Rahasia Patung Menangis 2
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis Bagian 2
Setan Ngompol cepat 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
mundur dan terkencing! Dia memperhatikan sepasang kaki si nenek. Baru
disadarinya kalau kaki itu pendek sebelah! Berdebar dada Setan Ngompol.
"Aneh! Waktu di atas perahu kau terus menerus memelukku. Tanganmu menggerayang
kian kemari. Sekarang kau seperti ketakutan. Wajahmu pucat. Malah kau mundur
menjauhiku! Wahai kekasihku kakek gagah.
Hik... hik... hik! Mengapa kau berubah kaku..."!"
"Luhlampiri.... Aku tidak menyangka.... Apa yang terjadi dengan ke dua
tanganmu"!" tanya Setan Ngompol.
"Kau tidak menyangka..." Wahai! Coba kau perhatikan ini! Kau pasti lebih tidak
menyangka!"
Tangan besi sebelah kiri si nenek bergerak ke mukanya.
"Breeettt!"
Satu topeng tipis terbuat dari daun kering robek dan tanggal dari wajah si
nenek. Kini kelihatanlah wajahnya yang asli. Satu wajah perempuan tua berkumis
halus dan ada anting-anting besar mencantel di kedua telinganya. Kejut Setan
Ngompol bukan alang kepalang.
Mata jerengnya mendelik besar. Lututnya goyah dan mukanya sepucat kain kafan!
Kencingnya mancur membasahi lantai pondok.
"Nenek Pembedol Usus" mulut Si Setan Ngompol bergetar mengucap nama orang yang
tegak di depannya sambil bertolak pinggang dan tertawa cekikikan.
Tenggorokannya seolah menenggak batu panas!
"Kau memang kekasihku tercinta! Buktinya kau masih ingat siapa diriku! Hik...
hik... hik!"
Si nenek yang tadinya menyaru sebagai Luhlampiri ternyata adalah anak buah Hantu
Muka Dua yang dikenal dengan julukan Nenek Pembedol Usus.
"Saat ini, apakah kau masih ingin melihat tubuhku wahai makhluk berasal dari
negeri seribu dua ratus tahun mendatang?"
Setan Ngompol tak menjawab. Dia hanya tegak dengan mata jereng melotot.
Kencingnya mengucur tak berkeputusan.
"Hik... hik! Untuk orang yang akan segera mampus biar aku memberikan satu hadiah
besar. Semoga kau bisa menemui ajal sambil ketawa! Hik... hik... hik!" Si nenek
lalu robek dada pakaiannya. Dadanya yang besar tapi peot memberojol keluar
bergundal-gundil! "Buka matamu lebar-lebar! Puaskan hatimu melihat tubuhku!
Hik... hik... hik!"
Si nenek lalu berhenti tertawa. Mukanya berubah garang.
"Setan Ngompol! Aku akan membuat bukan cuma air kencing yang mengucur dari
tubuhmu! Tapi juga 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
darahmu! Ingat peristiwa di sumur melintang beberapa waktu lalu" Waktu terjadi
pertempuran kau mengencingi dua tanganku hingga tidak bisa kembali ke asalnya!
Hik... hik! Dua tanganku boleh musnah! Tapi kemampuanku membedol usus manusia tidak
pernah lenyap walau kini aku hanya memiliki sepasang tangan palsu! Hik... hik!
Apa kau sudah puas melihat dadaku"!" (mengenai peristiwa perkelahian Setan
Ngompol dengan Nenek Pembedol Usus silahkan baca serial Wiro Sableng berjudul
"Hantu Muka Dua").
Kalau tadi Si Setan Ngompol memang kecut karena kaget, kini keberaniannya
muncul, walau otak kotor masih melekat di kepalanya. "Perempuan tua, siapapun
kau adanya! Peristiwa lama mengapa harus diingat! Semua terjadi karena kau
mengambil langkah keliru hingga sempat diperalat orang lain...."
"Tua bangka keparat! Siapa yang memperalat diriku"!"
sentak Nenek Pembedol Usus.
"Jangan mencari dalih! Bukankah kau diperalat oleh Hantu Muka Dua" Kalau saat
ini kau mau insaf bukankah sebaiknya kita melanjutkan kemesraan sejak di perahu
tadi" Aku tidak menampik kalau kau suka...."
Nenek Pembedol Usus meludah ke tanah. Tua
bangka berotak kotor! Baik, aku setuju kita melanjutkan kemesraan. Sekarang biar
kau rasakan bagaimana sedapnya kalau auratmu kuusap dengan tangan besi ini!"
Didahului suara tawa mengikik Nenek Pembedol Usus melompat ke depan. "Wuttt!"
Tangan besinya menyambar ke bawah perut si kakek. Setan Ngompol berseru kaget.
"Breeett!"
Celana Si Setan Ngompol yakni celana baru hasil rampasan dari Hantu Muka Dua
(baca serial Wiro Sableng berjudul "Rahasia Kincir Hantu") robek besar di bagian
bawah pusarnya. Walau air kencingnya muncrat kemana-mana namun si kakek masih
sempat melompat selamatkan diri.
"Nenek tolol! Jelek-jelek begini tidak semua perempuan aku suka! Kuberi
kesempatan untuk bermesra kau malah minta disuguhkan racun! Kalau kuhancurkan
dua payudaramu yang peot itu apa kau kira bisa diganti dengan payudara palsu
seperti sepasang tanganmu itu"!
Ha... ha... ha!"
Mendengar ejekan Setan Ngompol meledaklah
amarah si nenek. Didahului teriakan keras dia melompat kirimkan serangan. Si
kakek sambut gebrakan lawan dengan jurus Setan Ngompol Mengencingi Langit. Satu
gelombang angin menebar hawa lembab dan bau pesing menghantam si nenek. Membuat
tubuh Nenek Pembedol 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Usus terdorong dan tangan kanannya yang dipakai menyerang terbanting ke kanan.
Namun hebatnya dengan membuat gerakan seperti bersalto, si nenek kembali
lancarkan serangan. Kini tangan kirinya yang menyambar.
Lalu sambil miringkan tubuh kaki kanannya membeset ke samping.
Dengan mudah Setan Ngompol elakkan serangan tangan besi yang menyambar hendak
menjebol perutnya.
Namun dia tidak mampu meloloskan diri dari tendangan kaki si nenek.
"Buukkk!"
Setan Ngompol terpental begitu kaki lawan mendarat di pinggul kirinya. Dalam
keadaan termiring-miring dan menahan sakit lawan kembali menggempur. Dua tangan
besi si nenek menyambar ganas. Sepuluh jarinya yang menyerupai pisau berkarat
berkelebat dan selalu mengarah ke perut Setan Ngompol. Untuk beberapa jurus si
nenek berhasil mendesak Setan Ngompol hingga lawannya ini terkencing-kencing
habis-habisan. Dalam keadaan celana basah kuyup Setan ngompol berusaha keluar dari desakan
lawan. Dia mainkan jurus-jurus ilmu silat langka yang dimilikinya dan selama ini
jarang dikeluarkan. Setiap serangan mengandalkan tenaga dalam dan ilmu
meringankan tubuh hiqgga sosoknya berkelebat seolah tidak menginjak tanah.
Selain itu setiap pukulan yang dilancarkannya selalu menebar hawa lembab pengap
dan bau pesing.
Sebelum dirinya terdesak, Nenek Pembedol Usus segera maklum, satu-satunya cara
menghadapi lawan ialah dia harus bergerak cepat dan mengatur pernafasan demikian
rupa hingga tidak menghirup hawa pengap dan bau pesing itu. Dengan menjerit
garang si nenek melesat ke udara. Terjadilah perkelahian hebat antara dua tua
renta itu, yang boleh dikatakan jarang kejadian dan jarang disaksikan orang.
Mereka berkelahi serang menyerang, gempur menggempur dengan tubuh
berkelebat di udara, hanya sesekali menjejak tanah untuk kemudian melancarkan
serangan lagi. Beberapa kali sudah lengan atau kaki mereka saling beradu. Setiap lengannya
bentrokan dengan lengan besi si nenek, Setan Ngompol merasa seolah tulang
tangannya hancur luluh. Mau tak mau dia terpaksa menghindarkan bentrokan seperti
itu. Sebaliknya setiap dua kaki mereka saling beradu, si neneklah yang menderita
kesakitan. Akibatnya setiap dia menjejak tanah gerakannya selalu goyah. Satu
kali tendangan Si Setan Ngompol mendarat di tanah. Untuk sesaat lamanya dia tak
bisa bergerak. Tulang pinggulnya sebelah kiri ternyata remuk.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Dari mulutnya keluar suara mengerang.
"Setan Ngompol.... Aku... sebenarnya hanya menguji hatimu. Aku ingin tahu sampai
di mana rasa suka yang kau ucapkan. Ternyata kau tega menjatuhkan tangan
keras..." Sepasang mata si nenek tampak berkaca-kaca. "Aku pasrah.... Aku ingin
kau membunuhku saat ini juga. Tapi sebelum aku menemui ajal, ingin kutunjukkan
padamu. Sebenarnya aku sejak lama diam-diam mencintaimu...."
Tentu saja Si Setan Ngompol jadi melongo mendengar ucapan si nenek. "Kau... kau
mencintaiku sejak lama?"
"Dengan sepenuh hati wahai kekasihku. Penuhi permintaanku. Bunuhlah diriku. Aku
akan merasa tenteram di alam roh jika tanganmu sendiri yang merenggut
nyawaku...."
"Aku.... Tak mungkin aku membunuhmu!" kata Setan Ngompol pula seraya melangkah
mendekat. "Bunuh aku dan peluk diriku sebelum ajalku melayang...."
"Kalau kau memang mencintai diriku, bagaimana mungkin aku membunuhmu! Mari
kulihat cidera di pinggulmu. Aku menyesal menjatuhkan tangan keras. Aku akan
mengobatimu...."
"Kau berjanji akan mengobatiku wahai kakek gagah kekasihku?"
"Aku bersumpah!"
"Kalau begitu malam nanti, maukah kau jadikan malam pengantin bagi kita berdua?"
Sambil berkata begitu si nenek kedap-kedipkan matanya dan layangkan senyum
manja. Tangan kirinya bergerak membuka dada pakaiannya yang robek.
Setan Ngompol mengangguk berulang kali. "Aku akan mendukungmu ke dalam
pondok..." Sesaat matanya terkesima memandangi dada si nenek.
Si nenek tertawa lepas. "Aku bangga dan bahagia punya kekasih sepertimu.
Mendekatlah. Peluk aku sebelum kau dukung," pintanya. Matanya kembali tampak
berkaca-kaca. Penuh haru Setan Ngompol membungkuk, ulurkan dua tangannya untuk merangkul si
nenek. "Peluk diriku kekasihku. Pejamkan matamu. Ingin sekali aku mencium wajahmu...."
kata si nenek lirih.
"Jangan wajahku. Aku ingin kau mencium bibirku!"
kata Si Setan Ngompol masih bisa menawar dalam keadaan seperti itu.
Lalu kakek geblek ini pejamkan matanya sambil monyongkan bibirnya. Perlahan-
lahan dia turunkan kepalanya. Dekatkan bibirnya ke bibir si nenek yang juga
ikut-ikutan runcingkan mulutnya. Sesaat lagi bibir-bibir 110 RAHASIA PATUNG
MENANGIS Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
dua tua bangka itu akan saling berkecupan, tiba-tiba tangan kanan si nenek yang
terbuat dari besi berkarat melesat ke atas! Tepat ke pertengah perut Si Setan
Ngompol! 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
SEKEJAPAN lagi perut Setan Ngompol akan jebol dan ususnya dibedol si nenek,
tiba-tiba satu sinar putih berkiblat disertai hamparan hawa panas. Dua pekikan
keras tenggelam dalam deru dahsyat seperti ribuan tawon mengamuk.
Sosok Si Setan Ngompol terpental dan terguling-guling. Bahu bajunya hangus
mengepulkan asap. Tertatih-tatih kakek ini bangkit terduduk di tanah. Mukanya
yang keriput tampak pucat pasi sedang di sebelah bawah kencingnya mancur habis-
habisan! Dia memandang kian kemari. Celangak-celinguk. Rasa kejutnya kini
berganti keheranan. Lucunya sampai saat itu bibirnya yang tadi diruncingkan
karena hendak mencium Nenek Pembedol Usus sampai saat itu masih saja dalam
keadaan monyong.
"Kekasihku.... Di mana kau...?" Si kakek bersuara.
Tangan kanannya diletakkan di atas mulut lalu bibirnya diusap-usap berulang
kali. "Tua bangka geblek! Jangan mimpi di siang bolong!
Jangan mengigau selagi matamu mendelik!"
Setan Ngompol palingkan kepalanya. Dia merasa heran ketika melihat sosok Naga
Kuning berada di hadapannya.
"Eh, kau...! Apa maksud ucapanmu barusan"!"
Wirodekati kakek itu lalu usap-usap jidatnya. "Ingat Kek, sadar! Kau tidak
kesambat tidak kesurupan. Juga tidak mimpi! Orang yang kau sebut kekasih itu
sudah jadi bangkai gosong! Sedikit saja kami terlambat, perutmu hampir
dijebolnya. Ususmu hampir dibusainya!"
Melihat si kakek masih bengong Naga Kuning jadi jengkel. Sosok tanpa nyawa Nenek
Pembedol Usus diseretnya lalu diletakkannya di depan Setan Ngompol.
Seperti si kakek, sewaktu cahaya putih berkiblat Nenek Pembedol Usus juga
terpental. Tubuhnya mencelat ke udara lalu jatuh terbanting ke tanah tak
berkutik lagi. Sekujur sosoknya gosong hitam mengepulkan asap. Dua tangannya yang terbuat dari
besi tampak merah menyala!
"Pukulan Sinar Matahari.... Dia menemui ajal akibat hantaman pukulan Sinar
Matahari..." desis si kakek begitu memperhatikan tubuh gosong yang terkapar di
tanah di hadapannya.
"Kalau sobatku ini salah memilih sudut pukulan, kaupun akan mengalami nasib
seperti itu..." kata Naga 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Kuning pula. "Serrrr!" Si kakek langsung terkencing. Kesadarannya pulih. "Jadi kalian berdua
telah menolongku. Aku mengucapkan terima kasih..." Setan Ngompol usap mukanya
berulang kali. Sekali lagi dipandanginya sosok hangus Nenek Pembedol Usus.
"Nenek ini ternyata memalsu diri. Menyamar menjadi Luhlampiri. Maksud-nya hendak
membalaskan dendam. Sungguh jahat! Aku bersyukur. Luhlampiri yang asli masih
hidup..." Perlahan-lahan si kakek bangkit berdiri lalu melangkah menuju tepian
sungai. "Kek! Kau mau kemana"!" berseru Naga Kuning.
"Ke sungai mencari perahu! Aku mau ke Negeri Latanahsilam. Sudah kukatakan
Luhlampiri yang asli masih hidup. Aku ke sana menemuinya!"
"Tua bangka geblek! Benar-benar ngebet edan!"
Naga Kuning hendak mengejar.
"Biarkan saja! Otaknya sedang kacau! Dinasihatipun tak ada gunanya!"
Di tepi sungai dia segera menemukan perahu yang sebelumnya ditumpanginya bersama
Nenek Pembedol Usus. Tanpa banyak cerita dia melompat masuk ke dalam perahu.
Pada saat dia membungkuk menjangkau pendayung, dua tangan kukuh tiba-tiba
mencuat dari dalam air. Dengan cepat dua tangan ini mencekal salah satu kaki
Setan Ngompol lalu menariknya ke dalam air.
Wiro berpaling pada Naga Kuning. "Aku mendengar suara seperti orang mencebur ke
dalam air. Kakek itu pergi mencari perahu atau mencebur mandi!"
Naga Kuning tak menjawab. Wiro berpikir-pikir sambil garuk-garuk kepala. Tiba-
tiba dia ingat sesuatu. Serta merta Wiro melompat dan lari menuju tepi sungai.
Naga Kuning mengikuti dari belakang. Di tepi sungai Wiro dan Naga Kuning hanya
menemukan perahu dalam keadaan mengapung terbalik. Si Setan Ngompol tak
kelihatan mata hidungnya. Tiba-tiba Naga Kuning berseru seraya menunjuk ke
tengah sungai. "Wiro! Lihat!"
