru Dayang latu jatuhkan diri berlutut. Dewi dan
Dharmasala melakukan hal yang sama sementara Wiro dan Datuk Seribu Racun tegak
terbengong-bengong.
KARYA 73 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Pendekar 212 yang tak tahan melihat semua keanehan ini melangkah mendekati
Dayang, lalu berlutut disamping sang dara seraya berbisik. "Apa-apaan ini
semua..." Kau bisa menerangkan padaku?"
Dayang tersenyum dan pegang lengan Wiro. "Orang tua itu adalah Sang Prabu, ayah
junjunganku. Dia memperlihatkan diri tanda menjemput kedatangan puterinya. Jika
dia memperlihatkan diri berarti dia telah memaafkan dan melupakan apa yang
terjadi dua ratus tahun lalu."
"Dua ratus tahun lalu..."!" Wiro ternganga.
"Dayang, kita pergi sekarang. Selamat tinggal sahabat-sahabatku! Budi baik dan
pertolongan besar yang telah kalian berikan tak akan kami lupakan. Kalian bukan
saja berjasa pada kami, tapi juga berjasa untuk Kerajaan Blambangan."
Dayang bangkit berdiri. Wiro juga berdiri dengan perasaan sesak. "Eh, tunggu
dulu!" ujar Wiro sambiil memegang jari-jari tangan Dayang. "Kalau kalian pergi
bagaimana dengan aku! Ingat... Aku sudah menelan kemenyan dan dalam perutku
masih ada gulungan kertas ajaib itu. Apa kalian tidak akan mengeluarkan kemenyan
dan gulungan kertas itu dulu...?"
Dewi tertawa lebar. "Begitu kita keluar dari pintu gerbang Istana srigala,
kemenyan dan gulungan kertas itu ikut lenyap. Kalau kau tak percaya teliti saja
perutmu...!"
Wiro singkapkan pakaiannya yang robek-robek. "Memang... memang aku tak melihat
apa-apa, kecuali pusarku sendiri yang bolong...!
Dewi dan Dayang tertawa cekikikan.
"Wiro, sahabatku... Aku pergi sekarang," bisik Dayang. Suaranya agak tersendat.
"Kalau... kalau aku ikut bersama kalian, apakah kalian mengizinkan?" tiba-tiba
meluncur saja pertanyaan itu dari mulut Sinto Gendeng.
Dayang tak bisa menjawab. Dia berpaling pada Dewi dengan penuh harapan. Sang
Dewi merenung sejenak lalu menjawab, "Kami tidak keberatan kau ikut bersama
kami, sahabat Wiro. Tapi dunia kita saling berbeda. Kami hidup di alam dua ratus
tahun lalu. Apakah kau sanggup memasuki alam yang serba asing bagimu itu?"
"Alam dua ratus tahun lalu...?" Wiro terbelalak. "Tak dapat kubayangkan!"
KARYA 74 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Itulah, bukan kami tak ingin bergaul lebih lama denganmu dan juga Datuk Seribu
Racun. Namun kita tak mungkin berkumpul dalam alam yang berbeda..."
Dayang memandang sendu pada Wiro. Murid Sinto Gendeng pegangi jari-jari tangan
gadis itu malah kini menciuminya tiada henti. Jari-jari itu terasa harum sekali.
Ketika Wiro memandangi wajah Dayang, dilihatnya mata sang dara berkaca-kaca.
Kemudian terdengar suara Dayang setengah berbisik, mungkin dara ini tak mau
ucapannya didengar yang lain-lain. "Wiro, jari-jari tanganmu telah bersentuhan
dengan jari-jari tanganku. Bau harum semerbak tubuhku akan ikut berpindah ke
dalam tanganmu sebelah kanan itu. Pada saat-saat tertentu, terutama jika kau
berada dalam kesulitan, ciumlah jari-jarimu. Jika mencium bau harum berarti aku
berada didekatmu... Sekarang izinkan aku pergi..."
Wiro mencium lagi jari-jari tangan sang dara untuk terakhir kali. Kemudian
pegangannya terlepas. Dia merasakan ada hembusan angin. Lalu ada kecupan hangat
menyentuh pipi kirinya. Memandang ke samping Dayang tak ada lagi disebelahnya.
Juga Dewi dan Dharmasala. Ketika Wiro dan Datuk Seribu Racun berpaling ke arah
depan tampak ketiga orang itu sudah berkumpul bersama lelaki tua berselempang
kain putih. Keempatnya laksana terbang mengapung di atas asap sambil melambai-lambaikan
tangan. Pada saat sinar kuning sang surya menyirami tubuh mereka, keempatnyapun lenyap
tak berbekas. "Apa yang akan kita lakukan sekarang Datuk?" tanya Wiro.
"Tugas pertamaku adalah mengembalikan semua senjata yang ada dalam keranjang
daun ini pada pewarisnya. Setelah itu aku akan menempuh hidup baru..."
"Hidup baru maksudmu kawin Datuk?"
Sang Datuk tertawa gelak-gelak. "Bukan kawin pendekar muda sahabatku. Dulu aku
adalah manusia paling buas dan paling bejat. Sekarang setelah aku bisa kembali
ke asal seperti ini, terlepas dari dunia hitam celaka itu, aku bertobat dan
berjanji akan jadi orang baik-baik. Nah itulah hidup baru yang aku maksudkan...!
Jadi bukannya kawin seperti katamu tadi! Ha...ha......ha...!
KARYA 75 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Sang Datuk hentikan tawanya ketika dilihatnya Pendekar 212 menciumi jari-jari
tangan kanannya.
"Bagaimana baunya...?" bertanya sang Datuk ingin tahu.
"Masih harum Datuk. Masih harum!" sahut Wiro. Lalu dengan nada datar seolah-olah
menyesali dia berkata: "Sayang aku dan dia terpisah oleh jarak dua ratus tahun.
Ah, kenapa aku tidak dilahirkan dua ratus tahun lalu...?"
TAMAT KARYA 76 BASTIAN TITO Istana Yang Suram 19 Mestika Burung Hong Kemala Karya Kho Ping Hoo Jejak Di Balik Kabut 30
memancarkan bau harum semerbak.
Ketika dua sosok itu lenyap, Pendekar 212 Wiro Sableng masih ternganga bengong.
"Kalian berbulu putih, siapa kalian ini sebenarnya ...?" ujar Wiro.
"Aku adalah puteri Prabu Blambangan. Terkena kutukan karena berbuat kesalahan
besar, memberi malu sang Prabu. Dayang adalah pembantuku yang setia..."
"Sulit kupercaya! Kerajaan Blambangan hadir dua ratus tahun silam. Bagaimana
mungkin kini kalian masih gentayangan...?"
"Memang sulit dipercaya, tapi itulah kenyataannya. Selama dua ratus tahun kami
hidup dalam keadaan seperti ini. Menurut mimpi yang kualami, engkaulah satu-
satunya orang yang bisa mengeluarkan kami dari malapetaka ini, kembali ke alam
yang Jebih sempurna..."
"Kesalahan apakah maka sang Prabu sampai mengutuk kalian begini rupa?"
Dayang dan Dewi saling pandang. Akhirnya sang Dewi menjelaskan dalam alam tanpa
wujudnya. "Sebagai anak dan puteri bungsu, aku menjalin cinta dengan seorang
pemuda bernama Dharmasala. Celakanya pemuda itu sudah dijodohkan dengan puteri
sulung, yakni KARYA
40 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
kakak perempuanku sendiri. Karena Dharmasala tidak mencintai kakakku, maka kami
berdua menempuh jalan sesat untuk membatalkan perkawinan kakakku dengan
Dharmasala. Kami sengaja melakukan hubungan badan sampai aku melahirkan seorang anak
perempuan. Di Kerajaan kami memang ada semacam adat kebiasaan. Bila lahir seorang bayi dari
hubungan tidak syah, maka kedua orang tuanya wajib dikawinkan. Ternyata
perkawinan itu tidak terjadi.
Sang Prabu sangat marah. Beliau mengutuk aku dan Dayang menjadi srigala putih
sedang Dharmasala dikutuk menjadi batu..."
"Tunggu dulu!" ujar Wiro memotong. "Aku menemui seorang pemuda di hutan Rekso. Lehernya digelungi ular. Tapi dia
kemudian berubah jadi patung batu. Anehnya patung itu bisa menangis! Itukah
kekasihmu Dharmasala"!"
"Betul sekali. Saat ini dia berada di bawah pohon sana, tak jauh dari pohon
kediaman Ratu srigala. Ular yang selalu bergelung dilehernya adalah ular
penjaganya hingga dia tak mungkin melarikan diri..."
"Aku sudah membunuh binatang itu. Meng-hancurkannya sampai berkeping-keping..."
"Binatang itu tak bisa dibunuh, kecuali oleh kami. Tapi kami tidak berdaya.
Selama masih dalam wujud kutukan ini, kami tak bakal dapat melakukannya."
"Aku seperti mendengar orang bercerita tentang mimpinya..."
"Ini bukan mimpi. Ini adalah kenyataan yang sudah terjadi sejak dua ratus tahun
lalu!" sahut Dayang. "Setelah kalian berdua dimakan kutuk, lalu apa yang terjadi dengan kakak
perempuanmu?" bertanya Wiro kemudian.
"Diapun terkena kutuk. Termasuk tiga pembantu dan puluhan pengikutnya. Dialah
yang kau lihat sebagai Ratu penguasa Kerajaan Iblis ini!"
"Astaga! Dia rupanya!" ujar Wiro sampai le-letkan lidah.
"Waktu di hutan beberapa hari lalu, adakah kau mendengar suara bayi
menangis..."!"
bertanya Dewi. KARYA 41 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Ya, memang kudengar. Apakah - "
"Itu adalah suara tangis orokku. Bayi malang itu dibunuh oleh kakak perempuanku.
Tujuannya adalah untuk mencegah agar aku kawin dengan Dharmasala. Tanpa bayi
sebagai bukti aku tak akan bisa kawin, Tapi ayah kemudian mengutuknya. Dia
bersama pembantu dan pengikutnya menjadi srigala-srigala hitam. Hidup dalam alam
sesat, melakukan pembunuhan dan penganiayaan keji tiada taranya!"
Wiro jadi termangu mendengar semua penuturan itu.
Lalu dia berkata, "Sekarang, apa yang bisa kulakukan dalam keadaan tak berdaya
ini"!"
