Pencarian

Rahasia Bayi Tergantung 2

Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung Bagian 2


"Demi para Dewa penguasa alam! Sungguh tak dapat kupercaya!" Perempuan tua itu
keluarkan suara lalu jatuhkan diri berlutut. Dari dalam kantong jerami dia
keluarkan satu sosok kecil yang menangis keras dan ternyata adalah satu bayi
perempuan! "Wahai anak! Berkah apa yang diturunkan para Dewa hingga aku menemuimu di
tempat ini" Melihat keadaanmu usiamu belum lagi dua bulan! Siapa perempuan yang
tergantung di pohon itu" Ibumu..." Kasihan.... Berapa lama kau sudah tergantung
di atas pohon wahai anak" Ah, bagaimana ini" Akan kubawa kemana dirimu" Akan
kuapakan engkau wahai anak" Semoga para Dewa member! petunjuk! Wahai...!" Saat
itu entah bagaimana si nenek tiba-tiba ingat kembali pada bait-bait nyanyian
yang tadi dibawakannya. "Tidak bisa tidak, ini semua pasti petunjuk dan tuntutan
para Dewa...." Si nenek membatin. Diusapnya pipi dan kepala si bayi. Lalu dengan
hati-hati dimasukkannya ke dalam kantong jerami kembali. Saat itulah dia melihat
ada sebuah benda kecil di dalam kantong. Ketika diperhatikan ternyata sebuah
batu merah berukir bentuk bunga mawar yang biasa dijadikan hiasan rambut
perempuan. Si nenek masukkan batu merah itu ke dalam kantong kembali. Perlahan-
lahan dia berdiri. Bayi di dalam kantong didekapnya erat-erat di tangan kiri.
Sesaat sebelum berlalu dia memandang ke cabang pohon, tempat mayat tergantung."
"Wahai perempuan malang di atas pohon. Jazadmu telah membusuk tapi rohmu
masih utuh dan bisa melihat serta mendengar. Jika bayi ini adalah anakmu, aku
akan membawanya, bukan mengambil bukan mencuri. Aku membawanya dengan satu
tanggung jawab. Akan memeliharanya. Akan mengasihinya seperti anak dan cucu
sendiri. Wahai roh perempuan di atas pohon, aku pergi sekarang. Relakan bayi ini
berada di tanganku dan jangan kau ikuti kemana kami pergi...."
Rahasia Bayi Tergantung 21
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Gadis cantik berpakaian kulit kayu yang diberi jelaga warna biru tegak di atas
batu besar di tengah a lira n sungai kecil yang mengalir di pertengahan Lembah
Laekatakhijau. Di keningnya, tepat di pertengahan menempel sekuntum kecil bunga
tanjung berwarna kuning.
Di sekitarnya ratusan bahkan mungkin ribuan ekor katak hijau yang ukurannya
mulai sebesar ibu jari sampai sebesar kelapa tanpa kulit mendekam tak bergerak
tetapi mata binatang-binatang ini memandang tak berkesip ke arah sang dara.
"Luhcinta!" Tiba-tiba ada seruan keras. Datangnya dari atas sebuah pohon besar
yang tumbuh menjulang di tepi sungai sebelah kiri. Di atas salah satu cabang
pohon ini kelihatan duduk seorang nenek menampilkan satu hal yang luar biasa. Si
nenek duduk di satu cabang kecil yang seekor kucing saja jika berada di atasnya
akan merunduk jatuh ke bawah!
Nyatanya si nenek duduk enak-enakan malah sambil enjot-enjotkan tubuhnya. Dan
cabang itu sama sekali tidak patah. Kalau dia tidak memiliki ilmu meringankan
tubuh yang sangat tinggi, tidak mungkin si nenek mampu berbuat seperti itu. Lalu
hal kedua yang mungkin bisa membuat orang lain menyaksikan dengan tengkuk
merinding ialah keadaan si nenek yang duduk dengan sekujur tubuh digelayuti
ratusan katak hijau! Demikian banyak dan rapatnya binatang ini menempel di
kepala dan tubuh si nenek hingga hanya sepasang mata, lobang hidung dan mulut si
nenek saja yang tidak tertutup katak-katak hijau itu!
Mendengar si nenek berseru menyebut namanya gadis di atas batu mendongak dan
palingkan kepala sedikit.
"Apa kau sudah siap"!"
"Saya siap wahai Nenek Lembah Laekatakhijau!" Suara si gadis nyaring tetapi
tidak terasa adanya sesuatu yang menggelegar yang disertai hawa kekerasan.
"Ingat Luhcinta! Kau boleh bertahan, boleh balas menyerang. Tapi tidak satupun
katak-katak itu boleh cidera, apa lagi matt! Sesama makhluk hidup adalah
bersaudara. Kecuali kalau takdir mengatakan Iain! Kau hanya boleh mengandalkan tangan
kosong! Sumber kekuatanmu adalah cinta dan kasih sayang!"
"Saya ingat Nek! Saya perhatikan!"
Nenek di atas pohon yang disebut dengan nama Nenek Lembah Laekatakhijau
acungkan tongkat bambu kuning di tangan kanannya lalu dari mulutnya keluar satu
suitan keras. Mendengar suitan itu ratusan katak yang ada di seantero tempat,
termasuk yang sejak tadi menempel di tubuh si nenek melesat ke udara, menyerbu
gadis tinggi semampai di atas batu di tengah sungai. Walaupun yang menyerang
cuma kodok tapi gigitan dan cakarannya cukup berbahaya. Apa lagi jumlahnya
demikian banyak, Bisa-bisa sekujur sosok si gadis hanya tinggal tulang-belulang
sementara kulit dan dagingnya hancur dan ludes digeragot!
Anehnya gadis di atas batu di tengah sungai perlihatkan wajah penuh senyum lalu
dua tangannya dikembangkan ke depan, dua telapak terbuka. Gerakan tangannya,
dorongan dua telapak tangan dengan jari-jari yang bergerak tiada henti serta
geseran sepasang kaki berbetis putih dan bagus, nyaris merupakan gerakan seorang
penari yang penuh kelembutan. Dari dua telapak tangan yang terbuka dan
mengandung tenaga dalam tinggi keluar tiupan angin yang sama sekali tidak keras,
tidak beda tiupan angin lembah di pagi hari penuh kelembutan.
"Kalian semua sahabat-sahabatku. Tidurlah...!"
Terjadilah hal yang aneh, sukar dipercaya. Siuran angin lembut yang keluar dari
dua telapak tengah si gadis membuat ratusan katak melayang jatuh secara
perlahan-lahan. Di atas batu, di dalam air atau di tanah. Ada juga yang
menyangsrang di semak belukar atau jatuh Rahasia Bayi Tergantung 22
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
di atas pohon. Semuanya diam tak berg era k. Sepasang mata mereka terkatup.
Semua binatang itu berada dalam keheningan alias benar-benar tidur!
Ternyata ada beberapa ekor katak yang berhasil lolos, menyelusup dan hinggap di
tubuh si gadis. "Ah, kalian anak-anak nakal! Tidurlah!" Si gadis usap kepala
katak-katak itu. Semuanya masih menempel di tubuhnya tapi begitu diusap langsung
diam tertidur. Satu demi satu sang dara ambil binatang-binatang itu lalu meletakkannya di atas
batu. Di atas cabang pohon Nenek Lembah Laekatakhijau tertawa terkekeh-kekeh sambil
uncang-uncang ke dua kakinya yang hanya tinggal kulit pembalut tulang.
"Bagus... bagus! Tidak seekor pun katakku yang terluka. Tapi menyuruh mereka
tidur terus-terusan tidak baik! Luhcinta! Lekas kau bangunkan mereka!"
"Akan saya bangunkan Nek!" jawab si gadis lagi-lagi dengan senyum menghias
wajah. Lalu dia bertepuk tiga kali dan berteriak nyaring. "Wahai para sahabat!
Hari sudah siang! Lekas bangun!"
Suara mengorek terdengar di mana-mana. Semua katak yang tadi diam tidur kini
gerakkan kepala, kedipkan mata lalu melesat kian kemari. Puluhan di antaranya
kembali hinggap di sekujur kepala dan muka si nenek!
"Bocah-bocah nakal! Kalian pergilah dulu bermain-main sambil mencari makan. Aku
perlu membicarakan sesuatu dengan Luhcinta!" Mendengar ucapan si nenek puluhan
katak yang menempel di kepala dan badannya segera melesat pergi. Si nenek
sendiri melompat turun dari cabang pohon. Dia memberi tanda pada si gadis lalu
melangkah terbungkuk-bungkuk memasuki sebuah goa.
* * * Rahasia Bayi Tergantung 23
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ ENAM i nenek pandangi wajah gadis cantik di hadapannya dengan sepasang mata berkaca-
kaca. Yang dipandang sendiri saat itu berulang kali mengusap air mata yang
meluncur Sjatuh ke pipinya seolah tak mau berhenti.
"Wahai Nenek pemelihara dan tempat saya berlindung selama berbilang tahun.
Mengapa baru pada saat saya hendak kau lepas pergi kau menuturkan riwayat hidup
saya. Mengapa tidak dari dulu-dulu kau ceritakan pada saya...."
