Gondoruwo Patah Hati 1
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati Bagian 1
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Episode 123 Ebook by : Tiraikasih
Scan kitab by : Huybee
1 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
BASTIAN TITO GONDORUWO PATAH HATI
TUBUH SI NENEK BERGETAR KERAS, BASAH OLEH
KERINGAT. RACAU DARI MULUTNYA SEMAKIN KERAS
PERTANDA APAPUN YANG TENGAH DILAKUKAN PEREMPUAN TUA INI AKAN SEGERA
MENCAPAI PUNCAKNYA. DALAM KEADAAN SEPERTI ITU MENDADAK
DI UDARA PAGI TERDENGAR SUARA BERDESING. SATU
BENDA HITAM MELESAT SEPERTI JATUH DARI LANGIT, MELAYANG TURUN DAN BLUKK! JATUH
TEPAT DI PANGKUAN SI NENEK.
SUARA RACAU SI NENEK LENYAP, BERGANTI DENGAN
JERITAN KERAS. TUBUHNYA TERHENYAK JATUH KE BATU
BESAR, LALU TERGULING KE BAWAH DAN TERJENGKANG
DI TANAH. DI PANGKUANNYA SAAT ITU, SEOLAH
LENGKET, MELINGKAR SOSOK SEORANG ANAK LELAKI
BERUSIA SEKITAR DUA BELAS TAHUN, BERPAKAIAN
HITAM, BERAMBUT JABRIK.
"BOCAH JAHANAM! KAU YANG JADI GARA-GARA!
KUBUNUH KAU!"
2 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
PERAPIAN telah lama padam. Dinginnya udara men-
jelang pagi itu terasa semakin mencucuk. Di samping
perapian tergolek bergelung sosok seorang pemuda
berpakaian biru. Tampaknya dia tertidur pulas, tak perduli embun mulai membasahi
pakaian dan tubuhnya.
Kenyenyakan tidur si pemuda tidak berlangsung lama.
Beberapa saat berselang kelopak matanya yang terpejam kelihatan bergerak-gerak.
Telinga kiri yang lebih dekat ke tanah mendengar satu suara di kejauhan, membuat
dia terjaga. Sepasang mata itu membuka makin lebar. Si
pemuda bangkit, duduk, memasang telinga.
"Derap kaki kuda. Dipacu sangat kencang ke arah sini.
Firasatku mengatakan bakal terjadi satu kejadian buruk.
Sebaiknya aku berlaku waspada, berjaga-jaga...."
Pemuda berambut licin, berkumis kecil rapi ini meman-
dang berkeliling. Perlahan-lahan dia bangkit berdiri.
Sesaat dia memandang ke arah datangnya suara derap
kaki kuda. Lalu dengan satu gerakan luar biasa
cepatnya, laksana hembusan angin tubuhnya melesat
ke atas cabang satu pohon besar. Mendekam dalam
gelap di balik kerimbunan ranting dan dedaunan,
menunggu. Si pemuda tidak menunggu lama. Suara kaki kuda
yang tadi dipacu kencang datang mendekat tapi berubah perlahan. Lalu dari dalam
kegelapan muncul kepala
seekor kuda hitam. Menyusul kelihatan penunggangnya.
Ternyata di atas punggung binatang itu bukan cuma
satu orang, melainkan ada dua penunggang.
Orang pertama adalah kakek mengenakan jubah
3 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kelabu penuh renda kuning. Di pinggangnya melilit
seutas tali kuning, dihias rumbai-rumbai pada kedua
ujungnya. Kakek yang mulutnya selalu komat kamit ini
memutar kudanya beberapa kali mengelilingi perapian.
Sepasang mata berputar, memperhatikan tajam keadaan
sekitarnya. "Apinya memang padam. Tapi aku masih merasa ada hawa panas. Berarti di tempat
ini sebelumnya ada orang.
Lalu menghilang kemana?" Si kakek memandang ber-
keliling. Semula dia hendak berhenti sekedar istirahat di tempat itu. Namun
niatnya dibatalkan. Rasa tidak enak menyamaki hatinya.
Di depan sosok si kakek, di atas punggung kuda
kelihatan orang kedua. Orang ini tidak duduk seperti
keadaannya kakek itu tetapi menggeletak menelungkup.
Dan dia adalah seorang perempuan. Sesekali tangan
kiri si kakek kelihatan mengusap tubuh perempuan itu
sambil berkomat-kamit dan menyeringai.
Di atas pohon besar, pemuda berpakaian biru
memperhatikan sambil membatin. "Aku tidak melihat wajahnya, tapi dari keadaan
tubuhnya perempuan itu
masih muda. Menelungkup di atas kuda, mungkin
pingsan atau ditotok. Melihat cara si kakek mengelus
tubuh perempuan itu agaknya ada yang tidak beres.
Jangan-jangan...." Setelah memperhatikan sekelilingnya sekali lagi, kakek
berjubah kelabu memutuskan
meninggalkan tempat itu. Tali kekang disentakkan. Kuda tunggangan menghambur ke
depan, menembus kegelapan
malam. Di atas pohon pemuda berpakaian biru usap-usap
dagu sambil berpikir. "Belakangan ini aku banyak menyirap kabar menggemparkan.
Terutama beberapa
kejadian di Kotaraja. Orang tua tadi, aku belum pernah melihatnya sebelumnya.
Tapi melihat kepada ciri-cirinya besar kemungkinan dialah tokoh silat Keraton,
momok cabang atas yang dijuluki Hantu Muka Licin Bukit Tidar.
4 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Wajahnya kulihat biasa-biasa saja, mengapa sampai
punya gelar aneh seperti itu" Dia memboyong seorang
perempuan muda. Mungkin perempuan culikan Aku
sudah mendengar lama, ada beberapa tokoh silat Istana punya sifat keji. Suka
berbuat mesum. Ada baiknya
aku mengikuti kakek itu. Siapa tahu dia pernah bertemu atau melihat saudara yang
tengah aku cari."
Memikir sampai di situ pemuda di atas pohon lalu
berkelebat ke cabang sebelah bawah, melayang turun
ke tanah. Sesaat kemudian laksana terbang dia lari ke arah lenyapnya kakek
penunggang kuda hitam.
Kl BALANGNIPA alias Hantu Muka Licin Bukit Tidar
mempunyai sebuah pondok di Prambangan. Pondok ini
terletak tak jauh dari tikungan Kali Oyo, di satu kawasan ditumbuhi pohon-pohon
besar rapat serta
tertutup oleh semak belukar lebat. Ke pondok inilah si kakek membawa perempuan
boyongannya yang bukan
lain adalah Kinasih, istri mendiang Raden Mas Sura
Kalimarta juru ukir Keraton yang mati dibunuh oleh
seorang pemuda mengaku bernama Bagus Srubud.
Seperti diceritakan dalam Episode sebelumnya (Tiga
Makam Setan) Kinasih sendiri akhirnya jatuh hati pada pemuda itu dan selama
beberapa hari bersenang-senang
di dalam sebuah goa.
Pondok di tikungan Kali Oyo itu walau lama tidak
dikunjungi dan tidak terpelihara namun keadaannya
cukup bersih. Hantu Muka Licin Bukit Tidar baringkan tubuh Kinasih di atas
sebuah ranjang kayu beralaskan
tikar jerami. Sambil pandangi sosok Kinasih, si kakek duduk di tepi ranjang,
komat kami menyeringai.
"Wajah ayu, tubuh bagus. Rejeki besar. Sayang masih pingsan. Membuat aku tidak
sabar. Aku harus melakukan sesuatu agar dia siuman...." Hantu Muka Licin usap
tubuh Kinasih mulai dari kening sampai ke kaki. Usapannya
berhenti di kaki kiri Kinasih. Tiba-tiba jari-jari tangannya memencet urat besar
di atas tumit kiri Kinasih. Begitu 5 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
dipencet jalan darahnya, Kinasih menggeliat dan
keluarkan suara keluhan panjang. Matanya terbuka. Dia masih belum melihat sosok
si kakek. Pandangannya lurus ke atas ke arah atap pondok.
"Di mana aku..." bisik Kinasih. Kepalanya diputar ke kanan. Satu pekikan keluar
dari mulutnya begitu
melihat Hantu Muka Licin. Dia rasa-rasa pernah
melihat orang tua ini sebelumnya, tapi karena
ingatannya belum pulih benar dia tidak tahu kapan
atau dimana. Kinasih bergerak bangkit, beringsut ke
sudut ranjang. "Orang tua, siapa kau" Aku berada di mana?"
Hantu Muka Licin menjawab pertanyaan Kinasih dengan tawa mengekeh. "Aku suamimu
sendiri, apa tidak
mengenali" Saat ini kita berada di pondok milikku. Pondok buruk memang, tapi
kita berdua bisa menjadikan tempat ini satu sorga dunia! Ha... ha...ha...!"
Kagetlah Kinasih mendengar ucapan itu. Wajahnya
serta merta menjadi pucat. "Orang tua, beraninya kau mengaku suamiku. Kalau
otakmu tidak miring pasti...."
Gelak Hantu Muka Licin kembali meledak. "Kau tidak mengakui aku sebagai suamimu"
Ha... ha...! Apakah aku lebih buruk dari mendiang suamimu si Sura Kalimarta"
Dia hanya seorang juru ukir Keraton. Aku tokoh silat
pejabat Istana! Dia tidak memiliki kejantanan sebagai suami! Aku lebih jantan
dari seekor kuda liar! Ha... ha... ha!
Kinasih.... Kau tidak mau menganggap aku sebagai suami tidak jadi apa. Anggap
saja aku kekasihmu! Ha... ha... ha!"
"Orang tua gila!" Kinasih melompat turun dari ranjang kayu, berusaha lari ke
arah pintu. Tapi pinggangnya dengan cepat dirangkul Hantu Muka Licin. Tubuhnya
kemudian dilemparkan kembali ke atas ranjang.
"Dengar, aku menyelamatkan kau dari tangan Momok Dempet Tunggul Gono. Kau pantas
berterima kasih dengan cara melayani aku sebagai suami, sebagai kekasih!"
Ucapan Hantu Muka Licin memulihkan ingatan Kinasih.
6 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Malam tadi, dia bersama Wiro berada di depan makam
suaminya di satu pekuburan di pinggiran Kotaraja. Lalu muncul kakek berjubah
kelabu ini bersama seorang
bertubuh tinggi seram dikenal dengan nama Tunggul Gono dan membawa sejumlah
pasukan. Mereka menuduh,
Wirolah yang telah membunuh suaminya. Dia bingung
antara percaya dan tidak. Lalu terjadi pertempuran.
Wiro menghancurkan tangan kiri Tunggul Gono. Wiro
sendiri kemudian roboh di tangan kakek berjubah kelabu ini. Lalu si kakek
menyambar tubuhnya, menaikkannya
ke atas kuda. Di atas kuda Kinasih berusaha
membebaskan diri tapi sia-sia belaka. Malah karena
kehabisan tenaga perempuan ini akhirnya jatuh pingsan.
Kinasih serta merta sadar bahwa dirinya dalam bahaya.
Kakek satu ini punya maksud jahat terkutuk atas dirinya.
Kata-kata si kakek bahwa dia telah menyelamatkan
dirinya dari tangan Tunggul Gono hanya omong kosong
belaka karena sebenarnya dia sendiri sudah punya maksud keji.
"Orang tua, jika kau benar-benar tokoh silat pejabat Istana, kau harus
menolongku. Membawa aku kembali
ke Kotaraja...."
"Itu soal mudah, bisa aku lakukan kemudian.
Jangankan ke Kotaraja, ke bulan pun kau akan
kuantarkan. Ha... ha... ha!"
Tiba-tiba Hantu Muka Licin melompat naik ke atas
ranjang. Kinasih terpekik. Kaki kanannya didorongkan
ke dada Hantu Muka Licin. Dua tangan si kakek dapat
memegang kaki itu di bagian paha. Ketika dua
tangannya direnggutkan ke bawah, kain panjang yang
dikenakan Kinasih robek besar, melorot turun.
Kinasih kembali menjerit. Cepat tutup auratnya yang tersingkap. Sebaliknya Hantu
Muka Licin berkomat-kamit, mengekeh panjang. Dua tangannya kembali
bergerak. Kinasih jatuh tertelentang di atas ranjang kayu.
7 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Kinasih berusaha melawan. Tapi Hantu Muka Licin kuat sekali. Apalagi saat itu
setan nafsu turut membantu memberi kekuatan padanya. Sebentar saja Kinasih sudah
terkapar di atas ranjang dalam keadaan tidak berdaya.
Hantu Muka Licin tertawa panjang. Dengan cepat
dia tanggalkan jubah kelabunya.
Di atas atap pondok, pemuda baju biru berkumis kecil yang sejak tadi mendekam
mengintip apa yang terjadi,
tanpa tunggu lebih lama segera saja hendak menjebol
atap dan melesat turun ke dalam pondok. Namun tidak
terduga mendahului gerakannya tiba-tiba terdengar suara bentakan.
"Tua bangka keparat! Kalau mencari' kesenangan jangan serakah sendiri saja!"
Bersamaan dengan itu dinding pondok sebelah kanan
jebol. Sesosok tubuh melesat masuk. Di lain kejap
ranjang kayu di atas mana Hantu Muka Licin siap-siap
hendak menindih tubuh Kinasih mencelat ke atas, hancur berantakan. Kinasih
menjerit keras. Hantu Muka Licin
keluarkan kutuk serapah. Sementara Kinasih jatuh
terkapar di lantai, si kakek membuat gerakan jungkir
balik. Sambil melesat ke sudut pondok dia lepaskan satu pukulan tangan kosong ke
arah sosok yang barusan
masuk ke dalam pondok dengan cara menjebol dinding!
Tapi serangannya luput karena yang dihantam ternyata
mampu berkelit gesit. Lalu di dalam pondok terdengar
suara tawa mengekeh disertai menebarnya bau yang
tidak sedap. Di atas atap, pemuda baju biru memperhatikan terheran-heran. "Makhluk aneh, mata
lebar kuping terbalik! Dia ini mau menolong atau ikut minta bagian"!"
* * * 8 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
JAHANAM kurang ajar!" membentak Hantu Muka Licin begitu mengenali siapa adanya
orang di dalam pondok.
"Bukankah kau cecunguk mengaku berjuluk Setan
Ngompol, yang mengencingi sumur sumber air mandi Sri Baginda"! Dijebloskan dalam
penjara! Mengapa bisa
lolos"!"
Orang yang muncul di dalam pondok memang Si Setan
Ngompol yang belum lama berselang diselamatkan oleh
Wiro dan gadis cantik dari alam roh bernama Suci alias Bunga.
"Bagus kau masih mengenali siapa diriku. Sekarang ayo kau lepaskan perempuan
itu! Jangan sampai aku sewot
mengencingi mukamu!"
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar-benar kurang ajar berani mati! Baru jadi setan kecil sudah berani mencari
perkara dengan aku hantu
besar!" "Ha... ha! Apamu yang besar" Anumu" Kejahatanmu"
Atau nafsu terkutukmu"!"
"Tua bangka tak tahu diri! Tampang dan badan tidak karuan! Kau muncul mau minta
bagian rupanya! Baik, ini bagian untukmu!" Selesai membentak Hantu Muka Licin
cepat loloskan tali kuning yang melilit di pinggang. Begitu tali diputar,
menggaung bunyi dahsyat disertai berkiblat-nya cahaya kuning berbentuk
lingkaran, memapas laksana senjata tajam ke arah Setan Ngompol. Kinasih
menjerit, jatuhkan diri ke lantai. Setan Ngompol tercekat dan
langsung kucurkan air kencing.
"Braakk!"
Empat dinding pondok hancur. Pondok itu sendiri seperti diangkat angin puting
beliung, melesat ke udara lalu
9 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
hancur berantakan!
Tubuh Kinasih ikut terlempar ke udara lalu melayang jatuh dengan kepala lebih
dulu. Perempuan ini menjerit keras. Sesaat lagi kepalanya akan remuk menumbuk
tanah tiba-tiba satu bayangan biru berkelebat menyambar tubuhnya. Di lain saat
Kinasih merasakan dirinya
seperti dibawa terbang lalu di satu tempat yang aman
perlahan-lahan diturunkan ke tanah di belakang pohon besar. Semula perempuan
muda ini hendak menjerit lagi, tetapi ketika melihat siapa yang menolongnya
hatinya menjadi lega malah diam-diam merasa senang.
"Kau... kau siapa...?" Kinasih bertanya pada pemuda gagah berpakaian biru,
berambut licin dan memelihara kumis hitam rapi yang barusan menyelamatkannya.
"Namaku Adimesa. Kau tak usah takut. Tetap berada di balik pohon ini...."
"Kau mau kemana?" tanya Kinasih sambil memegang lengan si pemuda.
"Kakek mata jereng berkuping terbalik yang menolongmu tadi. Ilmunya memang
tinggi tapi dia bakal menemui kesulitan menghadapi lawannya. Aku harus
menolongnya."
