Pencarian

Hantu Bara Kaliatus 2

Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus Bagian 2


Naga Kuning yang masih penasaran pada Setan Ngompol cepat bangkit dan berkata.
"Setan Ngompoll Kalaupun nenek bernama Luhlampiri itu mau dikawin olehmu, apa
yang bisa kau lakukan dengan terong peotmu yang baginya cuma sebesar jarum
karatan! Sekali kau kena kentutnya, anumu bisa mental dan remuk tak karuan rupal Hik...
hik... hik!"
Setari Ngompol jadi naik darah. Dia membentak marah. Namun sebelum ucapannya
keluar dia sudah tcrkencing duluan!
"Wahai kalian bertiga para sahabatku! Saatnya untuk berangkat ke Bukit
Latinggihijau. Kalian akan kumasukkan dulu ke dalam kocek jerami." Baru saja
Lakasipo hendak membuka penuiupkocek di pinggang kanannya tiba-tiba ada satu
sosok besar melesat keluar dari hutan di seberang sungai. Gerakan makhluk itu
membuat dua pohon besar yang terlanggar tubuhnya berderak patah dan
bertumbangan. Dilain kejap makh-.
luk ini telah berdiri tegak di atas sebuah batu besar di tengah sungai.
Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol Langsung tercekat pucat menyaksikan sosok
yang berada di tengah sungai itu. Bahkan Lakasipo ikut tersirap kaget.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
26 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
"Berulang kali aku mendengar ceritanya. Baru sekali ini aku menyaksikan dengan
mata kepala sendiri! Benar-benar mengerikan..." kata Lakasipo dengan hati
bergetar. * * * 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
27 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
OSOK YANG TEGAK DI ATAS BATU BESAR DI
tengah sungai bukan lain adalah Latandai alias Hantu Bara Kaliatus. Sepasang
matanya masing-masing memiliki dua bola mata berwarna merah seperti bara menyala
menatap angker ke arah Lakasipo. Saat itu Lakasipo masih duduk di atas punggung
Laekaki enam kuda tunggangannya yang berkaki enam. Sementara Wiro, Naga Kuning
dan Setan Ngornpol masih berada dalam genggaman tangannya, belum sempat
dimasukkan ke dalam kocek jerami.
"Makhluk apa ini gerangan..." kata Naga Kuning.
"Kepalanya seperti pendupaan! Ada bara menyala!"
menjawab! Wiro. Sementara Setan Ngornpol berdiam diri sambil menekap bagian
bawah perutnya karena ngeri melihat sosok Hantu Bara Kaliatus. Udara di sekitar
sungai yang tadinya sejuk kini berubah menjadi panas oleh hawa yang keluar dari
bara menyala di kepala dan tubuh Hantu Bara Kaliatus.
"Lihat matanya!" Naga Kuning kembali berucap.
"Setiap mata ada dua bola mata!"
"Ya, aku juga sudah melihat. Jangan-jangan makhluk ini punya empat biji di
kantong menyairnya!" kata Wiro pula sambil tertawa cekikikan.
"Kalian jangan bergurau saja!" membentak Setan Ngornpol. "Aku punya firasat
bahaya besar mengancam Lakasipo, berarti mengancam kita bertiga!"
"Wahai orang berkaki batu berkuda kaki enam!"
Hantu Bara Kaliatus berseru dari tengah sungai. "Walau rambutmu gondrong riap-
riapan, muka tertutup kumis, Janggut dan cambang bawuk tebali Tapi aku masih
mengenali siapa dirimu! Dan aku memang sudah lama mencarimu I Bukankah kau
manusianya yang bernama Lakasipo dan kini dijuluki Bola Iblis alias Hantu Kaki
Batu"."
Lakasipo tidak segera menyahut. Dia perhatikan sekali orang di tengah sungai
itu. "Lama sudah kudengar kedahsyatan keadaan dirimu! Jika aku tidak salah
menduga bukankah kau Latandai, kerabat dari Latanahsilam yang kini terkenal
dengan julukan Hantu Bara Kaliatus"!"
Hantu Bara Kaliatus tertawa bergelak. "Dulu kita sama-sama tinggal di
Latanahsilam, saling bersahabat saling berkerabat! Tapi keadaan kini telah
menentukan lain! Aku memanggul tugas membunuh dirimu Lakasipo!"
Terkejutlah Lakasipo mendengar ucapan Hantu Bara Kaliatus itu. Dalam
genggamannya Setan Ngompol lang-103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
28 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
sung terkencing. Naga Kuning gemetaran sedang Wiro walaupun tampak tenang tapi
hatinya jadi berdebar.
Jika terjadi perkelahian antara Lakasipo dengan orang yang kepala dan tubuhnya
dipenuhi bara menyala itu, niscaya keselamatan mereka ikut terancam.
"Latandai, hampir delapan puluh tahun kita tidak pernah bertemu! Sekali bersua
kau berniat hendak membunuhkul Siapa yang memberi tugas gila itu padamu! Mengapa
dia menginginkan jiwaku"!" tanya Lakasipo alias Hantu Kaki Batu dengan suara
lantang. "Aku tidak ditugaskan untuk bertanya jawab. Tapi mungkin aku bisa memperpanjang
saat-saat kematian mu. Asalkan kau bersedia menjawab pertanyaanku!"
"Manusia gendeng! Hendak membunuh orang tapi mau bertanya dulu!" memaki Naga
Kuning. "Hantu Bara Kaliatus! Belum pagi berganti sore ucapanmu sudah ngaco bertolak
belakang! Tadi kau bilang tidak ingin bertanya jawab. Tapi sekarang kau mau
mengajukan pertanyaan!"
Tampang Hantu Bara Kaliatus jadi berubah. Bara api di atas kepalanya mengepulkan
asap merah. Tidak mengacuhkan ejekan Lakasipo dia berkata. "Aku mencari seorang
bernama Lasingar. Aku juga mencari seorang perempuan bernama Luhsantini.
Terakhir sekali aku bertemu orang-orang itu sekitar seratus tahun lalu. Lalu ada
seorang lelaki bernama Lamatahati yang usianya sekitar delapan puluh tahunan. Di
mana mereka sekarang, apakah kau bisa memberi tahu?"
"Aku pernah mendengar sedikit riwayatmu di masa lalu. Luhsantini bukankah dia
istrimu dan Lamatahati bukankah dia anakmu" Aku menaruh curiga kau punya niat
jahat terhadap kedua orang itu. Juga terhadap Lasingar! Aku tak mungkin memberi
tahu! Apalagi kau punya maksud hendak membunuhku!"
Hantu Bara Kaliatus perlihatkan wajah sedih. "Yang lalu biarlah berlalu. Walau
bagaimanapun Luhsantini adalah istriku. Lamatahati adalah anakku dan Lasingar
adalah kerabatku! Aku rindu ingin bertemu dengan mereka."
Lakasipo terdiam beberapa ketika. Akhirnya dia menjawab. "Istrimu kudengar kabar
menyepi diri di satu tempat di sebuah pertapaan di sebelah selatan Gunung
Labatuhitam. Lasingar kalau tak salah menetap di Bukit Latinggibiru. Mengenai
anakmu Lamatahati tidak pernah kuketahui. Mungkin dia berada di alam lain
sebelum kita atau alam seribu dua ratus tahun setelah kita."
Hantu Bara Kaliatus tatap muka Lakasipo beberapa saat seolah hendak meneliti
apakah keterangannya bisa dipercaya. Kemudian manusia ini sunggingkan seringai.
"Wahai Lakasipo! Ternyata kau tidak bakal mati sia-sia! Kau mati dengan menanam
budi padaku! Semoga para Dewa dan para Peri memberikan tempat 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro
Sableng 212 29 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
paling hnflua bnginni di nlom atas langitl Tiba saatnya aku membunuhmu wahai
Hantu Kaki Batu"
Habis berkata begitu Hantu Bara Kaliatus sentakan lehernya. Kepalanya bergoyang
keras. Sebuah bara menyala melesat dari atas kepala orang ini, menyambar ke arah
kepala Lakasipo. Secepat kilat Lakasipo tundukkan kepala. Melompat ke kiri,
mencebur ke dalam sungai. Bara menyala lewat setengah jengkal disamping paha
kirinya, menebar hawa panas yang sempat menghanguskan cambang bawuknya. Bara
menyala sesaat kemudian menghantam sebuah batu besar di tepi sungai sehingga
meledak dan hancur berkeping-keping!
Hantu Bara Kaliatus tertawa bergelak. "Gerakanmu lumayan cepat Hantu kaki Batu.
Aku ingin melihat kehebatan sepasang kaki batumu!"Hantu Bara Kaliatus lalu
sentakkan otot di perutnya. Dua buah bara menyala melesat menyerang Lakasipo.
Lebih cepat dan lebih ganas!
Lakasipo yang masih berada dalam sungai membentak keras lalu melesat ke udara.