"Kami tahu kau hilang kekuatan karena mantera jahat Ratu srigala. Kau tak mampu
menggerakkan bagian tubuhmu sebelah atas. Kau tidak mampu mengerahkan tenaga
dalam. Dewi akan menolongmu agar kekuatanmu pulih kembali... Lekas kau makan obat dari
Dewi ini!" kata Dayang. Wiro melihat sebuah benda berbentuk hijau sebesar ujung
jari kelingking bergerak ke arah mulutnya. Karena sudah percaya kalau mahluk-
mahluk itu memang berniat baik untuk menolong, maka Wiro tidak menolak ketika
benda hijau dimasukkan ke dalam mulutnya. Begitu masuk langsung ditelan.
"Sebentar lagi keadaanmu akan pulih. Kami..."
"Awas! ada yang datang!" terdengar seruan Dewi. "Dayang, lekas tinggalkan tempat
ini! Sahabat lekas kau berpura-pura pingsan kembali!"
Wiro merasa angin berdesir dihadapannya. Dewi dan Dayang berkelebat lenyap dalam
alam gaibnya. Sesosok, tubuh melayang ke atas pohon. Ternyata dia adalah Sari
Gali Satu, pembantu utama Ratu srigala.
Manusia srigala betina ini memandang kian kemari lalu dia bergerak lebih dekat.
Setelah memperhatikan keadaan Wiro yang pingsan itu, dia ulurkan tangan, memijat
kening dan urat besar di leher si pemuda. Caranya melakukan jni persis sama
seperti yang dilakukan Dayang. Hanya bedanya waktu Dayang melakukan itu Wiro
benar-benar pingsan sedangkan saat itu dia hanya berpura-pura saja.
Manusia srigala itu merasa lega ketika melihat Wiro buka kedua matanya tanda
mulai siuman. Lalu dia tepuk-tepuk pipi Wiro dan berkata: "Pendekar muda...
Kedatanganmu memang sudah kutunggu sejak puluhan tahun lalu. Kau satu-satunya
yang bisa KARYA
42 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
mengeluarkan aku dari alam gelap ini. Aku bersumpah akan menyerahkan diri dan
mengabdi padamu seumur dunia jika kita sudah keluar dari alam ini - "
Wiro menghela nafas panjang. "Kau srigala aku manusia, mana mungkin aku menerima
penyerahan dirimu..."
"Kalau kita sudah bebas dari alam ini, aku akan kembali ke wujudku semula. Jika
kau mau, sekarang pun aku bisa menunjukkan rupa asliku. Tapi tidak di sini dan
hanya beberapa kejapan saat saja..."
"Aku tidak percaya padamu. Kau mungkin menjebakku!" kata Wiro.
"Tidak pendekar. Percaya padaku!"
"Tidak, kecuali jika kau bisa membuktikan lebih dulu. Kembalikan senjata mustika
milikku yang diambil Ratumu..."
"Saat ini tak mungkin aku lakukan. Dewi sedang berada di ruang penyimpanan
senjata. Aku berjanji akan mendapatkannya untukmu. Tanpa senjata itupun kita
mampu keluar dari sini. Yaitu setelah aku memulihkan kekuatan tubuhmu. Mari
kubuka ikatanmu..."
Sari Gali Satu membuka ikatan yang melilit sekujur tubuh Wiro ke batang pohon.
Begitu terlepas segera dia mendukung pemuda ini di bahu kirinya. Wiro merasakan
tubuhnya dibawa melayang. Di lain kejap Wiro dapatkan dirinya berada di puncak
pohon sangat tinggi. Saat itu obat yang diberikan Dayang telah mulai bekerja.
Wiro dapat menggerakkan jari-jari tangannya, bahkan mengalirkan tenaga dalam
dari pusat tubuhnya yaitu di bagian perut. Namun dia sengaja berpura-pura tetap
seperti lumpuh.
Sari Gali Satu mendudukkan Wiro di sebuah cabang besar yang diberi potongan-
potongan kayu, dibentuk demikian rupa merupakan tempat tidur kayu. Di hadapannya
manusia srigala betina itu tegak dengan kedua kaki mengangkang dan tangan
mendekap ke dada. Kepala srigalanya mendongak ke atas, kedua matanya terpejam
dan lidahnya menjulur basah. Dari mulutnya terdengar suara mendesau seperti
gerengan halus. Wiro kemudian menyaksikan kejadian yang luar biasa. Sedikit demi
sedikit bulu hitam kepala srigala itu lenyap. Bersamaan dengan itu bentuk kepala
srigala itupun berubah, berubah terus hingga KARYA
43 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
muncul kepala seorang perempuan muda berkulit hitam manis dengan tubuh sekal
pada bagian dada dan bagian pinggul. Dan yang membuat murid Sinto Gendeng jadi
menahan nafas ialah tubuh yang tadi pakai kemben itu kini tampak tidak tertutup
selembar benangpun!
"Waktuku tidak lama! Lekas berdiri. Tempelkan tubuhmu ke tubuhku! Kekuatanmu
akan segera kembali!" berseru Sari Gali Satu.
Seperti berada dalam tenungan mantera, Pendekar 212 Wiro Sableng berdiri dan
melangkah mendekati Sari Gali Satu. Ketika sesaat lagi tubuhnya akan menempel
pada tubuh telanjang itu tiba-tiba terdengar bentakan menggeledek: "Bagus! Jadi
ini kerjamu disini pengkhianat busuk!"
*** KARYA 44 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
8 TUBUH TELANJANG SARI GALI SATU tersentak. Begitu mengenal suara dan melihat
siapa yang ada di hadapannya, manusia jejadian ini langsung jatuhkan diri
berlutut. "Ratu, harap maafkan diriku! Bukan maksudku mengkhianatimu..."
"Tutup mulutmu!" hardik Ratu srigala marah sekali. "Gerak-gerikmu sudah
kuperhatikan sejak kau melepas ikatan pemuda itu. Semua pembicaraanmu sudah
kutangkap! Kau hendak memakai manusia ini sebagai penyelamat kehidupanmu!
Padahal kita semua sudah bersumpah untuk tidak akan kembali ke alam semula!
Apapun yang terjadi! Kita sudah dikutuk sejak dua ratus tahun lalu! Dan kau
berani melanggar sumpah bersama itu!"
"Mohon ampunmu Ratu. Aku..."
"Cukup! Aku tidak suka mendengar suaramu lagi! Aku tidak sudi melihat tampangmu
lagi! Hukuman bagimu sudah kutetapkan! Kau harus mampus dan berpindah ke alam
setan pelayangan!"
"Ratu! Jangan lakukan itu... Aku minta ampun!" teriak Sari Gali Satu.
Tapi sang Ratu srigala tidak memperdulikan. Dari mulutnya keluar suara
menggembor. Mulutnya terbuka lebar, lidah terjulur, gigi-gigi dan taringnya yang
besar runcing bergemeletukan sedang kedua matanya membara merah. Dari mulut Ratu
srigala itu tiba-tiba terdengar suara lolongan keras. Kedua tangannya yang
memiliki kuku-kuku panjang dan runcing melesat ke depan.
Terdengar suara seperti kain dirobek berulang-ulang, dibarengi oleh suara pekik
Sari Gali Satu. Tubuh mahluk ini terhuyung-huyung lalu jatuh ke tanah dengan
suara berdebum.
Wiro memandang ke bawah. Tengkuknya mengkirik. Sosok tubuh Sari Gali Satu yang
masih dalam keadaan telanjang itu tampak mandi darah. Muka, dada dan perutnya
sampai ke paha penuh robekan-robekan mengerikan! Di hadapannya Ratu srigala
tampak tegak KARYA
45 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
dengan tangan basah oleh darah. Kedua matanya diarahkan sesaat pada Wiro lalu
berpaling kebawah. Tiba-tiba dia pukulkan tangan kanannya seraya berteriak.
"Mahluk pengkhianat!
Pergi kau ke alam lain!"
Serangkum asap hitam menderu dari tangan kanan sang Ratu, menghantam sosok tubuh
Sari Gali Satu di bawah pohon. Tubuh itu lenyap ditelan asap disertai
terdengarnya suara letusan keras. Terdengar suara jerit! Bukan suara jerit
srigala, tapi suara jeritan manusia.
Ketika asap hitam pupus, sosok tubuh Sari Gali Satu tak tampak lagi di tempatnya
terbujur semula! Lapat-lapat terdengar suara seperti perempuan menangis.
Ratu srigala bertepuk dua kali. Dua pembantunya yakni Sari Gali Dua dan Sari
Gali Tiga tiba-tiba saja sudah ada di tempat itu.
"Ikat manusia ini kembali di tempat semula!"
Dua pembantu segera jalankan perintah.
"Ingat baik-baik! Setiap saat kalian bisa mengalami nasib celaka seperti Sari
Gali Satu jika berani mengkhianatiku!" mengingatkan Ratu srigala. Sari Gali Dua
dan Tiga hanya diam saja.
Saat itu obat aneh yang diberikan Dewi dan telah ditelan oleh Pendekar 212 Wiro
Sableng telah mulai bekerja. Dia merasa tubuhnya sebelah atas perlahan-lahan
menjadi enteng tanda kaku dan tegang yang menguasainya telah punah. Kedua
tangannya jelas pasti sudah bias digerakkan. Tetapi dia tetap berpura-pura
seperti orang lumpuh sebelah. Diam-diam dia mengerahkan tenaga dalam. Tangan
kanannya segera dialiri dengan aji kesaktian untuk melepas pukulan sinar
matahari yang paling diandalkannya.
Tapi justru saat itu Wiro mendengar ada suara mengiang di telinga kirinya.
"Jangan lakukan! Belum saatnya! Kau tak akan bisa membunuh atau menghancurkan
mereka!" Itu adalah suara Dewi si srigala putih. Lalu terdengar suara Dayang
pembantunya. "Terus saja berpura-pura dalam keadaan lumpuh. Ikuti apa yang mereka lakukan
atas dirimu. Di saat yang baik kami akan mendatangimu!"
KARYA 46 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Mau tak mau Wiro mengikuti apa yang dikatakan manusia srigala putih tanpa wujud
itu. Dia biarkan tubuhnya dikempit, dibawa terbang ke pohon besar dimana dia
sebelumnya diikat.
Ratu srigala mengikuti di belakang. Begitu Wiro selesai diikat ke batang pohon,
sang Ratu berkata: "Nafasmu hanya tinggal setengah hari saja! Kau bisa melihat
sendiri kepalamu terpisah dengan badan. Tubuhmu akan jadi santapan binatang
hutan! Kepalamu akan kujadikan ganjalan tiang pohon besar istana kediamanku!
Hik... hik...hik!" Lalu sang Ratu melolong panjang.