Wajah perempuan tua itu tampak tambah rawan. Bagaimanapun dia berusaha namun air
mata akhirnya tumpah juga ke pipinya yang keriput. Dengan tangan kirinya
dibelainya rambut si gadis.
"Wahai cucuku Luhcinta. Jangan kau bersalah duga berburuk sangka. Tidak ada
maksud yang tidak baik dari semua apa yang kulakukan. Jika riwayatmu kuceritakan
sejak kau masih kecil, maka berarti aku telah memberikan satu ganjalan pahit
dalam jalan kehidupanmu. Dalam keadaan pikiran dan hatimu saling tumpang tindih
dilanda ganjalan itu, tidak mungkin aku akan mendidik dan menempamu menjadi
seorang gadis lembut sekaligus berkepandaian tinggi seperti sekarang ini. Aku
sengaja memberikan nama Luhcinta padamu, karena hanya cinta kasihlah yang
membuat manusia bisa tabah dan selamat menghadapi kehidupan dunia. Hanya dengan
cinta kasihlah manusia bisa hidup bahagia. Dicintai dan saling mencinta. Banyak
manusia, mengira bahwa kekuatan yang dahsyat adalah kekuasaan atau kesaktian.
Padahal kekuatan paling dahsyat di antara, langit dan bumi adalah, cinta kasih!
Kelak kau akan, membuktikannya sendiri wahai cucuku Luhcinta. Aku juga sengaja
memilih saat yang tepat hari ini. Saat kau akan kulepas pergi ke dunia luar.
Inilah saat yang paling tepat bagimu untuk menyelidiki asal usul dirimu. Aku
telah menceritakan ciri-ciri dan wajah perempuan yang tergantung di dalam hutan
itu. Mungkin itu tidak terlalu, dapat menolong. Tapi ada sesuatu yang bisa kau
andalkan dalam penyelidikanmu wahai cucuku...."
Si nenek lalu keluarkan sebuah benda berwarna merah. Ketika si gadis
memperhatikan ternyata adalah sebuah batu merah yang diukir demikian rupa
membentuk setangkai bunga mawar. Dia pernah melihat benda seperti ini sebelumnya
yang biasa dijadikan hiasan pada ikatan rambut.
"Mawar merah ukiran batu ini, kutemukan, dalam kantong jerami tempat kau
terbungkus. Aku yakin benda ini dapat kau pergunakan sebagai bahan petunjuk
menelusuri asal usulmu. Mungkin sekali ini adalah milik perempuan yang
tergantung itu. Ibumu. Dia sengaja meletakkan di dalam kantong jerami dengan
satu maksud tertentu. Ambil lah wahai Luhcinta...."
Si gadis mengambil bunga mawar dari batu itu. Memperhatikan dan mengusap-
usapnya beberapa lama lalu perlahan-lahan mendekatkannya ke hidung dan
menciumnya. Saat itu terjadilah satu keajaiban. Di depan Luhcinta muncul satu bayangan biru
yang makin lama makin jelas dan akhirnya membentuk sosok perempuan separuh baya
berwajah cantik.
Di kepalanya ada sebuah mahkota kecil bertabur batu permata. Pakaiannya terbuat
dari gulungan sutera biru yang panjang sekali seolah-olah bergulung sampai ke
langit. Saat itu juga tempat tersebut dipenuhi oleh bau harum semerbak. Hidung si nenek tampak
kembang Rahasia Bayi Tergantung 24
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
kempis. Dia dapat mencium bau harum itu tetapi tidak melihat sosok perempuan
cantik berpakaian biru yang barusan seolah turun dari langit.
Walau hatinya tergoncang melihat keanehan ini namun Luhcinta berhasil tabahkan
diri. Dengan mengulas senyum di bibir dia berkata. "Wahai perempuan cantik
bermahkota! Siapa gerangan kau adanya?"
"Aku adalah Peri Bunda dari Negeri Atas Langit. Kedatanganku untuk memberi
petunjuk. Jika kau tinggalkan lembah ini pergilah ke arah matahari terbit. Pada
pagi hari ke dua setelah kau berada di perjalanan kau akan mendapatkan petunjuk
yang kelak bakal menyingkapkan asal usul dirimu. Namun ingat baik-baik wahai
gadis bernama Luhcinta.
Apapun kelak yang bakal kau dapat dan ketahui dari petunjuk itu janganlah kau
berpaling rasa dan duga, janganlah hatimu berontak membara bahwa tidak ada
keadilan di dunia ini, bahwa cinta kasih hanya satu hal yang palsu belaka bahkan
keji dan kotor. Ingat baik-baik wahai Luhcinta. Tabahkan hatimu! Jangan goyang
dalam pikiran, jangan goyah di lubuk hati....
Kalau gurumu menanamkan cinta kasih dalam dirimu maka ketahuilah cinta kasih
adalah sesuatu yang utuh, satu kekuatan yang ada kalanya tak bisa dibagi tapi
seringkali bisa diberikan untuk semua makhluk dan berkahnya bisa untuk semua
orang. Ingat baik-baik petuah gurumu dan camkan apa yang barusan aku katakan.
Selamat tinggal Luhcinta...."
"Wahai Peri... Tunggu dulu! Saya ingin bertanya!" Luhcinta memburu ke mulut goa.
Tapi sosok Peri Bunda telah sirna.
"Cucuku Luhcinta. Kau berlaku aneh. Kulihat kau bicara sendirian. Lalu lari ke
pintu seolah mengejar seseorang. Apa yang terjadi" Kau barusan bicara dengan
siapa?" Teguran sang guru membuat Luhcinta palingkan diri. "Nek, apa kau tidak
melihat...?"
"Melihat apa?"
"Seorang perempuan cantik barusan berada dalam goa ini. Dia mengaku bernama
Peri Bunda...."
"Peri Bunda?" Nenek Lembah Laekatakhijau terkejut.
"Kau tidak mengigau tidak bergurau Luhcinta?"
"Mana saya berani berlaku begitu Nek...."
"Ceritakan apa yang terjadi! Katakan apa yang diucapkan Peri itu padamu!"
Begitu mendengar penuturan Luhcinta, si nenek pegang kepala murid yang sudah
dianggap seperti anak atau cucunya sendiri itu seraya berkata. "Luhcinta, kau
telah mendapat berkah dari sang Peri. Kau telah diberi petunjuk. Lakukan apa
yang dikatakannya.. .." ";
"Akan saya lakukan Nek," jawab Luhcinta.
* * * Terbitnya Sang Surya pada hari ke dua perjalanannya setelah meninggalkan Lembah
Laekatakhijau menimbulkan rasa tegang di diri Luhcinta. Seperti yang dikatakan
Peri Bunda, hari itu dia akan menemukan petunjuk yang akan menyingkapkan tabir
rahasia asal usulnya. Namun kedatangan pagi kali ini justru memunculkan setumpuk
pertanyaan dalam hatinya. Apa yang akan terjadi" Siapa yang akan memberi
petunjuk" Di mana"
Rahasia Bayi Tergantung 25
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Saat itu Luhcinta berada di kaki bukit yang dikelilingi sawah luas. Sejauh mata
memandang hanya padi yang masih hijau yang kelihatan. Belum kelihatan seorang
petani pun berada di sawah. Luhcinta berdiri di dekat sebuah dangau. Memandang
ke langit bersih, memperhatikan serombongan burung terbang ke arah selatan.
Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba ada sambaran angin. Luhcinta cepat
berpaling. Satu bayangan berkelebat tahu-tahu satu sosok telah berdiri berkacak
pinggang di atas dangau!
Sebagai murid nenek sakti di Lembah Laekatak hijau, Luhcinta telah digembleng
menjadi seorang gadis lembut tapi berhati tabah. Walau baru beberapa hari saja
berada di dunia luar yang serba asing baginya namun kemampuan bersikap waspada
membuat dia tidak merasa takut akan hal apapun. Akan tetapi saat itu si gadis
merasakan tengkuknya dingin dan lututnya bergetar. Seumur hidup belum pernah dia
melihat manusia memiliki dua muka di satu kepala. Dan saat itu, kejadian aneh
itulah yang dialaminya!
Di atas dangau tegak bertolak pinggang seorang pemuda sangat gagah yang mukanya
ada dua, satu depan satu di belakang. Wajah di sebelah depan bersih kuning
sedang Wajah di sebelah belakang hitam berkilat. Dua wajah itu memandang lekat-
lekat ke arah Luhcinta, mulut menyeringai, dua mata bergerak tak bisa diam.
"Makhluk aneh apakah ini adanya. Guru tak pernah menceritakan padaku. Mukanya
dua, satu putih satu hitam. Bola matanya berbentuk segitiga. Keseluruhan
wajahnya walau tersenyum tidak membersitkan kelembutan, malah tidak ada bayangan
cinta kasih. Aku harus berhati-hati...."
"Gadis cantik berpakain biru. Pagi hari berada di tengah sawah. Dari dandanan
dan gerak gerikmu jelas kau orang asing di Latanahsilam ini. Seandainya engkau
tersesat biarlah aku menunjukkan arah jalan yang benar. Kemana tujuanmu wahai
gadis yang menghias keningnya dengan sekuntum bunga tanjung" Bolehkah aku
bertanya siapa gerangan namamu?"