"Buat apa ditolong. Dia bisa saja sama bejatnya dengan jahanam berjubah kelabu
itu...." "Akan kita lihat nanti. Kau tunggu di sini," jawab Adimesa.
Hancurnya pondok membuat perkelahian antara
Hantu Muka Licin dan Setan Ngompol kini berlangsung
di tempat terbuka sementara langit di ufuk timur mulai kelihatan terang pertanda
fajar sebentar lagi akan menyingsing.
Saat itu Hantu Muka Licin tengah melakukan serangan gencar. Cahaya kuning yang
memancar dan tali ikat
pinggangnya yang merupakan senjata andalan mengurung
Setan Ngompol. Yang diserang berkelebat gesit, sambil balas menghantam dengan
pukulan-pukulan sakti
10 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
sementara kencingnya terus memancar tak berkeputusan, muncrat kemana-mana bahkan
ada yang menyiprat ke
wajah Hantu Muka Licin, membuat orang ini menjadi
marah besar dan lancarkan serangan habis-habisan.
Walau terdesak hebat namun Setan Ngompol tidak
mau kalah. Dia bertahan mati-matian. Serangan-
serangan balasannya datang tidak terduga dan cepat
sekali. Bahkan beberapa kali dia berhasil menyusup
menembus lingkaran cahaya kuning lalu
menghantamkan jotosan ke dada dan perut lawan!
Hantu Muka Licin kertakkan rahang. Mulutnya
berkomat-kamit seperti membaca mantera. Tiba-tiba
dia membentak garang. Lingkaran sinar kuning yang
mengurung Setan Ngompol menebar hawa dingin.
Bersamaan dengan itu Setan Ngompol merasakan
dirinya tergulung, tersedot masuk ke dalam putaran
cahaya kuning yang dengan cepat menciut segera aneh!
Setan Ngompol berseru keras. Dia berusaha loloskan diri dari sedotan cahaya
kuning dengan cara melesat
ke atas. Dari atas lalu lancarkan dua serangan maut.
Yang pertama berupa tendangan dalam jurus Setan
Ngompol Mengencingi Pusara.
Serangan ke dua berupa pukulan tangan kosong
dalam jurus Setan Ngompol Mengencingi Bumi. Angin
dahsyat disertai semburan air kencing menebar bau
pesing menderu ke arah Hantu Muka Licin.
" Keparat!" rutuk Hantu Muka Licin. Kakek ini lipat gandakan tenaga dalamnya
ketika melihat bagaimana
lawan sanggup menembus lingkaran cahaya kuning.
Tangan kanan digerakkan secara aneh sedang mulut
berteriak "Sedot!"
Saat itu juga Setan Ngompol keluarkan seruan
tertahan. Air kencingnya mengucur deras. Dia rasakan
tendangannya hampir menyentuh batok kepala
la wan.Tapi entah mengapa tiba-tiba seperti ada tembok gaib menahan kakinya.
Lalu cepat sekali tubuhnya
11 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
seperti ditarik masuk ke dalam lingkaran, terseret ke bawah. Jika dia tadi mampu
keluar dari sedotan sinar
kuning kali ini seolah tak punya daya sosoknya
menggapai-gapai kian kemari. Kalau dia sampai masuk
ke dalam inti atau pusaran lingkaran cahaya kuning,
sekujur sosok kakek bermata jereng ini akan remuk
seperti dijepit batu besar!
" Kau mau menghancurkan tubuhku! Aku tidak takut mati!" teriak Setan Ngompol.
Pemuda berpakaian biru yang menyaksikan kejadian
itu geleng-geleng kepala. " Kakek edan, apa betul dia tidak takut mati"!"
Masih dalam keadaan melayang, tersedot ke bawah
tiba-tiba Setan Ngompol selorotkan celana bututnya di sebelah depan. Lalu
serrrrrrr! Hantu Muka Licin berteriak marah melihat apa yang
dilakukan lawan. Terlebih karena pipi dan bahu kirinya sempat terkena guyuran
air kencing Setan Ngompol.
Setan Ngompol tertawa tergelak, berusaha melayang
turun sambil jauhkan diri dari lawan.
Memaki panjang pendek Hantu Muka Licin usap
wajahnya dengan tangan kiri. Saat itu juga wajah itu
berubah licin. Hidung, mata dan mulut lenyap entah
kemana! Suara tawa Setan Ngompol mendadak sirap!
Si kakek mata jereng terkesiap kaget melihat perubahan pada wajah lawannya.
Kesempatan seperti inilah yang
ditunggu Hantu Muka Licin Bukit Tidar. Dengan cepat
dia kibaskan tali kuning di tangan kanan. Saat itu juga enam puluh jarum putih
menderu berkilauan dalam
gelapnya udara, menghambur ke arah enam puluh titik
darah di muka dan tubuh Setan Ngompol.
Selama ini tidak satu musuhpun sanggup menyelamatkan diri dari jarum maut
bernama Jarum Perontok Syaraf itu. Dalam waktu satu hari satu malam nyawanya
tidak akan ketolongan akibat racun jahat yang ada di jarum.
Kalaupun korban bisa bertahan hidup, atau mampu
12 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
mencabut jarum-jarum itu, maka bekas tusukan pada kulit dan daging akan
membusuk. Dia akan menjadi cacat
mengerikan dan menjijikkan seumur hidup! Pendekar 212
Wiro Sableng telah mengalami hal ini. Untung saja dia masih sempat diselamatkan
oleh Bunga, gadis dari alam roh yang juga dikenal dengan nama Suci. Bunga bukan
saja mencabut puluhan jarum yang menancap di tubuh
pemuda yang dikasihinya itu, tapi sekaligus memusnahkan racun yang mendekam di
permukaan kulit dan daging
tubuh Wiro hingga dia terhindar dari kebusukan.
Setan Ngompol sadar kesalahan yang dibuatnya.
Dalam keadaan seperti itu dia tidak bisa berbuat suatu apapun. Mata terbelalak,
mulut keluarkan seruan putus asa. Dia masih coba mengangkat tangan untuk
melepaskan pukulan tangan kosong berkekuatan tenaga
dalam penuh. Namun terlambat. Kecuali ada keajaiban,
kakek satu ini tidak akan tertolong.
Hanya sesaat singkat puluhan jarum akan menancap
di muka dan tubuh Setan Ngompol, tiba-tiba berkelebat satu bayangan biru
disertai suara srett... srett! Tujuh warna aneh memancar di udara yang masih
gelap. Membentuk tameng setengah lingkaran.
"Sett... s'ettt!"
Puluhan jarum terbendung di udara, menancap di
satu permukaan yang masih belum jelas apa adanya.
Hantu Muka Licin berseru kaget ketika dapatkan
dirinya terdorong keras hingga terjajar dua langkah ke belakang. Dadanya
mendenyut sakit dan jalan darahnya
jadi tidak karuan. Dia coba bertahan, lututnya goyah.
Kalau tidak cepat dia mengimbangi diri niscaya jatuh
terhenyak di tanah. Setelah mengerahkan segala
kekuatan dan kemampuan, masih untung dia hanya
jatuh berlutut.
Malu dan marah berkecamuk di dalam diri si kakek.
Wajahnya yang tadi licin serta merta kembali ke
asalnya. 13 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Dua matanya membeliak besar ketika melihat
bagaimana rumbai-rumbai pada dua ujung tali yang jadi senjata andalannya saat
itu telah gugus berputusan.
Ketika dia menggerakkan tali, kakek ini keluarkan
seruan tertahan. Seperti terbakar dan berubah jadi
debu, tali kuning itu rontok jatuh ke tanah. Dengan
mata menyorot si kakek memandang ke depan. Hatinya
menyumpah habis-habisan.
Di hadapannya, hanya dua langkah di depan kakek
berjuluk Setan Ngompol, tegak seorang pemuda
berpakaian biru. Rambutnya disisir rapi ke belakang,
licin berkilat karena memakai sejenis minyak. Di atas bibirnya menghias kumis
kecil rapi. Pembawaannya
sangat tenang. Di tangan kirinya pemuda berwajah
gagah ini memegang sebuah benda yang ternyata adalah
sehelai kipas tujuh lipatan. Masing-masing lipatan
berwarna berbeda, sesuai dengan warna pelangi.
Melihat kipas di tangan si pemuda berubahlah wajah
Hantu Muka Licin.
14 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
PENDEKAR Kipas Pelangi," ucap Hantu Muka Licin dengan suara perlahan tercekat.
"Kalau tidak salah, bukankah saat ini aku berhadapan dengan seorang tokoh besar
rimba persilatan, bernama Ki Balangnipa, berjuluk Hantu Muka Licin Bukit Tidar."
Hantu Muka Licin keluarkan suara bergumam.
Perlahan-lahan dia bangkit berdiri. "Kalau memang sudah tahu siapa diriku,
mengapa berani mencampuri
urusan orang"!" Berucap Hantu Muka Licin.
Pendekar Kipas Pelangi tersenyum lalu membuka mulut menjawab ucapan orang.
"Ki Balangnipa, ketahuilah di dunia ini pada dasarnya tidak ada satu orangpun
suka mencampuri urusan orang
lain. Tapi kalau yang namanya urusan menyangkut
kejahatan keji seperti perbuatan mesum yang hendak
kau lakukan terhadap perempuan muda itu, rasanya
tidak ada satu orang pun di rimba persilatan yang mau berpangku tangan begitu
saja." "Sombong sekali bicaramu. Membuat aku muak! Jangan mengira dengan kepandaianmu
kau telah merasa jadi
tokoh paling hebat dalam rimba persilatan."
Si pemuda hanya tersenyum tenang mendengar kata-
kata itu. Dia dekatkan kipas di tangan kiri ke wajahnya.
Dia pandangi sesaat enam puluh jarum putih yang me-
nancap di permukaan kipas itu. Lalu mulutnya meniup.
Enam puluh jarum serta merta luruh berjatuhan, amblas masuk ke dalam tanah.
Sesaat tengkuk Hantu Muka Licin terasa dingin menyaksikan kejadian itu. Tapi dia
menjaga agar tidak terjadi perubahan pada wajahnya. Setan
Ngompol yang ikut menyaksikan tahu betul. Kalau pemuda 15 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
baju biru itu mau, puluhan jarum yang menancap dikipas bisa dihantamkannya
kembali pada si pemilik.
"Pendekar Kipas Pelangi!" si kakek tiba-tiba membentak.
"Kau boleh merasa punya ilmu tinggi! Tapi jangan me-nyombongkan kepandaian di
depanku! Jauh sebelum kau
dilahirkan ibumu ke dunia, aku sudah malang melintang di rimba persilatan!"
Tiba-tiba terdengar orang tertawa bergelak. Yang
tertawa adalah kakek mata jereng Setan Ngompol.
"Bicara ngelantur boleh saja. Tapi mengapa membawa Ibu orang! Menyebut-nyebut
soal lahir segala! Mengapa tidak menyebut dukun beranaknya sekalian"! Atau
mungkin kau punya kepandaian seperti dukun beranak.
Buktinya tadi kau hendak menanggalkan pakaian
perempuan cantik itu! Apakah dia mau beranak" Aneh,
hamil tidak, bunting juga tidak! Bagaimana bisa beranak"
Ha... ha... ha... ha!"
"Tua bangka sinting!" maki Hantu Muka Licin pada Setan Ngompol. "Kalau urusanku
dengan pemuda ini selesai, aku akan carikan tempat paling baik untukmu di
neraka!" "Walah!" Setan Ngompol berseru dan melompat berdiri sambil kucurkan kencing.
"Aku baru tahu kalau kau ini mandor neraka rupanya! Ha... ha... ha!"
Tak dapat menahan amarahnya Hantu Muka Licin
melompat ke arah Setan Ngompol sambil melepas satu
pukulan tangan kosong. Namun dari samping ada deru
angin menahan gerakannya. Ternyata dengan menggerak-
kan kipas saktinya, tanpa membukanya, Adimesa berhasil mementahkan serangan
Iblis Muka Licin.
"Pemuda setan!" kutuk Hantu Muka Licin. "Kau sudah bertindak terlalu jauh!
Namamu sejak dua tahun
belakangan ini memang telah menggegerkan rimba per-
silatan tanah Jawa. Sayangnya hal itu telah membuat dirimu menjadi sombong!
Padahal sifat sombong,
memandang rendah orang lain hanya satu jengkal dari
liang kubur!"
16 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Pendekar Kipas Pelangi cuma tersenyum mendengar
ucapan itu. Sikapnya tenang, sama sekali tidak tampak rasa amarah. Masih
tersenyum dia berkata. "Aku tidak menyangka, juga tidak tahu bagaimana caranya
kau menghitung jarak antara kesombongan dengan liang
kubur. Lagipula, siapa yang bersifat sombong
merendahkan"!"
"Sahabatku muda, tuan penolong, aku tahu cara kakek muka pantat itu menghitung
jarak antara
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesombongan dengan liang kubur!" Si Setan Ngompol membuka mulut.
Pendekar Kipas Pelangi palingkan kepala ke arah Setan Ngompol. Sepasang alisnya
naik ke atas. Lalu tersenyum dan anggukkan kepala. "Orang tua, mohon aku
diberitahu rahasia bagaimana dia mengukur jarak antara
kesombongan dengan liang kubur."
"Mudah saja," jawab kakek mata jereng. "Dia pasti mengukur dengan mempergunakan
tali kuningnya. Tapi
sekarang talinya sudah jadi bubuk, berarti dia tidak
bisa menghitung lagi! Kalau dia mau, paling-paling dia bisa mengukur
mempergunakan anunya. Tapi melihat
potongan badannya aku kira-kira anunya cuma pendek,
tidak sampai setengah jengkal!" Habis berkata si Setan Ngompol tertawa mengekeh
lalu terkencing-kencing.
Tampang Hantu Muka Licin kelihatan merah mengelam.
Sekujur tubuhnya bergetar.
"Benar, aku kira kau benar Kek," menyahut Pendekar Kipas Pelangi menimpali canda
ejek Setan Ngompol.
"Sekarang mohon kau memberitahu, mengapa tadi kau menyebut kakek itu dengan
sebutan kakek muka pantat."
"Gampang saja jawabnya!" sahut Setan Ngompol sambil senyum-senyum. Dia bisa
merubah wajahnya jadi licin, tak ada mata, tak punya hidung, tak punya mulut.
Pantat juga tidak punya mata, tidak punya mulut, tidak punya hidung!
Jadi pantat dan mukanya sama kan" Ha... ha... ha!"
Meledaklah amarah Hantu Muka Licin Bukit Tidar.
17 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Sekali bergerak saja dia sudah melompat ke hadapan
Setan Ngompol. Gerakannya luar biasa cepat.
Setan Ngompol tak tinggal diam, cepat angkat dua
tangannya, satu siap menangkis satunya menggempur.
Tapi saat itu Pendekar. Kipas Pelangi telah mendahului.
Dia berkelebat memotong gerakan Hantu Muka Licin
sekaligus membuat Setan Ngompol menahan gerakan
dua tangannya. Hantu Muka Licin jadi mengkelap. Dari tenggorokannya keluar suara menggembor.
Tangan kanan bergerak
mengebut lengan jubah. Dari ujung lengan jubah itu
menyambar asap berwarna kelabu, menebar bau aneh.
Dari bau itu Pendekar Kipas Pelangi maklum kalau asap itu mengandung racun
sangat berbahaya. Cepat dia tutup jalan nafas dan bersamaan dengan itu tangan
kirinya yang memegang kipas digerakkan.
"Srett!"
Kipas mengembang. Tujuh warna pelangi menyambar.
Asap kelabu beracun berbalik menghantam ke arah wajah Hantu Muka Licin . Kakek
ini berteriak kaget, berusaha menghindar tapi sebagian asap beracun telah
memasuki saluran pernafasannya. Raungan dahsyat melesat dari mulut Hantu Muka
Licin. Mukanya mendadak berubah biru.
Sosoknya lunglai, rubuh ke tanah.
"Celaka! Nyawaku bisa-bisa amblas!" keluh Hantu Muka Licin dengan tengkuk dingin
muka keringatan. Susah
payah dia memasukkan tangan kanan ke balik jubah,
mengeluarkan sebuah tabung kecil terbuat dari bambu.
Penutup tabung dibukanya. Benda berbentuk butir-butiran hitam yang ada di dalam
tabung dituang ke dalam mulut, ditelan dengan cepat. Sesaat dia terkapar di
tanah, tak bergerak. Mata membeliak menatap langit yang mulai
terang. Tiba-tiba kakek ini bangkit berdiri. Tubuh tertekuk.
Mulut terbuka lebar-lebar, matanya mendelik. Lalu dari mulutnya menyembur muntah
keluar cairan biru kehitaman. Itulah racun asap yang tadi sempat dihisapnya. Dia
18 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
masih untung bertindak cepat menelan obat penangkal
hingga lolos dari kematian!