Karena merasa dirinya telah tertolong oleh dua manusia srigala putih itu, timbul
keberanian dan kekonyolan murid Sinto Gendeng itu untuk membalas ucapan sang
Ratu. "Aku menawarkan kesenangan hidup suami istri padamu. Tapi kau menjatuhkan
kematian padaku! Kau akan menyesal seumur-umur! Aku tahu betul, hanya aku
manusia yang bisa mengembalikanmu ke alam semula! Menjadikanmu sebagai manusia-
manusia seperti dua ratus tahun lalu!" Habis berkata begitu lalu Wiro keluarkan
suara meniru lolongan srigafa sambil kedip-kedipkan matanya pada sang Ratu.
Sang Ratu mendengus. "Itu yang dikatakan Sari Gali Satu padamu! Dia hanya
menipumu agar kau mau menidurinya! Sumpah dan kutukan atas diri kami tidak
mungkin dirubah!"
"Lalu kau sendiri apakah tidak ingin bersenang-senang tidur bersamaku"!" tanya
Wiro pula. Kalau saat itu tidak ada Gali Dua dan Tiga, mungkin Ratu srigala tidak akan
semarah itu mendengar kata-kata Wiro. Tangan kanannya yang berkuku runcing
panjang meluncur ke depan.
Breettt! Terdengar suara robek disertai pekik keras Pendekar 212. Dada pakaian putihnya
robek besar dan lima guratan luka yang cukup dalam membelintang di dadanya.
Darah mengucur!
KARYA 47 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Mahluk jahanam!" teriak Wiro. Baru saja dia hendak kerahkan tenaga untuk
lepaskan dirinya dari ikatan tali dan siap menghantam manusia srigala itu tiba-
tiba kembali terdengar suara Dayang. "Jangan! Kau masih belum mampu
menghadapinya! Jangan bertindak bodoh!"
Saking geramnya Wiro kembali keluarkan teriakan keras, delikkan mata dan
pencongkan mulut serta hidungnya, lalu pluk, kepalanya terkulai ke samping,
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berpura-pura pingsan. Pada hal saat itu sakit di dadanya yang luka bukan
kepalang! Ratu srigala menggembor, berpaling ke arah Sari Gali Dua dan berkata, "Siapkan
upacara hukuman bagi manusia paling celaka ini!"
*** KARYA 48 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
9 "KITA TAK PUNYA WAKTU LAMA, DAYANG LEKAS!" kata Dewi begitu dilihatnya Ratu
srigala berkelebat pergi sementara dua pembantunya sesuai perintah menyiapkan
upacara pelaksanan hukuman bagi Pendekar 212 Wiro Sableng.
Kedua mahluk tanpa rupa itu cepat keluar dari balik pohon besar tempat
persembunyian mereka, melayang ke arah pohon di mana Wiro berada dalam keadaan
terikat dan terluka di bagian dada.
"Aku tidak mengerti," berbisik Sari Gali Dua pada kawannya. "Untuk pemuda
bertampang tolol dan banyak cakap itu mengapa sampai Ratu kita mengadakan segala
upacara...?"
"Hati-hati kalau bicara!" sahut Sari Gali Tiga.
"Sempat terdengar Ratu, kau bisa celaka. Menurutku jika pemuda itu hanya seorang
tolol biasa, tak akan Ratu memerintahkan melakukan upacara penghukuman. Kau tahu
sendiri, sampai saat ini, sejak dua ratus tahun berlalu, baru dua kali kita
melakukan upacara dalam menjatuhkan hukuman. Pertama terhadap Pangeran
Ajibarang. Kedua atas diri Datuk dunia persilatan golongan hitam bergelar Seribu
Racun. Dan pemuda ini adalah yang ketiga.
Berarti dia termasuk korban cabang atas! Sudahlah, sebaiknya kita tidak usah
banyak bicara. Lakukan saja perintah Ratu..."
Kita tinggalkan dulu dua pembantu utama Ratu srigala yang tengah menyiapkan
upacara kematian Pendekar 212 Wiro Sableng. Kita kembali pada Dewi dan Dayang.
"Sssttt kami datang kembali. Terus saja berpura-pura pingsan," berbisik Dayang
dari alam tanpa wujudnya.
"Mereka siap membunuhku. Kalian selalu mencegah aku untuk turun tangan. Apa aku
jadi setan dulu baru melawan"!" ujar Wiro. Kepalanya terus terkulai dan dia
masih berpura-pura pingsan. Dibukanya matanya sedikit. Namun dia tidak melihat
apa-apa. KARYA 49 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Dengar, kami tak punya waktu lama. Untuk berjaga-jaga kami akan menyusupkan
sebuah benda ke balik pakaianmu!" terdengar suara Dayang kembali.
Wiro bukakan kedua matanya sedikit. Dilihatnya sebuah benda bergerak seperti
melayang ke arah dadanya. Ketika diperhatikan ternyata sebuah boneka kayu
sebesar ibu jari.
"Eh, apa artinya ini! Untuk apa boneka kayu itu kalian susupkan ke balik
pakaianku"!"
tanya Wiro. "Sudah kami katakan, untuk berjaga-jaga." Yang berkata kali ini adalah sang
Dewi. "Kami mungkin tidak punya waktu banyak. Seandainya Ratu srigala iblis itu atau
anak buahnya datang sebelum kami selesai dengan pekerjaan kami, maka kau sudah
kami pagari dengan boneka itu. Jika sampai kau dipancung, maka boneka kayu itu
yang akan mati!"
"Aku tidak mengerti. Boneka kayu itu jelas benda mati! Bagaimana lantas kau
bilang dia yang akan mati"!"
"Kami tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan. Lekas telan ini!" kata Dayang.
Lalu Wiro melihat sebuah benda sebesar ujung jari berwarna coklat keputihan
bergerak cepat ke arah mulutnya. Sebelum dia sempat menolak benda itu sudah
menyusup ke dalam mulutnya. Lalu seperti ada cekikkan di lehernya, yang
membuatnya terpaksa menelan benda tadi.
"Kemenyan!" desis Wiro.
"Memang kemenyan. Benda itu akan membuatmu kebal dari segala kelumpuhan otak dan
aurat atau kekakuan akibat racun jahat atau totokan manusia-manusia srigala
iblis," menjelaskan Dewi.
"Sekarang gulungan kertas ini akan kami susupkan ke dalam tubuhmu!" Dayang yang
kini bicara. Wiro melihat secarik kertas sepanjang jari kelingking yang digulung sangat
kecil, hanya dua kali besarnya lidi bergerak di udara, melesat ke arah perutnya.
Dia hendak berteriak tapi bless! Secara aneh gulungan kertas itu amblas masuk ke
dalam tubuhnya di bagian perut tanpa dia merasa sakit sedikitpun!
"Hai! Kertas apa yang kalian tancapkan dalam tubuhku ini"!" tanya Wiro.
KARYA 50 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Itu tameng terakhir yang bakal menjaga dirimu. Di dalamnya ada serangkaian
ayat-ayat suci! Dengan ada kertas itu dalam tubuhmu, pukulan atau senjata apapun
yang dihunjamkan ke tubuhmu tidak akan mempan! Ingat satu hal baik-baik. Jika
upacara kematianmu mulai dilaksanakan, sering-sering menyebut nama Tuhanmu.
Dengan mengucap begitu Kerajaan Srigala iblis dan penghuninya akan sangat
terganggu. Satu hal lagi perlu kami beritahukan, segala ilmu kepandaian dan
kesaktian yang kau miliki baru bisa bekerja setelah sekujur tubuhmu menyentuh
tanah dan tanganmu mampu memegang kepala Datuk Seribu Racun yang menjadi
ganjalan pohon besar kediaman Ratu srigala. Jadi kau harus mengusahakan untuk
bisa bergulingan di tanah!"
"Edan! Bagaimana aku tahu yang mana kepala Datuk Seribu Racun itu!" berkata Wiro
penuh jengkel. Hati kecilnya saat itu ingin saja dia melepaskan diri dari
ikatannya kebatang pohon, lalu langsung menyerbu Ratu srigala. Tapi diam-diam
dia menyadari bahwa dia bukan berada dalam dunianya sendiri. Melainkan dalam
satu alam penuh keanehan yang dibungkus dengan darah dan maut yang penuh
kengerian. "Lagi pula perlu apa aku harus memegang kepala manusia yang sudah jadi bangkai
hidup itu!" sambung Wiro sesaat kemudian.
"Mengapa kau harus memegang kepala sang Datuk tak dapat kami katakan saat ini
karena tak ada waktu dan kaupun mungkin sulit bisa mengerti. Kepala Datuk itu
ada pada bagian bawah sebelah kanan pohon. Kepala dengan kedua bola memberojol
keluar dari rongga mata, memiliki kumis dan cambang bawuk, telinga kanan
sumplung dan pipi kiri hancur robek sampai ke telinga!"
"Dayang, kita harus pergi sekarang..."
"Tunggu dulu!" ujar Wiro cepat. "Senjata mustikaku, Kapak Naga Geni 212 telah
mereka rampas. Aku minta bantuan kalian untuk mendapatkannya kembali!"
"Jangan kawatir. Pada saat upacara penjatuhan hukuman atas dirimu, manusia-
manusia srigala iblis itu pasti akan memusatkan perhatian pada jalannya upacara.
Kami akan punya kesempatan untuk menyelinap ke dalam kamar penyimpanan senjata
Ratu srigala..."
"Kamar penyimpanan, katamu...?" tanya Wiro heran.
KARYA 51 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Kamar itu bukan kamar sungguhan. Tapi sebuah pohon besar penuh dengan senjata-
senjata rampasan milik para korban perburuan Ratu srigala!"
"Perburuan, siapa yang diburu"!" tanya Wiro tambah tidak mengerti.
"Kami tidak punya waktu untuk menerangkan. Tapi kau saksikan sendiri kepala-
kepala yang dijadikan ganjalan pohon! Tubuh-tubuh yang digantung secara
mengerikan! Itulah korban pemburuan Ratu iblis itu dan kami..."
"Dewi" Dayang memutus ucapan sang Dewi. "Mereka datang, kita harus menyingkir!"
Dua sosok tubuh manusia srigala perempuan melayang ke atas pohon. Tidak lain
adalah Sari Gali Dua dan Tiga. Sari Gali Dua yang memiliki penciuman sangat
tajam, mendongakkan kepala srigalanya ke atas dan menyerap udara di sekitarnya,
lalu menggereng,
"Aku mencium bau harum di tempat ini. Pasti mahluk putus asa itu ada disini! Aku
yakin sesuatu telah terjadi ditempat ini! Sari Tiga, mari kita menghantam
membersihkan tempat!"
