Pencarian

Kiamat Di Pangandaran 3

Wiro Sableng 090 Kiamat Di Pangandaran Bagian 3


Keberaniannya menggelegak. Sepasang matanya berkilat-kilat. Dia maju beberapa langkah.wajahnya
yang cantik jelita merah
mengelam. Air mukanya menjadi sangat menakutkan
Pandangan matanya diarahkan tak berkesip pada Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Dia telah menghamiliku!" teriak Pandan arum
Lantang hingga semua orang yang ada di tempat itu
mendengar jelas. Si gadis memandang menyorot pada Wiro membuat semua orang jadi
geram memperhatikan murid Sinlo Gendeng itu. Namun tangan kirinya yang
diacungkan menunjuk tepat-tepat pada Pangeran Mataharil
"Manusia bejatl Tak cukup kau menipu dan memperbudak adikkul Kau juga merampas
kehormatannyal' teriak gadis berbaju biru di samping Pandan Arum yang tentunya
bagi Wiro kini jelas adalah Bidadari Angin Timur yang asli. Pangeran Matahari
mendongak ke langit. Dla keluarkan suara tawa panjang. Sadar kalau tipu
muslihatnya terhadap Pendekar 212
tidak mempan bahkan sudah terbongkar maka dia pun
menjawab. "Adikmu suka padakul Dla memberikan segala-galanya dengan ikhlas! Slapa yang
berani menyalahkan diriku" Ha ...
ha... ha ... I"
"Manusia setan, iblis dajall terima kematianmul"
teriak Pandan Arum. Lalu dengan nekad gadls Ini melompat ke depan seraya
menghantamkan kedua tangan, sekaligus
melepas due pukulan "Pedang kilat biru"
"Pandan arum , jangan!" seru bidadari angin timur. Wiro pun berusaha mencegah,
tapi terlambat. Dari balik dad
pangeran matahari menderu sinar hitam mengidikan, itulah kesaktian yang keluar
dari kitab wasiat iblis bilamana pangeran matahari diserang!.
Satu jeritan mengenaskan keluar dari mulut Pandan
Arum. Tubuhnya terlempar beberapa tombak dan terkapar di pasir dalam keadaan
hanya tinggal tulang belulang dan
hangus!. Bidadari Angin Timur meraung keras. Dalam kalapnya
dia segera hendak menyerbu Pangeran matahari . Wiro yang melihat bahaya segera
melompat dan merangkul tubuh gadis itu. Keduanya berguling-guling di pasir.
"Lepaskanl"
"Bidadari angin Timur ... ."
"Kalau kau tidak melepaskan diriku akan kuBunuh!"
"bidadari Angin Timur, aku mencintaimul Aku tak ingin kau celaka. ... Manusia
jahat itu biar aku yang
nienghadapinya," kata Wiro. Pandangan matanya melekat tajam ke mata si gadis.
Dada bidadari Angin Timur seperti menggemuruh. Suara
Isakannya terdengar perlahan. "Cari tempat yang Baik , nanti kita bicara ..."
bisik Wiro sambil membelai Rambut pirang si gadis. Walau hal mesra ini Terjadi
begitu cepat namun tidak lepas dari perhatian ratu Duyung. Sang Ratu merasa
hatinya Seperti disayat sembilu dan palingkan wajahnya ke Arah laut.
Sekali lompat saja Pendekar 212 sudah berdiri tiga
langkah dari hadapan Pangeran Matahari disambutoleh sang Pangeran dengan
seringai mengejek.
"Dosamu setinggi gunung sedalam lautanl Hari ini tamat riwayatmul Walau kau
punya nyawa rangkap kau tak bakal lolos dari kematianl"
Pangeran Matahari sunggingkan seringai mengejek "
"Pendekar 2121 Rupanya kau bersahabat dengan malaikat maut hingga tahu kapan
aku akan menemui ajal! Ha. .. ha. .. ha!"
"Iblis keji! Pelacur lelaki! "hardik Wiro. "Kembalikan padaku Kapak Naga Geni
212 dan batu mustika pasangannyal"
Tampang Pangeran Matahari lampak semerah saga. Seumur
hidupnya baru sekali itu dia dimakl orang dengan sebutan pelacur lelaki.
"Mulutmu keji amatl Agaknya gurumu si nenek keling itu tidak pernah mengajarkan
sopan santunl"
Mendengar Eyang Sinto Gendeng dihina begitu rupa
Pendekar 212 hampir meledak kemarahannya. Namun ingat
kehebatan Kitab Wasiat lblis yang dimiliki lawan maka dia segera menekan
amarahnya dan menjawab. "Kabarnya kau punya ilmu hebat. Coba perlihatkan padaku
barang sejurus dua jurus!"
Pangeran Matahari kembali sunggingkan seringai mengejek.
"Murid nenek sinting dari gunung Gede ini ternyata hanya pandai omong, tapi tak
berani rnenyerangl"
Walau hatinya terbakar mendengar kata-kata musuh besarnya itu namun Wiro tak
sampai terpancing. Sadar kalau lawan tak bisa dijebak maka Pangeran Matahari
lantas berkata.
"Pendekar 212 kau dengar tawaranku. Aku akan
mengembalikan kapak dan batu sakti ini padamu. Sebagai imbalan serahkan padaku
Kitab Putih Wasiat
Dewa ...."
"Pangeran bejat! Kitab itu tak ada padanya. Tapl padaku!" satu suara menjawabi
ucapan Pangeran Matahari. Ketika sang
Pangeran mengangkat kepala dia menjadi kaget. Yang bicara adalah Sinto Gendeng.
Di tangannya dia memegang sebuah kitab terbuat dari daun lontar yang dilambai-
lambaikannya sambil tertawa terangguk-angguk. Wiro terheran- heran dan tidak
habis rnengerti bagaimana Kitab putih wasiat Dewa itu bisa berada di tangan
gurunya. Pangeran Matahari sendiri menggeram dalam hati.
''Kurang ajar! Jadi kitab yang kucari itu ada padanya!" Iotaknya mulai bekerja
untuk mencari akal bagaimana Agar dia segera dapat menguasai kitab terSebut
,Namun memandang
berkeliling dia menjadi Kaget karena tempat itu telah dikelilingi oleh musuh
Hingga dia dan gurunya terkurung di tengah-tengah.
--------------0000000000000000----------
SEBELAS UNTUK menyembunyikan rasa jerihnya Pangeran Matahari
keluarkan tawa panjang. "Kalian manusia-manusia hebat tapi ternyata pengecut!
Silahkan menyerang diriku beramai ramai
... I" Tua Gila tertawa mengekeh. "Kau hadapi Pendekar 212 satu lawan satu. Kami ingin
berbincang bincang dengan gurumu Si Muka Bangkai!" lblis Pemabuk tiba-tiba tegak
seolah menghadang di hadapan Tua Gila.
"Kalian hendak main keroyok?" bentaknya.
"Jangan melakukan apa yang jadi pantangan lblis Pemabukl"
"Siapa mau main keroyokl Tindakan pengecut itu bukan kau saja yang tidak
menyukainya. Kami pun berpantangl Padahal dengan biang dajal seperti dia perlu
apa memakai segala peradatan!" jawab TuaGila.
Lalu orang tua ini berkelebat menarik tangan Si Muka Bangkai.
Tentu saja kekak bungkuk ini tidak tinggal diam. Secepat kilat dia menghantam ke
arah kepala Tua Gila.
"Bukkkl"
Satu tangan menangkis pukulan Si Muka Bangkai. Ternyata yang menangkis adalah
Dewa Ketawa. Di sampingnya Dewa
Sedih maju pula merangsak. "Muka Bangkai..!' kata Dewa Ketawa sambil teriawa
lebar. "Kami berdua belum berbuat pahala! Kau boleh memilih antara aku atau
kakakku untuk jadi lawanmu!"
Dewa Sedih yang ada di samping Dewa Ketawa langsung saja keluarkan ratapan
tinggi. Untuk beberapa lamanya Si Muka Bangkai terdiam tak bisa menjawab. Walau
die memiliki kepandaian tinggi namun siapa saja dari dua orang tua aneh itu bukanlah lawan
enteng. Di samping kiri tiba-tiba terdengar suara cekikikan.
