Badai Fitnah Latanahsilam 1
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam Bagian 1
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Mempersembahkan :
Wiro Sableng Episode ke 114 :
BADAI FITNAH LATANAHSILAM
Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi)
Dan Huybee mailto:22111122@yahoo.com
Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa
1 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"AKU KHAWATIR KAU AKAN KESALAHAN
MENJATUHKAN TANGAN," KATA PENDEKAR 212.
HANTU SEJUTA TANYA SEJUTA JAWAB
MENYERINGAI. "SAAT INI AKU JUSTRU TENGAH
MEMIKIRKAN CARA MATI BAGAIMANA PALING
ENAK BAGIMU! PERBUATAN KEJIMU TERHADAP
DUA CUCUKU HARUS BENAR-BENAR MENDAPAT
BALASAN SETIMPAL!"
"AKU TIDAK MEMPERKOSA LUHKEMBOJA DAN
LUHKINANGA. JUGA TIDAK MENGANIAYANYA!
ADA ORANG YANG MEMFITNAH!"
"KAU BOLEH MENCARI SERIBU AKAL SERIBU
UPAYA JANGAN HARAP AKU BISA PERCAYA!"
"KAU HARUS TAHU DUA CUCUMU ITU
MEMPUNYAI KELAINAN MUNGKIN
PERBUATANNYA MENGGAGAHI ANAK GADIS
ORANG TELAH MENIMBULKAN DENDAM
KESUMAT DIMANA-MANA. LANTAS ADA ORANG
YANG MEMBALASKAN SAKIT HATI "
"KAU MENUDUH ORANG MELAKUKAN FITNAH!
PADAHAL KAU SENDIRI SAAT INI TENGAH
MELANCARKAN FITNAH !" TERIAK HANTU
SEJUTA TANYA SEJUTA JAWAB. DALAM
MARAHNYA KAKEK INI MELOMPAT DARI BATU
BESAR. KAKI KIRINYA MENENDANG. YANG
DIHANTAM BAGIAN DADA MURID SINTO
GENDENG. BADAI FITNAH LATANAHSILAM 2
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 1
SOSOK berjubah hitam Hantu Santet Laknat serta merta berhenti melangkah dan
berbalik begitu ada suara menegur di belakangnya.
"Dari pada jauh-jauh dan susah-susah pergi ke Gunung Latinggimeru untuk membuang
kapak itu, lebih baik serahkan saja padaku!"
Lalu menyusul suara lain berucap. "Pemiliknya dicintai tapi barangnya mau
dibuang! Hik... hik... hik!
Lucu juga nenek peot satu ini!"
Dua mata Hantu Santet Laknat yang tak memiliki
alis, menyembul berputar. Di hadapannya berdiri seorang nenek bermuka kuning,
seorang kakek yang daun telinga sebelah kanannya terbalik aneh dan badannya
menebar bau pesing, lalu seorang bocah berambut kaku tegaj, berpakaian serba
hitam. "Mereka mampu mengikutiku tanpamengeluarkan suara.
Mereka pasti memilikil kepandaian tinggi.
Tapi si Muka kuning ini agaknya harus aku awasi..."
membatin Hantu Santet Laknat.
Setelah pandangi ke tiga orang itu sesaat Hantu Santet Laknat lantas berkata.
"Sebelumnya kalian bertiga kulihat di pinggir rimba Lasesatbuntu. Tahu-tahu
berada disini. Sikap kalian seperti mau menghadang!
Apu maksud ucapan-ucapan kalian tadi" Aku juga
mendengar barusan ada yang menghinaku dengan
kata ka ta nenek peot!"
Kakek yang kuping kanannya terbalik dan bukan
lain adalah Si Setan Ngompol melangkah mendekati Hantu Santet Laknat. Si nenek
segera membentak.
"Tua bangka bau pesing! Cukup sampai di situ!
Jangan berani mendekat! Satu langkah lagi kau berani maju, kubuat terpisah
kepala dengan tubuhmu!" Sebenarnya Hantu Santet Laknat bukan saja jijik terhadap
Setan Ngompol yang celananya sebelah bawah basah kuyup oleh air kencing, tapi
seperti yang diberitahu oleh gurunya - sang Junjungan - segala air kencing
makhluk hidup merupakan pantangan besar yang bisa mencelakai dirinya.
Setan Ngompol tersentak kaget dan keluarkan
kencing mendengar bentakan Hantu Santet Laknat.
Apa lagi dilihatnya kapak sakti bermata dua di tangan BADAI FITNAH LATANAHSILAM
3 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
kanan si nenek diangkat tinggi-tinggi, siap untuk dibabatkan ke lehernya!
"Kapak yang kau pegang itu," Naga Kuning berkata seraya menunjuk pada Kapak Maut
Naga Geni 212 yang dipegang si nenek, "adalah senjata milik sahabat kami Wiro Sableng!
Bagaimana bisa berada cll tanganmu"!"
Hantu Santet Laknat menyeringai. "Apakah aku merasa layak menjawab pertanyaan
makhluk-makhluk tak berguna macam kalian"!" Setelah keluarkan suara mendengus si
nenek meludah ke tanah. Ludahnya
masih bercampur darah akibat luka dalam yang dideritanya sehabis bertempur
melawan Wiro (baca Episode sebelumnya berjudul Hantu Santet Laknat)
Si nenek muka kuning bernama Hantu Selaksa
Angin alias Selaksa Kentut mendongak ke langit lalu tertawa panjang. Dia
songgengkan pantatnya dan but...
pret dia keluarkan kentut. "Hidup puluhan tahun, malang melintang di delapan
penjuru angin Negeri Latanahsilam, baru hari ini aku melihat seorang tua bangka
buruk bermuka setengah manusia setengah
binatang bicara keliwat sombong dan menghina! Kita bertiga katanya makhluk-
makhluk tidak berguna! Hik...
hik hik! Berkaca dulu di pantatku! Agar tahu bagaimana tampangmu! Hik... hik...
hik!" Hantu Santet Laknat mendengus keras. Matanya
Berapi-api memandang ke arah nenek muka kuning.
Saat Itu terdengar Setan Ngompol berucap.
"Nenek muka burung gagak ini pasti telah mencuri kapak sakti itu dari tangan
Wiro! Mungkin juga Wiro telah dicelakainya!"
"Persetan dengan kalian semua! Menyingkirlah!
Jangan berani menghadang! Apa lagi meminta kapak Ini!
Hantu Selaksa Kentut alias Selaksa Angin batuk-batuk beberapa kali lalu butt...
pret! Dia keluarkan angin dari bagian bawah tubuhnya.
"Jahanam muka kuning! Dari tadi kau bertingkah
kurang ajar! Beraninya kau kentut di ha-
dapanku!" Bentak Hantu Santet Laknat.
"Memangnya ada aturan aku harus kentut dimana,
Kapan dan dihadapan siapa"!" tukas Hantu Selaksa Kentut dan tertawa cekikikan.
Lalu kembali dia songgengkan pantatnya tapi sekali ini kentutnya tak bisa
keluar! "Sialan!" maki si nenek muka kuning sambil BADAI FITNAH LATANAHSILAM 4
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
tepuk-tepuk pantatnya sendiri tapil dengan senyum-senyum!
Naga Kuning kemudian menimpali.
Masih mending nenek sahabatku ini cuma mem-
buang kentut! Untung tadi dia tidak membuang kotoran di mukamu!" kata Naga
Kuning pula membuat si nenek muka kuning tertawa cekikikan sementara tampang
Hantu Santet Laknat yang menyerupai gagak hitam nampak menggembung tanda marah.
Setelah mendehem panjang Hantu Selaksa Kentut
usap-usap dua tangannya satu sama lain lalu berkata.
"Wahai! Seperti kataku tadi. Jika kau memang tidak suka menyerahkan kapak itu
pada dua orang ini, lalu dari pada kau bersusah payah membuangnya jauh-jauh ke
Gunung Latinggimeru baiknya diberikan padaku!"
Hantu Santet Laknat kembali hendak mendam-
prat. Tapi mendadak dia ingat sesuatu. "Makhluk muka kuning, kau kelihatannya
sangat menginginkan senjata ini. Aku tidak keberatan menyerahkan padamu.
Tapi aku tidak akan memberikan begitu saja! Aku butuh imbalan!"
"Butt... pret!"
Hantu Selaksa Kentut semburkan kentutnya men-
dengar ucapan Hantu Santet Laknat itu. Jengkel dan tersinggung karena merasa
dihina dipermainkan Hantu Santet Laknat membalas dengan meludah ke tanah lalu
membentak. "Angin busuk apa yang mendekam dalam perutmu hingga setiap saat kau
selalu mengeluarkan kentut tak karuan begitu rupa! Makanan beracun apa yang kau
telan" Atau kutuk apa yang jatuh atas dirimu"!"
Si nenek muka kuning pencongkan mulutnya lalu
menjawab. "Kita di sini tidak membicarakan angin atau kentutku atau apapun yang
aku makan! Kita membicarakan kapak sakti yang kau curi itu! Kau mau
menyerahkannya padaku atau bagaimana...?"
Hantu Santet Laknat meludah lagi ke tanah. "Aku menyirap kabar, sebuah sendok
terbuat dari emas ada padamu. Kau rampas dari tangan Hantu Kaki Batu!
Jika kau mau memberikan sendok itu padaku, kapak bermata dua ini akan menjadi
milikmu!" Hantu Selaksa Kentut menyeringai. Setelah kentut dulu but... pret, baru dia
menjawab. "Aku setuju! Kapak Itu kau serahkan dulu padaku. Sendok akan kuberikan
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 5
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
padamu kemudian!"
"Mana bisa begitu...!" tukas Hantu Santet Laknat.
"Berikan sendok emas itu padaku, baru aku akan menyerahkan kapak ini padamu!"
" Sendok emas itu tidak ada sangkut paut langsung Denganmu. Kapak yang kau curi
itu ada sangkut
Paut dengan dua kerabatku Ini! Kau mau memberikan atau tidak"!''
"Wahai! Jika kau keliwat memaksa mengapa tidak"
Kau boleh ambil kapak ini! Nanti sendok emas itu akan Kuambil dari sosokmu yang
sudah jadi bangkai!"
Habis berkata begitu Hantu Santet Laknat yang
sudah hilang kesabarannya lalu membabatkan Kapak Maut Geni 212 kearah nenek muka
kuning. Cahaya putih menyilaukan berkiblat. Suara seperti ribuan tawon mengamuk menusuk telinga
dan hawa sangat
panas menghampar seolah memanggang tubuh. Ka-
rena serangan itu dilancarkan pada nenek muka kuning maka sambaran angin panas
dan cahaya menyilaukan dengan sendirinya menghantam ke arahnya.Mata kapak
membabat panas menyambar batang lehernya!
Kejut si nenek muka kuning bukan alang kepalang.
Belum pernah dia melihat senjata sedahsyat itu.
"Tua bangka jahanam! Kau berani menyerang mencari perkara! Jangan kira aku takut
padamu!" "But.... Pret!"
Sosok kuning Hantu Selaksa Kentut berkelebat ke atas. Gerakannya laksana kilat.
Saking cepatnya tubuhnya seolah berubah menjadi bayangan kuning. Begitu sambaran
maut Kapak Naga Geni 212 lewat di bawahnya Hantu Selaksa Kentut kebutkan lengan
baju kuningnya.
"Tombak Kuning Pengantar Mayafl." teriak Hantu Selaksa Kentut menyebut nama
serangan pukulan
saktinya. Lalu butt... pret!
Serangkum angin berwarna kuning dengan ganas
menderu ke arah tangan kanan Hantu Santet Laknat.
Si nenek muka burung gagak hitam ini berseru kaget ketika lengan kanannya
mendadak bergetar hebat.
Seolah ada satu benda tajam seperti tombak yang tak kelihatan menusuk
pergelangan tangannya. Rasa sakit luar biasa yang dideritanya membuat dia
terpaksa lepaskan pegangan pada gagang kapak. Senjata ini dilemparkannya ke
udara lalu cepat disambar kembali dengan tangan kiri. Begitu gagang kapak berada
dalam genggaman tangan kiri Hantu Santet Laknat keluarkan BADAI FITNAH
LATANAHSILAM 6 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
satu pekik menggeledek. Sosok hitamnya berkelebat lalu kelihatan cahaya putih
perak menyilaukan ber-buntal-buntal di udara. Suara deru tawon mengamuk dan
sambaran-sambaran sinar panas menggebu. Dalam waktu singkat sosok Hantu Selaksa
Kentut lenyap dibungkus serangan Kapak Maut Naga Geni 212. Yang terdengar hanya
kentut si nenek bat-butbat-butprat-pret!
Dibungkus serangan yang menebar hawa panas
namun si nenek Hantu Selaksa Kentut malah keluarkan keringat dingin. Seumur
hidup baru sekali itu dia menghadapi serangan demikian cepat dan ganasnya.
Dua tangannya kiri kanan bergerak cepat lepaskan pukulan-pukulan Tombak Kuning
Pengantar Mayat.
Dalam sekali gebrakan saja masing-masing tangan lepaskan tiga rangkum sinar
kuning. "Breett!"
Salah satu serangan Hantu Selaksa Kentut me-
robek jubah si nenek berwajah gagak hitam di bagian bahu. Jubahnya kepuikan asap
dan bolong besar sementara daging bahunya sakit seperti ditempel besi panas!
Dalam keadaan menderita sakit begitu rupa, sec;ara luar biasa Hantu Santet
Laknat masih mampu selamatkan diri dari hantaman lima sinar kuning lainnya
dongan cara menamengi dirinya dengan memutar Kapak Maut Naga Geni 212. Dua kali
sinar kuning berbenturan dengan kiblatan cahaya putih perak. Dua kalipula
terdengar letusan menggeledek yang membuat tanah bergetar dan dua orang yang
sedang baku hantam Itu tegak terhuyung huyung dengan dada berdenyut. Walau
dirinya selamat tapi diam-diam Hantu Santet Laknat merasa bergeming juga
nyalinya. Dilain pihak Hantu Selaksa Angin diam-diam merasa kagum melihat kehebatan kapak
sakti bermata dua di tangan lawan, lapi dia tidak mau perlihatkan sikap jerih.
"But... pret!"
Hantu Selaksa Angin tertawa mengokoh. "Kau masih belum mau menyerahkan kapak
sakti itu padaku?"
"Kau hanya mampu menggertak! Tapi tak sanggup merampas kapak ini dari tanganku!"
ejek Hantu Santet Laknat lalu meludah ke tanah. "Aku memberi kau kesempatan tiga
jurus lagi! Jika dalam waktu tiga jurus kau tidak mampu mengambil senjata ini
maka kau harus berlutut tunduk dan selanjutnya menjadi budakku! Atau nanti akan
kusumpal pantatmu dengan batu hitam biar tidak bisa kentut lagi seumur-umur!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 7
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Hantu Santet Laknat tutup ucapannya dengan tawa mengekeh lalu meludah ke tanah.
Ucapan yang sangat menghina dari Hantu Santet
Laknat itu membuat Hantu Selaksa Angin marah besar.
Rahangnya menggembung. Dari mulutnya kemudian
keluar suara menggembor.
"Orang sombong jadi makanan kepompong! Orang sombong jadi makanan kepompong!"
Ucapan nenek muka kuning itu ternyata sekaligus merupakan mantera. Karena begitu
dia selesai berucap tubuhnya berubah menjadi sebuah kepompong
raksasa warna coklat, memiliki dua tangan panjang yang masing-masing berjari dua
belas! Makhluk kepompong ini gerakkan tubuhnya demikian rupa hingga keluarkan
suara bergaung dan berputar seperti gasing.
Angin besar menderu laksana badai. Batu-batu kecil dan debu membubung ke udara.
Batang-batang pohon bergetar keras, dedaunannya luruh berjatuhan. Beberapa
ranting dan cabang-cabang pohon berderak patah. Naga Kuning tegak tergontai-
gontai, cepat ber-lindung ke balik sebatang pohon sementara Si Setan Ngompol
terkencing-kencing lari mencari perlindung-an di balik serumpunan semak belukar.
Makhluk kepompong tiba-tiba melesat ke arah
Hantu Santet Laknat. Dua tangannya yang berjari dua belas menyambar laksana
kilatan petir. BADAI FITNAH LATANAHSILAM 8
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 2
SI NENEK muka gagak hitam hantamkan Kapak
Maut Naga Geni 212 menyongsong serangan
lawan. Maksudnya dia hendak membabat dua
tangan yang menggasak ke arahnya. Tapi angin yang keluar menyambar dari tubuh
kepompong membuat
dia tertekan hebat hingga terjajar sempoyongan ke belakang sampai beberapa
langkah. Selagi dia bertahan mengimbangi diri dua tangan panjang makhluk
kepompong menyambar ganas. Satu ke arah kepala, satu lagi seperti hendak
menjebol perutnya!
Hantu Santet laknat keluarkan pekik keras. Dia cepat bentengi dirinya dengan
memutar kapak sakti di tangan kiri. Sesaat dia bisa membendung serangan dua
tangan makhluk kepompong. Namun ketika makhluk kepompong ini keluarkan suara
panjang, tubuhnya seperti membal terus berputar mendekati lawan. Gerakan dua
tangannya berubah aneh Serangannya
datang bertubi tubi laksana curahan hujan. Menyambar dan menyelinap di antara
sambaran cahaya kapak sakti, mencari sasaran di kepala atau bagian tubuh yang
mematikan! Lama lama Hantu Santet Laknat mulai terdesak.
Kalau saja bukan Kapak Maut Naga Geni 212 yang berada di tangannya sudah tadi-
tadi pertahanannya dijebol lawan. Namun dalam satu perkelahian tingkat tinggi,
bukan cuma senjata yang menentukan kehebata n seseorang.