Air sungai di sebelah tengah tampak merah.
"Darah!" ujar Wiro. "Jangan-jangan kakek itu bunuh diri atau dibunuh orang!'"
"Bunuh diri" Apa alasannya" Dibunuh orang, oleh siapa"!" kata Naga Kuning pula.
"Aku akan menyelidik!" Wiro segera hendak melompat terjun ke dalam sungai yang
lebar dan dalam itu. Tapi Naga Kuning cepat menghalangi. "Urusan di dalam air
serahkan padaku! Sudah lama aku tidak menyelam!"
Seperti diketahui Naga Kuning sebenarnya adalah seorang kakek sakti yang berusia
sekitar 120 tahun. Dia 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
merupakan orang kepercayaan Kiai Gede Tapa Pamungkas, seorang penguasa dan
penjaga salah satu kawasan samudera sebelah selatan yang oleh sementara orang
dianggap sebagai makhluk setengah manusia setengah roh. Jika Naga Kuning sanggup
mengarungi dan menyelami laut luas, maka sungai baginya bukan berarti apa-apa.
Sekali melompat maka sosoknya lenyap di bawah permukaan air sungai. (Mengenai
asal usul Naga Kuning harap baca serial Wiro Sableng berjudul
"Tua Gila Dari Andalas" terdiri dari 11 Episode).
Di dalam sungai, walau air sungai kuning dan agak keruh namun dengan kesaktian
yang dimilikinya Naga Kuning bisa melihat cukup jelas. Dua orang dilihatnya
tengah bergumul, saling mencekik dan saling menendang.
Naga Kuning segera mengenali. Ke dua orang itu bukan lain adalah Si Setan
Ngompol dan Labuntalan, si gendut pemilik perahu yang sebelumnya lenyap secara
aneh. Dalam ilmu kesaktian sebenarnya Setan Ngompol jauh berada di atas Labuntalan.
Tetapi berkelahi di dalam air tak biasa dilakukan si kakek. Begitu dia diseret
lawan masuk ke dasar sungai, kakek ini segera megap-megap.
Dengan mudah Labuntalan yang memang memiliki kepandaian berkelahi di dalam air
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadikan si kakek bulan-bulanan jotosan dan tendangannya. Darah mengucur dari
hidung dan mulut Si Setan Ngompol. Darah inilah yang kemudian muncul di
permukaan sungai dan terlihat oleh Wiro serta Naga Kuning. Dalam keadaan tak
berdaya kakek ini dicekik oleh Labuntalan lalu dibenamkannya ke dasar sungai.
Pada saat genting itulah Naga Kuning melesat laksana seekor ikan pesut.
Labuntalan tersentak kaget ketika tiba-tiba rambutnya ada yang mencengkeram.
Lalu kepalanya disentakkan ke belakang. Lehernya seperti mau tanggal. Selagi dia
masih diselimuti rasa kaget dan kesakitan mendadak ada sesuatu menyusup di
selangkangannya. Satu remasan keras pada anggota rahasia di bawah pusarnya
membuat orang ini membuka mulut berteriak keras. Tapi karena dia berada di dalam
air, bukan saja suara teriakannya tidak terdengar, malah air sungai yang masuk
ke dalam mulutnya. Labuntalan megap-megap menahan sakit dan sulit bernafas. Dari
bawah perutnya kelihatan darah bercampur air mengapung naik ke permukaan sungai.
Naga Kuning lepaskan jambakannya di rambut Labuntalan. Selagi si gendut itu
menggapai-gapai sia-sia meregang nyawa di dalam air Naga Kuning cepat menolong
Si Setan Ngompol dan menariknya ke permukaan air sungai. Namun sebelum sempat di
bawa ke tepian tiba-tiba terjadilah satu hal yang tak terduga.
Sebuah perahu muncul di balik tikungan meluncur 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
cepat laksana kilat di atas permukaan sungai. Dari atas perahu melesat sebuah
benda yang ternyata adalah segulung jala aneh berwarna biru. Jala ini dalam
kecepatan luar biasa melibat sekujur tubuh Si Setan Ngom-pol yang berada dalam
keadaan setengah sadar setengah pingsan. Kurang dari sekejapan mata perahu itu
telah berada belasan tombak di depan sana dan akhirnya lenyap dari pemandangan.
Sosok Si Setan Ngompol yang tergulung dalam jala biru ikut melesat lenyap.
Demikian cepatnya semua itu terjadi hingga Wiro yang ada di tepi sungai dan Naga
Kuning yang masih di dalam air tidak sempat berbuat apa-apa.
"Wiro! Astaga! Apa yang terjadi"!" berseru Naga Kuning seraya berenang cepat dan
melompat ke daratan.
"Ada orang berperahu menebar jala! Menculik Setan Ngompol!" jawab Wiro. "Aku tak
sempat mengenali siapa orangnya. Gerak perahu dan caranya menebar jala cepat
luar biasa!"
"Setan Ngompol dalam bahaya! Kita harus mengejar!"
teriak Naga Kuning.
Ke dua orang itu segera melakukan pengejaran dengan berlari di sepanjang tepi
sungai. Cukup lama berlari, jangankan menyusul. Melihat perahu dan orang yang
menculik si kakek itupun mereka masih belum berhasil.
"Percuma, keparat penculik itu sudah lenyap entah kemana!" kata Wiro lalu
hentikan larinya.
Naga Kuning dalam keadaan basah kuyup geleng-gelengkan kepala. "Setan
Ngompol.... Ini semua dia sendiri yang punya gara-gara! Kalau dia tidak
mengikuti nenek jahanam si Luhlampiri palsu itu, urusan tidak sampai jadi
kapiran begini rupa!" Bocah itu banting-banting kakinya. Tiba-tiba dia hentikan
menghentakkan kaki dan tegak tak bergerak. Naga Kuning berpaling pada Wiro.
"Telingamu mendengar sesuatu...?"
"Ya, ada suara orang menyanyi. Seperti suara anak-anak," jawab Wiro. "Datangnya
dari sana!" Wiro menunjuk ke arah kejauhan. Tidak menunggu lebih lama bersama
Naga Kuning dia segera lari ke jurusan datangnya suara orang bernyanyi itu.
Di satu tempat Naga Kuning hentikan larinya. Sambil pegangi lengan Wiro bocah
ini berkata. "Dengar baik-baik. Perhatikan syair dalam nyanyian itu. Tidakkah
aneh kedengarannya..."!"
Ke dua sahabat itu lalu pasang telinga baik-baik.
Kalau ingin bertemu sahabatmu terakhir kali Datanglah ke Perjamuan Pengantar
Arwah Tempatnya sebelah timur lereng Labukit Tanpa 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Mentari Saatnya malam hari esok lusa
Wiro dan Naga Kuning saling pandang.
"Bait-bait syair nyanyian itu selalu di ulang-ulang, seperti sengaja ditujukan
pada kita!" kata Wiro. "Kita harus segera menemukan anak yang sedang menyanyi
itu!" Wiro dan Naga Kuning kembali lari ke jurusan suara anak menyanyi. Baru bergerak
beberapa langkah suara nyanyian tiba-tiba lenyap dan berganti dengan suara anak
menangis serta ratap ketakutan.
"Tolong...! Aku takuti Aku gamang! Turunkan diriku!
Tolong! Aku takut jatuh...!"
Di cabang sebatang pohon tinggi Wiro dan Naga Kuning kemudian menemukan seorang
anak berusia sekitar delapan tahun dalam keadaan terikat.
Disampingnya terikat sebuah keranjang berisi mempelam.
Wiro dan Naga Kuning segera naik ke atas pohon, melepas ikatannya lalu membawa
turun ke tanah sekalian dengan keranjang berisi mangga itu.
"Anak, katakan apa yang terjadi denganmu!
Bagaimana kau bisa berada di atas pohon dalam keadaan terikat"!" bertanya Wiro.
"Orang jahat itu yang melakukannya!" jawab si anak sambil memandang ke arah
sungai penuh takut.
"Orang jahat siapa" Kau mengenalinya?" tanya Naga Kuning.
Si anak menggeleng. "Tidak pernah kulihat orang itu sebelumnya. Rambutnya
panjang sepinggang.
Tubuhnya bau! Matanya merah. Mukanya bopeng. Giginya besar-besar. Mungkin dia
bukan orang tapi roh jahat!
Aku takut...!"
"Kau tak usah takut. Ada kami di sini menolongmu.
Coba ceritakan pelan-pelan apa yang terjadi...."
Si anak lalu bercerita. "Aku dan kawan-kawan kesasar dalam hutan di tepi sungai.
Kami tadinya mencari kelinci hutan. Aku terpisah dengan kawan-kawan. Lalu wahai!
Muncul si muka bopeng itu. Dia memberiku sekeranjang mempelam. Padaku dia
mengajarkan satu nyanyian. Lalu aku dinaikkannya ke atas pohon. Diikat.
Di atas pohon aku harus melantunkan nyanyian yang diajarkannya itu. Kalau tidak
mau mempelam akan diambil dan aku akan dijejali ulat bulu...."
"Orang muka bopeng itu tak ada di sini. Kau tahu kemana perginya?" tanya Wiro
sambil usap kepala si anak.
Yang ditanya menggeleng.
"Kau tahu dimana letak Labukit Tanpa Mentari yang kau sebut dalam nyanyian?"
tanya Wiro lagi. Si anak 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
kembali menggeleng.
"Kau masih ingat ke jurusan mana orang muka bopeng itu perginya?" tanya Wiro
selanjutnya. Si anak menunjuk ke arah timur sejajar hilir sungai.
"Anak pandai. Kami akan antarkan kau ke tempat aman!" kata Naga Kuning. Dia
berpaling pada Wiro. "Kita harus mencari Lakasipo. Dia yang paling tahu semua
kawasan di Negeri ini."
Wiro mengangguk. "Mencari si Kaki Batu itu mungkin sama sulitnya dengan mencari
Bukit Tanpa Mentari.
Terakhir sekali dia memberi tahu akan mencari Hantu Santet Laknat yang telah
mencelakainya...."
Naga Kuning angkat anak lelaki disampingnya lalu dia lemparkan ke arah Wiro. Si
anak terpekik kaget dan ketakutan. Tapi begitu Wiro mendukungnya di atas bahu
dan membawanmya lari ke arah timur si anak tertawa-tawa kegirangan. Naga Kuning
menyambar keranjang berisi mempelam lalu segera lari mengikuti Wiro.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
KITA kembali pada Hantu Jatilandak di bukit batu berhawa dingin. Begitu
mendengar bentakan dan gelak tawa di belakangnya, pemuda yang muka dan sekujur
tubuhnya ditumbuhi duri-duri coklat ini jauhkan kepalanya dari wajah patung dan
lepaskan rangkulannya. Dia cepat berpaling. Dalam gelapnya malam dia melihat dua
orang tak dikenal tegak berkacak pinggang di atas dua batu besar terpisah kurang
dari sepuluh langkah di hadapannya.
Yang pertama adalah seorang nenek berambut awut-awutan berwarna kelabu campur
putih. Dia mengenakan pakaian panjang warna hijau tua yang bagian atasnya
berbentuk kemben. Ketika menyeringai kelihatan tak satu gigi pun tumbuh di
gusinya. Nenek ini berhidung pesek hampir serata pipinya yang keriput. Dia tegak
dengan kaki terkembang. Di pinggangnya tergantung sebilah pedang tanpa sarung
terbuat dari batu pualam warna merah.
Di batu besar sebelah kiri tegak orang ke dua.
Seperti si nenek dia juga memiliki rambut awut-awutan putih kelabu, tidak punya
gigi barang satu pun alias ompong reong. Matanya yang kanan kecil sipit
sebaliknya mata sebelah kiri melotot besar. Kakek ini berpakaian jubah kuning
gelap. Dia juga membekal sebilah pedang batu merah tak bersarung.
Hantu Jatilandak awasi ke dua orang itu tanpa bergerak dan tak bersuara. Dia
mengambil sikap diam menunggu sambil berlaku waspada. Setiap saat dia bisa
melesatkan duri-duri coklat di muka atau di tubuhnya yang mengandung racun ke
arah ke dua orang itu.
"Tak bersuara tak bergerak! Malu rupanya tertangkap tangan bercumbu dengan
patung! Hik... hik... hik!"
si nenek buka suara lalu tertawa cekikikan.
Di batu sebelah kiri si kakek memandang berkeliling.
"Landak bermuka manusia ini cuma sendirian. Mana teman-temannya"!"
"Dia masih diam seperti gagu! Kita harus segera mendampratnya dengan pertanyaan,
baru dengan tangan dan kaki!" kata si nenek pula.
Si kakek anggukkan kepala lalu membentak.
"Hantu Jatilandak! Mana sobat jahanammu orang dari negeri seribu dua ratus tahun
mendatang bernama 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Wiro Sableng itu!"
Hantu Jatilandak tetap bungkam tidak bersuara, tidak berikan jawaban. Sebaliknya
dia bersitkan ludah.
Ludah yang berwarna kuning ini jatuh di atas sebuah batu, mengepulkan asap
kuning! Meski merasa terhina namun sepasang kakek nenek sama-sama tertawa bergelak.
"Mungkin lidahmu perlu kucabut! Setelah itu wahai! Mau kulihat apakah kau masih
bisa meludah! Hik... hik... hik!" Si nenek tertawa cekikikan.
"Agaknya perlu diberi tahu siapa kita adanya! Agar landak bermuka manusia kuning
ini tahu diri! Tidak jual lagak dan meludah segala!" Kakek di atas batu besar
sebelah kiri gerakkan tangan kanannya ke pinggang.
Tubuhnya melesat ke depan. Selarik cahaya merah berkiblat.
"Traanngg!"
"Braaakkk!"
Sebuah batu besar yang terletak tiga langkah di hadapan Hantu Jatilandak
terbelah dua. Sebelum dua belahan jatuh ke tanah si kakek sudah melesat dan
tegak kembali di atas batu tempatnya semula!
Orang lain mungkin akan tersentak kaget dan kecut nyalinya melihat kemampuan si
kakek dan kehebatan pedang merahnya. Tapi Hantu Jatilandak yang sudah kesal
melihat tingkah laku dua kakek nenek itu tidak pandang sebelah mata. Malah
kembali dia semburkan ludahnya. Meledaklah kemarahan sepasang kakek nenek itu.
Si kakek acungkan pedang merahnya ke udara seraya berteriak.
"Muridku Lagandrung dan Lagandring! Kami guru kalian! Lajahilio dan Luhjahilio!
Kami telah menemukan salah seorang pembunuh kalian! Kalian bisa sedikit
bertenang diri di alam roh! Sebentar lagi bangsat pembunuh akan segera kami
habisi!" Hantu Jatilandak kerenyitkan kening begitu mendengar teriakan kakek di atas
batu. Ingatannya melayang pada kejadian beberapa waktu lalu. Sewaktu dia dan
kakeknya Tringgiling Liang Batu, Wiro dan Pelawak Sinting serta Hantu Tangan
Empat bertempur melawan kaki tangan Hantu Muka Dua. Dua orang diantaranya adalah
Lagandrung dan Lagandring. Dia berhasil membunuh Lagandring sementara Wiro
menghabisi Lagandrung.
(Baca Episode berjudul "Hantu Tangan Empat") Ternyata sepasang kakek nenek ini
adalah guru Lagandrung dan Lagandring. Apa lagi maksud kemunculan mereka kalau
bukan menuntut balas melampiaskan dendam kematian murid-murid mereka.
"Dua kaki tangan Hantu Muka Dua yang sudah 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
binasa itu tinggi sekali tingkat kepandaiannya. Berarti kakek nenek ini jauh
lebih tinggi. Aku tidak takut!"
membatin Hantu Jatilandak lalu kembali dia meludah.
"Lajahilio! Tanganku sudah gatal mau mencincang manusia landak ini!" berkata si
nenek. "Tapi ada sesuatu yang hendak kusampaikan padamu!" Lalu Luhjahilio
melompat ke batu di samping kiri dan membisikkan sesuatu pada kakek bernama
Lajahilio yang sebenarnya adalah kekasihnya. Sejak muda belia mereka malang
melintang sehilir semudik. Hidup bersama tanpa kawin hingga mendapat julukan
Sepasang Hantu Bercinta.