"Si Muka Bangkai mungkin sungkan, mungkin juga jijik menghadapi orang-orang
tidak waras seperti kalian. Biar aku yang menantangnyal Dia sudah cukup lama
membuat susah orang-orang persilatan. Dia juga yang ikut-ikutan jadi biang racun menyusahkan
muridkul" Si Muka Bangkai cepat menekan rasa terkejutnya ketika
melihat yang barusan bicara adalah Sinto Gendeng, nenek sakti dari gunung Gede
yang adalah guru Pendekar 212.
Merupakan satu tokoh rimba persilatan yang sulii dijajagi ilmu kepandaiannya
"Muka Bangkai, aku sedih .... Aku sedih tak bisa
menolongmul" kata Dewa Sedih pula lalu meratap keras. "Di atas sana aku melihat
pintu neraka sudah dibukakan untukmu!
Aku melihat teman-temanmu sudah menunggu. Makhluk
Pembawa Bala .... Ada Tiga Bayangan Setan dan konconya sl Elang Setan. Ada para
Tokoh Kembar Banyak lagi ... Uhhh ...
ngerinyal Aku sedih .... Aku sedihl Hik ... hik ... h~k!"
"Kalian jahanam semuar' teriak si Muka Bangkai.
Dia memukul ke arah Dewa Sedih. Sebenarnya Si Muka
Bangkai berlaku cerdik. Saat itu setelah Sinto Gendeng muncul, jika dia boleh
memilih maka lebih baik menghadapi Dewa Sedih atau Dewa Ketawa ketimbang Sinto
Gendeng. Ternyata Dewa Sedih sudah dapat membaca apa yang ada di benak guru Pangeran
Matahari itu. Dengan cepat dia
mengelak lalu meraung keras.
"Aku sedih, bukan aku yang ingin berkelahi mengapa aku yang hendak digebuk!
Hik... hik... hik!
Aku lak mau berkelahi! Aku ingin menangisg aja!
Hikk ... hik ... hikl Muka Bangkai lawanmu Sinto Gendeng, bukan akul"
Si Muka Bangkai kertakkan rahang. Ketika Sinto Gendeng rnenggebrak ke arahnya
maka dia tak bisa berbuat lain
daripada langsung mendahului menyergap dengan serangan ganas.
"Bukkk!"
Jotosan keras yang dilepaskan Si Muka Bangkai mendarat di perut lawan. Tapi
bukan perut Sinto Gendeng melainkan perut seorang lelaki gendut berpakaian
sempit terbalik den
berkopiah kupluk! "Gajah buntingl" teriak Wiro.
"Apa yang kau lakukan"l Mengapa menyelak di tengah pertempuranl"
Si gendut ini yang bukan lain adalah Bujang Gila Tapak Sakti adanya tenang-
tenang saja menerima pukulan yang bisa
menjebol tembok batu nu, seoiah dia barusan diusap saja! Dia kedipkan mata pada
Pendekar 212 lalu tanpa perdulikan Si Muka Bangkai di hadapannya, sambil
mengelus perutnya yang barusan dipukul. Bujang Gila Tapak Sakti menjura pada
Sinto Gendeng. "Nenek sakti bernama Sinto Gendeng. Jauh-jauh aku datang kalau hanya untuk
menggotong Si RajaPenidur rasanya
kurang afdol kalau tidak diberi kesempatan melawan musuh barang sejurus dua
jurus. Karenanya aku harap kau berjiwa besar mau membenkan kesempatan padaku
untuk menghadapi ikan lele bungkuk calon mayat bergelar Si Muka Bangkai alias Si Muka
Mayat ini!"
"Jahanaml Berani kau menghina guruku!" teriak Pangeran Matahari sambil membuat
gerakan hendak meryerang Bujang Gila Tapak Sakti. Tapi sang guru cepat
menahannya. Sambil tertawa mengekeh Si Muka Mayot berkata.
"Ada kerbau bengkak mencari mampusl Apa sulitnya bagi kita memenuhi
keinginannya"!" Si Muka Bangkai merasa telah berlaku cerdik sengaja menantang
8ujang Gila Tapak Sakti karena sekarang dia meng-inggap jauh lebih baik melawan
si gendut ini daripada menghadapi Sinto Gendeng.
"Sinto Gendengl Rupanya ada orang yang tahu kalau ilmumu sangat cetek untuk
menghadapikul Kau harus berterima kasih pada si gendut ini yang telah menolongmu
dari kehilangan mukal Jadi tidak sampai membuat kehilangan jiwal Ha ... ha. ..
ha!" Sinto Gendeng tertawa melengking mendengar ucapan guru Pangeran Matahari itu.
"Aku tahu, sebenarnya kau jerih menghadapiku, sengaja memilih musuh bayi bongsor
ini! Hemm m... silahkanl Silahkanl
Bujang Gila Tapak Sakti, ada orang hendak mengajakmu
bermain-main, harap kau suka melayaninyal" "Betul, betul!
Hayo kau layani keponakanku itu!" teriak Dewa Ketawa lalu tertawa gelak-gelak.
Dewa Sedih keluarkan tangisan pendek lalu menimpali. "Dia keponakanku jugal
Hik ... hik ... hik!"
Kagetlah Si Muka Mayat dan juga Pangeran Matahari
mendengar ucapan dua orang kakek aneh itu. "Jika si gemuk ini adalah keponakan
dua kakek sinting itu berarti dia memiliki tingkat kepandaian sukar dijajagi!
Ah, aku sudah salah memilih lawan.
Tapi aku tak bisa mundurl Sialan! Jahanam betul!"
Bujang Gila Tapak Sakti rapikan kopiah hitamnya yang kupluk.
"Srettl" Dia mengembangkan kipas kertasnya di bawah dagu.
Tubuhnya dibungkukkan sedikii. Pantatnya disonggengkan.
Matanya dikedipkedipkan. Dia memasang kuda-kuda dengan gaya yang jelas mengejek
lawan! Dewa Ketawa tertawa gelakgelak. Dia berpaling pada Sinto Gendeng dan bertanya.
"Sinto, menurutmu apakah hebat kuda-kuda yang dipasang keponakanku itu?"
"Cukup hebat sobatku Dewa Ketawa. Mungkin ini yang dinamakan kuda-kuda kerbau
buniing siap melahirkan anakl"
Ledakan tam para tokoh silat golongan putih menggetarkan tempat itu. Tampang Si
Muka Mayat dan Pangeran Matahari menggembung merah mengelam. "lkan lele bungkuk!
Majulah! Silahkan kau car! bagian tubuhku yang empuk! Tapi awasl Jangan kau berani
memukul perut atau merogo
selangkanganku. Nanti bayiku benar-benar berojol! Ha ... ha ...
ha!" Kembali tempat itu dibuncah oleh gelak tawa, Si Muka Mayat yang tidak dapat lagi
menahan marahnya membentak
garang.Tubuhnya yang bun,kuk melesat ke depan. Dua
jotosan susu! Menyusul dengan tendangan kaki kanan. Setiap serangan mengeluarkan
sinar hitam. Jotosan atau tendangan belum mendekati sasaran namun sinar hiiam
sudah menderu lebih dulul
"Jurus Tiga Bangkai bangkil dari Kubur! Apa hebatnyal" kata Bujang Gila Tapak
Sakti menyebut jurus yang dimainkan
lawan. Bukan saja Si Muka Bangkai tapi Pangeran Matahari pun kaget luar biasa
mendengar ucapan Bujanq Gila Tapak Sakti.
"Heran! Bagaimana jahanam gendut ini tahu jurus serangan yang aku mainkan"
kertak Si Muka Rongkai dalam hati.
Penasaran dia lipat gandakan tenaga dalarnnya. Tiga larik sinar hitam tampak
mencuat lebih terang. Semua orang
menahan nafas. Serangan Si Muka Bangkai sudah begitu
dekat siap untuk menghantam tubuhnya tapi Bujang Gila
Tapak Sakti masih saja cengangas-cengenges.
Tiba-tiba si gendut itu kibaskan kipas kertasnyal
"W utt...!"
Selarik sinar putih menebar melengkung.
"Drett ... dre tt... drett!"
Seperti sebilah pedang sinar putih yang menyambar keluar dari kipas di tangan
Bujang Gila Tapak Sakti menabas tiga larik sinar serangan, mengeluarkan suara
benturan keras tiga kali berturut-turut!