Dalam satu gebrakan hebat Hantu Santet Laknat
tak mampu selamatkan dirinya dari serangan tangan yang menyambar ke arah
dadanya. "Bukkk!"
Hantu Santet Laknat terlempar dan menjerit keras.
Tubuhnya terguling-guling di tanah. Darah merah ke-hitaman mengucur di sela
bibirnya. Tapi hebatnya dia masih mampu berdiri dan Kapak Naga Geni 212 masih
tergenggam di tangan kirinya. Sementara di depan sana makhluk kepompong kembali
berputar dahsyat, siap menyambar ke arahnya. Nyali si nenek muka burung gagak
hitam ini mau tak mau bertambah goyah.
Hantu Santet Laknat tempelkan Kapak Maut Naga
Geni 212 di atas dadanya yang cidera. Suaranya ber-BADAI FITNAH LATANAHSILAM 9
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
getar perlahan ketika mengucap penuh keyakinan.
"Kapak Sakti, aku tahu kau menyimpan daya
kekuatan menahan segala macam racun dan daya
kekuatan penyembuhan! Tolong diriku! Aku adalah makhluk malang yang sangat
mencintai tuan pemilik-mu. Pendekar 212 Wiro Sableng!"
Tiba-tiba terjadi satu keanehan. Dua mata kapak sakti memancarkan kilatan
cahaya. Kemudian si nenek merasa ada hawa sejuk meresap ke dadanya lalu menjalar
ke segenap bagian tubuhnya. Sebelum serangan dua tangan makhluk kepompong datang
meng-hantamnya kekuatan si nenek telah pulih! Didahului t.alu bentakan garang
tubuhnya melesat ke udara.
Kapak Maut Naga Geni 212 berkiblat mengikuti lom-patannya. Lalu dari dua mata si
nenek menyambar dua larik sinar hitam!
Makhluk kepompong yang sebenarnya adalah Hantu
Selaksa Kentut tersentak kaget melihat lawan
tiba tiba mampu melancarkan serangan begitu hebat.
terlebih ketika salah satu sinar hitam yang keluar dari mala Hantu Santet Laknat
sempat menyambar hangus sosoknya sebelah kiri! Dari dalam sosok kepompong keluar
suara seperti air mendidih. Lalu bagian atas kepompong ini kelihatan terbuka.
Semula baik Naga Kuning maupun Si Setan Ngom-
pol mengira dari bagian kepompong yang terbuka
akan keluar sesosok ulat raksasa berwarna coklat bintik hitam putih. Yaitu
seperti yang pernah mereka saksikan sewaktu terjadi apa yang disebut Bakucarok
antara Lakasipo dengan Lahopeng dulu. (Harap baca Episode pertama Wiro di Negeri
Latanahsilam berjudul Bola Bola Iblis)
"Si nenek memiliki Ilmu Hantu Kepompong seperti Lahopeng!" Kata Naga Kuning yang
telah bergabung dengan Si Setan Nyompol dan mendekam di balik
semak belukar lebat.
Ternyata dugaan kedua orang Itu keliru. Didahului kepulan asap hitam melesatlah
tiga kepompong kecil berwarna coklat liga kepompong ini kemudian berubah bentuk
menjadi sebesar kepompong pertama!
Hantu Santet Laknat maklum dia bakal mendapat
gempuran hebat dari empat kepompong jejadian itu.
Maka dia mendahului menghantam Dua mata kembali semburkan dua larik ssinar
hitam, tangan kanan lepaskan satu pukulan tangan kosong mengandung tenaga BADAI
FITNAH LATANAHSILAM 10
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
dalam tinggi. Lalu kapak sakti di tangan kiri ikut pula dibabatkan.
Empat kepompong keluarkan suara menderu
Aneh. Lalu melesat menyerbu ke arah Hantu Santet Laknat. Dari bagian atas
kepompong bersiuran asap kecoklatan. Hidung berbentuk paruh nenek jubah hitam
itu mencium bau aneh yang membuat matanya
bukan saja jadi perih tapi pemandangannya berubah kabur.
"Kurang ajar! Keparat muka kuning ini ternyata memiliki ilmu hitam juga!" memaki
Hantu Santet Laknat. Sebelum penglihatannya bertambah gelap dan empat sosok
makhluk kepompong datang lebih dekat nenek ini usap mukanya dengan tangan kanan.
Lalu dia berseru keras!
"Nenek muka kuning! Celakalah dirimu dan makhluk-makhluk jejadianmu! Kau
menyerang dirimu sendiri!"
Begitu ucapannya lenyap mendadak sontak so-
sok Hantu Santet Laknat berubah rupa. Mukanya menjadi kuning. Wajahnya adalah
wajah Luhkentut alias Hantu Selaksa Angin. Pakaian dan sosok tubuhnya juga
berubah seperti keadaan nenek muka kuning itu!
Empat kepompong keluarkan suara aneh tanda
terkejut. Yang tiga hentikan gerakan dan tertegak bergoyang-goyang, tidak
meneruskan serangan mereka.
Lain halnya dengan kepompong yang asli. Ke-
pompong satu ini masih terus menyambar sambil
hantamkan dua tangannya.
"Celakalah dirimu! Nenek muka kuning! Kau hendak membunuh dirimu sendiri!" Hantu
Santet Laknat yang telah merubah diri menjadi Hantu Selaksa Angin kembali
berseru. derakan kepompong utama sekonyong-konyong
tertahan seolah-olah terbendung oleh satu kekuatan yang tak bisa ditembus.
Bagaimanapun dia berusaha mendekati lawannya tetap saja tidak berhasil.
"Dukun jahat jahanam! Ilmu hitamnya benar-benar tinggi! Akan kuhajar dia sampai
tahu rasa dan tahu dln!" Ucapan itu keluar dari dalam kepompong utama yang
tampak mengepulkan asap coklat. Di lain kejap sosok kepompong raksasa itu
berubah lenyap dan serata perlahan berganti kembali menjadi sosok asli Luhkentut
alias Hantu Selaksa Angin. Perubahan ini dimulai dan bagian kepala lebih dulu,
lalu bergerak BADAI FITNAH LATANAHSILAM 11
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
turun ke bawah. Begitu sosoknya mulai berubah kentutnya sudah terdengar.
Butt.... Prolt!
Belum keseluruhan sosok Hantu Selaksa Angin
kembali ke ujudnya semula tiba-tiba Hantu Santet Laknat angkat kaki kirinya ke
atas. Kemudian tumitnya dihunjamkan k e tanah!
"Rrreettt...!"
Tanah di depan Hantu Santet Laknat mendadak
Sontak bergerak menjalar terbelah selebar dua langkah mengejar ke arah tiga
kepompong dan Hantu Selaksa Angin yang tengah berubah ujud!
Tiga kepompong coklat melesat ke atas selamat-
kan diri tapi tertambat. Tanah yang terbelah lebih dulu menyedot dan menelan
mereka dan rrrttt...! Tiga kepompong keluarkan suara seperti raungan srigala di
malam buta. Lalu ketika tanah yang terbelah itu bertaut kembali, tiga kepompong
serta merta lenyap dari per-mukaan tanah!
Hantu Selaksa Angin yang tengah berganti ujud,
terkejut melihat apa yang terjadi, berseru kaget dan tidak sadar kalau di
depannya menjalar tanah yang terbelah. Pada saat sepasang kakinya kembali ke
bentuk semula, tanah yang terbelah sudah mencuat di bawah kakinya. Tubuh nenek
ini serta merta ter-jeblos masuk. Si nenek baru sadar apa yang terjadi.
Dia berusaha melompat namun tubuhnya telah tenggelam sampai kelutut!
"Lihat!" teriak Naga Kuning.
"Astaga!" seru Setan Ngompol. "Kita harus menolong nenek itu!" Lalu tanpa
menunggu lebih lama dia melompat dari balik semak belukar. Naga Kuning jatuhkan
diri, berguling melintang di atas tanah yang terbelah. Kalau Setan Ngompol cepat
merangkul pinggang si nenek maka Naga Kuning cepat tangkap
sepasang kakinya lalu ditarik ke samping.
"Wussss!"
Tanah yang terbelah menutup kembali dengan
mengeluarkan suara menggidikkan.
"Breettt!"
Ujung jubah kuning Hantu Selaksa Angin yang
terjepit robek besar di bagian bawah tapi sepasang kakinya selamat. Ketiga orang
itu kemudian jatuh terguling-guling di tanah dan baru berhenti begitu tubuh
mereka menabrak semak belukar. Malang bagi si nenek waktu jatuh dan terguling
tak sengaja sosok BADAI FITNAH LATANAHSILAM 12
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
si bocah Naga Kuning menyusup ke bagian bawah
jubahnya yang robek. Sedang Setan Ngompol yang
terkencing-kencing rebah menangkring di atas sosok sI nenek, tepat di atas
mukanya hingga wajah kuning itu basah kuyup oleh air kencing!
"Tua bangka jahanam! Apa yang kau lakukan!"
teriak si nenek marah lalu menggebuk punggung Setan Ngompol Kakek ini menjerit
kesakitan, terguling jatuh di tanah sementara si nenek pancarkan kentutnya.
Hantu Selaksa Angin cepat bangkit berdiri. Tapi baru selengah duduk gerakannya
tertahan karena kepala Naga Kuning masih mengganjal di antara dua pahanya!
"Anak kurang ajar! Kau minta mati!"
"Bukkk!"
"Butt... Prett!"
Si nenek gebuk pantat Naga Kuning. Bocah ini
menjudi kesakitan lalu melintir terguling di tanah.
Hantu Selaksa Kentut melompat bangkit sambil usap-leiep wajah kuningnya yang
basah oleh air kencing belan Ngompol dan memaki habis habisan.
"Aduh sakitnya! Punggungku digebuk nenek
muka kuning Itu!" mengeluh Setan Ngompol seraya mencoba bangkit berdiri
terhuyung huyung.
Pantatku seperti hancur dihantamnya!" kata Naga Kuning pula lulu menyeka muka,
tetutama bagian hidungnya berulang kali "Nenek sialan Itu, dia pasti tidak pakai
celana dalam..."
"Anak sial, sudah digebuk orang kau masih bisa
Bicara tak karuan!" maki si kakek. Tapi ada rasa ingin tahu hingga setengah
berbisik dan menyeringai dia bertanya pada si bocah. "Eh, bagaimana kau bisa
tahu nenek itu tidak pakai celana dalam?"
Waktu kepalaku tak sengaja menyangsrang di
bawah perutnya, aku mencium bau anehi Mau tanggal rasanya hidungku! Lalu waktu
tadi kuusap hidungku terasa basah!"
"Hik...hik.. hik!" SI Setan Ngompol tertawa cekikikan mendengar ucapan Naga
Kuning itu dan tentu saja sambil terkencing kencing !
Di depan sana Hantu Santet Laknnt berdiri dengan tolakkan tangan kanan di
pinggang. Sambil lontarkan senyum mengejek dia berkata. "Makhluk muka kuning, .
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 13
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
apa kau masih belum mengaku kalah dan berlutut di hadapanku?"
Dada Hantu Selaksa Angin seperti terbakar. Wa-
jahnya yang kuning sekilas berubah kebiru-biruan.
"Hantu celaka! Jangan bermimpi bisa mengalahkan diriku!" teriak Hantu Selaksa
Angin lalu dia pancarkan kentutnya.
"But.... Prett!"
"Oh begitu" Hik... hik... hik! Wahai! Kalau dua makhluktolol buruktadi tidak
menolongmu, kau sudah bergabung dengan tiga kepompong ciptaanmu di perut bumi!"
Hantu Selaksa Angin tegak renggangkan dua kaki.
Bahunya kiri kanan naik ke atas. Dua tangan dikepal di bawah dada. Lalu
perlahan-lahan jari-jari yang mengepal terbuka. Saat itu juga seluruh tangan
yang tersembul dari balik lengan jubah pancarkan cahaya kuning gelap. Tempat itu
serta merta dirasuk bau aneh seperti bau setanggi dibakar. Lalu udara perlahan-
lahan berubah menjadi dingin.
Hantu Santet Laknat mengerenyit kaget. Dia ter-
surut satu langkah. "Aku tidak menduga..." katanya dalam hati. "Dia benar-benar
memiliki ilmu kesaktian yang bisa menghancurkan alam gaib dan alam hitam Itu!
Wahai.... Kapak sakti, aku ingin kita bersatu menghadapi lawan!" Si nenek lalu
pindahkan Kapak Maut Naga Goni 212 ke tangan kanannya. Seluruh tenaga dalamnya
dikerahkan hingga dua mata kapak memancarkan cahaya berkilauan. Sepasang matanya
mcmberojol keluar pertanda dari mata ini dia bakal mengeluarkan ilmu kesaktian
untuk menghadapi lawan. Sementara itu tangan kirinya dipentang tergantung di
sisi kiri dengan telapak terkembang, mengarah pada Hantu Selaksa Angin.
"Luhkentut! Pukulan Salju Putih Latinggimeru memang bisa mengakhiri semua
kemelut ini! Tapi jangan serakah! Aku lebih berhak atas nyawa Hantu Santet
Laknat!" Satu suara lantang disertai berkelebatnya ba-
yangan berwarna ungu membuat terkejut semua orang yang ada di tempat itu.
Terutama Luhkentut alias Hantu Selaksa Angin dan Hantu Santet Laknat.
Hantu Selaksa Angin menggeram. Dua matanya
pancarkan sinar kuning berkilat. "Makhluk kurang ajar dari mana dia mengenali
dan berani menyebut pukulan yang hendak kulepaskan"!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 14
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 3
N A G A Kuning pegang lengan Setan Ngompol di
sebelahnya. "Kek, aku ingat betul. Kakek berpakaian ungu itu! Bukankah dia yang
dulu pernah kita temui dan memberikan sendok emas pada Lakasipo?"
"Memang dia," menyahuti Si Setan Ngompol.
"Urusan bisa jadi tumpang tindih ditempat ini! Menurut cerita Lakasipo bukankah
dia salah satu korban san-tetan Hantu Santet Laknat?" (Untuk jelasnya harap baca
Episode berjudul Rahasia Kincir Hantu)
Hantu Selaksa Kentut pelototkan mata kuningnya
pada kakek berpakaian serba ungu. Lalu dia mem-
bentak. "Kau kenal diriku! Aku tidak! Aku tidak perduli siapa kau adanya!
Mengapa berani mencampuri urusan orang"!"
Orang berpakaian ungu lebih dulu pandangi wajah si nenek: Dalam hati dia
membatin. "Sulit menduga, wajah siapa sebenarnya di balik pupur kuning yang
menyatu dengan kulit mukanya itu. Kalau melihat perawakannya memang sama, tapi
gerak-gerik dan
suaranya tidak mungkin sama sekali.... Mungkin nanti aku perlu mencari kerabatku
Sejuta Tanya Sejuta Jawab untuk turut membantu...." Setelah membatin begitu
orang tua tadi menjura memberi hormat pada Hantu Selaksa Angin baru berkata.
"Maafkan diriku, bukan maksud mencampuri urusanmu. Namun antara
aku dengan dukun laknat itu ada silang sengketa lantai terjungkat! Kalau hari
ini dia bakal menemui kematian, aku merasa layak dia harus mati di tanganku!
Sebelumnya dia telah mengguna-gunai diriku hingga hampir menemui ajal dalam
sengsara kalau tidak ditolong oleh seorang sahabat."
"Begitu...?" Hantu Selaksa Angin menyeringai lalu pancarkan kentutnya. "Apapun
alasanmu hendak membunuh nenek laknat itu aku tidak perduli. Aku tak ingin
urusanku dicampuri orang! Kalau dia sudah mati di tanganku, kau boleh
membunuhnya sekali lagi!"
"Luhkentut, kau bergurau. Mana ada orang bisa mati dua kali..." kata kakek
berpakaian serba ungu.
"Wahai, kau kenal diriku, apa aku kenal dirimu?"
ujar Hantu Selaksa Angin. Lalu meneruskan. "Untuk manusia sejahat dia, mati
sepuluh kalipun masih be-BADAI FITNAH LATANAHSILAM 15
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
lum cukup!" Nenek muka kuning ini lalu songgengkan pantatnya.
"Butt! Prett!"
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si Nenek kentut lalu maju selangkah ke arah Hantu Santet Laknat. Kakek
berpakaian ungu segera memotong jalan nenek muka kuning. Lagi-lagi dia menjura
sebelum bicara. Dia sengaja memberi tahu siapa dirinya agar Luhkentut mengenal
siapa dia adanya dan menaruh segan.
"Wahai kerabat bernama Luhkentut yang dikenal dengan julukan Hantu Selaksa Angin
alias Hantu Selaksa Kentut. Namaku Lawungu. Puluhan tahun silam bersama dua
orang kerabatku bernama Lasedayu
yang kemudian dikenal dengan julukan Hantu Langit Terjungkir dan Hantu Sejuta
Tanya Sejuta Jawab, kami membentuk satu kelompok orang-orang berkepandaian
tinggi. Tidak ada orang di Negeri Latanahsilam yang tidak tahu siapa kami. Baru
mendengar nama kami saja orang pasti sudah goyah lututnya. Apa lagi kalau sampai
berhadapan langsung dengan kami!"
Nenek muka kuning menyeringai. "Orang lain mungkin akan terkagum-kagum mendengar
kisahmu atau menaruh hormat padamu. Tapi wahai! Aku bukan anak kecil yang bisa tertidur
oleh cerita bagusmu!
Lekas menyingkir dari tempat ini. Jika kau memang ingin membalaskan sakit hati
pada Hantu Santet Laknat, silahkan menunggu. Kau boleh datang kembali kalau dia
sudah jadi bangkai!"