Lajahilio menyeringai mendengar bisikan si nenek.
Dia memberi isyarat. Lalu dua kakek nenek ini sama-sama hunus pedang batu pualam
merahnya. Hantu Jatilandak yang sejak tadi sudah berwaspada begitu melihat dua lawan
bergerak serta merta gerakkan dadanya. Dua lusin duri coklat beracun melesat
dari tubuhnya. Enam menyambar ke arah Lajahilio, enam lagi ke jurusan
Luhjahilio. Dua orang yang diserang putar goloknya. Demikian sebatnya hingga
yang kelihatan hanyalah gulungan sinar merah berbentuk lingkaran.
"Craasss! Craaas! Craaas!"
Selusin duri landak bertaburan ke udara. Luruh ke tanah dalam keadaan terbelah
hancur. Hantu Jatilandak menggeram marah. Dia goyangkan kepalanya. Sepasang
kakek nenek mengira lawan hendak menyerang lagi dengan duri-duri beracun yang
ada di mukanya.
Ternyata Hantu Jatilandak menggempur dengan dua larik sinar kuning yang keluar
dari sepasang matanya!
"Luhjahilio! Awas serangan sinar beracun!" teriak Lajahilio.
Dua kakek nenek ini segera berkelebat selamatkan diri sambil kiblatkan pedang
batu merah. "Blep! Blep!"
Dua kakek nenek itu mencelat mental. Jungkir balik mereka masih bisa mendarat di
tanah dengan dua kaki menjejak lebih dulu.
Tangan Lajahilio dan Luhjahilio bergetar keras. Pedang merah di tangan mereka
berubah oleh bungkusan sinar kuning. Dada masing-masing mendenyut sakit dan
jalan nafas seolah tersumbar. Dengan tubuh keringatan dua kakek nenek kerahkan
tenaga dalam. Perlahan-lahan selubung kuning yang membungkus senjata mereka
sirna. Dua pedang itu kembali ke warna semula yakni merah.
"Luhjahilio, menurut penglihatanku manusia landak itu baru mengerahkan setengah
tenaga dalamnya waktu melancarkan serangan sinar kuning tadi. Keadaan kita
berbahaya. Saatnya melakukan apa yang tadi kau 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
bisikkan. Aku akan menggempurnya habis-habisan!"
Hantu Jatilandak menggeram panjang sewaktu menyaksikan bagaimana sepasang sinar
kuning ilmu ke-saktiannya yang bernama Mega Kuning Liang Batu, yang selama ini
tidak pernah dikeluarkannya ternyata masih bisa ditangkis dengan pedang sakti di
tangan lawan. Maka dia segera kerahkan seluruh tenaga dalamnya. Namun saat itu
Lajahilio telah melompat ke arahnya. Pedang merah di tangan kanan kakek ini
pancarkan sinar terang pertanda dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Hantu Jatilandak hendak sambut serangan si kakek dengan sinar Mega Kuning Liang
Batu, tapi perhatiannya terbagi pada Luhjahilio yang berkelebat ke kiri sambil
membabatkan pedang merahnya. Hantu Jatilandak meraung keras ketika melihat apa
yang dilakukan si nenek. Ternyata Luhjahilio babatkan pedang merahnya untuk
memapas leher patung perempuan cantik di samping batu besar.
"Craaaasss!"
Aneh, begitu leher patung kena dibabat terdengar suara seperti pedang memapas
putus leher sungguhan.
Kepala patung jatuh menggelinding ke tanah. Dan lebih aneh lagi! Dari kutungan
leher baik yang di badan maupun yang di kepala keluar cairan merah seperti
darah! Luhjahilio berseru Kaget melihat apa yang terjadi.
Sebaliknya Hantu Jatilandak meraung marah. Dia tidak lagi memperhatikan sambaran
pedang Lajahilio. Masih untung senjata si kakek hanya membabat putus sembilan
bulu landak yang ada di punggungnya. Walaupun rasa sakit menggeletari sekujur
tubuhnya bagian belakang namun Hantu Jatilandak tidak peduli.
Didahului dengan menghantamkan selusin duri landaknya ke arah Luhjahilio, Hantu
Jatilandak susul menyerang dengan sinar Mega Kuning Liang Batu.
Luhjahilio terpekik ketika dua duri landak menyusup di kembennya dan menusuk
permukaan kulitnya. Nenek ini berkelebat ke balik batu besar. Untung dia berlaku
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat. Walau batu besar itu hancur berantakan dihantam sinar Mega Kuning Liang
Batu dan mengepulkan asap kuning beracun namun si nenek masih sempat selamatkan
diri dengan membuat dua lompatan cepat.
Seperti tidak sadar kalau saat itu dia tengah menghadapi bahaya besar dari dua
musuh berkepandaian sangat tinggi, Hantu Jatilandak jatuhkan diri memungut
kutungan kepala patung perempuan cantik.
"Patungku.... Patungku.... Kasihan lehermu...."
Hantu Jatilandak sesenggukan dan dekapkan kepala patung ke dadanya lalu berusaha
bangkit. Pada saat 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
itulah Lajahilio dan Luhjahilio menyergap. Dua pedang merah diarahkan satu ke
leher Hantu Jatilandak, satunya tepat di arah jantung. Namun Hantu Jatilandak
seperti tidak peduli. Baginya patung batu itu lebih berharga dari nyawanya
sendiri! "Kalian mau membunuhku aku tidak peduli. Tapi wahai! Jangan ciderai patung
ini...." Dua kakek nenek tertawa mengekeh. Hantu Jatilandak tetap tidak peduli. Dia terus
berusaha berdiri.
"Izinkan aku meletakkan kepala patung ini di tempatnya semula...." Hantu
Jatilandak meminta setengah meratap.
Dari dua matanya yang kuning kelihatan tetesan air mata.
Gelak tawa Lajahilio dan Luhjahilio semakin keras.
"Makhluk gila ini benar-benar sudah jatuh cinta dengan patung itu!" kata
Luhjahilio. Dia memberi isyarat pada si kakek kekasihnya. Lajahilio anggukkan
kepala. Dua pedang merah lalu berkelebat ganas.
Pedang di tangan si nenek membacok ke kepala patung yang ada dalam dekapan Hantu
Jatilandak. Sementara si kakek membabat ke pangkal leher Hantu Jatilandak! Dalam keadaan
seperti itu Hantu Jatilandak sama sekali tidak lagi pedulikan keselamatan
jiwanya. Dia masih berusaha menyelamatkan kepala patung dengan merangkul dan mendekapnya
erat-erat ke dadanya.
Sesaat lagi kepala patung akan terbelah hancur dihantam bacokan pedang batu
pualam merah di tangan Luhjahilio dan leher Hantu Jatilandak akan terbabat putus
oleh pedang Lajahilio, sekonyong-konyong dua sinar aneh menyambar merobek
kepekatan malam!
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN T1T0 Rahasia Patung Menangis
SAMBARAN sinar pertama berwarna hitam berbentuk kipas terkembang. Di dalam sinar
hitam yang menebar ini berkilauan ratusan serpihan-serpihan bunga-bunga api.
Nenek bernama Luhjahilio berseru kaget ketika melihat sinar yang melesat ke arah
Lajahilio. Dia berteriak memberi peringatan.
"Pukulan Menebar Budi! Lajahilio! Awas!"
Sambil berteriak si nenek berbalik dan lepaskan satu pukulan tangan kosong
mengandung hawa sakti dengan tangan kirinya. Gerakannya menghantam ini mau tak
mau membuat urung bacokan pedangnya ke kepala patung. Pukulan hawa sakti si
nenek memang mampu mendorong sinar hitam yang menyerang Lajahilio dan
menyelamatkan kekasihnya. Tapi begitu dua kekuatan sakti tersebut saling
bentrokan, satu letusan keras menggelegar. Bunga-bunga api berlesatan seperti
senjata rahasia, menderu ke arah si nenek.
Luhjahilio menjerit keras. Tubuhnya terpental sampai setinggi dua tombak. Pedang
batu pualam merahnya terlepas mental entah kemana. Darah membersit dari
mulutnya. Puluhan percikan bunga api laksana ujung-ujung jarum menancap di
tubuhnya! Pada saat yang sama, selagi tubuhnya melayang turun, sinar ke dua yang
menderu dalam kegelapan malam datang menghantam, mendarat di punggungnya dengan
telak. Tak ampun lagi tubuh si nenek terlempar ke arah batu besar. Luar biasa dan
mengerikan sosok si nenek melesak datar masuk ke dalam batu sampai setengahnya!
Lajahilio sendiri yang tadi hampir membabat putus leher Hantu Jatilandak sangat
terkejut dan berteriak keras saksikan apa yang terjadi. Babatan pedangnya ke
leher Hantu Jatilandak serta merta terhenti dan senjata itu kini dilemparkannya
ke arah kegelapan di mana dia melihat sosok serba hitam yang tadi melepaskan
pukulan dahsyat hingga si nenek kekasihnya amblas kedalam batu besar!
Dalam rimba persilatan di Negeri Latanahsilam saat itu hanya ada satu ilmu
pukulan yang mampu membuat orang amblas masuk ke dalam tembok atau batu atau
pohon yakni yang disebut Pukulan Kasih Mendorong Bumi. Pukulan ini dimiliki oleh
gadis masih sangat belia dan berwajah jelita bernama Luhcinta.
Lajahilio pukulkan tangannya berulang kali ke batu 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
besar di mana Luhjahilio terpentang amblas hingga remuk. Lalu dengan mengerahkan
tenaga luar dan tenaga dalam dia tarik sosok kekasihnya dari dalam batu.
"Kreeekkk!"
Tubuh yang tertarik dari dalam batu itu keluarkan suara berkrekekan. Si kakek
merinding bergidik. Dia memang berhasil menarik mengeluarkan sosok Luhjahilio
dari dalam batu tapi keadaannya mengerikan karena sebagian daging di sebelah
wajah, dada dan perut si nenek ternyata tertinggal lengket di dalam batu.
Wajah perempuan tua yang berada dalam keadaan lumpuh akibat pukulan sakti Kasih
Mendorong Bumi yang menghantamnya kini kelihatan tak lagi berdaging, tanpa
hidung, kening, alis serta bibir dan dagu!
Lajahilio menggerung keras menyaksikan keadaan kekasihnya itu. Amarahnya meluap.
Darah di kepalanya seolah mau muncrat menembus ubun-ubun. Cepat dia menyambar
dan mendukung sosok sang kekasih.
Sepasang matanya memandang melotot dan menyorot penuh geram ke arah dua orang di
kegelapan namun tak berani melakukan apa-apa. Dalam hati kakek ini membatin.
"Dua orang dalam gelap itu pasti dara bernama Luhcinta dan Si Penolong Budiman.
Dua pendekar berkepandaian yang sukar dijajagi. Hantu Muka Dua saja belum tentu
mampu menghadapi salah satu dari mereka.
Aku tak mau cari penyakit walau kelak Hantu Muka Dua akan menjatuhkan hukuman
berat padaku!"
Tanpa banyak bicara, dengan "darah mendidih si kakek akhirnya putar tubuh.
Sebelum berkelebat pergi dan menghilang di kegelapan malam dia masih sempat
keluarkan suara.
"Kalian berdua! Aku tidak akan melupakan wajah kalian! Suatu saat kami berdua
akan melakukan pembalasan!"
Orang dalam gelap mendengus. Satunya lagi berkata.
"Sebelum pergi silahkan ambil dua senjata milik kalian! Kami tidak perlu
senjata-senjata laknat ini!"
Terdengar suara berkeretekan lalu dua buah benda melayang jatuh di hadapan
Lajahilio. Ternyata adalah dua pedang milik kakek nenek berjuluk Sepasang Hantu
Bercinta itu. Ketika si kakek memperhatikan dua pedang batu pualam merah yang
dilemparkan orang, dia menggeram keras. Dua senjata itu tak karuan rupa lagi.
Gagangnya hancur, bagian tajamnya bergompalan dan badannya ada yang patah tak
karuan. "Jahanam! Dia menghancurkan pedang dengan Ilmu Keppeng. Ilmu mematah tulang!
Memang dia rupanya! Bangsat yang membikin geger Negeri Latanahsilam sejak
beberapa waktu belakangan ini!
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Awas, nantikan pembalasanku!" Saking marahnya Lajahilio tendang dua pedang yang
sudah hancur itu lalu berkelebat lenyap dalam kegelapan malam.
Akan halnya Hantu Jatilandak, seperti tadi dia masih tidak perdulikan apa yang
terjadi di sekitarnya. Kepala patung yang putus sesaat masih didekapnya. Darah
aneh yang keluar dari kutungan leher patung belepotan di tubuhnya yang penuh
duri. Dengan hati-hati dan terbungkuk-bungkuk dia membawa kutungan kepala patung
itu lalu letakkan ke badan patung yang masih terduduk utuh di samping batu besar
yang telah hancur.
"Patungku.... Kasihan kepalamu..." kata Hantu Jatilandak. Dibelainya rambut
patung dan diusapnya wajahnya berulang kali. Lalu dengan hati-hati kepala patung
diletakkannya di atas bekas kutungannya hingga bersambung kembali. Begitu leher
patung yang putus bersatu kembali, terdengar suara halus dalam gelap.
"Wahai Hantu Jatilandak, sungguh besar arti perbuatanmu menyatukan kembali
patung yang buntung itu. Kelak para Dewa akan memberkatimu...."
Hantu Jatilandak tegak tertegun. Lalu dengan suara perlahan dia berkata. "Suara
tanpa ujud, sesuai ucapanmu sebelumnya, aku harus pergi ke Negeri
Latanahtembikar.
Kalau urusanku selesai aku akan segera kesini. Aku akan mengambil patung ini,
membawanya kesatu tempat dan merawatnya baik-baik...."
Angin malam bertiup dingin. Hantu Jatilandak mendengar suara orang menarik nafas
dalam dan panjang.Beberapa jenak lamanya ditatapnya wajah dan sosok patung itu.
"Walau cuma batu mati tanpa nyawa tapi aku yakin patung inilah yang mengeluarkan
semua ucapan yang sampai ke telingaku. Mungkin ada roh masuk ke dalam patung
batu ini...."
Dengan perasaan berat Hantu Jatilandak memutar tubuh hendak beranjak pergi dari
tempat itu. Namun gerakannya tertahan. Di depannya dalam kegelapan malam dua
orang tegak berdiri memandang memper-hatikannya. Seperti diketahui ketika tadi
dia diserang oleh sepasang kakek nenek bernama Lajahilio dan Luhjahilio pemuda
yang tubuhnya penuh duri ini seperti tidak perduli. Tapi sebenarnya dia
mengetahui apa yang terjadi. Maka begitu melihat dua orang itu, Hantu Jatilandak
segera membungkuk memberi penghormatan.
"Wahai, kalian berdua telah menyelamatkan jiwaku.
Aku sangat berterima kasih...." Hantu Jatilandak menatap ke sebelah kanan di
mana berdiri seorang dara berpakaian biru. Dalam gelapnya malam wajahnya yang
cantik tampak sangat anggun. Hantu Jatilandak kembali menjura. "Wahai sahabatku
Luhcinta, ternyata dalam 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
nasib yang sama malang kau masih bisa menurunkan tangan kasih, menolong
menyelamatkan diriku. Aku berterima kasih padamu. Aku masih ingat waktu kau
menuturkan nasib untung dan perasaanmu tempo hari.
Apakah kau sudah berhasil menyingkapkan semua teka-teki hidup dirimu" Apakah kau
sudah menemui orang-orang yang dulu pernah kau tanyakan itu?"
Sebenarnya gadis berbaju biru dalam gelap yang memang Luhcinta adanya hendak
menjawab. Namun dia sengaja berdiam diri karena di sampingnya, hanya terpisah
sekitar tujuh langkah tegak sosok serba hitam orang yang selama ini mengikutinya
secara diam-diam.
Walau orang ini tadi juga turun tangan membantu menyelamatkan Hantu Jatilandak
namun Luhcinta tetap menaruh curiga terhadapnya. Karenanya dia diam saja dan
sengaja tidak mau bicara di hadapan orang itu.