"Apa yang perlu dikawatirkan Sari Gali Dua"!" jawab Sari Gali Tiga. "Mereka
tidak mampu melakukan apa-apa terhadap kita. Lalu sekali mereka masuk ke dalam
kawasan Istana, mereka tak akan sanggup keluar lagi!"
"Aku tetap merasa kawatir. Jika kita tidak melakukan sesuatu kemudian terjadi
apa-apa dan Ratu mengetahui, nasib kita bisa sama dengan Sari Gali Satu! Ikuti
perintahku. Mari kita menghantam membersihkan tempat! Kau empat jurus mata angin
sebelah kiri, aku empat jurus mata angin sebelah kanan!"
Kedua perempuan berkepala srigala hitam itu lalu mengapung diudara saling beradu
punggung. Keduanya kemudian menghantamkan tangan kiri kanan empat kali berturut-
turut ke arah empat jurusan. Delapan suara gelegar menggoncang udara dan tanah.
Pohon-pohon besar bergoyang. Ketika gelegar dan riuh gemerisik daun-daun
pepohonan lenyap di udara yang mendadak menjadi pengap terdengar dua jeritan.
Lalu sunyi kembali.
Sari Gali Dua dan Tiga saling berpandangan.
"Apa kataku!" ujar Sari Gali Satu. "Mereka ternyata memang ada di tempat ini.
Keduanya telah terkena hantaman kita!"
KARYA 52 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Gali Dua, jangan biarkan Ratu kita menunggu di tempat upacara. Saatnya kita
menyeret tawanan ke tempat upacara pembantaian!" berkata Sari Gali Tiga.
Sari Gali Tiga menggereng. Lidahnya menjulur, matanya yang merah seperti
membara. Lalu terdengar dia berucap, "Kuharap Ratu mengizinkan aku pertama kali menghirup
darahnya begitu lehernya putus!" Lalu manusia srigala perempuan ini keluarkan
suara lolongan panjang!
* * * KARYA 53 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
10 SUARA GENDERANG ANEH terdengar riuh ketika tubuh Wiro Sableng yang dicekal oleh
Sari Gali Dua dan Tiga dibawa melayang turun ke tanah. Tempat upacara
pelaksanaan hukuman itu adalah sepetak tanah yang terletak di hadapan pohon
besar tempat bersemayam Ratu srigala.
Memandang berkeliling murid Sinto Gen-deng itu merasakan nyawanya seolah-olah
lepas. Dia sudah hampir terbiasa dengan kepala-kepala srigala yang menyeramkan
itu, namun apa yang disaksikannya di sekelilingnya saat itu sungguh luar biasa
mengerikan. Diantara deru genderang menyeling suara tangis bayi dari lolongan panjang. Lalu
disekitarnya puluhan muka dan tubuh setan melayang-layang, seolah menari-nari
mengikuti tabuhan genderang.
Lima buah kepala botak bertanduk dengan mata merah sebesar tinju dan memberodol
keluar disertai mulut terbuka penuh cairan darah melayang mengelilinginya.
Sesekali kepala-kepala itu membuka mulutnya lebih lebar lalu meneriakkan suara
lengking mengerikan.
Darah membersit dari mulut yang berteriak. Wiro berusaha menjauh ketika dua
kepala melesat ke arahnya tapi tak bisa melepaskan diri dari cekalan dua
pembantu Ratu srigala.
Satu jengkal dari mukanya, dua kepala itu tersentak berhenti lalu tertawa
bergerak. Darah menyembur menyiprati muka dan pakaian putih Pendekar 212.
Belum habis rasa takut dan kagetnya, dari samping terdengar suara pekik keras
sekali. Ketika berpaling Wiro melihat dua mahluk setinggi pohon yang memiliki lidah
sangat panjang, menjulai ke bawah seperti belalai gajah. Lidah yang penuh duri
dan bergelimang darah itu bergerak-gerak kian kemari, tiba-tiba melesat seperti
hendak membelit tubun dan lehernya.
KARYA 54 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Wiro berseru tegang. Lidah panjang melesat menjauhinya. Bersamaan dengan itu
terdengar suara tawa bekakakan. Baru saja dua lidah menjulai lenyap mendadak
muncul sosok tubuh bayi raksasa dengan wajah aneh menyeramkan. Bayi ini
menggapai-gapaikan kedua tangannya ke arah Wiro. Tiba-tiba dari kedua matanya,
dari lubang-lubang hidung serta telinga dan dari mulut, melesat keluar kepala
dan tubuh ular hitam belang hijau. Tujuh ekor ular jejadian ini langsung mematuk
ke arah kepala dan tubuh Pendekar 212.
"Ya Tuhan! Tolong diriku!" seru Wiro ketika dia tak sanggup berontak dari
pegangan Sari Gali Dua dan Tiga.
Saat itu juga terdengar suara seperti guntur menggelegar. Tanah bergoyang,
pohon-pohon berderik-derik seperti mau tumbang. Murid Eyang Sinto Gendeng lantas
ingat akan ucapan Dayang. Yaitu agar dia banyak-banyak mengucap menyebut nama
Tuhan. Maka dia segera mengulang-ulang menyeru nama Tuhan. Kawasan yang jadi
Istana kediaman Ratu srigala itu laksana dilanda gempa. Semua manusia srigala
melolong panjang. Di atas pohon dimana dia berada Ratu srigala berteriak keras.
"Gali Dua. Gali Tiga! Kalian tunggu apa lagi, lekas laksanakan hukuman! Bantai
pemuda celaka itu sebelum dia menyebut lebih banyak nama Tuhannya!"
Mendengar teriakan sang Ratu, Gali Dua langsung angkat tangannya kirinya ke atas
Ketika tangan :tu dibantingkan kebawah, di hadapannya Wiro melihat sebuah tiang
batu setinggi dua tombak tiba-tiba saja muncul di tempat itu. Di bagian atas
tiang bergelung seekor ular hitam belang hijau dengan mulut terbuka menunjukkan
gigi-gigi serta taring dan lidahnya yang menyeramkan. Binatang ini hampir sama
dengan ular yang menggelungi leher serta tubuh pemuda batu Dharmasala, kekasih
Dewi, hanya saja yang ada di atas tonggak batu dua kali lebih panjang dan dua
kali lebih besar!
Pendekar 212 merasakan keringat dingin membasahi sekujur tubuh dan wajahnya. Dia
jelas merasa takut melihat ular besar dan panjang itu. Tapi yang membuatnya
lebih merasa ngeri ialah ketika melihat Sari Gali Tiga tahu-tahu sudah memegang
sebilah senjata untuk memancung lehernya. Dan celakanya senjata itu bukan lain
adalah Kapak Maut Naga Geni 212 miliknya sendiri! Berarti dengan senjata mustika
pemberian gurunya itulah nyawanya KARYA
55 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
bakal dihabisi. Lalu apakah benar gulungan kertas bertuliskan ayat-ayat suci
entah ayat-aya suci apa yang disusupkan oleh Dayang sampai amblas ke dalam
perutnya yang katanya akan membuat dirinya kebal terhadap segala macam senjata,
benar-benar akan membuat lehernya tidak mempan dibacok" Juga apakah boneka kayu
jelek itu benar-benar akan sanggup membentengi dirinya, menjadi pengganti
dirinya yang hendak dibantai" Murid Eyang Sinto Gendeng banyak mengetahui
berbagai ilmu kesaktian, baik yang sudah dikuasainya maupun yang dilihatnya
dimiliki oleh orang-orang lain. Tapi ilmu yang mengandalkan kekuatan boneka kayu
butut, ilmu yang mengandalkan kemenyan serta ilmu yang mengandalkan gulungan
kertas, benar-benar sangat diragukannya. Di saat itu dia memilih untuk lebih
baik bertindak mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, dari pada
mengandalkan kekuatan lain yang sulit dipercaya dan belum pernah disaksikannya.
Maka ketika dua srigala perempuan di sampingnya berlaku agak lengah, Wiro
kerahkan seluruh kekuatan dan tenaga dalam lalu menghantam ke kiri dan ke kanan!
Gali Dua dan Gali Tiga merasakan tubuhnya seperti di dorong tembok keras. Wiro
terkesiap ketika melihat dua manusia srigala itu hanya terjajar satu langkah,
padahal diperkirakannya keduanya akan terpental roboh ke tanah dalam keadaan
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terluka dalam. Dewi dan Dayang yang menyaksikan kejadian itu dari tempat persembunyian mereka
tampak terkesiap kaget.
"Celaka! Pemuda itu tidak melakukan apa yang kita katakan Dia bertindak
mengandalkan kekuatannya sendiri! Padahal percuma! Semua rencana bisa
berantakan! Celaka kita Dewi!"
Sang Dewi tak bisa berkata apa-apa. Diam-diam dia meresa tegang.
Di atas pohon besar Ratu srigala tampak terkejut.
"Bagaimana mungkin pemuda celaka itu bisa bergerak dan memiliki kekuatan
mendorong begitu besar"!" serunya. "Padahal tubuh bagian atasnya lumpuh! Pasti
ada yang tidak beres!"
KARYA 56 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Sambil melolong keras Ratu srigala melayang turun dan menghantamkan tangan
kirinya ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng. Begitu melihat sang Ratu dan ada
angin yang menyambar ke arahnya, Wiro balas menghantam dengan tangan kanan.
Lepaskan pukulan.sinar matahari. Tapi yang terdengar hanya suara des... des...
des! Pukulan sakti itu tak sanggup dikeluarkannya. Tubuhnya sendiri saat itu
langsung kaku, tak bisa digerakkan lagi. Namun sesaat kemudian, daya kekuatan
aneh dari kemenyan yang sebelumnya ditelan oleh Pendekar ini perlahan-lahan
memusnahkan kekuatan aneh yang membuat tubuhnya jadi tegang seperti batu itu.
Dalam keadaan tubuhnya mulai pulih seperti itu, terdengar suara teriakan Ratu
srigala. "Datuk Ular! Lekas laksanakan tugasmu!"
Ular hitam hijau yang bergelung di atas tonggak batu langsung melepas
gelungannya. Sekali binatang ini bergerak, mulutnya telah menjambak rambut gondrong pendekar
212 sedang tubuhnya yang panjang melilit badan Wiro. Ular ini membuat dua kali
liukan. Dan tahu-tahu sekujur tubuh Pendekar 212 sudah terikat oleh gelungan ke
tiang batu. Kepalanya terpentang tegak oleh gelungan ke tiang batu. Kepalanya
terpentang tegak oleh jambakan mulut ular sedang lehernya yang bakal jadi
sasaran perlindungan ikut terpentang.