Berdiri terhuyung-huyung Hantu Muka Licin menunjuk tepat-tepat ke arah Pendekar
Kipas Pelangi. "Manusia jahanam! Kau tunggu pembalasanku!" Masih terhuyung-huyung Hantu Muka
Licin putar tubuhnya lalu seperti orang mabok dia lari meninggalkan tempat itu.
Begitu Hantu Muka Licin lenyap. Setan Ngompol segera mendekati Pendekar Kipas
Pelangi sementara Kinasih
dengan agak ragu-ragu melangkah keluar dari balik pohon besar.
"Pendekar gagah, aku tua bangka bau pesing yang biasa dipanggil orang dengan
sebutan Setan Ngompol
menghaturkan banyak terimakasih padamu. Jika tadi
kau tidak menolong, saat ini pasti diriku sudah jadi bangkai tak berguna,
ditancapi puluhan jarum celaka!"
Pendekar Kipas Pelangi tersenyum. Sebelumnya dia
tidak pernah mendengar nama kakek ini. Tapi diam-
diam maklum kalau manusia aneh satu ini bukan orang
sembarangan. Sesaat mata Pendekar Kipas Pelangi seperti mengawasi si kakek, lalu melirik ke
arah Kinasih yang melangkah mendatangi, kembali lagi memandangi Setan Ngompol.
"Kek, tadi waktu kau menjebol dinding dan
menghambur masuk ke dalam pondok, aku mendengar
kau berucap seperti minta bagian ingin mendapatkan
perempuan itu."
"Anak muda, pandangan matamu seolah mencurigai diriku," kata Setan Ngompol. "Aku
tidak menyalahkan dirimu. Apa yang aku ucapkan itu hanya senda gurau
saja. Aku memang suka bergurau, mulutku bisa bicara
jahil seenaknya. Tapi kita sama-sama lelaki...."
"Maksudmu Kek?"
"Maksudku lelaki itu tua atau muda sama saja.
Sama-sama suka melihat wajah cantik dan tubuh mulus!
Apakah kemudian di dalam hatinya muncul maksud
19 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
keji dan mesum, itu persoalan lain...."
"Kau sendiri apa termasuk yang persoalan lain itu?"
tanya Pendekar Kipas Pelangi sambil tersenyum.
Setan Ngompol tertawa gelak-gelak. Lalu goleng-goleng kepala. "Pendekar gagah,
aku sekali lagi mengucapkan terima kasih. Aku tidak bakal melupakan budi perto-
longanmu. Aku mohon pamit...."
"Tunggu dulu Kek," kata Pendekar Kipas Pelangi pula.
"Ada beberapa pertanyaan ingin kusampaikan padamu."
Saat itu Kinasih sudah berada di dekat ke dua orang itu.
Dia memilih tegak di samping si pemuda dan mem-
perhatikan Setan Ngompol tak habis heran. Dalam hati dia membatin.
"Aneh, bagaimana ada manusia seperti ini. Mata jereng, muka jelek, kuping
terbalik, pakaian lusuh compang
camping, bau pesing kencing melulu!"
"Apa yang hendak kau tanyakan, anak muda?"
"Pertama, bagaimana kau bisa terpesat ke tempat ini?"
Setan Ngompol tertawa lebar. "Jika aku bertanyakan hal yang sama padamu, mungkin
jawaban kita tidak berbeda.
Aku berada di satu tempat tak jauh dari sini ketika kakek mesum itu lewat memacu
kuda membawa perempuan.
Tadinya aku mengikuti hanya karena ingin tahu saja.
Ternyata keingintahuanku harus kubayar mahal. Bahkan jiwaku hampir amblas!"
Setan Ngompol tidak mau menceritakan perihal bahwa dia sebenarnya belum lama
terpesat dari Negeri
Latanahsilam dan sejak berpisah dengan Pendekar 212
Wiro Sableng dia tengah mencari bocah aneh bernama
Naga Kuning. Siapa saja yang diceritakan tentang
riwayat Negeri Latanahsilam pasti tidak akan mem-
percayai. Bisa-bisa dia dianggap sinting. "Pertanyaanku ke dua," kata Pendekar
Kipas Pelangi pula. "Apakah kau pernah mendengar seorang pemuda bernama
Adisakal" "Adisaka.... Adisaka...." Setan Ngompol garuk-garuk kepalanya. Hampir terlanjur
mengatakan bahwa selama 20 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Ini dia berada di satu tempat disebut Negeri latanahsilam.
Untung dia cepat menyadari lalu menggelengkan kepala.
"Tidak pernah aku mendengar orang dengan nama itu.
Bagaimana ciri-ciri orang yang kau cari Itu?"
Adimesa menarik nafas dalam. "Itulah sulitnya, aku tidak tahu ciri-cirinya...."
"Aneh, kau mencari orang. Tapi tidak tahu ciri-cirinya."
"Sebenarnya, dia kakakku. Tapi kami berpisah belasan tahun lalu. Sejak kami
masih kecil. Bertahun-tahun aku berusaha mencarinya. Sampai sekarang tidak
berhasil...."
"Ah, kau agaknya punya kisah hidup yang hebat. Dengar anak muda, kau telah
menolongku. Aku berjanji akan
balas menolongmu, mencari keterangan tentang kakakmu
itu." "Terima kasih Kek."
"Sebelum pergi bolehkah aku mengetahui siapa namamu sebenarnya?" tanya Setan
Ngompol. "Namaku Adimesa."
Ketika hendak melangkah pergi Setan Ngompol melirik pada Kinasih lalu berkata.
"Ternyata aku tidak punya maksud menjahilimu 'kan" Ha... ha... ha!"
Kinasih cuma diam tersenyum.
Sesaat setelah si kakek pergi dan malam perlahan-lahan memasuki pagi, Kinasih
berkata. "Seperti kakek aneh tadi itu, aku juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih. Kau...." "Tak usah ucapkan itu," kata Adimesa. "Lebih baik kau ceritakan siapa dirimu,
mengapa sampai dibawa lari ke pondok itu oleh Hantu Muka Licin."
Dengan singkat Kinasih menuturkan malapetaka
yang dialaminya. Mulai dari saat dia diculik oleh lelaki bernama Bagus Srubud
sampai kemudian ditolong oleh
Pendekar 212 Wiro Sableng.
Adimesa terkejut mendengar Kinasih menyebut
nama itu. "Jadi kau ditolong oleh Pendekar 212 Wiro Sableng" Dimana-pendekar itu
sekarang?"
21 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Dia ditangkap oleh orang-orang berkepandaian tinggi dari Keraton," jawab
Kinasih. Lalu perempuan ini bertanya. "Kau pernah tahu orang bernama Bagus
Srubud yang tadi aku ceritakan" Mungkin tahu dimana
aku harus mencarinya?"
Adimesa menggeleng. "Orang seperti itu terlalu berbahaya kalau kau cari. Lupakan
dia. Walau orangnya nyata tapi nama itu kurasa tak pernah ada. Kejahatan
yang dilakukannya atas dirimu pasti akan mendapat
hukuman dari Yang Maha Kuasa. Sekarang yang
penting kau harus segera kembali ke Kotaraja."
Di tempat itu mereka menemukan kuda hitam bekas
tunggangan Hantu Muka Licin yang ditinggal begitu
saja. Sebenarnya Kinasih ingin sekali diantar pulang ke Kotaraja oleh Pendekar
Kipas Pelangi. Tetapi sang
pemuda tidak menawarkan. Kinasih sendiri merasa
sungkan untuk meminta. Padahal diam-diam sebenarnya
hatinya tertarik pada pemuda bertubuh tegap berwajah
gagah ini. Dia merasa menyesal telah menceritakan
riwayat dirinya. Kini Adimesa tentu menganggapnya
sebagai seorang perempuan rendah.
"Kalau saja tadi aku tidak terlanjur bicara berterus terang padanya, mungkin dia
akan suka mengantar
aku ke Kotaraja," kata Kinasih dalam hati.
Sebelum berpisah Adimesa bertanya pada Kinasih.
"Menurutmu apakah tuduhan orang-orang Keraton
bahwa Pendekar 212 yang membunuh suamimu, bisa
dipercaya?"
"Sulit aku menjawab. Sampai saat ini aku masih bingung menyangkut hal yang satu
itu...." Adimesa menepuk pinggul kuda tunggangan Kinasih.
Binatang itu segera melangkah pergi membawa
penunggangnya menuju Kotaraja. Namun naasnya
perempuan muda ini tidak pernah sampai di Kotaraja
dalam keadaan hidup.
Siang di hari yang sama Kotaraja kembali dilanda
22 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kegemparan. Kinasih pertama kali ditemukan para
pengawal di pintu gerbang timur, tertelungkup
melintang di atas punggung kuda. Dua mata membeliak,
wajah menunjukkan bayangan rasa takut amat sangat.
Di keningnya ada guratan angka 212. Jari-jari tangan kanannya tergenggam
kencang. Tubuhnya masih
hangat, pertanda belum lama menemui ajal.
* * * 23 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
HUJAN lebat turun sejak malam menjelang pagi.
Pedataran rendah di hilir Kali Lanang mulai digenangi air.
Kalau hujan tak segera berhenti, hamparan sawah subur yang padinya siap dituai
akan dilanda banjir, para petani akan menderita kerugian datar. Rupanya alam
tidak mau menyengsarakan ummat, apalagi yang namanya rakyat
kecil. Sebelum fajar menyingsing hujan mulai berhenti.
Banjir yang ditakutkan tidak terjadi.
Di satu tempat ketinggian di hulu Kali Lanang, hawa dingin dan kabut tipis
menutupi pemandangan. Samar-samar di bawah bayangan gelap pohon beringin besar
hanya tiga tombak dari pinggiran kali, satu sosok
berjubah hitam duduk tak bergerak di atas sebuah batu besar Sosok ini ternyata
adalah seorang perempuan
tua renta bermuka seram seperti setan.
Saat itu sebenarnya udara dingin bukan kepalang.
Jangankan seorang nenek, orang mudapun pasti akan
menggigil kedinginan. Tetapi disinilah letak keanehan.
Walau udara mencucuk dingin luar biasa, tanah kali
sekitar pohon beringin besar mengeluarkan hawa panas.
Hawa panas yang bersentuhan dengan udara dingin
menimbulkan uap hangat. Uap hangat ini bukan saja
menyelimuti udara di pinggiran kali itu, tetapi juga membungkus batu besar,
terus menyelimuti tubuh si
nenek yang duduk di atasnya, hingga sosok orang tua
berwajah seram itu kelihatan seperti mengepulkan asap putih, mulai dari kepala
sampai ke kaki sementara
sepasang matanya terpejam rapat.
Bersamaan dengan terangnya langit di sebelah timur tanda fajar telah
menyingsing, dari mulut si nenek
keluar suara meracau aneh. Mula-mula perlahan saja,
24 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kemudian berubah keras. Sekujur tubuhnya bergetar.
Uap putih mengepul semakin banyak. Secara aneh sosok
si nenek yang tadi duduk di atas batu perlahan-lahan
bergerak ke atas lalu berhenti mengapung satu jengkal di atas batu. Jelas sudah
si nenek tengah mengerahkan kesaktian dalam semedinya. Jika dia tidak memiliki
tenaga dalam luar biasa, tidak mungkin tubuhnya
mengapung seperti itu.
Di atas kepala, rambutnya yang kelabu awut-awutan naik tegak lurus ke atas,
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seolah berubah menjadi ijuk kaku. Sesaat kemudian jubah hitam yang membungkus
tubuh nenek ini bergerak membuka, seolah ada tangan
gaib yang menanggalkan. Pundak kiri kanan si nenek
tersingkap. Aneh, pundak itu kelihatan putih dan bagus.
Jubah merosot lagi ke bawah, menyembulkan dada. Untuk seorang nenek berusia
hampir delapan puluh tahun seperti dia, dada itu seharusnya hanya tinggal daging
tipis pembalut tulang. Tapi luar biasanya, nenek satu ini masih memiliki dada bagus
dan putih. Jubah hitam merosot lagi, menyingkapkan perut, tertahan sebentar di
pangkuannya lalu jatuh ke atas batu. Sosok tubuh si nenek kini hanya terlindung
kepulan uap putih. Suara gumam racau yang
keluar dari mulutnya terdengar semakin keras. Sementara dua mata masih tetap
terpejam. Menyusul terjadi satu keanehan lagi. Dua tangan si nenek tampak bergetar hebat.
Getaran itu menjalar
sampai ke ujung-ujung jarinya yang berkuku putih
panjang. Lalu di sebelah pundak kiri kanan ada cahaya aneh berwarna merah.
Cahaya ini bergerak ke bawah
sepanjang dua lengan, memasuki dua telapak tangan
terus ke arah sepuluh jari. Perlahan-lahan sepuluh kuku berwarna putih berubah
menjadi merah. Makin merah,
makin merah seolah sepuluh kuku itu telah menjadi
bara menyala. Tubuh si nenek bergetar keras, basah oleh keringat.
Racau dari mulutnya semakin keras pertanda apapun
25 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
yang tengah dilakukan perempuan tua ini akan segera
mancapai puncaknya.
Dalam keadaan seperti itu mendadak di udara pagi
terdangar suara berdesing. Satu benda hitam melesat
seperti jatuh dari langit, melayang turun dan blukkk!
Jatuh tepat di pangkuan si nenek.
Suara racau si nenek lenyap, berganti dengan jeritan keras. Tubuhnya terhenyak
jatuh ke batu besar, lalu
terguling ke bawah dan terjengkang di tanah. Si nenek menjerit lagi ketika dia
mengangkat dua tangan, dia
melihat warna merah bara api di sepuluh kukunya telah lenyap! Di pangkuannya
saat itu, seolah lengket,
melingkar sosok seorang anak lelaki berusia sekitar
dua belas tahun, berpakaian hitam berambut jabrik.
Anak ini sendiri keluarkan seruan tertahan, kaget karena tidak menyangka akan
jatuh begitu rupa di atas
pangkuan seseorang. Padahal sebelumnya, dalam
keadaan setengah sadar setengah pingsan dia sudah
pasrah bahwa tubuhnya akan hancur remuk jatuh
menghantam tanah atau batu.
Si nenek memekik panjang. "Habis! Hancur! Gagal sudah!" Sepasang matanya
mendelik besar memandangi anak lelaki di depannya. "Bocah jahanam! Kau yang jadi
gara-gara! Kubunuh kau!"
Tangan si nenek menjambak rambut jabrik si bocah
lalu anak itu dibantingkannya ke tanah. Si bocah
menjerit kesakitan.
"Remuk... walah.... Remuk tubuhku..." si bocah mengeluh, menggeliat di tanah
lalu berusaha bangkit.
"Bocah setan! Bukan cuma tubuhmu! Nyawamu juga akan kubikin remuk!" Si nenek
membentak, marah luar biasa. Sekali dia melompat kaki kanannya menghantam
ke arah kepala si bocah.
"Nek, tunggu!" si bocah berteriak sambil tutupkan dua tangannya di atas kepala
tapi matanya memperhatikan nakal. "Kalau memang mau membunuhku, jangan
26 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
telanjang begitu rupa. Nanti setan akhirat jadi bingung mau mengirimku ke mana.
Ke sorga atau ke neraka!"
Si nenek hendak menghardik marah tapi sadar kalau
saat itu dia memang tidak mengenakan apapun.
"Hah"!"
Si nenek batalkan tendangannya. Dua tangan sibuk
repot berusaha menutupi aurat yang telanjang. Dia ingat pada jubah hitamnya.
Pakaian itu tergeletak di atas
batu. Disambarnya lalu cepat dikenakan. Ketika dia
selesai berpakaian dilihatnya bocah berpakaian hitam tadi tidak ada lagi di
tempatnya semula.
"Kurang ajar! Lari kemana bocah setan itu! Sampai dimana, sampai kapanpun akan
kucari! Akan kupecahkan batok kepalanya!"
Saking marahnya si nenek gerakkan kaki kanan.
"Braakkk!"
Batu hitam di pinggir kali yang tadi jadi tempat duduk-nya hancur berkeping-
keping. Di atas pohon beringin
anak berusia dua belas tahun yang mendekam di balik
kerimbunan dedaunan delikkan mata, mulut ternganga.
"Makhluk aneh. Tampang berbentuk nenek muka
setan. Tapi mengapa memiliki tubuh begitu bagus dan
mulus" Tapi gila! Batu saja hancur oleh tendangannya.
Apalagi kepalaku! Siapa gerangan adanya nenek ini"
Sebelum celaka di tangannya lebih baik aku cepat-cepat menyingkir dari sini."
Baru saja anak itu berucap dalam hati, seolah tahu kalau orang yang dicarinya
sembunyi di atas pohon, si Nenek tiba-tiba dongakkan kepala lalu pukulkan tangan
kanannya. Dari tangan dan ujung jubah hitam menderu
lalu gelombang angin luar biasa derasnya. Saat itu
juga seluruh daun pohon di balik mana anak berpakaian hitam sembunyi rontok
luruh ke tanah. Si anak jadi
terlihat jelas, tegak sempoyongan di salah satu cabang, muka pucat pasi.