Si Muka Bangkai merasa seolah ada air bah menghantam
tubuhnya. Kalau dia tidak lekas membuang diri ke samping dan berjungkir balik
niscaya tubuhnya akan terjengkang di pasir! Kakek bungkuk ini marah sekali.
Seumur hidup baru kali itu serangannya dipatahkan lawan secara mudah. Di
mulutnya keluar suara menggembor. Sepasang matanya laksana mau
melompat dari rongga cekung di muka tengkoraknya.
Tubuhnya yang bungkuk semakin menekuk ke bawah. Ketika lututnya hampir bersatu
dengan betis tiba-tiba tubuh Si Muka Bangkai berputar laksana gasing. Lalu
"desss!"
Seolah membal tubuh itu melesat ke atas. Bujang GilaTapak Sakti yang mengira
akan mendapat serangan dari depan
tertipu. Baru saja dia mendongak untuk menlajiigi di mana lawan berada, tubuh si
kakek telah menukik deras laksana elang menyambar. Dua tangannya didorongkan ke
depan. Bujang Gila Tapak Sakti hanya melihat dua kilauan cahaya hitam. Tahu-tahu
sepasang tinju Si Muka Bangkai sudah
berada di depan hidungnyal Guru Pangeran Matahari telah mengeluarkan jurus hebat


Wiro Sableng 090 Kiamat Di Pangandaran di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bernama "Mayat Bangkit Dari Kubut"!
"Wuuttt"
Bujang Gila Tapak Sakti kibaskan kipas kertasnva.
"Bukl Bukl"
Kipas kertas beradu dengan dua lengan Si muka Bangkai.
Kakek ini terpekik kesakiian. Sambil me lompat mundur dia hantamkan tumitnya ke
dada, lawan. "Breetttl"
Bujang Gila Tapak Sakti menggeram marah ketika dapatkan kipas kertasnya robek
besar. Tiga batang kayu kecil
penyanggah kipas patahl Selagi dia dilanda amarah begitu rupa kaki kanan Si Muka
Bangkai mendarat di dadanya.
Tubuh gendut ratusan kati itu terhuyung sesaat lalu roboh ke pasir! Dewa Sedih
keluarkan raungan keras. Dewa Ketawa membwka mulut lebar-lebar 'lapi tidak ada
suara ketawa keluaa dari mulut itu! Para tokoh silat golongan putih tampak
tercekat. Untuk beberapa lamanya Bujang Gila Tapak Sakti terhampar di pasir
tanpa bergerak membuat semua orang jadi cemas.
Saat itu t~ba-tiba Pangeran Matahari berkelebat, kirimkan tendangan ke kepala
Bujang Gila Tapak Sakti!
"Nah ... nah! Guru dan murid mulai licik!" Eyang Sinto Gendeng betleriak. Dari
balik pakaian rombengnya dia
keluarkan sebatang tongkat kayu butut. Tongkat itu
dilemparkannya ke depan Pangeran Matahari yang tengah
menyerang. Saat itu juga dari dada sang Pangeran melesat keluar satu sinar hitam
menggidikkan. Hawa panas
menyungkup tempat itu. Tongkat kayu butut hancur berkeping-keping, berubah
menjadi asap hitam dan akhirnya lenyapl Pedataran pasir yang kena hantam pukulan
sakti yang memancar dari Kitab Wasiat Iblis, berlobang hitam selebar dua tombak dan
terbongkar sampai setengah tombak. Pasir
beterbangan ke udara menutupi pemandangan. Ketika pasir surut sosok gemuk Bujang
Gila Tapak Sakti tak ada lagi ditempat semula.
Sekonyong-konyong terdengar bentakanbentakan marah Si
Muka Bangkal. Ketika semua orang berpaling ke arah kanan terlihat bagaimana
sosok gemuk Bujang Gila Tapak Sakti melangkah mendorong si kakek bungkuk,
memaksanya mundur menaiki bukii karang. Sambil mundur Si Muka Bangkai hantamkan tinjunya
kiri kanan ke perut dan dada Bujang Gila Tapak Sakti. Tapi seperti tidak
merasakan pemuda gemuk itu terus saja merangsak maju hingga Si Muka Bangkai
dibuat mundur teruc terusan sampai ke atas bukit Melihat gurunya diperlakukan
seolah dipermainkan begitu rupa Pangeran
Matahari segera hendak berkelebat membantu.
"lblis licik! Curang cukup sekalil" Sinto Gendeng berteriak marah tapi tidak mau
melakukan serangan. Dia berpaling pada muridnya.
"Anak setanl Musuh besarmu sudah kepingin mampus, mengapa kau masih berdiam
diri"l"
Mendengar ucapan gurunya Pendekar 212 cepat berkelebat ke hadapan Pangeran
Matahari. Sang Pangeran mendongak
lalu tertawa mengakak.
"Hari sepuluh bulan sepuluhl Har~ bersejarah bagi dunia persilatanl Hari ini
sudah ditakdirkan tamatnya riwayat Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro
Sablengl Ha ... ha
... ha1 Gurumu memanggilmu Anak Setanl Aku lebih suka
memanggilmu Anak Anjing! Ha ... ha... ha ... l Anak Anjing ayo serang dirikul
Cari bagian yang kau sukai...lN Dihina dengan sebutan Anak Anjing sama sekali
tidak membuat murid Sinto Gendeng terpancing untuk menyerang. Malah sambil
bertolak pinggang dia tertawa bergelak. Puss tertawa dia berkata dengan suara
keras. "Pangeran Matahari, kalau kau memanggil aku Anak Anjing tentunya kau merasa
sebagai Bapak Anjing! Ha ... ha ... ha1
Nah Bapak Anjing, mengapa kau tidak segera memberi
pelajaran pada Anak Anjing"lU
Gelap kelam tampang Pangeran Matahari. Rahangnya
menggembung. Pelipisnya kiri kanan bergerakgerak.
"Manusia tidak tahu diril Apa kau kira ada jalan selamat bagimu saat ini"l"
Wiro menyeringai. "Dalam Kitab Putih Wasiat Dewa ada kalimat berbunyi Mana ada
jalan selamat kalau bukannya jalan Tuhan"!"
"Hemmm .... Begitu"l" Pangeran Matahari sunggingkan senyum mengejek. "Bagiku
jalan selamat adalah jalanmu menuju neraka! Sebelum kutunjukkan jalan itu aku
kembali ajukan tawaran padamu. Kapak sakti dan batu mustikamu ads padaku! Aku
mau-mau saja menyerahkan dua senjata itu
dengan - satu syaratl Serahkan padaku Kitab Putih Wasiat Dewal"
Wiro kembali tertawa bergelak. "Pangeran Matahari, seumur-umur mungkin mimpimu
untuk mendapatkan kitab sakti itu tak bakal kesampaian. Biar sku memberitahukan
saja padamu ada bait-bait dalam Kiab Putih Wasiat Dewa berbunyi begini.
Musuh manusia yang ke dua adalah yang datang dari dalam, yaitu di rinya
sendiri .... Semuanya berpangkal pada lupa diri.
Hanya manusia yang berlakwa dan kokoh iman yang sanggup 1010s dari malapetaka
ini. ... Minta tolong dan minta ampun hanya pada Yang Satu ...."
Sesaat mulut Pangeran Matahari tampak komatkamit. "Aku tidak tahu sejak kapan
kau menjadi seorang penyairl Tapi orang yang mau mampus biasanya memang suka
berbuat anehl" Habis berkata begitu Pangeran Matahari meludah ke tanah lalu tertawa
terbahak-bahak.
Di hadapannya Pendekar 212 malah unjukkan sikap aneh. Dia rnernbuka mulutnya
lebar-lebar dan menguap berulang kali.
"Lama-lama sku mengantuk melihat sikapmu Pangeran Matahari! Katanya kau mau jadi
raja diraja dunia persilatan.
Tapi kulihat bisanya kau hanya tertawa melulu! Lama-lama kau bisa dijuluki Si
Raja Badut! Itu lebih baik dari Pelacur Lelaki yang kubilang tadil"
Dewa Ketawa gelak mengekeh. Dewa Sedih menggerung
sedang para tokoh silat golongan putih lainnya keluarkan senyum bergumam. Panas
telinga Pangeran Matahari
mendengar ejekan itu.
"Pendekar banci! Aku yakin kau terlalu pengecut untuk mernulai perkelahianl
Takut menyerangku! Biar aku membuka pintu akhirat untukmu dengan jurus pertamal"
Habis berkata begitu Pangeran Matahari menyergap ke depan, lancarkan satu
serangan tangan kosong.