Kakek berjubah ungu merenung sejenak. Dalam
hati dia berkata. "Aku sudah menyebut nama itu, tapi dia tidak menaruh perhatian
sama sekali. Mungkin memang bukan dia...." Lawungu lalu berucap. "Maafkan
diriku. Mana mungkin aku menuruti aturan seenak isi perutmu itu!" kata kakek
bernama Lawungu. Suaranya yang selama ini perlahan dan lembut berubah keras dan
kasar pertanda dia telah kehilangan kesabarannya menghadapi Luhkentut yang tidak
bisa dibuat mengerti.
Tanpa perdulikan si nenek, Lawungu melangkah
cepat ke hadapan Hantu Santet Laknat. Melihat kakek Ini mendatanginya Hantu
Santet Laknat segera melin-tangkan Kapak Maut Naga Geni 212 di depan dada.
Lawungu berhenti empat langkah di hadapan Han-
tu Santet Laknat. Matanya memandang tajam pada sen|ala yang dipegang si nenek.
"Tak pernah kutahu ada orang di Negeri Latanahsilam memiliki senjata BADAI
FITNAH LATANAHSILAM 16
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
aneh Ini. Dari mana perempuan laknat ini mendapat-kan. Jangan-jangan dia
merampas milik orang. Mung kin senjata ini milik orang-orang yang datang dari
negeri seribu dua ratus tahun mendatang...."
"Kakek pandir! Mengapa kau mendadak berubah seperti pikun berdiri di
hadapanku"!" Hantu Santet Laknat membentak.
Walau hatinya panas tapi Lawungu masih bisa
tersenyum. "Kau pandai menyembunyikan nyali yang telah leleh! Ada beberapa orang
menginginkan nyawamu saat ini. Aku beruntung bisa melakukan pembalasan lebih
dulu!" "Mana bisa begitu! Berani kau menyentuh dia, kau kubunuh lebih dulu!" Hantu
Selaksa Angin berteriak lalu melompat ke samping Lawungu.
Lawungu tidak perdulikan nenek muka kuning ini.
Tangan kanannya meraba ke balik sisi pakaiannya sebelah kanan. Ketika tangan itu
ditarik maka ter-sembullah sebatang bambu sepanjang empat jengkal.
Lawungu meniru sikap Hantu Santet Laknat. Dia pegang bambu dengan tangan kanan
dan dimelintang-
kan di depan dada. Sementara jari-jari tangan kirinya membuka kayu penyumpal
salah satu ujung bambu.
"Hantu Santet Laknat, dulu dengan binatang berbisa ini kau menyantet diriku
hingga aku hampir menemui ajal secara mengenaskan! Sekarang kukem-
balikan dia padamu! Harap kau mau menerima dengan senang hati!"
"Desss!"
Kayu penyumpal ujung bambu terbuka. Dengan
copat Lawungu pukulkan bambu itu ke bawah. Saat Itu juga dari dalam bambu
meluncurlah sebuah benda bulat panjang berwarna hitam berkilat, jatuh bergelung
di tanah. Luhkentutterpekik. Sambil terkentut-kentut nenek muka kuning ini melompat
jauhkan diri. Setan Ngompol cepat tekap bagian bawah perutnya. Naga Kuning tegak
merinding. Tapi si nenek Hantu Santet Laknat tetap tenang. Dia baru bergerak
ketika mendadak benda yang bergelung di tanah rentangkan tubuhnya lalu meluncur
cepat ke arahnya sambil keluarkan suara mendesis keras. Benda ini ternyata
adalah seekor ular hitam sangat berbisa sepanjang hampir setengah tombak dan
besarnya hampir sebesar pergelangan lengan.
"Ular hitam ular kiriman! Dulu aku yang membuat kau dari tiada kepada ada!
Jangan turuti kehendak BADAI FITNAH LATANAHSILAM 17
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
orang penerima celaka! Jangan berani menentang
kehendak si penimbul bala! Sudah saatnya kau kembali ke alam tiada!"
Hantu Santet Laknat gerakkan tangan kanannya
yang memegang Kapak Maut Naga Geni 212.
"Craasss!"
Ular hitam itu terbabat putus di pangkal lehernya.
Darah menyembur muncrat. Sosok ular yang terpo-
tong dua terpental ke udara.
"Taarrr!"
"Taarr!"
Terdengar dua kali letupan. Bagian-bagian tubuh ular hitam yang terkutung dua
hancur bertabur di udara lalu berubah menjadi asap yang membersitkan bau busuk.
Hantu Santet Laknat menghembus dua kali. Ke-
pulan asap serta merta lenyap. Bau busuk hilang. Si nenek memandang pada Lawungu
lalu tertawa mengekeh melihat bagaimana wajah si kakek berubah tercekat.
"Lawungu, kedatanganmu ke sini untuk membalas dendam hanyalah satu kesia-siaan
belaka! Dulu aku yang mencarimu, kini kau sendiri yang sengaja datang mengantar
nyawa!" "Dukun iblis! Sudah saatnya kau harus dibasmi dari bumi Latanahsilam ini!"
teriak Lawungu marah.
Lalu dengan sebat dia melompat ke hadapan si nenek seraya dorongkan tangan
kirinya. Selarik pukulan tangan kosong yang memancarkan cahaya ungu me-
nyambar keluar dari telapak tangan si kakek.
Takut akan kedahuluan orang, nenek muka kuning
Lahkentut tidak tinggal diam. Setelah kentut lebih dulu nenek ini menyerbu dari
samping kanan. Hantu Santet Laknat kiblatkan Kapak Maut Naga
Geni 212. Cahaya putihcpanas menyilaukan menyambar ke depan, membuat Lawungu
terkejut dan buru-buru membuang diri ke samping. Dari samping dia kembali
lancarkan serangan. Kali ini dia menghantam dengan dua dorongan tangan
sekaligus! "Wusss! Wusss!"
Dua larik cahaya ungu melabrak Hantu Santet
Laknat. Dia masih berusaha mengandalkan kapak sakti untuk menangkis namun dari
arah lain nenek muka kuning memberondong dengan pukulan sakti yang
mampu menghantamkan empat bagian. "Tombak Kuning Pengantar Mayat!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 18
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Hantu Santet Laknat membentak keras. "Lihat kapak!" teriaknya. Lalu wuuttt...
wuuuttt! Suara seperti ribuan tawon mengamuk menggelegar. Cahaya panas bertabur
menyilaukan. Naga Kuning kucak-kucak matanya. "Astaga!"
seru anak ini sambil menepuk punggung Si Setan Ngompol hingga kakek ini
tersentak kaget dan terpancar air kencingnya. "Lihat! Bagaimana mungkin kapak
itu kini bisa berubah jadi empat!"
Saat itu Kapak Maut Naga Geni 2.12 memang
kelihatan berubah menjadi empat buah. Satu yang berada dalam genggaman tangan
kanan Hantu Santet Laknat sedang tida lainnya melayang-layang di udara,
menyambar ke arah dua kakek nenek yang menge-royok nenek muka gagak hitam itu!
"Hantu Santet Laknat pasti keluarkan ilmu hitam yang bisa menipu pandangan kita
dan pandangan lawan!" kata Setan Ngompol pula.
"Dukun jahat itu bukan cuma menipu pandangan orang tapi lihat! Lawungu dan nenek
muka kuning tampak kelabakan mendapat serangan empat kapak
sekaligus!"
Ketika dari sepasang mata Hantu Santet Laknat
menyembur pula dua larik sinar hitam, dua lawannya benar-benar jadi dibikin
kalang kabut. Hantu Selaksa Angin kertakkan rahang. Tak ada
jalan lain. Dia harus mengeluarkan ilmu kesaktian yang paling diandalkannya,
yang tadi sebenarnya sudah siap untuk dikeluarkan kalau tidak terganggu oleh
kedatangan Lawungu.
Didahului dengan bentakan keras Hantu Selaksa
Angin membuat lompatan setinggi pinggang. Dua
tangannya mengepal di bawah dada. Begitu tubuhnya berada di udara jari-jari
dibuka. Cahaya kuning pekat memancar dari dua tangannya. Bau setanggi terbakar
menebar menusuk penciuman. Bersamaan dengan itu udara terasa sangat dingin.
"Pukulan Salju Putih Latinggimerul" seru Hantu Santet Laknat tercekat.
Manteranya yang bisa membuat Kapak Naga Geni 212 terlihat menjadi empat serta
merta lenyap. Sekujur tubuhnya menggigil seperti ditimbun salju dingin luar
biasa. Tadi-tadi sebenarnya dia sudah merasa jerih ketika melihat si nenek muka
kuning hendak mengeluarkan ilmu kesaktian itu. Kini baru saja dia kehilangan
kekuatan manteranya dan dari samping Lawungu menggempur dengan serang-BADAI
FITNAH LATANAHSILAM 19
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
an-serangan gencar, tiba-tiba dari depan Hantu Selaksa Angin sudah lancarkan
serangan. Sepuluh kuku jari tangannya pancarkan sinar kuning ketika pergelangan
tangannya diputar maka menyemburlah sepuluh larik sinar kuning!
Untuk ke dua kalinya Hantu Santet Laknat ke-
luarkan jeritan tegang. Dia baru saja berhasil meng-elakkan dua serangan
Lawungu. Ketika pukulan Salju Putih Latinggimeru datang menyambar dia tidak
punya kesempatan lagi untuk menangkis atau mengelak.
"Muka kuning jahanam! Aku mengadu jiwa de-
nganmu!" teriak Hantu Santet Laknat. Dia melompat ke udara, maksudnya kemudian
berjungkir balik lalu menghantam dengan Kapak Maut Naga Geni 212. Tapi begitu
kakinya tidak lagi menginjak tanah, mendadak sekujur tubuhnya yang tadi diserang
hawa dingin kini seolah berubah menjadi sosok terbuat dari es, mengepulkan hawa
putih. Tangan dan kakinya seolah kaku, tak bisa digerakkan. Dari depan saat itu
juga sepuluh larik sinar kuning datang menggebubu!
Pada saat sangat menegangkan itu tiba-tiba ada derap kaki-kaki kuda mendatangi
dengan cepat. Lalu terdengar ringkikan dahsyat. Tanah bergetar keras.
"Tahan serangan!" Ada suara orang berteriak lantang disusul berkelebatnya satu
bayangan putih, menyambar tubuh Hantu Santet Laknat. Sebelumnya satu gelombang
angin dahsyat telah lebih dulu menderu berusaha membabat sepuluh larik sinar
kuning pukulan sakti Salju Putih Latinggimeru. Walau gempuran itu hanya mampu
membelokkan sedikit sepuluh larik sinar kuning namun sudah cukup memberikan satu
kesempatan bagi bayangan putih tadi untuk menyelamatkan Hantu Santet Laknat.
Ketika sepuluh larik sinar putih menghantam se-
buah pohon raksasa dan sebuah batu besar di se-
berang sana hingga pohon dan batu itu berubah menjadi putih dan mengepulkan asap
dingin laksana timbunan salju, Hantu Santet Laknat telah berada di tempat lain.
Nenek ini coba berpaling untuk melihat siapa tuan penolongnya. Terkejutlah dia
karena tak menyangka. Suaranya tercekat antara tidak percaya dan penuh haru
ketika dia berseru.
"Kau...!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 20
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 4
SEMUA mata memandang ke depan. Semua
orang merasa heran dalam keterkejutan. "Pendekar212 Kencing Kuda!" berteriak
nenek muka kuning Hantu Selaksa Kentut. Dalam bahasa Latanahsilam sableng
artinya kencing kuda. Itu sebabnya dalam marahnya si nenek memanggil Wiro dengan
Kencing Kuda. "Kau menolong mahluk jahat terkutuk yang hendak membunuh kami,
bahkan menjadi pencuri kapak saktimu!"
Sepuluh tombak di depan sana Wiro tampak ber-
diri masih memegang sosok setengah kaku Hantu
Santet Laknat yang barusan di selamatknnnya pada bagian pinggang. Tak jauh dari
tempat dia berdiri kelihatan sosok kuda raksasa hitam berkaki enam bertanduk dua
dan memiliki sepasang mata berwarna ncrah. Di punggung binatang bernama
Lnekakienam nl tergantung dua sosok, masing-masing berada dalam jala atau jaring
berwarna biru. Sosok pertama dalah Hantu Kaki Batu alias Lakasipo. Tubuhnya
ponuh luka bakar dan saat itu dia dalam keadaan setengah sadar setengah pingsan.
Orang kedua adalah Luhsahtini, istri Hantu Bara Kaliatus. Ke dua orang Ini
seperti diceritakan dalam Episode sebelumnya (Hantu Santet Laknat) telah
terjebak ke dalam jaring
"Api Iblis Penjaring Roh" yang ditebar oleh Hantu Bara Kaliatus. Untung saja
kakek sakti Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir turun tangan menolong, hingga
jaring yang semula terbuat dari larikan-larikan api ganas berwarna biru itu bisa
dirubah menjadi seperti tali-tali biasa.
"Edan gila!" Setan Ngompol ikut memaki. "Anak geblek itu mengapa dia berbuat
begitu" Menyelamatkan Hantu Santet Laknat!"
"Jangan-jangan dia sudah kawin dengan dukun muka gagak hitam itu!" kata Naga
Kuning pula. "Berarti dia sudah diguna-guna! Celaka! Tolol betul! Aku saja yang tua bangka
begini akan berpikir seribu kali mau kawin dengan nenek jahat itu!" ucap Si
Setan Ngompol. Di depan sana perlahan-lahan Wiro turunkan so-
sok Hantu Santet Laknat ke tanah. Begitu menginjak tanah si nenek berbisik. "Aku
berterima kasih, kau BADAI FITNAH LATANAHSILAM 21
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
telah menyelamatkan diriku. Sangat bahagia rasanya diselamatkan oleh orang yang
kucintai!" Saat si nenek sudah bisa gerakkan tubuhnya yang tadinya kaku akibat
serangan Hantu Selaksa Kentut.
"Jangan bicara tidak karuan! Menghindar dari tempat ini, tapi awas! Jangan kau
berani pergi sebelum kau mengembalikan kapak saktiku!"
"Cinta memang membuat aku jadi tidak karuan.
Akan kubuktikan kalau aku memang mencintaimu
wahai pemuda dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang. Sebenarnya sejak aku
jatuh hati padamu di dalam rimba belantara Lasesatbuntu \\u aku tidak ingin
melanjutkan semua niat jahat padamu. Kapak ini kubawa hanya sekedar untuk merasa
dekat denganmu...."
Mau tak mau tengkuk Pendekar 212 jadi merinding mendengar ucapan si nenek.
Selagi dia terkesiap heran, Hantu Santet Laknat ulurkan tangan kanannya.
"Ini, aku kembalikan senjata milikmu. Kau pasti mem-butuhkan menghadapi orang-
orang itu!"
Habis berkata begitu nenek muka burung gagak ini serahkan Kapak Mau Naga Geni
212 pada Wiro. Tapi sebelum Pendekar 212 sempat mengambilnya tiba-tiba Hantu
Selaksa Kentut dan kakek berjubah ungu Lawungu sudah lebih dulu melompat sambil
dorongkan tangan masing-masing. Sinar ungu dan sinar kuning bergabung melanda
murid Sinto Gendeng.
"Kalian mengapa menyerangku!" teriak Pendekar 212 yang jadi sempoyongan dilabrak
dua gempuran angin dahsyat. Sebelum tubuhnya disapu roboh Wiro cepat melompat
setinggi satu tombak lalu sekaligus pukulkan dua tangannya ke bawah untuk
menangkis hantaman dua kakek nenek berkepandaian tinggi itu.
"Bummm!"
"Buuum!"
Dua letusan keras menggoncang seanterotempat
Tubuh Wiro mencelat sampai tiga tombak. Dadanya mendenyut sakit akibat bentrokan
pukulan-pukulan sakti mengandung tenaga dalam tinggi itu. Di depan sana walau
sosok mereka terhuyung-huyung dan hampir jatuh terduduk di tanah namun Lawungu
dan Hantu Selaksa Kentut cepat kendalikan diri lalu kembali hendak menyerbu.
Sekali ini gerakan mereka tertahan karena mendadak Hantu Santet Laknat
berkelebat menyongsong sambil sapukan Kapak Maut Naga Geni 212 ke depan sedang
dari ke dua matanya dia sem-BADAI FITNAH LATANAHSILAM 22
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
burkan dua larik sinar hitam.
"Jahanam! Dukun jahat ini ternyata memang telah berserikat dengan pemuda itu!"
teriak si nenek muka kuning. Baik dia maupun Lawungu mau tak mau sesaat terpaksa
bersurut mundur menghindari serangan ganas Hantu Santet Laknat.
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kekasihku Wiro Sableng!" tiba-tibafWiro mendengar suara mengiang di telinga
kirinya. Suara Hantu Santet Laknat! Si nenek sengaja bicara dengan ilmu yang
disebut Menyadap Suara Batin hingga orang lain yang tidak dituju tidak dapat
mendengar." Keadaan tidak menguntungkan bagi kita berdua. Lekas ikuti aku...."
"Tunggu! Kembalikan dulu kapak itu!" seru Wiro.
Tapi saat itu Lawungu dan Hantu Selaksa Angin sudah berada di hadapannya. Siap
untuk menyerang kembali.
Melihat hal ini Hantu Santet Laknat segera tinggalkan tempat itu. Wiro kembali
mendengar suara mengiang di salah satu telinganya. "Kekasihku, aku tunggu kau di
Tebing Batu Terjal di sebelah selatan Bukit Batu Kawin."
Belum sempat mengejar Hantu Santet Laknat
telah lenyap sementara itu Lawungu dan Hantu Santet Laknat telah berada di
hadapannya. "Tahan, jangan menyerang! Biaraku menjelaskan lebih dulu!" Wiro berseru begitu
dilihatnya dua orang di depannya kembali hendak menggebrak.
"Perlu apa penjelasan! Kami hanya melihat kenyataan! Kau menolong musuh besarku
berarti kau adalah musuh besarku juga!" Membentak kakek bernama Lawungu.