Pada saat dua bara menyala menyambar dan hanya tinggal satu langkah dari perut
dan dadanya, Lakasipo tendangkan kedua kakinya.
"Byaaarrri"
"Byaaarrr!"
Percikan lidah api mencuat di atas sungai. Membakar daun-daun pepohonan.
Lakasipo terdorong keras ke belakang tapi masih sanggup menjejakkan dua kaki
batunya di tepi sungai. Rasa sakit menjalar dari kaki sampai ke pinggang. Kalau
tidak cepat meng-imbangi diri dan pasang kuda-kuda niscaya dia akan jatuh
terhenyak di tanah. Di atas batu di tengah sungai Hantu Bara Kaliatus tegak
dengan tubuh tergontai-gontai. Sesaat mukanya seolah tak berdarah ketika
menyaksikan bagaimana dua bara yang dihantam-kannya ke arah lawan hancur
berantakan ditangkis Bola Bola Iblis di kaki Lakasipo!
Lakasipo sendiri tampak berkerut keningnya ketika melihat bagaimana hantaman dua
keping batu bara merah yang hanya sebesar ibu jari kaki itu membuat dua kakinya
yang terbungkus batu laksana dirajam dalam api. Ketika dia memperhatikan
ternyata dua batu di kakinya telah gompal! Padahal selama ini tidak satu senjata
atau kekuatan sakti puri sanggup merusak dua batu bulat itu!
Mendadak Lakasipo merasa ada tusukan halus di tangan kanannya. Tusukan itu
sebenarnya adalah gigitan yang dilakukan Wiro untuk menarik perhatian Lakasipo.
Hal ini menyadarkan Lakasipo bahwa sampai saat itu dia masih menggenggam ketiga
orang Itu di tangan kanannya. Wiro lambaikan tangan berulang kali. Melihat tanda
ini Lakasipo segera dekatkan tangan 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
30 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
kanannya ke telinga. Wiro cepat membuka mulut.
"Lakasipo! Lekas masuk kedalam sungai. Manusia bara menyala itu pasti tidak
berani mengejar. Seluruh bara menyala di kepala dan tubuhnya pasti akan mati
kena air. Di dalam air kau punya kesempatan bertahan dan menyerang!"
"Kau cerdik!" ujar Lakasipo. Lalu sambil terus menggenggam Wiro, Naga Kuning dan
Setan Ngompol dengan cepat dia mencebur masuk ke dalam sungai.
Air sungai muncrat sampai beberapa tombak. Wiro dan dua temannya yang masih
berada dalam genggaman tangan kanan Lakasipo jadi gelagapan begitu mereka ikut
tenggelam masuk ke dalam air.
Di atas batu di tengah sungai Hantu Bara Kaliatus menyeringai lebar. "Aku tahu
apa yang ada di benakmu Hantu Kaki Batu! Kau kira aku takut turun ke air! Aku
masih belum puas kalau tidak menjajal seluruh ke-saktianmu sebelum menamatkan
riwayatmu!" Setelah berucap Hantu Bara Kaliatus lantas melompat masuk ke dalam
sungai. "Byuuurrr!"
Sosok Hantu Bara Kaliatus lenyap di dalam air. Di permukaan sungai mengepul asap
kelabu. Tiba-tiba sosok Hantu Bara Kaliatus muncul kembali. Astaga!
Semua bara menyala yang ada di atas kepala dan menempel di tubuhnya ternyata
masih menyala! Tidak mati walau terkena air!
"Hantu Kaki Batu! Perlihatkan kehebatanmu!"
Hantu Bara Kaliatus tanggalkan sebuah bara menyala dari atas kepalanya. Sesaat
bara itu ditimang-timangnya. Di saat yang sama Lakasipo ingat akan orang-orang
yang ada di tangan kanannya. Dengan cepat dia keluarkan tangan kanan dari dalam
sungai. Wiro dan Naga Kuning muntah-muntah semburkan air.
Setan Ngornpol muntah atas bawah. Walau keadaannya saat itu megap-megap seperti
orang mau sekarat tapi Wiro masih sempat mengintip dari sela jari Lakasipo dan
dia menyaksikan sendiri bagaimana bara menyala di kepala dan tubuh lawan tidak
menjadi mati walau terkena air!
"Lakasipo.... Huekkk!" Wiro muntah lagi. "Sulit bagimu mengalahkan makhluk bara
itu. Kau harus menyelinap ke belakangnya. Totok urat besar dipangkal leher
sebelah kanan. Tubuhnya pasti kaku tak bisa bergerak!"
"Kau memang pernah bilang mengenai ilmu totok itu!
Tapi mana aku paham melakukannya!" jawab Lakasipo seraya mendekatkan tangan
kanannya ke dekat, kepala.
"Luruskan dua jari tangan kirimu! Kerahkan tenaga dalam lalu tusukkan ke pangkal
leher! Ingat, aku pernah menunjukkan caranya beberapa hari lalu! Kau harus
melakukan sekarang sebelum dia menyerang!"
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
31 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Apa yang dikatakan Wiro tidak mudah bagi Lakasipo melakukannya. Bukan saja
karena dia tidak pernah mengenal ilmu totokan itu tetapi saat itu Hantu Bara
Kaliatus telah melemparkan bara api yang tadi ditimang nya di tangan kanan.
"Wuussss!"
Batu bara menyala seolah berubah menjadi sinar merah panjang, melesat di atas
permukaan air sungai menyambar ke arah dada Lakasipo.
Lakasipo membuang dirinya ke samping sambil melepaskan pukulan Lima Kutuk Dari
Langit Lima larik sinar hitam berkiblat memapasi sambaran bara menyala.
"Taar! Taarr! Taarr! Taarr! Taarr!"
Lima letusan keras menggetarkan udara. Sinar hitam dan kilatan nyala api
bertaburan. Air sungai bergejolak ke atas antara dua lawan yang tengah bertempur
itu hingga untuk beberapa saat lamanya mereka tak dapat saling melihat. Lakasipo
merasa sakit dan panas pada pinggang sebelah kiri. Namun tidak diacuhkannya
karena dia ingin mempergunakan kesempatan untuk melakukan apa yang diberitahu
Wiro tadi. Yakni menotok tubuh lawan. Tapi celakanya Lakasipo lupa bagian mana
dari tubuh Hantu Bara Kaliatus yang harus ditotoknya. Sebelum tubuhnya masuk ke
dalam air dia angkat tangan kanannya tinggi-tinggi dan bertanya. "Wiro, bagian
mana dari tubuh Hantu Bara Kaliatus yang harus aku tutuk!"
Saat itu dalam genggaman tangan kanan Lakasipo Wiro terjepit di sebelah bawah.
Walau dia bisa mendengarpertanyaan Lakasipo namun dia tak bisa
menjawab.Sebaliknya Naga Kuning berada di sebelah atas antara dua celah jari
tangan. Enak saja bocah ini berteriak.
"Totok saja selangkangannya sebelah kanan! Kau harus menyelami Lakukan cepat
sebelum muncratan air turun!"
* * * 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
32 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
ANPA PIKIR PANJANG LAKASIPO SEGERA
menyelam lalu bergerak cepat mendekati lawan dengan dua jari tangan kiri
terpentang lurus. Hantu Bara merasa dan mendengar ada herrtakan-hentakan keras
di dasar sungai yakni hentakan Bola Bola Iblis atau dua kaki Lakasipo yang
terbungkus batu. Ketika dia menyadari lawan menyusup dalam air dan mendekatinya
dengan cepat keadaaan sudah kasip.
Tubuh Hantu Bara menggeletar ketika satu tusukan keras menghantam pangkal paha
kanan sebelah atas!
Hantu Bara Kaliatus pukulkan tangan kanannya ke dalam air namun Lakasipo telah
lebih dulu menyelinap.
Sesaat kemudian dia melesat ke tebing sungai dan berlindung di balik sebuah batu
besar. Dari balik batu itu dia memperhatikan apa yang terjadi atas diri Latandai
alias Hantu Bara Kaliatus. Pada saat bersamaan Lakasipo ingat lagi akan tiga
sahabatnya yang terbawa menyelam dan masih berada dalam genggaman tangan
kanannya. Cepat-cepat Lakasipo buka tangannya lalu meletakkan ketiga orang itu
di tanah. "Celaka.... Jangan-jangan mereka mati semua. Wahai sahabatku!" kata Lakasipo
dalam hati sewaktu dilihatnya Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngornpol tak satupun yang
bergerak! Lakasipo cepat tengkurapkan ketiga orang itu. Lalu hati-hati dan
perlahan sekali, dengan mempergunakan ujung jarinya ditekannya punggung dan
pantat ketiga orang itu. Air sungai yang memenuhi perut Wiro, Naga Kuning dan
Setan Ngompol menyembur keluar. Sesaat kemudian ketiganya tampak menggerakkan
kaki dan tangan. Walau mereka masih tertelungkup begitu rupa dan nafas agak
megap-megap namun masing-masing sudah bisa membuka mata hingga menyaksikan apa
yang terjadi dengan diri Hantu Bara Kaliatus seperti yang juga disaksikan oleh
Lakasipo. Saat itu di tengah sungai Hantu Bara Kaliatus berhasil menguasai diri hingga
getaran yang menjalari tubuhnya segera lenyap. Namun begitu getaran hilang tiba-
tiba dia merasakan ada satu kelainan pada bagian tubuh di bawah perut. Rasa
berat yang amat sangat.
