Pencarian

Gondoruwo Patah Hati 2

Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati Bagian 2


berkedip dia memandang pada makhluk di atas telaga.
35 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Makhluk ini berupa seorang tua berselempang kain putih.
Wajahnya tertutup oleh rambut panjang, kumis dan
janggut warna putih.
"Kiai Gede Tapa Pamungkas, saya sangat bersyukur dan berterima kasih Kiai mau
datang," ucap Naga Kuning lalu masih dalam keadaan bersila dia membungkuk dalam-
dalam. "Anak manusia bernama Gunung, menjalani hidup sebagai Pangeran terbuang, yang
aku kenal dengan
gelar julukan Kiai Paus Samudera Biru, yang sehari-hari dipanggil dengan nama
Naga Kuning alias Naga Cilik, alias Naga Kecil. Mungkin kau lupa bahwa aku
sebenarnya tidak pernah ingin bertemu lagi denganmu?"
"Kiai. maafkan saya. Saya tidak lupa. Sejak rangkaian peristiwa tempo hari,
sampai Telaga Gajahmungkur
dilanda musibah besar, saya tahu, tidak pantas lagi bagi Kiai untuk menemui
saya. Namun, sekali lagi dengan
seribu maaf, saya mohon, ada satu hal yang perlu saya tanyakan pada Kiai...."
"Naga Kuning, aku sudah muak dengan segala urusan.
Permintaanmu hanya mengusik ketenanganku di alam
roh...."Naga Kuning terdiam. Lalu dengan suara perlahan sedih anak ini berkata.
"Kalau Kiai memang tidak lagi mau mencampuri urusan dunia, kalau memang saya
telah mengusik ketenangan Kiai di alam roh, saya mohon maaf.
Apa yang hendak saya tanyakan pada Kiai biarlah tetap menjadi ganjalan dalam
diri saya seumur-umur...."
Sosok orang tua berselempang kain putih itu kini ganti terdiam. Dua matanya yang
bening tapi tajam menatap
wajah Naga Kuning beberapa ketika lalu muncul
sekelumit senyum, membuat Naga Kuning merasa lega.
"Naga Kuning, sebelum kita meneruskan bicara, harap perlihatkan dulu dirimu yang
sebenarnya. Dunia masa kini penuh dengan berbagai ilmu aneh. Di dalam keanehan
itu banyak sekali manusia yang memanfaatkan ilmu untuk
menipu. Kau yang duduk bersila di hadapanku, bisa saja 36 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
bukan Naga Kuning sebenarnya. Jadi harap kau perlihatkan dulu padaku ujudmu yang
sebenarnya...."
Naga Kuning membungkuk dalam, lalu perlahan lahan
bangkit berdiri. Dua telapak tangan disatukan, diletakkan di atas dada, di arah
jantung seperti lazimnya orang
melakukan sholat. Suasana sunyi menyelimuti kawasan
telaga. Perlahan-lahan sosok anak bernama Naga Kuning itu terlihat samar-samar
seolah terbungkus kabut. Begitu kabut lenyap yang tegak di tepi telaga itu kini
bukan lagi sosok seorang anak lelaki berpakaian hitam, melainkan sosok seorang
tua berambut, berjanggut dan berkumis kelabu. Sepasang alis matanya putih
panjang menjulai ke bawah. Pakaiannya sehelai kain hitam, melilit di bagian
pinggang ke bawah,menyelempang di atas perut dan dada.
"Kiai Paus Samudera Biru," berucap Kiai Gede Tapa Pamungkas. "Aku sudah melihat
ujudmu sebenarnya.
Kini tidak ada kebimbangan dalam diriku siapa kau
adanya." Orang tua berselempang kain hitam membungkuk.
Begitu tubuhnya diluruskan, ujudnya berubah ke bentuk seorang bocah bernama Naga
Kuning. Anak ini
kemudian kembali duduk bersila di tanah di tepi telaga.
"Naga Kuning, sekarang sampaikan apa yang hendak kau tanyakan. Ingat, waktuku
tidak lama." Kiai Gede Tapa Pamungkas berkata.
"Maafkan saya Kiai. Saya tidak ingin mengganggu Kiai berlama-lama. Karenanya
bolehkah saya menerangkan sesuatu lalu mengajukan satu dua
pertanyaan?"
"Aku menyirap rasa, lama sekali kau tidak berada di negeri ini. Begitu muncul
kau ingin bertemu
denganku...."
"Kiai betul. Saya dengan dua orang kawan secara tidak sengaja terpesat masuk ke
dalam negeri aneh
Latanahsilam yang seribu dua ratus tahun berada
sebelum tanah Jawa ini. Hanya Kuasa Gusti Allah yang
37 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
memungkinkan saya dan kawan-kawan kembali ke
tanah Jawa ini."
"Siapa dua orang kawanmu itu?" tanya makhluk di atas telaga yang dipanggil
dengan sebutan Kiai Gede
Tapa Pamungkas.
"Yang pertama Pendekar 212 Wiro Sableng...."
"Murid Sinto Weni alias Sinto Gendeng, murid si perempuan sinting itu! Aku tidak
bergembira mendengar pendekar itu menjadi sahabatmu. Naga Kuning. Gurunya adalah
muridku. Sejak Sinto Gendeng menguasai Kapak Maut Naga Geni 212 dan
menyembunyikan Pedang Naga
Suci 212, berbagai kejadian yang membuat aku marah
telah dilakukannya. Untung Pedang Naga Suci sekarang
sudah berada di tangan pewaris yang berjodoh yakni Puti Andini." (Baca "Wasiat
Malaikat", Episode ke 9 dari rangkaian 11 Episode "Wasiat Iblis" dst.)
Naga Kuning diam saja. Tak berani menanggapi ucapan sang Kiai. Lalu terdengar
Kiai Gede Tapa Pamungkas
bertanya. "Siapa temanmu yang kedua?"
"Kakek sakti berjuluk Setan Ngompol...."
Kiai Gede Tapak Pamungkas mendesah panjang
mendengar jawaban Naga Kuning bocah yang selama
bertahun-tahun pernah menjadi orang kepercayaannya
itu. "Setan Ngompol! Kau mungkin lupa, tapi aku tidak akan pernah melupakan.
Bukankah manusia satu itu
yang masuk ke dalam Telaga Gajahmungkur, membawa
dan menebar air larangan hingga telaga dan isinya
laksana dijungkir balikkan" Dan orang seperti itulah
yang menjadi temanmu! Sungguh aku menyesal muncul
di hadapanmu saat ini. Naga Kuning!"
"Saya mohon beribu maaf. Kiai. Saya...."
"Sudah! Sekarang ajukan saja pertanyaanmu."
Naga Kuning membungkuk dalam-dalam lalu berkata.
"Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang perempuan tua yang saya tidak
kenal siapa dia adanya."
Lalu Naga Kuning menuturkan riwayatnya jatuh ke
38 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
pangkuan seorang nenek yang duduk bersemedi dalam
keadaan telanjang di tepi Kali Lanang. "Walau saya tidak pernah melihat nenek
ini sebelumnya namun dari
suaranya saya seperti mengenali siapa dirinya. Ketika ingatan itu muncul dan
saya sadar, saya kembali ke
tempat pertemuan. Tapi nenek itu tak ada lagi di tepi kali. Saya punya dugaan,
dan saya berharap tidak keliru.
Perempuan tua itu adalah puteri angkat Kiai sendiri,
yang bernama Ning Intan Lestari...."
"Ning Intan Lestari...." Kiai Gede Tapa Pamungkas menyebut nama itu dengan suara
perlahan. Di wajahnya
nampak kesedihan mendalam.
"Kau menyebut Ning Intan Lestari sebagai anakku.
Naga Kuning, agaknya sampai saat ini rasa tanggung
jawab atas kejadian di masa silam masih belum muncul
dalam dirimu."
"Kiai...." Naga Kuning hendak mengatakan sesuatu.
Kalau perlu mengembangkan kembali riwayat di masa
silam dimana dia lebih banyak kejatuhan dosa
kesalahan. "Sudah, apa yang hendak kau tanyakan?"
"Pertama apakah Ning Intan Lestari masih hidup.
Saya memang berharap dia masih hidup. Pertanyaan
kedua, mungkin Kiai mengetahui bahwa perempuan
tua yang suaranya sama dengan suara Ning Intan
Lestari itu memang Ning Intan Lestari, adanya?"
"Bagaimana ciri-ciri perempuan tua yang kau temui di tapi Kali Lanang itu?"
bertanya Kiai Gede Tapa Pamungkas.