Luhcinta memandang dengan tersenyum membuat orang di atas dangau yang bukan
lain adalah Hantu Muka Dua tambah berkobar hasrat kejinya. Seperti diketahui
Hantu Muka Dua memiliki kemampuan merubah-rubah dua wajah di kepalanya. Jika dua
wajahnya muncul dalam rupa pemuda gagah maka itu berarti dia terangsang untuk
bercinta. Sambil memandang, otak Luhcinta bekerja. Dalam hati dia membatin. "Hemm..."
Makhluk bermuka dua ini muncul seperti kilat yang berubah menjadi bayang-bayang.
Pertanda dia memiliki kepandaian tinggi. Wajah, sikap dan cara bicaranya seolah
tulus tapi aku mencium tak ada cinta kasih dibalik semua itu. Pertanyaannya


Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

banyak sekali seperti dia tengah menyelidik. Makhluk satu ini tak bisa
kupercaya, tetapi jika aku hadapi dengan tenang dan kebaikan hati mungkin aku
bisa memanfaatkannya. Mungkin dialah petunjuk yang diberikan Peri Bunda. Orang
yang akan menyingkap tabir asal-usul diriku"
Luhcinta kembali tersenyum. "Pemuda gagah, aku Luhcinta sungguh kagum
padamu. Kurasa di jagat raya ini hanya kaulah satu-satunya manusia yang memiliki
dua wajah di satu kepala. Jika aku boleh bertanya siapa gerangan kau adanya.
Mungkin aku bisa minta bantuanmu menjawab beberapa pertanyaan..."
Hantu Muka Dua balas senyuman si gadis dengan tawa lebar. "Aku dikenal dengan
panggilan Hantu Muka Dua. Sebagai orang asing kau tentu tidak tahu siapa diriku,
Tetapi kau telah berlaku tepat. Jika meminta bantuan akulah orang satu-satunya
yang bisa menolongmu. Apa lagi kalau hanya bantuan berupa menjawab
pertanyaan...."
Rahasia Bayi Tergantung 26
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Wahai Hantu Muka Dua, apakah kau pernah mendengar riwayat seorang
perempuan yang menemui ajal, bunuh diri dengan cara menggantung diri di sebuah
rimba belantara. Kejadiannya sudah cukup lama, berbilang tahun yang silam...."
Empat alis Hantu Muka Dua di dua wajahnya menjungkat ke atas. Satu pertanda bagi
Luhcinta bahwa makhluk itu mengetahui sesuatu tentang kejadian yang
ditanyakannya. Terlebih ketika dilihatnya empat mata aneh Hantu Muka Dua menatapnya lekat-
lekat. "Wahai.... Aku ingat sekarang. Wajah gadis ini sama nian dengan wajah perempuan
itu.... Ah! Mungkinkah"!" Kata-kata itu menyeruak dalam hati Hantu Muka Dua.
"Wahai gadis bernama Luhcinta, memang pernah aku mendengar kejadian itu.
Peristiwanya telah lama sekali. Mengapa kau bertanyakan hal itu. Apa dirimu ada
sangkut paut dengan peristiwa itu?"
"Seseorang mengatakan diriku memang punya hubungan darah dengan perempuan
yang mati menggantung diri itu...." menerangkan Luhcinta.
"Melihat kepada usiamu, kau tentulah anak perempuan yang malang itu."
Luhcinta tersurut satu langkah. "Bagaimana kau bisa menduga seperti itu?"
Hantu Muka Dua melompat turun dari atas dangau. "Dengar wahai gadis cantik.
Dirimu rupanya menyimpan satu rahasia hidup maha besar. Aku Hantu Muka Dua
kebetulan banyak tahu tentang riwayat perempuan tergantung itu. Tapi di sini
bukan tempat yang tepat untuk menuturkan semuanya padamu. Ha rap kau suka ikut
aku ke tempat kediamanku. Talk jauh dari sini. Di situ aku akan terangkan
semuanya padamu.
Aku yakin kau memang adalah anak perempuan yang bunuh diri itu!"
"Hantu Muka Dua, kau baik sekali. Bagaimana kalau semua riwayat yang kau
ketahui kau ceritakan saja langsung di sini" Budimu pasti tidak akan kulupakan."
Hantu Muka Dua menyeringai. "Aku merasa kau tidak percaya pada diriku.
Sosokku memang menakutkan. Kepalaku memiliki dua wajah yang mengerikan. Mana ada
manusia yang mau menganggap aku orang baik-baik...."
"Aku percaya padamu wahai Hantu Muka Dua. Buruk rupa seseorang bukan
jaminan bahwa dia tidak memiliki perilaku yang baik. Bukan jaminan bahwa dia
tidak mempunyai cinta kasih..,."
"Dengar wahai Luhcinta," Perempuan yang mati tergantung itu adalah Luhpiranti.
Dia memiliki seorang suami bernama Latampi. Apa kau masih tidak percaya bahwa
aku benar-benar mengetahui kejadian hebat di masa lalu itu?"
"Luhpiranti.... Latampi...." Si gadis mengulang menyebut nama-nama itu. "Guru
sendiri tidak pernah tahu siapa nama ayah dan ibuku...." Luhcinta menatap Hantu
Muka Dua sejurus lalu berkata. "Aku percaya padamu wahai Hantu Muka Dua. Aku
bersedia ikut ke tempat kediamanmu...."
"Kau gadis berotak jernih. Kita berangkat sekarang!" kata Hantu Muka Dua sambil
menyeringai lebar dan usap-usap telapak tangannya satu dengan lainnya.
Rahasia Bayi Tergantung 27
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ TUJUH eperti pernah dituturkan sebelumnya (baca Serial Wiro Sableng berjudul Peri
Angsa Putih) diketahui bahwa Hantu Muka Dua memiliki sat u tern pat kediaman
rahasia Sterletak di bawah Telaga Lasituhitam. Pada kejadian dia membawa
Luhcinta ke tempat itu belum ada ruangan yang disebut Ruangan Obor Tunggal yaitu
ruang penyiksaan terkutuk bagi perempuan-perempuan yang dibencinya. Yang ada
barulah Ruang Dua Belas Obor yakni satu ruangan batu diterangi dua belas obor
dan menjadi tempat ketiduran Hantu Muka Dua.
Hantu Muka Dua langsung membawa murid Nenek Lembah Laekatakhijau itu ke
dalam Ruang Dua Belas Obor. Saat itu di dalam ruangan terdapat tiga orang gadis
yang rata-rata berpakaian seronok nyaris bugil. Pemandangan ini membuat Luhcinta
serta merta menjadi tidak enak, khawatir serta curiga. Apa lagi di situ tidak
ada bangku atau kursi.
Yang ada hanya sebuah batu besar dialasi anyaman rumput kering dan dijadikan
ranjang tempat tidur. Walaupun hatinya tidak enak namun Luhcinta tetap saja
memoles senyum di bibirnya yang bagus.
"Jangan perhatikan mereka wahai Luhcinta. Tiga gadis ini adalah pembantu yang
mengurus dan menjaga tempat kediamanku jika aku pergi." Lalu pada tiga gadis di
dalam ruangan Hantu Muka Dua segera berkata. "Lekas kalian memberi hormat pada
tamuku! Kalau sudah memberi hormat segera siapkan hidangan dan minuman. Kami lapar!
Setelah itu kalian Semua boleh pergi! Kami haus! Berikan minuman lebih dulu!"
Tiga gadis di dalam Ruang Dua Belas Obor segera berdiri lalu menjura memberi
hormat pada Luhcinta. Sebelum sempat si gadis membalas penghormatan itu
ketiganya telah meninggalkan ruangan.
"Wahai Hantu Muka Dua, kita telah berada di tempat kediamanmu. Apakah kau bisa
segera mulai memberi keterangan tentang orang-orang bernama Latampi dan
Luhpiranti itu...?"
"Luhcinta gadis cantik dan cerdik! Mengapa terburu-buru. Kau perlu istirahat
barang sebentar. Lagi pula apa salahnya menunggu sampai pembantuku datang
membawakan minuman untuk kita...."
"Kalau begitu katamu aku menurut saja. Tetapi begitu kau selesai minum harap kau
suka memberi keterangan...."
"Jangan khawatir wahai Luhcinta. Sejuta keterangan akan kuberikan padamu
walaupun mulutku harus bicara sampai pagi besok dan pagi besoknya lagi....
Lelaki mana yang tidak mau bertutur cakap dengan gadis secantikmu walau tidak
tidur sekalipun sampai berhari-hari...."
Luhcinta tersenyum. Salah satu dari tiga gadis tadi muncul dan masuk ke dalam
Ruang Dua Belas Obor. Dia membawa satu nampan kayu di atas mana terletak dua
cangkir tanah berisi minuman yang mengepulkan asap dan bau enak segar. Dua gelas
tanah itu diletakkannya di atas ranjang batu. Ketika Luhcinta memandang
kepadanya gadis ini kedipkan matanya tiga kali berturut-turut.
"Wahai, apa arti kedipan mata gadis itu..." pikir Luhcinta.
"Lekas keluar kau dari sini!" Hantu Muka Dua membentak. Gadis pembawa
minuman serta merta menghambur pergi. Sambil tersenyum Hantu Muka Dua kemudian
Rahasia Bayi Tergantung 28
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
berkata pada Luhcinta. "Ini minumanmu, teguk sampai habis. Kau tentu haus dan
letih...."