Saat itu dia tidak lagi ingat untuk mencari tahu di mana adanya Lakasipo.
Terbungkuk-bungkuk orang ini me-rambah air. menuju tepian sungai lalunaik ke
daratan. Begitu sampai di dataran dan memandang ke .bawah.
Seruan tertahan keluar dari mulut Hantu Bara Kaliatus!
Matanya membeliak seperti mau melompat dari sa-103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro


Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sableng 212 33 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
rangnya sedang mukanya pucat memutih!
Celana yang dikenakan Hantu Bara, yang terbuat dari kulit kayu robek besar di
bagian bawah perut. Dari robekan itu mencuat keluar anggota rahasianya yang
telah berubah bentuk menjadi bengkak membesar!
"Demi para roh!" jerit Hantu Bara Kaliatus. "Apa yang terjadi dengan diriku!
Wahai para Dewa dan Peri!
Tolong diriku!" Setengah meratap Hantu Bara sambar serumpunan dedaunan lalu
ditutupi auratnya dengan daun-daun itu.
Di balik batu Pendekar 212 Wiro Sableng,. Naga Kuning dan Setan Ngompol berusaha
bangkit dari saling pandang.
"Kau lihat barusan anunya Hantu Bara...?" tanya Setan Ngompol pada Wiro.
Wiro mengangguk.
"Aku heran apa yang terjadi atas dirinya. Sampai kantong menyannya bengkak besar
begitu rupa. Dan bukan cuma kantong menyannya saja! Tongkat Ganda-ruwonya
juga..." Setan Ngornpol tidak teruskan ucapannya. Kakek bermata jereng ini
melirik pada Naga Kuning lalu mengerling ke arah Wiro. "Hemmmm..." Setan
Ngornpol bergumam. "Ini pasti pekerjaan salah satu dari kalian! Memberi kisikan
gila pada Lakasipo! Kalau tidak ada yang menotok urat sembung di selangkangannya
tidak nanti dia jadi begitu. Lihat, berdiri saja dia seperti tidak mampu. Yang
di bawah bengkak membesar. Yang di atas menunjuk kurang ajar!"
Pendekar 212 garuk-garuk kepala. "Aku memang mengajari Lakasipo untuk menotok.
Tapi menotok urat besar di leher atas! Bukan di leher bawah!"
"Hik... hik... hik!" Naga Kuning tekap mulutnya menahan ketawa.
"Bocah geblek! Pasti kau yang mengajari!" kata Setan Ngornpol pula pada Naga
Kuning. Saat itu Lakasipo rundukkan kepalanya ke tanah.
Perlahan sekali dia berkata. "Wahai Naga Kuning, kalau kita tidak membebaskan
tutukan...."
"Totokan! bukan tutukan!" sergah Naga Kuning tapi sambil senyum-senyum.
'Terserah! Kau menyebot totokan, aku tutukan.
Karena totokan dalam bahasa di Negeri Latanahsilam berarti payudara perempuan!"
Setan Ngornpol tertawa cekikikan hingga kencing-nya terpancar. Wiro garuk-garuk
kepala sambil menye-ngir sedang Naga Kuning tertawa terpingkal-pingkal.
"Kalau kita tidak membebaskan tutukannya, seumur-umur dia akan menderita seperti
itu...." "Dia perlu celana baru yang gombrang di sebelah bawah! kata Wiro. "Atau sarung!"
"Mana ada sarung di negeri gila ini!" tukas Setan Ngornpol.
"Siapa yang berani menolongnya"! Sekail mon-103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro
Sableng 212 34 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
dekat pasti mati kita dihantamnya!" kata Naga Kuning.
"Lakasipo, bukankah kau yang menotok selangkangannya" Jadi kalau kau mau berbaik
hati kau saja yang melepas totokannya. Tusuk sekali lagi selangkangannya! Hik...
hik... hik!"
Saat itu Hantu Bara Kaliatus duduk tergeletak di tanah. Dia tak habis pikir apa
yang terjadi dengan dirinya. Memandang berkeliling dia tidak melihat siapa-
siapa. Tapi hatinya mulai curiga. Tertatih-tatih orang ini bangkit berdiri.
Sambil melangkah pergi dia berkata.
"Lakasipo manusia jahanam! Akan kucari kau sampai ke ujung dunia! Pasti kau yang
punya pekerjaan!
Jahanam!" Saking marahnya Hantu Bara tinggalkan dua bara menyala dari perutnya
lalu di lemparkan ke depan. Dua bara menyala ini menghantam, pohon besar. Begitu
tembus masuk ke batang pohon, pohon ini meledak dan tumbang hancur berentakan. r
"Siapa sebenarnya makhluk yang mata dan tubuhnya ditempeli bara menyala itu"!"
Naga Kuning bertanya.
"Panjang ceritanya wahai tiga saudaraku! Tapi jika kalian ingin tahu biar aku
ceritakan sedikit." Lakasipo lalu menuturkan siapa adanya Hantu Bara Kaliatus/
"Peristiwanya terjadi sekitar hampir delapan puluh tahun silam. Dimulai ketika
Latandai kabur dari Latanahsilam sementara istrinya hamil besar. Setelah
bayinya' hampir berusia empat puluh hari Latandai tidak pernah; pulang, maka Luhsantini
meninggalkan rumah mencari suaminya itu. Di Latanahsilam ada semacam adat jika
pada saat seorang bayi mencapai usia empat puluh hari dan ayahnya tidak hadir
untuk satu upacara peng-usapan ubun-ubun, penyentuhan tubuh serta mencium-
anaknya, maka anak itu dianggap tidak memiliki ayah, sekaligus tidak punya ibu
dan jadilah dia semacam anak haram yang dikucilkan...."
"Adat aneh!" ujar Pendekar 212.
"Negeri ini memang diselimuti seribu satu macam keanehan. Latandai dan
Luhsantini jelas-jelas dikawin-kan secara syah. Masakan karena ayahnya tidak
mengusap ubun-ubunnya saja dia lalu jadi anak haram.
Dikucilkan...."
'Terus terang memang banyak keanehan terutama menyangkut adat yang tidak aku
sukai di Negeri Latanahsilam ini," kata Lakasipo pula. "Tapi bagaimana mau
mengikisnya" Siapa saja yang berani merubah adat dan aturan akan dicap sebagai
pengkhianat besar.
Hukumannya direbus dalam sebuah belanga besi selama empat puluh hari sampai
daging dan tulang belulangnya hancur larut dalam air!"
"Menurutmu putera Luhsantini dikucilkan lalu di-usir dari Negeri Latanahsilam.
Kemana minggatnya anak itu, apa dia tidak bisa kembali ke sini" Tidak ingin
membalas dendam"'
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
35 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
"Putera Luhsantini itu tidak bisa disebut sebagai anak lagi. Saat ini usianya
paling tidak sekitar delapan puluh tahunan. Kemana perginya sulit diketahui.
Tapi aku menduga kemungkinan masuk ke dalam negeri asal kalian. Kabar terakhir,
sebelum dia lenyap dari sini diketahui dia telah mendapat julukan Hantu Balak
Anaml" "Apa"!" Tiga mulut yakni Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngornpol berseru
berbarengan. . "Wahai tiga saudaraku! Melihat raut muka dan seruan kagetmu tadi aku menaruh
sangka kau kenal atau pernah tahu dengan Hantu Balak Anam"!" ujar Lakasipo.
"Orangnya tinggi besar, berambut lurus ke atas seperti ijuk. Alisnya panjang
bersambung jadi satu.
Lalu di keningnya ada enam buah lobang hitam. Di pipi kiri dan kanan masing-
masing ada tiga lobang hitam serupa. Itukah orangnya"!" tanya Wiro.
"Tepat! Memang dia wahai saudaraku Wirol Mungkin ukuran tubuhnya saja yang tidak
sesuai dengan ukuran tubuh kami di sini! Tapi lain dari itu sangat cocoki"
"Dia berada di tanah Jawa. Terakhir sekali dia berada di Telaga
Gajahmungkur...." (Mengenai "Hantu Balak Anam" harap baca serial Wiro Sableng
berjudul "Pedang Naga Suci 212" yang merupakan Episode ke-4
dari 11 Episode)
"Ah, dugaanku tidak meleset. Jadi memang ke sanalah diamengucilkan dirL Apakah
dia menjadi hantu jahat atau hantu baik di negeri kalian"' tanya Lakasipo.