Oooooooo00000000000ooooooo
DUA BELAS K ITA kembali dulu pada perkelahian antara Bujang Gila Tapak Sakti dengan Si
Muka Bangkai alias Si Muka Mayat.
Semakin hebat dia didesak ke atas bukit semakin bertubi-tubi pukulan yang
dilancarkan Si Muka Bangkai ke tubuh
lawannya. Namun Bujang Gila Tapak Sakti tidak bergeming sedikit pun.
Sekujur tubuh si kakek telah basah kuyup oleh keringat.
Kekuatannya lambat laun terasa seperti terkuras. Tepat di lereng bukit batu
karang orang tua Ini tertatih-tatih kehabisan nafas. Pada saat itulah Bujang
Gila Tapak Sakti pergunakan kedua tangannya mendekap kepala Si Muka Bangkai.
Semula semua orang termasuk Si Muka Bangkai sendiri mengira
Bujang Gila Tapak Sakti akan memuntir putus lehernya.
Namun apa yang terjadi kemudian membuat semua orang
terheran-heran kecuali Dewa Ketawa yang adalah paman
Bujang Gila Tapak Sakti.
Dari kepala Si Muka Bangkai yang didekap Bujang Gila Tapak Sakti tampak keluar
kepulan asap. Sekujur tubuh si kakek bergetar hebat. Kepalanya terasa dingin
seolah dipendam ke dalam lobang es. Rasa dingin ini menjalar ke sekujur
tubuhnya. Dia berusaha meronta melepaskan diri. Namun
hawa dingin membuat dia sulit rnenggerakkan kedua
tangannya. Tangan-tangan itu ternyata telah tegang. Menyusul badan dan kedua kakinya
menjadi kaku. Kepulan asap semakin menjadi-jadi. Udara di sekitar situ terasa
dingin sekali. Rahang Si Muka Bangkai berderak-derak. Matanya yang cekung
berputar liar. Setiap dia menghembuskan nafas tampak asap dingin
mengepul keluar dari lobang hidung dan mulutnya. Orang tua ini kelihatan seperti
hendak berteriak. Namun lidahnya terasa kelu!
Bujang Gila Tapak Sakti telah menghantam Si Muka Bangkai dengan ilmu kesaktian
yang mengeluarkan Hawa sangat
dingin. Hanya selang beberapa lama sekujur tubuh kakek bungkuk itu telah putih
kaku dari kepala sampai ke kaki. Dari hidung, telinga, mulut dan kedua matanya
yang cekung mengalir darah kentall Bujang Gila Tapak Sakti lepaskan ke dua tangannya dari
kepala Si Muka Bangkai yang telah jadi mayat kaku.
Dia rapikan kopiah kupluk di atas kepalanya lalu dengan tenang menuruni bukit
karang di sebelah barat itu dan sengaja melangkah mendekati Pangeran Matahari.
Dari belakang ditepuknya bahu sang Pangeran yang saat itu siap hendak menyerang Wiro. Begitu
Pangeran Matahari melangkah
mundur dan berpaling dia tertawa lebar dan menunjuk ke lereng bukit sebelah
barat. "Gurumu berpesan, kalau kau menyusulnya ke neraka jangan lupa membawa selimut
tebal. Katanya di sana dingin sekali!"
Pangeran Matahari terkejut besar. "Kau apakan guruku?"
terlaknya menggeledek.
Tenang saja Bulang Gila Tapak Sakti menjawab."Aku tidak mengapa-apakannya. Hanya
merubahnyamenjadi mayat kaku
diberl esl"
"Guru!!" teriak Pangeran Matahari. Dla hendak menghambur ke lereng bukit tapi
dengan gerakan enteng si gendut Bujang Gila Tapak Sakti menggaet kaki kanannya.
Kalau tidak cepat mengimbangi diri niscaya sang Pangeran sudah jatuh
berkelukuranl Saking marahnya Pangeran Matahari
melupakan gurunya dan berbalik menyerang Bujang Gila
Tapak Sakti. Yang diserang jatuhkan diri lalu hampir tak dapat dipercaya
tubuhnya yang gendut luar biasa itu sengaja
digelundungkannya di bukit batu karang itu. "Pendekar 212
harap kau mau sedikit berbaik hati pada Pangeran Matahari.
Dia sedang berduka barusan kematian gurunya. Kalau kau bunuh dia harap wajah dan
tubuhnya tidak dirusak agar di akhirat Si Muka Bangkai masih mampu mengenali
muridnya itu!"
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa gelak-gelak. Dewa Ketawa, lblis Pemabuktak
ketinggalan sedang Kakek Segala Tahu
setelah begitu lama berdiam diri kini kerontangkan kaleng rombengnyal Amarah
Pangeran Matahari tidak terperikan. Dia melompat ke hadapan Wiro dan Bujang Gila
Tapak Sakti. "Kalian berdua aku sendiril Apa kalian kira aku takut"!"
Maka Pangeran Matahari berkelebat memulai serangan.
Sebenarnya dia ingin menghabisi Bujang Gila Tapak Sakti yang telah membunuh
gurunya saat itu juga. Namun Pendekar 212 menghadang di depannya. Segala
kemarahan ditumpahkannya pada murid Sinto Gendeng. Dia membuka
serangan dengan melepas pukulan Gerhana Matahari. Udara di tempat itu mendadak
seolah menjadi redup. Dari Tangan kanannya melesat dengan ganas sinar hitam,
merah dan kuningl Selagi Wiro berkelit selamatkan diri Pangeran Matahari cabut Kapak Maut
Naga Geni 212dan batu hitam
pasangannya dari pinggang.
Lalu dengan mengerahkan tenaga dalam penuh dia menyerbu murid Sinto Gendeng. Dua
mata kapak mengeluarkan sinar panas berkilauan. Suaranya menggemuruh. Pasir
teluk beterbangan. Salah atau terlambat sedikit Pendekar 212
membuat gerakan tak ampun senjata mustika miliknya sendiri akan menjadi tuan
pembunuhnya! Sadar akan kehebatan
Kiiab Wasiat lblis yang ada di balik pakaian Pangeran
Matahari, Wiro tidak berani melakukan serangan balasan.
Berkat aliran kekuatan aneh yang memancar dari tubuh
harimau putih Datuk Rao-Bamato Hijau Wiro kini mampu
bergerak sangat cepat. Tubuhnya laksana bayangbayang
berkelebat kian kemari mengelakkan serangan Kapak Naga Geni 212 yang dilancarkan
Pangeran Matahari. Wiro sengaja keluarkan ilmu silat orang gila yang
dipelajarinya dari Tua Gila.
Tua Gila sendiri terkagum-kagum melihat kehebatan ilmu silatnya yang dimainkan
Wiro. Dia yakin akan sangat sulit bagi lawan untuk bisa mencelakai Wiro.
Belasan jurus berlalu tanpa Pangeran Matahari berhasil me nyentuh tubuhnya.
Namun bagaimanapun juga Wiro
menyadari bahwa dia tidak mungkin bertahan terus menerus.
Apalagi saat dia ingat akan petunjuk dalam Kitab Putih Wasiat Dewa yang
mengatakan: Menyerang adalah awal kekuatan
sedang bertahan adalah akhir kekuatan ilmu silat. Dalam menghadapi musuh jahat,
lebih dulu bertindak adalah tindakan sempurna daripada bertahan menunggu
datangnya bencana.
Ratu Dyung dan tokoh silat golongan putih
Menyadari kendala yang dihadapi Pendekar 212 dalam
menghadapi musuh besernya itu. Mereka tak mungkin
menolong. Berarti Wiro harus mampu bertindak sendiril Maka Wiro mulai berkelahi
dengan cam rnemutari iawan. Dia
berusaha mengintai kelengahan Pangeran hdatahari.
Serangan berputar merupakan satu-satunya serangan yang mungkin bisa membawa
hasil. Namun Pangeran Matahari
yang cerdik dan tahu gelagat segera melornpat memunggungi dinding bukit karang.