"Kau berserikat dengan nenek jahat itu. Aku tidak suka walau kau telah menolong
penyakit kentutku!'
ikut berkata Luhkentut, si nenek muka kuning.
"Wiro, mengapa kau lakukan itu" Mengapa kau menolong Hantu Santet Laknat! Kau
tahu dia yang mencelakai saudara angkat kita Lakasipo hingga dua kakinya berubah
jadi batu! Dia juga mencuri kapak saktimu!" Naga Kuning ikut bicara.
"Mohon maaf kalian semua, bukan maksudku
menolong nenek jahat itu. Aku tidak pula berserikat dengannya...."
"Aku melihat kau dan dia seperti bicara berbisik-bisik. Aku yakin antara kau dan
Hantu Santet Laknat ada jalinan hubungan tertentu! Jangan-jangan kau sudah jadi
gendaknya! Hik... hik... hik!"
"Butt! Prett!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 23
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Muka Pendekar 212 tampak kemerahan mende-
ngar kata-kata Hantu Selaksa Kentut itu.
"Kalian semua dengar," kata Pendekar 212. "Aku tidak ingin nenek satu itu celaka
sebelum dia bisa menolong dua orang yang berada dalam jerat jala aneh itu!" Wiro
lalu menunjuk pada sosok Luhsantini dan Lakasipo yang berada di dalam jala,
tergantung di punggung kuda raksasa hitam berkaki enam. "Menurut Luhsantini
Hantu Bara Kaliatus yang telah mencelakai mereka hingga terjebak dalam jala.
Hantu Santet Laknat adalah guru Hantu Bara Kaliatus, jadi pasti dia mampu
membobol jaring menolong melepaskan Luhsantini dan Lakasipo!"
Dari dalam jala tempat dia terkurung Luhsantini membuka mulut. "Apa yang
dikatakan kerabat Wiro memang benar. Hanya Hantu Santet Laknat yang bisa
membebaskan diriku dan Lakasipo dari dalam jala ini karena dia yang punya ilmu
kesaktian bernama Api Iblis Penjaring Roh!"
Lawungu terdiam. Sesaat dia melirik pada sosok
Lakasipo yang saat itu masih berada dalam keadaan antara sadar dan tiada. Dia
ingat kepada lelaki itulah sebelumnya dia telah menyerahkan sendok sakti terbuat
dari emas untuk diserahkan pada Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir. Lain
halnya dengan si nenek muka kuning. Dia segera menyemprot.
" Kalau cuma alasan hendak menolong dua kawanmu yang terjebak dalam jaring itu,
akupun bisa menjebol jala. Mengapa mau-mauan melibatkan diri dengan Hantu Santet
Laknat segala"!"
"Kau bicara hebat! Tapi apakah kau bersedia menolong mereka" Luhsantini,
perempuan dalam jala itu menerangkan dia pernah minta tolong padamu!
Tapi kau tidak perduli! Sekarang kau bicara sombong!"
Wiro bicara keras karena penasaran mendengar kata-kata Hantu Selaksa Kentut
tadi. "Luhsantini, katakan apa nenek muka tahi ini pernah mau menolong
menyelamatkan dirimu dari dalam jala"!" Saking marahnya Wiro sampai menyebut si
nenek muka kuning dengan muka tahi! Membuat Hantu Selaksa Angin menggeram marah
dan komat kamit menggrendeng.
"Aku memang pernah minta tolong! Tapi dia tidak perduli! Sekarang bicara agulkan
diri! Tua bangka munafik!" Luhsantini berteriak dari dalam jala sementara
Lakasipo mulai mendengar semua pembicaraan yang berlangsung keras itu dan
perlahan-lahan buka BADAI FITNAH LATANAHSILAM 24
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
sepasang matanya.
Lawungu rangkapkan dua tangan dimuka dada.
Dengan senyum mengejek dia berkata. "Kau ingin menolong dua orang dalam jaring
itu. Tapi kau sengaja membiarkan si nenek yang katamu bisa menolong itu lolos
begitu saja! Siapa percaya ucapanmu! Kau melindungi dirimu dengan pura-pura
berbuat baik hendak menolong dua orang dalam jala. Tapi pada saat
nenek berkelebat pergi kau tidak berbuat apa-apa nenek tidak mencuri kapakmu!
Tapi kau sengaja menyerahkan senjata sakti itu padanya. Untuk apa" Sebagai emas
kawin"! Ha... ha... ha... ha!"
"Hik... hik... hik!" Nenek muka kuning ikut tertawa lalu butt... prett dia
pancarkan kentutnya!
"Kalau kalian berdua tidak menyerangku, aku pasti sudah membuat perhitungan
dengan nenek itu!
Apa kalian kira aku mau saja menyerahkan kapak saktiku begitu saja padanya"!
Jangan menuduh aku telah berbuat yang bukan-bukan dengan nenek itu.
Kalau aku memang kawin dengan Hantu Santet Laknat, apa kau merasa cemburu"!
Jangan-jangan kau sudah sejak lama menaruh hati padanya!" Wiro membalas ucapan
Lawungu dengan kata-kata yang tidak kalah menyakitkan hati.
Lawungu si kakek berjubah ungu kelihatan merah
padam wajahnya yang keriput. Tubuhnya sesaat bergetar. Ketika dia hendak
melangkah menghampiri Pendekar 212 Wiro Sableng tiba-tiba satu suara bergema
lantang di tempat itu, disusul dengan berkelebatnya tatu bayangan putih.
"Mari kita bicara tentang kenyataan! Jangankan kapakmu, nyawamupun pasti kau
berikan pada Hantu Santet Laknat! Bukankah kalian berdua telah saling
bercinta"!"
Semua orang yang ada di tempat itu termasuk Wiro palingkan kepala. Mereka sama-
sama tersentak kaget melihat siapa yang muncul dan barusan bicara itu.
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 25
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 5
YANG muncul ternyata adalah seorang tua ber
jubah putih berbadan tinggi besar. Penampilan
nya luar biasa angker karena dia memiliki otak
yang terletak di luar kepalanya, menyembul demikian rupa. Karena otak ini
terbungkus sejenis selubung keras bening maka setiap gerak denyut otak itu
kelihatan dengan jelas.
Naga Kuning dan Setan Ngompol ternganga heran
melihat keadaan kepala si orang tua.
"Seumur hidup baru kali ini aku melihat ada manusia yang otaknya bertengger di
luar kepala! Apakat dia manusia sungguhan atau bangsa jejadian?" berkata Setan
Ngompol pada Naga Kuning yang berada di sebelahnya.
"Kakinya menjejak tanah, berarti dia manusia seperti kita juga," menjawab Naga
Kuning. "Yang aku ingin tahu jangan-jangan dia memiliki biji yang berada di luar
kantong menyannya...."
"Bocah konyol!" menukas Setan Ngompol. "Jangan kau bicara sembarangan. Aku punya
firasat makhluk satu ini bukan orang sembarangan. Aku
khawatir kemunculannya membuat suasana tambah
kisruh...."
Wiro memperhatikan dengan tak berkesip. Hantu
Selaksa Kentut kerenyitkan kening. Hanya Lawungu yang tampak tenang. Kakek
berjubah ungu ini memecahkan kesunyian ketika dia berucap menyambut kemunculan
kakek jubah putih.
"Sahabatku Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!
Kemunculanmu yang tidakterduga ini sungguh sangat menggembirakan hatiku! Apa
lagi saat ini aku memang tengah menghadapi satu urusan yang tidak menye-
nangkan!" "Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!" Beberapa mulut mengulang sebut nama kakek
berjubah putih yang otaknya terletak di luar batok kepala itu.
Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol jadi gem-
bira begitu mengetahui siapa adanya orang tua berjubah putih itu. Selama ini
mereka berusaha mencarinya untuk dimintai pertolongan tapi tak kunjung BADAI
FITNAH LATANAHSILAM 26
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
berhasil. "Dicari-cari tidak bertemu. Sekarang malah datang sendiri! Kek, dia adalah orang
yang bisa kita tanyai bagaimana caranya agar dapat kembali ke tanah Jawa!" Habis
berkata begitu Naga Kuning hendak bergerak mendekati orang tua berjubah putih.
Tapi Setan Ngompol cepat memegang lengannya seraya
berbisik. "Jangan kesusu. Jangan bertindak sembarangan!
Melihat raut wajah orang tua itu aku punya dugaan dia datang membawa urusan
tidak enak."
Walau merengut tapi Naga Kuning ikuti juga ucap-an Si Setan Ngompol. Saat itu
Wiro sendiri juga merasa gembira. Selama ini dia menganggap orang tua bernama
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab itu adalah satu-satunya tempat bertanya
bagaimana caranya dia dan teman-teman bisa kembali ke tanah Jawa. Namun seperti
yang terasa oleh Setan Ngompol, Wiro juga merasa ada sesuatu yang tidak enak
dalam kemunculan orang tua itu.
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab layangkan pan-
dangan dingin pada semua orang yang ada di tempat itu. Beberapa saat dia
memperhatikan Pendekar 212
Wiro Sableng lalu setelah melirik ke arah Lakasipo dan Luhsantini yang berada di
dalam jala di punggung kuda, orang tua ini berkata pada kakek berjubah ungu di
samping kirinya.
"Sahabatku Lawungu, untuk sementara izinkan aku mengambil alih semua persoalan
di tempat ini!"
"Wahai Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab, jika tidak ada urusan penting dan besar
serta gawat tentu kau tidak akan berkata seperti itu. Aku bisa mengalah.
Silahkan kau menyelesaikan urusan lebih dulu. Tapi kalau aku boleh tahu, urusan
apa dan dengan siapa?"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tidak menjawab
pertanyaan Lawungu, melainkan memandang tajam
pada Wiro Sableng, membuat murid Sinto Gendeng
ini jadi berdebar.
"Orang yang otaknya di luar kepala ini punya mata yang bisa memandang seperti
menembus jantungku..." kata Wiro sambil garuk kepala. "Banyak hal yang ingin
kutanyakan padanya pada pertemuan ini. Tapi dari caranya memandang seperti dia
punya kemarahan dendam kesumat terhadapku. Aku harus hati-hati."
Maka diam-diam pendekar kita segera kerahkan tenaga dalam ke tangannya kiri
kanan. BADAI FITNAH LATANAHSILAM 27
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tiba-tiba sung-
gingkan seringai. Tangan kanannya diangkat lalu jari telunjuknya ditudingkan
tepat-tepat ke arah Wiro.
"Kau!" Suara Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab menggeledek hingga membuat Setan
Ngompol tersentak kaget dan terkencing. "Kau orang dari negeri seribu dua ratus
tahun mendatang yang bernama Wiro Sableng"!"
Wiro garuk kepalanya lalu mengangguk.
"Apakah kau sudah mengerahkan seluruh tenaga dalammu ke tangan kiri kanan"!"
Murid Sinto Gendeng terkejut. "Dia memiliki kemampuan luar biasa! Dia tahu aku
mengerahkan tenaga dalam!" Membatin Wiro.
"Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan
padamu. Apapun jawabmu, setelah itu rohmu akan kupindahkan ke tempat lain.
Tergantung antara langit dan bumi!"
Naga Kuning dan Setan Ngompol jadi terkejut
Wiro sendiri ternganga sambil menggaruk kepala.
"Kabarnya Hantu Sejuta Tanya satu makhluk arif bijaksana berpengetahuan luas.
Tapi mengapa sikapnya begini angkuh?" membatin Wiro. Lalu dia bertanya.
"Kau mau memindahkan rohku. Maksudmu, kau hendak membunuhku atau bagaimana?"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tidak menjawab.
Malah dia mulai dengan pertanyaannya.
"Pertanyaan pertama! Kau orangnya yang mencuri sebatang tongkat terbuat dari
batu. Bernama Tongkat Bahagia Biru
Tentu saja murid Eyang Sinto Gendeng jadi kaget mendengar tuduhan itu. Dia
segera gelengkan kepala.
Ketika dia hendak membuka mulut Hantu Sejuta Tanya te|uta Jawab langsung
menghardik. Raut muka dan pandangan matanya menyeramkan. Otak di atas kepalanya
tampak mendenyut cepat.
"Kau mulai dengan dusta pertama!"
Wiro melengak melihat kemarahan si orang tua.
Setan Ngompol terkencing. Nenek muka kuning ge-
leng-gelengkan kepala. Dia keluarkan suara perlahan.
"Tidak sangka pemuda itu seorang pencuri tengik rupanya...."
"Siapa berdusta! Aku memang tidak pernah mencuri tongkat itu!" Pendekar 212
menjawab dengan suara lantang tak kalah kerasnya hingga Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab ganti terkesiap.
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 28
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Dia memiliki tenaga dalam tinggi. Bentakannya tadi sempat membuat jantungku
berdebar tegang!"
membatin Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Lalu dia berkata.
"Pencuri biasanya memang dilahirkan dengan membekal segala kedustaan!"
Naga Kuning yang tahu betul kisah tongkat batu
biru itu ikut merasa geram mendengar ucapan-ucapan kakek berjubah putih itu.
Tanpa dapat dicegah Setan Ngompol dia berkata.
"Orang tua yang otaknya mumbul di kepala! Kau pandai menuduh, apa kau punya
bukti kalau sahabatku itu memang telah mencuri tongkat yang kau maksud"!"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab palingkan ke-
pala dan pelototkan matanya pada Naga Kuning. Si bocah walau hatinya jadi kebat-
kebit tapi balas be snrkan mata menantang tatapan orang.
"Anak berambut kaku! Kau berani bicara! Jangan mengira aku kagum akan
keberanianmu! Sekali lagi kau bertingkah membuka mulut, kucabut lidahmu!"
"Begitu..."!" Naga Kuning tidak perdulikan an caman Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab. "Kau mau cabut lidahku"! Silahkan!" Lalu bocah itu julurkan lidahnya
panjang-panjang.
Meledaklah amarah Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab. Didahului suara menggeram orang tua ini gerakkan tangan kanannya. Saat
itu jaraknya dengan Naga Kuning masih terpisah sekitar tujuh tombak.
Tapi anehnya, tangannya seolah tali yang bisa diulur berubah panjang, menyambar
ke arah kepala Naga Kuning.
"Tahan!" Wiro berseru. Dia cepat melompat. "Biar Aku memberi keterangan!" Lalu
dengan cepat Wiro pergunakan dua tangannya mencekal lengan Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Orang tua ini menyeringai.
Dia tidak berusaha menarik tangannya dan Wiro terus memegangnya.
"Aku izinkan kau bicara memberi keterangan!"
"Seorang sahabat bernama Luhjolita menemukan tongkat itu di dekat mayat seorang
berjuluk Tongkat Biru Pengukur Bumi. Tongkat itu kemudian diserahkannya padaku.
Karena aku tidak tahu siapa pemiliknya, tongkat kusimpan sampai kolak aku tahu
siapa yang empunya dan menyerahkannya padanya. Kemudian muncul dua orang gadis
kembar mengaku BADAI FITNAH LATANAHSILAM 29
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
berjuluk Sepasang Gadis Bahagia, satu bernama Luh-Kamboja, satu lagi Luhkenanga.
Mereka merampas tongkat batu biru itu dari tanganku lalu kabur melarikan
diri..." (Untuk jelasnya peristiwa di atas harap baca episode sebelumnya
berjudul "Hantu Santet Laknat")
"Dusta kedua!" bentak Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Entah kapan tangannya
digerakkan tahu-tahu sosok Wiro yang masih memegangi lengan orang itu melintir
keras dan bukk! Wiro terbanting ke bawah! Untuk beberapa lamanya Pendekar 212
terkapar di tanah. Kepalanya terasa pening. Punggungnya sakit bukan kepalang.
Sesaat rasa sakitnya berkurang pemuda ini segera melompat dan wuutt! Tahu-tahu
dia sudah tegak di hadapan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Selama ini aku mendengar Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab merupakan satu tokoh
besar yang jadi panutan semua orang-orang gagah di Negeri Latanahsilam ini!
Kabarnya kau merupakan gudang tempat bertanya karena kemampuanmu menyirap banyak
perkara, menjawab pertanyaan yang orang lain tidak mungkin bisa melakukannya!
Menolong orang yang kesulitan. Penunjuk penerang mereka yang berada dalam
kegelapan! Tapi ternyata kau seorang yang tidak tahu apa-apa. Kau menodai nama
besarmu dengan melancarkan tuduhan-tuduhan tidak beralasan! Dan yang lebih buruk, barusan kau
menjatuhkan tangan kasar terhadapku! Apakah begitu sifat dan perbuatan seorang
tokoh besar sepertimu"!"
Belum sempat Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab
menjawab ucapan Wiro, Naga Kuning telah lebih dulu bersuara. "Dia mungkin Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab palsu! Hantu yang asli pasti tidak sejahat seperti
dia!" "Wuuttt!"
Tangan kanan kakek berjubah putih itu tiba-tiba menyambar panjang ke depan.
Setan Ngompol berseru kagot dan terkencing. Wiro tertegak tegang. Saat itu
tangan kanan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab telah mencekeram leher Naga Kuning
lalu mencekiknya.
"Hueekkk!"
Cekikan yang keras membuat lidah anak itu ter-
julur panjang keluar.
"Wuuuttt!"
Kini tangan kiri Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang melesat ke depan, ke arah
mulut Naga Kuning.
Jelas sudah seperti ancamannya tadi orang tua ini BADAI FITNAH LATANAHSILAM 30
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
hendak mencabut lidah anak itu!"
Sesaat lagi jari-jari tangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab hendak menyambar
lidah Naga Kuning tiba-tiba si bocah geliatkan badannya. Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab mendadak merasakan leher anak itu licin sekali hingga pegangannya
Medali Wasiat 14 Kuda Putih Karya Okt Iblis Pemburu Wanita 2
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Mempersembahkan :
Wiro Sableng Episode ke 114 :
BADAI FITNAH LATANAHSILAM
Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi)
Dan Huybee mailto:22111122@yahoo.com
Ebook by Kang Zusi & Aby Elziefa
1 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"AKU KHAWATIR KAU AKAN KESALAHAN
MENJATUHKAN TANGAN," KATA PENDEKAR 212.