Tubuhnya terasa kaku. Sambaran
angin yang tadi dihantamkan nenek muka setan di bawah 27 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
sana mempengaruhi jalan darahnya.
Sadar kalau orang sudah melihatnya serta sulit bergerak cepat untuk melarikan
diri, anak ini nekad melompat ke bawah. Dua kali jungkir balik tak karuan
akhirnya dia mampu juga menjejak tanah, tegak terbungkuk-bungkuk di depan si
nenek sambil pegangi kepala, takut akan kena gebuk atau ditendang lagi.
"Nek, kalau kau memang mau membunuhku, aku tidak punya daya untuk selamatkan
diri. Tapi aku mau tahu dulu apa dosa kesalahanku hingga kau mau menghabisi
nyawaku." "Bocah setan! Dosa kesalahanmu setinggi langit sedalam laut!" bentak si nenek.
"Walah, begitu amat Nek" Harap kau mau memberitahu yang salah apaku, yang dosa
apaku?" "Jahanam! Empat puluh hari empat puluh malam aku melakukan samadi! Tidak perduli
hujan, tidak perduli
panas. Makan tidak minum juga tidak! Hampir rampung
ilmu yang aku dalami tahu-tahu kau merusak semuanya!
Jahanam betul!"
Si nenek menggembor keras lalu menyergap.
Tangannya kembali menjambak rambut jabrik si bocah.
Ketika dia hendak membantingkan anak itu tak sengaja
sepasang matanya bentrokan dengan dua bola mata si
bocah. Ada sekilas cahaya aneh di mata anak itu
membuat darah si nenek tersirap. Lalu dibalik wajah si bocah, dia seperti
melihat satu wajah lain yang
menyebabkan dadanya berdebar keras.
"Kurang ajar, ada apa dengan anak ini. Matanya menyorotkan ketakutan. Tapi
dibalik bayang ketakutan
Itu aku melihat satu bayangan lain. Hatiku... mengapa hatiku tiba-tiba
bergetar?"
"Bocah setan! Siapa kau adanya! Mengapa berani mengusik semediku, menjatuhkan
diri ke pangkuanku!
Siapa yang menyuruhmu" Siapa yang mengirimmu
ke Banyuanget ini"! Pasti kakek keparat itu!"
28 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Maaf Nek, jangan kau salah mengira. Tidak ada yang mengirimku ke sini! Aku
tidak ada niat mengusik semedi-mu, apa lagi sengaja menjatuhkan diri
kepangkuanmu...."
"Jangan dusta! Kau memang punya niat jahat dan niat cabul!" Si nenek perkencang
jambakannya lalu mengangkat tubuh si anak tinggi-tinggi, siap untuk
dibantingkan. "Nek... aku... aku tidak tahu apa maksudmu...."
"Jangan dusta! Kau sengaja muncul untuk mengusik semediku hingga aku gagal
mendapatkan ilmu itu! Lalu kau juga sengaja menunggu sampai seluruh pakaian di
tubuhku tanggal. Baru dijatuhkan diri di pangkuanku!"
"Nak, semua terjadi serba tidak sengaja. Aku...."
Tangan si nenek bergerak, siap membantingkan anak
yang dljambaknya. Tapi si anak cepat berseru. "Tahan, tunggu dulu Nek! Beri
kesempatan untuk
menerangkan.."
"Nyawamu hanya tinggal beberapa kejapan mata!
Apa yang hendak kau katakan"!"
"Kalau aku ceritakan bagaimana asal usulnya aku sampai melesat dari langit,
melayang jatuh ke pangkuanmu, pasti kau tidak percaya. Sumpah Nek, aku tidak
sengaja jatuh ke pangkuanmu! Juga sumpah aku tidak
punya niat cabul terhadapmu!"
"Siapa percaya mulut dan segala sumpahmu! Siapa namamu" Siapa menyuruhmu
menggagalkan semediku"!" bentak si nenek.
"Namaku Naga Kuning, Nek. Tidak ada yang
menyuruhku. Aku memang terlempar dari langit. Nasib
apes jatuh di pangkuanmu pada saat kau dalam keadaan
bugil. Nek, dengar Nek. Terus terang aku kagum padamu.
Mukamu lebih jelek dari setan, tapi keadaan tubuhmu
tidak kalah bagusnya dengan tubuh janda kembang...."
"Jahanam kurang ajar! Sekarang mampuslah!"
"Nek, aku mohon...."
"Mohonlah pada setan!"
29 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Tangan si nenek sudah siap membanting. Tiba-tiba
terjadi keanehan. Rambut si bocah mendadak berubah
sangat licin seperti dilumuri minyak. Ketika si nenek hendak memperkencang
jambakannya, cekatannya
malah lolos. Si bocah jatuhkan diri ke tanah.
"Ternyata kau punya ilmu kepandaian! Bagus! Coba rasakan dulu tendanganku ini!"
Kaki kanan si nenek menderu tapi. Namun tendangannya luput. Anak yang jadi
sasaran membuat gerakan lebih cepat, membuang diri ke kiri lalu bergulingan di
tanah ke arah pohon beringin. Si nenek mengejar. Tapi anak itu menghilang
seperti ditelan bumi.
"Kemana lenyapnya bocah kurang ajar itu"!" Si nenek memandang berkeliling,
memperhatikan ke atas pohon
beringin. Tapi Naga Kuning kali ini benar-benar lenyap. Si nenek usap wajah
setannya, menarik nafas panjang
berulang kali, lalu melangkah ke pinggir kali dan duduk merenung.
"Bocah kurang ajar bernama Naga Kuning itu.
Mungkinkah dia..." Mustahil. Puluhan tahun telah
berlalu. Aku tidak pernah mendengar riwayatnya lagi.
Aku tak pernah mengharapkan dirinya lagi. Sakit hati, kekecewaan besar. Semua
itu yang aku dapat darinya
sebagai balas kebaikan hatiku padanya. Kalaupun yang
tadi itu memang dia mengapa ujudnya seperti itu" Kalau dia masih hidup, usianya
sudah di atas seratus tahun.
Tidak mungkin. Namun, sejak dua purnama belakangan ini mengapa aku selalu
terkenang pada dirinya?"
Si nenek memandangi arus Kali Lanang yang deras
akibat curahan hujan lebat malam menjelang pagi tadi.
Dia kembali mengingat-ingat. "Sewaktu rambutnya
kujambak, rambut itu tiba-tiba menjadi licin. Anak itu memiliki ilmu meloloskan
diri dengan menjadikan
rambutnya licin. Memang di tanah Jawa ini banyak
Ilmu aneh yang membuat orang bisa jadi licin. Ilmu
Belut Putih, Ilmu Pelicin Raga dan sebagainya. Tapi
30 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
sepanjang pengetahuanku hanya ada satu ilmu sejenis
itu yang hebat luar biasa. Ilmu itu disebut Ilmu Ikan Paus Putih. Dan dimiliki
oleh kakek sakti setengah
manusia setengah roh yang adalah ayah angkatku
sendiri. Kiai Gede Tapa Pamungkas. Apakah anak itu
ada sangkut pautnya dengan Kiai" Setahuku Kiai tidak
pernah mengangkat murid. Tapi selama puluhan tahun
aku berpisah dengan ayah angkatku itu, mungkin saja
terjadi hal-hal yang aku tidak ketahui. Hai! Tololnya aku! Anak itu paling
banyak berusia dua belas tahun.
Mana mungkin dia sudah ada puluhan tahun silam"
Mana mungkin dia bisa menguasai ilmu kesaktian tinggi dalam usia seperti dia?"
Si nenek muka setan menghela nafas panjang berulang kali. Dia hendak bergerak
bangkit. Mendadak dia mendengar suara orang berlari.
Suara itu demikian halusnya seolah yang berlari tidak menginjak tanah. Si nenek
menoleh. Satu bayangan
berkelebat di belakangnya. Tahu-tahu seorang pemuda
berpakaian biru, berkumis rapi berwajah tampan muncul, tegak berdiri beberapa
langkah di hadapannya.
"Nek," pemuda itu menyapa sambil membungkukkan badan memberi hormat. "Maafkan
kalau aku mengganggu ketenteramanmu, aku kebetulan lewat, melihatmu ada di sini,
ingin menanyakan sesuatu...."
"Anak muda aku sedang tidak enak hati. Salah-salah lehermu bisa kupatahkan!
Lekas minggat dari hadapanku!"
Pemuda berbaju biru yang bukan lain adalah Adimesa alias Pendekar Kipas Pelangi
pandangi si nenek dengan wajah tenang lalu tersenyum. "Tampaknya nenek berwajah
seram ini bukan manusia sembarangan. Tanda-
tanda di sekitar sini menunjukkan agaknya sebelumnya terjadi satu perkelahian di
tempat ini. Ada hancuran batu, ada pohon beringin yang gundul sebagian daunnya.
Dari pada mencari urusan tak karuan memang lebih baik aku
menyingkir dari tempat ini."
"Nek, terima kasih kau telah memberi ingat. Silahkan 31 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
meneruskan bersunyi diri. Sekali lagi maaf kalau aku
telah mengganggu" Pendekar Kipas Pelangi membungkuk lalu tinggalkan tempat itu.
Si nenek sesaat seperti tak acuh. Kemudian dia menoleh memperhatikan. "Anak muda
itu bersikap tenang, bersifat polos. Tapi dia datang dengan berlari. Cepat tapi
tanpa suara. Tahu-tahu muncul di hadapanku. Pasti dia membekal ilmu tidak
rendah. Ada baiknya kalau aku ketahui apa yang hendak ditanyakannya."
"Anak muda! Tunggu!" si nenek berseru.
Pendekar Kipas Pelangi hentikan langkah tapi hanya diam berdiri, tidak mau
mendekati si nenek. Sebaliknya si nenek kini yang bangkit berdiri dan menyampari
pemuda itu. "Apa yang hendak kau tanyakan padaku?"
Si pemuda memandang wajah setan si nenek, lalu tersenyum. "Terima kasih, kau mau
memberi kesempatan,"
katanya. "Tidak jauh dari sini, sebelumnya aku melihat ada sebuah benda melayang
di udara. Aku berusaha mengikuti. Benda itu melesat ke arah sekitar sini lalu
lenyap. Aku berusaha mencarinya tapi tidak berhasil. Mungkin kau melihat sesuatu Nek?"
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si nenek diam sebentar. Dalam hati dia membatin.
"Jangan-jangan bocah kurang ajar tadi yang dicari pemuda ini. Bukan mustahil dia
sahabat anak bernama
Naga Kuning itu."
"Benda yang melayang di udara itu, apakah manusia, batu, kayu, binatang atau
apa"!" si nenek ajukan pertanyaan.
Pendekar Kipas Pelangi tersenyum. "Benda itu melesat cepat sekali. Seperti jatuh
dari langit. Aku sulit menduga. Namun besar kemungkinan benda itu
adalah sosok manusia...."
"Kau pasti gila! Mana ada manusia bisa jatuh melayang dari langit lalu lenyap.
Dan kau muncul di sini bertanya padaku! Benar-benar edan!"
32 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Nek, belakangan ini memang banyak hal gila dan edan terjadi dalam rimba
persilatan. Bahkan kegilaan
dan keedanan itu merambat sampai ke Kotaraja. Kalau
kita tidak menyiasati dan berjaga-jaga, kita bisa ikut-ikutan gila dan edan."
"Kau salah satu diantaranya yang sudah jadi gila dan edan!" tukas si nenek.
"Heh, apa seorang bocah bernama Naga Kuning ada sangkut pautnya dengan
dirimu" Mungkin dia orang yang tengah kau cari?"
"Naga Kuning?" Pendekar Kipas Pelangi gelengkan kepala. "Tak pernah aku mengenal
bocah dengan nama itu."
"Kalau begitu jangan berdiri lebih lama di depanku!
Pergilah sebelum aku merasa terusik...."
"Nenek aneh," kata Pendekar Kipas Pelangi dalam hati.
Namun dengan tersenyum dia bungkukkan diri lalu
melangkah pergi.
Tak lama setelah Pendekar Kipas Pelangi pergi, si
nenek ingat sesuatu. Dia mengejar ke arah lenyapnya
pemuda itu. Tapi yang dikejar tak kelihatan lagi.
"Tololnya aku. Seharusnya aku tanya siapa adanya pemuda itu. Siapa namanya!" Si
nenek geleng-gelengkan kepala. Sekali berkelebat dia lenyap dari tempat itu.
Belum jauh berlari Pendekar Kipas Pelangi juga ingat sesuatu. Dia segera memutar
larinya, kembali ke tepi kali.
Namun di tempat itu orang yang dicarinya tak kelihatan lagi. Si pemuda usap-usap
dagunya. "Seharusnya tadi aku tanyakan siapa adanya nenek itu. Mungkin dia tahu
perihal Adisaka, kakakku. Tapi yah.... Sudahlah."
33 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
MATAHARI hampir tenggelam ketika Naga Kuning
sampai di tepi selatan Telaga Gajahmungkur. Anak ini
menatap dengan mata sayu. Dia teringat pada peristiwa beberapa waktu lalu ketika
kehancuran melanda segala
sesuatu yang ada di dasar telaga.
Perlahan-lahan Naga Kuning mendudukkan diri di tepian telaga. Mula-mula dia
merasa ragu, tapi apa boleh buat.
Dia menginginkan keterangan yang sangat dibutuhkannya itu. Satu-satunya yang
bisa memberikan penjelasan
adalah penguasa Telaga Gajahmungkur yang merupakan
makhluk alam gaib dikenal dengan nama Kiai Gede Tapa
Pamungkas. (Baca serial Wiro Sableng yang berjudul
"Wasiat Iblis" dst. terdiri dari 11 episode)
"Peristiwanya sudah lama sekali. Aku tidak bisa memastikan, sejak isi telaga
porak poranda, apakah
Kiai masih suka datang ke tempat ini?"
Naga Kuning rangkapkan dua tangan di depan dada.
Setelah memperhatikan sekitar telaga, anak ini pejamkan ke dua matanya,
pendengaran terhadap alam luar ditutup.
Sosoknya tidak bergerak. Dia telah berubah seolah
patung. Menjelang tengah malam hujan gerimis turun.
Udara menebar bau aneh, seperti bau kemenyan dibakar.
Kepala Naga Kuning bergoyang, sekali ke kiri, sekali ke kanan. Bau kemenyan
menyirap masuk ke jalan pernafasan, mendekam di dada.
Sesaat kemudian mulut anak itu tampak bergerak.
Lalu terdengar suaranya berucap perlahan. "Kiai Gede Tapa Pamungkas, saya mohon,
datanglah menampakkan
diri. Ada satu masalah besar yang ingin saya tanyakan 34 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
padamu. Saya tahu kau berada jauh di telaga tiga warna puncak Gunung Gede. Tapi
dengan ilmu kesaktianmu,
dengan redho Gusti Allah, tidak sulit bagimu untuk bisa muncul di telaga
Gajahmungkur ini. Jika engkau mendengar permintaan saya ini Kiai, saya mohon kau
mau mengabulkan...."
Sunyi, sesekali terdengar gemerisik dedaunan tertiup angin. Sesekali terdengar
riak air telaga disapu hembusan angin.
"Kiai, jika engkau mendengar harap kau mau mengabulkan permintaan saya...."
Kembali Naga Kuning berucap.
Masih sunyi. Namun laksana sebilah pedang raksasa
tiba-tiba dari atas langit yang mulai gelap, menyabung kilat disertai gelegar
yang menggoncang tanah. Sesaat cahaya terang menyilaukan menghantam permukaan
telaga, tembus sampai ke dasar. Air telaga mencuat
ke atas belasan tombak, berubah menjadi panas. Ketika air telaga panas ini jatuh
kembali ke permukaan telaga yang dingin, terdengar suara mendesis panjang
menggidikkan. Di tepi telaga Naga Kuning kelihatan terhuyung-huyung.
Mulutnya komat kamit. Kalau dia tidak mengerahkan
segala kekuatan luar dan dalam, niscaya sejak tadi-tadi tubuhnya sudah
terbanting ke tanah.
Naga Kuning merasakan ada angin aneh menyapu
wajah dan permukaan kulit tubuhnya, membuat anak
ini merinding. Dengan hati berdebar dia buka dua matanya yang sejak tadi
dipejamkan. Mula-mula dia tidak
melihat apa-apa. Kemudian ada hamparan kabut putih
di tengah telaga. Kabut ini perlahan-lahan bergerak ke tepi telaga, di arah mana
Naga Kuning duduk bersila.
Semakin dekat ke tepi telaga semakin jelas bahwa
kabut itu membentuk sosok seorang tua, tegak
mengawang di atas permukaan air telaga.