"Mukanya seram, lebih seram dari setan. Rambut kelabu. Berpakaian jubah
hitam...."
"Menurutmu, kira-kira berapa usianya?"
"Antara delapan sampai sembilan puluh tahun. Namun saya melihat keanehan pada
tubuhnya...." Naga Kuning tidak meneruskan ucapannya.
"Keanehan apa?"
39 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Saya tidak berani menceritakan. Pertanyaan saya, mungkinkah nenek itu puteri
angkat Kiai yang bernama
Ning Intan Lestari"'
Kiai Gede Tapa Pamungkas tidak menjawab, melainkan memandang lekat-lekat ke
wajah bocah yang duduk
bersila di tepi telaga itu. Dia menunggu, mengharapkan jawaban.
"Naga Kuning," sang Kiai akhirnya berkata. "Aku tak bisa menjawab pertanyaanmu.
Mungkin nenek itu memang
puteri angkatku, mungkin juga tidak. Untuk memastikan, hanya kau sendirilah yang
harus melakukan penyelidik-an. Jika kemudian kau mengetahui bahwa nenek itu
bukan Ning Intan Lestari, urusan cukup cuma sampai disitu. Tapi jika dia memang
Ning Intan Lestari, aku ingin tahu apa tindakanmu selanjutnya?"
Naga Kuning tidak menduga akan mendapat
pertanyaan seperti itu. Dia terdiam beberapa lamanya.
Kiai Gede Tapa Pamungkas tersenyum. Agaknya dia
tidak mau memaksa dan merasa tidak perlu menunggu
jawaban si bocah.
"Naga Kuning, usiamu sebenarnya sekitar seratus dua puluh tahun. Kematangan hati
dan pikiranmu apakah masih perlu dipertanyakan" Apapun persoalan
yang terjadi antara kau dengan puteri angkatku adalah menjadi tanggung jawab
kalian berdua. Berarti kalian
berdua pula yang harus menyelesaikan...."
Naga Kuning terdiam.
"Kau mengerti maksud kata-kataku, Naga Kuning?"
Si bocah mengangguk, lalu membungkuk dalam-
dalam seraya berkata. "Saya mengerti Kiai. Maafkan kalau saya sudah membuat Kiai
merasa terganggu.
Saya merasa bersyukur Kiai tidak marah terhadap
saya...." "Kemarahan tidak pernah menyelesaikan masalah.
Apapun masalahnya. Ingat hal itu baik-baik Kiai Paus Samudera Biru...."
40 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Wajah Naga Kuning tampak kemerah-merahan
mendengar Kiai Gede Tapa Pamungkas menyebut
gelarnya. Dia merasa seperti tidak layak menyandang
gelar itu. "Naga Kuning, pernahkah kau mendengar seorang nenek berilmu tinggi dipanggil
dengan sebutan Gondoruwo Patah Hati"
Naga Kuning menggeleng.
"Carilah nenek itu. Kelak kau akan menemukan sesuatu,"
kata Kiai Gede Tapa Pamungkas pula.
"Saya akan mencari nenek itu. Terima kasih atas petunjuk Kiai. Kalau saya boleh
bertanya, apakah
Gundoruwo Patah Hati itu...."
Tiba-tiba dari langit menyambar kilat. Sekejapan
kawasan telaga menjadi terang benderang. Air telaga
bergejolak muncrat. Lalu segala sesuatunya sirap sunyi kembali. Sosok Kiai Gede
Tapa Pamungkas tak kelihatan lagi, lenyap dari permukaan telaga.
Lama Naga Kuning termenung di tepi telaga itu.
"Kalau nenek itu memang Ning Intan Lestari adanya, apa yang telah terjadi dengan
dirinya. Mengapa
wajahnya menjadi buruk, seram mengerikan seperti
itu. Lalu kemana aku harus mencari dia" Setelah dua
tahun terpesat ke Negeri Latanahsilam, tanah Jawa
seolah asing bagiku. Siapa pula sebenarnya nenek
bernama Gondoruwo Patah Hati itu" Mengapa Kiai
menyuruhku mencarinya. " Naga Kuning menghela
nafas dalam lalu bangkit berdiri. Gerakannya berubah menjadi lompatan terkejut
ketika dekat sekali di
belakangnya tiba-tiba terdengar suara tertawa keras,
panjang menyeramkan.
Naga Kuning cepat membalik. Anak ini keluarkan
seruan tertahan ketika melihat sosok yang berdiri di
hadapannya. Orang ini berjubah hitam, berambut putih, tegak membelakanginya.
Tangan kanan buntung. Di
daun telinga sebelah kanan belakang ada tahi lalat
41 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
merah sebesar ujung jari kelingking.
"Orang ini, aku rasa-rasa pernah melihat
sebelumnya," kata Naga Kuning dalam hati.
* * 42 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
TIBA-TIBA si jubah hitam yang tegak membelakang itu keluarkan suara tertawa
melengking panjang. Lalu
dibalikkannya tubuhnya hingga kini berhadap-hadapan
dengan Naga Kuning. Orang ini ternyata adalah nenek
berjubah hijau tua. Rambut putih panjang riap-riapan.
Muka hancur. Mata kiri hanya tinggal rongga besar
menyeramkan sedang mata kanan terbujur keluar seperti mau melompat tanggai. Luar
biasanya di keningnya
menempel potongan tangan kanan miliknya sendiri.
"Luhjahilio...." Naga Kuning tergagau. Lututnya bergetar. (Mengenai nenek seram
Luhjahilio yang
merupakan salah satu dari Sepasang Hantu Bercinta,
silahkan baca riwayat Wiro Sableng di Negeri
Latanahsilam "Rahasia Patung Menangis", "Rahasia Mawar Beracun" dsb.) "Bagaimana
bangkai butut Latanahsilam ini bisa berada di tempat ini" Apakah dia Ikut
terlempar ke tanah Jawa dari negeri seribu dua ratus tahun silam?"
Si nenek berwajah lebih hebat dari setan ini mendongak ke langit lalu tertawa
panjang. "Gelapnya udara malam, lama tidak bertemu, ternyata kau masih mengenali
diriku. Hik... hik... hik! Anak keparat! Mana dua temanmu si Wiro dan si Setan Ngompol"
Selama di Negeri Latanahsilam
kalian bertiga telah membuat aku dan kekasihku banyak susah! Dulu aku tidak
sempat membunuhmu! Mungkin kau
memang harus menemui ajal di negeri sendiri! Hik... hik...
hik!" Mula-mula Naga Kuning memang agak kecut juga
melihat kemunculan tidak terduga Luhjahilio. Ternyata 43 GONDORUWO PATAH HATI


Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
keseraman wajah nenek satu ini lebih hebat dari nenek yang ditemuinya di tepi
Kali Lanang. Tapi setelah
menenangkan diri dan keberaniannya muncul, anak ini
segera menyahuti ucapan orang.
"Nenek muka setan! Kau muncul cuma sendirian. Mana kekasihmu si Lajahilio"! Kau
ini datang di tanah Jawa ada yang mengundang, atau sekedar pesiar atau diam-diam
mengikuti si Setan Ngompol" Jangan-jangan kau sudah
jatuh cinta pada kakek bau pesing sahabatku itu!"
Luhjahilio kembali tertawa. Bola mata kanannya yang tergantung di pipi bergerak-
gerak turun naik.
"Wahai! Kau memang pandai bergurau! Aku mau lihat apakah kau masih bisa bergurau
kalau sudah jadi mayat!"
"Wahai!" Naga Kuning meniru ucapan si nenek. "Ini bukan di Latanahsilam lagi,
bicara memakai wahai segala!
Jauh-jauh datang ke tanah Jawa kau cuma merusak
pemandangan. Lebih baik kembali pulang ke kampungmu
sebelum kawanan anjing pasar menggerogoti dirimu!"
Wajah Luhjahilio tampak mengkerut. "Tidak heran!"
katanya. "Di negeri orang kau kurang ajar. Di negeri sendiri pasti lebih kurang
ajar! Kau tidak mau memberi tahu dimana dua sahabatmu itu berada?"
"Kalau sadar kau berada di negeri orang pandai-pandai membawa diri! Baru muncul
sudah membawa niat jahat
hendak membunuh!" Luhjahilio tertawa lagi. Tiba-tiba melompat. Tangan kirinya
menyambar "Breettt!"
Naga Kuning berseru kaget. Serangan yang dilancarkan Luhjahilio bukan saja tidak
terduga tapi juga sangat cepat.