Hantu Muka Dua lalu ambil salah satu gelas tanah dan memberikannya pada
Luhcinta. Dia sendiri mengambil gelas kedua langsung meneguk isinya sampai
habis. Dua pasang matanya kelihatan membersitkan sinar aneh. Dua wajahnya
kelihatan merah. Di dalam tubuhnya darahnya mengalir makin cepat dan tambah
panas. Hal itu disebabkan di dalam minuman yang diberikan si pembantu untuknya
sesuai dengan kebiasaannya Hantu Muka Dua mempergunakan sejenis bubuk yang dapat
memberi kekuatan seperti kuda setan pada dirinya.
Secara diam-diam dia juga telah memerintahkan para pembantu untuk membubuhi
sejenis serbuk perangsang di dalam minuman yang disuguhkan pada tamu perempuan.
Pembantu yang membawa minuman tadi dan mengetahui hal itu serta hiba hati
melihat Luhcinta yang kelak bakal menerima perbuatan aib dari Hantu Muka Dua
berusaha memberi peringatan dengan kedipan mata tadi. Hanya sayang Luhcinta
tidak mengetahui apa arti isyarat tersebut!
"Harap kau suka meneguk minuman yang disuguhkan. Sebagai tanda penghormatan
padaku selaku tuan rumah...."
"Kau tuan rumah yang baik," kata Luhcinta. "Sebentar lagi akan ku minum. Saat
ini aku belum begitu haus.... Sementara itu apakah kau bisa memberi keterangan
yang kau janjikan?"
"Teguk habis dulu minumanmu, baru aku memberi keterangan," jawab Hantu Muka
Dua. Suaranya mulai kasar dan tampangnya agak beringas. Kulit mukanya sebelah
depan tambah merah sedang sebelah belakang tambah menghitam.
"Wahai, aku tidak haus. Sebentar lagi pasti ku minum...."
"Kalau kau tak suka meneguk minuman itu,, serahkan gelas minuman itu padaku!"
kata Hantu Muka Dua pula. Lalu gelas tanah dirampasnya dari tangan Luhcinta.
"Gadis cantik.... Kau datang ke tempat yang salah! Ha... ha..ha."
"Wahai! Apa maksudmu Hantu Muka Dua?" tanya Luhcinta.
"Maksudku ini!" Hantu Muka Dua gerakkan tangannya yang memegang gelas
tanah. Minuman yang ada di dalam gelas tanah itu melesat ke muka Luhcinta.
Sebagian di antaranya ada yang masuk ke dalam mulutnya tapi tidak sampai
tertelan. "Hantu Muka Dua, mengapa kau berlaku kasar!" Berseru Luhcinta. Pada saat Itu
Hantu Muka Dua sudah mendobraknya. Memeluk penuh nafsu dan menciumi wajahnya
dengan beringas.
"Wahai! Ternyata dirimu begini adanya!" seru Luhcinta yang kini sadar kalau
dirinya telah terjebak. Dengan kanannya bergerak. Telapak menempel di perut
Hantu Muka Dua. Begitu dia mendorong terpekiklah Hantu Muka Dua. Tubuhnya
terpental dan terbanting ke dinding batu!
"Pukulan kasih Mendorong Bumi!" seru Hantu Muka Dua dengan wajah kaget dan
dua muka di kepalanya langsung berubah menjadi wajah kakek-kakek pucat pasi.
Sambil pegangi perutnya yang mendenyut sakit sementara tulang punggungnya serasa
hancur, kemarahan meluap dalam diri Hantu Muka Dua. Saat itu juga dua mukanya
kembali berubah. Kali ini berupa dua muka raksasa mengerikan. "Pukulan itu hanya
dimiliki nenek keparat di lembah Katak. Berarti kau adalah muridnya Nenek Lembah
Laekatakhijau!"
Dua kali Luhcinta terkejut. Pertama ketika Hantu Muka Dua mengetahui pukulan
yang barusan dilepaskannya. Kedua sewaktu Hantu Muka Dua mengetahui siapa
gurunya. Rahasia Bayi Tergantung 29
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Ha... ha... ha! Nenek satu ini memang sudah lama kucari untuk kujadikan makhluk
pertama percobaan ruang penyiksaan yang kuberi nama Ruang Obor Tunggal! Sekarang
rejeki besar di depan mata. Tidak tahu kau muridnya si Laekatakhijau! Dendam
karatanku selama ini akan kesampaian...!"
"Wahai.... Pembicaraan kita mengapa jadi berubah Hantu Muka Dua" Bukankah kau
berkata hendak memberi tahu riwayat dua orang bernama Latampi dari Luhpiranti
itu" Sekarang kau bicara hal-hai yang aku tidak mengerti...."
"Kau tidak perlu mengerti. Yang kau harus mengerti adalah melayani diriku sampai
puas! Ha... ha... ha!"
Kembali Hantu Muka Dua menyergap Luhcinta. Kali ini si gadis cepat menghindar
lalu berkelebat ke arah pintu ruangan. Namun dari belakang tiba-tiba melesat dua
larik sinar hijau. Sinar-sinar aneh ini ternyata menyembul keluar dari sepasang
mata Hantu Muka Dua sebelah depart.
Luhcinta berteriak kaget ketika dua larik sinar hijau seperti dua utas tali
tahu-tahu mengguluhg sekujur tubuhnya hingga dia tidak mampu menggerakkan kaki
maupun tangan! Sekali Hantu Muka Dua menyentakkan kepalanya tubuh Luhcinta terlempar ke
atas ranjang batu dan masih dalam keadaan terikat dua larik sinar hijau itu!
"Makhluk jahat! Apa yang hendak kau lakukan padaku"!" teriak Luhcinta. "Apa
tidak ada rasa hiba di hatimu" Apa kau tidak punya rasa cinta kasih sesama
manusia"!"
"Cinta kasih"! Ha... ha... ha! Justru aku akan menunjukkan rasa cinta kasihku
padamu! Ini bukti pertama!"
"Breeettt!"
Pakaian Luhcinta robek besar di bagian dada. Si gadis menjerit. Dia coba
menendang dan memukul. Tapi tak mampu bergerak. Dalam hati Luhcinta jadi
mengeluh dan meratapi nasib sendiri.
"Wahai Peri Bunda. Karena mengikuti petunjukmu aku menemui nasib seperti ini.
Tolong diriku. Insyafkan makhluk bermuka dua itu. Masukkan rasa kasih ke dalam
tubuhnya hingga dia tidak berlaku jahat padaku..."
Namun permintaan si gadis seolah tidak terdengar oleh Peri Bunda. Seperti orang
kemasukan setan, sambil tertawa-tawa Hantu Muka Dua yang wajahnya kini telah
berubah menjadi dua muka anak muda melompat ke atas ranjang batu. Ketika dia
hendak menanggalkan pakaian tiba-tiba Ruang Dua Belas Obor dilanda getaran aneh.
Bersamaan dengan itu dinding sebelah kiri jebol mengeluarkan suara bergemuruh.
Pecahan batu berhamburan. Dari lobang besar di binding kiri ruangan menyeruak
keluar satu sosok tubuh yang di kepalanya ada asap aneh berwarna merah,
bergulung-gulung membentuk kerucut dengan bagian runcing tegak di atas batok
kepalanya..."
Hantu Muka Dua tersentak kaget seperti melihat setan. Cepat dia melompat ke
sudut ruangan. Bersamaan dengan itu dua alur sinar merah menderu menyirami tubuh
Luhcinta. Dua larik sinar hijau laksana tali yang sejak tadi mengikat sekujur tubuh
Luhcinta serta merta lenyap.
* * * Rahasia Bayi Tergantung 30
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ DELAPAN antu Penjunjung Roh! Kau...!" teriak Hantu Muka Dua yang saat itu dua wajahnya
mendadak sontak telah berubah menjadi dua wajah kakek pucat keriput. Ini satu H
pertanda selain terkejut dia juga tengah dicekam rasa takut. Orang yang barusan
memasuki ruangan lewat dinding yang jebol tertawa mengekeh. Ternyata dia adalah
seorang nenek aneh. Sekujur tubuhnya ditutupi akar-akar panjang berwarna coklat
gelap. Di atas kepalanya yang ditumbuhi rambut kelabu tipis dia seperti menjulang satu
pendupaan berbentuk kerucut terbalik. Kerucut aneh ini berwarna merah dan
mengepulkan asap angker.
Si nenek hentikan kekehannya. Sepasang matanya memandang menyorot ke arah
Hantu Muka Dua. Astaga! Ternyata dua bola mata si nenek juga berbentuk kerucut
kecil berwarna merah. Bagian lancipnya menjorok keluar hampir sama rata dengan
hidungnya! "Tujuh ratus purnama aku memberi kesempatan padamu untuk bertobat! Tapi dasar
otak dan hatimu sudah jadi batu! Kau tidak melakukan itu! Kau tetap gentayangan
dengan wujud Hantu Muka Dual Menyebar melapetaka di delapan penjuru angin!"