Naga Kuning membuka matanya lebih besar. Tak
Pedang Golok Yang Menggetarkan 7 Pembalesan Seri Oey Eng Si Burung Kenari Karya Siao Ping Penyamaran Raden Sanjaya 1
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Episode 123 Ebook by : Tiraikasih
Scan kitab by : Huybee
1 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
BASTIAN TITO GONDORUWO PATAH HATI
TUBUH SI NENEK BERGETAR KERAS, BASAH OLEH
KERINGAT. RACAU DARI MULUTNYA SEMAKIN KERAS
PERTANDA APAPUN YANG TENGAH DILAKUKAN PEREMPUAN TUA INI AKAN SEGERA
MENCAPAI PUNCAKNYA. DALAM KEADAAN SEPERTI ITU MENDADAK
DI UDARA PAGI TERDENGAR SUARA BERDESING. SATU
BENDA HITAM MELESAT SEPERTI JATUH DARI LANGIT, MELAYANG TURUN DAN BLUKK! JATUH
TEPAT DI PANGKUAN SI NENEK.
SUARA RACAU SI NENEK LENYAP, BERGANTI DENGAN
JERITAN KERAS. TUBUHNYA TERHENYAK JATUH KE BATU
BESAR, LALU TERGULING KE BAWAH DAN TERJENGKANG
DI TANAH. DI PANGKUANNYA SAAT ITU, SEOLAH
LENGKET, MELINGKAR SOSOK SEORANG ANAK LELAKI
BERUSIA SEKITAR DUA BELAS TAHUN, BERPAKAIAN
HITAM, BERAMBUT JABRIK.
"BOCAH JAHANAM! KAU YANG JADI GARA-GARA!
KUBUNUH KAU!"
2 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
PERAPIAN telah lama padam. Dinginnya udara men-
jelang pagi itu terasa semakin mencucuk. Di samping
perapian tergolek bergelung sosok seorang pemuda
berpakaian biru. Tampaknya dia tertidur pulas, tak perduli embun mulai membasahi
pakaian dan tubuhnya.
Kenyenyakan tidur si pemuda tidak berlangsung lama.
Beberapa saat berselang kelopak matanya yang terpejam kelihatan bergerak-gerak.
Telinga kiri yang lebih dekat ke tanah mendengar satu suara di kejauhan, membuat
dia terjaga. Sepasang mata itu membuka makin lebar. Si
pemuda bangkit, duduk, memasang telinga.
"Derap kaki kuda. Dipacu sangat kencang ke arah sini.
Firasatku mengatakan bakal terjadi satu kejadian buruk.
Sebaiknya aku berlaku waspada, berjaga-jaga...."
Pemuda berambut licin, berkumis kecil rapi ini meman-
dang berkeliling. Perlahan-lahan dia bangkit berdiri.
Sesaat dia memandang ke arah datangnya suara derap
kaki kuda. Lalu dengan satu gerakan luar biasa
cepatnya, laksana hembusan angin tubuhnya melesat
ke atas cabang satu pohon besar. Mendekam dalam
gelap di balik kerimbunan ranting dan dedaunan,
menunggu. Si pemuda tidak menunggu lama. Suara kaki kuda
yang tadi dipacu kencang datang mendekat tapi berubah perlahan. Lalu dari dalam
kegelapan muncul kepala
seekor kuda hitam. Menyusul kelihatan penunggangnya.
Ternyata di atas punggung binatang itu bukan cuma
satu orang, melainkan ada dua penunggang.
Orang pertama adalah kakek mengenakan jubah
3 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kelabu penuh renda kuning. Di pinggangnya melilit
seutas tali kuning, dihias rumbai-rumbai pada kedua
ujungnya. Kakek yang mulutnya selalu komat kamit ini
memutar kudanya beberapa kali mengelilingi perapian.
Sepasang mata berputar, memperhatikan tajam keadaan
sekitarnya. "Apinya memang padam. Tapi aku masih merasa ada hawa panas. Berarti di tempat
ini sebelumnya ada orang.
Lalu menghilang kemana?" Si kakek memandang ber-
keliling. Semula dia hendak berhenti sekedar istirahat di tempat itu. Namun
niatnya dibatalkan. Rasa tidak enak menyamaki hatinya.
Di depan sosok si kakek, di atas punggung kuda
kelihatan orang kedua. Orang ini tidak duduk seperti
keadaannya kakek itu tetapi menggeletak menelungkup.
Dan dia adalah seorang perempuan. Sesekali tangan
kiri si kakek kelihatan mengusap tubuh perempuan itu
sambil berkomat-kamit dan menyeringai.
Di atas pohon besar, pemuda berpakaian biru
memperhatikan sambil membatin. "Aku tidak melihat wajahnya, tapi dari keadaan
tubuhnya perempuan itu
masih muda. Menelungkup di atas kuda, mungkin
pingsan atau ditotok. Melihat cara si kakek mengelus
tubuh perempuan itu agaknya ada yang tidak beres.
Jangan-jangan...." Setelah memperhatikan sekelilingnya sekali lagi, kakek
berjubah kelabu memutuskan
meninggalkan tempat itu. Tali kekang disentakkan. Kuda tunggangan menghambur ke
depan, menembus kegelapan
malam. Di atas pohon pemuda berpakaian biru usap-usap
dagu sambil berpikir. "Belakangan ini aku banyak menyirap kabar menggemparkan.
Terutama beberapa
kejadian di Kotaraja. Orang tua tadi, aku belum pernah melihatnya sebelumnya.
Tapi melihat kepada ciri-cirinya besar kemungkinan dialah tokoh silat Keraton,
momok cabang atas yang dijuluki Hantu Muka Licin Bukit Tidar.
4 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Wajahnya kulihat biasa-biasa saja, mengapa sampai
punya gelar aneh seperti itu" Dia memboyong seorang
perempuan muda. Mungkin perempuan culikan Aku
sudah mendengar lama, ada beberapa tokoh silat Istana punya sifat keji. Suka
berbuat mesum. Ada baiknya
aku mengikuti kakek itu. Siapa tahu dia pernah bertemu atau melihat saudara yang
tengah aku cari."
Memikir sampai di situ pemuda di atas pohon lalu
berkelebat ke cabang sebelah bawah, melayang turun
ke tanah. Sesaat kemudian laksana terbang dia lari ke arah lenyapnya kakek
penunggang kuda hitam.
Kl BALANGNIPA alias Hantu Muka Licin Bukit Tidar
mempunyai sebuah pondok di Prambangan. Pondok ini
terletak tak jauh dari tikungan Kali Oyo, di satu kawasan ditumbuhi pohon-pohon
besar rapat serta
tertutup oleh semak belukar lebat. Ke pondok inilah si kakek membawa perempuan
boyongannya yang bukan
lain adalah Kinasih, istri mendiang Raden Mas Sura
Kalimarta juru ukir Keraton yang mati dibunuh oleh
seorang pemuda mengaku bernama Bagus Srubud.
Seperti diceritakan dalam Episode sebelumnya (Tiga
Makam Setan) Kinasih sendiri akhirnya jatuh hati pada pemuda itu dan selama
beberapa hari bersenang-senang
di dalam sebuah goa.
Pondok di tikungan Kali Oyo itu walau lama tidak
dikunjungi dan tidak terpelihara namun keadaannya
cukup bersih. Hantu Muka Licin Bukit Tidar baringkan tubuh Kinasih di atas
sebuah ranjang kayu beralaskan
tikar jerami. Sambil pandangi sosok Kinasih, si kakek duduk di tepi ranjang,
komat kami menyeringai.
"Wajah ayu, tubuh bagus. Rejeki besar. Sayang masih pingsan. Membuat aku tidak
sabar. Aku harus melakukan sesuatu agar dia siuman...." Hantu Muka Licin usap
tubuh Kinasih mulai dari kening sampai ke kaki. Usapannya
berhenti di kaki kiri Kinasih. Tiba-tiba jari-jari tangannya memencet urat besar
di atas tumit kiri Kinasih. Begitu 5 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
dipencet jalan darahnya, Kinasih menggeliat dan
keluarkan suara keluhan panjang. Matanya terbuka. Dia masih belum melihat sosok
si kakek. Pandangannya lurus ke atas ke arah atap pondok.
"Di mana aku..." bisik Kinasih. Kepalanya diputar ke kanan. Satu pekikan keluar
dari mulutnya begitu
melihat Hantu Muka Licin. Dia rasa-rasa pernah
melihat orang tua ini sebelumnya, tapi karena
ingatannya belum pulih benar dia tidak tahu kapan
atau dimana. Kinasih bergerak bangkit, beringsut ke
sudut ranjang. "Orang tua, siapa kau" Aku berada di mana?"
Hantu Muka Licin menjawab pertanyaan Kinasih dengan tawa mengekeh. "Aku suamimu
sendiri, apa tidak
mengenali" Saat ini kita berada di pondok milikku. Pondok buruk memang, tapi
kita berdua bisa menjadikan tempat ini satu sorga dunia! Ha... ha...ha...!"
Kagetlah Kinasih mendengar ucapan itu. Wajahnya
serta merta menjadi pucat. "Orang tua, beraninya kau mengaku suamiku. Kalau
otakmu tidak miring pasti...."
Gelak Hantu Muka Licin kembali meledak. "Kau tidak mengakui aku sebagai suamimu"
Ha... ha...! Apakah aku lebih buruk dari mendiang suamimu si Sura Kalimarta"
Dia hanya seorang juru ukir Keraton. Aku tokoh silat
pejabat Istana! Dia tidak memiliki kejantanan sebagai suami! Aku lebih jantan
dari seekor kuda liar! Ha... ha... ha!
Kinasih.... Kau tidak mau menganggap aku sebagai suami tidak jadi apa. Anggap
saja aku kekasihmu! Ha... ha... ha!"
"Orang tua gila!" Kinasih melompat turun dari ranjang kayu, berusaha lari ke
arah pintu. Tapi pinggangnya dengan cepat dirangkul Hantu Muka Licin. Tubuhnya
kemudian dilemparkan kembali ke atas ranjang.
"Dengar, aku menyelamatkan kau dari tangan Momok Dempet Tunggul Gono. Kau pantas
berterima kasih dengan cara melayani aku sebagai suami, sebagai kekasih!"
Ucapan Hantu Muka Licin memulihkan ingatan Kinasih.
6 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Malam tadi, dia bersama Wiro berada di depan makam
suaminya di satu pekuburan di pinggiran Kotaraja. Lalu muncul kakek berjubah
kelabu ini bersama seorang
bertubuh tinggi seram dikenal dengan nama Tunggul Gono dan membawa sejumlah
pasukan. Mereka menuduh,
Wirolah yang telah membunuh suaminya. Dia bingung
antara percaya dan tidak. Lalu terjadi pertempuran.
Wiro menghancurkan tangan kiri Tunggul Gono. Wiro
sendiri kemudian roboh di tangan kakek berjubah kelabu ini. Lalu si kakek
menyambar tubuhnya, menaikkannya
ke atas kuda. Di atas kuda Kinasih berusaha
membebaskan diri tapi sia-sia belaka. Malah karena
kehabisan tenaga perempuan ini akhirnya jatuh pingsan.
Kinasih serta merta sadar bahwa dirinya dalam bahaya.
Kakek satu ini punya maksud jahat terkutuk atas dirinya.
Kata-kata si kakek bahwa dia telah menyelamatkan
dirinya dari tangan Tunggul Gono hanya omong kosong
belaka karena sebenarnya dia sendiri sudah punya maksud keji.
"Orang tua, jika kau benar-benar tokoh silat pejabat Istana, kau harus
menolongku. Membawa aku kembali
ke Kotaraja...."
"Itu soal mudah, bisa aku lakukan kemudian.
Jangankan ke Kotaraja, ke bulan pun kau akan
kuantarkan. Ha... ha... ha!"
Tiba-tiba Hantu Muka Licin melompat naik ke atas
ranjang. Kinasih terpekik. Kaki kanannya didorongkan
ke dada Hantu Muka Licin. Dua tangan si kakek dapat
memegang kaki itu di bagian paha. Ketika dua
tangannya direnggutkan ke bawah, kain panjang yang
dikenakan Kinasih robek besar, melorot turun.
Kinasih kembali menjerit. Cepat tutup auratnya yang tersingkap. Sebaliknya Hantu
Muka Licin berkomat-kamit, mengekeh panjang. Dua tangannya kembali
bergerak. Kinasih jatuh tertelentang di atas ranjang kayu.
7 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Kinasih berusaha melawan. Tapi Hantu Muka Licin kuat sekali. Apalagi saat itu
setan nafsu turut membantu memberi kekuatan padanya. Sebentar saja Kinasih sudah
terkapar di atas ranjang dalam keadaan tidak berdaya.
Hantu Muka Licin tertawa panjang. Dengan cepat
dia tanggalkan jubah kelabunya.
Di atas atap pondok, pemuda baju biru berkumis kecil yang sejak tadi mendekam
mengintip apa yang terjadi,
tanpa tunggu lebih lama segera saja hendak menjebol
atap dan melesat turun ke dalam pondok. Namun tidak
terduga mendahului gerakannya tiba-tiba terdengar suara bentakan.
"Tua bangka keparat! Kalau mencari' kesenangan jangan serakah sendiri saja!"
Bersamaan dengan itu dinding pondok sebelah kanan
jebol. Sesosok tubuh melesat masuk. Di lain kejap
ranjang kayu di atas mana Hantu Muka Licin siap-siap
hendak menindih tubuh Kinasih mencelat ke atas, hancur berantakan. Kinasih
menjerit keras. Hantu Muka Licin
keluarkan kutuk serapah. Sementara Kinasih jatuh
terkapar di lantai, si kakek membuat gerakan jungkir
balik. Sambil melesat ke sudut pondok dia lepaskan satu pukulan tangan kosong ke
arah sosok yang barusan
masuk ke dalam pondok dengan cara menjebol dinding!
Tapi serangannya luput karena yang dihantam ternyata
mampu berkelit gesit. Lalu di dalam pondok terdengar
suara tawa mengekeh disertai menebarnya bau yang
tidak sedap. Di atas atap, pemuda baju biru memperhatikan terheran-heran. "Makhluk aneh, mata
lebar kuping terbalik! Dia ini mau menolong atau ikut minta bagian"!"
* * * 8 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
JAHANAM kurang ajar!" membentak Hantu Muka Licin begitu mengenali siapa adanya
orang di dalam pondok.
"Bukankah kau cecunguk mengaku berjuluk Setan
Ngompol, yang mengencingi sumur sumber air mandi Sri Baginda"! Dijebloskan dalam
penjara! Mengapa bisa
lolos"!"
Orang yang muncul di dalam pondok memang Si Setan
Ngompol yang belum lama berselang diselamatkan oleh
Wiro dan gadis cantik dari alam roh bernama Suci alias Bunga.
"Bagus kau masih mengenali siapa diriku. Sekarang ayo kau lepaskan perempuan
itu! Jangan sampai aku sewot
mengencingi mukamu!"
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar-benar kurang ajar berani mati! Baru jadi setan kecil sudah berani mencari
perkara dengan aku hantu
besar!" "Ha... ha! Apamu yang besar" Anumu" Kejahatanmu"
Atau nafsu terkutukmu"!"
"Tua bangka tak tahu diri! Tampang dan badan tidak karuan! Kau muncul mau minta
bagian rupanya! Baik, ini bagian untukmu!" Selesai membentak Hantu Muka Licin
cepat loloskan tali kuning yang melilit di pinggang. Begitu tali diputar,
menggaung bunyi dahsyat disertai berkiblat-nya cahaya kuning berbentuk
lingkaran, memapas laksana senjata tajam ke arah Setan Ngompol. Kinasih
menjerit, jatuhkan diri ke lantai. Setan Ngompol tercekat dan
langsung kucurkan air kencing.
"Braakk!"
Empat dinding pondok hancur. Pondok itu sendiri seperti diangkat angin puting
beliung, melesat ke udara lalu
9 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
hancur berantakan!
Tubuh Kinasih ikut terlempar ke udara lalu melayang jatuh dengan kepala lebih
dulu. Perempuan ini menjerit keras. Sesaat lagi kepalanya akan remuk menumbuk
tanah tiba-tiba satu bayangan biru berkelebat menyambar tubuhnya. Di lain saat
Kinasih merasakan dirinya
seperti dibawa terbang lalu di satu tempat yang aman
perlahan-lahan diturunkan ke tanah di belakang pohon besar. Semula perempuan
muda ini hendak menjerit lagi, tetapi ketika melihat siapa yang menolongnya
hatinya menjadi lega malah diam-diam merasa senang.
"Kau... kau siapa...?" Kinasih bertanya pada pemuda gagah berpakaian biru,
berambut licin dan memelihara kumis hitam rapi yang barusan menyelamatkannya.
"Namaku Adimesa. Kau tak usah takut. Tetap berada di balik pohon ini...."
"Kau mau kemana?" tanya Kinasih sambil memegang lengan si pemuda.
"Kakek mata jereng berkuping terbalik yang menolongmu tadi. Ilmunya memang
tinggi tapi dia bakal menemui kesulitan menghadapi lawannya. Aku harus
menolongnya."