Karena pertanyaannya tidak mendapat jawaban Hantu Jatilandak lalu berpaling pada
sosok yang satu lagi. "Mungkin kita pernah berjumpa. Maafkan aku kalau salah
menduga. Bukankah kau yang disebut orang Si Penolong Budiman" Wahai, sungguh
beruntung diriku.
Malam ini aku kejatuhan berkat menerima pertolongan darimu. Aku berterima kasih
padamu wahai sahabat...."
Begitu Hantu Jatilandak menyebut nama orang di hadapannya itu, terkejutlah gadis
berpakaian biru yang ada hiasan bunga tanjung di keningnya. Gadis ini cepat
palingkan kepala, menatap tajam pada sosok yang tegak sekitar sepuluh langkah di
sisi kanannya. "Benar dia rupanya. Makhluk muka hitam yang terus-terusan mengikuti. Beberapa
waktu lalu aku berhasil menghilang dari kuntitannya. Bagaimana malam ini dia
tahu-tahu bisa berada di bukit dingin ini" Sebaiknya aku segera pergi saja...."
Orang bermuka hitam yang maklum akan gerak hati Luhcinta segera maju mendekat
sampai tiga langkah lalu berucap. "Wahai gadis, pertemuan ini mungkin tidak
menyenangkan bagimu. Sedang bagiku adalah satu harapan yang sangat besar...."
"Harapan apa?" tanya Luhcinta heran. Gadis ini jadi berdebar. Dia membatin.
"Setiap harapan yang baik selalu disertai rasa kasih. Apakah orang ini...."
"Gadis bernama Luhcinta, kau tentu masih ingat pertemuan kita terakhir di bukit
tempat Peri Angsa Putih disekap dalam sumur melintang...!" (Harap baca Episode
berjudul "Hantu Muka Dua")
"Aku ingat. Malah lebih dari itu. Bukankah kau yang selama ini selalu menguntit
diriku secara diam-diam"
Jika kau memang membawa satu harapan, apakah begitu caranya memperkenalkan diri"
Harapan yang baik 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
selalu berlandaskan kasih. Aku tidak melihat hal itu tercermin dalam wajahmu
wahai kerabat. Mungkin karena kau menempuh hidup dengan cara menyembunyikan
wajah" Sang Pencipta memberikan wajah kepada setiap orang, entah wajah itu bagus
entah buruk. Itu pelambang keadilan dalam kasih sayang. Kau justru
menyembunyikan rasa kasih itu...."
Lama orang bermuka hitam tercenung mendengar ucapan Luhcinta. Dalam hati dia
berkata. "Wahai gadis bernama Luhcinta. Jika kau tahu nasib perjalanan hidupku.
Justru rasa kasih sayang sudah habis ditelan derita. Tapi jauh di lubuk hati ini
masih ada setetes kasih sayang yang aku jaga baik-baik agar tidak hilang. Hanya
saja kasih sayang itu tidak bisa kuberikan sebelum aku'
mampu menyingkap teka-teki hidup ini. Bertahun-tahun aku mengelana mencari dan
mencari. Sampai saat ini semua itu berakhir pada kesia-siaan...."
"Wahai gadis bernama Luhcinta, cinta kasih yang murni tidak tercermin dari bagus
dan buruknya wajah seseorang. Menyembunyikan sesuatu bukan selalu berarti
melupakan kasih anugerah Sang Pencipta. Kasih memang harus berada di mana-mana.
Dan tempatnya yang terkudus adalah dalam lubuk hati manusia. Tetapi garis nasib
seseorang terkadang tidak memungkinkan dia mewujudkan kasih sayangnya seperti
yang dikehendaki oleh orang lain. Itulah sebabnya aku berkata, pertemuan
denganmu adalah membawa satu harapan besar. Harapan akan tinggal harapan jika
kasih yang ada dalam harapan itu tidak mampu mewujudkan diri. Bukan karena mau
yang empunya diri, tapi karena keadaan. Sekarang terserah padamu, apakah kau mau
memberikan jalan.
Pada pertemuan yang lalu aku tidak melihat kesempatan dalam keadaan. Malam ini
mungkin saatnya. Namun sekali lagi harapanku hanya tinggal harapan. Semua sangat
tergantung pada dirimu...."
Sesaat Luhcinta tampak termangu mendengar ucapan orang bermuka hitam. Lalu gadis
ini berucap. "Wahai, rasanya segala sesuatunya tidak semua tergantung pada diriku. Bolehkah
aku mengetahui harapan apa yang ada dalam hatimu?"
"Aku akan mulai dengan pertanyaan pertama. Di luaran tersirap kabar bahwa selama
ini kau mengelana dan selalu bertanya tentang beberapa orang di balik beberapa
nama...." "Hemmm.... Kalau kau sudah tahu aku tidak akan membantah. Tadi pun sahabatku
bernama Hantu Jatilandak ini telah mengungkapkannya..." kata Luhcinta sambil
berpaling pada Hantu Jatilandak.
Orang bermuka hitam yaitu Si Penolong Budiman 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
berkata. "Sebelumnya aku telah menemui orang pandai bernama Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab. Dia yang memberi petunjuk agar aku datang ke tempat ini.
Ternyata tidak terduga aku menemuimu di tempat ini...."
Hantu Jatilandak berdehem beberapa kali lalu .berkata. "Antara kalian berdua ada
pembicaraan yang mungkin tidak ada sangkut pautnya dengan diriku atau tidak
pantas kudengar. Lebih baik aku segera pergi saja dari sini...."
"Wahai Hantu Jatilandak, kuharap kau tetap berada di sini," kata Luhcinta pula.
Dia sengaja meminta karena seandainya orang bermuka hitam itu ternyata adalah
manusia culas yang punya maksud jahat terhadapnya, jika Hantu Jatilandak masih
ada di tempat itu niscaya dia akan menolong.
"Tidak ada salahnya kau tetap berada di sini wahai kerabatku Hantu Jatilandak.
Siapa tahu kau bisa membantu disaat kami berdua tidak bisa memecahkan
masalah..." berkata Si Penolong Budiman.
Mendengar ucapan orang itu maka Hantu Jatilandak akhirnya bersedia tetap berada
di tempat itu. Sebelum dia duduk di atas pecahan batu besar pemuda ini berkata.
"Sahabatku Penolong Budiman, kau beruntung bisa bertemu dengan Hantu Sejuta
Tanya Sejuta Jawab.
Aku sudah bertahun-tahun mencarinya. Aku perlu menemuinya untuk mencari tahu
riwayat gelap yang menyelubungi diriku."
"Aku berhasil menemuinya hanya secara kebetulan, di satu rimba belantara di
pinggir sungai..." jawab Si Penolong Budiman. "Aku turut bersedih mengetahui
riwayatmu wahai Hantu Jatilandak. Jika aku bisa membantu pasti akan kulakukan
sesuatu untukmu...."
Hantu Jatilandak ucapkan terima kasih lalu duduk di atas batu. Si Penolong
Budiman berpaling pada Luhcinta lalu lanjutkan pembicaraannya.
"Dari kabar yang kusirap, kau pernah bertanyakan tentang seorang bernama
Lajundai. Apakah benar?"
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sepasang mata Luhcinta membesar dan menatap lekat-lekat pada si muka hitam. Lalu
dia anggukkan kepala. "Apakah kau mengetahui orang itu dan di mana beradanya?"
bertanya Luhcinta. "Atau mungkin kau ada sangkut paut dengan dirinya"!"
"Wahai.... Orang itu berada di Istana Kebahagiaan!"
jawab Si Penolong Budiman.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
KAGETLAH Luhcinta mendengar jawaban itu. "Wahai!
Jika ucapanmu itu benar adanya, dapatkah kau memberikan bukti dan kesaksian?"
"Seseorang bisa saja memberikan bukti dan kesaksian.
Tetapi bukti dan kesaksian yang terbaik adalah jika orang yang menginginkannya
sendiri yang melakukan penyelidikan. Aku hanya cukup memberitahu. Lajundai itu
sebelumnya bernama Labahala. Dan dia bukan lain adalah makhluk yang bernama
Hantu Muka Dua!"
Luhcinta hampir terlonjak mendengar ucapan Si Penolong Budiman itu. Sekujur
tubuhnya bergetar. Dalam hati yang panas membara dia berkata. "Wahai! Jadi
jahanam itu bukan saja pernah hendak berbuat keji terhadap ibuku, tapi juga
terhadap diriku. Kalau hidup manusia lebih dikuasai nafsu dari pada kasih,
inilah jadinya! Cukup sudah kejahatan yang dibuat Hantu Muka Dua di Negeri
Latanahsilam ini. Kalau kasih memang tidak bisa menyadarkannya, aku memohon pada
Para Dewa dan Para Peri agar diberi kemampuan untuk membasmi manusia itu...."
"Wahai gadis bernama Luhcinta, kau sekarang sudah mengetahui siapa adanya
Lajundai. Kalau aku boleh tahu, gerangan apa yang ada di balik pertanyaanmu
terhadap orang itu?"
Luhcinta tidak mau menerangkan hal yang sebenarnya.
Gadis ini hanya menjawab: "Kau tentu sudah tahu manusia bagaimana adanya Hantu
Muka Dua. JiKa manusia jahat seperti dia tidak segera dibasmi apa jadinya Negeri
ini. Secara semena-mena dia telah memaklumkan diri sebagai Raja Diraja Segala
Hantu. Menjadikan dirinya sebagai makhluk Segala Keji. Segala Tipu dan Segala
Nafsu...."
"Aku setuju dengan pendapatmu wahai kerabat bernama Luhcinta. Aku masih ada
beberapa pertanyaan jika kau sudi menjawab...."
"Aku akan menjawab kalau memang bisa kujawab,"
kata Luhcinta pula.
"Dalam kabar yang kusirap kau juga menanyakan seorang bernama Hantu Penjunjung
Roh." "Tentang nenek sakti itu, aku sudah mendapat 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
jawaban, bahkan aku sudah menemuinya," kata Luhcinta Lalu gadis ini bertanya.
"Wahai, apa maksud tujuan di balik semua pertanyaan ini?"
Si Penolong Budiman tidak menjawab malah ajukan lagi satu pertanyaan. "Setelah
kau mendapat Jawab dan bertemu sendiri dengan Hantu Penjunjung Roh apakah kau
sudah mengetahui siapa nenek itu ada apa hubunganmu dengannya?"
"Wahai, aku tidak akan menjawab pertanyaan Aku mulai curiga. Kutanyakan apa
maksud semua tanyaanmu tapi kau tidak menjawab..."
"Kau tidak menjawab, aku tidak memaksa Ku dengar kau juga menanyakan tentang
seorang perempuan bernama Luhpiranti, mengapa " Apa hubunganmu dengan perempuan
itu ?" tambah Si Penolong Budiman ajukan pertanyaan.
Luhcinta tersenyum tapi gelengkan kepala " Saat ini aku tak bisa menjawab
pertanyaanmu itu..."
"Juga tentang lelaki bernama Latampi yang juga menjadi salah satu pertanyaanmu"
"Hm mungkin aku mau menjawab pertanyaanmu jika kau mau mengatakan siapa dirimu
lalu memperlihatkan wajah aslimu".
Si Muka Hitam tersenyum. "Rupanya dasar kasih sayang yang menjadi panutanmu
memiliki keterbatasan yang membuat kita sama-sama tidak mau berlaku terbuka,
padahal kasih sayang itu memerlukan keterbukaan hati serta kepercayaan semua
pihak.." "Kalau begitu perlihatkan padaku mukamu yang asli.
Jangan sembunyikan dibalik tanah liat dan jelaga hitam.. "
"Aku akan penuhi permintaanmu wahai gadis bernama Luhcinta. Asalkan kau berjanji
memberitahu apa hubunganmu dengan Luhpiranti dan Latampi..."
"Aku berjanji"
"Aku percaya pada janjimu!". Kata Si Penolong Budiman pula, lalu dia pergunakan
jari-jari tangannya untuk melepaskan tanah liat yang di cat hitam yang selama
ini melekat menutupi wajahnya. Orang ini melangkah mendekati Luhcinta hingga
gadis itu dengan jelas dia melihat wajahnya.
"Apakah kau mengenali siapa diriku wahai Luhcinta?"
Luhcinta perhatikan wajah orang itu. Entah mengapa dada gadis ini langsung
berdebar. "Wahai, ternyata dia lelaki separuh baya berwajah tampan sekali."
Perasaannya semakin aneh ketika sepasang mata mereka saling beradu pandang.
Luhcinta tundukkan kepala.
"Aku... wahai. Aku tidak mengenali siapa dirimu," kata si gadis akhirnya dengan
suara bergetar.
Si Penolong Budiman palingkan wajahnya pada 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Hantu Jatilandak lalu berkata. "Mungkin kau mengenali siapa aku wahai kerabatku
Hantu Jatilandak?"
"Tidak, aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.
Aku tidak kenal wajahmu...."
Orang itu lalu memandang pada Luhcinta. "Aku sudah perlihatkan wajah asliku.
Sekarang aku menagih janji. Harap kau mau memberitahu apa hubunganmu dengan
Latampi dan Luhpiranti...."
"Ke dua orang itu adalah...."
Belum sempat Luhcinta menyelesaikan ucapannya tiba-tiba di langit kelihatan
belasan nyala api laksana barisan obor bergerak turun ke bawah. Barisan obor itu
berbentuk lingkaran dan gerakannya turun sangat cepat.
Udara yang sudah sangat dingin di tempat itu mendadak bertambah luar biasa
dinginnya. Semua orang yang ada di tempat itu jadi menggigil dan kaku seperti
beku sekujur tubuh mereka. Luhcinta, Hantu Jatilandak dan Si Penolong Budiman
kerahkan tenaga dalam dan cepat atur jalan darah masing-masing. Tapi tak ada
gunanya. Ketiga orang ini tetap saja tak mampu bergerak dan membuka suara.
Pada saat barisan obor berbentuk lingkaran mencapai ketinggian sepuluh tombak
dari atas bukit batu, ketiga orang itu baru mampu melihat bahwa yang membawa
nyala api itu adalah lima belas sosok perempuan muda berpakaian tipis berwarna
abu-abu. "Peri dari atas langit...." Ke tiga orang itu sama membatin.
Tiba-tiba lima belas nyala api melebar dan menyatu lalu bergerak ke arah patung
batu seperti lingkaran tabir.
Tidak satu pun dari ke tiga orang yang ada di tempat itu mengetahui apa yang
terjadi. Sesaat kemudian dalam gelapnya malam lingkaran tabir api dengan cepat
tampak bergerak naik ke atas. Begitu tabir api berpisah dan kembali membentuk
lima belas nyala api berada jauh di atas sana, udara dingin lenyap. Tubuh Hantu
Jatilandak, Luhcinta dan Si Penolong Budiman terlepas dari kebekuan. Darah
mereka kembali mengalir wajar. Hantu Jatilandak yang pertama sekali berteriak
keluarkan suara penuh tegang.
"Patungku! Patung itu lenyap!" Hantu Jatilandak melompat ke dekat batu besar
pecah di mana patung perempuan cantik yang bisa mengeluarkan air mata sebelumnya
berada. Dia meraba-raba kian kemari seperti orang buta berusaha memegang
sesuatu. Ketika menyadari bahwa patung itu memang tak ada lagi di situ, Hantu
Jatilandak menggerung keras lalu jatuhkan diri.
"Patungku...."
"Para Peri dari atas langit mengambil patung itu!"
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
seru Luhcinta. Gadis ini lalu cepat dekati Hantu Jatilandak.
Sambil memegang bahu Hantu Jatilandak dia berkata.
"Wahai kerabatku, patung itu tentu sangat besar artinya bagimu...."
"Patung itu sama dengan nyawaku..." kata Hantu Jatilandak. "Mengapa para Peri
mengambilnya! Mereka mencuri patungku!"
"Aku yakin, para Peri tidak mencuri patung itu wahai Hantu Jatilandak..."
membujuk Luhcinta. "Jika mereka melakukan sesuatu pasti ada sebabnya. Pasti ada
hikmah kasih sayang dibalik kejadian ini...."
Bara Api Di Laut Kidul 1 Pendekar Mabuk 092 Darah Pemuas Ratu Si Kangkung Pendekar Lugu 9
Setan Ngompol cepat 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
mundur dan terkencing! Dia memperhatikan sepasang kaki si nenek. Baru
disadarinya kalau kaki itu pendek sebelah! Berdebar dada Setan Ngompol.