Dengan demikian Wiro tidak dapat lagi mengitarinya dan kini kembali Pangeran
Mataharl melancarkan serangan dengan
Kapak Maul Naga Geni 212. Serangan sang Pangeran datang tidak putus-putusnya
laksana curahan air terjunl Benteng pertahanan Wiro jadi jebol juga akhirnya
ketika Pangeran Matahari mulai menyerangnya dengan lidah api yang keluar dari
mata Kapak Naga Geni 212 setiap diadu dengan batu mustika hitam. Murid Sinto
Gendeng dibikin kalang kabut.
Pakaian dan tubuhnya hangus di beberapa bagian. Sakitnya bukan alang kepalang.
Dengan kertakkan geraham menahan sakit Wiro bertahan terus sambil rnemutar otak.
Yang paling cemas menyaksikan koadaan Pendekar 212 saat itu adalah Ratu Duyung
dan Bidadari Angin Timur. Mereka seperti jadi gatal tangan ingin membantu. Jurus
demi jurus berlalu cepat. Pendekar 212 terdesak hebat. Dalam satu gebrakan
gencar Wiro sempat terhalang oleh gundukan tinggi batu karang di belakangnya.
Sebelum dia mati langkah, Wiro segera melompat ke kiri. Pada saat itu pula Kapak
Maut Naga Geni 212datang berkelebat. Walau murid Sinto Gendeng ini berhasil
mengelak namun ujung salah satu mata kapak masih sempat mengirls bahu kirinya.
Asap mengepul dari luka di bahu itu. Tubuh Wiro serta merta diselimuti hawa
panas. Goresan luka menghitam dan menggembung dengan cepatt
Tampang Wiro tak hentinya mengerenyit menahan sakit!
Di hadapannya Pangeran Matahari tertawa bergelak sambil terus putar-putar Kapak
Naga Geni 212 di tangan kanan.
"Celakal" Baru saja Wiro mengeluh serangan lawan kembali menggempur betiubi-
tubi. Di tangan Pangeran Matahari Kapak Naga Geni 212 seolah lenyap. Yang
kelihatan hanya kilauan sinar putih panas disertai suara angker seperti ribuan
tawon mengamuk. Dalam satu gebrakan maut Wiro terjepit di antara dua gundukan
batu karang. Kapak Maut Naga Geni 212
kembali berkiblat dad arah kirinya. Dari samping kanan batu hitam miliknya
datang menyambar, dijadikan senjata pernukul oleh lawan. Mengelak ke kiri
tubuhnya terhalang oleh
gundukan batu karang. Begitu juga jika dia selamatkan diri dengan melompat ke
kanan. Celah di antara dua gundukan karang terlalu sempit hingga dia tidak bisa
1010s dari kejaran dua senjata miliknya sendiri yang datang menghantam. Wiro
membuat gerakan untuk rnengelakkan sambaran Kapak Maut Naga Geni 212 lebih dulu
Ternyata serangan itu hanya tipuan belaka. Ketika dia baru saja menyelamatkan
diri dengan memiringkan tubuh ke kanan, dari arah yang bersamaan datang
menyambar batu mustika hitam! Wiro hendak menangkis. Untung dia segem Ingat.
Tangkisan dibatalkan untuk menghindari melesatnya sinar maul dari Kitab Wasiat


Wiro Sableng 090 Kiamat Di Pangandaran di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lblis yang ada di balik dada pakaian Pangeran Matahari. Yang kemudian mampu
dilakukannya hanyalah membuang diri ke samping. Bahu kanannya selamat dari hantaman batu
hitam namun rusuknya berada dalam
keadaan terbuka.
"Kraakkk!"
Ratu Duyung keluarkan pekik tertahan. Para tokoh lainnya terkesima dengan mata
rnelotot! Ratu Duyung tahu apa yang terjadi dengan Wiro. Maka dia pun berteriak.
"Wiro bertahan terus! Putar otakmu! Kau pasti bisa menemukan kelemahan lawanl"
"Ratu Duyung! Mengapa cuma berleriak-teriak saja dari pinggir kalangan! Lebih
baik kau bergabung dan membantu Anak
Anjing ini!" Ratu Duyung tidak melayani ucapan Pangeran Matahari. Diamdiam dia
berdoa agar Wiro mampu
memecahkan kelemahan lawan. Akibat hantaman batu
mustika hitam tadi salah oatu tulang iga di sisi kanan Pendekar 212 melesak
patah. Sakitnya bukan kepalang.
Seumur hidup baru rekali ini Wiro merasa sakii begitu rupa hingga kwingat dingin
memercik di sekujur tubuhnya!
Pangeran Matahari tertawa lebar. "Pendekar 212, sayang sekali kau harus mati
secara pengecutl Sama aekali tidak berani balas menyerang!
Wiro kertakkan geraham. Dia terpaksa mengalirkan sebagian tenaga dalamnya ke
bagian yang cidera. Nafasnya terasa sesak. Gerakannya menjadi agak lamban.
"Gila1 Aku harus bertahan mati-matlanl Aku harus menemukan cara
menghadapi Pangeran keparat ini! Kalau tidak cepat atau lambat dia pasti akan
membantaiku!" Wiro tidak
mengkhawatirkan tulang iganya yang patah. Yang
ditakutkannya adalah racun Kapak Maut Naga Geni 212 yang melukai bahunya sebelah
kiri. Tubuhnya sudah terasa panas tanda racun senjata Au mulai bekerja.
Setelah hampir enam puluh jurus baku hantam murid Sinto Gendeng mulai
mendapatkan akal, menemukan cara terbaik menghadapi musuh besarnya itu sekaligus
menghindari sinar hitam mematikan melesat keluar dari Kitab Wasiat Iblis.
Wiro yakin sinar hitam mematikan yang keluar dari Kiab Wasiat lblis yang ada di dada Pangeran
Matahari tidak akan keluar terus menerus seperti air yang mengucur. Berarti
bagaimanapun singkatnya ada sedikit waktu antara semburan slnar pertama dengan
semburan berikutnya.
"Pangeran Matahari, apakah kau tidak ingin cepat-cepat menemui gurumu di
akhirat"!" Wlro berseru lalu tertawa mengejek. "Pendekar jahanaml Apa kau kira
sku bisa terpancing dengan akal bulusmu itul" Sang Pangeran menyahuti walau
hatinya panas. "Kau sudah terlukal Ajalmu hanya tinggal menunggu waktul" Lslu
kembali Pangeran Matahari kiblatkan Kapak Maut Naga Geni 212. Serangannya lebih
dipercepat disertai tipuan-tipuan mematikan! Hebatnya dalam keadaan masih
memegang batu hitam di tangan kiri, dengan langan yang sama dia mampu melepaskan
dua pukulan sakti berturut-turut yaitu pukulan "Gerhana Matahari"
dan "Merapi Meletus".
Teluk Penanjung laksana dihantam gempa. Dua lctusan keras menggelegar. Ditambah
berkiblatnya alnar menyilaukan
disertai menghamparnya hawa pnnas luar biasa. Murid Sinto Gendeng secepat kilat
~nolompat dan berlindung di balik satu gundukan hcsar batu karang. Dari sini
untuk pertama kalinya dla lancarkan serangan dengan pukulan Sinar Mafnhari. Pada
saat i u juga dari dada sang Pangeran lnelesat keluar sinar hitam menggidikkan.
Sinar putih dan sinar hitam beradu dahsyat di udara. Kembali laluk Penanjung di
Pangandaran itu seperti diguncanng gempa dan topan prahara. Batu karang tempat
Wiro bersembunyi pecah berantakan dengan warna
berubah menjadi kehitaman dan mengepulkan asap.
Secepat kilat Pendekar 212 berkelebat ke baltk l~ntu karang yang lain. Dari sini
sekali lagi dia mclepas pukulan "Sinar Matahari". Ketika Kiab Wamlst lblis
membalas serangan itu dengan lesatan alnar hitam, untuk kesekian kalinya teluk
Penanjung Iwrgetar hebat. Pasir beterbangan ke udara
menutup pemandangan.
"Hemmm ..." murid Sinto Gendeng bergumam Penuh arti. Kini dia telah menemukan
satuakal untuk Imenghantam musuh
besarnya itu. Kali ketiga rllr berkelebat, Wiro sengaja mencari batu karang ynng
paling dekat jaraknya dengan Pangeran Matahari.
Didahului bentakan keras Wiro munculkan ke pala dari balik batu karang lalu
menghantam. Kall ini pukulan saki itu tidak diarahkannya pada lawan tapi sengaja
dihantamkan menyusur pasir teluk. Begitu sinar putih menderu, laksana disapu
topan, pasir di teluk itu beterbangan ke udara. Dl depan sana sinar hitam
kembali melesat dari dada sang Pangeran. Wiro hanya punya waktu singkat sekali.