"Buat apa ditolong. Dia bisa saja sama bejatnya dengan jahanam berjubah kelabu
itu...." "Akan kita lihat nanti. Kau tunggu di sini," jawab Adimesa.
Hancurnya pondok membuat perkelahian antara
Hantu Muka Licin dan Setan Ngompol kini berlangsung
di tempat terbuka sementara langit di ufuk timur mulai kelihatan terang pertanda
fajar sebentar lagi akan menyingsing.
Saat itu Hantu Muka Licin tengah melakukan serangan gencar. Cahaya kuning yang
memancar dan tali ikat
pinggangnya yang merupakan senjata andalan mengurung
Setan Ngompol. Yang diserang berkelebat gesit, sambil balas menghantam dengan
pukulan-pukulan sakti
10 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
sementara kencingnya terus memancar tak berkeputusan, muncrat kemana-mana bahkan
ada yang menyiprat ke
wajah Hantu Muka Licin, membuat orang ini menjadi
marah besar dan lancarkan serangan habis-habisan.
Walau terdesak hebat namun Setan Ngompol tidak
mau kalah. Dia bertahan mati-matian. Serangan-
serangan balasannya datang tidak terduga dan cepat
sekali. Bahkan beberapa kali dia berhasil menyusup
menembus lingkaran cahaya kuning lalu
menghantamkan jotosan ke dada dan perut lawan!
Hantu Muka Licin kertakkan rahang. Mulutnya
berkomat-kamit seperti membaca mantera. Tiba-tiba
dia membentak garang. Lingkaran sinar kuning yang
mengurung Setan Ngompol menebar hawa dingin.
Bersamaan dengan itu Setan Ngompol merasakan
dirinya tergulung, tersedot masuk ke dalam putaran
cahaya kuning yang dengan cepat menciut segera aneh!
Setan Ngompol berseru keras. Dia berusaha loloskan diri dari sedotan cahaya
kuning dengan cara melesat
ke atas. Dari atas lalu lancarkan dua serangan maut.
Yang pertama berupa tendangan dalam jurus Setan
Ngompol Mengencingi Pusara.
Serangan ke dua berupa pukulan tangan kosong
dalam jurus Setan Ngompol Mengencingi Bumi. Angin
dahsyat disertai semburan air kencing menebar bau
pesing menderu ke arah Hantu Muka Licin.
" Keparat!" rutuk Hantu Muka Licin. Kakek ini lipat gandakan tenaga dalamnya
ketika melihat bagaimana
lawan sanggup menembus lingkaran cahaya kuning.
Tangan kanan digerakkan secara aneh sedang mulut
berteriak "Sedot!"
Saat itu juga Setan Ngompol keluarkan seruan
tertahan. Air kencingnya mengucur deras. Dia rasakan
tendangannya hampir menyentuh batok kepala
la wan.Tapi entah mengapa tiba-tiba seperti ada tembok gaib menahan kakinya.
Lalu cepat sekali tubuhnya
11 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
seperti ditarik masuk ke dalam lingkaran, terseret ke bawah. Jika dia tadi mampu
keluar dari sedotan sinar
kuning kali ini seolah tak punya daya sosoknya
menggapai-gapai kian kemari. Kalau dia sampai masuk
ke dalam inti atau pusaran lingkaran cahaya kuning,
sekujur sosok kakek bermata jereng ini akan remuk
seperti dijepit batu besar!
" Kau mau menghancurkan tubuhku! Aku tidak takut mati!" teriak Setan Ngompol.
Pemuda berpakaian biru yang menyaksikan kejadian
itu geleng-geleng kepala. " Kakek edan, apa betul dia tidak takut mati"!"
Masih dalam keadaan melayang, tersedot ke bawah
tiba-tiba Setan Ngompol selorotkan celana bututnya di sebelah depan. Lalu
serrrrrrr! Hantu Muka Licin berteriak marah melihat apa yang
dilakukan lawan. Terlebih karena pipi dan bahu kirinya sempat terkena guyuran
air kencing Setan Ngompol.
Setan Ngompol tertawa tergelak, berusaha melayang
turun sambil jauhkan diri dari lawan.
Memaki panjang pendek Hantu Muka Licin usap
wajahnya dengan tangan kiri. Saat itu juga wajah itu
berubah licin. Hidung, mata dan mulut lenyap entah
kemana! Suara tawa Setan Ngompol mendadak sirap!
Si kakek mata jereng terkesiap kaget melihat perubahan pada wajah lawannya.
Kesempatan seperti inilah yang
ditunggu Hantu Muka Licin Bukit Tidar. Dengan cepat
dia kibaskan tali kuning di tangan kanan. Saat itu juga enam puluh jarum putih
menderu berkilauan dalam
gelapnya udara, menghambur ke arah enam puluh titik
darah di muka dan tubuh Setan Ngompol.
Selama ini tidak satu musuhpun sanggup menyelamatkan diri dari jarum maut
bernama Jarum Perontok Syaraf itu. Dalam waktu satu hari satu malam nyawanya
tidak akan ketolongan akibat racun jahat yang ada di jarum.
Kalaupun korban bisa bertahan hidup, atau mampu
12 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
mencabut jarum-jarum itu, maka bekas tusukan pada kulit dan daging akan
membusuk. Dia akan menjadi cacat
mengerikan dan menjijikkan seumur hidup! Pendekar 212
Wiro Sableng telah mengalami hal ini. Untung saja dia masih sempat diselamatkan
oleh Bunga, gadis dari alam roh yang juga dikenal dengan nama Suci. Bunga bukan
saja mencabut puluhan jarum yang menancap di tubuh
pemuda yang dikasihinya itu, tapi sekaligus memusnahkan racun yang mendekam di
permukaan kulit dan daging
tubuh Wiro hingga dia terhindar dari kebusukan.
Setan Ngompol sadar kesalahan yang dibuatnya.
Dalam keadaan seperti itu dia tidak bisa berbuat suatu apapun. Mata terbelalak,
mulut keluarkan seruan putus asa. Dia masih coba mengangkat tangan untuk
melepaskan pukulan tangan kosong berkekuatan tenaga
dalam penuh. Namun terlambat. Kecuali ada keajaiban,
kakek satu ini tidak akan tertolong.
Hanya sesaat singkat puluhan jarum akan menancap
di muka dan tubuh Setan Ngompol, tiba-tiba berkelebat satu bayangan biru
disertai suara srett... srett! Tujuh warna aneh memancar di udara yang masih
gelap. Membentuk tameng setengah lingkaran.
"Sett... s'ettt!"
Puluhan jarum terbendung di udara, menancap di
satu permukaan yang masih belum jelas apa adanya.
Hantu Muka Licin berseru kaget ketika dapatkan
dirinya terdorong keras hingga terjajar dua langkah ke belakang. Dadanya
mendenyut sakit dan jalan darahnya
jadi tidak karuan. Dia coba bertahan, lututnya goyah.
Kalau tidak cepat dia mengimbangi diri niscaya jatuh
terhenyak di tanah. Setelah mengerahkan segala
kekuatan dan kemampuan, masih untung dia hanya
jatuh berlutut.
Malu dan marah berkecamuk di dalam diri si kakek.
Wajahnya yang tadi licin serta merta kembali ke
asalnya. 13 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Dua matanya membeliak besar ketika melihat
bagaimana rumbai-rumbai pada dua ujung tali yang jadi senjata andalannya saat
itu telah gugus berputusan.
Ketika dia menggerakkan tali, kakek ini keluarkan
seruan tertahan. Seperti terbakar dan berubah jadi
debu, tali kuning itu rontok jatuh ke tanah. Dengan
mata menyorot si kakek memandang ke depan. Hatinya
menyumpah habis-habisan.
Di hadapannya, hanya dua langkah di depan kakek
berjuluk Setan Ngompol, tegak seorang pemuda
berpakaian biru. Rambutnya disisir rapi ke belakang,
licin berkilat karena memakai sejenis minyak. Di atas bibirnya menghias kumis
kecil rapi. Pembawaannya
sangat tenang. Di tangan kirinya pemuda berwajah
gagah ini memegang sebuah benda yang ternyata adalah
sehelai kipas tujuh lipatan. Masing-masing lipatan
berwarna berbeda, sesuai dengan warna pelangi.
Melihat kipas di tangan si pemuda berubahlah wajah
Hantu Muka Licin.
14 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
PENDEKAR Kipas Pelangi," ucap Hantu Muka Licin dengan suara perlahan tercekat.
"Kalau tidak salah, bukankah saat ini aku berhadapan dengan seorang tokoh besar
rimba persilatan, bernama Ki Balangnipa, berjuluk Hantu Muka Licin Bukit Tidar."
Hantu Muka Licin keluarkan suara bergumam.
Perlahan-lahan dia bangkit berdiri. "Kalau memang sudah tahu siapa diriku,
mengapa berani mencampuri
urusan orang"!" Berucap Hantu Muka Licin.
Pendekar Kipas Pelangi tersenyum lalu membuka mulut menjawab ucapan orang.
"Ki Balangnipa, ketahuilah di dunia ini pada dasarnya tidak ada satu orangpun
suka mencampuri urusan orang
lain. Tapi kalau yang namanya urusan menyangkut
kejahatan keji seperti perbuatan mesum yang hendak
kau lakukan terhadap perempuan muda itu, rasanya
tidak ada satu orang pun di rimba persilatan yang mau berpangku tangan begitu
saja." "Sombong sekali bicaramu. Membuat aku muak! Jangan mengira dengan kepandaianmu
kau telah merasa jadi
tokoh paling hebat dalam rimba persilatan."
Si pemuda hanya tersenyum tenang mendengar kata-
kata itu. Dia dekatkan kipas di tangan kiri ke wajahnya.
Dia pandangi sesaat enam puluh jarum putih yang me-
nancap di permukaan kipas itu. Lalu mulutnya meniup.
Enam puluh jarum serta merta luruh berjatuhan, amblas masuk ke dalam tanah.
Sesaat tengkuk Hantu Muka Licin terasa dingin menyaksikan kejadian itu. Tapi dia
menjaga agar tidak terjadi perubahan pada wajahnya. Setan
Ngompol yang ikut menyaksikan tahu betul. Kalau pemuda 15 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
baju biru itu mau, puluhan jarum yang menancap dikipas bisa dihantamkannya
kembali pada si pemilik.
"Pendekar Kipas Pelangi!" si kakek tiba-tiba membentak.
"Kau boleh merasa punya ilmu tinggi! Tapi jangan me-nyombongkan kepandaian di
depanku! Jauh sebelum kau
dilahirkan ibumu ke dunia, aku sudah malang melintang di rimba persilatan!"
Tiba-tiba terdengar orang tertawa bergelak. Yang
tertawa adalah kakek mata jereng Setan Ngompol.
"Bicara ngelantur boleh saja. Tapi mengapa membawa Ibu orang! Menyebut-nyebut
soal lahir segala! Mengapa tidak menyebut dukun beranaknya sekalian"! Atau
mungkin kau punya kepandaian seperti dukun beranak.
Buktinya tadi kau hendak menanggalkan pakaian
perempuan cantik itu! Apakah dia mau beranak" Aneh,
hamil tidak, bunting juga tidak! Bagaimana bisa beranak"
Ha... ha... ha... ha!"
"Tua bangka sinting!" maki Hantu Muka Licin pada Setan Ngompol. "Kalau urusanku
dengan pemuda ini selesai, aku akan carikan tempat paling baik untukmu di
neraka!" "Walah!" Setan Ngompol berseru dan melompat berdiri sambil kucurkan kencing.
"Aku baru tahu kalau kau ini mandor neraka rupanya! Ha... ha... ha!"
Tak dapat menahan amarahnya Hantu Muka Licin
melompat ke arah Setan Ngompol sambil melepas satu
pukulan tangan kosong. Namun dari samping ada deru
angin menahan gerakannya. Ternyata dengan menggerak-
kan kipas saktinya, tanpa membukanya, Adimesa berhasil mementahkan serangan
Iblis Muka Licin.
"Pemuda setan!" kutuk Hantu Muka Licin. "Kau sudah bertindak terlalu jauh!
Namamu sejak dua tahun
belakangan ini memang telah menggegerkan rimba per-
silatan tanah Jawa. Sayangnya hal itu telah membuat dirimu menjadi sombong!
Padahal sifat sombong,
memandang rendah orang lain hanya satu jengkal dari
liang kubur!"
16 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Pendekar Kipas Pelangi cuma tersenyum mendengar
ucapan itu. Sikapnya tenang, sama sekali tidak tampak rasa amarah. Masih
tersenyum dia berkata. "Aku tidak menyangka, juga tidak tahu bagaimana caranya
kau menghitung jarak antara kesombongan dengan liang
kubur. Lagipula, siapa yang bersifat sombong
merendahkan"!"
"Sahabatku muda, tuan penolong, aku tahu cara kakek muka pantat itu menghitung
jarak antara
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesombongan dengan liang kubur!" Si Setan Ngompol membuka mulut.
Pendekar Kipas Pelangi palingkan kepala ke arah Setan Ngompol. Sepasang alisnya
naik ke atas. Lalu tersenyum dan anggukkan kepala. "Orang tua, mohon aku
diberitahu rahasia bagaimana dia mengukur jarak antara
kesombongan dengan liang kubur."
"Mudah saja," jawab kakek mata jereng. "Dia pasti mengukur dengan mempergunakan
tali kuningnya. Tapi
sekarang talinya sudah jadi bubuk, berarti dia tidak
bisa menghitung lagi! Kalau dia mau, paling-paling dia bisa mengukur
mempergunakan anunya. Tapi melihat
potongan badannya aku kira-kira anunya cuma pendek,
tidak sampai setengah jengkal!" Habis berkata si Setan Ngompol tertawa mengekeh
lalu terkencing-kencing.
Tampang Hantu Muka Licin kelihatan merah mengelam.
Sekujur tubuhnya bergetar.
"Benar, aku kira kau benar Kek," menyahut Pendekar Kipas Pelangi menimpali canda
ejek Setan Ngompol.
"Sekarang mohon kau memberitahu, mengapa tadi kau menyebut kakek itu dengan
sebutan kakek muka pantat."
"Gampang saja jawabnya!" sahut Setan Ngompol sambil senyum-senyum. Dia bisa
merubah wajahnya jadi licin, tak ada mata, tak punya hidung, tak punya mulut.
Pantat juga tidak punya mata, tidak punya mulut, tidak punya hidung!
Jadi pantat dan mukanya sama kan" Ha... ha... ha!"
Meledaklah amarah Hantu Muka Licin Bukit Tidar.
17 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Sekali bergerak saja dia sudah melompat ke hadapan
Setan Ngompol. Gerakannya luar biasa cepat.
Setan Ngompol tak tinggal diam, cepat angkat dua
tangannya, satu siap menangkis satunya menggempur.
Tapi saat itu Pendekar. Kipas Pelangi telah mendahului.
Dia berkelebat memotong gerakan Hantu Muka Licin
sekaligus membuat Setan Ngompol menahan gerakan
dua tangannya. Hantu Muka Licin jadi mengkelap. Dari tenggorokannya keluar suara menggembor.
Tangan kanan bergerak
mengebut lengan jubah. Dari ujung lengan jubah itu
menyambar asap berwarna kelabu, menebar bau aneh.
Dari bau itu Pendekar Kipas Pelangi maklum kalau asap itu mengandung racun
sangat berbahaya. Cepat dia tutup jalan nafas dan bersamaan dengan itu tangan
kirinya yang memegang kipas digerakkan.
"Srett!"
Kipas mengembang. Tujuh warna pelangi menyambar.
Asap kelabu beracun berbalik menghantam ke arah wajah Hantu Muka Licin . Kakek
ini berteriak kaget, berusaha menghindar tapi sebagian asap beracun telah
memasuki saluran pernafasannya. Raungan dahsyat melesat dari mulut Hantu Muka
Licin. Mukanya mendadak berubah biru.
Sosoknya lunglai, rubuh ke tanah.
"Celaka! Nyawaku bisa-bisa amblas!" keluh Hantu Muka Licin dengan tengkuk dingin
muka keringatan. Susah
payah dia memasukkan tangan kanan ke balik jubah,
mengeluarkan sebuah tabung kecil terbuat dari bambu.
Penutup tabung dibukanya. Benda berbentuk butir-butiran hitam yang ada di dalam
tabung dituang ke dalam mulut, ditelan dengan cepat. Sesaat dia terkapar di
tanah, tak bergerak. Mata membeliak menatap langit yang mulai
terang. Tiba-tiba kakek ini bangkit berdiri. Tubuh tertekuk.
Mulut terbuka lebar-lebar, matanya mendelik. Lalu dari mulutnya menyembur muntah
keluar cairan biru kehitaman. Itulah racun asap yang tadi sempat dihisapnya. Dia
18 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
masih untung bertindak cepat menelan obat penangkal
hingga lolos dari kematian!
Berdiri terhuyung-huyung Hantu Muka Licin menunjuk tepat-tepat ke arah Pendekar
Kipas Pelangi. "Manusia jahanam! Kau tunggu pembalasanku!" Masih terhuyung-huyung Hantu Muka
Licin putar tubuhnya lalu seperti orang mabok dia lari meninggalkan tempat itu.