"Aneh! Waktu di atas perahu kau terus menerus memelukku. Tanganmu menggerayang
kian kemari. Sekarang kau seperti ketakutan. Wajahmu pucat. Malah kau mundur
menjauhiku! Wahai kekasihku kakek gagah.
Hik... hik... hik! Mengapa kau berubah kaku..."!"
"Luhlampiri.... Aku tidak menyangka.... Apa yang terjadi dengan ke dua
tanganmu"!" tanya Setan Ngompol.
"Kau tidak menyangka..." Wahai! Coba kau perhatikan ini! Kau pasti lebih tidak
menyangka!"
Tangan besi sebelah kiri si nenek bergerak ke mukanya.
"Breeettt!"
Satu topeng tipis terbuat dari daun kering robek dan tanggal dari wajah si
nenek. Kini kelihatanlah wajahnya yang asli. Satu wajah perempuan tua berkumis
halus dan ada anting-anting besar mencantel di kedua telinganya. Kejut Setan
Ngompol bukan alang kepalang.
Mata jerengnya mendelik besar. Lututnya goyah dan mukanya sepucat kain kafan!
Kencingnya mancur membasahi lantai pondok.
"Nenek Pembedol Usus" mulut Si Setan Ngompol bergetar mengucap nama orang yang
tegak di depannya sambil bertolak pinggang dan tertawa cekikikan.
Tenggorokannya seolah menenggak batu panas!
"Kau memang kekasihku tercinta! Buktinya kau masih ingat siapa diriku! Hik...
hik... hik!"
Si nenek yang tadinya menyaru sebagai Luhlampiri ternyata adalah anak buah Hantu
Muka Dua yang dikenal dengan julukan Nenek Pembedol Usus.
"Saat ini, apakah kau masih ingin melihat tubuhku wahai makhluk berasal dari
negeri seribu dua ratus tahun mendatang?"
Setan Ngompol tak menjawab. Dia hanya tegak dengan mata jereng melotot.
Kencingnya mengucur tak berkeputusan.
"Hik... hik! Untuk orang yang akan segera mampus biar aku memberikan satu hadiah
besar. Semoga kau bisa menemui ajal sambil ketawa! Hik... hik... hik!" Si nenek
lalu robek dada pakaiannya. Dadanya yang besar tapi peot memberojol keluar
bergundal-gundil! "Buka matamu lebar-lebar! Puaskan hatimu melihat tubuhku!
Hik... hik... hik!"
Si nenek lalu berhenti tertawa. Mukanya berubah garang.
"Setan Ngompol! Aku akan membuat bukan cuma air kencing yang mengucur dari
tubuhmu! Tapi juga 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
darahmu! Ingat peristiwa di sumur melintang beberapa waktu lalu" Waktu terjadi
pertempuran kau mengencingi dua tanganku hingga tidak bisa kembali ke asalnya!
Hik... hik! Dua tanganku boleh musnah! Tapi kemampuanku membedol usus manusia tidak
pernah lenyap walau kini aku hanya memiliki sepasang tangan palsu! Hik... hik!
Apa kau sudah puas melihat dadaku"!" (mengenai peristiwa perkelahian Setan
Ngompol dengan Nenek Pembedol Usus silahkan baca serial Wiro Sableng berjudul
"Hantu Muka Dua").
Kalau tadi Si Setan Ngompol memang kecut karena kaget, kini keberaniannya
muncul, walau otak kotor masih melekat di kepalanya. "Perempuan tua, siapapun
kau adanya! Peristiwa lama mengapa harus diingat! Semua terjadi karena kau
mengambil langkah keliru hingga sempat diperalat orang lain...."
"Tua bangka keparat! Siapa yang memperalat diriku"!"
sentak Nenek Pembedol Usus.
"Jangan mencari dalih! Bukankah kau diperalat oleh Hantu Muka Dua" Kalau saat
ini kau mau insaf bukankah sebaiknya kita melanjutkan kemesraan sejak di perahu
tadi" Aku tidak menampik kalau kau suka...."
Nenek Pembedol Usus meludah ke tanah. Tua
bangka berotak kotor! Baik, aku setuju kita melanjutkan kemesraan. Sekarang biar
kau rasakan bagaimana sedapnya kalau auratmu kuusap dengan tangan besi ini!"
Didahului suara tawa mengikik Nenek Pembedol Usus melompat ke depan. "Wuttt!"
Tangan besinya menyambar ke bawah perut si kakek. Setan Ngompol berseru kaget.
"Breeett!"
Celana Si Setan Ngompol yakni celana baru hasil rampasan dari Hantu Muka Dua
(baca serial Wiro Sableng berjudul "Rahasia Kincir Hantu") robek besar di bagian
bawah pusarnya. Walau air kencingnya muncrat kemana-mana namun si kakek masih
sempat melompat selamatkan diri.
"Nenek tolol! Jelek-jelek begini tidak semua perempuan aku suka! Kuberi
kesempatan untuk bermesra kau malah minta disuguhkan racun! Kalau kuhancurkan
dua payudaramu yang peot itu apa kau kira bisa diganti dengan payudara palsu
seperti sepasang tanganmu itu"!
Ha... ha... ha!"
Mendengar ejekan Setan Ngompol meledaklah
amarah si nenek. Didahului teriakan keras dia melompat kirimkan serangan. Si
kakek sambut gebrakan lawan dengan jurus Setan Ngompol Mengencingi Langit. Satu
gelombang angin menebar hawa lembab dan bau pesing menghantam si nenek. Membuat
tubuh Nenek Pembedol 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Usus terdorong dan tangan kanannya yang dipakai menyerang terbanting ke kanan.
Namun hebatnya dengan membuat gerakan seperti bersalto, si nenek kembali
lancarkan serangan. Kini tangan kirinya yang menyambar.
Lalu sambil miringkan tubuh kaki kanannya membeset ke samping.
Dengan mudah Setan Ngompol elakkan serangan tangan besi yang menyambar hendak
menjebol perutnya.
Namun dia tidak mampu meloloskan diri dari tendangan kaki si nenek.
"Buukkk!"
Setan Ngompol terpental begitu kaki lawan mendarat di pinggul kirinya. Dalam
keadaan termiring-miring dan menahan sakit lawan kembali menggempur. Dua tangan
besi si nenek menyambar ganas. Sepuluh jarinya yang menyerupai pisau berkarat
berkelebat dan selalu mengarah ke perut Setan Ngompol. Untuk beberapa jurus si
nenek berhasil mendesak Setan Ngompol hingga lawannya ini terkencing-kencing
habis-habisan. Dalam keadaan celana basah kuyup Setan ngompol berusaha keluar dari desakan
lawan. Dia mainkan jurus-jurus ilmu silat langka yang dimilikinya dan selama ini
jarang dikeluarkan. Setiap serangan mengandalkan tenaga dalam dan ilmu
meringankan tubuh hiqgga sosoknya berkelebat seolah tidak menginjak tanah.
Selain itu setiap pukulan yang dilancarkannya selalu menebar hawa lembab pengap
dan bau pesing.
Sebelum dirinya terdesak, Nenek Pembedol Usus segera maklum, satu-satunya cara
menghadapi lawan ialah dia harus bergerak cepat dan mengatur pernafasan demikian
rupa hingga tidak menghirup hawa pengap dan bau pesing itu. Dengan menjerit
garang si nenek melesat ke udara. Terjadilah perkelahian hebat antara dua tua
renta itu, yang boleh dikatakan jarang kejadian dan jarang disaksikan orang.
Mereka berkelahi serang menyerang, gempur menggempur dengan tubuh
berkelebat di udara, hanya sesekali menjejak tanah untuk kemudian melancarkan
serangan lagi. Beberapa kali sudah lengan atau kaki mereka saling beradu. Setiap lengannya
bentrokan dengan lengan besi si nenek, Setan Ngompol merasa seolah tulang
tangannya hancur luluh. Mau tak mau dia terpaksa menghindarkan bentrokan seperti
itu. Sebaliknya setiap dua kaki mereka saling beradu, si neneklah yang menderita
kesakitan. Akibatnya setiap dia menjejak tanah gerakannya selalu goyah. Satu
kali tendangan Si Setan Ngompol mendarat di tanah. Untuk sesaat lamanya dia tak
bisa bergerak. Tulang pinggulnya sebelah kiri ternyata remuk.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Dari mulutnya keluar suara mengerang.
"Setan Ngompol.... Aku... sebenarnya hanya menguji hatimu. Aku ingin tahu sampai
di mana rasa suka yang kau ucapkan. Ternyata kau tega menjatuhkan tangan
keras..." Sepasang mata si nenek tampak berkaca-kaca. "Aku pasrah.... Aku ingin
kau membunuhku saat ini juga. Tapi sebelum aku menemui ajal, ingin kutunjukkan
padamu. Sebenarnya aku sejak lama diam-diam mencintaimu...."
Tentu saja Si Setan Ngompol jadi melongo mendengar ucapan si nenek. "Kau... kau
mencintaiku sejak lama?"
"Dengan sepenuh hati wahai kekasihku. Penuhi permintaanku. Bunuhlah diriku. Aku
akan merasa tenteram di alam roh jika tanganmu sendiri yang merenggut
nyawaku...."
"Aku.... Tak mungkin aku membunuhmu!" kata Setan Ngompol pula seraya melangkah
mendekat. "Bunuh aku dan peluk diriku sebelum ajalku melayang...."
"Kalau kau memang mencintai diriku, bagaimana mungkin aku membunuhmu! Mari
kulihat cidera di pinggulmu. Aku menyesal menjatuhkan tangan keras. Aku akan
mengobatimu...."
"Kau berjanji akan mengobatiku wahai kakek gagah kekasihku?"
"Aku bersumpah!"
"Kalau begitu malam nanti, maukah kau jadikan malam pengantin bagi kita berdua?"
Sambil berkata begitu si nenek kedap-kedipkan matanya dan layangkan senyum
manja. Tangan kirinya bergerak membuka dada pakaiannya yang robek.
Setan Ngompol mengangguk berulang kali. "Aku akan mendukungmu ke dalam
pondok..." Sesaat matanya terkesima memandangi dada si nenek.
Si nenek tertawa lepas. "Aku bangga dan bahagia punya kekasih sepertimu.
Mendekatlah. Peluk aku sebelum kau dukung," pintanya. Matanya kembali tampak
berkaca-kaca. Penuh haru Setan Ngompol membungkuk, ulurkan dua tangannya untuk merangkul si
nenek. "Peluk diriku kekasihku. Pejamkan matamu. Ingin sekali aku mencium wajahmu...."
kata si nenek lirih.
"Jangan wajahku. Aku ingin kau mencium bibirku!"
kata Si Setan Ngompol masih bisa menawar dalam keadaan seperti itu.
Lalu kakek geblek ini pejamkan matanya sambil monyongkan bibirnya. Perlahan-
lahan dia turunkan kepalanya. Dekatkan bibirnya ke bibir si nenek yang juga
ikut-ikutan runcingkan mulutnya. Sesaat lagi bibir-bibir 110 RAHASIA PATUNG
MENANGIS Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
dua tua bangka itu akan saling berkecupan, tiba-tiba tangan kanan si nenek yang
terbuat dari besi berkarat melesat ke atas! Tepat ke pertengah perut Si Setan
Ngompol! 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
SEKEJAPAN lagi perut Setan Ngompol akan jebol dan ususnya dibedol si nenek,
tiba-tiba satu sinar putih berkiblat disertai hamparan hawa panas. Dua pekikan
keras tenggelam dalam deru dahsyat seperti ribuan tawon mengamuk.
Sosok Si Setan Ngompol terpental dan terguling-guling. Bahu bajunya hangus
mengepulkan asap. Tertatih-tatih kakek ini bangkit terduduk di tanah. Mukanya
yang keriput tampak pucat pasi sedang di sebelah bawah kencingnya mancur habis-
habisan! Dia memandang kian kemari. Celangak-celinguk. Rasa kejutnya kini
berganti keheranan. Lucunya sampai saat itu bibirnya yang tadi diruncingkan
karena hendak mencium Nenek Pembedol Usus sampai saat itu masih saja dalam
keadaan monyong.
"Kekasihku.... Di mana kau...?" Si kakek bersuara.
Tangan kanannya diletakkan di atas mulut lalu bibirnya diusap-usap berulang
kali. "Tua bangka geblek! Jangan mimpi di siang bolong!
Jangan mengigau selagi matamu mendelik!"
Setan Ngompol palingkan kepalanya. Dia merasa heran ketika melihat sosok Naga
Kuning berada di hadapannya.
"Eh, kau...! Apa maksud ucapanmu barusan"!"
Wirodekati kakek itu lalu usap-usap jidatnya. "Ingat Kek, sadar! Kau tidak
kesambat tidak kesurupan. Juga tidak mimpi! Orang yang kau sebut kekasih itu
sudah jadi bangkai gosong! Sedikit saja kami terlambat, perutmu hampir
dijebolnya. Ususmu hampir dibusainya!"
Melihat si kakek masih bengong Naga Kuning jadi jengkel. Sosok tanpa nyawa Nenek
Pembedol Usus diseretnya lalu diletakkannya di depan Setan Ngompol.
Seperti si kakek, sewaktu cahaya putih berkiblat Nenek Pembedol Usus juga
terpental. Tubuhnya mencelat ke udara lalu jatuh terbanting ke tanah tak
berkutik lagi. Sekujur sosoknya gosong hitam mengepulkan asap. Dua tangannya yang terbuat dari
besi tampak merah menyala!
"Pukulan Sinar Matahari.... Dia menemui ajal akibat hantaman pukulan Sinar
Matahari..." desis si kakek begitu memperhatikan tubuh gosong yang terkapar di
tanah di hadapannya.
"Kalau sobatku ini salah memilih sudut pukulan, kaupun akan mengalami nasib
seperti itu..." kata Naga 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Kuning pula. "Serrrr!" Si kakek langsung terkencing. Kesadarannya pulih. "Jadi kalian berdua
telah menolongku. Aku mengucapkan terima kasih..." Setan Ngompol usap mukanya
berulang kali. Sekali lagi dipandanginya sosok hangus Nenek Pembedol Usus.
"Nenek ini ternyata memalsu diri. Menyamar menjadi Luhlampiri. Maksud-nya hendak
membalaskan dendam. Sungguh jahat! Aku bersyukur. Luhlampiri yang asli masih
hidup..." Perlahan-lahan si kakek bangkit berdiri lalu melangkah menuju tepian
sungai. "Kek! Kau mau kemana"!" berseru Naga Kuning.
"Ke sungai mencari perahu! Aku mau ke Negeri Latanahsilam. Sudah kukatakan
Luhlampiri yang asli masih hidup. Aku ke sana menemuinya!"
"Tua bangka geblek! Benar-benar ngebet edan!"
Naga Kuning hendak mengejar.
"Biarkan saja! Otaknya sedang kacau! Dinasihatipun tak ada gunanya!"
Di tepi sungai dia segera menemukan perahu yang sebelumnya ditumpanginya bersama
Nenek Pembedol Usus. Tanpa banyak cerita dia melompat masuk ke dalam perahu.
Pada saat dia membungkuk menjangkau pendayung, dua tangan kukuh tiba-tiba
mencuat dari dalam air. Dengan cepat dua tangan ini mencekal salah satu kaki
Setan Ngompol lalu menariknya ke dalam air.
Wiro berpaling pada Naga Kuning. "Aku mendengar suara seperti orang mencebur ke
dalam air. Kakek itu pergi mencari perahu atau mencebur mandi!"
Naga Kuning tak menjawab. Wiro berpikir-pikir sambil garuk-garuk kepala. Tiba-
tiba dia ingat sesuatu. Serta merta Wiro melompat dan lari menuju tepi sungai.
Naga Kuning mengikuti dari belakang. Di tepi sungai Wiro dan Naga Kuning hanya
menemukan perahu dalam keadaan mengapung terbalik. Si Setan Ngompol tak
kelihatan mata hidungnya. Tiba-tiba Naga Kuning berseru seraya menunjuk ke
tengah sungai. "Wiro! Lihat!"
Air sungai di sebelah tengah tampak merah.