Wiro kini sadar kalau kekuatannya sendiri tidak bakal mampu menyelamatkan
dirinya dari bahaya maut yang megancam. Harapannya kini benar-benar tinggal pada
segala ilmu kesaktian aneh Dewi dan Dayang. Tapi yang lebih besar harapannya
serta kepercayaannya ialah pada pertolongan dan kekuasaan Tuhan! Kini tergelung
ke tiang batu tanpa daya, Pendekar 212 menunggu dengan pasrah apa yang terjadi.
Di seberang sana, dibawah pohon paling besar dilihatnya potongan, kepala Datuk
Seribu Racun yang dua matanya keluar bergelantungan, muka robek mengerikan.
Kepala itulah kelak yang harus dipegangnya tanpa dia mengerti mengapa harus
begitu. Dan saat itu dia tak bisa berpikir lebih jauh karena di hadapannya Ratu
srigala mengambil Kapak Naga Geni 212 dari tangan Sari Gali Tiga. Dengan mulut
menganga, lidah terjulur dan mata mendelik merah, manusia srigala perempuan ini
melangkah ke hadapan Wiro. Satu langkah di depan si pemuda, sang Ratu angkat
tangan kanannya yang memegang Kapak Naga Geni KARYA
57 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
212. Tangan itu kemudian diayunkan keras-keras. Sinar putih menyilaukan
berkelebat disertai hawa panas dan suara seperti seribu tawon mengamuk!
Mata kapak yang sangat tajam menghantam batang leher Pendekar 212. Crass! Kapak
menembus masuk ke leher, tertahan oleh tiang batu di belakang leher. Darah
muncrat! *** KARYA 58 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
11 PENDEKAR 212 MELIHAT darah yang muncrat dari lehernya! Darah itu memercik
mengenai kepala Ratu srigala yang berdiri di hadapannya. Bahkan hampir tak
percaya, Wiro melihat sendiri kepalanya yang ditebas putus menggelinding di
tanah! Saat itu sang Pendekar tidak lagi sempat berpikir apakah yang terjadi dan
dilihatnya itu bisa diterima oleh akal sehat. Melihat kepalanya sendiri
menggelinding begitu rupa, murid Sinto Gendeng ini langsung berteriak menyebut
nama Tuhan. Saat itu juga tanah bergetar dan pohon-pohon bergoncang keras.
Puluhan manusia srigala melolong panjang. Ratu srigala dan dua pembantunya
berdiri tegang, Ular yang tadi menjambak rambut Wiro keluarkan suara mendesis
keras. Mulutnya lepaskan cengkeraman di rambut sang pendekar tapi tubuhnya tetap
menggelung badan Wiro.
Takut, ngeri luar biasa Wiro kembali menatap kepalanya yang tergeletak di tanah.
Tiba-tiba terdengar suara berdentrang keras. Kepala yang ada di tanah mendadak
sontak berubah menjadi sepotong kepala boneka kayu kecil terbuat dari kayu.
Bagian badan boneka tergeletak tak jauh dari potongan kepala!
"Ini pasti perbuatan si keparat Dewi dan pembantunya!" teriak Ratu srigala
marah. Kedua matanya laksana menyala menatap boneka kayu yang buntung itu.
Teriakan itu menyadarkan Pendekar 212 Wiro Sableng apa yang barusan terjadi.
Lebih dari itu kini dia baru bisa percaya keampuhan gulungan kertas bertuliskan
ayat-ayat suci yang ditancapkan ke dalam perutnya. Dan juga akan kekuatan aneh
yang ada pada boneka kecil terbuat dari kayu itu!
Meskipun demikian tetap saja Wiro pegangi lehernya yang tadi dirasakannya putus.
Ternyata leher itu masih utuh.
"Sungguh gila! Sekarang saatnya aku harus bertindak sesuai yang dikatakan dua
srigala putih itu," ujur Wiro dalam hati. Dia kerahkan seluruh tenaga dalam yang
ada, memukul ke KARYA
59 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
atas sedang kaki kirinya menginjak ekor ular keras-keras. Binatang ini
menggeliat hebat.
Meski pukulan dan tendangan yang dilakukan oleh Wiro bukan sembarangan, sanggup
menghancurkan tembok dan meremuk batu, tapi ternyata semua itu tidak berbekas
pada ular hitam belang hijau. Binatang ini malah langsung buka mulutnya lebar-
lebar lalu keluarkan suara mendesis. Serangkum asap hijau menderu menyelubungi
kepala Pendekar 212. Itulah racun yang luar biasa ganasnya. Tak ada satu mahluk
bernafaspun yang sanggup bertahan sekejapan mata terhadap racun itu. Ratu
srigala sendiri sempat berseru, "Mati kau sekarang!"
Tetapi sang Ratu melengak kaget ketika melihat bagaimana racun ular itu tidak
mematikan si pemuda. Ini tidak lain adalah akibat kekuatan kemenyan serta
gulungan kertas yang ada dalam tubuh sang pendekar. Malah kini dilihatnya Wiro
telah meloloskan diri dari gelungan ular besar. Ratu srigala segera menyerbu
dengan. Kapak Naga Geni 212 di tangan kanan dan satu pukulan sakti di tangan
kiri. "Lekas jatuhkan dirimu ke tanah dan berguling ke pohon besar!" terdengar suara
mengiang di telinga Wiro. Itulah suaranya sang Dewi.
"Betul! Lakukan lekas! Begitu sampai di pohon cepat kau pegang kepala Datuk
Seribu Racun!" Yang terdengar kali ini adalah suara si Dayang.
Mendengar semua ucapan itu Pendekar 212 iangsung jatuhkan diri ke tanah,
berguling ke arah pohon secepat yang dilakukannya. Pukulan tangan kosong sang
ratu lewat. Tapi srigala betina ini memburu dengan Kapak 212. Berkali-kali
terdengar suara bergedebukan ketika mata kapak menghantam perut, punggung atau
dada Wirol Ternyata senjata itu tidak sanggup melukai pemiliknya sendiri! Wiro
kebal akibat kemenyan dan gulungan kertas yang ada dalam tubuhnya!
Wiro berhenti bergulingan tepat di bawah pohon besar kediaman Ratu srigala
dimana terdapat lebih dari lima kepala yang dijadikan sebagai ganjalan! Karena
sudah diberi tahu lebih dulu, tidak sulit bagi Wiro untuk mengenali kepala Datuk
Seribu Racun. Dengan cepat dia ulurkan tangan memegang kepala itu.
KARYA 60 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Tiba-tiba dua buah tangan berwarna sangat hitam dan penuh bulu mencuat dari
dalam tanah, langsung memegang bahu Pendekar 212! Sementara potongan kepala yang
mengerikan dan tadinya terjepit dibawah besar pohon diantara akar-akar melayang
ke atas! *** KARYA 61 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
12 TAHU-TAHU SATU SOSOK tubuh setinggi hampir dua tombak mengangkat Pendekar 212,
menegakkannya di tanah. Sambil pegang bahu Wiro dengan tangan kirinya mahluk
jangkung ini pergunakan tangan kanannya untuk memasukkan kedua matanya yang
memberojol ke luar, ke dalam dua rongga mata yang tadinya oblong mengerikan.
Sambil melakukan itu dari mulutnya tiada nenti terdengar suara tawa parau
sementara darah becucuran dari hampir seluruh bagian kepalanya, termasuk dua
buah mata yang baru saja
"diperbaikinya"!
Wiro yang sudah tak sanggup menahan rasa takut berusaha mundur lepaskan diri.
Tapi astaga! Dia sama sekali tidak sanggup membebaskan diri dari pegangan tangan
kiri mahluk jangkung menyeramkan itu! Si mahluk tertawa panjang.
"Anak muda! Jangan takut! Aku bukan setan jejadian yang akan mengunyah batok
kepalamu! Ha... ha... ha...! Aku Datuk Seribu Racun! Aku sangat berterima kasih
kau telah selamatkan aku dari siksa alam durjana dengan jalan memegang kepalaku
tadi! Sahabat-sahabatku sang Dewi dan si Dayang pasti yang memintamu melakukan
hal itu! Kalau tidak karena kalian sampai ratusan tahun aku akan tetap jadi
ganjalan pohon celaka itu! Ha...
ha...ha...!"
Tiba-tiba ada suara menggereng di belakangnya. Wiro cepat berpaiing. Ratu
srigala dengan Kapak Maui Naga Geni 212 di tangan kanan bersama Sari Gali Dua
dan Tiga melangkah mendatangi. Mata mereka tampak berapi-api dan rahang yang
penuh taring runcing terdengar bergemeletakan.
"Bagus! Jadi kalian ternyata telah berkomplot. Komplotan kalian tak akan
berjalan lama! Datuk Seribu Racun, kau akan kembali ke tempatmu semula! Jadi
ganjalan tiang Istanaku! Dan kau pemuda celaka! Kau akan menjadi pendamping
abadi si Datuk! Malah KARYA
62 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
kau akan mendapat kehormatan tambahan! Seratus kala jengking akan menggerogoti
batok kepalamu! Sisa potongan tubuhmu akan kugantung di atas pohon dengan
sepuluh ular terus menerus me-matukimu! Kau akan menderita siksa lebih hebat
dari neraka seumur-umurmu!
Hik... hik... hik!"
Habis tertawa cekikikan sang Ratu lalu melolong. Kemudian dari mulutnya
terdengar suara suitan panjang. Puluhan manusia srigala balas melolong. Lalu
laksana air bah mereka menyerbu Pendekar 212 dan Datuk Seribu Racun.
"Celaka!" seru Wiro. Bagaimana mungkin mereka berdua sanggup menghadapi serbuan
mahluk-mahluk jejadian seperti itu!
"Jangan putus nyali pendekar muda!" berkata Datuk Seribu Racun dengan suara
paraunya. "Aku akan rampas kembali senjata mustikamu! Lihat!"
Datuk Seribu Racun keluarkan pekik aneh. Tangan kirinya mendadak berubah panjang
dan keluarkan cahaya hitam menggidikkan.
"Ratu! Awas racun hitam perenggut sukma!" teriak Sari Gali Dua ketika melihat
cahaya hitam legam memancar dari tangan kiri Datuk Seribu Racun.