Untung dia masih punya kesempatan bergerak surut dua
langkah. Kalau tidak, bukan Cuma pakaian hitamnya yang robek disambar jari-jari
tangan berkuku panjang si nenek, daging dan tulang dadanya bisa ikutan jebol.
Naga Kuning merasa heran. Semasa di Negeri Latanahsilam Luhjahilio bersama
pasangannya, Luhjahilio, memang memiliki ilmu tinggi. Namun bila dibanding
dengan para tokoh lainnya, 44 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
sepasang kakek nenek ini belum termasuk di jajaran atas.
Kini mengapa gerakannya begitu cepat luar biasa hingga dia tidak mampu mengelak
menyelamatkan diri" "Jangan-jangan makhluk ini penjelmaan Gondoruwo Patah Hati
yang dikatakan Kiai Gede Tapa Pamungkas..." pikir Naga Kuning.
"Nenek jelek! Jauh-jauh datang ke tanah Jawa cuma untuk mengantar nyawa!" teriak
Naga Kuning. Lalu anak Ini membalas serangan si nenek. Didahului jeritan keras
tubuh Naga Kuning melesat, melepas pukulan Naga Murka Merobek Langit.
Luhjahilio hadapi serangan orang dengan tertawa
memandang enteng. Dia sengaja menyongsong datang-
nya serangan dengan balas memukulkan tangan kiri.
Agaknya si nenek ingin menjajal sampai dimana kehebat-an kekuatan lawan.
Kaget Luhjahilio bukan alang kepalang ketika bukkk!
Lengan kirinya beradu keras dengan lengan kanan Naga
Kuning. Si nenek terlempar sampai empat langkah. Muka setannya mengkerut
kesakitan. Sebaliknya Naga Kuning
sendiri terpental tiga langkah, termonyong-monyong
meniup lengan kanannya yang bengkak membiru.
Mengira kekuatan tenaga dalamnya masih jauh lebih
tinggi dari Naga Kuning, sambil membentak garang
Luhjahilio kembali menyerbu.
Menghadapi serangan kedua ini. Naga Kuning melesat ke atas hampir setinggi satu
tombak. Lalu sambil
melayang turun dia hantamkan kaki kanannya dalam jurus Naga Murka Menjebol Bumi.
Yang di arah adalah kepala
lawan. Si nenek tertawa cekikikan. Kepalanya dijauhkan ke belakang. Ketika kaki Naga
Kuning lewat di depan
keningnya, tidak disangka-sangka tangan kanannya yang menempel di kening bisa
bergerak mencekal pergelangan kaki Naga Kuning.
Sebenarnya cekalan ini tidak ada bahayanya. Yang
45 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
berbahaya adalah serangan susulan tangan kiri yang
sengaja dihantamkan ke selangkangan Naga Kuning.
"Nenek cabul! Kau bukannya berkelahi! Tapi sengaja hendak memegang barangku!"
teriak Naga Kuning. Dia kerahkan tenaga dalam ke kaki kanan yang kena dicekal.
Luhjahilio berseru kaget ketika kaki yang dipegangnya terasa menjadi sangat
berat. Demikian beratnya hingga kepala dan tubuhnya tertekan hebat. Mau tak mau
dia terpaksa lepaskan cekalan pada kaki kanan si bocah.
Begitu kakinya lepas, dengan kaki yang sama Naga Kuning hantam pipi si nenek.
Luhjahilio meraung kesakitan. Tubuhnya terlempar
jauh. Kepalanya seperti pecah. Pemandangan gelap.
Untuk beberapa saat lamanya dia terkapar di tanah
sambil pegangi pipi kanan yang bengkak membiru dengan tangan kiri. Tampangnya
semakin seram tidak karuan.
Naga Kuning tegak berkacak pingang di hadapan
Luhjahilio. "Nenek jelek! Apa kau masih betah tinggal di tanah Jawa ini" Atau
mungkin bisa kubantu
melemparkanmu ke langit agar kembali ke negeri
asalmu"!"
"Makhluk jahanam! Aku belum kalah!" teriak Luhjahilio. Tubuhnya yang terkapar di
tanah tiba-tiba bergulingan, mengeluarkan suara bergemuruh seolah-olah
gelondongan batang kayu raksasa menggelinding.
"Bagus, kau datang sendiri mencari tendangan!" seru Naga Kuning. Anak ini
menunggu sampai sosok Luhjahilio hanya tinggal dua langkah dari hadapannya baru
dia mengangkat kaki kanan menendang.
Luhjahilio keluarkan pekikan keras. Bersamaan
dengan itu tubuhnya yang masih menggelinding di tanah berputar. Dua kaki
membabat laksana gunting. Naga
Kuning menendang. Dua kaki lawan membuka. Lalu
menutup kembali dengan cepat.
Naga Kuning berteriak kaget ketika dapatkan kaki
kanannya tahu-tahu sudah berada dalam jepitan dua kaki 46 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Luhjahilio. Dia berusaha menyentakkan kaki, tapi tak
berhasil lolos. Jepitan dua kaki si nenek terasa panas dan seperti hendak
menggergaji putus tulang keringnya.
Tidak menunggu lebih lama Naga Kuning hantamkan
dua tangan sambil keluarkan aji Ikan Paus Putih untuk melicinkan kakinya yang
dijepit lawan. Luhjahilio berteriak keras ketika melihat dua larik sinar hitam, dekat sekali
menyambar ke arahnya. Nenek dari
Negeri Latanahsilam ini kebutkan lengan jubah sebelah kiri. Satu gelombang angin
luar biasa deras menangkis dua pukulan sakti Naga Murka Menjebol Bumi yang
dilepaskan Naga Kuning.
"Desss!"
"Desss!"
Naga Kuning keluarkan keluhan pendek. Meski dia
berhasil meloloskan diri, namun tubuhnya terpental ke atas setinggi dua tombak,
dadanya mendenyut sakit,
aliran darahnya kacau balau. Tubuhnya kemudian
terbanting ke tanah. Untuk sesaat lamanya anak ini
terkapar tak bergerak. Tubuh luluh lantak, pemandangan gelap berkunang!
Sebaliknya Luhjahilio terhenyak amblas di tanah
sedalam satu jengkal. Mulut kembang kempis susah
bernafas. Dua tulang iganya patah. Darah meleleh dari mulutnya. Namun sungguh
hebat nenek muka setan ini.
Sesaat setelah menggapai-gapai dia berhasil keluar dari dalam lobang. Mata kanan
guntal-gantil melotot. Begitu melihat Naga Kuning terkapar tak bergerak, niat
hendak membunuh kembali berkobar dan memberi kekuatan.
Dua kali bergerak dia sudah melompat ke hadapan Naga
Kuning. Kaki kanannya menendang, yang di arah tepat
ubun-ubun batok kepala si bocah. Sekali ini Naga Kuning benar-benar akan menemui
kematian dengan kepala
pecah. Kecuali kalau Naga Hantu Langit Ke Tujuh, ilmu kesaktian yang mendekam di
dadanya memunculkan diri
menolongnya. Tetapi hal ini mungkin tidak akan terjadi 47 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
karena saat itu Naga Kuning sendiri berada dalam
keadaan setengah sadar setengah pingsan. Bahkan dia
tidak tahu bahaya maut yang datang mengancamnya.
Sesaat lagi kepala Naga Kuning akan remuk dihantam tendangan Luhjahilio, tiba-
tiba satu bayangan putih berkelebat.
"Luhjahilio! Jangan kau bunuh anak itu!"
"Setan keparat! Siapa berani campur urusanku!"
teriak Luhjahilio marah. Tanpa perduli dia teruskan
tendangannya. Saat itulah menerpa satu gelombang angin luar biasa kerasnya, membuat Luhjahilio
terhuyung-huyung
beberapa langkah lalu jatuh terduduk di tanah. Si nenek meraung keras, bukan
karena kesakitan tapi karena
marah besar. "Makhluk kurang ajar! Siapa kau"!" bentak si nenek lalu terhuyung-huyung bangkit
berdiri. Saat itu Naga Kuning mulai siuman dan berusaha tegak. Masih kurang
Jelas, dia melihat satu sosok tinggi besar samar-samar berdiri di hadapannya.
* * * 48 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
ORANG tinggi besar yang berdiri di hadapan Naga
Kuning mengenakan jubah putih menjela tanah. Di atas
kepalanya, bertengger sebuah songkok atau tudung tinggi dilapisi kain hitam.
Bukan saja kepalanya yang tertutup kain hitam tapi sebagian wajahnya juga
terlindung hingga sulit untuk dikenali.