"Darah!" ujar Wiro. "Jangan-jangan kakek itu bunuh diri atau dibunuh orang!'"
"Bunuh diri" Apa alasannya" Dibunuh orang, oleh siapa"!" kata Naga Kuning pula.
"Aku akan menyelidik!" Wiro segera hendak melompat terjun ke dalam sungai yang
lebar dan dalam itu. Tapi Naga Kuning cepat menghalangi. "Urusan di dalam air
serahkan padaku! Sudah lama aku tidak menyelam!"
Seperti diketahui Naga Kuning sebenarnya adalah seorang kakek sakti yang berusia
sekitar 120 tahun. Dia 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
merupakan orang kepercayaan Kiai Gede Tapa Pamungkas, seorang penguasa dan
penjaga salah satu kawasan samudera sebelah selatan yang oleh sementara orang
dianggap sebagai makhluk setengah manusia setengah roh. Jika Naga Kuning sanggup
mengarungi dan menyelami laut luas, maka sungai baginya bukan berarti apa-apa.
Sekali melompat maka sosoknya lenyap di bawah permukaan air sungai. (Mengenai
asal usul Naga Kuning harap baca serial Wiro Sableng berjudul
"Tua Gila Dari Andalas" terdiri dari 11 Episode).
Di dalam sungai, walau air sungai kuning dan agak keruh namun dengan kesaktian
yang dimilikinya Naga Kuning bisa melihat cukup jelas. Dua orang dilihatnya
tengah bergumul, saling mencekik dan saling menendang.
Naga Kuning segera mengenali. Ke dua orang itu bukan lain adalah Si Setan
Ngompol dan Labuntalan, si gendut pemilik perahu yang sebelumnya lenyap secara
aneh. Dalam ilmu kesaktian sebenarnya Setan Ngompol jauh berada di atas Labuntalan.
Tetapi berkelahi di dalam air tak biasa dilakukan si kakek. Begitu dia diseret
lawan masuk ke dasar sungai, kakek ini segera megap-megap.
Dengan mudah Labuntalan yang memang memiliki kepandaian berkelahi di dalam air
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadikan si kakek bulan-bulanan jotosan dan tendangannya. Darah mengucur dari
hidung dan mulut Si Setan Ngompol. Darah inilah yang kemudian muncul di
permukaan sungai dan terlihat oleh Wiro serta Naga Kuning. Dalam keadaan tak
berdaya kakek ini dicekik oleh Labuntalan lalu dibenamkannya ke dasar sungai.
Pada saat genting itulah Naga Kuning melesat laksana seekor ikan pesut.
Labuntalan tersentak kaget ketika tiba-tiba rambutnya ada yang mencengkeram.
Lalu kepalanya disentakkan ke belakang. Lehernya seperti mau tanggal. Selagi dia
masih diselimuti rasa kaget dan kesakitan mendadak ada sesuatu menyusup di
selangkangannya. Satu remasan keras pada anggota rahasia di bawah pusarnya
membuat orang ini membuka mulut berteriak keras. Tapi karena dia berada di dalam
air, bukan saja suara teriakannya tidak terdengar, malah air sungai yang masuk
ke dalam mulutnya. Labuntalan megap-megap menahan sakit dan sulit bernafas. Dari
bawah perutnya kelihatan darah bercampur air mengapung naik ke permukaan sungai.
Naga Kuning lepaskan jambakannya di rambut Labuntalan. Selagi si gendut itu
menggapai-gapai sia-sia meregang nyawa di dalam air Naga Kuning cepat menolong
Si Setan Ngompol dan menariknya ke permukaan air sungai. Namun sebelum sempat di
bawa ke tepian tiba-tiba terjadilah satu hal yang tak terduga.
Sebuah perahu muncul di balik tikungan meluncur 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
cepat laksana kilat di atas permukaan sungai. Dari atas perahu melesat sebuah
benda yang ternyata adalah segulung jala aneh berwarna biru. Jala ini dalam
kecepatan luar biasa melibat sekujur tubuh Si Setan Ngom-pol yang berada dalam
keadaan setengah sadar setengah pingsan. Kurang dari sekejapan mata perahu itu
telah berada belasan tombak di depan sana dan akhirnya lenyap dari pemandangan.
Sosok Si Setan Ngompol yang tergulung dalam jala biru ikut melesat lenyap.
Demikian cepatnya semua itu terjadi hingga Wiro yang ada di tepi sungai dan Naga
Kuning yang masih di dalam air tidak sempat berbuat apa-apa.
"Wiro! Astaga! Apa yang terjadi"!" berseru Naga Kuning seraya berenang cepat dan
melompat ke daratan.
"Ada orang berperahu menebar jala! Menculik Setan Ngompol!" jawab Wiro. "Aku tak
sempat mengenali siapa orangnya. Gerak perahu dan caranya menebar jala cepat
luar biasa!"
"Setan Ngompol dalam bahaya! Kita harus mengejar!"
teriak Naga Kuning.
Ke dua orang itu segera melakukan pengejaran dengan berlari di sepanjang tepi
sungai. Cukup lama berlari, jangankan menyusul. Melihat perahu dan orang yang
menculik si kakek itupun mereka masih belum berhasil.
"Percuma, keparat penculik itu sudah lenyap entah kemana!" kata Wiro lalu
hentikan larinya.
Naga Kuning dalam keadaan basah kuyup geleng-gelengkan kepala. "Setan
Ngompol.... Ini semua dia sendiri yang punya gara-gara! Kalau dia tidak
mengikuti nenek jahanam si Luhlampiri palsu itu, urusan tidak sampai jadi
kapiran begini rupa!" Bocah itu banting-banting kakinya. Tiba-tiba dia hentikan
menghentakkan kaki dan tegak tak bergerak. Naga Kuning berpaling pada Wiro.
"Telingamu mendengar sesuatu...?"
"Ya, ada suara orang menyanyi. Seperti suara anak-anak," jawab Wiro. "Datangnya
dari sana!" Wiro menunjuk ke arah kejauhan. Tidak menunggu lebih lama bersama
Naga Kuning dia segera lari ke jurusan datangnya suara orang bernyanyi itu.
Di satu tempat Naga Kuning hentikan larinya. Sambil pegangi lengan Wiro bocah
ini berkata. "Dengar baik-baik. Perhatikan syair dalam nyanyian itu. Tidakkah
aneh kedengarannya..."!"
Ke dua sahabat itu lalu pasang telinga baik-baik.
Kalau ingin bertemu sahabatmu terakhir kali Datanglah ke Perjamuan Pengantar
Arwah Tempatnya sebelah timur lereng Labukit Tanpa 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Mentari Saatnya malam hari esok lusa
Wiro dan Naga Kuning saling pandang.
"Bait-bait syair nyanyian itu selalu di ulang-ulang, seperti sengaja ditujukan
pada kita!" kata Wiro. "Kita harus segera menemukan anak yang sedang menyanyi
itu!" Wiro dan Naga Kuning kembali lari ke jurusan suara anak menyanyi. Baru bergerak
beberapa langkah suara nyanyian tiba-tiba lenyap dan berganti dengan suara anak
menangis serta ratap ketakutan.
"Tolong...! Aku takuti Aku gamang! Turunkan diriku!
Tolong! Aku takut jatuh...!"
Di cabang sebatang pohon tinggi Wiro dan Naga Kuning kemudian menemukan seorang
anak berusia sekitar delapan tahun dalam keadaan terikat.
Disampingnya terikat sebuah keranjang berisi mempelam.
Wiro dan Naga Kuning segera naik ke atas pohon, melepas ikatannya lalu membawa
turun ke tanah sekalian dengan keranjang berisi mangga itu.
"Anak, katakan apa yang terjadi denganmu!
Bagaimana kau bisa berada di atas pohon dalam keadaan terikat"!" bertanya Wiro.
"Orang jahat itu yang melakukannya!" jawab si anak sambil memandang ke arah
sungai penuh takut.
"Orang jahat siapa" Kau mengenalinya?" tanya Naga Kuning.
Si anak menggeleng. "Tidak pernah kulihat orang itu sebelumnya. Rambutnya
panjang sepinggang.
Tubuhnya bau! Matanya merah. Mukanya bopeng. Giginya besar-besar. Mungkin dia
bukan orang tapi roh jahat!
Aku takut...!"
"Kau tak usah takut. Ada kami di sini menolongmu.
Coba ceritakan pelan-pelan apa yang terjadi...."
Si anak lalu bercerita. "Aku dan kawan-kawan kesasar dalam hutan di tepi sungai.
Kami tadinya mencari kelinci hutan. Aku terpisah dengan kawan-kawan. Lalu wahai!
Muncul si muka bopeng itu. Dia memberiku sekeranjang mempelam. Padaku dia
mengajarkan satu nyanyian. Lalu aku dinaikkannya ke atas pohon. Diikat.
Di atas pohon aku harus melantunkan nyanyian yang diajarkannya itu. Kalau tidak
mau mempelam akan diambil dan aku akan dijejali ulat bulu...."
"Orang muka bopeng itu tak ada di sini. Kau tahu kemana perginya?" tanya Wiro
sambil usap kepala si anak.
Yang ditanya menggeleng.
"Kau tahu dimana letak Labukit Tanpa Mentari yang kau sebut dalam nyanyian?"
tanya Wiro lagi. Si anak 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
kembali menggeleng.
"Kau masih ingat ke jurusan mana orang muka bopeng itu perginya?" tanya Wiro
selanjutnya. Si anak menunjuk ke arah timur sejajar hilir sungai.
"Anak pandai. Kami akan antarkan kau ke tempat aman!" kata Naga Kuning. Dia
berpaling pada Wiro. "Kita harus mencari Lakasipo. Dia yang paling tahu semua
kawasan di Negeri ini."
Wiro mengangguk. "Mencari si Kaki Batu itu mungkin sama sulitnya dengan mencari
Bukit Tanpa Mentari.
Terakhir sekali dia memberi tahu akan mencari Hantu Santet Laknat yang telah
mencelakainya...."
Naga Kuning angkat anak lelaki disampingnya lalu dia lemparkan ke arah Wiro. Si
anak terpekik kaget dan ketakutan. Tapi begitu Wiro mendukungnya di atas bahu
dan membawanmya lari ke arah timur si anak tertawa-tawa kegirangan. Naga Kuning
menyambar keranjang berisi mempelam lalu segera lari mengikuti Wiro.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
KITA kembali pada Hantu Jatilandak di bukit batu berhawa dingin. Begitu
mendengar bentakan dan gelak tawa di belakangnya, pemuda yang muka dan sekujur
tubuhnya ditumbuhi duri-duri coklat ini jauhkan kepalanya dari wajah patung dan
lepaskan rangkulannya. Dia cepat berpaling. Dalam gelapnya malam dia melihat dua
orang tak dikenal tegak berkacak pinggang di atas dua batu besar terpisah kurang
dari sepuluh langkah di hadapannya.
Yang pertama adalah seorang nenek berambut awut-awutan berwarna kelabu campur
putih. Dia mengenakan pakaian panjang warna hijau tua yang bagian atasnya
berbentuk kemben. Ketika menyeringai kelihatan tak satu gigi pun tumbuh di
gusinya. Nenek ini berhidung pesek hampir serata pipinya yang keriput. Dia tegak
dengan kaki terkembang. Di pinggangnya tergantung sebilah pedang tanpa sarung
terbuat dari batu pualam warna merah.
Di batu besar sebelah kiri tegak orang ke dua.
Seperti si nenek dia juga memiliki rambut awut-awutan putih kelabu, tidak punya
gigi barang satu pun alias ompong reong. Matanya yang kanan kecil sipit
sebaliknya mata sebelah kiri melotot besar. Kakek ini berpakaian jubah kuning
gelap. Dia juga membekal sebilah pedang batu merah tak bersarung.
Hantu Jatilandak awasi ke dua orang itu tanpa bergerak dan tak bersuara. Dia
mengambil sikap diam menunggu sambil berlaku waspada. Setiap saat dia bisa
melesatkan duri-duri coklat di muka atau di tubuhnya yang mengandung racun ke
arah ke dua orang itu.
"Tak bersuara tak bergerak! Malu rupanya tertangkap tangan bercumbu dengan
patung! Hik... hik... hik!"
si nenek buka suara lalu tertawa cekikikan.
Di batu sebelah kiri si kakek memandang berkeliling.
"Landak bermuka manusia ini cuma sendirian. Mana teman-temannya"!"
"Dia masih diam seperti gagu! Kita harus segera mendampratnya dengan pertanyaan,
baru dengan tangan dan kaki!" kata si nenek pula.
Si kakek anggukkan kepala lalu membentak.
"Hantu Jatilandak! Mana sobat jahanammu orang dari negeri seribu dua ratus tahun
mendatang bernama 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Wiro Sableng itu!"
Hantu Jatilandak tetap bungkam tidak bersuara, tidak berikan jawaban. Sebaliknya
dia bersitkan ludah.
Ludah yang berwarna kuning ini jatuh di atas sebuah batu, mengepulkan asap
kuning! Meski merasa terhina namun sepasang kakek nenek sama-sama tertawa bergelak.
"Mungkin lidahmu perlu kucabut! Setelah itu wahai! Mau kulihat apakah kau masih
bisa meludah! Hik... hik... hik!" Si nenek tertawa cekikikan.
"Agaknya perlu diberi tahu siapa kita adanya! Agar landak bermuka manusia kuning
ini tahu diri! Tidak jual lagak dan meludah segala!" Kakek di atas batu besar
sebelah kiri gerakkan tangan kanannya ke pinggang.
Tubuhnya melesat ke depan. Selarik cahaya merah berkiblat.
"Traanngg!"
"Braaakkk!"
Sebuah batu besar yang terletak tiga langkah di hadapan Hantu Jatilandak
terbelah dua. Sebelum dua belahan jatuh ke tanah si kakek sudah melesat dan
tegak kembali di atas batu tempatnya semula!
Orang lain mungkin akan tersentak kaget dan kecut nyalinya melihat kemampuan si
kakek dan kehebatan pedang merahnya. Tapi Hantu Jatilandak yang sudah kesal
melihat tingkah laku dua kakek nenek itu tidak pandang sebelah mata. Malah
kembali dia semburkan ludahnya. Meledaklah kemarahan sepasang kakek nenek itu.
Si kakek acungkan pedang merahnya ke udara seraya berteriak.
"Muridku Lagandrung dan Lagandring! Kami guru kalian! Lajahilio dan Luhjahilio!
Kami telah menemukan salah seorang pembunuh kalian! Kalian bisa sedikit
bertenang diri di alam roh! Sebentar lagi bangsat pembunuh akan segera kami
habisi!" Hantu Jatilandak kerenyitkan kening begitu mendengar teriakan kakek di atas
batu. Ingatannya melayang pada kejadian beberapa waktu lalu. Sewaktu dia dan
kakeknya Tringgiling Liang Batu, Wiro dan Pelawak Sinting serta Hantu Tangan
Empat bertempur melawan kaki tangan Hantu Muka Dua. Dua orang diantaranya adalah
Lagandrung dan Lagandring. Dia berhasil membunuh Lagandring sementara Wiro
menghabisi Lagandrung.
(Baca Episode berjudul "Hantu Tangan Empat") Ternyata sepasang kakek nenek ini
adalah guru Lagandrung dan Lagandring. Apa lagi maksud kemunculan mereka kalau
bukan menuntut balas melampiaskan dendam kematian murid-murid mereka.
"Dua kaki tangan Hantu Muka Dua yang sudah 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
binasa itu tinggi sekali tingkat kepandaiannya. Berarti kakek nenek ini jauh
lebih tinggi. Aku tidak takut!"
membatin Hantu Jatilandak lalu kembali dia meludah.
"Lajahilio! Tanganku sudah gatal mau mencincang manusia landak ini!" berkata si
nenek. "Tapi ada sesuatu yang hendak kusampaikan padamu!" Lalu Luhjahilio
melompat ke batu di samping kiri dan membisikkan sesuatu pada kakek bernama
Lajahilio yang sebenarnya adalah kekasihnya. Sejak muda belia mereka malang
melintang sehilir semudik. Hidup bersama tanpa kawin hingga mendapat julukan
Sepasang Hantu Bercinta.
Lajahilio menyeringai mendengar bisikan si nenek.