Ratu srigala mendengus keras dan kiblatkan Kapak Maut Naga Geni 212 ke arah sang
Datuk, Manusia jangkung ini tertawa keras ketika melihat ada sinar perak
menyilaukan menerpa disertai suara seperti tawon mengamuk. Tangan kirinya
berkelebat ke depan.
Terdengar raungan Ratu srigala ketika menyadari Kapak Naga Geni 212 tak ada lagi
di tangannya. "Pendekar, terima senjatamu kembali!" berseru Datuk Seribu Racun.
Kapak Naga Geni 212 tampak melayang di udara. Wiro cepat melompat untuk
mengambil. Tapi saat itu dari samping Sari Gali Tiga ikut melompat untuk merebut
senjata mustika itu. Wiro yang sejak sudah siapkan pukulan sinar matahari di
tangan kiri segera menghantam. Terdengar suara menggelegar disertai hawa panas
dan berkibtatnya sinar putih perak menyilaukan. Tapi bukan kepalang terkejutnya
murid Sinto Gendeng ini ketika melihat bagaimana pukulan saktinya itu seolah-
olah menghantam udara kosong saja. Sosok KARYA
63 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
tubuh Sari Gali Tiga hanya tsrgoyang tergontai-gontai laksana asap, sama sekali
tidak mempan oleh hantaman pukulan sinar matahari!
Meskipun perempuan srigala itu tidak hancur lebur atau mati, namun Wiro
mempunyai kesempatan untuk menyambar Kapak Maut Naga Geni 212 yang melayang di
udara. Begitu senjata mustika tergenggam di tangannya dia langsung membabatkan
ke arah Sari Gali Tiga yang masih agak sempoyongan. Wuuttt!
Kapak Maut Naga Geni 212 menyambar batang leher manusia srigala betina itu. Tapi
senjata itu lewat begitu saja seolah-olah membabat udara kosong atau membacok
air! Kejut Pendekar 212 bukan kepalang. Di hadapannya Sari Gali Tiga menyeringai
memperlihatkan lidah merah dan taring runcing. Dari mulutnya menggelegar suara
lolongan panjang.
Dengan kedua tangan terpentang dia menyerbu ke arah Wiro.
Saat itulah terdengar Datuk Seribu Racun berkata, "Pendekar, arahkan serangan
kapakmu pada pinggul kiri lawan! Hanya di situ bagian tubuh mereka yang tidak
kebal! Dan hanya senjata di tanganmu itu saja yang mampu membantai mereka!"
"Datuk keparat! Kau membuka rahasia kelemahan kami!" terdengar Ratu srigala
berteriak marah! Dua tangannya di hantamkan ke depan. Mulutnya membuka lebar
lalu dia menyembur!
Lidah api keluar menderu dari mulut sang Ratu sedang kedua tangannya yang
berkuku panjang hitam menyambar ganas ke arah leher dan dada sang Datuk!
Sebelumnya dua mahluk ini satu manusia satunya lagi mahluk jejadian telah pernah
bertempur. Itu terjadi sekitar sembilan tahun silam. Sang Datuk ternyata tidak
mampu menghadapi manusia srigala betina itu. Mukanya dicabik salah satu
kupingnya dibuat buntung, kedua matanya dikorek secara ganas. Lehernya kemudian
ditebas. Tapi entah dengan ilmu apa, sang Datuk tidak dibuat mati, tetap hidup
walau kepala dan badan terpisah, tersiksa hebat selama bertahun-tahun, mati
tidak hiduppun tidak!
Kini saling berhadapan kembali, walau membekal dendam hebat namun ada rasa
kawatir dalam hati manusia bergelar Seribu Racun itu. Satu-satunya harapannya
untuk dapat membalaskan sakit hati bahkan menghancur musnahkan Kerajaan Ratu
srigala itu bersama KARYA
64 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
seluruh isinya terletak di tangan Pendekar 212 Wiro Sableng yang memiliki
senjata mustika Kapak Maut Naga Geni 212, Itulah sebabnya dia harus cepat
memberi tahu kelemahan mahluk-mahluk manusia berkepala srigala itu. Dan
kekebalan mereka hanya akan musnah oleh Kapak warisan Eyang Sinto Gendeng itu.
Selain dari itu tak satu senjatapun sanggup menghancurkan mereka. Karenanya
dapat dibayangkan bagaimana marahnya Ratu srigala ketika sang Datuk berteriak
membuka rahasia kelemahannya dan anak buahnya.
Datuk Seribu Racun cepat melompat menghindari sambaran lidah api dan dua cakaran
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lawan sambil membalas dengan pukulan sakti mengandung racun jahat berwarna
hitam. Ratu srigala melolong tinggi. Sekali dia gerakkan tangannya, musnahlah cahaya
hitam yang keluar dari pukulan Datuk Seribu Racun. Malah kini lidah api terus
menggebu menjilat dadanya. Terdengar raung Datuk Seribu Racun. Sebelum kepalanya
ikut terbakar, Datuk ini cepat membuang diri ke kiri, jatuhkan tubuh ke tanah
lalu bergulingan menjauhi lawan.
Di saat yang sama, begitu rahasia kelemahannya diketahui lawan, Sari Gali Tiga
jadi lumer nyalinya. Dia mundur terus-terusan menghindari sambaran, bacokan
maupun babatan senjata mustika di tangan Wiro. Namun dia tak bisa bertahan lama.
Satu kali Kapak Naga Geni 212 tepat menghantam pinggul kirinya.
Srigala betina itu melolong setinggi langit! Terjadilah hal yang aneh. Tubuh
Sari Gali Tiga tampak bergoyang hebat dan perlahan-lahan berubah jadi kepulan
asap hitam pekat.
Warna hitam ini kemudian berubah jadi kelabu. Lalu terdengar suara berdentum.
Asap kelabu lenyap dan tampak terhampar sosok jerangkong putih!
Ratu srigala berteriak keras melihat kejadian itu. Dia sampai membatalkan
serangan susulan yang tadinya hendak dilakukannya terhadap Datuk Seribu Racun
yang saat itu berada dalam keadaan luka parah yakni terbakar di bagian dada.
Teriakan sang Ratu diikuti oleh lolongan Sari Gali Dua dan puluhan srigala
jantan lainnya. Di lain kejap semua mahluk berkepala srigala itu menyerbu ke
arah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Murid Sinto Gendeng mengamuk dengan senjata mustikanya. Setiap menyerang yang
dihantamnya adalah pinggul kiri lawan. Satu demi satu mahluk srigala itu jatuh
bergelimpangan, jadi asap lalu berubah jadi tengkorak! Namun jumlah mereka
banyak sekali. KARYA 65 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Wiro tiba-tiba saja ingat pesan Dewi dan Dayang yakni agar terus menerus
menyebut nama Tuhan. Maka sambil berteriak, "Gusti Allah, tolong aku! Tuhan Maha
Kuasa tolong aku menghancurkan mahluk-mahluk terkutuk ini!" Begitu dia terus
menerus menyebut dan menyeru Tuhannya. Dan setiap teriakan membuat tempat itu
laksana dilanda gempa. Tanah bergetar keras, pohon-pohon bergoncangan dan
mahluk-mahluk srigala seperti dipanggang berteriak-teriak hingar bingar. Dalam
keadaan kacau balau begitulah Wiro terus menghantam dengan Kapak Maut Naga Geni
212. Beberapa kali manusia srigala itu sempat memukul, menendang bahkan
mencakarnya. Namun berkat kekuatan kemenyan dan gulungan kertas yang ada dalam
tubuhnya semua serangan lawan tidak mempan. Ratu srigala melolong tiada henti
ketika dapatkan semburan api, cakaran kuku dan pukulan-pukulan mautnya sama
sekali tidak berbekas! Memandang berkeliling dia dapatkan sudah lebih dari lima
belas anak buahnya menjadi korban amukan Wiro. Korban terakhir saat itu adalah
pembantunya Sari Gali Dua!
"Hentikan pertempuran!" teriak Ratu srigala tiba-tiba. Semua anak buahnya
melompat menjauhi Wiro. Sang Ratu melangkah mendekati Pendekar 212 lalu menjura
dalam-dalam. "Eh, apa maumu...?" bertanya Wiro keheranan.
"Aku bersedia memenuhi permintaanmu tempo hari. Asalkan kau berhenti membunuhi
anak buahku!" berkata sang Ratu.
"Eh, permintaanku yang mana...?" tanya Wiro lagi tambah heran.
"Kita hidup berdampingan di Kerajaan ini. Aku Ratu dan kau Raja...Bagaimanana"!"
"Ah!" tentu saja Pendekar 212 terkejut mendengar kata-kata sang Ratu. Namun di
lain saat dia tertawa gelak-gelak. Pada saat dia tertawa itulah terdengar suara
Datuk Seribu Racun berseru, "Pendekarl Hati-hati! Jangan tertipu omongannya!"
"Ratu... Dulu aku memang memintamu begitu. Tapi sekarang semuanya sudah
terlambat... !" ujar Wiro.
"Jadi kau bukan seorang manusia yang mampu memegang janji. Pendekar apa kau ini!
Kau menolak karena aku mahluk bertubuh perempuan tapi berkepala srigala..." Apa
kau kira KARYA 66 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
aku ini memang sejelek yang kau lihat" Buka matamu lebar-lebar. Lihat siapa aku
sebenarnya!"
Habis berkata begitu Ratu srigala angkat kedua tangannya. Kelihat ketiaknya yang
putih ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat. Sepasang payu daranya yang besar bergerak
turun naik. Sesaat kemudian kepala srigalanya lenyap, berubah dengan kepala seorang dara
berparas cantik sekali, bermata bening, berhidung mancung dan berdagu terbelah!
Mau tak mau Wiro jadi berdecah juga melihat kecantikan mahluk ini. "Aku
berjanji, setiap kita bermesraan aku akan memperlihatkan diri seperti ini...
Bagaimana, apa kau masih menolak"
Atau masih tidak cantikkah diriku ini di matamu..."!" ujar Ratu srigala.
Wiro garuk-garuk kepala. "Hem... Kau memang cantik. Tapi kau sebenarnya adalah
bangkai hidup! Siapa sudi bermesraan dan tidur dengan bangkai!"
Mendengar kata-kata yang sangat merendahkan itu, marahlah Ratu srigala. Dari
mulutnya menderu lidah api, menyambar ke arah Wiro. Pendekar 212 cepat-cepat
babatkan Kapak Naga Geni 212. Sinar perak putih menyambar. Lidah api menderu
berbalik ke arah yang melepaskannya. Ratu srigala berteriak keras. Melompat ke
atas. Justru saat itu pula Wiro sudah menyerbu ke depan sambil menghantamkan
Kapak Naga Geni 212 ke arah pinggul sang Ratu.