Selagi pemandangan tertutup pasir yang beterbangan di udara Wiro kerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan melesat ke arah Pangeran
Matahari. Selagl melayang di udara dia tiup tangan kanannya.
Serta merta di telapak tangan Pendekar 212 muncul gambar harimau kepala putih
bermata hijau. Begitu berada di atas lawandan mengira Pangeran Matahari tidak
sempat melihat gerakannya Wiro langsung dorongkan telapak tangan
kanannya dalam jurus keenam dari Enam Inti Kekuatan Dewa yang dlsebut Tangan
Dewa Menjebol tanah. Yang diarah
adalah kepala Pangeran Matahari.
Tapi ternyata sang Pangeran masih sempat melihat Saat itu juga dari balik
dadanya di mana tersembunyi Kitab Wasiat lblis menderu sinar hitam mematikanl
Kalau Wiro berseru kaget karena tak mengira lawan maslh bisa melihat gerakannya,
sebaliknya Pangeran Matahari juga keluarkan seruan tertahan dan terbelalak
karena tlba-tiba dia melihat kepala lawannya berubah menjadi kepala seekor
harimau putih. Perubahan Ini terus berlangsung sampai ke kaki. Dl lain kejap
satu sosok harimau putih mengaum keras dan seolah keluar dari tubuh Wlro,
melompat ke arah
Pangeran Matahari
"Datuk Rao Bamato Hijaul" desis Pendekar 212 dengan lidah bergetar. Sinar hitam
berkiblat menghantam harimau putih.
Binatang sakti bernama Datuk Rao Bamato Hijau Ini
terlempar ke belakang sejauh empat tombak. Auman keras menggelegar keluar dari
mulutnya. Terjadi satu hal yang hebat. Sinar hitam sakti Kitab Wasiat lblis
melesat terus ke depan, berusaha menghancurkan Datuk Rao Bamato Hijau.
Tetapi tidak berhasil. Hal ini membuat Pangeran Matahari terkejut besar dan
kerahkan seluruh tenaga dalamnya
Sebaliknya harimau putih dengan segala kesaktian yang
dimilikinya berusaha bertahan. Dia bukan saja mampu
menahan serangan sinar hitam yang mematikan itu malah
perlahan-lahan binatang Ini mulai menyedot sinar hitam itu hingga perlahan-lahan
masuk ke dalarn mulutnya.
Tersedotnya sinar hitarn Kitab Wasiat lblis membuat tubuh Pangeran Matahari ikut
terbetot ke depan. Dadanya
mendenyut sakit. Kitab Wasiat lblis yang terikat ke dadanya terasa bergetar.
Pangeran matahari kerahkan tenaga luar dalam untuk balas menarik . Tapi gagal.
Dia mernaksa bertahan walau sedikit demi sedikit kedua kakinya terseret ke depan. Rasa sakit
di dadanya bertambah-tambah. Dengan
Mata mendelik dia melihat bagaimana harimau putih Di
depannya seolah menelan sinar hitam sakti Kitab wasiat Iblis.
Akibatnya tubuhnya semakin terbetot ke depan. Dia coba memukul, namun tangannya
seolah kaku. Kedua kakinya
kembali terseret. Tubuhnya semakin dekat dengan harimau putih. Ketika Pangeran
Matahari berusaha bertahan
habichabisan dari sedotan harimau putih, isi dadanya seolah terbetot keluar.
Dari mulutnya me nyembur darah. Semakin dia bertahan semakin keras sedotan
harimau putih dan semakin banyak darah yang keluar dari mulutnya. Tubuhnya saat
demi saat menjadi lemas. Mukanya yang congkak memutih pucat.
Dia berteriak keras ketika sinar hitam terakhir lenyap ke dalam mulut harimau
putih. Datuk Rao Bamato Hijau mengaum
keras. Mulutnya
yang bertaring besar mengerikan menyambar ke dada
Pangeran Matahari.
"Breetttl"
Baju hitam sang Pangeran robek besar di bagian dada. Dia keluarkan seruan keras
ketika dilihatnya Kiab Wasiat lblis miliknya kini berada dalam gigitan harimau
putih bermata hijau itu. Dia berusaha me rebut sambil hantamkan Kapak Maw
Naga Geni 212 ke kepala Datuk Rao Bamato Hijau. Namun
kapak hanya menyambar setengah jengkal di depan hidung harimau bermata hijau
itu. Sebelum Pangeran Matahari
menyerang den berusaha merebut kitab itu kembali, Datuk Rao Bamato Hijau seperti
menyantap daging segar
memasukkan Kitab Wasiat lblis ke dalam mulutnya,
mengunyahnya lalu ditelan habisl Pangeran Matahari bertwiak seperli menggerung.
Lemaslah Pangeran Matahari melihat apa yang terjadi. Walau sosok harimau putih
itu lenyap seolah masuk kembali ke dalam tubuh Pendekar 212 namun manusia segala
cerdik segala licik dan segala congkak itu sudah leleh nyalinya.
Setelah kirimkan serangan beruntun dengan Kapak Naga Geni 212 dia memutar tubuh
dan menghambur ke atas bukit
karang. Ini adalah satu hal yang tidak pernah diduga oleh Wiro dan semua orang yang ada
di situ. Pangeran Matahari yang
berkepandaian tinggi itu ketakutan dan melarikan diri!
------------------000000000000000----------------
TlGA BELAS P ENDEKAR 212 tentu saja tidak mau melepas kan musuh
besarnya ini. Apalagi sang Pangeran masih memegang Kapak Maut Naga Geni 212 dan
batu hitam miliknya. Sekali dia berkelebat Wiro berhasil rnenyusul Pangeran
Matahari di ujung paling atas bukit karang yang menjorok ke laut. Buntu!
Pangeran Matahari tak bisa meneruskan larinya. Di bawah sana menghadang jurang
batu karang yang dalam dan taut biru gelap. "Pendekar jahanaml Aku mengadu jiwa
denganmu Paling tidak kita sama-sama matil" teriak Pangeran Matahari lalu
babatkan Kapak Maut Naga Geni 212 ke arah Wiro.
Murid Sinto Gendeng cepat menghindar. Saat Itu gambar
kepala harimau putih bermata hijau masih meiekat di tangan Wlro. Namun setelah
lawan tidak lagi memilikl Kitab Wasiat lblis yang mengeluarkan sinar hitam
mematikan, Wlro merasa tidak perlu mengandalkan llmu Pukulan Harimau Dewa itu.
Dia lngin menghadapi musuh besarnya itu secara jantan dengan llmu yang dimiliki
sebelumnya. Maka tanpa pikir panjang lagi Wiro menghantamkan tangan kanannya ke
puncak bukit tempat lawannya berpijak, melepas pukulan "Dewa Topan Menggusur Gunung" Pangeran
matahari tidak tinggal diam.
Dengan tangan kiri dia balas melepas pukulan 'Merapi
meletus". Dua pukulan saktl bertemu. Satu letusan keras menggelegar di puncak
buklt karang. Batu karang tempat berpijak Pangeran Matahari hancur
berantakan. Untung dia cepat melompat selamatkan diri ke bagian yang lebih
rendah. Namun di saat yang sama
Pendekar 212 telah melesat ke bagian bukit yang lebih tinggi.
Dari sini murid Sinto Gendeng berkelebat ke bawah sambil keluarkan jurus "Kepala
Naga Menyusup Awan" disusul "Kilat Menyambar Puncak Gunung". Dalam keadaan
melayang turun murid Sinto Gendeng hantamkan dua tangannya
aecara beruntun.
"Bukkkl Bukkkkl"
Darah muncrat dari hidung dan mulut Pangeran Matahari yang hancur dilanda
jotosan tangan kiri Wlro. Pukulan tangan kanan Pendekar 212 menyusul rnelabrak
pipinya sebelah kiri hingga tulang pipi dan rahangnya remuk, mata kiri luka
parah, melesak ke dalam! Tubuhnya yang tidak punya daya kekuatan Itu mencelat
mental ke arah jurang batu karang yang
terbentang di balik bukit! Kapak Maut Naga Geni 212 batu batu hitam sakti
terlepas dari tangannya. Ikut
Jatuh ke dalam jurang batu karang.