"Walau dia banyak berpihak pada orang-orang golongan putih, namun dia tidak bisa
dikatakan termasuk golongan putih. Yang jelas dia bukan golongan hitam," jawab
Wiro. "Aku tidak mengerti. Apa yang kau maksudkan dengan golongan putih dan golongan
hitam," ujar Lakasipo pula.
Wiro tersenyum lalu menceritakan apa arti golongan putih dan golongan hitam di
rimba persilatan di tanah Jawa.
Sambil garuk-garuk kepala Wiro kemudian berkata.
"Kalau kau tidak setuju dengan adat negeri ini, berarti kau menyadari bahwa
Lasingar dan Luhsantini serta Lamatahati sama sekali tidak bersalah. Lalu
mengapa kau memberi tahu di mana orang-orang itu berada" Hantu Bara Kaliatus
pasti akan mencari Lasingar dan Luhsantini. Lalu membunuh kedua orang itu.
Lamatahati mungkin selamat karena menurutmu.
dia berada di alam lain...."
Lakasipo jadi terkejut mendengar ucapan Wiro.
Sableng itu. "Astaga, kau benar..." katanya dengan suara bergetar. "Aku membuat
kesalahan besar. Aku harus menolong mereka...."
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
36 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi apa kau bisa menduga siapa di antara Lasingar dan Luhsatini yang akan
lebih dulu didatangi Hantu Bara Kaliatus"l"
"Kukira dendam Latandai sangat besar terhadap Luhsantini. Gara-gara perempuan
itulah maka dia menerima bala kutukan. Pasti dia akan membunuh janda-nya itu
lebih dulu!"
"Kalau kau yakin hal itu, berarti perempuan itu yang harus diselamatkan lebih
dulu! Kau tahu tem-patnya! Mengapa tidak segera berangkat ke sana!" ujar'
Naga Kuning. "Aku.... Aku harus menyambangi makam istriku lebih dulu di Bukit Latinggihijau!"
kata Lakasipo pula.
"Istrimu sudah meninggal, Lakasipo!" kata Wiro.
"Tidak ada satu bahaya pun mengancam dirinya dibanding dengan perempuan bernama
Luhsantini itu!
Dia yang harus didatangi dan diselamatkan lebih dulu!"
"Lalu bagaimana dengan Hantu Santet Laknat! Aku juga punya urusan yang belum
selesai dengan dukun keparat itu! Gara-gara dia sepasang kakiku jadi begini!"
"Bagaimanapun.keadaan kakimu, yang jelas kau kini malah memiliki ilmu kesaktian
yang hebatl Lupakan makam istrimu! Lupakan dulu Hantu Santet Laknat Malah kami
bertiga untuk sementara bersedia melupakan mencari Batu Sakti Pembalik Waktu dan
mencari Hantu Tangan Empat! Asalkan kau mau menyelamatkan perempuan bernama
Luhsantini itu!"
Mendengar ucapan Wiro itu Lakasipo alias Hantu Kaki Batu menjadi bimbang. Saking
gemesnya Wiro memberi isyarat pada Naga Kuning dan Setan Ngornpol.
Ketiga orang ini serentak menggigit telapak tangan Lakasipo. Walau gigitan itu
tidak melukainya namun rasa sakit seperti ditusuk membuat Lakasipo tersentak.
"Kalian nakal semual" Mengomel Lakasipo. Lalu ketiga orang itu dimasukkannya ke
dalam kocek jerami.
Sekali lompat saja dia sudah berada di punggung kuda hitam kaki enam.
* * 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
37 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
APANGAN KECIL DI BUKIT LATINGGISUBUR pagi itu dipenuhi oleh para penyabung ayam,
mereka yang bertaruh atau hanya sekedar menonton. Ketika ayam milik Lakabil dan
Latondang sedang hebat-hebatnya berlaga tiba-tiba sebuah benda melayang di udara
dan jatuh di tengah lapangan. Dua ayam yang bertarung berkotek keras lalu kabur.
Orang yang ada di tempat itu serta merta dilanda kegemparan.
Betapa tidak. Benda yang bergelimpang ditanah lapang itu adalah sesosok tubuh
bergelimpang darah mulai dari kepala sampai ke badan. Dalam keadaan seperti itu
dari balik semak belukar sekonyong-konyong keluar sesosok tubuh tinggi besar.
Saat itu juga tempat itu diselimuti hawa panas serta bau aneh seperti daging
terpanggang. Kalau tadi semua orang dilanda kegegeran maka kini mereka dicekam ketakutan
setengah mati. Mereka tidak tahu pasti makhluk apa yang sebenarnya tegak di
depan mereka saat itu. Sosok tinggi besar ini tegak kaki terkembang tubuh agak
terbungkuk seolah menahan sesuatu yang berat di bawah perutnya. Di atas
kepalanya ada puluhan bara menyala. Bara yang sama juga menempel di dada dan
perut. Di bawah pinggang makhluk ini mengenakan jerami kering dan daun-daunan
demikian rupa sengaja menutupi bagian tubuhnya yang besar gembung menonjol.
"Roh jahat kesasar..." bisik seseorang.
"Hantu lapar turun dari langit!" kata yang lain dengan suara bergetar.
"Lihat tubuhnya sebelah bawah. Besar nian. Sebesar kelapa!"
"Aneh dan seram! Dia memiliki empat buah bola mata!"
"Wahai, agaknya dia yang barusan melempar orang bergelimang darah itu! Dia
sengaja melempar ke hadapan Lakabil!" kata seorang lainnya.
"Lasingar!" Tiba-tiba orang menyeramkan di tengah lapangan berteriak keras.
Tanah lapang terasa bergetar.
Daun-daun pepohonan bergemerisik. "Buka matamu lebar-lebar! Apa kau masih
mengenali siapa adanya manusia yang menggeletak sekarat di depanmu itu"!
Apa kau juga mengenali siapa diriku"!"
Orang bernama Lakabil melangkah mundur dengan muka pucat ketakutan. Matanya
memandang berganti-ganti dari si makhluk seram yang bukan lain adalah Latandai
alias Hantu Bara Kaliatus lalu pada sosok yang tergeletak di tanah.
"Lasingar! Jawab pertanyaanku!" Terbungkuk-103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro
Sableng 212 38 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
bungkuk keberatan dia maju dua langkah mendekati Lakabil.
Seseorang di tepi lapangan beranikan diri berkata.
"Wahai makhluk yang kepalanya menjunjung bara menyala! Orang yang kau ajak
bicara itu bernama Lakabil.
Bukan Lasingar."
"Benar! Dia Lakabil! Tak ada orang bernama Lasingar di sini."
Hantu Bara Kaliatus melirik tajam pada dua orang yang barusan bicara itu.
"Kalian berdua berbanyak mulut! Kalian tahu apa!" Tiba-tiba Hantu Bara Kaliatus
menyergap. Dua tangannya bergerak.
"Bukkk!"
"Bukkk!"
Dua orang yang tadi bicara menjerit keras. Tubuh mereka terpental. Jatuh
bergedebukan di tanah dengan mulut hancur.
"Ada lagi yang mau bicara"l" sentak Hantu Bara Kaliatus.
Tak ada yang menjawab. Tak ada yang berani bergerak.
Hantu Bara Kaliatus melangkah ke hadapan orang bernama Lakabil tapi yang
dipanggilnya dengan Lasingar. "Kau pandai berpura-pura. Tak mau menjawab.
Seolah tidak mengenal siapa manusia satu ini! Dia adalah kerabatmu Latorikl
Penduduk Negeri Latanahsilam. Sekitar delapan puluh tahun silam dia yang
menangkap basah dirimu sewaktu berada di atas ranjang bersama Luhsantini!"
Pucatlah wajah Lakabil. Dalam hati dia membatin.
"Walau kini aku berhadap-hadapan, tapi apa benar makhluk aneh ini Latandai
adanya.... Celaka, bagaimana dia tahu aku tinggal di sini!"
"Kerabat," kata Lakabil. "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan...."
Hantu Bara Kaliatus menyeringai. "Kau masih meneruskan kepura-puraanmu! Aku
adalah Hantu Bara Kaliatus! Luhsantini adalah istriku yang telah kau cabuli
hingga hamil. Ingatanmu sudah terang sekarang Lasingar"! Atau perlu kubelah
batok kepalamu, kukeluar-kan otakmu dan kucuci di sungai Lapanjangbiru?"
"Han.... Hantu Bara Kaliatus.... Kau... kau adalah Latandai!" ujar Lakabil
dengan suara tercekat Hantu Bara Kaliatus tertawa bergelak. "Sekarang otakmu
mulai jernih rupanya! Apa kau juga sudah ingat bahwa namamu sebenarnya Lasingar"
Bukan Lakabil yang kau palsukan sejak puluhan tahun bersembunyi di Bukit
Latinggisubur ini?"