Begitu Hantu Muka Licin lenyap. Setan Ngompol segera mendekati Pendekar Kipas
Pelangi sementara Kinasih
dengan agak ragu-ragu melangkah keluar dari balik pohon besar.
"Pendekar gagah, aku tua bangka bau pesing yang biasa dipanggil orang dengan
sebutan Setan Ngompol
menghaturkan banyak terimakasih padamu. Jika tadi
kau tidak menolong, saat ini pasti diriku sudah jadi bangkai tak berguna,
ditancapi puluhan jarum celaka!"
Pendekar Kipas Pelangi tersenyum. Sebelumnya dia
tidak pernah mendengar nama kakek ini. Tapi diam-
diam maklum kalau manusia aneh satu ini bukan orang
sembarangan. Sesaat mata Pendekar Kipas Pelangi seperti mengawasi si kakek, lalu melirik ke
arah Kinasih yang melangkah mendatangi, kembali lagi memandangi Setan Ngompol.
"Kek, tadi waktu kau menjebol dinding dan
menghambur masuk ke dalam pondok, aku mendengar
kau berucap seperti minta bagian ingin mendapatkan
perempuan itu."
"Anak muda, pandangan matamu seolah mencurigai diriku," kata Setan Ngompol. "Aku
tidak menyalahkan dirimu. Apa yang aku ucapkan itu hanya senda gurau
saja. Aku memang suka bergurau, mulutku bisa bicara
jahil seenaknya. Tapi kita sama-sama lelaki...."
"Maksudmu Kek?"
"Maksudku lelaki itu tua atau muda sama saja.
Sama-sama suka melihat wajah cantik dan tubuh mulus!
Apakah kemudian di dalam hatinya muncul maksud
19 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
keji dan mesum, itu persoalan lain...."
"Kau sendiri apa termasuk yang persoalan lain itu?"
tanya Pendekar Kipas Pelangi sambil tersenyum.
Setan Ngompol tertawa gelak-gelak. Lalu goleng-goleng kepala. "Pendekar gagah,
aku sekali lagi mengucapkan terima kasih. Aku tidak bakal melupakan budi perto-
longanmu. Aku mohon pamit...."
"Tunggu dulu Kek," kata Pendekar Kipas Pelangi pula.
"Ada beberapa pertanyaan ingin kusampaikan padamu."
Saat itu Kinasih sudah berada di dekat ke dua orang itu.
Dia memilih tegak di samping si pemuda dan mem-
perhatikan Setan Ngompol tak habis heran. Dalam hati dia membatin.
"Aneh, bagaimana ada manusia seperti ini. Mata jereng, muka jelek, kuping
terbalik, pakaian lusuh compang
camping, bau pesing kencing melulu!"
"Apa yang hendak kau tanyakan, anak muda?"
"Pertama, bagaimana kau bisa terpesat ke tempat ini?"
Setan Ngompol tertawa lebar. "Jika aku bertanyakan hal yang sama padamu, mungkin
jawaban kita tidak berbeda.
Aku berada di satu tempat tak jauh dari sini ketika kakek mesum itu lewat memacu
kuda membawa perempuan.
Tadinya aku mengikuti hanya karena ingin tahu saja.
Ternyata keingintahuanku harus kubayar mahal. Bahkan jiwaku hampir amblas!"
Setan Ngompol tidak mau menceritakan perihal bahwa dia sebenarnya belum lama
terpesat dari Negeri
Latanahsilam dan sejak berpisah dengan Pendekar 212
Wiro Sableng dia tengah mencari bocah aneh bernama
Naga Kuning. Siapa saja yang diceritakan tentang
riwayat Negeri Latanahsilam pasti tidak akan mem-
percayai. Bisa-bisa dia dianggap sinting. "Pertanyaanku ke dua," kata Pendekar
Kipas Pelangi pula. "Apakah kau pernah mendengar seorang pemuda bernama
Adisakal" "Adisaka.... Adisaka...." Setan Ngompol garuk-garuk kepalanya. Hampir terlanjur
mengatakan bahwa selama 20 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Ini dia berada di satu tempat disebut Negeri latanahsilam.
Untung dia cepat menyadari lalu menggelengkan kepala.
"Tidak pernah aku mendengar orang dengan nama itu.
Bagaimana ciri-ciri orang yang kau cari Itu?"
Adimesa menarik nafas dalam. "Itulah sulitnya, aku tidak tahu ciri-cirinya...."
"Aneh, kau mencari orang. Tapi tidak tahu ciri-cirinya."
"Sebenarnya, dia kakakku. Tapi kami berpisah belasan tahun lalu. Sejak kami
masih kecil. Bertahun-tahun aku berusaha mencarinya. Sampai sekarang tidak
berhasil...."
"Ah, kau agaknya punya kisah hidup yang hebat. Dengar anak muda, kau telah
menolongku. Aku berjanji akan
balas menolongmu, mencari keterangan tentang kakakmu
itu." "Terima kasih Kek."
"Sebelum pergi bolehkah aku mengetahui siapa namamu sebenarnya?" tanya Setan
Ngompol. "Namaku Adimesa."
Ketika hendak melangkah pergi Setan Ngompol melirik pada Kinasih lalu berkata.
"Ternyata aku tidak punya maksud menjahilimu 'kan" Ha... ha... ha!"
Kinasih cuma diam tersenyum.
Sesaat setelah si kakek pergi dan malam perlahan-lahan memasuki pagi, Kinasih
berkata. "Seperti kakek aneh tadi itu, aku juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih. Kau...." "Tak usah ucapkan itu," kata Adimesa. "Lebih baik kau ceritakan siapa dirimu,
mengapa sampai dibawa lari ke pondok itu oleh Hantu Muka Licin."
Dengan singkat Kinasih menuturkan malapetaka
yang dialaminya. Mulai dari saat dia diculik oleh lelaki bernama Bagus Srubud
sampai kemudian ditolong oleh
Pendekar 212 Wiro Sableng.
Adimesa terkejut mendengar Kinasih menyebut
nama itu. "Jadi kau ditolong oleh Pendekar 212 Wiro Sableng" Dimana-pendekar itu
sekarang?"
21 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Dia ditangkap oleh orang-orang berkepandaian tinggi dari Keraton," jawab
Kinasih. Lalu perempuan ini bertanya. "Kau pernah tahu orang bernama Bagus
Srubud yang tadi aku ceritakan" Mungkin tahu dimana
aku harus mencarinya?"
Adimesa menggeleng. "Orang seperti itu terlalu berbahaya kalau kau cari. Lupakan
dia. Walau orangnya nyata tapi nama itu kurasa tak pernah ada. Kejahatan
yang dilakukannya atas dirimu pasti akan mendapat
hukuman dari Yang Maha Kuasa. Sekarang yang
penting kau harus segera kembali ke Kotaraja."
Di tempat itu mereka menemukan kuda hitam bekas
tunggangan Hantu Muka Licin yang ditinggal begitu
saja. Sebenarnya Kinasih ingin sekali diantar pulang ke Kotaraja oleh Pendekar
Kipas Pelangi. Tetapi sang
pemuda tidak menawarkan. Kinasih sendiri merasa
sungkan untuk meminta. Padahal diam-diam sebenarnya
hatinya tertarik pada pemuda bertubuh tegap berwajah
gagah ini. Dia merasa menyesal telah menceritakan
riwayat dirinya. Kini Adimesa tentu menganggapnya
sebagai seorang perempuan rendah.
"Kalau saja tadi aku tidak terlanjur bicara berterus terang padanya, mungkin dia
akan suka mengantar
aku ke Kotaraja," kata Kinasih dalam hati.
Sebelum berpisah Adimesa bertanya pada Kinasih.
"Menurutmu apakah tuduhan orang-orang Keraton
bahwa Pendekar 212 yang membunuh suamimu, bisa
dipercaya?"
"Sulit aku menjawab. Sampai saat ini aku masih bingung menyangkut hal yang satu
itu...." Adimesa menepuk pinggul kuda tunggangan Kinasih.
Binatang itu segera melangkah pergi membawa
penunggangnya menuju Kotaraja. Namun naasnya
perempuan muda ini tidak pernah sampai di Kotaraja
dalam keadaan hidup.
Siang di hari yang sama Kotaraja kembali dilanda
22 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kegemparan. Kinasih pertama kali ditemukan para
pengawal di pintu gerbang timur, tertelungkup
melintang di atas punggung kuda. Dua mata membeliak,
wajah menunjukkan bayangan rasa takut amat sangat.
Di keningnya ada guratan angka 212. Jari-jari tangan kanannya tergenggam
kencang. Tubuhnya masih
hangat, pertanda belum lama menemui ajal.
* * * 23 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
HUJAN lebat turun sejak malam menjelang pagi.
Pedataran rendah di hilir Kali Lanang mulai digenangi air.
Kalau hujan tak segera berhenti, hamparan sawah subur yang padinya siap dituai
akan dilanda banjir, para petani akan menderita kerugian datar. Rupanya alam
tidak mau menyengsarakan ummat, apalagi yang namanya rakyat
kecil. Sebelum fajar menyingsing hujan mulai berhenti.
Banjir yang ditakutkan tidak terjadi.
Di satu tempat ketinggian di hulu Kali Lanang, hawa dingin dan kabut tipis
menutupi pemandangan. Samar-samar di bawah bayangan gelap pohon beringin besar
hanya tiga tombak dari pinggiran kali, satu sosok
berjubah hitam duduk tak bergerak di atas sebuah batu besar Sosok ini ternyata
adalah seorang perempuan
tua renta bermuka seram seperti setan.
Saat itu sebenarnya udara dingin bukan kepalang.
Jangankan seorang nenek, orang mudapun pasti akan
menggigil kedinginan. Tetapi disinilah letak keanehan.
Walau udara mencucuk dingin luar biasa, tanah kali
sekitar pohon beringin besar mengeluarkan hawa panas.
Hawa panas yang bersentuhan dengan udara dingin
menimbulkan uap hangat. Uap hangat ini bukan saja
menyelimuti udara di pinggiran kali itu, tetapi juga membungkus batu besar,
terus menyelimuti tubuh si
nenek yang duduk di atasnya, hingga sosok orang tua
berwajah seram itu kelihatan seperti mengepulkan asap putih, mulai dari kepala
sampai ke kaki sementara
sepasang matanya terpejam rapat.
Bersamaan dengan terangnya langit di sebelah timur tanda fajar telah
menyingsing, dari mulut si nenek
keluar suara meracau aneh. Mula-mula perlahan saja,
24 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
kemudian berubah keras. Sekujur tubuhnya bergetar.
Uap putih mengepul semakin banyak. Secara aneh sosok
si nenek yang tadi duduk di atas batu perlahan-lahan
bergerak ke atas lalu berhenti mengapung satu jengkal di atas batu. Jelas sudah
si nenek tengah mengerahkan kesaktian dalam semedinya. Jika dia tidak memiliki
tenaga dalam luar biasa, tidak mungkin tubuhnya
mengapung seperti itu.
Di atas kepala, rambutnya yang kelabu awut-awutan naik tegak lurus ke atas,
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seolah berubah menjadi ijuk kaku. Sesaat kemudian jubah hitam yang membungkus
tubuh nenek ini bergerak membuka, seolah ada tangan
gaib yang menanggalkan. Pundak kiri kanan si nenek
tersingkap. Aneh, pundak itu kelihatan putih dan bagus.
Jubah merosot lagi ke bawah, menyembulkan dada. Untuk seorang nenek berusia
hampir delapan puluh tahun seperti dia, dada itu seharusnya hanya tinggal daging
tipis pembalut tulang. Tapi luar biasanya, nenek satu ini masih memiliki dada bagus
dan putih. Jubah hitam merosot lagi, menyingkapkan perut, tertahan sebentar di
pangkuannya lalu jatuh ke atas batu. Sosok tubuh si nenek kini hanya terlindung
kepulan uap putih. Suara gumam racau yang
keluar dari mulutnya terdengar semakin keras. Sementara dua mata masih tetap
terpejam. Menyusul terjadi satu keanehan lagi. Dua tangan si nenek tampak bergetar hebat.
Getaran itu menjalar
sampai ke ujung-ujung jarinya yang berkuku putih
panjang. Lalu di sebelah pundak kiri kanan ada cahaya aneh berwarna merah.
Cahaya ini bergerak ke bawah
sepanjang dua lengan, memasuki dua telapak tangan
terus ke arah sepuluh jari. Perlahan-lahan sepuluh kuku berwarna putih berubah
menjadi merah. Makin merah,
makin merah seolah sepuluh kuku itu telah menjadi
bara menyala. Tubuh si nenek bergetar keras, basah oleh keringat.
Racau dari mulutnya semakin keras pertanda apapun
25 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
yang tengah dilakukan perempuan tua ini akan segera
mancapai puncaknya.
Dalam keadaan seperti itu mendadak di udara pagi
terdangar suara berdesing. Satu benda hitam melesat
seperti jatuh dari langit, melayang turun dan blukkk!
Jatuh tepat di pangkuan si nenek.
Suara racau si nenek lenyap, berganti dengan jeritan keras. Tubuhnya terhenyak
jatuh ke batu besar, lalu
terguling ke bawah dan terjengkang di tanah. Si nenek menjerit lagi ketika dia
mengangkat dua tangan, dia
melihat warna merah bara api di sepuluh kukunya telah lenyap! Di pangkuannya
saat itu, seolah lengket,
melingkar sosok seorang anak lelaki berusia sekitar
dua belas tahun, berpakaian hitam berambut jabrik.
Anak ini sendiri keluarkan seruan tertahan, kaget karena tidak menyangka akan
jatuh begitu rupa di atas
pangkuan seseorang. Padahal sebelumnya, dalam
keadaan setengah sadar setengah pingsan dia sudah
pasrah bahwa tubuhnya akan hancur remuk jatuh
menghantam tanah atau batu.
Si nenek memekik panjang. "Habis! Hancur! Gagal sudah!" Sepasang matanya
mendelik besar memandangi anak lelaki di depannya. "Bocah jahanam! Kau yang jadi
gara-gara! Kubunuh kau!"
Tangan si nenek menjambak rambut jabrik si bocah
lalu anak itu dibantingkannya ke tanah. Si bocah
menjerit kesakitan.
"Remuk... walah.... Remuk tubuhku..." si bocah mengeluh, menggeliat di tanah
lalu berusaha bangkit.
"Bocah setan! Bukan cuma tubuhmu! Nyawamu juga akan kubikin remuk!" Si nenek
membentak, marah luar biasa. Sekali dia melompat kaki kanannya menghantam
ke arah kepala si bocah.
"Nek, tunggu!" si bocah berteriak sambil tutupkan dua tangannya di atas kepala
tapi matanya memperhatikan nakal. "Kalau memang mau membunuhku, jangan
26 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
telanjang begitu rupa. Nanti setan akhirat jadi bingung mau mengirimku ke mana.
Ke sorga atau ke neraka!"
Si nenek hendak menghardik marah tapi sadar kalau
saat itu dia memang tidak mengenakan apapun.
"Hah"!"
Si nenek batalkan tendangannya. Dua tangan sibuk
repot berusaha menutupi aurat yang telanjang. Dia ingat pada jubah hitamnya.
Pakaian itu tergeletak di atas
batu. Disambarnya lalu cepat dikenakan. Ketika dia
selesai berpakaian dilihatnya bocah berpakaian hitam tadi tidak ada lagi di
tempatnya semula.
"Kurang ajar! Lari kemana bocah setan itu! Sampai dimana, sampai kapanpun akan
kucari! Akan kupecahkan batok kepalanya!"
Saking marahnya si nenek gerakkan kaki kanan.
"Braakkk!"
Batu hitam di pinggir kali yang tadi jadi tempat duduk-nya hancur berkeping-
keping. Di atas pohon beringin
anak berusia dua belas tahun yang mendekam di balik
kerimbunan dedaunan delikkan mata, mulut ternganga.
"Makhluk aneh. Tampang berbentuk nenek muka
setan. Tapi mengapa memiliki tubuh begitu bagus dan
mulus" Tapi gila! Batu saja hancur oleh tendangannya.
Apalagi kepalaku! Siapa gerangan adanya nenek ini"
Sebelum celaka di tangannya lebih baik aku cepat-cepat menyingkir dari sini."
Baru saja anak itu berucap dalam hati, seolah tahu kalau orang yang dicarinya
sembunyi di atas pohon, si Nenek tiba-tiba dongakkan kepala lalu pukulkan tangan
kanannya. Dari tangan dan ujung jubah hitam menderu
lalu gelombang angin luar biasa derasnya. Saat itu
juga seluruh daun pohon di balik mana anak berpakaian hitam sembunyi rontok
luruh ke tanah. Si anak jadi
terlihat jelas, tegak sempoyongan di salah satu cabang, muka pucat pasi.