HANTU SEJUTA TANYA SEJUTA JAWAB
MENYERINGAI. "SAAT INI AKU JUSTRU TENGAH
MEMIKIRKAN CARA MATI BAGAIMANA PALING
ENAK BAGIMU! PERBUATAN KEJIMU TERHADAP
DUA CUCUKU HARUS BENAR-BENAR MENDAPAT
BALASAN SETIMPAL!"
"AKU TIDAK MEMPERKOSA LUHKEMBOJA DAN
LUHKINANGA. JUGA TIDAK MENGANIAYANYA!
ADA ORANG YANG MEMFITNAH!"
"KAU BOLEH MENCARI SERIBU AKAL SERIBU
UPAYA JANGAN HARAP AKU BISA PERCAYA!"
"KAU HARUS TAHU DUA CUCUMU ITU
MEMPUNYAI KELAINAN MUNGKIN
PERBUATANNYA MENGGAGAHI ANAK GADIS
ORANG TELAH MENIMBULKAN DENDAM
KESUMAT DIMANA-MANA. LANTAS ADA ORANG
YANG MEMBALASKAN SAKIT HATI "
"KAU MENUDUH ORANG MELAKUKAN FITNAH!
PADAHAL KAU SENDIRI SAAT INI TENGAH
MELANCARKAN FITNAH !" TERIAK HANTU
SEJUTA TANYA SEJUTA JAWAB. DALAM
MARAHNYA KAKEK INI MELOMPAT DARI BATU
BESAR. KAKI KIRINYA MENENDANG. YANG
DIHANTAM BAGIAN DADA MURID SINTO
GENDENG. BADAI FITNAH LATANAHSILAM 2
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 1
SOSOK berjubah hitam Hantu Santet Laknat serta merta berhenti melangkah dan
berbalik begitu ada suara menegur di belakangnya.
"Dari pada jauh-jauh dan susah-susah pergi ke Gunung Latinggimeru untuk membuang
kapak itu, lebih baik serahkan saja padaku!"
Lalu menyusul suara lain berucap. "Pemiliknya dicintai tapi barangnya mau
dibuang! Hik... hik... hik!
Lucu juga nenek peot satu ini!"
Dua mata Hantu Santet Laknat yang tak memiliki
alis, menyembul berputar. Di hadapannya berdiri seorang nenek bermuka kuning,
seorang kakek yang daun telinga sebelah kanannya terbalik aneh dan badannya
menebar bau pesing, lalu seorang bocah berambut kaku tegaj, berpakaian serba
hitam. "Mereka mampu mengikutiku tanpamengeluarkan suara.
Mereka pasti memilikil kepandaian tinggi.
Tapi si Muka kuning ini agaknya harus aku awasi..."
membatin Hantu Santet Laknat.
Setelah pandangi ke tiga orang itu sesaat Hantu Santet Laknat lantas berkata.
"Sebelumnya kalian bertiga kulihat di pinggir rimba Lasesatbuntu. Tahu-tahu
berada disini. Sikap kalian seperti mau menghadang!
Apu maksud ucapan-ucapan kalian tadi" Aku juga
mendengar barusan ada yang menghinaku dengan
kata ka ta nenek peot!"
Kakek yang kuping kanannya terbalik dan bukan
lain adalah Si Setan Ngompol melangkah mendekati Hantu Santet Laknat. Si nenek
segera membentak.
"Tua bangka bau pesing! Cukup sampai di situ!
Jangan berani mendekat! Satu langkah lagi kau berani maju, kubuat terpisah
kepala dengan tubuhmu!" Sebenarnya Hantu Santet Laknat bukan saja jijik terhadap
Setan Ngompol yang celananya sebelah bawah basah kuyup oleh air kencing, tapi
seperti yang diberitahu oleh gurunya - sang Junjungan - segala air kencing
makhluk hidup merupakan pantangan besar yang bisa mencelakai dirinya.
Setan Ngompol tersentak kaget dan keluarkan
kencing mendengar bentakan Hantu Santet Laknat.
Apa lagi dilihatnya kapak sakti bermata dua di tangan BADAI FITNAH LATANAHSILAM
3 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
kanan si nenek diangkat tinggi-tinggi, siap untuk dibabatkan ke lehernya!
"Kapak yang kau pegang itu," Naga Kuning berkata seraya menunjuk pada Kapak Maut
Naga Geni 212 yang dipegang si nenek, "adalah senjata milik sahabat kami Wiro Sableng!
Bagaimana bisa berada cll tanganmu"!"
Hantu Santet Laknat menyeringai. "Apakah aku merasa layak menjawab pertanyaan
makhluk-makhluk tak berguna macam kalian"!" Setelah keluarkan suara mendengus si
nenek meludah ke tanah. Ludahnya
masih bercampur darah akibat luka dalam yang dideritanya sehabis bertempur
melawan Wiro (baca Episode sebelumnya berjudul Hantu Santet Laknat)
Si nenek muka kuning bernama Hantu Selaksa
Angin alias Selaksa Kentut mendongak ke langit lalu tertawa panjang. Dia
songgengkan pantatnya dan but...
pret dia keluarkan kentut. "Hidup puluhan tahun, malang melintang di delapan
penjuru angin Negeri Latanahsilam, baru hari ini aku melihat seorang tua bangka
buruk bermuka setengah manusia setengah
binatang bicara keliwat sombong dan menghina! Kita bertiga katanya makhluk-
makhluk tidak berguna! Hik...
hik hik! Berkaca dulu di pantatku! Agar tahu bagaimana tampangmu! Hik... hik...
hik!" Hantu Santet Laknat mendengus keras. Matanya
Berapi-api memandang ke arah nenek muka kuning.
Saat Itu terdengar Setan Ngompol berucap.
"Nenek muka burung gagak ini pasti telah mencuri kapak sakti itu dari tangan
Wiro! Mungkin juga Wiro telah dicelakainya!"
"Persetan dengan kalian semua! Menyingkirlah!
Jangan berani menghadang! Apa lagi meminta kapak Ini!
Hantu Selaksa Kentut alias Selaksa Angin batuk-batuk beberapa kali lalu butt...
pret! Dia keluarkan angin dari bagian bawah tubuhnya.
"Jahanam muka kuning! Dari tadi kau bertingkah
kurang ajar! Beraninya kau kentut di ha-
dapanku!" Bentak Hantu Santet Laknat.
"Memangnya ada aturan aku harus kentut dimana,
Kapan dan dihadapan siapa"!" tukas Hantu Selaksa Kentut dan tertawa cekikikan.
Lalu kembali dia songgengkan pantatnya tapi sekali ini kentutnya tak bisa
keluar! "Sialan!" maki si nenek muka kuning sambil BADAI FITNAH LATANAHSILAM 4
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
tepuk-tepuk pantatnya sendiri tapil dengan senyum-senyum!
Naga Kuning kemudian menimpali.
Masih mending nenek sahabatku ini cuma mem-
buang kentut! Untung tadi dia tidak membuang kotoran di mukamu!" kata Naga
Kuning pula membuat si nenek muka kuning tertawa cekikikan sementara tampang
Hantu Santet Laknat yang menyerupai gagak hitam nampak menggembung tanda marah.
Setelah mendehem panjang Hantu Selaksa Kentut
usap-usap dua tangannya satu sama lain lalu berkata.
"Wahai! Seperti kataku tadi. Jika kau memang tidak suka menyerahkan kapak itu
pada dua orang ini, lalu dari pada kau bersusah payah membuangnya jauh-jauh ke
Gunung Latinggimeru baiknya diberikan padaku!"
Hantu Santet Laknat kembali hendak mendam-
prat. Tapi mendadak dia ingat sesuatu. "Makhluk muka kuning, kau kelihatannya
sangat menginginkan senjata ini. Aku tidak keberatan menyerahkan padamu.
Tapi aku tidak akan memberikan begitu saja! Aku butuh imbalan!"
"Butt... pret!"
Hantu Selaksa Kentut semburkan kentutnya men-
dengar ucapan Hantu Santet Laknat itu. Jengkel dan tersinggung karena merasa
dihina dipermainkan Hantu Santet Laknat membalas dengan meludah ke tanah lalu
membentak. "Angin busuk apa yang mendekam dalam perutmu hingga setiap saat kau
selalu mengeluarkan kentut tak karuan begitu rupa! Makanan beracun apa yang kau
telan" Atau kutuk apa yang jatuh atas dirimu"!"
Si nenek muka kuning pencongkan mulutnya lalu
menjawab. "Kita di sini tidak membicarakan angin atau kentutku atau apapun yang
aku makan! Kita membicarakan kapak sakti yang kau curi itu! Kau mau
menyerahkannya padaku atau bagaimana...?"
Hantu Santet Laknat meludah lagi ke tanah. "Aku menyirap kabar, sebuah sendok
terbuat dari emas ada padamu. Kau rampas dari tangan Hantu Kaki Batu!
Jika kau mau memberikan sendok itu padaku, kapak bermata dua ini akan menjadi
milikmu!" Hantu Selaksa Kentut menyeringai. Setelah kentut dulu but... pret, baru dia
menjawab. "Aku setuju! Kapak Itu kau serahkan dulu padaku. Sendok akan kuberikan
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 5
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
padamu kemudian!"
"Mana bisa begitu...!" tukas Hantu Santet Laknat.
"Berikan sendok emas itu padaku, baru aku akan menyerahkan kapak ini padamu!"
" Sendok emas itu tidak ada sangkut paut langsung Denganmu. Kapak yang kau curi
itu ada sangkut
Paut dengan dua kerabatku Ini! Kau mau memberikan atau tidak"!''
"Wahai! Jika kau keliwat memaksa mengapa tidak"
Kau boleh ambil kapak ini! Nanti sendok emas itu akan Kuambil dari sosokmu yang
sudah jadi bangkai!"
Habis berkata begitu Hantu Santet Laknat yang
sudah hilang kesabarannya lalu membabatkan Kapak Maut Geni 212 kearah nenek muka
kuning. Cahaya putih menyilaukan berkiblat. Suara seperti ribuan tawon mengamuk menusuk telinga
dan hawa sangat
panas menghampar seolah memanggang tubuh. Ka-
rena serangan itu dilancarkan pada nenek muka kuning maka sambaran angin panas
dan cahaya menyilaukan dengan sendirinya menghantam ke arahnya.Mata kapak
membabat panas menyambar batang lehernya!
Kejut si nenek muka kuning bukan alang kepalang.
Belum pernah dia melihat senjata sedahsyat itu.
"Tua bangka jahanam! Kau berani menyerang mencari perkara! Jangan kira aku takut
padamu!" "But.... Pret!"
Sosok kuning Hantu Selaksa Kentut berkelebat ke atas. Gerakannya laksana kilat.
Saking cepatnya tubuhnya seolah berubah menjadi bayangan kuning. Begitu sambaran
maut Kapak Naga Geni 212 lewat di bawahnya Hantu Selaksa Kentut kebutkan lengan
baju kuningnya.
"Tombak Kuning Pengantar Mayafl." teriak Hantu Selaksa Kentut menyebut nama
serangan pukulan
saktinya. Lalu butt... pret!
Serangkum angin berwarna kuning dengan ganas
menderu ke arah tangan kanan Hantu Santet Laknat.
Si nenek muka burung gagak hitam ini berseru kaget ketika lengan kanannya
mendadak bergetar hebat.
Seolah ada satu benda tajam seperti tombak yang tak kelihatan menusuk
pergelangan tangannya. Rasa sakit luar biasa yang dideritanya membuat dia
terpaksa lepaskan pegangan pada gagang kapak. Senjata ini dilemparkannya ke
udara lalu cepat disambar kembali dengan tangan kiri. Begitu gagang kapak berada
dalam genggaman tangan kiri Hantu Santet Laknat keluarkan BADAI FITNAH
LATANAHSILAM 6 BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
satu pekik menggeledek. Sosok hitamnya berkelebat lalu kelihatan cahaya putih
perak menyilaukan ber-buntal-buntal di udara. Suara deru tawon mengamuk dan
sambaran-sambaran sinar panas menggebu. Dalam waktu singkat sosok Hantu Selaksa
Kentut lenyap dibungkus serangan Kapak Maut Naga Geni 212. Yang terdengar hanya
kentut si nenek bat-butbat-butprat-pret!
Dibungkus serangan yang menebar hawa panas
namun si nenek Hantu Selaksa Kentut malah keluarkan keringat dingin. Seumur
hidup baru sekali itu dia menghadapi serangan demikian cepat dan ganasnya.
Dua tangannya kiri kanan bergerak cepat lepaskan pukulan-pukulan Tombak Kuning
Pengantar Mayat.
Dalam sekali gebrakan saja masing-masing tangan lepaskan tiga rangkum sinar
kuning. "Breett!"
Salah satu serangan Hantu Selaksa Kentut me-
robek jubah si nenek berwajah gagak hitam di bagian bahu. Jubahnya kepuikan asap
dan bolong besar sementara daging bahunya sakit seperti ditempel besi panas!
Dalam keadaan menderita sakit begitu rupa, sec;ara luar biasa Hantu Santet
Laknat masih mampu selamatkan diri dari hantaman lima sinar kuning lainnya
dongan cara menamengi dirinya dengan memutar Kapak Maut Naga Geni 212. Dua kali
sinar kuning berbenturan dengan kiblatan cahaya putih perak. Dua kalipula
terdengar letusan menggeledek yang membuat tanah bergetar dan dua orang yang
sedang baku hantam Itu tegak terhuyung huyung dengan dada berdenyut. Walau
dirinya selamat tapi diam-diam Hantu Santet Laknat merasa bergeming juga
nyalinya. Dilain pihak Hantu Selaksa Angin diam-diam merasa kagum melihat kehebatan kapak
sakti bermata dua di tangan lawan, lapi dia tidak mau perlihatkan sikap jerih.
"But... pret!"
Hantu Selaksa Angin tertawa mengokoh. "Kau masih belum mau menyerahkan kapak
sakti itu padaku?"
"Kau hanya mampu menggertak! Tapi tak sanggup merampas kapak ini dari tanganku!"
ejek Hantu Santet Laknat lalu meludah ke tanah. "Aku memberi kau kesempatan tiga
jurus lagi! Jika dalam waktu tiga jurus kau tidak mampu mengambil senjata ini
maka kau harus berlutut tunduk dan selanjutnya menjadi budakku! Atau nanti akan
kusumpal pantatmu dengan batu hitam biar tidak bisa kentut lagi seumur-umur!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 7
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Hantu Santet Laknat tutup ucapannya dengan tawa mengekeh lalu meludah ke tanah.
Ucapan yang sangat menghina dari Hantu Santet
Laknat itu membuat Hantu Selaksa Angin marah besar.
Rahangnya menggembung. Dari mulutnya kemudian
keluar suara menggembor.
"Orang sombong jadi makanan kepompong! Orang sombong jadi makanan kepompong!"
Ucapan nenek muka kuning itu ternyata sekaligus merupakan mantera. Karena begitu
dia selesai berucap tubuhnya berubah menjadi sebuah kepompong
raksasa warna coklat, memiliki dua tangan panjang yang masing-masing berjari dua
belas! Makhluk kepompong ini gerakkan tubuhnya demikian rupa hingga keluarkan
suara bergaung dan berputar seperti gasing.
Angin besar menderu laksana badai. Batu-batu kecil dan debu membubung ke udara.
Batang-batang pohon bergetar keras, dedaunannya luruh berjatuhan. Beberapa
ranting dan cabang-cabang pohon berderak patah. Naga Kuning tegak tergontai-
gontai, cepat ber-lindung ke balik sebatang pohon sementara Si Setan Ngompol
terkencing-kencing lari mencari perlindung-an di balik serumpunan semak belukar.
Makhluk kepompong tiba-tiba melesat ke arah
Hantu Santet Laknat. Dua tangannya yang berjari dua belas menyambar laksana
kilatan petir. BADAI FITNAH LATANAHSILAM 8
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 2
SI NENEK muka gagak hitam hantamkan Kapak
Maut Naga Geni 212 menyongsong serangan
lawan. Maksudnya dia hendak membabat dua
tangan yang menggasak ke arahnya. Tapi angin yang keluar menyambar dari tubuh
kepompong membuat
dia tertekan hebat hingga terjajar sempoyongan ke belakang sampai beberapa
langkah. Selagi dia bertahan mengimbangi diri dua tangan panjang makhluk
kepompong menyambar ganas. Satu ke arah kepala, satu lagi seperti hendak
menjebol perutnya!
Hantu Santet laknat keluarkan pekik keras. Dia cepat bentengi dirinya dengan
memutar kapak sakti di tangan kiri. Sesaat dia bisa membendung serangan dua
tangan makhluk kepompong. Namun ketika makhluk kepompong ini keluarkan suara
panjang, tubuhnya seperti membal terus berputar mendekati lawan. Gerakan dua
tangannya berubah aneh Serangannya
datang bertubi tubi laksana curahan hujan. Menyambar dan menyelinap di antara
sambaran cahaya kapak sakti, mencari sasaran di kepala atau bagian tubuh yang
mematikan! Lama lama Hantu Santet Laknat mulai terdesak.
Kalau saja bukan Kapak Maut Naga Geni 212 yang berada di tangannya sudah tadi-
tadi pertahanannya dijebol lawan. Namun dalam satu perkelahian tingkat tinggi,
bukan cuma senjata yang menentukan kehebata n seseorang.
Dalam satu gebrakan hebat Hantu Santet Laknat
tak mampu selamatkan dirinya dari serangan tangan yang menyambar ke arah
dadanya. "Bukkk!"