Dalam takut yang amat sangat, semua orang yang mendekam di tempat itu merasa
heran apa sebenarnya yang dibicarakan makhluk seram itu dengan kerabat yang
selama ini mereka kenal bernama Lakabil. Tapi si makhluk seram menyebutnya
sebagai Lasingar.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
39 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
"Latandai.... Perihal kejadian delapan puluh tahun silam itu, aku tidak
melakukannya. Aku...."
Hantu Bara Kaliatus menggembor keras. Dia menunjuk pada orang yang terkapar di
tanah. "Latorik saksi mata. Saksi hidup yang sebentar lagi akan me-regang nyawa!
Dia yang melihat kau dalam keadaan bugil di atas ranjang bersama Luhsantini! Di
atas anjungan rumah kediaman orang tua gadis itu!"
"Latandai aku bersumpah.... Demi para Dewa dan para Peri. Aku tidak menggauli
calon istrimu Luhsantini.
Aku berada dirumahnya untuk berobat, aku tidak tahu...
tidak mengerti mengapa hari itu tahu-tahu aku berada di atas ranjang bersama
Luhsantini dalam keadaan tidak berpakaian...."
"Jahanam pendusta! Setelah merambas tanaman muda kau tidak berani mengakui
perbuatan kejimu!
Dengar baik-baik Lasingar! Ketika Luhsantini kukawini, gadis itu sudah tidak


Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perawan lagi! Kau melakukan kebejatan itu bukan cuma sekali! Pasti berulang-
ulang! Alasan sakit hanya tipu muslihatmu semata agar bisa mendekati Luhsantini!
Jahanam terkutuk!"
"Demi para Dewa dan para Peri. Demi para arwah ke dua orang tuaku! Aku
bersumpah, Latandai! Aku tidak melakukan semua yang kau tuduhkan itu!"
"Lasingar! Ternyata kau bukan saja seorang laknat Tapi berani bersumpah palsu
menyebut para Dewa dan para Peri! Bahkan menyebut roh orang tuamu!
Kalau kau benar tidak melakukan perbuatan terkutuk itu mengapa melarikan diri"!
Bersembunyi tinggal di Bukit Latinggisubur ini selama puluhan tahun"! Me-nukar
nama menjadi Lakabil!"
"Latandai.... Aku saat itu berada dalam keadaan tidak mungkin membela diri.
Kalau benar orang itu Latorik, apa yang disaksikannya mungkin karangan belaka!
Mungkin saja seseorang menyuruh atau me-maksanya berbuat begitu. Memberi
kesaksian palsu...."
"Bukkkk!"
Kaki kanan Hantu Bara Kaliatus mendarat telak di dada Lasingar. Orang ini
terpental dan ambruk di bawah sebatang pohon. Darah segar mengucur dari
mulutnya. Nafasnya sesak, nyawanya seolah terbang. Dia mengerang dengan sekujur tubuh
bergeletar. Hantu Bara Kaliatus menyeret sosok berdarah ke hadapan Lasingar. Orang yang
berada dalam keadaan luka parah itu dijambaknya lalu membentak. "Latorik!
Sebelum kau keburu mampus katakan apa yang kau lihat delapan puluh tahun silam
di atas ranjang di anjungan rumah kediaman Luhsantini! Kalau kau mati para Dewa
dan para Peri akan mengampuni segala dosamu karena kau telah berbuat baik,
memberi kesaksian yang benar!"
Orang yang bergelimang darah itu tidak segera menjawab. Mungkin dia tidak lagi
mampu bersuara.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
40 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Hantu Bara Kaliatus menggoncang kepala Latorik.
"Bicara! Atau kugeprak pecah kepalamu saat ini juga!" teriak Hantu Bara
Kaliatus. "A... aku...." Latorik bersuara walau perlahan. "Del...
delapan puluh tahun silam.... Suatu pagi, seperti biasa aku membawa satu bumbung
berisi air ke rumah orang tua Luhsantini. Tanpa sengaja aku.... Aku menjenguk ke
anjungan. Aku melihat dia...."
"Dia siapa"! Sebutkan nama!" bentak Hantu Bara Kaliatus.
"Dia..., dia Lasingar... aku melihat Lasingar dan Luhsantini saling berpelukan.
Keduanya dalam pulas tertidur. Keduanya tidak berpakaian...."
"Latorik jahanam! Kau mengarang cerita memfitnah diriku! Bejat sekali
pekertimu!" Teriak Lakabil alias Lasingar menggeledek. Dari pinggangnya
dihunusnya sebilah parang batu lalu ditusukannya ke dada Latorik, tepat di arah
jantung hingga orang ini tewas seketika!
Kalau semua orang tersentak kaget melihat apa yang dilakukan Lasingar itu,
sebaliknya Hantu Bara Kaliatus tertawa bergelak. Dia tadi sengaja tidak mencegah
pembunuhan itu. Jambakannya di rambut La-.
torik dilepaskan hingga sosok tak bernyawa ini tergelimpang di tanah.
"Lasingar manusia terkutukl Kau terlambat mem-bungkam mulut Latorik! Dia keburu
memberi kesaksian! Didengar oleh para Dewa dan Peri serta para roh!
Termasuk roh orang tuamu! Disaksikan pula oleh kerabat sepenyabungahmu! Sekarang
giliranmu menyusul ke alam langit ke tujuh!"
Hantu Bara Kaliatus tanggalkan, sebuah bara menyala di dadanya lalu dilemparkan
ke arah Lasingar.
Lasingar tak tinggal diam. Parang batu berdarah yang masih dipegangnya
dipergunakan untuk menangkis.
"Traaanggg!"
Parang batu hancur berantakan. Lasingar menjerit.
Suara jeritannya lenyap begitu bara menyala menembus keningnya lalu meledak
menghancurkan sebagian tubuhnya mulai dari kepala sampai ke dada!
Hantu Bara Kaliatus memandang berkeliling. Tak seorang pun masih terlihat di
tempat itu. Ternyata semua orang telah kabur melarikan diri karena takut akan
menjadi korban keganasan makhluk bara menyala itul
Hantu Bara Kaliatus putar langkah hendak meninggalkan tempat itu. Namun
gerakannya tertahan ketika di langit dilihatnya ada satu cahaya biru sebesar
ujung jari kelingking. Makin lama cahaya ini semakin membesar, menukik ke bawah.
Bertambah besar dan terang. Sepuluh tombak di atas kepala Hantu Bara Kaliatus
cahaya tadi berubah membentuk satu sosok tubuh seorang perempuan. Bersamaan
dengan itu bau harum mewangi menebar di tempat tersebut.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
41 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
ELIHAT SIAPA YANG MUNCUL DI ATASNYA itu Latandai alias hantu'Bara Kaliatus jadi
tercekat. Buru-buru dia menjatuhkan diri ber-lutut seraya dalam hati membatin. "Gerangan
pesan apa yang dibawanya padaku. Berkah atau hukuman.
Kalau dia sampai melihat keadaanku seperti ini...."
Hantu Bara Kaliatus mendongak ke atas dan letakkan dua tangan yang dirapatkan di
.atas kepala. "Wahai Peri Bunda, Simpul Agung Dari Segala Peri, Peri Junjungan Dari Segala
Junjungan, Berkah apakah yang hendak kau berikan padaku hingga tidak biasanya
kau menampakkan diri seperti ini...."
Angin bertiup sejuk beberapa saat lamanya. Di atas sana bayangan biru berbentuk
sosok seorang perempuan memandang sayu pada hantu Bara Kaliatus. Sosok yang
disebut Peri Bunda ini berwajah seorang perempuan separuh baya cantik, agung dan
anggun. Di kepalanya ada sebentuk mahkota bertabur batu-batu permata berkilau-
kilau. Tubuhnya terbungkus selendang tipis warna biru bergulung-gulung panjang.
Demikian panjangnya seolah ujung pakaian ini tergantung sampai ke langit.
"Wahai manusia bernama Latandai," Peri Bunda berkata dari atas sana. Suaranya
walau, lembut tapi mengiang keras masuk ke telinga Hantu Bara Kaliatus.
"Aku datang bukan membawa berkah! Kami para Peri di angkasa raya merasa sedih.
Karena sejak kau keluar , dari kawah Gunung Latinggimeru, maka di Negeri
Latanahsilam telah bertambah satu lagi Hantu yaitu Hantu Bara Kaliatus. Hantu
yang perwujudannya adalah bagaimana keadaan dirimu sendiri saat ini.... Kami
ingin melenyapkan semua Hantu yang ada, malah kini ketambahah satu lagi. Kami
tahu ada Hantu baik dan ada Hantu jahat di antara kalian. Selama puluhan tahun
kami para Peri telah mengikuti perjalanan hidupmu.