Dia memberi isyarat. Lalu dua kakek nenek ini sama-sama hunus pedang batu pualam
merahnya. Hantu Jatilandak yang sejak tadi sudah berwaspada begitu melihat dua lawan
bergerak serta merta gerakkan dadanya. Dua lusin duri coklat beracun melesat
dari tubuhnya. Enam menyambar ke arah Lajahilio, enam lagi ke jurusan
Luhjahilio. Dua orang yang diserang putar goloknya. Demikian sebatnya hingga
yang kelihatan hanyalah gulungan sinar merah berbentuk lingkaran.
"Craasss! Craaas! Craaas!"
Selusin duri landak bertaburan ke udara. Luruh ke tanah dalam keadaan terbelah
hancur. Hantu Jatilandak menggeram marah. Dia goyangkan kepalanya. Sepasang
kakek nenek mengira lawan hendak menyerang lagi dengan duri-duri beracun yang
ada di mukanya.
Ternyata Hantu Jatilandak menggempur dengan dua larik sinar kuning yang keluar
dari sepasang matanya!
"Luhjahilio! Awas serangan sinar beracun!" teriak Lajahilio.
Dua kakek nenek ini segera berkelebat selamatkan diri sambil kiblatkan pedang
batu merah. "Blep! Blep!"
Dua kakek nenek itu mencelat mental. Jungkir balik mereka masih bisa mendarat di
tanah dengan dua kaki menjejak lebih dulu.
Tangan Lajahilio dan Luhjahilio bergetar keras. Pedang merah di tangan mereka
berubah oleh bungkusan sinar kuning. Dada masing-masing mendenyut sakit dan
jalan nafas seolah tersumbar. Dengan tubuh keringatan dua kakek nenek kerahkan
tenaga dalam. Perlahan-lahan selubung kuning yang membungkus senjata mereka
sirna. Dua pedang itu kembali ke warna semula yakni merah.
"Luhjahilio, menurut penglihatanku manusia landak itu baru mengerahkan setengah
tenaga dalamnya waktu melancarkan serangan sinar kuning tadi. Keadaan kita
berbahaya. Saatnya melakukan apa yang tadi kau 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
bisikkan. Aku akan menggempurnya habis-habisan!"
Hantu Jatilandak menggeram panjang sewaktu menyaksikan bagaimana sepasang sinar
kuning ilmu ke-saktiannya yang bernama Mega Kuning Liang Batu, yang selama ini
tidak pernah dikeluarkannya ternyata masih bisa ditangkis dengan pedang sakti di
tangan lawan. Maka dia segera kerahkan seluruh tenaga dalamnya. Namun saat itu
Lajahilio telah melompat ke arahnya. Pedang merah di tangan kanan kakek ini
pancarkan sinar terang pertanda dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Hantu Jatilandak hendak sambut serangan si kakek dengan sinar Mega Kuning Liang
Batu, tapi perhatiannya terbagi pada Luhjahilio yang berkelebat ke kiri sambil
membabatkan pedang merahnya. Hantu Jatilandak meraung keras ketika melihat apa
yang dilakukan si nenek. Ternyata Luhjahilio babatkan pedang merahnya untuk
memapas leher patung perempuan cantik di samping batu besar.
"Craaaasss!"
Aneh, begitu leher patung kena dibabat terdengar suara seperti pedang memapas
putus leher sungguhan.
Kepala patung jatuh menggelinding ke tanah. Dan lebih aneh lagi! Dari kutungan
leher baik yang di badan maupun yang di kepala keluar cairan merah seperti
darah! Luhjahilio berseru Kaget melihat apa yang terjadi.
Sebaliknya Hantu Jatilandak meraung marah. Dia tidak lagi memperhatikan sambaran
pedang Lajahilio. Masih untung senjata si kakek hanya membabat putus sembilan
bulu landak yang ada di punggungnya. Walaupun rasa sakit menggeletari sekujur
tubuhnya bagian belakang namun Hantu Jatilandak tidak peduli.
Didahului dengan menghantamkan selusin duri landaknya ke arah Luhjahilio, Hantu
Jatilandak susul menyerang dengan sinar Mega Kuning Liang Batu.
Luhjahilio terpekik ketika dua duri landak menyusup di kembennya dan menusuk
permukaan kulitnya. Nenek ini berkelebat ke balik batu besar. Untung dia berlaku
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cepat. Walau batu besar itu hancur berantakan dihantam sinar Mega Kuning Liang
Batu dan mengepulkan asap kuning beracun namun si nenek masih sempat selamatkan
diri dengan membuat dua lompatan cepat.
Seperti tidak sadar kalau saat itu dia tengah menghadapi bahaya besar dari dua
musuh berkepandaian sangat tinggi, Hantu Jatilandak jatuhkan diri memungut
kutungan kepala patung perempuan cantik.
"Patungku.... Patungku.... Kasihan lehermu...."
Hantu Jatilandak sesenggukan dan dekapkan kepala patung ke dadanya lalu berusaha
bangkit. Pada saat 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
itulah Lajahilio dan Luhjahilio menyergap. Dua pedang merah diarahkan satu ke
leher Hantu Jatilandak, satunya tepat di arah jantung. Namun Hantu Jatilandak
seperti tidak peduli. Baginya patung batu itu lebih berharga dari nyawanya
sendiri! "Kalian mau membunuhku aku tidak peduli. Tapi wahai! Jangan ciderai patung
ini...." Dua kakek nenek tertawa mengekeh. Hantu Jatilandak tetap tidak peduli. Dia terus
berusaha berdiri.
"Izinkan aku meletakkan kepala patung ini di tempatnya semula...." Hantu
Jatilandak meminta setengah meratap.
Dari dua matanya yang kuning kelihatan tetesan air mata.
Gelak tawa Lajahilio dan Luhjahilio semakin keras.
"Makhluk gila ini benar-benar sudah jatuh cinta dengan patung itu!" kata
Luhjahilio. Dia memberi isyarat pada si kakek kekasihnya. Lajahilio anggukkan
kepala. Dua pedang merah lalu berkelebat ganas.
Pedang di tangan si nenek membacok ke kepala patung yang ada dalam dekapan Hantu
Jatilandak. Sementara si kakek membabat ke pangkal leher Hantu Jatilandak! Dalam keadaan
seperti itu Hantu Jatilandak sama sekali tidak lagi pedulikan keselamatan
jiwanya. Dia masih berusaha menyelamatkan kepala patung dengan merangkul dan mendekapnya
erat-erat ke dadanya.
Sesaat lagi kepala patung akan terbelah hancur dihantam bacokan pedang batu
pualam merah di tangan Luhjahilio dan leher Hantu Jatilandak akan terbabat putus
oleh pedang Lajahilio, sekonyong-konyong dua sinar aneh menyambar merobek
kepekatan malam!
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN T1T0 Rahasia Patung Menangis
SAMBARAN sinar pertama berwarna hitam berbentuk kipas terkembang. Di dalam sinar
hitam yang menebar ini berkilauan ratusan serpihan-serpihan bunga-bunga api.
Nenek bernama Luhjahilio berseru kaget ketika melihat sinar yang melesat ke arah
Lajahilio. Dia berteriak memberi peringatan.
"Pukulan Menebar Budi! Lajahilio! Awas!"
Sambil berteriak si nenek berbalik dan lepaskan satu pukulan tangan kosong
mengandung hawa sakti dengan tangan kirinya. Gerakannya menghantam ini mau tak
mau membuat urung bacokan pedangnya ke kepala patung. Pukulan hawa sakti si
nenek memang mampu mendorong sinar hitam yang menyerang Lajahilio dan
menyelamatkan kekasihnya. Tapi begitu dua kekuatan sakti tersebut saling
bentrokan, satu letusan keras menggelegar. Bunga-bunga api berlesatan seperti
senjata rahasia, menderu ke arah si nenek.
Luhjahilio menjerit keras. Tubuhnya terpental sampai setinggi dua tombak. Pedang
batu pualam merahnya terlepas mental entah kemana. Darah membersit dari
mulutnya. Puluhan percikan bunga api laksana ujung-ujung jarum menancap di
tubuhnya! Pada saat yang sama, selagi tubuhnya melayang turun, sinar ke dua yang
menderu dalam kegelapan malam datang menghantam, mendarat di punggungnya dengan
telak. Tak ampun lagi tubuh si nenek terlempar ke arah batu besar. Luar biasa dan
mengerikan sosok si nenek melesak datar masuk ke dalam batu sampai setengahnya!
Lajahilio sendiri yang tadi hampir membabat putus leher Hantu Jatilandak sangat
terkejut dan berteriak keras saksikan apa yang terjadi. Babatan pedangnya ke
leher Hantu Jatilandak serta merta terhenti dan senjata itu kini dilemparkannya
ke arah kegelapan di mana dia melihat sosok serba hitam yang tadi melepaskan
pukulan dahsyat hingga si nenek kekasihnya amblas kedalam batu besar!
Dalam rimba persilatan di Negeri Latanahsilam saat itu hanya ada satu ilmu
pukulan yang mampu membuat orang amblas masuk ke dalam tembok atau batu atau
pohon yakni yang disebut Pukulan Kasih Mendorong Bumi. Pukulan ini dimiliki oleh
gadis masih sangat belia dan berwajah jelita bernama Luhcinta.
Lajahilio pukulkan tangannya berulang kali ke batu 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
besar di mana Luhjahilio terpentang amblas hingga remuk. Lalu dengan mengerahkan
tenaga luar dan tenaga dalam dia tarik sosok kekasihnya dari dalam batu.
"Kreeekkk!"
Tubuh yang tertarik dari dalam batu itu keluarkan suara berkrekekan. Si kakek
merinding bergidik. Dia memang berhasil menarik mengeluarkan sosok Luhjahilio
dari dalam batu tapi keadaannya mengerikan karena sebagian daging di sebelah
wajah, dada dan perut si nenek ternyata tertinggal lengket di dalam batu.
Wajah perempuan tua yang berada dalam keadaan lumpuh akibat pukulan sakti Kasih
Mendorong Bumi yang menghantamnya kini kelihatan tak lagi berdaging, tanpa
hidung, kening, alis serta bibir dan dagu!
Lajahilio menggerung keras menyaksikan keadaan kekasihnya itu. Amarahnya meluap.
Darah di kepalanya seolah mau muncrat menembus ubun-ubun. Cepat dia menyambar
dan mendukung sosok sang kekasih.
Sepasang matanya memandang melotot dan menyorot penuh geram ke arah dua orang di
kegelapan namun tak berani melakukan apa-apa. Dalam hati kakek ini membatin.
"Dua orang dalam gelap itu pasti dara bernama Luhcinta dan Si Penolong Budiman.
Dua pendekar berkepandaian yang sukar dijajagi. Hantu Muka Dua saja belum tentu
mampu menghadapi salah satu dari mereka.
Aku tak mau cari penyakit walau kelak Hantu Muka Dua akan menjatuhkan hukuman
berat padaku!"
Tanpa banyak bicara, dengan "darah mendidih si kakek akhirnya putar tubuh.
Sebelum berkelebat pergi dan menghilang di kegelapan malam dia masih sempat
keluarkan suara.
"Kalian berdua! Aku tidak akan melupakan wajah kalian! Suatu saat kami berdua
akan melakukan pembalasan!"
Orang dalam gelap mendengus. Satunya lagi berkata.
"Sebelum pergi silahkan ambil dua senjata milik kalian! Kami tidak perlu
senjata-senjata laknat ini!"
Terdengar suara berkeretekan lalu dua buah benda melayang jatuh di hadapan
Lajahilio. Ternyata adalah dua pedang milik kakek nenek berjuluk Sepasang Hantu
Bercinta itu. Ketika si kakek memperhatikan dua pedang batu pualam merah yang
dilemparkan orang, dia menggeram keras. Dua senjata itu tak karuan rupa lagi.
Gagangnya hancur, bagian tajamnya bergompalan dan badannya ada yang patah tak
karuan. "Jahanam! Dia menghancurkan pedang dengan Ilmu Keppeng. Ilmu mematah tulang!
Memang dia rupanya! Bangsat yang membikin geger Negeri Latanahsilam sejak
beberapa waktu belakangan ini!
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Awas, nantikan pembalasanku!" Saking marahnya Lajahilio tendang dua pedang yang
sudah hancur itu lalu berkelebat lenyap dalam kegelapan malam.
Akan halnya Hantu Jatilandak, seperti tadi dia masih tidak perdulikan apa yang
terjadi di sekitarnya. Kepala patung yang putus sesaat masih didekapnya. Darah
aneh yang keluar dari kutungan leher patung belepotan di tubuhnya yang penuh
duri. Dengan hati-hati dan terbungkuk-bungkuk dia membawa kutungan kepala patung
itu lalu letakkan ke badan patung yang masih terduduk utuh di samping batu besar
yang telah hancur.
"Patungku.... Kasihan kepalamu..." kata Hantu Jatilandak. Dibelainya rambut
patung dan diusapnya wajahnya berulang kali. Lalu dengan hati-hati kepala patung
diletakkannya di atas bekas kutungannya hingga bersambung kembali. Begitu leher
patung yang putus bersatu kembali, terdengar suara halus dalam gelap.
"Wahai Hantu Jatilandak, sungguh besar arti perbuatanmu menyatukan kembali
patung yang buntung itu. Kelak para Dewa akan memberkatimu...."
Hantu Jatilandak tegak tertegun. Lalu dengan suara perlahan dia berkata. "Suara
tanpa ujud, sesuai ucapanmu sebelumnya, aku harus pergi ke Negeri
Latanahtembikar.
Kalau urusanku selesai aku akan segera kesini. Aku akan mengambil patung ini,
membawanya kesatu tempat dan merawatnya baik-baik...."
Angin malam bertiup dingin. Hantu Jatilandak mendengar suara orang menarik nafas
dalam dan panjang.Beberapa jenak lamanya ditatapnya wajah dan sosok patung itu.
"Walau cuma batu mati tanpa nyawa tapi aku yakin patung inilah yang mengeluarkan
semua ucapan yang sampai ke telingaku. Mungkin ada roh masuk ke dalam patung
batu ini...."
Dengan perasaan berat Hantu Jatilandak memutar tubuh hendak beranjak pergi dari
tempat itu. Namun gerakannya tertahan. Di depannya dalam kegelapan malam dua
orang tegak berdiri memandang memper-hatikannya. Seperti diketahui ketika tadi
dia diserang oleh sepasang kakek nenek bernama Lajahilio dan Luhjahilio pemuda
yang tubuhnya penuh duri ini seperti tidak perduli. Tapi sebenarnya dia
mengetahui apa yang terjadi. Maka begitu melihat dua orang itu, Hantu Jatilandak
segera membungkuk memberi penghormatan.
"Wahai, kalian berdua telah menyelamatkan jiwaku.
Aku sangat berterima kasih...." Hantu Jatilandak menatap ke sebelah kanan di
mana berdiri seorang dara berpakaian biru. Dalam gelapnya malam wajahnya yang
cantik tampak sangat anggun. Hantu Jatilandak kembali menjura. "Wahai sahabatku
Luhcinta, ternyata dalam 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
nasib yang sama malang kau masih bisa menurunkan tangan kasih, menolong
menyelamatkan diriku. Aku berterima kasih padamu. Aku masih ingat waktu kau
menuturkan nasib untung dan perasaanmu tempo hari.
Apakah kau sudah berhasil menyingkapkan semua teka-teki hidup dirimu" Apakah kau
sudah menemui orang-orang yang dulu pernah kau tanyakan itu?"
Sebenarnya gadis berbaju biru dalam gelap yang memang Luhcinta adanya hendak
menjawab. Namun dia sengaja berdiam diri karena di sampingnya, hanya terpisah
sekitar tujuh langkah tegak sosok serba hitam orang yang selama ini mengikutinya
secara diam-diam.
Walau orang ini tadi juga turun tangan membantu menyelamatkan Hantu Jatilandak
namun Luhcinta tetap menaruh curiga terhadapnya. Karenanya dia diam saja dan
sengaja tidak mau bicara di hadapan orang itu.
Karena pertanyaannya tidak mendapat jawaban Hantu Jatilandak lalu berpaling pada
sosok yang satu lagi. "Mungkin kita pernah berjumpa. Maafkan aku kalau salah
menduga. Bukankah kau yang disebut orang Si Penolong Budiman" Wahai, sungguh
beruntung diriku.