Hantu Santet Laknat terlempar dan menjerit keras.
Tubuhnya terguling-guling di tanah. Darah merah ke-hitaman mengucur di sela
bibirnya. Tapi hebatnya dia masih mampu berdiri dan Kapak Naga Geni 212 masih
tergenggam di tangan kirinya. Sementara di depan sana makhluk kepompong kembali
berputar dahsyat, siap menyambar ke arahnya. Nyali si nenek muka burung gagak
hitam ini mau tak mau bertambah goyah.
Hantu Santet Laknat tempelkan Kapak Maut Naga
Geni 212 di atas dadanya yang cidera. Suaranya ber-BADAI FITNAH LATANAHSILAM 9
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
getar perlahan ketika mengucap penuh keyakinan.
"Kapak Sakti, aku tahu kau menyimpan daya
kekuatan menahan segala macam racun dan daya
kekuatan penyembuhan! Tolong diriku! Aku adalah makhluk malang yang sangat
mencintai tuan pemilik-mu. Pendekar 212 Wiro Sableng!"
Tiba-tiba terjadi satu keanehan. Dua mata kapak sakti memancarkan kilatan
cahaya. Kemudian si nenek merasa ada hawa sejuk meresap ke dadanya lalu menjalar
ke segenap bagian tubuhnya. Sebelum serangan dua tangan makhluk kepompong datang
meng-hantamnya kekuatan si nenek telah pulih! Didahului t.alu bentakan garang
tubuhnya melesat ke udara.
Kapak Maut Naga Geni 212 berkiblat mengikuti lom-patannya. Lalu dari dua mata si
nenek menyambar dua larik sinar hitam!
Makhluk kepompong yang sebenarnya adalah Hantu
Selaksa Kentut tersentak kaget melihat lawan
tiba tiba mampu melancarkan serangan begitu hebat.
terlebih ketika salah satu sinar hitam yang keluar dari mala Hantu Santet Laknat
sempat menyambar hangus sosoknya sebelah kiri! Dari dalam sosok kepompong keluar
suara seperti air mendidih. Lalu bagian atas kepompong ini kelihatan terbuka.
Semula baik Naga Kuning maupun Si Setan Ngom-
pol mengira dari bagian kepompong yang terbuka
akan keluar sesosok ulat raksasa berwarna coklat bintik hitam putih. Yaitu
seperti yang pernah mereka saksikan sewaktu terjadi apa yang disebut Bakucarok
antara Lakasipo dengan Lahopeng dulu. (Harap baca Episode pertama Wiro di Negeri
Latanahsilam berjudul Bola Bola Iblis)
"Si nenek memiliki Ilmu Hantu Kepompong seperti Lahopeng!" Kata Naga Kuning yang
telah bergabung dengan Si Setan Nyompol dan mendekam di balik
semak belukar lebat.
Ternyata dugaan kedua orang Itu keliru. Didahului kepulan asap hitam melesatlah
tiga kepompong kecil berwarna coklat liga kepompong ini kemudian berubah bentuk
menjadi sebesar kepompong pertama!
Hantu Santet Laknat maklum dia bakal mendapat
gempuran hebat dari empat kepompong jejadian itu.
Maka dia mendahului menghantam Dua mata kembali semburkan dua larik ssinar
hitam, tangan kanan lepaskan satu pukulan tangan kosong mengandung tenaga BADAI
FITNAH LATANAHSILAM 10
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
dalam tinggi. Lalu kapak sakti di tangan kiri ikut pula dibabatkan.
Empat kepompong keluarkan suara menderu
Aneh. Lalu melesat menyerbu ke arah Hantu Santet Laknat. Dari bagian atas
kepompong bersiuran asap kecoklatan. Hidung berbentuk paruh nenek jubah hitam
itu mencium bau aneh yang membuat matanya
bukan saja jadi perih tapi pemandangannya berubah kabur.
"Kurang ajar! Keparat muka kuning ini ternyata memiliki ilmu hitam juga!" memaki
Hantu Santet Laknat. Sebelum penglihatannya bertambah gelap dan empat sosok
makhluk kepompong datang lebih dekat nenek ini usap mukanya dengan tangan kanan.
Lalu dia berseru keras!
"Nenek muka kuning! Celakalah dirimu dan makhluk-makhluk jejadianmu! Kau
menyerang dirimu sendiri!"
Begitu ucapannya lenyap mendadak sontak so-
sok Hantu Santet Laknat berubah rupa. Mukanya menjadi kuning. Wajahnya adalah
wajah Luhkentut alias Hantu Selaksa Angin. Pakaian dan sosok tubuhnya juga
berubah seperti keadaan nenek muka kuning itu!
Empat kepompong keluarkan suara aneh tanda
terkejut. Yang tiga hentikan gerakan dan tertegak bergoyang-goyang, tidak
meneruskan serangan mereka.
Lain halnya dengan kepompong yang asli. Ke-
pompong satu ini masih terus menyambar sambil
hantamkan dua tangannya.
"Celakalah dirimu! Nenek muka kuning! Kau hendak membunuh dirimu sendiri!" Hantu
Santet Laknat yang telah merubah diri menjadi Hantu Selaksa Angin kembali
berseru. derakan kepompong utama sekonyong-konyong
tertahan seolah-olah terbendung oleh satu kekuatan yang tak bisa ditembus.
Bagaimanapun dia berusaha mendekati lawannya tetap saja tidak berhasil.
"Dukun jahat jahanam! Ilmu hitamnya benar-benar tinggi! Akan kuhajar dia sampai
tahu rasa dan tahu dln!" Ucapan itu keluar dari dalam kepompong utama yang
tampak mengepulkan asap coklat. Di lain kejap sosok kepompong raksasa itu
berubah lenyap dan serata perlahan berganti kembali menjadi sosok asli Luhkentut
alias Hantu Selaksa Angin. Perubahan ini dimulai dan bagian kepala lebih dulu,
lalu bergerak BADAI FITNAH LATANAHSILAM 11
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
turun ke bawah. Begitu sosoknya mulai berubah kentutnya sudah terdengar.
Butt.... Prolt!
Belum keseluruhan sosok Hantu Selaksa Angin
kembali ke ujudnya semula tiba-tiba Hantu Santet Laknat angkat kaki kirinya ke
atas. Kemudian tumitnya dihunjamkan k e tanah!
"Rrreettt...!"
Tanah di depan Hantu Santet Laknat mendadak
Sontak bergerak menjalar terbelah selebar dua langkah mengejar ke arah tiga
kepompong dan Hantu Selaksa Angin yang tengah berubah ujud!
Tiga kepompong coklat melesat ke atas selamat-
kan diri tapi tertambat. Tanah yang terbelah lebih dulu menyedot dan menelan
mereka dan rrrttt...! Tiga kepompong keluarkan suara seperti raungan srigala di
malam buta. Lalu ketika tanah yang terbelah itu bertaut kembali, tiga kepompong
serta merta lenyap dari per-mukaan tanah!
Hantu Selaksa Angin yang tengah berganti ujud,
terkejut melihat apa yang terjadi, berseru kaget dan tidak sadar kalau di
depannya menjalar tanah yang terbelah. Pada saat sepasang kakinya kembali ke
bentuk semula, tanah yang terbelah sudah mencuat di bawah kakinya. Tubuh nenek
ini serta merta ter-jeblos masuk. Si nenek baru sadar apa yang terjadi.
Dia berusaha melompat namun tubuhnya telah tenggelam sampai kelutut!
"Lihat!" teriak Naga Kuning.
"Astaga!" seru Setan Ngompol. "Kita harus menolong nenek itu!" Lalu tanpa
menunggu lebih lama dia melompat dari balik semak belukar. Naga Kuning jatuhkan
diri, berguling melintang di atas tanah yang terbelah. Kalau Setan Ngompol cepat
merangkul pinggang si nenek maka Naga Kuning cepat tangkap
sepasang kakinya lalu ditarik ke samping.
"Wussss!"
Tanah yang terbelah menutup kembali dengan
mengeluarkan suara menggidikkan.
"Breettt!"
Ujung jubah kuning Hantu Selaksa Angin yang
terjepit robek besar di bagian bawah tapi sepasang kakinya selamat. Ketiga orang
itu kemudian jatuh terguling-guling di tanah dan baru berhenti begitu tubuh
mereka menabrak semak belukar. Malang bagi si nenek waktu jatuh dan terguling
tak sengaja sosok BADAI FITNAH LATANAHSILAM 12
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
si bocah Naga Kuning menyusup ke bagian bawah
jubahnya yang robek. Sedang Setan Ngompol yang
terkencing-kencing rebah menangkring di atas sosok sI nenek, tepat di atas
mukanya hingga wajah kuning itu basah kuyup oleh air kencing!
"Tua bangka jahanam! Apa yang kau lakukan!"
teriak si nenek marah lalu menggebuk punggung Setan Ngompol Kakek ini menjerit
kesakitan, terguling jatuh di tanah sementara si nenek pancarkan kentutnya.
Hantu Selaksa Angin cepat bangkit berdiri. Tapi baru selengah duduk gerakannya
tertahan karena kepala Naga Kuning masih mengganjal di antara dua pahanya!
"Anak kurang ajar! Kau minta mati!"
"Bukkk!"
"Butt... Prett!"
Si nenek gebuk pantat Naga Kuning. Bocah ini
menjudi kesakitan lalu melintir terguling di tanah.
Hantu Selaksa Kentut melompat bangkit sambil usap-leiep wajah kuningnya yang
basah oleh air kencing belan Ngompol dan memaki habis habisan.
"Aduh sakitnya! Punggungku digebuk nenek
muka kuning Itu!" mengeluh Setan Ngompol seraya mencoba bangkit berdiri
terhuyung huyung.
Pantatku seperti hancur dihantamnya!" kata Naga Kuning pula lulu menyeka muka,
tetutama bagian hidungnya berulang kali "Nenek sialan Itu, dia pasti tidak pakai
celana dalam..."
"Anak sial, sudah digebuk orang kau masih bisa
Bicara tak karuan!" maki si kakek. Tapi ada rasa ingin tahu hingga setengah
berbisik dan menyeringai dia bertanya pada si bocah. "Eh, bagaimana kau bisa
tahu nenek itu tidak pakai celana dalam?"
Waktu kepalaku tak sengaja menyangsrang di
bawah perutnya, aku mencium bau anehi Mau tanggal rasanya hidungku! Lalu waktu
tadi kuusap hidungku terasa basah!"
"Hik...hik.. hik!" SI Setan Ngompol tertawa cekikikan mendengar ucapan Naga
Kuning itu dan tentu saja sambil terkencing kencing !
Di depan sana Hantu Santet Laknnt berdiri dengan tolakkan tangan kanan di
pinggang. Sambil lontarkan senyum mengejek dia berkata. "Makhluk muka kuning, .
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 13
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
apa kau masih belum mengaku kalah dan berlutut di hadapanku?"
Dada Hantu Selaksa Angin seperti terbakar. Wa-
jahnya yang kuning sekilas berubah kebiru-biruan.
"Hantu celaka! Jangan bermimpi bisa mengalahkan diriku!" teriak Hantu Selaksa
Angin lalu dia pancarkan kentutnya.
"But.... Prett!"
"Oh begitu" Hik... hik... hik! Wahai! Kalau dua makhluktolol buruktadi tidak
menolongmu, kau sudah bergabung dengan tiga kepompong ciptaanmu di perut bumi!"
Hantu Selaksa Angin tegak renggangkan dua kaki.
Bahunya kiri kanan naik ke atas. Dua tangan dikepal di bawah dada. Lalu
perlahan-lahan jari-jari yang mengepal terbuka. Saat itu juga seluruh tangan
yang tersembul dari balik lengan jubah pancarkan cahaya kuning gelap. Tempat itu
serta merta dirasuk bau aneh seperti bau setanggi dibakar. Lalu udara perlahan-
lahan berubah menjadi dingin.
Hantu Santet Laknat mengerenyit kaget. Dia ter-
surut satu langkah. "Aku tidak menduga..." katanya dalam hati. "Dia benar-benar
memiliki ilmu kesaktian yang bisa menghancurkan alam gaib dan alam hitam Itu!
Wahai.... Kapak sakti, aku ingin kita bersatu menghadapi lawan!" Si nenek lalu
pindahkan Kapak Maut Naga Goni 212 ke tangan kanannya. Seluruh tenaga dalamnya
dikerahkan hingga dua mata kapak memancarkan cahaya berkilauan. Sepasang matanya
mcmberojol keluar pertanda dari mata ini dia bakal mengeluarkan ilmu kesaktian
untuk menghadapi lawan. Sementara itu tangan kirinya dipentang tergantung di
sisi kiri dengan telapak terkembang, mengarah pada Hantu Selaksa Angin.
"Luhkentut! Pukulan Salju Putih Latinggimeru memang bisa mengakhiri semua
kemelut ini! Tapi jangan serakah! Aku lebih berhak atas nyawa Hantu Santet
Laknat!" Satu suara lantang disertai berkelebatnya ba-
yangan berwarna ungu membuat terkejut semua orang yang ada di tempat itu.
Terutama Luhkentut alias Hantu Selaksa Angin dan Hantu Santet Laknat.
Hantu Selaksa Angin menggeram. Dua matanya
pancarkan sinar kuning berkilat. "Makhluk kurang ajar dari mana dia mengenali
dan berani menyebut pukulan yang hendak kulepaskan"!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 14
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 3
N A G A Kuning pegang lengan Setan Ngompol di
sebelahnya. "Kek, aku ingat betul. Kakek berpakaian ungu itu! Bukankah dia yang
dulu pernah kita temui dan memberikan sendok emas pada Lakasipo?"
"Memang dia," menyahuti Si Setan Ngompol.
"Urusan bisa jadi tumpang tindih ditempat ini! Menurut cerita Lakasipo bukankah
dia salah satu korban san-tetan Hantu Santet Laknat?" (Untuk jelasnya harap baca
Episode berjudul Rahasia Kincir Hantu)
Hantu Selaksa Kentut pelototkan mata kuningnya
pada kakek berpakaian serba ungu. Lalu dia mem-
bentak. "Kau kenal diriku! Aku tidak! Aku tidak perduli siapa kau adanya!
Mengapa berani mencampuri urusan orang"!"
Orang berpakaian ungu lebih dulu pandangi wajah si nenek: Dalam hati dia
membatin. "Sulit menduga, wajah siapa sebenarnya di balik pupur kuning yang
menyatu dengan kulit mukanya itu. Kalau melihat perawakannya memang sama, tapi
gerak-gerik dan
suaranya tidak mungkin sama sekali.... Mungkin nanti aku perlu mencari kerabatku
Sejuta Tanya Sejuta Jawab untuk turut membantu...." Setelah membatin begitu
orang tua tadi menjura memberi hormat pada Hantu Selaksa Angin baru berkata.
"Maafkan diriku, bukan maksud mencampuri urusanmu. Namun antara
aku dengan dukun laknat itu ada silang sengketa lantai terjungkat! Kalau hari
ini dia bakal menemui kematian, aku merasa layak dia harus mati di tanganku!
Sebelumnya dia telah mengguna-gunai diriku hingga hampir menemui ajal dalam
sengsara kalau tidak ditolong oleh seorang sahabat."
"Begitu...?" Hantu Selaksa Angin menyeringai lalu pancarkan kentutnya. "Apapun
alasanmu hendak membunuh nenek laknat itu aku tidak perduli. Aku tak ingin
urusanku dicampuri orang! Kalau dia sudah mati di tanganku, kau boleh
membunuhnya sekali lagi!"
"Luhkentut, kau bergurau. Mana ada orang bisa mati dua kali..." kata kakek
berpakaian serba ungu.
"Wahai, kau kenal diriku, apa aku kenal dirimu?"
ujar Hantu Selaksa Angin. Lalu meneruskan. "Untuk manusia sejahat dia, mati
sepuluh kalipun masih be-BADAI FITNAH LATANAHSILAM 15
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
lum cukup!" Nenek muka kuning ini lalu songgengkan pantatnya.
"Butt! Prett!"
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si Nenek kentut lalu maju selangkah ke arah Hantu Santet Laknat. Kakek
berpakaian ungu segera memotong jalan nenek muka kuning. Lagi-lagi dia menjura
sebelum bicara. Dia sengaja memberi tahu siapa dirinya agar Luhkentut mengenal
siapa dia adanya dan menaruh segan.
"Wahai kerabat bernama Luhkentut yang dikenal dengan julukan Hantu Selaksa Angin
alias Hantu Selaksa Kentut. Namaku Lawungu. Puluhan tahun silam bersama dua
orang kerabatku bernama Lasedayu
yang kemudian dikenal dengan julukan Hantu Langit Terjungkir dan Hantu Sejuta
Tanya Sejuta Jawab, kami membentuk satu kelompok orang-orang berkepandaian
tinggi. Tidak ada orang di Negeri Latanahsilam yang tidak tahu siapa kami. Baru
mendengar nama kami saja orang pasti sudah goyah lututnya. Apa lagi kalau sampai
berhadapan langsung dengan kami!"
Nenek muka kuning menyeringai. "Orang lain mungkin akan terkagum-kagum mendengar
kisahmu atau menaruh hormat padamu. Tapi wahai! Aku bukan anak kecil yang bisa tertidur
oleh cerita bagusmu!
Lekas menyingkir dari tempat ini. Jika kau memang ingin membalaskan sakit hati
pada Hantu Santet Laknat, silahkan menunggu. Kau boleh datang kembali kalau dia
sudah jadi bangkai!"
Kakek berjubah ungu merenung sejenak. Dalam
hati dia berkata. "Aku sudah menyebut nama itu, tapi dia tidak menaruh perhatian
sama sekali. Mungkin memang bukan dia...." Lawungu lalu berucap. "Maafkan
diriku. Mana mungkin aku menuruti aturan seenak isi perutmu itu!" kata kakek
bernama Lawungu. Suaranya yang selama ini perlahan dan lembut berubah keras dan
kasar pertanda dia telah kehilangan kesabarannya menghadapi Luhkentut yang tidak
bisa dibuat mengerti.