Ternyata kau bukan termasuk golongan Hantu baik. Di tubuhmu sebelumnya ada dua
ratus bara merah menyala. Kini bara itu telah banyak berkurang. Berarti belasan
bara maut telah kau pergunakan untuk membunuh manusia lainnya!' Ketahuilah
Latandai, membunuh adalah sesuatu yang tidak diizinkan kecuali dalam membela
diri, keluarga.dan para kerabat. Tapi seperti yang aku saksikan sendiri hari ini
kau telah menjadi penyebab kematian dua orang. Pertama Latorik. Walau bukan
tanganmu yang menghabisinya tapi kematiannya berpangkal sebab pada perbuatanmu.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
42 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Kedua Lasingar. Kau membunuhnya atas dasar kesaksian yang diragukan. Tidak ada
pembuktian yang sempurna. Semurah itukah nyawa manusia di matamu...?"
Untuk beberapa saat lamanya Latandai alias Hantu Bara Kaliatus diam tertunduk
masih berlutut dan dua tangan masih di atas kepala.
"Latandai, dari tadi kulihat kau berlutut terus. Berdirilah dan bicara secara
wajar. Aku bukan sebangsa Peri gila hormat..."
Latandai alias Hantu Bara Kaliatus jadi bingung dan kecut. Kalau dia berdiri,
Peri Bunda pasti akan melihat kelainan keadaan auratnya sebelah bawah.
"Wahai Latandai, apakah kau tidak mendengar.
Berhentilah berlutut. Bicara dengan berdiri padaku."
kata Peri Bunda.
Perlahan-lahan, terbungkuk-bungkuk Hantu Bara Kaliatus bangkit berdiri.
Celakanya ketika berdiri, celananya yang sudah tidak karuan rupa merosot ke
bawah. Cepat-cepat Latandai memegangi, menariknya ke atas dan membenahi dedaunan
yang dipakainya untuk melindungi anggota rahasianya.
Meskipun semua itu dilakukan dengan cepat oleh Latandai, namun Peri Bunda masih
sempat melihat.
Sang Peri langsung tersentak dan palingkan mukanya yang serta merta menjadi
sangat merah. Latandai kembali jatuhkan diri mengambil sikap berlutut agar tubuh
sebelah bawahnya yang menggembung tersingkap tidak kelihatan dari atas sana.
"Wahai Peri Bunda, Simpul Agung Dari Segala Peri, Peri Junjungan Dari Segala
Junjungan. Tiada niat membunuh orang tidak berdosa. Latorik terpaksa saya
aniaya. Karena semula dia tidak mau memberi keterangan atas apa yang
dilihatnya...."
"Apa yang dilihat seseorang belum tentu apa nyatanya. Begitu juga dengan
Latorik...."
"Mengenai Lasingar.... Dia lelaki terkutuk yang mempergunakan kesempatan untuk
merayu dan meniduri calon istriku! Mana mungkin aku mengakui Lamatahati sebagai
anakku padahal dia lahir dari benih yang ditanamkan manusia mesum itu ke dalam
rahim Luhsantini!" kata-kata Latandai jadi keras dan kasar.
Peri Bunda tersenyum rawan dan gelengkan kepalanya. "Latandai.... Hidup di
alammu penuh teka teki.
Apa yang terlihat belum tentu itu yang terjadi. Apa yang terjadi belum tentu itu
nyatanya. Kami para Peri tahu kalau otakmu sudah dicuci oleh Hantu Santet
Laknat. Kau telah dijadikan boneka penurut kemauannya. Kau berada dalam kekuasaannya.
Kami para Peri masih menaruh kasihan serta harapan padamu. Kau belum lama
tersesat. Masih ada jalan kembali. Jangan teruskan menebar maut. Apa kau hendak
menghabiskan sisa bara menyala di kepala, dada dan perutmu untuk 103 Hantu Bara
Kaliatus - Wiro Sableng 212
43 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
membunuh orang" kembali ke puncak Gunung Latinggimeru. Campakkan batu-batu bara
menyala itu ke dasar kepundan. Hiduplah sebagai Latandai kembali....
Bila tiba saatnya apa yang sebenarnya terjadi akan tersingkap."
"Peri Bunda, saya menghormatmu seribu hormat.
Namun apa yang kau katakan tidak dapat saya lakukan...."
"Aku tidak mengatakan apa-apa wahai Latandai.
Aku memberi perintah padamu!" kata Peri Bunda pula.
"Maafkan diri saya Peri Bunda. Ampuni dirikul Sekali ini saya terpaksa tidak
mampu mematuhi perintahmu. Jika Peri Bunda memang berniat baik, mengapa diriku
yang menjadi incaran. Bukankah banyak Hantu lain di Negeri ini yang malang
melintang berbuat kejahatan. Misalnya Hantu Santet Laknat. Hantu Muka Dua!
Mengapa bukan mereka yang dihukum..."!"
"Wahai Latandai, jangan menganggap kami para Peri bodoh dan memilih-milih. Kau
adalah manusia yang tersesat terakhir kali. Jadi masih ada kesempatan untuk
memperbaiki dirimu. Hantu-Hantu lainnya akan menerima giliran. Biar kami para
Peri dan para Dewa yang mengatur.... Satu hal lagi wahai Latandai. Aku melihat
ada yang tidak beres di antara kedua kakimu!
Binatang berbisa apa gerangan yang telah menggigit-mu hingga auratmu menjadi
bengkak seperti itu...?"
"Wahai Peri Bunda, saya tidak tahu jelas apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ini
saya alami setelah saya berkelahi dengan Lakasipo alias Hantu Kaki Batu alias
Bola Bola Iblis."
"Latandai, menurut penglihatanku seseorang telah menutukmu. Tapi ilmu tutukan
tidak dikenal di Negeri Latanahsilam. Berarti ada orang luar yang menyusup masuk
ke Negeri ini I"
"Saya tidak tahu Peri Bunda sejak kedua kakinya dibungkus Bola Bola Iblis,
Lakasipo memiliki beberapa keanehan. Peri Bunda, saya gembira bertemu denganmu.
Semoga pertemuan ini ada hikmahnya.
Jika kau mau memberi izin saya akan meninggalkan tempat ini...."
"Jika itu katamu, terpaksa aku menghalangi wahai Latandai! Karena aku tahu kau
akan membunuh lagi beberapa orang yang belum tentu berdosa!"
Peri Bunda kembangkan dua tangannya. Pakaian birunya bergulung-gulung di udara.
Perlahan-lahan sosok tubuhnya turun mendekati Latandai.
"Peri Bunda, jangan terlalu memaksa. Aku bisa bertindak nekad!" Latandai alias
Hantu Bara Kaliatus berteriak.
Peri Bunda hanya tersenyum dan terus melayang turun.
Hantu Bara Kaliatus ambil sebuah bara menyala di atas kepalanya lalu dilemparkan
ke arah Peri Bunda.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
44 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
"Wussss!"
Bara menyala itu menembus sisi kiri pakaian Peri Bunda hingga berlubang dan
terbakar. "Luar biasa! Hebat sekalil" Seru Peri Bunda sambil memperhatikan pakaiannya yang
berlubang dan terbakar. Dia meniup satu kali. Kobaran api serta merta padam.
Pakaian yang berlobang kembali utuh seperti semula. Peri Bunda memandang sayu
pada Hantu Bara Kaliatus. "Petunjuk sudah kuberikan. Peringatan sudah
kusampaikan. Kau nekad menempuh jalan hidup menurut gerak hati dan denyut
jantung serta otakmu yang terbungkus bara api. Padahal ketahuilah wahai
Latandai. Otakmu sebenarnya sudah dicuci oleh Hantu Santet Laknat. Kau telah
dijadikannya boneka penurut perintahnya. Kau telah dikuasai oleh nenek jahat
itu. Sekarang terserah padamu. Kau akan merasakan sendiri akibatnya kelak wahai
Latandai. Namun aku masih mau memberi petunjuk terakhir bagi keselamatan dirimu.
Jika kau tidak mau kembali ke Gunung Latinggimeru untuk membersihkan semua bara
menyala di kepala, muka dan tubuhmu maka carilah Luhsantini.
Minta maaf dan minta ampun padanya. Minta dia mencabut sumpah dan kutuk yang
telah dijatuhkannya atas dirimu. Karena akibat kutukannya, ilmu yang kau dapat
dari Hantu Santet Laknat telah berubah menjadi malapetaka seumur hidupmu! Temui
Luhsantini. Maka kau akan selamat dan kembali ke keadaan serta ke-hidupan
semula...."
Perlahan-lahan sosok Peri Bunda melayang naik ke atas udara, makin tinggi, makin
tinggi dan akhirnya lenyap seolah menerobos ke balik langit.