Crasss! Bagian tajam dari senjata mustika itu menancap tepat di pinggulnya. Darah
memuncrat. Bukan berwarna merah, tapi darah berwarna hitam pekat menggidikkan!
Dari mulut srigalanya terdengar lolongan setinggi langit. Tempat itu laksana mau
runtuh ketika puluhan manusia srigala lainnya ikut melolong menggidikkan. Sosok
tubuh Ratu srigala bergoyang keras lalu berubah menjadi asap hitam. Dari hitam
berubah jadi kelabu.
Terdengar dentuman dahsyat. Pohon-pohon bergoncang, tanah bergetar. Lapat-lapat
terdengar suara orok menangis. Lalu ada jerit pekik manusia, banyak sekali!
Pada saat sosok tubuh Ratu srigala berubah menjadi asap kelabu, dua sosok tubuh
tampak melayang turun dari sebuah pohon besar.
KARYA 67 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Ternyata keduanya adalah dua perempuan berkepala srigala berbulu putih. Dewi dan
Dayang. Dewi, yaitu srigala yang bermahkota cepat memburu ke arah kepulan asap
kelabu seraya berteriak, "Kakak Suli! Kau tak boleh mati! Kau tak boleh jadi
tengkorak!" Dewi merangkul asap kelabu dan menyemburkan sejenis cairan harum
dari mulutnya ke arah asap kelabu. Sosok tubuh Ratu srigala yang tadi telah
berubah menjadi asap kelabu tiba-tiba kembali berbentuk sosok srigala bertubuh
perempuan. "Dewi adikku... Aku tahu maksud luhurmu! Tapi dosaku sudah seluas lautan
setinggi langit. Tak mungkin bagiku hidup di alam manapun! Biarkan aku pergi
adikku. Aku doakan kau berbahagia. Aku..." Sosok Ratu srigala lenyap jadi asap
kelabu kembali. Lalu terdengar suara berdentum laksana gunung meletus. Ketika
dentuman lenyap dan daun-daun pepohonan melayang jatuh, di tanah tampak lagi
sebuah tengkorak putih. Itulah jerangkong Ratu srigala. Tetapi saat itu bukan
hanya sang Ratu yang berubah menjadi jerangkong.
Puluhan pengikutnya yang tadi masih hidup juga telah berubah jadi tengkorak.
Bertebaran di perbagai penjuru hingga tempat itu seperti lautan tengkorak!
Mereka yang berubah menjadi tengkorak bersamaan dengan sang Ratu, tampak
tengkorak mereka terbujur dengan kedua tangan mencekik leher. Apa yang terjadi"
Para pengikut sang Ratu, begitu melihat pimpinan mereka telah berubah jadi asap
kelabu, serta merta mencekik laher masing-masing, melakukan bunuh diri!
Srigala putih bermahkota emas bertahtakan batu-batu permata duduk di tanah
menangisi jerangkong sang Ratu. Bagaimanapun jahatnya sang kakak di masa hidup,
ternyata melihat kematiannya yang mengenaskan begitu rupa membuat tetap saja
sang adik tidak sanggup menahan tangis dan kesedihannya.
Wiro tegak tertegun memandangi srigala putih itu sesaat lalu memandang
berkeliling. Tiba-tiba dia melihat ada yang bergerak di dekat pohon besar bekas kediaman sang
Ratu. Pendekar 212 siapkan Kapak Naga Geni 212 seraya memberi isyarat pada Datuk
Seribu Racun. Mahluk dekat pohon itu ternyata melangkah ke jurusan mereka!
*** KARYA 68 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
13 MAHLUK ITU MELANGKAH dengan pandangan mata tertuju pada srigala putih bermahkota
tanpa berkesip. "Eh, bukankah dia pemuda yang jadi batu itu...?" ujar Wiro.
Mendengar ucapan Wiro, srigala putih bermahkota palingkan kepala lalu melolong
tinggi ketika melihat pemuda itu.
"Kakak Dharmasala!" pekik srigala putih alias Dewi lalu dia lari menubruk si
pemuda. Dharmasala merangkul srigala putih itu dengan air mata berlinang-linang.
"Syukur kau bisa kembali ke alam ini, kakak Dharma. Syukur kau bisa hidup
kembali!" Wiro melangkah mendekati. "Saudara, betul kau yang sebelumnya jadi batu..."
Pemuda bernama Dharmasala, kekasih Dewi itu mengangguk. "Sahabat, terimakasih
kau telah menolong kami semua" Dia berpaling pada Datuk Seribu Racun. "Juga
terimakasihku untukmu..." Datuk Seribu Racun hanya bisa manggut-manggut karena
saat itu luka bakar di dadanya terasa sangat sakit.
"Mana ular hitam hijau yang menggelung lehermu?" tanya Wiro pula.
Dharmasala menunjuk ke arah pohon besar sebelah kanan. Disitu tampak teronggok
rangka seekor ular besar.
"Begitu Ratu srigala mati... binatang itu langsung ikut berubah jadi
kerangka..."
"Aneh, sungguh serba aneh dan mengerikan!" ujar Pendekar 212.
"Semua keanehan ini belum berakhir. Kita harus segera tinggalkan tempat ini.
Ketahuilah kita semua masih terkungkung dalam Kerajaan Iblis Ratu srigala.
Sebelum pergi aku akan mengobati dulu kalian berdua..." kata Dewi. Lalu srigala
putih ini mendekati Datuk Seribu Racun. Dia mengusap wajah dan dada Patuk Seribu
Racun beberapa kali.
Begitu selesai diusap, luka bakar di dada segera sembuh tanpa bekas sedang wajah
yang robek KARYA
69 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
penuh darah kini tampak licin bersih, hanya telinga yang buntung tak bisa
dikembalikan ke asalnya.
"Dewi, perkenankan saya yang mengobati luka di dada pendekar itu," berkata
srigala bernama Dayang ketika sang Dewi hendak mengobati luka bekas cakaran Ratu
srigala di dada murid Sinto Gendeng itu.
Wiro hanya tegak berdiam diri ketika tangan berbulu putih dengan kuku-kuko
panjang runcing itu mengusapi bekas cakaran menggurat dadanya. Tiga kali diusap
luka-luka itupun lenyap.
Wiro pandangi mata bening Dayang lalu berkata, "Terima kasih. Kesaktianmu
sungguh luar biasa..."
Dayang balas menatap mata si pemuda lalu tundukkan kepala dan melangkah
menghampiri sang Dewi.
"Kita pergi sekarang..." kata Dewi.
"Tunggu, aku harus menyelamatkan senjata-senjata sakti milik orang-orang yang
jadi korban Ratu srigala!" terdengar kata-kata Datuk Seribu Racun.
"Ah, senjata itu. Aku baru ingat," ujar Dewi pula. "Senjata-senjata itu
disembunyikan di atas pohon besar sana. Bagaimana kau mau naik ke atasnya,
Datuk?" "Dengan jalan memanjatnya tentunya..." jawab Datuk Seribu Racun.
Dewi tertawa dan berkata, "Akan memakan waktu lama Datuk. Biar Dayang
melakukannya lalu menyerahkan senjata-senjata itu padamu." Sang Dewi berpaling
pada Dayang. Sang pembantu tanpa tunggu lebih lama segera melayang ke atas pohon
besar. Hanya beberapa kejapan saja dia telah kembali mengepit sebuah keranjang terbuat
dari daun. Di dalam keranjang ini terdapat beberapa bilah senjata milik orang-orang yang
lelah dibunuh oleh Ratu srigala. Salah satu senjata itu adalah sebentuk keris
berluk tujuh milik Pangeran Ajibarang. Dayang lalu memberikan keranjang senjata
itu pada Datuk Seribu Racun.
"Kita pergi sekarang!" ujar Dewi.
"Eh, sebentar!" Wiro membuka mulut.
KARYA 70 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Ada apa lagi pendekar?" tanya Dewi dan Datuk Seribu Racun hampir berbarengan.
"Harap maafkan, aku tak punya maksud apa-apa. Tapi apakah kita akan pergi dalam
keadaan rupa kalian masih seperti itu?"
Dewi terdengar batuk-batuk. "Saat ini kami berdua tidak punya kekuatan untuk
mengubah diri. Kita masih berada dalam kawasan bekas Kerajaan Ratu srigala.
Meski dia sudah mati bersama seluruh pengikutnya, namun kekuatan gaib masih
tetap menguasai tempat ini..."
"Jadi kalian berdua akan tetap seperti itu seumur-umur?" Sambil berkata Wiro
memandang pada Dharmasala.
Pemuda kekasih Dewi tampak bingung.
"Kau akan lihat sendiri nanti, pendekar. Jika sudah tiba saatnya, kami berdua
akan kembali kebentuk asli kami!" jawab Dewi, lalu dia menarik tangan Dayang dan
memberi isyarat pada Wiro, Dharmasala dan Datuk Seribu Racun agar berjalan lebih
dulu di sebelah depan.
Berjalan beberapa lama, rombongan itu akhirnya sampai di pintu gerbang Istana
srigala iblis. Wiro melangkah melewati pintu gerbang sambil memperhatikan pintu
gerbang yang ber-bentuk kepala srigala raksasa yang tengah membuka mulutnya.
Menyusul Dharmasala lalu Datuk Seribu Racun. Setelah itu dua srigala putih yaitu
Dewi diikuti oleh pembantunya yang setia Dayang.
Begitu kedua kaki Dayang meninggalkan lidah srigala yang berbentuk tangga, tiba-
tiba di atas rimba belantara Rekso Pratolo berkilat halilintar disusul suara
menggemuruh yang meng-goncangkan tanah. Sekejapan hutan yang selalu gelap redup
itu tampak terang benderang. Ketika suara menggemuruh hilang dan. hutan kembali
diselimuti keredupan, entah dari mana datangnya, hutan itu kini dilanda tiupan
angin yang luar biasa kerasnya.
Semua yang ada di-situ jatuhkan diri ke tanah agar tidak dihempaskan angin. Ada
yang coba berpegangan pada akar-akar pohon. Dedaunan rontok mengeluarkan suara
aneh mengerikan.
Dua jeritan terdengar.
KARYA 71 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Dewi! Dayang! Di mana kalian"!" berseru Dharmasala. Pemuda ini bersama-saima
Wiro dan Datuk Seribu Racun melihat bagaimana dua sosok srigala putih itu
terpental tinggi ke udara menembus kerapatan daun-daun pepohonan dan lenyap!