Tanpa perdulikan si nenek, Lawungu melangkah
cepat ke hadapan Hantu Santet Laknat. Melihat kakek Ini mendatanginya Hantu
Santet Laknat segera melin-tangkan Kapak Maut Naga Geni 212 di depan dada.
Lawungu berhenti empat langkah di hadapan Han-
tu Santet Laknat. Matanya memandang tajam pada sen|ala yang dipegang si nenek.
"Tak pernah kutahu ada orang di Negeri Latanahsilam memiliki senjata BADAI
FITNAH LATANAHSILAM 16
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
aneh Ini. Dari mana perempuan laknat ini mendapat-kan. Jangan-jangan dia
merampas milik orang. Mung kin senjata ini milik orang-orang yang datang dari
negeri seribu dua ratus tahun mendatang...."
"Kakek pandir! Mengapa kau mendadak berubah seperti pikun berdiri di
hadapanku"!" Hantu Santet Laknat membentak.
Walau hatinya panas tapi Lawungu masih bisa
tersenyum. "Kau pandai menyembunyikan nyali yang telah leleh! Ada beberapa orang
menginginkan nyawamu saat ini. Aku beruntung bisa melakukan pembalasan lebih
dulu!" "Mana bisa begitu! Berani kau menyentuh dia, kau kubunuh lebih dulu!" Hantu
Selaksa Angin berteriak lalu melompat ke samping Lawungu.
Lawungu tidak perdulikan nenek muka kuning ini.
Tangan kanannya meraba ke balik sisi pakaiannya sebelah kanan. Ketika tangan itu
ditarik maka ter-sembullah sebatang bambu sepanjang empat jengkal.
Lawungu meniru sikap Hantu Santet Laknat. Dia pegang bambu dengan tangan kanan
dan dimelintang-
kan di depan dada. Sementara jari-jari tangan kirinya membuka kayu penyumpal
salah satu ujung bambu.
"Hantu Santet Laknat, dulu dengan binatang berbisa ini kau menyantet diriku
hingga aku hampir menemui ajal secara mengenaskan! Sekarang kukem-
balikan dia padamu! Harap kau mau menerima dengan senang hati!"
"Desss!"
Kayu penyumpal ujung bambu terbuka. Dengan
copat Lawungu pukulkan bambu itu ke bawah. Saat Itu juga dari dalam bambu
meluncurlah sebuah benda bulat panjang berwarna hitam berkilat, jatuh bergelung
di tanah. Luhkentutterpekik. Sambil terkentut-kentut nenek muka kuning ini melompat
jauhkan diri. Setan Ngompol cepat tekap bagian bawah perutnya. Naga Kuning tegak
merinding. Tapi si nenek Hantu Santet Laknat tetap tenang. Dia baru bergerak
ketika mendadak benda yang bergelung di tanah rentangkan tubuhnya lalu meluncur
cepat ke arahnya sambil keluarkan suara mendesis keras. Benda ini ternyata
adalah seekor ular hitam sangat berbisa sepanjang hampir setengah tombak dan
besarnya hampir sebesar pergelangan lengan.
"Ular hitam ular kiriman! Dulu aku yang membuat kau dari tiada kepada ada!
Jangan turuti kehendak BADAI FITNAH LATANAHSILAM 17
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
orang penerima celaka! Jangan berani menentang
kehendak si penimbul bala! Sudah saatnya kau kembali ke alam tiada!"
Hantu Santet Laknat gerakkan tangan kanannya
yang memegang Kapak Maut Naga Geni 212.
"Craasss!"
Ular hitam itu terbabat putus di pangkal lehernya.
Darah menyembur muncrat. Sosok ular yang terpo-
tong dua terpental ke udara.
"Taarrr!"
"Taarr!"
Terdengar dua kali letupan. Bagian-bagian tubuh ular hitam yang terkutung dua
hancur bertabur di udara lalu berubah menjadi asap yang membersitkan bau busuk.
Hantu Santet Laknat menghembus dua kali. Ke-
pulan asap serta merta lenyap. Bau busuk hilang. Si nenek memandang pada Lawungu
lalu tertawa mengekeh melihat bagaimana wajah si kakek berubah tercekat.
"Lawungu, kedatanganmu ke sini untuk membalas dendam hanyalah satu kesia-siaan
belaka! Dulu aku yang mencarimu, kini kau sendiri yang sengaja datang mengantar
nyawa!" "Dukun iblis! Sudah saatnya kau harus dibasmi dari bumi Latanahsilam ini!"
teriak Lawungu marah.
Lalu dengan sebat dia melompat ke hadapan si nenek seraya dorongkan tangan
kirinya. Selarik pukulan tangan kosong yang memancarkan cahaya ungu me-
nyambar keluar dari telapak tangan si kakek.
Takut akan kedahuluan orang, nenek muka kuning
Lahkentut tidak tinggal diam. Setelah kentut lebih dulu nenek ini menyerbu dari
samping kanan. Hantu Santet Laknat kiblatkan Kapak Maut Naga
Geni 212. Cahaya putihcpanas menyilaukan menyambar ke depan, membuat Lawungu
terkejut dan buru-buru membuang diri ke samping. Dari samping dia kembali
lancarkan serangan. Kali ini dia menghantam dengan dua dorongan tangan
sekaligus! "Wusss! Wusss!"
Dua larik cahaya ungu melabrak Hantu Santet
Laknat. Dia masih berusaha mengandalkan kapak sakti untuk menangkis namun dari
arah lain nenek muka kuning memberondong dengan pukulan sakti yang
mampu menghantamkan empat bagian. "Tombak Kuning Pengantar Mayat!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 18
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Hantu Santet Laknat membentak keras. "Lihat kapak!" teriaknya. Lalu wuuttt...
wuuuttt! Suara seperti ribuan tawon mengamuk menggelegar. Cahaya panas bertabur
menyilaukan. Naga Kuning kucak-kucak matanya. "Astaga!"
seru anak ini sambil menepuk punggung Si Setan Ngompol hingga kakek ini
tersentak kaget dan terpancar air kencingnya. "Lihat! Bagaimana mungkin kapak
itu kini bisa berubah jadi empat!"
Saat itu Kapak Maut Naga Geni 2.12 memang
kelihatan berubah menjadi empat buah. Satu yang berada dalam genggaman tangan
kanan Hantu Santet Laknat sedang tida lainnya melayang-layang di udara,
menyambar ke arah dua kakek nenek yang menge-royok nenek muka gagak hitam itu!
"Hantu Santet Laknat pasti keluarkan ilmu hitam yang bisa menipu pandangan kita
dan pandangan lawan!" kata Setan Ngompol pula.
"Dukun jahat itu bukan cuma menipu pandangan orang tapi lihat! Lawungu dan nenek
muka kuning tampak kelabakan mendapat serangan empat kapak
sekaligus!"
Ketika dari sepasang mata Hantu Santet Laknat
menyembur pula dua larik sinar hitam, dua lawannya benar-benar jadi dibikin
kalang kabut. Hantu Selaksa Angin kertakkan rahang. Tak ada
jalan lain. Dia harus mengeluarkan ilmu kesaktian yang paling diandalkannya,
yang tadi sebenarnya sudah siap untuk dikeluarkan kalau tidak terganggu oleh
kedatangan Lawungu.
Didahului dengan bentakan keras Hantu Selaksa
Angin membuat lompatan setinggi pinggang. Dua
tangannya mengepal di bawah dada. Begitu tubuhnya berada di udara jari-jari
dibuka. Cahaya kuning pekat memancar dari dua tangannya. Bau setanggi terbakar
menebar menusuk penciuman. Bersamaan dengan itu udara terasa sangat dingin.
"Pukulan Salju Putih Latinggimerul" seru Hantu Santet Laknat tercekat.
Manteranya yang bisa membuat Kapak Naga Geni 212 terlihat menjadi empat serta
merta lenyap. Sekujur tubuhnya menggigil seperti ditimbun salju dingin luar
biasa. Tadi-tadi sebenarnya dia sudah merasa jerih ketika melihat si nenek muka
kuning hendak mengeluarkan ilmu kesaktian itu. Kini baru saja dia kehilangan
kekuatan manteranya dan dari samping Lawungu menggempur dengan serang-BADAI
FITNAH LATANAHSILAM 19
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
an-serangan gencar, tiba-tiba dari depan Hantu Selaksa Angin sudah lancarkan
serangan. Sepuluh kuku jari tangannya pancarkan sinar kuning ketika pergelangan
tangannya diputar maka menyemburlah sepuluh larik sinar kuning!
Untuk ke dua kalinya Hantu Santet Laknat ke-
luarkan jeritan tegang. Dia baru saja berhasil meng-elakkan dua serangan
Lawungu. Ketika pukulan Salju Putih Latinggimeru datang menyambar dia tidak
punya kesempatan lagi untuk menangkis atau mengelak.
"Muka kuning jahanam! Aku mengadu jiwa de-
nganmu!" teriak Hantu Santet Laknat. Dia melompat ke udara, maksudnya kemudian
berjungkir balik lalu menghantam dengan Kapak Maut Naga Geni 212. Tapi begitu
kakinya tidak lagi menginjak tanah, mendadak sekujur tubuhnya yang tadi diserang
hawa dingin kini seolah berubah menjadi sosok terbuat dari es, mengepulkan hawa
putih. Tangan dan kakinya seolah kaku, tak bisa digerakkan. Dari depan saat itu
juga sepuluh larik sinar kuning datang menggebubu!
Pada saat sangat menegangkan itu tiba-tiba ada derap kaki-kaki kuda mendatangi
dengan cepat. Lalu terdengar ringkikan dahsyat. Tanah bergetar keras.
"Tahan serangan!" Ada suara orang berteriak lantang disusul berkelebatnya satu
bayangan putih, menyambar tubuh Hantu Santet Laknat. Sebelumnya satu gelombang
angin dahsyat telah lebih dulu menderu berusaha membabat sepuluh larik sinar
kuning pukulan sakti Salju Putih Latinggimeru. Walau gempuran itu hanya mampu
membelokkan sedikit sepuluh larik sinar kuning namun sudah cukup memberikan satu
kesempatan bagi bayangan putih tadi untuk menyelamatkan Hantu Santet Laknat.
Ketika sepuluh larik sinar putih menghantam se-
buah pohon raksasa dan sebuah batu besar di se-
berang sana hingga pohon dan batu itu berubah menjadi putih dan mengepulkan asap
dingin laksana timbunan salju, Hantu Santet Laknat telah berada di tempat lain.
Nenek ini coba berpaling untuk melihat siapa tuan penolongnya. Terkejutlah dia
karena tak menyangka. Suaranya tercekat antara tidak percaya dan penuh haru
ketika dia berseru.
"Kau...!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 20
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 4
SEMUA mata memandang ke depan. Semua
orang merasa heran dalam keterkejutan. "Pendekar212 Kencing Kuda!" berteriak
nenek muka kuning Hantu Selaksa Kentut. Dalam bahasa Latanahsilam sableng
artinya kencing kuda. Itu sebabnya dalam marahnya si nenek memanggil Wiro dengan
Kencing Kuda. "Kau menolong mahluk jahat terkutuk yang hendak membunuh kami,
bahkan menjadi pencuri kapak saktimu!"
Sepuluh tombak di depan sana Wiro tampak ber-
diri masih memegang sosok setengah kaku Hantu
Santet Laknat yang barusan di selamatknnnya pada bagian pinggang. Tak jauh dari
tempat dia berdiri kelihatan sosok kuda raksasa hitam berkaki enam bertanduk dua
dan memiliki sepasang mata berwarna ncrah. Di punggung binatang bernama
Lnekakienam nl tergantung dua sosok, masing-masing berada dalam jala atau jaring
berwarna biru. Sosok pertama dalah Hantu Kaki Batu alias Lakasipo. Tubuhnya
ponuh luka bakar dan saat itu dia dalam keadaan setengah sadar setengah pingsan.
Orang kedua adalah Luhsahtini, istri Hantu Bara Kaliatus. Ke dua orang Ini
seperti diceritakan dalam Episode sebelumnya (Hantu Santet Laknat) telah
terjebak ke dalam jaring
"Api Iblis Penjaring Roh" yang ditebar oleh Hantu Bara Kaliatus. Untung saja
kakek sakti Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir turun tangan menolong, hingga
jaring yang semula terbuat dari larikan-larikan api ganas berwarna biru itu bisa
dirubah menjadi seperti tali-tali biasa.
"Edan gila!" Setan Ngompol ikut memaki. "Anak geblek itu mengapa dia berbuat
begitu" Menyelamatkan Hantu Santet Laknat!"
"Jangan-jangan dia sudah kawin dengan dukun muka gagak hitam itu!" kata Naga
Kuning pula. "Berarti dia sudah diguna-guna! Celaka! Tolol betul! Aku saja yang tua bangka
begini akan berpikir seribu kali mau kawin dengan nenek jahat itu!" ucap Si
Setan Ngompol. Di depan sana perlahan-lahan Wiro turunkan so-
sok Hantu Santet Laknat ke tanah. Begitu menginjak tanah si nenek berbisik. "Aku
berterima kasih, kau BADAI FITNAH LATANAHSILAM 21
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
telah menyelamatkan diriku. Sangat bahagia rasanya diselamatkan oleh orang yang
kucintai!" Saat si nenek sudah bisa gerakkan tubuhnya yang tadinya kaku akibat
serangan Hantu Selaksa Kentut.
"Jangan bicara tidak karuan! Menghindar dari tempat ini, tapi awas! Jangan kau
berani pergi sebelum kau mengembalikan kapak saktiku!"
"Cinta memang membuat aku jadi tidak karuan.
Akan kubuktikan kalau aku memang mencintaimu
wahai pemuda dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang. Sebenarnya sejak aku
jatuh hati padamu di dalam rimba belantara Lasesatbuntu \\u aku tidak ingin
melanjutkan semua niat jahat padamu. Kapak ini kubawa hanya sekedar untuk merasa
dekat denganmu...."
Mau tak mau tengkuk Pendekar 212 jadi merinding mendengar ucapan si nenek.
Selagi dia terkesiap heran, Hantu Santet Laknat ulurkan tangan kanannya.
"Ini, aku kembalikan senjata milikmu. Kau pasti mem-butuhkan menghadapi orang-
orang itu!"
Habis berkata begitu nenek muka burung gagak ini serahkan Kapak Mau Naga Geni
212 pada Wiro. Tapi sebelum Pendekar 212 sempat mengambilnya tiba-tiba Hantu
Selaksa Kentut dan kakek berjubah ungu Lawungu sudah lebih dulu melompat sambil
dorongkan tangan masing-masing. Sinar ungu dan sinar kuning bergabung melanda
murid Sinto Gendeng.
"Kalian mengapa menyerangku!" teriak Pendekar 212 yang jadi sempoyongan dilabrak
dua gempuran angin dahsyat. Sebelum tubuhnya disapu roboh Wiro cepat melompat
setinggi satu tombak lalu sekaligus pukulkan dua tangannya ke bawah untuk
menangkis hantaman dua kakek nenek berkepandaian tinggi itu.
"Bummm!"
"Buuum!"
Dua letusan keras menggoncang seanterotempat
Tubuh Wiro mencelat sampai tiga tombak. Dadanya mendenyut sakit akibat bentrokan
pukulan-pukulan sakti mengandung tenaga dalam tinggi itu. Di depan sana walau
sosok mereka terhuyung-huyung dan hampir jatuh terduduk di tanah namun Lawungu
dan Hantu Selaksa Kentut cepat kendalikan diri lalu kembali hendak menyerbu.
Sekali ini gerakan mereka tertahan karena mendadak Hantu Santet Laknat
berkelebat menyongsong sambil sapukan Kapak Maut Naga Geni 212 ke depan sedang
dari ke dua matanya dia sem-BADAI FITNAH LATANAHSILAM 22
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
burkan dua larik sinar hitam.
"Jahanam! Dukun jahat ini ternyata memang telah berserikat dengan pemuda itu!"
teriak si nenek muka kuning. Baik dia maupun Lawungu mau tak mau sesaat terpaksa
bersurut mundur menghindari serangan ganas Hantu Santet Laknat.
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kekasihku Wiro Sableng!" tiba-tibafWiro mendengar suara mengiang di telinga
kirinya. Suara Hantu Santet Laknat! Si nenek sengaja bicara dengan ilmu yang
disebut Menyadap Suara Batin hingga orang lain yang tidak dituju tidak dapat
mendengar." Keadaan tidak menguntungkan bagi kita berdua. Lekas ikuti aku...."
"Tunggu! Kembalikan dulu kapak itu!" seru Wiro.
Tapi saat itu Lawungu dan Hantu Selaksa Angin sudah berada di hadapannya. Siap
untuk menyerang kembali.
Melihat hal ini Hantu Santet Laknat segera tinggalkan tempat itu. Wiro kembali
mendengar suara mengiang di salah satu telinganya. "Kekasihku, aku tunggu kau di
Tebing Batu Terjal di sebelah selatan Bukit Batu Kawin."
Belum sempat mengejar Hantu Santet Laknat
telah lenyap sementara itu Lawungu dan Hantu Santet Laknat telah berada di
hadapannya. "Tahan, jangan menyerang! Biaraku menjelaskan lebih dulu!" Wiro berseru begitu
dilihatnya dua orang di depannya kembali hendak menggebrak.
"Perlu apa penjelasan! Kami hanya melihat kenyataan! Kau menolong musuh besarku
berarti kau adalah musuh besarku juga!" Membentak kakek bernama Lawungu.
"Kau berserikat dengan nenek jahat itu. Aku tidak suka walau kau telah menolong
penyakit kentutku!'
ikut berkata Luhkentut, si nenek muka kuning.