"Luhsantini...." Hantu Bara Kaliatus kepalkan tinju kanannya. "Kekasih gelapmu
sudah kubunuh! Sekarang giliranmu kuhabisi! Karena kutuk sumpahmu aku jadi
begini! Berpantang bagiku untuk minta maaf dan'
ampun pada perempuan! Akan kuhabisi kau Luhsantini!"
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
45 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
ERJALANAN MENUJU GUNUNG LABATUHITAM
di kawasan selatan bukan perjalanan mudah.
Walau Lakasipo alias Hantu Kaki Batu menung-gangi Laekakienam, kuda raksasa
berkaki enam namun mereka harus melewati kawasan berbukit-bukit, lembah tandus,
menyeberangi sungai serta menembus rimba belantara yang nyaris jarang dilewati
manusia. Selama perjalanan Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngornpol lebih banyak
berada di dalam kocek jerami sehingga keadaan mereka bertiga cukup menderita.
Memasuki malam Lakasipo hentikan kudanya di bibir sebuah lembah berbatu-batu.
Wiro dan dua kawannya dikeluarkan dari dalam kocek lalu diletakkan di atas
sebuah batu datar. Lakasipo meletakkan sepotong kecil jambu hutan untuk santapan
ketiga orang itu. Walau sangat kecil tapi bagi Wiro dan kawan-kawannya sepotong
jambu hutan itu hampir seukuran besar tubuh mereka hingga ketiganya tak sanggup
menghabiskan. Sementara Lakasipo membaringkan tubuhnya di tanah, Wiro, Naga Kuning dan Setan
Ngornpol ber-cakap-cakap.
"Berapa lama lagi kita berada dalam keadaan seperti ini?" Setan Ngornpol
berbaring di batu sambil usap-usap perutnya.
"Begitu Lakasipo berhasil menyelamatkan Luhsantini, kita harus memaksa dia
mencari Hantu Tangan Empat atau mendapatkan kembali Batu Sakti Pembalik Waktu
itu! Aku ingin segera kembali ke tanah Jawa."
"Lalu bagaimana dengan gadis di Latanahsilam yang sekali melihat membuat kau
tergila-gila itu"'tanya Setan Ngompol sambil menyeringai.
Naga Kuning terdiam. Dia berpaling pada Pendekar 212 yang duduk bertopang dagu.
"Apa yang kau pikir-kan Wiro?" Tanya Naga Kuning.
"Aku ingat orang-orang di alam jauh di sana.
Guruku Eyang Sinto Gendeng, sobatku si Bujang Gila Tapak Sakti, lalu Kakek
Segala Tahu. Gadis berambut panjang pirang bernama Bidadari Angin Timur itu...
Puteri Duyung. Banyak lagi yang lainnya. Mereka semua pasti tidak mengetahui apa


Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang telah terjadi dengan kita bertiga."
"Pendekar 212, menurutmu mana yang lebih baik.
Mencari Hantu Tangan Empat lebih dulu atau Batu Pembalik Waktu itu?"
Wiro garuk-garuk kepalanya. "Dua-duanya sama 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro
Sableng 212 46 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
penting. Tapi jika aku boleh memilih, lebih baik kita mencari Hantu Tangan Empat
lebih dulu."
"Mengapa begitu?" bertanya Naga Kuning.
"Waktu Hantu Tangan Empat muncul di tanah Jawa, sosok tubuhnya sama besardengan
sosok tubuh kita. Di Negeri Latanahsilam tidak mungkin sosoknya tetap sebesar
kita. Pasti dia akan sebesar raksasa seperti Lakasipo. Berarti dia memiliki
semacam ilmu kepandaian atau ilmu kesaktian untuk membesarkan dan mengecilkan
badannya! Kalau kita bisa mendapatkan ilmu itudari dia berarti sosok kita bisa
berubah sebesar orang-orang di sini. Berarti kita bisa selamat dari segala macam
bahaya, manusia, binatang ataupun cuaca."
"Kau benar Pendekar 212. Tapi apakah Hantu Tangan Empat mau memberikan ilmu itu
pada kita bertiga"' tanya Setan Ngompol.
"Mungkin padamu akan diberikan Wiro ujar Naga Kuning. "Tapi pada kami berdua
belum tentu. Apalagi kurasa dia masih menaruh dendam terhadapku I"
"Mudah-mudahan kakek aneh itu tidak sejahat yang kau sangka. Bukankah dia
katanya hanya suruhan Hantu Muka Dua saja?" kata Wiro.
"Jangan-jangan Hantu Muka Dua itu yang punya ilmu kepandaian membuat orang besar
dan kecil. Berarti tipis harapan kita mendapatkan ilmu tersebut. Aku lebih suka
kita berusaha mati-matian mencari batu tujuh warna itu!" ujar Naga Kuning pula.
Lima jari raksasa bergerak di permukaan batu.
"Wahai para saudaraku. Kita harus melanjutkan perjalanan. Agar pagi besok kita
bisa sampai di tempat tujuan."
Mendengar ucapan Lakasipo itu Wiro segera berteriak. "Lakasipo, jika Luhsantini
sudah kau selamatkan, kau harus berjanji membantu kami mencari Hantu Tangan
Empat atau mendapatkan Batu Sakti Pembalik Waktui"
"Hal itu bisa kita bicarakan nanti para saudaraku,"
jawab Lakasipo yang membuat Wiro dan kawan-kawannya menjadi jengkel tapi tak
bisa berbuat apa-apa.
Ketika Lakasipo hendak memasukkan ketiga orang itu kembali ke dalam kocek jerami
tiba-tiba ada satu suara merdu datang dari kejauhan.
"Lakasipo wahai suamiku, belum berbilang minggu berbilang bulan aku berada di
alam roh. Tega nian hatimu tak pernah menjengukku lagi...."
Suara yang datang dari jauh itu menggeletarkan batu di atas mana Wiro dan dua
kawannya berada.
"Ada suara perempuan di kejauhan..." bisik Naga Kuning.
"Suara itu menyebut Lakasipo suaminya. Pasti itu suara Luhrinjani...."
'Tapi menurut Lakasipo istrinya itu bukankah sudah 103 Hantu Bara Kaliatus -
Wiro Sableng 212
47 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
mati dan dimakamkan di Bukit Latinggihijau. Bagaimana sekarang bisa muncul...."
"Itu mungkin hanya suara rohnya," berkata Setan Ngompol dan bersiap-siap menekap
bagian bawah perutnya agar tidak terkencing.
"Kalian berdua jangan bicara saja. Lihatdi kejauhan sana. Ada satu sosok aneh
mendatangi ke sini!" Berkata Wiro.
Pada saat suara itu terdengar wajah Lakasipo berubah. Lelaki ini cepat bangkit
berdiri dan memandang ke kejauhan dari arah mana datangnya suara tadi. Dadanya
berdebar ketika di antara pepohonan dia melihat ada seorang perempuan melangkah
seperti melayang-layang. Rambut tergerai lepas, pakaian se-helai kain sutera
putih tipis yang tak pernah dilihat Lakasipo sebelumnya. Makin dekat perempuan
itu, makin jelas kelihatan wajahnya.
"Luhrinjani..." desis Lakasipo. Dia langsung ingat pada peristiwa yang lalu.
Ketika dia juga disongsong oleh sosok Luhrinjani yang kemudian menjebaknya
hingga dua kakinya terpendam ke dalam batu besar.
Apakah sekali ini roh istrinya datang lagi untuk mencelakainya. Lakasipo
melangkah mundur.
"Celaka! Jangan-jangan Lakasipo kedatangan setan istrinya sendiri! Kita bisa
ditinggalkan begitu saja di atas batu ini!" ujar Wiro.
"Lakasipo wahai suamiku! Aku berada begini dekat di hadapanmu. Kau seolah
tertegun lupa. Apa kau tidak lagi mengenali istrimu sendiri, Lakasipo?"
Sosok perempuan itu kini hanya terpisah dua langkah dari hadapan Lakasipo.
"Perempuan raksasa itu..." bisik Naga Kuning.
"Wajahnya cantik, pakaiannya sangat tipis. Aku dapat melihat sekujur auratnya!
Lihat, tubuhnya putih bagus.
Dadanya sebesar batu raksasa di sungai, Tonilnya begitu mulus.... Ah... aku bisa
bersembunyi dalam pusarnya! Hik... hik... hik...!"
Setan Ngornpol usap-usap sepasang matanya berulang kali. Sementara Wiro
memandang dengan ternganga.
"Lihat, ada tahi lalat di kiri pahanya sebelah dalam.
Kalau saja aku bisa memanjat kakinya yang bagus mulus itu...."
"Tua bangka berpikiran kotor!" tukas Wiro pada Setan Ngornpol. "Coba kau
perhatikan! Apa kau tidak melihat dua kakinya yang tersembul dari balik pakaian
putih itu tidak menginjak tanah"l"
Pucatlah wajah Setan Ngornpol dan juga Naga Kuning ketika memandang ke bawah
sana. Sepasang kaki perempuan itu memang melayang di udara!