"Nenek keparat! Kalau saja aku tidak punya pantangan membunuh perempuan! Pasti
sudah kuhabisi dirimu saat ini!" teriak Hantu Muka Dua. "Hik... hik... hik! Kau
takut membunuh perempuan! Anggap saja aku ini laki-laki! Lihat diriku!"
"Wusss!!"
Asap merah di atas kepala si nenek yang berbentuk kerucut mengepul tinggi ke
atas menyondak langit-langit ruangan batu. Ketika asap itu kembali ke bentuknya
semula maka keadaan si nenek telah berubah menjadi seorang lelaki separuh baya,
tegak berkacak pinggang.
"Aku sudah menjadi laki-laki! Apa kau masih takut membunuhku"! Hik... hik...
hik!" "Perempuan jahanam! Aku bersumpah akan menjebloskanmu ke ruang penyiksaan
abadi!" teriak Hantu Muka Dua. Lalu tangan kanannya bergegas ke balik pakaian.
"Wusss! Dessss!"
Satu kepulan asap hijau pekat membumbung menutupi pemandangan. Sosok Hantu
Muka Dua berkelebat lenyap ke arah pintu ruangan.
"Kau kira kali ini bisa lolos dari tanganku"!" Tempat untuk rohmu sudah ku
sediakan di atas kepalaku!" teriak Hantu Penjunjung Roh yang saat itu telah
berubah pada bentuknya semula yaitu sosok seorang nenek berambut kelabu. Dia


Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkelebat ke pintu ruangan berusaha mengejar.
Di atas ranjang batu, Luhcinta yang sejak tadi terhenyak dalam kejut dan aneh
melihat semua yang terjadi tiba-tiba melompat turun, jatuhkan diri di hadapan si
nenek sehingga gerakan perempuan tua itu jadi terhalang.
"Nek, tak usah kau kejar orang jahat itu. Beri dia kesempatan untuk berpikir.
Siapa tahu tidak sekarang tapi nanti cinta kasih akan masuk ke dalam tubuhnya,
mengalir di dalam darahnya dan tertanam di lubuk hatinya. Hingga kelak dia mau
bertobat dan menjadi orang baik..."
Mendengar kata-kata itu, si nenek yang sudah nekad hendak mengejar Hantu Muka
Dua jadi hentikan gerakannya. Saat itu dia masih belum melihat jelas wajah
Luhcinta karena Rahasia Bayi Tergantung 31
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
asap hijau yang ditinggalkan Hantu Muka Dua masih mengambang dalam ruangan.
Namun dengan suara perlahan si nenek berkata.
"Kau gadis berhati baik dan tulus. Agaknya ajaran kasih sayang begitu mendalam
dalam hati sanubarimu. Tetapi wahai gadis tulus! Tahukah engkau bahwa begitu
banyak makhluk yang menemui celaka bahkan kematian hanya karena berbuat baik
secara berkelebihan?"
"Mereka mati dalam kebaikan. Dalam cinta kasih. Apakah ada kematian yang lebih
indah dan" itu Nek?"
Hantu Penjunjung Ron tersurut dua langkah. Mukanya mengerenyit mendengar
kata-kata Luhcinta itu. Dalam hati dia berkata. "Aneh! Seharusnya aku ma rah
besar mendengar ucapan gadis bau ken-cur yang seperti mengajari diriku si tua
bangka ini! Tetapi ucapannya sangat menyentuh, mendatangkan kesejukan dalam
hatiku. Siapa gerangan adanya anak ini"!"
Si nenek kibaskan tangan kirinya. Asap hijau yang memenuhi ruangan serta merta
lenyap. Begitu keadaan terang kembali dan si nenek bisa melihat jelas wajah
Luhcinta, terpekiklah perempuan tua ini. Sepasang kakinya mundur dua langkah,
mukanya yang keriputan memutih sementara kerucut asap merah di atas kepalanya
naik hampir menyentuh langit-langit batu.
"Kau...!" Suara si nenek keras tapi bergetar dan seolah tercekik. "Nenek, wahai
gerangan apakah yang membuatku memandang begitu rupa" Apakah salah saya telah
menghalangimu mengejar Hantu Muka Dua" Atau apakah...." "
"Wajahmu!" desis si nenek lagi-lagi dengan suara bergetar dan mata kerucutnya
membesar, membeliak tak berkedip.
"Wajah saya...?" Luhcinta usap mukanya. "Ada a pa dengan wajah saya wahai Nenek
penolong diriku" Apakah wajah saya jelek, menyeramkan hingga kau seperti takut
atau mungkin benci melihatku...?"
Hantu Penjunjung Ron gelengkan kepala.
"Anak.... Siapa namamu"!"
"Saya Luhcinta...."
"Kau... kau berasal dari mana Luhcinta?"
"Saya... saya, kata guru saya berasal dari Negeri Latanahsilam...."
Si nenek maju mendekati Luhcinta. Tiba-tiba dia ulurkan ke dua tangannya,
membelai wajah si gadis. Luhcinta merasakan adanya getaran-getaran aneh pada
jari-jari yang membelai itu.
"Wajahmu..." kata si nenek perlahan. "Mengapa sama benar dengan...."
"Nek!" Luhcinta pegang dua tangan si nenek. "Kau melihat wajah saya. Sama dengan
wajah siapa saya ini Nek?"
"Wahai! Barusan kau menyebut guru. Katakan siapa gurumu!"
"Hantu Lembah Laekatakhijau..." jawab Luhcinta semakin jauh dibawa rasa heran
melihat tindak tanduk dan ucapan si nenek yang telah menyelamatkannya dari Hantu
Muka Dua. "Demi sejuta Dewa sejuta Peri!" Si nenek berteriak. "Anak, kau ikut aku sekarang
juga!" "Ikut kemana Nek...?" tanya Luhcinta.
"Kita ke Lembah Laekatakhijau! Menemui gurumu si tua bangka sialan itu!"
Rahasia Bayi Tergantung 32
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Wahai, mengapa kau memaki nenek guru saya itu?" tanya Luhcinta.
"Karena berpuluh tahun dia menjadikanmu sebagai muridnya, tapi dia tidak pernah
memberi tahu padaku! Luhmasigi! Kau benar-benar tua bangka keparat!"
"Eh, siapa perempuan bernama Luhmasigi itu Nek?" tanya Luhcinta lagi.
"Itu nama asli gurumu si nenek keparat di Lembah Katak itu!" teriak Hantu
Penjunjung Roh. Lalu sekali dia bergerak tahu-tahu sosok Luhcinta sudah berada
di panggulan bahu kirinya.
* * * Rahasia Bayi Tergantung 33
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ SEMBILAN epasang mata merah berbentuk kerucut aneh Hantu Penjunjung Ron memandang
seputar lembah. Luhcinta yang berdiri di sebelah si nenek ikut memperhatikan
Sberkeliling. Kemanapun mata memandang hanya katak-katak hijau yang kelihatan.
Di tanah, di atas bebatuan, di dalam sungai kecil, di batang-batang dan cabang-
cabang pohon bahkan sampai ke daun-daunnya dipenuhi oleh ribuan katak-katak
hijau mulai dari yang sekecil ibu jari kaki sampai sebesar buah kelapa.
"Aku tidak melihat nenek sialan itu!" kata Hantu Penjunjung Roh. "Dimana dia"!"
"Saya juga tidak melihatnya Nek," jawab Luhcinta sambil terus memperhatikan ke
setiap sudut lembah.,
Di goanya dia tidak ada. "Jangan-jangan sedang pergi keluyuran! tua bangka
geblek! Masih suka jual tampang!" kata Hantu Penjunjung Ron lagi. Dia luruskan tubuhnya
yang bungkuk, lalu berteriak.
"Luhmasigi! Nenek Hantu Lembah Laekatakhijau! Dimana kau"! Kalau ada di sini
jangan sembunyi! Apa kau sedang berak atau bagaimana"! Hik...hik!"
Luhcinta tutup mulutnya dengan tangan untuk menahan semburan tawa mendengar
teriakan si nenek tadi. Suara teriakan keras itu mengejutkan ratusan katak.
Banyak diantara mereka berlompatan dengan mengeluarkan suara hiruk-pikuk. Sampai
suara gaung teriakan Hantu Penjunjung Roh lenyap tak ada suara jawaban.
"Sialan! Aku tahu dia ada di sini! Aku tahu dia mempermainkan aku!" kata Hantu
Penjunjung Roh. Asap merah berbentuk kerucut di atas kepalanya bergoyang-goyang
ke kiri dan ke kanan. Sesekali naik ke atas lalu turun lagi. Dua matanya yang
juga berbentuk kerucut lancip sejak tadi bergerak terus tak bisa diam.
"Luhmasigi! Kalau kau tidak mau muncul, akan kupanggang semua katak peliharaanmu
di lembah ini!"
Dua mata si nenek mendadak keluarkan sinar merah terang menggidikkan. Agaknya
dia tidak main-main. Kalau dua larik sinar merah mengandung hawa panas
disemburkannya maka jika benda mati yang terkena seperti batu, akan hancur
lebur. Jika benda hidup akan mati seolah terpanggang!. Tiba-tiba terdengar suara
tawa cekikikan. Tumpukan katak yang ada di tengah sungai kecil kelihatan
bergerak. Bangkit membentuk sosok manusia yang ditempeli ratusan katak hijau.