"Wiro, mengapa kau lakukan itu" Mengapa kau menolong Hantu Santet Laknat! Kau
tahu dia yang mencelakai saudara angkat kita Lakasipo hingga dua kakinya berubah
jadi batu! Dia juga mencuri kapak saktimu!" Naga Kuning ikut bicara.
"Mohon maaf kalian semua, bukan maksudku
menolong nenek jahat itu. Aku tidak pula berserikat dengannya...."
"Aku melihat kau dan dia seperti bicara berbisik-bisik. Aku yakin antara kau dan
Hantu Santet Laknat ada jalinan hubungan tertentu! Jangan-jangan kau sudah jadi
gendaknya! Hik... hik... hik!"
"Butt! Prett!"
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 23
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Muka Pendekar 212 tampak kemerahan mende-
ngar kata-kata Hantu Selaksa Kentut itu.
"Kalian semua dengar," kata Pendekar 212. "Aku tidak ingin nenek satu itu celaka
sebelum dia bisa menolong dua orang yang berada dalam jerat jala aneh itu!" Wiro
lalu menunjuk pada sosok Luhsantini dan Lakasipo yang berada di dalam jala,
tergantung di punggung kuda raksasa hitam berkaki enam. "Menurut Luhsantini
Hantu Bara Kaliatus yang telah mencelakai mereka hingga terjebak dalam jala.
Hantu Santet Laknat adalah guru Hantu Bara Kaliatus, jadi pasti dia mampu
membobol jaring menolong melepaskan Luhsantini dan Lakasipo!"
Dari dalam jala tempat dia terkurung Luhsantini membuka mulut. "Apa yang
dikatakan kerabat Wiro memang benar. Hanya Hantu Santet Laknat yang bisa
membebaskan diriku dan Lakasipo dari dalam jala ini karena dia yang punya ilmu
kesaktian bernama Api Iblis Penjaring Roh!"
Lawungu terdiam. Sesaat dia melirik pada sosok
Lakasipo yang saat itu masih berada dalam keadaan antara sadar dan tiada. Dia
ingat kepada lelaki itulah sebelumnya dia telah menyerahkan sendok sakti terbuat
dari emas untuk diserahkan pada Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir. Lain
halnya dengan si nenek muka kuning. Dia segera menyemprot.
" Kalau cuma alasan hendak menolong dua kawanmu yang terjebak dalam jaring itu,
akupun bisa menjebol jala. Mengapa mau-mauan melibatkan diri dengan Hantu Santet
Laknat segala"!"
"Kau bicara hebat! Tapi apakah kau bersedia menolong mereka" Luhsantini,
perempuan dalam jala itu menerangkan dia pernah minta tolong padamu!
Tapi kau tidak perduli! Sekarang kau bicara sombong!"
Wiro bicara keras karena penasaran mendengar kata-kata Hantu Selaksa Kentut
tadi. "Luhsantini, katakan apa nenek muka tahi ini pernah mau menolong
menyelamatkan dirimu dari dalam jala"!" Saking marahnya Wiro sampai menyebut si
nenek muka kuning dengan muka tahi! Membuat Hantu Selaksa Angin menggeram marah
dan komat kamit menggrendeng.
"Aku memang pernah minta tolong! Tapi dia tidak perduli! Sekarang bicara agulkan
diri! Tua bangka munafik!" Luhsantini berteriak dari dalam jala sementara
Lakasipo mulai mendengar semua pembicaraan yang berlangsung keras itu dan
perlahan-lahan buka BADAI FITNAH LATANAHSILAM 24
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
sepasang matanya.
Lawungu rangkapkan dua tangan dimuka dada.
Dengan senyum mengejek dia berkata. "Kau ingin menolong dua orang dalam jaring
itu. Tapi kau sengaja membiarkan si nenek yang katamu bisa menolong itu lolos
begitu saja! Siapa percaya ucapanmu! Kau melindungi dirimu dengan pura-pura
berbuat baik hendak menolong dua orang dalam jala. Tapi pada saat
nenek berkelebat pergi kau tidak berbuat apa-apa nenek tidak mencuri kapakmu!
Tapi kau sengaja menyerahkan senjata sakti itu padanya. Untuk apa" Sebagai emas
kawin"! Ha... ha... ha... ha!"
"Hik... hik... hik!" Nenek muka kuning ikut tertawa lalu butt... prett dia
pancarkan kentutnya!
"Kalau kalian berdua tidak menyerangku, aku pasti sudah membuat perhitungan
dengan nenek itu!
Apa kalian kira aku mau saja menyerahkan kapak saktiku begitu saja padanya"!
Jangan menuduh aku telah berbuat yang bukan-bukan dengan nenek itu.
Kalau aku memang kawin dengan Hantu Santet Laknat, apa kau merasa cemburu"!
Jangan-jangan kau sudah sejak lama menaruh hati padanya!" Wiro membalas ucapan
Lawungu dengan kata-kata yang tidak kalah menyakitkan hati.
Lawungu si kakek berjubah ungu kelihatan merah
padam wajahnya yang keriput. Tubuhnya sesaat bergetar. Ketika dia hendak
melangkah menghampiri Pendekar 212 Wiro Sableng tiba-tiba satu suara bergema
lantang di tempat itu, disusul dengan berkelebatnya tatu bayangan putih.
"Mari kita bicara tentang kenyataan! Jangankan kapakmu, nyawamupun pasti kau
berikan pada Hantu Santet Laknat! Bukankah kalian berdua telah saling
bercinta"!"
Semua orang yang ada di tempat itu termasuk Wiro palingkan kepala. Mereka sama-
sama tersentak kaget melihat siapa yang muncul dan barusan bicara itu.
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 25
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
BASTIAN TITO Badai Fitnah Latanahsilam 5
YANG muncul ternyata adalah seorang tua ber
jubah putih berbadan tinggi besar. Penampilan
nya luar biasa angker karena dia memiliki otak
yang terletak di luar kepalanya, menyembul demikian rupa. Karena otak ini
terbungkus sejenis selubung keras bening maka setiap gerak denyut otak itu
kelihatan dengan jelas.
Naga Kuning dan Setan Ngompol ternganga heran
melihat keadaan kepala si orang tua.
"Seumur hidup baru kali ini aku melihat ada manusia yang otaknya bertengger di
luar kepala! Apakat dia manusia sungguhan atau bangsa jejadian?" berkata Setan
Ngompol pada Naga Kuning yang berada di sebelahnya.
"Kakinya menjejak tanah, berarti dia manusia seperti kita juga," menjawab Naga
Kuning. "Yang aku ingin tahu jangan-jangan dia memiliki biji yang berada di luar
kantong menyannya...."
"Bocah konyol!" menukas Setan Ngompol. "Jangan kau bicara sembarangan. Aku punya
firasat makhluk satu ini bukan orang sembarangan. Aku
khawatir kemunculannya membuat suasana tambah
kisruh...."
Wiro memperhatikan dengan tak berkesip. Hantu
Selaksa Kentut kerenyitkan kening. Hanya Lawungu yang tampak tenang. Kakek
berjubah ungu ini memecahkan kesunyian ketika dia berucap menyambut kemunculan
kakek jubah putih.
"Sahabatku Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!
Kemunculanmu yang tidakterduga ini sungguh sangat menggembirakan hatiku! Apa
lagi saat ini aku memang tengah menghadapi satu urusan yang tidak menye-
nangkan!" "Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!" Beberapa mulut mengulang sebut nama kakek
berjubah putih yang otaknya terletak di luar batok kepala itu.
Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol jadi gem-
bira begitu mengetahui siapa adanya orang tua berjubah putih itu. Selama ini
mereka berusaha mencarinya untuk dimintai pertolongan tapi tak kunjung BADAI
FITNAH LATANAHSILAM 26
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
berhasil. "Dicari-cari tidak bertemu. Sekarang malah datang sendiri! Kek, dia adalah orang
yang bisa kita tanyai bagaimana caranya agar dapat kembali ke tanah Jawa!" Habis
berkata begitu Naga Kuning hendak bergerak mendekati orang tua berjubah putih.
Tapi Setan Ngompol cepat memegang lengannya seraya
berbisik. "Jangan kesusu. Jangan bertindak sembarangan!
Melihat raut wajah orang tua itu aku punya dugaan dia datang membawa urusan
tidak enak."
Walau merengut tapi Naga Kuning ikuti juga ucap-an Si Setan Ngompol. Saat itu
Wiro sendiri juga merasa gembira. Selama ini dia menganggap orang tua bernama
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab itu adalah satu-satunya tempat bertanya
bagaimana caranya dia dan teman-teman bisa kembali ke tanah Jawa. Namun seperti
yang terasa oleh Setan Ngompol, Wiro juga merasa ada sesuatu yang tidak enak
dalam kemunculan orang tua itu.
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab layangkan pan-
dangan dingin pada semua orang yang ada di tempat itu. Beberapa saat dia
memperhatikan Pendekar 212
Wiro Sableng lalu setelah melirik ke arah Lakasipo dan Luhsantini yang berada di
dalam jala di punggung kuda, orang tua ini berkata pada kakek berjubah ungu di
samping kirinya.
"Sahabatku Lawungu, untuk sementara izinkan aku mengambil alih semua persoalan
di tempat ini!"
"Wahai Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab, jika tidak ada urusan penting dan besar
serta gawat tentu kau tidak akan berkata seperti itu. Aku bisa mengalah.
Silahkan kau menyelesaikan urusan lebih dulu. Tapi kalau aku boleh tahu, urusan
apa dan dengan siapa?"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tidak menjawab
pertanyaan Lawungu, melainkan memandang tajam
pada Wiro Sableng, membuat murid Sinto Gendeng
ini jadi berdebar.
"Orang yang otaknya di luar kepala ini punya mata yang bisa memandang seperti
menembus jantungku..." kata Wiro sambil garuk kepala. "Banyak hal yang ingin
kutanyakan padanya pada pertemuan ini. Tapi dari caranya memandang seperti dia
punya kemarahan dendam kesumat terhadapku. Aku harus hati-hati."
Maka diam-diam pendekar kita segera kerahkan tenaga dalam ke tangannya kiri
kanan. BADAI FITNAH LATANAHSILAM 27
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tiba-tiba sung-
gingkan seringai. Tangan kanannya diangkat lalu jari telunjuknya ditudingkan
tepat-tepat ke arah Wiro.
"Kau!" Suara Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab menggeledek hingga membuat Setan
Ngompol tersentak kaget dan terkencing. "Kau orang dari negeri seribu dua ratus
tahun mendatang yang bernama Wiro Sableng"!"
Wiro garuk kepalanya lalu mengangguk.
"Apakah kau sudah mengerahkan seluruh tenaga dalammu ke tangan kiri kanan"!"
Murid Sinto Gendeng terkejut. "Dia memiliki kemampuan luar biasa! Dia tahu aku
mengerahkan tenaga dalam!" Membatin Wiro.
"Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan
padamu. Apapun jawabmu, setelah itu rohmu akan kupindahkan ke tempat lain.
Tergantung antara langit dan bumi!"
Naga Kuning dan Setan Ngompol jadi terkejut
Wiro sendiri ternganga sambil menggaruk kepala.
"Kabarnya Hantu Sejuta Tanya satu makhluk arif bijaksana berpengetahuan luas.
Tapi mengapa sikapnya begini angkuh?" membatin Wiro. Lalu dia bertanya.
"Kau mau memindahkan rohku. Maksudmu, kau hendak membunuhku atau bagaimana?"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tidak menjawab.
Malah dia mulai dengan pertanyaannya.
"Pertanyaan pertama! Kau orangnya yang mencuri sebatang tongkat terbuat dari
batu. Bernama Tongkat Bahagia Biru
Tentu saja murid Eyang Sinto Gendeng jadi kaget mendengar tuduhan itu. Dia
segera gelengkan kepala.
Ketika dia hendak membuka mulut Hantu Sejuta Tanya te|uta Jawab langsung
menghardik. Raut muka dan pandangan matanya menyeramkan. Otak di atas kepalanya
tampak mendenyut cepat.
"Kau mulai dengan dusta pertama!"
Wiro melengak melihat kemarahan si orang tua.
Setan Ngompol terkencing. Nenek muka kuning ge-
leng-gelengkan kepala. Dia keluarkan suara perlahan.
"Tidak sangka pemuda itu seorang pencuri tengik rupanya...."
"Siapa berdusta! Aku memang tidak pernah mencuri tongkat itu!" Pendekar 212
menjawab dengan suara lantang tak kalah kerasnya hingga Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab ganti terkesiap.
BADAI FITNAH LATANAHSILAM 28
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
"Dia memiliki tenaga dalam tinggi. Bentakannya tadi sempat membuat jantungku
berdebar tegang!"
membatin Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Lalu dia berkata.
"Pencuri biasanya memang dilahirkan dengan membekal segala kedustaan!"
Naga Kuning yang tahu betul kisah tongkat batu
biru itu ikut merasa geram mendengar ucapan-ucapan kakek berjubah putih itu.
Tanpa dapat dicegah Setan Ngompol dia berkata.
"Orang tua yang otaknya mumbul di kepala! Kau pandai menuduh, apa kau punya
bukti kalau sahabatku itu memang telah mencuri tongkat yang kau maksud"!"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab palingkan ke-
pala dan pelototkan matanya pada Naga Kuning. Si bocah walau hatinya jadi kebat-
kebit tapi balas be snrkan mata menantang tatapan orang.
"Anak berambut kaku! Kau berani bicara! Jangan mengira aku kagum akan
keberanianmu! Sekali lagi kau bertingkah membuka mulut, kucabut lidahmu!"
"Begitu..."!" Naga Kuning tidak perdulikan an caman Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab. "Kau mau cabut lidahku"! Silahkan!" Lalu bocah itu julurkan lidahnya
panjang-panjang.
Meledaklah amarah Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab. Didahului suara menggeram orang tua ini gerakkan tangan kanannya. Saat
itu jaraknya dengan Naga Kuning masih terpisah sekitar tujuh tombak.
Tapi anehnya, tangannya seolah tali yang bisa diulur berubah panjang, menyambar
ke arah kepala Naga Kuning.
"Tahan!" Wiro berseru. Dia cepat melompat. "Biar Aku memberi keterangan!" Lalu
dengan cepat Wiro pergunakan dua tangannya mencekal lengan Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Orang tua ini menyeringai.
Dia tidak berusaha menarik tangannya dan Wiro terus memegangnya.
"Aku izinkan kau bicara memberi keterangan!"
"Seorang sahabat bernama Luhjolita menemukan tongkat itu di dekat mayat seorang
berjuluk Tongkat Biru Pengukur Bumi. Tongkat itu kemudian diserahkannya padaku.
Karena aku tidak tahu siapa pemiliknya, tongkat kusimpan sampai kolak aku tahu
siapa yang empunya dan menyerahkannya padanya. Kemudian muncul dua orang gadis
kembar mengaku BADAI FITNAH LATANAHSILAM 29
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
berjuluk Sepasang Gadis Bahagia, satu bernama Luh-Kamboja, satu lagi Luhkenanga.
Mereka merampas tongkat batu biru itu dari tanganku lalu kabur melarikan
diri..." (Untuk jelasnya peristiwa di atas harap baca episode sebelumnya
berjudul "Hantu Santet Laknat")
"Dusta kedua!" bentak Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Entah kapan tangannya
digerakkan tahu-tahu sosok Wiro yang masih memegangi lengan orang itu melintir
keras dan bukk! Wiro terbanting ke bawah! Untuk beberapa lamanya Pendekar 212
terkapar di tanah. Kepalanya terasa pening. Punggungnya sakit bukan kepalang.
Sesaat rasa sakitnya berkurang pemuda ini segera melompat dan wuutt! Tahu-tahu
dia sudah tegak di hadapan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Wiro Sableng 114 Badai Fitnah Latanahsilam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Selama ini aku mendengar Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab merupakan satu tokoh
besar yang jadi panutan semua orang-orang gagah di Negeri Latanahsilam ini!
Kabarnya kau merupakan gudang tempat bertanya karena kemampuanmu menyirap banyak
perkara, menjawab pertanyaan yang orang lain tidak mungkin bisa melakukannya!
Menolong orang yang kesulitan. Penunjuk penerang mereka yang berada dalam
kegelapan! Tapi ternyata kau seorang yang tidak tahu apa-apa. Kau menodai nama
besarmu dengan melancarkan tuduhan-tuduhan tidak beralasan! Dan yang lebih buruk, barusan kau
menjatuhkan tangan kasar terhadapku! Apakah begitu sifat dan perbuatan seorang
tokoh besar sepertimu"!"
Belum sempat Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab
menjawab ucapan Wiro, Naga Kuning telah lebih dulu bersuara. "Dia mungkin Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab palsu! Hantu yang asli pasti tidak sejahat seperti
dia!" "Wuuttt!"
Tangan kanan kakek berjubah putih itu tiba-tiba menyambar panjang ke depan.
Setan Ngompol berseru kagot dan terkencing. Wiro tertegak tegang. Saat itu
tangan kanan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab telah mencekeram leher Naga Kuning
lalu mencekiknya.
"Hueekkk!"
Cekikan yang keras membuat lidah anak itu ter-
julur panjang keluar.
"Wuuuttt!"
Kini tangan kiri Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang melesat ke depan, ke arah
mulut Naga Kuning.
Jelas sudah seperti ancamannya tadi orang tua ini BADAI FITNAH LATANAHSILAM 30
BASTIAN TITO Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
hendak mencabut lidah anak itu!"
Sesaat lagi jari-jari tangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab hendak menyambar
lidah Naga Kuning tiba-tiba si bocah geliatkan badannya. Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab mendadak merasakan leher anak itu licin sekali hingga pegangannya
Medali Wasiat 14 Kuda Putih Karya Okt Iblis Pemburu Wanita 2