"Makhluk jahanam bersongkok hitam! Siapa kau"!"
teriak Luhjahilio marah. Kali ini sambil membentak dia melompat ke hadapan si
tinggi besar. Tangan kanannya
bergerak cepat luar biasa menyambar tudung di kepala
orang. Naga Kuning sudah memastikan, tudung dan
kain hitam yang menyembunyikan wajah orang berjubah
putih pasti akan kena dijambret. Kepala dan wajah orang itu segera tersingkap.
Namun tenang saja, si tinggi besar undurkan kaki
kanan satu langkah. Sambil merunduk dan jauhkan
kepalanya ke belakang dia kebutkan lengan kanan jubah putihnya.
Luhjahilio bukan saja gagal menyingkap wajah orang, tapi dia sendiri terpental
satu tombak dan hampir
terjengkang di tanah kalau tidak lekas mengimbangi diri.
Saat itulah si nenek kembali merasakan sakit dua tulang iganya yang patah akibat
hantaman Naga Kuning.
Luhjahilio tegak terbungkuk sambil pegangi dada,
memandang geram dengan matanya yang cuma satu ke
arah makhluk berjubah putih bertudung hitam.
"Luhjahilio..." si jubah putih menegur, "Siapa aku tidak penting. Lekas
menyingkir dari sini. Serahkan bocah ini padaku!"
Rahang Luhjahilio menggembung. Si nenek mana mau 49 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
pergi dari situ. Namun dia sadar kalau orang berjubah memiliki kepandaian jauh
lebih tinggi dari dirinya. Maka sekedar mengalah nenek ini melesat ke satu
cabang pohon, mendekam di sana memperhatikan apa yang bakal
terjadi. Lebih dari itu dia ingin tahu ada urusan apa antara si jubah putih
dengan Naga Kuning. Lalu juga ingin tahu siapa adanya si tinggi besar bersongkok
hitam ini. Seperti si nenek Luhjahilio, Naga Kuning juga tidak mengetahui siapa adanya
orang berjubah di hadapannya
saat itu. Tapi dia dapat mencium bahaya besar.
Siapapun adanya adanya orang ini, agaknya dia
membekal dendam kesumat jauh lebih besar terhadap
dirinya dibanding dengan dendam kesumat yang
bersarang dalam diri Luhjahilio.
"Anak setan!" si tinggi besar membentak. Suaranya membahana, menggetarkan tanah,
membuat Naga Kuning
tersentak. "Bapak setan!" Naga Kuning tiba-tiba membalas, menyahuti bentakan orang.
Si tinggi besar menggeram. Tangan kanannya
digerakkan. Naga Kuning berseru kaget. Di atas pohon
Luhjahilio juga terkesiap. Tangan kanan yang bergerak itu mendadak berubah besar
dan panjang. Belum sempat
bergerak tahu-tahu pinggang Naga Kuning sudah dicekal lalu dicengkeram dengan
keras. Si bocah keluarkan
suara seperti mau muntah. Lidahnya terjulur. Isi perutnya seolah mau terbongkar
keluar. "Anak setan!
Kau dengar baik-baik! Isi perutmu akan kujebol keluar, lalu kusumpalkan ke
mulutmu biar kau makan sendiri!
Kecuali kau mau menyelesaikan satu perkara!"
"Per... perkara apa...?" tanya Naga Kuning dengan muka pucat, lidah terjulur dan
perut seperti mau pecah.
"A... aku tidak kenal siapa kau. Bagaimana mungkin ada perkara di antara kita"!"
Diam-diam Naga Kuning segera keluarkan "Ilmu Ikan Paus Putih" untuk melicinkan
tubuh agar bisa meloloskan diri.
50 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Si tinggi besar bersongkok hitam kembali keluarkan suara menggeram. "Kau boleh
keluarkan semua ilmu kesaktian yang kau miliki! Ilmu pelicin tubuhmu tidak
mempan terhadap cekalanku! Kau boleh membuktikan!"
Si tinggi besar cengkeramkan lima jari tangan
kanannya yang besar-besar. Naga Kuning mengeluh
kesakitan. Cairan bening bercampur darah keluar dari
mulutnya. Dia telah mengeluarkan ilmu kesaktian pelicin tubuh, tapi aneh kali
ini dia tidak mampu melepaskan
diri! Tidak pikir lebih panjang anak ini hantamkan tangan kanannya, ke atas.
Yang diarahnya adalah dagu si tinggi besar. Yang dilancarkannya adalah pukulan
"Naga Murka Merobek Langit."
Si tinggi besar tertawa mengekeh. Sekali tangan
kirinya bergerak, lengan kanan Naga Kuning sudah
berada dalam cekalannya. Anak ini mengeluh kesakitan.
Cekalan lawan seperti cengkeraman besi yang hendak
menghancurkan tulang-tulangnya. Tidak ada jalan lain, kalau orang memang hendak
membunuhnya, harapannya
hanya tinggal pada kemunculan "Naga Hantu Langit Ke Tujuh," makhluk jejadian
berbentuk Naga Kuning yang menjadi pelindungnya dan berada dalam tubuhnya.
Tetapi sang makhluk tidak keluar karena saat itu orang berjubah putih memang
belum berniat untuk
membunuhnya! "Bapak setan! Katakan, perkara apa yang ada di antara kita.'!" Naga Kuning
ajukan pertanyaan lalu berteriak. Dia sudah tidak sanggup menahan rasa sakit
cengkeraman lima jari raksasa yang menghunjam di
perutnya. Wajah yang terlindung dibalik kain hitam
menggembung merah. Sebelum menjawab pertanyaan
Naga Kuning, kembali dia cengkeramkan lima jari


Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan kanannya ke pinggang si anak hingga Naga
Kuning menggeliat melintir dan menjerit kesakitan.
"Anak setan! Kau pasang telingamu baik-baik! Aku 51 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
akan katakan perkara apa yang ada di antara kita!" Si tinggi besar berjubah
putih berucap. "Beberapa waktu lalu...."
Belum sempat orang ini menyelesaikan ucapannya
tiba-tiba terdengar kuda meringkik. Di lain kejap satu bayangan hitam melesat di
udara lalu bukkk! Satu
hantaman keras melanda punggung orang berjubah
putih. Bayangan hitam ini sesaat mengapung di udara
lalu berkelebat, berbalik ke tempat dari arah mana
tadi dia melesat. Kembali terdengar suara kuda
meringkik. Sosok si tinggi besar terlempar ke depan.
Cekalannya pada pinggang Naga Kuning terlepas.
Begitu lolos si bocah segera mencari tempat aman
sambil memasang mata. Dia melengak kaget tapi juga
gembira ketika melihat siapa yang barusan
menolongnya. Orang itu duduk tak bergerak di atas
punggung seekor kuda putih. Dia bukan lain nenek muka setan berambut kelabu
berjubah hitam yang beberapa
waktu lalu pernah ditemuinya di tepi Kali Lanang dan
ingin dicarinya. Naga Kuning coba tersenyum dan
lambaikan tangan pada si nenek. Tapi si nenek muka
setan ini seolah tidak perduli. Pandangannya di arahkan pada orang tinggi besar
yang kepala dan mukanya
tertutup tudung berkain hitam.
"Makhluk yang sembunyikan muka di balik tudung!
Perkara apa yang membuat kau sampai menyiksa anak
itu"!" Si nenek muka setan bertanya.
Si tinggi besar menggeram. "Ada hubungan apa
kau dengan anak setan itu hingga turun tangan
menyelamatkannya"!"
Nenek berjubah hitam mendengus. "Kau menyebut bocah itu anak setan. Kau boleh
memanggil aku dengan
sebutan ibu setan! Hik... hik... hik!"
Orang bertudung hitam tertawa bergelak. "Rupanya kau ibu dari anak setan itu!
Baik, jika perkara memang 52 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
tidak bisa diselesaikan, tidak ada salahnya aku
menghabisi anak dan ibu setan sekaligus! Kau ibunya
setan biar aku singkirkan lebih dulu!"
Si nenek balas gelak orang dengan tawa panjang.
"Puluhan tahun malang melintang di tanah Jawa. Baru hari ini bertemu tikus
comberan tak dikenal berujud
makhluk berjubah putih bertudung hitam sepertimu!
Harap kau suka memperkenalkan diri siapa kau adanya
sebelum nyawamu kukirim ke akhirat!"
"Nenek muka setan! Kalau kau memang tahu seluk beluk akhirat, silahkan nanti
tanya sendiri pada penjaga akhirat siapa aku adanya! Sekarang biar tubuhmu
kuremukkan lebih dulu!"