Hanya mata, hidung dan mulutnya saja yang kelihatan. Inilah dia si Nenek Hantu
Lembah Laekatakhijau yang tubuhnya tertutup oleh katak-katak peliharaannya!
"Muridku Luhcinta! Wahai! Enam hari lalu kau tinggalkan lembah ini! tahu-tahu
kau muncul kembali di sini! Ada apakah wahai muridku" A pa dunia luar sana tidak
kau sukai atau ada sesuatu yang memaksamu kembali ke sini"!"
Hantu Penjunjung Roh yang berdiri di sebelah Luhcinta serta merta menjadi
jengkel. "Jelas-jelas aku berada di sini! Tegak di samping muridnya! Masakan dia tidak
melihat"! Si nenek sialan ini benar-benar melecehkan diriku!"
Luhcinta menjadi bingung untuk menjawab. Dia melirik pada Hantu Penjunjung Roh.
Saat itu sambil melangkah mendekati si gadis, nenek ini berkata. "Orang yang
kita cari tak ada di lembah ini! Mari kita pergi saja. Lain waktu kita kembali
lagi!" Rahasia Bayi Tergantung 34
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Kali ini Hantu Lembah Laekatakhijau yang merasa dianggap seolah tidak ada di
tempat itu. Tapi tidak seperti Hantu Penjunjung Roh, nenek satu ini tertawa
cekikikan. Lalu berkata.
"Aku barusan berlangir! Mataku masih tertutup wewangian lulur. Harap maafkan
kalau tidak melihat muridku datang membawa seorang tamu agung! Hik... hik...
hik! Luhniknik alias Hantu Penjunjung Roh, sifat dan keadaanmu masih saja tidak
berobah. Masih cepat naik darah lalu bicara ngaco! Puluhan tahun sampai saat ini kau
masih saja menjunjung asap merah itu" Apa yang kau panggang di atas kepalamu"
Daging tidak ikan pun tidak! Hik... hik... hik!"
Tampang Hantu Penjunjung Roh menjadi kelam membesi. Melihat hal ini Luhcinta
segera mendahului bicara, memberi tahu. "Nek, aku membawa nenek ini ke sini
karena ada sangkut pautnya dengan diriku...."
"Wahai! Kau cantik, dia jelek! Bagaimana bisa ada sangkut pautnya"!" tukas Hantu
Lembah Laekatakhijau lalu tertawa lagi cekikikan.
"Luhmasigi! Kau jangan kelewat menghina! Waktu masih sama-sama muda tidak ada
lelaki yang suka padamu! Itu sebabnya kau memilih hidup bersama
katak-katak bau itu!"
"Hai! Jangan menghina binatang peliharaanku! Jika mereka kusuruh menggerogoti
dirimu, dalam tempo sekejapan mata kau bisa berubah jadi jerangkong! Katakan
mengapa kau datang ke sini mengganggu aku sedang berlangir!"
"Puih! Seribu tahun kau mandi lulur tak bakal kau jadi cantik! Tidak akan
kulitmu yang keriput akan menjadi padat bagus! Dengar Luhmasigi! Aku mau marah
padamu!" "Wahai! Itulah sifatmu! Selalu marah-marah tak karuan!"
"Dengar!" bentak Hantu Penjunjung Roh. "Berbilang tahun kau menggembleng seorang
anak menjadi muridmu hingga dia menjadi gadis begini besar! Mengapa kau tidak
pernah memberi tahu padaku"!"
"Wahai! Apa urusanmu nenek penjunjung ketiding asap!" sahut Hantu Lembah
Laekatakhijau. "Apa urusanku"! Enak saja kau bicara! Menurut gadis ini kau menemuinya di satu
rimba belantara. Berada di dalam satu kantong yang terikat di dada seorang
perempuan yang mati gantung diri di atas pohon!"
"Wahai! Apa sangkut pautnya peristiwa itu dengan dirimu" Apa kau mau tanya
bagaimana caranya mati gantung diri" Hik... hik... hik!"
"Tua bangka sialan!" maki Hantu Penjunjung Roh. "Coba asah dulu otakmu! Coba kau
ingat-ingat! Waktu kau menemukan mayat tergantung itu, apa kau masih ingat
bagaimana wajahnya?"
"Memangnya kenapa"!"
"Sialan kau! Jawab saja pertanyaanku!" bentak Hantu Penjunjung Roh.
"Perempuan yang mati tergantung itu adalah ibu muridku ini...."
"Itu aku sudah tahu. Dia sudah cerita padaku! Jawab saja pertanyaanku tadi!
Terangkan ciri-ciri perempuan itu!"
"Orangnya masih muda...."
"Sialan kau Luhmasigi! Aku tidak tanya muda atau tua! Aku ingin tahu ciri-ciri
wajahnya. Bentuk rupanya...."
Rahasia Bayi Tergantung 35
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
"Wajahnya cantik.... Seperti muridku ini. Kulitnya putih. Kalau aku tidak salah
ada tahi lalat di dagunya sebelah kiri..,."
Hantu Penjunjung Roh tiba-tiba menjerit.
"Sialan! Kau jangan mengejutkan aku! Berteriak seperti orang kemasukan setan!"
Membentak Hantu Lembah Laekatakhijau.
"Ada tahi lalat di dagu kirinya katamu!"
"Kau tidak tuli! Itu yang aku katakan tadi. Ada tahi lalat di dagu kirinya!"
kata Hantu Lembah Laekatakhijau.
Hantu Penjunjung Roh kembali menjerit. Dia melompat ke hadapan Luhcinta dan
memeluk gadis itu seraya menggerung. "Jangan-jangan kau ini.... Wahai! Aku tidak
bersangsi! Pasti! Pasti kau adalah anaknya! Kau adalah anak Luhpiranti,
perempuan muda yang mati bunuh diri itu! Wajahmu sama dengan wajahnya. Tidak
beda sedikitpun! Wahai anak! Kau... kau adalah cucuku!"
Luhcinta merasa seperti mendengar suara halilintar yang mengejutkan. "Nek, kau
pasti akan apa yang kau ucapkan barusan" Yakin?"
"Aku pasti! Aku yakin sejuta yakin! Kau adalah puteri anakku Luhpiranti!"
Hantu Lembah Laekatakhijau melangkah keluar dari dalam sungai. "Luhcinta....
Apakah kau masih menyimpan benda yang kutemukan dalam kantong gendongan itu?"
"Saya masih menyimpannya Nek," jawab Luhcinta.
"Keluarkan dan perlihatkan padanya...."
Dengan tangan gemetar Luhcinta keluarkan batu merah yang diukir berbentuk
bunga mawar lalu diperlihatkannya pada Hantu Penjunjung Roh. Untuk kesekian
kalinya si nenek terpekik lalu jatuh berlutut. Sekujur tubuhnya bergeletar. Asap
berbentuk kerucut terbalik yang ada di atas kepalanya mengepul , tinggi lalu
turun lagi. Matanya yang merah dan juga berbentuk kerucut membesar aneh.
Luhmasigi alias Hantu Lembah Laekatakhijau mendongak ke langit. Sepasang
matanya tampak berkaca-kaca. Dengan suara tersendat dia menjelaskan. "Hiasan
kepala berbentuk mawar merah terbuat dari batu itu kutemukan dalam kantong
gendonganmu, wahai Luhcinta. Tergantung di dada perempuan yang menggantung diri
itu...." Luhniknik alias Hantu Penjunjung Roh menggerung keras. "Ukiran bunga mawar
batu merah itu dulunya adalah milikku. Ketika anakku Luhpiranti menginjak
dewasa, hiasan rambut itu kuberikan padanya. Benda hiasan seperti itu cuma ada
satu di Negeri Latanahsilam. Wahai Luhcinta. Kau... kau adalah cucuku sendiri.
Luhpiranti adalah anak sekaligus muridku. Luhpiranti itu ibumu..."
Luhcinta menangis keras. Lalu peluk tubuh si nenek kuat-kuat. Di tepi sungai
kecil Hantu Lembah Laekatakhijau jatuh berlutut. Memperhatikan dua orang yang
berpelukan dan bertangisan di depannya dengan seribu rasa.
Luhcinta usap air mata yang membasahi pipinya kiri kanan.
"Wahai Nenek Luhniknik, aku.... Walau akan hancur rasanya hati ini, apakah kau
mengetahui riwayat duka mengapa sampai ibuku meninggal mengenaskan begitu rupa"
Apia dia benar-benar bunuh diri atau ada orang jahat yang membunuhnya?"
"Hantu Penjunjung Roh," Hantu Lembah Laekatakhijau keluarkan ucapan. "Aku juga
buta dengan latar belakang kematian perempuan yang katamu bernama Luhpiranti
itu. Wahai Luhniknik, jika kau memang mengetahui riwayat hi tarn atau putihnya harap
kau suka menuturkan pada kami berdua...."
Rahasia Bayi Tergantung 36
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Hantu Penjunjung Roh usap mukanya berulang kali.
"Cucuku Luhcinta, aku memang tahu rahasia riwayat kematian ibumu. Tetapi
apakah kau bisa tabah mendengarnya jika aku memberi tahu?"
"Saya akan tabah Nek. Ceritakan padaku semuanya..." jawab Luhcinta.