"Dewi!" teriak Dharmasala kembali.
"Dayang!" Wiro ikut berseru.
Sementara itu tiupan angin mulai mereda dan daun-daun tak ada lagi yang jatuh
luruh. "Lihat!" tiba-tiba Datuk Seribu Racun berteriak seraya menunjuk ke atas.
Wiro dan Dharmasala sama mendongak.
Di antara kerapatan daun-daun pepohonan tampak dua cahaya, satu berwarna biru,
satu lagi berwarna hijau. Cahaya itu melayang turun perlahan-lahan dan sementara
turun tampak bertambah besar. Ketika dua cahaya ini jatuh ke tanah, maka
Wiro Sableng 049 Srigala Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berubahlah dia menjadi dua sosok tubuh gadis yang luar biasa cantiknya! Wiro
sampai berdecak kedip-kedipkan mata sementara Datuk Seribu Racun usap-usap dagu
sambil geleng-geleng kepala.
Gadis pertama mengenakan pakaian biru gelap indah sekait bersulam benang emas.
Rambutnya yang panjang hitam tergerai di punggung. Di atas kepalanya ada sebuah
mahkota emas bertaburkan batu-batu permata yang berkilau-kilau. Wiro ingat betul
mahkota itu sama bentuknya dengan mahkota yang ada di kepala srigala putih
bernama Dewi. Apakah ini berarti sang dara yang jelita ini adalah sang Dewi itu"
Baru saja Wiro berpikir begitu tiba-tiba terdengar seruan Dharmasala.
"Dewi!" Pemuda itu berlari menghampiri dara berpakaian biru lalu memeluknya
erat-erat. Sang dara menangis terisak-isak dalam pelukan si pemuda.
"Dewi dan Dharmasala... Satunya pernah jadi patung batu satunya hidup dalam alam
aneh bertubuh manusia berkepala srigala. Aneh! Bagaimana mungkin...!" Wiro
garuk-garuk kepala lalu pandangannya bertemu dengan dara kedua yang mengenakan
pakaian serba hijau. Dia tidak mengenakan mahkota, rambutnya disanggul, kulitnya
putih dan kecantikannya, menurut Wiro lebih dari sang Dewi. Gadis satu ini
berdiri tundukkan kepala dan terdengar menangis sesenggukan.
KARYA 72 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Wiro melangkah mendekati si baju hijau ini dan menegur. "Kau pasti Dayang yang
berilmu tinggi itu..."
Sang dara turunkan kedua tangannya, angkat kepala dan pandangannya beradu dengan
sepasang mata Pendekar 212. Lalu perlahan-lahan gadis ini mengangguk.
"Ah... 7 ah...ah! Ketika kulihat rupamu dalam sosok srigala putih itu, aku tak
pernah menduga parasmu cantik luar biasa seperti ini..." Memuji Wiro dengan
polos membuat hati Dayang berbunga-bunga tapi tetap tak kuasa hentikan
sesenggukannya.
"Kami kembali ke bentuk asal seperti ini setelah kita keluar dari kawasan Istana
Ratu srigala. Yaitu pada saat kita keluar dari pintu gerbang tadi..."
Menerangkan Dewi.
"Aku tak habis pikir. Benar-benar tak habis pikir..." kata Wiro sambil memandang
pada Dewi dan Dayang.
"Mohon dimaafkan. Para sahabat, kami bertiga tak punya waktu lama. Mari kita
tinggalkan tempat ini. Kita harus segera keluar dari hutan sebelum sang surya
tenggelam..."
berkata Dewi lalu mendahului melangkah, didampingi oleh kekasihnya yaitu
Dharmasala, diikuti oleh Datuk Seribu Racun lalu Dayang. Disamping Dayang
melangkah Pendekar 212
Wiro Sableng yang tidak henti-hentinya mengerling memandangi, dara jelita itu.
"Kita sudah sampai ditepi hutan. Di barat matahari segera akan tenggelam. Kami
terpaksa meninggalkan kalian sahabat-sahabat yang berjasa besar. Kami harus
kembali...* "Kembali kemana...?" tanya Wiro heran.
Sebelum pertanyaan itu terjawab, tiba-tiba ada sinar kuning menerangi tempat
itu. Semua orang memandang ke arah kanan. Disitu diatas gelombang asap yang
menyerupai awan tampak seorang tua berselempang kain putih, bertampang gagah
kelimis. Di tangan kanannya ada sebatang tombak emas bermata tiga. Tombak emas
inilah yang memancarkan sinar kuning itu.
"Sang Prabu menjemput kita!" seru Dayang latu jatuhkan diri berlutut. Dewi dan
Dharmasala melakukan hal yang sama sementara Wiro dan Datuk Seribu Racun tegak
terbengong-bengong.
KARYA 73 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Pendekar 212 yang tak tahan melihat semua keanehan ini melangkah mendekati
Dayang, lalu berlutut disamping sang dara seraya berbisik. "Apa-apaan ini
semua..." Kau bisa menerangkan padaku?"
Dayang tersenyum dan pegang lengan Wiro. "Orang tua itu adalah Sang Prabu, ayah
junjunganku. Dia memperlihatkan diri tanda menjemput kedatangan puterinya. Jika
dia memperlihatkan diri berarti dia telah memaafkan dan melupakan apa yang
terjadi dua ratus tahun lalu."
"Dua ratus tahun lalu..."!" Wiro ternganga.
"Dayang, kita pergi sekarang. Selamat tinggal sahabat-sahabatku! Budi baik dan
pertolongan besar yang telah kalian berikan tak akan kami lupakan. Kalian bukan
saja berjasa pada kami, tapi juga berjasa untuk Kerajaan Blambangan."
Dayang bangkit berdiri. Wiro juga berdiri dengan perasaan sesak. "Eh, tunggu
dulu!" ujar Wiro sambiil memegang jari-jari tangan Dayang. "Kalau kalian pergi
bagaimana dengan aku! Ingat... Aku sudah menelan kemenyan dan dalam perutku
masih ada gulungan kertas ajaib itu. Apa kalian tidak akan mengeluarkan kemenyan
dan gulungan kertas itu dulu...?"
Dewi tertawa lebar. "Begitu kita keluar dari pintu gerbang Istana srigala,
kemenyan dan gulungan kertas itu ikut lenyap. Kalau kau tak percaya teliti saja
perutmu...!"
Wiro singkapkan pakaiannya yang robek-robek. "Memang... memang aku tak melihat
apa-apa, kecuali pusarku sendiri yang bolong...!
Dewi dan Dayang tertawa cekikikan.
"Wiro, sahabatku... Aku pergi sekarang," bisik Dayang. Suaranya agak tersendat.
"Kalau... kalau aku ikut bersama kalian, apakah kalian mengizinkan?" tiba-tiba
meluncur saja pertanyaan itu dari mulut Sinto Gendeng.
Dayang tak bisa menjawab. Dia berpaling pada Dewi dengan penuh harapan. Sang
Dewi merenung sejenak lalu menjawab, "Kami tidak keberatan kau ikut bersama
kami, sahabat Wiro. Tapi dunia kita saling berbeda. Kami hidup di alam dua ratus
tahun lalu. Apakah kau sanggup memasuki alam yang serba asing bagimu itu?"
"Alam dua ratus tahun lalu...?" Wiro terbelalak. "Tak dapat kubayangkan!"
KARYA 74 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
"Itulah, bukan kami tak ingin bergaul lebih lama denganmu dan juga Datuk Seribu
Racun. Namun kita tak mungkin berkumpul dalam alam yang berbeda..."
Dayang memandang sendu pada Wiro. Murid Sinto Gendeng pegangi jari-jari tangan
gadis itu malah kini menciuminya tiada henti. Jari-jari itu terasa harum sekali.
Ketika Wiro memandangi wajah Dayang, dilihatnya mata sang dara berkaca-kaca.
Kemudian terdengar suara Dayang setengah berbisik, mungkin dara ini tak mau
ucapannya didengar yang lain-lain. "Wiro, jari-jari tanganmu telah bersentuhan
dengan jari-jari tanganku. Bau harum semerbak tubuhku akan ikut berpindah ke
dalam tanganmu sebelah kanan itu. Pada saat-saat tertentu, terutama jika kau
berada dalam kesulitan, ciumlah jari-jarimu. Jika mencium bau harum berarti aku
berada didekatmu... Sekarang izinkan aku pergi..."
Wiro mencium lagi jari-jari tangan sang dara untuk terakhir kali. Kemudian
pegangannya terlepas. Dia merasakan ada hembusan angin. Lalu ada kecupan hangat
menyentuh pipi kirinya. Memandang ke samping Dayang tak ada lagi disebelahnya.
Juga Dewi dan Dharmasala. Ketika Wiro dan Datuk Seribu Racun berpaling ke arah
depan tampak ketiga orang itu sudah berkumpul bersama lelaki tua berselempang
kain putih. Keempatnya laksana terbang mengapung di atas asap sambil melambai-lambaikan
tangan. Pada saat sinar kuning sang surya menyirami tubuh mereka, keempatnyapun lenyap
tak berbekas. "Apa yang akan kita lakukan sekarang Datuk?" tanya Wiro.
"Tugas pertamaku adalah mengembalikan semua senjata yang ada dalam keranjang
daun ini pada pewarisnya. Setelah itu aku akan menempuh hidup baru..."
"Hidup baru maksudmu kawin Datuk?"
Sang Datuk tertawa gelak-gelak. "Bukan kawin pendekar muda sahabatku. Dulu aku
adalah manusia paling buas dan paling bejat. Sekarang setelah aku bisa kembali
ke asal seperti ini, terlepas dari dunia hitam celaka itu, aku bertobat dan
berjanji akan jadi orang baik-baik. Nah itulah hidup baru yang aku maksudkan...!
Jadi bukannya kawin seperti katamu tadi! Ha...ha......ha...!
KARYA 75 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Srigala Iblis
Sang Datuk hentikan tawanya ketika dilihatnya Pendekar 212 menciumi jari-jari
tangan kanannya.
"Bagaimana baunya...?" bertanya sang Datuk ingin tahu.
"Masih harum Datuk. Masih harum!" sahut Wiro. Lalu dengan nada datar seolah-olah
menyesali dia berkata: "Sayang aku dan dia terpisah oleh jarak dua ratus tahun.
Ah, kenapa aku tidak dilahirkan dua ratus tahun lalu...?"
TAMAT KARYA 76 BASTIAN TITO Istana Yang Suram 19 Mestika Burung Hong Kemala Karya Kho Ping Hoo Jejak Di Balik Kabut 30