Tubuhnya terasa kaku. Sambaran
angin yang tadi dihantamkan nenek muka setan di bawah 27 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
sana mempengaruhi jalan darahnya.
Sadar kalau orang sudah melihatnya serta sulit bergerak cepat untuk melarikan
diri, anak ini nekad melompat ke bawah. Dua kali jungkir balik tak karuan
akhirnya dia mampu juga menjejak tanah, tegak terbungkuk-bungkuk di depan si
nenek sambil pegangi kepala, takut akan kena gebuk atau ditendang lagi.
"Nek, kalau kau memang mau membunuhku, aku tidak punya daya untuk selamatkan
diri. Tapi aku mau tahu dulu apa dosa kesalahanku hingga kau mau menghabisi
nyawaku." "Bocah setan! Dosa kesalahanmu setinggi langit sedalam laut!" bentak si nenek.
"Walah, begitu amat Nek" Harap kau mau memberitahu yang salah apaku, yang dosa
apaku?" "Jahanam! Empat puluh hari empat puluh malam aku melakukan samadi! Tidak perduli
hujan, tidak perduli
panas. Makan tidak minum juga tidak! Hampir rampung
ilmu yang aku dalami tahu-tahu kau merusak semuanya!
Jahanam betul!"
Si nenek menggembor keras lalu menyergap.
Tangannya kembali menjambak rambut jabrik si bocah.
Ketika dia hendak membantingkan anak itu tak sengaja
sepasang matanya bentrokan dengan dua bola mata si
bocah. Ada sekilas cahaya aneh di mata anak itu
membuat darah si nenek tersirap. Lalu dibalik wajah si bocah, dia seperti
melihat satu wajah lain yang
menyebabkan dadanya berdebar keras.
"Kurang ajar, ada apa dengan anak ini. Matanya menyorotkan ketakutan. Tapi
dibalik bayang ketakutan
Itu aku melihat satu bayangan lain. Hatiku... mengapa hatiku tiba-tiba
bergetar?"
"Bocah setan! Siapa kau adanya! Mengapa berani mengusik semediku, menjatuhkan
diri ke pangkuanku!
Siapa yang menyuruhmu" Siapa yang mengirimmu
ke Banyuanget ini"! Pasti kakek keparat itu!"
28 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Maaf Nek, jangan kau salah mengira. Tidak ada yang mengirimku ke sini! Aku
tidak ada niat mengusik semedi-mu, apa lagi sengaja menjatuhkan diri
kepangkuanmu...."
"Jangan dusta! Kau memang punya niat jahat dan niat cabul!" Si nenek perkencang
jambakannya lalu mengangkat tubuh si anak tinggi-tinggi, siap untuk
dibantingkan. "Nek... aku... aku tidak tahu apa maksudmu...."
"Jangan dusta! Kau sengaja muncul untuk mengusik semediku hingga aku gagal
mendapatkan ilmu itu! Lalu kau juga sengaja menunggu sampai seluruh pakaian di
tubuhku tanggal. Baru dijatuhkan diri di pangkuanku!"
"Nak, semua terjadi serba tidak sengaja. Aku...."
Tangan si nenek bergerak, siap membantingkan anak
yang dljambaknya. Tapi si anak cepat berseru. "Tahan, tunggu dulu Nek! Beri
kesempatan untuk
menerangkan.."
"Nyawamu hanya tinggal beberapa kejapan mata!
Apa yang hendak kau katakan"!"
"Kalau aku ceritakan bagaimana asal usulnya aku sampai melesat dari langit,
melayang jatuh ke pangkuanmu, pasti kau tidak percaya. Sumpah Nek, aku tidak
sengaja jatuh ke pangkuanmu! Juga sumpah aku tidak
punya niat cabul terhadapmu!"
"Siapa percaya mulut dan segala sumpahmu! Siapa namamu" Siapa menyuruhmu
menggagalkan semediku"!" bentak si nenek.
"Namaku Naga Kuning, Nek. Tidak ada yang
menyuruhku. Aku memang terlempar dari langit. Nasib
apes jatuh di pangkuanmu pada saat kau dalam keadaan
bugil. Nek, dengar Nek. Terus terang aku kagum padamu.
Mukamu lebih jelek dari setan, tapi keadaan tubuhmu
tidak kalah bagusnya dengan tubuh janda kembang...."
"Jahanam kurang ajar! Sekarang mampuslah!"
"Nek, aku mohon...."
"Mohonlah pada setan!"
29 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
Tangan si nenek sudah siap membanting. Tiba-tiba
terjadi keanehan. Rambut si bocah mendadak berubah
sangat licin seperti dilumuri minyak. Ketika si nenek hendak memperkencang
jambakannya, cekatannya
malah lolos. Si bocah jatuhkan diri ke tanah.
"Ternyata kau punya ilmu kepandaian! Bagus! Coba rasakan dulu tendanganku ini!"
Kaki kanan si nenek menderu tapi. Namun tendangannya luput. Anak yang jadi
sasaran membuat gerakan lebih cepat, membuang diri ke kiri lalu bergulingan di
tanah ke arah pohon beringin. Si nenek mengejar. Tapi anak itu menghilang
seperti ditelan bumi.
"Kemana lenyapnya bocah kurang ajar itu"!" Si nenek memandang berkeliling,
memperhatikan ke atas pohon
beringin. Tapi Naga Kuning kali ini benar-benar lenyap. Si nenek usap wajah
setannya, menarik nafas panjang
berulang kali, lalu melangkah ke pinggir kali dan duduk merenung.
"Bocah kurang ajar bernama Naga Kuning itu.
Mungkinkah dia..." Mustahil. Puluhan tahun telah
berlalu. Aku tidak pernah mendengar riwayatnya lagi.
Aku tak pernah mengharapkan dirinya lagi. Sakit hati, kekecewaan besar. Semua
itu yang aku dapat darinya
sebagai balas kebaikan hatiku padanya. Kalaupun yang
tadi itu memang dia mengapa ujudnya seperti itu" Kalau dia masih hidup, usianya
sudah di atas seratus tahun.
Tidak mungkin. Namun, sejak dua purnama belakangan ini mengapa aku selalu
terkenang pada dirinya?"
Si nenek memandangi arus Kali Lanang yang deras
akibat curahan hujan lebat malam menjelang pagi tadi.
Dia kembali mengingat-ingat. "Sewaktu rambutnya
kujambak, rambut itu tiba-tiba menjadi licin. Anak itu memiliki ilmu meloloskan
diri dengan menjadikan
rambutnya licin. Memang di tanah Jawa ini banyak
Ilmu aneh yang membuat orang bisa jadi licin. Ilmu
Belut Putih, Ilmu Pelicin Raga dan sebagainya. Tapi
30 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
sepanjang pengetahuanku hanya ada satu ilmu sejenis
itu yang hebat luar biasa. Ilmu itu disebut Ilmu Ikan Paus Putih. Dan dimiliki
oleh kakek sakti setengah
manusia setengah roh yang adalah ayah angkatku
sendiri. Kiai Gede Tapa Pamungkas. Apakah anak itu
ada sangkut pautnya dengan Kiai" Setahuku Kiai tidak
pernah mengangkat murid. Tapi selama puluhan tahun
aku berpisah dengan ayah angkatku itu, mungkin saja
terjadi hal-hal yang aku tidak ketahui. Hai! Tololnya aku! Anak itu paling
banyak berusia dua belas tahun.
Mana mungkin dia sudah ada puluhan tahun silam"
Mana mungkin dia bisa menguasai ilmu kesaktian tinggi dalam usia seperti dia?"
Si nenek muka setan menghela nafas panjang berulang kali. Dia hendak bergerak
bangkit. Mendadak dia mendengar suara orang berlari.
Suara itu demikian halusnya seolah yang berlari tidak menginjak tanah. Si nenek
menoleh. Satu bayangan
berkelebat di belakangnya. Tahu-tahu seorang pemuda
berpakaian biru, berkumis rapi berwajah tampan muncul, tegak berdiri beberapa
langkah di hadapannya.
"Nek," pemuda itu menyapa sambil membungkukkan badan memberi hormat. "Maafkan
kalau aku mengganggu ketenteramanmu, aku kebetulan lewat, melihatmu ada di sini,
ingin menanyakan sesuatu...."
"Anak muda aku sedang tidak enak hati. Salah-salah lehermu bisa kupatahkan!
Lekas minggat dari hadapanku!"
Pemuda berbaju biru yang bukan lain adalah Adimesa alias Pendekar Kipas Pelangi
pandangi si nenek dengan wajah tenang lalu tersenyum. "Tampaknya nenek berwajah
seram ini bukan manusia sembarangan. Tanda-
tanda di sekitar sini menunjukkan agaknya sebelumnya terjadi satu perkelahian di
tempat ini. Ada hancuran batu, ada pohon beringin yang gundul sebagian daunnya.
Dari pada mencari urusan tak karuan memang lebih baik aku
menyingkir dari tempat ini."
"Nek, terima kasih kau telah memberi ingat. Silahkan 31 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
meneruskan bersunyi diri. Sekali lagi maaf kalau aku
telah mengganggu" Pendekar Kipas Pelangi membungkuk lalu tinggalkan tempat itu.
Si nenek sesaat seperti tak acuh. Kemudian dia menoleh memperhatikan. "Anak muda
itu bersikap tenang, bersifat polos. Tapi dia datang dengan berlari. Cepat tapi
tanpa suara. Tahu-tahu muncul di hadapanku. Pasti dia membekal ilmu tidak
rendah. Ada baiknya kalau aku ketahui apa yang hendak ditanyakannya."
"Anak muda! Tunggu!" si nenek berseru.
Pendekar Kipas Pelangi hentikan langkah tapi hanya diam berdiri, tidak mau
mendekati si nenek. Sebaliknya si nenek kini yang bangkit berdiri dan menyampari
pemuda itu. "Apa yang hendak kau tanyakan padaku?"
Si pemuda memandang wajah setan si nenek, lalu tersenyum. "Terima kasih, kau mau
memberi kesempatan,"
katanya. "Tidak jauh dari sini, sebelumnya aku melihat ada sebuah benda melayang
di udara. Aku berusaha mengikuti. Benda itu melesat ke arah sekitar sini lalu
lenyap. Aku berusaha mencarinya tapi tidak berhasil. Mungkin kau melihat sesuatu Nek?"
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si nenek diam sebentar. Dalam hati dia membatin.
"Jangan-jangan bocah kurang ajar tadi yang dicari pemuda ini. Bukan mustahil dia
sahabat anak bernama
Naga Kuning itu."
"Benda yang melayang di udara itu, apakah manusia, batu, kayu, binatang atau
apa"!" si nenek ajukan pertanyaan.
Pendekar Kipas Pelangi tersenyum. "Benda itu melesat cepat sekali. Seperti jatuh
dari langit. Aku sulit menduga. Namun besar kemungkinan benda itu
adalah sosok manusia...."
"Kau pasti gila! Mana ada manusia bisa jatuh melayang dari langit lalu lenyap.
Dan kau muncul di sini bertanya padaku! Benar-benar edan!"
32 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
"Nek, belakangan ini memang banyak hal gila dan edan terjadi dalam rimba
persilatan. Bahkan kegilaan
dan keedanan itu merambat sampai ke Kotaraja. Kalau
kita tidak menyiasati dan berjaga-jaga, kita bisa ikut-ikutan gila dan edan."
"Kau salah satu diantaranya yang sudah jadi gila dan edan!" tukas si nenek.
"Heh, apa seorang bocah bernama Naga Kuning ada sangkut pautnya dengan
dirimu" Mungkin dia orang yang tengah kau cari?"
"Naga Kuning?" Pendekar Kipas Pelangi gelengkan kepala. "Tak pernah aku mengenal
bocah dengan nama itu."
"Kalau begitu jangan berdiri lebih lama di depanku!
Pergilah sebelum aku merasa terusik...."
"Nenek aneh," kata Pendekar Kipas Pelangi dalam hati.
Namun dengan tersenyum dia bungkukkan diri lalu
melangkah pergi.
Tak lama setelah Pendekar Kipas Pelangi pergi, si
nenek ingat sesuatu. Dia mengejar ke arah lenyapnya
pemuda itu. Tapi yang dikejar tak kelihatan lagi.
"Tololnya aku. Seharusnya aku tanya siapa adanya pemuda itu. Siapa namanya!" Si
nenek geleng-gelengkan kepala. Sekali berkelebat dia lenyap dari tempat itu.
Belum jauh berlari Pendekar Kipas Pelangi juga ingat sesuatu. Dia segera memutar
larinya, kembali ke tepi kali.
Namun di tempat itu orang yang dicarinya tak kelihatan lagi. Si pemuda usap-usap
dagunya. "Seharusnya tadi aku tanyakan siapa adanya nenek itu. Mungkin dia tahu
perihal Adisaka, kakakku. Tapi yah.... Sudahlah."
33 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
GONDORUWO PATAH HATI
MATAHARI hampir tenggelam ketika Naga Kuning
sampai di tepi selatan Telaga Gajahmungkur. Anak ini
menatap dengan mata sayu. Dia teringat pada peristiwa beberapa waktu lalu ketika
kehancuran melanda segala
sesuatu yang ada di dasar telaga.
Perlahan-lahan Naga Kuning mendudukkan diri di tepian telaga. Mula-mula dia
merasa ragu, tapi apa boleh buat.
Dia menginginkan keterangan yang sangat dibutuhkannya itu. Satu-satunya yang
bisa memberikan penjelasan
adalah penguasa Telaga Gajahmungkur yang merupakan
makhluk alam gaib dikenal dengan nama Kiai Gede Tapa
Pamungkas. (Baca serial Wiro Sableng yang berjudul
"Wasiat Iblis" dst. terdiri dari 11 episode)
"Peristiwanya sudah lama sekali. Aku tidak bisa memastikan, sejak isi telaga
porak poranda, apakah
Kiai masih suka datang ke tempat ini?"
Naga Kuning rangkapkan dua tangan di depan dada.
Setelah memperhatikan sekitar telaga, anak ini pejamkan ke dua matanya,
pendengaran terhadap alam luar ditutup.
Sosoknya tidak bergerak. Dia telah berubah seolah
patung. Menjelang tengah malam hujan gerimis turun.
Udara menebar bau aneh, seperti bau kemenyan dibakar.
Kepala Naga Kuning bergoyang, sekali ke kiri, sekali ke kanan. Bau kemenyan
menyirap masuk ke jalan pernafasan, mendekam di dada.
Sesaat kemudian mulut anak itu tampak bergerak.
Lalu terdengar suaranya berucap perlahan. "Kiai Gede Tapa Pamungkas, saya mohon,
datanglah menampakkan
diri. Ada satu masalah besar yang ingin saya tanyakan 34 GONDORUWO PATAH HATI
Tiraikasih (Kang Zusi) http://cerita-silat.co.cc/
padamu. Saya tahu kau berada jauh di telaga tiga warna puncak Gunung Gede. Tapi
dengan ilmu kesaktianmu,
dengan redho Gusti Allah, tidak sulit bagimu untuk bisa muncul di telaga
Gajahmungkur ini. Jika engkau mendengar permintaan saya ini Kiai, saya mohon kau
mau mengabulkan...."
Sunyi, sesekali terdengar gemerisik dedaunan tertiup angin. Sesekali terdengar
riak air telaga disapu hembusan angin.
"Kiai, jika engkau mendengar harap kau mau mengabulkan permintaan saya...."
Kembali Naga Kuning berucap.
Masih sunyi. Namun laksana sebilah pedang raksasa
tiba-tiba dari atas langit yang mulai gelap, menyabung kilat disertai gelegar
yang menggoncang tanah. Sesaat cahaya terang menyilaukan menghantam permukaan
telaga, tembus sampai ke dasar. Air telaga mencuat
ke atas belasan tombak, berubah menjadi panas. Ketika air telaga panas ini jatuh
kembali ke permukaan telaga yang dingin, terdengar suara mendesis panjang
menggidikkan. Di tepi telaga Naga Kuning kelihatan terhuyung-huyung.
Mulutnya komat kamit. Kalau dia tidak mengerahkan
segala kekuatan luar dan dalam, niscaya sejak tadi-tadi tubuhnya sudah
terbanting ke tanah.
Naga Kuning merasakan ada angin aneh menyapu
wajah dan permukaan kulit tubuhnya, membuat anak
ini merinding. Dengan hati berdebar dia buka dua matanya yang sejak tadi
dipejamkan. Mula-mula dia tidak
melihat apa-apa. Kemudian ada hamparan kabut putih
di tengah telaga. Kabut ini perlahan-lahan bergerak ke tepi telaga, di arah mana
Naga Kuning duduk bersila.
Semakin dekat ke tepi telaga semakin jelas bahwa
kabut itu membentuk sosok seorang tua, tegak
mengawang di atas permukaan air telaga.
Naga Kuning membuka matanya lebih besar. Tak
Pedang Golok Yang Menggetarkan 7 Pembalesan Seri Oey Eng Si Burung Kenari Karya Siao Ping Penyamaran Raden Sanjaya 1