"Karena jika kau tidak tabah, tidak sanggup menerima kenyataan aku khawatir kau
akan hancur dalam duka berkepanjangan atau dendam kesumat hebat mengerikan!"
"Nek, apapun nanti yang akan terjadi harap jangan jadikan alasan untuk tidak
menceritakan apa yang kau ketahui. Betapapun juga itu adalah rahasia diriku.
Apakah kau tega melihat diriku yang seolah sebatang kara ini tenggelam terus
dalam kegelapan seumur-umur?"
Luhniknik alias Hantu Penjunjung Roh memandang pada Nenek Lembah
Laekatakhijau. Guru yang memelihara dan menggembleng Luhcinta sejak kecil ini
anggukkan kepala. "Ceritakan semuanya pada Luhcinta. Jangan ada yang
disembunyikan. Bertahun-tahun aku menggembleng dan menempanya sehingga menjadi
seorang gadis kokoh jasmani maupun rohani. Muridku akan sanggup menerima
kenyataan betapapun pahitnya...."
Si nenek berjuluk Hantu Penjunjung Roh menghela nafas dalam lalu anggukkan
kepala. "Baiklah, akan kuceritakan semuanya...."
* * * Rahasia Bayi Tergantung 37
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
________________________________________________________________________________
__ SEPULUH

Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ua mata si nenek bernama Luhniknik yang berbentuk kerucut aneh itu melesak
masuk ke dalam. Kelopak mata menutup. Beberapa saat lamanya dia kelihatan
Dduduk tak bergerak dengan mata terpejam. Sepertinya tengah berusaha.
memusatkan pikiran, mungkin juga berusaha menguatkan hati.
Tak lama kemudian bersamaan dengan terbukanya dua mata itu meluncurlah kata
demi kata dari mulut si nenek.
"Waktu itu hujan turun cukup lebat. Namun anehnya di langit kelihatan matahari
bersinar terang. Selagi aku berusaha menepekuri keanehan itu tiba-tiba muncul
Luhpiranti, ibumu. Dia tampak gagah. Datang dengan menunggang seekor capung
raksasa. Ini adalah aneh. Aku bertanya-tanya dari mana dia mendapatkan
tunggangan aneh itu. Ibumu memang telah berbuat kesalahan. Meninggalkan tempat
kediaman lebih lama dari yang sudah kutentukan. Mungkin aku masih bisa memberi
maaf. Namun ketika dia turun dari tunggangannya dan aku melihat keadaan sosok
tubuhnya, rasanya tubuhku dipanggang.
Darahku tersirap, nyawa seolah melayang ke langit ke tujuh. Bagaimana tidak!
Kulihat ibumu dalam keadaan hamil! Aku marah besar dan langsung
mendampratnya...."
* * * "Hebat!" Sungguh luar biasa! Wahai Luhpiranti! Aku memberi kesempatan enam
purnama padamu wahai anakku, untuk mencari pengalaman di dunia luar. Ternyata
delapan belas purnama kau menghilang tinggalkan tempat kediaman kita tanpa kabar
tanpa berita! Mengembara boleh saja tapi jangan mengembara seperti orang gila.
Tak ingat pulang tak ingat rumah! Dan kini sekalinya kau pulang kulihat perutmu
besar! Kau hamil wahai Luhpiranti! Kau mengandung!" Sepasang mata berbentuk
kerucut merah nenek berjuluk Hantu Penjunjung Roh itu mencuat keluar. pari
kepalanya yang ada asap berbentuk kerucut terbalik mengepul asap merah. Dengan
suara bergetar Hantu Penjunjung Roh lanjutkan ucapannya.
"Luhpiranti, dirimu yang hamil apakah karena memang kau telah bersuami atau
akibat terperosok ke dalam jurang nafsu hinamu sendiri atau ada lelaki yang
menodai dirimu"
Lekas berucap! Katakan padaku!"
Luhpiranti jatuhkan diri. Karena perutnya yang besar dia tak bisa bersila, dia
hanya berlutut saja di hadapan sang guru. Wajahnya yang cantik kelihatan merah
dan sepasang matanya mulai berkaca-kaca.
"Wahai Bunda, saya sadar telah membuat banyak kesalahan besar. Saya tak tahu
apakah harus memohon maaf lebih dulu atau meminta padamu untuk segera
menjatuhkan hukuman! Apapun yang akan kau lakukan terhadap saya akan saya terima
dengan sepuluh jari tersusun di atas kepala...." Lalu gadis hamil bernama
Luhpiranti itu rapatkan dua telapak tangan di atas kepala.
Saat itu ingin sekali Hantu Penjunjung Roh menjenggut rambut muridnya. Namun
melihat keadaan
Rahasia Bayi Tergantung 38
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Luhpiranti yang hamil besar dia masih bisa menahan luapan amarah dan hanya
membentak saja. "Lekas katakan apa yang terjadi Luhpiranti! Jangan kau membuat
kesabaranku hilang!"
"Bunda, sewaktu masa enam purnama yang kau berikan berakhir, saya memang dalam
perjalanan pulang. Namun di tengah jalan muncul satu halangan besar. Seorang
yang rupanya telah lama menguntit saya unjukkan diri secara terang-terangan.
Ternyata dia adalah seorang pemuda berwajah cakap bertubuh kekar. Dia mengaku
bernama Lajundai."
"Lajundai.... Aku seperti pernah mendengar nama itu. Teruskan dulu ceritamu
Luhpiranti. ." kata Hantu Penjunjung Roh.
Sang murid lanjutkan penuturannya. "Lajundai mengaku memang telah sejak lama
mengikuti saya dan meminta maaf atas perbuatannya itu. Walau saat itu dia
menunjukkan sikap baik namun saya punya firasat pemuda itu membekal niat yang
tidak baik. Saya katakan saya memaafkan perbuatannya dan minta agar dia tidak
mengikutiku lagi. Ketika saya hendak meneruskan perjalanan dia berusaha
menghalangi, Malah mengajak pergi ke satu tempat yang katanya penuh dengan
pemandangan indah. Waktu saya menolak pemuda itu marah. Belangnya tersingkap.
Dia berusaha melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap saya. Peringatan saya
tidak di perdulikannya. Antara kami akhirnya terjadi perkelahian hebat. Ternyata
pemuda itu memiliki ilmu silat dan kesaktian tinggi. Melebihi apa yang saya
miliki. Saya bertahan hampir seratus jurus. Setelah itu saya tidak mampu lagi
menghadapinya. Dalam keadaan tak berdaya Lajundai membawa saya ke satu tempat
lalu...." * * * "Dia memperkosamu!" kata Hantu Penjunjung Roh dengan suara bergetar, muka
mengelam dan sepasang mata kerucut melesat keluar sementara di atas kepalanya
yang ada kerucut aneh kepulkan asap merah.
Luhpiranti menggeleng.
"Anak yang kau kandung itu adalah anak si jahanam bernama Lajundai itu!" kata
Hantu Penjunjung Roh lagi.
Kembali Luhpiranti menggeleng. "Maksud keji Lajundai mungkin akan terlaksana,
malapetaka dan aib besar akan menimpa diri saya kalau saja saat itu tidak muncul
secara tiba-tiba seorang pemuda gagah menolong saya. Pemuda itu menyerang
Lajundai. Antara mereka terjadi perkelahian hebat selama belasan jurus. Rupanya
Lajundai kalah ilmu. Dalam keadaan babak belur akhirnya dia melarikan diri. Saya
mengucapkan terima kasih pada pemuda yang menolong. Mengingat dia telah menanam
budi dan sikapnya sangat baik serta tulus, saya tidak menolak sewaktu dia
mengatakan ingin mengantarkan saya kembali ke tempat kediaman guru.
Kami sengaja mengambil jalan pintas agar bisa lekas sampai. Namun di tengah
jalan kami dilanda hujan lebat yang turun terus menerus selama beberapa hari
disertai banjir besar. Kami terpaksa mencari perlindungan di dalam sebuah goa di
puncak bukit. Di tempat itu kami...,"
Luhpiranti tersendat sesaat. Kepalanya tertunduk dan sepasang matanya menatap
sayu ke tanah. "Di dalam goa kami melakukan sesuatu yang hanya boleh dilakukan
oleh orang-orang yang telah menjadi suami istri.
Rahasia Bayi Tergantung 39
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Kami...." Luhpiranti teteskan air mata tapi cepat diusapnya. "Begitu sadar kalau
kami telah melakukan satu kesalahan dan dosa besar kami berdua menjadi sangat
takut. Walau pemuda itu mengatakan akan bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya dan bersumpah tidak akan meninggalkan saya, namun saya begitu takut
hingga tidak berani meneruskan perjalanan pulang. Lebih-lebih ketika saya
menyadari bahwa akibat hubungan di dalam goa itu ternyata saya, telah
mengandung. Kami memutuskan menemui seorang nenek yang biasanya menjadi ketua
adat pernikahan. Kami meminta bantuan nenek itu untuk menikahkan kami dengan
beberapa orang saksi. Kami kemudian dinikahkan. Sementara itu pemuda yang telah
menjadi suami saya berulang kali membujuk agar saya mau menemui guru...."
"Mengapa dia tidak membawamu menemui orang tuanya saja"!" memotong Hantu
Penjunjung Ron.