Habis berkata begitu si jubah putih gerakkan tangan kanannya. Seperti tadi
tangan itu mendadak sontak
berubah besar dan panjang, melesat ke arah pinggang
si nenek yang masih berada di atas punggung kuda
putih."Ilmu tipuan iblis tidak laku di hadapanku!" seru si nenek muka setan.
Lalu tangan kirinya dikibaskan
ke samping. "Bukkk!"
"Breett"
Dua tangan bentrokan keras di udara disertai suara robeknya pakaian.
Orang berjubah putih terpental lima langkah. Tubuh terbungkuk, muka di balik
tudung hitam mengerenyit
menahan sakit dan mata membelalak ketika melihat
bagaimana ujung lengan jubahnya sebelah kanan robek
besar akibat sambaran kuku-kuku jari nenek muka
setan. Dua robekan kecil jubah putihnya masih
menyangkut di ujung-ujung kuku tangan kanan nenek
muka setan. Dari balik robekan ujung lengan yang menyingkapkan tangannya dia melihat
bagaimana daging dan kulit
lengannya menggembung bengkak berwarna hitam
kebiruan. 53 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Di atas pohon Luhjahilio yang menyaksikan kejadian itu sempat terkesiap. Dia
tidak menyangka kalau nenek muka setan di bawah sana memiliki tenaga dalam
begitu tinggi. Kalau si tudung hitam saja bisa dibuatnya mental berarti dirinya
tidak ada arti apa-apa jika sampai berhadapan dengan nenek itu. Niatnya untuk
mengetahui perkara yang menyangkut si tudung hitam
dan anak bernama Naga Kuning serta keinginannya
mengetahui siapa adanya orang tinggi besar bertudung
hitam itu terpaksa ditunda dulu. Yang penting lebih baik dia cari selamat.
Karenanya sebelum terjadi apa-apa Luhjahilio segera saja melompat dari cabang
pohon tempatnya mendekam ke cabang pohon di sampingnya
lalu lenyap dalam kegelapan malam. Si nenek berjubah
hitam walau sempat terjajar dua langkah namun masih
bisa keluarkan tawa mengekeh.
"Makhluk bersongkok hitam! Sayang sekali, aku tidak berkesempatan menemui
malaikat di akhirat untuk menanyakan siapa dirimu adanya. Biar kau saja yang
mewakili aku, berangkat duluan ke akhirat!"
Habis berkata begitu nenek muka setan yang sampai saat itu masih tetap duduk di
atas punggung kuda
putihnya jentikkan lima jari tangannya. Dari ujung-ujung kukunya yang panjang
runcing memancar lima larik
sinar hitam menggidikkan.
"Setan tua! Jangan sonbong! Siapa takutkan
dirimu!" teriak orang bersongkok hitam. Dia cepat gerakkan tangan kanan. Dari
telapak tangan kanannya
melesat keluar satu cahaya, bergulung besar lalu
memecah menjadi tujuh. Dua menyambar ke arah
kepala si nenek, lima menghantam ke jurusan badan.
"Hebat!" teriak nenek muka setan. Seolah memuji tapi sebenarnya tidak karena
saat itu juga dia melompat ke atas, berdiri di punggung kuda dan putar
pergelangan tangan kanannya. Lima sinar hitam yang menyembur
dari kuku-kuku jarinya berputar demikian rupa, langsung 54 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
menyambar tujuh larik sinar putih serangan lawan.
"Bummm! Bummm! Bummmm!"
Tiga letusan keras menggelegar, menggoncang udara
malam. Orang tinggi besar keluarkan seruan keras,
cepat-cepat melompat mundur sambil dua tangannya
dipergunakan untuk memadamkan api yang berkobar
membakar jubah putihnya di tiga bagian!
Nenek muka setan walau mendelik tapi tidak
tampakkan wajah kaget apalagi takut ketika melihat
bagaimana ujung lengan jubah sebelah kiri telah berubah menjadi bubuk hitam
alias hangus! "Nenek celaka ini! Aku tidak bisa menandinginya!
Lebih baik mengurut dada bersabar diri..." membatin orang tinggi besar. Dia lalu
berpaling pada Naga Kuning.
"Anak Setan! Hari ini kau selamat karena ada ibu setan menolongmu! Tapi kau tak
akan kubiarkan lama!
Aku akan muncul mencarimu kembali!"
Habis berkata begitu orang ini serta merta
berkelebat hendak tinggalkan tempat itu. Namun nenek berkuda putih cepat
menghadang. Naga Kuning tak
tinggal diam. Anak ini segera pula melompat ke hadapan si tinggi besar. Melihat
gelagat tidak baik orang ini cepat mengambil sebuah benda yang disembunyikan di
balik songkok hitamnya lalu dibantingkan ke tanah.
Terdengar satu letusan keras menusuk telinga disusul menggebubunya asap hitam
pekat menutupi pemandangan. "Setan alas! Kau mau lari kemana!" terdengar bentakan nenek muka setan. Dia
menghantam dengan tangan
kanan. Tapi terlambat.
Ketika asap hitam surut dan lenyap dan udara terang kembali. Naga Kuning
terkejut. Bukan saja si tinggi besar berjubah putih tak ada lagi di tempat itu,
tetapi si nenek muka setan juga ikut lenyap bersama kuda
putihnya! "Nenek muka setan itu, dia barusan menolongku.
55 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Lantas mengapa melenyapkan diri begitu saja" Dia seperti tidak mengharapkan
ucapan terima kasih. Tapi apa itu
sebab sebenarnya dia menghilang" Mungkin dia tidak
ingin menemuiku." Naga Kuning merenung cukup lama.
Namun tetap saja dia tidak bisa memecahkan teka-
teki keanehan nenek yang telah menolongnya. "Aku harus mencarinya. Untuk
sementara aku terpaksa
menunda mencari Wiro dan Setan Ngompol."
* * * 56 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
BUKIT kecil itu terletak tak jauh dari Karangmojo. Di bawah siraman sinar
rembulan empat belas hari puncak
bukit yang ditumbuhi pohon teh tampak indah. Di sebuah gubuk berbentuk dangau,
dua orang asyik bercakap-cakap.
"Wiro, kalau tidak mendengar kau sendiri yang bercerita, rasanya sulit dipercaya
bagaimana kau dan teman-temanmu terpesat ke negeri seribu dua ratus tahun
silam." "Memang begitu adanya. Nyata tapi sukar dipercaya.
Itu sebabnya, ketika Setan Ngompol ditangkap, dia tidak mungkin menceritakan
bahwa dirinya terlempar dari
langit, jatuh masuk ke dalam sumur sumber air mandi raja. Siapa yang mau
percaya" Masih untung kuasa
Tuhan bisa mengembalikan kami ke tanah Jawa ini. Kalau tidak...." Wiro garuk-
garuk kepala. "Aku sudah bertemu dengan Setan Ngompol. Bagaimana kejadiannya
dengan anak konyol bernama Naga Kuning belum kuketahui. Aku perlu menyelidik, apakah
dia ikut terlempar kembali ke tanah Jawa. Kalau sampai tertinggal di Latanah
silam, kasihan anak itu."
"Apakah kau tidak berniat mencari beberapa orang yang telah lama berpisah
denganmu?" Bunga bertanya.
"Siapa?"
"Ada empat orang. Cantik-cantik...."
Wiro tertawa karena sudah dapat menduga kemana maksud pertanyaan Bunga. Apalagi
sebelumnya gadis
alam roh itu telah menceritakan bagaimana Anggini, Ratu Duyung, Puti Andini, dan
Bidadari Angin Timur berusaha mencarinya, sampai-sampai menemukan dua makam
setan. Semua gara-gara ada berita bahwa dirinya telah 57 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
meninggal dunia setahun silam. Kemungkinan di kubur di salah satu dari tiga
tempat yakni Pekuburan Banyubiru, dekat Candi Kopeng dan terakhir Puncak Gunung
Gede. Empat gadis cantik telah menyelidik di dua tempat
pertama, yang mereka temukan ternyata adalah makam-
makam setan. Jenazah atau tulang belulang Wiro tidak ditemukan. Tentu saja
karena sampai saat itu dia masih hidup, masih bernafas.
"Apa yang kau pikirkan Wiro?" bertanya Bunga.
"Empat gadis yang kau sebutkan tadi..." jawab Pendekar 212 Wiro Sableng. "Mereka
sahabat-sahabat baikku." kata Wiro polos. "Aku banyak berhutang budi bahkan
nyawa (terhadap mereka. Seperti diriku, mereka adalah
manusia-manusia makhluk Tuhan yang tidak lepas dari berbagai perasaan. Mendengar
ceritamu, aku bertanya-tanya siapa adanya orang yang mempermainkan mereka
dengan membuat makam-makam setan itu...."