"Celakal" seru Wiro
. Dia berusaha mengejar namun terjatuh. Dia terkapar
menelungkup dengan sekujur tubuh bergetar. Dengan susah payah dia berusaha
bangun. Racun Kapak Naga Geni 212
yang masuk ke dalam tubuhnya bekerja tambah keras! Pada saat dua senjata mustika
warisan Eyang SInto Gendeng dari gunung Gede itu melayang jatuh Ke jurang,
sehelai benang putih berkilat melayang di udara. Dengan kecepatan luar biasa
benang ini melibat kapak Maut Naga Geni 212 dan batu hitam sebelurn kedua
senjata ini jatuh masuk ke dalam jurang batu karang.
"Benang sutera saktil" seru Wiro gembira.
Dia sudah tahu siapa yang menolongnya, bukan lain Dewa Tuak. Begitu kapak dan
batu tersentak ke arahnya dengan cepat Pendekar 212 menyambarnya. Dia berhasil
memegang Kapak Naga Geni 212 dan batu hitam sakti. Lalu berpaling ke bawah.
Di lereng bukit dilihatnya Dewa Tuak menyeringai
adanva. Dewa Tuak, aku sangat berterima kasih. ..." Wiro membunqkuk. Namun cidera yang
diderilanya membuat dia tiiba-tiba melosoh jatuh. Beberapa orang berkelebat ke
atas bukii karang.
'"Anak setanl Lekas kau telan obat pemunah racun inil" kata Sinto Gendeng lalu
lanpa menunggu lebih lama sebutir benda hitam disumpalkannya ke dalam mulut
Wiro. "Pendekar hebatf Kau terluka ya" Ha ... ha ... ha...?" Bujang Gila Tapak Sakii
telah berada pula di sane sambil berkipaskipas dengan kopiah hitamnya.
Lalu dengan tangan klrinya ditepuk-tepuknya sekuiur tubuh Wiro. Ketika tangan
yang besar dan berat itu menepuk keras di bekas luka dan patahan tulang iganya,
Wim yang tsk dapat menahan sakit menjerit keras.
Bujang Gila Tapak Sakti terlawa bergelak. Apa yang
dilakukannya tadi bukanlah aatu tindakan usil belaka. Tapi sebenarnya dia lelah
melakukan pengobatan. Sinto Gendeng mengerenyit ketika melihat luka di bahu kiri
Wiro lenyap tidak berbekas. Wiro sendiri merasa dadanya lega, kekuatannya timbul
kembali dan tulang iganya yang patah tidak lag1 terasa sakiil lnilah kehebatan
Bujang Gila Tapak Sakti. Memiiiki kesaktian untuk mengobali orang dengan cara
aneh. Pendekar 212 menarik nalas dalam. Setelah selipkan kapak dan simpan batu
hitamnya dia berlutut dsn menengadahkan tangannya ke alas. "Terima kasih Tuhan.
Kau teiah menoiongku!Datuk Rao Bamato Hijau sahabatku, aku juga
berterima kasih padamu!"
"Kita memang patul benyukur! Pangeran Matahari sudah mati!
Dunia persilatan selamat dari malapetaka besarl" Terdengar suara seseorang dari
kaki bukit. Semua kepala menoleh ke bawah. Yang bicara ternyata adalah Si Raja
Penidur. Dedengkot aneh dunia persilatan ini kelihatan duduk daiam keranjang rotannya.
Mengepulkan asap pipanya dua kali, rnenggeliat lalu berguling kembali ke dalam
ksranjang. Tidur lagi!
Mengetahui para tokoh silat ternvata sudah berada dl
sekelilingnya. Wiro segera pula rnenghaturkan terima kasih atas semua bantuan
mereka. Lalu sama Pendekar jatuhkan diri di depan Sinto Gendeng.
- "Eyang, harap maalkan kaiau muridmu ini telah marnbuatmu susah. Aku mengaku
terus terang telah banyak berbuat salah!
Terima maat dan penghorrmatanku!"
"Anak setanl Sekian lama kau tidak pernah muncul. Diberi tugas malah bertingkah
seenaknyal"
eyang Sinto Gendeng menjawab dengan muka cemberut
"Sinto, kau Ini tidak berubah. Terhadap muridmu seperli anjing dan kucing saja.
Kalau tidak berlemu kau bilang kangen. Kalau sudah bertemu kau selalu
memarahinya! Sudah, serahkan saja Kiab Putih Wasiat Dewa itu padanya. Lalu kita
tinggalkan tempat ini!"
Sinto Gendeng berpaling. Kalau saja bukan Tua Gila yang berkata pasti sudah
didampratnya. Dari balik pakaiannya Sinto Gendeng keluarkan Kitab Putih Wasiat
Dewa yang asli lalu diletakkannya di atas kepala sang murid. "Ambil dan lekas
kau simpan Jangan sampai dicuri orang lagil"
"Guru, bagaimana kitab itu bisa berada di tanganmu?"
bertanya Pendekar212 seraya menyimpan kitab sakti itu di balik pakaian hitamnya.
"Tidak lain karena ketololanmul Cinta membutakan mata dan hati serta perasaanmul
Bukankah kau hendak menyerahkan kitab ini dulu pada gadis yang berpura-pura
menjadi Bidadari Angin Timur padahal dia adalah kaki tangan dan kekasih Pangeran
Matahari"l Sebelum kau


Wiro Sableng 090 Kiamat Di Pangandaran di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan perbuatan gila itu aku dan lblis Putih Ratu Pesolek menyiasati. Kaml
muncul dengan pakaian aneh berupa
selubung kain putih. Kau kami robohkan dengan asap
beracun. Selagi kau pingsan Kitab Putih Wasiat Dewa yang asli kami ambil darl
balik pakaianmu, kami ganti dengan yang palsu. Kitab palsu itulah yang kemudian
kau serahkan pada bidadarimu itu!"
Wiro manggut-manggut berulang kali. "Guru,
aku berterima kasih atas semua pertolonganmu ....
Juga padamu ..." kata Wiro seraya berpaling pada
lblis Putih Ratu Pesolek yang tegak di samping Dewa
Tuak. "Aku juga berterima kasih padamu," kata Wiro pada si nenek- Perempuan tua
berdandan menor ini tersenyum dan kedipkan matanya.
Sunyi Sesaat lalu terdengar suara sesenggukan Dewa Sedih.
dewa Ketawa rnulai mesem-mesem lalu tertawa perlahan
makin lama makin keras. "Guru, aku mencium bau wangi sekali. Biasanya kau ... !'
"Anak setanl' Jaga mulutmu" bentak Sinto Gendeng pada muridrnya sambil
pelototkan mata. lblis Putih Ratu pesoleek tertawa cekikikan. "Pendekar 212,
akuu yang memberikan mlrnyak wangi pengharum tubuhnya,. Katanya dia takut. Kalau
tidak pakai minyak wanqli kau akan mudah mengenali
tubuhnya yang selalu bau pesing!"
Dewa Ketawa, Bujang gila Tapak Sakti dan Dewa tuak
tertawa gelak-gelak. Kakek Segala Tahu ke rontangkan kaleng bututnya, iblis
pemabuk setelah Ikut tertawa mengekeh lallu teguk tuak kerasnya dari Dalam kendi
tanah. "Kalian edan semua!" teriak Eyang Sinto gendeng.
Dia menarik lengan Tua Gila. "Ayo kita tinggalkan Tempat ini. Anak setan, jaga
dirimu balk-baikl"
"Eyang, tunggu dulu Ada satu hal yang ingin kr~kutanyakan.
Hal sangat pentingl" Berteriak Wiro ketika Sinto Gendeng hendak berkelebat pergi
bersama Tua Gila.
"Anak setan! Kau benar-benar ingin kutamparl
Apa lagi keperluanmu"!" bentak Sinto Gendeng marah Tapi dia hentikan juga
langkahnya. Wlro membawa gurunya ke
tempat yang agak jauh, hanya Tua Gila yang mendatangi
mendekati mereka. Wiro lalu rnenceritakan dengan cepat hal ihwalnya dengan Ratu
Duyung. "Eyang, menurutmu apakah aku harus memenuhi permintaannya. Tidur dengan
dia agar dia bisa bebas dari kutukan itu?"
"Hemmmm ...." Sepasang mata Sinto Gendeng berputar-putar.