"Luhrinjani.... Aku tidak tahu kau ini makhluk apa adanya. Penjelmaan hantu atau
roh yang gentayangan.
Dulu kau pernah muncul. Kemunculanmu membawa 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro
Sableng 212 48 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
celaka bagi diriku! Lihat dua kakiku! Terpendam ke dalam dua bola batu yang tak
bisa aku hancurkan!
Apakah saat ini kau muncul lagi hendak mencelakai-ku"!"
"Kau tidak menginginkan pertemuan ini, wahai Lakasipo"' tanya Luhrinjani.
"Bukan aku tidak menginginkan wahai Luhrinjani.
Tapi jika ini semua hanyalah bayang-bayang hampa atau mimpi buruk yang akhirnya
membawa celaka diriku...."
"Kau tidak mimpi wahai Lakasipo. Kau juga tidak berhadapan dengan bayang-bayang
hampa. Dulu aku muncul karena ada satu kekuatan gaib yang sangat hebat menguasai
diriku. Memaksa aku keluar dari liang makam dan memerintahkan aku untuk
mencelakaimul Tapi sekarang yang datang ini adalah Luhrinjani yang sebenarnya.
Yang diberi kekuatan oleh para Peri dan roh untuk keluar dari dalam makam guna
menemuimu. Aku inginkan pertemuan ini Lakasipo. Aku merindukan-mu...."
Sosok Luhrinjani maju mendekat. Sebaliknya Lakasipo cepat melangkah mundur.
Ketika melangkah tadi ujung bawah pakaian yang dikenakan Luhrinjani menimbulkan
siuran angin. Tiga orang di atas batu langsung berguling-guling.
Walau rasa takut mencekam ketiga orang di atas batu namun mereka tak habis
pikir. Bagaimana seseorang yang sudah mati bisa hidupdan muncul seperti ini.
"Aneh, baru sekali ini aku dengar ada hantu merasa rindu...." Bisik Naga Kuning.
"Naga-naganya kita sebentar lagi akan menyaksikan dua raksasa saling
bercumbu..." kata Setan Ngompol pula sambil satu tangan menekap mulut agar tidak
tertawa dan satu tangan lagi menekap bagian bawah perutnya.
"Luhrinjani.... Aku.... Aku masih tidak mengerti.
Mengapa kau bisa muncul seperti ini. Apakah dirimu, tubuhmu nyata...."
"Diri dan tubuhku nyata senyata aku melihat kau wahai! Lakasipo..." jawab
Luhrinjani. "Ulurkan tanganmu. Pegang jari-jariku! Pegang wajahkul Pegang
sekujur tubuhku! Semuanya nyata. Aku bukan bayang-bayang, bukan pula asap...."
Lakasipo tidak berani ulurkan tangannya untuk menyentuh perempuan di hadapannya.
"Lalu... lalu apa maksud kedatanganmu Luhrinjani.... Ki... kita tak mungkin
bersatu kembali. Atau mungkin...."
"Kita tak mungkin bersatu kembali memang wahai Lakasipo. Tapi tali hubungan kita
tak pernah putus walau kita berada di dua alam berlainan...."
"Maksudmu Luhrinjani...?"
"Kita dua suami istri berpisah mati. Kita dua suami 103 Hantu Bara Kaliatus -
Wiro Sableng 212
49 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
istri yang belum sempat mengecap nikmatnya hidup sebagai suami istri. Apakah kau
tidak menginginkan-nya Lakasipo?"
Luhrinjani ulurkan tangan kanannya menyentuh jari-jari tangan Lakasipo. Lelaki
ini tersentak kaget.
Jari-jari tangan itu adalah jari-jari sungguhanl
"Usap wajahku Lakasipo, sentuh tubuhku..." bisik Luhrinjani.
Sesaat Lakasipo masih ragu. Lalu dia memberanikan diri mengangkat tangan
membelai wajah perempuan di hadapannya itu. Dia benar-benar memegang manusia
hidup! Kenyataan yang tidak bisa dipercaya itu membuat Lakasipo jadi merinding
dan dingin sekujur tubuhnya. Perlahan-lahan dia melangkah mundur.
Tiba-tiba ada bau harum semerbak memenuhi tempat itu. Lalu satu cahaya biru
terang muncul di kejauhan, bergerak di antara pepohonan. Makin lama makin besar
dan makin dekat.
"Astaga! Lihat!" seru Naga Kuning sambil menunjuk ke atas. Sementara Wiro dan
juga Setan Ngornpol pelototkan mata terheran-heran.
Saat itu cahaya biru tadi telah berubah menjadi sosok seorang perempuan separuh
baya cantik sekali.
Tubuhnya terselubung lilitan pakaian biru bergulung-gulung panjang seolah
tergantung sampai ke langit.
Di kepalanya ada sebentuk mahkota yang ditebari batu-batu permata berkilauan.
"Peri Bunda, terima hormat saya!" kata Lakasipo begitu melihat siapa yang berada
di atasnya. "Lakasipo menyebut perempuan cantik itu Peri Bunda..." bisik Wiro pada dua
temannya. "Setahuku yang namanya Peri itu hanya ada dalam dongeng..." menyahuti Setan
Ngompol. "Di negeri serba aneh ini bisa saja terjadi. Bukankah saat ini kita berada di
alam seribu dua ratus tahun silam?" ujar Wiro. "Yang aku herankan, kalau peri
separuh baya cantiknya seperti ini, yang lebih muda tentu selangit tembus!"
"Aku jadi kepingin tahu, apakah ada Peri anak-anak sebayaku"!" ujar Naga Kuning
tengil. Si Setan Ngompol ikut-ikutan latah. "Kalau ada peri tua seusiaku, benar-benar
nikmat rasanya tinggal di negeri aneh ini!"
"Kalian berdua sama tololnya! Selama keadaan tubuh kita seperti ini jangan
berharap yang bukan-bukan!" kata murid Sirrto Gendeng pula.
"Wahai Lakasipo...." Peri Bunda berkata dengan suara lembut tapi jelas. "Jangan
kau merasa takut pada sosok Luhrinjani istrimu itu. Dia memang telah berada di
alam lain. Namun kami para Peri telah berusaha melakukan sesuatu, memberi berkat
padamu dengan menghadirkan istrimu dalam keadaan seutuhnya. Terima kehadirannya
dengan segala rasa suka cita wahai 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
50 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Lakasipo. Dia istrimu yang syah. Karena itu tidak ada halangan bagimu untuk
memperlakukannya sebagai-mana adanya...."
"Peri Bunda, kalau itu berkah yang kau turunkan pada saya, saya tidak tahu harus
mengucapkan terima kasih bagaimana," kata Lakasipo seraya membungkuk dalam-
dalam. "Saya juga menghaturkan terima kasih wahai Peri Bunda," kata Luhrinjani seraya
menjatuhkan diri, berlutut di samping Lakasipo.
"Mungkin Peri itu bisa berbuat sesuatu untuk kita,"
kata Wiro tiba-tiba. "Lekas k'rta memohonkan sesuatu!
Siapa tahu dia bisa menolong...."
Naga Kuning dan Setan Ngompol cuma diam saja.
Sebaliknya Wiro yang berada di atas batu datar melambai-lambaikan tangannya agar
terlihat oleh sang Peri. Tapi sampai tangannya seperti mau copot Peri Bunda
tidak melihat dirinya. Wiro berteriak keras-keras.
Peri Bunda menolehpun tidak.
"Lakasipo, aku tidak akan hadir lebih lama di tempat ini. Pergunakan waktumu
sebaik-baiknya. Ada satu hal yang sebenarnya ingin kubicarakan denganmu...."
"Jika Peri Bunda sudi mengatakannya pada saya..."
ujar Lakasipo pula:
"Mataku menangkap tiga sosok aneh di atas batu sana"
Lakasipo berpaling ke atas batu. Wiro kembali lambaikan tangannya. "Mereka
adalah saudara-saudara angkat saya wahai Peri Bunda...."
"Ini satu keanehan yang sebenarnya ingin kubicarakan denganmu Lakasipo. Tapi
seperti kataku tadi aku tidak ingin mengganggumu saat ini. Aku pergi sekarang.
Di lain waktu aku akan kembali untuk bicara denganmu mengenai ketiga makhluk
aneh itu...."
"Peri Bunda! Jangan pergi dulu!" teriak Wiro. "Kami butuh pertolonganmu! Bisakah
kau membesarkan kami bertiga...!"
Teriakan yang dikeluarkan Wiro tidak terdengar ke telinga Lakasipo ataupun
Luhrinjani. Tapi Peri Bunda dapat mendengarnya dengan jelas. Sepasang mata sang
Peri melirik ke bawah ke arah batu. Dia tersenyum lalu berkata.
Pendekar Patung Emas 3 Pendekar Pedang Pelangi Karya Sriwidjono Dendam Ratu Air 1
^