Bunga tersenyum. "Kau pandai mengalihkan
pembicaraan."
Wiro pegang lengan gadis itu. "Terus terang, aku khawatir akan keselamatan
mereka. Dua kali mereka
dijebak dengan makam setan. Pada makam ke tiga
jangan-jangan muncul bahaya tidak terduga...."
"Kau mungkin bisa menduga siapa biang racun yang melakukan semua itu?" tanya
Bunga. "Aku pasti akan menyelidik. Saat ini memang ada beberapa dugaan. Kau pernah
mendengar seorang
pemuda bernama Bagus Srubud?"
Bunga menggeleng. "Siapa dia?"
"Pemuda keji yang memperdaya Kinasih, istri mendiang juru ukir Keraton. Mungkin
nama itu palsu belaka...." Wiro menggaruk kepala lalu melanjutkan.
"Kau tahu, di dunia ini mungkin aku satu-satunya manusia yang tidak disukai oleh
banyak orang. Aku
banyak musuh."
"Kau bicara seolah menyesali diri, Wiro. Padahal 58 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kenyataan yang kau hadapi adalah tantangan rimba
persilatan, yang harus dihadapi oleh setiap pendekar pembela kebenaran."
Wiro memandang ke langit, menatap ke arah rembulan bundar bercahaya terang
sejuk. "Kalau saja orang tuaku tidak menemui ajal di tangan Ranaweleng, aku
tidak akan pernah diambil murid oleh Eyang Sinto Gendeng, aku tidak akan menjadi
pendekar geblek macam ini...."
"Jangan bicara seperti itu Wiro. Segala sesuatu dalam kehidupan kita, sejak kita
dilahirkan, malah sejak kita masih berbentuk janin, keadaan dan takdir diri kita
telah ditentukan oleh Gusti Allah. Mengumpat diri sendiri sama saja dengan
mengumpat semua kehendak Allah...."
"Aku paling takut pada Tuhan," kata Wiro. "Tapi mengapa aku kebagian segala
macam hal yang sulit-sulit, penuh tantangan, darah dan nyawa...."
Bunga usap kepala Pendekar 212 lalu berkata. "Mungkin Tuhan baru memberi sedikit
cobaan dan ujian padamu"
Mengapa kau berucap seperti orang berputus asa"
Tantangan hidup seharusnya membuat seorang pendekar
menjadi lebih tabah, lebih kokoh lahir dan batin. Lebih kokoh dari batu karang
ditepi pantai yang setiap hari didera angin dan ombak! Bahkan ketika topan
datang melanda dia tetap berdiri tegar!"
Mendengar kata-kata Bunga itu Wiro merangkul si
gadis erat-erat dan mencium kening serta pipinya
berulang kali. "Terima kasih Bunga, terima kasih...."
Bunga balas memeluk. Wajahnya dibenamkan ke dada
sang pendekar, menyembunyikan sepasang matanya
yang berkaca-kaca. Wiro dapat merasakan kehangatan air mata si gadis. "Wiro, aku
tidak malu mengatakan, sebenarnya aku ingin selalu dekat dengan dirimu.
Namun keadaan diriku tidak memungkinkan hal itu."
"Aku gembira mendengar ucapanmu itu Bunga. Walau kita tidak bisa saling
berdekatan, tapi kini aku tahu, diriku ternyata selalu ada dalam hati
sanubarimu.

Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

59 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Sekali lagi aku berterima kasih...." Wiro mencium rambut harum sang dara lalu
mengangkat wajahnya, mengecup ke dua matanya yang basah.
Pada saat itulah tiba-tiba ada suara orang berkata.
"Rembulan purnama di malam indah. Dua insan saling bermesra. Cuma sayang yang
perempuan hanyalah setan kesasar dari alam roh!"
"Bagaimana kalau pemudanya kita rubah jadi roh pula agar keduanya bisa
bermesraan lebih asyik"!" Satu suara lain menimpali ucapan tadi.
Tempat itu kemudian dipenuhi oleh tawa bergelak.
Pendekar 212 Wiro Sableng tersentak kaget. Lepaskan pelukannya di tubuh Bunga
lalu bangkit berdiri, tegak di lantai dangau. Bunga tak. Kalah kejutnya. Namun
gadis ini tampak tenang saja. Sepasang matanya yang tadi basah lembut kini
memandang tak berkesip, dingin beku seperti es!
Di sekitar dangau, berdiri empat orang bertampang
seram mengerikan. Orang pertama mengenakan
pakaian hitam. Di kepalanya bertengger sebuah
blangkon yang juga berwarna hitam. Mata kirinya ditutup dengan selapis kulit
hitam bertali yang diikat ke bagian belakang kepala. Sepintas lalu, orang ini
kelihatan seperti bajak laut. Dia bukan lain adalah Iblis Batu Hitam, yang dianggap
sebagai pimpinan tokoh silat
istana. Namun sejak senjata andalannya berupa batu
sakti dihancurkan dan mata kirinya dibuat buta
dengan tancapan bunga kenanga oleh Bunga, Iblis
Batu Hitam kehilangan pamor. Menyadari keadaan
dirinya yang kehilangan kesaktian, ditambah dendam
kesumat pada Bunga dan Wiro, malam setelah
dirinya dipecundangi Iblis Batu Hitam menemui
gurunya untuk meminta bantuan membalaskan
dendam kesumat sakit hati.
Orang kedua, tegak disamping Iblis Batu Hitam
adalah Momok Dempet Tunggul Gono. Kepalanya
60 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
dibalut menutupi telinga kiri yang cidera berat akibat tancapan bunga kenaga
yang dilemparkan Bunga.
"Heran, dua manusia jahat ini, kalau tidak ada yang menolong bagaimana bisa
sembuh secepat ini," bisik Wiro pada Bunga.
Si gadis tidak menyahuti, melainkan memandang
pada dua orang yang tegak di belakang Tunggul Gono
dan Iblis Batu Hitam. Dia segera memaklumi. Tunggul
Gono dan Iblis Batu Hitam boleh saja dianggap enteng, tapi dua lainnya di
sebelah belakang tidak bisa dibuat main. Yang pertama dari dua orang ini, kakek
berbadan tinggi kerempeng, berkulit hitam laksana kayu gosong dimakan api. Di
tangan kirinya dia memegang sebatang tongkat terbuat dari tulang putih, dipenuhi
lobang-lobang kecil. Dua pipinya sangat cekung hingga sepasang
matanya tampak sangat angker seperti melesak ke dalam.
Rambut, kumis serta janggutnya putih, punggungnya agak bungkuk. Kakek ini jarang
muncul dalam rimba persilatan, karenanya walau ilmunya tinggi dirinya tidak
begitu dikenal. Dia bernama Ki Sepuh Item. berjuluk Si Tongkat Akhirat. Dan dia bukan
lain guru Iblis Batu Hitam!
Orang kedua, inilah sosok yang paling angker
diantara empat orang yang muncul di tempat itu. Dia hanya mengenakan sehelai
celana hitam komprang.
Tubuhnya yang telanjang penuh ditumbuhi bulu, mulai
dari tangan sampai ke dada, terus ke pangkal leher.
Kulit muka berwarna kebiru-biruan. Di sela bibirnya
kiri kanan menyembul taring hingga tampangnya tak
beda dengan raksasa. Sepasang matanya merah
dihias empat buah alis merah, satu di bawah, satu
di atas pada masing-masing mata. Pada pinggang
kirinya tergantung sebuah guci terbuat dari perunggu berkilat. Dan yang
hebatnya, kepalanya, mulai dari
kening ke atas berbentuk empat persegi, kelabu
kehitaman dan sangat keras. Di atas kepala ini
terletak sebuah pendupa batu yang mengepulkan asap
61 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
dan menebar bau kemenyan. Ketika melihat guci
perunggu itu, wajah Bunga si gadis alam roh yang
memang sudah pucat pasi kini tambah memutih.
Dadanya berdebar. Dia mengenali siapa adanya
makhluk satu ini.
"Iblis Kepala Batu Alis Empat..." membatin Bunga.
"Aku tidak takutkan dirinya. Tapi jika aku gagal berarti aku tidak dapat
menyelamatkan orang yang
aku cintai. Jika itu sampai terjadi, paling tidak yang tiga orang itu harus
dapat aku habisi!"