Dia melirik pada Tua Gila di sampingnya. Sambil menyikut rusuksi kakekdia
berkata. "Kalau kau tanyakan ha1 itu pada tua bangka ini, pasti dia akan
menjawab lakukan saja!
Sekarang menurutmu sendiri bagaimana anak setan"!"
Wiro jadi bingung dan garuk-garuk kepala. "Aku berhutang budi dan nyawa padanya.
Tapi aku juga takut berdosa ... l"
Eyang Sinto Gendeng tertawa mengekeh. "Urusan dosa adalah urusan manusia dengan
Tuhannya. Urusanmu adalah antara manusia dengan manusia. Aku tidak akan mengatakan ya atau
tidak. Semua terserah padamu!"
Sinto Gendeng lalu puntir telinga muridnya hingga Wiro meringis kesakiian.
Sesaat kemudian bersama Tua Gila dia sudah berkelebat lenvao dari temoat itu!
Hanva , . suara cekikikannya yang masih terdengar di kejauhan. Wiro ingat pada
Bidadari AnginTimur, tepat pada saat gadis itu hendak meninggalkan tempat itu
sambil mendukung mayat adik
kembarnya. "Bidadari Angin Timur, aku turut sedih atas kematian adikmu.
Bisakah kite bicara dulu sebelum kau pergi?"
Bidadari Angin Timur menatap paras Wiro. Dalam hati dia membatin. "Dia tadi
mengatakan terus terang bahwa dia mencinlai diriku. Apakah aku
mencintainya ...?"
"Wiro, aku sedang berduka. Jika umur sama panjang dan kita bisa berjumpa lagi
pasti kita bisa bicara panjang lebar. Saat ini aku harus pergi dulu... .
Aku harus mengurus jenazah adikku ini."
"Aku mendengar kau menyebut nama adikmu.
Pandan Arum. Kalau aku boleh tahu namamu sendiri
siapa sebenamya?"
Bidadari Angin Timur hanya menarik nafas panjang.
"Namaku biarlah tersimpan dulu untuk menjadi kenangan bagimu. Suatu ketika aku
akan memberi tahu .... Maafkan aku.
Aku harus pergi sekarang ...."
Wiro perhatikan kepergian Bidadari Angin Timur dengan
berbagai perasaan. Dia merasa sudah saatnya pula untuk meninggalkan tempat ilu.
Ketika dia berpaling dilihatnya Dew Tuak dan lblis Putih Ratu Pesolek sudah tak
ada lagi di tempat ilu. Ratu Duyung dilihatnya melangkah tertunduk menuju kereta
kencana putihnya yang telah disiapkan oleh dua orang anak buahnya. Sesaat dia
memandang pada Kakek Segala
Tahu. Lalu cepat- cepat menemui orang tua itu.
"Aku tahu kau hendak menanyakan sesuatu," kata si kakek sambil tertawa lebar dan
goyangkan tangan kanannya yang memegang kaleng. "Kau tak usah bertanya. Aku siap
memberikan jawaban. Terkadang seseorang harus
mengorbankan sesuatu untuk sesuatu yang sudah
didapatnyal" Wiro jadi terdiam mendengar ucapan Kakek Segala Tahu nu. Di sebelah
sana pintu kerela kencana sudah terbuka. Ratu Duyung siap naik. Saat itu Bujang
Gila Tapak sakti datang menepuk bahu Pendekar 212.
"Kalau kau tidak suka dengan gadis itu, aku tidak keberatan menggantikanmul
Bagaimana?" Si gendut ini bertanya sambil kedipkedipkan matanya dan berkipas-
kipas. Wiro purukkan kopiah hitam di atas kepala si gendut hingga menutupi kedua
matanya lalu berlari ke arah kereta pada saat pintu kereta tertutup dan roda-
rodanya mulai bergerak.
"Ratu Duyungl" panggil Wiro.
Kereta berhenti, kepala Ratu Duyung muncul di jendela.
"Ada apa Wiro..."
"Aku ... apakah aku boleh ikut bersamamu?" Ratu Duyung mengetuk dinding kereta.
Kendaraan itu berhenti.
"Ah, ini merupkan satu kejutan bagikul Setahuku setiap tamu yang datang ke
tempat kediamanku adalah atas undangan
atau kehendakku. Apakah kau menerima undangan Wiro...?"
Paras Pendekar 212 menjadi kemerahan.
"Aku juga tidak ingin mengecewakan orang lain ...."
"Maksudmu Ratu?" tanya Wiro.
"Bidadari Angin Timur. ..!'
"Dia ... !' Lama Wiro terdiam. "Aku terlalu banyak mengharap padanya.
Ternyata ... !' Wiro tidak meneruskan ucapannya.
"Begitu" Tapi kurasa masih ada seorang gadis menunggu kepastian darimu ...."
"Eh, siapa?"
"Lihat ke sana. Dekat batu karang besar itu tegak seorang gadis berpakaian putih
... !' Wiro berpaling ke arah yang dikatakan Ratu Duyung. Di sana dilihatnya Dewi
Payung Tujuh tegak memandang ke arahnya.
"Dia gadis baik. Hanya sayang termakan perintah gurunya tanpa dia dapat
menirnbang ... !'
"ltulah hidup. Setiap kita akan menghadapi satu atau beberapa persoalan yang
kita tidak bisa mernecahkannya sendiri.
Sementara orang lain tak ada yang rnau menolong ...."
Wiro terdiam. Ucapan Ratu Duyung merupakan satu sindiran baginya. Ratu Duyung
mengetuk dinding kereta. Kendaraan Mu bergerak. Murid Sinto gendeng tertegak
diarn dan hanya bisa garuk-garuk kepala.
"Agaknya Ratu Duyung tidak senang lagi terhadapku. Mungkin dia marah, rnungkin
juga cemburu ... !' Wiro mernbatin seolah menyesali diri sendiri. lapi tiba-tiba
dilihatnya pintu kereta terbuka lalu ada tangan halus melambai memanggilnya.
Melihat hal ini tanpa menunggu lagi Pendekar 212 segera lari mengejar kereta dan
melompat masuk melalui pintu yang
dibukakan oleh Ratu Duyung!
Di pedataran pasir terdengar suara riuh orang tertawa, menangis dan bertepuk
tangan. Ternyata tmereka adalah para tokoh silat golongan putih yang masih ada
di tempat itu. Wiro keluarkan kepala lalu melambaikan tangan pada semua
mereka sampai akhirnya mereka lenyap di kejauhan.
Di kaki bukit kereta putih itu berputar. Ketika Wlro merasakan kereta itu
bergerak menuruni pantai Dan dia melihat air laut maka terkejutlah Wiro.
"Ratu .... Kita ini mau ke mana?"
Ratu Duyung menatap ke depan dan menjawab.
" bukankah katamu kau mau ikut ketempatku?"
"betul.... tapi ini .....mengapa kereta menuruni pantai masuk kedalam laut?"
Ratu duyung tertawa paniang. "Apa kau lupa bahwa jalan ketempat kediamanku
adalah melewati laut selatan ini?"
"Kau dan anak buahmu orang sakti. Aku bisa mati tenggelam dalam air laut ...."
"Akan kita lihat nanti apa kau benar-benar mati...."
kata Ratu Duyung pula sementara air laut telah mencapai pinggiran jendela. Dalam
takutnya berusaha mernbuka pintu kereta. Ratu Duyung menarik baju hitamnya.
Ketika dia berpaling pandangan mata Pendekar 212 bertemu dengan
sepasang mata biru bagus sang Ratu.
"Aku... aku tak ingin mati tengelam" kata wiro
"Aku juga tidak," jawab ratu duyung dengan tenang dan sambil tersenyum Wiro jadi
ternganga lalu garuk2 kepala dan
akhirnya ikut-ikutan tersenyum. Lalu dengan suara perlahan dia berkata. "Matipun
tak jadi apa karena aku tidak akan mati sendirian. Ada seorang ratu yang bakal
menemani diriku di dasar laut!"
Ratu Duyung tertawa panjang. Suara tertawa yang seperti bulu perindu itu membuat
Wiro tidak sadar kalau air laut sudah mencapai lehernya
TAMAT SEGERA MENYUSUL :
TUA GILA DARl ANDALAS
Pedang Kunang Kunang 10 Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Dalam Cengkeraman Biang Iblis 2
^