Malam ini aku kejatuhan berkat menerima pertolongan darimu. Aku berterima kasih
padamu wahai sahabat...."
Begitu Hantu Jatilandak menyebut nama orang di hadapannya itu, terkejutlah gadis
berpakaian biru yang ada hiasan bunga tanjung di keningnya. Gadis ini cepat
palingkan kepala, menatap tajam pada sosok yang tegak sekitar sepuluh langkah di
sisi kanannya. "Benar dia rupanya. Makhluk muka hitam yang terus-terusan mengikuti. Beberapa
waktu lalu aku berhasil menghilang dari kuntitannya. Bagaimana malam ini dia
tahu-tahu bisa berada di bukit dingin ini" Sebaiknya aku segera pergi saja...."
Orang bermuka hitam yang maklum akan gerak hati Luhcinta segera maju mendekat
sampai tiga langkah lalu berucap. "Wahai gadis, pertemuan ini mungkin tidak
menyenangkan bagimu. Sedang bagiku adalah satu harapan yang sangat besar...."
"Harapan apa?" tanya Luhcinta heran. Gadis ini jadi berdebar. Dia membatin.
"Setiap harapan yang baik selalu disertai rasa kasih. Apakah orang ini...."
"Gadis bernama Luhcinta, kau tentu masih ingat pertemuan kita terakhir di bukit
tempat Peri Angsa Putih disekap dalam sumur melintang...!" (Harap baca Episode
berjudul "Hantu Muka Dua")
"Aku ingat. Malah lebih dari itu. Bukankah kau yang selama ini selalu menguntit
diriku secara diam-diam"
Jika kau memang membawa satu harapan, apakah begitu caranya memperkenalkan diri"
Harapan yang baik 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
selalu berlandaskan kasih. Aku tidak melihat hal itu tercermin dalam wajahmu
wahai kerabat. Mungkin karena kau menempuh hidup dengan cara menyembunyikan
wajah" Sang Pencipta memberikan wajah kepada setiap orang, entah wajah itu bagus
entah buruk. Itu pelambang keadilan dalam kasih sayang. Kau justru
menyembunyikan rasa kasih itu...."
Lama orang bermuka hitam tercenung mendengar ucapan Luhcinta. Dalam hati dia
berkata. "Wahai gadis bernama Luhcinta. Jika kau tahu nasib perjalanan hidupku.
Justru rasa kasih sayang sudah habis ditelan derita. Tapi jauh di lubuk hati ini
masih ada setetes kasih sayang yang aku jaga baik-baik agar tidak hilang. Hanya
saja kasih sayang itu tidak bisa kuberikan sebelum aku'
mampu menyingkap teka-teki hidup ini. Bertahun-tahun aku mengelana mencari dan
mencari. Sampai saat ini semua itu berakhir pada kesia-siaan...."
"Wahai gadis bernama Luhcinta, cinta kasih yang murni tidak tercermin dari bagus
dan buruknya wajah seseorang. Menyembunyikan sesuatu bukan selalu berarti
melupakan kasih anugerah Sang Pencipta. Kasih memang harus berada di mana-mana.
Dan tempatnya yang terkudus adalah dalam lubuk hati manusia. Tetapi garis nasib
seseorang terkadang tidak memungkinkan dia mewujudkan kasih sayangnya seperti
yang dikehendaki oleh orang lain. Itulah sebabnya aku berkata, pertemuan
denganmu adalah membawa satu harapan besar. Harapan akan tinggal harapan jika
kasih yang ada dalam harapan itu tidak mampu mewujudkan diri. Bukan karena mau
yang empunya diri, tapi karena keadaan. Sekarang terserah padamu, apakah kau mau
memberikan jalan.
Pada pertemuan yang lalu aku tidak melihat kesempatan dalam keadaan. Malam ini
mungkin saatnya. Namun sekali lagi harapanku hanya tinggal harapan. Semua sangat
tergantung pada dirimu...."
Sesaat Luhcinta tampak termangu mendengar ucapan orang bermuka hitam. Lalu gadis
ini berucap. "Wahai, rasanya segala sesuatunya tidak semua tergantung pada diriku. Bolehkah
aku mengetahui harapan apa yang ada dalam hatimu?"
"Aku akan mulai dengan pertanyaan pertama. Di luaran tersirap kabar bahwa selama
ini kau mengelana dan selalu bertanya tentang beberapa orang di balik beberapa
nama...." "Hemmm.... Kalau kau sudah tahu aku tidak akan membantah. Tadi pun sahabatku
bernama Hantu Jatilandak ini telah mengungkapkannya..." kata Luhcinta sambil
berpaling pada Hantu Jatilandak.
Orang bermuka hitam yaitu Si Penolong Budiman 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
berkata. "Sebelumnya aku telah menemui orang pandai bernama Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab. Dia yang memberi petunjuk agar aku datang ke tempat ini.
Ternyata tidak terduga aku menemuimu di tempat ini...."
Hantu Jatilandak berdehem beberapa kali lalu .berkata. "Antara kalian berdua ada
pembicaraan yang mungkin tidak ada sangkut pautnya dengan diriku atau tidak
pantas kudengar. Lebih baik aku segera pergi saja dari sini...."
"Wahai Hantu Jatilandak, kuharap kau tetap berada di sini," kata Luhcinta pula.
Dia sengaja meminta karena seandainya orang bermuka hitam itu ternyata adalah
manusia culas yang punya maksud jahat terhadapnya, jika Hantu Jatilandak masih
ada di tempat itu niscaya dia akan menolong.
"Tidak ada salahnya kau tetap berada di sini wahai kerabatku Hantu Jatilandak.
Siapa tahu kau bisa membantu disaat kami berdua tidak bisa memecahkan
masalah..." berkata Si Penolong Budiman.
Mendengar ucapan orang itu maka Hantu Jatilandak akhirnya bersedia tetap berada
di tempat itu. Sebelum dia duduk di atas pecahan batu besar pemuda ini berkata.
"Sahabatku Penolong Budiman, kau beruntung bisa bertemu dengan Hantu Sejuta
Tanya Sejuta Jawab.
Aku sudah bertahun-tahun mencarinya. Aku perlu menemuinya untuk mencari tahu
riwayat gelap yang menyelubungi diriku."
"Aku berhasil menemuinya hanya secara kebetulan, di satu rimba belantara di
pinggir sungai..." jawab Si Penolong Budiman. "Aku turut bersedih mengetahui
riwayatmu wahai Hantu Jatilandak. Jika aku bisa membantu pasti akan kulakukan
sesuatu untukmu...."
Hantu Jatilandak ucapkan terima kasih lalu duduk di atas batu. Si Penolong
Budiman berpaling pada Luhcinta lalu lanjutkan pembicaraannya.
"Dari kabar yang kusirap, kau pernah bertanyakan tentang seorang bernama
Lajundai. Apakah benar?"
Wiro Sableng 110 Rahasia Patung Menangis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sepasang mata Luhcinta membesar dan menatap lekat-lekat pada si muka hitam. Lalu
dia anggukkan kepala. "Apakah kau mengetahui orang itu dan di mana beradanya?"
bertanya Luhcinta. "Atau mungkin kau ada sangkut paut dengan dirinya"!"
"Wahai.... Orang itu berada di Istana Kebahagiaan!"
jawab Si Penolong Budiman.
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
BASTIAN TITO Rahasia Patung Menangis
KAGETLAH Luhcinta mendengar jawaban itu. "Wahai!
Jika ucapanmu itu benar adanya, dapatkah kau memberikan bukti dan kesaksian?"
"Seseorang bisa saja memberikan bukti dan kesaksian.
Tetapi bukti dan kesaksian yang terbaik adalah jika orang yang menginginkannya
sendiri yang melakukan penyelidikan. Aku hanya cukup memberitahu. Lajundai itu
sebelumnya bernama Labahala. Dan dia bukan lain adalah makhluk yang bernama
Hantu Muka Dua!"
Luhcinta hampir terlonjak mendengar ucapan Si Penolong Budiman itu. Sekujur
tubuhnya bergetar. Dalam hati yang panas membara dia berkata. "Wahai! Jadi
jahanam itu bukan saja pernah hendak berbuat keji terhadap ibuku, tapi juga
terhadap diriku. Kalau hidup manusia lebih dikuasai nafsu dari pada kasih,
inilah jadinya! Cukup sudah kejahatan yang dibuat Hantu Muka Dua di Negeri
Latanahsilam ini. Kalau kasih memang tidak bisa menyadarkannya, aku memohon pada
Para Dewa dan Para Peri agar diberi kemampuan untuk membasmi manusia itu...."
"Wahai gadis bernama Luhcinta, kau sekarang sudah mengetahui siapa adanya
Lajundai. Kalau aku boleh tahu, gerangan apa yang ada di balik pertanyaanmu
terhadap orang itu?"
Luhcinta tidak mau menerangkan hal yang sebenarnya.
Gadis ini hanya menjawab: "Kau tentu sudah tahu manusia bagaimana adanya Hantu
Muka Dua. JiKa manusia jahat seperti dia tidak segera dibasmi apa jadinya Negeri
ini. Secara semena-mena dia telah memaklumkan diri sebagai Raja Diraja Segala
Hantu. Menjadikan dirinya sebagai makhluk Segala Keji. Segala Tipu dan Segala
Nafsu...."
"Aku setuju dengan pendapatmu wahai kerabat bernama Luhcinta. Aku masih ada
beberapa pertanyaan jika kau sudi menjawab...."
"Aku akan menjawab kalau memang bisa kujawab,"
kata Luhcinta pula.
"Dalam kabar yang kusirap kau juga menanyakan seorang bernama Hantu Penjunjung
Roh." "Tentang nenek sakti itu, aku sudah mendapat 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
jawaban, bahkan aku sudah menemuinya," kata Luhcinta Lalu gadis ini bertanya.
"Wahai, apa maksud tujuan di balik semua pertanyaan ini?"
Si Penolong Budiman tidak menjawab malah ajukan lagi satu pertanyaan. "Setelah
kau mendapat Jawab dan bertemu sendiri dengan Hantu Penjunjung Roh apakah kau
sudah mengetahui siapa nenek itu ada apa hubunganmu dengannya?"
"Wahai, aku tidak akan menjawab pertanyaan Aku mulai curiga. Kutanyakan apa
maksud semua tanyaanmu tapi kau tidak menjawab..."
"Kau tidak menjawab, aku tidak memaksa Ku dengar kau juga menanyakan tentang
seorang perempuan bernama Luhpiranti, mengapa " Apa hubunganmu dengan perempuan
itu ?" tambah Si Penolong Budiman ajukan pertanyaan.
Luhcinta tersenyum tapi gelengkan kepala " Saat ini aku tak bisa menjawab
pertanyaanmu itu..."
"Juga tentang lelaki bernama Latampi yang juga menjadi salah satu pertanyaanmu"
"Hm mungkin aku mau menjawab pertanyaanmu jika kau mau mengatakan siapa dirimu
lalu memperlihatkan wajah aslimu".
Si Muka Hitam tersenyum. "Rupanya dasar kasih sayang yang menjadi panutanmu
memiliki keterbatasan yang membuat kita sama-sama tidak mau berlaku terbuka,
padahal kasih sayang itu memerlukan keterbukaan hati serta kepercayaan semua
pihak.." "Kalau begitu perlihatkan padaku mukamu yang asli.
Jangan sembunyikan dibalik tanah liat dan jelaga hitam.. "
"Aku akan penuhi permintaanmu wahai gadis bernama Luhcinta. Asalkan kau berjanji
memberitahu apa hubunganmu dengan Luhpiranti dan Latampi..."
"Aku berjanji"
"Aku percaya pada janjimu!". Kata Si Penolong Budiman pula, lalu dia pergunakan
jari-jari tangannya untuk melepaskan tanah liat yang di cat hitam yang selama
ini melekat menutupi wajahnya. Orang ini melangkah mendekati Luhcinta hingga
gadis itu dengan jelas dia melihat wajahnya.
"Apakah kau mengenali siapa diriku wahai Luhcinta?"
Luhcinta perhatikan wajah orang itu. Entah mengapa dada gadis ini langsung
berdebar. "Wahai, ternyata dia lelaki separuh baya berwajah tampan sekali."
Perasaannya semakin aneh ketika sepasang mata mereka saling beradu pandang.
Luhcinta tundukkan kepala.
"Aku... wahai. Aku tidak mengenali siapa dirimu," kata si gadis akhirnya dengan
suara bergetar.
Si Penolong Budiman palingkan wajahnya pada 110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
Hantu Jatilandak lalu berkata. "Mungkin kau mengenali siapa aku wahai kerabatku
Hantu Jatilandak?"
"Tidak, aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.
Aku tidak kenal wajahmu...."
Orang itu lalu memandang pada Luhcinta. "Aku sudah perlihatkan wajah asliku.
Sekarang aku menagih janji. Harap kau mau memberitahu apa hubunganmu dengan
Latampi dan Luhpiranti...."
"Ke dua orang itu adalah...."
Belum sempat Luhcinta menyelesaikan ucapannya tiba-tiba di langit kelihatan
belasan nyala api laksana barisan obor bergerak turun ke bawah. Barisan obor itu
berbentuk lingkaran dan gerakannya turun sangat cepat.
Udara yang sudah sangat dingin di tempat itu mendadak bertambah luar biasa
dinginnya. Semua orang yang ada di tempat itu jadi menggigil dan kaku seperti
beku sekujur tubuh mereka. Luhcinta, Hantu Jatilandak dan Si Penolong Budiman
kerahkan tenaga dalam dan cepat atur jalan darah masing-masing. Tapi tak ada
gunanya. Ketiga orang ini tetap saja tak mampu bergerak dan membuka suara.
Pada saat barisan obor berbentuk lingkaran mencapai ketinggian sepuluh tombak
dari atas bukit batu, ketiga orang itu baru mampu melihat bahwa yang membawa
nyala api itu adalah lima belas sosok perempuan muda berpakaian tipis berwarna
abu-abu. "Peri dari atas langit...." Ke tiga orang itu sama membatin.
Tiba-tiba lima belas nyala api melebar dan menyatu lalu bergerak ke arah patung
batu seperti lingkaran tabir.
Tidak satu pun dari ke tiga orang yang ada di tempat itu mengetahui apa yang
terjadi. Sesaat kemudian dalam gelapnya malam lingkaran tabir api dengan cepat
tampak bergerak naik ke atas. Begitu tabir api berpisah dan kembali membentuk
lima belas nyala api berada jauh di atas sana, udara dingin lenyap. Tubuh Hantu
Jatilandak, Luhcinta dan Si Penolong Budiman terlepas dari kebekuan. Darah
mereka kembali mengalir wajar. Hantu Jatilandak yang pertama sekali berteriak
keluarkan suara penuh tegang.
"Patungku! Patung itu lenyap!" Hantu Jatilandak melompat ke dekat batu besar
pecah di mana patung perempuan cantik yang bisa mengeluarkan air mata sebelumnya
berada. Dia meraba-raba kian kemari seperti orang buta berusaha memegang
sesuatu. Ketika menyadari bahwa patung itu memang tak ada lagi di situ, Hantu
Jatilandak menggerung keras lalu jatuhkan diri.
"Patungku...."
"Para Peri dari atas langit mengambil patung itu!"
110 RAHASIA PATUNG MENANGIS
Pendekar Kapak Naga Geni 212 - WIRO SABLENG
seru Luhcinta. Gadis ini lalu cepat dekati Hantu Jatilandak.
Sambil memegang bahu Hantu Jatilandak dia berkata.
"Wahai kerabatku, patung itu tentu sangat besar artinya bagimu...."
"Patung itu sama dengan nyawaku..." kata Hantu Jatilandak. "Mengapa para Peri
mengambilnya! Mereka mencuri patungku!"
"Aku yakin, para Peri tidak mencuri patung itu wahai Hantu Jatilandak..."
membujuk Luhcinta. "Jika mereka melakukan sesuatu pasti ada sebabnya. Pasti ada
hikmah kasih sayang dibalik kejadian ini...."
Bara Api Di Laut Kidul 1 Pendekar Mabuk 092 Darah Pemuas Ratu Si Kangkung Pendekar Lugu 9