"Wiro," bisik Bunga. "Kau serahkan yang tiga orang itu padaku. Orang keempat,
yang menjunjung pendupaan
memiliki ilmu gaib yang sulit dijajagi kehebatannya. Jika aku tidak bisa
menghadapinya, aku akan memberi isyarat dengan mengangkat tangan kanan. Begitu
kau melihat isyarat itu, larilah. Selamatkan dirimu. Jangan pikirkan hal-hal
lain, termasuk diriku...."
"Tidak Bunga, apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkanmu seorang diri di
tempat ini!" jawab Wiro.
"Jangan Wiro, kau harus dengar apa yang aku
katakan. Terlalu berbahaya.... Ingat, aku makhluk
alam roh. Aku tidak mengenal kematian di alamku.
Tapi bagimu lain...."
"Memangnya bangsat penjunjung dupa itu siapa?"
murid Sinto Gendeng bertanya.
"Dia punya beberapa julukan. Di antaranya Iblis Kepala Batu Alis Empat, Iblis
Kepala Batu Pemasung Roh. Dia punya kesaktian aneh, bisa menangkap makhluk halus
dan jin. Termasuk makhluk alam gaib seperti diriku...."
"Kalau begitu biar kugempur dia sekarang juga!" kata Wiro.
"Jangan. Dia dengan mudah bisa melumpuhkanmu,"
jawab Bunga. Lalu gadis alam roh ini melompat dari atas dangau, turun ke tanah.
Di langit, sekelompok awan hitam bergerak menutupi rembulan hingga keadaan di
puncak bukit menjadi gelap temaram. Wiro tak tinggal diam. Dia 62 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
segera pula berkelebat turun. Tangan kiri bersiaga dengan Pukulan Sinar
Matahari, tangan kanan siap mencabut
Kapak Maut Naga Geni 212 sedang tumit kanan setiap saat bisa dihunjamkan ke
tanah mengeluarkan ilmu
Membelah Bumi Menyedot Arwah yang didapatnya dari
Hantu Santet Laknat alias Luhrembulan di Negeri
Latanahsilam. (Baca riwayat petualangan Wiro Sableng di Negeri Latanahsilam
terdiri dari 18 Episode mulai dari Bola Bola Iblis sampai Istana Kebahagiaan.)
63 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
SEPASANG muda-mudi! Mengapa tidak terus
bermesraan. Padahal kami ingin menyaksikan
kelanjut-an permainan asmara kalian! Ha... ha... ha!"
Yang berseru dan kemudian tertawa bergelak adalah
Iblis Batu Hitam.
Di sebelahnya Momok Dempet Tunggul Gono
menyambungi. "Tampang kalian berdua kulihat sangat pucat! Jangan kawatir! Kami
datang tidak untuk
membunuh kalian! Nyawa kalian tidak ada artinya. Yang kami inginkan ialah
bagian-bagian tubuh kalian,
pengganti bagian tubuh kami yang telah kalian rusak!"
Bunga mendengus dan maju satu langkah. "Manusia-manusia tidak tahu diri!
Pelajaran yang aku berikan
rupanya tidak bisa membuat kalian sadar! Minta
ditambah"!"
"Iblis Batu Hitam!" Wiro berkata. "Kurasa kau tidak pantas lagi menyandang gelar
itu. "Bagaimana kalau kau ganti saja dengan gelar lain. Misal Iblis Mata
Picak"!" Wiro tertawa gelak-gelak lalu menoleh pada Tunggul Gono. "Makhluk kaki
kuda! Ujudmu kulihat tambah tidak karuan! Tangan kiri buntung, disambung
dengan besi.Kuping kananmu pasti sudah budek! Kuda
benaran masih ada gunanya dari pada makhluk tak
karuan macammu ini! Ha... ha... ha!"
Iblis Batu Hitam dan Tunggul Gono segera hendak
menerjang Wiro karena tidak dapat menahan geram.
Tapi Ki Sepuh Item alias Si Tongkat Akhirat cepat
memberi isyarat lalu maju satu langkah ke hadapan
Wiro. Dengan matanya yang cekung melesak ke dalam
dia perhatikan murid Sinto Gendeng mulai dari kepala
64 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
sampai ke kaki.
"Bangkai gosong!" ucap Wiro seenaknya. "Kau rupanya jarang melihat manusia
hingga memandangiku seperti
aneh. Atau matamu sudah terbalik, mengira aku ini
perempuan" Ha... ha... ha!"
Ki Sepuh Item mendongak ke langit lalu ikutan
tertawa. "Orang yang mau mampus biasanya membaca segala macam doa, minta ampun
atas segala dosa,
bertobat sebelum ajal. Tapi kau aneh. Malah meracau
tidak karuan!"
"Kakek gosong! Aku tidak tahu siapa kau adanya.
Rupanya kau setan puntung neraka yang kesasar
muncul hendak menjemput diriku. Apakah kau datang
membawa kuda sembrani, atau aku harus
membonceng di punggungmu" Kulihat tubuhmu sudah
bungkuk keropos, apa masih sanggup mendukung aku"
Bagaimana kalau temanku gadis cantik ini ikut-ikutan
minta didukung"!"
Rahang Ki Sepuh Item menggembung. Dari ubun-
ubun kepalanya mengepul asap hitam pertanda orang
ini marah besar mendengar ejekan Wiro tadi.
"Pemuda kurang ajar! Berani kau menghina guruku Si Tongkat Akhirat!" teriak
Iblis Batu Hitam marah sekali.
"Walah! Kakek gosong berjuluk Si Tongkat Akhirat ini ternyata gurumu! Astaga,
harap maafkan diriku.
Aku melihat dia memang membawa tongkat. Berarti
kini aku tidak meragukan kemampuannya bisa
mendukungku! Kakek gosong, apakah kau sudah siap
menggendongku ke neraka?"
"Iblis Batu Hitam! Tunggul Gono! Aku tidak mau menghabiskan waktu mengotori
tangan! Bunuh pemuda
rambut gondrong ini!" teriak Ki Sepuh Item.
Mendengar perintah itu Iblis Batu Hitam dan Momok
Dempet Tunggul Gono segera melompat menyerang
Pendekar 212 Wiro Sableng.
65 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Seperti diketahui Iblis Batu Hitam menjadi ketua
para tokoh silat istana karena dia memiliki batu hitam sakti yang menjadi
senjata andalannya. Setelah batu
itu dihancurkan Bunga, oleh gurunya dia dibekali sebilah golok anelt. Golok ini
memiliki gagang di sebelah tengah, bagian yang tajam dan runcing ada dua yaitu
di kiri kanan gagang. Melihat kepada bentuk dan cara
memainkannya golok ini tidak beda dengan sebuah toya
pendek. Sekali golok diputar maka bertaburlah sinar
hitam berbentuk lingkaran, menebar hawa dingin
menggidikkan. Momok Dempet Tunggul Gono melompat sambil
tusukkan tangan kirinya yang disambung dengan
selongsong besi dan memiliki ujung lancip berkeluk.
Yang diarah adalah leher lawan. Kehebatan selongsong
besi ini, jika lawan mampu mengelak maka dia akan
menarik tangannya. Ujung besi yang berbentuk lancip
berkeluk dengan sendirinya akan mengait lawan dari
belakang. Murid Sinto Gendeng gerakkan tangan kiri, siap
menyambut serangan dua lawan dengan pukulan Sinar
Matahari. Sementara tangan kanan bergerak untuk
mencabut Kapak Maut Naga Geni 212. Tapi Wiro jadi
tersurut mundur dua langkah ketika tiba-tiba dua sinar merah berkiblat,
menyambar dari kiri ke kanan,
menyapu ke arah dua orang yang mengirimkan
serangan. Iblis Batu Hitam berseru keras, melompat mundur
dengan muka pucat sambil kibas-kibaskan tangan
kanan. Golok bermata dua terpaksa dilepaskannya,
dibanting demikian rupa dan menancap di tanah. Dua
mata golok saat itu telah berubah menjadi besi panas membara akibat hantaman
sinar merah. Telapak
tangannya sendiri kelihatan merah melepuh!
Dibanding dengan Tunggul Gono, Iblis Batu Hitam
masih beruntung karena dia bisa membuang goloknya
66 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
yang berubah menjadi besi menyala. Tunggul Gono
menjerit kalang kabut. Selongsong besi yang menjadi
sambungan tangan kirinya juga telah berubah menjadi
besi membara. Karena besi itu terkait kencang ke
lengan sebelah atas maka dia tidak bisa melepaskannya.
Ki Sepuh Item cepat memukul besi panas itu dengan
tongkat tulangnya sehingga lepas dari sambungannya.