"Menurutnya dia tak punya ayah lagi, ibunya pun dia tidak tahu berada dimana.
Entah masih hidup atau sudah mati," jawab Luhpiranti. "Setelah berulang kali
mendesak dan membujuk akhirnya saya mau juga mengikuti permintaan suami saya.
Datang menemui Bunda di sini...."
Hantu Penjunjung Roh menatap anak yang sekaligus muridnya itu beberapa saat lalu
melangkah mondar-mandir. Dari mulutnya tiada henti keluar suara tak jelas karena
hanya gumamnya saja yang kedengaran. Tiba-tiba dia membalik, memandang kepada
anaknya. "Luhpiranti, kau belum mengatakan siapa nama pemuda suamimu itu!"
"Dia bernama Latampi wahai Bunda...."
"Siapa"!" Suara Hantu Penjunjung Roh keras luar biasa membuat Luhpiranti
tersentak kaget. Ketika Luhpiranti angkat kepalanya memandang sang ibu, dia
melihat bagaimana wajah ibunya berubah pucat.
"Suami saya bernama Latampi, wahai Bunda."
Kini Luhpiranti melihat jelas bagaimana tubuh ibunya bergeletar keras dan
wajahnya bertambah pucat. "Luhpiranti, kau datang dengan menunggang seekor
capung sakti. Pasti binatang ini milik suamimu." Luhpiranti membenarkan.
"Dia menyuruhmu datang bersama seekor capung! Dia sendiri tidak kemari! Tidak
berani unjukkan muka! Suami macam apa dia wahai Luhpiranti" Pengecut! Tidak
punya rasa tanggung jawab!"
"Bunda, sebenarnya kami datang berdua. Tapi tak jauh dari sini saya minta dia
turun dari capung dan menunggu. Saya khawatir begitu langsung bertemu, Bunda
akan khilaf melakukan sesuatu padanya....".
Hantu Penjunjung Roh pelototkan mata anehnya. "Aku mau marah atau tidak, aku mau
menggebuknya atau tidak itu hakku!" kata Hantu Penjunjung Roh pula. "Sekarang
lekas kau panggil suamimu itu! Aku mau lihat bagaimana tampangnya!"
"Bunda, kalau kau mau berjanji...."
"Setan alas! Aku tidak mau berjanji apa-apa! Kalau aku mau menghajar akan aku
lakukan! Siapa yang berani menghalangi" Kau"!"
Walau bingung akhirnya Luhpiranti melangkah mendekati capung raksasa yang tadi
ditungganginya. "Laecapung, pergilah temui suamiku Latampi. Bawa dia kemari...."
Capung raksasa putar kepalanya ke kiri dan ke kanan tanda mengerti. Lalu sekali
binatang ini kepakkan sayap-sayapnya, tubuhnya yang raksasa membumbung ke
angkasa. Rahasia Bayi Tergantung 40
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Luhniknik alias Hantu Penjunjung Roh sesaat tegak termangu. Hatinya berulang
kali berkata. "Nama bisa saja sama... nama bisa saja sama. Aku berharap... wahai!"
" Tak lama menunggu Laecapung muncul kembali membawa penunggang seorang
lelaki muda berwajah gagah. Begitu turun dari capung lelaki ini langsung
jatuhkan diri, berlutut di depan Hantu Penjunjung Roh.
Sepasang mata kerucut Hantu Penjunjung Roh yang sebenarnya bernama Luhniknik ini
memandang tak berkesip, menatap wajah suami anaknya itu. Dalam hati dia berkata
dengan ada penuh guncangan. "Demi semua Dewa dan semua Peri. Wahai! Mengapa
wajahnya sama benar dengan Lasegara, suami keparat itu...."
"Orang muda benar kau bernama Latampi"! Benar kau telah menikahi anakku
Luhpiranti walau bunting duluan"!"
Wajah lelaki muda di hadapan Hantu Penjunjung Roh kelihatan menjadi merah. Tanpa
angkat kepalanya orang ini anggukkan kepala. "Benar wahai Ibunda.... Saya
bernama Latampi dan Luhpiranti adalah istri saya. Saya datang untuk meminta
maaf...." "Jangan bicara segala maaf dulu! Aku ingin menyelidik perihal dirimu! Siapa nama
ibumu" Dimana dia sekarang"!"
"Maafkan saya Ibunda. Saya tidak tahu siapa nama ibu saya dan dimana dia berada
sekarang. Ayah tidak pernah mengatakan apa-apa."
"Lalu siapa nama ayahmu?" tanya Luhniknik yang saat itu mendadak saja merasa
dadanya sesak. "Ayah bernama Lasegara," jawab Latampi.
Dua kaki Hantu Penjunjung Roh tersurut dua langkah. Dari tenggorokannya keluar
suara parau. Mata kerucutnya melesat keluar lalu masuk kembali.
Tubuhnya huyung.
"Bunda, wajahmu pucat sekali. Apakah kau sakit wahai Bunda?" tanya Luhpiranti
sambil bangkit berdiri dan memegang lengan Luhniknik.
"Aku tidak apa-apa..." ucap Luhniknik. Suaranya jelas terdengar bergetar.
"Latampi, berdirilah. Putar tubuhmu! Hadapkan punggungmu ke punggungku!" Tiba-
tiba Luhniknik berkata.
Walau tidak mengerti apa maksud mertuanya itu namun Latampi lakukan apa yang
dikatakan. Luhniknik ulurkan tangannya.
"Breeettt!"
Pakaian kulit kayu Latampi robek besar di sebelah belakang. Punggungnya
tersingkap lebar. Di punggung itu ada tanda hijau sebesar telapak tangan.
Melihat tanda ini Luhniknik seperti melihat setan kepala sepuluh. Dia menjerit
keras sambil mundur menjauh.
"Bunda.... Ada apa"!" seru Luhpiranti cepat memburu.
"Latampi.... Kau... kau adalah.... Wahai para Dewa! Wahai para Peri! Mengapa hal
ini bisa terjadi!"
"Bunda...."
"Latampi, kau adalah anakku. Kau adalah darah dagingku! Luhpiranti yang kau
jadikan istrimu ini adalah adik kandungmu...." Habis berkata begitu Hantu
Penjunjung Roh keluarkan satu teriakan dahsyat lalu roboh tak sadarkan diri.
Luhpiranti dan Latampi laksana mendengar suara halilintar. Keduanya berteriak
pula lalu menubruk tubuh Luhniknik.
Rahasia Bayi Tergantung 41
Wiro Sableng - Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya Bastian Tito
Mendengar kisah yang dituturkan si nenek, Luhcinta sang cucu langsung meratap
keras dan jatuhkan diri, bersimpuh di kaki neneknya itu. Hantu Penjunjung Roh
pejamkan mata sambil usap-usap kepala cucunya sementara si Nenek Hantu Lembah
Laekatakhijau tegak termangu-mangu dengan mata berkaca-kaca. Ribuan katak yang
ada di lembah seolah mengerti. Kalau tadi mereka mengorek keluarkan suara hiruk-
pikuk, kini semuanya diam tak bergerak tak bersuara hingga hanya ratap tangis
Luhcinta yang terdengar di lembah itu.
"Wahai Nenek Hantu Penjunjung Roh,..." Luhcinta berucap diantara tangis nya.
"Kalau benar saya ini anak Latampi dan Luhpiranti, lalu anak apa saya ini
sebenarnya" Saya lebih hina dari anak haram...."
Hantu Penjunjung Roh yang berada dalam keadaan terguncang hebat tak bisa
menjawab. Hantu Lembah Laekatakhijau akhirnya yang bersuara. "Wahai muridku
Luhcinta. Di dunia ini sebenarnya tidak ada yang dinamakan anak haram. Semua itu terjadi
atas kehendak takdir. Jangan kau menganggap dirimu hina. Perjalanan hidup
seseorang sudah ada garisnya. Dirimu sama sucinya dengan air embun yang turun
dari langit...."
"Wahai dua nenek yang kukasihi. Bagaimana saya mampu hidup menanggung beban
berat begini rupa. Berat gunung mungkin bisa saya pikul. Tapi berat beban batin
mungkin akan menghancurkan diri saya...."
"Luhcinta! Jangan kau berkata begitu! Kau adalah muridku Hantu Lembah
Laekatakhijau. Berbilang tahun aku menggembleng menjadi manusia yang kokoh
jasmani dan rohani. Apakah kau akan membiarkan dirimu hancur menghadapi baru
satu cobaan ini"
Jangan kau membuat aku malu wahai muridku!"
Mendengar kata-kata gurunya itu Luhcinta jadi tersendat tangisnya. Dadanya
menggemuruh. Jiwanya nuraninya berguncang hebat. Tak tahu apalagi yang hendak
dikeluarkannya dalam ratapannya. Dia mendengar gurunya berkata pada neneknya
Hantu Penjunjung Roh.
"Luhniknik, ceritamu tadi cukup panjang. Namun belum sampai ke ujung yang
memberi tahu bagaimana kejadian selanjutnya dengan ibu muridku yang bernama
Luhpiranti itu. Bagaimana sampai peristiwa itu bisa terjadi" Bagaimana sampai
Misteri Naga Laut 2 Juragan Tamak Negeri Malaya Karya Widi Widayat Peristiwa Merah Salju 13
^