"Aku telah memberi pelajaran! Apa kalian masih keras kepala" Lekas menyingkir
dari tempat ini! Bawa
dua orang itu!" Yang berucap adalah Bunga.
"Gadis makhluk alam roh!" yang berkata dengan suara lantang adalah Iblis Kepala
Batu Alis Empat alias Iblis Kepala Batu Pemasung Roh. "Mentang-mentang kau bisa
mempecundangi kedua orang itu, jangan
bersikap sombong pongah. Ilmu kesaktian Roh Mendera
Bumi yang tadi kau perlihatkan tidak ada arti apa-apa bagiku! Kau sudah terlalu
lama gentayangan di alam
yang bukan alammu! Tiba saatnya aku memasungmu.
Sampai kiamat kau tak bakal bisa kemana-mana lagi!"
Habis berkata begitu Iblis Kepala Batu Alis Empat
kedipkan matanya tiga kali berturut-turut. Pendupaan
menyala di atas kepalanya yang berbentuk batu segi
empat mengobarkan api dan mengepulkan asap
sebanyak tiga kali.
"Apa yang hendak dilakukan bangsat kepala batu ini," pikir Wiro.
Bunga memperhatikan setiap gerak dan perbuatan
Iblis Kepala Batu Alis Empat dengan dada berdebar.
Ketika dilihatnya orang itu mengambil guci yang
tergantung di pinggangnya, gadis dari alam roh ini segera maklum apa yang hendak
dilakukan orang.
Dengan cepat dia hentakkan kaki kanan ke tanah. Di


Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanah muncul cahaya merah, menjalar naik memasuki
tubuhnya, terus ke kepala. Begitu cahaya merah sampai di mata, dari sepasang
mata si gadis berkiblat dua
larik sinar merah, menggunting ke arah Iblis Kepala
67 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Batu Alis Empat. Inilah ilmu kesaktian yang disebut
Roh Mendera Bumi, yang tadi membuat musnah
serangan Iblis Batu Hitam dan Tunggul Gono.
Iblis Kepala Batu dengan tenang angkat tangan
kirinya sementara tangan kanan memegang guci
perunggu, perlahan-lahan diletakkan di atas pendupaan yang menyala.
Tangan kiri dan sekujur tubuh Iblis Kepala Batu
bergetar keras ketika dua larik sinar merah sepanas
bara api melabrak tubuhnya. Tapi ternyata dua sinar
maut itu tidak sampai menyentuh dirinya, tertahan satu jengkal. Untuk menahan
serangan gadis alam roh itu.
Iblis Kepala Batu mengerahkan seluruh tenaga luar
dalam, menguras seluruh hawa sakti yang dimilikinya.
Tubuhnya bergetar hebat, mandi keringat. Sepasang
matanya yang merah seperti dikobari api. Taring yang
mencuat dari sudut-sudut bibirnya kelihatan bertambah panjang. Tiba-tiba Iblis
Kepala Batu dorongkan tangan kirinya sambil meniup ke depan.
"Bummm!"
Satu ledakan dahsyat menggema. Puncak bukit
bergoyang. Pohon-pohon teh rambas. Dangau di
belakang sana roboh. Pendekar 212 Wiro Sableng
terhuyung-huyung lalu jatuh terduduk. Iblis Kepala Batu tak kuasa menahan
getaran yang mendera sekujur
tubuhnya, perlahan-lahan jatuhkan diri, berlutut di tanah, mulut komat-kamit.
Bunga kelihatan masih mampu berdiri walau sekujur
tubuhnya juga dilanda getaran dahsyat. Wajahnya yang
cantik tambah pucat. Mendadak gadis alam roh ini
merasa tubuhnya seperti leleh. Memandang ke depan,
dari kiri kanan sosok Iblis Kepala Batu muncul dua
makhluk raksasa melayang, mengenakan cawat,
berambut panjang yang dijalin sampai ke punggung.
Bunga bisa melihat dua makhluk ini, tetapi Wiro tidak.
"Dua jin dari alam roh," desis Bunga. "Celaka! Aku 68 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
tidak mungkin melawannya." Bunga berpaling ke arah Wiro. Ketika Wiro memandang
padanya gadis ini cepat
angkat tangan kanan memberi tanda. "Wiro, lekas
tinggalkan tempat ini!" Bunga berteriak.
Wiro tidak tahu apa yang akan terjadi. Dia kumpulkan tenaga lalu melompat
bangkit. Kapak Maut Naga Geni 212
sudah tergenggam di tangan.
"Wiro, lekas lari! Tinggalkan tempat ini! Cepat!"
Kembali Bunga berteriak.
Tiba-tiba Wiro mendengar suara menggemuruh.
Suara teriakan si gadis lenyap ditelan gemuruh itu.
Lalu Wiro melihat Bunga meronta-ronta kian kemari
seperti ada yang memegangi dan menyeretnya. Sesaat
kemudian sosok gadis ini naik ke udara dan anehnya,
tubuhnya berubah menjadi asap panjang, mengecil,
melayang meliuk-liuk masuk ke dalam mulut guci
tembaga kuning di atas kepala Iblis Kepala Batu.
"Astaga! Apa yang terjadi dengan gadis itu?" ujar murid Sinto Gendeng dengan
mata terbelalak.
"Bunga!" Wiro berusaha mengejar sambil kiblatkan kapak saktinya. Cahaya putih
menyilaukan dan panas
disertai gaung seperti ribuan tawon mengamuk
memenuhi udara.
Iblis Kepala Batu angkat tangan kirinya. Kembali
terdengar suara,menggemuruh. Wiro merasakan ada
dua sambaran angin di kiri kanannya seolah ada dua
makhluk besar tak kelihatan mendatangi. Lalu dua
tangan tak kelihatan mendorongnya hingga dia
terbanting jatuh punggung di tanah. Kapak sakti terlepas jatuh dari tangannya.
Ketika dia berusaha bangkit sambil berusaha menghantam dengan dua pukulan tangan
kosong, satu kaki yang tidak kelihatan menginjak
dadanya, membuat Wiro tidak berdaya. Tak mampu
menggerakkan tangan bahkan nafasnyapun seperti
amblas! Iblis Kepala Batu Alis Empat tertawa mengekeh.
69 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Budak gondrong!" katanya pada Wiro. "Kalau aku ingin membunuhmu gampang saja.
Semudah meniup debu di tangan. Tapi biar nyawamu kuserahkan pada
sahabatku Ki Sepuh Item. Ha... ha... ha! Selamat tinggal Pendekar 212. Apa yang
kucari sudah kudapat. Ha...
ha... ha!"
Iblis Kepala Batu buka mulutnya. Dari dalam mulut
dia muntahkan satu benda berwarna hitam. Benda ini
kemudian disumpalkannya ke mulut guci tembaga. Dia
memandang sekali lagi ke arah Wiro lalu didahului suara tawa panjang sosoknya
berkelebat lenyap dari
pemandangan.' Saat itu juga injakan berat di dada Pendekar 212
lenyap. Tanpa perdulikan kapak yang masih tergeletak
di tanah dengan cepat Wiro melompat, mengejar ke
arah berkelebatnya Iblis Kepala Batu Alis Empat.
"Iblis jahanam!" Wiro berteriak. Dia lepaskan Pukulan Kilat Menyambar Puncak
Gunung dengan tangan
kiri sementara tangan kanan berbarengan didorong
melancarkan pukulan Tangan Dewa Menghantam Batu
Karang yakni pukulan ke dua dari enam pukulan sakti
yang dipelajarinya dari Kitab Putih Wasiat Dewa. Pohon-pohon teh di puncak bukit
hancur berantakan, mental
bertaburan di udara. Sayangnya Iblis Kepala Batu Alis Empat telah lenyap, hanya
suara tawanya yang masih
tertinggal mengumandang.
"Celaka! Bunga... gadis itu lenyap masuk ke dalam guci tembaga! Bagaimana aku
harus menolongnya!"
Wiro kepalkan tangan, cemas sekali dan juga geram
marah luar biasa. Kemarahannya kini ditujukan pada
Iblis Batu Hitam, Tunggul Gono dan Ki Sepuh Item
alias Si Tongkat Akhirat. Lebih-lebih ketika dilihatnya Ki Sepuh Hitam si kakek
kulit gosong tengah
membungkuk hendak mengambil Kapak Maut Naga Geni
212 yang tercampak di tanah. Didahului bentakan keras murid Sinto Gendeng
Matahari Esok Pagi 7 Pendekar Naga Putih 18 Dewi Baju Merah Api Di Puncak Sembuang 1
^